analisis soal uji kompetensi buku sekolah elektronik …
TRANSCRIPT
ANALISIS SOAL UJI KOMPETENSI BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK
(BSE) BIOLOGI SMA KELAS X BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM
PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
TONY ADAM ASADIN
NIM. 11140161000015
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Konsep Pencemaran Lingkungan disusun oleh TONY ADAM ASADIN, Nomor Induk Mahasiswa 11140161000015, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munqosah pada Tanggal 31 Mei 2021 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam Bidang Pendidikan Biologi.
Jakarta, 31 Mei 2021
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Prodi Biologi) Dr. Yanti Herlanti, M.Pd NIP. 19710119 200801 2 010 …………… ………………..
Penguji I Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 19650115198703 1 020 17 Juni 2021
Penguji II Meiry Fadilah Noor, M.Si NIP. 19800516 200710 2 001 23 Juni 2021
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dr. Sururin, M. Ag NIP. 197103 19199803 2 001
i
ABSTRAK
Tony Adam Asadin (11140161000015), Analisis Soal Uji Kompetensi Buku
Sekolah Elektronik (BSE) Biologi SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom
pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses kognitiif pada soal-soal uji
kompetensi biologi pada buku sekolah elektronik kelas X terbitan Pusat Kurikulum
dan Perbukuan pada materi pencemaran lingkungan. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
menggunakan 8 buku sekolah elektronik yang berbeda, yaitu buku A sampai buku H.
Penerbit buku yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu buku sekolah elektronik
(BSE) terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan yang ada pada laman
online.Instrumen yang digunakan adalah lembar analisis dokumen dengan check-list.
Pedoman yang digunakan pada analisis soal adalah proses kognitif Taksonomi Bloom
revisi Anderson dan Krathwohl 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa soal uji
kompetensi biologi dalam buku A sampai H memuat 42,93% proses kognitif
Mengingat(C1), 41,24% memahami(C2), 9,03% pengaplikasian(C3), 6,77%
menganalisis(C4) dan masing masing 0% untuk mengevaluasi(C5) dan mencipta(C6).
Kata Kunci: Buku sekolah elektronk, Proses Kognitif, pencemaran lingkungan
ii
ABSTRACT
Tony Adam Asadin (11140161000015), Analysis of The Competency Test of
Biology Electronic School Book (BSE) SMA Class X Based on Bloom Taxonomy
on The Concept of Environmental Pollution, Undergraduate Thesis, Biological
Education Study Program, Faculty of Educational Science, Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta.
This study aims to illustrate cognition indicators of biological cognition test
questions in the electronic school book class X published by the Pusat Kurikulum dan
Perbukuan on environmental pollution material. The research method used
descriptive research with qualitative approach. This study used 8 different electronic
school books, namely book A to book H. The publisher of the book used in this study,
namely electronic school books or buku sekolah elektronik (bse) published by Pusat
Kurikulum dan Perbukuan that is on the online page. The instrument used is a
document analysis sheet with a check-list. The guidelines used in the analysis of the
question are cognitive indicators of Anderson and Krathwohl revised bloom
taxonomy. The results showed that the biological competency test in books A to H
contains 42.93% indicators Considering, 41.24% understand, 9.03% application,
6.77% analyze and 0% each to evaluate and create.
Keywords: Electronic School Book,Cognitive Process Level, Environmental pollution
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis soal uji kompetensi buku sekolah elektronik (BSE) bio;ogi SMA kelas X
berdasarkan Taksonomi Bloom pada materi pencemaran lingkungan”. Shalawat serta
salam tak lupa pula dipanjatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulisan skripsi ini selesai tentunya dengan adanya bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dan dukungan
yang telah diberikan dalam penulisan skripsi. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
memberikan informasi dan dukungan kepada mahapeserta didik/I pendidikan
biologi, khususnya angakatan 2014.
3. Ibu Dr. Nengsih Juanengsih, M.Pd., Dosen pembimbing I yang dengan sabar
membimbing dan memberikan saran serta masukan dalam proses penulisan
skripsi.
4. Ibu Meiry Fadilah, M.Si., Dosen peensehat yang dengan sabar menasehati dan
memberikan saran serta masukan dalam proses pembuatan skripsi.
5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan IPA, khususnya Program Studi
Pendidikan Biologi, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman baru selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
iv
6. Ibu Eva Fadilah M.Pd, sebagai dosen ahli dan validator soal uji kompetensi yang
telah dianalisis.
7. Bapak dan Ibu selaku orang tua penulis yang telah banyak memberikan do’a dan
dukungan baik secara moril maupun materiil selama proses penulisan skripsi.
8. Teman teman seperjuangan yang tidak bisa di sebutkan satu persatu
9. Kaka kelas yang telah membantu skripsi hingga selesai seperti ini
10. Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi 2014, khususnya teman-teman
BioAmoeba yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan, pengalaman,
kenangan, serta berbagi ilmu pengetahuan selama duduk di bangku perkuliahan.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan balasan yang berlipat ganda
atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Sehingga skripsi ini dapat
bermanfaat sebagai bahan rujukan dan pembelajaran dalam bidang pendidikan.
Jakarta, Mei 2021
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 6
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ........................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 7
F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8
BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR ...................... 9
A. Deskripsi Teoretis ............................................................................................. 9
1. Buku Teks ................................................................................................... 9
2. Buku sekolah elektronik (BSE) ................................................................. 11
3. Tes ............................................................................................................. 12
4. kogmitif ..................................................................................................... 15
5. Taksonomi Bloom ..................................................................................... 19
6. Pencemaran lingkungan ............................................................................ 25
7. Analisis Soal ............................................................................................. 29
B. Hasil Penelitian Relevan ................................................................................. 31
C. Kerangka Berpikir ........................................................................................... 32
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 34
A. waktu Penelitian .............................................................................................. 34
B. Metode penelitian ............................................................................................ 34
C. Sumber data ..................................................................................................... 36
D. Teknik pengumpulan data ............................................................................... 37
E. Instrumen penelitian ........................................................................................ 38
F. Teknik analisis dan pengolahan data ............................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 42
A. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................................... 42
B. Deskripsi pembahasan penelitian .................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 62
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 64
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Domain Tingkatan Kognitif .................................................. 22
Tabel 2.2 Indikato Taksonomi Bloom Lama Dan Taksonomi Bloom Revisi ...... 23
Tabel 3.1 Lembar Analisis Soal ............................................................................ 39
Tabel 3.2 Format Penentuan Tingkat Kognitif Soal ............................................. 40
Tabel 4.1 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku A ................................................................................................. 45
Tabel 4.2 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku B ................................................................................................. 46
Tabel 4.3 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku C ................................................................................................. 47
Tabel 4.4 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku D ................................................................................................. 48
Tabel 4.5 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku E ................................................................................................. 49
Tabel 4.6 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku F .................................................................................................. 50
Tabel 4.7 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku G ................................................................................................. 51
Tabel 4.8 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku H ................................................................................................. 52
Tabel 4.9 Jumlah Dan Presentase Proses Kognitif Untuk Seluruh Buku BSE ..... 53
Tabel 4.10 Diagram Presentase Kemunculan Aspek Kognitif Seluruh Buku ........ 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abad 21 ini peserta didik di tuntut untuk mendapatkan pendidikan yang
maksimal, agar bisa bersaing di tingkat global. Pendidikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan secara terencana untuk mengembangkan potensi dan kepribadian
individu melalui kegiatan pengajaran serta interaksi individu dengan lingkungannya
untuk mencapai manusia seutuhnya.1 Pendidikan juga dapat dimaknai sebagai suatu
usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-
mengajar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya.2 Pendidikan
diakui menjadi salah satu penentu untuk tumbuh kembangnya seseorang bahkan
menjadi penilaian berhasil atau tidaknya seseorang dalam kehidupannya.3
Pendidikan ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Salah satu
bagian dari visi pendidikan nasional berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan manusia
berkualitas yang mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.4 Dalam
Pasal 35 Ayat 1, dijelaskan lebih lanjut bahwa kualitas pendidikan nasional harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala salah satunya agar dapat unggul dalam
kompetensi antarbangsa dalam peradaban dunia.5 Uraian-uraian tersebut
menunjukkan bahwa salah satu output dari sistem pendidikan nasional adalah
mencetak peserta didik yang mampu berkompetisi di tingkat global. Namun, visi
pendidikan tersebut belum sepenuhnya tercapai. Selain itu, tantangan di abad ke-21
1 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2013), h. 39 2 Feri Noperman, “Pendidikan Sains dan Teknologi: Transformasi Sepanjang Masa untuk
Kemajuan Peradaban”, (Bengkulu: Universitas Bengkulu Press, 2020), h. 9 3 Amos Neolaka, “Isu-isu Kritis Pendidikan”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), h. 1 4Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. (Jakarta: Sekretariat Negara, 2003) 5Ibid, RI 2003
2
ini menuntut peserta didik untuk mengembangkan keterampilan kompetitif yang
berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order
Thingking Skills).6
Hal ini selaras dengan hasil TIMSS tahun 2018 untuk bidang biologi
menunjukkan bahwa hanya 40% peserta didik SMA di Indonesia yang mampu
menjawab benar soal tipe reasoning, dimana rerata internasional untuk pertanyaan
tersebut adalah 78%.7 Selain itu, hasil PISA tahun 2018 juga menunjukkan dilihat
dari kemampuan IPA, peserta didik SMA di Indonesia sebagian besar masih berada
pada level 1. Tingkatan ini sekaligus memperlihatkan bahwa peserta didik masih
memiliki pengetahuan ilmiah yang terbatas dan hanya bisa diaplikasikan pada situasi
yang serupa bukan pada konteks yang berbeda. 8
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia berada
pada tingkatan rendah dalam kemampuan memahami informasi yang kompleks, teori,
analisis, pemecahan masalah, pemakaian alat, prosedur, dan melakukan investigasi
yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia belum
mampu unggul dalam kompetisi tingkat global.9 Oleh karena itu, faktor yang
menyebabkan masih belum mampunya peserta didik Indonesia dalam berkompetisi di
tingkat global seperti dari metode pembelajaran, sumber belajar, serta sarana-sarana
pembelajaran yang lain perlu di evaluasi lebih lanjut .
Pembelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran sains terdiri dari ilmu fisika, kimia, astronomi, geologi, dan
biologi.Pembelajaran sains mengacu pada masalah masalah alam.Produk sains berupa
prinsip, hukum, teori, kaidah merupakan hasil pengetahuan yang telah mengalami uji
6 Ismet Basuki dan Haryanto, Assesmen Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014), h. 177 7 Michael O, Martin, dkk., TIMSS 2011 International Results in Science, (United States:
TIMSS & PIRLS International Study Center, 2018), h. 2 8 OECD, PISA 2018 Results: What Students Know and Can Do-Student Performance in
Mathematics, Reading and Science, (PISA: OECD Pubishing, 2014), vol. 1 Revisied edition, h. 306 9 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 33
3
kebenaran melalui metode ilmiah.Pembelajaran sains memberikan kesempatan untuk
mengembangkan rasa ingin tahu, berpikir logis, dan kreatif, dimana aspek tersebut
merupakan keterampilan dasar (generik) dalam mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
Proses kognitif yang merupakan dasar dari keterampilan berpikir tingkat
tinggi dapat dikembangkan melalui perangkat pembelajaran dan salah satu komponen
perangkat pembelajaran penunjang pendidikan adalah buku. Permendiknas No. 24
Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan
Umum menunjukkan bahwa sarana pendidikan misalnya buku dan sumber belajar
harus dipastikan telah memadai.10 Buku teks masih menjadi pilihan utama oleh
sebagian guru untuk dijadikan sebagai sumber dalam pembelajaran. Terdapat dua
alasan utama mengenai penggunaan buku teks oleh para guru, Pertama,
mengembangkan materi kelas sangat sulit dan berat bagi guru.Kedua, guru
mempunyai waktu yang terbatas untuk mengembangkan materi baru karena sifat
profesinya itu.11
Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui perangkat
pembelajaran. Salah satu komponen perangkat pembelajaran yang menjadi faktor
penunjang keberhasilan kualitas pembelajaran yaitu sumber belajar. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan
sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam
proses pembelajaran12. Sumber belajar dalam pembelajaran beraneka ragam meliputi
buku teks, internet ataupun sumber berupa lingkungan. Buku teks merupakan salah
satu sumber belajar yang lazim digunakan di sekolah.
10 Ketementerian Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang
Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum, (Jakarta: Kemendiknas, 2007),
No. 24 11 Hilal, dkk, “Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi Kelas XI Semester 1
Berdasarkan Literasi Sains”, (Jurnal Edusains, Vol. 7, 2015), h. 2 12 Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Presiden Republik Indonesia, 2003).
4
Begitu pentingnya peran buku dalam proses pembelajaran, Kementerian,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-ristek) menyediakan buku-buku
teks pelajaran yang telah dinilai kelayakan pakainya oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi
syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.13 Buku-buku teks pelajaran
yang sudah dianggap layak dari Tim penilaian BSNP yang terdiri atas beberapa para
ahli di bidangnya tersebut, kemudian disebarkan ke sekolah-sekolah di seluruh
Indonesia dalam bentuk buku paket. Kemendikbud-ristek juga melakukan sebuah
inovasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang modern ini, dimana
Kemendikbud-ristek menyediakan buku paket dalam bentuk buku elektronik yang
dapat diunduh dengan mundah di website PUSKURBUK (Pusat Kurikulum dan
Perbukuan) tanpa memerlukan biaya dan biasa disebut dengan BSE (Buku Sekolah
Elektronik).
Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 dan
Nomor 12 Tahun 2009, Buku Sekolah Elektronik (BSE) merupakan salah satu jenis
buku ajar elektronik yang telah dianggap layak untuk digunakan dalam proses
pembelajaran di Indonesia. Sama halnya dengan buku cetak, BSE juga berisi soal-
soal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.Soal-soal ini berfungsi sebagai alat
untuk mengukur pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran sehingga guru
sebagai pendidik nantinya dapat mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah
tercapai.
Hila menyatakan dalam jurnalnya, dari beberapa sekolah yang telah dilakukan
survei, masih banyak sekolah yang tidak menggunakan BSE sebagai buku acuan
utama bagi guru maupun para peserta didiknya, dikarenakan banyak guru yang
berpendapat bahwa buku BSE baik dari segi aspek isi/materi, aspek penyajian
maupun aspek bahasa dianggap kurang mendetail dan menarik dibandingkan buku
13 Ibid.,
5
teks yang ditawarkan para penerbit.14 Kurangnya minat penggunaan BSE tersebut
juga disebabkan karena sekolah-sekolah pada umumnya masih memiliki kendala pada
fasilitas komputer dan internet yang masih minim.Ditambah kurangnya pemerintah
dalam mensosialisasikan penggunaan BSE menyebabkan banyak sekolah termasuk
guru dan para peserta didik merasa kurang tertarik untuk menggunakannya.
Padahal sebelumnya sudah dijelaskan bahwa buku BSE yang telah diterbitkan
oleh Kemendikbud-ristek adalah buku yang telah lolos penilaian baik pada aspek
isi/materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan.15 Dan tentunya dalam BSE tersebut
juga dilengkapi dengan soal soal latihan ataupun Uji kompetensi yang sudah
mencakup berbagai tingkat kognitif yang nantinya akan membantu peserta didik
dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan keterampilan
generik sebagai dasarnya.
Napell menjelaskan bahwa salah satu dari enam prilaku pendidik yang dapat
menghambat proses belajar peserta didik adalah penggunaan soal-soal tingkat lower
order thinking pada instrument evaluasi pembelajaran, dan jika soal-soal yang
diberikan guru masih berfokus pada pertanyaan-pertanyaan di tingkat tersebut maka
pemikiran peserta didik juga akan terpaku pada tingkatan tersebut.16 Oleh karena itu,
penting untuk mengetahui apakah soal-soal yang ada dalam BSE sudah dapat
mengembangkan keterampilan High Order Thinking peserta didik dengan
menggunakan proses kognitif dan indikator Keterampilan Generik (dasar) Sains
sebagai acuannya.
Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis soal-soal yang ada di Buku
Sekolah Elektronik (BSE) di Indonesia, misalnya untuk BSE Fisika SMP (Barmoyo
dan Wasis),17 untuk BSE Matematika SMP (Giani), 18 yang menganalisis hingga
14 Hila Lailatul, Op.cit., h. 3 15 Ibid.,.. 16Napell, S.M, “Six Common non-facilitating Teaching Behaviors”, (Contemporary
Education, Vol. 47, No. 2,1976), h. 79-82 17Barmoyo, Wasis, “Analisis Soal dalam BSE, UN, dan TIMSS Ditinjau dari Domain
Kognitif dan Indikator Keterampian Berpikir Kritis”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 3, 2014),
h. 8-14
6
tingkat kognitif soal pada jenjang SMP saja. Namun , penelitian yang menganalisis
soal BSE Biologi tingkat SMA dalam proses kognitif nya masih sangat jarang
dilakukan.
Di masa pandemi seperti ini buku BSE sangat di petlukan untuk kegiatan
belajar peserta didik. Dimana pada masa pandemi covid 19 ini masyarakat takut
untuk beraktivitas di luar rumah. Buku sekolah elekronik menjadi pilihan banyak
peserta didik di masa pandemi seperti ini. Buku BSE sangat membantu peserta didik
di masa pandemic seperti ini, karena sekarang peserta didik di tuntut untuk memakai
fasilitas online di dalam pembelajaran. Maka di sini sangat penting untuk kita
mengetahui isi dari buku BSE tersebut. Apakah sudah memenuhi persyaratan berpikir
tingkat tinggi atau kah belum. Salah satu nya yaitu dengan mengetahui jenjang
kognitif nya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang analisis soal buku BSE (Buku Sekolah Elektronik) khususnya dalam proses
kognitif yang terdapat pada BSE di PUSKURBUK (Pusat Kurikulum dan
Perbukuan). Peneliti bertujuan untuk menganalisis soal-soal Uji Kompetensi pada
beberapa buku BSE Biologi (SMA) kelas X yang dibatasi pada materi pencemaran
lingkungan, Karena pada materi pencemaran lingkunan masih belum ada yang
meneliti secara mendalam pada materi khusus nya pencemaran lingkungan.
sedangkan peserta didik sering sekali menemukan masalah di lingkungan peserta
didik masing masing. Dan lingkungan lah yang tidak akan lepas dari kehidupan
peserta didik di mana pun peserta didik berada untuk kemudian itu peneliti dapat
menganalisis kemunculan soal-soal yang memiliki proses kognitif nya masing
masing, maka dari itu akan diadakan penelitian analisis soal dalam buku BSE yang
berjudul “Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi
SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Materi pencemaran
lingkungan”
18Giani, dkk, “Analisis Tingkat Kognitif Soal-soal Buku Teks Matematika Kelas VII
Berdasarkan Taksonomi Bloom, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 9, No. 20, 2015), h. 1-20
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Soal-soal yang disajikan dalam buku BSE belum diketahui tingkat kognitif nya
berdasarkan revisi terbaru Taksonomi Bloom
2. Peserta didik belum mendapatkan latihan soal yang mampu mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
3. Penelitian mengenai tingkat proses kognitif pada soal buku BSE belum banyak
dilakukan
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian merupakan upaya pencegahan
meluasnya masalah-masalah yang ditemukan. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini yang berjudul Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik
(BSE) Biologi SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Materi
pencemaran lingkungan, yaitu:
1. Analisis yang dimaksud adalah menunjukkan seberapa tinggi tingkat proses
kognitif dalam soal biologi pada buku BSE Biologi SMA Kelas X.
