anatomi dan fisiologi telinga, serta kelainannya
DESCRIPTION
Anatomi TelingaFisiologi TelingaKelainan TelingaOtitis MediaOtitis EksternaOMSKOMSAPatologi TelingaKelainan Telinga LuarKelainanTelinga DalamOtitisOtitis Media Supuratif kronikOtitis Media Supuratif akutOtitis media non-supuratifTRANSCRIPT
ANATOMI TELINGA DAN KELAINANNYA
A. Anatomi
Telinga merupakan organ yang memiliki fungsi spesifik berupa fungsi auditorial
dan keseimbangan. Keduanya berfungsi secara fisiologis yang memiliki sinergisme ang
kuat oleh karena fungsi organ yang saling terkait. Namun secara keseluruhan organ-
organ ini adalah satu kesatuan yang dinamakan “seperangkat telinga” atau sepasang
telinga.
Telinga terbagi atas 3 bagian jika ditinjau secara sistemik, yaitu telinga luar,
tengah, dan dalam. Telinga luar distrukturi oleh auriculus dan meatus auditorius
eksterna. Telinga tengah, membran timpani, seperangkat kartilago osikulus, fenestra
oval, fenestra rotunum dan tuba eustachius. Telinga dalam, vestibulum dan koklea.
1. Telinga Luar
Merupakan struktur terluar telinga yang berfungsi dalam fokus gelombang
(collecting sounds) dan melokalisasi sumber datangnya suara
a. Auriculus
Memiliki bentuk seperti corong yang ujung sempitnya menghadap
kedalam kepala. Namun auriculus memiliki bentuk yang lebih unik dan
kompleks. Bagian tepinya melengkung dari luar kedalam mendekati batang
tubuh, lengkungan tersebut dinamakan heliks. Setengah potongan kearah
superior, terdapat cembungan yang agak lancip melintang dari tengah ke
atas, ini anti-heliks. Setengah potongan ke posterior terdapat cembungan
lancip yang melintang dari tengah setengah melingkar ke arah posterior dan
diujungnya terdapat tragus. Lempengan lancip di pintu masuk meatus
auditorius eksterna adalah anti tragus. Jadi dapat disimpulkan auriculus
berstruktur seperti barisan bukit dan ngarai yang melengkung kedalam dan
berakhir dengan lubang dibagian tengah. Hamper semua struktur auriculus
disusun oleh kartilago kecuali lobus yang hanya berupa jaringan adipose yang
lentur.
b. Meatus Auditorius Eksterna
Merupakan saluran masuknya gelombang suara ke bagian yang lebih
dalam dari telinga. Sebagian distrukturi oleh kartilago dan sebagian lagi oleh
ostium yaitu bagian lateral dan medial atau Pars Cartilagenous dan Pars
Osseus. Pars Cartilagenous merupakan lanjutan dari auriculum sehingga
berstrukturkan tulang rawan, memiliki kelenjar sebasea dan seruminosa yang
mensekresikan serumen yang berguna menghalangi masuknya benda asing
kedalam telinga, dan tentunya memiliki rambut halus yang membantu
rintangan. Pars Osseus merupakan bagian yang lebih masuk ke dalam.
Berstruktur ostium, tidak berambut, da nada isthmus yang berpa lekukan
kecil yang diakhiri membrane timpani.
2. Telinga Tengah
Merupakan struktur berongga didalam telinga dibagian tengah, yang dibatasi
oleh membrane timpani disebelah lateral, kapsul otik di medial, dan fenestra oval
serta fenestra rotundum dibagian akhir lateral dalam. Terdapat sebuah saluran kecil
yang berfungsi sebagai stabilisator tekanan udara antara ruang telinga tengah
dengan dunia luar yaitu Tuba Eustachius. Saluran ini berhubungan langsung dengan
faring dan hanya terbuka jika terjadi kontraksi oleh otot mandibularis.
Membran timpani merupakan jaringan fibrosa berdiameter 8-9 mm dan tinggi 9-
10 mm, berwarna putih seperti mutiara yang berfungsi menyaring getaran yang
masuk melalui Meatus Auditurious Eksterna untuk diteruskan ke osikulus maleus.
