analisis studi kasus pajak pertambahan nilai untuk …

16
1 ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK USAHA JASA KONSTRUKSI PADA PT. DAMAN VARIA KARYA Oleh: Rachmat Kurnia Akbar Dosen Pembimbing: Mohamad Khoiru Rusydi , SE., M.Ak., Ak Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan PPN serta strategi tax planning yang dilakukan oleh PT. Daman Varia Karya. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data kombinasi antara field research dan library research. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu Data Reduction, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verification. Kemudian validitas data yang digunakan adalah triangulasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya tax planning berupa penundaan pembayaran pajak pada PT Daman bertujuan untuk mengatur arus keuangan perusahaan. Dengan menunda kewajiban pembayaran pajak dalam hal ini PPN kurang bayar, maka PT. Daman menghemat nominal pajak terutang untuk masa pajak Januari sebanyak Rp. 8.225.347,. Sedangkan strategi menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan sebagai upaya preventif untuk menghindari adanya pengeluaran lebih yang tidak diinginkan perusahaan dalam bentuk denda administrasi, dimana sebagaimana telah dijelaskan bahwa PT Daman telah melakukan pelanggaran peraturan perpajakan yang menyebabkannya dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp. 352.131.833. Kata Kunci : Usaha Jasa Konstruksi, Tax Planning ABSTRACT This research aims to determine the VAT implementation and the tax planning strategy of PT. Daman Varia Karya. This research applies qualitative descriptive analysis using a combination of data collection methods: field and library research. The data are analyzed through Data Reduction, Data Display, and Conclusion Drawing/Verification by Miles and Huberman, and validated by data triangulation. The research results reveal that tax (VAT) payment postponement in the tax planning aims to regulate the company's financial flows. In fact, the underpaid VAT allow PT. Daman Varia Karya to save its tax payable for the January tax period for Rp. 8,225,347. A strategy to avoid violation toward tax regulation is taken as a preventive measure to minimize unexpected expenses in the form of administrative fines as once experienced by PT Daman Varia Karya where the company had to spend Rp. 352.131.833. Keywords: Construction Services Business, Tax planning

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

1

ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK

USAHA JASA KONSTRUKSI PADA PT. DAMAN VARIA KARYA

Oleh:

Rachmat Kurnia Akbar

Dosen Pembimbing: Mohamad Khoiru Rusydi , SE., M.Ak., Ak

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan PPN serta strategi tax planning yang

dilakukan oleh PT. Daman Varia Karya. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kualitatif dengan

metode pengumpulan data kombinasi antara field research dan library research. Sedangkan teknik analisis data

dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu

Data Reduction, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verification. Kemudian validitas data yang digunakan

adalah triangulasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya tax planning berupa penundaan

pembayaran pajak pada PT Daman bertujuan untuk mengatur arus keuangan perusahaan. Dengan menunda

kewajiban pembayaran pajak dalam hal ini PPN kurang bayar, maka PT. Daman menghemat nominal pajak

terutang untuk masa pajak Januari sebanyak Rp. 8.225.347,. Sedangkan strategi menghindari pelanggaran atas

peraturan perpajakan sebagai upaya preventif untuk menghindari adanya pengeluaran lebih yang tidak

diinginkan perusahaan dalam bentuk denda administrasi, dimana sebagaimana telah dijelaskan bahwa PT Daman

telah melakukan pelanggaran peraturan perpajakan yang menyebabkannya dikenakan sanksi berupa denda

sebesar Rp. 352.131.833.

Kata Kunci : Usaha Jasa Konstruksi, Tax Planning

ABSTRACT

This research aims to determine the VAT implementation and the tax planning strategy of PT. Daman Varia

Karya. This research applies qualitative descriptive analysis using a combination of data collection methods:

field and library research. The data are analyzed through Data Reduction, Data Display, and Conclusion

Drawing/Verification by Miles and Huberman, and validated by data triangulation. The research results reveal

that tax (VAT) payment postponement in the tax planning aims to regulate the company's financial flows. In

fact, the underpaid VAT allow PT. Daman Varia Karya to save its tax payable for the January tax period for Rp.

8,225,347. A strategy to avoid violation toward tax regulation is taken as a preventive measure to minimize

unexpected expenses in the form of administrative fines as once experienced by PT Daman Varia Karya where

the company had to spend Rp. 352.131.833.

Keywords: Construction Services Business, Tax planning

Page 2: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

2

PENDAHULUAN

Pada umumnya, perencanaan pajak

(tax planning) merujuk kepada proses

merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak

agar utang pajak berada dalam jumlah yang

minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan

perpajakan (Aviantara & Asociates: 2016).

Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat

diartikan sebagai perencanaan pemenuhan

kewajiban perpajakan secara lengkap, benar,

dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal

menghindari pemborosan sumber daya

(Ompusunggu: 2011). Perencanaan pajak

sendiri pada umumnya selalu dimulai dengan

meyakinkan apakah suatu transaksi atau

kejadian mempunyai dampak perpajakan.

Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak

pajak, apakah dampak tersebut dapat

diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi

jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah

pembayaran pajak tersebut dapat ditunda. Pada

dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi

syarat-syarat berikut: (1) tidak melanggar

ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis dapat

diterima, dan (3) bukti-bukti pendukungnya

memadai (Suandy: 2011).

Tujuan tax planning sendiri bukanlah

untuk menghindari pembayaran pajak, tetapi

merancang atau mengatur agar pajak yang

dibayarkan tidak lebih dari yang seharusnya

(Suandy: 2011). Sehingga dapat kita ketahui

tujuan pokok tax planning adalah untuk

mengurangi jumlah atau total pajak yang harus

di bayarkan oleh wajib pajak yang merupakan

tindakan legal karena penghematan pajak hanya

dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang

diatur oleh undang-undang sehingga menjadi

langkah yang tepat dalam mengefisiensi

pembayaran beban pajak (Suandy: 2011).

Salah satu contoh dari perencanaan pajak

yang digunakan oleh perusahaan adalah

perencanaan pajak untuk meminimalkan

besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

terutang. Suatu perusahaan dapat melakukan tax

planning (perencanaan pajak) dengan cara

antara lain, yaitu memaksimalkan pajak

masukan yang dapat dikreditkan, memperoleh

Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak

(JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan

menunda pembuatan faktur pajak atas penjualan

Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak

(JKP) yang pembayarannya belum diterima,

selambat-lambatnya akhir bulan setelah masa

pajak berakhir (Merantek dan Budiarso, 2016).

Jasa konstruksi adalah layanan jasa

konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,

layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi,

dan layanan jasa konsultasi pengawasan

pekerjaan konstruksi (BPJS Ketenagakerjaan:

2017). Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan

atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan

dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang

mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,

mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan

masing-masing beserta kelengkapannya, untuk

mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik

lain (UU No. 2 Tahun 2011 Tentang Jasa

Konstruksi). Pengenaan pajak pertambahan

nilai atas usaha Jasa Konstruksi disebutkan

dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 42

Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah. Sedangkan untuk tarifnya

sendiri diatur dalam pasal 7 UU nomor 42

tahun 2009.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu

yang meneliti mengenai perpajakan di bidang

usaha konstruksi. Diantaranya penelitian yang

dilakukan oleh Ariyanto dan Hartanto (2011)

yang berjudul “Penerapan Perencanaan Pajak

Penghasilan Pada FA Trico Paint Factory”.

Penelitian ini menyatakan bahwa TPF masih

belum merencanaan pajak secara tepat. Hal ini

ditunjukkan dengan masih banyaknya koreksi

fiskal positif dan negatif yang dilakukan oleh

perusahaan. Penelitian ini juga menyatakan

bahwa TPF dapat menghasilkan penghematan

PPh Badan rata-rata 10% per tahun.

Selanjutnya, Mgammal dan Ismail (2015)

melakukan penelitian lanjutan untuk meninjau

literatur tentang konsep kegiatan perencanaan

pajak untuk perusahaan. Tinjauan literatur yang

digunakan yaitu tentang peluang perencanaan

pajak karena 'kesenjangan' dalam properti

hukum dan pajak bisnis, dan untuk membahas

bagaimana perencanaan pajak dilakukan dengan

pengukuran dan pendekatan yang berbeda dari

perusahaan ke perusahaan lainnya. Dalam

pengaturan saat ini, dimana beban pajak

menjadi semakin penting dalam komposisi

biaya perusahaan, perencanaan pajak adalah

signifikan alat untuk meningkatkan daya saing.

