analisis yuridis peraturan bank indonesia nomor: …digilib.unila.ac.id/54947/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS YURIDIS PERATURAN BANK INDONESIANOMOR: 19/12/PBI/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI
FINANSIAL
(Skripsi)
Oleh
MADE ATMA GEBI SURYANI
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
i
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:19/12/PBI/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI
FINANSIAL
Oleh
MADE ATMA GEBI SURYANI
Sistem pembayaran berbasis teknologi finansial atau yang biasa disebut SP-Tekfin, merupakan inovasi di bidang pembayaran sehingga dapat dilakukan lebihmudah dan cepat. Selain memberikan manfaat, kehadiran SP-Tekfin jugamemiliki potensi risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan,keamanan dan keandalan sistem pembayaran. Guna mencegah terjadinya hal-haltersebut, maka dibentuk PBI Nomor: 19/12/PBI/2017 tentang PenyelenggaraanTeknologi Finansial. Mengingat regulasi yang masih relatif baru dan belumfamiliar di masyarakat luas, maka akan menjadi sebuah kajian yang menarik danmemiliki alasan yang tepat untuk dilakukan penelitian terhadap PBI Nomor:19/12/PBI/2017. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara jelasmengenai perizinan, pemantauan dan pengawasan terhadap penyelenggarateknologi finansial.
Melalui penelitian hukum normatif, hasil penelitian menunjukan bahwasebagaimana yang diatur dalam PBI Nomor: 19/12/PBI/2017, perizinan SP-Tekfindapat dilakukan setelah melaksanakan tahapan uji coba dalam regulatorysandbox. Melalui tahapan tersebut Bank Indonesia akan menetapkan status hasiluji coba penyelenggara teknologi finansial. Terdapat beberapa status yang dapatditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu berhasil, tidak berhasil dan status lain yangditetapkan oleh Bank Indonesia. Penyelenggara teknologi finansial yang dapatmelakukan perizinan ke Bank Indonesia adalah penyelenggara teknologi finansialyang dinyatakan berhasil. Bank Indonesia melakukan pemantauan terhadappenyelenggara teknologi finansial yang telah terdaftar pada Bank Indonesia.Pemantauan tersebut dilakukan setiap bulan dan setiap tahun secara berkelanjutan.Pengawasan dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap SP-Tekfin yang telahmendapatkan izin atau persetujuan dari Bank Indonesia. Pengawasan tersebutdapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Kata Kunci: Bank Indonesia, Teknologi Finansial, Penyelenggaraan
ii
ABSTRACT
JURISDICTION ANALYSIS OF BANK INDONESIA REGULATIONNUMBER: 19/12/PBI /2017 CONCERNING MANAGEMENT OF
FINANCIAL TECHNOLOGY
By
MADE ATMA GEBI SURYANI
The financial technology-based payment system or commonly called SP-Tekfin,is an innovation in the field of payment so that it can be done more easily andquickly. In addition to providing benefits, the presence of SP-Tekfin also haspotential risks which can disrupt financial system stability, security and reliabilityof the payment system. In order to prevent these occurrences, PBI Number:19/12/PBI/2017 was established regarding the implementation of financialtechnology. Given that regulations are still relatively new and are not yet familiarin the wider community, it will be an interesting study and has the right reasonsfor conducting research on PBI Number: 19/12/PBI/2017. This study aims toanalyze clearly the licensing, monitoring and supervision of financial technologyproviders.
Through normative legal research, the results of the study show that as stipulatedin PBI Number: 19/12/PBI/2017, SP-Tekfin licensing can be done after carryingout the testing phase in the regulatory sandbox. Through this stage, BankIndonesia will determine the status of the results of the trial of financialtechnology providers. There are several statuses that can be determined by BankIndonesia, namely successful, unsuccessful, and other status determined by BankIndonesia. Financial technology providers who can license to Bank Indoensia arefinancial technology providers that have been declared successful. Bank Indonesiamonitors the financial technology providers registered with Bank Indonesia.Monitoring is carried out every month and every year on an ongoing basis.Supervision is carried out by Bank Indonensia towards SP-Tekfin which hasobtained a permit or approval from Bank Indonesia. Such supervision can be donedirectly or indirectly.
Keywords: Bank Indonesia, Financial Technology, Management
ANALISIS YURIDIS PERATURAN BANK INDONESIANOMOR: 19/12/PBI/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI
FINANSIAL
Oleh
MADE ATMA GEBI SURYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA HUKUM
PadaBagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Wirata Agung, pada tanggal 7
Agustus 1996, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak I Nyoman Tambun dan Ibu Nengah
Suwartini. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-
kanak di TK Dharma Wanita Lampung Tengah pada Tahun
2001-2002, Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Wirata Agung pada Tahun 2002-2008,
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 2 Seputih Mataram pada Tahun
2008-2011, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Seputih Mataram pada
Tahun 2011-2014. Penulis melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN) diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung pada Tahun 2014.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif dalam organisasi UKM-H Unila
(Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu Univesitas Lampung) sejak tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai paralegal pada Bidang Konsultasi dan Bantuan Hukum
(BKBH FH Unila) yang menjadi penyelenggara bantuan hukum bagi masyarakat
tidak mampu. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan Fakultas Hukum
Universitas Lampung yaitu UKM-F PSBH (Pusat Studi Bantuan Hukum)
kemudian diangkat sebagai Kepala Bidang Alumni dan Kerjasama pada tahun
2017. Selama kegiatan UKM-F PSBH penulis pernah dikirim untuk mewakili
viii
Universitas Lampung mengikuti Kompetisi Peradilan Semu atau yang sering
disebut Natinal Moot Court Competition (NMCC) Anti Money Laundering IV di
Universitas Trisakti pada tahun 2016, Constitutional Moot Court Competition
Piala Ketua Mahkamah Konstitusi III di Universitas Tarumanegara pada tahun
2017. Penulis pernah mempersembahkan prestasi sebagai Juara I NMCC Anti
Money Laundering IV dan mendapatkan predikat Pemberi Keterangan Terbaik
pada Constitutional Moot Court Competition III.
ix
MOTO
Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah. Hidup adalah sebuah lagu, maka
nyanyikanlah. Hidup adalah sebuah impian, maka sadarilah. Hidup adalah sebuah
permainan, maka mainkanlah. Hidup adalah kasih sayang, maka nikmatilah.
(Bhagawan Sri Sthya Sai Baba)
Peluang besar tidak dilihat dengan mata, peluang besar dilihat dengan pikiran.
(Robert Kiyosaki)
x
PERSEMBAHAN
Om Swastiastu,
Teriring doa dan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta Leluhur
yang selalu membimbing dan melindungi.
Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsiku kepada:
Kedua Orang Tuaku
Bapak I Nyoman Tambun dan Ibu Nengah Suwartini
Terimakasih untuk kasih sayang, dukungan, pengorbanan, doa yang tiada hentinya
untuk anakmu, serta kesabaran untuk menantikan keberhasilanku.
Serta kakak adiku tersayang, I Wayan Samudra Kusuma Wijaya dan Komang
Bagus Sukma Hermawan.
Om Shanty, shanty, shanty, Om
xi
SANWACANA
Suksme selalu penulis haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Leluhur
yang selalu memberikan kerahayuan sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Peraturan Bank Indonesia
Nomor: 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggara Teknologi Finansial” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Lampung di bawah bimbingan dari dosen pembimbing serta atas
bantuan dari berbagai pihak lain.
Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan saran dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;
3. Ibu Kingkin Wahyuningdiah, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing I atas
kesabaran dan kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya,
mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan
kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
xii
4. Ibu Yennie Agustin MR, S.H., M.H., selaku Pembimbing II atas
kesabaran dan kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya,
mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan
kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Ibu Ratna Syamsiar., S.H., M.Hum., selaku Pembahas I yang telah
memberikan kritik, saran, dan masukan yang sangat membangun terhadap
skripsi ini;
6. Bapak Depri Liber Sonata, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah
memberikan kritik, saran, dan masukan yang sangat membangun terhadap
skripsi ini;
7. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik, yang
telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
8. Seluruh Dosen dan Rekan yang tergabung pada Bidang Konsultasi dan
Bantuan Hukum (BKBH), Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum
Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi Penulis, serta segala bantuan secara teknis maupun
administratif yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi;
9. Sahabat-sahabatku tersayang Indah Sumarningsih, Leny Oktavia, Mayza
Amelia, Meilinda Sari, Melinda Sopiani, Mia Lestari, Komang Suniasih,
Maria Clara Toruan, Prisma Fadli, Komang Putri, Dwi Cahya, Kadek
Astana, Ketut Dharma PY, Melva Christien Manurung, Verena Lestari,
Elsaday Abigail Sinaga, Tyo Riyanaji, Rico Sitorus, Riko Nayohan,
Mery Farida, Komang Setiawan, Nurcahyati, Korin Suryani Sirait,
xiii
Theresia Endah, Dedi Saputra, Frans Manuel, dan Darwin Manalu terima
kasih untuk persahabatan selama ini yang senantiasa memberikan
nasihat, semangat dan dukungannya, kalian sudah seperti keluarga
bagiku. Semoga persahabatan kita untuk selamanya;
10. Orang-orang terbaik yang ada di hidupku Bapak Muhamad Zulfikar, S.H.,
M.H., (selaku dosen sekaligus kakak), Kak Andi Kurniawan, S.H., Kak
Abdul Rahman PN, S.H., dan Kak Verdinan Pradan, S.H., yang selalu ada
untuk memberi motivasi, memberikan nasihat, bimbingan, semangat,
dukungan serta doanya;
11. Keluarga besar UKM-H Unila, BKBH dan UKM-F PSBH , Alumni,
Pengurus, Anggota Muda dan Anggota Tetap, Tim NMCC NAMLE IV,
dan CMCC yakni Kak Cindy, Kak Ridho, Kak Adi, Aziz, Hanifah,
Dhanty, Ega, Sofiatun, Ajeng, Alfa, Zahria, Chaterina, Faiz, Oren dan
yang lainnya. Kalian keluarga yang luar biasa, terima kasih untuk
kebersamaan, pengalaman serta ilmu yang berharga yang tidak saya
temukan dalam perkuliahan dan hanya saya temukan di PSBH;
12. Teman-teman KKN di Desa Bumi Nabung Baru Kecamatan Bumi
Nabung Kab. Lampung Tengah, Septiana, Tina, Nia, Herma, ervan, Deri,
Tri, Pakde Warni, Bude Warni, dan Kak Kastono terima kasih atas
support menyelesaikan perkuliahan dan kebersamaannya yang sampai
saat ini masih terjalin dengan baik;
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua
bantuan dan dukungannya.
xiv
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang
telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis
dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, 14 Desember 2018
Penulis,
Made Atma Gebi Suryani
xv
DAFTAR ISI
HalamanABSTRAK .................................................................................................................. iPERSETUJUAN ....................................................................................................... ivPENGESAHAN ......................................................................................................... vPERNYATAAN......................................................................................................... viRIWAYAT HIDUP ................................................................................................. viiMOTO ....................................................................................................................... ixPERSEMBAHAN ...................................................................................................... xSANWANCANA ...................................................................................................... xiDAFTAR ISI............................................................................................................. xv
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1A. Latar Belakang ............................................................................................... 1B. Permasalahan ................................................................................................. 7C. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................. 7D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7E. Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 9A. Sistem Pembayaran dan SP- Tekfin............................................................... 9
1. Jenis Sistem Pembayaran.......................................................................112. Teknologi Finansial ...............................................................................133. Sistem Pembayaran Berbasis Teknologi Finansial ................................15
B. Regulasi Sistem Pembayaran Berbasis Teknologi Finansial .......................19C. Tugas dan Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral ....................21D. Kerangka Berfikir .......................................................................................26
III. METODE PENELITIAN ................................................................................28A. Jenis Penelitian.............................................................................................28B. Tipe Penelitian .............................................................................................29C. Pendekatan Masalah.....................................................................................30D. Data dan Sumber Data ................................................................................31
1. Bahan Hukum Primer .............................................................................312. Bahan Hukum Sekunder..........................................................................323. Bahan Hukum Tersier .............................................................................32
E. Metode Pengumpulan Data .........................................................................33
xvi
F. Metode Pengolahan Data ............................................................................33G. Analisis Data ...............................................................................................34
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................................35A. Perizinan Sistem Pembayaran Berbasis Teknologi Finansial
Menurut PBI Nomor: 19/12/PBI/2017 ........................................................351. Tahap Penetapan Teknologi Finansial oleh Bank Indonesia ..........................372. Tahap Pengajuan Skenario Uji Coba ......................................................393. Tahap Penyelenggaraan Uji Coba dalam Regulatory Sandbox...............424. Tahap Penetapan Hasil Uji Coba ............................................................44
B. Pemantauan dan Pengawasan Penyelenggara Teknologi FinansialMenurut PBI Nomor: 19/12/PBI/2017.........................................................531. Pemantauan Terhadap Penyelenggara Teknologi Finansial Menurut
PBI Nomor: 19/12/PBI/2017 .................................................................532. Pengawasan Terhadap Penyelenggara Teknologi Finansial Menurut
PBI Nomor: 19/12/PBI/2017 .................................................................59
V. PENUTUP .........................................................................................................64A. Kesimpulan ...................................................................................................64B. Saran .............................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki banyak kebutuhan, bahkan
Adam Smith menyebut manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus),
makhluk yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya
dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.1 Dahulu manusia berusaha
sacara individu untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun seiring berjalannya
waktu dan meningkatnya kebutuhan, manusia memerlukan manusia lainnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Sebelum adanya uang, masyarakat
jaman dulu melakukan barter untuk saling memenuhi kebutuhan mereka. Barter
dilakukan dengan cara pertukaran barang satu dengan barang lainnya. Namun
sistem barter ini memiliki beberapa kekuarangan yaitu tidak adanya satuan umum
untuk mengukur nilai suatu barang atau jasa, serta sulit menemukan orang yang
mempunyai barang yang diinginkan dan mau menukarkannya.
Munculnya hambatan-hambatan dalam penerapan sistem barter, menyebabkan
pola pembayaran dengan cara demikian dipandang kurang efisien. Seiring dengan
perkembangan zaman munculah uang yang dijadikan sebagai alat tukar barang
atau jasa. Uang diciptakan dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar
1 Deliarnov, Ilmu Pengetahuan Sosial (Ekonomi), Erlangga: Jakarta, 2009, hlm. 5
2
menukar/pembayaran dan perdagangan.2 Uang menjadi alat tukar yang lebih
efisien jika dibandingkan dengan sistem barter, karena lebih mudah dibawa serta
dapat memberikan nilai pasti untuk suatu barang atau jasa. Uang pada saat itu
dibedakan menjadi dua bentuk yaitu uang kertas dan uang logam. Seiring
perkembangan, uang dibedakan menjadi dua jenis yaitu uang kartal dan uang
giral. Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam, uang kartal merupakan
alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan
transaksi jual beli sehari-hari. Menurut Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 13
tahun 1968 tentang Bank Sentral, “Bank Indonesia mempunyai hak oktroi yakni
hak tunggal untuk mengeluarkan uang logam dan kertas”.
Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan
adanya sebuah alat tukar yang lebih mudah, aman dan praktis. Uang giral
merupakan uang yang diterbitkan oleh bank umum berbentuk cek, bilyet, giro,
dan lain-lain.3 Menyusul kehadiran uang kartal dan uang giral muncul uang kuasi.
Uang kuasi merupakan surat-surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat
pembayaran. Biasanya uang kuasi terdiri terdiri atas deposito berjangka dan
tabungan serta rekening valuta asing milik swasta domestik.4
Perkembangan alat pembayaran tidak hanya berhenti disitu saja, seiring dengan
perkembangan zaman, perkembangan teknologi juga turut mempengaruhi
perkembangan alat pembayaran. Teknologi merupakan ilmu pengetahuan yang
dapat memberikan kemudahan pada setiap kegiatan di kehidupan manusia. Di era
2 Carlo Poll., Pengantar Ilmu Ekonomi, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2009, hlm. 246
3 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali: Jakarta, 2012, hlm. 18.
4 Solikin dan Suseno, Uang: Pengertian, Penciptaan, dan Perananya dalam Perekonomian,
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK): Jakarta, 2008, hlm. 12
3
digital ini teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, teknologi
mampu menciptakan hal-hal baru serta berkolaborasi dengan bidang-bidang
lainnya yang salah satunya adalah bidang keuangan atau finansial. Kolaborasi
teknologi dengan finansial saat ini dikenal dengan istilah Teknologi Finansial atau
Financial Technology (Fintech).
National Digital Research Centre (NDRC) menyatakan, bahwa teknologi
finansial adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi di bidang
jasa finansial, dimana istilah tersebut berasal dari kata “financial” dan
“technology”(Fintech) yang mengacu pada inovasi finansial dengan sentuhan
teknologi modern.5 Selanjutnya untuk menyebut inovasi dibidang jasa finansial
akan menggunakan istilah teknologi finansial. Menurut Pasal 3 angka (1)
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial yang ditetapkan pada tanggal 29 November 2017 dalam
Lembar Negara Nomor 245, yang selanjutnya akan disebut PBI No:
19/12/PBI/2017, teknologi finansial dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Sistem pembayaran:
2. Pendukung pasar;
3. Manajemen investasi dan manajemen resiko;
4. Pinjaman, pembiayaan, dan penyediaan modal;
5. Jasa finansial lainnya.
5 Imanuel Adhitya Wulanata C, Analisis SWOT Implementasi Teknologi Finansial Terhadap
Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia, Ekonomi dan Bisnis, Vol. 20 No. 1, April 2017.
4
Berdasarkan ketentuan tersebut dalam penulisan ini akan difokuskan pada sistem
pembayaran berbasis teknologi finansial. Menurut Pasal 1 Angka (6) Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1999 yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, “sistem pembayaran adalah sistem
yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan
untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang
timbul dari suatu kegiatan ekonomi.” Sistem pembayaran merupakan tata cara
atau prosedur yang saling berkaitan dalam pemindahan sejumlah nilai uang (alat
pembayaran) dari satu pihak ke pihak lain yang terjadi karena adanya transaksi
ekonomi. Sistem pembayaran berbasis teknologi finansial atau yang biasa disebut
SP-Tekfin, merupakan jenis teknologi finansial yang penyelenggaraannya telah
diatur dalam regulasi yang sah.
Kehadiran SP-Tekfin memberikan dampak yang sangat besar dalam kegiatan
ekonomi, khususnya dalam kegiatan pembayaran. Pembayaran merupakan salah
satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam kegiatan ekonomi. Keberadaan
SP-Tekfin dapat mempercepat serta mempermudah proses pembayaran. SP-
Tekfin memungkinkan kita untuk melakukan proses pembayaran hanya dengan
menggunakan gadget dan internet, sehingga pembayaran dapat dilakukan di mana
saja tanpa mengharuskan konsumen untuk datang langsung ke lokasi pembayaran.
Kehadiran SP-Tekfin disambut dengan baik oleh masyarakat, karena dipercaya
dapat memberikan keuntungan bagi konsumen, pelaku usaha, maupun
perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan banyaknya perusahaan-perusahaan
yang mulai mengeluarkan produk-produk teknologi finansial di bidang sistem
pembayaran. Menurut laporan tahunan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH)
5
tahun 2017, terdata sebanyak 235 perusahaan teknologi finansial bergerak di
Indonesia. Laporan tersebut menunjukan bahwa dari 235 perusahaan teknologi
finansial, subsektor sistem pembayaran mendominasi dengan angka 39%.6
Selain memberikan manfaat, kehadiran SP-Tekfin juga memiliki potensi risiko
yang dapat menggangu sistem keuangan, sebagaimana yang dijelaskan dalam
Pasal 1 ayat (1) PBI No: 19/12/PBI/2017, dapat diketahui bahwa teknologi
finansial dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan,
dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem pembayaran.
SP-Tekfin juga dapat memicu terjadinya perbuatan-perbuatan terlarang berupa
pencucian uang, penyelewengan seperti shadow banking, MLM, money game,
dll.7 Untuk mencegah terjadinya hal-hal tersebut maka perlu adanya persyaratan
perizinan bagi setiap produk SP-Tekfin yang dapat membuktikan bahwa SP-
Tekfin tersebut merupakan produk pembayaran yang efisien, lancar, aman, serta
handal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan dan
inklusif. Selain perizinan SP-Tekfin juga membutuhkan pengawasan dan
pemantauan untuk memperhatikan setiap penyelenggaraan SP-Tekfin, serta
memastikan bahwa penyelenggaraan tersebut menerapkan prinsip perlindungan
konsumen, serta manajemen risiko dan kehati-hatian dengan tetap memperhatikan
perluasan akses, kepentingan nasional, serta standar dan praktik intenasional yang
berlaku. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 8 Huruf b Undang-Undang Nomor
3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, “Bank Indonesia mempunyai tugas untuk
6
http://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/16/210000526/perkembangan-industri-fintech-di-
2017-dalam-kacamata-asosiasi, diakses pukul 13.24, 07 Agustus 2018. 7 https://kliklegal.com/ financial – technology – di – indonesia – peluang – atau – ancaman -
ailrc/, diakases pukul 10.24, 18 Agustus 2018.
6
mengatur serta menjaga kelancaran sistem pembayaran”, sehingga dalam hal ini
yang berwenang melakukan pengawasan serta pemantauan terhadap
penyelenggaraan SP-Tekfin adalah Bank Indonesia. Mengenai jenis teknologi
finansial lainnya berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 Huruf (c) Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, “OJK melaksanakan tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor
perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan
lainnya.”
Pesatnya perkembangan dan maraknya penggunaan SP-Tekfin mengharuskan
Bank Indonesia sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengaturan terhadap
setiap produk-produk perusahaan teknologi finansial dibidang sistem pembayaran.
Untuk melakukan pengaturan tersebut Bank Indonesia menetapkan PBI No:
19/12/PBI/2017. Diketahui melalui Pasal 4 PBI No: 19/12/PBI/2017, peraturan
tersebut mengatur mengenai pendaftaran, pengujian, perizinan dan persetujuan
serta pemantauan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan teknologi finansial.
Mengingat regulasi yang masih relatif baru dan belum familiar di masyarakat luas,
maka akan menjadi sebuah kajian yang menarik dan memiliki alasan yang tepat
untuk dilakukan penelitian khususnya mengenai perizinan, serta pemantauan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan SP-Tekfin menurut PBI Nomor:
19/12/PBI/2017. Selanjutnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul
Analisis Yuridis Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang
Penyelenggaraan Teknologi Finansial.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah PBI No: 19/12/PBI/2017 mengatur tentang perizinan sistem
pembayaran berbasis teknologi finansial (SP-Tekfin)?
