analisis proses pirolisis isothermal pada …digilib.unila.ac.id/23712/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS PROSES PIROLISIS ISOTHERMAL PADA
SAMPAH KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
DWI ANDRI WIBOWO
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
ABSTRAK
ANALISIS PROSES PIROLISIS ISOTHERMAL PADA SAMPAH KOTABANDAR LAMPUNG
Oleh
DWI ANDRI WIBOWO
Sampah merupakan masalah utama yang sedang dihadapi kota Bandar Lampung.Bertambahnya jumlah sampah setiap harinya mengakibatkan penumpukan sampahyang sangat besar di TPA Bakung tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. Sebagianbesar sampah terdiri dari sampah organik (sayuran, kayu, kertas) dan anorganik(plastik). Kandungan lignoselulosa pada sampah dapat dipecah menjadi ikatanyang lebih sederhana (gas volatile) untuk mendapatkan produk bio-oil. Untukmemecah kandungan lignoselulosa tersebut diperlukan perlakuan pirolisisisothermal.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum pirolisis isothermalpada temperatur kerja 300˚C-700˚C dan waktu reaksi 15-35 menit. Pengujian GC-MS dilakukan untuk mengetahui kandungan hidrokarbon bio-oil. Rasio sampahyang digunakan yaitu 60% plastik, 20% sayuran dan 20% kertas dalam kondisikering. Proses pirolisis isothermal dilakukan dengan sistem tertutup.
Temperatur memberikan pengaruh jumlah produk bio-oil yang dihasilkan, padatemperatur 300˚C-500˚C menghasilkan produk terbanyak. Waktu reaksimemberikan pengaruh terhadap kuantitas bio-oil, pada waktu reaksi 25-35 menitmenghasilkan produk yang lebih bersih. Fraksi hidrokarbon menunjukankecenderungan bahan bakar 33,3% gasoline dan 66,6% diesel. Pada penelitian inididapat kondisi optimum pada temperatur kerja 400˚C waktu reaksi 30 menitdengan produk yield bio-oil 11% (wt%). Fraksi hidrokarbon gasoline 31,86%(peak area%), diesel 55,06% (peak area%), heavy gas oil 13,08% (peak area%).Sifat hidrokarbon Paraffin 33,03% (peak area%), Iso-paraffin 0% (peak area%),Olefin 41,03% (peak area%), Naphthenes 4,85% (peak area%), Aromatic 13,3%(peak area%), Oxygeneted Alcohol 6,74% (peak area%), Acid 1,05% (peakarea%).
Kata kunci : Pirolsis isothermal, sampah kota, bio-oil
ABSTRACT
ISOTHERMAL PYROLISYS PROCESS ANALYSIS OF WASTE INBANDAR LAMPUNG
By
DWI ANDRI WIBOWO
Waste is a major problem facing the city of Bandar Lampung. Increasing theamount of waste every day , resulting in the accumulation of waste in the landfillenormous Bakung without further processing. Most of the waste consists oforganic waste (vegetables,woods,papers) and inorganic (plastic). The content ofthe lignocellulosic waste can be broken down into more simple bond (volatile gas)to obtain bio-oil product. To break down the lignocellulose content of isothermalpyrolysis treatment required.
This study was conducted to determine the optimum conditions of isothermalpyrolysis at working temperatures of 300˚C-700˚C and reaction time of 15-35minutes. GC - MS testing conducted to determine the hydrocarbon content of bio-oil. The ratio of waste used is 60% plastic, 20% vegetables and 20% of paper indry conditions. Isothermal pyrolysis process conducted with a closed system.
Temperatures influence the amount of bio-oil product produced, at a temperatureof 300˚C-500˚C to produce largest. The reaction time influence on the quantity ofbio – oil, at reaction time of 25-35 minutes to produce products that are cleaner.Hydrocarbon fraction showed a tendency of fuel 33.3% gasoline and 66.6%diesel. In this study, obtained the optimum conditions at an operating temperatureof 400˚C reaction time of 30 minutes with a product yield of bio-oil 11% (wt%).Hydrocarbons fraction of gasoline 31.86% (peak area%), diesel 55.06% (peakarea%), heavy gas oil 13.08% (peak area%). Properties hidrocarbon Paraffin33,03% (peak area%), Iso-paraffin 0% (peak area%), Olefin 41,03% (peakarea%), Naphthenes 4,85% (peak area%), Aromatic 13,3% (peak area%),Oxygeneted Alcohol 6,74% (peak area%), Acid 1,05% (peak area%).
Keywords: Pyrolysis isothermal, municipal solid waste, bio-oil
ANALISIS PROSES PIROLISIS ISOTHERMAL PADA
SAMPAH KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
DWI ANDRI WIBOWO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
PERSEMBAHAN
Dengan Kerendahan Hati meraih Ridho Illahi Robbi Kupersembahkan karya
Kecilku ini untuk orang-orang yang aku sayangi
Ibu dan Ayahku
Atas Segala pengorbanan yang tak terbalaskan, doa, kesabaran, keikhlasan, cinta
dan kasih sayangnya
Kakak dan Adikku
Sumber inspirasi, semangat, keceriaan dan kebanggan dalam hidupku
Dosen Teknik Mesin
Yang selalu membimbing, mengajarkan, memberikan saran serta saran baik
secara akademis maupun non akademis
Tim Lab. Termodinamika
Yang selalu membantu, memberikan semangat, teman belajar menuju
keberhasilan
Sahabat Mesin ‘10
Yang selalu memberi semangat dan berdiri tegap disampingku saat suka maupun
duka, berbagi nasihat dan keceriaan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung Provinsi Lampung
pada Tanggal 19 Oktober 1991, sebagai anak kedua dari empat
bersaudara, dengan orang tua Bapak Yon Maryono dan Ibu Sukini.
Jenjang pendidikan pertama yang dijalani penulis adalah
Pendidikan Taman Kanak – Kanak (TK) di TK Unila diselesaikan
pada tahun 1998. Selanjutnya penulis duduk dibangku Sekolah
Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung hingga tamat pada tahun 2004.
Pendidikan lanjut pertama penulis di SMP Negeri 8 Bandar Lampung, akhirnya pada
tahun 2007 penulis lulus dari SMP tersebut. Kemudian pada tahun 2007 penulis
melanjutkan di salah satu SMA favorit Kota Bandar Lampung yaitu SMA Negeri 9
Bandar Lampung, dan penulis lulus SMA pada tahun 20010. Selama menjalani
pendidikan dari SMP hingga SMA, penulis aktif dalam mengikuti organisasi intern
sekolah dan aktif dalam kejuaran karate daerah serta nasional.
Pada Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Mesin
Universitas Lampung (Unila) melalui seleksi yang saat itu bernama Penelusuran
Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Diawal pendidikan penulis terpilih
menjadi ketua angkatan Teknik Mesin angkatan 2010. Selama menjalani pendidikan
di Teknik Mesin penulis mengikuti beberapa kegiatan organisasi. Pada tahun 2011
penulis menjadi sekertaris bidang Organisasi dan Kepemimpinan Himpunan
Mahasiswa Teknik Mesin dan menjadi anggota Pengembangan Sumber Daya
Mahasiswa BEM Fakultas Teknik UNILA. Pada tahun 2012 penulis menjadi ketua
bidang Organisasi dan Kepemimpinan Teknik Mesin selama satu tahun. Semasa
kuliah pada tahun 2013, penulis melakukan kerja praktik di BPPT MEPPO dengan
subjek yang dikaji desain alat pemosisi linier ultra akurasi. Dalam menjalani
pendidikan di Teknik Mesin, penulis tergabung dalam kepanitiaan acara Seminar
Tahunan Teknik Mesin dengan tema Peran Riset dan Teknologi Untuk mewujudkan
Ketahanan Enenrgi Nasional dan Industri yang Ramah Lingkungan tahun 2012 dan
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin ke 12 (SNTTM) tahun 2013 di Bandar
Lampung.
QUOTE
“Niscaya Allah swt akan meninggikan derajat orang-orang yang berimandiantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Qur’an Al-mujadalah; 11)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”(Q.S. Al-Insyirah :5)
“Sesungguhnya tentang pertikaian langit dan bumi dan pertikaian malam dansiang menjadi tanda (atas kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal”
(Q.S. Al Imran :190)
“Success usually comes to those who are too busy to be looking for it.”(Henry David Thoreau, 1817-1862)
“Jangan terlalu mencintai tubuhmu, kelak cacing akan kenyang menggerogotijasadmu di makam kelak. Terus bekerja, jika perlu kamu tidak tidur untuk meraihkesuksesan.”
(Indra Mamad Gandidi)
“Jangan berkecil hati jika tahan persiapanmu sedikit lebih lama dibandingtemanmu. Sebab dengan kemampuanmu yang sekarang, pasti kamu tidak siapbertemu orang yang hebat dalam kehidupanmu”
(Rachmat Cahay Putra)
“Segala masalah tidak akan pernah selesai, jika kau hanya lari dari masalah itu.Hadapi masalah mu apapun bentuknya, Allah SWT selalu bersamamu danmenjagamu “
(Dwi Andri Wibowo)
“Selalu ingat siapa dirimu, dimanapun kamu berada kelak, hiduplah dengan jujurdan selalu berbuat baik kepada setiap orang”
(Dwi Andri Wibowo)
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, karena berkat karunia, rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir serta menyelesaikan Skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita menuju zaman yang lebih baik
seperti sekarang ini. Skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Teknik pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.
Skripsi ini disusun berdasarkan studi pustaka, berdiskusi bersama dosen pembimbing,
dan eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Termodinamika, dengan mengkaji
proses pirolisis pada sampah kota Bandar Lampung. Dalam skripsi ini menyajikan
proses mengkonversi sampah kota Bandar Lampung menjadi bio-oil. Untuk proses
semua sumber yang dirangkum dan dijadikan acuan, berasal dari jurnal nasional
maupun internasional, dan juga berdasarkan literatur untuk menunjang dalam proses
analisa. Hasil yang diperoleh dari penelitian baik berupa data mass yield (wt%),
kandungan hidrokarbon dan sifat hidrokarbon yang dibandingkan dengan bahan bakar
gasoline RON 88 dan diesel CN 48 didalam skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin sampaikan rasa terima kasihnya kepada :
1. Kedua Orang Tua saya Bapak Yon Maryono dan Ibu Sukini yang selalu
memberikan kasih sayang, semangat motivasi, dan mendoakan atas harapan
serta kesuksesan penulis.
2. Kakak dan adik saya Nunuk Andrianto, Boy Abri Pranoto dan Niken Puspita
Putri atas nasehat, dukungan, motivasi, dan do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Ahmad Su’udi, S.T.,M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Lampung.
4. Bapak M. Dyan Susila ES, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing 1 Tugas
Akhir ini, terima kasih atas saran-saran, ide gagasan, bimbingan, dan juga
semua nasehat sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak A.Yudi Eka Risano, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing 2 Tugas
Akhir ini, terima kasih atas saran-saran dan juga bimbingan yang telah
diberikan kepada penulis.
6. Bapak Amrul,S.T.,M.T., selaku dosen pembahas dalam Tugas Akhir ini,
terimakasih atas saran dan masukan yang diberikan.
7. Bapak Indra Mamad Gandidi S.T., M.T. sebagai manager projek Pirolisis
Sampah Kota Bandar Lampung yang selalu memberikan dukungan, diskusi,
arahan, ilmu serta masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis dan tim
sampah kota.
8. Terima kasih kepada mas Pono, Mas Dadang, Mas Joko atas bantuan
peminjaman lab dan alat – alat penunjang penelitian.
9. Terima kasih kepada Dhining Ayu Oktavia S.Kep telah memberikan
semangat, motivasi, dukungan serta do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Dwi Novriadi S.T., Ahmad Rama Doni S.T., yang telah membantu dalam
proses perancangan dan pembuatan alat pirolisis sampah kota Bandar
Lampung
11. Rekan-Rekan Tugas Akhir Pirolisis Sampah Kota Bandar Lampung Ali
Mustofa, Adicha Aulia Putra, A. Fadli K.H, Ahmad Syarif Faturohman terima
kasih atas kebersamaan perjuangan dan usaha dalam melaksanakan Tugas
Akhir Alat Pengering Kopi Mekanik.
12. Adik – adik tim PKM pirolisis sampah kota yang selalu memberikan
semangat dan membantu dalam penelitian.
13. Rekan – rekan angkatan 2010 yang selalu memberikan motivasi, diskusi serta
semangat juang untuk menyelesaikan penelitian dan tugas akhir penulis.
