anggaran dasar dan rumah tangga forki
TRANSCRIPT
ANGGARAN DASAR
FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA
M U K A D I M A H Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan kemerdekaan itu sendiri dicapai melalui pengabdian, pengorbanan dan perjuangan para pemimpin/pahlawan bangsa.
Bahwa kemerdekaan ini harus dipertahankan dibina serta diisi berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 agar cita-cita Bangsa Indonesia dapat segera terwujudkan.
Bahwa organisasi Perguruan Karate-Do di Indonesia dengan penuh kesadaran, itikad baik serta semangat persatuan dan kesatuan dalam satu wadah yang tunggal dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya, ilmu bela diri karate-do pada khususnya.
Maka untuk maksud tersebut di atas serta demi menjamin kelangsungan hidup wadah tersebut disusunlah Anggaran Dasar yang berbunyi sebagai berikut.
BAB I
NAMA TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 1
1.1. Organisasi ini bernama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia yang dalam Anggaran Dasar ini disebut FORKI.
1.2. FORKI adalah perubahan nama dari PORKI singkatan dari Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia yang didirikan pada tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.
1.3. Pergantian nama PORKI menjadi FORKI adalah hasil keputusan kongres IV PORKI yang juga merupakan kongres I FORKI pada tanggal 30 November 1972 di Jakarta.
Pasal 2
FORKI adalah organisasi karate yang bersifat nasional dan Pengurus Besarnya berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
Pasal 3
FORKI didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan/tak terbatas.
Pasal 4 FORKI adalah satu-satunya organisasi olahraga karate-do tingkat nasional yang mengkoordinasikan dan membina organisasi perguruan karate-do yang menjadi anggotanya.
BAB II
ASAS , DASAR DAN SIFAT
Pasal 5
5.1. FORKI berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
5.2. FORKI berdasarkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dengan semangat persatuan dan kesatuan
5.3. FORKI bersifat Amatir
BAB III
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 6
FORKI bertujuan ; 6.1. Ikut membangun mausia Indonesia yang sehat rohani dan jasmani, untuk
mensukseskan pembangunan nasional pada umumnya dan ketahanan nasional pada khususnya
6.2. Membangun karate-do sebagai seni beladiri dan olahraga prestasi untuk memupuk kepribadian yang luhur, jujur, santun, peracaya diri dan berprestasi bagi setiap warga negara Indonesia melalui organisasi perguruan karate-do anggota FORKI
6.1. Membina kebersamaan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan antar organisasi perguruan karate-do anggota FORKI.
Pasal 7
Untuk mencapai tujuan di atas, maka diadakan usaha ; A. Kedalam :
2
7.1. Bersama-sama dengan perguruan karate anggota FORKI mengembangkan olahraga karate-do secara ilmiah dan senantiasa mendorong terwujudnya nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sumpah karate-do
7.2. Untuk melahirkan atlit berprestasi dan diperhitungkan pada tingkat ASEAN, ASIA, maupun Internasional, FORKI berkewajiban menyiapkan sarana dan prasarana latihan dan pelatih untuk dapat dipakai secara bersama oleh berbagai organisasi anggota FORKI, baik di tingkat Pusat maupub Daerah
7.3. Menciptakan kader-kader pemimpin organisasi guna disiapkan untuk memimpin kelangsungan organisasi FORKI di masa datang.
B. Keluar : 7.3. Mengadakan hubungan kerjasama dengan Instansi pemerintah dan swasta dalam
tingkat nasional maupun Internasional yang berhubungan dengan pembinaa dan pengembangan olahraga karate-do
7.4. Mengadakan hubungan kerjasama dengan organisasi-organisasi federasi olahraga karate-do diluar negeri.
7.5. Mengadakan hubungan kerjasama khususnya dengan organisasi-organisasi beladiri lainnya atas dasar saling menghormati.