2. Buku BSE yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 8 macam buku BSE
Kurikulum 2013 yang diterbitkan atau hak cipta dimiliki oleh PUSKURBUK
(Pusat Kurikulum dan Perbukuan)
3. Soal yang dianalisis yaitu soal uji kompetensi pada materi pencemaran
lingkungan dalam beberapa buku BSE terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan
4. Konsep pencemaran lingkungan dipilih karena di materi ini peserta didik lebih di
tuntut untuk berpikir tingkat tinggi yaitu menganalisis.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses tingkat
kognitif soal uji kompetensi dalam buku BSE biologi berdasarkan Taksonomi Bloom
pada materi pencemaran lingkungan?”
8
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan tingkat kognitif soaluji
kompetensi dalam buku BSE biologi berdasarkan Taksonomi Bloom pada materi
pencemaran lingkungan , yang dapat terbagi sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkatan proses kognitif yang muncul pada setiap soal uji
kompetensi dalam masing-masing buku BSE Biologi kelas X
2. Mengetahui komposisi presentase munculnya tingkatan proses kognitif per
kategori dalam semua buku BSE Biologi kelas X terbitan Pusat Kurikulum
dan Perbukuan.
F. Manfaat Penelitian
1. Hasil peneitian ini diharapkan dapat berguna bagi sekolah yaitu guru dan
penerbit sebagai dasar untuk pertimbangan dan pedoman dalam
penyempurnaan pemakaian selanjutnya
2. Menberikan informasi tentang banyaknya soal buku BSE yang memiliki
tingkat kognitif yang sesuai dengan kebutuhan kurikulum.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Buku Teks
Buku teks merupakan bahan ajar yang disusun oleh pengarang
berdasarkan kurikulum yang berlaku.1 Pengertian buku teks dari beberapa ahli,
yaitu:menurut A.J. Loveridge merumuskan bahwa buku teks adalah buku sekolah
yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai bidang studi tertentu, dalam
bentuk bahan yang telah diseleksi mengenai bidang studi tertentu, dalam bentuk
tertulis yang memenuhi syarat tertentu dalam kegiatan belajar mengajar dan
disusun secara sistematis. 2 dan menurut Chambliss dan Calfee menjelaskan
bahwa buku teks sebagai alat bantu peserta didik dalam memahami hal-hal
tertentu. Buku teks dapat memengaruhi pengetahuan anak dan nilai-nilai
tertentu.3
Menurut Bacon juga menjelaskan bahwa buku teks adalah buku yang
dirancang untuk penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh
para pakar atau para ahli dalam bidang tersebut dan dilengkapi dengan sarana-
sarana pengajaran yang sesuai dan serasi..serta terdapatPeraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks adalah
buku wajib yang digunakan di sekolah memuat materi pembelajaran untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian,
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan
1 Afif Rofi, Pengembangan Buku Teks Pembelajaran Berbasis Kontekstual dalam Materi
Proses Morfologis Bahasa Indonesia Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi, Jurnal Bahasa, Sastra dan
Pembelajaran, Vol. 2, No. 3, 2014, h. 2. 2 Masnur Muslich, “Text Book Writing”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 50 3 Ibid., h. 51
10
kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan
standar nasional pendidikan.4
Buku teks memiliki peranan yang amat penting. Greene dan Petty dalam
mengungkapkan beberapa fungsi buku, yaitu menjadi sumber pokok masalah
(subject matter) dari pembelajaran, buku juga menjadi sumber informasi
berkaitan keterampilan-keterampilan eksponensial yang tersusun rapih dan
bertahap, buku teks menjadi sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta
didik, dan pada umumnya buku juga berfungsi sebagai bahan/saran evaluasi.5
Kelengkapan fasilitas dan variasi pembelajaran yang diberikan oleh buku
teks menjadi keunggulan buku teks disbanding bahan pembelajaran lainnya.
Buckingham dalam tarigan menulisakn kelebihan-kelebihan khas dari buku teks
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Dapat mempelajarinya sesuai dengan kecepatan masing-masing individu
b. Dapat mengulang atau meninjau kembali
c. Memiliki kemungkinan mengadakan pemeriksaan atau pengecekan terhadap
ingatan.
d. Memiliki kemudahan membuat catatan-catatan
e. Memiliki sarana-sarana visual sebagai penunjang pembelajaran seperti skema,
diagram, matriks, ilustrasi, gambar dan sebagainya. 6
Secara umum buku mengandung informasi tentang pikiran, gagasan, atau
pengetahuan untuk disampaikan kepada orang lain dengan menggunakan simbol-
simbol dalam bentuk huruf, gambar, atau bentuk lainnya. Isi buku teks pelajaran
merupakan penjabaran atau uraian dari materi pokok bahan belajar yang
ditetapkan dalam kurikulum. Buku teks pelajaran termasuk salah satu perangkat
4 Kementerian Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Buku
Teks Pelajaran, (Jakarta: Kemendiknas, 2005), No. 11 5 Yusuf H. Adisenjana, “AnalisisBuku Ajar Biologi SMA KelasX di Kota Bandung
Berdasarkan Literasi Sains, (Bandung: UPI Bandung, 2008), h. 4. 6 Eva Banowati, Jurnal Geografi, Buku teks dalam pembelajaran geografi di kota Semarang,
(Semarang: UNNES), h. 148
11
pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum. Oleh karena itu, buku
teks dapat dijadikan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan dan meratakan
mutu pendidikan nasional.7
2. Buku Sekolah Elektronik (BSE)
Berbagai inovasi dilakukan pemerintah dalam upaya menjamin
ketersediaan buku teks pelajaran. Diantaranya pada tahun ajaran baru 2008
dilakukan terobosan dalam hal pengadaan buku pelajaran dari berbagai mata
pelajaran baik tingkat SD, SMP, SMA dan SMK lewat Buku Sekolah Elektronik
(BSE).8 Buku sekolah elektronik (BSE) merupakan salah satu buku ajar yang kini
banyak digunakan di berbagai sekolah di Indonesia. BSE telah dibeli hak ciptanya
oleh Kemendikbud-ristek, yang meliputi buku teks berbagai mata pelajaran mulai
dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut dalam bentuk digital dan dapat dicetak.9
Buku elektronik (e-book) adalah sebuah buku dalam bentuk
digital/elektronik. Untuk membuka dan membacanya pun diperlukan perangkat
elektronik, yaitu komputer. Buku elektronik memiliki bentuk yang lebih kecil dari
buku cetak. Penyediaan BSE yang bervariasi untuk setiap jenjang pendidikan oleh
Kemendikbud disambut baik oleh pihak sekolah di seluruh Indonesia dengan
menggunakan BSE sebagai referensi sumber belajar. Buku teks harus melalui
kualifikasi agar dapat diterima dan sesuai dengan standar atau tingkat kualitasnya
serta disesuaikan dengan pembelajar yang menggunakan.10
Buku elektronik memiliki kelebihan antara lain karena bentuknya yang
berupa file maka tidak membutuhkan tempat penyimpanan yang luas seperti
halnya buku teks konvensional. Selain itu, buku elektronik dapat diintegrasikan
7 A. Sahrul Asri, Telaah Buku teks Pegangan Guru dan Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas VII Berbasis Kurikulum 2013, Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No. 1, 2017, h. 74 8 Wijayanto, dkk., Pengembangan Buku Sekolah Elektronik (BSE) dilengkapi Media Evaluasi
Mandiri Siswa Berbasis Protable Document Format, Jurnal Informatika UPGRIS, Vol. 2, No. 2, 2016,
h. 84 9 Willy, dkk., Penerapan buku Sekolah Elektronik Berbasis Android dalam Materi Ajar
Besaran dan Satuan, Didaktikum Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 17, No. 2, 2016, h. 1 10 Wijayanto, Loc.cit.,
12
gambar dan video sehingga lebih menarik.11 Pada umumnya sekolah kesulitan
pada fasilitas komputer dan internet yang masih terbatas. Selain itu kurang
optimalnya pemerintah dalam mensosialisasikan buku sekolah elektronik ke
daerah-daerah, sehingga banyak guru atau pihak sekolah kurang tertarik untuk
mengunduh maupun menggunakannya.12
3. Tes
a. Pengertian Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk
mengerjakannya tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: jawaban yang
salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.13
Menurut Sudjono, tes adalah alat yang digunakan dalam pengukuran dan
penilaian. Sedangkan menurut Sudjana, tes merupakan pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan untuk mendapatkan jawaban dalam bentuk lisan, tulisan, maupun
perbuatan.14
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa tes yang dimaksud dalam dunia
pendidikan adalah cara yang dapat digunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian dibidang pendidikan, dapat berupa tugas atau serangkaian tugas berupa
pertanyaan atau perintah yang harus dikerjakan, sehingga dapat dihasilkan nilai
yang menggambarkan tingkah laku atau prestasi seseorang dan dapat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh peserta tes lainnya.15
11 Anggara, dkk., Pemanfaatan Buku Sekolah Elektronik Sebagai Bahan Ajar Guru Program
Produktif Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Teknologi dan Kejuruan, Vol. 35, No. 2, h. 164 12 Hila Lailatul, dkk, “Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi Kelas XI Semester
1 Berdasarkan Literasi Sains”, (Jurnal Edusains, Vol. 7, 2015), h. 3 13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet.