Namun, sedikit yang diketahui tentang

konsekuensi dan hasil perencanaan pajak

sepenuhnya.

Page 3: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

3

Noor et. al. (2010) dalam International

Journal of Trade, melakukan penelitian yang

berupaya menguji efektivitas tarif pajak (ETR)

perusahaan publik Malaysia yang terdaftar di

Bursa Malaysia selama sistem penilaian resmi

dan penilaian mandiri sistem pajak. Penelitian

ini menggunakan data sampel yang

dikumpulkan dari 316 perusahaan dalam

rentang tahun 1993 hingga 2006. Dalam

menentukan dua rezim pajak, Hasil dari

penelitia ini adalah bahwa ETR perusahaan

berada di bawah tarif pajak wajib (STR) di

kedua rezim pajak.

Kemudian Kim et. al. (2018) melakukan

penelitian untuk menyelidiki pertumbuhan

ekonomi yang diharapkan terkait dengan

perencanaan pajak perusahaan. Penelitian yang

dilakukan oleh Kim et. al. menggunakan

metode cross

sectional untuk menganalisis data yang

dikumpulkan. Penelitian tersebut menyoroti

bahwa ekspektasi pertumbuhan pada

tingkat ekonomi makro merupakan penentu

penting dari variasi deret waktu dalam

perencanaan pajak perusahaan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Chow, Huang, Klassen dan Jeffrey (2017)

yang diterbitkan dalam School of Accountancy

Research Paper Series, Hasil analisis cross-

sectional menunjukkan bahwa kemungkinan

relokasi kantor pusat kurang dipengaruhi oleh

perubahan dalam tarif pajak perusahaan negara

pada kantor pusat ketika (i) bobot faktor tingkat

negara bagian digunakan untuk menentukan

pendapatan yang dapat diatribusikan ke properti

yang disukai negara dan penggajian dan (ii)

perusahaan terlibat dalam perencanaan pajak

untuk mengurangi pendapatan kena pajak.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang

diambil penulis adalah penelitian ini

menjelaskan literatur tentang perencanaan pajak

perusahaan dengan memberikan bukti lebih

lanjut tentang bagaimana kebijakan perpajakan

negara mempengaruhi keputusan perusahaan

nyata yang memiliki konsekuensi ekonomi

yang signifikan bagi negara.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh

Feller dan Deborah (2014) menemukan bahwa

terdapat tiga rintangan berbeda dalam proses

perencanaan pajak, yaitu tersedia (ditentukan

oleh konteks bisnis), diinginkan (diberikan

melalui tujuan pajak perencanaan), dan dapat

diterapkan (ditentukan oleh kekuatan manajer

pajak). Kemudian, Badertscher et. al. (2015)

melakukan penelitian, dimana mereka

mengembangkan ukuran penghindaran pajak

yang tidak sesuai berdasarkan rasio pajak tunai

yang dibayarkan ke total aset yang tertinggal.

Rasio ini tidak termasuk akrual pajak, yang

dapat mendistorsi pengeluaran pajak

perusahaan saat ini tetapi menangkap strategi

pajak yang sesuai dan tidak sesuai. Untuk

menghilangkan dampak dari penghindaran

pajak yang tidak sesuai dari rasio, mereka

melakukan regresi rasio pajak tunai yang

dibayarkan ke total aset yang tertinggal pada

total perbedaan pembukuan pajak.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Vrzina (2018) disebutkan bahwa dari 23

perusahaan non keuangan di Serbia

diperiksa apakah perencanaan pajak

mempengaruhi profitabilitas (diukur dengan

rasio ROA dan ROE) dan nilai pasar (diukur

dengan rasio Q dan M / B Tobin). Dengan

menggunakan regresi OLS dan mengendalikan

beberapa perusahaan spesifik dan ekonomi

makro variabel, penelitian ini menunjukkan

bahwa perencanaan pajak berpengaruh

signifikan dan positif profitabilitas dan tidak

mempengaruhi nilai pasar perusahaan.

Berkaca pada penelitian sebelumnya,

peneliti akan meneliti tentang pelaksanaan PPN

serta tax planning pada sebuah usaha jasa

konstrusi. PT Daman Varia Karya merupakan

salah satu perusahaan konstruksi di Surabaya.

Dalam perusahaan tersebut masalah pajak yaitu

terdapat kekurangan bayar PPN sebesar Rp.

160,059,925,-. Kekurangan pembayaran PPN

tersebut baru diketahui setelah dilakukan

pemeriksaan oleh direktorat pajak. Selanjutnya,

menarik untuk diteliti tentang “ANALISIS

STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN

NILAI UNTUK USAHA JASA

KONSTRUKSI PADA PT. DAMAN VARIA

KARYA” dengan lebih mendalam, dimana

dengan adanya sanksi administrasi atas

pelanggaran perpajakan menuntut PT Daman

untuk melakukan perubahan atas pelaksanaan

serta perencanaan pajak di perusahaannya untuk

menghindari kasus serupa.

TELAAH PUSTAKA

Pengertian Pajak

Menurut Soemitro (2003) pajak merupakan

iuran wajib bagi seluruh rakyat yang harus

dibayarkan kepada kas negara menurut

ketentuan undang-undang yang belaku sehingga

Page 4: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

4

dapat dipaksakan dan tanpa adanya imbal jasa

(kontraprestasi) secara langsung, yang

digunakan untuk membiayai pengeluaran

umum negara. Oleh karena itu, semua rakyat

yang menurut undang-undang termasuk sebagai

wajib pajak harus membayar pajak sesuai

dengan kewajibannya (Suminarsasi, 2011).

Ciri-ciri yang yang melekat pada pengertian

pajak menurut Waluyo (2010) adalah: 1) Pajak

dipungut berdasarkan undang-undang serta

aturan pelaksanaan yang sifatnya dapat

dipaksakan; 2) Dalam pembayaran pajak tidak

dapat ditunjukan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah; 3) Pajak dipungut

oleh negara baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah; 4) Pajak diperuntukkan bagi

pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus,

dipergunakan untuk membiayai public

investment dan; 5) Pajak mempunyai tujuan

selain budgetair

Hukum Pajak

Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan

yang mengatur hak dan kewajiban serta

hubungan antara wajib pajak dan pemerintah

selaku pemungut pajak. Menurut Santoso

Brotodihardjo, hukum pajak atau yang juga

dikenal sebagai hukum fiskal merupakan

aturan-aturan yang meliputi wewenang atau hak

pemerintah dalam mengambil kekayaan

seseorang dan memberikannya kembali ke

masyarakat melalui kas negara. Dalam hal ini,

hukum pajak merupakan hukum publik yang

mengatur hubungan orang pribadi atau badan

hukum yang memiliki kewajiban untuk

menunaikan pajak (wajib pajak) dengan negara.

Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan merupakan salah satu jenis

pajak pusat yang objeknya adalah penghasilan

dikenakan terhadap wajib pajak yaitu apabila

syarat subjektif dan syarat objektif sudah

dimiliki oleh WP. Menurut UU No. 36 Tahun

2008, Pengenaan Pajak Penghasilan terhadap

subjek pajak berkenaan dengan penghasilan

yang diterima atau diperolehnya dalam tahun

pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak

apabila menerima atau memperoleh

penghasilan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut

berdasarkan Undang-undang Nomor 8 tahun

1983 merupakan pajak yang dikenakan

terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang

timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi

setiap jalur (Rusdji, 2007:95). Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang

dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari

barang atau jasa dalam peredarannya dari

produsen ke konsumen. Dasar hukum utama

yang digunakan untuk penerapan PPN di

Indonesia adalah UU No. 42 Tahun 2009. PPN

merupakan jenis pajak tidak langsung, PPN

tersebut disetor oleh pedagang yang bukan

penanggung pajak (Daud, 2018).