14. Serta pihak – pihak lain yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun Penulis
memiliki harapan agar skripsi yang sederhana ini dapat memberi inspirasi dan
berguna bagi semua kalangan civitas akademik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.Bandar Lampung, Agustus 2016
Penulis
Dwi Andri Wibowo
xv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ............. xvDAFTAR TABEL................................................................................................. xviiiDAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xixDAFTAR SIMBOL............................................................................................... xxv
I. PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 11.2. Tujuan........................................................................................................ 41.3. Batasan Masalah........................................................................................ 51.4. Sistematika Penulisan................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUASTAKA............................................................................... 7
2.1. Municipal Solid Waste ............................................................................. 72.2. Biomassa .................................................................................................. 82.3. Kandungan Zat Terbang (Volatil) ............................................................ 102.4. Metode Konversi Sampah ........................................................................ 112.5. Proses Pirolisis dan Produk...................................................................... 132.6. Pirolisis Non-Isothermal dan Pirolisis Isothermal ................................... 15
2.6.1. Pirolisis Non-Isothermal.............................................................. 152.6.2. Pirolisis Isothermal ..................................................................... 16
2.7. Mekanisme Proses Pirolisis dan Degradasi Termal................................ 172.8. Parameter Proses Pirolisis....................................................................... 18
2.8.1. Temperatur .................................................................................. 182.8.2. Kadar Air Dalam Material Lignoselulosa ................................... 192.8.3. Waktu Reaksi .............................................................................. 192.8.4. Ukuran Partikel Sampah ............................................................. 202.8.5. Laju Pemanasan .......................................................................... 202.8.6. Kehadiran Oksigen...................................................................... 202.8.7. Tekanan ....................................................................................... 20
2.9. Karakteristik Produk Pirolisis ................................................................. 212.10. Senyawa Pembentuk Bio-Oil................................................................ 222.11. Sifat – Sifat Hidrocarbon ..................................................................... 23
xvi
2.12. Pengaruh SIfat Hidrocarbon Terhadap Heating Value ........................ 272.13. Unjuk Kerja Pirolisis ............................................................................ 28
2.13.1. Rendemen (Mass Yield) ............................................................. 282.13.2. Pengujian Produk Pirolisis ......................................................... 28
III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................... 34
3.1. Tempat dan Waktu Peneltian ................................................................... 343.2. Alur Tahapan Pelaksanaan....................................................................... 353.3. Alat dan Bahan......................................................................................... 36
3.3.1. Bahan............................................................................................ 363.3.2. Alat ............................................................................................... 39
3.4. Rangkaian Alat Pirolisis........................................................................... 423.5. Metode Pengujian..................................................................................... 443.6. Tahapan Pengujian Laboratorium............................................................ 463.7. Variabel Pengujian ................................................................................... 46
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Produk Padat, Liquid dan Gas .......... 494.1.1. Produk pada Temperatur 300oC ................................................... 494.1.2. Produk pada Temperatur 400oC ................................................... 524.1.3. Produk pada Temperatur 500oC ................................................... 564.1.4. Produk pada Temperatur 600oC ................................................... 594.1.5. Produk pada Temperatur 700oC ................................................... 61
4.2. Pengaruh Temperatur Terhadap Produk Padat, Liquid dan Gas .............. 634.2.1. Produk pada Waktu Reaksi 15 Menit ........................................... 634.2.2. Produk pada Waktu Reaksi 20 Menit........................................... 664.2.3. Produk pada Waktu Reaksi 25 Menit........................................... 694.2.4. Produk pada Waktu Reaksi 30 Menit........................................... 724.2.5. Produk pada Waktu Reaksi 35 Menit........................................... 75
4.3. Pengujian GC-MS .................................................................................... 774.4. Hasil Analisa GC-MS dan Distribusi Angka Hidrokarbon...................... 78
4.4.1. Produk Bio-Oil Pada Kondisi 300oC 20 Menit ........................... 794.4.2. Produk Bio-Oil Pada Kondisi 300oC 25 Menit ........................... 824.4.3. Produk Bio-Oil Pada Kondisi 300oC 30 Menit ........................... 864.4.4. Produk Bio-Oil Pada Kondisi 300oC 35 Menit ........................... 894.4.5. Produk Bio-Oil Pada Kondisi 400oC 15 Menit ........................... 924.4.6. Produk Bio-Oil Pada Kondisi 400oC 20 Menit ........................... 96
xvii
4.4.7. Produk Bio-Oil Pada Kondisi 400oC 30 Menit ........................... 994.4.8. Produk Bio-Oil Pada Kondisi 400oC 35 Menit ........................... 1034.4.9. Produk Bio-Oil Pada Kondisi 500oC 35 Menit ........................... 106
4.5. Efek Temperatur dan Waktu Reaksi Terhadap Sebaran FaksiHidrocrbon.............................................................................................. 110
4.6. Efek Temperatur dan Waktu Reaksi Terhadap Klasifikasi SifatHidrokarbon ............................................................................................. 117
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan .................................................................................................. 1255.2. Saran......................................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 128
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1. Distribusi Produk Dalam Proses Pirolisis ....................................... 15
Tabel 2.2. Fraksi Produk Minyak Bumi dari Proses Destilasi ......................... 23
Tabel 2.3. Hasil Uji GC-MS Pada Bahan Bakar Solar 48 ............................... 29
Tabel 2.4. Hasil Uji GC-MS Pada Bahan Bakar Bensin 88 ............................. 31
Tabel 3.1. Variasi Percobaan ........................................................................... 47
Tabel 3.2. Tabel Percobaan ............................................................................. 47
Tabel 4.1. Hasil Eksperimen Pirolisis Isothermal ............................................ 49
Tabel 4.2. Mass Spectrometer Kondisi 300˚C 20 Menit ................................. 82
Tabel 4.3. Mass Spectrometer Kondisi 300˚C 25 Menit ................................. 85
Tabel 4.4. Mass Spectrometer Kondisi 300˚C 30 Menit ................................. 88
Tabel 4.5. Mass Spectrometer Kondisi 300˚C 35 Menit ................................. 91
Tabel 4.6. Mass Spectrometer Kondisi 400˚C 15 Menit ................................. 94
Tabel 4.7. Mass Spectrometer Kondisi 400˚C 20 Menit ................................. 98
Tabel 4.8. Mass Spectrometer Kondisi 400˚C 30 Menit ................................. 101
Tabel 4.9. Mass Spectrometer Kondisi 400˚C 35 Menit ................................. 105
Tabel 4.10. Mass Spectrometer Kondisi 500˚C 35 Menit ............................... 108
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Struktur Selulose ......................................................................... 9
Gambar 2.2. Grafik Pirolisis Non-Isothermal ................................................. 16
Gambar 2.3. Grafik Pirolisis Isothermal ......................................................... 17
Gambar 2.4. Produk Hasil Proses Prolisis ....................................................... 22
Gambar 2.5. Ikatan Hidrokarbon (a) Normal Paraffin (b) Iso-Paraffin
Alkana ...................................................................................... 24
Gambar 2.6. Senyawa Hidrokarbon Golongan Olefin .................................... 25
Gambar 2.7. Senyawa Hidrokarbon Golongan Nephthenes ............................ 26
Gambar 2.8. Empat Perbedaan Senyawa Aromatik ........................................ 26
Gambar 2.9. Grafik Fraksi Hidrokarbon Pada Solar 48 .................................. 31
Gambar 2.10. Grafik Sifat Hidrokarbon Pada Solar 48 .................................. 31
Gambar 2.11. Grafik Fraksi Hidrokarbon Pada Premium 88 .......................... 33
Gambar 2.12. Grafik Sifat Hidrokarbon Pada Premium 88 ............................ 33
Gamabr 3.1. Jenis Plastik ................................................................................ 38
(a). Plastik ABS .......................................................................... 37
(b). Plastik HDPE........................................................................ 37
xx
(c). Plastil LDPE ........................................................................ 37
(d). Plastik PE ............................................................................ 37
(e). Plastik PET .......................................................................... 37
(f). Plastik PP ............................................................................. 37
(g). Plastik PS ............................................................................. 38
(h). Plastik PVC ......................................................................... 38
(i). Styrofoam ............................................................................. 38
Gambar 3.2. Contoh Sampah Organik ............................................................ 38
(a). Samph Sayur dan Buah ........................................................ 38
(b). Sampah Daun........................................................................ 38
(c). Sampah Kayu ....................................................................... 38
Gambar 3.3. Sampah Kertas............................................................................. 39
(a). Sampah Koran ..................................................................... 39
(b). Sampah Kardus .................................................................... 39
Gambar 3.4. Autoclave .................................................................................... 40
(a). Tabung Autoclave ................................................................ 40
(b). Tutup Autoclave ................................................................... 40
Gambar 3.5. Heater Box .................................................................................. 40
Gambar 3.6. Alat – alat Pendukung Proses Destilasi ...................................... 42
(a). Tabung Pemisah Bio-Oil ..................................................... 42
(b). Timbangan Digital ............................................................... 42
(c). Thermocouple ...................................................................... 42
(d). Pipa Tembaga ...................................................................... 42
xxi
(e). Keran .................................................................................... 42
(f). Bak Penampung Air ............................................................. 42
Gambar 3.7. Desain Rangkaian Alat Uji (Autoclave) ...................................... 43
Gambar 3.8. Modifikasi Tutup Autoclave ....................................................... 43
Gambar 4.1. Produk Pirolisis Temperatur 300˚C Waktu Reaksi 15,25, 30,20
dan 35 Menit ............................................................................... 50
Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Variasi Waktu Reaksi Pada Temperatur
300˚C ........................................................................................ 51
Gambar 4.3. Produk Pirolisis Temperatur 400˚C Waktu Reaksi 15,20,25,30
dan 35 Menit .............................................................................. 54
Gambar 4.4. Grafik Pengaruh Variasi Waktu Reaksi Pada Temperatur
400˚C ........................................................................................ 55
Gambar 4.5. Produk Pirolisis Temperatur 500˚C Waktu Reaksi 15,20,25,30
dan 35 Menit ............................................................................... 57
Gambar 4.6. Grafik Pengaruh Variasi Waktu Reaksi Pada Temperatur
500˚C ....................................................................................... 58
Gambar 4.7. Produk Pirolisis Temperatur 600˚C Waktu Reaksi 15,20,25,30
dan 35 Menit ............................................................................... 60
Gambar 4.8. Grafik Pengaruh Variasi Waktu Reaksi Pada Temperatur
600˚C ....................................................................................... 61
Gambar 4.9. Produk Pirolisis Temperatur 700˚C Waktu Reaksi 15,20,25,30
dan 35 Menit .............................................................................. 62
xxii
Gambar 4.10. Grafik Pengaruh Variasi Waktu Reaksi Pada Temperatur
700˚C ....................................................................................... 63
Gambar 4.11. Produk Pirolisis Waktu Reaksi 15 Menit Temperatur 300˚C,
400˚C, 500˚C, 600˚C, 700˚C .................................................... 64
Gambar 4.12. Grafik Pengaruh Variasi Temperatur Pada Waktu Reaksi 15
Menit......................................................................................... 65
Gambar 4.13. Produk Pirolisis Waktu Reaksi 20 Menit Temperatur 300˚C,
400˚C, 500˚C, 600˚C, 700˚C .................................................... 68
Gambar 4.14. Grafik Pengaruh Variasi Temperatur Pada Waktu Reaksi 20
Menit......................................................................................... 68
Gambar 4.15. Produk Pirolisis Waktu Reaksi 25 Menit Temperatur 300˚C,
400˚C, 500˚C, 600˚C, 700˚C .................................................... 71
Gambar 4.16. Grafik Pengaruh Variasi Temperatur Pada Waktu Reaksi 25
Menit......................................................................................... 71
Gambar 4.17. Produk Pirolisis Waktu Reaksi 30 Menit Temperatur 300˚C,
400˚C, 500˚C, 600˚C, 700˚C .................................................... 73
Gambar 4.18. Grafik Pengaruh Variasi Temperatur Pada Waktu Reaksi 30
Menit......................................................................................... 74
Gambar 4.19. Produk Pirolisis Waktu Reaksi 35 Menit Temperatur 300˚C,
400˚C, 500˚C, 600˚C, 700˚C .................................................... 76
Gambar 4.20. Grafik Pengaruh Variasi Temperatur Pada Waktu Reaksi 35
Menit......................................................................................... 77
xxiii
Gambar 4.21. Gambar Produk Bio-Oil (A) 300˚C 20 Menit, (B) 300˚C 25
Menit, (C) 300˚C 30 Menit, (D) 300oC 35 menit, (E) 400oC
15 menit, (F) 400oC 20 menit,(G) 400oC 30 menit, (H) 400oC
35 menit, (I) 500oC 35 menit .................................................... 78
Gambar 4.22. Grafik Gas Chromatograph Pada Kondisi 300˚C 20 Menit ..... 80
Gambar 4.23. Grafik Fraksi Hidrokarbon Perbandingan Bio-Oil, Bensin
RON dan Solar CN 48 ............................................................. 82
Gambar 4.24. Grafik Gas Chromatograph Pada Kondisi 300˚C 25 Menit ..... 84
Gambar 4.25. Grafik Fraksi Hidrokarbon Perbandingan Bio-Oil, Bensin
RON dan Solar CN 48 .............................................................. 86
Gambar 4.26. Grafik Gas Chromatograph Pada Kondisi 300˚C 30 Menit ..... 87
Gambar 4.27. Grafik Fraksi Hidrokarbon Perbandingan Bio-Oil, Bensin
RON dan Solar CN 48 .............................................................. 89
Gambar 4.28. Grafik Gas Chromatograph Pada Kondisi 300˚C 35 Menit ..... 90
Gambar 4.29. Grafik Fraksi Hidrokarbon Perbandingan Bio-Oil, Bensin
RON dan Solar CN 48 .............................................................. 92
Gambar 4.30. Grafik Gas Chromatograph Pada Kondisi 400˚C 15 Menit ..... 93
Gambar 4.31. Grafik Fraksi Hidrokarbon Perbandingan Bio-Oil, Bensin
RON dan Solar CN 48 .............................................................. 95
Gambar 4.32. Grafik Gas Chromatograph Pada Kondisi 400˚C 20 Menit ..... 97
Gambar 4.33. Grafik Fraksi Hidrokarbon Perbandingan Bio-Oil, Bensin
RON dan Solar CN 48 .............................................................. 99
Gambar 4.34. Grafik Gas Chromatograph Pada Kondisi 400˚C 20 Menit ..... 100
xxiv
Gambar 4.35. Grafik Fraksi Hidrokarbon Perbandingan Bio-Oil, Bensin
RON dan Solar CN 48 .............................................................. 102
Gambar 4.36. Grafik Gas Chromatograph Pada Kondisi 400˚C 35 Menit ..... 104
Gambar 4.37. Grafik Fraksi Hidrokarbon Perbandingan Bio-Oil, Bensin
RON dan Solar CN 48 .............................................................. 106
Gambar 4.38. Grafik Gas Chromatograph Pada Kondisi 500˚C 35 Menit ..... 107
Gambar 4.39. Grafik Fraksi Hidrokarbon Perbandingan Bio-Oil, Bensin
RON dan Solar CN 48 .............................................................. 109
Gambar 4.40. Grafik Fraksi Hidrokarbon Pengaruh Temperatur dan Waktu
Reaksi ....................................................................................... 111
Gambar 4.41. Grafik Klasifikasi Sifat Hidrokarbon Pada Temperatur 300oC
di Waktu Reaksi 15, 25, 30, 35 menit....................................... 117
Gambar 4.42. Grafik Klasifikasi Sifat Hidrokarbon Pada Temperatur 400oC
di Waktu Reaksi 15, 25, 30, 35 menit....................................... 120
Gambar 4.43. Grafik Klasifikasi Sifat Hidrokarbon Pada Waktu Reaksi 35
menit di Temperatur 300oC, 400oC dan 500oC......................... 122
xxv
DAFTAR
SIMBOL
Et = Energi Total = MW
Bs = Berat Sampah = Kg/hari
Es = Nilai Kalor Sampah = Mj/kg
ΔH = Enthalpy = Kj/mol
wt% = Persentase Berat Produk Yield
˚C = Temperatur Selsius
L = Volume liter = dm3
Peak Area% = Luas Area Grafik Uji Gas Chromatograph
Cx = Angka Atom Carbon
Hy = Angka Atom Hidrogen
˃ = Lebih Besar Dari
˂ = Kurang Dari
RON = Nilai Angka Oktan Bahan Bakar Bensin (gasoline)
CN = Nilai Angka Setana Bahan Bakar Solar (diesel)
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampah adalah masalah utama yang sedang dihadapi kota - kota di
Indonesia, yang dihasilkan dari buangan sisa aktivitas masyarakat
perkotaan. Penumpukan sampah di perkotaan cenderung meningkat dan
tidak terkendali. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk
yang cepat, ekonomi masyarakat yang semakin berkembang, arus urbanisasi
yang tidak bisa dibendung serta gaya hidup masyarakat perkotaan yang
cenderung konsumeris.
