analisis program pemberdayaan ekonomi rumah … · penulis dilahirkan di garut pada tanggal 4 juni...

91
ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA MISKIN: Kasus Program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat), Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat Oleh: AHMAD ALAM I34052692 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: truongdien

Post on 14-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

RUMAH TANGGA MISKIN: Kasus Program Microfinance

Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat), Kelurahan Loji,

Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat

Oleh:

AHMAD ALAM

I34052692

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

RINGKASAN

AHMAD ALAM. ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

RUMAH TANGGA MISKIN: Kasus Program Microfinance Syariah

Berbasis Masyarakat (Misykat), Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat,

Jawa Barat. (Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI)

Masalah kemiskinan sekarang ini merupakan salah satu isu penting di

Indonesia, terutama setelah Indonesia dilanda krisis moneter yang terjadi pada

periode tahun 1997-1999. Kemiskinan menjadi isu penting karena akibat

kemiskinan menimbulkan multiplayer efek bagi masalah yang lainnya. Di

Indonesia, sekarang ini tidak hanya pemerintah yang peduli untuk

menanggulanginya, instansi swasta dan LSM memiliki perhatian yang sama.

Salah satu lembaga yang peduli untuk menangulangi kemiskinan adalah lembaga

pengelola zakat. Lembaga zakat tersebut memanfaatkan zakat yang telah

dikeluarkan oleh mereka yang wajib mengeluarkannya (muzakki) untuk

selanjutnya disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya (mustahik), salah

satu diantaranya kepada orang miskin termasuk rumah tangga miskin.

Dompet Peduli Ummat Darut Tauhid (DPU DT) Bogor melalui Program

Mikrofinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat) sudah tiga tahun melakukan

proses pembinaan bagi rumah tangga miskin dengan memberikan pendampingan

dan pinjaman modal usaha agar mereka mampu bertahan hidup bahkan dapat

meningkatkan keberdayaan hidup lebih baik. Daerah yang dijadikan lokasi

penelitian adalah daerah Loji yang merupakan salah satu daerah binaan DPU DT.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis pelaksanaan program

Misykat dalam menerapkan prinsip pemberdayaan, 2) Mengidentifikasi tingkat

kemiskinan rumah tangga peserta program dan hubungannya dengan tingkat

pelaksanaan program Misykat, 3) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan peserta

program Misykat dalam kebijakan LAZNAS DPU DT dan hubungannya dengan

tingkat pelaksanaan program Misykat, 4) Menganalisis tingkat keberdayaan

ekonomi rumah tangga peserta program Misykat dan hubungannya dengan tingkat

pelaksanaan program Misykat.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

kuantitatif dengan menggunakan teknik sensus dan didukung dengan data

kualitatif dari para informan terpilih. Rumah tangga yang menjadi responden

penelitian ini sebanyak 26 responden yang semuanya perempuan. Penelitian ini

juga menggunakan data sekunder dari DPU DT dan Kelurahan Loji.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program Misykat

dalam menerapkan prinsip pemberdayaan sebagian besar peserta program

memberikan penilaian baik. Hal ini karena pendamping program Misykat

melakukan tahapan dalam pelaksanaan program pemberdayaan yaitu: tahapan

dialog, penemuan dan pengembangan.

Karakteristik rumah tangga peserta program Misykat sebagian besar

tergolong kategori rumah tangga rentan. Hubungan antara tingkat kemiskinan

dengan tingkat pelaksanaan program Misykat tidak memiliki hubungan yang

signifikan, karena baik rumah tangga miskin maupun rentan sama-sama

Page 3: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

merasakan manfaat program Misykat, sehingga memberikan penilaian baik

terhadap pelaksanaan program Misykat. Pengetahuan sebagian besar peserta

terhadap Kebijakan LAZNAS DPU DT program Misykat tergolong kategori

sedang. Hal ini dikarenakan sosialisasi program hanya dilakukan pada awal

program sebanyak 1-3 kali yaitu pada tahun 2006 dan ketika ada pergatian

anggota Misykat. Hubungan antara tingkat pengetahuan peserta dengan tingkat

pelaksanaan program Misykat tidak terdapat hubungan yang signifikan, karena

baik rumah tangga dengan tingkat pengetahuan sedang maupun rendah sama-sama

memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat.

Tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga peserta program Misykat

tergolong tinggi, karena rumah tangga peserta program Misykat memiliki akses

dan kontrol terhadap pasar, keuangan mikro, dan aset-aset produksi seperti mesin

produksi. Memiliki kontrol terhadap penggunaan pinjaman dan tabungan yang

mereka hasilkan. Hubungan antara tingkat keberdayaan rumah tangga dengan

tingkat pelaksanaan program Misykat tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Hal ini diduga karena adanya faktor-faktor lain yang menghambat selain dari

program pemberdayaan yang dijalankan, yang dapat ditelaah dari dimensi

struktural dan kultural.

Page 4: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

Abstract

Poverty is the current problem in Indonesia, especially after financial

crisis in 1997-1999. One of the institution which cares to this problem and wants

to reduce poverty is Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid (DPU DT) Bogor, by its

programme, named Mikrofinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat). This

research is purposed to analyze realization on implementing empowerment

principle and Misykat Programme on increasing economic empowermence of

poor household at Kampung Loji, Kelurahan Loji, Jawa Barat. This research

used Quantitatif Research Method, specifically survey technic and it is supported

by qualitatif data from selected respondent. Primary, a number of respondence

which participate in this research are 26 respondence, and they were women.

Secondary, this research also used data from DPU DT and Kelurahan Loji. The

result of this research shows that Misykat Programe had been implementing

empowerment principle, such as dialogue, invention, and development. The

participant economic empowermence level of the programme is high.

Keywords: Poverty, Misykat, Economic Empowermence of Poor Household.

Page 5: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

RUMAH TANGGA MISKIN

Kasus: Program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat

(Misykat), Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat

Oleh:

Ahmad Alam

I34052692

SKRIPSI

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 6: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Ahmad Alam

Nomor Pokok : I34052692

Judul : Analisis Program Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga

Miskin

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Titik Sumarti, MS

NIP. 19610927 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS

NIP. 19580827 198303 1 001

Tanggal Kelulusan:

Page 7: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG

BERJUDUL “ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

RUMAH TANGGA MISKIN” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL

KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH

PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN

JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU

DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN

RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN

PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA

BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Agustus 2009

Ahmad Alam

I34052692

Page 8: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan

Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut, tepatnya di

Jl. Jendral A. Yani Timur No: 442, Karangpawitan Garut. Penulis merupakan

anak kelima dari delapan bersaudara, dengan Euis Popon, Ade Wahid, Yeti

Agustini dan Lilis Asmawati sebagai kakak, dan Hani Marliani, Rina Faizah dan

Syifa Nuraeni sebagai adik. Selama 23 tahun, penulis telah menjalani pendidikan

formal pada: MI Al Khoiriyyah Garut (1993-1999), SLTP Negeri 3 Garut (1999-

2002), SMUN Negeri 2 Tarogong (2002-2005), dan Institut Pertanian Bogor,

Tahun 2005-2009.

Sejak SLTP penulis aktif dalam kegiatan sekolah, seperti: pengurus

Pramuka dan OSIS, selain itu penulis merupakan juara umum kelas berturut-turut

selama tiga tahun. Pada tingkat SMU penulis aktif juga di berbagai organisasi

seperti OSIS, ROHIS dan PMR pada tahun (2002-2004). Tahun 2005, penulis

diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Saringan Masuk IPB (USMI) pada Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).

Sejak mahasiswa Pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) hingga

sekarang penulis aktif di kelembagaann mahasiswa, yaitu Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) AL Hurriyyah dan menjabat sebagai Ketua LDK AL Hurriyyah

(2008-2009). Penulis pernah aktif sebagai Kepala Divisi Infokom di Lembaga

Dakwah Fakultas (LDF) FORSIA (2007-pertengahan 2008). Ketua Program

“Pendampingan UKM Kantin Red Corner IPB” (2007), Anggota Himpunan

Mahasiswa Peminat Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

(HIMASIERA), Anggota “Forum Diskusi Ekologi Manusia (2007- Sekarang),

Anggota Himpunan Mahasiswa Asli Garut “ASGAR MUDA (2008- Sekarang),

Pengurus Himpunan Mahasiswa Garut (HIMAGA) IPB (2007-2008), dan

Direktur Lembaga Training bernama Inspiring Training Center (2009-sekarang).

Sejak menjadi mahasiswa di IPB penulis pernah menjadi Asisten Dosen

Matakuliah Komunikasi Kelompok (2008), Asisten Dosen Matakuliah Dasar-

dasar Komunikasi pada Departemen SKPM, dan Asisten Dosen Matakuliah

Page 9: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Tingkat Persiapan Bersama, IPB. Penulis

juga pernah mendapatkan prestasi sebagai Juara 1 Kompetisi Karya Tulis

Mahasiswa (KKTM) bidang Seni, tingkat Nasional dari DEPDIKNAS (2008),

Juara 2 dan 3 Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) bidang pendidikan

tingkat IPB (2008), Pendanaan Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang

Pengembangan Masyarakat dan Kewirausahaan tingkat Nasional dari

DEPDIKNAS (2008), Presenter Bisnis Pria Terbaik dari Departemen Agribisnis,

IPB (2008), Juara 2 Lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) bidang Syarhil

Qur’an, tingkat IPB (2007), Juara 3 Lomba MTQ bidang Fahmil Qur’an tingkat

IPB (2007), Juara 3 besar Lomba MTQ bidang Karya Tulis Qur'an tingkat IPB

(2007).

Page 10: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT Sang Maha yang tidak terhingga yang

berkat Rahman dan Rahim-Nya lah telah memberikan rahmat-Nya sehingga

skripsi ini bisa diselesaikan. Shalawat serta salam tercurah kepada manusia paling

tawazun di muka bumi ini Rasulullah Muhammad SAW yang berkat jasanyalah

kita dapat merasakan nikmatnya Islam.

Skripsi yang berjudul “Analisis Program Pemberdayaan Ekonomi Rumah

Tangga Miskin” merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. Ir. Titik

Sumarti, MS sebagai dosen yang selalu berkenan dalam memberikan masukan dan

arahan pada penulis dan tak henti-hentinya memotivasi penulis menjadi manusia-

manusia yang bisa mampu mengukir sejarah dengan indah. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran

dalam pembuatan skripsi ini.

Sumbangsih penulis terhadap ilmu pengetahuan akan semakin lengkap

dengan adanya saran dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

Page 11: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MS selaku Dosen Pembimbing yang selalu berkenan

dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Puji Mulyono, MSi dan Ir. Anna Fatchiya selaku Dosen Penguji

yang telah memberikan saran dan masukan untuk kelancaran proses

penulisan skripsi

3. Keluargaku, Bapak (Bapak Masduki), Mamah (Mamah Aisyah), Kakak

saya (Teh Ai, Aa Ende, Teh Eunyi, dan Teh Lilis), dan Adik saya (Hani,

Rina Syifa) yang telah memberikan doa dan cinta kasihnya selama ini,

memberikan semangat dan dukungan baik secara moral dan fisik tanpa

mengenal lelah, agar bisa menjadi seorang Inspiring People.

4. Rekan-rekan di LDK Al Hurriyyah IPB: Mas Okta, Mba Desi, Hikmah,

Fitri, Vita, Januar, Singgih, Gia, Lina, Darti dan Tim Rapim LDK Al

Hurriyyah 2009 yang telah memberikan doa, inspirasi dan semangat. Juga

kepada rekan-rekan di LDF FORSIA: Jarot, Burhan, Akber, Cuple, Nisa,

Trisun, Dyah, dan Ika Pus. Terima kasih atas semangat dan dukungannya.

5. Saudaraku di Asrama Al Hurriyyah, Anis, Eri, Jawad, Kiki terutama Kindi

(makasih pinjaman laptopnya). Terima kasih atas ukhuwah yang telah

dibangun.

6. Rekan-rekan KPM, terutama Anggi, Morce dan Nunik (teman

seperjuangan). Terima kasih untuk semuanya.

7. Rekan-rekan FEMA, terutama Eka, Esti, Deni, Prama, Novida dan Kiki.

Terimakasih atas masukannya selama mengelola data .

8. Mbak Maria dan Mbak Nisa (Staf Sekretariat KPM) terima kasih atas

informasi-informasi akademik dan keberadaan Dosen Pembimbing.

9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian

skripsi.

Page 12: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .............................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5

1.4 Kegunaan Penelitian.............................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 7

2.1 Program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat) ........................... 7

2.2 Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin ................................................................. 10

2.3 Kemiskinan. ......................................................................................................... 20

2.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 27

2.5 Hipotesis Uji ......................................................................................................... 30

2.6 Definisi Operasioanl.............................................................................................. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 32

3.1 Strategi Penelitian ................................................................................................ 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 32

3.3 Penentuan Responden dan Informan . .................................................................... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 33

3.5 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data .................................................................. 34

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN LOJI ........................................... 36

4.1 Sejarah dan Kondisi Geografis ............................................................................. 36

4.2 Kondisi Kependudukan ........................................................................................ 36

4.2.1 Jumlah Penduduk . ...................................................................................... 36

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................................................... 37

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Pendidikan ............................................................. 37

4.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan ........................................................................... 38

4.4 Kelembagaan Ekonomi ........................................................................................ 39

Halaman

Page 13: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

xii

BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT

DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN .................... . 40

5.1 Tahapan Dialog .................................................................................................... 41

5.2 Tahapan Penemuan .............................................................................................. 43

5.3 Tahapan Pengembangan ....................................................................................... 45

BABVI IDENTIFIKASI TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT

PENGETAHUAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT ................................................................................................. . 48

6.1 Identifikasi Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Peserta Program Misykat ......... 48

6.2 Hubungan Antara Tingkat Kemiskinan dengan Tingkat Pelaksanaan Program

Misykat ................................................................................................................ 51

6.3 Identifikasi Tingkat Pengetahuan Peserta Program Misykat dalam Kebijakan LAZNAS DPU DT ............................................................................................... 52

6.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Pelaksanaan Program

Misykat ................................................................................................................ 53

BAB VII TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT ...................................................... . 56

7.1 Identifikasi Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Miskin Peserta

Program Misykat ............................................................................................... 56

7.2 Hubungan Antara Tingkat Pelaksanaan Program Misykat dengan Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Peserta Program Misykat ....................... 59

BAB VIII PENUTUP ............................................................................................... 62

8.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 62

8.2 Saran .................................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 64

LAMPIRAN ............................................................................................................. 66

Page 14: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor

1 Indikator Keberdayaan (Schuler, Hashemi dan Riley dalam Suharto,2004) ......................................................................................... 16

2 Batas Garis Kemiskinan (Sajogjo dalam Ruli, dkk, 1995) ........................ 23

3 Ukuran dan Kriteria Kemiskinan Menurut BPS, Bappenas dan KPK,

Bogor, 2008 .............................................................................................. 24

4 Jumlah Penduduk Kelurahan Loji Berdasarkan Mata Pencaharian, Maret 2009 .............................................................................................. 37

5 Jumlah Penduduk Kelurahan Loji Berdasarkan Pendidikan, Maret

2009 ... ...................................................................................................... 38

6 Sarana dan Prasarana Kesehatan Kelurahan Loji, Maret 2009... ................. 38

7 Kelembagaan Ekonomi Kelurahan Loji, Maret 2009... .............................. 39

8 Tingkat Pelaksanaan Program Misykat Berdasarkan Penilaian Peserta Program, Kelurahan Loji, 2009... .............................................................. 40

9 Penilaian Peserta Program Misykat Terhadap Pelaksanaan Program

Pada Tahapan Dialog, Kelurahan Loji, 2009... .......................................... 41

10 Penilaian Peserta Program Misykat Terhadap Pelaksanaan Program Pada Tahapan Penemuan, Kelurahan Loji, 2009... ..................................... 43

11 Penilaian Peserta Program Misykat Terhadap Pelaksanaan Program

Pada Tahapan Pengembangan, Kelurahan Loji, 2009... ............................. 45

12 Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Miskin, Kelurahan Loji, 2009... ............................................................................. 48

13 Karakteristik Rumah Tangga Miskin Menurut BPS Berdasarkan

Penilaian Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009... ..................... 49

14 Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Miskin dan Pelaksanaan Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009... ...................... 51

15 Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan Peserta Terhadap

Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009... ................................................ 52

16 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Peserta dan Pelaksanaan Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009................................ 53

17 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Keberdayaan Rumah Tangga

Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009... .................................... 56

18 Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009 .. ............................................................................. 57

19 Jumlah Responden Berdasarkan Pelaksanaan Program Misykat dan

Tingkat Keberdayaan, Kelurahan Loji, 2009... .......................................... 59

Halaman

Page 15: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor

1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 29

2 Usaha Kripik Pisang milik salah satu rumah tangga peserta program Misykat ................................................................................................... 66

3 Usaha Warung makan jajanan dan sayuran milik salah satu rumah

tangga peserta program Misykat ............................................................. 66

4 Usaha pementalan benang sol milik salah satu rumah tangga peserta program Misykat ..................................................................................... 66

5 Kegiatan pendampingan rutin antara Pendamping dan Ibu-ibu peserta

program Misykat ...................................................................................... 67

Halaman

Page 16: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Foto Dukumentasi ............................................................................................ 66

2. Hasil Uji Statistik dengan Menggunakan Korelasi Rank Spearman .................. 68

3. Olahan Data SPSS Versi 13.00 ......................................................................... 69

4. Variabel, Definisi Operasinal, indikator dan Skala Pengukuran Data ................. 70

5. Peta Lokasi Penelitian ...................................................................................... 75

Halaman

Page 17: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kemiskinan sekarang ini merupakan salah satu isu penting di

Indonesia, terutama setelah Indonesia dilanda krisis moneter yang terjadi pada

periode tahun 1997-1999. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006

jumlah penduduk miskin sebesar 39,30 juta (17,75%), berarti jumlah penduduk

miskin turun sebanyak 3,1 juta. Selama periode Maret 2006-Maret 2007,

penduduk miskin di daerah pedesaan berkurang 1,20 juta, sementara di daerah

perkotaan turun sebanyak 0,93 juta orang. Persentase penduduk miskin antara

daerah perkotaan dan pedesaan tidak mengalami banyak perubahan. Pada bulan

Maret 2007, sebagian besar (63,52%) penduduk miskin berada di daerah

pedesaan. Dari data BPS tahun 2007 target penurunan jumlah penduduk Indonesia

di bawah garis kemiskinan nasional pada tahun 2015 adalah sebesar 7,2%.