2. Bagaimanakah pemantauan dan pengawasan penyelenggaraan sistem
pembayaran berbasis teknologi financial (SP-Tekfin)?
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup bidang ilmu dan lingkup
pembahasan. Ruang lingkup bidang ilmu yang digunakan adalah Hukum Ekonomi
Bisnis khususnya Hukum Perbankan. Ruang lingkup pembahasan adalah sistem
perizinan serta pemantauan dan pengawasan penyelenggaraan SP-Tekfin menurut
PBI No: 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai PBI No: 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi
Finansial ini bertujuan untuk menganalisis secara lengkap, rinci dan jelas
mengenai:
1. Perizinan terhadap SP-Tekfin.
2. Pemantauan dan pengawasan penyelenggaraan SP-Tekfin.
8
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
a. Sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan di
bidang Ilmu Hukum Ekonomi Bisnis khususnya di bidang Perbankan.
b. Pedoman penelitian sejenis berikutnya, serta penelitian yang lain.
c. Jawaban atas permasalahan yang diteliti.
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
a. Sumber informasi dan dapat memberi gambaran lebih jelas kepada
masyarakat mengenai penyelenggaraan SP-Tekfin.
b. Gambaran kepada pembaca dan semua pihak yang berkepentingan serta
sebagai referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian-
penelitian berikutnya.
c. Sumbangan pemikiran bagi pembaca yang tertarik maupun berkepentingan
dalam pelaksanaan pembangunan di bidang perbankan khususnya
mengenai SP-Tekfin.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pembayaran dan Sistem Pembayaran Berbasis Teknologi
Finansial
Sistem pembayaran adalah suatu sistem yang melakukan pengaturan kontrak,
fasilitas pengoprasian dan mekanisme teknis yang digunakan untuk
penyampaiannya, pengesahan, dan penerimaan intruksi pembayaran, serta
pemenuhan kewajiban pembayaran yang dikumpulkan melalui pertukaran “nilai”
antar perorangan, bank dan lembaga lainnya baik domestik maupun antar negara
(cross border).8 Menurut Pasal 1 Angka (6) Undang-Undang Nomor 3 tahun
2004 tentang Bank Indonesia, “sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup
seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan
pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu
kegiatan ekonomi.”
Sesuai dengan pengertian sistem pembayaran sebagaimana tersebut di atas, dalam
pelaksanaannya diperlukan adanya komponen sistem pembayaran yang memadai,
antara lain:9
1. Institusi atau lembaga yang menyediakan jasa pembayaran;
8
Aulia Pohan, Sistem Pembayaran: Strategi dan Implementasi di Indonesia, PT Raja
Grafindo Persada: Jakarta, 2011, hlm. 71 9 Sri Mulyati, et.al., Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia, Pusat Pendididkan dan
Studi Kebanksentralan: Jakarta, 2008, hlm. 14
10
2. Instrumen yang digunakan dalam sistem pembayaran yang mengatur hak
dan kewajiban keuangan peserta pembayaran;
3. Kerangka hukum yang mengatur ruang lingkup hukum dan instrumen
sistem pembayaran, hak dan kewajiban peserta, sanksi, dan aturan lainnya
untuk menjamin terlaksananya sistem pembayaran secara hukum; dan
4. Kerangka kebijakan sistem pembayaran yang jelas, baik kebijakan umum
maupun operasional, yang mendasari pengembangan sistem pembayaran.
Dalam pelaksanaan sistem pembayaran, seluruh komponen tersebut saling
berkaitan guna melancarkan serta mengawasi setiap sistem pembayaran.
Sistem pembayaran berperan penting dalam perekonomian suatu negara, dengan
semakin meningkatnya volume dan nilai transaksi serta sejalan dengan pesatnya
perkembangan teknologi. Semakin meningkatnya transaksi tersebut, maka risiko
yang ditimbulkan menjadi semakin besar karena dengan terganggunya sistem
pembayaran dapat membahayakan stabilitas sistem dan pasar keuangan secara
keseluruhan. Menurut Sheppard peran penting sistem pembayaran dalam
perekonomian adalah sebagai berikut:10
1. Sebagai elemen penting dalam infrastruktur keuangan suatu perekonomian
untuk mendukung stabilitas keungan. Hal ini disebabkan sistem keuangan
dan perbankan berkaitan erat dengan sistem pembayaran. Gangguan
disistem pembayaran akan menimbulkan keterlambatan atau kegagalan
kewajiban pembayaran, yang pada gilirannya akan menyebabkan turunya
kepercayaan masyarakat terhadap likuiditas dan stabilitas sistem keuangan
serta perbankan;
10
Ibid, hlm. 15.
11
2. Sebagai Channel (saluran) penting dalam pengendalian ekonomi yang
efektif. Khususnya melalui kebijakan moneter. Lancarnya sistem
pembayaran, kebijakan moneter dapat mempengaruhi likuiditas
perekonomian sehingga proses transmisi kebijakan moneter dari sistem
perbankan ke sektor riil dapat menjadi lancar;
3. Sebagai alat untuk mendorong efisiensi ekonomi. Keterlambatan dan
ketidaklancaran pembayaran akan mengganggu perencanaan keuangan
usaha dan pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan produktivitas
perekonomian.
Melalui pernyataan di atas maka dapat diketahui, bahwa peranan sistem
pembayaran penting dalam suatau perekonomian untuk menjaga stabilitas sistem
keuangan dan perbankan, sebagai sarana transmisi kebijakan moneter, serta
sebagai alat untuk meningkatkan efisinsi ekonomi suatu negara. Mengetahui
peranan sistem pembayaran yang begitu penting maka perlu adanya pengaturan
serta pengawasan terhadap sistem pembayaran agar dapat berjalan dengan aman
dan lancar.
Sistem pembayaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 11
1. Sistem Pembayaran Tunai
Sistem pembayaran ini dilakukan dengan menggunakan uang kartal yang
beredar di masyarakat baik yang berbentuk kertas maupun logam. Uang
kartal merupakan alat pembayaran sah yang dikeluarkan oleh Bank
11
Sri Mulyati, et.al., Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia, Pusat Pendididkan dan
Studi Kebanksentralan: Jakarta, 2008, hlm. 7
12
Indonesia, yang terdiri dari dua bentuk yaitu uang kertas dan uang
logam.12
2. Sistem Pembayaran Non Tunai
Sistem pembayaran ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pembayaran dalam berbagai bentuk, antara lain:
a. Cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang
memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah
uang kepada pihak yang disebutkan didalamnya atau kepada pemegang
cek tersebut.13
b. Bilyet giro adalah surat perintah nasabah kepada bank penyimpan dana
untuk memindah bukukan sejumlah dana dari rekening yang
bersangkutan kepada pihak penerima yang disebut namanya pada bank
yang sama atau berlainan.
c. Nota Debet (Warkat Debet) adalah warkat atau surat yang digunakan
untuk menagih bank lain atau nasabah bank lain melalui kliring. Nota
debet juga digunakan untuk keperluan transaksi antar kantor baik nota
debet dengan surat maupun nota debet dengan telegram.
d. Nota Kredit
Nota kredit sama dengan nota debet, namun nota kredit digunakan
untuk mengirimkan atau memindahkan dana bukan tunai kepada
nasabah bank lain atau kepada bak lain melalui kliring.
