antara/ismar patrizki mengerek produktivitas pelabuhan ... · dan gresik. nantinya, terminal yang...

1
18 | Ekonomi Nasional KAMIS, 4 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA S URVEI Bank Dunia ter- kait indeks performa logistik (logistic perfor- mance index/LPI) pela- buhan di seluruh dunia menun- jukkan kinerja jasa logistik di Indonesia semakin memburuk setiap tahunnya. Hal itu terlihat ketika pada 2007 Indonesia menduduki po- sisi 43 dari 150 negara untuk LPI, dua tahun berselang hasil survei serupa menunjukkan kinerja jasa logistik di Tanah Air merosot, ke posisi 75. Semakin jauh di bawah ki- nerja jasa logistik pelabuhan di Singapura yang pada 2007 ada di posisi pertama, Malaysia di 27, dan Thailand di 31. “Dari tahun ke tahun, indeks performa logistik Indonesia se makin buruk. Selama ini, layanan buruk karena produk- tivitas rendah. Ka mi harus tingkatkan produktivitas,” ujar Direktur Utama Pe lindo III Djarwo Surjanto, Selasa (2/11). Ada sejumlah parameter ki- nerja jasa logistik pelabuhan yang digunakan dalam survei tersebut. Di antaranya, kualitas dan kuantitas layanan serta infrastruktur logistik dan biaya logistik domestik. Indonesia mendapat nilai buruk lantaran rendahnya pro- duktivitas aktivitas pelabuhan. Padahal, rendahnya produk- tivitas bongkar muat berpe- ngaruh pada tingginya harga barang yang didistribusikan. “Filosokapal itu menghasil- kan uang ketika berlayar, mem- buang uang ketika bersandar. Jadi, semakin cepat waktu san- dar semakin sedikit biaya diha- biskan. Di Eropa, kalau kapal tiba pagi, magrib sudah bisa pergi. Di kita tidak, kapal bisa bersandar berhari-hari.” Djarwo menggambarkan ma- sa tunggu kapal domestik un- tuk proses bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak, Sura- baya, bisa mencapai empat hari. Selama proses menunggu, setiap kapal berkapasitas 400 twenty-foot equivalent units (teus) dikenai biaya Rp150 juta per hari, atau Rp600 juta untuk antrean selama empat hari. Berbenah Dalam identikasi Djarwo, ada tiga faktor yang menyebab- kan rendahnya produktivitas bongkar muat peti kemas pelabuhan. Pertama kom- petensi sumber daya manusia (SDM) yang kurang memadai, kedua keterbatasan alat berat, dan ketiga penggunaan fasilitas yang tidak fokus. Berdasarkan identikasi itu, Pelindo III berbenah. Mereka meningkatkan produktivitas bongkar muat di 42 pelabuhan yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Antara lain dengan membeli alat seharga Rp1,2 triliun untuk meningkatkan produktivitas bongkar muat di seluruh pela- buhan. Djarwo mencontohkan pembelian 7 alat untuk memin- dahkan barang dari kapal ke darat di Pelabuhan Banjarma- sin, yaitu 2 container crane (CC) dan 5 rubber tire gantry (RTG). “Tujuannya mempercepat waktu proses bongkar muat sehingga kapal dalam 24 jam sudah bisa pergi dari pelabu- han. Tahun ini target kita genjot pembelian alat untuk tingkat- kan produktivitas. Target kita bongkar muat peti kemas 30 boks/jam. Sekarang baru 20 boks/jam,” paparnya. Kemudian, mereka memba- ngun terminal multiguna di Teluk Lamong, yang berada di antara wilayah Tanjung Perak dan Gresik. Nantinya, terminal yang ditargetkan selesai pada 2013 itu akan dioperasikan se- bagai dedicated terminal. Terminal yang dibangun de- ngan total investasi Rp1,8 tri- liun itu dilakukan untuk meng- antisipai pertumbuhan ekono- mi Jawa Timur. ’’ Kalau industri tumbuh, barang akan terus datang,’’ ujar Djarwo. (E-1) christina @mediaindonesia.com Mengerek Produktivitas Pelabuhan Indonesia Setiap kapal yang melakukan bongkar muat harus mengalokasikan dana sekitar Rp600 juta untuk antrean selama empat hari. Christina Sihite PENERAPAN teknologi infor- masi (TI) diyakini sebagai salah satu solusi cepat untuk menga- tasi problem utama yang diha- dapi sejumlah bandara di Indo- nesia saat ini, yaitu overcapacity alias kelebihan beban. Peningkatan teknologi untuk keperluan pelayanan