anatomi sistem gerak.docx

52
1) Anatomi sistem gerak (syaraf lebih dibahas!) (3,6,11) Dibagi dalam beberapa regio: 1. Regio infraclavicularis 2. Regio deltoidea 3. Regio scapularis 4. Regio axilaris 5. Regio brachii 6. Regio cubiti 7. Regio antebrachii 8. Regio carpus 9. Regio manus 10. Regio digiti

Upload: anusha-prakash

Post on 11-Nov-2015

159 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

1) Anatomi sistem gerak (syaraf lebih dibahas!) (3,6,11)

Dibagi dalam beberapa regio:1. Regio infraclavicularis2. Regio deltoidea3. Regio scapularis4. Regio axilaris5. Regio brachii6. Regio cubiti7. Regio antebrachii8. Regio carpus9. Regio manus10. Regio digiti

Regio InfraclavicularisBatas batas:

Cranial : clavicula Caudal : regio mammaria Lateral : tepi medial M.deltoideus Medial : sternumRegio ini sebagian besar ditutupi oleh M. Pectoralis major sehingga disebut juga regio pectoralis. Regio ini merupakan dinding thorax bagian atas dan sebagai dinding ventralis dari rongga ketiak.Regio DeltoideaRegio ini adalah daerah yang ditutupi oleh M.deltoideus.Regio AxillarisRegio ini adalah daerah yang dibatasi oleh lipat ketiak ventralis dan lipat ketiak dorsalis. Tampak sebagai suatu lekukan yang disebut fossa axillaris. Sedangkan bila dibuka kulit daerah ini akan merupakan suatu ruangan yang berbentuk piramid yang disebut spatium axillaris.Regio BrachiiBatas batas regio :

Proximal: lipat ketiak Distal : garis penghubung kedua epicondyli humeriRegio brachii tediri dari regio brachii anterior dan regio brachii posterior.Regio CubitiBatas: masing masing 3 jari ke arah proximal dan 3 jari ke arah distal dari garis yang menghubungkan kedua epicondyli.Regio antebrachiiBatas batas :

Proximal : 3 jari distalis terhadap garis antara epicondyli humeri Distal : garis antara proc.styloideus radii dan proc.styloideus ulnae.

TanganBatas proximal : garis yang menghubungkan proc.styloideus radii dan proc.styloideus ulnaeBatas distal: garis yang terdapat setinggi capituli ossa metacarpalia.Regio DigitiYaitu jari jari tangan.OS HUMERUS Jenis tulang panjang. Dibagian proximal ada tonjolan ke medial caput humeri, yang dipisahkan dengan corpus oleh collum anatomicum. Proximal corpus sebelah lateral terdapat tuberculum majus sedang sebelah ventral tuberculum minus, yang masing-masing dilanjutkan ke caudal menjadi crista tuberculi majoris dan crista tuberculi minoris.Antara kedua tuberculum terdapat sulcus intertubercularis.Dibawah kedua tuberculum terdapat collum chirurgicum. Ventral corpus agak ke dorsal terdapat tuberositas deltoidea. Sebelah dorsal dari corpus berjalan sulcus nervi radialis yang arahnya medio cranial ke latero caudal.

OS RADIUS Proximal lebih kecil daripada distal. Paling proximal capitulum radii yang mempunyai 2 permukaan, yang cranial : fovea capituli radii tempat articulasi dengan capitulum humeri, yang mengelilingi capitulum radii: circumferentia articularis radii tempat ariculasi dengan ulna pada incisura radialis.Capitulum radii dipisahkan dengan corpus oleh collum radii.Radius distal berarticulasi dengan ulna pada incisura ulnaris dan dengan ossa carpalia pada facies articularis carpea.

OS ULNA

Bagian proximal lebih besar daripada distal, bagian yang cekung disebut incisura semilunaris yang mempunyai tonjolan processus coronoideus dan tonjolan ke dorsal yaitu olecranon, incisura semilunaris berarticulasi dengan throclea humeri.Sebelah radial dan caudal dari processus coronoideus terletak incisura radialis tempat beraticulasi dengan radius pada circumferentia articularis radii. Caudal processus coronoideus terdapat bagian yang kasar disebut tuberositas ulnae.Corpus ulnae mempunyai;

Crista interossea yang berhadapan dengan radius Crista supinatoria yang terletak di bagian dorsal

OSSA CARPALIAKalau disusun dari lateral ke medial, sebelah proximal:

Os naviculare manus Os lunatum Os triquetrum Os pisiforme

Bagian distal :

Os multangulum majus Os multangulum minus Os capitatum Os lunatum

OSSA METACARPALIA Terdiri dari : caput (berarticulasi dengan phalanx), corpus dan basis (sebelah proximal berarticulasi dengan ossa carpalis).Caput lebih besar daripada basis.

Metacarpus 1: paling pendek, mempunyai facies articularis berbentuk oval, berarticulasi dengan multangulum majus. Metacarpus 2 : paling panjang, basis terlebar, bentuk tak teratur. Metacarpus 3 : basis berbentuk segitiga, mempunyai processus styloideus. Metacarpus 4 : basisnya berbentuk segi empat. Metacarpus 5 : basis berbentuk segitiga.

