file · web viewsalah satu ucapan lain, walaupun secara gramatika benar, tidak dikuatkan...
TRANSCRIPT
KELOMPOK II / PSIKOLINGUISTIK
A. PENDAHULUAN
Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara bahasa
dan pikiran. Selayaknya ahli psikolinguistik bisa mencari jawaban untuk tiga
pertanyaan dasar berikut:
1. Bagaiaman keberadaan bahasa dalam pikiran?
2. Proses mental seperti apa yang terjadi dalam penciptaan dan pemahaman
wacana?
3. Bagaimana seseorang memperoleh bahasa?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sulit untuk dijawab, khususnya karena
pengetahuan kita yang terbatas tentang otak sebagai tempat penyimpanan
pengetahuan bahasa kita. Namun, jika kita ingin menyatakan tentang realitas
psikologi teori linguistik kita (misalnya, pernyataan bahwa beberapa kaidah
linguistik tertentu seperti mengepak memiliki beberapa perwujudan/manifestasi
fisik di dalam otak), maka kita mesti mencari jawaban untuk pertanyaan-
pertanyaan tersebut.
Salah satu area dimana ahli psikologistik untuk mencari jawabannya berada dalam
studi penerimaan/akuisisi bahasa pada anak-anak. Sejak 1887, etonolog Horatio
Hale menklaim bahwa bahasa bersifat naluriah. Apabila pernyataan tersebut
benar, maka bahasa akan sesederhana fungsi biologis lainnya seperti bernafas.
Sementara itu tidak ada ahli bahasa yang ingin menerima pernyataan tersebut, kita
harus menerima beberapa taraf pembawaan, karena kenyataanya bahwa anak-anak
memperoleh bahasa pada lingkungan yang tidak sempurna. Keseluruhan
pembawaan akan menyatakan satu dari dua konsekwensi. (1) Semua anak-anak
memperoleh bahasa yang sama, atau (2) anak-anak dari bangsa yang berbeda-
beda, katakanlah anak-anak Cina dan Amerika, memiliki perbedaan dalam
mencatat kenyataan dimana mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda. Kita
mengetahui bahwa pernyataan (1) adalah salah karena anak-anak mempelajari
bahasa yang berbeda-beda. Kita juga mengetahui bahwa pernyataan (2) juga salah
karena anak-anak dari orang tua bangsa Amerika yang tumbuh di Amerika Serikat
berbicara bahasa Inggris asli dengan sempurna. Oleh karena itu, mereka memiliki
biologi Meksiko tetapi bahasa Inggris. Bukan warisan biologis yang menentukan
bahasa yang akan mereka peroleh. Namun, kita juga mengetahui bahwa bahasa
tidak dapat diperoleh hanya mengacu pada pengalaman karena lingkungan
linguistik berifat tidak sempurna. Bahasa yang anak-anak perdengarkan setiap hari
mengandung kalimat dengan bentuk yang cacat, dengan jedah dan terbata-batam,
sekalipun anak-anak memperoleh gramatika yang benar. Stimulus bahasa yang
diterima anak-anak bersifat terbatas, sekalipun dia mampu membentuk gramatika
yang dapat menghasilkan sejumlah kalimat gramatika novel yang tidak terhitung.
“Kemiskinan stimulus” tersebut membantah pembawaan gramatika. Oleh karena
itu, kita harus melihat bahasa muncul akibat dari adanya interaksi antara
pembawaan dan pengalaman.
Sejumlah teori telah diusulkan sehubungan dengan peran pengalaman dalam
mengakuisisi bahasa. Salah satu dari sekian banyak teori yang terkemuka adalah
teori penguatan (reinforcement theory) yang menyatakan bahwa anak-anak
mempelajari bahasa melalui pengucapan pilihan yang dikuatkan oleh orang tua
mereka. Ketika pertama kita memperhatikan hubungan orang tua dan anak, maka
teori ini tampak benar. Misalkan seorang bapak pulang kerja dan mendengar
celoteh bayinya pada tempat tidurnya. Sejumlah suara bayi terdengar, dia
mendengar ‘d-a-d-a’, pada saat itu mungkin dia akan mengatakan: “that’s right,
Dada. Dada’s home.” Kemudian bapaknya akan segera memberitahu istrinya
bahwa bayinya mengucapkan kata pertama kali, sebelum melihat kembali bayinya
dan melatih kecakapannya. Akan tetapi, teori penguatan terdapat beberapa cacat
serius. Pertama, teori tersebut tidak mempertimbangkan pengucapan awal pada
anak-anak. Anak-anak harus mengatakan seseuatu sebelum dilakukan penguatan.
Kedua, orang dewasa tidak cukup melakukan penguatan dengan hanya mengacu
pada basis gramatika. Beberapa pengucapan yang tidak sempurna akan dikuatkan.
Anak-anak : Mama isn’t boy, he a girl
Orang tua : That’s right.
Salah satu ucapan lain, walaupun secara gramatika benar, tidak dikuatkan karena
tidak benar:
Anak-anak : there is the farmhouse.
Orang tua : No that’s a lighthouse
Salah satu teori terkemuka lainnya adalah teori imitative (peniruan) yang
menyatakan bahwa anak-anak mempelajari bahasa dengan cara meniru. Pada saat
mereka meniru, salah satu penelitian menemukan bahwa pengucapan yang
berkisar antara 6% hingga 27% dari keseluruhan pengucapan pada anak, mereka
juga menghasilkan pengucapan baru dan unik:
Orang tua : Did you like the doctor?