BAB IV
LAMBANG, BENDERA DAN LAGU
Pasal 8
Lambang FORKI : 8.1. Lambang FORKI berbentuk segi lima dengan garis atas rata, dan bagian bawah
membentuk suatu sudut. 8.2. Warna lambang FORKI, dasar kuning dengan kombinasi hitam diatas, dan tulisan
FORKI berwarna putih, gambar hurif K berwarna hitam, dan warna merah pada tujuh buah lingkaran yang terletak dibawah gambar huruf K.
8.3. Pengertian mengenai bentuk dan warna gambar yang terdapat dalam lambing FORKI selanjutnya akan dijelaskan pada Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 9
Bendera FORKI ; 9.1. Bendera FORKI berwarna dasar putih, dan bergambar lambang FORKI di tengah. 9.2. Bentuk & ukuran bendera FORKI dijelaskan dalam ART.
Pasal 10
Lagu Wajib FORKI : 10.1. Lagu wajib FORKI adalah “ MARS FORKI”. 10.2. Penjelasan lagu “Mars FORKI” diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB V
3
KEANGGOTAAN
Pasal 11
11.1. Anggota FORKI adalah organisasi perguruan karate - do yang berkedudukan di
Indonesia. 11.2. Organisasi-organisasi perguruan karate-do anggota FORKI syarat keanggotaannya
serta hak dan kewajibannya dijelaskan dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VI
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 12
12.1. Badan Organisasi FORKI terdiri dari : a. FORKI Pusat. b. FORKI Provinsi. c. FORKI Kabupaten /Kota
12.2. Untuk FORKI tingkat Pusat dilengkapi dengan Musyawarah Lembaga Perguruan (MLP).
Pasal 13
Susunan badan kekuasaan organisasi FORKI adalah sebagai berikut : a. Kongres. b. Pengurus Besar disingkat PB.. c. Musyawarah Provinsi/MUSPROV d. Pengurus Provinsi disingkat PENGPROV. e. Musyawarah Kabupaten/Kota/MUSKAB/MUSKOT. f. Pengurus Kabupaten/Kota disingkat PENGKAB/PENGKOT.
Pasal 14
Wilayah kerja organisasi FORKI sebagai berikut : 14.1. FORKI Pusat adalah seluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia. 14.2. FORKI Provinsi adalah seluruh wilayah hukum dari Provinsi/Daerah Istimewa
bersangkutan. 14.3. FORKI Kab/Kota adalah seluruh wilayah hukum dari Kabupaten / Kota bersangkutan.
Pasal 15
Kepengurusan FORKI tingkat Pusat (PB). 15.1. Pengurus Besar FORKI merupakan pimpinan eksekutif FORKI tingkat pusat yang
dibentuk dan disusun oleh kongres atau formatur yang dibentuk oleh kongres dan bertanggung jawab pada kongres.
15.2. Masa bakti pengurus besar FORKI adalah 4 (empat) tahun yang masanya dihitung pada saat terpilih dalam kongres.
4
15.3. Ketua Umum PB. FORKI dipilih langsung dalam kongres dan sekaligus menjadi ketua tim formatur untuk menyusun komposisi Pengurus Besar.
15.4. Dalam menyusun kepengurusan PB. FORKI, Ketua Umum terpilih dibantu oleh 4 (empat) orang anggota formatur yang terdiri dari 2 (dua) orang wakil perguruan dan 2 (dua) orang perwakilan Pengda FORKI yang dipilih dari dan oleh peserta kongres.
15.5. Jabatan Ketua Umum PB. FORKI hanya dapat dijabat oleh orang yang sama paling banyak 2 (dua) periode berturut-turut atau tidak berturut-turut.
15.6. Pengurus Besar FORKI minimal terdiri dari : a. Seorang Ketua Umum b. Seorang Sekretaris Jenderal dan seorang wakil c. Seorang Bendahara Umum dan seorang wakil d. Dan beberapa orang ketua bidang yang membidangi :
d.1. Organisasi dan Daerah. d.2. Pembinaan dan Prestasi d.3. Dana Prasarana dan sarana. d.4. Luar negeri. d.5. Penelitian dan Pengembangan.
