analisis semiotika film the...

105
ANALISIS SEMIOTIKA FILM THE VISITOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Di Susun Oleh: Rita Kurniawati 1110051000227 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS SEMIOTIKA FILM THE VISITOR

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

    Di Susun Oleh:

    Rita Kurniawati

    1110051000227

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 H / 2017 M

  • ii

    ABSTRAK

    Nama : Rita Kurniawati

    Nim : 1110051000227

    ANALISIS SEMIOTIKA FILM “THE VISITOR”

    Film merupakan komunikasi massa yang menggunakan audio visual, dalam

    pembuatan film tidak semudah yang kita bayangkan dan sesingkat saat kita melihat di

    televisi atau XXI. Membutuhkan waktu yang sangat panjang dari masa pra produksi,

    produksi dan paska produksi, biaya banyak, SDM yang memadai. Para ahli tersebut

    terbentuk dalam satu tim kerja atau tim work semuanya mempunyai peran masing-

    masing, dan saling mengisi satu sama lain.

    Film The Visitor, sebuah film Amerika Serikat bergenre drama yang ditulis

    sekaligus disutradarai oleh Thomas McCarthy, Walter diharuskan untuk menghadiri

    sebuah konferensi di New York, dan dengan terpaksa pun Walter menyanggupinya.

    Kebetulan, dirinya memiliki apartemen di sana yang tidak pernah dia kunjungi lebih

    dari puluhan tahun. Oleh karena itu, tidak terlalu masalah bagi dirinya jika harus

    berkunjung ke New York. Namun, saat ia tiba di apartemen, ia terkejut dengan

    mereka karena merupakan imigran gelap yang berasal dari Afrika

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan deskriptis analisis, serta

    teori semiotika Roland Barthes. Melalui teori semiotika Roland Barthes dengan

    denotasi, konotasi dan mitos, peneliti dapat memahami pesan atau simbol-simbol

    yang tersurat maupun tersirat melalui dialog, pengambilan gambar dan gerak para

    pemain The Visitor. Sehingga penyampaian pesan yang disampaikan Thomas

    McCarthy selaku penulis sekaligus sutradara mampu tersampaikan secara cermat

    kepada penonton. Berdasarkan salah satu analisis, ada pesan tersirat mengenai

    seorang imigran gelap dari Afrika yang berusaha tinggal menetap di Amerika Serikat,

    ia Tarek tertangkap oleh petugas imigran dan akhirnya di deportasi ke Negara asalnya

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah

    memberikan Rahmat, Hidayah Nya, kepada kita, serta memberikan kesehatan lahir

    dan batin, segala puji kepadanya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,

    yang tak pernah henti-hentinya menghujamkan Kasih Sayangnya kepada seluruh

    umat di muka bumi ini.

    Dan tidak lupa pula, sholawat serta salam untuk baginda kita Muhammad

    SAW, yang telah memberikan pencerahan kepada kita semua. Serta untuk kelurga

    dan sahabat-sahabat beliau, semoga Allah memuliakan mereka. Amin.

    Senang sekali, akhirnya Allah SWT telah mengizinkan saya untuk dapat

    menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis Semiotika Film The Visitor.”

    Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan serta

    bimbingan semua pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa

    terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

    1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Drs. Masran, MA. dan Fita Faturrokhmah, M.Si. selaku Ketua dan

    Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • iv

    4. Dr. H. Sunandar, M.A. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi, terimakasih

    penulis ucapkan karena telah bersabar dapat meluangkan waktu untuk

    memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi sehingga terselesaikan

    skripsi ini.

    5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan

    keilmuan serta berbagi wawasan dan pengalaman kepada penulis selama

    menuntut ilmu di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Semoga

    penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan. Amin

    6. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan

    penelitian ini.

    7. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya yang tak

    henti-hentinya mendoakan saya dan keluarga kecil saya, dan tak lupa

    suami beserta anak saya yang selalu mendukung langkah saya dengan cara

    mereka sendiri untuk berproses menjadi lebih baik lagi demi mencapai

    masa depan yang lebih baik.

    8. Teman-teman mahasiswa seperjuangan KPI angkatan 2010 yang telah

    memberikan banyak masukan baik bidang akademis maupun

    nonakademis.

  • ii

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ....................................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. v

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 6

    D. Metodologi Penelitian ........................................................................... 7

    E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 9

    F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10

    BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 12

    A. Tinjauan Umum Tentang Film ............................................................ 12

    1. Pengertian Film .............................................................................. 12

    2. Sejarah dan Perkembangan Film .................................................... 13

    3. Klasifikasi Film .............................................................................. 16

    4. Struktur Film .................................................................................. 17

    5. Film Suatu Medium Ekspresi dan Komunikasi .............................. 21

  • iii

    6. Teknik Pengambilan Gambar ......................................................... 22

    B. Tinjuan Umum Semiotika ................................................................... 26

    1. Konsep Semiotika ........................................................................... 26

    1. Konsep Semiotika Roland Barthes ................................................. 29

    C. Tinjauan Teoritis Komunikasi Nonverbal ......................................... 33

    1. Pengertian Komunikasi Nonverbal................................................. 33

    2. Perilaku Nonverbal ......................................................................... 34

    3. Fungsi dan Peran Komunikasi Nonverbal ...................................... 34

    4. Klasifikasi Pesan Nonverbal........................................................... 38

    BAB III GAMBARAN UMUM FILM THE VISITOR .............................. 43

    A. Profil Sutradara Film TheVisitor ........................................................ 43

    B. Profil Pemain The Visitor ....................................................................... 48

    1. Richard Jenkins .............................................................................. 48

    2. Haaz Sleiman .................................................................................. 54

    3. Danai Gurira ................................................................................... 57

    4. Hiam Abbas .................................................................................... 60

    D. Sinopsis Film The Visitor .................................................................... 65

    BAB IV DATA DAN ANALISA LAPANGAN .......................................... 67

    A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos ............................................... 67

    1. Sikap Optimisme dan Pantang Menyerah ...................................... 68

    2. Toleransi Antar Ras ........................................................................ 73

    3. Pengharapan ................................................................................... 77

  • iv

    4. Komunikasi..................................................................................... 82

    BAB V PENUTUP ......................................................................................... 87

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 87

    B. Saran .................................................................................................... 88

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 90

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar2.1 : Peta Tanda Roland Barthes ............................................................ 32

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1: Sikap Optimisme dan Pantang Menyerah ......................................... 70

    Tabel 2: Toleransi Antar Ras .......................................................................... 75

    Tabel 3: Pengharapan ...................................................................................... 79

    Tabel 4: Komunikasi ....................................................................................... 82

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Seiring dengan perkembangan zaman, pemanfaatan teknologi

    meningkat sangat cepat. Hal ini menuntut semua sumber daya manusia

    untuk terus berpacu dalam meningkatkan kinerja guna mengimbangi

    perkembangan teknologi, khususnya untuk perkembangan dunia

    perfilman. Film dianggap memiliki pengaruh lebih kuat terhadap

    khalayak dibandingkan dengan media lain. Meskipun berbagai

    penelitian tidak mendapatkan bukti, dugaan film menguasai khalayak

    juga tidak hilang. Isi dan teknik pembuatan film memang sedemikian

    rupa sehingga mengikat perhatian penonton.

    Film adalah sesuatu yang merupakan suatu medium ekspresi dan k

    omunikasi. Film merupakan suatu medium yang relatif baru di dalam

    kebudayaan umat manusia, dibandingkan dengan medium seperti

    bahasa dan tulisan.1

    Film merupakan sebuah selaput tipis yang berbahan seluloid serta

    digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. Film

    dapat diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks

    khusus, film dapat diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak

    1 D.A. Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2005), cet. 1, h.146.

  • 2

    yang biasa disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar

    negatif. Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam media

    selaput seluloid saja, film dapat disimpan dan diputar kembali dalam

    bentuk media digital.2

    Dunia digital saat ini telah mampu merebut perhatian banyak

    masyarakat, setelah perkembangan teknologi komunikasi massa yang

    dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia perfilaman.

    Meskipun terdapat banyak media massa, film telah memiliki efek yang

    ekslusif bagi para penonton. Dari puluhan sampai ratusan penelitian

    semua berkaitan dengan efek media massa perfilman bagi kehidupan

    manusia, sehingga perlu diketahui bahwa begitu besar media yang

    sangat mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan penonton.3

    Film merupkan penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam

    pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV.4

    Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual

    dan bersifat sangat rumit. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus

    sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat

    propaganda, juga alat politik. film dapat menjadi sarana rekreasi dan

    edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai penyebarluasan nilai-

    2 Artikel, diakses Rabu, 1 Mei 2017 dari

    http://id.wikipedia.org/wiki/perkembangan_Film

    3 Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi,(

    Bandung: Pusdai Press, 2000, h. 96 4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008)

    hal. 136.

    http://id.wikipedia.org/wiki/perkembangan_Film

  • 3

    nilai budaya baru.5 Film juga disebut sebagai sinema atau gambar

    hidup yang dapat diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari

    hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya

    seni lahir dari proses kreativitas yang menuntut kebebasan dan

    berkreativitas.6

    Film dapat memiliki pengaruh positife dan negatife, salah satu

    pengaruh positife yaitu pesan film yang disampaikan menanamkan

    nilai pendidikan kebudayaan, budi pekerti, dan sebagainya. Di sisi lain

    film dapat memiliki pengaruh negative terhadap pecinta film tanpa

    adanya filter yang baik. Seperti yang terjadi belakangan ini penurunan

    moral pada masyarakat dikarenakan banyak beredar film yang tidak

    mempunyai manfaat. Ada beberapa film yang lebih banyak

    menampilkan sisi pornografi dan kekerasan untuk menarik simpati

    penonton dari makna isi cerita yang ingin disampaikan. Hal ini banyak

    menimbulkan kesalahpahaman menangkap makna yang terealisasikan

    dalam film tersebut, kesalahpahaman itu terbukti pada beberapa kasus

    rasisme dan kekerasan.

