analisis perbandingan kesenjangan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN KESENJANGAN HARAPAN
(EXPECTATION GAP) DARI FISKUS, KONSULTAN PAJAK, DAN
MANAJER ATAS SIKAP DAN KINERJA KONSULTAN PAJAK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syarat-
syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ni Made Astri
NIM : 1050 8200 2672
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
ANALISIS PERBANDINGAN KESENJANGAN HARAPAN
(EXPECTATION GAP) DARI FISKUS, KONSULTAN PAJAK, DAN
MANAJER ATAS SIKAP DAN KINERJA KONSULTAN PAJAK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syarat-
syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ni Made Astri
NIM : 1050 8200 2672
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM Afif Sulfa, SE., Ak., M. Si
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
Hari ini Tanggal Delapan Belas Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ni Made Astri NIM: 105082002672
dengan Judul Skripsi “Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan
(Expectation Gap) Dari Fiskus, Konsultan Pajak, Dan Manajer Atas Sikap
Dan Kinerja Konsultan Pajak”. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Afif Sulfa, SE., Ak., M. Si Rahmawati, SE., MM
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
Hari ini Tanggal Sebelas Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ni Made Astri NIM: 105082002672 dengan
Judul Skripsi “Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan (Expectation
Gap) Dari Fiskus, Konsultan Pajak, Dan Manajer Atas Sikap Dan Kinerja
Konsultan Pajak”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama masa
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Desember 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM Afif Sulfa, SE., Ak., M. Si
Penguji I Penguji II
Amilin, SE., Ak., M. Si
Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ni Made Astri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Agustus 1987
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Pondok Pinang Timur No. 41A
Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama
Jakarta Selatan 12310
Telepon : 0815 851 49423
• Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2005-2009
• SMUN 47 Jakarta, 2002-2005
• SMPN 161 Jakarta, 1999-2002
• SDN 09 Pagi Jakarta, 1993-1999
• TK PUTRA II Jakarta, 1991-1993
PPPPERSONALERSONALERSONALERSONAL
PENDIDIKANPENDIDIKANPENDIDIKANPENDIDIKAN
THE ANALYSIS COMPARISON OF EXPECTATION GAP FROM TAX
OFFICERS, TAX CONSULTANTS, AND MANAGERS ABOUT THE
ATTITUDE AND PERFORMANCE OF THE TAX CONSULTANTS
By :
Ni Made Astri
ABSTRACT
This puspose of this research are to found the empirical evidences about
the existence of expectation gap between tax officers, tax consultants, and
managers about the attitude and performance of the tax consultants. This
expectation gap includes the tax consultants integrity and the attitude to his client
and the causes that influence the tax consultants performance. Data used in this
research to obtained from tax officers perception, tax consultants perception, and
managers perception in Jakarta. Data were collected by questionaires and
sampling method used convenience sampling. To collected from 87 respondents.
There are 27 respondents from tax officers, 34 respondents from tax consultants,
and 26 respondents from managers.
The analysis methods consist of test quality and hypotesis analysis used in
Independent Sample T test method and One Way ANOVA. Independent Sample T
test is used for the first hypotesis, for the second, and for the third hypotesis. One
Way ANOVA is used for the fourth hypotesis. The results of this research shows
the existence expectation gap between tax officers and tax consultants for the first
hypotesis, tax consultants and managers for the third hypotesis and between tax
officers, tax consultants, and managers for the fourth hypotesis about the attitude
and performance of the tax consultants. But don’t show of expectation gap
between tax officers and managers about the attitude and performance of the tax
consultants for the second hypotesis.
Key Words: Expectation Gap, Tax Consultant, Attitude and Performance of the
Tax Consultant
ANALISIS PERBANDINGAN KESENJANGAN HARAPAN
(EXPECTATION GAP) DARI FISKUS, KONSULTAN PAJAK, DAN
MANAJER ATAS SIKAP DAN KINERJA KONSULTAN PAJAK
Oleh :
Ni Made Astri
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang ada
tidaknya kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan pajak, dan manajer atas
sikap dan kinerja konsultan pajak. Kesenjangan harapan dalam penelitian ini
terdiri dari sikap konsultan pajak terhapap informasi perpajakan klien dan sikap
terhadap kliennya dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari persepsi fiskus, persepsi
konsultan pajak, dan persepsi manajer di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan
melalui kuesioner dan metode penentuan sampel yang digunakan adalah
convenience sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
87 responden. Yang terdiri dari 27 responden fiskus, 34 responden konsultan
pajak, dan 26 responden manajer.
Metode analisis yang digunakan terdiri dari uji kualitas data dan uji
hipotesis dengan metode Independent Sample T test dan One Way ANOVA. Independent Sample T test digunakan untuk hipotesis pertama, kedua, dan
hipotesis ketiga. One Way ANOVA digunakan untuk hipotesis keempat. Hasil penelitian ini menujukkan adanya kesenjangan harapan antara fiskus dan
konsultan pajak pada hipotesis pertama, konsultan pajak dan manajer pada hipotesis ketiga serta antara fiskus, konsultan pajak, dan manajer pada hipotesis
keempat atas sikap dan kinerja konsultan pajak. Tapi tidak menunjukkan adanya kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer pada hipotesis kedua.
Kata Kunci: Kesenjangan Harapan, Konsultan Pajak, Sikap dan Kinerja
Konsultan Pajak
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi Allah
yang memiliki segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada Sang Pejuang Islam Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman suram ke zaman terang-benderang seperti
sekarang ini, dimana atas kesemuanya penulis memperoleh kemampuan studi
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan (Expectation Gap) Dari
Fiskus, Konsultan Pajak, Dan Manajer Atas Sikap Dan Kinerja Konsultan
Pajak”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi S1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini
penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik.
Namun demikian penulis juga mempunyai keterbatasan kemampuan dalam
penulisan skripsi.
Oleh karena itu penulis menyadari tanpa bimbingan, arahan, dukungan dan
bantuan berbagai pihak, maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Untuk itu,
sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan
dalam bentuk ucapan terima kasih kepada:
1. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, rasa terima kasih yang mendalam atas
semuanya, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil,
kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tak lekang
oleh waktu. Setiap do’a yang engkau panjatkan adalah ketulusan yang tak
pernah ternilai dengan apapun di dunia ini, dan semoga Allah SWT selalu
meridhai setiap langkah engkau di dunia dan akhirat... Amiiin.
2. Kakak dan adikku tersayang (Mas Wayan dan Ria) yang selalu membuat
keceriaan di rumah.
3. Bpk. Dr. Yahya Hamja selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan
waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bpk. Afif Sulfa, SE., Ak., M. Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan
sekaligus selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan
bimbingan, arahan, saran dan motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Yessi Fitri, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.
6. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmu,
perhatian serta nasihat kehidupan yang berguna kepada semua mahasiswanya
tak terkecuali penulis.
7. Seluruh staf Bagian Keuangan, Jurusan, Akademik dan Kemahasiswaan yang
telah memberikan pelayanannya selama ini.
8. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial (P-FEIS), Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, dan perpustakaan-
perpustakaan Universitas lain yang telah membantu penulis dalam mencari
data-data yang diperlukan.
9. Untuk seluruh jajaran dan staf KPP PMB dan KPP Cilandak yang telah
bersedia membantu dalam pengisian kuesioner.
10. Untuk semua konsultan pajak yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membantu peneliti dalam mengisi kuesioner.
11. Untuk para manajer dan semua stafnya pada perusahaan di Jakarta yang telah
meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian dan mempermudah
proses penelitian.
12. Seluruh karyawan di ESQ Leadership Center, terima kasih atas pengalaman
kerja serta pembelajaran yang telah diberikan selama proses magang.
13. For my best friends in UIN: Pw, Unun, Lisda, Yanti, dan semuanya yang tidak
bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas support dan persahabatan
yang luar biasa.
14. Teman-teman Akuntansi angkatan 2005 khususnya Akuntansi B dan
Akuntansi Pajak. Terimakasih atas pertemanan selama masa kuliah ini & atas
bantuan serta do’a nya untuk penulis.
15. Serta untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu namanya,
terima kasih atas dukungan, bantuan, do’a dan semangat yang telah diberikan
kepada penulis.
Semoga amal dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis dapat
diterima oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala
kelemahan dan kekurangan, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai setiap langkah kita. Amiiin.
Jakarta, 3 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING..................................... i
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ............................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 8
1. Tujuan Penelitian ................................................................ 8
2. Manfaat Penelitian .............................................................. 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9
A. ...........................................................................................Land
asan Teori................................................................................ 9
1. Kesenjangan Harapan (Expectation Gap) ............................ 9
2. Pajak................................................................................... 11
3. Wajib Pajak dan Fiskus........................................................ 13
4. Konsultan Pajak................................................................... 16
5. Sikap dan Kinerja....................................................................24
B. ...........................................................................................Penel
itian Terdahulu ........................................................................ 27
C. ...........................................................................................Kera
ngka Pemikiran........................................................................ 29
D. ...........................................................................................Peru
musan Hipotesis....................................................................... 30
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 31
A. Ruang Lingkup Penelitian..................................................... 31
B. Metode Penentuan Sampel .................................................... 31
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 32
D. Metode Analisis Data............................................................ 33
E. Operasional Variabel Penelitian............................................. 38
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 49
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 49
B. Analisis dan Pembahasan ......................................................... 52
1. Uji Kualitas Data ................................................................. 52
a. Uji Validitas .................................................................... 52
b. Uji Reliabilitas ................................................................ 59
2. Uji Asumsi atau Persyaratan ................................................ 60
a. Uji Normalitas................................................................. 60
3. Uji Hipotesis........................................................................ 61
a. Kesenjangan Harapan Fiskus dan Konsultan
Pajak atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak ..............61
b. Kesenjangan Harapan Fiskus dan Manajer
Pajak atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak ..............64
c. Kesenjangan Harapan Konsultan Pajak
dan manajer atas Sikap dan Kinerja
Konsultan Pajak ..............................................................66
d. Kesenjangan Harapan Fiskus , Konsultan Pajak,
dan manajer atas Sikap dan Kinerja
Konsultan Pajak ..............................................................69
BAB V : PENUTUP ................................................................................... 74
A. Kesimpulan.............................................................................. 74
B. Implikasi.................................................................................. 75
C. Keterbatasan ............................................................................ 75
D. Rekomendasi ........................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
3.1 Subvariabel dan Indikator Untuk Kuesioner Tentang Sikap
dan Kinerja Konsultan Pajak..........................................……........... 46
4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ................................................... 49
4.2 Karakteristik Responden................................................................. 50
4.3 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel SKPIP.................................... 54
4.4 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel SKPTK ...................................54
4.5 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel FMKKP................................ . 55
4.6 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel SKPTK.................................. 57
4.7 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel FMKKP............................... .. 58
4.8 Hasil Uji Reliabilitas ...................................................................... 59
4.9 Hasil Uji Normalitas....................................................................... 60
4.10 Output SPSS 1 Independent Sample T-test Fiskus
dan Konsultan Pajak...........................................................................61
4.11 Output SPSS 2 Independent Sample T-test Fiskus
dan Konsultan Pajak...........................................................................62
4.12 Output SPSS 1 Independent Sample T-test Fiskus
dan Manajer....................................................................................... 64
4.13 Output SPSS 2 Independent Sample T-test Fiskus
dan Manajer........................................................................................65
4.14 Output SPSS 1 Independent Sample T-test Konsultan Pajak
dan Manajer........................................................................................66
4.15 Output SPSS 2 Independent Sample T-test Konsultan Pajak
dan Manajer........................................................................................67
4.16 Uji Homogenitas.................................................................................70
4.17 Output SPSS 1 One Way Fiskus, Konsultan Pajak, dan manajer.......71
4.18 ANOVA..............................................................................................72
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................... 29
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Kuesioner Penelitian…….. ............................................................. 81
2 Daftar Kantor Konsultan Pajak......................................................... 89
3 Daftar Jawaban Responden…….. ................................................... 90
4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas................................................. 100
5 Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 117
6 Surat Keterangan Riset.......................................................................130
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan perpajakan saat ini, tuntutan akan
kebutuhan tenaga profesional untuk membantu permasalahan perpajakan
sangat dibutuhkan. Pada umumnya orang tidak memahami Undang-Undang
pajak secara cermat, tapi pihak pertama yang paling concern adalah konsultan
(Majalah Berita Pajak, 2008).
Banyaknya perubahan yang dilakukan pemerintah dalam undang-
undang maupun peraturan perpajakan mengakibatkan kesulitan dalam
pelaksanaan perpajakan bagi wajib pajak. Contohnya, perubahan undang-
undang perpajakan yang berkenaan dengan Ketentuan Umum Perpajakan yang
telah beberapa kali diubah dengan urutan sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, diubah menjadi;
2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, diubah menjadi;
3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, diubah menjadi;
4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
Selain itu, akhir-akhir ini pemerintah khususnya Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) sedang menggalakkan program intensifikasi dan ekstensifikasi
pajak. Dalam program ekstensifikasi pajak, DJP mengupayakan kepemilikan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) guna meningkatkan jumlah wajib pajak
yang terdaftar. Salah satu upaya yang dilakukan pada awal tahun 2009 untuk
mendukung program ektensifikasi pajak adalah diberlakukannya kebijakan
fiskal luar negeri bagi wajib pajak dalam negeri yang akan bertolak ke luar
negeri, dimana wajib pajak yang tidak mempunyai NPWP dikenakan fiskal
luar negeri kurang lebih sebesar dua kali lipat dari sebelum adanya peraturan
ini.
Banyaknya aturan baru dan kondisi bisnis yang semakin sulit,
membuat wajib pajak (WP), terutama perusahaan, semakin banyak
menggunakan jasa konsultan pajak. Menurut managing partner MUC
Consulting Group, salah satu konsultan pajak di Jakarta. Sugianto
mengatakan, dalam situasi krisis seperti saat ini, perusahaan tidak akan
mengambil risiko terkena masalah pajak. "Dia harus fokus ke bisnis, sehingga
mereka meminta jasa konsultan. Jadi, ini semua sudah menjadi kebutuhan
perusahaan," kata Sugianto. Menurut dia, jasa konsultasi pajak terus
berkembang dan semakin diminati wajib pajak. Tahun ini saja, secara
kumulatif, jasa konsultasinya melayani lebih dari 150 perusahaan, dengan
sekitar 500 penugasan. "Dari tahun ke tahun, trennya memang meningkat,"
kata Sugianto (http://antikorupsi.org/indo).
