analisis struktural novel “double spin round” karya
TRANSCRIPT
1
ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “DOUBLE SPIN ROUND” KARYA
MIYASHITA NATSU dan YUKIYA SHOJI
MIYASHITA NATSU TO YUKIYA SHOJI NO SAKUHIN NO “DOUBLE
SPIN ROUND” TO IU SHOUSETSU NO KOUZOUTEKI NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada panitia Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
dalam bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
SITTA ROULI SIMANJUNTAK
130708070
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan lindungan dan berkatNya penulis di berikan kesehatan selama mengikuti
perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“Analisis Struktural Novel “Double Spin Round” Karya Miyashita Natsu
dan Yukiya Shoji” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak
menerima bantuan baik moral, materi, ide, serta nasehat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih,
penghargaan dan penghormatan kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof.Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D., selaku Ketua Program
Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Siti Muharami Malayu, M. Hum., selaku pembimbing
sekaligus Dosen Penasehat Akademik, yang selalu memberikan waktu
dan pemikirannya dalam membimbing, mengarahkan serta
memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
4. Semua Bapak dan Ibu dosen Program Studi Sastra Jepang Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
pengajaran kepada penulis selama masa perkuliahan. Dan juga kepada
staf pegawai di Program Studi Sastra Jepang yang telah banyak
membantu kelancaran administrasi penulis.
5. Ayahanda Mantosen Simanjuntak dan ibunda Millianna Sigalingging
yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dan
selalu mendoakan sampai penulis dapat menyelesaikan studinya dan
dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga, kepada abanganda tersayang
Parsaoran Simanjuntak, dan Pernandus Simanjuntak yang telah
senantiasa mendukung dan menyemangati penulis, hingga skripsi ini
selesai.
6. Kakak tersayang Lisnawati Simanjuntak dan juga abang ipar Esekiel
Siregar yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
semangat dan membantu sedikit materil kepada penulis hingga mampu
menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat terbaik Febrina Sipangkar, Arganda Aritonang, Dameria
Simanjuntak, Gres Frida Panjaitan, teman-teman mahasiswa/i Sastra
Jepang stambuk 2013, Fitriani, Rini Dwi Astuti, Riri Anggraini,
Anggria Thylla yang selalu menegur saat penulis melakukan
kesalahan, teman berdebat dalam semua hal baik, dan selalu
menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Egin
Hardianti, AkrimiMastwa, NoviaSyahfitri, Rizky Daniati Harahap,
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
Yessi Rina Simorangkir, Nelli, Kartini Sihombing, Yuni Saputri, Helli
sertateman-teman yang lain yang tidak dapat penulis sebut namanya
satu persatu. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dalam segi isi maupun dalam uraiannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga
skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis, pembaca
khususnya mahasiswa/i Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
Medan, Oktober2017
Penulis
Sitta Rouli Simanjuntak
NIM. 130708070
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ......................................................................... 5
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori .......................................................... 6
1.4.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6
1.4.2 Kerangka Teori............................................................................ 8
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 12
1.5.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 12
1.5.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 12
1.6 Metode Penelitian ....................................................................................... 13
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “ DOUBLE SPIN
ROUND” DALAM PENDEKATAN STRUKTURAL DAN
BIOGRAFI PENGARANG
2.1 Pengertian Novel ........................................................................................ 14
2.1.1Tema .............................................................................................. 15
2.1.2 Plot/ Alur Cerita ........................................................................... 18
2.1.3 Penokohan .................................................................................... 20
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
2.1.4 Sudut Pandang .............................................................................. 22
2.1.5 Gaya Bahasa ................................................................................. 23
2.1.6 Amanat ......................................................................................... 23
2.2 Setting Novel Double Spin Round ............................................................ 23
2.3Pendekatan Struktural ................................................................................. 26
2.4Biografi Pengarang ..................................................................................... 28
BAB III ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “DOUBLE SPIN
ROUND” KARYA MIYASHITA NATSU DAN YUKIYA SHOJI
3.1 Ringkasan Cerita ........................................................................................ 29
3.2 Analisis Tema, Alur,dan Penokohan yang Terkandung dalam
Novel “Double Spin Round” ................................................................... 31
3.2.1 Analisis Tema dalam Novel “Double Spin Round” ......................... 31
3.2.2Analisis Alur dalam Novel “Double Spin Round” ............................ 35
3.2.3 Analisis Penokohan dalam Novel “Double Spin Round” ................ 49
3.3 Hubungan Antar Unsur ............................................................................ 54
3.3.1 Hubungan Alur dan Tema .............................................................. 54
3.3.2 Hubungan Tokoh dan Alur ............................................................. 54
3.3.3 Hubungan Tokoh dan Tema ........................................................... 55
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 57
4.2 Saran ......................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan salah satu cabang seni yang telah ada sejak dulu. Di
zaman dulu cabang bentuk seni yang bersumber dari kehidupan manusia bertata
nilai dan memberikan sumbangan bagi tata nilai dalam kehidupan. Hal itu terjadi,
karena setiap cipta seni yang dibuat dengan kesungguhan. Tentu mengandung
keterkaitan yang kuat dengan kehidupan, karena manusia pelahir cipta seni
tersebut adalah bagian dari kehidupan itu sendiri.
Menurut Luxemburg, dkk (1984:5), sastra merupakan sebuah ciptaan,
sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan
sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptaan didalam semesta alam, bahkan
menyempurnakannya. Sastra terutama merupakan suatu luapan emosi yang
spontan.
Pada umumnya dalam sebuah karya sastra, sastrawan selalu memasuki
pengalaman serta imajinasinya kedalam karya tersebut. Karya sastra menurut
Wellek dan Werren dalam Pradopo (2002:81), pada hakekatnya merupakan
sebuah hasil imajinasi dari seorang pengarang. Pada dasarnya karya sastra
memiliki karya yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Karya sastra nonfiksi adalah
sebuah tulisan atau karangan yang dihasilkan dalam dibentuk cerita nyata atau
cerita kehidupan sehari-hari yang dituangkan dalam bentuk tulisan berupa puisi,
lagu, dan drama. Sedangkan karya sastra fiksi adalah suatu karya sastra
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
yangmengungkapkan realita kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya
imajinasi. Karya sastra fiksi berupa komik, cerpen, essai, cerita rakyat dan novel.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa novel diartikan
sebagai karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan
sifat pelaku. Biasanya novel menceritakan pristiwa pada masa tertentu. Bahasa
yang di gunakan lebih mirip bahasa sehari-hari. Meskipun demikian, penggarapan
unsur-unsur intrinsiknya masih lengkap, seperti tema, plot atau alur, latar, gaya
bahasa, nilai tokoh, dang penokohan. Dengan catatan, yang ditekankan aspek
tertentu dari unsur intrinsiknya tersebut.
Didalam sebuah novel yang termasuk unsur intrinsik adalah unsur-unsur
yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur
yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud seperti
tema, plot, latar, penokohan, gaya bahasa dan sudut pandang cerita. Ada juga
unsur ekstrinsik yaitu unsur yang berada diluar karya sastra itu sendiri, namun
juga sangat berpengaruh terhadap karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik meliputi
pendekatan biografi, psikologi, dan sosial (masyarakat). Dengan begitu, unsur
intrinsik maupun unsur ekstrinsik saling keterkaitan. Maka, penelitian sastra yang
memfokuskan pembahasannya pada unsur intrinsik suatu karya sastra biasanya
menggunakan pendekatan strukturalisme.
Menurut Endaswara (2011:49), strukturalis pada dasarnya merupakan cara
berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya sastra diasumsikan sebagai
fenomena yang memiliki struktur yang terikat satu sama lain. Kodrat struktur itu
akan bermakna apabila dihubungkan dengan struktur lain. Struktur tersebut
memiliki bagian yang kompleks. Sehingga pemaknaan harus diarahkan kedalam
hubungan anatar unsur secara keseluruhan. Keseluruhan akan lebih berarti
dibanding bagian atau fragman.
Berdasarkan konsep struktural dari sebuah karya sastra terutama novel,
penulis mencoba mengambil kesimpulan bahwa suatu karya sastra novel yang
baik adalah karya sastra yang memiliki unsur-unsur intrinsik yang jelas baik itu
alur, penokohan dan tema serta adanya hubungan antar unsur tersebut agar seluruh
isi cerita dapat dimengerti oleh pembaca. Suatu karya sastra dikatakan tidak baik
apabila unsur-unsur intrinsik seperti tema, alur dan penokohannya tidak seimbang
dan tidak jelas. Serta keterkaitan antar unsurnya tidak jelas sehingga
menyebabkan pembaca tidak sempurna memahami isi cerita novel tersebut.
Dalam kesempatan ini, penulis akan membahas novel terjemahan yang
berjudul “Double Spin Round” karya Miyashita Natsu dan Yukiya Shoji.
Walaupun novel ini adalah novel fiksi yang tidak berdasarkan kisah nyata, namun
novel “Double Spin Round” ini adalah karya fiksi yang sangat menarik untuk
dibahas. Novel “Double Spin Round” ini pertama kali diterbitkan oleh penerbit
Haru dengan dua pengarang asli Jepang yaitu Miyashita Natsu dan Yukiya Shoji.
Pada novel Double Spin Round karya Miyashita Natsu dan Yukiya Shoji
penulis telah membacanya terlebih dahulu dan secara struktural penulis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
mendapatkan permasalahan dengan alur yang kurang jelas, karena minim
terjadinya konflik. Tema yang terdapat didalam novel ini sangat berhubungan
dengan judul novel dan cerita yang disimpulkan sangat mendukung. Serta
penokohan tidak seimbang, karena lebih menonjolkan tokoh protagonis di
banding antagonis di dalam novel.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk membahas novel
Double Spin Round dengan pendekatan struktural. Untuk itu penulis
membahasnya di dalam skripsi yang berjudul “Analisis Struktural Novel
Double Spin Round karya Miyashita Natsu dan Yukiya Shoji”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan isi cerita pada novel Double Spin Round karya Miyashita
Natsu dan Yukiya Shoji tersebut, pada novel ini memiliki tema yang menceritakan
tentang keberuntungan di dalam diri orang Jepang yang mempunyai dua pusaran
rambut ganda. Cerita dalam novel ini menurut penulis dimengerti arah dan
tujuannya, sehingga tema secara keseluruhan dapat simpulkan tanpa diteliti
dengan teori yang mendukung.
Alur yang terdapat dalam novel ini juga menurut penulis sangat rancu dan
cukup membingungkan. Karena novel ini minim terjadinya konflik serta bukan
merupakan alur yang baik menurut Montage dan Hensaw karena peristiwa-
peristiwa tidak tersusun secara berurutan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
Serta penokohan yang terdapat ketidak seimbangan antar tokoh, karena
lebih menonjolkan tokoh protagonis didalam novel. Sehingga membuat cerita
novel ini menjadi monoton.
Keterkaitan antar unsurnya juga sulit dimengerti karena masing-masing
unsur antara tema, alur, dan penokohan yang sulit dipahami. Maka dari itu penulis
ingin membahas keterkaitan antar unsurnya agar mendapatkan suatu penelitian
yang utuh secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat rumusan masalah dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah tema, alur dan penokohan dalam novel Double Spin
Round karya Miyashita Natsu dan Yukiya Shoji?