12
Fadly Firnandes, etc, Pengaruh Uang Giral dan Uang Kuasi Terhadap Inflasi di
Indonesia, Jon FEKOM, Vol. 1 No. 2, Oktober 2014 13
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2012,
hlm. 57
13
e. Nota Pemindahbukuan (Telegrafic Transfer)
Merupakan warkat yang digunakan untuk memindahkan dana dari
rekening nasabah lain di bak yang sama.
f. Kuitansi Transfer (Wesel)
Merupakan kuitansi sebagai bukti penerimaan transfer dari luar kta
yang dapat ditagihkan kepada bank penerima transfer itu. Kuitansi ini
dikeluarkan oleh bank yang menerima transer yang harus ditanda
tangani oleh yang berhak menerima. 14
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, sistem pembayaran non tunai
mengalami kemajuan yang sangat pesat, khususnya dengan kehadiran teknologi
finansial. Teknologi finansial terdiri dari kata teknologi dan finansial, kata
teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologia atau techne yang mempunyai
arti keahlian dan logia yang berarti pengetahuan. Dalam pengertian yang sempit
teknologi merupakan sesuatu yang mengacu pada objek benda yang dipergunakan
untuk mempermudah aktivitas manusia. 15
Finansial adalah hal-hal yang berkaitan
dengan masalah keuangan.16
Menurut National Digital Research Centre (NDRC),
teknologi finansial adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi di
bidang jasa finansial, di mana istilah tersebut berasal dari kata “financial” dan
“technology” (Fintech) yang mengacu pada inovasi finansial dengan sentuhan
teknologi modern. Selanjutnya untuk menyebut inovasi di bidang jasa finansial
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang Tentang Surat Berharga, Citra Aditya Bakti:
Bandung, 2013, hlm. 224 15
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime), PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta, 2012, hlm. 3 16
Sudarsono, Kamus Hukum, PT. Asdi Mahastya: Jakarta, 2009, hlm. 130
14
akan menggunakan istilah teknologi finansial.17
Menurut pasal 1 ayat (1) PBI No:
19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial, “teknologi
finansial adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan
produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak
pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaram,
keamanan, dan kendala sistem pembayaran.”
Kehadiran teknologi finansial memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat di
zaman modern ini, antara lain:18
a. Memberi solusi struktural bagi pertumbuhan industri berbasis elektronik (e-
commerce);
b. Mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta lahirnya
wirausahawan (enterpreneur) baru;
c. Mendorong usaha kreatif (seperti artis, musisi, pengembang aplikasi, dsb.)
untuk meraih distribusi pasar yang luas (critical mass);
d. Memungkinkan pengembangan pasar, terutama yang masih belum terlayani
jasa keuangan dan perbankan konvensional (unbanked population).
Munculnya teknologi finansial di Indonesia juga memiliki peranan berupa:19
a. Mendorong pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk;
b. Membantu pemenuhan kebutuhan pembiayaan dalam negeri yang masih
sangat besar;
17
Imanuel Adhitya Wulanata C, Analisis SWOT Implementasi Teknologi Finansial Terhadap
Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia, Ekonomi dan Bisnis, Vol. 20 No. 1, April 2017. 18
Ian Pollari, “The Rise of Fintech Opportunities and challenges”, The Finsia Journal of
Applied Finance, ISSUE 3, 2016, hlm. 46 19
Ibid, hlm. 47
15
c. Mendorong distribusi pembiayaan nasional yang masih belum merata di
17.000 pulau;
d. Meningkatkan inklusi keuangan nasional;
e. Meningkatkan kemampuan ekspor UMKM yang saat ini masih rendah.
Menurut Bank Indonesia manfaat dari keberadaan Teknologi Finansial ini dapat
dibagi menjadi 3 kategorikan, yaitu:20
a. Manfaat bagi konsumen
1) Perluasan pilihan produk
2) Peningkatan kualitas layanan
3) Penurunan harga
b. Manfaat bagi pelaku bisnis
1) Memperpendek rantai transaksi
2) Meningkatkan efisiensi modal dan resiliensi operasional
3) Meningkatkan iklusi keuangan
4) Memperlancar arus informasi
c. Manfaat bagi ekonomi
1) Mempercepat transmisi kebijakan moneter
2) Meningkatkan kecepatan uang beredar
3) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
20
Bank Indonesia, "Financial Technology (Perkembangan dan Respons Kebijakan Bank
Indonesia", Fintech Office:Bank Indonesia, 2016.
16
Teknologi finansial yang berkembang begitu pesat, mulai memunculkan inovasi-
inovasi baru, salah satunya inovasi dibidang sistem pembayaran, yang melahirkan
sistem pembayaran berbasis teknologi finansial atau biasa disebut SP-Tekfin.
SP-Tekfin didefinisikan sebagai bisnis berbasis teknologi yang bersaing dan atau
berkolaborasi dengan lembaga keuangan. Proses teknologi finansial berkisar dari
menciptakan software untuk memproses kegiatan yang biasa dilakukan lembaga
keuangan untuk meningkatkan pengalaman konsumen dan mempersingkat proses
pembayaran menjadi lebih cepat dan efisien.21
Contoh teknologi SP-Tekfin, antara
lain: 22
1. Veritrans
Veritrans merupakan perusahaan yang menyediakan jasa payment gateway
setup, teknologi finansial ini memudahkan konsumen dalam metode
pembayaran.
2. PajakPay
PajakPay merupakan salah satu produk SP-Tekfin yang menyediakan
layanan pembayaran pajak pendapatan, baik pajak pendapatan pribadi
maupun pajak pendapatan perusahaan.
3. Kartuku
Kartuku merupakan salah satu teknologi yang diciptakan untuk mesin
EDC (Electronic Data Capture) atau alat untuk menggesek kartu, dengan
prosesor yang dapat menerima pembayaran dari kartu manapun sistem ini
21
Ian Pollari, “The Rise of Fintech Opportunities and Challenges”, The Finsia Journal of
Applied Finance, ISSUE 3, 2016 22
https://www.finansialku.com/klasifikasi-fintech-menurut-bank-indonesia/diakses pada 10
Juni 2018, Pukul 20.22.
17
disebut Unified Payment. Produk SP-Tekfin ini juga menerapkan sistem
yang dapat mengamankan setiap data dari setiap transaksi.
Kehadiran teknologi finansial tidak hanya melahirkan inovasi-inovasi di bidang
sistem pembayaran saja, tetapi juga melahirkan inovasi di berbagai bidang, antara
lain:23
a. Pendukung pasar
Pendukung pasar merupakan portal yang mengumpulkan dan mengoleksi data
finansial untuk disajikan kepada pengguna, sehingga pengguna bisa
membandingkan dan memilih produk keuangan terbaik yang ingin digunakan.
Contoh teknologi finansial dibidang ini antara lain:
1) CekAja
CekAja merupakan sebuah portal keuangan yang memudahkan
masyarakat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan dalam
mengambil keputusan finansial. Teknologi finansia ini menawarkan jasa
pembanding produk keuangan seperti contohnya investasi, asuransi, serta
produk pinjaman (kredit).
2) Cermati
Cermati merupakan perusahaan teknologi finansial yang menyediakan
informasi lengkap dari produk perbankan yang dapat langsung
dibandingkan, seperti kredit, deposito, dan produk tabungan.
23
http://www.duniafintech.com/pengertian-dan-jenis-startup-fintech-di-indonesia/ diakses
pada 10 Juni 2018, pukul 21.08
18
b. Manajemen investasi dan manajemen risiko
Produk teknologi finansial ini merupakan perencanaan keuangan dalam
bentuk digital, sehingga pengguna dapat mengetahui kondisi keuangannya
serta melakukan perencanaan keuangan secara cepat dan mudah. Contoh
perusahaan teknologi finansial di bidang ini antara lain:
1) Jojomic
Teknologi finansial ini merupakan aplikasi yang memungkinkan
penggunanya untuk mengatur keuangan dengan mudah, yaitu dengan
mencatat pengeluaran dan dam pemasukan secara praktis.