Wajib Pajak

Menurut Yolanda Uli S (2012), dalam

pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak

terdapat satu pihak yang memegang peranan

penting dalam pemenuhan kewajiban

perpajakan, yaitu wajib pajak. Wajib pajak

memegang peranan penting mengingat

pembayaran pajak dan pelaporan objek pajak

yang diperoleh selama satu periode tertentu

yang ditentukan oleh peraturan perundang-

undangan pajak langsung dilakukan oleh wajib

pajak.

Pemungut/Pemotong Pajak

Masuknya pemungut pajak atau pemotong

pajak sebagai wajib pajak pada dasarnya

merupakan konsekuensi diterapkannya sistem

withholding pada pemungutan pajak di

Indonesia, khususnya pajak pusat. Dengan

demikian pemungut atau pemotong pajak

menjadi wajib pajak karena undang-undang

pajak menentukan keharusan bagi mereka untuk

melakukan pemungutan atau pemotongan pajak

terhadap orang atau badan tertentu. Umumnya

wajib pajak pemungut atau pemotong pajak

diberlakukan pada PPh, PPN, PPnBM, serta

beberapa jenis pajak daerah.

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Kewajiban dan hak perpajakan adalah dua hal

yang saling berhubungan erat dan bersinergi.

Pelaksanaan kewajiban perpajakan hendaknya

seimbang dengan hak perpajakan. Harus

dipaharni bahwa dalarn hukum perpajakan yang

pertama muncul adalah kewajiban perpajakan

yang harus dilaksanakan oleh wajib pajak.

Dalam rangka melaksanakan kewajiban tersebut

munculah hak sebagai jaminan wajib pajak

tidak terganggu oleh siapa pun dalam

memenuhi kewajibannya.

Upaya Hukum Keberatan Pajak

Page 5: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

5

Keberatan pajak adalah mekanisme yang

disediakan Ditjen Pajak bagi wajib pajak yang

tidak puas dan tidak sependapat terhadap hasil

pemeriksaan pajak. Biasanya, wajib pajak yang

menempuh upaya hukum melalui pengajuan

keberatan pajak tidak puas dengan penetapan

jumlah rugi, total jumlah pajak, dan jumlah

potongan pajak yang diputuskan petugas

pemeriksa. Terdapat beberapa alasan yang

memicu wajib pajak mengajukan keberatan

pajak pada Ditjen Pajak, diantaranya:

1. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

(SKPLB).

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

(SKPKB).

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Baya

Tambahan (SKPKBT).

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).

5. Pemotongan atau pemungutan pajak

oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan

peraturan perpajakan.

Tax Planning

Tax Planning dilakukan oleh Wajib Pajak baik

badan maupun pribadi dalam rangka

meminimalkan pajak yang terutang yang harus

dibayar kepada negara. Secara teoritis, tax

planning dikenal sebagai effective tax planning,

yaitu seorang wajib pajak berusaha mendapat

penghematan pajak (tax saving) melalui

prosedur penghindaran pajak (tax avoidance)

secara sistematis sesuai ketentuan UU

perpajakan (Ompusunggu, 2011:3).

Jasa Konstruksi

Jasa kontruksi adalah layanan jasa konsultasi

perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa

pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan

jasa konsultasi pengawasan pekerjaan

konstruksi. Pengguna Jasa adalah orang pribadi

atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang

memerlukan layanan jasa konstruksi. Penyedia

Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk

bentuk usaha tetap, yang kegiatan usahanya

menyediakan layanan jasa konstruksi baik

sebagai perencana konstruksi, pelaksana

konstruksi dan pengawas konstruksi maupun

sub-subnya. Nilai Kontrak Jasa Konstruksi

adalah nilai yang tercantum dalam satu kontrak

jasa konstruksi secara keseluruhan. Atas

penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi

dikenakan Pajak (BPJS Ketenagakerjaan:

2017).

Profil Perusahaan

PT. Daman Variakarya didirikan di surabaya

pada tahun 1992, merupakan badan usaha yang

bergerak dibidang kontraktor, developer dan

pertemanan. Badan usaha ini didukung oleh

tenaga-tenaga ahli yang terampil dan

berkompeten. Sampai dengan saat ini PT

Daman Variakarya telah banyak menyelesaikan

proyek-proyek pembangunan dan

pengembangan di beberapa kota besar baik

dibidang perumahan maupun pembangunan

gedung, lengkap dengan prasarananya. Hal ini

terjadi karena PT Daman Variakarya

mempunyai Visi dan misi yang kuat tentang

perkembangan dunia usaha jasa kontraktor.

Sejalan dengan berkembangnya perekonomian

yang semakin meningkat khususnya di

Surabaya dan sekitarnya, maka berdampak pula

terhadap kebutuhan pembangunan sarana dan

prasarana termasuk perumahan dan fasilitasnya.

PT Daman Variakarya senantiasa ikut

berpartisipasi dalam pembangunan yang

berkualitas dan berwawasan kedepan, tidak

hanya diperkotaan tetapi juga sampai

kepedesaan sehingga seluruh lapisan

masyarakat dapat ikut merasakan adanya

peningkatan kemajuan pembangunan. PT

Daman Variakarya juga bergerak dibidang

developer yang memungkinkan dapat memberi

kontribusi dalam menyediakan kawasan

pemukiman dan perumahan yang serasi dengan

lingkungan yang seimbang dengan sarana dan

prasarananya.

PT Daman Variakarya berkomitmen pada

kebijakan K3 terhadap pelaksanaan aktivitas

pekerjaan dalam keadaan aman, yang artinya

efisien dan memenuhi Peraturan Perundang-

Undangan K3 & Lingkungan Hidup. Tujuan PT

Daman Variakarya adalah untuk memberikan

lingkungan kerja yang bebas dari kecelakaan.

PT Daman Variakarya juga telah mengenali

potensi-potensi bahaya yang timbul baik dari

peralatan maupun lingkungan serta menekan

dan meminimalkan bahaya tersebut. Tenaga

kerja merupakan sumber daya yang berharga .

Ketika kualitas dan produktivitas menjadi kritis

terhadap operasi kinerja kami, hal tersebut akan

berdampak pada menurunnya tingkat

keselamatan personil atau perlindungan

terhadap lingkungan. Untuk mencapai tujuan

yang berupa meningkatnya sistem keselamatan

dan kesehatan kerja, diperlukan adanya

kerjasama dan pemahaman yang baik mengenai

Page 6: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

6

K3 dari seluruh tim di perusahaan. Keselamatan

dan kesehatan kerja merupakan aspek penting

yang harus diperhatikan disamping aspek mutu

atau kualitas produksi. Sehingga perusahaan

memiliki kebijakan K3 dan prosedur manual

yang telah dikembangkan untuk selalu menjadi

panduan dalam melaksanakan pekerjaan yang

diharapkan dapat mencapai salah satu tujuan

mengenai K3 yaitu “Zero Accident”.

METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian langsung

yang dilakukan di PT Daman Varia Karya yang

bertepat di kota Surabaya. Penentuan lokasi

penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa

PT Daman Varia Karya merupakan salah satu

perusahaan jasa konstruksi yang banyak

menangani proyek pembangunan besar di

Surabaya. Selain itu, berdasarkan pengamatan

peneliti, di PT Daman Varia Karya terdapat

beberapa kasus mengenai pajak, dimana salah

satunya yaitu kekurangan dalam pembayaran

PPN. Sehingga, dengan alasan tersebut

mendukung peneliti untuk memilih PT Daman

Varia Karya sebagai subjek dalam penelitian

ini.

Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analisis

deskriptif kualitatif karena memberikan fakta

dari prosedur atau kejadian yang terjadi dengan

tujuan untuk membuat gambaran secara

sistematis dan akurat serta sesuai dengan tujuan

penelitian. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang pengumpulan datanya tidak

dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh

fakta-fakta yang ditemukan pada saat

penelitian di lapangan (Sugiyono, 2012:15).

Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan

bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang

ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan

menjadi hipotesis atau teori. Hasil penelitian

berupa kutipan dari hasil wawancara dan

observasi yang telah diolah dan kemudian

disajikan secara deskriptif dalam bentuk

penjabaran kata-kata.

Variabel Penelitian

Sudjana dan Ibrahim (2001:23) menyatakan

variabel penelitian dapat dikatakan sebagai

atribut dari suatu individu, objek, gejala dan

peristiwa tertentu yang dapat diukur secara

kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan, variabel

penelitian dijelaskan oleh Sugiyono (2016:38)

yaitu pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya.