Pada tahun 2013 jumlah penduduk kota Bandar Lampung sekitar 942.002
jiwa (Wiriana, 2013) dan berdasarkan BSNI tentang pengelolaan sampah di
pemukiman, setiap orang akan menghasilkan sampah 2,5 L/orang/hari
(BSNI, 2008). Sehingga jumlah timbulan sampah kota Bandar Lampung
adalah 2.355.005 L/hari atau sekitar 2355 m3/hari (setara 612,3 Ton/hari).
Melalui situs resmi kota Bandar Lampunug, dikatakan bahwa sampah yang
dihasilkan dalam sehari mencapai 750 ton masuk ke tempat pembuangan
akhir (TPA) Bakung (bandarlampungkota.go.id, 2013)
2
Dalam pengelolaanya, kota Bandar Lampung melakukan praktek open
dumping dimana sampah dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA).
Tetapi praktek ini sudah tidak relevan lagi karena keterbatasan wilayah di
perkotaan. Praktek open dumping bisa menjadi habitat bagi serangga, hama,
dan bakteri yang dapat menyebarkan berbagai macam penyakit di udara
terbuka. Tumpukan sampah akan memproduksi air lindi kotor dan beracun
yang akan mencemari air tanah dan air permukaan (Alexandra, 2012).
Tumpukan sampah di TPA akan terdegradasi secara biokimia dan melepas
gas metan (CH4) ke atmosfir, dimana diketahui gas ini mempunyai daya
pencemaran 20x lebih berbahaya dari pada pencemaran yang disebabkan
oleh gas CO2 (DICLA,2013). Gas metan yang terlepas bebas ke atmosfer
akan menyebabkan kerusakan lapisan ozon. Sehingga hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan global atau global warming (Suwedi,
2005).
Sampah merupakan material yang mempunyai energi tersimpan dalam
bentuk ikatan kimia antara molekul karbon, hidrogen dan molekul oksigen.
Ketika ikatan kimia itu dirusak, bahan organik akan melepaskan energi
kimia dalam bentuk padat, gas dan cair yang biasa disebut biofuel (Akkaya,
2009). Nilai kalor yang dapat dibangkitkan dari sampah padat perkotaan
sekitar 20,57 MJ/kg (Pasek, 2007). Dengan kata lain, setiap hari masyarakat
kota Bandar Lampung akan memproduksi energi dalam bentuk sampah
padat kota sekitar 15.427 GJ/hari atau setara dengan 178,5 MW.
3
Melihat energi yang dihasilkan oleh sampah begitu besar, perlu suatu
metode yang efisien serta ramah lingkungan untuk memanfaatkannya. Salah
satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan cara pirolisis. Metode
pirolisis sering digunakan untuk mengkonversi sampah menjadi suatu energi
(McKendry, 2002). Produk yang dihasilkan berupa padatan (bio-coal), cair
(bio-oil) dan gas (syngas) dengan cara pemanasan didalam reaktor tanpa
hadirnya oksigen.
Beberapa peneliti serius melakukan penelitian pemanfaatan sampah kota
sebagai bahan baku untuk menghasilkan bahan bakar cair (bio-oil)
menggunakan metode pirolisis. Chaturong Paenpong dan Adisak Pattiya
fokus pada efek temperatur terhadap produk bio-oil yang dihasilkan dari
sampah biomasa dengan metode pirolisis (Paenpong, 2016). Sedangkan
Mochamad Syamsiro 2015 melaporkan hasil bahwa sampah plastik
memiliki potensi bahan bakar yang mendekati karakteristik bensin
(Syamsiro, 2015).
Walaupun berbagai penelitian telah dilakukan berkaitan dengan kemampuan
metode pirolisis untuk produksi bahan bakar cair dari sampah kota,
penelitian yang telah dilakukan tidak merepresentasikan komponen sampah
real yang ada di tempat pembuangan sampah. Pada umumnya hanya
menggunakan komponen yang dispesifikasikan seperti sampah plastik atau
sampah organik saja.
4
Lebih lanjut, tidak ada informasi yang tersedia secara detail tentang
kuantitas dan kualitas bio-oil dari sampah kota yang sebenarnya. Yang
dihubungkan dengan metode pirolisis isothermal, dan kondisi optimal yang
dikaitkan dengan komposisi dan karakteristik sampah reel yang tersedia di
tempat pembuangan sampah khususnya TPA Bandar Lampung. Hal ini
diperlukan untuk menghasilkan bio-oil dari sampah kota Bandar Lampung
yang lebih ekonomis dan berkualitas.
Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian yang akan melakukan pengujian
pirolisis isothermal terhadap sampah reel kota Bandar Lampung. Untuk
melihat produk bio-oil yang dihasilkan serta kondisi optimal pirolisis.
1.2. Tujuan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini
akan memfokuskan kegiatan dengan tujuan :
1. Mengetahui pengaruh pirolisis isothermal terhadap karakteristik bio-oil
yang dihubungkan dengan temperatur dan waktu reaksi.
2. Mengetahui kondisi optimum pirolisis proses pirolisis isothermal.
3. Mengetahui fraksi hidrokarbon dan sifat hidrokarbon bio-oil.
4. Memberikan solusi penumpukan sampah di perkotaan secara umum.
5
1.3. Batasan Masalah
Kajian pada penelitian ini memfokuskan terhadap proses pirolisis sampah
reel kota Bandar Lampung untuk menghasilkan produk bio-oil. Beberapa
batasan pada kajian ini sebagai berikut :
1. Bahan baku yang digunakan adalah sampah riil kota Bandar Lampung
yang berasal dari TPA Bakung yang terdiri dari sampah plastil, organik
dan kertas.
2. Proses pengeringan sampah dengan cara dijemur atau dianginkan selama
2 minggu.
3. Komposisi sampah yang digunakan yaitu 60% plastik, 20% sayuran dan
sisa makanan dan 20% kertas.
4. Masa bahan baku yang digunakan sesuai dengan kapasitas alat uji,
maksimum 500 gram dengan ukuran partikel antara 0,5 cm – 2 cm.
5. Proses penelitian menggunakan metode pirolisis isothermal pada
temperatur 300oC – 700oC dengan waktu reaksi 15 – 35 menit.
6. Alat yang digunakan adalah autoclave yang berada di
Lab.Termodinamika Teknik Mesin Unversitas Lampung
1.4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematis penulisan dari penelitian ini adalah sbagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini tardiri dari latar belakang, tujuan, batasan masalah,
dan sistematika penulisan.
6
B AB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini memuat teori mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian.
B AB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini terdiri atas hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan penelitian, yaitu tempat penelitian, bahan penelitian,
pralatan, dan prosedur pengujian.
B AB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan hasil dan pembahasan dari data-data yang
diperoleh saat pengujian dilaksanakan.
B AB V : SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi hal-hal yang dapat disimpulkan dan saran-
saran yang ingin di sampaikan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat referensi yang digunakan penulis untuk menyelesaikan
laporan tugas akhir.
LAMPIRAN
Berisikan perlengkapan laporan penelitian.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Municipal Solid Waste
Municipal Solid Waste ( MSW ) atau sampah kota merupakan sumber daya
energi dengan potensi yang memberikan sejumlah energi besar untuk
memenuhi kebutuhan bahan bakar cair. MSW didefinisikan sebagai limbah
rumah tangga, limbah padat komersial, limbah kondisional, dan limbah padat
industri. Ini termasuk sisa makanan, sampah perumahan , komersial dan
limbah industri. Komposisi MSW biasanya dikategorikan seperti kertas,
plastik, karet dan kulit, tekstil dan kayu. Selain itu ada beberapa jenis lainnya
yaitu limbah yang dihasilkan dari konsumen pasar berupa makanan dan
limbah organik lainnya (Valkenburg, 2008). Sampah kota merupakan
material hasil buangan aktivitas manusia dapat dianggap sebagai bahan bakar
karena mengandung unsur H, C, O dalam ikatan polimer (Pasek, 2007).
Jumlah sampah padat yang berada di kota Bandar Lampung sangat berlimpah
yaitu sebanyak 750 ton/hari (bandarlampungkota.go.id, 2013). Dengan
jumlah yang begitu besar, tentunya terdapat energi yang tersimpan
didalamnya. Energi ini yang dapat dimanfaatkan oleh manusia serta dapat
mengurangi masalah penumpukan sampah. Menurut Ari D. Pasek dkk, nilai
8
kalor dari sampah kota sebesar 20,57 MJ/Kg. Untuk menghitung nilai laju
energi yang sampah dapat menggunakan peramaan berikut := × (1)
Dimana :
Et = Energi Total Sampah (MW)
Bs = Berat Sampah (Kg/hari)
Es = Nilai Kalor Sampah (MJ/Kg)
Dari persamaan 1 kita dapat menghitung besar energi yang dapat dihasilkan
oleh sampah kota Bandar Lampung. Diketahui berat sampah sebesar 750
Ton/hari dan nilai kalor sampah sebesar 20,57 MJ/Kg.
Et = 750.000 Kg/hari × 20,57 MJ/Kg
= 15.427.500 MJ/hari
= 15.427 GJ/hari
= 178,55 MW
Melihat besarnya laju energi yang dapat dihasilkan dari sampah tersebut,
perlu adanya suatu metode dalam pengolahan limbah sampah. Sehingga
nantinya sampah dapat termanfaatkan dengan baik dan tidak mencemari
lingkungan.
