analisis perlindungan konsumen pada produk...

93
ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SYARIAH SERANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : TRI SUCI PUSPITO NAGRI 11140460000125 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2018/1440 H

Upload: hoangdung

Post on 17-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK KREDIT

PEMILIKAN RUMAH (KPR) DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN)

KANTOR CABANG SYARIAH SERANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

TRI SUCI PUSPITO NAGRI

11140460000125

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

2018/1440 H

Page 2: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para
Page 3: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para
Page 4: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para
Page 5: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

ABSTRAK

Tri Suci Puspito Nagri. NIM 11140460000125. ANALISIS PERLINDUNGAN

KONSUMEN PADA PRODUK KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) DI

BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SYARIAH

SERANG. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat), Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018M

Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak yang

terdapat dalam akad, tanggung jawab BTN Syariah sebagai penyelenggara produk

KPR dan sampai mana batasan tanggung jawab BTN Syariah terhadap produk

tersebut, dan untuk mengetahui penerapan hak-hak nasabah oleh BTN Syariah

Serang dalam pembiayaan KPR yang ditinjau dari UUPK. Studi ini menjelaskan

bagaimana proses pembiayaan KPR yang sesuai dengan prinsip-prinsip

perlindungan konsumen dan peraturan-peraturan yang terkait dengan

Perlindungan Konsumen.

Metode yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah penelitian

normatif empiris, dimana kajian yang dilakukan menyelaraskan antara peraturan-

peraturan dengan praktek di BTN Syariah. Penelitian ini dilakukan dengan

penelitian lapangan, peneliti menggabungkan antara fakta dan teori-teori yang

diambil dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, dan peraturan-peraturan

lainnya yang terkait dengan perlindungan konsumen.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nasabah memiliki posisi yang lemah,

dimana nasabah harus tunduk dengan akad yang dibuat oleh bank karena

kebutuhan dan ketidak seimbangan posisi. Akad pembiayaan yang dibuat oleh

bank merupakan akad yang sudah baku yang terkadang merugikan nasabah

dengan tidak dicantumkannya hak-hak nasabah dalam akad perjanjian. Sebagai

kesimpulan, BTN Syariah masih belum memperhatikan dan belum memberikan

jaminan terhadap hak-hak nasabah, karena klausula yang diterapkan bersifat baku

yang hanya mencantumka kewajiban nasabah saja dan tidak mencantumkan

klausul tentang hak-hak nasabah.

Kata Kunci : Pembiayaan KPR, Perlindungan Konsumen

Pembimbing : Mustolih, S.H.I., M.A., CLA.

Daftar Pustaka : 1997 s.d. 2017

Page 6: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis menyampaikan segala puji dan syukur kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya. Peneliti

menghaturkan shalawa serta salam kepada Nabi dan Rasul Muhammad SAW

yang telah menghantarkan umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman perdaban

ilmu pengetahuan.

Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, serta berkah dan kasih sayang dan

karunia yang telah Allah SWT berikan, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul ―Analisis Pelindungan Konsumen pada Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) di Bank Tabungan Negara (BTN) Kantor Cabang Syariah‖. Penulis sangat

bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi dan

melengkapi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) pada

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat) di Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti juga

meminta maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Sepenuhnya penulils menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tercapai tanpa

bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Asep Saepudin Jahar, Phd. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. A.M. Hasan Ali, M.A. dan Dr. Abdurrauf M.A., Ketua dan Sekretaris

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Dosen Pembimbing Mustolih, S.H.I., M.H., CLA yang telah meluangkan

waktunya kepada penulis untuk membimbing, mengarahkan, dan

Page 7: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

vii

memberikan masukan-masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat

kepada penulis semasa kuliah.

6. Pimpinan dan seluruh staf BTN Kantor Cabang Syariah Serang yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian disana.

7. Kedua orang tua penulis, terima kasih yang tak terhingga atas pengorbanan,

nasihat, dan doa yang tak henti-hentinya kalian panjatkan untuk penulis

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah STW selalu

melindungi dan memberikan keberkahan di hidup kalian.

8. Terima kasih yang sebesar-besarnya tidak lupa penulis ucapkan untuk kedua

kaka penulis yang selalu memberikan semangat dan selalu mendoakan

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah

SWT membalas semua kebaikan kalian.

9. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman Hukum

Ekonomi Syariah angkatan 2014 yang telah memberikan semangat dan

membantu penulis semasa perkuliahan dan selama penulis menyelesaikan

skripsi ini.

10. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada para pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih yang dapat peneliti sampaikan. Semoga

Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan memberikan keberkahan untuk

hidup kalian.

Jakarta, 8 Oktober 2018

Tri Suci Puspito Nagri

Page 8: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Identifikas Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8

D. Metode Penelitian ..................................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan ............................................................................. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 14

A. Kerangka Konsep ................................................................................... 14

1. Pembiayaan ......................................................................................... 15

2. KPR Syariah ....................................................................................... 24

3. Perlindungan Konsumen ..................................................................... 28

B. Kerangka Teori ....................................................................................... 34

C. Tijauan Kajian Terdahulu ....................................................................... 38

BAB III GAMBARAN UMUM BTN SYARIAH ............................................. 41

A. Sejarah Berdirinya .................................................................................. 41

B. Visi dan Misi .......................................................................................... 41

C. Landasan Operasional BTN Syariah ...................................................... 42

D. Nilai Dasar BTN Syariah ....................................................................... 43

E. Produk dan Jasa Yang Dijalankan .......................................................... 43

F. Struktur Organisasi ................................................................................. 50

Page 9: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 53

A. Proses Pemberian Pembiayaan KPR BTN Syariah Serang .................... 53

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Akad Pembiayaan KPR di BTN

Syariah .................................................................................................... 56

C. Tanggung Jawab Bank BTN Syariah Sebagai Penyelenggara KPR ...... 67

D. Analisis Perlindungan Konsumen Pada Produk KPR di BTN Syariah

Serang ..................................................................................................... 70

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 74

A. Kesimpulan ............................................................................................. 74

B. Rekomendasi .......................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77

LAMPIRAN LAMPIRAN .................................................................................. 80

Page 10: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan tempat tinggal yakni rumah sangat diperlukan oleh

manusia dalam kehidupannya. Rumah berfungsi sebagai tempat berkumpul

dan berkomunikasi bagi keluarga. Kemampuan dalam ekonomi yang

menjadikan pertimbangan bagi setiap keluarga untuk membangun atau

membeli rumah hunian. Jika mereka mempunyai uang yang lebih atau cukup,

mereka bisa membeli rumah tersebut secara tunai atau lunas. Akan tetapi

tidak semua masyarakat Indonesia bisa membeli rumah secara tunai atau

lunas, karena ketidakmampuan membeli rumah secara tunai, mayoritas

masyarakat Indonesia saat ini membeli rumah dengan cara dicicil atau

diangsur.1 Maka dari itu lahir kredit pemilikan rumah yang dilakukan oleh

dunia perbankan. KPR muncul karena adanya kebutuhan yang tinggi di

kalangan masyarakat untuk dapat memiliki rumah tanpa diimbangi dengan

peningkatan daya beli di masyarakat.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi solusi bagi masyarakat yang

tidak memiliki cukup dana untuk membeli rumah secara tunai. KPR

merupakan produk Perbankan atas pembiayaan pembelian rumah yang ready

stock atau indent. Rumah yang ready stock adalah rumah yang siap dibangun,

siap huni dan telah terpasang instalasi berikut meteran listrik dan airnya.

Sedangkan rumah indent adalah rumah yang akan dibangun setelah ada

pembelinya yang dikerjakan oleh kontraktur melalui perintah dari

pengembangan perumahan (selanjutnya disebut developer).2

1 Bayu Ilham Cahyo, Darminto, dan Nila Firdaus Nuzula, ―Analisis Sistem dan Prosedur

Pembiayaan Kredit Pemlikan Rumah Syariah (KPRS) Murabahah untuk Mendukung Pengendalian

Intern‖, Jurnal Administrasi Bisnis, XXV, 1, (Agustus, 2015), h., 1. 2 Maryanto Supriyono, Buku Pintar Perbankan (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2011), h.,

124.

Page 11: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

2

Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya

menghimpun dana dari masyarakat dan atau menyalurkan kembali dana

tersebut kepada masyarakat serta melayani usaha jasa-jasa bank yang lain.3

Oleh karena itu bank memegang peranan yang penting dalam hal

pengalokasian dana masyarakat yang kemudian disalurkan kembali dalam

bentuk kredit atau dalam perbankan syariah dikenal dengan pembiayaan.

Kredit yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat akan dikenakan bunga.

Bunga tersebut merupakan pendapatan atau keuntungan bagi pihak bank.

Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah tidak menggunakan sistem

bunga melainkan dengan sistem bagi hasil. Semakin pentingnya bank untuk

kebutuhan masyarakat dan meningkatnya perekonomian, maka diketahuilah

pula bahwa fungsi bank yaitu sebagai penghimpunan dana bagi masyarakat

serta menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat. Penyaluran

dana yang diberikan bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit.4

Secara konsep, perbankan syariah dan konvensional adalah sama-sama

berfungsi sebagai financial intermediary sehingga banyak produk perbankan

syariah tidak berbeda dengan produk bank konvensional dan struktural

industri perbankan syariah berdampingan dengan industri perbankan

konvensional. Bank syariah berusaha secara konsisten mendukung proses

saving-invesment. Pada bank syariah juga terdapat produk dana seperti

tabungan atau deposito seperti wadiah dan mudharabah sedang produk kredit

(loan) terdapat produk pembiayaan (finance) seperti murabahah, termasuk

untuk pembiayaan rumah (KPR) dan pembangunan property.

Kredit pemilikan rumah ini pada awalnya merupakan produk bank

konvensional. Seiring dengan berkembanganya ekonomi syariah yang masuk

ke Indonesia pada awal 1990-an, menyebabkan banyak lembaga keuangan

baik bank maupun non bank yang bermunculan dengan nafas syariah, salah

satunya adalah bank syariah. Sama dengan bank konvensional yang

3 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h., 2.

4 Nur Suci Atmawati, Muhammad Saifi, dan Dwiatmanto, ―Analisis Pemberian Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) Dalam Rangka Mengurangi Non Perfoming Loan‖, Jurnal Administrasi

Bisnis, II, 2, (Februari, 2015), h., 1-2.

Page 12: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

3

menjadikan KPR sebagai salah satu produk perbankan, bank syariah juga

mengeluarkan produk serupa. Kehadiran KPR syariah ini tentu saja melegakan

bagi masyarakat yang peduli akan syariat agama yang melarang penggunaan

riba dalam setiap transaksinya. Hal ini terbukti dengan banyaknya nasabah

yang melakukan akad KPR ke bank syariah.

Permberian kredit berarti pemberian kepercayaan. Kepercayaan dari

pihak pemberi mengandung arti bahwa pihak penerima akan mempergunakan

prestasi yang diterimanya sesuai dengan tujuan yang telah disepakati dan

mempunyai kemampuan atau kesanggupan untuk mengembalikan prestasi dan

mempunyai kemampuan atas kesanggupan untuk mengembalikan prestasi

tersebut pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang. Kredit baru

diluncurkan setelah ada suatu kesepakatan tertulis, walaupun mungkin dalam

bentuk yang sangat sederhana antara pihak kreditur sebagai pemberi kredit

dengan pihak debitur sebagai penerima kredit. Kesepakatan tertulis ini sering

disebut dengan perjanjian kredit (credit agreement, loan agreement). 5

Salah satu produk dari perjanjian kredit yang saat ini menjadi primadona

adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

adalah kredit jangka panjang yang diberikan bank bekerja sama dengan

pengembang untuk memberikan kemudahan bagi konsumen agar memiliki

rumah sendiri dengan pembayaran sistem angsuran kepada bank. Fasilitas

KPR sangat prospektif bagi bank, sehingga hampir semua bank selalu

menyediakan fasilitas kredit ini untuk kebutuhan masyarakat.6

Pembiayaan KPR di bank konvensional menggunakan prinsip bunga baik

bunga flat maupun bunga efektif. Bunga flat adalah sistem perhitungan suku

bunga yang besarnya mengacu pada pokok hutang awal. Penggunakan sistem

bunga flat ini menyebabkan porsi bunga dan pokok dalam angsuran bulanan

tetap sama. Bunga efektif merupakan kebalikan dari bunga flat, yaitu porsi

bunga dihitung bedasarkan pokok hutang tersisa. Sehingga porsi bunga dan

5 Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontermporer, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2002), h., 31. 6 Johannes, Ibrahim, Mengupas Tuntas Kredit Komersial dan Konsumtif dalam Perjanjian

Bank, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2004), h., 5.

Page 13: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

4

pokok dalam angsuran setiap bulan akan berbeda, meski besaran per bulannya

tetap sama. Sistem bunga efektif ini biasanya diterapkan dalam pembiayaan

jangka panjang seperti investasi maupun KPR.

Berbeda dengan pembiayaan KPR di bank konvensional yang

menggunakan prinsip bunga, pada pembiayaan kepemilikan rumah di bank

syariah tidak menggunakan bunga melainkan akad syariah, seperti jual-beli

(Murabahah), sewa-beli (Ijarah Muntahiyah Bittamlik), dan penyertaan–sewa

(Musyarakh Mutanaqisah). Akad Murabahah (jual-beli) ini sendiri digunakan

bank syariah untuk memenuhi kebutuhan nasabah dengan membelikan aset

yang dibutuhkan nasabah dari supplier kemudian menjual kembali kepada

nasabah dengan mengambil margin keuntungan yang diinginkan. Sedangkan

akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT/sewa-beli) ini digunakan bank

syariah untuk membeli aset yang dibutuhkan nasabah kemudian

menyewakannya kepada nasabah dengan perjanjian pengalihan kepemilikan di

akhir periode dengan harga yang disepakati di awal akad. Akad yang terakhir

adalah akad Musyarakah Mutanaqisah (penyertaan-sewa), dimana dengan

akad ini bank syariah dan nasabah bermitra untuk membeli aset yang

diinginkan nasabah. Aset tersebut kemudian disewakan kepada nasabah.

Bagian sewa dari nasabah digunakan sebagai cicilan pembelian porsi aset

yang dimiliki bank syariah, sehingga pada periode tertentu (saat jatuh tempo),

aset tersebut sepenuhnya telah dimiliki oleh nasabah.7

Perkembangan dan potensi pasar perbankan syariah mendorong BTN

untuk turut serta dalam meningkatkan pelayanan pada nasabah dengan dual

banking system sesuai dengan UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, yaitu

perbankan konvesional dan perbankan syariah. Bank Tabungan Negara (BTN)

merupakan salah satu bank konvesional yang mempunya core bussines pada

KPR. Bank milik pemerintah ini memang sudah puluhan tahun memfokuskan

layanan jasa dan produknya kepada masyarakat dalam pemberian KPR.

Pada perkembangannya KPR tidak hanya dimonopoli oleh bank

konvensional saja tetapi juga sudah dijalankan oleh bank syariah. Produk KPR

7 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h., 127-128.

Page 14: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

5

pertama kali diperkenalkan oleh Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk. yang

awalnya menggunakan instrumen bunga sebagai alat untuk memperoleh

keuntungan dari produk tersebut. Setelah BTN membuka Unit Usaha Syariah

(UUS), produk KPR yang dijual disesuaikan dengan konsep syariah, baik

mengenai akadnya ataupun mekanisme transaksinya.

Setiap pembiayaan di bank syariah atau kredit di bank konvensional

memiliki resikonya masing-masing. Setiap pembiayaan atau kredit memiliki

resiko yang cukup tinggi untuk terjadinya wanprestasi. Wanprestasi

dinyatakan dalam perjanjian apabila tidak dipenuhinya prestasi atau kewajiban

masing-masing pihak atau salah satu pihak yang melakukan perjanjian. Tidak

sedikit debitur (nasabah) tidak melakukan apa yang dijanjikan, atau melanggar

perjanjian yang dinyatakan wanprestasi, bila debitur melakukan atau berbuat

sesuatu yang tidak boleh dilakukan seperti: tidak melakukan apa yang

disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi

tidak sebagaimana diperjanjikan, melakukan apa yang dijanjikan tetapi

terlambat, dan yang terakhir adalah melakukan sesuatu yang menurut

perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Tidak hanya debitur (nasabah) saja yang dapat melakukan wanprestasi,

pihak kreditur (bank) juga bisa melakukan wanprestasi. Dimana pihak bank

biasanya tidak melakukan kewajibannya sebagai pihak kreditur. Seiring

berkembangnya pembiayaan KPR di bank konvensional dan di bank syariah,

sering menyisakan kekecewaan bagi para nasabah. Jika di bank konvensional

menggunakan sistem bunga, banyak keluhan nasabah yang kecewa

dikarenakan angsuran kredit yang tiba-tiba naik tanpa pemberitauan terlebih

dahulu. Keluhan lain yang berhubungan dengan masalah properti adalah

keluhan dari para nasabah terhadap pengembang perumahan yang menginkari

janji-janji yang diberikan pada saat promosi produk. Keluhanan minimnya

prasarana perumahan hingga kualitas produk perumahan yang mengecewakan

sering diajukan konsumen (nasabah) kepada pengembang. Namun dari pihak

pengembang tidak terlalu mempedulikannya.

