analisis studi kasus pajak pertambahan nilai untuk …
TRANSCRIPT
1
ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK
USAHA JASA KONSTRUKSI PADA PT. DAMAN VARIA KARYA
Oleh:
Rachmat Kurnia Akbar
Dosen Pembimbing: Mohamad Khoiru Rusydi , SE., M.Ak., Ak
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan PPN serta strategi tax planning yang
dilakukan oleh PT. Daman Varia Karya. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kualitatif dengan
metode pengumpulan data kombinasi antara field research dan library research. Sedangkan teknik analisis data
dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu
Data Reduction, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verification. Kemudian validitas data yang digunakan
adalah triangulasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya tax planning berupa penundaan
pembayaran pajak pada PT Daman bertujuan untuk mengatur arus keuangan perusahaan. Dengan menunda
kewajiban pembayaran pajak dalam hal ini PPN kurang bayar, maka PT. Daman menghemat nominal pajak
terutang untuk masa pajak Januari sebanyak Rp. 8.225.347,. Sedangkan strategi menghindari pelanggaran atas
peraturan perpajakan sebagai upaya preventif untuk menghindari adanya pengeluaran lebih yang tidak
diinginkan perusahaan dalam bentuk denda administrasi, dimana sebagaimana telah dijelaskan bahwa PT Daman
telah melakukan pelanggaran peraturan perpajakan yang menyebabkannya dikenakan sanksi berupa denda
sebesar Rp. 352.131.833.
Kata Kunci : Usaha Jasa Konstruksi, Tax Planning
ABSTRACT
This research aims to determine the VAT implementation and the tax planning strategy of PT. Daman Varia
Karya. This research applies qualitative descriptive analysis using a combination of data collection methods:
field and library research. The data are analyzed through Data Reduction, Data Display, and Conclusion
Drawing/Verification by Miles and Huberman, and validated by data triangulation. The research results reveal
that tax (VAT) payment postponement in the tax planning aims to regulate the company's financial flows. In
fact, the underpaid VAT allow PT. Daman Varia Karya to save its tax payable for the January tax period for Rp.
8,225,347. A strategy to avoid violation toward tax regulation is taken as a preventive measure to minimize
unexpected expenses in the form of administrative fines as once experienced by PT Daman Varia Karya where
the company had to spend Rp. 352.131.833.
Keywords: Construction Services Business, Tax planning
2
PENDAHULUAN
Pada umumnya, perencanaan pajak
(tax planning) merujuk kepada proses
merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak
agar utang pajak berada dalam jumlah yang
minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan
perpajakan (Aviantara & Asociates: 2016).
Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat
diartikan sebagai perencanaan pemenuhan
kewajiban perpajakan secara lengkap, benar,
dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal
menghindari pemborosan sumber daya
(Ompusunggu: 2011). Perencanaan pajak
sendiri pada umumnya selalu dimulai dengan
meyakinkan apakah suatu transaksi atau
kejadian mempunyai dampak perpajakan.
Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak
pajak, apakah dampak tersebut dapat
diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi
jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah
pembayaran pajak tersebut dapat ditunda. Pada
dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi
syarat-syarat berikut: (1) tidak melanggar
ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis dapat
diterima, dan (3) bukti-bukti pendukungnya
memadai (Suandy: 2011).
Tujuan tax planning sendiri bukanlah
untuk menghindari pembayaran pajak, tetapi
merancang atau mengatur agar pajak yang
dibayarkan tidak lebih dari yang seharusnya
(Suandy: 2011). Sehingga dapat kita ketahui
tujuan pokok tax planning adalah untuk
mengurangi jumlah atau total pajak yang harus
di bayarkan oleh wajib pajak yang merupakan
tindakan legal karena penghematan pajak hanya
dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang
diatur oleh undang-undang sehingga menjadi
langkah yang tepat dalam mengefisiensi
pembayaran beban pajak (Suandy: 2011).
Salah satu contoh dari perencanaan pajak
yang digunakan oleh perusahaan adalah
perencanaan pajak untuk meminimalkan
besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
terutang. Suatu perusahaan dapat melakukan tax
planning (perencanaan pajak) dengan cara
antara lain, yaitu memaksimalkan pajak
masukan yang dapat dikreditkan, memperoleh
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak
(JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan
menunda pembuatan faktur pajak atas penjualan
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak
(JKP) yang pembayarannya belum diterima,
selambat-lambatnya akhir bulan setelah masa
pajak berakhir (Merantek dan Budiarso, 2016).
Jasa konstruksi adalah layanan jasa
konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
dan layanan jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi (BPJS Ketenagakerjaan:
2017). Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan
atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan
masing-masing beserta kelengkapannya, untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik
lain (UU No. 2 Tahun 2011 Tentang Jasa
Konstruksi). Pengenaan pajak pertambahan
nilai atas usaha Jasa Konstruksi disebutkan
dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 42
Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah. Sedangkan untuk tarifnya
sendiri diatur dalam pasal 7 UU nomor 42
tahun 2009.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu
yang meneliti mengenai perpajakan di bidang
usaha konstruksi. Diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Ariyanto dan Hartanto (2011)
yang berjudul “Penerapan Perencanaan Pajak
Penghasilan Pada FA Trico Paint Factory”.
Penelitian ini menyatakan bahwa TPF masih
belum merencanaan pajak secara tepat. Hal ini
ditunjukkan dengan masih banyaknya koreksi
fiskal positif dan negatif yang dilakukan oleh
perusahaan. Penelitian ini juga menyatakan
bahwa TPF dapat menghasilkan penghematan
PPh Badan rata-rata 10% per tahun.
Selanjutnya, Mgammal dan Ismail (2015)
melakukan penelitian lanjutan untuk meninjau
literatur tentang konsep kegiatan perencanaan
pajak untuk perusahaan. Tinjauan literatur yang
digunakan yaitu tentang peluang perencanaan
pajak karena 'kesenjangan' dalam properti
hukum dan pajak bisnis, dan untuk membahas
bagaimana perencanaan pajak dilakukan dengan
pengukuran dan pendekatan yang berbeda dari
perusahaan ke perusahaan lainnya. Dalam
pengaturan saat ini, dimana beban pajak
menjadi semakin penting dalam komposisi
biaya perusahaan, perencanaan pajak adalah
signifikan alat untuk meningkatkan daya saing.
Namun, sedikit yang diketahui tentang
konsekuensi dan hasil perencanaan pajak
sepenuhnya.
3
Noor et. al. (2010) dalam International
Journal of Trade, melakukan penelitian yang
berupaya menguji efektivitas tarif pajak (ETR)
perusahaan publik Malaysia yang terdaftar di
Bursa Malaysia selama sistem penilaian resmi
dan penilaian mandiri sistem pajak. Penelitian
ini menggunakan data sampel yang
dikumpulkan dari 316 perusahaan dalam
rentang tahun 1993 hingga 2006. Dalam
menentukan dua rezim pajak, Hasil dari
penelitia ini adalah bahwa ETR perusahaan
berada di bawah tarif pajak wajib (STR) di
kedua rezim pajak.