2) Finansialku
Finansialku merupakan sebuah portal perencanaan keuangan untuk
individu dan keuangan di Indonesia, di sini pengguna dapat mewujudkan
tujuan keuangannya dengan perencanaan keuangan yang tepat.
c. Pinjaman, pembiayaan dan penyediaan modal
Kalsifikasi ini sering disebut dengan crowfounding dan peer to peer (P2P)
lending, teknologi finansial di bidang ini merupakan yang menjadi sarana
pertemuan pencari modal dan investor di bidang pinjaman. Contoh
perusahaan teknologi finansial di bidang ini antara lain:
1) Pinjam.co
Pinjam.co merupakan perusahaan teknologi yang menyediakan jasa
layanankeuangan dengan mengembangkan platform digital untuk
membantu pelanggan untuk mengatasi kebutuhan dana cepat.
2) Kredivo
19
Kredivo adalah sebuah perusahaan pembiayaan yang tercatat di Bursa
Efek Jakarta dan diawasi oleh OJK. Perushaan teknologi finansial ini
menawarkan layanan kredit dana cepat untuk kebutuhan belanja online
tanpa kartu kredit.
B. Regulasi Sistem Pembayaran Berbasis Teknologi Finansial
Teknologi Finansial diawasi oleh dua lembaga berwenang yaitu Bank Indonesia
(BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pengawasan teknologi finansial oleh dua
lembaga tersebut dibagi berdasarkan jenis teknologi finansial. Menurut PBI No:
19/12/PBI/2017, teknologi finansial dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Sistem pembayaran:
2. Pendukung pasar;
3. Manajemen investasi dan manajemen resiko;
4. Pinjaman, pembiayaan, dan penyediaan modal;
5. Jasa finansial lainnya.
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 8 Huruf (b) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, “Bank Indonesia mempunyai tugas untuk
mengatur serta menjaga kelancaran sistem pembayaran”, sehingga dalam hal ini
yang berwenang melakukan pengawasan serta pemantauan terhadap
penyelenggaraan SP-Tekfin adalah Bank Indonesia. Mengenai jenis teknologi
finansial lainnya berada dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 Huruf (c) Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, “OJK melaksanakan tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor
20
perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan
lainnya.” Dalam penelitian ini akan difokuskan pada pengaturan serta pengawasan
Bank Indonesia terhadap SP-Tekfin.
Saat ini banyak perusahaan teknologi finansial yang mengembangkan produk-
produk teknologi finansial dibidang sistem pembayaran. Pertumbuhan SP-Tekfin
didorong dari kemajuan teknologi serta keinginan masyarakat untuk mempercepat
dan mempermudah setiap aktifitas yang dilakukan, salah satunya dibidang
pembayaran. Pertumbuhan SP-Tekfin mendorong Bank Indonesia untuk
mengeluarkan regulasi yang mengatur mengenai penyelenggaraan SP-Tekfin yaitu
PBI No: 19/12/PBI/2017. Setiap produk SP-Tekfin harus mengikuti ketentuan
yang diatur dalam PBI tersebut. Sebagaimana yang diatur didalam Pasal 5 Ayat 1
PBI No: 19/12/PBI/2017, “penyelenggaraan teknologi finansial yang akan atau
telah melakukan kegiatan yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud wajib
melakukan pendaftaran pada Bank Indonesia”. Sebelum melakukan pendaftaran
teknologi finansial harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
1. Bersifat inovatif;
2. Dapat berdampak pada produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis
fianansial yang telah eksis;
3. Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat;
4. Dapat digunakan secara luas; dan
5. Kriteria lain yag ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Selain pendaftaran perusahaan teknologi finansial juga harus melalui tahapan
lainnya untuk dapat mangajukan permohonan perizinan, seperti:
21
1. tahapan uji coba (regulatory sandbox)
2. perizinan dan persetujuan
3. pemantauan dan pengawasan
Semua tahapan tersebut dilaksanakan oleh Bank Indonesia.
C. Tugas dan Kedudukan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
Menurut Pasal 23D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, “Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-
undang”, undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23D ini yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Menurut Pasal 4
ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2004 menyatakan bahwa,”Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik
Indonesia”. Dalam Penjelasan Pasal 4 dijelaskan yang dimaksud dengan bank
sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan
alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
mengatur dan mengawasi perbanakan, serta menjalankan fungsi sebagai Lender of
the Last Resort.
Bank Indonesia mempunyai tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Berdasar Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, Bank Indonesia adalah lembaga negara
yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari
22
campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas diatur dalam undang-undang ini. Campur tangan yang dimaksud adalah
semua bentuk intimidasi, ancaman, pemaksaan, dan bujuk rayu dari pihak lain
yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan dan
pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Pihak lain yang dimaksud adalah semua pihak
di luar Bank Indonesia termasuk pemerintah dan atau lembaga lainnya. Ketentuan
ini dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan tugas dan
wewenangnya secara efektif.
Secara garis besar tugas dan wewenang Bank Indonesia, antara lain :24
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia
berwenang :
a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju
inflasi;
b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang
termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
1) Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik rupiah maupun valuta
asing;
2) Penetapan tingkat diskonto;
3) Penetapan cadangan wajib minimum;
4) Pengaturan kredit atau pembiayaan.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia
berwenang:
24
Suarpika Bimantoro dan Syahrul Bahroen, Organisasi Bank Indonesia, Jakarta : Pusat
Pendikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), 2008, hlm. 5.
23
a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran;
b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk
menyampaikan laporan tentang kegiatannya;
c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.
d. Mengatur sistem kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan valuta
asing;
e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar
bank;
f. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan
yang digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat
pembayaran;
g. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik
dan memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan
penggantian dengan nilai yang sama.
3. Melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia
berwenang menetapkan peraturan, melaksanakan pengawasan bank, dan
mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Secara umum sistem pembayaran merupakan salah satu prasyarat bagi pencapaian
tujuan utama Bank Sentral, yaitu stabilitas moneter dan keuangan. Hal tersebut
memberikan alasan yang kuat bagi Bank Sentral untuk ikut terlibat dalam
penyelenggaraan sistem pembayaran, Bank Sentral harus memiliki peran atau
24
tanggung jawab sebagai oversigh (pengawas) dan membuat peraturan untuk
mengontrol risiko yang diakibatkan oleh sistem pembayaran.25
Keterlibatan atau peran Bank Sentral dalam sistem pembayaran secara umum
meliputi empat hal, yaitu:
1. Pemakaian sistem pembayaran
Bank Sentral mempunyai transaksi-transaksi yang harus dilaksanakan, seperti
setelmen dari operasi pasar terbuka, transaksi devisa, pembayaran tagihan,
gaji, pensiun, dan sebagainya.
2. Anggota sistem pembayaran
Bank Sentral perlu membayar dan menerima pembayran atas nama
nasabahnya sendiri, seperti pemerintah dan lembaga keuangan internasional.
3. Penyedia sistem pembayaran
Bank Sentral menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan sistem
pembayaran.
4. Perlindungan kepentingan umum
Sebagai regulator, pengawas anggota sistem pembayaran, administrasi dan
perencanaan, dan arbitrase dalam hal terjadi perselisihan.
Dilihat dari tugas dan kewenangan diatas dapat diketahui bahwa Bank Indonesia
memiliki kewenang untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
yang ada di Indonesia termasuk SP-Tekfin. Kewenangan Bank Indonesia dalam
hal ini meliputi pemberian izin, penetapan, serta pengawasan terhadap sistem
25
Sri Mulyati, et.al, Op,Cit.,hlm. 25
25
pembayaran. Hal tersebut dilakukan guna menjaga sistem kestabilan keuangan
negara.
