analysis of health personnel ratio and its …

15
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 1 ANALISIS RASIO TENAGA KESEHATAN SERTA KAITANNYA DENGAN KUALITAS KESEHATAN PENDUDUK PROVINSI ACEH TAHUN 2019 ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS RELATIONSHIP TO THE HEALTH QUALITY OF ACEH PROVINCE POPULATION IN 2019 Reza Septian Pradana 1 1 Fungsional Statistisi Ahli BPS Kabupaten Aceh Jaya e-mail: [email protected] Diterima: 10 Januari 2021; Direvisi: 5 Mei 2021; Disetujui: 10 Mei 2021 ABSTRAK Kesehatan telah menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia. Tenaga kesehatan memiliki peranan penting terutama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio tenaga kesehatan serta kaitannya dengan kualitas kesehatan penduduk Provinsi Aceh tahun 2019 yang diukur dengan angka kesakitan dan angka harapan hidup. Hasil analisis menunjukkan bahwa masih terdapat disparitas ketersediaan tenaga kesehatan baik dokter maupun non dokter (bidan dan perawat) pada kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019. Dengan analisis jalur, diperoleh informasi bahwa rasio tenaga kesehatan dokter secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka harapan hidup kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Kemudian, rasio tenaga kesehatan non dokter secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka kesakitan penduduk dan berpengaruh tidak langsung terhadap angka harapan hidup kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Dengan demikian, diperlukan penambahan tenaga kesehatan baik dokter maupun non dokter (bidan dan perawat) khususnya bagi daerah-daerah yang masih memiliki rasio tenaga kesehatan belum ideal. Kata kunci: analisis jalur, angka harapan hidup, angka kesakitan, rasio tenaga kesehatan ABSTRACT Health has become one of the basic human needs. Health workers have an important role, especially in improving the maximum quality of health services to the society. This study aims to analyze the ratio of health personnel and its relation to the health quality of the population of Aceh Province in 2019 as measured by morbidity and life expectancy rate. The results of the analysis show that there are still disparities in the availability of health workers, both doctors and non-doctors (midwives and nurses) in regencies/ cities in Aceh Province in 2019. With path analysis, it is found that the ratio of medical doctors has a significant direct effect on regency life expectancy rate of regencies/ cities in Aceh Province. Then, the ratio of non-doctor health workers has a significant direct effect on the morbidity rate of the population and has an indirect effect on the life expectancy rate of regencies/ cities in Aceh Province. Thus, it is necessary to add more health personnel, both doctors and non-doctors (midwives and nurses), especially for areas where the ratio of health workers is not yet ideal. Keyword: path analysis, life expectancy rate, morbidity rate, ratio of health personnel

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 1

ANALISIS RASIO TENAGA KESEHATAN SERTA KAITANNYA DENGAN KUALITAS KESEHATAN PENDUDUK PROVINSI ACEH TAHUN 2019

ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS RELATIONSHIP TO THE

HEALTH QUALITY OF ACEH PROVINCE POPULATION IN 2019

Reza Septian Pradana1

1Fungsional Statistisi Ahli BPS Kabupaten Aceh Jaya e-mail: [email protected]

Diterima: 10 Januari 2021; Direvisi: 5 Mei 2021; Disetujui: 10 Mei 2021

ABSTRAK

Kesehatan telah menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia. Tenaga kesehatan memiliki peranan penting terutama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio tenaga kesehatan serta kaitannya dengan kualitas kesehatan penduduk Provinsi Aceh tahun 2019 yang diukur dengan angka kesakitan dan angka harapan hidup. Hasil analisis menunjukkan bahwa masih terdapat disparitas ketersediaan tenaga kesehatan baik dokter maupun non dokter (bidan dan perawat) pada kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019. Dengan analisis jalur, diperoleh informasi bahwa rasio tenaga kesehatan dokter secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka harapan hidup kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Kemudian, rasio tenaga kesehatan non dokter secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka kesakitan penduduk dan berpengaruh tidak langsung terhadap angka harapan hidup kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Dengan demikian, diperlukan penambahan tenaga kesehatan baik dokter maupun non dokter (bidan dan perawat) khususnya bagi daerah-daerah yang masih memiliki rasio tenaga kesehatan belum ideal.

Kata kunci: analisis jalur, angka harapan hidup, angka kesakitan, rasio tenaga kesehatan

ABSTRACT

Health has become one of the basic human needs. Health workers have an important role, especially in improving the maximum quality of health services to the society. This study aims to analyze the ratio of health personnel and its relation to the health quality of the population of Aceh Province in 2019 as measured by morbidity and life expectancy rate. The results of the analysis show that there are still disparities in the availability of health workers, both doctors and non-doctors (midwives and nurses) in regencies/ cities in Aceh Province in 2019. With path analysis, it is found that the ratio of medical doctors has a significant direct effect on regency life expectancy rate of regencies/ cities in Aceh Province. Then, the ratio of non-doctor health workers has a significant direct effect on the morbidity rate of the population and has an indirect effect on the life expectancy rate of regencies/ cities in Aceh Province. Thus, it is necessary to add more health personnel, both doctors and non-doctors (midwives and nurses), especially for areas where the ratio of health workers is not yet ideal.