MYOLOGIOtot Otot Ventral Bahu1. M. pectoralis major2. M.pectoralis minor3. M.subclavius4. M. subscapularis

Otot Otot Lateral Bahu1. M. deltoideus2. M. supraspinatus

Otot Otot Dorsal Bahu1. M.infraspinatus2. M. teres minor3. M. teres major4. M. latissimus

Otot Otot Ventral Lengan Atas1. M.biceps brachiiOtot Otot Dorsal Lengan Atas1. M.triceps brachii2. M.anconeusOtot Otot Permukaan Ventral Lengan Bawah1. M.pronator teres2. M.flexor carpi radialis3. M.palmaris longus4. M.flexor digitorum superficialisOtot Otot Ventral Lengan Bawah Sebelah Dalam1. M.flexor digitorum profundus2. M.flexor pollicis longus3. M.pronator quadratusOtot Otot Radial Lengan Bawah1. M.brachioradialis2. M.extensor carpi radialis longus3. M.extensor carpi radialis brevisOtot Otot Permukaan Dorsal Lengan Bawah1. M.extensor digitorum (communis)2. M.extensor digiti minimi3. M.extensor carpi ulnaris

Otot Otot Dorsal Lengan Bawah Bagian Dalam1. M.supinator2. M.extensor pollicis longus3. M.extensor indicis4. M.abductor policis longus5. M.extensor policis brevis

Otot-otot hypotenar1. M.palmaris brevis2. M.abduktor digiti minimi3. M. Plexor digiti minimi brevis4. M.opponens digiti minimi

Otot-otot Thenar1. M. Abduktor policis brevis2. M. Flexor policis brevis3. M.opponens pollicis4. M.adduktor pollicisOtot-otot Telapak Tangan1. Mm.lumbricales2. Mm.interossei palmares I-III3. Mm. Interossei dorsalis I-IV

Persarafan Otot Ekstremitas Atas

N.thoracodorsalis1. M.latissimus dorsi2. M.teres major (var.)N.suprascapularis1. M.supraspinatus2. M.infraspinatusNn.subscapularis1. M.subscapularis2. M.teres majorN.radialis1. M.triceps brachii2. M.anconeus3. M. Brachioradialis4. M.extensor carpi radialis longus5. M.extensor carpi radialis brevis6. M.extensor carpi ulnaris7. M.extensor digiti minimi8. M.extensor pollicis longus9. M.abductor pollicis brevis10. M.supinatorN.musculocutaneus1. M.biceps brachii2. M.brachialis3. M.coracobrachialisN.medianus1. M.pronator teres2. M.flexor carpi radialis3. M.palmaris longus4. M.flexor digitorum superfisialis5. M.flexor digitorum profundus6. M.flexor pollicis longus7. M.pronator quadratus8. M.flexor pollicis brevis9. M.opponens pollicis10. M.abduktor pollicis brevis11. Mm.Lumbricales I,IIN.ulnaris1. Mm.Lumbricales III,IV2. Mm.Interossei dorsales3. Mm.Interossei palmares4. M.flexor carpi ulnaris5. M.flexor digitorum profundus6. M.palmaris brevis7. M.abductor digiti minimi8. M.flexor digiti minimi brevis9. M.opponens digiti minimi10. M.opponens pollicis11. M.flexor pollicis brevis12. M.adduktor pollicis

Vena-vena Epifascia Lengan V.cephalica terbentuk dan tumbuh dari rete dorsale manus di sisi radial punggung tangan. Vena ini mendapat aliran darah dari permukaan tangna melalui Vv.intercapitularesdan berjalan di sepanjang sisi radial lengan bawah ke arah proksimal menuju daerah siku. Di daerah siku, V.cephalica beranastomosis dengan vena basilica dan pada umumnya terus sedikit melintasi sulcus bicipitalis lateralis sampai ke dalam trigonum clavi pectorale dan di sini vena tersebut menembus fascia dan bermuara ke dalam V.axillaris. V.basilica muncul pada sisi ulnar punggung tangan, berjalan di sepanjang daerah ulnar permukaan depan lengan bawah terus ke proksimal menuju ke daerah siku dan disini kemudian berhubungan dengan V.cephalica melalui V.mediana cubiti. Biasanya V.basilica lebih kuat dibandingkan V.cephalica. Pada daerah pertengahan lengan atas, V.basilica menembus Fascia brachii masuk ke dalam sulcus bicipitalis medialis dan bermuara ke dalam cabang medial V.brachialis. Anastomosis miring yang sangat bervariasi antara V.basilica dan V.cephalica dikenal sebagai V.mediana cubiti yang mendapat aliran darah dari sisi depan lengan bawah melalui V.mediana antebrachii. V.mediana basilica dan V.mediana cephalica merupakan penghubung V.basilica maupun V.cephalica dengan V.mediana antebrachii.

