anemia secara umum
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana massa eritrosit atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh, sedangkan secara laboratorik
dijabarkan sebagai penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung
eritrosit dan hematokrit (packed red cell). Meskipun anemia dianggap
kelaianan yang sangat sering dijumpai di Indonesia, angka prevalensi yang
resmi belum pernah diterbitkan. Angka-angka yang ada merupakan hasil
dari penelitian-penelitian terpisah yang dilakukan di berbagai tempat di
Indonesia. Di dunia sangat bervariasi tergantung pada geografi. Salah satu
faktor determinan utama adalah taraf sosial ekonomi masyarakat.
Prevalensi dari anemia > 30%. Proses terjadinya anemia itu sendiri
tergantung dari sudut mana kita melihat dan tujuan kita melakukan
klasifikasi tersebut. Klasifikasi anemia yang sering digunakan bisa
berdasarkan morfologi eritrosit (anemia hipokromik mikrositer,
normokromik normositer dan makrositer) dan klasifikasi anemia
berdasarkan etiopatogenesis (produksi eritrosit menurun, kehilangan
eritrosit dari tubuh, hemolisis, bentuk campuran dan bentuk patogenesis
yang belum jelas/ idiopatik). Penanganan pada setiap pasien anemia bisa
berbeda-beda ini dikarenakan ada beberapa varian dari anemia sehingga
dokter perlu mencermati gejala, pemeriksaan fisik dan penunjang
sehingga penanganan anemia tepat sasaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas , maka dapat dirumuskan masalah
Sebagai berikut:
Apakah yang dimaksud anemia ?
Apakah yang dimaksud anemia defisiensi besi dan anemia
megaloblastik?
Apakah penyebab anemia defisiensi besi dan anemia
megaloblastik?
Apa saja gejala anemia defisiensi besi dan anemia megaloblstik?
Apa saja terapi untuk anemia defisiensi besi dan anemia
megaloblastik?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini untuk memberikan informasi atau gambaran
menganai:
1. Meningkatkan pemahamam penyebab umum anemia.
2. Mengetahui cara mencari reference yang relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Mampu menjelaskan diagnosis dan terapi anemia.
1.1 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode studi
pustaka yang mengkaji atau menelaah reference untuk mendapatkan
informasi yang lengkap mengenai penyebab umum anemia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana masaa eritrosit atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh, sedangkan secara laboratorik
dijabarkan sebagai penurunan dibawah normal kadar hemoglobin, hitung
eritrosit dan hematokrit (packed red cell). Proses terjadinya anemia itu
sendiri tergantung dari sudut mana kita melihat dan tujuan kita melakukan
klasifikasi tersebut. Klasifikasi anemia yang sering diguanakan bisa
berdasarkan morfologi eritrosit (anemia hipokromik mikroster,
normokromik normositer dan makrositer) dan klasifikasi anemia
berdasarkan etiopatogenesis (produksi ertitrosit menurut, kehilangan
eritrosit dari tubuh, hemolisis, bentuk campuran dan bentuk patogenensis
yang belum jelas. Setiap anemia memiliki kriteria masing-masing yang
biasanya digunakan dokter untuk melakukan diagnosis.{1,2)
Menurut WHO, kriteria anemia adalah: (1,2)
1. Laki-laki dewasa : Hb < 13 g/dl
2. Perempuan dewasa tak hamil : Hb < 12 g/dl
3. Perempuan hamil : Hb < 11 g/dl
4. Anak umur 6-14 tahun : Hb < 12 g/dl
5. Anak umur 6 bulan s/d 6 tahun : HB < 11 g/dl
Menurut kriteria klinik adalah:
1. Hemoglobin : < 10 g/dl
2. Hematokrit : < 30%
3. Eritrosit : < 2,8 juta/mm3
Klasifikasi derajat anemia adalah:
