analisis perilaku konsumen dalam proses … · 2.4 peran pembelian ... diproduksi dan dikembangkan....
TRANSCRIPT
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES
KEPUTUSAN PEMBELIAN FISH NUGGET
AGNI AFTON ADIYOGA
C34060855
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ii
RINGKASAN
AGNI AFTON ADIYOGA. C34060855. Analisis Perilaku Konsumen Dalam
Proses Keputusan Pembelian Fish Nugget Dibimbing oleh BUSTAMI
IBRAHIM dan PIPIH SUPTIJAH
Produk makanan olahan yang ada di Indonesia sudah banyak ragam dan
jenisnya. Beberapa jenis makanan olahan yang diminta seperti bakso, otak-otak,
sosis dan nugget. Salah satu produk olahan yang memiliki gizi yang baik bagi
kesehatan adalah fish nugget. Adanya perubahan perilaku sebagian besar
masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi seperti
fish nugget, merupakan suatu peluang yang prospektif bagi produsen untuk
memasarkan produknya.
Konsumen merupakan seluruh individu rumah tangga yang membeli atau
mendapatkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi. Perilaku konsumen adalah
perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan
memuaskan kebutuhan mereka. Keputusan konsumen melewati lima tahapan.
Yang pertama adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.
Pengujian yang dilakukan meliputi 3 analisis, yaitu analisis deskriptif,
analisis spearman rank correlation dan Mann-Whitney. Analisis deskriptif
dilakukan untuk mengetahui screening responden. Sebagian besar responden
yakni 61% yang menjawab adalah berjenis kelamin laki-laki. Lalu 50% responden
menjawab bahwa mereka telah menikah dan 50% yang lain menjawab mereka
belum menikah. Mayoritas responden yakni sebesar 47% memiliki pendidikan
minimal Sarjana. Range pendapatan Rp. 2 juta hingga 5 juta merupakan jawaban
terbanyak para responden, yakni 38%. Dan mayoritas responden yakni 31%
menjawab bahwa mereka memiliki pekerjaan pegawai swasta.
Terdapat lima belas variabel yang diuji untuk mengetahui korelasi atau
hubungan langsung keputusan pembelian. setelah dilakukan uji spearman rank
correlation didapat hanya lima variabel yang memiliki nilai p-value kurang dari
nilai alpha 0,1. Kelima variabel tersebut adalah pendapatan perbulan dengan nilai
p-value sebesar 0,06. Yang kedua adalah motivasi utama dalam mengkonsumsi
fish nugget dengan nilai p-value sebesar 0,03. Lalu manfaat yang dicari dalam
mengkonsumsi fish nugget dengan nilai p-value 0,08. Yang keempat adalah
variabel pengaruh iklan terhadap pembelian dengan nilai p-value 0,04. Dan
terakhir adalah variabel keputusan jika harga naik dengan nilai p-value 0,08.
Uji non-parametrik dilakukan untuk melihat perbandingan antara produk
fish nugget komersil dengan produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil
Perairan. Analisis yang digunakan adalah Mann-Whitney. Dari keemapt atribut,
yaitu rasa, warna, tekstur dan aroma memiliki nilai asympot sigma (2-tailed)
kurang dari nilai alpha o,1. Sehingga dari keempat atribut, produk fish nugget
komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan
terhadap produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
iii
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN
PEMBELIAN FISH NUGGET
Oleh:
Agni Afton Adiyoga
C34060855
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skirpsi yang berjudul “ANALISIS
PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
FISH NUGGET” ini belum pernah diajukan pada Perguruan Tinggi lain atau
lembaga lain manapun untuk memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak
mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain
kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.
Bogor, September 2012
Agni Afton Adiyoga
C34060855
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan skipsi ini. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Bustami Ibrahim, M.Sc dan ibu Dr. Pipih Suptijah, MBA selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan yang
sangat berharga demi kelancaran penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl. Biol selaku Ketua Komisi Pendidikan
Departemen Teknologi Hasil Perairan, dosen penguji penulis dan juga dosen
yang membimbing ketika penulis mengalami keterpurukan serta memberikan
semangat untuk terus maju ketika menghadapi kegagalan. Terima kasih pak.
3. Seluruh keluarga, terutama ibu dan ayah penulis yang telah memberikan
pelajaran tentang kehidupan dan dukungan moril. Tidak lupa kepada kakak
penulis Dany Novarandy, SH dan adik penulis Irving Noor Triraka.
4. Terima kasih yang tak berkecukupan kepada Dini Nur Oktavianti, SE dalam
suka dan duka bersama. Menggantung cita, cinta dan asa setinggi angkasa.
5. Teman-teman satu kost Wisma Lestari yaitu Marolop Hasudungan S.Hut,
Kemas Roby Wirawan S.Hut, Bagus Ferry Agrayanto S.Hut dan lainnya.
6. Teman-teman THP 43 terutama Vickar Muhammad S.Pi, Fauzi Iriawan S.Pi,
Achmad Rizal S.Pi, Rio Tampubolon S.Pi, Trias Alvinoor S.Pi, Rudi Setiawan
S.Pi, Hendra Sakti Nasution S.Pi, Wahyu Ramadhan S.Pi.
7. Mbak Vera dari Statistic Consultant yang sangat membantu penulis dalam
menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata,
semoga skripsi ini memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak
Bogor, September 2012
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari
1988 dari pasangan suami istri Noor Achroni dan Darsih Tulus
Yuningsih. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di TK
Al-Madinah tingkat A (tahun 1992-1993), TK Islam PB.
Soedirman tingkat B (tahun 1993-1994), kemudian lanjut di
SD Islam PB. Soedirman Jakarta (tahun 1994-2000). Penulis melanjutkan
pendidikan menengah bawah di SLTP Islam PB. Soedirman Jakarta (tahun 2000-
2003) dan meneruskan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 48 Jakarta
(tahun 2003-2006). Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tahun 2007
penulis diterima di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan
diantaranya adalah anggota BMC (Barracuda Music Club) periode 2008-2009,
anggota HIMASILKAN (Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan) periode 2008-
2009, anggota komunitas Ladang Seni periode 2009-2011. Penulis juga aktif
dalam kepanitiaan seperti menjadi wakil ketua pada acara ”Sound of Roots” yang
diadakan pada tahun 2010, menjadi anggota divisi dokumentasi pada acara
”Gemar Makan Ikan” yang diadakan pada tahun 2008. Penulis memiliki keahlian
menyelam jenjang Open Water Scuba Diver bersertifikasi internasional. Penulis
juga biasa mengisi artikel-artikel tentang musik pada portal berita di internet dan
beberapa majalah musik.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor penulis melakukan penelitian berjudul ”Analisis
Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Fish Nugget”.
vii
DAFTAR ISI
Daftar Isi .......................................................................................................... vii
Daftar Tabel ...................................................................................................... ix
Daftar Gambar .................................................................................................. x
1 PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah Penelitian ................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
2.1 Fish Nugget ................................................................................................ 4
2.2 Definisi Konsumen ..................................................................................... 8
2.3 Perilaku Konsumen .................................................................................... 8
2.4 Peran Pembelian ......................................................................................... 9
2.5 Mekanisme Dalam Proses Keputusan Pembelian ...................................... 10
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ............................ 14
2.7 Peran Merek ............................................................................................. 16
2.8 Uji Validitas ............................................................................................. 17
2.9 Uji Reliabilitas ......................................................................................... 18
3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 19
3.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 19
3.3 Alat dan Bahan ......................................................................................... 20
3.4 Uji Validitas ............................................................................................. 20
3.5 Uji Reliabilitas ......................................................................................... 21
3.6 Analisis Deskriptif ................................................................................... 22
3.7 Analisis Spearman Rank Correlation ........................................................ 22
3.8 Analisis Mann-Whitney............................................................................ 23
viii
4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 24
4.1 Pengujian Instrumen Kuesioner ................................................................ 24
4.2 Karakteristik Konsumen ........................................................................... 26
4.3 Proses Pengambilan Keputusan ................................................................ 30
4.4 Analisis Korelasi yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian................... 41
4.5 Perbandingan Dengan Produk Lain .......................................................... 43
4.6 Uji Non-Parametrik Untuk membandingkan Kedua Produk ...................... 48
5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 53
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 53
5.2 Saran ........................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
LAMPIRAN……………………………………………………………………..57
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Hasil Uji Validitas Terhadap Kuesioner .................................... 24
2. Hasil Uji Reliabilitas Terhadap Kuesioner ................................ 25
3. Variabel dan Nilai p-value serta pengaruhnya............................ 42
4. Nilai Mean atau rataan dari masing-masing produk ………….. 50
5. Atribut, nilai asymtot sigma (2-tailed) dan pengaruhnya ……… 50
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin …………… 26
2. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan ………. 27
3. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendidikan Terakhir ……. 28
4. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan Perbulan …… 29
5. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan ………………. 30
6. Motivasi Utama Konsumen Membeli Fish Nugget …………….. 31
7. Manfaat Yang Ingin Didapat Konsumen Fish Nugget …………. 32
8. Sumber Informasi Konsumen Terhadap Produk Fish Nugget ….. 33
9. Media Paling Mempengaruhi Pembelian Fish Nugget …………. 34
10. Pengaruh Iklan Terhadap Pembelian Fish Nugget ……………. 35
11. Pertimbangan Awal Konsumen Terhadap Pembelian ………… 36
12. Cara Memutuskan Pembelian Produk Fish Nugget …………… 37
13. Kepuasan Konsumen Terhadap Produk ………………………. 38
14. Respon Konsumen Terhadap Kenaikan Harga ………………... 39
15. Respon Konsumen Jika Produk Tidak Tersedia ………………. 40
16. Atribut Rasa Dari Produk Fish Nugget Komersil ……………… 44
17. Atribut Rasa Dari Produk Fish Nugget THP …………………... 45
18. Atribut Warna Dari Produk Fish Nugget Komersil ……………. 45
19. Atribut Warna Dari Produk Fish Nugget THP ………………… 46
20. Atribut Tekstur Dari Produk Fish Nugget Komersil …………... 46
21. Atribut Tesktur Dari Produk Fish Nugget THP ……………….. 47
22. Atribut Aroma Dari Produk Fish Nugget Komersil …………… 47
23. Atribut Aroma Dari Produk Fish Nugget THP ………………… 48
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Kuesioner Penelitian .................................................................. 58
2. Uji Validitas ............................................................................... 61
3. Uji Reliabilitas ………………………………........................... 64
4. Daftar Nilai R-Tabel untuk kuesioner ……………..………….. 65
5. Analisis Deskriptif ....................................................................... 66
6. Uji Korelasi …………………………………………………….. 74
7. Uji Non-Parametrik …………………………………………….. 76
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk-produk olahan yang ada di Indonesia saat ini sudah banyak
diproduksi dan dikembangkan. Para produsen dibidang makanan olahanpun
berlomba-lomba untuk memenuhi permintaan pasar yang saat ini sudah tergolong
tinggi. Makanan olahan sudah mengalami pergeseran ke arah yang lebih baik
karena tuntutan masyakat yang telah dinamis dan praktis, sehingga masyarakat
tidak perlu repot-repot lagi dalam penggunaannya, karena produk-produk
makanan olahan diproduksi dalam bentuk mudah diolah dan cepat saji.
Beberapa produk-produk olahan yang memiliki banyak permintaan oleh
masyarakat antara lain bakso, otak-otak, sosis, dan nugget . Produk-produk olahan
yang berada di pasaran luas masih banyak yang berbahan dasar ayam dan red
meat (daging sapi, domba dan kambing). Sayangnya, produk yang diolah
menggunakan bahan baku tersebut mempunyai kandungan kolestrol yang tinggi,
asam lemak jenuh yang tinggi dan dengan kandungan omega-3 yang rendah. Jika
dikonsumsi oleh masyarakat dalam jumlah yang banyak dan dengan frekuensi
yang sering, maka dapat mengakibatkan kanker dan stroke pada konsumen
tersebut (Mesra 1994).
Seiring dengan perkembangan zaman, gaya hidup masyarakat pada saat ini
ikut mengalami perubahan. Selain dari kecenderungan yang lebih memilih hal-hal
praktis dan mudah dalam pemakaian, masyarakat dewasa ini memiliki gaya akan
hidup sehat. Baik dari hidup sehat dengan berolahraga, maupun hidup sehat dari
apa yang mereka konsumsi. Selain produk olahan yang mudah dan praktis dalam
pembuatan, produk olahan juga harus bergizi, memiliki kandungan kolestrol yang
rendah, asam lemak jenuh yang rendah dan kandungan omega-3 yang tinggi
seperti AA, DHA dan EPA.
Salah satu produk olahan yang menjadi alternatif yang bergizi adalah fish
nugget yang rendah kolestrol, rendah asam lemak jenuh dan kandungan omega-3
yang tinggi (Sianipar 2003). Produk ini merupakan salah satu bentuk produk
olahan dari daging ikan yang digiling halus (surimi) dan diberi bumbu serta
dicampur dengan bahan pengikat, kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu
2
setelah itu dikukus, dipotong, dicelupkan ke dalam batter, breading lalu digoreng
atau disimpan terlebih dahulu ke dalam freezer sebelum akhirnya digoreng.
Daging ikan giling yang dipakai sebagai bahan utama fish nugget dapat berasal
dari ikan air tawar maupun ikan laut yang segar dan telah dibuang kepala, sisik,
sirip, isi perut dan tulangnya (Sianipar 2003).
Adanya perubahan perilaku sebagian besar masyarakat Indonesia dalam
mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi misalnya fish nugget, merupakan suatu
peluang prospektif bagi produsen untuk memasarkan produknya. Oleh karena itu,
pemasar perlu mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian fish nugget, karena
menganalisis perilaku konsumen merupakan salah satu prinsip utama yang
mendukung pengembangan strategi pemasaran.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian
Perkembangan zaman dan gaya hidup masyarakat yang ingin praktis dan
sadar akan kesehatan, mendorong para produsen untuk menghasilkan produk
olahan yang praktis dan sehat. Persaingan di industri fish nugget cukup ketat, hal
ini dapat dilihat dari berbagai merk, jenis dan ragam bentuk fish nugget untuk
menarik perhatian konsumen. Persaingan tersebut mengharuskan produsen selalu
berorientasi kepada kepentingan konsumen, yaitu dengan mengetahui keinginan
dan kebutuhan konsumen.
Produsen fish nugget memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai
konsumennya dalam menghadapi persaingan yang ketat. Pengetahuan ini akan
mendorong upaya pemasaran yang dilakukan menjadi terfokus dan efektif,
sehingga produsen fish nugget perlu mengetahui dan memahami tahapan-tahapan
dalam proses keputusan pembelian konsumennya, serta mengetahui variabel-
variabel yang mendorong masyarakat untuk membeli fish nugget. Masyarakat
sebagai konsumen, merupakan salah satu target pasar yang harus dipertimbangkan
oleh para produsen. Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk atau jasa
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kebudayaan,
faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis (Engel et al. 1995) . Untuk itu
3
perlu dilakukan penelitian mengenai analisis perilaku konsumen dalam keputusan
pembelian fish nugget.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dalam
memilih produk fish nugget komersil yang dibeli dengan melihat variabel-
variabel yang saling berhubungan.
b. Melihat tingkat kepuasan konsumen dari produk fish nugget yang akan
diberikan.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fish Nugget
Fish nugget adalah suatu produk olahan dari bahan dasar daging ikan yang
digiling halus dan diberi bumbu-bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat
kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu selanjutnya dicelupkan ke dalam batter,
breading kemudian digoreng atau disimpan terlebih dahulu dalam ruang pembeku
(freezer) sebelum digoreng. Daging giling berasal dari ikan segar yang telah
dibuang kepala, sisik/kulit, sirip, isi perut dan insang serta setelah dipisahkan dari
tulangnya (Mesra 1994).