Sesuai dengan judul yang dipilih, yaitu

“Analisis Studi Kasus Pajak Pertambahan Nilai

Untuk Usaha Jasa Konstruksi Pada PT. Daman

Varia Karya”, maka variabel penelitiannya

yaitu :

1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2. Tax planning

3. Usaha Jasa Konstruksi

Berikut merupakan operasionalisasi variabel

dalam penelitian ini:

1. Pajak Pertambahan Nilai, adalah pungutan

yang dibebankan atas transaksi jual- beli barang

dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak

pribadi atau wajib pajak badan yang telah

menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Merupakan pajak tidak langsung (indirect tax),

dimana pemikul beban pajak dan penanggung

jawab atas pembayaran pajak ke kantor

pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda

(Direktorat Jendral Pajak, 2019).

2. Perencanaan pajak adalah suatu proses

organisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa,

sehingga utang pajaknya baik pajak penghasilan

maupun pajak lainnya berada dalam posisi

paling efisien sepanjang hal itu dimungkinkan

baik oleh peraturan perundang-undangan

perpajakan maupun komersial (Pohan,

2013:16).

Usaha Jasa Konstruksi, yaitu layanan jasa

konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,

layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi,

dan layanan jasa konsultasi pengawasan

pekerjaan konstruksi (Ivan, 2010).

Teknik Pengumpulan

Penelitian ini menggunakan dua metode

pengumpulan data. Metode pertama yaitu field

research atau penelitiaan lapangan berupa

observasi, wawancara serta dokumentasi di

lokasi penelitian. Metode yang kedua yaitu

metode Library Research atau penelitian

kepustakaan, yaitu data yang digunakan

merupakan data skunder yang diperoleh

bersumber dari buku-buku serta jurnal online.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data kualitatif, yaitu data yang tidak

berupa angka, seperti kondisi perusahaan

seperti latar belakang perusahaan, struktur

organisasi, tujuan perusahaan dan rencana

perusahaan serta kebijaksanaan perusahaan.

Data tersebut dapat diperoleh secara lisan

Page 7: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

7

maupun tulisan. Data kuantitatif atau angka

dalam penelitian ini merupakan data skunder,

atau yang sifatnya sebagai pendukung

penelitian. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh

dengan melakukan wawancara langsung dengan

pihak perusahaan yang dilakukan melalui divisi

keuangan atau pihak-pihak yang terkait. Dalam

hal ini peneliti mendapatkan data tentang

laporan kesalahan kekurangan pembayarn pajak

dari divisi keuangan perusahaan.

2. Data sekunder, data yang berupa catatan-

catatan perusahaan dalam bentuk laporan

keuangan dan lampiran-lampiran serta literatur

yang berhubungan dengan penulisan ini. Data

sekunder dalam penelitian ini adalah informasi

umum tentang perusahaan serta hasil

wawancara mendalam tentang cara perusahaan

mengambil kebijakan terkait tata cara

menghadapi masalah kekurangan pembayaran

pajak tersebut.

Informan yang berkaitan langsung dengan

penelitian ini adalah:

1. Jurnal, baik nasional maupun internasional

yang menjadi bahan dalam penelitian ini.

Dalam hal ini, yang digunakan oleh peneliti

sebagai sumber adalah jurnal yang membahas

tentang masalah perpajakan dalam perusahaan

konstruksi.

2. Bagian keuangan perusahaan, untuk

mendapatkan data mengenai pelaporan pajak

perusahaan, sebagaimana yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa laporan perpajakan

perusahaan merupakan data primer dalam

penelitian ini.

3. Pihak direksi atau pejabat perusahaan yang

berwenang, sebagai perwakilan perusahaan

untuk diwawancarai dalam rangka mengetahui

kebijakan-kebijakan yang berlaku diperusahaan,

dalam hal ini yang dibutuhkan oleh peneliti

adalah sikap dan kebijakan perusahaan dalam

menghadapi sanksi tambah bayar akibat

kekurangan pembayaran pajak perusahaan.

4. Konsultan Pajak, merupakan konsultan yang

menangani masalah perpajakan yang dihadapi

oleh perusahaan, menyediakan informasi terkait

alur kasus yang dihadapi serta peraturan

perpajakan yang dilanggar oleh perusahaan.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data adalah proses

penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diimplementasikan.

Analisis data dilakukan dengan tujuan agar

informasi yang dihimpun akan menjadi jelas.

Sesuai dengan penelitian maka teknik analisis

data yang digunakan untuk menganalisis data

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Teknik analisis data kualitatif Menurut Miles

and Huberman (1996: 177) dikemukakan

bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktifitas dalam analisis data tersebut yaitu Data

Reduction, Data Display, dan Conclusion

Drawing/Verification. Langkah-langkah

tersebut sebagai berikut (Miles dan Huberman,

1996: 16-20):

A. Data Reduction (Reduksi Data

Mereduksi data itu berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan begitu

data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

B. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi maka langkah

selanjutnya adalah data display atau

penyajian data. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan penelitian kualitatif sehingga

penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya.

C. Conclusion Drawing / Verification

Langkah selanjutnya adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi, tahap penarikan

kesimpulan ini merupakan tahap terakhir dalam

analisis data. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung.

Gambar 3. 1 Komponen Dalam Analisis

Agar penelitian menjadi valid dan dapat

dipertanggung jawabkan maka harus ada

validitas data. Pada penelitian ini, validitas data

Page 8: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

8

yang digunakan adalah triangulasi data yaitu

teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

data itu. untuk mempermudah dalam penarikan

kesimpulan. Triangulasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah (Moleong, 2002: 178):

1. Menggunakan teknik triangulasi sumber,

pejabat perusahaan, direksi, dan laporan tertulis.

Triangulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informan yang berbeda

dalam metode kualitatif. Dalam penelitian ini

proses triangulasi data dilakukan dengan cara

memadukan data yang diperoleh dari hasil

wawancara yang dilakukan dengan pejabat

perusahaan dan direksi dengan data tertulis dari

perusahaan.

2. Triangulasi metode yaitu peneliti

mengumpulkan data yang sejenis dengan

menggunakan teknik pengumpulan sumber data

yang berbeda untuk memperoleh data tentang

masalah yang dihadapi oleh PT Daman Varia

Karya. Triangulasi dalam penelitian ini

menggunakan wawancara kepada bagian

keuangan perusahaan, Direksi perushaan,

Konsultan Pajak, observasi lapangan, dan

dokumentasi laporan perusahaan.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi peneliti agar tidak melebar

luas, peneliti memfokuskan penelitian ini pada

tax planning yang dilakukan PT Daman Varia

Karya sebagai perusahaan jasa konstruksi.

HASIL PEMBAHASAN

PT Daman Varia Karya dan Timbulnya

Permasalahan Perpajakan

PT. Daman Varia Karya merupakan badan

usaha yang bergerak dibidang kontraktor,

developer dan pertemanan. Usaha inti PT

Daman adalah jasa konstruksi yang sering

mengikuti tander proyek jasa konstruksi yang

dilakukan oleh pemerintah. Syarat untuk

mengikuti tender tersebut adalah perusahaan

kontraktor diwajibkan berada dalam klasifikasi

golongan menengah keatas. Maka PT Daman

harus menyesuaikan klasifikasi usaha jasa

konstruksi yang dijalankannya menjadi usaha

konstruksi dengan golangan menengah ke atas.

Usaha PT Daman untuk mengikuti tender

tersebut dibuktikan dengan adanya sertifikasi

izin usaha jasa konstruksi (SIUJK/ surat Izin

Usaha Jasa Konstruksi) mengah ke atas nomor

188.4/121/436.7.5/2019 tanggal 19 Februari

2019 serta SBU (sertifikasi badan usaha

terlampir). Sehingga, kualifikasi usaha PT

Daman berdasarkan UU No. 2 Tahun 2017

Tentang Jasa Konstruksi adalah sebagai

pelaksana konstruksi menengah.

Undang-undang No. 2 Tahun 2017 Tentang

Jasa Konstruksi tentang Jasa Konstruksi

membagi jenis usaha konstruksi menjadi 3

bagian yaitu:

1. Perencanaan Konstruksi

Usaha Perencanaan Konstruksi adalah

pemberian layanan jasa perencanaan dalam

pekerjaan konstruksi yang meliputi:

A. Survei.

B. Studi kelayakan proyek, industri dan

produksi.

