analisis sengketa pajak pertambahan...

103
ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN "X" MELALUI PENGADILAN PAJAK (Studi Kasus di Pengadilan Pajak) Disusun Oleh: Ika Lisnawati NIM : 104082002760 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M

Upload: leliem

Post on 10-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN "X"

MELALUI PENGADILAN PAJAK

(Studi Kasus di Pengadilan Pajak)

Disusun Oleh:

Ika Lisnawati

NIM : 104082002760

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 2: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X”

MELALUI PENGADILAN PAJAK

(Studi Kasus di Pengadilan Pajak)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Ika Lisnawati

NIM : 104082002760

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Afif Sulfa, SE, Ak,

M.Si

NIP : 131 474 891 NIP :

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 3: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Hari ini Kamis Tanggal 7 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Sembilan telah

dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ika Lisnawati NIM : 104082002760 dengan judul Skripsi “ ANALISIS SENGKETA PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI PENGADILAN PAJAK” (Studi Kasus di Pengadilan

Pajak). Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Mei 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Yessi Fitri, SE., M.Si Rahmawati,

SE., MM

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS

Penguji Ahli

Page 4: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Hari ini Kamis Tanggal 26 Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan

telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ika Lisnawati NIM : 104082002760

dengan judul Skripsi “ANALISIS SENGKETA PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN

“X” MELALUI PENGADILAN PAJAK” (Studi Kasus di Pengadilan

Pajak). Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian

berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 November 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof.Dr.Ahmad Rodoni.,MM Afif Sulfa,

SE.,Ak.,Msi

Penguji I Penguji II

Amilin, SE.,Ak.,Msi Penguji Ahli

Page 5: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Dispute Analysis On Value Added Tax Case Appeal

Company "X" Through the Tax Court

ABSTRACT

This study aims to analyze the tax dispute that happened at PT "X".

Companies that become the object of research is a company that has a kind

of business mapping services that have NPWP 01,893,832.4-014000. The

collection of data using the internal secondary data from the Tax Court or

the Tax Court decision on appeal cases value added tax dispute. Methods of

determining sample Judgment Sampling methods.

To analyze the data using qualitative and quantitative analysis. The

results of this study are: (a) The main causes of the emergence of value

added tax dispute in PT "X" is due to the issuance of VAT SKPLB Goods

and Services Tax Period in December 2005 by stating that Fiskus more pay

VAT amounting to Rp 248,271,902.00 and the efforts conducted PT "X" is a Taxable Service Business. Meanwhile, the taxpayers,

more pay VAT amounting to Rp 440,107,627.00 and Export Services business is not subject to tax. (b) The appeal

process is carried out by PT "X" is through the preparation phase of the trial with a letter requesting an appeal to the Tax Court later received Appeal

Description Letter and provide feedback in the form of Disclaimer. Once it is finished, a new trial can be held. Because the appeal in the case of

PT "X" in this appeal hearing with the Tax Court Regular Session. (c) The

length of time required by the PT "X" to obtain the results of the appeal case

is for 336 days from the Letter of Appeal filed on May 14, 2008 until the

Tax Court decision received by PT "X" on April 14, 2009. (d) Results of the

appellate tax disputes by the value of PT "X" through the Tax Court for Tax

Period December 2005 through the trial with Ordinary Session only

partially granted the appeal only, namely PT "X" are true is a company that

moves in the field of digital mapping services to the transaction to the

companies / foreign clients who transfer the digital map including

the Export Service. The imposition of VAT and is not regulated by the Law

and Taxation Regulations. So the difference amount of tax according to the

applicant Fiskus Appeal, it was not sustained. Thus there is no amount of

value added tax paid by PT "X".

Keywords: Tax Disputes, Appeal, Value Added Tax, the Tax Court.

Analisis Sengketa Pajak Pertambahan Nilai Atas Kasus Banding

Page 6: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Perusahaan “X” Melalui Pengadilan Pajak

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganlisis sengketa pajak yang

terjadi pada PT “X”. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang memiliki jenis usaha Jasa Pemetaan yang

mempunyai NPWP 01.893.832. 4-014.000. Pengumpulan data

menggunakan sekunder internal yaitu data dari Pengadilan Pajak atau

putusan Pengadilan Pajak mengenai kasus banding sengketa pajak

pertambahan nilai. Metode penentuan sample menggunakan metode

Judgment Sampling.

Untuk menganlisis data menggunakan analisa kualitatif dan

kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah: (a) Penyebab utama timbulanya

sengketa pajak pertambahan nilai pada PT “X” adalah karena diterbitkannya

SKPLB PPN Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2005 oleh Fiskus yang

menyatakan bahwa PPN lebih bayarnya sebesar Rp 248.271.902,00 dan

usaha yang dilakukan PT “X” merupakan Usaha Jasa Kena Pajak.

Sedangkan menurut wajib pajak, PPN lebih bayarnya sebesar Rp

440.107.627,00 dan usahanya merupakan Ekspor Jasa yang tidak kena pajak. (b) Proses banding yang dilakukan oleh PT “X” adalah melalui tahap

persiapan pesidangan dengan mengajukan permohonan surat banding ke Pengadilan Pajak kemudian menerima Surat Uraian Banding dan

memberikan tanggapan berupa Surat Bantahan. Setelah proses tersebut selesai, sidang baru dapat diselenggarakan. Karena dalam kasus banding PT

“X” ini persidangan bandingnya di Pengadilan Pajak Dengan Acara Biasa. (c) Lama waktu yang diperlukan oleh PT “X” untuk memperoleh hasil dari

kasus bandingnya adalah selama 336 hari terhitung sejak Surat Banding

diajukan pada tanggal 14 Mei 2008 sampai putusan Pengadilan Pajak

diterima oleh PT “X” pada tanggal 14 April 2009. (d) Hasil dari pengajuan

banding sengketa pajak pertambahan nilai yang dilakukan oleh PT “X”

melalui Pengadilan Pajak untuk Masa Pajak Desember 2005 yang

melalui persidangan dengan Acara Biasa hanya mengabulkan sebagian

permohonan bandingnya saja, yaitu PT “X” tersebut benar adanya

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Jasa pembuatan peta

digital dengan transaksi kepada perusahan/klien luar negri yang penyerahan

peta digital tersebut termasuk sebagai Ekspor Jasa. Dan Pengenaan PPN nya

tidak diatur oleh Undang-undang dan Peraturan Perpajakan. Sehingga

perbedaan jumlah pajak menurut Terbanding dengan Pemohon Banding,

semuanya itu tidak dapat dipertahankan. Dengan demikian tidak ada jumlah pajak pertambahan nilai yang lebih dibayar oleh PT “X”.

Kata Kunci: Sengketa Pajak, Banding, Pajak Pertambahan Nilai, Pengadilan Pajak.

Page 7: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu..

Dengan nama Allah yang Maha Rahman dan Rahiim-Nya, segala puji

dan syukur hanya bagi Allah yang merajai hari akhir, yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi di lingkungan Universitas Islam

Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kebenaran, yang diutus

sebagai rahmatan lil alamiin, juga kepada keluarga, dan sahabat dan

semoga sampai kepada kita selaku umatnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih kurang

sempurna, walaupun penulis berusaha menempatkan skripsi sebagai sebuah

karya ilmiah. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan sebesar-

besarnya penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta yang telah

membesarkan, membiayai, memberikan bimbingan, dan dukungan baik

moril maupun materil, juga kedua kakakku yang selalu memberikan

semangat untuk selalu pantang menyerah. Ungkapan terima kasih yang tulus

penulis sampaikan juga kepada pihak lain yang telah amat berjasa dalam

membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof., Dr., Abdul Hamid, MS, selaku Dosen Pembimbing I dan

Ketua Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, yang di tengah

kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

arahan serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

2. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dan

Ketua Jurusan Akuntansi, yang telah membantu memberikan

Page 8: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

bimbingan, kritik, dan dukungan moril agar skripsi ini menjadi lebih

baik dalam penulisan maupun isi materi skripsi.

3. Bapak Prof. Dr.Ahmad Rodoni,MM, selaku Pudek Akademik yang

telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Yessi Fitri,SE., M.Si, selaku SekJur Akuntansi.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah

memberikan ilimu yang bermanfaat bagi penulis.

6. Seluruh staff akademik FEIS dan Pusat yang telah melancarkan jalan

penulis dalam bidang administrasi.

7. Bapak Heruni Maso, selaku Kepala Bagian Umum Pengadilan Pajak

yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan riset skripsi.

8. Bapak Lambang, selaku Kepala Bagian Administrasi Peninjauan

Kembali dan Dokumentasi, yang telah membolehkan dan memberikan

data-data yang dibutuhkan penulis untuk penelitian dan penyelesaian

skripsi.

9. Bapak Tambah, selaku wakil Bagian Administrasi Peninjauan

Kembali dan Dokumentasi.

10. Segenap keluarga besarku tersayang yang menjadi motivasi buat

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku yang tercinta, Lena, Isa, Puput, Riska, tidak lupa

teman-temanku akuntansi E angkatan 2004 lainnya, yang selama ini

selalu memberikan semangat, dukungan dan bantuan hingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan juga skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang

namanya tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah berkenan

membalas segala perbuatan kalian, Amien.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Jakarta, November 2009 M

Dzulqo’dah 1430 H

Ika Lisnawati

Page 9: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi...............................................................................i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ........................................................ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi...................................................................iii

Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... iv

Abstract..............................................................................................................v

Abstrak..............................................................................................................vi

Kata Pengantar ................................................................................................vii

Daftar Isi ...........................................................................................................ix

Daftar Tabel .....................................................................................................xii

Daftar Gambar ...............................................................................................xiii

Daftar Lampiran.............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................1

A. Latar Belakang Penelitian .......................................................1

B. Perumusan Masalah Penelitian ................................................6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................9

A. Tinjauan Pustaka.....................................................................9

1. Pengadilan Pajak ............................................................9

2. Kekuasaan Pengadilan Pajak ........................................12

3. Kronologi Timbulnya Sengketa Banding ......................13

4. Sengketa Pajak Dalam Proses Banding.........................14

5. Langkah-langkah Pengajuan Banding dan Proses

Pelaksanaan Banding....................................................16

6. Kuasa Hukum...............................................................20

7. Persiapan Persidangan ..................................................23

Page 10: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

8. Persidangan Banding ....................................................27

9. Pelaksanaan Putusan.....................................................36

10. Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung...........38

11. Putusan Mahkamah Agung...........................................38

12. Menyiapkan Surat Banding ..........................................39

13. Penyusunan Surat Banding ...........................................39

14. Isi Surat Putusan Pengadilan Pajak ...............................40

15. Teknis Penghitungan PPN ............................................41

16. Ketentuan Formal Penerbitan Surat Ketetapan

Pajak Lebih Bayar ........................................................42

B. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................44

C. Kerangka Pemikiran...........................................................47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................49

A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................49

B. Metode Penentuan Sampel .................................................49

C. Metode Pengumpulan Data ................................................49

D. Metode Analisis Data .........................................................50

E. Operasional Variabel Penelitian .........................................51

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN.......................................52

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................52

Page 11: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

1. Sejarah Singkat Perusahaan ..........................................52

2. Perkembangan Usaha ...................................................52

B. Penemuan dan Pembahasan................................................53

1. Penyebab timbulnya Sengketa Pajak Pertambahan

Nilai pada PT X............................................................53

2. Proses Banding yang dilakukan oleh PT X ..................56

3. Lama Waktu yang diperlukan oleh PT X

untuk memperoleh hasil dari kasus Bandingnya............72

4. Hasil Pengajuan Banding Sengketa Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa pada PT X.............73

C. Evaluasi Hasil Penelitian....................................................75

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ..........................................79

A. Kesimpulan........................................................................79

B. Implikasi ............................................................................80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama : Ika Lisnawati

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23-Juni-1986

3. Agama : Islam

4. Alamat Sekarang : Jl. Husein Sastra Negara

Kp. Rawa Bokor Rt:002 Rw:010

No:53 Kec. Benda Kel. Benda

Tangerang-Banten 15125

5. Kebangsaan : Indonesia

6. Jenis Kelamin : Perempuan

7. Telepon : (021) 97839186/ (021) 99078122

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. Tahun 1991-1992 : TK Putri Asri II, Jakarta

2. Tahun 1992-1998 : SDN Pegadungan 01 Pagi, Jakarta

3. Tahun 1998-2001 : SLTP Riyadlul Jannah, Bogor

4. Tahun 2001-2004 : SMA Riyadlul Jannah, Bogor

5. Tahun 2004-2009 : Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta

Page 13: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan

Halaman

4.1 Perbedaan Perhitungan PPN terhutang

54 Menurut Pemohon Banding dan Terbanding

4.2 Hasil Perhitungan PPN dalam Keputusan

55 Terbanding

4.3 Perhitungan PPN terhutang menurut Penelaah

63

4.4 Perbandingan Perhitungan PPN menurut Pemohon

65 Banding dan Terbanding dalam Surat Bantahan

atas Uraian Banding

Page 14: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Ringkasan Proses Pelaksanaan Banding 17

dengan Acara Biasa

2.2 Alur sengketa pajak – banding 47

Page 15: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan

Halaman

1 Surat Keterangan Riset

84

2 Putusan Pengadilan Pajak

87

Page 16: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sumber utama penerimaan negara berupa pajak yang perlu

ditingkatkan untuk mendukung pembangunan nasional agar dapat

dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasar pada prinsip

kemandirian. Selain sebagai sumber penerimaan negara, pajak juga

dapat digunakan pemerintah sebagai alat ukur untuk mengatur atau

untuk melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial

ekonomi.

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan

undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum (Soemitro dalam Burton dan Ilyas:2004)”.

Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah Self

Assessment System, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada wajib pajak (WP) untuk menentukan sendiri besarnya

pajak yang terhutang. Hal ini berdasarkan cita-cita pembangunan

nasional negara ini yang ingin melaksanakan pembangunannya berdasar

Page 17: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

pada prinsip kemandirian. Namun pada hakekatnya, masih ada saja

pelaksanaan pemungutan pajak yang tidak sesuai dengan undang-

undang perpajakan yang dapat menimbulkan ketidak adilan bagi

masyarakat wajib pajak, misal adanya WP yang merasa kurang puas atas

suatu ketetapan pajak yang dikenakan atau atas

pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak ketiga. Sehingga dapat

mengakibatkan timbulnya sengketa pajak antara wajib pajak dan pejabat

yang berwenang.

Oleh karena itu, diperlukan lembaga peradilan di bidang

perpajakan yang lebih komprehensif yang dibentuk dengan undang-

undang, yang menjamin Hak dan Kewajiban pembayar pajak sesuai

dengan undang-undang perpajakan dan dapat memberikan putusan

hokum atas Sengketa Pajak dengan proses yang sederhana, cepat, dan

murah (Waluyo, 2006:34).

Dengan mengacu pada ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor

14 Tahun 2002 tenteng Pengadilan Pajak.

“Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang

perpajakan antara Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan pejabat

yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat

diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan

peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas

pelaksanaan penagihan berdasarkan undang-undang penagihan pajak

dengan surat paksa (Wirawan B Ilyas dan Richard Burton, 2004:55)”.

Sengketa dimulai sejak keluarnya keputusan pejabat yang

berwenang (Ditjen Pajak) dan keputusan tersebut dapat diajukan

banding atau gugatan ke Pengadilan Pajak. Dengan demikian sengketa

yang timbul sebelum keluarnya keputusan Ditjen Pajak dimaksud,

Page 18: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

seperti perselisihan yang sering terjadi dalam pemeriksaan pajak, tidak

dapat dianggap sebagai sengketa pajak.

Sengketa Pajak tidak harus diselesaikan di Pengadilan Pajak, tetapi

sengketa pajak juga bisa diselesaikan di Ditjen Pajak. Sengketa Pajak

yang harus diselesaikan melalui Pengadilan Pajak meliputi Banding dan

Gugatan. Hal tersebut berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2002 dan

Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan Tentang Pengadilan Pajak.

Pengadilan Pajak merupakan pengganti dari Badan Penyelesaian

Sengketa Pajak (BPSP). Awalnya lembaga peradilan pajak bernama

Majelis Pertimbangan Pajak (MPP), kemudian MPP diubah menjadi

BPSP dan akhirnya BPSP pun per tanggal 12 April 2002 diubah menjadi

Pengadilan Pajak.

