“tradisi dulang dalam pernikahan di desa ture ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/revisi skripsi...

84
“TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI” SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Pesyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam OLEH : SINTA NIM. AS.160981 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 06-Sep-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

“TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE

KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Pesyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam

OLEH :

SINTA

NIM. AS.160981

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2020

Page 2: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

ii

NOTA DINAS

Jambi, 23 Maret 2020

Pembimbing I : Syamsu Hadi, M. HI

Pembimbing II : Aliyas, M. Fil. l

Alamat : Fakultas Adab Dan Humaniora UIN STS Jambi

Kepada Yth

Dekan Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi

Di_

Jambi

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah membaca dan memperbaiki keseluruhannya, kami

berpendapat bahwa skripsi saudari Sinta yang berjudul “Tradisi Dulang

Dalam Pernikahan di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten

BatangHari” telah dapat diajukan untuk dimunaqosahkan guna

melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat mencapai gelar

Sarjana Strata Satu (S.1) pada fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi. Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar

dapat diterima dengan baik.

Demikianlah kami ucapkan terimah kasih semonga bermanfaat

bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pembimbing I Pembimbing II

Syamsu Hadi. J. S.Ag. M.HI Aliyas, M. Fil.I

NIP.197407011999031004 NIP.197811212007101001

Page 3: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

iii

Page 4: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dimunaqasahkan oleh sidang Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada hari tanggal Selasa 28 April 2020 dan

telah diterima sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam.

Jambi, 18 April 2020

Dekan

Fakultas Adab dan Humaniora

Dr. Halimah Dja’far, S.Ag,

NIP. 19601211 198803 2001

Sekretaris Sidang

Linda Seswati, M. Pd. I

NIP: 196812231991032002

Ketua Sidang

Dr. Ali Muzakir, M. Ag

NIP: 197107152002121003

Penguji I

Mailinar, S. Sos., M. Ud

NIP: 197705052005012007

Pengguji II

Rahyu Zami, M. Hum

NIP: 198904102018011002

Pembimbing I

Syamsu Hadi. J. S.Ag. M.HI

NIP: 197407011999031004

Pembimbing II

Aliyas, M. Fil. l

NIP: 197811212007101001

Page 5: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

v

MOTTO

عرض عن مر بالعرف وأ

خذ العفو وأ

﴾٩١١الاعراف:﴿الجاهلين

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta

berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. “ (QS. Al-A’raf: 199)1

1Kementrian Agama RI. Al-Qur’an Terjemah Mushaf Al-Fattah. (Jakarta Selatan: Wali.

2013). hlm 89

Page 6: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada

Ayah

Zaini

Ibu

Zainayu

Yang selalu menjadi cahaya kehidupan ku

Menjadi Rembulan di saat datanya malam

Dan Matahari di saat siang

tak lekang panas menyengat tubuhnya demi mencari kehidupan

tak peduli hujan membasahinya demi secerik penghasilan

tanpa pamrih berjuang

rela berkorban membanting tulang dengan ketulusan hati yang terdalam

mengasuh, membesarkan, mendidik, membina dan membimbing

sungguh perjuangan yang melelahkan

semoga ketulusan Ayah dan Ibu

diridho oleh Allah SWT

dengan balasan Surga-Nya

Amin Ya Rabbal’Alamin

Page 7: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini. Sehingga skripsi ini dapat selesai. Solawat dan

salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Baginda Nabi

Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Tadisi Dulang Dalam Pernikahan di Desa

Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari” yang merupakan

penelitian kualitatif yang ingin melihat mengapa masih mempertahankan

Tradisi Dulang di Desa Ture.

Kemudian dalam penulisan skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit

hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data

maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai

pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen

pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terimakasih kepada semua

pihak yang penyelesaian skripsi ini, terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sua’idi Asyari, MA., Ph. D selaku rektor UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Ibu Dr. Halimah Dja’far, S.Ag.,M.Fil. I selaku Dekan Fakultas

Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag Selaku Wakil Dekan I Fakultas

Adan dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Agus Fiadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban

Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Syamsu Hadi J, M. HI dan Bapak Aliyas, M. Fil.I selaku

Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu dan

Page 8: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

viii

mengarahkan serta memberi kritik dan saran selama proses

penyelesaian skripsi ini.

6. Keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi serta dukungan

dan do’a agar skripsi ini dapat selesai dengan baik.

7. Keluarga besar mahasiswa Sejarah Peradaban Islam angkatan

2016. Yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir

sebagai mahasiswa.

8. Seluruh sahabat dekat, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Namun, selalu menjadi moivator terbaik dang penguat selama

penulisan skripsi.

Penulis mengucapkan banyak terimahkasih kepada seluruh pihak

yang telah membantu berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini,

semonga Allah SWT memberikan banyak kebaikan serta keberkahan

hidup kepada kita semua. Akhir kata, penulis sangat berharap bahwa

tulisan ini dapat menjadi pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.

Wasalamualaikum Wr. Wb

Jambi, 23 Maret 2020

Penulis

Sinta

AS. 160981

Page 9: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

ix

ABSTRAK

Sinta, AS 160981. Tradisi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari. Jurusan Sejarah Peradaban

Islam Fakultas Adab dan Humaniora. Pembimbing I : Syamsu Hadi, J,

M.HI dan Pembimbing II : Aliyas, M. Fil.I.

Penelitian ini membahas tentang Tradisi Dulang Dalam Pernikahan

Di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari. Tujuan

penelitian ini pertama, untuk mengetahui kenapa masyarakat Desa Ture

masih mempertahankan tradisi Dulang dalam proses pernikahan di Desa

Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari. Kedua, mengetahui

bagaimana prosesi tradisi Dulang di Desa Ture Kecamatan Pemayung

Kabupaten BatangHari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif dengan pendekatan emik. Hasil yang didapat berdasarkan teknik

pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik analisis data meliputi analisis domain, taksonomi, komponensial

dan budaya. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa isi di dalam dulang

dahulunya seperti: beras 20 gantang, daging 20 Kg tetapi sekarang beras

sudah 40 gantang dan daging sudah menjadi 40 Kg kenapa sudah berubah

karena penduduk atau masyarakatnya sudah bertambah. Dahulu dulang itu

diletakan di bawah tempat tidur pengantin baru tetapi sekarang dulang

tersebut diletakan disamping tempat pengantin baru kenapa diletakan

disamping karena sekarang ini pengantian baru tempat tidurnya tidak

memakai ranjang lagi manfaat isi di dalam dulang itu untuk mengajar

pengantin baru bagaimana memasak setelah berumah tangga itu sebagai

simbol.

Kata Kunci: Pernikahan, Tradisi, Dulang.

Page 10: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

x

ABSTRACT

Sinta AS 160981. Tadition of Dulangin marriage in Ture village,

Pemayung subdistrict, Batang Hari district. Majoring in history of islamic

civilization faculty of humanity and humanities. Advisior I : Syamsu Hadi

J, M. HI and advisior II : Aliyas, M. Fil.I.

This study discusses the tradition of Dulang in marriage in Ture

village, Pemayung subdistrict, Batang Hari regency. The purpose of this

study is first, to find out why the Ture village community still maintains

the tradision of Dulang in the Ture village Pemayung subdistrict Batang

Hari district, secondly to find out how the procession of the Dulang

tradition in the Ture village Pemayung Batang district. This research uses

qualitative methods with emic approach. The results obtained can be based

on data collection techniques with observation, interviews, and

documentation. Data analysis techniques include domain, taxonomic,

compositional and cultural analysis. Data validity techniques use data

triangulation.

The results of this study indicate that the contents of the past used

to be like: twenty kg bushels of rice, twenty kg of meat but now rice has

become forty bushels and meat has become forty kg why has it changed

because the population or community has increased. First the dish was

placed under the bed of the newlywed, why was it put on the side because

now the newlywed how to cook after marriage is a symbol.

Keywords: Wedding, Tradition, Dulang.

Page 11: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

xi

DAFTAR ISI

NOTA DINAS ..................................................................................... i

PENGESAHAN .................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................... iii

MOTTO ............................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ............................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................ vi

ABSTRAK ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 6

C. Batasan Masalah ....................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian .................................................................... 7

F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7

BAB II KERANGKA TEORI

1. Kebudayaan .............................................................................. 10

2. Fungsi Kebudayaan .................................................................. 13

3. Tradisi ....................................................................................... 14

4. Pernikahan ................................................................................ 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lingkup Penelitian ................................................................. 18

B. Setting Dan Subjek Penelitiaan .............................................. 18

Page 12: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

xii

C. Metode Penelitian................................................................... 18

1. Pendekatan Penelitian........................................................ 19

2. Lokasi Penelitian ............................................................... 19

3. Jenis dan Sumber Data ...................................................... 20

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 21

5. Teknik Analisis Data ......................................................... 23

6. Teknik Keabsahan Data ..................................................... 25

7. Jadwal Penelitian ............................................................... 25

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi ................................................................... 27

1. Sejarah Terbentunya Desa Ture ....................................... 27

2. Visi Misi dan Tujuan Desa Ture ...................................... 30

3. Keadaan Geografis Desa Ture ......................................... 32

4. Keadaan Sosial Desa Ture ............................................... 38

B. Temuan dan Pembahasan ....................................................... 45

1. Alasan Masyarakat Masih Mempertahankan Tradisi Dulang

Dalam Pernikahan di Desa Ture ...................................... 45

2. Bagaimana Prosesi Tradisi Dulang Dalam Pernikahan di Desa

Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari........ 47

3. Makna Tradisi Dulang Dalam Pernikahan di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabuaten BatangHari .................. 49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 59

B. Saran ....................................................................................... 60

C. Penutup ................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUM

Page 13: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian Tahun 2019/2020………………… 26

Tabel 2 : Prasarana Umum Desa Ture…………………………. 33

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……… 36

Tabel 4 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umum S/D

Bulan Januari 2020…………………………………... 36

Tabel 5 : Lembaga Pendidikan Desa Ture……………………... 38

Tabel 6 : Sarana Tempat Peribadahan Masyarakat Desa Ture… 40

Tabel 7 : Mata Pencarian Desa Ture…………………………… 42

Tabel 8 : Fasilitas Kesehatan Desa Ture……………………….. 44

Page 14: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Struktur Desa Ture…………………………………… 29

Gambar 4.2 : Struktur Penggerakan PKK Desa Ture……………… 35

Gambar 4.3 : Laporan Per-Rt Januari 2020………………………... 37

Page 15: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kebudayaan

yang beragam. Indonesia memiliki suku yang sangat beragam, dengan

suku yang beragam berarti Indonesia juga memiliki tradisi-tradisi

kebudayaan yang beragam pula. Disetiap daerah, tradisi-tradisi tersebut

juga memiliki berbagai macam tata cara pelaksanaannya, maupun berbeda

dari segi tempat pelaksanaannya. Ada juga disuatu daerah yang memiliki

tata cara pelaksanaan yang hampir sama namun istilah yang digunakan

berbeda.2

Menurut Koentjaranigrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan

bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dalam kehidupan

bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Serta dari

kebudayaan dapat tampak suatu watak (ethos), seperti yang tampak

misalnya, gaya tingkah laku, atau benda-benda hasil karya masyarakat.3

Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sanskerta) buddhyah yang

merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal.

Jadi, kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan

budi atau akal”.4 Kebudayaan adalah perwujud dan dari sebuah renungan,

kerja keras dan kearifan masyarakat dalam mengurangi dunianya.

Kebudayaan yang menjadikan suatu masyarakat memandang lingkungan

hidupnya dengan bermakna. Oleh karena itu, maka kebudayaan adalah

kerangka persepsi yang penuh makna dalam struktur dan perilaku. Apa

yang ada dalam realitas mengandung makna dan diberi makna. Lebih

abstrak dapat dikatakan tidak ada budaya yang bebas. Politik, ekonomi,

2 Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Cet. II; Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2007) hlm 37 3 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Rineka Cipta, 2015). hlm. 180.

4 Koenjraraningrat, Pengantar Antropologi (Jakarta: Penerbit Universitas,1965) hlm 77

Page 16: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

2

iptek, keagamaan, kesenian, dan sebagainya tidaklah bebas makna,

semuanya diwarnai dengan kebudayaan.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan sesuatu

keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,

kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya

yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.5 Sedangkan

defenisi lain menyebutkan kebudayaan adalah benda-benda yang

diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku

yang bersifat nyata, misalnya pola prilaku, bahasa, peralatan hidup,

organisasi sosial, religi, seni, makanan dan lain-lain. Kesemuanya

ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

masyarakat, setiap suku bangsa mempunyai kearifan lokal yang menjadi

dasar kehidupannya. Dari situlah keseimbangan alam dan manusia

terbentuk secara utuh dan berkesinambungan. Secara turun temurun,

tradisi itu diwariskan kegenerasi berikutnya. Kebhinekaan dan harmoni

suku-suku bangsa itu menjadi khazanah budaya yang dikagumi dunia.

Permasalahan dunia muncul ketika manusia Indonesia memasuki tahap-

tahap modern. Nilai dan normal budaya yang berbasis kearifan lokal,

semakin jauh dari perhatian dan kepedulian manusia.6

Dalam realitas kehidupan manusia, kebudayaan dapat dilihat

ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang mempunyai tiga wujud.

Menurut Koentjaraningrat tiga wujud kebudayaan adalah: pertama, wujud

kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

normal-normal dan peraturan. Kedua, wujud kebudayaan sebagai aktivitas

atau pola tindakan manusia dalam masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan

sebagai benda-benda hasil karya manusia.7 Menurut Koentjaraningrat kata

“adat” dalam bahasa Indonesia adalah kata yang sepadan untuk

mengambarkan wujud kebudayaan pertama yang berupa ide atau gagasan

5 Roger M. Keesing, Antropologi Budaya, (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 68. 6 Hartomo, Antropologi Budaya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm.64

7 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pengalaman, (Jakarta: PT GRAMEDIA,

1974), hlm. 5-6.

