analisis perbandingan kinerja keuangan perbankan di...

146
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN BRANCHLESS BANKING (Studi Kasus Pada Bank Umum Konvensional Periode 2012-2017) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Oleh: Nopi Aryani Octaviani (11150810000036) PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019

Upload: others

Post on 02-Mar-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI

INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN BRANCHLESS

BANKING

(Studi Kasus Pada Bank Umum Konvensional Periode 2012-2017)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh:

Nopi Aryani Octaviani

(11150810000036)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

ii

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI

INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN BRANCHLESS

BANKING

(Studi Kasus Pada Bank Umum Konvensional Periode 2012-2017)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Nopi Aryani Octaviani

NIM 11150810000036

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I

NIP. 19741003 200312 2 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1440 H/2019 M

Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Kamis 26 September 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Nopi Aryani Octaviani

2. NIM : 11150810000036

3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan di

Indonesia Sebelum dan Setelah Penerapan Branchless

Banking (Studi Kasus Pada Bank Umum Konvensional

Peiode 2012-2017)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 September 2019

1. Dr. Indo Yama Nasarudin, S.E, MAB

NIP. 19741127200111002

2. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM

NIP. 197410032003122001

3. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc

NIDN. 2012108503

4. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM

NIP. 197410032003122001

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari Kamis, 11 April 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Nopi Aryani Octaviani

2. NIM : 11150810000036

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan di

Indonesia Sebelum dan Setelah Penerapan Branchless

Banking (Studi Kasus Pada Bank Umum Konvensional

Periode 2012 – 2017)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan

yang bersangkutan selama proses Ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 April 2019

1. Faizul Mubarok, M.M

NIDN. 2014058801

2. Dwi Nur’aini Ihsan M.M.

NIP. 197710212014112001

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nopi Aryani Octaviani

NIM : 11150810000036

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan

telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 29 Agustus 2019

Yang Menyatakan

Nopi Aryani Octaviani

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama lengkap : Nopi Aryani Octaviani

2. Tempat, tanggal lahir : Semarang, 29 November 1996

3. Alamat : Jl. Hj. Uding I RT 011/RW 02

Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo

Jakarta Timur 13790

4. Telepon : 08984269298

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SD N Kalisari 09 : Tahun 2002 – 2008

2. SMP N 251 Jakarta : Tahun 2008 – 2011

3. SMA N 106 Jakarta : Tahun 2011 – 2014

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2015 – 2019

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Divisi Konsumsi Management Project HMJ Manajemen UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-2016)

2. Anggota Divisi Humas Keramik – Submarine HMJ Manajemen UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta (2017-2018)

3. Sekretaris Kuliah Kerja Nyata UIN Kelompok 102 (2018)

IV. PENGALAMAN KERJA

1. Internship PMMB FHCI KEMENTRIAN BUMN 2019

Divisi Keuangan Departemen Pengelolaan Dana & Investasi PT.

PELNI (Persero) Kantor Pusat (Februari – Agustus 2019)

Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

vii

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze comparative of financial

performance on bank in Indonesia before and after implementing Branchless

Banking that represented by Capital Adquacy Ratio (CAR), Return on Assets

(ROA), Return on Equity (ROE), Operational Costs to Operating Income

(BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) at the Bank Conventional General

that has implemented Branchless Banking in Indonesia for the period of

three years before (2012-2014) and three years after (2015-2017). This

study uses a different test through Wilcoxon signed rank test with SPSS 23

and Microsoft Excel 2013 programs and data collection techniques with a

purposive sampling method. The results of this study indicate that there are

significant differences in CAR, ROA, ROE, BOPO, LDR between before

and after the implementation of Branchless Banking.

Keywords: Branchless Banking, Financial Ratio, Wilcoxon Signed Rank Test

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

viii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan

kinerja keuangan perbankan di Indonesia sebelum dan setelah penerapan

Branchless Banking yang diwakili oleh Capital Adquacy Ratio (CAR),

Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR)

pada Bank Umum Konvensional yang telah menerapkan Branchless Banking

di Indonesia periode tiga tahun sebelum (2012-2014) dan tiga tahun setelah

(2015-2017). Penelitian ini menggunakan uji beda Wilcoxon Signed Rank

Test dengan program SPSS 23 dan Microsoft Excel 2013 dan teknik

pengumpulan data dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada CAR, ROA,

ROE, BOPO, LDR antara sebelum dan setelah diterapkannya Branchless

Banking.

Kata kunci: Branchless Banking, Kinerja Keuangan, Uji Wilcoxon Signed

Rank Test.

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat

dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta

Salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

kepada keluarganya, para sahabatnya yang membimbing umatnya menuju jalan

kebenaran.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Strata Satu Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul penelitian ini adalah “Analisis

Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan di Indonesia Sebelum dan Setelah

Penerapan Branchless Banking (Studi Kasus Pada Bank Umum Konvensional

Peiode 2012-2017)”.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, yang selalu memberi rahmat dan karunia-Nya kepada penulis

serta memberi kemudahan dan kelancaran terhadap segala urusan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang tersayang, Bapak Muhammad Ruwiyanto dan Ibu

Enah Rohaeni yang memberikan kasih sayang, dukungan moral maupun

materil, nasihat, motivasi dan do’a yang tidak pernah putus untuk

keberhasilan dan kebahagiaan penulis. Serta adik penulis, Chandra Aditia,

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

x

serta kakek & nenek penulis yang selalu memberikan do’a dan semangat

untuk penulis.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., MA selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., BKP., QIA selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom., MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen dan

Ibu Amalia, SE., MSM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan yang

telah diberikan kepada penulis untuk berkarya.

6. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom., MM, selaku Dosen Pembimbing I Skripsi

yang telah meluangkan waktu, nasihat, arahan dan masukan yang sangat

berharga selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan wawasan dan

ilmu yang berharga dan bermanfaat bagi penulis.

8. Tim Pengelolaan Dana & Investasi serta Vice President dan seluruh staf

Divisi Treasury PT. PELNI (Persero) Kantor Pusat yang telah memberikan

motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Seseorang yang telah menemani dan mewarnai hari-hari saya, yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan nya kepada penulis

untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

xi

10. Zayyan Ariibah Mardhiyyah, Siti Aliya Halimah, yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat Ciaobella: Sarah Ananda, Aprilia Wulandari, Eva Sofhatul,

Alfianti Nurul, Khairunnisa, Dewanti Prasasha, teman masa perkuliahan

yang selalu menghibur, memotivasi, mendukung saat senang maupun sulit,

dan selalu membantu ketika dibutuhkan, suatu anugerah yang luar biasa

dapat dipertemukan dengan orang-orang baik dan lucu seperti kalian.

12. Sahabat-sahabat tersayang: Aniza, Davis, Alip, Isna, Tria, Rara, Nonik,

Army, yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Risya Julia, Syifa Alwahidah, yang selalu menemani, selalu bersama, selalu

menghibur saat KKN, juga teman-teman KKN lainnya.

14. Seluruh teman-teman Manajemen 2015 yang selalu mendukung serta

menemani penulis selama perkuliahan, semoga Allah SWT memudahkan

langkah kita menuju cita-cita yang diinginkan. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun

sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga

skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan dapat

dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.

Jakarta, 29 Agustus 2019

Nopi Aryani Octaviani

NIM. 11150810000036

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... .iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMPREHENSIF ............................................ iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi

ABSTRACT .............................................................................................................. ..vii

ABSTRAK .................................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ..xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................11

C. Tujuan Penelitian .........................................................................................12

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................15

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

xiii

A. Landasan Teori .............................................................................................15

1. Pengertian Kinerja Keuangan ................................................................15

2. Pengertian Laporan Keuanga .................................................................20

3. Rasio Keuangan .....................................................................................23

4. Pengertian Bank .....................................................................................25

5. Fungsi Bank ...........................................................................................26

6. Jenis-jenis Bank .....................................................................................27

7. Kinerja Keuangan Perbankan.................................................................31

8. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perbankan ...................33

9. Pengertian Branchless Banking .............................................................45

10. Tujuan Kebijakan Branchless Banking ..................................................47

11. Pelaku Agen Branchless Banking ..........................................................48

B. Penelitian Terdahulu ....................................................................................53

C. Keterkaitan Antar Variabel ..........................................................................59

D. Kerangka Penelitian .....................................................................................62

E. Hipotesis ......................................................................................................62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................64

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................64

B. Metode Penentuan Sampel ...........................................................................64

1. Populasi ..................................................................................................64

2. Sampel dan Teknik Penentuan Sampel ..................................................65

C. Metode Pengumpulan Data ..........................................................................67

D. Metode Analisis Data ...................................................................................68

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

xiv

1. Analisis Statistik Deskriptif ...................................................................68

2. Analisis Statistik Verifikatif...................................................................69

3. Uji Hipotesis ..........................................................................................70

E. Operasional Variabel Penelitian...................................................................72

1. Variabel Dependen .................................................................................72

2. Definisi Independen ...............................................................................74

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................78

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.................................................78

1. Gambaran Objek Penelitian ...................................................................78

B. Pembahasan ..................................................................................................105

1. Uji Normalitas ........................................................................................105

2. Uji Hipotesis ..........................................................................................107

3. Interpretasi Hasil Penelitian ...................................................................108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................116

A. Kesimpulan ..................................................................................................116

B. Saran ............................................................................................................117

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................118

LAMPIRAN .......................................................................................................124

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .........................................................................53

Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sampel ...............................................................66

Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian ..................................................................67

Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian .......................................................75

Tabel 4.1 Nilai Perhitungan CAR Bank Periode 2012-2017 ............................80

Tabel 4.2 Rata-rata CAR sebelum Branchless Banking ...................................81

Tabel 4.3 Rata-rata CAR setelah Branchless Banking .....................................82

Tabel 4.4 Nilai Perhitungan ROA Bank Periode 2012-2017 ...........................85

Tabel 4.5 Rata-rata ROA sebelum Branchless Banking ...................................85

Tabel 4.6 Rata-rata ROA setelah Branchless Banking .....................................87

Tabel 4.7 Nilai Perhitungan ROE Bank Periode 2012-2017 ............................90

Tabel 4.8 Rata-rata ROE sebelum Branchless Banking ...................................90

Tabel 4.9 Rata-rata ROE setelah Branchless Banking .....................................92

Tabel 4.10 Nilai Perhitungan BOPO Bank Periode 2012-2017 .......................95

Tabel 4.11 Rata-rata BOPO sebelum Branchless Banking ..............................96

Tabel 4.12 Rata-rata BOPO setelah Branchless Banking .................................97

Tabel 4.13 Nilai Perhitungan LDR Bank Periode 2012-2017 ..........................101

Tabel 4.14 Rata-rata LDR sebelum Branchless Banking .................................101

Tabel 4.15 Rata-rata LDR setelah Branchless Banking ...................................103

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

xvi

Tabel 4.16 Uji Normalitas ................................................................................106

Tabel 4.17 Hasil Uji Wilcoxon .........................................................................107

DAFTAR GAMBAR

1.1 Indeks Inklusi Keuangan ..........................................................................5

2.1 Model Branchless Banking: Bank Led Model ..........................................49

2.2 Model Branchless Banking: Telco Led Model .........................................51

2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................62

4.1 Rata-rata Nilai Perhitungan CAR Sebelum Branchless Banking .............81

4.2 Rata-rata Nilai Perhitungan CAR Setelah Branchless Banking ...............82

4.3 Rata-rata Nilai Perhitungan CAR Sebelum & Setelah

Branchless Banking ..................................................................................83

4.4 Rata-rata Nilai Perhitungan ROA Sebelum Branchless Banking ............86

4.5 Rata-rata Nilai Perhitungan ROA Setelah Branchless Banking ...............87

4.6 Rata-rata Nilai Perhitungan ROA Sebelum & Setelah

Branchless Banking ..................................................................................88

4.7 Rata-rata Nilai Perhitungan ROE Sebelum Branchless Banking .............121

4.8 Rata-rata Nilai Perhitungan ROE Setelah Branchless Banking ...............122

4.9 Rata-rata Nilai Perhitungan ROE Sebelum & Setelah

Branchless Banking ..................................................................................123

4.10 Rata-rata Nilai Perhitungan BOPO Sebelum Branchless Banking ........126

4.11 Rata-rata Nilai Perhitungan BOPO Setelah Branchless Banking ..........128

4.12 Rata-rata Nilai Perhitungan BOPO Sebelum & Setelah

Page 17: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

xvii

Branchless Banking ................................................................................129

4.13 Rata-rata Nilai Perhitungan BOPO Sebelum Branchless Banking ........102

4.14 Rata-rata Nilai Perhitungan BOPO Setelah Branchless Banking ..........103

4.15 Rata-rata Nilai Perhitungan BOPO Sebelum & Setelah

Branchless Banking ................................................................................105

Page 18: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Statistik Perkembangan Laku Pandai ........................................124

Lampiran 2: Uji Normalitas ...........................................................................125

Lampiran 3: Hasil Uji Wilcoxon ....................................................................126

Page 19: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi dan kondisi ekonomi yang dinamis, Pemerintah

perlu mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk mendorong masyarakat

terlibat dalam pembangunan ekonomi termasuk di sektor keuangan.

Keterlibatan masyarakat dalam sektor keuangan tersebut dapat diwujudkan

dalam kondisi ketika setiap anggota masyarakat memiliki akses untuk

memanfaatkan berbagai layanan keuangan formal yang sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan dalam rangka mencapai kesejahteraan yang

sering disebut dengan keuangan inklusif. Pertumbuhan ekonomi juga perlu

ditopang oleh tingkat literasi keuangan masyarakat. Tingkat literasi

masyarakat kategori well literate (melek keuangan) lebih mudah memahami

dan mengerti mengenai seluk beluk sektor jasa keuangan yang pada akhirnya

akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan secara optimal untuk

meningkatkan kesejahteraan serta dapat melindungi diri dari potensi kerugian

akibat kejahatan di sektor keuangan. Hal ini sejalan dengan trilogi

pemberdayaan konsumen yang menunjukkan adanya hubungan antara literasi

keuangan, inklusi keuangan dan perlindungan konsumen (www.ojk.go.id

diakses pada tanggal 10 Mei 2019).

Keuangan inklusif adalah suatu upaya yang bertujuan meniadakan segala

bentuk hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan

jasa keuangan perbankan dengan didukung oleh infrastruktur yang ada. Bank

Page 20: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

2

Indonesia (2014) mendefinisikan keuangan inklusif adalah seluruh upaya

yang bertujuan untuk meniadakan segala bentuk hambatan terhdadap akses

masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Pada dasarnya,

kebijakan keuangan inklusif adalah suatu bentuk pendalaman layanan

keuangan yang ditujukan kepada masyarakat in the bottom of the pyramid

(pendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, orang cacat,

buruh yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat

pinggiran) untuk memanfaatkan produk dan jasa keuangan formal seperti

sarana menyimpan uang yang aman (keeping), transfer, menabung maupun

pinjaman dan asuransi. Hal ini dilakukan tidak saja menyediakan produk

dengan cara sesuai tapi dikombinasikan dengan berbagai aspek. Pada G20

Pittsbugh Summit 2009, G20 sepakat perlunya peningkatan akses keuangan

bagi kelompok ini yang dipertegas pada Toronto Summit pada tahun 2010,

dengan dikeluarkannya 8 Principles for Innovative Financial Inclusion

sebagai pedoman pengembangan keuangan inklusif. Prinsip tersebut

diantaranya adalah leadership, diversity, innovation, protection,

empowerment, knowledge, proportionality, dan framework (www.bi.go.id

diakses pada tanggl 10 Mei 2019).

Menurut penjelasan Otoritas Jasa Keuangan (2016) keuangan inklusif

adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk dan layanan jasa

keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keuangan inklusif bertujuan

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif yang mendukung

Page 21: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

3

peningkatan Human Development Index (HDI) Indonesia, mengurangi

kesenjangan dan penurunan tingkat kemiskinan, memberikan kontribusi

positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta memberikan

potensi pasar baru bagi institusi keuangan dan mendukung pendalaman pasar

keuangan. Dari data Global Financial Index 2014, hanya sekitar 36,9%

penduduk dewasa Indonesia yang memiliki rekening pada institusi keuangan

atau sekitar 63,1% penduduk masih berstatus unbanked atau bisa dinyatakan

mayoritas penduduk Indonesia belum terjangkau layanan jasa keuangan.

Fakta yang terjadi di lapangan adalah tidak semua pihak lapisan masyarakat

memiliki kemampuan untuk memenuhi syarat tersebut karena sebagian dari

mereka bisa jadi memang tidak memiliki ketersediaan dana.

Disisi lain, terdapat pula hambatan seperti memiliki pendapatan yang

rendah. Selain itu, administratif yang dapat memberatkan konsumen, seperti

misalnya keharusan bagi calon debitur untuk menyiapkan sejumlah jaminan

dan sebagainya. Hal ini mempengaruhi terhadap akses masyarakat dalam

memanfaatkan layanan jasa keuangan (Pratama, 2016 dalam Amalia, 2017).

Hal ini sejalan dengan Survey World Bank (2010) yang menyatakan bahwa di

Inonesia, akses terhadap jasa keuangan formal hanya tersedia bagi setengah

penduduk Indonesia. Sebanyak 32% dari penduduk Indonesia bahkan tidak

memiliki tabungan (baik di sektor formal maupun informal), dan masuk ke

dalam kategori financial excluded.

Menurut Bank Indonesia, Indonesia termasuk negara dengan tingkat

financial exclusion yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari beberapa hasil

Page 22: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

4

survei dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga nasional maupun

internasional. Sebanyak 35% responden yang mempunyai rekening (sumber:

Survei LD-FEUI pada 5 provinsi). Sebanyak 32% penduduk Indonesia yang

belum menabung (sumber: Survei Rumah Tangga Indonesia, World Bank

2012). Sebanyak 48% penduduk dewasa Indonesia yang menabung di

lembaga keuangan formal (sumber: Survei Rumah Tangga Indonesia, World

Bank 2012). Sebanyak 20% penduduk dewasa Indonesia yang memiliki

rekening pada lembaga keuangan formal (www.bi.go.id diakses pada tanggal

12 Mei 2019).

Untuk meningkatkan keuangan inklusi di Indonesia, dipilih dengan cara

komprehensif dengan menyusun suatu strategi nasional yang disusun bersama

antara Bank Indonesia, kantor Wakil Presiden (Tim Nasional Percepatan

Penanggulanan Kemiskinan/TNP2K) dan Kementrian Keuangan yang disebut

dengan Strategi Nasional Keuangan Inklusi. Terdapat enam strategi nasional

keuangan inklusif yaitu edukasi keuangan, fasilitas keuangan publik,

pemetaan informasi keuangan, kebijakan/peraturan pendukung, intermediasi

dan saluran distribusi, perlindungan konsumen (www.bi.go.id diakses pada

tanggal 12 Mei 2019).

Jika dilihat dari aspek makro, program ini diharapkan dapat memberikan

manfaat kesejahteraan bagi masyarakat banyak karena masyarakat Indonesia

masih banyak yang belum bisa mengakses pelayanan jasa lembaga keuangan

perbankan. Hal ini menjadi perhatian Bank Indonesia untuk mendorong

sistem lembaga keuangan perbankan agar dapat di akses untuk seluruh

Page 23: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

5

lapisan masyarakat di Indonesia. Urgensi dalam memperluas layanan

keuangan kepada masyarakat dilandasi oleh hasil Survei Neraca Rumah

Tangga yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada tahun 2011, yang

menyebutkan bahwa sebanyak 62% rumah tangga tidak memiliki tabungan

sama sekali. Fakta tersebut sejalan dengan hasil studi oleh World Bank pada

tahun 2011 yang menyatakan bahwa hanya separuh dari penduduk Indonesia

yang memiliki akses ke sistem keuangan formal. Sebagai pembanding,

Filipina dengan geografis mirip Indonesia sebagai negara kepulauan, punya

26,5 persen orang dewasa yang memiliki rekening bank. Maka, rasio

tabungan dan produk domestik bruto (PDB) Indonesia juga rendah, hanya

39,13 persen. Demikian pula rasio kredit terhadap PDB, 32,85 persen,

terendah di kawasan Asia (www.bi.go.id diakses pada tanggal 12 Mei 2019).

Sumber: www.ojk.go.id

Gambar 1.1

Indeks Inklusi Keuangan

Berdasarkan data statistik tersebut, perbankan merupakan lembaga yang

paling tinggi persentasenya dalam mendukung serta berkontribusi dalam

Page 24: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

6

rangka meningkatkan keuangan inklusif. Perbankan merupakan lembaga

keuangan yang duharapkan mampu untuk mendukung penuh dalam

meningkatkan keuangan inklusif. Sektor yang paling tinggi persentasenya

yang terdapat dalam perbankan adalah sektor konvensional yaitu sebesar

60,7% dibandingkan dengan sektor syariah yang hanya sebesar 9,6%.

Menurut Pungky (2013), keberadaan masyarakat merupakan faktor yang

penting dan perlu dipertimbangkan oleh perbankan. Oleh karena itu, jumlah

kantor bank di suatu wilayah harus memperhatikan tingkat populasi dan

kepadatan penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk di suatu wilayah,

semakin tinggi pula kebutuhan mereka terhadap jasa perbankan.