Majelis Pertimbangan Pajak (MPP) di Indonesia merupakan

instansi peradilan administrasi yang berada di luar peradilan sipil.

Penyelesaian perselisihan pasca keberatan yang belum memuaskan

Wajib Pajak dapat dilakukan di MPP, tentunya setelah Wajib Pajak yang

bersangkutan memnuhi ketentuan formal yang telah ditentukan. Dan

kontrol peradilan hanya berada di MPP saja tidak perlu ke Mahkamah

Agung.

Dengan diundangkannya UU No. 17 Tahun 1997, posisi MPP

digantikan dengan BPSP. Pembentukan BPSP sendiri adalah perintah

Pasal 27 UU No.6 Tahun 1983 yang telah diubah dengan UU No.17

Tahun 2000 (UU KUP). Dalam Pasal 27 UU KUP itu ditegaskan bahwa

Wajib Pajak hanya dapat mengajukan banding kepada Badan Peradilan

Page 19: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Pajak. Dalam penjelasan umum UU No.17 Tahun 1997 tersebut

dinyatakan Bahwa BPSP adalah BPP yang mempunyai tugas memeriksa

dan memutus sengketa pajak. Sama halnya dengan MPP, keputusan

yang diterbitkan oleh BPSP tidak dapat diajukan kasasi maupun

peninjauan kembali karena tidak berpuncak pada Mahkamah Agung

(Shadani,Anwar,dan Subroto., 2009:33)

Maka dengan banyak pertimbangan, diantaranya:

• Meningkatnya jumlah WP dan pemahaman mereka akan hak dan

kewajiban dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan

perpajakan, sehingga tidak dapat dihindari timbulnya sengketa

pajak yang memerlukan penyelesaian yang adil dengan prosedur

dan proses yang yang cepat, murah, dan sederhana.

• BPSP bukan merupakan Badan Peradilan yang berpuncak di

Mahkamah Agung.

• Karena diperlukan suatu Pengadilan Pajak yang sesuai dengan

system kekuasaan kehakiman di Indonesia dan mampu

menciptakan keadilan dan kepastian hukum dalam penyelesaian

sengketa pajak.

Per 12 April 2002 posisi BPSP kemudian digantikan oleh Pengadilan

Pajak melalui Penerbitan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002.

Dalam Pengadilan Pajak tidak dikenal adanya peradilan dua tingkat.

Sesuai dengan Pasal 33 ayat (1) UU No.14 Tahun 2002, “Pengadilan

Page 20: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Pajak merupakan Peradilan tingkat pertama dan terakhir dalam

memeriksa dan memutus Sengketa Pajak”. Kemudian dalam Pasal 77

ayat (1) undang-undang yang sama disebutkan bahwa “putusan

Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan

hukum tetap”. Apabila pihak-pihak yang bersengketa merasa tidak puas

dengan putusan banding, pihak-pihak tersebut dapat mengajukan

Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung. Hal ini sebagaimana

diatur dalam Pasal 77 ayat (3) UU No.14 Tahun 2002 (Indonesian Tax

Review,Vol 6/Edisi 2/2006:4-6).

Salah satu permasalahan Sengketa Pajak yang sering terjadi adalah

masalah PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Masalah akan timbul ketika

terjadi perbedaan perhitungan atas jumlah PPN antara WP dengan

Fiskus. Perbedaan tersebut bisa timbul karena adanya perbedan pendapat

mengenai dasar hukum yang seharusnya digunakan, beda persepsi atas

ketentuan peraturan pajak, perselisihan atas suatu transaksi tertentu, atau

bisa juga disebabkan oleh hal-hal lainnya.

Wajib Pajak yang merasa tidak puas dapat mengajukan keberatan

atas Suatu Surat Ketetapan Pajak yang telah diterbitkan oleh DirJen

Pajak. Kemudian WP dapat melakukan banding jika masih tidak puas

dengan putusan keberatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak, atau bisa

juga melakukan upaya hukum melalui gugatan.

Penelitian ini merupakan hasil replikasi dari penelitian

sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Kusuma (2006)

yaitu menganalisa Restitusi PPN Lebih Bayar Atas Kasus Banding

Page 21: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Perusahaan “X” Melalui Pengadilan Pajak. Penelitian ini menganalisis

Sengketa Pajak Pertambahan Nilai Atas Kasus Banding Perusahaan "X"

Melalui Pengadilan Pajak. Kasus yang diteliti adalah Perusahaan “X”

yang keberatan dengan Surat Keputusan Pajak Lebih Bayar kemudian

mengajukan banding ke Pengadilan Pajak. Data Perusahaan “X” tersebut

diperoleh langsung dari Pengadilan Pajak dengan cara memilih data

yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu yaitu:

1. Penelitian sebelumnya membahas dan menganalisis Banding karena

ingin restitusi PPN lebih bayarnya, penelitian ini membahas dan

menganalisis Banding sengketa pajak.

2. Objek penelitiannya yaitu pada Perusahaan yang bergerak di bidang

Usaha Jasa Pemetaan, sedangkan penelitian sebelumnya pada

perusahaan yang bergerak di bidang Usaha Pemrosesan/Penyediaan

Listrik dan Uap Panas.

3. Metode analisis data yang digunakan analisis kualitatif dan

kuantitatif, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan

analisa kualitatif saja.

4. Hukum yang digunakan pada penelitian ini menggunakan UU dan

KUP yang berlaku saat ini yang telah mengalami perubahan pada

tahun 2007.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Page 22: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi pokok sengketa dalam kasus Banding PT “X”?

2. Bagaimana proses banding yang dilakukan oleh PT “X” terhadap

sengketa pajak yang terjadi pada perusahaan “X” tesebut?

3. Berapa lama waktu yang diperlukan oleh PT “X” untuk memperoleh

hasil dari kasus banding nya tersebut?

4. Bagaiman hasil pengajuan banding sengketa pajak tersebut pada PT

“X”?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penulis dari penelitian atas kasus sengketa PPN

melalui banding di Pengadilan Pajak adalah:

1. Untuk menganalisis pokok sengketa dalam kasus Banding PT “X”.

2. Untuk menganalisis proses banding yang dilakukan oleh PT “X”

dalam penyelesaian sengketa pajaknya tersebut .

3. Untuk mengetahui lama waktu yang diperlukan dalam

menyelesaikan kasus sengketa pajaknya yang melalui banding di

Pengadilan Pajak.

4. Untuk mengetahui hasil dari pengajuan banding tersebut pada PT

“X”.

Page 23: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini atas kasus ini, penulis

berharap dapat bermanfaat bagi:

1. Perusahaan, dapat membantu memberikan informasi kepada WP

yang mengalami kasus banding sengketa pajak di pengadilan pajak,

sehingga dapat mempermudah WP dalam memproses pelaksanaan

penyelesaian sengketa pajaknya.

2. Pemerintah, membantu dalam mensosialisasikan proses penyelesaian

sengketa pajak melalui banding di pengadilan pajak kepada

masyarakat.

3. Pihak lain, dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada pihak

lain yang belum mengetahui dengan jelas bagaimana proses

penyelesaian sengketa pajak melalui banding di pengadilan pajak.

Agar pihak lain umumnya lebih paham dan mengerti, bagaimana

caranya untuk mencegah terjadinya sengketa pajak

4. Peneliti, Guna memperluas wawasan berfikir dan rekan-rekan

mahasiswa jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan

untuk menambah referensi ilmiah mengenai masalah perpajakan

Page 24: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengadilan Pajak

Pengadilan Pajak adalah lembaga peradilan yang berada di

lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, tetapi merupakan

Pengadilan Khusus. Memang orang mengira bahwa kedudukan

Pengadilan Pajak adalah di bawah Depkeu bahkan di bawah Dirjen

Pajak, (tetapi sebenarnya-red) tidak. Secara judisial Pengadilan Pajak

berada di bawah Mahkamah Agung, seperti yang dikatakan oleh

Page 25: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

H.Tb.Eddy Mangkuprawira dalam Indonesian Tax Review (ITR) vol

4/edisi 32 tahun 2005.

Awalnya lembaga peradilan pajak bernama Majelis

Pertimbangan Pajak. Kemudian Majelis Pertimbangan Pajak diubah

menjadi Badan Penyelesaian Sengketa Pajak Dan akhirnya Badan

Penyelesaian Sengketa Pajak pun per tanggal 12 April 2002 diubah

menjadi Pengadilan Pajak.

Lahirnya Pengadilan Pajak dikarenakan eksistensi BPSP yang

ternyata tidak lama. Dengan pertimbangan:

a. Meningkatnya jumlah Wajib Pajak dan pemahaman mereka akan

hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan perundang-

undangan perpajakan, sehingga tidak dapat dihindari timbulnya

sengketa pajak yang memerlukan penyelesaian yang adil dengan

prosedur dan proses yang cepat, murah, dan sederhana;

b. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) belum merupakan

badan peradilan yang berpuncak di mahkamah agung;

c. Karena diperlukan suatu Pengadilan Pajak yang sesuai dengan

system kekuasaan kehakiman di Indonesia dan mampu

menciptakan keadilan dan kepastian hukum dalam penyelesaian

sengketa pajak,

Sehingga per 12 April 2002 posisi BPSP kemudian digantikan

oleh Pengadilan Pajak melalui penerbitan Undang-undang Nomor 14

Tahun 2002.

Page 26: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Dalam Pengadilan Pajak tidak dikenal peradilan dua tingkat.

Semula Pasal 33 ayat (1) UU No 14 Tahun 2002, Pengadilan Pajak

merupakan Peradilan tingkat pertama dan terakhir dalm memeriksa

dan memutus Sengketa Pajak. Kemudian dalam Pasal 77 ayat (1)

undang-undang yang sama disebutkan bahwa putusan Pengadilan

Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum

tetap. Apabila pihak-pihak yang bersengketa tidak puas dengan

putusan banding, pihak-pihak tersebut dapat mengajukan Pengajuan

Kembali kepada Mahkamah Agung. Hal ini sebagaimana diatur dalam

Pasal 77 ayat (3) UU No.14 Tahun 2002 (Indonesian Tax Review/Vol

6/Edisi 2/2006:4-6).

Perubahan Peradilan Pajak dari MPP menjadi BPSP hingga

sekarang menjadi Pengadilan Pajak seperti yang diatur dan dicatat

dalam UU KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) sebagai

berikut: “Badan peradilan pajak diatur dengan undang-undang (Psl

27/06, /00)”.

Pada tanggal 12 April 2002 telah disahkan dan diundangkan

undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak,

sebagai pengganti Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang

Badan Penyelesaian Sengketa Pajak. Undang-undang ini dinamakan

Undang-undang Pengadilan Pajak (UU 14/02).

Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan

kekuasaan kehakiman bagi Wajib Pajak atau penanggung Pajak yang

mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak (UU 14/02). Yang

Page 27: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

merupakan badan peradilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000, dan

merupakan Badan Peradilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan Pokok

Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubah dengan Undang-

undang Nomor 35 Tahun 1999 (UU 14/02P).

Dasar hukum pembentukan pengadilan pajak adalah Undang-

undang Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang

diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 April 2002 dan dimuat dalam

Lembaran Negara Nomor 27 Tahun 2002 dan Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4189. Undang-undang Pengadilan Pajak (UU PP)

mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Undang-undang Nomor

17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP)

sebagaimana dinyatakan dalam pasal 96 Undang-undang Pengadilan

Pajak. Namun di lain pihak juga dinyatakan bahwa Pengadilan Pajak

adalah kelanjutan dari Badan Penyelesaian Sengketa Pajak

sebagaimana ditegaskan dalam pasal 94 Undang-undang Pengadilan

Pajak.

2. Kekuasaan Pengadilan Pajak

Pengadilan Pajak (PP) mempunyai tugas dan wewenang

memeriksa dan memutus Sengketa Pajak yaitu sengketa yang timbul

dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung pajak

Page 28: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya

keputusan yang dapat diajukan Banding kepada Pengadilan Pajak

berdasarkan Perundang-undangan Perpajakan, termasuk Gugatan atas

pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak

dengan Surat Paksa.

Sengketa Pajak yang menjadi obyek pemeriksaan adalah

sengketa yang dikemukakan pemohon Banding dalam permohonan

keberatan yang seharusnya diperhitungkan dan diputuskan dalam

keputusan keberatan. Selain itu Pengadilan Pajak dapat pula

memeriksa dan memutus Permohonan Banding atas

keputusan/ketetapan yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang

sepanjang Peraturan Perundang-undangan yang terkait mengatur

demikian.

Dengan demikian dalam hal banding Pengadilan Pajak hanya

memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali

ditentukan lain oleh undang-undang. Di sisi lain yaitu dalam hal

Gugatan, Pengadilan Pajak memeriksa dan memutus sengketa atas

pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun

2000 tentang KUP yang mengatur masalah diajukannya Gugatan

antara lain yaitu Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak

terhadap pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan

Penyitaan (SPMP) atau Pengumuman Lelang, Keputusan Pembetulan

yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak (Pasal 16 Undang-

Page 29: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

undang KUP) dan lain sebagainya, dan Peraturan Perundang-undangan

Perpajakan yang berlaku.

Tugas dan wewenang Pengadilan Pajak seperti yang telah

diuraikan di atas terdapat juga tugas mengawasi kuasa hukum yang

memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa

dalam sidang Pengadilan Pajak (Waluyo, 2006:180-181). Hal tersebut

diatas mengenai kekuasaan dan wewenang Pengadilan Pajak diatur

dalam UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak pada Bab

III Pasal 31 dan 32.

3. Kronologi Timbulnya Sengketa Banding

Banding diawali dengan adanya sengketa atau ketidaksetujuan

Wajib Pajak atas ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Fiskus.

Dengan ketidak setujuannya atau ketidakpuasannya atas putusan SKP

tersebut Wajib Pajak mengajukan keberatan pada KPP. Apabila Wajib

Pajak masih merasa belum puas dengan keputusan keberatan yang

dikeluarkan oleh Dirjen Pajak, maka WP dapat mengajukan Banding

ke Pengadilan Pajak.

4. Sengketa Pajak Dalam Proses Banding

Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang

perpajakan antara Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan pejabat

pajak yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang

dapat diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak

Page 30: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk

gugatan atau pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Sengketa Pajak dalam proses banding atau sering disebut

sengketa banding adalah sengketa yang timbul dalam bidang

perpajakan antara Wajib Pajak dengan Fiskus, mengenai keputusan

keberatan yang tidak disetujui oleh Wajib Pajak, Wajib Pajak lah yang

harus mengajukan Banding (Indonesian Tax Review/Vol 6/Edisi

2/2006:8-9). Karena sebelum proses sengketa sampai diajukan

banding, sengketa tersebut harus melalui pengajuan keberatan terlebih

dahulu (Sadhani dkk., 2009:17).

a. Sengketa Formal

Sengketa Formal adalah sengketa yang timbul apabila WP atau

Fiskus atau keduanya tidak mematuhi prosedur dan tatacara yang

telah ditetapkan oleh UU Perpajakan, khususnya UU KUP No. 28

Tahun 2007 dan UU Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002. Bagi

Fiskus UU KUP telah menetapkan prosedur dan tatacara

pemeriksaan pajak, penerbitan ketetapan pajak, sampai penerbitan

keputusan keberatan. Apabila Fiskus melanggar ketentuan

tersebut, maka pelanggaran itulah yang menimbulkan sengketa

formal dari pihak Fiskus. Di lain pihak, sengketa dari pihak WP

bisa terjadi apabila WP tidak melaksanakan prosedur dan tatacara

yang ditetapkan dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007 dan UU

Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002.

Page 31: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

b. Sengketa Material

Sengketa Material atau disebut juga Materi Sengketa dapat

terjadi apabila terdapat perbedaan jumlah pajak yang terutang atau

terdapat perbedaan jumlah ynag lebih dibayar (dalam kasus

restitusi) menurut perhitungan Fiskus yang tercantum pada

ketetapan pajak, dengan jumlah menurut perhitungan WP.

Perbedaan tersebut bisa timbul karena adanya perbedaan pendapat

mengenai dasar hukum yang seharusnys digunakan, beda persepsi

atas ketentuan peraturan pajak, perselisihan atas suatu transaksi

tertentu, atau bisa juga disebabkan oleh hal-hal lainnya.