Anak-anak : No, he took a needle and shotted my arm.
Tidak ada anak-anak yang pernah mendengar perkataan orang dewasa kata
‘shotted’; oleh karena itu, anak-anak harus kreatif, mampu secara bahasa, yang
memungkinkan mereka untuk menciptakan kata seperti kata ‘shotted’ dan
tiruannya dapat dilakukan.
Walaupun ahli psikolinguistik tidak mendukung salah satu dari teori penguatan
ataupun teori imitatif, mereka menyadari pentingnya mempelajari anak-anak dan
pengucapan yang mereka lakukan. Dengan mempelajari cara anak memperoleh
bahasa, ahli psikolinguistik mencoba untuk menentukan sifat-sifat kaidah
gramatika pada saat perkembangan anak-anak mempelajari fonologi, morfologi,
sintaks, dan sematiks. Dengan cara ini, ahli bahasa dapat menemukan tidak hanya
jawaban untuk pertanyaan nomor 3 pertanyaan di atas, tetapi juga untuk
pertanyaan 1. Bidang lain psikolinguistik termasuk studi penciptaan dan
pemahaman bahasa pada orang dewasa, dan untuk neorulinguistik yang
mempelajari tentang hubungan antara bahasa dan struktur fisik otak. Di sini kita
dapat menemukan jawaban untuk nomor 1 dan 2, yang mengungkap hubungan
antara struktur lingkustik, komposisi otak secara fisik, dan pemahaman dan
penciptaan pola. Sementara itu sebagian besar bab/file ini berhubungan dengan
akuisisi bahasa dalam semua bentuk bentuk tersebut.
B. BAHASA DAN OTAK
1. Ciri-ciri Fisik Otak
Sebuah rangkuman tentang beberapa anatomi otak akan membantu anda
mengikuti pembahasan bab ini. Salah satu ciri fisik yang nyata dari otak adalah
kenyataan bahwa otak itu sendiri terdiri dari dua bagian. Dua bagian tersebut
hemisphere kiri dan hemisphere kanan. Kedua hemisphere tersebut dihubungkan
oleh sebuah ikatan serat syaraf yang disebut corpus callosum. Ikatan serat tersebut
(ditambah dengan beberapa penghubung antarhemisphere lain)
memungkinkannya dua hemisphere tersebut berkomunikasi satu sama lain.
Hemisphere terdiri dari membran ¼ inci yang disebut cortex. Sebagaimana
perhatikan gambar pada halaman berikutnya, permukaan hemisphere berbentuk
tidak datar; melainkan berbentuk tonjolan dan lekukan. Tonjolan hemisphere
disebut gyri dan lekukannya disebut fissure. Lekukan secara khusus merupakan
pembatas fisik untuk mengenali bagian otak.
Salah satu ciri lain dari sistem syaraf yang dibahas pada file ini adalah kenyataan
adanya hubungan antara orak dan tubuh bersifat kontralateral. Artinya adalah
bahwa bagian kanan dari tubuh dikontrol oleh hemisphere bagian kiri, sementara
bagian kiri dari tubuh dikontrol oleh hemisphere kanan. Penting juga untuk
mengetahui bahwa hubungan contralateral juga berarti bahwa informasi sensory
dari bagian kanan tubuh akan diterima oleh hemisphere bagian kanan, sementara
informasi sensory dari bagian kiri tubuh diterima oleh hemisphere bagian kanan.
2. Lateralisasi
Tidak mengherankan bahwa tidak ada hemisphere pada orang dewasa yang
menduplikat fungsi yang dilakukan oleh hemisphere lain; melainkan, masing-
masing sisi dari otak melakukan fungsi tersendiri. Lateralisasi mengacu pada
spesialisasi/pengkhususan fungsi masing-masing hemisphere otak untuk fungsi
kognitif yang berbeda. Paul Broca, pada tahun 1860-an, merupakan salah satu
fisikawan pertama telah melihat bahwa kerusakan bagian kiri otak mengakibatkan
melemahnya kemampuan bahasa, sedangkan kerusakan bagian kanan otak tidak
mempengaruhi kemampuan bahasa. Sejak saat itu banyak peneliti telah
menemukan bahwa sekitar 70% manusi dengan kerusakan hemisphere bagian kiri
mengalami aphasia atau ketidakmampuan menerima, memproses atau
menciptakan bahasa karena kerusakan fisik pada otak. Hemispherectomik atau
operasi dimana satu hemisphere atau bagiannya diangkat dari otak, juga
memberikan bukti adanya literalisasi. Pengoperasian yang dilakukan pada orang
mengalami kerusakan parah, operasi ini berdampak pada kebiasaan dan
kemampuan pasien untuk berpikir. Telah ditemukan bahwa operasi
hemispheroktomi yang dilakukan pada hemisphere kiri menyebabkan aphasia
yang lebih sering terjadi dari yang dilakukan pada hemisphere kanan. Hal ini
mengindikasikan bahwa banyak orang menggunakan bagian kiri otak untuk
memproses bahasa sedangkan bagian kanan jarang digunakan untuk memproses
bahasa.
Bukti lateralisasi selanjutnya berasal dari pasien dengan keretakan otak (split-
brain patients). Secara normal, dua hemisphere dihubungkan oleh corpus
callosum. Pada beberapa jenis epilepsi parah, corpus callosum terpotong,
menghambat dua hemisphere melakukan transmisi informasi satu sama lain. Juga,
jika hubungan dari otak ke bagian tubuh bersifat kolateral, berbagai eksperimen
dapat dilakukan pada pasien dengan keretakan otak yang dapat membantu
mengenali karakteristik kognitif kedua hemisphere tersebut. Sebagai contoh,
dalam suatu eksperimen seorang pasien juling dan sebuah benda ditempatkan
pada tangan kanannya. Pasien tersebut dapat menyebutkan nama benda tersebut.
