antibiotik yang membantu dalam mengalahkan infeksi gigi

26
ANTIBIOTIKA UNTUK INFEKSI GIGI Antibiotik yang membantu dalam mengalahkan infeksi gigi adalah sebagai berikut : Amoksisilin Klindamisin Eritromisin (E-Mycin) Metronidazol Penisilin Antibiotik membunuh bakteri, sehingga mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan. Antibiotik diberikan untuk pengobatan infeksi gigi tersedia dalam bentuk pil. Obat oral ini biasanya diambil selama kurang lebih 7-10 hari. Untuk rasa nyeri ringan dapat diberi obat analgetik antipyretic yang biasa, rasa nyeri sedang bisa diberi obat codein atau meperidin setiap 3 – 4 jam. Gejala-gejala klinis ataupun tanda—tanda klinis kedua macam abses ini pada umumnya yakni adanya rasa sakit, pembengkakan kelenjar lymph regional dan trismus apabila telah menyangkut otot—otot pengunyahan. Suhu tubuh sedikit meningkat, begitu pula butir darah putih. Infeksinya sendiri biasanya akan berhenti dengan terjadinya drenase spontan. Namun pada beberapa kasus dapat menyebar ke jaringan sekitarnya serta masuk kedalam rongga-rongga didaerah mulut dan rahang menimbulkan penyakit yang lebih parah. Sebagai penyebab infeksi biasanya campuran dari mikroorganisme aerob dan anaerob (Megran dkk 1984). von Konow (1981) dan Newman (1984) dalam penelitiannya menemukan bahwa secara klinis maupun bakteriologis bakteri anaerob selalu dijumpai pada setiap isolat yang diambil dan pasien yang menderita abses odontogen, sedangkan bakteri aerob hanya dijumpai pada sepertiga isolat tersebut dan selalu disertai adanya bakteri anaerob.

Upload: fafafaf

Post on 29-Dec-2015

2.028 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

TRANSCRIPT

Page 1: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

ANTIBIOTIKA UNTUK INFEKSI GIGI

Antibiotik yang membantu dalam mengalahkan infeksi gigi adalah sebagai berikut :

Amoksisilin Klindamisin Eritromisin (E-Mycin) Metronidazol Penisilin

Antibiotik membunuh bakteri, sehingga mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan. Antibiotik diberikan untuk pengobatan infeksi gigi tersedia dalam bentuk pil. Obat oral ini biasanya diambil selama kurang lebih 7-10 hari.

Untuk rasa nyeri ringan dapat diberi obat analgetik antipyretic yang biasa, rasa nyeri sedang bisa diberi obat codein atau meperidin setiap 3 – 4 jam.

Gejala-gejala klinis ataupun tanda—tanda klinis kedua macam abses ini pada umumnya yakni adanya rasa sakit, pembengkakan kelenjar lymph regional dan trismus apabila telah menyangkut otot—otot pengunyahan. Suhu tubuh sedikit meningkat, begitu pula butir darah putih. Infeksinya sendiri biasanya akan berhenti dengan terjadinya drenase spontan. Namun pada beberapa kasus dapat menyebar ke jaringan sekitarnya serta masuk kedalam rongga-rongga didaerah mulut dan rahang menimbulkan penyakit yang lebih parah.

Sebagai penyebab infeksi biasanya campuran dari mikroorganisme aerob dan anaerob (Megran dkk 1984). von Konow (1981) dan Newman (1984) dalam penelitiannya menemukan bahwa secara klinis maupun bakteriologis bakteri anaerob selalu dijumpai pada setiap isolat yang diambil dan pasien yang menderita abses odontogen, sedangkan bakteri aerob hanya dijumpai pada sepertiga isolat tersebut dan selalu disertai adanya bakteri anaerob.

Dari bakteri aerob yang dominan ialah Stafilokokus aureus, Stafilokokus epidermidis, Streptokokus viridans, sedangkan golongan anaerob ialah Peptokokus, Peptostreptokokus, Bacteroides gram positif batang, Gram negatif kokus.

Obat pilihan untuk abses dentogen ialah penisilin (Gerico 181) – Tetapi dari tahun ke tahun obat ini menimbulkan resistensi terhadap bakteri, sehingga pada saat ini sudah banyak bakteri yang resisten terhadap penisilin, hal ini karena bakteri dapat membentuk enzim beta—laktamase yang menghancurkan kerja antibiotika tersebut.

Diantara bakteri tadi ialah bakteri anaerob seperti Bacteroides corrodens, Bacteroides Melaninogenikus dll. Dengan mampunya bakteri membentuk enzim ini maka terapi dengan penisilin akan gagal. Ampisilin merupakan derivat dari penisilin yang dibuat secara sintetis. Obat ini masih berkhasiat tinggi untuk mengatasi infeksi di dalam rongga mulut dan rahang. Namun kenyataanya di beberapa kota besar,

Page 2: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

resistensi bakteri terhadap ampisilin pun telah meningkat. Di Bandung penelitian penulis tahun 1969 terhadap abses—abses di rongga mulut dan, rahang di RSHS menunjukkan sudah adanya bakteri aerob maupun anaerob yang resisten terhadap antibiotika ini namun secara statistik masih tergolong kecil (anaerob 3,8%, aerob 7%). Oleh karena itu masih dapat digunakan didalam menanggulangi kasus-kasus infeksi dentogen

Page 3: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Prinsip Penatalaksanaan Infeksi OdontogenPendahuluan

Dalam praktik sehari-hari dapat kita temukan infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronis.

Infeksi akut biasanya ditandai dengan pembengkakan dan rasa sakit yang hebat dengan manifestasi berupa malaise dan demam berkepanjangan.