Meskipun terjadi penurunan, jumlah penduduk yang tergolong miskin

masih banyak. Kewajiban moral bagi semua pihak untuk melakukan sesuatu agar

dapat membantu menanggulangi penduduk miskin dari ketertinggalannya. Hal ini

akan tercapai jika ada upaya yang sungguh-sungguh dari stakeholder yang ada

yaitu pemerintah, swasta, masyarakat dan LSM untuk bekerja sama

menanggulangi kemiskinan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan

melaksanakan program-program penanggulangan kemiskinan.

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan

antara lain melalui program beras untuk rakyat miskin (Raskin), Jaring Pengaman

Sosial (JPS) untuk orang miskin, Asuransi Kesehatan untuk Orang Miskin

(Askeskin), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Impres Desa Tertinggal (IDT) dan

Page 18: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

2

sebagainya. Program di atas masih belum bisa menanggulangi kemiskinan

terbukti jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 masih besar yaitu 37,17 juta

jiwa. Hal ini terjadi karena pelaksanaan program tersebut sampai saat ini masih

bersifat top down. Program bantuan yang bersifat top down, sulit menyelesaikan

persoalan kemiskinan, tetapi justru melahirkan persoalan baru seperti: konflik

horizontal, ketergantungan, korupsi, disintegrasi warga, hingga melahirkan mental

„peminta-minta‟. Program-program bantuan yang berorientasi pada

kedermawanan pemerintah justru dapat memperburuk moral dan perilaku

masyarakat miskin (Suharto, 2005).

Berdasarkan hal di atas, upaya pengentasan kemiskinan harus mencapai

kepada langkah-langkah yang nyata, dalam pemberdayaan orang miskin. Dengan

demikian program penanggulangan kemiskinan difokuskan untuk membebaskan

ketergantungan yang bersifat permanen baik terhadap pemerintah, swasta maupun

LSM. Program bantuan tersebut dikemas dalam sebuah program penanggulangan

kemiskinan dengan menggunakan konsep pemberdayaan ekonomi rumah tangga

miskin yang tidak menjadikannya sebagai objek tetapi sebagai subjek dengan

berlandaskan kepada konsep kemiskinan yang sudah disepakati oleh semua pihak.

Pada saat ini, telah berjalan program penanggulangan kemiskinan dari

Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT)

berupa program ekonomi produktif yaitu Microfinance Syariah Berbasis

Masyarakat (Misykat). Program Misykat merupakan lembaga keuangan mikro

untuk orang-orang miskin yang dananya berasal dari zakat, infak, dan sedekah

(ZIS) yang dikhususkan untuk pemberian modal usaha kepada kaum miskin.

Page 19: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

3

Perkembangan penghimpunan ZIS sekarang ini cukup pesat. Hal ini ditunjukkan

oleh besarnya penghimpunan ZIS yang terus meningkat setiap tahun.

Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yaitu KH Didin Hafidhuddin,

dalam milad Baznas beberapa waktu lalu melaporkan bahwa zakat yang

terkumpul secara nasional pada tahun 2008 mencapai angka Rp 930 miliar. Ini

berarti terjadi kenaikan sekitar Rp 160 miliar dari tahun 2007 yang mencapai Rp

770 miliar (Beik dan Sukmana, 2009). Pada tahun 2003 program Misykat DPU

DT terpilih sebagai program penanggulangan kemiskinan terbaik kedua di

Indonesia, serta termasuk kedalam 10 program penanggulangan kemiskinan

terbaik versi Bank Dunia.

Agama Islam telah mengatur secara terperinci pengelolaan ZIS. Khusus

untuk zakat memiliki sasaran penerimanya tersendiri, dua dari delapan pihak yang

berhak menerima zakat adalah fakir dan miskin. Dengan demikian, dana zakat

tidak boleh disalurkan secara sembarangan. Sesuai dengan firman Allah swt

dalam Al Qur‟an surat At Taubah ayat 60 yang artinya: “Sesungguhnya zakat-

zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,...”

Program Misykat memiliki potensi sekaligus peranan yang cukup strategis

dalam upaya pemberdayaan ekonomi rumah tangga miskin untuk menanggulangi

kemiskinan melalui pembinaan dan bantuan modal usaha. Berdasarkan hal

tersebut di atas, menarik untuk dikaji bagaimana pelaksanaan program Misykat

dalam penanggulangan rumah tangga miskin dan sejauhmana program Misykat

sudah mampu memberdayakan ekonomi rumah tangga miskin yang berada di

Kampung Loji, Kelurahan Loji, Jawa Barat.

Page 20: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

4

1.2 Perumusan Masalah

Masalah kemiskinan merupakan persoalan klasik yang terus tejadi

menimpa kehidupan manusia terutama di negara berkembang termasuk di

Indonesia. Seorang tokoh dari India bernama Mahatma Gandhi dalam Syahyuti

(2006) menyatakan bahwa kemiskinan adalah kekerasan dalam bentuk yang

paling buruk. Menurut Syahyuti (2006) kemiskinan memiliki korelasi yang kuat

dengan berbagai masalah sosial, terutama masalah kriminalitas dan penyakit.

Usaha penanggulangan kemiskinan harus dilakukan melalui langkah-

langkah yang nyata. Para perencana dan pengelola program kemiskinan dituntut

untuk lebih kreatif dan inovatif untuk melakukan upaya penanggulangan

kemiskinan. Upaya ini salah satunya melalui program pemberdayaan rumah

tangga miskin yang menjadikan mereka sebagai subjek bukan sebagai objek dari

sebuah program.

Program pemberdayaan ekonomi rumah tangga miskin yang memiliki

fokus untuk meningkakan ekonomi produktif rumah tangga miskin salah satunya

yaitu program Misykat. Misykat ini merupakan program pemberdayaan dari

Lembaga LAZNAS DPU DT melalui pembinaan, pelatihan dan bantuan modal

usaha yang dananya berasal ZIS. Sekarang ini ZIS mengalami perkembangan

yang cukup pesat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya penghimpunan ZIS yang

terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Sejauhmana tingkat pelaksanaan program Misykat dalam menerapkan

prinsip pemberdayaan?

2. Sejauhmana tingkat kemiskinan rumah tangga peserta program Misykat?

Page 21: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

5

3. Sejauhmana tingkat pengetahuan peserta program Misykat dalam

kebijakan LAZNAS DPU DT dan hubungannya dengan tingkat

pelaksanaan program Misykat?

4. Sejauhmana tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga peserta program

Misykat?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis pelaksanaan program Misykat dalam menerapkan prinsip

pemberdayaan.

2. Mengidentifikasi tingkat kemiskinan rumah tangga peserta program dan

hubungannya dengan tingkat pelaksanaan program Misykat.

3. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan peserta program Misykat dalam

kebijakan LAZNAS DPU DT dan hubungannya dengan tingkat

pelaksanaan program Misykat.

4. Menganalisis tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga peserta program

Misykat dan hubungannya dengan tingkat pelaksanaan program Misykat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu:

1. Bagi lembaga ZIS, diharapkan penelitian ini akan memberikan data dan

informasi tentang permasalahan kemiskinan dan pemberdayaan rumah

tangga miskin, khususnya informasi sejauh mana tingkat keberdayaan

ekonomi rumah tangga miskin peserta program Misykat, dan pelaksanaan

program Misykat menurut peserta penerima program.

Page 22: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

6

2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi

dalam memahami permasalahan kemiskinan dan pemberdayaan rumah

tangga miskin serta potensi program Misykat dalam menanggulangi

kemiskinan.

3. Bagi pemerintah, skripsi ini dapat dijadikan bahan referensi dalam

memahami dan mengatasi kemiskinan melalui pemberdayaan rumah

tangga miskin yang salah satunya melalui program Misykat.

Page 23: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat)

Microfinance syariah berbasis masyarakat atau yang disingkat Misykat,

merupakan salah satu program unggulan Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet

Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT) Bandung, yang diresmikan pada 22

April 2003 oleh Pendiri dan Pembina DPU DT KH.Abdullah Gymnastiar.

Misykat memiliki visi yaitu membangun anggota yang kritis, berakhlaq mulia dan

mandiri. Sedangkan Misi Misykat yaitu Pertama, memberikan pendidikan yang

berkesinambungan dan terarah. Kedua, memiliki strategi pengembangan usaha

anggota. Sasaran program Misykat yaitu Mustadh'afin, Mustahiq zakat (fakir dan

miskin), berusia 17 (sudah menikah)-45 tahun, memiliki usaha atau motivasi

untuk berusaha, bertempat tinggal tetap (tidak berpindah-pindah).

Program Misykat dikatakan berhasil jika memenuhi indikator sebagai

berikut:

1. Adanya peningkatan penghasilan ekonomi rumah tangga

2. Lahirnya kelompok-kelompok milik mustahiq di masyarakat

3. Adanya peningkatan aset kelompok (tabungan berencana anggota Misykat)

4. Adanya kesinambungan asset program (distribusi dana bergulir untuk

anggota/mustahiq, bagi hasil).

5. Adanya produktifitas ekonomi anggota.

6. Adanya peningkatan akumulasi tabungan anggota.

7. Perubahan karakter dan paradigma berfikir anggota.

8. Menjadi muzakki (pembayar zakat).

Page 24: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

8

Ada pun prinsip dasar dari program Misykat ini yaitu:

1. Penguatan pendidikan dan pelatihan sebelum pinjaman 4-12 kali pertemuan.

2. Program harus berkelompok bukan individu.

3. Satu kelompok terdiri dari 5 orang.

4. Jarak antar anggota berdekatan (bisa dilakukan dengan berjalan kaki) agar

mudah melaksanakan pendampingan.

5. Usia anggota dan pendidikan (dalam satu kelompok) homogen

6. Model pemberian dana bergulir 2 - 2 - 1

7. Setiap anggota wajib memiliki tabungan berencana

8. Wajib membayar iuran kelompok sepekan sekali (besar iuran tergantung

wilayah program)

9. Adanya tanggung renteng di antara kelompok

10. Pendampingan rutin pekanan

11. Pemberian dana bergulir untuk kepentingan produktif (memiliki nilai tambah)

bukan konsumtif

Sedangkan prinsip kerja pembiayaan Misykat yaitu: Pertama, tidak memerlukan

jaminan (non collateral). Kedua, tidak memerlukan penjamin. Ketiga, angsuran

dilakukan secara mudah dan ringan karena menggunakan pola pekanan.

Pelayanan keuangan yang diadakan dalam program Misykat yaitu: tabungan dan

dana bergulir. Dengan produk pembiayaan yaitu: Qordhul Hasan (untuk pinjaman

kebajikan), Mudhorobah (bagi hasil), dan Murobahah (jual beli).

Page 25: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

9

Program Misykat dari DPU DT ini memiliki ciri khas atau inovasi

pemberdayaan misykat yaitu:

1. Memiliki strategi menghadapi kredit macet

2. Pembinaan yang seimbang dan simultan antara ruhiyah, entrepreneurship

serta keorganisasian sebagai bekal untuk menghantarkan anggota menuju

kemandirian

3. Memiliki jenjang pendidikan terstruktur, modul, materi, pelatihan dan

kurikulum pemberdayaan

4. Perubahan karakter baik dan kuat

5. Program mudah dan murah direplikasi

6. Program berkesinambungan bukan charity

Dengan asesoris program Misykat yang bisa disesuaikan dengan kondisi

kultur dan budaya setempat, yaitu:

1. Jumlah plafon uang iuran kelompok

2. Jumlah plafon penerimaan dana bergulir

3. Fokus sasaran tidak terbatas pada satu kelompok, bisa ibu rumah tangga,

pemuda, remaja, kepala rumah tangga

4. Fokus pekerjaan sasaran bisa petani, nelayan, pedagang dan lain-lain

5. Jangka waktu pengembalian dana bergulir

6. Pemberian dana bergulir dari pola 2 ke 2 berikutnya yakni 1 bulan

Kualifikasi pendamping Misykat yaitu: pendidikan terakhir S-1 (Strata

Satu), direkrut dari Santri Beasiswa Abdikarya, dibina untuk penguatan

pemahaman sebagai pendamping masyarakat, dan diberikan pelatihan agar cakap

dalam mendampingi masyarakat. Pengkaderan pendamping Misykat berjenjang

Page 26: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

10

yaitu : Pendamping Dasar, Pendamping Kader, dan Pendamping Ahli. Dimana

satu orang pendamping mendampingi 100 anggota. Dalam mengembangkan

jaringannya, Misykat menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga, yayasan,

DKM atau lembaga-lembaga yang komit terhadap program pemberdayaan yang

berlandaskan Syariah. Partner kerja ini disebut Mitra Misykat. Mitra Misykat

tersebar di beberapa wilayah. Tiap wilayah ditanggungjawabi seorang

Koordinator Wilayah (Korwil).

2.2 Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin

Suharto (2005) menyatakan bahwa pemberdayaan dapat dilihat sebagai

sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian

kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang

ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya,

memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan mempunyai kemampuan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun

sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,

mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri

dalam mengerjakan tugas-tugas kehidupannya.

Suharto (2005) menyatakan bahwa pemberdayaan sebagai suatu proses

seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan keberdayaan sebagai suatu

proses. Proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal: (1) bahwa

kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah maka

Page 27: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

11

pemberdayaan pun tidak dapat terjadi dengan cara apapun. (2) bahwa kekuasaan

dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak

statis, melainkan dinamis. Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat

kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki

ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri)

maupun kondisi eksternal (misalnya ditindas struktur sosial yang tidak adil).

Ada beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan sosial

(Suharto, 1997) yaitu: (1) pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karena

pekerjaan sosial dan masyarakat harus bekerjasama sebagai partner. (2) proses

pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subjek yang

kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan.

(3) masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat

mempengaruhi perubahan. (4) kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui

pengalaman hidup, khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu

pada masyarakat. (5) solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus harus beragam

dan menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada

situasi masalah tersebut. (6) jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber

dukungan yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan

kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang. (7) masyarakat harus

berpartisipasi dalam memberdayakan mereka sendiri berupa tujuan, cara dan hasil

harus dirumuskan oleh mereka sendiri. (8) tingkat kesadaran merupakan kunci

dalam pemberdayaan, karena pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi

perubahan. (9) pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan

kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif.

Page 28: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

12

(10) proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif,

permasalahan selalu memiliki beragam solusi. (11) pemberdayaan dicapai melalui

struktur-struktur personal dan pembangunan ekonomi secara paralel.

Menurut Suharto (2005), ada dua pendekatan pekerjaan sosial dalam

melihat kemiskinan yang satu sama lain saling terkait, yaitu: pertama, melihat

penyebab kemiskinan dan sumber-sumber penyelesaian kemiskinan dalam

kaitannya dengan lingkungan dimana simiskin tingggal, baik dalam konteks

keluarga, kelompok pertemanan (peer group), maupun masyarakat. Penanganan

kemiskinan yang sifatnya kelembagaan biasanya didasari oleh pendekatan ini.

Kedua, melihat simiskin dalam konteks situasinya, strategi pekerjaan sosial

berpijak pada prinsip-prinsip individualisation dan self-determisnism yang melihat

simiskin secara individual yang memiliki masalah dan kemampuan unik.

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai

melalui penerapan pendekatan yang disingkat menjadi 5P, yaitu: pemungkinan,

penguatan, perlindungan, penyokongan dan pemeliharaan (Suharto, 1997):

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu

membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang

menghambat.

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan

segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang

kemandirian mereka.

Page 29: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

13

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah

agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan

yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan

mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.

Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi

dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan dukungan dan sokongan agar masyarakat mampu

menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus

mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan

posisi yang semakin lemah dan terpingirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi kondusif agar tetap terjadi keseimbangan

distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang

mungkin setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

Berbeda dengan hal diatas Dubois dan Miley (1996) dalam Hikmat (2001)

menyatakan bahwa proses pemecahan masalah melalui pemberdayaan meliputi 3

tahapan:

1. Dialog. Pada proses ini terdiri dari: persiapan kerja, pembentukan kemitraan,

artikulasi tantangan, identifikasi sumber kekuatan dan penentuan arah.

2. Penemuan. Pada proses ini terdiri dari: pemahaman sistem sumber, analisis

kapasitas sumber, dan menyusun frame pemecahan masalah.

3. Pengembangan. Pada proses ini terdiri dari mengaktifkan sumber,

memperluas kesempatan, mengakui temuan-temuan, dan mengintegrasikan

kemajuan-kemajuan.

Page 30: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

14

Program penanggulangan kemikinan yang sedang dijalankan pemerintah

yaitu Program Penangulangan Kemiskinan di Daerah Perkotaan (P2KP), memiliki

dua bentuk, yaitu: Pertama, memberikan bantuan teknis berupa pendampingan

kepada masyarakat dalam rangka membantu pembentukan organisasi di tingkat

komunitas. Selain itu juga melakukan upaya bagi peningkatan kesejahteraan

melalui peningkatan ekonomi, perbaikan sarana dan prasarana lingkungan, serta

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kedua, memberikan bantuan kepada

masyarakat miskin dalam bentuk dana yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai

kegiatan yang diusulkan masyarakat, baik yang sifatnya bergulir maupun hibah

(Hartoyo, 2007).

Menurut Suharto (1991), program Grameen Bank yang didirikan oleh

Muhammad Yunus di Bangladesh bentuknya berupa pemberian kredit kepada

orang-orang miskin, memberikan dengan atau tanpa jaminan, pinjaman dalam

bentuk uang maupun dalam bentuk barang, kepada orang-orang yang tidak

mempunyai tanah, untuk semua jenis kegiatan ekonomi, termasuk perumahan

kecuali valuta asing.

Hasil penelitian yang dilakukan Hartoyo (2007) terhadap P2KP

menunjukkan bahwa program pemberian kredit hanya berperan dalam menambah

input, sehingga produksi dan penerimaan meningkat. Dengan demikian perlu

adanya perbaikan manajemen dalam pengelolaan dana. Suryana (2003)

berpendapat bahwa penanggulangan kemiskinan pada tingkat rumah tangga dapat

terpusat pada: peningkatan produktifitas usaha (lahan dan teknologi), peningkatan

akses terhadap pelayanan modal, peningkatan sumberdaya tenaga kerja,

mendorong pertumbuhan ekonomi melalui potensi wilayahnya. Proses

Page 31: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

15

pemberdayaan ditunjukan untuk “membantu klien memperoleh daya (kuasa)

untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan menentukan

tindakan yang ia lakukan yang terkait dengan diri mereka sendiri, termasuk

mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan (Payne,

1979 dalam Nasdian, 2006).

Pemberdayaan keluarga merupakan bagian upaya strategi dasar dalam

memberdayakan masyarakat lokal (termasuk di dalamnya unit sosial keluarga)

yang ditunjukan pada (1) pola kerja yang fleksibel, yang tidak terhambat oleh

sistem administrasi penganggaran yang ketat, (2) pemberian peluang, (3)

pengembangan kapasitas dan modal manusia, dan (4) perlindungan (Darmanto,

2004).

Schuler, Hashemi dan Riley dalam Suharto (2005), keberhasilan

pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang

menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat

kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut

dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: ‟kekuasaan di dalam‟ (power

within), ‟kekuasaan untuk‟ (power to) ‟kekuasaan atas‟(power over), dan

‟kekuasaan dengan‟ (power with). Tabel 1 dibawah ini merangkum indikator

keberdayaan.

Page 32: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

16

Tabel 1. Indikator Keberdayaan (Schuler, Hashemi dan Riley dalam Suharto,

2005)

Jenis

Hubungan

Kekuasaan

Kemampuan

Ekonomi

Kemampuan

Mengakses Manfaat

Kesejahteraan

Kemampuan

Kultural dan

Politis

Kekuasaan di

dalam:

Meningkatkan kesadaran dan

keinginan

untuk berubah

Evaluasi positif

terhadap kontribusi

ekonomi dirinya. Keinginan memiliki

kesempatan ekonomi

yang setara. Keinginan memiliki

kesamaan hak

terhadap sumber yang ada pada rumah

tangga dan

masyarakat.

Kepercayaan diri

dan kebahagiaan.

Keinginan memiliki kesejahteraan yang

setara.

Keinginan membuat keputusan mengenai

diri dan orang lain.

Keinginan untuk mengontrol jumlah

anak.

Assertiveness dan

otonomi.

Keinginan untuk menghadapi

subordinasi gender

termasuk tradisi budaya,

diskriminasi

hukum dan pengucilan politik.

Keinginan terlibat

dalam proses-

proses budaya, hukum dan politik.

Kekuasaan

untuk: Meningkatkan

kemampuan

individu untuk

berubah, Meningkatkan

kesempatan

untuk memperoleh

akses.

Akses terhadap

pelayanan keuangan mikro.

Akses terhadap

pendapatan.

Akses terhadap aset-aset produktif dan

kepemilikan rumah

tangga. Akses terhadap pasar.

Penurunan beban

dalam pekerjaan

domestik, termasuk perawatan anak.

Keterampilan,

termasuk kemelekan hurup

Status kesehatan dan

gizi

Kesadaran mengenai dan akses terhadap

pelayanan kesehatan

reproduksi Kesediaan

pelayanan

kesejahteraan publik

Mobilitas dan

akses terhadap dunia di luar rumah

Pengetahuan

mengenai proses

hukum, politik dan kebudayaan

Kemampuan

menghilangkan hambatan formal

yang merintangi

akses terhadap

proses hukum, politik, dan

kebudayaan.

Kekuasaan

atas:

Perubahan

pada

hambatan-hambatan

sumber dan

kekuasaan pada tingkat

rumah tangga,

masyarakat dan makro;

Kekuasaan

atau tindakan

individu untuk menghadapi

hambatan-

Kontrol atas penggunaan pinjaman

dan tabungan serta

keuntungan yang

dihasilkannya. Kontrol atas

pendapatan aktivitas

produktif keluarga yang lainnya.

Kontrol atas aset

produktif dan kepemilikan keluarga.

Kontrol atas alokasi

tenaga kerja keluarga.

Tindakan individu menghadapi

diskriminasi atas akses

Kontrol atas ukuran konsumsi keluarga

dan aspek bernilai

lainnya dari

pembuatan keputusan keluarga

termasuk keputusan

keluarga berencana. Aksi individu untuk

mempertahankan diri

dari kekerasan keluarga dan

masyarakat.

Aksi individu dalam menghadapi

dan mengubah

persepsi budaya

kapasitas dan hak wanita pada tingkat

keluarga dan

masyarakat. Keterlibatan

individu dan

pengambilan peran dalam proses

budaya, hukum dan

politik.

Page 33: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

17

hambatan

tersebut.

terhadap sumber dan

pasar.

Kekuasaan

dengan: Meningkatnya

solidaritas atau

tindakan bersama

dengan orang

lain untuk

menghadapi hambatan-

hambatan

sumber dan kekuasaan

pada tingkat

rumah tangga

masyarakat dan makro

Bertindak sebagai

model peranan bagi orang lain terutama

dalam pekerjaan

publik dan modern. Mampu memberi gaji

terhadap orang lain.

Tindakan bersama

menghadapi diskriminasi pada

akses terhadap sumber

(termasuk hak atas tanah), pasar dan

diskriminasi gender

pada konteks ekonomi

makro.

Penghargaan tinggi

terhadap dan peningkatan

pengeluaran untuk

anggota keluarga. Tindakan bersama

untuk meningkatkan

kesejahteraan publik.

Peningkatan

jaringan untuk memperoleh

dukungan pada saat

krisis. Tindakan bersama

untuk membela

orang lain

menghadapi perlakuan salah

dalam keluarga dan

masyarakat. Partisipasi dalam

gerakan-gerakan

menghadapi

subordinasi gender yang bersifat

kultural, politis,

hukum pada tingkat masyarakat dan

makro.

Suharto (2005) menyatakan bahwa keberhasilan pemberdayaan masyarakat

dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi,

kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan dan kemampuan kultural dan

politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu:

kekuasaan di dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas

(power over) dan kekuasaan dengan (power with).

Proses pemberdayaan dalam implementasinya terdapat faktor-faktor yang

menghambat selain dari program pemberdayan yang dijalankan tidak tepat sasaran

dan tidak sesuai dengan kebutuhan, yang menjadi penyebab mengapa sebuah

keluarga tidak berdaya pada dasarnya dapat ditelaah dari dimensi struktural dan

kultural sebagaimana penyebab terjadinya kemiskinan. Dimensi struktural

bersumber pada struktural sosial yang ada pada masyarakat, akibat adanya

ketidakadilan dan ketimpangan dalam keluarga akibat tersumbatnya akses-akses

Page 34: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

18

kelompok tertentu terhadap sumber-sumber kemasyarakatan. Sedangkan dimensi

kultural adalah sikap pasrah dari individu/ keluarga terhadap kelemahan-

kelemahan atau pilihan-pilihan yang serba kekurangan sehingga terlihat tidak

memiliki gairah dan tidak dinamis untuk mengubah nasib mereka yang kurang

baik.

Dimensi struktural-kultural mengandung makna berlangsungnya

hubungan-hubungan sosial dan interakasi sosial yang khas dalam komunitas yang

mengakibatkan berlangsungnya suatu kebiasaan yang dapat “membius” dan

membatasi inisiatif dan semangat warga komunitas untuk berkembang.

Berlangsungnya sikap-sikap yang pasrah, kurang kreatif, inisiatif, dan berani

dalam masyarakat atau tidak langsung dapat mengekalkan bentuk-bentuk dan sifat

hubungan sosial yang khas dalam komunitas termasuk dalam sebuah keluarga

(Nasdian, 2006).

Banyak program pemerintah yang sudah dilakukan untuk mendorong

pembangunan perekonomian masyarakat pedesaan. Proyek atau program tersebut

dilakukan masing-masing departemen maupun antar departemen. Pada umumnya

proyek-proyek yang digulirkan masih pada generasi pemberian bantuan fisik

kepada masyarakat. Baik berupa sarana irigasi, bantuan saprotan, mesin pompa,

pembangunan sarana air bersih dan sebagainya. Kenyataannya, ketika proyek

berakhir maka keluaran proyek tersebut sudah tidak berfungsi atau bahkan hilang.

Menurut Rahayu (2008), ada empat faktor yang mempengaruhi kegagalan

program antara lain, yaitu: (1) ketidaktepatan antara kebutuhan masyarakat dan

bantuan yang diberikan (2) paket proyek tidak dilengkapi dengan ketrampilan

yang mendukung (3) tidak ada kegiatan monitoring yang terencana (4) tidak ada

Page 35: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

19

kelembagaan ditingkat masyarakat yang melanjutkan proyek. Oleh karena itu,

lebih lanjut Rahayu memberikan rekomendasi bahwa proses kebijakan

pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perekonomian nasinonal, harus

dilakukan dalam tiga aspek, yaitu: aspek sumberdaya manusia, aspek

kelembagaan masyarakat dan aspek teknologi dan modal.

Sejalan dengan pernyataan diatas Juhari (2004) dalam pengembangan

kelompok usaha makan kecil skala rumah tangga dalam rangka pemberdayaan

keluarga miskin ada lima faktor yang mempengaruhi antara lain (1) masalah

permodalan, (2) pemasaran, (3) pengetahuan dan keterampilan, (4) lemahnya

kelembagaan ekonomi lokal dan (5) tidak adanya tenaga pendamping.

Program pemberdayaan yang sudah dilakukan selain menghadapi

kegagalan, ada juga program yang berhasil. Salah satunya program pemberdayaan

yang dilakukan oleh Grameen Bank, kunci keberhasilan program ini terletak pada

proses pengorganisasian dalam bentuk kelompok. Pembentukan kelompok ini

sebagai upaya Grameen Bank untuk memperkuat kelembagaan masyarakat.

Pengorganisasian dalam bentuk kelompok mempunyai tujuan yaitu: (1) memberi

rasa aman dan percaya pada diri sendiri dalam melaksanakan suatu prakarsa baru.

(2) kelompok dan pusat menjadi wahana yang utama bagi partisipasi para

angotanya dalam kegiatan proyek. (3) kelompok dan pusat bertindak sebagai

sumber tekanan terhadap anggotanya untuk memenuhi kewajibannya terhadap

bank dan menimbulkan keberaniannya untuk membuat sikap tradisional yang

tidak diinginkan serta untuk menentang perbuatan anti sosial. (4) pembentukan

kelompok memungkinkan orang-orang miskin di daerah pedesaan untuk merobah

kelemahan dari diri sendiri menjadi kekuatan kolektif (Suharto, 1991).

Page 36: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

20

Pemaparan diatas menunjukkan bahwa proses pemberdayaan merupakan

usaha yang tidak mengenal lelah dalam menangulangi kemiskinan dan merupakan

tantangan bagi para pekerja komunitas dan stakeholder baik pemerintah, swasta

maupun masyarakat secara keseluruhan. Dengan memperhatikan subjek yang

menjadi inti keberdayaan (core empowering) dan komponen di luar subjek

(peripherl empowering) yang transformasi energi ”positif sum” dan ”power

saring” dari penyelenggara kegiatan kepada subjek dan masyarakat lokal (Juhari,

2004). Pada akhirnya cita-cita yang ingin kita wujudkan dari proses

pemberdayaan ini yakni rumah tangga miskin tersebut mampu berdaya dengan

memiliki akses terhadap sumberdaya, memiliki kesadaran kritis dan memiliki

tingkat kehidupan yang lebih sejahtera dari sebelumnya.

2.3 Kemiskinan

Pada hakikatnya masalah kemiskinan merupakan persoalan klasik yang

terus tejadi menimpa kehidupan manusia terutama di negara berkembang

termasuk di Indonesia. Seorang tokoh dari India bernama Mahatma Gandhi dalam

Syahyuti (2006) menyatakan bahwa kemiskinan adalah kekerasan dalam bentuk

yang paling buruk. Sehingga masalah kemiskinan ini memerlukan perhatian

khusus bukan dikarenakan masalah kemiskinan itu saja. Hal ini menjadi penting

karena akibat kemiskinan menimbulkan multiplayer efek bagi masalah yang

lainnya. Menurut Syahyuti (2006) kemiskinan memiliki korelasi yang kuat dengan

berbagai masalah sosial, terutama masalah kriminalitas dan penyakit.

Ada dua paradigma kemiskinan jika dilihat dari kebijakan sosial dan

pekerjaan sosial, yaitu: pertama, kemiskinan merupakan persoalan individual yang

Page 37: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

21

disebabkan oleh kelemahan-kelemahan dan atau pilihan-pilihan individu yang

bersangkutan. Kemiskinan akan hilang dengan sendirinya jika kekuatan-kekuatan

pasar diperluas sebesar-besarnya dan pertumbuhan ekonomi dipacu setingi-

tingginya. Kedua, kemiskinan bukanlah persoalan individu melainkan struktural.

Kemiskinan disebabkan karena adanya ketidakadilan dan ketimpangan dalam

masyarakat akibat tersumbatnya akses-akses kelompok tertentu terhadap sumber-

sumber kemasyarakatan.

Soemardjan (1997) berpendapat bahwa kemiskinan jika ditinjau dari sudut

pandang sosiologi, dapat dilihat dari pola-pola seperti dibawah ini:

1. Kemiskinan Individual

Kemiskinan ini terjadi karena adanya kekurangan-kekurangan yang disandang

oleh seorang individu mengenai syarat-syarat yang diperlukan untuk

mengentaskan dirinya dari lembah kemiskinan.

2. Kemiskinan Relatif

Untuk mengetahui kemiskinan relatif ini perlu diadakan perbandingan antara

taraf kekayaan material dari keluarga atau rumah tangga di dalam suatu

komunitas tertentu. Dengan perbandingan tersebut dapat disusun pandangan

masyarakat mengenai mereka yang tergolong kaya dan relatif miskin di dalam

komunitas tersebut. Ukuran yang dipakai adalah ukuran yang ada pada

masyarakat tersebut (lokal). Dengan demikian suatu keluarga yang di suatu

komunitas dianggap relatif miskin dapat saja termasuk golongan kaya apabila

diukur dengan kriteria di tempat lain yang secara keseluruhan merupakan

komunitas lebih miskin.

Page 38: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

22

3. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan ini dinamakan struktural oleh karena disandang oleh suatu

golongan yang buit in atau menjadi bagian yang seolah-olah tetap dalam

struktur suatu masyarakat. Di dalam konsep kemiskinan struktural, ada suatu

golongan sosial yang menderita kekurangan fasilitas, modal, sikap mental atau

jiwa usaha yang diperlukan untuk melepaskan diri ikatan kemiskinan.