Jika ditempatkan pada bagian kiri dia tidak dapat mengenali benda tersebut secara
verbal. Hasil dari jenis eksperimen ini mengindikasikan bahwa bahasa bersifat
lateral; bahwa hemisphere kiri merupakan lokasi kemampuan tersebut yang
digunakan untuk menciptakan bahasa, sementara hemisphere kanan pada dasarnya
meniadakan kemampuan kognitif tersebut. Jika benda berada pada tangan kanan
maka hemisphere kiri mengalami pemberatan aktivitas sensory. Apabila benda
ditempatkan pada tangan kiri maka hanya hemisphere kanan yang mengalami
umpan balik sensory. Karena pasien dalam situasi ini tidak mampu menyatakan
nama benda, kita menduga bahwa kemampuan kognitif dan penyimpanan memori
yang dibutuhkan untuk memberi nama benda/objek tidak berada pada hemisphere
kanan.
GambarAREA UTAMA BAHASA pada otak manusia dianggap berlokasi di hemisphere kiri. Area Broca, yang berbatasan dengan area motor korteks yang mengontrol pergerakan otot bibir, rahang, lidah, langit-langit mulut dan vocal cord (pita suara), merupakan program untuk koordinasi otot-otot berbicara tersebeut. Kerusakan area Broca menyebabkan melambat dan sulitnya berbicara, tetapi pembahaman bahasa tetap utuh. Area Wernicke berada di antara gyrus Heschl, yang merupakan penerima utama stimuli suara, dan gyrus kaku bertindak sebagai station antara pendengaran dan daerah visual. Jika area ini rusak, maka cara berbicara lancar tetapi dengan isi yang sedikit dan pemahaman biasanya hilang. Wernicke dan Broca dihubungan oleh ikatan saraf yang disebut arcuate fasciculus. Apabila ini rusak, cara bebricara lancar tetapi tidak normal, dan pasien dapat memahami kata tetapi tidak dapat mengulangnya.
Eksperimen pengdengaran dikotik (dichotic listening) juga menyajikan bukti
tentang kemampuan kognitif dua hemisphere otak. Pada eksperimen ini, dua suara
diperdengarkan pada saat yang sama pada orang normal. Suara tersebut berupa
dua kata yang berbeda atau satu kata dan satu suara dari alam (misalnya, suara
anjing menggonggong). Respon dari stimuli telinga kanan lebih akurat jika
stimulinya adalah bahasa, respon untuk stimuli telingan kiri jika stimulinya
bersifat non-verbal. Telinga kiri ini yang berguna untuk stimulus bahasa
mengindikasikan bahwa hemisphere kiri digunakan untuk pemrosesan bahasa.
Untuk mengirim sinyal bahasa ke telinga kiri agar mencapai hemisphere kiri maka
pertama-tama harus menuju ke hemisphere kanan dan kemudian melewati corpus
callosum menuju hemisphere kiri. Dengan kata lain, sinyal bahasa akan menuju
telingan kanan memiliki hubungan yang langsung dengan hemisphere kiri. Maka,
eksperimen dichotic listening mendukung gagasan bahwa dominasi hemisphere
kiri dalam pemrosesan bahasa karena telinga kiri dengan hubungan langsungnya
dengan hemisphere kiri menunjukkan adanya kelebihan dalam stimuli pemrosesan
bahasa.
3. Aphasia
Bukti adanya lateralisasi bahasa berasal dari berbagai sumber. Salah satu sumber
yang dijelaskan secara singkat di atas deserves pantas mendapat perhatian yang
lebih detail.
Aphasia adalah melemahnya kemampuan bahasa karena kerusakan fisik pada
otak. Salah satu jenis aphasia dinamakan aphasia Broca. Penderita aphasia Broca
menderita ketidakmampuan untuk merencanakan urutan motor yang digunakan
dalam bahasa. Ketika mereka mencoba untuk berbicara, mereka akan berhenti
berbicara dan sulit mengeluarkan kata-kata. Ada juga kecenderungan untuk
pembicaraan telegraf (misalnya, mereka meninggalkan kata-kata dan infleksi
fungsi kecil) walaupun susunan kata yang digunakan benar.
CONTOH 1 : Aphasia Broca
Penguji : Ceritakan saya, apa yang anda lakukan sebelum anda istirahat?
Penderita : Uh, uh, uh, pub, par, partender, no
Penguji : Carpenter?
Penderitas : (menggeleng-gelengkan kepalanya) Carpenter, tuh, tuh, tenty year
Aphasia broca tampaknya menyebabkan ketidakmampuan ekspresif utama.
Pemahaman bahasa tampaknya tidak menjadi masalah untuk penderita aphasia
Broca. Kerusakan pada area Broca pada gambar 1 akan menyebabkan aphasia
Broca.
C. Sejarah Penggerak dan Perkembangan Bahasa
Umur Perkembangan Penggerak (Motor)
Vokalisasi dan Bahasa
12 minggu Menyokong kepala ketika
pada posisi tiarap; berat
pada siku; tangan
kebanyakan terbuka; tidak
ada refleks genggaman
Kurang menangis daripada pada umur 8 minggu;
ketika berbicara dan mengangguk, senyum, diikuti
dengan suara memekik, dengan karakter/huruf
seperti huruf hidup dan modulasi pitch; tetap
memekik selama 15 hingga 20 detik.
