analisis struktural dalam drama kejahatan membalas dendam karya a. idrus
DESCRIPTION
Tugas Mata Kuliah Apresiasi DramaTRANSCRIPT
0
ANALISIS STRUKTURAL
DALAM DRAMA KEJAHATAN MEMBALAS DENDAM
KARYA A. IDRUS
Oleh
Oki Feri Juniawan
NIM 120210402021
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2014
1
I. PENDAHULUAN
A. Idrus adalah salah seorang sastrawan yang berperan sebagai pelaku sejarah.
Ia ikut merasakan masa-masa penjajahan Jepang sampai masa setelah Indonesia
merdeka. Ia menuangkan segala peristiwa sejarah yang dialaminya dalam cerpen-
cerpennya. Tapi yang menarik adalah Idrus menceritakan sejarah bukan seperti
pengarang lainnya. Ia menceritakan sejarah dengan mengkriktik bangsanya sendiri. Ia
menyuguhkan kebenaran dengan cara mengungkap keburukan dari bangsanya. Salah
satu karya Idrus yang demikian ialah drama Kejahatan Membalas Dendam dalam
romannya Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma yang diterbitkan oleh Balai Pustaka..
Selain itu, di dalam drama Kejahatan Membalas Dendam, Idrus juga banyak
menyuntikan semangat perubahan, khususnya bagi para sastrawan. Karena drama ini
sendiri lahir pada saat revolusi kemerdekaan, yakni pada periode Angkatan ’45 yang
memiliki ciri revolusioner dalam sikap dan visi, artinya membuang tradisi lama dan
menciptakan bentuk baru sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka.
Oleh karena itu, drama Kejahatan Membalas Dendam ini sangat menarik
untuk dikaji. Khususnya dalam hal struktur ceritannya yang meliputi tema, alur, dan
penokohan. Selain itu, kode budaya dalam drama ini juga layak untuk dikaji.
II. LANDASAN TORI
2.1 Tema
Tema merupakan ide pokok atau gagasan utama yang mendasari suatu
jalan cerita dari drama. Nasution (1963:62) berpendapat bahwa tema memiliki
dua jenis, yakni tema mayor dan tema minor. Tema mayor merupakan tema
pokok atau tema dasar dari sebuah cerita, sedangkan tema minor merupakan
bagian dari tema mayor. Keduanya saling membangun dalam suatu karya
sastra. Esten (1990:92) mengemukakan cara menentukan tema, antara lain:
1) Persoalan mana yang paling menonjol;
2) Persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik. Adapun
konflik tersebut merupakan penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa;
3) Menentukan atau menghitung persoalan mana yang membutuhkan
banyak waktu penceritaan.
2.2 Alur
Alur atau plot dalam drama merupakan rangkaian atau urutan cerita
dalam suatu drama. sebuah drama disusun secara urut melalui alur/plot,
2
misalnya diawali dengan kejadian A yang mempengaruhi kejadian B dan di
akhiri dengan penyelesaian masalah atau konflik dalam cerita drama. Adapun
tahapan alur sebagai berikut:
d
c
e
b
a f
Keterangan:
a. Eksposisi
b. Insiden permulaan
c. Pertumbuhan laku
d. Krisis/titik balik
e. Penyelesaian
f. Catastrope
Jenis alur dapat dikelompokkan dengan menggunakan berbagai
kriteria. Berdasarkan kriteria urutan waktu, yaitu:
1. Alur maju
Alur maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau
alur progresif. Peristiwa-peristiwa ditampilkan secara
kronologis, maju, secara runtut dari awal tahap, tengah hingga
akhir.
2. Alur mundur
Alur mundur disebut juga alur tak kronologis, sorot
balik, regresif, atau flash-back. Peristiwa-peristiwa ditampilkan
dari tahap akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya
(Hariyanto, 2000:39).
3
Berdasarkan kriteria jumlah, alur dibagi menjadi:
1. Alur tunggal
Dalam alur tunggal biasanya cerita drama hanya
menampilkan seorang tokoh protagonis. Cerita hanya
mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut.
2. Alur jamak
Dalam alur jamak, biasanya cerita drama menampilkan
lebih dari satu tokoh protagonis. Perjalanan hidup tiap tokoh
ditampilkan (Hariyanto, 2000:39).
Berdasarkan kriteria hubungan antar peristiwa, alur dibagi menjadi:
1. Alur erat
Alur erat disebut juga alur ketat atau padat. Dalam
drama yang beralur cepat, susul menyusul, setiap bagian terasa
penting dan menentukan.
