anestesi lokal

13
ANESTESI LOKAL1. Definisi Anestesi Lokal di Bidang Kedokteran Gigi Anestesi lokal didefinisikan sebagai kehilangan sensasi pada area tertentu dan terbatasyang dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi ujung serabut saraf ataupun karena inhibisi pada proses konduksi pada nervus perifer.Di kedokteran gigi, anestesi lokal digunakan untuk mengurangi nyeri, sehingga pasienmerasa nyaman saat dilakukan tindakan oleh dokter gigi pun mampu bekerja dengan baik.Selain itu, anestesi lokal juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan penyebab nyeripada wajah.Sedangkan Anestesiologi didefinisikan sebagai ilmu yang mendasari usaha dalam hal-hal pemberian anestesi dan analgesik serta menjaga keselamatan penderita yang mengalamipembedahan atau tindakan, melakukan tindakan resusitasi pada penderita gawat, mengelolaunit perawatan intensif, memberi pelayanan terapi, penanggulangan nyeri menahun bersamacabang ilmu kedokteran lainnya dan dengan peran serta masyarakat secara aktif mengelolakedokteran gawat darurat. Anestesi bersifat reversibel dan sementara.Selain itu pada anestesi dikenal juga adanya anestesi topikal yang merupakan suatupengaplikasian agen anestesi lokal pada permukaan membran mukosa atau kulit yangkemudian berpenetrasi melewati epidermis dan menganestesi ujung ujung saraf. 2. Indikasi dan Kontra Indikasi Anestesi Lokal di Bidang Kedokteran Gigi Anestesi lokal secara parenteral diberikan untuk infiltrasi dan anestesi blok saraf.Infiltrasi anestesi umumnya digunakan untuk pembedahan minor dan perawatan gigi.Anestesi blok saraf digunakan untuk pembedahan, perawatan gigi, dan prosedur diagnosisdan pengontrolan rasa sakit. Karena keanekaragaman dari mekanisme absorpsi dan toksisitasnya, pemilihan jenis dan konsentrasi anestesi lokal yang ideal tergantung padaprosedur yang akan dilakukan.Dalam bidang kedokteran gigi, secara umum anestesi lokal diindikasi untuk berbagaitindakan bedah yang dapat menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan oleh pasien, diantaranya yaitu ekstraksi gigi, apikoektomi, gingivektomi, gingivoplasti, bedah periodontal,pulpektomi, pulpotomi, alveoplasti, bone grafting , implant, perawatan fraktur rahang,reimplantasi gigi avulse, perikoronitis, kista, bedah pengangkatan tumor, bedah pengangkatanodontoma dan juga penjahitan dan Flapping pada jaringan muko-periosteum.Sedangkan, kontraindikasi dari pemberian anestesi lokal meliputi:1) Adanya infeksi/inflamasi akut pada daerah injeksi apabila melakukan anestesi secarainjeksi. Hindari blocking saraf inferior gigi pada dasar mulut atau area retromolar.2) Penderita hemofilia, Christmas Disease ,