1. Ringan sekali : Hb 10 g/dl-cut off point.
2. Ringan : HB 8 g/dl-Hb. 9,9 g/dl
3. Sedang : Hb 6 g/dl- Hb 7,9 g/dl
4. Berat :Hb < 6 g/dl
Terdapat berbagai jenis anemia tapi anemia yang sering terjadi adalah:
2.1.1 Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi dapat terjadi apabila tubuh tidak
memiliki cadangan besi (depleted iron store) sehingga penyedian
besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya
pembentukan hemoglobin berkurang karena zat besi adalah suatu
komponen yang penting dalam sel darah merah, tanpa zat besi sel
darah merah tidak dapat mengikat oksogen dengan baik. Apabila
anemia defisiensi bisa terjadi, sel darah merah yang diproduksi di
sumsum tulang jumlah akan berkurang atau ukurannya menjadi
terlalu kecil.(1,2)
Anemia defisiensi besi disebabkan oleh:
1. terjadinya perdarahan yang mengakibatkan tubuh kehilangan
banyak sel darah dan zat besi. Misalnya pada infestasi caing
tambang, menstrusi yang tidak normal, kanker pada esofagus
(kerongkongan), lambung atau usus, dan peptic ulcer pada
lambung.(1,2,6)
2. Tubuh tidak menyerap zat besi dari makanan dengan baik.
Misalnya pada penyakit Celiac, penyakit Chron, pembedahan
lambung dan penggunaan antasida berkalsium yang
berlebihan.(1,2,6)
3. Kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi.
Misalnya pada vegetarian. (1,2,6)
4. Tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi daripada biasanya.
Misalnya pada wanita hamil. (1,2,6)
2.1.2 Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik terjadi karena gangguan pembentukan
DNA pada inti eritroblast , terutama akibat defisiensi vitamin B12
dan asam folat. Jenis anemia defisiensi asam folat cukup sering
dijumpai di Indonesia dibanding anemia defisiensi B12. Akibat dari
defisiensi B12 dan asam folat menyebabkan sel eritroblast
ukurannya menjadi lebih besar serta susunannya kromatinnya lebih
besar disebut sel megaloblast, sel ini tidak menjalakan fungsinya
secara normal sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa
hidup eritrosit ini pendek yang akan berujung terjadinya anemia.(1,2)
Anemia megaloblastik disebabkan oleh:
1. Faktor diet
Asupan gizi yang kurang akibat mengandung vit B12 dan asam
folat. Vitamin B12 banyak pada produk hewani sedangkan
asam folat banyak pada hati dan sayuran hijau. (1,2)
2. Malabsorpsi
Dari faktor lambung, ileal resesction,jejunal resection,gluten
enteropathy chron’s disease. (1,2)
3. Turn over yang meningkat
Kehamilan, prematur, penyakit keganasan dan sickle
cell/hemolitik(1,2)
4. Renal loss.
Defesiensi folat, congestive hearth failure, dialisa. (1,2)
Defisiensi vit B12 Defisiensi folat
Anemia pernisiosa (addisonian)
Diet(vegetarian)
Tropikal sprue
gastrektomi
Gizi (nutrional)
Penyakit Coeliac
Tropical sprue
Kehamilan
2.3 Gejala
2.3.1 Anemia defisiensi besi
Anemia tidak akan menunjukkan gejala apabila masih dalam
kategori anemia ringan. Tetapi pada umumnya gejala-gejala yang
terjadi akan bersifat ringan pada awalnya dan mengalami
perkembangan menjadi lebih berat secara perlahan. (1,2)
Gejala-gejala yang umum terjadi adalah:
1. Rasa terganggu dan menjadi mudah marah
2. Rasa lelah atau lemah yang terjadi lebih sering dari biasanya
3. Sakit kepala
4. Sukar berkonsentrasi atau susah berfikir
Gejala-gejala yang lebih berat lagi dapat berupa:
1. Warna kebiruan pada sklera (bagian putih dari mata).
2. Rasa seperti melayang apabila dalam posisi berdiri
3. Kuku yang rapuh
4. Kulit yang pucat
5. Nafas yang pendek
6. Rasa sakit di lidah
Gejala-gejala khusus yang dapat terjadi pada penderita anemia
yang disebabkan karena kekurangan zat besi adalah:
1. Atrofi papil lidah.
2. Stomatitis angularis.
3. Koilonychia (kuku sendok).
4. Disfagia atau susah menelan.
5. Feses yang berwarna hitam karena mengandung darah.
6. Perdarahan yang hebat pada menstruasi pada wanita.
7. Rasa sakit pada perut bagian atas (karena ada perdarahan dalam
lambung).
8. Penurunan berat badan (pada anemia defisiensi besi yang
disebabkan oleh kanker).
Selain gejala-gejala anemia, terdapat juga gejala-gejala penyakit
dasar yang menjadi penyebab anemia.