Kemudian Kim et. al. (2018) melakukan
penelitian untuk menyelidiki pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan terkait dengan
perencanaan pajak perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Kim et. al. menggunakan
metode cross
sectional untuk menganalisis data yang
dikumpulkan. Penelitian tersebut menyoroti
bahwa ekspektasi pertumbuhan pada
tingkat ekonomi makro merupakan penentu
penting dari variasi deret waktu dalam
perencanaan pajak perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Chow, Huang, Klassen dan Jeffrey (2017)
yang diterbitkan dalam School of Accountancy
Research Paper Series, Hasil analisis cross-
sectional menunjukkan bahwa kemungkinan
relokasi kantor pusat kurang dipengaruhi oleh
perubahan dalam tarif pajak perusahaan negara
pada kantor pusat ketika (i) bobot faktor tingkat
negara bagian digunakan untuk menentukan
pendapatan yang dapat diatribusikan ke properti
yang disukai negara dan penggajian dan (ii)
perusahaan terlibat dalam perencanaan pajak
untuk mengurangi pendapatan kena pajak.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang
diambil penulis adalah penelitian ini
menjelaskan literatur tentang perencanaan pajak
perusahaan dengan memberikan bukti lebih
lanjut tentang bagaimana kebijakan perpajakan
negara mempengaruhi keputusan perusahaan
nyata yang memiliki konsekuensi ekonomi
yang signifikan bagi negara.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh
Feller dan Deborah (2014) menemukan bahwa
terdapat tiga rintangan berbeda dalam proses
perencanaan pajak, yaitu tersedia (ditentukan
oleh konteks bisnis), diinginkan (diberikan
melalui tujuan pajak perencanaan), dan dapat
diterapkan (ditentukan oleh kekuatan manajer
pajak). Kemudian, Badertscher et. al. (2015)
melakukan penelitian, dimana mereka
mengembangkan ukuran penghindaran pajak
yang tidak sesuai berdasarkan rasio pajak tunai
yang dibayarkan ke total aset yang tertinggal.
Rasio ini tidak termasuk akrual pajak, yang
dapat mendistorsi pengeluaran pajak
perusahaan saat ini tetapi menangkap strategi
pajak yang sesuai dan tidak sesuai. Untuk
menghilangkan dampak dari penghindaran
pajak yang tidak sesuai dari rasio, mereka
melakukan regresi rasio pajak tunai yang
dibayarkan ke total aset yang tertinggal pada
total perbedaan pembukuan pajak.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Vrzina (2018) disebutkan bahwa dari 23
perusahaan non keuangan di Serbia
diperiksa apakah perencanaan pajak
mempengaruhi profitabilitas (diukur dengan
rasio ROA dan ROE) dan nilai pasar (diukur
dengan rasio Q dan M / B Tobin). Dengan
menggunakan regresi OLS dan mengendalikan
beberapa perusahaan spesifik dan ekonomi
makro variabel, penelitian ini menunjukkan
bahwa perencanaan pajak berpengaruh
signifikan dan positif profitabilitas dan tidak
mempengaruhi nilai pasar perusahaan.
Berkaca pada penelitian sebelumnya,
peneliti akan meneliti tentang pelaksanaan PPN
serta tax planning pada sebuah usaha jasa
konstrusi. PT Daman Varia Karya merupakan
salah satu perusahaan konstruksi di Surabaya.
Dalam perusahaan tersebut masalah pajak yaitu
terdapat kekurangan bayar PPN sebesar Rp.
160,059,925,-. Kekurangan pembayaran PPN
tersebut baru diketahui setelah dilakukan
pemeriksaan oleh direktorat pajak. Selanjutnya,
menarik untuk diteliti tentang “ANALISIS
STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI UNTUK USAHA JASA
KONSTRUKSI PADA PT. DAMAN VARIA
KARYA” dengan lebih mendalam, dimana
dengan adanya sanksi administrasi atas
pelanggaran perpajakan menuntut PT Daman
untuk melakukan perubahan atas pelaksanaan
serta perencanaan pajak di perusahaannya untuk
menghindari kasus serupa.
TELAAH PUSTAKA
Pengertian Pajak
Menurut Soemitro (2003) pajak merupakan
iuran wajib bagi seluruh rakyat yang harus
dibayarkan kepada kas negara menurut
ketentuan undang-undang yang belaku sehingga
4
dapat dipaksakan dan tanpa adanya imbal jasa
(kontraprestasi) secara langsung, yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum negara. Oleh karena itu, semua rakyat
yang menurut undang-undang termasuk sebagai
wajib pajak harus membayar pajak sesuai
dengan kewajibannya (Suminarsasi, 2011).
Ciri-ciri yang yang melekat pada pengertian
pajak menurut Waluyo (2010) adalah: 1) Pajak
dipungut berdasarkan undang-undang serta
aturan pelaksanaan yang sifatnya dapat
dipaksakan; 2) Dalam pembayaran pajak tidak
dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah; 3) Pajak dipungut
oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah; 4) Pajak diperuntukkan bagi
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus,
dipergunakan untuk membiayai public
investment dan; 5) Pajak mempunyai tujuan
selain budgetair
Hukum Pajak
Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan
yang mengatur hak dan kewajiban serta
hubungan antara wajib pajak dan pemerintah
selaku pemungut pajak. Menurut Santoso
Brotodihardjo, hukum pajak atau yang juga
dikenal sebagai hukum fiskal merupakan
aturan-aturan yang meliputi wewenang atau hak
pemerintah dalam mengambil kekayaan
seseorang dan memberikannya kembali ke
masyarakat melalui kas negara. Dalam hal ini,
hukum pajak merupakan hukum publik yang
mengatur hubungan orang pribadi atau badan
hukum yang memiliki kewajiban untuk
menunaikan pajak (wajib pajak) dengan negara.
Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan merupakan salah satu jenis
pajak pusat yang objeknya adalah penghasilan
dikenakan terhadap wajib pajak yaitu apabila
syarat subjektif dan syarat objektif sudah
dimiliki oleh WP. Menurut UU No. 36 Tahun
2008, Pengenaan Pajak Penghasilan terhadap
subjek pajak berkenaan dengan penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak
apabila menerima atau memperoleh
penghasilan.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut
berdasarkan Undang-undang Nomor 8 tahun
1983 merupakan pajak yang dikenakan
terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang
timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi
setiap jalur (Rusdji, 2007:95). Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang
dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari
barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen. Dasar hukum utama
yang digunakan untuk penerapan PPN di
Indonesia adalah UU No. 42 Tahun 2009. PPN
merupakan jenis pajak tidak langsung, PPN
tersebut disetor oleh pedagang yang bukan
penanggung pajak (Daud, 2018).
Wajib Pajak
Menurut Yolanda Uli S (2012), dalam
pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak
terdapat satu pihak yang memegang peranan
penting dalam pemenuhan kewajiban
perpajakan, yaitu wajib pajak. Wajib pajak
memegang peranan penting mengingat
pembayaran pajak dan pelaporan objek pajak
yang diperoleh selama satu periode tertentu
yang ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan pajak langsung dilakukan oleh wajib
pajak.
Pemungut/Pemotong Pajak
Masuknya pemungut pajak atau pemotong
pajak sebagai wajib pajak pada dasarnya
merupakan konsekuensi diterapkannya sistem
withholding pada pemungutan pajak di
Indonesia, khususnya pajak pusat. Dengan
demikian pemungut atau pemotong pajak
menjadi wajib pajak karena undang-undang
pajak menentukan keharusan bagi mereka untuk
melakukan pemungutan atau pemotongan pajak
terhadap orang atau badan tertentu. Umumnya
wajib pajak pemungut atau pemotong pajak
diberlakukan pada PPh, PPN, PPnBM, serta
beberapa jenis pajak daerah.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban dan hak perpajakan adalah dua hal
yang saling berhubungan erat dan bersinergi.
Pelaksanaan kewajiban perpajakan hendaknya
seimbang dengan hak perpajakan. Harus
dipaharni bahwa dalarn hukum perpajakan yang
pertama muncul adalah kewajiban perpajakan
yang harus dilaksanakan oleh wajib pajak.
Dalam rangka melaksanakan kewajiban tersebut
munculah hak sebagai jaminan wajib pajak
tidak terganggu oleh siapa pun dalam
memenuhi kewajibannya.
