apendisitis

52
LAPORAN STUDI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT ISLAM MALANG Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship Oleh: Indri Ari Ningtyas (209.121.0034) Pembimbing: Dr. VH. Pratomo

Upload: indri-ari-ningtyas

Post on 01-Oct-2015

231 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, penatalaksanaan

TRANSCRIPT

LAPORAN STUDI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAMRUMAH SAKIT ISLAM MALANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship

Oleh:Indri Ari Ningtyas(209.121.0034)

Pembimbing:Dr. VH. Pratomo

KEPANITERAAN KLINIK MADYAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG2013

25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-nya kepada penyusun sehingga laporan studi kasus stase ilmu penyakit dalam ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi tugas Clerkship serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif.Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belum sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Penyusun

Indri Ari Ningtyas

DAFTAR ISI HalamanKATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI 3BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang41.2 Tujuan41.3 Manfaat5BAB II LAPORAN KASUS2.1 Anamnesa 62.2 Pemeriksaan fisik92.3 Pemeriksaan penunjang112.4 Diagnosis Kerja122.5 Penatalaksanaan132.6 Kedokteran Keluarga13BAB III TINJAUAN PUSTAKA3.1 Anatomi dan Fisiologi283.2 Patofisiologi39BAB V PEMBAHASAN4.1 Dasar Penegakan Diagnosa254.3 Dasar Rencana Penatalaksanaan27BAB VI PENUTUP6.1 Kesimpulan366.2 Saran36DAFTAR PUSTAKA37

LAPORAN STUDI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGApendisitis akut adalah satu masalah kegawatdaruratan yang umum didapat dimasyarakat. Insiden berkisar 1,5-1,9/1000 populasi perempuan dan laki-laki umumnya muncul pada dewasa muda, usia 20-30 tahun. Apendisitis terjadi karena proses obstruksi di lumen apendiks, penyabab tersering adalah karena penyumbatan kelenjar limfoid. Gejala dan tanda apendisitis akut adalah sakit perut kuadran kanan bawah disertai mual, muntah, dan tidak nafsu makan.Karena berlatar belakang tingginya insiden apendisitis dan kebutuhan penegakan diagnosis yang cepat inilah, penulis mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan apendisitis akut pada Nn.N

1.2 TUJUAN Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan berkomunikasi mahasiswa dalam berhadapan langsung dengan pasien, guna mencari informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan penyakit pasien untuk menunjang diagnosis kasus penyakit dalam yang terjadi pada Nn.N, dengan upaya pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik dan komprehensif.

1.3 MANFAAT1. Manfaat Keilmuan Diharapkan makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang keluhan yang terjadi pada Nn.N antara lain etiologi, patofisiologi, gejala dan tanda, komplikasi, prognosis, serta penanganannya.

2. Manfaat Praktis Diharapkan dapat memberikan tambahan literatur dalam menghadapi keluhan yang terjadi pada Nn.N Sebagai media pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek kedokteran keluarga dalam penanganan serta pencegahannya

LAPORAN STUDI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM

BAB IILAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS 2.1.1 Identitas PasienNama: Nn.NUmur: 18 tahunJenis kelamin: PerempuanAlamat: Jl. Gajayana no.50 malangAgama: IslamTanggal MRS: 01 Oktober 2013No. RM: 15-68-692.1.1 Identitas orangtuaIdentitas ayahNama ayah: Tn.SUmur: -Jenis kelamin: Laki-lakiPekerjaan: PetaniPendidikan: STMAgama: IslamAlamat: Dusun Gendilmalang, Blitar

Identitas ibuNama ibu: Ny.SUmur: -Jenis kelamin: PerempuanPekerjaan: PetaniPendidikan: SDAlamat: Dusun Gendilmalang, Blitar

1. Keluhan Utama: Diare lebih dari 10x Harapan: Diare menghilang dan mengatahui penyebabnya. Kekhawatiran: Penyakitnya parah.