Infeksi kronis dapat berkembang dari penyembuhan sebagian keadaan akut, serangan yang lemah atau pertahanan yang kuat infeksi kronis ditandai dengan ketidaknyamanan dalam berbagai tingkatan dan bukan berupa rasa sakit yang hebat (Roeslan, 1994). 

Infeksi odontogen adalah infeksi yang awalnya bersumber dari kerusakan jaringan keras gigi atau jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan flora normal rongga mulut yang berubah menjadi patogen (Soemartono, 2000).

Penyebaran infeksi odontogen ke dalam jaringan lunak dapat berupa abses. Secara harfiah, abses merupakan suatu lubang berisi kumpulan pus terlokalisir akibat proses supurasi pada suatu jaringan yang disebabkan oleh bakteri piogenik.

Abses yang sering terjadi pada jaringan mulut adalah abses yang berasal dari regio periapikal. Daerah supurasi terutama tersusun dari suatu area sentral berupa polimorfonuklear leukosit yang hancur dikelilingi oleh leukosist hidup dan kadang-kadang terdapat limfosit. Abses juga merupakan tahap akhir dari suatu infeksi jaringan yang dimulai dari suatu proses yang disebut inflamasi (Aryati, 2006).

Abses merupakan suatu lesi yang bagi tubuh sulit ditangani, karena kecenderungannya untuk meluas ke banyak jaringan dan sulitnya agen-agen terapeutik masuk ke dalam abses melalui pembuluh darah (Sabiston, 1994).

Infeksi odontogen dapat menyebar ke jaringan-jaringan lain mengikuti pola patofisiologi yang beragam dan dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi mikroorganisme, resistensi dari host dan struktur anatomi dari daerah yang terlibat (Soemartono, 2000).

Prinsip dasar perawatan kasus infeksi odontogen antara lain;

(1) mempertahankan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh penderita,

(2) pemberian antibiotik yang tepat dengan dosis yang memadai,

(3) tindakan drainase secara bedah dari infeksi yang ada,

(4) menghilangkan secepat mungkin sumber infeksi dan

Page 4: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

(5) evaluasi terhadap efek perawatan yang diberikan. Pada kasus-kasus infeksi fascial space, pada prinsipnya sama dengan perawatan infeksi odontogen lainnya, tetapi tindakan yang dilakukan harus lebih luas dan agresif (Soemartono, 2000; Mahmood&Mahmood, 2005).

Ad 1. Mempertahankan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh penderita meliputi :

(a) meningkatkan kualitas nutrisi, termasuk pemberian vitamin tambahan, diet tinggi kalori dan

protein,

(b)  mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan

(c) pemberian analgesik.

Pencabutan gigi atau menghilangkan faktor penyebab lain yang menjadi sumber infeksi harus segera dilakukan setelah gejala infeksi akut mereda. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekambuhan dari infeksi (Soemartono, 2000; Mahmood&Mahmood, 2005).

Insisi dan Drainase

Perawatan pada abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase.

Insisi adalah pembuatan jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel).

Drainase adalah tindakan eksplorasi pada fascial space yang terlibat untuk mengeluarkan nanah dari dalam jaringan, biasanya dengan menggunakan hemostat. Untuk mempertahankan drainase dari pus perlu dilakukan pemasangan drain, misalnya dengan rubber drain atau penrose drain, untuk mencegah menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas (Karasutisna, 2001; Lopez-Piriz et al., 2007).

Apabila belum terjadi drainase spontan, maka perawatan abses vestibular adalah insisi dan drainase pada puncak fluktuasi dan drainase dipertahankan dengan:

- Pemasangan drain (drain karet atau kasa), - Pemberian antibiotik untuk mencegah penyebaran infeksi dan - Analgesik sebagai penghilang sakit.

Pencabutan dilakukan setelah gejala akutnya mereda. Apabila sudah terjadi drainase spontan (sudah ada fistula) maka dapat langsung dilakukan pencabutan gigi penyebab. Pencabutan gigi yang terlibat (menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah pembengkakan  sembuh dan keadaan umum penderita membaik.

Dalam keadaan abses yang akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan dapat menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis (Karasutisna, 2001; Lopez-Piriz et al., 2007).

Page 5: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Ada beberapa tujuan dari tindakan insisi dan drainase, yaitu:

- Mencegah terjadinya perluasan abses/infeksi ke jaringan lain, - Mengurangi rasa sakit, - Menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya, - Memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vakularisasi jaringan

biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan - Pemberian antibiotok lebih efektif, dan - Mencegah terjadinya jaringan parut akibat drainase spontan dari abses.

Selain itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur dan ekstirpasi jarngan pulpa nekrotik, atau dengan pencabutan gigi penyebab (Karasutisna, 2001).

Terapi Medikasi

Pemakaian antibiotik dalam perawatan medikasi lebih diutamakan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran infeksi. Pemilihan antibiotik dilakukan berdasarkan bakteri penyebab infeksi.

Terdapat dua faktor mikrobiologi  yang harus ada di dalam benak dokter gigi pada saat memilih antibiotic, yaitu :

- Pertama, antibiotik harus efektif melawan organisme Streptococcus selama bakteri ini paling banyak ditemukan.

- Kedua, antibiotik harus efektif melawan bakteri anaerobik sprektrum luas (Mahmood & Mahmood, 2005).

Penisilin masih menjadi  drug of choice  yang sensitif terhadap organisme Streptococcus (aerobic dan anaerobik), namun sayangnya antibiotik jenis ini mengalami resistensi (Mahmood & Mahmood, 2005).