4. Kemiskinan Budaya

Kemiskinan budaya ini adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu masyarakat

ditengah-tengah lingkungan alam yang mengandung cukup banyak bahan yang

dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki taraf hidupnya. Kemiskinan ini

disebabkan kebudayaan masyarakat tidak memiliki ilmu pengetahuan,

pengalaman, teknologi, jiwa usaha dan dorongan sosial yang diperlukan untuk

menggali kekayaan alam di lingkungan dan menggunakannya untuk kebutuhan

masyarakat.

5. Budaya Kemiskinan

Budaya kemiskinan adalah taraf hidup yang mengandung sistem kaidah dan

sistem nilai yang menganggap taraf hidup miskin yang disandang suatu

masyarakat pada suatu waktu adalah wajar dan tidak perlu diusahakan

perbaikannya.

Setiap ilmuan, instansi pemerintah atau swasta memiliki ukuran yang

berbeda dalam memahami kemiskinan. Para ilmuan ekonomi memilih individu

sebagai unit. Mereka menghitung beberapa kalori atau berapa kilogram beras atau

makanan lain yang setara secara minimal diperlukan seorang individu sehari

untuk mempertahankan hidupnya. Sajogjo berpendapat bahwa jumlah kalori atau

Page 39: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

23

bahan makanan yang ditentukan sebagai “jatah” minimal itu dianggap menjadi

garis pemisah antara golongan miskin dan tidak miskin. Siapa yang tidak

mencapai jatah itu dikatakan hidup di bawah garis kemiskinan.

Konsep garis kemiskinan Sajogjo dalam Rusli, dkk, (1995) ditentukan

berdasarkan tingkat pendapatan rumah tangga setara dengan konsumsi beras per

kapita per tahun dan perbedaan antara kota dan daerah (Tabel 2).

Tabel 2. Batas Garis Kemiskinan (Sajogjo dalam Ruli, dkk, 1995)

No Kategori Batas Tingkat Pendapatan

(Setara Beras Per Kapita Per Tahun)

Perkotaan (dalam kg) Pedesaan (dalam kg)

1 Miskin 480 320

2 Miskin Sekali 360 240

3 Paling Miskin 270 180

Sumber: Dikutip oleh Rusli, dkk. (1995)

Ada pihak lain yaitu BKKBN, yang mengambil keluarga batih yang terdiri

dari bapak, ibu dan anak, sebagai unit pengertian. Namun cara pandangnya tidak

didasarkan pada konsep kemiskinan, akan tetapi malah pada konsep

kesejahteraan. Setelah program keluarga berencana berhasil menciptakan keluarga

kecil dengan hanya dua orang anak, maka program kelanjutannya diarahkan pada

pembentukan “keluarga kecil sejahtera”. Pengertian sejahtera disini jelas diartikan

sebagai taraf hidup diatas garis kemiskinan tanpa mepersoalkan kriteria apa yang

dipakai untuk menentukan garis itu.

Pemerintah, dalam hal ini khususnya Biro Pusat Statistika (BPS) memiliki

14 kriteria kemiskinan yang dipakai untuk mengambarkan rumah tangga miskin.

Bappenas memiliki empat unsur yang dipakai untuk menggambarkan kemiskinan.

Sedangkan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) memiliki lima kriteria

yang dipakai untuk menggambarkan kemiskinan. Pengertian dan kriteria

Page 40: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

24

kemiskinan dari pemerintah lebih jelasnya ditampilkan pada Tabel 3. Selanjutnya

ada unit rumah tangga yang digunakan para ilmuan sosiologi untuk menentukan

tarap kesejahteraan sosial. Didalam bahasa asing konsep ini dinamakan Socio-

economic-status (SES).

Tabel 3. Ukuran dan Kriteria Kemiskinan Menurut BPS, Bappenas dan KPK,

Bogor, 2008.

Lembaga Ukuran/ kriteria kemiskinan

BPS (2006) 14 kriteria rumah tangga miskin, yaitu: 1) Luas lantai bangunan tempat tinggal yang dimanfaatkan untuk

aktivitas

2) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas terbuat dari

tanah/bambu/kayu yang berkualitas rendah. 3) Jenis dinding tempat tinggal terluas terbuat dari

tanah/bambu/kayu yang berkualitas rendah.

4) Fasilitas tempat buang air bersih (jamban/kakus) digunakan secara bersama-sama/ untuk umum.

5) Sumber air minum adalah mata air yang tidak

terlindungi/sungai/air hujan. 6) Sumber penerangan utama bukan listrik.

7) Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari dari

kayu/arang/minyak tanah.

8) Jarang/tidak pernah membeli daging/ayam/susu setiap minggunya.

9) Anggota rumah tangga hanya mampu mnyediakan makanan dua

kali dalam sehari. 10) Tidak mampu membeli pakaian baru minimal satu stel dalam

setahun.

11) Bila jatuh sakit tidak berobat karena tidak ada yang biasa berobat.

12) Pekerjaan utama kepala rumah tangga sebagai buruh kasar/tidak

bekerja.

13) Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga maksimal SD.

14) Ada tidaknya barang dalam keluarga yang dapat dijual dengan

nilai Rp 500.000.

Bappenas

(2005)

Kemiskinan mencangkup unsur-unsur:

1) Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan,

pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, transportasi dan

sanitasi) 2) Kerentanan

3) Ketidakberdayaan

4) Ketidakmampuan menyalurkan aspirasi

KPK (2003) Secara umum masyarakat miskin ditandai oleh ketidakberdayaan atau

ketidakmampuan, antara lain:

1) Tidak mempunyai daya dan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan,

Page 41: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

25

pendidikan, dan kesehatan (basic need deprivation)

2) Tidak mempunyai daya/ kemampuan untuk melakukan kegiatan

usaha produktif.

3) Tidak mempunyai daya/kemampuan untuk menjangkau akses sumber daya sosial dan ekonomi (innaccessbility)

4) Tidak mempunyai daya/ kemampuan untuk menentukan nasibnya

sendiri, senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan takut dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik

(vurnerability)

5) Tidak mempunyai daya/kemampuan untuk membebaskan diri dari budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat

dan harga diri yang rendah.

Sumber: Diolah dari sumber BPS, Bappenas dan KPK (2008)

Menurut Soemardjan (1993), sebuah keluarga dikatakan miskin apabila

tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal. Hal tersebut tampak

dari ketidakmampuan mereka dalam memenuhi salah satu kebutuhan dasar

spiritual, pangan, sandang, papan dan kesehatan. Untuk itulah adanya indikator

keluarga sejahtera yang pada dasarnya disusun untuk menilai taraf pemenuhan

kebutuhan keluarga yang dimulai dari kebutuhan yang sangat mendasar sampai

dengan kebutuhan yang diperlukan untuk pengembangan diri dari keluarga.

Ukuran taraf pemenuhan kebutuhan tersebut dibagi dalam tiga kelompok

dan masing-masing kelompok dibagi dalam variabel yang masing-masing

ditetapkan rincian variabel sebagai kumpulan dari indikator keluarga sejahtera

yaitu sebagai berikut:

1. Kebutuhan dasar (Basic Needs), yang terdiri dari variabel: pangan, sandang,

papan dan kesehatan.

2. Kebutuhan sosial psikologis (Social Psychological Needs), yang terdiri dari

variabel: pendidikan, rekreasi, transparansi, dan interaksi sosial internal dan

eksternal.

3. Kebutuhan pengembangan (Development Needs), yang terdiri dari variabel:

tabungan, pendidikan khusus atau kejujuran, dan akses terhadap informasi.

Page 42: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

26

Berdasarkan atas pemenuhan kebutuhan keluarga yang digunakan, maka

keluarga-keluarga di Indonesia dapat dikategorikan dalam lima tahap, yaitu:

keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera

II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III) Keluarga Sejahtera III plus (KS III +).

Soemardjan (1993) berpendapat bahwa keluarga yang dikatakan miskin

adalah Keluarga Pra Sejahtera, yakni keluarga yang belum memenuhi kebutuhan

dasarnya secara maksimal. Hal tersebut tampak dari ketidakmampuan mereka

dalam memenuhi salah satu kebutuhan dasar spiritual, pangan, sandang, papan,

dan kesehatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.

2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih dalam

sehari.

3. Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.

4. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian berbeda pada saat di rumah,

bekerja, sekolah dan berpergian.

5. Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB, maka dibawa ke

sarana kesehatan

Menurut Tansey dan Ziegley dalam Suharto, dkk (2003), faktor

kemiskinan terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari

dalam keluarga, seperti: (1) tingkat karakteristik usaha, termasuk didalamnya

sumberdaya manusia, jenis usaha yang dilakukan, sumber modal dan pemasaran,

(2) tingkat motivasi, terutama berkaitan dengan upaya-upaya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan berusaha, (3) tingkat dukungan anggota keluarga,

(4) pola produksi dan konsumsi keluarga. Faktor eksternal merupakan unsur-unsur

Page 43: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

27

penyebab yang berasal dari luar yang mempengaruhi keberdayaan keluarga

miskin, yang meliputi: (1) perbedaan peluang meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan, (2) sempitnya mendapatkan peluang pekerjaan, (3) perbedaan

aksesibalitas terhadap sumberdaya.

2.4 Kerangka Pemikiran

Program Misykat yang mampu memberdayakan ekonomi rumah tangga

miskin dilaksanakan melalui tiga tahapan proses yaitu: 1) proses dialog, terdiri

dari: persiapan kerja, pembentukan kemitraan, artikulasi tantangan, identifikasi

sumber kekuatan dan penentuan arah. 2) proses penemuan, terdiri dari:

pemahaman sistem sumber, analisis kapasitas sumber, dan menyusun frame

pemecahan masalah. 3) proses pengembangan, terdiri dari: mengaktifkan sumber,

memperluas kesempatan, mengakui temuan-temuan, dan mengintegrasikan

kemajuan-kemajuan.

Program Misykat diperuntukan khusus bagi rumah tangga miskin yang

bersedia untuk memberdayakan diri mereka sendiri dengan berbagai program

yang tersedia. Oleh karena itu, pelaksanaan yang mempertimbangkan karakteristik

rumah tangga miskin diduga akan lebih berhasil. Ada pun karakteristik rumah

tangga miskin yang akan digunakan adalah 14 karakteristik rumah tangga miskin

menurut standar Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu: 1) luas lantai bangunan tempat

tinggal yang dimanfaatkan untuk aktivitas, 2) jenis lantai bangunan tempat tinggal

terluas terbuat dari tanah/bambu/kayu yang berkualitas rendah, 3) jenis dinding

tempat tinggal terluas terbuat dari tanah/bambu/kayu yang berkualitas rendah, 4)

fasilitas tempat buang air bersih (jamban/kakus) digunakan secara bersama-sama/

Page 44: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

28

untuk umum, 5) sumber air minum adalah mata air yang tidak

terlindungi/sungai/air hujan, 6) sumber penerangan utama bukan listrik, 7) jenis

bahan bakar untuk memasak sehari-hari dari kayu/arang/minyak tanah, 8)

jarang/tidak pernah membeli daging/ayam/susu setiap minggunya, 9) anggota

rumah tangga hanya mampu mnyediakan makanan dua kali dalam sehari, 10)

tidak mampu membeli pakaian baru minimal satu stel dalam setahun, 11) bila

jatuh sakit tidak berobat karena tidak ada yang biasa berobat, 12) pekerjaan utama

kepala rumah tangga sebagai buruh kasar/tidak bekerja, 13) pendidikan tertinggi

yang ditamatkan kepala rumah tangga maksimal sd, 14) ada tidaknya barang

dalam keluarga yang dapat dijual dengan nilai rp 500.000,

Pelaksanaan program Misykat juga ditentukan oleh tingkat pengetahuan

peserta terhadap kebijakan LAZNAS DPU DT. Tingkat pengetahuan kebijakan

kebijakan dilihat dari sejauhmana peserta tahu pendiri program, visi dan misi,

tujuan, sasaran, dan kegiatan program Misykat. Pada akhirnya tingkat pelaksanaan

program mampengaruhi tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga miskin.

Ada pun tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga miskin dilihat dari

kemampuan untuk akses terhadap pelayanan keuangan mikro, akses terhadap aset-

aset produktif, akses terhadap pasar, kontrol terhadap penggunaan pinjaman dan

tabungan yang dihasilkannya, kontrol atas pendapatan aktifitas produktif keluarga

yang lainnya, dan kontrol atas aset produktif dan kepemilikan keluarga. Ada pun

kerangka pemikiran tersebut dirangkum dalam Gambar 1 dibawah ini.

Page 45: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

29

Keterangan :

: Mempengaruhi

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Tingkat Keberdayaan Ekonomi

Rumah Tangga Miskin

- Akses terhadap pelayanan keuangan mikro

- Akses terhadap aset-aset produktif

- Akses terhadap pasar

- Kontrol terhadap penggunaan pinjaman dan

tabungan yang dihasilkannya

- Kontrol atas pendapatan aktifitas produktif

keluarga yang lainnya

- Kontrol atas aset produktif dan kepemilikan

keluarga.

Tingkat Pengetahuan Peserta Terhadap Kebijakan

LAZNAS DPU DT dalam Program Miskat:

1. Pendiri program

2. Visi dan misi

3. Tujuan

4. Sasaran

5. Kegiatan program Misykat

Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga

Peserta Program Misykat

Berdasarkan 14 Kriteria dari BPS

Tingkat Pelaksanaan Program Misykat

1. Dialog : persiapan kerja, pembentukan kemitraan,

artikulasi tantangan, identifikasi sumber kekuatan

dan penentuan arah

2. Penemuan: pemahaman sistem sumber, analisis

kapasitas sumber, dan menyusun frame pemecahan

masalah

3. Pengembangan: mengaktifkan sumber, memperluas

kesempatan, mengakui temuan-temuan, dan

mengintegrasikan kemajuan-kemajuan.

Page 46: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

30

2.5 Hipotesis Uji

1. Diduga ada hubungan antara tingkat kemiskinan dengan tingkat

pelaksanaan program Misykat.

2. Diduga ada hubungan antara tingkat pengetahuan peserta dengan tingkat

pelaksanaan program Misykat.

3. Diduga ada hubungan antara tingkat pelaksanaan program Misykat

dengan tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga miskin.

2.6 Definisi Operasional

1. Tingkat pelaksanaan program adalah proses program pemberdayaan yang

meliputi tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Skala pengukuran

data yang digunakan adalah skala ordinal. Ada pun ukuran tingkat

pelaksanaan program yaitu:

a. Baik : ≥ 28

b. Cukup : 22 - 27

c. Kurang : ≤ 21

2. Tingkat kemiskinan rumah tangga peserta program adalah karakteristik

rumah tangga miskin peserta program Misykat yang dilihat dari luas lantai

bangunan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis

dinding bangunan tempat tinggal , fasilitas tempat buang air besar, sumber

air minum, bahan bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/susu

setiap minggunya, pembelian pakaian baru setiap anggota rumah tangga

setiap tahun, kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau

doktor, pemilikan aset/harta bergerak maupun tidak bergerak. . Skala

Page 47: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

31

pengukuran data yang digunakan adalah skala ordinal. Ada pun ukuran

tingkat kemiskinan yaitu:

a. Miskin : ≥22

b. Rentan : ≤ 21

3. Tingkat pengetahuan peserta terhadap LAZNAS DPU DT adalah tingkat

pengetahuan yang dimiliki peserta program mengenai seperangkat tujuan,

sasaran, dan pencapaian hasil yang dikeluarkan oleh LAZNAS DPU DT

terhadap program Misykat. Skala pengukuran data yang digunakan adalah

skala ordinal. Ada pun ukuran tingkat pengetahuan peserta program

Misykat yaitu:

a. Tinggi : ≥ 11

b. Sedang : 8 - 10

c. Rendah : ≤ 7

4. Tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga adalah tingkat kemampuan

rumah tangga miskin dalam mengakses pelayanan keuangan mikro,

mengakses aset-aset produktif, mengakses terhadap pasar, kontrol terhadap

pengunaan pinjaman dan tabungan yang dihasilkan, kontrol atas

pendapatan aktifitas produktif keluarga yang lainnya, dan kontrol atas

produktif dan kepemilikan keluarga. Skala pengukuran data yang

digunakan adalah skala ordinal. Ada pun ukuran tingkat keberdayaan

ekonomi rumah tangga miskin, yaitu:

a. Tinggi : ≥ 19

b. Rendah : ≤ 18

Page 48: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Strategi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif

deskriptif dengan menggunakan teknik sensus. Teknik sensus digunakan untuk

mengumpulkan data dari seluruh rumah tangga miskin penerima program Misykat

dengan menggunakan instrumen kuesioner. Penelitian ini didukung dengan data

kualitatif dari para Informan terpilih. Data kualitatif dikumpulkan dengan

mengunakan instrumen panduan pertanyaan. Unit analisis dari penelitian ini

adalah pada tingkat rumah tangga.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat,

Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

(purposive) karena lokasi tersebut merupakan salah satu Kelurahan binaan dari

Dompet Peduli Umat Darut Tauhid (DPU DT) Bogor. Di Kelurahan tersebut

terdapat program Miskat berupa pemberian modal dan pembinaan kepada Ibu-Ibu

rumah tangga miskin. Sedangkan proses penelitian ini berlangsung mulai bulan

Maret sampai bulan Agustus 2009, mulai proses penyusunan proposal, pra survey,

studi lapang atau pengambilan data, pengolahan data dan penyusunan makalah

hasil.

