anatomi dan fisiologi telinga, serta kelainannya

40
ANATOMI TELINGA DAN KELAINANNYA A. Anatomi Telinga merupakan organ yang memiliki fungsi spesifik berupa fungsi auditorial dan keseimbangan. Keduanya berfungsi secara fisiologis yang memiliki sinergisme ang kuat oleh karena fungsi organ yang saling terkait. Namun secara keseluruhan organ-organ ini adalah satu kesatuan yang dinamakan “seperangkat telinga” atau sepasang telinga. Telinga terbagi atas 3 bagian jika ditinjau secara sistemik, yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga luar distrukturi oleh auriculus dan meatus auditorius eksterna. Telinga tengah, membran timpani, seperangkat kartilago osikulus, fenestra oval, fenestra rotunum dan tuba eustachius. Telinga dalam, vestibulum dan koklea. 1. Telinga Luar Merupakan struktur terluar telinga yang berfungsi dalam fokus gelombang (collecting sounds) dan melokalisasi sumber datangnya suara a. Auriculus Memiliki bentuk seperti corong yang ujung sempitnya menghadap kedalam kepala. Namun auriculus

Upload: khairul-walad

Post on 27-Oct-2015

142 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Anatomi TelingaFisiologi TelingaKelainan TelingaOtitis MediaOtitis EksternaOMSKOMSAPatologi TelingaKelainan Telinga LuarKelainanTelinga DalamOtitisOtitis Media Supuratif kronikOtitis Media Supuratif akutOtitis media non-supuratif

TRANSCRIPT

ANATOMI TELINGA DAN KELAINANNYA

A. Anatomi

Telinga merupakan organ yang memiliki fungsi spesifik berupa fungsi auditorial

dan keseimbangan. Keduanya berfungsi secara fisiologis yang memiliki sinergisme ang

kuat oleh karena fungsi organ yang saling terkait. Namun secara keseluruhan organ-

organ ini adalah satu kesatuan yang dinamakan “seperangkat telinga” atau sepasang

telinga.

Telinga terbagi atas 3 bagian jika ditinjau secara sistemik, yaitu telinga luar,

tengah, dan dalam. Telinga luar distrukturi oleh auriculus dan meatus auditorius

eksterna. Telinga tengah, membran timpani, seperangkat kartilago osikulus, fenestra

oval, fenestra rotunum dan tuba eustachius. Telinga dalam, vestibulum dan koklea.

1. Telinga Luar

Merupakan struktur terluar telinga yang berfungsi dalam fokus gelombang

(collecting sounds) dan melokalisasi sumber datangnya suara

a. Auriculus

Memiliki bentuk seperti corong yang ujung sempitnya menghadap

kedalam kepala. Namun auriculus memiliki bentuk yang lebih unik dan

kompleks. Bagian tepinya melengkung dari luar kedalam mendekati batang

tubuh, lengkungan tersebut dinamakan heliks. Setengah potongan kearah

superior, terdapat cembungan yang agak lancip melintang dari tengah ke

atas, ini anti-heliks. Setengah potongan ke posterior terdapat cembungan

lancip yang melintang dari tengah setengah melingkar ke arah posterior dan

diujungnya terdapat tragus. Lempengan lancip di pintu masuk meatus

auditorius eksterna adalah anti tragus. Jadi dapat disimpulkan auriculus

berstruktur seperti barisan bukit dan ngarai yang melengkung kedalam dan

berakhir dengan lubang dibagian tengah. Hamper semua struktur auriculus

disusun oleh kartilago kecuali lobus yang hanya berupa jaringan adipose yang

lentur.

b. Meatus Auditorius Eksterna

Merupakan saluran masuknya gelombang suara ke bagian yang lebih

dalam dari telinga. Sebagian distrukturi oleh kartilago dan sebagian lagi oleh

ostium yaitu bagian lateral dan medial atau Pars Cartilagenous dan Pars

Osseus. Pars Cartilagenous merupakan lanjutan dari auriculum sehingga

berstrukturkan tulang rawan, memiliki kelenjar sebasea dan seruminosa yang

mensekresikan serumen yang berguna menghalangi masuknya benda asing

kedalam telinga, dan tentunya memiliki rambut halus yang membantu

rintangan. Pars Osseus merupakan bagian yang lebih masuk ke dalam.