C. Perencanaan teknik, operasi dan

pemeliharaan.

D. Penelitian.

Jenis usaha yang dilaksanakan oleh perencana

konstruksi yaitu Konsultan dan Designer yang

diwajibkan untuk memiliki sertifikat keahlian.

2. Pelaksanaan Konstruksi

Usaha Pelaksanaan Konstruksi adalah

pemberian layanan jasa pelaksanaan dalam

pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian

kegiatan atau bagian- bagian dari kegiatan

mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan

penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi.

Usaha ini dilaksanakan oleh pelaksana

konstruksi (kontraktor) yang wajib memiliki

sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.

3. Pengawasan Konstruksi

Usaha Pengawasan Konstruksi adalah

pemberian layanan jasa pengawasan baik

keseluruhan maupun sebagian pekerjaan

pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan

lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil

konstruksi, yang dapat terdiri dari Pengawasan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan

Pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan

waktu dalam proses pekerjaandan hasil

pekerjaan konstruksi.

Permasalahan perpajakan di PT Daman dimulai

ketika PT Daman mendapatkan job untuk

melaksanakan proyek diluar tender yang

dilakukan oleh pemerintah. Pada dasarnya, PT

Daman itu merupakan perusahaan jasa

konstruksi yang patuh dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya. Akan tetapi,

dikarenakan ingin mendapatkan pekerjaan

proyek lain di luar proyek pemerintah, maka

pimpinan PT Daman dengan sengaja

Page 9: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

9

menyembunyikan penghasilan atas jasa

konstruksi sebesar Rp. 1.600.599.248 (Satu

Miliyar Enam Ratus Juta Lima ratus Sembilan

puluh Sembilan Ribu Dua ratus Empat puluh

Delapan Rupiah).

Berdasarkan pasal 4A ayat 4 UU No. 42 tahun

2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang

Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah, PT Daman seharusnya melaporkan dan

membayar pungutan pajak karena usaha jasa

konstruksi termasuk kedalam usaha yang kena

pajak dan diwajibkan membayar PPN. Besar

PPN yang harus dibayarkan adalah 10% dari

DPP sesuai dengan pasal 7 ayat 1. Pelaporan

dan pembayaran PPN tersebut tidak dilaporkan

oleh PT Daman dengan asumsi bahwa hal

tersebut tidak akan diketahui oleh Direktorat

Jendral Pajak, dimana pajak tersebut seharusnya

dibayarkan pada bulan November 2017.

Penggelapan pendapatan tersebut baru diketahui

ketika ada pemeriksaan laporan perpajakan

yang dilakukan oleh Ditjen Pajak terhadap PT

Daman pada tahun 2018. Pemeriksaan pajak

secara umum dimaksudkan untuk menguji

kepatuhan Wajib Pajak terhadap implementasi

perpajakan yang dijalankan olehnya melalui tax

return yaitu pengisian SPT dengan lengkap,

jelas dan benar berikut dengan lampirannya

berupa laporan keuangan audited (laporan

keuangan komersial) dan telah dilakukan

rekonsiliasi terhadap laporan keuangan fiscal

yang merupakan kesatuan laporan perpajakan.

Adanya pemeriksaan laporan perpajakan

tersebut menyebabkan ditemukannya

pendapatan perusahaan yang sengaja tidak

dilaporkan pada tahun 2017. Bedasarkan

temuan tersebut, PT Daman dikenakan sanksi

denda berupa 100% dari nilai pajak yang

seharusnya dibayar pada tahun 2017

dikarenakan kenaikan denda administrasi

sesuai dengan Pasal 13A ayat 3 Undang-

undang

Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Nomor

28 tahun 2007. Serta denda atas

pelanggaran berupa tidak memberikan faktur

pajak sebesar 2% dari pajak yang seharusnya

dibayarkan sesuai dengan pasal 14 Undang-

undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP)

Nomor 28 tahun 2007. Sehingga total denda

yang harus dibayarkan oleh PT Daman adalah

sebesar Rp. 352.131.833 (Tiga ratus lima puluh

dua juta seratus tiga puluh satu ribu delapan

ratus tiga puluh tiga rupiah) dengan perincian

sebagai berikut:

Pajak yang harus dibayarkan

10% dari DPP

Rp. 160.059.924

Denda kenaikan administrasi

100% dari PPN

Rp. 160.059.924

Denda tidak menerbitkan faktur pajak

2% dari DPP

Rp. 32.011.985

Total denda Rp. 352.131.833

Pemeriksaan Bukti Permulaan Pada PT

Daman Varia Karya

Bukti Temuan pada PT Daman berkaitan

dengan pemeriksaan dokumen perpajakan

khususnya PNN untuk usaha jasa konstruksi.

Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan untuk

menegaskan bahwa terdapat bukti

penyimpangan pajak yang dapat menjadi acuan

untuk dilakukan penyidikan tindak pidana di

bidang perpajakan tersebut. Maka tahapan

pemeriksaan bukti permulaan tersebut terlebih

dahulu dilakukan untuk menghindari dan

mencegah terjadinya tindak pelanggaran atas

hak wajib pajak.

Menurut Pasal 1 angka 26 UU No. 28 Tahun

2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan bahwa Bukti Permulaan adalah

keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa

keterangan, tulisan, atau benda yang dapat

memberikan petunjuk adanya dugaan kuat

bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak

pidana di bidang perpajakan yang dilakukan

oleh siapa saja yang dapat menimbulkan

kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan

Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah

pemeriksaan yang dilakukan untuk

mendapatkan bukti permulaan tentang adanya

dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang

perpajakan.

Tindak pidana di bidang perpajakan terindikasi

karena adanya bukti permulaan, persyaratan

dinyatakannya bukti permulaan adalah adanya

unsur pidana dan dua alat bukti yang telah

sesuai aturan perpajakan. Saat bukti permulaan

dirasa telah memenuhi syarat dari perpajakan

selanjutnya akan dibuat Surat Perintah

Penyidikan (Sprindik). Setelah dikeluarkannya

surat perintah penyidikan daluwarsa penagihan

pajak dihitung sejak tanggal penerbitan Surat

Page 10: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

10

Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang

perpajakan.

Pada tahun 2014 dikeluarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 239/PMK.03/2014

tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti

Permulaan Tindak Pidana di Bidang

Perpajakan. Pada Pasal 5 Ayat (1) menjelaskan

bahwa pemeriksa bukti permulaan

melaksanakan pemeriksaan bukti permulaan

secara terbuka dalam jangka waktu paling lama

12 (dua belas) bulan sejak tanggal penyampaian

surat pemberitahuan pemeriksaan bukti

permulaan sampai dengan tanggal laporan

pemeriksaan bukti permulaan. Pada pasal 5

Ayat (4) menyatakan bahwa kepala unit

pemeriksaan bukti permulaan dapat

memberikan perpanjangan jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) paling

lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak

berakhinya jangka waktu sebagaimana

dimaksud pada Ayat (1).

Sedangkan hasil pemeriksaan bukti permulaan

sendiri terdapat dua kemungkinan, yaitu

pertama, terdapat cukup bukti permulaaan dan

dugaan bahwa wajib pajak sedang dan telah

melakukan tindak pidana maka dapat diteruskan

penyidikan. Unsur-unsur pidana harus

memenuhi isi pasal 38 dan 39 KUP. Kedua,

tidak terdapat cukup bukti permulaan dan

dugaan yang kuat bahwa wajib pajak sedang/

telah melakukan pidana perpajakan/salah satu

unsur tindak pidana perpajakan pasal 38 dan 39

KUP tidak terpenuhi sehingga tidak dilanjutkan

ke tahap penyidikan. Sehingga konsekuensi

yang akan diterima oleh perusahaan adalah

tindak lanjut penetapan pajak yang mungkin

masih terutang dan sanksi administrasinya.