Pensyarafan Extremitas Inferior

saraf kutan lateral paha ( L23 )saraf perjalanan di bawah ligamen inguinal di tempat yang dapat dikompresi menyebabkan meralgia parestheticaafftects aspek lateral paha atasPengobatan : konservatif dengan steroid atau terapi fisik atau memotong saraf kutaneus lateralisobturator saraf ( L23 )saraf membentang di sepanjang bagian anterior pelvis dan keluar medial ke vena femoralisinnervates bagian dalam paha proksimalsaraf femoral ( L234 )innervates distal 1/3 dari daerah antero pahajuga innervates aspek medial tungkai bawah melalui saraf saphenasaraf siatik ( L45S123 )terdiri dari dua saraf utama - peroneal umum ( L45S12 ) dan tibialis ( L45S123 )peroneal paling sering terlukaperoneal memiliki dua divisi : dangkal dan dalam ; jika cabang dangkal terlibat maka akan ada hypalgesia pada aspek anterolateral kakijika divisi dalam dipengaruhi akan ada kelemahan dalam dorsofleksi dan inversi kaki dengan hilangnya sensasi antara daerah web pertama dua jari kakisaraf tibialisinnervates fleksor kaki dan plantar fleksi pergelangan kaki ; Lesi mempengaruhi plantar fleksi pergelangan kaki dan fleksi jari-jari kakimotoriliopsoas ; L23 ; saraf femoralis ; hip fleksifemoris quadriceps ; L34 ; saraf femoralis ; ekstensi lututlongus adduktor ; L3 ; obturator sarafgluteus medius / minimus ( paha penculikan dan rotasi medial ) ; L5 ; superior gluteal sarafgluteus maksimum ( penculikan paha dengan pasien rawan ) ; S1 ; glutealis rendah saraf Ingat : glutealis rendah saraf keluar di bawah otot piriformis sementara unggul glutealis saraf keluar di atas otot piriformisbisep femoris ; S1 ; saraf siatik ; ekstensi hiptibialis anterior ( dorsofleksi dan inversi ) ; L4 ; saraf peroneal yang mendalamekstensor longus hallicus ; L5 ; peroneal yang mendalamlongus dan brevis peroneus ; ( plantar fleksi dan eversi ) ; L5 ; peroneal dangkal saraf Ingat : dangkal peroneal saraf lateral peroneal saraf dalam dan saraf tibialis posterior untuk keduatibialis posterior ( plantar fleksi dan inversi ) ; L4 ; saraf tibialisgastrocnemius ; S1 ; saraf tibialis ; plantar fleksi

http://adeputrasuma.blogspot.com/2013/10/buku-anatomi-bagian-ii-ekstremitas.htmlhttp://wiki.cns.org/wiki/index.php/Peripheral_nerve_innervation_of_lower_extremity

2) Refleks fisiologis (7,1,9)