Lebih jauh, masyarakat sendiri masih merasakan hambatan dalam

memperoleh layanan jasa keuangan formal dari perbankan. Selain

keterbatasan infrastruktur lembaga keuangan yang dimaksud, juga disebabkan

oleh rendahnya penghasilan masyarakat di desa sehingga pendapatan yang

diterima lebih banyak digunakan untuk konsumsi. Berdasarkan hasil survei

World Bank, sebanyak 79% masyarakat yang tidak memiliki tabungan karena

tidak memiliki uang. Sekalipun demikian, masyarakat berpendapatan rendah

adalah active money managers yang sangat membutuhkan akses keuangan

terhadap lembaga keuangan khususnya perbankan. Selain itu, rendahnya

pemahaman masyarakat tentang keuangan (literasi keuangan) dan belum

tersedianya produk yang sesuai untuk kelompok masyarakat kecil menambah

rumit persoalan.

Page 25: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

7

Berdasarkan data dari Bank Indonesia, kendala yang dihadapi dalam

memperluas financial inclusion secara umum dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu kendala yang dihadapi masyarakat dan lembaga keuangan

perbankan. Bagi masyarakat, kendala yang dihadapi seperti tidak adanya bank

di sekitar tempat tinggalnya atau memakan waktu yang cukup lama untuk

menuju kantor cabang terdekat, selain itu juga tingkat pemahaman terhadap

pengelolaan keuangan yang masih kurang. Adapun kendala yang dihadapi

oleh lembaga keuangan perbankan diantaranya adalah keterbatasan cakupan

wilayah dalam memperluas jaringan kantor. Di sisi lain, untuk menambah

jaringan kantor di daerah terpencil bank dihadapkan pada persoalan biaya

pendirian yang relatif mahal. Sehingga Branchless Banking diharapkan dapat

menjembatani kendala tersebut untuk mendekatkan layanan perbankan

kepada masyarakat khususnya yang jauh dari kantor bank.

Untuk itu, diperlukan suatu trobosan dan inovasi agar seluruh masyarakat

dapat menikmati layanan jasa dari perbankan. Hal ini juga terjadi di berbagai

belahan dunia terutama emerging economies melalui apa yang dinamakan

dengan kebijakan keuangan inklusi. Salah satu kebijakan keuangan inklusi

adalah dengan melalui penerapan branchless banking. Keuangan inklusi

(financial inclusion) merupakan suatu kondisi dimana masyarakat memiliki

akses terhadap jasa keuangan yang dibutuhkan atau suatu proses untuk

menyediakan jasa keuangan kepada masyarakat luas dan rumah tangga yang

berpenghasilan rendah pada harga yang dapat dijangkau.

Page 26: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

8

Branchless Banking merupakan bagian dari program financial inclusion

untuk memberikan jasa keuangan dan sistem pembayaran melalui unit khusus

pelayanan keuangan atau agen tanpa harus melalui pendirian kantor fisik

bank. Branchless Banking merupakan solusi yang dapat menghemat biaya

dalam memberikan pelayanan perbankan untuk mereka yang tinggal di daerah

terpencil. Model Branchless Banking yang diterapkan di negara Brazil

menggunakan agen retail seperti supermarket, apotek, dan agen retail lainnya.

Dengan menggunakan model tersebut, ternyata hanya mengeluarkan biaya

0,5% dari biaya mendirikan kantor cabang (Khattab, 2012).

Agency banking yang merupakan bagian dari branchles banking pertama

kali dikembangkan di Brazil pada tahun 1999 dan telah mendapatkan

popularitas di negara berkembang dan dinyatakan bahwa agency banking

sangat mempengaruhi kinerja keuangan bank-bank di Afrika dan seluruh

dunia. Namun, agensi perbankan merupakan konsep yang cukup baru di

Afrika yang diimplementasikan di Kenya dan Afrika Selatan (Agalla, 2014).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada akhir tahun 2014 meluncurkan

peraturan tentang Layanan Keuangan tanpa Kantor dalam Rangka keuangan

Inklusif (LAKU PANDAI) dalam rangka akselerasi pembangunan ekonomi

khususnya bagi lembaga keuangan dalam meningkatkan dan memperluas

akses layanan keuangannya. Selengkapnya adalah kegiatan menyediakan

layanan perbankan dan/atau layanan keuangan lainnya yang dilakukan

lembaga keuangan tidak melalui jaringan kantor, namun melalui kerjasama

dengan pihak lain dan perlu didukung dengan penggunaan sarana teknologi

Page 27: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

9

informasi. Program Laku Pandai merupakan program inklusi keuangan yang

memungkinkan masyarakat untuk membuka rekening tabungan dan

melakukan setor tunai maupun pindah buku. Program Laku Pandai merekrut

masyarakat untuk menjadi agen bank di daerahnya. Bank menawarkan

kepada siapa saja yang berminat untuk menjadi agen mereka dengan cara

membuat bank di rumah atau tempat usahanya (www.ojk.go.id diakses pada

tanggal 12 Mei 2019).

Seperti yang diketahui, bahwa pembukaan cabang perbankan

membutuhkan investasi yang sangat besar terkait SDM, sistem informasi

maupun tersedianya bangunan fisik, sarana dan prasarana terkait dengan

layanan keuangan. Penerapan laku pandai juga dimaksudkan untuk membuka

potensi pasar seluas-luasnya bagi lembaga keuangan untuk bisa sampai ke

pelosok daerah yang terpencil. Di sisi lain, ekonomi Indonesia pada tahun

2015 telah memasuki pasar regional, yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA). Meskipun Masyarakat Ekonomi ASEAN untuk bidang keuangan dan

perbankan sendiri dimulai pada tahun 2020. Penerapan program Laku

Pandai/branchless menjadi hal yang strategis bagi lembaga keuangan di

Indonesia, khususnya perbankan nasional.

Program Laku Pandai dimaksudkan agar perbankan bisa memberikan

layanan kepada masyarakat dengan biaya yang lebih murah. Diharapkan

dengan adanya program Laku Pandai ini bisa menjangkau masyarakat yang

jauh dari akses perbankan dalam menikmati layanan keuangan. Dengan

adanya pertambahan agen Laku Pandai, maka jumlah nasabah dan rekening

Page 28: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

10

perbankan dari berbagai jenis produk akan bertambah. Sehingga, jumlah laba

dan marketshare perbankan akan meningkat, begitu juga dengan kinerja

perbankan yang berubah karena penerapan program Laku Pandai. Sampai

pada tahun 2018, perkembangan program laku pandai mengalami

peningkatan dari tahun 2015. Pada tahun 2015, sampai akhir tahun terdapat 8

bank yang menerapkan program Laku Pandai/Branchless Banking, lalu

terjadi peningkatan jumlah bank yang menerapkan program tersebut setiap

kuartal dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018. Hal ini berarti perbankan

di Indonesia semakin tertarik dengan program Laku Pandai dan ingin

memberikan kemudahan pelayanan keuangan untuk masyarakat luas. Untuk

melihat perkembangan tersebut dapat dilihat di tabel halaman lampiran.

Penelitian mengenai pengaruh Laku Pandai (agen bank) terhadap kinerja

keuangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Retno & Dikdik (2019) mengenai Analisis Perbandingan

Tingkat Kesehatan Bank Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Laku

Pandai. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pada variabel CAR setelah penerapan Laku Pandai,

sedangkan variabel ROA, BOPO, FDR tidak terdapat perbedaan yang

signifikan. Windi (2019) meneliti tentang Analisis Perbandingan Dana Pihak

Ketiga (DPK), Efisiensi Biaya Operasional (BOPO), dan Return On Asset

(ROA) Sebelum dan Sesudah Penerapan Laku Pandai pada BTPN Syariah.

Hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

pada variabel BOPO dan ROA setelah penerapan program Laku Pandai.

Page 29: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

11

Kemudian penelitian juga dilakukan oleh Sarah (2015), yaitu tentang

Dampak Branchless Banking Terhadap Kinerja Keuangan PT Bank

Muamalat Indonesia. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja keuangan

Bank Muamalat Indonesia dari segi solvabilitas, efisiensi, dan profitabilitas

menjadi lebih baik setelah adanya Branchless Banking. Variabel CAR, ROA,

BOPO menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan, tetapi pada variabel

FDR menunjukkan adanya perbedaan yang tidak begitu signifikan antara

sebelum dan sesudah penerapan Branchless Banking.

Dari ketiga penelitian tersebut terdapat gambaran bahwa kinerja

keuangan sebelum dan setelah penerapan program Laku Pandai mempunyai

perbedaan. Akan tetapi penelitian sebelumnya yang dilakukan di Indonesia

hanya terfokus pada satu bank saja sehingga perlu untuk melakukan

penelitian mengenai “ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA

KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH

PENERAPAN BRANCHLESS BANKING (STUDI KASUS PADA BANK

UMUM KONVENSIONAL PERIODE 2012-2017)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan

perbankan antara sebelum dan setelah penerapan Branchless Banking

pada Bank Umum Konvensional yang diukur dengan rasio ROA?

Page 30: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

12

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan

perbankan antara sebelum dan setelah penerapan Branchless Banking

pada Bank Umum Konvensional yang diukur dengan rasio LDR?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan

perbankan antara sebelum dan setelah penerapan Branchless Banking

pada Bank Umum Konvensional yang diukur dengan rasio CAR?

4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan

perbankan antara sebelum dan setelah penerapan Branchless Banking

pada Bank Umum Konvensional yang diukur dengan rasio BOPO?

5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan

perbankan antara sebelum dan setelah penerapan Branchless Banking

pada Bank Umum Konvensional yang diukur dengan rasio BOPO?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada

kinerja keuangan perbankan antara sebelum dan setelah penerapan

Branchless Banking pada Bank Umum Konvensional yang diukur

dengan rasio CAR

2. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada

kinerja keuangan perbankan antara sebelum dan setelah penerapan

Branchless Banking pada Bank Umum Konvensional yang diukur

dengan rasio ROA.

3. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada

kinerja keuangan perbankan antara sebelum dan setelah penerapan

Page 31: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

13

Branchless Banking pada Bank Umum Konvensional yang diukur

dengan rasio ROE.

4. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada

kinerja keuangan perbankan antara sebelum dan setelah penerapan

Branchless Banking pada Bank Umum Konvensional yang diukur

dengan rasio BOPO.

5. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada

kinerja keuangan perbankan antara sebelum dan setelah penerapan

Branchless Banking pada Bank Umum Konvensional yang diukur

dengan rasio LDR.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai

pembelajaran bagi bank terkait dengan kinerja keuangan sehingga bisa

memberikan inovasi-inovasi produk baru untuk meningkatkan efisiensi

kinerja bank.

2. Manfaat Akademis

Manfaat di bidang akademis yang bisa diperoleh dalam penelitian ini

adalah menambah wawasan tentang pengaruh penerapan Branchless

Banking terhadap kinerja keuangan perbankan dan bisa menjadi

referensi bagi penelitian selanjutnya.

Page 32: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

14

3. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah bisa

sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kinerja perbankan.

Selain itu dapat menjadi bahan acuan untuk mengeluarkan produk

perbankan baru. Tetapi, pada dasarnya penelitian ini memberikan bukti

bahwa dengan dilakukannya penerapan Branchless Banking akan

berdampak pada kinerja keuangan perbankan sehingga akan

berdampak pada tingkat kepercayaan nasabah sehingga dapat

meningkatkan market share suatu bank dan berbagai keuntungan

dalam bidang keuangan lainnya.

Page 33: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Jumingan (2006: 239), kinerja keuangan adalah gambaran

kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik

menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang

biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan

profitabilitas. Sutrisno (2009: 53) menjelaskan bahwa kinerja keuangan

merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode

tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan

tersebut.

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 275), Kinerja keuangan

adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu

dilaporkan dalam laporan. Kinerja keuangan akan melaporkan posisi

perusahaan pada suatu titik waktu tertentu maupun operasinya selama

suatu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari laporan

keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat

digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen di

masa depan (Brigham & Houston, 2006: 94). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Kinerja keuangan adalah hasil kerja yang dicapai

oleh manajemen perusahaan selama suatu periode tertentu yang

dilaporkan dalam laporan keuangan.

Page 34: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

16

Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing

measurement“, yaitu kualifikasi dan efisiensi serta efektifitas

perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.

Dengan demikian pengertian kinerja keuangan adalah suatu usaha

formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan

efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada

periode waktu tertentu (Hanafi, 2007). Sedangkan menurut Sutrisno

(2009) kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan

dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan

perusahaan tersebut.

Pengertian lain mengenai kinerja keuangan menurut Fahmi (2012)

adalah analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu

perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Sedangkan menurut

Jumingan (2006) kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi

keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut

aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya

diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.

Kinerja perusahaan menurut Anisah dan Tritonowati (2016) merupakan

suatu tampilan perusahaan dalam periode tertentu untuk mengetahui

kondisi perusahaan apakah sudah membaik atau menurun.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja keuangan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan

Page 35: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

17

untuk memperoleh gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu

periode tertentu dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan

keuangan secara baik dan benar. Pengukuran kinerja digunakan

perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya

agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan

merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data,

menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi

terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.

Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8

macam, yaitu (Jumingan, 2006):

a. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik

analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua

periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam

jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).

b. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk

mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan

kenaikan atau penurunan.

c. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan

teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-

masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun

utang.

Page 36: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

18

d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik

analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal

kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.

e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis

untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan

kas pada suatu periode waktu tertentu.

f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan

untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca

maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara

simultan.

g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.

Pengukuran kinerja adalah proses untuk menentukan seberapa baik

aktivitas-aktivitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan startegis

dan menyajikan informasi tepat waktu untuk melaksanakan

penyempurnaan secara berkesinambungan. Menurut Munawir (2002)

pengukuran kinerja keuangan memiliki beberapa tujuan yaitu, untuk:

1) Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

2) Mengetahu tingkat solvabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila

perusahaan tersebut dilikuiditasi, yang mencakup baik kewajiban

jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.

Page 37: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

19

3) Mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu.

4) Mengetahui stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk

melakukan usahanya dengan stabil.

Dengan tujuan tersebut, penilaian kinerja keuangan mempunyai

beberapa peranan bagi perusahaan. Penilaian kinerja keuangan dapat

mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan

oleh perusahaan, untuk menentukan atau mengukur efisiensi setiap

bagian proses atau produksi serta untuk menentukan derajat

keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda tergantung ruang

lingkup bisnis yang dijalankan. Menurut Fahmi (2013) ada 5 (lima)

tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara

umum, yaitu:

(a) Melakukan review terhadap data laporan keuangan

Review dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang

sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang

berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga hasil laporan

keuangan tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

(b) Melakukan Perhitungan

Penerapan metode perhitungan disesuaikan dengan kondisi dan

permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari

Page 38: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

20

perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai

dengan analisis yang diinginkan.

(c) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah

diperoleh.

Metode yang paling umum digunakan untuk melakukan

perbandingan ini ada dua yaitu yang pertama times series analysis,

adalah membandingkan secara antar waktu atau antar periode, yang

kedua cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan

terhadap hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu

perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang

sejenis yang dilakukan secara bersamaan. Penggunaan kedua

metode ini diharapkan dapat memberikan kesimpulan yang

menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi

sangat baik, baik, sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.

(d) Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan. Tahap ini dilakukan dengan

menganalisis kinerja keuangan perusahaan setelah dilakukan ketiga

tahap tersebut.

(e) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap

berbagai permasalahan yang ditemukan.

2. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Fahmi (2012), merupakan suatu

informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana

Page 39: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

21

selanjutnya akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang

kinerja suatu perusahaan. Sedangkan menurut Sadeli ( 2002) laporan

keuangan ialah hasil dari proses akuntansi dan merupakan informasi

historis. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, mengukur dan

melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan

mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut .

Menurut Fahmi (2012) tujuan laporan keuangan adalah untuk

memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang

kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter.

Suatu laporan keuangan (financial statement) dapat memberikan

manfaat untuk pengambilan keputusan, apabila informasi laporan

keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi dimasa

mendatang. Dengan mengelola lebih lanjut laporan keuangan melalui

proses perbandingan, evaluasi dan analisis trend, akan diperoleh

prediksi mengenai kemungkinan yang akan terjadi dimasa mendatang

sehingga laporan keuangan tersebut sangat diperlukan.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,

laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam

berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus

dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang

berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen

industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh harga. Dari

Page 40: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

22

pengertian tersebut laporan keuangn dibuat sebagai bagian dari proses

pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk

mempertanggujawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada

manajemen.

(Taswan, 2010 dalam Chandra Chintya Putri, 2015) menyatakan

bahwa laporan keuangan bank dimaksudkan untuk memberikan

informasi berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk

perkembangan usaha dan kinerja bank. Seluruh informasi tersebut

diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank

kepada publik dan dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap

lembaga perbankan sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak

manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja

bank yang dicapai selama periode tertentu. Tujuan laporan keuangan

adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi pengambilan keputusan.

Menurut (Harmono, 2009 dalam Kuntari Dasih, 2014), laporan

keuangan merupakan alat analisis bagi manajemen keuangan

perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk

mendeteksi/ mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan.

Secara umum tujuan dari laporan keuangan menurut (Veithzal

Rivai, 2007 dalam Dewi Nur Hayati, 2012) adalah sebagai berikut:

Page 41: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

23

a. Memberikan informasi kas mengenai posisi keuangan perusahaan

pada periode tertentu.

b. Memberikan informasi keuangan mengenai hasil usaha perusahaan

selama periode akuntansi tertentu

c. Memberikan informasi yang dapat membantu pihak-pihak yang

berkepentingan untuk menilai kondisi dan potensi suatu

perusahaan.

d. Memberikan informasi penting lainnya yang relevan dengan

kebutuhan pihak pihak yang berkepentingan dengan laporan

keuangan.

3. Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan

yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan.

Tujuannya adalah menunjukkan perubahan dalam prestasi operasi di

masa lalu dan membantu menggambarkan tren pola perusahaan

tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang

melekat pada perusahaan yang bersangkutan (Irham Fahmi, 2012: 46).

Ada 4 macam rasio yang digunakan di Indonesia, yaitu:

a. Rasio Likuiditas

Rasio yang mengatur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini terdiri dari:

1) Cash Ratio

2) Current Ratio

Page 42: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

24

3) Reserve Requirement

4) Loan to Deposit Ratio

5) Loan to Asset Ratio

6) Rasio Kewajiban Bersih Call Money

b. Rasio Solvabilitas

Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini terdiri dari:

1) Capital Adequacy Ratio

2) Debt to Equity Ratio

3) Long Term Debt to Asset Ratio

c. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang melihat kemampuan

perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas). Rasio ini terdiri

dari:

1) ROA (Return On Asset)

2) ROE (Return on Equity)

3) NIM (Net Interest Margin)

4) BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)

Rasio keuangan dan kinerja perusahaan mempunyai hubungan

yang erat. Rasio keuangan ada banyak jumlahnya dan setiap rasio itu

mempunyai kegunaannya masing-masing. Jadi, untuk menilai kondisi

Page 43: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

25

dan kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan rasio yang sesuai

dengan kebutuhan pengguna.

4. Pengertian Bank

Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam undang-undang, yang

dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut

kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan

demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang

memiliki fungsi intermediasi yang menjembatani kepentingan pihak

yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan pihak yang

membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Berdasarkan

fungsinya ini bank disebut sebagai lembaga intermediasi atau lembaga

perantara. Bank memiliki kedudukan dalam sistem perekonomian, yaitu

berperan sebagai lembaga intermediasi, memberikan jasa lalu lintas

pembayaran serta sebagai sarana dalam pelaksanaan kebijakan moneter.

Karena peranannya tersebut, setiap negara senantiasa berupaya agar

lembaga perbankan selalu berada dalam kondisi yang sehat, aman, dan

stabil. (Bank Indonesia, 2003).

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana

tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya

(Kasmir, 2003: 11). Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang

Page 44: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

26

melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman,

mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak

sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai

perusahaan-perusahaan, dan lain-lain (Lukman Dendawijaya, 2008: 25).

Menurut Malayu S.P Hasibuan (2008: 2) bahwa : ”Bank adalah

lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur

kredit, pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilisator moneter serta

dinamisator pertumbuhan perekonomian.” Bank adalah badan usaha

yang menghimpun dana dan masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (PSAK

Nomor 31 revisi 2000). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

bank adalah suatu lembaga yang menghimpun dana masyarakat serta

menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat atau pihak yang

membutuhkan dalam bentuk kredit.

5. Fungsi Bank

Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk

berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih

spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development,

dan agen of services (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2008:9)

Page 45: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

27

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan,

baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana.

Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila

dilandasi oleh unsur kepercayaan.

b. Agent of Development

Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat

diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil.

Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan

investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa.

c. Agent of Services

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran

dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang

lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat

kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara

umum. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan

kegiatan pokok perbankan.