Keyword: path analysis, life expectancy rate, morbidity rate, ratio of health personnel

Page 2: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 2

PENDAHULUAN Kesehatan telah menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia. Di dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta aman, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat (UU No. 36, 2014) Tenaga kesehatan memiliki peranan penting terutama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat. Tenaga kesehatan juga berperan dalam meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif (UU No. 36, 2014). Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU No. 36, 2014). Walaupun demikian, hampir semua negara tanpa melihat tingkat perkembangan sosial dan ekonomi menghadapi masalah dalam distribusi tenaga kesehatan seperti kesulitan dalam pendidikan dan pelatihan, penempatan, retensi dan kinerjanya (WHO,

2016). Padahal, tenaga kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai sangat penting untuk mencapai indikator kesehatan yang optimal karena secara langsung memengaruhi kualitas layanan kesehatan yang diberikan (Ghosh, 2014, Narasimhan et al., 2004). Rasio tenaga kesehatan terhadap populasi adalah salah satu perhitungan yang paling umum digunakan dalam penilaian dan perencanaan layanan kesehatan karena memungkinkan perbandingan antar wilayah dan subregional dengan ukuran populasi yang berbeda dan mudah dalam perhitungan, tetapi masih menawarkan ketidaksetaraan relatif yang cukup baik (Anand and WHO, 2010). Rasio Tenaga Kesehatan per jumlah penduduk menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga kesehatan dan cakupan pelayanan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk. Menurut World Health Organization (WHO), kondisi ideal tenaga kesehatan dokter dalam memberikan pelayanan adalah 1:2.500 penduduk. Artinya, 1 orang dokter untuk melayani 2.500 penduduk. Kondisi ideal menurut WHO ini juga menjadi salah satu target yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Kriteria Daerah Kabupaten/ Kota Peduli Hak Asasi Manusia (HAM), khususnya pemenuhan hak atas kesehatan. Di dalam peraturan tersebut juga, disebutkan kondisi ideal tenaga kesehatan non dokter, khususnya bidan yaitu 1:1.000 dan perawat yaitu 1:855. Ini berarti 1 orang bidan untuk melayani 1.000 penduduk sedangkan 1 perawat untuk melayani 855 penduduk. Distribusi tenaga kesehatan yang kurang ideal masih dialami oleh beberapa daerah di Indonesia, diantaranya pada wilayah

Page 3: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 3

kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, jumlah dokter di Provinsi Aceh pada tahun 2019 sebanyak 1.974 orang. Kemudian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Provinsi Aceh tahun 2019 sebanyak 5.371.532 jiwa. Dengan demikian, rasio tenaga kesehatan dokter di Provinsi Aceh sebesar 36,75 persen. Ini berarti terdapat sekitar 37 dokter untuk setiap 100.000 penduduk atau 1 orang dokter untuk melayani 2.721 penduduk. Angka ini menunjukkan rasio tenaga kesehatan dokter yang kurang ideal karena 1 orang dokter melayani lebih dari 2.500 penduduk. Berbeda dengan rasio tenaga kesehatan dokter, rasio tenaga kesehatan non dokter dalam hal ini tenaga bidan dan perawat justru tergolong ideal karena masih dibawah batasan jumlah maksimum penduduk yang ditangani. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, pada tahun 2019 jumlah bidan dan perawat di Provinsi Aceh masing-masing sebanyak 10.398 orang dan 8.567 orang. Dengan jumlah penduduk Provinsi Aceh tahun 2019 sebanyak 5.371.532 jiwa, rasio bidan dan perawat per 10.000 penduduk masing-masing sebesar 19,36 dan 15,95. Artinya, pada setiap 10.000 penduduk di Provinsi Aceh terdapat sekitar 19 orang bidan. Begitupun untuk rasio tenaga kesehatan perawat, pada setiap 10.000 penduduk terdapat 16 orang perawat. Berdasarkan angka tersebut, penduduk yang ditangani oleh satu orang bidan dan satu orang perawat masing-masing sebanyak 517 jiwa dan 627 jiwa. Grossman (1972) menjelaskan hubungan antara supply dan demand pada pelayanan kesehatan. Secara sederhana, permintaan pada layanan kesehatan dipengaruhi oleh harga terutama pada permintaan yang

bersifat elastis. Semakin meningkat harga untuk pelayanan kesehatan, permintaan pelayanan kesehatan akan semakin menurun. Semakin sedikit jumlah tenaga kesehatan (supply rendah), harga pelayanan kesehatan akan semakin tinggi dan permintaan akan pelayanan kesehatan semakin rendah. Ini berarti pada wilayah dengan tenaga kesehatan yang rendah, jumlah permintaan akan layanan kesehatan juga akan rendah yang berakibat pada rendahnya derajat kesehatan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka morbiditas penduduk Provinsi Aceh pada tahun 2019 yang diukur dengan angka kesakitan sebesar 29,33 persen. Artinya, sekitar 29,33 persen penduduk Provinsi Aceh pada tahun 2019 mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan terakhir baik gangguan fisik maupun jiwa tanpa memperhatikan kronis atau tidak. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 30,18 persen. Ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk Provinsi Aceh semakin baik. Blum (1974) menjelaskan bahwa pelayanan medis berpengaruh secara langsung terhadap derajat kesehatan, dimana salah satu instrumen pengukur derajat kesehatan adalah angka harapan hidup. Pelayanan medis tersebut meliputi jumlah tenaga medis dan fasilitas medis yang tersedia dan dapat diakses oleh masyarakat, baik untuk tindakan pencegahan dan pemeliharaan kesehatan (preventif), pengobatan atau penyembuhan (kuratif) maupun pemulihan setelah pengobatan (rehabilitatif). Kabir (2008) melakukan penelitian tentang angka harapan hidup di negara-negara berkembang dan menemukan bahwa rasio tenaga medis per 100.000 penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kenaikan angka harapan hidup penduduk di

