apa yang dimaksud dengan kemiskinan

17

Click here to load reader

Upload: dw-kristianto

Post on 02-Jul-2015

1.597 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

definisi kemiskinan

TRANSCRIPT

Page 1: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

UNIVERSITAS INDONESIA

Tugas

Strategi dan Teknik Pembangunan Masyarakat

Disusun Oleh :

Dwi Kristianto

0806482346

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Desember 2009

KEMISKINAN MASALAH DAN SOLUSINYA

Page 2: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

DWI KRISTIANTO

Pendahuluan

Menurut Departemen Sosial dan BPS, mendefinisikan kemiskinan sebagai

ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk layak

hidup, kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai

estándar kebutuhan mínimum, baik untuk makanan dan non makanan yang

disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty treshold).

Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu

untk dapat membayar setiap kebutuhan makanan setara 2.100 kilo kalori per orang

per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri atas perumahan, pakaian,

kesehatan,pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.

(Nurhadi,2007:13).

Bappenas dalam Sahdan (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai

kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak

mampum memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa

antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa

aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi

dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk

mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin ini, Bappenas menggunakan

beberapa pendekatan utama antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs

approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan

dasar (human capability approach) dan pendekatan objective and subjective

Konsep kemiskinan merupakan suatu konsep yang multidimensional sehingga

konsep kemiskinan tidak mudah untuk dipahami. Kemiskinan paling tidak

memiliki tiga dimensi (Widodo, 2006:296) , yaitu :

a) Kemiskinan politik.

Page 3: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

Kemiskinan politik memfokuskan pada derajat akses terhadap kekuasaan

(power). Yang dimaksud kekuasaan disini meliputi tatanan sistem sosial

politik yang menentukan alokasi sumber daya untuk kepentingan

sekelompok orang atau tatanan sistem sosial dan menentukan alokasi

sumber daya.

b) Kemiskinan sosial.

Kemiskinan sosial adalah kemiskinan karena kekurangan jaringan sosial

dan struktur yang mendukung untuk mendapat kesempatan agar

produktivitas seseorang meningkat. Dengan kata lain kemiskinan sosial

adalah kemiskinan yang disebabkan adanya faktor-faktor menghambat

yang mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan

kesempatan yang tersedia.

c) Kemiskinan Ekonomi

Kemiskinan dapat diartikan suatu keadaan kekurangan sumber daya

(resources) yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan

sekelompok orang. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan

menetapkan persediaan sumber daya yang tersedia pada kelompok ini dan

membandingkannya dengan ukuran-ukuran baku. Sumber daya yang

dimaksud dalam pengertian ini mencakup konsep ekonomi yang luas tidak

hanya merupakan pengertian finansial, dalam hal ini kemampuan finansial

keluarga untuk memenuhi kebutuhan, tetapi perlu mempertimbangkan

semua jenis kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Mengapa terjadi kemiskinan.

Menurut Joel F. Handler & Yehaskel Hansenfeld dalam bukunya Blame

Welfere Ignore Poverty and Inquality menyampaikan :

Several major faktors heve been suggested for the persistence of hige

poverty : (1) patterns of economic growth and decline; (2) the changeng

labor market; (3) Sosial inequality; (4) Changeng demographics,

especially the rise of single-parent household; (5) Sosial polisy.

Menurutnya ada lima penyebab utama yang menjadi penyebab kemiskinan, yaitu :

Page 4: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

1. Pola pertumbuhan dan perubahan ekonomi.

Contahnya di Amerika pasca perang dunia ke II pertumbuhan ekonomi

meningkat pesat pada tahun 1950-1960 pendapatan rata-rata rumbuh dari

$19,500 ke 26,800 dan tingkat kemiskinan turun dari 32% ke 22 %,

pertumbuhan ekonomi meningkat pesat. Tapi setelah itu terjadi krisis minyak

pada tahun 1973, kondisi ini menyebabkan terpukulnya sektor jasa dan

industri manufaktur jatuh hingga 1%, inflasi meningkat hingga 12 % dan

penganguran meningkat 5,5%. Pendapatan perkapita dari $40,000 turun

menjadi $38,600.

2. Perubahan pasar tenaga kerja.

Profesionalisme pekerjaan dalam perkembanganya mengalami perubahan

yang lebih berbasis pada tingkat pendidikan, artinya pekerja yang mempunyai

tingkat pendidikan rendah kelas pekerjaanya tidak akan banyak

bergeseser/meningkat tanpa meningkatkan status pendidikan. Ini juga

berpengaruh pada tingkat penghasilan. Kemiskinan muncul akibat perbedaan

dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang

rendah berarti produktivitasnya renda, yang pada gilirannya upahnya rendah.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan,

nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturuan.