2. Riwayat Penyakit SekarangNn.N, 21 tahun datang dengan keluhan diare lebih dari 10 kali. Diare mulai dirasakan sejak hari Kamis, 31 oktober 2013. Diare terus-menerus disertai dengan mual, muntah dan pusing. Keluhan lain disangkal.3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat alergi obat: (-) Riwayat magh: (-) Riwayat alergi makanan: (-) Hiperkolesterol: (-) Diabetes mellitus : (-) Hipertensi: (-) Riwayat konstipasi: (-) Riwayat diare: (+)4. Riwayat Pengobatan Riwayat MRS: (-) Riwayat operasi: (-) Riwayat konsumsi obat: kotrimozazol, diagit, asam mefenamat, sanmag5. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : (-) Riwayat gangguan saluran pencernaan pada keluarga : (-) Riwayat Alergi: (-) Riwayat DM: (-) Riwayat hipertensi : (-)6. Riwayat GiziSehari-hari pasien makan 3 kali di warung sekitar kampusnya. Untuk jenis makanan tidak terlalu diperhatikan, dan lebih sering memakan lalapan.

7. Riwayat Kebiasaan Pasien dan Keluarga Riwayat merokok : (-) Riwayat : (-) Riwayat pengisian waktu luang :digunakan untuk beristirahat. Olahraga : jarang 8. Riwayat Sosial Ekonomi Ayah pasien dan ibu pasien bekerja sebagai petani dan orang tua pasien sebagai anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di masyarakat.

Review of Sistem1. Kulit: kulit gatal (-), bintik merah di kulit (-)1. Kepala: pusing (+), rambut rontok (-), luka (-), benjolan (-)1. Mata: merah (-/-), katarak (-/-)1. Hidung: tersumbat (-/-), mimisan (-/-), sekret/rhinorrea (-/-)1. Telinga : Cairan (-/-), nyeri (-/-)1. Mulut: Sariawan (-), mulut hiperemis (-)1. Tenggorokan: Sakit menelan (-), serak (-), ada rasa tersendat (-)1. Pernafasan: Sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)1. Kardiovaskuler: Berdebar-debar (-), nyeri dada (-),1. Gastrointestinal: Mual (+), muntah (+), diare (+), nyeri perut (-), kembung (-)1. Genitourinaria: BAK normal1. Neurologic: Kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-)1. Muskuluskeletal: Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-)1. Ekstremitas:13. Atas kanan: bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)13. Atas kiri: bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)13. Bawah kanan: bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)13. Bawah kiri: bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)

2.3 PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan UmumTampak sakit sedang (jalan membungkuk), kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi kesan cukup.2. Tanda Vital dan Status Gizi Tanda VitalTensi: 110/70 mmHgNadi: 88 x/menit, reguler, isi cukup, simetrisPernafasan : - x/menitSuhu : -o C Status giziBerat badan: 63 kgPanjang badan: 171 cm3. Kulit: Ikterik (-), sianosis (-)4. Kepala:DBN5. Mata:Conjunctiva hiperemi (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (-/-). Mata cowong (-/-)6. Hidung:Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis(-), deformitas hidung (-)7. Mulut:Bibir pucat (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-) 8. Telinga:DBN9. Tenggorokan:Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)10. Leher:Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-)11. ThoraksSimetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)-Cor:I:Ictus cordis tak tampakP:Tidak dilakukanP:Tidak dilakukanA:BJ III intensitas normal, regular, bising (-)-Pulmo:I:Pengembangan dada kanan = kiriP:Tidak dilakukanP:Sonor / sonorA:Suara dasar vesikuler (+ /+ )suara tambahan RBK (-/-), wheezing (-/-)AbdomenI:Dinding perut sejajar dengan dinding dadaA :Bising usus (-)Pal:nyeri tekan (-)Per:Meteorismus (-)12. Sistem Collumna VertebralisI:Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)P:Tidak dilakukanP:Tidak dilakukan13. Ektremitas: Tidak dilakukan14. Pemeriksaan NeurologikFungsi Luhur: Tidak dilakukanFungsi Vegetatif: Tidak dilakukanFungsi Sensorik: Tidak dilakukanFungsi motorik: Tidak dilakukan

Berdasarkan anamnesis dan data pemeriksaan fisik didapatkan:Differential diagnosis/Diagnosis banding pada Nn.N adalah:1. Apendisitis akut2. Gastroenteritis2. Urolitiasis dextra3. Colesistitis akut4. Pancreatitis akut

