analisis praktik keperawatan kesehatan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-pr-kristika...

92
i UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS FRAKTUR FEMUR DI RSUP FATMAWATI KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners KRISTIKA DIANINGSIH UTAMI 0806334022 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI 2012 DEPOK JULI 2013 Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Upload: lamthien

Post on 30-Jan-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

  i    

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN

MASYARAKAT PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS FRAKTUR FEMUR

DI RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners

KRISTIKA DIANINGSIH UTAMI 0806334022

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI 2012 DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 2: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 3: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 4: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

iv    

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan penulis ucapkan kepada Tuhan atas segala berkat dan kasihNya

sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulisan karya ilmiah

akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa profesi sampai

pada penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk

menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawati, M.A., Ph.d, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

2. Ibu Dr. Rr. Tutik S. Hariyati S.Kp., MARS, selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

3. Ibu Ns. Sri Sasongko, S.Kep, selaku pembimbing lahan praktik yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis selama

praktik di rumah sakit.

4. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar tugas karya ilmiah

akhir ners yang telah memberikan arahan dan dukungannya dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

5. Papa Gutomo, Mama Rahayuningsih, Mbak Icha, Dek Tyas, dan Ancelmus atas

doa dan dukungan materi maupun moril kepada penulis.

6. Teman-teman sebimbingan, teman-teman sekosan, dan teman-teman angkatan

2008 atas semangat dan dukungannya.

7. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian karya tulis

ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak

trimakasih.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 5: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

v    

Penulis berdoa biarlah kiranya Tuhan yang akan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu penulis. Semoga karya ilmiah ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu di bidang keperawatan.

Depok, Juli 2013

Penulis

 

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 6: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 7: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

vii    

ABSTRAK Nama : Kristika Dianingsih Utami Program Studi : Profesi Keperawatan Judul : Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

(KKMP) pada Kasus Fraktur Femur di RSUP Fatmawati Jumlah kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahun menjadi faktor utama terjadinya kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Cedera yang paling sering ditemui akibat kecelakaan lalu lintas adalah fraktur ekstrimitas bawah. Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas sendi dengan melakukan latihan range of motion pada klien post operasi fraktur femur. Hasilnya menunjukkan bahwa klien post operasi fraktur femur mengalami peningkatan rentang gerak sendi dan dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu walker. Penerapan latihan range of motion harus diberikan oleh perawat untuk mengurangi ketakutan klien dalam mobilisasi sehingga mempersiapkan ambulasi klien secara optimal setelah pulang ke rumah. Ambulasi penting dilakukan supaya klien siap kembali menjalankan aktivitas sebagai masyarakat perkotaan.

Kata kunci: fraktur femur, latihan, range of motion

ABSTRACT

Name : Kristika Dianingsih Utami Study Program : Nursing profession Title :

in RSUP Fatmawati

Increasing number of vehicles every year becomes a major factor in traffic accident in Indonesia. The most common injuries caused by traffic accidents is limb fracture. The purpose of this scientific paper is improving joint flexibility by doing range of

ercise on client with postoperative femoral fracture. The results show that client postoperative femoral fracture has increasing of range of motion and can walk

by nurses to reduce fear of mobilization in client postoperative femoral fracture so that client can prepare ambulation after returning home optimally. Ambulation is important to increase readiness of client to do activities as urban communities.

Key words: femoral fracture, exercise, range of motion

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 8: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

viii    

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ vi ABSTRAK ................................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ ix BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4 1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 5 1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6 2.1 Konsep Fraktur ................................................................................................ 6

2.1.1 Definisi Fraktur ....................................................................................... 6 2.1.2 Etiologi Fraktur ...................................................................................... 6 2.1.3 Manifestasi Klinik Fraktur ..................................................................... 7 2.1.4 Klasifikasi Fraktur .................................................................................. 7 2.1.5 Proses Penyembuhan Tulang ................................................................. 10 2.1.6 Komplikasi Fraktur ................................................................................ 11 2.1.7 Prinsip Penatalaksanaan Fraktur Secara Umum .................................... 11 2.1.8 Jenis-jenis Pembedahan Otopedi ........................................................... 12

2.2 Latihan Range of Motion (ROM) ..................................................................... 13 2.2.1 Aktif Asistif ROM (AAROM) ............................................................... 13 2.2.2 Aktif Resistif ROM (ARROM) .............................................................. 13 2.2.3 Latihan Isometrik ................................................................................... 13 2.2.4 Latihan Isotonik ..................................................................................... 14 2.2.5 Latihan Isokinetik ................................................................................... 16

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................................... 17 3.1 Kasus ............................................................................................................... 17 3.2 Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 17 3.3 Diagnosis Keperawatan .................................................................................... 18 3.4 Implementasi ................................................................................................... 19 3.5 Hasil ................................................................................................................ 20

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 9: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

ix    

BAB 4 ANALISIS SITUASI ...................................................................................... 22

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait ...................................................................................... 22 4.3 Analisis Latihan Latihan ROM dengan Konsep dan Penelitian Terkait ......... 26 4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .................................................. 28

BAB 5 PENUTUP ....................................................................................................... 30

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 30 5.2 Saran ................................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 32

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 10: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

 

x    

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Asuhan Keperawatan Pada Ny. F  

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 11: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kehidupan modern masyarakat perkotaan telah mengalami banyak

kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan teknologi

ini tentunya memberikan dampak terhadap pola hidup masyarakat perkotaan.

Salah satu bidang teknologi yang mengalami kemajuan adalah bidang

transportasi. Transportasi memegang peranan penting sebagai suatu

kebutuhan dalam kehidupan masyarakat perkotaan yang mempunyai tingkat

mobilitas yang tinggi. Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi

berdampak terhadap meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. Semakin

padatnya jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan jumlah kecelakaan

di jalan raya.

Kecelakaan merupakan masalah kesehatan serius yang dihadapi

berbagai negara. Data World Health Organization (2004) menyebutkan

bahwa pada tahun 2002 salah satu jenis penyebab kecelakaan yang banyak

menimbulkan kematian di dunia adalah kecelakaan lalu lintas (22,85),

kecelakaan yang tidak disengaja (18,1%), dan akibat bunuh diri (16,9%).

Kecelakaan lalu lintas di India juga merupakan penyebab utama kematian

sebesar 31% (Verma & Tewari, 2004). Angka kematian akibat kecelakaan

lalu lintas akan terus meningkat dan pada tahun 2020 diperkirakan kecelakaan

lalu lintas akan menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah jantung

iskemik dan depresi dengan proyeksi kecelakaan 8,4 juta (WHO, 20I1).

Angka kecelakaan lalu lintas yang tinggi juga menjadi salah satu

masalah serius yang dihadapi oleh Indonesia sebagai negara berkembang.

World Health Organization (2011) menyebutkan bahwa kecelakaan lalu

lintas di Indonesia menjadi pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit

jantung koroner dan tubercolusis. Jumlah kecelakaan di jalan raya di

Indonesia pada tahun 2008 mencapai 59.164 kejadian. Pada tahun 2011

jumlah kecelakaan meningkat 66% menjadi 108.696 kejadian dengan jumlah

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 12: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

2    

Universitas Indonesia

kematian mencapai 31.195 orang, sebanyak 35.285 orang mengalami luka

berat dan 108.945 luka ringan (Badan Pusat Statistik, 2012).

Jumlah kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahunnya menjadi

faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Data

Badan Pusat Statistik (2012) menyebutkan bahwa jumlah kendaraan bermotor

di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 61.685.063 unit dan pada tahun 2011

mencapai angka 85.601.351 unit. Data ini menunjukkan adanya kenaikan

jumlah kendaraan bermotor sebesar 39% dalam kurun waktu 4 tahun terakhir.

Urutan komposisi kendaraan mulai dari jumlah terbanyak berturut-turut

dimulai dari sepeda motor sebanyak 68.839.341 unit, mobil penumpang

9.548.866 unit, truk 4.958.738 unit, dan bus 2.254.406 unit (Badan Pusat

Statistik, 2012).

Penelitian yang dilakukan Etienne et al (2000) menyebutkan bahwa

cedera akibat kecelakaan lalu lintas merupakan faktor eksternal penyebab

cedera yang tidak sengaja yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Bagian

tubuh ang mengalami cedera dapat dikategorikan menjadi empat bagian,

yaitu: kepala, badan, tangan, dan kaki. Hasil survei Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Kesehatan (2009) menunjukkan bahwa

responden yang mengalami cedera kaki (63,8%), tangan (47,8%), dan kepala

(19,6%). Data Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan

(2009) menunjukkan bahwa secara nasional cedera akibat kecelakaan lalu

lintas yang termasuk dalam kategori fraktur sekitar 9,1%. Sebagian besar

fraktur dapat disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan yang

dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau

penarikan (Smeltzer & Bare, 2009).

Studi kasus yang dilakukan Mark et al (2006) pada pasien fraktur femur

dengan fiksasi internal menyatakan bahwa rehabilitasi yang tidak adekuat

dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot kuadrisep. Rasa nyeri yang

dialami pasien membuat pasien takut menggerakkan aktivitas yang cedera

sehingga tubuh menjadi kaku (Smeltzer & Bare, 2009). Penelitian yang

dilakukan Yandri et al (2011) menunjukkan bahwa kekakuan sendi lutut pada

penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 13: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

3    

Universitas Indonesia

mempengaruhi kekakuan sendi lutut berdasarkan penelitian Yandri et al

(2011) antara lain perilaku malas (44,7%), ketidakpatuhan latihan (5,3%), dan

pengetahuan pasien (2,6%). Bila individu tidak mampu melakukan latihan

dan menggerakkan rentang gerak sendi secara penuh dapat mengakibatkan

terjadinya kontraktur (Brunner & Suddarth, 2009).

Penelitian yang dilakukan Mark et al (2006) menunjukkan bahwa

rehabilitasi setelah prosedur operatif fraktur femur dapat mengurangi

disabilitas dan keterbatasan fungsi. Penelitian Mark et al (2006)

menggunakan berbagai macam program rehabilitasi yang dapat dilakukan

pada post operasi fraktur femur antara lain: terapi modalitas, latihan ROM,

latihan kekuatan otot, maupun ambulasi. Penelitian tentang manfaat latihan

mobilisasi pergerakan dilakukan oleh Reid, Birmingham, dan Alcock (2007)

pada 23 responden yang mengalami keterbatasan gerak akibat sprain lutut.

Penelitian ini menggunakan desain crossover dengan menunjukkan hasil

bahwa terjadi peningkatan rentang gerak sendi lutut pada responden setelah

dilakukan latihan mobilisasi pergerakan.

Penelitian systematic review dilakukan oleh Susan, Bette Ann, dan

Mary (2004) bertujuan mengumpulkan bukti untuk keefektifan intervensi

pada keterbatasan ROM akibat gangguan sistem muskuloskeletal. Penelitian

ini dilakukan dengan melakukan review pada 26 artikel tentang ROM dengan

menggunakan 26 item penilaian sebagai kriteria penyeleksian artikel.

Penelitian ini berfokus pada pasien dewasa yang mengalami keterbatasan

pergerakan akibat fraktur, dislokasi, trauma, cedera, maupun akibat

pembedahan penanganan fraktur. Hasil penelitian ini menunjukan adanya

bukti sedang splint dapat meningkatkan ROM setelah cedera sendi dan bukti

sedang bahwa latihan ROM pasif dapat meningkatkan ROM akibat cedera

sendi, fraktur, dan imobilisasi.

Penelitian systematic review yang dilakukan oleh Tharanga (2010)

bertujuan mengumpulkan bukti keefektifan intervensi non-bedah untuk

meningkatkan ROM setelah fraktur atau cedera sendi. Ringkasan bukti ini

didapat berdasarkan kumpulan database evidence-based bidang kesehatan.

Bukti ini dikumpulkan berdasarkan systematic review dari 26 penelitian dan

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 14: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

4    

Universitas Indonesia

systematic review dari 15 percobaan. Kesimpulan yang didapat berdasarkan

penelitian ini bahwa pasif ROM direkomendasikan untuk meningkatkan

rentang gerak sendi setelah cedera sendi, fraktur, dan imobilisasi dengan

bukti level B.

Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk menerapkan latihan

range of motion baik secara aktif maupun pasif pada satu pasien kelolaan post

operasi fraktur femur yang berada di Lantai I Gedung Profesor Soelarto

(GPS) RSUP Fatmawati. Lantai I GPS merupakan salah satu ruang perawatan

yang ada di RSUP Fatmawati yang merupakan ruang unggulan di RSUP

Fatmawati sebagai pusat rujukan ortopedi. Kapasitas tempat tidur Lantai GPS

berjumlah 25 tempat tidur. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat

ruangan, sebagian besar pasien yang dirawat di Lantai I GPS adalah pasien

yang mengalami fraktur, baik fraktur servikal, spine, femur, maupun tibia.

Penerapan latihan range of motion bertujuan untuk mencegah terjadinya

kekakuan otot dan kontraktur.

1.2 Rumusan Masalah Salah satu cedera yang dapat terjadi akibat dari kecelakaan lalu lintas adalah

fraktur. Data Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan

(2009) menunjukkan bahwa secara nasional cedera akibat kecelakaan lalu

lintas yang termasuk dalam kategori fraktur sekitar 9,1%. Tindakan yang

dapat dilakukan untuk menangani fraktur adalah dengan prosedur

pembedahan maupun non-bedah. Penelitian yang dilakukan Yandri et al

(2011) menunjukkan bahwa kekakuan sendi lutut pada penanganan fraktur

femur post operasi sebesar 18,4%. Kekakuan sendi yang terjadi akibat

prosedur operatif penanganan fraktur perlu dicegah. Berbagai macam

penelitian sudah dilakukan untuk membuktikan tmanfaat latihan ROM untuk

meningkatkan ROM setelah fraktur. Oleh karena itu, penulis menerapkan

latihan ROM pada satu pasien post operasi fraktur femur di Lantai I GPS

RSUP Fatmawati.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 15: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

5    

Universitas Indonesia

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mengidentifikasi

asuhan keperawatan pada pasien kelolaan yang mengalami fraktur di ruang

rawat Lantai I GPS RSUP Fatmawati dengan melakukan latihan range of motion pada bulan Juni 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah mengidentifikasi:

a. Pengkajian pada pasien kelolaan yang mengalami fraktur

b. Analisis data masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien

kelolaan yang mengalami fraktur

c. Implementasi dan evaluasi intervensi keperawatan pada pasien kelolaan

yang mengalami fraktur.

d. Analisis lingkungan masyarakat perkotaan terhadap kejadian fraktur

e. Analisis latihan range of motion (ROM) pada pasien kelolaan post

operasi fraktur fraktur.

1.4 Manfaat Penulisan a. Bagi Ruang Lantai I Gedung Profesor Soelarto

Memberikan masukan dalam meningkatkan pemberian pelayanan

kesehatan dengn dilakukannya range of motion (ROM) pada pasien post

operasi fraktur.

b. Bagi Keperawatan Menjadi data dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan pada pasien fraktur.

c. Bagi Pendidikan Memberi masukan bagi institusi pendidikan khususnya keilmuan medikal

bedah dalam penanganan range of motion pada pasien pot operasi

fraktur.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 16: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

 

6                                                                      Universitas Indonesia  

BAB I I TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Fraktur 2.1.1 Definisi Black & Hawks (2009) mendefinisikan fraktur sebagai terputusnya jaringan

tulang karena stress akibat tahanan yang datang lebih besar dari daya tahan

yang dimiliki oleh tulang. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

jaringan lunak di sekitarnya (Brunner & Suddarth, 2009). Definisi lain juga

dikemukan oleh Waher, Salmond dan Pellino (2002) bahwa fraktur adalah

terputusnya kontinuitas tulang baik komplit ataupun inkomplit, yang dapat

menimbulkan dislokasi pada sendi, edema jaringan lunak, kerusakan tendon,

saraf, pembuluh darah, dan injury pada organ tubuh.

Berdasarkan ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah

terputusnya kontinuitas tulang dan jaringan disekitarnya, yang bersifat komplit

ataupun inkomplit, karena stress atau tahanan yang berlebihan pada tulang,

yang mengakibatkan dislokasi sendi, kerusakan jaringan lunak, saraf dan

pembuluh darah.

2.1.2 Etiologi Fraktur Fraktur dapat disebabkan oleh kekuatan langsung atau tidak langsung.

Kekuatan langsung (direct force), diantaranya disebabkan oleh trauma baik

kecelakaan lalu lintas ataupun terjatuh dari tempat ketinggian, serta kekuatan

tidak langsung (indirect force) contohnya adalah penyakit metabolik seperti

osteoporosis yang dapat menyebabkan fraktur patologis dan adanya keletihan

(fatique) pada tulang akibat aktivitas yang berlebihan (Waher, Salmond &

Pellino, 2002).

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 17: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

7

Universitas Indonesia

2.1.3 Manifestasi Klinik Fraktur Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna

(Smeltzer & Bare, 2009). Manifestasi klinik ini dapat dikaji dengan

penggunakan metode :

a. Look Melihat adanya deformitas berupa penonjolan yang abnormal, bengkak,

warna kulit merah, adanya ekimosis, angulasi, rotasi, dan pemendekan

dengan membandingkan ukuran ekstremitas dengan yang sehat dan adanya

perubahan warna pada ekstremitas seperti pucat atau sianosis. Perubahan

warna ini, kemungkinan bisa disebabkan oleh aliran darah ke bagian distal

yang tidak lancar, karena adanya pembengkakan.

b. Feel Adanya nyeri yang dirasakan oleh pasien atau spasme / ketegangan otot.

c. Move Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang

dinamakan krepitus dan terasa nyeri bila fraktur digerakkan, gangguan

fungsi pergerakan, range of motion (ROM) terbatas, dan kekuatan otot

berkurang.

2.1.4 Klasifikasi Fraktur Menurut Rasjad (2007) keadaan patah tulang secara klinis dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

2.1.4.1 Klasifikasi etiologis

a. Fraktur traumatik

Fraktur yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba, baik trauma yang bersifat

langsung maupun tidak langsung.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 18: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

8

Universitas Indonesia

b. Fraktur patologis

Fraktur yang terjadi akibat kelemahan tulang akibat kelainan patologis di

dalam tulang atau tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit paget,

metastasis tulang, tumor).

2.1.4.2 Klasifikasi klinis

a. Fraktur tertutup (simple fracture)

Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus

kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan/tidak

mempunyai hubungan dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (compound fracture)

Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar

melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk form within (dari

dalam) atau form without (dari luar).

c. Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi,

misalnya mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi tulang.

2.1.4.3 Klasifikasi Radiologis

a. Lokalisasi/letak fraktur

Diafisis

Metafisis

Intra-artikular

Fraktur dengan dislokasi.

b. Konfigurasi/sudut patah dari fraktur:

Fraktur transversal

Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus

terhadap sumbu panjang tulang. Segmen-segmen itu akan stabil dan

biasanya dikontrol dengan bidai gips.

Fraktur oblik

Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut

terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 19: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

9

Universitas Indonesia

Fraktur spiral

Fraktur memuntir sepanjang tulang belakang

Fraktur kominutif

Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

Fraktur segmental

Fraktur segmental adalah dua fraktur yang berdekatan pada satu tulang

yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.

Fraktur impaksi atau fraktur kompresi

Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang)

c. Menurut ekstensi:

Fraktur total

Fraktur tidak total (fracture crack)

Fraktur buckle atau torus

Fraktur garis rambut

Fraktur greenstick: fraktur di mana salah satu sisi tulang patah seang sisi

lainnya patah

Fraktur avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon

pada perlekatannya

Gambar 2.1. Klasifikasi fraktur

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 20: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

10

Universitas Indonesia

2.1.5 Proses Penyembuhan Tulang Teori yang disampaikan oleh Black & Hawks (2009) menyebutkan bahwa tulang

yang fraktur akan melewati beberapa tahap penyembuhan diantaranya :

2.1.5.1 Fase inflamasi

Terjadi pada respon tubuh terhadap cedera yang ditandai oleh adanya

perdarahan dan pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung

fragmen tulang mengalami divitalisasi karena terputusnya aliran darah, lalu

terjadi pembengkakan dan nyeri, tahap inflamasi berlangsung beberapa hari.

2.1.5.2 Fase proliferasi

Pada fase ini hematoma akan mengalami organisasi dengan membentuk

benang-benang fibrin, membentuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan

osteoblast. Kemudian menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks

kolagen pada patahan tulang, terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan

(osteoid) berlangsung setelah hari ke lima.

2.1.5.3 Fase pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai

sisi lain sampai celah sudah terhubungkan.Fragmen patahan tulang

digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur.

Waktu yang dibutuhkan agar fragmen tulang tergabung adalah 3-4 minggu.

2.1.5.4 Fase penulangan kalus/osifikasi

Osifikasi adalah pembentukan kalus mulai penulangan dalam 2-3 minggu

patah tulang melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus

ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Pada patahtulang panjang orang

dewasa normal,penulangan tersebut memerlukan waktu 3-4 bulan.

2.1.5.5 Fase remodeling/konsolidasi

Remodeling merupakan tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi

pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan structural

sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan bulan sampai bertahun-

tahun.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 21: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

11

Universitas Indonesia

2.1.6 Komplikasi fraktur Komplikasi fraktur dibagi menjadi komplikasi awal dan komplikasi lanjut.

Komplikasi lanjut biasanya terjadi pada pasien yang telah dilakukan pembedahan

(Smeltzer & Bare, 2009).

2.1.6.1 Komplikasi awal atau komplikasi dini

Komplikasi awal terjadi segera setelah kejadian fraktur antara lain : syok

hipovolemik, kompartemen sindrom, emboli lemak yang dapat

mengakibatkan kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani

segera.

2.1.6.2 Komplikasi lanjut

Komplikasi lanjut terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah kejadian

fraktur dapat berupa :

a. Komplikasi pada sendi : kekakuan sendi yang menetap, penyakit

degeneratif sendi pasca trauma.

b. Komplikasi pada tulang : penyembuhan fraktur yang tidak normal

(delayed union, mal union, non union), osteomielitis, osteoporosis,

refraktur)

c. Komplikasi pada otot : atrofi otot, ruptur tendon lanjut.

d. Komplikasi pada syaraf : tardy nerve palsy yaitu saraf menebal karena

adanya fibrosis intraneural.

2.1.7 Prinsip Penatalaksanaan Fraktur Secara Umum Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan dalam melakukan penanganan

terhadap kasus fraktur, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.

a. Rekognisi menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan

kemudian di rumah sakit (Price & Wilson, 2006). Rekognisi meliputi diagnosis

dan penilaian fraktur, dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan radiologis

(Rasjad, 2007).

b. Reduksi adalah reposisi fragmen-fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak

normalnya (Price & Wilson, 2006; Sjamsuhidayat & Jong, 2005). Menurut

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 22: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

12

Universitas Indonesia

Rasjad (2007) reduksi fraktur apabila perlu restorasi fragmen fraktur dilakukan

untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima.

c. Retensi menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan

fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan ((Price & Wilson, 2006).

d. Rehabilitasi adalah mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin

(Rasjad, 2007). Rencana rehabilitasi harus segera dilaksanakan bersamaan

dengan pengobatan fraktur. (Price & Wilson, 2006).

