anesteshia umum kelas g 2009

33
Makalah Farmakologi Klinis Obat Khusus FARMAKOLOGI KLINIK OBAT-OBAT ANESTESI UMUM Dosen Pengampu : Vitarani Dwi Ananda Ningrum Disusun Oleh : Kelompok 6 Bagus Syaputra 08613124 Rahmawati Martha Sari 09613157 Ajeng Dwi Ratna 09613186 Muhammad Ranggawan 09613216 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Upload: eva-lovato

Post on 08-Aug-2015

123 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anesteshia Umum Kelas g 2009

Makalah Farmakologi Klinis Obat Khusus

FARMAKOLOGI KLINIK OBAT-OBAT ANESTESI UMUM

Dosen Pengampu : Vitarani Dwi Ananda Ningrum

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Bagus Syaputra 08613124

Rahmawati Martha Sari 09613157

Ajeng Dwi Ratna 09613186

Muhammad Ranggawan 09613216

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Anesteshia Umum Kelas g 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anesthesia merupakan suatu obat yang digunakan dengan tujuan untuk

menghilang rasa sakit atau nyeri pada pasien yang digunakan sebelum dan sesudah

operasi atau pembedahan1. Pada pembedahan digunakan anesthesia dengan maksud

untuk mencapai keadaan tidak sadarkan diri, memblokir rangsangan nyeri, refleks

dan pelemasan otot2.

Ada dua jenis anestesia berdasarkan tempat kerjanya yaitu anestetik umum dan

anestetik lokal. Yang dimaksud dengan anesthesia umum adalah obat yang

digunakan untuk menghilangkan rasa terhadap semua rangsang pada bagian semua

tubuh. Sedangkan anasthesia lokal adalah obat yang menghilangkan sensasi (dan

dalam konsentrasi tinggi, aktifitas motor) pada daerah tubuh terbatas tanpa

menghasilkan kesadaran Anestesi umum terutama diberikan melalui inhalasi dan

injeksi intravena (IV)1,3.

Anesthesia umum dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan cara

pemberiannya anesthesia inhalasi dan anesthesia intravena. Anesthesia inhalsi

adalah obat-obat yang diberikan dalam bentuk uap melalui saluran pernafasan.

Sedangkan anesthesia intravena adalah obat anestesia yang diberikan melalui jalur

intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau anlgetik maupun pelumpuh total2.

B. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Farmakologi Klinis

Obat Khus dan supaya bias mengenalkan kepada mahasiswa farmasi khususnya

sebagai pengetahuan tentang obat-obat anestesi yang sering digunakan di Indonesia.

Page 3: Anesteshia Umum Kelas g 2009

BAB II

ISI

A. Anesthesia Inhalasi

Anesthesia inhalasi dapat menimbulkan masalah yaitu pada batas keamanannya

yang rendah karena indeks terapi (LD50/ED50) berkisar dari 2 - 4, sehingga termasuk

obat yang paling berbahaya dalam penggunaan klinis. Pemilihan suatu anestetik

inhalasi sering berdasarkan pada patofisiologi pasien dengan efek samping obat.

Anesthesia inhalasi akan menghasilkan induksi anesthesia yang cepat dengan

pemulihan yang cepat pula setelah dihentikan. Anesthesia inhalasi terdistribusi di

antara jaringan sedemikian sehingga kesetimbangan tercapai ketika tekanan parsial

gas anesthesia sama pada kedua jaringan4.

Kuat tidaknya anestesi tergantung pada konsentrasi anestesi pada sistem saraf

pusat, yang secara langsung bergantung juga pada profil farmakokinetik obat yang

akan mempengaruhi penyerapan dan distribusi dari obat anestesi tersebut. Waktu

tersebut menentukan perbedaan kecepatan transfer anestetik inhalasi dari paru ke

darah dan dari darah ke otak5.

Konsentrasi anestesi di otak tergantung pada sifat kelarutan anestesi, konsentrasi

gas yang terinspirasi, kecepatan ventilasi paru, aliran darah paru dan gradient

tekanan parsiel anestesi. Ketika obat dengan kelarutan (dinitrogen oksida) berdifusi

dari paru-paru ke dalam darah arteri, dibutuhkan jumlah yang relative sedikit untuk

mensaturasi darah, dan kemudian tekanan arteri meningkat dengan cepat.

Sedangkan obat yang kelarutannya tinggi membutuhkan larutan dengan anestesik

yang jauh lebih banyak sebelum tekanan arteri mendekati tekanan gas yang

diinspirasi, sehingga induksinya lambat5.