Page 15: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

6

Berbeda dengan bank konvensional yang mendapat keluhan dari nasabah

karena kenaikan angsuran kredit yang tiba-tiba naik akibat bunga, bank

syariah yang dalam operasionalnya tidak menggunkan sistem bunga sehingga

keluhan nasabah bank konvensional tersebut tidak akan terjadi pada nasabah

pembiayaan KPR bank syariah. Namun permasalah sebenarnya tidak pada

pengenaan bunga, melainkan adalah perlindungan bagi nasabah pengguna jasa

perbankan, yaitu menyangkut pemenuhan hak-hak nasabah oleh pihak bank

seperti, hak nasabah sebelum bertransaksi dengan bank, hak nasabah pada saat

transaksi, dan hak nasabah setelah bertransaksi.

Dalam UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(selanjutnya disebut UUPK) ditegaskan bahwa berbicara tentang perlindungan

konsumen berarti mempersoalkan kepastian tentang terpenuhinya hak-hak

konsumen8. Nasabah adalah konsumen pengguna jasa perbankan, sehingga

ketika berbicara tentang perlindungan nasabah, maka yang menjadi

pembahasannya adalah kepastian tentang terpenuhinya hak-hak nasabah.

Tidak hanya UU Perlindungan Konsumen saja yang menjadi landasan

perlindungan konsumen, OJK juga mengeluarkan peraturan tentang

perlindungan konsumen sektor jasa keuangan yang selanjutnya disebut POJK

No.1/POJK 07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

yang mengantur tentang kewajiban-kewajiban pelaku usaha jasa keuangan.

Tidak terpenuhinya hak-hak nasabah merupakan tanggung jawab bank

sebagai penyedia produk. Bank merupakan pelaku usaha jasa keuangan yang

menyediakan produk KPR dan sudah seharusnya bertanggung jawab atas

produk yang disediakannya, tetapi tidak semua hal bisa menjadi tanggung

jawab bank dalam produk KPR ini ketika tidak terpenuhinya hak-hak nasabah,

bank memiliki batasannya sendiri terkait tanggung jawabnya sebagai

penyelenggara produk. Atas dasar pertimbangan uraian masalah yang

dijelaskan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai hal

tersebut yang dituangkan penulis dalam skrisi dengan judul “Analisis

8 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2006), h., 10.

Page 16: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

7

Perlindungan Konsumen dalam Produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada

Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Serang ”

B. Identifikas Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Peraturan apa saja yang mengatur tentang tanggung jawab perbankan

terhadap nasabah?

b. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban pihak Bank dalam KPR?

c. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban nasabah dalam KPR?

d. Apa saja akad yang digunakan BTN Syariah dalam pembiayaan

Kredit Pemilikan Rumah (KPR)?

e. Apa yang menjadi tanggung jawab pihak BTN Syariah sebagai

penyelenggara KPR terhadap konsumen?

2. Pembatasan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, secara umum

penulis membatasi masalah yang akan dibahas untuk mempermudah

pembahasan dalam penulisan skripsi ini, yakni cakupan penelitian

hanyalah tanggung jawab perbankan dalam KPR terhadap nasabah saja

karena dalam produk KPR masih banyak hak-hak nasabah yang tidak

terpenuhi. Penulis mengambil KPR di BTN Kantor Cabang Syariah

Serang, karena KPR menjadi produk andalan di BTN Syariah. Produk-

produk jenis lainnya tidak termasuk di dalam objek penelitian.

3. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban pihak bank dan pihak

nasabah dalam akad KPR di BTN Syariah?

b. Bagaimana bentuk tanggung jawab pihak BTN Syariah sebagai

penyelenggara produk KPR terhadap nasabah dan sampai mana

batasan yang menjadi tanggung jawab BTN Syariah terhadap produk

tersebut?

Page 17: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

8

c. Bagaimana penerapan hak-hak nasabah pada produk KPR di BTN

Syariah Serang ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan

Konsumen?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setelah memperhatikan judul dari pembahasan ini serta latar

belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui hak dan kewajiban pihak bank dan pihak nasabah

dalam akad KPR di BTN Syariah.

b. Untuk mengetahui tanggung jawab pihak perbankan sebagai

penyelenggara produk KPR Syariah terhadap konsumen serta

mengetahui sampai mana batasan yang menjadi tanggung jawab

BTN Syariah terhadap produk tersebut.

c. Untuk mengetahui penerapan hak-hak nasabah dalam produk KPR di

BTN Syariah Serang yang sesuai dengan Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui

informasi seputar KPR syariah. Hasil penelitian ini dimaksudkan

untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat

mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh

selama perkuliahan.

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis

khususnya masyarakat pada umumnya, agar dapat

mempertimbangkan dalam menginvestasikan dana dan atau

memperoleh pembiayaan KPR yang menguntungkan.

Page 18: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

9

2) Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk mepermudah pembaca

dalam memahami apa saja yang menjadi tanggung jawab

perbankan sebagai penyelenggara KPR terhadap konsumennya,

dan bagaimana bentuk tanggung jawab pihak bank sebagai

penyelenggara KPR terhadap konsumen.

D. Metode Penelitian

Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data-data yang

diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya sesuatu

yang dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah ―pengetahuan‖ atau lebih

tepatnya ―pengetahuan yang benar‖, dimana pengetahuan yang benar ini

nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan ketidaktahuan tertentu.9

Jenis penelitian hukum yang dilakukan adalah penelitian hukum yuridis

normatif, penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian hukum yang

meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma.10

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis empiris.

Pendekatan yuridis empiris atau sosiologi hukum adalah pendekatan

dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat.11

Selain

menggunakan pendekatan yuridis empiris, digunakan juga pendektan

perundang-undangan untuk meneliti ketentuan-ketentuan yang mengatur

mengenai perlindungan nasabah dalam produk KPR di perbankan.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yang mengungkapkan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang

menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaanya di

dalam masyarakat yang berkenaan objek penelitian.

9 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafinfo Persada,

1997), h., 27-28. 10

Fahmi M. Ahmadi, Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h., 31. 11

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika,2009), h.,105.

Page 19: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

10

3. Sumber dan Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data yaitu :

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

baik melalui wawancara. Untuk memperoleh data primer ini, penulis

secara langsung mengadakan wawancara dengan bagian consumer

financing analisis dan consumer financing service BTN Syariah

Cabang Serang yang mempunyai hubungan langsung dengan

permasalahan yang diangkat.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung dari akad

pembiayaan KPR, buku Hukum Perlindungan Konsumen yang

ditulis oleh Zulham dan buku-buku lainnya yang berhubungan

dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan,

skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan. Data

sekunder tersebut dibagi menjadi:

1) Bahan hukum primer, yaitu dalam penelitian ini penulis

menggunakan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang No 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, POJK Nomor

1/POJK 07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005

tanggal 20 Januari 2005 tentang Transparansi Informasi Produk

Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu dalam penelitian ini penulis

menggunakan buku-buku, dan jurnal yang berkaitan dengan

pembahasan masalah ini.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara (interview), yaitu menggali informasi atau data

sebanyak-banyaknya dari responden atau informan dengan cara

Page 20: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

11

bertanya langsung. Wawancara juga merupakan bentuk percakapan

dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu penulis (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak

atau staf BTN Syariah (interviwee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.12

b. Studi Dokumentasi, yaitu dengan membaca buku literatur yang

relevan dengan topik masalah dalam penelitian ini, serta mempelajari

dokumen-dokumen atau arsip-arsip bank tentang tanggung jawab

bank dalam KPR.

5. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian adalah Bank BTN Syariah

Cabang Serang yang kedudukannya sebagai pihak penyelenggara Kredit

Pemilikan Rumah (KPR).

6. Teknik Pengelolaan Data

Untuk mempermudah pemaparan data yang telah didapatkan, penulis

mengelola data hasil wawancara dengan pihak atau staf BTN Syariah

berupa audio menjadi visual dalam wujud teks yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Serta data-data yang diperoleh bukan hasil

wawancara melaikan data yang didapatkan dari pihak BTN Syariah,

penulis akan menyusun sesuai dengan katagori yang sesuai hingga

menyatu menjadi teks.

7. Metode Analisis Data

Bedasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian

bersifat deskriptif analisis, analisis data yang dipergunakan adalah

pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif

tersebut, meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan

yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan

hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan

hukum yang menjadi objek kajian.

12

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004),

h., 5.

Page 21: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

12

8. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan serta penyusunan penelitian ini, semua

berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2017 yang

diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum.

E. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa

sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang

tertulis, berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan membahas kerangka konseptual, kerangka teori,

pengetian pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, pengertian KPR, keuntungan

KPR, skim KPR Syariah, perlindungan konsumen, perlindungan nasabah,

asas dan tujuan perlindungan konsumen, hak dan kewajiban para pihak, dan

tinjauan kajian terdahulu.

BAB III : GAMBARAN UMUM

Pada bab ini menjelaskan tentang profil dari Bank Tabungan Negara (BTN)

Kantor Cabang Syariah Serang meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi,

landasan operasional BTN Syariah, nilai dasar BTN Syariah, etika Bank BTN

Syariah, produk dan jasa yang dijalankan, dan struktur organisasi.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini memparkan tentang proses pemberian pembiayaan KPR di

BTN Syariah Serang, menjelaskan hak dan kewajiban pihak bank dan pihak

nasabah dalam akad pembiayaan KPR di BTN Syariah. Bab ini membahas

mengenai bentuk tanggung jawab pihak BTN Syariah sebagai penyelenggara

KPR terhadap nasabah serta batasan yang menjadi tanggung jawab bank

sebagai penyedia produk, dan yang terakhir bab ini akan menjelaskan

Page 22: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

13

mengenai penerepan hak-hak nasabah dalam pembiayaan KPR di BTN

Syariah Serang yang ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab terakhir ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan bab-

bab sebelumnya, dan saran-saran terkait dengan pembahasan penelitian ini.

Page 23: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Landasan

konseptual ini dibuat guna menghindari berbagai kesalahan dalam penafsiran

dan memberikan arahan dalam penelitian. Oleh karena itu kerangka

konseptual ini dirasa perlu untuk memberikan beberapa konsep yang

berhubungan dengan judul penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008tentang Perbankan

Syariah : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.1 Sedangkan bank syariah adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha bedasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha

syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan bedasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Dalam Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2008 dijelaskan nasabah dibagi atas 2 yaitu:

―Nasabah penyimpanan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank

dalam bentuk simapanan bedasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang

bersangkutan. Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas

kredit atau pembiayaan bedasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan

dengan nasabah yang bersangkutan.

Menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008

pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara

1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Page 24: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

15

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil.

KPR atau Kredit Pepemilikan Rumah merupakan salah satu jenis

pelayanan kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabah yang

menginginkan pinjaman khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam

pembangunan rumah atau renovasi rumah. KPR sendiri muncul karena

adanya kebutuhan memiliki rumah yang semakin lama semakin tinggi tanpa

diimbangi daya beli yang memadai oleh masyarakat.2

Tanggung jawab pelaku usaha atau penyedia jasa adalah tanggung jawab

untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban pelaku usaha atau penyedia jasa

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Tanggung jawab tersebut tidak sekedar kewajiban yang ada dalam Undang-

Undang Perlindungan Konsumen saja tetapi dapat meliputi kewajiban-

kewajiban yang seharusnya dilakukan sebagaimana mestinya sebagai pelaku

usaha atau penyedia jasa, dapat bedasarkan Undang-Undang lain, ketentuan-

ketentuan yang lain. Tanggung jawab bank bisa disamakan dengan tanggung

jawab pelaku usaha, hanya saja bank disini kedudukannya bukan sebagai

pelaku usaha melainkan sebagai penyedia jasa.

Untuk memudahkan dalam penelitian ini, penulis membuat satu kesatuan

konsep rangkaian penelitian dari awal hingga akhir terhadap masalah yang

akan di teliti dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban dari hasil penelitian

yang sesuai dengan Undang-Undang dan POJK.

1. Pembiayaan

a. Definisi Pembiayaan

Dua fungsi utama perbankan adalah pengumpulan dana dan

penyaluran dana. Penyaluran dana yang terdapat di bank konvesional

dengan yang terdapat di bank syariah mempunyai perbedaan yang

esensial, baik dalam hal nama, akad, maupun transaksinya. Dalam

2 Hardjono, Mudah Memililki Rumah Lewat KPR, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h., 25.

Page 25: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

16

perbankan konvensional penyaluran dana ini dikenal dengan nama

kredit sedangkan diperbankan syariah adalah pembiayaan. Berbeda

dengan pengertian kredit yang harus mengharuskan debitur

mengembalikan pinjaman dengan pemberian bunga kepada bank,

maka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah pengembalian

pinjaman dengan bagi hasil berdasarkan kesepakatan antara bank

dan debitur.3

Secara teknis bank memberikan pendanaan atau pembiayaan

untuk mendukung investasi atau berjalannya suatu usaha yang telah

direncanakan antara kedua belah pihak dengan kesepakatan bagi

hasil di dalamnya. Sebagaimana Firman Allah dalam Qur’an Surat.

Al-Ma’idah [5]: 1:

يا أيها الذين آمنىا أوفىا بالعقىد

“Hai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu”.

Ayat di atas menjelaskan tentang akad atau perjanjian yaitu

mencakup janji prasetia hamba Allah dan perjanjian yang dibuat oleh

manusia dalam pergaulan sesamanya (antara pihak bank dengan

nasabah).

Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan

oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang

telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.

Sehingga dapat didefinisikan, pengertian pembiayaan adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

bedasarkan persetujuan atau kesepakatan terhadap bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut dalam waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil.4

Menurut M. Syafi’i Antonio di dalam bukunya menjelaskan

bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu

3 Djawahir Hejazziey, Perbankan Syriah dalm Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Depublish,

2014), h., 137. 4 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 20013), h., 73.

Page 26: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

17

pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak

yang merupakan deficit unit.5 Sedangakan dalam UU No 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah, menjelaskan pembiayaan

bedasarkan prinsip syariah adalah: ―Pembiayaan adalah penyediaan

dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :

1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan

musyarakah;

2) Transksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa-beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

3) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang murabahah,

salam, dan istishna;

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk

transaksi multijasa.

Bedasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah

dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan,

atau bagi hasil.‖6

Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena

dengan pembiayaan akad diperoleh sumber pendapatan utama dan

menjadi penunjang kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila

pengelolaanya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan

berhentinya usaha bank. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu

manajemen pembiayaan syariah yang baik sehingga penyaluran dan

atau dalam hal ini pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan

5 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2001), h., 160. 6 Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Pasal 1 angka 25.

Page 27: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

18

efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun syariat islam

itu sendiri.7

b. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

1) Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah

untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan

ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut

harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang

bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk

menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa

dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun

ekspor.8

2) Fungsi Pembiayaan

Keberadaan bank syariah yang menjalakan pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari

keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia,

tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman,

diantaranya:9

a) Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang

menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan

debitur.

b) Membantu kaun dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank

konvesional karena tidak mampu memenuhi persyaratan

yang ditetapkan oleh bank konvesional.

c) Membantu masyarakat ekonomi lemah ynag selalu

dipermainkan oleh renternir dengan membantu melalui

pendanaan untuk usaha yang dilakukan.

7 Djawahir Hejazziey, Perbankan Syriah dalm Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Depublish,

2014), h., 137-138. 8 Djawahir Hejazziey, Perbankan Syriah dalm Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Depublish,

2014), h., 142. 9 Djawahir Hejazziey, Perbankan Syriah dalm Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Depublish,

2014), h., 142.

Page 28: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

19

c. Jenis-Jenis Pembiayaan

Produk-produk pembiayaan syariah, khususnya pada bentuk

pertama, ditunjukan untuk menyalurkan investasi dan simpanan

masyarakat ke sektor rill dengan tujuan produktif dalm bentuk

investasi bersama (investment financing) yang dilakukan bersama

mitra usaha (kreditor) menggunakan pola bagi hasil (mudharabah

dan musyarakah) dan dalam bentuk investasi sendiri (trade

financing) kepada yang membutuhkan pembiayaan menggunakan

pola jual beli (murabahah, salam, dan istishna) dan pola sewaa

(ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik).10

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi

dua hal sebagai berikut:

a) Pembiayaan Produktif

Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditunjukan

untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu

untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan,

maupun investasi.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi

menjadi dua hal berikut:

i) Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang

dimaksud untuk mendapatkan modal dalam rangka

pengembangan usaha. Secara umum yang dimaksud

pembiayaan modal kerja (PMK) syariah adalah pembiayaan

jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk

membiayai kebutuhan modal kerja usahanya bedasrkan

prinsip-prinsip syariah.11

10

Ascarya, Akad dan Produk Pembiayaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h., 123. 11

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Rajagrafindo

Persada, 2007), h., 234.

Page 29: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

20

Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-

komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivable),

dan persediaan (invetory) yang umumnya terdiri atas

persediaan bahan baku (raw material), persediaan barang

dalam preses (woek in process), dan persediaan barang jadi

(finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja

merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan

likuiditias (cash financing), pembiayaan piutang

(receivable financing), dan pembiayaan persediaan

(inventory financing).

Bank konvesional memberikan kredit modal kerja

tersebut dengan cara memberikan pinjaman sejumlah uang

yang dibutuhkan untuk mendanai seluruh kebutuhan yang

merupakan kombinasi dari komponen-komponen modal

kerja terssebut, baik untuk keperluan produksi maupun

perdagangan untuk jangka waktu tertentu, dengan imbalan

berupa bunga.