Mengingat kehadiran SP-Tekfin dapat berdampak pada kestabilan keuangan
negara, maka Bank Indonesia selaku lembaga yang berwenang mengatur sistem
pembayaran mengeluarkan PBI No: 19/12/PBI/2017. Menurut Pasal 2 PBI No:
19/12/PBI/2017 “Bank Indonesia mengatur penyelenggaraan teknologi finansial
untuk mendorong inovasi di bidang keuangan dengan menerapkan prinsi kehati-
hatian guna tetap menjaga stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan
sistem pembayaran yang efisien, lancar, aman, dan handal”. Sebagaimana yag
diatur dalam Pasal 4 PBI No: 19/12/PBI/2017, Peraturan tersebut mengatur
mengenai pendaftaran, regulatory sandbox, perizinan dan persetujuan, serta
pemantauan dan pengawasan penyelenggaraan SP-Tekfin.
26
D. Kerangka Pikir
Keterangan:
Kehadiran kolaborasi antara teknologi dengan finansial yang menjadikan inovasi
terkini yang memberikan manfaat, kemudahan serta ide-ide segar di bidang
finansial. Kemajuan teknologi di bidang finansial ini disebut Teknologi finansial.
Salah satu jenis teknologi finansial yang saat ini sedang berkembang pesat adalah
SP-Tekfin yaitu sistem pembayaran berbasis teknologi finansial. Kehadiran SP-
Tekfin ini memberikan manfaat serta kemudahan bagi masyarakat untuk
melakukan sebuah pembayaran. Selain manfaat kehadiran SP-Tekfin yang mulai
meningkat ini dikhawatirkan dapat berdampak negatif bagi stabilitas keungan
Peraturan Bank
Indonesia Nomor:
19/12/PBI/2017
Teknologi Finansial Sistem Pembayaran
SP-Tekfin
Bank Indonesia
Pemantauan
dan
pengawasan
SP-Tekfin
Perizinan
terhadap SP-
Tekfin
27
negara, serta dapat memicu terjadinya pencucian uang, penyelewengan seperti
shadow banking, MLM, money game, dll. Unruk mencegah terjadinya hal-hal
tersebut maka Bank Indonesia selaku bank sentral yang berperan besar dalam
pengawasan sistem pembayaran, mengeluangkan PBI No: 19/12/PBI/2017.
Peraturan tersebut mengatur mengenai penyelenggaraan teknologi finansial,
mulai dari pengujian, pendaftaran, perizinan, persetujuan, pemantauan serta
pengawasan terhadap SP-Tekfin. Dalam tulisan ini akan mengkaji perizinan serta
pemantauan dan pengawasan SP-Tekfin menurut PBI Nomor: 19/12/PBI/2017.
28
III. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi dibutuhkan sarana
pokok yakni penelitian. Hal ini dikarenakan, penelitian ini merupakan suatu
kegiatan ilmiah yakni pencarian kebenaran secara sistematis, metodologis, dan
konsisten terhadap masalah-masalah, pengetahuan baru atau pengaturan baru dari
timbulnya pengetahuan baru. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisis
dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.
A. Jenis Penelitian
Menurut Zainuddin Ali, jenis penelitian hukum dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu
penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif-empiris, dan penelitian
hukum empiris. Penelitian hukum normatif mengacu kepada norma-norma hukum
yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan
pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. Penelitian
hukum normatif-empiris adalah perilaku nyata setiap warga sebagai akibat
keberlakuan hukum normatif, sedangkan penelitian hukum empiris merupakan
penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai perilaku anggota masyarakat
dalam hubungan hidup bermasyarakat dengan kata lain, penelitian empiris
29
mengungkapkan hukum yang hidup dalam masyarakat melalui perbuatan yang
dilakukan oleh masyarakat.26
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normative, karena penelitian ini akan mengkaji Peraturan Bank Indonesia Nomor:
19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial.
B. Tipe Penelitian Hukum
Berdasarkan sifat dan tujuannya, tipe penelitian hukum dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu penelitian hukum eksploratori, penelitian hukum deskriptif, dan penelitian
hukum eksplanatori.27
Penelitian hukum eksploratori merupakan penelitian hukum
yang bersifat mendasar dan bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi
dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Penelitian hukum deskriptif
merupakan penelitian yang bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh
gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat
tertentu dan pada saat tertetu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau
peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian hukum
eksplanatori merupakan penelitian yang bersifat penjelasan dan bertujuan untuk
menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau menolak teori atau
hipotesis hasil penelitian yang sudah ada. 28
26
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 105. 27
Amirudin & Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers,
2011, hlm. 49 28
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji,Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja
GrafindoPerdasa, 2008,hlm. 15.
30
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian hukum
deskriptif, karena melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan mengenai perizinan, serta pengamatan dan pengawasan SP-Tekfin,
dengan melihat ketentuan hukum dan ketentuan lainnya dalam lingkup tinjauan
yuridis PBI No: 19/12/PBI/2017.
C. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah
melalui tahap-tahap yang ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.29
Pendekatan masalah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:30
1. Pendekatan hukum normatif, yang mencakup:
a) Penelitian terhadap asas-asas hukum;
b) Penelitian terhadap istematika hukum;
c) Penelitian terhadap taraf singkronisasi hukum;
d) Peneliti sejarah hukum; dan
e) Penelitian perbandingan hukum.
2. Pendekatan hukum empiris, yang mencakup:
a) Penelitian terhadap identifikasi hukum (hukum tidaktertulis); dan
b) Penelitian terhadap efektifitas hukum.
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini, maka pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif. Penelitian ini
dilakukan dengan mempelajari dan menelaah kebijakan hukum Bank Indonesia
29
Amirudin & Zainal Asikin, Op.Cit,. hlm. 51. 30
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika: Jakarta, 2009, hlm. 22
31
Nomor: 19/12/PBI/2017, serta peraturan perundang-undangan, buku-buku, bahan-
bahan serta literatur yang menunjang serta berhubungan dengan permasalahan,
yaitu mengenai perizinan, serta pemantauan dan pengawasan terhadap SP-Tekfin
menurut PBI: 19/12/PBI/2017.
D. Data dan Sumber Data
Berkaitan dengan permasalahan dan pendekatan masalah yang digunakan maka
penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara membaca, mengutip dan menelaah
peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen, artikel, kamus dan literatur
hukum lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.31
Data hukum
sekunder terdiri dari:
1. Bahan hukum primer (primary law material), yaitu bahan-bahan hukum yang
mengikat,32
yang terdiri dari:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Undang-Undang No. 3 tahun 2004, sebagaimana Perubahan atas
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;
c) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 77/POJK.01/2016 tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi:
d) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 18/42/PBI/2016 tentang Pembentukan
Peraturan di Bank Indonesia;
31
Amirudin & Zainal Asikin, Op.Cit,. hlm. 150. 32
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Rajawali Pers,
2010,hlm. 13.
32
e) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 19/12/PBI/2017 tentang Teknologi
Finansial;
f) Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor: 19/14/PADG/2017 tentang
Ruang Uji Coba Terbatas (Regulatory Sandbox);
g) Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor: 19/15/PADG/2017 tentang
Tata Cara Pendaftaran, Penyampaian Informasi, dan Pemantauan
Penyelenggara Teknologi Finansial.
2. Bahan hukum sekunder (secondary law material), yaitu bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,33
yang terdiri dari
buku-buku literatur dan hasil-hasil penelitian termasuk pendapat-pendapat
hukum dari kalangan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
dibahas diteliti dalam penelitian skripsi ini.
