“tradisi dulang dalam pernikahan di desa ture ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/revisi skripsi...
TRANSCRIPT
“TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE
KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Pesyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam
OLEH :
SINTA
NIM. AS.160981
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
ii
NOTA DINAS
Jambi, 23 Maret 2020
Pembimbing I : Syamsu Hadi, M. HI
Pembimbing II : Aliyas, M. Fil. l
Alamat : Fakultas Adab Dan Humaniora UIN STS Jambi
Kepada Yth
Dekan Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
Di_
Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca dan memperbaiki keseluruhannya, kami
berpendapat bahwa skripsi saudari Sinta yang berjudul “Tradisi Dulang
Dalam Pernikahan di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten
BatangHari” telah dapat diajukan untuk dimunaqosahkan guna
melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat mencapai gelar
Sarjana Strata Satu (S.1) pada fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar
dapat diterima dengan baik.
Demikianlah kami ucapkan terimah kasih semonga bermanfaat
bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pembimbing I Pembimbing II
Syamsu Hadi. J. S.Ag. M.HI Aliyas, M. Fil.I
NIP.197407011999031004 NIP.197811212007101001
iii
iv
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dimunaqasahkan oleh sidang Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada hari tanggal Selasa 28 April 2020 dan
telah diterima sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam.
Jambi, 18 April 2020
Dekan
Fakultas Adab dan Humaniora
Dr. Halimah Dja’far, S.Ag,
NIP. 19601211 198803 2001
Sekretaris Sidang
Linda Seswati, M. Pd. I
NIP: 196812231991032002
Ketua Sidang
Dr. Ali Muzakir, M. Ag
NIP: 197107152002121003
Penguji I
Mailinar, S. Sos., M. Ud
NIP: 197705052005012007
Pengguji II
Rahyu Zami, M. Hum
NIP: 198904102018011002
Pembimbing I
Syamsu Hadi. J. S.Ag. M.HI
NIP: 197407011999031004
Pembimbing II
Aliyas, M. Fil. l
NIP: 197811212007101001
v
MOTTO
عرض عن مر بالعرف وأ
خذ العفو وأ
﴾٩١١الاعراف:﴿الجاهلين
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. “ (QS. Al-A’raf: 199)1
1Kementrian Agama RI. Al-Qur’an Terjemah Mushaf Al-Fattah. (Jakarta Selatan: Wali.
2013). hlm 89
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan kepada
Ayah
Zaini
Ibu
Zainayu
Yang selalu menjadi cahaya kehidupan ku
Menjadi Rembulan di saat datanya malam
Dan Matahari di saat siang
tak lekang panas menyengat tubuhnya demi mencari kehidupan
tak peduli hujan membasahinya demi secerik penghasilan
tanpa pamrih berjuang
rela berkorban membanting tulang dengan ketulusan hati yang terdalam
mengasuh, membesarkan, mendidik, membina dan membimbing
sungguh perjuangan yang melelahkan
semoga ketulusan Ayah dan Ibu
diridho oleh Allah SWT
dengan balasan Surga-Nya
Amin Ya Rabbal’Alamin
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Sehingga skripsi ini dapat selesai. Solawat dan
salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Baginda Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Tadisi Dulang Dalam Pernikahan di Desa
Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari” yang merupakan
penelitian kualitatif yang ingin melihat mengapa masih mempertahankan
Tradisi Dulang di Desa Ture.
Kemudian dalam penulisan skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai
pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen
pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terimakasih kepada semua
pihak yang penyelesaian skripsi ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sua’idi Asyari, MA., Ph. D selaku rektor UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Halimah Dja’far, S.Ag.,M.Fil. I selaku Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag Selaku Wakil Dekan I Fakultas
Adan dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Agus Fiadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban
Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Syamsu Hadi J, M. HI dan Bapak Aliyas, M. Fil.I selaku
Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu dan
viii
mengarahkan serta memberi kritik dan saran selama proses
penyelesaian skripsi ini.
6. Keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi serta dukungan
dan do’a agar skripsi ini dapat selesai dengan baik.
7. Keluarga besar mahasiswa Sejarah Peradaban Islam angkatan
2016. Yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir
sebagai mahasiswa.
8. Seluruh sahabat dekat, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Namun, selalu menjadi moivator terbaik dang penguat selama
penulisan skripsi.
Penulis mengucapkan banyak terimahkasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini,
semonga Allah SWT memberikan banyak kebaikan serta keberkahan
hidup kepada kita semua. Akhir kata, penulis sangat berharap bahwa
tulisan ini dapat menjadi pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Wasalamualaikum Wr. Wb
Jambi, 23 Maret 2020
Penulis
Sinta
AS. 160981
ix
ABSTRAK
Sinta, AS 160981. Tradisi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari. Jurusan Sejarah Peradaban
Islam Fakultas Adab dan Humaniora. Pembimbing I : Syamsu Hadi, J,
M.HI dan Pembimbing II : Aliyas, M. Fil.I.
Penelitian ini membahas tentang Tradisi Dulang Dalam Pernikahan
Di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari. Tujuan
penelitian ini pertama, untuk mengetahui kenapa masyarakat Desa Ture
masih mempertahankan tradisi Dulang dalam proses pernikahan di Desa
Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari. Kedua, mengetahui
bagaimana prosesi tradisi Dulang di Desa Ture Kecamatan Pemayung
Kabupaten BatangHari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif dengan pendekatan emik. Hasil yang didapat berdasarkan teknik
pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data meliputi analisis domain, taksonomi, komponensial
dan budaya. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa isi di dalam dulang
dahulunya seperti: beras 20 gantang, daging 20 Kg tetapi sekarang beras
sudah 40 gantang dan daging sudah menjadi 40 Kg kenapa sudah berubah
karena penduduk atau masyarakatnya sudah bertambah. Dahulu dulang itu
diletakan di bawah tempat tidur pengantin baru tetapi sekarang dulang
tersebut diletakan disamping tempat pengantin baru kenapa diletakan
disamping karena sekarang ini pengantian baru tempat tidurnya tidak
memakai ranjang lagi manfaat isi di dalam dulang itu untuk mengajar
pengantin baru bagaimana memasak setelah berumah tangga itu sebagai
simbol.
Kata Kunci: Pernikahan, Tradisi, Dulang.
x
ABSTRACT
Sinta AS 160981. Tadition of Dulangin marriage in Ture village,
Pemayung subdistrict, Batang Hari district. Majoring in history of islamic
civilization faculty of humanity and humanities. Advisior I : Syamsu Hadi
J, M. HI and advisior II : Aliyas, M. Fil.I.
This study discusses the tradition of Dulang in marriage in Ture
village, Pemayung subdistrict, Batang Hari regency. The purpose of this
study is first, to find out why the Ture village community still maintains
the tradision of Dulang in the Ture village Pemayung subdistrict Batang
Hari district, secondly to find out how the procession of the Dulang
tradition in the Ture village Pemayung Batang district. This research uses
qualitative methods with emic approach. The results obtained can be based
on data collection techniques with observation, interviews, and
documentation. Data analysis techniques include domain, taxonomic,
compositional and cultural analysis. Data validity techniques use data
triangulation.
The results of this study indicate that the contents of the past used
to be like: twenty kg bushels of rice, twenty kg of meat but now rice has
become forty bushels and meat has become forty kg why has it changed
because the population or community has increased. First the dish was
placed under the bed of the newlywed, why was it put on the side because
now the newlywed how to cook after marriage is a symbol.
Keywords: Wedding, Tradition, Dulang.
xi
DAFTAR ISI
NOTA DINAS ..................................................................................... i
PENGESAHAN .................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................... iii
MOTTO ............................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Batasan Masalah ....................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7
BAB II KERANGKA TEORI
1. Kebudayaan .............................................................................. 10
2. Fungsi Kebudayaan .................................................................. 13
3. Tradisi ....................................................................................... 14
4. Pernikahan ................................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lingkup Penelitian ................................................................. 18
B. Setting Dan Subjek Penelitiaan .............................................. 18
xii
C. Metode Penelitian................................................................... 18
1. Pendekatan Penelitian........................................................ 19
2. Lokasi Penelitian ............................................................... 19
3. Jenis dan Sumber Data ...................................................... 20
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 21
5. Teknik Analisis Data ......................................................... 23
6. Teknik Keabsahan Data ..................................................... 25
7. Jadwal Penelitian ............................................................... 25
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi ................................................................... 27
1. Sejarah Terbentunya Desa Ture ....................................... 27
2. Visi Misi dan Tujuan Desa Ture ...................................... 30
3. Keadaan Geografis Desa Ture ......................................... 32
4. Keadaan Sosial Desa Ture ............................................... 38
B. Temuan dan Pembahasan ....................................................... 45
1. Alasan Masyarakat Masih Mempertahankan Tradisi Dulang
Dalam Pernikahan di Desa Ture ...................................... 45
2. Bagaimana Prosesi Tradisi Dulang Dalam Pernikahan di Desa
Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari........ 47
3. Makna Tradisi Dulang Dalam Pernikahan di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabuaten BatangHari .................. 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 59
B. Saran ....................................................................................... 60
C. Penutup ................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian Tahun 2019/2020………………… 26
Tabel 2 : Prasarana Umum Desa Ture…………………………. 33
Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……… 36
Tabel 4 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umum S/D
Bulan Januari 2020…………………………………... 36
Tabel 5 : Lembaga Pendidikan Desa Ture……………………... 38
Tabel 6 : Sarana Tempat Peribadahan Masyarakat Desa Ture… 40
Tabel 7 : Mata Pencarian Desa Ture…………………………… 42
Tabel 8 : Fasilitas Kesehatan Desa Ture……………………….. 44
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Struktur Desa Ture…………………………………… 29
Gambar 4.2 : Struktur Penggerakan PKK Desa Ture……………… 35
Gambar 4.3 : Laporan Per-Rt Januari 2020………………………... 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kebudayaan
yang beragam. Indonesia memiliki suku yang sangat beragam, dengan
suku yang beragam berarti Indonesia juga memiliki tradisi-tradisi
kebudayaan yang beragam pula. Disetiap daerah, tradisi-tradisi tersebut
juga memiliki berbagai macam tata cara pelaksanaannya, maupun berbeda
dari segi tempat pelaksanaannya. Ada juga disuatu daerah yang memiliki
tata cara pelaksanaan yang hampir sama namun istilah yang digunakan
berbeda.2
Menurut Koentjaranigrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Serta dari
kebudayaan dapat tampak suatu watak (ethos), seperti yang tampak
misalnya, gaya tingkah laku, atau benda-benda hasil karya masyarakat.3
Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sanskerta) buddhyah yang
merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal.
Jadi, kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan
budi atau akal”.4 Kebudayaan adalah perwujud dan dari sebuah renungan,
kerja keras dan kearifan masyarakat dalam mengurangi dunianya.
Kebudayaan yang menjadikan suatu masyarakat memandang lingkungan
hidupnya dengan bermakna. Oleh karena itu, maka kebudayaan adalah
kerangka persepsi yang penuh makna dalam struktur dan perilaku. Apa
yang ada dalam realitas mengandung makna dan diberi makna. Lebih
abstrak dapat dikatakan tidak ada budaya yang bebas. Politik, ekonomi,
2 Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Cet. II; Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007) hlm 37 3 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Rineka Cipta, 2015). hlm. 180.
4 Koenjraraningrat, Pengantar Antropologi (Jakarta: Penerbit Universitas,1965) hlm 77
2
iptek, keagamaan, kesenian, dan sebagainya tidaklah bebas makna,
semuanya diwarnai dengan kebudayaan.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan sesuatu
keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya
yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.5 Sedangkan
defenisi lain menyebutkan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku
yang bersifat nyata, misalnya pola prilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, makanan dan lain-lain. Kesemuanya
ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
masyarakat, setiap suku bangsa mempunyai kearifan lokal yang menjadi
dasar kehidupannya. Dari situlah keseimbangan alam dan manusia
terbentuk secara utuh dan berkesinambungan. Secara turun temurun,
tradisi itu diwariskan kegenerasi berikutnya. Kebhinekaan dan harmoni
suku-suku bangsa itu menjadi khazanah budaya yang dikagumi dunia.
Permasalahan dunia muncul ketika manusia Indonesia memasuki tahap-
tahap modern. Nilai dan normal budaya yang berbasis kearifan lokal,
semakin jauh dari perhatian dan kepedulian manusia.6
Dalam realitas kehidupan manusia, kebudayaan dapat dilihat
ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang mempunyai tiga wujud.
Menurut Koentjaraningrat tiga wujud kebudayaan adalah: pertama, wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
normal-normal dan peraturan. Kedua, wujud kebudayaan sebagai aktivitas
atau pola tindakan manusia dalam masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia.7 Menurut Koentjaraningrat kata
“adat” dalam bahasa Indonesia adalah kata yang sepadan untuk
mengambarkan wujud kebudayaan pertama yang berupa ide atau gagasan
5 Roger M. Keesing, Antropologi Budaya, (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 68. 6 Hartomo, Antropologi Budaya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm.64
7 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pengalaman, (Jakarta: PT GRAMEDIA,
1974), hlm. 5-6.
3
ini. Sedangkan untuk bentuk jamaknya disebut dengan adat istiadat.
Kesimpulannya, adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial yang
sejak lama ada dan telah menjadi kebiasaan (tradisi) dalam masyarakat.
Banyak tradisi yang ada di Indonesia contohnya makna Reog Ponorogo di
Desa Wager lor, tradisi potong jari di Papua dan tradisi adu betis di
Sulawesi Selatan.
