apendisitis

19
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS A. Konsep Medis 1. Defenisi Peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi. (Kapita Selekta Kedokteran, Doc.hal 307). Ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira- kira 10 cm (4 inci) melekat pada seacum tepat di bawah katup Ileosekal. Suatu pradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Brunner dan Suddarth, 2002). 2. Etiologi Bakteri Timbunan tinja yang keras (fekalit) Tumor Makanan rendah serat Peningkatan tekanan intralumen menghambat aliran limfe mengakibatkan oedema pada dinding apendiks. 3. Patofisiologi Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan

Upload: bahar-phd

Post on 29-Jun-2015

685 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Apendisitis

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

A. Konsep Medis

1. Defenisi

Peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab

abdomen akut yang paling sering terjadi. (Kapita Selekta Kedokteran,

Doc.hal 307).

Ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci)

melekat pada seacum tepat di bawah katup Ileosekal. Suatu pradangan

apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Brunner

dan Suddarth, 2002).

2. Etiologi

Bakteri

Timbunan tinja yang keras (fekalit)

Tumor

Makanan rendah serat

Peningkatan tekanan intralumen menghambat aliran limfe

mengakibatkan oedema pada dinding apendiks.

3. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat

atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (masa keras pada feses) tumor,

proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri

abdomen atas atau menyebab hebat secara progresif, dalam beberapa jam

terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya apendiks yang

terinflamasi berisi pes dengan disertai kenaikan suhu tubuh ringan.

4. Klasifikasi

Apendisitis Akut (tanpa perforasi)

Apendisitis Akut Perforata (sudah terjadi mikroferforasi)

Page 2: Apendisitis

* Nyeri * Cemas

* Resti kekurangan nutrisi * Resiko infeksi

Inflamasi pada apendiks

Bakteri, fekalit, tumor, makanan rendah serat, peningkatan tekanan intra lumen.

Meningkatnya tekanan intra lumen

Apendiks terlipat tersumbat oleh fekalis, tumor.

Oedema

Nyeri abdomen bagian bawah.

Berisi pus disertai peningkatan suhu tubuh

Peradangan pada apendiks (apendisitis)

kematian

Page 3: Apendisitis

5. Manifestasi Klinis

Nyeri daerah umbilikus/peri umbilikus

Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan,

mual, muntah dan anorexsia.

Nyeri tekan di daerah abdomen

Nyeri tekan pada saat berkemih

Kekakuan pada bagian bawah otot rektus.

6. Komplikasi

Perforasi apendiks dapat berkembang menjadi peritonitis/abses

Demam

Nyeri tekan abdomen yang berlanjut

Malaese

Leukositosis semakin jelas

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium serta radiologi

Hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningkatan

jumlah darah putih, jumlah leokosit mungkin lebih besar dari

10.000/mm3

Pemeriksaan USG bila terjadi infiltrat apendikularis

Pemeriksaan radiologi dan ultra sonografy menunjukkan densitas

pada kuadran bawah/tingkat aliran udara setempat

Pemeriksaan urin untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan

saluran kemih.

8. Penatalaksanaan Medis

Pembedahan di indikasikan bila diagnostik telah ditegakkan,

antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan,

analgesik diberikan setelah diagnosis ditegakkan.

Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan perforasi, apendiktomi dapat

dilakukan dibawah anastesi umum/spinal dengan insisi abdomen bawah

Page 4: Apendisitis

atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat

efektif.

Tirah baring dalam posisi fowler medium (setengah duduk).

Koreksi cairan dan elektrolit

Pemberian obat penenang, ampisilin, gentamisin, metrodinazol.

Transfusi mengatasi anemia.

Penatalaksanaan

1. Sebelum operasi

a. Observasi :

- 8-12 jam setelah timbulnya keluhan tanda dan

seringkali masih belum jelas.

- Lakukan Tirah baring dan dipuasakan

b. Intubasi bila perlu

c. Antibiotik

2. Operasi apendiktomi

3. Pasca operasi

- Observasi TTV

- Posisikan semi fowler

- Bila peritonitis umum teruskan puasa, hingga fungsi

usus kembali normal.

- Kemudian beri minum 15 ml/jam selama 4-5 jam

naikkan menjadi 30 ml/jam.

- Satu hari pasca operasi dianjurkan tegak duduk di

tempat tidur.

- Hari kedua dapat berdiri dan duduk di luar kamar

mandi.

- Hari ketujuh jahitan dapat diangkat pasien

diperbolehkan pulang.