2, h. 67. 14 Tarhadi, Kartono dan Yumiati, Penggunaan Tes Uraian Dibandingkan dengan Tes Pilihan
Ganda Terstruktur dan Tes Pilihan Ganda Biasa, Jurnal Pendidikan, Vol. 8, 2007, h. 102 15 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) Cet. 15, h.
67
13
Ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diberikan, tes hasil belajar yang
biasa dipergunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1) Tes Objektif
Terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih salah satu
alternative yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia atau dengan mengisi
jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol.16 Sedangkan
menurut Harjanto, tes objektif adalah tes yang dibuat dengan sedemikian rupa
sehingga hasil tes tersebut dapat dinilai secara objektif, sehingga dinilai oleh
siapapun akan menghasilkan nilai yang sama. Tes Obyektif menuntun peserta
didik untuk memilih jawaban benar dari kemungkinan jawaban, jawaban singkat
dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.17 Tes objektif
dibedakan menjadi lima golongan, yaitu bentuk benar salah (true-false test),
bentuk menjodohkan (matching test), bentuk melengkapi (completion test),
bentuk isian (fill in test), dan bentuk pilihan ganda (multiple choice item test).18
2) Tes Essay
Tes uraian atau essay adalah bentuk tes yang terdiri dari satu atau
beberapa pertanyaan yang menuntut jawaban berdasarkan pendapatnya sendiri.
Tes uraian ini sangat popular dikarenakan mudah ditulis dan cara terbaik untuk
mengungkapkan kemampuan mengorganisasi pikiran dan menyatakan
pengetahuan dengan lengkap. Secara umum tes uraian dapat menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan
sejenisnya sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan bahasa
sendiri.19
16 Yanti Herlanti dan Nopithalia, Meneropong kualitas Soal Tes Buatan Guru Biologi MTs
Negeri Se-Jakarta Selatan, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2, 2010, h. 179 17 M. Ilyas Ismail, “Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran”, (Makassar: Cendekia Publisher,
2020), h. 82 18 Sudijono, Op.cit., h. 107 19 Tarhadi, Op.cit., 102-103
14
Tes uraian merupakan salah satu bentuk tes hasil belajar yang memiliki
karakteristik, diantaranya yaitu: pertama, merupakan bentuk pertanyaan yang
membutuhkan jawaban berupa uraian kalimat yang relative panjang. Kedua,
pertanyaan yang diberikan menuntut peserta tes untuk memberikan penjelasan,
komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya. Ketiga,
jumlah butir soal biasanya lima sampai dengan sepuluh. Keempat, biasanya butir
soal tes tersebut diawali dengan kata-kata jelaskan, terangkan, uraikan, mengapa,
bagaimana, dan sebagainya.20
Soal uraian dibagi menjadi dua kelompok, yakni uraian bebas atau
terbuka dan uraian terbatas. Dikatakan sebagai uraian bebas karena soal tidak
menyangkut masalah yang spesifik, melainkan masalah yang menuntut jawaban
yang sangat terbuka. Contoh, uraikanlah peranan ilmu biologi dalam peningkatan
kesejahteraan umat manusia. Sedangkan uraian terbatas merupakan dari
permasalahan yang diajukan sangat spesifik, contoh: tuliskan deinisi mengenai
biologi.21
Seperti Tes objektif, tes essay juga mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing seperti berikut ini:
a. Kelebihan tes essay
1) Dapat mengukur kemampuan jenjang tinggi yang sukar diukur melalui tes
objektif.
2) Melatih peserta didik untuk menjawab dengan kata-kata sendiri.
3) Tidak memungkinkan terjadinya penebakan
4) Lebih mudah disusun
5) Mendorong peserta didik untuk lebih mengerti tentang suatu gagasan.
b. Kekurangan tes essay
1) Cakupan materi sangat terbatas
20 Sudijono, Op.cit., h. 100 21 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), Cet. 11, h. 63-64
15
2) Menyulitkan untuk penentuan skor terhadap jawaban peserta didik.
3) Dipengaruhi unsure subjektif dalam penentuan skor.
4) Faktor-faktor yang tidak relevan mempengaruhi penentuan skor, misalnya
kualitas tulisan dan kemampuan berbahasa. 22
4. Kognitif
Kognitif berasal dari kata cognition, dalam arti yang luas,
cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.
Kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berpikir
yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru,
keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta
keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal23.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual atau
kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat dan memecahkan
masalah24 Aspek kognitif berkaitan dengan aspek
pengetahuan,pemikiran, penalaran, pemecahan masalah dan sebagainya.
Bloom mengkategorikan dimensi proses kognitif, sebagai berikut:
a. Mengingat
Kemampuan mengingat adalah proses kognitif yang
menumbuhkan kemampuan untuk mengingat materi pelajaran. Proses
mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bakal untuk
belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan
tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Proses kategori
22 Ibid., h. 54 23 Khadijah, Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.
31. 24 Tim Pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012), h. 48
16
dalam kategori mengingat adalah mengenali dan mengingat kembali25.
Kemampuan mengingat dapat berupa mengingat sesuatu yang
khusus, misalnya mengetahui tentang terminologi atau istilah-istilah yang
dinyatakan dalam bentuk simbol tertentu baik verbal maupun nonverbal.
Kemampuan mengingat terhadap fakta-fakta, misalnya kemampuan
untuk mengingat deskripsi tentang suatu teori. Pengetahuan mengingat
fakta seperti ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang
lebih tinggi. Kemampuan mengingat tentang cara atau prosedur suatu
proses tertentu, misalnya kemampuan untuk mengurutkan langkah-
langkah tertentu26.
b. Memahami
Kemampuan memahami adalah proses kognitif untuk
menumbuhkan kemampuan transfer. Peserta didik dapat dikatakan
memahami jika mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan
pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang
disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer.
Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi,
menafsirkan yang terjadi ketika peserta didik dapat mengubah informasi
dari satu bentuk ke bentuk lain; mencontohkan yang terjadi ketika peserta
didik memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum;
mengklasifikasikan terjadi ketika peserta didik tertentu (misalnya,
konsep atau prinsip); merangkum yang terjadi ketika peserta didik
mengemukakan satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang
diterima atau mengabstraksi sebuah tema; menyimpulkan menyertakan
proses menemukan pola dalam sejumlah contoh; membandingkan
melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau
25 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen, Terj. Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), h. 99- 103. 26 Tim Pengembangan MKDP, Op.cit., h. 49
17
lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi, seperti menentukan
bagaimana suatu peristiwa terkenal menyerupai peristiwa yang kurang
terkenal; menjelaskan yang berlangsung ketika peserta didik dapat
membuat dan menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem.27
c. Mengaplikasikan
Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan
prosedur- prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau
menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses
kognitif yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan. Peserta didik
dapat dikatakan mengeksekusi, jika peserta didik sudah mengetahui
pengetahuan posedural yang harus digunakan. Biasanya menggunakan
pengetahuan prosedural hanya dengan berpikir sedikit. Peserta didik
harus memodifikasi apabila masalah yang dihadapi tidak dikenal, maka
peserta didik perlu memahami masalahnya dan solusi prosedur yang
tersedia.28
Kemampuan mengaplikasikan meliputi kemampuan penggunaan
suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus,
dalil, hukum, konsep, ide, dan sebagainya ke dalam situasi baru yang
konkret. Peserta didik dapat menguasai kemampuan mengaplikasikan
apabila didukung oleh kemampuan mengingat dan memahami fakta atau
konsep tertentu.29
d. Menganalisis
Proses kognitif menganalisis melibatkan proses memecahkan materi
menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan dan
struktur keseluruhannya. Kemampuan menganalisis meliputi kemampuan
menentukan potongan-potongan informasi yang relevan, menentukan
27 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Op.cit., h. 105-114. 28 Ibid., h. 116 29 Tim Pengembangan MKDP, Op.cit., h. 49-50.
18
cara-cara untuk menyusun potongan-potongan informasi tersebut, dan
menentukan tujuan dibalik informasi itu. Peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk membedakan fakta dari
opini, menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan-pernyataan
pendukung, menghubungkan ide-ide, menangkap asumsi- asumsi yang
tak dikatakan dalam perkataan, membedakan ide-ide pokok dari ide- ide
turunannya, menemukan bukti-bukti pendukung30.
e. Mengevaluasi
Proses kognitif mengevaluasi didefinisikan sebagai memuat
keputusan berdasarkan kriteria meliputi kualitas, efektivitas, efisiensi,
dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif
memeriksa dan mengkritik31.Kemampuan evaluasi meliputi kemampuan
membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria
tertentu. Selain itu, untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai
pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu, misalkan memberikan
keputusan bahwa sesuatu yang diamati itu baik atau buruk32
f. Menciptakan
Proses menciptakan terdiri atas proses menyusun elemen-elemen
menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Kemampuan
mencipta meliputi meminta peserta didik membuat produk baru dengan
mengorganisasi sejumlah bagian menjadi suatu pola atau struktur.
Proses-proses kognitif yang terlibat dalam mencipta umumnya sejalan
dengan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Proses mencipta
merujuk pada tujuan pendidikan untuk menciptakan produk- produk yang
semua peserta didik dapat melakukannya seperti menyintesiskan
informasi atau materi untuk membuat sebuah keseluruhan yang baru,
30
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Op.cit., h. 120
31 Ibid., h. 125
32 Tim Pengembangan MKDP, Op.cit., h. 50
19
seperti dalam menulis, melukis, membangun, dan seterusnya
5 Taksonomi Bloom
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang artinya
“untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Taksonomi
dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki
(tingkatan) tertentu. Lebih tinggi posisi taksonomi maka bersifat lebih
umum sedangkan posisi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.