Page 17: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

3

ini. Sedangkan untuk bentuk jamaknya disebut dengan adat istiadat.

Kesimpulannya, adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial yang

sejak lama ada dan telah menjadi kebiasaan (tradisi) dalam masyarakat.

Banyak tradisi yang ada di Indonesia contohnya makna Reog Ponorogo di

Desa Wager lor, tradisi potong jari di Papua dan tradisi adu betis di

Sulawesi Selatan.

Tradisi adalah sesuatu yang sulit berubah karena sudah menyatu

dengan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu tampaknya tradisi sudah

terbentuk sebagai norma yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat.8

Tradisi adalah segala sesuatu kepercayaan, ajaran dan sebagainya yang

diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang.9 Menurut Nugroho

tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi kegenerasi

berikutnya secara turun-temurun.10

Tradisi adalah segala sesuatu

kepercayaan, ajaran dan sebagainya yang diwariskan dari masa lalu

kemasa kini. Dalam pengertian yang lebih sempit tradisi hanya berarti

bagian-bagian warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yakni

yang tetap bertahan hidup dimasa kini. Tradisi adalah kesamaan benda

material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga

kini dan belum dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat diartikan sebagai

warisan yang benar atau warisan masa lalu.11

Oleh sebab itu, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat

majemuk yang berarti bahwa bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang

memiliki masyarakat yang banyak baik dari aspek agama, suku bangsa,

budaya, tradisi, dan lain-lain.

Berikut beberapa unsur universal yang merupakan isi dari pada

semua kebudayaan yang ada di dunia ini:

8 D. A Peranci, Rettradisionalisa dalam Kebudayaan, (Prisma: Jakarta, 1985).hlm, 9.

9 E. Nugrohi, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta Adipustaka 1990) hlm

414 10

Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van hoeve 1999), hlm.

307 11

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Predana Media Grup, 2007),

hlm 70

Page 18: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

4

1. Pengetahuan

2. Bahasa

3. Kesenian

4. Sistem dan organisasi kemasyarakat

5. Sistem religi dan upacara keagamaan

6. Sistem teknologi dan peralatan

7. Sistem mata pencarian hidup

Dalam hal posisi kebudayaan yang terkait pada skripsi ini adalah

unsur kebudayaan yang kelima yang disebut sistem keagamaan, karena

dari sudut teknologi tersebut adalah termasuk bagaimana cara-cara

mengelolah, memasak, menyajikan makanan serta minuman, yang terdapat

didalam tradisi utama pada tradisi Dulang yang mana berupa benda-benda

atau hal yang dapat diraba dan dilihat.12

Pernikahan secara bahasa artinya menggabungkan atau

menghubungkan dua hal menjadi satu. Sedangkan menurut istilah

pernikahan adalah akad pernikahan yang sahih atau akad yang

mengakibatkan halalnya hubungan suami istri. Dan dasar hukum nikah

adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijma.

Pernikahan juga mempunyai berbagai fungsi dalam kehidupan

kebudayaan dan masyarakat manusia. Pertama-tama pernikahan juga

memberi ketentuan dan hak kewajiban serta pelindungan kepada hasil

persetubuh, yaitu anak-anak kemudian pernikahan juga memenuhi

kebutuhan akan harta, akan sangsi dan naik kelas masyarakat, sedangkan

pemeliharaan hubungan baik antara kelompok-kelompok kerabat yang

tertentu sering juga merupakan alasan dari pernikahan.

Pernikahan adalah suatu yang dianjukan dalam ajaran Islam.

Pernikahan merupakan peristiwa yang diharapkan hanya terjadi sekali

selama hidup seseorang. Pernikahan merupakan sunnah yang hidup dalam

masyarakat, maka pernikahan tersebut harus dipelihara, karena dipandang

dari tujuannya, pernikahan tersebut dipandang baik. Sedangkan menjaga

12 Koenjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta.2009). hlm. 164

Page 19: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

5

tradisi itu suatu keharusan, bahkan mengenai status dalam tradisi ulama

menyatakan bahwa tradisi adalah syari’at yang dilakukan sebagai hukum.

Selain itu pernikahan juga merupakan ikatan lahir batin antara

seseorang laki-laki dan seseorang perempuan sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk rumah tangga yang penuh bahagia, sakinah, penuh

cinta dan kasih sayang serta untuk mendapatkan keturunan yang saleh dan

shaleha.13

Dalam tradisi Dulang, melaksanakan kebiasaan yang sering

dilakukan oleh masyarakat sampai sekarang, dalam acara antar Seko

makan sehari atau selemak semanis. Menandakan ada acara pengantin di

Desa Ture, tradisi Dulang ini telah dilakukan pada zaman nenek moyang

dahulu kalah sampai sekarang ada perubah dari bahan dan tata caranya,

masih dipertahankan oleh masyarakat Desa Ture. Masyarakat berkumpul

dirumah mempelai pihak laki-laki untuk membuat sebuah dulang tersebut

isinya seperti: ada cabai, bawang merah, ketumbar, lada manis, dan lain-

lain. Setalah selesai pembuatan Dulang tersebut, maka Dulang tersebut

diantarkan ke rumah mempelai perempuan. Setelah sampai maka Dulang

ini dilihat satu persatu atau dicek oleh ketua adat Desa Ture, apabila isi

Dulang tersebut sudah lengkap barulah digunakan untuk peralatan masak,

dibagikan dan makan bersama-sama satu kampung. Di dalam sebuah

nampan di Desa Ture masih mempertahankan tradisi seperti itu melihat

silaturahminya dan melihat kebersamaan masyarakat dan tradisi dulang ini

digunakan untuk mengajar pengantin baru pada malam pertamanya.

Tradisi Dulang ini wajib diadakan setiap melaksanakan acara

pengantin besar-besaran. Hantaran Dulang ini tidak dilaksanakan maka

acara pengantin dianggap tidak terjadi atau tidak boleh diadakan

pernikahan tersebut. Padahal dalam hukum Islam, tidak ada syarat itu,

Islam tidak menganjurkan untuk memperberatkan pernikahan. Apa lagi

seperti adanya Dulang itu, Dulang ini sangat berat dan perlengkapan yang

isi di dalam Dulang tersebut sangat banyak dan biayanya pun cukup

13

Muh. Atha Zharfan, Pintar Agama Islam, hlm,184

Page 20: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

6

lumayan besar. Di dalam sebuah Dulang nanti ada seperti bambu atau lidi

yang di buat dua dan panjang lalu ditengah-tengah kedua bambu dan lidi

tersebut ada bermacam benda seperti sebuah cabai yang dibelah dua tidak

boleh belahnya sampai putus dan benda-benda lainnya, itu untuk

menandakan lambang. Tradisi Dulang ini hanya ada di Desa Ture.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis merasa perlu untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Tradisi Dulang dengan judul.

“Tradisi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa Ture Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batang Hari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

pokok-pokok permasalahan yaitu:

1. Mengapa masyarakat Desa Ture masih mempertahankan tradisi Dulang

dalam pernikahan di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batang Hari.

2. Bagaimana prosesi tradisi Dulang di Desa Ture Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batang Hari.

3. Apa makna tradisi Dulang di Desa Ture Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batang Hari.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dalam penelitian dan

pembahasan proposal ini, maka perlu adanya batasan masalah. Adapun

pembahasan yang dibahas dalam proposal ini mencakup tentang proses

akulturasi tradisi Dulang, pada masyarakat Desa Ture Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batang Hari.

Page 21: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

7

D. Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui pokok-pokok permasalahan dari penelitian ini,

maka tujuan yang ingin penulis capai dari kajian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kenapa masyarakat Desa Ture masih mempertahankan

tradisi Dulang dalam proses pernikahan di Desa Ture Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batang Hari

2. Untuk mengetahui bagaimana prosesi tradisi Dulang di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari

3. Untuk mengetahui makna dan tujuan dari Tradisi Dulang di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari

E. Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka

manfaat yang penulis harapkan adalah:

1. Secara praktis untuk menambah wawasan atau informasi bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya yang ingin mengetahui tentang

tradisi Dulang menurut pandangan Islam di Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batang Hari.

2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Untuk menambah referensi perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai

rujukan pada penelitian selanjutnya dalam skala yang lebih luas.

F. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan penulis, selama ini telah banyak buku-

buku maupun karya-karya ilmiah yang membahas tentang penelitian

kebudayaan diberbagai daerah bagi mahasiswa maupun mahasiswi

diperguruan tinggi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin

Jambi maupun perguruan tinggi diseluruh Indonesia, namun sejauh ini

informasi yang didapat belum diketahui ada yang melakukan pembahasan

Page 22: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

8

secara khusus mengenai tradisi Dulang dalam pernikahan di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari.14

Satu hal penting yang harus dilakukan peneliti dalam penelitian

ilmiah adalah melakukan tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu. Hal

ni lazim disebut dengan istilah Prior Research. Prior Research penting

dilakukan dengan alasan untuk menghindari adanya publikasi ilmiah,

untuk membandingkan kekurangan ataupun kelebihan antara penelitian

terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan untuk menggali informasi

penelitian atas tema yang diteliti dari peneliti sebelumnya. Berdasarkan

pengamatan penulis, sampai saat ini terdapat beberapa kebudayaan tentang

beberapa karya berupa buku ataupun karangan yang membahas mengenai

penelitian kebudayaan tentang makna tradisi Dulang bagi masyarakat

setempat. Beberapa karya yang telah ditulis sebagai berikut:

Pertama, Skripsi yang dibahas oleh Ida Sholohatin Jurusan Akidah

dan Fakultas Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Berjudul,

Makna Tradisi Tedhak Siti dan Relevansinya dengan Ajaran Islam di Desa

Sukosono Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara Skripsi ni membahas

tentang tradisi hantaran adat. Analisis memperhatikan bahwa terhak Siti

yang dilakukan oleh masyarakat dan makna tentang adat dalam

pernikahan.

Kedua, Skripsi yang dibahas oleh Mardiana Jurusan Sejarah

Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Alauddin

Makassar, Berjudul Tradisi Pernikahan Masyarakat di Desa Bonton

lempangan Kabupaten Gowa skripsi ini membahas tentang pernikahan

merupakan suatu sistem nilai budaya yang memberi arah untuk

mempertahankan nilai-nilai hidup dalam hal memperthankan keturunahan

14

Hasil Pengamatan Penulis yang di dapat dari sumber wawancara bersama Ketua Adat di

Desa Ture dan hasil pengamatan di Wilayah Perpustakaan Kampus UIN Sultan Thaha Saifuddin

Jambi.

Page 23: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

9

pada pernikahan untuk penyatuan dua keluarga besar dari kedua mempelai

dalam tradisi ini ada yang namanya acara pengantaran serah dalam adat.15

Ketiga, Skripsi yang dibahas oleh Setyo Nur Kuncoro Jurusan Al-

Ahwal Al-Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang, Berjudul Tradisi Upacara Perkawinan Adat Keraton Surakarta

skripsi ini membahas tentang dalam menentukan jodoh bagi anaknya dan

untuk mengetahui bagaimana prosesi perkawinan adat Keraton Srakarta

pada masyarakat Kauman, Pasar, kliwon dan membahas tentang makna

terkandung dalam perkawinan adat.

Analisis dengan skripsi yang saya meneliti dengan skripsi ini ada

perbedaan skripsi yang saya lihat dari jurnal ini menjelaskan bagaimana

perkawinan adat tapi skripsi saya membahas tentang isi, simbol yang

terdapat dalam adat dulang.16

15

Jurnal Mardiana, Tradisi Pernikahan Masyarakat di Desa Bonton Lempangan

Kabupaten Gowa. Tgl 19 Agustus 2017.

16Jurnal Setyo Nur Kuncoro, Tradisi Upacara Perkawinan Adat Keraton Surakart Tgl. 31

Januari 2014

Page 24: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

10

BAB II

KERANGKA TEORI

Landasan teori dalam menganalisa, menelaah, dan mengkaji serta

menjabarkan permasalahan yang diteliti maka diperlukan suatu rujukan

dan konsep para ahli atau dalam bidang sesuai dengan masalah yang

diteliti. Untuk mempermudah kajian ini dalam memberikan pengertian

yang terdapat dalam kaijan ini, maka perlu untuk mengemukakan kajian

secara konseptual yang berhubungan dengan judul masalah diatas:

1. Kebudayaan

Menurut Edwar B. Tylor (1871), kebudayaan adalah kesatuan yang

menyeluruh dan terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat

istiadat, dan semua kemampuan serta kebiasaan lainnya yang diperoleh

manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Ilmu Antropologi,

kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan hasil karya

manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia

dengan belajar.

Menurut Raymond Williams istilah kebudayaan dibagi menjadi

tiga, pertama, mengenai perkembangan intelektual, spiritual dan estetik

individu, kelompok atau masyarakat, kedua, menangkap sejumlah aktivitas

intelektual dan arsitik serta produk-produk (film, kesenian dan teater).

Ketiga, mengenai seluruh cara hidup, aktivitas, kepercayaaan, dan

kebiasaan seseorang, kelompok mayarakat.17

Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddayah, yaitu bentuk

jamak dari buddhi yang bearti “budi” atau “akal”. Dengan demikianlah

kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu sendiri.18

Dengan

demikian kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan

dan hasil karya manusia dalam jumlah kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

17Mudji Sutrisno, Teori-Teori Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm 258

18Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm 146

Page 25: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

11

Menurut Ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik manusia dengan belajar.19

Kata kebudayaan adalah berasal

dari kata sanskerta buddhayah, yaitu berbentuk jamak dari buddhi yang

bearti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan

“hal-hal yang bersangkutan dengan akal” demikian kebudayaan adalah

hasil dari cipta, karya, dan rasa.

Madzhab-Madzhab Antropologi kebudayaan adalah produk atau

hasil dari aktivitas nalar manusia, di mana ia memiliki kesejajaran bahasa

yang juga merupakan produk dari aktivitas nalar manusia tersebut.

