anatomi topografi

9
IKetut Suatha, Lab Anatomi FKH Unud 2009 Antop 5-01 PANDUAN MATA KULIAH ANATOMI TOPOGRAFI VETERINER (KHI 208) Penyajian mata kuliah / praktikum Anatomi Topografi Veteriner (KHI 208) pada semester III ini, merupakan kelanjutan dari program penyajian mata kuliah Anatomi Veteriner I (KHI 106) yang disajikan pada semester I dan Anatomi Veteriner II (KHI 107) yang diberikan pada semester II. Seorang mahasiswa untuk mengikuti program ini, secara mutlak harus memenuhi persyaratan bahwa yang bersangkutan telah menguasai/memahami Anatomi Sistematika yang telah disajikan dalam dua program sebelumnya. Dengan bahan pengetahuan dari Anatomi Sistematika secara keseluruhannya, akan diulang kembali pada Anatomi Topografi (antop) Veteriner, tetapi dalam pandangan dan titik perhatian yang lain. Pada Antop diutamakan memperhatikan dan mempelajari kedudukan berbagai alat tubuh satu terhadap yang lain dengan tepat dan pasti. Tujuan yang hendak dicapai dengan mendalami Antop adalah untuk menguasai pengetahuan praktis tentang penggunaan ilmu Anatomi ( berdasar kenyataan dan kedudukan organ dalam tubuh) dalam hubungannya dengan praktek-praktek kedokteran veteriner seperti ilmu bedah, diagnose klinik, dllnya. Oleh karenanya, Antop ini sering juga diistilahkan sebagai ANATOMI GUNA LAKSANA. Langkah pertama dalam pandangan antop adalah terlebih dahulu menentukan daerah dengan ketentuan batas yang pasti dan selanjutnya bahasan yang mendalam hanya terbatas didalam lingkungan daerah termaksud itu saja. Penentuan daerah/wilayah/kawasan (= regio) selalu dikaitkan dengan kegunaannya, untuk apa daerah itu ingin

Upload: aa-yui-mey-ningrat

Post on 24-Oct-2015

179 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

Anatomi Topografi

TRANSCRIPT

Page 1: Anatomi Topografi

IKetut Suatha, Lab Anatomi FKH Unud 2009 Antop 5-01

PANDUANMATA KULIAH

ANATOMI TOPOGRAFI VETERINER(KHI 208)

Penyajian mata kuliah / praktikum Anatomi Topografi Veteriner (KHI 208) pada semester III ini, merupakan kelanjutan dari program penyajian mata kuliah Anatomi Veteriner I (KHI 106) yang disajikan pada semester I dan Anatomi Veteriner II (KHI 107) yang diberikan pada semester II. Seorang mahasiswa untuk mengikuti program ini, secara mutlak harus memenuhi persyaratan bahwa yang bersangkutan telah menguasai/memahami Anatomi Sistematika yang telah disajikan dalam dua program sebelumnya. Dengan bahan pengetahuan dari Anatomi Sistematika secara keseluruhannya, akan diulang kembali pada Anatomi Topografi (antop) Veteriner, tetapi dalam pandangan dan titik perhatian yang lain.

Pada Antop diutamakan memperhatikan dan mempelajari kedudukan berbagai alat tubuh satu terhadap yang lain dengan tepat dan pasti. Tujuan yang hendak dicapai dengan mendalami Antop adalah untuk menguasai pengetahuan praktis tentang penggunaan ilmu Anatomi ( berdasar kenyataan dan kedudukan organ dalam tubuh) dalam hubungannya dengan praktek-praktek kedokteran veteriner seperti ilmu bedah, diagnose klinik, dllnya. Oleh karenanya, Antop ini sering juga diistilahkan sebagai ANATOMI GUNA LAKSANA.

Langkah pertama dalam pandangan antop adalah terlebih dahulu menentukan daerah dengan ketentuan batas yang pasti dan selanjutnya bahasan yang mendalam hanya terbatas didalam lingkungan daerah termaksud itu saja.

