anggaran rumah tangga - appeknas.net
TRANSCRIPT
Anggaran Rumah Tangga 1
ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
SYARAT MENJADI ANGGOTA
Syarat menjadi anggota APPEKNAS, adalah sebagai berikut :
1. Anggota Biasa
a. Badan Usaha Nasional milik Negara, milik swasta yang memiliki akte Pendirian
yang sah menurut hukum di Negara Republik Indonesia, yang bergerak dalam
bidang Jasa Pelaksana Konstruksi
b. Persyaratan lainnya yang diatur secara Nasional, dengan menyesuaikan keadaan
daerah yang selanjutnya diatur dalam pedoman khusus.
2. Anggota Luar Biasa
a. Badan Usaha yang berbentuk Penanaman Modal Asing yang didirikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bergerak dalam
Bidang Jasa Pelaksana Konstruksi.
b. Persyaratan lainnya yang diatur secara nasional, dengan menyesuaikan keadaan
daerah, yang selanjutnya diatur dalam pedoman khusus.
3. Anggota Kehormatan
a. Tokoh – tokoh perorangan baik pemerintah, pengusaha nasional, maupun
masyarakat pada umumnya yang dipandang telah berjasa dalam membentuk,
membina dan memajukan APPEKNAS, baik di tingkat Nasional, Propinsi, dan
Kabupaten/Kota.
b. Syarat Keanggotaan kehormatan akan diatur selanjutnya dalam pedoman khusus.
……. Pasal 2
DPN APPEKNAS
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 2
Pasal 2
TATA CARA PENERIMAAN ANGGOTA
1. Pendaftaran permintaan menjadi anggota dilakukan di pengurusan Kabupaten/Kota,
untuk selanjutnya diteruskan ke pengurusan Propinsi dan tingkat Nasional.
2. Permohonan menjadi anggota, diajukan secara tertulis disertai dengan salinan Akte
Pendirian/Notaris, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Tanda Daftar Perusahaan
(TDP), Ijin Usaha Jasa Konstruksi Nasional (IUJKN), ketentuan lainnya yang telah
ditetapkan oleh Instansi terkait .
3. Diterima atau tidaknya sebagai anggota, dinyatakan oleh Dewan Pengurus Propinsi,
dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
4. Bila dinyatakan diterima menjadi anggota, tidak boleh rangkap keanggotaan asosiasi
sejenis dan akan diberikan Kartu Tanda Anggota APPEKNAS yang diterbitkan
secara nasional oleh Dewan Pengurus Nasional.
Pasal 3
BIDANG LINGKUP PEKERJAAN ANGGOTA
Ruang lingkup pekerjaan anggota, antara lain meliputi pelaksanaan pekerjaan :
1. Bangunan Jalan, Jembatan, Landasan dan Lokasi Pengeboran Darat.
2. Bangunan Drainase, Jaringan Pengairan, Bendung-Bendungan.
3. Bangunan Gedung, Pabrik, Perumahan dan Pemukiman.
4. Bangunan Pengolahan Air Bersih dan Air Limbah.
5. Bangunan Dermaga, Penahan Gelombang dan Tanah, Reklamasi, Pengerukan,
Konstruksi Beton, Baja.
6. Perpipaan.
7. Pertamanan, Reboisasi/Penghijauan.
8. Instalasi mekanikal, elektrikal dan telekomunikasi.
9. Konstruksi lainnya yang disesuaikan dengan perkembangan.
Pasal 4
HAK ANGGOTA
1. Anggota Biasa memiliki hak suara dipilih dan memilih, serta hak bicara untuk
menyalurkan pendapat dan mengajukan pertanyaan.
2. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan, hanya memiliki hak bicara untuk
menyalurkan pendapat dan mengajukan pertanyaan.
3. Memperoleh Pembinaan untuk pengembangan usaha, dan memperoleh perlakuan
adil dan seimbang.
4. Melaksanakan kewajiban keanggotaan lainnya yang telah ditetapkan oleh organisasi.
……. Pasal 5
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 3
Pasal 5
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Mentaati Anggaran Dasar dan anggaran Rumah Tangga serta ketetapan organisasi
dan keputusan pengurus lainnya.
2. Menjaga nama baik dan menjunjung tinggi harkat dan martabat organisasi.
3. Berperan aktif dalam pelaksanaan program kerja organisasi, berdasarkan keputusan
yang ditetapkan untuk itu.
4. Melaksanakan kewajiban keanggotaan lainnya yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Pasal 6
PEMBERIAN SANKSI ORGANISASI PADA ANGGOTA
Anggota dapat diberikan sanksi jika terbukti melakukan pelanggaran Anggaran Dasar
dan atau Anggaran Rumah Tangga dan atau Kode Etik APPEKNAS, dan atau ketentuan
organisasi lainnya. Pembuktian pelanggaran dilakukan melalui Rapat Pengurus
Kabupaten/Kota dimana keanggotaannya terdaftar dan berkedudukan.
Pemberian sanksi dilakukan melalui tahapan pertama berupa teguran dan peringatan,
tahapan kedua berupa pembekuan sementara keanggotaan dan tahapan ketiga
pencabutan keanggotaan oleh DPP atas usulan DPK.
Anggota yang diberikan sanksi organisasi, memiliki hak pembelaan diri melalui
pengajuan pembelaan diri pada Rapat Pimpinan Propinsi dimana Propinsi
keanggotaannya terdaftar dan berkedudukan, dan melalui forum Rapat Kerja
Kabupaten, dan atau pada forum Musyawarah Kabupaten/Kota.
Anggota yang diberikan sanksi, berhak atas pemulihan nama baik, jika dikemudian hari
sanksi yang diberikan dinyatakan dicabut kembali.
Dalam masa pemberian sanksi organisasi, maka anggota yang bersangkutan kehilangan
hak dan kewajibannya terhadap organisasi.