16 minggu Memainkan rattle (mainan
yang jika digoyangkan akan
berbunyi kertak kertuk)
(dengan cara mengocok dan
menatapnya); refleks
terhadap tonik leher.
Respon terhadap suara orang lain dengan lebih
baik; menggelengkan kepala; matanya tampak
seperti mencari penuturnya; kadangkala tertawa
kecil.
20 minggu Duduk bersandar Suara pekikan vowel mulai diselingi dengan suara
yang lebih konsonan
6 bulan Duduk: melipat ke depan Pekikan berubah menjadi menjadi celoteh dengan
ucapan satu silabel yang diulang; suara ucapan
dan menggunakan
tangannya untuk
menyokong; dapat menahan
beratnya ketika mencoba
posisi berdiri, tetapi tidak
dapat berdiri tanpa
dipegang. Meraih: unilateral.
Menggenggang
yang banyak terdengar adalah seperti ma, mu, da,
atau di.
8 bulan Berdiri ditahan;
menggenggam dengan jari;
mengangkat kapsul dengan
ibu jari dan ujung jari.
Reduplikasi (atau repetisi secara terus menerus)
menjadi lebih sering; pola intonasi menjadi jelas;
ucapan dapat menandakan penekanan dan emosi.
10 bulan Merangkak secara efisien;
dengan langkah
menyamping, tertahan;
terdorong pada posisi tegak
Vokalisasi bercampur dengan memainkan suara
seperti mendeguk atau seperti meniup gelembung;
tampak seperti ingin meniru suara, tetapi peniruan
tidak pernah berhasil dilakukan; mulai
membedakan suara yang didengar
12 bulan Berjalan disokong oleh satu
tangan; berjalan
menggunakan kaki dan
tangan – lutut di atas;
Urutan suara yang sama diulang dengan frekwensi
pengucapan yang relatif lebih tinggi, dan kata
(mamma atau dadda) mulai diucapkan; ada tanda-
tanda memahami beberapa kata dan perintah
sederhana (misalnya, mana matanya).
18 bulan Menggenggam, menangkap,
dan memperlihatkan
perkembangan; berjalan
Memiliki perbendaharaan kata yang jelas lebih
dari tiga, tetapi kurang dari lima puluh, tetapi
berceloteh tetapi dengan beberapa suku kata,
dengan pola intonasi yang ruwet; tidak mencoba
kaku, propulsif (berjalan
seperti mendorong dan
tergesa-gesa; duduk di kursi
dengan sedikit terpusat;
turun dari kursi dengan cara
membelakang; sulit
membuat susunan tiga kubus
untuk menyampaikan informasi dan tidak frustrasi
jika tidak memahami; kata-kata seperti thank you
atau come here, tetapi sedikit kemampuan untuk
mengikuti beberapa item leksikal menjadi frasa
dua item secara spontan; perkembangan
pemahaman terjadi secara cepat.
24 bulan Berlari, tetapi tiba-tiba
gagal; dapat berubah dengan
cepat antara dudun dan
berdiri
Kosakata lebih dari 50 item (beberapa anak
mampu mengenali nama setiap hal di
lingkungannya); secara spontan mulai mengikuti
item kosakata dalam frasa dua kata; semua frasa
tampak muncul sebagai hasil kreasinya;
perkembangan kebiasaan komunikasi tampak dan
tertarik terhadap bahasa.
30 bulan Melompat ke udara
menggunakan kedua
kakinya; berdiri
menggunakan satu kaki
sekitar dua detik;
melangkah dengan
berjingkat; melompat dari
kursi; kordinsasi tangan dan
jari sudah baik; dapat
menggerakkan jari secara
bebas; manipulasi objek
Peningkatan kosakata paling cepat, dengan
beberapa tambahan baru tiap harinya; tidak ada
celoteh secara keseluruhan; frustrasi jika tidak
dipahami oleh orang dewasa; ucapan terdiri dari
setidaknya dua kata – kebanyakan dengan tiga
bahkan lima kata; kalimat dan frasa memiliki
karakteristik gramatika untuk anak-anak – oleh
karena itu jarang terjadi pengulangan kata demi
kata ucapan orang dewasa; inteligebilitas belum
terlalu baik, namun dengan berbagai variasi;
tampak memahami segala sesuatu yang didengar
lebih meningkat; mampu
menyusun enam kubus
dan mengarah kepadanya.
3 tahun Berjingkrak tiga yard;
berlari dengan percepatan
dan perlambatan; jalan cepat
menikung dengan tajam dan
cepat tanpa kesulitan; naik
turun tangga dengan cara
kaki bergantian; melompat
sekitar 12 inci
Kosakata sekitar seribu kata, sekitar 80% ucapan
jelas bahkan dengan orang asing; kompleksitas
gramatika pengucapan lebih kasar
4 tahun Melompat di atas tali;
meloncat dengan kaki
kanan; menagkap bola
dengan tangan; berjalan di
garis.
Bahasa terbentuk dengan baik; perselisihan
dengan orang dewasa cenderung lebih sering
dalam masalah gramatika
Fonem dan Proses Fonoligis
Satu kali mempelajari kosakata, perubahan lain akan terjadi. Karena adanya
kesulitan untuk mengkomunikasikan dengan baik pengucapan variabel semua
kata, anak-anak mengadopsi strategi yang digunakan oleh orang dewasa dalam hal
sistem fonologi: mereka memperlihatkan kata-kata dalam bentuk fonem, dengan
pengucapan yang sistematis dan diprediksikan. Bagaimana anak-anak
menyelesaikan masalah tersebut yang tidak mereka pahami. Tetapi itu merupakan
sebuah prestasi besar, dan menandakan permulaan tahap akhir perkembangan
fonologis sebelum menguasai pengucapan secara dewasa.