2.2. Biomassa
Biomassa terbentuk dari ruang lingkup makhluk hidup seperti tumbuhan dan
hewan dalam kurun waktu yang singkat. Tidak seperti minyak bumi yang
membutuhkan waktu berjuta – juta tahun untuk dapat terbentuk menjadi
9
minyak mentah. Biomass memerlukan suatu metode untuk mengubahnya
menjadi energi. Biomassa memiliki kandungan – kandungan yang dapat
dimanfaatkan menjadi energi dengan bantuan proses. Tidak seperti minyak
bumi yang memiliki bentuk gas dan cair, biomass sangat sulit untuk di
trasportasikan karena bentuknya yang solid. Sehingga untuk memudahkan
pemanfaatan biomassa harus merubahnya terlebih dahulu (Basu, 2010).
Kandungan terbesar didalam biomassa yaitu ligno-cellulose yang terdiri dari
hemiselulosa, selulosa dan liqnin. Ketiga jenis kandungan tersebut dapat
dilihat dibawah ini :
a. Selulosa
Selulosa (C6H12O6)n adalah sebuah polisakarida yang tersusun dari D-
glukosa yang terhubung secara seragam oleh ikatan β-glukosida. Derajar
polimerisasi selulosa ditunjukkan oleh n dengan nilai kisaran yang lebar
mulai dari beberapa ribu hingga puluhan ribu. Selulosa memiliki struktur
kristal dan memiliki resistansi yang tinggi terhadap asam dan basa (basu,
2010).
Gambar 2.1. Struktur Selulose (google.com)
10
b. Hemiselulosa
Hemiselulosa (C5H8O4)n adalah polisakarida dimana unit-unitnya terdiri
atas monosakarida dengan 5 karbon seperti D-xilosa, D-arabinosa, dan
monosakarida karbon-6 seperti D-manosa, D-galaktosa, dan D-glukosa.
Jumlah monosakarida karbon-5 lebih banyak dibandingkan monosakarida
karbon-6. Hemiselulosa mudah terurai selulosa karena derajat polimerisasi
hemiselulosa antara 50 dibandingkan sampai 200, yaitu lebih kecil dari
selulosa. Kebanyakan hemiselulosa dapat larut dalam alkali (Basu, 2010).
c. Lignin
Lignin merupakan komponen makromelekul ketiga yang terdapat dalam
biomassa yang berfungsi sebagai pengikat serat. Struktur molekul lignin
terikat secara tiga dimensi sehingga menyebabkan lignin sulit diuraikan
oleh mikroorganisme dan bahan-bahan kimia lainnya (Basu, 2010).
2.3. Kandungan Zat Terbang (Volatil)
Zat terbang merupakan gas yang mudah terbakar (flammable) yang dapat
terkondensasi dan tidak dapat terkondensasi ketika bahan bakar dipanaskan.
Proses pemanasan bahan bakar melepas kandungan oksigen dan hidrogen
sehingga hanya kandungan karbon (fix carbon) yang tertinggal di dalam
bahan bakar. Gas – gas yang dapat terkondensasi merupakan salah satu dari
bahan bakar cair, sedangkan yang tidak dapat terkondensasi merupakan bahan
bakar gas (Basu, 2010).
11
2.4. Metode Konversi Sampah
Pengolahan sampah kota untuk menghasilkan energi dalam bentuk lain sama
dengan pengolahan biomasa. Ini dikarenakan komposisi yang terdapat dalam
sampah tersebut terdiri dari limbah makhluk hidup dan turunannya. Ada 3
metode dalam mengolah biomasa yaitu pembakaran, gasifikasi dan pirolisis.
Metode tersebut memiliki prinsip yang sama yaitu dengan memutus ikatan
kimia yang ada pada biomasa dengan memanfaatkan energi panas
(degradation method)(Jahirul, 2012).
Ketiga metode tersebut memilki perbedaan dalam proses konversi energinya,
dan juga dominan produk yang dihasilkan. Sehingga perlu diperhatikan
metode yang akan diambil dalam melakukan sebuah penelitian. Metode –
metode tersebut yang membedakannya adalah kehadiran oksigen dalam
prosesnya. Metode pembakaran (combustion) dominan produk yang
dihasilkan adalah kalor dan gas karbondioksida (CO2) , metode gasifikasi
dominan produk yaitu Syngas (sintetik gas) dan karbondioksida (CO2) dan
metode pirolisis dominan produk yaitu bio-coal, bio-oil dan gas metan (CH4).
Untuk lebih lanjut penjelasan dari ketiga metode tersebut dapat dilihat
dibawah ini :
1. Metode Pembakaran
Fenomena sederhana untuk dapat menggambarkan proses pembakaran
pada biomasa yaitu proses memasak dengan kayu bakar. Dimana proses
pembakaran terjadi akibat adanya campuran bahan bakar (kayu) dan
oksigen (udara) dan panas awal yang diberikan. Sehingga dalam proses
pembakaran tersebut menghasilkan energi (kalor) yang lebih tinggi. Pada
12
reaksi pembakaran sempurna (stoikiometris), bahan bakar direaksikan
dengan oksigen maka menghasilkan karbondioksida (CO2) dan panas.
C + O2 → CO2 ΔH= - 393 kJ/mol (exothermic)
Namun pada proses pembakaran aktual, jumlah udara yang diberikan
berlebih sehingga produk dari reaksi tersebut menghasilkan sisa
pembakaran berupa Nitrogen (N2), karbon monoksida (CO), hidrokarbon
(HC), hydrogen (H2) dan uap air (H2O). Dimana dari sisa pembakaran
tersebut ada yang merupakan gas berbahaya bagi kesehatan dan
lingkungan.
CnHm + a (O2 + 3,773 N2)→ b CO2 + c H2O + d N2 + e CO + f H2 + g HC
2. Gasifikasi
Gasifikasi adalah proses termokimia untuk menghasilkan bahan bakar gas
mampu bakar. Dalam proses ini biomasa dimasukkan dalam sebuah
reaktor(gasifier) kemudian dibakar dalam keadaan udara yang terbatas
(20%-40% udara stoikiometris). Sehingga dapat dikatakan proses
gasifikasi ini merupakan proses pembakaran dengan udara yang diatur
agar terjadi pembakaran yang tidak sempurna. Hal ini betujuan agar reaksi
antara ikatan karbon yang terdapat dalam biomasa dapat terputus dan
menghasilkan bahan bakar gas yang mampu bakar (syngas). Namun dalam
proses gasifikasi masih terkandung beberapa kandungan gas yang beracun
sehingga perlu adanya suatu filter untuk menyaringnya.
3. Pirolisis
Pirolisis merupakan suatu metode proses konversi bahan bakar padat
menjadi beberapa jenis bahan bakar yaitu padat, cair dan gas. Dalam
13
proses ini bahan bakar padat atau biomasa dipanaskan dalam sebuah
reaktor pada temperatur pirolisis tanpa kehadiran oksigen. Dalam proses
ini produk yang dihasilkan sangat bersih sehingga perlu adanya
pengembangan lebih lanjut.
2.5. Proses Pirolisis dan Produk
Pirolisis adalah proses perlakuan panas pada material biomasa yang
dikonversi menjadi produk berupa cair (bio-oil), padat (bio-coal) dan gas
(syngas) dalam suatu reaktor tanpa kehadiran oksigen di dalam reaktor. Panas
yang diberikan yaitu mulai dari temperatur 250oC sampai dengan temperatur
1000oC. Temperatur adalah faktor yang paling penting untuk produk hasil
pirolisis. Biasanya temperatur yang sering digunakan yaitu berkisar 300oC -
600oC untuk produk dominan liquid.
Jika pirolisis ditujukan untuk mendapatkan hasil maksimal dalam bentuk
produk liquid, temperatur operasi yang rendah (425-600 oC) dengan laju
pemanasan yang tinggi merupakan kondisi operasi pirolisis yang dibutuhkan
(fast pyrolysis). Jika tujuan pirolisis untuk mendapatkan hasil maksimal pada
bahan bakar gas, maka temperatur operasi yang tinggi (> 600 oC) dan laju
pemanasan yang tinggi, merupakan kondisi operasi yang sesuai (flash
pyrolysis). Untuk produksi bio-arang (solid) maksimal, bio-gas dan bio-oil
secara simultan, maka dapat digunakan teknik slow pyrolysis dimana
temperatur operasi yang rendah (400 oC) dan laju pemanasan yang rendah (5-
10 oC/min). Hal ini merupakan kondisi operasi yang memenuhi dan untuk
14
mendapatkan bahan bakar padat dengan densitas energi yang tinggi dapat
lakukan dengan teknik pirolisis (mild pyrolysis) pada temperature 200-300 oC
dengan laju pemanasan yang rendah (Demirbas, 2009)
Temperatur operasi yang banyak digunakan dalam proses pirolisis cepat
adalah antara 3500C - 5000C dimana menghasilkan produk liquid maksimum
(Chew, 2011). Sebagai contoh, proses pirolisis cepat pada biomasa sekam
padi dimana hasil liquid yang paling tinggi didapat pada temperatur 500oC
dengan ukuran partikel 1.18-1.80 mm dan laju pemanasan 60°C/min
(Natarajan, 2009) dan biomasa kayu yang dipirolisis lambat memberikan
hasil bio-arang maksimal pada 275 oC dan terjadi penurunan hasil tar
(Wannapeera, 2011).
Adisak Pattiya., et al, 2012, melakukan uji pirolisis cepat pada 350oC - 450oC
dengan bahan baku limbah singkong dan mendapatkan bio-oil sebesar 75%
(Pattiya, 2012). Hasil bio-oil 49.5% dan 57% akan diperoleh jika
menggunakan bahan baku limbah kelapa sawit dan sekam padi pada
temperatur 400-600 oC (Ngo, 2012). Jika proses pirolisis menggunakan bahan
baku sebagian besar mengandung sampah , kertas dan karet mayoritas hasil
yang didapat dalam bentuk syngas dan bio-oil (Syamsiro, 2015). Ini
mengindikasikan bahwa sampah, kertas dan karet mengandung fixed karbon
yang rendah dan kaya dengan unsur volatile.
Biogas dan bio-oil dapat digunakan sebagai bahan bakar electrical gas
engine, diintegrasikan dengan siklus turbin yang dapat mengubah energi
15
bahan bakar menjadi listrik (Zia Haq, 2002) dengan efisiensi pembakaran
yang lebih baik dibandingkan pembakaran sampah (Klein, 2002) dan
memberikan dampak pencemaran lingkungan yang sangat rendah (Gandidi,
2012). Produser gas dan bio-oil dapat juga digunakan sebagai bahan bakar
untuk pengeringan hasil-hasil pertanian dan perkebunan (Gandidi, 2011) dan
diproses lanjut menjadi bahan kimia seperti methanol (Verma, 2012).
Persentase jumlah produk hasil proses pirolisis bergantung pada kondisi
proses dan bahan baku yang digunakan (Preto, 2008).
Tabel 2.1. Distribusi produk dalam proses pirolisis (Ronsse, 2013).
2.6. Pirolisis non-isothermal dan pirolisis isothermal
2.6.1. Pirolisis non-isothermal
Proses pirolisis non-isothermal yaitu proses pirolisis yang dilakukan dari
temperatur awal atau suhu ruangan ke temperatur yang dituju. Bahan baku
dalam proses pirolisis non-isothermal dimasukkan pada awal proses,
Kemudian waktu reaksi pirolisis mulai dihitung.
16
(T)
500oC
30oC
0 (t)
Gambar 2.2. Grafik Pirolisis non-isothermal
Dari gambar grafik 2.2. dapat kita lihat proses pirolisis yang terjadi. Bahan
baku dimasukkan pada temperatur 30oC, setelah itu proses pemanasan
dimulai menuju temperatur yang dituju. Pada proses ini laju pemanasan
sangat berpengaruh terhadap jenis produk yang akan dihasilkan. Semakin
cepat laju pemanasan maka produk yang dihasilkan dominan liquid dan
gas (Luo, 2010), sedangkan semakin lambat laju pemanasan maka produk
yang dihasilkan dominan padatan. Semakin lama waktu tahan yang
diberikan maka akan semakin banyak produk yang dihasilkan. Setiap
bahan baku memiliki waktu pemanasan optimum masing - masing (Basu,
2010).
2.6.2. Pirolisis isothermal
Sedikit perbedaan pada proses pirolisis isothermal, perbedaannya terletak
pada pengumpanan bahan baku yang akan di pirolisis. Pada proses ini
bahan baku di masukkan ke dalam reaktor setelah reaktor mencapai
temperatur yang dituju.
17
(T)
500oC
0 (t)
Gambar 2.3. Grafik Pirolisis Isothermal
Dari Gambar 2.3. bahan baku baru diumpankan setelah temperatur
pirolisis tercapai. Pada saat bahan baku diumpankan, residence time proses
pirolisis isothermal dimulai. Pada proses pengumpanan, tidak boleh
adanya kehadiran oksigen didalam reaktor. Apabila oksigen hadir dalam
reaktor maka bahan baku dapat terbakar. Sehingga diperlukan suatu
penghubung yang dapat mengumpankan bahan baku ke dalam reaktor
tanpa terjadi pertukaran oksigen.