Beberapa tulang kartilago yang bersifat osilator juga terdapat melekat dalam
rongga medial telinga dengan fungsi menghantar gelombang suara yang ditangkap
oleh membrane timpani. Terdapat 3 tulang yaitu Maleus, Inkus, dan Stapes. Tulang –
tulang ini sebagaimana disebutkan berfungsi sebagai osilator penghubung
gelombang yang masuk kedalam telinga untuk diterusakan kedalam sistem telinga
dalam. Maleus melekat pada membrane timpani, inkus melekat pada dinding lateral
telinga tengah, stapes pangkalnya melekat pada inkus, sedangkan ujungnya
berhadapan langsung dengan fenestra oval (Fenestra Vestibularis).
3. Telinga Dalam
Telinga dalam hanya memiliki sejatinya satu organ, namun karena terdapat
perbedaan fungsi dibelahan lain daripada organ tersebut secara signifikan namun
bekerja secara sinergis satu sama lain, diklasifikan menjadi 2 organ yang saling
berkaitan, yaitu Koklea dan Vestibulum. Koklea dan vestibulum terlihat seperti
rumah siput dan seekor siput yang membawanya. Namun koklea dalam fungsi yang
berbeda hanya sebentuk rumah siput yang lebih mirip lagi labirin yang melingkar.
Didalam labirin melingkar tersebut terdapat 3 saluran yang berbeda, Scala
vestibularis, scala timpani, dan ductus koklearis. Skala vestibularis akan bersambung
dengan dengan skala timpani di sebuah end point yang dinamai helikotrema. Dan
keduanya sama – sama mengandung cairan limfatik yang sama yaitu cairan
perylimph. Duktus koklearis memiliki saluran tunggal yang berisi cairan endolymph
dan terdapat organ – organ penginput getaran seperti organ corti, membrane
tectorial, stereovili, dan membrane basal yang berupa membrane yang
memisahkannya dengan skala vestibule dan timpani. Tedapta persarafan yang
menghantarkan pesan input suara tersebut ke otak, yaitu nervus koklearis.
Kemudian terdapat organ yang mirip kepala siput itu sendiri, vestibulum. Yang
merupakan organ yang mengatur keseimbangan tubuh dengan seperangkat organ
yang dimilikinya. Terdapat beberapa perubahan posisi kepala terhadap beberapa
bidang yang di fisiologiskan oleh organ – organ ini. Organ – organ tersebut adalah,
Kanalis Semisirkularis, Utriculus dan Sacculus. Persarafan organ – organ ini berakhir
di nervus vestibularis yang pada akhirnya bergabung dengan nervus koklearis dan
menjadi nervus VIII.
B. Kelainan Telinga
Kelainan telinga diklasifikasikan menjadi kelainan telingan luar dan kelainan
telinga tengah dan dalam. Kelainan – kelainan tersebut dapat berupa kelainan
bersifat kongenital maupun yang sifatnya infeksi dan atau keganasan.
1.Kelainan Telinga Luar
a. Kelainan Kongenital
1. Atresia Liang Telinga dan Mikrotia
Selain dari liang telinga yang tidak terbentuk, juga biasanya disertai dengan
kelainan telinga dan tulang pendengaran. Penyebab kelainan ini belum diketahui
dengan jelas, diduga karena faktor genetik, seperti infeksi virus atau intoksikasi
bahan kimia pada kehamilan muda. Diagnosis atresia telinga kongenital hanya
dengan melihat daun telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atresia saja.
Atresia liang telinga dapat unilateral atau bilateral. Tujuan rekonstruksi adalah selain
dari memperbaiki fungsi pendengaran juga untuk kosmetik. Operasi dilakukan
dengan bedah mikro telinga.
2. Fistula Periaurikular
Fistula periaurikular terjadi ketika pembentukan daun telinga dalam masa
embrio. Kelainan ini berupa gangguan embrional pada arkus brakial 1 dan 2. Fistula
dapat ditemukan di depan tragus atau di sekitarnya, dan sering terinfeksi. Pada
keadaan tenang tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran
seujung pensil. Dari muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar
sebasea. Bila tidak ada keluhan, operasi tidak perlu dilakukan. Akan tetapi bila
terdapat abses berulang dan pembentukan sekret kronis, maka perlu dilakukan
pengangkatan fistula itu seluruhnya, oleh karena apabila tidak bersih dapat
menyebabkan kekambuhan.