6. Jenis-Jenis Bank

Menurut Kasmir (2008:20) jenis-jenis bank dapat ditinjau dari

beberapa segi antara lain:

a. Dilihat dari Segi Fungsinya:

1) Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang

Page 46: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

28

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Usaha-usaha yang dilakukan oleh bank umum

antara lain:

(a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan berupa giro, deposito berjangka, serta sertifikat

deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

(b) Memberikan kredit.

(c) Menerbitkan surat pengakuan utang berjangka pendek dan

berjangka panjang berupa obligasi atau sekuritas kredit.

(d) Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri

maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya,

misalkan surat-surat wesel, surat pengakuan utang, Surat

Bank indonesia (SBI), obligasi, surat dagang berjangka

waktu sampai dengan satu tahun, dan instrumen surat

berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu

tahun.

(e) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri

maupun untuk kepentingan nasabah.

2) Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam

Page 47: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

29

lalu lintas pembayaran. Usaha yang dilakukan bank

perkreditan rakyat (BPR) yaitu:

(a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

(b) Memberikan kredit.

(c) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan atau tabungan

pada bank lainnya.

b. Dilihat dari segi kepemilikannya:

1) Bank milik pemerintah, yaitu bank yang akta pendirian

maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh

keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

2) Bank milik swasta nasional, yaitu bank yang seluruh atau

sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta

pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian

keuntungannya diambil oleh swasta pula.

3) Bank milik asing, yaitu bank yang merupakan cabang dari

bank yang ada di luar negeri, bank milik swasta asing maupun

pemerintah asing suatu negara.

4) Bank milik campuran, yaitu bank yang kepemilikan sahamnya

dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana

Page 48: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

30

kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga

Negara Indonesia.

c. Dilihat dari segi cara menentukan harga:

1) Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional, yaitu bank yang

menggunakan sistem bunga sebagai sumber pendapatan dan

biaya bank. Penabung pasti memperoleh bunga meskipun bank

menderita rugi. Peminjam wajib membayar bunga pinjaman

meskipun usahanya rugi.

2) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah, yaitu bank yang

menggunakan sistem bagi hasil antara penabung (kreditur),

peminjam (debitur) dan bank dalam perhitungan biaya dan

pendapatan. Keuntungan maupun kerugian suatu usaha secara

adil sesuai kontribusi dan kesepakatan bersama.

Untuk mengetahui apakah bank cukup solid (kuat) dapat

dlihat neraca laba-rugi bank yang setiap tiga bulan dapat dibaca di

surat kabar termasuk di antaranya: (O.P. Simorangkir, 1984).

(a) Likuiditas, yaitu kemampuan suatu bank melunasi kewajiban–

kewajiban yang segera dapat ditarik. Seandainya kita ingin

memiliki simpanan giro di bank dan ingin menarik uang karena

butuh, tetapi ditampik oleh bank agar lusa saja ditarik, maka

jika perilakunya seperti ini bank tersebut tidak likuid.

Page 49: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

31

(b) Solvabilitas, yaitu kemampuan bank untuk membayar semua

hutangnya kepada pihak ketiga. Hutang ini biasanya

digolongkan hutang yang berjangka menengah atau panjang.

Berbeda dengan likuiditas yang menitikberatkan kepada

kewajiban atau hutang berjangka pendek. Bank disebut likuid

dan solvabel, jika benar-benar dengan mudah mampu dan

bersedia melunasi setiap hutangnya. \

(c) Rentabilitas, yaitu kemampuan suatu bank untuk memperoleh

keuntungan atau laba. Laba merupakan pencerminan dan

penilaian terhadap ketrampilan dan kecakapan pimpinan bank.

Semakin besar laba yang diperolehnya semakin diperbesar

usahanya.

Salah satu modal utama bagi bank adalah kepercayaan

masyarakat terhadapnya. Bank yang memiliki nasabah yang banyak

menunjukkan bahwa ia sangat dipercayai oleh masyarakat. Sebaliknya

bila kepercayaan masyarakat terhadap bank itu kurang, akan

mengakibatkan berkurang pula nasabahnya. Bahkan jika kepercayaan

sama sekali tidak ada, akan menimbulkan suatu rush, yaitu penarikan

uang simpanan oleh para nasabah secara serentak dari suatu bank. Hal

ini sudah pasti akan mengurangi likuiditas bank yang bersangkutan.

7. Kinerja Keuangan Perbankan

Kinerja keuangan perbankan merupakan hasil yang dicapai suatu

bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam bank seefektif dan

Page 50: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

32

seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

manajemen bank itu sendiri (Basran Desvian, 2005). Kinerja Keuangan

Perbankan merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu

periode tertentu, di mana informasi posisi keuangan dan kinerja

keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk

memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan. Penilaian

kinerja keuangan bank dapat dinilai dengan pendekatan analisa rasio

keuangan dari semua laporan keuangan yang dilaporkan di masa depan

(Febryani, 2003: 42). Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari

kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja bank secara keseluruhan

merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya,

baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan

penyaluran dana, teknlogi maupun sumber daya manusia (Abdullah,

2002:108). Jadi, kinerja keuangan bank adalah gambaran mengenai

prestasi kerja bank atau kemampuan kerja bank atas kegiatan

operasional yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui prestasi

yang dicapai bank perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja keuangan

bank dalam kurun waktu tertentu.

Penilaian kinerja keuangan perbankan dimaksudkan untuk menilai

keberhasilan manajemen didalam mengelola suatu badan usaha yang

dapat diproksi dengan (Achmad dan Kusno, 2003):

a. Indikator financial ratio

Page 51: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

33

b. Ketentuan penilaian kesehatan perbankan (peraturan Bank

Indonesia)

c. Fluktuasi harga saham dan return saham

Untuk mengukur kesehatan dan kinerja bank berpedoman pada

Undang-Undang RI No 7 tahun 1992 pasal 29 tentang perbankan

menyebutkan beberapa ketentuan, yaitu sebagai berikut:

1) Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.

2) Bank Indonesia menetapkan ketentuan kesehatan atau kinerja bank

dengan memperlihatkan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas

manajemen, likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aspek lain yang

berhubungan dengan usaha bank.

3) Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan wajib melakukan usaha

sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Kemampuan bank dalam membentuk giro wajib minimum yang

dipelihara oleh bank pada Bank Indonesia juga harus diperhatikan,

dimana giro wajib minimum diperoleh bank dari dana pihak ketiga.

Berikut ketentuan dari giro wajib minimum dalam rupiah yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia:

(a) GWM primer sebesar 8 % dari DPK

(b) GWM sekunder sebesar 2,5 % dari DPK

Page 52: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

34

(c) GWM LDR sebesar perhitungan antara Parameter Disinsentif

Bawah atau Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LDR

Bank dan

(d) LDR Target dengan memperhatikan selisih antara KPMM Bank

dan KPMM Insentif.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 1996) kinerja keuangan dapat

diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.

Informasi posisi dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali

digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan

kinerja di masa yang akan datang serta hal-hal lain yang langsung

menarik perhatian pemakai jasa perbankan seperti pembayaran deviden,

upah, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya

ketika jatuh tempo.

8. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perbankan

Kinerja keuangan pada bank dapat dinilai dengan menggunakan

pendekatan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan ini berfungsi

sebagai ukuran dalam menganalisis laporan keuangan suatu bank. Rasio

keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan bank

umumnya digunakan aspek penilaian menggunakan metode CAMEL

(Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity). Penilaian

Kinerja Keuangan menurut (Riyadi, 2006: 150) yang meliputi faktor-

faktor sebagai berikut:

Page 53: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

35

a. Faktor Permodalan (Capital) meliputi Capital Adequacy Ratio

(CAR,) Primary Ratio (PR), dan Aktiva Tetap Terhadap Modal

(ATTM).

b. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality) meliputi Aktiva

Produktif Bermasalah (aktiva produktif bermasalah terhadap hal

aktiva produktif), PPAP terhadap aktiva produktif (Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif terhadap total altiva produktif), Non

Performing Loan (NPL) dan Pemenuhan PPAP (Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk terhadap

penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk).

c. Faktor Manajemen (Management).

d. Faktor Rentabilitas (Earning) meliputi Return On Assets (ROA),

Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Beban

Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO).

e. Faktor Likuiditas (Liquidity) meliputi Cash Ratio (CR), Loan to

Deposit Ratio (LDR), dan Investing Policy Ratio (IPR).

Menurut (Millatina, 2011: 3 - 4), Semakin besar Capital Adequacy

Ratio (CAR) dan Net Interest Margin (NIM) suatu bank, maka semakin

besar pula profitabilitas bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan

tersebut semakin meningkat. Namun Semakin tinggi rasio Non

Performing Loan (NPL) mengakibatkan semakin tinggi kredit macet

bank, sehingga berpotensi menurunkan laba bank. Menurut Dhian

(2011: 3), meningkatnya Loan to Deposit Ratio (LDR) akan pengaruh

Page 54: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

36

positif dan signifikan terhadap perubahan laba. Meningkatnya laba,

maka Return On Asset (ROA) juga akan meningkat.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja keuangan perbankan

digunakan rasio keuangan dengan melihat dari aspek Capital (CAR),

Earning (ROA, ROE, BOPO), dan Likuidity (LDR).

1) Capital Adequacy Ratio (CAR)

Modal merupakan sumber dana pihak pertama, yaitu

sejumlah dana yang diinvestasikan oleh pemilik untuk pendirian

suatu bank. Jika bank tersebut sudah beroperasi maka modal

merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Agar

perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing

dalam perbankan internasional maka permodalan bank harus

senantiasa mengikuti ukuran yang berlaku secara internasional,

yang ditentukan oleh Banking for International Settlements (BIS),

yaitu sebesar Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah 8%. (Selamet

Riyadi, 2006). Menurut Firmansyah (2013), CAR adalah rasio

kecukupan modal bank atau merupakan kemampuan bank dalam

permodalan yang ada untuk menutupi kemungkinan kerugian

didalam perkreditan atau pembiayaan atau kerugian dalam

Page 55: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

37

perdagangan surat-surat berharga. CAR adalah salah satu cara

untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah

memadai atau belum (Hasibuan, 2009:58).

Menurut Kasmir (2014:46) CAR adalah perbandingan rasio

antara rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

dan sesuai ketentuan pemerintah. CAR memperlihatkan seberapa

jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,

penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai

dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana

dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat,

pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy

ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal

yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Zainul,

2002:122). CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal

minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR merupakan

indikator kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya

sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh

aktiva yang berisiko. Semakin tinggi CAR maka semakin baik

kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap

kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka

bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan

Page 56: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

38

memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas

(Lukman Dendawijaya, 2000). Rumus CAR adalah:

𝐶𝐴𝑅 =𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

𝐴𝑇𝑀𝑅𝑋 100%

2) Return On Asset (ROA)

ROA atau sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

sebagai rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis mengenai ROA

kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa

mendatang (Hanafi & Halim, 2014:157). ROA mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan

total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan

dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.

Definisi Return On Asset adalah hasil pengembalian

investasi atau lebih dikenal dengan nama Return On Investmen

atau Return On Total Asset merupakan rasio yang menunjukkan

hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan

(Kasmir, 2014). Sedangkan menurut Munawir (2014) Return On

Asset adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang

dimaksimalkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan

dengan keseluruhan dana yang digunakan untuk operasinya

perusahaan untuk menghasilkan laba. Bambang Riyanto

Page 57: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

39

(2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net Earning Power

Ratio yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam

keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.

Keuntungan neto yang beliau maksud adalah keuntungan neto

sesudah pajak.

ROA digunakan untuk mengukur keseluruhan dan

keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva

yang tersedia. Semakin tinggi ROA menunjukkan bahwa

perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk

menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin

tinggi ROA, semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini

selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada

investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan

perusahaan tersebut semakin diminati investor, karena tingkat

pengembalian akan semakin besar (Anggraini, 2006).

Profitabilitas sangat penting bagi bank, karena dana bank sebagian

besar berasal dari dana pihak ketiga, sehingga bank harus

profitable untuk membayar biaya bunganya. Sementara Return on

asset perbankan Nasional di Indonesia mengalami fluktuasi dari

tahun ke tahun, hal ini diakibatkan dari tidak stabilnya

pertumbuhan laba perbankan di Indonesia. Menurunnya laba

perbankan Nasional diantaranya disebabkan oleh tingginya tingkat

kegagalan kredit dan beban operasional perusahaan yang terlalu

Page 58: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

40

besar dan tidak efisien (Muljono dan Wicaksono, 2009). Rumus

ROA adalah:

𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝐵𝐼𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑋 100%

3) Return On Equity (ROE)

ROE merupakan rasio yang biasanya dipakai untuk

mengukur kinerja keuangan bank. Rasio ini berfungsi untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital

yang ada untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2003:298). ROE

menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki

perusahaan. Investor yang akan membeli saham akan tertarik

dengan ukuran profitabilitas ini, atau bagian dari total profitabilitas

yang bisa dialokasikan ke pemegang saham (Hanafi dan Halim,

2014:177). Menurut Sartono (2012:124) ROE adalah rasio yang

Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia

bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh

besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang besar

maka rasio ini akan besar.

Return On Equity sering disebut rentabilitas modal sendiri

dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang

menjadi hak pemilik modal sendiri (Harjito dan Martono, 2010:61).

Menurut Brigham dan Houston (2011:133) rasio yang paling

Page 59: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

41

penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang

merupakan laba bersih bagi pemegang saham di bagi dengan total

ekuitas pemegang saham. ROE dalam analisis keuangan memiliki

arti yang sangat penting untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba. Dengan menggunakan ROE, kemampuan

bank dalam memperoleh laba tidak diukur menurut besar kecilnya

laba yang dicapai, akan tetapi jumlah laba tersebut harus

dibandingkan dengan jumlah dana yang telah digunakan dalam

menghasilkan laba tersebut (A. Wangsawidjaja, 2012: 118).

Dari pandangan pemilik, ROE merupakan ukuran yang

lebih penting karena merefleksikan kepentingan kepemilikan

mereka. Jika dikaitkan dengan keuntungan bisnis syariah dalam

ekonomi dapat dilihat dari sisi teori bahwa perusahaan sekarang ini

menekankan pemaksimalan laba untuk pemegang saham. Jadi

return on equity merupakan indikator yang amat penting bagi

pemilik saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan

bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan

pembayaran dividen. Apabila terjadi kenaikan rasio, berarti terjadi

kenaikan laba bersih dari bank bersangkutan (Veithzal, 2008).

Dalam perhitungan Return On Equity (ROE) menunjukkan

perbandingan antara laba setelah pajak dengan total ekuitas yang

dimiliki bank. Laba setelah pajak adalah laba rugi bank yang

diperoleh dalam periode berjalan setelah dikurangi pajak dan biaya-

Page 60: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

42

biaya lainnya. Sedangkan total ekuitas merupakan komponen yang

terdiri dari modal inti yang disetorkan selama tahun berjalan

(Muhammad, 2005). Besarnya nilai untuk laba setelah pajak dapat

dilihat pada perhitungan laba rugi bank, sedangkan total aktiva

dapat dilihat pada laporan neraca bank. ROE dapat dirumuskan

sebagai berikut:

𝑅𝑂𝐸 =𝐸𝐴𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑋 100%

4) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan

membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan

operasi atau disebut dengan BOPO. Rasio Biaya Operasi terhadap

Pendapatan Operasional sering disebut rasio efisiensi yang

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

Biaya operasional pendapatan operasional adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank

dalam melakukan kegiatan operasinya (Veithzal, 2013:131). BOPO

merupakan perbandingan atau rasio biaya operasional dalam 12

bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode

yang sama (Malayu, 2009:101).

Menurut Dendawijaya (2000) rasio biaya operasional

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank

Page 61: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

43

dalam melakukan kegiatan operasinya. Menurut Taswan (2006)

BOPO digunakan untuk menghitung tingkat efisiensi suatu bank

serta kemampuan suatu bank untuk menjalankan operasionalnya.

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan

operasional (Riyadi, 2006). Rumus perhitungan BOPO adalah

sebagai berikut:

𝐵𝑂𝑃𝑂 =𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑋100%

Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia

dan Herdiningtyas, 2005). Rasio yang semakin meningkat

mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya

operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang

dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam

mengelola usahanya (SE. Intern BI, 2004). Bank Indonesia

menetapkan rasio BOPO baik apabila dibawah 90 %. Apabila rasio

BOPO melebihi 90 % atau mendekati 100 % maka bank dapat

dikategorikan sebagai bank yang tidak efisien.

5) Loan to Deposit Ratio (LDR)

Likuiditas bank yang terlalu tinggi dapat berpotensi

merugikan bank karena dana yang idle (menganggur) menjadi

terlalu besar sehingga hanya sedikit loanable funds yang dapat

Page 62: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

44

disalurkan karena sebagian dikembalikan lagi dalam bentuk

cadangan tunai, hal ini akan berdampak negatif terhadap

profitabilitas perusahaan (Primasari, 2013:7). Salah satu rasio

likuiditas bank yang umum digunakan adalah rasio LDR. LDR

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

bank memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya.

Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi saat

kewajiban kliring datang, dimana pemenuhannya dilakukan dengan

aset lancar perusahaan (Sudarini, 2005 dalam Nusantara, 2009).

Menurut Dendawijaya (2005), Loan to Deposit Ratio (LDR)

menyatakan kemampuan suatu bank memenuhi penarikan kembali

oleh deposan atas dana yang telah digunakan oleh bank untuk

memberikan kredit kepada pihak lain. Loan to Deposit Ratio

merupakan sebagai pengawasan salah satu kebijakan perkreditan

untuk mengetahui besarnya perbandingan kredit yang diberikan

dengan dana pihak ketiga ditambah modal sendiri (Veithzal,

2013:131). Menurut Simorangkir (2004: 147) Loan to Deposit

Ratio merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan

dengan dana pihak ketiga. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah

rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana

pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan

menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu

Page 63: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

45

menyalurkan kredit, sementara dana yang 23 terhimpun banyak

maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2010: 290).

Pencapaian LDR yang baik adalah apabila nilai LDR masih

dalam batas yang ditetapkan BI (Tahun 2015 BI menetapkan batas

atas LDR adalah 92% dan batas bawah 78%), karena nilai LDR

yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah tidak akan baik untuk

bank (Eng, 2013). LDR menunjukkan seberapa besar dana yang

dilepaskan bank dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio LDR

(mendekati batas atas) maka laba bank tersebut akan semakin

meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan

kreditnya secara efektif. LDR merupakan rasio antara jumlah

kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga (giro,

tabungan dan deposito) (Sudiyatno dan Suroso, 2010).

𝐿𝐷𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎𝑋100%

9. Pengertian Branchless Banking

Menurut Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK,

Branchless Banking atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut dengan

LAKU PANDAI (Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka

Keuangan Inklusif) merupakan suatu program penyediaan layanan

perbankan dan layanan keuangan lainnya melalui kerjasama dengan

pihak lain (agen Bank) dan didukung dengan penggunaan sarana

teknologi informasi. Dengan adanya Branchless Banking diyakini

Page 64: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

46

berpotensi untuk mengurangi biaya dan justru meningkatkan layanan

perbankan dan keuangan lainnya tanpa kantor fisik yang dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat di seluruh Indonesia serta

menyediakan produk-produk keuangan yang sederhana, mudah

dipahami dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Sarah, 2015).

Menurut Yusharto (2014) branchless banking adalah layanan

perbankan tanpa perlu membuka kantor cabang. Bank tidak perlu

lagi membuka cabang baru untuk dapat menjangkau masyarakat yang

berada di pelosok. Bank Indonesia mempersilahkan bank

menggandeng pihak ketiga atau agen untuk melayani jasa perbankan

pada nasabah sehingga bank tidak perlu lagi memikirkan strategi

berekspansi mendirikan kantor-kantor cabang baru terutama untuk

menjangkau daerah-daerah pelosok. Penerapan program branchless

banking ini adalah dengan memanfaatkan jaringan dan teknologi

informasi yang dimilikinya. Dengan melaksanakan

program branchless banking, perbankan bisa lebih menjangkau sampai

ke pelosok-pelosok. Terlebih lagi bila bank

mau menggandeng lembaga keuangan mikro (LKM) dan koperasi

untuk dijadikan agen.

Menurut CGAP (Consultative Group to Assist the Poor)

definisi Branchless Banking sebagai pemberian jasa keuangan yang

dilakukan di luar kantor cabang bank dengan menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi serta agen ritel bukan bank (Lyman et al.

Page 65: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

47

2006). Keberadaan Branchless Banking diyakini berpotensi untuk

mengurangi biaya dan sebaliknya justru meningkatkan pelayanan

perbankan tanpa cabang dapat memperluas jangkauan pasar yang baru,

yaitu segmen masyarakat yang sebelumnya tidak atau belum terlayani

oleh bank sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Branchless Banking memanfaatkan teknologi guna memperluas

jangkauan akses keuangan melalui kerja sama dengan agen ritel,

lembaga keuangan mikro, operator telepon seluler dan perusahaan

teknologi.