Pada dasarnya produk fish nugget sama seperti nugget ayam atau nugget
udang. Perbedaannya hanya terletak pada bahan baku yang digunakan dan
karakteristik yang dimiliki oleh bahan baku tersebut (Aswar 1995). Fish nugget
juga dapat dibedakan antara bahan baku ikan laut dan ikan tawar. Fish nugget
dengan bahan baku ikan laut memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan dengan
bahan baku ikan tawar. Hal ini disebabkan oleh tekstur yang lebih kompak dan
juga pengaruh adaptasi dari sistem osmoregulasi air laut (Rumaniah 2002).
2.1.1 Tahapan pembuatan fish nugget
Dalam pembuatan fish nugget terdapat tahapan-tahapan yang harus
dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Rumaniah 2002) :
a. Penyiangan dan Pencucian. Penyiangan adalah membuang bagian yang tidak
diperlukan yaitu kepala, sisik/kulit, isi perut dan insang. Penyiangan dan
pencucian dilakukan pada dasarnya adalah untuk menghilangkan segala
kotoran, darah dan lendir dari ikan yang merupakan sumber bakteri
pembusuk dan bakteri patogen.
b. Filleting. Tahapan ini adalah tahapan memisahkan daging dari tulang ikan
serta kulitnya, sehingga didapat daging bersih tanpa tulang dan kulit atau
sisiknya.
c. Pencucian. Pencucian terhadap fillet ini bertujuan untuk menghilangkan
protein sarkoplasma yang terdapat pada daging ikan tersebut. Selain itu,
5
pencucian bertujuan untuk mendapat tekstur yang kompak. Proses pencucian
ini menghasilkan bahan baku berupa surimi.
d. Penggilingan. Tahapan ini bertujuan untuk menghaluskan dan melembutkan
surimi, sehingga memudahkan pencampuran dengan bahan tambahan lain
untuk membentuk adonan.
e. Pengadonan dan Pencetakan. Pengadonan merupakan proses pencampuran
surimi yang telah digiling dengan bawang putih, gula, garam dan merica
untuk memberikan rasa (seasoning). Bahan lain yang juga ditambahkan
adalah tepung tapioka, telur serta karagenan. Setelah adonan homogen lalu
dicetak dan diberikan tepung panir.
f. Pengukusan. Adonan lalu dikukus selama 45 menit pada suhu 100 0C, agar
teksturnya menjadi lebih padat.
g. Penggorengan. Pada tahapan terakhir ini, bahan yang telah dikukus
didinginkan terlebih dahulu untuk menurunkan suhunya, lalu digoreng pada
suhu 180 0C selama tiga menit. Tujuan penggorengan adalah untuk
mematangkan, meningkatkan cita rasa, mengeringkan, memberikan warna
yang baik dan untuk membunuh mikroba yang tadinya terdapat dalam
adonan.
2.1.2 Bahan pengikat
Bahan pengikat merupakan bahan yang digunakan dalam industri makanan
untuk mengikat air yang terdapat dalam adonan. Salah satu bahan yang dapat
digunakan sebagai bahan pengikat dalam makanan adalah tepung. Fungsi bahan
pengikat adalah untuk memperbaiki stabilitas emulsi, menurunkan penyusutan
akibat pemasakan, memberikan warna yang terang, meningkatkan elastisitas
produk, membentuk tekstur yang padat dan menarik air dari adonan. Pembentukan
adonan atau lebih tepatnya pengembangan adonan dipengaruhi kandungan protein
dalam tepung terigu (Fennema 1996).
Pembentukan adonan atau lebih tepatnya pengembangan adonan
dipengaruhi kandungan protein dalam tepung terigu. Menurut Fennema (1996)
protein dalam tepung terigu dapat dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan
kelarutannya, yaitu :
6
a. Glutenin, merupakan jenis protein yang tidak larut dalam air, garam
maupun alkohol.
b. Globulin, merupakan jenis protein yang mempunyai sifat larut dalam
garam tapi tidak atau sedikit larut dalam air.
c. Glindin, merupakan jenis protein yang bersifat larut dalam larutan
alkohol 70-90%.
d. Albumin, jenis protein yang larut dalam air.
2.1.3 Bumbu-bumbu
Penambahan garam diperlukan untuk mendapat gel lumat yang baik.
Garam yang ditambahkan pada daging ikan pada umumnya adalah berkisar 2-3 %
dari berat daging ikan (Watanabe et al. 1974). Penggunaan garam pada
konsentrasi 1 % hingga 2 % mengakibatkan produk daging ikan yang kurang
kompak dan agak lunak. Hal ini disebabkan oleh protein miofibril dalam daging
ikan yang belum sepenuhnya terkontraksi sehingga membentuk gel tidak
sempurna. Pada penggunaan garam dengan konsentrasi 3 % hingga 4% didapat
produk daging ikan yang kompak dan kenyal. Walaupun pada konsentrasi 4 %
rasa dagingnya terlalu asin (Romadhonna 2000).
Bawang putih (Allium sativa L.) berfungsi sebagai penambah aroma dan
cita rasa produk yang dihasilkan. Bau yang khas pada bawang putih berasal dari
minyak volatil yang mengandung komponen sulfur. Karakteristik bawang putih
muncul apabila terjadi pemotongan atau perusakan jaringan. Bawang putih sangat
mudah dijumpai pada daerah-daerah tropis di sepanjang garis khatulistiwa.
(Palungku dan Budiatri 1992).
Lada atau merica (Piper nigrum) adalah bahan pangan yang biasa
ditambahkan pada bahan makanan sebagai penyedap masakan. Lada digemari
karena mempunyai sifat penting, yaitu rasanya yang pedas dan aroma yang khas.
Rasa pedas pada lada yang dihasilkan berasal dari zat piperin dan piperinin serta
khavisin yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan alkaloida. Merica
sangat digemari oleh orang-orang yang tinggal di iklim sub-tropis karena dapat
menghangatkan suhu badan (Rismunandar 1993).
7
2.1.4 Predusting, battering dan breading
Predusting banyak digunakan untuk meningkatkan daya adhesi batter.
Proses ini sangat penting untuk produk basah atau memiliki permukaan yang
berminyak misalnya daging bagian dada dan drumstick. Predusting biasanya
mengandung tepung atau campuran tepung batter dan kemungkinan bumbu-
bumbu jika diinginkan (Sidiq 2005).
Predusting biasanya diaplikasikan dengan menggunakan drum breader,
tetapi metode ini lebih sesuai diaplikasikan untuk daging yang banyak
mengandung otot sebagai akibat gaya mekanis yang terjadi pada drum breader.
Metode lainnya adalah dengan menggunakan springkle applicator. Metode ini
digunakan untuk produk cetakan karena tidak banyak mengalami tekanan mekanis
(Sidiq 2005).
Batter adalah campuran yang terdiri dari air, tepung pati dan bumbu-
bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk setelah dimasak. Coating
dapat digunakan untuk melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan
penyimpanan. Ada dua jenis batter yang dapat digunakan yaitu jenis yang beragi
dan yang tidak beragi. Jenis yang beragi digunakan untuk coating karena memiliki
level viskositas yang tinggi, sehingga breading tidak perlu dilakukan. Batter yang
beragi salah satunya adalah tempura. Sedangkan jenis yang tidak beragi biasa
dikombinasikan prosesnya dengan breading dan tingkat viskositasnya dapat diatur
(Fellow 1992).
Breading adalah campuran tepung, pati dan bumbu berbentuk kasar dan
diaplikasikan sebelum digoreng. Terdapat lima jenis utama breader yaitu
American bread crumbs, Japanese bread crumbs, crackermeal, flour breaders,
dan extruded crumbs (Fellow 1992).
Fungsi utama dari batter dan breading secara keseluruhan adalah untuk
memperbaiki penampakan dan memperbaiki karakteristik produk, misalnya
kerenyahan tekstur maupun warna yang lebih menarik. Batter dan breading juga
dapat meningkatkan nilai gizi dari suatu produk pangan dan menambah
kenikmatan ketika mengkonsumsi produk tersebut. Batter dan breading juga
bertujuan untuk menjaga kelembaban produk pangan. Tepung roti yang digunakan
harus segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik atau asam, berwarna cemerlang,
8
berbentuk serpihan yang rata dan tidak mengandung benda asing (Badan
Standardisasi Nasional 1999).
2.2 Definisi Konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong (1997), konsumen terdiri dari seluruh
individu rumah tangga yang membeli atau mendapatkan barang dan jasa untuk
keperluan pribadi. Konsumen itu sendiri dapat digolongkan ke dalam kelompok-
kelompok yang berbeda berdasarkan usia, pendapatan, pendidikan, pola
perpindahan tempat dan selera. Pengelompokan ini sangat bermanfaat bagi
pemasaran dalam merencanakan strategi pemasaran. Sedangkan menurut Undang-
Undang Nomor 1999 tentang perlindungan konsumen, definisi konsumen adalah
setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.
Konsumen digolongkan menjadi dua jenis, yaitu konsumen individu dan
konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk
digunakan sendiri. Konsumen individu juga mungkin membeli barang dan jasa
untuk teman, saudara atau orang lain. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli
kemudian digunakan langsung oleh individu pemakainya disebut pemakai akhir
atau konsumen akhir. Sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis,
yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga lainnya (sekolah,
perguruan tinggi, rumah sakit). Semua organisasi ini harus membeli produk,
peralatan, dan jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya
(Suwarman 2003).
2.3 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan
jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Sumarwan
2003). Sedangkan menurut Engel et al. (1995), perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsikan dan
9
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan ini.
Perilaku konsumen dapat disimpulkan yaitu semua kegiatan, serta proses
psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, menggunakan, menghabiskan barang dan jasa setelah melakukan hal-hal
di atas atau kegiatan mengevaluasi. Perilaku konsumen dalam mengambil
keputusan tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang nantinya akan
membentuk perilaku proses keputusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam mengambil keputusan antara lain : lingkungan,
perbedaan individu dan proses psikologis (Suwarman 2003).
Perilaku konsumen menurut Mowen (1995) adalah interaksi dinamis dari
pengaruh, kesadaran, perilaku dan lingkungan dimana manusia melakukan
pertukaran barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhannya. Dari pengertian
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan
tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen
perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan
menggunakan barang dan jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang
diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan
tersebut.
2.4 Peran Pembelian
Perilaku manusia dalam melakukan proses pembelian cukup sulit untuk
didefinisikan. Hal ini disebabkan karena terlalu kompleksnya hal-hal yang
mempengaruhi manusia untuk mengkonsumsi atau membeli suatu produk.
Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak
muncul begitu saja, tetapi melalui suatu tahapan tertentu. Secara khusus, pemasar
harus mengidentifikasikan siapa yang membuat keputusan pembelian atau siapa
yang berperan dalam pembelian dan langkah-langkah yang dilakukan dalam
proses pembelian tersebut. Suatu proses keputusan membeli bukan sekedar
mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembelian tetapi
berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli (Kotler dan
Armstrong 1997)
10
Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan membeli, yaitu :
a. Pemrakarsa (initiator) adalah orang yang pertama kali menyarankan untuk
membeli suatu produk atau jasa tertentu.
b. Pemberi pengaruh (influence) adalah orang yang pandangan atau
nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan.
c. Pengambil keputusan (decider) adalah orang yang sangat menentukan
sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian.
d. Pembeli (buyer) adalah orang yang melakukan pembelian yang nyata.
e. Pemakai (user) adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan
produk atau jasa yang bersangkutan.
2.5 Mekanisme Dalam Proses Keputusan Pembelian
Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli
tidak dapat muncul begitu saja, melainkan melalui suatu tahapan tertentu.
Seseorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka harus menentukan
alternatif pilihan. Menurut Kotler dan Armstrong (1997) keputusan konsumen
melewati lima tahapan. Yang pertama adalah pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.
2.5.1 Pengenalan kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dimana
konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh
faktor internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang timbul pada tingkat
yang cukup tinggi, sehingga terjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh
faktor eksternal, misalnya contoh iklan-iklan atau pengaruh dari orang lain
(Kamenetz 2006).
Terkadang terdapat ketidaksesuaian yang ada di antara keadaan aktual
dengan kondisi yang digunakan. Menurut Engel et al. (1995), pada saat
ketidaksesuaian ini melebihi ambang tertentu, kebutuhan pun dikenali.
Seandainya ketidaksesuaian itu berada di bawah tingkat ambang, maka
pengenalan kebutuhan pun tidak terjadi. Penganalisaan kebutuhan dan keinginan
ini menurut Swastha dan Handoko (2000) ditunjukkan terutama untuk mengetahui
11
adanya kebutuhan dan keinginan yang tidak terpuaskan, jika kebutuhan tersebut
diketahui maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum
segera dipenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya serta kebutuhan yang
sama-sama harus segera dipenuhi. Adanya kebutuhan yang belum terpenuhi
tersebut sering diketahui secara tiba-tiba pada saat konsumen sedang berjalan-
jalan ke toko atau sedang berbelanja atau pada saat memperoleh informasi dari
sebuah iklan, media lain, tetangga ataupun dari teman.
2.5.2 Pencarian informasi
Konsumen yang tertarik kepada suatu produk mungkin akan mencari lebih
banyak informasi. Jika dorongan itu kuat dan produk memuaskan, maka
konsumen tersebut akan membelinya lagi dikemudian hari. Jumlah pencarian
informasi yang dilakukan bergantung pada kekuatan dorongan si konsumen,
jumlah informasi yang dimulai, kemudahan memperoleh lebih banyak informasi,
nilai yang ditempatkan pada informasi tambahan dan kepuasan yang didapat dari
pencarian (Mankins 2005)
Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya
(pencarian internal) atau melakukan pengambilan informasi dari lingkungan
sekitarnya (lingkungan eksternal). Menurut Engel et al. (1995), pencarian
informasi adalah suatu kegiatan termotivasi dan pengetahuan yang tersimpan di
dalam ingatan konsumen dan pengumpulan informasi utama yang akan dicari
konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong (1997), sumber-sumber informasi yang
diperoleh konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
a. Sumber pribadi : keluarga, teman, kenalan
b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan
c. Sumber publik : media massa, organisasi penilai konsumen
d. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk
Menurut Swastha dan Handoko (2000), pencarian informasi dapat bersifat
aktif atau pasif, internal atau eksternal. Pencarian informasi yang bersifat aktif
dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat perbandingan
harga atau kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif mungkin hanya
dengan membaca suatu iklan di majalah atau surat kabar tanpa mempercayai
12
tujuan khusus dalam pikirannya tentang gambaran produk yang diinginkan.
Pencarian informasi internal tentang sumber-sumber pembelian dapat berasal dari
pelopor opini (opinion leader). Sedangkan informasi eksternal dapat berasal dari
media massa (majalah, surat kabar, radio dan televisi) dan sumber-sumber
informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan (publikasi, iklan, informasi dari
pedagang).
2.5.3 Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif menurut Sumarwan (2003) adalah bagaimana seorang
konsumen memproses informasi untuk sampai pada memilih suatu merek tertentu.
