analisis transmisi kebijakan moneter (credit channeling) terhadap posisi kredit investasi di...

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi yang diperkenalkan di Indonesia kurang lebih satu dasawarsa silam, dapat disebut sebagai titik tolak perubahan Bangsa Indonesia secara sturktural dan konseptual di segala lini. Sektor ekonomi, dalam hal ini yang merupakan bagian yang terintegrasi pada sistem kenegaraan bersama-sama dengan sektor politik, social, dan budaya, juga membangun perbaikan-perbaikan secara gradual dengan satu tujuan tunggal, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Badai krisis yang menghantam perekonomian Indonesia pun secara tidak langsung telah mendorong 1

Upload: contoh-makalah-skripsi-dan-tesis

Post on 28-Jul-2015

360 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6Baca selengkapnya di http://www.contohmakalah77.com

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era reformasi yang diperkenalkan di Indonesia kurang lebih satu

dasawarsa silam, dapat disebut sebagai titik tolak perubahan Bangsa Indonesia

secara sturktural dan konseptual di segala lini. Sektor ekonomi, dalam hal ini yang

merupakan bagian yang terintegrasi pada sistem kenegaraan bersama-sama

dengan sektor politik, social, dan budaya, juga membangun perbaikan-perbaikan

secara gradual dengan satu tujuan tunggal, yaitu keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Badai krisis yang menghantam perekonomian Indonesia pun secara tidak

langsung telah mendorong peramuan berbagai formulasi kebijakan dalam bidang

ekonomi. Diawali dari perubahan kebijakan nilai tukar tetap kepada sistem nilai

tukar mengambang pada tahun 1997, kemudian diikuti dengan kebijakan inflation

targeting yang mulai diperkenalkan pada tahun 2000,1 sampai upaya untuk

mendongkrak pertumbuhan sektor riil yang isunya kini telah marak berkembang

dikalangan para praktisi, akademisi, bahkan masyarakat luas sekalipun. Adalah

1 dengan menggunakan metode quantity-based approach lalu pada pertengahan tahun 2005 menggunakan metode price-based approach

1

Page 2: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Sumber: data statistik BI, setelah diolah

Bab I Pendahuluan 2

benar jika pada dasarnya pertumbuhan ekonomi sebuah negara lebih didominasi

oleh sektor konsumsi sebagai motor penggeraknya, namun tidak lantas investasi

menjadi faktor yang dapat diabaikan.

Grafik 1.1

Proporsi Investasi dan Konsumsi Dalam GDP

Mar-01

Sep.

Mar-02

Sep.

Mar-03

Sep.

Mar-04

Sep.

Mar-05

Sep.

Mar-06

Sep.

Mar-07

Sep.

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

investasi konsumsi

Grafik 1.1 diatas menjelaskan betapa proporsi GDP selama rentang waktu

2001-2007 selalu didominasi oleh konsumsi masyarakat, hal ini dapat dilihat

melalui sumbangsihnya pada GDP yang selalu diatas 60% atau dengan rata-rata

sebesar 72%, sedangkan dari sisi investasi hanya mampu berkontribusi rata- rata

sebesar 20% tiap kuartalnya. Meskipun sumbangan investasi ini dapat dibilang

Page 3: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 3

masih relatif kecil, namun investasi tetap memiliki peranan penting di dalam

permintaan agregat.

Alasan pertama, biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila

dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat

menyebabkan resesi dan boom. Oleh karena itu para ahli ekonomi sangat tertarik

untuk menganalisanya, terutama dalam kaitannya dengan kebijakan stabilisasi

untuk mengatasi akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi (Nopirin: 1993).

Kedua, Harapan yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan pemberdayaan

pengeluaran investasi nantinya ialah akan memberikan kontribusi yang signifikan

dalam pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai media penyerap tenaga kerja

untuk kemudian menjadi pemecah masalah pengangguran yang terus menghantui

perekonomian Indonesia.

Menyadari hal tersebut BI selaku pemegang otoritas moneter bersama-

sama dengan pemerintah mencoba menjalankan tugas dan fungsinya dalam

mengontrol tingkat pertumbuhan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat suku

bunga domestik secara simultan untuk membangun pertumbuhan investasi sektor

riil di Indonesia.

Page 4: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Sumber: data statistik BI, setelah diolah

Bab I Pendahuluan 4

Grafik 1.2

Posisi Kredit Konsumsi, Modal Kerja, dan Investasi

2004 2005 2006 20070

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

Kredit Investasi (miliar Rp / tahun)Kredit Modal Kerja (miliar Rp / tahun)Kredit Konsumsi (mliar Rp / tahun)

Grafik 1.3 diatas menunjukkan bahwa kredit konsumsi masih

mendominasi proporsi pengucuran kredit perbankan umum kepada masyarakat.