Wajib Pajak yang terdapat indikasi bahwa tidak

melaksanakan kewajiban perpajakan dengan

benar, akan diuji kepatuhan Wajib Pajak, dan

dilakukan pemeriksaan sebagai perwujudan dari

penegakan hukum tersebut. Sama halnya

dengan yang terjadi pada PT Daman. Sanksi

yang dijatuhkan ke PT Daman merupakan salah

satu hukuman yang diberikan oleh Ditjen Pajak

kepada PT Daman. Dalam setiap pemberian

hukuman denda atas pelanggaran perpajakan

sendiri melalui proses yang panjang yang

dimulai dari pemeriksaan bukti permulaan.

Pada tahap ini, pemeriksa bukti permulaan

berupaya mencari setidaknya dua bahan bukti

yang menguatkan dugaan bahwa telah terjadi

tindak pidana pajak. Namun, wajib pajak diberi

kesempatan menyelesaikan pembayaran pokok

ditambah denda sebesar maksimal 150%

sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (3) UU

KUP agar proses pemeriksaan bukti permulaan

dihentikan. Jika pembayaran

tidak diselesaikan, penyidik akan meningkatkan

status pemeriksaan bukti permulaan menjadi

penyidikan.

Pada Pasal 13 Ayat (1) UU KUP disebutkan

bahwa dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya

Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun

Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat

menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar dalam hal-hal apabila berdasarkan hasil

pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang

terutang tidak atau kurang dibayar. Pada Pasal

13 Ayat (4) disebutkan bahwa besarnya

pajak yang terutang yang diberitahukan oleh

Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan

menjadi pasti sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan

apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah

saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa

Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak

tidak diterbitkan surat ketetapan pajak.

Sedangkan dalam Pasal 40 UU KUP disebutkan

bahwa tindak pidana dibidang perpajakan tidak

dapat dituntut setelah lampau 10 Tahun sejak

saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak,

berakhirnya bagian tahun pajak, atau

berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.

Sedangkan penyidikan tindak pidana dibidang

perpajakan merupakan tindakakan yang

dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu

membuat terang tindak pidana dibidang

perpajakan serta menemukan tersangkanya

sebelum dilimpahkan kepengadilan. Penyidik

merupakan Pejabat PNS dilingkungan

Direktorat Jenderal Pajak yang diberi

wewenang khusus sebagai penyidik untuk

melakukan penyidikan tindak pidana Pajak.

Tindak pidana tersebut meliputi:

A. Kealpaan sebagaimana menurut pasal 38 UU

KUP

B. Kesengajaan sebagaimana menurut pasal 39

UU KUP

C. Kesengajaan Penerbitan/Penggunaan Faktur

Pajak (pasal 39A UU KUP)

D. Sanksi Pidana terhadap Pejabat (pasal 41

UU KUP)

E. Sanksi Pidana bagi Wajib Pajak meberikan

keterangan (pasal 41A UU KUP)

Page 11: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

11

F. Sanksi Pidana bagi yang menghalangi atau

mempersulit penyidikan (41B UU KUP)

G. Sanksi tidak memenuhi kewajiban

memberikan data dan informasi (pasal 41C UU

KUP)

H. Menyuruh, menganjurkan, membantu tindak

pidana perpajakan ( pasal 43 UU KUP)

Dalam hal ini, yang dilakukan oleh PT Daman

adalah termasuk kedalam tindakan kesengajaan

dan kealpaan. Dalam tahap penyidikan,

penyidik akan melakukan tindakan pro-justicia

dengan memanggil tersangka, saksi, dan ahli

untuk diperiksa. Pada tahap akhir, penyidik

membuat berkas perkara dan melimpahkannya

ke kejaksaan. Upaya ini dapat dihentikan jika

wajib pajak menyelesaikan pembayaran

kerugian negara sebesar pokok ditambah denda

empat kali lipat Pasal 44 ayat (2) UU KUP).

Jika tidak dilakukan, penyidikan akan berlanjut

menjadi penuntutan dan persidangan di

pengadilan. Biarkan hakim yang memutuskan

hukuman apa yang layak bagi pelaku pidana

pajak.

Jadi, tujuan penindakan pidana pajak sebagai

cara terakhir memperbaiki perilaku wajib pajak

(ultimum remidium) adalah membuat wajib

pajak lebih patuh terhadap aturan perpajakan

dan menimbulkan efek jera (deterrent effect)

kepada para pelanggar peraturan perpajakan.

Bukan hanya terhadap wajib pajak sebagai

pelaku, namun juga wakil, kuasa, pegawai dari

wajib pajak, dan pihak lain yang menyuruh

melakukan, turut serta melakukan, yang

menganjurkan, atau yang membantu melakukan

tindak pidana di bidang perpajakan.

Tindak pidana pajak bukan saja merugikan

penerimaan negara, tetapi juga mereka yang

berhak atas kesejahteraan dan pelayanan dari

negara. Sama halnya dengan PT Daman sendiri.

Kasus yang dialami oleh PT Daman akan

diuraikan sebagai berikut:

No.

KETERANGAN

YANG DILAPORKAN

YANG SEHARUSNYA DILAPORKAN

SELISIH

1 PENDAPATAN

32.287.951.509

33.888.550.757

1.600.599.248

2 HPP 30.027.794.903

31.516.352.204

1.488.557.301

3 LABA BRUTO

2.260.156.606

2.372.198.553

112.041.947

4 BEBAN 868.616. 868.616. 0

No.

KETERANGAN

YANG DILAPORKAN

YANG SEHARUSNYA DILAPORKAN

SELISIH

ADMIN DAN UMUM

700 700

5 LABA BERSIH SEBELUM PPH

1.391.539.906

1.503.581.853

112.041.947

6 PPH 968.638.545

1.016.656.523

49.017.978

7 LABA BERSIH SETELAH PPH

422.901.361

486.925.330

64.023.969

8 PPN 10%

3.228.795.151

3.388.885.076

160.059.925

9 DENDA PASAL 13 (3) KUP

- - 160.059.925

10

DENDA PASAL 14 (4) KUP

- - 32.011.985

Perbandingan tersebut menunjukkan adanya

kerugian yang dialami oleh PT Daman yang

sangat signifikan akibat tidak melaporkan

pengahsilan/pendapatan yang sebenarnya

sehingga PT Daman Kena Sanksi Administrasi

Pajak atas tidak diterbitkannya Faktur Pajak

Serta tidak memungut PPN yang seharusnya

dipungut tetapi tidak dipungut dan disetorkan

sebesar RP. 352.131.835. Nominal tersebut

merupakan nominal kerugian yang dialami oleh

PT Daman dikarenakan tidak melaporkan pajak

yang seharusnya dilaporkan. Peristiwa tersebut

menjadi pelajaran bagi PT Daman agar

kedepannya lebih patuh terhadap peraturan

perpajakan yang berlaku.

Atas sanksi tersebut PT Daman kemudian

mengajukan permohonan untuk untuk

memperoleh pengurangan dan penghapus

sanksi administrasi kepada KPP Pratama

Rungkut Surabaya pada 2 November 2019

dengan nomor surat permohonan

03/DAMAN/S-Pajak/XII/2019. PT Daman

menyatakan bahwa perusahaannya hanya

mampu membayar denda sebesar Rp

Page 12: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

12

160.059.952 (Seratus enam puluh juta lima

puluh sembilan ribu delapan ratus lima puluh

rupiah). PT Daman berharap permohonannya

dalam pengurangan dan penghapusan sanksi

tersebut dikabulkan dan untuk selanjutnya PT

Daman tidak melakukan lagi atas kesalahan

tidak menerbitkan faktur pajak yang sabgat

merugikan pihak perusahaan. Berdasarkan

uraian pembahasan dalam penelitian ini, dapat

diketahui bahwa mematuhi aturan perpajakan

menjadi hal yang sangat penting. Hal ini perlu

dilakukan agar tidak merugikan perusahaan dan

pemerintah. Sanksi perpajakan juga dinilai

memberikan efek jera terhadap PT Daman agar

tidak mengulangi kesalahan dalam melakukan

penggelapan perpajakan

Tax Planning PPN PT Daman Varia Karya

Peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi PT

Daman agar kedepannya lebih patuh terhadap

peraturan perpajakan yang berlaku. Dalam

melakukan perencanaan pajak untuk pajak

pertambahan nilai (PPN) tahapan perencanaan

pajak (Tax planning) dapat dilakukan oleh PT

Daman sebagai berikut:

1. Memaksimalkan PPN masukan yang dapat

dikreditkan;

Perusahaan sebaiknya memperoleh Barang

Kena Pajak (BKP/ Jasa Kena Pajak (JKP) dari

Pengusaha Kena Pajak (PKP) supaya pajak

masukannya (PM) dapat dikreditkan.