3. Ketimpangan sosial.

Dengan penghasilan berbeda tersebut akan menyebabkan pada rendahnya

masyarakat untuk bisa meningkatkan pendidikan, disini terus terjadi secara

sistimatis ketimpangan tersebut.

4. Perubahan demografi, khususnya peningkatan keluarga dengan orang tua

tunggal.

Perubahan sosial menyebabkan kemiskinan, maksudnya dengan terjadinya

angka percerain menyebabkan anak diasuh oleh orang tua tunggal, hal ini

berdampak pada tingkat kesejateraan dan perhatian kepada anak untuk dapat

dewasa dan mendapatkan akses pendidikan yang layak.

5. Kebijakan sosial.

Page 5: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

Dibeberapa negara kebijakan sosial yang tidak berpihak kepada kepentigan

masyarakatnya berdampak buruk tingkat kesejahteraan. Contohnya biaya

pendidikan, kesehatan yang mahal dan tidak ditanggung oleh negara,

rendahnya setandar pendapatan upah minimum, akses masyarakat terhadap

sumberdaya dan lain-lain.

Mengukur tingkat kemiskinan.

Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan tidak mudah untuk

mengukurnya. Secara umum ada dua macam ukuran kemiskinan yang biasa

digunakan yaitu kemiskinan absolute dan kemiskinan relative (Arsyad dalam Tri

Widodo,2006: 298)

a. Kemiskinan Absolut

Dalam konsep ini kemiskinan dikaitkan dengan tingkat pendapatan dan

kebutuhan. Kebutuhan tersebut dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan

dasar ( basic need ) yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak.

Apabila pendapatan tersebut tidak mencapai kebutuhan minimum, maka dapat

dikatakan miskin. Sehingga dengan kata lain bahwa kemiskinan dapat diukur

dengan membandingkan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Tingkat pendapatan Pendapatan Tabungan Rendah Rendah

Investasi Rendah minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dan

tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Masalah utama

dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan tingkat komposisi dan

tingkat kebutuhan minimum karena hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh

adat istiadat, aklim dan berbagai faktor ekonomi lain. Konsep kemiskinan yang

didasarkan atas perkiraan kebutuhan dasar minimum merupakan konsep yang

mudah dipahami tetapi garis kemiskinan objektif sulit dilaksanakan karena

banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Tidak ada garis kemiskinan yang

berlaku pasti dan umum, hal itu dikarenakan garis kemiskinan berbeda antara

tempat yang satu dengan tempat yang lainnya.

Page 6: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

b. Kemiskinan Relatif

Seseorang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi

kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti tidak miskin. Hal ini terjadi

karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, walaupun

pendapatannya sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum tetapi masih

jauh lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya, maka orang

tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Berdasarkan konsep kemiskinan

relatif ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat

Pada umumnya, ukuran kemiskinan dikaitkan dengan tingkat pendapatan

dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan dibatasi pada kebutuhan pokok atau

kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara

layak. Bila pendapatan tidak mencapai kebutuhan minimum, maka orang tersebut

dapat dikatakan miskin. Dengan kata lain, kemiskinan dapat diukur dengan

membandingkan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin

dan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan.

Kemiskinan bersifat multidimensi sehingga setiap orang akan memberikan

pengertian yang berbeda pula sesuai dengan sudut pandangnya. Namun demikian,

karakteristik kemiskinan pada umumnya hampir sama. Menurut Quybria (dalam

Dillom, 1993) mengemukakan beberapa karakteristik kemiskinan di Asia

Tenggara sebagai berikut:

a) Kemiskinan lebih banyak ditemui di pedesaan daripada diperkotaan.

b) Kemiskinan berkorelasi positif dengan jumlah anggota keluarga dan

berkorelasi positif dengan jumlah pekerja dalam satu keluarga.

c) Kemiskinan ditandai oleh rendahnya pemilikan aset keluarga.

d) Pertanian merupakan sumber utama bagi rumah tangga miskin.

e) Kemiskinan berkaitan dengan masalah sosial budaya yang dinamis.

(Arisudi dan Andarwati : 2003).