2.1.8 Jenis-jenis Pembedahan Ortopedi Pembedahan ortopedi biasanya meliputi hal-hal berikut (Smeltzer & Bare, 2009):

reduksi terbuka dengan fiksasi internal dan eksternal, graft tulang, amputasi,

artroplasti, menisektomi, penggantian seni, penggantian sendi total, transfer

tendon,dan fasiotomi.

a. Reduksi terbuka: melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah

terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.

b. Fiksasi internal: stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan sekrup, plat,

paku, dan pin logam.

c. Graft tulang: penggantian jaringan tulang untuk memperbaiki penyembuhan,

untuk menstabilisasi, atau mengganti tulang yang berpenyakit.

d. Amputasi: penghilangan bagian tubuh

e. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop (suatu alat yang

memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar)

atau melalui pembedahan sendi terbuka

f. Menisektomi: eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak

g. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau

sintesis.

h. Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artiuler dalam sendi

dengan bahan logam atau sintetis.

i. Transfer tendon: pemindahan insersi tendon untuk memperbaiki fungsi

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 23: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

13

Universitas Indonesia

2.2 Latihan Range of Motion (ROM) ROM adalah latihan gerak sendi untuk meningkatkan aliran darah perifer dan

mencegah kekakuan otot/sendi. Tujuan ROM adalah:

a. Mencegah kekakuan otot

b. Mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas sendi

c. Mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan tulang

d. Mencegah kontraktur

Ada beberapa jenis latihan range of motion (ROM) (Waher, Salmond & Pellino,

2002) diantaranya :

2.2.1 Aktif Asistif Range of Motion (AAROM) Aktif asistif ROM adalah kontraksi aktif dari otot dengan bantuan kekuatan

ekternal seperti terapis, alat mekanik atau ekstremitas yang tidak sakit. Aktif

asistif ROM meningkatkan fleksibilitas, kekuatan otot, meningkatkan

koordinasi otot dan mengurangi ketegangan pada otot sehingga dapat

mengurangi rasa nyeri.

2.2.2 Aktif Resistif ROM (ARROM) Aktif resistif ROM adalah kontraksi aktif dari otot melawan tahanan yang

diberikan, tahanan dari otot dapat diberikan dengan berat/beban, alat, tahanan

manual atau berat badan. Tujuannya meningkatkan kekuatan otot dan stabilitas.

2.2.3 Latihan Isometrik Latihan isometrik adalah kontraksi aktif dari otot tanpa menggerakan

persendian atau fungsi pergerakan. Isometrik exercise digunakan jika ROM

persendian dibatasi karena injuri atau immobilisasi seperti penggunaan

cast/gips dan brace. Contoh latihan isometrik adalah kuadriceps set, gluteal set.

2.2.3.1 Latihan pengesetan gluteal (gluteal set) caranya :

Posisikan pasien telentang dengan tungkai lurus bila mungkin.

Instruksikan pasien untuk mengkontrasikan otot bokong dan perut.

Minta pasien untuk menahan kontraksi selama 5 10 detik

Biarkan pasien rileks.

Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika pasien terjaga.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 24: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

14

Universitas Indonesia

2.2.3.2 Latihan pengesetan kuadriseps caranya :

Posisi pasien dengan kondisi telentang dengan tungkai lurus.

Instruksikan pasien untuk menekan lutut ke tempat tidur, dengan

mengkontraksikan bagian otot anterior paha.

Suruh pasien mempertahankan posisi ini selama 5 10 detik.

Biarkan pasien rileks.

Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika pasien terjaga.

2.2.3.3 Latihan ankle pump caranya :

Posisi pasien dengan kondisi telentang dengan tungkai lurus.

Instruksikan pasien untuk melakukan fleksi dan ekstensi pergelangan

kaki dan kontraksi otot otot betis (latihan pemompaan betis).

Suruh pasien mempertahankan posisi ini selama 5 10 detik.

Biarkan pasien rileks.

Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika pasien terjaga

Gambar 2.2 Latihan isometrik (pengesetan otot)

2.2.4 Latihan Isotonik (Aktif ROM dan Pasif ROM) Latihan isotonik adalah kontraksi terjadi jika otot dan yang lainnya memendek

(konsentrik) atau memanjang (ensentrik) melawan tahanan tertentu atau hasil

dari pergerakan sendi. Contoh latihan isotonik fleksi atau ekstensi ekstremitas,

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 25: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

15

Universitas Indonesia

Latihan isotonik tetap menyebabkan ketegangan pada otot yang menimbulkan

rasa nyeri pada otot.

Cara melakukan Aktif ROM (Black, 2005)

2.2.4.1 Gerakan kepala dan leher : fleksi, lateral fleksi, ekstensi, hiperekstensi,

dan rotasi.

2.2.4.2 Gerakan bahu, sendi siku dan pergelangan tangan

Bahu; fleksi, hiperekstensi, abduksi, adduksi, sirkumduksi, internal

rotasi, elevasi.

Siku; fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi.

Pergelangan tangan ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,

adduksi.

Tangan dan jari tangan ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,

adduksi.

2.2.4.3 Gerakan tungkai bawah (sendi pinggul, lutut dan kaki)

Sendi pinggul (hip) ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,

sirkumduksi, internal dan eksternal rotasi.

Sendi lutut (knee) dan sendi kaki (ankle); fleksi, ekstensi,

hiperekstensi. Jari kaki; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,

adduksi.

Gambar 2.3 Latihan isotonik

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 26: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

16

Universitas Indonesia

2.2.5 Latihan Isokinetik Latihan isokinetik adalah latihan dengan kecepatan dinamis dan adanya

tahanan pada otot serta persendian dengan bantuan alat. isokinetik

menggunakan konsentrik dan ensentrik kontraksi. Contoh alat yang digunakan

seperti biodex, cybex II dan mesin kin-c om.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 27: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

 

17 Universitas Indonesia

BAB I I I LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Kasus Klien adalah seorang perempuan berusia 43 tahun bertempat tinggal di

Jakarta dengan pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Pada Januari

2013 klien mengalami kecelakaan terjatuh pada saat naik ojek karena

pengemudi ojek yang menjalankan sepeda motor dengan cukup kencang dan

jalanan yang licin akibat hujan. Klien terjatuh dari sepeda motor sehingga

kaki kanannya terlindas truk. Pada 1 Februari 2013 (dx: open fraktur femur

dextra grade IIIB) klien dilakukan prosedur OREF. Klien masuk ruang rawat

GPS Lantai I RSUP Fatmawati pada tanggal 14 Mei 2013. Klien dibawa ke

rumah sakit dengan keluhan nyeri dan implant patah sejak 2 minggu sebelum

masuk rumah sakit. Pada 15 Mei 2013 klien dilakukan prosedur remove implant dan pemasangan ORIF.

Hasil foto rontgen klien pada tanggal 18 April 2013 menunjukkan

adanya fraktur komplit mid diafisis femur dengan displacement screw

pertama, kedua, dan ketiga dari distal. Pada tanggal 15 Mei 2013 klien

dilakukan prosedur remove implant sign nail dan pemasangan fiksator

internal pada femur dextra. Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 16

Mei 2013.

3.2 Pengkajian Keperawatan Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi penyakit ginjal. Klien

tidak mempunyai riwayat merokok maupun minum-minuman beralkohol.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tekanan darah berbaring 130/80

mmHg, nadi 84x/menit, pernapasan 20x/menit, dan suhu 37,20C. Bunyi

jantung S1 S2 normal, murmur (-), gallop (-), bunyi napas vesikuler +/+,

ronkhi -/-, wheezing -/-. pengisian kapiler <3 detik, varises (-), edema (-),

warna kulit pucat, konjungtiva anemis. Respon terhadap aktivitas yang

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 28: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

18  

Universitas Indonesia

terobservasi klien dapat bernapas dengan baik dan tidak mengalami sesak

napas.

Klien enggan menggerakkan kaki kanannya karena mengeluh nyeri

pada luka post operasi. Pengkajian neuromuskular didapatkan data tonus otot

baik pada kedua kaki. Klien dapat melakukan rentang gerak penuh pada kaki

kiri, meliputi fleksi, ekstensi, abduksi, internal dan eksternal rotasi pada sendi

pinggul. Selain itu klien juga dapat melakukan fleksi ekstensi sendi lutut dan

fleksi, ekstensi, rotasi, supinasi, pronasi pada sendi pergelangan kaki.

Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. Klien memerlukan bantuan

untuk mengangkat atau menggerakkan kaki kanannya. Klien hanya mampu

melakukan abduksi adduksi pergelangan kaki dengan derajat yang terbatas.

Klien mengeluh pergelangan kaki kanannya sakit untuk digerakkan sejak

kecelakaan yang dialaminya beberapa waktu lalu. Klien terdapat luka post op

pada femur dekstra sepanjang 20 cm terbalut elastis perban. Ekstrimitas atas

klien tidak mengalami masalah dan tidak ada tremor. Hasil pengkajian

kekuatan otot klien:

Klien mengeluh nyeri pada luka post operasi kaki kanan. Intensitas

nyeri klien 4-5 dengan menggunakan metode VAS. Frekuensi nyeri klien

hilang timbul dengan durasi ± 20 menit. Nyeri yang dirasakan klien seperti

nyeri berdenyut. Nyeri yang dirasakan klien bertambah jika kaki kanan

digerakkan. Klien terlihat melindungi kakinya agar digerakkan dengan pelan-

pelan saat ubah posisi. Klien juga terlihat mengkerutkan muka dan merintih

saat merasakan nyeri.

3.3 Diagnosis Keperawatan Masalah-masalah keperawatan utama yang muncul pada klien adalah

mengenai nyeri yang dirasakan klien, keterbatasan pergerakan klien, dan

adanya kerusakan integritas kulit akibat prosedur pembedahan yang

dilakukan klien. Berdasarkan hasil analisis data pengkajian, diperoleh empat

macam diagnosis keperawatan yang terdapat pada klien, yaitu: 1) Gangguan

perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 29: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

19  

Universitas Indonesia

hemoglobin, 2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi,

3) Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan, dan 4) Hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Diagnosis keperawatan yang

menjadi fokus utama penulisan dalam laporan ini adalah diagnosis hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

3.4 Implementasi Intervensi yang diberikan pada klien adalah untuk mengatasi masalah

keperawatan hambatan mobilitas fisik yang terdapat pada klien. Intervensi

diberikan selama 3 minggu mulai dari tanggal 17 Mei-1 Juni 2013. Intervensi

yang diberikan kepada klien bertujuan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kemampuan sendi, memperlancar aliran darah, serta mencegah

kekakuan otot dan kontraktur. Macam-macam intervensi yang dilakukan

untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik yang dialami klien antara lain

dengan melakukan latihan pergerakan sendi/ range of motion (ROM) baik

secara aktif maupun pasif, latihan kekuatan otot, dan latihan menggunakan

alat bantu jalan.

Pada awal interaksi pertama dengan klien, penulis menjelaskan

mengenai manfaat latihan pergerakan sendi bagi klien, yaitu untuk mencegah

kekakuan otot, melancarkan sirkulasi darah, serta mempertahankan dan

meningkatkan kekuatan sendi. Latihan rentang pergerakan sendi yang

dilakukan pada klien meliputi gerakan aktif/pasif ROM pada bagian pinggul,

lutut, dan pergelangan kaki. Klien juga diajarkan melakukan latihan kekuatan

otot, seperti: latihan ankle pump, latihan otot kuadriseps, dan dorsifleksi

pergelangan kaki. Pada tahap selanjutnya klien diajarkan untuk menggunakan

alat bantu jalan walker secara bertahap.

Latihan ROM dilakukan setiap hari sesuai dengan jam praktik yang

dilakukan penulis. Durasi latihan ROM yang dilakukan pada klien selama ±

20 menit/hari. Penulis memberikan contoh-contoh gerakan yang dapat

dilakukan oleh klien, yaitu abduksi dan adduksi pinggul; fleksi, ekstensi sendi

lutut; plantar fleksi, dorso fleksi, rotasi, supinasi, dan pronasi sendi

pergelangan kaki. Setelah penulis memberikan contoh kemudian penulis

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 30: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

20  

Universitas Indonesia

memberikan kesempatan kepada klien untuk meredemonstrasikan gerakan

tersebut. Pada minggu III penulis mulai mengajarkan latihan penggunaan

walker secara bertahap, mulai dari duduk di sisi tempat tidur, berdiri dengan

walker, sampai akhirnya berjalan dengan walker.