Salah satu faktor yang paling penting dalam mengatur kecepatan pemuliahan

adalah koefisien partisi darah/gas. Faktor lain adalah aliran darah paru, besarnya

ventilasi dan kelarutan anestesi di jaringan. Inhalasi anestesi yang relative tidak larut

dalam darah dieliminasi lebih cepat daripada anestesi yang larut dalam darah. Oleh

karena itu “washout” dari NO2, desflurane, dan sevoflurane lebih cepat dari pada

Page 4: Anesteshia Umum Kelas g 2009

halotan dan isofluran. Akumulasi anestesi dapat terjadi pada jaringan, termasuk otot,

kulit, dan lemak terutama pada pasien obesitas dan tekanan darah dapat menurun

akibat eliminasi anestesi dari jaringan. Dalam hal tingkat metabolism anestesi

inhalasi , maka dapat disimpulkan metoksifluran > halotan > enfluran > sevofluran

> isofluran > desfluran > nitrous oxide5.

Mekanisme Aksi

Meskipun mekanisme aksi anestetik inhalasi masih belum diketahui secara pasti,

para ahli mengasumsikan bahwa efek anestesia diperoleh dari konsentrasi terapetik

di sistem saraf pusat.Namun pada decade terakhir diketahui target molekul obat

anestesi umum adalah reseptor GABAA tergandeng kanal Cl, yang merupakan

mediator utama transmisi sinaptik. Anestesi inhalasi menfasilitasi reseptor GABAA.

Reseptor ini peka terhadap konsentrasi anestesi yang relevan secara klinis dan

menunjukkan efek streospesifik pada kasus obat enansiomer5

Berikut ini merupakan perbedaan jenis anesthesia inhalasi ;

Anestesi Koefisien

partisi

darah/gas

Koefisien

partisi

otak/darah

Minimal

Alveolar

Conc (MAC)

(%)2

Metaboli

sme

Keterangan

Nitrous

oxida

0,47 1,1 >100 - Anestesi Incomplete,

onset dan pemulihan

cepat

Desflurane 0,42 1,3 6-7 <0,05% Volatilitas rendah,

pemulihan cepat

Sevoflurane 0,69 1,7 2 2-5%

(fluoride

)

Onset dan pemulihan

yang cepat

Isoflurane 1,40 2,6 1,4 <2% Onset dan pemulihan

sedang(medium)

Enflurane 1,80 1,4 1,7 8% Onset dan pemulihan

sedang(medium)

Page 5: Anesteshia Umum Kelas g 2009

Halothane 2,30 2,9 0,75 >40% Onset dan pemulihan

sedang (medium)

Methoxyflur

ane

12 2,0 0,16 >70%

(fluoride

)

Onset dan pemulihan

lambat

Dibawah ini merupakan jenis-jenis anesthesia inhalasi yang beredar di Indonesia

:

1. Nitrous Oksida (N2O)

Merupakan gas yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, lebih berat dari

udara, serta tidak mudah terbakar dan meledak (kecuali jika dikombinasikan dengan

zat anestetik yang mudah terbakar seperti eter). Gas ini dapat disimpan dalam

bentuk cair dalam tekanan tertentu, serta relatif lebih murah dibanding agen

anestetik inhalasi lain6.

Dosis 20% untuk analgesik, 30-80% untuk sedasi dan pada 50% digunakan

untuk anestesi dokter gigi. Selain itu sering digunakan dengan konsentrasi sekitar

50% untuk memberikan analgesia dan sedasi pada pasien dokter gigi yang rawat

jalan serta tidak dapat digunakan pada konsentrasi di atas 80%, karena hal ini

membatasi penghantaran jumlah oksigen yang memadai7.

Efek terhadap Sistem Organ

a. Efek terhadap kardiovaskular

Dapat dijelaskan melalui tendensinya dalam menstimulasi sistem simpatis.

Meski secara in vitro gas ini mendepresikan kontraktilitas otot jantung, namun

secara in vivo tekanan darah arteri, curah jantung, serta frekuensi nadi tidak

mengalami perubahan atau hanya terjadi sedikit peningkatan karena adanya

stimulasi katekolamin, sehingga peredaran darah tidak terganggu (kecuali pada

pasien dengan penyakit jantung koroner atau hipovolemik berat)6.

b. Efek terhadap respirasi

Peningkatan laju napas (takipnea) dan penurunan volume tidal akibat

stimulasi Sistem Saraf Pusat (SSP). N2O dapat menyebabkan berkurangnya

respons pernapasan terhadap CO2 meski hanya diberikan dalam jumlah kecil,

Page 6: Anesteshia Umum Kelas g 2009

sehingga dapat berdampak serius di ruang pemulihan (pasien jadi lebih lama

dalam keadaan tidak sadar)6.

c. Efek terhadap SSP

Peningkatan aliran darah serebral yang berakibat pada sedikit peningkatan

tekanan intrakranial (TIK). N2O juga meningkatkan konsumsi oksigen serebral.

Efek terhadap neuromuskular tidak seperti agen anestetik inhalasi lain, di mana

N2O tidak menghasilkan efek relaksasi otot, malah dalam konsentrasi tinggi

pada ruangan hiperbarik, N2O menyebabkan rigiditas otot skeletal6.

d. Efek terhadap ginjal

Penurunan aliran darah renal (dengan meningkatkan resistensi vaskular renal)

yang berujung pada penurunan laju filtrasi glomerulus dan jumlah urin. Efek

terhadap hepar adalah penurunan aliran darah hepatik (namun dalam jumlah

yang lebih ringan dibandingkan dengan agen inhalasi lain). Efek terhadap

gastrointestinal adalah adalanya mual muntah pascaoperasi, yang diduga akibat

aktivasi dari chemoreceptor trigger zone dan pusat muntah di medula. Efek ini

dapat muncul pada anestesi yang lama6.