Berstruktur ostium, tidak berambut, da nada isthmus yang berpa lekukan

kecil yang diakhiri membrane timpani.

2. Telinga Tengah

Merupakan struktur berongga didalam telinga dibagian tengah, yang dibatasi

oleh membrane timpani disebelah lateral, kapsul otik di medial, dan fenestra oval

serta fenestra rotundum dibagian akhir lateral dalam. Terdapat sebuah saluran kecil

yang berfungsi sebagai stabilisator tekanan udara antara ruang telinga tengah

dengan dunia luar yaitu Tuba Eustachius. Saluran ini berhubungan langsung dengan

faring dan hanya terbuka jika terjadi kontraksi oleh otot mandibularis.

Membran timpani merupakan jaringan fibrosa berdiameter 8-9 mm dan tinggi 9-

10 mm, berwarna putih seperti mutiara yang berfungsi menyaring getaran yang

masuk melalui Meatus Auditurious Eksterna untuk diteruskan ke osikulus maleus.

Beberapa tulang kartilago yang bersifat osilator juga terdapat melekat dalam

rongga medial telinga dengan fungsi menghantar gelombang suara yang ditangkap

oleh membrane timpani. Terdapat 3 tulang yaitu Maleus, Inkus, dan Stapes. Tulang –

tulang ini sebagaimana disebutkan berfungsi sebagai osilator penghubung

gelombang yang masuk kedalam telinga untuk diterusakan kedalam sistem telinga

dalam. Maleus melekat pada membrane timpani, inkus melekat pada dinding lateral

telinga tengah, stapes pangkalnya melekat pada inkus, sedangkan ujungnya

berhadapan langsung dengan fenestra oval (Fenestra Vestibularis).

3. Telinga Dalam

Telinga dalam hanya memiliki sejatinya satu organ, namun karena terdapat

perbedaan fungsi dibelahan lain daripada organ tersebut secara signifikan namun

bekerja secara sinergis satu sama lain, diklasifikan menjadi 2 organ yang saling

berkaitan, yaitu Koklea dan Vestibulum. Koklea dan vestibulum terlihat seperti

rumah siput dan seekor siput yang membawanya. Namun koklea dalam fungsi yang

berbeda hanya sebentuk rumah siput yang lebih mirip lagi labirin yang melingkar.

Didalam labirin melingkar tersebut terdapat 3 saluran yang berbeda, Scala

vestibularis, scala timpani, dan ductus koklearis. Skala vestibularis akan bersambung

dengan dengan skala timpani di sebuah end point yang dinamai helikotrema. Dan

keduanya sama – sama mengandung cairan limfatik yang sama yaitu cairan

perylimph. Duktus koklearis memiliki saluran tunggal yang berisi cairan endolymph

dan terdapat organ – organ penginput getaran seperti organ corti, membrane

tectorial, stereovili, dan membrane basal yang berupa membrane yang

memisahkannya dengan skala vestibule dan timpani. Tedapta persarafan yang

menghantarkan pesan input suara tersebut ke otak, yaitu nervus koklearis.

Kemudian terdapat organ yang mirip kepala siput itu sendiri, vestibulum. Yang

merupakan organ yang mengatur keseimbangan tubuh dengan seperangkat organ

yang dimilikinya. Terdapat beberapa perubahan posisi kepala terhadap beberapa

bidang yang di fisiologiskan oleh organ – organ ini. Organ – organ tersebut adalah,

Kanalis Semisirkularis, Utriculus dan Sacculus. Persarafan organ – organ ini berakhir

di nervus vestibularis yang pada akhirnya bergabung dengan nervus koklearis dan

menjadi nervus VIII.