Walaupun penggunaan strategi orang dewasa dalam mengucapkan kata, bahasa
anak-anak pada tahap ini tetap berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak harus
tetap mempelajari fonem secara sempurna, bahkan serangkaian proses fonologis
diperoleh dari bahasa orang dewasa yang ada di sekitarnya. Kegiatan tersebut
saling bergantung satu sama lain.
Ketika anak-anak mempelajari fonem bahasa asli mereka, mereka pertama-tama
harus menguasai bunyi yang berbeda secara maksimal satu sama lain. Oleh karena
itu tidak jadi masalah jika kata pertama yang dipelajari dalam banyak bahasa
seringkali [ma] atau [pa]. Jika bibir berhenti atau lidah mengucap, aliran udara
dalam mulut secara sempurna tertahan; tetapi trek vocal tetap terbuka dengan
lebar dengan vowel belakang rendah [a]. Lebih jauh, bilabial terjadi di depan
mulut, sementara [a] terbentuk di belakangnya. Konsonan seperti l dan r, yang
memiliki banyak ciri vowel, terakhir dikuasai. Anak-anak seumuran tiga atau
empat tahun seringkali mengucapkan kata seperti train dengan [t wen] dan drown
dengan [d wae n].
Cara berbicara anak-anak pada tahap tersebut juga dibedakan dari cara berbicara
orang dewasa karena perbedaan cara penggunaan proses fonologis. Dalam suatu
hal, cara berbicara anak-anak umur dua tahun memperlihatkan proses yang lebih
panjang daripada orang dewasa. Sebagaimana kita perhatikan, cara berbicara
orang dewasa penuh perpaduan, penghilangan, metatesis, dan sebagainya. Pada
contoh cara berbicara berikut, setidaknya satu silable dihapus dari setiap kata –
yang tentunya akan tampak berlebihan untuk orang dewasa:
Kedua, cara berbicara anak-anak memperlihatkan banyak sekali proses daripada
cara berbicara orang dewasa di lingkungan rumah mereka. Sebagai contoh, sistem
fonologi bahasa Jerman dan Rusia, tidak bahasa Inggris, dengan proses
pengucapan konsonan pada akhir kata tidak berbunyi. Sedangkan anak-anak yang
mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asli mereka bahkan menghilangkan
bunyi konsonan akhir dalam kata, seperti contoh berikut:
Walaupun cara berbicara anak-anak memperlihatkan proses yang lebih panjang
daripada cara berbicara orang dewasa di sekitarnya, proses ‘esktra’ tersebut terjadi
pada sistem fonologi bahasa orang dewasa lain. Secara umum, cara berbicara
anak-anak memperlihatkan proses fonologi seperti berikut,
1. Substitusi
A. Ke depan
B. menggelincir (gliding)
C. Berhenti
2. Asimilasi
A. Asimilasi suara
B. Harmoni konsonan
3. Proses struktur silabel
A. Pengurangan klaster konsonan
B. Penghilangan konsonan akhir
C. Penghilangan silabel tidak bertekanan
D. Reduplikasi
Proses fonologi tersebut yang membuat cara berbicara anak–anak dua tahun
terdengar sangat berbeda dari orang dewasa.
Karena proses berbicara pada anak-anak sangat bisa diprediksi, generalisasi
berikut dapat dilakukan:
1. Proses bersifat universal. Secara kasar proses yang sama ditemukan pada cara
berbicara pada semua anak-anak, terkecuali cara berbicara orang dewasa
dipelajari oleh anak-anak. Hal ini berarti bahwa walaupun perkembangan
fonologis dengan cepat dijelaskan, anak-anak kadang-kdang kadangkala tidak
belajar beberapa proses. Sebagai contoh, anak-anak Amerika yang
mengucapkan semua konsonan yang berada di antara vowel harus segera
menyadari bahwa bahasa Inggris tidak konsisten dalam penggunaan proses ini.
2. Anak-anak mulai dengan sejumlah besar proses, menguranginya ketika
mencapai dewasa. Proses yang dijelaskan di atas, proses asimilasilah yang
paling banyak dilakukan dalam cara berbicara anak-anak daripada pada orang
dewasa. Ketika anak-anak tumbuh dewasa, jumlah proses tersebut secara
bertahap berkurang. Tetapi substitusi dieliminisi secara keseluruhan.
3. Tanpaknya konterintusi bahwa anak-anak memulai fase utama yang terakhir
dari perkembangan fonologis memiliki proses yang lebih daripada yang
terjadi pada orang dewasa, tetapi perlu diingat proses akhir: mereka mengucap
dengan mudah. Maka, cara berbicara anak-anak memperlihatkan banyak
asimilasi karena mereka terjadi efek kekurangan jumlah gesture/gerak isyarat
artikulasi untuk menghasilkan kata. Proses struktur silabel seperti
pengurangan klaster dan reduplikasi juga menyebabkan urutan bunyi lebih
mudah diucapkan daripada pada orang dewasa.