Kesemuanya itu dapat mengakibatkan jumlah pajak yang

ditetapkan oleh Fiskus menjadi berbeda dibandingkan dengan

jumlah pajak menurut perhitungan WP. Perbedaan jumlah pajak

menurut Fiskus dengan WP itulah yang merupakan Sengketa

Material (Kusuma, 2006).

Sengketa formal dan material ini sangat menentukan hasil

akhir putusan banding. Hakim yang bertugas di Pengadilan Pajak

akan memeriksa terlebih dahulu ketentuan formalnya sebelum

materi sengketa. Permohonan banding Wajib Pajak tidak akan

diproses lebih lanjut (ditolak) oleh Pengadilan Pajak tanpa

pemeriksaan materi sengketa apabila banding Wajib Pajak tidak

memenuhi ketentuan formal yang telah ditetapkan.

Apabila ketetapan pajak atau keputusan keberatan tidak

memenuhi ketentuan material, maka Pengadilan Pajak dapat

Page 32: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

menyatakan ketetapan pajak ataupun keputusan keberatan batal

demi hukum. Dalam hal ini, permohonan banding Wajib Pajak

dapat diterima seluruhnya atau diterima sebagian, tergantung hasil

pemeriksaan keseluruhan yang dilakukan oleh hakim Pengadilan

Pajak.

5. Langkah-langkah Pengajuan Banding dan Proses Pelaksanaan

Banding

Dalam Pasal 1 angka 6 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang

Pengadilan Pajak dinyatakan bahwa:

“Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib

Pajak atau Penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat

diajukan Banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku.” Mengacu Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 yang

merupakan penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 17 Tahun

1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak, atau yang kini lebih

dikenal dengan sebutan Pengadilan Pajak, ada beberapa tatacara

mengajukan banding dan prosedur formal yang harus dipenuhi oleh

Wajib Pajak dalam mengajukan banding. Hal ini juga diatur dalam

Pasal 27 UU KUP.

Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak hanya kepada badan

peradilan pajak terhadap keputusan keberatan yang ditetapkan oleh

Dirjen Pajak dan wajib memenuhi beberapa persyaratan formal

sebagai berikut:

a. Banding diajukan secara tertulis dengan Surat Banding dalam

Bahasa Indonesia kepda Pengadilan Pajak;

Page 33: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

b. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal

diterima keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam

peraturan perundang-undangan perpajakan;

c. Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak

mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dipenuhi karena

keadaan di luar kekuasaan pemohon banding;

d. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding;

e. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan

dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang dibanding;

f. Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang

dibanding;

g. Selain dari persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat

(2), ayat (3) serta Pasal 35, dalam hal Banding diajukan terhadap

besarnya jumlah pajak yang terutang, Banding hanya dapat

diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar

sebesar 50% (lima puluh persen);

h. Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang

pengurus, atau kuasa hukumnya;

i. Apabila selama proses banding, pemohon meninggal dunia,

Banding dapat dilanjutkan kembali oleh ahli warisnya, kuasa

hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal pemohon

Banding pailit;

j. Apabila selama proses Banding, pemohon Banding melakukan

penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha. Atau

Page 34: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

SKP WP mengajukan Surat Keberatan

Surat Keputusan

Keberatan

WP

mengajukan

Surat Banding

PP mengirim

permintaan

SUB ke Terbanding

Terbanding

mengirim

SUB ke PP

PP

mengirim

fotocopi SUB ke WP

WP mengirim

Surat Bantahan ke PP

PP mengirim

copy Surat

Bantahan ke Terbanding

Persidangan Banding di PP

Putusan Banding

3 bulan 12 bulan

12 bulan

3 bulan

3 bulan 14 hari 14 hari

6 bulan

14 hari

30 hari

likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang

menerima pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan,

pemecahan/pemekaran usah, atau likuidasi dimaksud.

Secara ringkas dapat digambarkan proses pelaksanaan banding

dengan acara biasa, sebagai berikut:

Sumber: Indonesian Tax Review

Gambar.2.1.Ringkasan Proses Pelaksanaan Banding

Keterangan:

� Gambar diatas hanya menjelaskan proses banding yang memenuhi

ketentuan formal

� Jangka waktu yang tercantum dalam skema di atas adalah jangka

waktu maksimal (paling lambat)

� PP = Pengadilan Pajak

� WP = Wajib Pajak

� Terbanding = Fiskus (pejabat berwenang yang mewakili Dirjen

Pajak)

Page 35: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

� SUB (Surat Uraian Banding).

Dari bagian di atas dapat dijelaskan bahwa proses banding terjadi

karena adanya penolakan oleh KPP atas keberatan yang diajukan oleh

Wajib Pajak. Sesuai dengan ketentuan formal pengajuan banding

seperti yang telah disinggung sebelumnya, permohonan banding sudah

harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterimanya surat

penolakan keberatan oleh KPP. Selanjutnya oleh Pengadilan Pajak,

surat permohonan banding tersebut salinannya akan diberikan kepada

Terbanding.

Atas surat banding tersebut Terbanding-dalam hal ini Fiskus-

diminta oleh Pengadilan Pajak untuk memberikan tanggapan berupa

Surat Uraian Banding (SUB) kepada Pengadilan Pajak yang

selanjutnya oleh Pangadilan Pajak diberikan salinannya kepada Wajib

Pajak. Kemudian Wajib Pajak sebagai Pemohon Banding bisa

memberikan tanggapan malalui surat yang disebut Surat Bantahan.

Proses di atas tidak mutlak terjadi, karena dalam prakteknya terdapat

kejadian di mana Pemohon Banding hanya memberikan Surat

Bandingnya kepada Pengadilan Pajak, atau Fiskus tidak memberikan

tanggapan melalui Surat Uraian Bandingnya atas banding yang

dilakukan oleh Pemohon Banding. Setelah proses tersebut selesai,

barulah persidangan diselenggarakan. Dalam persidangan biasanya

Majelis terlebih dahulu melakukan pemeriksaan ketentuan formal

Page 36: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

pengajuan banding. Jika ketentuan formal telah terpenuhi, barulah

diadakan pemeriksaan atas materi sengketa banding.

6. Kuasa Hukum

Kuasa hukum adalah orang yang dapat mendampingi atau

mewakili para pihak yang bersengketa di Pengadilan Pajak.

Ketentuan mengenai Kuasa hukum ini diatur dalam pasal 34

Undang-undang Pengadilan Pajak yang menyatakan bahwa para

pihak yang bersengketa di Pengadilan Pajak baik banding maupun

gugatan dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau lebih Kuasa

Hukum yang harus ditunjuk dengan Surat Kuasa Khusus.

Jadi, dalam hal ini Kuasa Hukum dapat bertindak hanya

sebagai pendamping pemohon banding atau gugatan, yang berarti

pemohon banding atau penggugat tetap hadir dalam persidangan,

atau dalam hal bertindak mewakili, maka Kuasa Hukum hadir di

persidangan tanpa kehadiran pemohon banding atau penggugat.

Kuasa diberikan sampai dengan diputusnya perkara.

Untuk dapat menjadi Kuasa Hukum di Pengadilan Pajak ada

beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu;

a. Warga Negara Indonesia;

b. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang

persoalan perundang-undangan perpajakan;

Page 37: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

c. Persyartan lain yang ditetapkan Menteri Keuangan diantaranya

mempunyai Surat Penunjukkan sebagai Konsultan Pajak

Resmi.

Namun apabila Kuasa Hukum tersebut adalah keluarga

sedarah atau semenda sampai derajat kedua, pegawai atau

pengampu dari Pemohon Banding atau Penggugat maka

persyaratan tersebut diatas tidak diperlukan.

Selanjutnya sebagai peraturan pelaksanaan Menteri

Keuangan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan

No.06/PMK.01/2007 mengenai Persyaratan untuk menjadi Kuasa

Hukum pada Pengadilan Pajak. Pengaturan mengenai Kuasa

Hukum ini dilakukan oleh Menteri Keuangan oleh karena saat ini

Sekretariat Pengadilan Pajak yang juga bertugas menangani

perizinan Kuasa Hukum, berada dalam lingkup Organisasi

Departemen Keuangan.

Dalam Peraturan Mneteri Keuangan tersebut mengenai

persyaratan untuk menjadi Kuasa Hukum diatur lebih lanjut bahwa

yang dapat menjadi Kuasa Hukum adalah Orang Pribadi atau

Perseorangan. Selain itu juga harus memenuhi syarat-syarat di

bawah ini:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Memiliki izin Kuasa Hukum yang ditetapkan Ketua

Pengadilan;

c. Memiliki Surat Kuasa Hukum dari pihak yang bersengketa;

Page 38: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

d. Memiliki keahlian di bidang Perpajakan dan Bea Cukai;

e. Berijazah Sarjana atau Diploma IV Perguruan Tinggi;

f. Berkelakuan Baik bedasarkan Surat Keterangan Berkelakuan

Baik (SKKB);

g. Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

(Sadhani dkk., 2009:50)

a. Hak dan Kewajiban Kuasa Hukum

Orang perseorangan yang telah memiliki Keputusan Ketua

Pengadilan Pajak tentang izin Kuasa Hukum serta memiliki Surat

Kuasa Khusus yang asli yang masih berlaku adalah kuasa hukum

pada Pengadilan Pajak (PMK 06/06).

Kuasa Hukum pada Pengadilan Pajak dan memiliki Kartu

Tanda Pengenal kuasa hukum yang masih berlaku berhak

mendampingi dan atau mewakili pihak yang bersengketa dalam

berperkara di semua Majelis atau Hakim Tunggal Pengadilan

Pajak (PMK 06/07).

Kuasa Hukum berkewajiban mematuhi semua ketentuan

peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan, termasuk

Undang-undang Pengadilan Pajak (PMK 06/07).

b. Sanksi Bagi Kuasa Hukum

Dalam hal kuasa hukum tidak mentaati dan atau melanggar

peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Undang-

undang Pengadilan Pajak, Ketua dapat mencabut Keputusan

Page 39: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Pengadilan Pajak tentang Izin Kuasa Hukum yang masih

berlakuyang dimiliki oleh kuasa hukum dimaksud (PMK 06/07).

Pencabutan Keputusan dilakukan dengan Keputusan Ketua

Pengadilan Pajak tentang Pencabutan Izin Kuasa Hukum (PMK

06/07).

Dalam hal Keputusan Ketua Pengadilan Pajak tentang Izin

Kuasa Hukum dicabut sebelum sampai jangka waktu masa

berlakunya habis, maka Kartu Tanda Pengenal kuasa hukum tidak

berlaku sejak tanggal penetapan Keputusan Ketua Pengadilan

Pajak tentang Pencabutan Izin Kuasa Hukum (PMK 06/07).

Peraturan tersebut diatur dan dicatat dalam UU KUP tentang

Pengadilan Pajak.

7. Persiapan Pesidangan

Menurut KUP persiapan persidangan yang berdasarkan UU

Pengadilan Pajak itu ada beberapa tahap, diantaranya:

a. Tindak Lanjut Surat Banding Atau Surat Gugatan, dan Surat

Bantahan

Pengadilan Pajak meminta Surat Uraian Banding Atau Surat

Tanggapan atas Surat Banding atau Surat Gugatan kepada

Terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14 (empat belas)

hari sejak tanggal diterima Surat Banding atau Surat Gugatan (UU

14/02).

Page 40: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Dalam hal pemohon Banding mengirimkan Surat atau dokumen

susulan kepada Pengadilan Pajak (Sesuai Pasal 38), jangka waktu

14 (empat belas ) hari sejak tanggal diterima Surat Banding atau

Surat Gugatan dihitung sejak tanggal diterima surat atau dokumen

susulan dimaksud (UU 14/02).

b. Surat Uraian Banding Atas Surat Tanggapan

Terbanding atau tergugat menyerahkan Surat Uraian Banding atau

Surat Tanggapan dalam jangka waktu (UU 14/02):

a) 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat Uraian

Banding: atau

b) 1(satu) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat

Tanggapan.

Surat Uraian Banding adalah surat terbanding kepada Pengadilan

Pajak yang berisi jawaban atas alasan Banding yang diajukan oleh

Pemohon Banding(UU 14/02)

Surat Tanggapan adalah surat dari tergugat kepada Pengadilan

Pajak yang berisi jawaban atas Gugatan yang diajukan oleh

penggugat (UU 14/02).

Salinan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan oleh

Pengadilan Pajak dikirim kepada pemohon Banding atau

penggugat dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal

diterima (UU 14/02).

c. Surat Bantahan

Page 41: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Pemohon Banding atau penggugat dapat menyerahkan Surat

Bantahan kepada Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari sejak tanggal diterima salinan Surat Uraian Banding

atau Surat Tanggapan (UU 14/02).

Surat Bantahan adalah surat dari pemohon Banding atau penggugat

kepada Pengadilan Pajak yang berisi bantahan atas surat uraian

Banding atau surat Tanggapan (UU 14/02).

Salinan Surat Bantahan dikrimkan kepada terbanding atau

tergugat, dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterima Surat

Bantahan (UU 14/02).

Apabila terbanding atau tergugat, atau pemohon banding atau

penggugat tidak memenuhi persyaratan penyerahan Surat Uraian

Banding atau Surat Tanggapan, ataupun tidak memenuhi

persyaratan penyerahan Surat Bantahan, Pengadilan Pajak tetap

melanjutkan pemeriksaan Banding atau Gugatan (UU 14/02).

Sedangkan peraturan UU No: 14 Tahun 2002 Tentang

Pengadilan yang mengatur Persiapan Persidangan ada dalam Pasal 44

dan 45, yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 44

1) Pengadilan Pajak meminta Surat Uraian Banding atau Surat

Tanggapan atas Surat Banding atau Surat Gugatan kepada

terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14 (empat belas)

hari sejak tanggal diterima Surat Banding atau Surat Gugatan.

Page 42: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

2) Dalam hal pemohon Banding mengirimkan surat atau dokumen

susulan kepada Penngadilan Pajak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 38, jangka waktu 14 (empat belas) hari

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung sejak tanggal

diterima surat atau dokumen susulan dimaksud.

Pasal 45

1) Terbanding atau tergugat menyerahkan Surat Banding atau

Surat Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dalam

jangka waktu:

a. 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat

Uraian Banding; atau

b. 1 (satu) bulan sejak tangga dikirim permintaan Surat

Tanggapan.

2) Salinan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh Pengadilan Pajak

dikirim kepada pemohon Banding atau penggugat dalam

jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterima.

3) Pemohon Banding atau penggugat dapat menyerahkan Surat

Bantahan kepada Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30

(tiga puluh) hari sejak tanggal diterima salinan Surat Uraian

Banding atau Surat Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2).

Page 43: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

4) Salinan Surat Bantahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)

dikirimkan kepada terbanding atau tergugat, dalam jangka

waktu 14 (empat belas) hari sejak diterima Surat Bantahan.

5) Apabila terbanding atau tergugat, atau pemohon banding atau

penggugat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) atau ayat (3), Pengadilan Pajak tetap

melanjutkan pemeriksaan Banding atau Gugatan.

8. Persidangan Banding

Dalam pelaksanaan persidangan Ketua menunjuk Majelis yang

terdiri dari 3 (tiga) orang Hakim atau Hakim Tunggal untuk

memeriksa dan memutus Sengketa Pajak. Apabila pemeriksaannya

dilakukan oleh Majelis, maka Ketua menunjuk salah seorang Hakim

tersebut sebagai Hakim Ketua yang memimpin pemeriksaan Sengketa

Pajak. Majelis atau Hakim Tunggal bersidang pada hari yang

ditentukan dan memberitahukan hari sidang dimaksud kepada pihak

yang bersengketa. Pemohon banding atau penggugat dapat hadir

dalam persidangan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada

ketua untuk memberikan keterangan lisan.

Pelaksanaan sidang untuk Majelis /Hakim Tunggal sudah mulai

bersidang dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal

diterimanya Surat Banding. Tetapi dalam hal Gugatan, Majelis/Hakim

Tunggal sudah memulai sidang dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan

sejak tanggal diterima Surat Gugatan.