Penentuan daerah/wilayah/kawasan (= regio) selalu dikaitkan dengan kegunaannya, untuk apa daerah itu ingin dibahas/diketahui susunannya, misalnya untuk tindak chirurgi, diagnosa suatu penyakit pada bagian tubuh tertentu, penyembuhan suatu luka dsb. Dari ketentuan regio yang telah ditetapkan itu, secara berturutan, lapis demi lapis dipelajari apa saja yang mungkin diketemukan di wilayah tersebut ( misal: bulu, kulit, penebalan kulit, tanduk, fascia, otot, jaringan lemak, pembuluh darah, saraf, tulang, persendian, kelenjar, bursa, tendo, ligamenta, organ tubuh tertentu, dstnya) serta hubungan bagian-bagian itu, baik secara kedudukan, bentuk maupun fungsinya.

Dengan pengetahuan dan keterampilan menguasai susunan atau daerah ( suatu regio) pada tubuh secara topografis, maka diharapkan tanpa mengusik-usik daerah itu (tanpa mengiris atau membuka terlebih dahulu) sudah diketahui dengan pasti apa isi dan susunan yang dikandung regio tersebut. Sebagai misal pada tindak chirurgi umpamanya, tidak akan diragukan lagi bagaimana harus membedah bagian tubuh tertentu dengan pasti, meyakini bagian-bagian mana yang harus dan boleh diiris atau sebaliknya dan mengetahui dengan pasti juga keadaan bagian yang dituju untuk diperbaiki atau dibuang.

Page 2: Anatomi Topografi

IKetut Suatha, Lab Anatomi FKH Unud 2009 Antop 5-02

Dari uraian diatas, maka dalam antop ini, untuk mempelajari suatu regio, seharusnya ditempuh langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut:

1. Penentuan tujuan dan kegunaan, membahas suatu daerah, secara topografis. Disamping memenuhi keingintahuan akan susunan anatomis suatu daerah tubuh, maka penentuan tujuan/kegunaan dapat dikaitkan pada pendekatan ilmu bedah, diagnosa, seringnya terjadi suatu kelainan di daerah tertentu, usaha penyembuhan luka ataupun abscess, penentuan exterieur hewan, obstetri dan usaha-usaha kedokteran veteriner lainnya. Dari ketentuan-ketentuan tadi dapat ditetapkan luas dan lokasi daerah.

2. Penentuan daerah dengan batas-batas yang pastiUntuk keperluan ini, terlebih dahulu ditentukan tempat-tempat sebagai

pedoman yang disebut titik orientasi (TO). Dari berbagai TO yang telah ditentukan itu, ditarik garis batas yang tegas. TO termaksud diatas dapat berbagai macam bentuk, asal memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: jelas lokasinya, tetap bentuknya, permanen keadaannya, mudah dicapai baik secara observasi maupun palpasi.

Sebagai contoh yang dapat digunakan sebagai TO misalnya: foramen, incisura, processus, spina pada tulang; articulatio (bangunnya atau gerakannya); tepian otot yang menonjol; arteria ( dilihat/dirasakan pulsusnya); vena (dilihat dari jalur bendungnya); origo atau insertio suatu otot (tegangan atau rabaan yang dipalpasi); lekukan batas antar otot; tendo atau ligamenta dari suatu otot yang menjulur dibawah kulit; bagian organ tertentu (tonjolan atau bentuknya yang khas). Dan lain-lain bagian tubuh yang memenuhi persyaratan.

3. Observasi dan palpasi daerahSebelum meninjau lebih dalam susunan daerah yang telah ditentukan tadi,

maka dilakukan pengamatan luar terhadap daerah yang dimaksud, baik dengan observasi maupun dengan palpasi. Dalam hal ini diperhatikan bentuk-bentuk bangunan yang tampak, seperti bulu, penebalan kulit, tonjolan atau lekukan pada kulit, gerak-gerak yang tampak dibawah kulit, baik sebagai akibat persendian, denyut nadi, gerak regurgitasi, peristaltik dsbnya. Dengan palpasi (rabaan, tekanan) susunan kulit dengan bagian-bagiannnya dan organ organ dibawahnya dapat dipelajari. Melaksanakan observasi dan palpasi adalah melatih keterampilan mengetahui susunan anatomis suatu daerah, terutama pada hewan hidup, tanpa terlebih dahulu mengiris/ membuka lapisan bagian-bagiannya.