Perusahaan perlu mengamati dengan cermat

jangan sampai terdapat pajak masukan (PM)

yang belum dikreditkan lagi.

Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan

adalah pajak masukan yang berhubungan

langsung dengan produksi,distribusi,pemasaran,

dan menajemen atas BKP/JKP. Pajak masukan

(PM) yang belum dikerditkan dengan pajak

keluaran pada masa pajak yang sama dapat

dikreditkan pada masa pajak berikutnya

selambat-lambatnya pada bulan ketiga setelah

berakhirnya tahun buku yang bersangkutan,

sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan

belum dilakukan pemeriksaan.

2. Dalam hal penjualan BKP/JKP yang

pembayaran belum diterima, kewajiban

pembayar atas PPn yang terutang pajak dapat

ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah

penyerahan Barang Kena Pajak(BKP)/Jasa

Kena Pajak (JKP).

Melakukan perencanaan pembayaran kewajiban

pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku

dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran

PPN. Untuk menunda pembayaran PPN dapat

dilakukan dengan menunda pembayaran pajak

sampai batas waktu yang diperkenankan,

khususnya atas penjualan kredit, karena penjual

dapat membayar pajak kurang bayark pada

akhir bulan berikutnya setelah bulan

penyerahan pajak. Hal ini dilakukan oleh PT

Daman untuk memperoleh aliran kas yang

cukup untuk menjalankan aktivitas perusahaan,

dengan kata lain kas yang dipergunakan untuk

membayar pajak bisa digunakan terlebih dahulu

untuk kepentingan perusahaan, maka PT

Daman dapat menunda pembayaran Pajak

Kurang Bayarnya sampai akhir bulan

berikutnya. Misalnya proyek bulan Januari,

Vendor akan melakukan pembayaran pada

bulan Januari juga. Selanjutnya PT Daman

menunda pembayaran sampai akhir bulan

Pebruari. Penghematan pajak yang terjadi atas

penundaan pembayaran pajak tersebut nampak

pada masa pajak Januari yang dibayar pada

akhir bulan Pebruari. Dengan ilustrasi sebagai

berikut:

Dapat kita hitung bahwa total pajak keluaran

pada masa pajak Januari adalah Rp.

10.786.610,-, sedangkan pajak masukannya Rp.

2.561.263,-.

Perhitungan kewajiban pajak yang harus

dibayarkan oleh PT. Daman pada masa pajak

Januari adalah sebagai berikut :

PK ±PM = Pajak Kurang / (Lebih) Bayar

Rp. 10.786.610 ± Rp. 2.561.263= Rp.

8.225.347

Pajak Kurang Bayar PT. Daman pada bulan

Januari Rp. 8.225.347. Dengan menunda

pembayaran pajak kurang bayar sampai akhir

bulan berikutnya , maka PT. Daman

menghemat nominal pajak terutang untuk masa

pajak Januari sebanyak Rp. 8.225.347,- sampai

akhir bulan Pebruari.

Tindakan tersebut dapat dikatagorikan bahwa

perusahaan telah melakukan upaya :

A. Tax avoidance

Tax avoidance sama halnya sebagai upaya yang

dilakukan oleh wajib pajak baik perorangan

maupun badan hukum atau usaha untuk

meminimalisir pembayaran pajak. PT Daman

mengalami kerugian akibat tidak melaporkan

penghasilan/pendapatan yang sebenarnya

sehingga PT Daman Kena Sanksi Administrasi

Pajak atas tidak diterbitkannya Faktur Pajak

Serta tidak memungut PPN yang seharusnya

dipungut tetapi tidak dipungut dan disetorkan

sebesar RP. 352.131.835. Oleh karena itu, PT

Daman mengubah pungutan PPN yang akan

Page 13: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

13

dibayarkan ketika mendapatkan proyek dan

tetap melakukan kewajibannya untuk

melaporkan SPT masa PPH 21 dan SPT PPN.

Sebelum peristiwa ditemukannya pelanggaran

perpajakan oleh PT Daman, PT Daman

beranggapan bahwa strategi ini akan

menguntungkan karena PT Daman

mendapatkan laba yang lebih besar. Sedangkan

setelah peristiwa ini, PT Daman mendapat

pelajaran bahwa melanggar peraturan

pemerintah justru menimbulkan masalah baru

dan menimbulkan kerugian finansial bagi

perusahaan.

B. Tax saving

Tax saving merupakan upaya efisiensi beban

pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan

pajak dengan tarif yang lebih rendah. Langkah

ini termasuk langkah dari tax planning untuk

memanfatkan aturan-aturan pajak yang belum

diatur agar pembayaran pajak yang tidak

semestinya terjadi lebih bisa dihindari.

Kelemahan dari strategi ini adalah PT Daman

merupakan perusahaan jasa konstruksi yang

dikenai pajak yang bersifat final, sehingga tidak

ada pilihan untuk membayar pajak yang lebih

rendah.

3. Selanjutnya, PT Daman melakukan

perbaikan atas perencanaan pembayaran pajak

tersebut, kemudian mengupdate rencana pajak

yang telah diperbaiki. Berdasarkan hasil

evaluasi dan perbaikan, maka perencanaan

pajak yang dapat dilakukan oleh PT Daman

adalah meliputi dua strategi, yaitu menghindari

pelanggaran atas peraturan perpajakan sebagai

upaya preventif untuk menghindari adanya

pengeluaran lebih yang tidak diinginkan

perusahaan dalam bentuk denda administrasi

serta melakukan penundaan pembayaran pajak,

dimana hal tersebut dapat dilakukan PT Daman

untuk menolong peredaran keuangan

perusahaan terutama aliran pajak masukan dan

pajak keluaran perusahaan.

PENUTUP

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan

pada rumusan masalah dan tujuan penelitian

maka dapat ditarik kesimpulanya bahwa:

1. Dalam pelaksanaan kewajiban

pemotongan pemungutan serta pelaporan PPN

PT Daman telah melakukan tindakan yang

melanggar ketentuan perundang-undangan

perpajakan yaitu tidak melaporkan dengan

sebenarnya adanya transaksi pekerjaan proyek

jasa konstruksi dan tidak melakukan

pemotongan PPN serta tidak mencetak faktur

pajak. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam

hal pelaksanaan pemotongan PPN, PT Daman

masih tidak patuh terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Berdasarkan hasil evaluasi dan perbaikan,

maka tax planning yang dapat dilakukan oleh

PT Daman adalah meliputi dua strategi, yaitu :

A. Melakukan Perencanaan Kewajiban

Pembayaran Pajak.

Melakukan perencanaan pembayaran kewajiban

pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku

dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran

PPN. Untuk menunda pembayaran PPN dapat

dilakukan dengan menunda pembayaran pajak

sampai batas waktu yang diperkenankan,

khususnya atas penjualan kredit, karena penjual

dapat membayar pajak kurang bayark pada

akhir bulan berikutnya setelah bulan

penyerahan pajak. Hal ini dilakukan oleh PT

Daman untuk memperoleh aliran kas yang

cukup untuk menjalankan aktivitas perusahaan,

dengan kata lain kas yang dipergunakan untuk

membayar pajak bisa digunakan terlebih dahulu

untuk kepentingan perusahaan, maka PT

Daman dapat menunda pembayaran Pajak

Kurang Bayarnya sampai akhir bulan

berikutnya. Misalnya proyek bulan Januari,

Vendor akan melakukan pembayaran pada

bulan Januari juga. Selanjutnya PT Daman

menunda pembayaran sampai akhir bulan

Pebruari.

Penghematan pajak yang terjadi atas penundaan

pembayaran pajak tersebut nampak pada masa

pajak Januari yang dapat di bayar sampai akhir

bulan Pebruari. Dengan ilustrasi sebagai

berikut:

Dapat kita hitung bahwa total pajak keluaran

pada masa pajak Januari

adalah Rp. 10.786.610,-, sedangkan pajak

masukannya Rp. 2.561.263,-. Perhitungan pajak

kuarang bayar pada masa pajak Januari adalah :

PK ±PM = Pajak Kurang / (Lebih) Bayar

Rp. 10.786.610 ± Rp. 2.561.263= Rp.