Uji coba program branchless banking dilakukan oleh Bank

Indonesia pada bulan Mei hingga Desember tahun 2013. Terdapat lima

bank besar yang terlibat dalam pilot project tersebut yaitu Bank

Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank CIMB Niaga, Bank

Tabungan Pensiunan Negara (BTPN), dan Bank Sinar Harapan Bali.

Uji coba tersebut bertujuan mencari bentuk paling cocok

pelaksanaan branchless banking di Indonesia dan untuk menemukan

pola yang nantinya bisa diterapkan untuk seluruh bank, baik yang

konvensional maupun syariah, serta seberapa signifikan penambahan

jumlah nasabah baru karena adanya program tersebut.

(www.beritasatu.com diakses pada tanggal 20 Mei 2019). Dengan

diaplikasikannya Branchless Banking oleh bank di Indonesia, maka

akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Sarah, 2015).

10. Tujuan Kebijakan Branchless Banking

Page 66: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

48

Menurut dari pihak OJK tujuan dari kebijakan Branchless Banking

adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan produk-produk keuangan yang sederhana, mudah

dipahami dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang belum

dapat menjangkau layanan keuangan saat ini.

b. Dengan semakin banyaknya anggota berbagai kelompok

masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia menggunakan

layanan keuangan / perbankan, diharapkan kegiatan ekonomi

masyarakat dapat semakin lancar sehingga mendorong

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antar

wilayah di Indonesia terutama antara desa – kota.

11. Pelaku Agen Branchless Banking

Berdasarkan penjelasan dari pihak OJK, pelaku agen Branchless

Banking terdiri dari:

a. Perorangan:

1) Penduduk setempat.

2) Memiliki kegiatan di lokasi sebagai sumber penghasilan utama.

3) Memiliki kemampuan, kredibilitas, reputasi dan integritas.

b. Badan Hukum:

1) Berbadan hukum Indonesia yang diperkenankan melakukan

kegiatan di bidang keuangan atau memiliki retail outlet.

2) Memiliki kegiatan usaha di lokasi.

Page 67: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

49

3) Memiliki teknologi informasi yang memadai.

4) Memiliki reputasi, kredibilitas dan kinerja yang baik.

5) Perjanjian Kerjasama antara Bank Penyelenggara dengan Agen

Branchless Banking

12. Model Branchless Banking

Pelayanan jasa keuangan dengan Branchless Banking dapat

dibedakan dalam dua tipe, yaitu:

a. Bank Led Model

Sumber: Bank Indonesia (2011)

Gambar 2.1

Model Branchless Banking: Bank Led Model

Pada Gambar 2.1 merupakan Bank Led Model, dalam model

ini perbankan menggunakan jasa telekomunikasi atau agen atau

kedua-duanya untuk melayani kebutuhan masyarakat. Menurut

Lyman (2006) Bank menciptakan produk dan jasa keuangan,

namun pendistribusian produk dan layanan tersebut dilakukan

Page 68: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

50

melalui retail agent yang mengelola nasabah. Bank berperan penuh

mulai dari proses perizinan awal, pelaksanaan operasional,

pengelolaan financial dan sistem. Sementara, perusahaan telco

berperan menyediakan jaringan atau saluran infrastuktur untuk

melakukan transaksi layanan perbankan. Pertimbangan perbankan

model ini adalah kedekatan, kecepatan, dan biaya yang relatif

murah. Dalam model ini, bank dapat menggunakan jasa perusahaan

telekomunikasi sebagai agen atau vehicle. Contoh negara yang

menerapkan model ini adalah Brazil dan India. Nasabah dapat

melakukan penyetoran simpanan atau penarikan uang dan bahkan

transfer dana. Dalam penunjukan retail agent oleh bank, ada dua

jenis agen yang digunakan yaitu: 1). Super Agent: merupakan

badan hukum dimana bank menjalin kerjasama untuk distribusi

layanan keuangan. Badan hukum ini umumnya memiliki jaringan

yang luas dan bisnis yang sudah berjalan. Super Agent yang dapat

digunakan oleh bank diantaranya PT Pos Indonesia, perusahaan

distributor yang memiliki jaringan luas, dan perusahaan

telekomunikasi; 2). Sub Agent: merupakan jaringan dari super

agent yang tersebar di seluruh wilayah. Transaksi face to face

dengan nasabah akan berlangsung dengan sub-agen.

b. Telco Led Model

Perusahaan teknologi menyediakan jasa pelayanan perbankan

yang paling dasar tanpa melibatkan perbankan dalam proses bisnis,

Page 69: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

51

atau bank dalam hal ini hanya sebagai supporting. Adapun

penyelenggaran Telco Led Model adalah skema penyelenggaraan

Branchless Banking dimana seluruh proses perizinan dan

operasional dilakukan oleh institusi non-bank. Institusi tersebut

menyediakan jasa perbankan yang paling dasar dan bank tidak

terlibat langsung dalam operasional bisnis. Nasabah tidak memiliki

hubungan kontraktual dengan bank dan produk yang ditawarkan

berupa electronic money (e-money). E-money merupakan nilai

uang yang diukur dengan mata uang yang disimpan dalam bentuk

elektronik dan dapat digunakan melakukan transaksi pembayaran

yang diterima oleh entitas lain selain penerbit (BI 2011).

Contoh negara yang mempraktekkan model ini adalah Kenya

dan Filipina.Nasabah hanya bertransaksi dengan agen dengan

menukarkan uang tunai atau mentransfer sejumlah nilai uang

dalam bentuk electronic record (rekening virtual). Rekening virtual

ini disimpan dalam server non-bank seperti operator

telekomunikasi dan atau penerbit stored value card. Saldo dalam

rekening tersebut dapat digunakan untuk bertransaksi.

Page 70: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

52

Sumber: Bank Indonesia (2011)

Gambar 2.2

Model Branchless Banking: Telco Led Model

Alur Branchless Banking dengan menggunakan Telco Led

Model dapat dilihat dalam Gambar 2.2. Menurut Bank Indonesia

(2011) jenis e-money terdapat dua jenis yakni stored valued card

dan mobile wallet yang ditawarkan oleh perusahaan

telekomunikasi, dengan rincian sebagai berikut: 1) Stored Value

Card (SVC) yang merupakan salah salah satu bentuk e-money

yang menggunakan media plastic card, serupa dengan debit card

milik bank. SVC menggunakan teknologi magnetic stripe untuk

menyimpan informasi dan dana. 2) Mobile Wallet merupakan salah

satu bentuk e-money yang disediakan oleh operator telekomunikasi

Mobile Network Operator (MNO). Dalam aplikasi ini, konsumen

menyetor atau mentransfer sejumlah dana dalam rekening virtual

yang dikelola oleh MNO. Rekening virtual ini terhubung dengan

Page 71: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

53

nomer telepon pemilik dan pelanggan tidak harus memiliki

rekening bank.

c. Hybrid Led Model

Menurut Bank Indonesia (2011) skema Hybrid Led adalah

skema penyelenggaraan Branchless Banking di mana terdapat

kerjasama antara bank dengan institusi non-bank (operator

telekomunikasi, agen dan lainnya) dalam bentuk joint venture

maupun partnership, untuk menyediakan layanan perbankan penuh

bagi nasabah melalui telepon genggam. Jasa-jasa yang terkait

dengan jaringan telekomunikasi seperti pengiriman uang melalui

SMS, pengisian saldo elektronik, dan sebagainya menjadi

tanggung jawab MNO, sementara jasa-jasa mobile banking terkait

dengan pengelolaan simpanan atau tabungan, transfer antar

rekening, pengecekan saldo tabungan, dan lain-lain menjadi

tanggung jawab dari bank.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Analisis

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

Retno

Dwi

Astrini,

Dikdik

Tandika

(2019)

Analisis

Perbandingan

Tingkat

Kesehatan

Bank

Sebelum dan

Sesudah

Penerapan

Capital

Adequacy

Ratio

(CAR),

Kualitas

Aktiva

Produktif

(KAP), Net

Metode

Komparatif

CAMEL

sebelum dan

sesudah

penerapan

Laku Pandai

Terdapat

perbedaan

yang

signifikan

pada variabel

CAR dan

NPM setelah

penerapan

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA

• CAR

• BOPO

• Branchless

Banking

Page 72: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

54

Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Analisis

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

Program

Laku Pandai

Profit

Margin

(NPM),

Return On

Asset

(ROA),

Biaya

Operasional

terhadap

Pendapatan

Operasional

(BOPO),

Financing

to Deposit

Ratio

(FDR)

Laku Pandai.

Sedangkan

KAP, ROA,

BOPO, FDR

tidak terdapat

perbedaan

yang

signifikan

setelah

penerapan

Laku Pandai

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• LDR

2. Objek

Penelitian

Windi

Selfia

Sobiharti

(2019)

Analisis

Perbandingan

Dana Pihak

Ketiga

(DPK),

Efisiensi

Biaya

Operasional

(BOPO), dan

Return On

Asset (ROA)

Sebelum dan

Sesudah

Penerapan

Laku Pandai

pada BTPN

Syariah

Dana Pihak

Ketiga

(DPK),

Efisiensi

Biaya

Operasional

(BOPO),

dan Return

On Asset

(ROA)

Metode

komparatif

dengan uji

beda paired

sample t-test

Terdapat

perbedaan

yang

siginifikan

pada variabel

BOPO dan

ROA setelah

penerapan

Laku Pandai,

sedangan

DPK tidak

berbeda

secara

signifikan

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA

• BOPO

• Branchless

Banking

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• LDR

• CAR

2. Objek

Penelitian

3. Metode

penelitian

Ilma

Amaliah,

Nurdin,

Azib

(2017)

Analisis

Perbandingan

Pertumbuhan

Dana Pihak

Ketiga

(DPK),

Efisiensi

Biaya

Operasional,

dan

Profitabilitas

Dana Pihak

Ketiga

(DPK),

Efisiensi

Biaya

Operasional

terhadap

Pendapatan

Operasional

(BOPO),

dan Return

Uji beda

paired

sample t-test

dan Uji

Wilcoxon

Terdapat

perbedaan

yang

signifikan

pada semua

variabel

penelitian

yaitu DPK,

BOPO, dan

ROA sesudah

penerapan

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA

• BOPO

• Branchless

Banking

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

Page 73: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

55

Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Analisis

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

Sebelum dan

Sesudah

Penerapan

Laku Pandai

(Branchless

Banking)

(Studi Kasus

pada 6

Perbankan

yang

Terdaftar di

OJK)

On Asset

(ROA)

Laku Pandai • LDR

• CAR

2. Objek

Penelitian

Siti

Muntafiah

(2017)

Analisis

Perbandingan

Dana Pihak

Ketiga,

Efisiensi

Biaya

Operasional,

Profitabilitas,

Likuiditas

Bank Rakyat

Indonesia

Syariah

Sebelum dan

Sesudah

Penerapan

Laku Pandai

Dana Pihak

Ketiga

(DPK)

Biaya

Operasional

terhadap

Pendapatan

Operasional

(BOPO),

Return On

Asset

(ROA),

Return On

Equity

(ROE),

Financing

to Deposit

Ratio

(FDR)

Metode

komparatif

dengan uji

paired

sample t test

Terdapat

perbedaan

yang

signifikan

pada variabel

DPK, BOPO,

dan FDR

antara

sebelum dan

sesudah laku

pandai,

sedangkan

variabel ROA

dan ROE

tidak

memiliki

perbedaan

yang

signifikan.

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA (Y)

• BOPO (Y)

• Branchless

Banking

(X)

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• CAR (Y)

2. Objek

Penelitian

Wanga

(2015)

The Effect of

Agency

Banking on

Financial

Performance

of

Commercial

Bank in

Kenya

Capital

Adequacy

Ratio

(CAR),

Return On

Asset

(ROA),

Return On

Equity

(ROE)

Analisis

regresi linier

berganda,

menggunakan

SPSS

Variabel

CAR, ROA,

dan ROE

menunjukkan

pengaruh

yang

signifikan

terkait adanya

agency

banking.

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• CAR (Y)

• ROA (Y)

• Branchless

Banking

(X)

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• LDR (Y)

Page 74: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

56

Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Analisis

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

• BOPO (Y)

2. Objek

Penelitian

3. Metode

Penelitian

Ondieki

(2015)

Pengaruh

Agen Bank

terhadap

Kinerja

Keuangan

Bank Umum

di Kenya

Return On

Asset

(ROA),

Return On

Equity

(ROE),

Return On

Investement

(ROI)

Analisis

regresi linier

berganda dan

korelasi

Terdapat

korelasi

positif yang

kuat antara

kinerja

keuangan dan

jumlah agen

bank

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA (Y)

• Branchless

Banking

(X)

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• LDR (Y)

• CAR (Y)

• BOPO (Y)

2. Objek

Penelitian

3. Metode

Penelitian

Van Dinh

(2015)

Measuring

The Impact of

Internet

Banking to

Bank

Performance:

Evidence

From

Vietnam

Return On

Asset

(ROA),

Return On

Equity

(ROE)

Analisis

regresi

Ordinary

Least Square

(OLS).

Internet

banking

memiliki

dampak

positif dari

pendapatan

non-bunga

dan

karenanya

meningkatkan

profitabilitas

bank umum.

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA (Y)

• Branchless

Banking

(X)

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• LDR (Y)

• CAR (Y)

• BOPO (Y)

2. Objek

Penelitian

3. Metode

Penelitian

Sarah

Hidayati

Dampak

Branchless

Capital

Adequacy

Uji paired

sample t-test

Rasio CAR,

ROA, dan

Persamaan:

1. Menggunakan

Page 75: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

57

Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Analisis

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

(2015) Banking

Terhadap

Kinerja

Keuangan PT

Bank

Muamalat

Indonesia

Ratio

(CAR),

Return On

Asset

(ROA),

Biaya

Operasional

terhadap

Pendapatan

Operasional

(BOPO),

Financing

to Deposit

Ratio

(FDR)

BOPO

berbeda

secara

signifikan

sebelum dan

sesudah

Branchless

Banking,

sedangkan

FDR tidak

berbeda

secara

signifikan.

variabel:

• ROA (Y)

• CAR (Y)

• BOPO (Y)

• Branchless

Banking

(X)

2. Metode

Penelitian

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• LDR (Y)

2. Objek

Penelitian

Nina

Anggraeni

(2015)

Pengaruh

Layanan 3 in

1 Mashlahah

(Branchless

Banking)

Terhadap

Pertumbuhan

Dana Pihak

Ketiga (DPK)

dan Efisiensi

Biaya

Operasional

Bank Pada

PT. Bank

BJB Syariah

DPK (Dana

Pihak

Ketiga) dan

Biaya

Operasional

terhadap

Pendapatan

Operasional

(BOPO)

Uji beda

Paired

sample t-test

Layanan 3 In

1 Mashlahah

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap

pertumbuhan

DPK dan

efisiensi

biaya

operasional

bank BJB

Syariah

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• BOPO (Y)

• Branchless

Banking

(X)

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA (Y)

• LDR (Y)

• CAR (Y)

2. Objek

Penelitian

3. Metode

Penelitian

Mwando

dan

Wawira

(2013)

Kontribusi

Agen Bank

terhadap

Kinerja

Keuangan

Bank Umum

di Kenya

Regulasi

Bank

Sentral,

Biaya

Transaksi

Rendah,

Akses

Layanan

Keuangan,

Market

Share

Analisis

regresi linier

berganda dan

ANOVA.

Agen bank

memiliki

pengaruh

positif yang

tinggi

terhadap

kinerja

keuangan PT.

Bank Umum

di Kenya.

Persamaan:

1. Topik

Penelitian

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA (Y)

• LDR (Y)

• CAR (Y)

• BOPO (Y)

Page 76: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

58

Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Analisis

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

2. Objek

Penelitian

3. Metode

Penelitian

Aduda,

Kiragu,

dan

Ndwiga

(2013)

Hubungan

Antara Agen

Bank dengan

Kinerja

Keuangan

Bank Umum

di Kenya

Variabel

Dependen:

ROA,

BOPO

Variabel

Independen:

jumlah

agen,

jumlah

deposit, dan

rasio biaya

karyawan

terhadap

pendapatan

Analisis

regresi linier

berganda dan

uji chi square

Terdapat

hubungan

positif antara

agen bank

melalui

Branchless

Banking

terhadap

kinerja

keuangan

bank di

Kenya.

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA (Y)

• BOPO (Y)

• Branchless

Banking

(X)

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• LDR (Y)

• CAR (Y)

2. Objek

Penelitian

3. Metode

Penelitian

Amanda

Gant

(2012)

Pengaruh

Mobile

Banking

Terhadap

Kinerja

Lembaga

Keuangan

Mikro di

Kenya

Return On

Equity

(ROE),

Cost Per

Borrower,

Borrower

Per Staff

Member

Analisis

regresi

Ordinary

Least Square

(OLS).

Mobile

banking

berpengaruh

signifikan

dan

berkorelasi

positif

terhadap

operating

cost.

Persamaan:

1. Topik

Penelitian

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA(Y)

• LDR (Y)

• CAR (Y)

• BOPO (Y)

2. Objek

Penelitian

3. Metode

Penelitian

Rachael

W. Mutua

(2010)

Effect Of

Mobile

Banking On

The

Financial

Performance

Of

Commercial

Return On

Asset

(ROA)

Analisis

Regresi

berganda

Terdapat

hubungan

positif yang

lemah antara

mobile

banking

dengan

kinerja

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA (Y)

• Branchless

Banking

(X)

Perbedaan:

Page 77: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

59

Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Analisis

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

Banks In

Kenya

keuangan. 1. Menggunakan

variabel:

• LDR (Y)

• CAR (Y)

• BOPO (Y)

2. Objek

Penelitian

3. Metode

Penelitian

Hernando

& Nieto

(2005)

Is the Internet

delivery

channel

changing

banks’

performance?

The case of

Spanish

banks

Return On

Asset

(ROA),

Return On

Euity

(ROE)

Analisis

Regresi

Internet

banking

memberikan

dampak

positif

terhadap

Return On

Asset (ROA)

dan Return

On Equity

(ROE) pada

72 bank

komersil di

Spanyol.

Persamaan:

1. Menggunakan

variabel:

• ROA (Y)

• Branchless

Banking

(X)

Perbedaan:

1. Menggunakan

variabel:

• LDR (Y)

• CAR (Y)

• BOPO (Y)

2. Objek

Penelitian

3. Metode

Penelitian

C. Keterkaitan Antar Variabel

Keterkaitan atau hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Hubungan Antara Branchless Banking Dengan CAR

CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang

mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada

bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping

memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana

Page 78: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

60

masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital

adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan

modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

atau menghasilkan risiko (Lukman Dendawijaya, 2000:122).

Penelitian yang dilakukan oleh Retno & Dikdik (2019), dan Sarah

(2015) menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diwakili

oleh CAR setelah branchless banking berbeda signifikan

dibandingkan sebelum branchless banking.

2. Hubungan Antara Branchless Banking Dengan ROA

Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang

digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bank. Rasio ini

digunakan untuk mengukur seberapa besar laba yang dapat diperoleh

dari seluruh aktiva yang dimiliki bank. Lukman Dendawijaya (2009:

118) menjelaskan bahwa rasio ROA digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)

secara keseluruhan, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat

keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi

bank dari segi penggunaan aset.

Penelitian yang dilakukan oleh Windi (2017), Ilma (2017), dan

Sarah (2015) menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang

diwakili oleh ROA setelah branchless banking berbeda signifikan

dibandingkan sebelum branchless banking.

Page 79: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

61

3. Hubungan Antara Branchless Banking Dengan ROE

Rasio ROE berfungsi untuk mengukur kemampuan manajemen

bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net

income. Dari pandangan pemilik, ROE merupakan ukuran yang lebih

penting karena merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka. Jadi

return on equity merupakan indikator yang amat penting bagi pemilik

saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam

memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen.

Apabila terjadi kenaikan rasio, berarti terjadi kenaikan laba bersih dari

bank bersangkutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Siti (2017) menyatakan bahwa

kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh ROE setelah

branchless banking tidak berbeda secara signifikan dibandingkan

sebelum branchless banking.

4. Hubungan Antara Branchless Banking Dengan BOPO

Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasional sering

disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap

pendapatan operasional. Menurut Dendawijaya (2003) rasio biaya

operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

Page 80: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

62

Penelitian yang dilakukan oleh Windi (2019), Ilma (2019), Siti

(2017) dan Sarah (2015), menyatakan bahwa kinerja keuangan

perusahaan yang diwakili oleh BOPO setelah branchless banking

berbeda signifikan dibandingkan sebelum branchless banking.

5. Hubungan Antara Branchless Banking Dengan LDR

Salah satu rasio likuiditas bank yang umum digunakan adalah

rasio LDR. LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya.

Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi saat

kewajiban kliring datang, dimana pemenuhannya dilakukan dengan

aset lancar perusahaan (Sudarini, 2005 dalam Nusantara, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Siti (2017) menyatakan bahwa

kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh FDR setelah

branchless banking berbeda secara signifikan dibandingkan sebelum

branchless banking.

D. Kerangka Penelitian

Bank Umum Konvensional

Laporan Keuangan

Sebelum Branchless Sesudah Branchless

Analisis Rasio

Keuangan

1. CAR

2. ROA

3. ROE

4. BOPO

5. LDR

Analisis Rasio

Keuangan

1. CAR

2. ROA

3. ROE

4. BOPO

5. LDR

6.

