angka kematian
DESCRIPTION
AKITRANSCRIPT
Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu
Kurnia Datu Kanoena Lethe
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Moralitas ibu merupakan salah satu indikator utama status kesehatan suatu populasi.1
Tolak ukur keberhasilan dari kemampuan pelayanan kesehatan satu negara diukur dengan angka
kematian ibu dan angka kematian perinatal. Indonesia termasuk negara dengan angka tertinggi di
ASEAN, yaitu sekitar 390/100.000, sedangkan angka kematian perinatal sekitar 540/100.000
persalinan hidup.
Situasi demikian dijumpai pada negara sedang berkembang dengan perbandingan sekitar
100 kali lebih besar dari negara maju atau industri. Kenyataan mendorong badan dunia WHO
dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma Ata, Uni Soviet pada tahun 1978 dan mencetuskan
landasan filosofis yang ideal bagi upaya perkembangan pelayanan kesehatan di setiap negara.
Landasan tersebut dinyatakan dalam “Primary Health Care” dengan inti mengupayakan
pelayanan utama setiap negara sehingga cepat dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian perinatal.2
1
Pembahasan
Indikator yang dapat menunjukkan kualitas kesehatan penduduk adalah angka kematian ibu dan
sertaangka harapan hidup penduduk.3 Angka kematian ibu ialah jumlah kematian ibu (Maternal
Mortality Rate {MMR}) sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang
dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Rumusnya sebagai
berikut.
MMR = Jumlah kematian ibu hamil, dan nifas yang dicatat selama 1 tahun x 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan sosial ekonomi; kesehatan ibu sebelum hamil,
bersalin, dan nifas; pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil; serta pertolongan persalinan dan
perawatan masa nifas.4
Millennium Development Goals
Millennium Development Goals (MDGs) adalah tujuan pembangunan sebagai respon atas
permasalahan global, yang akan dicapai pada tahun 2015. MDGs merupakan inti dari deklarasi
Millennium yang diadopsi oleh 189 negara dan di tandatangani 147 Kepala Negara. Indonesia
sebagai anggota PBB sangat menyadari pentingnya MDGs, dalam kerangka berbangsa dan
bernegara sesuai filosofi hidup Pancasila dan pegangan dasar UUD 45. Oleh karena itu,
Indonesia bertekad dapat mencapai MDGs 2015.5
MDGs adalah pembaruan solidaritas global memerangi kemiskinan dalam konteks
pembangunan kualitas manusia. MDGs mempunyai “wajah perempuan”. Maksudnya, bidang-
bidang yang perlu diperhatikan sangat terkait pada kehidupan perempuan dan anak perempuan,
seperti perlunya angka kematian maternal diturunkan, sedangkan angka anak balita sangat terkait
pada status kesehatan ibunya.
Sementara itu, belum terpenuhinya hak kesehatan reproduksi perempuan Indonesia dapat
dilihat dari tingginya angka kematian ibu (AKI) dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Suatu contoh misalnya hak reproduksi perempuan Indonesia, khususnya hak setiap perempuan
untuk menjalani kehamilan dan melahirkan, serta untuk mengakses layanan kesehatan
berkualitas yang tersedia. Semua hak itu dilanggar.6
2
Visi Indonesia Sehat
Visi “Indonesia Sehat 2010” tersebut terdiri dari tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat, dan pelayanan kesehatan yang bermutu. Berdasarkan SK Menkes RI No.
1193/2004, perilaku sehat ditetapkan sebagai pilar utama dalam mencapai Visi “Indonesia Sehat
2010” dengan menetapkan kebijakan nasional mengenai promosi kesehatan. Kebijakan nasional
promosi kesehatan sangat diperlukan, terutama dalam era desentralisasi agar upaya promosi
kesehatan di semua tingkatan administrasi dapat berjalan selaras dan sinergis. Dengan tegaknya
pilar utama ini, maka akan ikut menunjang berkembangnya kedua pilar yang lain.7
Primary Health Care
Tujuan Primary Health Care adalah meningkatkan kesehatan masyarakat menuju Health
For All By The Year 2000 (Sehat bagi Semua pada Tahun 2000). Di Indonesia gagasan tersebut
diterjemahkan dalam Sistem Kesehatan Nasional. Kesejahteraan ibu (safe motherhood)
merupakan upaya yang penting dalam pelaksanaan “Pelayanan Kesehatan Utama” dengan
mengikutsertakan partisipasi masyarakat, mendekatkan pelayanan di tengah masyarakat,
mendekatkan pelayanan di tengah masyarakat menuju Sehat bagi Semua pada Tahun 2000.8
Inti dari “Primary Health Care” dapat dijabarkan, yaitu meningkatkan upaya antenatal
care (ANC), meningkatkan gizi ibu hamil dan laktasi, meningkatkan pelayanan dan penerimaan
gerakan keluarga berencana, meningkatkan pelayanan imunisasi, dan meningkatkan sistem
rujukan.2
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia adalah
sebagai berikut.
