analisis sektor ekonomi basis dalam mendorong pertumbuhan …
TRANSCRIPT
ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM
MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA
BATU
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Mohammad Setiawan
105020107111025
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG
PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATU
Mohammad Setiawan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
Dosen Pembimbing
Putu Mahardika A.S. SE.,Msi.,MA.,Ph.D
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat tercapai apabila di dalamnya terdapat potensi-
potensi yang dimiliki baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kota Batu
dalam hal ini merupakan daerah dengan sejuta pesona alam yang terdapat di dalamnya. Sehingga
Kota ini memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan potensi-potensi yang dimiliki
dari sektoralnya dan tentunya dapat teridentifikasi pengembangan pembangunan yang cocok untuk
daerah ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor-sektor yang potensial dan untuk
mengetahui sektor-sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif serta kriteria
pertumbuhan tiap sektornya. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data produk
domestik regional bruto (PDRB) atas harga konstan. Ruang lingkup penlitian ini hanya pada Kota
Batu tahun 2008-2012. alat analisis yang digunakan untuk penelitian ini yaitu analisis kontrbusi
sektoral, LQ, shift share, MRP dan tipologi klassen.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota Batu berada pada puncak
kemakmuran dari tahun 2008-2012 Kota ini selalu mengalami peningkatan. Sektor-sektor yang
patut di kembangkan di Kota Batu yaitu sektor pertanian, listrik gas dan air bersih, perdagangan
hotel dan restoran serta jasa-jasa. Karena dari empat sektor tersebut cukup berkontribusi dalam
pembentukan nilai PDRB Kota Batu.
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pengembangan Pembangunan dan Sektor Potensial
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan Ekonomi merupakan suatu transformasi perubahan struktur ekonomi
masyarakat yang meliputi perubahan pada perimbangan–perimbangan keadaan yang melekat
pada landasan kegiatan ekonomi dan bentuk susunan ekonomi. Proses perubahan struktur
ekonomi melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan masyarakat di berbagai sektor,
sektor perekonomian daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang
tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan Ekonomi yang besar tentunya di topang oleh Potensi
Perekonomian Daerah yang ikut andil dalam Proses Pengembangan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah.
Menurut Prishardoyo (2008), Proses lajunya Pertumbuhan Ekonomi suatu daerah di
tunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto),
sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang di capai masyarakat seringkali sebagai
ukuran kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan Pembangunan
Ekonomi.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah berkaitan erat dengan kualitas perencanaan
daerah. Perencanaan daerah tersebut dilaksanakan berdasarkan identifikasi karakteristik suatu
daerah. Karakteristik wilayah perencanaan meliputi berbagai permasalahan dan potensi yang
dimiliki daerah. Perencanaan pembangunan daerah diarahkan untuk mengelola secara baik
sumber daya yang dimiliki suatu daerah agar memiliki karakter yang unik dan berbeda dengan
daerah lainnya, sehingga akan menimbulkan laju pembangunan daerah. Pembangunan suatu
daerah akan meningkatkan perekonomian daerah jika dalam pelaksanaanya didorong dengan laju
pertumbuhan yang baik
Demikian pula dengan Kota Batu dalam mendorong pertumbuhan ekonominya maka perlu
mengidentifikasi sektor-sektor mana yang dapat di unggulkan dan dapat memberikan hasil yang
baik. Sehingga diharapkan dapat menopang Sektor-sektor lainnya yang belum berkembang.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi memiliki arti kandungan yang lebih luas dan dapat mencakup
perubahan-perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan
merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural,
yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi
masyarakat yang bersangkutan.
Pembangunan ekonomi juga memiliki arti peningkatan produksi secara kuantatif yang
mencakup proses perubahan pembangunan pada komposisi produksi. Dengan menggunakan
perubahan (alokasi) sumber daya produksi di antara sekor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan
pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di antara berabgai golongan pelaku
ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam kehidupan
masyarakat menyeleuruh. Salah satu hal yang sangat pnting dalam proses pembangunan adalah
semakin meluasnya kesempatan kerja yang bersifat produktif.
Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut Arsyad (2010), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses
mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, dimana
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara daerah dengan sektor swasta. Masalah pokok dalam pembangunan daerah
terletak pada penekannya terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada ciri
khas (unique value) dari daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumbp;er daya
manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Ada beberapa teori yang
secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah, yaitu
teori ekonomi basis, teori ekonomi neo klasik, teori lokasi, teori tempat sentral dan teori daya tarik.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi dapat di artikan sebagai Proses Peningkatan Produksi Barang dan Jasa
dalam kegiatan Ekonomi Masyarakat. Dapat dikatakan bahwa Pertumbuhan menyangkut
perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan
Pendapatan. Dalam Pertumbuhan Ekonomi, biasanya di telaah Proses produksi yang melibatkan
sejumlah jenis produk dengan menggunakan sejumlah sarana Produksi tertentu (Djojohadikusumo
: 1994).