Pasal 7
PEMBERIAN SANKSI ORGANISASI BAGI KEPENGURUSAN
Pemberian sanksi pada kepengurusan adalah :
Kepengurusan dari semua tingkatan Organisasi dapat diberikan sanksi organisasi maka
melakukan pelanggaran AD/ART serta Kode Etik Organisasi yang setingkat lebih tinggi
diatasnya.
Pemberian sanksi Organisasi dapat berupa :
1. Peringatan tertulis
2. Pembekuan Kepengurusan
3. Pencabutan SK
Khusus untuk pelanggaran yang sangat mendasar dilakukan sanksi pembekuan
Pencabutan SK tanpa melalui sanksi peringatan tertulis.
…… BAB II
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 4
BAB II
STRUKTUR KEKUASAAN NASIONAL
Pasal 8
MUSYAWARAH NASIONAL
1. Status
Musyawarah Nasional merupakan musyawarah antar anggota yang diwakili oleh
Dewan Pengurus Propinsi;
Musyawarah Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi di
tingkat nasional;
Musyawarah Nasional diadakan sekali dalam 1 (satu) tahun;
Musyawarah Nasional dapat diadakan penyimpangan dari pasal 7 ayat 1 bagian c di
atas bila dalam keadaan luar biasa.
Musyawarah Nasional Luar Biasa disetujui mendapatkan keputusan Dewan Pendiri
dapat diadakan atas persetujuan 2/3 dari jumlah Dewan Pengurus Propinsi yang telah
ada;
Musyawarah Nasional Luar Biasa dalam pelaksanaannya sama dengan Musyawarah
Nasional.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Menilai dan menetapkan untuk menolak dan atau menerima Laporan Pertanggung
jawaban Dewan Pengurus Nasional dipertanggungjawabkan kepada Dewan
Pendiri;
b. Menyempurnakan dan menetapkan Anggaran Dasar, dan Anggaran Rumah
Tangga, Program Kerja serta peraturan dan kebijaksanaan organisasi lainnya;
c. Memilih dan menetapkan Ketua Umum dan kelengkapan kepengurusan Dewan
Pengurus Nasional, termasuk Dewan Pembina, Dewan Pertimbangan.
3. Tata Tertib
a. Peserta Musyawarah Nasional terdiri dari wakil – wakil utusan Dewan Pengurus
Nasional dan Dewan Pengurus Propinsi yang masing – masing terdaftar sebagai
Peserta Penuh, dan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota sebagai Peserta Peninjau.
b. Peserta Penuh memiliki hak suara dan hak bicara, sedangkan Peserta Peninjau
hanya memiliki hak bicara.
c. Dalam pengambilan keputusan suara terbanyak, hak suara berlaku masing-masing
1 (satu) hak suara untuk 1 (satu) utusan Dewan Pengurus Nasional dan 1 (satu)
suara bagi setiap Dewan Pengurus Propinsi.
d. Peserta lainnya diluar ketentuan Pasal 8 ayat 3a di atas, termasuk dalam status
Peserta Peninjau.
e. Pimpinan Persidangan Musyawarah Nasional berbentuk Pimpinan Sidang
berjumlah 5 (lima) orang yang dipilih dari dan oleh peserta penuh, dengan
ketentuan 1 (satu) dari Dewan Pengurus Nasional dan 4 (empat) dari peserta dan
memiliki hak dan kewajiban yang sama dan seimbang.
f. Dewan Pengurus Nasional sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
pelaksanaan Musyawarah Nasional.
g. Musyawarah Nasional dilengkapi beberapa orang Panitia Pengarah dan Panitia
Pelaksana yang ditetapkan dan bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus
Nasional dan Dewan Pendiri.
…….. Panitia Pengarah
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 5
h. Panitia Pengarah karena tugas dan fungsinya untuk merumuskan perlengkapan
materi sidang baik sebelum maupun sesudah diadakan Musyawarah Nasional,
sehingga berhak memimpin sidang untuk sementara waktu, selama Pimpinan
Sidang belum dinyatakan terpilih.
i. Musyawarah Nasional hanya dapat dianggap sah bila dihadiri 2/3 utusan Dewan
Pengurus Propinsi.
j. Setelah Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Nasional ditetapkan,
maka kepengurusan Dewan Pengurus Nasional dinyatakan demisioner
Pasal 9
RAPAT KERJA NASIONAL
1. Status
a. Rapat Kerja Nasional merupakan rapat antar anggota yang diwakili Dewan
Pengurus Propinsi;
b. Rapat Kerja Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi dalam
penyusunan program kerja nasional;
c. Rapat Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 (dua) tahun.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Mendengarkan laporan dan mengevaluasi hasil pelaksanaan program kerja
nasional yang dilaksanakan Dewan Pengurus Nasional;
b. Menyempurnakan dan menetapkan Program Kerja Nasional, serta peraturan dan
kebijaksanaan organisasi lainnya.
3. Tata Tertib
a. Peserta Rapat Kerja Nasional terdiri dari wakil-wakil utusan Dewan Pengurus
Nasional dan Dewan Pengurus Propinsi yang masing-masing terdaftar sebagai
Peserta Penuh, dan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota sebagai Peserta Peninjau;
b. Peserta Peninjau hanya memiliki hak suara terbanyak, hak suara berlaku masing-
masing 1 (satu) hak suara untuk 1 (satu) utusan Dewan Pengurus Nasional dan 1
(satu) suara Dewan Pengurus Propinsi pemegang mandat.
c. Peserta lainnya di luar ketentuan pasal 9 ayat 3a di atas, termasuk dalam status
Peserta Peninjau;
d. Pimpinan Persidangan Rapat Kerja Nasional berbentuk Pimpinan Sidang
berjumlah 5 (lima) orang yang dipilih dari dan oleh peserta penuh, dan memiliki
hak dan kewajiban yang sama dan seimbang;
e. Dewan Pengurus Nasional sebagai penyelenggara dan penanggungjawab
pelaksana Rapat Kerja Nasional;
f. Rapat Kerja Nasional dilengkapi beberapa orang Panitia Pelaksana yang
ditetapkan dan bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus Nasional;
g. Panitia Pengarah karena tugas dan fungsinya untuk merumuskan perlengkapan
materi sidang baik sebelum maupun sesudah diadakan Rapat Kerja Nasional,
sehingga berhak memimpin sidang untuk sementara waktu, selama Pimpinan
Sidang belum dinyatakan terpilih;
h. Rapat Kerja Nasional hanya dianggap sah bila dihadiri oleh 2/3 utusan Dewan
Pengurus Propinsi.