Penulis memberikan arahan kepada klien untuk melakukan ROM secara

mandiri pada kaki kiri yang sehat dan memberikan bantuan pada kaki kanan

yang mengalami keterbatasan gerak. Latihan rentang gerak sendi disesuaikan

dengan kemampuan klien. Penulis mengidentifikasi adanya peningkatan

tekanan darah, keluhan pusing, dan tanda-tanda kelelahan yang dirasakan

klien. Penulis memberikan motivasi kepada klien terhadap keberhasilan klien

dalam mengikuti latihan yang dilakukan. Penulis juga memberikan motivasi

kepada klien untuk melakukan latihan-latihan tersebut secara mandiri atau

dengan didampingi keluarga tanpa didampingi penulis.

3.5 Hasil Pada minggu pertama saat dilakukan intervensi, klien enggan untuk

melakukan latihan gerak sendi karena klien masih merasa nyeri pada kaki

kanannya ketika digerakkan. Klien lebih banyak melakukan latihan kekuatan

otot seperti ankle pump dan latihan otot kuadrisep pada kaki kanan. Namun,

klien dapat melakukan latihan ROM aktif pada kaki kiri meliputi abduksi dan

adduksi pinggul; fleksi, ekstensi sendi lutut; plantar fleksi, dorso fleksi, rotasi,

supinasi, dan pronasi sendi pergelangan kaki. Pada kaki kanan klien

dilakukan ROM pasif berupa dorsofleksi plantar. Kaki kanan klien

mengalami bengkak pada area betis mulai tanggal 17 Mei dan berangsur-

angsur bengkak yang dialami klien berkurang sampai tanggal 21 Mei 2013.

Pada minggu kedua intervensi, klien sudah mulai kooperatif untuk

melakukan latihan gerak sendi. Klien sudah mampu melakukan ROM aktif

pada kaki kanan berupa dorsofleksi plantar, supinasi dan pronasi, serta rotasi

pergelangan kaki. Keluhan nyeri dan sakit pada pergelangan kaki kanan

masih ada tetapi sudah berkurang. Dorsofleksi plantar belum dapat dilakukan

dalam rentang gerak yang maksimal karena rasa nyeri yang dialami klien.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 31: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

21  

Universitas Indonesia

Pada minggu ketiga intervensi, klien mulai diajarkan untuk

menggunakan alat bantu jalan dengan walker. Klien mulai latihan duduk di

sisi tempat tidur. Pada awalnya, klien menolak duduk di sisi tempat tidur

karena merasa lelah dan pegal. Namun, setelah klien diberikan motivasi

akhirnya klien bersedia untuk mulai latihan duduk di samping tempat tidur.

Setelah klien sudah mulai bertahan lama duduk di samping tempa tidur

dengan tetap melakukan ROM, klien dilatih untuk berdiri seimbang dengan

menggunakan walker. Klien dapat berdiri dengan walker dengan bantuan

penulis saat bangun dari tempat tidur. Perlahan-lahan klien dilatih untuk

berjalan dengan menggunakan walker, mulai dari berjalan melangkah sampai

akhirnya dapat berjalan dengan walker sampai dengan ke depan pintu kamar

ruang rawat.

Klien mengalami peningkatan tanda-tanda vital yang signifikan setelah

melakukan latihan berjalan menggunakan walker sehingga perlu dilakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan. Klien

mengatakan jarang melakukan latihan ROM, latihan kekuatan otot, maupun

latihan berjalan dengan walker jika tidak didampingi penulis. Klien pulang

dari rumah sakit pada tanggal 6 Juni 2013. Klien tidak mengeluhkan adanya

kekakuan otot pada kaki kiri, rentang gerak sendi pada pergelangan kaki

kanan mengalami peningkatan, dan klien dapat berjalan dengan menggunakan

walker.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 32: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

22 Universitas Indonesia

BAB IV ANALISIS SITUASI

4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait Masyarakat Perkotaan dan Fraktur

Penyebab utama yang menyebabkan klien masuk rumah sakit adalah

kecelakaan lalu lintas yang dialami saat naik ojek karena pengemudi ojek

yang menjalankan sepeda motor dengan cukup kencang dan jalanan yang

licin akibat hujan. Klien terjatuh dari sepeda motor sehingga kaki kanannya

terlindas truk. Hal ini senada dengan penelitian Augustus (2013) tentang studi

kecelakaan lalu lintas di Nigeria yang menunjukkan 90% penyebab

kecelakaan di jalan raya disebabkan karena faktor pengemudi yang

overspeeding, di bawah pengaruh minuman beralkohol, maupun mengabaikan

rambu lalu lintas Hasil penelitian Augustus (2013) juga menunjukkan bahwa

meningkatnya prevalensi kecelakaan lalu lintas di Nigeria disebabkan karena

meningkatnya jumlah populasi penduduk dan jumlah kendaraan bermotor

yang terus meningkat.

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor juga menjadi salah satu faktor

yang memicu terjadinya kecelakaan di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik

(2012) menyebutkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia pada

tahun 2008 sebanyak 61.685.063 unit dan pada tahun 2011 mencapai angka

85.601.351 unit. Data ini menunjukkan adanya kenaikan jumlah kendaraan

bermotor sebesar 39% dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Urutan komposisi

kendaraan mulai dari jumlah terbanyak berturut-turut dimulai dari sepeda

motor sebanyak 68.839.341 unit, mobil penumpang 9.548.866 unit, truk

4.958.738 unit, dan bus 2.254.406 unit (Badan Pusat Statistik, 2012). Masalah

angka pertumbuhan kendaraan bermotor yang terus meningkat merupakan

salah satu masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat perkotaan.

Klien bertempat tinggal di Jakarta sebagai pusat kota metropolitan.

Sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia, Jakarta memiliki beragam

fungsi sebagai pusat pemerintahan nasional, perdagangan dan industri, jasa,

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 33: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

23  

Universitas Indonesia

pendidikan, serta pelayanan perkotaan bertaraf nasional maupun

internasional. Kompleksitas permasalahan di Jakarta membawa dampak pada

berbagai aspek, salah satunya transpotasi. Jumlah kendaraan bermotor di

Jakarta pada tahun 2010 mencapai 4,3 juta unit, dengan komposisi kendaraan

roda dua mencapai 4,3 juta unit dan roda empat mencapai 2,4 juta unit (Badan

Pusat Statistik, 2011). Angka pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat

dapat menyebabkan terjadinya kemacetan.

Hasil penelitian Augustus (2013) menunjukkan bahwa buruknya

manajemen lalu lintas, kurangnya tempat parkir yang adekuat, dan kemacetan

lalu lintas juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kejadian lalu lintas

di Nigeria. Laju pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat di Jakarta

tidak diimbangi dengan ketersediaan jalan raya sehingga dapat menimbulkan

kemacetan yang berdampak terhadap meningkatnya kejadian kecelakaan lalu

lintas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan (2009) yang

menunjukkan bahwa responden yang bertempat tinggal di perkotaan

mempunyai risiko 1,12 kali mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas

dibandingkan masyarakat pedesaaan. Kondisi ini konsisten dengan penelitian

yang dilakukan Moshiro et al (2007) pada negara berkembang seperti

Tanzania bahwa kasus cedera akibat kecelakaan lalu lintas lebih banyak

terjadi di perkotaan.

Klien yang merupakan korban kecelakaan lalu lintas berjenis kelamin

perempuan. Data Centers for Disease Control and Prevention (2001) yang

menyebutkan bahwa korban kecelakaan lalu lintas di Amerika Serikat pada

tahun1992 sampai 2001 didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 89%. Hasil

senada dijelaskan dalam penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Kesehatan (2009) yang menunjukkan bahwa cedera akibat

kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada laki-laki yaitu sebesar 39%. Kejadian

kecelakaan lalu lintas pada perempuan lebih jarang terjadi karena mobilitas

laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Laki-laki mayoritas banyak

beraktivitas di luar rumah untuk bekerja sehingga mempunyai risiko lebih

tinggi mengalami cedera..

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 34: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

24  

Universitas Indonesia

Kccelakaan yang dialami klien menyebabkan klien mengalami cedera

berupa fraktur. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Amin

NH et al (2010) yang menunjukkan bahwa 71,5% yang dirawat di sebuah

rumah sakit mengalami fraktur. Penelitian Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Kesehatan (2009) menunjukkan bahwa secara

nasional cedera fraktur akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 9,1%. Kedua

penelitian ini menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas berkontribusi

menjadi faktor penyebab terjadinya fraktur. Namun, terdapat perbedaan di

dalam kedua penelitian ini di mana angka kejadian fraktur di Amerika Serikat

lebih tinggi daripada kejadian fraktur di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan

lebih banyak penduduk Amerika Serikat yang mengemudikan kendaraan

dalam keadaan mabuk. Penelitian yang dilakukan Mc Cammon (2001)

menyebutkan bahwa pengemudi kendaraan dengan kadar alkohol darah

100mg/dl tujuh kali lebih berisiko mengalami keparahan cedera akibat

kecelakaan sepeda motor.

Bagian tubuh klien yang mengalami fraktur adalah bagian femur.

Fraktur ekstrimitas bawah merupakan kategori fraktur yang paling sering

dijumpai akibat kecelakaan lalu lintas. Penelitian yang dilakukan Amin NH et

al (2010) yang menunjukkan bahwa korban kecelakaan lalu lintas yang

mengalami fraktur ekstrimitas bawah sebesar 61,1%. Hasil survei Badan

Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan (2009) menunjukkan

bahwa responden yang mengalami cedera kaki (63,8%), tangan (47,8%), dan

kepala (19,6%). Kedua penelitian ini membuktikan bahwa cedera akibat

kecelakaan lalu lintas paling banyak menyebabkan cedera atau fraktur pada

ekstrimitas bawah. Hal tersebut menggambarkan bahwa cedera akibat

kecelakaan lalu lintas lebih membutuhkan tindakan pengobatan yang lebih

intensif atau rawat inap di unit pelayanan kesehatan serta waktu pemulihan

(sembuh) yang lebih lama serta kemungkinan menimbulkan kecacatan.

Jenis fraktur yang dialami klien adalah fraktur komplit mid diafisis

femur. Fraktur komplit merupakan klasifikasi fraktur dilihat dari patahan

menurut garis tengah tulang. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis

tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (Smeltzer & Bare, 2009).

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 35: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

25  

Universitas Indonesia

Bagian tulang klien yang mengalami fraktur adalah bagian diafisis yang

merupakan bagian batang femur. Diperlukan gaya yang besar untuk

mematahkan batang femur orang dewasa (Smeltzer & Bare, 2009). Klien

mengalami kecelakaan sehingga kaki klien terlindas truk. Gaya dan beban

yang dihasilkan oleh truk begitu kuat sehingga dapat menimbulkan fraktur

pada batang femur.

Pada awal kecelakaan, klien dilakukan prosedur operatif berupa

reduksi terbuka dengan fiksator eksternal. Fiksator eksternal dapat dipasang

pada klien yang mengalami fraktur terbuka derajad III, mengalami trauma

jaringan lunak intensif, ada kehilangan tulang, dan mengalami infeksi

(Smeltzer & Bare, 2009). Namun, klien mengalami displacement screw

setelah klien pulang ke rumah. Klien kemudian dilakukan prosedur operatif

remove implant dan pemasangan fiksator internal sign nail. Fiksator internal

dilakukan dengan menggunakan reduksi terbuka dan membuat tulang sejajar

kemudian dilakukan stabilisasi fraktur dengan sekrup, plat, paku, dan pin

logam (Smetzer & Bare, 2009).

Salah satu fokus intervensi keperawatan pada perawatan pasca

operatif klien dengan bedah ortopedi adalah memperbaiki mobilitas fisik

(Smetzer & Bare, 2009). Sebagian besar klien merasa takut bergerak setelah

pembedahan ortopedi. Hubungan terapeutik dapat membantu klien

berpartisipasi dalam aktivitas yang dirancang untuk memperbaiki mobilitas

fisik. Masalah keperawatan yang menjadi fokus utama pada klien kelolaan

adalah hambatan mobilitas fisik. Herdman (2011) mendefinisikan hambatan

mobilitas fisik sebagai keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh pada satu

atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan terarah. Rencana keperawatan untuk

mengatasi masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik berdasarkan prinsip

NIC/NOC adalah meningkatkan gerak sendi, mobilisasi, ambulasi, dan

pemenuhan ADL secara mandiri. Latihan yang dapat digunakan untu

meningkatkan gerak sendi adalah latihan rentang pergerakan sendi/range of motion (ROM).

