analisis semiotik foto berita headline koran...

83
ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN TEMPO EDISI TRAGEDI MUSLIM SYI’AH DI SAMPANG MADURA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh Puja Abdul Wahid NIM: 108051100038 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M.

Upload: duongnhi

Post on 23-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA

HEADLINE KORAN TEMPO EDISI TRAGEDI MUSLIM

SYI’AH DI SAMPANG MADURA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Puja Abdul Wahid

NIM: 108051100038

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H./2013 M.

Page 2: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang
Page 3: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang
Page 4: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang
Page 5: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

ABSTRAK

i

Nama : Puja Abdul Wahid

NIM : 108051100038

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik

Skripsi : Analisis Semiotik Foto Berita Headline Koran Tempo Edisi Tragedi

Muslim Syi’ah Di Sampang Madura.

Media massa bukan hanya dijadikan sebagai penyampai berita dalam hal ini

media cetak juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk berdakwah khususnya

dalam agama Islam.Dalam hal ini ada beberapa foto yang terdapat pada halaman

depan berita utama media cetak (headline) Koran Tempo. Dalam foto-foto yang

menjadi berita utama yang dipilih dalam penelitian ini terdapat beberapa

gambaran tentang sebuah fenomena yang sudah tak asing lagi didengar dan sangat

sering terjadi dikalangan masyarakat. Tragedi yang sangat sering terjadi

khususnya konflik antar agama atau antara internal agama itu sendiri. Pada foto-

foto yang dipilih oleh peneliti bukan hanya menggambarkan sisi visualnya saja,

akan tetapi gambar yang diangkat memberikan informasi bahwa toleransi

beragama yang ada di Indonesia sangatlah kurang. Untuk itu dengan adanya

penelitian ini semoga dapat memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa

begitu pentingnya rasa toleransi antar sesama.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka muncul

pertanyaan sebagai berikut. Apa makna denotasi, apa makna konotasi, dan apa

makna mitos yang terkandung pada foto berita utama (headline) Koran Tempo

Edisi 27-28 Agustus 2012 tentang tragedi muslim Syi’ah di Sampang Madura?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini menggunakan metode

paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari Roland Barthes yang

memfokuskan pada makna denotasi, konotasi dan mitos.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari berita utama (headline) Koran

Tempo edisi 27-28 Agstus 2012. dan hanya dua foto ini yang mewakili berita

utama tersebut. Data yang diperoleh dari wawancara kepada redaktur foto kantor

berita Tempo Rulli Kesuma, dan juga menambahkan referensi dari buku-buku,

wikipedia, artikel internet atau tulisan yang berkaitan dengan penelitian semiotika.

Dari beberapa data yang dikaji oleh peneliti dengan metode analisis

semiotika Roland Bharthes, maka diperoleh beberapa data, yaitu: makna denotasi

yang dimana dapat memberikan beberapa gambaran beberapa kekerasan yng

terjadi secara brutal yang terjadi dikalangan masyarakat. Makna konotasi disini

mengungkapkan masih kurangnya sikap toleransi antar sesama dan agama

khususnya. Dan makna mitos, dapat disimpulkan bahwa kesalah fahaman dalam

ruang lingkup masyarakat dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat

tidak dengan bentuk kekerasan yang dapat merugikan masing-masing kelompok

masyarakat yang bertikai.

Dari hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa dalam foto jurnalistik

jelas terlihat secara objektif dan subjektiff sebuah peritiwa. Foto yang ditampilkan

bukan hanya sekedar foto visual biasa, tetapi foto-foto yang dapat berbicara

tentang tragedi yang terjadi dikalangan masyarakat, khususnya di Sampang

Madura dalam tragedi muslim Syi’ah dan non Syiah yang masih kurang memiliki

rasa toleransi antar sesama.

Key Word: Headline, Internal, Syi’ah, Tragedi, Denotasi, Konotasi, Mitos

Page 6: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

ii

KATA PENGANTAR

Terukir rasa syukur kupersembahkan kepada sang Khaliq Allah SWT,

karena telah melimpahkan rezeki dan nikmat yang berlimpah sehingga masih bisa

merasakan setetes ilmu yang kau titipkan, dan semoga menjadi ilmu yang

bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain hingga akhir hayat nanti.

Sholawat beriring salam semoga tercurahkan kepada pemimpin Islam serta

tauladan bagi semua makhluk Allah di dunia, yakni Rasullah SAW. Beliaulah

yang membimbing serta mendidik makhluk-Nya dari gelapnya zaman hingga

merasakan kelembutan Islam dari Iman yang menyinari hidup dan menjadi

pedoman dihari pertanggung jawaban nanti.

Dengan selesainya skripsi ini perkenankan penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Wadek I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Wadek II

Drs. H. Mahmud Jalal M.A, Wadek III Drs. Study Rizal LK, MA.

2. Rubiyanah, M.A dan Ade Rina, M.Si selaku ketua dan Sekretaris Jurusan

Konsentrasi Jurnalistik.

3. Dr. Suhaimi, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan tentang

penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah mendidik dan

memberi ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menempuh

Page 7: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

iii

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga peneliti dapat

mengamalkan Ilmu yang telah Bapak/Ibu berikan.

5. Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas buku-

buku yang dijadikan refrensi penelitian skripsi ini.

6. Ayahanda tercinta Drs. Wahid Erawan M.M serta ibunda saya tersayang

Dr. Iip Saripah M.Pd yang selalu memberi dukungan semangat, doa, yang

selalu sabar dan ikhlas mendidik peneliti mulai dari benih dalam rahim

hingga detik ini, terima kasih banyak atas semua kasih sayang yang kalian

berikan.

7. Teristimewa saya persembahkan untuk Wawat Rizqiawaty yang

membantu peneliti dalam mengerjakan skripsi ini, selalu memberi

semangat dan curahan kasih sayang pada penulis dalam keadaan apapun.

8. Teman-teman Jurnalistik A dan B angkatan 2008 yang senantiasa saling

berbagi dalam suka dan duka selama menjalani perkuliahan, dukungan dan

doa kalian takkan pernah terlupakan. Kompak selalu kawan

9. Teman-teman kostan terhebat; Muhdi, Fathur, Fachry, Subhi, Ibnu,

Wahyu, Bule dan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu

ada dan menemani peneliti dalam keadaan suka maupun duka selama

ngekost. Sahabat selamanya.

10. Kawan-kawan di LSO KLISE Fotografi Faqih, Rifqi, Sendy, Arga, Fina

dan seluruh pengurus dan anggota terima kasih atas semua dukungan

kalian. Make a picture and you can get best momment.

Page 8: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

iv

11. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, atas

bantuan dan jasa-jasa yang telah terkorbankan untuk penulis, semoga

Allah SWT akan senantiasa melimpahkan rahmat serta pahala yang

berlipat ganda dengan penuh keridhaan-Nya hingga akhir zaman nanti.

Akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna,

namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca pada

umumnya dan bagi segenap keluarga besar Jurusan Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 15 Mei 2013

Penulis

Page 9: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI................................................................................................ v

DAFTAR TABEL....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah........................................... 3

C. Tujuan Penelitian................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian............................................................... 4

1. Manfaat Praktis……................................................... 4

2. Manfaat Akademis...................................................... 4

E. Metodologi Penelitian.......................................................... 5

1. Subjek dan Objek Penelitian....................................... 6

2. Sampel Penelitian........................................................ 6

3. Teknik Pengumpulan Data.......................................... 7

4. Teknik Analisis Data................................................... 8

F. Tinjauan Kepustakaan.......................................................... 8

G. Sistematika Penulisan........................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Fotografi...................................... 12

1. Pengertian Fotografi dan Pengertian Foto Berita........ 12

2. Pengertian Headline.................................................... 16

3. Fungsi Headline.......................................................... 20

B. Tinjauan UmumTentang Semiotik......................................... 22

1. Pengertian Analisis....................................................... 22

2. Pengertian Semiotik..................................................... 24

3. Pengertian Denotasi, Konotasi, dan Mitos................. 28

4. Pengertian Konflik...................................................... 38

Page 10: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

vi

BAB III GAMBARAN UMUM PROFIL KORAN TEMPO

A. Sejarah Serta Perkembangan Koran TEMPO...................... 38

B. Visi dan Misi TEMPO Inti Media....................................... 41

1. Visi TEMPO Inti Media................................................ 41

2. Misi TEMPO Inti Media............................................... 41

C. Struktur Redaksi Koran TEMPO........................................ 42

D. Prestasi-Prestasi TEMPO Inti Media.................................. 43

E. Tragedi Muslim Syi’ah di Sampang Madura...................... 45

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA FOTO HEADLINE KORAN

TEMPO

A. Data dan Analisis Data....................................................... 46

B. Analisis Data Foto 1........................................................... 48

1. Makna Denotasi........................................................... 48

2. Makna Konotasi........................................................... 49

3. Makna Mitos................................................................ 50

C. Analisis Data Foto 2........................................................... 52

1. Makna Denotasi........................................................... 53

2. Makna Konotasi........................................................... 54

3. Makna Mitos................................................................ 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................... 56

B. Saran.................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 58

LAMPIRAN................................................................................................

Page 11: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1 Pemaknaan Dalam Teknik Menganalisis Foto ................. 27

2. Tabel 2 Analisis Foto 1 .................................................................. 48

3. Tabel 3 Analisis Foto 2 .................................................................. 52

Page 12: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Data Foto 1 ......................................................................................... 48

2. Data Foto 2 ......................................................................................... 52

Page 13: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Foto-foto yang dimuat didalam surat kabar atau majalah merupakan

sebuah visualisasi dari suatu kejadian dan itu yang disebut sebagai berita. Foto

untuk para pers biasanya disebut sebagai foto jurnalistik. Foto-foto yang disajikan

itu sudah menjadi berita, sedangkan fungsi foto pada berita sebagaimana halnya

pada Headline yaitu : menarik perhatian pembaca, menceritakan isi dari berita,

memberikan mutu pada berita, membuat surat kabar atau majalah menjadi lebih

menarik. Karena foto adalah bentuk komunikasi visual, maka secara langsung dia

menyentuh perasaaan sehingga mempercepat terbentuknya pendapat umum.1

Media massa pada dasarnya sangat sulit untuk bersikap netral karena

mereka dihantui oleh berbagai kepentingan, Belum lagi dari aspek ideologi media

itu sendiri dan berbagai kepentingan baik bisnis maupun politik sangat

berpengaruh pada saat pembingkaian peristiwa tertentu.

Syi‟ah menurut bahasa adalah pendukung atau pembela. Syi‟ah Ali adalah

pendukung atau pembela Ali. Syi‟ah Mu‟awiyah adalah pendukung Mu‟awiyah.

Pada zaman Abu Bakar, Umar dan Utsman kata Syi‟ah dalam arti nama kelompok

orang Islam belum dikenal. Kalau pada waktu pemilihan kholifah ke-tiga ada

yang mendukung Ali, tetapi setelah ummat Islam memutuskan memilih Utsman

bin Affan, maka orang-orang yang tadinya mendukung Ali, akhirnya berbai‟at

kepada Utsman termasuk Ali. Jadi, belum terbentuk secara faktual kelompok umat

Islam bernama Syi‟ah.2

1

M. Mundaris, Dasar-Dasar Photo Jurnalism (Semarang: Aksara, 1976), h. 5. 2 http://www.kampus-info.com/2012/08/pengertian-aliran-syiah.html diakses pada tanggal

24 april 2013

Page 14: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

2

Aliran Syi‟ah merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat

Islam. Aliran ini dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap

menginginkan pengganti Nabi adalah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi

Thalib. Mereka mempunyai doktrin sendiri dalam alirannya, salah satunya tentang

Imamah. Mereka berpendapat bahwa pengganti Nabi yang pantas menjadi

pemimpin adalah seseorang yang ma’shum(terhindar dari dosa).

Dalam perkembangannya, Syi‟ah dianggap aliran sesat. Banyak yang

menganggap bahwa Syi‟ah adalah Islam. Hal ini sangat berbeda sekali, karena

antara Islam dan Syi‟ah sangat jauh sekali tentang ajaran aqidahnya.

Namun demikian, jika yang dimaksud dengan Syiah adalah sebagaimana

yang dituduhkan oleh kelompok Salafi-Wahabi sebagai ajaran yang mengutuk dan

mengkafirkan sahabat-sahabat Nabi, maka jelas Syiah hanyalah segelintir kecil

manusia yang hanya ada dalam ilusi kelompok para penuduh itu sendiri atau

orang-orang yang memang tersesat dari jalan Islam yang rahmatan lil „alamin.3

Koran Tempo merupakan salah satu media suratkabar yang menyajikan

foto berita pada setiap penerbitannya. Dalam penempatan foto berita, Koran

Tempo memiliki pertimbangan tertentu disetiap penyajiannya dalam bentuk foto

berita, karena bukan hal yang sederhana ketika suatu media yakni Koran Tempo

memutuskan untuk menampilkan foto berita dalam pemberitaannya. Koran Tempo

sebagai media yang menjadi tolak ukur media di Indonesia, ternyata cukup hati-

hati dalam menempatkan diri dibenak para khalayak masyarakat. Profesionalisme

3 http://syiahahlulbait.wordpress.com/2012/11/05/syiah-kafir-tong-kosong-nyaring-

bunyinya/

Page 15: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

3

yang harus terus dianut oleh seluruh jajaran Koran Tempo membuat mereka

memiliki tempat istimewa di hati para pembaca dan pelanggannya, termasuk

pemunculan foto atau gambar pada Headline surat kabar ini. Berdasarkan

permasalahan tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul:

“ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN TEMPO

EDISI TRAGEDI MUSLIM SYI’AH DI SAMPANG MADURA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak melebar, maka yang diteliti

dalam penelitian ini terbatas pada makna-makna yang terkandung di dalam tiga

foto berita Headline koran Tempo edisi 27 dan 28 Agustus 2012 tentang Tragedi

Muslim Syi‟ah di Sampang Madura.

Berdasarkan pembatasan masalah yang tertulis diatas, maka perumusan

masalah ini adalah :

1. Apa makna Denotasi pada foto berita di Headline dalam koran Tempo ?

2. Apa makna Konotasi pada foto berita di Headline dalam koran Tempo ?

3. Apa makna Mitos pada foto berita di Headline dalam koran Tempo ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini memberi pengetahuan mengenai makna dalam

sebuah foto dan untuk mengatasi salah membaca pesan dari foto berita.

Tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengetahui dan menghasilkan

analisis dari beberapa permasalahan, sebagai berikut :

1. Makna Denotasi yang terkandung pada foto berita di Headline dalam

koran Tempo ?

Page 16: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

4

2. Makna Konotasi yang terkandung pada foto berita di Headline dalam

koran Tempo ?

3. Makna Mitos yang terkandung pada foto berita di Headline dalam koran

Tempo ?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran

mengenai dunia fotografi khususnya fotografi jurnalistik / foto berita

kepada mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik dan kepada setiap orang yang

ingin dan sedang terjun didalam bidang fotografi jurnalistik. Selain itu,

memberikan gambaran mengenai cara membaca makna dan menerapkan

ilmu tanda yaitu semiotika dalam membaca makna dalam foto/gambar

dalam sebuah foto berita di media massa tentang Tragedi Muslim Syi‟ah

di Sampang Madura.

2. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran

tahapan yang perlu diperhatikan sebelum membuat sebuah foto berita dan

tahapan dalam membaca makna yang terkandung didalam foto berita

Tragedi Muslim Syi‟ah di Sampang Madura, khususnya menggunakan

ilmu semiotika.

Page 17: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

5

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Penelitian

kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai

subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada

filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan

oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi.4 Paradigma menurut Bogdan dan

Biklen (1982:32), adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang

bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian.5

Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan Paradigma interpretif yang menyatakan

bahwa pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan

individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari – hari, dan hal tersebutlah yang

menjadi langkah awal penelitian ilmu – ilmu sosial.

pemaknaannya hanya terjadi pada konsep mental pada tiap-tiap individu,

sebab penelitian ini bersifat subjektif. Penelitian kualitatif biasanya digunakan

dalam ilmu pengetahuan sosial yang berhubungan dan berinteraksi langsung

dengan manusia, dan dalam proses pemaknannya tidak lepas dari unsur

subjektifitas. Pendekatan subjektif mengasumsikan bahwa: “

pengetahuan tidak

memiliki sifat objektif dan tetap, tetapi bersifat interpretatif”.6

4 http://www.blogspot.com/Zulfikar‟Site,Mahasiswa/28/03/08/ Paradigma Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif/html. 5 Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Hal. 32 6 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradifma Baru Ilmu Komunikasi dan

Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) h. 35.

Page 18: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

6

1. Subjek, Objek dan Tempat Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah foto Headline koran

Tempo. Sedangkan objek penelitian ini ialah makna-makna yang

terkandung dalam foto berita Headline edisi Tragedi Muslim Syi‟ah di

Sampang Madura tanggal 27-28 agustus 2012 pada koran Tempo.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penarikan sample data, peneliti menggunakan teknik

pengambilan sampel purposive sampling dimana teknik penentuan sampel

menggunakan pertimbangan tertentu.7 Teknik ini bisa diartikan sebagai

suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu

jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel

dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak

menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan.

Sample penelitian yang dipilih oleh peneliti ialah dua foto

Headline Koran Tempo edisi Tragedi Muslim Syi‟ah di Sampang Madura

tanggal 27-28 Agustus 2012. Karena dalam dua foto ini tergambar sebab

dan akibat yang ditimbulkan dari tragedi tersebut. Dan dengan demikian

peneliti dapat menyimpulkan dan mendapatkan data yang sesuai dengan

tema yang diangkat oleh Koran Tempo yaitu tentang tragedi dan konflik

warga Syi‟ah dan warga non Syiah.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2008), hal. 85

Page 19: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

7

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Karl Weick mendefinisikan observasi sebagai pemilihan,

pengubahan, pencatatan dan pengoden, serangkaian prilaku8. Menurut

Indriantoro dan Supomo, observasi adalah poroses pencatatan pola

prilaku subjek (orang), objek (benda-benda) atau kejadian yang

sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-

individu. Data yang dikumpulkanpada umumnya tidak terdistorsi,

lebih akurat dan rinci, serta bebas dari respon bias9 Dalam penelitian

ini, peneliti melakukan pengamatan dengan melihat langsung serta

mencermati setiap tanda-tanda pada objek penelitian yakni dua foto

Headline pada koran Tempo edisi Tragedi Muslim Syi‟ah di Sampang

Madura tanggal 27-28 Agustus 2012.

b. Dokumentasi

Dokumen adalah representasi dari arsip. Dokumen adalah

rekaman yang lebih dekat dengan percakapan.10

Dokumentasi adalah

penelitian mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai

bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal)yang terdapat di

perpustakaan, internet atau instansi lain yang dapat dijadikan analisis

8 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:

Rosdakarya, 2005), h. 83 9 Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada 2005), h. 34. 10

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), h. 97.

Page 20: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

8

dalam penelitian ini. Peneliti mengumpulkan data yang berhubungan

dengan penelitian berupa dua foto Headline pada koran Tempo.

c. Wawancara

Wawancara (interview) merupakan alat pengumpulan data yang

sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang

melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku atau aktor ).11

Wawancara

adalah salah satu faktor penting dalam menggali informasi dari

narasumber.12

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam

(in-depth interview), yaitu wawancara yang bersifat terstruktur dan

mendetail.13

Dalam hal ini, wawancara langsung dan mendalam

dilakukan kepada Rully Kesuma yang menjabat sebagai Redaktur

Foto Koran Tempo.

4. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis semiotika, yaitu dengan semiotika

Roland Barthes yang mengacu terhadap dua tanda (konotasi, denotasi dan

mitos) untuk memahami makna yang terkandung didalam foto-foto yang

menjadi sample dalam penelitian ini.

11

Pawito, Peneletian Komunikasi Kualitatif, h. 132. 12

http:/www.deptan.go.id/pusdatin/statistik/metodologi/3_wawancara.pdf. diakses

pada 17 Juli 2009 13

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, h. 134.

Page 21: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

9

F. Tinjauan Kepustakaan

Foto berita merupakan salah satu pokok penting dari sebuah berita.

Yurnaldi mengatakan dalam buku Jurnalistik Siap Pakai, bahwa foto-foto

jurnalistik sangat penting dan perlu didalam dunia media cetak. Karena foto

membuat segar halaman surat kabar, menolong mata pembaca untuk melihat

hal-hal menarik, memisahkan dua berita agar tidak terlihat monoton.

Penelitian dengan subjek foto berita pernah dilakukan oleh Septian ermawan,

mahasiswa IISIP Jakarta, pada tahun 2008. Judul penelitiannya adalah

Penyajian foto Headline Surat Kabar Republika Edisi juli-Desember 2007

dilihat dari nilai Berita, Syarat Foto Berita dan Syarat Caption.

Selain itu, skripsi lain yang juga meneliti foto berita dan

menggunakan analisis semiotika Roland Barthes disusun oleh Angga Rizal

Nurhuda, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jakarta

pada tahun 2010, yang berjudul “Analisis Semiotika Foto Berita Headline

Koran Tempo”.

Dari dua skripsi tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda karena

mempunyai kesamaan membahas mengenai makna dan simbol pada foto

jurnalsitik dengan menggunakan analisis semiotika. Tetapi foto yang akan

dianalisis berbeda dan dari sumber yang berbeda pula.

Dari maksud tinjauan pustaka ini adalah agar dapat diketahui bahwa

yang penulis jadikan saat ini sama sekali tidak sama dengan penelitian dari

skripsi yang terdahulu dan dapat memberikan sentuhan penelitian yang

berbeda dalam penelitian ini.

Page 22: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

10

G. Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, yaitu

penjabaran masalah yang dibahas dalam penelitian

ini dan seberapa pentingnya penelitian foto

jurnalistik/foto berita yang diteliti menggunakan

analisis semiotika yang terdapat di Headline koran

Tempo untuk dibahas. Pembatasan Masalah dan

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan

Kepustakaan dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Menjabarkan isi penelitian yang didapatkan dari

hasil studi pustakan dan teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Yaitu, hasil pengertian Fotografi

Jurnalistik, pengertian Headline, pengertian

semiotika serta bagaimana membaca makna yang

terdapat dalam foto/gambar menggunakan analisis

semiotika, terutama menggunakan analisis semiotika

Roland Barthes.

BAB III: Membahas profil Koran Tempo yang sekarang

merupakan surat kabar nasional. Sejarah berdirinya

perusahaan Koran Tempo, perjalanannya sehingga

bertahan sampai sekarang dan memiliki banyak

divisi didalamnya. Seberapa besar pengaruh

Page 23: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

11

Headline koran Tempo dalam setiap berita yang

dipublikasikan dan disebar luaskan kepada

masyarakat.

BAB IV: Bagian analisis data tentang makna yang terkandung

dari foto jurnalistik di Headline koran Tempo edisi

27-28 Agustus 2012 dengan menggunakan analisis

semiotika Roland Barthes.

BAB V: Merupakan penutup, yaitu kesimpulan dari hasil

penelitian serta saran-saran untuk memajukan para

fotografer dan yang ingin menggeluti bidang

fotografi jurnalistik dalam penyajian atau

pengambilan foto agar tidak sembarang dan

memiliki konsep yang matang dalam setiap

pengambilan sebuah foto.

Page 24: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

12

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Fotografi dan Foto Berita

Kata fotografi dalam bahasa Inggris adalah Photography dan dalam bahasa

Belanda adalah Fotografic berasal dari bahasa Yunani, dari kata phos artinya

cahaya dan graph yang artinya adalah menulis atau menggambar. Jadi, secara

harfiah fotografi berarti menggambar dengan bantuan cahaya.1

Foto adalah suatu pesan yang dibentuk oleh sumber emisi, saluran transmisi

dan titik resepsi. Struktur sebuah foto bukanlah sebuah struktur yang terisolasi,

karena selalu berada dalam komunikasi dengan struktur lain, yakni teks tertulis,

judul, keterangan, artikel yang selalu mengiringi sebuah foto. Dengan demikian

pesan keseluruhannya dibentuk oleh koorporasi dua struktur yang berbeda.2

Foto merupakan sinonim potret. Arti harfiahnya ialah gambar yang dibuat

dengan kamera dan peralatan fotografi lainnya. Fotografi dapat menjadi media

komunikasi. Foto harus dibedakan menjadi banyak kategori dengan tujuan untuk

mempermudah pembuatan dan pemanfaatannya, sesuai dengan standar kualitas

masing-masing keperluan.3

Fotografi pada umumnya dipandang sebagai suatu proses teknologi yang

memungkinkan kita membekukan waktu, gerak, atau peristiwa yang terdapat

dalam kenyataan tri-matra. Dengan bantuan bahan peka cahaya (film dan kertas)

1 M. Mudaris, Jurnalistik Foto, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro,

1996), hal.7. 2 Ajidarmna Gumira, Seno, Kisah Mata, Fotografi, (Yogyakarta: Galang Press, 2002), hal.

27. 3 F. Rahardi, Panduan Lengkap Menulis Artikel, Features, (Depok: Kawan Pustaka, 2006),

hal. 83.

Page 25: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

13

mengubahnya menjadi kenyataan dwi-matra, baik secara monochrome (hitam-

putih) ataupun berwarna (di kertas atau bahan transparan). Dengan demikian,

sebuah foto padad dasarnya adalah wujud suatu moment dari satu atau

serangkaian gerak.4

Suatu foto yang baik adalah sama dengan seribu kata, dan dengan demikian

foto menjadi suatu alat yang essensial dalam pewartaan kantor berita atau media

cetak. Kualitas sebuah foto tergantung dari kualitas si pengambil gambar. Subjek

foto tergantung dari penggunaan kameranya secara penuh daya angan-angan atau

imajinatif. Terlebih-lebih semuah gambar harus menangkap action penting, pada

saat yang menentukan, sebagaimana dikatakan oleh fotografer termashur Henri

Cartier-Bressson.5

Foto berita ialah dibuat oleh seorang wartawan foto, dengan menggunakan

kamera foto, berupa gambar. Disusun berdasarkan kaidah-kaidah fotografi serta

kaidah-kaidah jurnalistik. Foto berita adalah fakta objektif karena kamera foto

tidak dapat berbohong dalam membuat gambar.6

Menurut Oscar Matullah dalam makalahnya “Suatu Pendekatan Visual

dengan Suara Hati”, foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk

menyampaikan beragam bukti visual atau suatu peristiwa pada masyarakat seluas-

luasnya, bahkan hingga kerak yang ada dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam

tempo yang singkat. Melihat foto jurnalistik sebagai kajian artinya memasuki

matra yang memiliki tradisi kuat tentang proses sesuatu yang dikomunikasikan,

dalam hal ini yang bernilai berita terhadap orang lain atau khalayak masyarakat.7

Wilson Hick redaktur senior majalah Life (1937-1950) dalam buku World

and Pictures (New York, Harper and Brother, Arno Press 1952, 1972), foto

jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.8

Henri Cartier -Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka Magnum

yang terkenal dengan teori “Decisive Moment” menjabarkan, foto jurnalistik

4 Ed Zoelvadry, Mat Kodak, (Jakarta,: PT. Temprint, 1985), h. 76.

5 LKBN Antara, Sebuah Pedoman Untuk Pewarta Kantor Berita (Jakarta: PT. Sinar

Hudaya), h. 115. 6 M. Mudaris, Jurnalistik Foto, h. 55-56.

7 Makalah Seminar Fotografi Oleh Eddy Hasby (Artikel pada www.tribunkaltim.co.id)

8 Ibid.

Page 26: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

14

berkisah dengan sebuah gaambar, melaporkannya dengan sebuah kamera,

merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra

tersebut mengungkap sebuah cerita.9

Jenis-jenis foto jurnalistik dapat diketahui melalui kategori yang dibuat

badan foto jurnalistik dunia (World Press Photo Foundation) pada lomba foto

tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan seluruh dunia. Kategori itu adalah

sebagai berikut:

a. Spot Photo

Foto spot adalah foto yang dibuat pada peristiwa yang tidak terduga yang

langsung diambil oleh fotografer di tempat kejadian. Misalnya, foto

kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari

peristiwa yang jarang terjadi serta menampilkan konflik dan ketegangan,

maka foto spot harus segera disiarkan. Dalam hal ini, keberanian seorang

fotografer sangat dibutuhkan. Selain itu, keberuntungan menjadi patokan

utama dalam hal posisi dan keberadaannya.

b. General News Photo

General News Photo adalah yang diabadikan dari peristiwa-peristiwa

yang terjadwal, rutin, dan biasa. Temanhya bisa bermacam-macam, ada

politik, ekonomi, dan humor. Contohnya, Presiden membuka sebuah

acara pameran foto, atau badut mengisi sebuah acara karnaval dan lain-

lain.

c. People in the News Photo

People in the News Photo adalah foto tentang orang atau masyarakat

dalam suatu berita. Yang ditampilakan adalah sosok porang pada berita

itu. Bisa kelucuannya, nasib, dan lain sebagainya. Tokoh-tokoh dalam

foto ini bisa tokoh yang populer dan bisa juga tidak, akan tetapi

kemudian menjadi populer karena foto tersebut di publikasikan.