2.4 Pemeriksaan PenunjangHematologiPemeriksaan02 Oktober 2013

Jumlah sel darah

Hemoglobin (g/dl)-

-hematokrit (%)-

-leukosit (ribu/uL)-

-trombosit (ribu/uL)-

-eritrosit (juta/uL)-

-PDW (fL)(>)

-MPV (fL)(>)

-PCT (%)-

Index

-MCV (%)-

-MCH (pg)-

-MCHC (%)-

Differential

-Basofil (%)-

-Eosinofil (%)-

-Limfosit (%)()

-Netrofil (%)-

USG Abdomen (Senin, 04 November 2013): didapatkan hasil apendisitis akut.

RESUME Nn.N datang dengan keluhan diare lebih dari 10 kali (Jumat, 01 November 2013). Diare mulai dirasakan sejak hari Kamis, 31 Oktober 2013. Diare terus-menerus disertai dengan mual, muntah dan pusing. Keluhan lain disangkal. Pemeriksaan fisik Sdr. FS didapatkan Nyeri tekan (+) Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosistosis, MCV menurun, pada diff count basofil, monosit, dan netrofil mengalami peningkatan. Sedangkan limfosit mengalami penurunan. LED meningkat. USG: didapatkan hasil apendisitis perforasi letak retrocaecal.*data rekam medik 17 Oktober 2013 RSI UNISMA

2.4 FLOW SHEETNama: Sdr. FSDiagnosis: Periapendikular InfiltrateNOTanggalVital SignKeluhanRencana

117/10/2013-TD: 120/80N: 88x/menitS: -oCRr: -Nyeri perut tembus ke bagian belakang (punggung)Profenid suppInfus NS 35 tpmRanitidin 2x1 amp IVCefotaxim 2x1 amp IVAntrainUrine lengkapDarah lengkapFaat hati dan ginjalUSG AbdomenFaktor pembekuan darahSerologi darah (widal)

218/10/2013 12.30(pre-op)TD: 120/70N: 92x/menitS: 37CRr:99% (PO2)-

Infus cairan sisa OK+RDS 1500 cc s/d Sabtu jam 18.00 Pasien terpasang kateter dan drainase Antibiotik: Ranitidin 2x1 amp IV dan ketorolac 3x30 mg IV Jika sakit: fentanyl 100 mcg IV perlahan Jika mual dan muntah: perimperon inject 1 amp IV Jika gatal: Dexamethasone 2 amp IV Pasien diperbolahkan minum jam 20.00 pada hari Jumat dan makan jam 06.00 pada hari Sabtu

14.00 (post-op)TD: 110/70N: 84x/menitS: 36CRr:99% (PO2)

14.15TD:120/70N: 90x/menitS: 36CRr:99% (PO2)

2.6 DIAGNOSIS HOLISTIKDiagnosis Holistik UI1. Diagnosis dari segi biologisWorking diagnosis: Apendisitis Perforasi letak Retrocaecal.Differential diagnosis: 1. Urolitiasis dextra2. Colesistitis akut3. Pancreatitis akut2. Diagnosis dari segi psikososialHubungan Sdr. FS dengan keluarganya harmonis, saling mendukung dan perhatian. 3. Diagnosa dari segi sosialAyah pasien dan ibu pasien bekerja sebagai petani dan orang tua pasien sebagai anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di masyarakat.

Diagnosis Holistik UNS1. Aspek PersonalKeluhan Utama:Nyeri perut dibagian depan menjalar ke belakangHarapan:Nyeri perut menghilang dan mengatahui penyebabnya.Kekhawatiran: Penyakitnya parah.2. Aspek KlinisApendisitis Perforasi letak Retrocaecal.3. Aspek Resiko Internal Umur pasien 21 tahun (20-30 tahun merupakan umur yang memiliki potensi paling besar untuk mengalami apendisitis) Laki-laki (Insiden laki-laki > wanita) Meminum obat tanpa anjuran dokter (obat magh >> sehingga menyebabkan sdr. FS diare dan meningkatkan faktor risiko terjadinya perforasi)4. Aspek Resiko Eksternal Lingkungan tempat tinggal yang mengharuskan Sdr. FS membeli makanan kurang berserat (lalapan)5. Aspek FungsionalDerajat 3 Pasien kurang mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit.