Karakteristik diatas dapat diidentifikasi dari indikator kemiskinan yang

digunakan oleh setiap negara. Berdasarkan indikator kemiskinan setiap negara

dapat menetapkan jumlah orang miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Page 7: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

Biro Pusat Statistik menetapkan patokan 2.100 kalori per hari untuk kebutuhan

minimum makanan, sedangkan pengukuran bukan makanan meliputi pengeluaran

untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa (Kuncoro,M 1997 : 148).

Sharp,et.al dalam Kuncoro (2003:131) mengidentifikasi penyebab kemiskinan

dipandang dari sisi ekonomi.

1. Secara mikro, kemiskinanan muncul karena adanya ketidaksamaan pola

pemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang

timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya alam dalam

jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya

manusia. Kualitas sumber daya manusiayang rendah berarti

produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya

pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena

keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam

modal.

3. Ketiga kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan

(vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan

pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas.

Rendahnya produktifitasnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang

mereka terima.Rendanya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya

tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada

keterbelakangan, dan seterusnya Logika ini dikemukakan oleh Ragnar

Nurkse, , di tahun 1953 yang mengatakan: “a poor country is poor

because it is poor” (negara itu miskin karena dia miskin).

Bagamana cara mengentaskan kemiskinan.

Masalah kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan masalah ekonomi yang

serba agregat seperti sandang, pangan dan papan, tetapi juga berkaitan dengan

dimensi budaya seperti harga-diri (dignity), kemandirian (self-confidence)

masalah sosial seperti partisipasi (participation), social capital (trust, reciprocity,

solidarity). Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan dasar dalam mencari jalan

Page 8: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

keluar dari permaslahan kemiskinan adalah, sejauhmana berbagai dimensi tersebut

telah mengontruksikan kemiskinan yang ada dalam masyarakat.

Apapun menyebabnya, salah satu yang agaknya terabaikan dalam strategi

pengentasan kemiskinan adalah masih kuatnya mindset lama, bahwa pengentasan

kemiskinan hanya dipandang sebagai upaya pembebasan masyarakat miskin dari

indikator-indikator konvensional (pemenuhan sandang, pangan, dan papan) yang

bersifat serba agregat (terukur). Mestinya pengentasan kemiskinan juga,

dipandang sebagai usaha untuk memposisikan masyarakat miskin memiliki:

harga diri (self esteem), kemuliaan (dignity), kemandirian (independence),

pengakuan (recognition) dan kebebasan (freedom). Singkatnya, penyebab

kemiskinan adalah multidimensional karenanya penyelesaiannya juga

membutuhkan pendekatan multidimensi.

Paradigma Pembangunan Sosial dan Solusi Permasalahan Kemiskinan

Dalam upaya mencari penjelasan paradigmatik atas bias pengentasan

kemiskinan yang terjadi akibat dominasi paradigma neoliberalism, ada baiknya

diuraikan paradigma pembangunan sosial yang meletakkan dan menekankan

pembangunan sosial (masyarakat) sebagai orientasi utamanya. Seperti United

Nations Center for Regional Development (UNCRD) yang merumuskan

pembangunan sosial (masyarakat) dalam tiga pengertian:

Pertama, pembangunan masyarakat sebagai pengadaan pelayanan

masyarakat. Interpretasi pembangunan masyarakat merupakan

kelengkapan dari strategi kebutuhan pokok. Pembangunan masyarakat

identik dengan peningkatan pelayanan sosial sosial, seperti: fasilitas

kesehatan, peningkatan gizi, fasilitas pendidikan, sanitasi dsb yang intinya

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kedua, pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana untuk

mencapai tujuan sosial yang kompleks dan bervariasi. Antara lain untuk

mencapai tujuan sosial (social goals) yang sukar diukur seperti: keadilan,

pemerataan, peningkatan budaya (cultural promotion), dan kedamaian

pikiran (peace of mind).

Page 9: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

Ketiga, pembangunan sosial sebagai upaya terencana untuk

meningkatkan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini pada dasarnya

merupakan derivasi dari pembangunan yang berpusat pada manusia

(people-centered devolepment).

Dalam paradigma seperti itu, pembangunan harus menekankan pada

“pengelolaan sumber pada masyarakat sendiri. Yang ciri-cirinya, menurut Korten

(1986), antara lain: (1). Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat tahap demi tahap harus diletakkan pada

masyarakat sendiri (bottom up planning). (2). Fokus utamanya adalah

menciptakan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasikan

sumber-sumber yang terdapat dikomunitas untuk memenuhi kebutuhan mereka.