    Dalam pembuatan film tidak mudah dan tidak sesingkat yang kita

    tonton, membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang

    diperlukan proses pemikiran dan proses teknik. Proses pemikiran

    berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita yang akan digarap,

    5 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari

    Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal.26. 6Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, hal. 40

  • 4

    sedangkan proses teknik berupa keterampilan artistik untuk

    mewujudkan ide, gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton.

    Pencarian ide atau gagasan ini dapat berasal dari mana saja, seperti

    novel, cerpen, puisi, dongeng, bahkan dari buku catatan ataupun diary.

    Salah satu film yang diangkat dari karya tulis sekaligus disutradarai

    oleh Thomas McCarthy adalah The Visitor. Film Amerika Serikat

    produksi tahun 2007 bergenre drama, The Visitor mengangkat kisah

    seorang pria kesepian di akhir usia pertengahan yang hidupnya

    berubah drastis ketika dia dipaksa menghadapi masalah berkaitan

    dengan identitas, imigrasi, dan komunikasi lintas budaya setelah

    peristiwa 9 September 2001 di New York City.

    Film ini dikemas begitu menarik, alur cerita yang maju, serta

    pengisahan konflik-konflik rasisme membuat andrenalin para

    penonton semakin dipermainkan, membuat film ini semakin bagus dan

    berkualitas. Namun sebuah film yang bagus dan berkualitas bukan

    hanya dilihat dari alur ceritanya saja tetapi harus mempunyai pesan

    moral yang ingin disampaikan kepada penonton. Melalui tanda-tanda,

    simbol, dan ikon yang terdapat di dalamnya. Film ini layak untuk

    ditonton, selain karena sinematografisnya bagus, penonton akan

    mendapat pelajaran berharga dari film tersebut.

    Kadang kala, pesan moral pada sebuah film kurang diperhatikan

    oleh penonton. Banyak di antara mereka hanya menikmati alur cerita

    dan visualisasi film tersebut. Jika diperhatikan secara seksama dalam

  • 5

    suatu film dapat menjadi inspirator bagi penontonnya. Mereka dapat

    mengambil hikmah, serta pelajaran berharga dari film tersebut, yang

    dapat di realisasikan dalam kehidupan nyata.

    Dalam film The Visitor banyak pesan moral yang ingin

    disampaikan kepada penonton. Dengan latar belakang tersebut, maka

    peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai makna

    simbolis mengenai pesan moral yang ingin disampaikan pada film The

    Visitor.

    Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penulis ingin

    melakukan penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skipsi yaitu:

    “ANALISIS SEMIOTIKA FILM THE VISITOR”

    B. Batasan dan Rumusan Masalah

    Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis membatasi

    pengambilan potongan adegan-adegan dan teks dalam film The

    Visitor, hanya yang dianggap memiliki makna dari tanda atau

    simbol yang mewakili seorang pria kesepian di akhir usia

    pertengahan yang hidupnya berubah drastis ketika dia dipaksa

    menghadapi masalah berkaitan dengan identitas, imigrasi, dan

    komunikasi lintas budaya setelah peristiwa 9 September 2001 di

    New York City. Penelitian ini menggunakan analisis semiotik

    model Roland Barthes, sebab menurut Roland semua objek

  • 6

    kultural dapat diolah secara tekstual. Dengan demikian, semiotika

    dapat meneliti bermacam-macam teks, film salah satunya. 7

    Adapun permasalahan dalam penelitiam ini adalah sebagai

    berikut:

    a) Bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film

    The Visitor?

    b) Apa pesan yang terkandung dalam film The Visitor?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, secara spesifik

    penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi,

    dan mitos yang terdapat dalam film The Visitor, dan mengetahui pesan

    yang terkandung dalam film The Visitor. Sedangkan, manfaat yang

    dilahirkan dengan adanya penelitian ini ialah:

    1. Manfaat Akademis yang ingin dicapai adalah untuk menambah

    kajian ilmu komunikasi serta sebagai tambahan referensi bahan

    pustaka khususnya pemikiran tentang analisis dengan minat pada

    kajian film dan semiotika.

    2. Manfaat Praktis hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menarik

    penelitian lain, khususnya dikalangan mahasiswa. Untuk

    mengembangkan penelitian dalam karya ilmiah lanjutan tentang

    masalah yang serupa, memberi masukan kepada kalangan pembuat

    7 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

    Semiotika, Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), Cet ke-4, hal. 123

  • 7

    film. Dan tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

    wacana tentang wawasan, khususnya dalam komunikasi nonverbal.

    D. Metodelogi Penelitian

    1. Metodelogi Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

    Pendekatan kualitatif ini digunakan dengan pertimbangan bahwa

    penelitian ini nantinya akan menganalisis pesan yang disampaikan

    dalam film The Visitor, Sedangkan taraf analisis dalam penelitian

    ini adalah deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk

    memberikan gambaran dan penjelasan terkait dengan rumusan

    masalah.

    2. Objek Penelitian dan Unit Analisis

    Objek penelitian adalah film The Visitor besutan sutradara

    Thomas McCarthy yang dirilis pada tahun 2007. Sedangkan Unit

    analisis penelitian adalah potongan gambar atau teks yang terdapat

    dalam film The Visitor yang berkaitan dengan rumusan masalah

    dan penelitian.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua, yaitu: 1)

    Data Primer adalah data yang diperoleh dari rekaman video

    original berupa satu keping DVD film The Visitor. Kemudian

    dipilih visual atau gambar dari adegan-adegan film yang

    diperlukan untuk penelitian. 2) Data Sekunder adalah data yang

  • 8

    diperoleh dari literature. Literatur yang mendukung data primer,

    seperti kamus, internet, artikel Koran, buku-buku yang

    berhubungan dengan penelitian, catatan kuliah dan sebagainya.

    4. Teknik Penelitian

    Dokumentasi

    Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang

    berupa catatan formal dan juga video serta artikel yang didapat

    dengan mengunduh dari internet serta catatan lain yang berkaitan

    dengan penelitian ini.

    Observasi

    Mengadakan pengamatan langsung melalui media yang

    bersangkutan. Dalam hal ini, akan dilakukan pengamatan langsung

    dengan menonton film The Visitor.

    5. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dari Januari hingga Mei 2017.

    Peneliti sengaja menggunakan kaca mata analisis semiotik, sebab

    film merupakan objek yang penuh tanda dan simbol, sehingga

    penggunaan analisis semiotika menjadi lebih tepat digunakan

    penelitian ini.

    6. Teknik Analisi Data

    Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian

    diklasifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah

    ditentukan. Setelah data terklasifikasi, dilakukan analisis data

  • 9

    dengan menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes.

    Barthes mengembangkan semiotik menjadi dua tingkatan

    pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna

    eksplisit untuk memahami makna yang terkandung dalam film The

    Visitor yang menjadi objek penelitian.

    7. Teknik Penulisan

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

    “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi”

    yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    E. Tinjauan Pustaka

    Tinjuan pustaka yang menjadi rujukan penulis, yaitu:

    1. “Makna Foto Berita Perjalanan Ibadah haji (Analisis Semiotika

    karya Zarqoni Maksum pada Galeri Foto antara.co.id”) oleh

    Fatimah tahun 2008, KPI D, UIN Jakarta.

    2. “Analisis Semiotika Terhadap Foto-foto pada Majalah National

    Geographic dalam Perspektif Kebudayaan” oleh Siti Fatimah

    tahun 2008, jurusan Jurnalistik, UIN Jakarta.

    3. “Analisis Semiotika Film Cin (t) a Karya Sammaria Simanjuntak”

    oleh Nurlaelatul Fajriah, tahun 2009, Konsentrasi Jurnalistik, UIN

    Jakarta.

    4. “Analisis Semiotika Film A Mighty Heart” oleh Rizky Akmalsyah,

    tahun 2010, Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta.

  • 10

    Keempat skripsi diatas memiliki objek berbeda. Kedua

    skripsi yang berada diposisi atas menggunakan objek foto dan dua

    skripsi menggunakan objek film. Masing-masing menggunakan

    teknik analisis semiotika model Roland Barthes.

    Film ini sengaja diambil penulis karena belum banyak

    mahasiswa yang meneliti Film Internasional seperti tersebut.

    Sehingga, penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat

    menambah referensi penelitian film. Khususnya, film Internasional

    yang merujuk pada warga Negara illegal, rasisme, dan kritikan,

    sehingga menjadi bahan referensi selanjutnya.

    F. Sistematika Penulisan

    Penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini terdiri dari lima Bab

    dan masing-masing Bab terdiri dari Sub Bab, yaitu:

    BAB I PENDAHULUAN

    Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan Rumusan dan Batasan

    Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

    Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini menguraikan Tinjauan umum tentang film, Pengertian Film,

    Sejarah dan Perkembangan Film, Klasifikasi Film, Struktur Film,

    kemudian terdapat pula tinjauan umum tentang Semiotika, Konsep

  • 11

    Semiotika Roland Barthes, serta tinjauan umum tentang Komunikasi

    Non Verbal.

    BAB III GAMBARAN UMUM FILM “THE VISITOR”

    Bab ini menggambarkan secara umum film The Visitor karya Thomas

    McCarthy, terdiri dari biografi Thomas McCarthy dan karya-

    karyanya, Profil Para Pemain dan Sinopsi film The Visitor

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Bab ini memfokuskan pada data dan hasil penelitian

    BAB V PENUTUP

    Bab ini menyampaikan uraian singkat berupa kesimpulan dan saran

    penulis atas permasalahan yang diteliti.