2. Bagaimana keterkaitan antara tema, alur cerita, dan penokohan yang
mendukung satu sama lain dalam novel Double Spin Round karya
Miyashita Natsu dan Yukiya Shoji?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dari permasalahan yang ada, penulis membuat ruang lingkup untuk
membatasi masalah tersebut. Bertujuan agar penelitian yang dilakukan penulis
tidak menjadi luas dan tetap terfokus pada masalah yang diteliti. Penulis
menggunakan novel “Double Spin Round” karya Miyashita Natsu dan Yukiya
Shoji dalam versi aslinya yang ditulis dalam Bahasa Jepang Tsumuji Double yang
terdiri dari 268 halaman yang diterbitkan oleh penerbit Haru. Novel ini di
terjemahkan oleh Andry Setiawan, dan terbit pada tahun 2016, yang di jadikan
sumber data penelitian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
Sesuai dengan judul skripsi ini, maka penulis hanya memfokuskan
pembahasan pada alur, tema dan penokohan saja, itulah sebabnya untuk
menghindari penelitian yang tidak terarah serta pembahasan yang panjang lebar.
Karena alur sebagai jalan cerita yang dapat membuat pembaca mudah menyerap
isi didalam novel. Tema sebagai inti dari sebuah cerita, tanpa tema yang jelas
tentu pembaca sangat sulit mengerti tentang novel yang dibaca. Tokoh merupakan
penggerak cerita yang membuat cerita novel menjadi hidup. Ketiga unsur penting
ini saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan cerita yang utuh.
Agar pembahasan dalam skripsi ini memiliki akumulasi data dan penjelasan
analisis, maka penulis pada Bab II akan menjelaskan juga mengenai defenisi
novel, unsur-unsur dalam novel, setting novel, kajian struktural dan biografi
pengarang.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Sastra adalah karya sastra seni yang di karang menurut standart bahasa
kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa dan gaya bercerita
yang menarik (Zainuddin, 1992:99).
Selain itu karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui
daya imanjinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi
ini dapat berupa karya berbentuk tulisan dan karya lisan. Karya sastra tidak
sekedar lahir dari dunia yang kosong melainkan karya yang lahir dari proses
penyerapan realita pengalaman manusia (Siswantoro, 2004:33).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
Maka dari itu, dalam mengkritik atau menganalisis adalah usaha menangkap
makna dan memberi makna kepada teks sastra (Culler dalam Pradopo, 2002:71).
Dalam menganalisis, karya sastra dapat ditafsirkan dengan lebih jelas ada
bermacam-macam analisis dalam mengkritik karya sastra. Didalam analisis
berikut digunakan tafsiran dari salah satu sudut pandang, yaitu sudut pandang
objektif yang sifatnya struktural.
Pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan
kajian pada karya sastra. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada apabila tidak
ada karya sastra, karya sastra adalah sesuatu yang inti. Menurut strukturalisme,
kajian sastra itu harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan
sastrawan sebagai pencipta, atau pembahasan sebagai penikmat (Selden dalam
Siswanto, 2008:52)
Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara
cermat semendetailnya dan mendalam mungkin keterkaitan dan ketersalinan
semua analisis aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan maksa
menyeluruh (Teeuw, 1984:135).
Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan
karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam.
Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom keterlepas
dari latarbelakang sosial, sejarah, bografi pengarang dan segala hal yang ada
diluar karya sastra (Satoto, 1993:32).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
1.4.2 Kerangka Teori
Untuk dapat menganalisis suatu karya sastra dibutuhkan suatu pendekatan
yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis sebuah karya sastra.
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan struktural yang akan
dikaitkan dengan konsep tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang dan amanat.
Pradopo (2002:21), mengatakan bahwa metode struktural merupakan metode
penelitian kritik objektif. Penelitian sastra dengan metode ini berupa penelitian
struktur karya sastra beserta kompleksitasnya. Penelitian makna tiap unsurnya
berdasarkan koherensinya dengan unsur lain dalam struktur tersebut. Teeuw
dalam Siswanto (2008: 185), menyatakan analisis struktural bertujuan untuk
membongkar dan memaparkan secara cermat, detail, mendalam mungkin
keterkaitan semua analisis aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan
makna menyeluruh. Didalam pendekatan struktural tidak mungkin ada perbedaan
bentuk dan isinya, bentuk yang di beri makna dalam kaitannya dengan isi. Isi di
beri pencerahan oleh gejala bentuk yang terpadu dengannya. Untuk itu di lakukan
dengan mengidentifikasi, mangkaji, mendeksripsikan fungsi dan hubungan
anatara unsur intrinsik, kemudian menjelaskan fungsi masing-masing unsur dalam
menunjang makna keseluruhan dan hubungan antar unsurnya. Unsur intrinsik
dalam sebuah karya sastra meliputi alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan
tema. Namun dalam kajian ini, khusus hanya membicarakan tema, alur,
penokohan dan amanat.
Menurut Brooks dalam Aminuddin (2000:92) bahwa setiap cerita
mempunyai dasar. Penulis menuliskan tokohnya dengan dasar tema yang telah di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
tentukan, mengingat kenyataan tersebut maka tema menduduki posisi penting.
Yang di maksud dengan tema adalah persoalan yang berhasil menduduki posisi
tempat utama dalam cerita. Tema dalam hal ini tidaklah berada diluar cerita tetapi
inklusif didalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun inklusif didalam
cerita tidaklah terumus didalam satu dua kaliamat secara tersurat, tetapi tersebar
dibalik keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi.
Menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000:91), seorang pengarang harus
memahami tema cerita yang akan di paparkan sebelum melaksanakan proses
kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka
telah memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema
tersebut
Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu penggambar
yang jelas tentang tokoh tersebut. Menurut Nurgiantoro (1995:173-174), jenis-
jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut:
1. Berdasarkan Segi Peranan atau Tingkat Pentingnya
a. Tokoh Utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dan
sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.
b. Tokoh Tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit
dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama
secara langsung ataupun tidak lansung.
2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh
a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh utama yang merupakan
pengejawantahan nilai-nilai yang ideal bagi pembaca
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik
Pengertian alur atau plot pada karya sastra pada umumnya adalah rangkaian
cerita yang dibentuk oleh tahap-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita
yang dihadirkan para pelaku dalam sebuah cerita. Tahapan peristiwa yang
menjalin suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian suatu peristiwa yang
berbagai macam, Aminuddin (2000:83). Montage dan Hensaw dalam Aminuddin
(2000:84) menjelaskan bahwa dalam suatu ceita, urutan peristiwa dapat
beranekaragam. Tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Eksposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat
terjadinya pristiwa serta perkenalan diri dari setiap pelaku yang
mendukung cerita.
b. Inchiting Force, yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun
prilaku yang bertentangan dari pelaku.
c. Rising Action, yakni situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita
mulai berkonflik.
d. Crisis, yaitu dimana situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi
gambaran nasib oleh para pengarangnya
e. Climaks, yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang
paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya itu
sendiri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
f. Falling Action, yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan
dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclution atau
penyelesaian cerita.
Fiksi sebagai sebuah dunia yang membutuhkan penokohan, alur, dan juga
latar. Unsur-unsur latar menurut Nurgiyantoro (1995:227), dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu latar tempat, waktu dan sosial. Berikut ulasan tentang unsur-
unsur latar yaitu:
a. Latar Tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya sastra fiksi. Unsur tempat yang digunakan berupa tempat
dengan nama tertentu, atau lokasi tertentu.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau
dapat dikaitkan dengan peristiwa (Nurgiyantoro, 1995:230).
c. Latar Sosial
Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara
kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah sosial dalam lingkup
yang kompleks, berupa kebiasaan hidup,adat istiadat, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan
dengan status sosial tokoh yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Ambrams dalam Nurgiyantoro,
1995:248).
Dengan menggunakan teori pendekatan struktural, penulis akan
menganalisis karakteristik penokohan dalam novel “Double Spin Round”, tema
yang mendasari pemaparan cerita dan tahapan-tahapan alur yang membangun
novel “Double Spin Round”.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah di paparkan diatas, maka penulis
merangkup tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tema, alur dan penokohan yang terkandung dalam
novel “Double Spin Round”.
2. Untuk mendeskripsikan keterkaitan antar unsur tema, alur cerita, dan
penokohan yang mendukung satu sama lain dalam novel “Double Spin
Round”.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah pemahaman kita dalam menganalisis sebuah karya
sastra berdasarkan pendekatan struktural sastra
2. Sebagai bahan acuan pembelajaran mahasiswa lain yang mengkaji karya
sastra melalui kajian struktural sastra
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
3. Untuk memberikan gambaran tentang tema, alur, dan penokohan dalam
sebuah karya sastra berdasarkan kajian struktural.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan untuk memahami atau memaparkan sebuah
karya ilmiah sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Dengan metode
yang tepat, suatu penelitian dapat mencapai hasil yang maksimal dan bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menyelesaikan sebuah masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun,
mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterprestasikan data. Metode deskriptif
juga merupakan metode penelitian kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode yang menggunakan latar belakang alamiah
dan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif ini bukanlah penelitian
kuantifikasi yang berdasarkan angka-angka, tapi menggunakan kedalaman
penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris
(Moleong, 1994:6 ).
Selain menggunakan metode penelitian deskriptif, penulis juga
menggunakan teknik pengumpulan data dan studi kepustakaan (Library
Research). Adapun teknik yang digunakan dengan metode tersebut dilakukan
dengan cara mempelajari dan mengutip teori atau konsep dari sejumlah sumber,
baik buku, hasil-hasil penelitian (skripsi) dan berbagai situs internet.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “DOUBLE SPIN
ROUND” DALAM PENDEKATAN STRUKTURAL DAN
BIOGRAFI PENGARANG
2.1. Pengertian Novel
Novel merupakan jenis dan genre prosa karya sastra. Prosa dalam
pengertian kesusastraan juga disebut fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu
karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu
yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari
kebenarannya pada dunia nyata (Nurgiyantoro, 1995:2). Didalam novel juga
terkandung pengetahuan dan pesan–pesan moral yang di sampaikan pengarang
dalam karyanya.
Dalam sebuah tugas mengapresiasikan, baik dalam karya sastra maupun
tulisan ilmiah, biasanya dijumpai masalah masalah yang mendasari dalam
pembuatan tugas tersebut. Pada karya sastra novel, masalah – masalah yang
muncul biasanya berdasarkan unsur – unsur yang ada di dalamnya, yaitu unsur –
unsur intrinsik dan unsur – unsur ekstrinsik. unsur intrinsik adalah unsur yang
berada dalam tubuh karya sastra itu sendiri dan membentuk karya sastra. Yang
termasuk bagian dari unsur intrinsik yaitu : tema, alur latar, penokohan, gaya
bahasa dan sudut pandang. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik
yaitu unsure yang berada diluar tubuh karya sastra tetapi sangat berpengaruh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
dalam pembentukan karyasastra tersebut. Unsur – unsur ekstrinsik meliputi
pendekatan biografi, psikologi dan sosial ( masyarakat).
Novel merupakan karya fiksi yang pada umumnya menyajikan dunia yang
di kreasikan pengarang melalui kata dan kata-kata. Keindahan novel tampak dari
keterjalinan kata, kata-kata dan bahasa sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
didalam novel terdapat unsur-unsur yang menyusun sebuah karya sastra novel .
Unsur-unsur itu adalah tema, alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan
amanat
2.1.1 Tema
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang
melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi
kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dlam karya sastra sangat
beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial, budaya,
teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema bisa
berupa pandangan pengarang, ide, atau keinginan pengarang mensiasati persoalan
yang muncul.
Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000:91) berasal dari
bahasa Latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian
karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga
sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya. Sebab itulah penyikapan terhadap tema yang diberikan
pengarangnya dengan pembaca umumnya terbalik. Seorang pengarang harus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses
kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka
telah selesai memahami unsur-unsur segnifikan yang menjadi media pemapar
tema tersebut.