Contohnya, foto Juned, korban kecelakaan peristiwa tabrakan kereta api

Bintaro.

d. Daily Life Photo

Daily Life Photo adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia

dipandang dari sisi kemanusiaannya. Misalnya, foto seorang pengemis di

depan sebuah Universitas.

e. Potrait

Potrait adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up.

Ditampilkan karena ada kekhasan pada wajah yang dimiliki atau khas

lainnya.

9 Ibid.

Page 27: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

15

f. Sport Photo

Sport Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena

olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton

dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga diperlukan perlengkapan

yang memadai, misalnya lensa yang panjang, serta kamera yang

menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet serta

hal lain yang menyakngkut dengan olahraga.

g. Science and Technology Photo

Science and Technology Photo Adalah foto yang diambil dari peristiwa-

peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam hal ini membutuhkan perlengkapan khusus misalnya, lensa mikro

atau film x-ray untuk melakukan pemotertan pada organ dalam tubuh.

h. Art and Culture Photo

Art and Culture Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan

budaya misalnya pertunjukan artis di atas panggung.

i. Social and Environment

Social and Environment adalah foto-foto tentang kehidupan sosial

masyarakat serta lingkungan hidupnya. Misalnya, foto asap buangan

kendaraan di jalan. 10

Ada delapan karakter foto jurnalistik yang menurut Frank P. Hoy, dari

sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Universitas Arizona,

pada bukunya yang berjudul Photojurnalism The Visual Approach adalah sebagai

berikut.

1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication

photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan

pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang

disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

2. Medium foto jurnalistik adalah media cetak Koran atau majalah, dan

media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire service).

3. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.

4. Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.

5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek,

sekaligus pembaca foto jurnalistik

6. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiens).

Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera

diterima orang yang beraneka ragam

7. Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.

10

Audy Alwy Mirza, Foto Jurnalistik Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media

Massa (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 7-9.

Page 28: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

16

8. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian

informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan

kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press).11

2. Pengertian Headline

Headline menurut Kurniawan Junaedhie merupakan berita utama atau lebih

populer dengan istilah Headline News adalah yang dianggap layak dipasang di

halaman depan, dengan judul yang merangsang perhatian dan menggunakan tipe

huruf yang relatif besar. Pendeknya adalah berita yang istimewa.12

Sementara Onong Uchjana Effendy mengatakan,” Headline News atau

berita utama adalah berita surat kabar, majalah, radio atau televisi, yang dinilai

terpenting untuk suatu masa penyiaran.13

Berita utama adalah berita yang menurut penilaian redaksi surat kabar

merupakan berita penting dari semua berita yang disajikan surat kabar pada hari

itu. Karena itu, untuk headline diberikan tempat utama, yang mudah dibaca, yaitu

halaman satu atau halaman pertama dan bagian atas yang paling kiri. Headline

biasanya terdiri dari 3,4 atau 5 kolom.14

Berdasarkan isi headline dapat dikelompokan dalam 2 kategori yaitu

langsung dan tidak langsung. Headline langsung bersifat informatif dan terus

terang. Headline seperti ini cenderung menggunakan daya tarik rasional. Daya

tarik rasional membangkitkan kepentingan diri audience. Daya tarik rasional

11

Audi Mirza Alwi, Foto Jurnalistik Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa,

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, hal 4-5. 12

Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, 1991),

h. 257. 13

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju,

1981), h. 160 14

A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-dasar Jurnalistik, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta

IISIP,2003), h. 78.

Page 29: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

17

menunjukan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang dikatakan.

Contohnya adalah headline yang menunjukan kualitas, nilai ekonomis, manfaat,

atau kinerja suatu produk. Ditinjau dari segi demografis dan psikografis

tampaknya audience pada kebudayaan industrial paling respontif terhadap

headline ini.

Headline tidak langsung tidak seselektif headline langsung dalam memberi

informasi. Headline jenis ini cenderung menggunakan daya tarik emosional. Daya

tarik emosional mencoba membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan

memotivasi pembelian. Dalam hal ini headline memiliki asosiasi yang unik bagi

audience yang secara emosional mampu mendorong munculnya suatu image yang

baik mengenai produk yang diiklankan. Hal itu dapat dicapai dengan

menggunakan daya tarik negatif seperti rasa takut, rasa bersalah dan malu agar

orang berhenti melakukan yang seharusnya tidak mereka lakukan. Selain itu juga

dapat digunakan daya tarik emosional yang positif seperti, humor, cinta,

kebanggaan, dan kebahagiaan.

Menurut Robert W Bly dalam bukunya “Copywriter‟s Handbook” setiap

headline yang anda hasilkan harus mencapai 4 fungsi yang berbeda:

Tarik Perhatian

Bila anda baca majalah atau surat khabar, anda abaikan kebanyakkan iklan

dan cuma baca beberapa saja. Mungkin ada iklan yang anda skip mungkin

menjual produk yang anda perlukan. Punca kenapa anda tak baca semua iklan

adalah mudah: Ada terdapat banyak iklan yang bersaing untuk mendapatkan

perhatian anda; dan anda tak ada masa nak baca semuanya. Inilah sebabnya

Page 30: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

18

sebagai seorang penulis anda mesti kerja keras untuk menarik perhatian prospek

anda.

Pilih audien anda

Jika anda menjual insuran nyawa untuk orang yang berumur lebih dari 65

tahun tak ada gunanya menulis iklan yang menarik perhatian golongan muda.

Headline berupaya untuk memilih audien yang betul untuk anda dan

menyingkirkan mereka yang tak berkenaan. Contoh: “Untuk lelaki dan wanita

yang berumur 65 dan ke atas yang perlukan insuran nyawa yang mampu dimiliki”

Sampaikan pesan yang lengkap

Menurut David Ogilvy, 4 dari 5 pembaca akan membaca headline tetapi

tidak membaca kontennya. Jika ini benar adalah sangat berbaloi untuk

menyempurnakan headline anda. Dengan cara ini anda boleh jual kepada 80%

pembaca yang membaca headline saja.

Alirkan pembaca kepada kontent/isi

Hanya beberapa produk saja boleh dijual dengan menunjukkan gambar

saja. Tetapi kebanyakan (terutama di online) memerlukan pembaca diberi banyak

info. Info tersebut terkandung dalam kontent/isi supaya iklan jadi efektif, headline

mestilah boleh memaksa pembaca membaca kontent. Untuk membangkitkan rasa

ingin tahu pembaca. Anda boleh lakukannya dengan cara yang lucu atau tipu

muslihat. Anda boleh bertanyakan soalan atau membuat kenyataan yang

provokasi. Anda boleh menjanjikan hadiah, berita terkini atau info yang berguna.

Page 31: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

19

Berdasarkan bentuknya, headline dikelompokan ke dalam 6 kategori,

diantaranya sebagai berikut15

:

1. Headline berita menyatakan suatu berita (“Krisi Multifungsi Segera

Selesai...”);

2. Headline pertanyaan biasanya mengajukan pertanyaan problematik

(“Saban Bulan Mengganggu Sampeyan”);

3. Headline narasi menceritakan suatu peristiwa yang mengesankan

(“Permen Yang Terlalu Enak Buat Anak Kecil”);

4. Headline perintah biasanya memberi sugesti audience untuk melakukan

suatu tindakan (“Jangan Membeli Sebelum Anda Mencoba

Ketiganya...”);

5. Headline cara 1-2-3 berisi kiat untuk mengatasi persoalan (“12 Cara

Untuk Mengurangi Pajak Penghasilan Anda”);

6. Headline bagaimana-apa-mengapa mngungkapkan rangkaian kejadian

sebab-akibat (“Mengapa Mereka Tidak Dapat Berhenti Membeli”).

Merancang sebuah headline bukan pekerjaan yang sekedar mengandalkan

akal sehat, pikiran kritis, kreativitas, atau intuisi. Secara teknis headline dituntut

untuk mudah dimengerti pada saat dibaca sekilas, serta dapat berkomunikasi

secara cepatdengan ide yang tepat pula. Suatu penelitian mengenai dua versi iklan

yang sama dengan elemen-elemen iklan yang sama persis namun dengan headline

yang berbeda, telah menimbulkan reaksi audience secara berbeda pula.

Untuk menulis headline dibutuhkan waktu berhari-hari. Dalam hari-hari

yang dihabiskan untuk „mengkhawatirkan perkataan‟ itu barangkali telah

dihasilkan puluhan atau bahkan hingga ratusan headline, dan desainer harus

memilih satu diantaranya yang dianggap paling tepat. Tapi pilihan ini belum tentu

sesuai dengan kebutuhan audience.

Pada prinsipnya, perancangan headline idealnya berpihak pada karakteristik

dan kebutuhan target audience. Untuk itu, desainer tidak dapat sekedar

15

Pranata Moeljadi, Apakah Desain Komunikasi Visual itu?, (Surabaya: Fakultas Seni

dan Desain UK Petra, 2002), h. 76-79.

Page 32: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

20

mengandalkan kreativita. Eksplorasi kreatif barangkali mampu menghasilkan

suatu headline yang unik dan menarik. Namun hal ini belum cukup memberikan

jaminan bahwa audience bersedia melanjutkan ketertarikannya itu.

Sesungguhnya apapun isi dan bentuknya, headline harus mampu

mengemban fungsinya secara optimal. Sebuah headline yang bagus akan mampu

menghentikan audience, menerangkan produk dan merk, serta memulai penjualan

dengan menarik perhatian audience ke arah bodycopy.

3. Fungsi Headline

Pada dasarnya headline yang bagus akan menarik perhatian audience yang

memiliki prospek; headline tidak akan menarikperhatian mereka yang tidak

berkepentingan dengan produk. Sebuah headline yang bagus akan memilih target

audience-nya dan membicarakan kesenangan mereka.

Headline berfungsi untuk menghentikan audience. Salah satu cara untuk

menghentikannya adalah dengan melalui pesan yang menantang. Teknik ini akan

semakin memiliki pengaruh jika mengundang audience untuk berpartisipasi dalam

mengembangkan pesan, atau dipaksa untuk membaca dan menemukan

jawabannya. Untuk itu, pesan yang agak tidak sesuai dengan yang diyakini

audience merupakan penarik perhatian yang paling berharga.

Headline juga berfungsi untuk menerangkan produk dan merk. Untuk itu,

headline mengemban tugas untuk menjawaab pertanyaan: “ Apa kebaikan merk

itu?” satu dari tantangan terbaik dalam perancangan headline ialah menciptakan

memori, bahwa, merk yang ditawarkan merupakan jenis terbaik untuk jenis

produk itu. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan kunci verbal sebagai pengingat

Page 33: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

21

dan pemandu identitas merk. Kunci verbal yang bagus antara lain ditunjukan oleh

headline Larutan Cap Badak yang memberitakan bahwa Larutan Cap Badak

bukanlah minuman pencegah panas dalam yang sama dengan Larutan Cap Kaki

Tiga dengan adanya gambar “Badak” di bagian kemasannya.

Fungsi headline yang bagus adalah untuk mengenalkan kepada audience

ide yang hendak dijual. Hal ini dapat dilakukan jika iklan akan dibarengi dengan

perencanaan penjualan, strategi pemasaran, atau strategi promosi yang unik.

contoh headline ini antara lain dapat dilihat pada minuman soda Sprite dengan

headline “Ku Tahu Yang Ku Mau”. Akhirnya, headline yang bagus akan

mengajak audience untuk membaca bodycopy. Hal ini bukanlah hal yang mudah,

sebab riset telah menunjukan bahwa 20% mereka yang membaca headline

meneruskan untuk membaca bodycopy. Jika hal ini tidak terjadi, headline

dipastikan belum berfungsi secara baik; headline hanya berfungsi untuk menarik

perhatian tetapi tidak mau mengikat perhatian.16

Headline dapat diartikan sebagai berita utama. Secara bahasa Head berarti

kepala dan Line berarti garis. Jadi dapat diartikan kepala garis atau kepala berita.

Dalam media cetak, headline merupakan berita yang paling banyak dibaca dan

menarik perhatian. Jika peristiwa itu dijadikan headline maka pihak terkait atau

khalayak menganggap sebagai peristiwa penting. Di sinilah media sangat berperan

membentuk opini publik (public opinion).

Headline yang peneliti maksud adalah berita utama yang ditempatkan pada

halaman depan surat kabar yang diteliti. Hal ini menjadi pertimbangan karena

headline yang berada pada halaman depan adalah peristiwa yang dianggap

penting oleh pemilik dan orang-orang yang berada dalam media tersebut.

16

Pranata Moeljadi, Apakah Desain Komunikasi Visual itu?, (Surabaya: Fakultas Seni dan

Desain UK Petra, 2002), h. 79-80.

Page 34: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

22

Grand M. Hyde dalam bukunya The journalistic Writing, mengatakan

bahwa judul dalam sebuah surat kabar dapat dinamakan headline. Sedangkan

dalam majalah disebut heading atau titles.

Terdapat dua pengertian tentang headline. Headline sebagai judul berita

dan headline sebagai berita utama yang ditonjolkan. Cirinya menggunakan huruf

lebih besar dibanding dengan yang lain.17

1. Pengertian Analisis

Dalam penilaian kualitatif, data dapat diperoleh dari berbagai sumber

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan

pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali.

Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak

menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada

polanya yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan

analisis. Seperti yang dinyatakan oleh beberapa pakar seperti:

a. Miles and Huberman (1984) bahwa yang paling serius dan sulit dalam

analisis kualitatif adalah karena metode analisis belum dirumuskan dengan baik.

b. Susan Stainback menyatakan: belum ada panduan dalam penelitian

kualitataif untuk mendukung kesimpulan atau teori.

c. Nasution menyatakan bahwa: melakukan analisis adalah pekerjaan

yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta

kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti

17

http://homework-uin.blogspot.com/2009/07/perbandingan-berita-Headline-pada.html

diakses pada 17 Juli 2009.

