apendisitis

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks, obstruksi limfoid, fekalit, benda asing, dan striktur karena fibrosis akibat peradangan neoplasma. Apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, perbandingan antara pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita penyakit ini. Namun penyakit ini paling sering dijumpai pada dewasa muda antar umur 10-30 tahun. Satu dari 15 orang pernah menderita apendisitis dalam hidupnya. Insiden tertinggi terdapat pada laki-laki usia 10- 14 tahun dan wanita yang berusia 15-19 tahun. Laki-laki lebih banyak menderita apendisitis dari pada wanita pada usia pubertas dan pada usia 25 tahun. Apendisitis jarang terjadi pada bayi dan anak-anak dibawah 2 tahun. Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang menjadi abses, peritonitis bahkan shock dan perforasi. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil danlansia. Perforasi terjadi secara umum 24 jam pertama setelah awitan nyeri. Angka kematian yang timbul akibat terjadinya perforasi adalah 10-15% dari kasus yang ada, sedangkan angka kematian pasien apendisitis akut adalah 0,2%-0,8%. 1

Upload: anty-fft

Post on 07-Aug-2015

51 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Apendisitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya disebabkan

oleh sumbatan lumen apendiks, obstruksi limfoid, fekalit, benda asing, dan striktur

karena fibrosis akibat peradangan neoplasma. Apendisitis dapat terjadi pada setiap usia,

perbandingan antara pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk

menderita penyakit ini. Namun penyakit ini paling sering dijumpai pada dewasa muda

antar umur 10-30 tahun. Satu dari 15 orang pernah menderita apendisitis dalam

hidupnya.

Insiden tertinggi terdapat pada laki-laki usia 10-14 tahun dan wanita yang berusia

15-19 tahun. Laki-laki lebih banyak menderita apendisitis dari pada wanita pada usia

pubertas dan pada usia 25 tahun. Apendisitis jarang terjadi pada bayi dan anak-anak

dibawah 2 tahun.

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang

menjadi abses, peritonitis bahkan shock dan perforasi. Insiden perforasi adalah 10%

sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil danlansia. Perforasi terjadi secara

umum 24 jam pertama setelah awitan nyeri. Angka kematian yang timbul akibat

terjadinya perforasi adalah 10-15% dari kasus yang ada, sedangkan angka kematian

pasien apendisitis akut adalah 0,2%-0,8%. yang berhubungan dengan komplikasi

penyakitnya daripada akibat.

Pengobatan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan non operasi pada

kasus ringan apendisitis bisa sembuh hanya dengan pengobatan tetapi untuk apendisitis

yang sudah luas infeksinya maka harus segera dilakukan operasi apendiktomi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dalam makalah ini adalah :

1. Mengetahui Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Apendiks Vermiformis.

2. Menguraikan mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gambaran

Klinis, diagnose, diagnose banding, komplikasi, terapi, prognosis.

1

Page 2: Apendisitis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apendiks Vermiformis

2.1.1 Anatomi

Apendiks vermiformis pada manusia merupakan struktur tubular yang rudimenter

dan tanpa fungsi yang jelas. Apendiks berkembang dari posteromedial sekum dengan

panjang bervariasi dengan rata-rata antara 6-10 cm dan diameter sekitar 0,5-0,8 cm.

Posisi apendiks dalam rongga abdomen juga bervariasi, tersering berada posterior dari

sekum atau kolon asendens. Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh

peritoneum, dan mesoapendiks (mesenter dari apendiks) yang merupakan lipatan

peritoneum berjalan kontinu disepanjang apendiks dan berakhir di ujung apendiks.

Apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon

asendens, atau di tepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh

letak apendiks.

Vaskularisasi dari apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung

dari apendiks dimana tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular, derivat cabang

inferior dari arteri iliocoli yang merupakan cabang trunkus mesenteric superior. Selain

arteri apendikular yang memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat

kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena

ileocoli berjalan ke vena mesenteric superior dan kemudian masuk ke sirkulasi portal.

Drainase limfatik berjalan ke nodus limfe regional seperti nodus limfatik ileocoli.

Persarafan apendiks merupakan cabang dari nervus vagus dan pleksus mesenteric

superior.