4. Melaksanakan irisan bertahap, menurut urutan lapisan.Setelah melampaui tiga langkah diatas dan daerah kerja dengan tegas telah

ditetapkan, maka barulah irisan kulit dilakukan pada garis-garis batas yang telah ditentukan dengan meninggalkan salah satu garis sisi tetap utuh agar dapat dipakai sebagai tempat pegangan kulit tersebut agar tidak lepas/hilang dari regio ybs. Maksud lebih jauh dari cara yang demikian, adalah disamping agar tetap utuh bagian-bagian yang dipelajari serta struktur kulit itu sendiri perlu diketahui lebih teliti, maka kulit yang masih terkait dengan regionya itu dapat digunakan sebagai lembar penutup kembali dari daerah yang belum selesai dikerjakan atau masih perlu dipelajari ulang. Kemudian, lembar fascia, kelompok musculi, lapis demi lapis diamati tanpa mengabaikan lintasan dan bentuk arteri, vena dan sabut saraf yang terdapat dan

Page 3: Anatomi Topografi

IKetut Suatha, Lab Anatomi FKH Unud 2009 Antop 5-03

ditemukan diwilayah itu. Perhatikan struktur dan kedudukan/susunan bagian-bagian itu, baik dipandang dari organ itu sendiri maupun hubungan satu terhadap yang lainnya. Biasakan mengiris sejajar dengan arah serat otot, jalannya arteri, vena dan sabut saraf serta cegahlah potongan yang tidak sengaja. Bila terpaksa memotong otot, maka harus dihindari memotong pada tempat regio ataupun insertio dan sebaiknya dilakukan pada bagian venter otot dengan tanpa membuang/menghilangkan bagian dari otot itu. Perhatikan pula kemungkinan adanya kelenjar, organ ataupun bangunan lain di daerah itu. Demikian pula fungsi serta kerja dari semua bagian yang terdapat di wilayah tersebut harus mendapat perhatian. Tanamkan kebiasaan bahwa melakukan potongan/irisan lapis demi lapis ataupun terhadap bagian/ organ tadi adalah semata-mata didasari keinginan tahu akan struktur/ susunannya tanpa tujuan merusak atau menghilangkan bagian yang diiris itu, sehingga lapisan atau organ tadi dapat ditempatkan kembali pada susunan semula serta memungkinkan struktur wilayah tetap utuh dan dapat dipelajari ulang berkali-kali, sampai dipahami secara sepenuhnya akan keadaan topografi dari regio termaksud.

Demikianlah langkah-langkah yang harus senantiasa ditempuh dalam memandang ataupun mengemukakan masalah suatu bagian tubuh secara topografis.Guna meningkatkan keterampilan pandangan antop, maka latihan membuat dan memahami potongan-potongan melintang dari berbagai tempat dari bagian-bagian tubuh sangat diperlukan. Penampang-penampang yang dimaksudkan diatas kebanyakan adalah irisan secara transversal, namun tidak berarti bahwa potongan-potongan menurut garis-garis vertikal, horizontal, sagittal, longitudinal dll arah tidak perlu difahami, bahkan justru sebaliknya, hendaknya sering dibuat untuk lebih melatih pemahaman struktur berbagai bagian tubuh. Dalam memperhatikan berbagai jenis potongan diatas, hendaknya dipelajari pula apa saja yang ikut terpotong letak bagian-bagian yang teriris itu, satu terhadap yang lain. Dari latihan-latihan memahami berbagai macam irisan diatas, diharapkan akan dapat menambah kemahiran memandang suatu bagian tubuh, baik secara dua dimensi maupun secara pandangan tiga dimensi, tanpa terlebih dahulu membuka/mengiris bagian yang dimaksudkan itu. Latihan tadi seyogyanya sering dilakukan sebelum melaksanakan praktikum, tugas ataupun sebagai persiapan menempuh ujian. Tinjauan-tinjauan seperti yang dimaksudkan diatas dapat menggunakan berbagai alat peraga sebagai alat pembantu yang sangat efektif untuk memberi gambaran dari susunan suatu bagian tubuh dengan jelas. Alat peraga yang dimaksudkan itu dapat berebentuk phantom (boneka peraga) yang ideal yang dapat dibuka-buka dan dikembalikan kekedudukan dari berbagai organ seperti semula ataupun alat peraga dalam bentuk transparancies ganda tercetak. Untuk kepentingan mahasiswa adalah sudah cukup memadai bila dipergunakan alat peraga yang terbuat dari lembaran-lembaran plastik biasa yang murah dan dibuat mahasiswa sendiri dengan jalan melukisnya sendiri ataupun dengan bantuan teknik fotocopy yang sudah tersedia dimana-mana. Untuk keperluan itu, dianjurkan kepada mahasiswa agara membuat dua macam alat peraga dari lembar plastik sebagai: peta buta, dari suatu organ/ bagian tubuh atau penampangnya dan transparancies ganda, dari suatu regio pada tubuh, sebanyak lapisan yang hendak ditinjau.