Upload: wulan-oktaviani

Post on 13-Jul-2015

9.204 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anestesi lokal

ANESTESI LOKAL1. Definisi Anestesi Lokal di Bidang Kedokteran GigiAnestesi lokal didefinisikan sebagai kehilangan sensasi pada area tertentu dan terbatasyang dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi ujung serabut saraf ataupun karena inhibisi pada proses konduksi pada nervus perifer.Di kedokteran gigi, anestesi lokal digunakan untuk mengurangi nyeri, sehingga pasienmerasa nyaman saat dilakukan tindakan oleh dokter gigi pun mampu bekerja dengan baik.Selain itu, anestesi lokal juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan penyebab nyeripada wajah.Sedangkan Anestesiologi didefinisikan sebagai ilmu yang mendasari usaha dalam hal-hal pemberian anestesi dan analgesik serta menjaga keselamatan penderita yang mengalamipembedahan atau tindakan, melakukan tindakan resusitasi pada penderita gawat, mengelolaunit perawatan intensif, memberi pelayanan terapi, penanggulangan nyeri menahun bersamacabang ilmu kedokteran lainnya dan dengan peran serta masyarakat secara aktif mengelolakedokteran gawat darurat. Anestesi bersifat reversibel dan sementara.Selain itu pada anestesi dikenal juga adanya anestesi topikal yang merupakan suatupengaplikasian agen anestesi lokal pada permukaan membran mukosa atau kulit yangkemudian berpenetrasi melewati epidermis dan menganestesi ujung ujung saraf.2. Indikasi dan Kontra Indikasi Anestesi Lokal di Bidang Kedokteran GigiAnestesi lokal secara parenteral diberikan untuk infiltrasi dan anestesi blok saraf.Infiltrasi anestesi umumnya digunakan untuk pembedahan minor dan perawatan gigi.Anestesi blok saraf digunakan untuk pembedahan, perawatan gigi, dan prosedur diagnosisdan pengontrolan rasa sakit. Karena keanekaragaman dari mekanisme absorpsi dan toksisitasnya, pemilihan jenis dan konsentrasi anestesi lokal yang ideal tergantung padaprosedur yang akan dilakukan.Dalam bidang kedokteran gigi, secara umum anestesi lokal diindikasi untuk berbagaitindakan bedah yang dapat menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan oleh pasien, diantaranya yaitu ekstraksi gigi, apikoektomi, gingivektomi, gingivoplasti, bedah periodontal,pulpektomi, pulpotomi, alveoplasti,bone grafting, implant, perawatan fraktur rahang,reimplantasi gigi avulse, perikoronitis, kista, bedah pengangkatan tumor, bedah pengangkatanodontoma dan juga penjahitan danFlappingpada jaringan muko-periosteum.Sedangkan, kontraindikasi dari pemberian anestesi lokal meliputi:1) Adanya infeksi/inflamasi akut pada daerah injeksi apabila melakukan anestesi secarainjeksi. Hindariblockingsaraf inferior gigi pada dasar mulut atau area retromolar.2) Penderita hemofilia, Christmas Disease ,

Page 2: Anestesi lokal

Von Willebrand Disease.3) Alergi4) Penderita hipertensi5) Penderita penyakit hati/liverPenderita dengan usia lanjut perlu diperhatikan adanya kelainan hati dan ginjal.3. Persiapan Pra AnestesiSebelum dilakukan pemberian anestesi lokal, operator harus mempertimbangkanrisiko yang dapat terjadi pada pasien. Hal ini disebabkan oleh efek depresan yang merupakansalah satu efek dari obat-obatan anestesi lokal. Selain itu, obat-obatan anestesi lokal punmemiliki efek samping lain yaitu bronkospasm yang sering kali menyebabkan hiperventilasimaupun vasodepressor sinkop. Oleh karena itu, keadaan umum pasien perlu dievaluasisebelum melakukan tindakan anestesi. Persiapan pra anestesi ini mencakup tiga persiapan,yaitu persiapan diri anestetis, persiapan alat dan bahan, dan persiapan pasien. Persiapan anestesis, berupa anestesis harus sehat fisik dan psikis, memilikipengetahuan dan keterampilan anestesi yang memadai, dan memiliki mental yang baik untuk mengatasi apabila terjadi keadaan yang mengancam jiwa pasien.Persiapan alat dan bahan anestesi, alat yang biasa digunakan adalahsyringeuntuk menyutikkan bahan atau agen anestesi lokal ke daerah yang akan dianestesi. Hal ini perludiperhatikan agar penyuntikan berjalan cepat dan lancar. Kemudian siapkan mukosa yangakan disuntik, dan siap dilakukan penyuntikan langsung pada daerah yang dikehendaki.Evaluasi Praanestesi dilakukan melalui anamnesis serta evaluasi kondisi fisik pasien.Dalam anamnesis, pasien ditanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah atau sedangdiderita, obat-obatan yang sedang dikonsumi, riwayat alergi, dan juga beberapa keluhan-keluhan yang mungkin dialami oleh pasien. Dalam evaluasi praanestesi ini pula ditanyakantentang ketakutan pasien sebelum dilakukan anestesi sehingga keadaan psikologis pasiendapat pula dievaluasi.Penyakit-penyakit yang umumnya ditanyakan kepada pasien dalam evaluasipraanestesi adalah kelainan jantung, hipotensi, diabetes, gagal ginjal, penyakit liver, alergiterhadap obat, hipertensi, rematik, asma, anemia, epilepsi, serta kelainan darah.Pemeriksaan fisik praanestesi yang perlu dilakukan adalah inspeksi visual untuk mengobservasi adanya kelainan pada postur tubuh pasien, gerakan tubuh, bicara, dansebagainya; evaluasi tanda vital; serta status kesehatan fisik menurut ASA.4. Komplikasi Anestesi Lokal 1) Kerusakan JarumPenyebab utamanya adalah

Page 3: Anestesi lokal

kelemahan jarum dengan membengkokkannyasebelum di insersi dalam mulut pasien. Selain itu dapat terjadi karena pergerakan pasien yang berlebihan secara tiba-tibasehingga jarum penetrasi ke dalam otot.

