analisis siyᾹsah tasyrῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/file-1_dede...

63
ANALISIS SIYSAH TASYRIYYAH TERHADAP PENCALONAN MANTAN TERPIDANA MENJADI ANGGOTA LEGISLATIF, DEWAN PERWAKILAN DAERAH DAN KEPALA DAERAH DI INDONESIA SKRIPSI: DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT- SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STARTA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH: DEDE SURYANTI 14370033 PEMBIMBING: DR. AHMAD YANI ANSHORI, M.AG PRODI SIYASAH/HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018

Upload: nguyendat

Post on 30-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ‘IYYAH TERHADAP PENCALONAN

MANTAN TERPIDANA MENJADI ANGGOTA LEGISLATIF, DEWAN

PERWAKILAN DAERAH DAN KEPALA DAERAH DI INDONESIA

SKRIPSI:

DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN

HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-

SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STARTA SATU DALAM

ILMU HUKUM ISLAM

OLEH:

DEDE SURYANTI

14370033

PEMBIMBING:

DR. AHMAD YANI ANSHORI, M.AG

PRODI SIYASAH/HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018

Page 2: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

ii

ABSTRAK

Pencalonan mantan terpidana dalam pemilihan anggota legislatif, DewanPerwakilan Daerah dan kepala daerah, merupakan sebuah topik yang terusmenerus berlangsung dari tahun 2007 sampai saat ini. Diawali munculnyaPutusan MK No.14-17/PUU-V/2007 yang kemudian secara berurutan berlanjutpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015 danPutusan MK No.71/PUU-XIV/2016, yang berisi mengenai pokok permohonanterhadap syarat telah di pidana 5 (lima) tahun atau lebih. Undang-Undang yangmenjadi objek uji materil terdapat pada bunyi Undang-Undang yang sama dantidak pernah di perbarui makna maupun cakupannya, salah satunya yaitu "Pasal 7huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur,Bupati dan Walikota, berbunyi, “tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkanputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karenamelakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun ataulebih;”

Jenis penelitian ini termasuk penelitian pustaka (Library research) denganpendekatan undang-undang (statute approach), dan pendekatan kasus (caseapproach). Sumber data primer penelitian meliputi peraturan perundang-undangan hukum yang paling tinggi, yaitu Al-Qur'an, Hadist, UUD 1945,Undang-Undang dan beberapa Putusan Mahkamah Konstitusi. Sumber datasekunder meliputi teks hukum berupa buku, jurnal, maupun doktrin hukum yangmampu dijadikan alat untuk mendukung penelitian ini. Sedangkan metode analisisdata yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif dengan metode pengumpulandata Reading dan Writing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permohonan uji materil yangdilakukan secara berurutan mengenai syarat tidak pernah dijatuhi pidana 5 (lima)tahun atau lebih, membuktikan bahwa Pembentuk Undang-Undang telahmenerapkan bunyi pasal yang seharusnya tidak diterapkan kembali. SiyāsahTasyrī‘iyyah memberikan pemodelan pada prinsip legislasi masa RasulullahSAW, bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi tentang pencalonan mantan terpidanabelum diterapkan oleh Pembentuk Undang-Undang sebagai sumber dalampembuatan sebuah produk hukum.

Kata kunci: Mantan Terpidana, Pembentuk Undang-Undang, SiyāsahTasyrī‘iyyah.

Page 3: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015
Page 4: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015
Page 5: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015
Page 6: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

vi

MOTTO:

Menggapai Mimpi Meraih Hari Esok

Bissmillah.. .

----

“Aku sedang berjalan pada peluang-peluang yang

mungkin saja orang lain inginkan, dan aku melihat

orang berjalan pada peluang-peluang yang aku

inginkan. Lalu apa yang harus aku riasukan,

Tidak ada bukan ?.”

Page 7: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

بسم اهللا الرحمن الرحیم

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Dua orang yang tidak pernah henti mendo’akan siang dan malam,membimbing pagi dan petang, memberi keteduhan disetiap harapan,

mengorbankan setiap perjuangan. Sebab tidak akan pernah ada kata yangsempurna, untuk menggambarkan mereka berdua, selain Syurga. Ialah :

Abah tercinta H. Amsarullah dan Mama tercinta Hj. Nana Masriah

Teruntuk Kakak-Kakak ku tersayang,

Kakak pertama ku, Aa Cecep Suryadin yang membawa kebahagiaanbaru dikeluarga kami yaitu Teteh Yulia. Terimakasih Aa Teteh berdua yangtelah menjadi pedoman dan motivator di kala lesu akan perkuliahan.

Teruntuk kakak kedua ku, Teteh Nyai Ai Suryani, terpaut dua tahunusia kita menjadikan Teteh sebagai sahabat terbaik, kebahagian yang terusbertambah dengan hadirnya Aa Iqbal, telah memberi warna dikehidupan kuyang jauh dari rumah.

Untuk dua orang yang selalu di tunggu kehadirannya, membawa tawadan semangat disela-sela masa kuliah, yaitu:

Maryam Arsyila Salsabila dan Khaira Rifatul UlyaDua ponakan Ateu yang Ateu sayangi, semoga dewasa nanti kalian bisa

berbalik menuliskan nama Ateu di skripsi kalian. Baby Girl 8 and 4month.

الحمدهللا

Page 8: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi huruf Arab-Latin yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini

berpedoman pada surat keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

0543b/u/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

HurufArab Nama Huruf Latin Keterangan

Alīf Tidak dilambangkan

Ba’ B Be

Ta’ T Te

ṡa’ ṡ s (dengan titik di atas)

Jīm J Je

Hâ’ ḥ Ha (dengan titik di bawah)

Kha’ Kh K dan h

Dāl D De

Żāl Ż Z (dengan titik di atas)

Ra’ R Er

Za’ Z Zet

Sīn S Es

Syīn Sy Es dan ye

Sâd ṣ Es (dengan titik di bawah)

Dâd ḍ De (dengan titik di bawah)

Page 9: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

ix

Tâ’ ṭ Te (dengan titik di bawah)

Zâ’ ẓ Zet (dengan titik di bawah)

‘Aīn ‘ Koma terbalik ke atas

Gaīn G Ge

Fa’ F Ef

Qāf Q Qi

Kāf K Ka

Lām L ‘el

Mīm M ‘em

Nūn N ‘en

Wāwu W W

Ha’ H Ha

Hamzah ‘ Apostrof

Ya’ Y Ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap

متعددة Ditulis Muta’addidah

عدة Ditulis ‘iddah

Page 10: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

x

C. Ta’ Marbūtah di akhir kata

1. Bila ta’ Marbūtah di baca mati ditulis dengan h, kecuali kata-kata Arab

yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan

sebagainya.

حكمة Ditulis ḥikmah

جزیة Ditulis Jizyah

2. Bila ta’ Marbūtah diikuti dengan kata sandang “al’ serta bacaan kedua

itu terpisah, maka ditulis dengan h

كرامة الأولیاء Ditulis Karāmah al-auliyā’

3. Bila ta’ Marbūtah hidup dengan hârakat fathâḥ, kasraḥ dan dâmmah

ditulis t

زكاة الفطر Ditulis Zakāt al-fiṭr

D. Vokal Pendek

fatḥaḥDitulis A

KasrahDitulis I

ḍammahDitulis U

Page 11: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xi

E. Vokal Panjang

1fatḥaḥ+alif

جاھلیة

Ditulis

Ditulis

Ā

Jāhiliyyah

2fatḥaḥ+ya’ mati

تنسى

Ditulis

Ditulis

Ā

Tansā

3Kasrah+ya’ Mati

كریم

Ditulis

Ditulis

Karīm

4ḍammah+wawu mati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ū

furūḍ

F. Vokal Rangkap

1fatḥaḥ+ya’ mati

بینكم

Ditulis

Ditulis

Ai

bainakum

2fatḥaḥ+wawu mati

قول

Ditulis

Ditulis

Au

Qaul

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata

Penulisan vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan

tanda apostrof (‘)

1 أأنتم Ditulis a’antum

2 لئن شكرتم Ditulis La’in syakartum

Page 12: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xii

H. Kata Sandang Alīf+Lām

1. Bila kata sandangAlīf+Lām diikuti huruf qamariyyah ditulis dengan al.

ألقرآن Ditulis Al-Qur’ān

آلقیاس Ditulis Al-Qiyās

2. Bila kata sandang Alīf+Lāmdiikuti Syamsiyyah ditulis dengan

menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta dihilangkan

huruf l (el)-nya.