Upaya Hukum Keberatan Pajak
5
Keberatan pajak adalah mekanisme yang
disediakan Ditjen Pajak bagi wajib pajak yang
tidak puas dan tidak sependapat terhadap hasil
pemeriksaan pajak. Biasanya, wajib pajak yang
menempuh upaya hukum melalui pengajuan
keberatan pajak tidak puas dengan penetapan
jumlah rugi, total jumlah pajak, dan jumlah
potongan pajak yang diputuskan petugas
pemeriksa. Terdapat beberapa alasan yang
memicu wajib pajak mengajukan keberatan
pajak pada Ditjen Pajak, diantaranya:
1. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKPLB).
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB).
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Baya
Tambahan (SKPKBT).
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
5. Pemotongan atau pemungutan pajak
oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perpajakan.
Tax Planning
Tax Planning dilakukan oleh Wajib Pajak baik
badan maupun pribadi dalam rangka
meminimalkan pajak yang terutang yang harus
dibayar kepada negara. Secara teoritis, tax
planning dikenal sebagai effective tax planning,
yaitu seorang wajib pajak berusaha mendapat
penghematan pajak (tax saving) melalui
prosedur penghindaran pajak (tax avoidance)
secara sistematis sesuai ketentuan UU
perpajakan (Ompusunggu, 2011:3).
Jasa Konstruksi
Jasa kontruksi adalah layanan jasa konsultasi
perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan
jasa konsultasi pengawasan pekerjaan
konstruksi. Pengguna Jasa adalah orang pribadi
atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang
memerlukan layanan jasa konstruksi. Penyedia
Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk
bentuk usaha tetap, yang kegiatan usahanya
menyediakan layanan jasa konstruksi baik
sebagai perencana konstruksi, pelaksana
konstruksi dan pengawas konstruksi maupun
sub-subnya. Nilai Kontrak Jasa Konstruksi
adalah nilai yang tercantum dalam satu kontrak
jasa konstruksi secara keseluruhan. Atas
penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi
dikenakan Pajak (BPJS Ketenagakerjaan:
2017).
Profil Perusahaan
PT. Daman Variakarya didirikan di surabaya
pada tahun 1992, merupakan badan usaha yang
bergerak dibidang kontraktor, developer dan
pertemanan. Badan usaha ini didukung oleh
tenaga-tenaga ahli yang terampil dan
berkompeten. Sampai dengan saat ini PT
Daman Variakarya telah banyak menyelesaikan
proyek-proyek pembangunan dan
pengembangan di beberapa kota besar baik
dibidang perumahan maupun pembangunan
gedung, lengkap dengan prasarananya. Hal ini
terjadi karena PT Daman Variakarya
mempunyai Visi dan misi yang kuat tentang
perkembangan dunia usaha jasa kontraktor.
Sejalan dengan berkembangnya perekonomian
yang semakin meningkat khususnya di
Surabaya dan sekitarnya, maka berdampak pula
terhadap kebutuhan pembangunan sarana dan
prasarana termasuk perumahan dan fasilitasnya.
PT Daman Variakarya senantiasa ikut
berpartisipasi dalam pembangunan yang
berkualitas dan berwawasan kedepan, tidak
hanya diperkotaan tetapi juga sampai
kepedesaan sehingga seluruh lapisan
masyarakat dapat ikut merasakan adanya
peningkatan kemajuan pembangunan. PT
Daman Variakarya juga bergerak dibidang
developer yang memungkinkan dapat memberi
kontribusi dalam menyediakan kawasan
pemukiman dan perumahan yang serasi dengan
lingkungan yang seimbang dengan sarana dan
prasarananya.
PT Daman Variakarya berkomitmen pada
kebijakan K3 terhadap pelaksanaan aktivitas
pekerjaan dalam keadaan aman, yang artinya
efisien dan memenuhi Peraturan Perundang-
Undangan K3 & Lingkungan Hidup. Tujuan PT
Daman Variakarya adalah untuk memberikan
lingkungan kerja yang bebas dari kecelakaan.
PT Daman Variakarya juga telah mengenali
potensi-potensi bahaya yang timbul baik dari
peralatan maupun lingkungan serta menekan
dan meminimalkan bahaya tersebut. Tenaga
kerja merupakan sumber daya yang berharga .
Ketika kualitas dan produktivitas menjadi kritis
terhadap operasi kinerja kami, hal tersebut akan
berdampak pada menurunnya tingkat
keselamatan personil atau perlindungan
terhadap lingkungan. Untuk mencapai tujuan
yang berupa meningkatnya sistem keselamatan
dan kesehatan kerja, diperlukan adanya
kerjasama dan pemahaman yang baik mengenai
6
K3 dari seluruh tim di perusahaan. Keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan aspek penting
yang harus diperhatikan disamping aspek mutu
atau kualitas produksi. Sehingga perusahaan
memiliki kebijakan K3 dan prosedur manual
yang telah dikembangkan untuk selalu menjadi
panduan dalam melaksanakan pekerjaan yang
diharapkan dapat mencapai salah satu tujuan
mengenai K3 yaitu “Zero Accident”.
METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian langsung
yang dilakukan di PT Daman Varia Karya yang
bertepat di kota Surabaya. Penentuan lokasi
penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa
PT Daman Varia Karya merupakan salah satu
perusahaan jasa konstruksi yang banyak
menangani proyek pembangunan besar di
Surabaya. Selain itu, berdasarkan pengamatan
peneliti, di PT Daman Varia Karya terdapat
beberapa kasus mengenai pajak, dimana salah
satunya yaitu kekurangan dalam pembayaran
PPN. Sehingga, dengan alasan tersebut
mendukung peneliti untuk memilih PT Daman
Varia Karya sebagai subjek dalam penelitian
ini.
Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analisis
deskriptif kualitatif karena memberikan fakta
dari prosedur atau kejadian yang terjadi dengan
tujuan untuk membuat gambaran secara
sistematis dan akurat serta sesuai dengan tujuan
penelitian. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang pengumpulan datanya tidak
dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh
fakta-fakta yang ditemukan pada saat
penelitian di lapangan (Sugiyono, 2012:15).
Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan
bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan
menjadi hipotesis atau teori. Hasil penelitian
berupa kutipan dari hasil wawancara dan
observasi yang telah diolah dan kemudian
disajikan secara deskriptif dalam bentuk
penjabaran kata-kata.
Variabel Penelitian
Sudjana dan Ibrahim (2001:23) menyatakan
variabel penelitian dapat dikatakan sebagai
atribut dari suatu individu, objek, gejala dan
peristiwa tertentu yang dapat diukur secara
kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan, variabel
penelitian dijelaskan oleh Sugiyono (2016:38)
yaitu pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Sesuai dengan judul yang dipilih, yaitu
“Analisis Studi Kasus Pajak Pertambahan Nilai
Untuk Usaha Jasa Konstruksi Pada PT. Daman
Varia Karya”, maka variabel penelitiannya
yaitu :
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2. Tax planning
3. Usaha Jasa Konstruksi
Berikut merupakan operasionalisasi variabel
dalam penelitian ini:
1. Pajak Pertambahan Nilai, adalah pungutan
yang dibebankan atas transaksi jual- beli barang
dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak
pribadi atau wajib pajak badan yang telah
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Merupakan pajak tidak langsung (indirect tax),
dimana pemikul beban pajak dan penanggung
jawab atas pembayaran pajak ke kantor
pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda
(Direktorat Jendral Pajak, 2019).
2. Perencanaan pajak adalah suatu proses
organisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa,
sehingga utang pajaknya baik pajak penghasilan
maupun pajak lainnya berada dalam posisi
paling efisien sepanjang hal itu dimungkinkan
baik oleh peraturan perundang-undangan
perpajakan maupun komersial (Pohan,
2013:16).