Klien sudah berulang kali masuk ke rumah sakit akibat kecelakaan

lalu lintas yang dialami. Klien perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 36: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

26  

Universitas Indonesia

ambulasi dini agar dapat beraktivitas dalam rentang gerak yang optimal

sehingga klien dapat beraktivitas dengan normal setelah klien pulang ke

rumah. Kebanyakan pasien merasa takut bergerak setelah pembedahan

ortopedi (Smeltzer & Bare, 2009). Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat

pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi juga

menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan ambulasi dini (Potter &

Perry, 2006). Ketidaktahuan dan rendahnya pengetahuan klien tentang

ambulasi diharapkan dapat diatasi oleh perawat selaku edukator yaitu dengan

memberikan edukasi sehingga dapat meningkatkan kepatuhan klien terhadap

terapi ambulasi. Pengaruh perawat yang besar pada kepatuhan melakukan

ambulasi berupa penjelasan, latihan, dan dukungan (Potter & Perry, 2006).

.Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting dalam

fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian

(Carpenito, 2000). Hal utama yang dipertimbangkan untuk menghindari

terjadinya kontraktur adalah pengembalian fungsi otot dengan cara

penggunaan anggota badan untuk mobilisasi dini Tiga rentang gerak dalam

mobilisasi, yaitu rentang gerak pasif, rentang gerak aktif, dan rentang gerak

fungsional. Latihan ROM baik secara aktif maupun pasif berguna untuk

mempersiapkan mobilisasi klien kembali ke tingkat optimal. .Setelah

dilakukan latihan ROM klien diajarkan untuk menggunakan alat bantu jalan

berupa walker secara bertahap agar klien dapat melakukan mobilisasi di

rumah secara maksimal.

4.2 Analisis Latihan Range of Motion (ROM) dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Latihan range of motion (ROM) bertujuan untuk mencegah kekakuan

otot, mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas sendi, meningkatkan

pertumbuhan tulang, dan mencegah kontraktur (Smeltzer & Bare, 2009).

Latihan ROM yang dilakukan pada klien meliputi gerakan aktif/pasif ROM

pada bagian pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Klien juga diajarkan

melakukan latihan kekuatan otot, seperti: latihan ankle pump, latihan otot

kuadriseps, dan dorsifleksi pergelangan kaki. Pada tahap selanjutnya klien

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 37: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

27  

Universitas Indonesia

diajarkan untuk menggunakan alat bantu jalan walker secara bertahap.

Latihan ROM yang dilakukan kepada klien sejalan dengan penelitian Mark et

al (2006) yang menggunakan berbagai macam program rehabilitasi yang

dapat dilakukan pada post operasi fraktur femur antara lain: terapi modalitas,

latihan ROM, latihan kekuatan otot, maupun ambulasi.

Kaki kanan klien mengalami bengkak pada area betis mulai tanggal 17

Mei dan berangsur-angsur bengkak yang dialami klien berkurang sampai

tanggal 21 Mei 2013. Hal ini disebabkan karena pada minggu I intervensi,

klien enggan untuk melakukan latihan gerak sendi karena rasa nyeri pada kaki

kanan ketika digerakkan. Bengkak yang dialami klien diakibatkan karena

adanya gangguan perfusi jaringan akibat kurang mobilisasi. Klien perlu

diingatkan untuk melakukan pengesetan otot, latihan pergelangan kaki, dan

pemompaan betis setiap jam bila dalam keadaan terjaga untuk memperbaiki

peredaran darah (Smeltzer & Bare, 2009). Cara lain yang dapat digunakan

untuk meningkatkan aliran balik vena secara adekuat adalah dengan

melakukan elevasi tungkai (Smeltzer & Bare, 2009). Kaki kanan klien

dilakukan elevasi tungkai dengan memberikan tahanan dengan satu bantal di

bawah kaki.

Lama perawatan klien di rumah sakit mencapai tiga minggu perawatan.

Klien mengatakan bahwa klien jarang melakukan latihan ROM, latihan

kekuatan otot, maupun latihan berjalan dengan walker jika tidak didampingi

penulis. Hal ini sesuai dengan penelitian Yandri et al (2011) yang

menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekakuan sendi lutut antara

lain perilaku malas (44,7%), ketidakpatuhan latihan (5,3%), dan pengetahuan

pasien (2,6%). Oleh karena itu, klien perlu diberikan motivasi agar mau

melakukan latihan ROM secara mandiri agar tidak terjadi kekakuan otot.

Klien dapat pulang ke rumah setelah menjalani tiga minggu perawatan

di rumah sakit. Klien tidak mengeluhkan adanya kekakuan otot pada kaki kiri,

rentang gerak sendi pada pergelangan kaki kanan mengalami peningkatan,

dan klien dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu walker. Penerapan

latihan range of motion (ROM) yang dilakukan penulis kepada klien dapat

mencegah terjadi kontraktur dan disabilitas pada klien post operasi fraktur.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 38: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

28  

Universitas Indonesia

Hal ini sejalan penelitian Mark et al (2006) yang menunjukkan bahwa

rehabilitasi setelah prosedur operatif fraktur femur dapat mengurangi

disabilitas dan keterbatasan fungsi. Penelitian systematic review yang

dilakukan oleh Tharanga (2010) juga mendukung bahwa pasif ROM

direkomendasikan untuk meningkatkan rentang gerak sendi setelah cedera

sendi, fraktur, dan imobilisasi dengan bukti level B.

4.3 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah yang dihadapi

masyarakat perkotaan akibat meningkatnya jumlah kendaraan bermotor tiap

tahunnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan usahan preventif untuk

mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Faktor pengemudi

memegang kunci utama penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan

raya. Pengemudi kendaraan bermotor seharusnya mengemudikan kendaraan

bermotor dalam keadaan yang fit dan sehat, tidak dalam keadaan mengantuk

maupun dalam pengaruh minuman beralkohol. Pengemudi kendaraan

bermotor juga harus menggunakan alat pelindung diri yang memadai.

Pengemudi sepeda motor hendaknya menggunakan helm dan jaket sedangkan

untuk pengendara mobil menggunakan sabuk pengaman. Selain itu,

pengemudi kendaraan bermotor harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas

yang tersedia. Hal sederhana yang berakibat fatal yang sering dilakukan oleh

para pengemudi adalah menerobos lampu merah yang berisiko tinggi

mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

Latihan range of motion (ROM) sudah banyak terbukti untuk mencegah

terjadinya kekakuan otot dan kontraktur. Oleh karena itu, penerapan latihan

ROM pada pasien yang mengalami fraktur dan cedera sendi sangat penting

untuk dilakukan. Tanggung jawab pelaksanaan latihan ROM maupun

rehabilitasi bukan hanya pada fisioterapis tetapi juga pada perawat. Perawat

perlu memberikan perhatian pada masalah mobilitas fisik klien fraktur dalam

melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif. Latihan yang dapat

dilakukan meliputi aktif maupun pasif ROM, latihan kekuatan otot, maupun

latihan menggunakan alat bantu jalan. Keterbatasan jumlah perawat yang

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 39: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

29  

Universitas Indonesia

berada di lantai I GPS dapat disiasati dengan cara bekerja sama dengan

mahasiswa yang sedang melaksanakan praktik di lantai I GPS. Penting bagi

perawat untuk memberikan edukasi mengenai manfaat latihan tersebut bagi

klien. Pemberian edukasi mengenai latihan ROM sebaiknya disertai dengan

media lembar balik atau leaflet sehingga lebih memudahkan pasien dalam

menirukan gerakan.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 40: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

30 Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP

Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan dan saran dari penulisan yang telah dilakukan, yaitu:

5.1 Kesimpulan a. Hasil pengkajian pada klien kelolaan dengan fraktur komplit mid diafisis

femur didapatkan data bahwa klien mempunyai keterbatasan rentang

gerak sendi pada kaki kanan post operasi reduksi terbuka dengan fiksator

internal karena merasa nyeri.

b. Terdapat empat buah diagnosis keperawatan utama yang muncul pada

klien yaitu: 1) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan konsentrasi hemoglobin, 2) Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan luka operasi, 3) Nyeri akut berhubungan dengan

prosedur pembedahan, dan 4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri.

c. Intervensi yang diberikan untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas

fisik yang dialami klien antara lain dengan melakukan latihan range of motion (ROM) baik secara aktif maupun pasif, latihan kekuatan otot, dan

latihan menggunakan alat bantu jalan.

d. Klien tidak mengeluhkan adanya kekakuan otot pada kaki kiri, rentang

gerak sendi pada pergelangan kaki kanan meningkat, dan klien dapat

berjalan dengan menggunakan walker setelah tiga minggu intervensi.

e. Jumlah kendaraan bermotor pada masyarakat perkotaan yang terus

meningkat tiap tahunnya menjadi faktor pemicu kecelakaan lalu lintas

yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur.

f. Latihan range of motion (ROM) bermanfaat untuk mencegah kekakuan

otot, mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas sendi,

meningkatkan pertumbuhan tulang, dan mencegah kontraktur pada klien

yang mengalami fraktur maupun cedera sendi.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 41: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

31  

Universitas Indonesia

5.2 Saran a. Bagi Pemerintah

Pemerintah dapat membuat suatu regulasi yang mengatur peningkatan

jumlah kendaraan bermotor dan melakukan manajemen pengelolaan

tempat parkir yang baik. b. Bagi Ruang Lantai I GPS

Penerapan latihan range of motion harus diberikan oleh perawat untuk

mengurangi ketakutan klien dalam mobilisasi sehingga mempersiapkan

ambulasi klien secara optimal setelah pulang ke rumah sehingga klien

siap kembali bergabung dengan masyarakat. c. Bagi Pendidikan

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat latihan pasif

ROM dalam mencegah kekakuan otot pasca operasi berdasarkan jurnal-

jurnal ilmiah terbaru.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 42: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

 

32 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Amin NH et al. (2010). Incidence of orthopedic surgery intervention in a level I urban trauma center with motorcycle rrauma." The Journal of Trauma; V.71; 10/11; page 948

Augustus, Aubi. (2013). Time series and trend analysis of fatalities from road traffic accident in Lagos State, Nigeria. Mediterranean Journal of Social Sciences 4.1 (Jan 2013): 251-260. http://search.proquest.com/docview/1324622913?accountid=17242, diakses pada tanggal 2 Juli 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. (2009). Pola dan determinan sosiodemografi akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Badan Pusat Statistik. (2012). Perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis tahun 1987-2011. Jakarta:Badan Pusat Statistik

Black & Hawks. (2009). Medical surgical nursing: clinical management for positive outcomes 8th edition. Singapore: Elseiver

). Textbook of medical-surgical nursing. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

Centers for Disease Control and Prevention. (2001). Alcohol involvement in fatal motor-vehicle crashes United States, 1999-2000. Morbidity and Mortality Weekly Report; V.50; No.47; 11/30/01; p1064

Etienne et al. (2000). The global burden of injuries. Am J Public Health 90:523-526

Herdman, T.Heather. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Mark et al. (2006). Early rehabilitation following surgical fixation of a femoral shaft fracture. Physical Therapy; Apr 2006; 86, 4; Proquest page 558

Mc Cammon. (2001). Alcohol-related motor vehicle crashes: deterrence and intervention. Annals of Emergency Medicine; V.38; No.4; 10/01; p415

Moshiro et al. (2007). Injury morbidity in urban and rural area in Tanzania: An epidemiological survey. BM  C Public Health 2007,5:1

Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC

Price & Wilson. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 43: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

33  

Universitas Indonesia

Rasjad. (2007). Pengantar ilmu bedah ortopedi edisi 3 cetakan 5. Jakarta: Yarsif Watampone  