Page 4: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 4

negara tersebut. Delavari, dkk (2016) juga menemukan hubungan positif antara jumlah dokter per 10.000 penduduk terhadap angka harapan hidup di Iran. Hal yang sama juga ditemukan oleh Setyastuti (2015) dimana variabel jumlah dokter dan jumlah tempat tidur pada sakit/puskesmas berpengaruh positif terhadap peningkatan angka harapan hidup di Indonesia. Penelitian di 11 negara anggota OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) oleh Grubaugh & Santerre (1994) menunjukkan bahwa peningkatan jumlah tenaga medis berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan angka kematian bayi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stewart (1971) menemukan bahwa jumlah tenaga medis per 10.000 penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kematian anak maupun tingkat kematian bayi dimana daerah-daerah dengan jumlah tenaga medis yang rendah memiliki risiko yang lebih tinggi pada tingkat kematian anak dan bayi serta angka harapan hidup yang lebih rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019 angka harapan hidup Provinsi Aceh 69,87. Ini berarti bayi yang dilahirkan penduduk Aceh pada tahun 2019 akan dapat hidup hingga berumur 70 tahun. Angka ini menunjukkan kenaikan apabila dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 69,64. Angka Harapan Hidup yang meningkat menunjukkan kualitas kesehatan penduduk Aceh semakin baik. Berdasarkan penjelasan diatas, tenaga kesehatan memiliki peranan mendasar dalam tercapainya tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Kurangnya tenaga kesehatan dapat berdampak pada rendahnya pelayanan kesehatan. Buruknya kualitas kesehatan penduduk akan

berpengaruh pada angka harapan hidup penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk melalui rasio tenaga kesehatan pada seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Aceh. Kemudian, dilakukan analisis pengaruh rasio tenaga kesehatan tersebut terhadap kualitas kesehatan penduduk Provinsi Aceh. Selain adanya pengaruh secara langsung, diduga adanya pengaruh tidak langsung variabel independen terhadap variabel independen sehingga terdapat beberapa hipotesis dalam penelitian ini. Untuk pengaruh langsung, rasio tenaga kesehatan dokter dan rasio tenaga kesehatan non dokter (bidan dan perawat) berpengaruh terhadap angka harapan hidup penduduk provinsi Aceh. Untuk pengaruh tidak langsung, rasio kesehatan dokter dan rasio tenaga kesehatan non dokter (bidan dan perawat) berpengaruh terhadap angka harapan hidup melalui angka kesakitan penduduk provinsi Aceh. METODE Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Seluruh data tersebut dimuat dalam publikasi “Provinsi Aceh Dalam Angka 2020” yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Data jumlah tenaga kesehatan dokter dan non dokter (bidan dan perawat) tingkat provinsi dan kabupaten/ kota di Provinsi Aceh bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Data jumlah penduduk, angka kesakitan, dan angka harapan hidup tingkat provinsi dan kabupaten/ kota di Provinsi Aceh bersumber dari Badan Pusat Statistik.

Page 5: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 5

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kondisi tahun 2019. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensia dengan analisis jalur (path analysis). Analisis deskriptif dengan grafik batang (bar chart) digunakan untuk keperluan analisis komparatif rasio tenaga kesehatan, angka kesakitan, dan angka harapan hidup seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Analisis jalur digunakan untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung rasio tenaga kesehatan dengan kualitas kesehatan penduduk (angka kesakitan dan angka harapan hidup) Provinsi Aceh. Ada banyak definisi mengenai analisis jalur (path anlysis). Streiner (2005) mendefinisikan analisis jalur sebagai perluasan dari regresi linier berganda, dan yang memungkinkan analisis model-model yang lebih kompleks. Kemudian, Retherford (1993) mengatakan bahwa analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. Menurut Sarwono (2010), teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang inheren antar variabel yang disusun berdasarkan urutan temporer dengan menggunakan koefesien jalur sebagai besaran nilai dalam menentukan besarnya pengaruh variabel independen exogenous terhadap variabel dependen endogenous. Menurut Sarwono (2010), ada enam tahapan dalam melakukan analisis jalur. Pertama, merancang model didasarkan pada teori. Kedua, membuat hipotesis. Ketiga, menentukan model diagram jalur berdasarkan pada variabel-variabel yang

dikaji. Keempat, membuat diagram jalur. Kelima, membuat persamaan struktural. Keenam, melakukan prosedur path analysis. Menurut Ghozali (2011), dalam menggambar diagram jalur yang perlu diperhatikan adalah anak panah berkepala satu merupakan hubungan regresi dan anak panah berkepala dua adalah hubungan korelasi. Adapun diagram jalur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Diagram Jalur

Berdasarkan diagram jalur diatas, dapat disusun persamaan regresi dalam penelitian ini sebagai berikut: sakiti = α0 + α1 rdoki + α2 rnondoki + e1i

ahhi = β0 + β1 rdoki + β2 rnondoki + β3 sakiti

+ e2i dimana: α0, β0 : intercept α1, α2, β1, β2, β3 : koefisien regresi sakiti : angka kesakitan penduduk kabupaten/ kota i (persen) rdoki : rasio tenaga kesehatan dokter per 100.000 penduduk kabupaten/

kota i rnondoki : rasio tenaga kesehatan non dokter per 10.000 penduduk kabupaten/ kota i ahhi : angka harapan hidup penduduk kabupaten/ kota i (tahun)

