anestesi lokal

7
Anestesi Lokal Anestesi lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. 1. Pembagian Anestesi Lokal Pembagian anestesi lokal berdasarkan area yang teranestesi : a. Nerve block, merupakan metode aplikasi anestesi lokal dengan penyuntikan cairan anestesi pada atau sekitar batang saraf utama sehingga mencegah impuls saraf afferent disekitar titik tersebut. b. Field block, merupakan metode anestesi lokal yang dilakukan dengan memasukkan cairan didaerah cabang saraf terminal yang besar sehingga area yang teranestesi memblokir semua saraf afferent pada daerah tersebut. c. Local infiltration, larutan anestesi lokal disuntikkan disekitar ujung saraf terminal sehingga cairan anestesi terkumpul pada daerah tersebut sehingga mencegah terjadinya stimulasi dan terbentuknya rasa sakit. d. Anestesi topikal, dengan cara mengoleskan larutan anestesi lokal secara langsung pada bagian permukaan (membrane mukosa, kulit terluka atau mata) untuk mencegah stimulasi pada ujung ujung saraf bebas pada daerah tersebut (free nerve endings). Macam-macam teknik yang digunakan dalam penatalaksanaan anestesi lokal: a. Infiltrasi Anestesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anestesi disekitar apeks gigi yang akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada tulang alveolar menyebabkan cairan anestesi berdifusi menuju saraf pada apeks gigi. Biasanya menggunakan jarum yang agak pendek.

Upload: falensiaoctaria

Post on 26-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdasd

TRANSCRIPT

Page 1: Anestesi Lokal

Anestesi Lokal

            Anestesi lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf.1. Pembagian Anestesi Lokal

Pembagian anestesi lokal berdasarkan area yang teranestesi :a.    Nerve block, merupakan metode aplikasi anestesi lokal dengan penyuntikan

cairan anestesi pada atau sekitar batang saraf utama sehingga mencegah impuls saraf afferent disekitar titik tersebut.

b.    Field block, merupakan metode anestesi lokal yang dilakukan dengan memasukkan cairan didaerah cabang saraf terminal yang besar sehingga area yang teranestesi memblokir semua saraf afferent pada daerah tersebut.

c.     Local infiltration, larutan anestesi lokal disuntikkan disekitar ujung saraf terminal sehingga cairan anestesi terkumpul pada daerah tersebut sehingga mencegah terjadinya stimulasi dan terbentuknya rasa sakit.

d.    Anestesi topikal, dengan cara mengoleskan larutan anestesi lokal secara langsung pada bagian permukaan (membrane mukosa, kulit terluka atau mata) untuk mencegah stimulasi pada ujung ujung saraf bebas pada daerah tersebut (free nerve endings).

Macam-macam teknik yang digunakan dalam penatalaksanaan anestesi lokal:a.    Infiltrasi

Anestesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anestesi disekitar apeks gigi yang akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada tulang alveolar menyebabkan cairan anestesi berdifusi menuju saraf pada apeks gigi. Biasanya menggunakan jarum yang agak pendek.

b.   Anestesi blokMerupakan anestesi dengan cara menginjeksikan cairan anestesi pada batang saraf yang biasa digunakan untuk tindakan bedah di rongga mulut. Anestesi blok yang digunakan biasa dilakukan adalah inferior dental blok, mental blok, posterior superior dental blok, dan infra orbital blok. Biasanya anestesi menggunakan jarum lebih panjang ± 3,5 cm.

c.    Teknik-teknik lainAda teknik-teknik lain yang digunakan untuk anestesi seperti periodontal ligament injection, intraosseous injection, dan intrapulpal injection.

2. Teknika.       Anastesi Lokal pada Rahang Atas

Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan cabangnya.

1)      Lokal infiltrasi (sering digunakan)· Saraf                       : cabang terminal/ free nerve ending· Area teranastesi       : terbatas dimana larutan anestesi lokal dilakukan

Page 2: Anestesi Lokal

·  Pedoman anatomis  : tidak ada pedoman khusus·  Indikasi                   : bila hanya sebatas mukosa dan jaringan ikat dibawahnya· Teknik                     : jarum diinsersikan dibawah mukosa ke dalam jaringan

ikat· Symptom                 : tidak ada simptom subyektif

2)      Field block· Saraf                       : cabang saraf terminal besar·  Area teranastesi       : semua area yg diinervasi·  Pedoman anatomi    : tergantung area yg diinginkan, pedoman umum : letak

gigi dan akarnya serta periosteum tulang alveolar yg bersangkutan.·  Indikasi                   : untuk lokal anestesi satu/dua gigi RA dan sekitarnya·  Teknik                     : Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering

digunakan karena porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus membran mukosa dan jaringan ikat dibawahnya sampai menyentuh periosteum lalu larutan dideponer

3)      Blok N. alveolaris superior anterior dan medius (blok N. infra orbital)·  Saraf                       : cabang saraf terminal besar; n. infra orbitalis, n.

alveolaris superior anterior dan medius, n. palpebra inferior·  Area teranatesi        : gigi insisive, caninus, premolar dan akar mesio bukal

gigi molar pertama bibir atas , pelupuk mata bawah dan sebagian hidung·  Pedoman anatomi    : infraorbital ridge, infraorbital depression, supraorbital

notch, gigi anterior dan pupil mata·  Indikasi                   : untuk bedah yg melibatkan gigi insisive, caninus,

premolar dan akar mesio bukal molar pertama RA·  Teknik                     : pasien diminta melihat lurus kedepan lalu dipalpasi

bagian supraorbital dan infraorbital notch, ditarik garis khayal dari orbita pupil mata, foramen infraorbitalis, gigi premolar ke-2 dan foramen mentalis. Jarum diinsersikan di mukolabial fold ± 1,9 mm