2. Alur longgar
Alur longgar berbanding terbalik dengan alur ketat.
Hubungan antarperistiwanya longgar, tersajikan secara lambat,
dan diselingi berbagai peristiwa tambahan. Pembaca atau
penonton dapat meninggalkan atau mengabaikan adegan
tertentu yang berkepanjangan dengan tanpa kehilangan alur
utama cerita (Hariyanto, 2000:39).
Berdasarkan kriteria cara pengakhirannya, alur dibagi menjadi:
1. Alur tertutup
Dalam drama yang beralur tertutup, penampilan
kisahnya diakhiri dengan kepastian atau secara jelas.
2. Alur terbuka
Dalam drama yang beralur terbuka, penampilan
kisahnya diakhiri secara tidak pasti, tidak jelas, serba mungkin.
Jadi akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi pembaca atau
penonton (Hariyanto, 2000:39).
4
2.3 Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan atau melukiskan
tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Dalam penokohan, watak atau karakter
seorang tokoh dapat dilihat dari tiga segi, yaitu melalui:
a) Dialog tokoh
b) Penjelasan tokoh
c) Penggambaran fisik
Berdasarkan wataknya, tokoh dapat dibedakan menjadi tiga, yakni:
a) Protagonis, yaitu tokoh utama yang berperan sebagai orang baik
b) Antagonis, yakni tokoh utama yang berperan sebagai orang jahat
c) Tritagonis, adalah tokoh penengah
Sedangkan dimensi tokoh dalam drama, dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Dimensi fisik
b) Dimensi sosial
c) Dimensi psikologis
2.4 Kode Budaya
Kode budaya adalah pemahaman terhadap latar kehidupan, konteks,
dan sistem sosial budaya. Menurut Chapman (1980: 26), kelahiran karya sastra
diprakondisikan oleh kehidupan sosial budaya pengarangnya. Karena itu,
sikap dan pandangan pengarang dalam karyanya mencerminkan kehidupan
sosial budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, Rachmat Djoko Pradopo
(2001: 55- 56), menyatakan bahwa karya sastra sebagai tanda terikat pada
konvensi masyarakatnya, karena merupakan cermin realitas budaya
masyarakat yang menjadi modelnya.
III. PEMBAHASAN
3.1 Tema dalam drama Kejahatan Membalas Dendam
Pada drama berjudul Kejahatan Membalas Dendam karya A. Idrus,
dapat dianalisis temanya dengan cara sebagai berikut:
5
1. Persoalan mana yang paling menonjol
Dalam drama tersebut yang menjadi persoalan utamanya ialah
tokoh yang bernama Ishak, seorang pengarang/sastrawan muda pada
jaman jepang yang mendapatkan kritikan dan penolakan dari
pengarang tua atas karyanya. Ishak ingin membela tanah air dengan
karyanya tapi justru romannya tidak diterima oleh pengarang tua
karena dianggap karyanya dapat berdampak buruk pada generasi
muda, tidak mendorong para generasi muda untuk berjuang. Data yang
membuktikan persoalan tersebut adalah sebagai berikut:
(Babak pertama, adegan ketiga)
SATILAWATI. Bahaya apa?
ISHAK. Aku mungkin dipandang penghianat oleh rakyat.
SATILAWATI. Karena apa?
ISHAK. Karena karanganku.
..........
SATILAWATI. Tapi mengapa engkau akan dipandang
Penghianat?
ISHAK. Perasaanku saja begitu. Setelah membaca keritik Pak
Orok dalam suatu majalah.
SATILAWATI. Pak Orok itu siapa?
ISHAK. Pengarang kolot. ...
...
ISHAK: Engkau selalu menimbulkan semangatku untuk
berjuang, berjuang mati-matian untuk memahamkan pengarang
kolot akan cara baru. Cerita semangat juga, tapi dengan cara
baru. Tapi sekarang ini aku mesti pergi, jauh, jauh sekali.
(Babak pertama, adegan kedelapan)
SUKSORO. Tentang Satilawati. Ia keras kepala benar.
......
SUKSORO. (kesal) Bukan keras kepala begitu, bi. Ia kena
hatinya kepada seorang anak muda, Ishak namanya.
PEREMPUAN TUA. Apa salahnya?