Hal ini wajar, mengingat sifat dari kredit konsumsi yang rendah resiko. Posisi

tertinggi kedua ditempati oleh kredit modal kerja, yang pada dasarnya juga serupa

dengan kredit konsumsi, yaitu bersifat jangka pendek dan rendah akan resiko,

namun berbeda halnya dengan kredit investasi dimana kredit investasi merupakan

kredit jangka panjang yang lebih tinggi dalam hal resiko pengembalian kredit.

Sehingga terkesan bahwa perbankan selama ini cenderung untuk bermain aman.

Sejalan dengan hal tersebut, BI selaku pemegang otoritas tertinggi dalam

Page 5: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Sumber: data statistik BI, setelah diolah

Bab I Pendahuluan 5

bidang moneter telah mengeluarkan empat belas kebijakan2 yang mengarah pada

optimalisasi fungsi intermediasi perbankan sebagai langkah kongkrit konstruktif

untuk mendorong perkembangan sektor riil. Pemerintah bukan tidak pernah

berupaya untuk menumbuhkembangkan sektor riil, namun kebijakan yang

diberlakukan oleh pemerintah pada masa lampau masih belum terasa maksimal.

Manajemen yang kurang baik dari perbankan ditambah lagi isu korupsi yang

sangat sarat pada masa orde baru, akhirnya mampu mementahkan rumusan

kebijakan yang dibangun oleh pemerintah pada saat itu.

Grafik 1.3

Perbandingan Suku Bunga SBI 1 Bulan

dan Suku Bunga Kredit Bank Umum

Jan-04 jun

nop apr

sep feb juldes mei

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.0018.00

Suku bunga SBI 1 bulananSuku bunga kredit bank umum

Jika kita melihat Grafik 1.3 diatas yang mengkomparasikan tingkat suku

bunga SBI 1 bulanan dengan tingkat suku bunga kredit bank umum maka dapat

disimpulkan bahwa sebelum oktober 2005 pergerakan tingkat suku bunga kredit

2 Kebijakan ini kemudian dikenal dengan terminologi pakto 2006

Page 6: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 6

bank umum berlawanan arah dengan pergerakan tingkat suku bunga SBI 1

bulanan, yang artinya ketika terjadi peningkatan pada tingkat suku bunga SBI 1

bulanan tidak direspon positif oleh tingkat suku bunga kredit bank umum,

begitupun sebaliknya. Namun setelah memasuki kuartal pertama tahun 2006,

pergerakan dari kedua tingkat suku bunga tersebut mulai searah, dan ini menjadi

pemicu bagi Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat suku bunga SBI 1 bulanan

dengan harapan tingkat suku bunga kredit bank umum juga akan turun yang tidak

lain tujuan akhirnya ialah untuk mengoptimalisasi fungsi intermediasi perbankan.

Dengan mengacu pada latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

menyajikan menyajikan skripsi yang berjudul :

“Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Kredit dan

Posisi Kredit Investasi Domestik di Indonesia Periode 2001:1-2007:6”

1.2 Identifikasi Masalah

Sektor riil tidak akan bergerak menuju kearah pertumbuhan yang

signifikan sejauh investasi bisnis tidak memperoleh dukungan dari pihak pemberi

pinjaman, yang dalam hal ini ialah perbankan. Dan dapat dikatakan bahwa

pinjaman yang diberikan oleh perbankan dapat berbentuk kredit investasi.

Permasalahan selanjutnya yang mendasar ialah sejauh mana investor

bisnis akan merespon pergerakan yang terjadi pada tingkat suku bunga yang

berangkat dari pasar uang dan diawali oleh pergerakkan BI rate. Dari pemaparan

diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan pada hal-hal sebagai berikut:

Page 7: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 7

1. Apa yang mempengaruhi pergerakan loan supply dan loan demand

dalam jangka panjang?

2. Apakah transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit berjalan pada

rentang waktu tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam rangka membangun sebuah negara yang besar maka dibutuhkan

sikap proaktif dari masyarakat sebagai elemen inti di dalamnya. Berangkat dari

hal tersebut, penulis sebagai seorang mahasiswa yang berafiliasi dalam bidang

ekonomi akan menghadirkan tulisan ini sebagai wacana bersama yang sekaligus

menjadi suplemen bagi wawasan kita terutama dalam bidang moneter. Tujuan dari

tulisan ini nantinya akan melihat:

1. Faktor yang mempengaruhi penurunan loan supply dan loan demand

dalam jangka panjang.