السماء Ditulis as-Samā

الشمس Ditulis as-Syams

I. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnkan (EYD).

J. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau

pengucapannya.

Ditulis Żawȋ al-furūḍ

أھل السنة Ditulis ahl as-Sunnah

Page 13: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xiii

K. Pengecualian

Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:

a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur’an, hadis, mazhab,

syariat, lafaz.

b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh

penerbit, seperti judul buku al-Hijab.

c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negara

yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri

Soleh.

d. Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya Toko

Hidayah, Mizan.

Page 14: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xiv

KATA PENGANTAR

الرحیمالرحمناهللابسم

.أشھد هللا رب العالمین وبھ نستعین على أمور الدنیا والدینالحمد

أن ال الھ اال اهللا الملك الحق المبین.وأشھد أن محمدا عبده ورسولھ

وسلم وبارك على سیدنا محمد المبعوث رحمة للعا لمین.اللھم صل

:وعلى الھ واصحبھ أجمعین.أما بعد

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. Tuhan Semesta

alam yang tak pernah lekang memberikan segala bentuk kenikmatan untuk semua

mahluk-Nya. Semoga kita termasuk golongan yang senantiasa bersyukur atas apa

yang telah Allah berikan. penyusun panjatkan atas segala rahmat, nikmat, taufik

dan ‘inayah-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada

Nabi Muhammad Saw yang mencontohkan menjadi sosok yang kuat tanpa

mengeluh, dan segenap keluarga dan para sahabatnya yang tak pernah lelah ikut

memperjuangkan agama Islam.

Sehingga penyusun bisa menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

“Analisis Siyāsah Tasyrī‘iyyah terhadap Pencalonan Mantan Terpidana

menjadi Anggota Legislatif, Dewan Perwakilan Daerah dan Kepala Daerah

di Indonesia”. sebagai bagian dari tugas akhir dalam menempuh studi Sarjana

Strata Satu (S1) Jurusan Hukum Tata Negara di Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 15: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xv

Dengan segenap kerendahan hati, penyusun mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil,

tenaga dan fikiran sehingga penyusunan skripsi tersebut berjalan dengan baik.

Oleh karena itu tak lupa penulis menghaturkan rasa ta’zim dan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Dr. H.Agus Moh Najib, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum, beserta para Wakil Dekan I, II, dan III beserta staf-stafnya.

3. Bapak Drs. H. Oman Fathurohman SW., M.Ag. selaku Ketua Jurusan dan

Bapak Dr. Moh. Tamtowi M. Ag., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Tata

Negara (Siyasah) Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Ahmad Yani Anshori, M.Ag, Selaku Pembimbing yang telah

dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan sampai selesainya

penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan dan keikhalasan bapak diberikan

balasan oleh Allah SWT.

5. Bapak Dr. Ocktoberrinsyah, M.Ag. selaku Penguji I.

6. Bapak Drs. M. Rizal Qosim, M.Si. selaku Penguji II.

7. Bapak dan Ibu Dosen Beserta Seluruh Civitas Akademika Fakutas Syariah

dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Semoga ilmu yang telah

diberikan kepada penulis bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Page 16: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015
Page 17: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... v

MOTTO ................................................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................7

D. Telaah Pustaka .............................................................................8

E. Kerangka Teori.............................................................................12

F. Metode Penelitian.........................................................................15

G. Sistematika Pembahasan ..............................................................19

Page 18: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xviii

BAB II LANDASAN TEORI PERUNDANG-UNDANGAN DAN

TEORI SIYĀSAH TASYRĪ‘IYYAH

A. Peraturan Perundang-Undangan...................................................22

1. Pengertian dan Landasan Hukum Peraturan Perundang-

Undangan…............................................................................22

2. Cakupan Peraturan Perundang-Undangan..............................23

3. Judicial Review (Hak Menguji Peraturan Perundang-

Undangan). .............................................................................23

B. Siyāsah Tasyrī‘iyyah.. ..................................................................27

1. Pengertian Siyāsah Tasyrī‘iyyah. ...........................................29

2. Sumber Tasyrī‘iyyah… ..........................................................31

3. Objek Siyāsah Tasyrī‘iyyah…................................................33

4. Ruang Lingkup Siyāsah Tasyrī‘iyyah… ................................34

5. Prinsip Siyāsah Tasyrī‘iyyah.. ................................................36

C. Hak-Hak dan Kewajiban Warga Negara ......................................40

1. Hak Politik Warga Negara dalam Perundang-Undangan.......43

2. Hak Politik Warga Negara dalam Siyasah Islamiyah ............45

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT

PENCALONAN MANTAN TERPIDANA

A. Putusan MK No.14-17/PUU-V/2007 dan Dasar Hukum

Pelarangan Pencalonan Bagi Mantan Terpidana..........................47

1. Kronologi Pengajuan Permohonan pada Putusan MK

No.14-17/PUU-V/2007 ..........................................................47

Page 19: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xix

2. Materi Muatan Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang

Dianggap Bertentangan dengan Undang-Undang pada

Putusan MK No.14-17/PUU-V/2007 .. ..................................49

3. Putusan dan Dasar Putusan Hakim pada Putusan MK

No.14-17/PUU-V/2007… ......................................................49

B. Putusan MK No.4/PUU-VII/2009 dan Dasar Hukum

Pelarangan Pencalonan pada Putusan MK No.4/PUU-

VII/2009… ...................................................................................52

1. Kronologi Pengajuan Permohonan pada Putusan MK

No.4/PUU-VII/2009… ...........................................................52

2. Materi Muatan Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang

Dianggap Bertentangan dengan Undang-Undang pada

Putusan MK No.4/PUU-VII/2009… ......................................53

3. Putusan dan Dasar Hukum Hakim pada Putusan MK

No.4/PUU-VII/2009. ..............................................................54

C. Putusan MK.No.42/PUU-XIII/2015 dan Dasar Hukum

Pelarangan Pencalonan Bagi Mantan Terpidana…......................57

1. Kronologi Pengajuan Permohonan pada Putusan MK No.

42/PUU-XIII/2015…..............................................................57

2. Materi Muatan Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang

Dianggap Bertentangan dengan Undang-Undang pada

Putusan MK No. 42/PUU-XIII/2015…..................................58

Page 20: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xx

3. Putusan dan Dasar Hukum Hakim pada Putusan MK No.

42/PUU-XIII/2015…..............................................................60

D. Putusan MK No.71/PUU-XIV/2016 dan Dasar Hukum

Pelarangan Pencalonan Bagi Mantan Terpidana..........................62

1. Kronologi Pengajuan Permohonan pada Putusan MK

No.71/PUU-XIV/2016 ..........................................................62

2. Materi Muatan Undang-Undang Pemerintah Daerah yang

Dianggap Bertentangan dengan Undang-Undang pada

Putusan MK No.71/PUU-XIV/2016 … .................................63

3. Putusan dan Dasar Hukum Hakim pada Putusan MK

No.71/PUU-XIV/2016 … ......................................................65

BAB IV HAK POLITIK MANTAN TERPIDANA DI INDONESIA

A. Status Hukum Pencalonan Mantan Terpidana Pasca Putusan

Mahkamah Konstitusi...................................................................67

1. Perkara permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. ...........................67

2. Perkara permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. ...........................68

3. Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota...............69

4. Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota...............69

Page 21: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

xxi

B. Tinjauan Perundang-Undangan dan Siyāsah Tasyrī‘iyyah

terhadap Pencalonan Mantan Terpidana ......................................70

1. Pencalonan Mantan Terpidana dari Perundang-Undangan. ...71

2. Pencalonan Mantan Terpidana dari Siyāsah Tasyrī‘iyyah. ....77

C. Hak dan Kewajiban Mantan Terpidana dalam Pencalonan Pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi.....................................................86

1. Hak Politik Mantan Terpidana dalam Perundang-

Undangan…............................................................................87

2. Hak Politik Mantan Terpidana dalam Siyasah Islamiyyah. ...88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................90

B. Saran.............................................................................................94

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................96

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 22: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pemilihan umum merupakan sarana bagi

masyarakat untuk menentukan pemimpin pilihannya, dimana siapapun berhak

untuk mencalonkan dirinya menjadi kandidat dalam pemilihan. Bagi mereka

yang memperoleh jumlah pemilih tertinggi, maka ialah yang akan di sah kan

menjadi pemimpin pilihan masyarakat untuk menduduki kursi jabatan di

pemerintahan.

