analisis sektor ekonomi basis dalam mendorong pertumbuhan …

17
ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATU JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Mohammad Setiawan 105020107111025 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM

MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA

BATU

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Mohammad Setiawan

105020107111025

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …
Page 3: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATU

Mohammad Setiawan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

Dosen Pembimbing

Putu Mahardika A.S. SE.,Msi.,MA.,Ph.D

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat tercapai apabila di dalamnya terdapat potensi-

potensi yang dimiliki baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kota Batu

dalam hal ini merupakan daerah dengan sejuta pesona alam yang terdapat di dalamnya. Sehingga

Kota ini memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan potensi-potensi yang dimiliki

dari sektoralnya dan tentunya dapat teridentifikasi pengembangan pembangunan yang cocok untuk

daerah ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor-sektor yang potensial dan untuk

mengetahui sektor-sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif serta kriteria

pertumbuhan tiap sektornya. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data produk

domestik regional bruto (PDRB) atas harga konstan. Ruang lingkup penlitian ini hanya pada Kota

Batu tahun 2008-2012. alat analisis yang digunakan untuk penelitian ini yaitu analisis kontrbusi

sektoral, LQ, shift share, MRP dan tipologi klassen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota Batu berada pada puncak

kemakmuran dari tahun 2008-2012 Kota ini selalu mengalami peningkatan. Sektor-sektor yang

patut di kembangkan di Kota Batu yaitu sektor pertanian, listrik gas dan air bersih, perdagangan

hotel dan restoran serta jasa-jasa. Karena dari empat sektor tersebut cukup berkontribusi dalam

pembentukan nilai PDRB Kota Batu.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pengembangan Pembangunan dan Sektor Potensial

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan Ekonomi merupakan suatu transformasi perubahan struktur ekonomi

masyarakat yang meliputi perubahan pada perimbangan–perimbangan keadaan yang melekat

pada landasan kegiatan ekonomi dan bentuk susunan ekonomi. Proses perubahan struktur

ekonomi melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan masyarakat di berbagai sektor,

sektor perekonomian daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang

tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan Ekonomi yang besar tentunya di topang oleh Potensi

Perekonomian Daerah yang ikut andil dalam Proses Pengembangan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah.

Menurut Prishardoyo (2008), Proses lajunya Pertumbuhan Ekonomi suatu daerah di

tunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto),

sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang di capai masyarakat seringkali sebagai

ukuran kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan Pembangunan

Ekonomi.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah berkaitan erat dengan kualitas perencanaan

daerah. Perencanaan daerah tersebut dilaksanakan berdasarkan identifikasi karakteristik suatu

daerah. Karakteristik wilayah perencanaan meliputi berbagai permasalahan dan potensi yang

dimiliki daerah. Perencanaan pembangunan daerah diarahkan untuk mengelola secara baik

sumber daya yang dimiliki suatu daerah agar memiliki karakter yang unik dan berbeda dengan

daerah lainnya, sehingga akan menimbulkan laju pembangunan daerah. Pembangunan suatu

Page 4: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

daerah akan meningkatkan perekonomian daerah jika dalam pelaksanaanya didorong dengan laju

pertumbuhan yang baik

Demikian pula dengan Kota Batu dalam mendorong pertumbuhan ekonominya maka perlu

mengidentifikasi sektor-sektor mana yang dapat di unggulkan dan dapat memberikan hasil yang

baik. Sehingga diharapkan dapat menopang Sektor-sektor lainnya yang belum berkembang.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi memiliki arti kandungan yang lebih luas dan dapat mencakup

perubahan-perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan

merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural,

yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi

masyarakat yang bersangkutan.

Pembangunan ekonomi juga memiliki arti peningkatan produksi secara kuantatif yang

mencakup proses perubahan pembangunan pada komposisi produksi. Dengan menggunakan

perubahan (alokasi) sumber daya produksi di antara sekor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan

pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di antara berabgai golongan pelaku

ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam kehidupan

masyarakat menyeleuruh. Salah satu hal yang sangat pnting dalam proses pembangunan adalah

semakin meluasnya kesempatan kerja yang bersifat produktif.

Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Arsyad (2010), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses

mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, dimana

pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

kemitraan antara daerah dengan sektor swasta. Masalah pokok dalam pembangunan daerah

terletak pada penekannya terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada ciri

khas (unique value) dari daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumbp;er daya

manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Ada beberapa teori yang

secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah, yaitu

teori ekonomi basis, teori ekonomi neo klasik, teori lokasi, teori tempat sentral dan teori daya tarik.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi dapat di artikan sebagai Proses Peningkatan Produksi Barang dan Jasa

dalam kegiatan Ekonomi Masyarakat. Dapat dikatakan bahwa Pertumbuhan menyangkut

perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan

Pendapatan. Dalam Pertumbuhan Ekonomi, biasanya di telaah Proses produksi yang melibatkan

sejumlah jenis produk dengan menggunakan sejumlah sarana Produksi tertentu (Djojohadikusumo

: 1994).

