antara/aguk sudarmojo antara/aguk sudarmojo … · tor hortikultura berupa sayur dan buah-buahan,...

1
KABUPATEN Bojonegoro kekurangan penyuluh per- tanian sekitar 319 petugas. Kabupaten itu hanya memiliki 100 petugas penyuluh harian lepas yang bekerja mendam- pingi petani yang tersebar di 419 desa di seantero Bumi Rajekwesi itu. “Tidak kalah pentingnya menambah petugas penyuluh harian lepas (PPHL). Sebab, semenjak empat tahun terakhir jumlah petugas penyuluh ha- nya sekitar 100 orang. Padahal, idealnya untuk satu desa ada seorang petugas,” kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro Nur Johar di kan- tornya, pekan lalu. Petani, menurut Johar, masih membutuhkan pendampingan dalam mengelola lahan per- tanian. Para petani, kata dia, umumnya tradisional yang kemampuannya terbatas me- nerapkan teknologi dalam bercocok tanam dan beternak. Penyuluh sangat diperlukan untuk menyampaikan lang- kah-langkah intensikasi dan menerapkan teknologi dalam rangka meningkatkan pro- duksi sekaligus pendapatan petani itu sendiri. “Langkah yang tepat un- tuk meningkatkan produksi pertanian dan peternakan di Kabupaten Bojonegoro adalah intensikasi dan penggunaan bibit unggul,” kata Johar. Bibit unggul yang cocok, kata dia, adalah padi, kedelai, tembakau, dan kelapa. Khusus padi, sambungnya, mengguna- kan system of rice intensication (SRI). “Produksi menggunakan SRI bisa menaikkan produksi dari 6 ton menjadi 8 ton per ha. Untuk Bojonegoro memang itu (sistem) masih diuji coba.” Bojonegoro juga memiliki potensi mengembangkan sek- tor hortikultura berupa sayur dan buah-buahan, misalnya, cabai, bawang merah, terung, dan kacang panjang. Semen- tara, buah-buahan yang dibu- didayakan di sana yakni be- limbing, salak, sawo, mangga, dan pisang. Kepala Bidang Tanaman Pa- ngan dan Hortikultura Dinas Pertanian Bojonegoro Agus Heriyatna mengungkapkan untuk tanaman sayur pusatnya di bagian selatan terutama di 12 kecamatan di sana. Peternakan Dinas Peternakan Bojone- goro memberikan inseminasi buatan (IB) ternak kambing secara cuma-cuma kepada warga. Pengadaan IB itu dibi- ayai dengan dana dari APBD sebesar Rp1,4 miliar. Kambing yang dipelihara jenis etawa dan boor. “Ini dalam rangka mening- katkan kualitas dan kesejahte- raan peternak termasuk pe- ternak kambing,” kata Kepala Dinas Peternakan Pemkab Bojonegoro, Tukiwan Yusa, akhir pekan lalu. Pada 2010, Dinas Peterna- kan telah mendistribusikan IB kambing beku sebanyak 69 ribu kepada peternak kambing. IB yang didistribusikan sudah mencapai 43 ribu (60%). “Seki- tar 12 ribu kambing yang di- suntiki IB berhasil,” ujarnya. Sugianto, 45, tergolong pe- ternak sukses yang tinggal di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro Kota. Ia memelihara kambing jenis etawa dan mampu mempro- duksi susu segar sebanyak 100 liter per hari. Awalnya dia me- melihara tiga kambing muda dan enam induk etawa. Kini jumlah kambing yang dipeliha- ranya sudah mencapai 57 ekor. Pada 2006-2007 jumlah kam- bing yang dipeliharanya sudah mencapai 100 ekor, tapi karena keterbatasan tenaga perawat dia menjual sebagian. Seiring bertambahnya ter- nak, Sugianto selanjutnya membangun kandang baru yang berukuran 12 x 9 meter di pekarangan rumahnya dengan sistem panggung. “Pada 2006 kami baru produksi susu segar etawa,” pungkasnya. Ketua DPRD Kabupaten Bojonegoro M Thalhah me- ngatakan DPRD dan pemkab menjadikan pertanian sebagai sektor yang diprioritaskan. “Kami memprioritaskan ang- garan untuk sektor pertanian, misalnya, pembangunan irigasi dan waduk. Ini untuk mening- katkan produksi pertanian.” DPRD, kata dia, juga me- respons setiap usulan pem- kab termasuk pengadaan IB. (YK/N-4) 22 RABU, 9 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA F OKUS NU a bi m ke di na m ya pe sis ka et Bo ng m se “K ga m da ka re ka (Y Pa bi M AHMAD YAKUB J ARUM jam menunjukkan pukul 17.15 WIB, Senin dua pekan lalu. Gerimis menyelimuti Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), ke- tika itu. Namun cuaca itu tak menyurutkan semangat Suyoto dan stafnya untuk be- rangkat menghadiri rapat