anatomi dan fisiologi media refraksi
DESCRIPTION
aaaaaaTRANSCRIPT
Anatomi Media Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media pembiasan yang terdiri dari
kornea, cairan mata, lensa, benda kaca dan juga ditentukan oleh panjangnya bola mata. Pada
mata yang normal, sinar akan dibiaskan melalui media pembiasan ini dan bayangan akan
ditempatkan tepat diretina dalam keadaan mata tidak melakukan akomodasi.1
1. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, dan merupakan
lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.1
Kornea merupakan suatu lensa cembung dengan kekuatan refraksi (bias) sebesar +43dioptri.2
Kornea terdiri dari lima lapisan.1
1. Lapisan yang terluar adalah lapisan epitel.
a. Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel
basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depanmenjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel
basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit,dan glukosa yang merupakan barrier.
b. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
c. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Lapisan kedua adalah membran Bowman (lamina elastika anterior).
a. Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
b. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Lapisan ketiga yang terletak di sebelah dalam mebran Bowman adalah stroma. Stroma
terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur, sedangkan di bagian perifer serat
kolagen ini bercabang; terbentuknya serat kolagen memakan waktu lama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
trauma.
4. Lapisan keempat adalah membran Descemet, atau yang disebut sebagai lamina
elastika posterior.
a. Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
korneadihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
b. Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 µm.
5. Lapisan terdalam kornea adalah lapisan endotel.
a. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, besar 20-40 µm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan
zonulaokluden.
b. Lapisan ini terdiri atas satu lapis endotel yang pembelahan sel-selnya terbatas.
Kalau ada endotel yang rusak, maka endotel di sekitarnya akan mengalami
hipertrofi untuk menutup defek yang ditinggalkan oleh endotel yang rusak
tadi.
2. Aqueous Humor (Cairan Mata).
Aqueous humor menyediakan medium optikal yang jernih untuk transmisi sinar pada
jalur visual. Cairan mata ini mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa. Aqueous humor
dibentuk dengan kecepatan 2-3 μl/menit oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris.
Ketidakseimbangan aliran aqueous humor akan menyebabkan peningkatan tekanan intra
okuar.2
3. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari
zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis
pada saat terjadinya akomodasi.1
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam
kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus
lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat
lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional,
fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut
sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai
korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul
lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan
siliar.1
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:1
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
3. Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan
berada di sumbu mata.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:1
1. Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,
2. Keruh atau apa yang disebut katarak,
3. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat (H.
Sidarta Ilyas, 2004).
4. Badan Vitreous (Badan Kaca)
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak
90% . Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan
badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak
terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada
pemeriksaan oftalmoskopi.1
5. Panjang Bola Mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata
seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea
(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek)
bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai
ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.1
Epidemiologi
Miopi adalah kelainan refraksi dimana bayangan benda terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang tidak berakomodasi. Insiden miopi meningkat terus menerus seiring dengan pertambahan usia. Di USA, prevalensi miopi diperkirakan 3% pada anak – anak usia 5 – 7 tahun , 8% usia 8 – 10 tahun, 14 % pada usia 11 – 12 tahun dan 25 % pada remaja 12 – 17 tahun. Pada etnis tertentu, juga menunjukan kejadian yang sama, meskipun presentase tiap kelompok mungkin berbeda.5
Klasifikasi
Miopi dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
a. Juvenile – onset myopia, yaitu miopi yang muncul pada usia 7 – 16 tahun, hal ini terutama disebabkan kelainan pertumbuhan dari axial length.
b. Adult onset myopia, miopi yang muncul pada usia lebih dari 20 tahun.5
Steven M Podos dalam bukunya optic and refractions mengelompokkan myopia berdasarkan besar derajat myopia, yaitu :
a. Miopia rendah : < 2 Db. Miopia sedang : 2 – 6 Dc. Miopia tinggi : > 6 D
Dikenal beberapa myopia:
a. miopia refractif, yaitu bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat
b. Miopia aksial, yaitu myopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
Menurut perjalanan myopia dikenal bentuk :
a. Miopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
b. Miopia progresif, Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.4
Etiologi
Factor etiologi dari miopi itu kompleks, melibatkan factor genetic dan lingkungan. Anak kembar identik kemungkinan besar mempunyai derajat miopi yang mirip dibandingkan kembar nonidentik, saudara kandung, orang tua dan anak. Pendidikan yang lebih tinggi berhubungan erat dengan tingginya prevalensi miopi. Nutrisi yang kurang juga dihubungkan dengan kelainan refraksi.5
Manifestasi klinis
Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat atau terlalu dekat, sedangkan melihat jauh kabur disebut juga rabun jauh. Pasien dengan miopia juga akan memberikan keluhan sakit kepala sering disertai juling dan celah kelopak yang sempit. Pasien myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole.1
Diagnosis
Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada mata, pemeriksaan tersebut adalah :
1. Refraksi subjektif
Metode yang digunakan adalah metode trial and error, jarak pemeriksaan 6 meter/5meter/20 kaki digunakan kartu snellen yang di letakkan setinggi mata penderita, mata diperiksa satu persatu dibiasakan matta kanan terlebih dahulu. Ditentukan visus masing – masing mata bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negative, bila dengan lensa sferis negative tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5,6/6/,20/20 maka pasien dikatakan menderita myopia.