Taksonomi terdiri dari kelompok (taksa) dan materi pelajaran yang
diurutkan menurut persamaan dan perbedaan, prinsip atau dasar klasifikasi
(hukum), misalnya, persamaan dan perbedaan dalam struktur, prilaku, dan
fungsi33.
Pada tahun lima puluhan, Benyamin S. Bloom mengajukan
pendapat mengenai klasifikasi tujuan-tujuan pendidikan yang disebut juga
taksonomi tujuan pendidikan. Berdasarkan klasifikasi tersebut, pengukuran
dapat lebih terarah sehingga evaluasi dapat dilakukan dengan lebih tepat34.
Taksonomi ini pada dasarnya adalah taksonomi tujuan pendidikan, yang
menggunakan pendekatan psikologik, yakni perubahan pada dimensi
psikologik apa yang terjadi pada peserta didik setelah memperoleh
pendidikan. Taksonomi ini dikenal secara popular dengan sebutan
Taksonomi Bloom‟s, karena nama pencetus ide ini adalah Banyamin S.
Bloom.35
Bloom, mengklasifikasikan tujuan-tujuan pengajaran (Tujuan
Instruksiaonal) menjadi tiga aspek atau bidang (domain), yaitu aspek
kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif meliputi
tujuan-tujuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan
33 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
Cet. 1, h. 8-9 34 Herlanti dan Nopithalia, op. cit., h. 180. 35 Thoha, op. cit., h. 27.
20
memecahkan masalah. Sedangkan aspek afektif mencakup tujuan-tujuan
yang berkaitan dengan sikap, nilai dan minat. Dan aspek psikomotor
meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan keterampilan manual dan
motorik36.
Bloom dan Karthwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada
banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip – prinsip dasar yang
digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah, yaitu:
a. Prinsip Metodologis
Perbedaan perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara cara
guru dalam mengajar..
b. Prinsip Psikologis
Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada
sekarang.
c. Prinsip Logis
Taksonomi hendak nya di kembangkan secara logis dan konsisten.
d. Prinsip Tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan
nilai- nilai. Setiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan
corak yang netral. Atas dasar prinsip tersebut maka taksonomi disusun
menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkatan kesulitan. Sebagai
contoh, mengingat fakta lebih mudah dari pada menarik kesimpulan.
Atau menghafal, lebih mudah dari pada memberikan pertimbangan.37
Guru diharapkan mampu memahami arti dan tingkatan dalam
domain serta dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran dan
penilaian. Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan
untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan
36 Herlanti dan Nopithalia. loc. cit. 37 Arikunto, op. cit., h. 116
21
(content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci
dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut
harus dimiliki dan dikuasai peserta didik secara tuntas. Ranah kognitif ini
merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Pada
ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari tingkat
rendah sampai tinggi. Untuk menilai aspek penguasaan materi (kognitif) ini
digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut38.
Penulisan ranah Taksonomi Bloom pada ranah kognitif biasanya
ditulis dengan singkatan C1 untuk tahap kognitif paling rendah yakni
pengetahuan sampai dengan C6 untuk tahap kognitif paling tinggi yakni
evaluasi.39.
Dalam pembelajaran biologi, peserta didik memiliki berbagai
perbedaan yang perlu mendapat perhatian guru. Setiap peserta didik di kelas
sebenarnya merupakan pribadi yang unik. Sedekat apapun hubungan
keluarga tetap memiliki berbagai perbedaan, baik dalam hal minat, sikap,
motifasi, kemampuan dalam menyerap suatu informasi, gaya belajar, dan
sebagainya. Semua faktor peserta didik tersebut idealnya turut menjadi
perhatian guru dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
Kognitif merupakan salah satu faktor peserta didik yang juga
penting untuk diperhatikan guru. Gaya kognitif berhubungan dengan cara
penerimaan dan pemprosesan informasi seseorang. Gaya kognitif
merupakan cara seseorang dalam menerima dan mengorganisasi informasi,
kecenderungan perseorangan dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran40.
38 Sofyan, dkk., op. cit., h. 14-15 39 Poppy Kamalia Devi, Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” Dalam
Pembelajaran IPA SMP/MTS, 2011, h. 6, (http://p4tkipa.net/data-jurnal/HOTs.Poppy.pdf). 40 Herlanti dan Nopithalia, op. cit., h. 181-182.
22
Tabel 2.1 Tingkatan Domain Kognitif41
No Tingkatan Deskripsi Kompetensi
1 Ingatan / Pengetahuan
(knowledge/recalling)
Pengetahuan terhadap faktar
konsep, definisi, nama, peristiwa,
tahun, daftar, rumus, teori, dan
kesimpulan.
2 Pemahaman
(comprehension)
Pemahaman terhadap hubungan
antar-faktor, antar-konsep, antar-data,
sebab- akibat, dan penarikan
kesimpulan.
3 Penerapan
(application)
Menggunaka pengetahuan untuk
memecahkan maslah dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
4 Analisis (analysis) Menentukan bagian-bagian darn
suatu masalah, penyelesaian atau
gagasan, menunjukkan hubungan
antar-bagian.
5 Sintesis (synthesis) Menggabungkan berbagai informasi
menjadi satu kumpulan atau konsep,
merangkai berbagai gagasan menjadi
sesuatu yang baru.
6 Evaluasi (evaluation) Mempertimbangkan dan menilai
benar- salah,baik-buruk,bermanfaat-
tidak bermanfaat.
Mulai tahun 2001, ranah-ranah pada Taksonomi Bloom sudah ada
perubahan, tetapi pada penerapannya di lapangan masih menggunakan
ranah- ranah kognitif Taksonomi Bloom yang lama42, karena masih kuat dan
banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
41 Sofyan, dkk., op. cit., h.18-19. 42 Ibid., h. 6.
23
Perbedaan Taksonomi Bloom yang baru dengan yang lama:
Tabel 2.2 Taksonomi Bloom lama dan Taksonomi Bloom revisi43.
Taksonomi Bloom lama Taksonomi Bloom revisi
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Mengevaluasi
Evaluasi Menciptakan
Hasil revisi taksonomi pada semua tingkatan dalam domain kognitif
yang asalnya berupa kata benda dirubah menjadi kata kerja, misalnya
tingkatan pertama yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dirubah
menjadi mengingat (remembering).44 Penggantian kata benda menjadi kata
kerja agar sesuai dengan tujuan yang digunakan.
Perbedaan pertama antara Taksonomi Bloom lama dengan yang baru
terletak pada ranah sintesis, yakni pada taksonomi yang direvisi ranah
sintesis tidak ada lagi, tetapi sebenarnya digabungkan dengan analisis.
Tambahannya yaitu mencipta yang berasal dari Create.
Urutan evaluasi posisinya menjadi yang kelima sedangkan mencipta
urutan keenam, sehingga ranah tertinggi adalah mencipta atau
mengkreasikan. Perbedaan yang kedua adalah pada proses kognitif yang
paling rendah yaitu pengetahuan (knowledge) diubah menjadi mengingat
(remember). Ada peningkatan dalam proses kognitif contohnya peserta
didik tidak hanya dituntut untuk mengetahui suatu konsep saja tetapi
harus sampai mengingat konsep yang dipelajarinya45.
43 Devi. loc. cit. 44 Sanjaya, op. cit., h. 129 45 Devi. loc. cit
24
a. Mengingat
Yaitu mengeluarkan pengetahuan yang ada di memori jangka
panjang yang mencakup dua hal yakni “pengenalan” yaitu
penempatanpengetahuan baru misalnya mengenal tanggal-tanggal
penting dan “mengingat kembali” yaitu pengeluaran pengetahuan yang
ada misalnya mengingat-ingat tahun- tahun penting dalam sejarah
penemuan mikroskop, dan lain-lain.
b. Memahami
“Yaitu membangun makna dari pesan instruksional berupa lisan,
tulisan, dan grafik.Proses ini mencakup tujuh hal yaitu interpretasi,
pemberian contoh, penggolongan, pengikhtisaran, inferensi, perbedaan
dan penjelasan.”
c. Menerapkan
“Meliputi penjalanan dan pelaksanaan. Penjalanan atau penerapan
yaitu penerapan sebuah prosedur pada tugas yang sudah dikenal,
misalnya membagi satu angka dengan angka lain. Pelaksanaan atau
penggunaan yaitu penerapan sebuah prosedur pada tugas yang belum
atau tidak dikenal, misalnya menerapkan hukum Newton 2 pada situasi
yang lain.”
d. Menganalisis
Berarti memecahkan materi menjadi bagian-bagian kecil dan
menunjukkan bahwa bagian-bagian tersebut berhubungan satu dengan
lainnya dan menjadi struktur yang menyeluruh atau satu tujuan.
e. Evaluasi
Membuat keputusan berdasarkan kriteria standar. Evaluasi
meliputi pengecekan dan pengkritikan. Pengecekan dapat diartikan
sebagai pendeteksian atau pengujian. Misalnya memutuskan manakah
metode yang terbaik untuk memecahkan dari masalah yang diberikan.
25
f. Mengkreasikan/Menciptakan
Meliputi generalisasi, perencanaan, dan produksi. Generalisasi atau
hipotesis yaitu pemunculan hipotesis alternatif berdasarkan kriteria,
misalnya hipotesis sebagai catatan bagi fenomena yang telah diobservasi.