Evaluasi alternatif bergantung pada pribadi konsumen dan situasi pembelian
tertentu. Konsumen terkadang membuat keputusan pembelian sendiri, misalnya
konsumen meminta nasihat pembelian dari teman, pemandu, wiraniaga atau orang
lain yang terpercaya.
Menurut Engel et al. (1995), evaluasi alternatif didefinisikan sebagai
proses evaluasi suatu alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Terdapat empat komponen dasar dalam proses evaluasi alternatif, yaitu (1)
Menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif-
alternatif, (2) Memutuskan alternatif yang akan dipertimbangkan, (3) Menilai
kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan dan (4) Memilih dan menerapkan
kaidah keputusan untuk membuat keputusan akhir. Hasil akhir dari proses
evaluasi alternatif pada keterlibatan tinggi adalah pembentukan sikap umum
terhadap masing-masing alternatif. Sedangkan pada situasi keterlibatan rendah,
proses evaluasi alternatif hanya melibatkan pembentukan sedikit kepercayaan
kepada alternatif pilihan.
2.5.4 Keputusan membeli
Setelah tahap evaluasi alternatif, konsumen menentukan peringkat merek
dan membentuk niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian adalah
tahap untuk membeli yang paling disukai oleh konsumen. Terdapat dua faktor
yakni bisa berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor
pertama adalah sikap orang lain dimana faktor ini adalah faktor yang
13
mempengaruhi konsumen untuk segera membeli tanpa pikir panjang. Faktor yang
kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin
membentuk niat pembelian berdasarkan aspek-aspek pendapatan, harga dan
manfaat produk yang dibeli (Pruden et al. 2004)
Keputusan untuk membeli di sini merupakan proses dalam pembelian
yang nyata. Jadi setelah tahap-tahap di muka dilakukan, maka konsumen harus
mengambil keputusan apakah membeli atau tidak, bila konsumen memutuskan
untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang harus
diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian
dan cara pembayarannya (Swastha dan Handoko 2000). Konsumen mungkin juga
akan membentuk suatu maksud membeli dan cenderung membeli merek yang
disukainya. Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai
kapan membeli, di mana membeli dan bagaimana membeli.
Menurut Kotler dan Armstrong (1997), terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian. Pertama adalah
faktor sikap atau pendirian orang lain dan kedua adalah faktor situasi yang tidak
diantisipasi atau tidak diinginkan. Faktor pertama, mempengaruhi alternatif yang
disukai seseorang namun tergantung pada intensitas dari pendirian negatif orang
lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk
menuruti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan semakin
menyesuaikan maksud pembeliannya. Sedangkan untuk faktor kedua, yang dapat
mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor situasi yang
tidak diantisipasi atau tidak diinginkan. Adanya faktor ini dapat mengubah
rencana pembelian suatu produk yang akan dilakukan konsumen (Kotler dan
Armstrong 1997)
2.5.5 Perilaku pasca pembelian
Tahap ini adalah tahap yang dilakukan setelah konsumen melakukan
pembelian. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut
hingga periode pasca pembelian. Setelah melakukan pembelian, maka konsumen
akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukannya. Hasil evaluasi pasca
pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan dan
14
ketidakpuasan terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya
(Kotler dan Armstrong 1997).
Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang
produk tersebut. Konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang
membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya dan cenderung
mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang akan bersangkutan
terhadap orang lain. Sedangkan apabila konsumen dalam melakukan pembelian
tidak merasa puas dengan produk yang telah dibelinya ada dua kemungkinan yang
akan dilakukan oleh konsumen. Pertama, dengan meninggalkan atau konsumen
tidak mau melakukan pembelian ulang. Kedua, ia akan mencari informasi
tambahan mengenai produk yang telah dibelinya untuk menguatkan pendiriannya
mengapa ia memilih produk itu sehingga ketidakpuasan tersebut dapat dikurangi.
Semakin besar kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja, semakin besar pula
ketidakpuasan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa produsen hanya boleh
menjanjikan apa yang dapat diberikan berupa produknya sehingga konsumen
terpuaskan (Keller dan Berry 2003).
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Proses keputusan konsumen untuk membeli suatu produk sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku
konsumen adalah faktor-faktor kebudayaan, sosial, personal dan psikologi (Kotler
dan Armstrong 1997). Peran faktor-faktor tersebut berbeda untuk produk yang
berbeda pula. Dengan kata lain, adanya faktor yang dominan pada pembelian
suatu produk sementara faktor lain kurang berpengaruh.
2.6.1 Faktor kebudayaan
Kebudayaan adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
Menurut Engel et al. (1995), budaya mengacu kepada nilai, gagasan, sikap dan
simbol lain yang membentuk individu untuk berkomunikasi, membuat tafsiran
dan mengevaluasi sebagai anggota masyarakat. Manusia adalah makhluk yang
berbudaya, perilakunya dapat dipelajari dari lingkungan sekitarnya, sehingga nilai,
persepsi, preferensi dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada daerah
15
tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan yang lain
pula. Dalam perilaku konsumen, budaya mempengaruhi tiga faktor, yaitu : (1)
konsumsi, (2) budaya mempengaruhi bagaimana individu dalam pengambilan
keputusan dan (3) variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi makna dari
sebuah produk. Oleh karena itu, pemasar sangat berkepentingan untuk melihat
pergeseran budaya tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru yang
diinginkan konsumen.
Masing-masing budaya memiliki sub-budaya yang lebih kecil atau
kelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan
situasi yang umum. Sub-budaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras dan
daerah geografis. Banyak sub-budaya membentuk segmen pasar yang penting dan
pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang dibuat untuk
kebutuhan mereka. Sebagai contoh sub-budaya yang ada di Amerika adalah kaum
hispanik, Afrika-Amerika, Asia-Amerika dan konsumen dewasa (Russel 2005).
2.6.2 Faktor sosial
Kelompok rujukan adalah kelompok yang dijadikan pembanding baik
yang pernah ditemui atau tidak, yang mempengaruhi sikap seseorang. Seseorang
sering dipengaruhi kelompok rujukan di mana ia tidak menjadi anggotanya.
Pemasar dalam hal ini berupaya mengidentifikasikan kelompok rujukan untuk
pasar sasarannya. Kelompok ini dapat mempengaruhi orang pada perilaku dan
gaya hidup. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan ia telah menjadi objek penelitian yang ekstensif (Kotler dan
Armstrong 1997). Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang
kuat terhadap perilaku pembelian. Keluarga sangat penting di dalam studi perilaku
konsumen karena dua alasan. Pertama, keluarga adalah unit pemakaian dan
pembelian untuk banyak produk konsumen. Kedua, keluarga memberikan
pengaruh utama pada sikap dan perilaku konsumen.
2.6.3 Faktor pribadi
Seseorang akan mengubah keinginannya dalam membeli barang dan jas
selama hidupnya. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan
16
usia. Keinginan untuk membeli dipengaruhi oleh jenjang hidup seseorang di
dalam keluarga, sehingga pemasar hendaknya memperhatikan perubahan yang
terjadi, yang berhubungan dengan tingkat hidup seseorang. Pekerjaan seseorang
mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Dengan demikian pemasar dapat
mengidentifikasikan kelompok profesi yang mempengaruhi minat lebih terhadap
produk mereka. Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar
yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan
kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga, sehingga
indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resisi, pemasar dapat
mencari jalan untuk menetapkan posisi produknya (Keller dan Berry 2003).
2.6.4 Faktor psikologis
Kebutuhan-kebutuhan yang ada tersebut tidak cukup untuk memotivasi
seseorang untuk bertindak pada saat tertentu. Suatu kebutuhan akan berubah
menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah
suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasaan.
Menurut Kotler dan Armstrong (1997) adalah proses bagaimana seseorang
individu mengorganisasikan, memilih dan menginterpretasikan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Seseorang yang
termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang termotivasi bertindak
akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap rangsangan yang sama karena tiga
proses persepsi yaitu selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
2.7 Peranan Merek
Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna dan
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Tjiptono (2005) memberikan empat
hal pokok yang harus diperhatikan dalam sebuah merek (brand), yaitu (1)
recognition atau tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen, (2) reputation
atau tingkat dan status yang cukup baik bagi sebuah merek karena telah terbukti
mempunyai track-record yang baik, (3) affinity atau hubungan emosional yang
17
timbul antara sebuah merek dengan konsumennya dan (4) domain atau seberapa
lebar scope dari produk yang mau menggunakan merek yang bersangkutan.
Tjiptono (2005) mengemukakan bahwa terdapat empat konsep merek,
pertama intangible product, yaitu merupakan basis pilihan konsumen yang
rasional. Kedua adalah basic brand yang bertujuan untuk mewujudkan penjualan
dalam lingkungan yang kompetitif. Basic brand adalah atribut-atribut yang
mampu mengajak atau menstimulasi konsumen pertama kali untuk memilih
produk pertama kali. Tjiptono (2005) lebih lanjut memberikan contoh basic brand
bahwa produk harus dikemas dengan rapi dan menarik. Ketiga adalah augmented
brand yang bertujuan untuk memperluas merek dalam meningkatkan nilainya.
Keempat adalah potential brand yaitu menambahkan berbagai atribut tambahan
yang berperan dalam membentuk prefrensi dan loyalitas pelanggan.
2.8 Uji Validitas
Validitas menunjukkan suatu hasil dari sebuah alat pengukuran untuk
melihat pengukuran yang ingin diukur (Umar 2003). Setelah kuesioner tersebut
tersusun maka langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner.
Pengujian validitas terhadap kuesioner dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh
mana suatu alat pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur. Suatu alat
ukur yang valid atau tingkat keabsahannya tinggi secara otomatis biasanya
diandalkan (reliable). Namun sebaliknya, suatu pengukuran yang handal belum
tentu memiliki keabsahan tinggi (Rangkuti 1997). Suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan-pertanyaan yang ada saling berhubungan antara konsep dengan
kenyataan empiris. Uji validitas dilakukan pada orang responden. Setelah
kuesioner tersusun dan teruji validitasnya, dalam prakteknya belum tentu data
yang dikumpulkan adalah data yang valid. Beberapa hal yang dapat mengurangi
validitas data antara lain cara mewawancarai dan keadaan responden sewaktu
wawancara dilakukan adalah hal-hal yang perlu diperhatikan (Umar 2003).
2.9 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar 2003). Setiap
18
alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil
pengukuran yang konsisten. Semakin kecil kesalahan pengukuran, maka semakin
reliabel alat pengukur tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin besar kesalahan
pengukuran, maka semakin tidak reliabel alat pengukuran tersebut. Besar kecilnya
kesalahan pengukuran dapat diketahui antara lain dari indeks korelasi antara hasil
pengukuran pertama dan kedua. Pada penelitian sosial, kemungkinan terjadinya
kesalahan pengukuran cukup besar karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran
yang sebenarnya kesalahan pengukuran harus diperhitungkan. Instrumen yang
baik tidak akan bersifat tendensius yang mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu (Umar 2003).
19
3 METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Secara ringkas, penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap analisis.
Analisis pertama adalah menganalisis proses keputusan yang dilakukan konsumen
dengan menggunakan analisis deskriptif. Data-data yang diperoleh dari jawaban
responden ditransformasikan ke dalam suatu bentuk yang mudah untuk
dimengerti dan diterjemahkan. Analisis ini meliputi pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan evaluasi pasca
pembelian. Analisis kedua menggunakan analisis Spearman Rank Correlation
untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diuji dengan pengaruh
keputusan pembelian. Analisis terakhir menggunakan uji statistik non-parametrik.
Yang diuji adalah dua sampel independen, sehingga analisis yang digunakan
adalah analisis Mann-Whitney.
Pada instrumen kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner akan diberikan kode untuk mempermudah menganalisisnya. Terdapat
pertanyaan dengan kode P1 hingga P28. Kode pertanyaan P1 dan P2 adalah
screening awal. Kode pertanyaan P3 hingga P9 adalah screening profil responden.
Kode pertanyaan P10 hingga P19 adalah pengujian terhadap produk fish nugget
komersil. Kode pertanyaan P20 hingga P27 adalah uji organoleptik terhadap
kedua produk yang disajikan. Dan pertanyaan terakhir dengan kode P28 adalah
pertanyaan untuk memilih produk mana yang lebih disukai.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini tidak dilakukan di dalam lingkup kampus Institut Pertanian
Bogor, namun dilakukan di luar kampus Institut Pertanian Bogor. Yaitu di pusat
perbelanjaan atau supermarket yang menjual fish nugget komersil merek X.
Sasaran yang dituju adalah responden yang membeli fish nugget komersil
tersebut. Responden yang diinginkan berjumlah 100 orang. 30 responden pertama
bertujuan untuk menguji apakah kuesioner yang diberikan kepada responden valid
atau tidak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011.
20
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah kuesioner, meja,
kursi dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah dua jenis
produk fish nugget, yaitu produk fish nugget dalam kemasan dari Teknologi Hasil
Perairan dengan produk fish nugget komersil yang sudah ada di pasaran.
3.4 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir di dalam
suatu pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Setelah kuesioner akhir
terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner.
Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat
pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Umar 2003).
Adapun metode statistika yang digunakan adalah dengan menggunakan
teknik korelasi product moment pearson dan analisa regresi. Hipotesis statistik ini
adalah:
H0: Tidak ada hubungan (korelasi) antara x dan y
H1: Terdapat hubungan (korelasi) antara x dan y
Uji Validitas akan sahih jika nilai r-hitung lebih besar daripadi nilai r-
tabel. Nilai r-tabel yang digunakan adalah 0,3061 (Junaidi 2000), karena
menggunakan alpha sebesar 0,1. (dapat dilihat pada Lampiran 4).
Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data
pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk
menguji validitas kuesioner adalah teknik korelasi product moment pearson
berikut:
2222xy
YYnXXn
YXXYn=r ....................(1)
Keterangan:
rxy = Korelasi antar X dan Y
n = Jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan
Y = Skor total
21
Uji validitas dilakukan pada 30 responden. Penilaian didasarkan pada nilai
skor atau poin, dimana poin tertinggi adalah 5 untuk menjawab A, dan terkecil
adalah 1 jika menjawab E. Pertanyaan untuk uji validitas hanya pertanyan dengan
kode P10 hingga P19. Pertanyaan dibagi menjadi menjadi tiga kategori.
Pertanyaan P10 dan P11 untuk mengetahui alasan mengapa konsumen membeli
produk fish nugget komersil tersebut. Pertanyaan P12 hingga P15 untuk
mengetahui pengetahuan konsumen terhadap produk. Dan kategori terakhir P16
hingga P19 untuk mengetahui kepuasaan konsumen terhadap produk. Kemudiaan
semua skor ditotal dan dimasukkan ke dalam rumus di atas dengan menggunakan
program SPSS 16 . Perhitungan skoring yang dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.5 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan
hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi
sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Jika alat ukur dinyatakan sahih,
selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama
(Umar 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan
menggunakan teknik alpha cronbach berikut:
21
2
11σ
σ1
1k
k=r .....................................................(2)
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
2σ = Jumlah ragam butir
21σ = Jumlah ragam total
Mencari nilai ragam menggunakan rumus berikut:
n
n
XX
=σ
2
2
2 ........................................................(3)
22
Keterangan:
n = Jumlah responden
X = Nilai skor yang dipilih
Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden. Sama seperti uji validitas,
uji reliabilitas juga dilakukan hanya kepada pertanyaan dengan kode P10 hingga
P19 dimana nilai korelasi yang dihitung dinyatakan sahih apabila nilai r lebih dari
0,3061 dan semakin sahih jika semakin mendekati 1,00. Pengujian reliabilitas
diolah dengan menggunakan software SPSS 15 (Umar 2003).
