analisis peningkatan mutu pelatihan tenaga kerja … · skripsi sebagai bagian ... dan perlindungan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA
UNTUK DITEMPATKAN DI NEGARA-NEGARA KAWASAN TIMUR-TENGAH
(Kasus: BLKLN Putra Alwini, Jalan Perkutut No. 19, Bukit Duri, Jakarta Timur )
MULYANI RENDHASARI
A14204026
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA
UNTUK DITEMPATKAN DI NEGARA-NEGARA KAWASAN TIMUR-TENGAH
(Kasus: BLKLN Putra Alwini, Jalan Perkutut No. 19, Bukit Duri, Jakarta Timur)
MULYANI RENDHASARI
A14204026
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
x
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 3 1.3 Tujuan 3 1.4 Kegunaan Penelitian 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelatihan dan Mutu Pelatihan 5
2.2 Perencanaan Program Pelatihan 8 2.3 Alat Bantu Pelatihan 11 2.4 Instruktur Pelatihan 13 2.5 Peserta Pelatihan 13 2.6 Pelatihan TKI 15 2.7 Evaluasi Pelatihan 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 21 3.2 Hipotesis 23
3.3 Definisi Operasional 24 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 27 3.5 Pendekatan Penelitian 28 3.6 Teknik Penentuan Responden dan Informan 28 3.7 Teknik Pengumpulan Data 29 3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 30
BAB IV. GAMBARAN UMUM BALAI LATIHAN TENAGA KERJA
LUAR NEGERI (BLKLN) 4.1 Komponen BLKLN 32 4.2 Visi dan Misi 36 4.3 Jenis Pelatihan Dalam BLKLN 37 4.4 Uji Kompetensi 38 4.5 Pelaksanaan Uji Kompetensi 39
4.6 BLKLN Putra Alwini 39 4.6.1 Sejarah dan Perkembangan BLKLN 40 4.6.2 Visi dan Misi BLKLN 41 4.6.3 Organisasi BLKLN 41 4.6.4 Kurikulum Pelatihan 42 4.6.5 Metodologi Pelatihan 44 4.6.5.1 Metode Pelatihan 44 4.6.5.2 Alat Bantu Pelatihan 45
xi
4.6.6 Instruktur Pelatihan 46 4.6.7 Kapasitas Pelatihan 46 4.6.8 Peserta Pelatihan 47
4.7 BLKLN Barfo Mahdi 47 4.7.1 Kurikulum Pelatihan 48 4.7.2 Instruktur Pelatihan 50 4.7.3 Peserta Pelatihan 51
BAB V. EVALUASI KEBERHASILAN PELATIHAN 5.1 Karakteristik Responden 53 5.2 Pemahaman Materi dari Sudut Pandang calon TKW 56 5.3 Analisis Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Keberhasilan
calon TKW dalam Menyerap Pelatihan 57 5.3.1 Hubungan Usia Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan
Pelatihan 59 5.3.2 Hubungan Asal Daerah Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan
Pelatihan 60 5.3.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Calon TKW dengan Tingkat
Keberhasilan Pelatihan 62 5.3.4 Hubungan Status Perkawinan Calon TKW dengan Tingkat
Keberhasilan Pelatihan 63 5.3.5 Hubungan Pengalaman Bekerja Calon TKW dengan Tingkat
Keberhasilan Pelatihan 64 5.3.6 Hubungan Motivasi Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan 65
5.4 Analisis Hubungan Pelaksanan Pelatihan dengan Tingkat Keberhasilan calon TKW dalam Menyerap Pelatihan 66 5.4.1 Hubungan Kurikulum Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat
Keberhasilan Pelatihan 66 5.4.2 Hubungan Materi Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat
Keberhasilan Pelatihan 67 5.4.3 Hubungan Waktu Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat
Keberhasilan Pelatihan 68 5.4.4 Hubungan Tingkat Kemampuan Instruktur Pelatihan Calon TKW
dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 69 5.4.5 Hubungan Sarana dan Prasarana Pelatihan Calon TKW dengan
Tingkat Keberhasilan Pelatihan 70 5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan 71 5.6 Ikhtisar 72
BAB VI. PENINGKATAN MUTU PELATIHAN
6.1 Unsur Potensial Terhadap Mutu Pendidikan dan Pelatihan 75 6.1.1 Peningkatkan Mutu Pelatihan Berdasarkan Instrumental Input Karakteristik Individu 75 6.1.2 Peningkatkan mutu pelatihan berdasarkan Instrumental Input
BLKLN 77 6.2 Perencanaan Program Pelatihan 79 6.3 Ikhtisar 80
xii
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 82 7.2 Saran 84
DAFTAR PUSTAKA 86
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman Teks Tabel 1. Definisi Operasional 26 Tabel 2. Kurikulum Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 43 Tabel 3. Latar Belakang Instruktur Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 46 Tabel 4. Persyaratan Peserta Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 47 Tabel 5. Kurikulum Pelatihan BLKLN Barfo Mahdi, April 2008 49 Tabel 6. Latar Belakang Instruktur BLKLN Barfo Mahdi, April 2008 51 Tabel 7. Kecepatan pemahaman calon TKW terhadap pelatihan yang diberikan di BLKLN Putra Alwini, April 2008 56 Tabel 8. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW, April 2008 59 Tabel 9. Hasil uji Chi Square antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW, April 2008 59 Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Usia dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 59 Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Asal Daerah dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 61 Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 62 Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Status Perkawinan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 63 Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Bekerja dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 64 Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Motivasi dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 65 Tabel 16. Uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik individu dengan Tingkat Keberhasilan calon TKW pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 66 Tabel 17. Jumlah Responden Menurut Kurikulum Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 67 Tabel 18. Jumlah Responden Menurut Materi Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 68 Tabel 19. Jumlah Responden Menurut Waktu Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 69 Tabel 20. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kemampuan Instruktur dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 70 Tabel 21. Jumlah Responden Menurut Ketersediaan sarana dan prasarana dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 71
xiv
Lampiran
Tabel 1. Jadwal Penelitian 95 Tabel 2. Kebutuhan Data dan Teknik Pengumpulan Data 96 Tabel 3. Hasil Uji Tabulasi Silang 97 Tabel 4. Hasil Uji Chi Square 101 Tabel 5. Hasil Uji Rank Spearman 102
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Teks Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor Pengaruh Tingkat Keberhasilan Pelatihan yang Menciptakan Pelatihan Berkualitas 22 Gambar 2. Struktur Organisasi BLKLN Putra Alwini 42 Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan usia 53 Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan asal daerah 53 Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 54 Gambar 6. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan 55 Gambar 7. Karakterististik responden berdasarkan pengalaman bekerja ke luar negeri 55
Lampiran Gambar 1. Struktur Organisasi BLKLN 103 Photo 1. Suasana BLKLN Putra Alwini 104 Photo 2. Suasana BLKLN Barfo Mahdi 105
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Lampiran 1. Undang-Undang No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri 88 Lampiran 2. Kuesioner untuk calon TKW 89 Lampiran 3. Panduan Pertanyaan 94
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Mulyani Rendhasari
Nomor Pokok : A14204026
Judul : Analisis Peningkatan Mutu Pelatihan Tenaga Kerja
Wanita Untuk Ditempatkan di Negara-negara Kawasan
Timur-Tengah.
Dapat diterima sebagai syarat gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS. NIP. 131 284 865
Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
”ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA
WANITA UNTUK DITEMPATKAN DI NEGARA-NEGARA KAWASAN
TIMUR TENGAH” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK
TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA
SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG
PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, Agustus 2008
Mulyani Rendhasari
A14204026
RINGKASAN
MULYANI RENDHASARI. “ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK DITEMPATKAN DI NEGARA-NEGARA KAWASAN TIMUR TENGAH”. Kasus pada BLKLN Putra Alwini, jalan Perkutut No. 19, Bukit Duri, Jakarta Timur (Di bawah bimbingan LALA M. KOLOPAKING). Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas calon TKI. Hal
ini diperkuat dalam Undang-undang Nomor. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang mengatur tentang
perlindungan calon TKI. Berbagai upaya tersebut dimaksudkan untuk mengurangi
kasus-kasus yang merugikan TKW di luar negeri.
Data penempatan tahun 2007 menunjukkan sektor pekerjaan yang banyak
diminati calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri berada pada sektor non
formal, dengan negara tujuan yaitu negara-negara Kawasan Timur Tengah.
Skripsi ini menjelaskan mengenai proses pelatihan yang diselenggarakan oleh
Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN) yang khusus melatih calon TKW yang
akan bekerja ke negara-negara Kawasan Timur Tengah dengan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan calon TKW dalam menerima dan
menyerap pelatihan yang diberikan agar siap untuk ditempatkan di negara-negara
Kawasan Timur Tengah. Serta untuk merumuskan langkah-langkah dalam
meningkatkan mutu pelatihan.
Kasus diambil pada dua BLKLN, yaitu BLKLN Putra Alwini yang
terletak pada Jalan Perkutut No. 19, Bukit Duri, Jakarta Timur dan sebagai
perbandingan dilakukan pada BLKLN Barfo Mahdi, Jalan Asem Baris Raya No.3
Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Perbandingan dilakukan antara BLKLN yang
terakreditasi SB (Sangat Baik) dan terakreditasi C (Cukup). Perbandingan ini
bertujuan untuk menetapkan metode pelatihan yang sesuai demi meningkatkan
kualitas calon TKW yang akan dipekerjakan ke negara-negara Kawasan Timur
Tengah.
Sukses tidaknya calon TKW dalam menjalankan pelatihan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Suryadi dalam Bakhtiar (2003),
meningkatkan mutu pendidikan merupakan kemampuan lembaga pendidikan
untuk building capacity of student to learn yang dilihat dari instrumental input
dan through-put. Instrumental input adalah guru, kurikulum, bahan belajar, media,
dan sumber belajar, prasarana belajar, dan sarana pendukung belajar lainnya.
Sedangkan yang termasuk through-put adalah learning experiences, yakni proses
yang melibatkan bagaimana siswa melakukan proses interaksi dengan semua
instrumental input.