…… Pasal 10
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 6
Pasal 10
RAPAT PIMPINAN NASIONAL
1. Status
a. Rapat Pimpinan Nasional merupakan rapat antar pimpinan yang diwakili Dewan
Pengurus Propinsi;
b. Rapat Pimpinan Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi
dalam penetapan kebijakan organisasi dalam ruang lingkup nasional;
c. Rapat Pimpinan Nasional diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga)
bulan dan akhir tahun.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Mendengarkan laporan dan mengevaluasi hasil pelaksanaan kebijaksanaan yang
dilaksanakan Dewan Pengurus Nasional dan seluruh Dewan Pengurus Propinsi;
b. Menginventarisasi permasalahan organisasi dalam ruang lingkup nasional dan
menetapkan kebijaksanaan dalam penanggulangan dan penyelesaiannya.
3. Tata Tertib
a. Peserta Rapat Pimpinan Nasional terdiri dari wakil-wakil utusan Dewan Pengurus
Nasional dan Dewan Pengurus Propinsi yang masing-masing terdaftar sebagai
Peserta Penuh, dan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota sebagai Peserta Peninjau;
b. Peserta penuh memiliki hak suara dan hak bicara, sedangkan Peserta Peninjau
hanya memiliki hak bicara.
c. Dalam pengambilan keputusan suara terbanyak, hak suara berlaku masing-masing
1 (satu) hak suara untuk 1 (satu) utusan Dewan Pengurus Nasional dan 1 (satu)
suara bagi setiap Deawan Pimpinan Propinsi pemegang mandat;
d. Peserta lainnya di luar ketentuan pasal 10 ayat 3a di atas, termasuk dalam status
Peserta Peninjau;
e. Pimpinan Persidangan Rapat Pimpinan Nasional dipimpin oleh Ketua Umum dan
atau wakil-wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional yang memiliki
tanggung jawab dan kewajiban yang sama dan seimbang dengan peserta rapat
lainnya;
f. Dewan Pengurus Nasional sebagai penyelenggara dan penanggungjawab
pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional;
g. Rapat Pimpinan Nasional hanya dianggap sah bila dihadiri oleh 2/3 utusan Dewan
Pengurus Propinsi.
Pasal 11
MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA
1. Musyawarah Nasional Luar Biasa harus mendapatkan Persetujuan keputusan Dewan
Pendiri, dan/atau diadakan atas permintaan dan persetujuan 2/3 dari jumlah Dewan
Pengurus Propinsi yang ada;
2. Kekuasaan, wewenang dan tata tertib dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa sama
dengan ketentuan Musyawarah Nasional.
…… BAB III
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 7
BAB III
STRUKTUR KEKUASAAN PROPINSI
Pasal 12
MUSYAWARAH PROPINSI
1. Status
a. Musyawarah Propinsi merupakan musyawarah antar anggota yang diwakili
Dewan Pengurus Kabupaten/Kota;
b. Musyawarah Propinsi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi dalam
dalam ruang lingkup Propinsi;
c. Musyawarah Propinsi diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
d. Musyawarah Propinsi dapat diadakan penyimpangan dari pasal 12 ayat 1 bagian c
di atas bila dalam keadaan luar biasa;
e. Musyawarah Propinsi Luar Biasa hanya dapat diadakan atas persetujuan 2/3
jumlah Dewan Pengurus Kabupaten/Kota yang ada;
f. Musyawarah Propinsi Luar Biasa dalam pelaksanaanya sama dengan Musyawarah
Propinsi.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Mendengar dan menetapkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus
Propinsi;
b. Menyempurnakan dan menetapkan Program Umum dan Rencana Kerja
Organisasi dalam skala Propinsi, serta kebijaksanaan organisasi lainnya;
c. Memilih dan menetapkan Ketua Umum dan kelengkapan kepengurusan Dewan
Pengurus Propinsi, termasuk Dewan Pembina dan Dewan Penasehat.
3. Tata Tertib
a. Peserta Musyawarah Propinsi terdiri dari wakil-wakil utusan Daerah Pimpinan
Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi setempat, dan Dewan Pengurus Propinsi
yang masing-masing terdaftar sebagai Peserta Penuh;
b. Peserta lainnya diluar ketentuan pasal 12 ayat 3a di atas, termasuk dalam status
Peserta Peninjau;
c. Peserta Penuh memiliki hak suara dan hak bicara, sedangkan Peserta Peninjau
hanya memiliki hak bicara.
d. Dalam pengambilan keputusan suara terbanyak, hak suara berlaku masing-masing
1 (satu) hak suara untuk Dewan Pengurus Propinsi dan 1 (satu) utusan Dewan
Pengurus Kabupaten/Kota;
e. Pimpinan Persidangan Musyawarah Propinsi berbentuk Pimpinan Sidang
berjumlah 5 (lima) orang yang dipilih dari dan oleh peserta 1 (satu) orang dari
Dewan Pengurus Nasional dan 4 (empat) orang dari peserta Penuh, dan memiliki
hak dan kewajiban yang sama dan seimbang;
f. Dewan Pengurus Propinsi sebagai penyelenggara dan penanggungjawab
pelaksanaan Musyawarah Propinsi;
g. Musyawarah Propinsi dilengkapi beberapa orang Panitia Pengarah dan Panitia
Pelaksana yang ditetapkan dan bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus
Propinsi;
…… h. Panitia Pengarah
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 8
h. Panitia Pengarah karena tugas dan fungsinya untuk merumuskan perlengkapan
materi sidang baik sebelum maupun sesudah diadakan Musyawarah Propinsi,
sehingga berhak memimpin sidang untuk sementara waktu, selama Pimpinan
Sidang belum dinyatakan terpilih;
i. Musyawarah Propinsi hanya bisa dianggap sah bila dihadiri 2/3 dari jumlah
kepengurusan Kabupaten/Kota yang telah ada.
j. Setelah Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Propinsi ditetapkan, maka
kepengurusan Dewan Pengurus Propinsi dinyatakan demisioner.