3. Lop Ear (Bat’s Ear)
Kelainan ini merupakan kelainan kongenital, yaitu bentuk abnormal daun telinga.
Tampak daun telinga lebih lebar dan lebih berdiri. Secara fisiologik tidak terdapat
gangguan pendengaran, tetapi dapat menyebabkan gangguan psikis karena estetik.
b. Kelainan Daun Telinga
1. Hematoma
Hematoma daun telinga disebabkan oleh trauma, sehingga terdapat
penumpukan bekuan darah di antara perikondrium dan tulang rawan. Bila bekuan
darah ini tidak dikeluarkan dapat terjadi organisasi dari hematoma, sehingga
tonjolan menjadi padat dan permanen. Cara mengeluarkan bekuan darah itu ialah
dengan melakukan insisi secara steril. Komplikasi yang terjadi, bila tindakan tidak
steril ialah perikondritis.
2. Perikondritis
Perikondritis (radang pada tulang rawan daun telinga) terjadi karena trauma,
pasca operasi telinga (mastoiditis) dan sebagai komplikasi pseudokista. Pengobatan
dengan antibiotik sering gagal. Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan hancur
dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lisut (cauliflower ear).
3. Pseudokista
Pada kelainan ini terdapat cairan kekuningan di antara tulang rawan daun telinga
dan perikondrium. Pasien tidak merasa nyeri, datang ke dokter karena ada benjolan
di daun telinga yang tidak diketahui penyebabnya. Sebagai terapi dilakukan pungsi
secara steril, kemudian dilakukan balut tekan atau dengan gips selama seminggu
supaya perikondrium melekat di tulang rawan. Apabila perlengketan tidak sempurna
dapat timbul kekambuhan, dan bila pungsi tidak steril, dapat terjadi perikondritis
dan berlanjut menjadi telinga lisut (cauliflower ear).
c. Kelainan Liang Telinga
1. Serumen
Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumen yang
terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi
kadang-kadang padat, terutama dipengaruhi oleh faktor keturunan di samping
faktor lain seperti iklim dan usia. Walaupun tidak mempunyai efek anti bakteri
maupun anti jamur, serumen mempunyai efek proteksi, sebab membantu
membawa kotoran yang ada di liang telinga, seperti pengelupasan kulit, debu yang
masuk ke liang telinga. Pada keadaan normal serumen tidak akan tertumpuk di liang
telinga. Serumen itu akan keluar sendiri pada waktu mengunyah, dan setelah sampai
di liang telinga akan menguap karena panas. Serumen yang menumpuk di liang
telinga dapat mengakibatkan gangguan pendengaran (tuli konduktif). Untuk
membersihkan serumen tergantung pada konsistensinya. Gejala klinik: Keluhan rasa
tersumbat di telinga, pendengaran berkurang dan kadang-kadang berdengung. Pada
pemeriksaan liang telinga tampak serumen dalam bentuk lunak, liat, keras dan
padat. Penatalaksanaan:
a. Serumen cair
Bila serumen sedikit, bersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas atau disedot dengan pompa penghisap.
b. Serumen lunak
Bila serumen banyak dan tidak ada riwayat perforasi membran
timpani, lakukan irigasi liang telinga dengan larutan permanganat 1/1000
suhu larutan sesuai suhu tubuh. Bila ada riwayat perforasi membran timpani,
maka tidak dapat dilakukan irigasi. Bersihkan serumen dengan kapas yang
dililitkan pada pelilit kapas.
c. Serumen liat
Dikait dengan pengit serumen, apabila tidak berhasil lakukan irigasi
dengan syarat tidak ada perforasi membrana timpani.
d. Serumen keras dan padat
Apabila serumen berukuran besar dan menyumbat liang telinga,
lunakkan terlebih dahulu dengan meneteskan karboliserin 10% selama 3 hari,
kemudian keluarkan dengan pengait atau dilakukan irigasi.
2. Benda Asing di Liang Telinga
Benda asing di liang telinga dapat berupa benda mati, benda hidup, binatang,
komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral. Adanya benda asing di liang telinga
dapat menyebabkan tuli konduktif. Benda asing dapat ditarik dengan pengait
serumen, bisa juga dengan menggunakan cunam atau pengait.