Kesejajaran itu terletak pada bahasa yang merupakan kondisi bagi

kebudayaan karena materi keduanya bersumber dari sumber yang sama,

yaitu relasi, oposisi-oposisi, korelasi, dan lain-lain. Sumber itu tak lain

ialah nalar manusia atau human mind. Itulah sebabnya, tujuan mempelajari

antropologi menurut Levi-Strauss adalah menemukan model atau pola

sehingga akan dapat dipahami tentang pikiran dan perilaku di dalam

kehidupan masyarakat.20

Secara umum budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa

sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi

(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan

akal manusia, dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang

berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengejarkan dapat

diartikan juga sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia.21

Kebudayaan

adalah seluruh hasil usaha manusia baik berupa berada maupun buah

pikiran penghidupannya. Menurut ilmu Antropologi kebudayaan adalah

19

Koentjarangningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009),

hlm. 144 20 Dr, Nur Syam, Madzhab-Madzhab Antropologi, (Yogyakarta: Lkis Group. 2007) hlm.

68-69 21

Muhaimin, Islam dalam Bingki Budaya Lokal: Potret dari Cirebon (Jakarta:Logos,

2001). hlm.153

Page 26: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

12

sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan

masyarakat yang dijadikan untuk manusia untuk belajar.22

Geertz dalam bukunya “Mojokuto” Dinamika Sosial Sebuah Kota

di Jawa mengatakan bahwa budaya adalah suatu sistem makna dan simbol

yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan

dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-

penilaiannya, suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis,

diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-

orang mengkomunikasikan, mengabdikan, dan mengembangkan

pengetahuan, karena kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik maka

haruslah dibaca, diterjemahkan dan diinterpretasikan.23

Sementara Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan

kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya

masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau

kebudayaan jasmani yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam

sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan

masyarakat.24

Kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang kompleks,

meliputi hukum seni, moral, adat istiadat dan segala kemampuan lain yang

diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dipandang

sebagai warisan tradisi yang dianggap sebagai cara dan aturan hidup

manusia, seperti cita-cita, nilai dan tingkah laku. Kebudayaan juga suatu

yang dianggap sebagai langkah penyesuaian diri manusia kepada

lingkungan sekitar dan membicarakan pola-pola serta fungsi dari

kebudayaan itu sendiri.25

22

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Pt Gramedia, 1980), hlm. 144 23

Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,

(Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press, 2011) 154 24

Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2006) 21 25

Suwardi Endraswara. Metodelogi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:Gadja Mada

Universitas Press, 2006), hlm. 04

Page 27: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

13

Dapat disimpulkan bahwa paparan diatas tentang kebudayaan maka

posisi kebudayaan yang penulis teliti adalah sebagai warisan tradisi dari

nenek moyang yang sudah menjadi tradisi turun temurun, yang mana apa

bila tradisi ini dihilangkan maka hilang pulah wujud kebudayaan yang

terdapat pada Desa Ture khususnya.

2. Fungsi Kebudayaan

Menurut Malinowski kebudayaan mempunyai fungsi sebuah

pendirian bahwa aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud

memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk

manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupan.26

Fungsi

kebuadayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti

bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap

kalau akan berhubungan dengan orang lain di dalam menjalankan

hidupnya. Kebudayaan berfungsi sebagai: suatu hubungan pedoman antar

manusia atau kelompok.

Fungsi dari suatu unsur budaya adalah kemampuannya untuk

memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang

timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga

suatu masyarakat kebutuhan pokok adalah seperti makanan. Reproduksi

(melahirkan keturunan), merasa enak badan (bodily comport) keamanan

gerak dan pertumbuhan.

Menurut Robert K. Merton mengutip tiga postulat, pertama,

kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai “suatu

keadaan dimana seluruh bagian sistem sosial bekerja sama dalam suatu

tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang memadai tanpa

menghasilkan konflik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau

diatur. Kedua, fungsionalisme universal, berkaitan dengan postulat

pertama, fungsionalisme universal menggap bahwa seluruh bentuk sosial

dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Ketiga,

26

Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural,

(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 228

Page 28: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

14

postulat ketiga yang mmelengkapi trio postulat fungsi onalisme, adalah

postulat indispensability. Ia menyatakan bahwa “dalam setiap tipe

peradapan, setiap kebiasaan, ide, objek materil, dan kepercayaan

memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus

dijalankan, dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan

dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan.27

3. Tradisi

Pengertian tradisi berasal dari bahasa latin: trasition, “diteruskan”

kebiasaan atau kebiasaan, dalam pengertian yang lebih sederhana adalah

sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari

kehidupan suatu kelompok masyarakat biasanya dan suatu negara,

kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Tradisi juga merupakan

kompleks konsep serta aturan yang mantap terintegrasi kuat dalam sistem

budaya dari suatu kebudayaan yang menata tindakan manusia dalam

kehidupan sosial kebudayaan itu.

Dalam kamus antropologi budaya dijelaskan bahwa tradisi adalah

kompleks konsep serta aturan yang mantap dan terintegrasi kuat dalam

sistem budaya dari suatu kebudayaan yang menata tindakan manusia

dalam kehidupan sosial kebudayaan itu.28

Dalam hal ini, hal yang paling

mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari

generasi kegenerasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini,

suatu tradisi dapat punah. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk

berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu hingga menjadi suatu kebiasaan.

Tradisi merupakan tatanan transendental yang dijakan sebagai

dasar orientasi untuk pengabsahan tindakan manusia. Namun demikian,

tradisi juga merupakan suatu yang imanen di dalam situasi aktual yang

memiliki kecocokan dengan realitas yang sama dengan tatanan yang

27

Koenjranigrat, Sejarah Antropologi, (Jakarta: UI-Press, 1987), hlm 171 28

Koentjaraningrat, Dkk. Op. Cit. hlm 2

Page 29: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

15

transenden untuk mengisi fungsi orientasi dan legitimasi. Jadi, tradisi tidak

sinonim dengan keadaan statis atau berlawanan dengan keadaan modern.29

Tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan generasi ke

generasi baik tertulis maupun lisan. Tradisi merupakan gambaran sikap

dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu yang lama dan

dilaksanakan oleh kecenderungan untuk membuat sesuatu dan mengulang

sesuatu hingga menjadi kebiasaan. Tradisi segala sesuatu yang disalurkan

atau diwariskan dari masa lalu kemasa kini. Dalam pengertian yang lebih

sempit tradisi hanya berarti bagian-bagian warisan sosial khusus yang

memenuhi syarat saja yakni yang tetap bertahan hidup dimasa kini.

Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal

dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau

dirusak. Tradisi dapat diartikan sebagai warisan yang benar atau warisan

masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah

dilakukan secara kebetulan atau disengaja.30

Tradisi merupakan suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah

menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama dikenal sehingga

menjadi adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun. Jadi dari

beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa tradisi adalah apapun

yang dilakukan oleh manusia secara turun-temurun dari setiap aspek

kehidupannya dapat dikatakan sebagai tradisi.31

Kriterial tradisi dapat

lebih dibatasi dengan mempersempit cakupannya. Dalam pengertian ini

tradisi hanya berarti bagian-bagian warisan sosial khusus yang memenuhi

syarat saja, yakni telah bertahan hidup dimasa kini, yang masih kuat

ikatannya dengan masa kini. Dilihat dari aspek gagasan, tradisi bisa dilihat

dengan adanya keyakinan, kepercayaan, simbol-simbol, nilai, aturan, dan

ideologi yang kesemuannya itu merupakan peninggalan masa lalu yang

hingga kini masih dilestarikan.

29

Nur, Madzhab-Madzhab Antropologi, (Yogyakarta LKIS. 2001). hlm. 70-71 30

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Media Grup, 2007), hlm. 70 31

Dadan Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2100), hlm, 207

Page 30: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

16

Maka dari itu, sebuah tradisi tentunya patut untuk selalu

dipertahankan oleh masyarakat. Salah satunya yaitu Tradisi Dulang Desa

Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari. Tradisi Dulang ini

adalah tradisi orang melayu yang sudah menjadi warisan turun temurun

dari nenek moyang, yang tidak boleh ditinggalkan pada saat satu hari

setelah pernikahan dimulai, apabila tradisi ini ditinggalkan maka terjadi

suatu hal yang terburuk untuk pasangan pengantin.

Istilah Dulang adalah dulang untuk mengalas makanan (yang akan

disajikan). Pengertian dan arti kata dulang adalah baki yang biasanya

berbibir pada tepinya dan berkaki, dibuat dari kayu atau kuningan. Dulang

adalah nampan berbentuk lingkaran yang biasanya berbibir tepinya. Dapat

dibuat dari kayu atau kuningan. Dari bahasa Sunda, dulang digunakan

dalam peroses memasak nasi, sebagai wadah mengaduk-aduk nasi yang

baru matang sambil dikipas sebelum disimpan ketempatnya. Bentuknya

lebih cembung dan menyempit dibagian bawah.

4. Pernikahan

Menurut bahasa, nikah berarti penyatuan, diartikan juga sebagai

akad atau hubungan badan. Nikah merupakan suatu akad yang

menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang

bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduannya.

Dalam pengertian lain, pernikahan suatu ikatan lahir antara dua orang laki-

laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan

keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syar’iat

Islam. Pernikahan mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan

perkawinan ialah saling mendapatkan hak dan kewajiban serta bertujuan

mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi tolong menolong. Karena

pernikahan termasuk pelaksana agama, maka didalamnya terkandung

adanya tujuan atau maksud mengharapkan keridhaan Allah SWT.32

32

Eva Zohratul Wardah. Skripsi Tradisi Perkawinan Adu Tumper dikalangan Masyarakat

using. (Malang: UIN Malang. 2008). hlm. 19

Page 31: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

17

Pernikahan adalah suatu ikatan sakral (suci) yang meningkat kedua

belah pihak penganten lahir dan batin. Dengan jalan memenuhi ketentun

adat syarak dan sekarang ditambah lagi dengan undang-undang

perkawinan, demikian juga perkawinan, juga penerimaan status baru

dengan sederetan hak dn kewajiban yang baru, seperti pengakuan status

baru oleh orang lain.

Menurut Harton dan Hunt, sebagaimana dikutip oleh J. Dwi

Narkowo dalam bukunya, sosiologi teks pengantar dan terapan bahwa

istilah pernikahan dalam sosiologi adalah pola sosial yang disetujui

dengan cara dimana dua orang atau lebih membentuk keluarga.33

Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan

manusia karena pernikahan bukan hanya merupakan sesuatu yang sangat

penting dalam kehidupan manusia kerena pernikahan bukan hanya

merupakan peristiwa yang harus ditempuh atau dijalani oleh dua individu

yang berlainan jenis kelamin, tetapi lebih jau adalah perkawinan

sesungguhnya proses yang melibatkan beban dan tanggung jawab dari

banyak orang baik itu tanggung jawab keluarga, kaum kerabat, bahkan

kesaksian dari seluruh masyarakat yang ada dilingkungannya dalam Islam

pernikah merupakan sunatullah yang umum dan berlaku pada semua

makhluk Allah, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan.34

Pernikahan menurut konsep Islam mengandung unsur ibadah.

Melaksanakan perkawinan berarti melaksanakan sebagian dari ajaran

agama.

Dalam surah An-nisa: 1 terjemahan yang artinya “wahai sekalian

manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian

dari jiwa yang satu dan dari jiwa yang satu itu dia menciptakan

pasangannya, dan dari keduanya dia memperkembang biakkan laki-laki

dan perempuan yang banyak” (An-nisa: 1)

33

J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007),

hlm 229 34

Slamet Abiding, Fiqih Munakaha: (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm 9

Page 32: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

diarahkan untuk memecahkan masalah dengan memaparkan atau

menggambarkan apa adanya tentang hasil penelitian dilihat dari cakupan

pembahasan, tentunya luas dan tidak mungkin dapat penulis dilakukan

oleh karena itu, untuk mempermudah mengadakan penelitian di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari maka penulis memusatkan

tentang tradisi Dulang dalam pernikahan bagi masyarakat di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari.

B. Setting dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat suatu penelitian untuk memperoleh

data-data. Penelitian dilakukan di Desa Ture Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batang Hari. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul skripsi

tentang tradisi Dulang bagi masyarakat di Desa Ture Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batang Hari. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam skripsi ini adalah Purposive sampling. Purposive adalah

teknik menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan

tujuan yang dikehendaki.35

Karena penelitian dalam skripsi ini meneliti

tentang tradisi Dulang bagi masyarakat di Desa Ture Kecamatan

Pemayung Kabupaten BatangHari. Maka sampel sumber datanya adalah

orang yang memliki kekuasaan.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini berusaha mengungkap sebuah tradisi Dulang bagi

masyarakat di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan model penelitian yang bertujuan

35

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabet, 2010. hlm,124

Page 33: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

19

mengungkap fenomena yang ada dan memahami makna dibalik fenomena

tersebut.36

Karya ilmiah pada umumnya merupakan hasil penyelidikan secara

ilmiah yang bertujuan untuk menemukan, menggambarkan dan

menyajikan kebenaran.37

Pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh

data yang bisa dipertanggung jawabakan kebenaranya dan mampu

mewakili seluruh populasi yang diteliti. Metode penelitian kualitatif

mencakup beberapa bagian diantara.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif atau penelitian lapangan.

Karena penelitian ini lebih condong kearah pradigma penelitian kualitatif,

yang merupakan upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya

di dalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan terhadap

manusia yang diteliti. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah

pendekatan antropologi yaitu pendekatan yang menggunakan nila-nilai

yang mendasari perilaku sosial masyarakat, status gaya hidup, sistem

kepercayaan yang mendasari pola hidup dan sebagainya.38

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi subjek penelitian adalah Desa Ture,

Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari. Secara tidak langsung

penelitian ini merupakan tempat peninggalan bersejarah dikawasan Desa

Ture. Yang mana dikawasan ini terdapat banyak peninggalan yang seperti

Tradisi Dulang yang sudah lama turunan dari nenek moyang dahulu

sampailah sekarang dalam pernikahan masih melakukan dengan namanya

tradisi Dulang tersebut.