kelompok tani di Desa Bareng, Kecamatan Sugerawas, Bojonegoro. Suyoto memang sudah membuat jadwal kunjungan ke desa-desa sepekan dua kali. Kegiatannya, berdialog dengan masyara- kat desa. Kadang-kadang dia membawa bibit tanaman dan ternak untuk warga desa. Pertemuan di Desa Bareng dihadiri Suyoto setelah perjalanan sekitar 2,5 jam dari rumah dinasnya. Dia akrab menyapa warga desa dengan bahasa Jawa. Dalam dialog, warga tak segan-segan menya- takan kapan perbaikan jalan desa mereka rampung. Hal-hal lain seperti masalah pertanian, peternakan, dan bantuan modal pun di- tanyakan warga kepada mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik itu. Kemudian Suyoto melanjutkan ke- giatannya di desa itu dengan memberi ceramah kepada warga di Masjid Annur Desa Bareng. Seusai ceramah, dia memberikan kam- bing kepada kaum duafa desa itu. Selan- jutnya, Suyoto berkunjung ke desa lainnya untuk memberikan bibit tanaman. “Kegiatan itu dilakukan Pak Bupati saat mengunjungi desa yang diagendakan se- minggu dua kali,” kata Kepala Badan Per- encanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bojonegoro Abdul Choliq yang ikut ber- sama rombongan Bupati Suyoto. Suyoto juga menyediakan waktu untuk berdialog dengan warga di pendopo Kan- tor Bupati Bojonegoro setiap Jumat seusai salat. “Siapa saja boleh datang bertemu Bupati,” kata dia. Suyoto memberikan perhatian yang cukup pada sektor pertanian. Beberapa waktu lalu, Suyoto pun mengundang ma- hasiswa Massachusetts Institute of Tech- nology Global Entrepreneurship Lab (MIT G-Lab) Amerika Serikat untuk melakukan penelitian dan meningkatkan produktivi- tas pertanian di perdesaan. Tiga mahasiswa pascasarjana MIT G-Lab yakni Manuel Correa, Kevin Gallagher, dan Jason Salony pun meneliti di sana sejak 5 Januari hingga 24 Januari. Penelitian tiga mahasiswa menyimpul- kan lima persoalan pertanian Bojonegoro yakni masalah minimnya pendidikan petani, pembiayaan untuk perdesaan, pelatihan kejuruan, akses ke informasi pa- sar, dan penerapan teknologi pertanian. Rekomendasi penelitian Berdasarkan temuan tersebut, peneli- tian itu merekomendasikan agar Pemkab Bojonegoro membangun rasa kepercayaan dengan petani, memfasilitasi pembentukan koperasi di perdesaan, menyelenggara- kan pendidikan kejuruan, menciptakan jaringan yang memudahkan petani untuk mengakses informasi pasar, dan membuat dasar rujukan pada setiap tahapan pene- rapan teknologi. Suyoto merespons dan berjanji akan me- laksanakan rekomendasi penelitian MIT G-Lab itu. “Kepemilikan lahan petani saat ini hanya sekitar 0,3 ha. Oleh karena itu, rekomendasi penelitian MIT G-Lab harus dilaksanakan karena hal tersebut sejalan dengan program intensikasi pertanian yang sudah dimulai pemkab dan petani,” kata Suyoto. Sebagian dari rekomendasi MIT G-Lab, kata Suyoto, sudah dilaksanakan pem- kab. Yakni, memfasilitasi pembentukan koperasi kelompok tani, mendirikan ra- dio lokal sebagai wahana informasi bagi petani, dan memberikan bibit tanaman dan ternak unggul. Pemkab juga membangun sejumlah sarana infrastruktur pertanian. Di antaranya mengeruk sedimen Waduk Pacal, membangun jaringan irigasi, dan men- dukung pembangunan bendung gerak. Itu untuk memenuhi kebutuhan irigasi sawah petani. “Sekitar 80% penduduk usia produk- tif bekerja di sektor pertanian,” ujarnya. Proyek pembangunan bendung gerak Siapa yang membawa kemajuan Bojonegoro melainkan semua ma PETANI memetik daun tembakau virginia di Desa Sraturejo, Kecamatan Baureno, Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (23/9/2010). WARGA melintas di jembatan bambu Sungai Bengawan Solo di Desa Ledokkulon, Kota Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (21/8/2010). PETERNAK memberi makan sapi peliharaannya di Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (21/8/2010). ANTARA/AGUK SUDARMOJO ANTARA/AGUK SUDARMOJO MI/YAKUB SEJUMLAH pelajar berangkat ke sekolah menggunakan sepeda membelah sejuknya suasana pagi di Desa Ngablak, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (3/1). Bumi Rajekwesi Kurang Penyuluh Sepenu Membangun Perta