penum- pang maupun pesawat bahkan dinilai lebih layak diprioritas- kan daripada pembangunan sik bandara itu sendiri. “Angkasa Pura sebagai ope- rator harus memprioritaskan pengembangan TI untuk mem- perlancar arus penumpang se- hingga dapat mereduksi kepa- datan yang melebihi kapasitas terminal,” ujar Menteri Perhu- bungan Freddy Numberi saat membuka acara Indonesia Aviation IT Forum di Jakarta, kemarin. Menurut Freddy, meski su- dah banyak yang menyandang status bandara internasional, sampai saat ini belum ada satu pun bandara di Indonesia yang pelayanannya sudah meme- nuhi standar internasional. Karena itu, kata dia, kebutuhan untuk meningkatkan pelayan- an dan mengatasi kepadatan bandara sudah sangat mende- sak. “Peralatan yang ada harus di-upgrade. Teknologi yang su- dah tidak layak harus segera diganti untuk pastikan kecepat- an pelayanan, safety, dan secu- rity. Indonesia harus berada di level yang sama dengan stan- dar internasional,” tukas Fred- dy. Saat menanggapi hal itu, Di- rektur Komersial dan Pengem- bangan Usaha PT Angkasa Pura I Robert Waloni mengaku saat ini pihaknya tengah me- rencanakan peningkatan sistem TI untuk seluruh bandara yang dikelola Angkasa Pura I. “Ini untuk memangkas waktu pe- layanan penumpang di counter sekaligus meningkatkan daya saing internasional bandara,” pungkasnya. (CS/E-3) Bandara Mesti Benahi Sistem TI Rencana Bisnis Bank Wajib Lebih Cepat SERAGAM BARU: Pramugari maskapai Garuda Indonesia mengenakan seragam baru di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin. Seragam baru berupa kebaya batik modifikasi yang diperkenalkan kepada masyarakat pada 27 Mei 2010 tersebut telah resmi dikenakan seluruh awak kabin wanita Garuda Indonesia sejak Senin (1/11). BANK Indonesia (BI) meng- inginkan industri perbankan nasional menyampaikan ren- cana bisnis bank (RBB) 2011 paling lambat pada Desember mendatang. Bahkan, untuk RBB tahun-tahun berikutnya, penyampaian RBB sudah harus dilakukan pada November. Kepala Biro Direktorat Pene- litian dan Pengaturan Per- bankan BI Irwan Lubis men- jelaskan, percepatan itu dilaku- kan untuk mempermudah BI melakukan pengawasan atas strategi dan ekspansi bisnis perbankan nasional. Pada ketentuan baru yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/2010 itu, perbankan dapat menyampai- kan RBB untuk 2011 berdasar- kan kinerja pada kuartal III 2010. Sebelumnya, berdasarkan PBI Nomor 6/2004, RBB bisa diserahkan pada awal tahun. ”Ketentuan baru ini lebih cepat dua bulan jika dibandingkan dengan peraturan sebelum- nya,” ujar Irwan. Adapun berdasarkan RBB 2010, perbankan membidik rata-rata target pertumbuhan kredit hingga 21%. Hingga 29 Oktober 2010, industri per- bankan membukukan kenaikan kredit Rp12,05 triliun dari se- pekan sebelumnya, menjadi Rp1.659,47 triliun. Dengan ke- naikan itu, kredit sejak Januari 2010 tumbuh 16,03%. “Seperti tren tahun-tahun sebelumnya, menjelang akhir tahun interme- diasi perbankan semakin mem- baik,” kata Kepala Biro Humas BI DiA Johansyah. Dalam pekan terakhir Okto- ber itu, kredit rupiah naik Rp8,18 triliun, sedangkan kre- dit valas naik Rp3,87 triliun. Sementara itu, dana pihak ketiga bertambah Rp10,26 tri- liun dalam sepekan menjadi Rp2.149,74 triliun. Adapun likuiditas rupiah perbankan mengalami ekspansi sekitar Rp21,5 triliun menjadi sekitar Rp689,5 triliun terutama karena dropping dana pemerin- tah dalam rangka belanja rutin. (*/Atp/E-4) Jelang akhir tahun intermediasi per- bankan semakin membaik.’’ Difi A Johansyah Kepala Biro Humas BI ANTARA/ISMAR PATRIZKI

Upload: dodang

Post on 20-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

18 | Ekonomi Nasional KAMIS, 4 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

SURVEI Bank Dunia ter-kait indeks performa logistik (logistic perfor-mance index/LPI) pela-

buhan di seluruh dunia menun-jukkan kinerja jasa logistik di Indonesia semakin memburuk setiap tahunnya.