Perawatan jika terjadi jarum patah, adalah:1) Tetap tenang, jangan panik 2) Instruksikan pasien tidak bergerak, jaga mulut pasien agar tetap terbuka. Gunakan biteblock dalam mulut pasien.3) Jika patahan masih terlihat, coba untuk mengambilnya.2) ParastesiPasien merasa mati rasa (dingin) selama beberapa jam atau bahkan berhari-harisetelah anastesi lokal. Penyebabnya bisa karena trauma pada beberapa saraf. Selain itu,injeksi anastesi lokal yang terkontaminasi alkohol atau cairan sterilisasi dapatmenyebabkan iritasi sehingga menyebabkan edema dan sampai menjadi parastesi.Parastesi dapat sembuh sendiri dalam waktu 8 minggu dan jika kerusakan padasaraf lebih berat maka parastesi dapat menjadi permanen, namun jarang terjadi.Perawatan pada pasien yang mengalami parastesi yaitu:1) Yakinkan kembali pasien dengan berbicara secara personal.2) Jelaskan bahwa parastesi jarang terjadi, hanya 22% telah dilaporkan yangberkembang menjadi parastesi.3) Periksa pasien:(1) Menentukan derajat dan luas parastesi(2) Jelaskan pada pasien bahwa parastesi akan sembuh sendiri dalam waktu 2 bulan.(3) Jadwal ulang pertemuan setiap 2 bulan sampai adanya pengurangan reaksi sensori(4) Jika ada, maka konsultasi ke bagian Bedah Mulut. 3) Paralisis Nervus FasialGambar 1. Paralisis nervus fasial akibat blok saraf alveolar inferior pada sisi kiriParalisis sebagian dari cabang trigeminal terjadi pada blok saraf infraorbital atauinfiltrasi kaninus maksila, biasanya dapat menyebabkan otot kendur.Paralisis nervus fasial dapat disebabkan karena kesalahan injeksi anastesi lokalyang seharusnya ke dalam kapsul glandula parotid. Jarum secara posterior menembus kedalam badan glandula parotid sehingga hal ini menyebabkan

Page 4: Anestesi lokal

paralisis.Pasien yang mengalami paralisis unilateral mempunyai masalah utama yaituestetik. Wajah pasien terlihat berat sebelah. Tidak ada treatment khusus kecualimenunggu sampai aksi dari obat menghilang. Masalah lainnya adalah pasien tidak dapatmenutup satu matanya secara sadar, refleks menutup pada mata menjadi hilang danberkedip menjadi susah.4) TrismusTrismus adalah kejang tetanik yang berkepanjangan dari otot rahang denganpembukaan mulut menjadi terbatas (rahang terkunci). Etiologinya karena trauma padaotot atau pembuluh darah pada fossa infratemporal. Kontaminasi alkohol dan larutansterlisasi pun dapat menyebabkan iritasi jaringan kemudian menjadi trismus. Hemoragi juga penyebab lain trismus 5) Luka jaringan lunakTrauma pada bibir dan lidah biasanya disebabkan karena pasien tidak hati-hatimenggigit bibir atau menghisap jaringan yang teranastesi. Hal ini menyebabkanpembengkakan dan nyeri yang siginifikan. Kejadian ini sering terjadi pada anak-anak handicapped.6) HematomaHematoma dapat terjadi karena kebocoran arteri atau vena setelah blok nervusalveolar superior posterior atau nervus inferior. Hematoma yang terjadi setelah blok saraf alveolar inferior dapat dilihat secara intraoral sedangkan hematoma akibat alveolar blok posterior superior dapat dilihat secara extraoral.Komplikasi hematoma juga dapat berakibat trismus dan nyeri. Pembengkakan danperubahan warna pada region yang terkena dapat terjadi setelah 7 sampai 14 hari.Gambar 2. Hematoma akibat blok nervus mentale bilateral7) NyeriPenyebabnya dapat terjadi karena :1) Teknik injeksi yang tidak hati-hati dan tidak berperasaan2) Jarum tumpul akibat pemakaian injeksi multiple