Permukaan eksternal apendiks tampak halus dan berwarna merah kecoklatan

hingga kelabu. Permukaan dalam atau mukosa secara umum sama seperti mukosa

kolon, berwarna kuning muda dengan gambaran nodular, dan komponen limfoid yang

prominen. Komponen folikel limfoid ini mengakibatkan lumen dari apendiks

2

Page 3: Apendisitis

seringkali berbentuk irregular (stellata) pada potongan melintang dengan diameter 1-3

cm.

2.1.2 Perkembangan Embriologi

Apendiks vermiformis berasal dari struktur primordial yakni divertikulum sekal

yang muncul pada janin berusia 6 minggu. Bagian proksimal dari divertikulum ini

membentuk sekum sedangkan bagian distal atau apeks terus memanjang membentuk

apendiks. Pada anak-anak peralihan antara sekum dan apendiks tidak sejelas pada

orang dewasa, dan apendiks tampak disebelah inferior dari sekum, berbeda pada

orang dewasa dimana peralihan lebih jelas dan apendiks berada disisi posteromedial

dari sekum. Perkembangan embriologis yang abnormal dapat mengakibatkan

agenesis, hipoplasia, duplifikasi atau bahkan triplikasi dari apendiks. Duplifikasi dari

apendiks sering diasosiasikan dengan anomali kongenital lain yang mengancam jiwa.

2.1.3 Histologi

Komposisi histologi dari apendiks serupa dengan usus besar , terdiri dari empat

lapisan yakni mukosa, submukosa, muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan

sirkuler), dan serosa.mukosa apendiks terdiri dari selapis epitel di permukaan. Pada

epitel ini terdapat sel-sel absorbtif, sel-sel goblet, sel-sel neuro endokrin, dan beberapa

sel paneth. Lamina propia dari mukosa adalah lapisan seluler dengan banyak

komponen sel-sel migratory, dan agregasi limfoid. Berbeda dengan di usus besar

dimana limfoid folikel tersebar, pada apendiks folikel limfoid ini sangat banyak

dijumpai terutama pada apendiks individu berusia muda. Seringkali, folikel limfoid

ini mengubah kontur lumen dari apendiks. Lapisan terluar dari mukosa adalah

muskularis mukosa, yang merupakan lapisan fibromuskuler yang kurang berkembang

pada apendiks.

Lapisan submukosa memisahkan mukosa dengan muskularis eksterna. Lapisan ini

tersusun longgar oleh jaringan serat kolagen dan elastin, serta fibroblast. Lapisan

submukosa juga dapat mengandung sel-sel migratori seperti makrofag, sel-sel limfoid,

sel-sel plasma serta sel mast. Pembuluh darah dan limfe merupakan komponen yang

dominan pada lapisan ini. Pembuluh limfatik terdapat jelas di bawah dasar dari folikel

limfoid. Di lapisan ini juga terdapat struktur neural berupa pleksus Meissner. Pleksus

3

Page 4: Apendisitis

saraf in terdiri dari ganglia, sel-sel ganglion, kumpulan neuron dengan prosesusnya,

dan sel Schwann yang saling berinterkoneksi membentuk jaringan saraf di lapisan

submukosa.

Lapisan otot polos yang tebal berada diantara submukosa dan serosa , merupakan

lapisan muskularis eksterna dari apendiks. Lapisan ini terpisah menjadi 2 bagian,

yakni lapisan sirkular di dalam dan lapisan longitudinal di sebelah luar. Pada lapisan

ini sering terlihat degenerasi granular sitoplasmik eosinofilik terutama pada lapisan

sirkular. Di antara dua lapisan otot ini terdapat pleksus mienterik atau pleksus

Auerbach, yang serupa secara morfologi dan fungsi dengan pleksus Meissner di

lapisan submukosa. Sebagai tambahan, pembuluh limfatik dan pembuluh darah juga

terdapat pada lapisan ini.

Lapisan terluar dari apendiks adalah lapisan serosa, diantara lapisan serosa dan

muskularis eksterna terdapat region subserosal, yang terdiri dari jaringan penyambung

longgar, pembuluh darah, limfe dan saraf. Lapisan serosa sendiri merupakan selapis

sel-sel mesotelial kuboidal, yang terdapat pada lapisan tipis jaringan fibrosa.

2.1.4 Fisiologi

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan

ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir I muara

apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.

Imunoglobulin sekretoar dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue)

yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah igA. Imunoglobulin

itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan

apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limf di sini

kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.