3. Otitis Eksterna
Otitis eksterna ialah radang telinga akut ataupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri. Seringkali timbul bersama penyebab lain, seperti jamur, alergi, atau virus
sehingga sulit dibedakan. Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya penyakit
ini adalah udara yang hangat dan lembab, pH di liang telinga (pH biasanya normal
atau asam. pH yang basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi). Pada keadaan
yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Hal lain ialah trauma
ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang menyebabkan
perubahan pada kulit karena terkena air.
a. Otitis Eksterna Akut
Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)
Oleh karena di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit,
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen, maka di
tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk
furunkel (bisul). Kuman penyebabnya (etiologi) biasanya Staphilococcus
aureus atau Staphilococcus albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak
sesuai dengan besar bisul. Hal ini diseabkan karena kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada
penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu
membuak mulut (sendi temporomandibula). Selain itu dapat juga terjadi
gangguan pendengaran, bila furunkel besar dapat menyumbat liang telinga.
Penatalaksanaan diberikan antibiotik dalam bentuk salep seperti
neomisin, polimiksin B, atau basitrasin; atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam
alkohol 2%); atau tampon iktiol dalam liang telinga selama 2 hari.
Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan
nanahnya (pus). Kalau dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi kemuadian
dipasang drain untuk mengalirkan nanah. Tidak perlu diberikan antibiotik
sistemik, cukup obat simtomatik, seperti analgetik dan obat penenang.
Otitis Eksterna Difus
Otitis eksterna difus dapat terjadi sekunder pada otitis media supuratif
kronis (OMSK) atau otitis media akut (OMA). Kuman penyebabnya (etiologi)
biasanya golongan pseudomonas, Staphilococcus albus, Escherichia coli dan
Enterobacter aerogenes. Gejala klinis: Gejala sama dengan otitis media
sirkumskripta. Tampak duapertiga dalam kulit liang telinga sempit, hiperemis,
dan edema tanpa batas yang jelas, serta tidak ditemukan furunkel. Kadang
terdapat sekret yang berbau, tidak mengandung lendir. Dapat disertai demam
dan pembesaran kelenjar getah bening regional.
Penatalaksanaan: masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke
liang telinga supaya terjadi kontak yang baik antara obat dengan kulit yang
meradang. Dapat diberikan kompres rivanol 1/1.000 selama 2 hari. Dapat
digunakan obat tetes telinga yang mengandung polimiksin B/kolistin, neomisin
dan hidrokortison atau kloramfenikol. Bila kasus berat, diperlukan antibiotik
sistemik atau oral. Bila terjadi akibat infeksi telinga tengah maka penyebabnya
yang harus diobati.
b. Otitis Eksterna Maligna
Merupakan suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang telinga luar.
Biasanya pada orang tua dengan diabetes melitus. Pada otitis eksterna maligna
peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ di
sekitarnya. Dengan demikian dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis,
osteitis, dan osteomielitis yang dapat mengakibatkan kehancuran tulang
temporal.
Etiologi (penyebab): Pseudomonas
Gejala dapat dimuali dengan rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat
diikuti oleh nyeri hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga.
Rasa nyeri akan semakin menghebat, liang telinga akan tertutup oleh tumbuhnya
jaringan granulasi secara subur. Saraf fasial dapat terkena sehingga
menimbulkan paresis atau paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting ialah
osteomielitis yang progresif (disebabkan infeksi kuman Pseudomonas
aeroginosa). Terapi: Pengobatan dengan pemberian antibiotik dosis tinggi
terhadap Pseudomonas aeroginosa yang dikombinasikan dengan aminoglikosida
dan diberikan secara parenteral 4-6 minggu. Bila perlu dilakukan debridemen
pada jaringan nekrotik di liang telinga dan kavum timpani. Yang terpenting, gula
darah harus dikontrol (pada pasien DM).
4. Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi. Yang
tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang kandida albikans, dll.
Gejala berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga. Tapi kadang juga tanpa
keluhan. Pengobatan dengan membersihakn liang telinga. Larutan asam asetat 2-5%
dalam alkohol biasanya dapat menyembuhkan. Kadang diperlukan obat anti jamur
(salep) secara topikal.