2.3.2 Anemia megaloblastik
Secara hematologi megalobalstik/ def vit B12 dan asam folat
memberikan gambaran yang sama, tetapi defisiensi vitamin B12
disertai kelainan neurologik. Gambaran umum anemia
megaloblastik adalah: (1,2)
1. Anemia timbul perlahan dan progresif.
2. Kadang-kadang disertai ikterus ringan.
3. Glositis dengan lidah berwarna merah seperti daging (buffy
tongue).
Pada defisiensi vitamin B12 dijumpai gejala neuropati,
sedangkan defisiensi folat tidak disertai neuropati. Gejala neuropati
berupa subacute combined degenaration.
1. Neuritis perifer: mati rasa, rasa terbakar pada jari.
2. Kerusakan columna posterior: gangguan posisi, vibrasi dan tes
Romberg positif.
3. Kerusakan columna lateralis: spastisitas dengan deep reflek
hiperaktif dan gangguan serebrasi.
2.4 Diagnosis
Untuk mendiagnosis anemia secara umum, selain berdasarkan gejala-
gejala klinis yang ada, pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium yang
dapat dilakukan adalah: (1,2)
1. Pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin (pengukuran sel darah
merah).
2. Pemeriksaan indeks eritrosit.
3. Pemeriksaan sel darah putih dan keping darah.
4. Apusan darah tepi.
5. Laju endap darah dan penghitungan diferensial.
6. Pemeriksaan retikulosit
Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi
yang dapat dilakukan adalah:
1. TIBC atau pemeriksaan kapasitas pengikatan zat besi dalam darah.
2. Serum feritin.
3. Serum iron level.
4. Saturasi transferin.
5. Pengecatan sumsum tulang.
Pemerikasaan khusus untuk mendiagnosis anemia megaloblastik
yang dapat dilakukan adalah:
1. Pengukuran kadar serum vitamin B12 dan serum asam folat.
2. Methymalonic acid urine
3. supresi deoxyuridine.
4. Schilling test.
Selain mendiagnosis anemia, sebaiknya juga dilakukan pemeriksaan
lain untuk mendiagnosis penyebab kekurangan zat besi, vit B12 dan asam
folat misalnya:
1. Colonoscopy.
2. Pemeriksaan feses untuk mencari telur cacing.
3. Endoscopy foto saluran makanan bagian atas, follow through.
4. Pemeriksaan ginekologik
Dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya berdasarkan kecurigaan atas
penyebab kekurangan zat besi, vit B12 dan asam folat.
2.5 Terapi
Setelah diagnosis ditegakkan maka akan dibuat rencana pemberian terapi.
Terapi untuk anemia defisiensi dapat besi berupa:{1,2,3,5)
1. Terapi kausal tergantung penyebabnya, misalnya: pengobatan cacing
tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal
harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam
tubuh:
a. Besi per oral: merupakan obat pilihan pertama karena
efektif, murah dan aman. Preparat yang tersedia yaitu:
i. Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan
pertama (murah dan efektif). Dosis 3 x 200 mg.
ii. Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate dan
ferrous succinate, harga lebih mahal, tetapi efektivitas
dan efek samping sama.
Preparat besi oral sebaliknya diberikan saat lambung
kosong,tetapi efek samping lebih banyak dibandingkan
dengan pemberian setelah makan. Efek samping dapat
berupa mual, muntah, serta konstipasi. Pengobatan
diberikan sampai 6 bulan sampai kadar hemoglobin normal
untuk mengisi cadangan besi tubih. Kalau tidak, anemia
sering kambuh kembali. {1,2,3,5)
b. Besi parenteral
Efek samping lebih berbahaya , serta harganya lebih mahal.
Indikasi, yaitu: {1,2,3,5)
i. Intoleransi oral berat.
ii. Kepatuhan berobat kurang.
iii. Kolitis ulserativa.