Melihat fenomena yang terjadi, maka fungsi konsultan pajak ini
penting karena berusaha membantu wajib pajak melakukan segala sesuatu
yang benar, sesuai dengan ketentuan undang-undang, yang dapat
menghindarkan wajib pajak dari perbuatan yang menyalahi hukum (Soemitro,
2004).
Selain itu, sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia saat
ini adalah self assessment, dimana setiap wajib pajak diberikan kepercayaan
untuk menghitung, menyetor, melapor dan melaksanakan kewajiban
perpajakannya sendiri. Kepercayaan yang diberikan wajib pajak oleh
pemerintah dalam urusan perpajakan yang dilakukan sendiri, tentu tidak
begitu saja dibiarkan. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak khususnya
pemeriksa pajak (fiskus) harus tetap memantau atau mengawasi perilaku wajib
pajak agar sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Dengan kata lain
fiskus harus melakukan pemeriksaan guna memantau tingkat kepatuhan wajib
pajak tersebut. Dalam proses pemeriksaan, wajib pajak boleh meminta
bantuan konsultan pajak untuk mendampinginya menjawab pertanyaan-
pertanyaan fiskus atau membantu untuk memecahkan masalah perpajakan
yang dihadapi dengan cara-cara yang tidak menyimpang dari aturan. Dalam
hal ini peran konsultan pajak adalah sebagai jembatan antara fiskus dengan
wajib pajak.
Menggunakan jasa konsultan pajak kadang-kadang juga masih
dibayangi rasa ragu-ragu terhadap “kreativitas” konsultan pajak yang
disebabkan mereka lebih mengetahui seluk beluk perpajakan sedangkan
pemahaman wajib pajak kadang masih belum begitu mendalam (Jurnal Pajak
Indonesia, 2004). Konsultan pajak yang semakin penting perannya dalam
dunia perpajakan memang membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang
handal dengan kompetensi yang memadai dan memiliki integrits moral yang
tidak diragukan lagi (Jurnal Pajak Indonesia, 2004). Untuk meningkatkan
kualitas dari konsultan pajak salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
memperbaiki kinerja untuk lebih baik lagi. Apalagi tantangan yang akan
dihadapi didepan nanti oleh konsultan pajak yang semakin berat. Contohnya
saja saat ini Direktorat Jenderal Pajak sedang melakukan modernisasi
perpajakan salah satu upaya yang dilakukan adalah adanya Account
Representative (AR), yang bertugas membantu wajib pajak dalam hal
memberikan konsultasi perpajakan. Walaupun AR tidak menggeser peran
konsultan pajak hingga saat ini seperti yang dikatakan oleh Drs. Tubagus Ch.
Amakhi, Ak.,S.H.,M.E., karena tugas atau kewengangan AR terbatas dan
tidak flexible juga perbedaan peran dan fungsi, dimana AR mewakili kantor
pajak (fiskus/pemerintah, sedangkan konsultan pajak mewakili Wajib Pajak
(WP) (Indonesian Tax Review, 2008). Tapi hal ini hendaknya dapat dijadikan
motivasi untuk memberikan pelayanan yang diwujudkan dalam kinerja yang
lebih baik lagi.
Semakin baik perpajakan kita maka akan semakin diperlukan
konsultan-konsultan pajak untuk presisi karena hanya konsultan pajak itulah
ahlinya. Melihat hal ini sepertinya membuat pemerintah termotivasi untuk
membuat undang-undang untuk memperbaiki profesi konsultan pajak
(Majalah berita pajak, 2008). Perlunya undang-undang mengenai konsultan
pajak guna sebagai batasan peran dan tanggung jawab bagi konsultan pajak
karena terkadang wajib pajak (manajer perusahaan) beranggapan
menyerahkan seluruh urusan perpajakannya kepada konsultan pajak. Padahal
wajib pajak seharusnya turut andil di dalamnya. Seperti kasus yang terjadi di
Bandung (Kapanlagi.com) penyidikan kasus dugaan mark down atau
mengurangi penerimaan pajak dari setoran wajib pajak (perusahaan) oleh
Polda Jabar yang telah mengamankan tiga tersangka staf Direktorat Jendral
Pajak RI dan melibatkan konsultan pajak. Dugaannya adalah apakah mark
down itu keinginan perusahaan wajib pajak ataukah permainan orang pajak
dengan konsultan Dalam hal itu, ketiganya diduga bekerja sama dengan
konsultan pajak yang disewa perusahaan. Diduga konsultan pajak tersebut
juga pernah bekerja di Ditjen Pajak RI, sehingga mengetahui seluk-beluk
praktik mark down. Hal ini, bisa jadi memicu adanya perbedaan harapan (gap)
antara kinerja aktual dengan harapan publik. Dimana kualitas kerja konsultan
pajak tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan. Seharusnya konsultan pajak
dapat membantu wajib pajak menghemat pajak dengan cara yang legal bukan
illegal seperti pada kasus diatas. Disinilah terjadi gap, tentang apa yang
diharapkan wajib pajak dengan apa yang seharusnya konsultan pajak lakukan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasser dan Ayuningtyas
(2007) yaitu menguji apakah terjadi perbedaan persepsi antara mahasiswa,
auditor dan manajer terhadap sikap dan kinerja auditor. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian Nasser dan Ayuningtyas (2007) adalah:
1. Adanya perbedaan responden dari kelompok mahasiswa akuntansi
Universitas Trisakti menjadi fiskus pada Kantor Pelayanan Pajak ,auditor
yang tergabung dalam IAI Kompartemen Akuntan Publik yang diambil
dari direktori Kantor Akuntan Publik menjadi konsultan pajak yang
terdaftar sebagai anggota IKPI per November 2008, dan manajer yang
terdiri dari direktur, manajer keuangan dan pialang saham menjadi
manajer baik manajer keuangan atau orang yang menangani pajak pada
perusahaan-perusahaan go publik yang terdapat dalam listed companies
BEJ 2008 maupun non go publik di wilayah Jakarta.
2. Penelitian ini mengenai sikap dan kinerja konsultan pajak. Sedangkan
penelitian sebelumnya mengenai sikap dan kinerja auditor.
3. Pada penelitian sebelumnya indikator dari sikap dan kinerja auditor
meliputi aspek-aspek penting dalam proses audit dan tanggung jawab
auditor, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor, sikap auditor
terhadap laporan keanguan kliennya dan sikap auditor terhadap kliennya.
Sedangkan, dalam penelitian ini hanya terdapat tiga indikator yaitu sikap
konsultan pajak terhadap informasi perpajakan klien, sikap konsultan
pajak terhadap kliennya dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
konsultan pajak. Tanggung jawab konsultan pajak dimasukkan ke dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak.
4. Metode analisis pada penelitian sebelumnnya adalah One Way ANOVA
dan Kruskal Wallis, sedangkan pada penelitian ini adalah uji Independent
Sample T-test dan One Way ANOVA.
Terus meningkatnya kebutuhan akan konsultan pajak dan terbatasnya
penelitian tentang konsultan pajak membuat penulis tertarik untuk
mengangkat tema tersebut, sehingga dirumuskanlah judul “Analisis
Perbandingan Kesenjangan Harapan (Expectation Gap) Dari Fiskus,
Konsultan Pajak Dan Manajer Atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan pajak
atas sikap dan kinerja konsultan pajak?
2. Apakah terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer atas sikap
dan kinerja konsultan pajak?
3. Apakah terdapat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dan manajer
atas sikap dan kinerja konsultan pajak?
4. Apakah terdapat kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan pajak dan
manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah terdapat kesenjangan harapan
(expectation gap) antara persepsi fiskus, konsultan pajak dan manajer atas
sikap dan kinerja konsultan pajak.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Profesi Konsultan Pajak
Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kinerja konsultan pajak
menjadi lebih baik lagi agar dapat bersaing di masa yang akan datang
dengan profesi-profesi yang lainnya serta memenuhi harapan para
pengguna jasanya.
2. Pemerintah
Sebagai bahan masukan untuk membuat standar profesi atau undang-
undang mengenai konsultan pajak agar meminimalisir expectation gap.
3. Dunia Bisnis
Sebagai sarana informasi dalam menyampaikan dan mengukur harapan
mereka sendiri terhadap konsultan pajak.
4. Dunia Pendidikan
Sebagai sarana belajar, menambah pemahaman dan pengetahuan
khususnya dibidang perpajakan. Dan juga sebagai landasan untuk
melahirkan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kesenjangan Harapan (Expectation Gap)
Porter (1993) dalam penelitian Nasser dan Ayuningtyas
menyatakan bahwa expectation gap itu terdiri dari dua bagian yaitu:
1. jarak antara apa yang diharapkan publik terhadap apa yang seharusnya
para auditor peroleh atau kerjakan (the reasonableness gap) dan
2. apa yang publik harapkan secara masuk akal, apa yang auditor dapat
lakukan dengan baik dan apa yang auditor bisa lakukan (the
performance gap).
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa
expectataion gap dapat juga diartikan:
1. jarak antara apa yang diharapkan publik terhadap apa yang seharusnya
para konsultan pajak peroleh atau kerjakan (the reasonableness gap)
dan
2. apa yang publik harapkan secara masuk akal, apa yang konsultan pajak
dapat lakukan dengan baik dan apa yang konsultan pajak bisa lakukan
(the performance gap).
Dalam kaitan tugas profesi konsultan pajak seakan-akan terdapat
suatu konflik kepentingan, yang mana di satu sisi harus sepenuhnya
membantu wajib pajak dalam masalah perpajakannya, tetapi di sisi lain
juga harus membantu pemerintah ikut serta mengamankan penerimaan
pajak (Budileksmana, 2000). Tetapi sebenarnya hal tersebut bukanlah
suatu konflik yang dapat menyebabkan gap karena dalam membantu
kepentingan wajib pajak, konsultan pajak harus senantiasa berpedoman
dan tidak boleh melanggar pada ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Seperti Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 98 Tahun
2005 dan peraturan yang dibuat oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
(IKPI) yang diperuntukkan untuk mengatur mengenai konsultan pajak.
Jadi, publik bisa saja tidak paham apa persepsi dan tanggung jawab profesi
ini.
Penelitian Nasser dan Ayuningtyas menyebutkan bahwa istilah
kesenjangan harapan ini pertama kali muncul di Amerika tahun 1970-an,
ketika masyarakat menilai kualitas kerja auditor tidak sesuai lagi dengan
yang diharapkan. Kegagalan auditor untuk mendeteksi ataupun
mengungkapkan kegagalan atau memberikan tanda bahaya atas
ketidakefisienan perusahaan publik menyebabkan auditor dianggap tidak
lagi akomodatif dan kompeten. Hasil kaji ulang Cohen Commision
ternyata membuktikan adanya perbedaan harapan antara kinerja aktual
dengan harapan masyarakat keuangan di Amerika. Perbedaan ini muncul
sebagai akibat terlambatnya organisasi profesi akuntan dan akuntan itu
sendiri menyikapi perubahan fenomena dan tuntutan dunia bisnis secara
cepat.
Jika dibandingkan dengan peristiwa diatas, maka kesenjangan
harapan bisa jadi terjadi akibat penilaian publik (wajib pajak orang pribadi
maupun badan, fiskus dan masyarakat pada umumnya) terhadap sikap dan
kualitas kerja konsultan pajak.
2. Pajak
a. Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
mendefinisikan pajak sebagai berikut:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani definisi pajak yaitu
sebagai berikut:
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (Undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Zain, 2005).
Menurut Mr. Dr. N. J. Feldman definisi pajak adalah (Ilyas,
2007):
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara
umum), tanpa adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Berdasarkan beberapa definisi pajak yang telah dikemukakan
diatas, maka dapat disimpulkan unsur-unsur yang terkandung dalam
pajak adalah sebagai berikut:
1. Pajak merupakan pembayaran yang dilakukan oleh warga negara.
2. Pajak merupakan pembayaran untuk negara.
3. Pajak didasarkan pada undang-undang.
4. Pajak mempunyai sifat yang memaksa.
5. Manfaat yang diterima dari pajak tidak secara langsung.
6. Pajak digunakan untuk keperluan negara.
b. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Ilyas dan Burton dalam
buku “Hukum Pajak” dibagi atas empat macam, yaitu:
a. Official assessment system
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.
b. Semi self assessment system
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
fiskus dan wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang
yang terutang.
c. Self assessment system
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang
penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.
d. Witholding system
Suatu sistem pemunutan pajak yang memberikan wewengang
kepada pihak ketiga untuk memungut/memotong besarnya pajak
yang terutang.
3. Wajib Pajak dan Fiskus
a. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pasal 1 angka 2
disebutkan bahwa:
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Hak-hak wajib pajak yang diatur dalam Undang-undang
perpajakan adalah:
1. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus.
2. Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT).
3. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT.
4. Hak memperoleh kembali kelebihan pembayarn pajak.
5. Hak mengajukan keberatan.
6. Hak mengajukan banding.
7. Hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia wajib pajak.
8. Hak untuk mengajukan permohonan untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak.
9. Hak meminta keterangan mengenai koreksi dalam penerbitan
ketetapan pajak.
10. Hak memberikan alasan tambahan.
11. Hak mengajukan gugatan.
12. Hak untuk menunda penagihan pajak.
13. Hak memperoleh imbalan bunga.
14. Hak mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.
15. Hak mengurangi penghasilan kena pajak dengan biaya yang telah
dikeluarkan.
16. Hak pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
17. Hak menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.
18. Hak memperoleh fasilitas perpajakan.
19. Hak untuk melakukan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak
keluaran.
Sedangkan, kewajiban wajib pajak yang diatur dalam Undang-
undang perpajakan adalah:
1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri.
2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT).
3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak.
4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan.
5. Kewajiban mentaati pemeriksaan pajak.
6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak.
7. Kewajiban membuat faktur pajak.
8. Kewajiban melunasi bea materai.
b. Hak Dan Kewajiban Fiskus
Menurut Peraturan Menteri Kauangan, PMK
123/PMK.03/2006, Tanggal 7 Desember 2006, Pasal 1 angka 2, yang
dimaksud dengan:
Fiskus (pemeriksa pajak) adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.