Page 6: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 6

e1i, e2i : residual i i : kabupaten/ kota di

Provinsi Aceh Adapun rumus penghitungan rasio

tenaga kesehatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

rdok% = '

jumahdokter%jumlahpenduduk%

3 x100.000

rbidan% = 'jumahbidan%

jumlahpenduduk%3 x10.000

rperawat% = 'jumahperawat%jumlahpenduduk%

3 x10.000

rnondok% = rbidan% + rperawat%

Untuk mengetahui keberadaan pengaruh tidak langsung, digunakan uji Z Sobel. Dalam penelitian ini, variabel angka kesakitan kabupaten/ kota sebagai mediator dalam pengujian pengaruh tidak langsung. Variabel rasio tenaga kesehatan dokter dan rasio tenaga kesehatan non dokter kabupaten/ kota menjadi variabel independen dan variabel angka harapan hidup kabupaten/ kota menjadi variabel dependen dalam penelitian ini. Adapun rumus penghitungan nilai statistik Z Sobel (MacKinnon, Warsi, & Dwyer, 1995) dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Z=>?@ =αBxβD

EFαBGxsIJ@%KG L + FβDGxs=>?@G L

Z=M?M>?@ =αGxβD

EFαGGxsIJ@%KG L + FβDGxs=M?M>?@G L

dimana: 𝑍OPQR : nilai Z Sobel untuk pengaruh tidak

langsung rasio tenaga kesehatan dokter terhadap angka harapan hidup

𝑍OSQSPQR : nilai Z Sobel untuk pengaruh tidak langsung rasio tenaga kesehatan non dokter terhadap angka harapan hidup

𝑠PQR : standard error rasio tenaga kesehatan dokter

𝑠SQSPQR : standard error rasio tenaga kesehatan non dokter

𝑠UVRWX : standard error angka kesakitan HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Rasio Tenaga Kesehatan, Angka Kesakitan, dan Angka Harapan Hidup Penduduk Seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Aceh Tahun 2020

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa tingkat keragaman data tertinggi pada variabel rasio tenaga kesehatan perawat yang ditunjukkan oleh coefficient of variation (CV) tertinggi yakni sebesar 49,35 pesen. Hal ini menunjukkan bahwa disparitas rasio tenaga kesehatan perawat pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tertinggi dibandingkan empat variabel lainnya yang ditunjukkan oleh nilai CV terendah yakni sebesar 3,30 persen. Sebaliknya, tingkat keragaman data variabel angka harapan hidup paling rendah. Artinya, umur harapan hidup seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tidak berbeda jauh. Dari tabel 1, dapat juga diperoleh informasi bahwa masih terdapat disparitas ketersediaan tenaga kesehatan, angka kesakitan, dan angka harapan hidup pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019.

Page 7: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 7

Tabel 1. Ringkasan Statistik Deskriptif Seluruh Variabel

Variabel rdok rbidan rperawat sakit ahh Mean 42,13 20,89 18,77 29,21 68,21 Minimum 18,48 6,84 5,48 17,83 63,94 Maximum 100,36 45,35 44,26 38,54 71,52 CV 43,46 44,68 49,35 20,49 3,30

Rasio tenaga kesehatan dokter menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga kesehatan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk. Semakin tinggi nilai rasio tenaga kesehatan dokter, semakin besar ketersediaan tenaga kesehatan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk. Pada tahun 2019, rasio kesehatan dokter pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh berkisar antara 18,48 hingga 100,36. Menurut WHO, kondisi ideal dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah 1:2.500 atau dengan kata lain memiliki rasio tenaga kesehatan dokter minimal 40. Secara rata-rata, rasio tenaga kesehatan dokter

seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh sudah mencapai kondisi ideal dengan nilai yang tidak jauh dari 42,13. Gambar 2 menunjukkan ada 12 kabupaten/ kota di Provinsi Aceh yang memiliki rasio tenaga kesehatan dokter yang ideal. Kota Sabang memiliki rasio tenaga kesehatan dokter tertinggi yang mencapai 100,36. Artinya, terdapat sekitar 100 dokter per 100.000 penduduk atau 1 dokter menangani sekitar 1.000 penduduk. Sebaliknya, Kabupaten Aceh Tenggara memiliki rasio tenaga kesehatan dokter terendah se-Provinsi Aceh, yakni sebesar 18,48. Artinya, ada sekitar 18 dokter per 100.000 penduduk atau 1 dokter menangani sekitar 5.556 penduduk.