Upload: hoanganh

Post on 04-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANTARA/AGUK SUDARMOJO ANTARA/AGUK SUDARMOJO … · tor hortikultura berupa sayur dan buah-buahan, misalnya, cabai, bawang merah, terung, dan kacang panjang. Semen- tara, buah-buahan

KABUPATEN Bojonegoro kekurangan penyuluh per-tanian sekitar 319 petugas. Kabupaten itu hanya memiliki 100 petugas penyuluh harian lepas yang bekerja mendam-pingi petani yang tersebar di 419 desa di seantero Bumi Rajekwesi itu.

“Tidak kalah pentingnya menambah petugas penyuluh harian lepas (PPHL). Sebab, semenjak empat tahun terakhir jumlah petugas penyuluh ha-nya sekitar 100 orang. Padahal, idealnya untuk satu desa ada seorang petugas,” kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro Nur Johar di kan-tornya, pekan lalu.

Petani, menurut Johar, masih membutuhkan pendampingan dalam mengelola lahan per-tanian. Para petani, kata dia, umumnya tradisional yang kemampuannya terbatas me-nerapkan teknologi dalam bercocok tanam dan beternak. Penyuluh sangat diperlukan untuk menyampaikan lang-kah-langkah intensifi kasi dan menerapkan teknologi dalam rangka meningkatkan pro-duksi sekaligus pendapatan petani itu sendiri.

“Langkah yang tepat un-

tuk meningkatkan produksi pertanian dan peternakan di Kabupaten Bojonegoro adalah intensifi kasi dan penggunaan bibit unggul,” kata Johar.

Bibit unggul yang cocok, kata dia, adalah padi, kedelai, tembakau, dan kelapa. Khusus padi, sambungnya, mengguna-kan system of rice intensifi cation (SRI). “Produksi menggunakan SRI bisa menaikkan produksi dari 6 ton menjadi 8 ton per ha. Untuk Bojonegoro memang itu (sistem) masih diuji coba.”