(3). Pendekatan ini mentoleransi variasi lokal, dan karenanya, sifatnya fleksibel

menyesuaikan dengan kondisi lokal. (4). Di dalam melaksanakan pembangunan,

pendekatan ini menekankan pada proses social learning yang di dalamnya

terdapat interaksi kolaboratif antara birokrasi dan komunitas: mulai dari

perencanaan sampai evaluasi proyek dengan mendasarkan diri pada saling belajar.

(5). Proses pembentukan jaringan (networking) antara birokrat dan lembaga

swadaya masyakarat, satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri,

merupakan bagian integral dari pendekatan ini.

Melalui networking ini diharapkan terjadi simbiose antara struktur-struktur

pembangunan tingkat lokal. Harapannya lebih menjamin tumbuhnya self-

sustaning capacity masyarakat menuju sustained development (Moeljarto, 1996:

27).

Sedangkan ciri-ciri pembangunan sosial antara lain: (1). Keputusan dan

inisiatif untuk memenuhi kebutuhan rakyat dibuat di tingkat lokal, yang

didalamnya rakyat memiliki identitas dan peranan yang dilakukan sebagai

partisipasi yang dihargai. (2) Fokus utamanya adalah memperkuat kemampuan

rakyat miskin dalam mengawasi dan mengerahkan aset-aset untuk memenuhi

kebutuhan yang khas menurut daerah mereka sendiri. (3) Pendekatan ini

mempunyai toleransi terhadap perbedaan dan karenanya mengakui arti penting

pilihan nilai individual dan pembuatan keputusan yang terdistribusi. (4).

Page 10: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

Pendekatan ini mencapai tujuan pembangunan sosial melalui proses belajar sosial

(social learning) yang dalam proses sosial tersebut individu berinteraksi satu sama

lain menembus batas-batas organisatoris, dan dituntun oleh kesadaran kritis

individual. (5). Budaya kelembagaan ditandai adanya organisasi yang mengatur

diri sendiri, dan lebih terdistribusi, yang menandai unit-unit lokal yang mengelola

diri sendiri. (6). Jaringan koalisi dan komunikasi pelaku (aktor) lokal dan unit-unit

lokal yang mengelola diri sendiri (Korten, 1986: Moeljarto, 1987).

Model Pembangunan Kebutuhan Dasar/Kesejahteraan. Model ini

pada dasarnya mengoreksi kekurangan model pertumbuhan. Model ini mencoba

memecahkan kemiskinan secara langsung, yang tidak hanya melalui mekanisme

“trickle-down effect”. Model Pembangunan Nasional yang berpusat pada

Manusia. Model ini berwawasan lebih jauh dari sekedar pertumbuhan GNP atau

mengadaan pelayanan sosial. Dalam hal ini peran pemerintah menciptakan

lingkungan sosial yang mendorong aktualisasi potensi diri manusia (Moeljarto,

1996: 36). Makna pembangunan sosial sebagai usaha usaha terencana

meningkatkan kemampuan untuk bertindak, merupakan antitesa dari model

pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan maupun pembangunan yang

berorientasi pada kesejahteraan/kebutuhan dasar.

Sedangkan Sar A. Levitan.,2003 dalam Programs in Aid of the Poor.

Menyampaikan salah satu strategi penangulangan kemiskinan antara lain:

1. Pengembangan tenaga kerja

2. Mewajibkan program trining untuk pekerja

3. Mendorong perubahan kelompok lain

4. Mendorong pendidikan orang dewasa

5. Menyediakan dan mencarikan pekerjaan

6. Mendorong upah minimum

7. Mendorong program pembangunan ekonomi

Page 11: Apa Yang Dimaksud Dengan Kemiskinan

Daftar Pustaka

Anas Saidi . Kemiskinan Berdimensi Sosial-Budaya: Upaya Mencari Model Pengentasan Kemiskinan Berbasis Participatory Poverty Assessment

Joel F. Handler & Yehaskel Hansenfeld dalam bukunya Blame Welfere Ignore Poverty and Inquality

Arisudi, A dan Andarwati. 2003. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Desa melaluiOperasi Pasar Khusus Beras (Studi pada Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Desa Kenep, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Universitas ekonomi Universitas Brawijaya : Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial(Social Sciences).

Korten. David C., . «  People Centered Development : Reflection on Development Theory and Method », Manila : mineograph.

Kuncoro, Mudrajad, 2003, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Ketiga, Yogyakarta :UPP AMP YKPN.

Sar A. Levitan.,2003 dalam Programs in Aid of the Poor, The Jhon Hopkins University Press.