Page 5: Apendisitis

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Biografi klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku,

bahasa yang dipakai, pendidikan, pekerjaan dan alamat rumah.

b. Keluhan Utama

Tanyakan tentang keluhan utama, kapan terjadinya dan sebatas mana

menganggu aktivitas, adakah nyeri dan seberapa berat nyeri yang

dirasakan.

c. Pemeriksaan Fisik

Adakah ditemukan pembengkakan, oedema, peningkatan suhu tubuh,

pernafasan, tekanan darah, nyeri tanpa/bergerak, kelemahan ekstremitas,

dan adakah nyeri tekan.

d. Pemeriksaan Laboratorium

- Hemoglobin, hematokrit - Urine

- Ureum - Rontgen

- Kreatinin

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi

terhadap infeksi berhubungan dengan adanya perforasi, pembentukan

abses.

b. Resiko tinggi

terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.

c. Nyeri

berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.

d. Kurang

pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Page 6: Apendisitis

3. Tindakan

Keperawatan

a. Resiko tinggi

terhadap infeksi berhubungan dengan adanya perforasi, pembentukan

abses.

Tujuan : infeksi tidak terjadi atau mengurangi infeksi

Kriteria Hasil :

Tidak

terjadi infeksi

Sumber

infeksi dapat teratasi/dihindari.

Intervensi :

Awasi TTV, perhatikan demam, menggigil, berkeringat,

perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.

Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.

Lihat insisi balurat, catat drainase balutan

Rasionalisasi :

Diharapkan dapat mengetahui keadaan umum pasien guna untuk

tindakan selanjutnya.

Menghindari sumber/faktor terjadinya infeksi luka.

Dapat mengontrol luka serta menjaga kelembapan.

b. Resiko tinggi

terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.

Tujuan : mencegah terjadinya dehidrasi

Kriteria hasil :

Volume

cairan terpenuhi

Turgor

kulit kembali baik dalam 2-3 detik

Intervensi :

Kaji turgor kulit

Awasi masukan dan haluaran

Page 7: Apendisitis

Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral

dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.

Berikan cairan IV dan elektrolit

Rasionalisasi :

Mengetahui tingkat keparahan kekurangan cairan

Mencegah indikasi lebih parah

Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan

kehilangan cairan.

Meningkatkan jumlah cairan yang masuk

c. Nyeri

berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi

bedah.

Tujuan : nyeri berkurang

Kriteria hasil :

Nyeri

dapat diatasi

Os

tampak tenang

Intervensi :

Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan perubahan nyeri

Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler

Berikan analgetik sesuai indikasi

Rasionalisasi :

Mengetahui tingkat nyeri untuk program pengobatan berikutnya

Meningkatkan rasa aman nyaman pada pasien

Menghilangkan rasa nyeri pasien

4. Evaluasi

a. Infeksi

berkurang

Page 8: Apendisitis

b. Mendapat nutrisi

optimal

c. Mendapatkan

tingkat kenyamanan optimal/nyeri berkurang.

5. Daftar Pustaka

1. Arif Mansyoer dkk, 2000. Kapita Selekta

Kedokteran edisi 2, Media Aescularis FKUI : Jakarta.

2. Brunner dan Suddath edisi 8, 2004.

Keperawatan medikal Bedah, ECG : Jakarta.

3. Marilyan E. Doenges, Rencana Asuhan

Keperawatan, edisi 3

Page 9: Apendisitis

DIABETES MELITTUS

A. Defenisi

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada

membran basalis, dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron atau suatu

gangguan metabolisme yang disebabkan oleh kekurangan insulin absolut ataupun

relatif dengan menimbulkan hiperglikemi dan glukosaria dan kemudian diikuti

dengan gangguan metabolisme protein, lemak, elektrolit dan air.

B. Etiologi

Insulin Dependent Diabets Melitus (IDDM) disebabkan oleh destruksi sel

betta pulau langerhans akibat proses autoimun, sedangkan Non Insulin Dependent

Diabetes Melitus (NIDDM) disebabkan kegagalan relatif sel betta dan resistensi

inulin. Tesistensi inssulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi

glukosa oleh hati, sulit untuk menentukan etiologi yang pasti karena DM

mempunyai etiologi lebih dari satu. Adapun faktor-faktor yang mungkin ikut

dalam menentukan penyakit DM adalah :

Keturunan

Virus

Kegemukan

Umur

Diit

Hormon

Obat

C. Klasifikasi

1. DM type 1 / IDDM

Insulin pada DM type 1 tidak ada, hal ini sebabkan pada jenis ini timbul

reaksi autoimun yang disebabkan oleh adanya peradangan sel betta.

2. DM type 2 / NIDDM

Page 10: Apendisitis

Pada DM type ini jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi

jumlah reseptor insulin yang dapat pada permukaan sel kurang.