Tradisi adalah sesuatu yang sulit berubah karena sudah menyatu
dengan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu tampaknya tradisi sudah
terbentuk sebagai norma yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat.8
Tradisi adalah segala sesuatu kepercayaan, ajaran dan sebagainya yang
diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang.9 Menurut Nugroho
tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi kegenerasi
berikutnya secara turun-temurun.10
Tradisi adalah segala sesuatu
kepercayaan, ajaran dan sebagainya yang diwariskan dari masa lalu
kemasa kini. Dalam pengertian yang lebih sempit tradisi hanya berarti
bagian-bagian warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yakni
yang tetap bertahan hidup dimasa kini. Tradisi adalah kesamaan benda
material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga
kini dan belum dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat diartikan sebagai
warisan yang benar atau warisan masa lalu.11
Oleh sebab itu, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat
majemuk yang berarti bahwa bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang
memiliki masyarakat yang banyak baik dari aspek agama, suku bangsa,
budaya, tradisi, dan lain-lain.
Berikut beberapa unsur universal yang merupakan isi dari pada
semua kebudayaan yang ada di dunia ini:
8 D. A Peranci, Rettradisionalisa dalam Kebudayaan, (Prisma: Jakarta, 1985).hlm, 9.
9 E. Nugrohi, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta Adipustaka 1990) hlm
414 10
Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van hoeve 1999), hlm.
307 11
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Predana Media Grup, 2007),
hlm 70
4
1. Pengetahuan
2. Bahasa
3. Kesenian
4. Sistem dan organisasi kemasyarakat
5. Sistem religi dan upacara keagamaan
6. Sistem teknologi dan peralatan
7. Sistem mata pencarian hidup
Dalam hal posisi kebudayaan yang terkait pada skripsi ini adalah
unsur kebudayaan yang kelima yang disebut sistem keagamaan, karena
dari sudut teknologi tersebut adalah termasuk bagaimana cara-cara
mengelolah, memasak, menyajikan makanan serta minuman, yang terdapat
didalam tradisi utama pada tradisi Dulang yang mana berupa benda-benda
atau hal yang dapat diraba dan dilihat.12
Pernikahan secara bahasa artinya menggabungkan atau
menghubungkan dua hal menjadi satu. Sedangkan menurut istilah
pernikahan adalah akad pernikahan yang sahih atau akad yang
mengakibatkan halalnya hubungan suami istri. Dan dasar hukum nikah
adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijma.
Pernikahan juga mempunyai berbagai fungsi dalam kehidupan
kebudayaan dan masyarakat manusia. Pertama-tama pernikahan juga
memberi ketentuan dan hak kewajiban serta pelindungan kepada hasil
persetubuh, yaitu anak-anak kemudian pernikahan juga memenuhi
kebutuhan akan harta, akan sangsi dan naik kelas masyarakat, sedangkan
pemeliharaan hubungan baik antara kelompok-kelompok kerabat yang
tertentu sering juga merupakan alasan dari pernikahan.
Pernikahan adalah suatu yang dianjukan dalam ajaran Islam.
Pernikahan merupakan peristiwa yang diharapkan hanya terjadi sekali
selama hidup seseorang. Pernikahan merupakan sunnah yang hidup dalam
masyarakat, maka pernikahan tersebut harus dipelihara, karena dipandang
dari tujuannya, pernikahan tersebut dipandang baik. Sedangkan menjaga
12 Koenjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta.2009). hlm. 164
5
tradisi itu suatu keharusan, bahkan mengenai status dalam tradisi ulama
menyatakan bahwa tradisi adalah syari’at yang dilakukan sebagai hukum.
Selain itu pernikahan juga merupakan ikatan lahir batin antara
seseorang laki-laki dan seseorang perempuan sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk rumah tangga yang penuh bahagia, sakinah, penuh
cinta dan kasih sayang serta untuk mendapatkan keturunan yang saleh dan
shaleha.13
Dalam tradisi Dulang, melaksanakan kebiasaan yang sering
dilakukan oleh masyarakat sampai sekarang, dalam acara antar Seko
makan sehari atau selemak semanis. Menandakan ada acara pengantin di
Desa Ture, tradisi Dulang ini telah dilakukan pada zaman nenek moyang
dahulu kalah sampai sekarang ada perubah dari bahan dan tata caranya,
masih dipertahankan oleh masyarakat Desa Ture. Masyarakat berkumpul
dirumah mempelai pihak laki-laki untuk membuat sebuah dulang tersebut
isinya seperti: ada cabai, bawang merah, ketumbar, lada manis, dan lain-
lain. Setalah selesai pembuatan Dulang tersebut, maka Dulang tersebut
diantarkan ke rumah mempelai perempuan. Setelah sampai maka Dulang
ini dilihat satu persatu atau dicek oleh ketua adat Desa Ture, apabila isi
Dulang tersebut sudah lengkap barulah digunakan untuk peralatan masak,
dibagikan dan makan bersama-sama satu kampung. Di dalam sebuah
nampan di Desa Ture masih mempertahankan tradisi seperti itu melihat
silaturahminya dan melihat kebersamaan masyarakat dan tradisi dulang ini
digunakan untuk mengajar pengantin baru pada malam pertamanya.
Tradisi Dulang ini wajib diadakan setiap melaksanakan acara
pengantin besar-besaran. Hantaran Dulang ini tidak dilaksanakan maka
acara pengantin dianggap tidak terjadi atau tidak boleh diadakan
pernikahan tersebut. Padahal dalam hukum Islam, tidak ada syarat itu,
Islam tidak menganjurkan untuk memperberatkan pernikahan. Apa lagi
seperti adanya Dulang itu, Dulang ini sangat berat dan perlengkapan yang
isi di dalam Dulang tersebut sangat banyak dan biayanya pun cukup
13
Muh. Atha Zharfan, Pintar Agama Islam, hlm,184
6
lumayan besar. Di dalam sebuah Dulang nanti ada seperti bambu atau lidi
yang di buat dua dan panjang lalu ditengah-tengah kedua bambu dan lidi
tersebut ada bermacam benda seperti sebuah cabai yang dibelah dua tidak
boleh belahnya sampai putus dan benda-benda lainnya, itu untuk
menandakan lambang. Tradisi Dulang ini hanya ada di Desa Ture.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Tradisi Dulang dengan judul.
“Tradisi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa Ture Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batang Hari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan
pokok-pokok permasalahan yaitu:
1. Mengapa masyarakat Desa Ture masih mempertahankan tradisi Dulang
dalam pernikahan di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batang Hari.
2. Bagaimana prosesi tradisi Dulang di Desa Ture Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batang Hari.
3. Apa makna tradisi Dulang di Desa Ture Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batang Hari.
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dalam penelitian dan
pembahasan proposal ini, maka perlu adanya batasan masalah. Adapun
pembahasan yang dibahas dalam proposal ini mencakup tentang proses
akulturasi tradisi Dulang, pada masyarakat Desa Ture Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batang Hari.
7
D. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui pokok-pokok permasalahan dari penelitian ini,
maka tujuan yang ingin penulis capai dari kajian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kenapa masyarakat Desa Ture masih mempertahankan
tradisi Dulang dalam proses pernikahan di Desa Ture Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batang Hari
2. Untuk mengetahui bagaimana prosesi tradisi Dulang di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari
3. Untuk mengetahui makna dan tujuan dari Tradisi Dulang di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari
E. Manfaat Penelitian
Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka
manfaat yang penulis harapkan adalah:
1. Secara praktis untuk menambah wawasan atau informasi bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya yang ingin mengetahui tentang
tradisi Dulang menurut pandangan Islam di Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batang Hari.
2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Untuk menambah referensi perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai
rujukan pada penelitian selanjutnya dalam skala yang lebih luas.
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan penulis, selama ini telah banyak buku-
buku maupun karya-karya ilmiah yang membahas tentang penelitian
kebudayaan diberbagai daerah bagi mahasiswa maupun mahasiswi
diperguruan tinggi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin
Jambi maupun perguruan tinggi diseluruh Indonesia, namun sejauh ini
informasi yang didapat belum diketahui ada yang melakukan pembahasan
8
secara khusus mengenai tradisi Dulang dalam pernikahan di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari.14
Satu hal penting yang harus dilakukan peneliti dalam penelitian
ilmiah adalah melakukan tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu. Hal
ni lazim disebut dengan istilah Prior Research. Prior Research penting
dilakukan dengan alasan untuk menghindari adanya publikasi ilmiah,
untuk membandingkan kekurangan ataupun kelebihan antara penelitian
terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan untuk menggali informasi
penelitian atas tema yang diteliti dari peneliti sebelumnya. Berdasarkan
pengamatan penulis, sampai saat ini terdapat beberapa kebudayaan tentang
beberapa karya berupa buku ataupun karangan yang membahas mengenai
penelitian kebudayaan tentang makna tradisi Dulang bagi masyarakat
setempat. Beberapa karya yang telah ditulis sebagai berikut:
Pertama, Skripsi yang dibahas oleh Ida Sholohatin Jurusan Akidah
dan Fakultas Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Berjudul,
Makna Tradisi Tedhak Siti dan Relevansinya dengan Ajaran Islam di Desa
Sukosono Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara Skripsi ni membahas
tentang tradisi hantaran adat. Analisis memperhatikan bahwa terhak Siti
yang dilakukan oleh masyarakat dan makna tentang adat dalam
pernikahan.
Kedua, Skripsi yang dibahas oleh Mardiana Jurusan Sejarah
Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Alauddin
Makassar, Berjudul Tradisi Pernikahan Masyarakat di Desa Bonton
lempangan Kabupaten Gowa skripsi ini membahas tentang pernikahan
merupakan suatu sistem nilai budaya yang memberi arah untuk
mempertahankan nilai-nilai hidup dalam hal memperthankan keturunahan
14
Hasil Pengamatan Penulis yang di dapat dari sumber wawancara bersama Ketua Adat di
Desa Ture dan hasil pengamatan di Wilayah Perpustakaan Kampus UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
9
pada pernikahan untuk penyatuan dua keluarga besar dari kedua mempelai
dalam tradisi ini ada yang namanya acara pengantaran serah dalam adat.15
Ketiga, Skripsi yang dibahas oleh Setyo Nur Kuncoro Jurusan Al-
Ahwal Al-Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, Berjudul Tradisi Upacara Perkawinan Adat Keraton Surakarta
skripsi ini membahas tentang dalam menentukan jodoh bagi anaknya dan
untuk mengetahui bagaimana prosesi perkawinan adat Keraton Srakarta
pada masyarakat Kauman, Pasar, kliwon dan membahas tentang makna
terkandung dalam perkawinan adat.
Analisis dengan skripsi yang saya meneliti dengan skripsi ini ada
perbedaan skripsi yang saya lihat dari jurnal ini menjelaskan bagaimana
perkawinan adat tapi skripsi saya membahas tentang isi, simbol yang
terdapat dalam adat dulang.16
15
Jurnal Mardiana, Tradisi Pernikahan Masyarakat di Desa Bonton Lempangan
Kabupaten Gowa. Tgl 19 Agustus 2017.
16Jurnal Setyo Nur Kuncoro, Tradisi Upacara Perkawinan Adat Keraton Surakart Tgl. 31
Januari 2014
10
BAB II
KERANGKA TEORI
Landasan teori dalam menganalisa, menelaah, dan mengkaji serta
menjabarkan permasalahan yang diteliti maka diperlukan suatu rujukan
dan konsep para ahli atau dalam bidang sesuai dengan masalah yang
diteliti. Untuk mempermudah kajian ini dalam memberikan pengertian
yang terdapat dalam kaijan ini, maka perlu untuk mengemukakan kajian
secara konseptual yang berhubungan dengan judul masalah diatas:
1. Kebudayaan
Menurut Edwar B. Tylor (1871), kebudayaan adalah kesatuan yang
menyeluruh dan terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat
istiadat, dan semua kemampuan serta kebiasaan lainnya yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Ilmu Antropologi,
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia
dengan belajar.
Menurut Raymond Williams istilah kebudayaan dibagi menjadi
tiga, pertama, mengenai perkembangan intelektual, spiritual dan estetik
individu, kelompok atau masyarakat, kedua, menangkap sejumlah aktivitas
intelektual dan arsitik serta produk-produk (film, kesenian dan teater).
Ketiga, mengenai seluruh cara hidup, aktivitas, kepercayaaan, dan
kebiasaan seseorang, kelompok mayarakat.17
Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddayah, yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang bearti “budi” atau “akal”. Dengan demikianlah
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu sendiri.18
Dengan
demikian kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam jumlah kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
17Mudji Sutrisno, Teori-Teori Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm 258
18Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm 146
11
Menurut Ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar.19
Kata kebudayaan adalah berasal
dari kata sanskerta buddhayah, yaitu berbentuk jamak dari buddhi yang
bearti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan
“hal-hal yang bersangkutan dengan akal” demikian kebudayaan adalah
hasil dari cipta, karya, dan rasa.
Madzhab-Madzhab Antropologi kebudayaan adalah produk atau
hasil dari aktivitas nalar manusia, di mana ia memiliki kesejajaran bahasa
yang juga merupakan produk dari aktivitas nalar manusia tersebut.