Gambar 2 Rasio Tenaga Kesehatan Dokter per 100.000 Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di

Provinsi Aceh Tahun 2019

Rasio tenaga kesehatan bidan menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga kesehatan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk. Semakin tinggi nilai rasio tenaga kesehatan bidan, semakin besar ketersediaan tenaga

kesehatan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk. Pada tahun 2019, rasio kesehatan bidan pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh berkisar antara 6,84 hingga 45,35. Secara rata-rata, rasio tenaga kesehatan bidan

35,4041,1047,46

18,4829,12

49,4144,26

26,5726,07

45,37

24,8636,57

47,82

20,6831,68

63,51

31,7235,3648,83

100,36

46,38

73,84

44,22

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

SIMEULUE

ACEHSINGKIL

ACEHSELATAN

ACEHTENGGARA

ACEHTIMUR

ACEHTENGAH

ACEHBARAT

ACEHBESARPIDIE

BIREUEN

ACEHUTARA

ACEHBARATDAYA

GAYOLUES

ACEHTAMIANG

NAGANRAYA

ACEHJAYA

BENERMERIAH

PIDIEJAYA

BANDAACEH

SABANG

LANGSA

LHOKSEUMAWE

SUBULUSSALAM

Page 8: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 8

seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh sudah mencapai kondisi ideal dengan nilai yang tidak jauh dari 20,89 (lebih besar dari 10). Gambar 3 menunjukkan hanya ada 3 kabupaten/ kota di Provinsi Aceh yang memiliki rasio tenaga kesehatan bidan belum ideal, yakni Kota Banda Aceh (6,84), Kota Langsa (7,30), dan Kabupaten Aceh Selatan (8,15). Kota Banda Aceh memiliki rasio tenaga kesehatan bidan terendah

dimana terdapat sekitar 7 bidan per 10.000 penduduk atau 1 bidan menangani sekitar 1.429 penduduk (melebihi 1.000 penduduk). Sebaliknya, Kabupaten Bener Meriah memiliki rasio tenaga kesehatan bidan tertinggi se-Provinsi Aceh, yakni sebesar 45,35. Artinya, ada sekitar 45 bidan per 10.000 penduduk atau 1 bidan menangani sekitar 222 penduduk.

Gambar 3 Rasio Tenaga Kesehatan Bidan per 10.000 Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di

Provinsi Aceh Tahun 2019 Rasio tenaga kesehatan perawat menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga kesehatan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk. Semakin tinggi nilai rasio tenaga kesehatan perawat, semakin besar ketersediaan tenaga kesehatan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk. Pada tahun 2019, rasio kesehatan perawat pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh berkisar antara 5,48 hingga 44,26. Secara rata-rata, rasio tenaga kesehatan perawat seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh sudah mencapai kondisi ideal dengan nilai yang tidak jauh dari 18,77 (lebih besar dari 12). Gambar 4 menunjukkan hanya ada 5

kabupaten/ kota di Provinsi Aceh yang memiliki rasio tenaga kesehatan perawat belum ideal, yakni Kabupaten Aceh Besar (5,48), Kota Banda Aceh (8,10), Kabupaten Aceh Tamiang (9,36), Kabupaten Aceh Barat (10,57), dan Kabupaten Nagan Raya (11,48). Kabupaten Aceh Besar memiliki rasio tenaga kesehatan perawat terendah dimana terdapat sekitar 5 perawat per 10.000 penduduk atau 1 perawat menangani sekitar 2.000 penduduk (melebihi 855 penduduk). Sebaliknya, kota Lhokseumawe memiliki rasio tenaga kesehatan perawat tertinggi se-Provinsi Aceh, yakni sebesar 44,26. Artinya, ada sekitar 44 perawat per 10.000 penduduk

32,93

16,68

8,15

13,9016,99

27,01

16,5114,84

23,8420,9119,20

24,14

31,67

11,69

19,37

25,84

45,35

20,41

6,84

17,78

7,30

34,27

24,93

0,005,0010,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,0050,00

SIMEULUE

ACEHSINGKIL

ACEHSELATAN

ACEHTENGGARA

ACEHTIMUR

ACEHTENGAH

ACEHBARAT

ACEHBESARPIDIE

BIREUEN

ACEHUTARA

ACEHBARATDAYA

GAYOLUES

ACEHTAMIANG

NAGANRAYA

ACEHJAYA

BENERMERIAH

PIDIEJAYA

BANDAACEH

SABANG

LANGSA

LHOKSEUMAWE

SUBULUSSALAM

Page 9: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 9

atau 1 perawat menangani sekitar 227 penduduk.

Gambar 4 Rasio Tenaga Kesehatan Perawat per 10.000 Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di

Provinsi Aceh Tahun 2019 Angka Kesakitan/ Morbiditas adalah persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan. Keluhan kesehatan adalah gangguan terhadap kondisi fisik maupun jiwa, termasuk karena kecelakaan, atau hal lain yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Pada umumnya, keluhan kesehatan utama yang banyak dialami oleh penduduk adalah panas, sakit kepala, batuk, pilek, diare, asma/sesak nafas, sakit gigi. Orang yang menderita penyakit kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya. Semakin rendah angka kesakitan, semakin baik derajat kesehatan penduduk atau kualitas kesehatan penduduk semakin membaik.

Pada tahun 2019, angka kesakitan penduduk seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh berkisar antara 17,83 hingga 38,54 persen atau secara rata-rata tidak jauh dari 29,21 persen. Derajat kesehatan penduduk Kabupaten Simeulue terbaik se-Provinsi Aceh karena memiliki angka kesakitan penduduk terendah yakni sebesar 17,83 persen. Sebaliknya, Kabupaten Pidie Jaya memiliki derajat kesehatan paling rendah di Provinsi Aceh karena memiliki angka kesakitan penduduk tertinggi yakni mencapai 38,54 persen. Artinya, 38,54 persen penduduk Kabupaten Pidie Jaya mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir.