2.2 Appendisitis

2.2.1 Definisi

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga umbai

cacing

4

Page 5: Apendisitis

2.2.2 Epidemiologi

Insiden apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara

berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun,

diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu

sehari-hari. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang

dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidens tertinggi pada umur 20-30 tahun, setelah

itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali

pada umur 20-30 tahun, insidens laki-laki lebih tinggi.

2.2.3 Etiologi

Etiologi apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai

faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan

sebagai faktor pencetus di samping hyperplasia jaringan limf, fekalit, tumor apendiks

dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga

dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti

Entamoeba histolytica.

Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah serat

dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikan

tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan

meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan

mempermudah timbulnya apendisitis akut.

2.2.4 Patologi

Patologi apendisitis dapat mulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh

lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan tubuh

adalah membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus

halus, atau adneksa sehingga terbentuk masa periapendikuler yang secara salah

dikenal dengan istilah infiltrate apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan

berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis

akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan

mengurai diri saecara lambat.

5

Page 6: Apendisitis

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan

berbentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan di

sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan

bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai

eksaserbasi akut.

2.2.5 Patofisiologi

Apendisitis disebabkan mula-mula oleh sumbatan lumen.

Obstruksi lumen apendiks disebabkan oleh penyempitan lumen akibat hiperplasia

jaringan limfoid submukosa. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks

mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa

sumbatan.

Sumbatan lumen apendiks menyebabkan keluhan sakit di sekitar umbilikus dan

epigastrium, nausea dan muntah.

Proses selanjutnya ialah invasi kuman E.coli dan spesibakteroides dari lumen ke

lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularis dan akhirnya ke peritoneum

parietalis sehingga terjadilah peritonitis lokal kanan bawah. Suhu tubuh mulai naik.

Gangren dinding apendiks disebabkan oleh oklusi pembuluh darah dinding apendiks

akibat distensi lumen apendiks. Bila tekanan intralumen terus meningkat terjadi

perforasi dengan ditandai kenaikan suhu tubuh menigkat dan menetap tinggi.

Tahapan peradangan apendisitis:

o Apendisitis akuta (sederhana, artinya tanpa perforasi)

o Apendisitis akuta perforata (termasuk apendisitis gangrenosa, karena gangren

dinding apendiks sebenarnnya sudah terjadi mikroperforasi).

2.2.6 Gambaran klinis

Apendisitis akut memiliki gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai

cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang

peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang

merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini

sering disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun.

Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney. Di sini

nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri

6

Page 7: Apendisitis

somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi

sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap

berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat perangsangan

peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk.

Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung oleh

sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda

rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah sisi perut kanan atau nyeri timbul

pada saat berjalan atau kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala

dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristalsis meningkat,

pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi

menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing, karena

rangsangan dindingnya.

Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya hanya sering

rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam

beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak menjadi lemah dan

letargi. Karena gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah

perforasi. Pada bayi 80-90% apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.

Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga tidak ditangani

pada waktunya dan terjadi komplikasi. Misalnya pada orang berusia lanjut yang

gejalanya sering samar-samar saja sehingga lebih dari separuh penderita baru dapat

didiagnosis setelah perforasi.

Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan muntah.

Yang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi

mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke

kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke

region lumbal kanan.

2.2.7 Diagnosa

Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus diarahkan untuk mendiagnosis apendisitis

dan mengeklusi diagnosis altrenatif seperti gastroenteritis viral, konstipasi, infeksi

7

Page 8: Apendisitis

saluran kemih, sindrom hemolitik-uremik, Henoch-Schönlein purpura, adenitis

mensenterik, osteomielitis pelvis, abses psoas, dan penyakit tuboovarian (kehamilan

ektopik, kista ovarium, Pelvic inflamator disease, ovarian torsion

Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan inspeksi yang meliputi ekspresi pasien dan

keadaan abdomen. Pada auskultasi bising usus normal atau meningkat pada awal

apendisitis, dan bising melemah jika terjadi perforasi.

Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar °C. bila suhu lebih tinggi, mungkin

sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rectal sampai 1°C.

Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada

penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat

pada masa atau abses periapendikuler.

Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai

nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.

Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut

kiri bawah akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing.

Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan

adnaya rasa nyeri.

Karena terjadi pergeseran sekum ke kraniolaterodorsal oleh uterus, keluhan nyeri

pada apendisitis sewaktu : hamil trimester II dan III akan bergeser kekanan sampai ke

pinggang kanan. Tanda pada kehamilan trimester I tidak berbeda dengan pada orang

tidak hamil karena itu perlu dibedakan apakah keluhan nyeri berasal dari uterus atau

apendiks. Bila penderita miring ke kiri, nyeri akan berpindah sesuai dengan

pergeseran uterus, terbukti proses bukan berasal dari apendiks.

Peristalsis colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan

jari telunjuk, misalnya pada apendisitis pelvika.

Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang dicurigai apendisitis biasanya meliputi

hitung jenis sel darah lengkap dan urinalisis. Peran utama pemeriksaan laboratorium

ini adalah untuk mengekslusi diagnosis alternatif seperti infeksi saluran kemih,

sindrim hemolitik-uremik, Henoch-Schönlein purpura. Leukositosis moderat biasanya

sering terjadi pada pasien (75%) dengan apendisitis dengan jumlah leukosit bekisar

8

Page 9: Apendisitis

antara 10.000 – 18.000 sel /mL dengan pergeseran ke kiri dan didominasi oleh sel

polimorfonuklear. Sekalipun demikian, tidak adanya leukositosis tidak menutup

kemungkinan terhadap apendisitis akut. Pada urinalisis terdapat peningkatan berat

jenis urin, terkadang ditemukan hematuria, piuria, dan albuminuria. Obat-obatan

seperti antibiotik dan steroid dapat mempengaruhi hasil laboratorium.

Pada pemeriksaan radiologi, foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.

Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 –

97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling

tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat

terlihat jelas gambaran apendiks.

Pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan maka kunci diagnosis

adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Pemeriksaan psoas dan uji

obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak

apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi

panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan.

Bila apendiks yang meradang menempel di m. psoas, tindakan tersebut akan

menimbulkan nyeri. Uji obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang

meradang kontak dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul pada

posisi terlentang akan meimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika.

Pemeriksaan Radiologi

Foto polos abdomen dilakukan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat sakit dan

pemeriksaan fisik meragukan. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah.

Gambaran perselubungan, mungkin terlihat “ileal ataupun caecal ileus” (gambaran

garis permukaan cairan-udara di sekum atau ileum). Patognomonik bila terlihat

gambaran fekilit.

Foto polos pada apendisitis perforasi:

o Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat terbatas di kuadran kanan bawah

o Penebalan dinding usus di sekitar letak apendiks, seperti sekum dan ileum.

o Garis lemak pra peritoneal menghilang;

o Skoliosis ke kanan;

9

Page 10: Apendisitis

o Tanda-tanda obstruksi usus seperti garis-garis permukaan cairan akibat paralisis

usus-usus lokal di daerah infeksi.

Gambaran tersebut di atas seperti gambaran pertonitis pada umumnya, artinya

dapat disebabkan oleh bermacam-macam kausa. Apabila foto terlihat gambaran

fekolit maka gambaran seperti tersebut di atas patognomonik akibat apendisitis.

Laboratorium

Pemeriksaan darah: lekosist ringan umumnya pada apendisitis sederhana. Lebih

dari 13.000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak

menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan

urin: sedimen dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit > normal bila apendiks

yang meradang menempel pada ureter atau vesika.

2.2.8 Diagnosis Banding

Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis

banding.

Gastroenteritis.

Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut

lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik sering ditemukan. Panas dan

leukositosis kurang menonjol dibandingkan apendisitis akut.

Demam Dengue

Demam dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini

didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit

yang meningkat.

Limpadenitis Mesenterika

Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis yang ditandai dengan nyeri

perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan perut samar, terutama

kanan.

10

Page 11: Apendisitis

Kelainan ovulasi

Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan

bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Pada anamnesis, nyeri yang sama pernah

timbul terlebih dahulu. Tidak ada tanda radang, dan nyeri biasa hilang dalam waktu

24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari.

Infeksi panggul

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya

lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.

Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada colok

vagina, akan timbul nyeri hebat di panggul jika uterus dilayunkan. Pada gadis dapat

dilakukan colok dubur jika perlu untuk diagnosis banding.