Sedangkan Brooks dalam Aminuddin (2000:92) mengungkapkan bahwa
dalam mengapresiasikan tema suatu cerita apresiator harus memahami ilmu-ilmu
humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi
pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang
bersifat universal. Tema dalam hal ini tidaklah berada di luar cerita, tetapi inklusif
di dalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun inklusif didalam cerita
tidaklah terumus dalam satu dua kaliamat secara tersurat, tetapi tersebar dibalik
keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi.
Robert Stanton menjelaskan dalam Sugihastuti (2007:37), tema merupakan
aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia sesuatu
yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang
menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia
seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan
manusia terhadap diri sendiri, atau bahkan yang lainnya. Beberapa cerita
bermaksud meghakimi tindakan karakter-karakter di dalamnya dengan
memberi atribut ‘baik’ atau ‘buruk’. Cerita-cerita lain memusatkan perhatian
pada persoalan moral tanpa bermaksud memberi penilaian dan seolah-olah
hanya berkata ‘inilah hidup’.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Stanton dalam Nurgiyantoro (2009: 70) menjelaskan bahwa tema dapat
juga disebut ide utama atau tujuan utama. Berdasarkan dasar cerita atau ide utama,
pengarang akan mengembangkan cerita. Oleh karena itu, dalam suatu novel akan
terdapat satu tema pokok dan sub-subtema. Pembaca harus mampu menentukan
tema pokok dari suatu novel. Tema pokok adalah tema yang dapat
memenuhi atau mencakup isi dari keseluruhan cerita. Tema pokok yang
merupakan makna keseluruhan cerita tidak tersembunyi, namun terhalangi dengan
cerita-cerita yang mendukung tema tersebut. Maka pembaca harus dapat
mengidentifikasi dari setiap cerita dan mampu memisahkan antara tema pokok
dan sub-subtema atau tema tambahan.
Dalam novel “Double Spin Round” karya Miyashita Natsu dan Yukiya
Shoji ini mengangkat tema tentang kepercayaan orang jepang terhadap mitos dua
pusaran rambut ganda yang mempunyai keberuntungan. Di dalam anggota
keluarga ada Madoka, Yuichi dan Ibu yang mempunyai dua pusaran rambut
ganda. Bagaimanapun rintangan di dalam keluarga Komiya tetap mempunyai
keberuntungan. Salah satunya Madoka bertanding judo selalu menang. Dan juga
Yuichi selalu beruntung dalam lomba bermain musik. Adapun fokus tema yang di
angkat pada analisis novel “Double Spin Round” pada skripsi ini adalah tentang
keberuntungan yang dimiliki keluarga Komiya berkaitan dengan dua pusaran
rambut ganda. Yang akhirnya membawa kelegaan di dalam hati Ibu kandungnya
karena sudah tidak ada lagi yang di tutupi kepada keluarganya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
2.1.2 Plot/ Alur Cerita
Alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahap-tahapan peristiwa
sehingga menjalin sebuah cerita yang di hadirkan oleh para pelaku dalam cerita
(Abraham dalam Siswanto, 2008:159). Alur sebagai jalinan peristiwa di dalam
karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Jalinan dapat diwujudkan oleh
hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Alur adalah
rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama yang menggerakkan
jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman dalam
Siswanto, 2008:159). Dari pengertian tersebut jelas bahwa setiap cerita tidak
berdiri sendiri.
Montage dan Hensaw dalam Aminuddin (2000:84) mengatakan bahwa
tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. Exposition : yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya
peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita.
b. Inciting force : yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku
yang bertentangan dari pelaku.
c. Rising action : yakni situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai
berkonflik.
d. Crisis : yakni situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran
nasib oleh pengarangnya.
e. Climax : yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling
tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
f. Falling action : yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan
dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju konklusi atau penyelesaian
cerita.
Plot didasarkan pada paparan mulai peristiwa, berkembangnya peristiwa
yang mengarah pada konflik yang memnuncak, dan penyelesaian terhadap
konflik. Intisari dari sebuah plot adalah konflik, tetapi suatu konflik tidak bisa
secara tiba-tiba dipaparkan begitu saja, harus ada dasar yang menjadi landasan
dari konflik tersebut.
Menurut susunannya alur terbagi dalam beberapa jenis, yaitu alur maju,
alur mundur dan alur campuran. Alur maju merupakan alur yang susunannya
mulai dari awal sampai berakhirnya cerita. Alur mundur adalah alur yang
susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali pada peristiwa
awal, kemudian kembali lagi keperistiwa terakhir, sehingga alur ini disebut juga
flash back. Lalu, alur campuran merupakan alur yang didalamnya diawali dari
awal cerita sampai pertengahan cerita. Kemudian sesampainya di tengah cerita,
mundur kebelakang menceritakan peristiwa yang telah lalu. Setelah itu
dilanjutkan dengan peristiwa sebelumnya. Demikian seterusnya sampai cerita
berakhir. Adapun jenis alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur
campuran.
2.1.3 Penokohan
Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita,
tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema; menempati
posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca (Fananie, 2001: 86).
Istilah “tokoh” menunjukkan pada orangnya, pelaku cerita. Penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita. Tokoh cerita (character), menerut Abrams dalam Nurgiyantoro
(1995:165), adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan.
Tokoh adalah sosok yang penting dalam peran yang ada pada suatu karya
sastra dan dalam satu cerita tokoh adalah sosok yang bertugas menjalankan cerita
itu. Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi
juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema, dan menempati
posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau
sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca (Fananie dalam Sinaga,
2014:9).
Boultoun dalam Aminuddin (2000:79) menyatakan bahwa cara pengarang
menggambarkan atau memunculkan tokohnya dapat berbagai macam. Mungkin
pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hidup di alam mimpi, pelaku
yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku
yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun
pelaku yang egois, kacau, dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi
pelaku itu dapat berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat seperti
manusia, misalnya kancil, kucing, sepatu dan lain-lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya
ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam
mengambil peranan dalam karya sastra. Dalam menentukan tokoh utama dan
tokoh pembantu, biasanya tokoh utama merupakan tokoh yang sering di bicarakan
oleh pengarang, sedangkan tokoh tambahan hanya di bicarakan sekedarnya saja.
Dalam novel “Double Spin Round”, tokoh yang digunakan dalam analisis
ada dua tokoh. Madoka dan Yuichi adalah kakak beradik dengan beda umur yang
cukup jauh dan sifat yang bertolak belakang. Madoka masih duduk dibangku SD,
sedangkan Yuichi sudah SMA. Madoka menyukai judo, sedangkan Yuichi adalah
anggota band.
Sedangkan tokoh-tokoh tambahan dalam novel ini yaitu : Komiya Yumiko
(sebagai ibu kandung dari Madoka dan Yuichi), Ayah serta Kakek (memiliki dojo
dan klinik tulang).
2.1.4 Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang berkomunikasi dengan pembaaca
sehingga pesan yang terkandung dapat tersampaikan dengan baik kepada
pembaca. Karena itu sudut pandang sangat mempengaruhi pembaca.
Amniuddin (2000:90) mengatakan bahwa sudut pandang adalah cara
pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Cara atau
pandangan yang di pergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk sebuah cerita dlam
sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi,
teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan
gagasan ceritanya. Ada empat macam sudut pandang yaitu:
1. Omniscient point of view (sudut pandang yang berkuasa).
Disini pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya, pengarang juga
berkuasa untuk menghapus dan menciptakan tokohnya, mengatur jalan pikiran
tokoh hingga mengomentari kelakuan para pelaku.
2. Objective point of view
Hampir sama dengan omniscient hanya saja pengarang tidak memberikan
komentar apa pun mengenai kelakuan tokohnya.
3. Sudut pandang orang pertama
Teknik ini ditandai dengan menggunakan kata “aku” dalam
penceritaannya, persis seperti menceritakan pengalaman sendiri.
4. Sudut pandang peninjau
Dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita.
Sudut pandang peninjau ini lebih dikenal dengan sudut pandang orang ketiga.
Dalam hal ini, sudut pandang pengarang dalam novel “Double Spin
Round” adalah sudut pandang peninjau dimana pengarang lebih memilih tokoh
dalam novel yang bercerita.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
2.1.5 Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan tingkah laku pengarang dalam menggunakan
bahasa dalam membuat karyanya. Gaya bahasa yang digunakan pengarang
berbeda satu sama lain. Hal ini dapat menjadi sebuah ciri khas seorang pengarang.
Ada tiga masalah yang erat hubungannya dengan pembicaraan masalah
gaya. Pertama, masalah media berupa kata dan kalimat. Kedua, masalah hubungan
gaya dengan makna dan keindahannya. Terakhir, seluk-beluk ekspresi
pengarangnya sendiri yang akan berhubungan erat dengan masalah individual
kepengarangan, maupun konteks sosial-masyarakat yang melatarbelakangi
(Aminuddin dalam Siswanto, 2008:159).
2.1.6 Amanat
Amanat merupakan pesan moral atau hikmah yang ingin disampaikan
pengarang pada pembacanya. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan
pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai
kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan oleh pembacanya. Amanat yang
tersampaikan dalam novel ini adalah tidak baik di dalam keluarga menyimpan
rahasia, maka akan mempengaruhi ketidakharmonisan di dalam suatu keluarga.
2.2. Setting Novel Double Spin Round
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran
pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat peristiwa-
peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 216).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar
meliputi penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan,
perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya
kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional
tokoh.
Nurgiyantoro (1995:227) mengatakan setting dapat dibedakan ke dalam
tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu masing-masing
menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri,
pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.
1. Latar Tempat
Latar tempat mengaruh pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang di pergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama
jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah
mencerminkan ataupun tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis
tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis penting
untuk memberi kesan pada pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh
ada dan terjadi di tempat seperti yang terdapat dalam cerita,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Adapun latar tempat yang dibahas dalam novel “Double Spin Round” ini
adalah di Negara Jepang, yaitu kota Kamakura, pada saat konser bandnya Yuichi
di tempat Shimokitazawa, dan klinik tulang milik Kakek.
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau
dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu juga harus dikaitkan
dengan latar tempat dan sosial karena kenyataannya memang saling berkaitan.
Latar waktu yang digunakan oleh Miyashita Natsu dan Yukiya Shoji
dalam novelnya yang berjudul “Double Spin Round” ini adalah pada saat liburan
musim gugur dan pada saat musim panas.
3. Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara
kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkungan yang
kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, kenyakinan,
pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Disamping itu, latar sosial juga
berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah atau atas.
Latar sosial yang di gambarkan pengarang Miyashita Natsu dan Shoji
Yukiya dalam novel “Double Spin Round” ini adalah kehidupan yang terdapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
dalam sebuah keluarga yaitu Keluarga Komiya. Keluarga Komiya adalah sebuah
keluarga yang dapat dikatakan sebagai keluarga yang penuh cinta kasih dan
harmonis. Di mana pada zaman modern saat ini sangat sulit di dapati kehidupan di
dalam keluarga yang harmonis. Adapun anggota keluarganya terdiri dari Ayah,
Ibu, Kakek, Kakak dan Adik. Kakaknya yaitu Komiya Yuichi merupakan siswa
kelas 2 SMA yang sangat gemar bermain band. Yuichi melakukan bandnya
bersama 3 orang temannya, Naruchon, Zaki dan Masaya. Mereka menamai band
mereka dengan Double Spin Round atau disingkat DSR. Sedangkan adiknya,
Komiya Madoka masih duduk di kelas 4 SD dan sangat menyukai judo.
Keinginan Madoka adalah meneruskan dojo milik Kakeknya.