6
SUKSORO. Tidak ada salahnya. Tapi pemuda itu tidak ada
yang dapat diharapkan dari dia. Ia mengarang, sangkanya ia
sudah bisa mengarang, tapi sebenarnya ia tak mempunyai bakat
sama sekali. ...
Dari data tersebut dapat disimpulkan, bahwa persoalan yang
menonjol perihal Ishak sebagai pengarang muda yang karyanya ditolak
seorang pengarang tua, yakni Sokroso.
2. Persoalan yang paling banyak menimbulkan konflik
Persoalan yang menyebabkan banyak konflik dan peristiwa
ialah karya Ishak yang ditolak dan dikritik Sokroso, sehingga
menyebabkan peristiwa-peristiwa berikut:
Ishak menjadi seorang pengecut. Ia kemudian berencana pergi
jauh ke tempat orang-orang bisa menerima dan memahaminya.
(Babak pertama, adegan ketiga)
ISHAK. Karena mungkin kita tidak akan bertemu lagi. Aku
pergi, jauh, jauh sekali.
SATILAWATI. Ke mana?
ISHAK. Ke tempat aku dipahamkan orang.
Rencana kepergian Ishak tak lain karena bujukan dari Kartili,
teman Ishak yang juga mencintai Satilawati. Kartili
memanfaatkan kritikan dari Pak Suksoro untuk memisahkan
Ishak dengan Satilawati. Kartili menipu Ishak dengan
mengatakan bahwa Ishak depresi dan sedang sakit otak.
(Babak ketiga, adegan ketujuh)
ISHAK. Tahu. Tahu. Setiap hari dokter Kartili datang ke
rumahku dan katanya aku sakit, sakit otak. Aku harus pergi
ke gunung. Dokter Kartili teman sejatiku. Aku percaya
kepadanya. Dan kau sakit, pergi ke gunung, ke alam luas.
7
(Babak keempat, adegan pertama)
ISHAK. Dan waktu romanku dikeritik ayah Satilawati,
Kartili datang pula kepadaku. Dikatakannya aku dalam
bahaya akan dipandang penghinat. (sesak bernafas) Aku
sendiri belum membaca keritik itu sama sekali. Dan kata
dokter Kartili pula, urat syarafku akan bertambah
terganggu. Aku harus melarikan diri. Dan aku tiba di sini.
Karena Pak Suksoro tidak menyukai karya Ishak, ia pun tidak
merestui hubungan anaknya, Satilawati, dengan Ishak. Ia
kemudian meminta bibinya yang seorang dukun termasyur
untuk menceraikan cinta mereka. Namun sang bibi
menolaknya.
(Babak kedua, adegan kesebelas)
PEREMPUAN TUA. Engkau tahu, di mana letak
kelemahanku. Silahkan, Sukroso. Adukanlah pada
polisi.jangan engkau menghendaki yang bukan-bukan dari
padaku. Bahkah sekarang ini telah kuputuskan, hendak
menolong mereka. Dan aku dapat menolong!
SUKSORO. (dengan suara keras) Pergi dari sini! Aku akan
mencari dukun lain!
PEREMPUAN TUA. Engkau tiada berhati! (berdiri)
Anakmu sendiri hendak engkau celakakan. Hatimu busuk!
Engkau hanya memikirkan dirimu sendiri. Krena bencimu
kepada Ishak itu engkau hendak mencelakakan anakmu!
Asmadiputera, seorang hakim dan sahabat Ishak yang setia,
membela Ishak atas kritikan yang diberikan oleh Pak Suksoro.
Ia datang ke rumah Pak Suksoro untuk berdebat, membela
karya sahabatnya.
(Babak kedua, adegan kesembilan)
ASMADIPUTERA. Tapi sudah agak lama juga
waktunya itu. Pada pendapat saya, yang harus dianjur-
8
anjurkan sekarang, ialah cara berjuang sekarang, memakai
alat-alat modern. Dengan itu dapat kita menanam
kepercayaan kepada diri sendiri pada pemuda-pemuda kita.
.........
ASMADIPUTERA. Kalau sudah, saya kira
perselisihan ini hanya terletak dalam cara berceritera saja.
Aku berani mengatakan, bahwa roman ini (mengeluarkan
sebuah buku dari dalam tasnya) ialah roman semangat
perang. Dan Ishak ialah orang yang suka berpijak di atas
tanah. Perkataaannya dalam romannya tidak tergantung
antara bumi dan langit, di awang-awang, dibelai-belai arus
aether.