Page 49: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

33

3.3. Penentuan Responden dan Informan

Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik sensus dimana responden adalah seluruh rumah tangga yang menjadi

peserta program Misykat. Jumlah rumah tangga yang mendapatkan bantuan

Misykat adalah sebanyak 30 rumah tangga, namun karena yang aktif sebanyak 26

rumah tangga maka yang diambil menjadi responden sebanyak 26 rumah tangga.

Rumah tangga yang menjadi responden terdiri dari penjual makanan jajanan anak-

anak, sayuran, kripik pisang, telor asin, sablon, menjahit, dan gorengan. Informan

adalah orang yang mengetahui program tersebut, seperti pendamping Miskat,

tokoh masyarakat Loji.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan

primer. Data sekunder berupa program Misykat, monogradi Desa diperoleh dari

studi literatur yang dilakukan peneliti, baik pada saat sebelum maupun sesudah

pengambilan data di lapangan, serta data sekunder yang berasal dari arsip DPU

DT dan Kelurahan Loji tentang kondisi umum daerah penelitian dan data tentang

cara pelaksanaan program Misykat. Data primer diperoleh melalui hasil

penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam kepada informan.

1. Penyebaran kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data dengan

menyebarkan kuesioner kepada 26 rumah tangga penerima program

Misykat.

2. Wawancara mendalam, merupakan teknik pengambilan data dengan

melakukan percakapan dua arah dalam suasana kesetaraan dan akrab.

Page 50: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

34

Wawancara mendalam dilakukan kepada informan yang dipilih secara

purposif berkaitan dengan penelitian ini. Informan didapat dari teknik

snowballing, yaitu teknik untuk mencari nara sumber dengan cara berantai

yang dimulai dengan Ketua RW.

3.5 Teknik Pengolohan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh dari lapangan diolah dengan menggunakan

tabel frekuensi dan tabulasi silang yang digunakan untuk menyajikan gambaran

mengenai pelaksanan program Misykat, karakteristik rumah tangga miskin,

tingkat pengetahuan program Misykat, dan tingkat keberdayaan rumah tangga

miskin. Penelitian ini juga menggunakan alat analisis secara statistika, yaitu Uji

Spearman yang digunakan untuk menguji hubungan masing-masing variabel

dimana skala pengukuran datanya adalah kategori ordinal. Pengeloaan uji

Spearman menggunakan komputer dengan program SPSS for windows versi 13.0.

Hal ini dilakukan guna ketepatan, kecepatan proses perhitungan dan kepercayaan

hasil pengujian.

Data tentang pelaksanan program Misykat, karakteristik rumah tangga

miskin, tingkat pengetahuan program Misykat, dan tingkat keberdayaan ekonomi

rumah tangga miskin dianalisis secara deskriptif. Pemberian skor ditujukan pada

setiap variabel (kecuali pertanyaan terbuka), kemudia skor tersebut dijumlahkan.

Interval kelas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Skor Maksimum (NT) – Skor Minimum (NR)

Interval Kelas (I) =

Σ Kategori

Page 51: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

35

Keterangan : Negatif/Kurang = NR – (NR + I)

Netral/Sedang = (NR + I) – [(NR + I) + I]

Positif/Baik = [(NR + I) + I] - NT

Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara tehadap responden

dan informan serta observasi terhadap aktivitas peserta program Misykat di lokasi

penelitian digunakan data kualitatif untuk menambah makna hasil interpretasi dan

analisis. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif-kualitatif sesuai

dengan landasan teori.

Page 52: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

36

BAB IV

GAMBARAN UMUM KELURAHAN LOJI

4.1 Sejarah dan Kondisi Geografis

Kelurahan Loji berasal dari hasil pemekaran Desa Sindang Barang Udik.

Pemekaran kelurahan tersebut menetapkan dua kelurahan, yaitu: Desa Gunung

Batu dan Desa Sindang Barang. Pada tahun 1979 Kelurahan Gunung Batu

kembali mengalami pemekaran menjadi Desa Gunung Batu Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor dan Desa Loji Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Pada

tahun 2002 nama Desa Loji diubah menjadi Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor

Barat, Kota Bogor.

Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor memiliki luas

wilayah 115.002 Ha. Ketinggian tanah dari permukaan laut sebesar 300-400 M,

suhu udara rata-rata sebesar 23 0C-32

0C. Dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kelurahan Sindang Barang

2. Sebelah Selatan : Kelurahan Gunung Batu

3. Sebelah Barat : Desa Ciomas Rahayu

4. Sebelah Timur : Kelurahan Menteng

4.2 Kondisi Kependudukan

4.2.1 Jumlah Penduduk

Kelurahan Loji merupakan Keluarahan yang terdiri dari 13 Rukun Warga

(RW), yang kemudian dibagi ke dalam 163 Rukun Tangga (RT) dengan jumlah

penduduk sebesar 13.822 orang. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 7.047 orang

dan perempuan sebesar 6.775 orang. Total kepala keluarga sebanyak 3.608 KK

(Monografi Desa, 2009).

Page 53: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

37

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Loji

berdasarkan mata pencaharian yang paling dominan adalah sebagai Karyawan

Pegawai Negeri Sipil/ TNI/ Polri/ Swasta/BUMN/BUMD yakni sebanyak 2.321

jiwa atau 84,6 %.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kelurahan Loji Berdasarkan Mata Pencaharian,

Maret 2009.

No Pekerjaan Jumlah Responden

n %

1 Karyawan (Pegawai negeri Sipil,

TNI, Polri, Swasta/ BUMN/BUMD)

2.321 86,4

2 Wiraswasta/Pedagang 152 5,5

3 Petani 7 0,3

4 Pensiunan 200 7,3

5 Jasa/lain-lain 65 2,4

Total 2.745 100

Sumber: Data Monografi Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Bogor, 2009.

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Loji

berdasarkan pendidikan. yang paling banyak 1.975 jiwa atau 47 persen tamatan

SD/MI. Meskipun demikian ada fenomena penduduk yang pendidikan tamatan

perguruan tingi yaitu akademi (D1-D3) dan Sarjana.

Page 54: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

38

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kelurahan Loji Berdasarkan Pendidikan, Maret 2009.

No Pendidikan Jumlah Responden

n %

1 Tamat kanak-kanak 210 5

2 Tamat SD/MI 1.975 47

3 SMP/MTS 876 20,8

4 SMA/Aliyah 654 15,6

5 Akademi/D1-D3 260 6,2

6 Sarjana (S1-S3) 171 4,1

7 Sekolah Luar Biasa (SLB) 59 1,4

Total 4.205 100

Sumber: Data Monografi Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Bogor, 2009.

4.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana kesehatan di

Kelurahan Loji yang paling banyak 20 buah atau 54,1 persen adalah Posyandu.

Hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasaran yang paling banyak diakses oleh

masyarakat Kelurahan Loji adalah Posyandu.

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Kesehatan Kelurahan Loji, Maret 2009.

No Kesehatan Jumlah Responden

n %

1 Rumah Sakit Bersalin 1 2,7

2 Poliklinik 1 2,7

3 Apotek 2 5,4

4 Praktek Bidan 2 5,4

5 Balai Pengobatan 1 2,7

6 Rumah Bersalin 2 5,4

7 Pos/Klinik KB 2 5,4

8 Posyandu 20 54,1

9 Praktek Dokter 6 16,2

Total 37 100

Sumber: Data Monografi Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Bogor, 2009.

Page 55: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

39

4.4 Kelembagaan Ekonomi

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kelembagaan ekonomi di

Kelurahan Loji. yang paling banyak adalah Warung sebesar 130 buah atau 40,9

persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Loji telah banyak

berdiri usaha ekonomi mikro khususnya dalam bentuk warung.

Tabel 7. Kelembagaan Ekonomi Kelurahan Loji, Maret 2009.

No Jenis Usaha Jumlah Responden

n %

1 Pasar Modern 4 1,3

2 Toko 70 22

3 Warung 130 40,9

4 Kaki Lima 68 21,4

5 Rumah Makan/Restoran 8 2,5

6 Warun Makan 4 1,3

7 Katering 1 0,3

8 Depot Air Minum isi Ulang 2 0,6

9 Travel Biro (Biro Perjalanan) 1 0,3

10 Notaris 3 0,9

11 Pengacara 2 0,6

12 Wartel 10 3,1

13 Jasa Boga 1 0,3

14 Panti Pijat 1 0,3

15 Jasa Konveksi (penjahit) 6 1,9

16 Salon 6 1,9

17 Koperasi Simpan Pinjam 1 0,3

Total 318 100

Sumber: Data Monografi Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Bogor, 2009.

Page 56: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

40

BAB V

IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM

MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN

Proses pelaksanaan program Misykat dinilai berdasarkan tahapan dialog,

penemuan dan pengembangan. Ukuran proses pelaksanaan program yang

menerapkan proses pemberdayaan adalah dengan menjumlahkan skor total pada

tahap-tahap pelaksanaan program Misykat yang diperoleh dari masing-masing

responden.

Pelaksanaan program dikategorikan baik, apabila total skor penilaian

responden ≥ 28, cukup (22 – 27) dan kurang bila skor ≤ 21. Berikut adalah Tabel 8

yang menunjukkan tingkat pelaksanaan program Misykat berdasarkan penilaian

peserta program.

Tabel 8. Tingkat Pelaksanaan Program Misykat Berdasarkan Penilaian Peserta

Program, Kelurahan Loji, 2009.

Kategori

Jumlah Responden

N %

Baik : ≥ 28 22 84,62

Cukup : 22 – 27 3 11,54

Kurang : ≤ 21 1 3,85

Total 26 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar (84,62 persen) peserta

program menyatakan bahwa pelaksanaan program Misykat dinilai sudah berjalan

dengan baik. Hal ini karena Pendamping program Misykat melakukan tahapan

dalam pelaksanaan program pemberdayaan yaitu: tahapan dialog, penemuan dan

pengembangan. Ada pun penjelasan ketiga tahapan tersebut yaitu:

Page 57: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

41

5.1 Tahapan Dialog

Proses pelaksanaan program Misykat dapat dikatakan baik jika melalui

tahapan pemberdayaan yaitu tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Tabel

9 menunjukkan bagaimana penilaian responden terhadap pelaksanaan program

Misykat pada tahapan dialog.

Tabel 9. Penilaian Peserta Program Misykat Terhadap Pelaksanaan Program

Pada Tahapan Dialog, Kelurahan Loji, 2009.

Tahapan Dialog Jawaban

Ya n (%)

Tidak n (%)

Pendataan rumah tangga 24 (92,3) 2 (7,7)

Proses musyawarah untuk pembentukan

kerjasama

22 (84,6) 4 (15,4)

Artikulasi tantangan atau masalah yang

dihadapi

24 (92,3) 2 (7,7)

Identifikasi sumber potensi usaha 23 (88,5) 3 (11,5)

Penentuan arah usaha 24 (92,3) 2 (7,7)

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program menyatakan

bahwa pelaksanaan program Misykat pada tahapan dialog dinilai sudah berjalan

dengan baik. Hal ini karena pada awal pelaksanaan program Pendamping program

melibatkan peserta program dalam proses pendirian program seperti: 1) sosialisasi

program kepada calon angota (1-3 pertemuan), 2) proses pendataan rumah tangga

yang berhak menerima program berupa penyebaran, 3) pengembalian formulir

pendaftaran, 4) survei dan wawancara calon anggota, dan 5) musyawarah dari

Pendamping program dengan rumah tangga mengenai sumber potensi yang

mereka miliki. Peserta program pun diberikan kebebasan untuk memilih usaha apa

yang akan mereka jalankan serta diberikan kebebasan dalam mengembangkan

usaha yang telah mereka miliki baik modal, pemasaran produk, maupun

Page 58: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

42

pengembangan jenis usahanya. Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta

program Misykat:

”Pertama kali program Misykat ka Loji, Ibu-ibu pengajian di data dan

diberikan perkenalan mengenai program Misykat. Teras Ibu-ibu diajak

musyawarah mengenai usaha naon wae anu tiasa dikembangkeun, upami Ibu mah nyandak usaha jualan kridit sembako, alhamdulillah sampai sekarang

masih jalan” (Ibu Ent)

Kegiatan sosialisasi program Misykat terhadap tokoh masyarakat

khususnya aparat pemerintah sangat kurang. Hal ini ditandai dari hasil wawancara

terhadap ketua RW 11 Pak Doni yang diangkat oleh masyarakat tahun 2007,

wilayah dimana program Misykat ini direalisasikan. Beliau memberikan

keterangan bahwa tidak tahu adanya program Misykat di RW 11. Hal yang sama

juga dialami oleh aparat Kelurahan Loji termasuk Lurah Loji sendiri beliau tidak

tahu adanya program Misykat di wilayah tempat beliau bekerja, seperti penuturan

Ketua RW 11 dan Pak Lurah Loji berikut ini:

”Saya belum tahu diwilayah saya ada program Misykat, dan nama Misykat

juga baru dengar sekarang. Saya hanya tahu disini ada rumah singgah DPU DT. Dulu Bapak pernah ketemu dengan penghuni rumah DPU DT tersebut,

tapi mereka tidak pernah cerita bahwa ada program Misykat”.

(Pak Dn: Ketua RW 11)

Penuturan Kepala Lurah mengenai program Misykat:

”Bapak baru tahu bahwa di Loji ada program Misykat, dan itu pun tahunya

baru sekarang dari ade, dan seingat Bapak belum ada sosilisasi dari pihak DPU DT menghadap ke Bapak atau minta izin melaksanakan program di

daerah Loji” ( Pak Sytn: Ketua Lurah Loji)

Page 59: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

43

5.2 Tahapan Penemuan

Proses pelaksanaan program Misykat dapat dikatakan baik jika melalui

tahapan pemberdayaan yaitu tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Tabel

10 menunjukkan bagaimana penilaian responden terhadap pelaksanaan program

Misykat pada tahapan penemuan.

Tabel 10. Penilaian Peserta Program Misykat Terhadap Pelaksanaan Program

Pada Tahapan Penemuan, Kelurahan Loji, 2009.

Tahapan Penemuan Jawaban

Ya (n) Tidak (n)

Pemahaman sistem sumber:

a. Asal program

9 (34,6)

17 (65,4)

b. Sumber modal 25 (96,2) 1 (3,8)

Analisis kapasitas sumber: a. Potensi program

24 (92,3)

2 (7,7)

b. Keaktifan dalam pendampingan 24 (92,3) 2 (7,7)

c. Frekuensi menghadiri pendampingan 18 (69,2) 8 (30,8)

Menyusun solusi pemecahan masalah 22 (84,6) 4 (15,4)

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program menyatakan

bahwa pelaksanaan program Misykat pada tahapan penemuan dinilai sudah

berjalan dengan baik. Hal ini karena rumah tangga peserta program diberikan

pengetahuan mengenai sistem program Misykat seperti asal program dan sumber

modal pinjaman, sehingga mereka bisa memahami program Misykat.

Musyawarah untuk menganalisis potensi wirausaha dari hasil identifikasi sumber

potensi usaha dan mengambil keputusan mengenai usaha apa yang mereka akan

jalankan.

Pada tahapan penemuan ada fenomena tentang pemahaman peserta

program Misykat mengenai sumber modal usaha dimana banyak diantara peserta

program (65,4 persen) yang tidak mengetahui sumber modal usaha berasal dari

zakat, kebanyakan mereka menjawab modal usaha berasal dari sumbangan dari

donatur diluar dana zakat. Hal ini diduga karena sosialisasi program Misykat

Page 60: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

44

hanya dilakukan diawal program saja yaitu sebanyak 1-3 kali pertemuan pada

tahun 2006 dan ketika ada pergantian anggota Misykat. Sehingga sosialisasi

mengenai program Misykat sebaiknya dilakukan juga minimal setahun dua kali

sehingga pengetahuan mereka akan program Misykat semakin baik.

Peserta program Misykat setiap satu pekan sekali diberikan pendampingan

rutin yang diisi kegiatan seperti menabung (tabungan cadangan dan tabungan

berencana), pembayaran iuran wajib (iuran anggota dan iuran kas wajib majlis),

dan yang paling penting lagi pemberian materi pendidikan mengenai aqidah,

wirausaha, ekonomi rumah tangga, kebersihan, dan kerjasama (solidaritas).

Sehingga mereka bisa bertanggung jawab dengan program Misykat yang sedang

mereka jalankan dan pada pendampingan ini dibahas juga bagaimana mengatasi

permasalahan seputar usaha yang sedang mereka jalankan. Namun dalam proses

pendampingan rutin ini ada juga peserta yang tidak hadir (30,8 %).

Ada pun alasan mereka jarang hadir dipertemuan pekanan ini cukup

beragam seperti: 1) kesibukan bekerja karena mereka sudah tidak usaha mandiri

tapi bekerja disuatu perusahaan atau menjadi pembantu rumah tangga, 2)

menengok keluargaa yang sakit atau meninggal dunia. 3) merasa malu karena

tidak bisa membayar cicilan pinjaman walau pun Pendamping program Misykat

sudah memberikan pengertian bahwa tidak bisa membayar utang jangan sampai

membuat mereka tidak hadir dalam pertemuan pendampingan rutin. Berikut

penuturan salah satu rumah tangga peserta program Misykat:

”saya mah tidak hadir dalam pertemuan pekanan karena malu sudah lama

tidak bisa membayar cicilan pinjaman, sedangkan usaha yang saya jalankan

sekarang ini tidak seberapa hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari itu pun kadang tidak cukup, ditambah suami saya sekarang sudah

tidak bekerja” (Ibu Rs).