Pengertian Gerak ReflekGerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. B. Alat Yang Dibutuhkan Palu perkusi Lampu Senter Kapas Jarum C. Cara Kerjaa. Refleks kulit perutOrang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kea rah umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.b. Refleks korneaSediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas. Respon berupa kedipan mata secara cepat.c. Refleks cahayaCahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba. Respons berupa konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.d. Refleks Periost RadialisLengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Respons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.e. Refleks Periost UlnarisLengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi. Ketuklah pada periost prosessus stiloideus. Respons berupa pronasi tangan.f. Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)1) Knee Pess Reflex (KPR)Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan Hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadrisips.2) Achilles Pess Reflex (ACR)Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Ketuklah pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastronemius.3) Refleks bisepsLengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak kontraksi otot biseps.4) Refleks trisepsLengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.5) Withdrawl ReflexLengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi. Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus. D. Jenis - jenis ReflekPada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan patologis. Refleks fisiologis normal jika terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis normal jika tidak terdapat pada manusia.a. Refleks fisiologisPada percobaan refleks kulit perut, orang coba berbaring terlentang dengan kedua lengan terletak lurus samping badan. Kulit di daerah abdomen dari lateral ke arah umbilikus digores dan respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut. Namun pada orang lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi kontraksi otot dinding perut karena tonus otot perutnya sudah kendor. Pada refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi kontralateral kornea orang coba disentuh dengan kapas yang telah digulung membentuk silinder halus. Respon berupa kedipan mata secara cepat.Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N. Opticus, lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N . Oculomotoris dan sampai ke spingter pupil.Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang coba difleksikan pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan pengetukan periosteum pada ujung distal os radii. Jalannya impuls pada refleks periost radialis yaitu dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris lalu akan menggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon yang terjadi berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.Respon dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan. Jalannya impuls saraf berasal dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu akan menggerakkan m. brachioradialis.Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan timbul kontraksi. Respon ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang diregangkan. Reseptornya adalah kumparan otot (muscel spindle). Yang termasuk muscle spindle reflex (stretcj reflex) yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR), Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan Withdrawl refleks.Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan palu dan respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. Pada Achilles Pess Refleks (APR), tungkai difleksikan pada sendi lutu dan kaki didorsofleksikan. Respon yang terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. Ketika dilakukan ketukan pada tendo otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan supinasi. Sedangkan jika tendo otot triseps diketuk, maka respon yang terjadi berupa ekstensi lengan dan supinasi.Untuk mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, misalnya untuk memeriksa nervus IX (nervus glossopharingeus) dapat dilihat pada saat spatula dimasukkan ke dalam mulut, maka akan timbul refleks muntah, sedangkan nervus XII dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan beberapa nervus dapat diperiksa dengan malihat gerakan bola mata. Nervus penggerak mata antara nervus IV, abduscens, dan oculomotoris. Nervus XI (nervus accesoris) dapat diuji dengan menekan pundak orang coba, jika ada pertahanan, artinya normal.Respon motorik kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem saraf. Respon ini dapat dilihat saat orang diminta menunjuk anggota secara bergantian. Orang normal akan menunjuk dengan tepat, sebaliknya orang yang koordinasi sistem sarafnya tidak normal maka dia tidak akan menunjuk dengan tepat.a. Pemeriksaan Neurologi1. Fungsi CerebralKeadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS) : Refleks membuka mata (E)4 : Membuka secara spontan3 : Membuka dengan rangsangan suara2 : Membuka dengan rangsangan nyeri1 : Tidak ada respon Refleks verbal (V)5 : Orientasi baik4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang1 : Tidak keluar suara Refleks motorik (M)6 : Melakukan perintah dengan benar5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi3 : Hanya dapat melakukan fleksi2 : Hanya dapat melakukan ekstensi1 : Tidak ada gerakanCara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1) Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X 5 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 X 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 5 X.GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.Derajat kesadaran : Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang. Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala. Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri tusukan) Koma : tidak bereaksi terhadap stimulusKualitas kesadaran : Compos mentis : bereaksi secara adekuat Abstensia drowsy/kesadaran tumpul:tidak tidur dan tidak begitu waspada.Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk. Bingung/confused: disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya. Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampaGangguan fungsi cerebral meliputi : Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosiPengkajian status mental / kesadaran meliputi :GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.2. Fungsi nervus cranialisCara pemeriksaan nervus cranialis :a. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi, tembakau, alkohol,dll)b. N.II : Optikus (Tajam penglihatan): dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandangc. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata): Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.d. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama seperti N.IIIe. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip):menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapasf. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama sperti N.IIIg. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah):senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mataa dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garamh. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) : test Webber dan Rinnei. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ): membedakan rasaa mani dan asam ( gula dan garam)j. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) : menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap ah!k. N.XI: Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan.l. N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.3. Fungsi motorika. OtotUkuran : atropi / hipertropiTonus : kekejangan, kekakuan, kelemahanKekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.Derajat kekuatan motorik :5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas4 : Ada gerakan tapi tidak penuh3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi2 :Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.1 : Hanya ada kontraksi0 : tidak ada kontraksi sama sekalib. Gait (keseimbangan) : dengan Rombergs test4. Fungsi sensorikTest : Nyeri, Suhu,Raba halus, Gerak,Getar, Sikap,Tekan, Refered pain.5. Refleksa.Refleks superficial Refleks dinding perut :Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medialRespon : kontraksi dinding perut Refleks cremasterCara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawahRespon : elevasi testes ipsilateral Refleks glutealCara : goresan atau tusukan pada daerah glutealRespon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateralRefleks tendon / periosteum Refleks Biceps (BPR):Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.Respon : fleksi lengan pada sendi siku Refleks Triceps (TPR)Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasiRespon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku Refleks Periosto radialisCara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasiRespon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis Refleks PeriostoulnarisCara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates Refleks Patela (KPR)Cara : ketukan pada tendon patellaRespon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris Refleks Achilles (APR)Cara : ketukan pada tendon AchillesRespon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius Refleks Klonus lututCara : pegang dan dorong os patella ke arah distalRespon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung Refleks Klonus kakiCara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsungb. Refleks patologisHoffmann TromerTangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif jika terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jariRaspingGores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal masih terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan terdapat lesi di area premotorik cortexReflek palmomentalGarukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateralReflek snoutingKetukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu. Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateralMayer reflekFleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalisReflek babinskiLakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.Reflek OppenheimLakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinskiReflek GordonLakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul reflek seperti babinskiReflek SchaeferLakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek seperti BabinskiReflek caddockLakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.Reflek rossolimoPukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki.Reflek mendel-bacctrerewPukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :Pemeriksaan fungsi luhur:1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang lain.6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.Refleks PrimitifRefleks Primitif

Moro

Refleks berjalan

Refleks menghisap/menyusu

Tonic neck reflex

Palmar grasp reflex

Refleks Babinski

Refleks Galant

Refleks Berenang

Refleks Babkin

http://afrizalonar.blogspot.com/2013/06/laporan-pendahuluan-pemeriksaan-refleks.html

3) DM polyneuropathy (10,12,13)