Kehamilan diluar kandungan

Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika

ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan perdarahan, akan timbul

nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.

Pada pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan rongga Douglas dan pada

kuldosentsis didapatkan darah.

Kista ovarium terpuntir

Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam

rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, ultrasonografi dapat

menentukan diagnosis.

Endometriosis eksterna

Endometriosis di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat

endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada

jalan keluar.

Urolitiasis pielum/ureter kanan

Batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut

menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering

11

Page 12: Apendisitis

ditemukan. Foto polos perut atau urografi intravena dapt memastikan penyakit

tersebut. Pielonefritis sering disertai dengan demam tinggi, menggigil, nyeri

kostovertebral di sebelah kanan dan piura.

Penyakit saluran cerna lainnya. Penyakit lain yang perlu dipikirkan adalah

peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau

lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal,

perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.

2.2.9 Terapi

Apendisitis perforasi

Persiapan prabedah: pemasangan sonde lambung dan tindakan dekompresi.

Rehidrasi. Penurunan suhu tubuh. Antibiotika dengan spektrum luas, dosis cukup,

diberikan secara intravena.

Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum

Umumnya pasien dalam kondisi buruk. Tampak septik dan dalam kondisi

hipovolemi serta hipertensi. Hipovolemi diakibatkan oleh puasa lama, muntah dan

pemusatan cairan di daerah proses radang, seperti udem organ intraperitoneal, dinding

abdomen dan pengumpulan cairan dalam rongga usus dan rongga peritoneal.

Persiapan prabedah:

- Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

- Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin

- Rehidrasi

- Antibiotika dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena

- Obat-obat penurun panas, phenergen sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka

pembuluh-pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.

Pembedahan

Pembedahan dikerjakan bila rehidrasi dan usaha penurunan suhu tubuh telah

tercapai. Suhu tubuh tidak melebihi 38°, produksi urin berkisar 1-2 ml kg/jam. Nadi

di bawah 120 kali per menit.

12

Page 13: Apendisitis

Teknik pembedahan

Insisi transversal di sebelah kanan sedikit di bawah umbilikus. Sayatan Fowler

Weier lebih dipilih, karena cepat dapat mencapai rongga abdomen dan bila diperlukan

sayatan dapat diperlebar ke medial dengan memotong fasi dan otot rektus.

Sebelum membuka peritoneum tepi sayatan diamankan dengan kasa. Membuka

peritoneum sedikit dahulu dan alat penghisap telah disiapkan sedemikan rupa

sehingga nanah dapat langsung terisap tanpa kontaminasi ke tepi sayatan. Sayatan

peritoneum diperlebar dan pengisapan nanah diteruskan. Apendektomi dikerjakan

seperti biasa. Pencucian rongga peritoneum mutlak dikerjakan dengan larutan NaCl

fisiologis sampai benar-benar bersih. Cairan yang dimasukkan terlihat jernih sewaktu

diisap kembali. Pengumpulan nanah biasa ditemukan di fosa apendiks, rongga pelvis,

di bawah diafragma dan di antara usus-usus. Luka sayatan dicuci dengan larutan NaCl

fisiologis juga setelah peritoneum dan lapisan fasi yang menempel peritoneum dan

sebagian otot dijahit. Penjahitan luka sayatan jangan dilakukan terlalu kuat dan rapat.

Pemasangan dren intraperitoneal masih merupakan kontroversi. Bila pencucian

rongga peritoneum benar-benar bersih maka dren tidak. Lebih baik dicuci bersih tanpa

dren daripada dicuci kurang bersih lalu dipasang dren.

Catatan

Infiltral apendiks

Proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan

usus-usus dan peritoneum di sekitarnya sehingga membentuk massa (appendiceal

mass). Umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai

apabila tidak terjadi peritonitis umum.

Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur 5 tahun atau lebih;

daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang

dan tebal untuk membungkus proses radang.

Terapi

1. Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif dengan ditandai dengan:

a. Keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi;

13

Page 14: Apendisitis

b. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas

terdapat tanda-tanda peritonitis;

c. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat

pergeseran ke kiri.

2. Massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda dengan ditandai dengan:

a. Umumnya pasien berumur 5 tahun atau lebih;

b. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh

tidak tinggi lagi;

c. Pemeriksaan lokal abdomen tenang, tidak terdapat tanda-tanda peritonitis

dan hanya teraba massa dengan batas jelas dengan nyeri tekan ringan;

d. Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotika

dan istirahat di tempat tidur.