Page 61: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

45

5.3 Tahapan Pengembangan

Proses pelaksanaan program Misykat dapat dikatakan baik jika melalui

tahapan pemberdayaan yaitu tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Tabel

11 menunjukkan bagaimana penilaian responden terhadap pelaksanaan program

Misykat pada tahapan pengembangan.

Tabel 11. Penilaian Peserta Program Misykat Terhadap Pelaksanaan Program

Pada Tahapan Pengembangan, Kelurahan Loji, 2009.

Tahapan Pengembangan Jawaban

Ya (n) Tidak (n)

Mengaktifkan sumber 22 (84,6) 4 (15,4)

Memperluas kesempatan:

a. Kesempatan mengembangkan usaha

24 (92,3)

2 (7,7)

b. Kebebasan melakukan pinjaman modal diluar program Misykat

8 (30,8) 18 (69,2)

Mengakui temuan-temuan atau memberikan

penghargaan bagi peserta yang beprestasi

25 (96,2) 1 (3,8)

Mengintegrasikan kemajuan-kemajuan 19 (73,1) 7 (26,9)

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program menyatakan

bahwa pelaksanaan program Misykat pada tahapan pengembangan dinilai sudah

berjalan dengan baik. Hal ini karena rumah tangga peserta program Misykat

diberikan kebebasan untuk mengembangkan usaha yang dimiliki baik modal

maupun pengembangan jenis usahanya melalui pengoptimalan potensi usaha yang

mereka miliki, contohnya Ibu Ijah memutuskan untuk usaha kripik pisang karena

suaminya berjualan pisang.

Para peserta program Misykat memperoleh pinjaman modal dari Misykat

setelah mereka mengikuti pendampingan lebih dari delapan kali dan terlebih

dahulu mereka harus membuat profosal pengajuan pinjaman modal untuk usaha.

Besarnya pinjaman biasanya disesuaikan dengan jumlah modal yang dibutuhkan

oleh peserta program. Mereka yang mau mengajukan modal harus dalam bentuk

Page 62: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

46

kelompok, dan tiap kelompok sebanyak 5 orang yang terdiri dari empat orang

anggota dan satu orang ketua kelompok.

Model pemberian dana bergulir ini mengunakan pola 2 - 2 – 1 yaitu dua

anggota pertama mengajukan pinjaman modal, kemudian disusul dua orang

anggota lagi yang mengajukan pinjaman modal dan terakhir adalah ketua

kelompok. Pemberian dana bergulir dari pola 2 ke 2 berikutnya yakni 1 bulan.

Pengembalian pinjaman modal ini dilapangan terjadi kendala yang disebabkan

karena usaha yang mereka jalankan ada yang gulung tikar akibat modal yang telah

dipinjamkan oleh Misykat dipake biaya sekolah anaknya, dan ada juga yang

terjerat reintenir.

Peserta program Misykat juga diberikan kebebasan untuk melakukan

pinjaman modal diluar program Misykat seperti ke BMT dan Bank, namun para

peserta program Misykat masih sedikit (30,8 persen) yang melakukan

penambahan modal usaha dengan meminjam modal usaha kepada dua lembanga

keuangan mikro tersebut. Hal ini karena mereka takut tidak bisa melunasi uang

pinjamannya dan lembaga keuangan mikro tersebut biasanya mensyaratkan

adanya jaminan. Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta program

Misykat:

“Ibu mah tidak berani meminjam uang ke Bank takut tidak bisa melunasinya,

pinjaman ke Misykat juga belum lunas. Ibu jadi malu belum bisa

melunasinya” (Ibu Rs)

Ironisnya ada sebagian dari peserta program Misykat yang meminjam

uang kepada rentenir dengan alasan mereka terdesak dengan kebutuhan sehari-

hari khususnya biaya sekolah anaknya, sehingga menyebabkan usaha yang telah

Page 63: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

47

mereka rintis menjadi gulung tikar. Berikut penuturan salah satu rumah tangga

peserta program Misykat:

“Pelaksanaan program Misykat sudah berjalan dengan baik, namun Ibu-ibu

peserta program biasanya tidak sabar dengan cobaan yang ada. Ibu Diah dulu

punya usaha jualan gorengan, sekarang sudah tidak jualan lagi karena terjerat rentenir. Padahal di Misykat sudah diberikan ilmu bahwa minjam ka rentenir

mah tidak boleh karena mengandung riba yang hukumnya haram” (Ibu Entn)

Pada tahapan pengembangan ini pengintegrasian kemajuan-kemajuan

usaha yang telah mereka capai melalui kerjasama dalam membangun usaha

berjalan baik (73,1 persen), sebagai contoh berdirinya kelompok usaha telor asin

yang terdiri dari 5 orang. Kelompok ini memproduksi telor asin yang dipasarkan

ke lingkungan tempat tinggal mereka. Pada tahap penemuan ini juga dilaksanakan

pemberian penghargaan kepada rumah tangga peserta program jika mereka

menunjukkan prestasi selama program berlangsung, seperti penuturan seorang

rumah tangga peserta program Misykat berikut:

“waktu pendampingnya Teh Ita dan Teh Esti mah, setiap bulan sekali kita

suka diberikan hadiah jika terpilih sebagai peserta yang berprestasi, contonya

Ibu Yayah dulu pernah dapat jam dinding karena rajin datang ke pengajian pekanan. Tapi ayaeuna mah belum ada lagi pembagian hadih seperti itu”

(Ibu Rs)

Page 64: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

48

BAB VI

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT

PENGETAHUAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

6.1 Identifikasi Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Peserta Program

Misykat

Pada hakikatnya masalah kemiskinan merupakan persoalan klasik yang

terus tejadi menimpa kehidupan manusia terutama di negara berkembang

termasuk di Indonesia. Pemerintah, dalam hal ini khususnya Biro Pusat Statistika

(BPS) memiliki 14 kriteria kemiskinan yang dipakai untuk mengambarkan rumah

tangga miskin. Keempat belas kriteria BPS tersebut dijadikan sebagai dasar dalam

penelitian ini untuk mengidentifikasi rumah tangga peserta program Misykat

apakah mereka termasuk kedalam kategori rumah tangga miskin atau bukan.

Ukuran yang menyatakan tingkat karakteristik rumah tangga adalah

dengan menjumlahkan skor total pada setiap indikator karakteristik rumah tangga

BPS. Responden yang termasuk karakteristik rumah tangga miskin adalah

responden yang total skornya lebih dari atau sama dengan 22, sedangkan

responden yang termasuk karakteristik rumah tangga rentan adalah responden

dengan total skornya kurang dari atau sama dengan 21.

Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Miskin,

Kelurahan Loji, 2009

Kategori

Jumlah Responden

n %

Miskin : ≥ 22 9 34,62

Rentan : ≤ 21 17 65,38

Total 26 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program Misykat

tergolong kategori rumah tangga rentan, yaitu sebesar 65,38 persen, sedangkan

Page 65: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

49

peserta yang tergolong kategori rumah tangga miskin sebesar 34,62 persen.

Hal ini didukung pula oleh pernyataan salah satu peserta bahwa sebagian besar

peserta program Misykat kehidupannya semakin baik setelah mengikuti program,

seperti penuturan seorang rumah tangga peserta program Misykat berikut:

“alhamdulillah, Ibu mah bersyukur melalui program Misykat, ayeuna mah

punya usaha kridit barang sembako dan warung, walaupun masih kecil-

kecilan, lumayan sekarang bisa membantu suami” (Ibu Ent)

Hal yang sama juga disampaikan oleh salah satu seorang Pendamping

program Misykat, yaitu sebagai berikut:

“kehidupan rumah tangga peserta program Misykat sekarang lebih baik

dibanding sebelum mereka mengikuti program walau pun belum

semuanya, Mas bisa lihat sendiri salah satunya Ibu Ijah beliau sekarang

sudah punya usaha sendiri dengan jualan kripik pisang” (Pendamping

Program: Pak Sfl)

Tabel 13 Karakteristik Rumah Tangga Miskin Menurut BPS Berdasarkan

Penilaian Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009

No Kriteria Rumah Tangga Miskin

Berdasarkan BPS

Jumlah

Ya Tidak

1 Luas Lantai < 8 m2 per orang 13 (50) 13 (50)

2 Jenis lantai/ bamboo/kayu murah 4 (15,4) 22 (84,6)

3 Jenis dinding bambu/rumbia/kayu/tembok 23 (88,5) 3 (11,5)

4 Tidak punya fasilitas BAB/bersama-sama 4 (15,4) 22 (84,6)

5 Listrik menumpang (tidak bayar sendiri) 5 (19,2) 21 (80,8)

6 Sumber air sumur/mata air/sungai/air hujan 22 (84,6) 4 (15,4)

7 Bahan bakar kayu bakar/arang/minyak tanah 4 (15,4) 22 (84,6)

8 Makan < 2 kali sehari 3 (11,5) 23 (88,5)

9 Makan daging/telur minimal 1 kali/ minggu 20 (76,9) 6 (23,1)

10 Hanya membeli 1 stel pakaian minimal 1

tahun sekali 23 (88,5)

3 (11,5)

11 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan

(Jamkesmas) 20 (76,9)

6 (23,1)

12 Pendapata < Rp. 600.000/bulan 9 (34,6) 17 (65,4)

13 Pendidikan maksimal SD 5 (19,2) 21 (80,8)

14 Tidak memiliki tabungan/kendaraan bermotor 15 (57,7) 11 (42,3)

Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa karakteristik rumah tangga miskin

yang paling dominan di rumah tangga peserta program Misykat Kelurahan Loji,

Page 66: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

50

berdasarkan jawaban yang paling banyak dipilih oleh peserta program yaitu: Jenis

dinding bambu/rumbia/kayu/tembok, hanya membeli 1 stel pakaian minimal 1

tahun sekali, sumber air sumur/mata air/sungai/air hujan, makan daging/telur

minimal 1 kali per minggu, tidak sanggup membayar biaya pengobatan

(Jamkesmas), tidak memiliki tabungan/kendaraan bermotor, luas lantai kurang

dari 8 m2 per orang, dan pendapatan kurang dari Rp 600.000 per bulan.

Ada pun karakteristik rumah tangga miskin berdasarkan kriteria BPS yang

sudah tidak relevan lagi digunakan dikelurahan Loji khususnya di RW 11 yaitu

makan kurang dari 2 kali sehari, tidak punya fasilitas BAB/bersama-sama dan

penggunaan bahan bakar menggunakan kayu bakar/arang/minyak tanah. Hal ini

karena sekarang sudah tersosialisasikan dengan baik dan digunakan secara merata

program pergantian bahan bakar minyak tanah ke gas, seperti penuturan rumah

tangga peserta program Misykat berikut:

“Sekarang mah hampir semua warga masyarakat di Loji bahan bakarnya

sudah banyak beralih ke gas. Karena dibandingkan minyak tanah, bahan

bakar gas mah jauh lebih murah dan gampang diperoleh na” (Ibu End)

Page 67: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

51

6.2 Hubungan Antara Tingkat Kemiskinan dengan Tingkat Pelaksanaan

Program Misykat.

Hubungan antara tingkat kemiskinan dengan tingkat pelaksanaan program

Misykat ditunjukkan dalam tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Miskin

dan Pelaksanaan Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009.

Tingkat Pelaksanaan Program

Misykat

Rumah Tangga Miskin

Miskin Rentan

N (%) n

Baik 9 (100) 17 (100)

Cukup 0 0

Kurang 0 0

Total 9 (100) 17 (100)

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden

berdasarkan karakteristik rumah tangga kategori miskin dan rentan sama-sama

memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat yaitu sebesar

26 responden atau 100 persen, yang terbagi kedalam 9 responden kategori miskin

dan 17 responden kategori rentan. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan

diatas bahwa kehidupan rumah tangga peserta program Misykat lebih baik

dibandingkan ketika sebelum mengikuti program Misykat. Demikian juga dengan

pelakasanaan program Misykat dinilai baik oleh rumah tangga peserta program

Misykat. seperti penuturan rumah tangga peserta program Misykat berikut:

“alhamdulillah melalui program Misykat, ayeuna gaduh usaha jualan kripik pisang, tadina mah suami hanya jualan pisangnya saja. Peralatan usaha dan

penjualannya dibantu oge ku Misykat, lumayan sekarang bisa menambah

penghasilan keluarga” (Ibu Ijh)

Berdasarkan uji statistik dengan uji Korelasi Rank Spearman, diperoleh

hasil nilai korelasi sebesar 0,143. Hal ini mengidentifikasikan bahwa antara

tingkat kemiskinan dengan tingkat pelaksanaan program Misykat tidak memiliki

Page 68: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

52

hubungan yang signifkan (p > 0.05). Tidak ada hubungan ini karena baik rumah

tangga miskin maupun rentan sama-sama merasakan manfaat program Misykat,

sehingga baik rumah tangga miskin dan rentan sama-sama memberikan penilaian

baik terhadap pelaksanaan program Misykat.

6.3 Identifikasi Tingkat Pengetahuan Peserta Program Misykat dalam

Kebijakan LAZNAS DPU DT

Ukuran yang menyatakan tingkat pengetahuan peserta program Misykat

dalam kebijakan LAZNAS DPU DT diperoleh dengan menjumlahkan skor total

yang diperoleh dari masing-masing responden. Responden yang memiliki

pengetahuan tinggi adalah responden yang total skornya lebih dari atau sama

dengan 11, responden yang memiliki pengetahuan sedang adalah responden yang

total skornya antara 8 sampai dengan 10, sedangkan responden yang memiliki

pengetahuan rendah adalah responden yang total skornya kurang dari atau sama

dengan 7. Secara umum, tingkat pengetahuan peserta program Misykat terhadap

kebijakan LAZNAS DPU DT disajikan pada Tabel 16.

Tabel 15. Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan Peserta Terhadap

Kebijakan LAZNAS DPU DT, Kelurahan Loji, 2009.

Tabel 15 menunjukkan bahwa pengetahuan sebagian besar peserta

program Misykat terhadap kebijakan LAZNAS DPU DT tergolong kategori

sedang, yaitu sebesar 88,46 persen. Hal ini dikarenakan sosialisasi program

kepada calon peserta program Misykat hanya dilakukan pada awal program

Kategori (Skor)

Jumlah Responden

n %

Tinggi : ≥ 11 0 0

Sedang : 8 – 10 23 88,46

Rendah : ≤ 7 3 11,54

Total 26 100,00

Page 69: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

53

sebanyak 1-3 kali yaitu pada tahun 2006 dan ketika ada pergantian anggota

MIsykat. Sehingga dari hasil penelitian diperoleh seluruh peserta program tidak

mengetahui visi dan misi program Misykat, sedangkan yang mengetahui tujuan

dari program Misykat dari total peserta 26 rumah tangga hanya 11 rumah tangga

yang tahu salah satu tujuan dari program Misykat. Hal yang sama terjadi pada

pengetahuan responden mengenai sasaran dari program Misykat yaitu sebesar 10

peserta yang memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan mengenai salah

satu sasaran program Misykat dari total peserta 26 rumah tangga.

6.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Pelaksanaan

Program Misykat

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat pelaksanaan

program Misykat ditunjukkan dalam tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Peserta dan

Pelaksanaan Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009.

Tingkat Pelaksanaan

Program Misykat

Tingkat Pengetahuan Peserta

Tinggi Sedang Rendah

n % n % n %

Baik 0 0 20 83,33 2 100

Cukup 0 0 3 12,50 0 0

Kurang 0 0 1 4,17 0 0

Total 0 0 24 100 2 100

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden

berdasarkan tingkat pengetahuan peserta terhadap Kebijakan LAZNAS DPU DT

dalam program Misykat, responden dengan tingkat pengetahuan sedang

memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat sebesar 83,33

persen. Hal ini menunjukkan sebagian besar rumah tangga peserta program

Misykat merasakan pelaksanaan program Misykat sudah berjalan dengan baik.

Page 70: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

54

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, pelaksana program memulai program

Misykat dengan melakukan sosialisasi program kepada calon anggota sebanyak 1-

3 kali dan ditambah adanya kegiatan pendampingan rutin setiap sepekan sekali

dengan durasi waktu selama dua jam. Dalam kegiatan pendampingan rutin para

peserta dibekali materi pendidikan yang diberikan dalam rentan waktu satu bulan

pertama adalah tentang budaya menabung (tabungan dalam pandangan Islam,

pentingnya menabung, hambatan dan kiat menabung). Materi ini diberikan untuk

menambah pengetahuan dan kemampuan mereka tentang menabung.