3.6 Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini, data karakteristik konsumen fish nugget komersil
yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan terakhir dan
pendapatan, serta proses keputusan pembelian yang mencakup pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan pasca
pembelian yang dilakukan konsumen fish nugget komersil akan dianalisis secara
deskriptif. Analisis deskriptif dipilih karena dinilai mampu untuk menggambarkan
karakteristik konsumen suatu produk dan bagaimana proses keputusan pembelian
yang dilakukan konsumen fish nugget komersil. Pengolahan analisis karakteristik
konsumen dan keputusan pembelian fish nugget pada penelitian ini menggunakan
alat perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2007. Hasil analisis tersebut akan
menampilkan mayoritas karakteristik konsumen fish nugget komersil dan hal-hal
utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam proses pembelian fish nugget.
Dalam analisis deskriptif yang diuji adalah pertanyaan dengan kode P3 hingga P9
yang mana itu adalah screening untuk para responden. Dan juga pertanyaan
dengan kode P10 hingga P19.
3.7 Analisis Spearman Rank Correlation
Uji korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel yang diuji dengan pengaruh keputusan pembelian. Jawaban responden
tentang variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian. Menurut Sugiyono
(2005), korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk
23
menguji nyatanya asosiatif bila masing-masing peubah yang dihubungkan
berbentuk ordinal dan sumber data antar peubah tidak harus sama.
Data masukan dalam analisis rank spearman diperoleh dengan
menjumlahkan nilai yang diberikan oleh responden secara horizontal terhadap
variabel yang terdapat dalam setiap kuadran Kartesius (Xi) dan total penilaian
responden terhadap keputusan pembelian (Yi).
3.8 Analisis Mann-Whitney
Mann-Whitney merupakan analisis yang termasuk dalam uji non-
parametrik. Analisis ini untuk membandingan pemusatan dua buah sampel yang
diasumsikan mempunyai bentuk yang sama, maka digunakanlah uji dua sampel
independen yaitu analisis Mann-Whitney. Dalam kelompok uji dua sampel
independen, analisis Mann-Whitney adalah analisis terkuat yang digunakan
sebagai alternatif uji parametrik T-test (Daniel 1990). Berikut ini adalah hipotesis
dengan menggunakan analisis Mann-Whitney :
H0 : dua sampel independen berasal dari populasi yang sama (dengan nilai
rata-rata sama).
H1 : dua sampel independen berasal dari populasi yang berbeda (dengan
nilai rata-rata berbeda)
24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Instrumen Kuesioner
Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk menguji beberapa
analisis yang diinginkan. Namun kuesioner sebelum digunakan harus melalui
tahapan uji validitas dan reliabilitas agar data yang nanti dihasilkan tepat dan
akurat. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang dilakukan.
4.1.1 Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk menentukan apakah kuesioner yang
digunakan menghasilkan data yang valid atau tidak. Uji validitas akan sahih atau
valid dengan menguji 30 sampel awal terlebih dahulu. Jika terdapat pertanyaan
yang tidak valid, maka pertanyaan kuesioner harus diganti dan menggantinya
dengan pertanyaan yang valid. Tujuannya adalah agar data yang digunakan dapat
dipertanggung jawabkan.
Berikut ini adalah hasil dari uji validitas terhadap kuesioner penelitian
yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Uji Validitas terhadap kuesioner
Kode Pertanyaan Nilai r-hitung
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P18
P19
0,91
0,87
0,67
0,75
0,37
0,33
0,78
0,88
0,80
25
Hasil dari nilai r-hitung kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabel, yaitu
0,3061. Sebuah variabel dapat dikatakan valid apabilai nilai r-hitungnya lebih
besar daripada nilai r-tabelnya (dapat dilihat pada lampiran 2).
4.1.2 Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi atau
keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat
ukur suatu objek atau responden. Sebuah alat ukur seperti kuesioner dapat
dinyatakan sahih apabila hasil dari uji reliabilitas alat ukur tersebut dapat
dipertanggung jawabkan dengan melihat nilai r-hitungnya. Nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabelnya Berikut ini adalah hasil
pengukuran uji reliabilitas terhadap kuesioner penelitian yang dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas terhadap kuesioner
Kode Pertanyaan Nilai r-hitung
P10 0,448
P11 0,476
P12 0,615
P13 0,669
P14 0,476
P15 0,550
P16 0,540
P17 0,568
P18 0,468
P19 0,413
Setelah didapat nilai r-hitungnya, kemudian kita bandingkan dengan nilai
r-tabelnya yaitu sebesar 0,3061. Sebuah variabel dapat dikatakan reliabel apabila
nilai r-hitungnya lebih besar daripada nilai r-tabelnya (dapat dilihat pada
Lampiran 3.
26
4.2 Karakteristik Konsumen
Penelitian ini menggunakan karakteristik konsumen yang dilihat dari jenis
kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pendapatan rata-rata perbulan dan
pekerjaan.
4.2.1 Jenis kelamin
Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan jenis kelamin
adalah mayoritas laki-laki sebanyak 61% dan sisanya berjenis kelamin perempuan
adalah 39% . Hal ini menjelaskan bahwa laki-laki lebih banyak mengkonsumsi
fish nugget komersil jika dibandingkan perempuan. Karakteristik konsumen fish
nugget komersil berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada Gambar 1.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen laki-laki lebih banyak
membeli produk fish nugget komersil tersebut dibandingkan yang berjenis
kelamin perempuan. Hal ini karena laki-laki kebanyakan lebih peduli akan
kesehatan untuk menunjang pekerjaannya yang membutuhkan banyak energi.
Tidak hanya para laki-laki, perempuan juga sebenarnya sadar akan pentingnya
kesehatan (Irawan 2003). Namun, ketika melakukan penelitian ini, laki-laki yang
menjawab kuesioner paling banyak dari 100 responden.
4.2.2 Status pernikahan
Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan status
pernikahan, ternyata konsumen yang sudah menikah dengan konsumen yang
belum menikah memiliki prosentase yang sama yaitu 50% . Karakteristik
Gambar 1 Karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin
27
konsumen fish nugget komersil berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada
Gambar 2.
Dari 100 responden yang menjawab kuesioner, terdapat perbandingan
yang sama yaitu 50 responden menjawab sudah menikah dan 50 responden juga
menjawab belum menikah. Hal ini tidak mempengaruhi terhadap keputusan
pembelian, hanya untuk screening mengenai status pernikahan responden saja.
Tujuannya hanya untuk mengumpulkan data dari semua responden apakah mereka
sudah berkeluarga atau belum. Biasanya orang yang telah berkeluarga dan
memiliki anak, maka mereka akan memberikan asupan makanan yang bergizi
untuk anak mereka. Orang tua akan memberikan yang terbaik untuk anak mereka
dalam perkembangannya, baik dalam pertumbahan badannya dan juga
perkembangan kecerdasan otak (Simamora 2004).
4.2.3 Pendidikan terakhir
Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendidikan
terakhir yang ditempuh dan yang paling banyak respondennya adalah konsumen
yang berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi mulai dari Strata 1 hingga Strata 3
yaitu sebesar 47% . Kemudian disusul oleh konsumen dengan pendidikan terakhir
diploma sebesar 26% . Setelah diploma kemudian konsumen dengan pendidikan
terakhir SLTA dengan nilai 25% . Terakhir adalah konsumen dengan pendidikan
SLTP sebesar 2% . Berikut ini adalah gambar karakteristik konsumen fish nugget
komersil berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2 Karakteristik konsumen berdasarkan status pernikahan
28
Status pendidikan dari 100 orang responden sebagian besar menjawab
bahwa mereka memiliki pendidikan terakhir yaitu perguruan tinggi, mulai dari
Strata satu hingga Strata tiga. Screening ini dapat menentukan faktor keputusan
pembelian, apabila hasil dari nilai p-value nya lebih kecil daripada nilai alpha.
Pada umumnya, orang yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mempedulikan
kesehatan diri mereka sendiri. Karena mereka paham akan pentingnya makanan
yang sehat untuk kelangsungan hidup mereka. Selain itu, dengan mengkonsumsi
makanan sehat dapat membantu memaksimalkan kerja otak, sehingga pekerjaan
mereka dapat dikerjakan dengan baik. Sebagian besar masyarakat modern saat ini
sudah menerapkan pola makan sehat, seperti gemar makan ikan. Tidak hanya
dalam bentuk nugget, sudah banyak hasil diversifikasi dari olahan ikan (Nugroho
2003).
4.2.4 Pendapatan perbulan
Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendapatan rata-
rata perbulan yang paling besar prosentasenya adalah responden dengan
pendapatan rata-rata perbulan dengan range Rp. 2.000.000 hingga Rp. 5.000.000
yaitu sebesar 38% . Diurutan kedua adalah pendapatan rata-rata perbulan di atas
Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 29%. Kemudian disusul oleh pendapatan rata-rata
perbulan dengan range Rp. 500.001 hingga Rp. 2.000.000 . Terakhir adalah
pendapatan rata-rata perbulan kurang dari Rp. 500.000 yaitu sebesar 10 %.
Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan rata-rata perbulan yang dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3 Karakteritik konsumen berdasarkan pendidikan terakhir
29
Mayoritas responden, yaitu sebesar 38 orang mereka memiliki pendapatan
perbulan rata-rata 2.000.000 hingga 5.000.000 rupiah. Dan sebanyak 29 orang
menjawab mereka memiliki pendapatan perbulan yaitu di atas 5.000.000 rupiah.
Hal ini akan sangat mempengaruhi faktor keputusan pembelian. Jika nilai p-value
nya lebih kecil daripada nilai alpha. Hasilnya dapat dilihat pada pembahasan
selanjutnya mengenai analisis korelasi variabel. Orang yang mempunyai tingkat
pendapatan yang lebih tinggi, maka perilakunya cenderung akan memanjakan
dirinya. Banyak dari mereka cenderung lebih memilih produk yang kaya nutrisi
walaupun harganya lebih mahal. Perilaku konsumen seperti ini sudah banyak
dilakukan dewasa ini, seperti mengkonsumsi nugget berbahan dasar ikan
(Rangkuti 2008).
4.2.5 Pekerjaan
Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pekerjaan
responden yang paling besar adalah responden dengan pekerjaan pegawai swasta
yaitu sebesar 31% . Yang kedua adalah responden dengan pekerjaan lainnya saitu
sebesar 24% . Lainnya di sini adalah pekerjaan yang berupa dokter, psikiater, ibu
rumah tangga, pensiunan dan sebagainya. Kemudian disusul oleh responden
dengan pekerjaan wiraswasta yaitu sebesar 17%. Responden dengan pekerjaan
mahasiswa dan pelajar serta responden dengan pekerjaan pegawai negeri memiliki
prosentase yang sama yakni 14%. Karakteristik konsumen fish nugget komersil
berdasarkan pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 4 Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan
perbulan
30
Untuk pekerjaan, screening ini tidak langsung mempengaruhi terhadap
faktor keputusan pembelian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
responden memiliki pekerjaan yang dapat menentukan pendapatan perbulannya.
Cara pandang seseorang terhadap mengkonsumsi barang dan jasa dapat
dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dimiliki orang tersebut (Irawan 2003).
4.3 Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian terjadi apabila seseorang merasakan membutuhkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam proses tersebut terdapat langkah-langkah
yang umumnya dilakukan seseorang jika ingin memutuskan membeli yang
diinginkannya. Proses keputusan pembelian ini meliputi lima tahap, antara lain :
(a) pengenalan kebutuhan, (b) pencarian informasi, (c) evaluasi alternatif, (d)
keputusan pembelian dan terakhir (e) pasca pembelian. Data mengenai proses
pengambilan keputusan diperoleh dari konsumen yang melakukan pembelian fish
nugget komersil.
4.3.1 Pengenalan kebutuhan
Kebutuhan terhadap sesuatu muncul ketika terjadinya gap antara keadaan
yang diinginkan dan keadaan sekarang. Gap inilah yang menyebabkan ketegangan
dan mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk menguranginya. Kebutuhan yang
ada tidak secara otomatis menimbulkan tindakan. Faktor-faktor tingkat
kepentingan, motivasi, manfaat dan tujuan seseorang akan mempengaruhi
Gambar 5 Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan
31
tindakan tersebut. Tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan produk
fish nugget komersil dapat diidentifikasi dengan melihat motivasi utama
pembelian dan manfaat yang ingin didapat. Motivasi utama konsumen terhadap
pembelian dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Berdasarkan hasil penelitian, motivasi utama konsumen dalam membeli
fish nugget komersil adalah kesehatan karena gizinya yang baik, yaitu sebesar
39% . Untuk motivasi kedua yang banyak dimiliki konsumen adalah lauk pauk
sebagai alternatif pengganti lauk yaitu sebesar 27% . Motivasi ketiga dari
responden yang menjawab karena sekedar ingin mencoba yaitu sebesar 21%. Dan
alasan terakhir adalah karena pengaruh dari teman yaitu sebesar 12% . Sehingga
dapat dilihat bahwa produk fish nugget komersil banyak dikonsumsi karena
gizinya yang baik.
Dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab kuesioner telah sadar
dan peduli akan kesehatan mereka. Selain itu, yang menjawab lauk pauk juga
merupakan responden yang peduli akan kesehatan. Mereka terbukti menjadikan
fish nugget sebagai pangan alternatif yang bergizi, menggantikan nugget yang
berbahan dasar ayam atau sosis berbahan dasar daging sapi yang memiliki
kandungan gizi lebih sedikit. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan
tinggi, maka perilakunya akan memilih barang atau jasa yang mengutamakan
kesehatan bagi dirinya. Kesadaran akan pentingnya makanan yang sehat telah
menjadi gaya hidup yang berkembang dengan pesat hingga saat ini. (Santoso dan
Fandy 2006).
Gambar 6 Motivasi utama konsumen membeli fish nugget
32
Hasil penelitian mengenai manfaat yang dicari oleh konsumen dalam
mengkonsumsi produk fish nugget komersil ditunjukkan pada Gambar 7.
Sebanyak 46% konsumen mengkonsumsi fish nugget komersil berpendapat bahwa
produk fish nugget komersil ini memiliki gizi yang lebih baik daripada nugget
ayam. Manfaat lain yang diinginkan oleh konsumen adalah sebagai lauk pauk atau
makanan alternatif pengganti lauk yang biasanya dikonsumsi secara luas yaitu
sebesar 33% . Manfaat ketiga yakni sebesar 13% yang diinginkan konsumen
adalah sebagai camilan atau kudapan. Manfaat terakhir yang diharapkan dari para
konsumen adalah sekedar ingin mencoba produk fish nugget komersil tersebut
yaitu sebesar 8% , sehingga dapat disimpulkan konsumen mencari produk fish
nugget komersil tersebut dengan tujuan mencari gizinya yang baik, karena
menurut mereka produk fish nugget komersil memiliki gizi yang lebih baik
daripada nugget ayam. Konsumen yang mempu secara finansial akan lebih
memilih produk yang menyehatkan, walaupun harganya cenderung lebih mahal
(Rangkuti 2008).