Penisilin dibagi menjadi penisilin alam dan semisintetik. Penisilin alam memiliki beberapa kelemahan antara lain:

- tidak tahan asam lambung, - inaktivasi oleh penisilinase, - sempit dan sering menimbulkan - sensitivitasi pada penderita yang tidak tahan terhadap penisilin.

Untuk mengatasi hal tersebut, dapat digunakan penisilin semisintetik antara lain:

- ampisilin (sprektrum luas, tidak dirusak asam lambung, tetapi dirusak oleh penisilinase) dan

Page 6: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

- kloksasilin (efektif terhadap abses, osteomielitis, tidak dirusak oleh asam lambung dan tahan terhadap penisilinase) (Soetiarto, 1997).

Penggunaan penisilin di dalam klinik antara lain adalah ampisilin dan amoksisilin. Absorbsi ampisilin oral seringkali tidak cukup memuaskan sehingga perlu peningkatan dosis.

Absorbsi amoksisilin di saluran cerna jauh lebih baik daripada ampisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada ampisilin, sedangkan masa paruh eleminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedangkan amoksisilin tidak (Ganiswara, 1995). 

Namun, akhir-akhir ini penggunaan metronidazole sangat populer dalam perawatan infeksi odontogen. Metronidazole tidak memiliki aktivitas dalam melawan bakteri aerob, tetapi efektif terhadap bakteri anaerob (Mahmood & Mahmood, 2005).

Nyeri gigi yang muncul akibat peradangan salah satunya disebabkan oleh adanya infeksi dentoalveolar yaitu :

- Masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh melalui jaringan dentoalveolar (Sukandar & Elisabeth, 1995).

Untuk mengatasi hal tersebut biasanya melalui pendekatan farmakologis dengan:

- Pemberian obat analgesik untuk meredakan rasa nyeri dengan efek analgesiknya kuat dan cepat dengan dosis optimal. Pasien dengan nyeri akut memerlukan obat yang dapat menghilangkan nyeri dengan cepat, efek samping dari obat lebih dapat ditolerir daripada nyerinya (Rahayu, 2007).

Page 7: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Gambar . Mekanisme aksi NSAIDs (non streroidal antiinflammatory drugs)

Obat anti inflamasi non steroid (non streroidal antiinflammatory drugs/ NSAIDs) adalah golongan obat yang terutama bekerja perifer dan memiliki aktivitas penghambat radang dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase (Ganiswara, 1995; Kartasasmita, 2002).

Efek analgesik yang ditimbulkan ini menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi. Prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata (Ganiswara, 1995).

Efek analgesik NSAIDs telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul bervariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya di dalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan (Arbie, 2003).

Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik; sebagai antiinflamasi, asam mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Asam mefenamat terikat sangat kuat pada protein plasma. Oleh karena itu, interaksi terhadap obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping pada saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari (Ganiswara, 1995).

Infeksi Odontogen yang Agresif

Apabila riwayat kasus menunjukkan adanya infeksi yang agresif dan terjadi secara mendadak (misalnya seperti pada plegmon/ angina ludwig), maka perlu dilakukan pengontrolan terhadap pasien yakni 24 jam setelah perawatan.

Pasien harus mendapatkan perawatan rawat inap untuk memperoleh antibiotik dosis tinggi intravena, rehidrasi (untuk keseimbangan cairan), prosedur bedah yang ekstensif untuk drainase dan pemantau secara teratur (Pedersen, 1996; Uluibau et al., 2005).

Page 8: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Pasien yang menunjukkan gejala penjalaran infeksi odontogenik ke leher bagian dalam perlu dilakukan hospitalisasi, sehingga tata laksana utama adalah life saving jika dijumpai obstruksi jalan nafas dengan menjaga airway tetap paten, jika diperlukan dapat dilakukan intubasi fiberoptic, blind nasal, surgical airway dengan merujuk pasien ke bagian yang terkait, pemberian antibiotik secara parenteral, intake nutrisi memadai serta oksigenase adequat (Poedjiastoeti & Santoso, 2005).

Page 9: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Antibiotik Profilaksis Dalam Odontologi Pediatrik

Abstrak

Sebagian besar infeksi orofasial berasal dari odontogenik, dan bersifat self-limiting, yang memiliki karakteristik berupa drainase spontan. Bakteri penyebabnya biasanya adalah saprofit. Di sisi lain, intervensi gigi invasif meningkatkan bakterimia transien.

Jika lesi rongga mulut terkontaminasi oleh bakteri ekstrinsik, perawatan antibiotik harus diberikan sesegera mungkin. Dalam kasus pulpitis, perawatan semacam itu tidak diindikasikan jika infeksi hanya mencapai jaringan pulpa, atau pada jaringan di sekitarnya. Dalam kasus avulsi gigi, dianjurkan untuk mengaplikasikan antibiotik lokal, serta antibiotik sistemik.Profesional dental harus mengetahui keparahan infeksi dan kondisi umum anak agar rujukan ke rumah sakit dapat dilakukan.

Semua pasien immunocompromised [rentan] membutuhkan profilaksis, serta individu yang menderita penyakit jantung akibat endokarditis, memakai kateter atau protesa vaskuler.

Penisilin V yang mengandung asam klavulanat dan diadministrasikan melalui jalur oral dikenal efektif melawan infeksi odontogenik.

Dalam kasus alergi terhadap penisilin, dapat diberikan obat alternatif yaitu klindamisin.

Sebagian besar infeksi akut akan sembuh dalam 2-3 hari.Beberapa tahun terakhir, kita cenderung mengurangi penggunaan antibiotik umum untuk tujuan preventif atau terapeutik.