Pasal 13
RAPAT KERJA PROPINSI
1. Status
a. Rapat Kerja Propinsi merupakan rapat antar anggota yang diwakili Dewan
Pengurus Kabupaten/Kota;
b. Rapat Kerja Propinsi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi dalam
penyusunan program kerja Propinsi;
c. Musyawarah Propinsi diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 (dua) tahun.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Mendengarkan laporan dan mengevaluasi hasil pelaksanaan program kerja
Propinsi yang dilaksanakan Dewan Pengurus Propinsi;
b. Menyempurnakan dan menetapkan Program Kerja Propinsi, serta peraturan
kebijaksanaan organisasi lainnya;
3. Tata Tertib
a. Peserta Rapat Kerja Propinsi terdiri dari wakil-wakil utusan Daerah Pimpinan
Propinsi dan Dewan Kabupaten/Kota yang masing-masing terdaftar sebagai
Peserta Penuh, dan Dewan Pengurus Nasional sebagai Peserta Peninjau;
b. Peserta Penuh memiliki hak suara dan hak bicara, sedangkan Peserta Peninjau
hanya memiliki hak bicara.
c. Dalam pengambilan keputusan suara terbanyak, hak suara berlaku masing-masing
1 (satu) hak suara untuk 1 (satu) utusan Dewan Pengurus Propinsi dan 1 (satu)
suara bagi setiap Dewan Pengurus Kabupaten/Kota pemegang mandat;
d. Peserta lainnya di luar ketentuan pasal 13 ayat 3a di atas, termasuk dalam status
Peserta Peninjau;
f. Pimpinan Persidangan Rapat Kerja Propinsi berbentuk Pimpinan Sidang
berjumlah 5 (lima) orang yang dipilih dari dan oleh peserta dengan ketentuan 1
(satu) orang dari Dewan Pengurus Nasional dan 4 (empat) orang dari Peserta
Penuh, dan memiliki hak dan kewajiban yang sama dan seimbang;
g. Dewan Pengurus Propinsi sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
pelaksanaan Rapat Kerja Propinsi;
…….. h. Rapat Kerja Propinsi
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 9
h. Rapat Kerja Propinsi dilengkapi beberapa orang Panitia Pengarah dan Panitia
Pelaksana yang ditetapkan dan bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus
Propinsi;
i. Panitia Pengarah karena tugas dan fungsinya untuk merumuskan perlengkapan
materi sidang baik sebelum maupun sesudah diadakan Rapat Kerja Propinsi,
sehingga berhak memimpin sidang untuk sementara waktu, selama pimpinan
sidang belum dinyatakan terpilih;
j. Rapat Kerja Propinsi hanya dianggap sah bila dihadiri 2/3 utusan Dewan
Pengurus Kabupaten/Kota.
Pasal 14
RAPAT PIMPINAN PROPINSI
1. Status
a. Rapat Pimpinan Propinsi merupakan rapat Pimpinan antar Dewan Pengurus
Propinsi;
b. Rapat Pimpinan Propinsi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi
dalam penetapan kebijaksanaan organisasi dalam ruang lingkup Propinsi;
c. Rapat Pimpinan Propinsi diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu)
tahun.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Mendengarkan Laporan dan mengevaluasi hasil pelaksanaan kebijaksanaan yang
dilaksanakan Dewan Pengurus Propinsi dan seluruh Dewan Pengurus
Kabupaten/Kota;
b. Menginventarisasi permasalahan organisasi dalam ruang lingkup Propinsi dan
menetapkan kebijaksanaan dalam penanggulangan dan penyelesaiannya.
3. Tata Tertib
a. Peserta Rapat Pimpinan Propinsi terdiri dari wakil-wakil utusan Dewan Pengurus
Propinsi dan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota yang masing-masing terdaftar
sebagai Peserta Penuh, dan Dewan Pengurus Nasional sebagai Peserta Peninjau;
b. Peserta Penuh memiliki hak suara dan hak bicara, sedangkan Peserta Peninjau
hanya memiliki hak bicara;
c. Dalam pengambilan keputusan suara terbanyak, hak suara berlaku masing-masing
1 (satu) hak suara untuk 1 (satu) utusan Dewan Pengurus Propinsi dan 1 (satu)
suara bagi setiap Dewan Pengurus Kabupaten/Kota pemegang mandat;
d. Peserta lainnya di luar ketentuan pasal 14 ayat 3a diatas, termasuk dalam status
Peserta Peninjau;
e. Pimpinan Persidangan Rapat Pimpinan Propinsi dipimpin oleh Ketua Umum dan
wakil-wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Propinsi setempat yang memiliki
tanggung jawab dan kewajiban yang sama dan seimbang dengan peserta rapat
lainnya;
f. Dewan Pengurus Propinsi sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
pelaksanaan Rapat Pimpinan Propinsi;
g. Rapat Pimpinan Propinsi hanya bisa dianggap sah bila dihadiri 2/3 utusan Dewan
Pengurus Kabupaten/Kota.
……. Pasal 15
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 10
Pasal 15
MUSYAWARAH PROVINSI LUAR BIASA
1. Musyawarah Provinsi Luar Biasa dapat diadakan berdasarkan Surat Keputusan Plt
Mandat dari DPN APPEKNAS dan/atau atas permintaan serta persetujuan 2/3 dari
jumlah Dewan Pengurus Kabupaten/Kota yang telah ada;
2. Musyawarah Provinsi Luar Biasa dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 1/2 + 1 peserta
penuh yang hadir dalam acara Musyawarah Provinsi Luar Biasa.