Usaha Jasa Konstruksi, yaitu layanan jasa
konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
dan layanan jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi (Ivan, 2010).
Teknik Pengumpulan
Penelitian ini menggunakan dua metode
pengumpulan data. Metode pertama yaitu field
research atau penelitiaan lapangan berupa
observasi, wawancara serta dokumentasi di
lokasi penelitian. Metode yang kedua yaitu
metode Library Research atau penelitian
kepustakaan, yaitu data yang digunakan
merupakan data skunder yang diperoleh
bersumber dari buku-buku serta jurnal online.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kualitatif, yaitu data yang tidak
berupa angka, seperti kondisi perusahaan
seperti latar belakang perusahaan, struktur
organisasi, tujuan perusahaan dan rencana
perusahaan serta kebijaksanaan perusahaan.
Data tersebut dapat diperoleh secara lisan
7
maupun tulisan. Data kuantitatif atau angka
dalam penelitian ini merupakan data skunder,
atau yang sifatnya sebagai pendukung
penelitian. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh
dengan melakukan wawancara langsung dengan
pihak perusahaan yang dilakukan melalui divisi
keuangan atau pihak-pihak yang terkait. Dalam
hal ini peneliti mendapatkan data tentang
laporan kesalahan kekurangan pembayarn pajak
dari divisi keuangan perusahaan.
2. Data sekunder, data yang berupa catatan-
catatan perusahaan dalam bentuk laporan
keuangan dan lampiran-lampiran serta literatur
yang berhubungan dengan penulisan ini. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah informasi
umum tentang perusahaan serta hasil
wawancara mendalam tentang cara perusahaan
mengambil kebijakan terkait tata cara
menghadapi masalah kekurangan pembayaran
pajak tersebut.
Informan yang berkaitan langsung dengan
penelitian ini adalah:
1. Jurnal, baik nasional maupun internasional
yang menjadi bahan dalam penelitian ini.
Dalam hal ini, yang digunakan oleh peneliti
sebagai sumber adalah jurnal yang membahas
tentang masalah perpajakan dalam perusahaan
konstruksi.
2. Bagian keuangan perusahaan, untuk
mendapatkan data mengenai pelaporan pajak
perusahaan, sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa laporan perpajakan
perusahaan merupakan data primer dalam
penelitian ini.
3. Pihak direksi atau pejabat perusahaan yang
berwenang, sebagai perwakilan perusahaan
untuk diwawancarai dalam rangka mengetahui
kebijakan-kebijakan yang berlaku diperusahaan,
dalam hal ini yang dibutuhkan oleh peneliti
adalah sikap dan kebijakan perusahaan dalam
menghadapi sanksi tambah bayar akibat
kekurangan pembayaran pajak perusahaan.
4. Konsultan Pajak, merupakan konsultan yang
menangani masalah perpajakan yang dihadapi
oleh perusahaan, menyediakan informasi terkait
alur kasus yang dihadapi serta peraturan
perpajakan yang dilanggar oleh perusahaan.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diimplementasikan.
Analisis data dilakukan dengan tujuan agar
informasi yang dihimpun akan menjadi jelas.
Sesuai dengan penelitian maka teknik analisis
data yang digunakan untuk menganalisis data
dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.
Teknik analisis data kualitatif Menurut Miles
and Huberman (1996: 177) dikemukakan
bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktifitas dalam analisis data tersebut yaitu Data
Reduction, Data Display, dan Conclusion
Drawing/Verification. Langkah-langkah
tersebut sebagai berikut (Miles dan Huberman,
1996: 16-20):
A. Data Reduction (Reduksi Data
Mereduksi data itu berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan begitu
data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
B. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi maka langkah
selanjutnya adalah data display atau
penyajian data. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan penelitian kualitatif sehingga
penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya.
C. Conclusion Drawing / Verification
Langkah selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi, tahap penarikan
kesimpulan ini merupakan tahap terakhir dalam
analisis data. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung.
Gambar 3. 1 Komponen Dalam Analisis
Agar penelitian menjadi valid dan dapat
dipertanggung jawabkan maka harus ada
validitas data. Pada penelitian ini, validitas data
8
yang digunakan adalah triangulasi data yaitu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
data itu. untuk mempermudah dalam penarikan
kesimpulan. Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah (Moleong, 2002: 178):
1. Menggunakan teknik triangulasi sumber,
pejabat perusahaan, direksi, dan laporan tertulis.
Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informan yang berbeda
dalam metode kualitatif. Dalam penelitian ini
proses triangulasi data dilakukan dengan cara
memadukan data yang diperoleh dari hasil
wawancara yang dilakukan dengan pejabat
perusahaan dan direksi dengan data tertulis dari
perusahaan.
2. Triangulasi metode yaitu peneliti
mengumpulkan data yang sejenis dengan
menggunakan teknik pengumpulan sumber data
yang berbeda untuk memperoleh data tentang
masalah yang dihadapi oleh PT Daman Varia
Karya. Triangulasi dalam penelitian ini
menggunakan wawancara kepada bagian
keuangan perusahaan, Direksi perushaan,
Konsultan Pajak, observasi lapangan, dan
dokumentasi laporan perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi peneliti agar tidak melebar
luas, peneliti memfokuskan penelitian ini pada
tax planning yang dilakukan PT Daman Varia
Karya sebagai perusahaan jasa konstruksi.
HASIL PEMBAHASAN
PT Daman Varia Karya dan Timbulnya
Permasalahan Perpajakan
PT. Daman Varia Karya merupakan badan
usaha yang bergerak dibidang kontraktor,
developer dan pertemanan. Usaha inti PT
Daman adalah jasa konstruksi yang sering
mengikuti tander proyek jasa konstruksi yang
dilakukan oleh pemerintah. Syarat untuk
mengikuti tender tersebut adalah perusahaan
kontraktor diwajibkan berada dalam klasifikasi
golongan menengah keatas. Maka PT Daman
harus menyesuaikan klasifikasi usaha jasa
konstruksi yang dijalankannya menjadi usaha
konstruksi dengan golangan menengah ke atas.
Usaha PT Daman untuk mengikuti tender
tersebut dibuktikan dengan adanya sertifikasi
izin usaha jasa konstruksi (SIUJK/ surat Izin
Usaha Jasa Konstruksi) mengah ke atas nomor
188.4/121/436.7.5/2019 tanggal 19 Februari
2019 serta SBU (sertifikasi badan usaha
terlampir). Sehingga, kualifikasi usaha PT
Daman berdasarkan UU No. 2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi adalah sebagai
pelaksana konstruksi menengah.
Undang-undang No. 2 Tahun 2017 Tentang
Jasa Konstruksi tentang Jasa Konstruksi
membagi jenis usaha konstruksi menjadi 3
bagian yaitu:
1. Perencanaan Konstruksi
Usaha Perencanaan Konstruksi adalah
pemberian layanan jasa perencanaan dalam
pekerjaan konstruksi yang meliputi:
A. Survei.
B. Studi kelayakan proyek, industri dan
produksi.
C. Perencanaan teknik, operasi dan
pemeliharaan.
D. Penelitian.
Jenis usaha yang dilaksanakan oleh perencana
konstruksi yaitu Konsultan dan Designer yang
diwajibkan untuk memiliki sertifikat keahlian.
2. Pelaksanaan Konstruksi
Usaha Pelaksanaan Konstruksi adalah
pemberian layanan jasa pelaksanaan dalam
pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian
kegiatan atau bagian- bagian dari kegiatan
mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan
penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi.
Usaha ini dilaksanakan oleh pelaksana
konstruksi (kontraktor) yang wajib memiliki
sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.