Definisi neuropati diabetika:suatu gangguan pada syaraf perifer, otonom dan syaraf cranial yang ada hubunganya dengan diabetes mellitus.Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan mikrovaskuler yang disebabkan oleh diabetes yang meliputi pembuluh darah yang kecil-kecil yang memperdarahi syaraf(vasa nervorum).Patofisiologi:Dasar patofisiologi penyebab neuropati pada diabetes belum dimengerti seluruhnya&banyak hipotesis dan pada saat ini dianggap suatu proses yang multifaktorial.berikut ini beberapa teori yang banyak diterima yaitu:Teori Metabolik: teori ini mengemukakan,bahwa hiperglikemia menyebabkan kadar glucose intra seluler yang meningkat, sehingga terjadi kejenuhan(saturation) dari jalur glikolitik yang biasa digunakan(normal usedglycolitic pathway). Glukosa yang berlebihan dialirkan ke jalur poliol dan diubah menjadi sorbitol dan fruktosa oleh enzim aldose reduktase dan sorbitol dehidrogenase. Penumpukan sorbitol dan fruktosa menyebabkan mengurangnya mioinositol dalam syaraf, menurunya aktifitas membran Na/K-ATPase, terganggunya transport akson dan penghancuran struktur syaraf sehingga menyebabkan menurunya kecepatan hantar syaraf. Dengan ini jelas, bagaimana inhibitor aldose reduktase bekerja dan memperbaiki kecepatan hantar saraf.Teori Neurovaskuler/vaskuler (iskemik-hipoxik) :menurut teori ini, maka terjadi iskemia endoneural karena meningginya resistensi endoneural-vaskuler terhadap darah yang hiperglikemik. Berbagai faktor metabolik termasuk pembentukan dari produk akhir glikosilasi yang lanjut juga memegang peranan sampai terjadi kerusakan kapiler dan meng-inhibisi transport aksonal dan aktifitas Na/K-ATP ase sehingga akhirnya terjadi degenerasi akson. Semua ini juga terjadi karena kerusakan pada pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrien ke saraf.Teori Oto-imun :Anggapan bahwa neuropati oto-imun merupakan mekanisme yang menyebabkan terjadinya neuropati diabetika, karena menyebabkan inflamasi pada syaraf selalu menarik perhatian. Neuropati oto-imun bisa terjadi karena perubahan imunogenik dari sel endotel kapiler. Hal ini juga yang dapat menerangkan, mengapa penggunaan imunoglobulin intra vena(IVIg) bisa berhasil untuk mengobati neuropati diabetika.Teori perubahan support neurotropik : faktor neurotropik penting untuk mempertahankan, pembentukan dan regenerasi dari elemen-elemen responsif dari sistem saraf. Nerve growth factor (NGF) merupakan yang telah paling banyak diselidiki. Protein ini memperbaiki survival dari faktor-faktor simpatetik dan small fiber, yang berasal dari neural crest di sistem saraf perifer.Iskemia syaraf/hipoksia : terjadinya mikro-angiopati yang menyebabkan hipoksia merupakan faktor penting dalam patogenesis neuropati diabetika yang telah dibuktikan dengan adanya lesi multifokal pada serabut saraf n.suralis.Physical :Neuropati diabetika biasanya dimulai sebagai suatu disfungsi umum serabut saraf perifer yang asimptomatik. Biasanya disfungsi ini yang paling sering ditemukan adalah kecepatan hantar saraf yang abnormal atau penurunan respon denyut jantung terhadap nafas dalam atau terhadap tes valsava.Tanda klinis pertama yang biasanya muncul bersamaan dengan menurunya kecepatan hantar saraf adalah menurunya/hilangnya refleks tumit atau menurun/hilangnya sensasi vibrasi pada jari-jari kaki.Bila penyakit berlanjut akan timbul nyeri dengan derajat yang berbeda-beda, gangguan sensorik pada jari-jari kaki, kaki dan tungkai distal, gangguan refleks fisiologis disertai kelemahan otot-otot kecil dari kaki.Diperlukan 5 kriteria untuk menetapkan diagnosa polineuropati diabetika.1) pasien menderita diabetes mellitus berdasarkan kriteria National Diabetes Data Group, 2) diabetes melllitus telah menyebabkan hiperglikemia khronis untuk waktu yang lama, 3) pasien menderita polineuropati yang predominan distal sensorimotorik pada ekstremitas bawah, 4) Retinopati diabetika atau nefropati hampir sama dengan polineuropati, 5) Kausa lain dari polineuropati sensori motorik bisa disingkirkan.Pada DM tipe 1 (IDDM), polineuropati distal biasanya terjadi setelah hiperglikemia khronis untuk waktu yang lama. Sebaliknya pada DM tipe 2 (NIDDM), terjadinya setelah beberapa tahun adanya kontrol gula darah yang kurang baik dan kadang-kadang malahan neuropati diabetika sudah ditemukan pada waktu ditegakkan diagnosa DM.Neuropati diabetika bisa timbul dalam berbagai bentuk gejala sensorik, motorik dan otonom, harus dibuat daftar terstruktur untuk anamnesa.Gejala sensorik bisa merupakan gejala negatif atau positif, difus atau lokal.Gejala sensorik yang negatif adalah rasa tebal, tak merasa, gangguan berupa sarung tangan/kaus kaki, seperti berjalan diatas tongkat jangkungan dan kehilangan keseimbangan terutama bila mata ditutup dan luka-luka yang tidak merasa sakit.Gejala sensorik positif adalah rasa seperti terbakar, nyeri yang menusuk, rasa seperti kesetrum, rasa kencang dan hipersensitif terhadap rasa halus.Gejala motorik dapat menyebabkan kelemahan yang distal, proksimal atau fokal. Gejala motorik distal termasuk gangguan koordinasi halus dari otot-otot tangan, tak dapat membuka kaleng atau memutar kunci, memuku-mukul kaki dan lecetnya jari-jari kaki. Gejala gangguan proksimal adalah gangguan menaiki tangga, kesukaran bangun dari posisi duduk atau berbaring, jatuh karena lemasnya lutut dan kesukaran mengangkat lengan di atas pundak.Gejala otonom dapat berupa gangguan sudo motorik (kulit kerinh, keringat yang kurang, keringat berlebihan pada area tertentu), gangguan pupil (gangguan pada saat gelap, sensitif terhadap cahaya yang terang), gangguan kardiovaskuler (kepala tertasa enteng pada posisi tertentu, pingsan), gastrointestinal (diare nokturnal, konstipasi, memuntahkan makanan yang telah dimakan), gangguan miksio (urgensi, inkontinensia, menetes) dan gangguan seksual (impotensi dalam ereksi dan gangguan ejakulasi pada pria) dan tidak bisa mencapai klimaks seksual pada wanita).