2.7. Mekanisme Proses Pirolisis dan Degradasi Termal
Secara prinsip, proses pirolisis terhadap sampah kota dimaksudkan untuk
mendagradasi rantai hidrokarbon besar yang ada dalam material sampah
menjadi rantai yang lebih kecil dimana rantai polimer dihancurkan menjadi
monomer-monomer. Sampah organik yang mengandung sebagian besar
komponen lignoselulosa didegradasi menjadi bahan bakar padat, gas dan cair
sedangkan sampah plastik/karet didegradasi menjadi bahan bakar gas dan cair
seperti parafin, olefin dan fraksi lainnya yang mempunyai berat molekul
rendah (Wampler, 2007). Mekanisme pirolisis pada material lignoselulosa
dapat dibagi ke dalam empat stage individual yaitu evolusi kadar air,
Steady
18
dekomposisi hemicelluloses, dekomposisi cellulose dan dekomposisi lignin
(Yang, 2007). Keempat terjadi pada kondisi proses endotermik dan
menghasilkan 75-90% material yang mudah menguap dalam bentuk gas dan
liquid hidrokarbon serta material yang tidak mudah menguap yang
mengandung nilai karbon tinggi yang disebut dengan char. Formasi tar
berasal dari hidrokarbon molekular tinggi (Rivas, 2008).
2.8. Parameter Proses Pirolisis
Material lignoselulosa yang mengalami proses pirolisis akan mengalami
perubahan sifat fisik dan sifat kimianya selama proses pirolisis berlangsung.
Perubahan ini sangat ditentukan oleh berbagai parameter proses yang terlibat.
Parameter tersebut meliputi temperatur operasi, laju pemanasan, waktu
tinggal material, kehadiran oksigen, kadar air dan ukuran partikel material
organik dan tekanan (Tumuluru, 2011).
2.8.1. Temperatur
Temperatur reaksi proses pirolisis berada pada kisaran 200-600 °C.
Temperatur ini akan menentukan tingkat dekomposisi material sampah,
waktu tinggal dalam reaktor, dan produk pirolisis. Laju dekomposisi dan
kerusakan struktur penyusun material meningkat dengan meningkatnya
temperatur reaksi pirolisis (Brigeman, 2008). Akibanya, terjadi
peningkatan kehilangan massa dan proses karbonisasi material. Tetapi, jika
temperatur reaksi terlalu tinggi melebihi temperatur pirolisis, tingkat
dekomposisi akan sangat reaktif yang mengakibatkan komponen penyusun
material akan banyak dikonversikan ke dalam bentuk gas dan liquid.
19
Konsekuensinya, produk padatan hasil pirolisis menjadi berkurang dengan
waktu tinggal dalam reaktor yang lebih singkat (Sridhar, 2007).
2.8.2. Kadar air dalam material lignoselulosa
Dalam proses pirolisis, kadar air memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap efisiensi proses pirolisis. Hal ini dikaitkan dengan
kehilangan energi panas yang cukup besar untuk proses penguapan air
sebelum proses pirolisis berlangsung dan akan membutuhkan waktu
tinggal yang lama untuk mendapatkan proses pirolisis yang sempurna
(Sadaka, 2009). Selain mengganggu kebutuhan termal untuk proses
pirolisis, kadar air yang tinggi dalam material akan memerlukan beban
pendinginan dan peralatan pimisah uap air yang terkondensasi serta kadar
air yang tinggi dalam material organik selama proses pirolisis dapat
mengalami reaksi kedua dengan gas dan padatan yang akan mengekstrak
fraksi yang dapat larut dalam air dan berakibat produk gas dan padatan jadi
berkurang (Ciolkosz, 2011).
2.8.3. Waktu reaksi
Waktu reaksi berkaitan dengan lamanya waktu tahan material dalam
reaktor. Variabel ini akan mempengaruhi proses depolimerisasi,
dekomposisi, dan karbonisasi selama proses pirolisis berlangsung. Jika
waktu tinggal cukup lama, proses pirolisis akan sempurna untuk
mengkonversikan bahan baku menjadi gas dan liquid. Lamanya waktu
tinggal proses pirolisis pada dasarnya disesuaikan dengan material bahan
baku yang digunakan dan setiap bahan baku mempunyai waktu tinggal
yang proporsional (Basu, 2010).
20
2.8.4. Ukuran partikel sampah
Ukuran partikel memberikan pengaruh pada luas permukaan kontak
perpindahan panas antara material dan sumber panas selama proses
dekomposisi termal. Semakin kecil ukuran partikel, permukaan
perpindahan panas semakin luas dan akan meningkatkan laju perpindahan
panas ke permukaan material. Konsekuensinya akan meningkatkan laju
dekomposisi pada material dan meningkatkan efisiensi pirolisis terutama
pada kebutuhan waktu tinggal yang pendek (Ohliger, 2012). Namun
begitu, pengaruh laju pemanasan terhadap ukuran partikel perlu
diperhatikan karena ukuran partikel yang kecil akan mengalami laju
pemanasan yang cepat dan akan berpengaruh pada hasil padatan pirolisis.
2.8.5. Laju pemanasan
Laju pemanasan merupakan besarnya energi termal yang diberikan
terhadap material persatuan waktu. Laju pemanasan ini akan menentukan
komposisi produk yang dihasilkan. Jika laju pemanasan yang tinggi,
kecendrungan produk dalam bentuk liquid dan gas (Luo, 2010).
2.8.6. Kehadiran oksigen
Kehadiran oksigen dalam proses pirolisis akan mempengaruhi proses
dekomposisi termal pada material lignoselulosa. Kehadiran oksigen akan
memicu terjadinya proses pembakarn akibat reaksi oksidasi antara material
organik dan oksigen (Klarsson, 2013).
2.8.7. Tekanan
Pada pirolisis vakum, tekanan menunjukkan banyaknya material bahan
baku yang terdegradasi menjadi gas oleh panas selama proses.
21
Dikarenakan volume reaktor tidak berubah dan dalam kondisi vakum,
peningkatan jumlah gas akan meningkatkan tekanan reaktor. Tingginya
tekanan juga dapat mempengaruhi dominan produk yang dihasilkan,
tergantung temperatur dan waktu reaksi yang dioperasikan (Basu, 2010).
2.9. Karakteristik Produk Pirolisis
Produk pirolisis dapat dibagi menjadi tiga produk utama (gambar 2.1) yaitu
produk solid berwarna gelap, gas yang dapat terkondensasi atau kondensat
dimana sebagian besar mengandung air, asam, tar dan senyawa lainnya, dan
gas permanen atau gas yang tidak dapat terkondensasi, terutama
karbondioksida (CO2), karbon monoksida (CO), dan sejumlah kecil metana
(CH4) dan hydrogen (H2) . Dua produk terakhir dapat mewakili zat volatil
sebagai produk pirolisis (Couhert, 2009).
Bio Arang
Zat Volatil
Q
Gambar 2.4. Produk Hasil Proses Pirolisis
Gas Condensable
H2OAsam
AlkoholFuranPhenolKetone
dll
Gas Permanent
H2OCOCO2
CH4
CXHY
dll
PYROLISYS
22
Produk dalam bentuk padat merupakan struktur tak berbentuk yang berasal
dari komponen selulosa dan lignin. Fase gas terdiri dari gas permanen dan
komponen aromatik ringan seperti benzena dan toluena yang sebagian besar
berasal dari hasil dekomposisi hemiselulosa (Shusheng, 2012).
Produk yang dapat terkondensasi atau liquid, dapat dibagi menjadi tiga
subkelompok yang meliputi air, organik, dan lipid. Air merupakan produk
dari dekomposisi termal yang berasal dari penguapan air bebas dan air terikat
yang dilepaskan oleh material lignoselulosa selama proses pirolisis,
sedangkan zat organik dalam bentuk liquid merupakan produk yang
dihasilkan selama reaksi dekomposisi dan karbonisasi. Lipid merupakan
kelompok senyawa yang hadir dalam material lignoselulosa. Subkelompok ini
mengandung senyawa seperti lilin dan asam lemak (Bergman, 2005).
2.10. Senyawa Pembentuk Bio-Oil
Senyawa yang terbentuk didalam bio-oil pada umumnya terbentuk atas ikatan
carbon (C) dan hydrogen (H), dan terbentuk dari ribuan senyawa hidrokarbon
yang berbeda di dalam bahan bakar cair. Senyawa hidrokarbon memiliki
formula senyawa CxHy dimana x dan y merupakan angka yang menunjukkan
bilangan nomor hidrokarbon. Contoh hidrokarbon yang memiliki angka
terkecil yaitu gas metan (CH4) yang merupakan ikatan hidrokarbon dari gas
alam. Pengelompokkan jenis bahan bakar ditentukan dari nomor carbon (C)
yang terkandung didalam senyawa hidrokarbon. Pada tabel 2.2 menunjukkan
perkiraan rentang hidrokarbon dan boiling point pada bahan bakar alam.
Boiling point akan menentukan temperatur perubahan fasa pada saat proses
23
kondensasi. Pada boiling point rendah akan menghasilkan produk dengan
ikatan hidrokarbon rendah, contoh seperti light gases. Sedangkan pada
boiling point yang lebih tinggi akan menghasilkan ikatan hidrokarbon yang
lebih berat, contoh seperti heavy gas oil dan aspal. Dari data tersebut maka
kita dapat memperkirakan produk bahan bakar yang akan terbentuk.
Tabel.2.2. Fraksi produk minyak bumi dari proses destilasi
Petroleum Fractionapproximate Hydrocarbon
rangeApproximate boiling range
oC oF
Light Gases C2-C4 -90 to 1 -130 – 30
Gasoline (light and Heavy) C4-C10 -1 – 200 30 – 390
Naphthas (light and Heavy C4-C11 -1 – 205 30 – 400
Jet Fuel C9-C14 150 – 255 300 – 490
Kerosene C11-C14 205 – 255 400 – 490
Diesel Fuel C11-C16 205 – 290 400 – 550
Light gas oil C14-C18 255 – 315 490 – 600
Heavy gas oil C18-C28 315 – 425 600 – 800
Wax C18-C36 315 – 500 600 – 930
Lubricating oil >C25 >400 >750
Vacuum gas oil C28-C55 425 – 600 800 – 1100
Residuum >C55 >600 >1100
Sumber : Riazi, 2005
2.11. Sifat – Sifat Hidrocarbon
Pada umunya hidrokarbon memiliki ikatan pengikat antara atom karbon (C)
dan atom (H). ikatan ini yang membedakan sifat – sifat yang terkandung
dalam bahan bakar cair. Terdapat empat (4) grup ikatan penyusun
hidrokarbon yaitu paraffin, olefin, naphthenes dan aromatic.
Paraffin adalah senyawa hidrokarbon rantai lurus tunggal terbuka yang
memiliki sifat jenuh. Sifat jenuh paraffin tersebut dikarenakan ikatan rantai
tunggal yang terbentuk dari senyawa hidrokarbon. Paraffin terbentuk dari
ikatan alkana dengan persamaan umum CnH2n+2 dimana n adalah angka atom
karbon (C). Paraffin terbagi atas dua grup yaitu normal paraffin dan iso-
24
paraffin. Perbedaan diantaranya terdapat pada ikatan rantai yang terbentuk.
Dimana normal paraffin memiliki struktur ikatan rantai lurus, sedangkan iso-
parafin memiliki struktur ikatan rantai lurus namun memiliki cabang yang
dimulai dari isobutana (C4H10) (Riazi, 2005).
(a) Heksana (b) Isobutana
Gambar 2.5. Ikatan Hidrokarbon (a) Normal Paraffin (b) Iso-Paraffin Alkana
(Riazi, 2005)
Olefin adalah ikatan hidrokarbon rantai lurus atau bercabang terbuka yang
memiliki sifat tak jenuh. Sifat tak jenuh dipengaruhi oleh adanya ikatan ganda
minimal satu dalam suatu senyawa. Olefin terbentuk dari ikatan alkena
dengan persamaan umum CnH2n, dan alkuna dengan rumus umum CnH2n-2
dengan n adalah angka atom carbon (C). Contoh alkena yang paling
sederhana yaitu etilena dengan angka carbon 2 dan hydrogen 4 (CH2=CH2)
yang memiliki dua rantai pengikat diantara atom carbon-nya. Untuk alkuna
contoh yang paling sederhana yaitu etuna dengan angka carbon 2 dan
hydrogen 2 (CH≡CH) yang memiliki tiga rantai pengikat diantara atom
carbon-nya (Riazi, 2005).
25
Gambar 2.6. Senyawa Hidrokarbon Golongan Olefin (google.com)
Naphthenes disebut juga cycloalkanes yang berbentuk siklik atau ring bersifat
jenuh dengan rantai tunggal, rumus umum CnH2n. Contoh yang biasa
ditemukan pada minyak mentah yaitu cyclopentane (C5H10), cyclohexane
(C6H12) yang merupakan turunan dari n-alkylcyclopentanes. n-
alkylcyclopentanes adalah ikatan n-paraffin yang terikat pada cycloalkanes.