3. Pengawasan Konstruksi
Usaha Pengawasan Konstruksi adalah
pemberian layanan jasa pengawasan baik
keseluruhan maupun sebagian pekerjaan
pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan
lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil
konstruksi, yang dapat terdiri dari Pengawasan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan
Pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan
waktu dalam proses pekerjaandan hasil
pekerjaan konstruksi.
Permasalahan perpajakan di PT Daman dimulai
ketika PT Daman mendapatkan job untuk
melaksanakan proyek diluar tender yang
dilakukan oleh pemerintah. Pada dasarnya, PT
Daman itu merupakan perusahaan jasa
konstruksi yang patuh dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Akan tetapi,
dikarenakan ingin mendapatkan pekerjaan
proyek lain di luar proyek pemerintah, maka
pimpinan PT Daman dengan sengaja
9
menyembunyikan penghasilan atas jasa
konstruksi sebesar Rp. 1.600.599.248 (Satu
Miliyar Enam Ratus Juta Lima ratus Sembilan
puluh Sembilan Ribu Dua ratus Empat puluh
Delapan Rupiah).
Berdasarkan pasal 4A ayat 4 UU No. 42 tahun
2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah, PT Daman seharusnya melaporkan dan
membayar pungutan pajak karena usaha jasa
konstruksi termasuk kedalam usaha yang kena
pajak dan diwajibkan membayar PPN. Besar
PPN yang harus dibayarkan adalah 10% dari
DPP sesuai dengan pasal 7 ayat 1. Pelaporan
dan pembayaran PPN tersebut tidak dilaporkan
oleh PT Daman dengan asumsi bahwa hal
tersebut tidak akan diketahui oleh Direktorat
Jendral Pajak, dimana pajak tersebut seharusnya
dibayarkan pada bulan November 2017.
Penggelapan pendapatan tersebut baru diketahui
ketika ada pemeriksaan laporan perpajakan
yang dilakukan oleh Ditjen Pajak terhadap PT
Daman pada tahun 2018. Pemeriksaan pajak
secara umum dimaksudkan untuk menguji
kepatuhan Wajib Pajak terhadap implementasi
perpajakan yang dijalankan olehnya melalui tax
return yaitu pengisian SPT dengan lengkap,
jelas dan benar berikut dengan lampirannya
berupa laporan keuangan audited (laporan
keuangan komersial) dan telah dilakukan
rekonsiliasi terhadap laporan keuangan fiscal
yang merupakan kesatuan laporan perpajakan.
Adanya pemeriksaan laporan perpajakan
tersebut menyebabkan ditemukannya
pendapatan perusahaan yang sengaja tidak
dilaporkan pada tahun 2017. Bedasarkan
temuan tersebut, PT Daman dikenakan sanksi
denda berupa 100% dari nilai pajak yang
seharusnya dibayar pada tahun 2017
dikarenakan kenaikan denda administrasi
sesuai dengan Pasal 13A ayat 3 Undang-
undang
Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Nomor
28 tahun 2007. Serta denda atas
pelanggaran berupa tidak memberikan faktur
pajak sebesar 2% dari pajak yang seharusnya
dibayarkan sesuai dengan pasal 14 Undang-
undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP)
Nomor 28 tahun 2007. Sehingga total denda
yang harus dibayarkan oleh PT Daman adalah
sebesar Rp. 352.131.833 (Tiga ratus lima puluh
dua juta seratus tiga puluh satu ribu delapan
ratus tiga puluh tiga rupiah) dengan perincian
sebagai berikut:
Pajak yang harus dibayarkan
10% dari DPP
Rp. 160.059.924
Denda kenaikan administrasi
100% dari PPN
Rp. 160.059.924
Denda tidak menerbitkan faktur pajak
2% dari DPP
Rp. 32.011.985
Total denda Rp. 352.131.833
Pemeriksaan Bukti Permulaan Pada PT
Daman Varia Karya
Bukti Temuan pada PT Daman berkaitan
dengan pemeriksaan dokumen perpajakan
khususnya PNN untuk usaha jasa konstruksi.
Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan untuk
menegaskan bahwa terdapat bukti
penyimpangan pajak yang dapat menjadi acuan
untuk dilakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan tersebut. Maka tahapan
pemeriksaan bukti permulaan tersebut terlebih
dahulu dilakukan untuk menghindari dan
mencegah terjadinya tindak pelanggaran atas
hak wajib pajak.
Menurut Pasal 1 angka 26 UU No. 28 Tahun
2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan bahwa Bukti Permulaan adalah
keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat
memberikan petunjuk adanya dugaan kuat
bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak
pidana di bidang perpajakan yang dilakukan
oleh siapa saja yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan
Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan.
Tindak pidana di bidang perpajakan terindikasi
karena adanya bukti permulaan, persyaratan
dinyatakannya bukti permulaan adalah adanya
unsur pidana dan dua alat bukti yang telah
sesuai aturan perpajakan. Saat bukti permulaan
dirasa telah memenuhi syarat dari perpajakan
selanjutnya akan dibuat Surat Perintah
Penyidikan (Sprindik). Setelah dikeluarkannya
surat perintah penyidikan daluwarsa penagihan
pajak dihitung sejak tanggal penerbitan Surat
10
Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Pada tahun 2014 dikeluarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 239/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti
Permulaan Tindak Pidana di Bidang
Perpajakan. Pada Pasal 5 Ayat (1) menjelaskan
bahwa pemeriksa bukti permulaan
melaksanakan pemeriksaan bukti permulaan
secara terbuka dalam jangka waktu paling lama
12 (dua belas) bulan sejak tanggal penyampaian
surat pemberitahuan pemeriksaan bukti
permulaan sampai dengan tanggal laporan
pemeriksaan bukti permulaan. Pada pasal 5
Ayat (4) menyatakan bahwa kepala unit
pemeriksaan bukti permulaan dapat
memberikan perpanjangan jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak
berakhinya jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1).
Sedangkan hasil pemeriksaan bukti permulaan
sendiri terdapat dua kemungkinan, yaitu
pertama, terdapat cukup bukti permulaaan dan
dugaan bahwa wajib pajak sedang dan telah
melakukan tindak pidana maka dapat diteruskan
penyidikan. Unsur-unsur pidana harus
memenuhi isi pasal 38 dan 39 KUP. Kedua,
tidak terdapat cukup bukti permulaan dan
dugaan yang kuat bahwa wajib pajak sedang/
telah melakukan pidana perpajakan/salah satu
unsur tindak pidana perpajakan pasal 38 dan 39
KUP tidak terpenuhi sehingga tidak dilanjutkan
ke tahap penyidikan. Sehingga konsekuensi
yang akan diterima oleh perusahaan adalah
tindak lanjut penetapan pajak yang mungkin
masih terutang dan sanksi administrasinya.
Wajib Pajak yang terdapat indikasi bahwa tidak
melaksanakan kewajiban perpajakan dengan
benar, akan diuji kepatuhan Wajib Pajak, dan
dilakukan pemeriksaan sebagai perwujudan dari
penegakan hukum tersebut. Sama halnya
dengan yang terjadi pada PT Daman. Sanksi
yang dijatuhkan ke PT Daman merupakan salah
satu hukuman yang diberikan oleh Ditjen Pajak
kepada PT Daman. Dalam setiap pemberian
hukuman denda atas pelanggaran perpajakan
sendiri melalui proses yang panjang yang
dimulai dari pemeriksaan bukti permulaan.