Antenatal Care
Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu,
menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi
kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan (risiko tinggi, risiko meragukan, dan risiko
rendah). Asuhan antenatal juga untuk menyiapkan persalinan menuju well born baby dan well
3
health mother, mempersiapkan perawatan bayi dan laktasi, serta memulihkan kesehatan ibu yang
optimal saat akhir kala nifas.9
Pelayanan antenatal (Antenatal Care {ANC}) merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilan, yang dilakukan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan. Standar operasional yang ditetapkan untuk ANC adalah 5T,
yaitu Timbang berat badan dan ukur tinggi badan; (ukur) Tekanan darah; (pemberian imunisasi)
Tetanus toksoid lengkap; (ukur) Tinggi fundus uteri; dan (pemberian) Tablet zat besi minimal 90
tablet selama kehamilan.10
Faktor-faktor yang mempengaruhi ANC adalah pengetahuan, sikap, dukungan suami dan
faktor demografi (paritas, biaya, jarak rumah, dan budaya).11
Asuhan antenatal (ANC) bertujuan untuk mengawasi tingkat kesehatan ibu hamil, pertumbuhan
dan perkembangan janin, serta mendeteksi dini risiko-risiko dalam kehamilan dan persalinan.12
Perilaku sehat
Perilaku sehat adalah kondisi ketika individu dengan kondisi kesehatan yang stabil
berupaya aktif mencari cara untuk mengubah kebiasaan pribadi yang sehat dan/atau lingkunang
guna beralih ke tingkat kesehatan yang lebih tinggi.13
Perilaku hidup sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok,
masyarakat, yang sesuai dengan norma-norma kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan
yang optimal, menolong dirinya sendiri dan berperan serta aktif dalam pembangunan kesehatan.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan berdasarkan lima tingkat pencegahan Leavel dan Clark,
yaitu promosi kesehatan; perlindungan khusus; diagnosis dini dan pengobatan; pembatasan
kecacatan; dan rehabilitasi.14
Peningkatan derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku sehingga untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat perlu memperoleh perhatian utama dalam
pembangunan kesehatan. Oleh karena fokus pembangunan pada peningkatan sumber daya
manusia, maka upaya-upaya yang dilakukan bukan hanya membantu masyarakat untuk
mengenali dan mengatakan persoalan yang sedang dihadapi sekarang, tetapi juga untuk
mengantisipasi tantangan peningkatan kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam membudayakan perilaku hidup sehat
sasaran dikelompokkan dalam lima tatanan seting, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi
4
pendidikan (sekolah, madrasah, dsb), tatanan institusi kesehatan (puskesmas, RS, klinik bersalin,
dsb), tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, tempat usaha), tatanan tempat umum (tempat ibadah,
pasar, terminal, tempat rekreasi, dsb).15
Sehat
Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat
berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan berupa udara
segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai, kebersihan serta pikiran,
kebiasaan, dan gaya hidup yang baik.16
Sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan baik seluruh badan serta
bagian-bagiannya, bebas dari rasa sakit, waras. Menurut batasan yang diajukan oleh WHO, sehat
adalah “A state of completely physical, mental, and social well being and not merely the absent
of disease or infirmity, and ability to lead a socially and economically productive life”.