2. Refraksi Objektif
Refraksi objektif menggunakan retinososkopi dengan lensa kerja ʃ+2.00 D pemeriksa mengamati reflek fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah retinoskop kemudian diperiksa dengan sferis negative sampai tercapai netralisasi
Pengobatan
Pengobatan pasien dengan myopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal selain itu bisa juga dengan lensa kontak dan pembedahan/operatif ( Radial Keratotomy, Photorefractive keratectomy, LASIK ).3
Laporan Kasus
Identitas Pasien
- Nama : Tn. R
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Usia : 21 tahun
- Alamat : Lubuk Alung
- Pekerjaan : Mahasiswa
- Tanggal Pemeriksaan : 5 November 2012
Anamnesa
Keluhan Utama :
Penglihatan kedua mata semakin kabur sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Penglihatan kedua mata semakin kabur sejak 1 bulan yang lalu
- Pasien merasa kesulitan ketika membaca tulisan di papan tulis
- Kedua mata tidak merah dan tidak nyeri
- Pasien mengaku suka membaca ditempat gelap dan sambil tiduran
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat menderita diabetes mellitus tidak ada
- Riwayat trauma pada mata tidk ada
- Riwayat penyakit mata tidak ada
- Riwayat memakai kacamata ada sejak umur 18 tahun. Mata kanan -2.00 dan mata kiri
-1.00 dan sudah 2 kali mengganti kacamata tampa ada pengurangan visus
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit ini sebelumnya
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Cospomentis koorperatif
Tanda Vital : TD : 120/80mmhg
Nadi 83x/menit
Nafas 18xmenit
Suhu 37,50 C
Status Optalmikus Ocualar Dextra Ocular Sinistra
Visus 5/60 6/60
Visus yang di koreksi 5/60 S-2.00 C-1.00 (1800)
5/6
= PH
6/60 S-1.00 C-1.00 (1800)
6/6
= PH
Refleks Fundus (+) (+)
Silia/ supersilia Madarosis (-), triciasis (-) Madarosis (-), triciasis (-)
Palpebra Superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra Inferior Edema (-) Edema (-)
Margo Palpebra Edema (-) Edema (-)
Aparat lakrimal Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-)
Folikel (-)
Papil (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Papil (-)
Konjungtiva Fornics Hiperemis (-)
Folikel (-)
Papil (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Papil (-)
Konjungtiva Bulbi Hiperemis (-)
Folikel (-)
Papil (-)
Injeksi siliar (-),
Injeksi Konjungtiva (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Papil (-)
Injeksi siliar (-),
Injeksi Konjungtiva (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamar Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat , rugae (+) Coklat , rugae (+)
Pupil N, reflex (+) N, reflex (+)
Lensa Bening Bening
Korpus Vitreum Jernih Jernih
Fundus :
- Papil Optikus
- Retina
- Macula
- Aa/ vv Retina
Bulat, batas tegas, C/D = 0,3
Perdarahan (-), eksudat (-)
Reflex Fovea (+)
2/3
Bulat, batas tegas, C/D = 0,3
Perdarahan (-), eksudat (-)
Reflex Fovea (+)
2/3
Tekanan Bulbus Okuli N Palpasi N Palpasi
Gerakan Bulbus Okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah
Pemeriksaan lainnya
Gambar
Diagnosa Kerja Myopia Ringan Myopia Ringan
Diagnose Banding
diagnosa
Anjuran Terapi Resep kacamata sesuai
koreksi
Resep kacamata sesuai
koreksi
DiskusiBerdasarkan anamnesa didapatkan bahwa penglihatan kedua mata semakin kabur sejak 1
bulan yang lalu. Pasien merasa kesulitan ketika membaca tulisan di papan tulis. Kedua mata
tidak merah dan tidak nyeri. Pasien mengaku suka membaca ditempat gelap dan sambil
tiduran. Pasien mempunyai riwayat memakai kacamata ada sejak umur 18 tahun. Mata kanan
-2.00 dan mata kiri -1.00 dan sudah 2 kali mengganti kacamata tampa ada pengurangan visus.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus kanan 5/60 dan kiri 6/60 dan dilakukan
koreksi pada mata kanan S-2.00 C -1.00 (1800) dan mata kiri S-1.00 C -1.00 (1800) . Pada
refelsks fundus (+) mata kanan dan mata kiri, konjungtiva tarsal, forniks, dan bulbi kanan dan
kiri tidak hiperemis, kornea mata kanan dan kiri bening, kamar okuli anterior mata kanan dan
kiri cukup luas, pupil kiri dan kanan normal, reflex cahaya pupil kanan dan kiri (+), iris kann
dan kiri coklar, rugae (+), lensa mata kanan dan mata kiri bening. Pada pemeriksaan
funduskopi ditemukan papil optikus bulat, batas tegas, C/D 0,3, retina mata kanan dan kiri
perdarahan tidak ada eksudat (-), macula reflex mata kanan dan kiri (+), pemeriksaan tekanan
bulbu okuli kanan dan kiri normal secara palpasi. Berdasarkan data dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik didapatkan diagnose kerja Myopia Ringan pada mata kanan dan kiri.
Terapi yang diberikan adalah resep kacamata sesuai koreksi. Prognosa pada myopia
ringan adalah bonam dimana gangguan visus dapat ditanggualangi dengan pemberian
kacamata minus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata edisi ketiga. 2010. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Gerhard. Fundamentals and Principles of Ophtalmology. Section 2. 2008-2009.
American Academy of Ophtalmology.
3. Vaughan DG, Ashbury T, Eva PR. General ophthalmology 17 thed. 2007. USA:
McGraw-Hill.
4. Widodo, Agung. Jurnal Ophtalmology Indonesia. Vol. 5, No. 1. April 2007.
5. Zorab, Richard. Basic and Clinical Science Course. Section 3. 2009-2010. Clinical
Optics. American Academy of Ophtalmology. p.118-119.
Bed Side Teaching
Myopia
Oleh :
Annisa Fitri 0810312028
Bram Sesario Rendi 0810312036
Meliani Fitri 0810312082
Kemala wijaya 0810313169
Preseptor
Dr. Getri Sukmawati Sp.M(K)
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
PADANG
2012