3. Kekuasaan, wewenang dan tata tertib Musyawarah Propinsi Luar Biasa sama dengan
ketentuan Musyawarah Propinsi.
BAB IV
STRUKTUR KEKUASAAN KABUPATEN / KOTA
Pasal 16
MUSYAWARAH KABUPATEN / KOTA
1. Status
a. Musyawarah Kabupaten/Kota merupakan musyawarah antar anggota APPEKNAS
di Kabupaten/Kota setempat;
b. Musyawarah Kabupaten/Kota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
organisasi dalam ruang lingkup Kabupaten/Kota;
c. Musyawarah Kabupaten/Kota diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
d. Musyawarah Kabupaten/Kota dapat diadakan penyimpangan dari pasal 16 ayat 1c
di atas bila dalam keadaan luar biasa;
e. Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dalam pelaksanaanya sama dengan
Musyawarah Kabupaten/Kota.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Mendengar dan menetapkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus
Kabupaten/Kota;
b. Menyempurnakan dan menetapkan Program Umum dan Rencana Kerja
Organisasi dalam skala Kabupaten/Kota, serta kebijaksanaan organisasi lainnya;
c. Memilih dan menetapkan Ketua Umum dan kelengkapan kepengurusan Dewan
Pengurus Kabupaten/Kota, termasuk Dewan Pembina dan Dewan Penasehat.
3. Tata Tertib
a. Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota terdiri dari para Anggota APPEKNAS di
Wilayah Kabupaten/Kota setempat, Utusan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota dan
utusan Dewan Pengurus Propinsi di wilayah Kabupaten/Kota masing-masing
terdaftar sebagai Peserta Penuh;
b. Peserta lain di luar ketentuan Pasal 16 ayat 3a di atas, termasuk dalam status
Peserta Peninjau;
c. Peserta Penuh memiliki hak suara dan hak bicara, sedangkan Peserta Peninjau
hanya memiliki hak bicara;
d. Dalam pengambilan keputusan suara terbanyak, hak suara berlaku masing-masing
1 (satu) hak suara untuk 1 (satu) orang yang namanya tercantum dalam Kartu
Tanda Anggota APPEKNAS dimana tempat domisili perusahaan itu berada;
……. e. Pimpinan Persidangan
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 11
e. Pimpinan Persidangan Musyawarah Kabupaten/Kota berbentuk Pimpinan Sidang
berjumlah 5 (lima) orang yang dipilih dari dan oleh peserta dengan ketentuan 1
(satu) orang dari Dewan Pengurus Propinsi dan 4 (empat) orang dari Peserta
Penuh, dan memiliki hak dan kewajiban yang sama dan seimbang;
f. Dewan Pengurus Kabupaten/Kota sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
pelaksanaan Musyawarah Kabupaten/Kota;
g. Musyawarah Kabupaten/Kota dilengkapi beberapa orang Panitia Pengarah dan
Panitia Pelaksana yang ditetapkan dan bertanggung jawab kepada Dewan
Pengurus Kabupaten/Kota;
h. Panitia Pengarah karena tugas dan fungsinya untuk merumuskan perlengkapan
materi sidang baik sebelum maupun sesudah diadakan Musyawarah
Kabupaten/Kota, sehingga berhak memimpin sidang untuk sementara waktu,
selama pimpinan sidang belum dinyatakan terpilih;
i. Musyawarah Kabupaten/Kota hanya bisa dianggap sah bila dihadiri 2/3 dari
jumlah anggota APPEKNAS di Kabupaten/Kota setempat;
j. Setelah Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Kabupaten/Kota
ditetapkan, maka kepengurusan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota dinyatakan
demisioner.
Pasal 17
RAPAT KERJA KABUPATEN / KOTA
1. Status
a. Rapat Kerja Kabupaten/Kota merupakan rapat antar anggota APPEKNAS;
b. Rapat Kerja Kabupaten/Kota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi
dalam penyusunan program kerja Kabupaten/Kota;
c. Rapat Kerja Kabupaten/Kota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 (dua)
tahun.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Mendengarkan Laporan dan mengevaluasi hasil pelaksanaan kebijaksanaan
program kerja Kabupaten/Kota yang dilaksanakan Dewan Pengurus
Kabupaten/Kota;
b. Menyempurnakan dan menetapkan Program Kerja Kabupaten/Kota serta
peraturan dan kebijaksanaan organisasi lainnya.
3. Tata Tertib
a. Peserta Rapat Kerja Kabupaten/Kota terdiri dari pengurus-pengurus dan Dewan
Pengurus Kabupaten/Kota yang masing-masing terdaftar sebagai Peserta Penuh,
dan Dewan Pengurus Propinsi sebagai Peserta Peninjau;
b. Peserta penuh memiliki hak suara dan hak bicara, sedangkan Peserta Peninjau
hanya memiliki hak bicara;
c. Dalam pengambilan keputusan suara terbanyak, hak suara berlaku masing-masing
1 (satu) haksuara untuk 1 (satu) orang peserta rapat;
d. Peserta lainnya di luar ketentuan pasal 17 ayat 3a di atas, termasuk dalam status
Peserta Peninjau;
........ e. Pimpinan Persidangan
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 12
e. Pimpinan Persidangan Rapat Kerja Kabupaten/Kota berbentuk Pimpinan Sidang
berjumlah 5 (lima) orang yang dipilih oleh peserta penuh, dengan ketentuan 1
(satu) orang dari Dewan Pengurus Propinsi dan 4 (empat) orang dari Peserta
Penuh, dan memiliki hak dan kewajiban yang sama dan seimbang;
f. Dewan Pengurus Kabupaten/Kota sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
pelaksanaan Rapat Kerja Kabupaten/Kota;
g. Rapat Kerja Kabupaten/Kota dilengkapi beberapa orang Panitia Pengarah dan
Panitia Pelaksana yang ditetapkan dan bertanggung jawab kepada Dewan
Pengurus Kabupaten/Kota;
h. Panitia Pengarah karena tugas dan fungsinya untuk merumuskan perlengkapan
materi sidang baik sebelum maupun sesudah diadakan Rapat Kerja
Kabupaten/Kota, sehingga berhak memimpin sidang seluruh persidangan;
i. Rapat Kerja Kabupaten/Kota hanya bisa dianggap sah bila dihadiri 2/3 anggota
APPEKNAS di Kabupaten/Kota setempat.