Hal itu terlihat ketika pada 2007 Indonesia menduduki po-sisi 43 dari 150 negara untuk LPI, dua tahun berselang hasil survei serupa menunjukkan kinerja jasa logistik di Tanah Air merosot, ke posisi 75.

Semakin jauh di bawah ki-nerja jasa logistik pelabuhan di Singapura yang pada 2007 ada di posisi pertama, Malaysia di 27, dan Thailand di 31.

“Dari tahun ke tahun, indeks

performa logistik Indonesia se makin buruk. Selama ini, layanan buruk ka rena produk-tivitas rendah. Ka mi harus tingkatkan produktivitas,” ujar Direktur Utama Pe lindo III Djarwo Surjanto, Selasa (2/11).

Ada sejumlah parameter ki-nerja jasa logistik pelabuhan yang digunakan dalam survei tersebut. Di antaranya, kualitas dan kuantitas layanan serta infrastruktur logistik dan biaya logistik domestik.

Indonesia mendapat nilai bu ruk lantaran rendahnya pro-duktivitas aktivitas pelabuhan. Padahal, rendahnya produk-tivitas bongkar muat berpe-ngaruh pada tingginya harga barang yang didistribusikan.

“Filosofi kapal itu menghasil-kan uang ketika berlayar, mem-buang uang ketika bersandar. Jadi, semakin cepat waktu san-

dar semakin sedikit biaya diha-biskan. Di Eropa, kalau kapal tiba pagi, magrib sudah bisa pergi. Di kita tidak, kapal bisa bersandar berhari-hari.”

Djarwo menggambarkan ma-sa tunggu kapal domestik un-tuk proses bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak, Sura-baya, bisa mencapai empat hari. Selama proses menunggu, setiap kapal berkapasitas 400 twenty-foot equivalent units (teus) dikenai biaya Rp150 juta per hari, atau Rp600 juta untuk antrean selama empat hari.

BerbenahDalam identifi kasi Djarwo,

ada tiga faktor yang menyebab-kan rendahnya produktivitas bongkar muat peti kemas pelabuhan. Pertama kom-petensi sumber daya manusia (SDM) yang kurang memadai,

kedua keterbatasan alat berat, dan ketiga penggunaan fasilitas yang tidak fokus.

Berdasarkan iden tifi kasi itu, Pelindo III berbenah. Mereka meningkatkan produktivitas bongkar muat di 42 pelabuhan yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Antara lain dengan membeli alat seharga Rp1,2 triliun untuk meningkatkan produktivitas bongkar muat di seluruh pela-buhan. Djarwo mencontohkan pembelian 7 alat untuk memin-dahkan barang dari kapal ke darat di Pelabuhan Banjarma-sin, yaitu 2 container crane (CC) dan 5 rubber tire gantry (RTG).

“Tujuannya mempercepat waktu proses bongkar muat sehingga kapal dalam 24 jam

sudah bisa pergi dari pelabu-han. Tahun ini target kita genjot pembelian alat untuk tingkat-kan produktivitas. Target kita bongkar muat peti kemas 30 boks/jam. Sekarang baru 20 boks/jam,” paparnya.

Kemudian, mereka memba-ngun terminal multiguna di Teluk Lamong, yang berada di antara wilayah Tanjung Perak dan Gresik. Nantinya, terminal yang ditargetkan selesai pada 2013 itu akan dioperasikan se-bagai dedicated terminal.

Terminal yang dibangun de-ngan total investasi Rp1,8 tri-liun itu dilakukan untuk meng-antisipai pertumbuhan ekono-mi Jawa Timur. ’’ Kalau industri tumbuh, barang akan terus datang,’’ ujar Djarwo. (E-1)

[email protected]

Mengerek Produktivitas Pelabuhan Indonesia

Setiap kapal yang melakukan bongkar muat harus mengalokasikan dana sekitar Rp600 juta untuk antrean selama empat hari.

Christina Sihite

PENERAPAN teknologi infor-masi (TI) diyakini sebagai salah satu solusi cepat untuk menga-tasi problem utama yang diha-dapi sejumlah bandara di Indo-nesia saat ini, yaitu overcapacity alias kelebihan beban.