Sebagai contoh dan bahan latihan, buatlah alat peraga seperti yang dimaksudkan itu, dengan mengutip dari buku: “ Sisson & Grossman’s The Anatomy of The Domestic Animals” volume I, untuk:

-peta buta : fig. 19-18 atau fig. 19-19 atau fig. 512-515.-transparancies ganda: f 17-11 & f 17-12 pada halaman 394-396

Page 4: Anatomi Topografi

IKetut Suatha, Lab Anatomi FKH Unud 2009 Antop 5-04

Selanjutnya pilih sendiri dari banyak gambar dari buku tersebut mulai dari halaman 253-735. Setelah mahir dan faham dengan latihan termaksud diatas, mahasiswa akan mudah memahami dan membuat pandangan secara topografis dari bagian manapun pada tubuh. Tujuan dari latihan membuat bermacam-macam transparancies tadi adalah untuk memudahkan menyampaikan pendapat pada waktu diberi tugas dan kelancaran melakukan praktika pada sediaan anatomi yang harus dikerjakan secara topografis serta ketepatan memecahkan soal-soal ujian.

Contoh pembahasan regio flank.

REGIOPARALUMBALIS SINISTER

(KUDA)

TUJUAN DAN KEGUNAAN:

Struktur wilayah ini perlu diketahui, mengingat daerah ini sering sebagai tempat mendiagnosa secara fisik organ yang ada didalamnya ataupun sebagai salah satu tempat membedah rongga perut. Daerah ini dikenal juga sebagai “legok lapar” atau fossa pralumbalis atau flank. Pada sisi ini dapat digunakan sebagai tempat memeriksa peristaltik saluran usus, bahkan pada sapi dapat digunakan sebagai tempat menghitung gerak rumen. Sebagai lokasi chirurgic, daerah ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan laparotomi (=bedah perut), bahkan dapat dilaksanakan dalam keadaan hewan tetap berdiri. Dengan tindak laparotomi, dapat dilakukan usaha diagnosa langsung terhadap kelainan yang terjadi pada berbagai organ viscera didalam cavum abdominis. Sedangkan tindak chirurgi dengan melalui laparotomi antara lain usaha perbaikan obstruksi pada intestinum, ovariectomi, tubectomi, sectio caessaria, usaha perbaikan torsio uteri ataupun intestinum, juga usaha chirurgi terhadap renes meskipun jarang dilaksanakan. Pada sapi, tempat ini digunakan sebagai lokasi menusukkan alat trocard dalam usaha mengeluarkan gas yang tertimbun dalam rumen.

TITIK ORIENTASI DAN BATAS DAERAHSebagai TO digunakan tempat yang mudah diamati dan diraba dengan jelas,

yaitu: - ujung-ujung processus transverses vertebrae lumbalis- tuber coxae, yang menonjol- costae terakhir (XVIII) yang membentuk arcus costarum- lipatan kulit akibat regangan m. tensor fasciae latae.