Page 44: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

a. Pemeriksaan Dengan Acara Biasa

Pemeriksaan Banding dengan Acara Biasa dilakukan oleh

Majelis yang terdiri dari Hakim Ketua, Hakim Anggota, dan

Panitera, dan dihadiri oleh Terbanding, dan apabila dipandang

perlu, Pemohon Banding atau Kuasa Hukumnya. Pemeriksaan

dengan Acara Biasa dilakukan dalam hal Surat Permohonan

Banding telah memenuhi persyaratan formal yaitu:

1. Surat Banding diajukan dalam bahasa Indonesia.

2. Surat Banding diajukan masih dalam tenggang waktu 3 (tiga)

bulan sejak keputusan yang dibanding diterima.

3. Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

4. Pajak Terutang telah dibayar lunas 50% (lima puluh persen)

dengan melampirkan bukti pelunasan. Namun dengan

berlakunya -

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan

Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka ketentuan

ini tidk berlaku lagi dimana jumlah yang harus dibayar adalah

jumlah pajak terutang menurut perhitungan wajib pajak pada

waktu pembahasan akhir (closing conference) pada waktu

pemeriksaan pajak.

5. Syarat lainnya yang dimuat pada Pasal 36 dan 37 Undang-

undang Pengadilan Pajak (Sadhani dkk., 2009:75).

Page 45: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Pemeriksaan dengan Acara Biasa yang menggunakan

susunan Hakim Majelis, lebih sering digunakan dalam persidangan

banding di Pengadilan Pajak. Karena memiliki beberapa

keuntungan/kelebihan, diantaranya:

1. Pertimbangan hukumnya setidak-tidaknya menjadi lebih

matang mengingat pemeriksaan dilakukan secara bersama-

sama seluruh anggota;

2. Pengetahuan dan kemampuan Hakim tentu secara umum

menjadi lebih memadai dibandingkan Hakim Tunggal;

3. Menjadi relative lebih kuat menghadapi tekanan dari luar;

4. Kemungkinan penyelewengan yang mempengaruhi putusan,

secara teoritis akan lebih kecil, mengingat apabila salah satu

anggota yang menyeleweng masih akan berhadapan dengan

anggota yang lain.

(Pudyatmoko Y.Sri, 2005:97).

b. Pemeriksaan Dengan Acara Cepat

Pemeriksaan dengan acara cepat ini dilakukan oleh Majelis

atau Hakim Tunggal. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan

terhadap:

a. Sengketa Pajak tertentu;

b. Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu 6 (enam)

bulan sejak Surat Gugatan diterima;

c. Tidak memenuhi salah satu ketentuan Pasal 84 ayat (1)

Undang-undang Pengadilan Pajak;

Page 46: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

d. Sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan

merupakan wewenang Pengadilan Pajak sebagai contoh

Gugatan pihak ketiga terhadap pelaksanaan sita berdasarkan

pengakuan hak milik atas baranng yang disita.

Pemeriksaan dengan acara tepat terhadap Sengketa Pajak di atas

dilakukan tanpa Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan dan tanpa

Surat Bantahan. Semua ketentuan mengenai pemeriksaan dengan acara

biasa berlaku juga untuk pemeriksaan dengan acara cepat yaitu

ketentuan mengenai pembukaan sidang, pengunduran diri, dan

penggantian Hakim Anggota dan Panitera, ketentuan yang berkaitan

dengan saksi, kerahasiaan, dan alih bahasa.

c. Sengketa Pajak Tertentu

Pengertian Sengketa Pajak Tertentu ini adalah Sengketa

Pajak yang Banding atau Gugatannya tidak memenuhi ketentuan

yaitu:

1. Persyaratn formal bahwa banding diajukan dengan Surat

Banding dalam bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak;

2. Jangka waktu pengajuan Banding bahwa banding diajukan

dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima

keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan

perundang-undangan perpajakan;

3. Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding;

Page 47: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

4. Banding yang diajukan terhadap jumlah pajak yang terutang,

hanya dapat diajukan apabila jumlah pajak yang terutang telah

dibayar 50%;

5. Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya,

seorang pengurus, atau kuasa hukumnya;

6. Dalam hal Gugatan, maka Gugatan diajukan secara tertulis

dalam bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak; dan atau

7. Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu)

keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan.

d. Pembuktian

Dalam hal pembuktian, Pengadilan Pajak menganut prinsip

pembuktian bebas. Majelis atau Hakim Tunggal sedapat mungkin

mengusahakan bukti berupa surat atau tulisan sebelum

menggunakan alat bukti lain. Alat bukti tersebut dapat berupa:

1. Surat atau tulisan yang terdiri dari:

a. Akta autentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau di hadapan

seorang pejabat umum, yang menurut peraturan

perundanng-undangan berwenang membuat surat itu

dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti

tentang peristiwa atau peristiwa hokum yang tercantum

didalamnya;

b. Akta di bawah tangan yaitu surat yang dibuat dan

ditandatangani oleh pihak-pihak yang yang bersangkutan

dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti

Page 48: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

tentang peristiwa atau peristiwa hokum yang tercantum di

dalamnya;

c. Surat keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan oleh

pejabat yang berwenang;

d. Surat-surat lain atau tulisan yang tidak termasuk huruf a,

huruf b, dan huruf c yang ada kaitannya dengan Banding

atau Gugatan.

2. Keterangan ahli

Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan di

bawah sumpah dalam persidangan tentang hal yang ia ketahui

menurut pengalaman dan pengetahuannya. Atas permintaan

kedua belah pihak atau salah satu pihak karena jabatannya.

Hakim Ketua atau Hakim Tunggal dapat menunjuk seorang

atau beberapa orang ahli. Terhadap seorang yang tidak boleh

didengar sebagai saksi (Pasal 37 Ayat (1) UU Pengadilan

Pajak) tidak diperkenankan untuk memberikan keterangan ahli.

Dalam persidangan seorang ahli harus memberi keterangan

baik tertulis maupun lisan yang dikuatkan dengan sumpah atau

janji mengenai hal sebenarnya menurut pengalaman dan

pengetahuannya.

3. Keterangan Para Saksi

Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti apabila

keterangan itu berkenaan dengan hal yang dialami, dilihat, atau

didengar sendiri oleh saksi.

Page 49: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

4. Pengakuan Para Pihak

Pengakuan para pihak tidak dapat ditarik kembali, kecuali

berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh Majelis

Hakim atau Hakim Tunggal.

5. Pengetahuan Hakim

Pengertian pengetahuan Hakim adalah hal yang olehnya

diketahui dan diyakini kebenarannya.

Untuk keadaan yang diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan

sebagai contoh:

1. Derajat akta autentik lebih tinggi tingkatannya dibanding dengan

akta di bawah tangan;

2. Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, atau Paspor

merupakan salah satu Identitas diri.

Masalah pembuktian ini, Hakim menentukan apa yang harus

dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian dan untuk

sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 (dua)alat bukti di atas.

Ketentuan ini sebenarnya upaya menentukan kebenaran materiil,

sesuai asas yang dianut dalam Undang-undang Perpajakan. Oleh

karena itulah, Hakim berupaya untuk menetukan apa yangn harus

dibuktikan, beban pembuktian, penilaian yang adil bagi para pihak dan

sahnya bukti dari fakta yang terungkap dalam persidangan, tidak

terbatas pada fakta dan hal-hal yang diajukan oleh para pihak. Dalam

persidangan para pihak dapat mengemukakan hal baru.

Page 50: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

e. Putusan

Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan

mempunyai kekuatan hukum tetap. Pengadilan Pajak ini juga dapat

mengeluarkan putusan sela atas Gugatan berkenaan dengan

permohonan agar tidak lanjut pelaksanaan penagihan pajak ditunda

selama pemeriksaan Sengketa Pajak sedang berjalan sampai

terdapat putusan Pengadilan Pajak (perhatikan Pasal 43 UU

Pengadilan Pajak).

Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan

kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.

Putusan Pengadilan Pajak ini diambil bedasarkan hasil

penilaian pembuktian dan berdasarkan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang bersangkutan serta berdasarkan

keyakinan Hakim. Dalam pemeriksaan dilakukan oleh Majelis,

putusan Pengadilan Pajak tersebut diambil berdasarkan

musyawarah yang dipimpin oleh Hakim Ketua dan apabila dalam

musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan, putusan diambil

dengan suara terbanyak. Apabila Majelis di dalam mengambil

keputusan dengan cara musyawarah tidak dapat dicapai

kesepakatan sehingga putusan diambil dengan suara terbanyak,

pendapat Hakim Anggota yang tidak sepakat dengan putusan

tersebut dinyatakan dalam putusan Pengadilan Pajak. Putusan

Pengadilan Pajak dapat berupa:

1. Menolak;

Page 51: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

2. Mengabulkan sebagian atau seluruhnya;

3. Menambah pajak yang harus dibayar;

4. Tidak dapat diterima;

5. Membetulkan kesalahan tulis dan atau kesalahan hitung; dan

atau

6. Membatalkan.

Sebagai putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap,

maka putusan Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan Gugatan ke

Pengadilan Umum, Peradila Tata Usaha Negara, atau Badan Peradilan

Lain, kecuali putuan berupa “Tidak Dapat Diterima” yang menyangkut

kewenangan/kompetensi. Perihal jangka waktu kapan putusan

pemeriksaan dengan acara biasa diambil apabila terdapat banding atau

gugatan atau jangka waktu kapan putusan pemeriksaan dengan acara

cepat diambil serta segala akibat yang ditimbulkannya atau sanksi

terhadap anggota yang lalai diatur lebih lanjut dalam Undang-undang

Pengadilan Pajak.

Putusan pemeriksaan dengan acara biasa diambil:

1. Putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas Banding diambil

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak Surat Banding

diterima. Dalam hal khusus jangka waktu tersebut diperpanjang

paling lama 3 (tiga) bulan.

2. Putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas Gugatan diambil

dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak Surat Gugatan

Page 52: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

diterima. Dalam hal khusus, jangka waktu dimaksud

diperpanjang paling lama 3 (tiga) bulan.

3. Dalam hal Gugatan yang diajukan selain atas keputusan

pelaksanaan penagihan pajak, tidak diputus dalam jangka waktu

6 (enam) bulan. Pengadilan Pajak wajib mengambil putusan

melalui pemeriksaan dengan acara cepat dalam jangka waktu 1

(satu) bulan sejak jangka waktu 6 (enam) bulan dimaksud

dilampaui.

Seperti telah dijelaskan pada sub bab pemeriksaan dengan acara

cepat bahwa dilakukannya pemeriksaan dengan acara cepat terhadap

Sengketa Pajak tertentu. Putusan pemeriksaan dengan acara cepat

terhadap Sengketa Pajak tertentu ini dinyatakan tidak dapat diterima,

diambil dalam jangka waktu sebagai berikut:

1. 30 (tiga puluh) hari sejak batas waktu pengajuan Banding atau

Gugatan dilampaui;

2. 30 (tiga puluh) hari sejak Banding atau Gugatan diterima, dalam

hal diajukan setelah batas waktu pengajuan dilampaui.

Sedangkan putusan/penetapan dengan acara cepat lainnya apabila:

1. Putusan/penetapan dengan acara cepat terhadap kekeliruan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 Ayat (1) huruf c Undang-

undang Pengadilan Pajak berupa membetulkan kesalahan tulis dan

atau kesalahan hitung, diambil dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)

hari sejak kekeliruan dimaksud diketahui atau sejak permohonan

salah satu pihak diterima.

Page 53: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

2. Putuan dengan acara cepat terhadap sengketa yang didasarkan

pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang Pengadilan

Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 Ayat 1 (satu) huruf d

Undang-undang Pengadilan Pajak berupa tidak dapat diterima,

diambil dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Surat

Banding atau Surat Gugatan diterima.

3. Dalam putusan Pengadilan Pajak diambil terhadap Sengketa Pajak

pada butir 2 pemohon Banding atau penggugat dapat mengajukan

Gugatan kepada peradilan yang berwenang.

9. Pelaksanaan Putusan

Putusan Pengadilan Pajak ini langsung dapat dilaksanakan

dengan tidak memerlukan lagi keputusan pejabat yang berwenang

kecuali putusan perundanng-undangan mengatur lain. Apabila putusan

dimaksud menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sebagai contoh

putusan Pengadilan Pajak menyebabkan Pajak Penghasilan atau Pajak

Pertambahan Nilai menjadi lebih bayar. Dalam hal demikian kepada

Kantor Pelayanan Pajak masih harus menerbitkan Surat Perintah

Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) yang diperlukan pembayar

pajak untuk dapat memperoleh kelebihan pajak.

Putusan Pengadilan Pajak yang mengabulkan sebagian atau

seluruh Banding, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan

ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk

paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, sesuai ketentuan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku.

Page 54: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Dalam pelaksanaannya salinan putusan atau salinan penetapan

Pengadilan Pajak dikirim kepada para pihak dengan surat oleh

sekretaris dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal

putusan Pengadilan Pajak diucapkan, atau dalam jangka waktu 7

(tujuh) hari sejak tanggal putusan sela diucapkan. Putusan Pengadilan

Pajak harus dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dalam jangka

waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterima putusan.

Pejabat yang tidak melaksanakan putusan Pengadilan Pajak dalam

jangka waktu tersebut, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan

kepegawaian yang berlaku (Waluyo, 2006:185-191). Dan berdasarkan

KUP dan UU No.14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

10. Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung

Satu lagi upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak

yaitu adanya hukum peninjauan kembali ke Mahkamah Agung (MA).

Upaya hukum ini merupakan upaya hukum luar biasa setelah adanya

putusan yang berkekuatan hukum tetap atau ada hal lain yang

ditentukan undang-undang. Pasal 77 Undang-undang Nomor 14 Tahun

2002 menyatakan bahwa -

“pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali

atas putusan pengadilan pajak kepada Mahkamah Agung” seperti yang

dikemukakan oleh Wirawan B Ilyas dan Richard Burton (2004) dalam

bukunya Hukum Pajak yang menjelaskan tentang penyelesaian

sengketa pajak.

11. Putusan Mahkamah Agung

Page 55: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Mahkamah Agung memeriksa dan memutus permohonan

peninjauan kembali dengan ketentuan (UU 14/02):

a. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan peninjauan

kembali diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil

keputusan, dalam hal Pengadilan Pajak mengambil putusan

melalui pemeriksaan acara biasa;

b. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan peninjauan

kembali diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil

keputusan, dalam hal Pengadilan Pajak mengambil putusan

melalui pemeriksaan dengan acara cepat.

Putusan atas permohonan peninjauan kembali harus diucapkan

dalam sidang terbuka untuk umum (UU 14/02).

12. Menyiapkan Surat Banding

Menang atau kalah hasil banding sangat tergantung dari aspek

materi yang dipersengketakan. Akan tetapi sebelum dilakukan uji

materi atas sengketa pajak, majelis akan melakukan pengujian atas

dipenuhi atau tidaknya syarat formal. Apabila aspek formal tidak

terpenuhi, maka penelitian materi sengketa tidak akan dilanjutkan.

Dengan demikian secara otomatis banding dari pemohon Banding

(Wajib Pajak) pasti akan ditolak, kecuali apabila tidak terpenuhinya

syarat formal disebabkan adanya kejadian di luar kekuasaan Wajib

Pajak. Dengan kata lain, terpenuhinya syarat formal pengajuan

permohonan Banding merupakan pintu gerbang bagi proses berikutnya

sampai dengan ditetapkannya putusan banding.

Page 56: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

13. Penyusunan Surat Banding

Agar permohonan Banding dapat diproses lebih lanjut, Wajib

Pajak harus memperhatikan ketentuan formal penyampaian Surat

Banding. Dalam hal ini, WP harua berhati-hati ketika membuat Surat

Banding.

Berkaitan dengan bentuk surat banding, tidak ada ketentuan yang

mengatur mengenai bentuk baku. Artinya Wajib Pajak bebas memilih

bentuk formal suratnya, sepanjang bahwa surat tersebut ditujukan

kepada Pengadilan Pajak dan diajukan terhadap keputusan keberatan

yang ditentukan oleh DirJen Pajak. Perlu dicatat bahwa yang dapat

diajukan permohonan banding adalah keputusan keberatan atas SKP,

dan bukan atas SKP hasil pemeriksaan (Kusuma, 2006).