Perencanaan atau desain yakni penemuan prosedur untuk melengkapi
beberapa tugas atau perintah, misalnya perencanaan makalah penelitian
topik sejarah. Produksi atau pembangunan (constructing) yaitu penemuan
baru sebuah produk, misalnya membangun sebuah habitat untuk tujuan
tertentu
6. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan
Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara,
dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia
dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. 46
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku
mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang
diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan
dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,
tumbuhan atau benda lainnya.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di
mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban
pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya
46 Keputusan menteri Negara kependudukan dan lingkungan hidup RI Nomor KEP-
02/MENKLH/1/1988. Tentang penetapan baku mutu lingkungan.
26
limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
1. Macam-Macam Pencemaran Lingkungan
Macam-macam pencemaran lingkungan, pencemaran lingkungan dibagi
menjadi tiga yaitu :
a. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat
aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi,
badai, gempa bumi dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan yang
besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.
Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang mengarah pada
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air
limbahnya seperti logam berat, toksinorganik, minyak, nutrien dan
padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang
dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen
dalam air.
b. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi diatmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan
kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti.Pencemaran udara dapat ditimbulkan
oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.Beberapa definisi
27
gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya
dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun
global.
Pencemaran udara dibedakan menjadi pencemar primer dan
pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang
ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida
adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan
hasil dari pembakaran. Pencemaran sekunder adalah substansi pencemar
yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer.
Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari
pencemaran udara sekunder.Atmosfer merupakan sebuah sistem yang
kompleks, dinamik, dan rapuh.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:
i. Karena faktor internal (secara alamiah) contoh: debu yang
betebrangan akibat tiupan angin; abu (debu) yang dikeluarkan
dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik; proses
pembusukan sampah organik, dll.
ii. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh: hasil
pembakaran bahan bakar fosil; debu/serbuk dari kegiatan
industri; pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
47
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakann
campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan,
cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udaran dan kemudian
menyebar ke lingkungan sekitarnya.
47 Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan (Yogyakarta: Andi, 2004), h.28
28
Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak,
tidak berbau, tidak berwarna, maupun berasa. Akan tetapi udara yang
benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, terutama di kota-kota besar
yang banyak industrinya dan padat lalu-lintasnya. Udara yang tercemar
dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan
lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukung alam yang
selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia. Di negara-negara
industri banyak dijumpai kasus penyakit yang erat kaitannya dengan
pencemaran udara dan pencemaran-pencemaran lainnya. 48
c. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan
manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri
atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan
tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke
tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan
tanah,maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam
tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap
sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya 49.
d. Pencemaran Suara
Pencemaran suara atau kebisingan dapat diartikan sebagai suara
48 Op cit h.29 49 Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 35
29
atau bunyi yang dapat mengganggu atau merusak pendengaran manusia
dan hewan. Kebisingan dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Kebisin1gan Impulsive, yaitu kebisingan yang datangnya tidak terus
menerus, misalnya suara palu ketika orang memaku.
2)Kebisingan Kontinue, yaitu kebisingan yang datangnya secara terus
menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, misalnya suara mesin
yang dihidupkan.
3)Kebisingan Semi Kontinue,yaitu kebisingan kontinue yang hanya
sekejap, kemudian hilang tapi ada kemungkinan akan terulang, misalnya
suara kereta api atau pesawat terbang yang lewat. Tingkat kebisingan
dapat diukur dengan satuan unit pengukur decibel (dB). Angka nilai
ambang batas suara adalah 85 desibel. Semakin besar desibelnya,
semakin besar juga resiko kerusakan yang ditimbulkan suara tersebut
sehingga waktu kontak dengan suara yang diperbolehkan akan semakin
kecil.50
7. Analisis Soal
Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan
memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita
susun51 Analisis soal juga berguna untuk melihat atau meneliti materi-materi
mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai peserta didik untuk selanjutnya
kita dapat mengulang kembali atau memperbaiki proses belajar-mengajarnya.52
Adapun manfaat melakukan analisis soal adalah sebagai berikut:
a. Membantu mengidentifikasi butir-butir soal yang kurang baik.
b. Mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-
soal untuk kepentingan lebih lanjut.
50 Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 62 51 Arikunto, Op.cit., h. 220 52 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 131
30
c. Memperoleh gambaran mengenai soal-soal yang ada. 53
Salah satu cirri buku yang baik cukup banyak memuat bahan drill dan
tugas.54 Drill dan tugas ini dapat berupa soal-soal latihan maupun soal uji
kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Latihan yang memuat
permasalahan kehidupan sehari-hari dapat mendorong peserta didik untuk
menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari. Misalnya, dalam mata pelajaran
Biologi peserta didik belajar tentang proses pembentukan urine. Selanjutnya,
peserta didik diminta untuk menjelaskan tahapan tahapan pembentukan urine
yang terjadi di ginjal, sehingga jika terdapat kelainan dapat langsung dianalaisis.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilaksanakan dengan merujuk pada gambaran hasil
penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti yang sudah ada sebelumnya.
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya:
Quratul Novida Barmoyo, dkk. Dalam penelitiannya tahun 2014 tentang
analisis soal-soal BSE, UN, dan TIMSS ditinjau dari domain kognitif dan
indikator keterampilan berpikir kritis menunjukkan hasil bahwa presentase 1)
ditinjau dari domain kognitif soal-soal BSE dominan pada aspek penerapan
(applying) sebesar 48%, soal UN dominan pada aspek pengetahuan (knowing)
sebesar 35%, dan soal TIMSS dominan pada aspek penerapan (applying) sebesar
47%; 2) ditinjau dari indikator keterampilan berpikir kritis soal BSE dominan
pada indikator 1 (memberikan penjelasan dasar) sebesar 51%, soal UN dominan
pada indikator 2 (aplikasi) sebesar 41%, dan soal TIMSS dominan pada indikator
1 (memberikan penjelasan dasar) 47%. Hal ini menunjukan soal dalam buku
BSE, UN dan TIMSS sebagian besar sudah mencakup domain kognitif yang
diperlukan.55
53 Arikunto, Loc.cit., 54 Masnur Muslich, Op.cit., h. 54 55 Barmoyo dan Wasis, Analisis soal-soal dalam BSE (Buku Sekolah Elektronik), UN (Ujian
Nasional), dan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) ditinjau dari Domain
31
Anggara dalam penelitiannya tentang pemanfaatan buku sekolah
elektronik sebagai bahan ajar guru program produktif sekolah menengah
kejuruan menunjukkan hasil yaitu, pemanfaatan buku sekolah elektronik (BSE)
sebagai bahan ajar guru program produktif di SMK dengan kategori cukup baik.
Telah cukup banyak guru memanfaatkan BSE sebagai bahan ajar, baik bahan ajar
utama, bahan ajar tambahan, maupun untuk penugasan kepada peserta didik.56
Tin rosidah dalam penelitiannya tentang eksplorasi keterampilan generik
sains peserta didik pada mata pelajaran kimia di sma di sma negeri 9 semarang.
Menunjukkan hasil nilai rata-rata indikator keterampilan generik sains terbesaar
aspek abstraksi 81,5% dan terkecil aspek pengamatan tidak langsung 32,83%.
Hal ini membuktikan bahwa banyak peserta didik yang belum menguasai
keterampilan generik sains.57
Nimatul dalam penelitian nya yaitu mengidentifikasi level dari soal
tersebut, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami tingkat
proses kognitif pada soal yang terdapat dalam buku ajar matematika SMP kelas
VII berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi.
Jenis penelitian yang digunakan Nimatul adalah deskriptif kualitatif.
Sumber data penelitian ini adalah soal – soal pada Buku Ajar Elektronik
matematika SMP/MTs kelas VII revisi 2017 oleh Abdur Rahman As’ari Dkk.
Analisis butir soal dilakukan menggunakan Taksonomi Bloom Revisi. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode dokumentasi58
Perbedaan penelitian yang akan di laksanakan oleh peneliti dengan
penelitian terdahulu adalah belum adanya analisis soal uji kompetensi pada
materi Pencemaran Lingkungan. serta belum diketahui tingkat proses kognitif di
dalam soal tersebut.
Kognitif dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 3, No. 1,
2014, h. 8-14. 56 Anggara., Op.cit., h. 163 57 Tin Rosidah., Op.cit., h. 130 58 Ni matun .op. cit ,hal 2
32
C. Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
atau peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Untuk mengetahui
hasil belajar pada seseorang dilakukan dengan penilaian. Untuk
melaksanakan penilaian, guru memerlukan instrumen penilaian dalam bentuk
soal-soal, baik untuk menguji aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Soal/Tes adalah alat untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan
individu. Tes merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengetahui
tingkat pencapaian peserta didik sekaligus memberikan gambaran
keefektifitasan pengajaran yang diberikan oleh guru. Tes merupakan suatu
cara yang digunakan untuk penilaian berbentuk tugas yang harus dikerjakan
oleh peserta didik sehingga menghasilkan nilai yang dapat dibandingkan
dengan nilai peserta didik lainnya. Untuk mengetahui pencapaian peserta
didik pada satu konsep materi pelajaran, maka dilakukan tes uji kompetemsi.