Telinga Luar

Membran Timpani

MMmm

Anatomi Telinga Keseluruhan

B. Kelainan Telinga

Kelainan telinga diklasifikasikan menjadi kelainan telingan luar dan kelainan

telinga tengah dan dalam. Kelainan – kelainan tersebut dapat berupa kelainan

bersifat kongenital maupun yang sifatnya infeksi dan atau keganasan.

1.Kelainan Telinga Luar

a. Kelainan Kongenital

              1. Atresia Liang Telinga dan Mikrotia

Selain dari liang telinga yang tidak terbentuk, juga biasanya disertai dengan

kelainan telinga dan tulang pendengaran. Penyebab kelainan ini belum diketahui

dengan jelas, diduga karena faktor genetik, seperti infeksi virus atau intoksikasi

bahan kimia pada kehamilan muda. Diagnosis atresia telinga kongenital hanya

dengan melihat daun telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atresia saja.

Atresia liang telinga dapat unilateral atau bilateral. Tujuan rekonstruksi adalah selain

dari memperbaiki fungsi pendengaran juga untuk kosmetik. Operasi dilakukan

dengan bedah mikro telinga.

2. Fistula Periaurikular

Fistula periaurikular terjadi ketika pembentukan daun telinga dalam masa

embrio. Kelainan ini berupa gangguan embrional pada arkus brakial 1 dan 2. Fistula

dapat ditemukan di depan tragus atau di sekitarnya, dan sering terinfeksi. Pada

keadaan tenang tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran

seujung pensil. Dari muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar

sebasea. Bila tidak ada keluhan, operasi tidak perlu dilakukan. Akan tetapi bila

terdapat abses berulang dan pembentukan sekret kronis, maka perlu dilakukan

pengangkatan fistula itu seluruhnya, oleh karena apabila tidak bersih dapat

menyebabkan kekambuhan.

3. Lop Ear (Bat’s Ear)

Kelainan ini merupakan kelainan kongenital, yaitu bentuk abnormal daun telinga.

Tampak daun telinga lebih lebar dan lebih berdiri. Secara fisiologik tidak terdapat

gangguan pendengaran, tetapi dapat menyebabkan gangguan psikis karena estetik.

b. Kelainan Daun Telinga

1. Hematoma

Hematoma daun telinga disebabkan oleh trauma, sehingga terdapat

penumpukan bekuan darah di antara perikondrium dan tulang rawan. Bila bekuan

darah ini tidak dikeluarkan dapat terjadi organisasi dari hematoma, sehingga

tonjolan menjadi padat dan permanen. Cara mengeluarkan bekuan darah itu ialah

dengan melakukan insisi secara steril. Komplikasi yang terjadi, bila tindakan tidak

steril ialah perikondritis.

2. Perikondritis

Perikondritis (radang pada tulang rawan daun telinga) terjadi karena trauma,

pasca operasi telinga (mastoiditis) dan sebagai komplikasi pseudokista. Pengobatan

dengan antibiotik sering gagal. Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan hancur

dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lisut (cauliflower ear).

3. Pseudokista

Pada kelainan ini terdapat cairan kekuningan di antara tulang rawan daun telinga

dan perikondrium. Pasien tidak merasa nyeri, datang ke dokter karena ada benjolan

di daun telinga yang tidak diketahui penyebabnya. Sebagai terapi dilakukan pungsi

secara steril, kemudian dilakukan balut tekan atau dengan gips selama seminggu

supaya perikondrium melekat di tulang rawan. Apabila perlengketan tidak sempurna

dapat timbul kekambuhan, dan bila pungsi tidak steril, dapat terjadi perikondritis

dan berlanjut menjadi telinga lisut (cauliflower ear).