D. Patofisiologi

Pada penderita diabetes terjadi kekurangan insulin, maka glukosa tidak

dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat. Apabila hal

ini tidak teratasi akan menyebabkan gula akan keluar bersama urine, kehilangan

glukosa dalam urine menyebabkan diuresis karena efek osmotik glukosa dalam

tubuh mencegah reabsorbsi cairan dari tubulus, keseluruhan efeknya adalah

dehidrasi intra sel dan seringnya kolabs sirkulasi akibatnya timbul gejala poli uria,

karena kekurangan insulin maka glukosa tidak bisa diubah menjadi bentuk energi,

untuk menggantikannya maka kalori diambil dari lemak dan protein sehingga

menjadi kurus meskipun banyak makan, pengeluaran glukosa meningkat dalam

keadaan diabetes ini disebabkan karena jika konsentrasi mukosa yang memasuki

tubulus ginjal lebih dari 225 ml/hari, sebagian besar glukosa keluar melalui urine,

terjadinya kerusakan sel-sel betta pulau langerhans pankreas dalam tubuh

menyebabkan produksi insulin menurun. Berkurangnya glikogenisis

menyebabkan terjadinya peningkatan glikogenesis lalu terjadinya peningkatan

liposis untuk menyediakan energi sel, karena kurangnya insulin maka glukosa

tidak dapat dinetralisir sehingga kadar gula darah meningkat.

E. Manifestasi Klinis

Diagnosis DM yang sering timbul :

1. Banyak dan sering BAK (poli uria)

2. Banyak minum (polidypsia)

3. Cepat merasa lapar dan banyak makan (poli pagia)

4. Mata kabur

5. BB menurun

6. Lemas

7. Gatal

8. Kesemutan

9. Mudah terinfeksi dan sukar sembuh

10. Impoten pada pria

F. Diagnosis

Page 11: Apendisitis

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah >

200 mg/dalam atau GD puasa ≥ 126 mg/dalam sudah cukup untuk menegakkan

diagnosa DM, bila hasil pemeriksaan GD meragukan, pemeriksaan TTGO (Tes

Toleransi Glukosa Oral) diperlukan untuk memastikan diagnosa DM.

G. Komplikasi

1. Akut

- Koma hipoglikemia

- Ketoasidosis

- Koma hiperosmolar nonketotik

2. Kronik

- Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh

darah jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak.

- Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, tetinopati

diabetik, nefropati diabetik.

- Neuropati diabetik

- Rentan infeksi seperti TB, infeksi saluran kemih

- Kaki diabetik

H. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa

darah sewaktu dan kadar glukosa darah puasa.

- Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

I. Penatalaksanaan

Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan

keluhan atau gejala DM, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk

mencegah komplikasi.

Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa

lipid dan insulin, untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut, kegiatan

dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara dialistik dan mengajarkan

kegiatan mandiri. Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan

makan, latihan jasmani, obat hipoglikemi dan penyuluhan secara umum.

Pengobatan DM terdiri dari :

Page 12: Apendisitis

a. Edukasi pada klien dan keluarga

b. Diit

c. Olahraga

d. Obat-obatan, OAT, dan Insulin

J. Standar Pengkajian

- Rasa nyeri di daerah gangren (bila ada luka/gangren)

- Mudah lelah dan otot lemas

- Kesemutan pada anggota exstremitas

- Kecemasan pada klien dan keluarga

- BB menurun

- Badan lemah

K. Standar Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya

gangren

2. Gangguan metabolisme karbohidrat berhubungan dengan

kekurangan insulin dalam tubuh.

3. Gangguan aktivitas berhubungan dengan adanya gangren.

4. Kecemasan pada klien dan keluarga berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

L. Standar Perencanaan

1. DX 1

Ditandai dengan : - Klien mengatakan nyeri pada daerah gangren

- Glukosa darah meningkat

- Expresi wajah meringis menahan nyeri

- Tampak adanya gangren

Tujuan : kebutuhan rasa nyaman terpenuhi

Intervensi : 1. Kaji tingkat rasa nyeri klien

2. Lakukan tindakan aseptik saat dressine care

3. Anjurkan klien mematuhi pengobatan dan perawatan yang

diberikan.

4. Kolaboraasi dengan tim medis.

Page 13: Apendisitis

2. DX II

Ditandai dengan : - Glukosa dalam darah meningkat

- Adanya glukosa dalam urine

Tujuan : gangguan metabolisme dapat teratasi

Intervensi : 1. Atur diet dan anjurkan klien tidak mengkonsumsi selain diet

yang telah ditentukan.

2. Kolaborasi obat-obatan seperti :

- pemberian insulin sesuai kebutuhan.

- Kolaborasi dengan tim gizi.

3. Kolaborasi dalam pemeriksaan :

- Urine 4 porsi

- RSN / BSPP

- BGS sewaktu

3. DX III

Ditandai dengan : - Badan lemah

- Adanya gangren

- Cepat lelah pada otot-otot persendian

Tujuan : kebutuhan sehari-hari terpenuhi

Intervensi : 1. Bantu semua kebutuhan/aktivitas sehari-hari klien (mandi,

BAB, BAK, makan dan lain-lain).

2. Jika bedrest total/tidak bisa bergerak/lemah dan sering

merubah posisi klien diatur posisi miring ke kanan/kiri.

4. DX IV

Ditandai dengan : - Klien dan keluarga terlihat cemas

- Klien dan keluarga sering bertanya tentang penyakit klien

Tujuan : kecemasan klien dan keluarganya hilang

Intervensi : 1. Beri penjelasan tentang penyakit dan tindakan yang akan

dilakukan.

2. Beri suport mental pada klien