D. Akuisisi Morfologi dan Sintaks
1. Tahap Satu Kata
Kata pertama yang diucapkan oleh anak umur satu tahun biasanya adalah nama
orang, nama benda, hewan peliharaan, dan hal familiar lainnya dan bagian penting
dalam lingkungan meraka. Kosakata pada anak kemudian memasukkan kata kerja
dan kata-kata lainnya bahkan kata benda. Seringkali frasa yang digunakan oleh
orang dewasa akan menjadi satu kata tunggal menurut cara berbicara anak-anak,
seperti kata allgone dan whasat? Kata tunggal yang dihasilkan pada tahap ini
digunakan lebih dari nama oebjek atau kejadian; mereka bisa memberi nama,
berkomentar, meminta, mencari tahu, dan sebagainya. Pada kenyataannya level
perkembangan ini disebut tahap holophrastic yaitu tahap dimana holophrase
menjadi kalimat satu kata. Anak-anak pada fase ini terbatas pada satu kata satu
kali mereka menghasilkan bahasa, tetapi mereka memahami dan kemungkinan
mereka bermaksud untuk memaknai lebih dari satu kata tunggal. Pastinya anak-
anak dapat memahami ucapan orang lain bahkan ketika ucapan tersebut terdiri
dari lebih dari satu kata. Intonasi ucapan anak-anak untuk satu kata bisa seperti
pertanyaan, aneh atau pernyataan berempati, atau seperti memerintah. Jika anak-
anak tidak konsisten menggunakan pola intonasi seperti orang dewasa (dan
peneliti tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan), maka kemungkinan besar
istilah “holoprastic” merupakan sebutan yang cocok untuk fase ini.
2. Tahap Dua Kata
Umur sekitar 18 sampai 24 bulan, anak-anak mulai menggunakan dua kata.
Pertama mereka cukup menggunakan dua kalimat satu kata yang menghasilkan
satu lagi setelahnya. Ada jedanya di antaranya, dan setiap kata bisa melahirkan
kontur intonasi yang terpisah. Namun sebelum dua kata akan dihasilkan tanpa
jeda dan dengan pola intonasi tunggal.
Anak-anak pada fase ini tidak hanya menghasilkan dua kata dalam susunan
tertentu; melainkan meraka mengadopsi susunan kata yang sesuai yang
menghadirkan bagian penting dari makna ucapan mereka. Pada tahap
perkembangan ini, struktur ucapan ditentukan oleh hubungan semantik, daripada
oleh hubungan sintaksis. Susunan kata digunakan untuk menunjukkan adanya
hubungan semantik tersebut; kemudian perangkat sintaksis dimasukkan ke dalam
kaidah dasar susunan kata. Sebagian besar ucapan yang dihasilkan anak-anak pada
fase ini akan memperlihat hubungan semantik seperti berikut:
pelaku + kegiatan baby sleep
kegiatan + objek kick ball
kegiatan + tempat sit chair
entitas + tempat teddy bed
pemilik + yang dimiliki Moomy book
entitas + tanda block red
penunjuk + entitas this shoe
Kata seperti kata more dan ‘nother bisa saja digunakan sebagai peubah kata benda
(more juice, ‘nother cup) untuk mengindikasikan dan meminta pengulangan. Kata
here dan there bisa saja digunakan sebagai penunjuk atau tempat. Beberapa anak
pada fase ini juga menggunakan kata ganti. Namun sebagian besar cara berbicara
mereka kekurangan fungsi morfem dan kata. Fungsi morfem tersebut termasuk
preposisi, kata kerja bantu, artikel, dan imbuhan infkleksional. Semuanya (bahkan
kata ganti , more ‘nother, here dan there) berada dekat dengan morfem atau kata –
penutur jarang menhasilkan kata ganti baru atau preposisi, tetapi kata benda baru,
kata kerja, dan kata sifat secara teratur.
Fungsi kecil morfem tersebut diabaikan selama fase ini dan bahkan setelah anak
mulai menghasilkan lebih dari dua kata pada satu kesempatan. Karena
penghilangan ini, cara berbicara pada anak-anak seringkali disebut telegraphic.
Ketika anda mengirim telegram atau advertensi, setiap kata memiliki biaya. Oleh
karena itu, anda cukup menggunakan kata yang sangat anda butuhkan, dan bukan
berisi informasi baru. Anak-anak mengikuti prinsip tersebut. Kata-kata yang
mereka gunakan dan susunan yang mereka gunakan membawa informasi yang
yang relevan; morfem fungsi akan menjadi redundan. Tentu saja, kata ganti
seperti more, ‘nother, dan kata-kata lainnya yang disebutkan lebih awal membawa
makna bebas dan dapat mengisi satu posisi pada hubungan semantik yang disebut
di sebelumnya. Selanjutnya, tentu saja, anak-anak mempelajari bidang morfem
fungsi secara lengkap dalam bahasa mereka – “perangkat sintaksis” yang disebut
di atas bahwa tambahan ekspresi hubungan semantik melalui kaidah susunan kata.
E. Bagaimana orang dewasa berbicara dengan anak-anak
1. Bagaimana orang dewasa bersama anak-anak
Penutur tergantung dari pendengarnya dan ketika mereka berbicara. Tetapi ketika
pendegarnya adalah anak-anak, penutur dewasa biasanya berbicara lebih keras.
Mereka menggunakan attention-getter untuk bercerita kepada anak-anak dengan
pengucapan yang ditujukan ke mereka, dan sebab itu pengucapan yang mereka
dengar juga. Dan mereka menggunakan attention-holder ketika mereka memiliki
lebih dari satu hal yang ingin mereka katakan – sebagai contoh, jika membawakan
cerita.