Bojonegoro juga memiliki potensi mengembangkan sek-

tor hortikultura berupa sayur dan buah-buahan, misalnya, cabai, bawang merah, terung, dan kacang panjang. Semen-tara, buah-buahan yang dibu-didayakan di sana yakni be-limbing, salak, sawo, mangga, dan pisang.

Kepala Bidang Tanaman Pa-ngan dan Hortikultura Dinas Pertanian Bojonegoro Agus Heriyatna mengungkapkan untuk tanaman sayur pusatnya di bagian selatan terutama di 12 kecamatan di sana.

PeternakanDinas Peternakan Bojone-

goro memberikan inseminasi buatan (IB) ternak kambing secara cuma-cuma kepada warga. Pengadaan IB itu dibi-ayai dengan dana dari APBD sebesar Rp1,4 miliar. Kambing yang dipelihara jenis etawa dan boor.

“Ini dalam rangka mening-katkan kualitas dan kesejahte-raan peternak termasuk pe-ternak kambing,” kata Kepala Dinas Peternakan Pemkab Bojonegoro, Tukiwan Yusa, ak hir pekan lalu.

Pada 2010, Dinas Peterna-kan telah mendistribusikan IB kambing beku sebanyak 69

ribu kepada peternak kam bing. IB yang didistribusikan sudah mencapai 43 ribu (60%). “Seki-tar 12 ribu kambing yang di-suntiki IB berhasil,” ujarnya.

Sugianto, 45, tergolong pe-ternak sukses yang tinggal di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro Kota. Ia memelihara kambing jenis etawa dan mampu mempro-duksi susu segar sebanyak 100 liter per hari. Awalnya dia me-melihara tiga kambing muda dan enam induk etawa. Kini jumlah kambing yang dipeliha-ranya sudah mencapai 57 ekor. Pada 2006-2007 jumlah kam-bing yang dipeliharanya sudah mencapai 100 ekor, tapi karena keterbatasan tenaga perawat dia menjual sebagian.

Seiring bertambahnya ter-nak, Sugianto selanjutnya membangun kandang baru yang berukuran 12 x 9 meter di pekarangan rumahnya dengan sistem panggung. “Pada 2006 kami baru produksi susu segar etawa,” pungkasnya.

Ketua DPRD Kabupaten Bojonegoro M Thalhah me-ngatakan DPRD dan pemkab menjadikan pertanian sebagai sektor yang diprioritaskan. “Kami memprioritaskan ang-garan untuk sektor pertanian, misalnya, pembangunan irigasi dan waduk. Ini untuk mening-katkan produksi pertanian.”

DPRD, kata dia, juga me-respons setiap usulan pem-kab termasuk pengadaan IB. (YK/N-4)

22 RABU, 9 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA FOKUS NU

abimkedi

namyapesiskaet

Bongmse“Kgamdaka

reka(Y

Pabi

M AHMAD YAKUB

JARUM jam menunjukkan pukul 17.15 WIB, Senin dua pekan lalu. Gerimis menyelimuti Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), ke-

tika itu. Namun cuaca itu tak menyurutkan semangat Suyoto dan stafnya untuk be-rangkat menghadiri rapat kelompok tani di Desa Bareng, Kecamatan Sugerawas, Bojonegoro.

Suyoto memang sudah membuat jadwal kunjungan ke desa-desa sepekan dua kali. Kegiatannya, berdialog dengan masyara-kat desa. Kadang-kadang dia membawa bibit tanaman dan ternak untuk warga desa.

Pertemuan di Desa Bareng dihadiri Suyoto setelah perjalanan sekitar 2,5 jam dari rumah dinasnya. Dia akrab menyapa warga desa dengan bahasa Jawa. Dalam dialog, warga tak segan-segan menya-takan kapan perbaikan jalan desa mereka rampung.

Hal-hal lain seperti masalah pertanian, peternakan, dan bantuan modal pun di-tanyakan warga kepada mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik itu.

Kemudian Suyoto melanjutkan ke-giatannya di desa itu dengan memberi ceramah kepada warga di Masjid Annur Desa Bareng.