2. Kelainan Telinga Tengah
Terdapat beberapa kelainan yang bisa kita temukan di telinga tengah, seperti
gangguan fungsi tuba eustachius, barotrauma (aerotitis), otitis media, otosklerosis, dll.
a. Otitis Media
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Catatan :
Otits Media Supuratif Akut < 3 mgg
Otitis Media Sub Akut > 3 mgg sampai 2 bulan
Otitis Media Supuratif Kronik > 2 bln
Sumber : Buku THT FKUI
1. Otitis Media Supuratif
I. Otitis Media Supuratif Akut (OMSA)
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah otitis media yang berlangsung selama
3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik. Telinga tengah biasanya steril,
meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat
mekanisme pencegahan masuknya pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga
tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim, dan antibodi.
Otitis media akut terjadi karena pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba
eustachius merupakan faktor utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius
terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga
kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan juga,
pencetus terjadinya OMSA adalah infeksi saluran napas atas. Pada anak, makin sering
terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMSA. Pada bayi,
terjadinya OMSA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan
letaknya agak horisntal. Kuman penyebab utama ialah bakteri piogenik, seperti
Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokkus. Selain itu kadang
ditemukan juga hemofilus influenza, Escheria coli, Streptokokus anhemolitikus.
Stadium dan Terapi
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorbsi
udara.
Hal ini diakibatkan oleh adanya radang di mukosa hidung dan nasofaring karena
infeksi saluran napas atas berlanjut ke mukosa tuba eustachius. Akibatnya mukosa
tuba eustachius mengalami edema yang akan menyempitkan lumen tuba
eustachius.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal, atau berwarna keruh (pucat).
Keluhan yang dirasakan : telinga terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran
terganggu, nyeri pada telinga (otalgia), tinnitus.
Pada pemeriksaan otoskopi didapat gambaran membran timpani berubah menjadi
retraksi / tertarik ke medial dengan tanda-tanda lebih cekung, brevis lebih menonjol,
manubrium mallei lebih horizontal dan lebih pendek, plika anterior tidak tampak
lagi, dan refleks cahaya hilang atau berubah (memendek).
Terapi : pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,
sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk itu diberikan obat tetes
hidung. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin
1% dalam larutan fisiologik (>12 tahun).
2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani.
Seluruh mukosa membran timpani tampak hiperemis serta edem.
Sekret yang telah terbentuk masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar
terlihat.
Terapi : antibiotik (yang dianjurkan golongan penisilin atau ampisilin), obat tetes
hidung, analgetika. Pemberian antibiotik dianjurkan minimal 7 hari. Bila alergi
dengan penisilin, amak diberikan eritromisin.
Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi.
3. Stadium Supurasi (Bombans)
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial,
terbentuk eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri di telinga bertambah berat.
Apabila tekanan di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia akibat
tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan
nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat
sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan
terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka
kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga
luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan
apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup
kembali.
Terapi : Pemberian antibiotik dan miringotomi (bila membran timpani masih utuh).
Dengan melakukan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur
dapat dihindari.
4. Stadium Perforasi
Tekanan yang tinggi pada cavum timpani akibat kumpulan mucous dapat
menimbilkan perforasi pada membran timpani.
Terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi dapat
mengakibatkan terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari
telinga tengah ke telinga luar.
Keluhan yang dirasakan sudah banyak berkurang (karena tekanan di kavum timpani
berkurang), keluar cairan di telinga, penurunan pendengaran, keluhan infeksi
saluran napas atas masih dirasakan.
Pada pemeriksaan otoskopi meatus eksternus masih didapati banyak mukopus dan
setelah dibersihkan akan tampak membran timpani yang hiperemis dan perforasi
paling sering terletak di sentral.
Terapi : cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 hari serta antibiotik yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 –
10 hari.
5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan
akan kembali normal. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan
akhirnya kering.
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walau tanpa pengobatan.