Pasal 18
RAPAT PIMPINAN KABUPATEN / KOTA
1. Status
a. Rapat Pimpinan Kabupaten/Kota merupakan rapat Pimpinan Dewan
Kabupaten/Kota;
b. Rapat Pimpinan Kabupaten/Kota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
organisasi dalam penetapan kebijaksanaan organisasi dalam ruang lingkup
Kabupaten/Kota;
c. Rapat Pimpinan Kabupaten/Kota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1
(satu) tahun.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Mendengarkan Laporan dan mengevaluasi hasil pelaksanaan kebijaksanaan
Dewan Pengurus Kabupaten/Kota dan seluruh Dewan Pengurus Kabupaten/Kota;
b. Menginventarisasi permasalahan organisasi dalam ruang lingkup Kabupaten/Kota
dan menetapkan kebijaksanaan dalam penanggulangan dan penyelesaiannya;
3. Tata Tertib
a. Peserta Rapat Pimpinan Kabupaten/Kota terdiri dari pengurus Pimpinan Dewan
Pengurus Kabupaten/Kota dan anggota APPEKNAS setempat yang masing-
masing terdaftar sebagai Peserta Penuh, dan Dewan Pengurus Propinsi sebagai
Peserta Peninjau;
b. Peserta Penuh memiliki hak suara dan hak bicara, sedangkan Peserta Peninjau
hanya memiliki hak bicara;
d. Dalam pengambilan keputusan suara terbanyak, hak suara berlaku masing-masing
1 (satu) hak suara untuk 1 (satu) orang peserta rapat;
e. Pimpinan lainnya di luar ketentuan pasal 18 ayat 3a di atas, termasuk dalam status
Peserta Peninjau;
e. Dewan Pengurus Kabupaten/Kota sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
pelaksanaan Rapat Pimpinan Kabupaten/Kota;
f. Rapat Pimpinan Kabupaten/Kota hanya bisa dianggap sah bila dihadiri 2/3 jumlah
anggota Dewan Pengurus Kabupaten/Kota.
…… Pasal 19
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 13
Pasal 19
MUSYAWARAH KABUPATEN / KOTA LUAR BIASA.
1. Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa hanya dapat diadakan atas permintaan dan
persetujuan 2/3 jumlah anggota APPEKNAS Kabupaten/Kota tempat anggota
tersebut berdomisili;
2. Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 1/2 +
1 peserta penuh yang hadir dalam acara Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa
anggota peserta penuh.
3. Kekuasaan, wewenang dan tata tertib Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa sama
dengan Musyawarah Kabupaten/Kota.
BAB V
STRUKTUR PIMPINAN
Pasal 20
DEWAN PENGURUS NASIONAL
1. Status
a. Dewan Pengurus Nasional merupakan badan struktur kepemimpinan tertinggi di
dalam ruang lingkup nasional;
b. Masa jabatan Dewan Pengurus Nasional adalah 1 (satu) tahun;
c. Dewan Pengurus Nasional sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
pelaksanaan Musyawarah Nasional.
2. Struktur dan Komposisi Personalia Dewan Pengurus Nasional
a. Dewan Pengurus Nasional sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum;
b. Pengurus Pimpinan Dewan Pengurus Nasional adalah terdiri dari Ketua Umum,
dibantu Ketua Umum I dan seterusnya yang sebanyak-banyaknya 6 (enam) orang,
Sekretaris Jenderal dibantu Sekretaris Jenderal I dan seterusnya yang sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang, Bendahara Umum dibantu Bendahara Umum I dan
seterusnya yang sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang;
c. Pengurus Pimpinan Dewan Pengurus Nasional dilengkapi Anggota Pleno
Kepengurusan terdiri dari Koordinator Departemen dan Anggota-anggota
Departemen yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah bidang-bidang
berdasarkan kebutuhan organisasi dalam skala nasional;
d. Dewan Pengurus Nasional dapat dilengkapi Dewan Pembina, Dewan Penasehat
dan Dewan Pertimbangan dari tokoh-tokoh nasional yang memiliki keterkaitan
dan perhatian di bidang usaha jasa konstruksi;
e. Dewan Pengurus Nasional dapat membentuk Koordinator Wilayah yang
merupakan satu kesatuan dari kepengurusan Dewan Pengurus Nasional, dalam
rangka untuk menunjang tugas koordinasinya dengan struktur kepemimpinan
lainnya;
f. Dewan Pengurus Nasional dapat mengangkat beberapa orang tenaga sekretariat
untuk menunjang tugas-tugas operasional organisasi sehari-hari.
…….. 3. Tugas dan Kewajiban
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 14
3. Tugas dan Kewajiban
a. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Nasional;
b. Segera menyampaikan kepada jajaran struktur kepengurusan segala kebijaksanaan
yang berkenaan dengan organisasi, untuk selanjutnya disampaikan kepada
anggota oleh jajaran struktur kepengurusan lainnya;
c. Dewan Pengurus Nasional bertanggung jawab atas Musyawarah Nasional;
d. Segera paling lambat 4 (empat) bulan setelah dilantik, Dewan Pengurus Nasional
mengadakan Rapat Kerja Nasional;
e. Melaksanakan Rapat Pimpinan Nasional sedikit-dikitnya 2 (dua) kali dalam 1
(satu) tahun;
f. Didalam keadaan tertentu/luar biasa, Dewan Pengurus Nasional dapat melakukan
pergantian antar waktu personalia Dewan Pengurus Nasional, yang ditempuh
melalui Rapat Pleno Pengurus Dewan Pengurus Nasional;
g. Mengambil prakarsa berdirinya Dewan Pengurus Propinsi yang belum terbentuk;
h. Menyusun pedoman-pedoman organisasi yang merupakan penjabaran dari
ketetapan-ketetapan Musyawarah Nasional, Rapat Pimpinan Nasional, dan Rapat
Kerja Nasional.