Adearman (2006), definisi Pertumbuhan ekonomi adalah perspektif waktu jangka waktu suatu
perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam waktu yang cukup lama (10, 20
atau 50 tahun, atau bahkan lebih lama lagi) mengalami kenaikan output perkapita. Tentu saja
dalam waktu tersebut bisa terjadi kemerosotan output perkapita, karena gagal panen misalnya,
tetapi apabila dalam waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan
kecenderungan menaik maka dapat di katakan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi.
Beberapa ekonom berpendapat bahwa adanya kecenderungan terjadinya kenaikan output
perkapita saja tidak cukup, akan tapi kenaikan output harus bersumber dari proses intern
perekonomian tersebut. Dengan kata lain proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-
generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan kekuatan bagi
timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode-periode selanjutnya.
Identifikasi sektor Basis dan Non Basis
Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau non basis adalah
dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999 : 315) menjelaskan
bahwa tekhnik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua
golongan. Yaitu :
1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani Pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah
yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi Potensial (Basis).
2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar daerah tersebut dinamakan sektor tidak
potensial (non basis) atau Local Industry.
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama Pertumbuhan ekonomi daerah adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan
Industri–industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku
untuk di ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja job creation)
(Arsyad, 1999).
Produk Domestik Regioanal Bruto ( PDRB )
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) definisi Produk domestik regional Bruto adalah total nilai
produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu
tahun). PDRB merupakan bentuk penyajian data yang bisa menggambarkan struktur perekonomian
daerah pada tahun yang bersangkutan. Dimana dalam PDRB terdiri dari Sembilan sektor yang
telah menjadi sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas
dan Air Minum, Bangunan, Angkutan dan Komunikasi, Perdagangan, Hotel dan Restaurant,
Keuangan, Persewahan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa–jasa
C. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini dilakukan di Kota Batu tahun 2008-2012. Kota Batu dipilih sebagai tempat
penelitian karena Kota batu memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga patut kiranya
untuk dikembangkan sebagi penopang pertumbuhan ekonomi.
Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka misalkan :
PDRB atas harga konstan Kota Batu dan PDRB atas harga konstan Jawa Timur serta RPJMD Kota
Batu tahun 2012-2017. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan data sekunder
yang di publikasikan oleh badan pusat statistik (BPS) Kota Batu.
Alat analisis yang digunakan ada lima yaitu : analisis kontribusi sektoral, location quotient (LQ),
shift share, MRP dan tipologi klassen.
Analisis kontribusi sektoral
Analisis kontribusi sektoral meupakan alat analaisis untuk mengukur kontribusi masing-
masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Analisis ini sangat berguna sekali dalam pembangunan
ekonomi daerah. Dengan menggunakan analisis ini, dapat diketahui sektor mana yang
berkontribusi besar dalam perekonomian suatu daerah. Dengan demikian dapat membantu para
pengambil kebijakan dalam menetukan prioritas pembangunan sektoral suatu daerah (Amin 2009).
Adapun rumus kontribusi sektoral sebagai berikut :
Pi =
Keterangan :
Pi = peranan sektoral
i = sektor
NTB = nilai tambah terhadap PDRB
Analisis Location Quotient
Analisis Location Quotient merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas
analisis shift share. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menentukan sektor–sektor basis
ini adalah LQ.
Kegiatan industri yang melayani pasar daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang
bersangkutan. Industri ini dinamakan, Indutri Basis. Kegiatan ekonomi atau industri yang
melayani hanya pada daerah itu sendiri dinamakan Industri non basis atau Indutri Lokal.
Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut :
LQ =
Dimana :
LQ = location quotient di wilayah kota batu
yi = Pendapatan sektor ekonomi di Kota Batu
yt = Total Pendapatan Kota Batu (PDRB)
Yi = Pendapatan sektor ekonomi di Provinsi Jawa Timur
Yt = Pendapatan Total ekonomi di provinsi jawa timur
Keterangan :
a. Jika hasil LQ > 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis, artinya tingkat
spesialisasi kota batu lebih tinggi dari tingkat provinsi jawa timur. Produksi komoditas
yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana komoditas
tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat di jual keluar daerah (ekspor).
b. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sector non basis, artinya tingkat
spesialisasi kota batu lebih rendah dari tingkat provinsi jawa timur.
Analisis shift share
Analsisis shift share adalah suatu teknik untuk menganalisis perubahan–perubahan strukur
daerah di bandingkan dengan perekonomian nasional. Dalam analisis ini, akan di bandingkan
bagaimana kondisi Pertumbuhan daerah terhadap pertumbuhan nasional. Tujuannya adalah untuk
melihat dan menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan daerah yang
lebih luas atau nasional.
bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan komponennya adalah sebagai berikut :
Dij = Nij + Mij + Cij Keterangan :
i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti (9 sektor).
j = variable wilayah yang diteliti (kota batu).
n = variable wilayah provinsi jawa timur.
Dij = perubahan sektor i di kota batu.
Nij = Pertumbuhan nasional sektor i di kota batu.
Mij = bauran industri sektor i di kota batu.
Cij = keunggulan kompetitif sektor i di kota batu.
