analisis rantai pasok ikan hasil tangkapan dengan menggunakan alat...
TRANSCRIPT
ANALISIS RANTAI PASOK IKAN HASIL TANGKAPAN DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP CANTRANG DAN PURSE SEINE DI
PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MAYANGAN KOTA PROBOLINGGO,
JAWA TIMUR
SKRIPSI
OLEH:
INDRA WIBOWO
NIM. 135080207111001
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMEBRDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS RANTAI PASOK IKAN HASIL TANGKAPAN DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP CANTRANG DAN PURSE SEINE DI
PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MAYANGAN KOTA PROBOLINGGO,
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan
Di fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
OLEH :INDRA WIBOWO
NIM. 135080207111001
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMEBRDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
JULI, 2017
Judul : ANALISIS RANTAI PASOK IKAN HASIL TANGKAPAN
DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP
CANTRANG DAN PURSE SEINE DI PELABUHAN
PERIKANAN PANTAI MAYANGAN KOTA
PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : INDRA WIBOWO
NIM : 135080207111001
Progam Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : Dr. Ir. Darmawan Ockto Sucipto, M. Si
Pembimbing 2 : Arief Setyanto, S.Pi, M.App, Sc
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : Ir. Alfan Jauhari, MS
Dosen Penguji 2 : Dr. Ali Muntaha A.Pi, S.Pi, MT
Tanggal Ujian : 28 Juli 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan skripsi yang saya
tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktian Skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai hokum yang berlaku di Indonesia.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya Laporan Skripsi ini kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan semua nikmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat meneyelesaikan laporran Skripsi ini.
2. Ayah dan Ibu tercinta yang telah berjuang dengan penuh keikhlasan,
yang telah memberikan kasih dan sayangnya dengan penuh ketulusan dan
tak kenal lelah tanpa batasan waktu.
3. Bapak Dr. Ir. Darmawan Ockto Sucipto, M.Si selaku dosen pembimbing I
dan Bapak Arief Setyanto, S.Pi M.App Sc selaku dosen pembimbing II yang
telah memberian banyak ilmu, saran, masukan serta nasehat kepada
penulis.
4. Bapak Alfan Jauhari, MS selaku dosen penguji I dan Bapak Dr. Ali
Muntaha, APi., SPi, MT selaku dosen penguji II yang telah memberikan
masukan.
5. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perianan Universitas Brawijaya yang telah memberikan izin
dan fasilitas.
6. Nenek saya, mbah juma’ati yang telah memberian do’a serta semangat.
7. Saudara saya Eka Sarjono, Dewi Yustise Maharani dan Tria Rosita
Maharani, yang telah memberikan semangat serta motivasi.
8. Teman – teman PSP angkatan 2013 yang telah memebrikan saran dan
masukan sehingga laporan terselesaikan.
RINGKASAN
Indra Wibowo, Penelitian Skripsi mengenai Analisis Rantai Distribusi IkanHasil Tangkapan dengan Menggunakan Alat Tangkap Cantrang dan PurseSeine di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Kota Probolinggo. (dibawah bimbingan Dr. Ir Darmawan Okto Sucipto M.Si dan Arief Setyanto,S.Pi M.App SC)
Distribusi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rantai pasoksuatu produk. Peran distribusi sangat menentukan bagi tersampaikannya sebuahproduk sampai ke tangan konsumen. Dibutuhkan suatu proses yang efisien,yang menjamin produk sampai ke tangan konsumen secara luas dengan biayayang minimal. Bila perusahaan memiliki sistem saluran distribusi yang efisien,maka perusahaan itu akan dapat menguasai pasar. Untuk memperbaiki efisiensidistribusi pemasaran dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah distributor,mengurangi biaya distribusi dan menambah penjualan dari distributor.
Tujuan dari penelitia ini adalah untuk (1) Mengetahui komoditas ikantangkapan dominan bagi nelayan dengan alat tangkap cntrang dan purse seine,(2) Untuk mengetahui presentase umur dan tingkat pendidikan responden diKota Probolinggo, (3) Mengidentifikasi pola distribusi komoditas perikanantangkap laut di Kota Probolinggo, (4) Untuk mengetahui besaran marjin yangditerima pada setiap tingkatan lembaga pemasaran komoditas perikanantangkaplaut di Kota Probolinggo, (5) Mengetahui tingkat efektivitas pemasaran padasetiap lembaga pemasaran ikan hasil tangkapan.
Metode yang digunakan adalah multi criteria analysis untuk menentukanikan tangkapan dominan di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan KotaProbolinggo, analisis deskriptif presentase untuk mencari alur rantai distribusikomoditas dominan alat tangkap cantrang dan purse seine, analisis marjinpemasaran untuk menghitung marjin pada setiap lembaga pemasaran dalamproses distribusi ikan hasil tangkapan serta metode analisis efektivitaspemasaran untuk menghitung tingkat efektivitas di setiap saluran pemasarankomoditas unggulan pada alat tangkap cantrang dan purse seine.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ikan tangkapan dominanmenggunakan alat tangkpa cantrang adalah ikan kerapu dengan nilai totalmencapai 3,612 poin dan untuk alat tangkap purse seine adalah ikan lemurudengan nilai total mencapai 3,863 poin. Marjin pemasaran ikan kerapu padasaluran pertama mencapai Rp 5.200dan pada saluran kedua mencapai Rp 2.700sedangkan marjin pemasaran ikan lemuru pada saluran pertama mencapai Rp4.100 dan pada saluran kedua mencapai Rp 2.500. Hasil perhitungan efisiensisaluran pertama pemasaran ikan kerapu mencapai 1,51% untuk efisiensi teknisdan 13,03% untuk farmer share, pada saluran kedua mencapai 1,29% untukefisiensi teknis dan 6,61% untuk farmer share. Sedangkan hasil perhitunganefisiensi saluran pertama pemasaran ikan lemuru mencapai 9,52% untukefisiensi teknis dan 64,52% untuk farmer share, pada saluran kedua mencapai4,4% untuk efisiensi teknis dan 41,05% untuk farmer share.
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur oeh penulis tercurahkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan kelancaran dalam pembuatan hingga penyelesaian skripsi
yang berjudul “Analisis Rantai Distribusi Ikan Hasil Tangkapan dengan
Menggunakan Alat Tangkap Cantrang dan Purse Seine di Pelabuhan
Perikanan Pantai Mayangan Kota Probolinggo”. Skripsi diselesaikan penulis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
1. Dr. Ir. Darmawan Ockto Sucipto, M.Si
2. Arief Setyanto, S.Pi, M.App, Sc
Penulis Menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan dan pengerjaan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan tanggapan, kritik ataupun saran yang dapat membangun dan
untuk menyempurnakan skripsi ini. Selain itu penulis juga berharap agar skripsi
ini bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan sebagaimana mestinya.
Malang, Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xiv
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pemasaran.................................................................................6
2.2 Produksi..................................................................................................7
2.2.1 Proses Produksi............................................................................8
2.2.2 Faktor-faktor Produksi...................................................................8
2.3 Rantai Pasok..........................................................................................9
2.4 Saluran Pemasaran................................................................................9
2.5 Rantai Nilai............................................................................................11
2.6 Penelitian Terdahulu.............................................................................12
2.6.1 Kajian Efektifitas dan Efisiensi Rantai Distribusi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Menggunakan Alat Tangkap Purse Seine di TPI Paiton dan TPI Mayangan Probolinggo .......................................12
2.6.2 Potensi Permintaan dan Saluran Distribusi Ikan di Provinsi Jambi..................................................................................................................13
2.6.3 Analisis Rantai Distribusi Ikan Tangkap di Kota Tegal..................13
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................14
3.2 Populasi................................................................................................14
3.3 Sampel..................................................................................................14
3.4 Variabel Penelitian................................................................................16
3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................................17
3.6 Teknik Analisis Data..............................................................................17
3.6.1 Multi Criteria Analysis...................................................................18
3.6.2 Analisis Deskriptif Presentase.....................................................19
3.6.3 Analisis Keuntungan Pemasaran.................................................20
3.6.4 Tingkat Efektifitas Pemasaran.....................................................21
3.7 Kerangka Pemikiran Teoritis..................................................................22
3.8 Alur Penelitian.......................................................................................24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Peneltian 25
4.1.1 Multi Criteria Analysis (MCA).......................................................25
4.1.1.1 Hasil Tangkapan Cantrang 25
4.1.1.2 Hasil Tangkapan Purse Seine........................................26
4.1.2 Rantai Pasok..............................................................................27
4.1.2.1 Ikan Kerapu 27
4.1.2.2 Ikan Lemuru....................................................................28
4.1.3 Analisis Keuntungan Pemasaran 29
4.1.3.1 Rantai Nilai.....................................................................29
4.1.3.1.1 Rantai Nilai Ikan Kerapu 29
................................................. 4.1.3.1.2 Rantai Nilai Ikan Lemuru................................................................................................................31
4.1.4 Analisis Efisiensi Pemasaran 32
4.1.4.1 Efisiensi Pemasaran Ikan Kerapu...................................32
4.1.4.2 Efisiensi Pemasaran Ikan Lemuru 33
4.2 Pembahasan.......................................................................................34
4.2.1 Ikan Tangkapan Dominan 34
4.2.1.1 Hasil Tangkapan Cantrang..............................................34
4.2.1.2 Hasil Tangkapan Purse Seine 36
4.2.2 Rantai Pasok Ikan Kerapu 38
.................................................................... 4.2.3 Rantai Pasok Ikan Lemuru........................................................................................................................39
4.2.4 Rantai Nilai Ikan Kerapu 40
4.2.4.1 Saluran Pemasaran Pertama..........................................40
4.2.4.2 Saluran Pemasaran Kedua 41
4.2.5 Rantai Nilai Ikan Lemuru............................................................42
4.2.5.1 Saluran Pemasaran Pertama 42
4.2.5.2 Saluran Pemasaran Kedua 43
4.2.6 Efektivitas Pemasaran Ikan Kerapu 45
4.2.6.1 Saluran Pertama 45
4.2.6.2 Saluran Pemasaran Kedua 46
4.2.7 Efektifitas Pemasaran Ikan Lemuru 48
4.2.7.1 Saluran Pemasaran Pertama 48
4.2.7.2 Saluran Pemarasan Kedua 50
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan 52
5.2 Saran 53
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tujuan Penelitian, Sumber Data dan Metode Analisis 23
2. Hasil Perhitungan Seluruh Kriteria dan Urutan Prioritas Ikan Menggunakan
Alat Tangkap Cantrang ............................................................................25
3. Hasil Perhitungan Seluruh Kriteria dan Urutan Prioritas Ikan Menggunakan
Alat Tangkap Purse Seine ........................................................................26
4. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Pertama Pemasaran Ikan Kerapu ....32
5. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Kedua Pemasaran Ikan Kerapu
33
6. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Pertama Pemasaran Ikan Lemuru
33
7. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Kedua Pemasaran Ikan Lemuru34
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Rantai Pasok Ikan Kerapu ................................................................................27
2. Rantai Pasok Ikan lemuru .................................................................................28
3. Saluran Pemasaran Pertama Rantai Nilai Ikan Kerapu ................................29
4. Saluran Pemasaran Kedua Rantai Nilai Ikan Kerapu ...................................30
5. Saluran Pemasaran Pertama Rantai Nilai Ikan Lemuru ...............................31
6. Saluran Pemasaran Kedua Rantai Nilai Ikan Lemuru ...................................32
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuisioner Penelitian Skripsi.......................................................................58
2. Kuisioner Penelitian Skripsi (Pedagang Besar, Pedagang Pengumpul dan
Pedagang Pengecer).................................................................................59
3. Identitas Responden Nelayan Kota Probolinggo .......................................60
4. Identitas Responden Pedagang Besar Kota Probolinggo .........................62
5. Identitas Respnden Pedagang Pengumpul Kota Probolinggo ..................63
6. Identitas Responden Pedagang Pengecer Kota Probolinggo ...................64
7. Perhitungan Multi Criteria Analysis Ikan Demersal Menggunakan Alat
Tangkap Cantrang.....................................................................................65
8. Perhitungan Multi Criteria Analysis Ikan Pelagis Menggunakan Alat
Tangkap Purse Seine ................................................................................70
9. Biaya Transportasi Ikan Kerapu 75
10. Biaya Transportasi Ikan Lemuru 77
11. Biaya Tenaga Kerja ...................................................................................79
12. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Pemasaran Ikan Kerapu ...................80
13. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Pemasaran Ikan Kerapu ...................83
14. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Pemasaran Ikan Lemuru ..................86
15. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Pemasaran Kedua Ikan Lemuru .......89
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan potensi hasil lautnya.