Kesejajaran itu terletak pada bahasa yang merupakan kondisi bagi
kebudayaan karena materi keduanya bersumber dari sumber yang sama,
yaitu relasi, oposisi-oposisi, korelasi, dan lain-lain. Sumber itu tak lain
ialah nalar manusia atau human mind. Itulah sebabnya, tujuan mempelajari
antropologi menurut Levi-Strauss adalah menemukan model atau pola
sehingga akan dapat dipahami tentang pikiran dan perilaku di dalam
kehidupan masyarakat.20
Secara umum budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia, dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang
berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengejarkan dapat
diartikan juga sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia.21
Kebudayaan
adalah seluruh hasil usaha manusia baik berupa berada maupun buah
pikiran penghidupannya. Menurut ilmu Antropologi kebudayaan adalah
19
Koentjarangningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009),
hlm. 144 20 Dr, Nur Syam, Madzhab-Madzhab Antropologi, (Yogyakarta: Lkis Group. 2007) hlm.
68-69 21
Muhaimin, Islam dalam Bingki Budaya Lokal: Potret dari Cirebon (Jakarta:Logos,
2001). hlm.153
12
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan untuk manusia untuk belajar.22
Geertz dalam bukunya “Mojokuto” Dinamika Sosial Sebuah Kota
di Jawa mengatakan bahwa budaya adalah suatu sistem makna dan simbol
yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan
dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-
penilaiannya, suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis,
diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-
orang mengkomunikasikan, mengabdikan, dan mengembangkan
pengetahuan, karena kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik maka
haruslah dibaca, diterjemahkan dan diinterpretasikan.23
Sementara Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebudayaan jasmani yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan
masyarakat.24
Kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang kompleks,
meliputi hukum seni, moral, adat istiadat dan segala kemampuan lain yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dipandang
sebagai warisan tradisi yang dianggap sebagai cara dan aturan hidup
manusia, seperti cita-cita, nilai dan tingkah laku. Kebudayaan juga suatu
yang dianggap sebagai langkah penyesuaian diri manusia kepada
lingkungan sekitar dan membicarakan pola-pola serta fungsi dari
kebudayaan itu sendiri.25
22
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Pt Gramedia, 1980), hlm. 144 23
Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,
(Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press, 2011) 154 24
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2006) 21 25
Suwardi Endraswara. Metodelogi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:Gadja Mada
Universitas Press, 2006), hlm. 04
13
Dapat disimpulkan bahwa paparan diatas tentang kebudayaan maka
posisi kebudayaan yang penulis teliti adalah sebagai warisan tradisi dari
nenek moyang yang sudah menjadi tradisi turun temurun, yang mana apa
bila tradisi ini dihilangkan maka hilang pulah wujud kebudayaan yang
terdapat pada Desa Ture khususnya.
2. Fungsi Kebudayaan
Menurut Malinowski kebudayaan mempunyai fungsi sebuah
pendirian bahwa aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud
memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk
manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupan.26
Fungsi
kebuadayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti
bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap
kalau akan berhubungan dengan orang lain di dalam menjalankan
hidupnya. Kebudayaan berfungsi sebagai: suatu hubungan pedoman antar
manusia atau kelompok.
Fungsi dari suatu unsur budaya adalah kemampuannya untuk
memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang
timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga
suatu masyarakat kebutuhan pokok adalah seperti makanan. Reproduksi
(melahirkan keturunan), merasa enak badan (bodily comport) keamanan
gerak dan pertumbuhan.
Menurut Robert K. Merton mengutip tiga postulat, pertama,
kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai “suatu
keadaan dimana seluruh bagian sistem sosial bekerja sama dalam suatu
tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang memadai tanpa
menghasilkan konflik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau
diatur. Kedua, fungsionalisme universal, berkaitan dengan postulat
pertama, fungsionalisme universal menggap bahwa seluruh bentuk sosial
dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Ketiga,
26
Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural,
(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 228
14
postulat ketiga yang mmelengkapi trio postulat fungsi onalisme, adalah
postulat indispensability. Ia menyatakan bahwa “dalam setiap tipe
peradapan, setiap kebiasaan, ide, objek materil, dan kepercayaan
memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus
dijalankan, dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan
dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan.27
3. Tradisi
Pengertian tradisi berasal dari bahasa latin: trasition, “diteruskan”
kebiasaan atau kebiasaan, dalam pengertian yang lebih sederhana adalah
sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat biasanya dan suatu negara,
kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Tradisi juga merupakan
kompleks konsep serta aturan yang mantap terintegrasi kuat dalam sistem
budaya dari suatu kebudayaan yang menata tindakan manusia dalam
kehidupan sosial kebudayaan itu.
Dalam kamus antropologi budaya dijelaskan bahwa tradisi adalah
kompleks konsep serta aturan yang mantap dan terintegrasi kuat dalam
sistem budaya dari suatu kebudayaan yang menata tindakan manusia
dalam kehidupan sosial kebudayaan itu.28
Dalam hal ini, hal yang paling
mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari
generasi kegenerasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini,
suatu tradisi dapat punah. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk
berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu hingga menjadi suatu kebiasaan.
Tradisi merupakan tatanan transendental yang dijakan sebagai
dasar orientasi untuk pengabsahan tindakan manusia. Namun demikian,
tradisi juga merupakan suatu yang imanen di dalam situasi aktual yang
memiliki kecocokan dengan realitas yang sama dengan tatanan yang
27
Koenjranigrat, Sejarah Antropologi, (Jakarta: UI-Press, 1987), hlm 171 28
Koentjaraningrat, Dkk. Op. Cit. hlm 2
15
transenden untuk mengisi fungsi orientasi dan legitimasi. Jadi, tradisi tidak
sinonim dengan keadaan statis atau berlawanan dengan keadaan modern.29
Tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan generasi ke
generasi baik tertulis maupun lisan. Tradisi merupakan gambaran sikap
dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu yang lama dan
dilaksanakan oleh kecenderungan untuk membuat sesuatu dan mengulang
sesuatu hingga menjadi kebiasaan. Tradisi segala sesuatu yang disalurkan
atau diwariskan dari masa lalu kemasa kini. Dalam pengertian yang lebih
sempit tradisi hanya berarti bagian-bagian warisan sosial khusus yang
memenuhi syarat saja yakni yang tetap bertahan hidup dimasa kini.
Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal
dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau
dirusak. Tradisi dapat diartikan sebagai warisan yang benar atau warisan
masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah
dilakukan secara kebetulan atau disengaja.30
Tradisi merupakan suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah
menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama dikenal sehingga
menjadi adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun. Jadi dari
beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa tradisi adalah apapun
yang dilakukan oleh manusia secara turun-temurun dari setiap aspek
kehidupannya dapat dikatakan sebagai tradisi.31
Kriterial tradisi dapat
lebih dibatasi dengan mempersempit cakupannya. Dalam pengertian ini
tradisi hanya berarti bagian-bagian warisan sosial khusus yang memenuhi
syarat saja, yakni telah bertahan hidup dimasa kini, yang masih kuat
ikatannya dengan masa kini. Dilihat dari aspek gagasan, tradisi bisa dilihat
dengan adanya keyakinan, kepercayaan, simbol-simbol, nilai, aturan, dan
ideologi yang kesemuannya itu merupakan peninggalan masa lalu yang
hingga kini masih dilestarikan.
29
Nur, Madzhab-Madzhab Antropologi, (Yogyakarta LKIS. 2001). hlm. 70-71 30
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Media Grup, 2007), hlm. 70 31
Dadan Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2100), hlm, 207
16
Maka dari itu, sebuah tradisi tentunya patut untuk selalu
dipertahankan oleh masyarakat. Salah satunya yaitu Tradisi Dulang Desa
Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari. Tradisi Dulang ini
adalah tradisi orang melayu yang sudah menjadi warisan turun temurun
dari nenek moyang, yang tidak boleh ditinggalkan pada saat satu hari
setelah pernikahan dimulai, apabila tradisi ini ditinggalkan maka terjadi
suatu hal yang terburuk untuk pasangan pengantin.
Istilah Dulang adalah dulang untuk mengalas makanan (yang akan
disajikan). Pengertian dan arti kata dulang adalah baki yang biasanya
berbibir pada tepinya dan berkaki, dibuat dari kayu atau kuningan. Dulang
adalah nampan berbentuk lingkaran yang biasanya berbibir tepinya. Dapat
dibuat dari kayu atau kuningan. Dari bahasa Sunda, dulang digunakan
dalam peroses memasak nasi, sebagai wadah mengaduk-aduk nasi yang
baru matang sambil dikipas sebelum disimpan ketempatnya. Bentuknya
lebih cembung dan menyempit dibagian bawah.
4. Pernikahan
Menurut bahasa, nikah berarti penyatuan, diartikan juga sebagai
akad atau hubungan badan. Nikah merupakan suatu akad yang
menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduannya.
Dalam pengertian lain, pernikahan suatu ikatan lahir antara dua orang laki-
laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan
keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syar’iat
Islam. Pernikahan mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan
perkawinan ialah saling mendapatkan hak dan kewajiban serta bertujuan
mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi tolong menolong. Karena
pernikahan termasuk pelaksana agama, maka didalamnya terkandung
adanya tujuan atau maksud mengharapkan keridhaan Allah SWT.32
32
Eva Zohratul Wardah. Skripsi Tradisi Perkawinan Adu Tumper dikalangan Masyarakat
using. (Malang: UIN Malang. 2008). hlm. 19
17
Pernikahan adalah suatu ikatan sakral (suci) yang meningkat kedua
belah pihak penganten lahir dan batin. Dengan jalan memenuhi ketentun
adat syarak dan sekarang ditambah lagi dengan undang-undang
perkawinan, demikian juga perkawinan, juga penerimaan status baru
dengan sederetan hak dn kewajiban yang baru, seperti pengakuan status
baru oleh orang lain.
Menurut Harton dan Hunt, sebagaimana dikutip oleh J. Dwi
Narkowo dalam bukunya, sosiologi teks pengantar dan terapan bahwa
istilah pernikahan dalam sosiologi adalah pola sosial yang disetujui
dengan cara dimana dua orang atau lebih membentuk keluarga.33
Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena pernikahan bukan hanya merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan manusia kerena pernikahan bukan hanya
merupakan peristiwa yang harus ditempuh atau dijalani oleh dua individu
yang berlainan jenis kelamin, tetapi lebih jau adalah perkawinan
sesungguhnya proses yang melibatkan beban dan tanggung jawab dari
banyak orang baik itu tanggung jawab keluarga, kaum kerabat, bahkan
kesaksian dari seluruh masyarakat yang ada dilingkungannya dalam Islam
pernikah merupakan sunatullah yang umum dan berlaku pada semua
makhluk Allah, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan.34
Pernikahan menurut konsep Islam mengandung unsur ibadah.
Melaksanakan perkawinan berarti melaksanakan sebagian dari ajaran
agama.
Dalam surah An-nisa: 1 terjemahan yang artinya “wahai sekalian
manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian
dari jiwa yang satu dan dari jiwa yang satu itu dia menciptakan
pasangannya, dan dari keduanya dia memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak” (An-nisa: 1)
33
J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007),
hlm 229 34
Slamet Abiding, Fiqih Munakaha: (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm 9
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
diarahkan untuk memecahkan masalah dengan memaparkan atau
menggambarkan apa adanya tentang hasil penelitian dilihat dari cakupan
pembahasan, tentunya luas dan tidak mungkin dapat penulis dilakukan
oleh karena itu, untuk mempermudah mengadakan penelitian di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari maka penulis memusatkan
tentang tradisi Dulang dalam pernikahan bagi masyarakat di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari.
B. Setting dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat suatu penelitian untuk memperoleh
data-data. Penelitian dilakukan di Desa Ture Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batang Hari. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul skripsi
tentang tradisi Dulang bagi masyarakat di Desa Ture Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batang Hari. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam skripsi ini adalah Purposive sampling. Purposive adalah
teknik menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki.35
Karena penelitian dalam skripsi ini meneliti
tentang tradisi Dulang bagi masyarakat di Desa Ture Kecamatan
Pemayung Kabupaten BatangHari. Maka sampel sumber datanya adalah
orang yang memliki kekuasaan.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha mengungkap sebuah tradisi Dulang bagi
masyarakat di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan model penelitian yang bertujuan
35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabet, 2010. hlm,124
19
mengungkap fenomena yang ada dan memahami makna dibalik fenomena
tersebut.36
Karya ilmiah pada umumnya merupakan hasil penyelidikan secara
ilmiah yang bertujuan untuk menemukan, menggambarkan dan
menyajikan kebenaran.37
Pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh
data yang bisa dipertanggung jawabakan kebenaranya dan mampu
mewakili seluruh populasi yang diteliti. Metode penelitian kualitatif
mencakup beberapa bagian diantara.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif atau penelitian lapangan.
Karena penelitian ini lebih condong kearah pradigma penelitian kualitatif,
yang merupakan upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya
di dalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan terhadap
manusia yang diteliti. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan antropologi yaitu pendekatan yang menggunakan nila-nilai
yang mendasari perilaku sosial masyarakat, status gaya hidup, sistem
kepercayaan yang mendasari pola hidup dan sebagainya.38
2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi subjek penelitian adalah Desa Ture,
Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari. Secara tidak langsung
penelitian ini merupakan tempat peninggalan bersejarah dikawasan Desa
Ture. Yang mana dikawasan ini terdapat banyak peninggalan yang seperti
Tradisi Dulang yang sudah lama turunan dari nenek moyang dahulu
sampailah sekarang dalam pernikahan masih melakukan dengan namanya
tradisi Dulang tersebut.