4.3.2 Pencarian informasi
Tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah pencarian
informasi terhadap produk tersebut. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika
seseorang merasa bahwa kebutuhannya dapat dipenuhi dengan cara membeli atau
Gambar 7 Manfaat yang ingin didapat dari konsumen fish nugget
33
mengkonsumsi produk tertentu. Proses pencarian informasi dapat dilakukan
secara internal maupun eksternal. Pada tahap ini, konsumen mengharapkan akan
mendapatkan pengetahuan tentang produk secara lengkap sehingga dapat
menghasilkan keputusan yang tepat pula. Tahap pencarian informasi produk fish
nugget komersil dapat diidentifikasi dengan melihat sumber informasi produk,
media yang mempengaruhi dan pengaruh iklan terhadap tindakan pembelian.
Berikut adalah gambar yang menunjukkan hasil penelitian sumber informasi dapat
dilihat pada Gambar 8.
Mayoritas konsumen memperoleh informasi tentang produk fish nugget
komersil melalui teman atau sahabat mereka, yaitu sebesar 40% . Konsumen
dengan sumber informasi dari keluarga dan media massa (TV, radio, koran)
memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 28% . Sumber informasi dari internet dari
seluruh konsumen adalah sebesar 4% . Ini menunjukkan bahwa teman atau
sahabat merupakan sumber informasi terbesar konsumen dalam mencari informasi
produk fish nugget komersil. Konsumen biasanya akan lebih mempercayai orang-
orang terdekatnya dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Daripada iklan-iklan
yang terdapat di media massa. Orang-orang terdekat memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam mencari dan mengkonsumsi sebuah produk. Salah satu
komunikasi yang sangat ampuh dalam memasarkan produk adalah dengan
komunikasi dari mulut ke mulut. Produsen yang sadar akan pentingnya
komunikasi dari mulut ke mulut dapat menciptakan peluang yaitu konsumen tetap
yang selalu membeli produk mereka (Santoso dan Fandy 2006).
Gambar 8. Sumber informasi konsumen terhadap produk fish nugget
34
Gambar 9 di atas menunjukkan hasil penelitian mengenai media yang
paling mempengaruhi dalam pembelian produk fish nugget komersil. Dapat dilihat
bahwa media yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian konsumsi
fish nugget komersil adalah teman atau sahabat yaitu sebesar 35% . Media
selanjutnya yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian fish nugget
komersil adalah keluarga yaitu 34%. Media ketiga yang mempengaruhi pembelian
fish nugget komersil konsumen adalah media massa (TV, radio, koran) yaitu
sebesar 28% . Media yang paling sedikit mempengaruhi konsumen dalam
pembelian fish nugget komersil adalah internet yaitu sebesar 3% . Hal ini
menunjukkan teman dan sahabat merupakan media yang paling mempengaruhi
dalam pembelian fish nugget komersil. Teman dan sahabat menjadi sumber
informasi utama dan juga media yang paling mempengaruhi dalam pembelian fish
nugget komersil. Kedua variabel ini mempunyai hasil yang sama dimana orang-
orang terdekat akan mempengaruhi satu dengan yang lainnya dengan cara
memberikan informasi sebuah produk yang disukainya. Komunikasi dari mulut ke
mulut adalah salah satu langkah jitu dalam memasarkan sebuah produk, karena
mempunyai sifat kepercayaan yang tinggi. Komunikasi dari mulut ke mulut juga
memiliki kelebihan lain, yaitu akan mempengaruhi konsumen lain dari yang
belum mengetahui tentang produk tersebut menjadi tahu karena pengaruh yang
diberikan. Konsumen setia biasanya akan mempengaruhi konsumen lain untuk
membeli produk yang menjadi kesukaannya. Pendekatan seperti ini harus disadari
betul oleh para produsen untuk menjadi produsen dengan nama besar dan
konsumen yang banyak (Simamora 2004).
Gambar 9 Media yang paling mempengaruhi pembelian fish nugget
35
Gambar 10 di atas menunjukkan pengaruh iklan yang ada di media massa
terhadap pembelin fish nugget komersil. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada
gambar di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 73% konsumen fish nugget komersil
terpengaruh oleh iklan terhadap pembelian, sisanya sebesar 23% konsumen fish
nugget komersil merasa tidak terpengaruh terhadap iklan fish nugget komersil
yang ada. Ini menunjukkan bahwa iklan pada sebuah produk sangat berpengaruh
terhadap pembelian suatu produk tersebut. Demikian pula dengan produk fish
nugget komersil yang sebagian besar konsumen menyatakan iklan sangat
berpengaruh terhadap pembelian. Iklan yang menarik akan mempengaruhi
konsumen dalam pembelian, terutama pembelian untuk pertama kalinya. Iklan
yang menarik akan membuat rasa ingin tahu konsumen menjadi sangat tinggi, dan
itu dapat menyebabkan terjadinya pembelian. Iklan yang menarik merupakan
media yang paling ampuh untuk mendapatkan banyak konsumen, baik iklan
media cetak ataupun media massa seperti radio dan televisi (Nugroho 2003)
4.3.3 Evaluasi alternatif
Proses evaluasi alternatif terjadi ketika konsumen sudah memiliki cukup
banyak informasi mengenai suatu produk. Evaluasi alternatif dimulai dengan
pembentukan dan perubahan dalam kepercayaan mengenai produk dan atributnya
yang kemudian diikuti dengan peralihan dalam sikap terhadap tindakan
pembelian. Konsumen akan menetapkan kriteria evaluasi yang akan digunakan
untuk membandingkan produk yang ada. Gambar 11 menunjukkan kriteria yang
pertama kali konsumen pertimbangkan dalam pembelian produk fish nugget
komersil.
Gambar 10 Pengaruh iklan terhadap pembelian fish nugget
36
Pada gambar di atas terlihat sebanyak 45% konsumen menyatakan bahwa
gizi dari produk fish nugget komersil menjadi pertimbangan awal dalam membeli
produk ini. Kemudian sebanyak 40% konsumen menyatakan bahwa rasa dari
produk fish nugget komersil menjadi pertimbangan kedua tertinggi setelah
gizinya. Lalu pertimbangan yang selanjutnya adalah dari segi harganya yaitu
sebanyak 13% dari total keseluruhan konsumen. Hanya 2% saja yang menjawab
kemasan menarik adalah pertimbangan awal konsumen dalam membeli produk
fish nugget komersil tersebut. Konsumen terkadang mempertimbangkan berbagai
aspek sebelum melakukan pembelian agar tidak merasa dirugikan, contohnya
seperti aspek mutu atau kualitas. Perlu bagi mereka untuk mengetahui hal-hal
yang mereka anggap penting. Sebagian besar konsumen akan mempertimbangkan
aspek harga sebelum membeli barang atau jasa. Aspek kesehatan juga sangat
penting bagi konsumen-konsumen yang tidak mempertimbangkan aspek harga
dari barang atau jasa tersebut (Rangkuti 2008)
4.3.4 Keputusan pembelian
Tahap berikutnya dalam proses keputusan pembelian adalah pembelian
atau proses pembeliannya itu sendiri. Setelah konsumen memiliki berbagai
alternatif mengenai produk yang dibutuhkannya maka keputusan pembelian dapat
dilakukan. Pada proses keputusan pembelian, konsumen mengambil keputusan
mengenai cara pembelian produknya, frekuensi pembelian dan apakah konsumen
tersebut puas dengan produk yang dibelinya. Pengambilan keputusan pembelian
untuk cara pembelian produk fish nugget komersil ditunjukkan pada Gambar 12.
Gambar 11 Pertimbangan awal konsumen terhadap pembelian
37
Pada gambar di atas terlihat bahwa sebanyak 31% konsumen melakukan
pembelian produk fish nugget komersil secara mendadak, artinya niat membeli
produk tersebut muncul ketika melihat produk itu terdapat di supermarket atau
outlet-outlet yang menjualnya. Kemudian sebanyak 26% konsumen melakukan
pembelian produk fish nugget komersil secara terencana, artinya konsumen
melakukan pembelian yang sudah direncanakan sebelumnya. Lalu sebanyak 24%
konsumen melakukan pembelian produk fish nugget komersil melihat situasi
terlebih dahulu atau tergantung situasi, artinya konsumen ingin membeli produk
tersebut namun ada beberapa pertimbangan yang harus konsumen pikirkan dahulu
sebelum membeli. Dan sebanyak 19% konsumen membeli produk fish nugget
komersil hanya sesekali saja. Konsumen yang puas terhadap suatu barang dan
jasa, maka perilakunya adalah dia tidak akan ragu untuk membeli dan
mengkonsumsi barang dan jasa tersebut dikemudian hari (Rangkuti 2008).
4.3.5 Pasca pembelian
Evaluasi alternatif tidak hanya terjadi sebelum pembelian, tetapi akan tetap
berlaku setelah terjadinya proses pembelian. Pemakaian produk memberikan
informasi baru mengenai produk yang akan dibandingkan dengan kepercayaan
dan sikap yang ada. Konsumen akan mengevaluasi hasil yang diperoleh apakah
sesuai atau tidak dengan harapan mereka. Kepuasan atau ketidakpuasan adalah
hasil dari tahap pasca pembelian. Perilaku pasca pembelian juga dapat dilihat
ketika konsumen dihadapkan pada situasi jika harga dari suatu produk tersebut
Gambar 12 Cara memutuskan pembelian produk fish nugget
38
mengalami kenaikan dan jika ketersediaan produk tersebut tidak ada. Gambar 13
menunjukkan tingkat kepuasan konsumen pada produk fish nugget komersil.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 100 konsumen produk
fish nugget komersil, sebanyak 100% menyatakan puas terhadap produk tersebut.
Tidak satupun konsumen yang menyatakan tidak puas terhadap produk tersebut.
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa konsumen merasa puas setelah proses
pembelian yang mereka lakukan. Kepuasan yang dirasakan konsumen diharapkan
akan membentuk sikap positif terhadap produk fish nugget komersil dan
memberikan dorongan untuk melakukan pembelian yang berkelanjutan. Untuk
konsumen yang merasa kurang ataupun tidak puas, kemungkinan terbesar adalah
dia tidak akan membeli atau mengkonsumsi barang dan jasa tersebut
berkelanjutan. Namun, puas atau tidak puasnya kosumen terhadap suatu barang
dan jasa biasanya ditentukan oleh selera atau kesukaan pribadi konsumen tersebut.
Tentunya, tiap masing-masing konsumen mempunyai selera yang berbeda-
bedapula. Produsen haruslah membuat produk yang bisa dikonsumsi untuk para
konsumen dari berbagai kalangan (Nugroho 2003).
Permintaan pasar yang tinggi adalah sasaran utama dari para produsen
untuk berlomba-lomba menciptakan produk terbaik yang dapat diberikan kepada
para konsumen. Penting bagi para produsen untuk menciptakan dan menjaga mutu
yang baik dari produknya agar konsumen selalu membeli produk mereka dan
tidak berpaling kepada produk lain. Kepuasan dari suatu konsumen akan
mempengaruhi konsumen lain untuk membeli produk tersebut, karena kepuasan
adalah yang dicari oleh setiap konsumen (Tjiptono 2008).
Gambar 13 Kepuasan konsumen terhadap produk
39
Gambar 14 menunjukkan data mengenai tindakan yang akan diambil
konsumen jika harga produk fish nugget komersil mengalami kenaikan.
Berdasarkan hasil penelitian, konsumen yang menjawab tetap membeli dengan
tetap membeli namun jarang dalam pembelian mempunyai prosentase yang sama
yakni 34% , artinya konsumen tesebut mayoritas masih tetap membeli. Lalu
sebanyak 24% konsumen menyatakan tidak jadi membeli jika harga produk fish
nugget komersil tersebut naik. Hanya 8% saja yang menjawab mencari produk
lain yang lebih murah. Kenaikan harga suatu barang dan jasa akan sangat
mempengaruhi konsumen terhadap pembelian. Kenaikan harga tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Sebagian besar alasan mengapa harga dapat naik
karena produsen mengalami kenaikan bahan baku produksi. Hal ini juga dapat
menyebabkan konsumen menjadi berpaling dari produk tersebut. Apalagi jika
terdapat penurunan mutu, tetapi tidak semua konsumen akan berpaling dari
produk tersebut. Pengaruh kepuasan terhadap produk tersebutlah yang
menyebabkan konsumen tersebut tetap bertahan (Tjiptono 2008).
Kenaikan harga produk yang disertai penurunan mutu biasanya akan
membuat pelanggan tidak akan mengkonsumsi produk itu kembali dikemudian
hari. Hal tersebut akan menurunkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap
produk tersebut. Itulah sebabnya konsumen akan mencari produk lain yang
mempunyai mutu atau kualitas lebih baik. (Simamora 2004).
Gambar 14 Respon konsumen terhadap kenaikan harga
40
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 15 sebanyak
35% konsumen menyatakan tidak jadi membeli produk fish nugget komersil
tersebut. Lalu sebanyak 26% konsumen akan mencari outlet lain yang
menyediakan produk fish nugget komersil. kemudian sebanyak 20% akan tetap
menunggu sampai stok produk fish nugget komersil tersedia kembali. Dan sisanya
sebanyak 19% konsumen menjawab akan mencari produk lain yang menyediakan
produk fish nugget komersil dengan merek lain. Barang dan jasa yang jarang atau
tidak tersedia di pasaran dapat mempengaruhi konsumen terhadap pembelian.
Biasanya pelanggan tetap atau yang biasa membeli barang atau jasa tersebut akan
mempunyai waktu khusus dalam pembelian. Ketidaktersediaan barang atau jasa
tersebut secara terus menerus, akan menyebabkan kepercayaan pelanggan tetap
tersebut menurun. Produsen hendaknya menjaga kestabilan jumlah produknya di
pasaran (Santoso dan Fandy 2006).
Pada masa-masa tertentu seperti hari raya dan libur panjang, sering terjadi
pasokan yang tidak stabil di pasar. Banyak wilayah yang terjadi penumpukan,
sementara di wilayah lain banyak yang kekurangan. Hal ini membuat konsumen
kesulitan dalam mencari produk yang diinginkan. Kestabilan jumlah produk
sangat penting dilakukan oleh produsen agar konsumen tidak tergoda untuk
memilih produk lain. Banyak dari produsen yang ketika produknya laris di
pasaran lalu meningkatkan jumlah produksi tetapi terjadi penurunan mutu.
Tentunya hal ini tidak diharapkan oleh para konsumen (Tjiptono 2008).
Gambar 15 Respon konsumen jika produk tidak tersedia
41
4.4 Analisis Korelasi yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk
Fish Nugget
Untuk mengetahui hubungan atau korelasi mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian dapat menggunakan uji Spearman
Correlation. Menurut Kotler (1997), analisis Spearman Correlation digunakan
ketika terdapat dua variabel pengukuran (dalam hal ini adalah variabel x dan y)
dan satu variabel nominal yang disembunyikan. Uji ini merupakan uji alternatif
non-parametrik, dan digunakan ketika data tidak menemukan asumsi terhadap
normalitas atau sebuah hubungan yang membentuk garis lurus.
Pada penelitian ini jumlah variabel yang akan dianalisis sebanyak 15
variabel dan termasuk di dalamnya terdapat atribut-atribut produk fish nugget
komersil tersebut. Variabel yang akan dianalisis antara lain usia, jenis kelamin,
status pernikahan, pendidikan terakhir, pendapatan perbulan, pekerjaan, motivasi
dalam mengkonsumsi fish nugget, manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi fish
nugget komersil, sumber informasi pertama mengenai produk, media yang paling
mempengaruhi produk fish nugget komersil, fokus atau pertimbangan awal
konsumen, pengaruh iklan terhadap pembelian, cara dalam memutuskan
pembelian produk, keputusan jika harga naik dan terakhir adalah keputusan ketika
produk fish nugget komersil tersebut tidak tersedia.