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Tinjauan Umum Tentang Film

    1. Pengertian Film

    Film merupakan suatu karya seni budaya pranata sosial dan media

    komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan

    suara maupun tanpa suara yang dapat dipertunjukkan.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik

    adalah selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif

    (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan

    dimainkan di bioskop). Sedangkan melalui kesepakatan sosial istilah film

    memperoleh arti seperti yang secara umum dipahami yaitu lakon (cerita)

    gambar hidup atau segala sesuatu yang berkaitan dengan gambar hidup.1

    Sedangkan menurut Undang-undang No.33 tahun 2009, film adalah

    karya seni budaya serta memiliki peran strategis dalam peningkatan

    ketahanan budaya bangsa dan kesajahteraan masyarakat lahir batin untuk

    memperkuat ketahanan nasional dan karena itu Negara bertanggung jawab

    memajukan perfilman, serta film merupakan media komunikasi massa

    1 Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

    Pustaka, 1997).

  • 13

    merupakan sarana pencerdasan kehidupan bangsa, pengembangan potensi

    diri, pembinaan akhlak mulia, dan pemajuan kesejahteraan masyarakat.2

    Film juga selalu memuat porter dari masyarakat dimana film itu

    dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam

    masyrakat, dan kemudian diproyeksiakan ke atas layar.3

    Menurut Badudu dan Sutan Muhammad Zain dalam Kamus Umum

    bahasa Indonesia, film merupakan selaput yang tebuat dari seluloid untuk

    tempat gambar negative yang dari situ dibuat potret atau tempat gambar

    positif yang akan diputar di bioskop.4 Sedangkan dalam kamus

    komunikasi, film adalah media yang bersifat visual atau audio untuk

    menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul disuatu

    tempat. 5

    2. Sejarah dan Perkembangan Film

    Pada penghujung abad XIX, teknologi pembuatan film, gambar yang

    bisa bergerak, ditemukan di Perancis, Inggris dan Amerika. Pada waktu

    itu, negeri Nusantara ini masih merupakan jajahan Belanda dengan nama

    Nederlands Indie atau dalam bahasa Pribumi disebut Hindia Belanda.

    2 Undang-Undang Nomor 33 tahun 2009 Tentang perfilman. Pusat Pengembangan Perfilman

    Sekretariat Jendral Kemendikbud RI 3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 127. 4 Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka

    Sinar Harapan, 1994), hlm. 406-407 5 Onong Uchjana effendi, Kamus Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), hlm

    134.

  • 14

    Sejak 1900, tontonan film mulai bisa disaksikan oleh masyarakat di kota-

    kota besar Hindia Belanda.6

    Bukan hanya, yang membuktikan cikal bakal terlahirnya film dari

    zaman purbakala, para ahli sejarah juga menjelaskan, bagaimana dahulu

    manusia zaman purbakala berkomunikasi dengan menggunakan obor, dari

    bukit satu ke bukit yang lain kepada kawanannya. Obor yang diputar-

    putar, sebagai tanda mengirim isyarat (pesan). Para ahli sejarah

    mendeskripsikan bahwa, jika obor digerakan, maka akan terlihat seperti

    satu garis, sebagaimana lampu senter yang digerakan di tempat yang

    gelap, akan membentuk suatu garis. Ini yang disebut ajaib dan tipuan

    mata, sesuatu yang berhubungan erat dengan pemutaran film.7

    Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-

    prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan

    kepada publik Amerika Serikat adalah film The Life of an American

    Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S.

    Porter pada tahun 1903. Tetapi film The Great Train Robbery yang masa

    putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita yang pertama,

    6 Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa, (Jakarta: Komunitas

    Bambu, 2009), hlm. 1. 7 Seiichi Konishi dan Keiji Nakamura, Penemuan Film (Jakarta: Elex Media Komputindo,

    2002), cet ke-1, hlm. 5

  • 15

    karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, serta peletak dasar

    teknik editing yang baik.8

    Sejarah film pertama terjadi di Prancis, tepatnya pada 28 Desember

    1895, ketika Lumiere bersaudara telah membuat dunia terkejut. Mereka

    telah melakukan pemutaran film pertama kalinya di depan publik, yakni di

    Cafe de Paris. Film-film buatan Lumiere yang diputar pada pertunjukan

    pertama itu adalah tentang para laki-laki dan wanita pekerja di Pabrik

    Lumiere, kedatangan kereta api di Stasiun la Ciotat, bayi yang sedang

    makan siang dan kapal-kapal yang meninggalkan pelabuhan. Salah satu

    kejadian unik, yaitu saat dipertunjukan lokomotif yang kelihatannya

    menuju ke arah penonton, banyak yang lari ke bawah bangku. Teknologi

    temuan Lumiere ini kemudian mendunia dengan cepat karenajuga

    didukung oleh teknologi proyektor berfilm 2 ¾ inci yang lebih unggul

    keluaran The American Biograph, yang diciptakan Herman Casler pada

    1896. Maka sejak pertunjukan di cafe de Paris itulah, kata Louis Lumiere,

    lahirlah ekspresi I have been to a movie !9

    Bebarapa tahun kemudian, barulah Negara yang dikenal sebagai

    Negara Adidaya, Amerika Serikat memproduksi film pertama yang

    berjudul Mongkey Shines No. 1. Gambar orang blur dengan latar hitam

    8 Onong Uchjana Efendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya

    Bakti, 2003) cet. Ke-3, h. 201. 9 Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa, hlm. 15.

  • 16

    yang sedang melakukan gerakan-gerakan tangan dalam beberapa detik.10

    Demikian pada tahun 80-an dianggap sebagai tahun dimana film itu

    terlahir sampai saat ini.

    3. Klasifikasi Film

    Klasifikasi film atau genre (jenis/ragam)11 dalam film berawal dari

    klasifikasi drama yang lahir pada abad XVIII. Klasifikasi drama tersebut

    muncul berdasarkan atas jenis stereotip manusia dan tanggapan manusia

    terhadap hidup dan kehidupan. Ada berbagai jenis naskah drama yang

    dikenal saat itu, diantaranya, lelucon, banyolan, opera balada,

    komedisentimental, komedi tinggi, tragedy borjois dan tragedy neoklasik.

    Selanjutnya berbagai macam jenis drama itu diklasifikasikan menjadi 4

    jenis, yaitu: Tragedi (duka cita), Komedi (drama ria), Melodrama, dan

    dagelan (farce).12

    Tapi, seiring dengan perkembangan zaman dan dunia perfilman, genre

    dalam film pun mengalami sedikit perubahan. Namun tetap tidak

    menghilangkan keaslian dari awal pembentukan. Sejauh ini

    diklasifikasikan menjadi lima jenis,13 yaitu:

    10 “New Display” di akses pada tanggal 3 mei 2017 pukul 10.00 wib dari

    http://www.wikimu.com 11 John M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2000),

    hlm. 265 12 Prof. Dr. herman J. Waluyo, Drama: Teori dan Pengajarannya, (Yogyakarta: PT.

    Hanindita, 2003), cet ke-2, hlm. 38 13 Ekky Imanjaya, Why Not: Remaja Doyan Nonton, (Bandung: PT. Mizan Bunaya Kreative,

    2004), cet ke-1, hlm. 104.

  • 17

    a. Komedi, film yang mendeskripsikan kelucuan, kekonyolan,

    kebanyolan pemain. Sehingga alur cerita dalam film tidak

    kaku, hambar, hampa, ada bumbu kejenakaan yang dapt

    membuat penonton tidak bosan.

    b. Drama, film yang menggambarkan relita (kenyataan) di

    sekeliling hidup manusia. Dalam film drama, alur cerita

    terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih, dan

    meneteskan air mata.

    c. Horror, film beraroma mistis, alam gaib, dan supranatural. Alur

    ceritanya biasa membuat jantung penonton bergedup kencang,

    menegangkan, dan berteriak histeris.

    d. Musikal, film yang penuh dengan nuansa music. Alur cerita

    sama seperi drama, hanya saja dibeberapa bagian adegan dalam

    film para pemain bernyanyi, berdansam bahkan beberapa

    dialog menggunakan music.

    e. Laga (action), film yang dipenuhi aksi, perkelahian, tembak-

    menembak. Alur cerita sederhana, hanya saja dapat menjadi

    luar biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton

    tidak beranjak dari kursi.

    4. Struktur Film

    Struktur yang baik adalah struktur yang sederhana tapi penuh relief.

    Struktur yang sederhana berhubungan dengan kontinyuitas fisik, yaitu:

  • 18

    anak dilahirkan, hidup sebagai orang dewasa, kemudian mati. Ini

    mengandaikan adanya permulaan, pengembangan dan akhir. Variasi dari

    urutan ini banyak sekali, misalnya suatu akhir dapat dijadikan permulaan

    dalam hal kilas balik flashback umpamanya.

    Penyusunan pikiran dan perasaan si seniman film ditentukan oleh

    faktor-faktor:

    a. Keutuhan: Semua unsur dalam film mesti bertalian dengan

    subyek utamanya, harus menjaga bagian dari keseluruhan. Arti

    dan maknanya ditentukan pertaliannya dengan keseluruhan

    karya.

    b. Ketergabungan: Unsur atau unit yang satu harus memiliki

    hubungan dengan unit atauunsur berikutnya, sedemikian rupa

    sehingga hubungan itu bukan saja logis akan tetapi juga

    hubungan yang membangun. Ini berarti bahwa urutan unsur ini

    harus menunjukkan perkembangan yang menuju suatu

    kesimpulan. Faktor ketergabungan ini tergantung lagi pada

    sebab, akibat dan kemungkinan.

    c. Tekaan: Berhubungan dengan atau menentukan posisi dari

    unit-unit pertama dan sampingan, hubungan yang satu terhadap

    yang lain. Tekanan menentukan juga proporsi dari unit-unit itu

    sehingga menjadi jelas nilai dari berbagai unit tersebut.

  • 19

    d. Interes: Berhubungan dengan “isi” dari setiap unit. Pilihan ini

    yang tepat untuk menjadikan unit-unit itu saling berhubungan

    dengan jalinan subordinat dan menjadfi suatu kesatuan karya

    yang utuh.