Bank syariah dapat membantu memenuhi seluuh

kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan

meminjamkan uag, melainkan dengan menjalin hubungan

partnership dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai

penyandang dana (shahibul maal), sedangkan nasabah

sebagai pengusaha (mudharib). skema pembiyaan semacam

ini disebut dengan mudharabah (trust financing). Fasilitas

ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu sedangkan

bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang

disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan

jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum

dibagikan) yang menjadi bagian bank.

Page 30: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

21

Kebutuhan pembiayaan modal kerja dapat dipenuhi

dengan berbagai cara, antara lain:12

(1) Bagi hasil : mudharabah, musyarakah

(2) Jual beli: murabahah, salam

ii) Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang

dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan

barang konsumtif. Investasi adalah penanaman dana dengan

maksud untuk memperoleh imbalan/ manfaat/ keuntungan

di kemudian hari. Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:13

(1) Untuk pengadaan barang-barang modal

(2) Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan

terarah

(3) Berjangka waktu menengah dan panjang.

Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam

jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Oleh karena

itu, perlu disusun proyeksi arus kas (projected cash flow)

yang mencangkup semua komponen biaya dan pendapatan

sehingga akan dapat diketahui berupa dana yang tesedia

setelah semua kewajiban terpenuhi. Setelah itu, barulah

disusun jadwal amortasi yang merupakan angsuran

(pembayaran kembali) pembiayaan.

Penyusun proyeksi arus kas ini harus disertai pula

dengan perkiraan keadan-keadaan pada masa yang akan

datang, mengingat pembiayaan investasi memerlukan

waktu yang cukup panjang. Untuk memperkirakannya perlu

diadakan perhintungan dan penyusunan proyeksi neraca

dan rugi laba (projected balance sheet and projected

12

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h., 124. 13

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2001), h., 167.

Page 31: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

22

income statement) selama jangka waktu pembiayaan. Dari

perkiraan itu akan diketahui kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba (earning power) dan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban (solvency).

Melihat luasnya aspek yang harus dikelola dan dipantau

maka untuk pembiayaan investasi bank syariah

menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam

hal ini, bank memberikan pembiayaan dengan prinsip

penyertaan, dan secara pertahap bank melepaskan

penyertaannya dan pemilik perusahaan akan mengambil

alih kembali, baik dengan menggunakan surplus cash flow

yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang

berasal dari setoran pemegang pemegang saham baru.

Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah

adalah ijarah muntahiya bittamlik, yaitu menyewakan

barang modal dengan opsi diakhiri dengan pemilikan.

Sumber perusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah

amortisasi atas barang modal yang bersangkutan, surplus,

dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh.

b) Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis

digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pembiayaan konsumtif

diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan

primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan

primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti

makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, maupun

berupa jasa, seperti pendidikan dasar dan pengobatan. Adapun

kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara

Page 32: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

23

kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari

kebutuhan primer, baik berupa barang, sepeti makanan dan

minum, pakaian/perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan

sebagainya, maupun berupa jasa, seperti pendidikan, pelayanan

kesehatan, pariwisata, hiburan, dan sebagainya.

Pada umumnya, bank konvesional membatasi pemberian

kredit untuk pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai

dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan

kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi barang jaminan

utama (main collateral). Adapun untuk pemenuhan kebutuhan

jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yang dapat

diikat sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali atas

pembiayaan tersebut berasal dari sumber pendapatan lain dan

bukan dari eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.

Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil

untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan

menggunakan skema berikut ini:

i) Ba’i bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual

beli dengan angsuran

ii) Ijarah muntahiya bittamlik atau sewa beli

iii) Musyarakah mutanaqisah atau descreasing participation,

dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah

partisipasinya

iv) Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.

Pembiayaan konsumtif tersebut di atas lazim digunakan

untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Adapun kebutuhan

primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaan

komersil. Seseorangn yang belum mampu memenuhi kebutuhan

pokoknya tergolong fakir atau miskin. Oleh karena ini, ia wajib

diberi zakat atau sedekah, atau maksimal diberikan pinjaman

Page 33: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

24

kebajikan (al-qardh al-hasan), yaitu pinjaman dengan

kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa

imbalan apa pun.

2. KPR Syariah

a. Pengertian KPR

Kredit Pemilikan Rumah adalah suatu fasilitas kredit yang

diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang

akan membeli atau memperbaiki rumah. KPR saat ini tidak hanya

diberikan oleh bank konvesional saja, tetapi bank syariah juga

menyediakan produk KPR yang sesuai dengan syariah. Jika dalam

bank konvesional KPR biasanya menggunakan bunga, pada bank

syariah KPR menggunakan skim jual-beli (Murabahah), sewa-beli

(Ijarah Muntahiyah Bittamlik), dan penyertaan–sewa (Musyarakah

Mutanaqisah). Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR:

1) KPR Subsidi, yaitu suatu kredit yang diperuntukan kepada

masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka

memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang

telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa : Subsidi

meringankan kredit dan subsidi menambah dana pembangunan

atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh

Pemerintah, sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan

kredit dapat diberikan fasilitas ini. Secara umum batasan yang

ditetapkan oleh Pemerintah dalam memberikan subsidi adalah

penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.

2) KPR Non Subsidi, yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi

seluruh masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank,

sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga

dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.14

14

Bank Indonesia, Ayo ke bank ―Memiliki Rumah Sendiri dengan KPR‖.

Page 34: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

25

b. Keuntungan KPR

1) Nasabah tidak harus menyediakan dana secara tunai untuk

membeli rumah. Nasabah cukup menyediakan uang muka.

2) Karena KPR memiliki jangka waktu yang panjang, angsuran

yang dibayar dapat diiringi dengan ekspektasi peningkatan

penghasilan.15

c. Skim KPR Syariah

Dalam pembiayaan kepemilikan rumah secara syariah skim

yang sering di gunakan oleh bank dalam transaksi ini adalah

menggunakan murabahah (jual-beli). Akan tetapi, selain murabahah

skim pembiayaan kepemilikan rumah secara syariah menggunakan

sewa-beli (Ijarah Muntahiyah Bittamlik), dan penyertaan–sewa

(Musyarakh Mutanaqisah).

1) Murabahah (jual-beli)

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan

menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang

disepakati oleh penjual dan pembeli. Karena dalam definisinya

disebut adanya ―keuntungan yang disepakati‖, karakteristik

murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli harga

pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang

ditambahkan pada biaya tersebut,16

Sebagaimana dalam firman

Allah dalam Surah al-Nisa’ (4): 29:

مىالكم بينكم بالباطل إل أن تكىن تجارة عن تزاض منكم يا أيها الذين آمنىا ل تأكلىا أ

“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling

memakan (mengambil) harta sesamu dengan jalan yang batil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela

di antaramu”.

15

Bank Indonesia, Ayo ke bank ―Memiliki Rumah Sendiri dengan KPR‖. 16

Adiwaraman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2016), h., 113.

Page 35: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

26

Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana

membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan

oleh nasabah yang membutuhkan pembiayaan, kemudian

menjualnya ke nasabah dengan penambahan keuntungan tetap.

Sementara itu, nasaba akan megembalikan utangnya di

kemudian hari secara tunai maupun dicicil.17

Dalam KPR Syariah, dengan akad murabahah ini bank

syariah memenuhi kebutuhan nasabah dengan membelikan aset

yang dibutuhkan nasabah dengan mengambil margin

keuntungan yang diinginkan. Selain mendapatkan keuntungan

margin, bank sayriah juga hanya menanggung risiko minimal.

Sementara itu, nasabah mendapatkan kebutuhan asetnya dengan

harga yang tetap.18

2) Ijarah Muntahiyah Bittamlik (sewa-beli)

Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) adalah transaksi sewa

dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa

di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih

kepemilikan objek sewa19

. Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT)

pada dasarnya merupakan kombinasi antara sewa menyewa

(ijarah) dengan jual beli atau hibah di akhir masa sewa.20

Semakin jelas dan kuat komitmen untuk membeli barang di awal

akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa jual

beli. Namun, apabila komitmen untuk membelil barang di awal

akad tidak begitu kuat dan jelas, maka hakikat IMBT akan lebih

bernuansa ijarah. Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT terletak dari

adanya opsi untuk membeli barang yang dimaksud pada akhir

periode. Sedangkan dari sisi jual beli, perbedaam IMBT terletak

17

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),h., 83. 18

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),h., 127. 19

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),h., 103. 20

Adiwaraman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2016), h., 165.

Page 36: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

27

pada adanya penggunaan manfaat barang dimaksud terlebih

dahulu melalui akad sewa (ijarah), sebelum transaksi jual beli

dilakukan.21

Dalam KPR Syariah, dengan akad ini bank syariah membeli

aset yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakannya

kepada nasabah dengan perjanjian pengalihan kepemilikan di

akhir periode denga harga yang disepakati di awal akad. Dengan

cara ini bank syariah tetap tetap menguasai kepemilikan aset

selama periode akad dan pada waktu yang sama menerima

pendapatan dari sewa. Sementara itu, nasabah terpenuhi

kebutuhannya dengan biaya yang dapat diperkirakan

sebelumnya.22

3) Musyarakah Mutanaqisah (peyertaan-sewa)

Musyarakah Mutanaqisah merupakan salah satu bentuk

musyarakah yang berkembang belakangan ini. Musyarakah

Mutanaqisah adalah suatu penyertaan modal secara terbatas dari

mitra usaha kepada perusahaan lain untuk jangka waktu tertentu,

yang dalam dunia modern biasa disebut Modal Ventura. Tanpa

unsur-unsur yang dilarang dalam Syariah, seperti riba, maysir,

dan gharar.23

Dalam KPR Syariah, dengan cara ini bank syariah dan

nasabah bermitra untuk membeli aset yang diinginkan nasabah.

Aset tersebut kemudian disewakan kepada nasabah. Bagian

sewa dari nasabah digunakan sebagai cicilan pembelian porsi

aset yang dimiliki oleh bank syariah, sehingga pada periode

waktu tertentu (saat jatuh tempo), aset tersebut sepenuhnya telah

dimiliki oleh nasabah.24

21

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),h., 224. 22

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),h., 128. 23

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),h., 60. 24

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),h., 127.

Page 37: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

28

3. Perlindungan Konsumen

a. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen didefinisikan melalui ketentuan pasal 1

UU No.8/1999 sebagai segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Menurut

Az. Nasution, kepastian hukum itu meliputi segala upaya untuk

memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan pilihannya

atas barang dan/atau jasa kebutuhannya, serta mempertahankan atau

membela hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku usaha penyedia

kebutuhan konsumen tersebut.25

Mengacu pada pengertian dalam UU No.8/1999, titik fokus

perlindungan konsumen memang menitikberatkan pada pihak

konsumen, yang selama ini dianggap berada pada posisi lemah

dibandingan dengan posisi pelaku usaha. Konsumen diartikan oleh

pasal 1 angka 2 UUNo.8/1999 sebagai setiap orang pemakai barang

dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan

diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahkluk hidup lain dan tidak

untuk diperdagangkan. Konsumen dalam pengertian pasal 1 angka 2

UU No.8/1999 dikenal dalam istilah ilmu ekonomi sebagai konsumen

akhir.26

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan

usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan

hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Cakupan perlindungan konsumen dapat dibedakan dalam dua

aspek, yang disebutkan sebagai berikut:

25

Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau sari Hukum

Acara Perdata Serta Kendala Implementasinya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),

h., 4. 26

Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti di Indonesia, (Jakarta:

Grasindo, 2017), h., 291.

Page 38: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

29

1) Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan

kepada konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.

2) Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak

adil kepada konsumen.

b. Perlindungan Nasabah

Nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan,

perlindungan konsumen baginya merupakan suatu tuntutan tidak

boleh diabaikan begitu saja. Dalam dunia perbankan, pihak nasabah

merupakan unsur yang sangat berperan sekali, mati hidupnya dunia

perbankan bersandar kepada kepercayaan dari pihak masyarakat atau

nasabah.

Fokus persoalan perlindungan nasabah tertuju pada ketentuan

peraturan perundang-undangan serta ketentuan perjanjian yang

mengatur hubungan antara bank dengan nasabah dapat terwujud dari

suatu perjanjian, baik perjanjian yang berbentuk akta di bawah tangan

maupun dalam bentuk otentik. Dalam konteks inilah perlu

pengamatan yang baik untuk menjaga suatu bentuk perlindungan bagi

konsumen namun tidak melemahkan kedudukan posisi bank, hal

demikian perlu mengingat seringnya perjanjian yang dilaksanakan

antara bank dengan nasabah telah dibakukan dengan suatu perjanjian

baku.

Sisi lain yang menjadi fokus perlindungan konsumen dalam

sektor jasa perbankan, yaitu pelayanan di bidang perkreditan. Hal-hal

yang menjadi perhatian untuk perlindungan konsumen, yaitu pada

proses yang harus ditempuh, dan warkat-warkat yang digunakan

dalam pemberian kredit tersebut. Tidak kalah pentingnya pula yaitu

saat pengikatan hukum antara bank dengan nasabah dimana secara

hukum biasanya menyangkut dua macam pengikat berupa: perjanjian

kredit dan perjanjian tambahan yakni perjanjian mengikutu perjanjian

pokok berupa suatu perjanjian penjaminan.

Page 39: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

30

c. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

1) Asas Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen menurut UU No.8/1999 didasarkan

pada asas-asas yang relevan dengan pembangunan nasional, yang

antara lain sebagai berikut:27

a) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa

segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen

harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

b) Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat

dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan

kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk

memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya.

c) Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan

keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha

dan pemerintah dalam arti materil ataupun spiritual.

d) Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan

untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan

kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan

pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau

digunakan.

e) Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha

maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan

dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara

menjamin kepastian hukum.

2) Tujuan Perlindungan Konsumen

Sejalan dengan asas-asas di atas, perlindungan konsumen

memiliki sejumlah tujuan, sebagaimana ketentuan pasal 4 UU

No.8/1999, antara lain:28

27

Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti di Indonesia, (Jakarta:

Grasindo, 2017), h., 2

Page 40: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

31

a) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian

konsumen untuk melindungi diri;

b) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkanya dari ekses negatif pemakaian barang

dan/atau jasa;

c) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang

mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan

informasi, serta akses untuk mendapatkan informasi;

e) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha;

f) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa,

kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

konsumen.

d. Hak dan Kewajiban Para Pihak

1) Hak-Hak Konsumen Prespektif Internasional

Presiden Jhon F. Kennedy mengemukakan empat hak

konsumen yang harus dilindungi, yaitu29

:

a) Hak memperoleh keamanan (the right to safety)

Aspek ini diajukan pada perlindungan konsumen dari

pemasaran barang dan/atau jasa yang membahayakan

keselamatan konsumen. Pada posisi ini intervensi, tanggung

jawab dan peranan pemerintah dalam rangka menjamnin

keselamatan dan keamanan konsumen sangat penting. Karena

itu pula, pengaturan dan regulasi perlindungan konsumen

28

Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Hukum Bisnis Properti di Indonesia, (Jakarta:

Grasindo, 2017), h., 29

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2013), h.,47.

Page 41: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

32

sangat dibutuhkan untuk menjaga konsumen dari perilaku

produsen yang nantinya dapat merugikan dan membahayakan

keselamatan konsumen.

b) Hak memilih (the right to choose)

Bagi konsumen, hak memilih merupakan hak prerogatif

konsumen apakah ia akan membeli atau tidak membeli suatu

barang dan/jasa. Oleh karena itu, tanpa ditunjang oleh hak

untuk mendapatkan informasi yang jujur, tingkat pendidikan

yang patut, dan penghasilan yang memadai, maka hak ini

tidak akan banyak aritnya. Apalagi dengan meningkatnya

teknik penggunaan pasar, terutama lewat iklan, maka hak

untuk memilih ini lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor

di luar dari konsumen.

c) Hak mendapatkan informasi

Hak ini mempunyai arti yang sangat fundamental bagi

konsumen bila dilihat dari sudut kepentingan dan kehidupan

ekonominya. Setiap keterangan mengenai sesuatu barang

yang akan dibelinya atau akan mengikat dirinya, haruslah

diberikan selengkap mungkin dan penuh kejujuran. Informasi

baik secara umum melalui berbagai media komunikasi

seharusnya disepakati bersama agar tidak menyesatkan

konsumen.

d) Hak untuk didengar (the right to be heard)

Hak ini dimaksudkan untuk menjamin konsumen bahwa

kepentingannya harus diperhatikan dan tercermin dalam

kebijaksanaan pemerintah, termasuk turut di dengar dalam

pembentukan kebijaksanaan tersebut. Selain itu, konsumen

juga harus didengar setiap keluhannya dan harapannya dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa yang dipasarkan

produsen.