Dalam studi termodinamika naphthenes dengan ring lima dan enam atom
karbon merupakan hidrokarbon naphthenes yang sangat stabil. Kandungan
cycloparaffin dalam minyak bumi bervariasi hingga 60%. Pada umumnya,
setiap campuran minyak bumi memiliki senyawa hidrokarbon dengan lima
atom karbon juga mengandung senyawa naphthenes. Hidrokarbon napthenic
dengan satu buah bentuk ring dapat disebut juga dengan monocycloparaffin
atau mononaphthenes. Pada minyak dengan kandungan berat, dengan ring
ganda jenuh yang berikatan diantaranya dapat disebut dengan
polycycloparaffin atau polynaphthenes (Riazi,2010).
26
Gambar 2.7. Senyawa Hidrokarbon Golongan Nephthenes (Raizi, 2010)
Aromatics merupakan rantai penting dari hidrokarbon yang dapat ditemukan
hampir disetiap campuran minyak bumi dari belahan dunia. Aromatics
berbentuk siklik atau ring namun tidak jenuh, hidrokarbon yang dimulai dari
molekul benzena (C6H6) dan rantai karbon – karbon berikatan ganda.
Penamaan aromatic mengacu pada seperti pada umumnya hidrokarbon yang
memiliki aroma. Empat perbedaan senyawa aromatic dapat dilihat dibawah
ini :
Gambar 2.8. Empat perbedaan Senyawa Aromatik (Riazi, 2005)
Dari gambar diatas, kita dapat melihat ada tiga ikatan karbon yang memiliki
ikatan ganda dan saling berselingan (benzene). Sedangkan ikatan benzena
yang memiliki satu atau lebih alkylgroup dapat dilihat pada contoh toluena
(C7H8) dan O-xylene (C8H10). Untuk ring ganda benzena yang saling
berikatan disebut naphthalene (C10H8). Ikatan benzena yang memiliki
alkylgroup dapat dikatakan sebagai alkylbenzene dan senyawa ini memiliki
27
persamaan umum CnH2n-6 dimana n ≥6. Umumnya senyawa aromatik yang
hanya memiliki satu ring disebut momoaromatics atau mononuclear
aromatics. Berbeda dengan naphthalene dan turunannya, senyawa tersebut
hanya memiliki dua ikatan ring tak jenuh yang disebut diaromatik (Riazi,
2005).
2.12. Pengaruh Sifat Hidrocarbon Terhadap Heating Value
Bebicara tentang bahan bakar tentunya berkaitan tentang nilai kalor yang
dapat dihasilkan. Dari sifat – sifat hidrokarbon yaitu paraffin, iso-paraffin,
olefin, nephthenes dan aromatic (PIONA), dapat terlihat perkiraan nilai
heating value (HV) dari produk bio-oil yang dihasilkan. Ini dipengaruhi dari
banyaknya atom C dan H dari senyawa yang terbentuk. Menurut M. R.
Riazi dalam bukunya yang berjudul “Characterization and Properties of
Petroleum Fraaction first edition” nilai HV dipengaruhi oleh rasio
perbandingan berat atom carbon (C) dan hydrogen (H). Semakin besar
perbandingan antara berat atom C terhadap berat atom H maka semakin
rendah nilai HV. Sebagai contoh paraffin memiliki formula umum CnH2n+2,
nephthenes memiliki formula CnH2n dan benzene CnH2n-6 (n ≥6). Dengan
nomor atom carbon yang sama yaitu 6, dapat dimisalkan perbandingan rasio
berat atom C dan H yaitu hexane (C6H14), cyclohexane (C6H12) dan benzene
(C6H6,) memiliki perbedaan rasio atom CH 6/14, 6/12, 6/6. Dengan berat
atom C (12) dan berat atom H (1) maka rasio berat atom CH dapat dihitung
(6/14)x(12/1)=5 untuk hexane, (6/12)x(12/1)=6 untuk cyclohexane dan
(6/6)x(12/1)=12 untuk benzene. Didapatkan nilai heting value hexane 44734
28
kj/kg, cyclohexane 43450 kj/kg dan benzene 40142kj/kg. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sifat senyawa paraffin memiliki nilai HV tertinggi dan
terendah adalah benzene. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya kandungan
atom H yang terdapat pada sifat – siafat hidrokarbon, semakin banyak
kandungan atom H maka semakin tinggi nilai HV. Jika diurutkan nilai HV
tertinggi hingga terendah dari sifat – sifat hidrokarbon paraffin dan iso-
paraffin memiliki nilai HV tertinggi dengan persamaan umum alkana
CnH2n+2, olefin dan nephthenes dengan persamaan umum alkena CnH2n,
olefin dengan persamaan umum alkuna CnH2n-2 dan aromatic dengan
persamaan umum CnH2n-6 (n ≥6).
2.13. Unjuk kerja proses pirolisis
Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendegradasi sampah kota untuk
produksi bio-oil. Oleh karena itu untuk melihat kecenderungan jenis bahan
bakar yang dihasilkan dan jumlah rendemen produk hasil pirolisis, perlu
dilakukan perhitungan dan pengujian.
2.13.1. Rendemen (Mass Yield)
Hasil massa produk (mass yield) merupakan jumlah bio-oil, padatan dan
gas yang dihasilkan untuk setiap satuan berat bahan baku. Jumlah massa
ini dapat dihitung menggunakan persamaan (Bridgeman, 2008).= 100 (2)
2.13.2. Pengujian Produk Pirolisis
Produk bio-oil yang dihasilkan kemudian dilakukan uji GC-MS. Uji GC-
MS adalah dua metode berbeda untuk mengetahui senyawa organik dan
struktur molekul senyawa anelit yang terkandung didalam bio-oil. Gas
29
kromatografi (GC) biasa digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa
organik dengan cara mengubah bio-oil menjadi bentuk gas. Kemudian gas
yang berisikan campuran senyawa tersebut diidentifikasi untuk
mengetahui konsentasi dalam bentuk fase gas. Spektoroskopi masa (MS)
merupakan metode untuk mendapatkan berat molekul dengan
membandingkan masa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui
dengan mengukur jari – jari orbit melingkar dalam medan magnetic
seragam (Muntaha, 2013). Dengan menggunakan metode ini kita dapat
mengetahui kecenderungan bio-oil yang dihasilkan mendekati bahan bakar
jenis tertentu.
Untuk mengetahui bio-oil masuk kedalam bahan bakar tertentu, perlu
dilakukan perabandingan dengan hasil uji GC-MS bahan bakar bensin 88
dan solar 48 yang telah beredar. Dibawah ini dapat kita lihat hasil
pengujian GC-MS yang telah dilakukan di Laboratorium Kimia Organik
Universitas Gadjah Mada. Spesifikasi alat yang digunakan yaitu Gas
Chromatography-mass spectrometry (GCMS-QP2010S SHIMADZU),
dengan kolom jenis AGILENTJ%W DB-1 (diameter dalam 30 m x 0,25
mm). Gas pembawa yang digunakan adalah Helium (He). Temperatur
awal di program sebesar 60˚C di tahan selama 5 menit diikuti dengan
temperatur selanjutnya 280˚C di tahan selama 51 menit :
Tabel 2.3. Hasil Uji GC-MS Pada Bahan Bakar Solar 48
No PercentArea (%) Nama Senyawa Ikatan
1 0.78 1-Octanol C12 H26 O
2 0.33 2-Propanone C3 H6 O
30
3 1.85 Benzene C9 H12
4 0.78BICYCLO[4.1.0]HEPTAN-7,7-DICARBONITRILE
C11 H14 N2
5 0.69 Cyclohexane C8 H16
6 5.89 Decane C10 H22
7 11.11 DODECANE C12 H26
8 3.76 Eicosane C20 H42
9 28.91 Heptadecane C17 H36
10 4.98 Hexadecane C16 H34
11 2.43 Naphthalene C11 H10
12 0.33 Nonacosane C29 H60
13 1.34 Nonadecane C19 H40
14 1.87 Nonane C11 H24
15 0.26 Octadecane C19 H40
16 2.03 Octane C10 H22
17 0.92 Pentacosane C25 H52
18 5.4 Pentadecane C18 H38
19 3.33 Tetracosan C24 H50
20 8.13 TETRADECANE C14 H30
21 7.08 Tridecane C13 H28
22 7.8 Undecane C11 H24
Pada tabel 2.3. dapat kita lihat hasil pengujian GC-MS pada bahan bakar
solar 48 memiliki 22 senyawa hidrokarbon yang berbeda. Dari senyawa
campuran tersebut, dapat kita lihat sebaran fraksi hidrokarbon pada
gambar grafik 2.9 dibawah ini :
31
Gambar 2.9. Grafik Fraksi Hidrokarbon Pada Solar 48
Masing – masing fraksi hidrokarbon memiliki sifat tersendiri. Pada gambar
2.10 menunjukkan grafik distribusi dan persentase sifat – sifat hidrokarbon
pada bahan bakar :
Gambar 2.10. Grafik Sifat Hidrokarbon Pada Solar 48
10.79
79.27
9.94
0102030405060708090
Gasoline (C3-C10) Diesel (C11-C18) Heavy Oil (> C19)
Peak
Are
a (%
)
Fraksi Hidrokarbon
Solar 48
93.83
0.78 4.28 1.110
102030405060708090
100
Are
a P
erce
nt (
%)
Sifat Hidrokarbon
Sifat Hidrokarbon Pada Solar 48
32
Dari grafik dapat kita lihat bahwa sifat senyawa hidrokarbon yang lebih
dominan adalah paraffin sebanyak 93,83%, kemudian aromatic 4,28% dan
alcohol 1,11%.
Tabel 2.4. Hasil Uji GC-MS Pada Bahan Bakar Bensin 88
No Area (%) formula compName
1 1.27 C3 H7 N O2 Propane, 2-nitro-
2 15.23 C5 H12 Butane, 2-methyl-
3 8.63 C18 H35 D O2 2-D-2-Pentadecyl-1,3-Dioxolane
4 2.86 C6 H14 Hexane
5 1.51 C6 H12 1-Hexene
6 0.29 C6 H6 1,5-Hexadiyne
7 3.62 C7 H16 Hexane, 2-methyl-
8 1.82 C4 H11 N O Hydroxylamine, O-(2-methylpropyl)
9 3.26 C7 H14 Cyclohexane, methyl-
10 0.39 C7 H16 O2 Hydroperoxide, heptyl
11 3.26 C6 H12 O2 Acetic acid, 1-methylpropyl ester
12 11.6 C7 H8 Benzene, methyl-
13 0.55 C5 H9 N O Cyanic acid, 2-methylpropyl ester
14 0.32 C8 H16 Cyclooctane
15 1.03 C8 H18 Octane
16 1.61 C11 H22 1-Undecene
17 0.47 C8 H18 O 1-Hexanol, 2-ethyl-
18 12.97 C8 H10 Benzene, 1,2-dimethyl-
19 0.44 C7 H15 BR Heptane, 3-bromo-
20 1.12 C9 H20 Nonane
21 20.71 C9 H12 Benzene, 1,2,4-trimethyl-
22 0.27 C12 H26 S tert-Dodecanethiol
23 0.61 C10 H22 Decane
24 0.29 C9 H10 1H-Indene, 2,3-dihydro-
25 4.33 C10 H14 Benzene, 4-ethyl-1,2-dimethyl-
26 0.71 C11 H24 Undecane
27 0.45 C10 H8 Azulene
Pada tabel 2.4 dapat kita lihat hasil pengujian GC-MS pada bahan bakar
premium 88 memiliki 27 senyawa hidrokarbon yang berbeda. Dari
senyawa campuran tersebut, dapat kita lihat sebaran fraksi hidrokarbon
pada gambar grafik 2.11 dibawah ini :
33
Gambar 2.11. Grafik Fraksi Hidrokarbon Pada Premium 88
Masing – masing fraksi hidrokarbon memiliki sifat tersendiri. Pada gambar
2.12 menunjukkan grafik distribusi dan persentase sifat – sifat hidrokarbon
pada bahan bakar :
Gambar 2.12. Grafik Sifat Hidrokarbon Pada Bensin 88
Dari grafik dapat kita lihat bahwa sifat senyawa hidrokarbon yang lebih
dominan adalah aromatic sebanyak 50,72%, kemudian paraffin 25,7%,
asam 13,62%, olefin 6,78% dan alkohol 3,18%.
88.57
11.43
0102030405060708090
100
Gasoline (C3-C10) Diesel (C11-C18) Heavy Oil (> C19)
Peak
Are
a (%
)
Fraksi Hidrokarbon
Premium 88
25.7
6.78
50.72
3.1813.62
0102030405060
Area
Per
cent
(%)
Sifat Hidrokarbon
Sifat Hidrokarbon Pada Bensin 88
34
III. METODE PENELITIAN
Substansi yang menjadi pokok dari penelitian metode pirolisis yaitu untuk
mencari solusi dari permasalahan sampah di perkotaan. Mengkonversi limbah
sampah yang tidak berguna menjadi suatu bentuk energi lain yang memiliki nilai
lebih. Menentukan sebuah metode yang efisien, sehingga didapatkan kondisi
optimal untuk mengolah penumpukan sampah. Karena setiap harinya sampah
diproduksi dalam jumlah yang sangat besar. Tanpa adanya penanganan yang baik
maka akan timbul permasalahan lain dikemudian hari. Metode pirolisis perlu
dilakukan pengembangan untuk mendapatkan produk bio-oil yang berkualitas.