c. Kelainan Liang Telinga

1. Serumen

Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumen yang

terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi

kadang-kadang padat, terutama dipengaruhi oleh faktor keturunan di samping

faktor lain seperti iklim dan usia. Walaupun tidak mempunyai efek anti bakteri

maupun anti jamur, serumen mempunyai efek proteksi, sebab membantu

membawa kotoran yang ada di liang telinga, seperti pengelupasan kulit, debu yang

masuk ke liang telinga. Pada keadaan normal serumen tidak akan tertumpuk di liang

telinga. Serumen itu akan keluar sendiri pada waktu mengunyah, dan setelah sampai

di liang telinga akan menguap karena panas. Serumen yang menumpuk di liang

telinga dapat mengakibatkan gangguan pendengaran (tuli konduktif). Untuk

membersihkan serumen tergantung pada konsistensinya. Gejala klinik: Keluhan rasa

tersumbat di telinga, pendengaran berkurang dan kadang-kadang berdengung. Pada

pemeriksaan liang telinga tampak serumen dalam bentuk lunak, liat, keras dan

padat. Penatalaksanaan:

a. Serumen cair

Bila serumen sedikit, bersihkan dengan kapas yang dililitkan pada

pelilit kapas atau disedot dengan pompa penghisap.

b. Serumen lunak

Bila serumen banyak dan tidak ada riwayat perforasi membran

timpani, lakukan irigasi liang telinga dengan larutan permanganat 1/1000

suhu larutan sesuai suhu tubuh. Bila ada riwayat perforasi membran timpani,

maka tidak dapat dilakukan irigasi. Bersihkan serumen dengan kapas yang

dililitkan pada pelilit kapas.

c. Serumen liat

Dikait dengan pengit serumen, apabila tidak berhasil lakukan irigasi

dengan syarat tidak ada perforasi membrana timpani.

d. Serumen keras dan padat

Apabila serumen berukuran besar dan menyumbat liang telinga,

lunakkan terlebih dahulu dengan meneteskan karboliserin 10% selama 3 hari,

kemudian keluarkan dengan pengait atau dilakukan irigasi.

2. Benda Asing di Liang Telinga

Benda asing di liang telinga dapat berupa benda mati, benda hidup, binatang,

komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral. Adanya benda asing di liang telinga

dapat menyebabkan tuli konduktif. Benda asing dapat ditarik dengan pengait

serumen, bisa juga dengan menggunakan cunam atau pengait.

3. Otitis Eksterna

Otitis eksterna ialah radang telinga akut ataupun kronis yang disebabkan oleh

bakteri. Seringkali timbul bersama penyebab lain, seperti jamur, alergi, atau virus

sehingga sulit dibedakan. Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya penyakit

ini adalah udara yang hangat dan lembab, pH di liang telinga (pH biasanya normal

atau asam. pH yang basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi). Pada keadaan

yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Hal lain ialah trauma

ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang menyebabkan

perubahan pada kulit karena terkena air.

a. Otitis Eksterna Akut

Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)

Oleh karena di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit,

seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen, maka di

tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk

furunkel (bisul). Kuman penyebabnya (etiologi) biasanya Staphilococcus

aureus atau Staphilococcus albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak

sesuai dengan besar bisul. Hal ini diseabkan karena kulit liang telinga tidak

mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada

penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu

membuak mulut (sendi temporomandibula). Selain itu dapat juga terjadi

gangguan pendengaran, bila furunkel besar dapat menyumbat liang telinga.

Penatalaksanaan diberikan antibiotik dalam bentuk salep seperti

neomisin, polimiksin B, atau basitrasin; atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam

alkohol 2%); atau tampon iktiol dalam liang telinga selama 2 hari.

Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan

nanahnya (pus). Kalau dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi kemuadian

dipasang drain untuk mengalirkan nanah. Tidak perlu diberikan antibiotik

sistemik, cukup obat simtomatik, seperti analgetik dan obat penenang.