Kata kunci:antibiotik, antibioterapi, odontologi pediatrik, pasien pediatrik, infeksi, antibiotik profilaksis.Sumber: Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2006;11:E352-7.

Mikrobiologi infeksi odontogenik

Bakteri penyebab infeksi odontogenik umumnya adalah saprofit. Mikrobiologinya bervariasi, dan melibatkan berbagai macam mikroorganisme yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Biasanya, terdapat bakteri aerob dan anaerob. Dalam kasus semacam ini, berbagai spesies bakteri aerob menyebabkan infeksi odontogenik—yang paling sering adalah streptococci.

Dalam rangkaian proses karies gigi, bakteri yang berpenetrasi ke dalam tubulus dentinalis umumnya adalah anaerob fakultatif [yaitu, streptococci, staphylococci, dan lactobacilli].

Page 10: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Jika jaringan pulpa mengalami nekrosis, bakteri masuk melalui saluran pulpa, dan proses tersebut mengakibatkan inflamasi periapikal—yang didominasi oleh Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium, dan Peptostreptococci.

Sejak pertama kali karies gigi dinyatakan sebagai suatu fenomena infeksi, telah dilakukan berbagai macam usaha untuk mengeliminasi bakteri kariogenik dari rongga mulut. Telah diketahui bahwa sebelum gigi erupsi, lebih dari 50% bayi memiliki kolonisasi Streptococcus mutans. Setelah erupsi, kolonisasi organisme tersebut tergantung pada kontagion bakteri langsung—biasanya, dari ibu. Resiko meningkat jika oral higiene buruk, memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat terutama makanan bergula, dan tampilan gigi setelah erupsi dalam mulut.

Streptococcus mutans memanfaatkan kemampuannya untuk melekat pada permukaan yang keras. Lactobacilli memiliki potensi kariogenik lebih kecil dibandingkan streptococci, dan tidak melekat pada permukaan gigi.

Pertimbangan penatalaksanaan infeksi odontogenikBerikut ini adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum mengadministrasikan antibiotik pada anak-anak:1. Keparahan infeksi, saat anak datang ke dokter gigi

2. Status pertahanan imun pasien

3. Dalam kasus infeksi akut, jika terjadi inflamasi sedang dan prosesnya terjadi dengan cepat, dan dalam kasus selulitis difus yang disertai dengan nyeri sedang sampai parah, atau jika anak mengalami demam, tanda-tanda yang ada mengindikasikan pemberian resep antibiotik serta perawatan gigi yang mengalami kerusakan.

4. Infeksi pada anak yang rentan secara medis [medically compromised]

5. Infeksi yang meluas ke ruang ekstraoral wajah. Dalam situasi semacam ini, infeksi cukup agresif dan dapat meluas sampai ke bibir—hal ini mengindikasikan bahwa pertahanan tubuh host tidak mampu mengendalikan infeksi. Untuk kasus yang parah, anak perlu dirawat inap di rumah sakit.

6. Antibiotik jarang diberikan dalam perawatan traumatisme ringan, meskipun kasus tersebut melibatkan lesi jaringan lunak atau dentoalveolar, dibutuhkan antibiotik profilaksis untuk melawan infeksi. Anak yang mengalami avulsi gigi dan direncanakan akan dilakukan reimplantasi, perlu diberi antibiotik yang bagus. Sejak digunakannya antibiotik sistemik dalam kasus semacam ini, insiden reabsorbsi akar eksternal berkurang. Kalender vaksinasi [vaksinasi antitetanus] perlu dipertimbangkan jika trauma terjadi di lingkungan yang terkontaminasi.

7. Pemberian antibiotik perlu dipertimbangkan pada pasien yang menderita juvenile periodontitis lokal atau tipe early periodontitis lainnya.

8. Adanya abses lokal, kronis, atau minor. Anak-anak sehat yang perlu menjalani pencabutan gigi sulung yang mengalami abses, atau perawatan endodontik gigi permanen, dapat menjalani prosedur tersebut tanpa pemberian antibiotik. Sebaliknya, pada anak-anak yang immunocompromised, atau pasien yang menderita gangguan jantung, membutuhkan antibiotik meskipun infeksi tidak selalu terjadi.

Page 11: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

*Penatalaksanaan lesi rongga mulut:

Jika rongga mulut terkontaminasi oleh bakteri ekstrinsik, antibiotik harus diadministrasikan sesegera mungkin agar diperoleh hasil yang optimal—dengan mempertimbangkan jalur administrasi yang paling efektif untuk setiap kasus [intravena, intramuskuler, dan oral]. Jika perawatan tersebut telah dimulai, khasiatnya harus diawasi, diindikasikan untuk melakukan uji kerentanan jika pasien tidak memberikan respon terhadap obat-obatan yang diberikan dalam perawatan pendahuluan.

*Penatalaksanaan pulpitis, periodontitis apikal, inflamasi intraoral terlokalisir:

Bakteri dapat mencapai pulpa melalui lesi karies, jaringan pulpa yang terbuka akibat trauma, atau mekanisme iatrogenik. Penetrasi dapat terjadi di sepanjang tubulus dentinalis, retakan dentin, atau restorasi gigi yang buruk. Jika seorang anak mengalami pulpitis akut, maka harus dilakukan perawatan gigi [pulpotomi, pulpektomi, atau ekstraksi]. Biasanya, perawatan antibiotik tidak diindikasikan jika proses infeksi hanya mencapai pulpa atau jaringan sekitarnya, tanpa tanda-tanda infeksi sistemik [yaitu, demam, atau pembengkakan wajah].