Page 42: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

33

2) Hak dan Kewajiban Konsumen dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen

Hak dan kewajiban para pihak diatur dalam UU No.8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen yang terdapat dalam pasal

4, pasal 5, pasal 6, dan pasal 7. Adapun hak dan kewajiban pihak

yang terkait adalah:

Pihak Hak Kewajiban

Konsumen 1. Hak atas

kenyamanan,

keamanan dan

keselamatan

2. Hak untuk memilih

barang dan

mendapatkan

barang sesuai

dengan nilai tukar

3. Hak atas informasi

yang jelas, benar,

dan jujur

4. Hak untuk

didengar pendapat

dan keluhannya

5. Hak untuk

mendapatkan

advokasi,

perlindungan dan

penyelesaian

sengketa secara

patut

6. Hak untuk

mendapatkan

pembinaan dan

pendidikan

7. Hak untuk

diperlakukan dan

dilayani secara

benar, jujur, dan

tidak diskriminasi

8. Hak untuk

mendapatkan

kompensasi dan

ganti rugi

1. Membaca dan

mengikuti petunjuk

informasi dan

prosedur pemakaian

barang

2. Beritikad baik dalam

melakukan transaksi

pembelian

3. Membayar sesuai

dengan nilai tukar

yang disepakati

4. Mengikuti upaya

hukum penyelesaian

sengketa ekonomi

Pelaku Usaha 1. Hak untuk 1. Beritikad baik dalam

Page 43: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

34

menerima

pembayaran sesuai

dengan

kesepakatan

2. Hak untuk

mendapatkan

perlindungan

hukum dari

tindakan konsumen

yang beritikad

tidak baik

3. Hak untuk

melakukan

pembelaan

seperlunya

4. Hak untuk

rehabilitasi nama

baik

melakukan usaha

2. Memberikan

informasi yang benar,

jelas, dan jujur

mengenai kondisi

barang

3. Memperlakukan atau

melayani konsumen

secara benar, jujur,

dan tidak

diskriminatif

4. Menjamin mutu

barang dan jasa yang

diproduksi dan

diperdagangkan

5. Memberi kesempatan

kepada konsumen

untuk menguji dan

mencoba barang yang

dijual

6. Memberi kompensasi

dan ganti rugi atas

kerugian dalam

mengkonsumsi dan

ketidaksesuaian

barang yang diterima

Table 2. 1 Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha dan Konsumen dalam

UUPK

B. Kerangka Teori

Keberadaan teori dalam sebuah penelitian merupakan sebuah kewajiban,

karena teori merupakan inti dari sebuah karya ilmiah. Kerangka teori

digunakan di dalam menganalisis masalah-masalah yang menjadi fokus

kajiannya, apakah hasil penelitiannya seusai atau tidak dengan teori yang

digunakan dan/atau akan mengubah dan menyempurnakan teori yang

digunakan atau diterapkan tersebut. Dalam penelitian ini, penulis akan

memfokuskan tiga kajian teori yang digunakan, yaitu teori kontrak, teori

perlindungan hukum, dan teori efektifitas hukum.

Page 44: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

35

1. Teori Kontrak

Teori kontrak merupakan teori yang mengkaji dan menganalisis

tentang hubungan atau persetujuan yang dibuat antara subjek hukum

yang satu dengan subjek hukum yang lain, dimana subjek hukum yang

satu berkewajiban untuk melakukan sesuatu, sedangkan pihak yang lain

berhak atas sesuatu. Objek kajian teori kontrak yaitu hubungan hukum

para pihak, adanya subjek hukum, dan adanya hak dan kewajiban.

Teori-teori yang menganalisis tentang kontrak dapat dibagi menjadi

lima teori, yaitu teori momentum terjadinya kontrak, theoris of

contractual obligation atau teori kontrak yang berkaitan dengan

kewajiban para pihak, teori kontrak objektif dan subjektif, teori kontrak

otonom, dan teori kontrak yang berkaitan dengan pembebasan debitur.

Pada penelitian ini, teori kontrak yang diterapkan yaitu theoris of

contractual obligation atau teori kontrak yang berkaitan dengan

kewajiban para pihak. Teori tersebut mengkaji dan menganalisis tentang

pelasanaan hak dan kewajiban para pihak yang terikat oleh kontrak yang

dilaksanakan.

2. Teori Perlindungan Hukum

Teori perlindunga hukum merupakan teori yang mengkaji dan

menganalisis tentang wujud atau bentuk atau tujuan perlindungan, subjek

hukum yang dilindungi serta objek perlindungan yang diberikan oleh

hukum kepada subjeknya. Teori ini dikembangkan oleh Roscou Pound,

Sudikno Mertokusumo, dan Antonio Fortin.30

Teori perlindungan hukum merupakan salah satu teori yang sangat

penting untuk dikaji, karena fokus kajian teori ini pada perlindungan

hukum yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang disasarkan

pada teori ini, yaitu masyarakat yang berada pada posisi lemah, baik

secara ekonomis maupun lemah dari aspek yuridis.

30

Salim HS. dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis

dan Disertasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h., 3.

Page 45: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

36

Pada dasarnya, teori perlindungan hukum merupakan teori yang

berkaitan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Roscou Pound

mengemukakan hukum merupaka alat rekayasa sosial (laws as tool of

sosial engginering). Kepentingan manusia, adalah suatu tuntutan yang

dilindungi dan dipenuhi manusia dalam bidang hukum.

Roscou Pound membagi kepentingan manusia yang dilindungi

hukum menjadi tiga macam, yang meliputi:

1) Public interest (kepentingan umum)

2) Sosial interesrt (kepentingan masyarakat)

3) Privat interest (kepentingan individual).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori perlindungan hukum

untuk kepentingan masyarakat. Ada enam kepentingan masyarakat yang

dilindungi oleh hukum, dimana salah satunya berkaitan dengan

pembahasan di penelitian ini, yaitu kepentingan masyarakat bagi

kesalamatan umum seperti:31

1) Keamanan

2) Kesehatan

3) Kesejahteraan

4) Jaminan bagi transaksi-transaksi dan pendapatan.

3. Teori Efektivitas Hukum

Peraturan perundang-undangan, baik yang tingkatannya lebih rendah

maupun yang lebih tinggi bertujuan agar masyarakat manapun aparatur

penegak hukum dapat melaksanakannya secara konsisten dan tanpa

membedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. semua

orang dipandang sama di hadapan hukum (equality before the law).

Namun pada kenyataannya peraturan perundang-undangan yang

ditetapkan tersebut sering dilanggar, sehingga aturan itu tidak berlaku

efektif. Tidak efektifnya undang-undang bisa disebabkan karena

aparatnya yang tidak konsisten atau bisa juga karena masyarakatnya yang

31

Salim HS. dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis

dan Disertasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h., 267.

Page 46: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

37

tidak mendukung pelaksanaan undang-undangitu. Teori yang mengkaji

dan menganalisis tentang hal itu, yaitu teori efektivitas hukum.

Menurut Hans Kelsen, efektivitas hukum adalah ―apakah orang-

orang pada kenyatannya berbuat menurut suatu cara untuk menghindari

sanksi yang diancamkan oleh norma hukum atau bukan, dan apakah

sanksi tersebut benar-benar dilaksanakan bila syaratnya terpenuhi atau

tidak terpenuhi.‖ Konsep efektivitas dalam definisi Hans Kelsen

difokuskan pada subjek dan sanksi hukumnya.

Sedangkan menurut Anthony Allot, definisi efektivitas hukum

adalah ―hukum akan menjadi efektif jika tujuan keberadaan dan

penerapannya dapat mencegah perbuatan-perbuatan yang tidak

diinginkan dapat menghilangkan kekacauan. Hukum yang efektif secara

umum dapat membuat apa yang dirancang dapat diwujudkan. Jika suatu

kegagalan, maka kemungkinan terjadi pembetulan secara gampang jika

terjadi keharusan untuk melaksanakan atau menerapkan hukum suasan

baru yang berbeda, hukum akan sanggup menyelasaikannya.‖ Dari

pengertian diatas dapa disimpulkan jika konsep Anthony Allot tentang

efektivitas hukum difokuskan pada perwujudannya.

Dari pandangan-pandangan diatas, hanya menyajikan tentang konsep

efektivitas hukum, namun tidak mengkaji tentang konsep teori

efektivitas hukum. Dari dua pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa

teori efektivitas hukum adalah ―teori yang mengkaji dan menganalisis

tentang keberhasilan, kegagalan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

dalam pelaksanaan dan penerapan hukum.‖32

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori efektivitas

hukum berkaitan dengan pembahasan penelitian yang akan dilakukan.

Karena dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dikaitkan dengan

efektifitas suatu hukum, yaitu sejauh mana Undang-Undang dan POJK

tentang perlindungan konsumen yang mengatur tentang tanggung jawab

32

Salim HS. dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis

dan Disertasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h., 301-303.

Page 47: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

38

pelaku usaha (bank) dalam produk yang dijualnya (barang) atau

diadakannya (jasa) terhadap konsumen (nasabah) diterapkan di BTN

Syariah yang dimana sebagai penyelenggara KPR.

C. Tijauan Kajian Terdahulu

1. Tanggung Jawab Hukum Antara Bank Dengan Konsumen Dalam

Pelaksanaan Kredit Pemilikan Rumah, Skripsi Program Studi Hukum

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, Izdihar

Mahdiyah, 2017. Dalam skripsi ini membahas tentang tanggung jawab

hukum yang berlaku antara bank dan konsumen dalam Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) jika terjadi wanprestasi diantara keduanya baik itu pihak

bank yang melakukan wanprestasi atau konsumen yang melakukan

wanprestasi. Selain itu dalam skripsi ini juga membahas mengenai proses

terjadinya perjanjian kredit pemilikan rumah (KPR) antara pihak bak

dengan pihak konsumen. Pembeda dengan penelitian ini adalah fokus

masalah yang diteliti. Penelitian ini membahas tentang tanggung jawab

bank sebagai penyelenggara atau penyedia produk KPR bukan hanya

tanggung jawab ketika adanya wanprestasi, selain itu penelitian ini juga

akan mengangkat masalah tentang keseuaian prinsip perlindungan

konsumen yang ada dalam peraturan yang berlaku dengan proses

pemberian KPR di BTN Kantor Cabang Syariah.

2. Kajian Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Terkait Prinsip

Perlindungan Konsumen, Responsi Bank Indonesia, Sularsi, Mustafa Aqib

Bintoro dan Abdul Baasith, 2015. Dalam peneliltian dari tim responsi bank

Indonesia ini membahas seputar penyaluran KPR terkait prinsip

perlindungan konsumen. Dalam penelitian tersebut membahas seputar

regulasi yang terkait dengan prinsip perlindungan konsumen yang berlaku,

dan bank yang menjadi penelitian tim peneliti responsi bank Indonesia ini

terdiri dari berbagai bank mulai dari Bank konvesional BUMN hingga

bank-bank konvesional lainnya. Pembeda penelitian dari tim responsi bank

Indonesia dengan penelitian ini adalah tempat yang menjadi objek

Page 48: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

39

penelitian. Penlitian ini memilih bank syariah yang menjadi objek

penelitian dan penelitian ini hanya memfokuskan pada satu bank saja tidak

di banyak bank.

3. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah (Debitur) Sebagai Konsumen

Pengguna Jasa Bank Terhadap Risiko Dalam Perjanjian Kredit Bank,

Mohammad Wisno Hamin, Jurnal Lex Crimen Vol VI/ No.1/Jan-

Feb/2017. Dalam Jurnal ini membahas tentang upaya perlindungan hukum

bagi nasabah sebagai konsumen pengguna jasa bank, selain itu di dalam

jurnal ini juga dibahas tentang bagaimana bentuk pertanggung jawaban

bank terhadap nasabah ata konsumen jika terjadi risiko terkait perjanjian

kredit bank. Pembeda penelitian ini dengan jurnal tersebut adalah terdapat

pada fokus objek penelitiannya. Jika dalam jurnal tersebut membahas

tentang perlindungan hukum bagi nasabah terhadap risiko dalam

perjanjian kredit bank, penelitian ini memfokuskan perlindungan

konsumen atau nasabah dalam produk KPR dimana objeknya di foksukan

kepada produk KPR.

4. Implementasi Perlindungan Nasabah Produk Pembiayaan KPR Pada PT.

Bank Mandiri Kantor Cabang Mataram, Tesis, Gita Lebasno, Universitas

Gadjah Mada, 2014. Dalam tesis ini membahas tentang implementasi

perlindungan terhadap hak-hak nasabah produk KPR pada Bank Syariah

Mandiri ditinjau dari UU Perlindunga Konsumen, Peraturan Bank

Indonesia, dan UU Perbankan Syariah. Selain itu, tesis ini juga membahas

tentang peranan Notaris dalam pembiayaan KPR di Bank tersebut. Hal

yang membedakan dari penelitian ini adalah fokus penelitian. Tesis

tersebut hanya memfokuskan tentang perlindungan terhadap hak-hak

nasabah produk KPR yang ditinjau dari peraturan yang berlaku, serta tesis

tersebut membahas peranan Notaris dalam pembiayaan KPR. Penelitian

ini tidak hanya memfokuskan kepada perlindungan terhadap hak-hak

nasabah saja, penelitian juga membahas tentang tanggung jawab bank

sebagai penyelenggara KPR dan sampai mana batasan yang menjadi

tanggung jawab bank sebagai penyelanggara.

Page 49: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

40

5. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Kredit Pemilikan Rumah Bank

Tabungan Negara (BTN) Di Manado, Kathleen C. Pontoh, Jurnal Lex et

Societaris Vol. III/No. 8/Sep/2015. Dalam penelitian ini membahas

tentang apakah sistem hukum pemberian kredit perumahan oleh KPR-

BTN telah memperhatikan hak-hak konsumen dan memberikan jaminan

terhadap hak-hak konsumen tersebut. Jurnal ini juga membahas tentang

bagaiman upaya penyelesaian sengketa dan pemberian ganti rugi kepada

konsumen KPR oleh BTN jika harapan konsumen tidak terpenuhi. Hal

yang menjadi pembeda dari penelitian ini adalah fokus masalah yang akan

diteliti. Penelitian ini tidak hanya membahas tentang perlindunga terhadap

hak-hak konsumennya saja, tetapi juga membahas tentang bagaimana

tanggung jawab bank sebagai penyelenggara produk KPR terhadap

konsumen produknya serta sampai mana batasan yang menjadi tanggung

jawab bank sebagai penyelenggara produk KPR terhadap konsumen.

6. Analisis Perbandingan Perlindungan Konsumen KPR Syariah dan

Konvesional (Studi Kasus PT. BNI (Persero) Tbk. KCU Syariah Medan

dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Balai Kota Medan, Skripsi,

Rahmatul Khairiyah, Universitas Negeri Sumatera Utara, 2017. Penelitian

tersebut membahas tentang kesuaian UU Perlindungan Konsumen dengan

penerapan perlindungan hak-hak nasabah/konsumen pembiayaan/kredit

pemilikan rumah di kedua bank tersebut. Penelitian tersebut juga

membedakan antara pembiayaan KPR di BNI Kantor Cabang Syariah

Medan dengan KPR di Bank Mandiri Kantor Cabang Medan. Hal yang

membedakan dengan penelitian ini adalah fokus masalah yang diteliti.

Penelitian ini tidak hanya membahas tentang kesesuaian UU Perlindungan

Konsumen dengan penerapan perlindungan hak-hak nasabah dalam KPR

di Bank yang menjadi penelitian penulis, penelitian ini juga mengangkat

masalah tanggung jawab bank sebagai penyelenggara atau penyedia

produk KPR terhadap konsumen serta batasan yang menjadi tanggung

jawab bank sebagai penyelenggara produk.

Page 50: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

41

BAB III

GAMBARAN UMUM BTN SYARIAH

A. Sejarah Berdirinya

BTN Syariah merupakan Strategic Bussinees Unit (SBU) dari bank BTN

yang menjalankan bisnis dengan prinsip syariah, mulai beroperasi pada

tanggal 14 Februari 2005 melalui pembukaan Kantor Cabang Syariah

pertama di Jakarta. Pembukaan SBU ini guna melayani tingginya minat

masyarakat dalam memanfaatkan jasa keuangan syariah dan memperhatikan

keunggulan prinsip perbankan syariah, adanya Fatwa MUI tentang bunga

bank, serta melaksanakan hasil RUPS anggal 16 Januari 2004 dan perubahan

Anggaran Dasar dengan akta No. 29 tanggal 27 Oktober 2004 oleh Emi

Sulistyowati,SH Notaris di Jakarta yang ditandai dengan terbentuknya Divisi

Syariah berdasarkan Ketetapan Direksi No. 14/DIR/DSYA/2004 tanggal 4

November 2004. Bank BTN telah pula mendapatkan izin prinsip operasional

Unit Usaha Syariah dari Bank Indonesia melalui surat BI No. 6/1350/DPbS

tanggal 15 Desember 2004. Selanjutnya Bank BTN Unit Usaha Syariah

disebut ―BTN Syariah‖ dengan moto ―Maju dan Sejahtera Bersama‖.1 Semua

ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bank dalam memberikan pelayanan

jasa keuangan syariah, mendukung pencapaian sasaran laba usaha bank,

meningkatkan ketahanan bank dalam menghadapi perubahan lingkungan

usaha, dan memberi keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap

nasabah dan pegawai.

B. Visi dan Misi

1. Visi BTN Syariah

―Menjadi Strategic Business Unit BTN yang sehat dan tekemuka dalam

penyediaan jasa keuangan syariah dan mengutamakan kemaslahatan

bersama‖.