Komplikasi
Bila setelah 3 minggu pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah
terjadi mastoiditis. OMSA dapat menimbulkan gejala sisa (sekuele) berupa otitis media
serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi. maka keadaan
ini disebut otitis media supuratif sub akut. Bila perforasi menetap dan sekret tetap
keluar selama satu setengah sampai 2 bulan, maka keadaan ini disebut otitis media
supuratif kronik (OMSK). Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK
antara lain : terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.
Prognosis
Prognosis pada OMSA baik bila terapi yang diberikan adekuat.
Miringotomi
Salah satu penangan yang perlu dilakukan pada OMSA (terutama pada stadium
supurasi) adalah miringotomi. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa
membran timpani, agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar.
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil. Lokasi miringotomi adalah di
kuadran postero-inferior. Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang
mempunyai sinar yang cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar
liang telinga, dan pisau parasintesis yang digunakan berukuran kecil dan steril. Bedakan
miringotomi dengan parasintesis. Parasintesis merupakan punksi pada membran
timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit
dan jarum khusus). Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma
pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum,
trauma pada n. fasialis, trauma pada bulbus jugulare. Sebagian ahli berpendapat bahwa
miringotomi tidak perlu dilakukan apabila sudah diberikan terapi yang adekuat
(antibiotik yang tepat dan dosis yang cukup).
II. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Pendahuluan
- OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari liang telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin kental, bening, atau berupa nanah.
- Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK antara lain : terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.
- OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai
setelah dewasa.
- Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis),
mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius.
Klasifikasi
a. Berdasarkan letak perforasi di membran timpani, OMSK terbagi atas :
- Perforasi sentral : perforasi terdapat di pars tensa (tengah) membran timpani. Bisa
antero-inferior, postero-inferior, dan postero-superior, kadang-kadang sub total.
Sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada membran timpani.
- Perforasi marginal: sebagian dari tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus
atau sulkus timpanikum. Referensi lain menuliskan perforasi marginal merupakan
perforasi pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
- Perforasi atik : perforasi yang terletak di pars flasida.
b. Berdasarkan jenis serangan, OMSK terbagi atas:
OMSK tipe benigna (= tipe mukosa = tipe jinak = tipe aman)
- Proses peradangan terbatas pada mukosa, biasanya tidak mengenai tulang.
- Perforasi terletak di sentral (pars tensa)
- Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya
- Tidak terdapat kolesteatom
OMSK tipe maligna ( = tipe tulang = tipe ganas = tipe bahaya)
- OMSK yang disertai dengan kolesteatom
- Perforasi terletak di marginal atau atik
- Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna
c. Berdasarkan aktivitas sekret, OMSK terbagi atas :
OMSK aktif : OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.
OMSK tenang : OMSK dengan keadaan kavum timpani yang terlihat basah atau kering.
Etiologi (Penyebab)
Penyebab OMSK antara lain :
- lingkungan
- genetik
- otitis media sebelumnya
- infeksi saluran napas atas
- autoimun
- alergi
- gangguan fungsi tuba eustachius
Gejala Klinis
1. Telinga berair (otore)
o Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan.
o Pada OMSK tipe jinak (tipe benigna), cairan yang keluar berupa mukopus yang tidak
berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi
membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul.
o Pada OMSK tipe ganas (tipe maligna) unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang
atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret berbentuk nanah dan
berbau busuk (aroma kolesteatom). Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan adanya kolesteatom yang
mendasarinya.
Pada OMSK tipe inaktif (tipe tenang) tidak dijumpai adanya sekret telinga.
2. Gangguan pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya
didapatkan tuli konduktif berat.
3. Otalgia (nyeri telinga)
Keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Namun bila OMSK
telah berlangsung lama, biasanya penderita sudah tidak merasakan nyeri telinga lagi.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya duramater atau dinding sinus lateralis, atau ancaman terbentuknya abses
otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, abses
subperiosteal, atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada penderita yang sensitif keluhan vertigo dapat
terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin
lebih mudah terangsang oleh perubahan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan menyebabkan keluhan vertigo. Keluhan vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebellum.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung dari jenis OMSK dan luasnya infeksi, dimana
penatalaksanaan terbagi atas pengobatan konservatif dan operasi.
1. OMSK Benigna (Tenang)
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga, dilarang berenang, dan segera berobat
bila menderita infeksi saluran napas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya
dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi
berulang dan gangguan pendengaran.