Dan pada akhirnya akan menjawab permasalahan sampah yang ada diperkotaan.
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin
Universitas Lampung. Sedangkan untuk sampel sampah yang akan digunakan
terdapat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung Bandar Lampung.
Adapun waktu pelaksanaan mulai tanggal 1 April 2015 sampai dengan 6 Juni
2016. Deskripsi kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1. dibawah ini
35
1. Studi Literatur
Pada penelitian ini dilakukan studi literatur mengenai material biomassa
(sampah padat perkotaan), teknologi konversi biomassa dan metode
pirolisis.
2. Persiapan Alat
Persiapaan alat pirolisis dan instalasinya.
3. Pengolahan Sampel Uji
Sampel uji untuk bahan penelitian diambil dari Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Bakung yang berlokasi di kecamatan Teluk Betung Barat Kota
Bandar Lampung. Kemudian sampel dikeringkan dengan cara dijemur
dibawah terik matahari selama 2 minggu.
4. Eksperimen
Eksperimen dilakukan berdasarkan proses pengujian berdasarkan variasi
temperatur dan waktu reaksi.
5. Analisa Data
Data yang diperoleh dari pengujian pirolisis digunakan sebagai dasar untuk
analisis laju reaksi dan analisis jumlah produk. Analisis Laboratorium akan
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui karakteristik bio-oil hasil
pirolisis sampah padat perkotaan.
6. Penulisan Laporan
Penulisan Laporan adalah tahap akhir dari penelitian ini.
3.2. Alur Tahapan Pelaksanaan
Secara umum alur penelitian dapat dijabarkan melalui flowchart dibawah ini :
36
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Bahan
Adapun bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah
kota Bandar Lampung. Sampah tersebut terdiri dari tiga jenis sampah yaitu
Mulai
Studi Literartur
Persiapan:1. Penjemuran Bahan Baku2. Pengolahan Bahan Baku
Persiapan Autoclave dan instalasi
Persiapan Spesimen Dengan Variasi Komposisi Percobaan
Mencatat Data Hasil Percobaan
Analisis Jumlah Bio-Oildan kandungannya
Kesimpulan
Selesai
Proses pengujian sesuai dengan varisipercobaan yaitu variasi temperaturedan variasi waktu tunggal
37
sampah plastik, sampah organik dan sampah kertas. Untuk lebih jelas
tentang bahan – bahan yang digunakan dapat dilihat deskripsi dibawah ini
1. Sampah Plastik
Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan untuk keperluan
sehari – hari. Ketika plastik sudah tidak digunakan lagi, maka akan
dibuang oleh penggunanya. Plastik sendiri terdiri dari berbagai jenis
yaitu Low Density Poly Ethylene (LDPE), Poly Propylene (PP), High
Density Poly Ethylene (HDPE), Poly Vinyl Cloride (PVC), Poly
Ethylene Terephtalate (PET), Polyethylene (PE), Polystyrene (PS),
Acrylonitrile Butadiene styrene (ABS) dan Styrofoam. Dalam
tumpukan sampah berbagai jenis plastik tersebut dapat dengan mudah
kita jumpai. Dari plastik inilah tersimpan kandungan bio-oil. Berbagai
jenis plastik ini akan dicampur sesuai dengan kondisi real sampah,
untuk melihat pengaruh produk bio-oilnya. Contoh plastik yang sering
digunkan dalam kehidupan sehari – hari sebagai berikut:
(a) Plastik ABS (b) Palstik HDPE (c) Plastik LDPE
(d) Plastik PE (e) Plastik PET (f) Plastik PP
38
(g) Plastik PS(h) Plastik PVC (i) Styrofoam
Gambar 3.1. Jenis plastik (google.com)
2. Sampah Organik
Sampah organik yang dimaksudkan dalam kategori ini yaitu berupa
sayuran, daun,sisa makanan dan rumput. Sampah seperti ini sering kita
jumpai di pasar tradisional, rumah tangga maupun lingkungan sekitar.
Sedangkan kayu dan ranting juga dapat kita temukan di lingkungan
sekitar. Sampah ini merupakan limbah biomassa, dimana kandungan
bio-oil sangat berlimpah di sini. Limbah ini tentunya sangat baik
dimanfaatkan karena banyak peneliti yang melakukan riset mengenai
ini. Selain itu ketersediannya yang berlimpah juga menjadi alasan untuk
dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif. Sehingga dapat
memberikan dampak positif dalam penanganan sampah. Beberapa
contoh sampah organik sebagai berikut :
(a) Sampah sayur danbuah
(b) Sampah daun (c) Sampah kayu
Gambar 3.2. Contoh Sampah Organik (google.com)
3. Kertas
Kertas merupakan suatu bahan tipis yang dihasilkan dari kompresi serat
yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan adalah serat alami dan
39
mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kandungan tersebut didapat
dari kayu terdiri dari 50% selulosa, 30% lignin dan bahan bersifat
adhesif di lamella tengah, 20% karbohidrat berupa xylan, resin dan
tannin. Kertas biasanya digunakan sebagai alat media tulis dan
pembungkusan. Sedangkan setelah penggunaannya, kertas hanya
dibuang oleh konsumen. Kertas masih mengandung selulosa dan
hemiselulosa sehingga limbah kertas masih dapat dimanfaatkan.
(a) Sampah koran (b) Sampah kardus
Gambar 3.3.Sampah Kertas (google.com)
3.3.2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses pirolisis adalah sebagai berikut:
1. Autoclave
Autoclave ini digunakan sebagai tempat terjadinya proses pirolisis.
Autoclave terdidri dari sebuah tabung, tutup tabung, pressure gauge,
safety valve, thermocouple dan pipa output. Tabung autoclave berfungsi
sebagai tempat penampungan biomassa yang akan dipanaskan. Tutup
tabung berfungsi sebagai tutup yang memungkinkan tidak terjadinya
pertukaran udara didalam tabung. Pressure gauge berfungsi sebagai
pengukur tekanan yang ada didalam tabung. Safety valve berfungsi
40
untuk mengatur tekanan berlebih yang ada di dalam tabung.
Thermocouple berfungsi sebagai pembaca temperature di dalam tabung.
Pipa output berfungsi sebagai jala keluar uap atau gas produk pirolisis
menuju kondensor.
a. Tabung autoclave b. Tutup autoclave
Gamabar 3.4. Autoclave
2. Tungku pemanas (Heater).
Berfungsi sebagai sumber panas pada proses pirolisis. Transfer energi
pada heater terjadi dalam tahapan pembangkitan energi panas oleh
element heater yang energinya disuplai dari energi listrik. Energi yang
diberikan yaitu sebesar 7500 W dan dapat dioperasikan hingga
temperature 800oC.
Gambar 3.5. Heater Box
3. Pipa tembaga
Pipa tembaga ini digunakan sebagai kondensor yang akan dibuat
sebagai tempat pendinginan pada alat pirolisis. Proses pendinginan pada
41
kondensor ini berlangsung secara konveksi. Panas dari uap yang
dihasilkan dari tabung pirolisis akan di transfer atau dipindahkan ke air
sebagai media pendingin hingga mencapai temperatur pendinginan pada
kondensasi bio-oil.
4. Tabung Pemisah Bio-oil
Hasil kondensasi akan ditampung di dalam botol berleher panjang.
Tujuannya untuk memudahkan pemisahan minyak dan air. Selain itu
botol ini sebaiknya direndam dalam air dingin agar minyak yang telah
ditampung tidak menguap kembali. Pemisahan minyak dan air dapat
dilakukan menggunakan pipet atau dituang secara perlahan-lahan.
5. Timbangan Digital
Timbangan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur berat dari
bahan sampah yang digunakan untuk proses pirolisis serta untuk
menimbang bio-oil hasil kondensasi.
6. Thermocouple
Dalam pengambilan data, thermocouple ini ini digunakan untuk
mengukur temperatur masuk dan temperatur keluaran pada kondensor
serta mengukur temperatur akhir pada air pendingin.
7. Katup ukuran ¼ inch
Digunakan sebagai katup pemisah antara pipa keluaran uap pada tabung
autoclave dengan kondesor, sehingga pada saat temperatur kondensasi
belum mencapai temperatur yang diinginkan uap di dalam tabung
autoclave tidak keluar.
42
8. Bak Penampungan Air
Air yang selalu bersirkulasi pada pendingin memerlukan sumber
penampungan yang tetap dan dapat terjaga jumlah air yang dibutuhkan,
oleh karenanya dibutuhkan bak penampung air yang mampu
menampung air umpan sebelum masuk kedalam kondensor agar fungsi
pendinginan lebih baik.
a. Tabung PemisahBio-oil
b. Timbangan Digital c. Thermocouple
d. Pipa Tembaga
e. keran
f. Bak penampungair
Gambar 3.6. Alat-alat Pendukung Proses Destilasi (google.com)
3.4. Rangkaian Alat Pirolisis
Adapun rangkaina alat uji destilasi sebelum dimodifikasi dan setelah
dimodfikasi adalah sebagai berikut:
43
Gambar 3.7. Desain Rangkaian Alat Uji (Autoclave)
Gambar 3.7. merupakan rangkaian autoclave dan destilator sebelum
dilakukan modifikasi. Di bawah ini akan ditampilkan tutup autoclave yang
telah dimodifikasi :
Gambar 3.8. modifikasi tutup autoclave
44
3.5. Metode Pengujian
Dalam pengujian kali ini ada beberapa tahapan utama untuk melakukan
proses pirolisis. Tahapan tersebut yaitu tahap persiapan bahan, tahap instalasi
alat dan tahap pengujian. Untuk detail tahapan akan dijelaskan dibawah ini :
1. Tahap Persiapan Bahan
Persiapan bahan berawal dari pengambilan bahan baku sampah yang
berada di TPA Bakung kemudian di timbang untuk mendapatkan
komposisi sampah. Proses selanjutnya yaitu pengeringan bahan baku
dengan cara dijemur dibawah sinar matahari selama 2 minggu. Kemudian
bahan baku tersebut dicacah dengan ukuran 0,5 cm – 1 cm, dilanjutkan ke
proses penimbangan bahan baku dengan komposisi plastik 60%, sayuran
dan sisa makanan 20%, kertas 20%. Bahan baku dipersiapkan dengan
berat 500 gram untuk setiap percobaan.
2. Tahap Instalasi Autoclave
Pada tahap ini beberapa komponen autoclave terdiri dari tabung
penampung dan tutup yang telah dimodifikasi, heater, pressure gauge,
safety valve, thermocouple, keran.. Sedangkan komponen untuk proses
kondensasi yaitu pipa tembaga kondensor, bak penampungan air, pompa
air, botol penampungan bio-oil.
Tabung diletakkan pada tungku heater dengan energi yang diberikan
sebesar 8000 W. Kemudian tutup dipasangkan diatas tabung, dimana
tutup berfungsi sebagai tempat dudukan beberapa komponen yaitu
pressure gauge, safety valve, thermo couple dan keran. Selanjutnya keran
disambungkan pipa tembaga kondensor yang di letakkan pada bak
45
penampungan air pendingin. Pompa air digunakan untuk mensirkulasikan
air pendingin yang berada di bak. Botol diletakkan pada ujung pipa
tembaga tempat keluarnya bio-oil hasil kondensasi.
3. Tahap Pegujian
Setelah bahan baku sudah siap dan instalasi autoclave telah terpasang,
langkah awal yang dilakukan yaitu menyambungkan autoclave ke sumber
energi yaitu listrik. Pastikan saklar didalam panel listrik dalam kondisi
hidup. Setelah itu setting heater pada temperatur yang akan diujikan,
tunggu hingga teperatur pirolisis tercapai. Setelah temperatur tercapai,
membuka tutup autoclave dan kemudian memasukan bahan baku yang
telah disiapkan kemudian tutup kembali. Untuk menghilangkan
kandungan oksigen yang berada pada tabung, injeksikan gas N2 ke dalam
tabung aga oksigen terdorong keluar. Setelah itu, buka valve yang berada
pada tutup autoclave agar bahan baku dapat jatuh ke dalam tabung
penampungan. Pada saat itu residence time mulai dihitung sesuai dengan
percobaan.
Setelah residence time selesai, buka keran untuk mengalirkan gas hasil
pirolisis ke kondensor. Gas tersebut akan mengalir ke kondensor akibat
tekanan selama proses pirolisis. Kemudian tampung bio-oil hasil
kondensasi ke botol penampung. Setelah itu lakukan pengujian lab untuk
melihat kandungan yang terdapat pada bio-oil.
46
3.6. Tahap Pengujian Laboratorium
Adapun pengujian laboratorium untuk mengetahui sifat kimia bio-oil yaitu
dengan menggunakan metode pengujian GC-MS (Gas Chromatography-Mas
Spectrometry). Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik
Universitas Gadjah Mada. Spesifikasi alat yang digunakan yaitu Gas
Chromatography-mass spectrometry (GCMS-QP2010S SHIMADZU), dengan
kolom jenis AGILENTJ%W DB-1 (diameter dalam 30 m x 0,25 mm). Gas pembawa
yang digunakan adalah Helium (He). Temperatur awal di program sebesar 60˚C di
tahan selama 5 menit diikuti dengan temperatur selanjutnya 280˚C di tahan selama
51 menit.