2.7 PENATALAKSANAAN HOLISTIK2.7.1 Non farmakoterapi Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga pasien mengenai sakit yang dialami sdr. FS (definisi, etiologi, gejala dan tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak terulang). Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif dari keluarga dan orang sekitar (teman) sangat diperlukan untuk membantu pemulihan keadaan sdr. FS Analisa dan Pola Pengaturan Gizi :Perhitungan AMB (Angka Metabolisme Basal) menurut rumus Harris Benedict:Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,6 x U)= 66 + (13,7 x 63) + (5 x 171) (6,6 x 21)= 66 + 863,1 + 855 + 138,6= 1922,7Kebutuhan kalori terkait aktivitas dan stress: Aktifitas istirahat di tempat tidur (faktor: 1,3)Kalori = AMB x faktor aktifitas = 1922,7 x 1,3 = 2499,5 kkalKalori ini dibagi dalam 3 porsi besar dan 2 porsi tambahan, yakni:1. Makan pagi 20% = 499,9 kalori2. Makan siang 30% = 749,9 kalori3. Makan malam 25% = 624,9 kalori4. Asupan di sela makan pagi dan siang 10% = 249,9 kalori5. Asupan di sela makan siang dan malam 15% = 374,9 kaloriPanduan diet gangguan saluran cerna: Mudah dicerna, dengan porsi makanan yang kecil dan sering.

Distribusi Makanan Setiap Waktu MakanWaktu makanKarbohidrat 65%Protein 25%Lemak 10%

Pagi499,9 kalori324,9 kalori125 kalori5 kalori

Siang749,9 kalori487,4 kalori187,5 kalori75 kalori

Malam624,9 kalori406,2 kalori156,2 kalori62,5 kalori

2.7.2 Farmakoterapi R/ injeksi Ranitidin 2x1 amp IV Ranitidin HCL 50 mgIndikasi: pengobatan jangka pendek untuk ulkus/tukak duodenum aktif, ulkus/tukak lambung aktif, ulkus gastrik ringan, ulkus yang menyertai pada pemberian AINS, hiperasiditas, ulkus pasca operasi, profilaksis ulkus karena stress pada penyakit berat, profilaksis hemorage berulang pada penderita perdarahan ulkus peptik, gejala refluks esofagitis, terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak duodenum dan lambung, sindrom Zolinger-EllisonKontraindikasi: HipersensitifitasDosis: IM 50 mg tiap 6-8 jam (tanpa pengenceran), IV bolus intermitten 50 mg (2 ml) tiap 6-8 jam (larutkan dalam larutan infus). Infus IV kontinu: 150 mg diencerkan dalam 250 ml larutan infus IV kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam.Sediaan: ampul 25 mg/ml x 2 x 5 (jenis ranitidin yang lain: 30 x 150 mg tablet, 30 x 300 mg tablet) Ketorolac 3x30 mg IVKetorolac inj 10 mg atau 30 mg/mlIndikasi: ketorolac parenteral diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek (maksimal 2 hari) terhadap nyeri akut derajat sedang-berat segera setelah operasi.Dosis: Dosis awal ketorolac (untuk pasien dewasa): 10 mg diikuti dengan peningkatan dosis 10-30 mg setiap 4-6 jam bila diperlukan. Setiap pasien harus diberikan dosis efektif terendah yang sesuai dengan tingkat nyeri dan respon dari masing-masing pasien. Dosis maksimal untuk pasien dewasa 90 mg/hr. Pasien lanjut usia, dengan gagal ginjal ringan, BB160 mmol/L), kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi, anak 37,5C) 1

Peningkatan jumlah leukosit 10 x 109/L 2

Neutrofilia dari 75% 1

Total 10

Pasien dengan skor awal 4 sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit kecuali gejalanya memburuk.