Indonesia memiliki potensi fisik dari lautnya yaitu dengan jumlah pulau sekitar
17.504 pulau, luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.900.000 km², perairan nusantara
2,8 juta km² dengan luas zona ekonomi ekslusif (ZEE) 3 juta km², dan panjang garis
pantai lebih dari 95.161 km2 (Lasabuda, 2013).
Potensi sumberdaya perikanan disuatu perairan selalu dikaitkan dengan
produksi hasiltangkapan per unit usaha dalam kegiatan perikanan tangkap. Menurut
Dirjen Perikanan Tangkap (2003), perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi
dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup
di laut atau perairan umum secara bebas. Pemanfaatan sumberdaya (produksi) ikan
terkait dengan kelestarian sumberdaya perikanan, maka semua kebijakan yang
diterapkan mempertimbangkan keberadaan sumberdaya dalam jangka waktu yang
relatif lama.
Robin (2012) dalam Rohmah et.al., (2015) menyatakan bahwa mata
pencaharian utama penduduk Indonesia sebagai nelayan, kehidupan nelayan di
Indonesia sampai saat ini belum dapat dikatakan layak bahkan jauh dari kata
sejahtera. Jumlah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta
orang atau 25,14 % dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta
orang. 7,87 juta orang tersebut berasal dari sekitar 10.600 desa nelayan miskin yang
terdapat di kawasan pesisir tanah air.
Menurut Triarso (2013), sektor perikanan memiliki peranan strategis dalam
pembangunan nasional. Ditinjau dari potensi sumberdaya alam, Indonesia dikenal
2
sebagai negara maritim terbesar di dunia karena memiliki potensi kekayaan
sumberdaya perikanan yang relatif besar.Sektor perikanan juga menyerap banyak
tenaga kerja, mulai dari kegiatan penangkapan, budidaya, pengolahan, distribusi
dan perdagangan.Oleh karena itu, pembangunan sektor perikanan tidak dapat
diabaikan oleh pemerintah Indonesia.
Perairan Utara Jawa merupakan wilayah perairan yang telah mengalami
kondisi tangkap lebih.Selain masalah tangkap lebih, di perairan utara jawa telah
mengalami tekanan yang sangat berat yaitu terjadinya kerusakan ekosistem pesisir
dan laut yang disebabkan oleh kegiatan di darat maupun di laut yang berakibat pada
penurunan stok ikan (Dahuri, 2002). Sedangkan untuk meningkatkan pendapatan
petani ikan dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi. Peningkatan produksi
tersebut dipengaruhi berbagai faktor,yaitu kualitas ikan tangkapan harus dalam
keadaan baik hingga sampai pada tangan konsumen maupun kuantitas jumlah ikan
tangkapan yang diiringi dengan sistem pemasaran yang baik (Fajar dan Tibrani,
2014).
Menurut Irawan (1998) dalam Ahmad (2010), pemasaran merupakan
kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan keinginan atau
kebutuhan individu atau kelompok dengan menciptakan dan mempertukarkan
produk dan nilai dengan individu atau kelompok lainnya. Dalam lembaga pemasaran
perikanan terdapat berbagai saluran distribusi yang berfungsi sebagai penyalur
barang dan jasa sampai pada tangan konsumen.
Distribusi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rantai pasok suatu
produk. Peran distribusi sangat menentukan bagi tersampaikannya sebuah produk
sampai ke tangan konsumen. Dibutuhkan suatu proses yang efisien, yang menjamin
produk sampai ke tangan konsumen secara luas dengan biaya yang minimal. Bila
3
perusahaan memiliki sistem saluran distribusi yang efisien, maka perusahaan itu
akan dapat menguasai pasar. Untuk memperbaiki efisiensi distribusi pemasaran
dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah distributor, mengurangi Biaya distribusi,
mengurangi biaya promosi, menambah penjualan dari distributor, menambah
penjualan dari pelanggan, menambah laba dari distributor dan menambah laba dari
pelanggan (Budi, 2008).
Kota Probolinggo merupakan kota pesisir pantai. Wilayah Probolinggo
memiliki garis pantai sepanjang 7 km dan wilayah perairan sepanjang 20 km.
Wilayah perairan terletak di selat Madura yang merupakan daerah tangkapan
dominan bagi nelayan di Probolinggo serta berhubungan langsung dengan Laut
Jawa. Produksi perikanan laut Probolinggo pada tahun 2013 sebesar 11.327,17 ton,
tahun 2013 sebesar 15.555,42 ton dan tahun 2014 sebesar 6.349,93 ton. (BPS Kota
Probolinggo, 2014). Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan merupakan salah
satu pelabuhan ikan tempat seluruh transaksi perikanan tangkap di Kota
Probolinggo karena terdapat fasilitas yang mendukung seperti pasar ikan, pabrik es,
akses jalan mudah dan lain-lain sehingga aktivitas perekonomian nelayan berpusat
disana (Faisol, 2012).
Alat tangkap yang dioperasikan nelayan lokal di Pelabuhan Perikanan Pantai
Mayangan Kota Probolinggo adalah cantrang dan purse seine dengan jumlah total
armada mencapai 200 kapal. Sektor perikanan memberikan pendapatan daerah
kota probolinggo yang cukup besar. Dengan rata-rata nilai produksi sebesar 11 ton
per tahunnya, maka sektor perikanan merupakan sektor yang sangat menjanjikan
untuk diolah dan dikembangkan oleh pihak pemerintah.Dilihat dari jumlah nilai
produksi sektor perikanan, dapat disimpulkan bahwa sektor perikanan merupakan
salah satu mata pencaharian yang menjanjikan bagi pelakunya. Dalam suatu
4
kegiatan yang berhubungan dengan perikanan, terdapat pihak-pihak yang berperan
di dalamnya guna memperlancar proses produksi mereka. Sebelum proses produksi
berlangsung di dalamnya terdapat proses distribusi. Distribusi adalah istilah yang
biasa digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bagaimana suatu produk
atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi konsumen. Berdasarkan uraian tersebut di
atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Analisis Rantai Pasok Ikan Hasil
Tangkapan dengan Menggunakan Alat Tangkap Cantrang dan Purse Seine di Kota
Probolinggo”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitaian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja komoditas ikan tangkapan dominan bagi nelayan dengan alat
tangkap cantrang dan purse seine ?
2. Bagaimana pola rantai pasok komoditas perikanan tangkap laut mulai dari
nelayan sampai konsumen akhir di Kota Probolinggo?
3. Berapa besar keuntungan yang diterima setiap pelaku pemasaran dalam
rantai distribusi komoditas perikanan tangkap laut di Kota Probolinggo?
4. Bagaimana tingkat efektivitas pemasaran pada setiap lembaga pemasaran
ikan hasil tangkapan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitaian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui komoditas ikan tangkapan dominan bagi nelayan dengan alat
tangkap cntrang dan purse seine.
5
2. Mengidentifikasi pola rantai pasok komoditas perikanan tangkap laut di Kota
Probolinggo.
3. Untuk mengetahui besaran keuntungan yang diterima pada setiap tingkatan
lembaga pemasaran komoditas perikanantangkap laut di Kota Probolinggo.
4. Mengetahui tingkat efektivitas pemasaran pada setiap lembaga pemasaran
ikan hasil tangkapan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitaian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan kajian
tentang masalah pembangunan ekonomi, khususnya pada bidang perikanan.
2. Penelitian ini bermanfaat sebagai acuan dalam mendesain pola distribusi
alternatif komoditas ikan tangkap di Kota Probolinggo.
3. Sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya dengan fokus kajian yang
sama mengenai nilai rantai distribusi dan efektifitas pemasaran ikan
tangkapan.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pemasaran
Pemasaran dapat diartikan ”managing” pasar untuk menghasilkan
pertukaran dengan tujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Pemasaran dikatakan sebagi suatu proses tempat individu dan kelompok
untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan suatu produk dan nilai kepada orang lain. Pemasaran
didefinisikan sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen dan dalam proses tersebut diperlukan suatu kegiatan pemasaran
sebagai suatu rangkaian kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk
memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Pemasaran
merupakan kegiatan produktif karena menciptakan kegunaan (utility) baik
kegunaan bentuk, tempat, waktu maupun milik (Fajar dan Tibrani, 2014).
Aktivitas pendistribusian barang atau jasa mulai dari produsen sampai
kepada konsumen disebut dengan kegiatan pemasaran. Kotler dan Amstrong
(2001), mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan
managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik
produk dan nilai dengan orang lain. Sedangkan menurut Stanton (1978)
dalam Anindita (2003), pemasaran merupakan keseluruhan sistem yang
berhubungan dengan kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang
2
atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan konsumen, baik aktual maupun
potensial.
Menurut Fajar (2014), distribusi merupakan suatu proses fisik yang
membahas fungsi pemasaran yang khusus dilaksanakan untuk
menyelesaikan proses pemasaran untuk memindahkan produk perikanan
dari produsen ke konsumen. Fungsi penting dalam pemasaran hasil
perikanan adalah fungsi transportasi.Fungsi transportasi dimaksudkan untuk
menjadikan suatu produk berguna dengan memindahkannya dari produsen
ke konsumen.
2.2 Produksi
Produksi perikanan yang tinggi tidak akan berarti apabila tidak didukung oleh
sistem pemasaran yang tepat. Menurut Sumarjono (2004), produksi dalam artian
yang umum didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan
atau menambah guna atas suatu benda untuk memenuhi kebutuhan kepuasan
manusia. Setiap proses untuk menghasilkan barang dan jasa dinamakan “Proses
Produksi”. Produksi dalam artian lebih “operasional” adalah suatu proses dimana
satu atau beberapa barang dan jasa yang di sebut “input” diubah menjadi barang
dan jasa yang di sebut “output”.
Menurut Mubyarto (1989) dalam Hasan (2000), produksi atau output adalah
hasil fisik yang dihasilkan oleh bekerjanya beberapa factor produksi sekaligus yaitu:
lahan, modal dan tenaga kerja. Produksi usahatani dapat berupa tanaman, hasil
peternakan dan perikanan. Besarnya output yang dihasilkan usahatani dipengaruhi
oleh besarnya input yang diberikan dalam proses produksi. Produksi merupakan
3
salah satu dari kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk
melalui suatu proses yang dinamakan proses produksi.
4
2.2.1 Proses Produksi
Bishop dan Thousaint (1986) dalamHasan (2000) menyatakan bahwa proses
produksi merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melibatkan beberapa faktor
produksi untuk menghasilkan suatu produk, ditambahkan pula bahwa proses
produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang dan jasa disebut input
dirubah menjadi barang atau jasa yang disebut produk.
Sedangkan menurut Budiono (2000) dalamSetyawati (2006) menyatakan
bahwa setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori
ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau
persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan kombinasi
penggunaan input-input. Fungsi produksi merupakan landasan teknis dari proses
produksi yang menggambarkan hubungan antara faktor produksi dengan kuantitas
produksi.
2.2.2 Faktor faktor produksi
Menurut Yuke dan Syafitri (2011), berbagai faktor yang menentukan kualitas
barang yang dihasilkan dari proses produksi yaitu input .faktorinput tersebut antara
lain :
a. Biaya bahan baku
Biaya bahan baku merupakanbahan yang membentuk bagian menyeluruh
produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh
dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
5
Biaya tenaga kerja langsung adalah salah satu unsur dari harga pokok
produk karena itu biaya tenaga kerja diperlukan dalam penentuan harga pokok
produk per unit.
Secara umum produksi sebagai output tergantung pada factor-faktor produksi
yang disebut input, hubungan teknis antara input dan output dinyatakan dengan
suatu fungsi produksi. Alokasi sumberdaya yang tepat akan memberikan
pendapatan yang maksimal dan juga sebaliknya, penggunaan sumberdaya yang
tidak tepat dapat menyebabkan ketidakefisienan yang dapat mengurangi
keuntungan atau pendapatan (Kurniasari, 2008).
2.3 Rantai Pasok
Menurut Porter (1985) menyatakan bahwa rantai pasok adalah suatu
pengakuan (recognition) nilai suatu produk yang diciptakan di dalam aktivitas
perusahaan dan disalurkan kepada konsumen akhir dalam harga tertentu. Semua
pelaku termasuk pabrik, pedagang, distributor, pengecer dan konsumen
berkontribusi dalam menciptakan nilai.