Biotransformasi dan Toksisitas

N2O sukar larut dalam darah, dan merupakan anestetik yang kurang kuat

sehingga kini hanya dipakai sebagai adjuvan atau pembawa anestetik inhalasi lain

karena kesukarlarutannya ini berguna dalam meningkatkan tekanan parsial

sehingga induksi dapat lebih cepat (setelah induksi dicapai, tekanan parsial

diturunkan untuk mempertahankan anestesia). Dengan perbandingan N2O:O2 =

85:15, induksi cepat dicapai tapi tidak boleh terlalu lama karena bisa

mengakibatkan hipoksia (bisa dicegah dengan pemberian O2 100% setelah N2O

dihentikan). Efek relaksasi otot yang dihasilkan kurang baik sehingga dibutuhkan

obat pelumpuh otot. N2O dieksresikan dalam bentuk utuh melalui paru-[aru dan

sebagian kecil melalui kulit6.

Dengan secara ireversibel mengoksidasi atom kobalt pada vitamin B12, N2O

menginhibisi enzim yang tergantung pada vitamin B12, seperti metionin sintetase

yang penting untuk pembentukan myelin, serta thimidilar sintetase yang penting

untuk sintesis DNA. Pemberian yang lama dari gas ini akan menghasilkan depresi

sumsum tulang (anemia megaloblastik) bahkan defisiensi neurologis (neuropati

Page 7: Anesteshia Umum Kelas g 2009

perifer). Oleh karena efek teratogeniknya, N2O tidak diberikan untuk pasien yang

sedang hamil (terbukti pada hewan coba, belum diketahui efeknya pada manusia)6.

Interaksi Obat

Kombinasinya dengan agen anestetik inhalasi lain dapat menurunkan MAC

agen inhalasi tersebut sampai 50%, contohnya halotan dari 0,75% menjadi 0,29%

atau enfluran dari 1,68% menjadi 0,6%6.

2. Halotan

Merupakan alkana terhalogenisasi dengan ikatan karbon-florida sehingga

bersifat tidak mudah terbakar atau meledak (meski dicampur oksigen). Halotan

berbentuk cairan tidak berwarna dan berbau enak. Botol berwarna amber dan

pengawet timol berguna untuk menghambat dekomposisi oksidatif spontan. Halotan

merupakan anestetik kuat dengan efek analgesia lemah, di mana induksi dan tahapan

anestesia dilalui dengan mulus, bahkan pasien akan segera bangun setelah anestetik

dihentikan. Gas ini merupakan agen anestestik inhalasi paling murah, dan karena

keamanannya hingga kini tetap digunakan di dunia6.

Dosis untuk induksi halotan diberikan dengan kadar 1-4 % dalam campuran

dengan oksigen atau N2O sedangkan untuk dosis penunjang 0,5-2 %6. Untuk

pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 1,0 – 2,5 %

sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1,0% 8.

Sediaan : cairan 125, 250 ml untuk inhalasi (generik, Flouthane)Efek enestesia

halotan berkurang jika dikombinasi dengan dinitrogen monoksida. Halotan masih

digunakan untuk induksi anestesi pada anak-anak karena efek sampingnya pada

anak-anak lebih kecil. Efek samping halotan pada kardiovaskular yaitu terjadi

penurunan tekanan darah arteri yang tergantung dosis pada kisaran 20% sampai

50% akibat depresi miokardial langsung yang menyebabkan berkurangnya curah

jantung. Efek pada sistem pernapasan yaitu terjadi pernapasan spontan yang cepat

dan pendek. Pada sistem saraf halotan dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan

mengurangi auto regulasi aliran darah serebral. Pada jaringan otot menyebabkan

relaksasi otot rangka melalui efek depresan pusatnya4.

Page 8: Anesteshia Umum Kelas g 2009

Efek terhadap Sistem Organ

2 MAC dari halotan menghasilkan 50% penurunan tekanan darah dan curah

jantung. Halotan dapat secara langsung menghambat otot jantung dan otot polos

pembuluh darah serta menurunkan aktivitas saraf simpatis. Penurunan tekanan

darah terjadi akibat depresi langsung pada miokard dan penghambatan refleks

baroreseptor terhadap hipotensi, meski respons simpatoadrenal tidak dihambat oleh

halotan (sehingga peningkatan PCO2 atau rangsangan pembedahan tetap memicu

respons simpatis). Makin dalam anestesia, makin jelas turunnya kontraksi miokard,

curah jantung, tekanan darah, dan resistensi perifer. Efek bradikardi disebabkan

aktivitas vagal yang meningkat. Automatisitas miokard akibat halotan diperkuat

oleh pemberian agonis adrenergik (epinefrin) yang menyebabkan aritmia jantung.