Dibandingkan

Page 81: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

63

Gambar 2.3

Kerangka Berpikir

E. Hipotesis

Dari beberapa penelitian yang dilakukan mengenai Dampak

Branchless Banking Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan menyatakan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan

sebelum dan setelah diterapkannya program Branchless Banking.

Rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho: µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara CAR

sebelum dan setelah Branchless Banking.

Ha: µ1 ≠ µ2 Terdapat perbedaan yang signifikan antara CAR sebelum

dan setelah Branchless Banking.

2. Ho: µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA

sebelum dan setelah Branchless Banking.

Uji Normalitas

Hasil Penelitian

Uji Wilcoxon

(CAR, ROA, ROE, BOPO,

LDR)

Tidak Terpenuhi

Page 82: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

64

Ha: µ1 ≠ µ2 Terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA sebelum

dan setelah Branchless Banking.

3. Ho: µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ROE

sebelum dan setelah Branchless Banking.

Ha: µ1 ≠ µ2 Terdapat perbedaan yang signifikan antara ROE sebelum

dan setelah Branchless Banking.

4. Ho: µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara BOPO

sebelum dan setelah Branchless Banking.

Ha: µ1 ≠ µ2 Terdapat perbedaan yang signifikan antara BOPO sebelum

dan setelah Branchless Banking.

5. Ho: µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR

sebelum dan setelah Branchless Banking.

Ha: µ1 ≠ µ2 Terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR sebelum

dan setelah Branchless Banking.

Page 83: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

64

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan

yaitu bank umum konvensional dengan periode waktu tiga tahun sebelum

dan tiga tahun setelah diterapkannya branchless banking yaitu tahun 2012-

2014 & 2015-2017. Peneliti berfokus untuk mencari perbandingan kinerja

keuangan bank antara sebelum dan setelah penerapan Branchless Banking.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah branchless banking,

sedangkan variabel dependen nya adalah kinerja keuangan yang diwakili

dengan CAR, ROA, ROE, BOPO, dan LDR. Jenis penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder,

yaitu menggunakan data berupa laporan keuangan yang dipublikasikan

oleh masing-masing perusahaan.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono,

2004:72). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum

Konvensional yang sudah menerapkan program branchless banking.

Page 84: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

65

2. Sampel dan Teknik Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari karakteristik populasi. Bila populasi

besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu

(Sugiyono, 2004:73). Pada penelitian ini sampel yang digunakan

sebanyak 8 bank umum konvensional. Sampel yang diambil dalam

penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2014:73).

Kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan khususnya bank umum konvensional di

Indonesia.

2. Bank umum konvensional yang telah menerapkan branchless

banking.

3. Bank yang terdapat informasi kapan mulai menerapkan

branchless banking.

4. Bank yang memulai branchless banking pada tahun 2015.

5. Bank yang mempublikasikan laporan keuangannya periode

2012-2017.

Page 85: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

66

Tabel 3.1

Kriteria Penentuan Sampel

Kriteria Jumlah

Perusahaan perbankan khususnya bank umum

konvensional

80

Perusahaan perbankan khususnya bank umum

konvensional yang telah menerapkan branchless banking

27

Perusahaan yang terdapat informasi kapan mulai

menerapkan branchless banking.

12

Perusahaan yang memulai branchless banking pada tahun

2015.

8

Perusahaan perbankan yang mempublikasikan laporan

keuangannya periode 2012-2017.

8

Berdasarkan kriteria di atas, maka sampel perusahaan bank yang

dijadikan objek penelitian berjumlah 8 bank. Hal ini juga disebabkan

karena tidak terdapat informasi mengenai waktu mulai diterapkannya

branchless banking pada beberapa bank, sehingga penulis hanya dapat

melakukan penelitian pada 8 bank saja. Untuk selengkapnya daftar

perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini disajikan pada

tabel berikut:

Page 86: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

67

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

No Nama Bank

1 PT Bank Mandiri Tbk

2 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

3 PT Bank Negara Indonesia Tbk

4 PT Bank Tabungan Negara Tbk

5 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk

6 PT Bank Central Asia Tbk

7 PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utara

8 PT Bank Jabar Banten

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

Menurut Sugiyono, (2014) data sekunder yaitu sumber data penelitian

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari laporan triwulan yang diterbitkan di website

perusahaan bank yang diteliti. Data yang dikumpulkan adalah tiga tahun

sebelum penerapan branchless banking 2012-2014, dan tiga tahun setelah

penerapan branchless banking 2015-2017.

Page 87: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

68

Selain itu penelitian ini juga menggunakan data pustaka. Data pustaka

didapat dengan penelusuran dari berbagai jurnal, karya ilmiah, artikel dan

buku sebagai sumber data dan referensi dalam penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Menurut Sugiono (2013) analisis data merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data

adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesi

yang telah diajukan. Untuk penelitian yang tidak merumuskan hipotesis,

langkah terakhir tidak dilakukan. Analisis data dilakukan agar data yang

telah diperoleh akan bisa lebih bermakna, suatu proses penyerderhanaan

data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Analisis data dilakukan dengan bantuan dari program SPSS. Adapun

teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis masalah dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2013) analisis deskriptif adalah menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis

Page 88: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

69

deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk membahas data

kuantitatif.

Statistik deskriptif dapat menyajikan data dalam bentuk tabel

ataupun grafik. Menurut Ghozali (2016:19) statistik deskriptif

memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai

rata-rata (mean), standard deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,

range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).

Dalam analisis ini dilakukan pembahasan mengenai bagaimana

perbandingan kinerja keuangan bank yang diwakili oleh CAR, ROA,

ROE, BOPO, dan LDR setelah penerapan branchless banking.

Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum pada seluruh

variabel penelitian pada saat sebelum dan setelah diterapkannya

branchless banking.

2. Analisis Statistik Verifikatif

Menurut Sugiyono (2013:6) mendefinisikan analisis verifikatif

sebagai penelitian melalui pembuktian untuk menguji hipotesis hasil

penelitian deskriptif dengan perhitungan statistika sehingga didapat

hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.

Penelitian verifikatif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

dampak penerapan branchless banking terhadap kinerja keuangan.

Analisis statistik meliputi:

1) Uji Normalitas

Page 89: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

70

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data untuk menentukan jenis statistik

yang akan digunakan apakah statistik parametrik atau statistik

non-parametrik (Sugiyono, 2013:172). Pengujian normalitas data

menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan

dengan membuat hipotesis:

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pedoman pengambilan keputusan:

(a) Nilai sig atau signifikan atau nilai probabilitas < 0,05 adalah

distribusi tidak normal.

(b) Nilai sig atau signifikan atau probabilitas > 0,05 adalah

distribusi normal. Setelah uji normalitas dilakukan

selanjutnya data diolah menggunakan uji beda dua sampel

berpasangan dengan ketentuan sebagai berikut:

- Apabila data berdistribusi normal digunakan uji t

(paired sample t-test)

- Apabila data tidak berdistribusi normal digunakan uji

Wilcoxon signed rank test (uji non parametrik).

3. Uji Hipotesis

Metode pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui

apakah branchless banking memberikan perbedaan yang signifikan

Page 90: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

71

terhadap kinerja keuangan adalah menggunakan uji beda data

berpasangan.

1) Uji t dua sampel berpasangan

Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali,

2013). Uji tersebut menguji hipotesis sama atau tidak berbeda (Ho)

diantara dua variabel. Data berasal dari dua pengukuran atau dua

periode pengamatan yang berbeda.

Uji beda ini digunakan untuk mengetahui signifikan atau tidak

perbedaan antara kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA,

LDR, CAR, dan BOPO pada sebelum dan sesudah diterapkannya

Branchless Banking. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya

bahwa apabila hasil uji normalitas menyimpulkan data

berdistribusi normal maka digunakan uji t dua sampel

berpasangan.

Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak

hipotesis pada uji paired sampel t-test sebagai berikut:

(a) Jika probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05 maka Ho ditolak

artinya terdapat perbedaan.

(b) Jika probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima

artinya tidak terdapat perbedaan.

Page 91: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

72

Sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal

perhitungannya menggunakan uji non-parametrik yaitu Uji

Wilcoxon Sign Rank Test. Dengan menggunakan taraf signifikansi

sebesar 5% dan dilakukan menggunakan bantuan software SPSS

23.0.

Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak

hipotesis pada uji wilcoxon sign rank test sebagai berikut:

(a) Jika probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05 maka Ho ditolak

artinya terdapat perbedaan.

(b) Jika probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima

artinya tidak terdapat perbedaan.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian dan operasional adalah unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Variabel

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel (Y) adalah variabel yang nilainya

merupakan akibat atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR merupakan rasio yang digunakan oleh bank dalam

menyediakan modal untuk menutup risiko kerugian yang timbul

Page 92: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

73

akibat dari aktiva yang beresiko. Rasio ini dapat diperoleh dengan

menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap dibandingkan

dengan aktiva tertimbang menurut risiko yang dihitung dari bank

yang bersangkutan. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang

tercantum dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP

tanggal 14 Desember 2001 dengan rumus sebagai berikut:

𝐶𝐴𝑅 =𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

𝐴𝑇𝑀𝑅𝑋 100%

b. Return On Asset (ROA)

ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu

perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba

selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).

Rumus ROA adalah:

𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝐵𝐼𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑋 100%

c. Return On Equity (ROE)

ROE merupakan rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur

kinerja keuangan bank. Rasio ini berfungsi untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada

untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2003). Rumus

perhitungan ROE adalah sebagai berikut:

𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝐴𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑋 100%

Page 93: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

74

d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasional sering

disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya

operasional terhadap pendapatan operasional. Menurut

Dendawijaya (2003) rasio biaya operasional digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan

kegiatan operasinya. Rumus perhitungan BOPO adalah sebagai

berikut:

𝐵𝑂𝑃𝑂 =𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑋 100%

e. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank memenuhi kewajiban keuangan jangka

pendeknya. Kewajiban tersebut berupa call money yang harus

dipenuhi saat kewajiban kliring datang, dimana pemenuhannya

dilakukan dengan aset lancar perusahaan (Sudarini, 2005 dalam

Nusantara, 2009).

𝐿𝐷𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎𝑋100%

2. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel (X) adalah variabel yang

menjadi sebab terjadinya atau yang mempengaruhi variabel dependen.

Page 94: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

75

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Branchless Banking.

Menurut Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK,

Branchless Banking atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut

dengan LAKU PANDAI (Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam

Rangka Keuangan Inklusif) merupakan suatu program penyediaan

layanan perbankan dan layanan keuangan lainnya melalui kerjasama

dengan pihak lain (agen Bank) dan didukung dengan penggunaan

sarana teknologi informasi.

Tabel 3.3

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Konsep

Variabel

Indikator Skala

Branchless

Banking

(X)

Suatu

program

penyediaan

layanan

perbankan

dan layanan

keuangan

lainnya

melalui

kerjasama

dengan pihak

lain (agen

Bank) dan

didukung

dengan

penggunaan

sarana

teknologi

informasi.

0 = sebelum branchless

banking

1 = sesudah branchless

banking

Nominal

CAR (Y1) Rasio kinerja

bank untuk

mengukur

kecukupan

modal yang

dimiliki bank

untuk

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

𝐴𝑇𝑀𝑅𝑋 100%

Rasio

Page 95: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

76

Variabel Konsep

Variabel

Indikator Skala

menunjang

aktiva yang

mengandung

atau

menghasilka

n risiko,

misalnya

kredit yang

diberikan

(Lukman

Dendawijaya

, 2000)

ROA (Y2) Rasio yang

digunakan

untuk

mengukur

tingkat

pengembalia

n total

aset/aktiva

yang

digunakan

dan biasa

digunakan

sebagai

indikator

tingkat

profitabilitas

(Brigham

and Houston,

2001)

𝐸𝐵𝐼𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑋 100%

Rasio

ROE (Y3) Rasio yang

biasanya

dipakai untuk

mengukur

kinerja

keuangan

bank. Rasio

ini berfungsi

untuk

mengukur

kemampuan

manajemen

bank dalam

𝐸𝐴𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑋 100%

Rasio

Page 96: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

77

Variabel Konsep

Variabel

Indikator Skala

mengelola

capital yang

ada untuk

mendapatkan

net income

BOPO (Y4) Rasio yang

digunakan

untuk

mengukur

tingkat

efisiensi dan

kemampuan

bank dalam

melakukan

kegiatan

operasinya

(Dendawijay

a, 2003)

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑋100%

Rasio

LDR (Y5) Rasio yang

digunakan

untuk

mengukur

kemampuan

bank

memenuhi

kewajiban

keuangan

jangka

pendeknya

(Sudarini,

2005 dalam

Nusantara,

2009)

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎𝑋100%

Rasio

Page 97: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

78

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Objek Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan analisis dan pembahasan data yang

berkaitan antara Branchless Banking, Capital Adequacy Ratio, Return

On Asset, Return On Equity, Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional, dan Loan to Deposit Ratio. Pada bab ini juga akan

menjelaskan mengenai analisis deskriptif, pengujian hipotesis, dan

interpretasi hasil pengujian yang telah peneliti lakukan. Metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif dengan

membandingkan laporan keuangan setiap tahun nya untuk melihat

kinerja keuangan sebelum dan setelah diterapkannya program

branchless banking. Penelitian ini dilakukan dengan bantuan program

Microsoft Excel 2013 dan SPSS 23.0. Objek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan khususnya Bank Umum

Konvensional yang telah menerapkan program Branchless Banking di

Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan

keuangan triwulan perusahaan bank umum konvensional selama

periode 2012-2017. Data sekunder tersebut diperoleh dari website

masing-masing perusahaan bank yang diteliti.

Populasi yang digunakan yaitu bank umum konvensional yang

telah menerapkan program branchless banking yaitu sebanyak 27

Page 98: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

79

bank. Dari keseluruhan populasi, dilakukan teknik pengambilan sampel

yaitu purposive sampling dengan menyeleksi perusahaan bank umum

konvensional yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh

peneliti. Berdasarkan metode pengambilan sampel tersebut diperoleh 8

perusahaan bank umum konvensional yang layak dijadikan sampel.

Berikut merupakan data yang di deskripsikan yang terdiri dari variabel

dependen yang berjumlah lima, yaitu Capital Adequacy Ratio, Return

On Asset, Return On Equity, Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional, dan Loan to Deposit Ratio, dan data independen yaitu

Branchless Banking.

1) Deskripsi Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)

Modal merupakan sumber dana pihak pertama, yaitu sejumlah

dana yang diinvestasikan oleh pemilik untuk pendirian suatu bank.

Jika bank tersebut sudah beroperasi maka modal merupakan salah

satu faktor yang sangat penting bagi pengembangan usaha dan

menampung risiko kerugian. Agar perbankan dapat berkembang

secara sehat dan mampu bersaing dalam perbankan internasional

maka permodalan bank harus senantiasa mengikuti ukuran yang

berlaku secara internasional, yang ditentukan oleh Banking for

International Settlements (BIS), yaitu sebesar 8%. (Selamet Riyadi,

2006).

CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang

mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada

Page 99: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

80

bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping

memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana

masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Semakin tinggi CAR

maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung

risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. (Lukman

Dendawijaya, 2000).

Tabel 4.1

Nilai Perhitungan CAR Bank Periode 2012-2017

MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 Q1 17,54 17,36 18,11 16,89 22,20 15,41 24,56 19,55

2012 Q2 16,15 16,00 16,76 15,59 21,90 14,69 23,10 18,40

2012 Q3 16,08 15,95 17,05 15,22 21,59 14,81 21,03 18,44

2012 Q4 15,48 16,95 16,67 17,69 21,49 14,24 21,84 18,13

2013 Q1 17,04 17,91 17,82 17,40 22,80 16,59 22,19 17,00

2013 Q2 15,55 17,36 16,27 16,36 22,67 15,84 19,83 16,36

2013 Q3 15,14 17,13 15,67 16,05 22,97 16,01 18,04 16,43

2013 Q4 14,93 16,99 15,09 15,62 23,09 15,66 19,03 16,51

2014 Q1 16,15 18,27 15,57 15,74 22,71 17,67 18,33 16,15

2014 Q2 16,04 18,10 15,95 15,03 22,28 17,24 17,28 15,84

2014 Q3 16,47 18,57 16,23 14,33 23,45 17,02 17,92 16,18

2014 Q4 16,60 18,31 16,22 14,64 23,30 16,86 18,06 16,08

2015 Q1 17,87 20,08 17,83 15,05 25,73 19,39 19,89 15,61

2015 Q2 17,63 20,41 17,11 14,78 24,27 19,04 19,39 15,84

2015 Q3 17,81 20,59 17,43 15,78 24,40 19,20 16,96 15,48

2015 Q4 18,60 20,59 19,49 16,97 24,52 18,65 19,85 16,21

2016 Q1 18,48 19,49 19,87 16,50 24,89 20,04 20,62 14,93

2016 Q2 21,78 22,10 19,30 22,07 24,58 21,54 21,01 17,65

2016 Q3 22,63 21,88 18,39 20,60 25,31 21,54 20,33 18,12

2016 Q4 21,36 22,91 19,36 20,34 25,60 21,90 24,50 18,43

2017 Q1 21,11 20,86 18,99 18,90 24,56 23,10 24,96 17,04

2017 Q2 21,55 21,67 18,99 18,38 24,52 22,10 23,61 16,13

2017 Q3 21,98 22,17 19,01 16,97 25,23 23,62 22,69 16,36

2017 Q4 21,64 22,96 18,53 18,87 24,91 23,06 24,84 18,77

Rata-rata 18,15 19,36 17,57 16,91 23,71 18,55 20,83 16,90

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Page 100: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

81

Tabel 4.2

Rata-rata CAR Sebelum Branchless Banking

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 16,31 16,56 17,15 16,35 21,79 14,79 22,63 18,63

2013 15,67 17,35 16,21 16,36 22,88 16,02 19,77 16,57

2014 16,32 18,31 15,99 14,93 22,94 17,20 17,89 16,06

Rata-rata 16,10 17,41 16,45 15,88 22,54 16,00 20,10 17,09

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.1

Rata-rata Nilai Perhitungan CAR Sebelum Branchless Banking

Pada tahun 2012, nilai CAR yang paling tinggi dicapai oleh

BPD Kaltim yaitu pada kuartal 1 sebesar 24,56% dengan nilai rata-

rata sebesar 22,63%. Sedangkan nilai CAR yang paling rendah

dicapai oleh BCA pada kuartal 4 yaitu sebesar 14,24% dengan nilai

rata-rata sebesar 14,79%.

Pada tahun 2013, nilai CAR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTPN yaitu pada kuartal 4 sebesar 23,09% dengan nilai rata-

rata sebesar 22,88%. Sedangkan nilai CAR yang paling rendah

16

.31

16

.56

17

.15

16

.35

21

.79

14

.79

22

,63

18

.63

15

.67

17

.35

16

.21

16

.36

22

.88

16

.02

19

,77

16

.57

16

.32 18

.31

15

.99

14

.93

22

.94

17

.2

17

.89

16

.06

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B

2012 2013 2014

Page 101: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

82

dicapai oleh Bank Mandiri pada kuartal 4 yaitu sebesar 14,93%

dengan nilai rata-rata sebesar 15,67%.

Pada tahun 2014, nilai CAR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTPN yaitu pada kuartal 3 sebesar 23,45% dengan nilai rata-

rata sebesar 22,94%. Sedangkan nilai CAR yang paling rendah

dicapai oleh Bank BTN pada kuartal 3 yaitu sebesar 14,33% dengan

nilai rata-rata sebesar 14,93%.

Tabel 4.3

Rata-rata CAR Setelah Branchless Banking

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2015 17,98 20,42 17,97 15,64 24,73 19,07 19,02 15,78

2016 21,06 21,59 19,23 19,88 25,10 21,25 21,62 17,28

2017 21,57 21,91 18,88 18,28 24,80 22,97 24,03 17,07

Rata-rata 20,20 21,31 18,69 17,93 24,88 21,10 21,55 16,71

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.2

Rata-rata Nilai Perhitungan CAR Setelah Branchless Banking

17

.98 20

.42

17

.97

15

.64

24

.73

19

.07

19

,02

15

.78

21

.06

21

.59

19

.23

19

.88

25

.1

21

.25

21

.62

17

.28

21

.57

21

.91

18

.88

18

.28

24

.8

22

.97

24

.03

17

.07

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B

2015 2016 2017

Page 102: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

83

Pada tahun 2015, nilai CAR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTPN yaitu pada kuartal 1 sebesar 25,73% meningkat dari

periode sebelumnya, dengan nilai rata-rata sebesar 24,73%.

Sedangkan nilai CAR yang paling rendah dicapai oleh Bank BTN

pada kuartal 2 yaitu sebesar 14,78% dengan nilai rata-rata sebesar

15,64% .

Pada tahun 2016, nilai CAR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTPN yaitu pada kuartal 4 sebesar 25,60% dengan nilai rata-

rata sebesar 25,1%. Sedangkan nilai CAR yang paling rendah

dicapai oleh BJB pada kuartal 1 yaitu sebesar 14,93% dengan nilai

rata-rata sebesar 19,88%.