Produk perikanan yang dihasilkan memiliki karakteristik mudah busuk dan
bersifat musiman, sehingga untuk sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem
manajemen rantai pasok yang baik dan memadai. Menurut Marimin (2010),
manajemen rantai pasok adalah proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan
pengolahan, distribusi pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan
konsumen. Menurut Parung (2008), manajemen rantai pasok merupakan
pendekatan untuk pengolahan, persediaan dan distribusi secara terintegrasi antara
pemasok, produsen, distributor dan pengecer untuk meminimalisasi biaya sistem
secara keseluruhan.
6
2.4 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran atau saluran pasok merupakan serangkaian
organisasi yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk
menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen kepada
konsumen (Kotler dan Amstrong, 2002). Dapat disimpulkan bahwa pengertian
saluran pasok adalah seperangkat organisasi yang saling tergantung, orang-
orang yang terlibat didalamnya melakukan proses perpindahan barang atau
jasa yang telah tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Hanafiah dan Saefudin (1986), mengemukakan bahwa panjang
pendeknya saluran pasok yang dilalui oleh suatu hasil perikanan tergantung
pada beberapa faktor antar lain:
1. Jarak antara produsen dan konsumen, semakin jauh jarak antara
produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh
oleh produk.
2. Cepat tidaknya produk rusak; produk yang cepat rusak harus cepat
diterima oleh konsumen, dengan demikian produk menghendaki saluran
yang cepat dan pendek.
3. Skala produksi, apabila produksi dalam ukuran kecil maka jumlah produk
yang dihasilkan berukuran kecil pula.
4. Posisi keuangan pengusaha, produsen yang posisi keuangannya kuat
cenderung untuk memperpendek saluran distribusi. Pedagang yang
7
keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi distribusi lebih banyak
dibandingkan dengan pedagang yang posisi keuangannya lebih lemah.
Disrtibusi yang baik adalah yang mampu mengantarkan produk
kepada konsumen pada kondisi yang dapat diterima dengan biaya yang
minimum, sekalipun tujuan ini hanya sedikit memberikan petunjuk aktual,
tidak ada sistem distribusi yang sekaligus memaksimalkan pelayanan
pelanggan dan meminimalkan biaya distribusi.
2.5 Rantai Nilai (Keuntungan Pemasaran)
Menurut Shank dan Govindarajan (2000), mendefinisikan Value Chain
Analyisis, merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu
produk. Rantai nilai ini berasal dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan, mulai dari
bahan baku sampai ke tangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.
Porter (1985), menjelaskan rantai nilai yang efektif merupakan kunci
keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang dapat menghasilkan nilai
tambah (value added) bagi suatu industri. Rantai nilai bisa digambarkan
sebagai keseluruhan aktifitas yang disyaratkan untuk membawa barang atau
jasa dari tempat perancangan, melalui fase produksi yang beragam
(melibatkan transformasi fisik dan input dari beragam penyedia jasa),
mengirimkan kepada konsumen akhir, dan daur ulang setelah penggunaan.
Selanjutnya analisis rantai nilai juga berfungsi untuk mengidentifikasi tahap-
tahap rantai nilai di mana industri dapat meningkatkan nilai tambah (Value
8
added) bagi pelanggan dan mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan.
Industri mampu menjadi lebih kompetitif melalui efisiensi biaya atau
peningkatan nilai tambah (Value added) yang di peroleh melalui aktivitas
rantai nilainya.
Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh
petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis
marjin pemasaran dalam penelitian ini, data harga yang digunakan adalah
harga di
tingkat petani dan harga di tingkat lembaga pemasaran. Pasar yang efisien
berarti apabila marjin pemasaran yang dikeluarkan sama dengan kegunaan
yang diciptakannya. Artinya bahwa marjinnya merata. Persentase
keuntungan terhadap biaya pemasaran pada masing-masing lembaga
pemasaran digunakan untuk mengetahui penyebaran marjin (Jumiati, 2013).
Menurut Hildayani (2013), tingginya margin pemasaran disebabkan oleh
perbedaan harga yangcukup besar antara jumlah harga yang dibayarkan oleh
konsumen dengan jumlah harga yang diterima oleh petani. Semakin banyak
lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran, maka semakin banyak
pula yang mengeluarkan biaya pemasaran dengan mengambil keuntungan dalam
pemasaran tersebut, maka akibatnya adalah pemasaran kurang efisien.
2.6 Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
9
dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang perlu dijadikan
bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini fokus penelitian terdahulu yang
dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah proses distribusi perikanan di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan Kota Probolinggo, serta marjin harga
ikan ditingkat nelayan sampai pada konsumen.
2.6.1 Kajian Efektifitas dan Efisiensi Rantai Distribusi Hasil Tangkapan Ikan
Pelagis Menggunakan Alat Tangkap Purse Seine di TPI Paiton dan TPI
Mayangan Probolinggo.
Studi yang dilakukan Huda (2009), bertujuan untuk mendiskripsikan rantai
pasok yang merupakan alur distribusi ikan pelagis dari tangkapan hasil nelayan
sampai pada konsumen. Tingkat harga dari setiap komoditas juga berpengaruh
tehadap sistem rantai yang terjadi pada proses distribusi tersebut. Margin harga dari
satuan waktu memiliki perbedaan yang sangat signifikan dikarenakan berbagai
faktor penyebab, diantaranya musim yang tidak menentu menyebabkan hasil
tangkapan nelayan menurun secara drastis di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Paiton,
Kabupaten Probolinggo.
2.6.2 Potensi Permintaan dan Saluran Distribusi Ikan di Provinsi Jambi
Penelitian yang dilakukan Mulyadi bertujuan untuk mendeskripsikan
perkembangan produksi ikan di Jambi, menginvestigasi potensi permintaan pasar
berbagai jenis ikan yang diproduksi di Jambi, menganalisis saluran distribusi ikan di
provinsi Jambi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa produksi ikan di provinsi
Jambi cenderung mengalami peningkatan. Potensi permintaan pasar terhadap
10
produksi ikan juga memberi peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan pendapatan masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa saluran
distribusi bervariasi sesuai dengan jenis ikan. Sebagian besar ikan laut di
distribusikan ke pasar di Jambi, Sumatera Barat dan Sumatera Utara, sedangkan
ikan lainnya didistribusikan ke nelayan lokal (Mulyadi, 2005).
2.6.3 Analisis Rantai Distribusi Ikan Tangkap di Kota Tegal
Bagas (2013), menegemukakan penelitian yang bertujuan untuk
mengamatidan menganalisis tingkat efektifitas dan saluran pemasaran ikan
tangkapanberdasarkan proses distribusi yang digunakan dikota Tegal. Hasil analisis
menunjukan tingkat efektifitas saluran pemasaran paling tinggi yaitu berada pada
lembaga pemasaran pedagang kecil. Pemilihan saluran pemasaran komoditas ikan
tangkapan di Kota Tegal lebih dominan pada saluran pemasaran pertama yaitu
melewati perantara pedagang pengumpul dikarenakan lebih efisien dalam menekan
biaya bahan bakar minyak (BBM). Harga ikan setelah melewati lembaga pemasaran
pedagang pengumpul mengalami kenaikan lebih dari 15% pada saat sampai di
tangan konsumen.
1
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan pola distribusi
dan nilai marjin pemasaran yang diperoleh setiap pelaku tata niaga
komoditas perikanan tangkap laut.Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder.Data primer dikumpulkan dari nelayan
dan pelaku pemasaran yang terlibat dalam rantai distribusi, sedangkan data
sekunder dikumpulkan dari Dinas Perikanan Kota Probolinggo, Badan Pusat
Statistik Kota Probolinggo, serta instansi terkait lainnya.
3.2 Populasi
Menurut Nurhayati (2008), populasi adalah sejumlah penduduk atau
individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Populasi
jugamemiliki artibahwa keseluruhan anggota atau elemen yang diobservasi dalam
ruang lingkup penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
nelayan yang ada di kota Probolinggo dan pelaku pemasaran komoditas ikan
tangkap laut di kota Probolinggo.
3.3 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2010). Adapun dalam penelitian ini teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Menurut
Arikunto (1993) Purposive Sampling dalam pengambilan subyeknya
2
didasarkan atas tujuan tertentu (sesuai kebutuhan penelitian), tetapi ada
syarat yang harus dipenuhi yaitu:
a. Pengambilan sampel didasarkan atas ciri dan karakteristik tertentu
yang merupakan ciri-ciri pokok populasi, untuk nelayan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah nelayan yang dalam usahanya tidak memiliki
kapal sendiri dalam melaut, tetapi mereka menggunakan kapal milik orang
lain.
b. Subyek yang diambil dalam sampel merupakan yang paling banyak
mengandung ciri-ciri pada populasi.
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat. Data
primer dikumpulkan dari 60 respon yaitu : nelayan 30 orang, pedagang
pengumpul 5 orang, pedagang besar 15 orang dan pedagang pengecer
10 orang. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dipadukan
dengan Snowball Sampling atau sampel bola salju, cara ini digunakan
karena jumlah dan keberadaan sampel tidak terlalu jelas. Peneliti hanya
mengetahui beberapa sampel saja. Peneliti menghendaki lebih banyak
lagi sampel yang digunakan dalam penelitiannya, kemudian peneliti
meminta kepada sampel pertama dalam hal ini yaitu Ibu Buana (60
tahun) merupakan salah satu pedagang besar yang berada di TPI
Mayangan untuk kemudian dimintai keterangan lebih jelas serta
menunjukan kepada rekan-rekan nelayannya yang bisa dijadikan sampel
untuk kemudian digali lagi informasinya sampai dirasa cukup. Untuk
3
pelaku tata niaga komoditas ikan lainnya cara yang digunakan sama
dengan ketika mencari jumlah sampel untuk nelayan yaitu peneliti
mencari satu sampel yang diketahui untuk kemudian digali informasinya.
Dalam hal ini nelayan menjadi titik awal (Starting Point) yang diambil dari
satu tempat di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan yang ada di
kelurahan Mayangan Kecamatan Mayangan kota Probolinggo
3.4 Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian terdapat beberapa variabel yang harus
ditetapkan dengan jelas sebelum pengumpulan data. Variabel merupakan
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2010).
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Komoditas tangkapan dominan dari hasil tangkapan nelayan dengan
alat tangkap cantrang dan purse seine. Komponen tangkapan dominan
meliputi : kontinuitas produksi, produksi rata-rata per bulan, harga
komoditas, perlakuan hasil olahan dan produk pemasaran.
b. Rantai distribusi, yaitu serangkaian organisasi yang terkait dalam
semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan ikan hasil tangkapan
laut dan status kepemilikannya dari produsen kepada konsumen akhir.
Sub variabel rantai distribusi meliputi pola saluran distribusi.
c. Keuntungan pemasaran, yaitu perubahan harga ikan di tingkat nelayan
dengan harga ikan di tingkat pengecer yang menggunakan indikator
4
rupiah. Komponen margin pemasaran meliputi biaya-biaya yang
diperlukan setiap pelaku untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran.
Komponen marjin tersebut yaitu harga jual dan harga beli serta biaya-
biaya pemasaran yang dibutuhkan.
d. Tingkat efektifitas pemasaran, yaitu seberapa besar presentase tingkat
efektifitas pemasran di setiap lembaga pemasaran mulai dari produsen
sampai konsumen. Komponen dari efektifitas pemasaran yaitu
perhitungan biaya tenaga kerja serta biaya transportasi dengan harga di
setiap lembaga pemasaran.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan
penelitian ini adalah :
a. Angket terbuka
Kuisioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh oleh
responden atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan
kemudian mencatat jawaban yang diberikan (Sulistyo, 2006).
b. Wawancara
Metode wawancara tidak terstruktur adalah mencari data dengan
mengajukan pertanyaan kepada reponden maupun mengadakan tanya
jawab untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam mengenai suatu
hal yang diketahui responden (Sugiyono, 2010).
c. Metode Dokumentasi
5
Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh
data atau informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan
penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik
berupa angka maupun keterangan (Sugiyono, 2010).