36

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi, Pedoman Skripsi Fakultas Adab Sastra dan

Kebudayaan Islam (Jambi:Fakultas Adab-Sastra dan Kebudayaan Islam, 2013), hlm 235-236. 37

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas UGM,

1979, hlm.3 38

Sartono kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dan Pendekatan Sejarah, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1991, hlm.4

Page 34: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

20

3. Jenis Dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder.

1) Data Primer

Data primer adalah sumber data peneliti yang diperoleh langsung

dari peneliti kepada sumbernya (sumber asli) tanpa ada perantara.39

Oleh

karena itu data primer adalah data langsung dikumpulkan oleh peneliti

atau petugas-petugasnya dari sumber utama. Data primer diperoleh

melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, mengenai tujuan

dan proses Dulang pernikahan Desa Ture (Studi Kasus Etnografi). Data

primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti

dari sumber pertama atau utama.40

Adapun yang dimaksud data primer

didalam penelitian ini adalah hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi yang telah dilakukan penelitian kepada masyarakat

setempat.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan

oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk-bentuk publikasi atau

jurnal.41

Data sekunder adalah data yang tersusun atau dari bahan

perpustakaan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Seperti buku,

majalah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.42

Data

yang dimaksud adalah data sudah terdokumentasi dan mempunyai

hubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun data sekunder dalam

penelitian ini adalah historis, geografis, budaya dan tradisi di Kecamatan

Pemayung.

39 Sangadji, Etta Mamang Dn Sopiah. Metodologi Penelitia: Pendekatan Praktis Dalam

Penelitian. (Yogyakarta): Andi, 2017, hlm.171 40 Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab

Sastra dan Kebudayaan (Jambi:Fakultas Adab Sastra dan Kebudayaan Islam, 2011) hlm, 31. 41

Tim Penyusun Pedoman Skripsi, Pedoman Penulis Skripsi Fakultas Adab-Sastra dan

Kebudayaan Islam, (IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2013), hlm.31 42

Lexy, J, Maleong, Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),

hlm.157

Page 35: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

21

b. Sumber Data

1) Data yang diperoleh dari masyarakat setempat, seperti: Tokoh Adat,

Tokoh Agama, Tokoh Pegawai Sarak, Masyarakat dan pihak

Pemerintahan Desa.

2) Bahan bacaan yang digunakan dalam skripsi ini adalah buku-buku,

skripsi-skripsi dan jurnal kebudayaan yang berkaitan dengan

penelitian.

3) Dokumentasi, sumber data ini diambil dari dokumen-dokumen yang

didapat melalui ketua adat, lembaga adat, pegawai sarak tokoh

masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang

Hari sebagai bahan tambahan skripsi ini menjadi akurat dan jelas.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah suatu penelitian secara sistematis menggunakan

kemampuan indra manusia. Pengamatan dilakukan pada saat terjadi

aktivitas budaya dan wawancara secara mendalam (indeft interview).43

Obsevasi dilakukan untuk mencari data yang dapat digunakan untuk

memberikan suatu kesimpulan sementara.

Berdasarkan situasinya, observasi terbagi dalam beberapa macam

seperti, Free Situation: adalah observasi yang dijalankan dalam situasi

bebas, tidak ada hal-hal atau faktor-faktor yang membatasi jalannya

observasi. Manipulated Situation: adalah observasi yang situasinya dengan

sengaja diadakan. Sifatnya terkontrol (dalam pengontrolan observasi).

Partially Controlled Situation: adalah campuran dari keadaan observasi

free situation dan manipulated situation.

Dalam hal ini penulis menggunakan bentuk Observasi Partially

Contolled Situation merupakan bentuk observasi yang dijalankan dalam

situasi bebas atau tidak ada hal yang membatasi serta dengan observasi

43

Suwardi Endraswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta

Pustaka Widyatama, 2006), hlm. 133

Page 36: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

22

yang dilakukan dengan situasi sengaja dan merupakan Observasi Non

Partisipan yaitu dimana penulis tidak ikut aktif didalam kegiatan yang

akan diteliti atau dengan kata lain penulis hanya mengamati jarak jauh.

Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan yang tidak berperan

serta, artinya peneliti hanya melakukan satu fungsi saja yaitu hanya

mengadakan pengamatan. Jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat

kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan

tersebut peneliti berperan sebagai pengamat hasil observasi tersebut

selanjutnya dicatat dalam lembaran penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

bertanya langsung kepada narasumber atau informan, dengan maksud

untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kajian dalam penelitian

ini. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara

(Interviewer) dan yang diwawancara (Interviewee) yang memberi jawaban

atas pertanyaan itu.

Supaya dalam proses wawancara bisa berjalan dengan lancar serta

mendapat informasi yang akurat, maka dalam proses wawancara dilakukan

dengan santai, nyaman, dan tidak ada yang merasa tertekan antara

pewawancara dengan terwawancara. Maka peneliti menggunakan teknik

wawancara mendalam (Indept interview).44

Wawancara mendalam (Indept interview) biasanya dinamakan

wawancara buku etnografi atau wawancara kualitatif. Wawancara

dilakukan dengan santai, informal, dan masing-masing pihak seakan-akan

tidak ada beban psikologis. Wawancara mendalam akan memperoleh

kedalaman data yang menyeluruh dalam hal ini proses wawancara

dilakukan secara terbuka disebut juga wawancara terbuka (open interview)

yaitu subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancara dan mengentahui

pula apa maksud dan tujuan wawancara ini.

44

Lexy J, Maleomg, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya,

2013), hlm. 186

Page 37: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

23

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebagai cara untuk mencari data dan

mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan

manuskrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan lain sebagainya.

Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan makna tradisi Dulang dalam pernikahan di Desa Ture Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batang Hari.

d. Penentuan Sampel dan Informan

Sampel merupakan sumber informasi data itu sendiri, sampel dapat

berupa peristiwa, manusia, situasi, dan sebagainya. Penentuan sampel

dilakukan dengan cara purposive sampling, artinya sampel yang bertujuan.

Jumlah sampel tidak ada batas menimal atau maksimal yang penting telah

memadai dan mencapai data jenuh sehingga tidak ditemukan informasi

baru lagi dari subjek penelitian.

Sedangkan penentuan informal dilakukan dengan menggunakan

jaringan, yakni berdasarkan informasi yang diperoleh dari ketua adat dan

masyarakat yang ada di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten

BatangHari.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang dapat diceritakan

kepada orang lain. Dengan menggunakan analisis data sebagai berikut:45

a. Analisis Domain

Analisis domain (ranah), yaitu upaya untuk menemukan istilah-istilah

lokal, simbol, deskripsi tentang definisi dan fungsi dari pendidikan

45

Suwardi Endraswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:

Widyatama . 2006) hlm. 176-177

Page 38: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

24

seksual. Tiap anggota ranah yang digali harus mempunyai sebuah

makna. Untuk menemukan makna dengan cara melihat kemiripan-

kemiripan yang ada pada data yang diperoleh. Analisis ranah

merupakan lainkah pertama. Analisis ranah, merupakan analisis luaran

(surface analysis), dan sebelum merupakan sesuatu yang bersifat

mendalam (in-depth analysia) analisis raanah ini untuk memberikan

gambaran secara holistik keadaan suatu budaya selintas dari informan.

b. Analisis Taksonomi

Analisis taksonomis, diarahkan untuk menunjukkan hubungan simbol

dan term ranah. Taksonomis menunjukkan sub-bagian simbol atau

term dan bagaimana hubungannya ranah secara keseluruhan. Hasil

analisis taksonomis dapat diwujudkan kedalam diagram pohon.

Sebagian contoh misalnya yang terkaitan dengan perilaku seksual

berpakaian, yaitu pakaian dalam: terdiri dari, onder-rok, katong, cawet,

dan sebagianya.

c. Analisis Komponensial

Analisis komponen merupakan penelitian sistematik untuk

menemukan atribut (yang berupa komponen makna) yang berasosiasi

dengan simbol-simbol budaya. Misalnya, perbedaan penggunaan

pakaian dalam tersebut, mana yang dipandang sebagai perilaku seksual

yang kurang etis. Wanita akan dipandang kurang etis jika memakai

pakaian sampai kalihatan pakaian rahasianya. Misalnya dengan duduk:

methothok, mekongkong, mekakangkang, dan sebagainya.

d. Analisis Tema Budaya

Analisi tema budaya, yaitu dengan cara mencari tema konseptual yang

dipelajari oleh anggota masyarakat dan hubungan antar ranah. Konsep

tema jauh berakar pada ide, dan tidak sekadar potongan tingkah laku

atau term, atau kebiasaan, atau kumpulan potongan-potongan tersebut.

Tema budaya merupakan sebuah postulat, baik yang dinyatakan secara

eksplisit maupun implisit. Tema budaya merupakan prinsip kognitif

yang berulang muncul dalam ranah dan berfungsi sebagai penghubung

Page 39: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

25

diantara sub sistem kultural. Tema budaya merupakan tingkat

generalisasi yang lebih tinggi.

6. Teknik Keabsahan Data

Untuk menciptakan keabsahan data penelitian yang telah

dikumpulkan, digunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik

pengukuran keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar data

untuk kepastian pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.46

Triangulasi dilakukan dengan melakukan pengecekan ulang tahap

sumber-sumber data. Pengecekan ulang terhadap sumber-sumber data.

Pengecekan ulang terhadap sumber dilakukan dengan membandingkan apa

yang dikatakan orang-orang dengan apa yang dikatakan oleh tokoh

masyarakat, membandingkan keadaan perpektif yang luar. Selanjutnya

dilakukan dengan menggunakan teori-teori sebagai alat diskusi. Semua ini

dilakukan adalah untuk mendapatkan kesamaan pandangan, pendapat atau

pikiran terhadap fokus masalah.

7. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini disusun untuk menjadi pedoman dalam

rangka penelitian dan langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan

nantinya. agar penelitian ini terarah dari waktu dan kegiatan maka

penelitian membuat jadwal penelitian dirancang untuk penulis skripsi,

mulai dari pengajuan judul hingga penyusun dengan waktu dan tahap

sebagai berikut.

46 Lexy J. Meoleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.186

Page 40: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

26

Tabel 1.I Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

2019/2020

Okto

ber

Novem

ber

Desem

ber

Januari

Feb

ruari

Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuanjudul X

2 Pengajuandosenpembimbing

x

3 Bimbingan, perbaikan proposal

danizin seminar

x

x

x

X

4 Seminar proposal x

5 Revisi hasil seminar

danSuratizinriset

X

x

X

x

x

6 Pengumpulan data x X x x x

7 Pengolahan data x x X x

8 Penulisan skripsi x x X x

9 Bimbingan dan perbaikan

10 Agenda dan ujian skripsi

11 Perbaikan dan penjilidan

Page 41: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

27

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi

1. Sejarah Terbentuknya Desa Ture

Dusun Ture terbentuk pada tahun 1930 dipimpin oleh seorang

penghulu yang bernama Manan, penghulu Manan memimpin Dusun

Ture sampai tahun 1950. Tahun 1950 Dusun Ture dipimpin oleh

seorang penghulu yang bernama Bedul, 1960 sampai tahun 1980

Dusun Selat dipimpin oleh Penghulu Mansyur.

Tahun 1980 Desa Ture dipimpin oleh seorang kepala Desa yang

bernama Hatta. Dimasa itu Desa Ture hanya dihuni sekitar 800 jiwa

dengan ± 200 kepala keluarga, dan pemerintahan Desa membagi

wilayah Desa Ture menjadi 3 Dusun dan 8 Rukun Tetangga. Kepala

Desa Hatta memimpin Desa Ture sejak tahun 1980 sampai dengan

tahun 1994. Pada masa kepemimpinan Desa Hatta Desa Ture telah

memiliki sarana seperti gedung SD, Gedung SMP, kantor kepala Desa,

tanah kas Desa, serta sumur gali sebanyak 8 unit.47

Pada tahun 2003 masyaraka Desa Ture kembali melaksanakan

pemilihan kepalah Desa yang mana kepala desa yang terpilih bernama

Habibullah. Kepala Desa Habibullah lahir di Desa Sungai Abang tapi

berdomisili di Desa Ture dan menikahi seorang perempuan Desa Ture

yang bernama Misnah, anak dari Guru Haromin Husin.

Kepemimpinan Kades Habibullah berjalan ± 5 tahun. Selama

kepemimpinan Kades Habibullah telah dibangun antara lain; gedung

47

Wawancara dengan Bapak Indra Gunawan selaku Kepala Desa Ture, Februari 2020

Page 42: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

28

TK, penambahan gedung Madrasah, pembangunan gedung Madrasah

di Dusun III (sungai anak), memasang jaringan listrik ke Dusun IV

(kasang ubi), meraih juara I MTQ tingkat kecamatan sebanyak 3 kali

dan pernah di undang oleh Bapak Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono ke Jakarta dalam rangka pertemuan Nasional mengenai

PNPM-MP.

Tahun 2008 masyarakat Desa Ture kembali melaksanakan

pemilihan kepala desa yang mana Kepala Desa terpilih bernama Sabki.

Kades Sabki lahir di Desa Ture dan memimpin Desa Ture dari tahun

2008 sampai dengan tahun 2010. Dari tahun 2010 sampai sekarang

Desa Ture dipimpin oleh seorang pejabat sementara (PJS) kepala Desa

yang bernama Fauzi yang merupakan putra asli Desa Ture. PJS kepala

Desa Ture dan unsur pemerintahan Desa Ture dalam menjalankan

pemerintahan Desa Ture yang bertekad mewujudkan masyarakat Desa

Ture yang Cerdas dan Beriman dan meningkatkan perekonomian

masyarakat Desa Ture, Menuju Pembangunan yang Berkelanjutan.