Attention-getter dan attention-holder terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama mengandung nama dan eksklamasi (kata seru). Sebagai contoh, orang
dewasa seringkali menggunakan nama anak-anak pada awal pengucapan, seperti:
Ned, there’s a car, dan bahkan anak berumur 4 tahun mengetahui bahwa cara ini
merupakan cara yang efektif agar anak berumur dua tahun agar paham. Atau,
malahan menggunakan kata seru seperti lihat! Atau Hey! Sebagai pengantar
untuk setiap ucapan. Kelompok kedua attention-getter termasuk modulasi yang
digunakan oleh orang dewasa untuk membedakan ucapan yang ditujukan kepada
anak-anak dengan ucapan yang ditujukan kepada pendengar lain atau pendengar
dewasa. Salah satu yang paling menonjol adalah suara orang dewasa dengan pitc
tinggi digunakan untuk berbicara dengan anak-anak, ketika ahli bahasa O. Garnica
membandingkan rekaman pembicaraan orang dewasa kepada anak umur dua, lima
tahun, dan kepada orang dewasa dengan seting yang sama, dia menemukan bahwa
pitch/nada suara untuk orang dewasa lebih tinggi tinggi daripada anak-anak yang
paling muda (umur 2 tahun), kemudian tertinggi kedua kepada anak-anak yang
lebih tua, dan ketiga paling rendah kepada orang dewasa.
Penggunaan modulasi orang dewasa lainnya adalah bisikan. Jika anak-anak duduk
pada pangkuan atau berdiri disebelah kanan orang dewasa, orang dewasa akan
berbicara langsung melalui telinga mereka agar jelas. Garnica mengamati bahwa
semua ibu dalam studinya jarang membisiki anak berumur dua tahun, sedikit
membisiki anak berumur lima tahun, tetapi tidak membisiki orang dewasa. Tidak
semua attention-getter maupun attention-holder merupakan linguistik. Penutur
bahkan seringkali mengandalkan sikap badan/gesture, dan bisa saja dengan
menyentuh pundak atau leher anak-anak, sebagai contoh, pada saat mereka mulai
berbicara. Mereka juga menggunakan gesture untuk mendapat perhatian anak-
anak dan seringkali melihat dan menunjuk kepada objek yang dimaksud.
2. Apa yang dikatakan oleh orang dewasa kepada anak-anak
Orang dewasa mengamati maupun menentukan prinsip-prinsip kooperatif ketika
mereka berbicara dengan anak-anak yang lebih muda. Mereka berbicara relevan,
membicarakan tentang dunia anak-anak “disini dan sekarang”. Mereka
mempersilakan anak-anak mengambil giliran mereka dan memastikan kontribusi
anak-anak terhadap percakapan. Dan mereka memastikan bahwa anak-anak
berkontribusi sesungguhnya dengan mengkoreksi mereka.
“Di sini dan Sekarang”
Orang dewasa bercerita kepada anak-anak utamanya tentang “di sini dan
sekarang”. Mereka melakukan komentar tentang apa yang dilakukan anak-anak –
misalnya, Buatkan saya menara sekarang, dikatakan hanya pada saat anak-anak
mengangkat kotak – atau hanya menjelaskan apa yang terjadi – Benar, angkat
kotak-kotaknya, dikatakan hanya setelah seorang anak melakukannya. Orang
dewasa bebricara tentang objek yang menjadi perhatian anak: mereka memberi
nama objek tersebut, menjelaskan ciri-cirinya, dan menceritakan tentang
hubungan antar objek.
3. Cara-cara orang dewasa berbicara dengan anak-anak
Sebagai orang dewasa apa yang mereka katakan kepada anak-anak dalam dengan
membatasi pembicaraan tentang “di sini dan sekarang”, jadi mereka mengubah
cara mereka berbicara. Mereka melakukannya dengan tiga cara: mereka
memperlambat ucapan, singkat dan kalimat sederhana, dan mereka sering
mengulangnya. Masing-masing modifikasi dicocokkan agar anak-anak
memahami apa yang dikatakan orang dewasa.
Pembicaraan yang ditujukan kepada anak-anak berumur dua tahun kecepatannya
hanya setengah dari pembicaraan kepada orang dewasa. Ketika orang dewasa
kepada anak-anak berumur empat tahun, mereka sedikit lebih cepat tetapi masih
lebih lambat daripada berbicara dengan orang dewasa.
Orang dewasa juga menggunakan kalimat yang sangat pendek ketika berbicara
dengan anak-anak. Terjadi sejumlah pengulangan ketika orang dewasa berbicara
dengan anak-anak. Pengulangan memberikan informasi tentang jenis kerangka
unit yang diulang agar dapat digunakan. Pengulangan juga memungkinkan anak
memiliki banyak waktu untuk mengiterpretasi ucapan orang dewasa karena
mereka tidak memiliki waktu untuk mengingat keseluruhan kalimat.
F. Proses Bahasa Orang Dewasa
1. Pengenalan kata
Kebanyakan orang dapat mengenali dan mengiterpretasi sepuluh ribu kata pada
awal masa dewasa, yang membutuhkan informasi tentang bagaimanapun semua
kata yang tersimpan dalam otaknya. Dua ide yang sangat umum tentang proses
pencarian/mengingat telah memunculkan banyak penelitian pada bidang ini. Salah
hasil yang muncul adalah bahwa secara internal kerja otak dalam beberapa hal
memiliki cara kerja yang sama dengan komputer dalam mencari beberapa item
dalam memori.