Hasil analisis dari 60 responden (calon TKW yang mengikuti pelatihan)
diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pelatihan
berdasarkan Instumental input yaitu kurikulum pelatihan, materi pelatihan, waktu
pelatihan, instruktur pelatihan, sarana dan prasarana, serta karakteristik individu
meliputi status perkawinan, daerah asal, pengalaman kerja, dan motivasi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pelatihan berdasarkan
Instumental through-put yaitu metode dan strategi pengajaran.
Upaya peningkatkan tenaga kerja yang berkualitas diperlukan perumusan
program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan calon TKW. Pelatihan yang
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan calon TKW diharapkan akan
menciptakan proses pembelajaran yang efektif.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis 11 Juli 1986. Penulis adalah anak tunggal dari
pasangan suami isteri, Drs. Endang Mursahid (Alm) dan Dra. Retno Suminar.
Usia tiga tahun penulis mulai bersekolah play grup di Taman Kanak-kanak Budi
Asih Jakarta (1989-1992). Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Budi
Asih (1992-1998). Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SLTPN 115
Jakarta (1998-2001) dan dilanjutkan di SMUN 26 Jakarta tahun (2001-2004).
Tahun 2004 penulis mendapat kesempatan untuk belajar di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Penulis diterima
di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis ikut mengambil bagian dalam
UKM Agria Swara (2004-2005) dan Himpunan Profesi MISETA divisi
Pengembangan Masyarakat (2006-2007). Penulis juga aktif dalam kepantiaan
Olimpiade IPB (2004), MPF Fakultas Ekologi Manusia (2006), dan MPD
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (2006). Selain itu
penulis aktif menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Dasar-dasar Komunikasi di
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor selama tiga periode.
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur dipanjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, kesehatan, kesabaran, dan pengetahuan kepada penulis
dalam penyelesaian Skripsi yang mengambil judul ”ANALISIS PENINGKATAN
MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK DITEMPATKAN
DI NEGARA-NEGARA KAWASAN TIMUR TENGAH”. Dengan
terselesaikannya skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
menambah pengetahuan penulis serta kalangan akademisi yang berkepentingan
dengan tema ketenagakerjaan.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih yang tulus, kepada:
1. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS., selaku dosen pembimbing Akademik,
dosen pembimbing Studi pustaka, dosen pembimbing Skripsi. Terima
kasih atas segala saran, bimbingan, dan kritikan mulai dari masalah
akademik, studi pustaka, sampai pada penyelesaian skripsi.
2. Dr. Ir Pudji Muljono, MS., selaku dosen penguji utama. Terima kasih atas
kritik dan saran yang telah diberikan.
3. Martua Sihaloho, SP, MSi., yang telah bersedia menjadi dosen penguji
wakil departemen dan memberikan masukan dan kritik.
4. Kedua orang tua, Ayah Drs. Endang Mursahid (Alm.) dan Ibu Dra. Retno
Suminar yang senantiasa mencurahkan segala kasih sayang, motivasi,
semangat dan doa yang selalu dipanjatkan.
5. Bu Yasmin, Bu Irene, Bu Rita, Pak Heri dan semua staf, terima kasih atas
perizinan penelitian dan informasi mengenai BLKLN Putra Alwini.
6. Pak Syakir, Bu Dede dan semua staf atas kesediaan waktu dan bimbingan
dalam memberikan informasi mengenai BLKLN Barfo Mahdi.
7. Calon Tenaga Kerja selaku responden atas kerjasamanya dalam mengisi
kuesioner dan menceritakan pengalaman selama di tempat pelatihan.
8. Benadikta Widjayatnika, sahabatku. Terima kasih atas perhatian dan
motivasi yang diberikan kepada penulis untuk terus berusaha yang terbaik.
9. Mita Pusponingtias, atas masukan dan keceriaan yang telah diberikan.
10. Bayu Eka Yulian yang selalu terus memberikan dorongan dan semangat
kompetisi untuk menyelesaikan studi ini. Terima kasih atas diskusi-diskusi
dan pengalaman yang memberikan pengetahuan baru.
11. Rekan-rekan mahasiswi ‘Rumah hijau’ angkatan 41, Mida, Ratna, Rafika,
Diana, Yeni, atas segala diskusi dan dorongan.
12. Rekan-rekan seperjuangan, Yudie, Jay, Uci (Cole). Terima kasih atas
segala motivasi dan bantuannya selama menuntut ilmu di IPB.
13. Rekan-rekan mahasiswi, Sukma, Lusi, Gita, (Cide), Qory, Ina. Terima
kasih atas bantuan dan dorongan selama di KPM.
14. Meita R., rekan bimbingan. Terima kasih atas kerjasamanya
15. Rekan-rekan mahasiswa/i KPM angkatan 41, 40, 42.
16. Pihak-pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keterbatasan lowongan pekerjaan di dalam negeri menyebabkan banyaknya
warga negara Indonesia mencari pekerjaan ke luar negeri. Setiap tahun terjadi
peningkatan jumlah Tenaga Kerja Wanita (TKW). Besarnya animo TKW yang
akan bekerja ke luar negeri dan besarnya jumlah TKW yang sedang bekerja ke
luar negeri membawa dampak positif dan negatif bagi para pencari kerja. Dampak
positif terlihat bahwa penempatan TKW ke luar negeri dapat mengatasi masalah
pengangguran di dalam negeri. Dampak negatifnya yaitu adanya permasalahan
seperti penganiayaan, pemerkosaan, gaji tidak dibayar, pemutusan kerja sepihak,
dan lain-lain yang dialami oleh TKW.