Dalam penelitian ini variable daerah yang digunakan adalah PDRB yang dinotasikan sebagai
(E). persamaan (1) diatas dapat dicari dengan formulasi sebagi berikut ini :
Dij = E*ij – Eij
Nij = Eij (rn)
Mij = Eij (rin-rn)
Cij = Eij (rij - rin) Keterangan :
Eij = PDRB sektor i di kota batu awal tahun analisis.
E*ij = PDRB sektor i di kota batu akhir tahun analisis.
rij = laju pertumbuhan sektor i di kota batu.
rin = laju pertumbuhan sektor i di provinsi jawa timur.
rn = rata-rata laju pertumbuhan PDRB di provinsi jawa timur.
rata-rata laju pertumbuhan PDRB di provinsi jawa timur (rn) dapat didefinisikan sebagai
berikut :
rij =
rin =
rn =
Keterangan :
Ein = PDRB sektor i di provinsi jawa timur awal tahun analisis.
E*in = PDRB sektor i di provinsi akhir tahun analsis.
En = total PDRB semua sektor di provinsi jawa timur.
E*n = total PDRB semua sektor di provinsi akhir tahun analisis.
Selanjutnya pertumbuhan ekonomi regional komponen propotional shift (PS) dan differential
shift (DS) digunakan untuk melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan di wilayah studi
terhadap kegiatan tersebut di wilayah referensi. Sedangkan PS untuk melihat perubahan
pertumbuhan suatu kegiatan di wilayah referensi terhadap kegiatan total PDRB di wilayah
referensi.
Dari kedua komponen tersebut nilai PS sebagai sumbu horizontal dan nilai DS sebagai sumbu
vertikal. Sehingga dapat diperoleh empat kategori yaitu :
Tabel 1: Posisi Relatif Sektor Berdasarkan Pendekatan PS dan DS
differential
shift (DS)
Propotional shift (PS)
Negatif (-) Posiif (+)
positif (+)
Kuadran IV
Berpotensi
Kuadran I
Pertumbuhan
Pesat
negatif (-)
Kuadran III
Tertekan
Kuadran II
Berkembang
Sumber : Wibowo, 2014
Keterangan :
a) Kuadran I (PS positif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan pertumbuhan sangat
pesat.
b) Kuadran II (PS positif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan kecepatan
pertumbuhan terhambat namun cenderung berpotensi.
c) Kuadaran III (PS negatif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan daya saing lemah
dan juga peranan terhadap wilayah rendah.
d) Kuadran IV (PS negatif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan kecepatan
pertumbuhan terhambat tapi berkembang.
Analisis model rasio pertumbuhan (MRP)
Analisis model rasio pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat
deskripsi kegiatan ekonomi (sektor ekonomi) yang potensial, terutama struktur ekonomi
kabupaten/kota atau provinsi berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah
baik internal maupun eksternal (Amin 2009)
Analisis MRP ini dibagi lagi ke dalam dua kriteria, yaitu rasio pertumbuhan wilayah studi
(RPs) dan rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr).
1. rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) yaitu perbandingan anatara pertumbuhan
pendapatan dalam hal ini adalah pertumbuhan PDRB sektor i di wilayah studi dengan
pertumbuhan pendapatan PDRB sektor i di wilayah referensi (kota batu terhadap provinsi
jawa timur) berikut formula dari RPs :
RPs =
Keterangan :
Eij = Perubahan PDRB sektor i di wilayah kota batu
E ij = PDRB sektor i di wilayah kota batu pada awal tahun penelitian
Ein = perubahan PDRB sektor i secara provinsi jawa timur
E in = PDRB sektor i secara provinsi jawa timur pada awal tahun penelitian
Jika nilai RPs > 1 diberi notasi positif (+) yang menunjukkan bahwa sektor pada tingkat
wilayah studi (kabupaten/kota) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor
pada wilayah referensi (provinsi/nasional).
Jika nilai RPs < 1 diberi notasi negatif (-) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor
pada tingkat wilayah studi (kabupaten/kota) lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor pada wilayah referensi (provinsi/nasional).
2. Analisis RPr
Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) adalah perbandingan antara laju
pertumbuhan pendaptan kegiatan i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total
kegiatan (PDRB) wilayah referensi (provinsi). Berikut formula dari RPr :
RPr =
Keterangan :
E in = perubahan PDRB sektor i secara nasional/provinsi.
E in = PDRB sektor i secara nasional/provinsi pada awal tahun penelitian.
En = total PDRB nasional/provinsi pada awal tahun penelitian.
Jika nilai RPr > 1 diberi notasi positif (+) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu
sektor tertentu dalam wilayah referensi (provinsi/nasional) lebih tinggi dari pertumbuhan
PDRB total wilayah tersebut (provinsi/nasional).
Jika RPr < 1 diberi notasi negatif (-) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu sektor
tertentu dalam wilayah referensi (provinsi/nasional) lebih rendah dari pertumbuhan PDRB
total wilayah tersebut (provinsi/nasional).