Otitis Eksterna Difus

Otitis eksterna difus dapat terjadi sekunder pada otitis media supuratif

kronis (OMSK) atau otitis media akut (OMA). Kuman penyebabnya (etiologi)

biasanya golongan pseudomonas, Staphilococcus albus, Escherichia coli dan

Enterobacter aerogenes. Gejala klinis: Gejala sama dengan otitis media

sirkumskripta. Tampak duapertiga dalam kulit liang telinga sempit, hiperemis,

dan edema tanpa batas yang jelas, serta tidak ditemukan furunkel. Kadang

terdapat sekret yang berbau, tidak mengandung lendir. Dapat disertai demam

dan pembesaran kelenjar getah bening regional.

Penatalaksanaan: masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke

liang telinga supaya terjadi kontak yang baik antara obat dengan kulit yang

meradang. Dapat diberikan kompres rivanol 1/1.000 selama 2 hari. Dapat

digunakan obat tetes telinga yang mengandung polimiksin B/kolistin, neomisin

dan hidrokortison atau kloramfenikol. Bila kasus berat, diperlukan antibiotik

sistemik atau oral. Bila terjadi akibat infeksi telinga tengah maka penyebabnya

yang harus diobati.

b. Otitis Eksterna Maligna

Merupakan suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang telinga luar.

Biasanya pada orang tua dengan diabetes melitus. Pada otitis eksterna maligna

peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ di

sekitarnya. Dengan demikian dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis,

osteitis, dan osteomielitis yang dapat mengakibatkan kehancuran tulang

temporal.

Etiologi (penyebab): Pseudomonas

Gejala dapat dimuali dengan rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat

diikuti oleh nyeri hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga.

Rasa nyeri akan semakin menghebat, liang telinga akan tertutup oleh tumbuhnya

jaringan granulasi secara subur. Saraf fasial dapat terkena sehingga

menimbulkan paresis atau paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting ialah

osteomielitis yang progresif (disebabkan infeksi kuman Pseudomonas

aeroginosa). Terapi: Pengobatan dengan pemberian antibiotik dosis tinggi

terhadap Pseudomonas aeroginosa yang dikombinasikan dengan aminoglikosida

dan diberikan secara parenteral 4-6 minggu. Bila perlu dilakukan debridemen

pada jaringan nekrotik di liang telinga dan kavum timpani. Yang terpenting, gula

darah harus dikontrol (pada pasien DM).

4. Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi. Yang

tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang kandida albikans, dll.

Gejala berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga. Tapi kadang juga tanpa

keluhan. Pengobatan dengan membersihakn liang telinga. Larutan asam asetat 2-5%

dalam alkohol biasanya dapat menyembuhkan. Kadang diperlukan obat anti jamur

(salep) secara topikal.

2. Kelainan Telinga Tengah

Terdapat beberapa kelainan yang bisa kita temukan di telinga tengah, seperti

gangguan fungsi tuba eustachius, barotrauma (aerotitis), otitis media, otosklerosis, dll.

a. Otitis Media

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,

tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Catatan :

Otits Media Supuratif Akut < 3 mgg

Otitis Media Sub Akut > 3 mgg sampai 2 bulan

Otitis Media Supuratif Kronik > 2 bln

Sumber : Buku THT FKUI

1. Otitis Media Supuratif

I. Otitis Media Supuratif Akut (OMSA)

Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah otitis media yang berlangsung selama

3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik. Telinga tengah biasanya steril,

meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat

mekanisme pencegahan masuknya pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga

tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim, dan antibodi.

Otitis media akut terjadi karena pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba

eustachius merupakan faktor utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius

terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga

kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan juga,

pencetus terjadinya OMSA adalah infeksi saluran napas atas. Pada anak, makin sering

terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMSA. Pada bayi,

terjadinya OMSA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan

letaknya agak horisntal. Kuman penyebab utama ialah bakteri piogenik, seperti

Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokkus. Selain itu kadang

ditemukan juga hemofilus influenza, Escheria coli, Streptokokus anhemolitikus.