Adapun hak-hak fiskus tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hak menerbitkan Nomor Pokok Wajib (NPWP) Pajak atau Nomor
Pokok Pengusah Kena Pajak secara jabatan.
2. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak.
3. Hak menerbitkan surat paksa dan surat perintah melaksanakan
penyitaan.
4. Hak melakukan pemeriksaan atau penyegelan.
5. Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi administrasi.
6. Hak melakukan penyidikan.
7. Hak melakukan pencegahan.
8. Hak melakukan penyanderaan.
Sama halnya dengan wajib pajak, maka sebagai fiskus juga
mempunyai kewajiban yang harus dilakukan, yaitu:
1. Kewajiban untuk membina wajib pajak.
2. Kewajiban menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar.
3. Kewajiban merahasiakan data wajib pajak.
4. Kewajiban melaksanakan putusan.
4. Konsultan Pajak
a. Pengertian Konsultan Pajak
Pasal 32 UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan ayat 3 berbunyi:
Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pasal 3a berbunyi:
Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Sesuai isi pasal 32 ayat 3a maka, Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 98/PMK.03/2005 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 485/KMK.03/2003 Tentang
Konsultan Pajak Indonesia, menyatakan bahwa:
Konsultan Pajak adalah setiap orang yang dalam lingkungan
pekerjaannya secara bebas memberikan jasa profesional kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Ikatan Konsultan Pajak Indonesia adalah suatu organisasi yang
beranggotakan para Konsultan Pajak dan dibentuk berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang diberikan
kewenangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan ini.
b. Konsultan Pajak sebagai Profesi
Konsultan pajak merupakan salah satu profesi yang tidak asing
lagi bagi kalangan dunia usaha dan perorangan yang berkepentingan
dengan perpajakan. Dalam kongres pada tahun 2000, pemerintah
melalui Menteri Keuangan menyampaikan amanat dari Ibu Megawati
selaku Wakil presiden, bahwa profesi konsultan pajak itu adalah
partner strategis pemerintah. Yang artinya, sebagai mitra pemerintah
untuk menggali potensi penerimaan dan untuk menjaga hak dan
kewajiban warga negara serta mitra pengemban amanat wajib pajak
(Jurnal Pajak Indonesia, Vol.3, No.9, April 2004).
Menurut Roy dan Mc Neil (Harahap, 1991), bahwa ciri-ciri dari
suatu profesi mapan adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.
2. Terikat pada prinsip-prinsip etik yang tekanannya pada kebajikan
berupa pelayanan, kejujuran, integritas, serta pengabdian pada
kesejahteraan yang dilayani.
3. Mempunyai persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi
anggota, yang diatur dengan undang-undang.
4. Mempunyai prosedur dalam menegakkan disiplin anggota yang
melanggar kode etik.
5. Mempunyai pengetahuan minimal dalam bidang keahliannya (body
of knowledge) yang diperoleh melalui pendidikan formal.
6. Mempunyai bahasa sendiri dan mengenal hal-hal yang sangat
teknis hanya dimengerti oleh mereka yang menjadi anggota.
Dari ciri-ciri profesi diatas dapat disimpulkan bahwa konsultan
pajak adalah sebagai profesi. Karena memenuhi dari ciri-ciri tersebut
diatas, yaitu: jasa yang diberikan sangat bermanfaat bagi masyarakat
(wajib pajak) seperti tax planning, mereview kepatuhan dan lainnya.
Terikat pada kode etik dan hukum yang disusun baik oleh organisasi
(Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) dan pemerintah. Persyaratan untuk
menjadi konsultan pajakpun tidak main-main, seorang konsultan pajak
harus mengikuti Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak. Setiap pelanggaran
kode etik dikenakan sanksi tegas yang diatur dalam kode etik Ikatan
Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) juga dalam Keputusan Menteri
Keuangan.
d. Hak dan Kewajiban Konsultan Pajak
Hak Konsultan Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 98/PMK.03/2005
adalah sebagai berikut:
a. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak
Sertifikat A berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakannya, kecuali Wajib Pajak yang berdomisili di
negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda
dengan Indonesia.
b. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak
Sertifikat B berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada
Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dalam melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajaknnya, kecuali kepada Wajib Pajak
Penanaman Modal, Bentuk Usaha Tetap dan yang berdomisili di
negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda
dengan Indonesia.
c. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak
Sertifikat C berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada
Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dalam melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kewajiban Konsultan Pajak:
1. Konsultan Pajak wajib mematuhi semua peraturan perundang
undangan perpajakan.
2. Konsultan Pajak wajib menyampaikan kepada Wajib Pajak agar
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Dalam mengurus pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakan dari Wajib Pajak, setiap Konsultan Pajak wajib.
i. memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak yang masiln berlaku
ii. memiliki Surat Kuasa Khusus dari Wajib Pajak dan Surat
Pernyataan dengan bentuk sebagaimana ditetapkan.
4. Konsultan Pajak wajib mematuhi prosedur dan tata tertib kerja
yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan dilarang
melakukan tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan negara.
5. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak
waib mengikuti penataran/pendidikan penyegaran perpajakan
paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun yang diselenggarakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Ikatan Konsultan Pajak
Indonesia.
6. Konsultan Pajak wajib mematuhi Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga dan Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
7. Konsultan Pajak wajib membuat Laporan Tahunan yang berisi
jumlah dan keterangan mengenai Wajib Pajak yang telah diberikan
jasa di bidang perpajakan dan melampirkan fotokopi Sertifikat
penataran/ pendidikan penyegaran perpajakan.
8. Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud di sampaikan kepada
Direktur Jenderal Pajak paling lama akhir bulan April tahun
takwim berikutnya.
9. Konsultan Pajak dapat mengajukan permohonan penundaan
penyampaian Laporan Tahunan, yang disampaikan secara tertulis
untuk paling lama 3 (tiga) bulan.
e. Kode Etik Konsultan Pajak
Berikut adalah kode etik profesi konsultan pajak yang disusun
oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI):
1. Kode Etik IKPI adalah kaidah moral yang menjadi pedoman dalam
berfikir, bersikap dan bertindak bagi setiap anggota IKPI.
2. Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan
senantiasa berpegang pada Kode Etik IKPI.
3. Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak dipenuhinya
kewajiban atau dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI.
Kepribadian konsultan pajak Indonesia. Konsultan Pajak
Indonesia wajib:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945;
2. Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta menjunjung
tinggi integritas, martabat dan kehormatan profesi konsultan pajak;
3. Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi
tinggi dan independen;
4. Menjadi Wajib Pajak yang baik;
5. Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi.
Konsultan Pajak Indonesia dilarang:
1. Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan
sebagai pegawai negeri, kecuali dibidang riset, pengkajian dan
pendidikan;
2. Meminjamkan ijin praktek untuk digunakan oleh pihak lain;
3. Menugaskan karyawannya yang tidak menguasai pengetahuan
perpajakan untuk bertindak, memberikan nasehat dan menangani
urusan perpajakan.
Hubungan dengan wajib pajak. Konsultan Pajak Indonesia wajib:
1. Bersikap profesional;
2. Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak;
3. Menolak permintaan Wajib Pajak untuk melakukan rekayasa
pajak atau perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang
perpajakan.
Konsultan Pajak Indonesia dilarang:
1. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan
Wajib Pajak mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan.
2. Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan
yang berhubungan dengan instansi perpajakan pasti dapat
diselesaikan.
3. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib
Pajak untuk pindah atau memilih konsultan pajak lain.
4. Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan
tindakan yang diketahui atau patut diketahui melanggar
peraturan perundang-undangan perpajakan.
f. Jasa yang Diberikan Oleh Konsultan Pajak
Menurut Budileksmana (2000), bila dibandingkan dengan
profesi akuntan publik, maka terdapat jasa-jasa layanan yang pada
prinsipnya adalah sama dengan yang diberikan oleh konsultan pajak,
yaitu:
1. Audit laporan keuangan. Dalam hal ini akuntan public menentukan
kewajaran penyajian laporan keuangan atau kesesuaiannya dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Sedangkan konsultan pajak
melakukan compliance audit untuk meneliti apakah penerapan
perpajakan yang dilakukan wajib pajak telah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan. Dalam hal ini
konsultan pajak juga memberikan saran-saran perbaikan dan
penyempurnaan kepada wajib pajak.
2. Jasa kompilasi, yaitu akuntan publik melaksanakan berbagai
kegiatan akuntansi kliennya, seperti pencatatan transaksi akuntansi
sampai dengan penyusunan laporan keuangan. Sedangkan
konsultan pajak juga memberikan jasa penyusunan laporan
keuangan fiskal untuk tujuan pelaporan pajak klien.
Pada prinsipnya jasa yang diberikan konsultan pajak kepada
wajib pajak adalah berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakan dari wajib pajak. Selain yang telah disebutkan diatas, jasa-
jasa lain yang dapat diberikan oleh konsultan pajak meliputi:
1. Membantu wajib pajak dalam membuat perhitungan pajaknya yang
harus dibayar dan sekaligus memberikan pengarahan dalam
pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) sebagai laporan tahunannya.
2. Memberikan konsultasi atas masalah perpajakan yang dihadapi
wajib pajak.
3. Memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban wajib pajak
sesuai perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
4. Membantu mengusahakan terciptanya iklim yang lebih sehat dalam
bidang perpajakan agar wajib pajak merasakan adanya kepastian
hukum dalam masalah perpajakan.
5. Sikap dan Kinerja
Sikap kerja merupakan hasil penilaian atau evaluasi terhadap
orang-orang, atau kejadian-kejadian ditempat kerja – apakah memuaskan,
baik, menyenangkan, menguntungkan, atau sebaliknya (Panggabean,
2004). Sikap konsultan pajak dalam penelitian ini berarti merupakan hasil
penilaian dari wajib pajak selaku klien, fiskus, dan konsultan pajak itu
sendiri terhadap informasi perpajakan dan kliennya – apakah baik dan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Menurut Mangkunegara dalam Trisnaningsih (2007), kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kinerja
konsultan pajak adalah hasil kerja yang dicapai konsultan pajak dalam
melaksanakan tugasnya dalam membantu klien melaksanakan kewajiban
dan memenuhi hak perpajakannya sesuai tanggung jawab yang diberikan
kepadanya sesuai aturan yang berlaku.
Terdapat banyak ahli yang mengungkapkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja. Hal ini, menyebabkan banyaknya pula
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Berikut
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja menurut beberapa ahli:
1. Larkin (1990) dalam Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa terdapat
empat dimensi personalitas dalam mengukur kinerja auditor, antara
lain: kemampuan (ability), komitmen profesional, motivasi, dan
kepuasan kerja.
2. Menurut Gibson (1987) dalam Cokroaminoto (2007) menyatakan
bahwa terdapat tiga kelompok variabel, yaitu: kelompok variabel
individu terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan, latar
belakang pribadi dan demografis, kelompok variabel psikologis terdiri
dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi, dan
kelompok variabel organisasi terdiri dari variabel sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.
3. Dale Timpe (1992) mengungkapkan kinerja adalah kulminasi tiga
elemen yang saling berkaitan: keterampilan, upaya, dan sifat keadaan
eksternal.
4. Menurut Malayu S. P. Hasibuan (2001) dalam Wahyudin (2009)
bahwa kinerja karyawan dapat diukur dengan kesetiaan, prestasi kerja,
kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan,
kepribadian, prakarsa, kecakapan, dan tanggung jawab.
Berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
menurut beberapa ahli yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat empat belas faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kepribadian,
kemampuan, tanggung jawab, prestasi kerja, komitmen profesi, jabatan,
kerjasama, kondisi eksternal, kewajiban sosial, pengalaman, motivasi,
sikap klien, kepemimpinan, dan pendapatan.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai expectation gap, khususnya berkenaan dengan
konsultan pajak masih sangat terbatas. Penelitian mengenai expectation gap
dengan berbagai isu relatif lebih kepada auditor.
Nasser dan Ayuningtyas (2007) meneliti mengenai expectation gap
mahasiswa, auditor dan manajer terhadap sikap dan kinerja auditor. Dari
penelitian tersebut disimpulkan bahwa sebagian besar tidak terdapat
perbedaan persepsi antara mahasiswa, auditor dan manajer mengenai sikap
auditor terhadap laporan keuangan kliennya dan sikap auditor terhadap
kliennya serta terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor,
kecuali faktor memberikan pertimbangan yang benar, memberikan pelayanan
yang bermanfaat bagi klien. Tapi, perbedaan persepsi terjadi antara
mahasiswa, auditor dan manajer terhadap aspek-aspek penting dalam proses
audit dan tanggung jawab auditor.
Yeni (2001) juga melakukan penelitian mengenai persepsi mahasiswa,
auditor dan pemakai laporan keuanagn terhadap peran dan tanggung jawab
auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan, secara keseluruhan tidak terdapat
perbedaan persepsi antara mahasiswa dengan auditor serta antara mahasiswa
dengan pemakai laporan keuangan kecuali factor mempertahankan
independensi, tanggung jawab illegal act klien dan memperbaiki keefektifan
audit. Tetapi, terdapat perbedaan persepsi antara auditor dengan pemakai
laporan keuangan juga antara mahasiswa, auditor dan pemakai laporan
keuangan, kecuali faktor pengkomunikasian hasil audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Arrozi (2004) mengenai expectation
auditor, investor dan akuntan manajemen terhadap pemeriksaan laporan
keuangan menunjukkan hasil bahwa terdapat expectation gap antara auditor,
investor dan akuntan manajemen pada dimensi responsibility yaitu faktor-
faktor auditor bertanggungjawab untuk penemuan penyelewengan,
pemeliharaan catatan akuntansi, auditor tidak melaksanakan pertimbangan
dalam penyelesaian prosedur pemeriksaan. Pada dimensi reliability pada
faktor laporan keuangan tidak terdapat kesalahan material, auditor tidak setuju
kebijakn akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan, perluasan
keyakinan yang diberikan auditor ditunjukkan secara nyata dan perusahaan
bebas dari penyelewengan. Sedangkan pada dimensi decision usefulness
terdapat expectation pada faktor-faktor laporan keuangan auditan tidak
berguna memantau kinerja manajemen.