29,3927,56

12,1413,0713,19

25,27

10,57

5,48

15,3918,13

12,33

17,16

29,54

9,3611,48

19,8123,15

13,52

8,10

31,54

18,55

44,26

22,72

0,005,0010,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,0050,00

SIMEULUE

ACEHSINGKIL

ACEHSELATAN

ACEHTENGGARA

ACEHTIMUR

ACEHTENGAH

ACEHBARAT

ACEHBESARPIDIE

BIREUEN

ACEHUTARA

ACEHBARATDAYA

GAYOLUES

ACEHTAMIANG

NAGANRAYA

ACEHJAYA

BENERMERIAH

PIDIEJAYA

BANDAACEH

SABANG

LANGSA

LHOKSEUMAWE

SUBULUSSALAM

Page 10: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 10

Gambar 5 Angka Kesakitan Penduduk Seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Aceh Tahun 2019

(Persen) Angka harapan hidup merupakan salah satu komponen dalam penghitungan indeks pembangunan manusia yang dapat merepresentasikan kualitas kesehatan penduduk karena menggambarkan umur panjang dan hidup sehat. Pada tahun 2019, angka harapan hidup seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh berkisar antara 63,94 hingga 71,52 tahun atau secara rata-rata tidak jauh dari 68,21 tahun. Kualitas kesehatan penduduk Kota Lhokseumawe terbaik se-Provinsi Aceh karena memiliki

angka harapan hidup tertinggi yakni sebesar 71,52 tahun. Artinya, bayi yang dilahirkan penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2019 akan dapat hidup hingga berumur 72 tahun. Sebaliknya, Kota Subulussalam memiliki kualitas kesehatan penduduk paling rendah di Provinsi Aceh karena memiliki angka harapan hidup terendah yakni mencapai 63,94 tahun. Artinya, bayi yang dilahirkan penduduk Kota Subulussalam pada tahun 2019 akan dapat hidup hingga berumur 64 tahun.

Gambar 6 Angka Harapan Hidup Penduduk Seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Aceh Tahun 2019

(Tahun)

17,83

29,40

23,8223,43

36,6234,59

29,44

20,35

27,88

37,13

26,7027,96

36,54

26,5526,72

33,3336,02

38,54

30,6630,0732,55

27,82

17,90

0,00

5,0010,0015,0020,00

25,0030,0035,0040,0045,00

SIMEULUE

ACEHSINGKIL

ACEHSELATAN

ACEHTENGGARA

ACEHTIMUR

ACEHTENGAH

ACEHBARAT

ACEHBESARPIDIE

BIREUEN

ACEHUTARA

ACEHBARATDAYA

GAYOLUES

ACEHTAMIANG

NAGANRAYA

ACEHJAYA

BENERMERIAH

PIDIEJAYA

BANDAACEH

SABANG

LANGSA

LHOKSEUMAWE

SUBULUSSALAM

65,22

67,36

64,27

68,0468,6768,82

67,93

69,77

66,89

71,16

68,79

64,9165,38

69,5269,14

67,11

69,1970,06

71,3670,45

69,37

71,52

63,94

60

62

64

66

68

70

72

74

SIMEULUE

ACEHSINGKIL

ACEHSELATAN

ACEHTENGGARA

ACEHTIMUR

ACEHTENGAH

ACEHBARAT

ACEHBESARPIDIE

BIREUEN

ACEHUTARA

ACEHBARATDAYA

GAYOLUES

ACEHTAMIANG

NAGANRAYA

ACEHJAYA

BENERMERIAH

PIDIEJAYA

BANDAACEH

SABANG

LANGSA

LHOKSEUMAWE

SUBULUSSALAM

Page 11: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 11

Pengaruh Rasio Tenaga Kesehatan Terhadap Kualitas Kesehatan Penduduk Kabupaten/ Kota di Provinsi Aceh Tahun 2019

Untuk menganalisis pengaruh rasio tenaga kesehatan terhadap kualitas kesehatan penduduk Provinsi Aceh tahun 2019 dalam penelitian ini, digunakan analisis jalur (path analysis). Dengan menggunakan software SPSS AMOS 24, diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 7 Output Diagram Jalur dengan SPSS AMOS 24

Dalam penelitian ini terdapat dua persamaan yang terbentuk, yakni persamaan untuk angka kesakitan dan

angka harapan hidup seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Nilai R squared untuk persamaan angka kesakitan (sakit) sebesar 0,959 persen. Hal ini berarti rasio tenaga kesehatan dokter (rdok) dan rasio tenaga kesehatan non dokter (rnondok) dapat menjelaskan keragaman data angka kesakitan (sakit) pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh sebesar 95,90 persen. Nilai R squared untuk persamaan angka harapan hidup sebesar 0,952. Hal ini berarti keragaman data angka harapan hidup (ahh) di Kabupaten Aceh Jaya dapat dijelaskan oleh rasio tenaga kesehatan dokter (rdok), rasio tenaga kesehatan non dokter (rnondok), dan angka kesakitan (sakit) pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh sebesar 95,20 persen.