2.3 Pendekatan Struktural
Dalam menganalisis suatu karya sastra diperlukan suatu teori pendekatan
yang berfungsi sebagai acuan dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam
penulisan ini, penulis menggunakn pendekatan struktural.
Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni
membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra
dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom
yang terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal
yang ada diluar karya sastra (Satoto, 1993:32). Menurut Teeuw (1991 : 135),
pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara
kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan antar unsurnya tersebut dalam
rangka mencapai kebulatan makna.
Menurut Nurgiyantoro (2005 : 36), struktural karya sastra juga menyaran
pada pengertian hubungan antar unsur (instrinsik) yang bersifat timbal balik,
saling menentukan, saling mempengaruhi yang secara bersama membentuk satu
kesatuan yang utuh. Secara sendiri, terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur,
atau bagian-bagian tersebut tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian
akan menjadi penting dan berarti setelah ada dalam hubungannya dengan bagian-
bagian yang lain, serta bagaimana sembangannya terhadap keseluruhan wacana.
Teeuw (1991 : 61), menyatakan bahwa tujuan analisis struktural adalah
membongkar dan memaparkan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan
semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna
secara menyeluruh. Sebuah karya sastra merupakan totalitas suatu keseluruhan
yang bersifat artistik. Sebuah totalitas yang terdapat dalam karya sastra
mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat
dan saling menguntungkan. Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan unsur-unsur instrinsik yang
membangun karya sastra, seperti tema, penokohan, alur, latar, sudut
pandang, gaya bahasa dan amanat.
2. Menjelaskan bagaimana fungsi masing-masing unsur tersebut dalam
menunjang makna keseluruhan karya sastra.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
3. Menghubungkan antar unsur tersebut sehingga secara bersama membentuk
sebuah totalitas kemaknaan yang padu.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan struktural adalah suatu
pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur
struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau
keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.
2.4 Biografi Pengarang
Shoji Yukiya lahir di Hokkaido tahun 1961. Tahun 2002, ia memenangkan
penghargaan Mephisto dengan karyanya yang berjudul Sora wo Miageru Furui
Uta wo Kuchizusamu dan debut di tahun berikutnya. Karyanya yang lain adalah
serial Tokyo Bando Wagon, Cow House, Hanasaki Koji Yonchome no Seijin,dan
masih banyak lagi.
Miyashita Natsu lahir di Fukui tahun 1967, tahun 2004, ia menjadi
nominator pada penghargaan Bungaku-kai Shinjin Sho dengan karyanya yang
berjudul Shizuka na Ame. Tahun 2012, ia mendapatkan peringkat ke ke-7 pada
penghargaan Honya Taisho for Dareka ga Tarinai.karyanya yang lain adalah
Score No.4, Melody Fair, Mado no Mukou no Gershwin, dan masih banyak lagi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
BAB III
ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “DOUBLE SPIN ROUND”
KARYA MIYASHITA NATSU DAN SHOJI YUKIYA
3.1 Ringkasan Cerita
Novel ini dibuka dengan menarik dengan membahas Minami Chan,
temannya Madoka yang punya Hyaku-Nigiri. Hyaku-Nigiri ini garis yang
melintang kesamping. Garis kepandaian dan garis perasaan menjadi satu garis
lurus, memiliki arti peruntungan menjadi kuat. Walaupun Madoka tidak punya
Hyaku-Nigiri, dia memiliki dua pusaran rambut. Konon yang punya dua pusaran
rambut adalah orang yang selalu bahagia. Tidak hanya sekedar pembuka belaka,
karena berhubungan dengan cerita yang disuguhkan. Madoka tidak memiliki
Hyaku-nigiri seperti teman dekatnya, Minami. Garis Kepandaian dan Garis
Perasaan di telapak tangan yang memiliki arti akan mendapatkan peruntungan,
yang di idolakan teman-teman sekelasnya. Namun, Madoka memiliki dua pusaran
rambut, sama seperti Ibu dan Kakak lelakinya, yang menandakan orang tersebut
bahagia, dan itu cukup melegakan bagi gadis kecil yang menyukai Judo ini.
Madoka tinggal bersama Ayahnya yang setiap hari bekerja di Tokyo, Ibu yang
cantik dan pandai memasak, Kakek yang memiliki dojo dan klinik tulang, serta
Kakaknya tersayang yang keren, pintar, masih kelas 2 SMA tapi sudah memiliki
band, suara merdu dan pandai bermain alat musik. Madoka sendiri masih kelas 4
SD, dia sangat menyayangi keluarganya, mereka adalah kebahagiaanya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Suatu hari ketika Madoka sendirian di rumah dia mendapatkan telepon
dari seorang wanita bernama Ashida Nobuko yang mencari Ibunya. Anehnya,
ketika Madoka menyampaikan pesan tersebut Ibunya merasa tidak mengenal
wanita itu, Madoka yakin sekali kalau Ashida Nobuko mengenal Ibunya dengan
sangat baik. Pada festival kembang api yang Madoka datangi beserta Ayah dan
Ibunya, dia melihat seorang wanita yang menatap ke arah keluarganya, dan
pandangan Ibunya kepada wanita tersebut sangatlah aneh, tidak seramah seperti
biasanya, tidak seperti Ibunya yang selama ini terlihat selalu lembut. Keanehan
tidak hanya terjadi pada Madoka, Yuichi pun juga merasakan kehadiran wanita
misterius yang tiba-tiba saja datang ke pertunjukan band-nya yang bernama
Double Spin Round disingkat DSR, menjadi satu-satunya penonton yang berusia
seperti kedua orangtuanya.
Ditengah kebetulan yang semakin penuh dengan teka-teki, muncul seorang
Produser musik mengajak DSR bergabung dengan agensinya, Ishigo Juu. Yuichi,
Zaki, Masaya, Naruchon teman dekat Yuichi tidak menerima begitu saja. Soal
debut mereka mempertimbangkannya. Tapi, orang tua mereka ingin anak-anaknya
masuk bangku kuliah. Sedangkan menjadi idol tidaklah mudah. Dengan membagi
waktu kuliah sambil debut.
Saat mencari profil Ishigo Juu yang konon dulunya penyanyi ternama, ada
fakta lain yang semakin ganjil. Ishigo ternyata memiliki hubungan dengan Ashida
Nobuko. Ditambah skandal Ishigo Juu dengan Komiya Yumiko yaitu Ibu kandung
Yuichi dan Madoka. Yuichi sangat familiar dengan nama tersebut. Kehadiran
Hanako, wanita yang selalu berbincang dengan Ibunya di telepon membuat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Madoka sock. Karena Hanako adalah seorang idol terkenal dan seorang penyanyi.
Ibunya ternyata menyimpan rahasia. Madoka sangat sedih karena ibunya hanya
diam saja tak memberikan penjelasan. Keluarganya yang baik-baik saja, ternyata
menyimpan rahasia. Rahasia mulai terdengar di telinga Yuichi juga saat Ishigo
Juu ingin melakukan debut bersama bandnya Yuichi. Dengan hadirnya Ishigo,
Yuichi penasaran dengan mencari identitas Ishigo di internet. Bahwa Ishigo
dulunya penyanyi terkenal dan mempunyai banyak hubungan dengan penyanyi
perempuan. Pada saat band Yuichi mengadakan konser, Ibu dan Ashida Nobuko
duduk bersebelahan dan saling mengobrol. Ishigo juga ada pada saat itu
memegang mik dan bernyanyi. Memandang kearah Ibu dan juga Ashida Nobuko.
Semua orang terpana melihat Ishigo bernyanyi dan bertanya kenapa orang seperti
ini pensiun. Setelah selesai konser, Ishigo mengajak Ibu untuk bernyanyi dengan
lagu yang diciptakan Ishigo. Suara yang bagus dan aura Ibu seperti Idol membuat
Yuichi bertanya-tanya. Semua pertanyaan Yuichi sudah dijawab Ibunya ketika
selesai konser. Bahwa dulu Ibu Yuichi mempunyai hubungan dengan Ishigo
sebelum bertemu dengan Ayah Yuichi. Dan dulu Ibu juga seorang Idol terkenal.
3.2 Analisis Tema, Alur, dan Penokohan yang Terkandung dalam
Novel “Double Spin Round”
3.2.1 Analisis Tema dalam Novel “Double Spin Round”
Tema dapat juga disebut ide utama atau tujuan utama. Berdasarkan dasar
cerita atau ide utama, pengarang akan mengembangkan cerita. Oleh karena itu,
dalam suatu novel akan terdapat satu tema pokok dan sub-subtema. Pembaca
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
harus mampu menentukan tema pokok dari suatu novel. Tema pokok adalah tema
yang dapat memenuhi atau mencakup isi dari keseluruhan cerita. Tema pokok
yang merupakan makna keseluruhan cerita tidak tersembunyi, namun terhalangi
dengan cerita-cerita yang mendukung tema tersebut. Maka pembaca harus dapat
mengidentifikasi dari setiap cerita dan mampu memisahkan antara tema pokok
dan sub-subtema atau tema tambahan.
Pada novel Double Spin Round tema pokoknya adalah kepercayaan orang
Jepang terhadap mitos dua pusaran rambut ganda mempunyai keberuntungan.
Untuk menganalisis tema dibutuhkan beberapa cuplikan cerita agar hasil
analisis lebih akurat dapat dipertanggungjawabkan. Berikut adalah beberapa
cuplikan.
Cuplikan 1
Rumah rahasia yang tersembunyi. Yang membuatku tercenung bukan hanya soal
rumah yang tersembunyi, tapi juga gema dari kata rahasia. Lagi pula, siapa pun
pasti senang kalau punya rahasia, kan? Tapi, kalau berbicara soal keluarga ku,
hidup kami ini jauh dari kata rahasia.
Di rumah kami ada Ayah, Ibu, Kakek, Kakak laki-lakiku, dan terakhir, aku. Lebih
lenkapnya, ada Ayah yang serius bekerja di sebuah perusahaan di Tokyo dan
setiap hari naik kereta jalur Enoden dan jalur Yokosuke; ada Ibu yang imut dan
pintar membuat kudapan manis; ada Kakek yang punya dojo sekaligus klinik
tulang; ada Kakak, pelajar kelas 2 SMA yang keren dan pintar bermain piano;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
dan aku, gadis kelas 4 SD yang sangat-sangat menyanyangi Ayah, Ibu, Kakek,
dan Kakak. (halaman 11)
Analisis :
Dari cuplikan diatas terlihat bahwa tokoh pertama Madoka memulai
ceritanya. Cerita tentang keluarga yang sangat di cintainya. Dan keseharian
keluarga mereka. Di dalam rumah Madoka merasa rumah yang penuh dengan
kesibukan masing-masing mempunyai rahasia. Seperti yang di ditulis di dalam
novel yaitu lagi pula, siapa pun pasti senang punya rahasia, kan? Tapi, kalau
berbicara soal keluargaku, hidup kami ini jauh dari kata rahasia. Dari cuplikan
diatas sesuai tema yang telah penulis simpulkan.
Cuplikan 2
Peruntungan kuat itu seperti apa, ya? Apa semuanya jadi kuat? kalau memang
begitu... irinya... aku juga ingin jadi kuat hingga tak ada yang bisa
mengalahkanku. Lalu aku ingin meneruskan dojo milik Kakek
Sekali lagi aku membuka kedua telapak tanganku yang berada di kolong meja.
Kanan dan kiri. Ternyata benar masing-masing punya dua garis.