Page 43: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

29

Gambar 4.1

STRUKTUR DESA TURE

Sumber Kantor Desa Ture 2020

KADES

Indra Gunawan,. SE

NIP. 198011202008011002

KADUS I

Ilmah

KADUS II

M Aman

KADUS III

Samsul Bahari

KADUS IV

Kusnirah

SEKDES

A Manaf

KAUR KEUANGAN

Anggie Setyani T

KAUR UMUM

Desi Nopalia

KASI PEMERINTAH

Meri Aryani

Page 44: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

30

2. Visi Misi dan Tujuan Desa Ture

a. Visi

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa

depan yang di inginkan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-

pihak yang berkepentingan di Desa Ture seperti pemerintahan Desa, BPD,

Tokoh mayarakat, tokoh agama, lembaga masyarakat Desa, Pemuda dan

masyarakat desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa

seperti satuan kerja wilayah pembangunan di Kecamatan Pemayung

Mempunyai titik berat sektor infrastruktur. Maka berdasarkan

pertimbangan diatas Visi Desa Ture adalah:

“Mewujudkan Masyarakat Desa Ture yang Cerdas dan Beriman

Serta Menigkatkan Perekonomian Masyarakat Desa Ture, Menuju

Pembagunan yang Berkelanjutan”

b. Misi

Selain penyusunan Visi juga telah ditetapkan misi-misi yang

memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa aga

tercpainya visi desa tersebut. Visi berada diatas Misi. Pernyataan Visi

kemudian dijabarkan kedalam misi agar dapat di opersionalkan atau

dikerjakan. Sebagaimana penyusun Visi, miskipun dalam dan kebutuhan

Desa Ture, sebagaimana proses yang dilakukan maka Desa Ture adanya

Pernyataan Visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat

diopesionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusun Visi, misipun dalam

penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan

Page 45: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

31

potensi dan kebutuhan Desa Ture, sebagaimana proses yang dilakukan

maka misi Desa Ture adalah:

1) Pembangunan Fisik

a) Adanya transparansi dalam Alokasi Dana Desa (ADD),

dimaksudkan guna setiap warga masyarakat Desa Ture besaran

dan kegunaan ADD setiap tahunnya.

b) Melaksanakan pembangunan dengan sebenarya yang

berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Desa yang didahului dengan Musyawarah mufakat dari

masyarakat Desa Ture.

c) Alokasi dana terutama fisik, akan di Implementasikan dengan

cara pembentukan Tim pelaksana Kerja Desa sehingga kontrol

masyarakat lebih mudah.

d) Diusahakan semaksimal mungkin pembangunan fisik Desa

Ture dilakukan atas pendapatan Asli Desa Ture. Jika tidak ada

alokasi dana dari pemerintahan disektor tertentu maka proses

pembangunan dari masyarakat untuk masyarakat Desa Ture

dapat terealisasi.

2) Pembangunan Non Fisik

a) Peningkatan Pelatihan masyarakat baik bagi pemuda dan

pemudi

b) Pelatihan kelompok PKK

c) Penyuluhan baik dibidang agama dan kemasyarakatan

3). Kehidupan Beragama

a) Peningkatan aktifitas kehidupan beragama, baik

mengoptimalkan jamaah ataupun majilis taklim

b) Meningkatkan pengajian anak-anak dan remaja sehingga dapat

berkompetisi di Desa dan ditingkat Kecamatan

Page 46: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

32

1. Birokrasi Pemerintahan Desa

a. Penataan kembali birokrasi Pemerintah Desa baik dibidang Pelayanan

serta memberikan kepuasan kepada masyarakat

b. Pelayanan yang menitik beratkan dengan kepentingan masyarakat

c. Adanya sinkronisasi serta komitmen kepuasan pelayanan yang

dilakukan oleh pemerintah Desa serta jajarannya

d. Menjalin kerja sama yang baik dengan BPD selaku mitra kerja Desa

serta lembaga Desa sehingga terjalin kehormonisasi antar kelembagaan

di Desa

2. Sosial Kemasyarakatan

a. Meningkatkan peran pemudah dalam pembangunan

b. Pemberdayaan pemuda dalam olah raga sehingga diharapkan prestasi

pemuda-pemudi DesaTure bisa mengharumkan Desa Ture

c. Mengedepankan musyawarah dalam setiap keputusan

d. Berkerja sama dengan tokoh masyarakat, pemuda, tokoh agama dalam

membina serta berkehidupan masyarakat yang lebih baik, yang tidak

bertentangan dengan Norma agama, pancasila, sebagai jati diri bangsa.

e. Penyaluran Ternaga Kerja yang sesuai dengan kertelampilan dan

pendidikan dengan bekerja sama dengan pengusaha yang berada di

Desa Ture

3. Keadaan Geografis Desa Ture

Secara geografis Desa Ture terletak dibagian Timur Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batang Hari denagn luas wilayah 4.000 Km dan

berada pada posisi 1 16’ Lintang Selatan sampai 2 30, Lintang Selatan dan

diantara 104, Bujur Timur sampai dengan 105 Bujur Timur.48

Dengan

batas wilayah sebagai berikut :

Adapun batas dari Desa Ture ialah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulau Betung

48

Wawancara (13 Februari 2020) Wak Bihta Mamat

Page 47: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

33

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Teluk Ketapang dan Lubuk

Ruso

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Serasah

d. Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Kaos

Keadaan Topografi Desa Ture dilihat secara umum keadaan

merupakan daerah yang di aliri sungai Batanghari. yang beriklim

sebagaimana desa-desa lain di Kabupaten Batang Hari mempunyi iklim

kemarau, panca roba dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh

langsung terhadap pola tanam pertanian yang ada di Desa Ture.

Pemanfaatan lahan yang diusahakan dan belum dimanfaatkan di

Desa Ture adalah sebagai berikut:

1. Lahan Tanah Sawah : 9.440 Ha

2. Lahan Pekarangan : 15. 352 Ha

3. Lahan Tegalan : 23.000 Ha

Tabel 3.1

Prasarana Umum49

Jenis Prasarana Volume Kondisi

Jalan Kabupaten 1 Baik

Jalan Desa 1 Baik

Gedung Paud 1 Cukup

Gedung TK 1 Cukup

49

Dokumentasi Junaidi Kepala Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari,

Tanggal 22 Februari 2020.

Page 48: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

34

Gedung SD 2 Cukup Baik

Gedung Madrasah 1 Kurang Lokal

Gedung SMP 1 Baik

Posyandu Desa 1 Baik

Pukesmas 1 Baik

Balai Desa 1 Sedang

Gedung Pemuda 1 Sedang

Masjid 2 Sedang

Langgar 2 Sedang

Kantor BPD 1 Baik

Sumber kantor Desa Ture 2019

STRUKTUR TIM PENGGERAK PKK

DESA TURE KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANG HARI

Page 49: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

35

a. Kependudukan

PEMBINA indra Gunawan,. SE

KETUA Anita

WAKIL KETUA Lina

POKJA I

KETUA

Sukarti

WAKIL

Miskia

SEKRETARIS

Sukarni

ANGGOTA

Eli Suryani

Restuti

Dian Cendrawasih

Saripa

Lili Fitriani

POKJA II

KETUA

Maryani

WAKIL

Solmawati S.

SEKRETARIS

Dewi Susanti

ANNGGOTA

Solmawati. A

Masyu

Jasmani

Enita

Juleha

Lena

POKJA III

KETUA

Hoiria

WAKIL

Jamila

SEKRETARIS

TI

ANGGOTA

Halima

Pauzia

Iin Suryani

Nurhayati

Rini

POKJA IV

KETUA

Siti Muslihatin

WAKIL

Masyucik

SEKRETARIS

Elisa

ANGGOTA

Minarni

Rohayati

Dina Handika

Yen

Cekote

Anita

BENDAHARA

Ani Marlian

SEKRETARIS

Yulita Astuti

Page 50: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

36

Jumlah peduduk atau data peduduk yang besar biasa menjadi

modal dasar pembangunan sekaligus bisa menjadi beban pembangunan,

jumlah penduduk Desa Ture adalah 2.364 jiwa. Agar dapat menjadi dasar

pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus disertai kualitas

yang tinggi. Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara

lain perkembangan jumlah penduduk, kepadatan dan persebaran serta

strukturnya.

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Ture

Perempuan Laki-Laki Jumlah Total

1.143 1.221 2.364

Sumber Kantor Desa Ture 2020

b. Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Ture cenderung meningkat karena tingkat

kelahiran lebih besar dari pada kematian serta penduduk yang masuk lebih

besar dari penduduk yang keluar.

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur S/D Bulan

Januari 2020

No Usia dan Umur LK PR Jumlah

1 0-5 Th (Balita) 131 209 340

2 6-17 Th (Usia Sekolah) 157 264 421

3 18-50 Th (Desawa) 641 480 1.121

4 50-DST (Lansia) 292 190 482

Jumlah 1.221 1.143 2.364

Sumber Kantor Desa 2020

Page 51: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

37

Laporan Per-Rt Januari 2020

Page 52: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

38

4. Keadaan Sosial Desa Ture

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting bagi masyarakat

dalam rangka proses peningkatan sumber daya manusia. Masyarakat tanpa

pendidkan tidak akan maju dan berkembang, akibatnya akan terjadi

kebodohan dan keterbelakangan yang akhirnya menjadi masalah bagi

dirinya maupun bagi negara. Untuk menunjang proses pendidikan sangat

diperlukan beberapa syarat untuk pendidikan. Adapun sarana pendidikan

yang ada di Desa Ture.

Pendidikan merupakan seluruh bentuk usaha dan upaya untuk

membentuk kepribadian masyarakat sehingga mampu mengembangkan

potensi dalam diri. Dalam pendidikan setiap individu di bentuk agar menjadi

seorang berakhlak mulia, disiplin, menghargai pendapat orang lain, mandiri

berkepribadian, memiliki kecerdasan, serta memiliki keterampilan yang

diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Berdasarkan hal

tersebut, bidang pendidikan diperlukan bagi setiap individu. Desa Ture

memiliki beberapa lembaga pendidikan diantaranya:

Tabel 3.4

Lembaga Pendidikan Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten

BatangHari

No Nama Instansi Keterangan

1 Paud Kasih Ibu Dusun I

2 TK Nurul Fathi Dusun II

3 SDN 27/1 Desa Ture Dusun I

4 SDN 180 Desa Ture Dusun IV

Sumber Kantor Desa Ture, 2020

Page 53: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

39

Setiap Lembaga Pendidikan Dilakukan hari Senin sampai Sabtu,

dimana Lembaga Pendidikan tersebut suatu bekal untuk menimbah ilmu.

Berdasarkan hasil wawancara Bapak Kepala Desa warga Desa Ture pada

umumnya masyarakat sudah sadar akan pentingnya pendidikan.

b. Keagamaan

Agama adalah tuntutan hidup manusia dalam kehidupanya di dunia

agama juga menyelamatkan manusia diakhirat kelak jika manusia konsisten

berpegang teguh kepada ajaran yang diperintahkan. Hal ini akan terjadi pada

agama yang benar yaitu agama Islam. Agama merupakan kepercayaan

kepada tuhan yang Maha Esa, yang mesti dianut oleh setiap warga negara

yang menghuni dipermukan bumi persada ini. Maka setiap daerah memiliki

berbagai corak kepercayaan terhadap Tuhan Maha Esa..

Dalam menjalankan kehidupan beragama masyarakat Desa Ture

terkenal dengan kepenatikan di dalam menjalankan syari’at, hal ini terlihat

banyak penduduk yang mengikuti shalat Magrib berjamaah, shalat Isya

maupun shalat Subuh. Kemudian pula terlihat juga masyarakat dalam

mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti Majlis Ta’lim, pengajian

ibu-ibu dan remaja.

Masyarakat Desa Ture mayoritas menganut agama Islam dengan

persentase 100% agama Islam. Kegiatan keagamaan ditunjang oleh sarana

peribadahan, keagamaan adalah sifat yang terdapat dalam agama atau usaha

yang dilakukan seseorang atau kelompok yang dilaksanakan.

Page 54: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

40

Tabel 3.5

Sarana Tempat Peribadahan masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batang Hari

No Saranan Peribadahan Masjid dan

Musholah

Keterangan

1 Masjid AR-Rahmah RT 05 Dusun II

2 Masjid Al-Hidayah Mutaqifirin RT 08 Dusun IV

3 Musholah Jami’atul Mukmini RT 01 Dusun I

4 Musholah Abuabal Khoirot RT 06 Dusun III

5 Musholah Nurul Iman RT 09 Dusun Sebrang

Sumber Kantor Desa Ture 2020

c. Perekonomian

Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Desa Ture secara umum juga

mengalami peringkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya jumlah

penduduk yang memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis pekerjaan

tersebut pada umumnya belum dapat dipastikan bersumber dari hasil usaha

yang dilakukan bisa juga diperoleh dari injaman modal usaha dari

pemerintahan.

Yang menarik perhatian penduduk Desa Ture masih banyak yang

tidak memiliki usaha atau mata pencaharian tetap, hal ini di indikasikan

bahwa masyarakat Desa Ture belum terbatas dari kemiskinan.

Page 55: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

41

Ekonomi berkaitan dengan masalah pendapatan masyarakat suatu

Desa. Berdasarkan bentuk dan keberadaan Desa Ture, maka kegiatan

ekonomi masyarakat sebagai berikut:

1. Pertanian

Melihat sejarah awal Desa Ture merupakan Hutan belantara

dimana masyarakat transmigran membuka lahan pertanian. Dahulu cocok

tanam tanam yang dilakukan ialah padi, dengan perkembangnya kini

masyarakat Desa Ture lebih memilih menanam sawit, karet dan pinang.