Penelitian Iip Latipah (2008) mengenai analisis pengukuran kepuasan
wajib pajak melalui kinerja account representative(AR) menyimpulkan bahwa
tingkat kepuasan wajib pajak terhadap kinerja AR di KPP PMB selama ini
adalah sebesar 91,63% artinya kinerja AR selama ini dinilai cukup sesuai
dengan harapan wajib pajak.
Penelitian Annisa Ekowati (2005) mengenai analisis persepsi para tax
associate tentang sistem penilaian prestasi kerja pada konsultan pajak X di
Jakarta menyimpulkan bahwa sistem penilain prestasi kerja kurang obyektif,
karena belum adanya kriteria yang diterapkan dalam memberi penilaian.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar dibawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat
dalam penelitian mengenai “Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan
(Expectation Gap) Dari Fiskus, Konsultan Pajak dan Manajer Atas Sikap dan
Kinerja Konsultan Pajak”.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka pemikiran maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ha1: Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan pajak atas
sikap dan kinerja konsultan pajak.
Ha2: Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer atas sikap dan
kinerja konsultan pajak.
Ha3: Terdapat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dan manajer atas
sikap dan kinerja konsultan pajak.
Ha4: Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan pajak, dan
manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak.
Fiskus Konsultan Pajak
Sikap dan Kinerja
Konsultan Pajak
Expectation gap
Manajer
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi kesenjangan
harapan (expectation gap) antara fiskus, konsultan pajak dan manajer atas
sikap dan kinerja konsultan pajak. Responden dalam penelitian ini adalah
fiskus pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Perusahaan Masuk Bursa dan KPP
Pratama Cilandak, Konsultan pajak pada Kantor Konsultan Pajak yang
terdaftar sebagai anggota IKPI per November 2008 dan manajer di
perusahaan-perusahaan go publik yang terdapat dalam listed companies BEJ
2008 maupun non go publik di wilayah Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah fiskus yang ada pada Kantor Pelayanan
Pajak, Konsultan Pajak pada Kantor Konsultan Pajak dan manajer yang terdiri
dari manajer keuangan atau orang yang menangani pajak pada perusahaan-
perusahaan di wilayah Jakarta.
Jumlah dari keseluruhan sampel yang meliputi fiskus, konsultan pajak
dan manajer yang diambil adalah 137 responden. Yang terbagi menjadi 37
kuesioner pada fiskus, 50 kuesioner pada konsultan pajak, dan 50 kuesioner
pada manajer. Tipe desain pengambilan sampel dari populasi adalah
representasi, yaitu sampel yang diambil dapat mewakili dari masing-masing
populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling,
yang berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan,
mudah untuk mengukurnya dan bersifat kooperatif (Teguh, 2005).
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data
primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada fiskus, konsultan pajak
dan manajer.
Adapun data-data yang digunakan untuk mendukung penelitian
diperoleh melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Field Research
Penelitian secara langsung pada obyek yang diteliti melalui pemberian
kuesioner kepada fiskus, konsultan pajak dan manajer. Kuesioner yang
diberikan dalam bentuk tertutup dalam arti jawaban untuk kuesioner telah
ditentukan sehingga responden hanya memilih salah satu dari alternatif
jawaban yang tersedia (Andini, 2004).
2. Library Research
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui
hasil laporan, buku-buku, majalah, surat kabar, internet dan perundang-
undangan serta peraturan pelaksanaannya yang berhubungan dengan
penelitian (Andini, 2004).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 12.00.
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas Data
Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen
tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai harapan peneliti.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengukuran validitas dalam penelitian ini menggunakan
korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau
variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r
hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini
n adalah jumlah sampel. Untuk menguji apakah suatu pernyataan valid
atau tidak valid dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.
Nilai dari r hitung diperoleh dari tampilan Cronbach’s Alpha pada
kolom Correlated Item-Total Correlation (Ghozali, 2005). Adapun
dasar pengambilan keputusannya:
Jika r hitung > r tabel maka, butir pernyataan dinyatakan valid
Jika r hitung < r tabel maka, butir pernyataan dinyatakan tidak valid
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji ini dilakukan guna menguji konsistensi penggunaan
instrumen variabel terhadap data yang dikumpulkan. Instrumen
dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang
berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel dan handal jika jawaban
responden tersebut konsisten dari waktu ke waktu. Jika hasil dari
Cronbach Alpha dibawah 0,60 maka dikatakan bahwa data tersebut
mempunyai keandalan (reliable) yang relatif rendah (Ghozali, 2005).
Uji reliabilitas data ini menggunakan bantuan program SPSS.
2. Uji Asumsi atau Persyaratan
Uji ini dilakukan guna memenuhi asumsi dalam penggunaan
metode pengujian hipotesis yang akan dilakukan sehingga penggunaan
rumus tersebut tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi
terdistribusi secara normal atau tidak dengan menggunakan metode
One Sample Kolmogrov-Smirnov test. Tujuan dari pengujian
normalitas ini adalah untuk menentukan apakah digunakan statistik
parametrik atau non parametrik (Nasser dan Ayuningtyas, 2007).
Adapun dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas:
Jika asymp.Sig <0,05 maka H0 ditolak, data terdistribusi tidak normal.
Jika asymp.Sig >0,05 maka H0 diterima, data terdistribusi normal.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk memberi jawaban atas perumusan
hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Pengujian hipotesis yang
dilakukan dalam penelitian ini merupakan pengujian hipotesis komparatif
yang berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan
melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini juga
dapat berarti menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil
penelitian) yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel
atau lebih. Model komparasi yang digunakan adalah komparasi antara dua
sampel untuk menguji Ha1, Ha2, dan Ha3. Sedangkan untuk pengujian
hipotesis empat (Ha4) menggunakan model komparasi antara lebih dari
dua sampel (komparasi sampel k). Dan model komparasi sampel yang
digunakan adalah sampel yang tidak berkorelasi atau sampel independen.
Sampel independen adalah sampel yang tidak berkaitan satu sama lain
(Sugiyono, 2008). Hipotesis ini secara statistis dinyatakan dengan:
Ha: µ1 ≠ µ2 ≠ µ3
Keterangan: µ1 = rata-rata harapan fiskus
µ2 = rata-rata harapan konsultan pajak
µ3 = rata-rata harapan manajer
Adapun pengujian hipotesisnya terdiri dari:
1. Uji Beda T-test (Independent Sample T Test)
Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang
tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji t
dilakukan untuk menguji :
Ha1= Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan pajak
atas sikap dan kinerja konsultan pajak
Ha2 = Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer atas
sikap dan kinerja konsultan pajak
Ha3 = Terdapat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dan
manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak
Terdapat dua langkah analisis dalam menggunakan uji beda t-
test. Langkah pertama dengan melihat ada tidaknya perbedaan pada
rata-rata populasi. Langkah kedua dengan melihat nilai signifikansi
untuk menentukan apakah perbedaan tersebut nyata secara statistik
atau tidak. Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05 maka, H0 diterima artinya tidak berbeda
Jika probabilitas < 0,05 maka, H0 ditolak artinya berbeda
Pada hipotesis kedua (Ha2) dan hipotesis ketiga (Ha3) taraf
kesalahan atau tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% (0,05)
sedangkan pada hipotesis pertama (Ha1) tingkat signifikansi yang
menjadi dasar pengambilan keputusan adalah 10% (0,10). Dasar
pengambilan keputusan ini karena didalam penelitian yang
berdasarkan sampel mengandung dua tipe kesalahan yaitu tipe I dan
tipe II. Tipe I adalah menyalahkan H0 padahal H0 benar. Selain itu,
tujuan penelitian adalah ingin menolak (menyalahkan) H0 dan
menerima Ha. Untuk ilmu sosial umunya digunakan 5% dan 10%
karena dengan tingkat kesalahan ini tidak berdampak fatal.
Beda dengan penelitian di farmasi atau kedokteran yang bisa fatal bagi
manusia sehingga tingkat signifikansi kecil yaitu sebesar 1% (Ghozali,
2009).
2. One Way Analysis Of Variance (One- Way ANOVA)
Uji one- way ANOVA digunakan untuk menguji beda rata-rata
lebih dari dua sampel (Nasser dan Ayuningtyas, 2007). One-Way
ANOVA dilakukan untuk menguji hipotesis nol keempat (Ha4) atas
tiga sampel yang berbeda yaitu fiskus, konsultan pajak dan manajer,
hipotesis tersebut yaitu:
Ha4 = Tidak terdapat kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan
pajak, dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0.05, H0 diterima atau Ha ditolak
Jika probabilitas < 0.05, H0 ditolak atau Ha diterima
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah sikap dan kinerja konsultan
pajak yang dipersepsikan oleh tiga kelompok responden, yaitu fiskus,
konsultan pajak, dan manajer terhadap tiga kategori sebagai subvariabel, yang
antara lain:
1. Sikap konsultan pajak terhadap informasi perpajakan pada Surat
Pemberitahuan (SPT) maupun laporan keuangan klien (SKPIP)
Pada subvariabel ini responden diminta memberikan pendapat bagaimana
sikap konsultan pajak terhadap informasi perpajakan klien pada SPT
maupun laporan keuangan klien. Terdapat empat belas indikator
pertanyaan. Pada nomor 1, 8, 9, dan 10 didapat dari referensi Agus
Setiawan dan Basri Musri dalam Tax Audit dan Tax Review (2007).
Nomor 2, 3, dan 5, diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas (2007) yang
telah disesuaikan. Untuk nomor 4, 6, dan 7 diadopsi dari Maria Ulfah
(2007) dan nomor 11 hingga 14 dari referensi Budileksmana (2000).
2. Sikap konsultan pajak terhadap kliennya (SKPTK)
Subvariabel SKPTK ingin menunjukkan bagaimana konsultan pajak
bersikap terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan atas jasa-
jasanya. Pada bagian ini terdapat dua puluh tiga indikator pertanyaan. Pada
nomor 1 dibuat atas referensi Agus Setiawan dan Basri Musri dalam Tax
Audit dan Tax Review (2007). Nomor 4 hingga 9 dibuat berdasarkan
referensi dari kode etik konsultan pajak yang disusun oleh IKPI pada poin
hubungan konsultan pajak dengan wajib pajak (pernyataan nomor 8 dan 9
adalah pernyataan negatif). Untuk nomor 2, 10 hingga 19, dan juga nomor
21 hingga 23 diadopsi dari Iip Latipah (2008) dan Ricky Wellyando
(2006), dan untuk nomor 20 diadopsi dari Yeni (2001).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak (FMKKP)
Pada subvariabel FMKKP ini terdiri dari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja konsultan pajak. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja suatu profesi atau sumber daya manusia Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan empat belas faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja konsultan pajak, yaitu:
a. Kepribadian
Kepribadian diartikan sebagai kecenderungan kepribadian seseorang
yang menetap pada diri seseorang (Maria Ulfah, 2007). Pada faktor
kepribadian ini terdapat enam indikator pertanyaan. Pada pertanyaaan
nomor 1 sampai dengan 5 dibuat atas referensi dari kode etik profesi
konsultan pajak yang disusun oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
(IKPI) yang mengatur mengenai kepribadian konsultan pajak
Indonesia. Pada pertanyaan nomor 6 dibuat atas referensi Jurnal
Perpajakan Indonesia, volume 3, nomor 9, april 2004 pada wawancara
utama dengan Tjoe Tjoe Alihartono.
b. Kemampuan
Konsultan pajak memiliki aturan bagi profesinya yang menuntut
dirinya agar memenuhi kualifikasi tertentu sebelum bisa menjadi
seorang konsultan pajak seperti syarat sertifikasi untuk izin
prakteknya. Hal itu merupakan jaminan bagi klien atas kemampuannya
menjalankan tugas sesuai permintaan klien. Terdapat sembilan
indikator pertanyaan pada faktor kemampuan ini. Pada pertanyaan
nomor 7 sampai dengan 14 diadopsi dari kuesioner Nasser dan
Ayuningtyas (2007) pada indikator faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja auditor yang telah disesuaikan untuk konsultan pajak oleh
penulis. Sedangkan pada pertanyaan nomor 15, dibuat berdasarkan
referensi Indonesian Tax Review, volume I, Edisi 07, 2008 pada Tax
Focus dengan judul wacana AR: Antara WP dan DJP.
c. Tanggung Jawab
Seberapa jauh tanggung jawab konsultan pajak dalam menjalankan
tugasnya. Terdapat delapan pertanyaan, terdiri dari: pertanyaan nomor
16 diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas (2007) yang telah
disesuaikan, nomor 17 dan 20 diadopsi dari Arrozi (2004) pada
dimensi Responsibility, nomor 18 dan 19 atas referensi dari Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.03/2005 pada kewajiban konsultan
pajak, nomor 21 dan 22 diadopsi dari Yeni (2001) yang telah
disesuaikan, dan nomor 23 berasal dari referensi UU KUP tahun 2007
pasal 32 ayat 3.
d. Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu
maupun organisasi dalam melaksanakan tugasnya yang dapat dinilai
oleh suatu metode atau dapat diukur sejauhmana pencapaiannya.
Terdapat dua buah pertanyaan yaitu nomor 24 berasal dari referensi
Annisa Ekowati (2005) dan nomor 25 atas referensi Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 98/PMK.03/2005 pada kewajiban konsultan pajak
nomor tujuh.
e. Komitmen Profesi
Komitmen profesi dapat diartikan tingkat loyalitas individu pada
profesinya (Idris, 2008). Terdapat lima pertanyaan yang terdiri dari
nomor 26, 27, dan 28 yang diadopsi dari Yeni (2001). Nomor 29
berasal dari kode etik konsultan pajak dan nomor 30 dari referensi
Budileksmana (2000).
f. Jabatan
Para karyawan akan termotivasi dan terpuaskan dengan pekerjaan-
pekerjaannya bila mereka merasa bahwa jabatan-jabatannya memilki
arti, bila mereka bertanggungjawab secara pribadi atas hasil upaya-
upaya mereka dan bila umpan balik diberikan secara teratur (Dale
Timpe, 1992). Terdapat satu pertanyaan yaitu nomor 31 yang berasal
dari referensi Dale Timpe (1992) dalam buku seri Manajemen
Manusia: Kinerja.
g. Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu jalinan yang baik yang dilakukan
seseorang kepada sekitarnya dalam menjalankan tugasnya. Terdapat
dua pertanyaan yaitu nomor 32 yang diadopsi dari Maria Ulfah (2007)
pada komponen motivasi poin lima yang telah disesuaikan oleh
peneliti dan nomor 33 dari referensi Yaslis Ilyas (2002).
h. Kondisi Eksternal
Suatu kondisi di luar kendali karyawan yang dapat mendukung atau
tidak mendukung produktivitas karyawan (Dale Timpe, 1992).