Peningkatan teknologi untuk keperluan pelayanan penum-pang maupun pesawat bahkan dinilai lebih layak diprioritas-kan daripada pembangunan fi sik bandara itu sendiri.

“Angkasa Pura sebagai ope-rator harus memprioritaskan pengembangan TI untuk mem-perlancar arus penumpang se-hingga dapat mereduksi kepa-datan yang melebihi kapasitas terminal,” ujar Menteri Perhu-bungan Freddy Numberi saat membuka acara Indonesia Avia tion IT Forum di Jakarta, kemarin.

Menurut Freddy, meski su-dah banyak yang menyandang status bandara internasional, sampai saat ini belum ada satu pun bandara di Indonesia yang

pelayanannya sudah meme-nuhi standar internasional. Karena itu, kata dia, kebutuhan untuk meningkatkan pelayan-an dan mengatasi kepadatan bandara sudah sangat mende-sak.

“Peralatan yang ada harus di-upgrade. Teknologi yang su-dah tidak layak harus segera diganti untuk pastikan kecepat-an pelayanan, safety, dan secu-rity. Indonesia harus berada di level yang sama dengan stan-dar internasional,” tukas Fred-dy.

Saat menanggapi hal itu, Di-rektur Komersial dan Pengem-bangan Usaha PT Angkasa Pura I Robert Waloni mengaku saat ini pihaknya tengah me-rencanakan peningkatan sistem TI untuk seluruh bandara yang dikelola Angkasa Pura I. “Ini untuk memangkas waktu pe-layanan penumpang di counter sekaligus meningkatkan daya saing internasional bandara,” pungkasnya. (CS/E-3)

Bandara Mesti Benahi Sistem TI

Rencana Bisnis Bank Wajib Lebih Cepat

SERAGAM BARU: Pramugari maskapai Garuda Indonesia mengenakan seragam baru di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin. Seragam baru berupa kebaya batik modifikasi yang diperkenalkan kepada masyarakat pada 27 Mei 2010 tersebut telah resmi dikenakan seluruh awak kabin wanita Garuda Indonesia sejak Senin (1/11).

BANK Indonesia (BI) meng-inginkan industri perbankan nasional menyampaikan ren-cana bisnis bank (RBB) 2011 paling lambat pada Desember mendatang. Bahkan, untuk RBB tahun-tahun berikutnya, penyampaian RBB sudah harus dilakukan pada November.

Kepala Biro Direktorat Pene-litian dan Pengaturan Per-bankan BI Irwan Lubis men-jelaskan, percepatan itu dilaku-kan untuk mempermudah BI melakukan pengawasan atas strategi dan ekspansi bisnis perbankan nasional.

Pada ketentuan baru yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/2010 itu, perbankan dapat menyampai-kan RBB untuk 2011 berdasar-kan kinerja pada kuartal III 2010.

Sebelumnya, berdasarkan PBI Nomor 6/2004, RBB bisa diserahkan pada awal tahun. ”Ketentuan baru ini lebih cepat dua bulan jika di ban dingkan dengan peraturan sebelum-nya,” ujar Irwan.

Adapun berdasarkan RBB 2010, perbankan membidik rata-rata target pertumbuhan kredit hingga 21%. Hingga 29 Oktober 2010, industri per-bankan membukukan kenaikan kredit Rp12,05 triliun dari se-

pekan sebelumnya, menjadi Rp1.659,47 triliun. Dengan ke-naikan itu, kredit sejak Januari 2010 tumbuh 16,03%. “Seperti tren tahun-tahun sebe lumnya, menjelang akhir tahun interme-

diasi perbankan semakin mem-baik,” kata Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah.

Dalam pekan terakhir Okto-ber itu, kredit rupiah naik Rp8,18 triliun, sedangkan kre-dit valas naik Rp3,87 triliun.

Sementara itu, dana pihak ketiga bertambah Rp10,26 tri-liun dalam sepekan menjadi Rp2.149,74 triliun.

Adapun likuiditas rupiah perbankan mengalami ekspansi sekitar Rp21,5 triliun menjadi sekitar Rp689,5 triliun terutama karena dropping dana pemerin-tah dalam rangka belanja rutin. (*/Atp/E-4)

Jelang akhir tahun intermediasi per-bankan semakin membaik.’’ Difi A JohansyahKepala Biro Humas BI

ANTARA/ISMAR PATRIZKI