Pasal 21
DEWAN PENGURUS PROPINSI
1. Status
a. Dewan Pengurus Propinsi merupakan Badan Struktur kepemimpinan tertinggi di
dalam ruang lingkup Propinsi;
b. Masa jabatan Dewan Pengurus Propinsi adalah 1 (satu) tahun;
c. Dewan Pengurus Propinsi sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
pelaksanaan Musyawarah Propinsi.
2. Struktur dan Komposisi Personalia Dewan Pengurus Propinsi
a. Dewan Pengurus Propinsi sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum dan Bendahara Umum;
b. Pengurus Pimpinan Dewan Pengurus Propinsi adalah terdiri dari Ketua Umum,
dibantu Wakil-wakil Ketua Umum yang sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang,
Sekretaris Umum dibantu Wakil-wakil Sekretaris Umum yang sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang, Bendahara Umum dibantu Wakil-wakil Bendahara
Umum yang sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang;
c. Pengurus Pimpinan Dewan Pengurus Propinsi dilengkapi Anggota Pleno
Kepengurusan terdiri dari Koordinator Departemen dan Anggota-anggota
Departemen yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah bidang-bidang
berdasarkan kebutuhan organisasi dalam skala propinsi;
d. Dewan Pengurus Propinsi dapat dilengkapi Dewan Pembina dan Dewan
Pertimbangan dari tokoh-tokoh propinsi yang memiliki keterkaitan dan perhatian
di bidang Usaha Jasa Konstruksi;
…… e. Dewan Pengurus
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 15
e. Dewan Pengurus Propinsi dapat membentuk Koordinator Wilayah yang
merupakan satu kesatuan dari kepengurusan Dewan Pengurus Propinsi, dalam
rangka untuk menunjang tugas koordinasinya dengan struktur kepemimpinan
lainnya;
f. Dewan Pengurus Propinsi dapat mengangkat beberapa orang tenaga sekretariat
untuk menunjang tugas-tugas operasional organisasi sehari-hari.
3. Tugas dan Kewajiban
a. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Nasional dan Musyawarah
Propinsi;
b. Segera menyampaikan kepada jajaran struktur kepengurusan segala kebijaksanaan
yang berkenaan dengan organisasi, untuk selanjutnya disampaikan kepada
anggota oleh jajaran struktur kepengurusan lainnya;
c. Dewan Pengurus Propinsi bertanggung jawab kepada Musyawarah Propinsi dan
mengadakan Rapat Kerja Propinsi;
d. Segera paling lambat 6 (enam) bulan setelah dilantik, Dewan Pengurus Propinsi
mengadakan Rapat Kerja Propinsi;
e. Melaksanakan Rapat Pimpinan Propinsi sedikit-dikitnya 1 (satu) kali dalam 2
(dua) tahun;
f. Didalam keadaan tertentu/luar biasa, Dewan Pengurus Propinsi dapat melakukan
pergantian antar waktu personalia Dewan Pengurus Propinsi, yang ditempuh
melalui Rapat Pleno Pengurus Dewan Pengurus Propinsi;
g. Mengambil prakarsa berdirinya Dewan Pengurus Kabupaten/Kota yang belum
terbentuk;
h. Menyusun kebijaksanaan organisasi yang merupakan penjabaran dari ketetapan-
ketetapan Musyawarah Propinsi dan kebijaksanaan organisasi lainnya.
Pasal 22
DEWAN PENGURUS KABUPATEN / KOTA
1. Status
a. Dewan Pengurus Kabupaten/Kota merupakan badan struktur kepemimpinan
tertinggi di dalam ruang lingkup Kabupaten/Kota;
b. Masa jabatan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota adalah 5 (lima) tahun;
c. Dewan Pengurus Kabupaten/Kota sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
pelaksanaan Musyawarah Kabupaten/Kota.
2. Struktur dan Komposisi Personalia Dewan Pengurus Kabupaten/Kota
a. Dewan Pengurus Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum dan Bendahara Umum;
b. Pengurus Pimpinan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota adalah terdiri dari Ketua
Umum dibantu Wakil-wakil ketua Umum yang sebanyak-banyaknya 8 (delapan)
orang, Sekretaris Umum dibantu Wakil-wakil Sekretaris Umum yang sebanyak-
banyaknya 8 (delapan) orang, Bendahara Umum dibantu Wakil-wakil bendahara
Umum yang sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang;
…… c. Pengurus Dewan Pengurus
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 16
c. Pengurus Dewan Pengurus Kabupaten/Kota dilengkapi Anggota Pleno
Kepengurusan terdiri dari Koordinator Bidang dan Anggota-anggota Bidang yang
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah bidang-bidang berdasarkan kebutuhan
organisasi dalam skala Kabupaten/Kota;
d. Dewan Pengurus Kabupaten/Kota dapat dilengkapi Dewan Pembina, Dewan
Penasehat dan Dewan Pertimbangan, dari Tokoh-tokoh Kabupaten/Kota yang
memiliki keterkaitan dan perhatian di bidang usaha jasa konstruksi;
e. Dewan Pengurus Kabupaten/Kota dapat mengangkat beberapa orang tenaga
sekretariat untuk menunjang tugas-tugas operasional organisasi sehari-hari.