Adearman (2006), definisi Pertumbuhan ekonomi adalah perspektif waktu jangka waktu suatu

perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam waktu yang cukup lama (10, 20

atau 50 tahun, atau bahkan lebih lama lagi) mengalami kenaikan output perkapita. Tentu saja

dalam waktu tersebut bisa terjadi kemerosotan output perkapita, karena gagal panen misalnya,

tetapi apabila dalam waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan

kecenderungan menaik maka dapat di katakan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi.

Beberapa ekonom berpendapat bahwa adanya kecenderungan terjadinya kenaikan output

perkapita saja tidak cukup, akan tapi kenaikan output harus bersumber dari proses intern

perekonomian tersebut. Dengan kata lain proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-

generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan kekuatan bagi

timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode-periode selanjutnya.

Identifikasi sektor Basis dan Non Basis

Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau non basis adalah

dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999 : 315) menjelaskan

bahwa tekhnik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua

golongan. Yaitu :

Page 5: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani Pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah

yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi Potensial (Basis).

2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar daerah tersebut dinamakan sektor tidak

potensial (non basis) atau Local Industry.

Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama Pertumbuhan ekonomi daerah adalah

berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan

Industri–industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku

untuk di ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja job creation)

(Arsyad, 1999).

Produk Domestik Regioanal Bruto ( PDRB )

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) definisi Produk domestik regional Bruto adalah total nilai

produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu

tahun). PDRB merupakan bentuk penyajian data yang bisa menggambarkan struktur perekonomian

daerah pada tahun yang bersangkutan. Dimana dalam PDRB terdiri dari Sembilan sektor yang

telah menjadi sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas

dan Air Minum, Bangunan, Angkutan dan Komunikasi, Perdagangan, Hotel dan Restaurant,

Keuangan, Persewahan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa–jasa

C. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Penelitian ini dilakukan di Kota Batu tahun 2008-2012. Kota Batu dipilih sebagai tempat

penelitian karena Kota batu memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga patut kiranya

untuk dikembangkan sebagi penopang pertumbuhan ekonomi.

Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka misalkan :

PDRB atas harga konstan Kota Batu dan PDRB atas harga konstan Jawa Timur serta RPJMD Kota

Batu tahun 2012-2017. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan data sekunder

yang di publikasikan oleh badan pusat statistik (BPS) Kota Batu.

Alat analisis yang digunakan ada lima yaitu : analisis kontribusi sektoral, location quotient (LQ),

shift share, MRP dan tipologi klassen.

Analisis kontribusi sektoral

Analisis kontribusi sektoral meupakan alat analaisis untuk mengukur kontribusi masing-

masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Analisis ini sangat berguna sekali dalam pembangunan

ekonomi daerah. Dengan menggunakan analisis ini, dapat diketahui sektor mana yang

berkontribusi besar dalam perekonomian suatu daerah. Dengan demikian dapat membantu para

pengambil kebijakan dalam menetukan prioritas pembangunan sektoral suatu daerah (Amin 2009).

Adapun rumus kontribusi sektoral sebagai berikut :

Pi =

Keterangan :

Pi = peranan sektoral

i = sektor

NTB = nilai tambah terhadap PDRB

Analisis Location Quotient

Analisis Location Quotient merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas

analisis shift share. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menentukan sektor–sektor basis

ini adalah LQ.

Kegiatan industri yang melayani pasar daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang

bersangkutan. Industri ini dinamakan, Indutri Basis. Kegiatan ekonomi atau industri yang

melayani hanya pada daerah itu sendiri dinamakan Industri non basis atau Indutri Lokal.

Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut :

LQ =

Dimana :

LQ = location quotient di wilayah kota batu

yi = Pendapatan sektor ekonomi di Kota Batu

Page 6: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

yt = Total Pendapatan Kota Batu (PDRB)

Yi = Pendapatan sektor ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Yt = Pendapatan Total ekonomi di provinsi jawa timur

Keterangan :

a. Jika hasil LQ > 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis, artinya tingkat

spesialisasi kota batu lebih tinggi dari tingkat provinsi jawa timur. Produksi komoditas

yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana komoditas

tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat di jual keluar daerah (ekspor).

b. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sector non basis, artinya tingkat

spesialisasi kota batu lebih rendah dari tingkat provinsi jawa timur.

Analisis shift share

Analsisis shift share adalah suatu teknik untuk menganalisis perubahan–perubahan strukur

daerah di bandingkan dengan perekonomian nasional. Dalam analisis ini, akan di bandingkan

bagaimana kondisi Pertumbuhan daerah terhadap pertumbuhan nasional. Tujuannya adalah untuk

melihat dan menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan daerah yang

lebih luas atau nasional.

bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan komponennya adalah sebagai berikut :

Dij = Nij + Mij + Cij Keterangan :

i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti (9 sektor).

j = variable wilayah yang diteliti (kota batu).

n = variable wilayah provinsi jawa timur.

Dij = perubahan sektor i di kota batu.

Nij = Pertumbuhan nasional sektor i di kota batu.

Mij = bauran industri sektor i di kota batu.

Cij = keunggulan kompetitif sektor i di kota batu.

Dalam penelitian ini variable daerah yang digunakan adalah PDRB yang dinotasikan sebagai

(E). persamaan (1) diatas dapat dicari dengan formulasi sebagi berikut ini :

Dij = E*ij – Eij

Nij = Eij (rn)

Mij = Eij (rin-rn)

Cij = Eij (rij - rin) Keterangan :

Eij = PDRB sektor i di kota batu awal tahun analisis.