Pemerintah berupaya menempuh berbagai cara dan menetapkan berbagai
kebijaksanaan di bidang ketenagakerjaan sebagai usaha mengurangi permasalahan
tersebut. Salah satu bentuknya ialah menyelenggarakan pelatihan di berbagai balai
latihan kerja luar negeri. Balai latihan kerja tersebut pada umumnya mempunyai
tugas pokok melatih sejumlah calon tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri
sehingga memiliki keterampilan teknis yang benar-benar siap pakai. Peranan balai
latihan kerja akan semakin penting apabila penyelenggara pelatihan memiliki
informasi yang lengkap dan mutakhir tentang permintaan dan persyaratan akan
tenaga teknis tertentu sehingga program pelatihan yang diselenggarakan benar-
benar tertuju pada pemenuhan permintaan di pasar kerja luar negeri
2
Kebijaksanaan yang berlaku adalah bahwa pelatihan kerja merupakan
persyaratan yang harus dilalui sebelum calon TKW mengikuti proses penempatan
di luar negeri. Lembaga pelatihan tempat calon TKW dilatih dalam rangka
meningkatkan kualitas dan keterampilan sesuai dengan negara tujuan,
diselenggarakan di Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN). Sebelum
beroperasi BLKLN perlu mendapat pengakuan formal melalui proses akreditasi
oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang berlaku selama dua tahun
dan dapat diperpanjang kembali melalui proses akreditasi ulang.
Keberadaan BLKLN sebagai tempat uji kompetensi yang terakreditasi
diharapkan dapat menghasilkan manfaat kepada calon TKW sesuai standar
kualifikasi keterampilan penata laksana rumah tangga dalam kendali alokasi yang
telah ditetapkan. Sertifikasi penilaian pelatihan yang dikeluarkan oleh BLKLN
dibutuhkan calon TKW sebagai kerangka acuan dalam mengukur kompetensi
tenaga kerja.
Data penempatan menunjukkan sejumlah 315.805 TKW memilih bekerja ke
Kawasan Timur Tengah yang berarti lebih besar jika dibandingkan dengan Asia
Pasifik yang hanya berjumlah 165.023 TKW 1. Sektor pekerjaan yang banyak
diminati oleh calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri, berada pada sektor
non formal.
BLKLN mempunyai tugas melaksanakan pelatihan keterampilan teknis dan
keterampilan bahasa negara tujuan calon TKW. Dalam proses pelatihannya,
BLKLN dibedakan sesuai kawasan tujuan penempatan yaitu BLKLN untuk
Kawasan Timur Tengah (Timteng) seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab,
1 Lihat Majalah Media TKI edisi 05/Th. 02/ 002/ 08. Data penempatan TKI ke luar negeri menurut negara tujuan dilakukan pada bulan Januari hingga Desember 2007.
3
Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, Yordania, Yaman, Afrika; dan BLKLN untuk
kawasan Asia Pasifik (Aspak) seperti Malaysia, Singapur, Brunai Darussalam,
HongKong, Taiwan, Korea Selatan Jepang, Macau. Berdasarkan banyaknya
jumlah calon TKW yang akan ditempatkan ke negara-negara Kawasan Timur
Tengah maka penelitian ini akan membahas mengenai pelaksanaan pelatihan yang
dilakukan oleh BLKLN Kawasan Timur Tengah.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji yaitu:
1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pelatihan calon
TKW agar siap kerja untuk ditempatkan di negara-negara Kawasan Timur
Tengah?
2. Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan BLKLN dalam
meningkatkan mutu pelatihan?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan
pelatihan calon TKW agar siap kerja untuk ditempatkan di negara-negara
Kawasan Timur Tengah
2. Mengidentifikasi dan merumuskan langkah-langkah dalam meningkatkan
mutu pelatihan.
4
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji tentang
pelatihan terhadap calon TKW yang diselenggarakan oleh BLKLN Putra
Alwini.
2. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi BLKLN dalam meningkatkan
kinerja dalam rangka meningkatkan kualitas calon TKW yang akan
bekerja ke luar negeri.
3. Sebagai bahan rujukan bagi para akademisi yang ingin mengkaji lebih
lanjut mengenai peranan BLKLN dalam meningkatkan kualitas calon
TKW.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelatihan dan Mutu Pelatihan
Menurut Suryana (2004), pelatihan adalah sebuah proses yang terencana
untuk memudahkan belajar sehingga orang bisa menjadi lebih efektif dalam
melakukan berbagai aspek pekerjaannya. Pelatihan adalah proses melatih;
kegiatan atau pekerjaan2. Pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk
mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi
tempat bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya
terutama mengenai pengertian dan keterampilan.