Posisi yang biasa dilakukan yaitu posisi fowler :

Posisi duduk atau setengah duduk, bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau

dinaikkan. Untuk fowler (45o-90o) dan semi fowler (15o-45o). Dilakukan untuk

mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan, dan pasien pasca

bedah.

Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-

lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit

perut. Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau

pun tanpa peritonitis umum.

2.2.10 Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi

bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan sehingga

berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.

Massa periapendikuler

Massa apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi

atau dibungkus oleh omentum dan/atau lekuk usus halus. Pada massa periapendikuler

yang pendindingannya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus ke seluruh

14

Page 15: Apendisitis

rongga peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena

itu, massa periapendikuler yang masih bebas disarankan segera dioperasi untuk

mencegah penyulit tersebut. Selain itu, operasi masih mudah. Pada anak selamanya

dipersiapkan untuk operasi dalam waktu 2-3 hari saja. Pasien dewasa dengan massa

periapendikuler yang terpancang dengan pendindingan sempurna, dianjurkan dirawat

dahulu dan diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya

peritonitis. Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikuler hilang, dan leukosit

normal, penderita boleh pulang dan apendektomi efektif perlengketan dapat ditekan

sekecil mungkin. Bila terjadi perforasi, akan terbentuk abses apendiks. Hal ini ditandai

dngan kenaikan suhu dan frekuensi nasi, bertambahnya nyeri, dan teraba

pembengkakan massa, serta bertambahnya angka leukosit.

Riwayat klasik apendisitis akut, yang diikuti dengan adanya massa yang nyeri di

regio iliaka kanan dan disertai demam, mengarahkan diagnosis ke massa atau abses

periapendikuler. Kadang keadaan ini sulit dibedakan dari karsinoma sekum, penyakit

Crohn, dan amuboma. Perlu juga disingkirkan kemungkinan antinomikosis intestinal,

enteritis tuberkulosa, dan kelainan ginekologik sebelum memastikan biasanya terletak

pada anamnesis yang khas.

2.2.11 Prognosis

Bila ditangani dengan baik, prognosis apendiks adalah baik. Secara umum

angka kematian pasien apendiks akut adalah 0,2-0,8%, yang lebih berhubungan

dengan komplikasi penyakitnya daripada akibat intervensi tindakan.

Klasifikasi Luka Operasi

Bersih (Klas I) Non traumaTidak ada inflamasiTraktus respiratorius, digestivus, urogenital, tanpa menembusTidak ada kesulitan dalam operasi

Bersih kontaminasi(Klas II)

Traktus respiratorius, digestivus, menembus tanpa sillage yang signifikanApendiktomiOrofaringVaginaUrogenital, menembus tetapi tidak ada infeksi urinBilier, menembus tetapi tidak ada infeksi bilierKesulitan ringan dalam operasi

Kontaminasi (Klas III) Kesulitan besar dlam operasiSpillage yang banyak dari gastrointestinalLuka trauma, baruMenembus urogenital atau bilier, dengan adanya infeksi urine

15

Page 16: Apendisitis

atau bileKotor dan infeksi (Klas IV)

Inflamasi bakterial akut tanpa nanahTranseksi daerah bersih untuk drainase nanahLuka trauma dengan jaringan mati, benda asing, kontaminasi fekal, delayed treatment

2.3 Apendisitis Perforata

Adanya fekalit di dalam lumen, umur (orang tua atau anak kecil), dan

keterlambatan diagnosis, merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya perforasi

apendiks. Dilaporkan insidens perforasi 60% pada penderita di atas usia 60 tahun.

Faktor yang mempengaruhi tingginya insidens perforasi pada orang tua adalah

gejalanya yang samar, keterlambatan berobat, adanya perubahan anatomi apendiks

berupa penyempitan lumen dan arteriosklerosis. Insidens tinggi pada anak disebabkan

oleh dinding apendiks yang masih tipis, anak kurang komunikatif sehingga

memperpanjang waktu diagnosis, dan proses pendindingan kurang sempurna akibat

perforasi yang berlangsung cepat dan omentum anak belum berkembang.