Batas waktu pemasukan surat permohonan banding 3 bulan

sesuai dengan Pasal 27 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 1983 dihitung

dari tanggal ke tanggal, yaitu sehari setelah tanggal surat

KeputusanKeberatan diterbitkan sampai dengan tanggal surat

permohonan banding diterima Majelis Pertimbangan Pajak (SE 14/93).

Pada prinsipnya jangka waktu pengajuan Banding ditetapkan 3

(tiga) bulan, dimaksudkan agar pemohon Banding mempunyai waktu

yang cukup memadai untuk mempersiapkan Banding beserta alasan-

alasannya. Apabila ternyata jangka waktu dimaksud tidak dipenuhi

oleh pemohon Banding karena di luar kekuasaannya (force majeur),

jangka waktu dimaksud dapat dipertimbangkan oleh Majelis atau

Hakim Tunggal (UU 14/02P).

Page 57: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

14. Isi Surat Putusan Pengadilan Pajak

Putusan Pengadilan Pajak harus memuat (UU 14/02):

a. kepala putusan yang berbunyi “DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”;

b. nama, tempat tinggal atau tempat kediaman, dan/atau identitas

lainnya dari pemohon Banding atau penggugat;

c. nama jabatan dan alamat terbanding atau tergugat;

d. hari, tanggal diterimanya Banding atau Gugatan;

e. ringkasan Banding atau Gugatan, dan ringkasan Surat Uraian

Banding atau Surat Tanggapan atau Surat Bantahan, yang jelas;

f. pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal

yang yang terjadi dalam persidangan selama sengketa itu

diperiksa;

g. pokok sengketa;

h. alasan hukum yang menjadi dasar putusan;

i. amar putusan tentang sengketa; dan

j. hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera,

dan keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.

Yang dimaksud dengan identitas lainnya, antara lain Nomor

Pokok Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Kartu

Tanda Penduduk, atau Paspor (UU 14/02P).

Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan pemuatan hal-hal yang

harus dimuat dalam Putusan Pengadilan Pajak menyebabkan putusan

dimaksud tidak sah dan Ketua memerintahkan sengketa dimaksud

Page 58: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

segera disidangkan kembali dengan acara cepat, kecuali putusan

dimaksud telah melampaui jangka waktu 1 (satu) tahun (UU 14/02).

15. Teknis Penghitungan PPN

Cara menghitung PPN yang terutang adalah dengan mengalikan

Tarif Pajak Pertambahan Nilai (10 % atau 0 % untuk ekspor Barang

Kena Pajak) dengan Dasar Pengenaan Pajak.

PPN yang terutang = Tarif PPN * Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual, penggantian,

nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang

terhutang. PPN yang terhutang ini merupakan Pajak Keluaran yang

dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak.

Contoh:

Pengusaha Kena Pajak “A” menjual tunai Barang Kena Pajak

dengan Harga Jual Rp. 25.000.000,00.

Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang :

10 % * Rp. 25.000.000,00 = Rp.2.500.000,00.

Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp.2.500.000,00 tersebut merupakan

Pajak Keluaran, yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “A”.

16. Ketentuan Formal Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih

Bayar

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat

ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak

Page 59: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang

atau tidak seharusnya terutang.

Direktorat Jendral Pajak setelah melakukan pemeriksaan

menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit

pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah

pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak

seharusnya terutang.

Surat Ketetapan Pajak diterbitkan untuk:

a. Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah

pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang

seharusnya tidak terutang;

b. Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak lebih besar dari

jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran

pajak yang seharusnya tidak terutang. Apabila terdapat pajak

terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai,

maka yang dimaksud dengan jumlah yang yang terutang adalah

jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh

Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.

c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang dibayar

lebih besar dari jumlah yang terutang atau telah dilakukan

pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar tersebut diterbitkan setelah

dilakukan pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan yang disampaikan

Wajib Pajak yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar

Page 60: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak (permohonan restitusi). Apabila Wajib Pajak

setelah menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dan

menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi),

maka wajib mengajukan permohonan tertulis.

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi

apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata pajak yang lebih

dibayar jumlahnya lebih besar dari kelebihan pembayaran pajak yang

telah ditetapkan (Diana dan Setiawati, 2009:45).

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh:

1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Kusuma (2006) dengan

judul “Analisa Restitusi PPN Lebih Bayar Atas Kasus Banding

Perusahaan “X” Melalui Pengadilan Pajak”. Dimana penyebab

terjadinya lebih bayar PPN pada PT “X” adalah karena PT “X”

melakukan penyerahan JKP kepada pengguna jasanya yaitu PT

“Y” yang merupakan salah satu yang termasuk sebagai Badan

Pemungut PPN, sehingga menyebabkan pajak keluarannya

menjadi nihil dan semua pajak masukan yang ada menjadi pajak

yang lebih dibayar yang dapat direstitusikan. Dampak pengajuan

banding tersebut pada PT “X” yaitu bahwa PT “X” berhasil

memenangkan seluruh permohonan banding atas SKPLB PPN

tersebut.

Page 61: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Faluvy (2007) dengan judul

“Mekanisme Pemeriksaan Pajak Penghasilan Sampai Proses

Banding Pada PT.KC”. Sebab timbulnya sengketa pajak

penghasilan badan pada PT.KC diawali dari penerbitan SKKB PPh

Badan Masa Pajak 2001, dimana atas ketetapan tersebut wajib

pajak tidak setuju dan mengajukan keberatan atas jumlah pajak

yang masih harus dibayar. Namun keberatan tersebut hanya

diterima sebagian oleh KPP Jakarta Tambora, sehingga wajib

pajak tetap berkeberatan dan mengajukan banding. Banding

diselesaikan melalui pengadilan pajak dengan acara biasa,dengan

hasil putusan bahwa pengadilan pajak mengabulkan seluruhnya

permohonan banding PT.KC tersebut oleh Majelis I Pengadilan

Pajak.

3. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sylvia (2007) dengan

judul “Analisa Pemeriksaan PPN Pada PT “X” Berdasarkan

Keputusan Akhir Pengadilan Pajak”. Pemeriksaan pajak dilakukan

pada PT “X”untuk tahun pajak 2002. Pada pemeriksaan tersebut

PT “X” melaporkan kelebihan pembayaran pajak atas PPN Masa

Pajak Januari sampai Desember 2002 untuk meminta kembali

jumlah lebih bayar PPN tersebut. Sedangkan menurut Fiskus yang

seharusnya PT “X” yang masih harus membayar kekurangan pajak

tersebut. Dari hasil pemeriksaan tersebut Dirjen Pajak menerbitkan

SKPKB PPN. Merasa tidak puas dengan hasil pemeriksaan, PT

“X” mengajukan keberatan. Tetapi keberatan tersebut ditolak,

Page 62: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

sehingga PT “X” melanjutkan dengan pengajuan banding ke

Pengadilan Pajak. Hasilnya, Pengadilan Pajak menerima semua

permohonan bandingnya. Namun atas kesalahan pemeriksaan dari

DirjenPajak, PT “X” harus mengalami kerugian waktu dan

material.

4. Penelitian sebelumnya diperoleh dari Indonesian Tax Review

Vol.1/Edisi 11/2008, dengan judul “Banding Gara-gara Salah

Pncantuman DPP”. Berdasarkan bukti-bukti dan keterangan dalam

persidangan, Majelis memperoleh petunjuk bahwa yang menjadi

pokok sengketa dalam banding ini adalah Dasar Pengenaan PPh

Pasal 21. Hasil dari penelitian bukti-bukti yang ada, Fiskus

mengatakan setuju untuk membatalkan koreksi yang dilakukannya.

Pasalnya Fiskus menemukan kalau selisih tersebut terjadi karena

adanya kesalahan pencantuman DPP pada SPT Masa PPh Pasal 21

sehingga berbeda dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21. Dengan

begitu Fiskus menyadari bahwa seharusnya tidak ada PPh yang

terutang yang masih harus dibayar wajib pajak. Karena selisih

DPP tidak PPh terutang. Dan hasil, Majelis mengabulkan seluruh

Permohonan banding yang diajukan oleh wajib pajak.

5. Penelitian sebelumnya yang diperoleh dari Indonesian Tax Review

Vol.01/Edisi 2/2009, dengan judul “Lemah Pembuktian,DPP

Dikoreksi”. Berdasarkan hasil pemeriksaan berkas-berkas

pengajuan banding, diketahui bahwa yang menjadi pokok sengketa

dalam perkara banding ini adalah jumlah DPP PPh Pasal 23 Masa

Page 63: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Pajak Januari s.d Desember 2002 yang tidak disetujui oleh WP.

Majelis menyimpulkan, sengketa ini disebabkan karena minimnya

data WP yang dapat diakses oleh Fiskus. Sehinga hasilnya, Majelis

memutuskan untuk mengabulkan sebagian materi banding WP dan

menolak materi banding lainnya.

C. Kerangka Pemikiran

Dengan sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini ternyata

masih saja banyak pelaksanaan pemungutan pajak yang tidak sesuai

dengan UU perpajakan yang dapat menimbulkan ketidakadilan bagi

masyarakat wajib pajak. Misal, masih adanya wajib pajak yang merasa

kurang puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan atau atas

pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak ketiga. Sehingga dengan

pelaksanaan pajak yang tidak sesuai tersebut, dapat mengakibatkan

timbulnya sengketa pajak antara wajib pajak dan pejabat yang

berwenang.

Oleh karena itu, diperlukan lembaga peradilan di bidang

perpajakan yang lebih komprehensif yang dibentuk dengan undang-

undang, yang menjamin Hak dan Kewajiban pembayar pajak sesuai

dengan undang-undang perpajakan dan dapat memberikan putusan

hukum atas Sengketa Pajak dengan proses yang sederhana, cepat, dan

murah. Seperti Ditjen Pajak atau Pengadilan Pajak.

Sengketa Pajak tidak harus diselesaikan di Pengadilan Pajak, tetapi

sengketa pajak bisa juga diselesaikan di Ditjen Pajak. Sengketa Pajak

Page 64: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

yang harus diselesaikan melalui Pengadilan Pajak meliputi Banding dan

Gugatan. Hal tersebut berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2002 dan

Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan Tentang Pengadilan Pajak.

Seperti halnya dalam penulisan ini yang membahas Sengketa Pajak

yang penyalesaiannya melalui Pengadilan Pajak. Karena merupakan

Sengketa Banding. Dimana wajib pajak merasa kurang puas atas

dikeluarkannya SKP yang dikeluarkan oleh Ditjen Pajak, sehingga

melakukan pengajuan Banding ke Pengadilan Pajak.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Page 65: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih Pengadilan Pajak sebagai

tempat penelitian. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah

deskriptif analisis, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa

fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Sehingga dalam penelitian ini

penulis menjelaskan dan menggambarkan permasalahan banding atas

kasus sengketa pajak pada wajib pajak.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah suatu Wajib Pajak badan yang

memiliki permasalahan sengketa pajak. Pengambilan sampel dengan

menggunakan metode judgment sampling, yaitu pengambilan sample

secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan

pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan atau

masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Dengan kriteria

responden yaitu perusahaan yang memiliki permasalahan pajak

pertambahan nilai dan mengajukan banding ke Pengadilan

Pajak, dan penyelesaiannya pada tahun 2009.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data

sebagai bahan masukan dalam penelitian adalah dengan melakukan

pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang

digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder

internal, yaitu data dari Pengadilan Pajak atau putusan pengadilan

mengenai kasus banding sengketa pajak. Data-data tersebut berupa

Page 66: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

artikel, peraturan perundang-undangan, atau literatur lain yang memuat

mengenai perpajakan khususnya banding kasus sengketa pajak melalui

Pengadilan Pajak. Sedangkan data primer dapat dilakukan dengan cara

penelitian langsung di lapangan oleh penulis seperti di Pengadilan

Pajak.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif

dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif

kualitatif karena menggunakan pendekatan pada pemecahan masalah-

masalah berupa fakta-fakta dalam kehidupan sosial khususnya

dalam bidang perpajakan yaitu permasalahan banding atas kasus

sengketa pajak melalui pengadilan pajak (Indriantoro dan

Supomo,2002:31-32). Sedangkan berdasarkan tujuan penelitiannya

penelitian ini merupakan penelitian dasar yaitu penelitian yang bertujuan

untuk mengembangkan teori. Dan pendekatan yang digunakan dalam

pengembangan teori adalah pendekatan induktif, yang tujuannya untuk

mengembangkan teori dengan menekankan pada kebenaran dan realitas

fakta untuk menghindari adanya teori-teori atau opini-opini yang

membingungkan yang dikuatkan dengan penelitian kepustakaan (guna

memperoleh data sekunder) dan penelitian langsung (guna memperoleh

data primer) sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian ini.

Beberapa contoh data sekunder yang diperlukan untuk masalah

penelitian yaitu UU PPN dan UU Pengadilan Pajak,Putusan Pengadilan

Page 67: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Pajak, SPT Masa, Surat Setoran Pajak (SSP), Faktur Pajak, dan Surat

Keberatan.

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing

variable yang digunakan berikut dengan operasional.

Penjelasan dari variable-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini antara lain:

Sengketa Pajak

Sengketa Pajak dapat diartikan suatu masalah yang teradi karena

salah persepsi, salah hitung, dan ketidakpuasan dalam perpajakan.

Sengketa pajak pertambahan nilai merupakan permasalahan yang terjadi

dalam bidang perpajakan-khususnya pajak pertambahan nilai- antara

wajib pajak degan fiskus, atau penanggung pajak dengan pejabat yang

berwenang. Untuk mengetahui sengketa pajak ini merupakan sengketa

PPN dapat dilihat dari nomor seri yang terdapat di dalam buku daftar

kasus banding di Pengadilan Pajak, atau pada Surat Putusan Pengadilan

Pajak, atau pada Surat Ketetapan Pajak yang dipermasalahkan.

Banding

Banding merupakan akibat atau terusan dari masalah sengketa

pajak, jika masih ada ketidakpuasan wajib pajak dalam penyelesaiannya

melalui pengajuan keberatan. Dan banding merupakan permasalahan

pajak yang harus diselesaikan di Pengadilan Pajak.

Page 68: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT “X” didirikan pada tahun 1954 oleh Hydrographer Ole

H.Blom. Sejak berdirinya PT “X” terkemuka telah menyediakan

produk dan jasa di dalam laut dan pemetaan tanah berbasis

industri. Hari ini, PT “X” dibagi menjadi dua bagian; Informasi

Geografis (GI) dan Offshore Technologies (OT).

PT “X” adalah perusahaan dengan kegiatan pemetaan,baik di

rumah dan pasar internasional. Fokus utama kami adalah

photogrammetric teknis produksi skala besar peta, dan GIS servises

DTM. PT “X” merupakan anak perusahaan PT “XY” Kelompok

Norwegia yang didirikan pada 1954 dan hari ini adalah sebuah

perusahaan terkemuka di Scandinavia dalam pemetaan,

dan kegiatan charting.

PT “X” yang merupakan objek penelitian berlokasi di Jl.

Kuningan Barat No.26, Gedung Tifa Lt.2. Jakarta Selatan – 12710

dan mempunyai NPWP 01.893.832.4-014.000 merupakan cabang

dari PT “X” di bandung.

Page 69: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

2. Perkembangan Usaha

Pada tahun 1954 PT “X” didirikan oleh Hydrographer Ole H.

Blom kemudian ia terdaftar di Oslo Stock Exchange pada tahun

1988. Di tahun 2000 PT “X” membentuk unit baru produksi peta di

Bandung-Indonesia. Dan pada tahun 2002 PT “X" berkonsentrasi

photogrammetric semua peta berproduksi di Bandung-Indonesia, dan

dua kali lipat kapasitas produksi. Untuk pengumpulan, pengolahan,

dan penjualan yang tinggi teknolologi peta data dan pembentukan

database, unit produksi didirkan di Rumania dan Indonesia pada

tahun 2004.