2. Bukti berjalannya transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit

dalam periode 2001:1-2007:6

Page 8: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 8

1.4 Kegunaan Penelititan

Bagi akademisi dan pemerintah diharapkan mengetahui efektifitas

kebijakan moneter melalui jalur kredit dalam usaha untuk membangun kemajuan

sektor riil, disamping itu, para praktisi khususnya dari sisi investor usaha kecil

menengah dapat melihat bahwa BI berupaya optimal untuk mendorong perbankan

umum secara gradual menambah volume kucuran kredit bagi usaha kecil

menengah.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Transmisi

Dinamika dari variabel-varibel moneter seperti inflasi, tingkat suku bunga,

GDP, dan yang lainnya pada kenyataannya telah mendorong pemegang otoritas

moneter –yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia- dalam mengeluarkan

kebijakan moneter untuk kemudian diterapkan.

Namun permasalahannya tidak berhenti sampai disitu. Hal yang harus

diperhatikan dalam menerapkan kebijakan moneter tersebut ialah seberapa akurat

kebijakan tersebut terkait dengan masalah waktu dan dampak yang akan terjadi.

Untuk itu BI harus memahami mekanisme jalur dari kebijakan moneter terhadap

ekonomi.

Page 9: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 9

Pada dasarnya ada dua tipe kerangka berpikir untuk memahami fakta di

lapangan mengenai dinamika dan fluktuasi dari variable-variabel moneter

(Mishkin: 2001):

1. Structural Model Evidence

Structural model evidence adalah kerangka berpikir dalam memahami

fakta pergerakan variabel moneter dalam perekonomian yang diperkenalkan oleh

pendukung aliran Keynesian. Dimana titik tekan dari kerangka berpikir ini ialah

adanya mekanisme transmisi kebijakan moneter yang terstruktur mulai dari

pergerakan variabel independent kemudian diestafetkan melalui variabel mediasi

hingga mencapai tujuan akhir yang ingin dicapai. Secara bagan dapat

digambarkan sebagai berikut:

M Y

Contoh kasus diatas menerangkan bagaimana jumlah uang beredar

diharapkan mampu mempengaruhi tingkat GDP melalui dua variabel perantara

yaitu tingkat suku bunga riil dan tingkat investasi sektor riil.

2. Reduced Form Evidence

Kaum Monetaris adalah kelompok yang sangat memberi apresiasi pada

peranan uang sebagai stimulator dalam aktivitas perekonomian. Terkait dengan

hal tersebut, kelompok Monetaris lebih cenderung melihat korelasi antara

i I

Page 10: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 10

pergerakan sebuah variabel terhadap variabel lainnya sebagai sebuah kerangka

berpikir dalam memahami fenomena dinamika yang terjadi. Secara bagan dapat

digambarkan sebagai berikut:

M Y

Bagan diatas menerangkan bahwa adanya korelasi antara jumlah uang

beredar dan tingkat pertumbuhan ekonomi telah membawa kaum Monetaris pada

satu kesimpulan bulat bahwa ada korelasi positif antar dua variabel tersebut tanpa

harus melihat mekanisme intermediasi secara terstruktur, karena menurut kaum

Monetaris struktur yang dipaparkan oleh kaum Keynesian membuka peluang

untuk terjadinya kesalahan analisis.

1.5.2 Jenis Transmisi Kebijakan Moneter

Frederic S. Mishkin (2001) membagi transmisi kebijakan moneter menjadi

tiga bagian besar, yaitu:

1. Jalur suku bunga tradisional

Secara sketmatis transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga

tradisional dapat digambarkan sebagai berikut:

M ir I Y

Mekanisme tersebut menjelaskan bahwa pertumbuhan jumlah uang yang

meningkat akan membuat tingkat suku bunga riil menjadi turun, dan turunnya

tingkat suku bunga riil ini akan direspon oleh tingginya tingkat permintaan uang

untuk investasi sektor riil yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi secara agregat.

?

Page 11: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 11

2. Jalur harga aset

Transmisi kebijkan moneter melalui jalur harga aset adalah sebuah

perbaikan yang dikeluarkan oleh kaum Monetaris kepada kaum Keynesian dengan

penjelasan bahwa suku bunga yang digunakan pada transmisi moneter tidaklah

sama sebagaiamana yang tercantum dalam transmisi jalur suku bunga tradisional,

transmisi jalur harga aset menaruh perhatian bukan hanya pada tingkat suku bunga

obligasi, tetapi juga valas dan saham. Lebih jauh lagi, transmisi jalur harga aset

memiliki tiga derivatif jalur lagi, yaitu:

Jalur efek nilai tukar pada net ekspor;

Jalur teori q Tobin, dan;

Jalur kesejahteraan melalui ekspektasi harga.