Klasifikasi neuropati diabetika :Neuropati diabetika dapat diklasifikasikan juga sebagai neuropati perifer, otonom, proksimal dan fokal dan setiap tipe mengenai badan yang berlainan dengan cara yang berbeda pula.Neuropati perifer :Jenis neuropati ini merusak saraf di lengan dan tungkai, dimana kaki dan tungkai biasanya lebih dulu terkena dari pada tangan dan lengan. pada banyak penderita diabetes mellitus dapat ditemukan gejala neuropati pada pemeriksaan, akan tetapi penderita tidak merasakanya sama sekali.Gejala biasanya dirasakan lebih berat pada malam hari. Neuropati perifer juga bisa menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks, terutama refleks tumit yang menyebabkan perubahan cara jalan dan juga bisa menyebabkan deformitas pada kaki seperti hammertoes dan kollaps dari midfoot. Bisa terlihat luka-luka pada kaki yang terjadi pada daerah yang kurang rasa, karena kerusakan yang disebabkan oleh tekanan. Bila tidak diobati dengan segera, maka bisa terjadi infeksi sampai tulang dan bisa harus dilakukan amputasi.Neuropati otonom :Jenis neuropati ini mengenai saraf yang mengontrol jantung, mengurus tekanan darah dan mengatur kadar gula darah, juga mengenai organ dalam yang menyebabkan gangguan pencernaan, pernafasan, miksio, respon seksual dan penglihatan. Selain itu sistem yang memperbaiki kadar gula ke normal setelah terjadi suatu episode hipoglikemia bisa terkena, sehingga terjadi hilangnya tanda-tanda peringatan terjadinya hipoglikemi seperti keringat dingin dan palpitasi.Tidak sadarnya karena suatu hipoglikemia : biasanya akan terjadi gejala-gejala seperti gemetar, bila gula darah menurun samapi dibawah 70 mg%, sedangkan pada neuropati otonom hal ini tidak terjadi sehingga hipoglikemi sukar dideteksi. Namun ada problem lain yang bisa menyebabkan ini, sehingga hal ini tidak selalu berarti adanya kerusakan syaraf.Jantung dan sistem sirkulator adalah sistem dari kardiovaskuler, yang mengontrol sirkulasi darah. Kerusakan di sistem kardiovaskuler mengganggu kemampuan badan untuk mengatur tekanan darah dan denyut jantung sehingga tekanan darah dapat turun dengan mendadak setelah duduk atau berdiri dan menyebabkan penderita merasakan kepala yang enteng atau malahan pingsan.Kerusakan pada saraf yang mengatur denyut jantung dapat menyebabkan denyut yang lebih tinggi(tidak naik dan turun) sebagai respon terhadap fungsi badan yang normal dan pada latihan.Sistem pencernaan : Kerusakan pada saraf saluran pencernaan biasanya menyebabkan konstipasi. Selain itu bisa juga menyebabkan pengosongan lambung yang terlalu lambat sehingga bisa menyebabkan gasttroparesis. Gastroparesis yang berat menyebabkan nausea dan muntah yang persisten dan tidak nafsu makan. Gastroparesis juga bisa menyebabkan fluktuasi gula darah, disebabkan pencernaan makanan yang abnormal. Kerusakan oesophagus bisa menyebabkan kesukaran menelan, sedangkan kerusakan pada usus menyebabkan konstipasi bergantian dengan diare yang sering dan tidak terkontrol pada malam hari dan problema-problema ini dapat menyebabkan penurunan berat badan.Traktus urinarius dan organ seks : neuropati otonom sering kali mempengaruhi organ-organ yang mengontrol miksio dan fungsi seksual. kerusakan saraf menghalangi pengosongan sempurna dari kandung kemih sehingga bakteri dapat tumbuh di dalam kandung kemih dan ginjal sehingga dapat menyebabkan infeksi pada traktus urinarius. Bila saraf yang mengurus kandung kemih terganggu dapat terjadi inkotinesia urin karena tidak merasakan kapan kandung kemih penuh atau tidak bisa mengontrol otot-otot yang melepaskan urin.Kelenjar keringat :neuropati otonom dapat mengenai saraf-saraf yang mengurus keringat. Kerusakan saraf mencegah bekerjanya kelenjar keringat dengan baik, sehingga badan tidak dapat mengatur suhu tubuh dengan baik dan ini bisa menyebabkan keringat berlebihan pada malam hari atau sewaktu makan.Neuropati proksimal:Neuropati proksimal sering kali juga disebut pleksus neuropati lumbosacral, neuropati femoral atau amiotrofi diabetika, yang dimulai dengan nyeri di paha, panggul, bokong atau tungkai biasanya pada satu sisi badan. Neuropati tipe ini lebih sering terjadi pada diabetes tipe 2 dan pada lansia. Bila terjadi kelemahan tungkai yang bermanifestasi dalam kesukaran bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri tanpa pertolongan orang lain. Biasa diperlukan pengobatan untuk kelemahan dan nyerinya dan lamanya periode penyembuhan tergantung dari tipe kerusakan saraf yang terjadi.Neuropati fokal :Kadang-kadang neuropati diabetika timbulnya mendadak dan mengenai saraf perifer terutama di kepala, torso atau tungkai.Neuropati fokal bisa menyebabkan :Gangguan memfokuskan mata.Melihat double.Nyeri di belakang satu mata.Nyeri hebat.Bell's palsy.Nyeri hebat di punggung bawah atau pelvis.Nyeri di bagian depan paha.Nyeri di dada, perut atau samping badan.Nyeri di sebelah luar atau sebelah dalam kaki.Nyeri dada atau abdominal yang sering salah diagnosa sebagai suatu penyakit jantung, serangan jantung atau appendisitis.Mencegah timbulnya neuropati diabetika :Cara terbaik mencegah timbulnya neuropati diabetika adalah dengan jalan mengatur kadar gula darah pada level normal dan dengan mempertahankan kadar gula darah pada level yang aman akan melindungi terjadinya kerusakan saraf di seluruh badan.