Training atau pelatihan adalah kegiatan meningkatkan kinerja pekerja dalam
pekerjaan yang diserahkan kepada mereka3. Ditambahkannya lagi bahwa
pelatihan berlangsung dalam jangka waktu yang pendek antara dua sampai tiga
hari hingga dua sampai tiga bulan. Pelatihan mempunyai tujuan untuk:
a. Mempelajari dan mendapatkan kecakapan-kecakapan baru
b. Mempertahankan dan meningkatkan kecakapan-kecakapan yang sudah
dikuasai
c. Mendorong pekerja agar mau belajar dan berkembang
d. Mempraktekkan di tempat kerja hal-hal yang sudah dipelajari dan diperoleh
dalam training.
e. Mengembangkan pribadi pekerja
2 Lihat internet http://id.wikipedia/wiki/Pelatihan3 Anonim. Training SDM yang Efektif . 2001. Pelatihan sulit dipisahkan dengan pengembangan karena dalam setiap pelatihan selalu menyangkut pemahaman abstrak dan konsep-konsep teoritis.
6
f. Mengembangkan efektivitas lembaga
g. Memberi motivasi kepada pekerja untuk terus belajar dan berkembang
Menurut Dejnozka dan Kapel (1982) dalam Suprijanto (2007) yang
dimaksud dengan pelatihan kerja4 adalah program yang terencana dari latihan
yang sistematis tentang performansi kemampuan tertentu. Pelatihan kerja
ditujukan untuk peningkatan kompetensi penyuluh selama melaksanakan kerja.
Untuk pelaksanaan pelatihan kerja yang baik diperlukan: a) fokus terhadap
masalah, b) berorientasi kepada peserta pelatihan, c) tersusun dari serangkaian
kegiatan yang terjadwal.
Perlunya asumsi dalam pelatihan kerja memberikan kerangka kerja bagi
desain program pelatihan kerja. Desain program yang akan dibuat seharusnya
dapat sesuai dengan: a) tujuan umum, tujuan khusus, dan misi organisasi, dan b)
menggunakan hasil penelitian yang ada didasarkan dari pengalaman pengguna
sistem yang berhasil.
Mutu pendidikan menurut Suryadi dalam Bakhtiar (2003) merupakan
kemampuan lembaga pendidikan untuk building capacity of student to learn. Oleh
karenanya mutu pendidikan seyogyanya dilihat dari instrumental input dan
through-put. Instrumental input adalah guru, kurikulum, bahan belajar, media, dan
sumber belajar, prasarana belajar, dan sarana pendukung belajar lainnya.
Sedangkan yang termasuk through-put adalah learning experiences, yakni proses
yang melibatkan bagaimana siswa melakukan proses interaksi dengan semua
4 Lihat Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa; Dari Teori Hingga Aplikasi.Jakarta: Bumi Aksara.
7
instrumental input. Hal ini bertujuan agar potensinya berkembang seoptimal
mungkin dengan hasil belajar sebagai salah satu indikatornya.
Sejumlah unsur yang potensial memberikan kontribusi terhadap mutu
pendidikan yakni:
a. Guru sebagai kurikulum hidup (life curriculum);
b. Kurikulum (kompetensi) yang dikembangkan;
c. Materi pelajaran yang diseleksi dan diorganisasikan;
d. Bahan belajar (buku pelajaran siswa, dan buku sumber guru);
e. Media dan sumber belajar (tercetak, terekam, tersiar, elektronik);
f. Prasarana belajar (ruang belajar)
g. Sarana pendukung belajar lainnya (jaringan sosial sekolah dan lingkungan);
h. Iklim belajar (interaksi edukatif dan sosial-kultural di sekolah dan luar
sekolah).
Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kualitas seseorang
dengan keterampilan dan pengetahuan. Dalam meningkatkan mutu pelatihan perlu
memperhatikan sejumlah unsur tersebut agar dapat menghasilkan mutu pelatihan
yang berkualitas.
Mutu pelatihan yang berkualitas bagi calon TKW diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan keterampilan dan mencegah timbulnya eksploitasi
tenaga kerja. Pelatihan tersebut perlu menekankan pada keterampilan teknis, dan
keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan jabatan dan persyaratan pekerjaan.
8
2.2. Perencanaan Program Pelatihan
Proses perencanaan program sebaiknya digunakan untuk mendesain
program pelatihan kerja yang efektif (Suprijanto, 2007). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam proses perencanaan pelatihan kerja, yaitu:
a. Identifikasi masalah. Apakah masalah tersebut termasuk salah satu masalah
yang dapat dan sebaiknya dipecahkan dengan program pelatihan kerja?
Bagaimanakah masalah dapat diubah menjadi kebutuhan (dengan penilaian
kebutuhan)? Apakah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan
sumberdaya finansial tersedia untuk memecahkan masalah?
b. Identifikasi peserta. Siapa yang menjadi sasaran kelompok peserta?
Kompetensi apa yang mereka miliki saat ini sehubung dengan masalah yang
teridentifikasi? Kesenjangan apa yang terdapat antara kompetensi yang ada
dengan tingkat kompetensi yang diperlukan? Seberapa jauh persepsi peserta
terhadap masalah?
c. Identifikasi tujuan umum dan tujuan khusus. Apa tujuan umum program?