2. OMSK Benigna (Aktif)
Prinsip pengobatan OMSK adalah membersihkan liang telinga dan cavum
timpani serta pemberian antibiotik (topikal dan sistemik). Pengobatan antibiotik topikal
dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan pembersihan
telinga. Penggunaan antibiotik topikal yang ototoksik (misalnya neomisin) lamanya tidak
lebih dari satu minggu.
- Antibiotik topikal yang dapat dipakai pada OMSK adalah:
o Polimiksin B atau Polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli
Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif.
o Neomisin
Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus
aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap
ginjal dan telinga.
3. OMSK Maligna
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif
dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan.
4. Pembedahan pada OMSK (tipe benigna / tipe maligna)
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna maupun maligna, antara lain:
a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
o Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif
tidak sembuh.
o Pada operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.
o Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
o Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
b. Mastoidektomi radikal
o Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah
meluas.
o Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dan rongga mastoid
diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
o Tujuan operasi ini adalah membuang semua jaringan patologik dan mencegah
komplikasi ke intrakranial.
o Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
o Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum
merusak kavum timpani.
o Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.
o Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
d. Miringoplasti
o Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan
dengan nama timpanoplasti tipe I.
o Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.
o Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK
tipe benigna dengan perforasi yang menetap.
o Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian
ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
e. Timpanoplasti
o Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau
OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.
o Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
o Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran.
o Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal
istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V.
f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
o Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK
tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.
o Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa
melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior dari
telinga).
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan
melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.
B. Otitis Media Non Supuratif (Otitis Media Serosa)
- Sinonim : otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media
sekretoria, otitis media mukoid (glue ear)
- Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di telinga tengah,
sedangkan membran timpani utuh.
- Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis
media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid
(glue ear).
- Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir
dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya
perbedaan tekanan hidrostatik.
- Pada Otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif
dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
dan rongga mastoid.
- Otitis media serosa / otitis media sekretoria / otitis media mukoid / otitis media efusi
terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran
timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, disertai
tanda-tanda radang maka disebut otitis media akut (OMA).
- Otitis media serosa dibagi 2 jenis : otitis media serosa akut dan otitis media serosa
kronik (glue ear)
I. Otitis Media Serosa Akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.
Keadaan ini dapat disebabkan antara lain:
- Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh
tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma.
- Virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus
pada jalan napas atas.
- Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi
pada jalan napas atas.
- Idiopatik.
Gejala Klinis
- Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang.
- Rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda
pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis).
- Kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala
berubah.
- Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang
menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma),
tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini pelan-pelan hilang.
- Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus
atau alergi.
- Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan.
Pengobatan
- Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan.
- Pada pengobatan medikal diberikan obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung),
antihistamin, serta perasat valsava, bila tidak ada tanda-tanda infeksi di jalan napas atas.
- Setelah satu atau dua minggu, bila gejala masih menetap, dilakukan miringotomi.
- Bila masih belum sembuh dilakukan miringotomi dengan pemasangan pipa ventilasi
(Grommet tube).
II. Otitis Media Serosa Kronik (Glue Ear)
o Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronik hanya
pada cara terbentuknya sekret.
o Pada otitis media serosa akut, sekret terbentuk secara tiba-tiba di telinga tengah dengan
disertai rasa nyeri pada telinga.
o Pada otitis media serosa kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri
dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
o Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media
serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.
o Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear.
o Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut
(OMA) yang tidak sembuh sempurna.
o Penyebab lain diperkirakan adanya hubungan infeksi virus, keadaan alergi, atau
gangguan mekanis pada tuba.
o Gejala klinik:
- Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-50 dB), oleh karena
sekret kental atau glue ear.
- Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan, atau
keabu-abuan.
o Pengobatan:
- Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan miringotomi
dan pemasangan pipa ventilasi (Grommet-tube).
- Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi
antihistamin-dekongestan peroral kadang-kadang bisa berhasil.
- Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak
berhasil baru dilakukan tindakan operasi.
- Disamping itu harus pula dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi,
pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.
Referensi
Adams Boies Higler, BOIES Buku AjarPenyakit THT edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta,
1997.
Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tengorok Kepala Leher Edisi ke 6 Cetakan ke 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990.