Variabel yang diuji merupakan pertanyaan-pertanyaan dari instrumen
kuesioner. Variabel yang diuji adalah pertanyaan dengan kode P3 hingga P19.
Namun terdapat pertanyaan yang tidak masuk dalam kriteria ini, yaitu pertanyaan
kepuasan terhadap produk fish nugget dengan kode P17. Pertanyaan ini tidak
masuk kriteria dalam analisis spearman rank correlation karena memiliki nilai
100% . Nilai tersebut tidak dapat dihitung karena tidak terdapat nilai
pembandingnya yang lain.
Tabel 3 menunjukkan ringkasan nilai p-value atau p-hitung yang dimiliki
setiap variabel yang diteliti. Nilai p-value atau p-hitung dari variabel yang diteliti
merupakan nilai korelasi dari Uji Spearman Correlation. Hasil perhitungan nilai
p-value atau p-hitung yang ditunjukkan dapat dilihat pada Lampiran 6. Berikut ini
adalah Tabel 3 dapat dilihat di bawah ini:
42
Tabel 3. Variabel dan Nilai p-value serta pengaruhnya
No Variabel Nilai p-
value
Pengaruh
1 Usia 0,55 Tidak Signifikan
2 Jenis kelamin 0,15 Tidak Signifikan
3 Status pernikahan 0,65 Tidak Signifikan
4 Pendidikan terakhir 0,29 Tidak Signifikan
5 Pendapatan rata-rata perbulan 0,06 Signifikan
6 Pekerjaan 0,15 Tidak Signifikan
7 Motivasi dalam mengkonsumsi fish nugget 0,03 Signifikan
8 Manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi 0,08 Signifikan
9 Sumber informasi pertama mengenai produk 0,5 Tidak Signifikan
10 Media yang paling mempengaruhi produk 0,52 Tidak Signifikan
11 Fokus atau pertimbangan awal konsumen 0,14 Tidak Signifikan
12 Pengaruh iklan terhadap pembelian 0,04 Signifikan
13 Cara dalam memutuskan pembelian produk 0,12 Tidak Signifikan
14 Keputusan jika harga naik 0,08 Signifikan
15 Keputusan ketika produk tidak tersedia 0,4 Tidak Signifikan
Berdasarkan Tabel 3 di atas, terdapat 10 variabel dengan nilai p-value atau
p-hitung yang lebih besar dari nilai alpha (α). Interpretasi dari variabel dengan
nilai p-value atau p-hitung yang lebih besar dari nilai alpha (α) adalah variabel
tersebut tidak mempunyai korelasi dan tidak memberikan hasil yang signifikan
terhadap keputusan pembelian. Hanya terdapat lima variabel yang memiliki nilai
p-value atau p-hitung di bawah atau kurang dari nilai alpha (α) 0,1. Kelima
variabel tersebut adalah pendapatan rata-rata perbulan, motivasi dalam
mengkonsumsi produk fish nugget komersil, manfaat yang dicari dalam
mengkonsumsi produk fish nugget komersil tersebut, pengaruh iklan terhadap
pembelian produk fish nugget komersil, dan terakhir keputusan konsumen jika
harga produk fish nugget komersil naik.
43
Variabel pendapatan perbulan memiliki nilai p-value sebesar 0,06,
sehingga memiliki interpretasi bahwa pendapatan perbulan mempunyai korelasi
dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel
motivasi dalam mengkonsumsi fish nugget memiliki nilai p-value sebesar 0,03.
Motivasi konsumen dalam mengkonsumsi produk komersil fish nugget
mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan
pembelian. Variabel manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi fish nugget
komersil memiliki nilai p-value sebesar 0,08. Manfaat yang dicari konsumen
dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil mempunyai korelasi dan
memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel
pengaruh iklan terhadap pembelian fish nugget memiliki nilai p-value sebesar
0,04. Interpretasinya adalah bahwa pengaruh iklan terhadap pembelian
mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan
pembelian. Variabel keputusan jika harga naik memiliki nilai p-value sebesar
0,08, sehingga memiliki interpretasi keputusan atau respon konsumen jika harga
produk fish nugget komersil tersebut naik mempunyai korelasi dan memberikan
hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
4.5 Perbandingan Dengan Produk Lain
Produk fish nugget komersil merupakan produk fish nugget yang telah
dikenal secara luas dan memang produk yang sudah terdapat di pasaran, baik
pasar tradisional maupun pasar modern. Produk fish nugget komersil dapat
ditemukan di pasar-pasar tradisional maupun di supermarket. Produk fish nugget
komersil memiliki segmentasi pasar yang luas, namun produk ini lebih difokuskan
kepada masyarakat dengan tingkat penghasilan di atas UMR, sehingga produk ini
dapat dengan mudah ditemukan di supermarket seperti Carrefour, Giant dan
Hypermart. Sementara produk fish nugget yang akan menjadi pembanding adalah
produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Produk ini merupakan hasil produksi
dari Mas Rizky yang bekerja pada Unit Produksi Departemen Teknologi Hasil
Perairan. Fish nugget ini diproduksi dengan menggunakan bahan dasar ikan lele
(Clarias sp.).
44
Terdapat empat atribut yang akan dibandingkan antara produk fish nugget
komersil dengan produk fish nugget buatan Departemen Teknologi Hasil Perairan
yaitu, rasa, warna, tekstur dan aroma. Sebenarnya atribut yang akan diuji dapat
lebih banyak daripada keempat atribut tersebut, namun fokus perhatian dari para
konsumen dan penilaian utama yang akan dinilai adalah atribut rasa, warna,
tekstur dan aromanya saja. Penilaian yang dinilai berdasarkan rating atau tingkat
kepentingan produk tersebut. Rating tertinggi diberikan nilai 5 yaitu jika
konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban sangat penting. Rating
kedua diberikan nilai 4 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan
jawaban cukup penting. Rating ketiga diberikan nilai 3 jika konsumen menjawab
atribut yang dinilai dengan jawaban biasa saja. Rating keempat diberikan nilai 2
jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban tidak terlau penting.
Rating terakhir diberikan nilai 1 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai
dengan jawaban sangat tidak penting.
4.5.1 Perbandingan atribut rasa
Atribut pertama yang dinilai konsumen adalah rasanya. Rasa merupakan
hal pertama yang biasanya menjadi fokus perhatian dari sebuah produk oleh pasar
konsumen. Atribut rasa produk fish nugget komersil yang dinilai oleh konsumen
dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 memperlihatkan sebanyak 52% konsumen menjawab sangat
enak. Kemudian sebanyak 42% konsumen menjawab cukup enak. Hanya 6% saja
yang menjawab biasa saja. Secara keseluruhan rasa dari fish nugget komersil
dinilai sangat enak oleh konsumen. Selanjutnya produk fish nugget dari
Departemen Teknologi Hasil Perairan dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 16 Atribut rasa produk fish nugget komersil
45
Gambar 17 menunjukkan sebanyak 44% konsumen menjawab cukup enak.
Lalu sebanyak 38% konsumen menjawab sangat enak. Sedangkan sisanya
sebanyak 18% menjawab biasa saja.
4.5.2 Perbandingan atribut warna
Atribut selanjutnya yang akan dibandingkan adalah atribut wana. Warna
yang menarik pada sebuah produk akan memberikan interpretasi yang baik bagi
para konsumen. Atribut warna produk fish nugget komersil yang dinilai oleh
konsumen dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 menunjukkan sebanyak 32% konsumen menjawab warna dari
produk fish nugget komersil sangat menarik, dan 47% konsumen menjawab
warnanya cukup menarik. Sedangkan 21% konsumen menjawab biasa saja. Hasil
uji produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan dapat dilihat
pada Gambar 19.
Gambar 17 Atribut rasa produk fish nugget THP
Gambar 18 Atribut warna produk fish nugget komersil
46
Dari Gambar 19 di atas, hasil penelitian menunjukkan sebanyak 17%
konsumen menjawab warna dari produk fish nugget Departemen THP sangat
menarik, dan sebanyak 60% konsumen menjawab cukup menarik. Sedangkan
17% konsumen menjawab biasa saja, dan sisanya 2% konsumen yang menjawab
warna dari produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan dengan
jawaban tidak terlalu menarik.
4.5.3 Perbandingan atribut tekstur
Atribut ketiga yang dinilai adalah tekstur kedua produk tersebut. Atribut
tekstur produk fish nugget komersil yang dinilai langsung oleh konsumen dapat
dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 menunjukkan sebanyak 35% konsumen menjawab tekstur dari
produk fish nugget komersil sangat kompak, dan sebanyak 50% konsumen
menjawab cukup kompak, serta sisanya sebanyak 15% konsumen yang menjawab
Gambar 19 Atribut warna produk fish nugget THP
Gambar 20 Atribut tekstur produk fish nugget komersil
47
bahwa tekstur dari produk fish nugget komersil biasa saja. Produk fish nugget dari
Departemen Teknologi Hasil Perairan yang diteliti memperlihatkan hasil seperti
yang tercantum pada Gambar 21.
Data menunjukkan bahwa sebanyak 20% konsumen menjawab dengan
jawaban sangat kompak, dan sebagian besar konsumen, yaitu sebanyak 51% ,
menjawab cukup kompak. Konsumen yang menilai biasa saja sebanyak 29% .
4.5.4 Perbandingan atribut aroma
Atribut terakhir yang dinilai adalah atribut aroma masing-masing produk
tersebut. Hasil penilaian atribut aroma yang dinilai langsung oleh para responden
pada produk fish nugget komersil dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 menunjukkan sebanyak 51% konsumen menjawab aroma dari
produk fish nugget komersil ini sangat harum, kemudian sebanyak 39% konsumen
Gambar 21 Atribut tekstur produk fish nugget THP
Gambar 22 Atribut aroma produk fish nugget komersil
48
menjawab cukup harum, dan hanya 10% konsumen yang menjawab biasa saja.
Sebagai pembanding adalah fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil
Perairan dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23 menunjukkan hasil penelitian dari produk fish nugget
Departemen Teknologi Hasil Perairan, hanya 19% konsumen yang menjawab
sangat harum, dan sebanyak 61% menjawab bahwa aroma dari produk fish nugget
Departemen Teknologi Hasil Perairan itu cukup harum. Konsumen yang menilai
biasa saja sebanyak 20% .
4.6 Uji Non-Parametrik untuk Membandingkan Kedua Produk
Uji statistik non-parametrik, memberikan hasil yang relatif lebih rendah
dibanding dengan uji parametrik. Untuk meningkatkan kebaikan hasil ujinya,
ukuran sampel harus diperbesar. Akan tetapi bagaimanapun juga uji non-
parametrik sangatlah mudah dimengerti dan relatif lebih sederhana dibandingkan
dengan uji parametrik. Menurut Daniel (1990), uji non-parametrik dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
1) Uji sebuah sampel yang dibandingkan dengan menggunakan suatu distribusi
tertentu, misalnya chi-kuadrat, binominal, normal dan distribusi lainnya.
2) Uji untuk dua grup independen (bebas) atau lebih. Perbandingan pemusatan
dari dua buah distribusi yang diasumsikan mempunyai bentuk yang sama.
Analisis Mann-Whitney digunakan untuk uji dua sampel independen.
3) Uji variabel berpasangan (paired) atau berhubungan (related) yang
dipergunakan untuk membandingkan dua variabel untuk masing-masing
Gambar 23 Atribut aroma produk fish nugget THP
49
subjek. Biasanya digunakan uji Wilcoxon yang merupakan versi non-
parametrik uji-T berpasangan atau dependen.
Pada penelitian ini terdapat empat atribut yang dianalisis dari masing-
masing produk fish nugget yaitu atribut rasa, warna, tekstur dan aroma.
Sebenarnya dapat ditambahkan dengan atribut-atribut yang lain agar analisisnya
lebih baik, tetapi atribut yang biasanya menjadi fokus paling utama oleh para
konsumen adalah keempat atribut tersebut. Perbedaan rasa pasti akan
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Rasa yang lebih enak dari dua
produk pastinya yang akan lebih dipilih oleh seorang konsumen. Pertimbangan
rasa dari sebuah produk akan menjadi tolak ukur utama bagi para konsumen untuk
membeli dan mengkonsumsi produk tersebut. Lalu warna yang menarik dari
sebuah produk pasti akan menjadi pertimbangan dari seorang konsumen. Rasa
yang enak namun memiliki warna atau kenampakan yang tidak menarik tentunya
tidak akan menjadi prioritas, sehingga warna yang baik akan mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen. Kemudian tekstur dari produk fish nugget yang
baik adalah produk yang memiliki tekstur tidak terlalu keras (alot) dan tidak
terlalu lembek. Tekstur sebuah produk juga dapat mempengaruhi keputusan
pembelian dari seorang konsumen. Terakhir yang menjadi pertimbangan
konsumen adalah aroma sebuah produk. Aroma berkaitan erat dengan ekspektasi
seseorang, maksudnya adalah jika aroma yang menggugah selera tentu akan
memiliki harapan bahwa produk tersebut enak rasanya. Keempat atribut ini sangat
berkaitan erat dengan penginderaan seseorang terhadap sebuah produk. Tentunya
setiap konsumen sangat berharap produk yang dikonsumsinya tidak
mengecewakan dari keempat atribut tersebut. Kepuasaan terhadap suatu produk
akan menentukan keputusan pembelian di kemudian hari.
Untuk memudahkan pencarian nilai p-value, maka semua hasil scoring
dijumlahkan dan kemudian dicari nilai mean atau rataannya. Nilai mean didapat
dengan menjumlahkan semua hasil scoring yang telah dinilai oleh para konsumen
lalu dibagi dengan jumlah data yang digunakan. Jumlah data dari masing-masing
produk berjumlah 100. Total dari kedua produk fish nugget yang diuji yaitu 200
data. Tabel 4 yang menunjukkan nilai mean dari masing-masing produk.
50
Tabel 4 Nilai mean atau rataan dari masing-masing produk
Atribut Komersil THP
Rasa 4,460 4,200
Warna 4,410 3,920
Tekstur 4,200 3,910
Aroma 4,410 3,990
Setelah nilai mean didapatkan maka nilai asymtot sigma (2-tailed) dari
masing-masing atribut dapat dicari. Selang kepercayaan yang digunakan adalah
90% atau alpha 0,1 dan H0 ditolak jika nilai asymtot sigma (2-tailed) lebih kecil
dari nilai alpha. Selajutnya H1 diterima jika nilai asymtot sigma (2-tailed) lebih
kecil dari nilai alpha. Kemudian dapat dilihat apakah terdapat perbedaan yang
signifikan nyata antara fish nugget komersil dengan fish nugget dari Departemen
Teknologi Hasil Perairan, sehingga akan memberikan interpretasi bahwa produk
fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang
signifikan terhadap fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan. Tabel
5 menunjukkan nilai asymtot sigma (2-tailed) dan pengaruh produk fish nugget
komersil terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
Tabel 5 Atribut, nilai asymtot sigma (2-tailed) dan pengaruhnya
Atribut Asymp.Sig. (2-tailed) Pengaruh
Rasa 0,011 Signifikan
Warna 0,066 Signifikan
Tekstur 0,004 Signifikan
Aroma 0,000 Signifikan
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa semua atribut yang ada
menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai alpha 0,1. Pada atribut rasa, nilai
asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,011, sehingga memiliki interpretasi, atribut
rasa produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan
hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
51
Pada atribut warna, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,066, sehingga
memiliki interpretasi, atribut warna produk fish nugget komersil memberikan
pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget
Departemen Teknologi Hasil Perairan. Pada atribut tekstur, nilai asymtot sigma
(2-tailed) sebesar 0,004, sehingga memiliki interpretasi, atribut tekstur produk fish
nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang
signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan. Pada
atribut aroma, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,000, sehingga memiliki
interpretasi, atribut tekstur produk fish nugget komersil memberikan pengaruh
yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen
Teknologi Hasil Perairan (dapat dilihat pada Lampiran 6).