·  Simptom                  : Kebas pada bibir atas, kelopak mata bawah dan sebagian hidung pada satu sisi

4)      Blok N. alveolaris superior posterior·  Saraf                       : N. Alveolar Superior Posterior·  Area                        : Gigi molar RA kecuali akar mesiobukal molar pertama,

periosteum jaringan ikat dan mukosa bukal·  Pedoman anatomi    : mukobukal fold, batas anterior dan proc. Coronoideus

mandibula, tuberositas maksila·  Indikasi                   : operasi gigi molar RA dan jaringan penyangga·  Teknik                     : Jari telunjuk meraba mukobukal fold sampai mencapai

proc. Zygomaticus hingga mendapatkan cekungan, jari telunjuk diputar hingga kuku jari menghadap mukosa dan jari digeser kelateral membentuk sudut 45o dengan bidang sagital pasien dan pasien diminta menutup sedikit

Page 3: Anestesi Lokal

mulutnya. Jarum diinsersikan ditengah ujung jari paralel dengan ujung jari lalu dideponir

·         Symptom                 : Tidak ada symptom subyektif

5)      Blok N. nasopalatina· Saraf                       : Nervus palatinus yg keluar dari foramen insisivus· Area                        : bagian anterior palatum durum dan mukosa yg menutupi

sampai daerah premolar· Pedoman anatomi    : gigi insisive pertama RA dan papila insisiva· Indikasi                   : operasi bagian palatal· Teknik                     : jarum diinsersikan pada foramen insisivus· Simptom                  : kebas pada mukosa palatum

6)      Blok N. palatina mayor· Saraf                       : N. palatinus mayor· Area                        : bag. Posterior palatum durum dan mukosa yg menutupi

sampai daerah premolar pertama RA· Pedoman anatomi    : molar kedua & ketiga RA, margin gingiva gigi molar,

garis median palatum, garis berjarak 1 cm dari marginal gingiva kegaris median palatum

· Tekhnik                    : Jarum diinsersikan pada foramen yg terletak di antara gigi molar ke-2 dan ke-3 RA sejauh 1 cm dari marginal gingiva bagian palatal.

· Symptom                 : kebas pada gingiva palatum posterior

b.      Teknik Anastesi Lokal pada Rahang Bawah1)      Blok N. Alveolaris Inferior

· Saraf                       : N.alveolaris inferior dan subdivisi; n. mentalis & n. insisivus

· Area                        : corpus mandibula dan bagian inferior ramus seluruh RB, seluruh gigi RB, mukosa dan jaringan di bawahnya anterior dari molar pertama RB

· Pedoman anatomi    : lipatan mukobukal fold, batas anterior ramus mandibula, linea obliqua interna, trigonum retromolar, linea obliqua eksterna, ligamen pterygomandibula

3. Bahan dan dosis            Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan:

1.   KokainHanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2-30 menit.

2.   Prokain (novokain)Untuk infiltrasi: larutan 0.25-0.5%Blok Saraf: 1-2%

Page 4: Anestesi Lokal

Dosis 15 mg/ kg BB dan lama kerja 30-60 menit.

3.   Kloroprokain (nesakain)Derivat prokain dengan masa kerja lebih pendek.

4.   Lidokain (lignocaine, xylocain, lidonest)Konsentrasi efektif minimal 0.25%Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.Kerja sekitar 1-1.5 jam tergantung konsentrasi larutan.Larutan standar 1 atau 1.5% untuk blok perifer0.25-0.5% + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi0.5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik1.0% untuk blok motorik dan sensorik2.0% untuk blok motorik pasien berotot (muskular)4.0% atau 10% untuk topikal semprot faring-laring (pump spray)5.0% bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakhea5.0% lidokain dicampur 5.0% prilokain untuk topikal kulit5.0% hiperbarik untuk analgesia intratekal (subaraknoid, subdural).

5. Bupivacain (marcain)Konsentrasi efektif minimal 0.125%.Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam.Setelah suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8 jam.Untuk anastesia spinal 0.5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.Untuk blok sensorik epidural 0.375% dan pembedahan 0.75%.

Dosis Bupivakain untuk DewasaProsedur Konsentrasi % VolumeInfiltrasiBlok minor periferBlok mayor periferBlok interkostalBlok epiduralLumbalKaudalAnalgesi postop

Spinal intratekal

0.25-0.500.25-0.500.25-0.500.25-0.50

0.50.25-0.500.5

0.1250.5

5-60 ml5-30 ml20-40 ml3-8 ml

15-20 ml5-60 ml4-8 ml/ 4-8 jam

(intermitten)15 ml/ jam

(continue)2-4 ml

6. EMLA (eutetic mixture of local anesthetic)

Page 5: Anestesi Lokal

Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain masing-masing 2.5% atau masing-masing 5%. EMLA dioleskan dikulit intak 1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi pada vena atau arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu halus atau buang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.

7. Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)Penggunaannya seperti bupivakain, karena kedua obat tersebut merupakan isomer bagian kiri dari bupivakain yang dampak sampingnya lebih ringan dibandingkan bupivakain. Bagian isomer kanan dari bupivakain dampak sampingnya lebih besar.Konsentrasi efektif minimal 0.25%.