Namun dibalik pelariannya ke gunung. Ishak justru tambah
bersemangat. Ia kembali menulis sebuah buku yang ia kerjakan
tanpa mengenal lelah. Di gunung pun, tepatnya di dekat
Cianjur, Ishak mengobarkan semangat kepada para petani
untuk ikut serta membantu perang, dengan menyumbangkan
hasil panen padi kepada pemerintah.
(Babak ketiga, adegan ketujuh)
ISHAK. Seminggu? (berpikir) Ya, aku baru seminggu di
sini. Tidak pernah keluar rumah. Mengarang, mengarang
buku tebal (menunjuk ke tumpukan kertas di atas meja).
Sekarang telah selesai. Setiap pagi kubuka jendela, angin
masuk. Badanku merasa sehat kembali. Petani bernyanyi
sedih pergi ke sawah.
PEREMPUAN TUA. Sekarang tidurlah anakku. Kemarin
semalam-malaman menulis. Anakku mungkin letih.
(Babak ketiga, adegan keempat belas)
ISHAK. Tentang penyerahan padi. Mengapa mereka harus
menyerahkan padi kepada pemerintah, bahwa mereka harus
bergiat menanam padi dan menyerahkannya. Untuk perang,
9
untuk kemenangan akhir, kataku. Hanya perkataan yang
penghabisan ini yang dapat mereka pahamkan. Mereka
bertepuk . . . Sayang, aku tidak bisa berbahasa Sunda dan
mereka tidak bisa berbahasa Indonesia
Dari data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa setelah
menerima kritikan dari Pak Suksoro, Ishak pada awalnya menjadi
seorang pengecut dengan pergi jauh meninggalkan daerahnya. Hal itu
dilakukannya karena hasutan dari Kartili. Namun pada akhirnya, Ishak
tetap berjuang menjadi pengarang roman demi cita-citanya membela
tanah air.
3. Menentukan atau menghitung persoalan yang membutuhkan banyak
waktu penceritaan
Setelah dihitung, ternyata persoalan-persoalan yang
membutuhkan banyak waktu penceritaan ialah tentang proses
perjuangan Ishak sebagai pengarang muda dalam memperjuangkan
romannya agar mendapat penghargaan dimata pengarang-pengarang
sebelumnya.
Dari uraian di atas dapat ditentukan bahwa drama Kejahatan
Membalas Dendam karya A. Idrus mengandung tema sosial dengan tema
mayornya ialah: Perjuangan pengarang muda dalam menggapai cita-cita.
Sedangkan tema-tema minor yang dapat mendukung tema mayor adalah:
1. Pengorbanan cinta demi cita-cita
2. Penghargaan untuk sesuatu yang baru
3. Persahabatan dan permusuhan
3.2 Alur dalam drama Kejahatan Membalas Dendam
3.2.1 Berdasarkan kriteria urutan waktunya, alur dalam drama ini ialah alur
maju, karena peristiwa kronologisnya disampaikan secara runtut dari awal
hingga akhir.
10
3.2.2 Berdasarkan kriteria jumlahnya, alur dalam drama ini ialah alur jamak,
karena menampilkan perjalanan hidup lebih dari satu tokoh protagonis,
yakni Ishak dan Satilawati.
3.2.3 Berdasarkan kriteria hubungan antar peristiwa, alur dalam drama ini ialah
alur erat, karena setiap bagian dalam drama ini terasa penting dan
menentukan.
3.2.4 Berdasarkan kriteria cara pengakhirannya, alur dalam drama ini ialah alur
tertutup, karena penampilan kisahnya diakhiri secara jelas.
3.2.5 Tahapan alur dalam drama ini adalah sebagai berikut:
3.2.5.1 Eksposisi
Perkenalan dalam drama ini dimulai dari babak pertama pada
adegan 1 – 3. Bagian ini memperkenalkan kepada penonton tokoh
Ishak dan tunangannya, Satilawati.
3.2.5.2 Insiden permulaan
Insiden permulaan pada drama ini terdapat pada babak pertama
adegan ketiga:
SATILAWATI. Bahaya apa?
ISHAK. Aku mungkin dipandang penghianat oleh rakyat.
SATILAWATI. Karena apa?
ISHAK. Karena karanganku.
..........
SATILAWATI. Tapi mengapa engkau akan dipandang
Penghianat?
ISHAK. Perasaanku saja begitu. Setelah membaca keritik Pak
Orok dalam suatu majalah.