Diagnosa :Neuropati didiagnosa berdasarkan gejalanya dan pemeriksaan fisik, dimana harus diperiksa tekanan darah, denyut jantung, kekuatan otot, refleks dan sensivitas terhadap posisi, vibrasi suhu dan raba halus.Juga dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lain untuk membantu menentukan tipe dan seberapa beratnya kerusakan saraf yang terjadi :Pemeriksaan kaki yang komprehensif : dengan cara memeriksa kulit, sirkulasi dan sensasi dengan menggunakan monofilamen nilon, bila ada gangguan kehilangan sensasi protektif akan ada resiko terjadinya luka pada kaki yang sukar sembuh.Juga perlu diperiksa refleks dan vibrasi yang lebih sensitif dari rasa raba/tekanan.

Pemeriksaan penunjang :Pemeriksaan laboratorium :Harus diperiksa laboratorium dan menyingkirkan kausa-kausa lain dari neuropati. Semua haril-hasil harus normal kecuali gula darah dan HbA1c pada diabetes yang tidak terkontrol dengan baik atau yang belum diketahui (undiagnosed diabetes). Eritrosit&leukosit&diff, Elektrolit, gula darah puasa dan HbA 1 c walaupun belum ada korelasi yang langsung antara beratnya peninggian HbA1c dengan beratnya neuropati diabetika, vitamin B-12 dan kadar asam folat, thyroid-stimulating hormone dan tiroksin, LED.Pemeriksaan imaging : MRI servikal, torakal atau lumbal untuk menyingkirkan kausa secunder dari neuropati, CT mielogram adalah suatu pemeriksaan alternatif untuk menyingkirkan kompresi dan keadaan patologis lain di kanalis spinalis pada radikulopleksopati lumbosacral dan neuropati torakoabdominal, imaging otak untuk menyingkirkan aneurisma intracranial, lesi compresi dan infark pada kelumpuhan n.okulomotorius.Pemeriksaan elektrofisiologi : EMG (elektromiograf) dan kecepatan daya hantar saraf (KHS/NCV)EtiologiSindromayangdisebabkanolehdegenerasisarafperiferatau autonom akibatdiabetes mellitus. Neuropati diabetik pada saraf autonom disebabkan oleh vaskulitis. Pembuluh- pembuluh darah yang terkena proses itu ialah yang memperdarahi pleksus serabut autonom, terutama pleksus vesikalis. Oleh karena itu timbullah inkontinensia urine, impotensi dengan hilangnya ereksi. Lesi spinovaskular dan serebrovaskular pada penderita diabetes sering terjadi akibat trombosis ataupun pecahnya mikro-aneurisme.KlasifikasiNeuropati diabetiik merupakan kelainan yang heterogen, sehingga ditemukan berbagai ragam klasifikasi. Secara umum ND ditemukan bergantung pada 2 hal,menurut perjalanan penyakitnya dan menurut jenis srabut saraf yang terkena lesi.Menurut perjalanan penyakitnya,ND dibagi menjadi :-Neuropati fungsional/subklinis, yaitu gejala yang muncul sebagai akibat perubahan biokimiawi.-Neuropati struktural/klinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat kerusakan struktural serabut saraf.-Kematian neuron/tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut saraf akibat kematian neuron.Menurut jenis serabut saraf yan g terkena lesi:Neuropati difuse-Polineuropati sensori-motor simetris distal-Neuropati otonom : Neuropati sudomotor, neuropati otonom, neuropati kardiovaskular, neuropati gastrointestinal, neuropati genitourinaria.