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Penyebab timbulnya Sengketa Pajak Pertambahan Nilai pada PT

“X” sehingga perusahaan tersebut mengajukan Banding

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

Permohonan banding yang diajukan oleh Pemohon Banding (dalam

penelitian ini adalah PT “X”) diawali dengan adanya sengketa atau

ketidaksetujuan wajib pajak atas ketetapan pajak yang telah

diterbitkan oleh fiskus yaitu berupa SKPLB PPN Barang

dan Jasa Masa Pajak Desember 2005. Sebagaimana diketahui

bersama dalam Ketentuan Umum TataCara Perpajakan (KUP)

Tahun 2007 Tentang Pengadilan Pajak bahwa ketetapan pajak terbit

atas dasar hasil pemeriksaan fiskus, baik pemeriksaan lapangan atau

pemeriksan kantor yang disertai koreksi fiskal dalam

umumnya menyebabkan jumlah pajak yang terutang menurut fiskus

Page 70: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

menjadi lebih besar daripada jumlah yang telah dihitung, disetor,

dan dilaporkan oleh wajib pajak.

Sengketa yang dialami oleh PT “X” diawali dari penerbitan

SKPLB PPN Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2005 dengan

Nomor: 00017/407/05/014/07 tanggal 18 April 2007, yang

ditebitkan oleh KPP Jakarta Mampang Prapatan berdasarkan

Laporan Pemeriksaan Pajak dengan Nomor:LAP-

15/WPJ.04/KP.0707/2007 tanggal 18 April 2007, dengan

perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.1.Perbedaan Perhitungan PPN terhutang menurut

Pemohon Banding dan Terbanding

JUMLAH RUPIAH MENURUT N

O URAIAN

Pemohon Banding Terbanding

1 Dasar Pengenaan Pajak

a. Ekspor 1.541.779.512,00 0,00

b. Penyerahan yang PPN nya tidak dipungut/ditunda

/ditangguhkan/dibebaskan/ditanggung Pemerintah 0,00 0,00

c. Penyerahan yang PPN nya harus diungut

c.1 Tarif Umum 0,00 1.544.950.362,00

c.2 Tarif Efektif 0,00 0,00

c.3 Jumlah (c.1 + c.2) 0,00 1.544.950.362,00

d. Dikurangi : retur penjualan 0,00 0,00

e. Jumlah (a + b + c.3 – d) 1.541.779.512,00 1.544.950.362,00

2 Pajak Keluaran :

a Pajak Keluaran Seluruhnya

a.1 Tarif Umum 0,00 154.495.036

a.2 Tarif Efektif 0,00 0,00

a.3 Jumlah (a.1 + a.2) 0,00 154.495.036,00

c Jumlah Pajak Keluaran yang dipungut sendiri

(a.3 – b.4) 0,00 154.495.036,00

3 Pajak yang dapatdiperhitungkan :

a) Pajak masukan yang dapat dikreditkan 38.166.559,00 825.870,00

b) Dibayar dengan NPWP sendiri 0,00 0,00

c) Pajak masukan yang menggunakan Pedoman

Pengkreditan Pajak Masukan karena memilih

menggunakan Norma Penghitungan Penghasilam

Neto 0,00 0,00

d Kompensasi bulan lalu 401.941.068,00 402.766.938,00

e Diperhitungkan (Pokok Kurang Bayar) STP 0,00 0,00

g Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan

(a + b + c + d + e) 440.107.627,00 402.766.938,00

4

PPN yang Lebih dibayar (3.g – 2.c) 440.107.627,00 248.271.902,00

5 Kelebihan Pajak yang sudah :

a. Dikompensasi ke Masa Pajak berikutnya 0,00 0,00

b Dikembalikan sesuai dengan SKPLB 0,00 0,00

c Jumlah 0,00 0,00

6 PPN yang kurang dibayar (4 -5) 440.107.627,00 248.271.902,00

7 PPN lebih bayar khususnya untuk eksportir/penyerahan

Page 71: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

kepada pemungut PPN :

a Restitusi % x Dasar Pengenaan Pajak 0,00

b Kompensasi 248.271.902,00

Sumber : Putusan Pengadilan Pajak Hal ke 2 dari 30 Nomor:Put

17736/PP/M.XI/16/2009.

Namun, atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2005

Nomor: 00017/407/05/014/07 tanggal 18 April 2007, Pemohon

Banding yang merasa kurang puas dengan Surat

Ketetapan Pajak tersebut mengajukan keberatan dengan Surat

Nomor:Acc/002060607/Ltr tanggal 6 Juni 2007 dan

dengan Keputusan Terbanding Nomor: KEP-

336/WPJ.04/2008 tanggal 27 Februari 2008, dengan hasil bahwa

keberatan Pemohon Banding tersebut diterima sebagian

dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan PPN dalam Keputusan Terbanding

URAIAN DPP PPN

(Rp)

Pajak

Keluaran (Rp)

Pajak yang

dapat diperhitungkan

(Rp)

PPN lebih

dibayar (Rp)

Kompensasi

ke Masa Berikutnya

(Rp)

PPN Lebih

Dibayar (Rp)

Semula 1.544.950.362 154.495.036 402.766.938 248.271.902 0 248.271.902

Dikurangi/

(ditambah) 0 0 24.743.159 24.743.159 0 24.743.159

Menjadi 1.544.950.362 154.495.036 427.510.097 273.015.061 0 273.015.061

Sumber : Putusan Pengadilan Pajak Hal ke 2 dari 30 Nomor : Put

17736/PP/M.XI/16/2009.

Dengan hasil tersebut diatas, ternyata Pemohon Banding masih

merasa keberatan sehingga akhirnya Pemohon Banding mengajukan

Banding melalui Pengadilan Pajak dengan Surat Banding Nomor:

ACC/010140508/LTR pada tanggal 14 Mei 2008. Dan yang menjadi

pokok sengketa dalam Sengketa Banding ini adalah koreksi positif

Page 72: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Dasar Pengenaan PPN dari Penyerahan yang PPNnya harus dipungut

sebesar Rp.1.544.950.362,00 dan juga perbedaan pendapat atas

ketentuan peraturan perpajakan tentang jenis usaha, transaksi

(penyerahan) yang dilakukan PT “X” atau Pemohon Banding. Selain

itu, karena PT “X” merasa dirugikan oleh hasil koreksi positif

tersebut hingga akhirnya ia mengajukan banding.

2. Proses Banding yang dilakukan oleh PT “X”

a. Pengajuan Surat Banding

Atas Keputusan yang telah dikeluarkan oleh Kepala

Kanwil Jakarta Selatan Khusus atas nama Dirjen Pajak tersebut

yang menerima sebagian permohonan keberatan PT “X”, maka

PT “X” yang masih merasa belum puas dengan keputusan

keberatan tersebut, akhirnya mengajukan Permohonan Banding

ke Pengadilan Pajak.

PT “X” selaku Pemohon Banding mengajukan Surat

Banding tanggal 14 Mei 2008 terhadap Keputusan Terbanding

(DirJen Pajak) Nomor:ACC/010140508/LTR, yang diterima oleh

Sekretariat Pengadilan Pajak pada hari Senin tanggal 19 Mei

2008 (diantar) dengan uraian/alasan sebagai berikut:

1) Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar PPN

Masa Pajak Desember 2005 Nomor: 00017/407/05/014/07

yang telah Melebihi Batas Waktu

SPT Masa PPN (Pembetulan) Pemohon Banding untuk

Masa Pajak Desember 2005 yang menyatakan lebih bayar

Page 73: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Jakarta

Mampang Prapatan pada tanggal 09 Februari

2006, namun Terbanding baru menerbitkan

SKPLB PPN Masa Pajak Desember 2005 Nomor:

00017/407/05/014/07 tanggal 18 April 2007. Bahkan, hingga

akhirnya Pemohon Banding mengajukan Surat Banding

SKPLB yang asli belum diterima dari Terbanding.

Berdasarkan ketentuan Pasal 17B, Undang-undang

Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-undang Nomor 16 tahun 2000, bahwa:

Direktorat Jendral Pajak setelah melakukan pemeriksaan

atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

pajak selalin permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C harus menerbitkan

surat ketetapan pajak paling lambat 12 (dua belas) bulan

sejak surat permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan

tertentu ditetapkan lain dengan Keputusan Direktorat

Jendral Pajak.

Apabila setelah lewat dari jangka waktu yang telah

ditentukan sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) Direktorat

Jendral Pajak tidak juga memberikan suatu keputusan,

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

harus diterbitkan dalam waktu paling lambat 1

(satu) bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

Page 74: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

penerbita SKPLB PPN Masa Pajak Desember 2005 Nomor:

00017/407/05/014/07 memang benar adanya telah melewati

batas waktu penerbitan. Dengan demikian, SKPLB tersebut

diatas merupakan ketetapan pajak yang cacat hukum, dan

oleh karena itu harus dibatalkan demi hukum dan keadilan.

Ini merupakan alasan formal Pemohon Banding mengajukan

Banding.

2) Koreksi Peredaran Usaha

Berdasarkan ketentuan UU No. 8 Tahun 1983 tentang

“Pajak Pertambahan Nilai barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah” sebagaimana

telah diubah terakhir dengan UU No. 18 Tahun 2000,

disebutkan bahwa:

(Pasal 1 angka 2) – “Barang adalah barang berwujud,

yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang

bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak

berwujud.”

(Pasal 1 ayat 11) – “Ekspor adalah setiap kegiatan

mengeluarkan barang dari dalam Daerah Pabean ke luar

Daerah Pabean.”

(Pasal 4 huruf f) – “Pajak Pertambahan Nilai dikenakan

atas: ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena

Pajak.”

(Pasal 7 ayat 2) – “Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas Ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol persen).”

Page 75: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Seperti yang telah Pemohon Banding jelaskan pada saat

proses pemeriksaan dan keberatan, bahwa Pemohon Banding

melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan produk berupa

peta digital. Peta digital yang diproduksi oleh Pemohon

Banding hingga saat ini masih berkisar peta wilayah luar

negeri sesuai dengan permintaan pasar yang saat ini mampu

dilayani oleh Pemohon Banding. Proses pengiriman produk

dapat Pemohon Banding lakukan dengan beberapa cara:

a) Cara Pertama

Dengan menempatkan peta digital kedalam media

penyimpanan berupa CD atau DVD, kemudian

dikirimkan kepada pembeli di luar negeri melalui jasa

kurir. Biasanya untuk peta digital dengan ukuran file

yang cukup besar Pemohon Banding mengirimkannya

dengan cara ini.

b) Cara Kedua

Dengan mengirim peta digital langsung melalui

koneksi internet kepada pembeli di luar negeri. Cara ini

biasanya Pemohon Banding lakukan untuk peta digital

dengan ukuran file yang tidak terlalu besar.

Dengan ini menurut hemat Pemohon Banding, peta

digital yang dihasilkan oleh Pemohon Banding termasuk

kedalam pengertian Barang Kena Pajak Tak Bewujud,

sehingga berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas,

Page 76: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

penyerahan peta digital oleh Pemohon Banding kepada

pembeli di luar negeri dapat dikategorikan sebagai Ekspor

BKP yang dikenakan PPN nya dengan tariff 0%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa koreksi yang

dilakukan oleh Terbanding yang didasarkan pada anggapan

bahwa terjadi penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh Pemohon Bandning adalah tidak

dapat dibenarkan, karena sebagaimana telah

Pemohon Banding uraikan di atas, seluruh penyerahan

produk yang dihasilkan oleh Pemohon Banding adalah

kepada Pembeli yang berlokasi di Luar Negeri (ekspor).

Berdasarkan keterangan atau alasan-alasan di atas,

maka Pemohon Banding mengajukan Permohonan kepada

Majelis Hakim yang mengadili perkara ini untuk

mengabulkan banding Pemohon Banding dan membatalkan

Surat Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor: KEP-

336/WPJ.04/2008/LTR tanggal 27 Februari 2008 tentang

Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar PPN

Masa Pajak Desember 2005 Nomor: 00017/407/05/014/07

tanggal 18 April 2007 atas nama PT “X”, NPWP

01.893.832.4-014.000.

b. Surat Uraian Banding dari Terbanding

Page 77: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Terbanding dalam Surat Uraian Banding Nomor:

S-1893/WPJ.04/BD.06/2008 tanggal 29 Agustus 2008

mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1) Koreksi Peredaran Usaha sebesar Rp.1.544.950.362

Menurut Pemohon Banding usahanya merupakan

Ekspor BKP yang dikenakan PPNnya dengan tariff 0%,

karena seluruh penyerahan produk yang dihasilkan adalah

kepada Pembeli yang berlokasi di Luar Negeri,

dikuatkan dengan hukum-hukum.

Sedangkan menurut Terbanding usaha yang dijalankan

oleh Pemohon Banding bukanlah merupakan Ekspor BKP,

melainkan usaja Jasa Kena Pajak. Dalam keterangannya,

bahwa Pemberi jasa, dalam hal ini Pemohon Banding adalah

Pengusaha Kena Pajak, Jasa yang diserahkan, dalam hal ini

jasa pembuatan peta digital adalah Jasa Kena Pajak karena

tidak termasuk dalam jenis barang dan jasa yang tidak

dikenakan PPN sebagaimana diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000.

Saat terutangnya pajak adalah pada saat mulai

tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara

nyata, baik sebagian atau seluruhnya sesuai dengan Pasal 13

ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002.

Page 78: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Tempat pajak terutang atau tempat penyerahan di dalam

Daerah Pabean adalah di tempat tinggal atau tempat

kedudukan dan tempat kegiatan usaha dillakukan, yaitu di

tempat Pengusaha dikukuhkan, dalam hal ini tempat dimana

Pemohon Banding melakukan usaha, yakni Indonesia. Sesuai

dengan Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 143

Tahun 2000 yang telah diubah terakhir dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002, sebagai berikut:

“Tempat Pajak terutang atas penyerahan Barang Kena

Pajak dan atau Jasa Kena Pajak di Dalam Daerah Pabean

adalah di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan tempat

kegiatan usaha dilakukan, yaitu di tempat Pengusaha

dikukuhkan atau seharusnya dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak”

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelaah

sependapat dengan pemeriksa bahwa penyerahan yang

dilakukan oleh Pemohon Banding adalah

penyerahan yang terutang PPN karena jasa tersebut

dilakukan di dalam daerah Pabean.

2) Koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.37.340.689

Penelaah melakukan penelitian terhadap faktur pajak

yang diberikan oleh Pemohon Banding ternyata faktur pajak

dari PT “Y” nomor CQXJL-423-12449 dengan nilai PPN

sebesar Rp.12.597.530 yang pengisiannya tidak memenuhi

ketentuan formal (cacat) yaitu menggunakan alamat yang

Page 79: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

berada di Bandung. Sehingga koreksi pemeriksa atas faktur

pajak masukan sebesar Rp.12597.530 tetap dipertahankan.

Namun sisa dari dari Pajak Masukan yang di koreksi

tersebut, bahwa faktur pajak tersebut merupakan bukan

sebagai Faktur Pajak yang cacat, sehingga dapat diterima.

Setelah melakukan penelitian dengan cara pengujian

arus uang, maka penelaah berpendapat bahwa Pemohon

Banding telah memenuhi ketentuan yang diisyaratkan dalam

Pasal 33 UU KUP sehingga untuk pengkreditan Pajak

Masukan tersebut dapat diterima oleh penelaah. Dengan

berdasarkan semua data dan keterangan, maka

penelaah pun berpendapat sama untuk

menerima sebagian permohonan keberatan Pemohon

Banding karena dapat memberikan bukti-bukti pendukung

yang cukup seperti berikut ini:

Tabel 4.3.Perhitungan PPN terhutang menurut Penelaah

N

O KETEANGAN Dalam Rupiah

1 Dasar Pengenaan Pajak

a Ekspor 0,00

b Penyerahan yang PPN nya tidak

dipungut/ditunda/ditangguhkan/dibebaskan/ditanggung pemerintah 0,00

c Penyerahan yang PPN nya harus dipungut

c.1 Tarif Umum 1.544.950.362,00

c.2 Tarif Efektif 0,00

c.3 Jumlah (c.1 –c.2) 1.544.950.362,00

d Dikurangi : retur penjualan 0,00

e Jumlah (a + b + c.3 – d) 1.544.950.362,00

2 Pajak Keluaran :

a Pajak Keluaran Seluruhnya

a.1 Tarif Umum 154.495.036,00

Page 80: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

a.2 Tarif Efektif 0,00

a.3 Jumlah (a.1 + a.2) 154.495.036,00

b.4 Jumlah (b.1 + b.2 + b.3) 0,00

c Jumlah Pajak Keluaran yang dipungut sendiri (a.3 – b.4) 154.495.036,00

3 Pajak yang dapat diperhitungkan :

a Pajak masukan yang dapat di kreditkan 25.569.029,00

b Dibayar dengan NPWP sendiri 0,00

c Pajak Masukan yang menggunakan Pedoman Pengkreditan Pajak

Masukan karena memilih menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto 0,00

d Kompensasi Bulan Lalu 401.941.068,00

e Diperhitungkan (Pokok Kurang Bayar) STP 0,00

g Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan (a+b+c+d+e) 427.510.097,00

4 PPN yang lebih dibayar (3.g – 2.c) 273.015.061,00

5 Kelebihan Pajak yang sudah : 0,00

a dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya 0,00

b dikembalikan sesuai dengan SKPLB 0,00

c Jumlah 0,00

6 PPN yang lebih di bayar (4 -5) 273.015.061,00

Sumber: Putusan Pengadilan Pajak Hal ke 13 dari 30 Nomor: Put

17736/PP/M.XI/16/2009.

