analisis wacana tentang jodoh dalam novel karya...
TRANSCRIPT
ANALISIS WACANA TENTANG JODOH
DALAM NOVEL “JODOH” KARYA FAHD PAHDEPIE
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Farha Attaqia
NIM. 1113051000206
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1438 H
i
ABSTRAK
Farha Attaqia
NIM. 1113051000206
Analisis Wacana Tentang Jodoh Dalam Novel Jodoh Karya Fahd Pahdepie
Novel jodoh merupakan novel kelima karya Fahd Pahdepie. Novel yang
terbit pada Desember 2015 ini sukses mendapatkan penjualan mencapai 40.000
pada cetakan ketujuhnya. Novel ini selain menceritakan kisah Sena dan Keara,
juga memuat pemahaman jodoh yang begitu kental. Pemahaman tersebut
dituangkan oleh penulis Fahd Pahdepie melalui cerita Sena yang begitu lama
mencintai Keara. Cerita pada novel ini, mengajak pembaca untuk menjemput,
mengusahakan, dan mengupayakan jodoh yang sudah Allah takdirkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, timbul pertanyaan bagaimana wacana
tentang jodoh yang dikemas Fahd Pahdepie dalam novel Jodoh, jika dilihat dari
segi analisis teks, analisis kognisi sosial, dan analisis konteks sosial?
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan
paradigma kritis. Kemudian metode penelitian yang digunakan adalah analisis
wacana Teun A. Van Dijk. Analisis wacana Van Dijk melihat wacana tidak hanya
melalui observasi teks, tetapi juga melalui kognisi dan konteks sosial. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan Fahd
Pahdepie.
Analisis wacana teksTeun Van Dijk terdiri dari tiga struktur tingkatan.
Tingkatan strukturnya ialah: pertama struktur makro merupakan makna
global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema
yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstuktur merupakan struktur
wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian
teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna
wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yakni kata, kalimat,
proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan gambar.
Analisis wacana tentang jodoh juga dilihat melalui sudut pandang Islam dan
komunikasi antarbudaya. Dalam sudut pandang Islam, terdapat proses atau
tahapan yang dilewati dalam mendapatkan jodoh yaitu cleansing, upgrading, dan
selecting. Sedangkan dalam komunikasi antarbudaya, pemaknaan jodoh
dipengaruhi oleh tiga unsur yaitu sistem kepercayaan, sistem nilai, dan sistem
sikap.
Maka kesimpulan penelitian ini berdasarkan hasil analisis teks ialah terdapat
dalam lima chaptermasing-masing ialah chapter ke-29 yang berjudul Berjodoh,
chapter ke-30 yang berjudul Penantian, chapter ke-32 yang berjudul Pilihan,
chapter ke-37 yang berjudul Yang Fana Adalah Waktu, dan chaper ke-38 yang
berjudul Awal Cerita Bahagia. Kemudian temuan pada analisis kognisi sosial yang
diteliti menggunakan skema Van Dijk ialah pengarang memiliki pandangan
mengenai jodoh berdasarkan peristiwa yang terjadi kepada orang-orang
disekitarnya bahwa jodoh bukanlah ditunggu melainkan harus diupayakan dan
diusahakan. Terakhir temuan dari analisis konteks sosial bahwa pada masyarakat
Indonesia saat ini sebelum memantapkan pilihan mengenai jodohnya, setiap
individu melewati proses pengenalan pribadi yang lebih dikenal dengan pacaran.
ii
Hasil temuan pemahaman jodoh melalui sudut pandang Islam dalam novel
ini ialah adanya hal yang harus dilakukan perihal mendapatkan jodoh yaitu
menerima, mensyukuri, dan memaafkan (cleansing), perlunya pemenuhan
persiapan diri (upgrading) dan memilih serta menentukan siapa jodohnya
(selecting). Sedangkan temuan dari segi komunikasi antarbudaya ialah cara
pandang, presepsi serta sikap yang ditunjukkan tokoh utama dalam novel ini
dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai yang dimilikinya yaitu Islam.
Kata kunci: Konsep, wacana, Van Dijk, jodoh, Islam
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan karunia-Nya penulisan skripsi ini
dapat berjalan dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Shalawat serta salam
Allah SWT limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang menjadi panutan
sempurna bagi seluruh umat muslim di dunia.
Tidak lupa ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada Papa dan
Mama tercinta, Edi Kristian dan R.Siti Rohati yang sangat luar biasa
mendampingi penulis untuk bisa meraih pendidikan setinggi-tingginya, untuk
do’a, cinta, dukungan, kasih sayang yang tidak henti-hentinya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Kakak dan Adik yang amat penulis sayangi, Erika Anjani, Ryan Muslim,
Hanin Andini, dan Nida Nafiah yang banyak memberikan semangat, dan do’a
yang begitu tulus.
Begitu banyak kesan dan manfaat yang dirasakan oleh penulis saat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga
mendapatkan pelajaran bahwa tidak ada kesuksesan tanpa adaya usaha dan kerja
keras. Selain itu, penulis menjadi lebih terbuka dalam berpikir mengenai jodoh
dan takdir yang telah Allah SWT tetapkan di dalam hidup ini.
Penulisan skripsi ini tentu memiliki beragam tantangan dalam
pegerjaannya. Namun, dengan adanya do’a, dukungan, dan semangat dari
berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Dr, Suparto, M.Ed, selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah M.A. selaku
Wakil Dekan II, dan Dr. Suhaimi M.Si selaku Wakil Dekan III, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
iv
3. Drs. Masran, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Kalsum Minangsih, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah begitu
banyak memberikan waktu, tenaga, dan dukungan ilmunya kepada penulis
di tengah kesibukannya, serta membimbing da mendoakan penulis dengan
sabar dan giat agar skripsi ini selesai dengan baik dan juga bermanfaat.
5. Fahd Pahdepie, selaku penulis buku yang telah bersedia membantu penulis
untuk menyelesikan skripsi ini di tengah kesibukan yang sangat padat.
6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
berjasa dalam memberikan ilmunya kepada penulis selama empat tahun
duduk dibangku perkuliahan.
7. Seluruh staf dan karyawan yang ada di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Perpustakaan Utama dan juga Akademik Mahasiswa yang
telah melayani prosedur penggunaan pelayanan fasilitas belajar dengan
baik.
8. Sahabat-sahabat tercintaku Ade Maya Saraswati, Nurul Lathifah, dan
Zahra Firdausi yang sangat setia memeotivasi penulis baik di saat senang
maupun susah.
9. Sahabat seperjuangan Ibtisamah Nur Rosyidah, Winarni, Siti Farhatul
Uyun, dan Tia Monica Hidayah yang tidak henti-hentinya mendukung dan
mendoakan dalam perjalanan penulisan ini. Teman-teman ngetrip, Ka
Defri, Ka Andi dan Ka Fazri atas dukungan dan do’anya.
10. Kawan-kawan seperjuangan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
angkatan 2013 khususnya kelas KPI E yang telah memberikan dukungan
dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
11. Kawan-kawan KKN Gemilang 064, Ibnu, Melani, Awal, Tika, Aziz,
Nawir, Rio, Adel, Cyntia, dan Valdy yang telah menemani perjuangan
dalam mengerjakan program KKN di Kecamatan Jasinga Kabupaten
Bogor.
v
12. Kawan-kawan IMIKI UIN Jakarta, atas dukungan, do’a dan pengalaman
organisasi yang tak terlupakan. Semoga semangat dalam berorganisasi ini
dapat memperluas jaringan dan menambah wawasan.
Semoga segala kebaikan, dukungan, dan do’a yang telah diberikan kepada
penulis mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT dan skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Amin.
Jakarta, 10 Oktober 2017
Farha Attaqia
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ....................................................................... viii
BAB I .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Fokus Dan Rumusan Masalah Penelitian ........................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian .................................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 11
G. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 12
BAB II ...................................................................................................................... 14
TINJAUAN TEORITIS ........................................................................................... 14
1. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk ..................................................... 14
2. Konseptualisasi Komunikasi Antarbudaya .................................................... 18
3. Konsep Jodoh Dalam Sudut Pandang Islam .................................................. 21
4. Macam-macam Majas (Gaya Bahasa) .......................................................... 24
BAB III ..................................................................................................................... 28
BIOGRAFI PENULIS DAN SINOPSIS JODOH ................................................... 28
A. Biografi Fahd Pahdepie ................................................................................ 28
B. Sinopsis Novel Jodoh ................................................................................... 31
BAB IV ..................................................................................................................... 35
TEMUAN DAN ANALISIS ..................................................................................... 35
A. Analisis Teks dalam Novel Jodoh ................................................................. 35
B. Analisis Kognisi Sosial dalam Novel Jodoh ................................................. 58
C. Analisis Konteks Sosial dalam Novel Jodoh ................................................. 60
D. Analisis Jodoh Dalam Sudut Pandang Islam ................................................. 62
E. Analisis Komunikasi Antarbudaya Tentang Jodoh ........................................ 64
vii
BAB V....................................................................................................................... 67
PENUTUP ................................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 71
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Elemen Wacana Van Dijk ......................................................................................... 15 Tabel 2.2 Skema/Model Kognisi Van Dijk ............................................................................... 17 Tabel 2.3 Konsep Jodoh ........................................................................................................... 23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Penulis Novel Jodoh ............................................................................................. 28 Gambar 3.2 Cover Novel Jodoh ............................................................................................... 31
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman modern sekarang, berdakwah tidak hanya dilakukan
oleh para mubaligh. Tetapi bisa dilakukan oleh siapa saja dengan cara apa
saja. Bahkan banyak tempat dan media yang bisa digunakan untuk
berdakwah. Contohnya berdakwah dengan media bisa melalui televisi,
koran, majalah, buku, lagu dan internet.
Dari segi bahasa Dakwah berarti: panggilan, seruan atau ajakan.
Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar.
Sedangkan bentuk kata kerjanya (fi’il)nya adalah berarti: memanggil,
menyeru atau mengajak1.
Jalan dakwah adalah jalan para rasul dan orang-orang shaleh. Orang
yang berdakwah berarti ia meneruskan perjuangan Nabi Muhammad
SAW dalam menyampaikan risalah kepada ummat.Allah SWT
memerintahkan kita untuk berdakwah seraya menjelaskan cara terbaik
untuk berdakwah.
Salah satu penulis tanah air yang telah melahirkan banyak karya
ialah Fahd Pahdepie. Ia adalah seorang penulis, pembicara publik, pegiat
kreativitas, dan konsultan. Lelaki kelahiran 22 Agustus 1986 ini telah
menerbitkan lebih dari 18 judul buku di berbagai penerbit nasional.
Fahd merupakan penulis yang dikenal dengan karya-karya kreatifnya
serta pemikiran-pemikiran segarnya tentang hal-hal seputar kehidupan
1 Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h.
406-407
2
sehari-hari. Ia juga dikenal sebagai penulis yang memperkenalkan
metode creative writhink(menciptakan sebuah tulisan yang kreatif).
Fahd pernah meraih beberapa penghargaan bergengsi dalam bidang
penulisan dan pemikiran, antara lain: UNICEF Young Writer Award,
DAR!Mizan Unlimited Creativity Award 2006 sebagai penulis tebaik,
Juara I MTQ Tingkat Nasional Bidang Karya Tulis Al-Qur’an,
penghargaan Ahmad Wahib Award 2010 dari Yayasan Wakaf Paramadina
dan Hivos Foundation, dan lainnya.
Pada tahun 2010, ia mewakili Indonesia dalam program Pertukaran
Tokoh Muda Muslim Indonesia-Australia yang diselenggarakan
Australia-Indonesia Institute, University of Melbourne, dan Islamic
Council of Victoria, Australia.
Disamping menjadi menulis, Fahd juga kerap diundang sebagai
pembicara atau narasumber dalam berbagai seminar, diskusi public
ilmiah baik level nasional maupun internasional. Pada tahun 2013, Fahd
terpilih menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam Australia-
ASEAN Emerging Leaders Program (A2ELP).
Dari tahun 2010 sampai 2016, Fahd telah menerbitkan enam karya
novel yaitu: Menatap Punggung Muhammad (2010), Rahim: Sebuah
Dongeng Kehidupan (2010), Tak Sempurna (2013), Rumah Tangga
(2015), Jodoh (2015), dan Sehidup Sesurga (2016).
Fahd juga telah menerbitkan tigabelas buku anatara lain: Writing Is
Amazing (2008), Being Superstar (2005), Revolusi Sekolah (2006), dan
lainnya. Fahd juga menerbitkan lima buku antologi (sebuah kumpulan
3
dari karya-karya sastra)antara lain: Selalu Ada Rindu: Antologi Sastra
Senja Penyair Cianjur (2006), Pemberdayaan Ekonomi Berbasi Umat
(2007), Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Umat (2007), dan lainnya.
Novel Jodoh merupakan novel kelima yang Fahd terbitkan setelah
novel Rumah Tangga tahun 2015. Novel Jodoh menceritakan tentang
Sena, yang jatuh cinta kepada Keara. Cinta yang sederhana itu jadi
berbentuk saat mereka berdua sekolah di Pesantren yang sama di Garut
yaitu Daarul Arqam. Ketatnya peraturan pesantren tentang hubungan
santriwan dan santriwati menjadi pengalaman jatuh cinta tersendiri bagi
Sena dan Keara.
Masalah muncul saat Keara divonis mengidap penyakit Spinal
Muscular Atrophy yang menyebabkan Keara bisa lumpuh kapan saja.
Dan di sinilah kekuatan novel ini berasal. Cerita berlanjut tentang
bagaimana teguhnya Sena untuk tetap menikahi Keara meskipun dokter
memvonis umur Keara tidak lama lagi. Sena tetap yakin bahwa ia dan
Keara adalah Jodoh yang ditetapkan oleh Tuhan2.
Dalam novel ini, Fahd memperlihatkan pandangan atau pemikiran
barunya mengenai jodoh. Berbeda dengan pandangan masyarakat pada
umumnya mengenai jodoh. Menurut Fahd dalam novel ini, jodoh bukan
hanya soal belahan jiwa. Jodoh ialah bertemunya titik-titik takdir dari
semua keputusan-keputusan yang diambil sampai pada akhirnya
keputusan-keputusan tersebut berada disatu titik.
Dalam mencari jodoh, perlu diperhatikan norma-norma syariat Islam.
2https://www.google.co.id/amp/s/nasikhudinisme.com/2016/02/14/resensi-jodoh-fahd-
pahdepie/amp/ diakses pada tanggal Rabu 17 mei 2017 pukul 13.26
4
Islam memberikan rambu-rambu dalam memilih/mencari jodoh. Dalam
mencari pasangan, yang pertama ditekankan yaitu masalah agama
pasangan. Karena agama inilah yang akan menjadi barometer dalam
pernikahan, ketika dalam perselisiha, maka agama yang akan menjadi
hakim bagi mereka.3
Sedangkan budaya atau adat istiadat juga berkenaan dengan bentuk
fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup bersama
pasangan. Budaya tidak diwariskan secara genetis melainkan dapat
dipelajari, juga budaya dapat berubah ketika orang-orang berhubungan
atau berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya untuk saling
mengenal pribadi masing-masing.4
Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisa wacana
jodoh dalam “Novel Jodoh” karya Fahd Pahdepie. Penelitian ini tidak
hanya menggunakan metode analisis wacana Van Dijk, namun juga dari
sudut pandang Islam dan komunikasi antarbudaya yang terdiri dari
kepercayaan, nilai, dan sikap. Sehingga dapat memberikan pengetahuan
bagi para pembaca melalui karya tulis yang berjudul “ANALISIS
WACANA JODOH DALAM NOVEL JODOH KARYA FAHD
PAHDEPIE”.
3 Latifah, Munawaroh, MA, Jodoh dan Pernikahan, (Jakarta: Muslimah Al-Husnah, 2013),
h. 8, 4 Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya : Satu Perspektif Multidimensi, (Jakarta,
Bumi Aksara, 2011), h. 5
5
B. Fokus Dan Rumusan Masalah Penelitian
1. Batasan Penelitian
Pembatasan dalam penelitian ini hanya memfokuskan topik jodoh pada
lima chapter dari 38 bagian dan 246 halaman.Chapter tersebut ialah chapter
ke-29 yang berjudul Berjodoh, chapter ke-30 yang berjudul Penantian, chapter
ke-32 yang berjudul Pilihan, chapter ke-37 yang berjudul Yang Fana Adalah
Waktu, dan chaper ke-38 yang berjudul Awal Cerita Bahagia5.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial
mengenai jodoh dalam Novel “Jodoh” karya Fahd Pahdepie?
b. Bagaimana analisis jodoh dari sudut pandang Islam dalam Novel
“Jodoh” karya Fahd Pahdepie?
c. Bagaimana analisis jodoh dari segi komunikasi antarbudaya dan
agama dalam Novel “Jodoh” karya Fahd Pahdepie?