Menurut masyarakat menanam sawit dan pinang lebih cepat dan mudah

membuahkan hasil dibandingkan dengan padi.

2. Buruh Pedagang

Selain menggantungkan hidup pada perkebunan karet, pinang dan

perkebunan sawit ada juga warga masyarakat yang berdagang kebutuhan

pokok sehari-hari, seperti beras, baju, sembako itulah pekerjaan

masyarakat Desa Ture dalam sehari-harinya.

3. Peternak

Sebagai usaha sambilan sebagaian masyarakat Desa Ture beternak

sapi, kambing, bebek, dan ayam itupun tidak semua masyarakat yang

mempunyai tarnak hanya sebagian saja.

4. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Sebagain Desa Ture memiliki tenaga pendidik (guru) SD, SMP,

SMA. Namun dari semua lapangan usaha tersebut tetap saja hasil utama

masyarakat Desa Ture adalah dari pertanian. Masyarakat Desa Ture tidak

semuanya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.

5. Mata Pencarian

Mata pencarian suatu penduduk adalah hal yang sangat vital atau

penting sekali untuk dipersoalkan dalam kontek sebagai penduduk itu

sendiri, sebab mata pencarian berhubungan langsung dengan hajad hidup

manusia. Mata pencarian yang beragam memberikan ilustrasi bahwa

Page 56: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

42

manusia diciptakan tuhan tidak sama termasuk dalam hal pekerjaan. Mata

pencarian penduduk secara umum adalah petani karet, bertani padi dan

penambang emas. Namun tidak sedikit yang mengeluti bidang lain seperti

Pns, guru, honoer, berdagang, tukang bangunan, dan buruh karena daerah

ini merupakan daratan yang sangat luas, maka kehidupan

perekonomiannya tergantung dari hasil pengusahan, seperti usaha karet,

usaha pertambangan emas dan usaha pertanian padi.

Secara umum perekonomian di Desa Ture ini cukup baik. Lebih

lanjut tentang kondisi di Desa Ture berikut wawancaranya: pendapatan

penduduk rata-rata Rp. 1.000.000 perbulan. Desa Ture merupakan daerah

penghasil karet, emas dan lainnya.50

Sebagai mana yang terdapat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 3.6

Mata Pencarian Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten

BatangHari

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Presentase dari

Jumlah

Penduduk

1 Petani 557 20,0 %

2 Pedagang 212 7,5 %

3 Peternak 225 8,8 %

4 Serabutan 65 2,7 %

5 Perabot 34 0,5 %

6 PNS 60 2,1 %

7 Ibu Rumah Tangga 503 18,0 %

50

Wawancara (25-02-2020 16.00 Wib) Bapak Indra Gunawan S.E

Page 57: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

43

8 Sopir 35 1,2 %

9 Buruh Bangunan 150 5,3 %

10 Wiraswasta 20 0,7 %

11 Pertambangan 44 0,1 %

12 Bengkel 43 0,5 %

13 Belum Kerja 330 29,6 %

14 Tidak Kerja 86 3,0 %

Jumlah 2.364 100 %

Sumber Kantor Desa Ture 2020

Dari tabel terlihat bahwa yang terbesar adalah masyarakat

berpropesi sebagai petani, sebab di Desa Ture merupakan Desa agraris dan

banyak terdapat lahan petani dan perkebunan yang menjadi mata pencarian

hidup bagi masyarakat. Di Desa Ture juga tengah dikembangkan untuk

budi daya padi seluas 222 hal yang bekerja sama dengan BPPT diluas

pertanian Kabupaten BatangHari. yang melibatkan 40 kk di Desa Ture.

Oleh sebab itu masyarakat lebih banyak berpropesi sebagai penggerak

perkebunan khususnya membudidayakan karet dan sawit..51

6. Kesehatan

Pasilitas kesehatan sebagai penunjang kesehatan masyarakat sangat

penting dalam keberadaannya. Seperti bidang kesehatan Desa Ture sangat

perhatian dari kepala Desa Ture, baik dalam pukesmas, posyandu, dalam

prasarana peneranagan dan air bersih untuk kesehatan penduduk Desa

Ture dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

51

Wawancara (28-02-2020 15.00 Wib) Datuk Junaidi

Page 58: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

44

Tabel 3.7

Fasilitas Kesehatan Desa Ture Kecamatan Pemayung

Kabupaten BatangHari

No Nama Alamat Ket/Persentase Jumlah

1 Kantor Kepala

Desa

Rt. 01 kampung ulu

-

1

2 Pukesmas

Pembantu

Rt. 02 kampung ulu

-

1

3 Posyandu Rt. 02 Dusun Ture - 1

4 Air PDAM Induk perkantoran di

Rt. 08 Dusu Ture ilir

- 1

5 Listrik Cabang dari induk

listrik bertempat

disebelah

perkantoran

pemerintahan

Daerah Camat

Jembantanmas

98% setiap

Rumah

1

d. Adat Istiadat

Masyarakat Desa Ture merupakan desa transmigran dimana adat

dan istiadat yang dibawa ari kampung halaman masih sangat kental.

Masyarakat Desa Ture terdapat berbagai macam suku diantaranya, Jawa,

Melayu, dan Bugis. Suku Jawa mayoritas berada di RT 07 yang terletak di

Desa Ture. Suku Melayu terletak di RT 01 dan 02. Suku Bugis mayoritas

berada di RT 05 Desa Ture.

Adat istiadat merupakan pedoman bagi masyarakat Desa Ture

dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari maupun dalam kondisi sosial

Page 59: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

45

budayanya. Karena adat istiadat merupakan warisan dari nenek moyang.

Salah satu adat istiadat yang masih digunakan pada masyarakat Ture.

e. Pemertintahan

Desa Ture memiliki pemerintahan yang dipimpin oleh Kepala Desa.

Dalam menjualankan roda pemerintahan Kepala Desa dibantu oleh beberapa

perangkat Desa dan organisasi seperti : Kepala Urusan, Ketua Rt, BPD, Ketua

Adat, Ketua Pemuda dan Ketua PKK.

B. Temuan dan Pembahasan

1. Sejarah Tradasi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari

Tradisi Dulang ini adalah tradisi yang dilakukan setelah pernikahan

dan yang menjadi pelakunya utamanya dalam tradisi ini adalah sangsi

pihak laki-laki yang sudah mantap untuk menikah. Setelah membuat

dulang lalu diantarkan kerumah mempelai perempuan oleh lembaga adat,

pegawai sarak dan masyarakat. Tradisi tersebut memiliki makna khusus

yang menjadi alasan masyarakat untuk tetap mempertahankan tradisi

tersebut.52

Dari hasil wawancara dengan tokoh Adat Bapak Aman beliau

menyatkan, bahwa :

“Sejarah tradisi dulang dalam pernikahan ini sudah ada sejak

zaman nenek moyang dahulu yang sampai saat ini masih

dilestarikan di Desa Ture. Tradisi ini dilakukan untuk pengantin

besar-besaran dan dilakukan setelah menikah, dahulunya dulang ini

memang benar terbuat dari kayu merantih yang diambil dari kayu

itu adalah banernya. Pelaksana dulang ini dilakukan dirumah

mempelai laki-laki baru diantarkan kerumah mempelai

perempuan”.

52

Hasi wawancara dengan Bapak Muhammad Aman, Februari 2020

Page 60: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

46

Hasil wawancara diatas menyatakan bahwa tradisi ini berasal dari

zaman nenek moyang dahulu yang masih dilestarikan sampai sekarang,

dalam pelaksaannya tradisi dulang yang dahulu dan yang sekarang ada

perubahan isinya pun ada perbedaan atau perubahan seperti: beras dulunya

20 gantang sekarang sudah menjadi 40 gantang kenapa berubah karena

sekarang ini masyarakat sudah bertambah. Perubahan isi dalam dulang

tersebut melalui bermusyawarah terlebih dahulu sesama pegawai sarak,

ketua adat dan masyarakat di Desa Ture.

Wawancara dengan pengawai sarak Bapak Alpian beliau

menyatakan bahwa:

“Dengan adanya tradisi dulang ini yang bisa melakukan atau

memakai tradisi dulang pada pengantin besar-besaran saja yang

melakukan dulang kalau pengantin kecil-kecil itu tidak memakai

yang namanya tradisi dulang. Tradisi dulang dilakukan dirumah

pihak mempelai laki-laki”.53

Wawancara dengan ibu Sudaryati beliau menyatakan hal yang

sama bahwa:

“Tradisi dulang ini dahulu dilakukan di tempat mempelai laki-laki

tradisi dahulu pada zaman nenek moyang dan pada zaman sekarang

itu mengalami perubahan. Yang bisa melakukan tradisi dulang

tersebut pada acara pengantin besar-besaran”.54

Dari hasil wawancara diatas menyatakan, semenjak kehadiran

tradisi dulang, menurut beliau tradisi dahulu yang dilakukan ditempat

mempelai laki-laki merupakan pembuatan yang wajib bagi pengantin

besar-besar. Masyarakat pun langsung menerima perubahan tersebut. Oleh

karena itulah dengan kehadiran tradisi dulang ini dirubah tempat

pelaksanannya.

53

Hasil wawacaran dengan Bapak Alpian, Februari 2020

54Hasil wawancara dengan Ibu Sudaryati Maret 2020

Page 61: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

47

Adapun untuk tokoh masyarakat yang memimpin pelaksanaan

tradisi dulang dahulu pada zaman neneng moyang sampai sekarang adalah:

1. Wak Alpian

2. Sak M. Aman

3. Ibu Sudaryati

4. Wak Biktam Mamat

5. Datuk Junaidi

6. Bapak Mahfus. SPd

7. Wak Tibroni

Namun sekarang tokoh masyarakat yang telah diberikan amanah

untuk memimpin proses ini juga dibantu dengan orang-orang di Desa

Ture. Mereka merubah aturan isi banyaknya di dalam dulang tersebut.

2. Alasan Masyarakat Masih Mempertahankan Tradisi Dulang

Dalam Pernikahan

Menurut ketua adat tradisi dulang ini sudah adat pada zaman nenek

moyang dahulu yang pernah diperintahan majapahit dimana tradisi dulang

ini resmi pada zaman nenek moyang sampai sekarang. Tradisi ini

merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu yang diprosesinya

dirumah kediaman laki-laki tempat pelaksanannya dirumah perempuan,

tidak ada ketentuan dan penetapan julmah dulang yang akan dilakukan

tradisi ini prosesi selanjutnya setelah menikah menurut ketua adat

memiliki agar pengantin baru ini menjadi rumah tangga yang harmonis

dan dijauhi dari bahaya. Dan tradisi ini masih diterapkan di Desa Ture.55

Wawancara dengan bapak Aman terkait mengenai masyarakat

Desa Ture masih mempertahankan tradisi dulang menyatakan bahwa:

“Perlu diketahui bahwasanya tradisi dulang ini ditentukan berapa

banyak yang harus isi di dalam dulang tersebut. Tradis dulang

sampai saat ini masih diterapkan di Desa kami karena yang

55

Wawancara dengan Bapak Aman Ketua Adat Desa Ture Kecamatan Pemayung

Kabupaten BatangHari, Tanggal 10 Februari 2020

Page 62: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

48

memimpim tradisi ini oleh ketua adat, pegawai sarak, dan

masyarakat. Tradisi dulang ini diselenggarakan di rumah pihak

mempelai perempuan”.56

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi

dulang ini yang melakukan dan memakainya hanya untuk pengantin besar-

besaran saja. Pengantin kecil-kecil tidak melakukan yang namanya tradisi

dulang. Oleh sebab itulah tradisi dulang ini masih dipertahankan oleh

masyarakat Desa Ture karena tradisi dulang ini tradisi yang sudah sangat

lama dan diwarisan dari nenek moyang dahulu sampai saat ini.

Tradisi dulang ini adalah sebagai menandakan pengantin besar,

masyarakat sangat bersemangat mendatangi dan melihat langsung proses

tradisi dulang, bahkan masyarakat sangat gembira apabila orang pengantin

melakukan tradisi dulang itu ditandakan utuk pengantin besar. Senada

dengan yang disampaikan oleh bapak Alpian beliau menyatakan bahwa:

“Tradisi dulang ini berfungsinya sebagai ajaran untuk pengantin

baru. Dengan diadakanya tradisi dulang ini masyarakat

berbondong-bondong untuk menyaksikan tradisi dulang ini

dikarenakan masyarakat ikut berpatisipasi menyaksikan kegiatan

tersebut”.

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi dulang ini

masih dipertahankan sampai sekarang yang mana masyarakat sangat

bersemangat mendatangi dan melihat langsung proses tradisi dulang yang

diselenggarakan, bahkan masyarakat sangat gembira berkat melaksanakan

tradisi dulang dalam pernikahan ini kenapa isi dalam dulang itu untuk

mengajarin pengantin baru supaya dia tahu bagaimana caranya supaya

dapurnya berasap kalu setelah pengantin. Tradisi dulang ini juga

dilaksanaka sebagai salah satu tanda kepedulian orang tua terhadap

anaknya yang mau menikah.

56 Wawancara dengan Datuk Alpian pada tanggal 26 Februari 2020

Page 63: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

49

Wawancara dengan Ibu Sudaryati selaku masyarakat di Desa Ture

beliau menyatakan:

“Tradisi dulang dilaksanakan di Desa Ture yang sebagai salah satu

tanda kepedulian kami sebagai masyarakat terhadap anak-anaknya

yang sudah pengantin apabila tidak melakukan tradisi dulang ini

maka bisa dikatakan untuk pengantin keci-kecil kenapa disebut

pengantin kecil karena pengantin kecil itu tidak menggunakan

organ dan mengundang orang-orang Desa ture itu cuman sedikit”.