E*ij = PDRB sektor i di kota batu akhir tahun analisis.

rij = laju pertumbuhan sektor i di kota batu.

rin = laju pertumbuhan sektor i di provinsi jawa timur.

rn = rata-rata laju pertumbuhan PDRB di provinsi jawa timur.

rata-rata laju pertumbuhan PDRB di provinsi jawa timur (rn) dapat didefinisikan sebagai

berikut :

rij =

rin =

rn =

Keterangan :

Ein = PDRB sektor i di provinsi jawa timur awal tahun analisis.

E*in = PDRB sektor i di provinsi akhir tahun analsis.

En = total PDRB semua sektor di provinsi jawa timur.

E*n = total PDRB semua sektor di provinsi akhir tahun analisis.

Selanjutnya pertumbuhan ekonomi regional komponen propotional shift (PS) dan differential

shift (DS) digunakan untuk melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan di wilayah studi

terhadap kegiatan tersebut di wilayah referensi. Sedangkan PS untuk melihat perubahan

pertumbuhan suatu kegiatan di wilayah referensi terhadap kegiatan total PDRB di wilayah

referensi.

Page 7: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Dari kedua komponen tersebut nilai PS sebagai sumbu horizontal dan nilai DS sebagai sumbu

vertikal. Sehingga dapat diperoleh empat kategori yaitu :

Tabel 1: Posisi Relatif Sektor Berdasarkan Pendekatan PS dan DS

differential

shift (DS)

Propotional shift (PS)

Negatif (-) Posiif (+)

positif (+)

Kuadran IV

Berpotensi

Kuadran I

Pertumbuhan

Pesat

negatif (-)

Kuadran III

Tertekan

Kuadran II

Berkembang

Sumber : Wibowo, 2014

Keterangan :

a) Kuadran I (PS positif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan pertumbuhan sangat

pesat.

b) Kuadran II (PS positif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan kecepatan

pertumbuhan terhambat namun cenderung berpotensi.

c) Kuadaran III (PS negatif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan daya saing lemah

dan juga peranan terhadap wilayah rendah.

d) Kuadran IV (PS negatif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan kecepatan

pertumbuhan terhambat tapi berkembang.

Analisis model rasio pertumbuhan (MRP)

Analisis model rasio pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat

deskripsi kegiatan ekonomi (sektor ekonomi) yang potensial, terutama struktur ekonomi

kabupaten/kota atau provinsi berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah

baik internal maupun eksternal (Amin 2009)

Analisis MRP ini dibagi lagi ke dalam dua kriteria, yaitu rasio pertumbuhan wilayah studi

(RPs) dan rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr).

1. rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) yaitu perbandingan anatara pertumbuhan

pendapatan dalam hal ini adalah pertumbuhan PDRB sektor i di wilayah studi dengan

pertumbuhan pendapatan PDRB sektor i di wilayah referensi (kota batu terhadap provinsi

jawa timur) berikut formula dari RPs :

RPs =

Keterangan :

Eij = Perubahan PDRB sektor i di wilayah kota batu

E ij = PDRB sektor i di wilayah kota batu pada awal tahun penelitian

Ein = perubahan PDRB sektor i secara provinsi jawa timur

E in = PDRB sektor i secara provinsi jawa timur pada awal tahun penelitian

Jika nilai RPs > 1 diberi notasi positif (+) yang menunjukkan bahwa sektor pada tingkat

wilayah studi (kabupaten/kota) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor

pada wilayah referensi (provinsi/nasional).

Jika nilai RPs < 1 diberi notasi negatif (-) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor

pada tingkat wilayah studi (kabupaten/kota) lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan sektor pada wilayah referensi (provinsi/nasional).

2. Analisis RPr

Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) adalah perbandingan antara laju

pertumbuhan pendaptan kegiatan i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total

kegiatan (PDRB) wilayah referensi (provinsi). Berikut formula dari RPr :

RPr =

Keterangan :

E in = perubahan PDRB sektor i secara nasional/provinsi.

E in = PDRB sektor i secara nasional/provinsi pada awal tahun penelitian.

En = total PDRB nasional/provinsi pada awal tahun penelitian.

Page 8: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Jika nilai RPr > 1 diberi notasi positif (+) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu

sektor tertentu dalam wilayah referensi (provinsi/nasional) lebih tinggi dari pertumbuhan

PDRB total wilayah tersebut (provinsi/nasional).

Jika RPr < 1 diberi notasi negatif (-) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu sektor

tertentu dalam wilayah referensi (provinsi/nasional) lebih rendah dari pertumbuhan PDRB

total wilayah tersebut (provinsi/nasional).