Reid, Birmingham, Alcock. (2007). Efficacy of mobilization with movement for patients with limited dorsiflexion after ankle sprain: a crossover trial. Physiother Can. 2007; 59:166-172

Smeltzer & Bare. (2009). Textbook of medical surgical nursing 9th. Philadelphia: Lippincott

Sjamsuhidayat & Jong. (2005). Buku ajar ilmu bedah edisi 3 cetakan kelima. Jakarta: EGC

Susan, Bette Ann, Mary. (2004). Therapy interventions for improving joint range of motion: a systematic review. Journal of Hand Therapy (Apr-Jun 2004): 118-31. http://search.proquest.com/docview/222182256?accountid=17242, diakses pada tanggal 30 Mei 2013

Tharanga. (2010). Fracture/joint injury (Range of Motion): nonsurgical

interventions. http://search.proquest.com/docview/921745639?accountid=17242, diakses pada tanggal 2 Juli 2013

Verma PK & Tewari KN. (2004). Epidemiology of road traffic injuries in Delhi. Regional Health Forum Result of Survey

Waher, A. Salmond, S. Pellino, T. (2002). Orthopedic nursing 3rd edition, Philadelphia: WB Saunders Company

World Health Organization. (2004). World report on road traffic injury prevention. Geneva: World Health Organization

World Health Organization. (20I1). A five years WHO strategy for road traffic injury prevention. Geneva: World Health Organization

Yandri et al. (2011). Fator-faktor yang mempengaruhi kontraktur sendi lutut pada penanganan fraktur femur secara operatif dan nonoperatif di RS.M. Djamil Padang. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 44: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Lampiran  1  

[Type  text]    

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. F

Tanggal pengkajian : 16 Mei 2013 Nama : Ny. F

No. RM : 01202917

Tempat/tgl lahir : Padang, 12 Januari 1970

Usia : 43 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kp. Pisangan RT 014/RW 04, Penggilingan, Cakung,

Jakarta Timur

Pendidikan : Tamat SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal masuk : 14 Mei 2013

Riwayat penyakit sekarang : Pada Januari 2013 klien mengalami kecelakaan terjatuh pada saat naik ojek karena

pengemudi ojek yang menjalankan sepeda motor dengan cukup kencang dan

jalanan yang licin akibat hujan. Klien terjatuh dari sepeda motor sehingga kaki

kanannya terlindas truk. Pada 1 Februari 2013 (dx: open fraktur femur dextra

grade IIIB) klien dilakukan prosedur OREF. Klien masuk ruang rawat GPS Lantai

I RSUP Fatmawati pada tanggal 14 Mei 2013. Klien dibawa ke rumah sakit

dengan keluhan nyeri dan implant patah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah

sakit. Pada 15 Mei 2013 klien dilakukan prosedur remove implant dan

pemasangan ORIF.

.

Diagnosa Medis: Fraktur femur post op ORIF

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 45: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Lampiran  1  

[Type  text]    

AKTIVITAS/ ISTIRAHAT Gejala (subjektif)

Tanda (objektif)

Pekerjaan: ibu rumah tangga

Aktivitas/hobi: memasak dan membereskan rumah

Aktivitas waktu luang: tidur

Perasaan bosan/tidak puas: klien sudah merasa bosan masuk

rumah sakit terus menerus dan ingin kakinya cepat sembuh

supaya bisa pulang

Keterbatasan karena penyakit: klien enggan menggerakkan kaki

kanannya karena merasa nyeri

Tidur jam: 22.00, namun klien sering terbangun saat tidur karena

nyeri yang dirasakan pada kaki kanannya

Tidur siang: klien biasa tidur siang selama ± 2 jam

Respon terhadap aktivitas yang terobservasi: klien dapat

bernapas dengan baik dan tidak mengalami sesak napas

Status mental: compos mentis, klien tidak terlihat menarik diri

Pengkajian neuromuskular: massa/tonus otot baik/sebanding

kecuali pada kaki kiri, rentang gerak terbatas pada kaki kanan di

mana klien sulit untuk menggerakkan kakinya namun pada

bagian ekstremitas yang lain baik dan tidak ada masalah, tidak

ada tremor.

Kekuatan otot: 5555 5555

1111 5555

SIRKULASI Gejala (subjektif)

Riwayat penyakit: mempunyai riwayat penyakit hipertensi tetapi

sudah terkontrol, klien tidak mempunyai riwayat penyakit

jantung, demam rematik, edema pada mata/kaki, flebitis,

penyembuhan lambat, dan klaudikasi. Untuk ekstremitas, klien

tidak memiliki riwayat kesemutan dan kebas. Klien juga tidak

memiliki riwayat batuk/hemoptisis.

Perubahan frekuensi/jumlah urine: klien tidak mengalami

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 46: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Lampiran  1  

[Type  text]    

Tanda (objektif)

perubahan frekuensi dalam BAK. Klien BAK lebih dari 5 kali

dalam sehari.

TD berbaring: 130/80 mmHg

Nadi radialis: 84 x/menit

Bunyi jantung: Ada bunyi S1 S2 normal, murmur (-), gallop (-)

Bunyi napas: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Ekstremitas: suhu 36,8°C, pengisian kapiler < 2 detik, tanda

-), varises (-), abnormalitas kuku (-),

penyebaran/kualitas rambut merata

Warna kulit: pucat, membran mukosa/bibir lembab, konjungtiva

anemis, sklera tidak ikterik

INTEGRITAS/ EGO Gejala (subjektif)

Tanda (objektif)

Faktor stress: klien mengatakan banyak mengalami kisah hidup

yang menyedihkan dan tidak mau membicarakanya karena tidak

mau bersedih dan menangis lagi.

Cara menangani stress: bercerita dengan anak-anaknya

Agama: Islam

Kegiatan keagamaan: sholat 5 waktu dan pengajian sebelum

masuk rumah sakit

Gaya hidup: merokok (-), olahraga jarang

Perasaan-perasaan: ketidakberdayaan (-), keputusasaan (-)

Status emosi: klien tampak cemas

ELIMINASI Gejala (subjektif)

Tanda (objektif)

Pola BAB: 2 hari sekali

Karakter feses: lunak. BAB terakhir: sebelum operasi tanggal 15

Mei 2013

Riwayat perdarahan (-), hemoroid (-), konstipasi (-), diare (-)

Pola BAK: tidak ada masalah, klien BAK >5 kali dalam sehari,

karakter urine berawarna kuning, nyeri saat BAK (-), riwayat

penyakit ginjal (+)

Abdomen: nyeri tekan (-), lunak, massa (-), bising usus (+)

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 47: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Lampiran  1  

[Type  text]    

MAKANAN/ CAIRAN Gejala (subjektif)

Tanda (objektif)

Diit biasa: keras

Makanan terakhir/masukan: nasi, sayur, lauk pauk, dan buah

Pola diit: 3 kali sehari

Kehilangan selera makan: tidak ada, mual (-), alergi/intoleransi

makanan (-), masalah mengunyah/menelan (-)

Turgor kulit: baik, membran mukosa lembab

Edema (-), pembesaran tiroid (-), hernia/massa (-)

Membran mukosa: lembab

Bising usus: (+), 24x/menit

HIGIENE Gejala (subjektif)

Tanda (objektif)

Aktivitas sehari-hari: parsial care

Mobilitas: klien mengalami bed rest dan sulit untuk bergerak

karena fraktur pada kaki kirinya.

Makan: mandiri

Hygiene: diseka dengan air hangat dan sabun oleh keluarga klien

Berpakaian: dibantu

Toileting: dengan menggunakan pispot

Waktu mandi: 2 kali sehari (pagi dan sore)

Bantuan diberikan oleh: keluarga klien

Penampilan umum: bersih, cara berpakaian sesuai, bau badan (-)

NEURO SENSORI Gejala (subjektif)

Tanda (objektif)

Rasa ingin pingsan/pusing: (-)

Sakit kepala: (-)

Kesemutan/kebas/kelemahan: kelemahan (+) pada kaki kiri yang

mengalami fraktur

Stroke (gejala sisa): (-)

Kejang: (-)

Status mental: kesadaran compos mentis, terorientasi terhadap

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 48: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Lampiran  1  

[Type  text]    

waktu, tempat dan orang, kooperatif.

Memori: saat ini: baik, yang lalu: baik

Kacamata: (-), alat bantu dengar (-)

Facial drop: (-), menelan: baik

Bicara: jelas

Genggaman tangan/lepas: baik di kanan dan kiri

Paralisis: (-)

NYERI/ TIDAK NYAMAN Gejala (subjektif)

Tanda (objektif)

Lokasi: kaki kanan pada luka post op

Intensitas (0-10): 4-5

Frekuensi: hilang-timbul

Durasi: ± 10 menit

Faktor-faktor pencetus: saat kaki kanan digerakkan

Mengkerutkan muka: klien terlihat mengkerutkan muka dan

merintih saat merasakan nyeri

PERNAPASAN Gejala (subjektif)

Tanda (objektif)

Dispneu yang berhubungan dengan batuk/sputum: tidak ada

Riwayat bronkitis (-), asma (-), TBC (-), emfisema (-),

pneumonia (-)

Pemajanan terhadap udara berbahaya: tidak ada

Merokok (-)

Penggunaan alat bantu pernapasan: tidak ada

Pernapasan: frekuensi 18 kali/menit

Pengunaan otot-otot aksesori (-), napas cuping hidung (-)

Bunyi napas: vesikuler

Sianosis (-)

KEAMANAN Gejala (subjektif)

Alergi/sensitivitas: tidak ada

Transfusi darah: ada, yaitu pada tanggal 15 Mei 2013 sebanyak

250ml dan saat ini sedang transusi kolf ke-2 sebanyak 250 ml

Riwayat cedera kecelakaan: ada, pada bulan Maret 2013.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 49: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Lampiran  1  

[Type  text]    

Tanda (objektif)

Fraktur (+) pada area femur dekstra, artritis (-), masalah

punggung (-)

Suhu tubuh: 36,8°C

Integritas kulit: terdapat luka post op pada femur dekstra

sepanjang 20 cm, terbalut elastis perban.

Kekuatan umum: klien merasa lemah pada kaki kiri yang

mengalami fraktur, tonus otot tidak baik pada kaki kiri yang

mengalami fraktur, paralisis (-)

SEKSUALITAS Gejala (subjektif)

Tidak terkaji

INTERAKSI

SOSIAL

Gejala (subjektif)

Tanda (objektif)

Status perkawinan: menikah

Hidup dengan: suami dan keempat orang anak

Hubungan dengan keluarga besar: baik

Orang pendukung: suami dan anak

Peran dalam struktur keluarga: istri

Bicara: jelas, dapat dimengerti

Penggunaan alat bantu bicara: tidak ada

Kerusakan komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang

terdekat: tidak ada

PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN Gejala (subjektif)

Bahasa dominan: Indonesia, melek huruf: iya

Tingkat pendidikan: Tamat SLTA

Keterbatasan kognitif: tidak ada

Faktor resiko keluarga: DM (-), TBC (-), penyakit jantung (-),

stroke (-), TD tinggi (+), epilepsi (-), penyakit ginjal (-),

kanker (-), penyakit jiwa (-)

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 50: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Lampiran  1  

[Type  text]    

Obat-obatan: Simvastatin 1 x 10mg Ceftriaxon 2 x 1 gr

Sangobion 1 x 1 tab Ketorolac 3 x 1 amp.