Terdapat lima pertanyaan yaitu, nomor 34 dan 36 yang dibuat
berdasarkan referensi Indonesian Tax Review, volume I, Edisi 07,
2008 pada Tax Focus dengan judul wacana AR: Antara WP dan DJP
dan wacana Kubu Berbeda, Tapi Saling Bersinergi. Nomor 35 dan 38
berasal dari referensi Majalah Berita Pajak, volume XL, No. 1618,
edisi 1 September, 2008. Sedangkan nomor 37, diadopsi dari Nasser
dan Ayuningtyas (2007).
i. Kewajiban Sosial
Merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta
manfaat yang diperoleh masyarakat maupun profesional karena adanya
pekerjaan tersebut (Winanto, 2008). Adapun pertanyaan yang tercakup
didalamnya yaitu nomor 39, 40, dan 41 diadopsi dari Ahmad Winanto
(2008) yang telah disesuaikan untuk konsultan pajak. Pada nomor 42
diadopsi dari Nasser dan Ayunungtyas (2007).
j. Pengalaman
Pengalaman adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu perusahaan
atau organisasi (Winanto, 2008). Semakin banyak pengalaman yang
dimilki seseorang mengenai objek stimulusnya sebagai hasil dari
seringnya terjadi kontak antara perseptor dan objeknya semakin tinggi
pula verdikalitasnya (Malik, 2007). Pada pertanyaan nomor 43
diadopsi dari Trisnaningsih (2007) yang terdapat pada variabel kinerja
auditor poin pertama yang telah disesuaikan. Nomor 44 atas referensi
Indonesian Tax Review, volume I, Edisi 07, 2008 pada Tax Focus
dengan judul wacana AR: Antara WP dan DJP dan nomor 45 diadopsi
dari Maria Ulfah (2007) pada komponen kepribadian poin dua.
k. Motivasi
Motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
mencapai suatu tujuan (Maria Ulfah, 2007). Terdapat satu pertanyaan
yaitu nomor 46 yang diadopsi dari Trisnaningsih (2007) pada poin
tujuh dalam variabel kinerja auditor yag telah dimodifikasi oleh
peneliti.
l. Sikap Klien
Sikap klien yang dimaksud adalah sikap yang ditunjukkan klien (wajib
pajak) yang menggunakan jasa konsultan pajak dalam berhadapan
dengan konsultan pajak atas masalah perpajakannya. Terdapat empat
indikator pertanyaan yaitu, nomor 47 yang diadopsi dari Arrozi (2004)
pada dimensi Responsibility poin empat yang telah disesuaikan untuk
pajak, nomor 48 dan 49 yang diadopsi dari Maria Ulfah (2007) pada
komponen kepribadian poin empat dan lima. Nomor 50 timbul dari
pemikiran peneliti atas dasar referensi Majalah Berita Pajak, volume
XL, No. 1618, edisi 1 September, 2008, dimana Dirjen Pajak, Darmin
Nasution mengungkapkan bahwa semakin baik perpajakan kita maka
akan semakin diperlukan konsultan-konsultan pajak untuk presisi
karena hanya konsultan pajak itulah ahlinya. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa semakin baiknya perpajakan kita salah satunya
dilihat dari tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak
terlihat dari pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. Apabila
wajib pajak tersebut menggunakan jasa konsultan pajak maka,
konsultan pajak itulah yang membantu dalam pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakannya (hasil dari kinerja konsultan pajak).
m. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku
orang-orang agar bekerjasama menuju kepada suatu tujuan tertentu
yang mereka inginkan (Siagian, 1983). Terdapat empat indikator
pertanyaan, nomor 51 dan 54 diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas
(2007), nomor 52 diadopsi dari Arrozi (2004), dan nomor 53 dari
referensi Sondang Siagian (1985) yang mengungkapkan bahwa salah
satu ciri-ciri kepemimpinan adalah memiliki sense of priority.
n. Pendapatan
Pendapatan merupakan timbal balik atau imbalan yang diberikan klien
kepada pemberi jasa. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu bentuk
penghargaan atas apa yang telah dilakukan menurut tugas dan
tanggung jawabnya. Hanya terdapat satu indikator pertanyaan yaitu
nomor 55 yang diadopsi dari Yeni (2001) yang telah dimodifikasi.
Responden diminta menyatakan tingkat kesetujuan atau
ketidaksetujuan dalam 5 rentang skala likert dengan standar penilaian terendah
1 dan tertinggi 5 dengan tipe jawaban:
• Sangat tidak setuju (STS) dengan bobot 1
• Tidak setuju (TS) dengan bobot 2
• Netral dengan bobot 3
• Setuju (S) dengan bobot 4
• Sangat setuju dengan bobot 5
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Subvariabel dan Indikator Untuk Kuesioner Tentang Sikap dan
Kinerja Konsultan Pajak
Variabel Subvariabel Indikator Ukuran
Skala
Ordinal
Sikap dan Kinerja
Konsultan Pajak
1. Sikap konsultan
pajak terhadap
informasi
perpajakan pada
SPT dan laporan keuangan klien
Konsultan pajak dapat menjamin
bahwa:
a. SPT diisi dengan jelas, tepat
dan lengkap
b. SPT bebas dari penyimpangan yang disengaja
c. SPT bebas dari kesalahan yang tidak disengaja
d. SPT disampaikan tepat waktu e. SPT diisi sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku f. SPT diisi sesuai informasi
perpajakan yang relevan g. Informasi perpajakan pada
laporan keuangan telah sesuai
dengan peraturan perpajakan
Konsultan pajak wajib:
a. Mempelajari seluruh berkas
wajib pajak
b. Menyiapkan berkas wajib
pajak
c. Menganalisis SPT dan laporan
keuangan wajib pajak
d. Menyusun laporan keuangan fiskal
e. Memberikan pengarahan dalam pengisian SPT
f. Membantu membuat laporan keuangan fiskal
g. Membuat perhitungan pajak yang harus dibayar wajib
pajak
Likert
Berlanjut ke halaman 47
Lanjutan dari halaman 46
2. Sikap konsultan
pajak terhadap
kliennya
a. Memberikan masukan yang
berguna bagi klien (WP)
b. Peduli terhadap masalah
perpajakan klien
c. Memberikan jawaban dan
respon yang efektif dan jelas
Likert
d. Tidak menawarkan fee untuk
mendapatkan klien
e. Menjaga kerahasiaan wajib
pajak e. Menolak untuk melakukan
penyimpangan f. Memberikan petunjuk yang
tidak menyesatkan wajib pajak g. Memberikan jaminan bahwa
pekerjaan dapat diselesaikan h. Membatasi wajib pajak dalam
memilih konsultan pajak lain
i. Cepat tanggap terhadap
masalah klien
j. Terbuka dalam
mengkomunikasikan informasi
perpajakan
k. Memberikan kemudahan,
ketepatan dan kecepatan
dalam mengelola dan
penyelesaian pelayanan
terhadap WP
l. Segera menginformasikan
perubahan ketentuan perpajakan dan intepretasinya
yang berkaitan dengan bisnis WP
m. Mengikuti perkembangan bisnis WP
n. Memberikan pelayanan secara tepat dan tuntas
o. Kejujuran, keterampilan,
ketepatan dan ketegasan dalam
penerapan peraturan
perpajakan
Berlanjut ke halaman 48
Lanjutan dari halaman 47
p. Mempermudah WP dalam
melaksanakan kewajiban
perpajakannya
q. Memiliki pemahaman tentang
bisnis serta kebutuhan WP
r. Memperhatikan terpeliharanya
manajemen perpajakan klien
yang baik
s. Konsultan pajak memonitor
kepatuhan WP
t. Bersikap ramah, sopan dan
bersahabat kepada WP dari seluruh proses pelayanan
u. Mudah dihubungi melalui berbagai media komunikasi
v. Mudah dihubungi melelui berbagai media komunikasi
w. Menunjukkan penampilan, sikap, kepribadian dan kinerja
yang professional dalam
memberikan jasanya
3. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kinerja
konsultan pajak
a. Karakteristik kepribadian
b. Kemampuan
c. Tanggung jawab
d. Prestasi kerja
e. Komitmen profesi
f. Jabatan
g. Kerjasama
h. Kondisi eksternal
i. Kewajiban sosial
j. Pengalaman
k. Motivasi
l. Sikap klien m. Kepemimpinan
n. Pendapatan
Likert
Sumber: Data diolah dari berbagai referensi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kesenjangan harapan dari beberapa kelompok responden atas sikap dan kinerja
konsultan pajak. Responden dalam penelitian ini terbagi dalam tiga kelompok
responden yaitu fiskus, konsultan pajak dan manajer. Fiskus sebagai
kelompok pertama merupakan aparat pajak yang bekerja pada Kantor
Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa (KPP PMB) dan KPP Pratama
Jakarta Cilandak. Konsultan pajak sebagai kelompok kedua merupakan
konsultan pajak yang bekerja pada kantor konsultan pajak di wilayah Jakarta.
Sedangkan manajer sebagai kelompok ketiga meliputi manajer keuangan atau
orang yang menangani pajak yang bekerja pada perusahaan di wilayah Jakarta
baik perusahaan dagang, manufaktur maupun jasa. Jumlah keseluruhan
kuesioner yang disebarkan adalah 137 buah yang terdiri dari 37 buah pada
fiskus, 50 buah pada konsultan pajak dan 50 buah pada manajer (lihat tabel
4.1).
Tabel 4.1
Distribusi Kuesioner
Kelompok
responden
Jumlah
kuesioner
yang
disebar
Jumlah
kuesioner
yang
kembali
Tingkat
pengembalian
Jumlah
kuesioner
yang bisa
digunakan
Fiskus
Konsultan pajak
Manajer
37
50
50
28
39
30
75,7%
78%
60%
27
34
26
Jumlah 137 97 87 Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diuraikan bahwa jumlah kuesioner yang
telah disebar pada fiskus sebanyak 37 buah dengan tingkat pengembalian
75,7% atau 28 buah dan yang dapat digunakan sebanyak 27 buah. Pada 50
buah kuesioner yang disebar pada kelompok konsultan pajak hanya 39 buah
yang kembali atau 78% dan yang bisa digunakan sebanyak 34 buah. Pada
kelompok manajer tingkat pengembalian kuesioner sebesar 60% atau 30 buah
dari 50 buah yang disebar dan sebanyak 26 buah yang bisa digunakan.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden
Karakteristik responden
Kelompok
responden
Fiskus Konsultan pajak Manajer
1. Jenis kelamin:
- Pria
- Wanita
20
7
15
19
11
15
Jumlah 27 34 26
2. Umur responden:
- < 25 tahun - 25-35 tahun
- > 35 tahun
1 11
15
12 16
6
- 17
9
Jumlah 27 34 26
3. Pendidikan terakhir:
- D3
- S1 - S2
- S3
2
19 6
-
6
28 -
-
2
21 3
-
Jumlah 27 34 26
4. Lama bekerja: - < 1 tahun
- 1-3 tahun - 3-5 tahun
- > 5 tahun
-
1 -
26
13
9 -
12
-
6 4
16
Jumlah 27 34 26 Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Dari tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dari sebanyak 27 responden
fiskus terdapat jumlah responden berjenis kelamin pria sebanyak 20 orang dan
responden berjenis kelamin wanita sebanyak 7 orang. Disimpulkan bahwa
sampel responden fiskus pria jumlahnya lebih banyak dibanding sampel
responden fiskus wanita. Sebanyak 34 responden konsultan pajak yang
berjenis kelamin pria sebanyak 15 orang dan wanita berjumlah 19 orang. Dan
sampel responden sebanyak 26 orang pada manajer yang berjenis kelamin pria
sebanyak 11 orang dan 15 orang yang bekelamin wanita. Sehingga dapat
disimpulkan pada dua kelompok responden yaitu konsultan pajak dan manajer
yang berjenis kelamin wanita lebih banyak dibanding pria.
Untuk kategori umur responden, sampel responden fiskus yang
mendominasi adalah yang berumur lebih dari 35 tahun sebanyak 15 orang,
peringkat kedua, yang berumur 25 sampai dengan 35 tahun dengan jumlah 11
orang dan paling sedikit yang berumur 25 tahun sebanyak 1 orang. Pada
kelompok konsultan pajak yang mendominasi adalah yang berumur 25 sampai
dengan 35 tahun sebanyak 16 orang, urutan kedua sebanyak 12 orang pada
umur kurang dari 25 tahun dan paling sedikit yaitu sebanyak 6 orang pada
umur lebih dari 35 tahun. Sedangkan yang paling banyak dari kelompok
responden manajer adalah umur 25 sampai dengan 35 tahun sebanyak 17
orang dan paling sedikit berjumlah 9 orang yang berumur lebih dari 35 tahun.
Untuk kategori pendidikan terakhir, dari ketiga kelompok responden
yaitu fiskus, konsultan pajak dan manajer yang mendominasi dalam penelitian
ini adalah S1 dengan masing-masing sebanyak 19 orang, 28 orang dan 21
orang. Pendidikan terakhir D3 pada kelompok responden fiskus dan manajer
berjumlah sama yaitu 2 orang dan konsultan pajak sebanyak 6 orang. Pada
pendidikan terakhir S2, kelompok responden fiskus sebanyak 6 orang dan
konsultan pajak sebanyak 3 orang.