Dari TO tadi, ditarik garis batas tegas dengan mudah sebatas pertengahan ventral arcus costae kearah caudal. Daerah ini akan membentuk suatu legokan yang nyata, lebih-lebih pada hewan yang kurus atau dalam keadaan lapar.

OBSERVASI DAN PALPASIDaerah cekungan yang jelas batas-batasnya, kulit lunak tetapi tegang tidak

mudah dilipat, Batas daerah mudah dan nyata untuk dipalpasiIKetut Suatha, Lab Anatomi FKH Unud 2009 Antop 5-05

Page 5: Anatomi Topografi

TINJAUAN STRUKTUR REGIOKulit disini lunak, tetapi tegang tidak mudah dilipat, permukaannya

membentuk cekungan, serta keadaan bulu sedang dan searah kecaudoventral. Dibawah kulit, langsung terdapat lapisan fascia superficialis yang di daerah ini merupakan lanjutan dari fascia lumbodorsalis yang mempunyai kawasan yang sangat luas, dari mulai diatas bahu sampai berlanjut ke wilayah gluteal. Tergantung dari keadaan individual, maka pada lembaran fascia ini mengandung sabut-sabut otot m. cutaneus trunci kearah caudoventral pula.

Lapisan dibawahnya, merupakan lembaran fascia profunda yang banyak mengandung unsur-unsur sabut elastis. Struktur yang demikian memungkinkan fascia ini ikut membantu kerja otot dalam mendukung alat-alat viscera (beratnya) pada rongga perut. Diwilayah legok lapar ini fascia yang dimaksud bertaut pula pada tuber coxae. Sampai dengan lapisan ini belum terdapat ranting-ranting pembuluh darah dan saraf yang berarti. Fascia profunda dikenal pula sebagai tunica flava abdominis. Selanjutnya, lapisan dibawahnya adalah lembaran otot-otot perut yang berlapis-lapis dan mudah dikenal karena jalan serat-seratnya berlainan. Diantara lapisan-lapisan otot inilah baru diketemukan ranting-ranting pembuluh darah dan saraf aa. intercostales et lumbales serta nn. intercostales et lumbales. Lembaran lembaran otot secara berurutan dari superficial ke profunda adalah:

-lapis pertama, berkas berkas tercaudal dari m. serratus dorsalis caudalis yang berserat ke cranioventral, m. obliquus abdominis externus yang berserat horizontal ke caudal dan lembaran ke caudoventralnya berbentuk aponeurosa.-lembar kedua, berkas berkas otot yang searah kecranioventral yang terdiri dari m. retractor costae yang terletak sebelah dorsocranial di sudut costae lumbalis dan m.obliquus abdominis internus yang agak terpisah dari otot retractor costae. Ditempat pisahan itu tampak lembaran lapis ketiga-lembar ketiga, adalah lapisan serat otot kearah caudoventral dari m.transversus abdominis, merupakan otot terdalam dari dinding perut di wilayah ini.

Permukaan dalam dari m. transversus abdominis langsung menghadap ke cavum abdominis dengan dilapisi langsung oleh peritoneum pars parietalis. Permukaan peritoneum pars parietalis kearah dalam menghadapi cavum peritonei yang licin, dan bergeseran dengan peritoneum pars visceralis yang langsung membungkus dan melekat pada alat-alat viscera (dalam hal regio ini, adalah intestinum tenuae). (Sebagai bahan latihan, silahkan anda membuat transparencies ganda).

Kepustakaan:Semua kepustakaan anatomi veteriner dapat digunakan sebagai sumber

informasi dan dalam menyusun makalah (tugas) dan praktika dianjurkan menggunakan:

1.Robert Getty:”Sisson & Grossman’s The Anatomy of The Domestic Animals Vol. I&II. 5th ed (1975)

2. Peter Popesko : “Atlas of The topographical anatomy of the domestic animals” Vol I,II,III translated by Robert Getty (1971)

3. Dll