Page 5: Anestesi lokal

3) Deposisi cepat pada obat anastesi local yang menyebabkan kerusakan jaringan4) Jarum dengan mata kail (biasanya akibat tertusuk tulang)Nyeri yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan kecemasan pasien danmenciptakan gerakan tiba-tiba dan menyebabkan jarum patah.8) Rasa terbakarpH dari obat anastesi lokal yang dideposit ke dalam jaringan lunak dipersiapkanberkisar 5, namun menjadi lebih asam (sekitar 3) sehingga menyebabkan rasa terbakar.Selain itu, penyebab rasa terbakar disebabkan karena injeksi yang terlalu cepat, biasanyapada palatal. Selain itu, kontaminasi dengan alkohol dan larutan sterilisasi jugamenyebabkan rasa terbakar.Jika disebabkan karena pH, maka akan menghilang sejalan dengan reaksi anastesi.Namun jika disebabkan karena injeksi terlalu cepat, kontaminasi dan obat anastesi yangterlalu hangat dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang dapat berkembang menjaditrismus, edema, bahkan parastesi.9) InfeksiPenyebab utamanya adalah kontaminasi jarum sebelum administrasi anastesi.Kontaminasi terjadi saat jarum bersentuhan dengan membran mukosa. Selain itu,ketidakahlian operator untuk teknik anastesi lokal dan persiapan yang tidak tepatmenyebabkan infeksi. Iritasi yang berkepanjangan atau iskemia pada gusi akan menyebabkan beberapakomplikasi seperti deskuamasi epitel dan abses steril. Penyebab deskuamasi epitel antaralain:1) Aplikasi topical anastesi pada gusi yang terlalu lama2) Sensitivitas yang sangat tinggi pada jaringan3) Adanya reaksi pada area topical anastesiPenyebab abses steril antara lain:1) Iskemi sekunder akibat penggunaan lokal anastesi dengan vasokonstriktor(norepineprin)2)

Page 6: Anestesi lokal

Biasanya berkembang pada palatum kerasNyeri dapat terjadi pada deskuamasi epitel atau abses steril sehingga adakemungkinan infeksi pada daerah yang terkena.12) Lesi intraoral post anastesiPasien sering melaporkan setelah 2 hari dilakukan anastesi lokal timbul ulserasipada mulut mereka, terutama di sekitar tempat injeksi. Gejala awalnya adalah nyeri. RASatau herpes simplex dapat terjadi setelah anastesi lokal. Recurrent aphthous stomatitismerupakan penyakit yang paling sering daripada herpes simplex, terutama berkembangpada gusi yang tidak cekat dengan tulang. Biasanya pasien mengeluh adanya sensitivitasakut pada area ulser.

Tabel 1. Teknik Blok Anestesi untuk Pencabutan Gigi Rahang BawahTeknik Saraf yang dituju Daerah yang teranestesiGow-Gates N. Mandibularis Gigi mandibula setengah quadran,mukoperiosteum bukal danmembran mukosa pada daerahpenyuntikan, dua pertiga anteriorlidah dan dasar mulut, jaringanlunak lingual dan periosteum,korpus mandibula dan bagian bawahramus serta kulit diatas zigoma,bagian posterior pipi dan regiontemporalAkinosi dan Fisher N. Alveolarisinferior dan N.LingualisGigi-gigi mandibula setengahquadran, badan mandibula danramus bagian bawah,mukoperiosteum bukal danmembrane mukosa didepan foramenmentalis, dasar mulut dan duapertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingualmandibula

Page 7: Anestesi lokal
Page 8: Anestesi lokal

5.1 Anestesi blok teknik Gow-Gates Prosedur :1) Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.2) Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher3) Posisi operator:(1) Untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8 menghadappasien.(2) Untuk mandibula sebelah kiri, operator berdiri pada posisi jam 10 menghadapdalam arah yang sama dengan pasien.4) Tentukan patokan ekstra oral: intertragic notch dan sudut mulut. Daerah sasaran:daerah medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.5) Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke sudutmulut pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secaraekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.6) Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan jaringan .7) Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral berdasarkansudut mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2 maksila.8) Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.9) Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi berlawanan,dibawah tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam jaringansedikit sebelah distal M2 maksila .10) Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragicnotch pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajahsehingga arah spuit bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat

berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula daritelingan ke sisi wajah.11) Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus,sampai kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang,maka jarum ditarik kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang. Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengantulang.12) Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,8