    Struktur film terdiri dari struktur lahiriah dan struktur batiniah. Dalam

    struktu lahiriah, terdapat unsur-unsur atau unit-unit yang membangun yaitu :

    a. shot; dapat dirumuskan sebagai peristiwa yang direkam oleh film

    tanpa interupsi.

    b. scene terbentuk apabila beberapa shot disusun secara berarti dan

    menimbulkan suatu pengertian yang lebih luas tapi utuh. Adegan dapat

    kita sebut juga premis minor. Banyaknya shot, panjang pendeknya

    shot dalam sebuah adegan akan menentukan ritme dari adegan itu.

    Selain shot dan scene, adapula .

    c. sequence atau babak; babak terbentuk apabila beberapa adegan

    disusun secara berarti dan logis. Babak memiliki ritme permulaan,

    pengembangan dan akhir.

    d. totalitas; Dalam hubungan ini sudah jelas merupakan nilai yang

    muncul dari seluruh urutan shot, adegan dan sekwens, yaitu tema.

    Struktur batiniah ditentukan oleh sejumlah faktor:

    a. Eksposisi: keterangan tempat, waktu dan perwatakan.

  • 20

    b. Point of Attack atau serangan awal: menggambarkan tentang

    konfrontasi awal dari kekuatan-kekuatan yang saling

    bertentangan.

    c. Komplikasi: segi-segi yang menarik dari watak-watak tokoh-

    tokohnya.

    d. Discovery atau penemuan: memberikan informasi-informasi

    baru tentang tokoh-tokohnya sementara cerita berlangsung

    terus, munculnya kejadian-kejadian.

    e. Reversal atau pembalikan: terjadi komplikasi-komplikasi baru

    f. Konflik: pertentangan-pertentangan batin yang menguasai

    tokoh-tokoh.

    g. Rising action atau tanjakan aksi: bagian cerita yang

    mengungkapkan pengembangan plot utama, mulai dari point of

    attack sampai klimaks.

    h. Krisis: meramalkan suatu perkembangan baru.

    i. Klimaks: puncak paling tinggi dari semua ketegangan dan

    intensitas.

    j. Falling action atau surutnya aksi: klimaks menurun dan menuju

    kesimpulan.

    k. Kesimpulan: dalam tahap ini semua pertanyaan dijawab,

    masalah-masalah utama dan sampingan dipecahkan dan

    diatasi.

  • 21

    5. Film Suatu Medium Ekspresi dan Komunikasi14

    Film merupakan suatu medium yang relatif baru di dalam kebudayaan

    umat manusia, dibandingkan dengan medium seperti tulisan dan bahasa.

    Ernest Cassier (An Essay on Man dan Die Philosophie der

    Syimbolischen Formen) merumuskan manusia sebagai “animal

    syimbolicum”, yang berbeda dengan binatang, berkomunikasi dengan

    lambang-lambang dan perlambangan. Bahasa adalah salah satu lambang

    bunyi yang arbitrer yang diciptakannya. Itu sebabnya orang Indonesia dan

    Inggris mempunyai bunyi yang berbeda untuk melambangkan fakta yang

    sama.

    Komunikasi antara dua orang yang lahir dari masyarakat bahasa yang

    berbeda akan sulit dilakukan apabila yang satu tudak mengenal bahasa

    yang lainnya.

    Film pada dasarnya menceritakan suatu perkembangan psikologis dari

    tokoh-tokohnya, bukan seperti film dokumenter yang bertolak dari konsep

    dan ide. Perkembangan psikologis itu dituang ke dalam suatu plot cerita

    yang mengenal permulaan, pengembangan cerita dan klimaks. Di dalam

    garris plot itulah protagonis dan antagonisnya dipertemukan dan

    dipertentangkan.

    14 D.A. Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2005), cet. 1, h. 146.

  • 22

    Konflik antara protagonis dan antagonis tentunya merupakan konflik

    antara nilai-nilai yang menjadi dasar masing-masing. Nilai itu bisa

    bersumber pada pribadi atau pada kelompok dimana pribadi itu berada. Itu

    sebabnya konflik-konflik di dalam cerita film bisa juga merupakan konflik

    antara berbagai kelompok dan kepentingan, latar belakang sosial,

    ekonomi, budaya dan sejarah.

    Sering pula di dalam film Indonesia, ketidakmampuan dramaturgi

    pembuat filmnya menyebabkan film itu menawarkan kenyataan-kenyataan

    serta penyelesaiannya yang tidak masuk akal.

    6. Teknik Pengambilan Gambar

    a. Sinematrogafi

    Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-

    scene telah tersedia dan sebuah adegan telah siap untuk diambil

    gambarnya, maka pada tahap inilah unsur sinematografi mulai

    berperan. Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek,

    yakni kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film

    mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan

    stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak

    gambar, dan sebagainya.

    Sama seperti teknik dalam pemotretan, pada kamera juga

    menggunakan teknik framing dalam pengambilan gambarnya.

  • 23

    Framing adalah meletakkan objek sebagai foreground untuk membuat

    bingkai yang bertujuan memberi kesan ruang tiga dimensi.15

    Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat

    dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap obyek (type of

    shot), yaitu:16

    1) Extreme long shot, merupakan jarak kamera yan paling jauh

    dari objeknya. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan

    sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas.

    2) Long shot, pada teknik ini memperlihatkan tubuh fisik manusia

    yang tampak jelas namun latar belakang masih dominan.

    3) Medium long shot, pada teknik ini manusia terlihat dari bawah

    lutut sampai ke atas.

    4) Medium shot, pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia

    dari pinggang ke atas.

    5) Medium close-up, pada jarak ini memperlihatkan manusia dari

    dada ke atas. Adegan percakapan normal biasanya

    mengunakan jarak ini.

    15 Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, (Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1, h.

    55. 16 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h. 104-

    106.

  • 24

    6) Close-up, umumnya memperlihatkan wajah, kaki, atau sebuah

    obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan

    ekspresi wajah secara jelas serta gestur yang mendetil.

    7) Extreme close-up ,teknik ini mampu memperlihatkan lebih

    detil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan

    lainnya atau bagian dari sebuah obyek.

    b. Sudut Pengambilan Gambar

    Ada beberapa tehnik pengambilan gambar yang biasa di

    gunakan diantaranya:

    1) Bird Eye View

    Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang

    dilakukan di atas,seperti burung terbang yang melihat

    ke bawah. Efek yang tampak, subjek terlihat menjadi

    rendah, pendek dan kecil. Manfaatnya untuk

    menyajikan suatu lokasi atau pemandangan24.

    Biasanya untuk mengambil gambar dengan sudut ini

    dilakukan dari atas gedung ataupun dengan helikopter.

    2) High Angle

    Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang

    tepat diatas objek, pengambilan gambar seperti ini

    memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.

  • 25

    3) Low Angle

    Ini merupakan sudut Pengambilan gambar yang

    diambil dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar

    ini merupakan kebalikan dari high angle. Efek yang

    timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis

    dapat menurunkan kualitas gambar. Bagi yang kreatif,

    hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek khusus.

    Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang

    besar, tinggi, kokoh, dan berwibawa, juga angkuh.17

    4) Eye Level

    Ini merupakan sudut pengambilan gambar

    sebatas mata posisi berdiri. Sudut pengambilan gambar

    ini merupakan posisi yang paling umum. Objek sejajar

    dengan mata, tidak menimbulkan kesan khusus yang

    terlihat menonjol.18

    5) Frog Level

    Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang

    diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri,

    17 Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, hlm. 50 18 Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, hlm. 49

  • 26

    seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat

    besar.19

    B. Tinjuan Umum Semiotika

    1. Konsep Semiotika

    Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada

    ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa

    sedangkan semiotika lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang

    berasal dari kata Yunani semeion yang berarti „tanda‟ atau „sign‟ dalam

    bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti:

    bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.20

    Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial

    memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang

    disebut dengan “tanda‟. Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat

    tentang keberadaan suatu tanda.21

    Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal sebagai semiologi. Arti

    harfiah adalah ”kata-kata mengenai tanda-tanda”. Kata semi dalam

    19 Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, hlm. 50 20 Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, (Jakarta: Pustaka

    Konfiden, 2008), cet, ke-6, hlm. 149 21 Alex Sobur, Analisis teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

    Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 6, hlm.87.

  • 27

    semiologi berasal dari semeion (bahasa Latin), yang artinya „tanda‟.

    Semiologi telah dikembangkan untuk menganalisis tanda-tanda.22

    Menurut Ferdinand de Saussure didalam bukunya Course in General

    Linguistik. Bahasa adalah suatu sistem tanda yang mengekpresikan ide-ide

    (gagasan-gagasan) dan karena itu dapat dibandingkan dengan sistem

    tulisan, huruf-huruf untuk orang bisu-tuli, simbol-simbol keagamaan,

    aturan-aturan sopan santun, tanda-tanda kemiliteran, dan sebagainya.

    Semua itu merupakan hal yang sangat penting dari keseluruhan sistem

    tersebut. Suatu ilmu yang mempelajari tanda-tanda kehidupan dalam

    masyarakat bersifat dapat dipahami. Hal itu merupakan bagian dari

    psikologi sosial atau berkaitan dengan psikologi umum. Saussure

    menyebutnya sebagai semiologi (dari bahasa Latin semion: tanda).

    Semiologi akan menjelaskan unsur yang menyusun suatu tanda dan

    bagaimana hukum-hukum itu mengaturnya.23

    Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinan de

    Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Pierce (1839-1914). Kedua

    tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak

    mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Pierce di Amerika

    Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik sedangkan

    22 Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan

    Kontemporer,Edisi Baru,(Yogyakarta: tiara wacana, 2010),cet. 1, hlm. 4. 23 Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer,

    hlm. 4

  • 28

    Pierce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkan semiologi

    (semiolology).24

    Ada dua gagasan besar tentang tanda yang umumnya dijadikan dasar

    bagi penelitian semiotika, yakni gagasan tentang tanda menurut Ferdinand

    de Saussure dan Charles Sanders Peirce Filsuf sekaligus ahli logika.