Pada tahun 2017, nilai CAR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTPN yaitu sebesar 25,23% pada kuartal 3, dengan nilai rata-

rata sebesar 24,8%. Sedangkan nilai CAR yang paling rendah

dicapai oleh Bank BJB pada kuartal 2 yaitu sebesar 16,13% dengan

nilai rata-rata sebesar 17,07%.

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.3

16

.10

17

.41

16

.45

15

.88 2

2.5

4

16

.00 20

.10

17

.09

17

.70

20

.20

21

.31

18

.69

17

.93

24

.88

21

.10

21

.55

16

.71

20

.30

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B R A T A -R A T A

SEBELUM SESUDAH

Page 103: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

84

Rata-rata Nilai Perhitungan CAR Sebelum & Setelah

Branchless Banking

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa setelah

penerapan Branchless Banking, nilai rata-rata CAR hampir semua

bank mengalami kenaikan kecuali Bank Jabar Banten mengalami

penurunan nilai rata-rata sebesar 0,38%. Nilai rata-rata CAR untuk

keseluruhan bank pada saat sebelum diterapkan Branchless Banking

adalah sebesar 17,70%, dan nilai rata-rata setelah Branchless

Banking adalah sebesar 20,30%, terjadi kenaikan sebesar 2,60%.

2) Dekripsi Variabel Return On Asset (ROA)

ROA atau sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

sebagai rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis mengenai ROA

kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa

mendatang (Hanafi & Halim, 2014:157). ROA mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan

total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi ROA

menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam

memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak.

Dengan demikian, semakin tinggi ROA, semakin efektif kinerja

perusahaan. (Anggraini, 2006).

Page 104: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

85

Tabel 4.4

Nilai Perhitungan ROA Bank Periode 2012-2017

MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 Q1 0,81 1,27 0,69 0,48 1,14 0,67 0,43 0,59

2012 Q2 1,62 2,31 1,32 0,94 2,23 1,70 1,02 1,31

2012 Q3 2,49 3,48 2,05 1,41 3,20 2,47 1,80 1,76

2012 Q4 3,21 4,42 2,67 1,66 5,90 3,37 2,41 2,14

2013 Q1 0,86 1,20 0,82 0,38 0,99 0,75 0,80 0,68

2013 Q2 1,67 2,26 1,60 0,77 4,79 2,59 0,52 1,38

2013 Q3 2,44 3,29 2,30 1,16 3,39 1,68 1,58 2,02

2013 Q4 3,34 4,56 2,98 1,63 4,12 3,61 3,15 2,61

2014 Q1 0,88 1,24 0,83 0,33 0,99 0,87 -0,32 0,57

2014 Q2 1,67 2,38 1,55 0,55 1,89 1,84 -1,40 0,84

2014 Q3 2,48 3,29 2,41 0,74 1,95 2,79 0,91 1,24

2014 Q4 3,19 3,95 3,33 1,07 6,54 3,66 2,26 2,01

2015 Q1 0,87 0,97 0,90 0,38 0,86 0,87 0,62 0,60

2015 Q2 1,52 1,96 0,71 0,75 1,61 1,84 0,69 0,82

2015 Q3 2,18 2,89 1,69 1,04 2,38 2,81 1,04 1,26

2015 Q4 3,06 3,81 2,26 1,48 3,00 3,70 1,95 2,11

2016 Q1 0,64 0,91 0,75 0,38 0,73 0,89 0,62 0,62

2016 Q2 1,01 1,76 1,03 0,73 1,51 1,88 1,16 1,27

2016 Q3 1,68 2,56 1,73 1,11 2,33 2,81 1,66 1,85

2016 Q4 1,78 3,47 2,39 1,55 2,85 3,70 3,01 2,16

2017 Q1 0,59 0,83 0,68 0,51 0,75 0,87 0,87 0,58

2017 Q2 1,27 1,62 1,32 0,73 1,42 1,74 1,27 1,15

2017 Q3 1,98 2,44 1,96 1,11 2,17 2,76 2,10 1,54

2017 Q4 2,57 3,29 2,47 1,48 2,03 3,74 2,83 1,90

Rata-rata 1,83 2,51 1,69 0,93 2,37 2,23 1,29 1,38

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Tabel 4.5

Rata-rata ROA Sebelum Branchless Banking

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 2,03 2,87 1,68 1,12 3,12 2,05 1,41 1,45

2013 2,08 2,83 1,93 0,99 2,85 2,16 1,51 1,67

2014 2,06 2,72 2,03 0,67 2,84 2,29 0,36 1,16

Page 105: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

86

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.4

Rata-rata Nilai Perhitungan ROA Sebelum Branchless Banking

Pada tahun 2012, tingkat pengembalian aset atau ROA yang

paling tinggi dicapai oleh Bank BTPN yaitu pada kuartal 4 sebesar

5,90% dengan nilai rata-rata sebesar 3,12%. Sedangkan nilai ROA

yang paling rendah dicapai oleh BPD Kaltim pada kuartal 1 yaitu

sebesar 0,43% dengan nilai rata-rata sebesar 1,41%.

Pada tahun 2013, tingkat pengembalian ROA yang paling tinggi

dicapai oleh Bank BTPN pada kuartal 2 menurun dari tahun

sebelumnya menjadi 4,79% dengan nilai rata-rata sebesar 3,32%.

2.0

3

2.8

7

1.6

8

1.1

2

3.1

2

2.0

5

1.4

1

1.4

5

2.0

8

2.8

3

1.9

3

0.9

9

3.3

2

2.1

6

1.5

1

1.6

72.0

6

2.7

2

2.0

3

0.6

7

2.2

8

2.2

9

0.3

6

1.1

6

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K A L T I M

B J B

2012 2013 2014

Rata-rata 2,06 2,80 1,88 0,93 2,94 2,17 1,10 1,43

Page 106: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

87

Sedangkan nilai ROA yang paling rendah dicapai oleh Bank BTN

pada kuartal 1 yaitu sebesar 0,38% dengan nilai rata-rata 0,99%.

Pada tahun 2014, tingkat pengembalian ROA yang paling tinggi

dicapai oleh Bank BRI yaitu pada kuartal 4 sebesar 3,95% dengan

nilai rata-rata sebesar 2,72%. Sedangkan nilai ROA yang paling

rendah dicapai oleh BPD Kaltim pada kuartal 1 yaitu sebesar -0,32%

dengan nilai rata-rata sebesar 0,36%.

Tabel 4.6

Rata-rata ROA Setelah Branchless Banking

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.5

Rata-rata Nilai Perhitungan ROA Setelah Branchless Banking

1,9

1

2.4

1

1.3

9

0.9

1

1.9

6

2.3

1,0

7

1.21

,28

2.1

8

1.4

8

0.9

4

1.8

5

2.3

2

1.6

1

1.4

8

1,6

0

2.0

4

1.6

1

0.9

6

1.5

9

2.2

8

1.7

7

1.2

9

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B

2015 2016 2017

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2015 1,91 2,41 1,39 0,91 1,96 2,30 1,07 1,20

2016 1,28 2,18 1,48 0,94 1,85 2,32 1,61 2,48

2017 1,60 2,04 1,61 0,96 1,59 2,28 1,77 1,29

Rata-rata 1,60 2,21 1,49 0,94 1,80 2,30 1,48 1,32

Page 107: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

88

Pada tahun 2015, tingkat pengembalian ROA yang paling tinggi

dicapai oleh Bank BRI yaitu sebesar 3,81% pada kuartal 4 dengan

nilai rata-rata sebesar 2,41%. Sedangkan nilai ROA yang paling

rendah dicapai oleh Bank BTN pada kuartal 1 yaitu sebesar 0,38%

dengan nilai rata-rata sebesar 0,91%.

Pada tahun 2016, tingkat pengembalian ROA yang paling tinggi

dicapai oleh Bank BCA yaitu pada kuartal 4 sebesar 3,70% dengan

nilai rata-rata sebesar 2,32%. Sedangkan nilai ROA yang paling

rendah dicapai oleh Bank BTN pada kuartal 1 yaitu sebesar 0,38%

dengan nilai rata-rata sebesar 0,94%.

Pada tahun 2017, tingkat pengembalian ROA yang paling tinggi

dicapai oleh Bank BCA yaitu sebesar 3,74% pada kuartal 4 dengan

nilai rata-rata sebesar 2,24%. Sedangkan nilai ROA yang paling

rendah dicapai oleh Bank BTN pada kuartal 1 yaitu sebesar 0,51%

dengan nilai rata-rata sebesar 0,96%.

2,0

6

2,8

0

1,8

8

0,9

3

2,9

1

2,1

7

1,1

0

1,4

3

1,9

1

1,6

0

2,2

1

1,4

9

0,9

4

1,8

0 2,3

0

1,4

8

1,3

2

1,6

4

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B R A T A -R A T A

SEBELUM SESUDAH

Page 108: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

89

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.6

Rata-rata Nilai Perhitungan ROA Sebelum & Setelah Branchless

Banking

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa setelah

penerapan Branchless Banking, nilai ROA untuk bank BCA dan

BPD Kaltim mengalami kenaikan, sedangkan untuk bank yang

lainnya mengalami penurunan. Berdasarkan perhitungan nilai rata-

rata ROA untuk keseluruhan bank pada saat sebelum diterapkan

Branchless Banking adalah sebesar 1,91%, dan nilai rata-rata setelah

Branchless Banking adalah sebesar 1,64%, terjadi penurunan sebesar

0,27%.

3) Deskripsi Variabel Return On Equity (ROE)

ROE merupakan rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur

kinerja keuangan bank. Rasio ini berfungsi untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada

untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2003). Dari pandangan

pemilik, ROE merupakan ukuran yang lebih penting karena

merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka. Jika dikaitkan

dengan keuntungan bisnis syariah dalam ekonomi dapat dilihat dari

sisi teori bahwa perusahaan sekarang ini menekankan pemaksimalan

laba untuk pemegang saham. Jadi return on equity merupakan

indikator yang amat penting bagi pemilik saham dan calon investor

untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih

Page 109: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

90

yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Apabila terjadi

kenaikan rasio, berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank

bersangkutan (Veithzal, 2008).

Tabel 4.7

Nilai Perhitungan ROE Bank Periode 2012-2017

MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 Q1 23,46 36,26 18,40 17,19 5,67 22,08 13,75 22,20

2012 Q2 25,19 36,92 19,66 18,43 11,87 28,98 16,87 25,32

2012 Q3 26,61 36,87 19,71 19,06 18,61 29,16 20,09 26,45

2012 Q4 27,23 38,66 19,99 18,23 25,57 30,44 15,98 25,02

2013 Q1 24,26 32,63 20.12 13,66 6,90 21,72 25,54 28,41

2013 Q2 25,60 33,05 21,78 13,89 13,18 24,57 30,80 28,89

2013 Q3 25,82 33,24 21,84 14,52 18,72 26,61 17,80 28,08

2013 Q4 27,31 34,11 22,47 16,05 21,51 28,15 18,83 26,76

2014 Q1 24,56 30,97 22,58 12,68 4,12 22,31 16,96 21,46

2014 Q2 24,49 30,94 22,58 19,19 8,27 24,56 12,78 16,64

2014 Q3 25,15 31,51 22,65 9,66 11,83 25,37 8,36 16,48

2014 Q4 25,81 31,18 23,64 10,95 15,81 25,50 15,64 19,11

2015 Q1 25,84 29,84 23,08 15,31 3,88 20,15 16,54 25,15

2015 Q2 23,68 29,22 9,54 15,62 7,24 21,65 11,76 19,61

2015 Q3 22,49 29,60 16,06 15,13 10,39 22,22 9,70 20,29

2015 Q4 23,03 29,89 17,21 16,84 12,59 21,86 10,35 23,05

2016 Q1 17,84 26,55 17,89 15,89 2,76 19,30 15,70 26,80

2016 Q2 13,33 25,24 12,59 16,22 5,92 20,48 13,82 27,92

2016 Q3 13,76 23,97 14,61 15,76 9,09 20,87 11,19 26,85

2016 Q4 11,12 23,08 15,54 18,35 11,50 20,46 15,05 21,81

2017 Q1 13,40 18,77 16,03 14,60 3,19 17,07 18,14 22,27

2017 Q2 14,43 19,12 15,56 15,64 6,09 18,30 11,72 23,78

2017 Q3 14,68 19,27 15,94 16,34 8,71 19,06 13,72 22,11

2017 Q4 14,53 20,03 15,60 18,11 8,27 19,20 11,28 20,05

Page 110: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

91

Rata-rata 21,40 29,21 17,74 15,72 10,49 22,92 15,52 23,52

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Tabel 4.8

Rata-rata ROE Sebelum Branchless Banking

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 25,62 37,18 19,44 18,23 15,43 27,67 16,67 24,75

2013 25,75 33,26 16,73 14,53 15,08 25,26 23,24 28,04

2014 25,00 31,15 22,86 13,12 10,01 24,44 -3.84 18,42

Rata-rata 25,46 33,86 19,68 15,29 13,50 25,79 12,03 23,74

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.7

Rata-rata Nilai Perhitungan ROE Sebelum Branchless Banking

Pada tahun 2012, nilai ROE yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BRI yaitu pada kuartal 4 sebesar 38,66% dengan nilai rata-rata

sebesar 37,18%. Sedangkan nilai ROE yang paling rendah dicapai

oleh Bank BTPN pada kuartal 1 yaitu sebesar 5,67% dengan nilai

rata-rata sebesar 15,43%.

25

.62

37

.18

19

.44

18

.23

15

.43

27

.67

16

.67

24

.75

25

.75

33

.26

16

.73

14

.53

15

.08

25

.26

23

.24 2

8.0

4

25

31

.15

22

.86

13

.12

10

.01

24

.44

13

.44 1

8.4

2

M A N D I R I B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K A L T I M B J B

CHART TITLE

2012 2013 2014

Page 111: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

92

Pada tahun 2013, nilai ROE yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BRI pada kuartal 4 sebesar 34,11% dengan nilai rata-rata

sebesar 33,26%. Sedangkan nilai ROE yang paling rendah dicapai

oleh Bank BTPN pada kuartal 1 yaitu sebesar 6,90% dengan nilai

rata-rata 15,08%.

Pada tahun 2014, nilai ROE yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BRI yaitu pada kuartal 3 sebesar 31,51% dengan nilai rata-rata

sebesar 31,15%. Sedangkan nilai ROE yang paling rendah dicapai

oleh Bank BTPN pada kuartal 1 yaitu sebesar 4,12% dengan nilai

rata-rata sebesar 10,01%.

Tabel 4.9

Rata-rata ROE Setelah Branchless Banking

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2015 23,76 29,64 16,47 15,73 8,52 21,47 12,09 22,03

2016 14,01 24,71 15,16 16,56 7,32 20,28 13,94 25,85

2017 14,26 19,30 15,78 16,17 6,57 18,41 13,72 22,05

Rata-rata 17,34 24,55 15,80 16,15 7,47 20,05 13,25 23,31

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

23

.76 2

9.6

4

16

.47

15

.73

8.5

2

21

.47

12

.09

22

.03

14

.01

24

.71

15

.16

16

.56

7.3

2

20

.28

13

.94

25

.85

14

.26 19

.3

15

.78

16

.17

6.5

7

18

.41

13

.72

22

.05

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B

CHART TITLE

2015 2016 2017

Page 112: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

93

Gambar 4.8

Rata-rata Nilai Perhitungan ROE Setelah Branchless Banking

Pada tahun 2015, nilai ROE yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BRI yaitu sebesar 29,89% pada kuartal 4 dengan nilai rata-rata

sebesar 29,64%. Sedangkan nilai ROE yang paling rendah dicapai

oleh Bank BTPN pada kuartal 1 yaitu sebesar 3,88% dengan nilai

rata-rata sebesar 8,52%.

Pada tahun 2016, nilai ROE yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BJB yaitu pada kuartal 2 sebesar 27,92% dengan nilai rata-rata

sebesar 25,85%. Sedangkan nilai ROE yang paling rendah dicapai

oleh Bank BTPN pada kuartal 1 yaitu sebesar 2,76% dengan nilai

rata-rata sebesar 7,32%.

Pada tahun 2017, nilai ROE yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BJB yaitu sebesar 23,78% pada kuartal 2 dengan nilai rata-rata

sebesar 22,05%. Sedangkan nilai ROE yang paling rendah dicapai

oleh Bank BTPN pada kuartal 1 yaitu sebesar 3,19% dengan nilai

rata-rata sebesar 6,57%.

Page 113: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

94

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.9

Rata-rata Nilai Perhitungan ROE Sebelum & Setelah

Branchless Banking

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa setelah

penerapan Branchless Banking, nilai rata-rata ROE hampir semua

bank mengalami penurunan kecuali Bank BTN mengalami

peningkatan nilai rata-rata sebesar 0,86%. Nilai rata-rata ROE untuk

keseluruhan bank pada saat sebelum diterapkan Branchless Banking

adalah sebesar 21,89%, dan nilai rata-rata setelah Branchless

Banking adalah sebesar 17,24%, terjadi penurunan sebesar 4,65%.

4) Deskripsi Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO)

Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan

membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi

25

.46

33

.86

19

.68

15

.29

13

.5

25

.79

17

.78 2

3.7

4

21

.89

17

.34

24

.55

15

.8

16

.15

7.4

7

20

.05

13

.25

23

.31

17

.24

CHART TITLE

SEBELUM SESUDAH

Page 114: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

95

atau disebut dengan BOPO. Rasio Biaya Operasi terhadap

Pendapatan Operasional sering disebut rasio efisiensi yang

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

Menurut Dendawijaya (2003) rasio biaya operasional digunakan

untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya.

Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan

Herdiningtyas, 2005). Rasio yang semakin meningkat mencerminkan

kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan

meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan

kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya (SE.

Intern BI, 2004). Bank Indonesia menetapkan rasio BOPO baik

apabila dibawah 90%. Apabila rasio BOPO melebihi 90% atau

mendekati 100% maka bank dapat dikategorikan sebagai bank yang

tidak efisien.

Tabel 4.10

Nilai Perhitungan BOPO Bank Periode 2012-2017

MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 Q1 73,96 78,94 94,43 123,58 59,72 90,36 76,09 96,54

2012 Q2 73,07 83,60 106,72 117,85 60,48 73,98 84,19 103,76

2012 Q3 71,89 83,59 93,72 118,41 60,55 74,04 81,74 109,00

2012 Q4 73,29 78,24 91,76 118,78 60,86 71,45 94,98 120,41

2013 Q1 69,69 83,36 86,70 124,85 58,23 89,59 74,66 89,42

2013 Q2 69,16 83,99 85,36 126,93 58,95 80,31 49,24 114,43

2013 Q3 71,06 86,11 84,41 127,85 59,41 78,17 98,62 124,65

Page 115: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

96

2013 Q4 69,50 82,77 116,77 121,24 61,37 75,07 115,42 115,94

2014 Q1 72,05 89,56 89,13 130,67 64,22 83,51 126,25 112,56

2014 Q2 73,37 89,45 88,06 138,84 64,86 78,37 173,56 126,92

2014 Q3 71,86 92,12 89,19 141,16 66,52 75,36 74,76 130,03

2014 Q4 70,47 89,15 86,16 137,27 67,42 75,70 55,18 77,19

2015 Q1 66,44 90,49 91,32 124,39 67,57 85,72 114,82 108,82

2015 Q2 77,24 96,40 140,94 123,84 68,76 79,90 86,89 122,13

2015 Q3 84,11 98,34 117,15 126,43 69,39 78,89 79,61 121,69

2015 Q4 88,33 94,15 109,03 122,50 70,72 79,24 77,33 118,18

2016 Q1 104,89 106,86 89,14 119,74 72,38 90,90 60,68 108,41

2016 Q2 113,00 107,49 113,02 121,63 71,58 82,78 64,60 109,40

2016 Q3 111,13 108,44 105,34 118,56 71,21 78,38 70,18 133,16

2016 Q4 120,41 97,98 103,10 116,22 71,82 77,45 60,55 114,68

2017 Q1 102,37 108,29 94,54 119,33 70,94 83,41 93,93 110,17

2017 Q2 95,32 107,94 94,19 118,68 71,29 76,83 117,06 114,30

2017 Q3 91,99 107,50 91,54 117,70 71,53 72,08 105,96 115,64

2017 Q4 91,96 97,90 93,17 115,02 78,85 70,29 115,01 122,96

Rata-rata 83,61 93,45 98,12 123,81 66,61 79,24 89,64 113,35

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Tabel 4.11

Rata-rata BOPO Sebelum Branchless Banking

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 73,05 81,09 96,66 119,65 60,40 77,46 84,25 107,43

2013 69,85 84,06 93,31 125,22 59,49 80,79 84,48 111,11

2014 71,94 90,07 88,14 136,98 65,76 78,23 107,44 111,67

Rata-rata 71,62 85,07 92,70 127,29 61,88 78,83 92,06 110,07

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Page 116: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

97

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.10

Rata-rata Nilai Perhitungan BOPO Sebelum Branchless Banking

Pada tahun 2012, nilai BOPO yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu pada kuartal 1 sebesar 123,58% cukup jauh

melebihi batas maksimum yang ditetapkan oleh BI, artinya pada

periode ini bank tersebut tidak efisien, dengan nilai rata-rata sebesar

119,65%. Sedangkan nilai BOPO yang paling rendah dicapai oleh

Bank BTPN pada kuartal 1 yaitu sebesar 59,72%, bank ini dikatakan

efisien karena memiliki nilai BOPO yang kecil atau kurang dari

90%, dengan nilai rata-rata sebesar 60,4%.