Page 9: Anestesi lokal

– 2 ml perlahan-lahan.13) Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 – 2 menit .14) Setelah 3 – 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan.Gambar 4. Lokasi anestesi untuk rahang bawah5.2 Anestesi blok teknik AkinosiTeknik ini dilakukan dengan mulut pasien tertutup sehingga baik digunakan padapasien yang sulit atau sakit pada waktu membuka mulut.Prosedur:1) Pasien duduk terlentang atau setengah terlentang2) Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapandengan pasien.

3) Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringanpada bagian medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksidan mengurangi trauma selama injeksi jarum.4) Gambaran anatomi:(1) Mucogingival junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila(2) Tuberositas maksila5) Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.6) Pasien diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks.7)

Page 10: Anestesi lokal

Jarum suntik diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikanposterior dan sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua dan ketigamaksila.8) Arahkan ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekatiramus dan jarum akan tetap didekat N. Alveolaris inferior.9) Kedalaman jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.10) Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 – 1,8 ml secara perlahan-lahan. Setelah selesai , spuit tarik kembali. Kelumpuhan saraf motoris akan terjadilebih cepat daripada saraf sensoris. Pasien dengan trismus mulai meningkatkemampuannya untuk membuka mulut.5.3 Teknik FisherProsedur:1) Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang.2) Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar.3) Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser ke arah lateraluntuk meraba linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk digeser ke median untuk

Page 11: Anestesi lokal

Canines Infraorbital Infraorbital NasopalatineInfitration Infiltration InfiltrationAMSA AMSA AMSAP-ASA P-ASA P-ASAV2V2V2 Premolar Infraorbital Infraorbital Greater palatineInfitration Infiltration InfiltrationAMSA AMSA AMSAASA ASA V2 V2V2 Molars PSA PSA Greater palatineInfiltration Infiltration InfiltrationV2V2V2

Page 12: Anestesi lokal

From: Mosby. 2007. Dental Drugs Consult.USA:Elsevier.6. Teknik Anestesi Infiltrasi untuk Rahang Atas dan Rahang BawahTeknik infiltrasi dapat dibedakan menjadi:1) Suntikan submukosaIstilah ini diterapkan apabila larutan didepositkan tepat dibalik membrane mukosa.Walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, suntikan ini seringdigunakan baik untuk menganestesi saraf bukal sebelum pencabutan molar bawah atauoperasi jaringan lunak.2) Suntikan SupraperiostealPada beberapa daerah seperti maksila, bagian kortikal bagian luar dari tulang alveolarbiasanya tipis dan dapat terperforasi oleh saluran vascular yang kecil. Pada daerah ini bila

Page 13: Anestesi lokal

larutan didepositkan di luar periosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum,bidang kortikal, dan tulang medularis ke serabut saraf. Dengan cara ini anestesi pulpa gigidapat diperoleh melalui penyuntikan di sepanjang apeks gigi. Suntika supraperiostealmerupakan teknik yang paling sering digunakan pada kedokteran gigi.3) Suntikan subperiostealPada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal.Karena struktur ini terikat erat, suntikan tentu terasa sakit. Karena itu, suntikan ini hanyadigunakan apabila tidak ada alternative lain atau apabila anestesi superficial dapatdiperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik ini biasa digunakan pada palatum danbermanfaat bila suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi walaupunbiasanya pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan intraligamen.4) Suntikan IntraseousGambar 6. Suntikan intraseousPada teknik ini larutan didepositkan pada tulang medularis. Prosedur ini sangat effektif apabila dilakukan dengan bur tulang dan jarum yang didesain khusus untuk tujuantersebut. Setelah suntikan supraperiosteal diberikan dengna cara biasa, dibuat incise kecilmelalui mukoperiosteum pada daerah suntikan yang sudah ditentukan untuk mendapat jalan masuk bagi bur dan reamer kecil. Kemudian dapat dibuat lubang melalui bidangkortikal bagian luar tulang dengan alat yang sudah dipilih. Lubang harus terletak padabagian apeks gigi sehingga tidak mungkin merusak akar gigi geligi