Analisis tipologi Klassen
Analisis tipologi klasen merupakan gabungan antara hasil analisis Location quotient (LQ)
dengan model rasio pertumbuhan (MRP) (Amin 2009). Tipologi klassen dapat digunakan melalui
dua pendekatan, yaitu sektoral maupun daerah. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan sektoral. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Klasifikasi sektoral berdasarkan Klassen tipologi dapat pada tabel 3.1
sebagai berikut :
Tabel 2 : Klasifikasi tipologi klassen pendekatan sektoral
Kuadran I
Sektor maju dan
tumbuh pesat
RPs > RPr, LQ > 1
Kuadran II
Sektor maju tapi tertekan
RPs < RPr, LQ > 1
Kuadran III
Sektor Potensial
RPs > RPr, LQ < 1
Kuadran IV
Sektor relatif tertinggal
RPs < RPr, LQ < 1
Sumber : Amin, 2009
D. HASIL PENELITIAN
Analisis kontribusi sektoral
Hasil perhitungan kontribusi sektoral Kota Batu dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 : Hasil Perhitungan Kontribusi Sektoral Kota Batu Tahun 2008-2012
SEKTOR 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-
rata
Sektor Primer 21.17% 20.99% 20.60% 20.01% 19.31% 20.42%
Pertanian 20.94% 20.77% 20.38% 19.79% 19.09% 20.19%
Pertambangan Dan
Penggalian 0.23% 0.23% 0.23% 0.22% 0.21% 0.22%
Sektor Sekunder 10.43% 10.44% 10.44% 10.41% 10.34% 10.41%
Industri Pengolahan 7.45% 7.36% 7.27% 7.13% 7.03% 7.25%
Listrik Gas Dan Air
Bersih 1.50% 1.53% 1.55% 1.56% 1.57% 1.54%
Bangunan 1.48% 1.55% 1.62% 1.71% 1.74% 1.62%
Sektor Tersier 68.40% 68.57% 68.96% 69.59% 70.36% 69.17%
Perdagangan Hotel
Dan Restoran 46.27% 46.26% 46.64% 47.16% 47.85% 46.84%
Pengangkutan Dan
Komunikasi 3.60% 3.60% 3.61% 3.64% 3.68% 3.63%
Keuangan
Persewaan Dan Jasa
Perusahaan 4.52% 4.51% 4.57% 4.59% 4.61% 4.56%
Jasa-Jasa 14.01% 14.19% 14.14% 14.20% 14.22% 14.15%
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui secara garis besar, kontribusi terbesar perekonomian
Kota Batu ditopang oleh sektor tersier dengan nilai kontribusi sebesar 69,17%. Selanjutnya
kontribusi terbesar kedua yaitu sektor primer dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 20,42%.
Kemudian kontribusi terbesar yang terakhir terdapat pada sektor sekunder dengan nilai kontribusi
sebesar 10,41%.
Sedangkan untuk sektor terbesar yaitu sektor tersier dengan nilai 69,17%, kontribusi terbesar
berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata sebesar 46,84%.
Sedangkan posisi kedua dengan nilai kontribusi rata-rata 20,42% yaitu sektor primer. Kontribusi
terbesar berasal dari sektor pertanian dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 20,19%. Kemudian
posisi terakhir dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 10,41% yaitu sektor sekunder.
Analisis LQ
Analisis LQ berfungsi untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi basis dan non basis yang
tentunya dapat menentukan besaran peran dari suatu sektor.
Tabel 4 : Hasil Perhitungan Location Qoutient (LQ) Kota Batu Tahun 2008 – 2009
Sektor Nilai LQ LQ rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 1.324 1.327 1.359 1.380 1.380 1.354
Pertambangan
Dan Penggalian 0.106 0.103 0.099 0.098 0.101 0.101
Industri
Pengolahan 0.281 0.283 0.286 0.284 0.282 0.283
Listrik Gas Dan
Air Bersih 1.080 1.124 1.142 1.161 1.181 1.138
Bangunan 0.456 0.483 0.506 0.524 0.533 0.500
Perdagangan
Hotel Dan
Restoran
1.555 1.546 1.503 1.484 1.467 1.511
Pengangkutan
Dan
Komunikasi
0.545 0.508 0.493 0.478 0.473 0.499
Keuangan
Persewaan Dan
Jasa Perusahaan
0.836 0.832 0.838 0.834 0.832 0.835
Jasa-Jasa 1.538 1.548 1.576 1.615 1.652 1.586
Total 7.722 7.755 7.802 7.859 7.901 7.808
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui nilai sektor basis dan sektor non basis di Kota Batu. Kota
Batu memiliki empat sektor basis, yaitu sektor pertanian, sektor listrik gas dan air bersih, sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang non basis ada lima
yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan.
Analisis shift share
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis shift
share, yang pertama untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Batu (national growth effect). Yang kedua untuk mengetahui
perubahan relatif kinerja dari sektor-sektor yang ada di Kota Batu terhadap sektor-sektor yang
sama di Jawa Timur (proporsional shift). Yang ketiga untuk mengetahui keunggulan kompetitif
sektor-sektor di Kota Batu terhadap sektor-sektor yang sama di Jawa Timur (differentsial shift).