3. Bagaimana Prosesi Tradisi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa

Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari

Dalam proses pelaksanaan tradisi dulang yang dilakukan, di Desa

Ture yang dimaskud yaitu dulang itu tempat atau wadah untuk isi-isi yang

ada di dalam. Dulang prosesinya dilakukan orang tuan rumah mempelai

laki-laki. Sudah menyediakan dulang atau tempat, wadah itu sudah

disiapkan lalu letakan wadah itu wadah tersebut kasih. Kepada orang yang

mengetahui, bangaimana cara mengisi didalam dulang itu dan tahu,

bagaimana cara peletakan atau susunan bahan yang untuk isi di dalam

dulang.

Pertama kita siapkan, dulang itu yang berwarna kuningan kasih

kepada Ibu Sudaryati. Ibu ini yang selalu mengisi di dalam dulang beliau

yang sangat mengetahui cara dan prosesi di dalam dulang itu mana, yang

terlebih dahulu. Pertama letakan dulang lalu kita siapkan apa saja yang

harus disiapkan seperti, Gula pasir 1 Kg, minyak sayur 1 Kg, minyak tanah

1 Liter, gram 100 Gram, tepung 1 Kg, asam, itu masukan kedalam takir,

cabe rawit, masukan kedalam takir, cabe riau, itu dipanggang yang

memakai jepitan bambu, bumbunya ada seperti, Ketumbar 1 on, cengkai,

lada, kulit manis, kemiri itu sebanyak 1 on juga lalu masukan ketempat

yang sudah disediakan. Seperti tempatnya itu dinamakan dengan sebutan

takir yang terbuat dari daun pisang.57

57 Wawancara dengan Ibu Sudaryati 14 Maret 2020

Page 64: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

50

Kemudian juga ada yang dinamakan bumbu-bumbu darat seperti:

kunyit, laos, jahe, serai itu sebanyak 1 ikat berisi 4 batang serai, di dalam

dulang ada bahannya terasi 1on, ikan tri seperampat, telur 4 butir, cuka

makan, yang berbotol pastik 1, kecap manis, dan kecap masin 1 botol,

daung pisang, yang digulung langsung serta pelepahnya. Gunaknya untuk

penutup kuali. Waktu kita masak nasi supaya nasinya berbau wangi. Lalu

daun pepangan langsung serta pelepahnya untuk ibat, kemudian srai, diikat

lalu dikasih kembang, itu dinamanakan untuk simbol sih ratu sehari atau

dimanakan disimbolkan sebagai ceweknya. Batang pisang yang ukuran

kecil, lalu dipotong sesuai yang diminta, lalu bersihkan batang pisang

setelah dibersihkan, lalu dikasih pecih diatas batang pisang lalu dihiasin

menjadi bagus itu ditandai. Sebagi raja sehari atau bisa juga disebut

dengan dilambangkan atau simbol sih cowok.

Bahanya ada kayu api, koset, itu 1 berkas letakan disamping

dulang karena kalau diletakan di dalam dulang pasti tidak muat. Ada nama

peralatan utuk masak yaitu centong kayu, kelaci kayu alat ini digunakan

untuk mesakan. Alat untuk masak ada beras 40 gantang, daging ayam atau

daging kerbau, itu sebanyak 40 kg itu sebut selemak semanis untuk alat

memasak, masak nya pada hari sabtu yang dinamkan di desa kami itu hari

memejah, oleh ibu-ibu yang saling membantu disitulah kita bisa melihat

kekompakan desa kami.

Sabun mandi, sabun cuci, rokok pucuk ini untuk pengudut 1 ikat

kecil bahan dan alat-alat yang dinamakan utuk isi dulang ini untuk

mengajar pengantin baru. Di dalam beberapa takir yang sudah dibuat dari

daung pisang itu terdapat beberapa isi seperti: kapur, gambir, pinang,

tembako itu untuk waktu belarak datang mempelai laki-laki dan orang

tuanya disambut oleh mempelai perempuan mempelai dari pihak laki-laki

disuruh duduk ditemoat yang telah disediakan lalu disuruh oleh ketua adat

desa kami menyuruh dari mempelai pihak laki-laki memakan sirih pinang

tersebut.

Page 65: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

51

Bahan-bahan ini sudah lengkap dan selesai dibuat lalu diantarkan

ketempat mempelai peremuan di desa kami itu namanya mengantar serah.

Setelah sampai ketempat sih perempuan lalu diperiksalah satu persatu

bahan yang ada didalam dulang lalu isi di dalam dulang itu disebut satu

persatu oleh lembaga adat, apabila bahan dan alatnya kurang atau

tertinggal 1 makan akan ternah denda. Dendannya adalah beras 1 gantang,

kelapa setali, sirih pinang senampan. Prosesi dulang ini, setelah waktu

Zuhur dan lebih tepatnya. Mengantar atau menyerahkan dulang tersebut,

pada jam 02.00 wib. Diantar kan kerumah mempelai perempuan oleh

pegawai sarak dan masyarakat Desa Ture.

Dulang itu diletakan dibawah tempat tidur pengantin baru itu pada

zaman dahulu dia masih memakai keranjang tempat tidurnya tapi sekarang

pengantin baru tidak memakai keranjang lagi tapi memakai sopa itu letak

dulangnya di samping sopa. Dulang ini boleh digunakan sesudah

pengantin pada hari minggu dulang tersebut digunkan untuk mengajar

pengantin baru.

4. Makna Tradisi Dulang Dalam Pernikahan Di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari

Berbicara tentang makna dan simbol, maka keduanya tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini tindakan-tindakan

yang sifatnya simbolik itu di maksudkan untuk menyederhanakan sesuatu

yang mempunyai makna, sesuatu yang mempunyai makna itu adalah

simbol dan maknanya adalah yang dinytakan oleh simbol tersebut yang

harus dicari lewat interpresati atau komunikasi terhadapnya.

Pada hakekatnya pengetahuan manusia adalah pengetahuan yang

simbolis. Fungsi utama dari simbol-simbol itu adalah untuk

mempermudah berkomunikasi. Komunikasi manusia tidak hanya dengan

sesamanya, melainkan juga dengan makhluk di luar dirinya, yang bersifat

suprannatural atau ghaib, demi menjaga keseimbangan dalam hidupnya.

Ketika manusia berkomunikasi dengan sesame selalu di ungkapkan

Page 66: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

52

dengan kata-kata, sebagai salah satu bentuk dari tindakan simbolik. Akan

tetapi kalau manusia berkomunikasi dengan makhluk yang lain atau yang

ritual maka tindakan komunikasinya adalah secara simbolik. Dengan

demikian simbol tersebut religi merupakan suatu sistem dan simbol-simbol

dimana manusia berkomunikasi dengan alam di dunia. Dengan warisan

dari nenek moyang pada zaman dahulu yang telah dilaksanakan secara

turun temurun oleh masyarakatnya.

Namun demikian, Datuk Alpian yang merupakan orang yang sudah

lama tinggal di Desa Ture tersebut menyatakan bahwa: tidak begitu

terdapat kekahihan yang benar tentang bermulanya keberadan tradisi

Dulang dalam masyarakat Desa Ture. Penyataan tersebut sesuai dengan

cerita dari informan lain, masyarakat Desa Ture. Dimana orang-orang

terdahulu memulai tradisi ini dengan begitu mempertahankan tradisi

dulang ini.

Hasil dari wawancara dengan Bapak Aman sebagai ketua adat

Desa Ture.58

Yang menjelaskan makna yang terkandung dalam tradisi

dulang di Desa Ture sebagai berikut:

“Terciptanya sebuah Tradisi Dulang itu mengandung makna-

makna positif seperti Tradisi Dulang yang memiliki makna dan

nilai-nilai yang sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat.

Menurut saya Tradisi Dulang mengandung makna pengetahuan

bagi para pasangan pengantin baru supaya dia tahu bagaimana

cara memasak dari Dulang itu bisa belajar. Manfaat Dulang itu

untuk mengajar penganti baru”.

Tradisi Dulang merupakan salah satu hasil budaya peninggalan

nenek moyang masyarakat Desa Ture. Tradisi ini dilakukan sesudah

menikah. Dapat dilihat dari zaman yang sudah mulai berkembang saat ini

Tradisi Dulang di Desa Ture masih menggunakan Tradsi Melayu oleh

58 Wawancara bersama Bapak Mahfus Sebagai Ketua Adat Desa Ture. (Febuari2020)

Page 67: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

53

orang dahulu.59

Selain itu Tradisi Dulang ini juga mempunyai makna dari

simbolis yang berpengaruh untuk pasangan pengantin tersebut.

Tradisi Dulang merupakan bahan-bahan untuk mengajari

pengantin baru bagaimana cara memasak setelah berumah tangga. Serta

di buat bahan nya sudah disusun dan lengkap lalu antar ke rumah

mempelai perempuan lalu di sebutin oleh ketua adat apabila syarat ini

ada yang kurang satu maka akan terkena denda, dendanya adalah beras 1

gantang kelapa setalih, sirih senampan.

Berikut makna dan simbolis Tradisi Dulang pada tradisi

pernikahan Desa Ture adapun Makna yang terkandung pada Tradisi

Dulang di Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari.

1. Telur 4 butir

Telur 4 butir yang di masukan ke dalam Takir yang terbuat dari

daun pisang bermakna sebagai penyanggah sebuah rumah dan tetap

bersabar dalam kondisi ekonomi yang dihadapi setiap harinya.

Maksud makna simbol Telur 4 butir tersebut agar dalam rumah

tangga haruslah bersabar dalam menghadapi kebutuhan ekonomi yang

semakin maju serta berusaha saling menguatkan dalam berumah tangga.

59 Hasil wawancara Bapak Tibroni ( Febuari 2020)

Page 68: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

54

2. Cabe Merah

Melambangkan keberanian pengantian baru dalam menghadapi

masalah rumah tangga. Keberanian dalam mengatasi masalah yang

datang dan berani dalam urusan mencari nafkah yang halal.

Maksud makna simbol cabe merah tersebut diharapkan dalam

rumah tangga kedua mempelai menjadi keluarga yang sadar dan

tanggung dalam menghadapi masalah dalam rumah tangga dan selalu

mencari nafkah yang halal menurut ajaran agama islam dan dalam

keluarga harus rukun.

3. Cabe Hijau

Melambangkan kedamaian, keharmonisa dan ketenangan, dalam

sebuah rumah tangga agar tercipta keluarga yang sakinah mawaddah

dan warrohmah.

Maksud makna cabe hijau tersebut melambangkan kedamaian tidak

ada pertengkaran dalam rumah tangga hingga menciptakan suasana

yang tenag dan harmonis serta menjadi keluarga sakinah mawaddah dan

warrahmah.

4. Lidi Kelapa

Melambangkan kekokohan atau kekuatan sebagai pondasi

berdirinya rumah tangga pengantin baru.

Maksud makna lidi kelapa trsebut agar keluarga kedua mempelai

kelak tetap menjaga janji setia agar tidak bercerai-berai dan tetap

menjadi keuarga yang kuat dalam menghadapi masalah.

5. Dulang atau Wadah

Sebagai tempat untuk isi yang di dalam Dulang yang

melambangkan keseluruhan sebagai tempat beristirahat dan sebagai

tempat berbagi cerita bersama keluarga.

Maksud makna tersebut sebagai tempat beristirahat mempelai

pengantin baru sebagai tempat bertdeuh ketika hujan dan panas. Serta

beristirahat bersama keluarga tersayang dan berbagi cerita bahagia atau

Page 69: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

55

pun cerita sedih agar tercipta kejujuran dan keterbukaan dalam keluarga

tanpa ada rahasia.60

Adapun bahan dan alat serta proses pembuatan isi di dalam Dulang

yang diadakan di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten

BatagHari ialah sebagai berikut:

A. Alat yang digunakan dala proses pembuatan masak isi yang di

dalam Dulang

1. Kuali

Berfungsi sebagai alat untuk memasak lauk atau memasak nasi

2. Sendok Kayu

Berfungsi Sebagai alat untuk mengambil masakan yang sudah

masak seperti lauk

3. Centong Kayu

Berfungsi sebagai alat untuk mengambil nasi yang sudah

masak di dalam kuali

4. Koset atau mancis

Berfungsi sebagai alat untuk menghidupkan kayu api atau

membakar kayu.61

5. Tungku

Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk memasak

dengan bahan bakar kayu api.

B. Bahan-bahan Isi di dalam Dulang

1. Minyak sayur 1 kg

Minyak sayur merupakan salah satu kebutuhan pokok

manusia sebagai alay pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak

sayur berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting dan

kebutuhannya semakin meningkat.

2. Gula pasir 1 kg

60Hasil wawancara Ibu Sudaryati (Maret 2020)

61Hasil wawancara Wak Bitamamat (Febuari 2020)

Page 70: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

56

Gula pasir merupakan hasil dari penguapan nira tebu dan

gula pasir berbentu kristal bewarna putih mempunyai rasa manis.

Manfaatnya untuk membuat air kopi, teh dan juga bisa untuk

bikin masakan.

3. Tepung 1 kg

Tepung adalah pratikel padat yang berbentuk butiran halus

atau sangat halus tergantung proses penggilingannya. Digunakan

untuk keperluan rumah tangga dan bahan baku industri.

4. Cuka makan 1 buah

Cuka makan adalah satu bumbu penyedap yang memiliki

rasa asam dan berbentuk cairan.

5. Kecap manis 1 buah

Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang

berupa cairan bewarna hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan

dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai

hitam.

6. Kecap masin 1 buah

7. Mie Sayur 1 bungkus

8. Ikan tri ⁄

9. Telur 4 buah

Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang

dikomsumsi selain daging. Umumnya telur yang dikomsumsi

berasal dari jenis-jenis burung, seperti ayam, bebek, dan angsa,

akan tetapi telur-telur yang lebih kecil seperti telur ikan kadang

juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan.

10. Terasi 1on

Terasi atau belacan adalah bumbu masak yang dibuat dari

ikan dan udang rebon yang difermentasikan, berbentuk seperti

adonan atau pasta dan bewarna hitam coklat, kadang ditambah

dengan bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan.

