analisis perubahan bilangan kurva aliran …
TRANSCRIPT
37
ANALISIS PERUBAHAN BILANGAN KURVA ALIRAN PERMUKAAN
(RUNOFF CURVE NUMBER) TERHADAP DEBIT BANJIR
DI DAS LESTI
Lenny Febriana Ideawati1, Lily Montarcih Limantara
2, Ussy Andawayanti
2
1Mahasiswa Program Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur,
Indonesia; [email protected]
2Dosen, Program Studi Magister Sumber Daya Air, Teknik Pengairan Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,
Malang, Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK: Kegiatan tata guna lahan yang merubah tipe dan jenis tutupan lahan, perubahan vegetasi
ke jenis vegetasi lainya dalam pengelolaan sumber daya alam, penebangan hutan, peladangan
berpindah, serta perubahan perlakuan pengolahan lahan dijumpai pada DAS Lesti. Upaya yang dapat
dijadikan alternatif solusi perubahan fungsi lahan yaitu dengan menganalisa variabel CN (Curve
Number) dan mengklasifikasikan tiap penggunaan lahanya, jenis tanah serta vegetasinya, sehingga
diketahui pengaruh debit lahan serta debit pada sungai. Hasil studi menunjukkan peningkatan nilai CN
dari tahun 2002 sampai 2012 rata-rata sebesar 1,03%, dan limpasan permukaan rata-rata 54,79 mm,
dengan debit sungai rata-rata sebesar 18,54 m3/dtk. Perubahan tata guna lahan dari tahun 2002 hingga
2012 menyebabkan kenaikan nilai CN (Curve Number) , limpasan permukaan dan debit di sungai
Lesti.
Kata Kunci : DAS Lesti, Curve Number, Limpasan permukaan.
ABSTRACT: Land use activities that changing types of land cover, vegetation changes to other
vegetation types in managed of natural resources, deforestation, shifting cultivation, and changes in
land treatments found in the watershed Lesti. Efforts that can be used as an alternative solution to the
landuse change is to analyze the CN (Curve Number) as a variable that classify each landuse, type of
soil and vegetation, in order to know the effect of the runoff and river discharge. The study shows CN
value increase from 2002 to 2012 an average of 1.03%, average surface runoff 54.79 mm, with an
average streamflow of 18.54 m3 / sec. The changes in land use from 2002 to 2012 caused increase in
the value of the CN (Curve Number), surface runoff, and river discharge in Lesti River.
Key words: Lesti Watershed, Curve Number, Runoff
1. PENDAHULUAN
Kegiatan tata guna lahan yang merubah
tipe dan jenis tutupan lahan, perubahan vegetasi ke
jenis vegetasi lainya dalam pengelolaan sumber
daya alam, penebangan hutan, peladangan
berpindah, perubahan hutan menjadi daerah
perkebunan, serta perubahan perlakuan pengolahan
lahan dijumpai pada DAS Lesti. Terjadinya
perubahan–perubahan tersebut apabila terjadi
secara terus menerus dan dalam skala besar akan
berpengaruh pada debit sungai. Hal tersebut
terjadi karena pada saat hujan jatuh ke DAS tidak
banyak meresap ke dalam air akan tetapi melimpas
dan menjadi debit sungai. Jika peningkatan debit
ini terjadi cepat dan cukup besar dan melebihi
kapasitas sungai maka dapat berakibat pada
kegagalan bangunan pengendali banjir yang berada
di sungai Lesti. Bangunan tersebut tidak mampu
38 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 37-45
menahan beban gaya akibat debit banjir yang telah
mengalami peningkatan akibat perubahan tata guna
lahan, perubahan vegetasi dan pengolahan tanah
yang tidak berbasis konservasi.
Permasalahan sedimentasi di Waduk
Sutami, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang,
yang berfungsi menampung air dari Sungai Lesti
(hulunya di Semeru) dan Sungai Brantas (Kelud),
saat ini sudah tidak mampu menahan laju
sedimentasi berupa melimpahnya material endapan
dalam waduk yang mencapai lima juta meter kubik
per tahun. Hal ini disebabkan kondisi hulu Sungai
Lesti yang telah mengalami alih fungsi lahan
(malangraya.web.id,2009)
Hal ini merupakan indikator kesiembangan
DAS Lesti hulu telah terganggu oleh alih fungsi
lahan, perubahan vegetasi, dan pengolahan lahan
yang tidak berbasis konservasi
Oleh sebab itu, diperlukan analisis
mengenai pengaruh perubahan tata guna lahan
terhadap bilangan kurva aliran CN (Curve
Number) sebagai salah satu variabel penentu
perubahan di DAS Lesti. Salah satu metode yang
telah dikembangkan SCS (Soil Conservation
Service) dengan memperhatikan CN (Curve
Number) yang merupakan fungsi dari karakteristik
DAS seperti tipe tanah, tanaman penutup, tata
guna lahan, kelembapan dan cara pengerjaan
tanah.
2. BAHAN DAN METODE
a. Bahan
Secara geografis Sub DAS Lesti berbentuk
memanjang terletak diantara 8⁰02’50”-8⁰12’10” LS dan 112⁰42’58” sampai 112⁰56’21’’ BT dan memiliki luas daerah 58.384 Hektar, terbagi sub-sub DAS yaitu
Lesti Hulu seluas 38.338 Ha, Lesti Hilir 20.046 Ha.
Gambar 1. Peta DAS Lesti
Sumber: Pengolahan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Peta Topografi skala 1 : 25.000 diperoleh dari
BAKOSURTANAL yang meliputi wilayah Sub
DAS Lesti.
2. Peta Sungai Lesti skala 1:25.000
3. Peta Tata Guna Lahan tahun 2002, 2004, 2006,
2008, 2010, dan tahun 2012
4. Data Curah Hujan Harian tahun 2002-2012
5. Data Klimatologi tahun 2002-2012
6. Data debit AWLR tahun 2002 sampai 2012
b. Metode
Metode SCS dikembangkan dari hasil
pengamatan curah hujan selama bertahun-tahun
dan melibatkan banyak daerah pertanian di
Amerika Serikat. Metode ini berusaha
mengkaitkan karakteristik DAS seperti tanah,
vegetasi, dan tata guna lahan dengan bilangan
kurva air larian CN (runoff curve number) yang
menunjukkan potensi air larian untuk curah hujan
tertentu.
Metode CN didasarkan atas hubungan
infiltrasi pada setiap jenis tanah dengan jumlah
curah hujan yang jatuh pada setiap kali hujan.
Total curah yang jatuh pada setiap hujan (P) di atas
tanah dengan potensi maksimal tanah untuk
menahan (retention) air (S) tertentu, akan terbagi
menjadi tiga komponen; Air larian (Q), Infiltrasi
(F) dan Abtraksi awal (Initial Abstraction: Ia),
dengan hubungan (Chow, 1988:148)
Q = SIP
IP
a
a
2
dengan:
Q = Volume Limpasan permukaan (mm)
Ia= Abstraksi awal (initial abstraction)
P= Hujan harian (mm)
S = Volume dari total simpanan permukaan
(retention parameter) (mm)
Dalam menentukan kedalaman dari curah
hujan berlebih (depth excess rainfall) atau
limpasan pemukaan dapat ditunjukkan dalam
persamaan diatas dimana korelasi nilai Ia dengan S
adalah: (Chow, 1988:148)
Ia = 0.2 S
Dalam memudahkan perhitungan
kelembapan awal (antecedent moistrure
condition), tata guna lahan dan konservasi tanah,
US SCS menentukan besarnya S sebagai berikut:
Ideawati, dkk ., Analisis Perubahan Bilangan Kurva Aliran Permukaan (Runoff Curve Number) Terhadap 39
Debit Banjir Di DAS Lesti
S = 25 4 (1000
-10)
CN : Bilangan kurva air larian bervariasi dari 0
hingga 100
Dengan mengeplotkan nilai dari P dan Q
pada kurva SCS maka nilai CN dapat ditentukan.
Metode SCS mengelompokkan jenis tanah dalam 4
(empat) jenis yaitu berdasar tipe tanah dan
tataguna lahannya (hydrology soil group). Pada
abstraksi awal, Ia biasanya menggunakan
pendekatan 0.2 S sehingga persamaan menjadi:
Q = SP
SP
8.0
2.02
Limpasan permukaan akan terjadi apabila
hujan (P) lebih besar dari abstraksi awal (Ia) . Untuk nilai CN berbeda beda dapat dilihat pada
gambar berikut
Gambar 2. Grafik CN-SCS
Sumber: M.Di Luzio, R Srinivasan, J.G. Arnold,
S.L. Neitsch,2002: 96
Nilai CN didapatkan dari kondisi penelitian
yaitu daerah beriklim sedang. Namun nilai tersebut
dapat digunakan apabila nilai CN di daerah yang
diteliti belum tersedia.
Tabel 1. Nilai CN berdasarkan SCS
Tataguna Lahan Keadaan
Hidrologi
Kelompok Tanah
A B C D
Padang rumput terus
menerus untuk
tempat
penggembalaan
ternak
Buruk
Cukup
Baik
68
49
39
79
69
61
86
79
74
89
84
80
Padang rumput
terlindung dari
ternak, untuk
dipanen
-- 30 58 71 78
Tataguna Lahan Keadaan
Hidrologi
Kelompok Tanah
A B C D
Semak-semak,
rerumputan dengan
tumbuhan semak-
semaknya yang
dominan
Buruk
Cukup
Baik
48
35
30
67
56
48
77
70
65
83
79
77
Tanaman kayu-
kombinasi rumput
dan perkebunan
Buruk
Cukup
Baik
57
43
32
73
65
58
82
76
72
86
82
79
Tegakan hutan tidak
rapat
Buruk
Cukup
Baik
45
36
30
66
60
55
77
73
70
83
79
77
Tanah pertanian -- 59 74 82 86
Sumber: Neitsch, S.L, J.G Arnold, J.R. Kiniry,
J.R. Williams, 2005: 102
Kondisi kelengasan tanah awal atau disebut
Antecedent Moisture Condition (AMC) sangat
mempengaruhi volume laju aliran permukaan.
Mengingat pentingnya pengaruh faktor ini, maka
Soil Conservation Service (SCS) menyusun tiga
kondisi kelengasan tanah atau kondisi kandungan
air awal, berdasarkam jumlah hujan selama 5 hari
terdahulu, antara lain (Triatmodjo,2010:157):
1. AMC I (Antecedent Moisture Condition I).
Tanah pada DAS dalam keadaan kering,
potensi limpasan terendah, akan tetapi tidak
sampai pada titik layu, telah atau pernah
ditanami dengan hasil baik. Dalam studi ini
analisa AMC I digunakan untuk menganalisa
CN pada saat bulan kering atau musim
kemarau
2. AMC II (Antecedent Moisture Condition II).
Kondisi tanah dalam keadaan rata-rata atau
average condition.
3. AMC III (Antecedent Moisture Condition III).
Hujan lebat atau ringan dan temperatur
rendah, kondisi tanah pada DAS jenuh dengan
air, dan potensi limpasan tertinggi. Pada studi
ini analisa AMC III digunakan untuk
menganalisa CN pada saat bulan basah atau
musim hujan
Nilai CN (Curve Number) ekivalen pada
kondisi AMC I (Antecedent Moisture Condition I)
dan AMC III (Antecedent Moisture Condition III)
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut (Triatmojo,2010:157):
(I) 4 2 (II)
10 0,058 (II)
40 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 37-45
(III) 2 (II)
10 0,1 (II)
SCS (Soil Conservation Service) telah
mengembangkan sistem klasifikasi tanah
berdasarkan sifat tanah dan dikelompokkan
menjadi empat kelompok hidrologi ( Hydrologic
Soil Grup). Adapun definisi pada setiap kelompok
tanah tersebut disesuaikan dengan melihat
kesamaan terhadap potensi limpasan permukaan
pada kondisi cuaca dan tata guna lahan yang sama,
dan dikelompokan berdasakan kelompok berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Hydrologic Soil Grup
Kelompok
Tanah Keterangan
Laju
Infiltrasi
(mm/jam)
A Potensi Air Larian paling
kecil, termasuk tanah pasir
dalam dengan unsur debu dan
liat. Laju infiltrasi tinggi
8-12
B Potensi Air Larian kecil,
tanah berpasir lebih dangkal
dari A. Tekstur halus sampai
sedang, Laju infiltrasi sedang
4-8
C Potensi Air Larian Sedang ,
tanah dangkal dan
mengandung cukup liat.
Tekstur sedang sampai halus.
Laju infiltrasi rendah
1-4
D Potensi Air Larian Tinggi,
kebanyakan tanah liat ,
dangkal, dengan lapisan
kedap air dekat permukaan
tanah. Infiltrasi paling rendah
0-1
Sumber : Asdak, 2002;184
Studi penelitian pada DAS Lesti yang secara
khusus terkait dengan Curve Number atau
bilangan kurva aliran permukaan belum pernah
dilakukan di DAS Lesti. Beberapa penelitian
terdahulu yang sejenis menyangkut bilangan kurva
aliran permukaan seperti penelitian di Jepang dan
Iran berikut ini.
Sumaruw J, dan Ohgushi K (2012)
menyatakan bahwa dengan meningkatnya daerah
perkotaan dan penurunan tanah pertanian
menyebabkan peningkatan CN, di sisi lain,
peningkatan hutan dan penurunan daerah tandus
menyebabkan penurunan CN. Penurunan CN
menunjukkan bahwa potensi limpasan air menurun
sementara meningkatnya CN berarti bahwa
limpasan permukaan berpotensi meningkat
Gholami A et.al (2011) menyimpulkan
bahwa salah satu faktor yang penting terjadinya
erosi di lahan adalah perubahan penggunaan lahan
tanpa mempertimbangkan potensi dan kemampuan
lahan dan efek dari perubahan vegetasi, degradasi
lahan serta peningkatan desertifikasi. Hal yang
paling penting adalah bahwa perubahan
penggunaan lahan memiliki efek langsung pada
proses hidrologi. Metode yang digunakan yaitu
model SCS (Soil Conservation Service) digunakan
untuk menghitung curah hujan dan besarnya CN,
dan membuktikan bahwa perubahan penggunaan
lahan mempengaruhi peningkatan limpasan.
Tahapan metode yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah :
1. Analisa Hidrologi dengan uji kualitas data dan
uji konsistensi
2. Pengolahan peta topografi, jenis tanah , dan tata
guna lahan dengan ArcView GIS
3. Running data hujan dan peta tata guna lahan
serta peta jenis tanah untuk menghasilkan debit
di model dengan AVSWAT 2000
4. Kalibrasi debit model dan debit AWLR
(Automatic Water Level Recorder) hingga
KR<10%
5. Verifikasi Lapangan menguji laju infiltrasi
6. Menganalisa debit limpasan di lahan yang
terjadi berdsarkan keluaran hasil model
7. Menganalisa debit di lahan berdasarkan
keluaran running AVSWAT untuk mengetahui
perubahan debit berdasarkan perubahan tata
guna lahan
8. Menganalisa CN (Curve Number) tiap tata guna
lahan dan jenis tanah sehingga mendapatkan
grafik hubungan limpasan dan hujan untuk
mendapatkan nilai CN
9. Membandingkan grafik analisa dengan grafik
SCS-CN
10.Pemetaan Nilai CN
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil Limpasan Permukaan Lahan DAS
Lesti
Dari hasil analisa (running) AVSWAT
2000 maka didapatkan rerata keseluruhan limpasan
permukaan lahan DAS Lesti sebesar 54,79 mm.
Debit limpasan meningkat dari tahun ke tahun
Tabel 3. Limpasan Permukaan DAS Lesti
Tahun Limpasan (mm)
2002 37.818
2004 38.045
2006 47.773
2008 65.843
Ideawati, dkk ., Analisis Perubahan Bilangan Kurva Aliran Permukaan (Runoff Curve Number) Terhadap 41 Debit Banjir Di DAS Lesti
2010 66.959
2012 72.284
Rata-rata 54,79
Sumber:Hasil Analisa
Gambar 3. Grafik debit limpasan
Sumber:Hasil Analisa
Sedangkan limpasan permukaan yang
terjadi pada setiap sub DAS (1-39) secara rerata
bulanan kurun waktu 6 (enam) tahun , dapat dilihat
pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4. Grafik debit limpasan per sub DAS
Sumber:Hasil Analisa
b. Hasil Debit Sungai pada outlet di DAS
Lesti
Dari hasil perhitungan analisa AVSWAT
2000, maka diperoleh debit sungai pada outlet
Tawangrijeni, yaitu pada sub DAS 39 dengan
rekapitulasi sebagai berikut:
Tabel 4. Debit pada outlet di DAS Lesti
Tahun Debit Sungai (m3/dtk)
2002 15,31
2004 17,10
2006 18,09
2008 19,42
2010 20,73
2012 21,58
Sumber:Hasil Analisa
Gambar 5. Grafik debit DAS Lesti
Sumber:Hasil Analisa
Sedangkan debit yang terjadi pada setiap sub
DAS (1-39) secara rerata bulanan kurun waktu 6
(enam) tahun , dapat dilihat pada grafik sebagai
berikut
Gambar 6. Grafik debit per sub DAS
Sumber:Hasil Analisa
Dari analisis diatas dapat disimpulkan pula
bahwa perubahan tata guna lahan menyebabkan
debit di sungai Lesti semakin meningkat
c. Hasil Analisa Curve Number DAS Lesti
Akibat perubahan tata guna lahan pada DAS
Lesti dari tahun ke tahun memberikan dampak
tidak hanya pada debit sungai dan debit limpasan
42 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 37-45
di lahan, akan tetapi mempengaruhi juga bilangan
limpasan permukaan runoff curve number CN
yang dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan dan
jenis tanah nya. Hasil analisa pada simulasi
AVSWAT didapatkan nilai CN berubah secara
signifikan setiap tahunya sesuai dengan besarnya
hujan yang terjadi.
Gambar 7. Grafik hubungan hujan dan
limpasan SCS-CN dan CN di Lesti
Sumber:Hasil Analisa
Dari grafik hubungan limpasan permukaan
dengan hujan yang terjadi, maka bila dibandingkan
dengan grafik CN-SCS maka didapatkan nilai CN
pada DAS Lesti dari tahun 2002-2012 yaitu 36-90
dengan kisaran nilai CN 36 tata guna lahan Hutan
dengan jenis tanah Regosol Kelabu dan 90 pada
pemukiman dengan tanah asosiasi andosol coklat
Tabel 5. Rekapitulasi nilai CN
Sumber:Hasil Analisa
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa nilai CN
(Curve Number) dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan , yaitu pada tahun 2002 sebesar 62,65,
tahun 2004 sebesar 63,85, tahun 2006 sebesar
64,73, tahun 2008 sebesar 65,70, tahun 2010
sebesar 66,63 dan tahun 2012 sebesar 67,83.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan tata
guna lahan di DAS Lesti menyebabkan
peningkatan nilai Curve Number (CN) dari tahun
ke tahun. Berikut grafik perubahan tata guna lahan
di DAS Lesti
Gambar 8. Perubahan Tata Guna Lahan
Sumber:Hasil Analisa
Perubahan bilangan Curve Number (CN)
di DAS Lesti juga berpengaruh pada debit di
Sungai, hal ini ditunjukkan pada tabel berikut ini
Tabel 6 Pengaruh CN terhadap Debit
Tahun 2002 2004 2006 2008 2010 2012
Debit
(m3/dtk) 15.31 17.10 18.09 19.42 20.73 21.58
CN 62.65 63.85 64.73 65.70 66.63 67.83
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan diatas,
dapat disimpulkan, perubahan CN dari tahun ke
tahun berpengaruh pada peningkatan debit di
sungai Lesti, yang digambarkan pada grafik
berikut ini
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Air
Tawar
Hutan Padang
Rumput
Pemukim
an
Perkebun
an
Sawah
Irigasi
Semak
Belukar
Tegalan
2002 82.16 5274.40 115.45 3692.85 11751.81 2386.60 1628.11 13407.07
2004 82.16 5170.63 75.37 3873.95 11822.46 2309.26 1668.18 13336.42
2006 82.30 5167.82 52.85 4042.34 11822.38 2213.25 1668.89 13288.61
2008 81.07 5077.54 20.50 4685.99 11619.45 2189.62 1610.41 13053.86
2010 71.92 5075.23 15.76 4869.21 11592.53 2099.52 1610.58 13003.69
2012 71.00 5047.74 13.36 4885.34 11603.94 2051.72 1697.10 12968.25
Lu
as (H
a)
Grafik Perubahan Tata Guna Lahan DAS Lesti
Ideawati, dkk ., Analisis Perubahan Bilangan Kurva Aliran Permukaan (Runoff Curve Number) Terhadap 43 Debit Banjir Di DAS Lesti
Gambar 9. Grafik Perubahan CN terhadap
Debit
Sumber: Hasil perhitungan
d. Peta Sebaran Nilai Curve Number (CN)
Setelah dilakukan analisa terhadap nilai
limpasan permukaan Curve Number pada DAS
Lesti, maka dibuat peta sebaran nilai CN dari tahun
ke tahun, untuk mengetahui lebih jelas
perubahannya pada tiap tata guna lahan. Berikut
peta pola sebaran nilai CN dari tahun 2002, 2004,
2006, 2008,2010,dan 2012
Gambar 10. Peta sebaran CN tahun 2002
Sumber:Hasil Analisa
Gambar 11. Peta sebaran CN tahun 2004
Sumber:Hasil Analisa
Gambar 12. Peta sebaran CN tahun 2006
Sumber:Hasil Analisa
Gambar 13. Peta sebaran CN tahun 2008
Sumber:Hasil Analisa
Gambar 14. Peta sebaran CN tahun 2010
Sumber:Hasil Analisa
44 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 37-45
Gambar 15. Peta sebaran CN tahun 2012
Sumber:Hasil Analisa
4. KESIMPULAN
1. Nilai CN (Curve Number) dari tahun ke tahun
menunjukkan peningkatan , yaitu pada tahun
2002 sebesar 62,65, tahun 2004 sebesar 63,85,
tahun 2006 sebesar 64,73, tahun 2008 sebesar
65,70, tahun 2010 sebesar 66,63 dan tahun
2012 sebesar 67,83. Dengan peningkatan CN
rata-rata 1,03 per tahun.
2. Perubahan tata guna lahan di DAS Lesti
menyebabkan peningkatan besarnya limpasan
dari tahun 2002 yaitu sebesar 37,818 mm, tahun
2004 sebesar 38,045 mm, tahun 2006 sebesar
47.773 mm, tahun 2008 sebesar 65.843 mm ,
tahun 2010 sebesar 66,959 dan tahun 2012
meningkat sebesar 72, 284 . Hal ini disebabkan
meningkatnya tata guna lahan pemukiman dan
berkurang nya luas kawasan hutan.
3. Perubahan tata guna lahan di DAS Lesti
menyebabkan peningkatan besarnya debit di
DAS Lesti dari tahun 2002 yaitu sebesar 15,31
m3/dtk tahun 2004 sebesar 17,10 m3/dtk, tahun
2006 sebesar 18,09 m3/dtk, tahun 2008 sebesar
19,42 m3/dtk, tahun 2010 sebesar 20,73
m3/dtk dan tahun 2012 meningkat sebesar
21,58 m3/dtk.
4. Peta sebaran CN menunjukkan perubahan nilai
bilangan aliran permukaan Curve Number dari
tahun 2002, 2004, 2006, 2006, 2010, dan 2012,
sebagai akibat perubahan tata guna lahan pada
tahun tersebut.
5. SARAN
Dari hasil analisa, usaha konservasi perlu
dilakukan, mengingat DAS Lesti merupakan
kawasan penyangga yang berada pada hulu
sungai Lesti. Pada studi ini bilangan kurva
aliran permukaan (Curve Number) dapat
digunakan sebagai pertimbangan pengambilan
keputusan oleh pihak – pihak terkait guna
pemulihan keseimbangan di DAS Lesti,
khususnya mengenai limpasan permukaan di
DAS akibat perubahan tata guna lahan.
Dikarenakan DAS Lesti mempunyai luas
DAS yang cukup besar sehingga analisa
limpasan dilakukan dengan model AVSWAT.
Untuk ketelitian lebih akurat pada analisa
limpasan sebaiknya dilakukan dengan alat
pengukur limpasan pada Laboratorium
Hidrologi Jurusan Teknik Pengairan.
Selain itu peta sebaran nilai bilangan kurva
aliran permukaan (Curve Number) dapat
menjadi salah satu referensi dan acuan dalam
penyusunan peta Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) di DAS Lesti
6. DAFTAR PUSTAKA
1. Asdak, C. (2002). Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
2. Chow, V.T., D.R. Maidment, and L.W.
Mays. (1998). Applied Hydrology. Mc
GrawHill. Singapore
3. Gholami. A ; Ebrahim. P ; Amir. H.D.
(2011). Preparing the Curve Number
(CN) and Surface Runoff Coefficient
(C) Map of the Basin in the Aghche
Watershed, Iran
4. M.Di Luzio, R Srinivasan, J.G. Arnold,
S.L. Neitsch.2002. ArcView Interface
for SWAT 2000 : User’s Guide.
Grassland, Soil and Water Research
Laboratory. USDA Agricultural Research
Service. Temple, Texas. Blackland Research
and Extention Center. Texas Agricultural
Experiment Station. Temple, Texas.
Published 2002 by Texas Water Resourches
Institute Collage Station, Texas.
ftp.brc.tamus.edu/pub/swat.http://ww
w.brc.tamus.edo/swat/.
5. Neitsch, S.L, J.G Arnold, J.R. Kiniry,
J.R. Williams,. 2005. Soil And Water
Assesment Tool Theoritical Documentation.
Grassland, Soil and Water Research
Laboratory. USDA Agricultural Research
Service. Temple, Texas.
6. Setiawan. A. 2009. Sedimentasi
Bendungan Sutami Setahun Capai Satu
Ideawati, dkk ., Analisis Perubahan Bilangan Kurva Aliran Permukaan (Runoff Curve Number) Terhadap 45
Debit Banjir Di DAS Lesti
Juta Kubik.
http://malangraya.web.id/2009/05/20/se
dimentasi-bendungan-sutami-setahun-
capai-satu-juta-kubik/ . April, 8, 2014
7. Sumaruw.J.S.F ; Ohgushi K. (2012).
Analysis in Curve Number, Land Use
and Land Cover Changes and the
Impact to the Peak Flow in the Jobaru
River Basin, Japan
8. Triatmojo Bambang.(2010). Hidrologi
Teknik Terapan. Yogyakarta. Beta
Offset Yogyakarta