Psikolinguis Kenneth Foster telah mengajukan sebuah model proses mengingat
dimana kata pada masing sub bagian memori kata tersusun berdasarkan seberapa
sering kata tersebut digunakan. Kata yang lebih banyak digunakan/umum lebih
mudah dikenali dengan cepat daripada kata yang kurang umum.
Hasil pengamatan umum tentang pengenalan kata adalah bawah secara umum
lebih mudah untuk mengenal kata jika kata tersebut diikuti dengan satu kata yang
berhubungan atau lebih. Proses tersebut disebut efek konteks.
2. Proses Sintaksis
Pada setiap bahasa terdapat berbagai macam kemungkinan kalimat yang tidak
terbatas. Kalimat tersebut dapat diperkirakan bahwa bahkan jika kita hanya
mengenal kalimat dalam bahasa Inggris yang terbentuk dari 20 kata panjangnya.
Bahkan orang mampu menggunakan sistem sintaksis yang terbelit-belit, apakah
itu merupakan atau bukan merupakan kalimat yang tidak dapat dipahami secara
cepat dan dengan tanpa upaya kebanyakan tidak pernah disadari prosesnya.
Boleh jadi karena analisis sintaksis begitu cepat dan tanpa upaya, maka terbukti
sangat sulit untuk dipelajari.
Masalah dalam teori proses sintaksis boleh jadi menjadi perhatian dalam beberapa
tahun terakhir sehubungan dengan proses sintaksis dan proses semantik dan
interpretatif. Secara singkat, pertanyaannya adalah apakah proses sintaksis
dipengaruhi oleh proses semantik dan interpretatif atau apakah terjadi dalam
sistem yang berbeda. Pertanyaan ini penting karena berhubungan dengan masalah-
masalah yang sangat umum dalam studi tentang pikiran. Filsuf Jerry Fodor akhir-
akhir ini membuktikan bahwa pikiran memasukkan berbagai ‘sistem input’ yang
memberikan inteligensi sadar kita dengan cepat, analisis awal otomatis
pengalaman indera kita. Sebagai contoh, dalam melihat ada sistem yang
memberikan analisis tentang jenis objek yang kita lihat dalam suatu suasana; kita
mengenal kucing, pohon, orang, dsb. dalam suatu kesempatan dan mengingat
kembali informasi dasarnya. Ketika kita membidik seekor beruang dalam hutan,
sistem input visual mengenali jenis hewan tersebut maupun mengingat informasi
bahaya dari binatang tersebut. Ketika orang berjalan melewati rumah angker
pertama-tama akan ‘mengenali’ yang melompat dalam kegelapan seperti serigala
dan tentunya menakutkan, bahkan mereka mengetahui dengan baik segala sesuatu
dalam rumah angker adalah palsu dan tidak berbahaya. Bagaimanapun juga sistem
input yangan pertama kali terbersit tentang serigala tidak bisa menggunakan
pengetahuan ini.
3. Proses interpretatif
Hasil interpretasi yang tepat untuk masing-masing kalimat yang kita dengar
merupakan sistem asas dan pengetahuan yang luar biasa kompleks. Nampaknya
bahwa seuatu yang kita ketahui atau percayai dapat mempengaruhi cara kita
menginterpretasi kalimat dalam beberapa konteks. Namun bidang pengetahuan
yang sangat luas sangat mudah diangkat dimana kita seringkali menggunakan
proses pemahaman terhadap sepuluh atau lim belas kalimat per menit dalam
percakapan biasa setidaknya tanpa tertekan dan kesulitan.
Salah satu indikasi awal dari kekuatan dan arti dari proses tersebut berasal dari
sebuah studi yang dilakukan oleh psikolog John Bransford, J.R. Barclay dan
Jeffrey Franks. Mereka menyajikan setiap subjek dengan daftar kalimat. Subjek
diceritakan dan kemudian disuruh menjawab pertanyaan tentang kalimat-kalimat
tersebut.
Nampaknya tidak semua orang mampu menginterpretasi kalimat, mereka
mengujinya secara lebih umum apa yang mungkin dikatakan kalimat tersebut.
Hasil dari analisis ini disimpan dalam memori. Orang menginterpretasi kalimat
dan mengintegrasikan informasi dari berbagai kalimat ke dalam pemahaman
percakapan yang masuk akal. Sepanjang proses pendengar harus melakukan
interpretasi untuk kata yang ambigu, dan mengenali kata yang mendahuluinya,
dan memahami informasi baru dari latar belakang pengetahuan mereka terdahulu.
G. Mempelajari Bahasa Asing
Metode Penerjemahan Gramatika
Penerjemahan gramatika atau metode “tradisional” telah diketahui oleh siswa
bahasa dalam beberapa abad. Belajar melalui metode tradisional mencoba untuk
memasukkan penguasaan bahasa kesusastraan, dan berangkat dari asumsi bahwa
tujuan ini akan tercapai dengan baik dengan cara menggunakan bahasa asing
dalam dunia pendidikan. Siswa dalam hal ini harus mengingat daftar kata-kata
yang panjang. Dan mereka mencoba melatih menerjemahkan ke dan dari bahasa
asli mereka, karena pokok bahasannya sangat kompleks seperti masalah sintaks.
Para ahli bahasa dan psikoolog menggolongkan masalah dalam metode
penerjemahan gramatika sebagai berikut:
1. Metode penerjemahan gramatika lebih ditekankan pada proses penulisan
daripada proses berbicara.
2. Tujuan strategi pembelajaran penerjemahan gramatika adalah memorisasi
(meningat).
3. Masalah dalam pembelajaran penerjemahan gramatika dalam masalah
ketidakpamaham.