Pada tahap ini, pemeriksa bukti permulaan
berupaya mencari setidaknya dua bahan bukti
yang menguatkan dugaan bahwa telah terjadi
tindak pidana pajak. Namun, wajib pajak diberi
kesempatan menyelesaikan pembayaran pokok
ditambah denda sebesar maksimal 150%
sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (3) UU
KUP agar proses pemeriksaan bukti permulaan
dihentikan. Jika pembayaran
tidak diselesaikan, penyidik akan meningkatkan
status pemeriksaan bukti permulaan menjadi
penyidikan.
Pada Pasal 13 Ayat (1) UU KUP disebutkan
bahwa dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar dalam hal-hal apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar. Pada Pasal
13 Ayat (4) disebutkan bahwa besarnya
pajak yang terutang yang diberitahukan oleh
Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan
menjadi pasti sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
tidak diterbitkan surat ketetapan pajak.
Sedangkan dalam Pasal 40 UU KUP disebutkan
bahwa tindak pidana dibidang perpajakan tidak
dapat dituntut setelah lampau 10 Tahun sejak
saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak,
berakhirnya bagian tahun pajak, atau
berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
Sedangkan penyidikan tindak pidana dibidang
perpajakan merupakan tindakakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana dibidang
perpajakan serta menemukan tersangkanya
sebelum dilimpahkan kepengadilan. Penyidik
merupakan Pejabat PNS dilingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana Pajak.
Tindak pidana tersebut meliputi:
A. Kealpaan sebagaimana menurut pasal 38 UU
KUP
B. Kesengajaan sebagaimana menurut pasal 39
UU KUP
C. Kesengajaan Penerbitan/Penggunaan Faktur
Pajak (pasal 39A UU KUP)
D. Sanksi Pidana terhadap Pejabat (pasal 41
UU KUP)
E. Sanksi Pidana bagi Wajib Pajak meberikan
keterangan (pasal 41A UU KUP)
11
F. Sanksi Pidana bagi yang menghalangi atau
mempersulit penyidikan (41B UU KUP)
G. Sanksi tidak memenuhi kewajiban
memberikan data dan informasi (pasal 41C UU
KUP)
H. Menyuruh, menganjurkan, membantu tindak
pidana perpajakan ( pasal 43 UU KUP)
Dalam hal ini, yang dilakukan oleh PT Daman
adalah termasuk kedalam tindakan kesengajaan
dan kealpaan. Dalam tahap penyidikan,
penyidik akan melakukan tindakan pro-justicia
dengan memanggil tersangka, saksi, dan ahli
untuk diperiksa. Pada tahap akhir, penyidik
membuat berkas perkara dan melimpahkannya
ke kejaksaan. Upaya ini dapat dihentikan jika
wajib pajak menyelesaikan pembayaran
kerugian negara sebesar pokok ditambah denda
empat kali lipat Pasal 44 ayat (2) UU KUP).
Jika tidak dilakukan, penyidikan akan berlanjut
menjadi penuntutan dan persidangan di
pengadilan. Biarkan hakim yang memutuskan
hukuman apa yang layak bagi pelaku pidana
pajak.
Jadi, tujuan penindakan pidana pajak sebagai
cara terakhir memperbaiki perilaku wajib pajak
(ultimum remidium) adalah membuat wajib
pajak lebih patuh terhadap aturan perpajakan
dan menimbulkan efek jera (deterrent effect)
kepada para pelanggar peraturan perpajakan.
Bukan hanya terhadap wajib pajak sebagai
pelaku, namun juga wakil, kuasa, pegawai dari
wajib pajak, dan pihak lain yang menyuruh
melakukan, turut serta melakukan, yang
menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
Tindak pidana pajak bukan saja merugikan
penerimaan negara, tetapi juga mereka yang
berhak atas kesejahteraan dan pelayanan dari
negara. Sama halnya dengan PT Daman sendiri.
Kasus yang dialami oleh PT Daman akan
diuraikan sebagai berikut:
No.
KETERANGAN
YANG DILAPORKAN
YANG SEHARUSNYA DILAPORKAN
SELISIH
1 PENDAPATAN
32.287.951.509
33.888.550.757
1.600.599.248
2 HPP 30.027.794.903
31.516.352.204
1.488.557.301
3 LABA BRUTO
2.260.156.606
2.372.198.553
112.041.947
4 BEBAN 868.616. 868.616. 0
No.
KETERANGAN
YANG DILAPORKAN
YANG SEHARUSNYA DILAPORKAN
SELISIH
ADMIN DAN UMUM
700 700
5 LABA BERSIH SEBELUM PPH
1.391.539.906
1.503.581.853
112.041.947
6 PPH 968.638.545
1.016.656.523
49.017.978
7 LABA BERSIH SETELAH PPH
422.901.361
486.925.330
64.023.969
8 PPN 10%
3.228.795.151
3.388.885.076
160.059.925
9 DENDA PASAL 13 (3) KUP
- - 160.059.925
10
DENDA PASAL 14 (4) KUP
- - 32.011.985
Perbandingan tersebut menunjukkan adanya
kerugian yang dialami oleh PT Daman yang
sangat signifikan akibat tidak melaporkan
pengahsilan/pendapatan yang sebenarnya
sehingga PT Daman Kena Sanksi Administrasi
Pajak atas tidak diterbitkannya Faktur Pajak
Serta tidak memungut PPN yang seharusnya
dipungut tetapi tidak dipungut dan disetorkan
sebesar RP. 352.131.835. Nominal tersebut
merupakan nominal kerugian yang dialami oleh
PT Daman dikarenakan tidak melaporkan pajak
yang seharusnya dilaporkan. Peristiwa tersebut
menjadi pelajaran bagi PT Daman agar
kedepannya lebih patuh terhadap peraturan
perpajakan yang berlaku.
Atas sanksi tersebut PT Daman kemudian
mengajukan permohonan untuk untuk
memperoleh pengurangan dan penghapus
sanksi administrasi kepada KPP Pratama
Rungkut Surabaya pada 2 November 2019
dengan nomor surat permohonan
03/DAMAN/S-Pajak/XII/2019. PT Daman
menyatakan bahwa perusahaannya hanya
mampu membayar denda sebesar Rp
12
160.059.952 (Seratus enam puluh juta lima
puluh sembilan ribu delapan ratus lima puluh
rupiah). PT Daman berharap permohonannya
dalam pengurangan dan penghapusan sanksi
tersebut dikabulkan dan untuk selanjutnya PT
Daman tidak melakukan lagi atas kesalahan
tidak menerbitkan faktur pajak yang sabgat
merugikan pihak perusahaan. Berdasarkan
uraian pembahasan dalam penelitian ini, dapat
diketahui bahwa mematuhi aturan perpajakan
menjadi hal yang sangat penting. Hal ini perlu
dilakukan agar tidak merugikan perusahaan dan
pemerintah. Sanksi perpajakan juga dinilai
memberikan efek jera terhadap PT Daman agar
tidak mengulangi kesalahan dalam melakukan
penggelapan perpajakan
Tax Planning PPN PT Daman Varia Karya
Peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi PT
Daman agar kedepannya lebih patuh terhadap
peraturan perpajakan yang berlaku. Dalam
melakukan perencanaan pajak untuk pajak
pertambahan nilai (PPN) tahapan perencanaan
pajak (Tax planning) dapat dilakukan oleh PT
Daman sebagai berikut:
1. Memaksimalkan PPN masukan yang dapat
dikreditkan;
Perusahaan sebaiknya memperoleh Barang
Kena Pajak (BKP/ Jasa Kena Pajak (JKP) dari
Pengusaha Kena Pajak (PKP) supaya pajak
masukannya (PM) dapat dikreditkan.
Perusahaan perlu mengamati dengan cermat
jangan sampai terdapat pajak masukan (PM)
yang belum dikreditkan lagi.
Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan
adalah pajak masukan yang berhubungan
langsung dengan produksi,distribusi,pemasaran,
dan menajemen atas BKP/JKP. Pajak masukan
(PM) yang belum dikerditkan dengan pajak
keluaran pada masa pajak yang sama dapat
dikreditkan pada masa pajak berikutnya
selambat-lambatnya pada bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun buku yang bersangkutan,
sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan
belum dilakukan pemeriksaan.
2. Dalam hal penjualan BKP/JKP yang
pembayaran belum diterima, kewajiban
pembayar atas PPn yang terutang pajak dapat
ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah
penyerahan Barang Kena Pajak(BKP)/Jasa
Kena Pajak (JKP).
Melakukan perencanaan pembayaran kewajiban
pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku
dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran
PPN. Untuk menunda pembayaran PPN dapat
dilakukan dengan menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang diperkenankan,
khususnya atas penjualan kredit, karena penjual
dapat membayar pajak kurang bayark pada
akhir bulan berikutnya setelah bulan
penyerahan pajak. Hal ini dilakukan oleh PT
Daman untuk memperoleh aliran kas yang
cukup untuk menjalankan aktivitas perusahaan,
dengan kata lain kas yang dipergunakan untuk
membayar pajak bisa digunakan terlebih dahulu
untuk kepentingan perusahaan, maka PT
Daman dapat menunda pembayaran Pajak
Kurang Bayarnya sampai akhir bulan
berikutnya. Misalnya proyek bulan Januari,
Vendor akan melakukan pembayaran pada
bulan Januari juga. Selanjutnya PT Daman
menunda pembayaran sampai akhir bulan
Pebruari. Penghematan pajak yang terjadi atas
penundaan pembayaran pajak tersebut nampak
pada masa pajak Januari yang dibayar pada
akhir bulan Pebruari. Dengan ilustrasi sebagai
berikut:
Dapat kita hitung bahwa total pajak keluaran
pada masa pajak Januari adalah Rp.
10.786.610,-, sedangkan pajak masukannya Rp.
2.561.263,-.
Perhitungan kewajiban pajak yang harus
dibayarkan oleh PT. Daman pada masa pajak
Januari adalah sebagai berikut :
PK ±PM = Pajak Kurang / (Lebih) Bayar
Rp. 10.786.610 ± Rp. 2.561.263= Rp.
8.225.347
Pajak Kurang Bayar PT. Daman pada bulan
Januari Rp. 8.225.347. Dengan menunda
pembayaran pajak kurang bayar sampai akhir
bulan berikutnya , maka PT. Daman
menghemat nominal pajak terutang untuk masa
pajak Januari sebanyak Rp. 8.225.347,- sampai
akhir bulan Pebruari.
Tindakan tersebut dapat dikatagorikan bahwa
perusahaan telah melakukan upaya :
A. Tax avoidance
Tax avoidance sama halnya sebagai upaya yang
dilakukan oleh wajib pajak baik perorangan
maupun badan hukum atau usaha untuk
meminimalisir pembayaran pajak. PT Daman
mengalami kerugian akibat tidak melaporkan
penghasilan/pendapatan yang sebenarnya
sehingga PT Daman Kena Sanksi Administrasi
Pajak atas tidak diterbitkannya Faktur Pajak
Serta tidak memungut PPN yang seharusnya
dipungut tetapi tidak dipungut dan disetorkan
sebesar RP. 352.131.835. Oleh karena itu, PT
Daman mengubah pungutan PPN yang akan
13
dibayarkan ketika mendapatkan proyek dan
tetap melakukan kewajibannya untuk
melaporkan SPT masa PPH 21 dan SPT PPN.
Sebelum peristiwa ditemukannya pelanggaran
perpajakan oleh PT Daman, PT Daman
beranggapan bahwa strategi ini akan
menguntungkan karena PT Daman
mendapatkan laba yang lebih besar. Sedangkan
setelah peristiwa ini, PT Daman mendapat
pelajaran bahwa melanggar peraturan
pemerintah justru menimbulkan masalah baru
dan menimbulkan kerugian finansial bagi
perusahaan.
B. Tax saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban
pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan
pajak dengan tarif yang lebih rendah. Langkah
ini termasuk langkah dari tax planning untuk
memanfatkan aturan-aturan pajak yang belum
diatur agar pembayaran pajak yang tidak
semestinya terjadi lebih bisa dihindari.
Kelemahan dari strategi ini adalah PT Daman
merupakan perusahaan jasa konstruksi yang
dikenai pajak yang bersifat final, sehingga tidak
ada pilihan untuk membayar pajak yang lebih
rendah.
3. Selanjutnya, PT Daman melakukan
perbaikan atas perencanaan pembayaran pajak
tersebut, kemudian mengupdate rencana pajak
yang telah diperbaiki. Berdasarkan hasil
evaluasi dan perbaikan, maka perencanaan
pajak yang dapat dilakukan oleh PT Daman
adalah meliputi dua strategi, yaitu menghindari
pelanggaran atas peraturan perpajakan sebagai
upaya preventif untuk menghindari adanya
pengeluaran lebih yang tidak diinginkan
perusahaan dalam bentuk denda administrasi
serta melakukan penundaan pembayaran pajak,
dimana hal tersebut dapat dilakukan PT Daman
untuk menolong peredaran keuangan
perusahaan terutama aliran pajak masukan dan
pajak keluaran perusahaan.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan
pada rumusan masalah dan tujuan penelitian
maka dapat ditarik kesimpulanya bahwa:
1. Dalam pelaksanaan kewajiban
pemotongan pemungutan serta pelaporan PPN
PT Daman telah melakukan tindakan yang
melanggar ketentuan perundang-undangan
perpajakan yaitu tidak melaporkan dengan
sebenarnya adanya transaksi pekerjaan proyek
jasa konstruksi dan tidak melakukan
pemotongan PPN serta tidak mencetak faktur
pajak. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam
hal pelaksanaan pemotongan PPN, PT Daman
masih tidak patuh terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Berdasarkan hasil evaluasi dan perbaikan,
maka tax planning yang dapat dilakukan oleh
PT Daman adalah meliputi dua strategi, yaitu :
A. Melakukan Perencanaan Kewajiban
Pembayaran Pajak.
Melakukan perencanaan pembayaran kewajiban
pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku
dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran
PPN. Untuk menunda pembayaran PPN dapat
dilakukan dengan menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang diperkenankan,
khususnya atas penjualan kredit, karena penjual
dapat membayar pajak kurang bayark pada
akhir bulan berikutnya setelah bulan
penyerahan pajak. Hal ini dilakukan oleh PT
Daman untuk memperoleh aliran kas yang
cukup untuk menjalankan aktivitas perusahaan,
dengan kata lain kas yang dipergunakan untuk
membayar pajak bisa digunakan terlebih dahulu
untuk kepentingan perusahaan, maka PT
Daman dapat menunda pembayaran Pajak
Kurang Bayarnya sampai akhir bulan
berikutnya. Misalnya proyek bulan Januari,
Vendor akan melakukan pembayaran pada
bulan Januari juga. Selanjutnya PT Daman
menunda pembayaran sampai akhir bulan
Pebruari.
Penghematan pajak yang terjadi atas penundaan
pembayaran pajak tersebut nampak pada masa
pajak Januari yang dapat di bayar sampai akhir
bulan Pebruari. Dengan ilustrasi sebagai
berikut:
Dapat kita hitung bahwa total pajak keluaran
pada masa pajak Januari
adalah Rp. 10.786.610,-, sedangkan pajak
masukannya Rp. 2.561.263,-. Perhitungan pajak
kuarang bayar pada masa pajak Januari adalah :
PK ±PM = Pajak Kurang / (Lebih) Bayar
Rp. 10.786.610 ± Rp. 2.561.263= Rp.
