ansos sebuku

5
Komunitas Sebuku Keadaan Politik di Komunitas Komunitas Sebuku 1 merupakan komunitas yang bertujuan untuk mendidik anak-anakl okal di sekitar area tersebut. Pendidikan yang ditawarkan adalah non-akademik dan informal, anak-anak diajak belajar bersama tanpa memandang status sosial. Dikatakan non-akademik karena komunitas ini bukan sebuah tempat les dan anak-anak bisa belajar apapun yang mereka sukai. Dikatakan informal karena tidak ada kekuasaan atau kewenangan yang berstruktur formal. Semua orang yang terlibat dalam keberlangsungan komunitas ini memiliki posisi sejajar, meskipun ada yang menjadi pendiri komunitas (namun tidak ada posisi hierarki). Nama komunitas Sebuku 1 oleh Dwi Isnaini K. (lebih akrab dipanggil Mbak Nia), selaku pembimbing, dapat diartikan sebagai Sejuta Buku. Angka 1 berarti ada banyak komunitas Sebuku yang tersebar di kota atau kabupaten area di dalam ataupun di luar Malang. Komunitas Sebuku 1 bekerja sama dengan Komunitas Bisa Menulis atau yang biasa disebut KBM. Dalam hal politik, tentulah peraturan menjadi hal utama. Di komunitas ini, terdapat peraturan dan setiap keputusan diambil secara musyawarah. Jika ada kegiatan, maka antar komunitas Sebuku akan mengadakan kesepakatan. Kegiatan pembukuan dan anak-anak secara umum dibicarakan bersama dengan saling bertukar pikiran. Tidak bisa disimpulkan pihak mana yang paling mendominasi karena

Upload: jonathan-h-wijaya

Post on 15-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ANALISIS SOSIAL

TRANSCRIPT

Page 1: Ansos Sebuku

Komunitas Sebuku

Keadaan Politik di Komunitas

Komunitas Sebuku 1 merupakan komunitas yang bertujuan untuk mendidik anak-anakl

okal di sekitar area tersebut. Pendidikan yang ditawarkan adalah non-akademik dan informal,

anak-anak diajak belajar bersama tanpa memandang status sosial. Dikatakan non-akademik

karena komunitas ini bukan sebuah tempat les dan anak-anak bisa belajar apapun yang mereka

sukai. Dikatakan informal karena tidak ada kekuasaan atau kewenangan yang berstruktur formal.

Semua orang yang terlibat dalam keberlangsungan komunitas ini memiliki posisi sejajar,

meskipun ada yang menjadi pendiri komunitas (namun tidak ada posisi hierarki). Nama

komunitas Sebuku 1 oleh Dwi Isnaini K. (lebih akrab dipanggil Mbak Nia), selaku pembimbing,

dapat diartikan sebagai Sejuta Buku. Angka 1 berarti ada banyak komunitas Sebuku yang

tersebar di kota atau kabupaten area di dalam ataupun di luar Malang. Komunitas Sebuku 1

bekerja sama dengan Komunitas Bisa Menulis atau yang biasa disebut KBM.

Dalam hal politik, tentulah peraturan menjadi hal utama. Di komunitas ini, terdapat

peraturan dan setiap keputusan diambil secara musyawarah. Jika ada kegiatan, maka antar

komunitas Sebuku akan mengadakan kesepakatan. Kegiatan pembukuan dan anak-anak secara

umum dibicarakan bersama dengan saling bertukar pikiran. Tidak bisa disimpulkan pihak mana

yang paling mendominasi karena sifat komunitas adalah kebersamaan, maka dari itu sharing

menjadi jalan utama untuk mengambil keputusan.

Terkadang Mbak Nia bersama rekan komunitas Mbak Wit mencari solusi bersama untuk

keputusan sulit yang nantinya akan disampaikan pada ketua KBM supaya dapat diambil jalan

terbaik. Adapun peraturan tertulis di Komunitas Sebuku 1, yakni:

“Sadar akan tugas. Selain berkoordinasi, para pembimbing juga menjadi fasilitator dan

saling bahu-membahu dalam berkegiatan.”

Mbak Nia menambahkan contoh, misalnya jika ada kegiatan komunitas maka anak-anak

akan semangat dating dan mau menyediakan waktu. Di kala pembimbing ada sejuta kesibukan

dan urusan lain, pembimbing tidak boleh meninggalkan tanggun gjawab di komunitas sehingga

keberlangsungan komunitas terhenti. Maka dari itu, harus dicari cara agar pembimbing bias

meluangkan waktu, jika memungkinkan pembimbing harus mencari orang lain yang bersedia

menjadi pengganti. Di komunitas ini, kedudukan orang-orang yang bergabung adalah sejajar.