Dalam pengisian jabatan pemerintahan, teknis maupun alur dalam

penyelenggaraan pemilihan, telah diatur sendiri di dalam Undang-Undang.

sehingga untuk menentukan seseorang berhak menduduki jabatan sebagai

bagian pemerintahan, semisal pemerintahan daerah terkhusus anggota

legislatif, DPD (Dewan Perwakilan Daerah) maupun kepala daerah, haruslah

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, baik oleh Undang-Undang yang

berkaitan maupun peraturan lainnya yang berlaku.

Salah satunya praktik di lapangan mengenai syarat pencalonan

anggota Legislatif, DPD dan Kepala Daerah, tentu tidak akan selalu dapat

diterima dan bahkan bertolak belakang dengan kepentingan masyarakat luas.

Seperti halnya syarat “Tidak pernah sebagai terpidana karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman penjara minimal 5

(lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

Page 23: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

2

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana.”1

Munculnya persyaratan tersebut bagi seorang mantan terpidana yang

ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, DPD, maupun kepala

daerah, menjadi halangan untuk mengikuti ajang pencalonan. Sehingga

karena persyaratan tersebut, beberapa calon merasa dirugikan sebab tidak bisa

mengikuti pemilihan maupun berbagai macam alasan lainnya.

Ketika kita merujuk pada Pasal 1 butir 32 KUHAP, seseorang

dinyatakan terpidana adalah mereka yang dipidana berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sehingga seorang

yang dinyatakan mantan terpidana ketika mereka telah menyelesaikan seluruh

Pidana.

Berdasarkan Surat Mahkamah Agung Nomor 30/Tuaka.Pid/ IX/2015

tanggal 16 September 2015, Mahkamah Agung berfatwa bahwa yang

dimaksud terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dengan demikian,

mantan terpidana adalah seseorang yang pernah dipidana berdasarkan putusan

pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.2

Seperti halnya Julius Daniel Elias Kaat yaitu ketua DPC PKB Alor

NTT pada Mei 2008 mengajukan permohonan pembatalan Pasal 50 huruf f

UU Pemilu. Julius adalah mantan napi yang berniat mendaftarkan diri

1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang pemilihan Gubernur, Bupati, danWalikota, Pasal 7 ayat (2) huruf g

2 Mahkamah Agung, Nomor 30/Tuaka.Pid/ IX/2015

Page 24: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

3

menjadi caleg DPR dari Partai Kebangkitan Bangsa dari daerah pemilihan

Nusa Tenggara Timur. Namun, MK menolak gugatan Julius dengan

menganggap pasal tersebut bersifat konstitusional bersyarat sesuai putusan

MK NO.14-17/PUU-V/2007.3

Pada putusan ini MK menyebut empat syarat seorang mantan napi

boleh menjadi pejabat publik, yakni: hanya untuk kursi jabatan-jabatan publik

yang dipilih, menunggu waktu jeda selama lima tahun terhitung sejak mantan

napi itu menuntaskan masa tahanan pidananya, mengumumkan kepada publik

secara jujur bahwa yang bersangkutan adalah mantan napi, dan untuk pelaku

kejahatan yang berulang-ulang atau residivis, tertutup pintu baginya untuk

ikut dipilih menjadi pejabat publik.

Pada pemilu 2009 seorang mantan terpidana bernama Robertus Adji

calon legislator untuk DPRD kabupaten Lahat Sumatra Selatan dari PDI

Perjuangan ingin melakukan pencalonan, namun terbentur oleh persyaratan

karena merasa undang-undang berlaku tidak adil pada mantan napi, maka

dilakukan uji materi UU No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilu DPR, DPD dan

DPRD, dan UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintah Daerah ke

Mahkamah Konstitusi.4

Dengan alasan dan berbagai pertimbangan hukum akhirnya

Mahkamah Konstitusi mengabulkan bersyarat permohonan pengujian pasal

3Gatra, Mantan Napi Bisa Menjadi Pejabat Publik, Gatra : Majalah Berita Mingguan,http://arsip.gatra.com/2009-04-02/majalah/artikel.php?pil=23&id=124726, (diakses 3 Maret2018).

4Hukum Online.com, MK Beri Kado Istimewa Untuk Mantan Napi, Hukum Online,http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21546/mk-beri-kado-istimewa-untuk-mantan-napi, (diakses 3 Maret 2018)

Page 25: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

4

12 huruf g, pasal 50 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilu DPR,

DPD dan DPRD, dan pasal 58 huruf f UU No. 12 Tahun 2008 Tentang

Pemerintah Daerah, dengan putusan MK NO.4/PUU-VII/2009.

Selain itu, Soemarmo mantan terpidana kasus suap penyusunan

RAPBD Kota Semarang mengajukan permohonan uji materil atas Pasal 7

huruf g Undang-Undang Nomor 8 tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala

Daerah.5

Pasal tersebut memuat ketentuan bahwa mantan terpidana dilarang

mengikuti pilkada. Pada akhirnya MK mengabulkan permohonan tersebut

pada Pasal 7 huruf g Undang-Undang Nomor 8 tahun 2015 tentang Pemilihan

Kepala Daerah dibatalkan.

Kemudian hal sama terjadi pada Gubernur Gorontalo Rusli Habibie

yang mengajukan uji materiil Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (UU Pilkada). Pengajuan uji

materil ini terjadi karena Rusli Habibie menuntut kepastian hukum atas

dirinya sebagai gubernur, dimana ia memiliki status mantan terpidana yang

telah di gugat SK pemberhentian nya di PTUN Jakarta.

Dalam putusannya, MK menyatakan putusan di kabulkan atas

sebagian Pasal 7 ayat (2) huruf g UU No. 10 Tahun 2016 bertentangan

dengan UUD 1945 secara bersyarat, sepanjang tidak dimaknai “tidak pernah

sebagai terpidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan

hukuman penjara minimal 5 (lima) tahun, atau lebih berdasarkan putusan

5Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Dilema Mantan Narapidana Boleh IkutPilkada,http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=11543#.Wpwlmm1ubIW, (diakses 3 Maret 2018).

Page 26: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

5

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, atau bagi mantan

terpidana telah secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik

bahwa yang bersangkutan mantan terpidana.6

Dalam kasus Rusli Habibie ini, Hakim Konstitusi

mempertimbangkan tiga putusan sebelumnya terkait terpidana atau mantan

terpidana yang mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Tiga putusan

tersebut yakni, Putusan 14-17/PUU-V/2007, Putusan Nomor 4/PUU-

VII/2009, dan Nomor 42/PUU-XIII/2015.

Pada ketiga putusan itu, Mahkamah telah secara tegas menyatakan

sepanjang berkenaan dengan jabatan publik yang pengisiannya dilakukan

melalui pemilihan, pembebanan syarat yang substansinya termuat dalam frasa

“tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang

diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih” adalah

bertentangan dengan Konstitusi jika hal tersebut persyaratannya diberlakukan

begitu saja tanpa pembatasan kepada mantan terpidana.7

Putusan MK tentang kategori diperbolehkan atau tidak nya mantan

terpidana untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, DPD dan

Kepala Daerah, memberikan pertanyaan mengapa syarat bagi calon anggota

6Mochamad Nur, Soal Larangan Mantan Terpidana Maju di Pilkada, Ini Putusan MK,Jawapos.com, https://www.jawapos.com/read/2017/07/19/145342/soal-larangan-mantan-terpidana-maju-di-pilkada-ini-putusan-mk, (diakses 3 Maret 2018)

7Ars,MK Kabulkan Sebagian Uji Materil Gubernur Gorontalo, Mahkamah KonstitusiRepublik Indonesia,http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=13867&menu=2#.Wpwj0m1ubIV, (diakses 3 Maret 2018).

Page 27: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

6

legislatif, DPD, dan kepala daerah mengenai boleh atau tidak nya mantan

terpidana untuk mencalonkan diri masih saja menjadi pembahasan yang

hampir di tiap periode pemilu di ajukan permohonan uji materil di Mahkamah

Konstitusi.