Efek vasodilatasi yang dihasilkan pada pembuluh darah otot rangka dan otak dapat

meningkatkan aliran darah6.

Efek terhadap respirasi adalah pernapasan cepat dan dangkal. Peningkatan

laju napas ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan volume tidal, sehingga

ventilasi alveolar turun dan PaCO2. Depresi napas ini diduga akibat depresi medula

(sentral) dan disfungsi otot interkostal (perifer). Halotan diduga juga sebagai

bronkodilator poten, di mana dapat mencegah bronkospasme pada asma,

menghambat salivasi dan fungsi mukosiliar, dengan relaksasi otot maseter yang

cukup baik (sehingga intubasi mudah dilakukan), namun dapat mengakibatkan

hipoksia pascaoperasi dan atelektasis. Efek bronkodilatasi ini bahkan tidak

dihambat oleh propanolol6.

Dengan mendilatasi pembuluh darah serebral, halotan menurunkan resistensi

vaskular serebral dan meningkatkan aliran darah otak, sehingga ICP meningkat,

namun aktivitas serebrum berkurang (gambaran EEG melambat dan kebutuhan O2

yang berkurang). Efek terhadap neuromuskular adalah relaksasi otot skeletal dan

meningkatkan kemampuan agen pelumpuh otot nondepolarisasi, serta memicu

hipertermia malignan6.

Efek terhadap ginjal adalah menurunkan aliran darah renal, laju filtrasi

glomerulus, dan jumlah urin, semua ini diakibatkan oleh penurunan tekanan darah

arteri dan curah jantung. Efek terhadap hati adalah penurunan aliran darah hepatik,

Page 9: Anesteshia Umum Kelas g 2009

bahkan dapat menyebabkan vasospasme arteri hepatik. Selain itu, metabolisme dan

klirens dari beberapa obat (fentanil, fenitoin, verapamil) jadi terganggu6.

Biotransformasi dan Toksisitas

Eksresi halotan utamanya melalui paru, hanya 20% yang dimetabolisme

dalam tubuh untuk dibuang melalui urin dalam bentuk asam trifluoroasetat,

trifluoroetanol, dan bromida. Halotan dioksidasi di hati oleh isozim sitokrom P-450

menjadi metabolit utamanya, asam trifluoroasetat. Metabolisme ini dapat dihambat

dengan pemberian disulfiram. Bromida, metabolit oksidatif lain, diduga menjadi

penyebab perubahan status mental pascaanestesi. Disfungsi hepatik pascaoperasi

dapat disebabkan oleh: hepatitis viral, perfusi hepatik yang terganggu, penyakit hati

yang mendasari, hipoksia hepatosit, dan sebagainya. Penggunaan berulang dari

halotan dapat menyebabkan nekrosis hati sentrolobular dengan gejala anoreksia,

mual muntah, kadang kemerahan pada kulit disertai eosinofilia6.

Kontraindikasi dan Interaksi Obat

Halotan dikontraindikasikan pada pasien dengan disfungsi hati, atau pernah

mendapat halotan sebelumnya. Halotan sebaiknya digunakan secara hati-hati pada

pasien dengan massa intrakranial (kemungkinan adanya peningkatan TIK). Efek

depresi miokard oleh halotan dapat dieksaserbasi oleh agen penghambat adrenergik

(seperti propanolol) dan agen penghambat kanal ion kalsium (seperti verapamil).

Penggunaannya bersama dengan antidepresan dan inhibitor monoamin oksidase

(MAO-I) dihubungkan dengan fluktuasi tekanan darah dan aritmia. Kombinasi

halotan dan aminofilin berakibat aritmia ventrikel6.

3. Isofluran

Merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Memiliki struktur kimia

yang mirip dengan enfluran, isofluran berbeda secara farmakologis dengan enfluran.

Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan

pasien menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam

kurang dari 10 menit, di mana umumnya digunakan barbiturat intravena untuk

mempercepat induksi. Tanda untuk mengamati kedalaman anestesia adalah

penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi napas, serta peningkatan frekuensi

denyut jantung6.

Page 10: Anesteshia Umum Kelas g 2009

Induksi anestesia dapat tercapai kurang dari 10menit dengan konsentrasi

isofluran yang terhirup adalah 3% dalam oksigen, konsentrasi ini berkurang menjadi

1,5% sampai 2,5% untuk memperthannkan anestesia. Hanya 0,2% dasi dosis yang

dimetabolisme sehingga tidak menyebabkan hepatotoksik9.

Efek terhadap Sistem Organ

Secara in vivo, isofluran menyebabkan depresi kardiak minimal, curah jantung

dijaga dengan peningkatan frekuensi nadi. Stimulasi adrenergik meningkatkan aliran

darah otot, menurunkan resistensi vaskular sistemik,dan menurunkan tekanan darah

arteri (karena vasodilatasi). Dilatasi juga terjadi pada pembuluh darah koroner

sehingga dipandang lebih aman untuk pasien dengan penyakit jantung (dibanding

halotan atau enfluran), namun ternyata dapat menyebabkan iskemia miokard akibat

coronary steal (pemindahan aliran darah dari area dengan perfusi buruk ke area yang

perfusinya baik)6.