Stadium dan Terapi

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membran timpani

akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorbsi

udara.

Hal ini diakibatkan oleh adanya radang di mukosa hidung dan nasofaring karena

infeksi saluran napas atas berlanjut ke mukosa tuba eustachius. Akibatnya mukosa

tuba eustachius mengalami edema yang akan menyempitkan lumen tuba

eustachius.

Kadang-kadang membran timpani tampak normal, atau berwarna keruh (pucat).

Keluhan yang dirasakan : telinga terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran

terganggu, nyeri pada telinga (otalgia), tinnitus.

Pada pemeriksaan otoskopi didapat gambaran membran timpani berubah menjadi

retraksi / tertarik ke medial dengan tanda-tanda lebih cekung, brevis lebih menonjol,

manubrium mallei lebih horizontal dan lebih pendek, plika anterior tidak tampak

lagi, dan refleks cahaya hilang atau berubah (memendek).

Terapi : pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,

sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk itu diberikan obat tetes

hidung. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin

1% dalam larutan fisiologik (>12 tahun).

2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani.

Seluruh mukosa membran timpani tampak hiperemis serta edem.

Sekret yang telah terbentuk masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar

terlihat.

Terapi : antibiotik (yang dianjurkan golongan penisilin atau ampisilin), obat tetes

hidung, analgetika. Pemberian antibiotik dianjurkan minimal 7 hari. Bila alergi

dengan penisilin, amak diberikan eritromisin.

Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan

miringotomi.

3. Stadium Supurasi (Bombans)

Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial,

terbentuk eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani

menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa

nyeri di telinga bertambah berat.

Apabila tekanan di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia akibat

tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan

nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat

sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan

terjadi ruptur.

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka

kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga

luar.

Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan

apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup

kembali.

Terapi : Pemberian antibiotik dan miringotomi (bila membran timpani masih utuh).

Dengan melakukan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur

dapat dihindari.

4. Stadium Perforasi

Tekanan yang tinggi pada cavum timpani akibat kumpulan mucous dapat

menimbilkan perforasi pada membran timpani.

Terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi dapat

mengakibatkan terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari

telinga tengah ke telinga luar.

Keluhan yang dirasakan sudah banyak berkurang (karena tekanan di kavum timpani

berkurang), keluar cairan di telinga, penurunan pendengaran, keluhan infeksi

saluran napas atas masih dirasakan.

Pada pemeriksaan otoskopi meatus eksternus masih didapati banyak mukopus dan

setelah dibersihkan akan tampak membran timpani yang hiperemis dan perforasi

paling sering terletak di sentral.

Terapi : cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 hari serta antibiotik yang adekuat.

Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 –

10 hari.

5. Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan

akan kembali normal. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan

akhirnya kering.

Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi

walau tanpa pengobatan.

Komplikasi

Bila setelah 3 minggu pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah

terjadi mastoiditis. OMSA dapat menimbulkan gejala sisa (sekuele) berupa otitis media

serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi. maka keadaan

ini disebut otitis media supuratif sub akut. Bila perforasi menetap dan sekret tetap

keluar selama satu setengah sampai 2 bulan, maka keadaan ini disebut otitis media

supuratif kronik (OMSK). Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK

antara lain : terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman

tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.

Prognosis

Prognosis pada OMSA baik bila terapi yang diberikan adekuat.

Miringotomi

Salah satu penangan yang perlu dilakukan pada OMSA (terutama pada stadium

supurasi) adalah miringotomi. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa

membran timpani, agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar.

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil. Lokasi miringotomi adalah di

kuadran postero-inferior. Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang

mempunyai sinar yang cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar

liang telinga, dan pisau parasintesis yang digunakan berukuran kecil dan steril. Bedakan

miringotomi dengan parasintesis. Parasintesis merupakan punksi pada membran

timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit

dan jarum khusus). Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma

pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum,

trauma pada n. fasialis, trauma pada bulbus jugulare. Sebagian ahli berpendapat bahwa

miringotomi tidak perlu dilakukan apabila sudah diberikan terapi yang adekuat

(antibiotik yang tepat dan dosis yang cukup).

II. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

Pendahuluan

- OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan

sekret yang keluar dari liang telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret

mungkin kental, bening, atau berupa nanah.

- Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK antara lain : terapi yang

terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh

pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.

- OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai

setelah dewasa.

- Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis),

mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius.

Klasifikasi

a. Berdasarkan letak perforasi di membran timpani, OMSK terbagi atas :

- Perforasi sentral : perforasi terdapat di pars tensa (tengah) membran timpani. Bisa

antero-inferior, postero-inferior, dan postero-superior, kadang-kadang sub total.

Sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada membran timpani.

- Perforasi marginal: sebagian dari tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus

atau sulkus timpanikum. Referensi lain menuliskan perforasi marginal merupakan

perforasi pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.

- Perforasi atik : perforasi yang terletak di pars flasida.

b. Berdasarkan jenis serangan, OMSK terbagi atas:

OMSK tipe benigna (= tipe mukosa = tipe jinak = tipe aman)

- Proses peradangan terbatas pada mukosa, biasanya tidak mengenai tulang.

- Perforasi terletak di sentral (pars tensa)

- Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya

- Tidak terdapat kolesteatom

OMSK tipe maligna ( = tipe tulang = tipe ganas = tipe bahaya)

- OMSK yang disertai dengan kolesteatom

- Perforasi terletak di marginal atau atik

- Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna

c. Berdasarkan aktivitas sekret, OMSK terbagi atas :

OMSK aktif : OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.

OMSK tenang : OMSK dengan keadaan kavum timpani yang terlihat basah atau kering.

Etiologi (Penyebab)

Penyebab OMSK antara lain :

- lingkungan

- genetik

- otitis media sebelumnya

- infeksi saluran napas atas

- autoimun

- alergi

- gangguan fungsi tuba eustachius

Gejala Klinis

1. Telinga berair (otore)

o Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan.

o Pada OMSK tipe jinak (tipe benigna), cairan yang keluar berupa mukopus yang tidak

berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi

membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul.

o Pada OMSK tipe ganas (tipe maligna) unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang

atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret berbentuk nanah dan

berbau busuk (aroma kolesteatom). Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan

adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan adanya kolesteatom yang

mendasarinya.

Pada OMSK tipe inaktif (tipe tenang) tidak dijumpai adanya sekret telinga.

2. Gangguan pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya

ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan

mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya

didapatkan tuli konduktif berat.

3. Otalgia (nyeri telinga)

Keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Namun bila OMSK

telah berlangsung lama, biasanya penderita sudah tidak merasakan nyeri telinga lagi.

Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,

terpaparnya duramater atau dinding sinus lateralis, atau ancaman terbentuknya abses

otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, abses

subperiosteal, atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat

erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan

tekanan udara yang mendadak atau pada penderita yang sensitif keluhan vertigo dapat

terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin

lebih mudah terangsang oleh perubahan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga

akan menyebabkan keluhan vertigo. Keluhan vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi

serebellum.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tergantung dari jenis OMSK dan luasnya infeksi, dimana

penatalaksanaan terbagi atas pengobatan konservatif dan operasi.

1. OMSK Benigna (Tenang)

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan

mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga, dilarang berenang, dan segera berobat

bila menderita infeksi saluran napas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya

dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi

berulang dan gangguan pendengaran.

2. OMSK Benigna (Aktif)

Prinsip pengobatan OMSK adalah membersihkan liang telinga dan cavum

timpani serta pemberian antibiotik (topikal dan sistemik). Pengobatan antibiotik topikal

dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan pembersihan

telinga. Penggunaan antibiotik topikal yang ototoksik (misalnya neomisin) lamanya tidak

lebih dari satu minggu.