Sedangkan menurut UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan, sehat adalah suatu keadaan
sejahtera dari badan (fisik), jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.7 Konsep sehat adalah konsep yang timbul dari diri kita sendiri secara
sadar mengenai berbagai upaya untuk mendapatkan status sehat bagi tubuh kita.17
Sakit
Perkins mengatakan, sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani,
rohani, dan sosial. Sedangkan Reverlly mengatakan, sakit adalah tidak adanya keselarasan antara
lingkungan dengan individu.18
Sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara sederhana, sakit -atau dapat pula disebut
penyakit- merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan di luar batas normal. Tolak ukur yang
paling mudah untuk menentukan kondisi sakit/penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai
rata-rata normal yang telah ditetapkan. Keadaan sakit/penyakit sendiri merupakan hal yang sulit
untuk didefinisikan secara pasti. Penyakit berbeda dengan rasa sakit. Penyakit sifatnya objektif
karena masing-masing memiliki parameter tertentu, sedangkan rasa sakit sifatnya subjektif
karena merupakan keluhan dirasakan seseorang. Perbedaan ini mempunyai implikasi yang
5
berbeda. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasakan sakit. Sebaliknya, seseorang
yang mengeluh sakit belum tentu menderita penyakit.19
Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Perlindungan khusus (specific protection) berupa upaya spesifik untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, dan peningkatan
keterampilan remaja untuk terus mencegah ajakan menggunakan narkotik, penanggulangan
stress.20 Salah satu upaya perlindungan khusus adalah dengan melakukan imunisasi.
Pada umumnya, imunisasi adalah memberikan kekebalan dalam tubuh, atau secara
lengkap imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti, untuk mencegah timbulnya
penyakit tertentu seperti penyakit TBC, hepatitis, campak, poliomelitis, difteri, tetanus, dan lain-
lain.2 Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG,
DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).21
Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah, dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangtan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Syarat pokok pelayanan kesehatan itu adalah tersedia dan
berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada pada setiap saat
dibutuhkan; dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan
dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat; mudah dicapai, artinya tercapai dari sudut
lokasi, pengaturan distribusi sarana kesehatan tidak terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan
saja; mudah dijangkau, artinya terjangkau dari sudut biaya, disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi masyarakat; dan bermutu, artinya menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, dapat memuaskan para pemakai jasa dan tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.22 Pelayanan
kesehatan dapat berupa promosi kesehatan dan fasilitas kesehatan.
6
Promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat
agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang mndukung, dilakukan
dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat. Yang ingin dicapai
melalui pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi promosi kesehatan, yaitu advokasi, bina suasana, dan
gerakam (pemberdayaan) masyarakat. Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat bekerja,
tempat-tempt umum, dan sarana kesehatan.20
Seiring dengan kebijakan otonomi daerah melalui pencanangan paradigma sehat,
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) yang telah bertahun-tahun dilakukan
Departemen kesehatan sebagai bentuk kegiatan Pendidikan Kesehatan, diganti dengan istilah
“Promosi kesehatan”. Istilah penyuluhan kesahatan dan promosi kesehatan pada dasarnya
memiliki arti berbeda.
Filsafat dasar promosi kesehatan berdasarkan pemikiran WHO adalah pemberdayaan atau
empowerment. Istilah pemberdayaan, merujuk pada pengertian sebagai suatu bentuk kegiatan
yang berkesinambungan (sustainable). Hal ini berarti bahwa perilaku sehat sebagai hasil dari
promosi kesehatan harus berlangsung secara terus menerus dan bersinambungan. Sementara
pada penyuluhan jika telah berhasil mengubah perilaku sasaran menjadi perilaku sehat (biasanya
hanya mencakup aspek kognitif) tugas penyuluhan selesai. Penyuluhan akan diulang untuk
sasaran lain di tempat lain.23
Penyuluhan
Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling, yang merupakan bagian terpadu
bimbingan. Penyuluhan merupakan “jantung” usaha bimbingan secara keseluruhan (counseling
heart of guidance program).
Dalam konsepsi kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai
kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan
menanamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti,
7
tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Penyuluhan
kesehatan bertujuan mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat.
Sasaran penyuluhan kesehatan, seperti juga sasaran pendidikan kesehatan, meliputi
masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan, masyarakat kelompok khusus, dan
individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.20
Selain itu, sasaran penyuluhan kesehatan adalah individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang dijadikan subjek dan objek perubahan perilaku, sehingga diharapkan dapat
memahami, menghayati, dan mengaplikasikan cara-cara hidup sehat dan kehidupan sehari-
harinya. Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan
kesehatan, diantaranya adalah tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat,
kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat.18
Fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.24
Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada, seperti pos penimbangan
balita, pos imunisasi, pos keluarga berencana desa, pos kesehatan, dan pos lainnya yang dibentuk
baru.18
Posyandu merupakan perpaduan kegiatan masyarakat bersama dengan tenaga kesehatan,
berupa kegiatan pelaksanaan keluarga berencana, kegiatan evaluasi kesehatan ibu dan anak,
penanggulangan diare, upaya peningkatan gizi keluarga-ibu hamil, dan imunisasi balita dan anak.