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif persentase, multi criteria analysis, analisis keuntungan
pemasaran dan tingkat efektifitas pemasaran. Teknik analisis deskriptif
digunakan untuk memaparkan atau menggambarkan pola distribusi
komoditas perikanan tangkap di kota Probolinggo. Kemudian, untuk
mengetahui biaya pemasaran dan marjin pemasaran di tingkat lembaga
dalam saluran pemasaran digunakan alat analisis biaya dan marjin
pemasaran (cost marjin analysis) yang terdiri dari menghitung margin
pemasaran, biaya dan keuntungan pemasaran serta fisherman’s share
(Wawan dan Fachrudin, 1996).
3.6.1 Multi Criteria Analysis (MCA)
Multi Criteria Analysis (MCA) adalah suatu metode pengambilan
keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif
berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya suatu ukuran –
ukuran atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa MCA menyeleksi alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif (Kusumadewi, 2006).
6
Dalam menentukan tangkapan dominan, diambil beberapa kriteria
diantaranya : kontinuitas ikan hasil tangkapan, produksi rata-rata per bulan,
Harga komoditas di pasaran, perlakuan hasil tangkapan yang diolah dan nilai
produk yang dipasarkan. Pada setiap kriteria yang dipertimbangkan, diberi
nilai skor dan dijumlah menurut komoditasnya masing-masing. Setelah
dijumlah, didapat nilai tertinggi sampai terendah menurut perhitungan
skoring. Untuk mendapatkan perhitungan dari masing-masing kriteria
digunakan rumus sebagai berikut :
V(x) =
Keterangan =
V(x) = fungsi nilai dari parameter XXi = Nilai parameter X yang ke-iX0 = Nilai terendah untuk parameter XX1 = Nilai tertinggi untuk parameter X
3.6.2 Analisis Deskriptif Persentase
Analisis deskriptif merupakan metode analisa berupa menggambarkan
atau melukiskan suatu keadaan obyek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Menurut
Arikunto (1993), dalam penelitian deskriptif apabila datanya telah terkumpul,
maka diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu kuantitatif yang
berbentuk angka-angka dan kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau
simbol. Data kualitatif disisihkan untuk sementara, karena sangat berguna
untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data
kuantitatif.
7
Prosedur ini digunakan untuk menyajikan data hasil penelitian dalam
bentuk yang infornatif agar mudah dipahami, dengan mencari proporsi
(persentase) menggunakan distribusi frekuensi yang diperoleh berdasarkan
data penelitian.Dari hasil persentase yang diperoleh kemudian
diklasifikasikan atau di tarik untuk memperoleh kesimpulan data penelitian
(Purwanto, 2011).
Menurut Sudjana (2006), dalam pengolahan data deskriptif presentase
ini diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100
persen, dengan rumus sebagai berikut :
P= / N x 100
Keterangan :
P = presentase jawaban responden
= frekuensi jawaban responden
N = jumlah responden yang diolah
100% = konstanta
Penghitungan deskriptif presentase ini mempunyai langkah- langkah
sebagai berikut :
a. Mengkoreksi jawaban kuisioner dari responden
b. Menghitung frekuensi jawaban responden
c. Jumlah keseluruhan responden adalah 60 orang
8
d. Masukkan kedalam rumus.
3.6.3 Analisis Keuntungan Pemasaran
Menurut Sudiyono (2001) dalam Sutrisno (2009), margin pemasaran
merupakan selisih harga dari dua atau lebih tingkat rantai pemasaran, atau
antara harga ditingkat produsen dan harga eceran ditingkat
konsumen.Margin tata niaga hanya merepresentasikan perbedaan harga
yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen, tetapi
tidak menunjukkan jumlah kuantitas pemasaran produk.
Dalam penelitian ini keuntungan pemasaran dihitung sebagai selisih
antara harga jual ikan tangkap laut di tingkat nelayan dengan harga jual ikan
tangkap laut di tingkat pengecer. Untuk mengetahui nilai keuntungan
pemasaran pada setiap pelaku pemasaran, maka akan dilakukan pengujian
dengan menggunakan alat analisis biaya dan keuntungan pemasaran (cost
margin analysis). Untuk menghitung nilai margin pemasaran maka digunakan
rumus sebagai berikut:
a. Analisis Keuntungan Pemasaran, digunakan mengukur selisih harga di
tingkat konsumen dan harga di tingkat produsen. Untuk menghitung
margin di setiap lembaga pemasaran digunakan rumus :
MP = Pr – Pf
Keterangan :
MP : Keuntungan Pemasaran (Rp/kg)
Pr : Harga konsumen (Rp/kg)
9
Pf : Harga produsen (Rp/kg)
3.6.4 Tingkat Efektifitas Saluran Pemasaran
Nasution (2014), menjelaskan bahwa pada setiap lembaga pemasran
terdapat perbedaan keuntungan yang membuat saluran pemasaran pada
komoditas tersebut kurang efektif. Besarnya biaya yang dibayarkan
konsumen mengurangi tingkta ekonomi barang yang harus dibeli. Untuk
menghitung tingkat efisiensi saluran pemasaran disetiap lembaga pemasaran
digunakan rumus :
a. Share harga yang diterima nelayan, merupakan persentase
keuntungan yang diterima nelayan.
SPf : Pf / Pr x 100%
Keterangan :
SPf : Share harga ditingkat nelayan
Pf : Harga ditingkat nelayan (Rp/Kg)
Pr : Harga ditingkat konsumen (Rp/Kg)
b. Share biaya pemasaran (Sbi) adalah bagian biaya yang dikeluarkan
dalam proses pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dan share
keuntungan (Ski) adalah harga keuntungan yang diterima oleh setiap
lembaga pemasaran (Setyawan, 2014). Dalam perhitungan biaya
pemasaran (Sbi) dan keuntungan (Ski) digunakan rumus sebagai berikut :
Sbi : (bi / Pr) x 100%
Ski : (ki / Pr) x 100%
10
Keterangan :
Ski : Share keuntungan lembaga pemasaran ke i
Sbi : Share biaya pemasaran ke i
c. Distrubusi marjin (DM) pemasaran adalah bagian keuntungan
lembaga pemasaran atas biaya jasa yang telah dialokasikan untuk
melakukan fungsi pemasaran. Untuk menghitung distribusi margin (DM)
digunakan rumus sebagai beikut :
Sbi : (Btk / MP) x 100%
Sbi : (Bt / MP ) x 100%
Ski : (ki / MP ) x 100%
Keterangan :
Sbi : Share biaya pemasaran ke-i
Btk : Biaya tenaga kerja ke-i
Bt : Biaya transportasi ke-i
Ski : Share keuntungan lembaga pemasaran ke-i
Ki : Keuntunan ke-i
d. Efisiensi Pemasaran (Ep) adalah nilai untuk menguji nilai analisis dari margin
pemasaran tersebut.
Ep = Total biaya pemasaran / Nilai produk yang dipasarkan x 100%
Kriteria pengambilan keputusan :
Ep sebesar 0 – 50% maka saluran keputusan dinilai efisien
Ep lebih besar dari 50% maka saluran pemasaran kurangefisien
3.7 Kerangka Pemikiran Teoritis
11
Kesejahteraan nelayan yang menurun adalah akibat dari panjangnya rantai
pasok komoditas ikan tangkap laut dan struktur pasar yang tidak sehat. Perbedaan
harga perikanan tangkap laut yang sangat signifikan dari nelayan yang memiliki nilai
jual rendah dengan harga ikan di tingkat konsumen dengan harga beli yang tinggi
merupakan salah satu faktor menurunnya tingkat kesejahteraan nelayan di Kota
Probolinggo. Tingginya harga ikan di tingkat konsumen dipengaruhi oleh pelaku-
pelaku perdagangan ikan dan pelaku pendistribusian perikanan tangkap sampai
pada konsumen. Matriks penelitian dari judul skripsi Analisis Rantai Pasok
Komoditas Perikanan Tangkap dengan Alat Tangkap Cantrang dan Purse Seine di
Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Tujuan Penelitian, Sumber Data dan Metode Analisis
No.
TujuanSumber Data
Analisis DataPrimer Sekunder
1.Mencari Komoditas dominandari alat tangkap cantrangdan purse seine
√ √Multi CriteriaAnalysis
2. Mencari alur rantai distribusikomoditas dominan alattangkap cantrang dan purseseine
√Analisis DeskriptifPresentase
3. Mencari rata-rata kenaikanharga pada setiap lembagapemasaran komoditas
√ Analisis MarginPemasaran
12
unggulan pada alat tangkapcantrang dan purse seine
4. Menghitung tingkat efektivitasdi setiap saluran pemasarankomoditas unggulan pada alattangkap cantrang danpurseseine
√Analisis efektivitassaluran pemasaran
Keterangan :
1. Sumber data primer didapat melalui teknik observasi dan wawancara
langsung
2. Sumber data sekunder didapat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan kota
Probolinggo.
13
3.8 Alur Penelitian
Secara keseluruhan prosedur penelitian tersaji pada gambar 1 berikut :
1
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Multi Criteria Analysis (MCA)
4.1.1.1 Hasil Tangkapan Cantrang
Tabel 2. Hasil Perhitungan Seluruh Kriteria dan Urutan Prioritas IkanMenggunakan Alat Tangkap Cantrang
No. Jenis ikan V1 V2 V3 V4 V5 Vtotal UP
1.Sebelah/ matamiring 1 0,011 0,357 0 0 1,368 6
2. Manyung 0 0,000 0,141 0 0 0,141 103. Beloso/ Jenggelek 1 0,086 0 0 0 1,086 9
4.Merah/Blambangan 1 1,000 0,147 0 0 2,147 2
5. Kerapu 1 0,148 0,464 1 1 3,612 16. Kakap 1 0,060 1 0 0 2,060 37. Kurisi 1 0,621 0,293 0 0 1,914 48. Biji nangka 1 0,614 0,114 0 0 1,728 59. Lencam 1 0,072 0,076 0 0 1,148 810. Swanggi 1 0,170 0,069 0 0 1,239 7
Sumber : Data primer diolah, 2017Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2 menunjukkan varietas
ikan menggunakan alat tangkap cantrang. Data perhitungan tersebut didapat
dari berbagai kriteria penilaian pada setiap jenis ikan dan dipatkan nilai
sebagai berikut : Sebelah (1,368 poin), Manyung (0,141 poin), Beloso (1,086
poin), Merah (2,147 poin), Kerapu (3,612 poin), kakap (2,060 poin), kurisi
(1,914 poin), biji nagnka (1,728 poin), lencam (1,148 poin) dan swanggi
(1,239 poin). Ikan paling dominan yang didapat menggunakan alat tangkap
cantrang adalah jenis ikan kerapu dengan jumlah perhitungan nilai kriteria
2
tertinggi mencapai 3,612 poin. Sedangkan jenis ikan manyung menjadi ikan
tangkapan terendah dengan perhitungan nilai kriteria mencapai 0,141 poin.
4.1.1.2 Hasil Tangkapan Purse Seine
Tabel 3. Hasil Perhitungan Seluruh Kriteria dan Urutan Prioritas IkanMenggunakan Alat Tangkap Purse Seine
No. Jenis ikan V1 V2 V3 V4 V5 Vtotal UP1. Peperek 1 1,000 0 0 0 2 52. Teri 1 0,013 1,274 1 0 3,287 23. Cucut 0 0,000 0,383 0 0 0,383 84. Tongkol 1 0,041 1 0 1 3,041 35. Layang 1 0,566 0,189 0 0 1,755 66. Tembang 0 0,001 0,012 0 0 0,013 107. Lemuru 1 0,846 0,017 1 1 3,863 18. Kembung 1 0,054 0,589 0 0 1,643 79. Layur 1 0,131 0,966 0 0 2,097 410. Selar 0 0,024 0,097 0 0 0,121 9
Sumber : Data primer diolah, 2017Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3 menunjukkan varietas
ikan menggunakan alat tangkap purse seine. Data perhitungan tersebut
didapat dari berbagai kriteria penilaian pada setiap jenis ikan dan dipatkan
nilai sebagai berikut : peperek (2 poin), teri (3,287 poin), cucut (0,383 poin),
tongkol (3,041 poin), layang (1,755 poin), tembang (0,013 poin), lemuru
(3,863 poin), kembung (1,643 poin), layur (2,097 poin) dan selar (0,121 poin).
Ikan paling dominan yang didapat menggunakan alat tangkap purse seine
adalah jenis ikan lemuru dengan jumlah perhitungan nilai kriteria tertinggi
mencapai 3,863 poin. Sedangkan jenis ikan tembang menjadi ikan tangkapan
terendah dengan perhitungan nilai kriteria mencapai 0,013 poin.