Analisis tipologi Klassen

Analisis tipologi klasen merupakan gabungan antara hasil analisis Location quotient (LQ)

dengan model rasio pertumbuhan (MRP) (Amin 2009). Tipologi klassen dapat digunakan melalui

dua pendekatan, yaitu sektoral maupun daerah. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan sektoral. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Klasifikasi sektoral berdasarkan Klassen tipologi dapat pada tabel 3.1

sebagai berikut :

Tabel 2 : Klasifikasi tipologi klassen pendekatan sektoral

Kuadran I

Sektor maju dan

tumbuh pesat

RPs > RPr, LQ > 1

Kuadran II

Sektor maju tapi tertekan

RPs < RPr, LQ > 1

Kuadran III

Sektor Potensial

RPs > RPr, LQ < 1

Kuadran IV

Sektor relatif tertinggal

RPs < RPr, LQ < 1

Sumber : Amin, 2009

D. HASIL PENELITIAN

Analisis kontribusi sektoral

Hasil perhitungan kontribusi sektoral Kota Batu dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 : Hasil Perhitungan Kontribusi Sektoral Kota Batu Tahun 2008-2012

SEKTOR 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-

rata

Sektor Primer 21.17% 20.99% 20.60% 20.01% 19.31% 20.42%

Pertanian 20.94% 20.77% 20.38% 19.79% 19.09% 20.19%

Pertambangan Dan

Penggalian 0.23% 0.23% 0.23% 0.22% 0.21% 0.22%

Sektor Sekunder 10.43% 10.44% 10.44% 10.41% 10.34% 10.41%

Industri Pengolahan 7.45% 7.36% 7.27% 7.13% 7.03% 7.25%

Listrik Gas Dan Air

Bersih 1.50% 1.53% 1.55% 1.56% 1.57% 1.54%

Bangunan 1.48% 1.55% 1.62% 1.71% 1.74% 1.62%

Sektor Tersier 68.40% 68.57% 68.96% 69.59% 70.36% 69.17%

Perdagangan Hotel

Dan Restoran 46.27% 46.26% 46.64% 47.16% 47.85% 46.84%

Pengangkutan Dan

Komunikasi 3.60% 3.60% 3.61% 3.64% 3.68% 3.63%

Keuangan

Persewaan Dan Jasa

Perusahaan 4.52% 4.51% 4.57% 4.59% 4.61% 4.56%

Jasa-Jasa 14.01% 14.19% 14.14% 14.20% 14.22% 14.15%

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Page 9: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui secara garis besar, kontribusi terbesar perekonomian

Kota Batu ditopang oleh sektor tersier dengan nilai kontribusi sebesar 69,17%. Selanjutnya

kontribusi terbesar kedua yaitu sektor primer dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 20,42%.

Kemudian kontribusi terbesar yang terakhir terdapat pada sektor sekunder dengan nilai kontribusi

sebesar 10,41%.

Sedangkan untuk sektor terbesar yaitu sektor tersier dengan nilai 69,17%, kontribusi terbesar

berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata sebesar 46,84%.

Sedangkan posisi kedua dengan nilai kontribusi rata-rata 20,42% yaitu sektor primer. Kontribusi

terbesar berasal dari sektor pertanian dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 20,19%. Kemudian

posisi terakhir dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 10,41% yaitu sektor sekunder.

Analisis LQ

Analisis LQ berfungsi untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi basis dan non basis yang

tentunya dapat menentukan besaran peran dari suatu sektor.

Tabel 4 : Hasil Perhitungan Location Qoutient (LQ) Kota Batu Tahun 2008 – 2009

Sektor Nilai LQ LQ rata-

rata 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian 1.324 1.327 1.359 1.380 1.380 1.354

Pertambangan

Dan Penggalian 0.106 0.103 0.099 0.098 0.101 0.101

Industri

Pengolahan 0.281 0.283 0.286 0.284 0.282 0.283

Listrik Gas Dan

Air Bersih 1.080 1.124 1.142 1.161 1.181 1.138

Bangunan 0.456 0.483 0.506 0.524 0.533 0.500

Perdagangan

Hotel Dan

Restoran

1.555 1.546 1.503 1.484 1.467 1.511

Pengangkutan

Dan

Komunikasi

0.545 0.508 0.493 0.478 0.473 0.499

Keuangan

Persewaan Dan

Jasa Perusahaan

0.836 0.832 0.838 0.834 0.832 0.835

Jasa-Jasa 1.538 1.548 1.576 1.615 1.652 1.586

Total 7.722 7.755 7.802 7.859 7.901 7.808

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui nilai sektor basis dan sektor non basis di Kota Batu. Kota

Batu memiliki empat sektor basis, yaitu sektor pertanian, sektor listrik gas dan air bersih, sektor

perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang non basis ada lima

yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan.

Analisis shift share

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis shift

share, yang pertama untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kota Batu (national growth effect). Yang kedua untuk mengetahui

perubahan relatif kinerja dari sektor-sektor yang ada di Kota Batu terhadap sektor-sektor yang

sama di Jawa Timur (proporsional shift). Yang ketiga untuk mengetahui keunggulan kompetitif

sektor-sektor di Kota Batu terhadap sektor-sektor yang sama di Jawa Timur (differentsial shift).