SATILAWATI. Pak Orok itu siapa?
ISHAK. Pengarang kolot. ...
...
ISHAK. Karena mungkin kita tidak akan bertemu lagi. Aku
pergi, jauh, jauh sekali.
SATILAWATI. Ke mana?
ISHAK. Ke tempat aku dipahamkan orang.
11
3.2.5.3 Pertumbuhan laku
Pertumbuhan laku pada drama ini terletak pada babak pertama,
adegan kedelapan:
SUKSORO. Tentang Satilawati. Ia keras kepala benar.
......
SUKSORO. (kesal) Bukan keras kepala begitu, bi. Ia kena
hatinya kepada seorang anak muda, Ishak namanya.
PEREMPUAN TUA. Apa salahnya?
SUKSORO. Tidak ada salahnya. Tapi pemuda itu tidak ada
yang dapat diharapkan dari dia. Ia mengarang, sangkanya ia
sudah bisa mengarang, tapi sebenarnya ia tak mempunyai bakat
sama sekali. ...
PEREMPUAN TUA. Jadi? ... Engkau suruh datang aku ini
untuk mengalangi itu? (berdiam diri sejurus). Kadang-kadang
kukutuki aku pandai menjadi dukun ini. Selalu merusakkan dan
tidak pernah membangunkan, memperbaiki.
3.2.5.4 Krisis/titik balik
Krisis dalam drama ini terdapat dalam babak ketiga, adegan
kesebelas :
PEREMPUAN TUA. Satilawati!
KARTILI. Satilawati!
SATILAWATI. (menentang mata Kartili, Kartili menekur) Ia
hendak membunuh nenek! Ia hendak meracuni nenek!
PEREMPUAN TUA. (heran) Satilawati!
SATILAWATI. Dari tadi aku tiba di sini. Semuanya kuintip
dari sela dinding. Ia hendak meracuni nenek, karena nenek
tidak mau menolongknya.
PEREMPUAN TUA. (tertawa keras-keras) Hi, hi, hi, hi.dan
oleh karena itu engkau mengejut-ngejutkan aku Satilawati?
SATILAWATI. Nenek tidak percaya?
PEREMPUAN TUA. Kaukira aku tidak tahu? Bayangan kopi
yang berisi dengan yang tidak berisi lain, anakkku (Kartili
hendak lari ke luar). Nanti, nanti sebentar tuanku. Jangan pergi
12
dulu (sambil menunjuk kepada Ishak yang masih bingung
kelihatan). Ini siapa?
KARTILI. (memandang kepada Ishak, terkejut) Ishak!
PEREMPUAN TUA. Ya, Ishak. Seorang korban tuan.
ISHAK. (berdiri) Kartili! (memandang kepada Satilawati)
Satilawati!
KARTILI. (lari ke pintu, ke luar).
3.2.5.5 Penyelesaian
Penyelesaian dalam drama ini terdapat pada babak keempat,
adegan keenam, ketika Suksoro menyadari kesalahannya dan
meminta maaf kepada Ishak:
SUKSORO: (Seperti ketakutan) Ishak, sekarang baru aku tahu,
apa sebenarnya yang dicita-citakan pengarang muda. Maafkan
aku, Ishak.
ISHAK: Tidak ada yang harus dimaafkan, tuan Suksoro. Tuan
telah banyak berjasa . . .
3.2.5.6 Catastrope
Cerita dalam drama ini berakhir dengan happy ending, dibuktikan
dengan sadarnya Suksoro atas kesalahannya sehingga Ishak merasa
karyanya diterima dan mendapat penghargaan dari Suksoro. Selain
itu, kisah cinta Ishak dengan Satilawati dapat berlanjut. Di akhir
cerita pun Kartili menjadi gila. Ia mendapat balasan atas
kejahatannya.
3.3 Penokohan dalam drama Kejahatan Membalas Dendam
3.3.1 Tokoh protagonis
Ishak dan Satilawati sebagai tokoh protagonis. Frekuensi
muncul kedua tokoh utama ini bisa dikatakan sangat sering sekali dalam
setiap bagian. Bahkan dari bagian awal hingga akhir cerita, keberadaan
keduanya tidak pernah lepas sebab kedua tokoh ini merupakan sumber
cerita.