15.7. Ketua Umum, Ketua Dewan Guru Perguruan dan Ketua Umum Pengprov FORKI jika terpilih menjadi Ketua Umum PB. FORKI harus meletakkan jabatannya di Perguruan dan atau daerah.
Pasal 16
Pengurus FORKI Provinsi (PENGPROV) 16.1. Pengurus Provinsi FORKI dibentuk dan disusun oleh Musyawarah FORKI Provinsi
(MUSPROV) atau formatur yang dibentuk oleh MUSPROV dan bertanggung jawab pada MUSPROV FORKI.
16.2. Masa bakti Pengurus Provinsi FORKI adalah 4 (empat) tahun yaitu masa dihitung sejak terpilih dalam MUSPROV dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) periode kepengurusan yang akan datang
16.3. Ketua Umum Pengurus Provinsi FORKI dipilih langsung dalam MUSPROV dan sekaligus menjadi ketua tim formatur untuk membentuk kepengurusan Pengprov FORKI.
16.4. Dalam penyusunan kepengurusan Pengprov FORKI Ketua Umum Pengprov FORKI terpilih dibantu oleh 4 (empat) orang anggota Formatur yang dipilih dari dan oleh peserta MUSPROV dan ditetapkan dalam MUSPROV.
16.5. Ketua Umum Perguruan dan Ketua FORKI Kab/Kota jika dipilih menjadi Ketua Pengprov FORKI maka yang bersangkutan hrs melepaskan jabatannya di Perguruan dan FORKI Kab/Kota.
16.6. Struktur Pengurus Provinsi FORKI disesuaikan dengan kebutuhan Provinsi yang bersangkutan atau dapat mengacu pada komposisi kepengurusan PB. FORKI.
Pasal 17
Pengurus FORKI Kabupaten/Kota.
5
17.1. Pengurus FORKI Kab/Kota dibentuk oleh Musyawarah Musyawarah Kab/Kota atau Formatur yang dibentuk oleh Musyawarah FORKI Kab/Kota dan bertanggung jawab pada musyawarah FORKI Kab/Kota.
17.2. Masa bakti Pengurus Kab/kota FORKI adalah 4 (empat) tahun yang dihitung sejak terpilih dalam Musyawarah Kab/Kota.
17.3. Ketua Umum Pengurus FORKI Kab/Kota dipilih langsung dalam Musyawarah Kab/Kota, sekaligus menjadi ketua tim formatur dalam penyusunan komposisi kepengurusan FORKI Kab/Kota.
17.4. Ketua Umum Pengurus Kab/Kota FORKI dalam pembentukan kepengurusan FORKI Kab/Kota dibantu oleh 4 (empat) orang anggota formatur yang diangkat dari dan oleh peserta Musyawarah Kab/Kota dan ditetapkan dalam Musyawarah Kab/Kota.
17.5. Ketua Pengcab Perguruan jika terpilih menjadi Ketua Pengurus Kab/kota FORKI maka yang bersangkutan harus melepaskan jabatannya diperguruan.
17.6. Struktur Pengurus Kab/kota FORKI disesuaikan dengan kebutuhan FORKI Kab/Kota atau dapat mengacu pada susunan pengurus FORKI Provinsi.
BAB VII
MUSYAWARAH LEMBAGA PERGURUAN (MLP)
Pasal 18
18.1. Struktur MLP hanya terdiri dari para Ketua Dewan Guru atau anggota Dewan Guru
perguruan karate anggota FORKI yang ditunjuk dan diberi mandat oleh Perguruan yang bersangkutan.