Nilai mean atau rataan dari produk fish nugget komersil lebih tinggi dari
produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan pada keseluruhan
atribut. Produk fish nugget komersil lebih diminati oleh para konsumen, jika
dibandingkan dengan produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil
Perairan.
Dari kelima variabel yang memberikan pengaruh berbeda nyata dan hasil
signifikan terhadap pembelian fish nugget komersil, yaitu pendapatan rata-rata
perbulan, motivasi utama dalam pembelian fish nugget komersil, manfaat yang
ingin didapat dalam mengkonsumsi fish nugget komersil, pengaruh iklan terhadap
pembelian dan keputusan jika harga naik maka dapat dilakukan inovasi terhadap
produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan jika dikombinasikan
dengan keempat atribut untuk mencipatakan produk yang enak dan bisa diterima
oleh masyarakat luas.
Produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan harus
menciptakan rasa yang lebih disukai oleh para konsumen. Bahan baku utama fish
nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan adalah ikan lele. Sebaiknya bahan
baku diganti menjadi ikan laut agar rasanya menjadi lebih enak walaupun harga
dari produk akan naik. Jika kita melihat motivasi utama dan manfaat yang ingin
didapat dari mengkonsumsi fish nugget komersil adalah keutamaan gizinya, maka
Produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan juga harus
mengutamakan aspek gizi dan kesehatannya. Perlu dilakukan inovasi, yaitu
52
dengan menambahkan sayur-sayuran dalam formulanya, tidak menambahkan
pengawet dan juga pewarna. Konsumen dengan pendapatan rata-rata perbulan
yang tinggi akan membeli produk yang bergizi baik tanpa memperdulikan harga
dari produk tersebut. Inovasi selanjutnya adalah fish nugget Departemen
Teknologi Hasil Perairan perlu membuat kemasan produk yang menarik dan
melakukan promosi, karena pengaruh iklah terhadap pembelian sangat
menentukan keputusan pembelian. Departemen Teknologi Hasil Perairan juga
harus dapat mengontrol kondisi harga dan ketersediaan produk jika nanti dilepas
dipasaran. Kondisi harga yang tidak stabil dan sering mengalami kenaikan akan
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Ketersediaan produk juga harus
dikontrol agar nantinya konsumen dapat dengan mudah memperoleh produk fish
nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
Dengan melihat kelima variabel dan keempat atribut yang dinilai oleh para
konsumen fish nugget komersil, bukan tidak mungkin jika produk fish nugget
Departemen Teknologi Hasil Perairan akan menjadi competitor pada perdagangan
produk nugget berbahan dasar ikan. Saat ini sudah banyak konsumen yang
memiliki gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan sehat dalam keseharian
mereka. Peluang ini lah yang harus dimanfaatkan bagi Departemen Teknologi
Hasil Perairan untuk menciptakan produk yang lebih baik lagi kedepannya.
Institut Pertanian Bogor yang memiliki harapan untuk mengabdi kepada
masyarakat luas dapat dilakukan oleh Departemen Teknologi Hasil Perairan
dengan cara memproduksi dan memasarkan produk-produk unggulannya yang
bermutu tinggi dan dapat dikonsumsi oleh semua kalangan.
53
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Mayoritas dari konsumen fish nugget komersil adalah konsumen pria, lalu
konsumen dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi, konsumen yang
berpendapatan perbulan rata-rata Rp 2.000.000 hingga Rp 5.000.000 dan
konsumen dengan pekerjaan pegawai swasta. Keputusan pembelian ditentukan
oleh kesadaran terhadap kesehatan dan gizi yang terkandung di dalamnya.
Manfaat yang dicari konsumen adalah gizinya yang jauh lebih baik dari nugget
ayam. Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi utama konsumen adalah
dari teman atau sahabat. Iklan produk fish nugget komersil berpengaruh juga
terhadap pembelian produk fish nugget komersil. Pada tahap evaluasi, alternatif
gizi menjadi fokus atau pertimbangan awal konsumen terhadap pembelian. Pada
tahap pembelian, konsumen melalukan pembelian secara mendadak ketika melihat
produk tersebut ada. Selanjutnya pada tahap pasca pembelian, konsumen akan
lebih senang jika harga produk fish nugget komersil tersebut tidak mengalami
kenaikan. Jika produk tidak tersedia, maka konsumen mengambil tidakan untuk
tidak jadi membeli.
Dari seluruh variabel yang ada, hanya lima variabel yang memiliki
korelasi atau hubungan yang jelas terhadap keputusan pembelian yaitu pendapatan
perbulan konsumen, motivasi konsumen dalam membeli produk fish nugget
komersil, manfaat yang dicari konsumen dalam mengkonsumsi produk fish nugget
komersil, pengaruh iklan dalam pembelian dan keputusan yang diambil jika harga
naik. Yang terakhir adalah produk fish nugget komersil masih lebih diminati oleh
konsumen daripada fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
Berdasarkan keempat atribut yang dibandingkan, maka rasa, warna, tekstur dan
aroma produk fish nugget komersil lebih baik daripada produk fish nugget
Departemen Teknologi Hasil Perairan.
5.2 Saran
Departemen Teknologi Hasil Perairan perlu melakukan inovasi terhadap
produk fish nugget yang telah dibuat. Inovasi perlu dilakukan agar dari segi rasa,
54
warna, tekstur dan aromanya bisa lebih baik, serta produk yang bisa memenuhi
kebutuhan kesehatan konsumen. Selanjutnya perlu dikembangkan kemasan yang
menarik dan promosi yang intensif melalui berbagai cara yang dapar dilakukan,
antara lain melalui media massa dan sosial. Dengan begitu produk fish nugget
Teknologi Hasil Perairan dapat menjadi produk yang bisa diterima di masyarakat
luas dan menguasai pasar.
55
DAFTAR PUSTAKA
Aswar. 1995. Pengolahan fish nugget dari ikan nila merah. [Skripsi]. Jurusan
Pengolahan Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. 1999. Rancangan Standar Nasional Indonesia. R-
SNI No.90-TAN-1999. Udang Breaded Beku. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta.
Daniel WW. 1990. Applied Non-Parametric Statistics. 2nd
edition. PWSKENT
Publishing Company : Boston
Engel J. Blackwell, Miniard. 1995. Perilaku Konsumen Jilid II. Edisi Keenam.
Binarupa Aksara : Jakarta.
Fellow PJ. 1992. Food Processing Technology Principle and Practices. Frying.
Wood Head. Publishing Limited, England. 331-339.
Fennema OR. 1996. Food Chemistry 3rd
Edition. Marcel Dekker Inc. : New York.
Irawan H. 2003. Indonesian Customer Satisfaction. PT. Elex Media Komputindo :
Jakarta
Junaidi. 2000. Tabel R (Koefisien Korelasi Sederhana). Jakarta.
http://www.junaidichaniago.wordpress.com [28 November 2011]
Kamenetz A. 2006. The Network Unbond. Fast Company, Juni 2006, hal. 69-73
Keller E, Berry J. 2003. The Influentals. New York Press : New York.
Kotler P, Armstrong G. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Bahasa
Indonesia. Prehallinda : Jakarta.
Mankins MC. 2005. Turning Great Strategy into Great Performance. Harvard
Bussiness Review. 65-72.
Mesra. 1994. Chicken Nugget and Shrimp Nugget. Buletin Hero, Mei 1994.
Jakarta. Hal. 37-41.
Mowen. 1995. Perilaku Konsumen. Pustaka Ilmu : Jakarta.
Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen; Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta : Prenada Media.
Palungku R, Budiarti A. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah. Penebar Swadaya
: Jakarta
Pruden D. Vavra, Terry G. 2004. Controlling Grapevine. Marketing
Managenment. Prime Media Reps Brandweek, hal 16-17.
56
Rangkuti F. 2008. Measuring Customer Satisfaction. PT. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.
Romadhonna H. 2000. Kemampuan pembentukan gel protein ikan mujair
(Oreochromis massambicus) dan ikan patin (Pangasius sp.) pada berbagai
suhu dan waktu pemanasan. [Skripsi]. Jurusan Pengolahan Hasil Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Rismunandar. 1993. Lada, Budidaya dan Tataniaganya. Penebar Swadaya :
Jakarta.
Rumaniah. 2002. Kajian proses pembuatan fish nugget dari ikan mas (Cyprinus
carpio). [Skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Russel J. 2005 Big Spenders : Top 50 Advertise in Hispanic TV. Print Media :
California.
Santoso S dan Fandy T. 2006. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Sianipar DT. 2003. Pengaruh kombinasi bahan pengikat dan bahan pengisi
terhadap sifat fisik, kimia serta palabilitas fish nugget dari ikan tuna
(Thunnus obesus) [Skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Sidiq. 2005. Aplikasi curtain frying sebagai pengganti deep fat frying pada
penggorengan nugget champ di PT. Charoen Phokphand Indonesia
Chicken Processing Plan. [Skripsi]. Departemen Ilmu Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Simamora B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung.
Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Ghalia Indonesia : Jakarta.
Swastha, Handoko. 2000. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen.
BPFE : Yogyakarta.
Tjiptono F. 2005. Brand Management Analysis Strategy. Andi Offset :
Yogyakarta.
Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi : Jakarta.
Umar H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT.Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.
Watanabe FW, Ebine H, Okada M. 1974. New Protein Food Technology. New
Protein Food. Japan International Agency : Tokyo.
57
LAMPIRAN
58
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Kuesioner inimerupakan bahan yang digunakanuntukpenelitianmengenai “ANALISIS
PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN FISH
NUGGET” gunapenyelesaiantugasakhir yang dilakukan:
Nama : Agni Afton Adiyoga
NIM : C34060855
DepartemenTeknologiHasilPerairan
FakultasPerikanadanIlmuKelautan
InstitutPertanian Bogor
Penelitianinisangatpentingdalampenyusunanskripsipenulis,
makapenulismengharapkankesediaanAndadalamberpartisipasidanmembantupenulisdalam
pengisiankuesionerini.Informasi yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia
dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis semata.Ataspartisipasinya,
penulisucapkanterimakasih.
Petunjuk :
- Beritanda (X) padajawaban yang sesuai dengan pilihan Anda
- Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tulislah jawaban Anda pada tempat
yang telahdisediakan
A. SCREENING
(P1)ApakahAndapernahmengkonsumsi nugget? (kode P1)
a. Ya (terus) b. Tidak (stop) Terimakasih
(P2)ApakahAndapernahmengkonsumsifish nugget?
a. Ya (terus) b. Tidak (stop) Terimakasih
B. PROFIL RESPONDEN
(P3)Nama :
(P4)Usia :
(P5)JenisKelamin :
(P6)Status Pernikahan : a. BelumMenikah b. SudahMenikah
(P7)Pendidikanterakhir ( ) SD ( ) Diploma
( ) SLTP ( ) PerguruanTinggi (S1, S2,
S3)
( ) SLTA
(P8)PendapatanPerbulan ( ) Rp. 0 – Rp.500.000
( ) Rp 500.001 – Rp. 2.000.000
( ) Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.000
( ) di atasRp. 5.000.000
(P9)Pekerjaan ( ) PelajardanMahasiswa ( ) Wiraswasta
( ) PegawaiNegeri ( ) Lainnya,
sebutkan
( ) PegawaiSwasta
59
(P10)Apa motivasi/alasan utama Anda dalam mengkonsumsi fish nugget?
a. Kesehatan karena gizinya d. Sekedar ingin mencoba
b. Lauk pauk e. Lainnya, sebutkan ……
c. Pengaruh dari teman
(P11)Manfaatapa yang Andacaridalammengkonsumsifish nugget?
a. Gizinyalebihbaikdaripadanuggetayam
b. Sebagaimakananpengganti (laukpauk)
c. Sebagaicamilan
d. Hanyainginmencoba
e. Lainnya, sebutkan ……..
(P12)Dari manaAndamengetahuipertama kali produkfish nugget?
a. Keluarga d. Internet
b. Teman e. Lainnya, sebutkan ……
c. Media massa (televisi, radio, koran, dll)
(P13)Media apa yang paling mempengaruhiAndadalammembelifish nugget?
a. Keluarga d. Internet
b. Teman e. Lainnya, sebutkan …..
c. Media massa (televisi, radio, koran, dll)
(P14)Jikapertama kali melihatataumendengarpromosimengenaiprodukfish nugget, maka
yang menjadifokusperhatianAndaadalah ......
a. Gizi (AKG, nilaigizi) d. Kemasan yang menarik
b. Rasa e. Lainnya, sebutkan ……
c. Harga
(P15)BagaimanaiklanmempengaruhiAndadalampembelianfish nugget?
a. MembuatAndamembeli
b. Tidakberpengaruh
(P16)BagaimanacaraAndadalammemutuskanpembelianfish nugget?
a. Terencana (sudahdirencanakansebelumnya)
b. Mendadak (saatmelihatprodukfish nuggetdanberniatmembelinya)
c. Tergantungsituasi
d. Sesekalisajakalausedanginginmenikmati
e. Lainnya, sebutkan ……
(P17)ApakahAndapuasdenganprodukfish nugget tersebut?
a. Puas
b. Tidak
(P18)Jikahargaprodukfish nugget tersebutnaik, makaAndaakan …..
a. Akan tetapmembeli
b. Tetapmembelinamunjarang-jarangdalampembelian
60
c. Tidakjadimembeli
d. Mencariproduk lain yang lebihmurah
e.Lainnya, sebutkan …..
(P19)Jikaprodukfish nuggettersebuttidaktersedia, makaAndaakan ……
a. Mencariketempat lain yang menyediakan
b. Menunggusampaistoknyaadakembali
c. Tidakjadimembeli, lain kali saja
d. Mencariproduk lain
e. Lainnya, sebutkan …….