Page 10: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Tabel 5 : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur terhadap Perekonomian Kota

Batu tahun 2008-2012 (juta rupiah)

Sektor Nij

Pertanian 75.204,83

Pertambangan Dan Pengalian 825,73

Industri Pengolahan 26.766,75

Listrik Gas Dan Air Bersih 5.390,27

Bangunan 5.298,33

Perdagangan Hotel Dan Restoran 166.150,57

Pengangkutan Dan Komunikasi 12.919,20

Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 16.237,12

Jasa-Jasa 50.292,15

Total 359.084,93

Sumber : Analisis data sekunder, 2014

Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi yang paling besar yaitu

sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai sebesar 166.150,57 juta rupiah. Dan yang

paling kecil pengaruh pertumbuhannya yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai

sebesar 825,73 juta rupiah. ini menjadikan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Batu

merupakan sektor dengan proporsi besaran terbesar yang dipengaruhi oleh pertumbuhan

ekonomi di Jawa Timur. Hal ini karena sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Batu

memiliki kontribusi yang cukup besar diantara delapan sektor yang ada di Kota Batu.

Sedangkan untuk melihat perubahan relatif kinerja dari sektor-sektor yang ada di Kota Batu

terhadap sektor yang sama di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 : Nilai Proporsional Shift Sektor-sektor di Kota Batu tahun 2008-2012 (juta

rupiah)

Sektor Mij

Pertanian -42.022,35

Pertambangan Dan Pengalian -69,14

Industri Pengolahan -7.317,56

Listrik Gas Dan Air Bersih -1.023,04

Bangunan 188,20

Perdagangan Hotel Dan Restoran 71.234,06

Pengangkutan Dan Komunikasi 10.353,23

Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1.767,42

Jasa-Jasa -12.244,41

Total 20.866,39

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Page 11: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai

nilai mij paling besar yaitu 71.234,06 juta rupiah. Hal ini berarti sektor perdagangan, hotel dan

restoran mengarah pada perekonomian yang tumbuh relatif cepat dibandingkan sektor yang

sama di Jawa Timur. Sehingga pengaruh bauran industri/sektoral terhadap sektor perdagangan,

hotel dan restoran Kota Batu memiliki nilai positif. Secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa cepatnya pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan restoran di Jawa Timur

berpengaruh positif terhadap sektor yang sama di Kota Batu.

Sedangkan untuk melihat daya saing atau keunggulan kompetitif dari sektor-sektor di Kota

Batu terhadap sektor-sektor yang sama di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 : Nilai Competitiveness Sektor-sektor di Kota Batu tahun 2008-2012 (juta rupiah)

Sektor Cij

Pertanian 25.678,55

Pertambangan Dan Pengalian -27,36

Industri Pengolahan 5.357,35

Listrik Gas Dan Air Bersih 3.261,63

Bangunan 5.249,30

Perdagangan Hotel Dan Restoran -12.407,15

Pengangkutan Dan Komunikasi -6.479,92

Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 2.830,71

Jasa-Jasa 25.630,57

Total 49.093,67

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa sektor-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif di

Kota Batu ada enam sektor yaitu pertanian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih,

bangunan, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. Sedangkan sektor yang

kurang mempunyai keunggulan kompetitif di Kota Batu ada tiga sektor yaitu pertambangan

dan penggalian, perdagangan hotel dan restoran dan pengangkutan dan komunikasi.

Sektor pertanian di Kota Batu mendominasi keunggulan kompetitif dengan nilai sebesar

25.678,55 juta rupiah. Hal ini didukung karena Kota Batu mempunyai karakteristik pertanian

yang unik dan patut dipertimbangkan. Sehingga daya saing sektor pertanian di Kota Batu

menunjukkan betapa pentingnya sektor ini untuk di kembangkan sebagai penunjang

pertumbuhan ekonomi di Kota Batu.

Kemudian nilai terbesar kedua yang memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor jasa-jasa

dengan nilai sebesar 25.630,57 juta rupiah. Yang ketiga yaitu sektor industri pengolahan

dengan nilai sebesar 5.357,35 juta rupiah. Yang ke empat yaitu sektor bangunan dengan nilai

sebesar 5.249,30 juta rupiah. sektor yang ke lima yaitu sektor listrik gas dan air bersih dengan

nilai sebesar 3.261,63 juta rupiah. Dan yang ke enam yaitu sektor keuangan persewaan dan jasa

perusahaan dengan nilai sebesar 2.830,71 juta rupiah.

Page 12: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Tabel 8 : Posisi Relatif Sektor Berdasarkan Pendekatan PS Dan DS

differential

shift (DS)

propotional shift (PS)

Negatif (-) Posiif (+)

positif (+)

Kuadran IV

1. Pertanian

2. Industri pengolahan

3. Listrik gas dan air bersih

4. Jasa-jasa

Kuadran I

1. Bangunan

2. Keuangan persewaan

dan jasa perusahaan

negatif (-)

Kuadran III

1. Pertambangan dan penggalian

Kuadran II

1. Perdagangan hotel

dan restoran

2. Pengangkutan dan

komunikasi

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa sektor yang pertumbuhan sangat pesat di Kota Batu

dalam kuadran I ada dua yaitu bangunan dan keuangan persewaan dan jasa perusahan. Hasil ini

diperoleh dari propotional shift yang bernilai positif dan juga differential shift yang bernilai

positif. Artinya sektor tersebut dalam kurun waktu tertentu tumbuh dengan pesat yang berarti

pengaruh sektor yang sama di Jawa Timur memberi dampak positif terhadap sektor yang sama

di Kota Batu. Hal ini dikarenakan cepatnya pembangunan fisik dan infrastruktur di Kota Batu

sebagai Kota Baru. Sehingga peningkatan sektor bangunan di Kota Batu tumbuh dengan pesat.