*Penatalaksanaan inflamasi akut yang berasal dari gigi:

Seorang anak yang mengalami pembengkakan wajah akibat infeksi gigi membutuhkan perawatan gigi segera. Tergantung pada tanda-tanda klinisnya, penatalaksanaannya dapat berupa perawatan atau ekstraksi gigi, serta terapi antibiotik. Alternatifnya, antibiotik dapat diberikan selama beberapa hari untuk menghindari penyebaran infeksi, yang dilanjutkan dengan perawatan gigi kausal. Profesional dental harus mengetahui keparahan infeksi dan kondisi umum anak dalam menentukan rujukan ke rumah sakit untuk administrasi antibiotik melalui jalur intravena.

*Penatalaksanaan traumatisme dental:

Aplikasi antibiotik secara lokal pada permukaan akar gigi yang mengalami avulsi [doksisisklin 1 mg/20 ml] mengurangi kemungkinan terjadinya reabsorbsi akar dan meningkatkan vaskularisasi pulpa. Administrasi antibiotik sistemik dapat dilakukan sebagai perawatan kombinasi [penisilin dan derivatnya dalam dosis tinggi, atau doksisiklin dosis-normal].

*Penatalaksanaan penyakit periodontal pediatrik:

Dalam penyakit periodontal yang berhubungan dengan neutropeni, Papillon-Lefevre syndrome, dan defisiensi adhesi leukosit, sistem imun anak tidak dapat mengendalikan pertumbuhan patogen periodontal. Jadi, dalam kasus semacam itu, dibutuhkan terapi antibiotik. Kultur dan uji kerentanan dapat dilakukan untuk memilih obat yang paling tepat dalam kasus semacam ini. Antibioterapi jangka panjang diindikasikan untuk penatalaksanaan penyakit periodontal kronis.

Page 12: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

*Penatalaksanaan penyakit viral:

Primary herpetic gingivostomatitis bukanlah subyek terapi antibiotik kecuali jika terdapat tanda-tanda infeksi bakteri sekunder.

Pasien yang termasuk dalam indikasi antibiotik profilaksis

Antibiotik profilaksis pada pasien sehat diindikasikan jika direncanakan untuk melakukan pembedahan di lokasi yang terkontaminasi parah [misalnya, bedah periodontal]. Auto-transplantasi gigi juga dapat dilakukan bersamaan dengan terapi antibiotik. Pada pasien immunocompromised, profilaksis semacam itu harus selalu diberikan.

Dalam administrasi suatu antibiotik untuk keperluan profilaksis, konsentrasi obat dalam plasma harus jauh lebih tinggi dibandingkan jika antibiotik digunakan untuk tujuan terapeutik. Jadi, dosis profilaktik yang diberikan sebelum pembedahan haruslah dua kali lipat dibandingkan dosis terapeutik.

Antibiotik profilaksis diindikasikan untuk situasi berikut ini:

a)Pasien yang mengalami gangguan jantung akibat endokarditis; banyak pasien yang beresiko menderita endokarditis setelah menjalani perawatan dental, akibat riwayat gangguan jantung. The American Academy of Pediatric Dentistry [AAPD] telah menyetujui pedoman pencegahan bakterial endokarditis yang dibuat oleh American Heart Association. Pedoman tersebut menegaskan abhwa anak-anak yang memiliki riwayat administrasi obat-obatan melalui intravena, dan anak-anak yang menderita sindrom tertentu [seperti, Down syndrome, atau Marfan syndrome], beresiko mengalami bakteriall endokarditis, akibat anomali jantung.

b)Pasien immunocompromise: pasien semacam ini tidak dapat mentolerir bakterimia transien setelah perawatan dental invasif. Jadi, pasien yang sedang menjalani kemoterapi, iradiasi, atau transplantasi sumsum tulang harus dirawat dengan hati-hati. Kriteria tersebut juga berlaku pada pasien yang mengalami kondisi berikut ini: infeksi human immunodeficiency virus [HIV], defisiensi imun, neutropenia, imunosupresi, anemia, splenectomy, terbiasa mengkonsumsi steroid, lupus eritematosus, diabetes, dan transplantasi organ.

c)Pasien yang memakai shunt, kateter atau protesa vaskuler: bakterimia setelah perawatan dental invasif akan meningkatkan kolonisasi pada kateter atau shunt vaskuler. Pasien yang menjalani dialisis atau kemoterapi, atau transfusi darah, juga sangat rentan terhadap gangguan ini.

Page 13: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Pemilihan antibiotic

Antibiotik oral yang efektif melawan infeksi odontogenik antara lain penisilin, klindamisin, eritromisin, cefadroxil, metronidazole, dan tetrasiklin.

Antibiotik-antibiotik tersebut efektif melawan streptococci dan anaerob rongga mulut. Penisilin V adalah penisilin pilihan untuk kasus infeksi odontogenik. Yang bersifat bakterisidal, dan meskipun spektrum aksinya relatif terbatas, agen ini dapat digunakan untuk perawatan indeksi odontogenik.

Untuk profilaksis endokarditis, yang berkaitan dengan perawatan dental, amoksisilin adalah antibiotik pilihan. Amoksisilin yang dikombinasikan dengan asam klavulanat [klavulanat] dapat digunakan dalam kasus-kasus tertentu, karena dapat mempertahankan aktivitas melawan betalaktamase yang biasa diproduksi oleh mikroorganisme penyebab infeksi odontogenik.

Klindamisin merupakan salah satu alternatif untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Obat tersebut bersifat bakteriostatik, meskipun secara klinis, dapat diperoleh aksi bakterisidal menggunakan dosis yang umum dianjurkan.

Generasi makrolid terakhir, clarithromycin dan azithromycin juga dapat digunakan jika anak alergi terhadap penisilin.