Tabel 2. Nilai R Squared Model Terbaik

Estimate

sakit .959 ahh .952

Tabel 3. Hasil Pengujian Goodness of Fit

dari Model Terbentuk

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 10 .000 0

Saturated model 10 .000 0

Independence model 4 189.547 6 .000 31.591

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh informasi bahwa bahwa model yang terbentuk sudah cocok (fit). Model yang terbentuk dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini. Hal ini dibuktikan dengan nilai P-Value dari CMIN sebesar 0,000 (lebih kecil dari alpha 0,10)

Page 12: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 12

Tabel 4. Hasil Estimasi Analisis Jalur (Path Analysis) dengan

Software SPSS AMOS 24

Estimate S.E. C.R. P Label sakit <--- rdok -.007 .046 -.162 .872 par_1 sakit <--- rnondok -.358 .051 -7.056 *** par_2 ahh <--- rdok .032 .019 1.698 .089 par_3 ahh <--- rnondok .014 .038 .378 .706 par_4 ahh <--- sakit -.496 .087 -5.673 *** par_6

Output diatas memberikan informasi mengenai keberadaan pengaruh langsung dari variabel independen terhadap variabel dependen. Rasio tenaga kesehatan dokter tidak secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka kesakitan pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019. Hal ini ditunjukkan dengan p-value yang lebih besar dari 0,10. Walaupun demikian, koefisien rasio tenaga kesehatan dokter pada persamaan angka kesakitan menunjukkan tanda negatif yang berarti setiap kenaikan rasio tenaga kesehatan dokter akan menurunkan angka kesakitan penduduk pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019. Hal ini sesuai dengan teori yang dihipotesiskan.

Pengaruh langsung yang tidak signifikan rasio tenaga kesehatan dokter terhadap angka kesakitan disebabkan adanya indikasi sebagian besar keluhan kesehatan yang dialami penduduk Aceh sebulan terakhir pada tahun 2019 bersifat non kronis. Kebiasaan umum penduduk apabila mengalami keluhan kesehatan non kronis yaitu tidak berobat jalan, misalnya dengan mengobati sendiri. Berdasarkan data hasil pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 60,10 persen penduduk Aceh mengobati sendiri saat mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir pada tahun 2019. Selain itu, masih banyak rasio

tenaga kesehatan dokter kabupaten/ kota di Provinsi Aceh yang masih dalam kondisi tidak ideal sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Berbeda halnya dengan rasio tenaga kesehatan non dokter (bidan dan perawat) yang justru secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka kesakitan. Hal ini ditunjukkan dengan p-value yang lebih kecil dari 0,10. Koefisien rasio tenaga kesehatan non dokter pada persamaan angka kesakitan pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019 bernilai -0,358. Artinya, dengan tingkat keyakinan 90 persen, jika rasio tenaga kesehatan non dokter naik sebesar 1 tenaga kesehatan non dokter per 10.000 penduduk maka angka kesakitan kabupaten/ kota di Provinsi Aceh akan turun sebesar 0,358 persen. Tanda negatif pada koefisien ini sesuai dengan teori yang dihipotesiskan. Pada umumnya, perawat/ bidan menjadi solusi pertama rujukan pengobatan bagi penduduk ketika mengalami keluhan kesehatan ringan. Hal ini dikarenakan pustu/ polindes berada pada tingkat desa dan pada fasilitas kesehatan ini biasanya ditangani oleh perawat/ bidan. Dengan demikian, hal yang wajar apabila rasio tenaga kesehatan non dokter secara signifikan berpengaruh terhadap angka kesakitan khususnya untuk keluhan kesehatan ringan yang dialami penduduk.

Page 13: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 13

Tabel 5. Direct Effect Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

rnondok rdok sakit sakit .358 .007 .000 ahh .014 .032 -.496

Untuk persamaan angka harapan hidup, rasio tenaga kesehatan dokter secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka harapan hidup penduduk seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh pada tahun 2019. Angka harapan hidup erat kaitannya dengan mortalitas karena angka harapan hidup sendiri berkaitan dengan usia harapan hidup penduduk. Berbeda dengan persamaan pertama, mortalitas berkaitan dengan keluhan kesehatan yang kronis. Penanganan keluhan kesehatan yang kronis biasanya dilakukan oleh dokter, khususnya dokter spesialis. Dengan demikian, penambahan jumlah dokter pada kabupaten/ kota di Provinsi Aceh, khususnya wilayah yang belum mencapai rasio tenaga kesehatan dokter ideal akan dapat meningkatkan angka harapan hidup yang merupakan salah satu indikator kualitas kesehatan penduduk. Hal ini ditunjukkan dengan p-value yang lebih

kecil dari 0,10. Nilai koefisien rasio tenaga kesehatan dokter pada persamaan angka harapan hidup sebesar 0,032 berarti dengan tingkat keyakinan 90 persen, jika rasio tenaga kesehatan dokter naik sebesar 1 dokter per 100.000 penduduk maka angka harapan hidup pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh naik sebesar 0,032 tahun.

Sebaliknya, rasio tenaga kesehatan non dokter justru tidak secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka harapan hidup seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Hal ini ditunjukkan dengan p-value yang lebih besar dari 0,10. Namun demikian, koefisien rasio kesehatan non dokter bernilai positif. Ini sesuai dengan teori yang dihipotesiskan dimana setiap peningkatan rasio tenaga kesehatan non dokter akan meningkatkan angka harapan penduduk kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Salah satu penyebab pengaruh langsung yang tidak signifikan rasio tenaga kesehatan non dokter terhadap angka harapan hidup adalah rasio tenaga kesehatan non dokter untuk sebagian besar kabupaten/ kota di Provinsi Aceh sudah mencapai kondisi ideal.