3. Jalur kredit

Teori transmisi jalur kredit ialah bermula dari ketidakpuasan pada teori

konvensional klasik yang menjelaskan bahwa efek dari suku bunga dapat

menjelaskan pengaruh kebijakan moneter terhadap aktivitas ekonomi pada sektor

riil. Secara garis besar teori jalur kredit dibagi menjadi dua, yaitu: Balance Sheet

Channel dan Bank Lending Channel.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Data

Dalam membangun sebuah wacana empiris, penulis didukung oleh data

sekunder yang diperoleh dari internet, buku, dan sumber kepustakaan lainnya

Page 12: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 12

yang terkait dengan pembahasan. Variabel yang nantinya akan masuk kedalam

model adalah sebagai berikut;

Loan = Posisi pinjaman atau kredit investasi nominal seluruh bank umum

Equity = Permodalan nominal bank umum

rL = Suku bunga pinjaman bank umum

rM = SBI 1 bulanan

PGDP = Nilai pembentukan modal tetap bruto nominal + nilai konsumsi nominal

(private GDP).

1.6.2 Spesifikasi Model

Dalam melakukan perumusan secara kuantitatif, penulis membagi menjadi

tiga sesi. Sesi pertama ialah mengadopsi fungsi penawaran dan permintaan kredit,

sesi yang kedua ialah melihat kointegrasi dari penawaran dan permintaan kredit,

dan sesi yang ketiga ialah melihat signifikansi dari tiap-tiap variabel.

1.6.2.1 Derivasi Loan Supply

Pasar keuangan pada dasarnya memiliki struktur dasar yang sama dengan

pasar barang dan jasa dimana penawaran dan permintaan merupakan bagian yang

terintegrasi dalam sistem tersebut. Perbankan umum yang merupakan pelaku

dalam pasar keuangan dalam melakukan penawaran kredit tentu harus meletakkan

dasar perhitungannya pada analisis cost dan benefit. Sehingga ringkasnya fungsi

Page 13: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 13

penawaran kredit oleh perbankan umum adalah fungsi dari suku bunga kredit

yang merupakan benefit bagi perbankan, sedangkan fungsi cost dalam hal ini

direpresentasikan dengan suku bunga SBI, sementara faktor lain yang

mempengaruhi fungsi penawaran kredit ialah struktur keuangan internal

perbankan yang penelititan ini direpresentasikan oleh equity perbankan umum3.

Secara matematis persamaan penawaran kredit oleh perbankan umum

dapat ditulis sebagai berikut;.

Lt=α 1r L−α2 r M+α3 Z+ut

Dimana:

Lt = Posisi penawaran kredit investasi

rL = rata-rata tingkat suku bunga kredit investasi domestik

rM = tingkat suku bunga SBI

Z = struktur keuangan internal perbankan umum (equity).

ut = random error.

1.6.2.2 Derivasi Loan Demand

Permintaan akan kredit pada dasarnya merupakan analogi dari permintaan

uang, dan dalam teori permintaan uang, keynes telah menjelaskan melalui teori

3 Lihat Hülsewig (2003).

Page 14: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 14

liqudity preference bahwa fungsi permintaan akan uang sangat dipengaruhi tidak

hanya oleh tingkat pendapatan melainkan tingkat suku bunga, Md = f(r,Y).

Dengan mengacu pada teori tersebut maka persamaan permintaan kredit

investasi bagi investor ialah sebagai berikut:

Lt=β1 PGDP−β2 rtL+ut

Dimana:

Lt = posisi permintaan kredit investasi

PGDP = private GDP (konsumsi + pembentukan modal tetap

bruto)

rL = rata-rata tingkat suku bunga bunga kredit investasi domestik

ut = random error.

Dengan memperhatikan siklus bisnis, maka asumsi yang dibangun ialah

bahwa nilai pembentukan modal tetap adalah proksi bagi net worth agregat bagi

investor.4 Signifikansi variabel private GDP (PGDP) menjadi faktor penentu

apakah kebijakan moneter melalui jalur balance sheet berjalan dengan baik pada

periode sampel.