Kucoba menyentuh kepala dengan tanganku yang katanya tidak punya
peruntungan kuat itu. Rambut kecoklatanku yang sering membuat teman-teman iri
dipotong pendek di atas pundak dan ku sisipkan di belakang telinga. Di bagian
ubun-ubun ada pusaran rambut. Kalau di pegang, geli.(halaman 5)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Analisis :
Dari cuplikan diatas dapat di mengerti bahwa tokoh pertama yaitu Madoka
yang mempunyai dua pusaran rambut yang selalu beruntung dan membuat teman-
temannya iri.
Cuplikan 3
Sejak kecil aku selalu senang karena mereka selalu akrab satu sama lain. Bahkan
saat mereka saling menggoda dan kemudian berpelukan, aku selalu berlari dan
bergabung dengan mereka. Sekarang pun Madoka sering melakukannya. Namun
di depan anak laki-lakinya yang sudah SMA ini, aku ingin mereka setidaknya
mengendalikan diri dari ciuman dan pelukan itu.
“apa..,” kata Zaki, “bukan selingkuhan, kan, ya?”
“Ah... itu yang bakal dipikirkan oleh orang lain, ya,” ujarku kecut.
Lalu mereka semua mengangguk. Sebenarnya, dari kemarin aku khawatir tentang
hal itu. Kalau cuma aku saja yang tahu, masih tidak apa-apa. Masalahnya,
sekarang nama itu sudah didengar Madoka. Bagaimana kalau adikku itu tahu
tentang perselingkuhan tersebut?(halaman 42)
Analisis :
Dalam cuplikan diatas menceritakan tentang kedua orang tuanya yang
selalu harmonis, tapi ketakutan perselingkuhan muncul dari seorang wanita yang
tidak dikenal selalu namanya terdengar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Karena tema novel ini tentang cerita kisah rahasia di dalam keluarga yang
di tutupi oleh ibu kandungnya tentunya novel ini adalah cerita panjang yang sulit
penulis masukan ke dalam cuplikan menganalisis dan cerita novel ini bercerita
dari dua sudut pandang tokoh yang membuat penulis sulit mengerti. Penulis hanya
mengambil bagian-bagian yang menunjukan bahwasanya tema novel ini adalah
tentang rahasia yang ditutupi oleh ibu kandungnya dari Madoka dan Yuichi.
3.2.2 Analisis Alur dalam Novel “Double Spin Round”
Alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahap-tahapan peristiwa
sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita
(Abraham dalam Siswanto, 2008:159).
Montage dan Hensaw dalam Aminuddin (2000:84) mengatakan bahwa
tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. Exposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat
terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung
cerita.
b. Inciting Force, yaitu ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku
yang bertentangan dari pelaku.
c. Rising Action, yaitu situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai
berkonflik.
d. Crisis, yaitu dimana situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi
gambaran nasib oleh para pengarangnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
e. Climax, yaitu situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang
paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya itu
sendiri.
f. Falling Action, yaitu kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan
dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclution atau
penyelesaian cerita.
Setiap analisis alur akan dianalisis pada masing-masing bagian tahapan
peristiwa. Penulis akan memulai dengan menganalisis exposition.
a. Exposition : yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya
peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita.
Cuplikan 4
Di rumah kami ada Ayah, Ibu, Kakek, Kakak laki-lakiku, dan terakhir, aku. Lebih
lengkapnya, ada Ayah yang serius bekerja di sebuah perusahaan Tokyo dan
setiap hari naik kereta jalur Enoden dan jalur Yokosuka; ada Ibu yang imut dan
pintar membuat kudapan manis; ada Kakek yang punya dojo sekaligus klinik
tulang; ada Kakak, pelajar kelas 2 SMA yang keren dan pintar bermain piano;
dan aku, gadis kelas 4 SD yang sangat-sangat menyayangi Ayah, Ibu, Kakek, dan
Kakak. (halaman 11)
Kesimpulan
Dalam cuplikan diatas adalah eksposisi atau pendahuluan cerita. Dimana
tokoh pertama yaitu Madoka menceritakan keseharian yang dilakukan keluarga
mereka. Tentang keluarga yang sangat disayangi Madoka. Namun tidak panjang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
lebar, hanya sekedar pendahuluan yang menunjukkan bahwa Madoka sangat
menyayangi keluarganya.
Cuplikan 5
Setiap kali pergi ketempat karaoke, ibu dan Madoka selalu menyuruhku
menyanyikan True Love ini, madoka selalu berkomentar, “kakak pintar menyanyi,
ya!” sambil menyilangkan lengan di depan dada dan menggelengkan kepala,
persis seperti bibi-bibi paruh baya. Sedangkan ibu...
Ibu selalu menutup matanya, mendengarkan dalam diam. Kadang ia
menggerakkan bibirnya, mungkin ikut bernyanyi. Aku sempat bilang kalau
memang suka, harusnya ialah yang bernyanyi. Tapi Ibu sama sekali tidak mau.
“Aku lebih suka mendengar Yuichi bernyanyi,” ujarnya.
Tapi....
Ibu... aku sudah SMA (halaman 21)
Kesimpulan
Cuplikan diatas adalah sebagai prolog yang menunjukan bahwa cerita
dimulainya pada waktu yang ditentukan. Saat ditempat karaoke ibu yang selalu
menyuruh Yuichi bernyanyi karena suara yang bagus dan Madoka menjadi
penggemar abangnya saat mendengarkannya bernyanyi. Terlihat saat itu Yuichi
sudah duduk dibangku SMA.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Cuplikan 6
Kami berkumpul di rumah Masaya yang ada di kota Hase dan berlatih di
gudangnya. Saat beristirahat, aku menunjukkan pesan dari Madoka yang ia tulis
di belakang selebaran dengan spidol hitam tebal. Mereka tertawa, karena di situ
tertulis, “Semuanya, FI-IGHT!!”
“Madoka-chan benar-benar ceria, ya.”
“Iya.” Itulah kelebihannya.
“Enaknya punya adik yang manis. Adik laki-lakiku akhir-akhir ini sangat bandel.
Bahkan dia nggak bicara denganku waktu di rumah”
Kesimpulan
Dalam cuplikan diatas merupakan tahap eksposisi dari pandangan teman-
teman Yuichi terhadap adiknya yaitu Madoka yang selalu memiliki sifat ceria.
Sampai Madoka menyemangati abangnya ketika latihan konser band mereka.
Didalam tahap ini Madoka sangat menyayangi abangnya. Sehingga abang dan
adik dalam tahap ini patut dicontoh oleh kawan-kawan Yuichi, karena mereka
sendiri tidak begitu kompak dengan adiknya sendiri.
Cuplikan 7
Waktu pertama kali kami berkumpul di gudang rumah Masaya, Madoka
merengek ingin ikut dan tidak bisa dihentikan lagi. Tak ada jalan lain kecuali
mengajaknya. Untungnya teman-teman tak menganggap Madoka sebagai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
hambatan dan malah menganggapnya sebagai anak yang manis. Apalagi semua
juga punya adik. Saat itulah Madoka bilang, “aku punya dua pusaran rambut!”,
lalu Naruchon dan Masaya bertanya padaku apa akupun begitu. Tentu saja aku
juga.
Saat itu, kami membuka kamus dan memutuskan.
Pusaran rambut ganda.
Double Spin Round.
Disingkat DSR.
Bagus juga Band yang melibatkan semua orang, berputar-putar mengalirkan
kekuatan (halaman 38).
Kesimpulan
Dalam cuplikan diatas menunjukan eksposisi atau pengenalan tentang
nama grup band yang diambil dari dua pusaran rambut Madoka dan Yuichi yang
disingkat Double Spin Round. Mempunyai arti yaitu keberuntungan datang
kepada grup band mereka.
Cuplikan 8
“ada tamu. Kalian keluarlah sebentar,” kata Master dengan riang.
“Tamu?” kami saling bertukar pandang, bertanya-tanya ada apa sebenarnya,
dan siapa. Saat kami tiba di ruangan konser yang kosong, ternyata sebuah meja
sudah ditata. Disekelilingnya ada kursi-kursi. Seorang pria disalah satu kursinya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Ia memandang kami dan menaikkan tangan, menyapa. “oh, maaf, ya. Ayo ke
sini,” ujarnya. Sambil menelengkan kepala, kami mendekat.
“Ishigo Promotion. Produser. Ishigo Juu.”
Ishigo Juu?
“Kalian nggak tahu?”
“maaf” (halaman 78).
Kesimpulan
Dari cuplikan diatas tahap eksposition yaitu tahap awal berkenalan dengan
produser musik yang lumayan terkenal seumuran dengan Ayah dan Ibu mereka.
Di tahap ini grup band Yuichi tidak mengenal produser musik yang handal pada
zaman dulu, karena tidak begitu terkenal di zaman mereka sekarang. Maka pelatih
band mereka memperkenalkan dengan produser musik yang bernama Ishigo Juu.
Selanjutnya untuk bekerjasama dengan grup band Yuichi.
b. Inchiting Force
Yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun prilaku yang
bertentangan dari pelaku.
Cuplikan 9
“Kak?”
Kelihatannya Kakak tidak menyadari kehadiranku sampai kami nyaris
berpapasan. Oleh karena itu, aku memanggilnya sekali lagi dengan suara yang
lebih keras.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
“... A ... ah, Madoka!” Kakak terlihat terkejut saat mendongak. Ia kemudian
mengangkat sebelah tangan untuk menyapaku, “Yo!” dan kemudian ia berlalu.
Rasanya ada yang aneh.
“Yo!” Aku pun mengangkat tanganku, tapi kemudian seperti ada tanda tanya
yang muncul di benakku. Kakak mau pergi kemana? Di jam seperti ini, kenapa ia
berjalan-jalan di sini? Anak SMA itu apa tidak ada kerjaan, ya? (halaman 90).
Kesimpulan
Dari cuplikan di atas pada tahap inchiting force ada kekuatan timbul dari
tokoh yang tidak seperti biasanya. Terlihat dari tokoh Yuichi yang aneh pada saat
disapa oleh adiknya Madoka. Tidak seperti biasanya ketika dua orang bersaudara
bertemu dijalan pasti saling menyapa dan menanyakan sedang apa dan apa yang
dilakukan. Terlihat dari cuplikan kelihatannya Kakak tidak menyadari
kehadiranku sampai kami nyaris berpapasan. Oleh karena itu, aku memanggilnya
sekali lagi dengan suara yang lebih keras. Dalam cuplikan ini, dapat disimpulkan
bahwa ada yang ditutupi Yuichi kepada adiknya sehingga tidak merasakan
kehadiran adiknya.
Cuplikan 10
“Ibu” panggilku dengan suara pelan. “Ibu, ada orang yang melotot ke arah
kita.”
Kemudian terdengar lagi suara “Doooor!” dan juga suara orang-orang yang
terkagum-kagum, “Woooooow!”. Suaraku tidak sampai ketelinga Ibu.
“Ibu.” Aku menggenggam telapak tangan Ibu lebih erat dan memandang ke
arahnya. Ibu juga tidak memperhatikan langit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Beberapa kembang api mekar berkilau dengan suara gemersik, membuat langit
malam menjadi cerah. Wajah Ibu yang diterangi oleh cahaya kembang api,
bukanlah raut wajah Ibu yang biasanya. Ibu memandang wanita itu dengan
ekspresi yang belum pernah kulihat sebelumnya (halaman 59).
Kesimpulan
Dari cuplikan di atas pada tahap inchiting force ada kehendak prilaku yang
tidak biasanya terlihat pada Ibunya yang menunjukan adanya hal mencurigakan
pada saat festival kembang api, ketika memandang wajah wanita yang terlihat di
festival itu. Membuat Madoka menjadi bertanya-tanya. Perasaan Madoka yang
mencurigakan kepada Ibunya. Saat Madoka melihat ada wanita yang sedang
melotot kearah Ibunya.