36
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi, Pedoman Skripsi Fakultas Adab Sastra dan
Kebudayaan Islam (Jambi:Fakultas Adab-Sastra dan Kebudayaan Islam, 2013), hlm 235-236. 37
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas UGM,
1979, hlm.3 38
Sartono kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dan Pendekatan Sejarah, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1991, hlm.4
20
3. Jenis Dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
1) Data Primer
Data primer adalah sumber data peneliti yang diperoleh langsung
dari peneliti kepada sumbernya (sumber asli) tanpa ada perantara.39
Oleh
karena itu data primer adalah data langsung dikumpulkan oleh peneliti
atau petugas-petugasnya dari sumber utama. Data primer diperoleh
melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, mengenai tujuan
dan proses Dulang pernikahan Desa Ture (Studi Kasus Etnografi). Data
primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti
dari sumber pertama atau utama.40
Adapun yang dimaksud data primer
didalam penelitian ini adalah hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi yang telah dilakukan penelitian kepada masyarakat
setempat.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan
oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk-bentuk publikasi atau
jurnal.41
Data sekunder adalah data yang tersusun atau dari bahan
perpustakaan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Seperti buku,
majalah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.42
Data
yang dimaksud adalah data sudah terdokumentasi dan mempunyai
hubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun data sekunder dalam
penelitian ini adalah historis, geografis, budaya dan tradisi di Kecamatan
Pemayung.
39 Sangadji, Etta Mamang Dn Sopiah. Metodologi Penelitia: Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian. (Yogyakarta): Andi, 2017, hlm.171 40 Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab
Sastra dan Kebudayaan (Jambi:Fakultas Adab Sastra dan Kebudayaan Islam, 2011) hlm, 31. 41
Tim Penyusun Pedoman Skripsi, Pedoman Penulis Skripsi Fakultas Adab-Sastra dan
Kebudayaan Islam, (IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2013), hlm.31 42
Lexy, J, Maleong, Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm.157
21
b. Sumber Data
1) Data yang diperoleh dari masyarakat setempat, seperti: Tokoh Adat,
Tokoh Agama, Tokoh Pegawai Sarak, Masyarakat dan pihak
Pemerintahan Desa.
2) Bahan bacaan yang digunakan dalam skripsi ini adalah buku-buku,
skripsi-skripsi dan jurnal kebudayaan yang berkaitan dengan
penelitian.
3) Dokumentasi, sumber data ini diambil dari dokumen-dokumen yang
didapat melalui ketua adat, lembaga adat, pegawai sarak tokoh
masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang
Hari sebagai bahan tambahan skripsi ini menjadi akurat dan jelas.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah suatu penelitian secara sistematis menggunakan
kemampuan indra manusia. Pengamatan dilakukan pada saat terjadi
aktivitas budaya dan wawancara secara mendalam (indeft interview).43
Obsevasi dilakukan untuk mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan sementara.
Berdasarkan situasinya, observasi terbagi dalam beberapa macam
seperti, Free Situation: adalah observasi yang dijalankan dalam situasi
bebas, tidak ada hal-hal atau faktor-faktor yang membatasi jalannya
observasi. Manipulated Situation: adalah observasi yang situasinya dengan
sengaja diadakan. Sifatnya terkontrol (dalam pengontrolan observasi).
Partially Controlled Situation: adalah campuran dari keadaan observasi
free situation dan manipulated situation.
Dalam hal ini penulis menggunakan bentuk Observasi Partially
Contolled Situation merupakan bentuk observasi yang dijalankan dalam
situasi bebas atau tidak ada hal yang membatasi serta dengan observasi
43
Suwardi Endraswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta
Pustaka Widyatama, 2006), hlm. 133
22
yang dilakukan dengan situasi sengaja dan merupakan Observasi Non
Partisipan yaitu dimana penulis tidak ikut aktif didalam kegiatan yang
akan diteliti atau dengan kata lain penulis hanya mengamati jarak jauh.
Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan yang tidak berperan
serta, artinya peneliti hanya melakukan satu fungsi saja yaitu hanya
mengadakan pengamatan. Jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat
kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut peneliti berperan sebagai pengamat hasil observasi tersebut
selanjutnya dicatat dalam lembaran penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
bertanya langsung kepada narasumber atau informan, dengan maksud
untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kajian dalam penelitian
ini. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara
(Interviewer) dan yang diwawancara (Interviewee) yang memberi jawaban
atas pertanyaan itu.
Supaya dalam proses wawancara bisa berjalan dengan lancar serta
mendapat informasi yang akurat, maka dalam proses wawancara dilakukan
dengan santai, nyaman, dan tidak ada yang merasa tertekan antara
pewawancara dengan terwawancara. Maka peneliti menggunakan teknik
wawancara mendalam (Indept interview).44
Wawancara mendalam (Indept interview) biasanya dinamakan
wawancara buku etnografi atau wawancara kualitatif. Wawancara
dilakukan dengan santai, informal, dan masing-masing pihak seakan-akan
tidak ada beban psikologis. Wawancara mendalam akan memperoleh
kedalaman data yang menyeluruh dalam hal ini proses wawancara
dilakukan secara terbuka disebut juga wawancara terbuka (open interview)
yaitu subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancara dan mengentahui
pula apa maksud dan tujuan wawancara ini.
44
Lexy J, Maleomg, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 186
23
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebagai cara untuk mencari data dan
mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan
manuskrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan lain sebagainya.
Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh data yang berhubungan
dengan makna tradisi Dulang dalam pernikahan di Desa Ture Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batang Hari.
d. Penentuan Sampel dan Informan
Sampel merupakan sumber informasi data itu sendiri, sampel dapat
berupa peristiwa, manusia, situasi, dan sebagainya. Penentuan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling, artinya sampel yang bertujuan.
Jumlah sampel tidak ada batas menimal atau maksimal yang penting telah
memadai dan mencapai data jenuh sehingga tidak ditemukan informasi
baru lagi dari subjek penelitian.
Sedangkan penentuan informal dilakukan dengan menggunakan
jaringan, yakni berdasarkan informasi yang diperoleh dari ketua adat dan
masyarakat yang ada di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten
BatangHari.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Dengan menggunakan analisis data sebagai berikut:45
a. Analisis Domain
Analisis domain (ranah), yaitu upaya untuk menemukan istilah-istilah
lokal, simbol, deskripsi tentang definisi dan fungsi dari pendidikan
45
Suwardi Endraswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:
Widyatama . 2006) hlm. 176-177
24
seksual. Tiap anggota ranah yang digali harus mempunyai sebuah
makna. Untuk menemukan makna dengan cara melihat kemiripan-
kemiripan yang ada pada data yang diperoleh. Analisis ranah
merupakan lainkah pertama. Analisis ranah, merupakan analisis luaran
(surface analysis), dan sebelum merupakan sesuatu yang bersifat
mendalam (in-depth analysia) analisis raanah ini untuk memberikan
gambaran secara holistik keadaan suatu budaya selintas dari informan.
b. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomis, diarahkan untuk menunjukkan hubungan simbol
dan term ranah. Taksonomis menunjukkan sub-bagian simbol atau
term dan bagaimana hubungannya ranah secara keseluruhan. Hasil
analisis taksonomis dapat diwujudkan kedalam diagram pohon.
Sebagian contoh misalnya yang terkaitan dengan perilaku seksual
berpakaian, yaitu pakaian dalam: terdiri dari, onder-rok, katong, cawet,
dan sebagianya.
c. Analisis Komponensial
Analisis komponen merupakan penelitian sistematik untuk
menemukan atribut (yang berupa komponen makna) yang berasosiasi
dengan simbol-simbol budaya. Misalnya, perbedaan penggunaan
pakaian dalam tersebut, mana yang dipandang sebagai perilaku seksual
yang kurang etis. Wanita akan dipandang kurang etis jika memakai
pakaian sampai kalihatan pakaian rahasianya. Misalnya dengan duduk:
methothok, mekongkong, mekakangkang, dan sebagainya.
d. Analisis Tema Budaya
Analisi tema budaya, yaitu dengan cara mencari tema konseptual yang
dipelajari oleh anggota masyarakat dan hubungan antar ranah. Konsep
tema jauh berakar pada ide, dan tidak sekadar potongan tingkah laku
atau term, atau kebiasaan, atau kumpulan potongan-potongan tersebut.
Tema budaya merupakan sebuah postulat, baik yang dinyatakan secara
eksplisit maupun implisit. Tema budaya merupakan prinsip kognitif
yang berulang muncul dalam ranah dan berfungsi sebagai penghubung
25
diantara sub sistem kultural. Tema budaya merupakan tingkat
generalisasi yang lebih tinggi.
6. Teknik Keabsahan Data
Untuk menciptakan keabsahan data penelitian yang telah
dikumpulkan, digunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik
pengukuran keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar data
untuk kepastian pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.46
Triangulasi dilakukan dengan melakukan pengecekan ulang tahap
sumber-sumber data. Pengecekan ulang terhadap sumber-sumber data.
Pengecekan ulang terhadap sumber dilakukan dengan membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang dengan apa yang dikatakan oleh tokoh
masyarakat, membandingkan keadaan perpektif yang luar. Selanjutnya
dilakukan dengan menggunakan teori-teori sebagai alat diskusi. Semua ini
dilakukan adalah untuk mendapatkan kesamaan pandangan, pendapat atau
pikiran terhadap fokus masalah.
7. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini disusun untuk menjadi pedoman dalam
rangka penelitian dan langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan
nantinya. agar penelitian ini terarah dari waktu dan kegiatan maka
penelitian membuat jadwal penelitian dirancang untuk penulis skripsi,
mulai dari pengajuan judul hingga penyusun dengan waktu dan tahap
sebagai berikut.
46 Lexy J. Meoleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.186
26
Tabel 1.I Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
2019/2020
Okto
ber
Novem
ber
Desem
ber
Januari
Feb
ruari
Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuanjudul X
2 Pengajuandosenpembimbing
x
3 Bimbingan, perbaikan proposal
danizin seminar
x
x
x
X
4 Seminar proposal x
5 Revisi hasil seminar
danSuratizinriset
X
x
X
x
x
6 Pengumpulan data x X x x x
7 Pengolahan data x x X x
8 Penulisan skripsi x x X x
9 Bimbingan dan perbaikan
10 Agenda dan ujian skripsi
11 Perbaikan dan penjilidan
27
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi
1. Sejarah Terbentuknya Desa Ture
Dusun Ture terbentuk pada tahun 1930 dipimpin oleh seorang
penghulu yang bernama Manan, penghulu Manan memimpin Dusun
Ture sampai tahun 1950. Tahun 1950 Dusun Ture dipimpin oleh
seorang penghulu yang bernama Bedul, 1960 sampai tahun 1980
Dusun Selat dipimpin oleh Penghulu Mansyur.
Tahun 1980 Desa Ture dipimpin oleh seorang kepala Desa yang
bernama Hatta. Dimasa itu Desa Ture hanya dihuni sekitar 800 jiwa
dengan ± 200 kepala keluarga, dan pemerintahan Desa membagi
wilayah Desa Ture menjadi 3 Dusun dan 8 Rukun Tetangga. Kepala
Desa Hatta memimpin Desa Ture sejak tahun 1980 sampai dengan
tahun 1994. Pada masa kepemimpinan Desa Hatta Desa Ture telah
memiliki sarana seperti gedung SD, Gedung SMP, kantor kepala Desa,
tanah kas Desa, serta sumur gali sebanyak 8 unit.47
Pada tahun 2003 masyaraka Desa Ture kembali melaksanakan
pemilihan kepalah Desa yang mana kepala desa yang terpilih bernama
Habibullah. Kepala Desa Habibullah lahir di Desa Sungai Abang tapi
berdomisili di Desa Ture dan menikahi seorang perempuan Desa Ture
yang bernama Misnah, anak dari Guru Haromin Husin.
Kepemimpinan Kades Habibullah berjalan ± 5 tahun. Selama
kepemimpinan Kades Habibullah telah dibangun antara lain; gedung
47
Wawancara dengan Bapak Indra Gunawan selaku Kepala Desa Ture, Februari 2020
28
TK, penambahan gedung Madrasah, pembangunan gedung Madrasah
di Dusun III (sungai anak), memasang jaringan listrik ke Dusun IV
(kasang ubi), meraih juara I MTQ tingkat kecamatan sebanyak 3 kali
dan pernah di undang oleh Bapak Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ke Jakarta dalam rangka pertemuan Nasional mengenai
PNPM-MP.
Tahun 2008 masyarakat Desa Ture kembali melaksanakan
pemilihan kepala desa yang mana Kepala Desa terpilih bernama Sabki.
Kades Sabki lahir di Desa Ture dan memimpin Desa Ture dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2010. Dari tahun 2010 sampai sekarang
Desa Ture dipimpin oleh seorang pejabat sementara (PJS) kepala Desa
yang bernama Fauzi yang merupakan putra asli Desa Ture. PJS kepala
Desa Ture dan unsur pemerintahan Desa Ture dalam menjalankan
pemerintahan Desa Ture yang bertekad mewujudkan masyarakat Desa
Ture yang Cerdas dan Beriman dan meningkatkan perekonomian
masyarakat Desa Ture, Menuju Pembangunan yang Berkelanjutan.