Analisis MRP (RPs dan RPr)

1. Analisis RPs

Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) Kota Batu selama lima tahun

yaitu dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 : Hasil Perhitungan Analisis RPs Kota Batu

SEKTOR HASIL

RPs

KET

Pertanian 1.77 +

Pertambangan Dan Penggalian 0.96 -

Industri Pengolahan 1.28 +

Listrik Gas Dan Air Bersih 1.75 +

Bangunan 1.96 +

Perdagangan Hotel Dan Restoran 0.95 -

Pengangkutan Dan Komunikasi 0.72 -

Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1.16 +

Jasa-Jasa 1.67 +

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Page 13: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui sektor-sektor ekonomi di Kota Batu yang memiliki

laju pertumbuhan lebih tinggi dan lebih rendah di banding laju pertumbuhan sektor yang sama

di Jawa Timur. Dari Sembilan sektor tersebut, sektor yang tumbuh lebih tinggi di Kota Batu

ada enam. Sektor pertama yaitu sektor bangunan dengan nilai RPs sebesar 1,96. Sektor kedua

yaitu sektor pertanian dengan nilai RPs sebesar 1,77. Sektor ketiga yaitu sektor listrik, gas dan

air minum dengan nilai RPs sebesar 1,75. Sektor keempat yaitu sektor jasa-jasa dengan nilai

RPs sebesar 1,67. Sektor kelima yaitu sektor industri pengolahan dengan nilai RPs sebesar

1.28.sektor keenam yaitu sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai RPs

sebesar 1,16.

2. Analisis RPr

Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) Profinsi Jawa Timur

selama lima tahun yaitu dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.

Tabel 10 : Hasil Perhitungan Analisis RPr Kota Batu

SEKTOR HASIL

RPr

KET

Pertanian 0.44 -

Pertambangan Dan Penggalian 0.92 -

Industri Pengolahan 0.73 -

Listrik Gas Dan Air Bersih 0.81 -

Bangunan 1.04 +

Perdagangan Hotel Dan Restoran 1.43 +

Pengangkutan Dan Komunikasi 1.80 +

Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1.11 +

Jasa-Jasa 0.76 -

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui sektor-sektor ekonomi yang memiliki laju

pertumbuhan lebih tinggi di Jawa Timur ada empat. Sektor pertama yaitu sektor pengangkutan

dan komunikasi dengan nilai RPr sebesar 1,80. Sektor kedua yaitu sektor perdagangan, hotel

dan restoran dengan nilai RPr sebesar 1,43. Sektor ketiga yaitu sektor keuangan persewaan dan

jasa perusahaan dengan nilai RPr sebesar 1,11. Sektor ke empat yaitu sektor bangunan dengan

nilai RPr sebesar 1,04.

Analisis tipologi klassen Data yang digunakan dalam analisis tipologi klassen adalah data Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) ADHK tahun 2008-2012. Hasil klasifikasi sektoral berdasarkan tipologi klassen

dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.

Tabel 11 : Klasifikasi Sektoral Berdasarkan Tipologi Klassen

KUADRAN I

Sektor maju dan tumbuh pesat

RPs > RPr, LQ > 1

Sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan

sektor listrik gas dan air bersih

KUADRAN II

Sektor maju tapi tertekan

RPs < RPr, LQ > 1

Sektor industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran

KUADRAN III

Sektor Potensial

RPs > RPr, LQ < 1

Sektor pertambangan dan penggalian,

sektor bangunan dan keuangan

persewaan dan jasa perusahaan

KUADRAN IV

Sektor relatif tertinggal

RPs < RPr, LQ < 1

sektor pengangkutan dan komunikasi

Sumber : Analisis Data sekunder, 2014

Page 14: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Pada tabel 11, hasil analisis tipologi klassen menunjukkan bahwa sektor yang termasuk dalam

kuadran I terdapat tiga sektor yaitu sektor pertanian, sektor jasa-jasadan sektor listrik gas dan air

bersih. Artinya, bahwa selama periode penelitian kedua sektor tersebut maju dan tumbuh pesat.

Selanjutnya, sektor yang termasuk dalam kuadran II terdapat dua sektor yaitu sektor industri

pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Artinya, bahwa selama periode penelitian

kedua sektor tersebut dapat dikatakan sedang mengalami kejenuhan yaitu tertekan. Kemudian,

sektor yang termasuk dalam kuadran III terdapat tiga sektor yaitu sektor pertambangan dan

penggalian, sektor bangunan dan keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Artinya, bahwa selama

periode penelitian ketiga sektor tersebut termasuk sektor potensial di Kota Batu. Yang terakhir,

sektor yang termasuk dalam kuadran IV terdapat dua sektor yaitu sektor listrik, gas dan air bersih

dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Artinya, sektor ini relatif tertinggal. Hasil ini diperoleh

dari nilai RPs lebih kecil dari nilai RPr dan nilai LQ lebih kecil dari satu.