Tabel 5 : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur terhadap Perekonomian Kota
Batu tahun 2008-2012 (juta rupiah)
Sektor Nij
Pertanian 75.204,83
Pertambangan Dan Pengalian 825,73
Industri Pengolahan 26.766,75
Listrik Gas Dan Air Bersih 5.390,27
Bangunan 5.298,33
Perdagangan Hotel Dan Restoran 166.150,57
Pengangkutan Dan Komunikasi 12.919,20
Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 16.237,12
Jasa-Jasa 50.292,15
Total 359.084,93
Sumber : Analisis data sekunder, 2014
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi yang paling besar yaitu
sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai sebesar 166.150,57 juta rupiah. Dan yang
paling kecil pengaruh pertumbuhannya yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai
sebesar 825,73 juta rupiah. ini menjadikan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Batu
merupakan sektor dengan proporsi besaran terbesar yang dipengaruhi oleh pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur. Hal ini karena sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Batu
memiliki kontribusi yang cukup besar diantara delapan sektor yang ada di Kota Batu.
Sedangkan untuk melihat perubahan relatif kinerja dari sektor-sektor yang ada di Kota Batu
terhadap sektor yang sama di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 : Nilai Proporsional Shift Sektor-sektor di Kota Batu tahun 2008-2012 (juta
rupiah)
Sektor Mij
Pertanian -42.022,35
Pertambangan Dan Pengalian -69,14
Industri Pengolahan -7.317,56
Listrik Gas Dan Air Bersih -1.023,04
Bangunan 188,20
Perdagangan Hotel Dan Restoran 71.234,06
Pengangkutan Dan Komunikasi 10.353,23
Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1.767,42
Jasa-Jasa -12.244,41
Total 20.866,39
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai
nilai mij paling besar yaitu 71.234,06 juta rupiah. Hal ini berarti sektor perdagangan, hotel dan
restoran mengarah pada perekonomian yang tumbuh relatif cepat dibandingkan sektor yang
sama di Jawa Timur. Sehingga pengaruh bauran industri/sektoral terhadap sektor perdagangan,
hotel dan restoran Kota Batu memiliki nilai positif. Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa cepatnya pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan restoran di Jawa Timur
berpengaruh positif terhadap sektor yang sama di Kota Batu.
Sedangkan untuk melihat daya saing atau keunggulan kompetitif dari sektor-sektor di Kota
Batu terhadap sektor-sektor yang sama di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7 : Nilai Competitiveness Sektor-sektor di Kota Batu tahun 2008-2012 (juta rupiah)
Sektor Cij
Pertanian 25.678,55
Pertambangan Dan Pengalian -27,36
Industri Pengolahan 5.357,35
Listrik Gas Dan Air Bersih 3.261,63
Bangunan 5.249,30
Perdagangan Hotel Dan Restoran -12.407,15
Pengangkutan Dan Komunikasi -6.479,92
Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 2.830,71
Jasa-Jasa 25.630,57
Total 49.093,67
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014
Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa sektor-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif di
Kota Batu ada enam sektor yaitu pertanian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih,
bangunan, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. Sedangkan sektor yang
kurang mempunyai keunggulan kompetitif di Kota Batu ada tiga sektor yaitu pertambangan
dan penggalian, perdagangan hotel dan restoran dan pengangkutan dan komunikasi.
Sektor pertanian di Kota Batu mendominasi keunggulan kompetitif dengan nilai sebesar
25.678,55 juta rupiah. Hal ini didukung karena Kota Batu mempunyai karakteristik pertanian
yang unik dan patut dipertimbangkan. Sehingga daya saing sektor pertanian di Kota Batu
menunjukkan betapa pentingnya sektor ini untuk di kembangkan sebagai penunjang
pertumbuhan ekonomi di Kota Batu.
Kemudian nilai terbesar kedua yang memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor jasa-jasa
dengan nilai sebesar 25.630,57 juta rupiah. Yang ketiga yaitu sektor industri pengolahan
dengan nilai sebesar 5.357,35 juta rupiah. Yang ke empat yaitu sektor bangunan dengan nilai
sebesar 5.249,30 juta rupiah. sektor yang ke lima yaitu sektor listrik gas dan air bersih dengan
nilai sebesar 3.261,63 juta rupiah. Dan yang ke enam yaitu sektor keuangan persewaan dan jasa
perusahaan dengan nilai sebesar 2.830,71 juta rupiah.
Tabel 8 : Posisi Relatif Sektor Berdasarkan Pendekatan PS Dan DS
differential
shift (DS)
propotional shift (PS)
Negatif (-) Posiif (+)
positif (+)
Kuadran IV
1. Pertanian
2. Industri pengolahan
3. Listrik gas dan air bersih
4. Jasa-jasa
Kuadran I
1. Bangunan
2. Keuangan persewaan
dan jasa perusahaan
negatif (-)
Kuadran III
1. Pertambangan dan penggalian
Kuadran II
1. Perdagangan hotel
dan restoran
2. Pengangkutan dan
komunikasi
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014
Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa sektor yang pertumbuhan sangat pesat di Kota Batu
dalam kuadran I ada dua yaitu bangunan dan keuangan persewaan dan jasa perusahan. Hasil ini
diperoleh dari propotional shift yang bernilai positif dan juga differential shift yang bernilai
positif. Artinya sektor tersebut dalam kurun waktu tertentu tumbuh dengan pesat yang berarti
pengaruh sektor yang sama di Jawa Timur memberi dampak positif terhadap sektor yang sama
di Kota Batu. Hal ini dikarenakan cepatnya pembangunan fisik dan infrastruktur di Kota Batu
sebagai Kota Baru. Sehingga peningkatan sektor bangunan di Kota Batu tumbuh dengan pesat.