Page 35: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

23

untuk menganalisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang

dirasakan yang cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa

diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

d. Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dapat dilakukan dengan

mengorganisasikan data, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari

serta membuat kesimpulan yang akan diceritakan kepada orang lain.

e. Spradley (1980) menyatakan bahwa analisis dalam penelitian jenis

apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian

secara sistematis terhadap sesuatu untuk menetukan bagian, hubungan antar, dan

hubungannya dengan keseluruhan. Analisi adalah untuk mencari pola.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan disini bahwa, analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakuakan sintesa dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan

tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan

berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicariakn data lagi secara berulang-ulang

Page 36: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

24

sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau

ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang

dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis

diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Analisis menurut Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa adalah :

Orang yang menganalisa atau melakukan analisa atau orang yang mencari,

mengumpulkan data untuk penilaian kekayaan atau kemampuan seseorang.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisa adalah sesuatu yang dilakukan

seseorang untuk menyelidiki sebuah peristiwa demi mengumpulkan data-data

yang konkrit yang nantinya menjadi ilmu atau pengetahuan baru.

2. Pengertian Semiotik

Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de

Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Pierce (1839-1914). Kedua tokoh

tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu

sama lain. Saussure di Eropa dan Pierce di Amerika Serikat. Latar belakang

keilmuan Saussure adalah linguistik sedangkan Pierce filsafat. Saussure menyebut

ilmu yang dikembangkan semiologi (semiology).18

Ferdinand de Saussure di

dalam Course in General Linguistics mendefinisikan semiotika sebagai suatu ilmu

yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.19

Menilik dari sejarahnya, tradisi semiotika berkembang dari dua tokoh

utama, yaitu: Charles Sanders Pierce yang mewakili tradisi Amerika dan

Ferdinand de Saussure yang mewakili tradisi Eropa. Keduanya tidak pernah

bertemu sama sekali, sehingga kendati keduanya sering disebut mempunyai

18

Sumbo Tinarboko, Semiotika Komunikasi Visual; Metode Analisis Tanda dan Makna

pada Karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 11 19

Yasraf Amir Pialang, Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,

(Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h.256.

Page 37: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

25

kemiripan gagasan, penerapan konsep-konsep dari masing-masing keduanya,

namun seringkali mereka mempunyai perbedaan. Barangkali keduanya berangkat

dari disiplin yang berbeda, Pierce adalah seorang guru besar filsafat dan logika,

sementara Saussure adalah seorang ahli linguistik. 20

Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di

Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah

barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang

rajin mempraktikkan model linguistik semiologi Saussure.21

Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-

bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa

kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda situasinya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah

“order of signification”.22

Jadi, pada dasarnya para ahli semiotika melihat

kehidupan sosial dengan budaya sebagai pemaknaan, bukan sebagai hakikat

essensial objek.23

Menurut Pateda, semiotika ada sembilan macam, yaitu:

1. Semiotika Analitik, yakni semiotik yang menganalisa sistem tanda, Peirce

mengatakan bahwa semiotik berobjekan tanda yang menganalisanya

menjadi ide, objek dan makna.

2. Semiotika Deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan sistem tanda

yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda sejak dahulu tetap

seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit mendung menandakan

akan turun hujan, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu.

Namun, dengan kemajuan teknologi, pengetahuan dan seni, telah banyak

tanda diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Semiotika Founal (zoo semiotic), yaitu semiotik yang khusus

memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan

20

Aart Van Zoest, Interpretasi dan Semiotika, (Terj.) oleh Okke K.S Zaimar dan Ida

Sundari Husein dalam Panuti Sujiman dan Aart Van Zoest, (Ed) Serba-Serbi Semiotika, (Jakarta:

Gramedia, 1991), h.1. 21

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63. 22

Rahmat Kriyono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 268. 23

Untung Yuwono dan Christomy. T, Semiotika Budaya, (Depok: Universitas Indonesia,

2004), h. 77-78.

Page 38: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

26

biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya,

tetapi sering juga menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan manusia.

Misalkan, seekor ayam betina yang berkotek-kotek menandakan ayam itu

telah bertelur atau terjadi sesuatu yang ia takuti. Tanda yang dihasilkan

hewan ini, menjadikan perhatian orang yang bergerak dalam bidang

semiotik founal.

4. Semiotik Cultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui

bahwa masyarakat sebagai mahluk sosial memiliki sistem budaya

tertentu yang telah turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya

yang terdapat dalam masyarakat yang juga merupakan sistem itu,

menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakan dengan

masyarakat yang lain.

5. Semiotik Naratif, yakni semiorik yang menelaah sistem tanda dalam

narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Itu sebabnya

Greimas (1987) memulai pembahasannya tentang nilai-nilai kultural

ketika ia membahas persoalan semiotik naratif.

6. Semiotik Natural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan hulu telah

turun hujan dan daun pohon-pohonan yang menguning lalu gugur. Alam

tidak bersahabat dengan manusia, misalnya banjir atau tanah longsor,

sebenarnya memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah

merusak alam.

7. Semiotik Narative, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-

rambu lalu lintas.

8. Semiotik Sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambing, baik lambing yang

berwujud kata atau yang berwujud kalimat. Buku Halliday (1987) itu

sendiri berjudul “Language Social Semiotic”. Dengan kata lain, semiotik

sosial menelaah tanda yang terdapat pada bahasa.

9. Semiotik Struktural, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dimanifestasikan melalui struktur bahasa. 24

Selain itu terdapat aliran semiotik konotasi yang dipelopori oleh Roland

Barthes dimana pada waktu menelaah sistem tanda tidak berpegang pada makna

primer, tetapi mereka berusaha mendapatkannya melalui makna konotasi. Barthes

menyatakan bahwa ada dua sistem pemaknaan tanda: denotasi dan konotasi.

Semiotika Barthes dinamakan semiotik konotasi ialah untuk membedakan

semiotik linguistik yang dirintis oleh mentornya Saussure.25

Strukturalisme adalah teori yang menyatakan bahwa seluruh organisasi

manusia ditentukan secara luas oleh struktur sosial atau psikologi yang

mempunyai logika independent yang sangat menarik, berkaitan dengan maksud,

24

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 100-102. 25

ST.Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 155.

Page 39: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

27

keinginan, maupun tujuan manusia. Bagi Freud, strukturnya adalah psyche bagi

Marx, strukturnya adalah bahasa. Kesemuannya itu mendahului subjek manusia

individual atau human agent dan menentukan apa yang akan dilakukan manusia

pada semua keadaan.26

Dalam pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks semiotik

adalah pandangannya mengenai tanda. Saussure memusatkan perhatian pada sifat

dan prilaku tanda linguistik. Di dalamnya terdapat poko-pokok pikiran yang

nantinya memberi bentuk pada tradisi pengkajian tanda di Eropa, yang kemudian

dikenal dengan istilah Semiologi (ilmu tentang tanda). Menurutnya, definisi tanda

linguistik merupakan entensitas dua sisi (dyad) dan bersifat arbitrer (berdasarkan

kesepakatan). Sisi pertama disebutkan dengan penanda (signifier) yaitu aspek

material dari sebuah tanda, sebagaimana kita menangkap bunyi pada saat orang

berbicara. Bunyi tersebut berasal getaran pita suara (yang tertentu saja bersifat

material). Penanda verbal tersebut disebut Saussure sebagai “citra bunyi (sound

image)”. Sisi kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh

penanda – disebut sebagai petanda (signified) yang merupakan konsep mental.27

Jadi, tanda menurut Saussure ada tiga :

Signifier (penanda), yaitu aspek material, wujud fisik dari tanda itu

sendiri, bunyi atau coretan bermakna, misalnya: tulisan dikertas dan

suara diudara.

Signified (petanda), yaitu pikiran atau konsep yang dipresentasikan atau

konsep sesuatu dari signifier.

Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut

dinamakan sign, yaitu upaya dalam memberikan makna terhadap dunia.

26

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 104 27

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63.

SIGN

Signified

signifier

Page 40: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

28

Gambar 1. Asosiasi signifier dan signified

Tanda menurut Saussure ialah hasil asosiasi antara signified (petanda) dan

signifier (penanda). Hubungan keduanya digambarkan dengan dua anak panah.

Sebagai contoh: kata „laki-laki‟ (yang terdapat pada pintu sebuah toilet umum)

adalah terdiri dari :

Penanda : kata „laki-laki‟

Petanda : sebuah ruang toilet umum yang hanya digunakan untuk

manusia yang berjenis kelamin laki-laki.28

Saussure mengibaratkan tanda, penanda, dan petanda seperti lembaran

kertas; satu sisi kertas adalah penanda, sisi lainnya adalah petanda, dan kertas itu

sendiri adalah tanda. Kita dapat memisahkan penanda dan petanda dari tanda itu

sendiri. Sebagai contoh, penyebutan kata arbor (sejenis pohon, Terj.) adalah tanda

yang mengandung konsep “pohon (tree) dan bukan ide keseluruhan dari “arbor”

itu sendiri, namun karena asosiasi terhadap “arbor” sebagai pohon telah menjadi

konvensi publik, telah mengakibatkan konsep ide panca indra kita secara tidak

langsung menyatakan bahwa bagian ide tersebut menjadi konsep keseluruhan.29

Tanda terdapat dimana-mana; kata adalah tanda, demikian pula gerak

isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, film

bangunan atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda.30

3. Denotasi, Konotasi dan Mitos

Untuk membahas semiotik gambar, pendekatan struktural Roland Barthes,

pakar semiotik asal Prancis, tentang gambar memadai untuk melihat fenomena

gambar dan teknologi komunikasi baru zaman sekarang. Fenomena gambar

(mass image) tetap menarik perhatian kita sampai sekarang dan bahkan masih

menjadi perdebatan teoritis. Gambar sudah menjadi menu harian kita. Dilihat dari

28

Pappilon Manurung, editor: M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h.

45-46. 29

Ferdinand de Saussure, A Course In Generaal Linguistics, (New York: Mc. Graw- Hill,

1966). 30

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 124.

Page 41: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

29

sisi ini. Perhatian Barthes pada fenomena gambar dapat kita tempatkan dalam satu

garis dengan kritik budaya media (culture industry).31

Barthes menggunakan istilah order of signification. First order of

signification adalah denotasi, sedangkan konotasi adalah second order of

signification. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang

berbentuk tanda. Tanda inilah yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda

tersebut muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada

tanda (penanda). Pemakaian baru inilah yang kemudian menjadi konotasi.32

Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja :

1. Signifier

(penanda)

2. Signified

(petanda)

3. Denotative sign (tanda

denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER

(PENANDA KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE

SIGNIFIED

s (PETANDA KONOTATIF)

6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Gambar 2. Peta Tanda Roland Barthes

Sumber: Paul Cobley & Litzajanz. 1999. Introducing Semiotics. NY: Totem Books, hlm. 51.

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna

tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi

keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi

penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran

denotatif.33

Barthes membedakan dua macam itu karena ia akan mencari batasan antara

pesan denotatif dan konotatif. Untuk menciptakan sebuah semiotika konotasi

gambar, kedua pesan ini harus dibedakan terlebih dahulu karena sistem konotasi

31

ST.Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 156. 32

Pappilon Manurung, editor: M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h.

57. 33

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 69.

Page 42: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

30

sebagai semiotik tingkat dua dibangun di atas sistem denotatif. Dalam gambar

atau foto, pesan denotasi adalah pesan yang disampaikan secara keseluruhan dan

pesan konotasi adalah pesan yang dihasilkan oleh unsur-unsur gambar dalam

foto.34

Sebagai contoh: secara denotatif, Tikus adalah nama sejenis binatang,

namun secara konotatif „tikus‟ dapan diasosiasikan dengan hal lain seperti:

pejabat yang korupsi dan lain sebagainya.

Denotasi merupakan tingkat makna lapisan pertama yang deskriptif dan

literal serta dipahami oleh hampir semua anggota suatu kebudayaan tertentu tanpa

harus melakukan penafsiran terhadap tanda denotatif tersebut. Tanda disebut juga

sebagai analogon. Pada tingkat makna lapisan kedua, yakni konotasi, makna

tercipta dengan cara menghubungkan penanda-petanda dengan aspek kebudayaan

yang lebih luas: keyakinan-keyakinan, sikap, kerangka kerja, dan ideologi-

ideologi suatu informasi sosial tertentu.35

Barthes menyebut realitas dalam foto yang kita alami sebagai real unreality.

Disebut unreality karena apa yang dihadirkan sudah lewat (temporal anteority),

tidak pernah dapat memenuhi kategori here-now, sekarang-di sini; dan disebut

real karena fotografi tidak menghadirkan ilusi melainkan presence secara spasial.

Kategori ini merupakan pengalaman modern (yang hidup dalam mass image) akan

realitas. Foto berita menurut Barthesialah meliputi pesan tanpa kode (message

without a code) dan juga sekaligus pesan dengan kode (message with a code).

Foto berita yang pada hakikatnya merupakan representasi sempurna atau

analogon dari realitas sebenarnya (denotasi) ternyata sampai pada pembaca sudah

dalam bentuk konotasi dan mitos. Barthes mengajukan sebuah hipotesis bahwa

dala sebuah foto beritapun rupanya (a strong probability) terdapat konotasi. Akan

tetapi konotasi ini tidak terdapat pada tahap pesan itu sendiri melainkan pada

tahap proses produksi foto. Disamping itu, konotasi muncul karena foto berita

akan dibaca oleh publik dengan kode mereka. Dua hal inilah yang memungkinkan

foto berita mempunyai konotasi atau mengandung kode.36

Pengertian kode didalam strukturalisme dan semiotik adalah sistem yang

memungkinkan manusia untuk memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-

34

ST.Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 160. 35

Pappilon Manurung, editor: M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h.

57-58. 36

ST.Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 163-164.