Belum lagi pandangan yang tidak begitu saja diterima oleh

masyarakat luas. Sebab masyarakat menganggap bahwa seorang mantan

yang pernah dipenjara adalah seorang yang cacat moral dan identik

dengan perbuatan yang tidak baik. Pada akhirnya masyarakat memberikan

cap atau lebel yang kurang baik terhadap mantan terpidana.8

Terlepas dari alasan para pemohon uji materil mengenai putusan

Mahkamah Konstitusi yang diberlakukan pasca ketuk palu maupun Undang-

Undang yang dijadikan objek uji materil, secara teoritis, pengisian jabatan

anggota legislatif, Dewan Perwakilan Daerah dan kepala daerah adalah objek

dari studi ilmu politik, namun aspek legal/yuridis dari politik praktis adalah

objek studi dari hukum tata negara. Sebab membahas status mantan terpidana

berarti membahas mengenai hak warga negara, seperti yang tertuang dalam

Pasal 28D ayat 3 UUD 1945 bahwa Hak warga negara untuk memperoleh

kesempatan dalam pemerintahan. Setiap warga negara berhak untuk ikut serta

dalam proses pemerintahan yang diatur dalam Undang-undang.9

Tulisan ini berisi studi tentang hukum tata negara sebab terdapat

analisis mengenai status mantan terpidana dalam pencalonan. Baik dilihat

8Musyafiatun, Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam Volume 4, Nomor 2,Oktober 2014, Pencalonan Mantan Narapidana Sebagai Anggota Legislatif Perspektif FikihSiyasah, hlm 427

9 Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28D ayat 3.

Page 28: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

7

dari sisi perundang-undangan Indonesia secara umum, maupun teori Siyāsah

Tasyrī‘iyyah yang membahas pemberlakuan dan penetapan perundang-

undangan. Sehingga penyusun tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Analisis Siyāsah Tasyrī‘iyyah terhadap Pencalonan Mantan

Terpidana menjadi Anggota Legislatif, Dewan Perwakilan Daerah dan

Kepala Daerah di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penyusun dapat

menarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang dan dasar hukum putusan MK mengenai

pencalonan mantan terpidana menjadi anggota Legislatif, DPD

(Dewan Perwakilan Daerah) dan Kepala daerah di Indonesia?

2. Bagaimana sudut pandang Siyāsah Tasyrī‘iyyah mengenai

implementasi putusan MK tentang pencalonan mantan terpidana

menjadi anggota Legislatif, DPD (Dewan Perwakilan Daerah) dan

kepala daerah di Indonesia?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

Mengenai tujuan penyusunan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan latar belakang dan dasar hukum putusan MK

mengenai pencalonan mantan terpidana menjadi anggota legislatif,

DPD (Dewan Perwakilan Daerah) dan Kepala daerah di Indonesia.

Page 29: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

8

b. Untuk menjelaskan sudut pandang Siyāsah Tasyrī‘iyyah mengenai

implementasi putusan MK tentang pencalonan mantan terpidana

menjadi anggota Legislatif, DPD (Dewan Perwakilan Daerah) dan

kepala daerah di Indonesia.

c. Untuk mengetahui kekuatan hukum yang mengikat mengenai

pencalonan mantan terpidana menjadi anggota Legislatif, DPD

(Dewan Perwakilan Daerah) dan kepala daerah di Indonesia.

2. Kegunaan

Dalam penyusunan dan penelitian ini, adapun kegunaan yang akan

dicapai sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna dan

bermanfaat bagi pengembangan keilmuan, khususnya hukum tata

negara dan politik hukum, serta menambah referensi keilmuan pada

umumnya.

b. Secara ptaktis, dapat digunakan sebagai rujukan dalam mempelajari

ilmu perundang-undangan atau menjadi pertimbangan dalam

pengambilan keputusan dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan dimasa yang akan datang.

D. Telaah Pustaka

Setelah melakukan pencarian bahan penelitian terkait tema mengenai

“Analisis Siyāsah Tasyrī‘iyyah terhadap Pencalonan Mantan Terpidana

menjadi Anggota Legislatif, DPD dan Kepala Daerah di Indonesia”,

ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan tema dan pembahasan

Page 30: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

9

penyusunan ini. Akan tetapi, ada beberapa literatur yang ditemukan memiliki

perbedaan artikulasi pembahasan dengan skripsi ini. adapun diantaranya

sebagai berikut:

Pertama, skripsi Gugum Ridho Putra “Hak Mantan Terpidana

Untuk Dipilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah”,10 karya ini

diterbitkan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2010. Penelitian

tersebut berisi tentang syarat konstitusional mengenai hak mantan terpidana

berdasarkan putusan MK yang membatalkan larangan berpolitik bagi mantan

terpidana, akan tetapi memberikan syarat-syarat keberlakuan yang limitatif

yang tertuang dalam Undang-Undang No 12 tahun 2008 tentang perubahan

Undang-undang No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Kedua, skripsi yang disusun oleh Musyafiatun “Analisis Fiqih

Siyāsah Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi No. 4/PUU-VII/2009

Tentang Pencalonan Mantan Terpidana Menjadi Anggota Legislatif, DPD

Dan Kepala Daerah”,11 karya ini diterbitkan di Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2009.

Menjelaskan bagaimana implikasi hukum dari putusan MK No. 4/PUU-

VII/2009 dan menjelaskan tinjauan fiqih Siyāsah mengenai pencalonan

mantan terpidana tersebut

10Gugum Ridho Putra, Hak Mantan Narapidana Untuk Dipilih Dalam Pemilihan UmumKepala Daerah, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2012

11Musyafiatun, Analisis Fiqih Siyasah Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi No.4/PUU-VII/2009 Tentang Pencalonan Mantan Narapidana Menjadi Anggota Legislatif, DPD DanKepala Daerah, Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan AmpelSurabaya, 2009

Page 31: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

10

Ketiga, Jurnal yang disusun oleh Musyafiatun dengan judul

“Pencalonan Mantan Terpidana Sebagai Anggota Legislatif Persfektif Fikih

Siyāsah”,12 jurnal ini diterbitkan pada tahun 2014. Penelitian tersebut

membahas mengenai pencalonan mantan terpidana sebagai anggota legislatif

berdasarkan putusan MK No.4/PUU-VII/2009 yang memperbolehkan mantan

terpidana sebagai anggota legislatif, DPD dan kepala daerah dengan syarat-

syarat tertentu dengan dasar pertimbangan bahwa Mahkamah Konstitusi

mempunyai wewenang untuk menguji, mengadili dan memutus perkara

No.4/PUU-VII/2009 yang memperbolehkan mantan terpidana sebagai

anggota legislatif, DPD dan kepala daerah dengan syarat-syarat tertentu

adalah sejalan dengan konsep Siyāsah dusturiyyah yang mencakup hak-hak

umat.

Keempat, Jurnal dari Muhamad Aldy Firdaus dan Hananto Widodo

“Implikasi Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Mantan

Terpidana Yang Menjadi Calon Kepala Daerah (Analsis Putusan MK Nomor

42/PUU-XIII/2015)”, penelitian tersebut menjelaskan bahwa penafsiran

majelis hakim konstitusi membagi norma Pasal 7 huruf g Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Pemilihan Kepala Daerah kedalam tiga bagian

pokok yakni, membedakan antara norma dengan penjelasan. Secara garis

besar Majelis menggunakan interpretasi harfiah dan fungsional. Implikasi

Putusan tersebut jelas menghambat jalannya pemilihan kepala daerah secara

serentak dan menimbulkan terjadinya permasalahan hukum yang baru. Pada

12Musyafiatun, Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam Volume 4, Nomor 2,Oktober 2014, Pencalonan Mantan Narapidana Sebagai Anggota Legislatif Perspektif FikihSiyasah.

Page 32: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

11

putusan MK No. 42/PUU-XIII/2015 seharusnya Majelis Hakim MK

mempunyai pendirian yang tetap dengan putusan sebelumnya dan

memasukkan bunyi penjelasan ke dalam norma undang-undang tersebut.13

Kelima, Buku karangan Abul A’la Al-Maududi yang berjudul

“Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam”, menjelaskan mengenai prinsip-

prinsip pertama negara Islam yang menjelaskan pembentukan Dewan

permusyawaratan dari segi persyaratan-persyaratan nya dengan mengambil

contoh peristiwa hijrah Nabi SAW bersama para tokoh berpengaruh dari

Mekkah ke Madinah. Selain itu, mengidentifikasi bagaimana pemaparan

bentuk parlemen era klasik masa Nabi dengan pemerintahan modern.14

Keenam, buku karangan Abdul Wahhab Kallaf, yang berjudul

“Khulashah Tarikhit Tasyrī Al Islami (Sejarah Legislasi Islam:

Perkembangan Hukum Islam)”, menjelaskan mengenai pengkategorian

legislasi pada masa Rasulullah SAW sampai dengan masa Taqlid.15

Ketujuh, buku karangan Maria Farida Indrati S, yang berjudul “Ilmu

Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan”, menjelaskan

mengenai perundang-undangan secara teroritis maupun penelitian teoritis,

13 Muhamad Aldy Firdaus dan Hananto Widodo, Implikasi Yuridis Putusan MahkamahKonstitusi Terhadap Mantan Narapidana Yang Menjadi Calon Kepala Daerah (Analsis Putusan MKNomor 42/PUU-XIII/2015), Jurnal Mahasiswa Unesa, Ilmu Hukum, FISH, Universitas NegeriSurabaya, 2017.