Untuk sektor pertanian termasuk pada kuadran I yang tergolong sektor maju dan tumbuh pesat

meskipun nilai kontribusinya terhadap pertumbuhan Kota Batu semakin menurun akibat dari

berkurangnya lahan pertanian di Kota Batu dengan adanya peningkatan pertumbuhan pariwisata di

Kota Batu. Tetapi dalam hal ini sektor pertanian di Kota Batu masih tergolong sektor andalan yang

tumbuh pesat dikarenakan penurunan kontribusi pertanian di Jawa Timur lebih tinggi nilainya

daripada Kota Batu. Dan juga adanya kebijakan pemerintah Kota Batu yang lebih menekankan

pada sentra pertanian organik sehingga menyebabkan sektor pertanian di Kota Batu masih menjadi

salah satu sektor andalan di Kota Batu.

Ringkasan hasil analisis tiap sektor di Kota Batu

Dari semua hasil analisis yang telah di lakukan terhadap sektor-sektor di Kota Batu tahun

2008-2012 akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai posisi tiap sektor dan dapat

dilihat dari tingkat perkembangan, daya saing, keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif

serta pengaruh pertumbuhannya terhadap sektor yang sama di daerah yang lebih luas.

Tabel 12 : Ringkasan Hasil Analisis Sektor-sektor Ekonomi di Kota Batu dan Propinsi Jawa

Timur Tahun 2008-2012 (dilihat dari nilai rata-rata)

No. Sektor LQ RPs RPr Kontribusi

sektoral

(Kota Batu)

Tipologi

klassen

1 Pertanian 1.354 1.77 0.44 20.19% Kuadran I

2 Pertambangan Dan

Penggalian 0.101

0.96 0.92 0.22%

Kuadran III

3 Industri Pengolahan 0.283 1.28 0.73 7.25% Kuadran II

4 Listrik Gas Dan Air

Bersih 1.138

1.75 0.81 1.54%

Kuadran I

5 Bangunan 0.500 1.96 1.04 1.62% Kuadran III

6 Perdagangan Hotel

Dan Restoran 1.511

0.95 1.43 46.84%

Kuadran II

7 Pengangkutan Dan

Komunikasi 0.499

0.72 1.80 3.63%

Kuadran IV

8 Keuangan Persewaan

Dan Jasa Perusahaan 0.835

1.16 1.11 4.56%

Kuadran III

9 Jasa-Jasa 1.586 1.67 0.76 14.15% Kuadran I

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Berdasarkan tabel 12, terlihat bahwa dari berbagai analisis dapat di ringkas untuk mendapat

gambaran yang lebih jelas mengenai posisi dari kesembilan sektor yang terdapat pada Kota Batu

untuk diketahui nilai daya saing, kontribusi terhadap perekonomian dan tingkat perkembangannya

setiap tahunnya. Dari empat analisis yang telah dilakukan pada empat analisis sebelumnya, telah

diketahui bahwa sektor-sektor ekonomi yang berada pada Kota Batu yang memiliki kontribusi

terhadap perekonomian, memiliki daya saing juga memiliki perkembangan yang cukup pesat yaitu

terdapat pada sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor listrik gas dan air bersih. Nilai sektor

Page 15: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

pertanian ini di dapat pada tabel 12 yaitu dengan nilai LQ lebih dari satu yaitu sebesar 1,354, dan

nilai rasio pertumbuhan Kota Batu lebih tinggi dari rasio pertumbuhan Jawa Timur serta kontribusi

sektoralnya mencapai 20,19% dan kriteria ini dikatakan sudah dapat memproduksi barang dan jasa

untuk memenuhi pasarnya sendiri, dan dapat berbasis ekspor ke daerah lain sehingga nilai sektor

pertanian berada pada kuadran I menurut analisis tipologi klassen yang artinya sektor tersebut di

katakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat sehingga sektor pertanian di Kota Batu memiliki

peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Batu.

Selanjutnya sektor yang relatif tertinggal menurut analisis tipologi klassen di Kota Batu yaitu

ada satu, sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor tersebut sulit untuk berkembang pesat

mengingat nilai kontribusi yang di hasilkan oleh sektor tersebut di bawah rata-rata yaitu nilai LQ

hanya mencapai 0,499 dan rasio pertumbuhannya lebih rendah dari pada rasio pertumbuhan

referensinya.

Menurut Kota Batu Dalam Angka (BDA), Sektor pertanian merupakan sektor yang unik dan

mempunyai ciri khas tersendiri dalam struktur perekonomian. Sektor ini relatif merupakan sektor

yang mendapat perhatian serius dalam aksi pembangunan. Mulai dari proteksi, kredit hingga

kebijakan lain tidak satupun yang menguntungkan. Meski demikian sektor ini merupakan sektor

yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk Kota Batu

tergantung padanya. Secara umum kontribusi sektor pertanian Kota Batu dalam menyusun Produk

Domestik Regional Bruto tidaklah sebesar sektor Perdagangan, hotel dan restauran. Akan tetapi

menilai sektor ini hanya dari sisi makro tersebut akan menjerumuskan pada penilaian yang salah

pada struktur ekonomi Kota Batu secara umum.