Sefalosporin cefadroxil merupakan pilihan tambahan jika dibutuhkan aksi dalam spektrum yang lebih luas.

Metronidazole biasanya digunakan untuk melawan anaerob, dan biasanya diberikan dalam situasi yang dicurigai hanya terdapat bakteri anaerob.

Tetrasiklin sangat jarang digunakan dalam praktek kedokteran gigi karena obat-obatan ini dapat menyebabkan perubahan warna gigi, sehingga tidak boleh diberikan pada anak yang berusia kurang dari 8 tahun, atau wanita hamil dan menyusui.

Durasi terapi antibiotik dalam infeksi odontogenik

Durasi ideal terapi antibiotik adalah siklus tersingkat yang mampu mencegah relaps klinis dan mikrobiologis. Sebagian besar infeksi akut akan sembuh dalam waktu 3-7 hari. Jika digunakan antibiotik oral, perlu dipertimbangkan pemberian dosis yang lebih tinggi agar diperoleh batas terapeutik dengan cepat.

Page 14: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

CATAFLAM

Cataflam itu merupakan kalium diklofenak (diclofenac). Diklofenak adalah sebuah non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) yang menunjukkan aksi anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik pada hewan model.

Mekanisme aksi Cataflam, seperti NSAID yang lain berkaitan dengan menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan sejenis hormon yang menyebabkan inflamasi dan nyeri di tubuh.

Diklofenak digunakan pada perawatan sakit atau peradangan yang disebabkan oleh arthritis atau ankylosing spondylitis.Nama brand: Cataflam.

Voltaren, Voltaren-XR adalah Natrium diklofenak.

Obat ini dapat meningkatkan risiko ancaman/life-threatening jantung atau masalah sistem sirkulasi, termasuk serangan jantung atau stroke.

Hal ini akan meningkatkan risiko menggunakan diklofenak. Jangan gunakan obat ini sebelum atau setelah operasi bypass jantung (disebut juga coronary artery bypass cantum atau CABG).

Obat ini juga dapat meningkatkan risiko efek serius pada perut atau usus, termasuk perdarahan atau perforasi (pembentukan lubang). Keadaan ini dapat menjadi fatal dan efek gastrointestinal dapat terjadi tanpa peringatan kapan saja saat mengkonsumsi diklofenak.

Page 15: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Hindari terkena sinar matahari atau sinar UV buatan (atau sunlamps tanning bed). Diklofenak dapat membuat kulit lebih peka terhadap sinar matahari dan sinar matahari dapat menyebabkan rasa terbakar.

Jangan gunakan obat ini jika alergi diklofenak, atau jika memiliki sejarah reaksi alergi aspirin atau NSAID lainnya.Sebelum mengambil diklofenak, katakan pada dokter jika alergi pada obat tertentu, atau jika memiliki:

1. sejarah dari serangan jantung, stroke, atau bekuan darah;2. penyakit jantung, congestive kegagalan jantung, tekanan darah tinggi;3. sejarah perut ulcers atau perdarahan;4. Penyakit ginjal atau hati,5. asma;6. polips di hidung;7. pendarahan atau clotting disorder ; atau8. merokok.

Indeks keamanan menurut FDA adalah kategori C. Obat ini mungkin akan berbahaya pada bayi yang belum lahir. Katakan pada dokter jika hamil atau berencana untuk hamil selama pengobatan. Konsumsi diklofenak selama 3 bulan terakhir dari kehamilan (Trimester III) dapat membahayakan bayi yang belum lahir. Jangan ambil diklofenak selama kehamilan kecuali dokter telah diberitahu.

Diklofenak dapat lolos ke dalam air susu ibu yang dapat membahayakan bayi selama menyusui. Jangan menggunakan obat ini tanpa memberitahu dokter jika menyusui bayi. Jangan memberikan obat ini untuk anak tanpa nasihat dari dokter.

Apa yang harus dihindari saat mengambil diklofenak?

Jangan menggunakan OTC  lainnya, alergi, atau pain-killer tanpa terlebih dahulu meminta saran dokter atau apoteker. Banyak obat-obatan yang tersedia berisi aspirin atau obat-obatan lainnya yang mirip dengan diklofenak (seperti ibuprofen, ketoprofen, atau naproxen).

Bacalah label dari setiap obat-obatan lainnya yang digunakan untuk melihat apakah berisi aspirin, ibuprofen, ketoprofen, atau naproxen.

Jangan minum alkohol saat mengambil diklofenak. Alkohol dapat meningkatkan risiko pendarahan perut disebabkan oleh diklofenak.

Hindari terkena sinar matahari lama-lama . Diklofenak dapat meningkatkan sensitivitas dari kulit ke sinar matahari.

Gunakan sunscreen dan memakai pakaian pelindung bila terkena sinar matahari yang tidak dapat dihindari.

Efek samping diklofenak

Dapatkan bantuan medis darurat jika Anda memiliki salah satu dari tanda-tanda reaksi alergi: hives; kesulitan bernapas, pembengkakan di wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.

Page 16: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Berhenti mengunakan diklofenak dan cari perhatian medis atau ke dokter sekaligus jika memiliki salah satu efek samping yang serius:

1. dada sakit, lemah, sesak nafas, bicara slurred, atau masalah dengan penglihatan atau keseimbangan;

2. hitam, berdarah, atau tinggal beberapa stools;3. batuk darah atau muntah seperti ampas kopi;4. bengkak atau cepat mendapatkan berat;5. kencing kurang biasa atau tidak sama sekali;6. mual, sakit perut, demam rendah, kehilangan nafsu makan, dark urine, clay-colored

stools, jaundice (yellowing dari kulit atau mata);7. demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala parah dengan blistering, kupasan, dan ruam

kulit merah;8. bruising, geli parah, rasa, rasa sakit, kelemahan otot, atau9. demam, sakit kepala, leher kaku, chills, untuk meningkatkan sensitivitas cahaya, ungu

bintik-bintik pada kulit, dan / atau serangan (kejang).