iv. Perlu peningkatan Hb secara cepat (misalnya
preoperasi, hamil trimester akhir). {1,2,3,5)
Preparat yang tersedia: iron dextran complex, iron
sorbitol citric acid complex. Dapat diberikan secara
intramuskuler dalam atau intravena pelan. Efek samping:
reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual,
muntah, nyeri perut dan sinkop. {1,2,3,5)
Dosis besi perental: harus dihitung secara tepat karena
besi yang berlebihan akan membahayakan pasien. {1,2,3,5)
3. Pengobatan lain
a. Diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi
protein terutama yang berasal dari protein hewani. {1,2,3,5)
b. Vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100 mg/hari untuk
meningkatkan absorpsi besi. {1,2,3,5)
c. Transfusi darah: anemia kekurangan besi jarang
memerlukan transfusi darah. Indikasi pemberian transfusi
darah pada anemia besi adalah: {1,2,3,5)
i. Adanya penyakit jantung anermik dengan ancaman
payah jantung.
ii. Anemia yang sangat simptomatik, misalnya anemia
dengan dengan gejala pusing yang sangat mencolok.
iii. Penderita yang memerlukan peningkatan kadar
hemoglobin yang cepat, seperti pada kehamilan
trimester akhir atau preopersi.
Jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell)
untuk mengurangi bahaya overload. Sebagai premidikasi
dapat dipertimbangkan pemberian furosemid intravena.
Sedangkan terapi untuk utama untuk anemia megaloblastik/
defisiensi vitamin B12 dan asam folat adalah terapi dengan
ganti dengan vitamin B12 atau asam folat meskipun
demikian terapi kausal dengan perbaikan gizi dan lain-lain
tetap harus dilakukan. {1,2,3,5)
Untuk defisiensi vitamin B12: hydroxycobalamin
intramuskular 200 mg/hari, atau 1000 mg diberikan tiap
minggu selama 7 minggu. Dosis pemeliharaan 200 mg tiap
bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan. Untuk defisiensi folat:
berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan. Respon
terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan
puncak pada hari 7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu.
Neuropati biasanya dapat membaik, tetapi kerusakan
medulla spinalis biasanya ireversibel. {1,2,3,5)
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana masaa eritrosit atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh, sedangkan secara laboratorik
dijabarkan sebagai penurunan dibawah normal kadar hemoglobin, hitung
eritrosit dan hematokrit (packed red cell). Proses terjadinya anemia itu
sendiri tergantung dari sudut mana kita melihat dan tujuan kita
melakukan klasifikasi tersebut. Klasifikasi anemia yang sering
diguanakan bisa berdasarkan morfologi eritrosit (anemia hipokromik
mikroster, normokromik normositer dan makrositer) dan klasifikasi
anemia berdasarkan etiopatogenesis (produksi ertitrosit menurut,
kehilangan eritrosit dari tubuh, hemolisis, bentuk campuran dan bentuk
patogenensis yang belum jelas. Terdapat berbagai jenis anemia tapi
anemia yang sering terjadi yaitu: anemia defisiensi besi dan anemia
megaloblastik. Penyebab kedua anemia tersebut berbeda sehngga gejala
berbeda. Dalam menegakkan diagnosis dilakukan bedasarkan gejala-
gejala klinis yang ada dan dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium
untuk menentukan varian anemianya. Pada anemia defisiensi besi juga
ditambahkan pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit dasar yang menjadi
anemia penyebab anemia defisiensi besi
3.2 Saran
Praktisi kesehatan: dapat membantu memahami amebiasis dan mampu
menjelaskan kepada masyarakat tentang penyebab anemia secara umum,
penyuluhan gizi dan pencegahannya
Masyarakat umum: untuk memahami pola hidup sehat seperti mencuci
tangan sebelum makan, menggunakan alas kaki dan bagi penduduk yang
rentan seperti wanita hamil sebaiknya mengkomsumsi suplemen besi
untuk menambah zat besi
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakta, I made. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta:EGC,2007
2. Boediwarsono. (2006).Ilmu penykit dalam. 1St ed.Jakarta: Departemen
Ilmu penyakit dalam Fakultas Kedoktran Universitas Indonesia
3. Katzung G Bertram, Masters B Susan, trevor j Anthoni. (2009). Basic And
clinical Pharmacology. 11Th ed. US. The McGraw-Hill Companies, inc.
4. Dorland's Illustrated Medical Dictionary 32nd edition, 2012 Saunders,
Elsevier.
5. Allene Michael. K.Home McDonald, Miller Jefferi L. Invidualized
treatment for iron deficiency anemia in adult. Available PMC. Accesed on
07 August 2012.
6. Banarez Fernando Fernandez. Monzon helena, Forne Monstserrat. A Short
review of malabsorption and anemia. Available PMC. Accesed on 07
August 2012.