Efek terhadap respirasi serupa dengan semua agen anestetik inhalasi lain, yakni

depresi napas dan menekan respons ventilasi terhadap hipoksia, selain itu juga

berperan sebagai bronkodilator. Isofluran juga memicu refleks saluran napas yang

menyebabkan hipersekresi, batuk, dan spasme laring yang lebih kuat dibanding

enfluran. Isofluran juga mengganggu fungsi mukosilia sehingga dengan anestesi

lama dapat menyebabkan penumpukan mukus di saluran napas6.

Efek terhadap SSP adalah saat konsentrasi lebih besar dari 1 MAC, isofluran

dapat meningkatkan TIK, namun menurunkan kebutuhan oksigen. Efek terhadap

neuromuskular adalah merelaksasi otot skeletal serta meningkatkan efek pelumpuh

otot depolarisasi maupun nondepolarisasi lebih baik dibandingkan enfluran. Efek

terhadap ginjal adalah menurunkan aliran darah renal, laju filtrasi glomerulus, dan

jumlah urin. Efek terhadap hati adalah menurunkan aliran darah hepatik total (arteri

hepatik dan vena porta), fungsi hati tidak terganggu6.

Biotransformasi dan Toksisitas

Isofluran dimetabolisme menjadi asam trifluoroasetat, dan meski kadar fluorida

serum meningkat, kadarnya masih di bawah batas yang merusak sel. Belum pernah

dilaporkan adanya gangguan fungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran.

Penggunaannya tidak dianjurkan untuk wanita hamil karena dapat merelaksasi otot

Page 11: Anesteshia Umum Kelas g 2009

polos uterus (perdarahan persalinan). Penurunan kewaspadaan mental terjadi 2-3

jam sesudah anestesia, tapi tidak terjadi mual muntah pascaoperasi6.

4. Desfluran

Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat

absorben dan tidak korosif untuk logam. Karena sukar menguap, dibutuhkan

vaporiser khusus untuk desfluran. Dengan struktur yang mirip isofluran, hanya saja

atom klorin pada isofluran diganti oleh fluorin pada desfluran, sehingga kelarutan

desfluran lebih rendah (mendekati N2O) dengan potensi yang juga lebih rendah

sehingga memberikan induksi dan pemulihan yang lebih cepat dibandingkan

isofluran (5-10 menit setelah obat dihentikan, pasien sudah respons terhadap

rangsang verbal). Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau

bedah rawat jalan. Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme

laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat ¼

kali lebih poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten

dibanding N2O6

Dosis yang diperlukan sekitar 6% - 8%. Dosis rendah diberikan dengan

kombinasi dinitrogen monoksida atau opioid4.

Efek terhadap Sistem Organ

Efek terhadap kardiovaskular desfluran mirip dengan isofluran, hanya saja

tidak seperti isofluran, desfluran tidak meningkatkan aliran darah arteri koroner.

Efek terhadap respirasi adalah penurunan volume tidak dan peningkatan laju napas.

Secara keseluruhan terdapat penurunan ventilasi alveolar sehingga terjadi

peningkatan PaCO2. Efek terhadap SSP adalah vasodilatasi pembuluh darah

serebral, sehingga terjadi peningkatan TIK, serta penurunan konsumsi oksigen oleh

otak. Tidak ada laporan nefrotoksik akibat desfluran, begitu juga dengan fungsi

hati6.

Kontraindikasi dan Interaksi Obat

Desfluran memiliki kontraindikasi berupa hipovolemik berat, hipertermia

malignan, dan hipertensi intrakranial. Desfluran juga dapat meningkatkan kerja

obat pelumpuh otot nondepolarisasi sama halnya seperti isofluran6.

Page 12: Anesteshia Umum Kelas g 2009

5. Sevofluran

Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin.

Peningkatan kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat

untuk induksi inhalasi yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa.

Induksi inhalasi 4-8% sevofluran dalam 50% kombinasi N2O dan oksigen dapat

dicapai dalam 1-3 menit56.

Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-5,0%

bersama-sama dengan N2O. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan,

konsentrasinya berkisar antara 2,0-3,0%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar

anatara 0,5%-1%7,8.

Efek samping Sevofluran dapat menyebabkan Malignant hypertemia (MH),

walaupun masih sangat jarang terjadi. Efek samping lainnya adalah kejang dan

gerakan distonik, dan reaksi alergi seperti rash, urticaria, pruritis, bronchospasm,

eyelid edema, reaksi anafilaksis10.

Efek terhadap Sistem Organ

Sevofluran dapat menurunkan kontraktilitas miokard, namun bersifat ringan.

Resistensi vaskular sistemik dan tekanan darah arterial secara ringan juga

mengalami penurunan, namun lebih sedikit dibandingkan isofluran atau desfluran.