    Beberapa konsep dasar dari pemikiran Saussure dan juga pengikutnya,

    termasuk Barthes, yaitu :

    a. A signifier (significant) forma atau citra tanda tersebut,

    misalnya: tulisan di kertas, atau suara di udara. Atau dengan

    kata lain, wujud fisik dari tanda.

    b. The signified (signifie) konsep yang direpresentasikan atau

    konsep mental.

    Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda

    (sign). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier)

    dengan sebuah ide atau petanda (signified). Penanda adalah “bunyi

    yang bermakna” atau “coretan bermakna.25 Sementara itu. Charles

    Sanders Peirce, manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana

    tanda.26

    24 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual; Metode Analisis Tanda dan Makna pada

    Karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), cet. 2, hlm. 11. 25 Alex Sobur, Simiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-2, h. 46 26 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 16

  • 29

    Peirce dikenal dengan teori segitiga makna-nya (triangle

    meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga

    elemen utama yang terdiri dari: tanda (sign), acuan tanda objek,

    pengguna tanda (interpertant). Menurut Peirce, salah satu bentuk

    tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda.

    Sementara interpretan adalah tanda yang ada dibenak seseorang

    tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila elemen-elemen

    tersebut berinteraksi dalam bentuk seseorang, maka muncullah makna

    tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.27

    2. Konsep Semiotika Roland Barthes

    Salah satu pengikut Sausure, Roland Barthes, membuat sebuah model

    sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes

    lebih tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap. Roland Barthes

    menggunakan istilah.28

    Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di

    Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat panyai Atlantik di

    sebelah barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir

    strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi

    Saussurean.13 Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat

    dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik

    27 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 115 28 M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta ; Gitanyali

    2004), h.45

  • 30

    pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna

    yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes

    meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah “order of

    signification”.29

    Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis

    makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada

    gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Two

    order of signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan)

    Barthes terdiri dari first order of signification yaitu denotasi, dan second

    order of signification yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup

    petanda yang berbentuk tanda. Tanda yang disebut makna denotasi.30

    29 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. 2006, Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 268

    30 . Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, hlm. 56

    conotation

    Signifier

    signified Dinotatio

    n

    Myth

  • 31

    Gambar 2.1 Peta tanda Roland Barthes31

    Dalam gambar diatas Barthes seperti dikutip Fiske menjelaskan:

    signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan

    signified didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes

    menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda.

    Konotasi ialah kata yang digunakan Barthes untuk menjelaskan signifikasi

    tahap kedua. Hal ini menggambarkan yang terjadi ketika gambar bertemu

    dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari

    kebudayaannya. Konotasi mempunyai nilai subyektif atau paling tidak

    intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakn pilihan terhadap

    31 Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, hlm. 56

    reality culture sign

    Second order First order

  • 32

    konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”.

    Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap

    sebuah objek; sedangkan konotasi adalah bagimana menggambarkannya.32

    Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki

    makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif

    yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes

    yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiology Saussure, yang

    berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.

    Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda

    bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagimana kebudayaan

    menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala

    alam.33 Jadi, mitos dalam pemahaman semiotika Roland Barthes adalah

    pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap

    alamiah.

    Dalam gambar di atas tanda panah pada signified mengarah pada

    mitos. Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda.

    Mitos dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi

    dan konotasi memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa

    32 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, hlm. 128 33 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, hlm. 128

  • 33

    dikategorikan sebagai third order of signification (bukan istilah dari

    Barthes), Barthes menyebut konsep ini sebagi myth (mitos).34

    Kita dapat menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti

    konotasi-konotasi yang terdapat di dalamnya (Van Zoest,1991:70). Salah

    satu cara adalah mencari mitologi dalam teks-teks semacam itu. Ideologi

    adalah sesuatu yang abstrak. Mitologi (kesatuan mitos-mitos yang

    koheren) menyajikan inkarnasi makna-makna yang memiliki wadah dalam

    ideologi. Ideologi harus dapat diceritakan. Cerita itulah mitos.35

    C. Tinjauan Teoritis Komunikasi Nonverbal

    1. Pengertian Komunikasi Nonverbal

    Secara sederhana, komunikasi non verbal didefinisikan sebagai

    komunikasi tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang kita

    pergunakan. Komunikasi non verbal lebih dulu ada daripada komunikasi

    verbal. Karena setiap manusia saat menginjak usia 18 bulan kita secara

    total tergantung pada komunikasi non verbal seperti sentuhan, senyuman,

    pandangan mata, dan sebagainya36. Menurut Adler dan Rodman dalam

    bukunya Understanding Human Communication, batasan yang sederhana

    tersebut merupakan langkah awal untuk membedakan apa yang disebut

    34 M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta ; Gitanyali

    2004), h.58-60 35 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, hlm. 129 36 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2005), hlm. 308.

  • 34

    vocal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan mulut,

    dan verbal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan

    kata-kata.37

    2. Perilaku Nonverbal

    Perilaku non verbal dapat diartikan sebagai semua tindakan, seperti

    gerakan mimik wajah, gerakan-gerakan tubuh, gerakan otot tubuh,

    berkeringat, muka merah, dan sebagainya yang bekerja bersama-sama

    dalam mengkomunikasikan makna-makna tertentu. Semua gerakan yang

    kita lakukan dalam hubungannya dengan orang lain selalu

    dikomunikasikan, diterima dan diinterpretasikan. Gerakan-gerakan non

    verbal ini dalam hubungannya dengan orang lain akan menenetukan

    bagaimana umpan balik dari orang tersebut. Selain itu perilaku non verbal

    adalah sebuah metakomunikasi, yang artinya perilaku tersebut

    memperkuat perilaku-perilaku non verbal maupun bahasa-bahasa verbal

    lainnya dalam sebuah komunikasi.

    3. Fungsi dan Peran Komunikasi Nonverbal

    Ada beberapa pendapat mengenai fungsi dari komunikasi non verbal.

    Bentuk komunikasi ini sama pentingnya dengan komunikasi verbal yang

    umum dipakai. Fungsi komunikasi nonverbal diantaranya yaitu38:

    a. Complementing

    37 Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Komunikasi, (Universitas Terbuka (UT). hlm. 6.3-6.19. 38 Akhmad Farhan, “Komunikasi Nonverbal”, artikel ini diakses pada 4 mei 2017 dari

    akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/.../komunikasi-nonverbal...

  • 35

    b. Accenting

    c. Contradicting

    d. Repeating

    e. Regulating

    f. Substituting

    Menurut Samovar dalam suatu komunikasi, perilaku non

    verbal digunakan secara bersama-sama dengan bahasa verbal:

    a. Perilaku non verbal memberi aksen atau penekanan

    pada pesan verbal.

    b. Perilaku non verbal sebagai pengulangan dari bahsa

    verbal.

    c. Tindak komunikasi non verbal melengkapi pernyataan

    verbal.

    d. Perilaku non verbal sebagai pengganti dari komunikasi

    verbal.

    Pemikiran yang hampir sama juga diungkapkan oleh Paul

    Elman yang menjelaskan bahwa fungsi dari lambang-lambang verbal

    maupun non verbal adalah untuk memproduksi makna yang

    komunikatif. Secara historis, kode non verbal sebagai suatu multi

    saluran akan mengubah pesan verbal melalui enam

    fungsi,pengulangan (repetition), berlawanan (contradiction),

  • 36

    pengganti (subtitution), pengaturan (regulation), penekanan

    (accentuation) dan pelengkap (complementation).39

    Jalaluddin Rahmat mengelompokan pesan-pesan non verbal

    sebagai berikut:

    a. Pesan Kinesik

    Pesan kinesik merupakan bentuk komunikasi non

    verbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti.

    Terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:

    1) Pesan fasial, menggunakan air muka untuk

    menyampaikan makana tertentyu. Berbagai

    penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat

    menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok

    makna: kebahagiaan, rasaterkejut, ketakutan,

    kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman,

    minat, ketakjuban dan tekad. Sementara itu

    Leathers menyimpulkan penelitian-penelitian

    tentang wajah, sebagai berikut: a) wajah

    menkomunikasikan penilaian dengan ekspresi

    senang dan tidak senang, yang menunjukkan

    apakah komunikator memandang objek

    penelitiannya baik atau buruk; b) wajah

    39 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, hlm. 6.31-6.33.

  • 37

    mengkomunikasikan berminat atau tidak pada

    orang lain atau lingkungan; c) wajah

    mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam

    situasi-situasi; d) wajah mengkomunikasikantingkat

    pengendalian individu terhadap pernyataan endiri

    dan e) wajah barangkali mengkomuikasikan adanya

    atau kurang pengertian.

    2) Pesan gestural, menunjukkan gerakan sebagian

    anggota badan seperti mata dan tangan untuk

    berkomunikasi berbagai makna.

    3) Pesan postural, berkenaan dengan keseluruhan

    anggota badan, makna yang dapat disampaikan

    adalah: a) Imediacy yaitu ungkapan kesukaan atau

    ketidaksukaan individu yang lain. Postur yang

    condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan

    kesukaan dan penilain positif; b) power

    mengungkapkan status yang tinggi pada diri

    komunikator. Anda dapat membayangkan postur

    orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur

    orang yang merendah; c) Responsiveness yang

    mana individu dapat berreaksi secara emosional

    pada lingkungan secara positif dan negative. Bila

  • 38

    postur anda tidak berubah, anda megungkapkan

    sikap yang tidak responsif.

    b. Pesan Proksemik

    Pesan proksemik merupakan pesan yang disampaikan

    melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan

    mengatur jarak bagaimana kita mengungkapkan keakraban

    kita dengan orang lain.