5 Wawancara bersama Fahd Pahdepie, Inspirasi.co Ciputat Tangerang, Rabu, 31 Mei 2017
pukul 15.00 WIB.
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial
mengenai jodoh dalam Novel “Jodoh” karya Fahd Pahdepie.
2. Untuk mengetahui analisis jodoh dari sudut pandang Islam dalam
Novel “Jodoh” karya Fahd Pahdepie.
3. Untuk mengetahui analisis jodoh dari segi komunikasi
antarbudaya dan agama dalam Novel “Jodoh” karya Fahd
Pahdepie.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam studi tentang analisis
teks media komunikasi, khususnya studi tentang kajian analisis
wacana dengan berfokus pada karya sastra.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
akademisi, praktisi, dan mahasiswa/I yang berperan dalam dakwah
khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, kepada
pembaca pada umumnya, serta dapat memberikan manfaat bagi
seluruh lapisan masyarakat.
7
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma atau
pandangan kritis. Analisis yang kritis merupakan suatu cara untuk
mecoba memahami kenyataan, kejadian (peristiwa), situasi, benda,
orang, dan pernyataan yang ada di balik makna yang jelas atau
langsung.
Teori kritis memiliki dua makna dengan asal-usul dan sejarah yang
berbeda; pertama berasal dari sosiologi dan yang kedua berasal dari
kritik sastra.6 Dalam penelitian ini, peneliti mengkritisi makna yang
jelas atau langsung mengenai jodoh dalam novel Jodoh karya Fahd
Pahdepie. Peneliti mengkaji makna suatu wacana dari sudut pandang
yang utuh. Kontradiksi atau kebalikan dari makna jodoh dalam novel
Jodoh yang dikaji atau dikritisi melalui pisau analisis wacana Van
Dijk, sudut pandang Islam, dan dari segi komunikasi anatarbudaya
dan agama.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif, yang merupakan suatu teknik yang objektif, sistematik dengan
menggunakan observasi serta menggambarkan secara kualitatif
pernyataan komunikasi yang diungkapkan7.
Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
6 Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian PR dan Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo,
2003), h. 185 7 Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian PR dan Komunikasi, h. 215
8
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati8.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau
analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk. Pendekatan
kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang
mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam
masyarakat9.
Analisis wacana didefinisikan sebagai suatu upaya pengungkapan
maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.
Metode analisis wacana berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih
menekankan pada pertanyaan apa (what). Akantetapi, analisis wacana
lebih melihat pada bagaimana (how) dari suatu pesan atau teks
komunikasi.
Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi
teks, tetapi bagaimana pesan juga disampaikan lewat kata, frase, kalimat,
metafora seperti apa yang disampaikan.
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis wacana
Teun Van Dijk. Dimana dalam pisau analisi Van Dijk menghubungkan
tiga dimensi wacana kedalam satu kesatuan. Dimensi tersebut ialah
dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
8 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), h.3 9 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 23
9
Analisis wacana teks Teun Van Dijk terdiri dari tiga struktur
tingkatan. Tingkatan strukturnya ialah: pertama struktur makro merupakan
makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat
topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua,
superstuktur merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan
kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam
berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang
dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi,
anak kalimat, paraphrase, dan gambar.
Analisis kognisi sosial menekankan bagaimana peristiwa dipahami,
didefinisikan, dianalisis, dan ditafsirkan kemudian ditampilkan dalam
suatu model memori. Terakhir, analisis konteks sosial menekankan
bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial yang
berkembang di masyarakat.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Analisis Teks Novel (Penelitian Terhadap Novel)
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis
menggunakan teknik ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena yang diselidiki10. Artinya peneliti meneliti naskah/script
yang terdapat dalam novel “Jodoh” karya Fahd Pahdepie.
b. Wawancara Mendalam
Selanjutnya, untuk memperkuat analisis dan kemurnian informasi
10 Sutrisno, Metodologi Research (Jogjakarta: Andi Offset, 1989), h. 192
10
dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil data melalui
wawancara langsung dengan penulis novel yaitu Fahd Pahdepie.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan analisis
data atau pengolahan data. Setelah memperoleh wacana yang akan
dianalisis, maka sebagai rujukan adalah dengan menggunakan analisis
wacana model Teun Van Djik yang terdiri dari tiga elemen yakni dimensi
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Dari beberapa teknik analisis data, peneliti merasa perlu meneliti
wacana dengan menggunakan teknik Teun Van Djik. Hal ini dikarenakan
selain menganalisis teks, Van Djik juga mengungkapkan struktur analisis
kognisi sosial dan konteks sosial.
Dalam analisis teks terbagi menjadi struktur makro, superstruktu dan
struktur mikro. Struktur makro yakni makna global dari suatu teks yang
dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks,
elemennya adalah tematik. Super struktur, yakni kerangka teks yang
meliputi bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan, elemennya
adalah skematik.
Sedangkan struktur mikro yakni makna global suatu teks yang dapat
diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks,
elemennya adalah semantik, sintaksis, statistik, dan retoris.
6. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Fahd Pahdepie selaku penulis
11
novel Jodoh. Sedangkan objek penelitiannya adalah lima chapter
dalam Novel Jodoh karya Fahd Pahdepie.Chapter tersebut ialah
chapter ke-29 yang berjudul Berjodoh, chapter ke-30 yang berjudul
Penantian, chapter ke-32 yang berjudul Pilihan, chapter ke-37 yang
berjudul Yang Fana Adalah Waktu, dan chaper ke-38 yang berjudul
Awal Cerita Bahagia.
7. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center
for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.
F. Sistematika Penulisan
Peneliti membagi penelitian ini ke dalam lima bab agar mempermudah
dalam pembahasannya, disetiap bab terdapat sub bab. Sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : Landasan Teori, di dalamnya diuraikan tentang teori-teori, meliputi
Analisis Wacana, terdiri dari Konsep Analisis Wacana dan Analisis Wacana
Van Dijk, Konsep Jodoh dalam Sudut Pandang Islam, Konseptualisasi
Komunikasi Antarbudaya, Macam-Macam Gaya Bahasa.
BAB III: Gambaran Umum Novel Jodoh, meliputi Profil Fahd Pahdepie,
Latar Belakang Penulisan Novel Jodoh, Sinopsis Novel Jodoh.
12
BAB IV: Hasil Temuan Dan Pembahasan, meliputi Analisis Wacana dalam
Novel Jodoh menurut analisis wacana Teun A. Van Dijk, Analisis Jodoh
Dalam Pandangan Islam, dan Analisis Jodoh dari Segi Komunikasi
Antarbudaya dan Agama.
BAB V: Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran.
G. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka digunakan untuk menghindari adanya kesamaan
judul, objek, pembahasan dalam proses penyusunan skripsi. Tinjauan ini
juga sebagai acuan dan perbandingan sehingga penelitian ini
mendapatkan hasil yang lebih baik. Tinjauan kepustakaan yang penulis
pilih antara lain:
1. “Kajian Sosiologi Sastra Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli
Dan Pembelajaranya Di SMA” yaitu skripsi karya Putut Hasanudin
mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Purworejo. Fokus penelitian ini adalah
pandangan dunia pengarang, sosial budaya, nilai pendidikan, dan
pembelajaran novel di SMA. Sumber penelitian ini adalah kutipan
dan dialog dalam novel. Dari hasil penelitian ini, disimpulkan
bahwa (1) pandangan dunia pengarang dalam novel Memang Jodoh
karya Marah Rusli dapat ditinjau dari tiga hal yang meliputi
pandangan dunia pengarang, yang ditinjau dari penokohan tokoh
dalam novel, latar sosial pengarang, dan latar belakang penciptaan
novel; (2) sosial dan budaya yang terdapat dalam novel adalah
13
kepercayaan, adat istiadat, status sosial, kebiasaan hidup, hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan masyarakat.
2. “Kritik Sosial Dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli
dan Relevansinya Dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia” yaitu skripsi karya Anisah Utari jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta Tahun 2016. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kritik yang ingin
disampaikan pengarang lewat novel Memang Jodoh. Lewat karya
fiksi, pengarang ingin menyampaikan jika tradisi hendaknya
dipertahankan dengan mempertimbangkan manfaat yang didapat
bagi masyarakat yang menjalankannya.
14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk
Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan
dikembangkan oleh para ahli, model yang paling banyak digunakan adalah
model Teun A. Van Dijk. Inti dari analisis Van Dijk menghubungkan tiga
dimensi wacana ke dalam satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut adalah
dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.1
Menurut Van Dijk, sebagaimana dikutip oleh Eriyanto penelitian atas
wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata. Karena
teks hanya hasil dari suatu proses praktik produksi yang juga harus
diamati, dan harus dilihat juga bagaimana suatu teks bisa semacam itu2.
1. Analisis Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan
yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya dalam
tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna
global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik
atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.
Kedua, seperstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang
berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian
teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah
1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001), h.
224
2 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 77
15
makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yakni
kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan gambar.
Berikut akan diuraikan satu per satu elemen wacana Van Dijk tersebut:
Tabel 2.1 Elemen Wacana Van Dijk
STRUKTUR
WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik
Tema/topik yang
dikedepankan dalam suatu
berita/wacana
Topik
Superstruktur
Skematik/alur
Bagaimana bagian dan
urutan berita
diskemakandalam teks berita
utuh
Skema
Struktur
Mikro
Semantik
Makna yang ingin
ditekankan dalam teks
berita. Missal dengan
memeberi detil pada suatu
sisi atau membuat eksplisit
satu sisi dan mengurangi
detil sisi lain
Latar, detil, maksud, pra-
anggapan, nominalisasi
Sintaksis
Bagaimana kalimat (bentuk,
susunan) yang dipilih
Bentuk kalimat, koherensi, kata
ganti
Stalistik
Bagaimana pilihan kata
yang dipakai dalam teks
tertentu
Leksikon (pada dasarnya elemen
ini menandakan bagaimana
seseorang melakukan pemilihan
kata atas berbagai kemungkinan
kata yang tersedia)
16
Retoris
Bagaimana dan dengan cara
penekanan dilakukan
Grafis, metafora, ekspresi
Dalam pandangan Van Dijk segala teks bisa dianalisis dengan
menggunakan elemen tersebut. Berikut penjelasan singkat tentang
elemen-elemen tersebut:
Tematik secara harfiah tema berarti sesuatu yang telah diuraikan.
Kata ini berasal dari kata Yunani thitenia yang berarti meletakkan. Tema
adalah pokok pemikiran penulis yang disampaikan kepada khalayak3.
Skematik menjelaskan bentuk wacana umum yang disusun dengan
sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan,
masalah, penutup, dan sebagainya. Struktur skematik memberi
penekanan bagaimana yang didahulukan dan bagaimana yang bisa
dikemudiankan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi
penting.
Semantik adalah bagian dari tata bahasa yang menyelidiki tentang
tatamakna atau arti kata-kata, bentuk linguistik, fungsinya sebagai
symbol dan peran yang dimainkan dalam hubungannya dengan kata-
kata lain dan tindakan manusia.
Sintaksis yaitu bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk
beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase4.
Stilistik adalah ilmu penggunaan bahasa dan gaya bahasa dalam
kesusasteraan. Maksudnya bahasa sebagai sarana yang disampaikan
3 Alex MA, Kamus Ilmiah Kontemporer (Surabaya: Karya Harapan, 2005), h. 629 4 Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 85
17
penulis. Retoris adalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang
berbicara atau menulis. Misalnya dengan pemakaian kata yang
berlebihan (hiperbolis) atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi
persuasif, berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu disampaikan
kepada khalayak.
2. Kognisi Sosial
Analisis kognisi sosial menekankan bagaimana peristiwa
dipahami, didefinisikan, dianalisis dan ditafsirkan, kemudian
ditampilkan dalam suatu model memori. Proses terbentuknya teks
pada tahap ini memasukkan informasi yang digunakan untuk menulis
dari suatu wacana tertentu.
Dimensi kognisi sosial disini meneliti bagaimana kesadaran
mental wartawan dalam membentuk suatu teks. Struktur wacana itu
menunjukkan sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Dibutuhkannya
kognisi sosial ini karena setiap teks dihasilkan selalui kesadaran
pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu
peristiwa.
Tabel 2.2 Skema/Model Kognisi Van Dijk
Skema Person (Person Schemas). Skema ini menggambarkan
bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.
Skema Diri (Self Schemas). Skema ini berhubungan dengan
bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh
seseorang.
Skema Peran (Role Schemas). Skema ini berhubungan dengan
bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan
posisi seseorang dalam masyarakat.
18
Skema Peristiwa (Event Schemas). Skema ini yang paling sering
dipakai, karena setiap peristiwa selalu ditafsirkan dan dimaknai
dengan peristiwa tertentu.
3. Konteks Sosial
Dimensi konteks sosial melihat bagaimana suatu teks
dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial yang berkembang
dalam suatu masyarakat atas suatu wacana, dalam artian melihat
bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses
produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa yang digambarkan.
Dalam kerangka Van Dijk, penelitian mengenai bagaimana
wacana diproduksi dalam masyarakat sangat diperlukan, karena dapat
dijadikan acuan dalam mengkaji teks yang dihubungkan lebih jauh
dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang atas suatu
peristiwa.
2. Konseptualisasi Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya, terjadi bila pengirim pesan adalah anggota
dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu
budaya lain. komunikasi antarbudaya, komunikasi antar orang-orang
yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik ataupun perbedaan
sosioekonomi).5
a. Komunikasi
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna
diberikan kepada suatu perilaku. Bila seseorang memperhatikan perilaku
5 Tubbs, Stewart L, dan Moss, Sylvia, Human Communication, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, Penerjemah: Deddy Mulyana dan Gembirasari, 1996), h. 236
19
kita dan memberinya makna, komunikasi telah terjadi terlepas dari
apakah kita menyadari perilaku kita atau tidak dan sengaja atau tidak.
Setiap perilaku memiliki potensi komunikasi.6
b. Unsur-Unsur Komunikasi7
Komunikasi sekarang didefinisikan sebagai proses dinamik
transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya
dengan sengaja menyadari (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan
peran yang mereka salurkan lewat suatu aliran (channel) guna
merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu.
Dari definisi tersebut, dapat diidentifikasi ada 8 unsur khusus
komunikasi. Pertama adalah sumber (source), kedua adalah
penyandingan (encoding), ketiga adalah pesan (message), keempat
adalah saluran (channel), kelima penerima (receive), keenam adalah
penyandian balik (decoding), ketujuh adalah respon penerima (receiver
respons), dan kedelapan adalah umpan balik (feed back).
c. Proses Berlangsungnya Komunikasi8
Kedelapan unsur diatas hanyalah sebagian saja dari faktor yang
berperan selama suatu persitiwa komunikasi. Bila memikirkan
komunikasi suatu proses, ada beberapa karakteristik lainnya yang
membantu kita untuk memahami bagaimana sebenarnya komunikasi
berlangsung.
6 Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya; Satu Perspektif Multidimensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), h. 14-15 7 Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya; Satu Perspektif Multidimensi, h. 15-16 8 Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya; Satu Perspektif Multidimensi, h. 17-18
20
Salah satunya ialah konteks sosial. Konteks sosial mempengaruhi
proses komunikasi, bentuk bahasa yang digunakan, penghormatan atau
kurangnya penghormatan yang ditujukan kepada seseorang, waktu,
suasana hati, dan lainnya. Artinya komunikasi terjadi dalam suatu
lingkungan sosial yang kompleks. Lingkungan sosial adalah budaya, dan
bila kita benar-benar ingin memahami komunikasi, maka kita harus
memahami budaya.
d. Budaya9
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara
formal, budaya didefinisikan sebagai tanatan pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, nilai, sikap, makna dan diwariskan dari generasi ke
generasi, melalui usaha individu dan kelompok.
Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana; budaya juga
berkenaan dengan bentuk fisik serta lingkungan sosial yang
mempengaruhi hidup.
e. Subbudaya dan Subkelompok10
Suatu komunitas rasial, etnik, regional, ekonomi atau sosial yang
memperlihatkan pola-pola perilaku yang membedakannya dari subkultur-
subkultur kainnya dakam suatu budaya atau masyarakat yang
melingkupinya. Contohnya subkultur di Jawa Barat; Cirebonan,
Parahyangan. Subkultur di Amerika Serikat; Golongan imigran asal
timur; Yahudi; kaum miskin perkotaan; peganut hidup berpindah;
kelompok mafia.