Belum ada laporan mengenai coronary steal oleh karena sevofluran. Agen inhalasi

ini dapat mengakibatkan depresi napas, serta bersifat bronkodilator. Efek terhadap

SSP adalah peningkatan TIK, meski beberapa riset menunjukkan adanya penurunan

aliran darah serebral. Kebutuhan otak akan oksigen juga mengalami penurunan.

Efeknya terhadap neuromuskular adalah relaksasi otot yang adekuat sehingga

membantu dilakukannya intubasi pada anak setelah induksi inhalasi. Terhadap

ginjal, sevofluran menurunkan aliran darah renal dalam jumlah sedikit, sedangkan

terhadap hati, sevofluran menurunkan aliran vena porta tapi meningkatkan aliran

arteri hepatik, sehingga menjaga aliran darah dan oksigen untuk hati6.

Biotransformasi dan Toksisitas

Enzim P-450 memetabolisme sevofluran. Soda lime dapat mendegradasi

sevofluran menjadi produk akhir yang nefrotoksik. Meski kebanyakan riset tidak

menghubungkan sevofluran dengan gangguan fungsi ginjal pascaoperasi, beberapa

Page 13: Anesteshia Umum Kelas g 2009

ahli tidak menyarankan pemberian sevofluran pada pasien dengan disfungsi ginjal.

Sevofluran juga dapat didegradasi menjadi hidrogen fluorida oleh logam pada

peralatan pabrik, proses pemaketannya dalam botol kaca, dan faktor lingkungan, di

mana hidrogen fluorida ini dapat menyebabkan luka bakar akibat asam jika

terkontak dengan mukosa respiratori. Untuk meminimalisasi hal ini, ditambahkan

air dalam proses pengolahan sevofluran dan pemaketannya menggunakan kontainer

plastik khusus6.

Kontraindikasi dan Interaksi Obat

Sevofluran dikontraindikasikan pada hipovolemik berat, hipertermia maligna,

dan hipertensi intrakranial. Sevofluran juga sama seperti agen anestetik inhalasi

lainnya, dapat meningkatkan kerja pelumpuh otot6.

6. Methoxyflurane

Pada Makalah ini pembahasan terkait methoxyflurane tidak dijelaskan, karena

informasi mengenai obat ini tidak didapatkan, namun perlu diketahui penggunaan

methoxyflurane sebagai anestesi inhalasi mulai ditinggalkan karena efek

toksisitasnya yang tinggi juga pada beberapa kasus terakhir menimbulkan penyakit

hepatitis pada penggunaan methoxyflurane walaupun digunakan dalam dosis

subanestesi Pada penelitian lain juga diketahui bahwa methoxyflurane dapat

menyebabkan ketoksikan pada ginjal, oleh karena itu pada masa sekarang obat ini

mulai ditinggalkan.

Page 14: Anesteshia Umum Kelas g 2009

Bentuk sediaan yang ada di Indonesia

Nama obat Bentuk sediaan

Halotan

Halotane-M&B (Dexa Medica) Lar 250 ml

Isofluran

Aerrane (Kalbe Farma)

Isoflurane Dexa Medica (Dexa Medica)

Terrel (Fahrenheit)

Inhalan 100% x 250 ml

Lar inhalasi 250 ml

Botol 100ml x 1250 ml

Ketamin

Anesject (Danpac Pharma)

Ivanes (Ikapharmindo)

Ketalar (Pfizer)

Vial 100mg/ml x10ml

Vial 500mg/10ml; 1000mg/10ml

Vial 50mg/ml x10ml; 100 mg/ml x 10ml

Page 15: Anesteshia Umum Kelas g 2009

KTM (Guardian Pharmatama) Vial 100mg/ml x 10 ml

Enfluran

Compound 347(Fahrenheit) Botol 250 ml

Desfluran

Suprane (Kalbe Farma) Lar 100%x 240ml

Sevoflurane

Sevorane (Abbott)

Sojourn (Fahrenheit)

Lar 250 ml

Botol 250 ml

Propofol

Diprivan (AstraZeneca)

Recofol (Dexa Medica/Leiras)

Safol (Novell Pharma)

Amp 1% x 20 ml; vial 1% 50 ml; pre-

filled syringe 1% x 50 ml

Amp 10 mg/ml x20 ml; 20 mg/ml x 50 ml

Amp 10 mg/ml x 20 ml 12

B. Anesthesia Intravena

Dalam 2 dekade terakhir penggunaan anestesi intravena meningkat pada

penggunaan tunggal maupun sebagai tambahan pada pemakaian anestesi inhalasi.

Anestesi intravena tidak memerlukan peralatan vaporize khusus maupun peralatan

mahal. Anestesi intravena juga memiliki onset yang lebih cepat dibandingkan

dengan anestesi inhalasi. Pemulihannnya juga lebih cepat dibandingkan anestesi

inhalasi5.