18.2. MLP bertugas melaksanakan : a. Membentuk Dewan wasit b. Memberi pertimbangan tentang pemilihan Pelatih nasional c. Memberikan saran pada PB. FORKI dalam melakukan pemberian tindakan
disiplin/sanksi yang bertalian dengan pelanggaran disiplin dan atau pelanggaran terhadap etika perkaratean, sumpah karate serta tindakan-tindakan lainnya yang merugikan dan mencemarkan nama baik FORKI atau perkaratean nasional terhadap ; Pengurus FORKI, Dewan Wasit, Wasit & Juri serta Pelatih dan Atlet.
d. Memantau dan mengikuti perkembangan perkaratean khususnya dibidang mutu dan teknik baik didalam maupun diluar negeri dan selanjutnya hasilnya disumbangkan pada PB. FORKI untuk ditindak lanjuti.
e. Memberikan saran pada PB. FORKI dalam melakukan pemberian tindakan disiplin/sanksi yang bertalian dengan pelanggaran disiplin dan atau pelanggaran terhadap etika perkaratean, sumpah karate serta tindakan-tindakan lainnya yang merugikan dan mencemarkan nama baik FORKI atau perkaratean nasional terhadap ; Pengurus FORKI, Dewan Wasit, Wasit & Juri serta Pelatih dan Atlet.
f. Memberikan masukan hal tekhnis perkaratean kepada PB. FORKI melalui Ketua Umum.
18.3. Pengurus harian MLP dibentuk dalam sidang MLP bersamaan dengan pelaksanaan kongres FORKI.
18.4. Pengurus harian MLP diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VIII
6
DEWAN PEMBINA
Pasal 19
19.1 Dewan pembina terdiri dari tokoh-tokoh pemimpin bangsa, ditetapkan oleh Ketua
Umum PB. FORKI terpilih selaku tim formatur bersama-sama dengan formatur terpilih lainnya.
19.2. Dewan pembina bertugas memberikan nasehat dan petunjuk kepada PB.FORKI dalam rangka peningkatan kemajuan organisasi dan baik diminta ataupun tidak diminta oleh PB. FORKI.
BAB IX
AFILIASI
Pasal 20
20.1. Setiap perguruan karate anggota FORKI boleh berafiliasi dengan perguruan/aliran
karate yang berada di luar negeri, khususnya dalam bidang teknik perkaratean. 20.2. Setiap Perguruan karate anggota FORKI, Pengprov dan FORKI Kab/kota yang akan
mengikuti pertandingan/pelatihan atau kegiatan perkaratean diluar negeri atau mendatangkan pelatih/instuktur karate ketanah air harus menginformasikan pada PB. FORKI.
BAB X
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA
Pasal 21
21.1 Didalam Organisasi FORKI dikenal :
a. Musyawarah Nasional FORKI disebut Kongres dilaksanakan ditingkat Nasional. b. Musyawarah Provinsi disingkat MUSPROV dilaksanakan di daerah Provinsi. c. Musyawarah Kab/Kota disingkat MUSCAB dilaksanakan di daerah
Kabupaten/Kota. 21.2. Dalam Organisasi FORKI dikenal adanya Rapat Kerja yaitu :
a. Rapat Kerja Nasional disingkat RAKERNAS diselenggarakan ditingkat Nasional/Pusat.
b. Rapat Kerja Provinsi disingkat RAKERPROV dilaksanakan di daerah Provinsi. c. Rapat Kerja Kab/kota dilaksanakan di daerah Kabupaten /Kota.
Pasal 22
Kongres ; 22.1. Kongres merupakan pemegang kekuasaan tertinggi FORKI yang diselenggarakan
sekali dalam 4 (empat) tahun. 22.2. Kongres dipimpin oleh Pimpinan sidang yang dipilih dari dan oleh peserta Kongres. 22.3. Kongres bertugas untuk :
7
a. Menetapkan dan merubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FORKI.
b. Menetapkan garis-garis besar Program Kerja PB. FORKI. c. Memilih dan memberhentikan Ketua Umum PB. FORKI. d. Meminta dan membahas laporan pertanggung jawaban dan keuangan PB.