9 Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya; Satu Perspektif Multidimensi, h. 19 10 Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya; Satu Perspektif Multidimensi, h. 20
21
Sedangkan subkelompok merupakan produk budaya yang dominan,
tetapi keberadaan kelompok mereka belum berlangsung cukup lama dan
belum mengembangkan pola perilaku yang memadai untuk disebut
sebagai suatu budaya atau subbudaya.
f. Model Komunikasi Antarbudaya11
Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota
suatu budaya lain dan penerima pesannya anggota budaya lain. dalam
keadaan demikian, kita dihadapkan kepada masalah-masalah yang ada
dalam suatu situasi dimana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan
harus disandi balik dalam budaya lain.
Komunikasi antarbudaya terjadi dalam beragam situasi yang berkisar
dari ragam interaksi antara orang-orang yang berbeda budaya secara
ekstrem hingga orang-orang yang memiliki budaya dominan yang sama,
tetapi memiliki subkultur dan subkelompok berbeda.
3. Konsep Jodoh Dalam Sudut Pandang Islam
Sementara jodoh menurut Islam yaitu pasangan (laki-laki dan
perempuan) yang telah ditetapkan atau disahkan dalam ikatan
pernikahan. Disini ada penegasan pasangan laki-laki dan perempuan,
karena dikhawatirkan ada kesalahan pemahaman, keyakinan mengenai
jodoh.
Berpasangan merupakan ketetapan Allah atas semua mahluk-Nya.
Berulang-ulang hakikat ini ditegaskan dalam Al-Qur’an antara lain dalam
firman-Nya,
11 Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya; Satu Perspektif Multidimensi, 21-22
22
ن ومن كل شيء خلقنا زوجين لعلكم تذكرو
“Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu
menyadari (kebesaran Allah)”. (QS Al-Dzaariyaat [51]: 49)
Kemudian dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:
ا ل يعل ا تنبت الرض ومن أنفسهمومم مون سبحان الذي خلق الزواج كلها مم
“Mahasuci Allah yang telah menciptakan samua pasangan, baik
dari apa yang tumbuh di bumi, dan dari jenis mereka (manusia) maupun
dari (mahluk-mahluk) yang tidak mereka ketahui” (QS Yasin [36]: 36).
Dalam ayat lainnya, Allah SWT berfirman:
يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق
الذي ا ونساءا واتقوا للا منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا
كان عليكم رقيباا ت ساءلون به والرحام إن للا
“Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang
telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya,
kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang
banyak sekali” (QS An-Nisaa [4]: 1).
Bagi setiap orang, jodoh bagaikan hadiah yang ditunggu-tunggu
kehadirannya. Sebuah hadiah besar yang dengannya kita bisa bahagia
dunia akhirat selamanya. Sebuah anugerah istimewa, layaknya sebuah
rumah, yang kita bisa melabuhkan hati kepadanya dan tangan kita bisa
menggenggamnya12.
Seperti yang dijelaskan dalam buku Jodoh Dunia Akhirat, konsep
“cara benar cari jodoh” ini memiliki 3 langkah13, yaitu:
12 Ikhsanun Kamil & Foezi Citra Cuaca, Jodohku, Inilah Proposal Nikahku, (Bandung:
Mizan Media Utama), 2014, h. 33 13 Ikhsanun Kamil & Foezi Citra Cuaca, Jodohku, Inilah Proposal Nikahku, h. 28-30
23
Tabel 2.3 Konsep Jodoh
1) Cleansing seperti proses bersuci. Proses cleansing ini berfokus pada
kita dan Allah saja, tetapi bersuci dari dosa di masa lalu akan
melibatkan orang lain. ada tiga tahap penting yang perlu dilakukan
dalam proses cleansing ini, yaitu Terima, Syukuri, dan Maafkan.
2) Upgrading itu layaknya pemenuhan perbekalan diri. Upgrading
meliputi pemantasan diri kita terhadap Allah agar layak disandingkan
dengan jodoh kita kelak. Lakukan upgrading sebaik-baiknya, jangan
pernah lelah untuk terus belajar dan memperbaiki diri, itulah yang akan
membuat kita semakin didekatkan dengan jodoh oleh Allah SWT.
3) Selecting adalah tahap bagaimana sebenarnya kita memilih dan
menentukan siapa yang akan menjadi pasangan sejati kita. Bukan
sekedar “asal pilih”, “asal ada”, “asal cinta”. Sebab, pasangan yang
kita pilih untuk menikah dengan kita adalah seseorang yang akan
menjalani kehidupan pernikahan seumur hidup dengan kita.
Cleansing
Upgrading
Selecting
24
4. Macam-macam Majas (Gaya Bahasa)
Pemajasan (figurative language, figures of thought) merupakan teknik
pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk
pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna
yang ditambahkan atau makna yang tersirat.14
a. Majas Perbandingan
1. Simile15, sebuah majas yang mempergunakan kata-kata
pembanding langsung atau eksplisit untuk membandingkan
sesuatu yang dibandingkan dan pembandingnya itu tidak sama
baik secara kualitas, karakter, sifat, atau sesuatu yang lain.
Majas simile lazimnya mempergunakan kata-kata tugas tertentu
yang berfungsi sebagai penanda keeksplisitan pembandingan,
misalnya kata-kata seperti, bagai, bagaikan, sebagai, laksana,
mirip, bak, dan sebagainya.
2. Metafora16, adalah bentuk pembandingan antara dua hal yang
dapat berwujud benda, fisik, ide, sifat, atau perbuatan lain yang
bersifat implisit. Sesuatu yang dibandingkan itu sendiri dapat
berupa ciri-ciri fisik, sifat, keadaan, aktivitas, atau Sesuatu
yang lain yang kesemuanya harus ditemukan untuk dapat
memahami makna yang ditunjuk.
3. Personifikasi17, merupakan bentuk pemajasan yang memberi
sifat-sifat benda mati dengan sifat-sifat kemanusiaan. Artinya
14 Burhan, Nurgiyantoro, Stilistika, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2014), h.
215. 15Burhan, Nurgiyantoro, Stilistika, h. 219 16Burhan, Nurgiyantoro, Stilistika, h. 224 17Burhan, Nurgiyantoro, Stilistika, h. 235
25
sifat yangdiberikan itu sebenarnya hanya dimiliki oleh manusia
dan tidak untuk benda-benda atau makhluk nonhuman yang
tidak bernyawa dan tidak berakal.
Maka, majas ini juga disebut sebagai majas pengorangan,
sesuatu yang diorangkan, seperti halnya orang. Sifat-sifat
kemanusiaan yang ditransfer ke benda atau makhluk nonhuman
itu dapat berupa ciri fisik, sifat, karakter, tingkah laku verbal
dan nonverbal, pikiran dan berpikir, perasaan dan berperasaan,
sikap dan bersikap, dan lain-lain yang hanya manusia yang
memiliki atau dapat melakukannya. Benda-benda lain yang
bersifat nonhuman, termasuk makhluk-makhluk tertentu,
binatang, dan fakta alam yang lain tidak memilikinya.
4. Alegori18, adalah sebuah cerita kiasan yang maknanya
tersembunyi pada makna literal. Jadi, ada dua makna yang
dikandung dalam sebuah teks alegoris, yaitu makna literal,
makna yang secara langsung ditunjuk pada teks, dan makna
yang sebenarnya dimaksudkan.
Prinsip alegori dapat dilakukan lewat majas personifikasi, yaitu
dengan mengorangkan sesuatu nonhuman dengan memiliki
sifat-sifat manusiawi. Cerita alegoris juga dapat diungkapkan
lewat metafora yang membandingkan sesuatu, dapat berupa
karakter, semangat, aktivitas, dan bahkan juga seorang tokoh,
dengan cerita lain yang dikembangkan sebagai pembanding.
18Burhan, Nurgiyantoro, Stilistika, h. 239-24
26
b. Majas Pertautan
1. Metomini19, merupakan sebuah ungkapan yang menunjukkan
adanya pertautan atau pertalian yang dekat antara kata-kata
yang disebut dan makna sesungguhnya. Majas ini lazimnya
berwujud penggantian sesuatu dengan sesuatu yang lain yang
masih berkaitan.
2. Sinekdoki20, berasal dari bahasa Yunani synekdechsthai yang
berarti ‘menerima bersama-sama’. Majas ini adalah sebuah
ungkapan dengan cara menyebut bagian tertentu yang penting
dari sesuatu itu sendiri.
Dalam majas sinekdoki sendiri terdapat dua kategori
penyebutan yang berkebalikan. Yang pertama, pernyataan
yang hanya menyebut sebagian atau bagian tertentu dari
sesuatu, tetapi itu dimaksudkan untuk menyatakan keseluruhan
sesuatu tersebut, dan majas itu disebut pras pro toto. Yang
kedua, penyebutan kebalikanya, yaitu pernyataan yang
menyebut sesuatu secara keseluruhan, namun sebenarnya itu
untuk sebagian dari sesuatu tersebut, dan majas ini dikenal
dengan nama totum pro parte.
c. Gaya Pengontrasan
1. Hiperbola21, biasanya dipakai jika seseorang bermaksud
melebihkan sesuatu yang dimaksudkan dibandingkan keadaan
yang sebenarnya dengan maksud untuk menekankan
19Burhan, Nurgiyantoro, Stilistika, h. 243 20Burhan, Nurgiyantoro, Stilistika, h. 244 21Burhan, Nurgiyantoro, Stilistika, h. 261
27
penuturannya. Makna sesuatu ditekankan atau dilebih-lebihkan
itu sering menjadi tidak masuk akal untuk ukuran nalar yang
biasa. Walau demikian, orang akan dapat memahami bahwa
bukan makna itu yang dimaksudkan pembicara.
2. Ironi dan Sarkasme22, gaya ini menampilkan sesuatu yang
harus dipahami lewat makna kontrasnya. Kedua gaya ini
menapilkan ungkapan yang maksudnya harus dicari dalam
maknanya kontrasnya dengan apa yang dituturkan. Selain itu,
dan ini yang utama, kedua gaya ini dipergunakan untuk
menampilkan sesuatu yang bersifat ironis, misalnya
dimaksudkan untuk menyindir, mengkritik, mengecam, atau
sesuatu yang sejenis.
22Burhan, Nurgiyantoro, Stilistika, h. 269-270
28
BAB III
BIOGRAFI PENULIS DAN SINOPSIS JODOH
A. Biografi Fahd Pahdepie
Gambar 3.1 Penulis Novel Jodoh
Fahd Pahdepie atau yang dikenal dengan nama Fahd Pahdepie ini
lahir di Cianjur, 22 Agustus 1986. Ia merupakan seorang penulis,
pembicara publik, pegiat kreativitas, dan konsultan. Pria yang akrab
disapa Mas Fahd ini merupakan penulis yang dikenal dengan karya-karya
kreatifnya serta pemikiran-pemikiran seganya tentang hal-hal di seputar
kehidupan sehari-hari.
Sebagai seorang penulis, Mas Fahd telah menerbitkan lebih dari 18
judul buku di berbagai penerbit nasional, di antaranya dua novel
kolaborasi fiksi-musikal bersama Bondan Prakoso & Fade2Black yang
berjudul Hidup Berawal Dari Mimpi di tahun 2011 dan Tak Sempurna di
tahun 2013.
Pria yang menghabiskan masa Aliyah di Pondok Pesantren Darul
Arqam Muhammadiyah Garut ini pernah meraih penghargaan di bidang
29
pemikiran dan penulisan di antaranya UNICEF Young Writer
Award, DAR!Mizan Unlimited Creativity Award 2006 sebagai penulis
terbaik, dan Juara I MTQ Tingkat Nasional Bidang Karya Tulis Al-
Qur’an.1
Pada tahun 2011, Mas Fahd mewakili Indonesia dalam program
pertukaran Tokoh Muda Muslim Indonesia-Australia yang
diselenggaraka Australia Indonesia Institute, University of Melbourne,
san Isamic Council of Victoria, Australia. Pria lulusan Ilmu Hubungan
INternasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini pernah terpilih
menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam Australia-ASEAN
Emerging Leaders Program (A2ELP) dan terpilih menjadi salah satu dari
20 pemimpin muda Australia-ASEAN versi Asialink tahun 2013.
Di samping menjadi penulis, Mas Fahd juga kerap diundang
sebagai pembicara atau narasumber dalam berbagai seminar dan diskusi
ilmiah baik dilevel nasional maupun Internasional. Setelah lulus Sarjana
I, Mas Fahd melanjutkan pendidikan S2-nya jurusan Master of
Internasional Relations di Monash University Australia tahu 2014.
Dari tahun 2010 sampai tahun 2016, Mas Fahd telah merilis enam
buah novel yaitu Menatap Punggung Muhammad (2010), Rahim: Sebuah
Dongeng Kehidupan (2010), Tak Sempurna (2013), Rumah Tangga
(2015), Jodoh (2015), dan Sehidup Sesurga (2016). Ia juga sudah
menerbitkan tigabelas buah buku di antaranya Hidup Berawal Dari
Mimpi bersama Bondan Prakoso & Fade2Black (2013), Perjalanan Rasa
1 Wawancara bersama Fahd Pahdepie, Inspirasi.co Ciputat Tangerang, Rabu, 31 Mei 2017
pukul 15.00 WIB.
30
(2013), A Cat In My Eyes: Karena Bertanya Tak Membuatmu Berdosa
(2008), Curhat Setan: Karena Berdosa Membuatmu Selalu Bertanya
(2009), dan Writing is Amazing (2008).
Pada tahun 2013, Mas Fahd bersama Denny Januar Ali mendirikan
dan membuat situs perpustakaan publik pertama di Indonesia bernama
Inspirasi.co dan mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia-
Indonesia (MURI) sebagai situs Perpustakaan Publik Pertama di
Indonesia.
Anak pertama dari empat bersaudara ini telah mendapatkan
berbagai penghargaan baik di tingkat nasional maupun tingkat
Internasional di antaraya Pemenang Utama Musabaqah Menulis
Kandungan Al-Qur’an (Tafsir) pada Musabaqag Tilawatil Qur’an Tingkat
Nasional – Kementrian Agama RI dan Lembaga Pengembangan Tilwatil
Quran Nasional (2008), Pemakalah Terbaik dalam Pertemuan Nasional
Mahasiswa Hubungan Internasional Se-Indonesia (PNMHII) Ke-18
(2006), Conference Attendee – ADFA-UNSW Australia Future Leaders
Strategic Conference (2014), Selected as one of 20 Best Writers on
UNICEF Young Writer Award – UNICEF (2004).
31
B. Sinopsis Novel Jodoh
Gambar 3.2 Cover Novel Jodoh
Novel ini merupakan novel kelima karya Fahd Pahdepie yang terbit di
tahun 2015 setelah novel Rumah Tangga di tahun yang sama rilis. Novel
ini berjumlah 246 halaman dan 38 bab. Novel ini sudah masuk cetakan
ketujuh dan telah terjual kurang lebih empat ratus ribu ekslemplar dari
mulai terbit pada bulan desember 2015.2
Novel ini bercerita mengenai Sena yang merasakan cinta monyet
kepada Keara. Tidak sengaja di persatukan duduk sebangku di kelas yang
sama saat SD kelas I. Sena menyukai Keara, namun ia belum mengerti dan
menyadari perasaannya.
Sekitar hampir empat bulan mereka sekolah, tidak satu kalipun
mereka mengobrol dan melakukan percakapan panjang. Hari demi hari
berlalu, tak terasa mereka sudah masuk kelas empat. Mereka tak lagi
duduk sebangku dan itu menimbulkan keanehan tersendiri bagi teman-
teman mereka. Mereka di olok-olok, dan Keara sepertinya tidak menyukai
hal itu. Bahkan Keara selalu menghindar setiap kali mereka berpapasan di
2 Wawancara bersama Fahd Pahdepie, Inspirasi.co Ciputat Tangerang, Rabu, 31 Mei 2017
pukul 15.00 WIB.
32
lorong sekolah.
Masa SD akan segera berlalu, dan mereka baru saja menyelesaikan
EBTANAS. Sena melanjutkan sekolah ke sebuah pesantren di pelosok
Kabupaten Garut yang jauh. Tanpa disangka, Keara pun masuk pesantren
yang sama dengan Sena.
Cerita ini dilanjutkan dengan masa-masa mereka selam di pesantren.