Soal uji kompetensi masih belum bisa di jadikan acuan untuk
mengukur hasil belajar peserta didik pada abad 21 ini, peserta didik dituntut
untuk mempunyai keterampilan 4c yaitu berpikir kreatif, berpikir kritis,
berkunikasi dan berkolaborasi
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka soal uji kompetensi biologi SMA
materi pencemaran lingkungan dianalisis berdasarkan ranah kognitif pada
Taksonomi Bloom. Analisis soal uji kompetensi biologi pada materi pencemaran
lingkungan dalam buku BSE terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan diharapkan
dapat mengetahui kemunculan proses kognitif pada soal tersebut. Kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1
33
Gambar 2.1 Kerangka Berpiki
Soal uji kompetensi biologi pada buku teks siswa
Belum diketahui tingkat kognitif soal berdasarkan taksonomi bloom rrevisi
Analisis kuantitatif untuk
mengetahui data persentase
tingkat kognitif soal-soal
pencemaran lingkungan
pada buku teks
Analisis kualitatif untuk
mengetahui tingkat
kognitif soal
Analisis soal secara kuantitatif dan kualitatif
Pembahasan hasil analisis soal
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bulan Agustus sampai dengan November 2020.
B. Metode Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Penelitian yang dilaksanakan
menggunakan metode deskriptif kualitatif yakni penelitian yang bersifat
naturalistik dan data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar. Tujuan
penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan informasi yang bersifat actual dan
faktual untuk menjelaskan suatu fenomena tertentu.1 Selain itu, penelitian
deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan suatu peristiwa atau kejadian
yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap
peristiwa tersebut.2 Penelitian ini akan mendeskripsikan aspek kognitif pada
soal uji kompetensi biologi pada Buku Elektronik Sekolah (BSE) kelas X
materi pencemaaran lingkungan terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan kedalaman
berpikir secara induktif dalam menjawab fenomena yang dihadapi. Secara
mendasar penelitian kualitatif memiliki dua tujuan yaitu, menggambarkan dan
mengungkapkan (to describe and explore), serta menggambarkan dan
menjelaskan (to describe and explain). Selain itu menurut Moleong tujuan
pendekatan kualitatif adalah menjelaskan, meramalkan dan mengontrol
fenomena melalui pengumpulan data yang terfokus.3
1 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 41-42 2 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 54 3 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV Jejak,
2018), h. 14
35
Penelitian ini telah dilakukan proses analisis soal uji kompetensi
dalam buku BSE Biologi SMA kelas X pada materi pencemaran lingkungani
berdasarkan aspek kognitif nya .Analisis terhadap soal dalam buku BSE
terbitan PUSKURBUK untuk menarik kesimpulan melalui analisis dalam
aspek kognitif pada setiap butir soal dalam buku BSE yang dilakukan secara
objektif dan sistematik. Langkah-langkah penelitian ini digambarkan pada
gambar dibawah ini.
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian diawali dari penentuan masalah dan sumber data,
dimana sumber data yang digunakan adalah Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan
dibatasi hanya untuk materi pencemaran lingkungan yang kemudian dilakukan tahap
analisis soal menggunakan isntrumen yang telah dibuat oleh peneliti. Adapun
BSE materi
pencemaran
lingkungan
Soal uji
kompetensi
dalam BSE
Indikator Asfek
Kognitif
Analisis soal uji kompetensi biologi materi pencemaran lingkungan
dalam buku BSE berdasarkan indicator asfek kognitif
Hasil dan pembahasan
kesimpulan
36
penelitian yang dilakukan meliputi 5 tahapan yaitu penentuan sampel penelitian,
membuat lembar analisis soal, melakukan analisis soal, pembahasan, dan kesimpulan.
C. Sumber Data
Pada penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi, apalagi sampel.
Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut sumber data pada
situasi social (Social Situation) tertentu. Dalam Penelitian ini sumber data dipilih
melalui teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya
atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.4
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya.Sedangkan Sampel adalah bagian dari jumlah
yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Populasi dari penelitian ini terdapat 8
buku. Dan sampel dari penelitian ini adalah 8 buku.
Sampel/objek yang menjadi sumber data memiliki kriteria yaitu buku BSE
Biologi SMA kelas X yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan, maka
sampel yang diambil dalam penelitian ini hanya terbatas pada soal uji kompetensi
buku BSE Biologi SMA yang terdapat pada laman resmi Pusat Kurikulum dan
Perbukuan dan sudah lulus penilaian dari BNSP.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data analisis dokumen.
Penelitian analisis dokumen adalah prosedur sistematik untuk mereview atau
mengevaluasi dokumen baik cetak ataupun elektronik.5 Teknik ini cocok digunakan
untuk menganalisis konten buku yang berupa dokumen dan cetak.Data diperoleh dari
4 Sugiyono, Op.cit., h. 124 5 Zaky Farid, “Analisis Konten Kurikulum Pendidikan Kewarnageraan dalam Mempersiapkan
Warga Negara Global”, Tesis pada Sekolah Pacasarjana UPI Bandung, Bandung, 2017, h. 69
37
teknik dokumentasi. Data dalam penelitian ini adalah kumpulan soal uji kompetensi
biologi materi pencemaran lingkungan yang terdapat dalam BSE yang diterbitkan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Data ini diperlukan untuk mengetahui berapa
jumlah kemunculan proses kognitif pada setiap soal essay dalam buku BSE Biologi
SMA kelas X tersebut.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Mengumpulkan sumber data
a. Menyiapkan buku BSE Biologi SMA kelas X
Langkah awal dalam pengumpulan data adalah mengumpulkan sumber
data. Data diperoleh melalui observasi pada laman resmi Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, untuk mengetahui seberapa banyak buku BSE Biologi kelas X yang
terdapat pada laman tersebut. Hasil observasi menunjukkan bahwa buku BSE
Biologi kelas X pada laman resmi tersebut berjumlah 8 buku.
b. Menyiapkan soal-soal dari beberapa buku BSE yang akan dianalisis
2. Menyusun lembar analisis berdasarkan indikator aspek kognitif Taksonomi
Bloom.
3. Mengolah data
Pengolahan data dilakukan dengan cara menghitung jumlah kemunculan
proses kognitif pada setiap soal yang dianalisis untuk setiap soal uji kompetensi
konsep pencemaran lingkungan pada setiap buku.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar kriteria penilaian
butir soal berdasarkan tingkatan kognitif Taksonomi Bloom. Terdapat pada
lampiran 1.
38
Tabel 3.1 Lembar Analisis Soal
No Buku Soal Uji
Kompeten
si
Indikator aspek kognitif
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 1
2
3
4
5
2
1
2
3
4
5
Dst
Keterangan:
C1: Mengingat
C2: Memahami
C3:Mengaplikasikan C4:
Menganalisis
C5: Mengevaluasi
C6: mencipta
Enam indikator tersebut dikodekan menggunakan huruf serta angka, dan
cakupan keterampilan yang terdapat pada masing-masing indikator digunakan
sebagai acuan dalam melakukan analisis soal.
39
Tabel 3.2 Format Penentuan Tingkat Kognitif Soal
Tingkat Kognitif Indikator
C1. Mengingat
Mengingat Kembali
atau Mengenali
Kemampuan yang digunakan Mengenali atau
Mengingat Kembali pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya berupa istilah, fakta
konsep, prosedur, dan metode.
C2. Memahami
Menggunkan kata operasional Menafsirkan,
Mencontohkan, Mengklasifikasikan, Merangkum,
Menyimpulkan, Membandigkan, atau Menjelaskan.
Kemampuan yang digunakan berupa
Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran,
termasuk yang diucapkan, ditulis, dan digambar
oleh guru
C3. Mengaplikasikan
Menggunakan kata operasional Mengeksekusi atau
Mengimplementasi.
Kemampuan yang digunakan berupa Menerapkan
atau menggunakan prosedur dalam keadaan
tertentu.
C4. Menganalisis
Menggunakan kata operasional Membedakan,
Mengorganisasi atau Mengatribusi.
Kemampuan yang digunakan berupa Memecah-
mecah materi menjadi bagian-bagian
penyusunnya dan menentukan hubungan-
hubungan antarbagian itu dan hubungan dengan
keseluruhan struktur
C5. Mengevaluasi
Menggunakan kata operasional Memeriksa atau
Mengkritik.
• Kemampuan yang digunakanMengambil keputusan
berdasarkan kriteria dan/atau standar
C6. Memcipta
Menggunakan kata operasional Merumuskan,
merencanakan, atau membuat.
Memadukan bagian-bagian untuk membentuk
sesuatu yang baru atau produk yang orisin
40
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan
data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih nama yang penting akan dipelajari dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.6. adapun tahap
analisis dan pengolahan data adalah sebagai berikut:
Setelah data dikumpulkan berdasarkan dokumentasi kemudian akan
dianalisis berdasarkan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Mengelompokkan data berdasarkan sumbernya.
2. Mengelompokkan soal berdasarkan Taksonomi Bloom seperti yang
terdapat pada tabel 3.1.
3. Setelah soal dikelompokkan berdasarkan Taksonomi Bloom
kemudian soal dipersentasekan dengan rumus:
Persentase (%) = ∑ soal ditiap kotak tabel Taksonomi Bloom X
100%
∑ soal objek penelitian
4. Data yang diperoleh dituangkan dalam bentuk teks naratif, tabel dan
grafik untuk melihat gambaran keseluruhan penelitian ini
G. Penarikan Kesimpulan
Penyajian data akan ditarik kesimpulan sehingga dapat diketahui aspek kognitif
yang terdapat pada soal buku BSE Pusat Kurikulum dan Perbukuan tersebut.
6 Sugiyono, Op.cit., h. 335
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa soal uji kompetensi biologi materi pencemaran lingkungan
pada Buku Sekolah Elektronik terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan lebih
dominan pada proses kognitif berpikir tingkat rendah. Hal ini ditunjukkan oleh
hasil persentase proses kognitif yang muncul pada keseluruhan buku sebagai
berikut, (1) Indikator mengingat (C1) paling sering muncul dengan presentase
kemunculan 42,93 %, (2) Indikator memahami (C2) menjadi proses kognitif
yang sering muncul dengan presentase berurutan 41,24 % dan (3) Indikator
pengaplikasian menjadi proses kognitif yang muncul dengan presntase 9,03 %.
serta yang terakhir yaitu proses menganalisis (C4) menjadi proses kognitif yang
paling sedikit keluar yaitu dengan persentase 6,77 %. Serta yang terakhir ada dua
indikator yang tidak keluar sama sekali di dalam soal tersebut yaitu mengevaluasi
dan mencipta.