Analisis MRP (RPs dan RPr)
1. Analisis RPs
Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) Kota Batu selama lima tahun
yaitu dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9 : Hasil Perhitungan Analisis RPs Kota Batu
SEKTOR HASIL
RPs
KET
Pertanian 1.77 +
Pertambangan Dan Penggalian 0.96 -
Industri Pengolahan 1.28 +
Listrik Gas Dan Air Bersih 1.75 +
Bangunan 1.96 +
Perdagangan Hotel Dan Restoran 0.95 -
Pengangkutan Dan Komunikasi 0.72 -
Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1.16 +
Jasa-Jasa 1.67 +
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui sektor-sektor ekonomi di Kota Batu yang memiliki
laju pertumbuhan lebih tinggi dan lebih rendah di banding laju pertumbuhan sektor yang sama
di Jawa Timur. Dari Sembilan sektor tersebut, sektor yang tumbuh lebih tinggi di Kota Batu
ada enam. Sektor pertama yaitu sektor bangunan dengan nilai RPs sebesar 1,96. Sektor kedua
yaitu sektor pertanian dengan nilai RPs sebesar 1,77. Sektor ketiga yaitu sektor listrik, gas dan
air minum dengan nilai RPs sebesar 1,75. Sektor keempat yaitu sektor jasa-jasa dengan nilai
RPs sebesar 1,67. Sektor kelima yaitu sektor industri pengolahan dengan nilai RPs sebesar
1.28.sektor keenam yaitu sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai RPs
sebesar 1,16.
2. Analisis RPr
Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) Profinsi Jawa Timur
selama lima tahun yaitu dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.
Tabel 10 : Hasil Perhitungan Analisis RPr Kota Batu
SEKTOR HASIL
RPr
KET
Pertanian 0.44 -
Pertambangan Dan Penggalian 0.92 -
Industri Pengolahan 0.73 -
Listrik Gas Dan Air Bersih 0.81 -
Bangunan 1.04 +
Perdagangan Hotel Dan Restoran 1.43 +
Pengangkutan Dan Komunikasi 1.80 +
Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1.11 +
Jasa-Jasa 0.76 -
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014
Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui sektor-sektor ekonomi yang memiliki laju
pertumbuhan lebih tinggi di Jawa Timur ada empat. Sektor pertama yaitu sektor pengangkutan
dan komunikasi dengan nilai RPr sebesar 1,80. Sektor kedua yaitu sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan nilai RPr sebesar 1,43. Sektor ketiga yaitu sektor keuangan persewaan dan
jasa perusahaan dengan nilai RPr sebesar 1,11. Sektor ke empat yaitu sektor bangunan dengan
nilai RPr sebesar 1,04.
Analisis tipologi klassen Data yang digunakan dalam analisis tipologi klassen adalah data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) ADHK tahun 2008-2012. Hasil klasifikasi sektoral berdasarkan tipologi klassen
dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.
Tabel 11 : Klasifikasi Sektoral Berdasarkan Tipologi Klassen
KUADRAN I
Sektor maju dan tumbuh pesat
RPs > RPr, LQ > 1
Sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan
sektor listrik gas dan air bersih
KUADRAN II
Sektor maju tapi tertekan
RPs < RPr, LQ > 1
Sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran
KUADRAN III
Sektor Potensial
RPs > RPr, LQ < 1
Sektor pertambangan dan penggalian,
sektor bangunan dan keuangan
persewaan dan jasa perusahaan
KUADRAN IV
Sektor relatif tertinggal
RPs < RPr, LQ < 1
sektor pengangkutan dan komunikasi
Sumber : Analisis Data sekunder, 2014
Pada tabel 11, hasil analisis tipologi klassen menunjukkan bahwa sektor yang termasuk dalam
kuadran I terdapat tiga sektor yaitu sektor pertanian, sektor jasa-jasadan sektor listrik gas dan air
bersih. Artinya, bahwa selama periode penelitian kedua sektor tersebut maju dan tumbuh pesat.
Selanjutnya, sektor yang termasuk dalam kuadran II terdapat dua sektor yaitu sektor industri
pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Artinya, bahwa selama periode penelitian
kedua sektor tersebut dapat dikatakan sedang mengalami kejenuhan yaitu tertekan. Kemudian,
sektor yang termasuk dalam kuadran III terdapat tiga sektor yaitu sektor pertambangan dan
penggalian, sektor bangunan dan keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Artinya, bahwa selama
periode penelitian ketiga sektor tersebut termasuk sektor potensial di Kota Batu. Yang terakhir,
sektor yang termasuk dalam kuadran IV terdapat dua sektor yaitu sektor listrik, gas dan air bersih
dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Artinya, sektor ini relatif tertinggal. Hasil ini diperoleh
dari nilai RPs lebih kecil dari nilai RPr dan nilai LQ lebih kecil dari satu.