Sena tetap menyukai Keara walaupun mereka sudah jarang bertemu di
karenakan asrama putra dan asrama putri terletak ditempat yang berbeda.
Namun, jika ada kesempatan Sena selalu berusaha mencuri-curi
pandangan ke asrama putri untuk sekedar melihat Keara.
Kisah cinta mereka bersemi, dan Keara pun menyambut cinta yang
Sena berikan. Mereka memilih untuk saling berkirim surat dan
berkomunikasi melalui itu. Namun, beberapa kali mereka tertangkap oleh
pembina asrama dan mendapatkan teguran serta hukuman atas perbuatan
yang melanggar aturan pondok. Karena kejadian itu, saat dipanggil oleh
Pembina asrama dan mendapat teguran, Keara jatuh pingsan dan dilarikan
ke rumah sakit. Dokter mengatakan ia menderita Spinal Muscular Atrophy
(kerusakan sumsum tulang belakang yang menyebabkan otot-otot
mengecil serta mengganggu saraf motoric dalam tubuh.
Bertahun-tahun berlalu, Sena memutuskan untuk melanjutkan
pendidikannya di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dan Keara memilih untuk menetap di Bandung. Empat tahun
kemudian, Sena kembali ke Bandung namun ia sudah tidak lagi menjalin
hubungan dengan Keara. Selama empat tahun, Sena memutus kontaknya
33
dengan Keara, tanpa pesan da tanpa kabar.
Saat kembali ke Bandung, Sena memutuskan untuk kembali menemui
Keara dan mendapatkan cintanya lagi. Selama tiga tahun, Keara makin
sakit dan dengan semua yang dia hadapi terutama penyakitnya, Keara terus
menanyakan kabar Sena kepada Amri sahabat ia dan Sena.
Alasan Sena menjauh selama empat tahun dari Keara adalah karena ia
menyesali semua keputusan dan segala hal yang mereka lakukan saat
berpacaran. Sena merasa harus menyudahi semuanya sebelum jauh dan
terlambat. Sena merasa kepergiannya ke Yogyakarta adalah saat yang tepat
untuk melakukannya.
Akhirnya Sena menemui Keara sekaligus untuk meminta maaf.
Awalnya Keara menolak, apalagi ia tahu bagaimana kondisinya saat ini.
Tapi, Keara juga tidak bisa membohongi perasaannya kepada Sena dan
menerima permintaan maaf Sena. Lalu Keara sengaja mengajak Sena
menemui dokter yang menanganinya. Dokter itu menjelaskan bahwa
Keara di prediksi umurnya tinggal satu tahun. Namun, Sena tidak goyah,
dan tetap memilih untuk mempertahankan hubungannya, Sena yakin Keara
akan tetap hidup. Meskipun terbesit dihatinya sebuah pertanyaan. Apakah
Keara adalah jodohnya?
Ternyata Keara hidup lebih lama dari prediksi dokter. Tapi sayang,
setelah sena meminta Keara untuk menjadi istrinya, tak lama Keara pergi
selama-lamanya. Bertahun kemudian Sena jatuh cinta dan menikah dengan
orang lain. ia sedang menantikan kelahiran anak pertamanya. Dan jika
anak pertamanya yang lahir itu adalah perempua, maka akan ia beri nama
34
Keara.
Sena tetap yakin bahwa Keara adalah jodohnya. Walaupun mereka
tidak ditakdirkan untuk menikah dan hidup bahagia dalam sebuah
keluarga. Karena bagaimanapun juga Tuhan telah mengijinkan mereka
bertemu, menuliskan sebuah kisah, dan berbahagia di salah satu
persimpangan kehidupan yang pernah mereka alami berdua.
Dalam belakang sampul novel ini, ada sebuah analogi sederhana
mengenai apa itu jodoh?
“Barangkali imajinasimu tentang jodoh dan belahan jiwa begitu
sederhana: di tepi pantai, kau mengandaikan ada orang di seberang
sana, yang tengah menunggumu untuk berlayar.
Namun di saat yang sama, terkadang kau justru meragu sehingga
seringkali hanya bisa menunggu, mendambakan orang yang kau
nantikan itu akan lebih dulu marakit sampannya, mengayun
dayungnya, dan mengarahkan kompasnya untuk menjemputmu.
Tetapi laut, ombak dan isinya, selalu menjadi misteri yang tak
terduga-duga, bukan? Orang yang kau sangka belahan jiwa sering kali
hanyalah perantara, atau justru pengalih perhatian dari belahan jiwamu
yang sesungguhnya.”3
3 Fahd Pahdepie, Jodoh (Yogyakarta: Bentang, 2016), h. 242-243
35
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Analisis Teks dalam Novel Jodoh
Pada bab ini model yang digunakan adalah analisis wacana kritis Teun
Van Dijk. Elemen analisis wacana dalam struktur teks yang dipaparkan
oleh Van Djik dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu struktur makro,
superstruktur, dan struktur mikro. Struktur makro berupa tematik,
suprastruktur berupa semantik dan struktur mikro terdiri dari semantik,
sintaksis, stalistik dan retoris.
Untuk memudahkan analisis ini, peneliti membatasi analisis teks pada
lima chapter yang ada dalam novel Jodoh. Kelima chapter tersebut
masing-masing ialah chapter ke-29 yang berjudul Berjodoh, chapter ke-30
yang berjudul Penantian, chapter ke-32 yang berjudul Pilihan, chapter ke-
37 yang berjudul Yang Fana Adalah Waktu, dan chaper ke-38 yang
berjudul Awal Cerita Bahagia. Alasan peneliti membatasi analisis teks
pada lima chapter tersebut dikarenakan kelima chapter tersebut memiliki
pembahasan mengenai jodoh dibandingkan dengan chapter lainnya.1
1. Chapterke-29 Berjodoh
a. Tematik
Analisis wacana Teun A. Van Dijk dimulai dari kajian makro yang
berupa tematik dalam sebuah teks. Tematik atau tema adalah suatu amanat
1 Wawancara bersama Fahd Pahdepie, Inspirasi.co Ciputat Tangerang, Rabu, 31 Mei 2017
pukul 15.00 WIB.
36
utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.1 Tema dari
chapter ini adalah pembicaraan antara Sena dan Keara mengenai Jodoh.
Segi tematik yang disampaikan oleh Mas Fahd tersebut dapat dilihat pada
kalimat di halaman 180:
“Keara, apa itu jodoh? Sejak lama, aku sering bertanya-tanya
tentangnya. Apakah kita berdua berjodoh? Bagaimana
membuktikannya? “
Selanjutnya pada kalimat di halaman 181:
“Aku tersenyum. “Nggak apa-apa. Aku hanya sedang gelisah.
Apakah kita berdua berjodoh, Key? Menurut cerita yang telah
dituliskan Tuhan untuk kita?”
Selanjutnya pada kalimat di halaman 186:
“Seperti apapun kisah kita nanti, aku sedang berlayar
menjemputmu. Semoga kita benar-benar berjodoh dan Tuhan
merestuinya, ujarku. Kamu tersenyum. Senyum yang ragu. Seragu
pertanyaan itu: apa itu jodoh? “
Berdasarkan kalimat-kalimat di halaman 180, 181, dan 186 tersebut,
dapat dilihat bahwa pengarang ingin menyampaikan bahwa pertanyaan
tentang jodoh seringkali terlintas dipikiran kita apakah pasangan yang saat
ini sedang bersama kita adalah jodoh yang telah Tuhan takdirkan. Karena
memang Tuhan yang menuliskan semua takdir manusia. Pesan yang
disampaikan pengarang tersebut juga dapat dilihat akarnya merujuk pada
Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 59 berikut:
وعنده مفاتح الغيب ل يعلمها إل هو ويعلم ما في البر والبحر
وما تسقط من ورقة إل يعلمها ول حبة في ظلمات الرض ول
إل في كتاب مبين رطب ول يابس
Artinya: “Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada
yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang didarat dan
1 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), cet. Ke-6, h. 75
37
dilaut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-
Nya. Tidak ada sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak pula
sesuatu yang basah atau kering, yang tidak tertulis dalam Kita yang
nyata (Lauh Mahfuzh).”
b. Skematik
Kajian kedua dari analisis teks wacana Teun A. Van Dijk adalah
suprastruktur yang berupa skematik. Skematik adalah bentuk umum dari
suatu teks yang disusun melalui kategori seperti pendahuluan, isi,
kesimpulan, pemecahan masalah, penutup, dan sebagainya.2
Dalam chapter ini Mas Fahd mengajak pembaca untuk merenungkan
apakah seseorang yang saat ini bersama kita adalah jodoh yang sudah
Tuhan takdirkan melalui skema cerita yang diawali dengan perjalanan
menelusuri pantai bersama dan terlintas sebuah pemikiran dan analogi
sederhana mengenai takdir Tuhan. Dimana Tuhan merupakan pengarang
yang menuliskan semua takdir manusia. Namun Tuhan tidak menuliskan
takdir manusia dari A sampai Z. Tuhan menyiapkan kemungkinan-
kemungkinan dengan hukum sebab-akibat. Seperti jika kita melempar batu
ke udara, batu itu akan jatuh karena hukum gravitasi. Islam menyebutnya
sunatullah. Namun bagaimana gaya yang kita gunakan untuk melempar
batu tersebut atau di mana batu itu mendarat, ada banyak kemungkinan
tentangnya.
Tentang takdir, mungkin Tuhan menyiapkan titik-titik peristiwa
dengan jumlah kemungkinan yang tak terbatas. Lalu manusia yang
menentukan kemana titik itu bergerak. Juga ke titik mana mausia
melanjutkan konsekuesi dari scenario yang dipilih di titik takdir
2 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), cet. Ke-6, h. 76
38
sebelumnya. Kita biasa menyebut apa-apa yang sudah kita pilih, dan apa-
apa yang sudah terjadi sebagai nasib.
Cerita pada chapter ini ditutup dengan pembahasan antara Sena dan
Keara yang duduk di pinggir pantai mengenai dongen Plato mengenai
belahan jiwa. Yaitu di tepi pantai, kita selalu mengandaikan ada seseorang
lainnya di seberang lautan yang tengah menunggu kita untuk berlayar.
Pada saat yang sama, kadang kita ragu sering kali juga hanya menunggu,
sambil mendambakan seseorang yang kita nantikan itu akan lebih dulu
merakit sampannya, mengayun dayungnya, mengarahkan kompasnya lalu
memebayangkan berjodoh sebagai sebuah pertemuan. Chapter ini juga
diakhiri dengan pengharapan bahwa Sena dan Keara merupakan jodoh
yang telah ditakdirkan oleh Tuhan.
Kesimpulan dari cerita di chapter ini adalah janganlah jadi manusia
yang hanya mengharapkan berjodoh dengan seseorang tanpa
mengusahakannya. Karena Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang
jika orang tersebut tidak mengusahakannya. Bahwa perihal jodoh adalah
hal yang sudah ditetapkan atau digariskan. Namun, kita juga memiliki
andil tentang seperti apa dan bagaimana jodoh yang telah Tuhan takdirkan
untuk kita.
c. Semantik
Kajian analisis teks wacana Van Dijk yang terakhir adalah struktur
mikro yang terdiri dari semantik, stilistik, dan retoris. Analisis akan
dimulai berurutan dari segi semantik terlebih dahulu. Semantik dalam
skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal (local meaning), yakni
39
makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan anatrproposisi
yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks.3
Makna yang ingin ditekankan Mas Fahd dalam chapter ini adalah
walaupun Tuhan yang menuliskan seluruh takdir kita, namun kita juga
diberikan kehendak atas pilihan hidup dan menerima konsekuensi dari
pilihan yang sudah kita putuskan. Termasuk perihal jodoh, Tuhan
membebaskan kita memilih pasangan hidup kita dengan berbagai referensi
yang ada. Tuhan juga yang akan mengarahkan kita dalam mengambil
keputusan tersebut.Segi semantik yang yang ditekankan pengarang dapat
dilihat pada kalimat di halaman 183 “Takdir barangkali juga bekerja
dengan cara semacam itu. Tuhan menyiapkan kemungkinan-kemungkinan
dengan hukum sebab-akibat.”
d. Sintaksis
Bagian dari struktur mikro yang ada dalam analisis wacana Van Dijk
selanjutnya ialah segi sintaksis. Sintaksis adalah bagian dari ilmu bahasa
yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase.
Sintaksis berbicara bagaimana pendapat disampaikan yang dapat dilihat
melalui koherensi, bentuk kalimat, proposisi dan juga kata ganti.4
Mas Fahd dalam chapter ini menggunakan bentuk kalimat aktif
sebagai segi sintaksis yang ditandai dengan awalan me-. Kalimat aktif
dapat dilihat pada halaman 180 “Sambil lelah berjalan, kita memutuskan
untuk duduk di sebuah kursi memanjang yang menghadap ke pantai.”
3 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), cet. Ke-6, h. 78 4 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing. h. 80
40
Kemudian bentuk kata ganti yang terdapat dalam chapter ini adalah
kata ganti kita yang merupakan kata ganti orang pertama jamak yang
bersifat inklusif, mencangkup pembicara/penulis, pendengar/pembaca, dan
mungkin pihak lain. seperti pada kalimat di halaman 186 “Seperti apapun
kisah kita nanti, aku sedang berlayar menjemputmu. Semoga kita benar-
benar berjodoh dan Tuhan merestuinya, ujarku.”
e. Stilistik
Bagian dari struktur mikro yang ada dalam analisis wacana Van Dijk
berikutnya adalah segi stilistik. Stilistik adalah cara yang digunakan
seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya. Pusat
perhatian stilistik adalah gaya bahasa.5
Dalam penulisan cerita di chapter ini, Mas Fahd menggunakan majas
ironiuntuk menggambarkan maksudnya. Ironi adalah majas yang
menyatakan makna yang bertentangan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan sindiran. Majas ironi melakukannya dengan cara menyatakan
sebaliknya dari apa yang sebenarnya yang dimaksud. Hal ini dapat dilihat
pada kalimat di halaman 181 “Kisah hidup manusia lebih mirip puzzle
yang berserakan.”
Berdasarkan kalimat di halaman 181 tersebut, segi stilistik yang
digunakan Mas Fahd untuk menyampaikan bahwa kisah hidup manusia
ialah sebuah potongan-potongan kehidupan yang berada dimana-mana.
Untuk mengukuhkan sebuah kehidupan, kita diharuskan menyusun
potongan-potongan tersebut pada tempatnya.
5 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), cet. Ke-6, h. 82
41
f. Retoris
Bagian terakhir dari struktur makro yang ada di analisis wacana Van
Dijk adalah segi retoris. Retoris memiliki fungsi persuasif dan
berhubungan erat dengan bagaimana pasan itu ingin disampaikan kepada
khalayak. Segi retoris ini dapat dilihat melalui pemakaian kata yang
bertele-tele, berlebihan, pengulangan kata, ekspresi, interaksi formal dan
non formal bahkan juga ejekan (ironi).6
Pada chapter ini, terdapat rima berbentuk pengulangan kata dan
bertele-tele yang digunakan mas Fahd untuk menekankan makna. Dapat
dilihat pada kalimat di halaman 182 “Bayangkan kita disajikan
kemungkinan-kemungkinan cerita yang tak terbatas jumlahnya, dengan
kompleksitas yang rumit dan sulit diterangkan … kita bisa menentukan
pilihan untuk menuju konsekuensi yang boleh jadi tidak linear.
Kompleks!”7
Berdasarkan kalimat di halaman 182 tersebut, terlihat makna yang
ditekankan Mas Fahd adalah terkadang manusia diberikan setiap
kemungkinan kisah hidup yang tak tak tergingga, dengan tingkatan
kesulitannya masing-masing yang seringkali membuat kita kesulitan
menjelaskan dan menentukan pilihan hidup kita dikarenakan setiap pilihan
yang nantinya kita ambil memiliki akibatnya masing-masing.
Berdasarkan analisis teks di atas, peneliti menemukan makna jodoh
yang dibuat oleh Mas Fahd melalui kisah Sena dan Keara yang saling
mengusahakan agar takdir Allah menetapkan mereka sebagai jodoh.
6 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), cet. Ke-6, h. 84 7 Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h. 182
42
Mereka mengambil pilihan untuk tetap bersama dan siap meneriman
konsekuensi atas pilihan yang mereka buat. Mereka mengupayakan agar
Allah mengarahkan mereka untuk bersama-sama berlayar mengarungi
kehidupan dan melihat kemungkinan-kemungkinan dari takdir yang sudah
Allah tetapkan. Selain itu, konsep dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat
59 mengenai semua hal yang ada di seluruh alam semesta merupakan
ketetapan yang tidak luput sedikitpun dari Allah SWT.