Seusai ceramah, dia memberikan kam-bing kepada kaum duafa desa itu. Selan-

jutnya, Suyoto berkunjung ke desa lainnya untuk memberikan bibit tanaman.

“Kegiatan itu dilakukan Pak Bupati saat mengunjungi desa yang diagendakan se-minggu dua kali,” kata Kepala Badan Per-encanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bojonegoro Abdul Choliq yang ikut ber-sama rombongan Bupati Suyoto.

Suyoto juga menyediakan waktu untuk berdialog dengan warga di pendopo Kan-tor Bupati Bojonegoro setiap Jumat seusai salat. “Siapa saja boleh datang bertemu Bupati,” kata dia.

Suyoto memberikan perhatian yang cukup pada sektor pertanian. Beberapa waktu lalu, Suyoto pun mengundang ma-hasiswa Massachusetts Institute of Tech-nology Global Entrepreneurship Lab (MIT G-Lab) Amerika Serikat untuk melakukan penelitian dan meningkatkan produktivi-tas pertanian di perdesaan.

Tiga mahasiswa pascasarjana MIT G-Lab yakni Manuel Correa, Kevin Gallagher, dan Jason Salony pun meneliti di sana sejak 5 Januari hingga 24 Januari.

Penelitian tiga mahasiswa menyimpul-kan lima persoalan pertanian Bojonegoro yakni masalah minimnya pendidikan petani, pembiayaan untuk perdesaan, pelatihan kejuruan, akses ke informasi pa-sar, dan penerapan teknologi pertanian.

Rekomendasi penelitianBerdasarkan temuan tersebut, peneli-

tian itu merekomendasikan agar Pemkab Bojonegoro membangun rasa kepercayaan dengan petani, memfasilitasi pembentukan koperasi di perdesaan, menyelenggara-kan pendidikan kejuruan, menciptakan jaringan yang memudahkan petani untuk mengakses informasi pasar, dan membuat dasar rujukan pada setiap tahapan pene-rapan teknologi.

Suyoto merespons dan berjanji akan me-laksanakan rekomendasi penelitian MIT G-Lab itu. “Kepemilikan lahan petani saat ini hanya sekitar 0,3 ha. Oleh karena itu, rekomendasi penelitian MIT G-Lab harus dilaksanakan karena hal tersebut sejalan dengan program intensifi kasi pertanian yang sudah dimulai pemkab dan petani,” kata Suyoto.

Sebagian dari rekomendasi MIT G-Lab, kata Suyoto, sudah dilaksanakan pem-kab. Yakni, memfasilitasi pembentukan koperasi kelompok tani, mendirikan ra-dio lokal sebagai wahana informasi bagi petani, dan memberikan bibit tanaman dan ternak unggul.

Pemkab juga membangun sejumlah sarana infrastruktur pertanian.

Di antaranya mengeruk sedimen Waduk Pacal, membangun jaringan irigasi, dan men-dukung pembangunan bendung gerak. Itu untuk memenuhi kebutuhan irigasi sawah petani. “Sekitar 80% penduduk usia produk-tif bekerja di sektor pertanian,” ujarnya.

Proyek pembangunan bendung gerak

Siapa yang membawa kemajuan Bojonegoromelainkan semua ma

PETANI memetik daun tembakau virginia di Desa Sraturejo, Kecamatan Baureno, Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (23/9/2010).

WARGA melintas di jembatan bambu Sungai Bengawan Solo di Desa Ledokkulon, Kota Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (21/8/2010).

PETERNAK memberi makan sapi peliharaannya di Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (21/8/2010).

ANTARA/AGUK SUDARMOJO ANTARA/AGUK SUDARMOJO

MI/YAKUB

SEJUMLAH pelajar berangkat ke sekolah menggunakan sepeda membelah sejuknya suasana pagi di Desa Ngablak, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (3/1).

Bumi Rajekwesi Kurang Penyuluh

SepenuMembangun Perta