Page 43: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

31

tanda menjai sesuatu yang dapat dimaknai. Umberto Eco menyebut kode sebagai

aturan yang menjadi tanda tampilan yang konkrit dalam sistem komunikasi.37

Dalam foto berita, Barthes tidak membicarakan pentingnya “kode” dalam

membaca tulisan pada foto berita, dengan asumsi bahwa kita hanya membaca

berita dalam bahasa yang sudah kita kuasai. Berkaitan dengan foto berita, Barthes

masih memperhatikan hubungan antar posisi teks dan kaitannya dengan

signification yang dihasilkan. Seperti kita maklumi, sebuah foto berita dijelaskan

oleh berbagai teks, ada yang berupa caption, Headline, artikel atau gabungan dari

ketiganya. Adapun arti dari caption ialah mengulangi saja denotasi, oleh karena

itu kurang menghasilkan efek konotatif bila dibandingkan dengan teks dalam

Headlinei atau artikel.38

Menurutnya foto berita umumnya bersifat not arbitrary,

unmotivated, dokumenter (historis) dan tujuan utamanya untuk membuktikan

suatu fakta atau kenyataan kepada publik, sehingga aspek verisme (gambaran

semirip mungkin) tanpa rekayasa maupun manipulasi subjek maupun peristiwa

menjadi sangat penting. Sedangkan caption atau keterangan foto hanya berfungsi

sebatas sebagai penambah (anhorage) dan pemancar (relay) belaka.

Dalam “The Photographic Message”, Barthes mengajukan tiga tahapan

dalam membaca foto yang bersifat konseptual/diskursif, yaitu: perseptif, konotasi

kognitif, dan etis-ideologis.

1) Tahap Perseptif adalah tahap transformasi gambar ke kategori verbal atau

verbalisasi gambar yang bersifat imajinatif.

37

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 17-18. 38

ST.Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 183.

Page 44: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

32

2) Tahap Konotasi Kognitif adalah tahap pengumpulan dan upaya

menghubungkan unsur-unsur “historis” dari analogon (denotasi) ke

dalam imajinasi paradigmatik. Dengan demikian pengetahuan kultural

sangat menentukan.

3) Tahap Etis-Ideologis adalah tahap pengumpulan berbagai penanda yang

siap “dikalimatkan” sehingga motifnya dapat ditentukan.39

Ketiga tahap di atas tersebut merupakan tahapan-tahapan konseptual atau

diskursif untuk menentukan wacana suatu foto dan ideologi atau moralitas yang

berkaitan. Dengan demikian objektifitas pesan foto dapat diamati dan diukur.

Foto ibarat kata kerja tanpa dasar (infinity), dalam “The Photographic

Message” Bhartes menyebutkan enam prosedur atau kemungkinan untuk

mempengaruhi gambar sebagai analogon. Analogon yaitu apa yang dihasilkan

dalam menulis dengan bahasa gambar, menulis dengan bahasa foto berarti sebuah

kegiatan intervensi pada tingkat kode. Menurut Barthes, citra pesan ikonik/iconic

message (yang dapat kita lihat, baik berupa adegan/scenen, lanskep, atau realitas

harfiah yang terekam) dapat dibedakan lagi dalam dua tataran, yaitu :

a. Pesan harfiah/pesan ikonik tak berkode (non-coded iconic message),

sebagai sebuah analogon yang berada pada tataran konotasi yang berada

pada tataran denotasi citra yang berfungsi menaturalkan pesan simbolik.

b. Pesan simbolik/pesan ikonik berkode (coded iconic message), sebagai

analogon yang berada pada tataran konotasi yang keberadaannya

didasarkan atas kode budaya tertentu atau familiaritas terhadap streotip

39

Ibid.

Page 45: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

33

tertentu. Pada tataran ini, Barthes mengemukakan enam prosedur

konotasi citra –khusus yang menyangkut fotografi untuk membangkitkan

konotasi dalam proses produksi foto menurut Roland Barthes. Prosedur-

prosedur tersebut terbagi dalam dua bagian besar, yaitu konotasi yang

diproduksi melalui modifikasi atau intervensi langsung terhadap realita

itu sendiri (Trick Effect, Pose dan Objects)dan konotasi yang diproduksi

melalui wilayah estetis foto (Photogenia, Aestheticism, dan syntax),

yaitu:

Trick Effect ialah manipulasi gambar secara artifisial.

Pose ialah posisi, ekspresi, sikap dan gaya subjek foto.

Object ialah penentuan point of interest gambar/foto.

Photogenia ialah teknik pemotretan dalam pengambilan gambar

(misalnya: lighting, exposure, bluring, panning, angle dan

lainnya).40

Aestethism ialah format gambar atau estetika komposisi gambar

secara keseluruhan dan dapat menimbulkan makna konotasi.

Sintaksis ialah rangkaian cerita dari isi foto/gambar, yang

biasanya berada pada caption dalam foto berita dan dapat

membatasi serta menimbulkan makna konotasi. Fungsi caption

ialah:

40

ST.Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 173.

Page 46: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

34

Fungsi penambat/pembatasan (anchorage) agar poko

pikiran dari pesan dapat dibatasi sesuai dengan maksud

penyampaiannya.

Fungsi pemancar/ percepatan (relay) agar langsung

dipahami maksud dari pesan yang disampaikan.41

John Fiske (1990) menjelaskan masalah denotasi dan konotasi dengan

menggunakan contoh fotografi. Menurut Fiske, denotasi ialah apa yang difoto dan

memunculkan pertanyaan “ini foto apa?”, sedangkan konotasi adalah bagaimana

ini bisa difoto? Atau menitikberatkan pertanyaan „mengapa fotonya ditampilkan

dengan cara seperti itu?.42

Atau dengan kata lain, denotasi adalah apa yang

digambarkan tanda pada objek: sedangkan konotasi adalah bagaimana

menggambarkannya.43

Dalam pengertian umum denotasi biasanya dimengerti

sebagai makna harfiah, makna yang sesungguhnya, bahkan kadang kala juga

dirancukan dengan refrensi atau acuan. Sedangkan konotasi identik dengan

operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk

mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-niolai dominan yang

berlaku dala suatu periode tertentu.44

Denotasi adalah makna yang sesuai dengan makna sebenarnya atau sesuai

dengan makna kamus. Konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya dan

merujuk pada hal lain. Sedangkan mitos adalah suatu pembelokan makna mitos

41

Ibid. 42

Pappilon Manurung, editor: M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h.

58. 43

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 128. 44

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2004), h. 70-71.

Page 47: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

35

juga mengubah pengalaman menjadi sesuatu yang alamiah atau suatu kejadian

yang terjadi secara berulang-ulang di suatu masyarakat sehingga melekat kuat

diakui oleh masyarakat sebagai suatu kebudayaan.

Mitos menurut Roland Bhartes bukanlah mitos seperti apa yang kita pahami

selama ini. Mitos bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, transenden, historis,

dan irasional. Anggapan seperti itu, mulai sekarang hendaknya kita kubur. Tetapi

mitos menurut Bhartes adalah sebuah ilmu tentang tanda. Menurut Bhartes, mitos

adalah type of speech (tipe wicara atau gaya bicara) seseorang. Mitos digunakan

orang untuk mengungkapkan sesuatu yang tersimpan dalam dirinya. Orang

mungkin tidak sadar ketika segala kebiasaannya dan tindakannya ternyata dapat

dibaca orang lain. Dengan menggunakan analisis mitos kita dapat mengetahui

makna-makna yang tersimpan dalam sebuah bahasa atau benda (gambar). Roland

Bhartes pernah mengatakan “Apa yang tidak kita katakan dengan lisan,

sebenarnya tubuh kita sudah mengatakannya”. Pernyataan itu mengindikasikan

signifikasi bahasa simbolik manusia. Dalam kehidupan ini, manusia selain

dibekali kemampuan berbahasa juga dibekali kemampuan itnterpretasi terhadap

bahasa itu sendiri. Bahasa, dalam hal ini tidak hanya terfokus pada bahasa verbal

atau bahasa non-verbalmanusia. Tetapi juga pada bahasa-bahasa simbolik suatu

benda (seperti gambar) atau gerakan-gerakan tertentu.45

Sebagai sistem semiotik, mitos dapat diuraikan ke dalam tiga unsur, yaitu:

signifier, signified, dan sign. Bhartes menggunakan istilah berbeda untuk tiga

unsur tersebut yaitu form, concept dan signification.46

Form/penanda merupakan

subyek, concept/petanda adalah obyek dan signification/tanda merupakan hasil

perpaduan dari keduanya. Dalam semiotika tingkat pertama (linguistik), penanda

diganti dengan sebutan makna, petanda sebagai konsep, dan tanda tetap disebut

tanda. Sedangkan dalam mitos, penanda dianggap bentuk, petanda tetap sebagai

konsep, dan tanda diganti dengan penandaan. Proses simbolisasi seperti itu

bertujuan mempermudah kita dalam membedakan antara linguistik dan mitos

45

Ibid. 46

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 128.

Page 48: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

36

dalam semiotika.47

Dalam kerangka Barthes konotasi identik dengan operasi

ideologi, yang disebut dengan mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan

memberikan bagi nilai-nilai yang dominan yang berlaku dalam satu periode

tertentu.48

Menurut Bhartes mitos memiliki empat ciri, yaitu:

1. Distorsif. Hubungan antara form dan concept bersifat distorsif dan

deformatif. Concept mendistorsi form sehingga makna pada sistem

tingkat pertama bukan lagi merupakan makna yang menunjukan

pada fakta yang sebenarnya.

2. Internasional. mitos tidak ada begitu saja. Mitos sengaja diciptakan.

Dikonstruksikan oleh budaya masyarakatnya dengan maksud

tertentu.

3. Statement of fact. Mitos menaturalisasikan pesan sehingga kita

menerimanya sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu

diperdebatkan lagi. Sesuatu yang terletak secara alami dan nalar

awam.

4. Motivasional. Menurut Bhartes, bentuk mitos mengandung

motivasi. Mitos diciptakan dengan melakukan seleksi terhadap

berbagai kemungkinan konsep yang akan digunakan. 49

Salah satu mitos yang diangkat Bhartes dalam buku mitologi ialah pemain

gulat. Mitos gulat, menurut Bhartes, merupakan sebuah bentuk profesionalisme

dan keadilan sebuah permainan. Mungkin kita sering menonton pertunjukan gulat.

Seperti realitasnya, gulat merupakan sebuah permainan rekayasa yang menghibur

penonton dengan sajian kekerasan. Biasanya seorang penonton akan puas dengan

ajang balas dendam dalam pertarungan gulat tersebut. Contoh, ketika si A,

misalnya dipukul dan tidak membalas, penonton akan mencemoohnya. Mitos

gulat merupakan profesionalisme dan keadilan. Hali itu ditunjukan ketika salah

satu lawan menyerah dan tidak berdaya, secara otomatis sang pemenang akan

menghentikan pukulan atau kuncian tangan dan kakinya karena melihat sang

lawan sudah tidak berdaya dan mengaku kalah. Disitulah mitos gulat itu

terungkap.50

47

Media Indonesia, Bedah Buku:Belajar Membedah Mitos (Mitologi Karya Roland

Bhartes), Minggu 25 Maret 2007. 48

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 71. 49

http://astaganaga.multiply.com/journal/item/5?&view:replies=thereaded diakses pada 17

Juli 2009 50

Media Indonesia, Bedah Buku:Belajar Membedah Mitos (Mitologi Karya Roland

Bhartes), Minggu 25 Maret 2007.

Page 49: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

37

Ketika mempertimbangkan sebuah berita atau laporan, akan menjadi jelas

bahwa tanda linguistik, visual dan jenis tanda lain yang mengenai bagaimana

berita itu direpresentasikan (seperti tata letak/ lay out, rubrikasi dan lain

sebagainya) tidaklah sesederhana mendenotasikan sesuatu hal, tetapi juga

menciptakan tingkat konotasi yang dilampirkan pada tanda. Barthes menyebutkan

bahwa membagi tanda denotasi dan konotasi sebagai pencapaian mitos. Pada

dasarnya semua hal dapat menjadi mitos; satu mitos timbul untuk sementara

waktu dan tenggelam untuk waktu yang lain karena digantikan oleh berbagai

mitos lainnya. Mitos menjadi pegangan atas tanda yang hadir.51

Denotasi disini digambarkan dengan adanya objek yang dapat menjadi

penanda antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Bentuk lain yang ada

didalam foto penelitian ini adalah gambar sebuah rumah yang terbakar dan api

besar kemudian rumah-rumah yang terbakar menjadi puing-puing dan telah rata

dengan tanah. Konotasi disini adalah menggambarkan bentuk kemarahan

kelompok warga non Syi‟ah kepada kelompok muslim Syi‟ah ditandai dengan

adanya api yang berkobar dengan besarnya dan melakukan beberapa kekerasan

sehingga menyebabkan kesedihan yang mendalam bagi warga muslim Syi‟ah

karena kehilangan harta bendanya dengan menunjukan tanda wajah yang muram

dan tertunduk lesu. Mitos disini ditandakan dengan adanya tragedi ini dapat

menggambarkan bahwa didalam agama Islam terbagi-bagi menjadi beberapa

kelompok dan adanya kelompok-kelompok ini menjadikan banyak perbedaan,

51

http://abunavis.wordpress.com/2007/12/31/mitos-dan-bahasa-media-mengenal

semiotika- roland-barthes diakses pada 17 Juli 2009.

Page 50: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

38

khusunya dalam sebuah ajaran-ajaran agama. Itu pula yang menjadi pemicu

pertikaian antara kelompok dan kurangnya rasa toleransi antar sesama.

4. Pengertian Konflik

Konflik dalam organisasi telah didefinisikan oleh berbagai ahli antara lain

sebagai berikut :

1. S.P. Robbins mendefinisikan konflik sebagai suatu proses yang mulai

bila satu pihak merasakan bahwa ada pihak lain telah memengaruhi

secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif, sesuatu

yang diperhatikan oleh pihak pertama.

2. Adam Ibrahim Indrawijaya mendefinisikan konflik :

a. Segala macam bentuk hubungan antarmanusia yang bersifat

berlawanan.

b. Segala macam bentuk pertikaian yang terjadi dalam organisasi, baik

antar seseorang dengan seorang lainnya, seseorang dengan kelompok,

antara kelompok dengan kelompok maupun antara kelompok dengan

organisasi atau mungkin pula antara perorangan dengan organisasi

secara keseluruhan.

1. Penyebab dan Akibat Konflik Organisasi

Setidak-tidaknya ada tujuh penyebab utama terjadinya konflik organisasi,

yaitu sebagai berikut :

a. Perbedaan pendapat

Perbedaan pendapat dapat menimbulkan suatu konflik karena masing-

masing pihak merasa dirinya paling benar.