5.1.3 Pemeriksaan PenunjangPada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih). Urinalisa diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lainnya berupa peradangan saluran kemih. Pada pasien wanita, pemeriksaan dokter kebidanan dan kandungan diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan saluran telur/kista indung telur kanan atau KET (kehamilan diluar kandungan).Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu (Appendicogram) dapat membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala) didalam lumen usus buntu. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa membantu dakam menegakkan adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit lainnya di daerah rongga panggul.Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan diagnosis apendisitis akut adalah pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan CT scan hanya dipakai bila didapat keraguan dalam menegakkan diagnosis. Pada anak-anak dan orang tua penegakan diagnosis apendisitis lebih sulit dan dokter bedah biasanya lebih agresif dalam bertindak.

5.1.3 Diagnosis BandingPada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding, seperti: Gastroenteritis: Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut. Demam Dengue: Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat. Kelainan ovulasi: Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.

Infeksi panggul: Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus. Kehamilan di luar kandungan: Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Kista ovarium terpuntir: Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal. Endometriosis ovarium eksterna: Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar. Urolitiasis pielum/ ureter kanan: Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan. Penyakit saluran cerna lainnya: Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.

5.2 PenatalaksanaanPengobatan tunggal yang terbaik untuk usus buntu yang sudah meradang/apendisitis akut adalah dengan jalan membuang penyebabnya (operasi appendektomi). Pasien biasanya telah dipersiapkan dengan puasa antara 4 sampai 6 jam sebelum operasi dan dilakukan pemasangan cairan infus agar tidak terjadi dehidrasi. Pembiusan akan dilakukan oleh dokter ahli anastesi dengan pembiusan umum atau spinal/lumbal. Pada umumnya, teknik konvensional operasi pengangkatan usus buntu dengan cara irisan pada kulit perut kanan bawah di atas daerah apendiks. Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan. Alternatif lain operasi pengangkatan usus buntu yaitu dengan cara bedah laparoskopi. Operasi ini dilakukan dengan bantuan video camera yang dimasukkan ke dalam rongga perut sehingga jelas dapat melihat dan melakukan appendektomi dan juga dapat memeriksa organ-organ di dalam perut lebih lengkap selain apendiks. Keuntungan bedah laparoskopi ini selain yang disebut diatas, yaitu luka operasi lebih kecil, biasanya antara satu dan setengah sentimeter sehingga secara kosmetik lebih baik (Sanyoto, 2007).

5.3 Komplikasi Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus halus. Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka, perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen/pelvis, dan jarang sekali dapat menimbulkan kematian. Selain itu, terdapat komplikasi akibat tidakan operatif. Kebanyakan komplikasi yang mengikuti apendisektomi adalah komplikasi prosedur intra-abdomen dan ditemukan di tempat-tempat yang sesuai, seperti: infeksi luka, abses residual, sumbatan usus akut, ileus paralitik, fistula tinja eksternal, fistula tinja internal, dan perdarahan dari mesenterium apendiks.

5.4 Prognosis Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi sembuh spontan tanpa penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari.Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di dalam rongga perut ini menyebabkan operasi usus buntu akut/emergensi perlu dilakukan secepatnya. Kematian pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena usus buntu akut. Namun hal ini bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak diobati secara benar.

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH

BAB VIPENUTUP

6.1 KESIMPULAN HOLISTIK1. Diagnosis dari segi biologisWorking diagnosis: Apendisitis Perforasi letak Retrocaecal.Differential diagnosis: 1. Urolitiasis dextra2. Colesistitis akut3. Pancreatitis akut2. Diagnosis dari segi psikososialHubungan Sdr. FS dengan keluarganya harmonis, saling mendukung dan perhatian. 3. Diagnosa dari segi sosialAyah pasien dan ibu pasien bekerja sebagai petani dan orang tua pasien sebagai anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di masyarakat.

6.2 SARAN KOMPREHENSIF1. Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga pasien mengenai sakit yang dialami sdr. FS (definisi, etiologi, gejala dan tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak terulang). 2. Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif dari keluarga dan orang sekitar (teman) sangat diperlukan untuk membantu pemulihan keadaan sdr. FS

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton and Hall, 1996. Textbook of medical physiology. 9thEd. W. B Saunders Company. Philadelphia.2. Sjamsuhidayat and Jong, de wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta3. Scanlon, Valerie C.Essentials of anatomy and physiology/Valerie C. Scanlon, Tina Sanders. 5th ed. ISBN13: 978-0-8036-1546-5 ISBN10: 0-8036-1546-9: 2006.

18