Sasaran pelaksanaan posyandu antara lain adalah balita; ibu hamil dan menyusui; dan pasangan
usia subur (PUS). Posyandu dilaksanakan satu kali dalam sebulan, di tempat yang mudah
dijangkau masyarakat.
Sistem pelayanan posyandu adalah “ sistme lima meja”, yaitu meja pertama, pencatatan
dan pelaporan; meja kedua, penimbangan; meja ketiga, penerangan dan pendidikan; meja
8
keempat, peningkatan gizi/ASI; dan meja kelima, pelayanan kesehatan (pemeriksaan hamil,
imunisasi balita, anak, dan ibu hamil; program keluarga berencana dan pemberian tablet besi dan
vitamin A). Meja pertama sampai keempat dilayani oleh kader desa, sedangkan meja kelima oleh
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang terkait adalah bidan swasta, bidan desa, tenaga
kesehatan puskesmas, dan dokter swasta. Posyandu melaksanakan Sistem “Kader Desa”.25
Kesimpulan
Angka kematian ibu di Indonesia sangat tinggi, sehinggga pemerintah berusaha untuk
mencari cara agar dapat menrunkan angka kematian ibu tersebut. Upaya-upaya yang dimaksud
ini, seperti perawatan antenatal (ANC) pada masa kehamilan, perilaku sehat selama masa
kehamilan, perlindungan khusus (specific protection), dan fasilitas-fasilitas kesehatan yang dapat
membantu ibu dalam proses melahirkan. Upaya-upaya ini mengacu pada Millennium
Development Goals (MDGs), Visi Indonesia Sehat, dan Primary Health Care.
9
Daftar Pustaka
1. Timmreck TC. Epidemiologi suatu pengantar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005: h.
144
2. Manuaba IBG. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetric ginekologi dan KB. Jakarta:
Buku kedokteran EGC; 2001: h. 19
3. Hayati S, Maryani E, Manalu M. Ilmu pengetahuan sosial geografi. Jakarta: Erlangga;
2007: h. 84
4. Budiarto E, Anggraeni D. Pengantar epidemiologi. Ed 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2003: h. 75
5. Muchtar. Panduan praktis strategi memenangkan usaha dengan menyusun business plan.
Jakarta: Gramedia; 2010: h. 9
6. Sadli S. Berbeda tetapi setara: pemikiran tentang kajian perempuan. Jakarta: Buku
Kompas; 2010: h.323
7. Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. Ilmu dan aplikasi pendidikan. Bandung:
Impeial Bhakti Utama; 2007: h. 271
8. Danim S, Darwis. Metode penelitian kebidanan: prosedur, kebijakan, dan etik. Jakarta:
Buku kedokteran EGC; 2003: h.25
9. Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. Buku ajar patologi obstetrik untuk
mahasiswa kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009: h.25
10. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009: h.144
11. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Ed 2. Jakarta:
Salemba Medika; 2008: h. 35
12. Purnama DI. 100+ hal penting yang wajib diketahui bumil. Jakarta: Kawan Pustaka; 2014:
h.75
13. Carpenito LJ. Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Ed 9. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2009: h.541
14. Nursalam, Efendi F. Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2006:
h.195
15. Mukholid A. Pendidikan kesehatan olahraga & jasmani. Jakarta: Yudistira; 2007: h. 191-
2
10
16. Chandra B. Ilmu Kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2009: h. 5
17. Wratsongko M. Shalat jadi obat. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2010: h.20
18. Effendy N. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Ed 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 1998
19. Asmadi. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2008: h. 28-9
20. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009: h. 134
21. Alimul AA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika; 2008
22. Nur H. Integrating knowledge. Proceedings of the 1st academic symposium on integrating
knowledge (the 1st ASIK); 2014 June 20-21: Indonesia.
23. Efendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009: h. 101
24. Tim Pustaka Yustisia. Panduan resmi memperoleh jaminan kesehatan dari BPJS. Jakarta:
Visimedia; 2014: h.31
25. IBG Manuaba, IAC Manuaba, IBGF Manuaba. Pengantar kuliah obstetrik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2007: h. 15
11