Efek samping kurang serius termasuk:

1. enek, ringan mulas atau sakit perut, diare, sembelit;bloating, gas;2. pusing, sakit kepala, nervousness;3. kulit gatal atau ruam;4. penglihatan kabur atau5. nada di telinga Anda.

Apa obat-obatan akan berinteraksi dengan diklofenak?

Beritahu dokter jika mengambil antidepressant seperti citalopram (Celexa), duloxetine (Cymbalta), escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac, Sarafem, Symbyax), fluvoxamine (Luvox), paroxetine (paxil), sertraline (Zoloft), atau venlafaxine (Effexor). Mengkonsumsi salah satu obat ini dengan dikofenak dapat menyebabkan luka memar atau mudah terjadi perdarahan.

Sebelum mengambil diclofenac, katakan dokter jika mengambil salah satu obat berikut:

1. pembuat tipis darah seperti warfarin (Coumadin);2. cyclosporine (Neoral, Sandimmune);3. lithium (Eskalith, Lithobid);4. methotrexate (Rheumatrex, Trexall);5. diuretics (pil air) seperti furosemide (Lasix).6. steroids (Prednisone dan lain-lain);7. aspirin atau NSAIDs lainnya seperti etodolac (Lodine), flurbiprofen (Ansaid),

indomethacin (Indocin), ketoprofen (Orudis), ketorolac (Toradol), mefenamic acid (Ponstel), meloxicam (Mobic), nabumetone (Relafen), naproxen (Aleve , Naprosyn), piroxicam (Feldene), dan lain-lain, atau

8. ACE inhibitor seperti benazepril (Lotensin), captopril (Capoten), fosinopril (Monopril), enalapril (Vasotec), lisinopril (prinivil, Zestril), ramipril (Altace), dan lain-lain.

Page 17: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Daftar ini tidak lengkap dan mungkin ada obat-obatan lainnya yang dapat berinteraksi dengan diklofenak. Beritahu dokter tentang semua resep dan obat OTC yang digunakan. Ini termasuk vitamin, mineral, produk herbal, dan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter lainnya. Jangan menggunakan obat tanpa memberitahu dokter.

Indikasi untuk obat ini yaitu :- Keadaan meradang setelah traumatik (terpukul/terbentur/teriris) yang disertai rasa

sakit/nyeri, - peradangan dan nyeri sesudah operasi, - sebagai tambahan pada infeksi THT (tenggorkan, hidung, telinga) yang meradang yang

disertai nyeri hebat, juga - pada nyeri pada tulang belakang, - reumatisme non artikular (rematik, encok).

Untuk kontraindikasinya yaitu :- Hipersensitif terhadap Diklofenak atau obat-obat anti radang non steroid yang lain, juga - Ulkus peptikum (radang usus).

Page 18: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

Diclofenac sodium: obat sakit gigi yang ampuhDokter memberikan beberapa obat, antara lain:

1. Asam Mefenamat/Mefenamat Acid yang berfungsi sebagai peredam nyeri/analgesic. Asam Mefenamat ini punya banyak merek dagang, yang paling terkenal ya PONSTAN

2. Amoxicillin yang berfungsi sebagai antibiotic. 3. NSAID / Corticosteroid fungsinya sebagai penghilang bengkak pada gusi/ anti inflamasi.

Saat itu obat-obat tersebut sangat manjur, dalam beberapa hari sakit gigi sudah hilang secara total.

Obat sakit gigi , yaitu: Amoxicillin, Asam Mefenamat. Diminum lagi, tetapi kali ini obat2 itu tidak berefek sama sekali, masih terasa sakit.

Namun pencerahan datang setelah melihat laman web berbahasa inggris. Disitu dijelaskan bahwa jika salah satu obat mujarab untuk sakit gigi dan gusi bengkak adalah dengan meminum Diclofenac Sodium (natrium diklofenak).

Diclofenac Sodium adalah obat penghilang nyeri(analgesik), anti inflamasi (meredakan bengkak), antirematik, antipiretik yang bersifat non steroid yang dijual bebas di apotek.

Selama 5-7 hari sesudah pencabutan gigi memang biasa disertai nyeri dan peradangan di daerah yang dicabut. Hal ini disebabkan karena waktu tersebut adalah fase peradangan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memulihkan luka (fase inflamasi / peradangan).

Untuk menghilangkan nyeri biasanya dokter memberikan obat anti nyeri dan obat anti peradangan. Untuk anti nyeri dapat memakai asam mefenamat (3x500 mg) dan sebagai anti nyeri dan untuk obat anti peradangan Tinoridine HCl (3 x 50 mg). Apabila tidak kunjung berkurang dalam waktu 3 hari maka sebaiknya anda kembali kontrol ke dokter gigi anda, karena dikhawatirkan terjadi infeksi. Bila terjadi infeksi maka harus diobati dengan antibiotik yang diresepkan oleh dokter. Demikian semoga membantu. Terima Kasih

Ampisilin sebagai antibiotika pilihan

Aktivitas ampisilin.

Dosis 1 hari rata-rata dari Ampisilin untuk orang dewasa adalah 1 gram yang sebaiknya diberikan 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi yang berat dosis tersebut dapat digandakan dua kali, jadi setiap 6 jamnya 500 mg.