Lamanya masa kerja responden diuraikan sebagai berikut, responden
yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun menjadi responden mayoritas dengan
jumlah 26 orang pada kelompok fiskus dan 16 orang pada kelompok manajer,
sedangkan pada kelompok konsultan pajak menempati urutan kedua dari total
responden pajak yaitu sebanyak 12 orang. Berikutnya responden yang masa
kerjanya kurang dari 1 tahun sebanyak 13 orang pada kelompok responden
konsultan pajak, responden yang masa kerjanya 1 sampai dengan 3 tahun
berjumlah 1 orang pada kelompok fiskus, 9 orang pada kelompok konsultan
pajak dan 6 orang pada kelompok manajer. Pada lama kerja 3 sampai dengan
5 tahun hanya 4 orang pada kelompok responden manajer.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Validitas ditentukan dengan menggunakan uji signifikansi yang
membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom
(df)= n-2 sehingga besarnya df dapat dihitung 87-2= 85 dengan df= 85
dan alpha= 0,05 didapat r table= 0,2108 (table r two tail). R hitung
setiap item pertanyaan terdapat pada tampilan output cronbach’s alpha
pada kolom Correlated Item- Total Correlation . Jika r hitung lebih
besar dari r tabel dan bernilai positif maka butir pertanyaan tersebut
dinyatakan valid.
Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, terlebih
dahulu dilakukan uji coba (try out) atau pra survey kepada 15
responden dengan memberikan 92 pertanyaan untuk menguji validitas
dan reliabilitas dari seluruh pertanyaan tersebut. Kuesioner terdiri dari
3 kategori yang terdiri dari sikap konsultan pajak terhadap informasi
perpajakan klien (SKPIP) sebanyak 14 butir pertanyaan, sikap
konsultan pajak terhadap kliennya (SKPTK) sebanyak 23 butir
pertanyaan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan
pajak sebanyak (FMKKP) 55 butir pertanyaan.
Uji coba kuesioner tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
apakah kuesioner tersebut dapat dipahami oleh responden dan apakah
responden tersebut dapat memahami dan mengerti maksud dari
pertanyaan yang diberikan. Kemudian setelah itu kuesioner disebarkan
kepada 2 (dua ) KPP, 13 (tiga belas) Kantor konsultan pajak , dan 50
(lima puluh) perusahaan di wilayah Jakarta dengan memberikan 92
pertanyaan. Hasil pengujian validitas dapat ditunjukkan sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Data Subvariabel SKPIP
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
SKPIP1 .759 .2108 Valid
SKPIP2 .752 .2108 Valid
SKPIP3 .697 .2108 Valid
SKPIP4 .683 .2108 Valid
SKPIP5 .699 .2108 Valid
SKPIP6 .713 .2108 Valid
SKPIP7 .729 .2108 Valid
SKPIP8 .583 .2108 Valid
SKPIP9 .365 .2108 Valid
SKPIP10 .656 .2108 Valid
SKPIP11 .484 .2108 Valid
SKPIP12 .460 .2108 Valid
SKPIP13 .658 .2108 Valid
SKPIP14 .642 .2108 Valid Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Dari tampilan tabel 4.3 di atas maka dapat dilihat bahwa semua
pertanyaan dalam subvariabel SKPIP valid. Hal tersebut karena r
hitung lebih besar dari r tabel maka dapat dikatakan pertanyaan
tersebut valid.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Data Subvariabel SKPTK
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
SKPTK1 .699 .2108 Valid
SKPTK2 .693 .2108 Valid
SKPTK3 .778 .2108 Valid
SKPTK4 .357 .2108 Valid
SKPTK5 .634 .2108 Valid
SKPTK6 .698 .2108 Valid
SKPTK7 .783 .2108 Valid
SKPTK8 -.160 .2108 Tidak Valid
SKPTK9 .006 .2108 Tidak Valid
SKPTK10 .802 .2108 Valid
SKPTK11 .845 .2108 Valid
SKPTK12 .800 .2108 Valid
Berlanjut ke halaman 55
Lanjutan dari halaman 54
SKPTK13 .786 .2108 Valid
SKPTK14 .619 .2108 Valid
SKPTK15 .717 .2108 Valid
SKPTK16 .803 .2108 Valid
SKPTK17 .784 .2108 Valid
SKPTK18 .862 .2108 Valid
SKPTK19 .763 .2108 Valid
SKPTK20 .695 .2108 Valid
SKPTK21 .760 .2108 Valid
SKPTK22 .703 .2108 Valid
SKPTK23 .717 .2108 Valid
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Dari Tampilan tabel 4.4 diatas dapat dikatakan bahwa
pertanyaan pada subvariabel SKPTK valid kecuali pada SKPTK8 dan
SKPTK9, dikarenakan r hitung lebih kecil dari r tabel.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Data Subvariabel FMKKP
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
FMKKP1 .459 .2108 Valid
FMKKP2 .487 .2108 Valid
FMKKP3 .423 .2108 Valid
FMKKP4 .683 .2108 Valid
FMKKP5 .673 .2108 Valid
FMKKP6 .544 .2108 Valid
FMKKP7 .665 .2108 Valid
FMKKP8 .541 .2108 Valid
FMKKP9 .714 .2108 Valid
FMKKP10 .676 .2108 Valid
FMKKP11 .549 .2108 Valid
FMKKP12 .625 .2108 Valid
FMKKP13 .573 .2108 Valid
FMKKP14 .614 .2108 Valid
FMKKP15 .567 .2108 Valid
FMKKP16 .627 .2108 Valid
FMKKP17 .204 .2108 Tidak Valid
FMKKP18 .652 .2108 Valid
FMKKP19 .480 .2108 Valid
Berlanjut ke halaman 56
Lanjutan dari halaman 55
FMKKP20 .178 .2108 Tidak Valid
FMKKP21 .205 .2108 Tidak Valid
FMKKP22 .182 .2108 Tidak Valid
FMKKP23 .218 .2108 Valid
FMKKP24 .449 .2108 Valid
FMKKP25 .538 .2108 Valid
FMKKP26 .528 .2108 Valid
FMKKP27 .218 .2108 Valid
FMKKP28 .409 .2108 Valid
FMKKP29 .376 .2108 Valid
FMKKP30 .462 .2108 Valid
FMKKP31 .388 .2108 Valid
FMKKP32 .547 .2108 Valid
FMKKP33 .498 .2108 Valid
FMKKP34 .693 .2108 Valid
FMKKP35 .563 .2108 Valid
FMKKP36 .154 .2108 Tidak Valid
FMKKP37 .472 .2108 Valid
FMKKP38 .435 .2108 Valid
FMKKP39 .688 .2108 Valid
FMKKP40 .510 .2108 Valid
FMKKP41 .389 .2108 Valid
FMKKP42 .457 .2108 Valid
FMKKP43 .437 .2108 Valid
FMKKP44 .362 .2108 Valid
FMKKP45 .608 .2108 Valid
FMKKP46 .577 .2108 Valid
FMKKP47 .674 .2108 Valid
FMKKP48 .347 .2108 Valid
FMKKP49 .482 .2108 Valid
FMKKP50 .256 .2108 Valid
FMKKP51 .612 .2108 Valid
FMKKP52 .552 .2108 Valid
FMKKP53 .687 .2108 Valid
FMKKP54 .541 .2108 Valid
FMKKP55 .536 .2108 Valid Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa terdapat lima buah pertanyaan
yang tidak valid, yaitu FMKKP17, FMKKP20, FMKKP21,
FMKKP22, dan FMKKP36.
Setelah pertanyaan yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan
tidak ikut disertakan dalam pengujian berikutnya baik pada tabel 4.4
dan tabel 4.5. Pengujian dilakukan kembali setelah pertanyaan yang
tidak valid tidak diikutsertakan namun, hasil dari pengujian tersebut
menunjukkan FMKKP23 dan FMKKP50 menjadi tidak valid karena
memiliki r hitung lebih kecil dari r tabel yang masing-masing 0,209,
0,139, dan 0,159 sehingga harus kembali dikeluarkan dan tidak
diikutsertakan dalam pengujian selanjutnya. Hasil pengujian
berdasarkan pertanyaan yang sudah dikeluarkan dapat dilihat pada
tabel 4.6 dan tabel 4.7.
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Data Subvariabel SKPTK
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
SKPTK1 .699 .2108 Valid
SKPTK2 .717 .2108 Valid
SKPTK3 .762 .2108 Valid
SKPTK4 .385 .2108 Valid
SKPTK5 .641 .2108 Valid
SKPTK6 .693 .2108 Valid
SKPTK7 .793 .2108 Valid
SKPTK10 .838 .2108 Valid
SKPTK11 .848 .2108 Valid
SKPTK12 .825 .2108 Valid
SKPTK13 .785 .2108 Valid
SKPTK14 .653 .2108 Valid
SKPTK15 .746 .2108 Valid
SKPTK16 .812 .2108 Valid
SKPTK17 .770 .2108 Valid
SKPTK18 .855 .2108 Valid
SKPTK19 .778 .2108 Valid
SKPTK20 .720 .2108 Valid
SKPTK21 .780 .2108 Valid
SKPTK22 .719 .2108 Valid
SKPTK23 .712 .2108 Valid Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Data Subvariabel FMKKP
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
FMKKP1 .523 .2108 Valid
FMKKP2 .562 .2108 Valid
FMKKP3 .457 .2108 Valid
FMKKP4 .718 .2108 Valid
FMKKP5 .719 .2108 Valid
FMKKP6 .586 .2108 Valid
FMKKP7 .694 .2108 Valid
FMKKP8 .589 .2108 Valid
FMKKP9 .730 .2108 Valid
FMKKP10 .669 .2108 Valid
FMKKP11 .550 .2108 Valid
FMKKP12 .649 .2108 Valid
FMKKP13 .581 .2108 Valid
FMKKP14 .637 .2108 Valid
FMKKP15 .518 .2108 Valid
FMKKP16 .693 .2108 Valid
FMKKP18 .642 .2108 Valid
FMKKP19 .439 .2108 Valid
FMKKP24 .415 .2108 Valid
FMKKP25 .549 .2108 Valid
FMKKP26 .532 .2108 Valid
FMKKP27 .219 .2108 Valid
FMKKP28 .391 .2108 Valid
FMKKP29 .419 .2108 Valid
FMKKP30 .474 .2108 Valid
FMKKP31 .321 .2108 Valid
FMKKP32 .626 .2108 Valid
FMKKP33 .571 .2108 Valid
FMKKP34 .725 .2108 Valid
FMKKP35 .590 .2108 Valid
FMKKP37 .481 .2108 Valid
FMKKP38 .509 .2108 Valid
FMKKP39 .709 .2108 Valid
FMKKP40 .473 .2108 Valid
FMKKP41 .366 .2108 Valid
FMKKP42 .528 .2108 Valid
FMKKP43 .456 .2108 Valid
FMKKP44 .337 .2108 Valid
FMKKP45 .634 .2108 Valid
FMKKP46 .598 .2108 Valid
FMKKP47 .708 .2108 Valid
Berlanjut ke halaman 59
Lanjutan dari halaman 58
FMKKP48 .317 .2108 Valid
FMKKP49 .430 .2108 Valid
FMKKP51 .606 .2108 Valid
FMKKP52 .612 .2108 Valid
FMKKP53 .743 .2108 Valid
FMKKP54 .489 .2108 Valid
FMKKP55 .554 .2108 Valid Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
b. Uji Reliabilitas
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
variabel tunggal yaitu sikap dan kinerja konsultan pajak. Sikap
konsultan pajak dilihat dari dua sisi yaitu sikap konsultan pajak
terhadap informasi perpajakan klien (SKPIP) dan sikap konsultan
pajak terhadap kliennya (SKPTK). Sedangkan, kinerja konsultan pajak
dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak
(FMKKP).
Hasil pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan uji
statistik Cronbach’s Alpha (α) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Reliabilitas
Kategori Cronbach’s Alpha N of Items
SKPIP .917 14
SKPTK .965 21
FMKKP .957 48
Keseluruhan .976 83 Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Dilihat dari tampilan output tabel 4.8 memperlihatkan
Cronbach’s Alpha (α) untuk seluruh item pertanyaan dalam variabel
sikap dan kinerja konsultan pajak sebesar 0,976, yang artinya bahwa
semua pertanyaan yang menjadi indikator dalam penelitian ini bersifat
reliable karena nilai Cronbach’s Alpha (α) lebih dari 0,60. Untuk
kategori reliabilitas sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2007:183),
maka seluruh pertanyaan dalam variabel sikap dan kinerja konsultan
pajak sifatnya sangat tinggi karena di atas 0,80.
2. Uji Asumsi atau Persyaratan
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One
Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi secara normal
atau tidak sehingga menentukan pengujian selanjutnya. Jika data
terdistribusi normal maka dilakukan uji parametrik namun, jika
sebaliknya maka digunakan uji non parametrik. Hasilnya dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SKPIP SKPTK FMKKP Total
N 87 87 87 87
Normal Parameters(a,b) Mean 54.9310 86.9195 189.8621 331.7126
Std. Deviation 7.73514 10.91640 21.28553 35.87572
Most Extreme
Differences
Absolute .135 .134 .058 .097
Positive .135 .134 .058 .097
Negative -.058 -.110 -.045 -.056
Kolmogorov-Smirnov Z 1.256 1.251 .538 .901
Asymp. Sig. (2-tailed) .085 .087 .934 .391
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Hasil analisis yang didapat dari tabel 4.9 di atas adalah
besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov secara keseluruhan sebesar 0,901
dan signifikan pada 0,391 yang artinya data dari variabel sikap dan
kinerja konsultan pajak terdistribusi secara normal karena tingkat
signifikansi lebih dari 0,05. Dan jika dilihat per kategori maka data
juga dinyatakan terdistribusi secara normal karena tingkat
signifikansinya lebih dari 0,05 yaitu SKPIP dengan signifikansi 0,085,
SKPTK dengan signifikansi 0,087 dan FMKKP dengan signifikansi
sebesar 0,934.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji
parametrik yaitu Independent Sample T-test dengan menggunakan
program SPSS 12.00.
a. Kesenjangan Harapan Fiskus dan Konsultan Pajak atas Sikap dan
Kinerja Konsultan Pajak
Tabel 4.10
Output SPSS 1 Independent Sample T-test Fiskus dan Konsultan Pajak Group Statistics
PROFESI N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
TSKPIP FISKUS 27 54.8519 7.88720 1.51789
KONSULTAN PAJAK 34 54.7353 8.96224 1.53701
TSKPTK FISKUS 27 84.7037 11.90932 2.29195
KONSULTAN PAJAK 34 91.1765 9.83337 1.68641
TFMKKP FISKUS 27 186.7407 22.43725 4.31805
KONSULTAN PAJAK 34 198.2059 17.81518 3.05528
Total FISKUS 27 326.2963 39.89198 7.67722
KONSULTAN PAJAK 34 344.1176 30.37120 5.20862
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Berdasarkan output SPSS yang pertama ini dapat dilihat bahwa
rata-rata (mean) untuk fiskus adalah 326,2963 dengan jumlah sampel
27 dan mean untuk konsultan pajak adalah 344,1176 dengan jumlah
sampel sebanyak 34. Dari hasil rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa
ada perbedaan antara persepsi fiskus dan konsultan pajak atas sikap
dan kinerja konsultan pajak. Skor rata-rata yang dimiliki konsultan
pajak juga jauh lebih baik dibandingkan dengan fiskus, baik itu
mengenai SKPTK, dan FMKKP kecuali SKPIP namun skor yang
diperoleh konsultan pajak dibanding fiskus pada SKPIP memang lebih
kecil tapi tidak berbeda jauh. Untuk melihat apakah benar perbedaan
tersebut secara nyata dalam statistik maka harus melihat output bagian
kedua berikut ini:
Tabel 4.11
Output SPSS 2 Independent Sample T-test Fiskus dan Konsultan Pajak
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F
Sig.