Untuk sektor pertanian termasuk pada kuadran I yang tergolong sektor maju dan tumbuh pesat
meskipun nilai kontribusinya terhadap pertumbuhan Kota Batu semakin menurun akibat dari
berkurangnya lahan pertanian di Kota Batu dengan adanya peningkatan pertumbuhan pariwisata di
Kota Batu. Tetapi dalam hal ini sektor pertanian di Kota Batu masih tergolong sektor andalan yang
tumbuh pesat dikarenakan penurunan kontribusi pertanian di Jawa Timur lebih tinggi nilainya
daripada Kota Batu. Dan juga adanya kebijakan pemerintah Kota Batu yang lebih menekankan
pada sentra pertanian organik sehingga menyebabkan sektor pertanian di Kota Batu masih menjadi
salah satu sektor andalan di Kota Batu.
Ringkasan hasil analisis tiap sektor di Kota Batu
Dari semua hasil analisis yang telah di lakukan terhadap sektor-sektor di Kota Batu tahun
2008-2012 akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai posisi tiap sektor dan dapat
dilihat dari tingkat perkembangan, daya saing, keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif
serta pengaruh pertumbuhannya terhadap sektor yang sama di daerah yang lebih luas.
Tabel 12 : Ringkasan Hasil Analisis Sektor-sektor Ekonomi di Kota Batu dan Propinsi Jawa
Timur Tahun 2008-2012 (dilihat dari nilai rata-rata)
No. Sektor LQ RPs RPr Kontribusi
sektoral
(Kota Batu)
Tipologi
klassen
1 Pertanian 1.354 1.77 0.44 20.19% Kuadran I
2 Pertambangan Dan
Penggalian 0.101
0.96 0.92 0.22%
Kuadran III
3 Industri Pengolahan 0.283 1.28 0.73 7.25% Kuadran II
4 Listrik Gas Dan Air
Bersih 1.138
1.75 0.81 1.54%
Kuadran I
5 Bangunan 0.500 1.96 1.04 1.62% Kuadran III
6 Perdagangan Hotel
Dan Restoran 1.511
0.95 1.43 46.84%
Kuadran II
7 Pengangkutan Dan
Komunikasi 0.499
0.72 1.80 3.63%
Kuadran IV
8 Keuangan Persewaan
Dan Jasa Perusahaan 0.835
1.16 1.11 4.56%
Kuadran III
9 Jasa-Jasa 1.586 1.67 0.76 14.15% Kuadran I
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014
Berdasarkan tabel 12, terlihat bahwa dari berbagai analisis dapat di ringkas untuk mendapat
gambaran yang lebih jelas mengenai posisi dari kesembilan sektor yang terdapat pada Kota Batu
untuk diketahui nilai daya saing, kontribusi terhadap perekonomian dan tingkat perkembangannya
setiap tahunnya. Dari empat analisis yang telah dilakukan pada empat analisis sebelumnya, telah
diketahui bahwa sektor-sektor ekonomi yang berada pada Kota Batu yang memiliki kontribusi
terhadap perekonomian, memiliki daya saing juga memiliki perkembangan yang cukup pesat yaitu
terdapat pada sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor listrik gas dan air bersih. Nilai sektor
pertanian ini di dapat pada tabel 12 yaitu dengan nilai LQ lebih dari satu yaitu sebesar 1,354, dan
nilai rasio pertumbuhan Kota Batu lebih tinggi dari rasio pertumbuhan Jawa Timur serta kontribusi
sektoralnya mencapai 20,19% dan kriteria ini dikatakan sudah dapat memproduksi barang dan jasa
untuk memenuhi pasarnya sendiri, dan dapat berbasis ekspor ke daerah lain sehingga nilai sektor
pertanian berada pada kuadran I menurut analisis tipologi klassen yang artinya sektor tersebut di
katakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat sehingga sektor pertanian di Kota Batu memiliki
peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Batu.
Selanjutnya sektor yang relatif tertinggal menurut analisis tipologi klassen di Kota Batu yaitu
ada satu, sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor tersebut sulit untuk berkembang pesat
mengingat nilai kontribusi yang di hasilkan oleh sektor tersebut di bawah rata-rata yaitu nilai LQ
hanya mencapai 0,499 dan rasio pertumbuhannya lebih rendah dari pada rasio pertumbuhan
referensinya.
Menurut Kota Batu Dalam Angka (BDA), Sektor pertanian merupakan sektor yang unik dan
mempunyai ciri khas tersendiri dalam struktur perekonomian. Sektor ini relatif merupakan sektor
yang mendapat perhatian serius dalam aksi pembangunan. Mulai dari proteksi, kredit hingga
kebijakan lain tidak satupun yang menguntungkan. Meski demikian sektor ini merupakan sektor
yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk Kota Batu
tergantung padanya. Secara umum kontribusi sektor pertanian Kota Batu dalam menyusun Produk
Domestik Regional Bruto tidaklah sebesar sektor Perdagangan, hotel dan restauran. Akan tetapi
menilai sektor ini hanya dari sisi makro tersebut akan menjerumuskan pada penilaian yang salah
pada struktur ekonomi Kota Batu secara umum.