Profil Farmakokinetik anestesi intravena yang berada di Indonesia :

Obat Induksi dan pemulihan keterangan

Ketamine Onset dan pemulihan cepat Stimulasi kardiovaskular,

meningkatkan aliran darah

cerebral

Propofol Onset dan pemulihan Cepat Penggunaan pada induksi dan

untuk maintance, hipotensi,

dan berguna untuk antiemetic

Tiopental Onset Cepat dan pemulihan

cepat (bolus dose)

Agen induksi standar, depresi

kardiovaskular, menghindari

Page 16: Anesteshia Umum Kelas g 2009

Pemulihan lambat dengan

infuse

prophyrias5.

Berikut ini merupakan penjelasan dari jenis anesthesia intravena yang berada di Indonesia13,14

No Keterangan Thiophental Ketamin Propofol

1. Indikasi Induksi dan maintance

anestesia. Untuk operasi

singkat (15 menit atau

kurang), sebagai tambahan

anestesi local, komponen

hipnotik dari

keseimbangan anesthesia.

Seizure.

Pemeliharaan pada kejang

dengan berbagai etiologi

(refraktori tonic-clonic

status epileptikus).

Peningkatan tekanan

intracranial. Meningkatkan

tekanan intakranial ( yang

dihubungkan dengan bedah

syaraf) serta

Narcosynthesis dan

narcoanalysis.

On label : induksi dan

maintence anestesia umum

Off label : analgesia dan

sedasi.

On label : Induksi

anestesia dan maintence

anestesia

Off label : antiemetic

pascaoperasi, sedasi

menengah

2. Dosis Induksi anestesia

- Infant 5-8 mg/kg

- Anak 1-12 tahun 5-

6 mg/kg

Kombinasi dengan

antikolonergik untuk

mengurangi hipersaliva

Anak (titrasi dosis jika

Induksi IV

- Anak 3-16

tahun2,5-3,5

mg/kg lebih dari

Page 17: Anesteshia Umum Kelas g 2009

- Dewasa 3-5mg/lg

Maintenance anestesia

- Anak 1mg/kg jika

dibutuhkan

- Dewasa 25-

100mg/kg jika

dibutuhkan

Peningkatan tekanan

intracranial: anak dan

dewasa 1,5-5mg/kg

/dose, diulangi jika

perlu untuk mengontrol

tekanan intracranial.

Seizure

- Anak

2-3mg/kg/dose,

ulangi jika

dibutuhkan

- Dewasa 75-

250mg/kg/dose

ulangi jika

dibutuhkan

diperlukan)

- Oral : sedasi 6-

10mg/kg untuk

1dosis (campurkan

dalam 0,2-0,3

ml/kg cola atau

minuman) berikan

30menit sebelum

operasi.

- I.M : sedasi atau

analgesia

4-5mg/kg/dosis

- I.V : sedasi atau

analgesia

1-2mg/kg/dosis

- I.V infuse

berulang : sedasi 5-

20mcg/kg/menit

Anak ≥ 16 tahun dan

dewasa

- Induksi anestesia

o I.M : 6,5-

13mg/kg. Dosis

lazim untuk

menghasilkan

anestesia

selama 12-25

menit : 10

mg/kg

o I.V : 1-4,5

mg/kg. Dosis

lazim untuk

20-30 detik

- Dewasa 2-

2,5mg/kg

- Lansia 1-

1,5mg/kg

- Anestesia

jantung 0,5-1,5

mg/kg

Maintence anestesia

infuse

- Anak 2bulan -15

tahun. Inisial

dosis 200-

300mcg/kg/meni

t, setelah 30

menit jika tidak

ada tidak ada

tanda-tanda

klinik maka

turunkan

kecepatan infuse,

125-150mcg/kg/

menit. Anak

berumur kurang

dari 5 tahun

membutuhkan

kecepatan infuse

yang lebih besar

daripada anak

yang lebih tua.

- Dewasa

≤55tahun. Inisial

Page 18: Anesteshia Umum Kelas g 2009

menghasilkan

anestesia

selama 5-10

menit :2mg/kg

o I.V infus : 1-

2mg/kg

- Maintence anestesia

: setengah sampai

utuh dosis

supplemental untuk

induksi anestesia,

atau dengan infus

berulang 0,1-

5mg/menit

dosisnya 100-

200mcg/kg/meni

t selama 10-15

menit

- Lansia 50-

100mcg/kg/meni

t

3. Farmakokin

etik

Onset IV 30-60 detik

Durasi 5-30 menit

Vd -1,6 L/kg

Protein binding 72%-82%

metabolism nya di hati

dalam bentuk inaktiv,

terbentuk pentobarbital

T1/2 2-11,5 jam

Onset : IV 30 detik, IM 3-4

menit

Durasi : IV 5-10 menit IM

12-25 menit

Metabolism : dihati melalui

hidroksilasi dan N-

demetilasi

Half life: alpha 10-15

menit beta 2,5 jam

Eksresi : urin

Mekanisme aksi :

Bekerja langsung pada

system korteks dan limbic.