2.3.1 Diagnosis

Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan

demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut, dan perut menjadi

tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut, mungkin

dengan pungtum maksimum di regio iliaka kanan; peristalsis usus menurun sampai

menghilang karena ileus paralitik. Abses rongga peritoneum bisa terjadi bilamana pus

yang menyebar bisa dilokalisasi di suatu tempat, paling sering di rongga pelvis dan

subdiafragma. Adanya massa intraabdomen yang nyeri disertai demam harus dicurigai

abses. Ultrasonografi dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah. Abses

subdiafragma harus dibedakan dengan abses hati, pnuemonia basal, atau efusi pleura.

Ultrasonografi dan foto rontgen dada akan membantu membedakannya.

2.3.2 Tatalaksana

Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk kuman Gram

negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu

dilakukan sebelum pembedahan.

16

Page 17: Apendisitis

Perlu dilakukan laparatomi dengan insisi yang panjang supaya dapat dilakukan

pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang adekuat

secara mudah, begitu pula pembersihan kantong nanah.

Karena ada kemungkinan terjadi infeksi luka operasi, perlu dianjurkan

pemasangan penyalir subfasia, kulit dibiarkan terbuka untuk kemudian dijahit bila

sudah dipastikan tidak ada infeksi. Pada anak tidak usah dipasang penyalir

intraperitoneal karena justru menyebabkan komplikasi infeksi lebih sering.

2.4 Apendisitis Rekurens

Diagnosis, apendisitis rekurens baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan

nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendektomi,

dan hasil patologi menunjukkan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangan

apendisitis sembuh spontan. Namun, apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya

karena terjadi fibrosis dan jaringan parut. Risiko untuk terjadinya serangan lagi sekitar

50%. Insidens apendisitis rekurens adalah 10% dari spesimen apendektomi yang

diperiksa secara patologik. Pada apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi

karena sering penderita datang dalam serangan akut.

2.5 Apendisitis Kronik

Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat:

riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks

secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan menghilang setelah apendektomi.

Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding

apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus

lama di mukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara

1-5 %.

17

Page 18: Apendisitis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Apendisitis akut merupakan salah satu penyakit dengan gejala nyeri

abdomenyang  paling  sering  dijumpai  dan  merupakan  salah  satu

bentuk kegawatdaruratan. Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung

dengan panjang kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum.

Apendiks mendapat  vaskularisasi  oleh arteri  apendikular  yang 

merupakan cabang dari arteri ileocolica.

Apendiks mendapat  persarafan parasimpatisberasal  daricabang 

n.vagus dan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. Apendiks  menghasilkan

lendir 1-2  ml  perhari.  GALT ( Gut  Assoiated Lymphoid Tisuue) yang terdapat pada

apendiks menghasilkan Ig-A.

3.2 Saran

o Tetap menjaga hidup sehat dengan mengatur pola makan, sering makan

makanan berserat dan menjaga kebersihan makanan.

o Minum air putih ( ± 8 gelas per hari)

o Menyediakan waktu seminggu sekali untuk berolahraga

18

Page 19: Apendisitis

DAFTAR PUSTAKA

Bickley, Lynn S, Peter G. Szilagyi. Bate’s Guide to Physical Examination And

History Taking Tenth Edition.China;Wolters Kluwer Lippincott Williams and

Wilkins. 2009. p. 454-455.

Brunicardi, F Charles, Dana K. Andersen, et.al. Schwartz’s Principles of Surgery

Eighth Edition.USA: Mc Graw Hill Companies. 2005. p. 1119-1135.

Hadi, Sujono. Gastroenterologi. Bandung : P.T Alumni. p. 27.

Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi

Edisi 2. Jakarta : EGC. 2007. p. 330-332.

Price, Sylvia A, Lorraine M Willson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC. 2005. p. 448-449.

Ryan, Peter. A Very Short Textbook of Surgery Second Edition. Australia : Pirie

Printers Sale Pty Ltd. 1990. p 30-31.

Sjamsuhidayat.R & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi III. Jakarta : EGC.

2010. p. 755-762.

Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina

Rupa Akasara. p.

Townsend, Courtney M, R. Daniel Beauchamp, et.al. .Sabiston Textbook of Surgery

The Biological Basis of Modern Surgical Practice Eighth editior. Canada:

Sounders Elsevier. 2008. p. 1333-1346.

19