Pada tahun 2013, nilai BOPO yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu pada kuartal 2 sebesar 126,93%, artinya pada

periode ini bank tersebut tidak efisien, dengan nilai rata-rata sebesar

125,22%. Sedangkan nilai BOPO yang paling rendah dicapai oleh

73

.05

81

.09 9

6.6

6

11

9.6

5

60

.4

77

.46

84

.25

10

7.4

3

69

.85 8

4.0

6

93

.31

12

5.2

2

59

.49

80

.79

84

.48

11

1.1

1

71

.94

90

.07

88

.14

13

6.9

8

65

.76 78

.23

10

7.4

4

11

1.6

7

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B

2012 2013 2014

Page 117: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

98

BPD Kaltim pada kuartal 2 yaitu sebesar 49,24%, yang berarti

bahwa bank tersebut adalah yang paling efisien pada periode ini,

dengan nilai rata-rata sebesar 84,48%.

Pada tahun 2014, nilai BOPO yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu pada kuartal 3 sebesar 141,16%, jauh dari batas

maksimum yang ditetapkan oleh BI, hal ini berarti pada periode ini

bank tersebut tidak efisien, dengan nilai rata-rata sebesar 136,98%.

Sedangkan nilai BOPO yang paling rendah dicapai oleh BPD Kaltim

pada kuartal 4 yaitu sebesar 55,18%, dengan nilai rata-rata sebesar

107,44%.

Tabel 4.12

Rata-rata BOPO Setelah Branchless Banking

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2015 79,03 94,85 114,61 124,29 69,11 80,94 89,66 117,71

2016 112,36 105,19 102,65 119,04 71,75 82,38 64,00 116,41

2017 95,41 105,41 93,36 117,68 73,15 75,65 107,99 115,77

Rata-rata 95,60 101,82 103,54 120,34 71,34 79,66 87,22 116,63

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Page 118: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

99

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.11

Rata-rata Nilai Perhitungan BOPO Setelah Branchless Banking

Pada tahun 2015, nilai BOPO yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BNI yaitu pada kuartal 2 sebesar 140,94%, artinya bank

tersebut tidak efisien pada periode ini, dengan nilai rata-rata sebesar

114,61%. Sedangkan nilai BOPO yang paling rendah dicapai oleh

Bank Mandiri pada kuartal 1 yaitu sebesar 66,44%, artinya bank

tersebut efisien pada periode ini, dengan nilai rata-rata sebesar

79,03%.

Pada tahun 2016, nilai BOPO yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu pada kuartal 2 sebesar 121,63%, artinya bank

tersebut tidak efisien pada periode ini, dengan nilai rata-rata sebesar

119,04%. Sedangkan nilai BOPO yang paling rendah dicapai oleh

BPD Kaltim pada kuartal 4 yaitu sebesar 60,55%, yang berari bank

tersebut efisien, dengan nilai rata-rata sebesar 64%.

79

.03 9

4.8

5

11

4.6

1

12

4.2

9

69

.11 80

.94 89

,66

11

7.7

1

11

2.3

6

10

5.1

9

10

2.6

5 11

9.0

4

71

.75 82

.38

64

11

6.4

1

95

.41 10

5.4

1

93

.36

11

7.6

8

73

.15

75

.65

10

7.9

9

11

5.7

7

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B

2015 2016 2017

Page 119: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

100

Pada tahun 2017, nilai BOPO yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BJB yaitu sebesar 122,96% pada kuartal 4, dengan nilai rata-

rata sebesar 115,77%. Sedangkan nilai BOPO yang paling rendah

dicapai oleh Bank BTPN pada kuartal 1 yaitu sebesar 70,94%

dengan nilai rata-rata sebesar 73,15%.

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.12

Rata-rata Nilai Perhitungan BOPO Sebelum & Setelah

Branchless Banking

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa setelah

penerapan Branchless Banking, nilai rata-rata BOPO hampir semua

bank mengalami kenaikan kecuali Bank BTN dan BPD Kaltim

mengalami penurunan nilai rata-rata sebesar 6,95% dan 4,84%. Nilai

rata-rata BOPO untuk keseluruhan bank pada saat sebelum

diterapkan Branchless Banking adalah sebesar 89,94%, dan nilai

rata-rata setelah Branchless Banking adalah sebesar 97,02%, terjadi

kenaikan sebesar 7,08%.

71

.62 8

5.0

7

92

.70

12

7.2

9

61

.88

78

.83 9

2.0

6

11

0.0

7

89

.94

95

.60

10

1.8

2

10

3.5

4 12

0.3

4

71

.34

79

.66

87

.22

11

6.6

3

97

.02

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B R A T A -R A T A

SEBELUM SESUDAH

Page 120: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

101

5) Deskripsi Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR)

Salah satu rasio likuiditas bank yang umum digunakan adalah

rasio LDR. LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya.

Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi saat

kewajiban kliring datang, dimana pemenuhannya dilakukan dengan

aset lancar perusahaan (Sudarini, 2005 dalam Nusantara, 2009).

Pencapaian LDR yang baik adalah apabila nilai LDR masih

dalam batas yang ditetapkan BI (Tahun 2015 BI menetapkan batas

atas LDR adalah 92% dan batas bawah 78%), karena nilai LDR yang

terlalu tinggi maupun terlalu rendah tidak akan baik untuk bank

(Eng, 2013). LDR menunjukkan seberapa besar dana yang

dilepaskan bank dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio LDR

(mendekati batas atas) maka laba bank tersebut akan semakin

meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan

kreditnya secara efektif. LDR merupakan rasio antara jumlah kredit

yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga (giro, tabungan

dan deposito) (Sudiyatno dan Suroso, 2010).

Page 121: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

102

Tabel 4.13

Nilai Perhitungan LDR Bank Periode 2012-2017

MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 Q1 79,36 84,03 74,36 102,19 77,37 62,40 54,04 56,31

2012 Q2 81,81 82,13 73,61 107,60 77,82 66,23 49,88 65,48

2012 Q3 82,61 85,23 76,82 165,48 76,91 66,42 47,58 64,95

2012 Q4 78,07 79,85 77,52 99,51 86,17 69,33 56,65 74,09

2013 Q1 81,36 89,62 82,57 98,05 88,16 72,00 57,83 83,24

2013 Q2 83,14 89,25 84,00 110,48 91,80 74,08 66,58 92,53

2013 Q3 86,06 90,88 84,69 107,55 92,76 74,66 61,24 91,75

2013 Q4 83,44 88,54 85,30 101,69 88,66 76,28 90,03 96,47

2014 Q1 87,15 92,01 88,39 98,36 95,89 77,98 102,54 78,18

2014 Q2 85,85 94,00 80,28 102,68 95,14 76,36 71,64 80,49

2014 Q3 84,76 85,29 85,74 106,48 97,44 76,55 67,22 79,72

2014 Q4 82,46 81,68 87,81 107,04 96,88 77,46 77,48 93,18

2015 Q1 84,14 80,47 87,76 108,37 97,53 75,40 76,60 74,57

2015 Q2 83,28 87,87 87,63 108,24 97,45 76,28 56,75 67,47

2015 Q3 84,61 84,89 87,67 104,45 95,82 78,94 59,55 70,73

2015 Q4 87,42 86,88 87,77 107,48 96,62 81,91 104,39 88,13

2016 Q1 87,03 88,81 87,97 108,38 96,00 79,45 80,12 74,10

2016 Q2 87,49 90,03 91,40 110,62 94,77 78,90 79,02 88,10

2016 Q3 90,19 90,68 92,85 103,12 96,46 78,33 88,12 86,33

2016 Q4 86,15 87,77 90,41 101,51 96,22 78,52 101,69 86,70

2017 Q1 89,45 93,15 89,33 106,25 93,54 76,41 80,68 80,24

2017 Q2 88,85 89,76 88,93 110,44 95,63 75,76 77,02 85,85

2017 Q3 89,24 90,39 87,86 109,48 93,37 76,57 73,91 81,50

2017 Q4 88,28 88,13 85,58 101,94 95,86 80,46 90,38 87,27

Rata-rata 85,09 87,56 85,26 107,81 92,26 75,28 73,79 80,31

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Tabel 4.14

Rata-rata LDR Sebelum Branchless Banking

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2012 80,46 82,81 75,58 118,70 79,57 66,09 52,03 65,21

2013 83,50 89,57 84,14 104,44 90,35 74,26 68,92 91,00

2014 85,06 88,24 85,56 103,64 96,34 77,09 79,72 82,89

Rata-rata 83,01 86,87 81,76 108,93 88,75 72,48 66,89 79,70

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Page 122: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

103

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.13

Rata-rata Nilai Perhitungan LDR Sebelum Branchless Banking

Pada tahun 2012, nilai LDR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu pada kuartal 3 sebesar 165,48%, jauh melebihi

batas maksimum yang ditetapkan oleh BI, dengan nilai rata-rata

sebesar 118,70. Semakin tinggi nilai LDR menunjukkan semakin

tidak likuidnya suatu bank. Sedangkan nilai LDR yang paling rendah

dicapai oleh BPD Kaltim pada kuartal 3 yaitu sebesar 47,58% lebih

rendah dari batas minimum yang ditetapkan oleh BI, dengan nilai

rata-rata sebesar 52,03%. Nilai LDR yang rendah menunjukkan

bahwa bank dikatakan likuid, namun tidak lebih rendah dari batas

minimum yang ditetapkan oleh BI.

Pada tahun 2013, nilai LDR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu pada kuartal 2 sebesar 110,48% cukup jauh

melebihi batas maksimum yang ditetapkan oleh BI, dengan nilai

rata-rata sebesar 104,44%. Sedangkan nilai LDR yang paling rendah

dicapai oleh BPD Kaltim pada kuartal 1 yaitu sebesar 57,83% lebih

80

.46

82

,81

75

.58

11

8,7

0

79

.57

66

.09

52

,03

65

.218

3.5 89

.57

84

.14 1

04

.44

90

.35

74

.26

68

,92 9

1

85

.06

88

,24

85

.56 1

03

.64

96

.34

77

.09

79

.72

82

.89

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B

2012 2013 2014

Page 123: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

104

rendah dari batas minimum yang ditetapkan oleh BI dengan nilai

rata-rata sebesar 68,92%.

Pada tahun 2014, nilai LDR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu pada kuartal 4 sebesar 107,04% turun dibandingkan

periode sebelumnya, dengan nilai rata-rata sebesar 103,64%.

Sedangkan nilai LDR yang paling rendah dicapai oleh BPD Kaltim

pada kuartal 3 yaitu sebesar 67,22% lebih rendah dari batas

minimum yang ditetapkan oleh BI, dengan nilai rata-rata sebesar

79,72%.

Tabel 4.15

Rata-rata LDR Setelah Branchless Banking

Tahun MNDR BRI BNI BTN BTPN BCA

BPD

KLTM BJB

2015 84,86 85,03 87,71 107,13 96,86 78,13 74,32 75,23

2016 87,72 89,32 90,66 105,91 95,86 78,80 87,24 83,81

2017 88,96 90,36 87,92 107,03 94,60 77,30 80,50 83,72

Rata-rata 87,18 88,24 88,76 106,69 95,77 78,08 80,68 80,92

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.14

Rata-rata Nilai Perhitungan LDR Setelah Branchless Banking

84

.86

85

.03

87

.71 1

07

.13

96

.86

78

.13

74

,32

75

.23

87

.72

89

.32

90

.66 10

5.9

1

95

.86

78

.8 87

.24

83

.81

88

.96

90

.36

87

.92 1

07

.03

94

.6

77

.3

80

.5

83

.72

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B

2015 2016 2017

Page 124: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

105

Pada tahun 2015, nilai LDR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu pada kuartal 1 sebesar 108,37% dengan nilai rata-

rata sebesar 107,13%. Sedangkan nilai LDR yang paling rendah

dicapai oleh BPD Kaltim pada kuartal 2 yaitu sebesar 56,75% lebih

rendah dari batas minimum yang ditetapkan oleh BI, dengan nilai

rata-rata sebesar 74,32%.

Pada tahun 2016, nilai LDR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu pada kuartal 2 sebesar 110,62% dengan nilai rata-

rata sebesar 105,91%. Sedangkan nilai LDR yang paling rendah

dicapai oleh BJB pada kuartal 1 yaitu sebesar 74,10% sedikit lebih

rendah dari batas minimum yang ditetapkan oleh BI, dengan nilai

rata-rata sebesar 83,81%.

Pada tahun 2017, nilai LDR yang paling tinggi dicapai oleh

Bank BTN yaitu sebesar 110,44% pada kuartal 2 dengan nilai rata-

rata sebesar 107,03%. Sedangkan nilai LDR yang paling rendah

dicapai oleh BPD Kaltim pada kuartal 3 yaitu sebesar 73,91%

dengan nilai rata-rata sebesar 80,5%.

Page 125: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

106

Sumber: Data diolah (Ms. Excel 2013)

Gambar 4.15

Rata-rata Nilai Perhitungan LDR Sebelum & Setelah

Branchless Banking

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa setelah

penerapan Branchless Banking, nilai rata-rata LDR untuk semua

bank mengalami kenaikan. Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata

LDR untuk keseluruhan bank pada saat sebelum diterapkan

Branchless Banking adalah sebesar 83,55%, dan nilai rata-rata

setelah Branchless Banking adalah sebesar 88,29%, terjadi kenaikan

sebesar 4,74%.

B. Pembahasan

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak,

dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov test. Tingkat

keyakinan yang digunakan adalah 95% dengan tingkat kesalahan 0,05.

Sampel berdistribusi normal apabila nilai sig > tingkat keyakinan.

Sebaliknya dikatakan tidak normal apabila nilai sig < tingkat

83

.01

86

.87

81

.76

10

8,9

3

88

.75

72

.48

66

.89 79

.70

83

,55

87

,18

88

,24

88

,76 1

06

,69

95

,77

78

,08

80

,68

80

,92

88

,29

M N D R B R I B N I B T N B T P N B C A B P D K L T M

B J B R A T A -R A T A

SEBELUM SESUDAH

Page 126: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

107

keyakinan. Jika hasil uji menunjukan sampel berdistribusi normal

maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji

parametrik (Paired Sample t-test). Tetapi jika sampel tidak

berdistribusi normal maka uji beda yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah uji non parametrik (Wilcoxon Signed Ranks Test)

(Pramana, 2012). Dapat dilihat berdasarkan hasil uji normalitas di

bawah ini, pada hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, semua

variabel tidak berdistribusi normal.

Tabel 4.16

Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov KELAS Statistic df Sig.

CAR 0 ,166 96 ,000 1 ,072 96 ,200

ROA 0 ,091 96 ,047 1 ,107 96 ,009

ROE 0 ,496 96 ,000 1 ,050 96 ,200

BOPO 0 ,152 96 ,000 1 ,109 96 ,007

LDR 0 ,092 96 ,045

1 ,108 96 ,007

Sumber: Data Diolah (SPPS 23.0)

Berdasarkan tabel uji normalitas di atas diketahui nilai sig.

untuk hampir seluruh variabel < 0,05, hanya variabel CAR dan ROE

setelah Branchless Banking yang memiliki nilai sig. > 0,05. Maka

dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal sehingga uji

beda yang dilakukan adalah menggunakan Uji Wilcoxon.

Page 127: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

108

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode statistika non parametrik. Metode statistik non

parametrik sering disebut metode bebas sebaran karena model uji

statistiknya tidak menetapkan syarat-syarat tertentu tentang bentuk

distribusi parameter populasinya. Maka, berdasarkan olah data yang

telah dilakukan sebelumnya, uji beda yang digunakan adalah Uji

Wilcoxon, karena variabel penelitian tidak berdistribusi normal.

Berikut ini merupakan hasil dari Uji Wilcoxon:

Tabel 4.17

Hasil Uji Wilcoxon

CAR ROA ROE BOPO LDR

AFTER - AFTER - AFTER - AFTER - AFTER -

CAR ROA ROE BOPO LDR

BEFORE BEFORE BEFORE BEFORE BEFORE

Z -6,733 -4,510 -6,817 -4,124 -5,706

Asymp.

Sig. ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

(2-tailed)

Sumber: Data Diolah (SPPS 23.0)

Dari hasil Uji Wilcoxon tersebut didapat bahwa nilai Asymp.

Sig. (2-tailed) untuk variabel CAR, ROA, ROE, BOPO, dan LDR

sebesar 0,000 dimana lebih kecil dibandingkan 0,05 sehingga

Page 128: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

109

hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

pada ROA, LDR, CAR, dan BOPO sebelum dan setelahh penerapan

Branchless Banking diterima.

3. Interpretasi Hasil Penelitian

a. Perbandingan Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang

mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan

pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank

disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar

bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.

Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja

bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk

menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,

misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka

semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko

dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR

tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional

dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.

(Lukman Dendawijaya, 2000).

Berdasarkan Output Tabel 4.17 di atas, diperoleh bahwa nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) untuk variabel CAR adalah 0,000 dimana

lebih kecil dibanding 0,05. Maka Ha diterima atau artinya terdapat

perbedaan yang signifikan antara CAR sebelum dan setelah

Page 129: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

110

Branchless Banking. CAR rata-rata sebelum Branchless Banking

sebesar 17,70%, sedangkan CAR setelah Branchless Banking

sebesar 20,30%. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa

penerapan Branchless Banking berdampak pada CAR yang

meningkat sebesar 2,60%. Nilai CAR yang meningkat menandakan

bahwa kemampuan bank dalam membiayai kegiatan

operasionalnya semakin membaik dan menyalurkan pembiayaan

lebih optimal setelah diterapkannya program Branchless Banking.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Retno & Dikdik (2019) dan Sarah (2015) yang

menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diwakili

oleh CAR setelah Branchless Banking berbeda secara signifikan

dibandingkan sebelum Branchless Banking.

b. Perbandingan Rasio Return On Asset (ROA)

Rasio ROA digunakan untuk mengukur keseluruhan dan

keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva

yang tersedia. Semakin tinggi ROA menunjukkan bahwa

perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk

menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin

tinggi ROA, semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini

selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada

investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan

Page 130: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

111

perusahaan tersebut semakin diminati investor, karena tingkat

pengembalian akan semakin besar (Anggraini, 2006).

Berdasarkan Output Tabel 4.17 di atas, diperoleh bahwa nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) untuk variabel ROA 0,000 dimana lebih

kecil dibanding 0,05. Maka artinya terdapat perbedaan yang

signifikan antara ROA sebelum dan setelah Branchless Banking.

ROA rata-rata sebelum Branchless Banking sebesar 1,91%,

sedangkan ROA setelah Branchless Banking sebesar 1,64%.

Dampak dari penerapan Branchless Banking membuat nilai ROA

menurun sebesar 0,27%. Meskipun penurunan nilai ROA tidak

terjadi secara signifikan namun dalam hal ini berarti kurang

baiknya bank dalam mengelola asetnya. Nilai ROA yang turun juga

bisa disebabkan karena biaya operasi yang meningkat, sehingga

laba perusahaan menjadi turun. Penerapan branchless banking

membutuhkan modal awal yang besar untuk jangka panjang,

sehingga laba belum kembali dalam waktu yang dijadikan periode

penelitian. Oleh karena itu, bank perlu menambah agen dan

memperluas jaringannya agar meningkatkan laba sehingga tidak

kalah saing dengan perusahaan yang menerapkan sistem fintech

(financial technology) yang sedang berkembang sekarang.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Windi (2019) dan Ilma (2017), dan Sarah (2015)

yang menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang

Page 131: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

112

diwakili oleh ROA setelah Branchless Banking berbeda secara

signifikan dibandingkan sebelum Branchless Banking.

c. Perbandingan Rasio Return On Equity (ROE)

ROE merupakan rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur

kinerja keuangan bank. Rasio ini berfungsi untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada

untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2003). Dari pandangan

pemilik, ROE merupakan ukuran yang lebih penting karena

merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka. Jika dikaitkan

dengan keuntungan bisnis syariah dalam ekonomi dapat dilihat dari

sisi teori bahwa perusahaan sekarang ini menekankan

pemaksimalan laba untuk pemegang saham. Jadi return on equity

merupakan indikator yang amat penting bagi pemilik saham dan

calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam

memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran

dividen. Apabila terjadi kenaikan rasio, berarti terjadi kenaikan

laba bersih dari bank bersangkutan (Veithzal, 2008).

Berdasarkan Output Tabel 4.17 di atas, diperoleh bahwa nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) untuk variabel ROE 0,000 dimana lebih

kecil dibanding 0,05. Maka artinya terdapat perbedaan yang

signifikan antara ROE sebelum dan setelah Branchless Banking.