8.225.347
Pajak Kurang Bayar PT. Daman pada bulan
Januari Rp. 8.225.347. Dengan menunda
pembayaran pajak kurang bayar sampai akhir
bulan berikutnya , maka PT. Daman
menghemat nominal pajak terutang untuk masa
pajak Januari sebanyak Rp. 8.225.347,- sampai
akhir bulan Pebruari.
14
B. Menghindari pelanggaran atas peraturan
perpajakan sebagai upaya preventif untuk
menghindari adanya pengeluaran lebih yang
tidak diinginkan perusahaan dalam bentuk
denda administrasi, dimana sebagaimana telah
dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa PT
Daman telah melakukan pelanggaran peraturan
perpajakan yang menyebabkannya dikenakan
sanksi berupa denda sebesar Rp. 352.131.833
(Tiga ratus lima puluh dua juta seratus tiga
puluh satu ribu delapan ratus tiga puluh tiga
rupiah) kedepan hal ini tidak boleh terjadi lagi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi PT Daman Varia Karya
Diharapkan PT Daman lebih peduli lagi tentang
pelaporan pajak agar tidak dikenakan sanksi
yang dapat merugikan perusahaan sendiri.
Selain itu, saran dari peneliti untuk PT Daman
adalah memaksimalkan strategi pelaksanaan
kewajiban pembayaran pajak dimana hal
tersebut merupakan salah satu strategi tax
planning yang dapat menolong arus keuangan
perusahaan serta dapat dilakukan oleh
perusahaan usaha jasa konstruksi yang
dikenakan tarif final seperti PT Daman.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Terdapat beberapa saran penelitian bagi peneliti
selanjutnya, diantaranya yaitu diharapkan
peneliti selanjutnya mampu meneliti tentang tax
planning perusahaan jasa konstruksi lain untuk
memperkaya pustaka penelitian tentang
perpajakan dimana dalam penelitian ini hanya
memberikan hasil bahwa perusahaan jasa
konstruksi hanya dapat menjalankan dua
strategi tax planning. Selain itu, peneliti juga
memberikan saran kepada peneliti selanjutnya
untuk melakukan penelitian terkait pajak dalam
suatu perusahaan ditinjau dari segi hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, S., dan Hartanto A., (2011).
Penerapan Perencanaan Pajak
Penghasilan pada Fa Trico Paint
Factory. Vol. 2 No. 1. Binus Business
Review. Binus University.
Aris Aviantara & Asociates. (2016).
Perencanaan Pajak. Diakses dalam
http://www.konsultanpajak-aaa.com/tax-
planning-highlight/
Brotodihardjo, Santoso. 2008. Pengantar
Ilmu Hukum Pajak. Bandung: Refika
Aditama.
Badertscher, B. A., Givoly, D., Katz, S. P.,
& Lee, H. (2015). Private ownership and
the cost of debt: Evidence from the bond
market. Unpublished Results, Columbia
Business School.
Daud, A., (2018). Analisis Penerapan Pajak
Pertambahan Nilai Pada PT.
Nenggapratama Internusantara. Jurnal Riset
Akuntansi Going Concern 13(2). 78-87.
Erly Suandy. 2011. Perencanaan Pajak,
Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Indonesia. (2017). Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 2 tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi. Manuscript.
Indonesia, R. (2008). Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun, (4893).
Indonesia, R. (2009). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2009 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan. Diakses Dari:
https://www. kemenkeu. go.
id/sites/default/files/uu-kup% 20mobile.
pdf.
Indonesia, P. R. UU No. 28 Tahun 2007.
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
I Kadek A dan Setiawan, PE., (2018).
Penerapan Tax Review Sebagai Dasar
Evaluasi Atas Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan PPh Badan dan PPN. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.22.1. Januari (2018): 245-272.
15
Ketenagakerjaan, B. P. J. S. (2017). BPJS
Ketenagakerjaan. June 9th.
Kim, C. (Francis), & Zhang, L. (2016).
Corporate political connections and tax
aggressiveness. Contemporary
Accounting Research, 33(1), 78–114.
Latifah, S. E. (2011). Pengaruh kualitas
sistem perpajakan, resiko audit,
akuntabilitas, dan sanksi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Daftar
isi, 1.
Lexy, J. M. (2002). Metode penelitian
kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Mardiasmo, M. B. A. (2011). Perpajakan
(Edisi Revisi). Penerbit Andi.
Nomor, U. U. R. I. (42). Tahun 2009
Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah.
Huberman, M. (1996). Focus on research:
Moving mainstream: Taking a closer
look at teacher research. Language
Arts, 73(2), 124-140.
Mgammal, M. H., & Ku Ismail, K. N. I.
(2015). Corporate tax planning
activities: overview of concepts,
theories, restrictions, motivations and
approaches. Mediterranean Journal of
Social Sciences, 6(6).
Noor, R. M., Fadzillah, N. S. M., &
Mastuki, N. A. (2010). Corporate tax
planning: A study on corporate effective
tax rates of Malaysian listed
companies. International Journal of
Trade, Economics and Finance, 1(2),
189.
Ompusunggu, A., (2011). Cara Legal
Siasati Pajak. Jakarta: Puspa Swara.
Pohan, C. A. (2013). Manajemen
Perpajakan strategi perencanaan pajak
dan bisnis. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Rafika, U. A. (2020). Analisis Pengenaan
Pajak Final Pada Perusahaan Jasa
Konstruksi Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2015-2019.
Republik Indonesia, Undang Undang
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruk
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan Teori dan
Kasus. Salemba Empat. Jakarta
Rusdji, M. (2007). Pajak Pertambahan Nilai
Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah, Jakarta: PT.
Setiawan, G. F., & Gayatrie, C. R. (2018).
Analisis Efektivitas Dan Kontribusi
Pajak Restoran Terhadap Pendapatan
Asli Daerah (Pad) Kabupaten
Semarang. Jurnal Aktual Akuntansi
Keuangan Bisnis Terapan
(AKUNBISNIS), 1(2).
Soemitro, R. (2003). Asas Dasar Pajak dan
Dasar Perpajakan. Jakarta: IKAPI.
Suandy, E. (2011). Perencanaan
pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Sudjana, N., & Ibrahim, R.
(2001). Penelitian dan penilaian
pendidikan. Sinar Baru, Bandung.
Suminarsasi, W. (2011). Pengaruh
Keadilan, Sistem Perpajakan, dan
Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib
Pajak mengenai Etika Penggelapan
Pajak (Tax Evasion). Jurnal Universitas
Gajah Mada.
Tansuria, B. I. (2010). Kewajiban
Perpajakan UMKM Berdasarkan
16
Ketentuan Perundang-Undangan KUP,
PPh, dan PPN. JBE (Journal of
Business and Economics), 8-16.
Vržina, S. (2018). Corporate Income Tax
Planning and Financial Performance:
Evidence from Serbia. Contemporary
Issues in Economics, Business and
Management, Faculty of Economics,
Kragujevac, 463-474.
Uli, Yolanda S. 2012. Pengaruh Penerbitan
Surat Ketetapan Pajak dan Penyuluhan
Perpajakan Terhadap Penerimaan
Pajak. Skripsi Sarjana Ekonomi.
Universitas Padjajaran Bandung.
Yulia, A., Zahratul, I., & Daud, R. M.
(2018). The Effect of Book-Tax
Difference, Accrual Cash Flow and
Good Corporate Governance on
Earnings Persistence of Manufacturing
Companies Listed on IDX in 2010-
2014. BRAND. Broad Research in
Accounting, Negotiation, and
Distribution, 9(1), 26-38.
Zain, M. (2005). Manajemen Perpajakan,
Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.