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
90% Confidence Interval
of the Difference
Lower
Upper
TSKPIP Equal variances
assumed
1.049 .310 .053 59 .958 .11656 2.19246 -4.27054 4.50365
Equal variances
not assumed
.054 58.334 .957 .11656 2.16019 -4.20700 4.44011
TSKPTK Equal variances
assumed
.012 .912 -2.326 59 .024 -6.47277 2.78334 -12.04222 -.90331
Equal variances
not assumed
-2.275 50.184 .027 -6.47277 2.84552 -12.18765 -.75788
TFMKKP Equal variances assumed
.352 .555 -2.226 59 .030 -11.46514 5.15146 -21.77319 -1.15709
Equal variances
not assumed
-2.167 48.895 .035 -11.46514 5.28964 -22.09565 -.83463
Total Equal variances
assumed
.400 .529 -1.982 59 .052 -17.82135 8.99344 -35.81717 .17447
Equal variances
not assumed
-1.921 47.513 .061 -17.82135 9.27736 -36.47967 .83697
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Dari hasil pengujian Independent Sample T test pada tabel 4.11
dapat dilihat bahwa F hitung Levene’s test sebesar 0,400 dengan
probabilitas 0,529. Dapat disimpulkan bahwa Ho tidak dapat ditolak
atau memiliki varians yang sama karena probabilitas lebih besar dari
0.05.
Langkah kedua dengan melihat t-test untuk menentukan apakah
terdapat perbedaan secara signifikan. Berdasarkan tabel 4.11 nilai t
dapat dilihat pada equal variances assumed karena dari hasil Levene’s
test populasi memilki varians sama adalah -1,982 dengan probabilitas
signifikansi 0,052. Hasil tersebut menyatakan bahwa hipotesis diterima
yang karena signifikansi 0,052 < 0,10 (∂ = 10% atau 0,10). Dengan
kata lain terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan
pajak atas sikap dan kinerja konsultan pajak.
Berdasarkan hasil mean dan t-test memperlihatkan adanya
kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan pajak. Hal ini terjadi
mungkin disebabkan fiskus tidak terlibat langsung atau tidak
menggunakan jasa profesional dari konsultan pajak untuk
melaksanakan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya karena
pengetahuan akan perpajakan fiskus sudah memadai sehingga fiskus
kurang mengetahui bagaimana sikap konsultan pajak terhadap kliennya
dan kinerja dari konsultan pajak itu sendiri. Walaupun fiskus
mengetahui sikap yang harus ditunjukkan konsultan pajak melalui
peraturan ataupun kode etik namun, hal itu terkadang tidak sesuai
dengan realita yang terjadi akibat perbedaan peran antara fiskus yang
mewakili kantor pajak dan konsultan pajak yang mewakili wajib pajak.
b. Kesenjangan Harapan Fiskus dan Manajer atas Sikap dan Kinerja
Konsultan Pajak
Tabel 4.12
Output SPSS 1 Independent Sample T-test Fiskus dan Manajer
Group Statistics
PROFESI N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
TSKPIP FISKUS 27 54.8519 7.88720 1.51789
MANAJER 26 55.2692 5.90971 1.15899
TSKPTK FISKUS 27 84.7037 11.90932 2.29195
MANAJER 26 83.6538 9.68274 1.89894
TFMKKP FISKUS 27 186.7407 22.43725 4.31805
MANAJER 26 182.1923 21.20570 4.15878
Total FISKUS 27 326.2963 39.89198 7.67722
MANAJER 26 321.1154 34.59980 6.78558
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Skor rata-rata yang ditunjukkan pada tabel 4.12 fiskus memilki
nilai total yang lebih besar yaitu 326,2963 dibandingkan manajer
sebesar 321,1154. Hal ini menunjukkan bahwa fiskus memiliki
persepsi yang lebih baik dibandingkan manajer atas sikap dan kinerja
konsultan pajak, walupun perbedaan ini tidak signifikan.
Tabel 4.13
Output SPSS 2 Independent Sample T-test Fiskus dan Manajer
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
TSKPIP Equal variances
assumed 1.777 .188 -.217 51 .829 -.41738 1.92013 -4.27219 3.43743
Equal variances not assumed -.219 48.137 .828 -.41738 1.90978 -4.25696 3.42220
TSKPTK Equal variances
assumed .112 .739 .351 51 .727 1.04986 2.98812 -4.94904 7.04875
Equal variances
not assumed .353 49.627 .726 1.04986 2.97641 -4.92955 7.02926
TFMKKP Equal variances assumed .012 .913 .758 51 .452 4.54843 6.00159 -7.50026 16.59713
Equal variances
not assumed .759 50.984 .452 4.54843 5.99508 -7.48729 16.58416
Total Equal variances
assumed .041 .840 .504 51 .616 5.18091 10.27406 -15.44512 25.80695
Equal variances
not assumed .506 50.462 .615 5.18091 10.24616 -15.39443 25.75625
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Dari hasil pengujian pada table 4.13 didapatkan nilai
probabilitas sebesar 0,616. Hasil tersebut lebih besar dari tingkat
signifikansi yang telah ditetapkan sebesar 0,050. Nilai t hitung juga
lebih kecil dari t tabel (df= 53-2 =51) yaitu 0,504 < 2.0076. Dengan
demikian hipotesis tidak diterima, maka dapat disimpulkan tidak
terdapat kesenjangan harapan yang signifikan antara fiskus dengan
mnanajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak.
Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa tidak terdapat
kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer. Hal ini memberikan
indikasi bahwa fiskus dan manajer memilki pengetahuan atau
informasi yang cukup mengenai sikap dan kinerja konsultan pajak.
Informasi itu mungkin didapat dari peraturan perpajakan yang berlaku
berarti pemerintah selaku pembuat peraturan perpajakan itu berhasil
mencegah adanya salah pengertian antara wajib pajak dengan fiskus.
c. Kesenjangan Harapan Konsultan Pajak dan Manajer atas Sikap
dan Kinerja Konsultan Pajak
Tabel 4.14
Output SPSS 1 Independent Sample T-test Konsultan Pajak dan Manajer
Group Statistics
PROFESI N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
TSKPIP KONSULTAN PAJAK 34 54.7353 8.96224 1.53701
MANAJER 26 55.2692 5.90971 1.15899
TSKPTK KONSULTAN PAJAK 34 91.1765 9.83337 1.68641
MANAJER 26 83.6538 9.68274 1.89894
TFMKKP KONSULTAN PAJAK 34 198.2059 17.81518 3.05528
MANAJER 26 182.1923 21.20570 4.15878
Total KONSULTAN PAJAK 34 344.1176 30.37120 5.20862
MANAJER 26 321.1154 34.59980 6.78558
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa rata-rata (mean)
untuk konsultan pajak adalah 344,1176 lebih besar daripada mean
manajer yang sebesar 321,1154. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
konsultan pajak memilki persepsi yang lebih baik dibandingkan
manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak. Selain itu, berdasarkan
rata-rata skor yang didapat oleh dua populasi tersebut terlihat terdapat
perbedaan yang signifikan antara persepsi konsultan pajak dan manajer
atas sikap dan kinerja konsultan pajak.
Untuk melihat perbedaan tersebut secara statistik maka, dapat
melihat tabel 4.15 dibawah ini:
Tabel 4.15
Output SPSS 2 Independent Sample T-test Konsultan Pajak dan Manajer
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
TSKPIP Equal variances
assumed 6.203 .016 -.263 58 .794 -.53394 2.03066 -4.59874 3.53087
Equal variances not assumed -.277 56.910 .783 -.53394 1.92501 -4.38883 3.32096
TSKPTK Equal variances
assumed .354 .554 2.956 58 .005 7.52262 2.54500 2.42826 12.61699
Equal variances
not assumed 2.962 54.366 .005 7.52262 2.53968 2.43167 12.61358
TFMKKP Equal variances assumed .640 .427 3.177 58 .002 16.01357 5.04105 5.92281 26.10434
Equal variances
not assumed 3.103 48.554 .003 16.01357 5.16044 5.64087 26.38628
Total Equal variances
assumed .214 .645 2.737 58 .008 23.00226 8.40504 6.17776 39.82677
Equal variances not assumed 2.689 49.992 .010 23.00226 8.55417 5.82064 40.18389
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Pada hasil output pada tebel 4.15 menunjukkan bahwa kedua
populasi memiliki varians yang sama. Hal ini terbukti F hitung berada
pada equal variances assumed dengan probabilitas 0,645 yang lebih
besar dari 0,050. Dari hasil pengujian pada kolom t-test for Equality of
Means didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,008. Hasil tersebut lebih
kecil dari tingkat signifikansi yang yang telah ditetapkan sebesar
0,050. Dan t hitung sebesar 2,737 yang hasil tersebut lebih besar dari t
tabel sebesar 2,0017 (df= 60-2= 58). Dari pengujian tersebut tampak
bahwa hipotesis diterima dengan kata lain terdapat kesenjangan
harapan antara konsultan pajak dengan manajer atas sikap dan kinerja
konsultan pajak. Namun pada kategori SKPIP persepsi konsultan pajak
dan manajer tidak terdapt perbedaan karena probabilitasnya sebesar
0,783 yang lebih besar dari 0,050.
Secara keseluruhan terlihat bahwa terdapat kesenjangan
harapan antara konsultan pajak dan manajer. Pada penelitian terdahulu
dalam Persepsi Mahasiswa, Auditor Dan Pemakai Laporan Keuangan
Terhadap Peran Dan Tanggung Jawab Auditor: Studi Empiris
Mengenai Expectation Gap (Yeni, 2001) bahwa terdapat kesenjangan
harapan antara auditor dan pemakai laporan keuangan terhadap peran
dan tanggung jawab auditor. Jika membandingkan dengan penelitian
sebelumnya maka, dapat penulis simpulkan bahwa terjadi kesenjangan
harapan antara auditor selaku pemberi jasa yang menerima fee dari
klien sesuai penugasannya dengan pemakai laporan keuangan sebagai
penerima jasa dari auditor dan memberikan fee. Hal ini serupa dengan
kesenjangan harapan yang terjadi antara konsultan pajak sebagai
pemberi jasa yang menerima fee dari klien atau wajib pajak sesuai
penugasannya dengan manajer sebagai penerima jasa dan memberikan
fee tersebut. Atas dasar ini, biasanya pemberi jasa dituntut memberikan
pengorbanan yang lebih atas kepentingan penerima jasa. Konsultan
pajak yang dianggap sebagai orang yang memiliki pengetahuan yang
memadai dalam bidang perpajakan dituntut untuk memenuhi harapan
klien yang dinilai terlalu tinggi dari apa yang seharusnya dilakukan
konsultan pajak. Klien beranggapan bahwa segala urusan perpajakan
yang diberikan kepada konsultan pajak menjadi urusan konsultan pajak
sepenuhnya. Padahal jika ditelaah kembali, klien seharusnya ikut
terlibat didalamnya. Hal ini dimungkinkan karena dalam Undang-
Undang No.28 Tahun 2007 mengenai Ketentuan Umum Perpajakan
pada pasal 32 diatur penyerahan urusan perpajakan kepada pihak lain
sehingga memberikan kelonggaran kepada wajib pajak untuk
mengkuasakan hak dan kewajiban perpajakan kepada pihak lain dalam
hal ini pihak lain yang dimaksud adalah wakil atau kuasa wajib pajak
yang memahami masalah perpajakan seperti konsultan pajak. Hal
inilah yang membuat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dan
manajer.
d. Kesenjangan Harapan Fiskus, Konsultan Pajak dan Manajer atas
Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak
Pengujian hipotesis keempat dalam penelitian ini yang ingin
mengetahui apakah ada kesenjangan harapan antara ketiga kelompok
responden yaitu fiskus, konsultan pajak, dan manajer atas sikap dan
kinerja konsultan pajak menggunakan one way analysis of variances
(ONE WAY ANOVA). Dari pengujian tersebut maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.16
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
TSKPIP 2.928 2 84 .059
TSKPTK .135 2 84 .874
TFMKKP .304 2 84 .739
Total .215 2 84 .807
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Uji homogenitas dilakukan sebagai pemenuhan atas salah satu
asumsi ANOVA yang harus dilakukan. Uji ini bertujuan untuk melihat
apakah ketiga sampel populasi memilki varians yang sama dengan
asumsi jika nilai probabilitas Levene Test lebih besar dari nilai
probabilitas yang telah ditetapkan yaitu 0,050 maka Ho diterima yang
berarti sampel memilki varians yang sama. Dari hasil uji homegenitas
pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa nilai probbilitas sebesar 0,807
yang lebih besar dari 0,050 . Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa ketiga sampel memiliki varians yang sama sehingga asumsi
ANOVA dapat terpenuhi.