Cuplikan 11
Ayah menunjukkan telapak tangannya padaku, memintaku menunggu.
“Yuichi.”
“Apa?”
Ayah tersenyum, kemudian seolah sedang memikirkan sesuatu, ia sedikit
menelengkan lehernya. Ayah selalu tersenyum. Seolah senyumnya itu sudah
menjadi wajah yang biasanya. Aku tidak ingat pernah dimarahi olehnya.
“Tentu saja Ayah sudah mendengar semuanya dari Ibu. Apa yang terjadi hari ini,
Yuichi yang menyisakan brokoli di kotak bekal, atau Madoka yang kelihatannya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
sedikit resah. Ayah sudah dengar semuanya. Ayah sudah berbicara dengan Ibu.
Kau juga sudah SMA, jadi setidaknya makanlah brokolinya.
“Mau bagaimana lagi? Aku memang nggak suka.”
Ayah dan Ibu memang rukun. Aku juga belum pernah melihat mereka berdua
bertengkar. Awalnya aku kira suami-istri memang seperti itu. Oleh karena itu,
saat aku mendengar teman-teman di sekolah bercerita kalau Ayah dan Ibu
mereka sering bertengkar, aku sempat terkejut.
“Karena itu, tunggu saja ya, sampai Ibu siap menceritakannya.(halaman 162)
Kesimpulan
Dari cuplikan di atas pada tahap inchiting force yaitu tahap dimana prilaku
pelaku yang tidak seperti biasanya. Bisa dilihat dari tokoh Ayah yang tidak bisa
menceritakan masalah apa yang dirahasiakan Ibu. Sehingga Yuichi mulai
penasaran dan bertanya kepada Ayah. Tapi Ayah belum bisa menceritakan semua
karena Ibu belum siap menceritakannya kepada Yuichi.
Cuplikan 12
“Ah, Madoka, kok nggak tambah makannya?” Kakek terkejut dan bertanya, tapi
aku sudah tidak punya nafsu makan.
“Jarang sekali Madoka makannya sedikit. Sejak lambungnya kena virus waktu
TK, kan?” ujar Ayah senang. Oh iya, biasanya Ayah pulang larut, tapi hari ini ia
pulang lebih awal dari biasanya. Biasanya, tugasku di sini adalah melucu, tapi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
hari ini aku tidak punya minat untuk itu. Aku juga jadi marah saat memikirkan
kalau Ayah sama sekali tidak tahu Sakurai Hanako datang ke rumah dan
bertingkah riang begitu.
Mungkin waktu itu lebih baik aku berlagak bodoh dan langsung mengangkat topik
kalau Sakurai Hanako-san datang kerumah. Tapi, aku tidak sanggup. Itu karena
Ibu diam saja. Memikirkan perasaan Ibu, aku jadi tidak bisa bicara.(halaman
176)
Kesimpulan
Pada cuplikan di atas bisa dilihat dari tokoh Madoka yang tidak seperti
biasanya. Saat Ayah pulang kerja biasanya Madoka melucu dan membuat suasana
dirumah jadi penuh. Tapi ketika waktu makan malam Madoka malahan diam saja
dan bersikap marah kepada Ayah. Ada hal mengganjal di hati Madoka, maka dia
seperti itu. Karena hal yang mengganjal itu hanya Ibu yang bisa menjawabnya,
tetapi Ibu malah diam saja.
Beberapa cuplikan diatas adalah cuplikan yang menunjukan eksposisi, dan
inchiting force. Karena tidak adanya konflik dalam novel ini sehingga rangkaian
peristiwa rising acttion, crisis, dan climax penulis akan langsung kepada bagian
falling action.
c. Falling Action
Yakni kadar konflik sudah menurun sehingga keteganggan dalam cerita
sudah mulai mereda sampai menuju coclution atau penyelesaian cerita.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Cuplikan 13
Akhir-akhir ini aku jadi tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran. Tapi, kerena
tugas pelajar adalah belajar, paling tidak aku harus mengikuti setiap kelas.
Penyebab aku tidak bisa konsentrasi itu Cuma satu. Soal universitas.
Band kami langsung bisa memutuskan untuk menandatangani kontrak dengan
kantor Ishigo-san, Ishigo Promotion. Semua personel band pun punya pendapat
yang sama. Semua setuju dengan mimpi masing-masing, yaitu menjadi musisi dan
terus mencari nafka dengan bermain musik. Walaupun tujuan itu sudah kami
miliki sejak band ini dibentuk, tapi kalau dihadapkan lanhsung seperti ini kami
jadi agak ketakutan. Akan tetapi, sekarang sudah diputuskan (halaman 133)
Kesimpulan
Cuplikan di atas pada tahap falling action yaitu dimana kadar nasib pelaku
sudah digambarkan. Terlihat dari tokoh Yuichi yang berusaha untuk berkuliah
sambil membentuk band dengan terkenal. Dengan memutuskan untuk
menandatangani kontrak dengan produser musik. Produser musik Ishigo Juu
pernah dibicarakannya dengan Ibunya, tapi tidak dapat izin untuk masuk menjadi
musisi dari produser musik Ishigo Juu. Tidak pantang menyerah Yuichi semakin
penasaran untuk menandatangani konrak dengan melawan Ibunya. Dengan begitu
Yuichi harus bisa menutupinya dari Ibu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Cuplikan 14
Tidak ada jalan lain kecuali menunggu, karena Ayah sudah mengatakan padaku
untuk menunggu. Tapi—maafkan kata-kataku—aku bukan orang yang bisa
menunggu dengan sabar. Bukan berarti aku pemarah, tapi kalau ada hal yang
harus diputuskan, aku ingin memutuskannya dengan cepat.(halaman 196)
Kesimpulan
Dari cuplikan di atas pada tahap inchiting force yaitu dimana Yuichi
merasa tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya sendiri. Disini Yuichi
menentang apa kata Ayahnya untuk bersabar dan biarkan Ibu yang menjawab rasa
penasarannya. Tapi Yuichi dengan bersikap ingin memutuskannya dengan cepat.
Cuplikan 15
Aku curiga orang itu adalah Ibu. Ibu berencana untuk melanjutkan kiprahnya
sebagai seorang idola dengan nama itu, tapi kemudian ia pensiun dan
memberikan nama itu pada anaknya yang lahir kemudian. Sangat mungkin
terjadi.
Dengan demikian, itu menjelaskan ekspresi aneh Ishigo-san saat mendengar
nama Ibu.
“semuanya jadi terhubung”
Yamaguchi Madoka dulu akan debut sebagai seorang idola, bahkan mungkin
sudah. Ia berkenalan dengan Sakurai Hanako-san.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Kemudian ada gosip tentang Yamaguchi Madoka dan Ishigo-san.
Meskipun sudah puluhan tahun berlalu, pasti di antara keduanya terjadi sesuatu
samapi tidak mau bertemu, bahkan tidak suka mendengar namanya.(halaman
197).
Kesimpulan
Dari cuplikan di atas pada tahap inchiting force yaitu tahap yang dibuat
untuk menyelesaikan masalah diantara tokoh. Tokoh Yuichi langsung mencurigai
Ibunya dulu sebagai seorang model yang terkenal dan dengan nama Yamaguchi
Madoka. Di wariskan nama belakang kepada anak yang lahir setelah Yuichi yaitu
Madoka. dan mempunyai tentang Yamaguchi Madoka dan Ishigo Juu dulu
mempunyai hubungan. Sampai tidak mau mendengar nama keduanya.
Cuplikan 16
Ibu dan Ashida-san berjalan mendekat. Ibu berhenti tepat di depan panggung dan
melotot pada Ishigo-san dengan wajah memerah. Tapi, seolah tahu, Ibu lalu
mengulurkan lengannya untuk menangkap mik yang mendadak dilemparkan oleh
Ishigo-san.
Ashida-san menepuk pundak Ibu dengan ringan.
“Baiklah, anak-anak!Mainkan musik dengan semangat! Ini adalah malam
kelahiran Yamaguchi Madoka yang lebih hebat dari Sakurai Hanako! Idol yang
seharusnya menjadi legenda!”(halaman 247)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Kesimpulan
Pada tahap inchiting force dalam cuplikan diatas disimpulkan bahwa ada
hubungan Ibu dengan Ishigo sampai-sampai wajah Ibu memerah dan melotot.
Dalam situasi seperti ini ibu kembali seperti dulu seorang idol dengan bernyanyi
dengan grup band Yuichi.
Cuplikan 17
“Aku dulu ingin jadi penyanyi, tapi berhenti karena menikah dengan Ayahnya
Yuichi.
“Waktu itu aku dan Ishigo-san berpisah sambil bertengkar.”
“kenapa? Karena aku sudah berhenti sesudah dia membuat lagu untukku.”
“iya, Ashida-san dulu manajerku.”
“kerena itu, aku jadi bimbang. Kalian ditawari pekerjaan oleh Ishigo-san, aku
jadi berpikir, apa nggak salah? Begitu.”
Aku mendengar semuanya dari belakang Ibu.
Semua yang ingin aku tanyakan sudah ditanyakan oleh mereka. Lalu, aku heran
Ibu menjawab semuanya dengan jujur. Tapi, rasanya memang ia harus
menjawabnya karena sudah terlanjur bernyanyi seperti itu. Lagi pula, semua
jawaban untuk pertanyaan itu sudah ketahuan sebelum ia menjawab.(halaman
250)
Kesimpulan
Dari cuplikan diatas dapat disimpulkan, semua pertanyaan Yuichi sudah
dijawab oleh Ibunya tapi masih ada satu rahasia yang disembunyikan. Bahwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
alasan Ibu itu tidak masuk akal berhenti benyanyi ketika menikah dengan
Ayahnya Yuichi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa novel ini memiliki alur
exposition, inciting force, dan falling action., tetapi tidak tidak ada rising action,
crisis, dan climax dalam peristiwa, karena dalam cerita tidak ada terjadinya
konflik.. Jadi dapat disimpulkan bahwa alur pada nove ini tidak bagus menurut
Montage Henshaw.
3.2.3 Analisis Penokohan dalam Novel “Double Spin Round”
Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu penggambar
yang jelas tentang tokoh tersebut. Menurut Nurgiantoro (1995:173-174), jenis-
jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut:
1. Berdasarkan Segi Peranan atau Tingkat Pentingnya
a. Tokoh Utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dan sangat
menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.
b. Tokoh Tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit dan
kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama
secara langsung ataupun tidak lansung.
2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh
a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh utama yang merupakan
pengejawantahan nilai-nilai yang ideal bagi pembaca
b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Dalam menganalisis tokoh dalam novel ini, penulis terlebih dahulu
menganalisis tokoh pertama dengan watak tokoh dilanjutkan dengan tokoh kedua
agar hasil penelitian tokoh dapat lebih akurat.
Tokoh pertama dalam novel ini Madoka. Tokoh Madoka berpengaruh
dalam cerita ini karena berperan sebagai penggerak awal cerita. Dilanjutkan tokoh
kedua dalam novel ini Yuichi. Tokoh Yuichi berperan sebagai penggerak alur
cerita.
Untuk mengetahui watak Madoka dan Yuichi dalam novel ini penulis
menganalisisnya melalui cuplikan berikut.
Cuplikan 18
Memang kata bahagia sedikit menarik perhatianku, tapi kalau bisa memilih
sebenarnya aku lebih suka punya rambut depan yang lurus. Kurasa tanpa harus
bergantung pada kata bahagia atau peruntungan kuat pun tak masalah buatku
(halaman 6).
Kesimpulan
Kutipan di atas menunjukkan bahwa meski masih muda (sepuluh tahun),
Madoka lebih matang ketimbang usianya.Bukan hanya dalam berpikir, tapi juga
bersikap.