-Neuropati lower limb motor simetris proksimal (amiotropi)Neuropati fokal-Neuropati kranial-Radikulopati/pleksopati-Entrapment neuropathyPatomekanismeProses kejadian ND berawal dari hiperglikemia berkepanjangan yang berakibat terjadinya peningkatan aktivitas jalur poliol, sintesis advance glycosilation end products (AGEs), pembentukan radikal bebas dan aktivitas protein kinase C (PKC). Aktivitas berbagai jalur tersebut berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehingga aliran darah ke saraf menurun dan bersama rendahnya mioinositol dalam sel terjadilah ND. Berbagai penelitian membuktukan bahwa kejadian ND berhubungan sangat kuat dengan lama dan beratnya DM.Gejala kliniskhas, pertama tama extremitas paling distal yaitu jari-jari kaki kmd meluas ke kaki yang menyebabkan hilangnya rasa nyeri dan suhu dengan pola stocking, dan terakhir extremitas atas yang dimulai pada jari jari tangan (glove)stocking and glove appearance.ulkus pada kaki.ataksia(ataksia diabetik), tabes diabetikumkelemahan otot fleksor dan ekstensor kaki,refleks tendon achilles sering negatif.DiagnosaPolineuropati sensori-motor simetris distal atau distal symmetrical sensorymotor polyneuropathy (DPN) merupakan jenis kelainan ND yang paling sering terjadi. DPN ditandai dengan berkurangnya fungsi sensorik secara progresif dan fungsi motorik yang berlangsung pada bagian distal yang berkembang kearah proksimal. Bentuk lain dari ND yang juga sering ditemukan ialah neuropati otonom (parasimpatis dan simpatis) atau diabetic autonomic neuropathy (DAN).Pemeriksaan penunjangPengendalian Glukosa darah dan monitor HbA1c secara berkalaPemeriksaan EMNGTerapiUntuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya komplikasi kronik DM termasuk neuropati,obat-obat yang berperan pada proses timbulnya komlikasi kronik diabetes, yaitu:golongan aldose reductase inhibitor, yang berfungsi menghambat penimbunan sorbitol dan fruktosa.Penghambat ACENeurotropin : nerve growth factor, brain-derived neurotrophic factorAlpha Lipoic acid, suatu antioksidan kuat yang dapat membersihkan radikal hidroksil, suproksida dan peroksil serta membentuk kembali glutation.Penghambat protein kinase CGangliosides, merupakan komponen utama membran selGamma linoleic acid (GLA), suatu prekursor membran fosfolipidAminoguanidin, berfungsi menghambat pembentukan AGEsHuman intravenous immunoglobulin, memprbaiki gangguan neurologik maupun non neurologik akibat penyakit autoimun.ND dengan nyeri, dianjurkan ialah :NSAID (ib uprofen 600mg 4x/hari, sulindac 200mg 2x/hari)Antidepresan trisiklik amitriptilin 50-150mg malam hari, imipramin 100mg/hari, nortriptilin 50-150mg malam hari, paroxetine 40mg/hari)Antikonvulsan (gabapentin 900mg 3x/hari, karbamazepin 200mg 4x/hari)Antiaritmia (mexilletin 150-450mg/hari)Topikal : capsaicin 0,075% 4x/hari,fluphenazine 1mg 3x/hari, transcutaneous electrical nerve stimulation.PrognosisPrognosis penderita neuropatidiabetik sangat tergantung dari usia karena semakin tua usia penderita diabetes mellitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan tungkainya, lamanya menderita diabetes mellitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau paramedis.

http://jatihylmi-neuropatidiabetika.blogspot.com/http://dokterbaeg.blogspot.com/2010/11/neuropati-diabetik.html