apa saja efek penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada mata

7
1 1. Apa saja efek penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada mata Keratitis dan ulkus kornea Kortikosteroid memiliki efek antiinflamatik, efek tersebut terj penekanan pembentukan berbagaimediatorinflamasi (fosfolipase A, cyclooxigenase, degranulasi sel mast), menghambat fungsi makrof karena itu kortikosteroid dapat menekan fungsi imunitas pada mata ter di kornea, akibatnya infeksi bakteri oportunistik dapat terjad keratitis hingga ulkus kornea. Sumber : http://www.freewebz.com/smunsatas/tips/t_025.htm Glaukoma Mekanisme dari glaukoma yang disebabkan oleh kortikosteroid me perubahan morfologis dan fungsional pada sistem trabekular meshwork, trabekular meshwork. Sel trabekular yang terekspos kortikostero menunjukkan endoreplikasi dari nukleus dan peningkatan ukuran produksi berlebihan 56 kd glikoprotein. Akibatnya terjadi penurunan d aqueous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1205298-overview Katarak Kortikosteroid mempengaruhi aktivasi glukortikoid reseptor di lensa. glukortikoid reseptor dapat meransang alterasi level intraokular grow yang normalnyamempengaruhipertumbuhan lensadan homeostasisnya. Namun bagaimana kortikosteroid membentuk glukokortikoid-protein lensa masih belum dapat diketahui. Sumber : http//www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17900234 2. Apa perbedaan kongjutivitis bakteri, virus, alergi dan jamur Tabel 3. Diagnosis Banding Konjungtivitis Berdasarkan Tanda Klinis Tanda Klinis Bakteri Viral Alergi Chlamydial Injeksi Konjungtiva Jelas Sedang Ringan sampai sedang Sedang Kemosis ++ ± ++ ± Perdarahan Subkojungtiva ± ± - - Sekret Purulen, mukopurulen Berair Ropy/berair Mukopurulen Papil ± - ++ ±

Upload: tania-ar

Post on 22-Jul-2015

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

1. Apa saja efek penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada mata Keratitis dan ulkus kornea Kortikosteroid memiliki efek antiinflamatik, efek tersebut terjadi melalui penekanan pembentukan berbagai mediator inflamasi (fosfolipase A, cyclooxigenase, degranulasi sel mast), menghambat fungsi makrofag. Oleh karena itu kortikosteroid dapat menekan fungsi imunitas pada mata terutama di kornea, akibatnya infeksi bakteri oportunistik dapat terjadi menyebabkan keratitis hingga ulkus kornea. Sumber : http://www.freewebz.com/smunsatas/tips/t_025.htm Glaukoma Mekanisme dari glaukoma yang disebabkan oleh kortikosteroid melibatkan perubahan morfologis dan fungsional pada sistem trabekular meshwork, sel trabekular meshwork. Sel trabekular yang terekspos kortikosteroid invitro menunjukkan endoreplikasi dari nukleus dan peningkatan ukuran sel serta produksi berlebihan 56 kd glikoprotein. Akibatnya terjadi penurunan drainase aqueous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1205298-overview Katarak Kortikosteroid mempengaruhi aktivasi glukortikoid reseptor di lensa. Aktivasi glukortikoid reseptor dapat meransang alterasi level intraokular growth factor yang normalnya mempengaruhi pertumbuhan lensa dan homeostasisnya. Namun bagaimana kortikosteroid membentuk glukokortikoid-protein pada lensa masih belum dapat diketahui. Sumber : http//www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17900234 2. Apa perbedaan kongjutivitis bakteri, virus, alergi dan jamur Tabel 3. Diagnosis Banding Konjungtivitis Berdasarkan Tanda KlinisTanda Klinis Bakteri Viral Alergi Chlamydial

Injeksi Konjungtiva Kemosis Perdarahan Subkojungtiva Sekret

Jelas ++

Sedang

Ringan sampai sedang ++ -

Sedang -

Purulen, mukopurulen

Berair

Ropy/berair

Mukopurulen

Papil

-

++

2

Folikel Pseudomembran Pannus Preauricular lymp node

+

+ ++

- ( kecuali vernal) -

++ +

Tabel 4. Diagnosis Banding Konjungtivitis Berdasarkan Gambaran SitologiGambaran Sitologi Netrofil Eosinofil Limposit Sel Plasma Sel Multinuklear Inclusion body cytoplasmic nuclear Bakteri + Virus + (fase awal) + + +(Pox), + (herpes) Mikroorganisme + Alergi + Chlamydial + + + +

Sumber : Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika;2000. hal 175-177. 3. Penyakit di EED yang merupakan kompetensi dokter umum Hordoleum : Infeksi kelenjar di palpebrae, nyeri, merah bengkak adalah gejala utamanya Kalazion : Radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik pada kelenjar meibom, ditandai dengan pembengkakkansetempat yang tidak sakit Blefaritis ; Radang bilateral kronik umum di tepi palpebrae dengan gejala utama iritasi dan rasa terbakar di tepi palpebrae Dakriosistis : Radang akut maupun kronis kelenjar lakrimal Kongjutivitis : Radang pada kongjutiva akibat bakteri, jamur, virus Pendarahan subkongjutiva : Muncul spontan, pendarahan pada pembuluh darah kecil Trauma kimia/ basa : trauma pada mata akibat zat kimia Hifema : Penimbunan darah di BMD Keratitis : Radang kornea, gejala utama mata berair, blefarospasme , fotofobia Erosi kornea : diskontinuitas jaringan kornea sebatas epitel