Page 51: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

39

b. Salah paham

Salah paham merupakan salah satu yang dapat menimbulkan konflik.

Salah paham ini bisa terjadi karena pihak satu tidak mengetahui maksud

dan tujuan pihak lain, serta kurang komunikasi.

c. Salah satu atau kedua belah pihak merasa dirugikan

Jika salah satu pihak dianggap merugikan yang lain atau masing-masing

merasa dirugikan pihak lain, akan dapat menyebabkan orang merasa

tidak senang. 52

52

http://syafrizalhelmi.wordpress.com/ konflik-dan- perubahan- budaya _ syafrizal

Helmi.html

Page 52: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

40

BAB III

PROFIL KORAN TEMPO

A. Sejarah dan Perkembangan Koran TEMPO

Tempo lahir dan besar pada zaman Orde baru, disokong oleh perusahaan

yang juga dibesarkan pada masa Orde baru tahun 1971, tetapi Orde baru juga

yang mematikannya.1 Tempo lahir dan mati dimasa Orde baru, beberapa pendiri

Tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 1965/1966 yang ikut menggulingkan

Soekarno. Tempo luput dari pembredelan dua kali pada masa Orde baru, tahun

1974 dan 1978. Tahun 1982, terjadi insiden Lapangan Banteng, menjelang pemilu

1982 dan dianggap oleh pemerintah menggangu keamanan. Untuk itu Goenawan

Mohammad harus menandatangani kesepakatan dengan Departemen Penerangan

untuk tidak meliput isu-isu yang sensitif, termasuk yang meliputi keluarga

cendana.

Tempo merupakan bagian dari kelas menengah Orde baru, untuk itu Tempo

merupakan fondasi ekonomi yang menyokong orde baru, untuk itu Tempo berjaya

ialah pada dekade 1980-an, dimana anggaran belanja iklan perusahaan banyak

masuk ke media cetak. Jumlahnya mencapai 50% dari total belanja iklan tersebut.

Inilah yang pada akhirnya membuat gaji para wartawan Tempo mencapai

puncaknya. Setelah perpindahan Tempo dari kawasan Senen ke kawasan

Kuningan pada tahun 1986, setahun kemudian terjadi eksodus puluhan

wartawannya. Mereka keluar dari Tempo untuk mendirikan Majalah Editor,

1 http;//www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/2053888.htm, artikel berjudul

“Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas” karya Ignatius Haryanto, diakses pada 9 September

2009.

Page 53: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

41

keluarnya mereka karena Tempo telah berubah menjadi institusi bisnis, bukan lagi

institusi perjuangan dan manajemen sering kali membela pemilik modal dan tidak

lagi menganggap wartawan sebagai aset berharga.

Dunia media sangatlah dinamis karena ia juga mewakili dinamika dalam

masyarakat secara mikro, kantor Tempo pertama di Senen banyak menyimpan

memori. Kehangatan ruang seperti bedeng justru menimbulkan suasana egaliter;

pintu penghubung ruangan yang mirip pintu bar di film-film koboi; perilaku para

kolumnis yang kocak-kocak, seperti misalnya: tulisan Ong Hok Ham yang sulit

diedit karena satu halaman keting tertinggal dirumahnya, atau abdurrachman

Wahid yang bisa menghabiskan nasi bungkus sebelum mulai mengetik kolomnya

di kantor Tempo; dan perilaku para wartawannya sendiri yang memang jahil,

menyiasati waktu-waktu krisis saat deadline. Situasi itu bergeser ketika kemudian

Tempo pindah dari suasana pasar ke situasi perkantoran modern di kawasan

Kuningan.2

Majalah Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya

meliput berita dan politik. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada Maret 1971 yang

merupakan majalah pertama dan tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah.

Majalah ini pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 1982 dan 21 Juni 1994,

Tempo kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Tempo juga menerbitkan majalah

dalam bahasa Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo Megazine

dan pada 2 april 2001 Tempo juga menerbitkan Koran Tempo. Pelarangan terbit

2 http;//www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/2053888.htm, artikel berjudul

“Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas” karya Ignatius Haryanto, diakses pada 9 September

2009.

Page 54: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

42

Majalah Tempo pada 1994 bersama dengan Editor dan Detik, tidak pernah jelas

apa penyebabnya. Tapi banyak orang yakin bahwa Mentri Penerangan saat itu,

Harmoko mencabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUUP) Tempo karena

laporan majalah ini tentang impor kapal perang dari jerman, laporan ini dianggap

membahayakan stabilitas negara. Laporan utama membahas keberatan pihak

Militer terhadap impor oleh Menristek BJ. Habibie. Sekelompok wartawan juga

kecewa pada sikap Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) karena menyetujui

pembredelan Tempo, Editor dan Detik yang kemudian mendirikan aliansi Jurnalis

Indonesia (AJI).

Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di

Indonesia, pemiliknya adalah PT. Tempo Inti Media Harian. Tempo sebelumnya

dikenal dengan Majalah Tempo. Dalam proses pendiriannya koran Tempo

melakukan penjualan saham kepada publik sebanyak 17,6 persen dari dana

tersebut hingga akhirnya koran ini bisa beroperasi. Koran Tempo pertama kali

diterbikan di Jakarta 12 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000 setiap

harinya.3 Pertimbangan mendirikan Koran Tempo secara teknis ialah untuk

mewadahi bahan-bahan berita Majalah Tempo yang terbuang percuma, secara

idealis Koran Tempo mencoba memunculkan sesuatu yang baru dan berbeda

dengan surat kabar lainnya.

Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi media massa cetak yang

mampu mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi. Market

Reader Koran Tempo ialah masyarakat kelas menengah keatas yang secara

3 http;//id.wikipedia.org/wiki/Koran_Tempo, diakses pada 1 September 2009

Page 55: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

43

ekonomi berkecukupan dan memiliki pendidikan tinggi. Motto yang dianut Koran

Tempo adalah “To Be Concise”, yaitu memberitakan sebuah peristiwa dengan

ringkas, padat dan jelas sesuai dengan 5W+1H. Motto ini juga yang mendasari

desain Koran Tempo yang pendek dan berita tidak bersambung dari satu halaman

lain ke halaman lainnya. Pertimbangan lain adalah waktu pembaca surat kabar

yang relatif pendek.

Saat itu Tempo memiliki labelnya sebagai koran kompak, sebuah pergeseran

konsep surat kabar harian broadsheet menjadi tabloid lima kolom yang lebih

mungil dan ringkas. Harus diakui bahwa Tempo adalah sebuah sekolah jurnalisme

dalam praktik di Indonesia yang alumninya diakui di mana-mana. Sebutlah nama-

nama petinggi di Indonesia saat ini, banyak diantaranya adalah alumni Tempo.

Kalau kita menyebut masalah berita, sukar menyebut media mana pun yang tak

ada alumni Tempo di dalamnya.

B. Visi dan Misi Tempo Inti Media

1. Visi Tempo Inti Media

Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir

dan mengutarakan pendapat serta mambangun suatu masyarakat yang menghargai

kecerdasan dan perbedaan pendapat.4

2. Misi Tempo Inti Media

1. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang

menampung dan menyalurkan secara adil suara-suara yang berbeda-

beda.

4 Lampiran comapny profile Tempo Inti Media

Page 56: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

44

2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan

kekuasaan modal dan politik.

3. Terus–menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa,

dan tampilan visual yang baik.

4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik.

5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang

beragam sesuai kemajuan zaman.

6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor.

7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya

khasanah artistik dan intelektual.

C. Struktur Redaksi Koran Tempo

Penerbit : PT. Tempo Inti Media

Corporate Chief Editor : Bambang Harymurty

Pemimpin Redaksi : S Malela Mahargasari. PJ

Redaktur Eksekutif : Gendur Sudarsono

Redaktur Senior : Diah Purnomowati, Fikri Jufri, Goenawan

Mohammad, Leila S. Chudori, Putu Setia,

Yusril Djalinus

Corporate Secretary : Rustam F. mandayun

Redaktur Utama :Burhan Solihin, Purwanto Setiadi,

Wicaksono

Sekertaris Redaksi : Dyah Irawati Hapsari

Direktur Utama : Bambang Harymurti

Direktur : Herry Hermawan, Toriq Hadad

Page 57: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

45

D. Prestasi

1. 1971 Edisi perdana TEMPO dapat menjual 20.000 kopi.

2. 1977 Penjualan mencapai 47.000 kopi.

3. 1988 Penjualan mencapai 166.000 kopi.

4. 1991 Menjadi satu-satunya jurnalis dari Indonesia yang meliput perang

Teluk dari Baghdad, Irak.

5. 1993 Penjualan mencapai 200.000 kopi.

6. 1996 Reporter TEMPO, Ahmad Taufik menerima anugerah S Tasrieb

Award.

7. 1997 Reporter Bina Bektiati menerima penghargaan US Woman Journalist

Award.

8. 1998 Penjualan pada edisi perdana TEMPO pasca dibredel mencapai

150.000 kopi.

9. 1998 Goenawan Mohamad menerima CPJ Award.

10. 2000 Media pertama yang mengungkapkan sengketa Buloggate,

sedangkan yang lain hanya mengutip TEMPO.

11. 2002 Hasil survey AC Neilsen, MBM paling banyak pembacanya.

12. 2002 Rommy Fibri menerima penghargaan sebagai Nomine dari

International Federation of Journalist (IFJ) & European Union (EU) di

Belgia.

13. 2003 Karaniya Dharmasaputra mendapat penghargaan dari AJI (Aliansi

Jurnalistik Independent) untuk tulisannya mengenai investasi Buloggate II.

14. 2003 Rommy F dan Maria H menerima penghargaan Apresiasi Jurnalis

jakarta dalam peringatan 9 tahun AJI.

15. 2003 Merupakan media paling komprehensif mengangkat isu ilegal

logging periode 2002-2003 dari GreenCom & Inform (TWI, Walhi,

Telapak, WWF, Kemala, AMAN, TNC, FFI, BLI, CI).

16. 2003 Karaniaya Dharmasutra menerima penghargaan M. Hatta Award atas

kinerja nya memberantas korupsi.

Page 58: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

46

17. 2004 Penghargaan kepada wartawan TEMPO Nezar Patria) : Tollearnce

Prize dari International Federation of Journalist atas pemberitaannya

mengenai Aceh.

Penghargaan

1. 1986 Best Cover-Asia Publishing Congress, Singapore.

2. 1989 Second Best Cover Asia Publishing Congress, Hongkong.

3. 1989 Best Article, 25th National Health Day Award.

4. 1990 Best Outdoor Ad, Citra Mara Award, Indonesia.

5. 1991 Best Photo, Adinegoro Award, Indonesia.

6. 1999 Best Foreign Series Foster, 7th International Printed Graphic Art,

Pakistan.

7. 1999 The Most Read News Megazine, AMI.

8. 1999 The Most Satisfactory News Megazine, Forntier Penghargaan.

9. 1999 The Most Recognized Magazine, AMI.

10. 1999 The Most Popular Brand News Megazine, Mars- Frontier- SWA.

11. 1999 The Most Read Megazine by Indonesia Bussinessmen, IPSOS-RSL

(Hongkong) Asian Bussinessmen Readership Survey.

12. 2002 Penghargaan Index Costumer Satisfication Award - Frontier.

13. 2004 Penghargaan Medal Of Honor dari Missouri School Of Journalism

Amerika Serikat.

14. 2004 Penghargaan Dewan Pers: Koran TEMPO sebagai harian yang

pemberitaannya paling berimbang dan harian kedua terbaik secara umum.

15. Dan sebagainya.

Page 59: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

47

E. Deskriptif Pemberitaan

Peristiwa yang terjadi di Sampang Madura diduga kuat telah direncanakan

oleh para sekelompok masyarakat anti Syi’ah sudah dari jauh-jauh hari. Kejadian

ini terjadi sekitar pukul 08.00 WIB di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben,

Sampang, Madura Jawa Timur.

Kejadian ini menimbulkan banyak kerusakan dan kerugian yang dialami

oleh para warga Syi’ah di sampang ada puluhan rumah yang dirusak dan dibakar

oleh sekelompok orang anti Syi’ah dan ada juga korban 1 orang tewas akibat

sabetan cerulit 4 lainnya mengalami kritis dan puluhan orang luka-luka.

Peristiwa kerusuhan yang terjadi di Sampang Madura ini bukan untuk

pertama kalinya, peristiwa ini terjadi juga pada bulan Desember akhir tahun 2011,

aksi ini dipicu oleh adanya ajaran-ajaran dan aliran yang dicurigai sebagai ajaran

yang melenceng dari ajaran agama Islam. Dalam peristiwa pada tahun 2011 ada

yang di tetapkan sebagai tersangka yaitu Tajul Muluk yang saat ini sedang

menjalani masa tahanannya di dalam penjara dalam kasus penistaan dan penodaan

agama.

Yang menjadi pemicu serangan tragedi kerusuhan di Sampang ini beragam

dari konflik antar keluarga hingga persoalan keyakinan yang berbeda. Akan tetapi

apapun alasannya, penyerangan yang terjadi di Sampang ini bukan hal yang harus

ditolerir oleh pemerintah dan aparat keamanan. Ini sudah menjadi bukti bahwa

keamanan yang ada di negara ini sudah tidak dapat diberi kepercayaan oleh

masyarakat karena telah lalai dalam memberikan keamanan dan kenyamanan

kepada masyarakat.

Page 60: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

48

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Data dan Analisis Data

Dalam bab ini peneliti menjelaskan data serta hasil penelitian dari judul

“Analisis semiotik foto berita headline koran TEMPO Edisi 27-28 Agustus 2012”.

Analisis ini memakai analisis semiotika Roland Barthes yang bertumpu pada,

makna denotatif, konotatif, dan mitos yang terkandung dari foto berita yang

diteliti.

Data foto-foto dalam penelitian ini adalah kerusuhan dalam tragedi warga

Syi’ah di Sampang Madura dan beberapa efek yang ditimbulkan dalam tragedi

pada tanggal 26 Agustus 2012. peneliti mengambil sampel berdasarkan

kepentingan penelitian, yang dianggap dapat menjadi bahan penelitian. Pada

umumnya, setiap foto yang ditampilkan di dalam headline yang ada didalam

koran Tempo dapat menjadi sampel bagi peneliti, sebab ditemukan banyak

kejadian-kejadian pada setiap foto yang patut untuk diteliti.