ROE rata-rata sebelum Branchless Banking sebesar 21,89%,

sedangkan ROE setelah Branchless Banking sebesar 17,24%.

Page 132: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

113

Dampak dari penerapan Branchless Banking membuat nilai ROE

menurun sebesar 4,65%. Nilai ROE yang semakin turun

menunjukkan bahwa bank tidak cukup efisien dalam mengelola

modal sendiri untuk menghasilkan laba. Nilai ROE yang turun juga

bisa disebabkan karena pertumbuhan laba bersih lebih rendah dari

pada pertumbuhan modal inti. Laba bersih yang rendah disebabkan

oleh pertumbuhan kredit yang melambat. Pertumbuhan kredit yang

melambat dikarenakan masyarakat terbebani dengan syarat

administrasi yang menggunakan jaminan dalam mengajukan kredit,

terutama masyarakat yang berpendapatan rendah. Sehingga, setelah

penerapan program branchless banking dimana tujuannya adalah

memudahkan masyarakat mengakses layanan keuangan, bank lebih

mempermudah untuk memberikan kredit, agar tujuan untuk

meningkatkan keuangan inklusif tercapai, dan dapat memberikan

keuntungan bagi bank dalam peningkatan laba.

d. Perbandingan Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO)

Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasional

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

Menurut Dendawijaya (2003) rasio biaya operasional digunakan

untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio BOPO berarti

Page 133: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

114

semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang

bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Berdasarkan Output Tabel 4.17 di atas, diperoleh bahwa nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) untuk variabel BOPO adalah 0,000 dimana

lebih kecil dibanding 0,05. Maka Ha diterima atau artinya terdapat

perbedaan yang signifikan antara BOPO sebelum dan setelah

Branchless Banking. BOPO rata-rata sebelum Branchless Banking

sebesar 89,94%, sedangkan BOPO setelah Branchless Banking

sebesar 97,02%. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa

penerapan Branchless Banking berdampak pada BOPO yang

meningkat sebesar 7,08%. Namun, nilai BOPO yang meningkat

menandakan bahwa setelah diterapkannya Branchless Banking,

bank kurang mampu dalam menekan biaya operasionalnya yang

dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam

mengelola usahanya. Hal ini dapat disebabkan salah satunya karena

investasi di bidang teknologi untuk mendukung kegiatan program

branchless banking ini. Sehingga, bank perlu untuk mengurangi

biaya operasionalnya agar profitabilitas bank dapat meningkat.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Windi (2019), Ilma (2019), Siti (2017) dan Sarah

(2015) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang

diwakili oleh BOPO setelah Branchless Banking berbeda secara

signifikan dibandingkan sebelum Branchless Banking.

Page 134: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

114

e. Perbandingan Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank memenuhi kewajiban keuangan jangka

pendeknya. Kewajiban tersebut berupa call money yang harus

dipenuhi saat kewajiban kliring datang, dimana pemenuhannya

dilakukan dengan aset lancar perusahaan (Sudarini, 2005 dalam

Nusantara, 2009). LDR menunjukkan seberapa besar dana yang

dilepaskan bank dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio LDR

(mendekati batas atas) maka laba bank tersebut akan semakin

meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan

kreditnya secara efektif. LDR merupakan rasio antara jumlah kredit

yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga (giro, tabungan

dan deposito) (Sudiyatno dan Suroso, 2010). Pencapaian LDR yang

baik adalah apabila nilai LDR masih dalam batas yang ditetapkan

BI (Tahun 2015 BI menetapkan batas atas LDR adalah 92% dan

batas bawah 78%), karena nilai LDR yang terlalu tinggi maupun

terlalu rendah tidak akan baik untuk bank (Eng, 2013).

Berdasarkan Output Tabel 4.17 di atas, diperoleh bahwa nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) untuk variabel LDR adalah 0,000 dimana

lebih kecil dibanding 0,05. Maka artinya terdapat perbedaan yang

signifikan antara ROA sebelum dan setelah Branchless Banking.

LDR rata-rata sebelum Branchless Banking sebesar 83,55%,

sedangkan LDR setelah Branchless Banking sebesar 88,29%. Dari

Page 135: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

115

data tersebut, dapat diketahui bahwa penerapan Branchless

Banking berdampak pada LDR yang meningkat sebesar 4,74%.

Nilai LDR yang semakin meningkat menunjukkan bahwa bank

tidak likuid. Namun, untuk hal ini bank masih dalam batas aman

karena belum melebihi batas atas yang telah ditetapkan. Penyebab

LDR yang tinggi adalah pertumbuhan kredit lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga. Dengan

demikian, bank perlu mengurangi laju kredit yang diberikan.

Dalam hal ini, pertumbuhan kredit tidak boleh lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga. Dengan adanya

branchless banking, pertumbuhan dana pihak ketiga dapat semakin

meningkat melalui jumlah tabungan masyarakat yang meningkat,

karena program ini dapat memudahkan masyarakat untuk

menyimpan dananya termasuk yang di sekitar tempat tinggalnya

tidak ada bank. Maka bank perlu lebih memperluas jaringannya

lagi dengan menambah agen untuk menjangkau seluruh lapisan

masyarakat agar dapat mengakses layanan keuangan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Siti (2017) yang menyatakan bahwa kinerja

keuangan perusahaan yang diwakili oleh FDR setelah Branchless

Banking berbeda secara signifikan dibandingkan sebelum

Branchless Banking

Page 136: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

116

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk

menganalisis perbandingan kinerja keuangan bank sebelum dan setelah

penerapan Branchless Banking periode 2012-2017, maka kesimpulan

yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Capital Adequacy Ratio

(CAR) meningkat setelah penerapan Branchless Banking. Rata-rata

ROA menurun setelah penerapan Branchless Banking. Rata-rata ROE

menurun setelah penerapan Branchless Banking. Rata-rata BOPO

meningkat setelah penerapan Branchless Banking. Rata-rata LDR

meningkat setelah penerapan Branchless Banking.

2. Berdasarkan analisis pada rasio Capital Adequacy Ratio (CAR),

Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio

(LDR) yang dilakukan pada bank yang menjadi objek penelitian

sebelum dan setelah diterapkannya program Branchless Banking pada

periode triwulan I 2012 - triwulan IV 2017 menunjukkan adanya

peningkatan nilai rata-rata pada rasio CAR, BOPO, dan LDR,

sedangkan penurunan nilai rata-rata terjadi pada rasio ROA dan ROE.

3. Berdasarkan hasil uji beda Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh hasil

yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel Capital

Page 137: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

117

Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Return On Equity

(ROE), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),

dan Loan to Deposit Ratio (LDR) antara sebelum dan setelah

penerapan Branchless Banking.

B. Saran

1. Untuk dapat meningkatkan nilai Return On Asset (ROA), maka perlu

memaksimalkan dana pihak ketiga untuk investasi atau penyaluran

pembiayaan agar laba meningkat dan melakukan pembiayaan untuk

Usaha Kecil Mikro (UKM).

2. Memperluas jaringan dan layanan dengan menambah jumlah agen

bank serta memberikan fasilitas untuk melakukan sosialisasi dan

promosi kepada masyarakat, agar semakin banyak masyarakat yang

mengetahui mengenai produk dan layanan bank.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menggunakan objek

penelitian dan variabel yang berbeda dengan menambahkan atau

mengganti variabel, serta periode penelitian yang lebih lama

dibandingkan penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih akurat

dan lebih baik dibandingkan penelitian sebelumnya.

Page 138: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

118

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, MF. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. UMM Press.

Yogyakarta: UMM Press.

Aduda J, Kiragu P, Ndwiga JM. (2013). The Relationship Between Agency

Banking and Financial Performance of Commercial Banks in Kenya.

Journal of Finance and Investment Analysis. 2(4):97-117.

Agalla, T. A. (2014). The Challenges Facing The Growth Of Agency Banking In

Kenya: A Case Study of KCB Limited Mombasa Country. Journal of

Business and Management.Vol. 16, No. 11, 76-95.

Agus Indriyo, Gitusudarmo dan Basri. (2002). Manajemen Keuangan.

Yogyakarta: BPFE.

Agus, Sartono. (2012). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi4.

Yogyakarta: BPFE.

Ahmad, Buyung Nusantara. (2009). Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, dan

BOPO Terhadap Profitabilitas Bank. Tesis. Universitas Diponegoro.

Ahmad, T, Kusno. (2003). Analisis Rasio-Rasio Keuangan Sebagai Indikator

Dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan Inddonesia. Media

Ekonomi Dan Bisnis. Vol. XV, No 1.

Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdiningtyas. (2005). Analisa Rasio Camel

terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode

2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 7, No. 2.

Amalia, Nida Rizqi. (2017). Implementasi Layanan Keuangan Tanpa Kantor

Dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) Pada Bank Rakyat

Indonesia Syariah Kantor Cabang Malang.

Amaliah, Ilma, dkk. (2017). Analisis Perbandingan Pertumbuhan Dana Pihak

Ketiga, Efisiensi Biaya Operasional dan Profitabilitas Sebelum dan

Sesudah Penerapan Program Laku Pandai (Branchless Banking). Jurnal

Manajemen. Vol. 3, No. 1, ISSN: 2460-6545.

Andrianaivo M, Kpodar K, (2012), Mobile Phones, Financial Inclusion, and

Growth. Journal of Economics. Vol. 3, No.2.

Anggraini, Reni Retno. (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan

Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia). Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9.

Anisah dan Triyonowati. (2016). Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan

Sesudah Merger PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. Jurnal Ilmu dan

Riset Manajemen. Vol.5, No. 6.

Arifin, Zainul. (2002). Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alfabeta.

Page 139: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

119

Astrini, Retno Dwi dan Dikdik Tandika. (2019). Analisis Perbandingan Tingkat

Kesehatan Bank Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Laku Pandai

(Layanan Keuangan Tanpa Kantor Untuk Keuangan Inklusif). Jurnal

Manajemen. Vol. 5, No. 1, ISSN: 2460-6545.

Bambang Sudiyanto & Jati Suroso. (2010). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga,

BOPO, CAR dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan

yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2008. Jurnal

Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 2, No.2.

Bank Indonesia. (2003). Bank Sentral Republik Indonesia: Tinjauan

Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan

Studi Kebanksentralan (PPSK) BI.

Bank Indonesia. (2011). Penerapan Branchless Banking di Indonesia, Direktorat

Penelitian dan Pengaturan Perbankan. Jakarta: Preliminary Study.

Bank Indonesia. (2014). Booklet Keuangan Inklusif, Departemen Pengembangan

Akses Keuangan dan UMKM. Jakarta.

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. (2001). Manajemen Keuangan. Edisi

Kedelapan Buku 2. Jakarta: Erlangga.

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. (2006). Fundamental of Financial

Management: Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta:

Salemba Empat.

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. 2011. Dasar-dasar Manajemen

Keuangan Terjemahan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Chandra, Chintya Putri. (2015). Pengaruh Npl, Ldr, Car Terhadap Profitabilitas

Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen.

Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Dendawijaya, Lukman. (2008). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Desfian, Basran. (2005). Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap

Kinerja Bank Umum Di Indonesia Tahun 2001-2003. Tesis Magister

Manajemen, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Dinh, Van. (2015). Measuring The Impacts of Internet Banking to Bank

Performance: Evidence From Vietnam. Journal of Internet Banking and

Commerce. Vol. 20, No. 2.

Djoko Muljono dan Baruni Wicaksono. (2009). Akuntansi Pajak Lanjutan.

Yogyakarta: ANDI.

Fahmi, Irham. (2012). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta

Febriyani, A & Rahardian, Z. (2003). Analisa Kinerja Bank Devisa dan Non

Devisa di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan. Malang.

Page 140: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

120

Firmansyah, Irman (2013). Analisis Perbandingan Kinerja Bank Muamalat dan

Bank Syariah Mandiri. Jurnal Akuntansi. Vol. 7 No. 1 Universitas

Siliwangi Tasikmalaya.

Gant, Amanda L. (2012). Effects of Mobile Banking in Microfinance Institution

Performance in Kenya. Faculty of The Graduate School of Arts and

Sciences of Georgetown University.

Ghozali Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Edisi Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegroro.

Hanafi dan Halim. (2007). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN.

Hanafi dan Halim. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Edisi tujuh. Yogyakarta:

UPP AMP YKPN.

Harmono. (2009). Manajemen Keuangan. PT Bumi Aksara. Jakarta

Hasibuan, Malayu S.P. (2008). Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, Malayu S.P. (2009). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.

Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hernando, I. dan Nieto, M. J. (2005). Is The Internet Delivery Channel Changing

Banks Performance? The Case of Spanish Banks. Banco De Espana.

Unpublished Manuscrip.

Hidayati, Sarah. (2015). Dampak Branchless Banking Terhadap Kinerja

Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Jurnal Al Muzara’ah. ISSN

p: 2337-6333; e: 2355-4363.

IAI. (1996). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir, Dr. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Kasmir. (2003). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kasmir. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Kasmir. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Kasmir. (2014). Dasar Dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Khattab, Ishgara, Balola Y, Eldabi T. (2012). Factor Influencing Branchlesss

Banking for Microfinance in Sudan: Theoretical Perspectives and Future

Directions. European, Mediterranean & Middle Eastern Conference on

Information Systems. Munich, Germany p.833-847.

Page 141: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

121

Khrawish HA. (2011). Determinants of Commercial Banks Performance:

Evidence From Jordan. International Research Journal of Finance And

Economics. Zarqa University. 5(5):19-45.

Kurnia, Wisnu Mawardi. (2012). Analisis Pengaruh Bopo, Ear, Lar Dan Firm Size

Terhadap Kinerja Keuangan. Diponegoro Journal of Management Vol. 1,

No. 2.

Lyman TR, Ivatury G, Staschen S. (2006). Use of Agents in Branchless Banking

for The Poor: Rewards, Risks, and Regulations. Focus Note No.38. CGAP.

Washington DC.

Harjito dan Martono. (2010). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

Millatina Arimi, Mohammad Kholiq Mahfud. (2012). Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi Pada Bank Umum

Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010). Diponegoro

Journal Of Management.

Muhammad. (2005). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Munawir S. (2002). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Munawir S. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty

Mutua, Rachael W. Effects Of Mobile Banking On The Financial Performance Of

Commercial Banks In Kenya. Tesis for University of Nairobi.

Ondieki RD. (2015). The Effect of Agency Banking on Financial Performance of

Commercial Banks in Kenya. University of Nairobi.

Sarma. (2012). Index of Financial Inclusion – A measure of financial sector

inclusiveness. ISSN: 2192-7790.

Sau Eng, Tan. (2013). Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL dan CAR terhadap ROA

Bank Internasional dan Bank Nasional Go Public Periode 2007–2011.

Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 1 No.3.

Simorangkir, O.P. (1984). Seluk Beluk Bank Komersial. Jakarta: Aksara Persada

Press.

Simorangkir. (2004). Pengantar Lembaga Keungan Bank dan Non Bank. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Slamet Riyadi. (2006). Banking Assets and Liability Management, Edisi Ketiga.

Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sobiharti, Windi Selfia. (2019). Analisis Perbandingan Dana Pihak Ketiga

(DPK),Efisiensi Biaya Operasional (BOPO), dan Return On Asset (ROA)

Sebelum dan Sesudah Penerapan Laku Pandai Pada BTPN Syariah

Periode 2016-2018. Jurnal Manajemen. Vol.5, No. 1, ISSN: 2460-6545.

Page 142: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

122

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi

Pertama, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: Ekonisia.

Syamsul, Hadi. (2006). Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Akuntansi

Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

Taswan. (2006). Manajemen Perbankan. Yogyakarta: UPP STIM YPKP

Tarawneh, Medhat. (2006). A Comparison of Financial Performance In the

Banking Sector: Some Evidence from Omani Commercial Banks.

International Research Journal of Finance and Economics. Euro Journal

Publishing Inc.

Veithzal, Rivai. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.

PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Veithzal Rivai, Andriana Permata, Dan Afriandy Permata Veithzal. (2013). Credit

Management Handbook Manajemen Perkreditan Cara Mudah

Menganalisis Kredit: Teori, Konsep, Prosedur, Dan Aplikasi Serta

Panduan Banker, Mahasiswa Dan Nasabah. Jakarta: Rajawali pers.

Wahid, Nusron. (2014). Keuangan Inklusif: Membongkar Hegemoni Keuangan.

Jakarta: KPG.

Wanga, Odhiambo Jared. (2015). The Effect of Agency Banking on Financial

Performance of Commercial Bank in Kenya.

Wawira, NJ. (2013). Contribution of Agency Banking on the Financial

Performance of Commercial Banks in Kenya. Journal of Business

Administrastion Degree of Kenyatta University.

Wibowo, Pungky Purnomo. (2013). Branchless Banking Setelah Multilicense:

Ancaman Atau Kesempatan Bagi Perbankan Nasional. Studi Untuk

Persyaratan Pendidikan Kepemimpinan di Bank Indonesia Pada SESPIBI

Angkatan XXXI.

Yusharto, Irma. 2014. Branchless Banking sebagai Terobosan Inklusi Financial

(dikutip dari www.academia.edu)

Z, A. Wangsawidjaja. (2012). Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: Gramedia

Pustaka.

www.ojk.go.id

www.bi.go.id

www.beritasatu.com

www.business-law.binus.ac.id

www.republika.co.id

Page 144: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

124

LAMPIRAN

Lampiran 1: Statistik Perkembangan Laku Pandai

Jumlah

bank

penyelen

-ggara

Jumlah

agen

peroran

gan/outl

-et

badan

hukum

Jumlah

outstandi

-ng

rekening

Jumlah

outstan-

ding

tabungan

Jumlah

provinsi

tempat

agen

Jumlah

Kabupat-

en/

Kota

Juni

2015

7 Bank 3.734

Agen

35.984

Nasabah

Rp 2,9

Milyar

30 Provinsi 211 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Septe-

mber

2015

8 Bank 19.411

Agen

1.061.076

Nasabah

Rp 40

Milyar

33 Provinsi 368 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Desem

-ber

2015

8 Bank 60.805

Agen

1.216.952

Nasabah

Rp 67

Milyar

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

385 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Maret

2016

10 BU

Konvensi

-onal

88.374

Agen

1.351.798

Nasabah

Rp 50

Milyar

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

427 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Juni

2016

12 BU

Konvensi

-onal dan

1 BU

Syariah

104.707

Agen

1.626.068

Nasabah

Rp 63

Milyar

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

499 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Septe-

mber

2016

14 BU

Konvensi

onal dan

2 BU

Syariah

160.490

Agen

1.949.005

Nasabah

Rp 93

Milyar

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

499 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Desem

-ber

2016

18 BU

Konvensi

onal dan

2 BU

Syariah

275.911

Agen

3.700.215

Nasabah

Rp 216,5

Milyar

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

507 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Page 145: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

125

Jumlah

bank

penyelen

-ggara

Jumlah

agen

peroran

gan/outl

-et

badan

hukum

Jumlah

outstandi

-ng

rekening

Jumlah

outstan-

ding

tabungan

Jumlah

provinsi

tempat

agen

Jumlah

Kabupat-

en/

Kota

Maret

2017

19 BU

Konvensi

onal dan

2 BU

Syariah

328.466

Agen

5.119.595

Nasabah

Rp 244,1

Milyar

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

508 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Juni

2017

20 BU

Konvensi

onal dan

2 BU

Syariah

368.214

Agen

10.016.33

5

Nasabah

Rp 1,12

Trilyun

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

508 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Septe-

mber

2017

21 BU

Konvensi

-onal dan

2 BU

Syariah

428.852

Agen

1.808.868

Nasabah

Rp 1,3

Trilyun

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

512 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Desem

-ber

2017

25 BU

Konvensi

-onal dan

2 BU

Syariah

720.121

Agen

13.645.39

6

Nasabah

Rp 1,03

Trilyun

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

512 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Maret

2018

26 BU

Konvensi

-onal dan

2 BU

Syariah

779.919

Agen

19.294.76

4

Nasabah

Rp 1,75

Trilyun

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

509 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Juni

2018

27 BU

Konvensi

-onal dan

2 BU

Syariah

762.207

Agen

20.185.44

1

Nasabah

Rp 1,69

Trilyun

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

508 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Septe-

mber

2018

27 BU

Konvensi

-onal dan

2 BU

Syariah

804.308

Agen

22.040.55

6

Nasabah

Rp 1,49

Trilyun

34 Provinsi

(Seluruh

Indonesia)

508 (dari

total 514

Kabupaten/

Kota)

Page 146: ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29

126

Lampiran 2: Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov KELAS Statistic df Sig.

CAR 0 ,166 96 ,000 1 ,072 96 ,200

ROA 0 ,091 96 ,047 1 ,107 96 ,009

ROE 0 ,496 96 ,000 1 ,050 96 ,200

BOPO 0 ,152 96 ,000 1 ,109 96 ,007

LDR 0 ,092 96 ,045

1 ,108 96 ,007

Lampiran 3: Uji Wilcoxon Signed Rank Test

CAR ROA ROE BOPO LDR

AFTER - AFTER - AFTER - AFTER - AFTER -

CAR ROA ROE BOPO LDR

BEFORE BEFORE BEFORE BEFORE BEFORE

Z -6,733 -4,510 -6,817 -4,124 -5,706

Asymp. Sig. ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

(2-tailed)