1 Bank BTN, Laporan Tahunan Annual Report (Jakarta: 2006), h., 85.

Page 51: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

42

2. Misi BTN Syariah

a. Mendukung pencapaian sasaran laba usaha BTN

b. Memberikan pelayanan jasa keuangan syariah yang unggul dalam

pembiayaan perumahan dan produk serta jasa keuangan syariah

terkait sehingga dapa memberikan kepuasan bagi nasabah dan

memperoleh pangsa pasar yang diharapkan.

c. Memberikan keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap

stakeholders serta memberikan ketentraman pada karyawan dan

nasabah.

d. Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip

syariah sehingga dapat meningkatkan ketahanan BTN dalam

menghadapi perubahan lingkugan usaha serta meningkatkan

Shareholder Value.

C. Landasan Operasional BTN Syariah

Landasan opersional BTN Syariah terdiri dari :

1. Al-Quran dan As-Sunnah sebagai landasan utama penerapan prinsip

syariah dalam kegiatan perekonomian

2. Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) – MUI saat ini ada 49 fatwa

tentang Lembaga Keuangan Syariah

3. Undang-Undang tentang Perbankan UU No. 10 tahun 1998 tentang

perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan terutama pasal 8

mengenai kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah

4. PBI No. 4/ 1/ PBI/ 2002 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank

Umum Konvensional menjadi Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah

oleh Bank Umum Konvensional

5. PSAK (Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan) No. 59 tentang

Akuntansi Perbankan Syariah tentang Murabahah

6. PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia)

Page 52: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

43

D. Nilai Dasar BTN Syariah

1. Taat melaksanakan dan mengamalkan ajaran Islam secara khusuk.

2. Selalu untuk menimba ilmu guna meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya demi kemajuan Bank BTN Syariah.

3. Mengutamakan kerjasama dalam melaksanakan tugas untuk mencapai

tujuan Bank BTN Syariah dengan kinerja yang terbaik.

4. Selalu memberikan yang terbaik secara ikhlas bagi Bank BTN Syariah

dan semua stakeholders, sebagai perwujudan dari pengabdian kepada

Allah SWT.

5. Selalu bekerja secara profesional yang kompeten dalam bidang tugasnya.

E. Produk dan Jasa Yang Dijalankan

Produk-produk yang ditawarkan BTN Syariah tidak hanya produk KPR

saja, BTN Syariah menawarkan berbagai produk yang terdiri dari tiga produk,

yaitu produk dana, produk pembiayaan, dan produk jasa.2

1. Produk Dana

a. Tabungan

1) Tabungan BTN Batara IB

Produk tabungan dengan akad wadi’ah (titipan), yang

merupakan titipan dari satu pihak ke pihak lain baik individu

maupun lembaga yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat

bila pemilik menghendakinya.

2) Tabungan BTN Prima Ib

Produk tabungan dengan menggunakan akad mudharabah

mutlaqah (investasi), yang merupakan kerja sama antara dua

pihak. Pihak pertama (shahibul mall) menyediakan modal dan

memberikan kewenangan penuh kepada pihak lainnya

(mudharib) dalam menentukan jenis dan tempat investasi.

Keuntungan dan kerugian dibagi menurut nisbah yang

disepakati.

2 https://www.btn.co.id/Syariah-Home, diakses hari rabu 18 Juli 20018.

Page 53: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

44

3) Tabungan BTN Batara Haji dan Umroh iB

Produk tabungan untuk merencanakan ibadah haji dan

umrok bedasarkan prinsip syariah dengtan menggunakan akad

mudharabah mutlaqah (investasi), yang merupakan kerja sama

antara pihak dengan keuntungan dan kerugian dibagi menurut

nisbah yang disepakati dimuka.

4) Tabungan BTN Qurban iB

Produk tabungan untuk merencanakan pembelian dan

penyaluran hewan qurban dengan bagi hasil yang

menguntungkan dan kompetitif bedasarkan prinsip syariah

dengan akad mudharabh mutlaqah (investasi), yang merupakan

kerja sama antara dua pihak dengan keuntungan dan kerugian

dibagi menurut nisbah yang disepakati dimuka

5) Tabungan BTN Tabunganku iB

Tabungan bagi anak berusia <17 tahun berdasarkan prinsip

syariah dengan akad wadi’ah (titipan), yang merupakan titipan

dari satu pihak ke pihak lain baik individu maupun lembaga

yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila pemilik

menghendakinya.

6) Tabungan BTN Simpanan Pelajar iB

Tabungan untuk meningkatkan budaya menabung di

kalangan siswa PAUD, TK, SD, SMP, SMA, Madrasah (MI,

MTs, MA) atau sederajat dengan prinsip syariah yaitu akad

―Wadi’ah‖ (Titipan), dimana merupakan titipan dari satu pihak

ke pihak lain baik individu maupun lembaga yang harus dijaga

dan dikembalikan setiap saat bila pemilik menghendakinya.

7) Tabungan BTN Emas iB

Produk tabungan untuk merencanakan pembelian emas

yang merupakan salah satu bentuk investasi terbaik guna

memenuhi kebutuhan masa depan dengan tetap mendapatkan

bagi hasil yang menguntungkan serta berdasarkan prinsip

Page 54: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

45

syariah dengan akad ―Mudharabah Mutlaqah‖ (Investasi)‖, yaitu

kerja sama antara dua pihak dengan keuntungan dan kerugian

dibagi menurut nisbah yang disepakati dimuka.

b. Deposito

1) Deposito BTN iB

Investasi berjangka bagi perorangan atau lembaga dengan

bagi hasil kompetitif yang menggunakan akad ―Mudharabah

Mutlaqah‖ (Investasi), yaitu kerja sama antara dua pihak dengan

keuntungan dan kerugian dibagi menurut nisbah yang disepakati

dimuka.

2) Deposito On Call BTN iB

Investasi berjangka yang dapat memberikan optimalisasi

keuntungan bagi likuiditas perusahaan dengan jangka waktu 1-

28 hari dan dikelola melalui akad ―Mudharabah Mutlaqah‖

(Investasi), yang merupakan kerja sama antara dua pihak dengan

keuntungan dan kerugian dibagi menurut nisbah yang disepakati

dimuka.

c. Giro

1) Giro BTN iB

Produk simpanan dana untuk kemudahan transaksi usaha

anda dengan menggunakan akad ―Wadi’ah‖ (Titipan), yang

merupakan titipan dari satu pihak ke pihak lain baik individu

maupun lembaga yang akan kami jaga dengan baik dan

dikembalikan setiap saat bila pemilik menghendakinya.

2) Giro BTN Prima iB

Produk simpanan dengan bagi hasil yang kompetitif untuk

perusahaan yang memiliki aktifitas transaksi bisnis yang tinggi

dengan menggunakan Akad ―Mudharabah Mutlaqah‖

(Investasi), yang merupakan kerja sama antara dua pihak dengan

keuntungan dan kerugian dibagi menurut nisbah yang disepakati

dimuka.

Page 55: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

46

2. Produk Konsumer

a. Pembiayaan Perumahan

Pembiayaan perumahan dalam BTN Syariah memiliki dua jenis

yaitu KPR subsidi dan KPR non subsidi. KPR subsidi yaitu suatu

kredit yang diperuntukan kepada masyarakat berpenghasilan

menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan

atau perbaikan rumah yang telah dimiliki, yang disubsidikan adalah

biaya marginnya. KPR subsidi ini diatur sendiri oleh pemerintah.

Sedangkan KPR Non Subsidi, adalah suatu KPR yang diperuntukan

bagi seluruh masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank,

sehingga penentuan besarnya pembiayaan maupun margin dilakukan

sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.

Dari dua jenis KPR tersebut dibagi lagi menjadi beberapa

macam pembiayaan perumahan diantaranya adalah sebagai berikut:

1) KPR BTN Platinum iB

Pembiayaan yang hadir sebagai solusi bagi kepemilikan

rumah, ruko, hingga apartemen yang menjadi idaman, baik

untuk pertama kali, yang kedua, atau bahkan yang ketiga

melalui proses yang cepat, uang muka ringan dan angsuran tetap

selama jangka waktu pembiayaan melalui akad "Murabahah"

(jual beli) yang memberikan berbagai macam manfaat.

2) KPR BTN Indent iB

Fasilitas pembiayaan untuk memiliki rumah, ruko, rukan,

rusun, atau apartemen bedasarkan pesanan melalui akad

―Istishna‖ (jual beli bedasarkan pesanan).

3) Pembiayaan Bangun Rumah BTN iB

Pembiayaan yang dapat mewujudkan pembangunan rumah

impian atau merenovasi hunian diatas lahan milik sendiri sesuai

rencana dan keinginan nasabah melalui akad ―Murabahah‖ (jual

beli).

Page 56: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

47

4) Pembiayaan Properti BTN iB

Pembiayaan untuk masyarakat yang menginginkan

kepemilikan atas properti baru atau memerlukan pembiayaan

ulang (refinancing) untuk properti yang telah dimiliki dengan

menggunakan akad ―musyarakah mutanaqisah‖ (kepemilikan

asset bersama).

5) KPR BTN Bersubsidi iB

Pembiayaan yang ditujukan untuk program kesejahteraan

masyarakat berpenghasilan rendah yang bekerjasama dengan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam

rangka kemudahan kepemilikan rumah, dengan akad

―Murabahah‖ (jual beli) yang memberikan berbagai macam

manfaat.

b. Pembiayaan Non Perumahan

1) Pembiayaan Kendaraan Bermotor BTN iB

Solusi kepemilikan kendaraan roda dua atau roda empat

dengan proses yang cepat, administrasi yang mudah, harga dan

angsuran yang tetap sampai dengan akhir pembiayaan melalui

akad Murabahah (Jual Beli).

2) Pembiayaan Tunai Emas BTN iB

Solusi atas kebutuhan dana untuk keperluan mendadak

dengan cara menggadaikan emas yang dimiliki dengan proses

yang cepat dan aman serta angsuran yang ringan menggunakan

akad ―Qardh‖ (Gadai) yang disertai dengan surat gadai sebagai

penyerahan Marhun untuk jaminan pengembalian seluruh atau

sebagian hutang nasabah kepada bank (Murtahin).

3) Pembiayaan Emasku BTN iB

Pembiayaan Emasku BTN iB hadir untuk memberikan

solusi bagi nasabah yang ingin memiliki investasi dengan

kepemilikan emas lantakan (batangan) bersertifikat Antam

Page 57: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

48

berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad

Murabahah (Jual Beli).

4) Pembiayaan multimanfaat BTN iB

Solusi bagi pegawai dan pensiunan untuk keperluan

pembelian jenis barang elektronik, furniture, dan kebutuhan

lainnya tanpa uang muka, angsuran ringan dan tetap sampai

dengan lunas dan jangka waktu pembiyaan sampai dengan 10

tahun melalui akad ―Murabahah‖ (Jual Beli). Nilai margin

kompetitif

5) Pembiayaan Multijasa BTN iB

Pembiayaan yang hadir untuk keperluaan mendanai

kebutuhan layanan jasa seperti Pendidikan, Kesehatan, Wisata,

Umroh, dan Pernikahan dengan jangka waktu pembiayaan

sampai dengan 10 tahun serta menggunakan akad ―Kafalah bil

Ujroh‖ (Imbalan atas jasa penjaminan).

3. Pembiayaan Komersial (Pembiayaan Usaha)

a. Pembiayaan Kontruksi BTN iB

Pembiayaan Konstruksi BTN iB hadir untuk memberikan solusi

bagi pebisnis guna membiayai konstruksi proyek properti yang

meliputi bangunan dan infrastruktur yang terkait dengan

menggunakan akad ―Musyarakah‖ (kerjasama).

b. Pembiayaan Investasi BTN iB

Pembiayaan Investasi BTN iB hadir untuk memberikan solusi

bagi nasabah guna pembelian/pengadaan barang investasi (capital

expenditure) dengan menggunakan akad akad ―Murabahah‖

(penyediaan dana atau tagihan), ―Musyarakah‖ (Akad penyediaan

dana untuk kerja sama) atau ―Istishna‖ (Akad penyediaan dana atau

tagihan).

c. Pembiayaan Modal Kerja BTN iB

Pembiayaan Modal Kerja BTN iB hadir untuk memberikan

solusi bagi nasabah guna membiayai keperluan modal kerja nasabah

Page 58: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

49

(operational expenditure) dalam menjalankan bisnis dengan

menggunakan akad kerjasama (mudharabah atau musyarakah).

4. Produk Jasa Layanan

a. Layanan Tambahan

1) Program Pengembangan Opersional (PPO)

Layanan perbankan untuk korporasi dengan memfasilitasi

kebutuhan operasional berupa barang (seperti kendaraan,

peralatan kantor, dan lain-lain) ataupun dana operasional dalam

rangka mendukung kelancaran operasional lembaga dengan

persyaratan tertentu yang disepakati bank & nasabah.

2) Penerimaan Biaya Perjalanan Haji

Layanan untuk mempermudah Ibadah Haji ke Tanah Suci

yang terintegrasi langsung dengan Sistem Komputerisasi Haji

Terpadu (SISKOHAT) Online, mulai dari pembayaran setoran

awal untuk mendapatkan nomor porsi sampai dengan pelunasan

keberangkatan.

3) BTN Payroll

Layanan perbankan melalui Tabungan BTN Batara iB untuk

memfasilitasi jasa payroll dan kebutuhan finansial karyawan

korporasi yang dapat dilakukan diseluruh outlet Bank BTN

ataupun UUS Bank BTN diseluruh wilayah Indonesia.

4) SPP Online

Merupakan jasa layanan bagi lembaga pendidikan berupa

penerimaan setoran biaya pendidikan dan biaya lainnya yang

terkait dengan penyelenggaraan pendidikan secara online real

time.

5) Payment Point BTN iB

Layanan perbankan untuk kemudahan nasabah melakukan

transaksi berulang dan rutin seperti membayar tagihan rutin

seperti tagihan telepon, telepon seluler, listrik, air, dan pajak.

Page 59: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

50

6) Kiriman Uang

Fasilitas kiriman uang yang dihadirkan Bank BTN berupa

layanan pengiriman uang secara real time ke sesama Bank

BTN dan BTN Syariah serta pengiriman uang ke Bank lain

menggunakan fasilitas SKN, RTGS, Link, ATM Bersama dan

Prima.

b. Jasa Penyimpanan (Safe Deposit Box BTN iB)

Suatu wadah dalam bentuk box yang dirancang khusus dengan

ukuran tertentu dan dilengkapi dengan sistem pengamanan untuk

menjamin keamanan barang-barang yang disimpan dari bahaya

kebakaran, perampokan dan lain-lain serta menggunakan akad ijarah

(sewa menyewa).

F. Struktur Organisasi

Dasar Struktur Organisasi Kantor Cabang BTN Syariah mengacu pada

Keputusan Direksi No.15/DIR/DSYA/2004, tanggal 4 November 2004,

tentang : Struktur Organisasi Kantor Cabang Syariah. Konsep Dasar dan

Metodologi Struktur Organisasi Kantor Cabang BTN Syariah:

1. Susunan Core Unit di Struktur Organisasi Kantor Cabang adalah suatu

unit kerja yang harus ada dikantor cabang adalah sebagai berikut:

a. Branch Manager (Kepala Cabang)

b. Retail Service (Layanan Ritel)

c. Operation (operasional)

d. Accounting dan Control (Akuntansi dan kontrol)

e. Financing Recovery (Pembinaan dan Penyelamatan Pembiayaan)

2. Dibawah Core Unit Kerja Retail Service (teller service, customer service,

financing service) dan operation (transaction processing, financing

administration, general branch administration) maksimal dijabat oleh

Assistant Manager atau Supervisor (penyelia) yang akan disesuaikan

dengan jumlah rasio supervise terhadap jumlah staffing atau cabang

tumbuh.

Page 60: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

51

3. Branch Manager (Kepala Cabang)

Mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan otorisasi sesuai batas

kewenangan

b. Bertanggung jawab atas pengelolaan resiko bisnis, baik yang

dilakukan oleh cabang syariah, kantor cabang pembantu syariah dan

kantor kas syariah.

c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang

menyangkut operational bank, baik ketentuan intern maupun ekstern.

Misi yang hendak dicapai:

a. Memberikan kontribusi laba yang sesuai dengan target yang telah

ditetapkan divisi syariah.

b. Menjaga tingkat efisiensi operasionalisasi Kantor Cabang BTN

Syariah

c. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah bank syariah.

4. Retail Service

Misi yang hendak dicapai:

a. Mencapai standar pelayanan prima yang berbasis kepada customer

fokus

b. Meningkatkan pangsa pasar baik dana, pembiayaan, feebased yang

berbasis kepada customer fokus

Tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal nasabah

b. Bertanggung jawab atas perencanaan dan penetapan strategi bisnis di

unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya kebijakan bank.

5. Operational

Misi yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

a. Memproses transaksi non tunai secara efisien dan akurat

Page 61: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

52

b. Menyediakan pelayanan administrasi pembiayaan dan umum yang

tepat waktu dan efisien kepada cabang

Tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan operasional harian cabang

untuk menjamin efektivitas dan efisiensi.

b. Bertanggung jawab terhadap standar kualitas yang tinggi dalam

bidang pemrosesan transaksi, administrasi pembiayaan dan

administrasi umum cabang.