Tabel 4.17
Output SPSS 1 Oneway Fiskus, Konsultan Pajak dan Manajer
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
TSKPIP FISKUS 27 54.8519 7.88720 1.51789 51.7318 57.9719 43.00 70.00
KONSULTAN PAJAK 34 54.7353 8.96224 1.53701 51.6082 57.8624 36.00 70.00
MANAJER 26 55.2692 5.90971 1.15899 52.8822 57.6562 45.00 69.00
Total 87 54.9310 7.73514 .82929 53.2825 56.5796 36.00 70.00
TSKPTK FISKUS 27 84.7037 11.90932 2.29195 79.9925 89.4149 48.00 105.00
KONSULTAN PAJAK 34 91.1765 9.83337 1.68641 87.7454 94.6075 65.00 105.00
MANAJER 26 83.6538 9.68274 1.89894 79.7429 87.5648 62.00 102.00
Total 87 86.9195 10.91640 1.17036 84.5929 89.2461 48.00 105.00
TFMKKP FISKUS 27 186.7407 22.43725 4.31805 177.8649 195.6166 149.00 239.00
KONSULTAN PAJAK 34 198.2059 17.81518 3.05528 191.9899 204.4219 165.00 228.00
MANAJER 26 182.1923 21.20570 4.15878 173.6271 190.7575 145.00 225.00
Total 87 189.8621 21.28553 2.28205 185.3255 194.3986 145.00 239.00
Total FISKUS 27 326.2963 39.89198 7.67722 310.5156 342.0770 252.00 414.00
KONSULTAN PAJAK 34 344.1176 30.37120 5.20862 333.5206 354.7147 277.00 402.00
MANAJER 26 321.1154 34.59980 6.78558 307.1402 335.0905 257.00 388.00
Total 87 331.7126 35.87572 3.84628 324.0665 339.3588 252.00 414.00
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa mean antar masing-
masing populasi memilki perbedaan. Hal ini terlihat bahwa rata-rata
fiskus sebesar 326,2963, konsultan pajak sebesar 344,1176 dan
manajer sebesar 321,1154. Secara keseluruhan konsultan pajak
mempunyai mean tertinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa konsultan pajak mempunyai persepsi yang lebih baik mengenai
sikap dan kinerja konsultan pajak apabila dibandingkan dengan fiskus
dan manajer.
Tabel 4.18
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
TSKPIP Between Groups
4.446 2 2.223 .036 .964
Within Groups 5141.140 84 61.204
Total 5145.586 86
TSKPTK Between Groups
1025.981 2 512.991 4.672 .012
Within Groups 9222.455 84 109.791
Total 10248.437 86
TFMKKP Between Groups
4159.562 2 2079.781 5.019 .009
Within Groups 34804.782 84 414.343
Total 38964.345 86
Total Between Groups
8944.003 2 4472.002 3.692 .029
Within Groups 101743.8 84 1211.236
Total 110687.8 86
Sumber: Data Primer yang Diolah (2009)
Tabel 4.18 merupakan hasil uji untuk melihat apakah ketiga
sampel mempunyai rata-rata (mean) yang sama. Terdapat dua dasar
pengambilan keputusan yang dapat digunakan. Pertama, jika F hitung
> F tabel maka Ho ditolak atau adanya perbedaan dari ketiga rata-rata
sampel. F tabel diperoleh dari tabel F dengan sigmifikansi 5%, DF1=
3-1= 2 dan DF2= 87-3= 84 sehingga didapat angka 3,11. Kedua,
berdasar pada nilai probabilitas, jika nilai probabilitas < 0,050 maka
Ho ditolak. Hal ini terlihat dari F hitung 3,692 > 3,11 dan nilai
probabilitas 0,029 < 0,050. Atas dasar tersebut sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis diterima maka, terdapat kesenjangan
harapan yang signifikan atas sikap dan kinerja konsultan pajak antara
fiskus, konsultan pajak dan manajer. Hal ini disebabkan karena
perbedaan bidang pekerjaan dan kepentingan diantara ketiga kelompok
responden tersebut. Fiskus merupakan pegawai pemerintah dan
mengemban tugas mengamankan penerimaan negara. Konsultan pajak
merupakan tenaga profesional yang mandiri dan independen yang
mengemban amanat dari wajib pajak dan di sisi lain sebagai mitra
pemerintah. Sedangkan manajer sebagai wajib pajak yang
membutuhkan bantuan konsultan pajak dalam melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya serta menginginkan keuntungan.
Selain itu, kesenjangan ini terjadi mungkin akibat dari belum
adanyaatau kurangnya UU atau peraturan yang mengatur profesi
konsultan pajak. Hal ini diperkuat oleh kutipan dari Darmin Nasution
selaku Dirjen Pajak yang mengatakan bahwa akan dibuat UU untuk
memperbaiki profesi konsultan pajak (Majalah Berita Pajak, 2008).
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 87 responden yang terbagi
dalam tiga populasi sampel yaitu 27 responden fiskus, 34 responden konsultan
pajak dan 26 responden manajer di wilayah Jakarta. Pada pengujian untuk
hipotesis satu, hipotesis dua dan hipotesis tiga menggunakan Independent
Sample T-test. Sedangkan, untuk pengujian hipotesis empat menggunakan
One Way Analysis Of Variances (One Way ANOVA) dengan bantuan
program SPSS 12.00.
Hasil pengujian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dengan konsultan pajak
dengan menunjukkan nilai signifikansi dibawah 0,10 yaitu sebesar 0,052.
2. Tidak terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dengan manajer dengan
menunjukkan nilai signifikansi diatas 0,050 yaitu sebesar 0,616.
3. Terdapat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dengan manajer
yang menunjukkan nilai signifikansi dibawah 0,050 yaitu sebesar 0,008.
4. Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan pajak dan manajer
yang menunjukkan nilai signifikansi dibawah 0,050 yaitu sebesar 0,029
B. Implikasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa kesenjangan harapan tidak hanya
terjadi pada auditor dan pemakai laporan keuangan tapi, kesenjangan harapan
juga terjadi pada fiskus, konsultan pajak dan manajer. Tampaknya setiap
profesi termasuk konsultan pajak harus mendapatkan pengawasan baik dari
pemerintah, masyarakat dan konsultan pajak itu sendiri. Aturan-aturan yang
telah ada saat ini dibuat untuk mencegah kesenjangan harapan tersebut namun,
sepertinya aturan saja tidak cukup sehingga harus diimbangi oleh peningkatan
kualitas konsultan pajak. Dari pemaparan diatas maka suatu standar profesi
konsultan pajak sangat dibutuhkan sehingga memperkecil adanya
kesenjangan.
C. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Kurang cermat dalam membuat kuesioner.
Kuesioner yang digunakan oleh peneliti dirasakan kurang mencerminkan
konsep sikap dan kinerja konsultan pajak karena diadaptasi dari penelitian
terdahulu yag bersal dari auditor. Membuat kuesioner yang baik memang
membutuhkan waktu, biaya dan tenaga yang ekstra sehingga bisa
meminimalisir butir pertanyaan yang tidak valid.
2. Jumlah sampel yang relatif sedikit pada masing-masing populasi.
Untuk memperoleh sampel yang banyak memang membutuhkan waktu,
biaya dan tenaga ekstra serta yang tidak kalah penting ialah koneksi agar
memudahkan dalam penyebaran kuesioner.
3. Pengisian kuesioner tidak terkontrol langsung oleh peneliti.
Pengisian kuesioner tidak diawasi langsung oleh peneliti.
D. Rekomendasi
Penelitian yang akan datang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa rekomendasi
mengenai beberapa hal, diantaranya:
1. Agar lebih banyak penelitian mengenai konsultan pajak karena penulis
yakin bahwa banyak hal yang belum tergali dari potensi yang dimiliki oleh
profesi konsultan pajak. Apalagi peraturan perpajakan yang sering
berubah-ubah yang membuat peran konsultan pajak sangat dibutuhkan
dalam membantu wajib pajak memahaminya.
2. Memilih populasi sampel yang lain serta ruang lingkup yang lebih luas.
3. Agar peneliti mengawasi pengisian kuesioner atau terlibat langsung di
dalamnya sehingga meminimalisir pernyataan yang kurang dimengerti
responden.
DAFTAR PUSTAKA
Andini. “Analisis Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah
(Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)”, Skripsi S1 Program Manajemen UIN Syahid Jakarta, 2004.
Arrozi, M. F. “Expectation Auditor, Investor Dan Akuntan Manajemen
Terhadap Pemeriksaan Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar Bali, 2004.
Budiartha, Ketut. “Pemeriksaan Akuntansi dan Pemeriksaan Pajak
Serupa Tapi Tak Sama”, Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol. 3 No. 10, Mei, 2004.
Budileksmana, Antariksa. “Manfaat Dan Peranan Konsultan Pajak Dalam
Era Self Assessment Perpajakan”, Jurnal Akuntansi Dan Investasi, Vol. 1 No. 2, Juli 2000.
Cokroaminoto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individu”,
diakses tanggal 23 Desember 2009, dari:
http://cokroaminoto.wordpress.com/2007/06/12/faktor-faktor-
yang-mempengaruhi-kinerja-individu-respon-untuk-zaenul/.
Ekowati, Annisa. “Analisis Persepsi Para Tax Associate Tentang Sistem
Penilaian Prestasi Kerja pada Konsultan Pajak X di Jakarta”, Skripsi FISIP UI, Depok, 2005.
Fuadi, Raihan. “Kesenjangan Harapan Audit Antara Auditor dan Auditee
di Jakarta” , Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”, Edisi III, Universitas Diponegoro, Jakarta, 2005.
Ghozali, Imam.“ Re: [statistik-indonesia] taraf nyata”, diakses tanggal 3
Desember 2009, dari:
http:/tech.dir.groups.yahoo.com/group/statistikindonesia/message/3
43.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Humprey, Christopher, Peter Moizer dan Stuart Turley. “The Audit
Expectations Gap in Britain: An Empirical Investigation”, Jurnal diakses tanggal 16 Januari 2009, dari: www.proquest.com.
Idris, M. “Pengaruh Profesionalisme, Motivasi, dan Komitmen
Organisasional Terhadap Peningkatan Kinerja Auditor (Studi
Empiris pada Kantor Akuntn Publik di Jakarta”. Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008
IKPI. Daftar Konsultan Pajak, diakses tanggal 16 Januari 2009, dari http://www.ikpi.or.id/?task=spage&id=3.
Ilyas, Wirawan dan Richard Burton. “Hukum Pajak”, Edisi 3, Salemba 4,
Jakarta, 2007.
Ilyas, Yaslis. “Kinerja Teori, Penilaian, Dan Penelitian”, Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2002.
Indonesian Tax Review. “AR: Antara WP dan DJP”, Vol. 1 Edisi 07, 2008.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Jawa Pos. “Aturan Baru, Saatnya Konsultan Pajak Panen”, artikel diakses
tanggal 21 Januari 2009, dari http://antikorupsi.org/indo.
Jurnal Pepajakan Indonesia Vol. 3 No. 9, April 2004.
Kode Etik IKPI, diakses tanggal 16 Januari 2009, dari http://www.ikpi.or.id/?task=spage&id=3.
Konsultan Pajak di Bandung Diperiksa Polisi, artikel diakse tanggal 21 Januari 2009, dari http://www.kapanlagi.com/h/0000232265.html.
Latipah, Iip. “Analisis Pengukuran Kepuasan Wajib Pajak Melalui
Kinerja Account Representative (Studi Kasus di KPP Perusahaan
Masuk Bursa)”, Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Lubis, Irwansyah. “Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar”, YP2SDM, Jakarta, 2006.
Majalah Berita Pajak vol.XL No.1618, 1 September, hal 10-13, 2008.
Malik, Maria Ulfah. “Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap
Pelaksanaan Self Assessment System dalam Memenuhi Kewajiban
Pajak (Studi Kasus Pada KPP PMB)”, Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Nasser, Etty. M dan F. Agathasari Ayuningtyas. R. “Expectation Gap
Mahasiswa, Auditor Dan Manajer Terhadap Sikap Dan Kinerja
Auditor”,Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 7 No. 3, Desember 2007.
Panggabean, Mutiara S. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2004.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
98/PMK.03/2005, diakses tanggal 16 Januari 2009, dari: http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=730#.
Rosita. ”Analisis Persepsi Akuntan Pendidik dan mahasiswa Akuntansi
Terhadap Kode Etik Akuntan Publik Indonesia (Studi Empiris:
Perguruan Tinggi di Jakarta” Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Setiawan, Agus dan Basri Musri. “Tax Audit dan Tax Review”, PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007.
Siagian, P Sondang. “Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan”, Gunung Agung, Jakarta, 1985.
Siagian, P Sondang. “Peranan Staf dalam Manajemen”, Gunung Agung, Jakarta, 1983.
Soemitro, Rochmat dan Dewi Kania Sugiharti. “Asas Dan Dasar Perpajakan”, Edisi Revisi 1, Refika Aditama, Bandung, 2004.
Sopianti, Siti. “Analisis Persepsi dan Harapan Wajib Pajak Orang
Pribadi Terhadap Kualitas Pelayanan Permohonan NPWP di KPP
Cibinong (Studi Empiris Mengenai Expectation Gap)”, Skripsi S1 UIN Syahid Jakarta, 2007.
Sugiyono. “Metodologi Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 2007.
Teguh, Muhammad. “Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan
Aplikasi”, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2005.
Timpe, A. Dale. “Seri manajemen Manusia: Kinerja”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 1992.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan.
Wahyudin, Tri. “Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Kinerja”,
diakses tanggal 23 Desember 2009, dari:
http://turwahyudin.wordpress.com/2009/06/03/pengertian-faktor-
pengukuran-kinerja/.
Wellyando, Ricky. “Evaluasi atas Kinerja Pelayanan Account
Representative Terhadap Wajib Pajak pada KPP Modern di
Lingkungan Kantor Wilayah Dirjen Pajak Jakarta Khusus”, Skripsi STAN, Jakarta, 2006.
Winanto, Ahmad. “Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Auditor
Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan
Laporan Keuangan”, Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2008.
Yeni, N. S. “Persepsi Mahasiswa, Auditor Dan Pemakai Laporan
Keuangan Terhadap Peran Dan Tanggung Jawab Auditor: Studi
Empiris Mengenai Expectation Gap”, Simposium Nasional Akuntansi IV, 2001.
Zain, Mohammad. “Manajemen Perpajakan”, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2005.