3
4
4.1.2 Rantai Pasok
4.1.2.1 Ikan Kerapu
100%
80%
20% 100%
100%
Gambar 1. Rantai Pasok Ikan Kerapu
Berdasarkan gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa nelayan memilih
memasok seluruh hasil tangkapan ikan kerapu kepada pedagang besar
dengan presentase mencapai 100%. Pedagang besar memilih
mendistribusikan ikan kerapu kepada pedagang pengumpul sebesar 80%
dan sisanya 20% kepada pedagang pengecer. Pedagang Pengumpul
mendistribusikan 100% ikan kerapu kepada pedagang pengecer dan
pedagang pengecer menjual 100% ikan kerapu langsung pada konsumen.
4.1.2.2 Ikan Lemuru
5
Gambar 2. Rantai Pasok Ikan lemuru
Dari gambar 2 diatas menunjukkan bahwa nelayan memilih memasok
100% ikan lemuru pada pedagang besar. Pedagang besar mendistribusikan
85% ikan lemuru kepada PT. Southern Marine Product dan 15% kepada
pedagang pengumpul. Pedagang Pengumpul memilih mendistribusikan ikan
lemuru kepada pedagang pengecer sebesar 100% sedangkan pedagang
pengecer menjual keseluruhan ikan lemuru sebesar 100% langsung pada
konsumen.
6
4.1.3 Analisis Keuntungan Pemasaran
4.1.3.1 Rantai Nilai
4.1.3.1.1 Rantai Nilai Ikan Kerapu
a. Saluran Pemasaran Pertama
Keterangan : Harga awal di tingkat nelayan Harga akhir di tingkat konsumen
Gambar 3. Saluran Pemasaran Pertama Rantai Nilai Ikan Kerapu
Dari gambar 3 diatas menunjukkan bahwa harga awal ikan di tingkat
nelayan sebesar 32.200 rupiah dengan marjin di tingkat pedagang besar
sebesar 1.500 rupiah. Marjin antara pedagang besar dan pedagang
pengumpul sebesar 1.200 rupiah. Margin antara peagang pengumpul dengan
peagang pengecer sebesar 2.500 rupiah dan harga di tingkat konsumen
sebesar 37.400 rupiah.
b. Saluran Pemasaran Kedua
7
Keterangan : Harga awal di tingkat nelayan Harga akhir di tingkat konsumen
Gambar 4. Saluran Pemasaran Kedua Rantai Nilai Ikan Kerapu
Dari gambar 4 diatas menunjukkan bahwa harga awal ikan di tingkat
nelayan sebesar 32.200 rupiah dengan marjin di tingkat pedagang besar
sebesar 1.500 rupiah. Marjin antara pedagang besar dan pedagang pengecer
sebesar 1.200 rupiah, sedangkan harga di tingkat konsumen sebesar 34.900
rupiah.
8
4.1.3.1.2 Rantai Nilai Ikan Lemurua. Saluran Pemasaran Pertama
Keterangan : Harga awal di tingkat nelayan Harga akhir di tingkat konsumen
Gambar 5. Saluran Pemasaran Pertama Rantai Nilai Ikan Lemuru
Pada gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa harga ikan awal ditingkat
nelayan sebesar 3.000 rupiah dengan marjin di tingkat pedagang besar
sebesar 1.600 rupiah. Marjin antara pedagang besar dengan pedagang
pengumpul sebesar 1.000 rupiah. Marjin antara pedagang pengumpul
dengan pedagang pengecer sebesar 1.500 rupiah dengan harga akhir di
tingkat konsumen sebesar 7.100 rupiah.
b. Saluran Pemasaran Kedua
9
Keterangan : Harga awal di tingkat nelayan Harga akhir di tingkat konsumen
Gambar 6. Saluran Pemasaran Kedua Rantai Nilai Ikan Lemuru
Pada gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa harga ikan awal ditingkat
nelayan sebesar 3.000 rupiah dengan marjin di tingkat pedagang besar
sebesar 2.500 rupiah. Harga akhir komoditas ikan lemuru di tingkat PT.
Southern Marine Product sebesar 5.500 rupiah perkilogramnya.
4.1.4 Analisis Efisiensi Pemasaran4.1.4.1 Efisiensi Pemasaran Ikan Kerapu
Tabel 4. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Pertama Pemasaran IkanKerapu
Saluran Pemasaran1
EfisiensiTeknis (%)
Efisiensi EkonomisFarmer Share
(%)Marjin Pemasaran
(%)Pedagang Besar 0,77 3,69 4,45PedagangPengumpul 0,52 2,92 3,44Pedagang Pengecer 0,27 6,42 6,69
Total 1,51 13,03 14,58Sumber : Data primer diolah, 2017
Dari tabel 4 diatas menunjukkan bahwa efisiensi teknis pada saluran
pemasaran pertama ikan kerapu, pedagang besar memiliki nilai efisiensi
dengan presentase 0,77%. Pedagang pengumpul memiliki nilai efisiensi
mencapai 0,52%. Pedagang Pengecer memiliki nilai efisiensi tertinggi dengan
presentase 0,22%. Total nilai efisiensi pada saluran pertama mencapai
10
1,51%. Farmer share pedagang besar 3,69%, pedagang pengumpul 2,92%
dan pedagang pengecer 6,42% dengan total 13,03%. Marjin pemasaran
pedagang besar 4,45%, pedagang pengumpul 3,44% dan pedagang
pengecer 6,69% dengan total mencapai 14,58%.
Tabel 5. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Kedua Pemasaran Ikan Kerapu
Saluran Pemasaran2
EfisiensiTeknis (%)
Efisiensi EkonomisFarmer Share
(%)Marjin Pemasaran
(%)Pedagang Besar 0,77 3,69 4,45
Pedagang Pengecer 0,52 2,92 3,44Total 1,29 6,61 7,89
Sumber : Data primer diolah, 2017
Pada tabel 5 diatas efisiensi teknis menunjukkan bahwa Pedagang
besar memiliki nilai sebesar 0,77%. Pedagang pengecer memiliki nilai
efisiensi mencapai 0,52%. Total nilai efisiensi pemasaran pada saluran
pemasaran ketiga mencapai 1,29%. Farmer share pedagang besar 3,69%,
pedagang pengecer 2,92% dengan total 6,61%. Marjin pemasaran pedagang
besar 4,45%, pedagang pengecer 3,44% dengan total 7,89%.
4.1.4.2 Efisiensi Pemasaran Ikan Lemuru
Tabel 6. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Pertama Pemasaran IkanLemuru
Saluran Pemasaran1
EfisiensiTeknis (%)
Efisiensi EkonomisFarmer Share Marjin Pemasaran
11
(%) (%)Pedagang Besar 5,26% 29,52 34,78PedagangPengumpul 2,85% 15,01 17,86Pedagang Pengecer 1,41% 19,72 21,12
Total 9,52% 64,25 73,76 Sumber : Data primer diolah, 2017
` Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa Efisiensi teknis pedagang besar
memiliki nilai mencapai 5,26%, sedangkan pedagang pengecer memiliki nilai
efisiensi pemasaran mencapai 1,78%. Total nilai efisiensi pemsaran ikan
lemuru pada saluran pertama mencapai 7,04%. Farmer share pedagang
besar 29,52%, pedagang pengumpul 15,01%, pedagang pengecer 19,72%
dengan total 64,25%. Marjin pemasaran pedagang besar 34,78%, pedagang
pengumpul 17,86%, pedagang pengecer 21,12% dengan total 73,76%.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Efisiensi Saluran Kedua Pemasaran Ikan Lemuru
Saluran Pemasaran2
EfisiensiTeknis (%)
Efisiensi EkonomisFarmer Share
(%)Marjin Pemasaran
(%)Pedagang Besar 4,4 41,05 45,45
Total 4,4 41,05 45,45Sumber : Data primer diolah, 2017
Dari tabel 7 diatas menunjukkan bahwa pedagang besar memiliki nilai
efisiensi teknis mencapai 4,4% dengan total mencapai 4,4%. Farmer share
pedagang besar 41.05% dengan total 41.05%. Marjin pemasaran pedagang
besar 45,45% dengan total mencapai 45,45%.
4.2 Pembahasan4.2.1 Ikan Tangkapan Dominan4.2.1.1 Hasil Tangkapan Cantrang
12
Dari tabel 1 hasil penelitian dengan perhitungan multi criteria analysis
didapatkan ikan tangkapan dominan menggunakan alat tangkap cantrang
adalah ikan kerapu dengan nilai total 3,612 poin.
Multi Criteria Analysis (MCA) adalah suatu metode pengambilan
keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif
berdasarkan beberapa kriteria tertentu.Kriteria biasanya suatu ukuran –
ukuran atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan.Secara
umum dapat dikatakan bahwa MCA menyeleksi alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif (Kusumadewi, 2006).
Perairan utara Jawa cukup potensial untuk perikanan demersal
sehingga sumberdaya ikandemersal merupakan salah satu sumberdaya
perikanan yang mempunyai nilaiekonomis penting. Di perairan utara jawa
terdapat Ikan tangkapan dominan di antaranya kurisi, merah, kerapu dan
swanggi. Tetapi penangkapannya banyakmenggunakan alat tangkap yang
diduga kurang ramah lingkungan, di antaranyaadalah alat tangkap cantrang
(Cahyani, 2013).
Menurut Firdaus (2010), pengoperasian unit penangkapan cantrang
dengan target tangkapan utama non-udang, yaitu ikan kerapu (Epinephelus
merra), dilakukan pada periode air pasang rendah (air mati). Para nelayan
cenderung mengoperasikan alat tangkap cantrang pada periode air mati
dengan target penangkapan ikan kerapu. Hal ini telah menjadi kebiasaan
turun temurun (pengetahuan). Kondisi perairan tersebut, mengindikasikan
pengoperasian yang tidak membahayakan nelayan dan memudahkan dalam
13
proses penarikan. Terdapat kecenderungan bahwa ikan kerapu akan
berlimpah pada periode air pasang rendah.
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di
Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Kota Probolinggo. Menurut peneliti,
dari hasil penelitian didapatkan bahwa ikan hasil tangkapan dominan dengan
menggunakan alat tangkap cantrang adalah ikan kerapu. Hasil ini sesuai
dengan berbagai pertimbangan dengan menggunakan rumus multi criteria
analysis. Berbagai hal yang menjadi pertimbangan di dalam menentukan ikan
tangkapan dominan menggunakan alat tangkap cantrang antara lain :
kontinuitas produksi, hasil produksi rata-rata, harga komoditas, perlakuan
hasil olahan dan produk yang dipasarkan.
Jumlah ikan tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan
Kota Probolinggo didominasi oleh ikan tangkapan menggunakan alat tangkap
cantrang. Hal ini dikarenakan kapal yang menggunakan alat tangkap
cantrang mendominasi dari segi jumlah armada sebanyak 160 dari total
keseluruhan 190 armada penangkapan yang berada di Pelabuhan Perikanan
Pantai Mayangan Kota Probolinggo. Dari total keseluruhan ikan demersal
yang tertangkap, ikan kerapu menjadi ikan tangkapan dominan karena
memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
4.2.1.2 Hasil Tangkapan Purse Seine
Dari tabel 2 hasil penelitian dengan perhitungan multi criteria analysis
didapatkan ikan tangkapan dominan menggunakan alat tangkap purse seine
adalah ikan lemuru dengan nilai total 3,863 poin.
14
Multi Criteria Analysis (MCA) adalah suatu metode pengambilan
keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif
berdasarkan beberapa kriteria tertentu.Kriteria biasanya suatu ukuran –
ukuran atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan.Secara
umum dapat dikatakan bahwa MCA menyeleksi alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif (Kusumadewi, 2006).
Hasil tangkapan yang diperoleh dapat dikategorikan ke dalam hasil
tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama
merupakan hasil tangkapan yang menjadi tujuan utama nelayan, sedangkan
hasil tangkapan sampingan merupakan tangkapan yang tidak sengaja
tertangkap sewaktu alat tangkap dioperasikan (Rachmawati, 2008).
Ikan pelagis kecil adalah kelompok besar ikan yang membentuk
schooling di dalam kehidupannya dan mempunyai sifat berenang bebas
dengan melakukan migrasi secara vertikal maupun horizontal mendekati
permukaan dengan ukuran tubuh relatif kecil. Beberapa contoh ikan pelagis
kecil antara lain layang (Decapterus spp), kembung (Rastrelliger sp), siro
(Amblygastersirm), selar (Selaroides sp), tembang (Sardinellafimbriata),
lemuru (Sardinella longiceps) dan teri (Stolephorusspp) (Widodo,1997).