Page 62: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Proses Pemberian Pembiayaan KPR BTN Syariah Serang

BTN Syariah menggunakan 3 (tiga) akad dalam memberikan pembiayaan

KPR, diantaranya akad Murabahah, akad Isthisna, dan akad Wakalah. Akad

Murabahah dan akad Isthisna digunakan sebagai akad jual beli antara bank

dengan nasabah, lain halnya dengan akad Wakalah digunakan sebagai

pemberian kuasa oleh bank kepada nasabah untuk membeli dan menerima

rumah dari pengembang/penjual.1 BTN Syariah memiliki 3 (tiga) jenis

produk pembiayaan KPR yang sering dipilih oleh nasabah, diantaranya

sebagai berikut:

1. KPR BTN Platinum iB

Jenis KPR ini merupakan KPR nonsubsidi. Dalam pembiayaan KPR

Platinum iB ini akad yang digunakan menggunkan adalah akad

Murabahah, dimana akad murabahah disini sebagai penerapan prinsip

jual beli antara bank dan nasabah dimana bank membeli rumah

tampak/susun yang diperlukan nasabah dan kemudian secara prinsip

menjualnya kepada nasabah sebesar harga beli ditambah dengan marjin

keuntungan yang disepakati antara bank dan nasabah. Akad Murabahah

yang digunakan dalam pembiayaan KPR BTN ini merujuk dengan

ketentuan yang diatur dalam Fatwa DSN No: 04/ DSN-MUI/IV/2000

tentang Murabahah.

2. KPR BTN Indent iB

Jenis KPR ini merupakan KPR nonsubsidi yang menggunakan akad

Isthisna, karena KPR Indent ini merupakan fasilitas pembiayaan yang

diberikan bank kepada nasabah untuk membeli rumah dan tanah dari

bank, yang dibangun oleh pengembang bedasarkan pesanan dari nasabah

1 Ardiansyah, Consumer Financing Analisis, Interview Pribadi, Serang, 2 Juli 2018.

Page 63: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

54

dengan kondisi rumah yang belum terbangun atau sedang dalam tahap

pembangunan. Akad Isthisna yang digunakan dalam pembiayaan KPR

BTN Syariah ini merujuk dengan ketentuan yang diatur dalam Fatwa

DSN Nomor 06/DSN-MUI/VI/2000 tentang Jual Beli Isthisna.

3. KPR Selisih Subsidi Margin

Jenis KPR ini merupakan KPR bersubsidi yang menggunakan akad

Murabahah. Maksud dari KPR bersubsidi adalah, fasilitas pembiayaan

kepemilikan rumah yang didukung kemudahan dan/atau mendapatkan

bantuan dari Pemerintah, yang di subsidi oleh Pemerintah disini adalah

marginnya.2 Akad Murabahah yang digunakan dalam pembiayaan ini

merujuk dengan ketentuan yang diatur dalam Fatwa DSN No: 04/ DSN-

MUI/IV/2000 tentang Murabahah.

Dalam proses pemberian fasilitas KPR antara pihak bank dengan nasabah

dilalui beberapa tahap, diantaranya sebagai berikut3 :

1. Sebelum terjadinya akad

Nasabah yang ingin mengajukan permohonan pembiayaan datang

ke BTN Syariah diberikan kebebasan oleh bank untuk memilih sendiri

lokasi rumah yang ingin dibeli sesuai dengan keinginan nasabah.

Selanjutnya nasabah harus memenuhi persyaratan administratif dan

mengisi formulir pengajuan permohonan pembaiyaan KPR setelah

mempelajari formulir yang diberikan oleh pihak bank. Syarat

administratif yang harus dipenuhi nasabah diantaranya adalah fotocopy

Kartu Tanda Penduduk (KTP), fotocopy NPWP, fotocopy Kartu

Keluarga (KK), fotocopy SK pegawai, slip gaji (untuk karyawan) atau

surat keterangan pengahasilan (untuk profesional) atau laporan keuangan

3 bulan terakhir (untuk wiraswasta), fotocopy surat nikah (bagi yang

sudah menikah) atau surat cerai, fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

pasangan (jika sudah menikah), rekening koran tabungan 3 bulan

2 Mahardika Rizki, Collection, Interview Pribadi, Serang, 2 Juli 2018.

3 Rifqi Sumardi, Consumer Financing Service, Interview Pribadi, Serang, 2 Juli 2018.

Page 64: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

55

terakhir, surat keterangan belum memiliki rumah (khusus KPR BTN

Bersubsidi iB), dan pas photo 4x6.

Setelah menyerahkan persyaratan administratif nasabah akan

diwawancarai oleh pihak bank untuk memenuhi persyaratan

administratif. Data yang sudah ada masuk ke bagian analisis untuk

diverifikasi. Jika permohonan disetujui, pemohon membuka rekening

tabungan BTN iB untuk pembayaran angsuran, selain itu nasabah harus

membayar DP sebesar 20% kepada bank. Kemudian pihak bank dan

pemohon (nasabah) melakukan akad pembiayaan. Pemohon harus

membayar biaya-biaya yang timbul dari akad Kredit Pemilikan Rumah

(KPR), seperti biaya administratif, biaya notaris, membayar pajak

pembelian dan pajak penjualan.

2. Saat terjadinya akad

Setelah nasabah membayar administrasi yang disyaratkan oleh bank

dan menyetujui akad yang diberikan oleh bank, dimana bank

menggunakan perjanjian baku sehingga tidak ada negoisasi antara bank

dengan nasabah, jika nasabah setuju dengan isi akadnya maka

pembiayaan akan dilanjutkan, tetapi jika nasabah tidak setuju dengan isi

akad maka pembiayaan akan batal, maka dibuatlah akad jual beli antara

bank dengan nasabah di hadapan Notaris/PPAT yang disertai dengan

pengikatan jaminan. Yang mana dari kesepakatan tersebut menimbulkan

hubungan hukum antara nasabah dengan bank, serta menimbulkan hak

dan kewajiban bagi para pihak yang melakukan akad pembiayaan KPR.

Setelah ditandatangani akad dan akta jual beli di depan

Notaris/PPAT oleh bank dengan nasabah, nasabah berkewajiban untuk

mengangsur pembayaran kembali pembiayaan yang diberikan oleh bank

sesuai dengan waktu yang telah disepakati dalam akad. Segala dokumen

pembiayaan pokok (sertifikat, AJB, dan IMB) disimpan oleh bank, yang

mana dokumen-dokumen tersebut menjadi jaminan bagi nasabah dalam

pelunasan pembayaran kembali pembiayaan dan akan diserahkan kepada

Page 65: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

56

nasabah ketika pembayaran kembali pembiayaan telah selesai atau telah

lunas.

3. Setelah terjadinya akad

Setelah semua proses dalam akad pembiayaan KPR antara bank

dengan nasabah dinyatakan selesai maka nasabah dapat menerima kunci

atas rumah dan dapat segera menempati rumah tersebut. Untuk nasabah

pembiayaan KPR bersubsidi wajib menempati rumah yang dibelinya

maksimal 1 (satu) bulan setelah ditandatanganinya akad.

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Akad Pembiayaan KPR di BTN

Syariah

Perjanjian kredit perbankan atau dalam perbankan syariah disebut dengan

akad, pada umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku (standard

contract). Dalam praktiknya bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh pihak

bank sebagai kreditur sedangkan nasabah sebagai debitur hanya mempelajari

dan memahami dengan baik. Pihak debitur atau nasabah dalam perjanjian

baku tersebut hanya dalam posisi meerima atau menolak tanpa ada

kemungkinan untuk melakukan negoisasi atau tawar-menawar.4

Perjanjian kredit atau dalam perbankan syariah lebih dikenal dengan akad

pembiayaan ini perlu memperoleh perhatian yang khusus baik oleh bank

sebagai kreditur maupun nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit

(akad pembiayaan) mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian,

pengelolaan, dan penatalaksanaan kredit tersebut. Menurut Ch. Gatot

Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut5:

1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.

2. Perjanjian kredit sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan

kewajiban di antara kreditur dan debitur.

4 Mohammad Wisnu Hamin, ―Perlindungan Hukum Bagi Nasabah (Debitur) Bank Sebagai

Konsumen Pengguna Jasa Bank Terhadap Risiko Dalam Perjanjian Kredit Bank‖, Lex Crimen, VI,

1, (Januari-Februari, 2017), h., 50. 5 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, ( Jakarta: Kencana Pranada Media

Grup, 2005), h., 72.

Page 66: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

57

3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring

kredit.

Dalam perjanjian Kredit pemilikan Rumah (KPR) ada 3 (tiga) pihak yang

terkait, yaitu :

1. Pihak debitur (nasabah/konsumen), adalah pihak yang mendapatlan

fasilitas pembiayaan dari bank dan bertindak sebagai pembeli yang

karenanya berkewajiban membeli rumah sesuai pesanan yang telah

dilakukannya kepada bank

2. Pihak kreditur, yaitu pihak bank sebagai pihak penjual yang

menyediakan fasilitas pembiayaan kepada nasabah atas pengadaan rumah

yang dipesan oleh nasabah dengan cara bank secara prinsip membeli

rumah dan tanah dari pengembang untuk kepentingan dan atas pesanan

nasabah dan selanjutnya bank secara prinsip menjual rumah pesanan

tersebut kepada nasabah sehingga bank mempunyai hak tagih kepada

nasabah, yang wajib dibayar oleh nasabah secara angsuran setiap

bulannya

3. Pihak pengembang/penjual adalah perusahaan berbentuk Perseroan

terbatas yang bergerak dalam bidang usaha pembangunan proyek

perumahan yang ditunjuk dan/atau disetujui bank untuk

menyediakan/mengadakan/membangun dan menyerahkan rumah yang

dipesan dan dijual kepada nasabah.

Diantara ketiga pihak yang disebutkan di atas, maka di dalam hubungan

keperdataan yang dilakukan melalui perjanjian KPR tentulah masing-masing

memiliki porsi hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sesuai dengan konteks

yang umum diterima oleh masyarakat. Namun, biasanya di dalam hal KPR,

pengembang juga akan terlebih dahulu membuat kesepakatan dengan pihak

bank mengenai ketentuan-ketentuan yang ada dalam akad.

Pada dasarnya hak dan kewajiban pihak-pihak yang berakad dalam KPR

merujuk kepada hak dan kewajiban yang umum diatur dalam Undang-

Page 67: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

58

Undang dan peraturan yang berlaku. Hak dan kewajiban tersebut biasanya

dicantumkan dalam akad atau kontrak, maka secara umum akan dipaparkan

point utama dalam suatu akad yang sudah umum diterapkan dalam

masyarakat, meliputi:

1. Konsumen, yakni:

a. Kewajiban konsumen adalah memenuhi kewajiban atas pembayaran

kembali kepada bank sesuai dengan syarat-syarat dan tata cara

pembayaran yang telah ditentukan dalam akad sesuai dengan waktu

yang telah disepakati. Konsekuensi keterlambatan membayar ganti

rugi keterlambatan (ta’widh) dan/atau denda untuk sosial (ta’zir)

yang sudah disepakati dalam akad. Jika konsumen tidak melakukan

pembayaran dalam jangka waktu melibihi 3 (tiga) bulan, maka bank

bisa saja melakukan pelelangan rumah atau jaminan lainnya.

b. Hak konsumen adalah sebagaimana yang sudah tercantum dalam

Undang –Undang Perlindungan Konsumen yang diantaranya sebagai

berikut :

1) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan

2) Hak untuk memilih barang dan mendapatkan barang sesuai

dengan nilai tukar

3) Hak atas informasi yang jelas, benar, dan jujur

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya

5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan

penyelesaian sengketa secara patut

6) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan

7) Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar, jujur, dan

tidak diskriminasi

8) Hak untuk mendapatkan kompensasi dan ganti rugi.

2. Bank, yakni:

a. Kewajiban utama bank adalah memberikan fasilitas pembiayaan

yang sesuai dengan porsi yang diajukan nasabah. Dalam KPR

biasanya bank akan membayar penuh kepada pengembang/penjual

Page 68: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

59

yang nantinya nasabah hanya akan berurusan langsung dengan bank

dalam tahap pembayaran. Selain itu juga bank memiliki kewajiban

untuk mengembalikan surat-surat dan/atau dokumen-dokumen

mengenai barang jaminan.

b. Hak bank sebagai kreditur adalah mendapatkan informasi yang jelas

dan benar atas keadaan keuangan nasabah. Selain itu, bank juga

berhak atas pembayaran angsuran ditambah dengan marjin

keuntungan yang ditetapkan bank, serta ditambah ganti rugi

keterlambatan (ta’widh) dan/atau denda untuk sosial (ta’zir) jika

nasabah membayar angsuran tidak tepat pada waktu yang sudah

disepakati. Hak bank yang lainnya sebagai kreditur adalah hak atas

anggunan/jaminan terhadap dana yang dikeluarkan tersebut untuk

menjaga risiko yang mungkin timbul.

3. Pengembang/penjual

a. Kewajiban pengembang/penjual jarang sekali ditulis dalam akad

antara nasabah dengan bank, karena telah dituangkan dalam

Perjanjian Pengkitan Jual Beli (PPJB) antara pengembang dengan

nasabah. Sebenarnya, pengembang sebagai penjual dalam hal ini

memiliki 2 (dua) pokok kewajiban, diantaranya:

1) Menyerahkan barang yang sudah dibayar harganya, dan

menjamin bahwa si pembeli dapat memiliki barang itu dengan

tentram

2) Bertanggung jawab terhadap cacat-cacat yang tersembunyi.

b. Hak pengembang pada umumnya adalah berhak menerima

pembayaran atas harga jual rumah yang disepakati bersama.

Jika diatas merupakan hak dan kewajiban yang terdapat dalam akad pada

umumnya, berikut ini adalah hak dan kewajiban yang terdapat dalam akad

yang ada di BTN Syariah Serang, diantaranya:

Page 69: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

60

1. Nasabah

a. Kewajiban Nasabah

1) Nasabah wajib membuka dan memelihara rekening giro atau

tabungan pada bank selama nasabah mempunyai fasilitas

pembiayaan dari bank.

2) Nasabah wajib melakukan pembayaran kembali pembiayaan

secara angsuran sebesar sebagaimana yang telah disepakati dan

telah tercantum dalam akad sampai dengan seluruh utang

(kewajiban) nasabah dinyatakan lunas oleh bank.

3) Nasabah wajib menyediakan dana secukupnya pada rekening

giro dan/atau tabungan atas nama nasabah pada bank, selambat-

lambatnya pada tanggal sesuai jadwal angsuran yang telah

disepakati.

4) Nasabah diwajibkan untuk menyimpan dengan baik dan tertib

semua bukti pembayaran yang berhubungan dengan pembayaran

kewajiban pembiayaannya dan wajib untuk memperlihatkan

kepada bank apabila diminta oleh bank.

5) Nasabah wajib memberikan bantuan sepenuhnya guna

memungkinkan bank melaksanakan pengikatan rumah yang

dibiayai dengan fasilitas pembiayaan sebagai jaminan menurut

cara dan pada saat dianggap baik oleh bank dan selanjutnya

bukti kepemilikan rumah dan akta pengikatan jaminan rumah

dikuasai oleh bank sampai seluruh pembiayaan dilunasi.

6) Nasabah wajib memberikan keterangan-keterangan secara benar

atas pertanyaan-pertanyaan pihak dalam rangka pengawasan dan

pemeriksaan jaminan.

7) Nasabah wajib segera menempati dan memelihara rumah

tampak/susun yang difasilitasi dengan KPR Subsidi Selisih

Marjin, sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

(akad pembiayaan KPR BTN Subsidi Selisih Marjin).

Page 70: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

61

8) Nasabah wajib segera menempati dan memelihara rumah yang

dibiayai dengan fasilitas pembiayaan sesuai dengan tuuan

pembiayaan, sepanjang dan selama nasabah memenuhi dengan

baik semua kewajiban-kewajbuan bedasarkan akad (akad

pembiayaan KPR BTN Indent).

9) Selama jangka waktu pembiayaan atau seluruh utang Isthisna

belum dilunasi, nasabah wajib untuk menutup asuransi jiwa dan

asuransi jiwa dan asuransi kebakaran terhadap rumah yang

dijaminkan (akad pembiayaan KPR BTN Indent).

10) Kewajiban penutupan asuransi atas harta yang dijaminkan

kepada bank berlaku selama jangka waktu pembiayan atau

selama jumlah seluruh utang Isthisna belum dilunasi. Dengan

demikian setiap saat jangka waktu suatu pertanggung berakhir,

maka nasabah wajib melakukan penutupan pertanggungan

lagi/memperpanjang jangka waktu pertanggungan dengan biaya

sepenuhnya menjadi beban nasabah (akad pembiayaan KPR

BTN Indent).

11) Nasabah wajib melaksanakan hak-hak klaimnya secara tetap dan

penuh dan wajib memberitahukan kepada bank

perkembangannya untuk memungkinkan bank mengetahui

sepenuhnya setiap kerugian yang diminta dan satuan atas klaim

sesuai hak klaimnya (akad pembiayaan KPR BTN Indent).

12) Nasabah wajib memlihara rekening giro dan/atau tabungan pada

bank yang tunduk kepada syarat-syarat umum pembukaan

rekening yang berlaku di bank.

13) Apabila nasabah mempunyai hubungan rekening atau simpanan

dengan/pada lembaga keuangan atau lembaga lainnya, nasabah

wajib mengungkapkan secara penuh setiap rekening yang telah

dibuka oleh nasabah pada lembaga keuangan atau lembaga

lainnya, yang merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi

nasabah.