3.7. Variabel Pengujian
Variabel pengujian merupakan variasi sampel pengujian yang akan
dilaksanakan dengan beberapa variabel tetap dan variabel berubah. Untuk
bisa mendapatkan karakteristik pirolisis terbaik proses pirolisis berkatalis
sistem isotermal. Variasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Variasi percobaan
No Variabel Variasi proses
1. Temperatur (T) 300, 400, 500, 600, 700 oC
2. Waktu tinggal (pirolisis steady) (t) 15, 20, 25, 30, 35 menit
Tabel 3.3. Tabel Percobaan
No Temperatur (oC) Waktu (menit) mBB mBO1 300 15 500 gr2 300 20 500 gr3 300 25 500 gr
47
4 300 30 500 gr5 300 35 500 gr
6 400 15 500 gr7 400 20 500 gr8 400 25 500 gr9 400 30 500 gr10 400 35 500 gr
11 500 15 500 gr12 500 20 500 gr13 500 25 500 gr14 500 30 500 gr15 500 35 500 gr
16 600 15 500 gr17 600 20 500 gr18 600 25 500 gr19 600 30 500 gr20 600 35 500 gr
21 700 15 500 gr22 700 20 500 gr23 700 25 500 gr24 700 30 500 gr25 700 35 500 gr
125
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan terhadap sampah rill kota Bandar
Lampung dengan menggunakan metode pirolisis isothermal, didapat
beberapa kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. Kesimpulan dapat
dilihat sebagai berikut :
1. Waktu reaksi mempengaruhi bentuk fisik bio-oil yang diproduksi,
peningkatan waktu reaksi memberikan produk secara visual terlihat lebih
bersih dengan sedikitnya pengotor yang menempel pada dinding botol.
2. Dengan meningkatnya temperatur yang diberikan produksi bio-oil
semakin menurun.
3. Waktu reaksi pada pirolisis isothermal memberikan dampak pada
lamanya waktu proses pemotongan ikatan hidrokarbon. Sehingga semakin
lama waktu reaksi yang diberikan maka semakin banyak ikatan
hidrokarbon bahan baku yang terpotong. Kompensasinya ikatan
hidrokarbon tinggi (heavy oil) terdegradasi menjadi ikatan yang sedang
(diesel/gasoline). Sedangkan ikatan hidrokarbon sedang terdegradasi
menjadi ikatan hidrokarbon pendek (gas permanen).
4. Temperatur pada pirolisis isothermal memberikan dampak pada besarnya
proses degradasi ikatan kimia. Semakin tinggi temperatur yang diberikan
maka semakin banyak ikatan hidrokarbon yang terdegradasi.
126
5. Produk bio-oil terbaik terjadi pada temperatur 400˚C waktu reaksi 30
menit dengan produk yield bio-oil 11% (wt%). Fraksi hidrokarbon
gasoline 31,86% (peak area), diesel 55,06% (peak area), heavy oil
13,08% (peak area). Sifat hidrokarbon Paraffin 33,03% (peak area), Iso-
paraffin 0% (peak area), Olefin 41,03% (peak area), Naphthenes 4,85%
(peak area), Aromatic 13,3% (peak area), Oxygeneted Alcohol 6,74%
(peak area), Acid 1,05% (peak area).
6. Fraksi hidrokarbon menunjukkan jenis bahan bakar yang terbentuk. Hasil
pirolisis isothermal sampah kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa
dari kesembilan sampel yang diuji GC-MS 33,33% memiliki
kecenderungan bahan bahan gasoline, sedangkan 66,66% memiliki
kecenderungan bahan bakar diesel.
7. Dengan menggunakan metode pirolisis isothermal, masalah penumpukan
sampah organik dan plastik yang ada di TPA Bakung Teluk Betung dapat
diselesaikan. Sampah yang tadinya hanya menumpuk dapat dikonversi
menjadi bahan bakar yaitu, bahan bakar cair (bio-oil), bahan bakar padat
(bio-char) dan bahan bakar gas (bio-gas).
5.2. Saran
Dalam melakukan penelitian didapat beberapa kekurangan yang perlu
dilakukan agar mendapatkan produk bio-oil yang lebih baik. Saran yang dapat
diberikan sebagai berikut :
127
1. Perlunya penelitian sampah campuran rill kota Bandar Lampung dalam
kondisi yang memiliki kadar air sesungguhnya. Untuk melihat dampak
dari kadungan kadar air.
2. Disarankan untuk meguji proses pirolisis isothermal dengan durasi yang
lebih lama, dikarenakan tingkat kebersihan bio-oil yang semakin baik.
3. Perlunya pengujian dengan menggunkan katalis untuk mempercepat
proses degradasi.
4. Perlunya melakukan proses upgrading pada proses pirolisis isothermal
untuk mendapatkan bio-oil yang dapat digunakan untuk pembakaran
internal.
128
DAFTAR PUSTAKA
Akkaya, Ebru, et al. 2009. Energy Content Estimation of Municipal Solid
Waste by Multiple Regression Analysis.5th International Advanced
Technologies Symposium. Karabuk. Turkey
Alexandra, Le Courtois. 2012. Municipal Solid Waste: turning a problem
into resource. Waste: the challenges facing developing countries.
Urban Specialist.World Bank, www.proparco.fr
Basu, Prabir. 2010. Biomass Gasification and Pyrolysis: Practical Design
and Theory. Academic Press. Elsevier
Bergman, et al. 2005. Torrefaction for biomass upgrading. Published at 14th
European Biomass Conference & Exhibition. Paris, France
Bridgeman, T.G. 2008. Torrefaction of reed canary grass, wheat straw and
willow to enhance solid fuel qualities and combustion properties.
Energy & Resources Research Institute, School of Process,
Environmental and Materials Engineering, University of Leeds.
Leeds LS2 9JT. UK
129
BSN. 2008. SNI:Pengolahan Sampah di Pemukiman . BSN
Cengel, Yunus. 2005. Thermodynamics: An Engineering Approach 5th
Edition (Fifth Ed). McGraw-Hill College, Boston. Amerika Serikat
Chew, J.J., V. Doshi. 2011. Recent advances in biomass pretreatment –
Torrefaction fundamentals and Technology. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, V. 15, P. 4212–4222
Ciolkosz, Daniel. 2011. A review of torrefaction for bioenergy feedstock
production. Society of Chemical Industry and John Wiley & Sons,
Ltd
Couhert, C., et al. 2009. Impact of torrefaction on syngas production from
wood. Fuel, V. 88, P. 2286–2290
Demirbas, A., et all. 2009. Pyrolysis Mechanisms of Biomass Materials.
Energy Sources, Part A, V. 31, P, 1186–119
DICLA. 2013. Biogas. Training Centre. South Africa
Gandidi, Indra M. 2011, Biodryer untuk Pengeringan Hasil Pertanian dan
Perkebunan. Jurnal Mekanikal. Jurusan Mesin. Unila
130
Gandidi, Indra M. 2012. Emission Factor of Single Pellet Cake Seed
Jatropha Curcas in a Fix Bed Reactor. J. of the Braz. Soc. of
Mech. Sci. & Eng
Jahirul, Muhammad. 2012. Biofuels Production through Biomass Pyrolysis-
A Technological Review. Queensland University of Technology,
Brisbane, Queensland 4000. Australia
Karlsson, Josefine. 2013. Evaluation of Torrefaction Pilot Plant in
Klintehamn, Gotland. Department of Chemical Engineering, Lund
University, Sweden
Klein, Alexander. 2002. Gasification: An Alternative Process for Energy
Recovery and Disposal of Municipal Solid Wastes, Thesis,
Department of Earth and Environmental Engineering, Fu
Foundation School of Engineering and Applied Science. Columbia
University
Luo, Siyi, et al. 2010. Influence of particle size on pyrolysis and gasification
performance of municipal solid waste in a fixed bed reactor.
Bioresource Technology, V. 101, P. 6517–6520
Muntaha, Mochamad. 2013. Deteksi Psilocin Urin pada Mencit Swiss
Webster Terhadap Pemberian Jamur Psilocybe Cubensis Dosis
131
Bertingkat. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro. Semarang, Jawa Tengah
Natarajan, E., Ganapathy Sundaram. E. 2009. Pyrolysis of Rice Husk in a
Fixed Bed Reactor. World Academy of Science. Engineering and
Technology
Ngo, Thanh-An, et al. 2012. Fast pyrolysis of palm kernel cake using a
fluidized bed reactor: Design of experiment and characteristics of
bio-oil. Journal of Industrial and Engineering Chemistry
Ohliger, Andreas, et all. 2012. Torrefaction of beechwood: A parametric
study including heat of reaction and grindability. Fuel Journal
Paenpong, Chaturong, Pattiya, Adisak. 2016. Effect of Pyrolysis and
Moving-bed Granular Filter Temperatures On The Yield and
Properties of Bio-Oil From Fast Pyrolysis of Biomass. Journal of
Analytical Applied Pyrolysis 119(2016) 40 - 51
Panda, achyut K., and Singh, R.,K. 2013 Experimental Optimization of
Process for The Thermo-catalytic Degradation of Waste
Polypropylene to Liquid Fuel. Centurion University of Technology
and Management, Departement of Chemistry. Odisha, India
132
Pasek,Ari D, dkk. 2007. Laporan Akhir Studi Kelayakan Pembangkit
Listrik dengan Bahan Bakar Sampah di Kota Bandung. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Institut Teknologi
Bandung
Pattiya, Adisak, et al. 2012. Fast pyrolysis of sugarcane and cassava
residues in a free-fall reactor. Energy, V. 44, P. 1067-1077
Preto, Fernando. 2008. Pyrolysis, Char and Energy, Canmet ENERGY,
Natural Resources Canada, Inaugural Meeting. The Canadian
Biochar Initiative. Ste Anne de Bellevue
Riazi,M., R.. 2005. Characterization and Properties of Petroleum Fraction
First Edition. Philadelphia, Pennsylvania.
Rivas, Arthur MC. Carty James. 2008. The Effect of Biomass, Operating
Conditions, and Gasifier Design on The Performance of An
Updraft Biomass Gasifier. Department of Biological and
Agricultural Engineering, College of Engineering, Kansas State
University. Manhattan
Ronsse, F., et al, 2013, “Biomass pyrolysis and biochar characterization”, 1st
Forebiom Workshop, Department Of Biosystems Engineering,
Faculty of Bioscience Engineering, Ghent University, Belgium
133
Sadaka, S. 2009. Chapter 2: Pyrolysis. In Pyrolysis and Bio-Oil.
Fayetteville, AR: Cooperative Extension Services. Department of
Agricultural and Biosystems Engineering, Iowa State University.
Nevada
Sadaka, Samy, et al. 2009. Improvements of Biomass Physical and
Thermochemical Characteristics via Torrefaction Process.
Environmental Progress & Sustainable Energy. V. 28, No. 3
Shusheng, Pang. 2012. Overview of Up-To-Date, Progresses and Chalenges
in Biomass Gasification. Wood Technology Research Centre,
Department of Chemical and Process Engineering. University of
Canterbury. New Zealand
Sridhar, G., et all. 2007. Torrefaction of Bamboo. 15th European Biomass
Conference & Exhibition. Berlin Germany
Suwedi, Nawa. 2005. “Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Dampak
pemanasan Global”. P3TL-BPPT
Syamsiro, Mochamad. 2011. Effect of Catalytic Reforming on Pyrolytic Oil
Production from Waste Plastics. Departement of Environmental
Science and Thecnology, Tokyo Institute of Technology. Tokyo,
Japan
134
Tumuluru, J. S., et al. 2011. Review on Biomass Torrefaction Process and
Product properties and Design of Moving Bed Torrefaction System
Model Development. ASABE Annual International, Meeting,
Louisville. Kentucky
Valkenburg, C.,et al. 2008. Municipal Solid Waste (MSW) to Liquid Fuels
Synthesis, Volume 1: Availability of Feedstock and Technology.
Pacific Northwest National Laboratory Richland. Washington
Verma. M., et all, 2012. Biofuels Production from Biomass by
Thermochemical Conversion Technologies: a Review Article,
International Journal of Chemical Engineering, 18 pages
Wampler, P. T. 2007. Applied Pyrolysis Handbook. Second Edition. CRC
Press, Taylor and Francis Group. London
Wannapeera, Janewit, et all. 2011. Effects of temperature and holding time
during torrefaction on the pyrolysis behaviors of woody biomass.
Journal of Analytical and Applied Pyrolysis. V. 92, P. 99–105
Wiriana, Ir. Adhi, M.Si. 2013. Penduduk Lampung: Sensus, Proyeksi Dan
Registrasi. BPS Lampung
135
Zhang, Zhezi, et.all. 2013. Effect of Twmperature and Heating Rate in
Pyrolysis on The Yield, Structure and Oxidation Reactivity of
Pine Sawdust Biochar. University of Western Australia. Australia
Zia, Haq. 2002. Biomass for Electricity Generation. Energy Information
Administration, Annual Energy Outlook. Washington DC