Bulan kedua para peserta program dikenalkan dengan materi utang piutang

dalam pandangan Islam, akad-akad syariah dan jenis-jenis pembiayaan dalam

Islam seperti mudhorobah, murobahah, dan musyarokah. Bulan selanjutnya

anggota Misykat diberikan materi tentang manajemen rumah tangga, bisnis, dan

materi-materi lainnya yang menunjang usaha dan akhlak yang baik bagi mereka.

Materi-materi yang disampaikan sesuai dengan kurikulum yang sudah ditetapkan.

Setelah mereka mengikuti pendampingan rutin selama delapan kali pertemuan dan

setelah dinilai siap oleh pendamping program untuk menerima bantuan, barulah

mereka diberikan pinjaman modal. Berikut penuturan salah satu rumah tangga

peserta program Misykat:

“pendampingan rutinan setiap pekan alhamdulillah seur manfaatna untuk Ibu-

ibu, setiap pekan kita diberikan materi cara mengelola usaha, sareng materi

agama. Alhamdulillah sekarang kita sedikitnya lebih tahu cara mengelola usaha. Ada juga anggota Misykat anu tadina jarang sholat sekarang mah rajin

shalatnya. Sampai shalat sunnah duha dan ngajinya skarang rajin”. (Ibu Ent)

Berdasarkan uji statistik dengan uji Korelasi Rank Spearman, diperoleh

nilai korelasi sebesar 0,162. Hal ini mengidentifikasikan bahwa antara tingkat

pengetahuan peserta terhadap Kebijakan LAZNAS DPU DT dengan tingkat

pelaksanaan program Misykat tidak terdapat hubungan yang signifikan (P > 0,05).

Page 71: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

55

Hal ini diduga disebabkan baik rumah tangga dengan tingkat pengetahuan sedang

maupun rendah terhadap kebijakan LAZNAS DPU DT, sama-sama memberikan

penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat.

Page 72: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

56

BAB VII

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESERTA

PROGRAM MISYKAT

7.1 Identifikasi Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Miskin

Peserta Program Misykat

Ukuran yang menyatakan tingkat keberdayaan rumah tangga peserta

program Misykat diperoleh dengan menjumlahkan skor total yang diperoleh dari

masing-masing responden. Responden yang memiliki tingkat keberdayaan rumah

tangga tinggi adalah responden yang total skornya lebih dari atau sama dengan 19,

sedangkan responden yang memiliki tingkat keberdayaan rumah tangga rendah

adalah responden yang total skornya kurang dari atau sama dengan 18. Secara

umum, tingkat keberdayaan rumah tangga peserta program Misykat disajikan

pada Tabel 17.

Tabel 17. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Keberdayaan Rumah Tangga

Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program Misykat

tergolong kategori tingkat keberdayaan tinggi, yaitu sebesar 92,31 persen. Hal ini

didukung pula oleh pernyataan salah satu peserta bahwa sebagian besar peserta

program Misykat tingkat keberdayaan hidupnya semakin baik setelah mengikuti

program, seperti penuturan seorang rumah tangga peserta program Misykat

berikut:

“Ibu mah bersyukur melalui program Misykat, ayeuna punya usaha jualan

warung, lumayan sekarang bisa membantu suami. Ibu-ibu yang lain juga usahanya sudah berjalan contohnya Ibu Ijah mendapatkan modal dari Misykat

No Kategori Jumlah Responden

n %

1 Tinggi : ≥ 19 24 92,31

2 Rendah : ≤ 18 2 7,69

Total 26 100

Page 73: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

57

dengan usaha kripik pisang, dulu hanya jualan pisang mentah diplastikan

sekarang jualannya pake bungkusan yang menarik. (Ibu Ent)

Tabel 18. Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Peserta Program Misykat,

Kelurahan Loji, 2009

Data pada Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program

Misykat memiliki keberdayaan ekonomi tinggi. Hal ini karena rumah tangga

peserta program Misykat memiliki kebebasan untuk mengakses terhadap

keuangan mikro seperti Baitul Mal Watanwil (BMT) dan Bank, walaupun ternyata

sangat sedikit (38,5 persen) peserta program yang berencana untuk meminjam

uang ke lembaga keuangan mikro tersebut. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan

pada bab sebelumnya bahwa alasan mereka tidak meminjam uang kepada

lembaga keuangan mikro karena mereka takut tidak bisa melunasi uang

pinjamannya, apalagi lembaga tersebut biasanya mensyaratkan ada jaminan.

Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta program Misykat:

“Ibu mah tidak berani meminjam uang ke Bank takut tidak bisa melunasinya,

pinjaman ke Misykat juga belum lunas. Ibu jadi malu belum bisa melunasinya”

(Ibu Rs)

Keberdayaan Ekonomi

Rumah Tangga Miskin

Jumlah

Ya Tidak

Mendapatkan pinjaman modal dari program Misykat 21 (80,8) 5 (19,2)

Kemudahan mengakses pinjaman modal ke Misykat 20 (76,9) 6 (23,1)

Mendapatkan pelayanan penyimpanan tabungan dalam

program Misykat 26 (100)

0 (0)

Mendapatkan pendampinan dan pelatihan usaha dari

program Misykat 20 (76,9)

6 (23,1)

Berencana meminjam pinjaman modal selain dari

program Misykat 10 (38,5)

20 (61,5)

Mudah melakukan transaksi jual beli di pasar 25 (96,2) 4 (15,4)

Memiliki kemampuan untuk memasarkan produk hasil usaha

22 (84,6)

4 (15,4)

Mampu mengatur pembagian modal pinjaman 20 (76,9) 6 (23,1)

Mampu mengatur penggunaan uang hasil tabungan 21 (80,8) 5 (19,2)

Mampu mengatur hasil keuntungan dari usaha yang anda jalankan

24 (92,3)

2 (7,7)

Mampu mengatur hasil pendapatan usaha keluarga 25 (96,2) 4 (15,4)

Mampu mengatur penggunaan barang-barang produksi 21 (80,8) 5 (19,2)

Page 74: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

58

Peserta program Misykat memiliki akses terhadap aset-aset produksi

seperti: mesin produksi (mesin jahit, mesin obrasan, mesin bordir, kulkas, mixer,

open), motor, tanah, gerobak bakso, warung. Akses terhadap pasar seperti:

aktifitas jual dan beli produk yang mereka jalankan. Memiliki kontrol terhadap

penggunaan pinjaman dan tabungan yang mereka hasilkan dari usaha yang

mereka jalankan digunakan untuk: 1) menambah modal usaha, 2) menabung

(tabungan cadangan dan tabungan berencana), bayar iuran yaitu iuran anggota dan

iuran kas majlis, 3) menyisihkan uangnya untuk infaq yang besarnya sesuai

keikhlasan masing-masing, dan 4) konsumsi keluarga. Walaupun terkadang

mereka suka telat membayar iuran dan menyisihkan untuk menabung karena uang

yang ada digunakan untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya.

Mereka juga memiliki kontrol atas pendapatan dan aktifitas keluarga

khususnya pendapatan suami, biasanya mereka gunakan untuk konsumsi keluarga,

membayar utang, biaya sekolah anak dan mengeluarkan infaq. Menyisihkan uang

untuk infaq selalu mereka usahakan karena mereka berkeyakinan bahwa infaq

yang mereka keluarkan sebenarnya untuk diri mereka sendiri dan akan dibalas

oleh Allah SWT dengan sesuatu yang lebih baik. Hal ini merupan salah satu buah

dari materi pendidikan pada kegiatan pendapingan rutinan yang senantiasa setiap

pekannya dilaksanakan.

Page 75: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

59

7.2 Hubungan Antara Tingkat Pelaksanaan Program Misykat dengan

Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Peserta Program

Misykat

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat pelaksanaan

program Misykat ditunjukkan dalam tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Pelaksanaan Program Misykat dan

Tingkat Keberdayaan, Kelurahan Loji, 2009.

Tingakat Keberdayaan

Ekonomi Rumah Tangga

Tingkat Pelaksanaan Program

Baik Cukup Kurang

N % n % n %

Tinggi 21 95,45 3 100 0 0

Rendah 1 4,55 0 0 1 100

Total 22 100 3 100 1 100

Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan

penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat, ternyata memiliki tingkat

keberdayaan ekonomi rumah tangga tinggi yaitu 95,45 persen. Pada responden

yang memberikan penilaian dengan tingkat pelaksanaan program Misykat kurang

memiliki tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga rendah yaitu sebesar 100

persen. Data diatas menunjukkan bahwa ketika pelaksanaan program Misykat

semakin baik maka tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga semakin tinggi.

Demikian juga sebaliknya ketika tingkat pelaksanaan program Misykat kurang

maka tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga peserta program Misykat

rendah.

Fenomena diatas terjadi karena proses pendampingan pekanan yang

dijalankan oleh pelaksana program dirasakan bermanfaat dalam meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan mengelola usaha yang sedang mereka jalankan,

seperti:kemampuan mengakses dan mengontrol terhadap aset-aset produktif

seperti membeli mesin produksi, kulkas dan motor. Kemampuan mengakses

Page 76: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

60

terhadap pasar dengan menjual produksi hasil usaha sendiri, kemampuan

mengontrol terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh hasil usaha sendiri dan

penghasilan suami dengan cara menabung di Misykat. Semua peserta Program

Misykat memiliki tabungan di Misykat hal ini karena mereka sadar akan manfaat

dari menabung tersebut. Peserta program Misykat diberikan kebebasan dalam

mengembangkan usaha baik menambah modal usaha dengan meminjam kepada

lembaga selain dari program Misykat maupun pengembangan diversifikasi

usahanya. Sehingga pelaksanaan program Misykat yang baik ini berdampak

kepada tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga yang baik juga. Berikut

penuturan salah satu peserta program:

”Alhamdulillah pendampingan rutinan setiap pekan bermanfaat pisan

kanggo Ibu-ibu anggota Misykat. Ibu-ibu dipasihan materi cara ngelola

usaha, gimana cara usaha anu halal, sareng dipasihan materi pengetahuan agama Islam. Ibu-ibu yang tadinya jarang sholat ayeuna mah getol sholat

na. Jeung Ibu-ibu ayeuna mah bertambah berani contohna jadi petugas

MC atau Tilawah kumargi tos aya jadwal na, jadi mau tidak kudu berani

da udah jadwal na”. (Ibu Yyh)

Berdasarkan uji statistik dengan uji Korelasi Rank Spearman, diperoleh

hasil nilai korelasi sebesar 0,288. Hal ini mengidentifikasikan bahwa antara

tingkat keberdayaan rumah tangga dengan tingkat pelaksanaan program Misykat

tidak terdapat hubungan yang signifikan (P > 0,05). Hal ini diduga karena adanya

faktor-faktor lain yang mempengaruhi mengapa sebuah rumah tangga tidak

berdaya pada dasarnya dapat ditelaah dari dimensi struktural dan kultural.

Dimensi struktural-kultural mengandung makna berlangsungnya

hubungan-hubungan sosial dan interakasi sosial yang khas dalam komunitas yang

mengakibatkan berlangsungnya suatu kebiasaan yang dapat “membius” dan

membatasi inisiatif dan semangat warga komunitas untuk berkembang.

Berlangsungnya sikap-sikap yang pasrah, kurang kreatif, inisiatif, dan berani

Page 77: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

61

dalam masyarakat atau tidak langsung dapat mengekalkan bentuk-bentuk dan sifat

hubungan sosial yang khas dalam komunitas termasuk dalam sebuah keluarga

(Nasdian, 2006).

Dampak dari program Misykat terhadap rumah tangga peserta program

Misykat secara kualitatif berdampak kepada kehidupan yang semakin baik. Hal ini

karena sebanyak 26 rumah tangga peserta program Misykat dari sebelumnya tidak

punya usaha kini mereka punya usaha. Ada pun 8 dari 26 peserta Misykat kini

kondisinya sudah tidak berusaha lagi karena modal mereka habis dipakai untuk

biaya sekolah anak, terjerat kepada reintenir dan memilih untuk bekerja. Dampak

program Misykat juga ditunjukan dengan semua peserta program Misykat

memiliki tabungan.

Page 78: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

62

BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diulas pada bab-bab sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program Misykat dalam menerapkan prinsip pemberdayaan telah

dinilai baik oleh peserta program Misykat. Hal ini karena pendamping

program Misykat melakukan tahapan dalam pelaksanaan program

pemberdayaan yaitu: tahapan dialog, penemuan dan pengembangan.

2. Rumah tangga peserta program Misykat sebagian besar tergolong kategori

rumah tangga rentan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi penerima program

lebih baik setelah mengikuti program Misykat. Hubungan antara tingkat

kemiskinan dengan tingkat pelaksanaan program Misykat tidak memiliki

hubungan yang signifkan, karena baik rumah tangga miskin maupun rentan

sama-sama merasakan manfaat program Misykat, sehingga rumah tangga

miskin dan rentan sama-sama memberikan penilaian baik terhadap

pelaksanaan program Misykat.

3. Pengetahuan sebagian besar peserta program Misykat tergolong kategori

sedang. Hal ini dikarenakan sosialisasi program kepada calon peserta

program Misykat hanya dilakukan pada awal program sebanyak 1-3 kali yaitu

pada tahun 2006 dan ketika ada pergantian anggota Misykat. Tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan peserta terhadap

Kebijakan LAZNAS DPU DT dengan tingkat pelaksanaan program Misykat.

Hal ini diduga karena baik rumah tangga dengan tingkat pengetahuan sedang

Page 79: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

63

maupun rendah terhadap kebijakan LAZNAS DPU DT, sama-sama

memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat.

4. Rumah tangga peserta program Misykat sebagian besar sudah berdaya, hal ini

menunjukkan bahwa kondisi keberdayaan dari penerima program setelah 3

tahun semakin baik. Ada pun hubungan antara tingkat keberdayaan rumah

tangga dengan tingkat pelaksanaan program Misykat tidak terdapat hubungan

yang signifikan. Hal ini diduga karena adanya faktor-faktor lain yang

mempengarhi keberdayaan ekonomi rumah tangga seperti adanya sikap-sikap

yang pasrah, kurang kreatif, inisiatif, dan berani yang dimiliki oleh rumah

tangga peserta program Misykat.

8.2 Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah diulas pada bab-bab sebelumnya,

maka saran dari penulis sebagai berikut:

1. Melakukan sinergi dengan membangun kemitraan yang lebih baik lagi antara

DPU DT, aparat pemerintah dan tokoh masyarakat setempat dalam

melakukan program pemberdayaan rumah tangga miskin sehingga.

2. Perlu dibuat kriteria standar rumah tangga yang berhak mendapatkan bantuan

dari program Misykat.

3. Memberikan perhatian kepada peserta program Misykat, agar mereka

memiliki etos kerja yang baik dan dapat mengembangkan jiwa wirausahanya

melalui pelatihan-pelatihan yang lebih menarik dan pemberian penghargaan

bagi peserta program Misykat yang berprestasi.

Page 80: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

64

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2005. Starategi Nasional Peangulangan Kemiskinan. Sekret Kelompok

Kerja Perencanaan Makro Penangulangan Kemiskinan Bappenas-Komite

Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta

Beik, Irfan Syauqi dan Sukmana, Riditya. Mengakselerasi Pertumbuhan Zakat.

Repubik Opini. Harian Republika edisi Jumat, 13 Februari 2009.

BPS 2006. Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2005-2006. Berita Resmi

Statistika no. 47/IX/ 1 September 2006.

BPS 2006. Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2007. Berita Resmi Statistika

no. 38/07/th. X/ 2 Juli 2007.

Darmanto, Herry. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masyarakat

Terpencil dalam Majalah Triwulan Perencanaan Pembangunan Edisi

04/IX. Jakarta: Bappenas. .

Hartoyo, Sri. 2007. Peranan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

(P2KP) terhadap Pendapatan Usaha Kecil di Kelurahan Kedung Badak,

Kota Bogor. Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya.

Fakultas Pertanian. IPB.

Hikmat, R. Herry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:

Humaniora Utama Press.

Juhari, Ahmad. 2004. Tesis: Pemberdayaan Keluarga Miskin Melalui Sektor

Usaha Kecil Rumah Tangga (di Kecamatan Sumedang Utara, kabupaten

Sumedang, Propinsi jawa Barat). Magister Profesional Pengembangan

Masyarakat. Sekolah Pasca Sarjana. IPB.

Komite Penanggulangan Kemiskinan. 2003. Informasi Dasar Penyusunan Strategi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional. Jakarta.

Monografi Kelurahan Loji. 2009. Tidak diterbitkan

Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community

Development). Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Fakultas Ekologi Manusia. IPB.

Rahayu, MG Ana Budi. Pembangunan Perekonomian Nasional Melalui

Pemberdayaan Masyarakat Desa. [www.binaswadaya.org]. Diakses pada

tanggal 17 November 2008.

Rusli, S. dkk. 1995. Metodologi Identifikasi Golongan dan Daerah Miskin.

Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Page 81: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

65

Soemardjan, Selo. 1993. Kemiskinan: Suatu Pandangan Sosiologis. Jakarta.

Makalah tidak diterbitkan.

Suharto, Edi. 1997) Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:

Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS

(LSP-STKS).

Suharto. 2003. Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial dalam Menangani

Kemiskianan di Indonesia. Bandung: STKS Press.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial.

Bandung: PT Refika Aditama.