Page 2: Ansos Sebuku

Jika terdapat masalah pribadi antar pembimbing, maka harus diusahakan masalah itu tidak

meluas.

Keadaan Sosial Ekonomi di Komunitas

Komunitas Sebuku satu hanya dijalankan oleh satu orang saja, kesibukan beliau sehari-hari

adalah mengajar di Taman Kanak - kanak, coordinator komunitas kepenulisan di Universitas

Islam Negeri Malang, serta editor sampul buku. Adapun dalam pemenuhan kebutuhan komunitas

Sebuku Satu ini berasal dari berbagai macam sumber. Berdasarkan hasil wawancara, sumber

pemasukan komunitas Sebuku ini berasal dari uang pribadi pengurus komunitas, donator tidak

tetap, serta dari hasil jual barang produksi komunitas. Berdasarkan informasi yang diperoleh,

dalam pelaksanaan atau kelangsungan kegiatan komunitas Sebuku Satu ini didanai sepenuhnya

oleh komunitas itu sendiri tanpa ada uang iuran yang ditarik dari anggota atau peserta didik di

komunitas tersebut.

Komunitas Sebuku Satu ini memperoleh dana yang salah satunya bersumber dari donator

tidak tetap. Komunitas Sebuku Satu ini belum mempunyai donator tetap, selama ini donator

selalu silih-berganti. Selain dari donatur, komunitas Sebuku Satu ini juga berusaha memenuhi

kebutuhan dengan cara membuat produk jual. Salah satu produk jualannya sementara ini adalah

produk agrikultural. Komunitas Sebuku Satu bersama komunitas Sebuku lainnya bekerja sama

dalam pembudidayaan tanaman hias untuk kemudian dijual. Hasil dari penjualan tanaman hias

inilah yang kemudian dibagi rata kepada setiap komunitas dan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan di komunitas masing-masing.

Pada praktiknya, modal yang digunakan untuk usaha budi daya tanaman hias tersebut

berasal dari patungan setiap coordinator komunitas Sebuku Satu hingga Delapan. Dari modal

yang berasal dari uang pribadi tersebut, mereka mulai untuk berusaha membudidayakan tanaman

hias dengan membeli bibit, kantung tanaman, pupuk, dan perlatan lain yang dibutuhkan. Mereka

tidak mengambil keuntungan pribadi melalui usaha ini, melainkan semua keuntungan akan

dikumpulkan untuk keperluan dan kebutuhan komunitas. Usaha pembudidayaan tanaman hias ini

dilakukan di salah satu lahan kebun coordinator komunitas Sebuku itu sendiri, sehingga tidak ada

biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan. Distribusi produk ini sendiri dilakukan melalui mulut

ke mulut atau pun melalui media internet oleh semua coordinator komunitas Sebuku. Komunitas

Sebutu ini bergotong royong dalam pemasarannya, ada yang memasarkan dengan cara

Page 3: Ansos Sebuku

menawarkan kesetiap orang yang ditemui, ada juga yang memasang iklan di internet. Kedua cara

tersebutlah yang mereka anggap efektif untuk merintis usaha budi daya tanaman hias tersebut.

Keadaan Budaya di Komunitas

Perspektif

Di komunitas ini tidak ada perspektif yang baku, proporsi antara lelaki dan perempuan sama saja

tidak dibedakan berdasarkan gender. Tetapi proposi perempuan lebih besar daripada laki-laki

karena laki-laki di daerah sebuku cenderung menunggu “geng” untuk datang bersama-sama.

Anak-anak perempuan di daerah Sebuku lebih rajin datang daripada anak laki-laki.

Tradisi

Tradisi yang mendasari perilaku masyarakat disekitar komunitas beberapa masih menganut

budaya di masa lalu. Contohnya terdapat mitos apabila popok bayi jangan di bakar, sehingga

beberapa masyarakat membuangnya ke sungai dan mengakibatkan sampah menumpuk di sungai.

Norma Budaya

Norma atau aturan yang berlaku di masyarakat sekitar komunitas masih seperti di masyarakat

lainnya, seperti jika hari sudah menjelang sore mereka diharuskan pulang tidak bermain-main

diluar ruma karena tidak baik untuk anak kecil masih di luar rumah saat maghrib. Masyarakat

yang religius juga mempengaruhi adanya Sebuku, karena orang tua lebih mendukung anaknya

untuk mengaji daripada datang ke Sebuku.