29
Gambar 4.1
STRUKTUR DESA TURE
Sumber Kantor Desa Ture 2020
KADES
Indra Gunawan,. SE
NIP. 198011202008011002
KADUS I
Ilmah
KADUS II
M Aman
KADUS III
Samsul Bahari
KADUS IV
Kusnirah
SEKDES
A Manaf
KAUR KEUANGAN
Anggie Setyani T
KAUR UMUM
Desi Nopalia
KASI PEMERINTAH
Meri Aryani
30
2. Visi Misi dan Tujuan Desa Ture
a. Visi
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa
depan yang di inginkan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-
pihak yang berkepentingan di Desa Ture seperti pemerintahan Desa, BPD,
Tokoh mayarakat, tokoh agama, lembaga masyarakat Desa, Pemuda dan
masyarakat desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa
seperti satuan kerja wilayah pembangunan di Kecamatan Pemayung
Mempunyai titik berat sektor infrastruktur. Maka berdasarkan
pertimbangan diatas Visi Desa Ture adalah:
“Mewujudkan Masyarakat Desa Ture yang Cerdas dan Beriman
Serta Menigkatkan Perekonomian Masyarakat Desa Ture, Menuju
Pembagunan yang Berkelanjutan”
b. Misi
Selain penyusunan Visi juga telah ditetapkan misi-misi yang
memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa aga
tercpainya visi desa tersebut. Visi berada diatas Misi. Pernyataan Visi
kemudian dijabarkan kedalam misi agar dapat di opersionalkan atau
dikerjakan. Sebagaimana penyusun Visi, miskipun dalam dan kebutuhan
Desa Ture, sebagaimana proses yang dilakukan maka Desa Ture adanya
Pernyataan Visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat
diopesionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusun Visi, misipun dalam
penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan
31
potensi dan kebutuhan Desa Ture, sebagaimana proses yang dilakukan
maka misi Desa Ture adalah:
1) Pembangunan Fisik
a) Adanya transparansi dalam Alokasi Dana Desa (ADD),
dimaksudkan guna setiap warga masyarakat Desa Ture besaran
dan kegunaan ADD setiap tahunnya.
b) Melaksanakan pembangunan dengan sebenarya yang
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa yang didahului dengan Musyawarah mufakat dari
masyarakat Desa Ture.
c) Alokasi dana terutama fisik, akan di Implementasikan dengan
cara pembentukan Tim pelaksana Kerja Desa sehingga kontrol
masyarakat lebih mudah.
d) Diusahakan semaksimal mungkin pembangunan fisik Desa
Ture dilakukan atas pendapatan Asli Desa Ture. Jika tidak ada
alokasi dana dari pemerintahan disektor tertentu maka proses
pembangunan dari masyarakat untuk masyarakat Desa Ture
dapat terealisasi.
2) Pembangunan Non Fisik
a) Peningkatan Pelatihan masyarakat baik bagi pemuda dan
pemudi
b) Pelatihan kelompok PKK
c) Penyuluhan baik dibidang agama dan kemasyarakatan
3). Kehidupan Beragama
a) Peningkatan aktifitas kehidupan beragama, baik
mengoptimalkan jamaah ataupun majilis taklim
b) Meningkatkan pengajian anak-anak dan remaja sehingga dapat
berkompetisi di Desa dan ditingkat Kecamatan
32
1. Birokrasi Pemerintahan Desa
a. Penataan kembali birokrasi Pemerintah Desa baik dibidang Pelayanan
serta memberikan kepuasan kepada masyarakat
b. Pelayanan yang menitik beratkan dengan kepentingan masyarakat
c. Adanya sinkronisasi serta komitmen kepuasan pelayanan yang
dilakukan oleh pemerintah Desa serta jajarannya
d. Menjalin kerja sama yang baik dengan BPD selaku mitra kerja Desa
serta lembaga Desa sehingga terjalin kehormonisasi antar kelembagaan
di Desa
2. Sosial Kemasyarakatan
a. Meningkatkan peran pemudah dalam pembangunan
b. Pemberdayaan pemuda dalam olah raga sehingga diharapkan prestasi
pemuda-pemudi DesaTure bisa mengharumkan Desa Ture
c. Mengedepankan musyawarah dalam setiap keputusan
d. Berkerja sama dengan tokoh masyarakat, pemuda, tokoh agama dalam
membina serta berkehidupan masyarakat yang lebih baik, yang tidak
bertentangan dengan Norma agama, pancasila, sebagai jati diri bangsa.
e. Penyaluran Ternaga Kerja yang sesuai dengan kertelampilan dan
pendidikan dengan bekerja sama dengan pengusaha yang berada di
Desa Ture
3. Keadaan Geografis Desa Ture
Secara geografis Desa Ture terletak dibagian Timur Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batang Hari denagn luas wilayah 4.000 Km dan
berada pada posisi 1 16’ Lintang Selatan sampai 2 30, Lintang Selatan dan
diantara 104, Bujur Timur sampai dengan 105 Bujur Timur.48
Dengan
batas wilayah sebagai berikut :
Adapun batas dari Desa Ture ialah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulau Betung
48
Wawancara (13 Februari 2020) Wak Bihta Mamat
33
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Teluk Ketapang dan Lubuk
Ruso
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Serasah
d. Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Kaos
Keadaan Topografi Desa Ture dilihat secara umum keadaan
merupakan daerah yang di aliri sungai Batanghari. yang beriklim
sebagaimana desa-desa lain di Kabupaten Batang Hari mempunyi iklim
kemarau, panca roba dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh
langsung terhadap pola tanam pertanian yang ada di Desa Ture.
Pemanfaatan lahan yang diusahakan dan belum dimanfaatkan di
Desa Ture adalah sebagai berikut:
1. Lahan Tanah Sawah : 9.440 Ha
2. Lahan Pekarangan : 15. 352 Ha
3. Lahan Tegalan : 23.000 Ha
Tabel 3.1
Prasarana Umum49
Jenis Prasarana Volume Kondisi
Jalan Kabupaten 1 Baik
Jalan Desa 1 Baik
Gedung Paud 1 Cukup
Gedung TK 1 Cukup
49
Dokumentasi Junaidi Kepala Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari,
Tanggal 22 Februari 2020.
34
Gedung SD 2 Cukup Baik
Gedung Madrasah 1 Kurang Lokal
Gedung SMP 1 Baik
Posyandu Desa 1 Baik
Pukesmas 1 Baik
Balai Desa 1 Sedang
Gedung Pemuda 1 Sedang
Masjid 2 Sedang
Langgar 2 Sedang
Kantor BPD 1 Baik
Sumber kantor Desa Ture 2019
STRUKTUR TIM PENGGERAK PKK
DESA TURE KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANG HARI
35
a. Kependudukan
PEMBINA indra Gunawan,. SE
KETUA Anita
WAKIL KETUA Lina
POKJA I
KETUA
Sukarti
WAKIL
Miskia
SEKRETARIS
Sukarni
ANGGOTA
Eli Suryani
Restuti
Dian Cendrawasih
Saripa
Lili Fitriani
POKJA II
KETUA
Maryani
WAKIL
Solmawati S.
SEKRETARIS
Dewi Susanti
ANNGGOTA
Solmawati. A
Masyu
Jasmani
Enita
Juleha
Lena
POKJA III
KETUA
Hoiria
WAKIL
Jamila
SEKRETARIS
TI
ANGGOTA
Halima
Pauzia
Iin Suryani
Nurhayati
Rini
POKJA IV
KETUA
Siti Muslihatin
WAKIL
Masyucik
SEKRETARIS
Elisa
ANGGOTA
Minarni
Rohayati
Dina Handika
Yen
Cekote
Anita
BENDAHARA
Ani Marlian
SEKRETARIS
Yulita Astuti
36
Jumlah peduduk atau data peduduk yang besar biasa menjadi
modal dasar pembangunan sekaligus bisa menjadi beban pembangunan,
jumlah penduduk Desa Ture adalah 2.364 jiwa. Agar dapat menjadi dasar
pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus disertai kualitas
yang tinggi. Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara
lain perkembangan jumlah penduduk, kepadatan dan persebaran serta
strukturnya.
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Ture
Perempuan Laki-Laki Jumlah Total
1.143 1.221 2.364
Sumber Kantor Desa Ture 2020
b. Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Ture cenderung meningkat karena tingkat
kelahiran lebih besar dari pada kematian serta penduduk yang masuk lebih
besar dari penduduk yang keluar.
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur S/D Bulan
Januari 2020
No Usia dan Umur LK PR Jumlah
1 0-5 Th (Balita) 131 209 340
2 6-17 Th (Usia Sekolah) 157 264 421
3 18-50 Th (Desawa) 641 480 1.121
4 50-DST (Lansia) 292 190 482
Jumlah 1.221 1.143 2.364
Sumber Kantor Desa 2020
37
Laporan Per-Rt Januari 2020
38
4. Keadaan Sosial Desa Ture
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting bagi masyarakat
dalam rangka proses peningkatan sumber daya manusia. Masyarakat tanpa
pendidkan tidak akan maju dan berkembang, akibatnya akan terjadi
kebodohan dan keterbelakangan yang akhirnya menjadi masalah bagi
dirinya maupun bagi negara. Untuk menunjang proses pendidikan sangat
diperlukan beberapa syarat untuk pendidikan. Adapun sarana pendidikan
yang ada di Desa Ture.
Pendidikan merupakan seluruh bentuk usaha dan upaya untuk
membentuk kepribadian masyarakat sehingga mampu mengembangkan
potensi dalam diri. Dalam pendidikan setiap individu di bentuk agar menjadi
seorang berakhlak mulia, disiplin, menghargai pendapat orang lain, mandiri
berkepribadian, memiliki kecerdasan, serta memiliki keterampilan yang
diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Berdasarkan hal
tersebut, bidang pendidikan diperlukan bagi setiap individu. Desa Ture
memiliki beberapa lembaga pendidikan diantaranya:
Tabel 3.4
Lembaga Pendidikan Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten
BatangHari
No Nama Instansi Keterangan
1 Paud Kasih Ibu Dusun I
2 TK Nurul Fathi Dusun II
3 SDN 27/1 Desa Ture Dusun I
4 SDN 180 Desa Ture Dusun IV
Sumber Kantor Desa Ture, 2020
39
Setiap Lembaga Pendidikan Dilakukan hari Senin sampai Sabtu,
dimana Lembaga Pendidikan tersebut suatu bekal untuk menimbah ilmu.
Berdasarkan hasil wawancara Bapak Kepala Desa warga Desa Ture pada
umumnya masyarakat sudah sadar akan pentingnya pendidikan.
b. Keagamaan
Agama adalah tuntutan hidup manusia dalam kehidupanya di dunia
agama juga menyelamatkan manusia diakhirat kelak jika manusia konsisten
berpegang teguh kepada ajaran yang diperintahkan. Hal ini akan terjadi pada
agama yang benar yaitu agama Islam. Agama merupakan kepercayaan
kepada tuhan yang Maha Esa, yang mesti dianut oleh setiap warga negara
yang menghuni dipermukan bumi persada ini. Maka setiap daerah memiliki
berbagai corak kepercayaan terhadap Tuhan Maha Esa..
Dalam menjalankan kehidupan beragama masyarakat Desa Ture
terkenal dengan kepenatikan di dalam menjalankan syari’at, hal ini terlihat
banyak penduduk yang mengikuti shalat Magrib berjamaah, shalat Isya
maupun shalat Subuh. Kemudian pula terlihat juga masyarakat dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti Majlis Ta’lim, pengajian
ibu-ibu dan remaja.
Masyarakat Desa Ture mayoritas menganut agama Islam dengan
persentase 100% agama Islam. Kegiatan keagamaan ditunjang oleh sarana
peribadahan, keagamaan adalah sifat yang terdapat dalam agama atau usaha
yang dilakukan seseorang atau kelompok yang dilaksanakan.
40
Tabel 3.5
Sarana Tempat Peribadahan masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batang Hari
No Saranan Peribadahan Masjid dan
Musholah
Keterangan
1 Masjid AR-Rahmah RT 05 Dusun II
2 Masjid Al-Hidayah Mutaqifirin RT 08 Dusun IV
3 Musholah Jami’atul Mukmini RT 01 Dusun I
4 Musholah Abuabal Khoirot RT 06 Dusun III
5 Musholah Nurul Iman RT 09 Dusun Sebrang
Sumber Kantor Desa Ture 2020
c. Perekonomian
Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Desa Ture secara umum juga
mengalami peringkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya jumlah
penduduk yang memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis pekerjaan
tersebut pada umumnya belum dapat dipastikan bersumber dari hasil usaha
yang dilakukan bisa juga diperoleh dari injaman modal usaha dari
pemerintahan.
Yang menarik perhatian penduduk Desa Ture masih banyak yang
tidak memiliki usaha atau mata pencaharian tetap, hal ini di indikasikan
bahwa masyarakat Desa Ture belum terbatas dari kemiskinan.
41
Ekonomi berkaitan dengan masalah pendapatan masyarakat suatu
Desa. Berdasarkan bentuk dan keberadaan Desa Ture, maka kegiatan
ekonomi masyarakat sebagai berikut:
1. Pertanian
Melihat sejarah awal Desa Ture merupakan Hutan belantara
dimana masyarakat transmigran membuka lahan pertanian. Dahulu cocok
tanam tanam yang dilakukan ialah padi, dengan perkembangnya kini
masyarakat Desa Ture lebih memilih menanam sawit, karet dan pinang.
Menurut masyarakat menanam sawit dan pinang lebih cepat dan mudah
membuahkan hasil dibandingkan dengan padi.