Page 71: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

62

14) Atas permintaan bank, nasabah wajib menyampaikan

salinan/tembusan yang sah dari setiap rekening baik rekening

pembiayaan ataupun rekening simpanan atas nama nasabah pada

lembaga keuangan atau lembaga lain.

b. Hak Nasabah

Dalam akad hanya terdapat 1 (satu) kalusul mengenai hak nasabah

yaitu :

1) Dalam hal nasabah merasa bahwa pembukuan/pencatatan bank

atas kewajiban dan pembayaran yang telah dilakukan tidak

benar, maka nasabah berhak untuk mengajukan keberatan/klaim

kepada bank dengan disertai bukti-bukti pembayaran yang sah.

2. Bank

a. Kewajiban Bank

1) Apabila bank melaksanakan penyerahan piutang

Murabahah/Isthisna kepada pihak lain dan pengelolaan

pembiayaan tetap dilakukan oleh bank, maka bank tidak wajib

memberitahukan kepada nasabah, sehingga apabila kemudian

pihak yang menerima penyerahan piutang Murabahah/Isthisna

menjalankan haknya sebagai penerima pengalihan utang, maka

hal demikian sudah dapat dinyatakan sepenuhnya semata-mata

berdasarkan akad yang dibuat antara bank dengan pihak

penerima piutang Murabahah/Isthisna dan adanya pengalihan

piutang Murabahah/Isthisna ini tidak mempengaruhi sama sekali

pelaksanaan kewajiban nasabah sesuai akad. Apabila

pengelolaan pembiayaan tidak dilakukan oleh bank setelah

piutang Murabahah/Isthisna dialihkan, maka bank wajib

memberitahukan adanya pengalihan utang Murabahah/Isthisna

tersebut kepada nasabah.

2) Dalam hal utang telah dilunasi, bank wajib menyerahkan kembali

semua surat-surat dan/atau dokumen-dokumen mengenai barang

Page 72: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

63

jaminan, serta surat-surat bukti lainnya yang disimpan atau

dikuasi bank kepada:

a) Nasabah atau;

b) Pihak ketiga berdasarkan surat kuasa notaril atau;

c) Pemenang lelang eksekusi jaminan atau;

d) Pihak lain berdasarkan penetapan atau putusan Pengadilan

yang berkekuatan tetap atau;

e) Ahli waris nasabah berdasarkan putusan Pengadilan Agama

dan Pengadilan umum.

b. Hak bank

1) Apabila nasabah wanprestasi, bank berhak untuk untuk

memberikan peringatan dalam bentuk tindakan-tindakan sebagai

berikut:

a) Memberikan peringatan baik secara lisan atas SMS (Short

Message Service) / email (surat elektronik) maupun dalam

bentuk pernyataan lalai/wanprestasi berupa surat atau akta

lain yang sejenis yang dikirimkan ke alamat nasabah;

b) Memberikan peringatan dalam bentuk pemasangan papan

peringatan (plank), stiker atau dengan cara apapun yang

ditempelkan atau dituliskan pada jaminan pembiayaan;

c) Dalam hal nasabah sulit dihubungi dan tidak diketahui

keberdaannya oleh bank maka bank berhak memberikan

peringatan melalui media cetak atau elektronik;

d) Memberitahukan kepada nasabah untuk mengembalikan

segala bentuk bantuan Pemerintah terkait KPR Subsidi

Selisih Marjin sebagaimana diatur dalam Peraturan

Perundanng-undangan yang berlaku (akad pembiayaan KPR

BTN Subsidi Selisih Marjin);

e) Melakukan pengalihan piutang Murabahah kepada pihak

lain sebagaimana ketentuan pada yang tercantum dalam

akad (akad pembiayaan KPR BTN Subsidi Selisih Marjin).

Page 73: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

64

2) Apabila nasabah melakukan wanprestasi, maka bank berhak

setiap saat melakukan tindakan terhadap rumah yang dijaminkan

yaitu:

a) Memasuki perkarangan, rumah berikut tanah yang menjadi

jaminan;

b) Melakukan pemeriksaaan atas keadaan rumah berikut

fasilitasnya yang merekat serta mendapatkan keterangan

secara langsung ataupun tidak langsung dari nasabah

dan/atau dari siapapun mengenai hal-hal yang perlu

diketahui oleh bank.

3) Apabila nasabah wanprestasi, maka setelah memperingatkan

nasabah bank berhak untuk melakukan tindakan-tindakan

sebagai berikut:

a) Melaksanakan eksekusi terhadap barang jaminan

berdasarkan ketentuan perudang-undangan yang berlaku;

b) Melaksanakan penjualan terhadap barang jaminan

berdasarkan surat kuasa untuk menjual yang dibuat oleh

nasabah;

c) Menetapkan harga penjualan dengan harga yang dianggap

baik oleh bank.

4) Apabila bank menggunakan haknya untuk menagih pelunasan

sekaligus atas pembiayaan nasabah dan nasabah tidak dapat

memenuhi kewajibannya membayar pelunasan tersebut

walaupun telah mendapat peringatan-peringatan dari bank, maka

bank berhak untuk setiap saat melaksanakan eksekusinya,

melaksnakan penjualan rumah jaminan yang dipegangnya

menurut cara dan dengan harga yang dianggap baik oleh bank

termasuk dan tidak terkecuali bank berhak sepenuhnya

mencarikan nasabah baru untuk mengambil alih atau mengoper

utang nasabah, selanjutnya pada saat sekarang ini untuk

keperluan pada waktunya nanti, dengan akad ini nasabah

Page 74: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

65

memberikan kuasa kepada bank untuk melakukan segala

tindakan guna melaksanakan maksud di atas, tanpa ada tindakan

yang dikecualikan.

5) Apabila dari hasil penjualan atau eksekusi rumah jaminan

pembiayaan jumlahnya belum mencukupi untuk melunasi

seluruh utang nasabah kepada bank, maka sesuai dengan

ketentuan atau peraturan yang berlaku, bank berhak untuk

mengambil pelunasan atas sisa utang tersebut dari penjualan

harta lain milik nasabah.

6) Bila nasabah meninggal dunia, hak dan kewajibannya beralih

kepada ahli waris dan bank berhak untuk meminta kepada ahli

warisnya turunan akta kematian yang dilegaliris oleh pejabat

dari instansi yang berwenang disamping surat keterangan hak

waris, akta wasiat atau bukti-bukti lainnya, yang menurut

pertimbangan bank diperlukan untuk mengetahui ahli waris

yang sah.

7) Atas dasar kewenangan penuh yang diberikan oleh nasabah,

bank berhak meminta secara langsung salinan/tebusan ataupun

keterangan mengenai rekening-rekening yang dimiliki nasabah

dengan/pada lembaga keuangan atau lembaga lainnya, kepada

lembaga yang menyelenggarakan rekening-rekening atas nama

nasabah.

Akad pembiayaan KPR BTN Syariah Serang tidak mencantumkan hak

dan kewajiban pengembang/penjual, karena antaran nasabah dengan

pengembang/penjual memiliki perjanjian lainnya yaitu Perjanjian Pengikatan

Jual Beli (PPJB). Dalam akad ini tidak ada pasal khusus mengenai hak dan

kewajiban para pihak. Selain itu tidak banyak hak-hak nasabah yang

dicantumkan dalam akad, kebanyakan kewajiban nasabah yang dicantumkan

dalam akad. Hak dan kewajiban merupakan komponen terpenting dalam

suatu akad pembiayaan. Pada dasarnya, hak dan kewajiban menjadi salah satu

Page 75: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

66

alasan timbulnya masalah dalam KPR, dimana kebanyakan permasalahan

yang timbul dalam KPR adalah tidak terpenuhinya hak-hak nasabah

(konsumen).

Dalam UUPK telah dijelaskan apa saja yang menjadi hak-hak konsumen,

salah satunya dalam Pasal 4 huruf c disebutkan mengenai hak atas informasi

yang benar dan jelas. Nasabah berhak mendapatkan informasi sebenar-

benarnya serta sejelas-jelasnya mengenai hak dan kewajibannya sebagai

konsumen, dan pihak-pihak lainnya yang berakad. Jika pasal mengenai hak

dan kewajiban para pihak tidak ada, dikhawatirkan akan menimbulkan

kerugian bagi nasabah di kemudian hari, terutama bagi nasabah yang awam

terhadap hukum. Jika di kemudian hari terjadi pelanggaran yang dilakukan

bank, yang dapat merugikan nasabah, maka nasabah tidak dapat menuntut

haknya jika tidak terdapat dalam akadnya. Adanya hak dan kewajiban para

pihak dalam suatu akad akan menghindarkan dari berat sebelah antara pihak

nasabah dengan pihak bank. Maksud dari berat sebelah adalah isi akad hanya

memberatkan satu pihak saja yang artinya tidak seimbang, padalah dalam

UUPK dijelaskan bahwa perlindungan konsumen berasaskan manfaat,

keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta

kepastian hukum.6

Akad itu sendiri berfungsi untuk mengikat antara pihak nasabah dengan

pihak bank, selain itu telah dijelaskan di atas bahwa akad berfungsi sebagai

alat bukti mengenai batasan hak dan kewajiban di antara nasabah dengan

bank. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor:

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

dijelaskan dalam Pasal 4 ayat (1) mengenai pelaku usaha jasa keuangan wajib

menyediakan dan/atau menyampaikan informasi mengenai produk/atau

layanan yang akurat, jujur, jelas, dan tidak menyesatkan, selanjutnya dalam

ayat (2) dijelaskan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan

6 Undang Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 2.

Page 76: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

67

dalam dokumen atau sarana lain yang dapat digunakan sebagai alat bukti.7

Meskipun hak dan kewajiban nasabah telah dijelaskan oleh pihak bank pada

saat proses akad, akan lebih baik lagi jika hak-hak nasabah juga dimasukan

dalam akad pembiayaan atau perjanjian sebagai alat bukti.

Salah satu faktor tidak adanya pasal mengenai hak dan kewajiban para

pihak dalam akad pembiayaan KPR BTN Syariah disini adalah BTN Syariah

menggunakan perjanjian baku (standard contract), dimana BTN Syariah

telah menyiapkan perjanjian atau akad terlebih dahulu dan nasabah yang

merupakan pemohon pembiayaan hanya diminta pendapatnya apakah

menerima isi perjanjian atau akad tersebut itu atau tidak, jika nasabah sepakat

dengan isi akad, maka akad pembiayaan akan dilanjutkan, tetapi jika nasabah

keberatan maka akad pembiayaan tidak dapat dilaksanakan. Kedudukan yang

berbeda antara bank dan nasabah debitur yakni dimana bank memiliki posisi

tawar yang lebih kuat jika dibandingkan dengan nasabah menyebabkan

ketidakseimbangan dalam pembuatan perjanjian.

C. Tanggung Jawab Bank BTN Syariah Sebagai Penyelenggara KPR

Dalam perlindungan konsumen, terdapat konsep pertanggung jawaban

pelaku usaha. Secara umum, pertanggung jawabanpelaku usaha memiliki

tujuan utama yaitu pemberian kompensasi (ganti kerugian), penyebaran

risiko, dan pencegahan. Ada 3 (tiga) teori yang terkait dengan

pertanggungjawaban pelaku usaha dalam perlindungan konsumen yaitu

tanggung jawab bedasarkan kesalahan/kelalaian, tanggung jawab bedasarkan

ingkar janji atau wanprestasi, dan tanggung jawab mutlak. Teori tersebut

menandakan ada sebuah pergeseran pemikiran, dari tanggung jawab dengan

konsep ―kesalahan‖ kepada konsep ―risiko‖. Dalam UU Perlindungan

Konsumen, ketentuan tanggung jawab pelaku usaha diatur dalam Pasal 19

sampai dengan Pasal 28. 8 Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal

7 Peraturan Otoritas Jasa Keungan Nomor: 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keungan, Pasal 4, ayat (1) dan (2). 8 Sularsi dkk, ―Kebijakan dan Praktek Bank di Indonesia: Kajian Penyaluran Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) Terkait Prinsip Perlindungan Konsumen‖, (Responsi Bank Indonesia : Maret 2016).

Page 77: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

68

yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus-

kasus pelanggaran hak konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam

menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa jauh

tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait.9

Pertanggungjawaban bank apabila nasabah mengalami kerugian adalah

menangani dan menyelesaikan berbagai keluhan dan pengaduan nasabah,

untuk mengdari berlarut-larutnya masalah yang terjadi. Pengaduan nasabah

dilakukan dengan standar waktu yang ditentukan dan berlaku secara umum.10

Risiko yang terdapat dalam perjanjian kredit atau dalam bank syariah dikenal

dengan akad pembiayaan bank dapat dilihat dari dua sisi yaitu risiko yang

ditanggung oleh bank sebagai kreditur dan risiko yang ditanggung oleh

nasabah sebagai debitur. Risiko yang ditanggung oleh bank sebagai kreditur

dapat berupa credit risk, strategic risk, regualatory risk operating risk,

commodity risk, human resources risk, dan legal risk. Sedangkan risiko yang

ditanggung nasabah debitur antara lain risiko yang ditanggung debitur karena

perjanjian kredit bank yang baku (standar) sehingga debitur tidak dapat

menentukan isi perjanjian.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, dalam pembiayaan KPR ini

terdapat 3 (tiga) pihak yang berakad yaitu pihak nasabah sebagai pihak yang

mendapatkan fasilitas pembiayaan KPR, pihak bank sebagai penjual yang

menyediakan fasilitas pembiayaan KPR, dan pihak pengembang sebagai

pihak yang menyediakan/ mengadakan/ membangun dan menyerahkan rumah

yang dipesan dan dijual kepada nasabah. Setiap pihak memiliki tanggung

jawabnya masing-masing sesuai dengan perannya. Bank BTN Syariah

memiliki tanggung jawab sebagai penyelenggara KPR, diantaranya11

:

1. Jika terjadi masalah atau keluhan dari pihak nasabah mengenai rumah

yang dibeli, maka bank bertanggung jawab untuk mengadakan mediasi

9 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Grasindo, 2000), h., 59.

10 Muhammad Wisnu Hamin, ―Perlindungan Hukum Bagi Nasabah (Debitur) Bank Sebagai

Konsumen Pengguna Jasa Bank Terhadap Risiko Dalam Perjanjian Kredit Bank‖, Lex Crimen, VI,

1, (Januari-Februari, 2017), h., 49. 11

Ardiansyah, Consumer Financing Analisis, Interview Pribadi, Serang, 2 Juli 2018.

Page 78: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

69

antara pengembang dan nasabah untuk mencari permasalahan dan

menyelesaikan permasalahan tersebut.

2. Jika ada keluhan mengenai system dan cara pembayaran, maka bank

akan menyempaikannya kepada kantor pusat untuk dilakukan

permbaikan.

Beberapa sumber hukum formal hukum, seperti peraturan perundang-

undangan dan perjanjian standar di lapangan hukum keperdataan kerap

memberikan pembatasan-pembatasan terhadap tanggung jawab yang dipikul

oleh si pelanggar hak konsumen,12

BTN Syariah salah satunya. Bank BTN

Syariah memiliki batasan yang menjadi tanggung jawabnya, karena dalam

akad pembiayaan KPR ini, tidak hanya ada 1 (satu) akad, dimana selain akad

pembiayaan KPR yang terjadi antara nasabah dengan bank, terdapat akad jual

beli dimana para pihaknya adalah nasabah dengan pihak pengembang/penjual

(depelover). Bank memiliki kedudukan dalam KPR ini hanya sebagai kreditur

atau pemberi pembiayaan kepada nasabah, maka dari itu Bank BTN Syariah

Serang membatasi tanggung jawabnya sebagai berikut:

1. Pilihan atas rumah yang akan dibeli dengan pembiayaan bank,

sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah. Jika kemudian hari

diketahui timbul cacat, kekurangan atau keadaan/masalah apapun yang

menyangkut rumah dan/atau pelaksanaan jual beli rumah dan tanah,

maka segala risiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah.

2. Bank tidak bertanggung jawab terhadap penyelesaian surat/dokumen atas

rumah yang dibeli, termasuk pada sertifikat tanah, IMB dan surat-surat

lainnya yang merupakan tanggung jawab pengembang.

3. Jika terdapat masalah yang timbul dalam pelaksanaan akad jual beli

rumah, seperti adanya klaim atau keluhan atau tidak terpenuhinya

kewajiban salah satu pihak, adanya fasilitas rumah yang belum dipenuhi,

adanya kelambatan penyelesaian sertifikat tanah dan sebagainya, semata-

12

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen¸(Jakarta: Sinar Grafika,

2011), h., 92.

Page 79: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

70

mata adalah masalah dan tanggung jawab pihak-pihak dalam akad jual

beli tersebut dan salah pihak tidak dapat meminta pertanggung jawaban

atau menuntut pihak bank.

D. Analisis Perlindungan Konsumen Pada Produk KPR di BTN Syariah

Serang

Dari hasil penelitian di atas, peneliti akan memaparkan hasil analisis

perlindungan konsumen dalam penerapan hak-hak nasabah pada pembiayaan

KPR di BTN Kantor Cabang Syariah Serang ditinjau dari Undang-Undang

No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sebagai berikut :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

Nasabah dan calon nasabah dapat merasa nyaman karena dengan

pembiayaan Syariah terhindar dari transaksi ribawi yaitu tidak adanya

unsur bunga dan diganti dengan bagi hasil (marjin) yang kompetitif,

kemudian dalam pembiayaan KPR di BTN Syariah sanksi yang

diberlakukan sudah sesuai dengan ketentuan Syariah yaitu ganti rugi

(ta’widh) dan denda untuk sosial (ta’zir). Akad-akad yang digunakan

dalam pembiayaan KPR telah sesuai denga ketentuang yang terdapat

dalam Fatwa DSN-MUI.