13
Ishak, seorang pengarang muda berumur 29 tahun, dengan
semangat yang tinggi mewakili watak dan jiwa para muda, berpola pikir
maju meski dalam perjalanan hidupnya sempat menjadi pengecut dan
pesimis demi mencapai cita-citanya. Sebagai seorang pengarang lulusan
sekolah menengah, Ishak juga lebih menyukai kesendirian sebab dengan
kesendirian dan rasa sepi dia bisa menikmati hasrat menulisnya yang
memuncak.
Sementara Satilawati, merupakan seorang perawat yang berhati
tulus, terlebih dalam hal cinta dan kasih sayangnya kepada orang yang dia
sayangi. Dari sisi fisik, Satilawati juga digambarkan sebagai seorang gadis
muda yang berparas cantik.
3.3.2 Tokoh antagonis
Kartili dan Suksoro, sebagai tokoh antagonis, kemunculanya
selalu menciptakan permasalahan/konflik baru bagi tokoh utama dalam
cerita. Kartili yang merupakan seorang dokter terus memberikan konflik-
konflik hingga klimaksnya dia berencana membunuh perempuan tua
karena menolak untuk membantunya. Watak Kartili picik, pembohong,
dan selalu berpikir bahwa uang adalah segalanya.
Sedikit berbeda dengan Kartili, Suksoro yang juga merupakan
tokoh antagonis dalam cerita ini pada akhir cerita menjadi tokoh yang baik
seiring dengan selesainya konflik yang dialaminya dengan tokoh utama
atau protagonis. Suksoro yang merupakan seorang pengarang kolot lulusan
sekolah desa memiliki watak egois, keras, beridealisme kuat dan tidak
berperasaan.
3.3.3 Tokoh tritagonis
Asmadiputera dan Perempuan Tua, sebagai tokoh tritagonis.
Asmadiputera yang merupakan seorang Maester in de rechten (sarjana
hukum) sangatlah setia kepada Ishak, sahabatnya. Sementara Perempuan
tua dalam cerita ini yang awalnya seperti dimunculkan untuk mengiringi
tokoh antagonis ternyata selanjutnya dijadikan tokoh yang berdiri sendiri
yakni sebagai tokoh pelerai yang pada akhirnya terlibat dalam
penyelesaian konflik cerita. Perempuan tua yang merupakan seorang
14
dukun miskin ini digambarkan sebagai seseorang yang berhati nurani
dengan menolak untuk diminta memisahkan Ishak dan Satilawati namun
justru menolong keduanya.
3.4 Kode Budaya dalam drama Kejahatan Membalas Dendam
Kejahatan Membalas Dendam menyingkap sebuah realitas pada saat
karya ini dibuat yaitu adanya sebuah perbedaan yang terjadi antara para
pengarang tua dan pengarang muda. Para pengarang tua yang digambarkan
Idrus menjadi sosok Suksoro tetap berkeras pada aturan
kesastraan/kepenulisan yang mereka pegang. Sedangkan pengarang muda
menginginkan sesuatu yang baru yang bisa mengekspresikan jiwa mereka.
Melalui dramanya ini Idrus ingin membela angkatan baru termasuk dirinya,
agar jangan takut dimusuhi oleh angkatan lama. Sejalan dengan pemikiran
Chairil Anwar yang menganggap sajak-sajak Sutan Takdir Alisjahbana
ketinggalan zaman. Ia bersama dengan Charil Anwar seolah ikut mengobarkan
semangat untuk menciptakan suatu kebaruan dalam kesusateraan Indonesia.
Aspek lain yang kiranya penting untuk mendapat perhatian adalah
ekspresi kepercayaan Idrus kepada pemerintah Nippon yang dilukiskan dalam
drama ini. Idrus benar-benar menganggap bahwa Nippon datang ke Indonesia
sebagai saudara yang akan membawa bangsa ini menuju zaman yang terang.
Padahal telah tertulis di buku-buku sejarah, tentang penderitaan rakyat
Indonesia di bawah penjajahan Jepang yang hanya 3,5 tahun tidak kalah
pedihnya dibandingkan penderitaan dijajah Belanda selama 3,5 abad. Data
yang membutikannya adalah sebagai berikut:
(Babak ketiga, adegan keempat belas)
ISHAK. Tentang penyerahan padi. Mengapa mereka harus
menyerahkan padi kepada pemerintah, bahwa mereka harus
bergiat menanam padi dan menyerahkannya. Untuk perang,
untuk kemenangan akhir, kataku. Hanya perkataan yang
penghabisan ini yang dapat mereka pahamkan. Mereka bertepuk
. . . Sayang, aku tidak bisa berbahasa Sunda dan mereka tidak
bisa berbahasa Indonesia.