Barthes menunjukan ada dua tahap dalam membaca foto antara lain :

Tahap perseptif konotasi kognitif, kemudian tahap etis ideologis. Barthes juga

mendefinisikan enam prosedur atau kemungkinan untuk mempengaruhi gambar

sebagai analogon. Keenam prosedur ini dikategorikan menjadi dua, yaitu :

1. Rekayasa yang secara langsung dapat mempengaruhi realitas itu sendiri.

Terdiri dari:

Page 61: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

49

a. Trick Effect, yaitu memanipulasi gambar sampai tingkat yang

berlebihan untuk menyampaikan maksud pembuat berita.

b. Fose, ialah gaya, posisi, ekspresi dan sikap objek foto.

c. Pemilihan Objek, merupakan penentuan Point Of Interest (POI)

pada sebuah gambar atau foto.

2. Rekayasa yang masuk dalam wilayah estetis, terdiri dari :

a. Photogenia, adalah teknik pemotretan dalam sebuah pengambilan

gambar.

b. Astheticism, yaitu format gambar atau estetika komposisi gambar

secara keseluruhan dan dapat menimbulkan makna denotasi.

c. Sintaksis, yaitu rangkaian cerita dari isi foto atau gambar yang

biasanya berada pada keterangan foto dan dapat membatasi serta

menimbulkan makna konotasi.

Setelah memperhatikan setiap foto yang ada didalam headline,

maka penulis memilih 2 foto yang menurut penulis dapat dijadikan sampel

berita yang akan dianalisis. Berikut adalah kedua foto dengan hasil

penelitian sebagai berikut :

Page 62: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

50

Data Foto 1

Headline : PEMERINTAH GAGAL LINDUNGI WARGA SYI’AH

Signifier Api Yang sangat

besar

Orang yang sedang

mengayunkan balok

kayu

Bilik rumah

Signified Yang menandakan

sebuah kebakaran

pada rumah warga

Menggambarkan

emosinya dengan

cara menghancurkan

rumah warga

Rumah Warga

Muslim Syi’ah

Gambar 1. Headline koran Tempo 27 Agustus 2012

B. Analisis Data Foto 1

1. Makna Denotasi

Digambarkan seorang pemuda non Syi’ah sedang menghancurkan rumah di

permukiman kaum Syi’ah desa Karanggayam, Omben, Sampang, Madura.

Menggunakan balok kayu yang diayunkan untuk menghancurkan bilik-bilik

rumah yang sedang dilahap oleh api yang membara.

Dalam data foto 1 dapat dijabarkan objek (analogon) apa saja yang terdapat

di dalam foto tersebut, antara lain:

Page 63: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

51

Sebuah bilik rumah yang hampir seluruhnya dilalap habis oleh api

yang begitu besar.

Seorang pemuda dengan memakai kemeja sedang mengayunkan

sebuah balok kayu untuk melampiaskan kekesalan terhadap warga

syiah yag dituduh telah menodai agama khususnya Islam.

Latar belakang foto ada kebun kosong yang menggambarkan sebuah

pedesaan warga yang sepi karena tragedi tersebut.

Makna denotasi yang didapat dengan memperhatikan beberapa objek

yang mengungkapkan, secara verbal dapat dikatakan dalam gambar ini

menunjukan bahwa ada sebuah kekerasan dalam tragedi warga muslim sy’iah di

Sampang Madura yang mengakibatkan banyak kerugian baik pihak Syi’ah

ataupun warga yang menolak adanya Syi’ah.

2. Makna Konotasi

Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes

biasanya disebut sebagai konotasi kognitif atau yang biasa diartikan sebagai

makna yang dibangun atas dasar imajinasi. Dan dapat juga diperoleh dengan

mengamati beberapa perkembangan prosedur yang dapat mempengaruhi objek.

Gambar diatas menunjukan seorang sosok pemuda yang dengan wajah yang

sangat kesal dan dengan melakukan pengrusakan terhadap pemukiman para warga

muslim Syi’ah. Adanya api yang sedang melalap pemukiman para warga

melambangkan panasnya tragedi yang sedang terjadi di Sampang dan menunjukan

bahwa amarah para warga kepada para warga muslim Syi’ah sangatlah besar.

Page 64: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

52

Dalam teknik pengambilan gambar adanya pemotongan (Croping) yang

dilakukan agar terlihat jelas fokus objek dalam sebuah frame yang

menggambarkan seseorang yang sedang meluapkan amarahnya. Frame foto yang

dikelilingi oleh kobaran api menjadikan kuatnya objek yang ada dalam foto

tersebut. Api biasanya menjadi simbol dari kemarahan dan kekesalan.

Dari beberapa pengamatan terlihat bahwa ada tanda-tanda yang muncul

secara jelas dan ada makna konotasi yang timbul. Seorang warga terlihat sedang

menghancurkan sebuah pemukiman warga muslim Syi’ah karena kesal akan

ajaran yang dilakukan para warga muslim Syi’ah yang dinilai telah melakukan

beberapa pelanggaran penistaan agama. Dan dalam konsep pengambilan gambar

yang dilakukan oleh fotografer ini sudah jelas dengan memperlihatkan fokus

objek yang diletakan ditengah-tengah kobaran api yang membakar sebuah rumah

warga muslim Syi’ah. Itu artinya objek pemuda yang ada dalam foto ini

menunjukan adanya sebuah tragedi yang terjadi di Sampang karena kurang nya

rasa toleransi beragama yang berujung dengan sebuah penghancuran.

3. Mitos

Adapun makna mitos yang terkandung dalam data foto 1 ini adalah kesan

ekspresi kemarahan seorang warga yang tidak terima dengan keberadaan para

warga muslim Syi’ah yang ajaran agama nya di nilai menyimpang dari ajaran

islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan keyakinan agama

memperlebar jurang permusuhan antar warga. perbedaan keyakinan agama

menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok

dalam masyarakat. Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan. massa yang

Page 65: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

53

mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur.

Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang

yang umumnya dari mempunyai keyakinan agama yang berbeda dengan kaum

mayoritas lainnya. Jadi, nampaknya perbedaan agama ikut memicu terjadinya

konflik.

Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan

membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa tidak semua sama. Secara

sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya

tradisional dan budaya modern. Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat

yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor

pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di

Indonesia. Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam

masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan

minoritas golongan agama.

Di berbagai tempat terjadinya konflik, islam terbagi-bagi menjadi beberapa

bagian kelompok massa yang mengamuk biasanya adalah kelompok yang

mayoritasnya lebih banyak, sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami

kerugian fisik dan mental adalah kelompok-kelompok minoritas di Indonesia.

Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah

yang didiami lebih dari kelompok islam minoritas.

Page 66: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

54

Data Foto 2

Headline : SERANGAN DIDUGA DIRENCANAKAN

Signifier Serpihan puing-

puing rumah

Seorang kakek

Sisa-sisa

ranting pohon

Signified Mengambarkan

telah terjadi

kebakaran

pemukiman para

warga muslim

Syiah.

Gambaran seorang

kakek warga

muslim Syiah

sedang berjalan

diatas puing-puing

rumahnya yang

terbakar berharap

adad barang-

barangnya yang

tersisa.

Menginformasi

kan bahwa

bukan hanya

rumah para

warga yang

terbakar tetapi

tumbuhan dan

pepohonan

disekitar pun

ikut terbakar

karena api yang

sangat besar.

Gambar 2. Headline koran Tempo 28 Agustus 2012

Page 67: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

55

C. Analisis Data Foto 2

1. Makna Denotasi

Terlihat seorang kakek warga muslim Syi’ah dengan pakaian yang lusuh

terlihat sedang tertunduk sedih dengan raut wajah yang muram tengah berjalan

mnyusuri sisa puing-puing reruntuhan rumah seperti genteng, bilik rumah, dan

ranting-ranting pohon disekitar pemukiman yang hangus terbakar akibat serangan

yang terjadi.

Dalam gambar foto 2 dapat kita amati beberapa analogon yang berupa

objek dari makna denotatif foto tersebut, antara lain :

Serpuhan puing-puing dari rumah yang terbakar berserakan tanpa

tersisa menjadi abu.

Sisa-sisa ranting-ranting pohon yang berada di sekitar rumah yang

ikut terbakar.

Seorang kakek yang juga seorang muslim Syi’ah sedang meratapi

puing-puing rumahnya yang sudah rata dengan tanah.

Makna denotasi yang didapat dengan memperhatikan objek yang ada

mengungkapkan secara verbal dapat dikatakan foto atau gambar ini

menggambarkan pemandangan puing-puing dari rumah para warga Syi’ah pasca

terjadinya tragedi pembantaian terhadap warga Syi’ah di desa Karanggayam

Omben Sampang Madura. Tragedi tersebut secara otomatis telah menghancurkan

semua harta benda daripada warga muslim Syi’ah itu juga akan dapat

menimbulkan banyak problema yang terjadi. Dengan adanya masalah itu akan ada

banyak dari berbagai kalangan yang tidak dapat melanjutkan aktifitas seperti

Page 68: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

56

biasanya. Semua harus dimulai dari nol kembali agar dapat mendapatkan

kehidupan yang layak seperti sedia kala.

2. Makna Konotasi

Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes

biasanya disebut sebagai konotasi kognitif atau yang biasa diartikan sebagai

makna yang dibangun atas dasar imajinasi. Dan dapat juga diperoleh dengan

mengamati beberapa perkembangan prosedur yang dapat mempengaruhi objek.

Raut wajah yang murung disini memberikan kesan kesedihan dan

memberikan arti sedih yang begitu mendalam bagi seorang kakek tua renta yang

seyogyanya saat ini dapat menikmati masa-masa pencapaiaan hasil-hasil terakhir

dalam sebuah kehidupan. Kesedihan juga dapat memberikan efek negatif bagi

para manula khususnya untuk pengembangan mental individu masing-masing.

Foto ini menyuguhkan informasi dengan disertai dengan keterangan yang

rinci (caption) serta memiliki jenis foto (Human Interest) dalam sebuah type atau

jenis fotografi. Secara kritis foto ini juga memiliki arti yang sangat dalam, ketika

seseorang kakek tua renta berjalan diatas tempat mereka biasanya berlindung dari

hujan dan terik matahari dan sekarang sudah rata dengan tanah harus kehilangan

baik materi atau inmaterinya, mereka harus memulai kehidupan yang baru mulai

lagi dari awal.

Beberapa puing-puing dan sisa-sisa hasil dari pembakaran yang terdapat

dalam foto ini dapat menyimbolkan dan mempunyai makna sebuah kehancuran

yang terkandung didalamnya.

Page 69: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

57

3. Mitos

Makna mitos yang tersirat dari gambar 2 diatas adalah Konflik antar

agama yang belum lama ini telah terjadi pertikaian di daerah Sampang Madura.

Ini bukan pertama kalinya terjadi di wilayah itu, pada tahun lalu di daerah

Sampang para warga Non Syiah dengan gencarnya selalu melakukan sebuah

serangan-serangan terhadap warga muslim Syi’ah gar dapat sedikit demi sedikit

mengurangi populasi warga muslim Syi'ah. Sehingga pada akhirnya kini sebagian

besar warga muslim Syi'ah banyak yang mengungsi dari daerah Sampang.

Perebutan wilayah disana pun telah menghabiskan banyak darah, nyawa dan

materi. Sehingga berbagai macam cara telah dilakukan oleh pihak pemerintah

untuk menghentikan peperangan itu dengan cara damai. Tetapi semua itu selalu

saja kandas di tengah jalan. Sebenarnya, salah paham hanyalah sebuah alasan bagi

kedua belah pihak untuk saling berperang. Ada alasan paling inti yang sudah

bukan menjadi rahasia umum lagi dan alasan itu adalah agama. Sejak zaman

dahulu agama memang selalu menjadi hal paling sensitif karena sedikit saja

menyentuhnya maka emosi bisa naik dan terjadilah bentrokan. Padahal tak

seharusnya terjadi hal demikian yang hanya disebabkan oleh suatu hal seperti

agama. Agama merupakan petunjuk yang diturunkan Tuhan untuk memuntun

manusia, itulah definisi dari agama.

Page 70: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari data yang telah terkaji dengan analisis semiologi tipe Roland Barthes,

terdapat beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Hasil analisis makna denotasi dari rangkaian foto Headline koran Tempo,

mengungkapkan bahwa foto jurnalistik tidak hanya memberikan informasi

sebatas apa yang tampak didalam foto, yaitu ada sebuah pengrusakan yang

dilakukan seorang pemuda dalam foto 1 dan ada beberapa akibat yang

diakibatkan oleh pengrusakan dalam tragedi tersebut.

2. Makna konotasi yang dapat diambil dari hasil analisis foto Headline koran

Tempo, memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa apa yang

menjadi potret atau gambar dari sebuah tragedi dan memberikan beberapa

contoh objek dalam yang terjadi didaerah Sampang Madura Dari foto-foto

tersebut, kita dapat memperoleh informasi tentang kurangnya rasa

tenggang rasa dan bertoleransi sesama makhluk sosial dengan adanya

kekerasan dalam rangkaian foto tersebut terlihat ada banyak kekerasan

dan hasil dari kekerasan dalam tragedi itu.

3. Makna Mitos yang terdapat dalam anilisis foto berita ini adalah, seperti

apa yang kita ketahui bersama, Pandangan itu berangkat dari anggapan

bahwa karakteristik (sikap dan perilaku) masyarakat Madura itu mudah

tersinggung, gampang curiga pada orang lain, temperamental atau

gampang marah, pendendam sertasuka melakukan tindakan kekerasan.

Bahkan, bila orang Madura dipermalukan, seketika itu juga ia akan

Page 71: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

59

menuntut balas atau menunggu kesempatan lain untuk melakukan tindakan

balasan. Ekspresivitas, spontanitas, dan keterbukaan orang Madura,

senantiasa termanifestasikan ketika harus merespon segala sesuatu yang

dihadapi, khususnya terhadap perlakuan oranglain atas dirinya. Misalnya,

jika perlakuan itu membuat hati senang, maka secara terus terang tanpa

basa-basi, mereka akan mengungkapkan rasa terima kasihnya seketika itu

juga. Tetapi sebaliknya, mereka akan spontan bereaksi keras bila

perlakuan terhadap dirinya dianggap tidak adil dan menyakitkan hati.

4. Dari hasil penelitian ini juga kembali dibuktikan bahwa dalam foto

jurnalistik selain mengungkapkan objektifitas data atas suatu peristiwa,

juga tersirat, pandangan subjektif sang foto jurnalis. Foto-foto yang

ditampilkan bukan hanya tentang kekerasan saja.