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di
Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Kota Probolinggo. Menurut peneliti,
dari hasil penelitian didapatkan bahwa ikan hasil tangkapan dominan
menggunakan alat tangkap purse seine dengan target ikan pelagis adalah
ikan lemuru. Ikan lemuru mendominasi hasil tangkapan alat tangkap purse
15
seine berdasarkan perhitungan menggunakan rumus multi criteria analysis
dengan berbagai pertimbangan, diantaranya : kontinuitas produksi, hasil
produksi rata-rata, harga komoditas, perlakuan hasil olahan dan produk yang
dipasarkan.
4.2.2 Rantai Pasok Ikan Kerapu
Dari gambar 9, hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap lembaga
pemasaran dilewati oleh alur rantai distribusi mulai dari nelayan sampai pada
pedagang pengecer.
Saluran pemasaran atau saluran distribusi merupakan serangkaian
organisasi yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk
menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen kepada
konsumen. Dapat disimpulkan bahwa pengertian saluran distribusi adalah
seperangkat organisasi yang saling tergantung, orang-orang yang terlibat
didalamnya melakukan proses perpindahan barang atau jasa yang telah
tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Kotler dan Amstrong, 2002).
Sedangkan menurut Marimin (2010), produk perikanan yang dihasilkan
memiliki karakteristik mudah busuk dan bersifat musiman, sehingga untuk
sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang
baik dan memadai.
16
Hanafiah dan Saefudin (1986), mengemukakan bahwa panjang
pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh suatu hasil perikanan
tergantung pada beberapa faktor antar lain:
1. Jarak antara produsen dan konsumen, semakin jauh jarak antara
produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh
oleh produk.
2. Cepat tidaknya produk rusak; produk yang cepat rusak harus cepat
diterima oleh konsumen, dengan demikian produk menghendaki saluran
yang cepat dan pendek.
3. Skala produksi, apabila produksi dalam ukuran kecil maka jumlah
produk yang dihasilkan berukuran kecil pula.
4. Posisi keuangan pengusaha, produsen yang posisi keuangannya kuat
cenderung untuk memperpendek saluran distribusi. Pedagang yang
keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi distribusi lebih banyak
dibandingkan dengan pedagang yang posisi keuangannya lebih lemah.
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Kota
Probolinggo. Menurut peneliti, rantai distribusi ikan kerapu kurang efektif
karena melewati setiap lembaga pemasaran mulai dari pedagang besar,
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer hingga akhirnya sampai pada
tangan konsumen. Produk ikan kerapu yang dipasarkan dengan rantai
distribusi yang panjang sangat mempengaruhi kualitas ikan kerapu sampai
pada tangan konsumen. Rantai distribusi yang panjang juga dipengaruhi oleh
17
jarak antara produsen dengan konsumen yang terlalu jauh, sehingga untuk
mendapatkan komoditas ikan kerapu konsumen harus melewati berbagai
lembaga pemasaran sebagai penyalur atau pendistribusi.
4.2.3 Rantai Pasok Ikan Lemuru
Dari gambar 10 hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok ikan
lemuru hanya melewati sebagian lembaga pemasaran sampai pada tangan
konsumen.
Saluran pemasaran atau rantai pasok merupakan serangkaian
organisasi yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk
menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen kepada
konsumen. Dapat disimpulkan bahwa pengertian saluran distribusi adalah
seperangkat organisasi yang saling tergantung, orang-orang yang terlibat
didalamnya melakukan proses perpindahan barang atau jasa yang telah
tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Kotler dan Amstrong, 2002).
Sedangkan menurut Marimin (2010), produk perikanan yang dihasilkan
memiliki karakteristik mudah busuk dan bersifat musiman, sehingga untuk
sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang
baik dan memadai.
Distribusi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rantai pasok
suatu produk.Peran distribusi sangat menentukan bagi tersampaikannya
sebuah produk sampai ke tangan konsumen. Dibutuhkan suatu proses yang
efisien, yang menjamin produk sampai ke tangan konsumen secara luas
dengan biaya yang minimal. Bila perusahaan memiliki sistem saluran
18
distribusi yang efisien, maka perusahaan itu akan dapat menguasai pasar.
Untuk memperbaiki efisiensi distribusi pemasaran dapat dilakukan dengan
mengurangi jumlah distributor, mengurangi biaya distribusi, mengurangi biaya
promosi, menambah penjualan dari distributor dan menambah laba dari
pelanggan (Budi, 2008).
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di
Kota Probolinggo. Menurut peneliti, rantai pasok ikan lemuru sangat efektif
karena pada rantai pasok ikan lemuru tidak melewati setiap lembaga
pemasaran. Nelayan langsung mendistribusikan ikan lemuru hasil
tangkapannya kepada pedagang besar dan oleh pedagang besar
didistribusikan langsung kepada PT. Marine Southern Product. Alur rantai
pasok yang singkat lebih efektif dan efisien sehingga menjaga kualitas dan
mutu ikan lemuru tetap terjaga. Dengan kualitas ikan yang tetap terjaga
membuat pelanggan merasa puas akan mutu yang diberikan sehingga
kegiatan jual beli akan terus berlangsung akibat dari rasa kepuasan yang
dimiliki pelanggan kepada distributor.
4.2.4 Rantai Niai Ikan Kerapu
4.2.4.1 Saluran Pemasaran Pertama
Dari gambar 11, hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ikan
kerapu sampai di tangan konsumen sangat tinggi mencapai 37.400 rupiah
per kilogramnya.
19
Menurut Porter (1985) menyatakan bahwa rantai pasok adalah suatu
pengakuan (recognition) nilai suatu produk yang diciptakan di dalam aktivitas
perusahaan dan disalurkan kepada konsumen akhir dalam harga tertentu.
Semua pelaku termasuk pabrik, pedagang, pengecer dan konsumen
berkontribusi dalam menciptakan nilai.
Menurut Parung (2008), manajemen rantai nilai merupakan pendekatan
untuk pengolahan, persediaan dan distribusi secara terintegrasi antara pemasok,
produsen, distributor dan pengecer untuk meminimalisasi biaya sistem secara
keseluruhan.
Menurut Hildayani (2013), tingginya margin pemasarandisebabkan oleh
perbedaan harga yangcukup besar antara jumlah harga yangdibayarkan oleh
konsumen dengan jumlahharga yang diterima oleh petani. Semakinbanyak lembaga
pemasaran yang terlibatdalam proses pemasaran, maka semakinbanyak pula yang
mengeluarkan biayapemasaran dengan mengambil keuntungandalam pemasaran
tersebut, maka akibatnyaadalah pemasaran kurang efisien.
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Kota
Probolinggo. Menurut peneliti, panjangnya rantai pasok berpengaruh pada harga
akhir komoditas ikan kerapu yang lebih mahal. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya
keuntungan yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran yang dilewati oleh rantai
distribusi ikan kerapu sehingga menyebabkan saluran pemasaran pertama kurang
efektif. Dsietiap lembaga pemasaran terdapat margin pemasaran sebagai laba dan
biaya distribusi yang dibebankan pada niali jual komoditas ikan kerapu, sehingga
harga akhir hingga pada tangan konsumen mengalami kenaikan yang tinggi.
4.2.4.2 Saluran Pemasaran Kedua
20
Dari gambar 12, hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ikan kerapu
sampai di tangan konsumen memiliki harga sedang mencapai 34.900 rupiah per
kilogramnya.
Porter (1985), menjelaskan rantai nilai yang efektif merupakan kunci
keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang dapat menghasilkan nilai
tambah (value added) bagi suatu industri. Rantai nilai bisa digambarkan
sebagai keseluruhan aktifitas yang disyaratkan untuk membawa barang atau
jasa dari tempat produksi, mengirimkan kepada konsumen akhir, dan daur
ulang setelah penggunaan. Selanjutnya analisis rantai nilai juga berfungsi
untuk mengidentifikasi tahap-tahap rantai nilai di mana industri dapat
meningkatkan nilai tambah (Value added) bagi pelanggan dan
mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan. Industri mampu menjadi lebih
kompetitif melalui efisiensi biaya atau peningkatan nilai tambah (Value
added) yang di peroleh melalui aktivitas rantai nilainya.
Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh
petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Pasar yang efisien
berarti
apabila marjin pemasaran yang dikeluarkan sama dengan kegunaan yang
diciptakannya. Artinya bahwa marjinnya merata. Persentase keuntungan
terhadap biaya pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran
digunakan untuk mengetahui penyebaran marjin (Jumiati, 2013).
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di
Kota Probolinggo. Menurut peneliti, Pemasaran ikan kerapu pada saluran
21
kedua sangat efektif karena hanya melewati dua lembaga pemasaran yaitu
pedagang besar dan pedagang pengecer untuk sampai pada tangan
konsumen. Pemasaran kedua memiliki keunggulan yaitu ikan tidak
mengalami perlakuan yang panjang sehingga kualitas kesegarannya
terjaga.Hal ini sangat menguntungkan bagi konsumen karena selain ikan
yang didapat dalam kualitas yang bagus, harganya relatif lebih murah
daripada saluran pertama.
4.2.5 Rantai Nilai Ikan Lemuru
4.2.5.1 Saluran Pemasaran Pertama
Dari gambar 13, hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ikan lemuru
sampai di tangan konsumen memiliki harga tinggi mencapai 7.100 rupiah per
kilogramnya.
Menurut Porter (1985) menyatakan bahwa rantai nilai adalah suatu
pengakuan (recognition) nilai suatu produk yang diciptakan di dalam aktivitas
perusahaan dan disalurkan kepada konsumen akhir dalam harga tertentu.
Semua pelaku termasuk pabrik, pedagang, distributor, pengecer dan
konsumen berkontribusi dalam menciptakan nilai.
Menurut Parung (2008), manajemen rantai nilai merupakan pendekatan
untuk pengolahan, persediaan dan distribusi secara terintegrasi antara pemasok,
produsen, distributor dan pengecer untuk meminimalisasi biaya sistem secara
keseluruhan.
Menurut Hildayani (2013), tingginya margin pemasarandisebabkan oleh
perbedaan harga yangcukup besar antara jumlah harga yangdibayarkan oleh
22
konsumen dengan jumlahharga yang diterima oleh petani. Semakinbanyak lembaga
pemasaran yang terlibatdalam proses pemasaran, maka semakinbanyak pula yang
mengeluarkan biayapemasaran dengan mengambil keuntungandalam pemasaran
tersebut, maka akibatnyaadalah pemasaran kurang efisien.
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Kota
Probolinggo. Menurut peneliti, panjangnya rantai pasok berpengaruh pada
banyaknya rantai nilai disetiap lembaga pemasaran. Hal ini diakibatkan oleh
banyaknya keuntungan yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran yang dilewati
oleh rantai distribusi ikan lemuru. Dsietiap lembaga pemasaran terdapat marjin
pemasaran sebagai laba dan biaya distribusi yang dibebankan pada niali jual
komoditas ikan lemuru, sehingga harga akhir hingga pada tangan konsumen
mengalami kenaikan yang tinggi. Rantai nilai yang panjang mulai dari nelayan
hingga sampai pada konsumen membuat sauran pemasaran pertama ikan lemuru
kurang efektif karena banyak menciptakan keuntungan bagi para lembaga
pemasarannya.
4.2.5.2 Saluran Pemasran Kedua
Dari gambar 14, hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ikan lemuru
sampai di tangan konsumen memiliki harga rendah yaitu 5.500 rupiah per
kilogramnya.
Porter (1985), menjelaskan rantai nilai yang efektif merupakan kunci
keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang dapat menghasilkan nilai
tambah (value added) bagi suatu industri. Rantai nilai bisa digambarkan
sebagai keseluruhan aktifitas yang disyaratkan untuk membawa barang atau
23
jasa dari tempat produksi, mengirimkan kepada konsumen akhir, dan daur
ulang setelah penggunaan. Selanjutnya analisis rantai nilai juga berfungsi
untuk mengidentifikasi tahap-tahap rantai nilai di mana industri dapat
meningkatkan nilai tambah (Value added) bagi pelanggan dan
mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan. Industri mampu menjadi lebih
kompetitif melalui efisiensi biaya atau peningkatan nilai tambah (Value
added) yang di peroleh melalui aktivitas rantai nilainya.
Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh
petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Pasar yang efisien
berarti
apabila marjin pemasaran yang dikeluarkan sama dengan kegunaan yang
diciptakannya. Artinya bahwa marjinnya merata. Persentase keuntungan
terhadap biaya pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran
digunakan untuk mengetahui penyebaran marjin (Jumiati, 2013).
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Kota
Probolinggo. Menurut peneliti, pemasaran ikan lemuru pada saluran kedua sangat
efektif karena hanya melibatkan satu lembaga pemasaran yaitu pedagang besar.
Harga ikan lemuru akhir pada saluran ini hanya mencapai 5.500 rupiah per
kilogramnya. Hal ini wajar terjadi karena pedagang besar mengirimlangsung ikan
lemuru menuju pabrik pengalengan ikan, PT. Marine Southern Product untuk diolah
menjadi ikan kemasan dalam kaleng. Harga yang murah dipengaruhi oleh rantai nilai
pada lembaga pemasaran yang dilalui oleh ikan lemuru. Pedagang besar mengambil
marjin keuntungan sebesar 2.500 rupiah per kilogram dari harga beli di tingkat
24
nelayan dan dari harga tersebut sudah termasuk biaya tenaga kerja dan biaya
transportasi yang dikeluarkan oleh pedagang besar
.
4.2.6 Efektifitas Pemasaran Ikan Kerapu
4.2.6.1 Saluran Pertama
Dari tabel 4, hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase saluran
pemasaran pertama ikan kerapu mencpai tidak efektif dengan total efisiensi teknis
mencapai 1,51%, total farmer share sebesar 13,03% dan marjin pemasaran sebesar
14,58%.
Nasution (2014), menjelaskan bahwa pada setiap lembaga pemasran
terdapat margin yang membuat saluran pemasaran pada komoditas tersebut kurang
efektif. Besarnya biaya yang dibayarkan konsumen mengurangi tingkat ekonomi
barang yang harus dibeli.
Produsen dapat memilih cara untuk membawa produknya sampai ke tangan
konsumen. Misalnya produk langsung diantarkan sendiri oleh produsen atau melalui
melalui perantara atau distributor. Distribusi langsung oleh perusahaan akan ada
banyak pertimbangan yang harus dipikrkan dan diperhitungkan oleh pihak produsen.
Misalnya : biaya, control, demand dan coverage terhadap cara distribusi barang
(Marketing, 2002).
Produsen perlu menggunakan distributor dalam mendistribusikan produk
kepada konsumen. Distributor memiliki kelebihan dalam pemahaman tentang medan
dan kondisi pasar yang sifatnya lokal dan serta distributor telah memiliki infrastruktur
25
dan firm image yang cukup berguna dalam mendistribusikan produk (Narus dan
Anderson, 1996).
Menurut Widiarti (2010) menyatakan efisiensi pemasaran terdiri dari efisiensi
teknis dan efiisiensi ekonomis. Efisiensi teknis pemasaran dipengaruhi oleh biaya
pemasaran Sedangkan efisiensi ekonomis diengaruhi oleh besarnya presentase
marjin pemasran dan farmer share.
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Kota
Probolinggo. Menurut peneliti, Saluran pemasaran pertama ikan kerapu kurang
efektif karena melewati berbagai saluran pemasaran mulai dari pedagang besar,
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Di setiap lembaga pemasaran yang
dilewati oleh rantai pasok ikan kerapu, terdapat marjin harga sebagai keuntungan
atau laba yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran. Pada saluran pemasaran
pertama ikan kerapu, memiliki efisiensi teknis yang rendah mdengan total mencapai
1,51% karena harus mengeluarkan biaya tenaga kerja dan transportasi yang tinggi.
Farmer share mencapai total 13,03% serta marjin pemasaran mencapai 14,58%. Hal
ini menggambarkan meratanya keuntungan yang diambil setiap lembaga pemasaran
seehingga harga akhir komoditas ikan kerapu ditingkat konsumen memiliki nilai yang
tinggi mencapai 37.400 rupiah per kilogram dari harga awal di tingkat nelayan
dengan harga 32.200 rupiah per kilogram.
Keuntungan yang dapat diambil dari banyaknya lembaga pemasaran yaitu
ikan kerapu dapat didistribusikan secara merata kepada konsumen sehingga
permintaan pasar terpenuhi. Hal ini dapat terjadi karena setiap lembaga pemasaran
memilik pasar dan wilayah masing-masing dalam mendistribusikan ikan kerapu.
4.2.6.2 Saluran Pemasaran Kedua
26
Dari tabel 5, hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase saluran
pemasaran kedua ikan kerapu sangat efektif dengan nilai total efisiensi teknis
mencapai 1,29 %, total farmer share mencapai 6,61%, marjin pemasaran mencapai
7,85%.
Menurut Cespedes (1995) dalam Pelham (2002), perusahaan dituntut untuk
memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen. Pemahaman ini dimuali dari
produk, yang disesuaikan dengan harga. Apabila faktor produk dan harga telah
terpenuhi, maka faktor-faktor tersebut harus ditunjang dengan place dimana
konsepnya adalah bagaimana membawa produk sampai ke tangan konsumen
dengan cepat dan efisien dengan menggunakan saluran distribusi yang ada di
pasar.
Kinerja pemasaran distributor dapat dicapai melalui dua elemen utama guna
tetap kompetitif. Pertama adalah efektivitas distributor dan kedua adalah efisiensi
distributor. Efektifitas distributor dipengaruhi oleh pengaturan wilayah dan
pengaturan tenaga penjual. Sedangkan efisiensi distributor berkaitan erat dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan atau ditanggung dalam proses pemasaran serta
distribusi produk. Melalui efisiensi, diharapkan agar semua proses distribusi menjadi
lebih ekonomis yang dapat dicapai dengan pengendalian biaya (Wijaya, 2003).
Menurut Widiarti (2010) menyatakan efisiensi pemasaran terdiri dari efisiensi
teknis dan efiisiensi ekonomis. Efisiensi teknis pemasaran dipengaruhi oleh biaya
pemasaran Sedangkan efisiensi ekonomis diengaruhi oleh besarnya presentase
marjin pemasran dan farmer share.
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Kota
Probolinggo. Menurut peneliti, saluran pemasaran kedua ikan kerapu sangat efektif
karena hanya melibatkan beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang besar dan
27
pedagang pengecer tanpa melewati pedagang pengumpul. Tidak adanya perantara
antara pedagang besar dengan pedagang pengecer membuat harga ikan di tingkat
konsumen akhir tidak mengalami kenaikan dan kualitas ikan masih dalam keadaan
baik. Hal ini karena perlakuan ikan kerapu lebih sedikit dan marjin harga di tingkat
lembaga pemasran lebih sedikit. Efisiensi teknis yang tinggi dengan total mencapai
1,29% dipengaruhi oleh biaya pemasaran yang dikeluarkan sangat sedikit karena
dipengaruhi oleh banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya. Total
farmer share mencapai 6,61% dan total marjin pemasaran mencapai 7,85%
menggambarkan bahwa meratanya keuntungan yang diambil oleh lembaga
pemasaran namun harga ditingkat konsumen tidak mengalami kenaikan yang tinggi
sebesar 34.900 rupiah per kilogram dari harga awal di tingkat nelayan sebesar
32.200 rupiah per kilogramnya
4.2.7 Efektifitas Pemasaran Ikan Lemuru
4.2.7.1 Saluran Pemasaran Pertama
Dari tabel 6, hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase saluran
pemasaran pertama ikan lemuru kurang efektif dengan total efisiensi teknis
mencapai 9,52 %, total farmer share mencapai 64,52% dan total marjin pemasaran
mencapai 73,76%.
Nasution (2014), menjelaskan bahwa pada setiap lembaga pemasran
terdapat margin yang membuat saluran pemasaran pada komoditas tersebut kurang
efektif. Besarnya biaya yang dibayarkan konsumen mengurangi tingkat ekonomi
barang yang harus dibeli.
Produsen dapat memilih cara untuk membawa produknya sampai ke tangan
konsumen. Misalnya produk langsung diantarkan sendiri oleh produsen atau melalui
28
melalui perantara atau distributor. Distribusi langsung oleh perusahaan akan ada
banyak pertimbangan yang harus dipikrkan dan diperhitungkan oleh pihak produsen.
Misalnya : biaya, control, demand dan coverage terhadap cara distribusi barang
(Marketing, 2002).
Produsen perlu menggunakan distributor dalam mendistribusikan produk
kepada konsumen. Distributor memiliki kelebihan dalam pemahaman tentang medan
dan kondisi pasar yang sifatnya lokal dan serta distributor telah memiliki infrastruktur
dan firm image yang cukup berguna dalam mendistribusikan produk (Narus dan
Anderson, 1996). Menurut Widiarti (2010) menyatakan efisiensi pemasaran terdiri
dari efisiensi teknis dan efiisiensi ekonomis. Efisiensi teknis pemasaran dipengaruhi
oleh biaya pemasaran Sedangkan efisiensi ekonomis diengaruhi oleh besarnya
presentase marjin pemasran dan farmer share.
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Kota
Probolinggo. Menurut peneliti, banyaknya lembaga pemasaran yang dilalui dalam
pendistribusian ikan lemuru membuat saluran pemasaran pertama pemasraan ikan
lemuru kurang efektif. Lembaga pemasaran tersebut antara lain : pedagang besar,
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Dengan banyaknya lembaga
pemasaran membuat kualitas ikan berkurang. Kurangnya efisiensi pemasaran pada
saluran ini karena disetiap lembaga pemasaran yang dilalui memiliki marjin harga
masing-masing yang berdampak pada tingginya presentase efisiensi pemasaran
ikan lemuru. Harga akhir komoditas ikan lemuru yang melewati saluran pertama
hingga sampai pada tangan konsumen sebesar 7.100 rupiah per kilogram dari harga
awal ditingkat nelayan sebesar 3.000 rupiah per kilogramnya. Efisiensi yang rendah
pada saluran pemasaran pertama ikan lemuru dengan total mencapai 9,52%
dipengaruhi oleh banyaknya biaya pemasran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga
29
pemasaran. Total farmer share mencapai 64,25% dan total marjin pemasaran
mencapai 73,76% menggambarkan bahwa tingginya keuntungan yang diambil oleh
setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasran pertama ikan lemuru.
Keuntungan yang dapat diambil dari banyaknya lembaga pemasaran pada
saluran pertama pemasaran ikan kerapu adalah distribusi yang merata pada setiap
daerah karena setiap lembaga pemasaran memiliki pasar atau wilayah masing-
masing dalam mendistribusikan komoditas ikan lemuru.
4.2.7.2 Saluran Pemasaran Kedua
Dari tabel 7, hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase saluran
pemasaran kedua ikan lemuru sangat efesien dengan total efisiensi teknis
mencapai 4,4 %, total farmer share mencapai 41,05% dan total marjin pemasaran
mencapai 45,45%.
Menurut Cespedes (1995) dalam Pelham (2002), perusahaan dituntut untuk
memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen. Pemahaman ini dimuali dari
produk, yang disesuaikan dengan harga. Apabila faktor produk dan harga telah
terpenuhi, maka faktor-faktor tersebut harus ditunjang dengan place dimana
konsepnya adalah bagaimana membawa produk sampai ke tangan konsumen
dengan cepat dan efisien dengan menggunakan saluran distribusi yang ada di
pasar.
Kinerja pemasaran distributor dapat dicapai melalui dua elemen utama guna
tetap kompetitif. Pertama adalah efektivitas distributor dan kedua adalah efisiensi
distributor. Efektifitas distributor dipengaruhi oleh pengaturan wilayah dan
pengaturan tenaga penjual. Sedangkan efisiensi distributor berkaitan erat dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan atau ditanggung dalam proses pemasaran serta
30
distribusi produk. Melalui efisiensi, diharapkan agar semua proses distribusi menjadi
lebih ekonomis yang dapat dicapai dengan pengendalian biaya (Wijaya, 2003).
Menurut Widiarti (2010) menyatakan efisiensi pemasaran terdiri dari efisiensi
teknis dan efiisiensi ekonomis. Efisiensi teknis pemasaran dipengaruhi oleh biaya
pemasaran Sedangkan efisiensi ekonomis diengaruhi oleh besarnya presentase
marjin pemasran dan farmer share.