3) Tanggapan Atas Permohonan Banding

Direktur Jenderal Pajak yang merupakan Terbanding

memberi tanggapan bahwa alasan Pemohon Banding pada

intinya sama seperti alasan ketika mengajukan permohonan

keberatan, sehingga tanggapan atas permohonan banding

Pemohon Banding sama dengan alasan keputusan keberatan,

yaitu tidak terdapat alasan untuk dapat mempertimbangkan

permohonan banding Pemohon Banding atas Keputusan

Direktorat Jendral Pajak Nomor: KEP-

336/WPJ.04/2008 yang diterbitkan tanggal 27

Februari 2008. Dan diusulkan kepada Pengadilan Pajak agar

menolak Permohonan Banding Pemohon Banding

dan mempertahankan Keputusan Keberatan No.KEP-

336/WPJ.04/2008 tersebut.

c. Bantahan Atas Uraian Banding oleh Pemohon Banding

Page 81: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Tanggapan yang diberikan oleh Terbanding atas Uraian

Banding dibantah oleh Pemohon Banding dalam Surat

Bantahannya Nomor: ACC/016091008/Ltr tanggal 9 Oktober

2008. Karena menurut Pemohon Banding, koreksi yang

dilakukan oleh Terbanding yang didasarkan pada

anggapan bahwa terjadi penyerahan JKP di dalam

Daerah Pabean itu tidak dapat dibenarkan, sebagaimana telah

Pemohon Banding uraikan dalam uraian banding, seluruh

penyerahan produk yang dihasilkan oleh Pemohon Banding

adalah kepada Pembeli yang berlokasi di Luar Negri (Ekspor).

Sehingga dengan demikian, Pemohon Banding mohon

kepada Majelis Hakim yang mengadili perkara ini untuk

mengabulkan banding Pemohon Banding (PT “X”) dan

membatalkan Keputusan Terbanding Nomor: KEP-

336/WPJ.04/2008 tanggal 27 Februari 2008 tentang Keberatan

atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Pertambahan Nilai

Masa Pajak Desember 2005 Nomor: 00017/407/05/014/07

tanggal 18 April 2007. Sehingga menghasilkan perhitungan

sebagai berikut:

Tabel 4.4. Perbandingan Perhitungan PPN menurut

Pemohon Banding dan Terbanding dalam Surat

Bantahan

atas Uraian Banding

Keterangan Menurut

Terbanding (Rp) Ditambah/Dikurangi

(Rp) Menurut Pemohon

Banding (Rp)

DPP 1.544.950.362 - 1.544.950.362

Pajak Keluaran 154.495.036 (154.495.036) -

Pajak Keluaran yang dipungut - - -

Page 82: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

oleh Pemungut PPN

Dipungut Sendiri 154.495.036 (154.495.036) -

Kredit Pajak: - -

Pajak Maukan 25.569.029 - 25.569.029

Disetor Sendiri - - -

Kompensasi Bulan Lalu 401.941.068 - 401.941.068

Retur Pembelian - - -

Jumlah pajak yang dapat

diperhitungkan 427.10.097 - 427.510.097

PPN yang lebih dibayar (273.015.061) (154.495.036) (427.510.097)

Dikompensasikan ke Masa Pajak

berikutnya - - -

PPN yang lebih dibayar (273.015.061) (154.495.036) (427.510.097)

Sumber: Putusan Pengadilan Pajak Hal ke 18 dari 30 Nomor: Put

17736/PP/M.XI/16/2009.

d. Persidangan Banding

Setelah melakukan 3 hal dalam persiapan persidangan

seperti tersebut diatas, barulah persidangan diselenggarakan.

Dengan ini proses pelaksanaan banding telah memenuhi

ketentuan Pasal 44 dan 45 UU No.14 Tahun 2002

Tentang Pengadilan Pajak.

Kuasa Hukum yang mendapat kuasa dari Pemohon

Banding, dengan Surat Kuasa Nomor: ACC/018211108/LTR

tanggal 21 November 2008, yaitu:

Nama : Karsino

Izin Kuasa Hukum: KEP-489/PP/IKH/2007 tanggal 29 Oktober 2007

Nama : Imam Subekti

Izin Kuasa Hukum: KEP-211/PP/IKH/2008 tanggal 14 Mei 2008

telah hadir dalam beberapa kali persidangan yang

diselenggarakan untuk banding ini, terakhir tanggal 17 Maret

2009 memenuhi Surat Undangan Sidang Nomor: Und.

0045/SP/Pg.21/2009 tanggal 25 Februari 2009,

untuk memberikan keterangan sehubungan dengan permohonan

banding Pemohon Banding.

Page 83: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Wakil Terbanding dari Direktorat Keberatan dan Banding

dengan Surat Tugas Nomor: ST-1344/PJ.072/2009 tanggal 3

Maret 2009 yaitu:

Nama/NIP : Senny Tussytha/060078527

Nama/NIP : M. Saleh Arifin Siregar/060098249 Nama/NIP : Dwi Setyobudi/060098270

Nama/NIP : Abdul Rozak/0600116201

Dari Kanwil DJP Jakarta Selatan dengan Surat Tugas

Nomor: ST-160/WPJ.06/2009 tanggal 11 Maret 2009 yaitu:

Nama/NIP : Husnul Karim Dwiyanto/060087708

telah hadir dalam beberapa kali persidangan yang

diselenggarakan untuk banding ini, terakhir pada tanggal 17

Maret 2009 memenuhi Surat Panggilan Sidang Nomor: Pang-

0017/SP/Pg.21/2008 tanggal 25 Februari

2009, guna memberikan keterangan sehubungan dengan

permohonan banding Pemohon Banding.

Sebelum memeriksa materi pokok sengketa banding,

terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan atas pemenuhan

ketentuan-ketentuan yang bersifat formal;

1) Pemenuhan Ketentuan Formal Pengajuan Banding

Bahwa pengajuan Surat Banding Nomor:

ACC/010140508/LTR tanggal 14 Mei 2008 didasarkan pada

Undang-undang No.14 Tahun 2002 tentang Pengadilan

Pajak:

Page 84: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

a) Ditujukan kepada Pengadilan Pajak dan dibuat dalam

bahasa Indonesia, sehingga memenuhi ketentual pasal 35

ayat (1);

b) Menyatakan tidak setuju terhadap keputusan Terbanding

tentang keberatan atas SKPLB PPN Masa Pajak

Desember 2005;

c) Diterima oleh sekretariat Pengadilan Pajak pada hari

senin, tanggal 19 Mei 2008 (diantar), sedangkan

Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding

diterbitkan pada tanggal 27 Februari 2008,

sehingga pengajuan banding memenuhi ketentuan

mengenai jangka waktu 3 (tiga) bulan pengajuan banding

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2);

d) Memenuhi persyaratan satu Surat Banding untuk satu

Keputusan Terbanding, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 36 ayat (1);

e) Memuat alasan-alasan Banding yang jelas dan

menyebutkan tanggal diterima Surat Keputusan yaitu

pada tanggal 10 Maret 2008, sehingga memenuhi

ketentuan Pasal 36 ayat (2);

f) Dilampiri dengan salinan keputusan yang dibanding,

sehingga memenuhi ketenuan Pasal 36 ayat (3);

Page 85: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

g) Banding diajukan terhadap Ketetapan Pajak Lebih Bayar

sehingga tidak dierlukannya pelunasan sehingga

pengajuan banding memenuhi ketentuan Paal 36 ayat (4);

h) Surat Bnding ditandatangani oleh RR. Arti Utami

Supangkat, sebagai Direktur Utama (berdasarkan Akta

Pendirian Perseroan Terbatas Nomor: 5 tanggal 3 Maret

1999 yang dibuat oleh Notaris SP. Henny

Singgih, SH., di Jakarta) sehingga memenuhi ketentuan

Pasal 37 ayat (1);

Dengan demikian Surat Banding Nomor:

ACC/010140508/LTR tanggal 14 Mei 2008 memenuhi

ketentuan formal pengajuan banding.

2) Pemenuhan Ketentuan Formal Pengajuan Keberatan

Pengajuan banding ini telah di dahului dengan Surat

Keberatan Nomor: ACC/00206060/Ltr tanggal 6 Juni 2007,

yang:

a) Ditandatangani oleh RR. Arti Utami Supangkat, sebagai

Direktur Utama;

b) Ditujukan kepada Terbanding dan dibuat dalam bahasa

Indonesi;

c) Menyatakan tidak setuju terhadap Surat Ketetapan Pajak

Lebih Bayar PPN Masa Pajak Desember 2005 Nomor:

00017/407/0501407 tanggal 18 April 2007;

Page 86: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

d) Terdapat penjelasan mengenai jumlah pajak terutang

atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut menurut

perhitungan Pemohon Banding disertai alasan-alasan

yang jelas;

e) Dibuat hanya untuk 1 (satu) ketetapan pajak;

Dengan demikian Surat Keberatan nomor:

ACC/00206060/Ltr tanggal 6 Juni 2007 telah memenuhi

ketentuan formal pengajuan keberatan.

3) Pemenuhan Ketentuan Formal Penerbitan Keputusan

Terbanding

Keputusan Terbanding Nomor: KEP-336/WPJ.04/2008

tanggal 27 Februari 2008, merupakan:

a) Keputusan atau jawaban terhadap Surat Keberatan

Pemohon Banding Acc/00206060/Ltr tanggal 6 Juni

2007;

b) Keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding

tersebut memenuhi azas satu keputusan atau satu balasan;

c) Keputusan Terbanding diterbitkan tanggal 27 Februari

2008 sedangkan Surat Keberatan diterima oleh

Terbanding tanggal 27 Juni 2007, sehingga memenuhi

ketentuan mengenai kewajiban membalas dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (1) UU Nomor 16 Tahun 1983 tentan

Page 87: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Ketentuan Umum Tatacara Perpajakan dan telah

diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000;

d) Keputusan Terbanding tidak mengandung kesalahan tulis

pada subjek, jenis dan tahun yang dituju oleh keputusan;

Keputusan Terbanding Nomor: KEP-336/WPJ.04/2008

tanggal 27 Februari 2008 telah memenuhi ketentuan formal.

4) Pemenuhan Ketentuan Formal Penerbitan Surat

Ketetapan Pajak

Surat Keberatan Nomor: Acc/00206060/Ltr tanggal 6

Juni 2007 ditujukan terhadap Surat Ketetapan Pajak Lebih

Bayar PPN Masa Pajak Desember 2005 Nomor :

00017/407/05/014/07 tanggal 18 April 2007, dengan

keterangan:

a) Memenuhi azas 1 (satu) ketetapan untuk 1 (satu) atau

lebih masa pajak yang berbeda dalam kesatuan tahun

pajak sesuai dengan jenis pajaknya;

b) Diterbitkan masih dalam jangka waktu 10 tahun sesudah

saat terutangnya pajak;

c) Tidak mengandung kesalahan tulis pada subjek, jenis,

dan tahun pajak yang dituju oleh ketetapan;

d) bukan termasuk dalam kategori ketetapan dari hasil

Pemeriksaan yang sebelum diterbitkan tidak didahului

dengan pemberitahuan tertulis hasil Pemeriksaan

kepada Pemohon Banding.

Page 88: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Dengan demikian Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

PPN Masa Pajak Desember 2005 Nomor :

00017407/05/014/07 tanggal 18 April 2007

memenuhi ketentuan formal penerbitan Surat Ketetapan

Pajak.

Berdasarkan penjelasan diatas, pemenuhan ketentuan-

ketentuan yang bersifat formal telah dilakukan, dengan hasil,

semuanya telah memenuhi ketentuan formal. Sehingga

Persidangan untuk memeriksa materi sengketa banding dapat

dilanjutkan.

Pemeriksaan terhadap materi sengketa banding dilakukan

dengan mendahulukan pemeriksaan terhadap materi sengketa

mengenai objek pajak dan dilanjutkan dengan pemeriksaan

terhadap materi sengketa mengenai kompensasi kerugian, tariff

pajak, kredit pajak dan materi sengketa tentang hal lainnya,

diakhiri dengan pemeriksan terhadap sengketa tentanng sanksi

administrasi.

Pemeriksaan terhadap materi sengketa mengenai objek

pajak dimulai dengan menganalisa perkembangan sengketa

mengenai objek pajak, dilanjutkan menyimpulkan pokok-pokok

sengketa mengenai objek, membahas setiap pokok sengketa

mengenai objek pajak tersebut, dan diakhiri dengan penilaian

Majelis terhadap nilai objek pajak menurut keputusan

Page 89: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Terbanding atas keberatan Pemohon Banding sebelum banding

ini terjadi.

Hasil yang diperoleh Majelis dalam Persidangan Banding

setelah menghimpun data dan menganalisa perkembangan nilai

sengketa mengenai besarnya objek pajak, sebagai berikut:

a) Sebagai dasar untuk menetapkan dan menerbitkan ketetapan

semula, Terbanding menggunakan jumlah DPP PPN

Penyerahan yang PPN nya harus dipungut Masa Pajak

Desemer 2005 sebesar Rp. 1.544.950.362,00 dan DPP PPN

Ekspor sebesar Rp. 0,00 serta Pajak Masukan sebesar

Rp.825.870,00. Sedangkan Pemohon Banding melaporkan

dalam SPT jumlah DPP PPN Penyerahan yang PPN nya

harus dipungut Masa Pajak Desember 2005 sebesar Rp.0,00

dan DPP PPN Ekspor sebesar Rp. 1.541.779.512,00

serta Pajak Masukan sebesar Rp. 38.166.559,00 sehingga

selisih DPP PPN Penyerahan yang PPNnya harus dipungut

sebesar Rp.1.544.950.362,00 dan DPP PPN Ekspor sebesar

Rp.1.541.779.512,00 serta Pajak Masukan sebesar

Rp.37.340.689,00.

b) Sampai pada Surat Uraian Bnading dan Surat Bantahan

berpendapat bahwa besarnya Jumlah DPP PPN Penyerahan

yang PPNnya harus dipungut Masa Pajak Desember 2005

sebesar Rp.1.544.950.362,00 (dalam SUB Terbanding),

Pemohon Banding membuat Bantahan dengan menyebutkan

Page 90: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

secara eksplisit/implicit besarnya jumlah DPP PPN

Penyerahan yang PPNnya harus dipungut

Masa Pajak Desember 2005 sebesar Rp.0,00 sehingga nilai

selisih sampai dengan Surat Bantahan adalah DPP PPN

Penyerahan yang PPNnya harus dipungut sebesar

Rp.1.544.950.362,00.

3. Lama Waktu yang diperlukan oleh PT “X” untuk memperoleh

hasil dari kasus Bandingnya

Berdasarkan proses Banding yang telah dilakukan oleh PT “X”

seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya, dapat di

ketahui berapa lama waktu yang diperlukan oleh PT “X”

untuk menyelesaikan kasus sengketa bandingnya yang

penyelesaiannya melalui Pengadilan Pajak.

Dengan penghitungan berdasarkan hari, dihitung sejak

Pemohon Banding mengajukan Surat Banding sampai Hasil Banding

itu diputuskan di Pengadilan Pajak, maka lama waktu yang

diperlukan oleh PT “X” untuk memperoleh hasil

bandingnya adalah kurang-lebih selama 336 hari atau 1 tahun.