- Antibiotik topikal yang dapat dipakai pada OMSK adalah:

o Polimiksin B atau Polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli

Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif.

o Neomisin

Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus

aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap

ginjal dan telinga.

3. OMSK Maligna

Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif

dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan

pembedahan.

4. Pembedahan pada OMSK (tipe benigna / tipe maligna)

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada

OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna maupun maligna, antara lain:

a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

o Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif

tidak sembuh.

o Pada operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.

o Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.

o Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

b. Mastoidektomi radikal

o Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah

meluas.

o Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan

patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dan rongga mastoid

diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.

o Tujuan operasi ini adalah membuang semua jaringan patologik dan mencegah

komplikasi ke intrakranial.

o Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)

o Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum

merusak kavum timpani.

o Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.

o Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga

mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

d. Miringoplasti

o Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan

dengan nama timpanoplasti tipe I.

o Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.

o Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK

tipe benigna dengan perforasi yang menetap.

o Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian

ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.

e. Timpanoplasti

o Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau

OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.

o Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.

o Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga

rekonstruksi tulang pendengaran.

o Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal

istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V.

f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

o Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK

tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.

o Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa

melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior dari

telinga).

Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan

melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga

mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.

B. Otitis Media Non Supuratif (Otitis Media Serosa)

- Sinonim : otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media

sekretoria, otitis media mukoid (glue ear)

- Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di telinga tengah,

sedangkan membran timpani utuh.

- Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda

infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis

media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid

(glue ear).

- Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir

dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya

perbedaan tekanan hidrostatik.

- Pada Otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif

dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius,

dan rongga mastoid.

- Otitis media serosa / otitis media sekretoria / otitis media mukoid / otitis media efusi

terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran

timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, disertai

tanda-tanda radang maka disebut otitis media akut (OMA).

- Otitis media serosa dibagi 2 jenis : otitis media serosa akut dan otitis media serosa

kronik (glue ear)

I. Otitis Media Serosa Akut

Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah

secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.

Keadaan ini dapat disebabkan antara lain:

- Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh

tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma.

- Virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus

pada jalan napas atas.

- Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi

pada jalan napas atas.

- Idiopatik.

Gejala Klinis

- Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang.

- Rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda

pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis).

- Kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala

berubah.

- Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang

menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma),

tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini pelan-pelan hilang.

- Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus

atau alergi.

- Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan.

Pengobatan

- Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan.

- Pada pengobatan medikal diberikan obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung),

antihistamin, serta perasat valsava, bila tidak ada tanda-tanda infeksi di jalan napas atas.

- Setelah satu atau dua minggu, bila gejala masih menetap, dilakukan miringotomi.

- Bila masih belum sembuh dilakukan miringotomi dengan pemasangan pipa ventilasi

(Grommet tube).

II. Otitis Media Serosa Kronik (Glue Ear)

o Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronik hanya

pada cara terbentuknya sekret.

o Pada otitis media serosa akut, sekret terbentuk secara tiba-tiba di telinga tengah dengan

disertai rasa nyeri pada telinga.

o Pada otitis media serosa kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri

dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.

o Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media

serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.

o Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear.

o Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut

(OMA) yang tidak sembuh sempurna.

o Penyebab lain diperkirakan adanya hubungan infeksi virus, keadaan alergi, atau

gangguan mekanis pada tuba.

o Gejala klinik:

- Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-50 dB), oleh karena

sekret kental atau glue ear.

- Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan, atau

keabu-abuan.

o Pengobatan:

- Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan miringotomi

dan pemasangan pipa ventilasi (Grommet-tube).

- Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi

antihistamin-dekongestan peroral kadang-kadang bisa berhasil.

- Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak

berhasil baru dilakukan tindakan operasi.

- Disamping itu harus pula dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi,

pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.

Referensi

Adams Boies Higler, BOIES Buku AjarPenyakit THT edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta,

1997.

Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.

Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tengorok Kepala Leher Edisi ke 6 Cetakan ke 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990.