Tramadol 3 x 1 tab Ranitidine 2 x 1amp

Omeprazol 2 x 20 mg

Pemeriksaan Radiologis (Foto rontgen 18 April 2013)

Hasil:

Fraktur komplit mid diafisis femur kananTerpasang fiksasi eksternal dengan

displacement screw

Hasil Pemeriksaan Laboratorium (29 Januari 2012) di RS Fatmawati:

Pemeriksaan Hasil lab Nilai normal

Hematologi

Hemoglobin

Hematokrit

Leukosit

Trombosit

Eritrosit

7,8 g/dl 26%

24,6 ribu/ul 466 ribu/ul 3,21 juta/ul

11,7-15,5 g/dl

33-45 %

5,0-10,00 ribu/ul

150-440 ribu/ul

3,80-5,20 juta/ul

VER/HER/KHER/RDW

VER

HER

KHER

RDW

89,4 fl

24,2 pg 30,2 g/dL

14,0%

80-100,0 fl

26,0-34,0 pg

32,0-36,0 g/dL

11,5-14,5%

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 51: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

ANALISIS DATA

Data Diagnosa keperawatan DO:

Klien terlihat melindungi kakinya agar

digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah

posisi.

Klien mengkerutkan muka dan merintih

saat nyeri.

DS:

Klien mengeluh nyeri pada luka post

operasi kaki kanan.

Intensitas nyeri klien 4-5

Frekuensi nyeri hilang timbul dengan

durasi ± 20 menit.

Nyeri yang dirasakan berdenyut.

Nyeri bertambah jika kaki kanan

digerakkan.

Nyeri akut berhubungan dengan luka

post operasi ORIF

DO:

Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

tidur

Klien menjalani operasi ORIF pada

tanggal 15 Mei 2013

ADL parsial care dengan bantuan perawat

dan keluarga

Rentang gerak klien terbatas pada kaki

kanan.

Klien memerlukan bantuan untuk

mengangkat atau menggerakkan kaki

kanannya.

Klien hanya mampu melakukan abduksi

Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 52: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Data Diagnosa keperawatan adduksi pergelangan kaki dengan derajat

yang terbatas.

DS:

Klien mengatakan nyeri jika

menggerakkan kakinya

DO:

Hasil lab 15 Mei 2013, leukosit =24.6

(meningkat)

Luka post op luka pada bagian paha kanan

sekitar 20 cm

Klien terpasang drain produksi (+)

Klien post op ORIF 15 Mei 2013

DS:

Klien mengeluh nyeri pada luka post op

Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan prosedur

pembedahan

DO:

Hasil lab 15 Mei 2013

Hb: 7,8 g/dl (11,7 15,5 g/dl)

Ht: 26 % (33 45 %)

Eritrosit: 3,21 juta/ul (3,80 5,80 juta/ul)

Klien terpasang drain pada paha kanan

produksi (+)

Konjungtiva anemis

Klien post op ORIF 15 Mei 2013

DS:

Klien mengeluh nyeri pada luka post op

ORIF paha kanan

Gangguan perfusi jaringan perifer

berhubungan dengan penurunan

konsentrasi hemoglobin

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 53: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI ORIF

Nama Pasien : Ny.F (43 tahun) Nama Mahasiswa : Kristika Dianingsih Utami

Ruang : GPS Lantai 1 NPM : 0806334022

No. RM : 01202917

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi

ORIF

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x24 jam, diharapkan nyeri klien berkurang, hilang, atau teratasi dengan kriteria hasil: 1. Klien menyatakan

nyeri hilang 2. Klien

menunjukkan keadaan santai dan tidak gelisah

3. Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas dan istirahat

Mandiri: -­‐ Kaji intensitas, lokasi, durasi,

skaladan faktor pencetus yang menyebabkan nyeri

-­‐ Pertahankan imobilisasi bagian

yang sakit dengan tirah baring -­‐ Tinggikan dan dukung

ekstremitas yang terkena fraktur

-­‐ Evaluasi keluhan

nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan

-­‐ Berguna untuk memberikan data

tentang nyeri yang dialami klien serta memudahkan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan

-­‐ Mengurangi nyeri dan mencegah

malformasi -­‐ Meningkatkan aliran darah balik

vena -­‐ Mempengaruhi pilihan atau

pengawasan keefektifan intervensi.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 54: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

dengan tepat 4. Tanda-tanda vital

dalam batas normal

TD 100/70-140/80 mmHg

RR 16-20x/ menit

Nadi 60-100x/ menit

Suhu 36-37,50C

karakteristik, termasuk intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/perilaku)

-­‐ Berikan alternatif tindakan

kenyamanan, contoh pijatan, pijatan punggung, perubahan posisi

-­‐ Dorong menggunakan teknik

manajemen nyeri, contoh relaksasi progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetik

-­‐ Selidiki adanya keluhan rasa

nyeri yang tidak biasa/tiba-tiba atau dalam, lokasi progresif/buruk tidak hilang dengan analgesik

Kolaborasi:

-­‐ Berikan/awasi analgesik yang dikontrol pasien (ADP) bila indikasi

-­‐ Meningkatkan sirkulasi umum,

menurunkan tekanan area lokal dan kelelahan otot

-­‐ Memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan rasa kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen stress, yang mungkin menetap dalam jangka lama

-­‐ Dapat menandakan terjadinya

komplikasi, contoh infeksi, iskemia jaringan, sindrom kompartemen (rujuk ke DK: perfusi jaringan, perubahan: perifer, risiko tinggi terhadap)

-­‐ Pemberian rutin ADP

mempertahankan kadar analgesik darah adekuat, mencegah fluktuasi

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 55: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

dalam penghilangan nyeri sehubungan dengan tegangan otot/spasme

2. Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x24, diharapkan klien mampu melakukan mobilisasi secara optimal sesuai dengan toleransi klien dengan kriteria hasil: 1. Klien dapat ikut

serta dalam program latihan untuk meningkatkan mobilisasi

2. Klien dapat beraktivitas dengan bantuan minimal

3. Tidak terjadi kekakuan otot dan kontraktur

4. Klien dapat memperagakan

Mandiri: -­‐ Kaji kemampuan motorik klien -­‐ Kaji kemampuan klien dalam

melakukan mobilisasi -­‐ Bantu klien melakukan latihan

range of motion (ROM)/ ROM aktif pada ekstremitas yang tak sakit yang meliputi:

-­‐ Fleksi tangan kanan dan tangan kiri (bahu, siku, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan ibu jari) dan kaki kanan (pinggul, lutut, dan jari-jari kaki)

-­‐ Ekstensi tangan kanan dan tangan kiri (bahu, siku, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan ibu jari) dan kaki kanan (pinggul, lutut, dan jari-jari kaki)

-­‐ Hiperekstensi tangan kanan

-­‐ Untuk menentukan kemampuan

motorik klien, menentukan adanya gangguan motorik pada klien

-­‐ Untuu menentukan tingkat toleransi aktivitas yang dapat dilakukan klien

-­‐ Rentang gerak dapat meningkatkan

aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/ atrofi dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 56: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

menggunakan alat bantu untuk mobilisasi (walker)

dan tangan kiri kiri (bahu, pergelangan tangan, dan jari-jari tangan)

-­‐ Abduksi tangan kanan dan tangan kiri (bahu, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan ibu jari) dan kaki kanan (pinggul dan jari-jari kaki)

-­‐ Adduksi tangan kanan dan tangan kiri (bahu, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan ibu jari) dan kaki kanan (pinggul dan jari-jari kaki)

-­‐ Rotasi dalam dan rotasi luar kaki kanan (pinggul)

-­‐ Inversi dan eversi kaki kanan (telapak kaki)

-­‐ Dorsofleksi dan plantarfleksi kaki kanan (ankle)

-­‐ Dorsofleksi kaki kiri (ankle) -­‐ Dorong untuk latihan isometrik

pada tungkai yang tak sakit

-­‐ Kontraksi isometrik tanpa menekuk

sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot. Catatan: kontraindikasi pada perdarahan akut/edema

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 57: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

-­‐ Ajarkan serta libatkan keluarga

untuk membantu klien melakukan latihan rentang gerak sendi

-­‐ Bantu klien melakukan mobilisasi secara bertahap sesuai tingkat toleransi klien

-­‐ Ukur TTV sebelum dan setelah

melakukan aktivitas. Perhatikan adanya keluhan pusing

-­‐ Ubah posisi secara periodik -­‐ Dorong peningkatan intake

cairan 2000-3000 ml/hari, serta penuhi kebutuhan serat

-­‐ Bantu pemenuhan ADL klien sesuai kebutuhan

-­‐ -­‐ Untuk meningkatkan kemampuan

keluarga dalam merawat klien -­‐ Untuk meningkatkan kemampuan

mobilisasi klien dan mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilisasi

-­‐ Hipotensi postural adalah masalah

umum menyertai tirah baring lama -­‐ Mencegah insiden komplikasi

dekubitus optimal dan keamanan pasien

-­‐ Untuk mempermudah defekasi

-­‐ Meningkatkan kemandirian klien dalam melakukan aktivitas

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 58: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Kolaborasi Kolaborasi dengan fisioterapis terkait toleransi klien dalam melakukan mobilisasi dan latihan yang diizinkan

-­‐ Memberikan informasi terkait hal-hal

yang dapat dilakukan untuk membantu mobilisasi klien

3. Gangguan perfusi jaringan

perifer berhubungan dengan penurunan

konsentrasi hemoglobin

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, klien akan menunjukkan perbaikan perfusi jaringan perifer dengan kriteria hasil: 1. Hb dalam batas

normal (11,7 15,5)

2. TTV dalam batas normal; TD= 110/70 mmHg- 140/80 mmHg, RR= 16-20 x/menit, nadi= 60-100 x/menit

3. Konjungtiva tidak anemis

4. Edema tungkai (-) 5. CRT < 3 detik

Mandiri: - Kaji sirkulasi perifer

(kaji nadi perifer, edema, pengisian ulang kapiler, warna, suhu, ekstrimitas)

- Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat melakukan latihan fisik

- Pantau pembedaan

ketajaman atau ketumpulan atau panas dan dingin pada perifer

- Pantau parastesia,

kebas, dan kesemutan - Elevasi ekstrimitas

yang terkena di atas jantung jika perlu

- Dorong latihan

- Mengkaji capillary refill dapat

mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan

- Mengkaji adanya insufiensi arteri

maupun vena - Mengkaji adanya perubahan sensasi

perifer - Mengkaji adanya gangguan peruse

jaringan - Meningkatkan alian balik vena

- Melancarkan sirkulasi darah

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 59: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

rentang pergerakan sendi pasif atau aktif terutama pada ekstrimitas bawah

- Anjurkan klien untuk

tidak menyilangkan kaki atau mengangkat kaki tanpa menekuk lutut

Kolaborasi: - Kolaborasi

pemberian transfusi darah

- Mencegah terjadinya stasis vena - Memenuhi kebutuhan oksigenasi

darah secara adekuat

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x24 jam, klien tidak menunjukkan tanda-tanda dengan kriteria hasil: 1. Tanda-tanda vital

dalam batas normal: TD 100/70-140/80mmHg, RR 16-20x/menit, nadi 60-100x/menit, suhu 36-37,50C

2. Kadar leukosit 5-

Mandiri -­‐ Kaji dan pantau luka operasi

setiap hari. -­‐ Lakukkan perawatan luka

secara steril -­‐ Pantau atau batasi kunjungan. -­‐ Bantu perawatan diri dan

keterbatasan aktivitas sesuai toleransi. Bantu program latihan.

-­‐ Mendeteksi secara dini gejala-gejala

inflamasi yang mungkin timbul sekunder akibat adanya luka pasca operasi.

-­‐ Teknik perawatan luka secara steril

dapat mengurangi kontaminasi kuman.

-­‐ Menurunkan risiko terjadinya infeksi -­‐ Satu atau beberapa agens diberikan

yang bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang terjadi

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 60: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

10 ribu/ul 3. Luka bersih,

edema (-), pus (-), rembes (-)

-­‐ Cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan klien -­‐ Pantau tanda-tanda vital secara

berkala, catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses infeksi

-­‐ Monitor hasil laboratorium

yang mengindikasikan terjadi infeksi

-­‐ Kolaborasi pemberian

pemberian antibiotik sesua indikasi

-­‐ Menurunkan risiko infeksi -­‐ Menentukan tindak lanjut intervensi

selanjutnya -­‐ Kenaikan kadar leukosit dapat

mengindikaskan tejadinya infeksi -­‐ Antibiotik berguna untuk membunuh

mikroorganisme sesuai dengan tipe infeksi

 

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 61: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN Diagnosa

Keperawatan Hari/

Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi Gangguan perfusi jaringan perifer

berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin

Jumat, 17 Mei 2013

- Mengkaji sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, pengisian ulang kapiler, warna, suhu, ekstrimitas)

- Memantau nyeri saat melakukan latihan fisik

- Memantau keluhan parastesia, kebas, dan kesemutan

- Melakukan elevasi tungkai dengan meletakkan satu bantal di bawah tungkai

- Melakukan latihan ROM aktif maupun pasif pada klien

- Menganjurkan klien untuk tidak menyilangkan kaki

- Kolaborasi pemberian transfusi darah

S: - Kebas (-), kesemutan (+), nyeri (+) O: - Edema tungkai kanan (+), CRT < 3 detik,akral

hangat - Konjungtiva anemis - Klien mampu melakukan latihan ROM aktif

dan pasif - TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C - Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan - Transfusi darah diberikan 500ml A: Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin P: - Mengkaji sirkulasi perifer - Mengkaji TTV klien - Melakukan elevasi tungkai - Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah

Sabtu, 18 Mei 2013

- Mengkaji sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, pengisian ulang kapiler, warna, suhu, ekstrimitas)

- Memantau nyeri saat melakukan latihan fisik

S: - Kebas (-), kesemutan (+), nyeri (+) O: - Edema tungkai kanan (+), CRT < 3 detik, akral

hangat

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 62: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

- Memantau keluhan parastesia, kebas, dan kesemutan

- Melakukan elevasi tungkai dengan meletakkan satu bantal di bawah tungkai

- Melakukan latihan ROM aktif maupun pasif pada klien

- Menganjurkan klien untuk tidak menyilangkan kaki

- Konjungtiva anemis - Klien mampu melakukan latihan ROM aktif

dan pasif - TD= 130/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=

80x/menit, suhu 36,70C - Hb: 9,3gdl, Ht: 29% A: Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin P: - Mengkaji sirkulasi perifer - Mengkaji TTV klien - Melakukan elevasi tungkai

Senin, 20 Mei 2013

- Mengkaji sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, pengisian ulang kapiler, warna, suhu, ekstrimitas)

- Memantau nyeri saat melakukan latihan fisik

- Memantau keluhan parastesia, kebas, dan kesemutan

- Melakukan elevasi tungkai dengan meletakkan satu bantal di bawah tungkai

- Melakukan latihan ROM aktif maupun pasif pada klien

- Menganjurkan klien untuk tidak menyilangkan kaki

S: - Kebas (-), kesemutan (-), nyeri (+) O: - Edema tungkai kanan sudah berkurang, CRT <

3 detik, akral hangat - Konjungtiva anemis - Klien mampu melakukan latihan ROM aktif

dan pasif - TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

86x/menit, suhu 370C - Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan A: Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 63: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

P: - Mengkaji sirkulasi perifer - Mengkaji TTV klien - Melakukan elevasi tungkai

Selasa, 21 Mei 2013

- Mengkaji sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, pengisian ulang kapiler, warna, suhu, ekstrimitas)

- Memantau nyeri saat melakukan latihan fisik

- Memantau keluhan parastesia, kebas, dan kesemutan

- Melakukan elevasi tungkai dengan meletakkan satu bantal di bawah tungkai

- Melakukan latihan ROM aktif maupun pasif pada klien

- Menganjurkan klien untuk tidak menyilangkan kaki

S: - Kebas (-), kesemutan (-), nyeri (+) O: - Edema tungkai kanan (-), CRT < 3 detik,akral

hangat - Konjungtiva anemis - Klien mampu melakukan latihan ROM aktif

dan pasif - TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C - Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan A: Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin (-) P: - Mengkaji sirkulasi perifer - Mengkaji TTV klien - Melakukan elevasi tungkai

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 64: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Diagnosa Keperawatan

Hari/ Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Jumat, 17 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),

eksudat (-) A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Sabtu, 18 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 130/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=

80x/menit, suhu 36,70C - Leukosit 6,7 ribu/ul - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-)

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 65: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

1gr iv - Edema tungkai kanan (+), akral hangat A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Senin, 20 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

86x/menit, suhu 370C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),

eksudat (-) A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotic

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 66: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Selasa, 21 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Rabu, 22 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 150/80 mmHg, RR= 16 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 370C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),

eksudat (-)

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 67: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Kamis, 23 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Jumat, 24 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 140/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=

90x/menit, suhu 37,10C

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 68: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

- Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda infeksi

- Melakukan perawatan luka dengan teknik steril

- Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone 1gr iv

- Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),

eksudat (-) A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Sabtu, 25 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

80x/menit, suhu 37,20C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 69: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

- Kolaborasi pemberian antibiotik Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Senin, 27 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 140/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=

86x/menit, suhu 36,50C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),

eksudat (-), stosel (+) 20cc A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Selasa, 28 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 140/80 mmHg, RR= 16 x/menit, nadi=

80x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 70: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

- Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone 1gr iv

- Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-), eksudat (-), stosel (+)50 cc

A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Rabu, 29 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),

eksudat (-), stosel (+) 20cc A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotic

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 71: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Kamis, 30 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 140/80 mmHg, RR= 16 x/menit, nadi=

88x/menit, suhu 36,80C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),

eksudat (-), stosel (+) 10cc A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Jumat, 31 Mei 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 150/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=

86x/menit, suhu 37,20C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 72: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

1gr iv eksudat (-), stosel (+)5cc A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur

pembedahan

Sabtu, 1 Juni 2013

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien

- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda

infeksi - Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril - Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone

1gr iv

S: - nyeri (+), panas (-) O: - TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,

rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),

eksudat (-), stosel (-) A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 73: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Diagnosa Keperawatan

Hari/ Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Jumat, 17 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 4-5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 20 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -­‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C -­‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar

digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.

-­‐ Klien mengkerutkan muka dan merintih saat nyeri.

A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Sabtu, 18 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 4-5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 20 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 74: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

O: -­‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=

80x/menit, suhu 36,70C -­‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar

digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.

-­‐ Klien mengkerutkan muka dan merintih saat nyeri.

A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Senin, 20 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -­‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

86x/menit, suhu 370C -­‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar

digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.

-­‐ Klien merintih saat nyeri.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 75: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P:

-­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Selasa, 21 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 4-5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 20 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -­‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C -­‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar

digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.

-­‐ Klien mengkerutkan muka dan merintih saat nyeri.

A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 76: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

-­‐ Kolaborasi pemberian analgesik Nyeri akut

berhubungan dengan luka post operasi

ORIF

Rabu, 22 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 4, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -­‐ TD= 150/80 mmHg, RR= 16 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 370C -­‐ Klien melindungi kakinya agar digerakkan

dengan pelan-pelan saat ubah posisi. -­‐ Klien mengkerutkan muka saat nyeri. A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P:

-­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Kamis, 23 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal

S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 4, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -­‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 77: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

- Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac 30mg iv

-­‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.

-­‐ Klien mengkerutkan muka saat nyeri. A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P:

-­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Jumat, 24 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri berukurang pada paha kanan post op, intensitas nyeri 3, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -­‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C -­‐ Klien mengkerutkan muka saat mencoba

menggerakkan kaki A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 78: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

-­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Sabtu, 25 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri3, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -­‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

80x/menit, suhu 37,20C -­‐ Klien mengkerutkan muka dan merintih saat

nyeri. A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Senin, 27 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal

S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 15 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat ganti balutan. O: -­‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=

86x/menit, suhu 36,50C -­‐ Klien terlihat meringis dan merintih saat gati

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 79: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

- Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac 30mg iv

balutan A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P:

-­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Selasa, 28 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat ganti balutan. O: -­‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 16 x/menit, nadi=

80x/menit, suhu 36,70C -­‐ Klien terlihat meringis dan merintih saat ganti

balutan A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesic

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 80: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Rabu, 29 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 4, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat ganti balutan. O: -­‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C -­‐ Klien mengkerutkan muka pada saat ganti

balutan A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Kamis, 30 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 4, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat ganti balutan. O: -­‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 16 x/menit, nadi=

88x/menit, suhu 36,80C -­‐ Klien mengkerutkan muka saat ganti balutan A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 81: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Jumat, 31 Mei 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas, nyeri 3, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat belajar berdiri dan ganti balutan O: -­‐ TD= 150/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=

86x/menit, suhu 37,20C -­‐ Klien terlihat meringis saat ganti balutan -­‐ Klien terlihat berkeringat saat latihan berdiri A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Nyeri akut berhubungan dengan

luka post operasi ORIF

Sabtu, 1 Juni 2013

- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik

S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 3, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 20 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat latihan berdiri dan ganti balutan.

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 82: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu

bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac

30mg iv

O: -­‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=

84x/menit, suhu 36,70C -­‐ Klien terlihat meringis saat ganti balutan -­‐ Klien merintih saat latihan berdiri A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -­‐ Kaji karakteristik nyeri klien -­‐ Monitor TTV klien -­‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -­‐ Kolaborasi pemberian analgesik

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 83: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Diagnosa Keperawatan

Hari/ Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Jumat, 17 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan latihan kontraksi otot isometrik pada kaki kanan

- Membantu pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan

- Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

tidur -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -­‐ Klien memerlukan bantuan untuk mengangkat

atau menggerakkan kaki kanan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien  

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Sabtu, 18 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan latihan kontraksi otot isometrik pada kaki kanan

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

tidur

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 84: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL

klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien

-­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15 Mei 2013

-­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan keluarga

-­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -­‐ Klien memerlukan bantuan untuk mengangkat

atau menggerakkan kaki kanan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien  

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Senin, 17 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan latihan kontraksi otot isometrik pada kaki kanan

- Membantu pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan

- Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

tidur -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -­‐ Klien memerlukan bantuan untuk mengangkat

atau menggerakkan kaki kanan

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 85: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Senin, 20 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL

klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

tidur -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Selasa, 21 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL

klien sesuai kebutuhan

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 86: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

- Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien

tidur -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Rabu, 22 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL

klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

tidur -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 87: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

-­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Kamis, 23 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL

klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

tidur -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Jumat, 24 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL

klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

tidur -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 88: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

-­‐ Klien mampu melakukan ROM aktif pada kaki kanan

A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Sabtu, 25 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan latihan kontraksi otot isometrik pada kaki kanan

- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL

klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat

tidur -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -­‐ Klien mampu melakukan ROM aktif pada kaki

kanan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 89: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Senin, 27 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL

klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan

ROM pasif pada kaki kanan klien - Mengajarkan klien duduk di samping

tempat tidur

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -­‐ Klien mampu duduk di samping tempat tidur

dengan bantuan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan latihan duduk di samping tempat tidur -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Selasa, 28 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Membantu pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan

- Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan klien duduk di samping

tempat tidur

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -­‐ Klien mampu duduk di samping tempat tidur

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 90: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Latih berdiri seimbang -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Rabu, 29 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL

klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Melatih klien berdiri seimbang dengan

menggunakan walker

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -­‐ Klien mampu berdiri seimbang dengan bantuan

selama 3 menit A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Latih berdiri seimbang -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Kamis, 30 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- Membantu pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan

- Memfasilitasi personal hygiene klien

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 91: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

- Melatih klien dari posisi duduk ke berdiri secara seimbang dengan menggunakan walker

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Klien mampu berjalan dengan menggunakan

walker sejauh 3 langkah. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Lakukan berjalan dengan walker -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Jumat, 31 Mei 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Melatih klien berjalan dengan menggunakan

walker

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Klien memerlukan bantuan untuk mengangkat

atau menggerakkan kaki kanan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Latih berjalan dengan menggunakan walker -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013

Page 92: ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang

Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri

Sabtu, 1 Juni 2013

- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat

- klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Melatih klien berjalan dengan menggunakan

walker

S: -­‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya O: -­‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15

Mei 2013 -­‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan

keluarga -­‐ Klien mmampu berjalan dengan walker sejauh

5 langkah A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -­‐ Latih berjalan dengan walker -­‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien

Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013