Keseluruhan BSE (buku A sampai buku H) yang dianalisis memunculkan
4 proses kogniititf yaitu proses mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan
menganalisis. Dengan total 6 indikator yang ada dalam proses kognitif
Taksonomi Bloom revisi, dengan buku C (buku M.Ansori) menjadi buku BSE
terbaik karena paling banyak memunculkan proses kognitif berpikir tingkat
tinggi dengan jumlah 25 soal, yaitu menganalisis (4 soal), pengaplikasian (3
soal), dan memahami (10 soal) serta mengingat (8 soal).
Kedelapan Buku Sekolah Elektronik (BSE) memiliki proses Kognititf
yang cenderung kepada proses mengingat (mengingat kembali pengetahuan yang
sudah dimiliki peserta didik). Indikator yang tidak muncul pada kedelapan BSE
terbitan PUSKURBUK yaitu indikator mengevaluasi dan mencipta. Secara
keseluruhan, pada kedelapan buku BSE terbitan PUSKURBUK masih melatih
61
kemampuan berpikir tingkat rendah dan belum mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi,
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat beberapa hal yang menjadi
saran dari hasil penelitian ini, antara lain:
1. Bagi guru, soal Buku Sekolah Elektronik A sampai H cukup digunakan untuk
latihan soal namun tidak cukup untuk mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi peserta didik. Guru hendaknya perlu menambahkan latihan soal
selain dari buku BSE tersebut yang dapat melatih peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi nya.
2. Bagi penerbit, hendaknya soal-soal evaluasi dalam BSE ini memunculkan
keseluruhan proses kognitif dalam soal, dikarenakan jika terdapat keseluruhan
proses kogitif akan lebih memaksimalkan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
3. Bagi penulis, hendaknya buku BSE Biologi Terbitan Pusat Kurikulum
Perbukuan yang digunakan dalam penelitian kali ini, sebaiknya lebih
memunculkan dari aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi nya. Selain itu,
hendaknya validator yang digunakan lebih dari satu hingga tiga orang
4. Bagi peneliti lain yang hendaknya ingin melakukan penelitian serupa,
diharapkan lebih memahami dan teliti maksud pertanyaan pada setiap soal.
Selain itu hendaknya melakukan analisis pada soal yang belum dianalisis
aspek kognitifnya, seperti soal soal pada buku teks yang digunakan sekolah di
wilayah peneliti, soal ujian nasional, soal ulangan dan lain sebagainya. Serta
memperbanyak referensi buku teks yang akan dianalisis. dan memperluas
aspek penelitian menjadi ranah kognitif, afektif, dan psikomorik nya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Adisenjana, Yusuf H. AnalisisBuku Ajar Biologi SMA KelasX di Kota Bandung
Berdasarkan Literasi Sains, Bandung: UPI Bandung, 2008.
Anggara, dkk., Pemanfaatan Buku Sekolah Elektronik Sebagai Bahan Ajar Guru
Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Teknologi dan
Kejuruan, Vol. 35, No. 2, h. 164
Arifin, Zainal Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik Prosedur. Bandung: Remaja
Rosadakarya 2013.
______ . Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Asri, A. Sahrul, Telaah Buku teks Pegangan Guru dan Peserta didik pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII Berbasis Kurikulum 2013, Jurnal Ilmu
Bahasa, Vol. 3, No. 1, 2017, hlm. 74
Banowati, Eva, Buku teks dalam pembelajaran geografi di kota Semarang, Jurnal
Geografi, Semarang: UNNES, hlm. 148
Barmoyo, Qurotul Novida dan Wasis, Analisis Soal dalam BSE, UN, dan TIMSS
Ditinjau dari Domain Kognitif dan Indikator Keterampian Berpikir Kritis.
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 3, 2014, hlm. 8-14
Basuki, Ismet dan Haryanto. Assesmen Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014.
Facione, P.A. (2015). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Hermosa
Beach: Measured Reasons LLC.
Farid, Zaky, Analisis Konten Kurikulum Pendidikan Kewarnageraan dalam
Mempersiapkan Warga Negara Global, Tesis pada Sekolah Pacasarjana UPI
Bandung, Bandung, 2017, h. 69
Fadillah, Meiry dan Ahmad Miftahul, Efektivits LKS Konsep Sistem Pernapasan
Berbasis Inkuiri Terstruktur dengan Terbimbing pada Kemampuan Generik
Sains Peserta didik, Jurnal Biotek, Vol. 7, No. 1, 2019, h. 8
64
Giani, dkk, Analisis Tingkat Kognitif Soal-soal Buku Teks Matematika Kelas VII
Berdasarkan Taksonomi Bloom, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 9, No.
20, 2015, hlm. 1-20
Gulo, W. Gulo, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo, 2002.
Hidayati, Emi, Analisis Keterampilan Generik Sains (Pengamatan Langsung dan
Tidak Langsung) Peserta Didik pada Praktikum Menggunakan Diagram Vee ,
Skripsi IAIN Walisongo Semarang, 2014, hlm. V
Ismail, M. Ilyas, Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran, Makassar: Cendekia
Publisher, 2020.
Juhanda, Aa, Analisis Soal Jenjang Kognitif Taksonomi Bloom Revisi pada Buku
Sekolah Elektronik (BSE) Biologi SMA, Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 21,
No. 1, 2016, hlm. 2
Kartono, Tarhadi, dan Yumiati, Penggunaan Tes Uraian Dibandingkan dengan Tes
Pilihan Ganda Terstruktur dan Tes Pilihan Ganda Biasa, Jurnal Pendidikan,
Vol. 8, 2007, hlm. 102
Keputusan menteri Negara kependudukan dan lingkungan hidup RI Nomor KEP-
02/MENKLH/1/1988. Tentang penetapan baku mutu lingkungan
Kemendiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan
Umum, Jakarta: Kemendiknas, 2007.
Lailatul, Hilal, dkk, Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi Kelas XI
Semester 1 Berdasarkan Literasi Sains, Jurnal Edusains, Vol. 7, 2015, hlm. 2
Majid, Abdul. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
Mania, Sitti, Observasi Sebagai Alat Evaluasi Dalam Dunia Pendidikan dan
Pengajaran, Jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 11, No. 2, 2008, h. 221
Martin, Michael O, dkk. TIMSS 2011 International Results in Science. United States:
TIMSS & PIRLS International Study Center, 2012
Miri, B., David, B., & Uri, Z. (2002). Purposely Teaching for the Promotion of
Higherorder Thinking Skills: A Case of Critical Thinking. Research in
Science Education, Vol. 37, hlm. 353-369.
Muslich, Masnur. Text Book Writing, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 50-51
Napell, S.M, Six Common non-facilitating Teaching Behaviors, Contemporary
Education, Vol. 47, No. 2,1976, hlm. 79-82
65
Neolaka, Amos Isu-isu Kritis Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group 2019
.
Noperman, Feri Pendidikan Sains dan Teknologi: Transformasi Sepanjang Masa
untuk Kemajuan Peradaban, Bengkulu: Universitas Bengkulu Press 2020.
OECD. PISA 2012 Results: What Students Know and Can Do-Student Performance
in Mathematics, Reading and Science. PISA: OECD Pubishing, 2014.
Presiden Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Presiden Republik Indonesia 2003.
Punjani, Ni Made. Pengembangan Perangkat Praktikum Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Calon Guru Fisika, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 3, No. 2, 2014, hlm.
473.
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006.
Rofi, Afif. Pengembangan Buku Teks Pembelajaran Berbasis Kontekstual dalam
Materi Proses Morfologis Bahasa Indonesia Pada Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Batanghari Jambi, Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran, Vol.
2, No. 3, 2014, hlm. 2.
Rosidah, Tin. Eksplorasi Keterampilan Generik Sains Peserta didik pada Mata
Pelajaran Kimia Di SMA Negeri 9 Semarang, Jurnal Pendidikan Sains, Vol.
5, No. 2, 2017, hlm. 131
Sandy, Shil Fera. Analisis keterampilan generik sains mahapeserta didik pendidikan
biologi UIN Raden Intan Lampung, Skripsi FTK UIN Lampung, hlm. 3
Sitepu, B.P. Penuisan Buku Teks Pelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014
Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika dan Burhanudin, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Press, 2006.
Sudijono, Anas . Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2016
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2015
Sunyono, Produksi Model LKS dan Media Animasi Berorientasi Keterampilan
Generik Sains pada Materi Kimia Kelas X SMA, Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan, Universitas Lampung 2010, hlm. 486.
66
Taufiq dan Ketang Wiyono, The Application Of Hypothetical Deductive Learning
Cycle Learning Model To Improve Senior High School Student’ Science
Generic Skills On Rigid Body Equilibrium, Proceeding Of The Third
International Seminar On Science Education, 2009, h. 643.
Wijayanto, dkk., Pengembangan Buku Sekolah Elektronik (BSE) dilengkapi Media
Evaluasi Mandiri Peserta didik Berbasis Protable Document Format, Jurnal
Informatika UPGRIS, Vol. 2, No. 2, 2016, hlm. 84
Willy, dkk., Penerapan buku Sekolah Elektronik Berbasis Android dalam Materi Ajar
Besaran dan Satuan, Didaktikum Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 17,
No. 2, 2016, h. 1