3. Tugas dan Kewajiban
a. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Nasional dan Musyawarah
Kabupaten/Kota;
b. Segera menyampaikan kepada jajaran struktur kepengurusan segala kebijaksanaan
yang berkenaan dengan organisasi, untuk selanjutnya disampaikan kepada
anggota;
c. Dewan Pengurus Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Musyawarah
Kabupaten/Kota;
d. Segera paling lambat 6 (enam) bulan setelah dilantik, Dewan Pengurus
Kabupaten/Kota mengadakan Rapat Kerja Kabupaten/Kota;
e. Melaksanakan Rapat Pimpinan Kabupaten/Kota minimal 1 (satu) kali dalam 2
(dua) tahun;
f. Didalam keadaan tertentu/luar biasa, Dewan Pengurus Kabupaten/Kota dapat
melakukan pergantian antar waktu personalia Dewan Pengurus Kabupaten/Kota,
yang ditempuh melalui Rapat Pleno Pengurus Dewan Pengurus Kabupaten/Kota;
h. Menyusun kebijaksanaan organisasi yang merupakan penjabaran dari ketetapan-
ketetapan Musyawarah Kabupaten/Kota dan kebijaksanaan organisasi lainnya.
Pasal 23
PERSYARATAN MENJADI DEWAN PENGURUS / PENGURUS
Persyaratan untuk dapat menjadi Dewan Pengurus/Pengurus adalah:
1. Pimpinan Perusahaan yang namanya tercantum dalam Kartu Tanda Anggota
APPEKNAS;
2. Tidak sedang rangkap jabatan dalam organisasi sejenis;
3. Khusus untuk Ketua Umum harus sudah pernah menjadi pengurus atau Dewan
Penasehat di semua tingkatan kepengurusan;
Pasal 24
TATA CARA PEMILIHAN FORMATUR / ANGGOTA FORMATUR
Tata cara pemilihan Formatur dan Anggota Formatur dalam semua tingkatan organisasi
APPEKNAS diatur sebagai berikut:
1. Pemilihan Ketua Formatur yang secara otomatis menjadi Ketua Umum/Ketua,
dilakukan dengan cara pemilihan dengan suara terbanyak, 1 (satu) nama dengan
memilih calon dalam secarik kertas;
……. 2. Pemilihan Anggota Formatur
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 17
2. Pemilihan Anggota Formatur dilakukan dengan cara aklamasi atau musyawarah
untuk mufakat dan bila tidak tercapai dilakukan dengan pemilihan suara terbanyak
dengan cara menulis 4 (empat) nama DPP/DPK anggota sesuai dengan masing-
masing tingkatan organisasi.
BAB VI
ATRIBUT
Pasal 25
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
Pertanggungjawaban keuangan di setiap tingkatan Organisasi diatur sebagai berikut:
1. Pada tingkatan Dewan Pengurus Nasional, pertanggungjawaban keuangan setiap 3
(tiga) bulan setelah akhir tahun dan diaudit oleh akuntan publik dan disampaikan
kepada Dewan Pendiri, Dewan Kehormatan dan Dewan Pengurus;
2. Pada Tingkatan Dewan Pengurus Propinsi pertanggungjawaban keuangan setiap 3
(tiga) bulan setelah akhir tahun dan diaudit oleh akuntan publik dan disampaikan
kepada Dewan Pengurus Kabupaten/Kota;
3. Pada Tingkatan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota pertanggungjawaban keuangan
setiap 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun dan diaudit oleh akuntan publik dan
disampaikan kepada Anggota APPEKNAS dimana domisili anggota tersebut berada.
BAB VIII
KEUANGAN DAN HARTA BENDA
Pasal 26
KEUANGAN
1. Sumber-sumber keuangan organisasi, berupa uang pangkal, uang iuran dan uang
administrasi keanggotaan, ditetapkan melalui Rapat Pimpinan Nasional dengan
mempertimbangkan keadaan daerah-daerah kepengurusan;
2. Perimbangan pembagian keuangan yang masuk dari sumber uang pangkal, uang
iuran, dan uang administrasi keanggotaan.
3. Tata cara pembayaran, jumlah dan pengelolaan keuangan organisasi ditetapkan
melalui Rapat Pimpinan Nasional yang selanjutnya ditetapkan dalam bentuk
Pedoman Kebendaharaan;
4. Keuangan Organisasi dan sumber-sumber keuangan lainnya, dimanfaatkan semata-
mata untuk urusan organisasi dan dapat dipertanggungjawabkan.
……. Pasal 27
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 18
Pasal 27
HARTA BENDA
1. Mekanisme sumber pendapatan, pemanfaatan dan pertanggungjawaban ditetapkan
melalui Rapat Pimpinan Nasional dengan mempertimbangkan keadaan daerah-
daerah kepengurusan;
2. Tata cara pendapatan, pemanfaatan dan pertanggungjawabannya ditetapkan melalui
Rapat Pimpinan Nasional yang selanjutnya ditetapkan dalam bentuk Pedoman
Kebendaharaan;
3. Harta benda organisasi dan sumber-sumber keuangan lainnya, dimanfaatkan semata-
mata untuk urusan organisasi dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB VIII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 28
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dilakukan perubahannya melalui keputusan
Dewan Pendiri Musyawarah Nasional dan atau Musyawarah Nasional Luar Biasa yang
disepakati oleh 2/3 dari jumlah kepengurusan Kabupaten/Kota yang telah ada, dan
disetujui oleh 2/3 dari jumlah peserta musyawarah.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
ATURAN PERALIHAN
Hal-hal yang belum cukup diatur dan atau belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
ini, dialihkan pengaturannya dalam bentuk pedoman-pedoman organisasi, dan atau
kebijaksanaan organisasi lainnya, dan tidak dibenarkan bertentangan dengan Anggaran
Rumah Tangga ini.
……. Pasal 30
ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
(APPEKNAS)
Anggaran Rumah Tangga 19
Pasal 30
BERLAKUNYA ANGGARAN RUMAH TANGGA
Anggaran Rumah Tangga ini pertama kali disahkan melalui Rapat Dewan Pendiri
APPEKNAS di Jakarta pada tanggal 08 Agustus 2008, dan selanjutnya dilakukan
penyempurnaan dan ditetapkan sebagaimana mestinya.
Disempurnakan oleh MUSNAS APPEKNAS
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 8 Agustus 2008