15
Selain itu ada penyingkapan realitas lainnya yang diungkap di drama
ini. Ternyata korupsi memang telah terjadi sejak zaman dahulu. Dalam drama
ini ditunjukkan dengan terbongkarnya kejahatan Kartili yang suka mencatut
obat.
(Babak ketiga, adegan kedelapan)
PEREMPUAN TUA. Rahasia tuan ialah: tuan mencatutkan
obat-obat rumah sakit.
KARTILI. (terkejut, marah) Itu tidak benar.
IV. KESIMPULAN
Drama Kejahatan Membalas Dendam karya A. Idrus ini merupakan drama
yang bertemakan kehidupan sosial pada saat revolusi kemerdekaan, yakni pada
periode Angkatan ’45. Drama ini mengandung tema mayor: Perjuangan pengarang
muda dalam menggapai cita-cita. Serta beberapa tema minor yang mendukung tema
mayor.
Alur dalam drama ini meliputi alur maju, alur jamak, alur erat, dan alur
tertutup. Sedangakan dalam penokohannya sendiri terdiri atas 2 tokoh protagonis, 2
tokoh antagonis, dan 2 tokoh tritagonis. Lewat tokoh-tokohnya, A. Idrus melakukan
suatu pembelaan terhadap karya pengarang muda yang pada waktu itu dianggap tidak
sesuai oleh pengarang tua. Oleh karena itu, lewat drama ini, A. Idrus mengobarkan
semangat untuk menciptakan suatu kebaruan dalam kesusateraan Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Esten, Mursal. 1990. Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa.
Idrus, A. 1978. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Jakarta: Balai Pustaka
www. adiwidia.wordpress.com
www.fidanaza.blogspot.com
www. miung.com
www.pine2.blogspot.com
www.wikipedia.org
www.winawimala.wordpress.com
17
Lampiran
Sinopsis Kejahatan Membalas Dendam
Karya A. Idrus
Drama Kejahatan Membalas Dendam yang diambil dalam roman Dari Ave Maria Ke
Jalan Lain Ke Roma ini menceritakan tentang kisah seorang pengarang muda yang bernama
Ishak. Ishak rela mengorbankan segalanya termasuk cinta demi cita-citanya. Hal itu
dibuktikan dengan ia pergi meninggalkan Satilawati yang merupakan tunangan Ishak.
Satilawati menganggap Ishak pengecut karena lari dari kenyataan.
Ishak pergi karena kritikan Pak Orok (Suksoro) yang dianggap akan menjauthkan
reputasinya. Suksoro (ayah Satilawati) sangat membenci Ishak, Ia menganggap bahwa Ishak
tidak bebakat menjadi pengarang. Karena ketidaksukaannya terhadap hubungan anaknya,
Suksoro berniat untuk memisahkan Satilawati dengan Ishak yaitu dengan meminta bantuan
bibinya seorang perempuan tua yang datang dari Cianjur.
Perempuan tua tersebut adalah seorang dukun masyhur dalam menceraikan orang. Namun,
perempuan tua itu menolak untuk memisahkan Satilawati dari Ishak, karena ia tau cucunya
(Satilawati) sangat mencintai Ishak.
Suatu hari saat Satilawati sedang bercakap-cakap dengan neneknya tentang Ishak, ia
meminta neneknya tersebut untuk menyatukan kembali hubungannya. Namun, neneknya
tidak bisa karena itu bukan pekerjaannya. Meskipun Kartili (dokter, teman Ishak) telah
menyatakan bahwa Ishak memiliki penyakit keturunan yaitu gila, tetapi Satilawati tetap
mencintai Ishak.
Di hari yang sama Kartili dan Asmadiputera (meester in de rechten, teman Ishak)
datang ke rumah Satilawati untuk mempertahankan roman Ishak dan memperbaiki nama baik
Ishak. Setelah Asmadiputera bertemu dengan Pak Orok yang ternyata dia itu Suksoro
menyatakan bahwa Suksoro harus mau menerima roman Ishak dan menerima kenyataan yang
sebenarnya terjadi, namun Suksoro tetap menolak. Ia tetap pada pendiriannya.
Setelah Asmadiputera pulang, Sukroso dan perempuan tua bercakap-cakap. Suksoro
menanyakan jawaban tentang permintaannya, namun perempuan tua tetap pada pendiriannya.