Apakah keluaran peserta yang dikehendaki? Performansi kerja apa yang harus
ditingkatkan?
d. Strategi kesempatan belajar dan pemilihan pengajaran. Seberapa jauh strategi
pengajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dan sesuai dengan
karakter peserta? Seberapa jauh suasana belajar yang memadai dapat
diciptakan dengan keterbatasan organisasi yang ada?
e. Format dan penjadwalan kegiatan belajar. Apa yang menjadi lingkup dan
urutan keseluruhan program dan sesi individual? Seberapa jauh urutan
9
kegiatan berhubungan dengan kompetensi yang dimasukkan ke dalam rencana
program?
f. Evaluasi dan penilaian. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan evaluasi adalah seberapa jauh kegiatan evaluasi dapat menilai
manfaat kesempatan belajar bagi perencana, administrator, peserta, dan pihak-
pihak terkait yang direncanakan? Rencana apa yang ada untuk memonitor
program yang sedang berjalan sehingga penyesuaian dapat dilakukan.
Perencanaan program pelatihan merupakan dasar terselenggaranya
pelatihan. Hamalik (2007) mengemukakan bahwa perencanaan program pelatihan
disusun dengan mempertimbangkan semua faktor dan komponen-komponen
yang ada supaya efektif dan efisien. Penyusunan program pelatihan dilakukan
melalui prosedur sebagai berikut:
a. Merumuskan asumsi-asumsi yang jelas. Semua asumsi dirumuskan melalui
serangkaian diskusi dengan pihak-pihak terkait agar memperoleh sumbang
saran yang bermanfaat bagi perencanaan, sehingga diperoleh suatu rencana
pelatihan yang benar-benar aktual.
b. Identifikasi kemampuan (kompetensi).Kemampuan-kemampuan supaya
dirinci secara khusus, divalidasikan dan diuji dalam kaitannya dengan
keberhasilan kegiatan pelatihan.
c. Merumuskan tujuan secara deskriptif. Kemampuan-kemampuan yang telah
dirumuskan, selanjutnya dirumuskan lebih khusus, lebih eksplisit, menjadi
tujuan-tujuan yang dapat diamati dan dapat diukur berdasarkan kriteria
tertentu.
10
d. Menentukan perangkat kriteria dan jenis assesmen. Kriteria berguna untuk
menetapkan tingkat keberhasilan. Perangkat kriteria itu merupakan indikator
dalam assesmen yang akan dilakukan.
e. Pengelompokkan dan penyusunan tujuan-tujuan pembelajaran. Selain itu
hendaknya dipertimbangkan mengenai struktur materi, lokasi, dan fasilitas
yang dipergunakan untuk melakukan macam-macam kegiatan pelatihan.
f. Merancang strategi pembelajaran. Strategi yang dirancang berdasarkan
kemampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan, materi pelajaran yang
akan disampaikan, keadaan peserta, dan waktu yang tersedia.
g. Mengorganisasikan sistem pengelolan kelas.Hal ini disesuaikan dengan
kemungkinan pelatihan yang dilaksanakan, proses pembelajaran, serta peran
serta, dan kemampuan manajerial pelatih itu sendiri.
h. Melaksanakan uji coba rencana pelatihan.
i. Menilai rancangan pelatihan. Rancangan pelatihan mencakup validitas
tujuan, kriteria assesmen , strategi pembelajaran, organisasi kelas.
j. Memperbaiki kembali rencana pelatihan berdasarkan umpan balik yang
diperoleh dari penilaian.
Program pelatihan disusun berdasarkan asumsi bahwa pelatihan merupakan
suatu fungsi manajemen; setiap orang membutuhkan pelatihan dan setiap tenaga
pemimpin harus mampu dan bersedia bertindak sebagai pelatih.
11
2. 3. Alat Bantu Pelatihan
Alat bantu pelatihan digunakan untuk memperlancar komunikasi tentang
fakta-fakta, gagasan, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep. Dalam beberapa kasus,
alat bantu ini dapat menggantikan benda yang sesungguhnya, akan tetapi menjadi
penting untuk memastikan transmisi informasi secara tepat. Sedangkan alat bantu
pelatihan merupakan kenyataan dengan memakai objek yang sesungguhnya yang
dapat dimanipulasi dan diamati oleh peserta pelatihan (Mugniesyah, 2006).
Untuk memudahkan penggunaan alat bantu pada kebutuhan pelatihan, maka alat
bantu ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Alat bantu tercetak. Materi yang digunakan untuk mendukung pengajaran
berupa buku, buklet, pamflet, pernyataan finansial, petunjuk teknis, lembar
pekerjaan, dan handout.
b. Alat bantu grafik. Berupa gambar, sketsa, ilustrasi, foto, cetak biru, peta,
diagram, dan peta singkap.
c. Alat bantu tiga dimensi. Berupa objek yang sesungguhnya seperti
perlengkapan, komponen-komponen, model, spesimen (tiruan model yang
sesungguhnya).
d. Alat bantu terproyeksi. Berupa lembar plastik tayangan, film strip, dan video
perekam.
e. Alat bantu terdengar. Berupa rekaman pita dan rekaman pembicaraan.
Menurut Hamalik (2007), media pelatihan merupakan salah satu komponen
yang berfungsi sebagai unsur penunjang proses pembelajaran, menggugah gairah,
dan motivasi belajar. Pemilihan dan penggunaan media pelatihan hendaknya
12
mempertimbangkan a) tujuan pembelajaran, b) materi pelatihan, c) ketersediaan
media itu sendiri, 4) kemampuan pelatih yang menggunakannya.