14 Abul A’la Al-Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan dari TheIslamic Law and Constitution, alih Bahasa Asep Hikmat, Cet. Ke-4 (Bandung: Penerbit Mizan,1995), hlm.259.

15Abdul Wahhab Khallaf, Khulashah Tarikhit Tasyrī Al Islami (Sejarah Legislasi Islam:Perkembangan Hukum Islam), Terj. Sjinqithy Djamaluddin, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994)

Page 33: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

12

mengenai tanggapan dari suatu Undang-Undang, semisal perjalanan Hierarki

perundang-undangan Indonesia dahulu sampai yang terbaru.16

E. Kerangka Teoritik

1. Peraturan Perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan merupakan perundang-undangan

atau wetgeving, gezetsgebung, legislation mengandung dua arti, yaitu :

pertama, proses pembentukkan peraturan-peraturan negara dari jenis

yang tertinggi sampai yang terendah yang dihasilkan secara atribusi atau

delegasi dari kekuasaan perundang-undangan; kedua, keseluruhan produk

peraturan Negara tersebut.17

Sedangkan Teori Perundang-undangan (Gesetzgebungstheorie),

yaitu berorientasi pada mencari kejelasan dan kejernihan makna atau

pengertian-pengertian dan memiliki sifat kognitif.18

Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, dirumuskan tentang

pengertian peraturan perundang-undangan, yang dirumuskan sebagai

peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang dan mengikat secara umum.19

Maria Farida memaparkan bahwa cakupan perundang-undangan

tidak hanya mengenai proses pembentukkan atau perbuatan membentuk

16 Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007)

17Sudirman Tebba, Sosiologi Hukum Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2003), hlm. 1-2.

18 Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007),hlm.819 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan, Pasal 1

Page 34: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

13

peraturan negara, namun sekaligus pembahasan tentang keseluruhan

pembentukkan peraturan negara baik di pusat maupun di daerah.20

Karena begitu luasnya cakupan perundang-undangan,

memungkinkan adanya pengujian norma hukum sebagai bentuk dari

adanya kontrol atau pengawasan melalui mekanisme kontrol norma

hukum.21 Mekanisme kontrol norma hukum dapat dilakukan dengan

pengawasan atau pengendalian politik, pengendalian administrasi, atau

melalui kontrol hukum (Judicial).

Judicial atau hak menguji lebih sering di kenal dengan judicial

review, yaitu hak menguji peraturan perundang-undangan yang diberikan

kepada kekuasaan yudikatif.22 Yudikatif dalam hal ini ialah Mahkamah

Konstitusi dan Mahkamah Agung. Mahkamah Konstitusi bertugas

menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar). Sedangkan

Mahkamah Agung bertugas menguji peraturan perundang-undangan di

bawah undang-undang.23

Peraturan perundang-undangan sebagai satu kesatuan sistem

yang tidak dapat dipisahkan baik secara formalitas maupun materinya,

tidak selalu berjalan sebagai mana mestinya, maka sistem tersebut akan

timpang dan menghasilkan suatu produk yang cacat hukum.

20Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hlm.13

21Ni’matul Huda, Problematika Pembatalan Peraturan Daerah, (Yogyakarta: FH UII Press,2010), hlm. 72

22 Imam Soebechi, Hak Uji Materil, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hlm.10623 Ibid, hlm.151

Page 35: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

14

Dalam Konsiderans Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang

Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan,

diantaranya di rumuskan: bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan atas hukum perlu mempertegas sumber hukum yang

merupakan pedoman bagi penyusunan peraturan perundang-undangan

Republik Indonesia.

Sehingga pada Pasal 1 Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 ini,

disebutkan bahwa sumber hukum dari pembuatan perundang-undangan

adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan

perundang-undangan yang terdiri atas sumber hukum tertulis dan sumber

hukum tidak tertulis.

2. Siyāsah Tasyrī‘iyyah

Siyāsah menurut Abdul wahab Khallaf merupakan pengaturan

perundangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban dan

kemaslahatan serta untuk mengatur keadaan.24 Sedangkan menurut

Abdurrahman Taj dalam tulisannya yang bertajuk as-Siyāsah al-

Syar’iyyah wa al-Fiqh al-Islami, Siyāsah dilihat dari sumbernya dapat

dibagi dua, yaitu Siyāsah Syar‘iyyah dan Siyāsah Wad‘iyyah.25

Abdul Wahhab Khallaf dalam as-Siyāsah asy-Syar’iyyah,

membagi fikih Siyāsah dalam tiga bidang kajian, yaitu Siyāsah

24 Abdul Wahhab Khallaf, Politik Hukum Islam, terjemahan dari Al-Siyasah Al- Syar’iyyah,alih Bahasa Zainudin Adnan, Cet. Ke- 2 (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005), hlm. 25

25 Abdurrahman Taj, as-Siyasah al-Syar’iyyah wa al-Fiqh al-Islami, (Mesir: Mathba'ah Daral-Ta'lif, 1993), hlm. 10

Page 36: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

15

Dusturiyah (ketatanegaraan), Siyāsah Kharijiyyah (politik luar negeri),

dan Siyāsah Maliyah (ekonomi).

Abdurrahman Taj dalam as-Siyāsah al-Syar’iyyah wa al-Fiqh

al-Islami membagi kajian fikih Siyāsah secara lebih rinci ke dalam tujuh

kajian, yaitu Siyāsah Dusturiyyah, Siyāsah Tasyrī‘iyyah, Siyāsah

Qadaiyyah (peradilan), Siyāsah Maliyah (keuangan), Siyāsah Idariyyah

(administrasi), Siyāsah Tanfiziyyah (eksekutif), dan Siyāsah Kharijiyyah

(luar negeri).

Siyāsah Tasyrī‘iyyah membahas pemberlakuan undang-undang

dan penetapan ketentuan perundang-undangan mengenai cakupan

maupun penerapan kewenangan nya. Guna untuk mengukur apakah

sebuah undang-undang efektif diberlakukan atau sebaliknya.26 Esensinya,

Siyāsah Tasyrī‘iyyah mencakup implementasi peraturan perundang-

undangan yang ada.

F. Metode Penelitian

Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan,

yang mana tersusun atas kerangka berfikir dan gagasan secara beraturan serta

memiliki arah dan konteks yang sesuai dengan maksud dan tujuan. Secara

ringkas, metode ialah suatu sistem berbuat. Karena berupa sistem maka

26brahim al-Ni'mah, Ushul al-Dusturiy fil Islam, hlm. 44

Page 37: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

16

metode merupakan seperangkat unsur-unsur yang membentuk suatu

kesatuan.27

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu.

Sistematis adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan suatu system.

Konsisten adalah tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu

kerangka tertentu.28 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan ini adalah

penelitian pustaka (Library reseach) yaitu suatu penelitian yang

menggunakan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat

serta mengolah bahan penelitiannya.29 Seperti dari beberapa tulisan, baik itu

dalam bentuk buku, jurnal, skripsi, artikel, dan data-data dari arsip yang

berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan.

2. Sifat Penelitian

27Tejoyuwono Notohadiprawiro, Metode Penelitian dan Penulisan Ilmiah, PublikasiDosen, Faperta, Universitas Gadjah Mada,http://faperta.ugm.ac.id/download/publikasi_dosen/tejoyuwono/1991/1992%20meto.pdf, 1999

28Soerjono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum, Cet. 2010 (Jakarta: UI Press), hlm. 42

29Mustika Zed, Metode Penelitian Perpustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Nasional,2004),hlm. 2

Page 38: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

17

Sifat penelitian yang penyusun gunakan adalah penelitian deskriptif

analitik, yaitu penelitian yang menyelesaikan masalah dengan cara

mendeskripsikan masalah melalui pengumpulan, penyusunan, analisis data

kemudian di jelaskan dan selanjutnya diberikan penilaian.30

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang akan penyusun gunakan adalah pendekatan

undang-undang (statute approach), dan pendekatan kasus (case approach).