Ia tidak mau memisahkan Satilawati dengan Ishak. Mendengar hal tersebut Suksoro marah
dan mengusir perempuan tua tersebut dari rumahnya.
Setelah pulang ke rumahnya kembali, perempuan tua menemukan seorang pemuda
sedang menunggui rumahnya. Pemuda tersebut adalah Ishak, namun perempuan tua tidak
18
mengetahuinya. Perempuan tua memberikan semangkuk kopi dan makanan, namun tak ada
yang dimakan oleh Ishak. Ishak terus menulis dan menulis sampai akhirnya tertidur.
Pagi harinya Ishak baru mengetahui kalau di rumah tersebut ternyata ada seorang nenek. Ia
bersujud dan meminta maaf karena semalaman ia terus menulis. Ishak pun tidur terlelap di
bangku luar rumah. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, yang datang ternyata Kartili.
Perempan tua kaget, Kartili datang untuk meminta tolong kepada perempuan tua. Katanya ia
sedang berkesusahan dan meminta perempan tua membinaskan seseorang. Namun,
perempuan tua menolak karena Kartili telah berbohong kepadanya.
Saat perempuan tua pergi keluar, Kartili menuangkan isi dari bungkusan kecil ke dalam kopi
perempuan tua tersebut lalu lekas kembali seperti tidak tahu apa-apa. Setelah perempuan tua
kembali masuk dan berkata bahwa ia tidak bisa menolong Kartili, Kartili me mberikan uang
dan bergegas akan pergi.
Saat akan bertolak keluar, tiba-tiba pintu ditolakkan orang dengan keras dan ternyata
yang datang adalah Satilawati. Perempuan tua sangat terkejut melihat Satilawati, ia
menghampiri neneknya sambil menepuk mangkuk yang dipegang oleh perempuan tua.
Mangkuk jatuh. Satilawati berkata kalau Kartili hendak bermaksud membunuh perenpuan tua
tersebut. Ternayata Satilawati sudah datang dari tadi dan mengintip. Saat Kartili hendak
keluar, perempuan tua menahannya dan menunjukkan Ishak kepada Kartili dan Satilawati.
Satilawati dan Kartili terkejut. Perempuan tua menjelaskan pada Satilawati bahwa Ishak sakit
karena Kartili.
Satilawati datang ke rumah neneknya karena bertengkar dengan Suksoro. Ia telah
mengetahui semuanya. Namun, neneknya menyuruh Satilawati untuk kembali pada ayahnya.
Satilawati menolak. Namun karena bujukan dari neneknya akhirnya Satilawati mau menuruti
neneknya.
Setelah sailawati pergi, Ishak datang dengan bercucuran keringat. Ia mengeluh kepada
perempuan tua. Ia menyesal karena para petani yang mendengarkan pidatonya tidak mengerti
bahasa Indonesia dan Ishak tidak bisa bahasa Sunda.
Sebulan kemudian, saat Ishak dan perempuan tua sedang di tepi sawah Ishak melihat
para petani dengan girang bekerja dan menyerahkn padinya kepada pmerintah. Ternyata
perempuan tua telah memberitahukan kepada masyarakat tentang yang selama ini
dipidatokan oleh Ishak. Perempuan tua tersebut menyalinnya kedalam bahasa Sunda.
Di tepi sawah itu Ishak mengenang masa lalunya dan menceritakannya kepada perempuan
tua. Ishak terlihat sangat gembira, namun setelah ia mendengar bahwa Suksoro dan satilawati
akan datang hari itu ia langsung termenung dan pergi.
19
Tak lama kemudian Suksoro, Satilawati dan Asmadiputera datang ke sawah.
Satilawati melihat ishak bekerja dengan giat, sedangkan Asmadiputera pergi ke rumah
perempuan tua untuk melihat tulisan Ishak selama ini.
Satilawati dan Suksoro mendekati Isahak yang sedang bekerja. Setelah melihat Satilawati dan
Suksoro, Ishak bergegas bersalaman pada Suksoro. Setelah lama berbincang-bincang,
perempuan tua dan Asmadiputera pun datang menghampiri Ishak. Asmadiputera berniat
untuk menerbitkan buku yang ditulis oleh Ishak.
Ketika sedang berbincang perempuan tua membakar azimat yang ia miliki dengan
maksud untuk memusnahkan ilmu hitamnya. Sementara itu Asmadiputera melihat Kartili
dengan rambut yang acak-acakan, ternyata Ia gila.