Jenis-jenis media pelatihan dapat diklasifikasi sebagai berikut:
a. Benda asli (sebenarnya).
b. Model. Yaitu benda-benda bentuk tiruan dari benda aslinya. Berupa model
paket, model globe, model boneka, model kerja.
c. Media bagan (chart) merupakan media yang digunakan dalam penyajian
diagramatik suatu lambang visual. Berupa bagan organisasi, bagan tabulator,
bagan skematik, bagan arus, bagan petunjuk, dan bagan waktu.
d. Media grafik (grafik diagram). Media yang menyajikan data bilangan
kuantitatif secara diagramik. Berupa grafik batang, grafik garis, dan grafik
lingkaran.
e. Media gambar. Berupa poster, karikatur, dan gambar.
f. Media bentuk papan. Media ini berupa papan sebagai media komunikasi.
Contohnya papan tulis, papan tempel, papan pameran, dan papan demonstrasi.
g. Media yang diproyeksikan. Berupa media proyeksi diam, media proyeksi
bergerak, media proyeksi mikro.
h. Media dengar. Misalnya radio, piringan hitam, dan kaset.
i. Media pandang dengar. Ciri-cirinya dapat dilihat dan didengar. Misalnya film
bersuara, slide bersuara, dan televisi.
j. Media cetak. Media ini merupakan hasil cetakan, bentuk buku, leaflet, komik,
dan folder.
13
2.4. Instruktur Pelatihan
Instruktur merupakan komponen terpenting dalam sistem pengajaran.
Instruktur bertugas dalam menata tempo, memberikan bimbingan dan bantuan,
serta menyempurnakan keahlian dalam substansi atau materi pelatihan. Instruktur
juga memegang peranan penting dalam sistem pengajaran selama fase validitasi
desain sistem pelatihan. Oleh karena itu, kualitas sistem pelatihan secara
keseluruhan tergantung sepenuhnya kepada kompetensi staff pengajar
(Mugniesyah, 2006).
Seiring dengan pendapat Mugniesyah (2006), Hamalik (2007) memaknai
pelatih (instruktur) memegang peran penting terhadap kelancaran dan
keberhasilan program pelatihan. Secara umum hanya instruktur yang bermutu
yang sebaiknya digunakan dalam sistem pelatihan, yakni yang memiliki
kualifikasi dari segi pendidikan, pengalaman, keterampilan teknis, serta
pengetahuan dan keterampilan mengajar. Prasyarat instruktur diidentifikasi
dengan menganalisis sistem pelatihan dari dua perspektif, yaitu materi pelatihan
dan strategi pengajaran. Dalam hal ini, tipe, tingkat, dan derajat kesulitan dari
materi pelajaran menentukan jenis dan jumlah keahlian teknis dari pelatih yang
harus ditugaskan. Selain itu, strategi pengajaran juga menentukan pengetahuan
proporsional dan keterampilan teknis yang dibutuhkan oleh pelatih.
2.5. Peserta Pelatihan
Tidak sembarang orang dapat mengikuti pelatihan. Terdapat kualifikasi
minimum yang harus dipenuhi oleh calon partisipan untuk terlibat dalam kegiatan
pelatihan (sistem pengajaran). Prasyarat umumnya merepresentasikan suatu
14
prediksi dari pengetahuan, sikap, keterampilan, pengalaman, dan sistem nilai yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pelatihan secara berhasil dan mampu
mengerjakan jabatan secara efektif dan efisien. Berdasarkan Mugniesyah (2006)
setidaknya ada lima prasyarat yang harus dipertimbangkan pada setiap program
pelatihan, yaitu:
a. Administratif
Administratif berkenaan dengan prasyarat status
b. Fisik
Elemen ini mencakup kualifikasi yang akan menjamin kemampuan fisik yang
layak untuk mengikuti aktivitas selama pelatihan. Prasyarat fisik misalnya
sehat, tidak menderita penyakit tertentu, tinggi badan, berat badan, serta
peryaratan yang berkenaan dengan kemampuan indera.
c. Pendidikan
Pendidikan dapat berupa formal dan non-formal. Misalnya pendidikan formal
minimum SMU atau D3. Pelatihan yang pernah diikuti, misalnya pelatihan
mengetik, menjahit, merangkai bunga, dan lain-lain.
d. Pengalaman dan keterampilan
Elemen ini mencakup setiap pengalaman dan keterampilan seperti:
pengalaman bekerja sebagai sopir, peneliti, instruktur, dan lainnya. Selain itu
dapat berupa kemampuan khusus seperti kemampuan mengemudi, berbahasa
asing, menjahit, dan sebagainya.
e. Minat dan sikap
15
Elemen ini seringkali tidak cukup dengan menanyakannya kepada calon
peserta, namun calon peserta harus lolos dari penilaian ahli yang menilai hasil
uji (test) tertentu yang disyaratkan diikuti peserta, seperti tes psikologi,
kecerdasan, minat, dan motivasi bekerja individu.