2. Buruh Pedagang
Selain menggantungkan hidup pada perkebunan karet, pinang dan
perkebunan sawit ada juga warga masyarakat yang berdagang kebutuhan
pokok sehari-hari, seperti beras, baju, sembako itulah pekerjaan
masyarakat Desa Ture dalam sehari-harinya.
3. Peternak
Sebagai usaha sambilan sebagaian masyarakat Desa Ture beternak
sapi, kambing, bebek, dan ayam itupun tidak semua masyarakat yang
mempunyai tarnak hanya sebagian saja.
4. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Sebagain Desa Ture memiliki tenaga pendidik (guru) SD, SMP,
SMA. Namun dari semua lapangan usaha tersebut tetap saja hasil utama
masyarakat Desa Ture adalah dari pertanian. Masyarakat Desa Ture tidak
semuanya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.
5. Mata Pencarian
Mata pencarian suatu penduduk adalah hal yang sangat vital atau
penting sekali untuk dipersoalkan dalam kontek sebagai penduduk itu
sendiri, sebab mata pencarian berhubungan langsung dengan hajad hidup
manusia. Mata pencarian yang beragam memberikan ilustrasi bahwa
42
manusia diciptakan tuhan tidak sama termasuk dalam hal pekerjaan. Mata
pencarian penduduk secara umum adalah petani karet, bertani padi dan
penambang emas. Namun tidak sedikit yang mengeluti bidang lain seperti
Pns, guru, honoer, berdagang, tukang bangunan, dan buruh karena daerah
ini merupakan daratan yang sangat luas, maka kehidupan
perekonomiannya tergantung dari hasil pengusahan, seperti usaha karet,
usaha pertambangan emas dan usaha pertanian padi.
Secara umum perekonomian di Desa Ture ini cukup baik. Lebih
lanjut tentang kondisi di Desa Ture berikut wawancaranya: pendapatan
penduduk rata-rata Rp. 1.000.000 perbulan. Desa Ture merupakan daerah
penghasil karet, emas dan lainnya.50
Sebagai mana yang terdapat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.6
Mata Pencarian Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten
BatangHari
No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Presentase dari
Jumlah
Penduduk
1 Petani 557 20,0 %
2 Pedagang 212 7,5 %
3 Peternak 225 8,8 %
4 Serabutan 65 2,7 %
5 Perabot 34 0,5 %
6 PNS 60 2,1 %
7 Ibu Rumah Tangga 503 18,0 %
50
Wawancara (25-02-2020 16.00 Wib) Bapak Indra Gunawan S.E
43
8 Sopir 35 1,2 %
9 Buruh Bangunan 150 5,3 %
10 Wiraswasta 20 0,7 %
11 Pertambangan 44 0,1 %
12 Bengkel 43 0,5 %
13 Belum Kerja 330 29,6 %
14 Tidak Kerja 86 3,0 %
Jumlah 2.364 100 %
Sumber Kantor Desa Ture 2020
Dari tabel terlihat bahwa yang terbesar adalah masyarakat
berpropesi sebagai petani, sebab di Desa Ture merupakan Desa agraris dan
banyak terdapat lahan petani dan perkebunan yang menjadi mata pencarian
hidup bagi masyarakat. Di Desa Ture juga tengah dikembangkan untuk
budi daya padi seluas 222 hal yang bekerja sama dengan BPPT diluas
pertanian Kabupaten BatangHari. yang melibatkan 40 kk di Desa Ture.
Oleh sebab itu masyarakat lebih banyak berpropesi sebagai penggerak
perkebunan khususnya membudidayakan karet dan sawit..51
6. Kesehatan
Pasilitas kesehatan sebagai penunjang kesehatan masyarakat sangat
penting dalam keberadaannya. Seperti bidang kesehatan Desa Ture sangat
perhatian dari kepala Desa Ture, baik dalam pukesmas, posyandu, dalam
prasarana peneranagan dan air bersih untuk kesehatan penduduk Desa
Ture dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
51
Wawancara (28-02-2020 15.00 Wib) Datuk Junaidi
44
Tabel 3.7
Fasilitas Kesehatan Desa Ture Kecamatan Pemayung
Kabupaten BatangHari
No Nama Alamat Ket/Persentase Jumlah
1 Kantor Kepala
Desa
Rt. 01 kampung ulu
-
1
2 Pukesmas
Pembantu
Rt. 02 kampung ulu
-
1
3 Posyandu Rt. 02 Dusun Ture - 1
4 Air PDAM Induk perkantoran di
Rt. 08 Dusu Ture ilir
- 1
5 Listrik Cabang dari induk
listrik bertempat
disebelah
perkantoran
pemerintahan
Daerah Camat
Jembantanmas
98% setiap
Rumah
1
d. Adat Istiadat
Masyarakat Desa Ture merupakan desa transmigran dimana adat
dan istiadat yang dibawa ari kampung halaman masih sangat kental.
Masyarakat Desa Ture terdapat berbagai macam suku diantaranya, Jawa,
Melayu, dan Bugis. Suku Jawa mayoritas berada di RT 07 yang terletak di
Desa Ture. Suku Melayu terletak di RT 01 dan 02. Suku Bugis mayoritas
berada di RT 05 Desa Ture.
Adat istiadat merupakan pedoman bagi masyarakat Desa Ture
dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari maupun dalam kondisi sosial
45
budayanya. Karena adat istiadat merupakan warisan dari nenek moyang.
Salah satu adat istiadat yang masih digunakan pada masyarakat Ture.
e. Pemertintahan
Desa Ture memiliki pemerintahan yang dipimpin oleh Kepala Desa.
Dalam menjualankan roda pemerintahan Kepala Desa dibantu oleh beberapa
perangkat Desa dan organisasi seperti : Kepala Urusan, Ketua Rt, BPD, Ketua
Adat, Ketua Pemuda dan Ketua PKK.
B. Temuan dan Pembahasan
1. Sejarah Tradasi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari
Tradisi Dulang ini adalah tradisi yang dilakukan setelah pernikahan
dan yang menjadi pelakunya utamanya dalam tradisi ini adalah sangsi
pihak laki-laki yang sudah mantap untuk menikah. Setelah membuat
dulang lalu diantarkan kerumah mempelai perempuan oleh lembaga adat,
pegawai sarak dan masyarakat. Tradisi tersebut memiliki makna khusus
yang menjadi alasan masyarakat untuk tetap mempertahankan tradisi
tersebut.52
Dari hasil wawancara dengan tokoh Adat Bapak Aman beliau
menyatkan, bahwa :
“Sejarah tradisi dulang dalam pernikahan ini sudah ada sejak
zaman nenek moyang dahulu yang sampai saat ini masih
dilestarikan di Desa Ture. Tradisi ini dilakukan untuk pengantin
besar-besaran dan dilakukan setelah menikah, dahulunya dulang ini
memang benar terbuat dari kayu merantih yang diambil dari kayu
itu adalah banernya. Pelaksana dulang ini dilakukan dirumah
mempelai laki-laki baru diantarkan kerumah mempelai
perempuan”.
52
Hasi wawancara dengan Bapak Muhammad Aman, Februari 2020
46
Hasil wawancara diatas menyatakan bahwa tradisi ini berasal dari
zaman nenek moyang dahulu yang masih dilestarikan sampai sekarang,
dalam pelaksaannya tradisi dulang yang dahulu dan yang sekarang ada
perubahan isinya pun ada perbedaan atau perubahan seperti: beras dulunya
20 gantang sekarang sudah menjadi 40 gantang kenapa berubah karena
sekarang ini masyarakat sudah bertambah. Perubahan isi dalam dulang
tersebut melalui bermusyawarah terlebih dahulu sesama pegawai sarak,
ketua adat dan masyarakat di Desa Ture.
Wawancara dengan pengawai sarak Bapak Alpian beliau
menyatakan bahwa:
“Dengan adanya tradisi dulang ini yang bisa melakukan atau
memakai tradisi dulang pada pengantin besar-besaran saja yang
melakukan dulang kalau pengantin kecil-kecil itu tidak memakai
yang namanya tradisi dulang. Tradisi dulang dilakukan dirumah
pihak mempelai laki-laki”.53
Wawancara dengan ibu Sudaryati beliau menyatakan hal yang
sama bahwa:
“Tradisi dulang ini dahulu dilakukan di tempat mempelai laki-laki
tradisi dahulu pada zaman nenek moyang dan pada zaman sekarang
itu mengalami perubahan. Yang bisa melakukan tradisi dulang
tersebut pada acara pengantin besar-besaran”.54
Dari hasil wawancara diatas menyatakan, semenjak kehadiran
tradisi dulang, menurut beliau tradisi dahulu yang dilakukan ditempat
mempelai laki-laki merupakan pembuatan yang wajib bagi pengantin
besar-besar. Masyarakat pun langsung menerima perubahan tersebut. Oleh
karena itulah dengan kehadiran tradisi dulang ini dirubah tempat
pelaksanannya.
53
Hasil wawacaran dengan Bapak Alpian, Februari 2020
54Hasil wawancara dengan Ibu Sudaryati Maret 2020
47
Adapun untuk tokoh masyarakat yang memimpin pelaksanaan
tradisi dulang dahulu pada zaman neneng moyang sampai sekarang adalah:
1. Wak Alpian
2. Sak M. Aman
3. Ibu Sudaryati
4. Wak Biktam Mamat
5. Datuk Junaidi
6. Bapak Mahfus. SPd
7. Wak Tibroni
Namun sekarang tokoh masyarakat yang telah diberikan amanah
untuk memimpin proses ini juga dibantu dengan orang-orang di Desa
Ture. Mereka merubah aturan isi banyaknya di dalam dulang tersebut.
2. Alasan Masyarakat Masih Mempertahankan Tradisi Dulang
Dalam Pernikahan
Menurut ketua adat tradisi dulang ini sudah adat pada zaman nenek
moyang dahulu yang pernah diperintahan majapahit dimana tradisi dulang
ini resmi pada zaman nenek moyang sampai sekarang. Tradisi ini
merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu yang diprosesinya
dirumah kediaman laki-laki tempat pelaksanannya dirumah perempuan,
tidak ada ketentuan dan penetapan julmah dulang yang akan dilakukan
tradisi ini prosesi selanjutnya setelah menikah menurut ketua adat
memiliki agar pengantin baru ini menjadi rumah tangga yang harmonis
dan dijauhi dari bahaya. Dan tradisi ini masih diterapkan di Desa Ture.55
Wawancara dengan bapak Aman terkait mengenai masyarakat
Desa Ture masih mempertahankan tradisi dulang menyatakan bahwa:
“Perlu diketahui bahwasanya tradisi dulang ini ditentukan berapa
banyak yang harus isi di dalam dulang tersebut. Tradis dulang
sampai saat ini masih diterapkan di Desa kami karena yang
55
Wawancara dengan Bapak Aman Ketua Adat Desa Ture Kecamatan Pemayung
Kabupaten BatangHari, Tanggal 10 Februari 2020
48
memimpim tradisi ini oleh ketua adat, pegawai sarak, dan
masyarakat. Tradisi dulang ini diselenggarakan di rumah pihak
mempelai perempuan”.56
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi
dulang ini yang melakukan dan memakainya hanya untuk pengantin besar-
besaran saja. Pengantin kecil-kecil tidak melakukan yang namanya tradisi
dulang. Oleh sebab itulah tradisi dulang ini masih dipertahankan oleh
masyarakat Desa Ture karena tradisi dulang ini tradisi yang sudah sangat
lama dan diwarisan dari nenek moyang dahulu sampai saat ini.
Tradisi dulang ini adalah sebagai menandakan pengantin besar,
masyarakat sangat bersemangat mendatangi dan melihat langsung proses
tradisi dulang, bahkan masyarakat sangat gembira apabila orang pengantin
melakukan tradisi dulang itu ditandakan utuk pengantin besar. Senada
dengan yang disampaikan oleh bapak Alpian beliau menyatakan bahwa:
“Tradisi dulang ini berfungsinya sebagai ajaran untuk pengantin
baru. Dengan diadakanya tradisi dulang ini masyarakat
berbondong-bondong untuk menyaksikan tradisi dulang ini
dikarenakan masyarakat ikut berpatisipasi menyaksikan kegiatan
tersebut”.
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi dulang ini
masih dipertahankan sampai sekarang yang mana masyarakat sangat
bersemangat mendatangi dan melihat langsung proses tradisi dulang yang
diselenggarakan, bahkan masyarakat sangat gembira berkat melaksanakan
tradisi dulang dalam pernikahan ini kenapa isi dalam dulang itu untuk
mengajarin pengantin baru supaya dia tahu bagaimana caranya supaya
dapurnya berasap kalu setelah pengantin. Tradisi dulang ini juga
dilaksanaka sebagai salah satu tanda kepedulian orang tua terhadap
anaknya yang mau menikah.
56 Wawancara dengan Datuk Alpian pada tanggal 26 Februari 2020
49
Wawancara dengan Ibu Sudaryati selaku masyarakat di Desa Ture
beliau menyatakan:
“Tradisi dulang dilaksanakan di Desa Ture yang sebagai salah satu
tanda kepedulian kami sebagai masyarakat terhadap anak-anaknya
yang sudah pengantin apabila tidak melakukan tradisi dulang ini
maka bisa dikatakan untuk pengantin keci-kecil kenapa disebut
pengantin kecil karena pengantin kecil itu tidak menggunakan
organ dan mengundang orang-orang Desa ture itu cuman sedikit”.
3. Bagaimana Prosesi Tradisi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa
Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari
Dalam proses pelaksanaan tradisi dulang yang dilakukan, di Desa
Ture yang dimaskud yaitu dulang itu tempat atau wadah untuk isi-isi yang
ada di dalam. Dulang prosesinya dilakukan orang tuan rumah mempelai
laki-laki. Sudah menyediakan dulang atau tempat, wadah itu sudah
disiapkan lalu letakan wadah itu wadah tersebut kasih. Kepada orang yang
mengetahui, bangaimana cara mengisi didalam dulang itu dan tahu,
bagaimana cara peletakan atau susunan bahan yang untuk isi di dalam
dulang.
Pertama kita siapkan, dulang itu yang berwarna kuningan kasih
kepada Ibu Sudaryati. Ibu ini yang selalu mengisi di dalam dulang beliau
yang sangat mengetahui cara dan prosesi di dalam dulang itu mana, yang
terlebih dahulu. Pertama letakan dulang lalu kita siapkan apa saja yang
harus disiapkan seperti, Gula pasir 1 Kg, minyak sayur 1 Kg, minyak tanah
1 Liter, gram 100 Gram, tepung 1 Kg, asam, itu masukan kedalam takir,
cabe rawit, masukan kedalam takir, cabe riau, itu dipanggang yang
memakai jepitan bambu, bumbunya ada seperti, Ketumbar 1 on, cengkai,
lada, kulit manis, kemiri itu sebanyak 1 on juga lalu masukan ketempat
yang sudah disediakan. Seperti tempatnya itu dinamakan dengan sebutan
takir yang terbuat dari daun pisang.57
57 Wawancara dengan Ibu Sudaryati 14 Maret 2020
50
Kemudian juga ada yang dinamakan bumbu-bumbu darat seperti:
kunyit, laos, jahe, serai itu sebanyak 1 ikat berisi 4 batang serai, di dalam
dulang ada bahannya terasi 1on, ikan tri seperampat, telur 4 butir, cuka
makan, yang berbotol pastik 1, kecap manis, dan kecap masin 1 botol,
daung pisang, yang digulung langsung serta pelepahnya. Gunaknya untuk
penutup kuali. Waktu kita masak nasi supaya nasinya berbau wangi. Lalu
daun pepangan langsung serta pelepahnya untuk ibat, kemudian srai, diikat
lalu dikasih kembang, itu dinamanakan untuk simbol sih ratu sehari atau
dimanakan disimbolkan sebagai ceweknya. Batang pisang yang ukuran
kecil, lalu dipotong sesuai yang diminta, lalu bersihkan batang pisang
setelah dibersihkan, lalu dikasih pecih diatas batang pisang lalu dihiasin
menjadi bagus itu ditandai. Sebagi raja sehari atau bisa juga disebut
dengan dilambangkan atau simbol sih cowok.
Bahanya ada kayu api, koset, itu 1 berkas letakan disamping
dulang karena kalau diletakan di dalam dulang pasti tidak muat. Ada nama
peralatan utuk masak yaitu centong kayu, kelaci kayu alat ini digunakan
untuk mesakan. Alat untuk masak ada beras 40 gantang, daging ayam atau
daging kerbau, itu sebanyak 40 kg itu sebut selemak semanis untuk alat
memasak, masak nya pada hari sabtu yang dinamkan di desa kami itu hari
memejah, oleh ibu-ibu yang saling membantu disitulah kita bisa melihat
kekompakan desa kami.
Sabun mandi, sabun cuci, rokok pucuk ini untuk pengudut 1 ikat
kecil bahan dan alat-alat yang dinamakan utuk isi dulang ini untuk
mengajar pengantin baru. Di dalam beberapa takir yang sudah dibuat dari
daung pisang itu terdapat beberapa isi seperti: kapur, gambir, pinang,
tembako itu untuk waktu belarak datang mempelai laki-laki dan orang
tuanya disambut oleh mempelai perempuan mempelai dari pihak laki-laki
disuruh duduk ditemoat yang telah disediakan lalu disuruh oleh ketua adat
desa kami menyuruh dari mempelai pihak laki-laki memakan sirih pinang
tersebut.
51
Bahan-bahan ini sudah lengkap dan selesai dibuat lalu diantarkan
ketempat mempelai peremuan di desa kami itu namanya mengantar serah.
Setelah sampai ketempat sih perempuan lalu diperiksalah satu persatu
bahan yang ada didalam dulang lalu isi di dalam dulang itu disebut satu
persatu oleh lembaga adat, apabila bahan dan alatnya kurang atau
tertinggal 1 makan akan ternah denda. Dendannya adalah beras 1 gantang,
kelapa setali, sirih pinang senampan. Prosesi dulang ini, setelah waktu
Zuhur dan lebih tepatnya. Mengantar atau menyerahkan dulang tersebut,
pada jam 02.00 wib. Diantar kan kerumah mempelai perempuan oleh
pegawai sarak dan masyarakat Desa Ture.
Dulang itu diletakan dibawah tempat tidur pengantin baru itu pada
zaman dahulu dia masih memakai keranjang tempat tidurnya tapi sekarang
pengantin baru tidak memakai keranjang lagi tapi memakai sopa itu letak
dulangnya di samping sopa. Dulang ini boleh digunakan sesudah
pengantin pada hari minggu dulang tersebut digunkan untuk mengajar
pengantin baru.
4. Makna Tradisi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari
Berbicara tentang makna dan simbol, maka keduanya tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini tindakan-tindakan
yang sifatnya simbolik itu di maksudkan untuk menyederhanakan sesuatu
yang mempunyai makna, sesuatu yang mempunyai makna itu adalah
simbol dan maknanya adalah yang dinytakan oleh simbol tersebut yang
harus dicari lewat interpresati atau komunikasi terhadapnya.
Pada hakekatnya pengetahuan manusia adalah pengetahuan yang
simbolis. Fungsi utama dari simbol-simbol itu adalah untuk
mempermudah berkomunikasi. Komunikasi manusia tidak hanya dengan
sesamanya, melainkan juga dengan makhluk di luar dirinya, yang bersifat
suprannatural atau ghaib, demi menjaga keseimbangan dalam hidupnya.
Ketika manusia berkomunikasi dengan sesame selalu di ungkapkan
52
dengan kata-kata, sebagai salah satu bentuk dari tindakan simbolik. Akan
tetapi kalau manusia berkomunikasi dengan makhluk yang lain atau yang
ritual maka tindakan komunikasinya adalah secara simbolik. Dengan
demikian simbol tersebut religi merupakan suatu sistem dan simbol-simbol
dimana manusia berkomunikasi dengan alam di dunia. Dengan warisan
dari nenek moyang pada zaman dahulu yang telah dilaksanakan secara
turun temurun oleh masyarakatnya.
Namun demikian, Datuk Alpian yang merupakan orang yang sudah
lama tinggal di Desa Ture tersebut menyatakan bahwa: tidak begitu
terdapat kekahihan yang benar tentang bermulanya keberadan tradisi
Dulang dalam masyarakat Desa Ture. Penyataan tersebut sesuai dengan
cerita dari informan lain, masyarakat Desa Ture. Dimana orang-orang
terdahulu memulai tradisi ini dengan begitu mempertahankan tradisi
dulang ini.
Hasil dari wawancara dengan Bapak Aman sebagai ketua adat
Desa Ture.58
Yang menjelaskan makna yang terkandung dalam tradisi
dulang di Desa Ture sebagai berikut:
“Terciptanya sebuah Tradisi Dulang itu mengandung makna-
makna positif seperti Tradisi Dulang yang memiliki makna dan
nilai-nilai yang sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Menurut saya Tradisi Dulang mengandung makna pengetahuan
bagi para pasangan pengantin baru supaya dia tahu bagaimana
cara memasak dari Dulang itu bisa belajar. Manfaat Dulang itu
untuk mengajar penganti baru”.
Tradisi Dulang merupakan salah satu hasil budaya peninggalan
nenek moyang masyarakat Desa Ture. Tradisi ini dilakukan sesudah
menikah. Dapat dilihat dari zaman yang sudah mulai berkembang saat ini
Tradisi Dulang di Desa Ture masih menggunakan Tradsi Melayu oleh
58 Wawancara bersama Bapak Mahfus Sebagai Ketua Adat Desa Ture. (Febuari2020)
53
orang dahulu.59
Selain itu Tradisi Dulang ini juga mempunyai makna dari
simbolis yang berpengaruh untuk pasangan pengantin tersebut.
Tradisi Dulang merupakan bahan-bahan untuk mengajari
pengantin baru bagaimana cara memasak setelah berumah tangga. Serta
di buat bahan nya sudah disusun dan lengkap lalu antar ke rumah
mempelai perempuan lalu di sebutin oleh ketua adat apabila syarat ini
ada yang kurang satu maka akan terkena denda, dendanya adalah beras 1
gantang kelapa setalih, sirih senampan.
Berikut makna dan simbolis Tradisi Dulang pada tradisi
pernikahan Desa Ture adapun Makna yang terkandung pada Tradisi
Dulang di Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari.
1. Telur 4 butir
Telur 4 butir yang di masukan ke dalam Takir yang terbuat dari
daun pisang bermakna sebagai penyanggah sebuah rumah dan tetap
bersabar dalam kondisi ekonomi yang dihadapi setiap harinya.
Maksud makna simbol Telur 4 butir tersebut agar dalam rumah
tangga haruslah bersabar dalam menghadapi kebutuhan ekonomi yang
semakin maju serta berusaha saling menguatkan dalam berumah tangga.
59 Hasil wawancara Bapak Tibroni ( Febuari 2020)
54
2. Cabe Merah
Melambangkan keberanian pengantian baru dalam menghadapi
masalah rumah tangga. Keberanian dalam mengatasi masalah yang
datang dan berani dalam urusan mencari nafkah yang halal.
Maksud makna simbol cabe merah tersebut diharapkan dalam
rumah tangga kedua mempelai menjadi keluarga yang sadar dan
tanggung dalam menghadapi masalah dalam rumah tangga dan selalu
mencari nafkah yang halal menurut ajaran agama islam dan dalam
keluarga harus rukun.
3. Cabe Hijau
Melambangkan kedamaian, keharmonisa dan ketenangan, dalam
sebuah rumah tangga agar tercipta keluarga yang sakinah mawaddah
dan warrohmah.
Maksud makna cabe hijau tersebut melambangkan kedamaian tidak
ada pertengkaran dalam rumah tangga hingga menciptakan suasana
yang tenag dan harmonis serta menjadi keluarga sakinah mawaddah dan
warrahmah.
4. Lidi Kelapa
Melambangkan kekokohan atau kekuatan sebagai pondasi
berdirinya rumah tangga pengantin baru.
Maksud makna lidi kelapa trsebut agar keluarga kedua mempelai
kelak tetap menjaga janji setia agar tidak bercerai-berai dan tetap
menjadi keuarga yang kuat dalam menghadapi masalah.
5. Dulang atau Wadah
Sebagai tempat untuk isi yang di dalam Dulang yang
melambangkan keseluruhan sebagai tempat beristirahat dan sebagai
tempat berbagi cerita bersama keluarga.
Maksud makna tersebut sebagai tempat beristirahat mempelai
pengantin baru sebagai tempat bertdeuh ketika hujan dan panas. Serta
beristirahat bersama keluarga tersayang dan berbagi cerita bahagia atau
55
pun cerita sedih agar tercipta kejujuran dan keterbukaan dalam keluarga
tanpa ada rahasia.60
Adapun bahan dan alat serta proses pembuatan isi di dalam Dulang
yang diadakan di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten
BatagHari ialah sebagai berikut:
A. Alat yang digunakan dala proses pembuatan masak isi yang di
dalam Dulang
1. Kuali
Berfungsi sebagai alat untuk memasak lauk atau memasak nasi
2. Sendok Kayu
Berfungsi Sebagai alat untuk mengambil masakan yang sudah
masak seperti lauk
3. Centong Kayu
Berfungsi sebagai alat untuk mengambil nasi yang sudah
masak di dalam kuali
4. Koset atau mancis
Berfungsi sebagai alat untuk menghidupkan kayu api atau
membakar kayu.61
5. Tungku
Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk memasak
dengan bahan bakar kayu api.
B. Bahan-bahan Isi di dalam Dulang
1. Minyak sayur 1 kg
Minyak sayur merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia sebagai alay pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak
sayur berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting dan
kebutuhannya semakin meningkat.
2. Gula pasir 1 kg
60Hasil wawancara Ibu Sudaryati (Maret 2020)
61Hasil wawancara Wak Bitamamat (Febuari 2020)
56
Gula pasir merupakan hasil dari penguapan nira tebu dan
gula pasir berbentu kristal bewarna putih mempunyai rasa manis.
Manfaatnya untuk membuat air kopi, teh dan juga bisa untuk
bikin masakan.
3. Tepung 1 kg
Tepung adalah pratikel padat yang berbentuk butiran halus
atau sangat halus tergantung proses penggilingannya. Digunakan
untuk keperluan rumah tangga dan bahan baku industri.
4. Cuka makan 1 buah
Cuka makan adalah satu bumbu penyedap yang memiliki
rasa asam dan berbentuk cairan.
5. Kecap manis 1 buah
Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang
berupa cairan bewarna hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan
dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai
hitam.
6. Kecap masin 1 buah
7. Mie Sayur 1 bungkus
8. Ikan tri ⁄
9. Telur 4 buah
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang
dikomsumsi selain daging. Umumnya telur yang dikomsumsi
berasal dari jenis-jenis burung, seperti ayam, bebek, dan angsa,
akan tetapi telur-telur yang lebih kecil seperti telur ikan kadang
juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan.