3. Bahan hukum tersier (tertiary law material), yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder yang terdiri dari kamus hukum, ensiklopedia, media
masa cetak maupun elektronik dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas dan diteliti dalam penelitian skripsi ini.34
33
Ibid, hlm. 14. 34
Ibid, hlm. 15.
33
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan
meggunakan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan penulis dengan maksud untuk memperoleh
data sekunder dengan cara membaca, mencatat dan mengutip dari berbagai buku-
buku literatur, peraturan perundang-undangan, media masa dan bahan tertulis
lainnya termasuk pendapat-pendapat dari kalangan hukum yang ada hubungannya
dengan penelitian yang dilakukan.35
Studi dokumen dalam peneltian ini dilakukan
dengan mengkaji PBI No.19/12/PBI/2017.
F. Metode Pengolahan Data
Setelah data studi pustaka terkumpul, maka data diproses melalui pengolahan
data, pengolahan data yaitu kegiatan merapikan data dari hasil pengumpulan
datasehingga siap untuk dianalisis.36
Adapun tahap-tahap pengolahan data sebagai
berikut:37
1. Pemeriksaan Data (editing)
Dilakukan pemeriksaan terhadap data yang telah dikumpulkan
untukmengetahui apakah data yang dibutuhkan tersebut sudah cukup
lengkap,jelas dan relevan dengan penelitian.
2. Klasifikasi Data (Pengelompokan Data)
35
Zainudin Ali, Op.Cit., hlm. 107 36
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dakam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm.
72 37
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Peneliia Hukum, Jakarta: Prenadamedia
Group, 2018, hlm. 9
34
Data yang telah terkumpul dan telah diperiksa kemudian dikelompok
kansesuai dengan jenis dan sifatnya agar mudah dibaca selanjutnya dapat
disusun secara sistematis.
3. Sistematisasi Data (Penyusunan Data)
Data yang telah dikelompokkan kemudian disusun secara sistematis sesuai
dengan pokok permasalahan, konsep dan tujuan penelitian agar mudah dalam
menganalisis data.
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu menganalisis
data berupa bahan-bahan hukum dan bahan-bahan pustaka. Hasil analisis yang
disajikan secara sederhana dan sistematis. Analisis secara kualitatif uga
menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun,
logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan interprestasi dan
pemahaman hasil analisis, kemudian ditarik kesimpulan sehingga diperoleh
gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan yang dibahas.38
Melalui analisis tersebut akan diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan mengenai
pengujian serta pemantauan dan pengawasan terhadap SP-Tekfin dalam PBI No.
19/12/PBI/2017.
38
Amirudin & Zainal Asikin, Op,Cit., hlm. 127
64
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bank Indonesia akan mengeluarkan izin terhadap SP-Tekfin setelah melalui
tahapan pengujian dalam regulatory sandbox, serta dinyatakan berhasil oleh
Bank Indonesia sebagaimana yang diatur dalam PBI Nomor: 19/12/PBI/2017.
Teknologi finansial dinyatakan berhasil, jika memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Kesiapan dan keandalan sistem dari Penyelenggaraan Teknologi Finansial;
b. Menerapkan prinsip perlindungan konsumen serta manajemen risiko dan
kehati-hatian; dan
c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kekurangan dalam PBI Nomor: 19/12/PBI/2017 adalah tidak diatur mengenai
batas waktu maksimal penyelenggara teknologi finansial dapat mengajukan
permohonan uji coba setelah melakukan pendaftaran.
2. Pemantauan dan pengawasan teknologi finansial menurut PBI Nomor:
19/12/PBI/2017, dilakukan dengan status objek yang berbeda. Bank Indoneisa
melakukan pemantauan terhadap penyelenggara teknologi finansial yang telah
65
terdaftar pada Bank Indonesia. Pemantauan dilaksanakan setiap bulan dan
setiap tahun secara berkelanjutan. Bank Indonesia melakukan pengawasan
terhadap SP-Tekfin yang telah mendapatkan izin atau persetujuan dari Bank
Indonesia. Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dapat
dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.
B. Saran
Melalui kesimpulan di atas ditemukan bahwa dalam PBI Nomor: 19/12/PBI/2017,
tidak diatur mengenai batas waktu maksimal penyelenggara teknologi finansial
dapat mengajukan permohonan uji coba setelah melakukan pendaftaran. Peraturan
Bank Indonesia sebaiknya mencantumkan pengaturan mengenai, batas waktu
maksimal penyelenggara teknologi finansial dapat mengajukan permohonan uji
coba setelah melakukan pendaftaran. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya
kecurangan yang dilakukan oleh penyelenggara teknologi finansial, dengan hanya
membiarkan dirinya terdaftar dan dapat memasarkan produknya, namun
mengulur-ngulur waktu untuk melakukan permohonan uji coba dalam regulatory
sandbox.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Zainudin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.
Ali, Zainuddin, 2011, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.
Bank Indonesia, 2016, "Financial Technology (Perkembangan dan Respons
Kebijakan Bank Indonesia", Fintech Office:Bank Indonesia.
Bimantoro, Suarpika dan Syahrul Bahroen, 2008, Organisasi Bank Indonesia,
Jakarta : Pusat Pendikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK).
Deliarnov, 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial (Ekonomi), Jakarta: Erlangga.
Efendi, Jonaedi dan Johnny Ibrahim, 2018, Metode Peneliia Hukum, Jakarta:
Prenadamedia Group.
Kasmir, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali.
Kasmir, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Muhammad, Abdulkadir, 2013, Hukum Dagang Tentang Surat Berharga,
Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Pohan, Aulia, 2011, Sistem Pembayaran: Strategi dan Implementasi di Indonesia,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Poll, Carlo., 2009, Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, 2008, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:
Raja GrafindoPerdasa.
Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamudji, 2010, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:
Rajawali Pers.
Solikin dan Suseno, 2008, Uang: Pengertian, Penciptaan, dan Perananya dalam
Perekonomian, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan
(PPSK).
Sri Mulyati, et.al., 2008, Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia, Jakarta:
Pusat Pendididkan dan Studi Kebanksentralan.
Sudarsono, Kamus Hukum, 2007, Jakarta: PT. Asdi Mahastya.
Suhariyanto, Budi, 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime),
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Waluyo, Bambang, 2008, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar
Grafika.
Zainal Asikin, Amirudin, 2011, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
Rajawali pers.
Jurnal
Wulanata C, Imanuel Adhitya, 2017, Analisis SWOT Implementasi Teknologi
Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia, Ekonomi
dan Bisnis, Vol. 20 No. 1.
Pollari, Ian, 2016, “The Rise of Fintech Opportunities and Challenges”, The
Finsia Journal of Applied Finance, ISSUE 3.
Firnandes, Fadly etc, 2014, Pengaruh Uang Giral dan Uang Kuasi Terhadap
Inflasi di Indonesia, Jon FEKOM, Vol. 1 No. 2.
Perundang-undangan
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2004
Undang - Undang Nomor 21 Tahun 2011
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 18/40/PBI/2016
Peraturan Bank Indonesia nomor: 19/12/PBI/2017
Peraturan Anggota Dewan Gubernur nomor: 19/14/PADG/2017
Peraturan Anggota Dewan Gubernur nomor: 19/15/PADG/2017
Sumber Lain
https://www.finansialku.com/klasifikasi-fintech-menurut-bank-indonesia/
http://www.duniafintech.com/pengertian-dan-jenis-startup-fintech-di-indonesia/
http://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/16/210000526/perkembangan-industri-
fintech-di-2017-dalam-kacamata-asosiasi.
https://kliklegal.com/financial–technology–di–indonesia–peluang–atau–ancaman-
ailrc/