2. Hak untuk memilih barang dan mendapatkan barang sesuai dengan nilai

tukar

Dalam penerapannya, BTN Syariah Serang membebaskan nasabah

yang merupakan pemohon pembiayaan KPR dalam hal memilih rumah

yang akan mereka beli dengan syarat rumah yang nasabah pilih harus

rumah yang pengembangnya telah bekerjasama dengan BTN Syariah

Serang.13

Pembatasan dalam memilih rumah ini merupakan cara BTN

Syariah Serang untuk menghidari risiko terjadinya kerugian dikemudian

hari yang disebabkan oleh pihak pengembang. Pada dasarnya hal tersebut

sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/40/DKMP/2013, akan

13

Rifqi Sumardi, Consumer Financing Service, Interview Pribadi, Serang, 2 Juli 2018.

Page 80: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

71

tetapi hal ini seperti memberikan batasan terhadap hak nasabah untuk

dapat memilih rumah yang mereka inginkan.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur

Sebelum terjadinya akad, nasabah akan mendapatkan informasi

dalam bentuk tanya jawab tentang pembiayaan KPR yang ada di BTN

Syariah Serang, informasi tersebut biasanya berupa kejelasan mengenai

harga, marjin keuntungan, akad-akad yang digunakan dengan

penjelasannya, serta hak dan kewajiban nasabah.14

Dalam Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor: 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dijelaskan dalam Pasal 4

ayat (1) mengenai pelaku usaha jasa keuangan wajib menyediakan

dan/atau menyampaikan informasi mengenai produk/atau layanan yang

akurat, jujur, jelas, dan tidak menyesatkan, selanjutnya dalam ayat (2)

dijelaskan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan

dalam dokumen atau sarana lain yang dapat digunakan sebagai alat bukti.

Peraturan tersebut memperkuat bahwa bank wajib memasukan hak-hak

nasabah dalam akad. Akan tetapi, hanya kewajiban nasabah saja yang

dicantumkan dalam akad, hak-hak nasabah tidak dicantumkan dalam

akad. Hal ini dapat merugikan nasabah dikemudian hari jika bank

melakukan sesuatu yang melanggar hak nasabah. Padalah akad

pembiayaan memiliki fungsi untuk mengikat antara pihak nasabah

dengan pihak bank, selain itu telah dijelaskan di atas bahwa akad

berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan hak dan kewajiban di

antara nasabah dengan bank.

4. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar, jujur, dan tidak

diskriminatif

Dalam hak nasabah ini, BTN Syariah Serang telah menerapkannya.

BTN Syariah melayani nasabah secara benar dimana customer service

yang betugas sangat ramah dan dapat menjelaskan produk dengan sangat

baik, tidak membeda-bedakan nasabah yang ingin mengajukan

14

Rifqi Sumardi, Consumer Financing Service, Interview Pribadi, Serang, 2 Juli 2018.

Page 81: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

72

pembiayaan KPR, baik itu KPR Platinum iB, KPR Indent, dan KPR

Selisih Subsidi Marjin (SSM).

5. Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya

Jika ada keluhan terhadap bangunan maka BTN Syariah Serang akan

menyampaikannya kepada pihak deplover dan pihak-pihak yang terkait.

Jika terkait dengan system dan cara pembayaran, BTN Syariah Serang

akan menyampaikannya kepada kantor pusat untuk dilakukan

perbaikan.15

Hanya saja dalam hak untuk di dengar pendapat tidak

berlaku dalam akad pembiayaan (perjanjian pembiayaan) karena BTN

Syariah Serang menggunakan perjanjian baku yang mana klausul-klausul

yang tercantum telah ditentukan oleh bank sejak awal. Nasabah tidak

dimintai pendapatnya mengenai isi akad, nasabah hanya bisa menerima

saja, jika nasabah keberatan dengan isi akad maka akad tidak dapat

dilanjutkan.

6. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Dalam akad telah diatur mengenai upaya penyelesaian sengketa

yang timbul akibat perselisihan dalam penafsiran atau pelaksanaan

ketentuan-ketentuan dari akad, yang pertama para pihak menyelesaikan

secara musyawarah terlebih dahulu, yang kedua jika tidak menghasilkan

kata sepakat dalam musyawarah tersebut maka sengketa yang timbul

akibat akad ini akan diselesaikan dan diputus oleh Pengadilan Agama

Republik Indonesia (di kota tempat kantor cabang Syariah bank berada)

menurt Peraturan Administrasi dan Prosedur Pengadilan Agama yang

keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa.

7. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian.

Dalam akad tidak ada mengenai permasalahan ganti rugi,

kompensansi, serta penggantian yang dapat diterima nasabah. Jika terjadi

masalah dengan rumah yang dibeli nasabah, bank tidak bertanggung

15

Ardiansyah, Consumer Financing Analisis, Interview Pribadi, Serang, 2 Juli 2018.

Page 82: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

73

jawab atas ganti rugi atau kompensasi rumah tersebut karena rumah

tersebut merupakan tanggung jawab nasabah yang telah memilih sendiri.

Jika rumah yang diinginkan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan pihak

pengembang, maka bank hanya akan menjadi penengah antara nasabah

dengan pihak pengembang, dan tidak ikut bertanggung jawab atas

kerugian yang dialami nasabah. Hal ini dikarenakan BTN Syariah Serang

hanya sebagai pihak yang pemberi fasilitas pembiayaan kepada nasabah

bukan sebagai pihak pengembang yang bertanggung jawab atas rumah

yang dibeli nasabah.

Page 83: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil analisis data yang ditemukan selama penelitian

mengenai perlindungan konsumen dalam produk KPR pada BTN Kantor

Cabang Syariah Serang, maka terdapat beberapa kesimpulan diantaranya

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil wawancara dan melihat akad pembiayaan KPR bisa

disimpulkan bahwa BTN Syariah Serang belum sepenuhnya memberikan

perlindungan yang menyuluruh kepada nasabah. Hal ini dapat terlihat

dalam akad pembiayaan yang disediakan oleh BTN Syariah tidak

tercantum klausul-klausul terkait hak-hak nasabah dalam pembiayaan

KPR BTN Syariah, sementara dalam UUPK telah dijelaskan bahwa hak

nasabah adalah mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya dan

sejelas-jelasnya mengenai produk yang dipilihnya, hal ini juga berlaku

untuk informasi mengenai hak dan kewajiban nasabah, sehingga nasabah

mengetahui apa saja yang menjadi hak dan kewajibannya. Selain itu

dalam POJK Nomor: 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan dijelaskan bahwa bank wajib untuk menuangkan

informasi yang dijelaskannya kepada nasabah harus dituangkan dalam

dokumen atau sarana lain yang dapat digunakan sebagai alat bukti, hal ini

menunjukan bahwa hak-hak nasabah harus dituangkan dalam akad tidak

hanya dijelaskan saat proses pemberian pembiayaan saja.

2. Tanggung jawab bank sebagai penyelenggara pembiayaan KPR hanya

sebatas sebagai pemberi fasilitas pembiayaan untuk nasabah dan sebagai

pihak penengah antara nasabah dengan bank jika terjadi masalah terkait

dengan rumah yang dibeli oleh nasabah. Bank memberikan batasan

mengenai tanggung jawabnya, dimana bank tidak bertanggungjawab atas

Page 84: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

75

timbulnya masalah akibat rumah yang dipilih oleh nasabah atau masalah-

masalah lainnya yang timbul dalam Pernjanjian Pengikatan Jual Beli

yang dilakukan oleh nasabah dengan pihak pengembang/penjual. Hal ini

dapat dipahami karena pada dasarnya terdapat 3 (tiga) pihak yang

melakukan akad dalam pembiayaan KPR diantaranya adalah pihak

nasabah, pihak bank, dan pihak pengembang/pejual. Dalam pembiayaan

KPR terdapat hubungan hukum antara nasabah dengan

pengembang/penjual, nasabah dengan bank, serta pengembang/penjual

dengan bank, sehingga jika terjadi permasalahan yang timbul antara

nasabah dengan pihak pengembang/penjual, bank tidak

bertanggungjawab atas hal tersebut, tetapi bank akan melakukan mediasi

antara pihak nasabah dengan pihak pengembang/penjual untuk mencari

jalan keluar atas permasalahan tersebut.

3. Pada dasarnya BTN Syariah Serang telah memberikan pembiayaan KPR

sesuai dengan standar yang ada, hanya saja bank seringkali mengabaikan

hak-hak nasabah dan tidak memberikan perlindungan yang maksimal

untuk nasabah KPR BTN Syariah. Hal ini terlihat dalam pembuatan akad

pembiayaan, yang mana BTN Syariah Serang tidak memperhatikan

kepentingan nasabah dengan tidak mencantumkan hak-hak nasabah

dalam akad pembiayaan KPR. Selain itu, dalam hal pemilihan rumah

yang mana nasabah berhak memilih secara bebas rumah ingin dibeli

tetapi bank membatasi hak nasabah tersebut dengan mensyaratkan rumah

yang dibeli nasabah harus rumah yang pengembangnya telah melakukan

kerjasama terlebih dahulu dengan bank.

B. Rekomendasi

Dari beberapa kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran

diantaranya sebagai berikut:

1. Pihak bank perlu memasukan hak-hak nasabah dalam akad, meski

perjanjian yang digunakan adalah perjanjian baku tetapi bank tidak boleh

mengabaikan hak-hak nasabah dalam pembiayaan KPR.

Page 85: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

76

2. Bagi nasabah yang menjadi pemohon pembiayaan KPR, sebelum

menandatangani akad pembiayaan sebaiknya nasabah mempelajari isi

akad dan jika perlu berkonsultasi terlebih dahulu kepada seorang

konsultan hukum yang menguasi dalam bidang pembiayaan, terutama

nasabah yang tidak mengerti hukum.

Page 86: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

77

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Ananta, Andika Wijaya dan Wida Peace. Hukum Bisnis Properti di Indonesia.

Jakarta: Grasindo, 2017.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Fahmi M. Ahmadi, dan Jaenal Arifin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Fuady, Munir. Hukum Perkreditan Kontemporer. Bandung: Citra Adtya Bakti,

2002.

Hardjono. Mudah Memiliki Rumah Lewat KPR. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Hejazziey, Djawahir. Perbankan Syariah dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Depublish, 2014.

Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2005.

Johannes, dan Ibrahim. Mengupas Tuntas Kredit Komersial dan Konsumtif dalam

Perjanjian Bank. Bandung: Mandar Maju, 2004.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis FIqh dan Keuangan. Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2007.

Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

—. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. 2004: Remaja Rosda Karya,

Bandung.

Page 87: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

78

Salim HS, dan Erlies Septiana Nurbani. Penerapan Teori Hukum pada Penelitian

Tesis dan Disertasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Shidarta. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Grasindo, 2000.

Sidabalok, Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2006.

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1997.

Supriyono, Maryanto. Buku Pintar Perbankan. Yogyakarta: Andi Offset, 2011.

Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2103.

B. Jurnal

Bayu Ilham Cahyo, Darminto, dan Nila Firdaus Nuzula. ―Analisis Sistem dan

Prosedur Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Syariah (KPRS)

Murabahah untuk Mendukung Pengendalian Intern.‖ Jurnal Administrasi

Bisnis Vol XXV No.1, 2015: 1-8.

Hamim, Muhammad Wisnu. ―Perlindungan Hukum Bagi Nasabah (Debitur) Bank

Sebagai Konsumen Pengguna Jasa Bank Terhadap Risiko dalam

Perjanjian Kredit Bank.‖ Lex Crimen Vol VI No.1, 2017: 46-52.

Nur Suci Atmawati, Muhammad Safi, dan Dwiatmanto. ―Analisi Pemberian

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dalam Rangka Mengurangi Non

Performing Loan.‖ Jurnal Administrasi Bisnis Vol II No. 2, 2015: 1-7.

Page 88: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

79

C. Peraturan-Peraturan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/POJK.07/2013 Tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

D. Interview Pribadi

Interview Pribadi dengan Rifqi Sumardi, Consumer Financing Service,

Serang, 2 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan Mahardika Rizki, Collection, Serang, 2 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan Ardiansyah, Consumer Financing Analisis, Serang,

2 Juli 2018.

E. Website

https://www.btn.co.id/Syariah-Home, diakses hari rabu 18 Juli 20018.

Page 89: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

80

LAMPIRAN LAMPIRAN

Hasil Wawancara

Serang, 2 Juli 2018

BTN Kantor Cabang Syariah Serang

1. Bagaimana proses KPR di BTN Syariah? (pra transaksi, proses transaksi,

hingga pasca transaksi)

Jawaban :

a. Nasabah datang ke bank untuk pengajuan permohonan pembiayaan

kemudian bank memberikan waktu kepada nasabah untuk memilih

lokasi yang sesuai dengan keinginan nasabah. Selanjutnya nasabah

melengkapi berkas untuk proses pengajuan KPR. Jika nasabah telah

sepakat dan setuju dengan lokasi KPR yang diinginkan maka

dilanjutkan ke proses akad jual beli rumah (akad KPR dengan prinsip

Murabahah/Isthisna) dengan catatan segala kewajiban dan administrasi

telah selesai ditunaikan.

b. Proses serah terima rumah ke nasabah (dibuktikan dengan BAST).

Untuk nasabah KPR subsidi nasabah wajib menempati rumah

maksimal 1 (satu) bulan setelah akad. Segala dokumen pembiayaan

pokok (sertifikat, AJB. IMB) disimpan bank, dan diserahkan kepada

nasabah ketika pembiayaannya telah lunas.

2. Apakah nasabah harus memilih rumah yang mengembanganya telah

bekerjasama dengan pihak BTN Syariah Serang?

Jawaban :

Iya benar, nasabah hanya dapat membeli rumah yang pengembangnya

telah melakukan kerjasama dengan BTN Syariah Serang.

3. Akad apa saja yang digunakan dalam KPR di BTN Syariah?

Jawaban :

a. Murabahah

b. Isthisna

Page 90: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

81

c. Wakalah

4. Apa saja jenis KPR yang ada di BTN Syariah?

Jawaban :

a. KPR BTN Platinum iB

b. KPR BTN Indent iB

c. KPR SSM

5. Apa saja yang menjadi tanggung jawab BTN Syariah sebagai

penyelenggara KPR? Dan apa saja yang menjadi batasan tanggung jawab

BTN Syariah sebagai penyelenggara KPR? (contoh: jika pihak nasabah

kecewa dengan pihak developernya apakah BTN ikut bertanggung jawab?)

Jawaban :

Untuk Rumah ready stock Bank Tidak tidak bertanggung jawab atas

rumah yang dipilih oleh nasabah, karena yang memilih perumahan adalah

nasabah dengan menggunakan akad wakalah

Untuk Rumah Indent selama delpover telah mengerjakan sesuai dengan

spesifikasi yang dijanjikan deplover dan sudah diterima kunci bank tidak

bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi.

6. Jika nasabah menyampaikan keluhannya terkait rumah yang mereka beli

bagaimana pihak BTN menyikapinya? Apakah BTN ikut bertanggung

jawab atas keluhan nasabah terkait dengan developernya?

Jawaban :

Jika terjadi keluhan terhadapa rumah yang dibangun pengembang bank

akan mengadakan mediasi antara pengembang dan nasabah untuk mencari

permasalahan dan menyelesaikan permasalahan tersebut

7. Jika nasabah menyampaikan keluhan terkait KPR, bagaimana pihak BTN

menyikapinya?

Jawaban :

Jika ada keluhan terhadap bangunan maka akan kita sampaikan kepada

pihak deplover dan pihak-pihak yang terkait

Jika terkait dengan system dan cara pembayaran akan disampaikan kepada

kantor pusat untuk dilakukan perbaikan.

Page 91: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

82

8. Apakah ada nasabah yang pernah keberatan mengenai isi akad? Jika

pernah ada bagaimna penyelesaian yang dilakukan pihak BTN?

Jawaban :

Ada, Untuk akad sudah baku. Jika nasabah tidak setuju dengan isi akad

maka, akad pembiayaan tidak dilanjutkan atau dalam kata lain tidak dapat

dilaksanakan.

9. Apakah pernah ada permasalahan dalam KPR antara nasabah dengan

pihak BTN atau antara nasabah dengan pihak developer? Jika ada

bagaimana bentuk penyelesaian yang dilakukan?

Jawaban :

Pernah, Cara penyelesaian bank akan memanggil pihak deplover dan

nasabah yang merasa dirugikan, dan dicarikan titik temu. Apakah deplover

yang sudah melakukan wan prestasi ataukah nasabah yang yang

menginginkan perubahan.

10. Apakah ada pengenaan penalti apabila pelunasan dipercepat? Jika ada apa

penaltinya?

Jawaban :

Tidak ada pinalti dalam pelunasan dipercepat.

11. Bagaimana prosedur yang dilakukan BTN jika pihak nasabah melakukan

wanprestasi?

Jawaban :

a. Rescheduling : Penjadwalan utang terkait jangka waktu pembayaran

b. Litigasi : Lelang atau proses pengadilan

Page 92: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

83

Page 93: ANALISIS PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42938/1/TRI SUCI... · Studi ini bertujuan untuk mengetahui hak dan kewajiban para

84