Hal ini mengingat besarnya tenaga kerja yang ditampung oleh sektor ini juga fungsi strategis

dan besarnya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk menyokong pembangunan. Keuntungan

tersebut yang harus digali untuk meningkatkan peran sektor pertanian pada pendapatan regional

namun disisi lain kepentingan petani sebagai produsen juga diperhatikan.

Tetapi secara keseluruhan keberhasilan pertumbuhan ekonomi Kota Batu yang tiap tahunnya

selalu meningkat di sebabkan oleh kontribusi kesembilan sektor yang cukup andil dalam

menggerakan roda perekonomian pada Kota Batu dengan di unggulkan oleh keadaan sumber daya

alam dan manusia yang baik Kota ini berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

menstabilkan perekonomian melalui sektor-sektor yang ada di Kota Batu. Hal seperti ini lah yang

selalu memberikan dampak positif terhadap perekonomian Kota Batu untuk di kembangkan

dimasa yang akan datang.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya maka

didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis location quotient sektor basis yang ada di Kota Batu yaitu sektor

pertanian, sektor listrik gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta

keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Karena ke empat sektor tersebut memiliki

keunggulan komperatif dan kompetitif di Kota Batu. Artinya ke empat sektor tersebut

dapat memenuhi kebutuhan di daerah tersebut dan dapat di ekspor ke luar daerah baik

barang atau jasa.

2. Sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor listrik gas dan air bersih merupakan sektor

penopang pertumbuhan ekonomi berdasarkan kriteria pertumbuhan (kompetitif) dan

kontribusi pertumbuhan (komperatif) di Kota Batu. Karena memang ketiga sektor

tersebut di Kota Batu saat ini lebih baik pertumbuhannya daripada ketiga sektor yang

berada di Provinsi Jawa Timur.

3. Pemerintah Kota Batu menjadikan pertanian sebagai prioritas pembangunan pada tahun

2012 sampai dengan 2017 melalui pengembangan pertanian organik dan perdagangan

hasil pertanian organik

Page 16: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Saran

Adapun saran yang diajukan penulis atas yang sudah di bahas pada bab sebelumnya

adalah:

1. Penetapan kebijakan pembangunan dan pengembangan sektoral perekonomian daerah

hendaknya lebih memprioritaskan pada sektor yang berpotensi menjadi basis dan

berpengaruh besar terhadap kontribusi PDRB Kota Batu.

2. Sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor listrik gas dan air bersih merupakan sektor

penopang pertumbuhan ekonomi di Kota Batu. Oleh karena itu, ketiga sektor tersebut

harus tetap dikembangkan agar perekonomian di Kota Batu tetap stabil.

3. Memperbarui informasi potensi yang dimiliki daerah demi analisis kebijakan

pembangunan ekonomi daerah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Amin. 2009. Analisis Sektor-sektor Ekonomi dalam kerangka kebijakan Pembangunan

Ekonomi Kota Blitar. Jurnal ekonomi studi Pembangunan, Vol. 1, (No.3) : 190-203

Arsyad, Lincolin. 1995. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.

Yogyakarta. BPFE.

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.

Yogyakarta. BPFE.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. UPP STIE YKPN,

Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Batu Dalam Angka. Kota Batu: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kota Batu 2008-2012. Kota

Batu: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur 2008-

2012. Surabaya: BPS

Bappeda. 2013. Batu Dalam Angka 2012. Badan perencnaan pembangunan daerah kota batu.

Basri, F. 2013. Kumpulan Abstraksi dan Landasan Teori Penelitian.

http://abstraksiekonomi.blogspot.com/ diakses pada agustus 2013.

Bayu. 2009. Makalah Pertumbuhan Ekonomi. http://cafe-ekonomi.blogspot.com/ diakses pada

mei 2009.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi

Pembangunan. Cetakan ke satu. Jakarta. LP3ES.

Glasson, Jhon.1990. Pengantar Perencanaan Regional. LPFE UI. Jakarta

Hasani, Akrom. 2010. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share

di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Rajagrafindo Persada.

Jakarta.

Mukhlis, Irawan. 2011. Analisis Potensi Perekonomian unuk Mengkaji Pertumbuhan

Ekonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Studi Pembangunan, Vol.3, (No.1) : 91-98.

Page 17: ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN …

Philia, Ratih S. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor-sektor Unggulan

Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Malang. Skripsi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Prishardoyo, Bambang. 2008. Analisis Tingkat Perumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi

Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pati Tahun 2000-2005. Jurnal

Ekonomi dan Kebijakan, Vol.1, (No.1) :1-8.

Purba, Adearman. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

di Kabupaten Simalungun. Tesis Universitas Sumatera Utara Medan.

Putra, Aditya N. 2013. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2012-2017. Kota Batu: Bappeda Kota Batu.

Richardson, Harry W. 1977. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi

Indonesia.

Singarimbun, M. 1982. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta

Soepono, Prasetyo. 1993. Analisis Shift-share : Perkembangan dan Penerapan . Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.8, (No.1). Yogyakarta. Fakultas Ekonomi UGM.

Tarigan, R. 1994. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta. Bumi Askara

Wibowo, Triono. 2014. Analisis Stabilitas dan Peran Sektor Pertanian terhadap

Pertumbuhan Ekonomi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.