10. Terasi 1on
Terasi atau belacan adalah bumbu masak yang dibuat dari
ikan dan udang rebon yang difermentasikan, berbentuk seperti
adonan atau pasta dan bewarna hitam coklat, kadang ditambah
dengan bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan.
11. Cabe merah 1 takir
57
12. Cabe hijau 1 takir
13. Serai 4 batang di ikat untuk daunnya dikasih bunga-bunga untuk
melambangkan itu ceweknya
14. Kemiri 1 takir
15. Lada 1takir
16. Cingkai 1 takir
17. Ketumbar 1 takir
18. Kunyit 1 takir
19. Kopi besar 1
20. Teh 1
21. Daun pisang bergulung langsung pelepah untuk menutup nasi
supaya nasi nya berbau harum
22. Daun pepagan langsung pelepah utuk mengibat nasi
23. Batang pisang di kasih pecih diatasnya makna untuk
melambangkan itu cowoknya.
24. Jahe 1 takir adalah salah satu bumbu masakan yang memiliki
bentuk mirip dengan lengkuas dan berakar. Jahe ini memiliki rasa
yang pedas dan hangat.
25. Laos 1 takir adalah salah satu bumbu yang selalu ada di dapur,
lengkuas memberikan cita rasa dan aroma khas yang kuat pasa
setiap memasak.
26. Bawang merah
27. Bawang putih
28. Sabun cuci
29. Sabun mandi
30. Rokok pucuk 1 ikat untuk pengudut
Rokok pucuk adalah salah satu dari sedikit rokok
tradisional yang bertahan itu. Rokok pucuk yang berbahan baku
daun nipah.
31. Daun sirih, gambir, pinang, tembakau.
58
Daun sirih merupakan tanaman yang sangat bermanfaat,
bagi kesehatan dan tentunya sirih berperan dalam adat melayu.
Daun sirih ini merupakan tanaman merambat atau bersandar
dipohon lain. Bahan-bahan menginang adalah yang pertama
disuguhkan bagi seluruh tamu yang hadir pada acara adat seperti
pernikahan, penyembuhan dan lain sebagainya. Sering memakan
serih ini seperti pada orang yang sudah tua yaitu nenek, dan
memakan sirih ini tamu-tamu pada untuk menyambut tamu
seperti kedua mempelai pengantin disuruh memakan sirih.
32. Centong ini digunakan untuk pada saat kita memasak lebih tepat
digunakan untuk mengambil nasi.
33. Sendok ini digunakan untuk mensenduk lauk yang telah masak
didalam kuali.
34. Kelaci ini digunakan untuk mengambil nasi di dalam wadah
35. Garpu untuk peralatan atau perlengkap pada saat kita makan
36. Bunga ini untuk menghias dan melambangkan ratu sehari
37. Kayu api adalah segala jenis bahan kayu yang dikumpulkan untuk
digunakan sebagai bahan bakar. Kayu bakar merupakan bahan
yang tidak diproses selain pengeringan dan pemotongan, dan
masih terlihat jelas bagian kayu.
38. Kencur adalah salah satu jenis bumbu dapur yang dimiliki aroma
khas yang segar dan menyeruak. Selain digunakan sebagai
penambah cita rasa dalam masakan, manfaat kencur juga sudah
lama dikenal sebagai obat alami.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian lapangan yang penulis lakukan maka penulis
berasumsi bahwa kebudayaan: Tradisi Dulang yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabuaten BatangHari, Ture
adalah suatu bentuk tradisi yang dilakukan secara turun temurun yang
telah ada sejak lama hanya saja tempat pelaksanaannya berbeda. Tradisi
Dulang yang masyarakat Desa Ture dilakukan di Desa bukan tanpa alasan,
hal ini dilakukan karena Dulang bagi masyarakat Desa Ture adalah
identitas diri bagi mereka dan dilakukan karena ia memiliki fungsi tertentu
sebagaimana yang telah penulis paparkan sebelumnya. Meski hidup
ditengah pengaruh kemajuan zaman yang kian tak terelakkan namun
budaya tetap dipertahankan sebagai bentuk kekayaan bangsa Indonesia.
Secara lebih rinci penulis memberkan pokok kajian penelitian ini. Dari
uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prosesi
Proses Tradisi Dulang itu tidak begitu rumit, yang rumit itu hanya
pada saat mencari bahannya. Pertama menyiapkan Dulang atau wadah
untuk yang isi di dalam dulang nanti, kedua kita siapakan atau
kumpulkan terlebih dahulu bahan dan alat yang ingin kita isa dan kita
butuhkan biar nanti lebih enak bikinya, ketiga yaitu kita langsung bikin
isi di dalam dulang itu sudah ada orang yang sudah mengetahui cara
mengisi dulang dan tata cara meletakan isi dulang tersebut yang mana
di dahului apa saja bahannya dan maknanya pun untuk apa. Setelah
selesai membuat dulang lalu kita letakan ditempat yang lebih amat
supaya tidak dirusakan oleh anak-anak yang bawah umur. Setelah jam
satu semua pegawai sarak, ketua adat, dan masyarakat berbondong-
bondong kerumah pihak perempuan untuk mengantarkan serah yang
60
disebut dulang yang dibuat tadi pagi. Lalu ketua sarak mengecek dan
melihat satu persatu isi dalam dulang dan sebutnya sudah lengkap atau
belum isinya apabila beluh lengkap maka akan terkena dendah yaitu
kelapa setali dan serih pinang.
2. Makna dan Tujuan
Makna dan tujuan untuk menambah wawasan pengantin baru atau
untuk mengajar pengantin baru gimana cara memasak setelah berumah
tangga supaya dapurnya berasap.dan untuk mengajar gimana cara
belanja apa saja yang harus dibeli pada saat setelah berumah tangga
nanti. Tujuannya pun supaya anak perempuan ataupun anak laki-laki
itu pengantinnya dengan cara baik-baik dan pengantin besar-besaran
itu tujuan dari kedua orang tua anak mereka.
B. Saran
1. Secara teoritis karya tulis ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
perkembangan makna tradisi Dulang dalam pernikahan di Desa Ture
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari. Dengan mempertahankan
tradisi Dulang di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang
Hari.
2. Masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari ikut
berperan dan sama-sama perduli dengan adanya Tradisi Dulang di Desa
Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari.
3. Masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari
melibatkan Ketua adat dan Ketua Sahrak dalam melaksanakan Tradisi
Dulang di Desa ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang hari.
4. Bagi masyarakat setempat terutama masyarakat Desa Ture teruslah
melakukan tradisi Dulang Dalam pernikahan meski zaman telah berubah
kearah yang lebih maju, namun tanamkanlah fikiran bahwa suatu tradisi
ada salahnya dilakukan di era kemajuan zaman saat ini.
61
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, akhirnya skripsi ni bisa
dapat terselesaikan dengan harapan semnga apa yang telah penulis
sampaikan dengan tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
kususnya bagi penulis. Dan sekiranya terdapat kekurangan dalam tulisan
skripsi ini, baik dalam isi maupun pembahasan, bahasa, hal itu
dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan penulis, karena penulis
hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kehilafan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi ini,
semonga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan, pertunjuk serta
rahmatnya kepada kita semua dalam setiap langkah. Semonga ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Amiin ya Robbal’alamin.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abiding, Slamet. 1999. Fiqih Munakaha: (Bandung: Pustaka Setia).
Al-Quran dan Terjemahan Surat Al-A’raf: 199 (Jakarta Selatan: Mushaf
Al-fattah 2013)
Dkk, Tasmuji. 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu
Budaya Dasar, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press).
Dokumentasi Junaidi Kepala Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batang Hari, Tanggal 22 Februari 2020.
Dr, Nur Syam. 2007. Madzhab-Madzhab Antropologi, (Yogyakarta: Lkis
Group).
Dr, Nur. 2001. Madzhab-Madzhab Antropologi, (Yogyakarta LKIS.).
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan,
(Yogyakarta Pustaka Widyatama).
Endraswara, Suwardi. 2006. Metodelogi Penelitian Kebudayaan,
(Yogyakarta: Gadja Mada Universitas Press).
Ensiklopedi, E. Nugrohi. 1990. Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta
Adipustaka).
Etta, Mamang Dn Sopiah Sangadji. 2017. Metodologi Penelitia:
Pendekatan Praktis Dalam Penelitian. (Yogyakarta): Andi.
Hadi, Sutrisno. 1979. Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Fakultas UGM.
Hartomo. 1993. Antropologi Budaya, (Jakarta: Bumi Aksara).
Hasil Pengamatan Penulis yang di dapat dari sumber wawancara bersama
Ketua Adat di Desa Ture dan hasil pengamatan di Wilayah Perpustakaan Kampus
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Kartodirdjo, Sartono. 1991. Pendekatan Ilmu Sosial dan Pendekatan
Sejarah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Keesing, Roger. M. 1998. Antropologi Budaya, (Jakarta: Erlangga).
Koenjranigrat, 1987. Sejarah Antropologi, (Jakarta: UI-Press).
Koenjraraningrat, 1965. Pengantar Antropologi (Jakarta: Penerbit
Universitas).
Koentjarangningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta).
Koentjaraningrat, Dkk. Op. Cit.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitas dan Pengalaman,
(Jakarta: PT GRAMEDIA).
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta).
Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Pt
Gramedia,).
Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Rineka
Cipta).
M. Setiadi Elly, dkk. 2007. Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Cet. II; Jakarta:
Kencana Prenada Media Group).
63
Maleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya).
Meoleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Muhaimin. 2001. Islam dalam Bingki Budaya Lokal: Potret dari Cirebon
(Jakarta: Logos).
Narwoko, J. Dwi. 2007. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta:
Kencana).
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu
Pengantar (Bogor: Ghalia Indonesia).
Rettradisionalisa, D. A 1985. Peranci, dalam Kebudayaan, (Prisma:
Jakarta).
Shadily, Hasan. 1999 Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
hoeve).
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet.
Supardan, Dadang. 2010. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural, (Jakarta: PT Bumi Aksara).
Supardan, Dadang. 2011. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural, (Jakarta: PT Bumi Aksara).
Sutrisno, Mudji. 2005. Teori-Teori Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius).
Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Predana
Media Grup).
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, 2011. Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Adab Sastra dan Kebudayaan (Jambi:Fakultas Adab Sastra dan
Kebudayaan Islam).
Tim Penyusun Pedoman Skripsi, Pedoman Penulis Skripsi Fakultas Adab-
Sastra dan Kebudayaan Islam, (IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2013).
Wawancara (13 Februari 2020) Wak Bihta Mamat.
Wawancara bersama Bapak Mahfus Sebagai Ketua Adat Desa Ture.
(Febuari 2020).
Wawancara dengan Bapak Aman Ketua Adat Desa Ture Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batang Hari, Tanggal 10 Februari 2020.
Wawancara dengan Datuk Alpian pada tanggal 26 Februari 2020.
Wawancara dengan Ibu Sudaryati 14 Maret 2020.
Zohratul, Eva. Wardah. 2008. Skripsi Tradisi Perkawinan Adu Tumper
dikalangan Masyarakat using. (Malang: UIN Malang).
64
Sumber Jurnal/Pdf
Jurnal Mardiana, Tradisi Pernikahan Masyarakat di Desa Bonton
Lempangan Kabupaten Gowa. Tgl 19 Agustus 2017.
Jurnal Setyo Nur Kuncoro, Tradisi Upacara Perkawinan Adat Keraton
Surakart Tgl. 31 Januari 2014.
Pdf. Tradisi roti buaya betawi pada hantaran dalam pernikahan
65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara sama ibu Sudaryati sebagai pembuat dan mengetahui isi di
dalam Dulang
66
Cara membuat simbol sebagai perempuanya dari batang dan daun serai.
67
Alat-alat untuk pada saat memasak pada hari sore Sabtu dan pagi minggu
68
Bahan-bahan isi di dalam Dulang untuk memakan seri pinang
Bahan-bahan atau isi di dalam Dulang yang sudah lengkap dan siap untuk
mengatar serah pada siang Sabtu.
69
DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN
1. Nama : Indra Gunawan, S.E
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : Pol PP (Kepala Desa Ture)
Agama : Islam
2. Nama : M. Aman
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : Ketua Lembaga Adat Desa Ture
Agama : Islam
3. Nama : Tibroni
Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
4. Nama : Mahfus, SPd
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Guru SD (Imam Desa Ture)
Agama : Islam
5. Nama : Alpian
Umur : 65 Tahun
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
6. Nama : Junaidi
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
7. Nama : Sudaryati
Umur : 52 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (Mengetahui Isi-Isi di Dalam Dulang)
Agama : Islam
70
CURRICULUM VITAE
Nama : Sinta
Tempat/Tanggal Lahir : Ture, 09 Januari 1997
Nim : AS. 160981
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Zaini
Nama Ibu : Zainayu (Alm)
Anak Ke : 1 dari 2 Bersaudara
Alamat Asal : Desa Ture, Kecamatan Pemayung,
Kabupaten Batang Hari.
Nomor Telepon : 085217198821
E-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan Formal :
a. SD/MI : SDN 27/I Ture Tahun Lulus : 2010
b. SMP/MTS : SMPN 33 BATANGHARI Tahun Lulus : 2013
c. SMA/MA : SMAN 8 BATANGHARI Tahun Lulus : 2016