Pendekatan perundangan-undangan adalah pendekatan yang dilakukan

dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang ditangani. Pendekatan kasus adalah pendekatan yang

dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan

dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap.31

Pendekatan dilakukan karena penyusun akan mengumpulkan bahan

berupa keputusan MK yang berkaitan dengan pencalonan mantan terpidana

menjadi anggota legislatif, DPD dan Kepala daerah agar mendapatkan hasil

penelitian terbaik karena setiap metode pendekatan mempunyai fungsi yang

berbeda.

4. Sumber Data

a. Data primer

30Riantoadi, Metodologoi Penelitian Sosial dan Hukum, ( Jakarta: Gramnit, 2004 ),Hlm.128

31 Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum: Edisi Revisi, (Jakarta: Prenada Media,2017),hlm. 136.

Page 39: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

18

Data primer yang penyusun gunakan meliputi putusan

Mahkamah Konstitusi yang berkaitan dengan pencalonan mantan

terpidana menjadi anggota legislatif, DPD dan Kepala daerah seperti:

1. Undang-Undang Dasar

2. Putusan MK No.14-17/PUU-V/2007

3. Putusan MK No.4/PUU-VII/2009

4. Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

5. Putusan MK No.71/PUU-XIV/2016

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Pemerintahan Daerah.

8. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati dan Walikota.

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati dan Walikota.

b. Data sekunder

Data sekunder yang akan penyusun gunakan bersumber dari

kepustakaan, dan dari dokumen publikasi yang sudah ada sebelum-

sebelum nya. Seperti:

Page 40: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

19

1. Jurnal

2. Skripsi

3. Majalah

4. Buku

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini

menggunakan metode antara lain:

a. Reading, yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur

yang berkenaan dengan tema penelitian.

b. Writing, yaitu mencatat data yang berkenaan dengan penelitian.

6. Teknik Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis kualitatif yaitu dengan menganalisis dan menguraikan data

yang telah dikumpulkan berdasarkan pendekatan perundang-undangan dan

pendekatan kasus. Sehingga mudah dibaca, diberi arti atau diinterprestasikan

kemudian dari analisis bahan hukum tersebut ditarik kesimpulan yang

menjadi data khusus.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika penyusun yang akan di bahas pada penelitian ini dibagi

menjadi lima bab yang akan saling berkaitan antara bab satu dengan bab

Page 41: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

20

lainnya. Untuk mempermudah dalam membacanya, penyusun membuat

sistematika pembahasan skripsi sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

Bab II Landasan Teori Perundang-Undangan dan Teori

Siyāsah Tasyrī‘iyyah

Bab ini meliputi : Kerangka teori yang

menggambarkan secara komprehensif aspek teori

dasar, yang berfokus pada Perundang-Undangan dan

konsep Siyāsah Tasyrī‘iyyah.

Bab III Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

Pencalonan Mantan Terpidana

Bab ini meliputi: Gambaran mengenai munculnya

Putusan MK terkait pencalonan mantan terpidana

menjadi anggota legislatif, DPD dan kepala daerah

dari mulai Putusan MK No.14-17/PUU-V/2007,

Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.

42/PUU-XIII/2015 dan Putusan MK No.71/PUU-

XIV/2016.

Bab IV Analisis Mantan Terpidana di Indonesia

Page 42: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

21

Bab ini meliputi: penjelasan tentang perundang-

undangan dan analisis Siyāsah Tasyrī‘iyyah terhadap

pencalonan mantan terpidana menjadi anggota

Legislatif, DPD dan Kepala Daerah, dan analisis

rangkaian putusan Mahkamah Konstitusi No.14-

17/PUU-V/2007, Putusan MK No.4/PUU-VII/2009,

Putusan MK No. 42/PUU-XIII/2015, dan Putusan MK

No.71/PUU-XIV/2016.

Bab V Penutup

Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan rumusan

singkat sebagai jawaban atas permasalahan yang ada

dalam penelitian.

Page 43: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian skripsi yang

berjudul “Analisis Siyāsah Tasyrī‘iyyah terhadap Pencalonan Mantan

Terpidana menjadi Anggota Legislatif, DPD dan Kepala Daerah di

Indonesia”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, latar belakang munculnya Putusan Mahkamah Konstitusi

mengenai pencalonan mantan terpidana pada ke 4 (empat) putusan MK

yaitu Putusan MK No.14-17/PUU-V/2007 berasal dari permohonan uji

materiil Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Putusan MK No. 4/PUU-VII/2009 berasal dari

permohonan uji materiil Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, Putusan MK No. 42/PUU-

XIII/2015 berasal dari permohonan uji materiil Pasal 7 huruf g Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2015, dan Putusan MK No.71/PUU-XIV/2016

berasal dari permohonan uji materiil Pasal 7 ayat (2) huruf g Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2016. keseluruhannya berisi mengenai

persyaratan pemilihan yang berbunyi: “Tidak pernah sebagai terpidana

karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman penjara

minimal 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap..”. Adanya persyaratan tersebut

membuat mantan terpidana yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota

Page 44: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

90

legislatif, Dewan Perwakilan Daerah, maupun kepala daerah, terhalang

pencalonannya sekaligus dirugikan. Kemudian, dasar hukum Mahkamah

Konstitusi dalam memutuskan Putusan terkait pencalonan mantan

terpidana yaitu:

1). Pada Putusan MK No.14-17/PUU-V/2007 dengan Putusan di

tolak, Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa Pasal 58 huruf f UU

Pemda, tidak bertentangan dengan UUD 1945, sehingga pada saat itu

permohonan tidak cukup beralasan kemudian tidak mencakup tindak

pidana yang lahir karena kealpaan ringan (culpa levis) dan tindak pidana

karena alasan politik tertentu serta dengan mempertimbangkan sifat

jabatan tertentu yang memerlukan persyaratan berbeda

2). Putusan MK No.4/PUU-VII/2009 dengan Putusan mengabulkan

permohonan Pemohon untuk sebagian, Mahkamah Konstitusi berpendapat

bahwa permohonan pada saat itu diterima dikarenakan inkonstitusional

bersyarat (conditionally unconstitutional) agar tidak menyalahi moralitas

hukum dan moralitas konstitusi. sepanjang tidak memenuhi syarat-syarat:

a. tidak berlaku untuk jabatan publik yang dipilih (elected officials);

b. berlaku terbatas jangka waktunya hanya selama 5 (lima) tahun

sejak terpidana selesai menjalani hukumannya; c. dikecualikan bagi

mantan terpidana yang secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada

publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana; d. bukan sebagai

pelaku kejahatan yang berulang-ulang.

Page 45: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

91

3). Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015 dengan Putusan

mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian, Mahkamah

Konstitusi berpendapat dengan dasar inkonstitusional bersyarat

(conditionally unconstitutional), secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai

dikecualikan bagi mantan terpidana yang secara terbuka dan jujur

mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan

terpidana; tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat

sepanjang tidak dimaknai dikecualikan bagi mantan terpidana yang secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana;

4). Putusan MK No.71/PUU-XIV/2016 dengan putusan

mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian, Mahkamah

Konstitusi berpendapat bahwa pensyaratan mantan terpidana disesuaikan

dengan putusan sebelumnya yaitu inkonstitusional bersyarat (conditionally

unconstitutional). Secara bersyarat (conditionally unconstitusional)

bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat secara bersyarat sepanjang kata terdakwa tidak dimaknai

melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)

tahun atau lebih, karena melakukan :Tindak pidana terorisme, Tindak

pidana korupsi, Tindak pidana makar, Tindak pidana terhadap keamanan

negara atau tindak pidana karena melakukan perbuatan lain yang dapat

memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kecuali kealpaan

dan tindak pidana politik dalam pengertian suatu perbuatan yang

Page 46: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

92

dinyatakan sebagai tindak pidana dalam hukum postif hanya karena

pelakunya mempunyai pandangan politik yang berbeda dengan rezim yang

sedang berkuasa.