Menghasilkan cataleptic-

like state. Melepaskan

ketekolamin endogen

( efineprin, norefineprin)

Onset : 9-51 detik

Durasi 3-10 menit

Distribusi : Vd 2-10L/kg

Ikatan dengan protein

97%-99%

Metabolism : di hepar

Half life : biphasic 40

menit, terminal 4-7jam

Eksresi : urin

Page 19: Anesteshia Umum Kelas g 2009

yang menjaga tekanan

darah dan denyut jantung

4. ADRs Efek kardiovaskular :

bradikardia, hipotensi,

syncope

CNS : mengantuk,

depresi, bingung,

somnolence, agitasi,

hiperkinesia, ataksia,

sakit kepala, insomnia,

halusinasi, cemas.

Dermatologi : Rash,

Stevens-Johnson

sindrom

GI : nausea, vomit,

konstipasi

Hematologi :

agranulositosis,

megaloblastik anemia

Renal : oligoria

Respiratori :

laryospasm, apnea,

hipoventilasi, bersin,

batuk dan

bronkospasme

Efek kardiovaskular :

bradikardia, hipotensi,

aritmia

CNS : tekanan CSF

meningkat

Dermatologi : erithema,

rash

GI : anoreksia, nausea,

vomit

Lokal : nyeri pada tempat

injeksi

Pernafasan : apnea, depresi

pernafasan

Lebih dari 10%

- Kardiovaskular :

hipotensi

- CNS :

pergerakan

- Local : nyeri

- Pernafasan :

apnea

1%-10%

- Kardiovaskular :

hipertensi,

aritmia,

bradikardi,

kardiak output

menurun.

- Dermatologi :

pruritis, rash

- Endokrin dan

metabolism :

hipertrigliserida

- Kurang dari 1% :

agitasi,

anafilaksi,

anafilaktoid

reaksi, batuk,

pusing

Page 20: Anesteshia Umum Kelas g 2009

Pada Journal Anaesthesiol Clin Pharmacol “ Comparison of total intraveneous

anesthesia using propofol and inhalation anesthesia using isoflurane for controlled

hypotension in functional endoscopy sinus surgery” dilakukan penelitian terkait

perbandingan efek untuk mengontrol hipotensi pada operasi sinus dengan endoskopi

antara anestesi intravena (Propofol) dengan anestesi inhalasi (Isoflurane). Pada

penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan propofol dan isoflurane sama-sama

memiliki efektifitas (aksi anestesi) yang baik pada pasien yang dioperasi, namun

anestesi intravena total dengan propofol tidak memberikan keuntungan yang signifikan

dari pada isoflurane dalam hal kondisi pasien dan kehilangan darah, karena hal yang

penting dari operasi sinus dengan endoskopi adalah mempertahankan proses operasi

untuk meningkatkan selama operasi dan untuk meminimalkan komplikasi15.

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Anesteshia Umum Kelas g 2009

1. Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan,

Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi, Jakarta, 133-135

2. Tjay, Tan Hoan., 2007, Obat-Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

3. Stringer, Janet R., Konsep Dasar Farmakologi Panduan untuk Mahasiswa, Edisi 3,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

4. Goodman & Gilman, 2007, Dasar – Dasar Farmakologi Terapi Vol. 1, EGC, Jakarta

5. Katzung, Bertram G., 1994, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 6, EGC, Jakarta

6. Jonathan, Steven, dan Efar, Toto Suryo, 2010, Anestesi Inhalasi, Departemen

Anestesiologi, Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo, Jakarta

7. Gunawan, S.G, 1995, Farmakologi dan Terapi Edisi 8, FK UI Press, Jakarta

8. Mangku, gede dr, et,al, 2009, Buku Ajar Ilmu Anastesia dan Reanimasi, PT.

Macanan Jaya Cemerlang, Jakarta

9. Neal, M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Erlangga Medical

Series, Jakarta, pp. 52-53

10. Anonym, 2012, Sevoflurane, Available at http: www.drugs.com (Drug Information

Online) diakses tanggal 30 September 2012

11. O’Rourke, Kacey M., McMaster, Stuart, and Lust, Karin, M., C., 2011, A case of

hepatitis attribute to repeated exposure to methoxyflurane during its use for

procedural analgesia, Med J Aust 194(8) : 423-424

12. Anonim, 2008, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 8, CMPMedica, Jakarta,

326-329

13. McEvoy, G. K. (2004). AHFS Drug Information. Bethesda: American Society of

Health System Pharmacists

14. Lacy, C.F., Armstrong L.L., Goldman, M.P., and Lance,L.L., 2006. Drug

Information Handbook, 14th Edition, American Pharmacists Assosiation, Hudson,

North American.

15. Ankichetty, Saravanan P., Ponniah, Manickam, Cherian, VT., Thomas, Sarah,

Kumar, Kamal, Jeslin, L., Jeyasheela, K., Malhotra, Naveen, 2011, Comparison of

total intraveneous anesthesia using propofol and inhalation anesthesia using

isoflurane for controlled hypotension in functional endoscopy sinus surgery, J

Anaesthesiol Clin Pharmacol, 27(3) : 328-332