Hal ini mengingat besarnya tenaga kerja yang ditampung oleh sektor ini juga fungsi strategis
dan besarnya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk menyokong pembangunan. Keuntungan
tersebut yang harus digali untuk meningkatkan peran sektor pertanian pada pendapatan regional
namun disisi lain kepentingan petani sebagai produsen juga diperhatikan.
Tetapi secara keseluruhan keberhasilan pertumbuhan ekonomi Kota Batu yang tiap tahunnya
selalu meningkat di sebabkan oleh kontribusi kesembilan sektor yang cukup andil dalam
menggerakan roda perekonomian pada Kota Batu dengan di unggulkan oleh keadaan sumber daya
alam dan manusia yang baik Kota ini berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
menstabilkan perekonomian melalui sektor-sektor yang ada di Kota Batu. Hal seperti ini lah yang
selalu memberikan dampak positif terhadap perekonomian Kota Batu untuk di kembangkan
dimasa yang akan datang.
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis location quotient sektor basis yang ada di Kota Batu yaitu sektor
pertanian, sektor listrik gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta
keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Karena ke empat sektor tersebut memiliki
keunggulan komperatif dan kompetitif di Kota Batu. Artinya ke empat sektor tersebut
dapat memenuhi kebutuhan di daerah tersebut dan dapat di ekspor ke luar daerah baik
barang atau jasa.
2. Sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor listrik gas dan air bersih merupakan sektor
penopang pertumbuhan ekonomi berdasarkan kriteria pertumbuhan (kompetitif) dan
kontribusi pertumbuhan (komperatif) di Kota Batu. Karena memang ketiga sektor
tersebut di Kota Batu saat ini lebih baik pertumbuhannya daripada ketiga sektor yang
berada di Provinsi Jawa Timur.
3. Pemerintah Kota Batu menjadikan pertanian sebagai prioritas pembangunan pada tahun
2012 sampai dengan 2017 melalui pengembangan pertanian organik dan perdagangan
hasil pertanian organik
Saran
Adapun saran yang diajukan penulis atas yang sudah di bahas pada bab sebelumnya
adalah:
1. Penetapan kebijakan pembangunan dan pengembangan sektoral perekonomian daerah
hendaknya lebih memprioritaskan pada sektor yang berpotensi menjadi basis dan
berpengaruh besar terhadap kontribusi PDRB Kota Batu.
2. Sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor listrik gas dan air bersih merupakan sektor
penopang pertumbuhan ekonomi di Kota Batu. Oleh karena itu, ketiga sektor tersebut
harus tetap dikembangkan agar perekonomian di Kota Batu tetap stabil.
3. Memperbarui informasi potensi yang dimiliki daerah demi analisis kebijakan
pembangunan ekonomi daerah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. 2009. Analisis Sektor-sektor Ekonomi dalam kerangka kebijakan Pembangunan
Ekonomi Kota Blitar. Jurnal ekonomi studi Pembangunan, Vol. 1, (No.3) : 190-203
Arsyad, Lincolin. 1995. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Yogyakarta. BPFE.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Yogyakarta. BPFE.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. UPP STIE YKPN,
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Batu Dalam Angka. Kota Batu: BPS.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kota Batu 2008-2012. Kota
Batu: BPS.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur 2008-
2012. Surabaya: BPS
Bappeda. 2013. Batu Dalam Angka 2012. Badan perencnaan pembangunan daerah kota batu.
Basri, F. 2013. Kumpulan Abstraksi dan Landasan Teori Penelitian.
http://abstraksiekonomi.blogspot.com/ diakses pada agustus 2013.
Bayu. 2009. Makalah Pertumbuhan Ekonomi. http://cafe-ekonomi.blogspot.com/ diakses pada
mei 2009.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi
Pembangunan. Cetakan ke satu. Jakarta. LP3ES.
Glasson, Jhon.1990. Pengantar Perencanaan Regional. LPFE UI. Jakarta
Hasani, Akrom. 2010. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share
di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Rajagrafindo Persada.
Jakarta.
Mukhlis, Irawan. 2011. Analisis Potensi Perekonomian unuk Mengkaji Pertumbuhan
Ekonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Studi Pembangunan, Vol.3, (No.1) : 91-98.
Philia, Ratih S. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor-sektor Unggulan
Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Malang. Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Prishardoyo, Bambang. 2008. Analisis Tingkat Perumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi
Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pati Tahun 2000-2005. Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan, Vol.1, (No.1) :1-8.
Purba, Adearman. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
di Kabupaten Simalungun. Tesis Universitas Sumatera Utara Medan.
Putra, Aditya N. 2013. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2012-2017. Kota Batu: Bappeda Kota Batu.
Richardson, Harry W. 1977. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi
Indonesia.
Singarimbun, M. 1982. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta
Soepono, Prasetyo. 1993. Analisis Shift-share : Perkembangan dan Penerapan . Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.8, (No.1). Yogyakarta. Fakultas Ekonomi UGM.
Tarigan, R. 1994. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta. Bumi Askara
Wibowo, Triono. 2014. Analisis Stabilitas dan Peran Sektor Pertanian terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.