Kedua, implementasi putusan Mahkamah Konstitusi mengenai

pencalonan mantan terpidana dapat di ukur dengan adanya permohonan uji

materiil ke Mahkamah Konstitusi. Permohonan uji materil yang dilakukan

secara berurutan, dapat dilihat dari data mengenai pokok permohonan uji

materil, yaitu mengenai syarat tidak pernah dijatuhi pidana 5 (lima) tahun

atau lebih. Pembentuk Undang-Undang kembali menerapkan bunyi pasal

yang seharusnya tidak diterapkan kembali dikarenakan sudah ada putusan

final dari Mahkamah Konstitusi mengenai pensyaratan calon mantan

terpidana. Seharusnya Undang-Undang yang terus berganti semenjak

Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 7 huruf g Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota,

Pasal 7 ayat (2) huruf g Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, dapat di perjelas cakupan

makna dan cakupan bunyi pasalnya, agar tidak terjadi lagi pengajuan uji

materil pada pasal yang sama. Maka jika dilihat dari Siyāsah Tasyrī‘iyyah,

Putusan Mahkamah Konstitusi tentang pencalonan mantan terpidana

menjadi anggota legislatif, DPD dan Kepala Daerah belum diterapkan oleh

Pembentuk Undang-Undang sebagai sumber dalam pembuatan sebuah

Page 47: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

93

produk hukum, karena sebuah produk hukum haruslah dibuat dengan

melihat kasus-kasus sebelumnya, hal ini didasarkan agar legislasi bisa

menutupi dan memperteguh kemaslahatan bersama, sesuai dengan pinsip

legislasi di masa Rasulullah. Yaitu :

Prinsip Berangsur-angsur dan bertahap dalam menetapkan hukum,

yaitu seharusnya peraturan yang terus menerus dibuat harusnya memuat isi

hukum yang lebih jelas lagi bagi status mantan terpidana.

prinsip mengurangi pembuatan undang-undang, Sebab adanya

undang-undang yang baru memang memberikan manfaat bagi

perkembangan hukum. Namun, tentu dengan adanya undang-undang baru,

maka cakupan mantan terpidana yang dibolehkan mencalonkan diri juga

berubah,

prinsip Memudahkan dan meringankan beban, Pengajuan ke

Mahkamah konstitusi memerlukan banyak waktu yang menyita bagi para

mantan terpidana, sehingga seharusnya putusan MK dibuat bukanlah untuk

mempersulit atau membingungkan warga negara dengan cakupan syarat

conditional unconstitutional yang berbeda.

Prinsip Berlakunya Undang-undang sepanjang kemaslahatan

manusia, yang artinya bahwa pembentuk undang-undang haruslah

memeriksa sebab dari dibentuknya perundang-undangan yang disesuaikan

dengan Urf atau adat bangsa Indonesia, agar adanya keseimbangan antara

hak masyarakat umum dan bagi mantan terpidana

B. Saran

Page 48: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

94

Setelah penyusun melakukan penelitian skripsi yang berjudul

“Analisis Siyāsah Tasyrī‘iyyah terhadap Pencalonan Mantan Terpidana

menjadi Anggota Legislatif, DPD dan Kepala Daerah di Indonesia”,

karya ini masih memiliki celah dimana pencalonan mantan terpidana di

Indonesia senantiasa bergulir dinamis, baik dari perundang-undangan yang

mengatur maupun dari keputusan pembentuk undang-undang yang terus

berkembang.

Penelitian ini bukanlah akhir untuk menjawab persoalan yang ada

saat ini tentang Pencalonan mantan terpidana, namun penelitian ini

merupakan langkah awal untuk menjawab persoalan-persoalan mengenai

dinamika ketatanegaraan di indonesia.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari berbagai pihak, agar nantinya dapat dilakukan perbaikan. Semoga

hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk kedepannya.

Page 49: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

96

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Quran/ Tafsir Al-Qur’an

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : Sygma,

2005

2. Undang-Undang Dasar

Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

3. Putusan

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14-17/PUU-V/2007.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 4/PUU-VII/2009.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 42/PUU-XIII/2015.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 71/PUU-XIV/2016.

Putusan Mahkamah Agung Nomor 30/Tuaka.Pid/ IX/2015.

4. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur,Bupati dan Walikota.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi.

Page 50: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

97

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur,Bupati dan Walikota.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang PembentukkanPeraturan Perundang-Undangan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan UmumAnggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanDaerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

5. Lain-Lain

Hasan Khalil, Rasyid, Tarikh Tasyrī: Sejarah Legislasi Hukum Islam,Cet.3, Jakarta: Grafika Offset, 2015.

Majid Khon, Abdul, Ikhtisar Tarikh : Sejarah Pembinaan HukumIslam dari Masa ke Masa, Jakarta: Amzah, 2013.

Taj, Abdurrahman, as-Siyāsah al-Syar’iyyah wa al-Fiqh al-Islami,Mesir: Mathba'ah Dar al-Ta'lif, 1993.

An-Ni’mah, Ibrahim, Ushul al ’ al Dustury fil Islam, Bahgdad :Dewan al Waqf al Sany, 2009.

Bik, Hudhari, Tarikh k (Sejarah Pembentukkan Hukum Islam), Terj.Mohammad Zuhri, Semarang: Daarul Ihya, 1980.

Farid MW, Nashr, Qawa’id Fiqhiyyah, Jakarta: Amzah, 2009.

Page 51: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

98

Wahab Khallaf, Abdul, Khulaashah Taarikh Tasyrī Al-Islami(Perkembangan Sejarah Hukum Islam), Terj. AhyarAminudin, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000.

Wahhab Khallaf, Abdul, Politik Hukum Islam, terjemahan dari Al-Siyāsah Al- Syar’iyyah, alih Bahasa Zainudin Adnan, Cet.Ke- 2 Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005.

A’la Al-Maududi, Abul, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam,Terjemahan dari The Islamic Law and Constitution, alihBahasa Asep Hikmat, Cet. Ke-4, Bandung: Penerbit Mizan,1995.

Ibnu Syarif, Mujar, Fiqih Siyāsah, Jakarta : Erlangga, 2008.

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Pengantar Siyāsah Syar‘iyyah , Yogyakarta:Madah, 1997.

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqih, Jakarta: Bulan Bintang,1978.

Anwar, Rosihon, Ulum Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Suparta, Munzier, Ilmu Hadist, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Fahmi, Mutiara, Prinsip Dasar Hukum Politik Islam dalam Perspektifal-Qur'an, Petita, Volume 2, Nomor 1, April 2017.

Farida Indrati S, Maria, Ilmu Perundang-Undangan, Yogyakarta:Kanisius, 2007.

Tebba, Sudirman, Sosiologi Hukum Islam, Yogyakarta: UII Press,2003.

Page 52: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

99

Huda, Ni’matul, Problematika Pembatalan Peraturan Daerah,Yogyakarta: FH UII Press, 2010.

Soebechi, Imam, Hak Uji Materil, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Peneltian Hukum, Cet. 2010 Jakarta:UI Press.

Zed, Mustika, Metode Penelitian Perpustakaan, Jakarta: YayasanObor Nasional, 2004.

Riantoadi, Metodologoi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta:Gramnit, 2004.

Rahman, Abd, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi,Makassar: Celebes Media Perkasa, 2017.

Musyafiatun, Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan IslamVolume 4, Nomor 2, Oktober 2014, Pencalonan MantanTerpidana Sebagai Anggota Legislatif Perspektif FikihSiyāsah.

Ridho Putra, Gugum, Hak Mantan Terpidana Untuk Dipilih DalamPemilihan Umum Kepala Daerah, Skripsi, Fakultas Hukum,Universitas Indonesia, 2012.

Musyafiatun, Analisis Fiqih Siyāsah Terhadap Putusan MahkamahKonstitusi No. 4/PUU-VII/2009 Tentang PencalonanMantan Terpidana Menjadi Anggota Legislatif, DPD DanKepala Daerah, Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2009.

Musyafiatun, Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan IslamVolume 4, Nomor 2, Oktober 2014, Pencalonan MantanTerpidana Sebagai Anggota Legislatif Perspektif FikihSiyāsah.

Page 53: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

100

Yasin, Johan, Syiar Hukum: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum FakultasHukum Universitas Islam Bandung (UNISBA), Maret, 2009,Hak Asasi Manusia dan Hak Serta Kewajiban WargaNegara dalam Hukum Positif Indonesia, Dosen FakultasPendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IKIP NegeriGorontalo.

Fahmi, Khairul, Pergeseran Pembatasan Hak Pilih dalam RegulasiPemilu dan Pilkada, Jurnal Konstitusi, Volume 14. Nomor4, Desember 2017.

Aldy Firdaus, Muhamad dan Hananto Widodo, Implikasi YuridisPutusan Mahkamah Konstitusi Terhadap MantanTerpidana Yang Menjadi Calon Kepala Daerah (AnalsisPutusan MK Nomor 42/PUU-XIII/2015), Jurnal MahasiswaUnesa, Ilmu Hukum, FISH, Universitas Negeri Surabaya,2017.

Budi Wasito, Wiwik, Mantan Terpidana Uji Ulang UU Pemdatentang Syarat Calon Kepala Daerah Majalah Konstitusi:Berita Mahkamah Konstitusi, No.32 September 2009.