Kutipan ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Kota
Probolinggo. Menurut peneliti, saluran pemasaran kedua ikan lemuru sangat efektif
karena hanya melibatkan satu lembaga pemasaran yaitu pedagang besar. Efisiensi
lembaga pemasaran berdampak pada berkurangnya biaya-biaya pemasaran
sehingga presentase efisiensi teknis pemasaran pada saluran kedua sangat rendah
mencapai 4,4%. Total farmer share mencapai 41.05% dan marjin pemasran
mencapai 45,45%. Hal ini menggambarkan keuntungan yang diambil oleh pedagang
besar tinggi dengan marjin 2.500 rupiah per kilogram dari harga awal ditingkat
nelayan. Sedikitnya lembaga pemasaran pada saluran pemasaran kedua
diakibatkan pedagang besar langsung mendistribusikan ikan lemuru pada PT.
Marine Southern Product untuk dijadikan ikan kemasan dalam kaleng. PT. Marine
Southern Product merupakan pelanggan tetap dari pedagang besar sehingga
pedagang besar dapat memperkirakan seberapa besar ikan lemuru yang akan
diambil dari nelayan untuk langsung didistribusikan menuju PT. Marine Southern
Product.
Kekurangan dari sedikitnya lembaga pemasaran yaitu tidak
terdistribusikannya komoditas ikan lemuru secara merata. Hal ini diakibatkan karena
keterbatasan lembaga pemasaran tidak sebanding dengan cakupan wilayah pasar
31
yang luas sehingga tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pasar apabila hanya
mengandalkan satu lembaga pemasaran saja.
1
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ikan tangkapan dominan yang didapat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Mayangan Kota Probolinggo menggunakan alat tangkap cantrang adalah jenis
ikan kerapu (Epinephelus merra) dengan perhitungan analisis mencapai 3,612
poin dan ikan tangkapan dominan menggunakan alat tangkap purse seine
adalah jenis ikan lemuru (Sardinela longiceps) dengan perhitungan analisis
mencapai 3,863 poin. Analisa mengenai komoditas ikan unggulan di Pelabuhan
Perikanan Pantai Mayangan tersebut menggunakan metode multi criteria
analysis dengan mempertimbangkan berbagai aspek unggulan pada setiap
komoditas ikan tangkapan nelayan.
2. Rantai pasok pada komoditas tangkapan ikan lemuru dan ikan kakap melalui
berbagai lembaga pemasaran mulai dari pedagang besar, pedagang pengumpul
serta pedagang pengecer untuk dipasok hingga pada konsumen.
3. Rantai nilai ikan kerapu pada saluran pemasaran kedua memiliki keuntungan
yang rendah dengan harga akhir pada tingkat konsumen sebesar 34.900 rupiah
per kilogram dari harga awal di tingkat nelayan sebesar 32.200 rupiah per
kilogram, sedangkan rantai nilai ikan lemuru pada saluran pemasaran kedua
memiliki keuntungan yang rendah dengan harga awal di tingkat nelayan sebesar
2
3.000 rupiah per kilogram dan harga akhir di tingkat konsumen sebesar 5.500
rupiah per kilogramnya.
4. Efisiensi pemasaran ikan kerapu terdapat pada saluran kedua dengan total
efisiensi teknis sebesar 1,61%, sedangkan efisiensi saluran pemasaran ikan
lemuru terdapat pada saluran kedua dengan total efisiensi teknis mencapai
4,4%.
5.2 Saran
Dari penelitian yang dilakukan mengenai judul analisis rantai pasok ikan hasil
tangkapan dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan purse seine di
Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Kota Probolinggo, masih terdapat berbagai
kekurangan dalam menjaga kualitas ikan tangkapan yang dipasok kepada
konsumen. Tidak digunakannya rantai dingin yang baik serta banyaknya lembaga
pemasaran sangat mempengaruhi kualitas ikan yang didistribusikan sampai pada
tangan konsumen.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, fandi. 2010. “Analisis Strategi Pemasaran Untuk MeningkatkanPenjualan Kendaraan Bermotor pada CV Turangga Mas Motor”.Jurusan Ekonomi Manajemen. Fakultas Ekonomi, UniversitasGunadarma.
Anindita, R. 2003. “Dasar-dasar Pemasaran Hasil Pertanian”. Malang:Universitas Brawijaya.
Arikunto, Suharsimi. 1993.Prosedur Penelitian“ Suatu Pendekatan Praktik ”.Jakarta : Rineka Cipta.
Bagas, Septiyan. (2013). Analisis Rantai Distribusi Ikan Tangkap di Kota Tegal.Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi. UniversitasSemarang.
BPS. 2014. “Kota Probolinggo Dalam Angka”. Badan Pusat Statistik KotaProbolinggo
Budi, Suseno. 2008. “Analisis Distribusi Efisiensi Pemasaran Produk DenganMetode Data Evelopment Analysis (DEA)”. Jurnla Penelitian IlmuTeknik Vol 8 (2) : 120-128.
Cahyani, Rochmah. 2013. “Kajian Penggunaan Alt Tangkap CantrangTerhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Demersal”. Tesis. ProgramMagister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro.
Cahyono, S. Andy. 1998. ”Karakteristik Sosial Ekonomi yang MempengaruhiPendapatanRumah Tangga Penyadap Getah Pinus di DesaSomagede, Kebumen, JawaTengah”. Jurnal. Universitas GadjahMada, Yogyakarta.
Dahuri, R. 2002. “Paradigma Baru Pembangunan Indonesia BerbasisKelautan”.Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang PengelolaanSumberdaya Pesisir dan Lautan.Bogor : Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan. Institut Pertanian Bogor.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2003. “Penyebaran BeberapaSumberdaya Perikanan di Indonesia”. Departemen Pertanian,Jakarta.
Faisol, Ahmad. 2012. “Probolinggo, Kota Ikan yang Terus Berbenah”.Desertasi – Institut Pertanian Bogor
Fajar, Salman. Tibrani. 2014. “Analisis Agroindustri dan Pemasaran Ikan Asin(Studi Kasus Di Desa Nelayan Kecamatan Bangko, KabupatenRokan Hilir)”. Jurnal Dinamika Pertanian Vol. XXIX No 3 : 283-294.Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau.
Firdaus, Muhammad. 2010. “Hasil Tangkapan dan Laju Tangkap UnitPerikanan Cantrang, Tugu dan Kelong”. Makara, Teknologi, Vol. 14No. 1 : 22-28.
2
Hanafiah A. M dan A M. Saefudin 1986.“Tataniaga Hasil Perikanan”. Jakarta:UIPress
Hasan, Iswandhie. 2000. “Analisis Produksi Kopi di Desa Mbenti KecamatanMinyambow Kabupaten Manokwari”. Fakultas Pertanian, UniversitasCendrawasih. Manokwari.
Hildayani, Ratih. 2013. “Analisis Pemasaran Beras di Desa Sidondo IKecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi”. E-journal Agrotekbis 1 (5): 485-492. Sulawesi Tengah : Universitas Tadulako.
Huda, Miftachul. 2009. Kajian Efektifitas dan Efisiensi Rantai Distribusi HasilTangkapan Ikan Pelagis Menggunakan Alat Tangkap Purse Seine diTPI Paiton dan TPI Mayangan Probolinggo.Skripsi.FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang.
Jumiati, Elly. 2013. “Analisis Saluran Pemasaran dan Marjin PemasaranKelapa di Daerah Perbatasan Kalimantan Timur”. Jurnal AGRIFORVol. XII No. I.
Kotler, Amstrong. 2001. “Prinsip-prinsip pemasaran”, Edisi keduabelas, Jilid1.Jakarta: Erlangga
Kurniasari, Panca. 2008. “Analisis Efiseinsi dan Faktor-Faktor yangMempengaruhi Produksi Industri Kecil di Kabupaten Kendal”.Kabupaten Kendal. Jawa Tengah.
Kusumadewi, S. 2006. ”Fuzzy Multi Attribute Decision Making”.Yoyakarta :Graha Ilmu.
Lasabuda, Ridwan. 2013. “Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalamPerspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia”. Jurnal IlmiahPlatax Vol. 1-2 Januari 2013.Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan.UNSRAT.
Marketing, “Menjadi Distributor Tunggal yang Efektif”, No. 22 November-Desember 2002.
Marimin, M. 2010. “Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan DalamManajemenRantai Pasok”. Bogor: IPB Press.
Mulyadi, Raf. 2005. “Potensi Permintaan dan Saluran Distribusi Ikan diProvinsi Jambi”. Jambi: UNJA.
Narus, James A. and Anderson, James C. 1996. “Rethinking Distribution”.Harvard Buisness Review. Jul-Aug, p.112-120.
Nasution, Aulia. 2014. “Analisis Kinerja Pemasaran PT. Alfa Scorpii Medan”.Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Vol. 14 No. 1. Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Harapan, Medan.
Nurhayati. 2008. ”Studi Perbandingan Metode Sampling Antara SimpleRandom dengan Stratified Random”, Jurnal Basis data, ICTResearch center UNAS, Vol. 3 No. 1
3
Parung, J. 2008. “Peran Modal Intelektual dalam Kerjasama Bisnis untukPenciptaan Nilai Rantai Pasok”.Jurnal Vol 7 No. 1. Teknik Industri,Universitas Surabaya.
Porter, Michael. 1985. “Technology and Competitive Avantage. Journal ofbusiness strategy”, Vol. 5 (3) : 60-78.
Rachmawati. 2008. Analisis Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan padaAlat Tangkap Dogol di Gebang Mekar, Kabupaten Cirebon, JawaBarat. Skripsi . Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, InstitutPertanian Bogor.Hal 18-25
Rohmah, Munzilir. dkk. 2015. “Analisis Pendapatan Nelayan Bagan: Studi diDesa Sarang Tiung, Kalimantan Selatan”, Jurnal Nomor ISSN : 2477-6475. Universitas Indonesia. Depok.
Pelham, Alfred. 2002. “An Exploratory Model And Initial Test Of The InfluenceOf Firm Level Consulting-Oriented Sales Forc Programs On SalesForce Performance”. Journal Of Personal Selling & SalesManagement, XXVI : 97-109.
Purwanto. 2011. “Analisis Pendapatan Nelayan dan Sistem Pemasaran IkanSelar Berdasarkan Musim dan Alat Tangkap di Kota Palu”. Palu:Mitra Sains.
Setyawati, Wiwit. 2006. “Analisa Pengaruh Faktor Produksi TerhadapProduksi Industri Pengasapan Ikan di Kota Semarang”. Tesis.Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro. Semarang.
Setyawan, Halim. 2014. “Analisis Biaya Pemasaran Sebagai Salah Satu AlatUntuk Pengendalian Biaya Komersial”. Jurnal Administrasi Bisnis Vol.13 No. 1: 42-48.
Shank, John. Govindarajan, Vijay. 2000. ”Value Chain Coasting andImprovement On Strategy Management Acounting”. InternationalJournal of Recent Advances in Multidisciplinary Research, Vol 2(11) : 934-941.
Sudjana, Nana. 2006. “Dasar-dasar Proses belajar Mengajar”. Bandung:Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian”. Bandung: Alfabeta.Sulistyo, Basuki. 2006. “Metode Penelitian”. Jakarta : Wedatama Widya
Sastra.Sumarjono, Djoko. 2004. “Diklat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi”. Fakultas
Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.Sutrisno. 2009. “Upaya Peningkatan Pendapatan Petani melalui Pemasaran
Beras”. Pati : Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati.Triarso, Imam. 2013. “Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Perikanan
Tangkap di Pantura Jawa Timur”. Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan. Universitas Diponegoro. UNDIP. Semarang.
Wawan, Oktariza. Fachrudin, Achmad. 1996.”Studi Distribusi PemasaranHasil Perikanan Laut Dari Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat”,Buletin Ekonomi Perikanan No. 2 Th. 2.
4
Widiarti, Eka. 2010. “Analsis Marjin Pemasaran Jahe di Kabupaten Wonogiri”.Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Widodo J. 1997. “Review of The Small PelagicFisheries of Indonesia. SmallPelagic Resourcesand Their Fisheries in The Asia-Pacifi cregion”.Proceeding of The APFIC Working Party onMarine Fisheries,First Session, 13-16 May 1997,Bangkok, Thailand. RAP Publication1997/31.p199-226.
Wijaya, Saekoko. 2003. “Analisi Model Efektivitas dan Efisiensi Distributor”.Jurnal Sains Pemsaran Indonesia. Vol. 2 No. 2 : 155-180.
Yuke, Wijaya. Syafitri, Lili. 2011. “Analisis Pengendalian Biaya Produksi DanPengaruhnya Terhadap Laba PabrikPenggilingan (PP) SrikandiPalembang”. Akuntansi.STIE Multi Data Palembang.