2. Chapter ke-30 Penantian
a. Tematik
Tema dari chapter ini adalah bahwa jodoh haruslah ditemukan, atau
mungkin di jemput dan bukan hanya ditunggu. Meskipun di dunia laki-laki
tidak pernah lebih dewasa di bandingkan perempuan. Sena yang
menceritakan tentang seorang perempuan yang terlalu lama memutuskan
sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Perempuan yang terus menunggu
dan bertanya-tanya. Sementara waktu tak pernah bisa menunggu, tahun
demi tahun telah membuat perempuan itu menungggu, tanpa tahu apa dan
siapa yang sebenarnya dia tunggu.
Segi semantik ini dapat dilihat pada kalimat di halaman 189
“Perempuan itu tersenyum. Oh, cara perempuan itu tersenyum … Jadi,
(si)apa yang sebenarnya dia tunggu? Ia bertanya dalam hati. Ia
menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak tahu. Dia benar-benar tidak
tahu.” Berdasarkan analisis tematik yang di temukan di halaman 189
tersebut, dapat dilihat Mas Fahd ingin menyampaikan bahwa kebanyakan
dari perempuan di dunia ini lebih memilih untuk menunggu jodohnya.
43
Bertanya-tanya di dalam hati, melamunkan, dan menghayal dengan siapa
dan seperti apa sosok pendamping hidupnya kelak. Pesan moral yang
disampaikan oleh Mas Fahd dari chapter ini adalah terkadang kita harus
keluar dari “zona khayalan” kita untuk benar-benar menemukan jodoh
yang sudah Allah tetapkan untuk kita. Karena siapa tau jodoh kita adalah
seseorang yang pikiran terlalu sederhana yaitu “menunggu” (juga)
datangnya orang yang tepat.
b. Skematik
Pada chapter ini, Mas Fahd membawa pembaca untuk menjadi
perempuan yang juga berusaha untuk mendapatkan jodohnya, bukan hanya
menunggu sambil membayangkan dan memilih-milih lelaki idaman dalam
imajinasinya melalui skema cerita tentang seorang perempuan yang tinggal
di sebuah apartemen di Lantai 12 sedang melihat ke seberang jalan melalui
jendela kecilnya. Ia mendongakkan kepalanya seperti sedang menunggu
seseorang tanpa ia tahu siapa yang ia tunggu selama hampir lima atau
enam tahun lamanya.
Pada akhir cerita dari chapter ini Mas Fahd menghadirkan seorang
laki-laki yang sedang menyiram bunga di balkon apartemennya, tersenyum
lembut dan menyapa si perempuan. Dari cerita perempuan tersebut, Sena
mengatakan kepada Keara bahwa ia akan menjadi seseorang yang
menawarkan cinta atau memberinya sekuntum bunga dan ingin melihatnya
selalu tersenyum.
Kesimpulan dari cerita ini adalah setiap mahluk hidup diciptakan
berpasang-pasangan dari jenisnya, maka Allah akan mengembangbiakkan
44
menjadi laki-laki dan perempuan yang baik sekali. Jodoh merupakan
rahasia yang hanya diketahui oleh Allah SWT seperti yang telah
menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 berikut:
يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوباا
عليم خبير وقبائل لتعارفوا إن أتقاكم إن للا أكرمكم عند للا
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Maha Teliti.
Memang benar jodoh tersebut berada di tangan Allah SWT. Akan
tetapi, bila tidak dijemput, maka jodoh tersebut akan tetap berada di tangan
Allah. Itulah yang membuat mahluk harus berikhtiar untuk mendatangkan
jodohnya. Jodoh akan datang jika seseorang tersebut tahu cara
menjemputnya dari tangan Allah. Ketika semua usaha sudah dilakukan,
maka tinggal menunggu Allah memberikan jodoh tersebut kepada kita
dengan cara-Nya.
c. Semantik
Makna yang di tekankan Mas Fahd dalam chapter ini dapat dilihat
pada kalimat di halaman 191:
“Keara, di dunia tempat motif ayam menyebrangi jalan tidak lagi
dipertanyakan, perempuan-perempuan tahu bahwa jodoh harus
“ditemukan”, atau mungkin “dijemput”-dan bukan “ditunggu”.”
Berdasarkan teks di halaman 191 tersebut, dapat dilihat makna yang
ditekankan Mas Fahd tersebut adalah selayaknya laki-laki, perempuan juga
berhak menemukan dan menjemput jodohnya, bukan hanya menunggu dan
menanti jodohnya.
45
d. Sintaksis
Dalam chapter ini, Mas Fahd menyampaikan pesan menggunakan
kalimat aktif yang ditandai dengan awalan me-. Kalimat aktif dapat dilihat
di halaman 191 “Ragu-ragu, perempuan itu kembali menyorongkan
kepalanya ke luar jendela, menoleh ke sisi kanan. Ia membalas sapaan
tetangga laki-lakinya.”
Berdasarkan bentuk kalimat aktif di halaman 191 tersebut, pengarang
novel terlihat menyampaiakan bahwa si perempuan dalam cerita tersebut
juga penasaran dengan tetangga laki-lakinya itu, dan membalas sapaan
yang diberikan laki-laki itu.
e. Stilistik
Segi stilistik atau majas yang di tampilkan pengarang untuk
menyampaikan maksudnya dalam chapter ini adalah menggunakan majas
hiperbola. Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu.
Seperti pada kalimat di halaman 190:
“Ah, ketika senyum perempuan itu tak lagi seindah lima atau enam
tahun yang lalu, ketika kaca jendela di apartemennya di Lantai 12
semakin berdebu, orang-orang terus menyebrang jalan. Ribuan pasang
kekasih bersijingkat atau menari-nari di punggung jalan. Ratusan
lelaki tua sudah tiada untuk meninggalkan penderitaan mereka di
dunia.”
Berdasarkan kalimat di halaman 190 tersebut, dapat dilihat bahwa
penulis novel menyampaikan dengan melebih-lebihkan sesuatu seperti
menuliskan kata ribuan, ratusan, dan meninggalkan penderitaan.
f. Retoris
Pada bagian cerita ini, Mas Fahd menggunakan gaya bahasa
hiperbolik untuk menekankan makna yang ingin disampaikan. Terlihat
46
dalam kalimat di halaman 191 “Meski di dunia para ayam pejantan tak
pernah lebih dewasa dari betinanya, aku memutuskan untuk menjadi
pejantan yang berbeda … Aku ingin menjadi Peter Parker, Tony Stark,
Bruce Wayne, atau siapa saja yang mengetuk jendela apartemenmu,
menawarkan cinta atau memberimu sekuntum bunga … Aku ingin
melihatmu selalu tersenyum!”
Berdasarkan kalimat yang mengandung majas hiperbolik di halaman
191 tersebut, penulis novel ingin menekankan kepada pembaca untuk
berani melangkah menjemput jodoh yang telah Allah SWT takdirkan.
Setelah itu, selalu berusaha agar membuat pasanganmu itu bahagia.
3. Chapter ke-32 Pilihan
a. Tematik
Tema dari chapter ini adalah kisah laki-laki yang menjalani hidupnya
untuk mendapatkan jodohnya serta kisah seorang perempuan yang menanti
jodohnya. Setiap kali masing-masing dari mereka bertemu dengan lainnya,
selalu timbul pertayan apakah benar bawha itu jodohnya. Namun,
bersamaan dengan itu juga muncul kepercayaan diri, bahwa ia bisa
mendapatkan yang lebih baik dari yang ia temui sebelumnya. Tema dalam
chapter ini di dukung oleh kalimat pada halaman 197:
“Konon, di suatu negeri yang tak diketahui namanya, para lelaki
berusaha menemukan jodohnya dengan cara berjalan. Sementara
para perempuan berusaha menemukan jodohnya dengan cara
menunggu. Di sana, hukum yang berlaku sederhana. Sebagaimana
diceritakan turun temurun selama puluhan generasi.”
Berdasarkan kalimat pada halaman 197 tersebut, Mas Fahd ingin
menyampaikan kepada pembaca bahwa, kebanyakan dari manusia di
47
dunia, laki-lakilah yang berusaha mengejar jodoh mereka, sedangkan
perempuan hanya menanti dan menunggu. Ini terjadi selama puluhan
tahun. Ketentuan yang berlaku perihal kejadian tersebut selalu sama dan
pembaca di harapkan mengambil hikmah dari kisah ini.
b. Skematik
Pesan jodoh yang disampaikan Mas Fahd dirangkai melalui skema
cerita yang diawali dengan seorang lelaki yang setiap berjalan satu juta
langkah bertemu dengan seorang perempuan. Di sisi lain, setiap seribu
purnama penantian, para perempua akan ditemui seorang laki-laki. Hanya
ada lima kesempatan bagi masing-masing mereka. Ketika sudah
melangkah, lelaki tidak bisa kembali ke belakang untuk menemui lagi
perempuan tersebut. Sama dengan perempuan, ia tidak bisa kembali
memanggil lelaki yang pernah ia tolak sebelumnya.
Cerita di chapter ini diakhiri dengan berakhirnya langkah dan
pertemuan si lelaki dengan perempuan-perempuan yang ada di setiap satu
juta langkahnya. Karena memikirkan dan menginginkan jodoh yang
sempurna, si lelaki tidak satupun mendapatkan jodoh yang ia idam-
idamkan dari lima juta langkah yang ia lalui. Sampai pada akhirnya dalam
sedih yang paling pilu ternyata jodohnya yang sempurna yang selama ini
ia cari berupa kematian.
Kesimpulan di chapter ini didukung oleh kalimat di halaman 201:
“Maafkan, demikian huruf-huruf tersetak di makam itu, “jodoh paling
sempurna yang aku tunggu ternyata bernama kematin.”di sanalah si laki-
laki tertawa, dalam sedihnya yang paling pilu, tanpa suara … “
48
berdasarkan kalimat tersebut, pengarang ingin membuat pembaca
merenung, bahwa tidak ada jodoh yang sempurna dan kematian adalah hal
yang pasti.
c. Semantik
Segi semantik atau makna yang ingin di tekankan Mas Fahd pada
chapter ini dapat dilihat di halaman 200:
“Detik-detik terus berguguran, jejak-jejak tertinggal, dan si laki-
laki telah jadi makin tua … Dan ternyata, pada langkah kelima
juta, taka da lagi perempuan cantik yang menungguya. Kecuali
sebuah makam.”
Berdasarkan kalimat di halaman 200 tersebut, terlihat pengarang ingin
menekankan makna kepada pembaca bahwa setiap manusia memiliki
jodohnya masing-masing. Manusia berhak menentukan pilihan hidupnya.
Namun, dari setiap pilihan yang diambil tidak akan pernah luput dari
sebuah konsekuensi. Jodoh adalah hal yang misteri. Manusia berharap
bahwa ssseorang yang ditemuinya adalah jodohnya. Namun, manusia tidak
pernah tahu, kapan dan dimana kita akan bertemu jodoh. Bisa saja,
kematianlah jodoh kita yang sesungguhnya yang lebih dulu menemui kita.
Seperti Firman Allah dalam surat Al-Anbiya’ ayat 35 berikut:
لشر والخير فتنةا وإليناترجعون كل نفس ذائقة الموت ونبلوكم با
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburuka dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya)”.
d. Sintaksis
Segi sintaksis yang digunakan pengarang dalam chapter ini
menggunakan bentuk kalimat aktif yang diawali dengan awalan me- dan
kalimat pasif dengan walan ter-. Kalimat aktif dapat dilihat di halaman 200
49
“Si laki-laki pada akhirnya pergi meinggalkan perempuan itu. Ia
memutuskan menempuh sejuta langkah terakhirnya … kesempatan
terakhirnya … ia ingin menemukan jodohnya yang paling sempurna.”
Berdasarkan temuan pada kalimat di halaman 200 tersebut, penulis
menyampaikan sebuah pesan melalui kisah fiktif untuk menggambarkan
seolah tokoh utama dalam novellah yang menceritakannya.
e. Stilistik
Pilihan gaya bahasa yang dipakai Mas Fahd dalam segi stilistik adalah
majas Ironi. Majas ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan hal
bertentangan dengan maksud menyindir. Dapat dilihat pada halaman 201
“Di sanalah si laki-laki tertawa, dalam sedihnya yang paling pilu, tanpa
suara … “Maafkan,” katanya. “Jodoh yang paling sempurna yang kucari
ternyata bernama kematian.”
Berdasarkan kalimat di halaman 201 terssebut, pengarang ingin
mengajak pembacanya merasakan penyesalan yang mendalam melalui
kisah akhir dari si lelaki tersebut. Dan mengambil sebuah hikmah
mengenai hal yang sudah Allah tetapkan.
f. Retoris
Segi retoris dari chapter ini adalah terdapat rima berbentuk
pengulangan kata dan ketegasan. Dapat dilihat pada kalimat di halaman
200 “Detik-Detik terus berguguran, jejak-jejak tertinggal, dan si laki-laki
telah jadi makin tua … Dan ternyata, pada langkah kelima juta, tak ada
lagi perempuan cantik yang menunggunya.”
Berdasarkan kalimat di halaman 200 tersebut, Mas Fahd ingin
50
menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa waktu akan terus berjalan
dan manusia tidak bisa memutar balikkan waktu. Kita tidak pernah tahu
apa yang akan dihadapi di depan. Namun, setiap langkah yang kita ambil
selalu diiringi dengan konsekuensi dan kita harus menghadapinya.
4. Chapter ke-37 Yang Fana Adalah Waktu
a. Tematik
Tema dari chapter ini adalah bahwa waktu merupakan hal yang tidak
abadi. Bahwa setiap pertemuan selalu diakhiri dengan perpisahan. Dan
ketika perpisahan itu terjadi tanpa kita inginkan, kita selalu kembali
mengingat momen-momen bersama orang-orang yang kita sayangi dan
percakapan-percakapan yang kita lakukakan. Bahwa manusia boleh
berencana, tapi tetap Tuhanlah yang menentukan Mas Fahd memuat pesan
tersebut melalui kisah Sena yang di tinggal pergi oleh Keara selama-
lamanya disaat mereka sudah memiliki rencana untuk menikah.
Selaras dengan nasihat yang disampaikan Mas Fahd dalam chapter
ini. Islam juga telah memberikan penjelasan mengenai waktu yang
merupakan hal yang fana dan manusia boleh berencana, tapi tetap Allah-
lah yang menentukan apakah rencana tersebut akan terealisasi atau tidak.
Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hambaNya.
Hal tersebut telah dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqarah
ayat 186 berikut:
51
وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيب دعوة الداع إذادعان
فليستجيبوا لي وليؤمنوا بي لعلهم يرشدون
Artinya: “Dan orang-orang yang berusaha untuk (mencari
keridaan) Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka jalan-
jalan Kami.”
b. Skematik
Skema yang dibuat pengarang dalam chapter ini diawali dengan kisah
Sena yang mendapat kabar melalui telepon bahwa Keara jatuh dari tangga
dan tidak sadarkan diri lalu di bawa ke rumah sakit. Saat itu Sena sedang
bekerja di rumah sakit. Ia lalu langsung mengemasi barang-barangnya dan
menyalakan mobil menuju rumah sakit tempat Keara di bawa.
Cerita chapter ini ditutup dengan kepergian Keara untuk selama-
lamanya. Meninggalkan orang-orang yang dikasihinya terutama Sena. Dua
orang perawat mulai melepaskan selang oksigen dari mulut Keara, selang
infus, dan kabel-kabel yang terpasang lainnya. Sena hanya bisa terdiam
dan memeluknya. Disusul oleh orang tua Keara. Sena menangis dan
membisikkan kata-kata ditelinga Keara “aku sayang kamu”. Sambil
mengingat momen-momen yang pernah mereka lalui bersama.
Kesimpulan cerita pada chapter ini dapat dilihat pada kalimat yang
disampaikan Mas Fahd di halaman 226:
“Aku menatap matamu, wajahmu, rambutmu, tanganmu:
mengapa Tuhan begitu tak adil pada hidupmu, Keara? Mengapa
Tuhan menyediakan kemungkinan cerita semacam ini untuk
kita? Jika Tuhan ingin menghukum dosa-dosa kita, mengapa Dia
harus mengambilmu dan membuatku menderita?”
c. Semantik
Segi semantik atau makna yang ingin ditekankan Mas Fahd dalam
52
chapter ini dapat dilihat melalui cerita ketika Sena mendapatkan kabar
bahwa Keara terbaring di rumah sakit dan tidak sadarkan diri. Makna yang
ingin disampaikan pengarang terlihat pada kalimat di halaman 222 “Keara,
aku tahu hari ini akan tiba. Hari ketika harapan harus ditarik paksa dari
langit-langit perasaan … untuk direlakan tergeletak bisu, menggugu di
lantai waktu yang beku. Tapi, aku tak mengira Tuhan akan begitu tega.