    4. Klasifikasi Pesan Nonverbal

    Dari berbagai literatur yang dipelajari, komunikasi non verbal dapat

    dikategorikan dalam beberapa bentuk, antara lain40:

    a. Eye Geze (Gerakan Mata)

    Adalah Aspek komunikatif yang utama dari perilaku mata

    adalah siapa dan apa yang sedang kita lihat dan untuk berapa

    lama. Mata kita merupakan saluran komunikasi non verbal

    yang penting, tidak hanya selama interaksi tetapi juga sebelum

    dan sesudah interaksi berakhir. Bahkan ada yang menilai

    gerakan mata sebagai pencerminan isi hati seseorang.

    b. Touching (sentuhan)

    40 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2005), h. 316-380.

  • 39

    Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan.

    Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi atas tiga macam

    berikut:

    1. Kinestheic ialah isyarat yang ditunjukkan dengan

    bergandengan tangan satu sama lain sebagai symbol

    keakraban atau kemesraan.

    2. Sociofugal ialah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat

    tangan atau saling merangkul.

    3. Thermal ialah isyarat yang ditunjukkan dengan

    sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda

    persahabtan yang begitu intim. Misalnya menepuk

    punggung karena sudah lama tak bertemu.

    c. Paralanguage

    Ialah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama

    suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa

    yang diucapkan. Misalnya “datanglah” bisa diartikan betul-

    betul mengundang kehadiran kita atau sekedar basa-basi

    tergantung intonasi suara kita.

    d. Diam

    Berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga

    merupakan kode non verbal yang mempunyai arti. Max Picard

  • 40

    menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengandung arti

    bersikap negative, tetapi bisa juga melambangkan sikap positif.

    e. Postur Tubuh

    Orang lahir ditakdirkan dengan berbagai bentuk tubuh.

    Well dan Siegel dua orang ahli psikologi melalui studi yang

    mereka lakukan, membagi bentuk tubuh atas tiga tipe, yakni

    ectomophory dilambangkan sebagai orang yang mempunyai

    sikap ambisi, pintar, kritis dan sedikit cemas. Mesomorphy

    dilambangkan sebagai pribadi yang cerdas, bersahabat, aktif

    dan kompetitif, dan endomorphy digambarkan sebagai pribadi

    yang humoris, santai dan cerdik.

    f. Kedekatan dan Ruang Proximity

    adalah komunikasi non verbal yang menunjukkan

    kedekatan dari dua orang yang mengandung arti. Edward T.

    Hall membagi kedekatan menurut territory atas empat macam,

    yakni :

    1. Wilayah Intim (rahasia), yakni kedekatan yang

    berjarak antara 3-18 inchi.

    2. Wilayah pribadi, ialah kedekatan yang berjarak

    antara 18 inchi-4 kaki.

    3. Wilayah social, ialah kedekatan yang berjarak

    antara 4-12 kaki.

  • 41

    4. Wilayah Umum (publik), ialah kedekatan yang

    berjarak antara 4-12 kaki atau sampai suara kita

    terdengar dalam jarak 25 kaki.

    Selain kedekatan dari segi territory, ada juga beberapa

    ahli melihat dari sudut pandang ruang dan posisi, misalnya

    posisi meja dan tempat duduk. Here dan Bales menemukan

    bahwa orang yang banyak bicara dalam rapat umumnya duduk

    pada posisi kursi yang lebih tinggi.

    g. Artifak dan Visualisasi Artifak

    adalah hasil kerajinan manusia (seni), baik yang

    melekat pada diri manusia maupun yang ditujukan untuk

    kepentingan umum. Artifak ini selain dimaksudkan untuk

    kepentingan estetika, juga untuk menunjukkan status atau

    identitas diri seseorang atau suatu bangsa. Misalnya baju, topi,

    cincin, gelang, alat transportasi, monument, patung dan

    sebagainya.

    h. Warna

    Warna juga memberi arti terhadap suatu objek. Hampir

    semua bangsa di dunia memiliki arti tersendiri pada warna. Hal

    ini bisa dilihat pada bendera nasional masing-masing, serta

    upacara-upacara ritual lainnya yang sering dilambangkan

    dengan warna-warni.

  • 42

    i. Waktu

    Waktu mempunyai arti tersendiri dalam kehidupan

    manusia. Bagi masyarakat tertentu, melakukan suatu pekerjaan

    sering kali dikaitkan dengan waktu. Misalnya membangun

    rumah, menanam padi, melaksanakan perkawinan, membeli

    sesuatu dan sebaginya.

    j. Bunyi

    Apabila paralanguage dimaksudkan sebagi tekanan

    suara yang keluar dari mulut untuk mejelaskan ucapan verbal,

    banyak bunyi-bunyian yang dilakukan sebagai tanda isyarat

    yang tidak dapat digolongkan sebagai paralanguage. Misalnya

    bersiul, bertepuk tangan, bunyi terompet, letusan senjata,

    beduk, sirine dan sebagainya.

    k. Bau

    Bau juga digunakan sebagi kode non verbal. Selain

    digunakan untuk melambangkan sesuatu seperti kosmetik, bau

    juga dapat dijadikan sebagai petunjuk arah. Misalnya posisi

    bangkai, bau karet terbakar dan sebagainya.

  • 43

    BAB III

    Gambaran Umum Film The Visitor

    A. Profil Sutradara Film The Visitor

    Thomas Joseph "Tom" McCarthy lahir 7 Juni 1966 di New Jersey

    Amerika Serikat, dia merupakan seorang sutradara film, penulis naskah, dan

    aktor Amerika Serikat yang tampil di beberapa film seperti Meet the Parents

    dan Good Night, and Good Luck, serta seri televisi seperti The Wire, Boston

    Public, Law & Order, dan Saint Maybe.

    McCarthy mendapat pujian luas atas penulisan naskah dan

    penyutradaraan film independen The Station Agent (2003), The Visitor

    (2007), Win Win (2011), dan Spotlight (2015). Untuk Spotlight, ia

    mendapatkan nominasi Academy Award for Best Original Screenplay dan

    Academy Award for Best Director.

    Selain itu, McCarthy turut menulis naskah film Up (2009) bersama

    Bob Peterson dan Pete Docter. Mereka mendapat nominasi Academy Award

    kategori Best Original Screenplay. McCarthy juga menulis naskah film

    Million Dollar Arm1.

    1 Artikel, di akses Senin, 5 Mei 2017 pukul 12.30 WIB dari

    http://www.imdb.com/name/nm05653336/

    http://www.imdb.com/name/nm05653336/

  • 44

    Filmografi:

    1. The Station Agent (2003) sebagai sutradara dan penulis.

    BAFTA Award for Best Original Screenplay, Independent

    Spirit Award for Best First Screenplay, Independent Spirit

    John Cassavetes Award, Las Vegas Film Critics Society

    Award for Best Screenplay, Sundance Film Festival Audience

    Award (Dramatic), Sundance Film Festival Waldo Salt

    Screenwriting Award, Nominasi: Satellite Award for Best

    Original Screenplay, Nominasi: Writers Guild of America

    Award for Best Original Screenplay.

    2. The Visitor (2007) sebagai sutradara dan penulis.

    Brisbane International Film Festival Interfaith Award,

    Deauville American Film Festival Grand Special Prize,

    Independent Spirit Award for Best Director, Method Fest

    Independent Film Festival Award for Best Director, Satellite

    Award for Best Original Screenplay, Nominasi - Satellite

    Award for Best Director, Nominasi - Writers Guild of America

    Award for Best Original Screenplay

    3. Up (2009) sebagai penulis.

    Nominasi - Academy Award for Best Original Screenplay,

    Nominasi - Annie Award for Writing in a Feature Production,

    Nominasi - BAFTA Award for Best Original Screenplay,

  • 45

    Nominasi - Hugo Award for Best Dramatic Presentation -

    Long Form

    4. Game of Thrones (2010) sebagai Sutradara

    5. Game of Thrones (2011) sebagai produser.

    Produser konsultan, Episode: Winter Is Coming

    6. Win-Win ( 2011) sebagai sutradara, penulis, dan sutradara.

    7. Million Dollar Arm (2014) sebagai penulis

    8. The Cobbler (2014) sebagai sutradara dan penulis.

    9. Spotlight (2015) sebagai sutradara dan penulis.

    Alliance of Women Film Journalists Award for Best Director,

    Alliance of Women Film Journalists Award for Best Original

    Screenplay, Boston Online Film Critics Association Award for

    Best Original Screenplay, Boston Society of Film Critics

    Award for Best Screenplay, Central Ohio Film Critics

    Association Award for Best Director, Central Ohio Film

    Critics Association Award for Best Original Screenplay,

    Chicago Film Critics Association Award for Best Original

    Screenplay, Chicago International Film Festival Best Narrative

    English-Language Feature, Critics' Choice Movie Award for

    Best Screenplay, Nominasi - AACTA International Award for

    Best Screenplay, Nominasi - Academy Award for Best

    Director, Nominasi - Academy Award for Best Original

  • 46

    Screenplay, Nominasi - Awards Circuit Community Award for

    Best Director, Nominasi - Awards Circuit Community Award

    for Best Original Screenplay, Nominasi - BAFTA Award for

    Best Original Screenplay, Nominasi - Austin Film Critics

    Association Award for Best Director, Nominasi - Austin Film

    Critics Association Award for Best Original Screenplay,

    Nominasi - Chicago Film Critics Association Award for Best

    Director, Nominasi - Critics' Choice Movie Award for Best

    Director

    Pemeran Film:

    1. Crossing the Bridge (1992) sebagai Chris

    2. Rift (1993) sebagai Bartender 1

    3. Conspiracy Theory (1997) sebagai helicopter Spotter

    4. In My Sister’s Shadow (1998) sebagai Mivchael Butler

    5. 30 Days (1999) sebagai Brad Drazin

    6. Certain Guys (2000) sebagai Mitch

    7. Meet the Parents (2000) sebagai Dr. Bob Banks

    8. The Guru (2002) sebagai Lars

    9. The Last Shot (2004) sebagai Agent Pike

    10. Good Night, and Good Luck (2005) sebagai Palmer Williams

    11. Syriana (2005) sebagai Fred Franks

  • 47

    12. The Great New Wonderful (2005) sebagai David Burbage

    13. All the King’s Man (2006) sebagai Editor

    14. The Situation (2006) sebagai Major Hanks

    15. Beautiful Ohio (2006) sebagai Older William Messerman

    16. Flags of Our Fathers (2006) sebagai James Bradley

    17. Years of the Dog (2007) sebagai Pie

    18. Michael Clayton (2007) sebagai Walter (pengisi suara)

    19. Baby Mama (2008) sebagai Kate’s Date

    20. Mammoth (2009) sebagai Bob

    21. Duplicity (2009) sebagai Jeff Bauer

    22. The Lovely Bones (2009) sebagai Principal Caden

    23. 2012 (2009) sebagai Gordon Silberman

    24. Jack Goes Boating (2010) sebagai Dr. Bob

    25. Fair Game (2010) sebagai Jeff

    26. Little Focker (2010) sebagai Dr. Bob

    27. Pixels (2015) sebagai Michael the Robot

    Pemeran Televisi:

    1. Mary and Tim (1996) sebagai Tim Melville

    2. New York Undercover (1996) sebagai Gus Farina, episode

    “Toy Soldier”

    3. Saint Maybe (1998) sebagai Ian Bedloe

  • 48

    4. Spin City (1998) sebagai Priest, episode “Bye, Bye Birdie”

    5. D.C. (2000) Joseph Scott, episode “Truth”

    6. Law and Order: Special Victims Unit (2000) sebagai Nick

    Ganzer, episode “Contact”

    7. Ally McBeal (2000) sebagai Peter Hanks, episode “Do You

    Wanna Dance?”

    8. Boston Public (2000-2001) sebagai Kevin Riley, 14 episode

    9. The Practice (2001) sebagai Kevin Riley, episode “The Day

    After”

    10. Law and Order (2002-2008) sebagai Donald Housman, 3

    episode

    11. The Wire (2008) sebagai Scott Templeton, 10 episode

    B. Profil Pemain The Visitor

    1. Richard Jenkins

    Richard Jenkins lahir di Delkalb, Illinois, AS, 03 Mei 1947. Ia adalah

    seorang aktor Amerika. Jenkins memulai karir aktingnya dalam teater di

    Trinity Repertory Company dan kemudian membuat debut filmnya pada

    tahun 1974. Kemudia muncul peran pendukung pada berbagai film pada

    1980an dan 1990an. Puncak karir tidak dating sampai awal tahun 2000an,

    dimana ia memerankan almarhum Patriakh Nathaniel Fisher di serial

    drama pemakaman (HBO Six Feet Under). Jankins dinominasikan

  • 49

    sebabagi actor terbaik (Academy Award) untuk film The Visitor tahun

    2007, dan memenangkan Primetime Emmy Award for Outstanding Lead

    Actor in a Miniseries or Movie untuk Olive Kitteridge.2

    Filmografi3:

    1. Feasting with Panthers (1974) sebagai Warder

    2. Brother to Dragon (1975)

    3. Parole (1982) sebagai 1st Cop

    4. Concealed Enemies (1984) sebagai Nicholas Vazzana

    5. Silverado (1984) sebagai Kelly

    6. The Little Sister (1985) sebagai Roger Davis

    7. Miami Vice (1985) sebagai Ed Waters

    8. The Manhattan Project (1986) sebagai Radiation Control Officer

    Medatomics Lab

    9. On Valentine’s day (1986) sebagai Bobby Pate

    10. Hanna and Her Sisters (1986) sebagai Dr. Wilkes

    11. Rachael River (1987) sebagai Cordell

    12. The Witches of Eastwick (1987) sebagai Cylden Alden

    13. Courtship (1987) sebagai Bobby Pate

    2 Artikel, di akses Senin, 6 Mei 2017 pukul 14.00 WIB dari

    http://www.imdb.com/name/nm0420955/

    3 Artikel, di akses Senin, 6 Mei 2017 pukul 14.45 WIB dari

    http://m.wowkeren.com/seleb/richard_jenkins/film.html

    http://www.imdb.com/name/nm0420955/http://m.wowkeren.com/seleb/richard_jenkins/film.html

  • 50

    14. Stealing Home (1988) sebagai Hank Chandler

    15. In the Line of Duty: The F.B.I. Murders (1988)

    16. Little Nikita (1988) sebagai Richard Grant

    17. Blaze (1989) sebagi Picayune

    18. Sea of Love (1989) sebagai Gruber

    19. How I Got Into College (1989) sebagai Bill Browne

    20. Out on the Edge (1989) sebagai Paul Evetts

    21. Kojak: Fatal Flaw (1989) sebagai Joel Litkin

    22. Descending Angel (1990) Debaudt

    23. Rising Son (1990) sebagai Tommy

    24. Blue Steel (1990) sebagai Attoney Mel Dawson

    25. Challenger (1990) sebagai Gregory B. Jarvis

    26. When You Remember Me (1990) sebagai Vaughan

    27. Carolina Skeletons (1991) sebagai Redy

    28. Doublecrossed (1991)

    29. The Perfect Tribute (1991) sebagai Blair

    30. Afterburn (1992) sebagai Acton Ryder

    31. Queen (1993) sebagai Mr. Benson

    32. Undercover Blues (1993) sebagai Frank

    33. And the Band Played On (1993) sebagai Dr. Marc Conant

    34. Trapped in Paradise (1994) sebagai Agent Shaddus Peyser

    35. It Could Happen to You (1994) sebagai C. Vernon Hale

  • 51

    36. Wolf (1994) sebagai Detective Bridger

    37. Getting Out (1994) sebagai Chaptain

    38. The Indian in the Cupboard (1995) sebagai Victor

    39. How to Make an American Quitt (1995) sebagai Howell Saunders

    40. Eddie (1996) sebagai Carl Zimmer

    41. Flirting with Disaster (1996) sebagai Paul Harmon

    42. Un divan a New York (1996) sebagai Campton

    43. The Boys Next Door (1996) sebagai Bob Klemper

    44. Into Thin Air: Death of Everest (1997) sebagai Beck Weathers

    45. Eye of God (1997) sebagai Willard Sprague

    46. Absolute Power (1997) sebagai Michael McCarhty

    47. The Impostor (1998) sebagai Johnny Leguard

    48. The Confession (1999) sebagai Cass O’Donnell

    49. The Mod Squad (1999) sebagai Det. Bob Mothershed

    50. Outside Providence (1999) sebagai Barney

    51. Snow Falling on Cedars (1999) sebagai Sheriff Art Moran

    52. Random Hearts (1999) sebagai Truman Trainor

    53. What Planet Are You From? (2000) sebagai Don Fisk

    54. Me, Myself and Irene (2000) sebagai Agent Boshane

    55. Six Feet Under (2001) sebagai Nathaniel Fisher

    56. The Man Who Wasn’t There (2001) sebagai Walter Abundas

    57. One Night at McCool’s (2001) sebagai Father Jimmy

  • 52

    58. Say It Isn’t So (2001) sebagai Walter Wingfield

    59. Sins of the Father (2002) Bobby Frank Cherry

    60. Changing Lanes (2002) sebagai Walter Arnell

    61. Stealing Harvard (2002) sebagai Honorable Emmett Cook

    62. Cheaper by the Dozen (2003) sebagai Shake

    63. Intolerable Cruelty (2003) sebagai Freddy Bender

    64. The Core (2003) sebagai Gen. Thomas Purcell

    65. The Mudge Boy ( 2003) sebagai Edgar Mudge

    66. Shall We Dance (2004) sebagai Devine

    67. Rumor Has It….(2005) sebagai Earl Huttinger

    68. Fun with Dick and Jane (2005) sebagai Frank Bascomble

    69. Earth to America (2005)

    70. North Country (2005) sebagai Hank Aimes

    71. The Kingdom (2007) sebagai Robert Grace

    72. The Visitor (2007) sebagai Prof. Walter Vale

    73. The Tale of Despereaux (2008) sebagai Principal

    74. Burn After Reading (2008) sebagai Ted Treffon

    75. Step Brothers (2008) sebagai Dr. Robert Doback

    76. The Broken (2008) sebagai John McVey

    77. Waiting for Forever (2009) sebagai Richard Twist

    78. Norman (2010) sebagai Doug Long

    79. Let Me In (2010) sebagai The Father

  • 53

    80. Happy Thank You More Please (2010) sebagai Paul Gertmanian

    81. Eat, Pray, Love (2010) sebagai Richard

    82. Dear John (2010) sebagai Mr. Tyree

    83. Hall Pas (2011) sebagai Coakley

    84. Friend with Benefits (2011) sebagai Mr. Harper

    85. The Rum Diary (2012) sebagai Lotterman

    86. The Company You Keep (2012) sebagai Jed Lewis

    87. Liberal Art (2012) sebagai Prof. Peter Hoberg

    88. Killing Them Softly (2012) sebagai Driver

    89. Darling Companion (2012) sebagai Russel

    90. The Cabin in the Woods (2012) sebagai Steve Hadley

    91. Jack Reacher (2013) sebagai Alex Rodin

    92. White House Down (2013) sebagai Speaker of the House

    93. Turbo (2013) sebagai Bobby (voice)

    94. A.C.O.D (2013) sebagai Hugh

    95. 4 Minute Mile (2014) sebagai Ex-Track Coach

    96. Olive Kitteridge (2014) sebagai Henry Kitteridge

    97. God’s Pocket (2014) sebagai Richard Shelburn

    98. Lullaby (2014) sebagai Robert Lowenstein

    99. Bone Tomahawk (2015) sebagai Chicory

    100. The Hollars (2016) sebagai Don Hollar

    101. Berlin Station (2016) sebagai Steven Frost

  • 54

    102. The Shape of Water (2017)

    103. LBJ (2017) sebagai Senator Richard Russel

    2. Haaz Sleiman4

    Haaz Sleiman merupakan seorang aktor film dan televisi keturunan

    Lebanon-Amerika. Ia dikenal dalam memerankan peran Tarek dalam film

    The Visitor (2007) dan peran Yesus dalam serial mini TV Amerika

    Killing Jesus.