Tabel 6. Hasil Uji Signifikansi Indirect Effect dengan Z Sobel

Pengaruh Tidak Langsung Z Sobel P-Value

rdok -> sakit -> ahh 0,152 0,879 rnondok -> sakit -> ahh 4,425 0,000

Untuk mengetahui keberadaan pengaruh tidak langsung variabel independen terhadap variabel dependen, digunakan uji signifikansi dengan uji Z Sobel. Berdasarkan tabel diatas, rasio tenaga kesehatan non dokter (bidan perawat) secara signifikan berpengaruh tidak langsung terhadap angka harapan hidup seluruh kabupaten/ kota di Provinsi

Aceh pada tahun 2019. Hal ini ditunjukkan dengan p-value dari uji Z Sobel sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,10. Hasil uji ini menunjukkan bahwa angka kesakitan menjadi mediator hubungan antara rasio kesehatan non dokter terhadap angka harapan hidup kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Ini berarti rasio tenaga kesehatan non dokter memengaruhi angka kesakitan

Page 14: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 14

terlebih dahulu selanjutnya angka kesakitan baru memengaruhi angka harapan hidup seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019. Sebaliknya, rasio tenaga kesehatan dokter tidak secara signfikan berpengaruh tidak langsung terhadap angka harapan hidup kabupaten/ kota di Provinsi Aceh. Hal ini ditunjukkan dengan p-value dari uji Z Sobel sebesar 0,986 lebih besar dari 0,10. Tabel 7. Indirect Effect Variabel

Independen Terhadap Variabel Dependen

rnondok rdok sakit sakit .000 .000 .000 ahh .177 .004 .000

Koefisien pengaruh tidak langsung variabel rasio tenaga kesehatan non dokter sebesar 0,177. Artinya, setiap peningkatan rasio tenaga kesehatan non dokter sebesar 1 tenaga kesehatan non dokter per 10.000 penduduk akan mengakibatkan angka harapan hidup naik sebesar 0,177 tahun melalui penurunan angka kesakitan kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019. KESIMPULAN

Disparitas rasio tenaga kesehatan terjadi pada seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019. Hal yang sama juga terjadi pada kualitas kesehatan penduduk kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019 yang diukur melalui angka kesakitan dan angka harapan hidup.

Rasio tenaga kesehatan dokter secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka harapan hidup namun tidak secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka kesakitan penduduk kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019. Dengan demikian, diperlukan penambahan jumlah dokter khususnya pada kabupaten/ kota

yang belum memiliki rasio tenaga kesehatan dokter yang ideal di Provinsi Aceh agar kualitas kesehatan penduduk yang diukur dengan angka harapan hidup dapat meningkat. Rasio tenaga kesehatan non dokter secara signifikan berpengaruh langsung terhadap angka kesakitan dan berpengaruh tidak langsung terhadap angka harapan hidup penduduk kabupaten/ kota di Provinsi Aceh tahun 2019. Dengan demikian, diperlukan penambahan jumlah tenaga kesehatan bidan dan perawat khususnya pada kabupaten/ kota yang belum memiliki rasio tenaga kesehatan non dokter yang ideal di Provinsi Aceh agar kualitas kesehatan penduduk yang diukur dengan angka harapan hidup dan angka kesakitan dapat meningkat. DAFTAR PUSTAKA Anand, S. & WHO. 2010. Measuring

Health Workforce Inequalities: Methods and Application to China and India. Geneva: WHO Press.

Blum, H. L. (1974). Planning for Health: Development and Application of Social Change Theory. (10th ed.). New York: Human Sciences Press,U.S.

Delavari, S., Zandian, H., Rezaei, S., Moradinazar, M., Delavari, S., Saber, A., & Fallah, R. 2016. Life Expectancy and its socioeconomic determinants in Iran. Electronic physician, 8(10), 3062.

Ghosh, S. 2014. Equity in The Utilization of Healthcare Services in India: Evidence from National Sample Survey. International Journal of Health Policy and Management, 2, 29.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

Page 15: ANALYSIS OF HEALTH PERSONNEL RATIO AND ITS …

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021 15

SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

Grossman, M. 1972. On The Concept of Health Capital and The Demand for Health. Journal of Political Economy, 80(2), 223-255.

Grubaugh, S. G., & Santerre, R. E. 1994. Comparing The Performance of Health Caresystems: An Alternative Approach. Southern Economic Journal, 1030-1042.

Kabir, M. 2008. Determinants of Life Expectancy in Developing Countries. The Journal of Developing Areas, 185-204.

MacKinnon, D. P., Warsi, G., & Dwyer, J. H. 1995. A Simulation Study of Mediated Effect Measures. Multivariate Behavioral Research, 30, 41-62.

Narasimhan, V., Brown, H., Pablos-Mendez, A., et al. 2004. Responding to The Global Human Resources Crisis. Lancet, 363, 1469-72.

Retherford, Robert D. 1993. Statistical Models For Causal Analysis. Program on Population East-West Center, Honolulu, Hawaii.Islamy,

Sarwono, Jonathan. 2010. Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Edisi 5. Yogyakarta: Andi.

Setyastuti, Rina. 2015. Analisis Faktor Sosial Ekonomi yang

Mempengaruhi Peningkatan Harapan Hidup Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Jakarta: Universitas Indonesia.

Stewart Jr, C. T. 1971. Allocation of Resources to Health. Journal of Human Resources, 103-122.

Streiner, David L. 2005. Finding Our Way: An Introduction to Path Analysis. Can J Psychiatry, 50 (2). Bogor: Institut Pertanian Bogor.