Aku tak mengira semua akan terjadi secepat ini.”
Berdasarkan kalimat di halaman 222 tersebut, terlihat pengarang ingin
berpesan kepada pembaca bahwa kita bisa merencanakan masa depan.
Namun hanya Allah yang menyetujui atau menolak rencana tersebut.
Ketika kita memiliki rencana dan kemauan, makademikian juga Allah.
Kehendak dan rencana Allahlah yang berlaku. Jika Allah tidak
menngabulkan rencana kita, kita tidak boleh berprasangka buruk, bisa jadi
Allah hanya menunda atau mengalihkan kita kepada rencana yang lebih
baik.
d. Sintaksis
Dari segi sintaksis, pengarang menyampaikan pendapatnya
menggunakan bentuk kalimat aktif yang diawali dengan awalan me-.
Bentuk kalimat ini dapat dilihat pada kalimat di halaman 227 “Maka, jika
mataku menjadi berkaca-kaca memandang rautmu yang murung, hingga
mengaburkan cara pandangku tentang kenyataan, aku bersedia
memejamkannya; untuk kubasuh pipiku seperti puisi-hujan membasahi
tanah pagi.”
Bentuk kata ganti yang banyak dipakai dalam chapter ini adalah kata
53
ganti orang pertama jamak yaitu kita. Hal ini dapat dilihat pada kalimat di
halaman 224 “Di sepanjang lorong rumah sakit yang kulalui, hanya
kenangan-kenangan tentang kita yang berlesatan dalam kepala: saat kita
kali pertama bertemu, surat-surat kita, pertemuan-pertemuan kita, janji dan
rencana indah kita berdua.”
Berdasarkan kalimat di halaman 224 tersebut, pengarang ingin
menyampaikan bahwa ketika sebuah perpisahan itu terjadi, maka saat itu
pula kita kan kembali mengingat masa-masa yang sudah terlewati.
e. Stilistik
Segi stilistik yang dipakai pengarang dalam chapter ini untuk
menunjukkan maksudya adalah majas personifikasi sekaligus hiperbola.
Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda mati
seolah hidup sedangkan majas hiperbola adlah gaya bahasa yang
berlebihan. Hal ini dapat dilihat pada kalimat di halaman 224 “Tiba-tiba
segalanya menjadi lambat. Detik-detik berguguran di lantai waktu bagai
kaca yang pecah. Aku tak tahu apa yang sudah terjadi padamu. Aku tak
ingin berada dalam situasu semacam ini, Keara! Aku tak mau!”
Berdasarkan kalimat di halaman 224 tersebut, terlihat pengarang ingin
menegaskan bahwa, ketika seseorang dilanda kepahitan dalam hidupnya,
ia pasti akan merasakan waktu berjalan begitu lambat, dan meyakinkan
dirinya bahwa ia tidak ingin berada di dalam kenyataan yang pahit itu.
f. Retoris
Penekanan makna atau segi retoris yang dilakukan pengarang dalam
chapter ini dapat dilihat pada kalimat di halaman 224:
54
“Setibanya di Rumah Sakit Medika Husada, aku segera
memakirkan kendaraanku. Aku berlari menuju ruanga yang
diberitahukan papamu. Aku berlari sekencang-kencangnya.
Secepat yang aku bisa. Aku ingin segera sampai di sampingmu.”
Berdasarkan kalimat di halaman 224 tersebut, pengarang terlihat
menggunakan penyampaian yang bertele-tele dan pengulangan kata.
Ekspresi Mas Fahd juga terlihat begitu tegas mengajak pembaca untuk
merasakan kepanikan yang di rasakan oleh tokoh utamanya.
5. Chapter ke-38 Awal Cerita Bahagia
a. Tematik
Tema dari chapter ini adalah bahwa jodoh tidak hanya selalu soal
pasangan yang kita nikahi. Tentang jodoh yang ditampilkan Mas Fahd
melalui kisah Sena yang menganggap bahwa Keara dan Sena juga
berjodoh. Sena dalam kisah ini, walaupun tidak jadi menikah, hidup
bersama, dan bahagia hingga maut memisahkan, ia tetap menganggap
bahwa ia dan Keara berjodoh. Tema dalam chapter ini didukung oleh
kalimat di halaman 243:
“Ini kisah tentang seorang laki-laki dan perempuan yang
memutuskan untuk berlayar jauh sebelum mereka mengenal
ketakutan … jauh sebelum mereka bisa membaca arah atau
menebak cuaca, jauh sebelum mereka disibukkan dengan
pertanyaan-pertanyaan tentang waktu, takdir, cinta, dan “jodoh”
itu sendiri.”
b. Skematik
Skema yang dibuat pengarang dalam chapter ini diawali dengan kisah
Sena yang bertemu dengan Laila. Mereka berbincang mengenai film
perdana Sena. Laila memuji film hasil karya Sena meskipun ia tidak
menyukai akhir yang menyedihkan (sad ending). Film ini diadaptasi dari
buku karya Sena yang dikirimkan oleh Keara sebelum ia meninggal. Dulu,
55
Sena selalu menuliskan cerita-cerita tentang perjalanan kisah ia dan Keara
dan meminta Keara untuk membacanya. Sena tidak menyangka bahwa
Keara benar-benar mengirimkan tulisan-tulisan itu ke salah satu penerbit di
terbesar di Indonesia.
Cerita di chapter ini ditutup dengan sepulangnya Sena dari bioskop
bersama istrinya Laila. Laila sedang mengandung Sembilan bulan dan
diperkirakan bahwa anak mereka yang akan lahir berjenis kelamin
perempuan. Sena sudah mempersiapkan nama untuk bayi perempuannya
tersebut. Dan bayi itu diberi nama, Keara.
Kesimpulan ceita pada chapter ini dapat dilihat pada kalimay yang
disampaikan Mas Fahd di halaman 243:
“Terima kasih, Key … Terima kasih karena kamu telah menjadi
salah satu cerita paling indah dalam hidupku-yang bahkan
hampir setiap episodenya bisa kutuliskan. Terima kasih karena
telah mencintaiku sepenuh hati. Terima kasih karena telah
mengajarkanku makna cinta, rindu, kedewasaan, dan banyak hal
lainnya.”
c. Semantik
Segi semantik yang ingin ditekankan Mas Fahd pada chapter ini dapat
dilihat pada kalimat di halaman 244:
“Kita berjodoh, Keara. Sekarang aku bisa mengatakannya
dengan yakin. Kita berjodoh meski kita tak menjadi sepasang
kekasih yang menikah, tinggal bersama, memiliki anak, dan
hidup bahagia hingga maut memisahkan kita. Kita berjodoh
meski impian dan rencana-rencana kita tak tercapai. Kita
berjodoh karena bagaimanapun Tuhan telah mengizinkan kita
bertemu, menuliskan kisah kita berdua, dan berbahagia di salah
satu persimpangan kehidupan yang pernah kita alami bersama.
Kita berjodoh, Key. Untuk apapun alasannya, yang
menyedihkan atau membahagiakan, yang bisa kita terima atau
tak bisa kita terima, yang termaafkan atau tak termaafkan. Kita
berjodoh karena takdir telah mempertemukan kita di salah satu
56
persimpangan waktu, membuat kita jadi lebih dewasa, membuat
hidup kita jadi lebih bermakna.”
Berdasarkan kalimat di halaman 244 tersebut, dapat dilihat Mas Fahd
ingin menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa jodoh bukan hanya
soal belahan jiwa kita ataupun seseorang yang kita nikahi. Melainkan
jodoh juga ialah takdir Tuhan yang telah mengizinkan sebuah pertemuan,
sebuah kisah yang tertuliskan, dan kebahagiaan yang dirasakan saat kita
bersama orang-orang yang kita kasihi. Walaupun kebersamaan tidak terus
terjalin, namun Tuhan memiliki makna dan tujuan tersendiri dalam
menentukan takdirnya. Tuhan tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya.
d. Sintaksis
Segi sintaksis yang digunakan pengarang dalam chapter ini
menggunakan bentuk kalimat aktif berawalan me-. Kalimat aktif dapat
dilihat pada halaman 241 “Keara, aku harus berterima kasih kepadamu
karena waktu itu ternyata kamu benar-benar mengirimkan naskahku ke
penerbit. Sebenarnya, aku tak pernah ingin menerbitkannya. Aku hanya
ingin menuliskan kisah kita dan mendapatimu bahagia membaca
semuanya, itu lebih dari cukup buatku.”
Berdasarkan bentuk kalimat aktif di halaman 241 tersebut, pengarang
novel terlihat ingin meyampaikan bahwa kebahagiaan yang paling
sederhana adalah dengan memberikan hal-hal yang sederhana kepada
orang yang kita kasihi. Bahwa rasa sayang dan cinta yang sesungguhnya
adalah ketika melihat orang yang kita sayangi menerima pemberian kita,
meskipun itu hanyalah hal yang murah dan sederhana.
e. Stilistik
57
Segi stilistik atau cara yang ditampilkan pengarang untuk
menyampaikan maksudnya dalam chapter ini adalah menggunakan majas
ironi. Majas ironi iyalah gaya bahasa sindiran yang paling halus
menggunakan kata-kata mengandung arti kebalikan dari yang dimaksud.
Seperti pada kalimat di halaman 241:
“Anyway, ini film yang bagus banget. Beneran. Meski memang
nggak sebagus buku kamu. Katanya berusaha menghibur.”
Berdasarkan kalimat di halaman 241 tersebut, dapat dilihat pengarang
novel menyampaikan dengan cara sindiran yang sangat halus bahwa
kebanyakan dari perempuan jika menonton film bergenre drama, mereka
tidak menyukai akhir yang menyedihkan meskipun cerita keseluruhan dari
film merupakan cerita yang bagus.
f. Retoris
Pada bagian cerita ini, Mas Fahd menampilkan bentuk persuasif untuk
menekankan makna yang ingin disampaikan. Terlihat pada kalimat di
halaman 242: “Tetapi, laut, ombak, dan dalamnya, selalu menjadi misteri
dan tak terduga-duga, bukan? Orang yang kau sangka “belahan jiwa”
sering kali hanya semacam perantara, atau bahkan pengalih perhatian dari
belahan jiwamu yang sesungguhnya.”
Berdasarkan kalimat yang mengandung persuasif di halaman 242
tersebut, dapat dilihat bahwa pengarang ingin menekankan kepada
pembaca (terutama anak muda) bahwa sesempurna apapun rencana yang
sudah kita buat, tetap terdapat variabel atau hal yang diluar kuasa kita
yaitu ketentuan dari Sang Pemilik Takdir. Perihal jodoh yang akan
mendampingi kita adalah hal yang misteri.
58
B. Analisis Kognisi Sosial dalam Novel Jodoh
Dalam pandangan Van Dijk, perlu ada penelitian mengenai kognisi
sosial yang meneliti kesadaran mental wartawan. Dalam hal karya sastra,
kesadaran mental itu merujuk pada pengarangnya dalam membentuk teks
dalam karyanya. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks
tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa.8
Dalam analisis kognisi sosial ini, terdapat empat skema yang
dipaparkan oleh Van Dijk yaitu:
1. Skema Person
Menurut penulis, jodoh ialah konsekuensi takdir,
bertemunya titik-titik takdir sampai pada akhirnya bertemu
pada satu titik. Takdir adalah keputusan yang kita buat
terhadap pilihan-pilihan yang tersedia didepan kita. Penulis
menambahkan bahwa jodoh juga ialah peristiwa bertemunya
takdir seseorang dengan orang lain. 9
2. Skema Diri
Fahd merupakan suami dari Rizqa Abidin yang dinikahinya
pada tanggal 25 Desember 2009 dan telah dikaruniai dua orang
putra yaitu Falsafah Kalky Pahdepie dan Alkemia Malaky
Pahdepie. Fahd merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Masa remajanya ia habiskan disekolah berbasis
ilmu pengetahuan agama yaitu MTs dan MA di Pondok
8 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis, 2006), h.
221 9Wawancara bersama Fahd Pahdepie, Inspirasi.co Ciputat Tangerang, Rabu, 31 Mei 2017
pukul 15.00 WIB.
59
Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, serta masa
kuliahnya ia tempuh di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta10. Dalam penulisan novel Jodoh ini, inilah yang
menjadi salah satu alasan Fahd memasukkan unsur pendidikan
pesantren dalam novel Jodoh ini. Bahkan untuk nama sekolah
yang terdapat dalam novel ini sesuai dengan nama pesantren
tempat Fahd menuntut ilmunya. Hal ini dapat dilihat dalam
novel Jodoh pada halaman 34 dan 35 chapter berjudul Kisah
Kecil Dari Cinta Masa Kecil11.
3. Skema Peran
Penulis melihat pandangan masyarakat mengenai jodoh
adalah bahwa jodoh bukan sesuatu yang dipasangkan begitu
saja. Menurut penulis sebagai manusia yang memiliki
latarbelakang kehidupan, sejarah keluarga, dan juga masa lalu
yang membuat manusia tersebut pada akhirnya dipasangkan
dengan manusia yang lain, dikarenakan ada sesuatu atau
peristiwa yang membuat mereka bertemu.12
4. Skema Peristiwa
Penulis mengaitkan pandangannya ini dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi disekitar kehidupannya. Penulis melihat
bahwa banyak orang yang menghabiskan hidupnya hanya
dengan menunggu jodohnya datang. Pasrah terhadap keadaan
10 Website resmi www.fahdpahdepie.com diakses tanggal 24 Juni 2017 11 Fahd Pahdepie, Jodoh (Yogyakarta: Bentang, 2016), h. 34-35 12Wawancara bersama Fahd Pahdepie, Inspirasi.co Ciputat Tangerang, Rabu, 31 Mei 2017
pukul 15.00 WIB.
60
dan situasi dirinya. Ketika mereka akhirnya bertemu dengan
jodohnya, mereka bilang kalau jodohnya datang begitu aja
tanpa melihat bahwa ada keputusan-keputusan dalam hidupnya
yang membuat dia akhirnya bertemu dengan jodohnya. Itulah
yang melatarbelakingi pandangan penulis mengenai jodoh.13
Dalam novel Jodoh ini, penulis tidak memasukkan unsur budaya
sunda yang merupakan budaya asalnya. Penulis hanya membuat cerita
pada novel ini seperti cerita masyarakat pada umumnya tidak terpaku pada
budaya tertentu. Penulis ingin cerita yang ringan ini bisa diterima di
masyarakat umumnya.14
C. Analisis Konteks Sosial dalam Novel Jodoh
Analisis konteks adalah dimensi terakhir dalam analisis wacana Teun
A. Van Dijk. Menurut Eriyanto, sebagaimana dikutip Alex Sobur, konteks
memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan
memengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi
di mana teks tersebut diproduksi dan fungsi yang dimaksudkan.15 Jika
dikaitkan dengan penelitian ini, peneliti akan menemukan alasan Fahd
Pahdepie menulis novel Jodoh berdasarkan konteks sosial yang terjadi di
masyarakat.
Jika berbicara tentang pencarian jodoh atau pasangan hidup kita,
proses yang akan dilewati ialah proses pengenalan pribadi. Sebagai
13Wawancara dengan Fahd Pahdepie melalui email [email protected] hari kamis
tanggal 16 November 2017 14Wawancara dengan Fahd Pahdepie melalui email [email protected] hari kamis
tanggal 16 November 2017 15 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framming (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 56
61
masyarakat mayoritas muslim di Indonesia dan sebagai makhluk sosial
tentu tidak terlepas dari dua hal yaitu hukum agama serta hukum adat
istiadat atau budaya.
Pada era masyarakat Indonesia saat ini, proses pengenalan pribadi
dinamai dengan pacaran. Hal ini rasanya sudah tidak asing lagi ditelinga
para muda-mudi masyarakat Indonesia. Namun jika menilik sejarah
pengenalan pribadi untuk mengenal Jodoh yang telah kita pilih, maka kita
akan melihat sesuatu hal yang sebenarnya tidak jauh berbeda. Tapi dalam
makna yang lebih dalam.