3

Episkleritis : rekasi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara kongjutiva dan permukaan skelera Skeleritis : radang pada skelera Corpus Alienum : adanya benda asing di mata Sumber : Ilyas SD. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. 4. A. Apa itu eksotropia dan etiologinya Suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi, sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah medial. Etiologi : Faktor refleks deket, akomodatif esotropia Hipertoni rektus medius kongenital Hipotoni rektus lateral akuisata Penurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan anak B. apa itu Esotropia dan etiologinya Penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata di mana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah nasal. Etiologi ; Herediter Inervasi Anatomi, kelainan rongga orbita misal pada penyakit Kouzon

C. apa itu Esoforia dan etiologinya Ialah suatu kecenderungan penyimpangan sumbu pengliahatan ke arah temporal, dimana baru terjadi deviasi ke lateral jika mata tersebut di tutup atau dicegah terbentuknya refleks fusi. Penyebab: Pada orang miopia karena jarang berakomodasi otot oto untuk konvergen lebih lemah dibandingkan normal Pada koreksi mendadak orang hipermetropia dan presbiopia dikarenakan hilangnya ketegangan akomodasi yang tiba tiba. 5. Penyakit mata pada anak Anoftalmos : akibat kegagalan pembentukkan vesikel optik Mata kistik kongenital : Kegagalan invaginasi saat proses embriologi mata Mikroftalmos : mata kecil yang abnormal dan fungsinya juga abnormal

4

Ptosis kongenital : Kesulitan membuka mata, karena distrofi otot musculus levator palpebra superior Bufthalmus : Penyakit ini juga tergolong penyakit mata dengan tekanan bola mata yang meninggi sejak lahir. Akibat tekanan bola mata yang meninggi,bola mata menjadi besar Retinoblastoma : Tumor ganas bola mata yang dibawa sejak lahir. Tidak tahu apa sebabnya. Tumor di retina ini sudah tumbuh sejak lahir Katarak kongenital : katarak yang dijumpai saat lahir, akibat herediter, infeksi toxoplasmosis dan rubela dari ibu Strabismus : keadaan kedudukan kedua bola mata dimana sumbu penglihatannya tidak sejajar. Glaukoma kongenital : Kekurangan vitamin A : Akibat kekurangan vitamin A, bukan saja menimbulkan rabun senja. kelainan mata akan berkembang menjadi kelainan pada putih mata yang disebut bercak Tuan Bitot. Jika kelainan ini pun masih dibiarkan, mata akan menjadi kering dan kornea kemudia rusak. Kornea keriput lalu kisut dan akhirnya pecah. Ambliopia : keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia dan itelegensianya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Miopia: sulit melihat jauh, karena cahaya jatuh di belakang retina.

Sumber : Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika;2000. hal 175-177. 6. Mekanisme anomali refraksi menyebabkan ambliopia Jika terjadi perbedaan kelainan refraksi antar kedua mata dan tidak dikoreksi, maka akan menggangu perkembangan tajam penglihatan. Hal disebabkan karena perbedaan kelainan refraksi antar kedua mata mengakibatkan terganggunya fusi bayangan dikarenakan besar bayangan yang jatuh ke fovea berbeda. Akibatnya mata akan memfokuskan melihat dengan satu mata dan mata yang lebih ametropik akan di supresi.Derajat ringan anisometropia hiperopia atau astigmastisma (1-2 D) dapat menyebabkan ambliopia ringan. Miopia anisometropia ringan ( < 3 d) biasanya hanya menimbulkan ambliopia ringan. Miopi berat anisometropia (> 6 d) menimbulkan ambliopia berat, begitu juga hipermetropia anisometropia berat. Sumber: Ilyas SD. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. 7. Jika pasien trauma kepala, mata tenang,tiba tiba penglihatan hilang diagnosis yang mungkin adalah :

5

a. Lesi lobus occipital Trauma kepala dapat menyebabkan Perdarahan epidural, subdural, sub arachnoid dan komasio, konstusio, lasersio serebri, intraserebral hematom. Kerusakan jaringan otak pada lobus occipitalis baik disebabkan oleh iskemik akibat peningkatan tekanan intrakranial maupun laserasi serebri akan menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan dikarenakan otak gagal mengirimkan sinyal dari stimulus, sehingga proses terputus hanya sampai fungsi penglihatan, tidak sampai diteruskan pada fungsi persepsi pada lobus oksipital. Akibatnya seseorang hanya mampu menangkap cahaya atas stimulus yang dilihat tanpa mampu memaknakan stimulus tersebut. Sumber : Guyton AC, Hall JE. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2006. Indonesia.

6

DAFTAR PUSTAKA1. http://www.freewebz.com/smunsatas/tips/t_025.htm 2. http://emedicine.medscape.com/article/1205298-overview 3. http//www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17900234 4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika;2000. hal 175-177 5. Ilyas SD. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. 6. Guyton AC, Hall JE. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2006. Indonesia.

7

Tugas Tambahan

Oleh: Tania Amrina, S. Ked 54081001065

Pembimbing: dr.Alie Solahudin, SpM (K)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2011