4. Putusan Majelis Hakim Atas Pengajuan Banding Sengketa

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa pada PT “X” untuk

Masa Pajak Desember 2005

Pengajuan Banding yang dilakukan oleh PT “X” selaku

Pemohon Banding yang diajukan pada tanggal 14 Mei 2008 dengan

Page 91: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Surat Banding Nomor: 010140508/LTR, menghasilkan Putusan

Pengadilan Pajak yang diputuskan oleh Majelis XI

Pengadilan Pajak di Jakarta pada tanggal 17 Maret 2009 melalui

Persidangan dengan Acara Biasa yaitu

Mengabulkan Sebagian permohonan banding PT “X” tersebut

dengan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Berdasarkan pemeriksaan Majelis atas data yang ada dalam

berkas banding serta keterangn kedua belah pihak dalam

persidangan diperoleh petunjuk bahwa perusahaan PT “X”

adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang Jasa pembuatan

peta digital dengan transaksi kepada perusahaan/klien luar negri.

Penyerahan peta digital tersebut termasuk sebagai ekspor jasa

yang pengenaan PPNnya tidak diatur oleh Undang-undang dan

peraturan perpajakan, sehingga tidak ada objek PPNnya maka

saat terutangnya pajak sebagaimana diatur dalam

ketentuan Pasal 13 ayat (4) dan Pasal 14 (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 yang telah diubah terakhir

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002, itu tidak

dapat diterapkan.

b. Berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap bukti-bukti yang

diserahkan PT “X” selaku Pemohon Banding dalam persidangan,

Majelis berpendapat Penyerahan Jasa pembuatan peta digital

sebesar Rp.1.544.950.362,00 adalah diserahkan dan

dimanfaatkan di luar Daerah Pabean sehingga tidak terutang

Page 92: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

PPN. Maka koreksi positif DPP PPN Penyerahan yang PPNnya

harus dipungut sebesar Rp.1.544.950.362,00 itu tidak dapat

dipertahankan.

c. Dalam perkara banding ini, tidapat terdapat sengketa masalah

jumlah pajak yang dapat diperhitungkan, namun berdasarkan

pemeriksaan dalam persidangan diketahui bahwa penyerahan

yang dilakukan oleh PT “X” adalah Jasa pembuatan peta

digital ke luar Daerah Pabean sebagai ekspor jasa yang tidak

terutang PPN sehingga Pajak Masukannya tidak dapat

dikreditkan. Maka seluruh jumlah Pajak Masukan sebesar

Rp.427.510.097,00 itu tidak dapat diperhitungkan/dikreditkan

untuk Masa Pajak Desember 2005.

Pengadilan Pajak yang memutuskan untuk mengabulkan

sebagian permohonan banding PT X dengan perhitungan kembali

menjadi sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak:

- Ekspor Rp 1.541.779.512,00

- Penyerahan PPN harus dipungut Rp 0,00

Jumlah Dasar Pengenaan Pajak Rp

1.541.779.512,00

Jumlah Pajak Keluaran yang dipungut sendiri Rp

0,00

Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan Rp

0,00

PPN yang kurang/lebih dibayar Rp

0,00

Dengan demikian jumlah Pajak yang lebih dibayar oleh PT “X”

adalah NIHIL.

Page 93: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

C. Evaluasi Hasil Penelitian

Evaluasi hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, guna

mengetahui apa saja yang diperlukan dan harus dipersiapkan oleh pihak

Wajib Pajak ataupun Fiskus agar tidak terjadi lagi sengketa pajak seperti

diatas. Kalaupun ada permasalahan pajak, bagaimana caranya agar

permasalahan tersebut tidak sampai ke Pengadilan Pajak?. Hal-hal

tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Wajib Pajak (Pemohon Banding)

a. Pada saat pemeriksaan pajak

Yang diperlukan dan harus dipersiapkan oleh wajib pajak,

berupa; perjanjian usaha (kontrak kerja), buku penjualan, nota-

nota penjualan, faktur pajak, surat setoran pajak (SSP), dan SPT

Masa. Dan wajib pajak harus memberikan data-data tersebut

dengan lengkap, jelas, dan akurat serta penyampaiannya

harus tepat waktu.. Agar hasil (penetapan

pajak) dari pemeriksaan pajak sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh wajib pajak dan permasalahan pajak selesai.

b. Pada saat pengajuan keberatan

Kalau hasil dari pemeriksaan pajak tersebut tidak memuaskan

bagi wajib pajak, maka wajib pajak harus mempersiapkan dan

memberikan data-data yang lebih akurat lagi agar keberatannya

diterima seluruhnya. Selain data-data tersebut diatas,

diantaranya; SKPLB PPN Masa Pajak Desember 2005, data

tentang proses pekerjaan disebutkan secara rinci, dokumen

Page 94: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

tagihan atau pembayaran dari pembeli atau pemberi

jasa, Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan

persetujuan ekspor oleh pejabat DirJen Bea dan Cukai

yang berwenang dan dilampiri dengan faktur penjualan,

dan perhitungan PPN terhutang menurut wajib pajak

untuk dibandingkan dengan perhitungan menurut Fiskus.

c. Pada saat pengajuan banding

Jika memang harus sampai ke Pengadilan Pajak, maka wajib

pajak harus mempersiapkan seluruh data yang ada pada 1.a dan

1.b, dan dokumen-dokumen lainnya, diantaranya;

surat keberatan, keputusan keberatan, nota penghitungan

kelebihan pembayaran pajak, uraian pemandangan keberatan

pajak pertambahan nilai, pemenuhan ketentuan-ketentuan yang

bersifat formal, yang dikuatkan dengan undang-

undang dan peraturan pemerintah tentang pajak pertambahan

nilai. Selain mempersiapkan dokumen-dokumen, wajib

pajak juga harus mengerti dan paham tentang ketetapan

dan peraturan perpajakan sehingga tidak salah dalam menghitung

jumlah PPN terhutang dan jumlah PPN yang lebih/kurang

dibayar agar banding yang diajukannya dapat

dikabulkan seluruhnya.

2. Bagi Fiskus (Terbanding)

a. Pada saat pemeriksaan pajak

Page 95: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Fiskus memerlukan dokumen-dokumen dari pihak wajib pajak

seperti yang disebutkan pada 1.a, guna merekapitulasi

penyerahan barang atau jasa dengan data perjanjian usaha.

Selain itu, guna menentukan DPP PPN dan mengoreksi SSP dari

Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara yang

dicocokkan dengan Faktur Pajak milik wajib pajak.

Namun, hal utama yang harus dimiliki dan dipersiapkan oleh

Fiskus adalah landasan dan pemahaman peraturan

dan perundang-undangan pajak pertambahan nilai, untuk lebih

berhati-hati dan tidak salah dalam menghitung PPN terhutang

wajib pajak dan kelebihan pembayaran pajaknya. Agar tidak asal

dalam memutuskan ketetapan pajak dan ketetapan pajak tersebut

sesuai dan dapat diterima oleh wajib pajak. Sehingga

permasalahan pajak selesai sampai disini.

b. Pada saat keberatan

Jika wajib pajak tidak puas dengan hasil pemeriksaan (atau

dalam kasus ini berupa SKPLB PPN) mengajukan keberatan,

maka dokumen-dokumen yang lebih diperhatikan oleh Fiskus

agar pendapatnya tetap dapat dipertahankan, adalah sebagai

berikut;

1) persyaratan formalnya berupa; perjanjian usaha (kontrak),

jenis usaha dan proses pekerjaannya, NPWP, kelengkapan

pengisian SPT Masa PPN dan Surat Setoran Pajaknya.

Page 96: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Persyaratan formal ini sangat besar pengaruhnya terhadap

hak pengkreditan pajak masukan.

2) Faktur pajak, apakah kondisinya telah memenuhi persyaratan

formal maupun materiil sesuai dengan ketentuan yang

berlaku?.

3) PEB (pemberitahuan ekspor barang) untuk lebih diteliti

apakah sudah ada fiat muat dari Bea dan Cukai serta

mencocokkan dengan B/L yang bersangkutan.

c. Pada saat banding

Pada saat banding Fiskus (Terbanding) harus mempersiapkan

SKPLB PPN Masa Pajak Desember 2005, laporan penelitian

keberatan, keputusan keberatan, serta memiliki landasan dan

pemahaman peraturan dan perundang-undangan pajak

pertambahan nilai yang kuat sebagai pendukung argumentasinya

di Pengadilan Pajak agar pendapatnya tetap

dapat dipertahankan dan Fiskus menang dalam kasus

banding ini.

Page 97: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan dari data yang ada tentang

sengketa banding pajak pertambahan nilai PT “X”, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyebab utama timbulanya sengketa pajak pertambahan nilai

pada PT “X” adalah karena diterbitkannya SKPLB PPN Barang

dan Jasa Masa Pajak Desember 2005 oleh Fiskus yang menyatakan

bahwa PPN lebih bayarnya sebesar Rp 248.271.902,00 dan usaha

yang dilakukan PT “X” merupakan Usaha Jasa Kena Pajak.

Sedangkan menurut wajib pajak, PPN lebih bayarnya sebesar Rp

440.107.627,00 dan usahanya merupakan Ekspor Jasa yang tidak

kena pajak.

2. Proses banding yang dilakukan oleh PT “X” adalah melalui tahap

persiapan pesidangan dengan mengajukan permohonan surat

banding ke Pengadilan Pajak kemudian menerima Surat

Uraian Banding dan memberikan tanggapan berupa

Surat Bantahan. Setelah proses tersebut selesai, sidang baru dapat

diselenggarakan. Karena dalam kasus banding PT “X” ini

persidangan bandingnya di Pengadilan Pajak Dengan Acara Biasa.

Page 98: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

3. Lama waktu yang diperlukan oleh PT “X” untuk memperoleh hasil

dari kasus bandingnya adalah kurang-lebih selama 336 hari atau

1tahun terhitung sejak Surat Banding diajukan pada tanggal 14

Mei 2008 sampai putusan Pengadilan Pajak diterima oleh PT “X”

pada tanggal 14 April 2009.

4. Hasil dari pengajuan banding sengketa pajak pertambahan nilai

yang dilakukan oleh PT “X” melalui Pengadilan Pajak untuk Masa

Pajak Desember 2005 yang melalui persidangan dengan Acara

Biasa hanya mengabulkan sebagian permohonan banding yaitu PT

“X” tersebut benar adanya merupakan perusahaan yang bergerak

dalam bidang Jasa pembuatan peta digital dengan transaksi kepada

perusahan/klien luar negri yang penyerahan peta digital

tersebut termasuk sebagai Ekspor Jasa. Dan Pengenaan PPN nya

tidak diatur oleh Undang-undang dan Peraturan

Perpajakan. Sehingga perbedaan jumlah pajak menurut Terbanding

dengan Pemohon Banding, semuanya itu tidak dapat

dipertahankan. Dengan demikian tidak ada jumlah pajak

pertambahan nilai yang lebih dibayar oleh PT “X”.

B. Implikasi

Penetapan Pajak berupa SKPLB yang diterbitkan oleh Fiskus,

belum tentu diterima dengan puas oleh Wajib Pajak yang

bersangkutan. Masih ada kemungkinan ditolak karena beberapa hal

dari penetapan pajak tersebut sangat bertentangan dengan pendapat

menurut wajib pajak. Misal pada kasus sengketa banding dalam

Page 99: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

penelitian ini, adanya perbedaan pendapat dalam menghitung PPN

terhutang, PPN yang lebih dibayar dan penetapan

peredaran usahanya. Dari perbedaan dan ketidakpuasan wajib pajak

itulah, hingga akhirnya menimbulkan sengketa pajak sampai tahap

Banding ke Pengadilan Pajak. Namun, dalam banding ini kesalahan

bukan hanya pada Fiskus tapi juga pada wajib pajak. Kesalahan itu

semua terjadi karena Fiskus dan Wajib pajak sama-sama kurang

memahami Undang-undang dan ketetapan peraturan pemerintah

tentang Pajak Pertambahan Nilai dan peredaran usaha/transaksi yang

dilakukan oleh perusahaan.

DirJen Pajak selaku Fiskus atau Terbanding, hendaknya lebih

ditingkatkan lagi pemahaman tentang PPN dan peredaran

usaha/transaksi suatu perusahaan dan lebih mempersiapkan landasan

hukum yang kuat sebelum melakukan pemeriksaan pajak pada

perusahaan tersebut. Dan hendaknya memeriksa dengan

lebih profesional (teliti dan berhati-hati) agar hasilnya yang berupa

SKP (Surat Ketetapan Pajak) dapat diterima seluruhnya dengan puas

oleh wajib pajak. Sedangkan bagi wajib pajak, selain meningkatkan

pemahaman Pajak Pertambahan Nilai dan peredaran usahanya serta

harus memiliki landasan hukum yang kuat juga harus lebih

memperhatikan, mempersiapkan dan memberikan data atau dokumen-

dokumren seperti (kontrak kerja, tagihan pembayaran jasa, surat

Pemberitahuan Ekspor, faktur pajak, SSP, SPT Masa) yang lengkap,

Page 100: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

jelas serta tepat waktu untuk mendukung kelancaran saat pemeriksaan

pajak.

Karena bila wajib pajak dan fiskus telah memahami penuh

pengertian dan hukumnya tentang PPN dan peredaran usahanya serta

adanya data yang memadai dapat mencegah timbulnya sengketa pajak

diantara mereka. Tidak perlu sampai adanya pengajuan

keberatan atau bahkan banding.

Page 101: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. Langkah Pengajuan Banding, Indonesian Tax Review, Vol.4/Edisi 7, 2005.

Anonym. Eksistensi Pengadilan Pajak, Indonesia Tax Review, Vol.6/Edisi

2, 2006.

Anonym. Banding, Akibat Salah Menghitung PPN, Indonesia Tax Review,

Vol.1/Edisi.11, 2008.

Anonym. Lemah Pembuktian, DPP Dikoreksi, Indonesian Tax Review,

Vol.1/Edisi.2,2009.

Burton, Richard. Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol.1 No.4, November 2001.

Dina, Anastasia dan Setiawati, Lilis. “Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis”, Penerbt Andi, Yogyakarta, 2009.

Faluvy, Aritha. “Mekanisme Pemeriksaan Pajak Penghasilan Sampai Proses

Banding Pada PT.KC”., Trisakti School Of Management, Jakarta, 2007.

Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta,

2007.

Ilyas, Wirawan B dan Burton, Richard. “Hukum Pajak”, Salemba Empat,

Jakarta, 2004.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis”,

Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.

Kusuma, Welly. “Analisa Restitusi PPN Lebih Bayar Atas Kasus Banding

Perusahaan “X” melalui Pengadilan Pajak”, Trisakti School of

Management, Jakarta, 2006.

Lubis, Irwansyah. “Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar”, Cetakan

Pertama, Yayaan Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (YP2SDM), Jakarta, 2006.

Munawir,S. “Perpajakan”, Liberty, Yogyakarta, 1992.

Page 102: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI

Pudyatmoko, Y.Sri. “Pengadilan dan Penyelesaian Pajak di Bidang Pajak”,

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Putusan Pengadilan Pajak, Put 17736/PP/M.XI/16/2009, Jakarta, 2009.

Rujdi, Muhammad. “KUP Ketentuan Umum dan TataCara Perpajakan”, PT. Indeks, Edisi Keempat, Jakarta, 2007.

Shadani, Djazoeli dkk. “Mencari Keadilan Di Pengadilan Pajak”, PT

Gemilang Gagasindo Handal, Jakarta, 2008.

Susunan Satu Naskah, Kompilasi UU Perpajakan Terlengkap, Edisi Kedua,

Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Sylvia. “Analisa Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT.X

Berdasarkan Kepuutusan Akhir Pengadilan Pajak”. Trisakti School

Of Managemet, Jakarta, 2007.

Waluyo. “Perpajakan Indonesia”, Edisi 6 Buku 2, Salemba Empat, Jakarta,

2006.

Waluyo dan Ilyas, Wirawan B. “Perpajakan Indonesia”, Buku 1, Salemba

Empat, Jakarta, 2002.

http : // www.google.com/PT+Blom+Indonesia & btnG = firefox.

Page 103: ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20928...ANALISIS SENGKETA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KASUS BANDING PERUSAHAAN “X” MELALUI