FORKI. e. Membahas dan memutuskan hal-hal yang dianggap perlu sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan pembinaan olahraga karate. 22.4. Tata cara pelaksanaan kongres diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 23
Musyawarah Provinsi (MUSPROV)
23.1. Musyawarah Provinsi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam FORKI
Provinsi, yang diselenggarakan 4 (empat) tahun sekali. 23.2. MUSPROV dipimpin oleh pimpinan sidang yang dipilih dari dan oleh peserta
MUSPROV.
Pasal 24 Musyawarah Kabupaten/Kota 24.1. Musyawarah FORKI Kab/Kota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi FORKI
tingkat cabang yang diselenggarakan 4 (empat) tahun sekali. 24.1. Musyawarah KAB/KOTA dipimpin oleh pimpinan sidang yang dipilih dari dan oleh
peserta Musyawarah kab/Kota 24.2. Musyawarah Kab/Kota bertugas untuk ;
a. Menetapkan garis-garis besar program kerja FORKI Kab/Kota b. Mengangkat dan memberhentikan Ketua Umum/Pengurus FORK Kab/Kota. c. Meminta dan membahas laporan pertanggung jawaban dan laporan keuangan
Pengurus FORKI Kab/Kota d. Membahas dan memutuskan hal-hal yang dianggap perlu sesuai dengan
kebutuhan perkembangan olahraga karate didaerah (Kab/Kota). 24.3. Tata cara pelaksanaan Musyawarah kab/Kota diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 25
Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) 25.1. RAKERNAS diadakan minimal 1 (satu) kali dalam 4 (empat) tahun. 25.2. RAKERNAS bertugas :
a. Mengevaluasi kinerja PB. FORKI. b. Menentukan pokok-pokok program kerja tahunan PB. FORKI. c. Membahas dan memutuskan hal-hal yang dianggap perlu sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan pembinaan olahraga karate tingkat Nasional. 25.3. Tata cara pelaksanaan RAKERNAS diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 26 Rapat Kerja Provinsi (RAKERPROV)
8
26.1. RAKERPROV FORKI diadakan minimal 1 (satu) kali dalam 4 (empat) tahun. 26.2. RAKERPROV bertugas :
a. Mengevaluasi kinerja Pengprov FORKI. b. Menentukan pokok-pokok program kerja tahunan Pengprov FORKI. c. Dalam keadaan khusus RAKERPROV dapat memilih /menetapkan Ketua Umum
Pengprov pengganti antar waktu. d. Membahas dan memutuskan hal - hal yang dianggap perlu sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan pembinaan olahraga karate tingkat Provinsi. 26.3. Tata cara pelaksanaan RAKERPROV diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 27
Rapat Kerja FORKI Kab/Kota. 27.1. RAKER Kab/Kota diadakan minimal 1 (satu) kali dalam 4 tahun. 27.2. RAKER Kab/Kota bertugas :
a. Mengevaluasi kinerja Ketua Umum FORKI Kab/Kota. b. Membahas dan memutuskan hal-hal yang dianggap perlu sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan FORKI Kab/Kota. 27.3. Tata cara pelaksanaan RAKER FORKI Kab/Kota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XI
PERWASITAN DAN DEWAN WASIT
Pasal 28 28.1. Dewan Wasit adalah lembaga yang mengatur/mengelola perwasitan nasional. 28.2. Dewan Wasit dibentuk oleh MLP dan disahkan oleh Ketua Umum PB. FORKI. 28.3. Dewan Wasit hanya berkedudukan dipusat dan sewaktu-waktu dapat ditugaskan ke
daerah terutama bagi daerah yang belum memiliki wasit nasional jika ada permintaan.
28.4. Setiap pertandingan karate dilingkungan FORKI dipimpin oleh wasit dan juri yang mendapat pengakuan dari Pengurus Besar FORKI melalui Dewan Wasit.
28.5. Perwasitan FORKI Provinsi dan Kab/Kota pengaturannya dilakukan oleh seksi perwasitan Pengprov/Peng Kab/Kota dan bertanggung jawab pada Ketua Umum Pengprov/Kab/Kota.