Kita dapat mengambil contoh sejarah atau tradisi budaya Jawa Perihal
jodoh atau pemilihan pasangan hidup. Beberapa hal yang menjadi budaya
masyrakat Jawa dalam memilih jodoh adalah berhubungan dengan ‘bobot,
bibit, bebet’, dimana kriteria tersebut merupakan syarat minimal yang
harus dipenuhi sebelum masuk dalam ikatan pernikahan. Bobot diartikan
sebagai kekayaan, kekayaan yang dimaksud disini adalah kesanggupan
dari calon suami untuk dapat memenuhi kebutuhan rumahtangganya. Bibit
diartikan sebagai keturunan, yang dimaksud disini adalah bahwa masih
memiliki orang tua yang lengkap, atau setidaknya jelas mengenai siapa
orang tuanya. Bebet diartikan sebagai derajat sosial, kriteria terakhir ini
sebagai penyempurna dari kedua kriteria sebelumnya, dimana akan lebih
baik apabila seseorang tersebut memiliki strata sosial yang tinggi.16
Pada masa sekarang, masih banyak masyarakat Indonesia yang
berpegang pada budaya ini dalam memilih atau menentukan jodoh untuk
16Syarifudin, Fadholi, Kesetaraan Dalam Pernikahan Menurut Hukum Islam dan Hukum
Adat Jawa, (Yogyakarta: Skripsi Fakultas Hukum dan Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, 2013), h.
VIII
62
putra/putri atau sanak saudara mereka. Namun banyak juga masyarakat
yang sudah tidak terlalu berpegang pada budaya ini dikarenakan adanya
kriteria lain yang menurut mereka lebih utama seperti kriteria dari segi
agama dan lamanya proses saling mengenal dan ketertarikan.
D. Analisis Jodoh Dalam Sudut Pandang Islam
Pada bab II halaman 10 sudah dijelaskan bahwa konsep “cara benar
cari Jodoh” ialah tiga tahap, yaitu Pertama Cleansing seperti proses
bersuci. Proses cleansing ini berfokus pada kita dan Allah saja, tetapi
bersuci dari dosa di masa lalu akan melibatkan orang lain. ada tiga tahap
penting yang perlu dilakukan dalam proses cleansing ini, yaitu Terima,
Syukuri, dan Maafkan.
Dalam novel Jodoh karya Fahd Pahdepie ini, tokoh utama yaitu Sena
melewati proses cleansing. Hal ini dapat dilihat pada halaman 152 yaitu:
“Kemudian aku bertobat, pada hari lain, untuk kesekian, setelah
suatu hari terpeleset di gerbang itu; dan tertangkap! Terima kasih
telah membuatku menghafalkan setengah juz Al-Qur’an setiap kali
melakukan kesalahan’'17
Kedua Upgrading itu layaknya pemenuhan perbekalan diri.
Upgrading meliputi pemantasan diri kita terhadap Allah agar layak
disandingkan dengan jodoh kita kelak. Lakukan upgrading sebaik-
baiknya, jangan pernah lelah untuk terus belajar dan memperbaiki diri,
itulah yang akan membuat kita semakin didekatkan dengan jodoh oleh
Allah SWT.
Dalam novel Jodoh karya Fahd ini, tokoh utama yaitu Sena juga
17 Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h.152
63
melakukan proses upgrading. Hal ini dapat dilihat pada halaman 51 yaitu:
“Ya, kali ini aku harus pergi ke Jogja. Aku berkuliah di kota itu.
Sementara kamu di Bandung. … kita akan belajar bersabar
mengerjakan proyek masa depan kita masing-masing di dua tempat
yang saling berjauhan”18
Hal ini juga dapat dilihat lagi pada halaman 109, yaitu:
“Aku akan menetap di kota ini beberapa tahun untuk
menyelesaikan kuliah S-1 di Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta”19
Hal ini juga dapat dilihat lagi pada halaman 137, yaitu:
“Aku harus menuntaskan misiku mengapa aku datang ke Jogja.
Aku harus menjemput masa depanku. Dan, jika aku bisa menjadi
laki-laki yang bertanggung jawab pada diriku sendiri maka aku
akan bisa menjadi laki-laki yang bertanggung jawab untuk
mengantarkan kebahagiaan buatmu di masa depan”20
Hal ini juga dapat dilihat pada halaman 111, yaitu:
“Barangkali ke stasiun berikutnya: kedewasaan. … tempat kita
akan menyadari betapa berharganya kebersamaan dan betapa
perpisahan mengajarkan kita banyak hal. tempat kita mengerti
bahwa sesuatu yang paling kita tunggu dan inginkan sebenarnya
adalah hal-hal kecil yang sedang kita dekap, tetapi sering kita
sepelekan di keseharian. Tempat kita tak memberi ruang pada
penyesalan-penyesalan, tetapi mencari peluang-peluang untuk
sejumlah kerja perbaikan”21
Dari hal diatas, dapat kita lihat bahwa tokoh utama berusah untuk
terus memperbaiki diri dan berlajar dari peristiwa yang sedang dialaminya
agar menjadi pribadi yang lebih baik. Juga perginya tokoh utama untuk
melanjutkan pendidikannya adalah salah satu contoh dari pembekalan
dirinya untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Terakhir ialah proses Selecting yaitu tahap bagaimana sebenarnya kita
18Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h.51 19Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h.109 20Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h.137 21Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h.111
64
memilih dan menentukan siapa yang akan menjadi pasangan sejati kita.
Dalam novel Jodoh ini, tokoh utama tidak melakukan proses cleansing.
Dikarenakan ia sudah jatuh cinta dan memilih pasangan yang sudah lama
ia kenal. Tidak peduli sekalipun wanita tersebut memiliki sebuah penyakit
yang membuatnya tidak memiliki waktu yang lama untuk hidup. Tokoh
utama tetap pada pilihannya untuk menikahi wanita tersebut. Meskipun
pada akhirnya takdir berkata lain. Hal ini dapat dilihat pada halaman 157
yaitu:
“… Aku ingin menikahimu. Itu impianku sejak lama. Kita akan
hidup bersama dan bahagia”22
E. Analisis Komunikasi Antarbudaya Tentang Jodoh
Komunikasi antarbudaya dapat dipahami sebagai perbedaan budaya
dalam mempresepsi objek-objek sosial dan kejadian-kejadian. Untuk
memahami dunia dan tindakan orang lain, kita harus memahami kerangka
presepsinya.23 Ada tiga unsur sosio budaya yang berpengaruh besar, dan
langsung terhadap makna yang dibangun dalam presepsi, yaitu:
1. Sistem kepercayaan (belief), kepercayaan secara umum dapat
dipandang sebagai kemungkinan subjektif, yang diyakini individu
bahwa suatu objek atau peristiwa memiliki karakteristik tertentu.
24Dalam hal pemahaman makna jodoh pada novel ini, Fahd selaku
penulis memiliki kepercayaan bahwa sekalipun sepasang manusia
yang saling mencintai tidak bersatu dalam ikatan pernikahan
(karena dipisahkan oleh sebuah takdir yang tidak bisa dilawan
22Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h.157 23 Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya: Satu Perspektif Multidimensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), h. 38 24Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya: Satu Perspektif Multidimensi, h.39
65
yaitu kematian) mereka tetaplah disebut jodoh. Karena menurut
penulis, bagaimanapun akhirnya Tuhan telah mengizinkan sebuah
pertemuan, menuliskan sebuah kisah, dan saling berbahagia di
salah satu persimpangan kehidupan baik itu yang menyedihkan
atau membahagiakan.25
2. Nilai (value),26adalah seperangkat aturan terorganisasikan untuk
membuat pilihan-pilihan dan mengurangi konflik dalam suatu
masyarakat. Nilai-nilai memiliki aspek evaluatif dan sistem
kepercayaan, niali dan sikap. Dimensi evaluative ini meliputi
kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika,
kebutuhan, dan kesenangan. Pada novel jodoh ini, penulis
memperlihatkan karakter Sena sebagai tokoh utama juga memiliki
sebuah nila-nilai atau prinsip didalam dirinya. Ia mengambil
sebuah keputusan untuk meninggalkan wanita yang dicintainya
agar tidak jauh tersesat dalam hasrat dan hawa nafsu. Kesadaran
dalam dirinya bahwa selama ini ia sudah melanggar nilai-nilai
dalam agama (yang diyakininya) bahwa ada batasan antara laki-
laki dan perempuan sebelum mereka menikah. Sekalipun pada
masyarakat saat ini, batasan antara laki-laki dan wanita terlihat
samar yang disebut dengan pacaran. Tokoh utama sadar, bahwa ia
sudah tidak bisa lagi melanggar nilai-nilai yang terdapat agama
yang dianutnya yaitu Islam.27
25Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h.244 26Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya: Satu Perspektif Multidimensi, h.40 27Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h.89
66
3. Sikap (attitude),28kepercayaan dan nilai memberikan kontribusi
bagi pengembangan dan sikap. Sikap sebagai suatu kecenderungan
yang diperoleh dengan belajar untuk merespon suatu objek secara
konsisten. Pada novel Jodoh ini, kepercayaan dan nilai yang
dimiliki tokoh utama sebagai seorang muslim mengambil sikap
untuk menempuh jalan yang dianjurkan oleh Islam yaitu dengan
menikah. Sena memutuskan untuk menikahi wanita yang
dicintainya. Sekalipun ia tahu bahwa wanita yang dicintainya
tersebut memiliki sebuah penyakit, ia tetap konsisten dengan sikap
dan keputusan yang diambilnya.29
28Ahmad, Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya: Satu Perspektif Multidimensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), h. 40 29Fahd, Pahdepie, Jodoh. (Yogyakarta: Bentang, 2016), h. 171
67
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis wacana Teun A.
Van Dijk yang mencangkup analisis teks, analisis kognisi sosial dan
analisis konteks sosial, peneliti menemukan adanya wacana jodoh dalam
novel Jodoh. Wacana jodoh yang terdapat di novel ini berdasarkan
analisis teks, ditemukan dalam lima chapter.
Pertama, pada chapter ke-29 yang berjudul Berjodoh, ditemukan
wacana jodoh dalam bentuk pengulangan kata dan bertele-tele untuk
menekankan makna bahwa terkadang manusia diberikan setiap
kemungkinan kisah hidup yang tidak terhingga dengan kesulitannya
masing-masing. Kedua, pada chapter ke-30 yang berjudul Penantian,
ditemukan wacana dalam bentuk bahasa yang berlebihan untuk
menekankan makna bahwa manusia haruslah berani melangkah untuk
menjemput jodoh yang telah Allah takdirkan untuknya. Ketiga, pada
chapter ke-32 yang berjudul Pilihan, ditemukan wacana dalam bentuk
pengulangan kata dan penegasan bahwa waktu akan terus berjalan dan
manusia tidak bisa memutar balikkannya. Manusia tidak pernah tahu apa
yang akan dihadapinya di depan. Keempat, pada chapter ke-37 yang
berjudul Yang Fana Adalah Waktu, ditemukan wacana dalam bentuk gaya
bahasa berlebihan bahwa ketika seseorang dilanda kepahitan dalam
hidupnya, ia merasa bahwa waktu berjalan begitu lambat dan berusaha
meyakinkan dirinya bahwa ia tidak ingin berada dalam kenyataan pahit
68
itu. Kelima, pada chapter ke-38 yang berjudul Awal Cerita Bahagia,
ditemukan wacana dalam bentuk ajakan bahwa sesempurna apapun
rencana yang sudah kita buat, tetap terdapat variabel atau hal yang di luar
kuasa kita yaitu ketentuan dari Sang Pemilik.
Analisis Kognisi sosial dalam novel Jodoh ini melalui skema Van Dijk
terdiri dari: Skema Person, jodoh ialah konsekuensi takdir, bertemunya
titik-titik takdir sampai pada akhirnya bertemu pada satu titik.Skema Diri,
penulis sudah bertemu dengan jodohnya kemudian menikah dan memiliki
dua orang anak. Skema Peran, bahwa manusia tidak dipasangkan begitu
saja, melainkan ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuatnya.
Terakhir Skema Peristiwa, penulis melihat peristiwa dari orang-orang
disekirtarnya mengenai jodoh, dan ini yang melatarbelakangi
pandangannya mengenai jodoh.
Analisis konteks sosial dalam novel Jodoh ini ialah Jika berbicara
tentang pencarian jodoh atau pasangan hidup kita, proses yang akan
dilewati ialah proses pengenalan pribadi. Di dalam masyarakat Indonesia
proses pengenalam pribadi dinamai dengan pacaran. Dalam cerita di novel
ini, tokoh utama juga melakukan sebuah pengenalan pribadi dengan wanita
yang dicintainya.
Analisis makna jodoh dilihat dari sudut pandang Islam yaitu ada tiga
tahap yang dijalani oleh seseorang untuk mendapatkan jodoh; pertama
proses cleansing, kedua proses upgrading, ketiga proses selecting. Pada
novel Jodoh ini, penulis juga melakukan ketiga proses tersebut untuk
mendapatkan jodohnya.
69
Terakhir ialah analisis komunikasi antarbudaya dalam novel Jodoh.
Dalam komunikasi antar budaya, ada tiga unsur sosio budaya yang
berpengaruh yaitu; sistem kepercayaan, sistem nilai, dan sikap. Dalam
novel Jodoh ini, penulis juga memasukkan ketiga unsur tersebut melalui
karakter dan kisah tokoh utama.
70
B. Saran
Berikut enam saran yang dapat penulis sampaikan dalam skripsi
ini:
1. Cerita yang tidak terlalu panjang hingga 246 halaman dalam novel ini
kurang memberikan penjelasan yang rinci mengenai waktu-waktu
yang seharusnya diceritakan.
2. Alur cerita yang ditampilkan dalam novel Jodoh ini seharusnya dibuat
berurut agar tidak membingungkan pembaca dan lebih mudah
memahami makan yang ingin ditekankan.
3. Adanya novel Jodoh ini seharusnya dimasukkan sedikit pemahaman
mengenai jodoh melalui kaca mata Islam. Agar menyeimbangi setting
cerita pada saat berada di pesantren.
4. Untuk Fahd Pahdepie selaku penulis, diharapkan tidak berhenti
menghasilkan karya dengan sudut pandang yang berbeda.
5. Untuk para pembaca novel Jodoh diharapkan mendapatkan
pemahaman baru mengenai jodoh untuk diterapkan dikehidupan
pribadinya.
6. Untuk para akademisi, novel Jodoh ini hendaknya dijadikan inspirasi
bahwa berdakwah di era modern saat ini dapat dilakukan melalui
karya kreatif, salah satunya ialah menulis novel.
71
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal:
Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKis,
2001
Fadholi, Syarifudin, Kesetaraan Dalam Pernikahan Menurut Hukum Islam dan
Hukum Adat Jawa, Yogyakarta: Skripsi Fakultas Hukum dan Syari’ah UIN
Sunan Kalijaga, 2013
Kamil, Ikhsanun & Foezi Citra Cuaca, Jodohku, Inilah Proposal Nikahku,
Bandung: Mizan Media Utama, 2014
MA, Alex, Kamus Ilmiah Kontemporer. Surabaya: Karya Harapan, 2005
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010
Munawaroh, Latifah, Jodoh dan Pernikahan. Jakarta: Muslimah Al-Husnah, 2013
Nurgiyantoro, Burhan, Stilistika, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2014
Pahdepie, Fahd, Jodoh. Yogyakarta: Bentang, 2016
Pateda, Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Ruslan, Rosady, Metodologi Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: Raja
Grafindo, 2003
Sihabudin, Ahmad, Komunikasi Antarbudaya : Satu Perspektif Multidimensi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Sobur, Alex, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2012),
Sutrisno, Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 1989
Tubbs, Stewart L, dan Moss, Sylvia, Human Communication, Bandung: Remaja
Rosdakarya, Penerjemah: Deddy Mulyana dan Gembirasari, 1996
Warson Munawir, Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997
72
Website:
Website resmi www.fahdpahdepie.com diakses tanggal 24 Juni 2017
Wawancara bersama Fahd Pahdepie, Inspirasi.co Ciputat Tangerang, Rabu, 31
Mei 2017 pukul 15.00 WIB.
Wawancara dengan Fahd Pahdepie melalui email [email protected] hari
kamis tanggal 16 November 2017
https://www.google.co.id/amp/s/nasikhudinisme.com/2016/02/14/resensi-jodoh-
fahd-pahdepie/amp/ diakses pada tanggal Rabu 17 mei 2017 pukul 13.26
71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Transkip wawancara dengan Fahd Pahdepie di Inspirasi.co, Jalan R.E Martadinata
No.19 Ciputat Tangerang Selatan. Rabu, 31 Mei 2017 pukul 15.00 WIB
No. Pertanyaan
Oleh Farha Attaqia
Jawaban
Oleh Fahd Pahdepie
1. “Dari rilis atau terbitnya novel
sampai sekarang sudah berapa
eksemplar yang terjual?”