    Haaz Sleiman lahir dan dibesarkan di Lebanon. Ia berpindah ke

    Amerika Serikat ketika berusia dua puluh satu tahun, dan ia

    mengembangkan kecintaan untuk akting film, televisi dan teater.

    Penghargaan dan Nominasi

    a. Memenangkan tempat ke-2 pada Boston Society of Film Critics

    Award untuk pemeran Ensemble terbaik untuk film The Visitor

    b. Dinominasikan untuk actor pendukung terbaik pada Independent

    Spirit Award untuk peran The Visitor

    c. Dinominasikan untuk pemeran Ensemble terbaik untuk The Visitor

    pada Gotham Award

    4Artikel, di akses Senin, 6 Mei 2017 pukul 14.45 WIB dari

    http://www.imdb.com/name/nm1896736/bio?ref_=nm_ov_bio_sm

    http://www.imdb.com/name/nm1896736/bio?ref_=nm_ov_bio_sm

  • 55

    Filmografi

    1. The Ski Trip (2004) sebagai Tyson

    2.

    3. Company Town (2004) sebagai Abby Faisal (film TV)

    4. Fourth Estate (2004) (video pendek)

    5. American Dreamz (2006) sebagai Captain Mujahidin

    6. ER (2006) sebagai Hodgkins. Episode TheGallant Hero and The

    Tragic Victor

    7. 24 (2006) sebagai Heydar. 3 episode (6 musim)

    8. NCIS (2006) sebagai Abdul Wahid. Episode Grace Period

    9. Veronica Mars (2006) sebagai Nasir Ben Hafald. Episode Un

    American Graffiti

    10. Football: The Price of Dreams (2006) sebagai Ace

    11. Assassin’s Creed (2006) sebagai Malik al-Sayf (Voice)

    12. American East (2006) sebagai Slik Ali

    13. The Visitor (2007) sebagai Tarek. Nominasi - Independent Spirit

    Award untuk Pemeran Pendukung Laki-Laki Terbaik. Nominasi -

    Online Film & Television Association untuk Penampilan

    Breakthrough Terbaik - Laki-Laki. Nominasi - Boston Society of

    Film Critics Award untuk Pemeran Terbaik. Nominasi - Gotham

    Awards untuk Pemeran Ensembel Terbaik.

  • 56

    14. Nurse Jackie (2009) sebagai Mohammed 'Mo-Mo' De La Cruz.

    12 episode (peran utama musim 1)

    15. The Promise (2010) sebagai Omar Habash

    16. Nikita (2011) sebagai Kasim Tariq. Episode One Way and

    Covenant

    17. CSI: Miami (2011) sebagai Marcel Largos. Episode Mayday

    18. Meet Jane (2011) sebagai Agent Joseph Omari (Film TV)

    19. Dorfman in Love (2011) sebagai Cookie

    20. Assassin’s Creed: Revelations (2011) sebagai Sulaiman 1 (Voice)

    21. Ricochet (2011) sebagai Robert Savich (Film TV)

    22. Highland Park (2012) sebagai Ali Rasheed

    23. Cover Affairs (2012) sebagai Khalid Ansari. 5 Episode (3 Musim)

    24. Blue Bloods (2012) sebagai Teri Demiri. Episode Drawing Dead

    25. The Good Wife (2013) sebagai Zayeed Shaheed

    26. Person of Interest (2014) sebagai Omar Risha. Episode Allegiance

    27. Reckless (2014) sebagai Tariq Al-Zahrani. Episode Fifty One

    Percent

    28. Those People(2015) sebagai Team. Pasca Produksi

  • 57

    3. Danai Gurira5

    Danai Jekesai Gurira lahir 14 Februari 1978 di Grinnell, Iowa, dari

    ibunya yang bernama Josephine Gurira, seorang pustakawan universitas,

    dan ayah bernama Roger Gurira, seorang dosen di Jurusan Kimia di

    University of Wisconsin – Platteville. Orangtua Gurira datang ke Amerika

    Serikat dari Rhodesia Selatan, yang sekarang menjadi Zimbabwe, pada

    tahun 1964, ketika pada usia lima tahun dia dan keluarganya pindah

    kembali ke Harare, Zimbabwe, setelah negara itu memperoleh

    kemerdekaan.

    Gurira menulis drama off-Broadway berjudul In the Continuum, di

    mana ia yang berhasil memenangkan Obie Award, Outer Critics Circle

    Award, dan Helen Hayes Award untuk kategori Best Lead Actress. Pada

    Desember 2011, In the Continuum memperingati Hari AIDS Sedunia

    2011. Drama tersebut, disponsori oleh Kedutaan Besar AS di Zimbabwe,

    dipentaskan di Teater Harare dan menampilkan kisah dua perempuan yang

    menjelajahi dunia setelah tertular virus AIDS.

    Pada tahun 2009, Gurira memulai debutnya di Broadway pada drama

    Joe Turner's Come and Gone karya August Wilson. Gurira menerima

    Whiting Award di tahun 2012. Pada bulan Januari 2015, familiar

    merupakan sebuah drama yang ditulis oleh Gurira dan disutradarai oleh

    5 Artikel, di akses Senin, 6 Mei 2017 pukul 14.50 WIB dari

    www.imdb.com/name/nm17750591

    http://www.imdb.com/name/nm17750591

  • 58

    Rebecca Taichman, dibuka di Yale Repertory Theatre. Drama yang

    berkisah tentang keluarga, identitas budaya, dan pengalaman hidup

    sebagai generasi pertama Amerika, dan Gurira mengatakan bahwa itu

    terinspirasi sebagian oleh keluarga dan teman-temannya.

    Dia menerima Sam Norkin Award 2016, untuk Eclipsed dan Familiar,

    yang dipersembahkan oleh Drama Desk Awards, yang mengatakan:

    "Danai Gurira menunjukkan wawasan, jangkauan, dan kedalamannya,

    membawa suara baru yang segar untuk teater Amerika." Drama tersebut

    saat ini sedang dinominasikan untuk Tony Award for Best Play.

    Filmografi:

    1. The Visitor (2007) sebagai Zaenab. Fest Film Festival for Best

    Supporting Actress. Dinominasikan – Boston Society of Film

    Critics Award for Best Cast. Dinominasikan – Gotham Awards

    for Best Ensemble Cast.

    2. Ghost Town (2008) sebagai Assorted ghost

    3. 3 Backyards (2010) sebagai Woman in Blue Dress

    4. My Soul to Take (2010) sebagai Jeanne-Baptiste

    5. Restless City (2011) sebagai Sisi

    6. Mother of George (2013) sebagai Adenike Olumide Balogun Black

    Reel Award for Best Actress. Dinominasikan – Black Reel Award

  • 59

    for Best Breakthrough Performance. Dinominasikan – American

    Black Film Festival – Best Actress.

    7. Tinker Bell and the Legend of the Never Beast (2015) sebagai

    Fury (suara)

    8. All Eyez on Me (2016) sebagai Afeni Shakur

    Pasca-Produksi Televisi:

    1. Law & Order: Criminal Intent (2004) sebagai Marei Rosa

    Rumbidzai. Episode Inert Dwarf

    2. Life on Mars (AS) (2009) sebagai Angela. EpisodeThe Simple

    Secret of the Note in Us All

    3. Law & Order (2009) sebagai Courtney Owens. Episode Fed

    4. American Experience (2010) sebagai Sarah Steward. Episode

    Dolley Madison

    5. Lie to Me (2010)sebagai Michelle Russo Episode Exposed

    6. Trem (2010-2011) sebagai Jill. 6 Episode

    7. The Walking Dead (2012–sekarang ) sebagai Michonne Musim 3-

    sekarang (peran utama; 50 episode). Satellite Award for Best Cast

    Television Series (2012). Dinominasikan – NAACP Image Award

    for Outstanding Supporting Actress in a Drama Series (2016)

  • 60

    4. Hiam Abbass6

    Hiam Abbas lahir 30 November 1960 di Nazareth, Israel. Abbass

    dikenal karena perannya difilm The Visitor (2007), Exodus Gods and king

    (2014), and Lemon Tree (2008).

    Filmografi:

    1. La Nuit Miraculeuse (1989) TV Movie

    2. Antoine Rives, Juge du Terrorisme (1993) sebagai Jacqueline

    Tabet. TV Series. Episode: “L’affaire JBN”

    3. 3000 Scénarios Contre un Virus (1994) sebagai A Client.

    TV Series. Episode: “Poisson rouge"

    4. When the Cat's Away (1996) sebagai Woman in the courtyard

    5. Haifa (1996) sebagai Haifa

    6. Raddem (1996). Short

    7. Vivre au Paradis (1996)

    8. Venise Est Une Femme (1998) sebgai Aïcha's Mother .

    TV Movie

    9. Histoire Naturelle (1998). Short

    6 Artikel, di akses Senin, 16 Mei 2017 pukul 12.36 WIB dari

    http://www.imdb.com/name/nm0007814/bio?ref_=m_mn_ov_bio

    http://www.imdb.com/name/nm0007814/bio?ref_=m_mn_ov_bio

  • 61

    10. Mix-Cité (2000). Short

    11. Ali, Rabiaa et les Autres (2000) sebagai Rabiaa

    12. Ligne 208 (2000) sebagai Khaled’s Mother

    13. Le Pain (2000). Short

    14. Le Mariage en Papier (2001) sebagai Aunt Rabiaa. Short

    15. Tar Angel (L'ange de Goudron) (2001) sebagai Naïma Kasmi

    16. Fais-Moi des Vacances (2001) sebagai Lucien & José's Mother

    17. Satin Rouge (2002) sebagai Lili