4 Ibid.

Page 15: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 15

1.6.3 Uji Statistic

1.6.3.1 Uji Stsioneritas

Sebuah persamaan yang menggunakan data time series haruslah

memenuhi asumsi bahwa data tersebut stasioner. Yang dimaksud dengan stasioner

ialah nilai rata-rata, varian, dan kovarian relatif sama pada periode kapanpun.

Pengujian stasioneritas dapat menggunakan metode Augmented Dickey-Fuller

Test. Dengan demikian;

∆ X=α 1 X t−1+ε ¿

∆ X=α 0+α 1 X t−1+ε ( intercept )

∆ X=α 0+α 1 X t−1+α 2t+ε ( intercept∧trend )

H0 : Data tersebut tidak stasioner

H1 : Data tersebut stasioner

Kriteria uji:

Jika P-value ADF > α, maka H0 tidak ditolak, artinya data tersebut tidak

stasioner

Jika P-value ADF < α, maka H0 ditolak, artinya data tersebut stasioner.

Page 16: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 16

1.6.3.2 Uji Kelayakan Lag

Uji kelayakan lag bermaksud melihat berapa panjang lag yang tepat yang

akan dimasukkan kedalam model persamaan VECM. Uji kelayakan model dapat

menggunakan Akaike Information Criterion (AIC).

Pada umumnya dalam penentuan lag tidak ada teori yang menjelskannya ,

namun demikian penentuannya ialah dengan melihat beberapa kriteria baku

seperti nilai Akaike Information Criterion (AIC), Schwartz Criterion (SC), dan

lainnya (Gujarati: 2003). Mekanismenya ialah dengan try and error dimulai dari

lag yag tertinggi ke yang rendah.

Setelah kita menentukan panjang lag yang tepat untuk model regresi linier

dengan mengacu pada nilai AIC yang terendah, maka diperlukan uji LM untuk

mengetahui apakah model tersebut sudah bebas dari masalah autokorelasi.

Dengan hipotesis:

H0 : Tidak ada masalah autokorelasi pada lag ke-h

H1 : Ada masalah autokorelasi pada lag ke-h

Kriteria Uji:

Jika LM-stat > χ2, maka H0 ditolak

Jika LM-stat < χ2, maka H0 tidak ditolak.

Page 17: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 17

1.6.3.3 Uji Kointegrasi Johansen

Kombinasi dari dua seri yang tidak stasioner, akan bergerak ke arah yang

sama menuju keseimbangan jangka panjangnya dan diferensiasi diantara kedua

seri tersebut akan konstan. Jika demikian halnya, seri Ini dikatakan saling

berkointegrasi. Uji kointegrasi dapat menggunakan dua metode, yaitu:

1. Metode Engle-Granger

2. Metode Johansen.

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan uji kointegrasi Johansen

pasalnya dengan uji tersebut kita akan dapat melihat jumlah persamaan yang

terkointegrasi. Dengan hipotesis:

H0 : Rank = a

H1 : Rank ≠ a

Dimana;

a= jumlah persamaan linier yang terkointegrasi.

Kriteria uji:

Max-Eigen statistik > nilai kritis, H0 ditolak.

Max-Eigen ≤ nilai kritis, H0 tidak ditolak.

Page 18: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 18

1.6.3.4 Uji t Statistik

Uji t-stat merupakan uji statistik parsial dengan menggunakan pendekatan

signifikansi untuk hasil penghitungan berdasarkan sampel, tujuannya untuk

membuktikan benar tidaknya suatu hipotesis null. Uji ini memiliki beberapa

ketentuan yaitu:

H0 : Tidak ada pengaruh parsial antara variabel bebas dengan variabel

terikat

H1 : Ada pengaruh parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Hipotesis null tersebut ditolak atau tidak ditolak, keputusannya

berdasarkan perkiraan yang diperoleh dari data empiris atau dari data hasil

observasi sampel. Untuk menguji hipotesis secara individu, digunakan nilai

probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu.

Tabel 1.1

Kesimpulan Pengujian t-Statistik

Tipe hipotesis Ho H1 Kriteria Keterangan

Satu arah (kanan) β ≤ 0 β > 0 t-stat > t-tabel H0 ditolak

Satu arah (kiri) β ≥ 0 β < 0 t-stat < t tabel H0 ditolak

Dua arah β = 0 β ≠ 0 -t-stat < t-tabel < t-stat H0 diterima

Page 19: ANALISIS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER  (CREDIT CHANNELING) TERHADAP POSISI KREDIT INVESTASI DI INDONESIA PERIODE 2001:1-2007:6

Bab I Pendahuluan 19