11. Cabe merah 1 takir

Page 71: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

57

12. Cabe hijau 1 takir

13. Serai 4 batang di ikat untuk daunnya dikasih bunga-bunga untuk

melambangkan itu ceweknya

14. Kemiri 1 takir

15. Lada 1takir

16. Cingkai 1 takir

17. Ketumbar 1 takir

18. Kunyit 1 takir

19. Kopi besar 1

20. Teh 1

21. Daun pisang bergulung langsung pelepah untuk menutup nasi

supaya nasi nya berbau harum

22. Daun pepagan langsung pelepah utuk mengibat nasi

23. Batang pisang di kasih pecih diatasnya makna untuk

melambangkan itu cowoknya.

24. Jahe 1 takir adalah salah satu bumbu masakan yang memiliki

bentuk mirip dengan lengkuas dan berakar. Jahe ini memiliki rasa

yang pedas dan hangat.

25. Laos 1 takir adalah salah satu bumbu yang selalu ada di dapur,

lengkuas memberikan cita rasa dan aroma khas yang kuat pasa

setiap memasak.

26. Bawang merah

27. Bawang putih

28. Sabun cuci

29. Sabun mandi

30. Rokok pucuk 1 ikat untuk pengudut

Rokok pucuk adalah salah satu dari sedikit rokok

tradisional yang bertahan itu. Rokok pucuk yang berbahan baku

daun nipah.

31. Daun sirih, gambir, pinang, tembakau.

Page 72: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

58

Daun sirih merupakan tanaman yang sangat bermanfaat,

bagi kesehatan dan tentunya sirih berperan dalam adat melayu.

Daun sirih ini merupakan tanaman merambat atau bersandar

dipohon lain. Bahan-bahan menginang adalah yang pertama

disuguhkan bagi seluruh tamu yang hadir pada acara adat seperti

pernikahan, penyembuhan dan lain sebagainya. Sering memakan

serih ini seperti pada orang yang sudah tua yaitu nenek, dan

memakan sirih ini tamu-tamu pada untuk menyambut tamu

seperti kedua mempelai pengantin disuruh memakan sirih.

32. Centong ini digunakan untuk pada saat kita memasak lebih tepat

digunakan untuk mengambil nasi.

33. Sendok ini digunakan untuk mensenduk lauk yang telah masak

didalam kuali.

34. Kelaci ini digunakan untuk mengambil nasi di dalam wadah

35. Garpu untuk peralatan atau perlengkap pada saat kita makan

36. Bunga ini untuk menghias dan melambangkan ratu sehari

37. Kayu api adalah segala jenis bahan kayu yang dikumpulkan untuk

digunakan sebagai bahan bakar. Kayu bakar merupakan bahan

yang tidak diproses selain pengeringan dan pemotongan, dan

masih terlihat jelas bagian kayu.

38. Kencur adalah salah satu jenis bumbu dapur yang dimiliki aroma

khas yang segar dan menyeruak. Selain digunakan sebagai

penambah cita rasa dalam masakan, manfaat kencur juga sudah

lama dikenal sebagai obat alami.

Page 73: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian lapangan yang penulis lakukan maka penulis

berasumsi bahwa kebudayaan: Tradisi Dulang yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabuaten BatangHari, Ture

adalah suatu bentuk tradisi yang dilakukan secara turun temurun yang

telah ada sejak lama hanya saja tempat pelaksanaannya berbeda. Tradisi

Dulang yang masyarakat Desa Ture dilakukan di Desa bukan tanpa alasan,

hal ini dilakukan karena Dulang bagi masyarakat Desa Ture adalah

identitas diri bagi mereka dan dilakukan karena ia memiliki fungsi tertentu

sebagaimana yang telah penulis paparkan sebelumnya. Meski hidup

ditengah pengaruh kemajuan zaman yang kian tak terelakkan namun

budaya tetap dipertahankan sebagai bentuk kekayaan bangsa Indonesia.

Secara lebih rinci penulis memberkan pokok kajian penelitian ini. Dari

uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosesi

Proses Tradisi Dulang itu tidak begitu rumit, yang rumit itu hanya

pada saat mencari bahannya. Pertama menyiapkan Dulang atau wadah

untuk yang isi di dalam dulang nanti, kedua kita siapakan atau

kumpulkan terlebih dahulu bahan dan alat yang ingin kita isa dan kita

butuhkan biar nanti lebih enak bikinya, ketiga yaitu kita langsung bikin

isi di dalam dulang itu sudah ada orang yang sudah mengetahui cara

mengisi dulang dan tata cara meletakan isi dulang tersebut yang mana

di dahului apa saja bahannya dan maknanya pun untuk apa. Setelah

selesai membuat dulang lalu kita letakan ditempat yang lebih amat

supaya tidak dirusakan oleh anak-anak yang bawah umur. Setelah jam

satu semua pegawai sarak, ketua adat, dan masyarakat berbondong-

bondong kerumah pihak perempuan untuk mengantarkan serah yang

Page 74: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

60

disebut dulang yang dibuat tadi pagi. Lalu ketua sarak mengecek dan

melihat satu persatu isi dalam dulang dan sebutnya sudah lengkap atau

belum isinya apabila beluh lengkap maka akan terkena dendah yaitu

kelapa setali dan serih pinang.

2. Makna dan Tujuan

Makna dan tujuan untuk menambah wawasan pengantin baru atau

untuk mengajar pengantin baru gimana cara memasak setelah berumah

tangga supaya dapurnya berasap.dan untuk mengajar gimana cara

belanja apa saja yang harus dibeli pada saat setelah berumah tangga

nanti. Tujuannya pun supaya anak perempuan ataupun anak laki-laki

itu pengantinnya dengan cara baik-baik dan pengantin besar-besaran

itu tujuan dari kedua orang tua anak mereka.

B. Saran

1. Secara teoritis karya tulis ini diharapkan dapat membantu meningkatkan

perkembangan makna tradisi Dulang dalam pernikahan di Desa Ture

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari. Dengan mempertahankan

tradisi Dulang di Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang

Hari.

2. Masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari ikut

berperan dan sama-sama perduli dengan adanya Tradisi Dulang di Desa

Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari.

3. Masyarakat Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari

melibatkan Ketua adat dan Ketua Sahrak dalam melaksanakan Tradisi

Dulang di Desa ture Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang hari.

4. Bagi masyarakat setempat terutama masyarakat Desa Ture teruslah

melakukan tradisi Dulang Dalam pernikahan meski zaman telah berubah

kearah yang lebih maju, namun tanamkanlah fikiran bahwa suatu tradisi

ada salahnya dilakukan di era kemajuan zaman saat ini.

Page 75: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

61

C. Kata Penutup

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, akhirnya skripsi ni bisa

dapat terselesaikan dengan harapan semnga apa yang telah penulis

sampaikan dengan tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca

kususnya bagi penulis. Dan sekiranya terdapat kekurangan dalam tulisan

skripsi ini, baik dalam isi maupun pembahasan, bahasa, hal itu

dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan penulis, karena penulis

hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kehilafan.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi ini,

semonga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan, pertunjuk serta

rahmatnya kepada kita semua dalam setiap langkah. Semonga ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Amiin ya Robbal’alamin.

Page 76: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

62

DAFTAR PUSTAKA

Abiding, Slamet. 1999. Fiqih Munakaha: (Bandung: Pustaka Setia).

Al-Quran dan Terjemahan Surat Al-A’raf: 199 (Jakarta Selatan: Mushaf

Al-fattah 2013)

Dkk, Tasmuji. 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu

Budaya Dasar, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press).

Dokumentasi Junaidi Kepala Desa Ture Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batang Hari, Tanggal 22 Februari 2020.

Dr, Nur Syam. 2007. Madzhab-Madzhab Antropologi, (Yogyakarta: Lkis

Group).

Dr, Nur. 2001. Madzhab-Madzhab Antropologi, (Yogyakarta LKIS.).

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan,

(Yogyakarta Pustaka Widyatama).

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodelogi Penelitian Kebudayaan,

(Yogyakarta: Gadja Mada Universitas Press).

Ensiklopedi, E. Nugrohi. 1990. Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta

Adipustaka).

Etta, Mamang Dn Sopiah Sangadji. 2017. Metodologi Penelitia:

Pendekatan Praktis Dalam Penelitian. (Yogyakarta): Andi.

Hadi, Sutrisno. 1979. Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan

Penerbit Fakultas UGM.

Hartomo. 1993. Antropologi Budaya, (Jakarta: Bumi Aksara).

Hasil Pengamatan Penulis yang di dapat dari sumber wawancara bersama

Ketua Adat di Desa Ture dan hasil pengamatan di Wilayah Perpustakaan Kampus

UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Kartodirdjo, Sartono. 1991. Pendekatan Ilmu Sosial dan Pendekatan

Sejarah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Keesing, Roger. M. 1998. Antropologi Budaya, (Jakarta: Erlangga).

Koenjranigrat, 1987. Sejarah Antropologi, (Jakarta: UI-Press).

Koenjraraningrat, 1965. Pengantar Antropologi (Jakarta: Penerbit

Universitas).

Koentjarangningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta).

Koentjaraningrat, Dkk. Op. Cit.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitas dan Pengalaman,

(Jakarta: PT GRAMEDIA).

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta).

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Pt

Gramedia,).

Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Rineka

Cipta).

M. Setiadi Elly, dkk. 2007. Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Cet. II; Jakarta:

Kencana Prenada Media Group).

Page 77: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

63

Maleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:

Remaja Rosdakarya).

Meoleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Muhaimin. 2001. Islam dalam Bingki Budaya Lokal: Potret dari Cirebon

(Jakarta: Logos).

Narwoko, J. Dwi. 2007. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta:

Kencana).

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu

Pengantar (Bogor: Ghalia Indonesia).

Rettradisionalisa, D. A 1985. Peranci, dalam Kebudayaan, (Prisma:

Jakarta).

Shadily, Hasan. 1999 Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van

hoeve).

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet.

Supardan, Dadang. 2010. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian

Pendekatan Struktural, (Jakarta: PT Bumi Aksara).

Supardan, Dadang. 2011. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian

Pendekatan Struktural, (Jakarta: PT Bumi Aksara).

Sutrisno, Mudji. 2005. Teori-Teori Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius).

Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Predana

Media Grup).

Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, 2011. Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Adab Sastra dan Kebudayaan (Jambi:Fakultas Adab Sastra dan

Kebudayaan Islam).

Tim Penyusun Pedoman Skripsi, Pedoman Penulis Skripsi Fakultas Adab-

Sastra dan Kebudayaan Islam, (IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2013).

Wawancara (13 Februari 2020) Wak Bihta Mamat.

Wawancara bersama Bapak Mahfus Sebagai Ketua Adat Desa Ture.

(Febuari 2020).

Wawancara dengan Bapak Aman Ketua Adat Desa Ture Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batang Hari, Tanggal 10 Februari 2020.

Wawancara dengan Datuk Alpian pada tanggal 26 Februari 2020.

Wawancara dengan Ibu Sudaryati 14 Maret 2020.

Zohratul, Eva. Wardah. 2008. Skripsi Tradisi Perkawinan Adu Tumper

dikalangan Masyarakat using. (Malang: UIN Malang).

Page 78: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

64

Sumber Jurnal/Pdf

Jurnal Mardiana, Tradisi Pernikahan Masyarakat di Desa Bonton

Lempangan Kabupaten Gowa. Tgl 19 Agustus 2017.

Jurnal Setyo Nur Kuncoro, Tradisi Upacara Perkawinan Adat Keraton

Surakart Tgl. 31 Januari 2014.

Pdf. Tradisi roti buaya betawi pada hantaran dalam pernikahan

Page 79: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

65

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Wawancara sama ibu Sudaryati sebagai pembuat dan mengetahui isi di

dalam Dulang

Page 80: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

66

Cara membuat simbol sebagai perempuanya dari batang dan daun serai.

Page 81: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

67

Alat-alat untuk pada saat memasak pada hari sore Sabtu dan pagi minggu

Page 82: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

68

Bahan-bahan isi di dalam Dulang untuk memakan seri pinang

Bahan-bahan atau isi di dalam Dulang yang sudah lengkap dan siap untuk

mengatar serah pada siang Sabtu.

Page 83: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

69

DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN

1. Nama : Indra Gunawan, S.E

Umur : 48 Tahun

Pekerjaan : Pol PP (Kepala Desa Ture)

Agama : Islam

2. Nama : M. Aman

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Ketua Lembaga Adat Desa Ture

Agama : Islam

3. Nama : Tibroni

Umur : 70 Tahun

Pekerjaan : Tani

Agama : Islam

4. Nama : Mahfus, SPd

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Guru SD (Imam Desa Ture)

Agama : Islam

5. Nama : Alpian

Umur : 65 Tahun

Pekerjaan : Tani

Agama : Islam

6. Nama : Junaidi

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Tani

Agama : Islam

7. Nama : Sudaryati

Umur : 52 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (Mengetahui Isi-Isi di Dalam Dulang)

Agama : Islam

Page 84: “TRADISI DULANG DALAM PERNIKAHAN DI DESA TURE ...repository.uinjambi.ac.id/3243/1/Revisi Skripsi SINTA W.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu

70

CURRICULUM VITAE

Nama : Sinta

Tempat/Tanggal Lahir : Ture, 09 Januari 1997

Nim : AS. 160981

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah : Zaini

Nama Ibu : Zainayu (Alm)

Anak Ke : 1 dari 2 Bersaudara

Alamat Asal : Desa Ture, Kecamatan Pemayung,

Kabupaten Batang Hari.

Nomor Telepon : 085217198821

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pendidikan Formal :

a. SD/MI : SDN 27/I Ture Tahun Lulus : 2010

b. SMP/MTS : SMPN 33 BATANGHARI Tahun Lulus : 2013

c. SMA/MA : SMAN 8 BATANGHARI Tahun Lulus : 2016