28.6. Masa bakti Dewan Wasit sama dengan Pengurus Besar FORKI yaitu 4 (empat) tahun.
28.7. Tata cara pengangkatan dan tugas-tugas dewan wasit diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XII
PERTANDINGAN DAN SANKSI
Pasal 29
9
29.1. Pertandingan-pertandingan karate dalam wadah FORKI baik tingkat pusat maupun tingkat Provinsi, Kab/Kota dan pertandingan lainnya yang direkomendasikan oleh Pengurus FORKI teknis dan pelaksanaannya mengikuti peraturan/sistem dari World Karate Federation/WKF.
29.2. Pemberian sanksi/tindakan disiplin terhadap Dewan Wasit, serta wasit dan juri yang telah melakukan pelanggaran peraturan pertandingan/perwasitan, sumpah karate, serta kode etik perwasitan baik dalam menjalankan tugas maupun tidak, akan dilakukan oleh PB. FORKI setelah mendapat masukan dari MLP dan atas dasar laporan dari Dewan Wasit.
29.3. Pemberian sanksi/tindakan disiplin terhadap atlet yang melakukan pelanggaran baik dalam pertandingan maupun yang bertalian dgn tanggung jawab organisasi dlm lingkungan FORKI, serta sumpah karate dilakukan oleh PB. FORKI dengan mempertimbangkan saran dari MLP dan Komisi Disiplin.
BAB XIII
KEUANGAN
Pasal 30
30.1. Sumber dana/keuangan FORKI diperoleh dari : a. Uang iuran anggota b. Bantuan KONI Pusat/Provinsi c. Bantuan Pemerintah d. Donatur/sumbangan sukarela yang tidak mengikat
30.2. Keuangan FORKI wajib diaudit/diperiksa oleh Badan Pengawas Keuangan internal atau auditor yg ditunjuk oleh Pengurus FORKI.
30.3. Laporan pertanggung jawaban keuangan FORKI harus mendapatkan pengesahan dari Badan Pengawas Keuangan FORKI atau akuntan publik.
30.4. Tata cara penggunaan keuangan FORKI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XIV
BADAN ARBITRASE
Pasal 31
31.1. Badan Arbitrase FORKI sebagai lembaga untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang timbul karena pelanggaran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FORKI serta peraturan lain yang ditetapkan oleh Pengurus FORKI dan anggotanya.
31.2. Badan Arbitrasi FORKI bersifat Independen, dan dibentuk oleh Ketua Umum PB. FORKI.
31.3. Tata cara dan aturan persidangan dibuat dan disusun oleh Badan Arbitrasi.
BAB XIV
PENENTUAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
10
Pasal 32
31.1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FORKI ditetapkan oleh kongres dan
perubahannyapun hanya boleh dilakukan oleh Kongres. 31.2. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga harus dilakukan didalam
kongres dan disetujui oleh ½ + 1 (setengah ditambah satu) dari jumlah peserta kongres.
BAB XV
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 32 Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini selanjutnya akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga yang pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.
BAB XVI
PEMBUBARAN
Pasal 33
33.1. Organisasi FORKI hanya dapat dibubarkan oleh kongres setelah mendapat
persetujuan dari perguruan karate anggota FORKI. 33.2. Pembubaran organisasi FORKI dilakukan dalam kongres dan dihadiri oleh sekurang-
kurangnya ¾ (tiga per empat) dari jumlah perguruan karate anggota FORKI dan disetujui oleh 80 % (delapan puluh persen) peserta kongres.
BAB XVII
PENGESAHAN
Pasal 34
Anggaran Dasar ini dapat diberlakukan setelah mendapat persdetujuan dan pengesahan dari Kongres FORKI dan dilaksanakan berdasarkan SK KU PB. FORKI.
Hasil Kongres FORKI XIII/2010 ~ Jakarta, 17 Januari 2010
11