8.225.347

Pajak Kurang Bayar PT. Daman pada bulan

Januari Rp. 8.225.347. Dengan menunda

pembayaran pajak kurang bayar sampai akhir

bulan berikutnya , maka PT. Daman

menghemat nominal pajak terutang untuk masa

pajak Januari sebanyak Rp. 8.225.347,- sampai

akhir bulan Pebruari.

Page 14: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

14

B. Menghindari pelanggaran atas peraturan

perpajakan sebagai upaya preventif untuk

menghindari adanya pengeluaran lebih yang

tidak diinginkan perusahaan dalam bentuk

denda administrasi, dimana sebagaimana telah

dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa PT

Daman telah melakukan pelanggaran peraturan

perpajakan yang menyebabkannya dikenakan

sanksi berupa denda sebesar Rp. 352.131.833

(Tiga ratus lima puluh dua juta seratus tiga

puluh satu ribu delapan ratus tiga puluh tiga

rupiah) kedepan hal ini tidak boleh terjadi lagi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi PT Daman Varia Karya

Diharapkan PT Daman lebih peduli lagi tentang

pelaporan pajak agar tidak dikenakan sanksi

yang dapat merugikan perusahaan sendiri.

Selain itu, saran dari peneliti untuk PT Daman

adalah memaksimalkan strategi pelaksanaan

kewajiban pembayaran pajak dimana hal

tersebut merupakan salah satu strategi tax

planning yang dapat menolong arus keuangan

perusahaan serta dapat dilakukan oleh

perusahaan usaha jasa konstruksi yang

dikenakan tarif final seperti PT Daman.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Terdapat beberapa saran penelitian bagi peneliti

selanjutnya, diantaranya yaitu diharapkan

peneliti selanjutnya mampu meneliti tentang tax

planning perusahaan jasa konstruksi lain untuk

memperkaya pustaka penelitian tentang

perpajakan dimana dalam penelitian ini hanya

memberikan hasil bahwa perusahaan jasa

konstruksi hanya dapat menjalankan dua

strategi tax planning. Selain itu, peneliti juga

memberikan saran kepada peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian terkait pajak dalam

suatu perusahaan ditinjau dari segi hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Arianto, S., dan Hartanto A., (2011).

Penerapan Perencanaan Pajak

Penghasilan pada Fa Trico Paint

Factory. Vol. 2 No. 1. Binus Business

Review. Binus University.

Aris Aviantara & Asociates. (2016).

Perencanaan Pajak. Diakses dalam

http://www.konsultanpajak-aaa.com/tax-

planning-highlight/

Brotodihardjo, Santoso. 2008. Pengantar

Ilmu Hukum Pajak. Bandung: Refika

Aditama.

Badertscher, B. A., Givoly, D., Katz, S. P.,

& Lee, H. (2015). Private ownership and

the cost of debt: Evidence from the bond

market. Unpublished Results, Columbia

Business School.

Daud, A., (2018). Analisis Penerapan Pajak

Pertambahan Nilai Pada PT.

Nenggapratama Internusantara. Jurnal Riset

Akuntansi Going Concern 13(2). 78-87.

Erly Suandy. 2011. Perencanaan Pajak,

Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Indonesia. (2017). Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 2 tahun 2017

Tentang Jasa Konstruksi. Manuscript.

Indonesia, R. (2008). Undang-undang

Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak

penghasilan. Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun, (4893).

Indonesia, R. (2009). Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2009 Tentang Ketentuan Umum Dan

Tata Cara Perpajakan. Diakses Dari:

https://www. kemenkeu. go.

id/sites/default/files/uu-kup% 20mobile.

pdf.

Indonesia, P. R. UU No. 28 Tahun 2007.

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

I Kadek A dan Setiawan, PE., (2018).

Penerapan Tax Review Sebagai Dasar

Evaluasi Atas Pemenuhan Kewajiban

Perpajakan PPh Badan dan PPN. E-

Jurnal Akuntansi Universitas Udayana

Vol.22.1. Januari (2018): 245-272.

Page 15: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

15

Ketenagakerjaan, B. P. J. S. (2017). BPJS

Ketenagakerjaan. June 9th.

Kim, C. (Francis), & Zhang, L. (2016).

Corporate political connections and tax

aggressiveness. Contemporary

Accounting Research, 33(1), 78–114.

Latifah, S. E. (2011). Pengaruh kualitas

sistem perpajakan, resiko audit,

akuntabilitas, dan sanksi perpajakan

terhadap kepatuhan wajib pajak. Daftar

isi, 1.

Lexy, J. M. (2002). Metode penelitian

kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Mardiasmo, M. B. A. (2011). Perpajakan

(Edisi Revisi). Penerbit Andi.

Nomor, U. U. R. I. (42). Tahun 2009

Tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan

Atas Barang Mewah.

Huberman, M. (1996). Focus on research:

Moving mainstream: Taking a closer

look at teacher research. Language

Arts, 73(2), 124-140.

Mgammal, M. H., & Ku Ismail, K. N. I.

(2015). Corporate tax planning

activities: overview of concepts,

theories, restrictions, motivations and

approaches. Mediterranean Journal of

Social Sciences, 6(6).

Noor, R. M., Fadzillah, N. S. M., &

Mastuki, N. A. (2010). Corporate tax

planning: A study on corporate effective

tax rates of Malaysian listed

companies. International Journal of

Trade, Economics and Finance, 1(2),

189.

Ompusunggu, A., (2011). Cara Legal

Siasati Pajak. Jakarta: Puspa Swara.

Pohan, C. A. (2013). Manajemen

Perpajakan strategi perencanaan pajak

dan bisnis. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Rafika, U. A. (2020). Analisis Pengenaan

Pajak Final Pada Perusahaan Jasa

Konstruksi Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2015-2019.

Republik Indonesia, Undang Undang

Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruk

Resmi, Siti. 2013. Perpajakan Teori dan

Kasus. Salemba Empat. Jakarta

Rusdji, M. (2007). Pajak Pertambahan Nilai

Dan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah, Jakarta: PT.

Setiawan, G. F., & Gayatrie, C. R. (2018).

Analisis Efektivitas Dan Kontribusi

Pajak Restoran Terhadap Pendapatan

Asli Daerah (Pad) Kabupaten

Semarang. Jurnal Aktual Akuntansi

Keuangan Bisnis Terapan

(AKUNBISNIS), 1(2).

Soemitro, R. (2003). Asas Dasar Pajak dan

Dasar Perpajakan. Jakarta: IKAPI.

Suandy, E. (2011). Perencanaan

pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Sudjana, N., & Ibrahim, R.

(2001). Penelitian dan penilaian

pendidikan. Sinar Baru, Bandung.

Suminarsasi, W. (2011). Pengaruh

Keadilan, Sistem Perpajakan, dan

Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib

Pajak mengenai Etika Penggelapan

Pajak (Tax Evasion). Jurnal Universitas

Gajah Mada.

Tansuria, B. I. (2010). Kewajiban

Perpajakan UMKM Berdasarkan

Page 16: ANALISIS STUDI KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK …

16

Ketentuan Perundang-Undangan KUP,

PPh, dan PPN. JBE (Journal of

Business and Economics), 8-16.

Vržina, S. (2018). Corporate Income Tax

Planning and Financial Performance:

Evidence from Serbia. Contemporary

Issues in Economics, Business and

Management, Faculty of Economics,

Kragujevac, 463-474.

Uli, Yolanda S. 2012. Pengaruh Penerbitan

Surat Ketetapan Pajak dan Penyuluhan

Perpajakan Terhadap Penerimaan

Pajak. Skripsi Sarjana Ekonomi.

Universitas Padjajaran Bandung.

Yulia, A., Zahratul, I., & Daud, R. M.

(2018). The Effect of Book-Tax

Difference, Accrual Cash Flow and

Good Corporate Governance on

Earnings Persistence of Manufacturing

Companies Listed on IDX in 2010-

2014. BRAND. Broad Research in

Accounting, Negotiation, and

Distribution, 9(1), 26-38.

Zain, M. (2005). Manajemen Perpajakan,

Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.