B. Saran

Berdasarkan dengan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang

dapat menjadi saran baik kepada segenap akademisi Fakultas Ilmu Komunikasi,

khususnya Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bagi

peminat fotografi khususnya yang menekuni foto jurnalistik, antara lain:

1. Dengan berkembangnya penelitian dengan menggunakan analisis

semiotika atau semiologi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, agar bisa mengkaji lebih dalam dan mendapat perhatian

lebih guna untuk memperkaya khasanah keilmuan komunikasi.

2. Bagi peminat fotografi khususnya mahasiswa jurusan ilmu komunikasi,

metode semiotika berperan mengungkapkan makna yang tersirat dibalik

komunikasi visual, metode ini patut untuk didalami oleh seorang

Page 72: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

60

fotografer agar lebih mengerti bagaimana suatu kesan dapat diciptakan

dan terbentuk.

3. Penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis semiotika perlu

dikembangkan dalam ranah penelitian media. Hal ini perlu dilakukan

mengingat begitu komprehesifnya analisis ini (ideologi) sehingga dapat

membongkar makna di balik sebuah teks berita. Cakupannya yang luas

dan dalam menjadi alat penulusuran yang menarik dalam sebuah rimba

raya semesta media.

4. Penelitian yang penulis lakukan memerlukan penelitian yang lebih lanjut

mengenai faktor sosial yang mempengaruhi media. Selain itu juga perlu

adanya upaya mengeksplorasi individu yang ada di media mulai dari

pemilik hingga wartawan dan melihat relasi mereka dengan kehidupan

sosial. Dalam penelitian ini faktor sosial belum tergarap mengingat

keterbatasan penulis. Selain itu maraknya foto berita yang lebih

mempromosikan sebuah tubuh ketimbang isi beritanya menjadi sesuatu

yang menarik (iklan) untuk ditelusuri. Apalagi dengan melihat konteks

media sekarang sebagai agen kapitalisme.

5. Bagi Pembaca media penelitian ini dapat memperkuat gerakan media

Literacy (melek media). Hasil penelitian ini setidaknya memperlihatkan

betapa media adalah sebuah institusi yang sarat kepentingan. Sehingga

teks yang lahir juga bias kepentingan. Hal ini bisa menjadi tambahan

pengetahuan bagi pembaca yang pada akhirnya akan menciptakan

pembaca kritis seperti yang dicita-citakan oleh media literacy.

Page 73: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

61

6. Bagi Praktisi media, Penelitian ini dapat menyadarkan mereka tentang

proses produksi teks yang mereka lakukan adalah bagian dari bekerjanya

ideologi konsumerisme dan kapitalsime dalam media.

Page 74: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

62

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-dasar Jurnalistik, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta

IISIP,2003)

Aart Van Zoest, Interpretasi dan Semiotika, (Terj.) oleh Okke K.S Zaimar dan Ida Sundari

Husein dalam Panuti Sujiman dan Aart Van Zoest, (Ed) Serba-Serbi Semiotika,

(Jakarta: Gramedia, 1991)

Ajidarmna Gumira, Seno, Kisah Mata, Fotografi, (Yogyakarta: Galang Press, 2002)

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)

_________, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)

Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)

Audy Alwy Mirza, Foto Jurnalistik Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa

(Jakarta: Bumi Aksara, 2004)

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)

Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradifma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu

Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002)

Ed Zoelvadry, Mat Kodak, (Jakarta,: PT. Temprint, 1985)

F. Rahardi, Panduan Lengkap Menulis Artikel, Features, (Depok: Kawan Pustaka, 2006)

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2005)

Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, 1991)

LKBN Antara, Sebuah Pedoman Untuk Pewarta Kantor Berita (Jakarta: PT. Sinar Hudaya)

M. Mudaris, Jurnalistik Foto, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, 1996)

__________, Dasar-Dasar Photo Jurnalism (Semarang: Aksara, 1976)

Makalah Seminar Fotografi Oleh Eddy Hasby (Artikel pada www.tribunkaltim.co.id)

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1981)

Pappilon Manurung, editor: M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi

Pranata Moeljadi, Apakah Desain Komunikasi Visual itu?, (Surabaya: Fakultas Seni dan

Desain UK Petra, 2002)

Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada 2005)

ST.Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002)

Sugiyono, Metode Penilitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008)

Page 75: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

63

Sumbo Tinarboko, Semiotika Komunikasi Visual; Metode Analisis Tanda dan Makna pada

Karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008)

Untung Yuwono dan Christomy. T, Semiotika Budaya, (Depok: Universitas Indonesia, 2004)

Yasraf Amir Pialang, Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,

(Yogyakarta: Jalasutra, 2003)

Daftar Pustaka Lain

http://www.kampus-info.com/2012/08/pengertian-aliran-syiah.html diakses pada tanggal 24

april 2013

http://syiahahlulbait.wordpress.com/2012/11/05/syiah-kafir-tong-kosong-nyaring-bunyinya/

http://www.blogspot.com/Zulfikar’Site,Mahasiswa/28/03/08/ Paradigma Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif/html

http:/www.deptan.go.id/pusdatin/statistik/metodologi/3_wawancara.pdf. diakses pada 17 Juli

2009

http://homework-uin.blogspot.com/2009/07/perbandingan-berita-Headline-pada.html diakses

pada 17 Juli 2009.

http;//www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/2053888.htm, artikel berjudul

“Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas” karya Ignatius Haryanto, diakses pada 9

September 2009.

http;//www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/2053888.htm, artikel berjudul

“Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas” karya Ignatius Haryanto, diakses pada 9

September 2009.

http;//id.wikipedia.org/wiki/Koran_Tempo, diakses pada 1 September 2009

Lampiran comapny profile Tempo Inti Media

Page 76: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang
Page 77: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang
Page 78: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

Lembar Pertanyaan Wawancara Penelitian Skripsi :

1. Bagaimana pendapat redaktur foto koran Tempo tentang foto berita yang baik dan

layak di suguhkan untuk masyarakat ?

2. Proses apa saja yang dilakukan sebelum foto berita di muat dihalaman surat kabar

koran Tempo?

3. Bagaimana proses pemilihan foto berita yang akan di muat Headline surat kabar

koran Tempo?

4. Apakah angel dalam sebuah foto berita atau ideologi redaktur koran Tempo

mempengaruhi foto tersebut?

5. Bagaimana tata cara penggunaan caption atau keterangan yang dilakukan oleh

redaktur koran Tempo?

6. Apakah foto berita yang disuguhkan redaktur koran Tempo berbeda dengan surat

kabar lain?

7. Bagaimana pendapat redaktur koran Tempo tentang “Tragedi Muslim Syi’ah di

sampang Madura”?

Page 79: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

1. Pada prinsipnya sih tempo itu kita tidak mewajibkan fotograer untuk selalu

mewajibkan selalu harus bagus, cuman kita memilih foto dalam negeri lah. Jadi

akhirnya kalo secara singkatnya kita tidak kita bukan nya tidak menghargai hasil

sendiri tapi kita bertanggung jawab pada pembaca lebih berhak mendapatkan foto

yang bagus dibandingkan kita memasang foto sendiri yang kurang bagus dalam

penyampaian beritanya. Jadi artinya foto siapapun itu bisa masuk selama foto itu

bagus dan layak. Misalnya pada foto hari pertama kita khan pake foto ANTARA,

karena dia yang pertama kali datang kesana dan kita ga punya fotonya inilah yang

kita angkat, dan juga secara fotografi kenapa ini dipilih, karena ini foto yang

paling bagus karena dapat menggambarkan seluruh kejadian kepada khalayak

pembaca. Ini ada api, ada arti ada objek sehingga inilah yang dipilih karena dapat

menggambarkan kerusuhan itu terjadi. Ekstalasi nya seperti apa maka

dimunculkan ini.

2. Prosesnya kita cara kerja kita adalah kita akan melihat semua foto yang ada baik

dari kantor berita, kita ada kantor pusat Routers atau AP (Associated Pers) dari

Amerika kemudian ada ANTARA Jakarta nasional sama produksi kita sendiri.

dan tidak memungkinkan kalo ada orang yang mengirim diluar Tempo. Artinya

masyarakat ngirim kita pake gitu. Nah jadi yang pertama kita lakukan adalah,

pada saat pemilihan foto kita khan ada rapat nih, rapat sore. Ini ada kejadian

disana kemudian kira-kira tulisan seperti apa fotonya seperti apa, akhirnya

digabung pakah fotonya lepas atau fotonya terkait. Seperti ini khan fotonya

terkait. Jadi ada foto ada tulisan jadi baru ini berhubungan. Kemudian dirapat itu

kita menulis tentang sampang dan kumpulan foto-foto sampang. Sampang kita

pilih misalnya ada sepuluh foto kita pilih mungkin hanya tiga atau dua yang kita

tawarkan untuk halaman depan. Karena kita tim, jadi pemred bisa kita panggil,

bagian design kita panggil, inilah fotonya, kira-kira nanti desaign nya seperti apa

dan nanti foto bisa kita yang nentuin tapi bisa juga berembuk dengan bagian-

bagian lain. Artinya seperti desaign bagusnya seperti apa atau dari segi bahaya

atau tidak seperti ada anak kecil terbakar disini pasti gak akan dimuat tidak etis

gitu ya. Jadi prosesnya kita pilih dari beberapa puluh foto yang ada, kita pilih

mana foto yang layak untuk halaman depan dan mana foto yang layak untuk

halaman dalam misalnya. Kemudian ini yang terpilih.

3. Kalo secara visual, foto itu harus yang membuat orang itu seperti stop frame foto

itu terhenti seperti melihat foto lain secara otomatis. Seperti foto ini, api, orang ini

mau ngapain langsung terlihat. Foto yang langsung dalam hitungan detik tapi

mencuri perhatian dibandingkan dengan foto yang belum jelas maksud dan

tujuannya. Tapi kalo melihat seperti ini khan langsung ngerti gitu. Jadi ideologi

kita itu secara visual menarik. Visual itu khan seperti ada teknik fotografinya, ada

komposisi, ada momment kemudian setelah itu ada tentu nilai berita yah, dan

sekarang kita udah tau nilai beritanya bagus ya sekarang mungkin tinggal ke

visualnya aja. jadi secara ideologi secara visual bagus, menarik perhatian,

mengganggu pandangan orang gitu. Kalo yang lain-lainnya, etik misalnya ga

boleh ini itu beda. Dua hal yang berbeda. Tapi secara umum adalah, visualnya

dulu yang pertama dilihat menarik apa engga gitu baru nanti terakhir soal etik.

Page 80: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

4. Pasti, karena anggel itu adalah bagian dari komposisi dalam foto jurnalistik yang

mempunyai beberapa makna, seperti foto pertama, kenapa ada api dan di dalam

bingkai foto ini ada seorang warga yang sedang merusak rumah. Itu adalah angel

yang diambil oleh fotografer agar mendapatkan hasil foto yang baik dan bagus

untuk disuguhkan kepada pembaca dan sebagai penguat dari berita itu sendiri.

5. Keterangan foto itu selalu melekat dalam karya foto jurnalistik, kalo foto ga ada

caption berarti itu bukan foto jurnalistik. Di caption itu sendiri biasa nya si

fotografer mencantumkan langsung tekanannya 5W+1Hdan peristiwanya pada

kalimat pertama dan kalimat keduanya kemudian ada konteksnya. Kita biasanya

hanya mengedit dari, contohnya seperti ini, ini asalanya panjang nih, biasa

captionnya seperti ini. Seorang penduduk menghancurkan dan membakar sebuah

rumah di desa Karanganyak Ombong Sampang Madura terus tanggalnya

misalkan, pembakaran ini diakibatkan karena ada kesalah pahaman diu

pemukiman kaum syiah dan sebagainya. Karena ini sudah ada tumpu beritanya,

kita merasa sudah tidak perlu lagi. Tetap menggunakan 5W+1H hanya saja

disederhanakan saja.

6. Kita gak pernah bisa melihat pemilihan foto media pada waktu itu, jadi pada

malam itu kita ga tau media lain itu seperti apa. Tapi pada pertimbangannya,

seperti yang saya bilang tadi, foto yang mengganggu foto yang bagus itu begitu

orang yang melihat itu tertarik. Karena begini, foto sebesar ini nilainya sama

dengan berita yang biada ada dihalaman dalam. Artinya satu foto ini nilainya

sama dengan ribuan karakter berita jadi foto ini harus bisa mengalahkan itu. Jadi

foto yang menjadi halaman depan Tempo itu harus bisa mewakilki berita tersebut

dengan ukuran sebesar itu. Kita bisa melihat hasil itu bersamaan, akan tetapi

anggapan beda atau tidak itu sudah pasti menurut setiap media. Tempo ingin

selalu memberikan yang terbaik dalam setiap suguhan fotonya.

7. Sebenernya kasus yang ada disampang itu adalah sebuah bentuk kebencian Rasial

satu kelompok dengan kelompok lain. Kalo menurut saya pada dua foto ini, foto

yang pertama menggambarkan bagaimana kerusuhan, kebencian dalam tragedi

sehingga terjadi kebakaran itu kemudian di foto kedua ada hasil dari kerusuhan

yang terjadi. Jadi ini sudah mewakili semua berita yang terjadi di sampang saat

itu. Foto ini sangat berkaitan, apabila foto ini dibalik hari nya itu gak mungkin

bisa, karena akan berbeda alur dari ceritanya dan tidak nyambung. Intinya apapun

itu alasaannya, tindak kekerasan adalah hal yang tidak terpuji dan melanggar

hukum atau etika kemanusiaan. Terlepas dari itu, semoga dua foto yang

disuguhkan oleh Tempo dapat memberikan dampaf posititif terhadap masyarakat

agar tidak kembali terjadi kerusuhan yang mengakibatkan banyak korban.

Page 81: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

Data Dokumentasi Hasil Wawancara

Dengan Redaktur Koran TEMPO

Rulli Kesuma di Ruang Meeting Redaktur Koran TEMPO

Page 82: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

Data Foto Headline Koran TEMPO edisi 27 Agustus 2012

Page 83: ANALISIS SEMIOTIK FOTO BERITA HEADLINE KORAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · paradigma interpretatif dengan acuan semiotika dari . Roland Barthes yang

Data Foto Headline Koran TEMPO edisi 28 Agustus 2012