Dosis 1 hari untuk anak-anak adalah 40-80 mg tiap kg berat badan. Sikon desa atau daerah pertanian transmigrasi tidak cocok untuk pemberian obat setiap 6 jam atau setiap 8 jam.

Mudah dilaksanakan adalah minum obat pagi dan sore, cara minum obat dua kali sehari ini bermakna jika kadar obat

Page 19: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

dalam serum selama 10 sampai 12 jam setelah minum obat adalah cukup tinggi untuk menghambat pertumbuhan kuman penyebab peradangan. Dalarn hal pemberian Ampisilin, pemberian tunggal 500 mg pada orang dewasa, dosis mana adalah sesuai dengan 7,5 mg/kg berat badan, dalam serum akan dijumpai kadar antibiotika sebagai berikut :

½ - 1 jam setelah minum obat 0,2 - 4,9 mcg/ml 1 – 2 jam setelah minum obat 0,8 - 5,0 mcg/ml 2 – 4 jam setelah minum obat 0,6 - 1,6 mcg/ml 4 – 6 jam setelah minum obat 0,4 - 0,8 mcg/ml 6 – 8 jam setelah minum obat 0,8 mcg/ml

Pada peroberian berulang dapat diharapkan suatu kadar rata-rata diatas 0,8 mcg/ml da1am serum. Antara kadar antibiotika dalam serum afinitasnya pada jaringan mulut serta antara efek antibiotika in vitro dan efek in vito harus terdapat keserasian. Dalam gambar ini dapat dibaca efek ampisilin kadar hambat minimum dalam mcg/ml terhadap pelbagai jenis kuman penyebab peradangan gigi dan mulut.

Kadar serum rata-rata Ampisilin per oral.------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Streptococcus 0.016 - 0.03 /250 mg D. pneumonie 0.03 – 0.06/250mg S. viridans 0.24 – 0.5/250mg S.aureus 0.06 – 0.12/250mg S.faecalis 1.0 – 2/250mg H.influenzae 0.24 – 1.0/250mg N.go 0.06 – 0.5/250mg -----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kalau kita menilai Kadar hambat minimum dari kuman patogen dari rongga mulut, maka berdasarkan kadar yang dapat dipercepat pengobatan dosis 2 x 500 mg sehari, dapatlah diambil suatu ketentuan, bahwa ampisilin dapat bersifat bakterisida.

Kepustakaan telah menerangkan, bahwa kuman kokus piogen yang dianggap sebagai penyebab radang gigi umumnya adalah dalam jangkauan kasiat ampisilin. Keterangan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Wood (1975) yang menggambarkan, bahwa kuman-kuman penyebab infeksi yang dapat diasingkan dari 80 peradangan abses gigi yang akut untuk lebih kurang 90,3% sampai 91,3% dapat dinyatakan sensitif. terhadap ampisilin. Hasil kami sendiridi Jakarta yang kami pero1eh pada tahun 1972 dan 1973 memberikan angka persentase yang agak rendah, yaitu antara 76,0% sampai 82,6%. Meskipun angka rata-rata tersebut ada1ah menggernbirakan, namun untuk dibekalkan kepada para mahasiswa bekerja sosia1 belum memuaskan seratus persen. Masih be1um dite1iti sego1ongan kurnan yang dapat juga dianggap sebagai radang gigi atau sebagai penyebab infeksi campuran atau sebagai penyebab infeksi sekunder. Kelompok kuman ini adalah kuman anaerob, bacteroides, fusobacterium, peptococcus, peptostrepcoccus, dan veillinella. Keterangan-keterangan diatas ini rnenggambarkan bahwa ampisilin merupakan jenis antibiotika yang dapat dibekalkan pada kerja sosial para mahasiswa kedokteran gigi karena di sarnping ampisilin aman digunakan juga berkhasiat terapi pada dosis hari yang diberi kan dua kali sehari, pagi dan sore. Kesimpulan ini kami terapkan pada kerja sosial di Lampung.

Kesimpulan.

Dalam menjalankan kerja sosial atau kerja lapangan didaerah perlu sekali diperhatikan bahaya efek sampingan. Meskipun jarang dijumpai, mungkin karena tidak mendapatkan perhatian secukupnya, maka efek sampingan dapat berakibat tidak menguntungkan baik bagi penderita maupun bagi yang memberi pengobatan. Seyogianya para mahasiswa diberi penerangan terlebih dahulu dan dilatih untuk menghadapi efek sampingan, sebelum mereka diberangkatkan untuk bekerja di lapangan. Lebih utama adalah untuk membekali mereka dengan jenis obat-obatan yang telah teruji rendah persentasi efek smnpingannya disamping mendapat latih

Page 20: Antibiotik Yang Membantu Dalam Mengalahkan Infeksi Gigi

an tersebut, karena tindakan-tindakan pencegahan efek sampingan masih diragukan khasiatnya. Ampisilin dapat diajukan sebagai antibiotika pilihan untuk kerja sosial. Antibiotika tersebut adalah cukup aman dan dapat dikombinasi dengan Danzen sebagai obat anti inflamasi akan mempercepat proses reda radang. Dalam kasus pada mana kuman anaerob diperkirakan berperan dapat ditambahkan metronidazol. Karena obat analgetika mempunyai efek samping dalam persentase yang cukup tinggi, seyogianya obat tersebut diberikan kalu perlu saja. Dalam suasana yang kurang menguntungkan dosis harian dapat di berikan dalam dua bagian dengan waktu interval 12 jam, memakai dosis tiap kalinya bagi infeksi yang tidak berat 500 mg. Dari pemberian pagi dan sore tersebut dapat diharapkan suatu hasil yang cukup memuaskan.