M. Hantoro, Novianto, Perumusan Putusan MK dalam PerubahanKedua UU Pilkada, Majalah Info Singkat, Vol. VIII, No.08/II/P3DI/April/2016.

Marhaen Paransi, Daniel, Implikasi Hukum Putusan MahkamahKonstitusi Nomor 42 Tahun 2015 terhadap PilkadaSerentak, Lex Crimen, Vol. VI/No. 3/Mei/2017.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono, Metode Penelitian dan PenulisanIlmiah, Publikasi Dosen, Faperta, Universitas GadjahMada, http://faperta.ugm.ac. id/download/publikasi_dosen/tejoyuwono/1991/1992%20meto.pdf, 1999.

Gatra, Mantan Napi Bisa Menjadi Pejabat Publik, Gatra : MajalahBerita Mingguan, http://arsip.gatra.com/2009-04-

Page 54: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

101

02/majalah/artikel.php?pil=23&id=124726, diakses 3 Maret2018.

Hukum Online.com, MK Beri Kado Istimewa Untuk Mantan Napi,Hukum Online, http://www.hukumonline.com /berita/ baca/hol21546/mk-beri-kado-istimewa-untuk-mantan-napi,diakses 3 Maret 2018.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Dilema Mantan TerpidanaBoleh Ikut Pilkada, http://www. Mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=11543#.Wpwlmm1ubIW, diakses 3 Maret 2018.

Nur, Mochamad, Soal Larangan Mantan Terpidana Maju di Pilkada,Ini Putusan MK, Jawapos.com, https://www.jawapos.com/read/2017/07/19/145342/soal-larangan-mantan-terpidana- maju-di-pilkada-ini-putusan-mk, diakses 3 Maret2018.

Ars,MK Kabulkan Sebagian Uji Materil Gubernur Gorontalo,Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=13867&menu=2#.Wpwj0m1ubIV, diakses 3 Maret2018.

Page 55: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

I

Lampiran : I

Tabel Terjemahan Ayat Al-Qur’an dan Kaidah

No

Nomor

Footnote

Halaman Nama Surat dan

Ayat

Terjemahan

1. 52 29 Al-Jathiyah

(45): 18

“Kemudian Kami jadikan

kamu berada di atas suatu

Syariat (jalan lurus) dari

urusan, maka ikutilah

syariat itu dan janganlah

kamu ikut hawa nafsu

orang-orang yang tidak

mengetahui.”

2. 123 85 Al-Baqarah (2):

185

“Allah menginginkan

kemudahan, dan tidak

menginginkan

kesulitan.”

3. 124 86 Kaidah

”Hukum itu berlaku,

sesuai dengan ada atau

tidaknya illat (sebab/asal

terjadinya).”

4. 121 81 Kaidah

“Jika suatu perkara meluas

maka ia akan menyempit”

5. 122 84 Kaidah

“Diambil mudharat yang

lebih ringan di antara dua

mudharat”

Page 56: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

II

6. 119 74 Kaidah

” Hukum itu berlaku,

sesuai dengan ada atau

tidaknya illat (sebab/asal

terjadinya).”

7. 120 81 Kaidah

“Pengikut, Hukumnya

tetap sebagai pengikut

yang mengikuti”.

Page 57: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

III

Lampiran : II

Tabel Pembatasan Hak Mantan Terpidana

NO

Undang-Undang Pasal Persyaratan yang Melarang Terpidana

1. Undang-Undang

Nomor 32 Tahun

2004 tentang

Pemerintahan

Daerah

Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang

berbunyi :

“Tidak pernah dijatuhi pidana penjara

berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

lebih;

2.

Undang-Undang

Nomor 12 Tahun

2008 tentang

Pemerintahan

Daerah

Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah,

berbunyi :

“Tidak pernah dijatuhi pidana penjara

berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.”

Page 58: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

IV

3.

Undang-Undang

Nomor 8 Tahun

2015 tentang

Pemilihan

Gubernur, Bupati,

dan Walikota

Pasal 7 huruf g Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati

dan Walikota, berbunyi :

“Tidak pernah dijatuhi pidana penjara

berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih,”

4.

Undang-Undang

Nomor 10 Tahun

2016 tentang

Pemilihan

Gubernur, Bupati,

dan Walikota

Pasal 7 ayat (2) huruf g Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati dan Walikota, berbunyi :

“Tidak pernah sebagai terpidanan berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap atau bagi mantan

terpidana telah secara terbuka dan jujur

mengemukakan kepada publik bahwa yang

bersangkutan mantan terpidana.”

Page 59: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

V

Lampiran : III

Tabel Daftar Putusan Mahkamah Konstitusi Perihal Pencalonan Mantan

Terpidana

No Putusan Pemohon Hasil

Putusan

Tanggal

Pengajuan

Tanggal

Putusan

1

Putusan MK

No.14-17/PUU-

V/2007

H. Muhli

Matu Ditolak 1-Mei-2007 7-

Desember-

2007

2

Putusan MK

No. 4/PUU-

VII/2009

Robertus Dikabulkan

untuk

sebagian

23-Januari-

2009

18-Maret-

2009

3 Putusan MK

No. 42/PUU-

XIII/2015

Jumanto

dan Fathor

Rosyid

Dikabulkan

untuk

sebagian

19-Maret-

2015

8-Juli-2015

4

Putusan MK

No.71/PUU-

XIV/2016

Rusli

Habibie

Dikabulkan

untuk

sebagian

10-Agustus-

2016

19-Juli-

2017

Page 60: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

VI

Lampiran : IV

Tabel perbedaan Isi Putusan

No Nomor Putusan Hasil

Putusan

Perbedaan Putusan

1. Putusan MK

No.14-17/PUU-

V/2007

Ditolak Tidak mencakup:

tindak pidana yang lahir karena

kealpaan ringan (culpa levis) dan,

Tindak pidana karena alasan politik

tertentu serta dengan

mempertimbangkan sifat jabatan

tertentu yang memerlukan

persyaratan berbeda.

2. Putusan MK No.

4/PUU-VII/2009

Dikabulkan

untuk

sebagian

Inkonstitusional bersyarat

(conditionally unconstitutional)

sepanjang tidak memenuhi syarat-

syarat:

tidak berlaku untuk jabatan publik

yang dipilih (elected officials);

berlaku terbatas jangka waktunya

hanya selama 5 (lima) tahun sejak

terpidana selesai menjalani

hukumannya;

dikecualikan bagi mantan terpidana

yang secara terbuka dan jujur

mengemukakan kepada publik

bahwa yang bersangkutan mantan

terpidana;

Page 61: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

VII

bukan sebagai pelaku kejahatan

yang berulang-ulang.

3. Putusan MK No.

42/PUU-

XIII/2015

Dikabulkan

untuk

sebagian

Secara bersyarat (conditionally

unconstitusional) sepanjang tidak

dimaknai :

dikecualikan bagi mantan terpidana

yang secara terbuka dan jujur

mengemukakan kepada publik

bahwa yang bersangkutan mantan

terpidana;

tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat secara bersyarat

sepanjang tidak dimaknai

dikecualikan bagi mantan terpidana

yang secara terbuka dan jujur

mengemukakan kepada publik

bahwa yang bersangkutan mantan

terpidana;

4. Putusan MK

No.71/PUU-

XIV/2016

Dikabulkan

untuk

sebagian

Secara bersyarat (conditionally

unconstitusional) bertentangan dengan

UUD 1945 dan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat secara

bersyarat sepanjang kata terdakwa tidak

dimaknai melakukan tindak pidana

yang diancam dengan pidana penjara 5

(lima) tahun atau lebih, karena

melakukan :

Tindak pidana terorisme,

Tindak pidana korupsi,

Tindak pidana makar,

Page 62: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015

VIII

Tindak pidana terhadap keamanan

negara atau tindak pidana karena

melakukan perbuatan lain yang

dapat memecah belah Negara

Kesatuan Republik Indonesia,

Kecuali kealpaan dan tindak pidana

politik dalam pengertian suatu

perbuatan yang dinyatakan sebagai

tindak pidana dalam hukum postif

hanya karena pelakunya

mempunyai pandangan politik yang

berbeda dengan rezim yang sedang

berkuasa.

Page 63: ANALISIS SIYᾹSAH TASYRῙ - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/32508/1/FILE-1_DEDE SURYANTI_NIM.14370033.pdfpada Putusan MK No.4/PUU-VII/2009, Putusan MK No.42/PUU-XIII/2015