Misalnya saja dalam interaksinya dengan keluarga.Pada satu sisi, Madoka
sadar bahwa dia sudah mulai beranjak dewasayang membuatnya malu kalau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
mandi bersama kakaknya atau dipeluk kakaknya. Di sisi lain, Madoka juga ingin
menjaga perasaan keluarganya. Seminggu sekali dia memastikan diri untuk
menemani kakaknya mandi.Setiap malam pun dia suka menemani ayahnya yang
baru pulang bekerja.
Cuplikan 19
Akhir-akhir ini aku tidak tahan dengan suara tangis Madoka.Padahal dulu tidak
begitu. Dulu, kalau ia menangis, aku tinggal mengelus kepalanya sambil bilang
kalau ia anak yang manis. Lalu, aku tinggal memeluknya saja.Tapi sekarang,
suara tangisnya seperti bercampur dengan sesuatu. Entah apa (halaman 151).
Kesimpulan
Dari cuplikan di atas dapat dilihat Yuichi adalah kakak yang baik dan
perhatian.Dia tidak menggoda adiknya, meski Madoka lebih muda sekitar 7-8
tahun dan fakta ini mempermudah Yuichi menggoda adiknya.
Bisa ditebak, kalau sifat dua bersaudara yang cenderung hangat dan ramah ini
adalah hasil didikan orangtua dan kakek mereka. Madoka menggambarkan para
orangtua dalam keluarganya dengan“… Ayah yang serius bekerja di sebuah
perusahaan di Tokyo dan setiap hari naik kereta jalur Enoden dan jalur
Yokosuka; ada Ibu yang imut dan pintar membuat kudapan manis; ada Kakek
yang punya dojo sekaligus klinik tulang….” (halaman 11).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
Dari penjelasan Madoka itu, bisa dilihat betapa sederhana dan hangatnya para
orang tua dalam keluarga Koyama. Tapi di sisi lain, kesederhanaan dan
kehangatan dalam keluarganya membuat Madoka tanpa sadar meragukan
kehidupan keluarganya: “Aaaah… padahal akan lebih baik kalau setidaknya ada
rahasia meski cuma sedikit.” (halaman 11).
Tokoh tambahan yang terkandung dapat dilihat dari cuplikan di bawah ini:
1. Komiya Yumiko, sang ibu yang pandai memasak dan periang.
Penggambaran yang digunakan Miyashita dan Shoji mengenai Komiya
Yumiko begitu sederhana; seorang ibu yang ramah, ceria, dan punya hobi
memasak.Tapi, lembar demi lembar, penulis tidak menemukan keanehan yang
berlebih dari sosok Komiya Yumiko. Alih-alih, dia tampak seperti wanita
sederhana dan malah sama sekali tidak berpura-pura manis atau baik, seperti yang
semula penulis duga. Ini bisa di ketahui dari bagaimana Yuichi dan ayahnya
membicarakan sang ibu:
“… bagi Ibu, hal itu membuatnya sedikit berpikir. Baginya, hal ini sedikit
berat, membuatnya overspec.”
“Memori mesinnya nggak cukup, ya?”
“Iya.Jadi kepanasan dan membeludak.” (halaman 164)
Seandainya Komiya Yumiko adalah wanita dengan rahasia mengerikan atau
menyembunyikan sosok asli yang mencurigakan, pasti suami dan anaknya
tidakakan punya topik pembicaraan yang hangat sekaligus konyol saat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
membicarakannya.Walaupun, keduanya sama-sama tahu, ada rahasia yang
disimpan oleh sosok ibu dalam keluarga Komiya tersebut.
2. Ayah, sang sosok pengayom dalam keluarga Komiya.
“Tentu saja Ayah sudah mendengar semuanya dari Ibu. Apa yang terjadi
hari ini, Yuichi yang menyisakan brokoli di kotak bekal, atau Madoka
yang kelihatannya sedikit resah. Ayah sudah mendengar semuanya. Ayah
sudah berbicara dengan Ibu. Kau juga sudah SMA, jadi setidaknya
makanlah brokolinya.”
“Mau bagaimana lagi?Aku memang nggak suka.” (halaman 162)
Dari dialog di atas kita bisa melihat bagaimana tokohAyahmengisyaratkan bahwa
dia mengetahui apa yang mengganggu pikiran putranyadan istrinyadengan dua
kalimat “Ayah sudah mendengar semuanya. Ayah sudah berbicara dengan
Ibu.”Namun, dia tidak langsung terjun ke permasalahan dan malah
membicarakan kebiasaan Yuichi yang selalu menyisakan makanannya.
Menurut Nurgiyantoro Tokoh dari segi fungsi tokoh dibagi menjadi 2
yaitu antagonis dan protagonist.antagonis adalah tokoh yang berbuat jahat..
Tokoh protagonis adalah tokoh yang berbuat baik. Dalam novel ini Madoka dan
Yuichi merupakan dua saudara yang berbuat baik. Dan dapat disimpulkan
merupakan seorang tokoh yang protagonis. Namun disisi lain tokoh
pendukungnya tidak ada yang bersifat antagonis sehingga kedua tokoh utama
menjadi tidak berkembang dan tidak menonjol dikarenakan semua tokoh dalam
cerita ini adalah protagonis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
3.3 Hubungan Antar Unsur
Karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang
saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memliki bagian yang kompleks,
sehingga pemaknaan harus diarahkan ke dalam hubungan antar unsur secara
keseluruhan.
3.3.1 Hubungan Alur dan Tema
Alur atau plot merupakan tulang punggung cerita. Menurut Robert Stanton
alur terbentuk dari konflik maka konflik akan membuat klimaks. Didalam novel
ini alur sedikit terjadinya konflik tapi tidak mencapai klimaks.
Tema merupakan ide suatu cerita. Tema novel ini adalah rahasia di dalam
keluarga yang ditutupi oleh ibu kandung dari dua orang bersaudara selama tinggal
di rumah, terdengar dari seorang penelepon wanita yang tidak dikenal.
Didalam alur tidak terdapat klimaks. Sementara itu temanya juga tidak
mengisyaratkan adanya pertikaian dalam cerita. Alur dan tema mempunyai
keselarasan. Namun, menurut teori Robert Stanton dan Montage Hensaw alur
harus terdapat konflik agar jalan cerita menjadi hidup. Jadi, penulis
menyimpulkan bahwa hubungan alur dan tema kurang baik menurut teori yang
ada.
3.3.2 Hubungan Tokoh dan Alur
Alur merupakan tulang punggung cerita.Alur tebentuk dari konflik maka
konflikakan membuatklimaks.Didalam novel ini alur tidak terdapat konflik yang
menimbulkan klimaks.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Tokoh merupakan penggerak cerita.Tokoh dibagi 2 menurut fungsinya.
Tokoh antagonis dan protagonist.Tokoh utama didalam novel ini adalah tokoh
protagonis. Namun di dalam cerita ini tidak ada tokoh antagonis. Tokoh antagonis
yang berfungsi membuat konflik didalam cerita.akan tetapi pada novel ini tidak
terdapat tokoh antagonis.
Dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan antara dan tokoh yaitu pada
konteks tidak adanya konflik di alur ditambah tokoh yang tidak ada pemeran
antagonis sehingga keterkaitan terjadi. Tetapi menurut penulis berdasarkan teori
montage henshaw alur yang baik harus terdapat konflik. Jadi penulis
menyimpulkan bahwa hubungan alur tokoh kurang baik.
3.3.3 Hubungan Tokoh dan Tema
Tema adalah ide-ide dalam cerita.Tema merupakan ide suatu cerita.sebuah
pengalaman hidup yang didengarkan kepada orang-orang seperti angin yang
berhembus dan memberikan manfaat kepada orang. Baik tua maupun muda untuk
diambil pelajaran kehidupan agar kehidupan lebih tenang.
Tokoh merupakan penggerak cerita.Tokoh dibagi 2 menurut
fungsinya.tokoh antagonis dan protagonist.Tokoh utama didalam novel ini adalah
tokoh protagonis.Namun didalamcerita ini tidak ada tokoh antagonis.tokoh
antagonis yang berfungsi membuat konflik didalam cerita.akan tetapi pada novel
ini tidak terdapat tokoh antagonis.
Tema merupakan ide suatu cerita.Tema novel ini adalah sebuah kisah hidup
seorang anak muda bernama aku yang menceritakan kisahnya selama di kota
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
tempat tinggalnya selama delapan belas hari. Didalam kisah yang diceritakan
didalam novel ini tidak ada pertikaian sama sekali.
Kemudian tokoh dalam cerita ini mendukung tema karena tidak ada tokoh
antagonis dalam novel ini sehingga tidak ada permasalahan.
Namun menurut teori Nurgiyantoro tokoh ada yang bersifat antaganis dan
protagonis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa hubungan tema dan tokoh kurang
baik karena tidak ada tokoh antagonis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut.
1. Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang
melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Jadi yang melatarbelakangi cerita
dalam novel Double Spin Round adalah kisah tentang kepercayaan
keluarga Komiya terhadap dua pusaran rambut ganda yang mempunyai
keberuntungan. Ketika Madoka bertanding judo selalu menang, Yuichi
yang membentuk grup bandnya di tawarkan menjadi grup band terkenal di
Jepang. Alur dalam novel Doble Spin Round kurang baik di karenakan
tidak ada rising action, crisis, dan climax dalam peristiwa, karena dalam
cerita tidak ada terjadinya konflik. Alur dalam yang ada dalam novel yaitu
exposition, inciting force, dan falling action. Maka dalam novel ini di
katakan kurang baik karena tidak memenuhi tahapan-tahapan alur. Tokoh
utama dalam novel Double Spin Round iniadalah Yuichi dan Madoka.
Yuichi merupakan sosok abang yang baikhati, menyayangi adiknya dan di
idolakan adiknya. Madoka merupakan sosok adik yang selalu ceria dan
sangat sayang kepada kelurganya terutama ibunya. Bahwa tidak ada di
dalam novel ini tokoh antagonis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
2. Hubungan antar unsure dalam novel Double Spin Round meliputi beberapa
hal sebagai berikut.
a. Hubungan Alur dan Tema
Didalam tidak ada terjadinya konflik. Sementara itu temanya juga tidak
mengisyaratkan adanya terjadi pertikaian dalam cerita. Alur dan tema mempunyai
keselarasan. Namun, meurut teori Robert Stanton dan Montage Henshaw alur
harus terdapat konflik agar jalan cerita menjadi hidup. Jadi penulis menyimpulkan
bahwa hubungan alur dan tema kurang baik menurut teori yang ada.
b. Hubungan Tokoh dan Alur
Adanya keterkaitan antara alur dan tokoh yaitu pada konteks tidak adanya
konflik di alur ditambah tokoh yang tidak ada pemeran antagonis sehingga
keterkaitan terjadi. Tetapi menurut penulis berdasarkan teori Montage Henshaw
dan Robert Stanton alur yang baik harus terdapat konflik. Jadi penulis
menyimpulkan bahwa hubungan alur tokoh kurang baik.
c. Hubungan Tokoh dan Tema
Tema dalam cerita ini menceritakan tentang pengalaman sebagai nasehat.
Dan itu merupakan suatu sinyal bahwa cerita berjalan tanpa permasalahan.
Kemudian tokoh dalam cerita ini mendukung tema karena tidak ada tokoh
antagonis dalam novel ini sehingga tidak ada permasalahan.
Namun menurut teori Nurgiyantoro tokoh ada yang bersifat antaganis dan
protagonis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa hubugan tema dan tokoh kurang
baik karena tidak ada tokoh antagonis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Dengan demikian dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa novel Double
Spin Round kurang bagus dari segi struktural menurut Robert Stanton dan
Montage Hensaw melalui penelitian di atas.