“Saya gak tau persisnya berapa, kalau
cetakan sudah cetakan keenam atau
ketujuh. Jadi sekitar 40 ribu atau 50
ribu.”
2. “Bagaimana pemahaman Mas Fahd
mengenai jodoh? Terus kalau bisa
dikaitkan dengan Al-Qur’an dan
Hadist!”
“Jodoh itu, sebenarnya pemahaman
umum itukan jodoh adalah belahan
jiwa atau soulmate teorinya Socrates.
Tapi sebenarnya kalau saya memahami,
jodoh itu bertemunya emm…
konsekuensi takdir, bertemunnya titik-
titik takdir sampai pada akhirnya
bertemu pada satu titik. Kan kita ini
tidak. Misalnya kan Qia ada di sini dan
saya ada di sini kan bukan peristiwa
kebetulan. Kita di alirkan oleh
sejumlah keputusan yang kita buat
sendiri. Nah itulah takdir. Itulah
keputusan yang kita buat. Takdir
adalah keputusan yang kita buat
terhadap pilihan-pilihan yang tersedia
di depan kita. Takdir itu berasal dari
kata dalam bahasa arab qadara artinya
ukuran. Jadi yang disediakan oleh
Tuhan yang disediakan oleh Allah itu
adalah ukuran-ukurannya saja. Kita
punya kebebasan untuk memilih dan
menentukan apa yang mau kita buat.
Dari beberapa serangkaian pilihan yang
tersedia di depan kita. Nah yang
ditetapkan oleh Allah yang disebut
takdir itu sudah ditetapkan. Yang
ditetapkan itu umum logikanya saja.
Konsekuensi logisnya saja itu sudah
ditetapkan. Kalau orang melemparkan
benda, benda itu akan jatuh karena
hukum gravitasi. Kalau orang berbuat
baik, aka nada kebaikan yang kembali
kepadanya. Kalau orang berbuat jahat
akan ada hukuman setimpal untuknya.
Jadi apa yang kita perbuat itu pasti ada
jodohnya. Pasti ada hal lain yang
diberikan pada kita setimpal dari yang
dilakukan. Jadi kalau kamu ngasih
uang parkir dua ribu, kamu punya uang
lima ribu, kamu kasih lima ribu dan
kamu gak ambil kembaliannya, tiga
ribunya itu sudah jodohnya nanti ada
pasangannya. Jadi ada hak yang akan
terjadi pada kamu setara dengan apa
yang kamu berikan. Nah itulah
sebetulnya takdir. Nah jodoh adalah
peristiwa bertemunya takdir seseorang
dengan orang yang lain. jadi, saya ini
sampai ada di kursi ini sekarang,
karena dialirkan oleh keputusan-
keputusan. Waktu Qia kontak Argo,
terus Argo ngasih tau saya, saya punya
pilihan ya atau tidak. Tapi saya bilang
ya oke. Kemudian setelah oke itu
tersedia pilihan lain kapan. Terus
ditentukan harinya. Tersedia beberapa
pilihan lain setalah harinya ditentukan.
Dipilih pagi misalkan, begitu harinya
tiba, pagi itu saya bertemu juga dengan
orang banyak pilihan. Bertemu juga
harus melakukan A harus meeting B
harus bertemu dengan C dan
seterusnya. Sehingga saya pilih untuk
dipindah aja ke sore. Jadi, sampai pada
titik ini tuh semua ditentukan oleh
keputusan yang dibuat oleh diri saya
sendiri. Sama Qia juga begitu. Nah
pertemuan antara serangkaian
keputusan yang saya buat, takdir yang
saya buat, bertemu dengan takdir yang
kamu putuskan. Nah itulah yang
disebut jodoh. Jadi jodoh itu,
bertemunya keputusan-keputusan yang
kita buat. Apa yang sudah terjadi
disebut nasib. Karena tidak bisa diubah,
sesuatu yang sudah lewat, sesuatu yang
hanya bisa dilihat, dikalkulasi, diukur,
itu jadi nasib. Tapi kalau sesuatu yang
belum terukur, dan ada ukurannya itu
yang namanya takdir. Di Al-Qur’an itu
ada di Surat Al-Insan ayat kedua dan
inna kholaqnal insana min nutfatin
amsya jin nabtaliihi faja’alnaahu
samii’m bashiiran dan ketiga innaa
hadaina hussabiila imam syakiraw wa
immaa kafuuran. Artinya Sungguh,
Kami telah menciptakan manusia
dengan setetes mani yang bercampur
yang Kami hendak mengujinya (dengan
perintah dan larangan), karena itu
Kami jadikan dia mendengar dan
melihat. Sungguh, Kami telah
menunjukkan kepadanya jalan yang
lurus; ada yang bersyukur da nada
pula yang kufur. Artinya sebetulnya
manusia itu diberikan pilihan. Tidak
ditentukan dia akan menjadi orang
yang baik atau menjadi orang yang
tidak baik. Tidak lantas ditentukan gitu
kamu akan jadi orang yang bersyukur
atau kamu akan jadi orang yang kufur
tidak begitu. Tetapi ditentukan oleh apa
yang diputuskan oleh manusia itu
sendiri.”
3. Dari 38 bab, mana sajakah bab
yang lebih banyak menekankan
makna atau pembahasan mengenai
jodoh?
Dari 38 bab, terdapat lima bab yang
lebih banyak saya tekankan makna
jodoh. Yaitu bab ke-29 Berjodoh, bab
ke-30 Penantian, bab ke-32 Pilihan, bab
ke-37 Yang Fana Adalah Waktu, dan
bab ke-38 Awal Cerita Bahagia.
4. “Bagaimana latarbelakang dari
penulisan novel Jodoh ini?”
“Novel Jodoh ini sebenarnya banyak
orang bertanya tentang jodoh. Tapi
salah sangka. Jodohnya dianggap
bahwa jodoh itu sesuatu yang akan
datang pada dia begitu saja atau sesuatu
yang begitu saja sudah dipersiapkan
untuk dia. Itu pemahaman yang
menurut saya salah. Jodoh itu juga
harus diputuskan, harus diupayakan.
Misalnya yaa buku ini untuk
perempuan lah ya. Buku ini segmen
pembacanya perempuan. Banyak
perempuan yang sudah sampai pada
waktunya untuk menikah misalnya
entah itu mahasiswa, atau bahkan
setelah sekolah. Mereka bilang bahwa
“aku lagi nunggu jodoh.” Jodoh itu
ditunggu tidak akan datang. Aku
memantaskan diri misalnya agar
jodohnya pantas. Ya tidak akan datang.
Apakah ketika kamu sekarang misalnya
memantaskan diri terus tiap hari terus
kamu membayangkan jodohnya akan
datang. Keluar dari tempat ini nunggu
angkot tiba-tiba jodoh kamu datang kan
tidak. Jodoh itu keputusan yang kamu
buat. Jadi kamu ada dilingkungan
mana, jadi semua keputusan yang kamu
buat membuat kamu dekat dengan
jodohmu. Susah membayangkan tiba-
tiba kamu sekarang menikah dengan
orang Rusia misalnya, tanpa kamu
punya persinggungan apapun dengan
Rusia. Tapi kalau kamu pernah
pertukaran pelajar ke Rusia atau punya
teman yang pernah tinggal di Rusia
atau punya ketertarikan pada bahasa
Rusia dan menulis mungkin kamu akan
punya jodoh orang Rusia. Berarti kan
harus ada yang berhubungan dulu
dengan itu. Pasti ada sebab akibat yang
membuat terhubungnya dia dan dia.
Dan beitulah sebenarnya. Jadi kalau di
novel itu diceritakan dari kecil sampai
besar ketemu dengan seseorang pada
akhirnya gak menikah sama dia. Pada
akhirnya menikah dengan orang lain
juga tersebab oleh keputusan dia jatuh
cinta secara panjang dengan orang lain.
Terus tiba-tiba nikah dengan orang
lain, ya bukan tiba-tiba ya kan ada
sebabnya. Jatuh cinta secara panjang,
tidak bisa dilanjutkan karena satu dan
lain hal yang perempuannya meninggal
misalnya sehingga dia punya,
memutuskan hal lain untuk menikah
dengan pada akhirnya di babak terakhit
itu. Ternyata istrinya orang lain tuh
bukan tiba-tiba sebenarnya. Tapi ya
karena bab yang panjang itulah
akhirnya dia menjadi seperti itu.”
5. “Tujuan besar dibuatnya novel ini?
Seperti yang saya baca novel
Rumah Tangga (Karya Mas Fahd
sebelumnya) seperti cerita Mas dan
istri. Kalau novel ini apakah ada
pengalaman sedikit terus kemiripan
ceritanya atau bagaimana?”
“Ya sebenarnya tiap buku yang ditulis
itu pasti ada sisi pengarangnya yang
masuk ke situ ya. Gak tau seberapa,
susah untuk ditentukan seberapa persen
dia kisah nyata. Tapi seengga kisah
nyata sekalipun pasti ada sisi
pengarangnya lah yang ada di situ.
Pasti taste nya terus cara jatuh
cintanya, cara sedihnya, itu ya dunia
pengarang. Jadi ya pasti berasal dari
pengalaman pribadi. Cuma ya Jodoh
(novelnya) adalah kisah fiksi. Dia
cerita fiksi aja. Mungkin ada beberapa
bagian yang berasal dari pengalaman
saya pribadi. Tapi secara keseluruhan
ia fiksi.”
6. “Bagaimana Mas melihat
fenomena pemahaman masyarakat
saat ini tentang jodoh yang Mas
lihat?”
“Ya itu tadi. Pemahaman masyarakat
pada umumnya adalah, anak muda
pada umumnya jodoh itu sesuatu yang
dipasangkan begitu saja dengan dia
gitu. Padahal bukan begitu. Memang ya
dipasangkan tetapi kenapa bisa
berpasangan tuh pasti ada satu dan lain
hal. Gak ada misalnya dulu manusia itu
diciptakan dengan, kan cinta platonic
mangatakan dulu manusia diciptakan
dengan dua kepala, dua pasang tangan,
dua tubuh, dan dua pasang kaki tetapi
Cuma punya satu hati. Ya tidak begitu.
Manusia ya manusia aja. Dengan
latarbelakang kehidupannya sendiri,
sejarah keluarganya sendiri, masa
lalunya sendiri, pada akhirnya
berpasangan dengan seseorang yang
lain,itu karena ada sesuatu yang
membuat mereka bertemu. Apakah
sesuatu itu saling melengkapi?
Mungkin iya, tapi mungkin juga tidak.
Mungkin mereka berpasangan karena
preferensi satu sama lain saja.
Pemahaman masyarakat begini, jodoh
itu bisa ditunggu, jodoh itu pasti
datang, ya tidak. Harus ada preferensi
dalam menentukan jodoh. Jadi harus
ditentukan dulu maunya yang kayak
gimana. Makanya dalam ajaran agama
dalam tradisi tuh jodoh itu ada ukuran-
ukurannya juga. Misalnya agama
mengatakan yang paling bagus paling
tidak imannya. Oh jodoh itu
keturunannya bagus, referensi kedua
setelah agama, dan seterusnya.bahkan
pacaran pun karena preferensi, karena
keputusan yang dibuat. Meskipun
sengawur apapun pokoknya dapat
pacar aja, itu juga keputusan. Tidak ada
yang bukan keputusan.”
7. “Apa yang Mas harapkan kepada
pembaca di luar sana yang sudah
membaca novel Jodoh ini?”
“Ya harapannya, lebih memahami ya
ini sebagai bacaan saja. Alternatif
untuk memahami jodoh dari sudut
pandang yang berbedalah, sudut
pandang yang baru. Ya yang lainnya
bacaan aja, cerita aja. Bahwa ada loh
kisah cinta yang begini. Kan di situ
nuansanya agak berbeda dari
kebanyakan kisah pesantren ya kisah
cinta yang pesantren tetapi manusiawi.
Kan selama ini kisah cinta pesantren
digambarkan laki-laki dan perempuan
itu tidak mau bertemu, kalau ketemu
jaim, tidak kok. Pesantren juga sama
kalau ketemu ya ada deg-degan ada
ketertarikannya.”
Ciputat, 31 Mei 2017
(Fahd Pahdepie)
2. Foto saat wawancara dengan Fahd Pahdepie di Inspirasi.co, Jalan R.E Martadinata
No.19 Ciputat Tangerang Selatan. Rabu, 31 Mei 2017 pukul 15.00 WIB.
3. Screenshoot permohonan izin penelitian dan wawancara dengan Mas Argo selaku
Manajer Mas Fahd.
4. Transkip wawancara via email dengan Fahd Pahdepie hari kamis tanggal 16
November 2017
Pendahuluan: Dalam penelitian ini, terdapat 5 bab/chapter yang difokuskan yaitu
chapter ke-29 yang berjudul Berjodoh, chapter ke 30 yang berjudul Penantian,
chapter ke 32 yang berjudul Pilihan, chapter ke 37 yang berjudul Yang Fana Adalah
Waktu, dan chapter ke 38 yang berjudul Awal Cerita Bahagia.
No. Pertanyaan oleh
Farha Attaqia
Jawaban
Fahd Pahdepie
1. Apa tema dari chapter ke 29 yang
berjudul Berjodoh?
Dalam chapter ini, mereka
melakukan sebuah pembicaran
perihal apa itu jodoh dan apakah
mereka berjodoh.
2. Apa tema dari chapter ke 30 yang
berjudul Penantian?
Cerita mengenai perempuan yang
sedang menunggu jodoh tanpa ia tahu
siapa yang ia tunggu. Ada pelajaran
yang bisa diambil dari cerita tersebut
bahwa jodoh haruslah ditemukan,
bukan hanya ditunggu.
3. Apa tema dari chapter ke 32 yang
berjudul Pilihan?
Cerita atau kisah seorang laki-laki
yang bertemu dengan seseorang
namun selalu ragu dan menimbulkan
pertanyaan. Ada juga perempuan
yang dengan ceritanya sendiri
menunggu jodohnya.
4. Apa tema dari chapter ke 37 yang
berjudul Yang Fana Adalah
Waktu?
Bahwa setiap pertemuan pasti ada
perpisahan. Manusia bisa berencana,
tetap hasilnya Allah yang
menentukan.
5. Apa tema dari chapter ke 38 yang
berjudul Awal Cerita Bahagia?
Jodoh bukan hanya tentang seseorang
yang kita nikahi, tapi juga bagaimana
proses sampai akhirnya kita bisa
menikah dengan jodoh kita sekarang.
Bisa dilihat pada keyakinan yang ada
di dalam diri sena pada bab tersebut.
Pendahuluan: Dalam penelitian saya, saya diharuskan meniliti bagaimana kognisi
dari penulis dalam menulis novel Jodoh ini.
No. Pertanyaan oleh
Farha Attaqia
Jawaban
Fahd Pahdepie
1. Bagaimana Mas Fahd
melihat/mengaitkan suatu
hal/peristiwa yang akhirnya
melatarbelakangi pendapat Mas
Fahd mengenai Jodoh dalam novel
ini?
Saya hanya melihat bahwa banyak
orang diluar sana, banyak juga
disekitar kehidupan saya yang
menghabiskan hidupnya hanya
dengan menunggu jodohnya datang.
Pasrah terhadap keadaan dan situasi
dirinya. Ketika mereka akhirnya
bertemu dengan jodohnya, mereka
bilang kalau jodohnya datang begitu
aja tanpa melihat bahwa ada
keputusan-keputusan dalam hidupnya
yang membuat dia akhirnya bertemu
dengan jodohnya. Jadi ya gak tiba-
tiba dia bertemu dengan jodohnya.
2. Apakah dalam penulisan novel ini,
Mas Fahd memasukkan
pandangan/budaya (ttg jodoh)
yang terdapat pada daerah asal
Mas Fahd yaitu budaya sunda?
Jika iya, pada bagian mana saja?
Jika tidak, adakah budaya lain
yang terdapat dalam novel ini?
Ya walaupun saya berasal dari
budaya sunda, dan latar cerota ini
juga di tanah sunda, saya tidak
memasukkan unsur budaya pada
novel ini perihal jodoh. Ini lebih
cerita masyarakat pada umumnya dan
pada zaman sekarang. Yang terjadi
dimasyarakat biasa aja. Tidak ada
budaya perihal jodoh ini. Agar bisa
ditemia oleh masyarakat umum.
Mengetahui,
(Fahd Pahdepie)