Suharto, Pandu. 1991. Grameen Bank: Sebuah Model Bank Untuk Orang Miskin

Di Bangladesh. Jakarta: Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia

(LPPI).

Suyana, Achmad. 2003. Evaluasi Kebijakan Ketahanan Pangan, Kumpulan

artikel. Yogyakarta: BPFE Ekonomi UGM.

Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian.

Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Page 82: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

66

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Dokumentasi

Gambar 2. Usaha Kripik Pisang milik salah satu rumah

tangga peserta program Misykat

Gambar 3. Usaha Warung makan jajanan dan sayuran

milik salah satu rumah tangga peserta program Misykat

Gambar 4. Usaha pementalan benang sol milik salah

satu rumah tangga peserta program Misykat

Page 83: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

67

Gambar 5. Kegiatan pendampingan rutin antara Pendamping dan

Ibu-ibu peserta program Misykat.

Page 84: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

68

Cor relations

1,000 ,480* ,177 ,288

. ,013 ,387 ,154

26 26 26 26

,480* 1,000 ,003 ,283

,013 . ,988 ,162

26 26 26 26

,177 ,003 1,000 ,295

,387 ,988 . ,143

26 26 26 26

,288 ,283 ,295 1,000

,154 ,162 ,143 .

26 26 26 26

Correlation Coef f ic ient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coef f ic ient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coef f ic ient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coef f ic ient

Sig. (2-tailed)

N

tingakat keberdayaan RT

pengetahuan RT

karakteris tik RTM

pelaksanaan program

misykat

Spearman's rho

tingakat

keberdayaan

RT

pengetahuan

RT

karakteris tik

RTM

pelaksanaan

program

misykat

Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Lampiran 2. Hasil Uji Statistik dengan Menggunakan Korelasi Rank Spearman

Page 85: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

69

Lampiran 3. Olahan Data SPSS Versi 13.00

st no pd pk lmm Jak pek ph Ppm krtm peng tingkat kat_tingkat kat_peng kat_krtm kat_ppm

1 1 4 2 2 3 2 2 30 21 10 28 1 2 1 1

2 1 4 2 2 2 2 2 31 23 10 27 1 2 1 1

3 1 4 1 2 2 2 2 30 20 10 24 1 2 1 1

4 1 3 1 2 2 2 1 28 19 9 22 1 2 1 1

5 1 4 2 2 3 2 2 31 19 10 28 1 2 1 1

6 1 3 1 2 1 2 1 30 21 9 25 1 2 1 1

7 1 2 2 2 3 2 1 30 23 9 26 1 2 1 1

8 1 3 1 2 2 2 2 29 22 10 27 1 2 1 1

9 2 1 2 2 3 1 1 29 19 9 22 1 2 1 1

10 1 4 1 2 . 2 1 28 24 7 15 2 3 1 1

11 1 4 1 2 1 2 2 27 20 9 22 1 2 1 2

12 1 2 1 2 2 1 . 31 23 10 24 1 2 1 1

13 1 2 2 2 2 2 1 30 21 7 26 1 3 1 1

14 1 4 2 2 2 2 2 30 22 9 28 1 2 1 1

15 1 3 1 1 2 2 1 31 20 8 22 1 2 1 1

16 1 4 2 2 2 2 1 30 21 9 29 1 2 1 1

17 1 4 1 2 2 2 2 30 17 10 27 1 2 1 1

18 1 3 2 2 2 2 . 30 22 9 25 1 2 1 1

19 1 2 2 2 2 1 1 29 24 9 26 1 2 1 1

20 1 3 2 2 3 2 1 29 23 9 27 1 2 1 1

21 1 2 2 2 2 2 2 29 19 9 26 1 2 1 1

22 1 1 1 2 1 2 1 28 21 10 28 1 2 1 1

23 1 3 1 1 1 2 2 29 19 8 24 1 2 1 1

24 1 4 1 2 2 2 2 27 20 9 27 1 2 1 2

25 2 5 1 2 1 1 . 27 17 9 26 1 2 1 2

26 1 4 1 1 1 2 2 20 15 9 18 2 2 2 3

Page 86: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

70

Lampiran 4. Variabel, Definisi Operasinal, indikator dan Skala Pengukuran

Data

Variabel

Definisi

Operasional

Indikator Skala

Pengukura

n Data

Dialog Kegiatan

menyiapkan

kerjasama, membentuk

kemitraan, artikulasi

tantangan, mengidentifikasi

sumber kekuatan dan

menentuan arah.

Ada kegiatan menyiapkan

kerjasama, membentuk

kemitraan, artikulasi

tantangan, mengidentifikasi sumber kekuatan dan

menentuan arah: 1 = Ya

Tidak ada kegiatan

menyiapkan kerjasama, membentuk kemitraan,

artikulasi tantangan,

mengidentifikasi sumber kekuatan dan menentuan arah:

2 = Tidak

Ordinal

Penemuan Kegiatan memahami

sistem sumber, menganalisis

kapasitas sumber dan

menyusun frame pemecahan maslah.

Ada kegiatan memahami

sistem sumber, menganalisis

kapasitas sumber dan menyusun frame pemecahan

masalah: 1 = Ya.

Tidak ada kegiatan memahami

sistem sumber, menganalisis kapasitas sumber dan

menyusun frame pemecahan

masalah: 2 = Tidak

Ordinal

Pengembangan Kegiatan mengaktifkan

sumber, memperluas

kesempatan, mengakui temuan-

temuan, dan

mengintegrasikan

kemajuan.

Ada kegiatan mengaktifkan

sumber, memperluas kesempatan, mengakui

temuan-temuan, dan

mengintegrasikan kemajuan: 1 = Ya

Tidak ada kegiatan

mengaktifkan sumber,

memperluas kesempatan,

mengakui temuan-temuan, dan mengintegrasikan kemajuan:

2 = Tidak

Ordinal

Luas lantai bangunan tempat

tinggal.

Luas lantai bangunan tempat tinggal yang

dimanfaatkan untuk

aktivitas kurang dari

8 m2 per orang

Kategori:

Kurang dari 8 m2 per orang:

1 = Ya Lebih dari 8 m

2 per orang :

2 = Tidak

Ordinal

Jenis lantai

bangunan tempat

tinggal.

Jenis lantai bangunan

tempat tinggal

sebagaian besar terbuat dari tanah/

bambu/kayu murah

Kategori :

Tanah/bambu/kayu murahan:1

= Ya

Selain tanah/

bambu/kayu murahan :

Ordinal

Page 87: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

71

2 = Tidak

Jenis dinding

bangunan tempat

tinggal.

Jenis dinding

bangunan tempat

tinggal terbuat dari bambu/rumbai/kayu

kualitas rendah/

tembok tanpa plester

Kategori :

Bambu/rumbai/kayu kualitas

rendah/tembok tanpa plester:

1= Ya

Selain bambu/ rumbai/kayu

kualitas rendah/tembok tanpa

plester : 2 = Tidak

Ordinal

Fasilitas tempat

buang air besar.

Tempat untuk buang

air besar di dalam rumah sendiri.

Kategori :

Tidak ada, menumpang rumah

lain : 1 = Ya

Ada : 2 = Tidak

Ordinal

Sumber air

minum.

Mata air yang tidak

terlindung seperti:

sumur, mata air tidak terlindung/ sungai/

air hujan

Kategori :

Sumur, mata air tidak

terlindung/ sungai/ air hujan:

1 = Ya

Selain berasal dari sumur,

mata air tidak terlindung/

sungai/ air hujan : 2 = Tidak

Ordinal

Bahan bakar

untuk memasak.

Jenis bahan bakar

yang digunakan untuk memasak

sehari-hari seperti:

kayu bakar/arang/ minyak tanah

Kategori :

Kayu bakar/arang/minyak

tanah :1 = Ya

Selain kayu bakar/

arang/minyak tanah: 2 = Tidak

Ordinal

Konsumsi

daging/ayam/susu

/ per minggu.

Frekuensi konsumsi

rumah tangga seperti

daging/ayam/susu perminggu.

Kategori :

Mengkonsumsi satu kali atau

dua kali seminggu : 1 = Ya

Mengkonsumsi lebih dari satu

kali atau dua kali dalam seminggu: 2 = Tidak

Ordinal

Pembelian

pakaian baru

setiap anggota rumah

tangga setiap

tahun

Kemampuan rumah

tangga membeli

pakaian baru minimal satu stel

setiap tahun.

Kategori :

Tidak pernah membeli/ satu

stel setiap tahun: 1=Ya

Pernah membeli satu stel

setiap tahun: 2 = Tidak

Ordinal

Kemampuan

membayar untuk

berobat Ke

puskesmas atau dokter.

Kemampuan rumah

tangga membayar

biaya perobatan

anggota keluarga ke puskesmas atau

doktor.

Kategori:

Tidak mampu membayar:

1 = Ya

Mampu membayar: 2 = Tidak

Orinal

Pemilikan aset/harta

bergerak maupun

tidak bergerak.

Kepemilikan rumah tangga terhadap harta

kekayaan/aset/harta

bergerak seperti yang

mudah dijual dengan nilai minimal Rp

500.000,00 seperti

sepeda motor, emas, perhiasan, perahu

Kategori :

Tidak mempunyai

tabungan/barang yang mudah

dijual dengan nilai minimal

Rp. 500.000,00 seperti sepeda

motor (kredit maupun bukan kredit), emas, perhiasan,

sepeda motor dan barang

modal lainnya : 1 = Ya

Orinal

Page 88: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

72

motor dan barang

modal lainnya. Mempunyai tabungan/barang

yang mudah dijual dengan

nilai minimal Rp. 500.000,00

seperti sepeda motor (kredit

maupun bukan kredit), emas, perhiasan, perahu motor dan

barang modal lainnya :

2 = Tidak.

Akses terhadap

pelayanan

keuangan mikro

Kemampuan rumah

tangga miskin untuk

mendapatkan

pinjaman modal, menabungan, dan

pendampingan dari

lembaga keuangan mikro.

Memiliki usaha, mendapatkan

pinjaman modal usaha dari

Misykat, modal pinjaman

digunakan untuk apa

menambah modal modal, tidak mendapatkan kendala saat

mengajukan pinjaman modal

ke Misykat, mendapatkan pelayanan penyimpanan

tabungan, mendapatkan

pendampinan dan pelatihan usaha, berencana meminjam

pinjaman modal selain dari

program Misykat: 1 = Ya

Tidak memiliki usaha, tidak

mendapatkan pinjaman modal usaha dari Misykat, modal

pinjaman digunakan selain

menambah modal modal, mendapatkan kendala saat

mengajukan pinjaman modal

ke Misykat, tidak

mendapatkan pelayanan penyimpanan tabungan, tidak

mendapatkan pendampinan

dan pelatihan usaha, tidak ada rencana meminjam pinjaman

modal selain dari program

Misykat: 2 = Tidak

Orinal

Akses terhadap aset-aset

produktif

Kemampuan rumah tangga miskin untuk

memiliki aset-aset

produksi seperti: tanah, motor, mobil,

dan mesin produksi.

Memiliki barang-barang (aset)

produksi: 1 = Ya

Tidak memiliki barang-barang

(aset) produksi: 2 = Tidak

Ordinal

Akses terhadap

pasar

Kemampuan rumah

tangga miskin dalam memasarkan produk,

menjual produk, dan

membeli produk.

Mudah melakukan transaksi

jual beli di pasar, memiliki

kemampuan untuk memasarkan produk hasil

usaha anda: 1 = Ya

Kesulitan melakukan

transaksi jual beli di pasar, tidak memiliki kemampuan

untuk memasarkan produk

Ordinal

Page 89: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

73

hasil usaha anda: 2 = Tidak

Kontrol terhadap

penggunaan

pinjaman dan tabungan yang

dihasilkannya

Kemampuan rumah

tangga miskin

mengatur pengalokasian modal

pinjaman dan

tabungan dari hasil pendapatan yang

telah dihasilkan

usahanya.

Mampu mengatur pembagian

modal pinjaman,penggunaan

uang hasil tabungan dan

mampu mengatur hasil keuntungan dari usaha yang

sedang dijalankan: 1 = Ya.

Tidak Mampu mengatur

pembagian modal pinjaman,penggunaan uang

hasil tabungan dan mampu

mengatur hasil keuntungan

dari usaha yang sedang dijalankan: 2 = Tidak

Ordinal

Kontrol atas

pendapatan aktifitas produktif

keluarga yang

lainnya

Kemampuan rumah

tangga miskin mengatur

pengalokasian

pendapatan dari hasil

usaha keluarga di luar usaha yang

sedang ia jalankan.

Mampu mengatur hasil

pendapatan usaha keluarga:

1 = Ya.

Tidak mampu mengatur hasil

pendapatan usaha keluarga:

2 = Tidak

Ordinal

Kontrol atas aset produktif dan

kepemilikan

keluarga.

Kemampuan rumah tangga miskin

mengatur

penggunaan barang-

barang produksi usaha (motor, tanah,

mobil, mesin dll)

maupun barang milik keluarga.

Mampu mengatur barang-

barang produksi (aset): 1 = Ya.

Tidak mampu mengatur

barang-barang produksi (aset):

1= Tidak

Ordinal

Luas lantai

bangunan tempat

tinggal.

Luas lantai bangunan

tempat tinggal yang

dimanfaatkan untuk aktivitas kurang dari

8 m2 per orang

Kategori:

Kurang dari 8 m2 per orang :

1 = Ya

Lebih dari 8 m2 per orang :

2 = Tidak

Ordinal

Jenis lantai

bangunan tempat

tinggal.

Jenis lantai bangunan

tempat tinggal

sebagaian besar terbuat dari tanah/

bambu/kayu

murahan

Kategori :

Tanah/bambu/kayu murahan:

1 = Ya

Selain tanah/bambu/kayu

murahan :2 = Tidak

Ordinal

Jenis dinding

bangunan tempat

tinggal.

Jenis dinding

bangunan tempat

tinggal terbuat dari bambu/rumbai/kayu

kualitas rendah/

tembok tanpa plester

Kategori :

Bambu/rumbai/kayu kualitas

rendah/tembok tanpa plester :

1= Ya

Selain bambu/rumbai/kayu

kualitas rendah/tembok tanpa

plester: 2 = Tidak

Ordinal

Fasilitas tempat

buang air besar.

Tempat untuk buang

air besar di dalam

Kategori :

Tidak ada, menumpang rumah

Ordinal

Page 90: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

74

rumah sendiri.

lain : 1 = Ya

Ada : 2 = Tidak

Sumber air

minum.

Mata air yang tidak

terlindung seperti:

sumur, mata air tidak terlindung/ sungai/

air hujan

Kategori :

Sumur, mata air tidak

terlindung/ sungai/ air hujan:

1 = Ya

Selain berasal dari sumur,

mata air tidak terlindung/

sungai/ air hujan : 2 = Tidak

Ordinal

Bahan bakar

untuk memasak.

Jenis bahan bakar

yang digunakan untuk memasak

sehari-hari seperti:

kayu bakar/arang/ minyak tanah

Kategori :

Kayu bakar/arang/minyak

tanah :1 = Ya

Selain kayu bakar/

arang/minyak tanah: 2 = Tidak

Ordinal

Konsumsi

daging/ayam/susu

/ per minggu.

Frekuensi konsumsi

rumah tangga seperti

daging/ayam/susu perminggu

Kategori :

Mengkonsumsi satu kali atau

dua kali seminggu : 1 = Ya

Mengkonsumsi lebih dari satu

kali atau dua kali dalam seminggu: 2 = Tidak

Ordinal

Pembelian

pakaian baru setiap

anggota rumah

tangga setiap

tahun.

Kemampuan rumah

tangga membeli pakaian baru

minimal satu stel

setiap tahun

Kategori :

Tidak pernah membeli/ satu

stel setiap tahun: 1=Ya

Pernah membeli satu stel

setiap tahun: 2 = Tidak

Ordinal

Kemampuan

membayar untuk

berobat Ke puskesmas atau

dokter.

Kemampuan rumah

tangga membayar

biaya perobatan anggota keluarga ke

puskesmas atau

doktor.

Kategori:

Tidak mampu membayar:

1 = Ya

Mampu membayar: 2 = TidaK

Ordinal

Pemilikan aset/harta

bergerak maupun

tidak bergerak.

Kepemilikan rumah tangga terhadap harta

kekayaan/aset/harta

bergerak seperti yang mudah dijual dengan

nilai minimal Rp

500.000,00 seperti

sepeda motor, emas, perhiasan, perahu

motor dan barang

modal lainnya.

Kategori :

Tidak mempunyai

tabungan/barang yang mudah

dijual dengan nilai minimal

Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit maupun bukan

kredit), emas, perhiasan,

sepeda motor dan barang

modal lainnya : 1 = Ya

Mempunyai tabungan/barang

yang mudah dijual dengan

nilai minimal Rp. 500.000,00

seperti sepeda motor (kredit maupun bukan kredit), emas,

perhiasan, perahu motor dan

barang modal lainnya : 2 = Tidak

Ordinal

Page 91: ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH … · Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Juni 1986, dari pasangan Masduki dan Aisyah. Penulis dibesarkan di sebuah daerah di Garut,

75

Lampiran 5. Peta Lokasi Penelitian