4.2 Saran
Melalui skripsi ini, penulis berharap agar sekiranya novel yang merupakan
salah satu sarana alternatif yang dijadikan manusia untuk mendapatkan
kesenangan, tidak hanya dijadikan hiburan saja. Tetapi saat membaca novel
berusahalah untuk memahami makna yang terkandung serta nilai-nilai positif
yang ada sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Selain itu, walaupun
novel merupakan sesuatu yang dijadikan hiburan saja,bukan berarti itu kita tidak
harus cermat memperhatikan keterkaitan hubungan-hubungan yang dibangun
dalam suatu cerita.
Penulis juga berharap skripsi ini dapat dijadikan referensi tersendiri bagi
para pembaca dan pencinta karya fiksi menjadi bahan yang berguna bagi peneliti
selanjutnya. Penulis menyarankan kepada para pembaca atau peminat sastra bisa
memberi interpretasi sendiri terhadap novel Double Spin Round, karena dalam
memberi tanggapan sebuah karya sastra sering terjadi perbedaan-perbedaan
pandangan untuk menambah wawasan dan memperkaya ilmu dalam dunia karya
sastra.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Endraswara, Suwardi. 2011. Edisi Revisi: Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Medpres.
Fananie, Zaenuddi. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University
Press.
Luxemburg, Jan Van, Mieke Bal dan Willem G. Westeijn. 1984. Pengantar Ilmu
Sastra (Edisi Terjemahan oleh Dick Hartoko). Jakarta: PT. Gramedia.
Moleong, Lexy J. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
_________________. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. UGM Press.
_________________. 2007. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta. UGM Press.
_________________. 2009. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta : UGM Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Gramedia.
Satoto, Soediro. 1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta:UNS Press.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Sinaga, Johan Bimbo. 2014. Skripsi: Analisis Cerita Komik “One Piece” Karya
Eiichiro Oda Dilihat dari Pendekatan Objektif. Medan: USU.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo.
Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra Analisis Psikologi. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Sugihastuti, 2007. Teori Apresiasi Sastra. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Teeuw, A. 1984. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
________. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Yukiya Shoji & Natsu Miyashita.2016. “Double Spin Round”. Jakarta: Penerbit
Haru
Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indosnesia. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
http://www.artebia.com/review-buku/detail.php?id=600&title=double-spin-round-
menikmati-putaran-kehidupan di akses pada tanggal 22/08/2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
ABSTRAK
Karya sastra adalah sebuah hasil imajinasi dari seorang pengarang. Pada
umumnya memiliki sifat yaitu fiksi dan nonfiksi. Salah satu bentuk karya sastra
fiksi adalah novel. Novel adalah karangan prosa panjang yang terdiri dari
beberapa unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur
yang berada diluar karya sastra. Sedangkan intrinsik adalah unsur yang berada di
dalam karya sastra.
Salah satu contoh karya sastra fiksi adalah novel “Double Spin Round”
karya Miyashita Natsu dan Yukiya Shoji, terbit pada tahun 2016. Novel tentang
rahasia di dalam keluarga. Dalam menganalisis novel ini penulis menggunakan
pendekatan struktural. Pendekatan struktural yaitu membicarakan karya sastra
tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Metode yang
digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif.
Dalam skripsi ini, penulis menganalisis secara struktural tentang novel.
Dihubungkan dengan tema, alur, dan penokohan. Tema di dalam novel ini yaitu
rahasia di dalam keluarga yang ditutupi oleh seorang ibu. Tentang masa lalunya
sebagai seorang penyanyi. Dia juga dulunya berhubungan gelap dengan Ishigo
Juu seorang produser musik. Sampai mempunyai seorang anak laki-laki bernama
Yuichi. Sekarang sudah duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Mempunyai
adik perempuan bernama Madoka dengan umur 10 tahun yang duduk dibangku
Sekolah Dasar. Ayah dari Madoka sekarang mengetahui rahasia ibunya dulu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
Tapi, Ayah mereka tidak mau mengatakannya karena takut menyakiti perasaan
anak-anaknya. Sampai pada akhirnya Yuichi mengetahui semuanya dari
pengakuan Ibunya. Sehingga membuat keluarga mereka kurang harmonis.
Alur dalam novel ini kurang baik karena tahapan alur tidak ada rissing
action, crisis dan climax dalam peristiwa. Dalam novel alur dimulai pada tahap
exposition, inchiting force dan falling action. Pada tahap exposition digambarkan
pada awal Madoka bercerita tentang kegiatan sehari-hari keluarganya. Pada tahap
ini Madoka sangat menyayangi ibu serta semua anggota keluarga. Ketika
mendapat telepon dari orang yang tidak dikenal bernama Ashida Nobuko
mengaku kenalan ibunya, maka Madoka merasa curiga. Pada saat Yuichi
mengenalkan produser musik bernama Ishigo Juu kepada ibunya, maka rahasia
tersebut terbongkar. Pada tahap ini tidak terjadinya konflik karena tidak adanya
climax. Maka dapat dikatakan novel ini kurang baik karena tidak memenuhi
tahapan-tahapan alur yang ada.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Yuichi dan Madoka. Yuichi
merupakan sosok abang yang baik hati, menyayangi adiknya, serta di idolakan
adiknya. Madoka merupakan sosok adik yang selalu ceria dan sangat sayang
kepada keluarganya. Ayah merupakan sosok laki-laki pekerja keras bagi
keluarganya. Ibu merupakan wanita yang ramah, ceria dan sayang kepada
keluarganya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada di dalam novel tokoh
antagonis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Di dalam sebuah unsur juga terdapat hubungan antar unsurnya yaitu
hubungan alur, tema dan tokoh. Didalam hubungan alur tidak ada terjadinya
konflik. Sementara itu temanya juga tidak mengisyaratkan adanya terjadi
pertikaian dalam cerita. Tokoh berkaitan dengan tidak adanya pemeran antagonis
pada konteks sehingga tidak adanya konflik di alur. Tema ini menceritakan
tentang ketidak harmonisan keluarga. Kemudian tokoh dalam cerita ini
mendukung tema karena tidak ada tokoh atagonis dalam novel ini sehingga tidak
ada permasalahan. Dapat di simpulkan bahwa hubungan alur, tema, tokoh
kurang baik menurut teori yang ada.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
要旨よ う し
文 献ぶんけん
の 制 作せいさく
とは 筆 者ひっしゃ
の 創 造そうぞう
する 創 造そうぞう
の結果けっか
である。
一 般 的いっぱんてき
に特 有とくゆう
はフィクションとノンフィクションでに分 類ぶんるい
される。
フィクションの制 作せいさく
の一つとしては 小 説しょうせつ
である。 小 説しょうせつ
とはいくつ
かの要素ようそ
に成 立せいりつ
されている 文 章ぶんしょう
であり、それは内 的ないてき
な要素ようそ
と外 的がいてき
な要素ようそ
である。外 的がいてき
な要素ようそ
は文献以外ぶんけんいがい
の要素ようそ
であるが、内 的ないてき
な要素ようそ
は
文 献ぶんけん
の制 作せいさく
の中なか
にある。
フィクション制 作せいさく
の一つとしては 2016 年に発 刊はっかん
されたユキヤ.
ショウジとミヤシタ.ナツの制 作せいさく
「Double Spin Round」である。この
小 説しょうせつ
は家族かぞく
における秘密ひみつ
のことである。この 小 説しょうせつ
を分 析ぶんせき
する際さい
、
構 成 的こうせいてき
な姿勢しせい
を使用しよう
した。構 成 的こうせいてき
な姿勢しせい
は文 献ぶんけん
の中なか
から成 立せいりつ
する
要素ようそ
を 着 目ちゃくもく
する。使用しよう
された 研 究けんきゅう
の方 法ほうほう
は記 述 的きじゅつてき
な方 法ほうほう
である。
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
本 研 究ほんけんきゅう
では、筆 者ひっしゃ
が 小 説しょうせつ
を構 成 的こうせいてき
に分 析ぶんせき
する。キャラ
クター、筋すじ
、テーマに関 係かんけい
する。この 小 説しょうせつ
のテーマは一人の母はは
に隠かく
した家族かぞく
の秘密ひみつ
である。 昔むかし
は歌手かしゅ
であった。彼 女かのじょ
も音 楽 製 作 者おんがくせいさくしゃ
で
あるイシゴジュウと浮気うわき
していた。ユイチという子まで産う
まれた。今いま
は
高 校 生こうこうせい
である。彼は十歳のマドカという一人の 妹いもうと
がいる。今のマド
カのお父さんがそういうことを知し
っている。しかし、彼女のお父さんは彼
女に傷きず
をついたりすることがしたくないため、こんなこと彼女から隠かく
し
た。最後さいご
まで、母は自分じぶん
で認みと
めてからユイチが知し
るようになった。
この 小 説しょうせつ
の筋すじ
は 最 高 潮さいこうちょう
、危機き き
、そういう要素ようそ
がないため、
余りに良よ
くない。 小 説しょうせつ
の中なか
で、「Falling Action」、「Inchiting Force」
と解 説かいせつ
から筋すじ
を始はじ
めた。説 明せつめい
の階 段かいだん
でマドカの家族かぞく
との 日 常にちじょう
の
生 活せいかつ
について 描 写びょうしゃ
された。この段 階だんかい
でマドカはお母さんと家族かぞく
を愛あい
している。マドカは知し
らない人ひと
、お母さんの友 達ともだち
として認みと
めたノブコ.
アシダからの電話でんわ
をもらい、マドカは怪あや
しいと感かん
じた。ユイチはお母さ
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
んにじゅういしごという 男おとこ
を 紹 介しょうかい
した時とき
に隠かく
したことが全部ぜんぶ
ばれた。
この段 階だんかい
において 最 高 潮さいこうちょう
がないため、葛 藤かっとう
が 行おこな
われない。したが
って、筋すじ
の段 階だんかい
に満み
たさないため、この 小 説しょうせつ
はあまりよくないと
考かんが
えられるだろう。
この 小 説しょうせつ
の主 人 公しゅじんこう
はマドカとユイチである。ユイチは親 切しんせつ
な
人ひと
、 妹いもうと
を愛あい
する人ひと
とさらに 妹いもうと
に慕した
われている人ひと
として 描 写びょうしゃ
された。マドカはいつも元気げんき
な 妹いもうと
と家族かぞく
を愛あい
する人ひと
として 描 写びょうしゃ
さ
れた。お父さんは家族かぞく
に対たい
する 忠 実ちゅうじつ
な人 間にんげん
である。母はは
は親 切しんせつ
で
元気げんき
な人 間にんげん
として 描 写びょうしゃ
された。ここからこの 小 説しょうせつ
では、敵 対 者てきたいしゃ
がないと 考かんが
えられる。
一つの要素ようそ
の中で要素ようそ
の間の関 係かんけい
が見み
つかり、それはキャラ―、
テーマと筋すじ
の関 係かんけい
である。筋すじ
の関 係かんけい
では対 立たいりつ
が成 立せいりつ
されていない。
テーマも対 立たいりつ
が 行おこな
われない。関 係かんけい
するキャラクターの敵 対 者てきたいしゃ
がい
ないため、対 立たいりつ
がないと言い
える。このテーマは家族かぞく
の中なか
で平和へいわ
がないと
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
語かた
った。それで、このストーリでのキャラクターは敵 対 者てきたいしゃ
がないため、
テーマを支ささ
える。理論りろん
に沿そ
ってキャラクター、筋すじ
とテーマの関 係かんけい
は余あま
りよくないとみられる。
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA