analisis perubahan bilangan kurva aliran …

9
37 ANALISIS PERUBAHAN BILANGAN KURVA ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF CURVE NUMBER) TERHADAP DEBIT BANJIR DI DAS LESTI Lenny Febriana Ideawati 1 , Lily Montarcih Limantara 2 , Ussy Andawayanti 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia; [email protected] 2 Dosen, Program Studi Magister Sumber Daya Air, Teknik Pengairan Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia ABSTRAK: Kegiatan tata guna lahan yang merubah tipe dan jenis tutupan lahan, perubahan vegetasi ke jenis vegetasi lainya dalam pengelolaan sumber daya alam, penebangan hutan, peladangan berpindah, serta perubahan perlakuan pengolahan lahan dijumpai pada DAS Lesti. Upaya yang dapat dijadikan alternatif solusi perubahan fungsi lahan yaitu dengan menganalisa variabel CN ( Curve Number) dan mengklasifikasikan tiap penggunaan lahanya, jenis tanah serta vegetasinya, sehingga diketahui pengaruh debit lahan serta debit pada sungai. Hasil studi menunjukkan peningkatan nilai CN dari tahun 2002 sampai 2012 rata-rata sebesar 1,03%, dan limpasan permukaan rata-rata 54,79 mm, dengan debit sungai rata-rata sebesar 18,54 m 3 /dtk. Perubahan tata guna lahan dari tahun 2002 hingga 2012 menyebabkan kenaikan nilai CN (Curve Number) , limpasan permukaan dan debit di sungai Lesti. Kata Kunci : DAS Lesti, Curve Number, Limpasan permukaan. ABSTRACT: Land use activities that changing types of land cover, vegetation changes to other vegetation types in managed of natural resources, deforestation, shifting cultivation, and changes in land treatments found in the watershed Lesti. Efforts that can be used as an alternative solution to the landuse change is to analyze the CN (Curve Number) as a variable that classify each landuse, type of soil and vegetation, in order to know the effect of the runoff and river discharge. The study shows CN value increase from 2002 to 2012 an average of 1.03%, average surface runoff 54.79 mm, with an average streamflow of 18.54 m 3 / sec. The changes in land use from 2002 to 2012 caused increase in the value of the CN (Curve Number), surface runoff, and river discharge in Lesti River. Key words: Lesti Watershed, Curve Number, Runoff 1. PENDAHULUAN Kegiatan tata guna lahan yang merubah tipe dan jenis tutupan lahan, perubahan vegetasi ke jenis vegetasi lainya dalam pengelolaan sumber daya alam, penebangan hutan, peladangan berpindah, perubahan hutan menjadi daerah perkebunan, serta perubahan perlakuan pengolahan lahan dijumpai pada DAS Lesti. Terjadinya perubahanperubahan tersebut apabila terjadi secara terus menerus dan dalam skala besar akan berpengaruh pada debit sungai. Hal tersebut terjadi karena pada saat hujan jatuh ke DAS tidak banyak meresap ke dalam air akan tetapi melimpas dan menjadi debit sungai. Jika peningkatan debit ini terjadi cepat dan cukup besar dan melebihi kapasitas sungai maka dapat berakibat pada kegagalan bangunan pengendali banjir yang berada di sungai Lesti. Bangunan tersebut tidak mampu

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

37

ANALISIS PERUBAHAN BILANGAN KURVA ALIRAN PERMUKAAN

(RUNOFF CURVE NUMBER) TERHADAP DEBIT BANJIR

DI DAS LESTI

Lenny Febriana Ideawati1, Lily Montarcih Limantara

2, Ussy Andawayanti

2

1Mahasiswa Program Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur,

Indonesia; [email protected]

2Dosen, Program Studi Magister Sumber Daya Air, Teknik Pengairan Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,

Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK: Kegiatan tata guna lahan yang merubah tipe dan jenis tutupan lahan, perubahan vegetasi

ke jenis vegetasi lainya dalam pengelolaan sumber daya alam, penebangan hutan, peladangan

berpindah, serta perubahan perlakuan pengolahan lahan dijumpai pada DAS Lesti. Upaya yang dapat

dijadikan alternatif solusi perubahan fungsi lahan yaitu dengan menganalisa variabel CN (Curve

Number) dan mengklasifikasikan tiap penggunaan lahanya, jenis tanah serta vegetasinya, sehingga

diketahui pengaruh debit lahan serta debit pada sungai. Hasil studi menunjukkan peningkatan nilai CN

dari tahun 2002 sampai 2012 rata-rata sebesar 1,03%, dan limpasan permukaan rata-rata 54,79 mm,

dengan debit sungai rata-rata sebesar 18,54 m3/dtk. Perubahan tata guna lahan dari tahun 2002 hingga

2012 menyebabkan kenaikan nilai CN (Curve Number) , limpasan permukaan dan debit di sungai

Lesti.

Kata Kunci : DAS Lesti, Curve Number, Limpasan permukaan.

ABSTRACT: Land use activities that changing types of land cover, vegetation changes to other

vegetation types in managed of natural resources, deforestation, shifting cultivation, and changes in

land treatments found in the watershed Lesti. Efforts that can be used as an alternative solution to the

landuse change is to analyze the CN (Curve Number) as a variable that classify each landuse, type of

soil and vegetation, in order to know the effect of the runoff and river discharge. The study shows CN

value increase from 2002 to 2012 an average of 1.03%, average surface runoff 54.79 mm, with an

average streamflow of 18.54 m3 / sec. The changes in land use from 2002 to 2012 caused increase in

the value of the CN (Curve Number), surface runoff, and river discharge in Lesti River.

Key words: Lesti Watershed, Curve Number, Runoff

1. PENDAHULUAN

Kegiatan tata guna lahan yang merubah

tipe dan jenis tutupan lahan, perubahan vegetasi ke

jenis vegetasi lainya dalam pengelolaan sumber

daya alam, penebangan hutan, peladangan

berpindah, perubahan hutan menjadi daerah

perkebunan, serta perubahan perlakuan pengolahan

lahan dijumpai pada DAS Lesti. Terjadinya

perubahan–perubahan tersebut apabila terjadi

secara terus menerus dan dalam skala besar akan

berpengaruh pada debit sungai. Hal tersebut

terjadi karena pada saat hujan jatuh ke DAS tidak

banyak meresap ke dalam air akan tetapi melimpas

dan menjadi debit sungai. Jika peningkatan debit

ini terjadi cepat dan cukup besar dan melebihi

kapasitas sungai maka dapat berakibat pada

kegagalan bangunan pengendali banjir yang berada

di sungai Lesti. Bangunan tersebut tidak mampu

38 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 37-45

menahan beban gaya akibat debit banjir yang telah

mengalami peningkatan akibat perubahan tata guna

lahan, perubahan vegetasi dan pengolahan tanah

yang tidak berbasis konservasi.

Permasalahan sedimentasi di Waduk

Sutami, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang,

yang berfungsi menampung air dari Sungai Lesti

(hulunya di Semeru) dan Sungai Brantas (Kelud),

saat ini sudah tidak mampu menahan laju

sedimentasi berupa melimpahnya material endapan

dalam waduk yang mencapai lima juta meter kubik

per tahun. Hal ini disebabkan kondisi hulu Sungai

Lesti yang telah mengalami alih fungsi lahan

(malangraya.web.id,2009)

Hal ini merupakan indikator kesiembangan

DAS Lesti hulu telah terganggu oleh alih fungsi

lahan, perubahan vegetasi, dan pengolahan lahan

yang tidak berbasis konservasi

Oleh sebab itu, diperlukan analisis

mengenai pengaruh perubahan tata guna lahan

terhadap bilangan kurva aliran CN (Curve

Number) sebagai salah satu variabel penentu

perubahan di DAS Lesti. Salah satu metode yang

telah dikembangkan SCS (Soil Conservation

Service) dengan memperhatikan CN (Curve

Number) yang merupakan fungsi dari karakteristik

DAS seperti tipe tanah, tanaman penutup, tata

guna lahan, kelembapan dan cara pengerjaan

tanah.

2. BAHAN DAN METODE

a. Bahan

Secara geografis Sub DAS Lesti berbentuk

memanjang terletak diantara 8⁰02’50”-8⁰12’10” LS dan 112⁰42’58” sampai 112⁰56’21’’ BT dan memiliki luas daerah 58.384 Hektar, terbagi sub-sub DAS yaitu

Lesti Hulu seluas 38.338 Ha, Lesti Hilir 20.046 Ha.

Gambar 1. Peta DAS Lesti

Sumber: Pengolahan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Peta Topografi skala 1 : 25.000 diperoleh dari

BAKOSURTANAL yang meliputi wilayah Sub

DAS Lesti.

2. Peta Sungai Lesti skala 1:25.000

3. Peta Tata Guna Lahan tahun 2002, 2004, 2006,

2008, 2010, dan tahun 2012

4. Data Curah Hujan Harian tahun 2002-2012

5. Data Klimatologi tahun 2002-2012

6. Data debit AWLR tahun 2002 sampai 2012

b. Metode

Metode SCS dikembangkan dari hasil

pengamatan curah hujan selama bertahun-tahun

dan melibatkan banyak daerah pertanian di

Amerika Serikat. Metode ini berusaha

mengkaitkan karakteristik DAS seperti tanah,

vegetasi, dan tata guna lahan dengan bilangan

kurva air larian CN (runoff curve number) yang

menunjukkan potensi air larian untuk curah hujan

tertentu.

Metode CN didasarkan atas hubungan

infiltrasi pada setiap jenis tanah dengan jumlah

curah hujan yang jatuh pada setiap kali hujan.

Total curah yang jatuh pada setiap hujan (P) di atas

tanah dengan potensi maksimal tanah untuk

menahan (retention) air (S) tertentu, akan terbagi

menjadi tiga komponen; Air larian (Q), Infiltrasi

(F) dan Abtraksi awal (Initial Abstraction: Ia),

dengan hubungan (Chow, 1988:148)

Q = SIP

IP

a

a

2

dengan:

Q = Volume Limpasan permukaan (mm)

Ia= Abstraksi awal (initial abstraction)

P= Hujan harian (mm)

S = Volume dari total simpanan permukaan

(retention parameter) (mm)

Dalam menentukan kedalaman dari curah

hujan berlebih (depth excess rainfall) atau

limpasan pemukaan dapat ditunjukkan dalam

persamaan diatas dimana korelasi nilai Ia dengan S

adalah: (Chow, 1988:148)

Ia = 0.2 S

Dalam memudahkan perhitungan

kelembapan awal (antecedent moistrure

condition), tata guna lahan dan konservasi tanah,

US SCS menentukan besarnya S sebagai berikut:

Ideawati, dkk ., Analisis Perubahan Bilangan Kurva Aliran Permukaan (Runoff Curve Number) Terhadap 39

Debit Banjir Di DAS Lesti

S = 25 4 (1000

-10)

CN : Bilangan kurva air larian bervariasi dari 0

hingga 100

Dengan mengeplotkan nilai dari P dan Q

pada kurva SCS maka nilai CN dapat ditentukan.

Metode SCS mengelompokkan jenis tanah dalam 4

(empat) jenis yaitu berdasar tipe tanah dan

tataguna lahannya (hydrology soil group). Pada

abstraksi awal, Ia biasanya menggunakan

pendekatan 0.2 S sehingga persamaan menjadi:

Q = SP

SP

8.0

2.02

Limpasan permukaan akan terjadi apabila

hujan (P) lebih besar dari abstraksi awal (Ia) . Untuk nilai CN berbeda beda dapat dilihat pada

gambar berikut

Gambar 2. Grafik CN-SCS

Sumber: M.Di Luzio, R Srinivasan, J.G. Arnold,

S.L. Neitsch,2002: 96

Nilai CN didapatkan dari kondisi penelitian

yaitu daerah beriklim sedang. Namun nilai tersebut

dapat digunakan apabila nilai CN di daerah yang

diteliti belum tersedia.

Tabel 1. Nilai CN berdasarkan SCS

Tataguna Lahan Keadaan

Hidrologi

Kelompok Tanah

A B C D

Padang rumput terus

menerus untuk

tempat

penggembalaan

ternak

Buruk

Cukup

Baik

68

49

39

79

69

61

86

79

74

89

84

80

Padang rumput

terlindung dari

ternak, untuk

dipanen

-- 30 58 71 78

Tataguna Lahan Keadaan

Hidrologi

Kelompok Tanah

A B C D

Semak-semak,

rerumputan dengan

tumbuhan semak-

semaknya yang

dominan

Buruk

Cukup

Baik

48

35

30

67

56

48

77

70

65

83

79

77

Tanaman kayu-

kombinasi rumput

dan perkebunan

Buruk

Cukup

Baik

57

43

32

73

65

58

82

76

72

86

82

79

Tegakan hutan tidak

rapat

Buruk

Cukup

Baik

45

36

30

66

60

55

77

73

70

83

79

77

Tanah pertanian -- 59 74 82 86

Sumber: Neitsch, S.L, J.G Arnold, J.R. Kiniry,

J.R. Williams, 2005: 102

Kondisi kelengasan tanah awal atau disebut

Antecedent Moisture Condition (AMC) sangat

mempengaruhi volume laju aliran permukaan.

Mengingat pentingnya pengaruh faktor ini, maka

Soil Conservation Service (SCS) menyusun tiga

kondisi kelengasan tanah atau kondisi kandungan

air awal, berdasarkam jumlah hujan selama 5 hari

terdahulu, antara lain (Triatmodjo,2010:157):

1. AMC I (Antecedent Moisture Condition I).

Tanah pada DAS dalam keadaan kering,

potensi limpasan terendah, akan tetapi tidak

sampai pada titik layu, telah atau pernah

ditanami dengan hasil baik. Dalam studi ini

analisa AMC I digunakan untuk menganalisa

CN pada saat bulan kering atau musim

kemarau

2. AMC II (Antecedent Moisture Condition II).

Kondisi tanah dalam keadaan rata-rata atau

average condition.

3. AMC III (Antecedent Moisture Condition III).

Hujan lebat atau ringan dan temperatur

rendah, kondisi tanah pada DAS jenuh dengan

air, dan potensi limpasan tertinggi. Pada studi

ini analisa AMC III digunakan untuk

menganalisa CN pada saat bulan basah atau

musim hujan

Nilai CN (Curve Number) ekivalen pada

kondisi AMC I (Antecedent Moisture Condition I)

dan AMC III (Antecedent Moisture Condition III)

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut (Triatmojo,2010:157):

(I) 4 2 (II)

10 0,058 (II)

40 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 37-45

(III) 2 (II)

10 0,1 (II)

SCS (Soil Conservation Service) telah

mengembangkan sistem klasifikasi tanah

berdasarkan sifat tanah dan dikelompokkan

menjadi empat kelompok hidrologi ( Hydrologic

Soil Grup). Adapun definisi pada setiap kelompok

tanah tersebut disesuaikan dengan melihat

kesamaan terhadap potensi limpasan permukaan

pada kondisi cuaca dan tata guna lahan yang sama,

dan dikelompokan berdasakan kelompok berikut:

Tabel 2. Klasifikasi Hydrologic Soil Grup

Kelompok

Tanah Keterangan

Laju

Infiltrasi

(mm/jam)

A Potensi Air Larian paling

kecil, termasuk tanah pasir

dalam dengan unsur debu dan

liat. Laju infiltrasi tinggi

8-12

B Potensi Air Larian kecil,

tanah berpasir lebih dangkal

dari A. Tekstur halus sampai

sedang, Laju infiltrasi sedang

4-8

C Potensi Air Larian Sedang ,

tanah dangkal dan

mengandung cukup liat.

Tekstur sedang sampai halus.

Laju infiltrasi rendah

1-4

D Potensi Air Larian Tinggi,

kebanyakan tanah liat ,

dangkal, dengan lapisan

kedap air dekat permukaan

tanah. Infiltrasi paling rendah

0-1

Sumber : Asdak, 2002;184

Studi penelitian pada DAS Lesti yang secara

khusus terkait dengan Curve Number atau

bilangan kurva aliran permukaan belum pernah

dilakukan di DAS Lesti. Beberapa penelitian

terdahulu yang sejenis menyangkut bilangan kurva

aliran permukaan seperti penelitian di Jepang dan

Iran berikut ini.

Sumaruw J, dan Ohgushi K (2012)

menyatakan bahwa dengan meningkatnya daerah

perkotaan dan penurunan tanah pertanian

menyebabkan peningkatan CN, di sisi lain,

peningkatan hutan dan penurunan daerah tandus

menyebabkan penurunan CN. Penurunan CN

menunjukkan bahwa potensi limpasan air menurun

sementara meningkatnya CN berarti bahwa

limpasan permukaan berpotensi meningkat

Gholami A et.al (2011) menyimpulkan

bahwa salah satu faktor yang penting terjadinya

erosi di lahan adalah perubahan penggunaan lahan

tanpa mempertimbangkan potensi dan kemampuan

lahan dan efek dari perubahan vegetasi, degradasi

lahan serta peningkatan desertifikasi. Hal yang

paling penting adalah bahwa perubahan

penggunaan lahan memiliki efek langsung pada

proses hidrologi. Metode yang digunakan yaitu

model SCS (Soil Conservation Service) digunakan

untuk menghitung curah hujan dan besarnya CN,

dan membuktikan bahwa perubahan penggunaan

lahan mempengaruhi peningkatan limpasan.

Tahapan metode yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah :

1. Analisa Hidrologi dengan uji kualitas data dan

uji konsistensi

2. Pengolahan peta topografi, jenis tanah , dan tata

guna lahan dengan ArcView GIS

3. Running data hujan dan peta tata guna lahan

serta peta jenis tanah untuk menghasilkan debit

di model dengan AVSWAT 2000

4. Kalibrasi debit model dan debit AWLR

(Automatic Water Level Recorder) hingga

KR<10%

5. Verifikasi Lapangan menguji laju infiltrasi

6. Menganalisa debit limpasan di lahan yang

terjadi berdsarkan keluaran hasil model

7. Menganalisa debit di lahan berdasarkan

keluaran running AVSWAT untuk mengetahui

perubahan debit berdasarkan perubahan tata

guna lahan

8. Menganalisa CN (Curve Number) tiap tata guna

lahan dan jenis tanah sehingga mendapatkan

grafik hubungan limpasan dan hujan untuk

mendapatkan nilai CN

9. Membandingkan grafik analisa dengan grafik

SCS-CN

10.Pemetaan Nilai CN

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Limpasan Permukaan Lahan DAS

Lesti

Dari hasil analisa (running) AVSWAT

2000 maka didapatkan rerata keseluruhan limpasan

permukaan lahan DAS Lesti sebesar 54,79 mm.

Debit limpasan meningkat dari tahun ke tahun

Tabel 3. Limpasan Permukaan DAS Lesti

Tahun Limpasan (mm)

2002 37.818

2004 38.045

2006 47.773

2008 65.843

Ideawati, dkk ., Analisis Perubahan Bilangan Kurva Aliran Permukaan (Runoff Curve Number) Terhadap 41 Debit Banjir Di DAS Lesti

2010 66.959

2012 72.284

Rata-rata 54,79

Sumber:Hasil Analisa

Gambar 3. Grafik debit limpasan

Sumber:Hasil Analisa

Sedangkan limpasan permukaan yang

terjadi pada setiap sub DAS (1-39) secara rerata

bulanan kurun waktu 6 (enam) tahun , dapat dilihat

pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4. Grafik debit limpasan per sub DAS

Sumber:Hasil Analisa

b. Hasil Debit Sungai pada outlet di DAS

Lesti

Dari hasil perhitungan analisa AVSWAT

2000, maka diperoleh debit sungai pada outlet

Tawangrijeni, yaitu pada sub DAS 39 dengan

rekapitulasi sebagai berikut:

Tabel 4. Debit pada outlet di DAS Lesti

Tahun Debit Sungai (m3/dtk)

2002 15,31

2004 17,10

2006 18,09

2008 19,42

2010 20,73

2012 21,58

Sumber:Hasil Analisa

Gambar 5. Grafik debit DAS Lesti

Sumber:Hasil Analisa

Sedangkan debit yang terjadi pada setiap sub

DAS (1-39) secara rerata bulanan kurun waktu 6

(enam) tahun , dapat dilihat pada grafik sebagai

berikut

Gambar 6. Grafik debit per sub DAS

Sumber:Hasil Analisa

Dari analisis diatas dapat disimpulkan pula

bahwa perubahan tata guna lahan menyebabkan

debit di sungai Lesti semakin meningkat

c. Hasil Analisa Curve Number DAS Lesti

Akibat perubahan tata guna lahan pada DAS

Lesti dari tahun ke tahun memberikan dampak

tidak hanya pada debit sungai dan debit limpasan

42 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 37-45

di lahan, akan tetapi mempengaruhi juga bilangan

limpasan permukaan runoff curve number CN

yang dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan dan

jenis tanah nya. Hasil analisa pada simulasi

AVSWAT didapatkan nilai CN berubah secara

signifikan setiap tahunya sesuai dengan besarnya

hujan yang terjadi.

Gambar 7. Grafik hubungan hujan dan

limpasan SCS-CN dan CN di Lesti

Sumber:Hasil Analisa

Dari grafik hubungan limpasan permukaan

dengan hujan yang terjadi, maka bila dibandingkan

dengan grafik CN-SCS maka didapatkan nilai CN

pada DAS Lesti dari tahun 2002-2012 yaitu 36-90

dengan kisaran nilai CN 36 tata guna lahan Hutan

dengan jenis tanah Regosol Kelabu dan 90 pada

pemukiman dengan tanah asosiasi andosol coklat

Tabel 5. Rekapitulasi nilai CN

Sumber:Hasil Analisa

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa nilai CN

(Curve Number) dari tahun ke tahun menunjukkan

peningkatan , yaitu pada tahun 2002 sebesar 62,65,

tahun 2004 sebesar 63,85, tahun 2006 sebesar

64,73, tahun 2008 sebesar 65,70, tahun 2010

sebesar 66,63 dan tahun 2012 sebesar 67,83.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan tata

guna lahan di DAS Lesti menyebabkan

peningkatan nilai Curve Number (CN) dari tahun

ke tahun. Berikut grafik perubahan tata guna lahan

di DAS Lesti

Gambar 8. Perubahan Tata Guna Lahan

Sumber:Hasil Analisa

Perubahan bilangan Curve Number (CN)

di DAS Lesti juga berpengaruh pada debit di

Sungai, hal ini ditunjukkan pada tabel berikut ini

Tabel 6 Pengaruh CN terhadap Debit

Tahun 2002 2004 2006 2008 2010 2012

Debit

(m3/dtk) 15.31 17.10 18.09 19.42 20.73 21.58

CN 62.65 63.85 64.73 65.70 66.63 67.83

Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan diatas,

dapat disimpulkan, perubahan CN dari tahun ke

tahun berpengaruh pada peningkatan debit di

sungai Lesti, yang digambarkan pada grafik

berikut ini

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Air

Tawar

Hutan Padang

Rumput

Pemukim

an

Perkebun

an

Sawah

Irigasi

Semak

Belukar

Tegalan

2002 82.16 5274.40 115.45 3692.85 11751.81 2386.60 1628.11 13407.07

2004 82.16 5170.63 75.37 3873.95 11822.46 2309.26 1668.18 13336.42

2006 82.30 5167.82 52.85 4042.34 11822.38 2213.25 1668.89 13288.61

2008 81.07 5077.54 20.50 4685.99 11619.45 2189.62 1610.41 13053.86

2010 71.92 5075.23 15.76 4869.21 11592.53 2099.52 1610.58 13003.69

2012 71.00 5047.74 13.36 4885.34 11603.94 2051.72 1697.10 12968.25

Lu

as (H

a)

Grafik Perubahan Tata Guna Lahan DAS Lesti

Ideawati, dkk ., Analisis Perubahan Bilangan Kurva Aliran Permukaan (Runoff Curve Number) Terhadap 43 Debit Banjir Di DAS Lesti

Gambar 9. Grafik Perubahan CN terhadap

Debit

Sumber: Hasil perhitungan

d. Peta Sebaran Nilai Curve Number (CN)

Setelah dilakukan analisa terhadap nilai

limpasan permukaan Curve Number pada DAS

Lesti, maka dibuat peta sebaran nilai CN dari tahun

ke tahun, untuk mengetahui lebih jelas

perubahannya pada tiap tata guna lahan. Berikut

peta pola sebaran nilai CN dari tahun 2002, 2004,

2006, 2008,2010,dan 2012

Gambar 10. Peta sebaran CN tahun 2002

Sumber:Hasil Analisa

Gambar 11. Peta sebaran CN tahun 2004

Sumber:Hasil Analisa

Gambar 12. Peta sebaran CN tahun 2006

Sumber:Hasil Analisa

Gambar 13. Peta sebaran CN tahun 2008

Sumber:Hasil Analisa

Gambar 14. Peta sebaran CN tahun 2010

Sumber:Hasil Analisa

44 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 37-45

Gambar 15. Peta sebaran CN tahun 2012

Sumber:Hasil Analisa

4. KESIMPULAN

1. Nilai CN (Curve Number) dari tahun ke tahun

menunjukkan peningkatan , yaitu pada tahun

2002 sebesar 62,65, tahun 2004 sebesar 63,85,

tahun 2006 sebesar 64,73, tahun 2008 sebesar

65,70, tahun 2010 sebesar 66,63 dan tahun

2012 sebesar 67,83. Dengan peningkatan CN

rata-rata 1,03 per tahun.

2. Perubahan tata guna lahan di DAS Lesti

menyebabkan peningkatan besarnya limpasan

dari tahun 2002 yaitu sebesar 37,818 mm, tahun

2004 sebesar 38,045 mm, tahun 2006 sebesar

47.773 mm, tahun 2008 sebesar 65.843 mm ,

tahun 2010 sebesar 66,959 dan tahun 2012

meningkat sebesar 72, 284 . Hal ini disebabkan

meningkatnya tata guna lahan pemukiman dan

berkurang nya luas kawasan hutan.

3. Perubahan tata guna lahan di DAS Lesti

menyebabkan peningkatan besarnya debit di

DAS Lesti dari tahun 2002 yaitu sebesar 15,31

m3/dtk tahun 2004 sebesar 17,10 m3/dtk, tahun

2006 sebesar 18,09 m3/dtk, tahun 2008 sebesar

19,42 m3/dtk, tahun 2010 sebesar 20,73

m3/dtk dan tahun 2012 meningkat sebesar

21,58 m3/dtk.

4. Peta sebaran CN menunjukkan perubahan nilai

bilangan aliran permukaan Curve Number dari

tahun 2002, 2004, 2006, 2006, 2010, dan 2012,

sebagai akibat perubahan tata guna lahan pada

tahun tersebut.

5. SARAN

Dari hasil analisa, usaha konservasi perlu

dilakukan, mengingat DAS Lesti merupakan

kawasan penyangga yang berada pada hulu

sungai Lesti. Pada studi ini bilangan kurva

aliran permukaan (Curve Number) dapat

digunakan sebagai pertimbangan pengambilan

keputusan oleh pihak – pihak terkait guna

pemulihan keseimbangan di DAS Lesti,

khususnya mengenai limpasan permukaan di

DAS akibat perubahan tata guna lahan.

Dikarenakan DAS Lesti mempunyai luas

DAS yang cukup besar sehingga analisa

limpasan dilakukan dengan model AVSWAT.

Untuk ketelitian lebih akurat pada analisa

limpasan sebaiknya dilakukan dengan alat

pengukur limpasan pada Laboratorium

Hidrologi Jurusan Teknik Pengairan.

Selain itu peta sebaran nilai bilangan kurva

aliran permukaan (Curve Number) dapat

menjadi salah satu referensi dan acuan dalam

penyusunan peta Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) di DAS Lesti

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Asdak, C. (2002). Hidrologi dan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta

2. Chow, V.T., D.R. Maidment, and L.W.

Mays. (1998). Applied Hydrology. Mc

GrawHill. Singapore

3. Gholami. A ; Ebrahim. P ; Amir. H.D.

(2011). Preparing the Curve Number

(CN) and Surface Runoff Coefficient

(C) Map of the Basin in the Aghche

Watershed, Iran

4. M.Di Luzio, R Srinivasan, J.G. Arnold,

S.L. Neitsch.2002. ArcView Interface

for SWAT 2000 : User’s Guide.

Grassland, Soil and Water Research

Laboratory. USDA Agricultural Research

Service. Temple, Texas. Blackland Research

and Extention Center. Texas Agricultural

Experiment Station. Temple, Texas.

Published 2002 by Texas Water Resourches

Institute Collage Station, Texas.

ftp.brc.tamus.edu/pub/swat.http://ww

w.brc.tamus.edo/swat/.

5. Neitsch, S.L, J.G Arnold, J.R. Kiniry,

J.R. Williams,. 2005. Soil And Water

Assesment Tool Theoritical Documentation.

Grassland, Soil and Water Research

Laboratory. USDA Agricultural Research

Service. Temple, Texas.

6. Setiawan. A. 2009. Sedimentasi

Bendungan Sutami Setahun Capai Satu

Ideawati, dkk ., Analisis Perubahan Bilangan Kurva Aliran Permukaan (Runoff Curve Number) Terhadap 45

Debit Banjir Di DAS Lesti

Juta Kubik.

http://malangraya.web.id/2009/05/20/se

dimentasi-bendungan-sutami-setahun-

capai-satu-juta-kubik/ . April, 8, 2014

7. Sumaruw.J.S.F ; Ohgushi K. (2012).

Analysis in Curve Number, Land Use

and Land Cover Changes and the

Impact to the Peak Flow in the Jobaru

River Basin, Japan

8. Triatmojo Bambang.(2010). Hidrologi

Teknik Terapan. Yogyakarta. Beta

Offset Yogyakarta