Uji Organoleptik
Produk fish nugget komersil
Atribut-
atribut
Evaluasi
5 4 3 2 1
Rasa(P20)
Warna(P21)
Tekstur(P22)
Aroma(P23)
Keterangan : 5 = Sangatpenting 2 = Tidakterlalupenting
4 = Cukuppenting 1 = Sangattidakpenting
3 = Biasasaja
Produk B (Produk THP)
Atribut-
atribut
Evaluasi
5 4 3 2 1
Rasa(P24)
Warna(P25)
Tekstur(P26)
Aroma(P27)
Keterangan : 5 = Sangatpenting 2 = Tidakterlalurpenting
4 = Cukuppenting 1 = Sangattidakpenting
3 = Biasasaja
(P28) Melaluiujiorganoleptik di atas, produkmanakah yang lebihAndaSukai?
a. Produk A
b. Produk B
61
Lampiran 2. Uji Validitas
A. Tabel Scoring Untuk Validitas Kuesioner
P10 P11 Tot1 P12 P13 P14 P15 Tot2 P16 P17 P18 P19 Tot3
5 5 10 3 3 5 1 12 2 1 4 5 12
4 4 8 5 5 3 1 14 3 1 2 2 8
2 3 5 4 5 5 1 15 3 1 3 3 10
2 4 6 3 3 2 0 8 4 1 4 2 11
4 4 8 3 3 5 1 12 4 1 4 3 12
2 2 4 4 4 4 0 12 2 1 4 2 9
4 4 8 3 3 4 1 11 3 1 3 3 10
5 5 10 3 3 5 1 12 5 1 5 5 16
2 2 4 5 5 3 0 13 4 1 3 3 11
4 4 8 3 3 4 1 11 4 1 4 5 14
3 3 6 4 4 4 0 12 5 1 4 4 14
4 4 8 5 5 4 0 14 3 1 3 3 10
5 4 9 5 5 3 1 14 2 1 2 2 7
4 5 9 5 5 5 1 16 3 1 4 3 11
4 5 9 3 3 5 1 12 5 1 4 5 15
2 2 4 3 5 4 1 13 2 1 4 4 11
2 3 5 4 3 4 1 12 5 1 4 3 13
2 5 7 4 4 5 1 14 4 1 4 3 12
5 5 10 4 4 5 0 13 4 1 5 5 15
5 5 10 3 3 5 1 12 5 1 5 5 16
5 5 10 3 3 5 1 12 2 1 4 4 11
4 4 8 4 4 4 0 12 4 1 5 4 14
3 3 6 4 4 4 0 12 3 1 3 3 10
62
5 5 10 5 5 5 1 16 5 1 5 5 16
4 5 9 4 4 4 0 12 4 1 4 3 12
4 3 7 4 4 4 1 13 5 1 5 4 15
2 3 5 5 5 4 1 15 5 1 5 2 13
2 5 7 3 5 5 1 14 2 1 2 2 7
2 5 7 4 4 4 1 13 4 1 4 3 12
5 5 10 4 3 5 1 13 3 1 5 5 13
63
B. Hasil Uji Validitas
Correlations
Keterangan tot1
P10 Pearson Correlation 0,91
Valid Sig. (2-tailed) 0,00
N 30,00
P11 Pearson Correlation 0,87
Valid Sig. (2-tailed) 0,00
N 30,00
Correlations
Keterangan tot2
P12 Pearson Correlation 0,67
Valid Sig. (2-tailed) 0,00
N 30,00
P13 Pearson Correlation 0,75
Valid Sig. (2-tailed) 0,00
N 30,00
P14 Pearson Correlation 0,37
Valid Sig. (2-tailed) 0,04
N 30,00
P15 Pearson Correlation 0,33
Valid Sig. (2-tailed) 0,07
N 30,00
Correlations
Keterangan tot3
P16 Pearson Correlation 0,78
Valid Sig. (2-tailed) 0,00
N 30,00
P18 Pearson Correlation 0,88
Valid Sig. (2-tailed) 0,00
N 30,00
P19 Pearson Correlation 0,80
Valid Sig. (2-tailed) 0,00
N 30,00
64
Lampiran 3. Uji Reliabilitas
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.561 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P10 28,8667 10,809 ,481 ,448
P11 28,3667 12,033 ,429 ,476
P12 28,5333 16,326 -,119 ,615
P13 28,4333 17,978 -,350 ,669
P14 28,1333 12,809 ,490 ,476
P15 31,7000 15,252 ,195 ,550
P16 28,7667 13,082 ,238 ,540
P17 31,4000 16,179 ,000 ,568
P18 28,5000 12,259 ,475 ,468
P19 28,9000 10,714 ,586 ,413
65
Lampiran 4. Daftar Nilai R-Tabel untuk kuesioner
Nilai r-tabel untuk df=(n-2)=28
Df=(n-
2)
Tingkat SignifikasiUjiDuaArah
0,1 0,05 0,02 0,01
1 0,9877 0,9969 0,9995 0,9999
2 0,9000 0,9500 0,9800 0,9900
3 0,8054 0,8783 0,9343 0,9587
4 0,7293 0,8114 0,8822 0,9172
5 0,6694 0,7545 0,8329 0,8745
6 0,6215 0,7067 0,7887 0,8343
7 0,5822 0,6664 0,7498 0,7977
8 0,5494 0,6319 0,7155 0,7646
9 0,5214 0,6021 0,6851 0,7348
10 0,4973 0,5760 0,6581 0,7079
11 0,4762 0,5529 0,6339 0,6835
12 0,4575 0,5324 0,6120 0,6614
13 0,4409 0,5140 0,5923 0,6411
14 0,4259 0,4973 0,5742 0,6226
15 0,4124 0,4821 0,5577 0,6055
16 0,4000 0,4683 0,5425 0,5897
17 0,3887 0,4555 0,5285 0,5751
18 0,3783 0,4438 0,5155 0,5614
19 0,3687 0,4329 0,5034 0,5487
20 0,3598 0,4227 0,4921 0,5368
21 0,3515 0,4132 0,4815 0,5256
22 0,3438 0,4044 0,4716 0,5151
23 0,3365 0,3961 0,4622 0,5052
24 0,3297 0,3882 0,4534 0,4958
25 0,3233 0,3809 0,4451 0,4869
26 0,3172 0,3739 0,4372 0,4785
27 0,3115 0,3673 0,4297 0,4705
28 0,3061 0,3610 0,4226 0,4629
29 0,3009 0,3550 0,4158 0,4556
30 0,2960 0,3494 0,4093 0,4487
66
Lampiran 5. Analisis Deskriptif
Frequency Table
Apakah anda pernah mengkonsumsi nugget
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 100 100,0 100,0 100,0
Apakah anda pernah mengkonsumsi fish nugget
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 100 100,0 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 61 61,0 61,0
perempuan 39 39,0 100,0
Total 100 100,0
Status Pernikahan
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Belummenikah 50 50,0 50,0
Sudahmenikah 50 50,0 100,0
Total 100 100,0
67
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid SLTP 2 2,0 2,0
SLTA 25 25,0 27,0
Diploma 26 26,0 53,0
PerguruanTinggi 47 47,0 100,0
Total 100 100,0
Pendapatan per bulan
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Rp. 0 – Rp.500.000 10 5,0 100
Rp 500.001 – Rp.
2.000.000 23 11,5 33.0
Rp. 2.000.001 – Rp.
5.000.000 38 19,0 71,0
di atasRp. 5.000.000 29 14,5 100,0
Total 100 50,0
Missing System 100 50,0
Total 200 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid PelajardanMahasiswa 14 14,0 14,0
PegawaiNegeri 14 14,0 28,0
PegawaiSwasta 31 31,0 59,0
Wiraswasta 17 17,0 76,0
Lainnya 24 24,0 100,0
Total 100 100,0
68
Motivasi konsumsi fish nugget
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Sekedaringinmencoba 21 21,0 21,0
Pengaruhdariteman 13 13,0 34,0
Laukpauk 27 27,0 61,0
Kesehatankarenagiziny
a 39 39,0 100,0
Total 100 100,0
Manfaat yang di cari dalam konsumsi fish nugget
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Sekedaringinmencoba 8 8,0 8,0
Sebagaicemilan 13 13,0 21,0
Sebagaimakananpengga
nti (laukpauk) 33 33,0 54,0
Gizinyalebihbaikdari
nugget ayam 46 46,0 100,0
Total 100 100,0
Sumber informasi pertama tentang produk fish nugget
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Internet 4 4,0 4,0
Media masa (TV,
Radio, Koran) 28 28,0 32,0
Teman 40 40,0 72,0
Keluarga 28 28,0 100,0
Total 100 100,0
69
Media yang paling mempengaruhi membeli fish nugget
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Internet 3 3,0 3,0
Media masa (TV,
Radio, Koran) 28 28,0 31,0
Teman 35 35,0 66,0
Keluarga 34 34,0 100,0
Total 100 100,0
Fokus perhatian ketika pertama kali mendengar informasi fish nugget
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid KemasanMenarik 2 2,0 2,0
Harga 13 13,0 15,0
Rasa 40 40,0 55,0
Gizi 45 45,0 100,0
Total 100 100,0
Pengaruh Iklan terhadap pembelian
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidakterpengaruh 27 13,5 27,0
Membuatandamembeli 73 36,5 100,0
Total 100 50,0
Missing System 100 50,0
Total 200 100,0
Cara dalam memutuskan pembelian fish nugget
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Sesekalisaja 19 19,0 19,0
Tergantungsituasi 24 24,0 43,0
70
Mendadak 31 31,0 74,0
Terencana 26 26,0 100,0
Total 100 100,0
Kepuasan terhadap produk fish nugget
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Puas 100 100.0 100.0
Keputusan jika harga fish nugget naik
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Cariproduk lain yang
lebihmurah 8 8,0 8,0
Tidakjadimembeli 24 24,0 32,0
Tetapbelinamunjarangd
alampembelian 34 34,0 66,0
Tetapbeli 34 34,0 100,0
Total 100 100,0
Keputusan yang di ambil jika produk fish nugget tidak tersedia
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Cariproduk lain 19 19,0 19,0
Tidakjadimembeli, lain
kali saja 35 35,0 54,0
Menunggusampaistokn
yaadakembali 20 20,0 74,0
Mencariketempat lain
yang menyediakan 26 26,0 100,0
Total 100 100,0
71
Rasa A
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Biasasaja 6 6,0 6,0
CukupPenting 42 42,0 48,0
SangatPenting 52 52,0 100,0
Total 100 100,0
Warna A
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Biasasaja 21 21,0 21,0
CukupPenting 47 47,0 68,0
SangatPenting 32 32.0 100,0
Total 100 100,0
Tekstur A
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Biasasaja 15 15,0 15,0
CukupPenting 50 50,0 65,0
SangatPenting 35 35,0 100,0
Total 100 100,0
Aroma A
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Biasasaja 10 10,0 10,0
CukupPenting 39 39,0 49,0
SangatPenting 51 51,0 100,0
Total 100 100,0
72
Rasa B
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Biasasaja 18 18,0 18,0
CukupPenting 44 44,0 62,0
SangatPenting 38 38,0 100,0
Total 100 100,0
Warna B
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidakterlalupentin
g 2 2,0 2,0
Biasasaja 21 21,0 23,0
CukupPenting 60 60,0 83,0
SangatPenting 17 17,0 100,0
Total 100 100,0
Tekstur B
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Biasasaja 29 29,0 29,0
CukupPenting 51 51,0 80,0
SangatPenting 20 20,0 100,0
Total 100 100,0
Aroma B
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid Biasasaja 20 20,0 20,0
CukupPenting 61 61,0 81,0
SangatPenting 19 19,0 100,0
Total 100 100,0
73
Produk yang lebih disukai
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid A 74 74,0 74,0
B 26 26,0 100,0
Total 100 100,0
74
Lampiran 6. Uji Korelasi
Uji Spearman Correlation
II. Spearman Correlatioan
Correlations
Spearman's rho
Keputusanmemb
eli A
Usia Correlation Coefficient 0,06
p-value 0,55
N 100,00
JenisKelamin Correlation Coefficient 0,15
p-value 0,15
N 100,00
Status Pernikahan Correlation Coefficient 0,05
p-value 0,65
N 100,00
PendidikanTerakhir Correlation Coefficient 0,11
p-value 0,29
N 100,00
Pendapatan per bulan Correlation Coefficient 0,19
p-value 0,06
N 100,00
Pekerjaan Correlation Coefficient 0,14
p-value 0,15
N 100,00
Motivasikonsumsi fish nugget Correlation Coefficient 0,21
p-value 0,03
N 100,00
Manfaat yang di
caridalamkonsumsi fish nugget Correlation Coefficient 0,18
p-value 0,08
N 100,00
Sumberinformasipertamatentangpr
oduk fish nugget Correlation Coefficient 0,07
p-value 0,50
N 100,00
Media yang paling
mempengaruhimembeli fish
nugget Correlation Coefficient
0,06
p-value 0,52
N 100,00
Fokusperhatianketikapertama kali
mendengarinformasi fish nugget Correlation Coefficient 0,15
p-value 0,14
75
N 100,00
PengaruhIklanterhadappembelian Correlation Coefficient 0,20
p-value 0,04
N 100,00
Cara dalammemutuskanpembelian
fish nugget Correlation Coefficient 0,16
p-value 0,12
N 100,00
Keputusanjikaharga fish nugget
naik Correlation Coefficient 0,18
p-value 0,08
N 100,00
Keputusan yang di
ambiljikaproduk fish nugget
tidaktersedia Correlation Coefficient
0,09
p-value 0,40
N 100,00
Correlations
Keputusan membeli A
Spearman's rho r hitung r tabel p-value Pengaruh
Usia 0,06 0,1654 0,55 TidakNyata
JenisKelamin 0,15 0,1654 0,15 TidakNyata
Status Pernikahan 0,05 0,1654 0,65 TidakNyata
PendidikanTerakhir 0,11 0,1654 0,29 TidakNyata
Pendapatan per bulan 0,19 0,1654 0,06 SignifikanNyata
Pekerjaan 0,14 0,1654 0,15 TidakNyata
Motivasikonsumsi fish nugget 0,21 0,1654 0,03 SignifikanNyata
Manfaat yang di caridalamkonsumsi
fish nugget 0,18 0,1654 0,08 SignifikanNyata
Sumberinformasipertamatentangproduk
fish nugget 0,07 0,1654 0,5 TidakNyata
Media yang paling
mempengaruhimembeli fish nugget 0,06 0,1654 0,52 TidakNyata
Fokusperhatianketikapertama kali
mendengarinformasi fish nugget 0.15 0,1654 0,14 TidakNyata
PengaruhIklanterhadappembelian 0,2 0,1654 0,04 SignifikanNyata
Cara dalammemutuskanpembelian fish
nugget 0,16 0,1654 0,12 TidakNyata
Keputusanjikaharga fish nugget naik 0,18 0,1654 0,08 SignifikanNyata
Keputusan yang di ambiljikaproduk
fish nugget tidaktersedia 0,09 0,1654 0,4 TidakNyata
76
Lampiran 7. Uji Non-Parametrik (membandingkan kedua produk)
Group Statistics
produ
k N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Rasa A 100 4,4600 ,61002 ,06100
B 100 4,2000 ,72474 ,07247
Warna A 100 4,1100 ,72328 ,07233
B 100 3,9200 ,67689 ,06769
Tekstur A 100 4,2000 ,68165 ,06816
B 100 3,9100 ,69769 ,06977
Aroma A 100 4,4100 ,66810 ,06681
B 100 3,9900 ,62757 ,06276
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
produk N Mean Rank Sum of Ranks
Rasa A 100 109,96 10996,00
B 100 91,04 9104,00
Total 200
Warna A 100 107,32 10731,50
B 100 93,68 9368,50
Total 200
Tekstur A 100 111,42 11142,50
B 100 89,58 8957,50
Total 200
Aroma A 100 117,35 11735,00
B 100 83,65 8365,00
Total 200
Test Statisticsa
Rasa Warna Tekstur Aroma
Mann-Whitney U 4.054E3 4.318E3 3.908E3 3.315E3
77
Wilcoxon W 9.104E3 9.368E3 8.958E3 8.365E3
Z -2.541 -1.836 -2.913 -4.522
Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 ,066 ,004 ,000
a. Grouping Variable: produk
Keterangan :
A adalah produk fish nugget komersil
B adalah produk fish nugget dari Departemen Teknologi Perairan