Seleksi diperlukan untuk memperoleh peserta yang baik, berdasarkan kriteria
yang ditetapkan Hamalik (2007), antara lain:
a. Akademik, ialah jenjang pendidikan dan keahlian.
b. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu, atau akan
ditempatkan pada pekerjaan tertentu.
c. Pengalaman kerja, ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam pekerjaan.
d. Motivasi dan minat, yang bersangkutan tehadap pekerjaannya.
e. Pribadi, menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang diperlukan untuk
pekerjaan tersebut.
f. Intelektual, tingkat berpikir, dan pengetahuan, diketahui melalui tes seleksi.
2.6. Pelatihan TKI
Pemerintah membuat kebijakan peraturan perundangan untuk
meningkatkan kualitas calon TKW yang tertuang dalam UU No. 39 tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Sedangkan Hak dan kewajiban para calon TKI tentang Pendidikan dan Pelatihan
Kerja sepenuhnya tertuang dalam tujuh pasal, yaitu dari pasal 41 hingga pasal 47
(lampiran 1).
16
TAP MPR RI No.IV Tahun 1999 tentang GBHN 1999-2004 Bab IV huruf B
butir 19 dinyatakan bahwa pelatihan TKI dapat meningkatkan kuantitas dan
kualitas penempatan TKI ke luar negeri dengan memperhatikan kompetensi,
perlidungan, dan pembelaan TKI yang dikelola secara terpadu dan mencegah
timbulnya eksplotasi tenaga kerja, kebijakan ini merupakan kebijakan nasional
yang harus ditaati oleh semua pihak terkait. Dalam pelatihan ditekankan pada
aspek kemampuan keahlian, keterampilan teknis, dan profesionalisme yang
dikaitkan dengan pekerjaan dan persyaratan kerja (Prihatmodjo, 2001).
Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk:
a. Menyiapkan kualitas/kompetensi calon TKI sesuai dengan persyaratan
permintaan pasar kerja dalam semua aspek yang diperlukan seperti:
a) Kondisi kesiapan fisik, mental, dan disiplin untuk bekerja ke luar
negeri.
b) Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing (sesuai negara tujuan
TKI) sesuai keperluan.
c) Keterampilan teknis kerja sesuai dengan sektor lapangan kerja, jenis,
dan tingkat jabatan/pekerjaan.
b. Menyempurnakan kondisi keunggulan komparatif TKI dengan keunggulan
kompetitif untuk memenangkan persaingan dengan tenaga kerja dari negara
lain di pasar kerja internasional.
c. Meningkatkan kapasitas lembaga pelatihan TKI ke luar negeri (BLKLN)
dengan menyempurnakan sistem akreditasi, uji kompetensi, dan sertifikasi
TKI sesuai dengan standar kompetensi regional dan internasional.
17
d. Mendiversifikasi dan flexibilitas dalam penyelenggaraan pelatihan TKI
berdasarkan Standar Latihan Kerja (SLK) yang telah disusun dengan
memperhatikan permintaan pihak pengguna jasa TKI mengenai penyesuaian
muatan kurikulum dan silabus.
e. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan pelatihan TKI ke
luar negeri.
Modul kurikulum dan silabus pelatihan TKI harus disusun berdasarkan
SLK masing-masing sektor jabatan kerja atau masing-masing negara tujuan TKI.
Standar Latihan Kerja adalah pokok-pokok isi program latihan yang berisi
kurikulum dan silabus sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pelatihan kerja
untuk pencapaian Standar Kualifikasi Keterampilan yang ditetapkan
(Depnakertrans dalam Prihatmodjo, 2001). Hal ini dimaksudkan adanya
perbedaan karakteristik permintaan negara penempatan TKI.
Untuk mempersiapkan pelatihan kerja yang sistematis dan teratur
diperlukan pengelolaan yang mengacu pada teori manajemen George F. Terry
dalam Prihatmodjo tentang fungsi manajemen, yaitu:
a. Planning (Perencanaan)
Kepala BLKLN menyusun rencana program pelajaran sesuai SLK masing-
masing negara tujuan TKI dengan menyesuaikan kapasitas yang diizinkan,
dan tenaga instruktur, jadwal, latihan, dan berpedoman pada struktur
organisasi BLKLN.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Kepala BLKLN dapat mengorganisasikan tugas-tugas struktural dan non
struktural serta fungsional dengan pendelegasian wewenang kepala terhadap
18
anak buahnya berpedoman pada struktur organisasi BLKLN, sehingga
pelaksanaan pelatihan TKI ke luar negeri berjalan efektif dan efisien.
c. Actuating (Penggerakan)
Kepala BLKLN menggerakkan dan mengarahkan serta memotivasi anak
buahnya agar senantiasa melakukan tugas-tugasnya sesuai standar struktur
organisasi BLKLN sehingga tercapai kerja yang produktif.
d. Controlling (Pengawasan/pengendalian)
Kepala BLKLN wajib mengendalikan pelaksanaan program pelatihan keluar
negeri sesuai perencanaan, dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu
TKI binaan yang lulus uji keterampilan nasional, berkompeten di bidangnya
dan tidak mengecewakan konsumen (pengguna jasa TKI) di luar negeri.
Melakukan pengawasan melekat dpat diterapkan terhadap anak buahnya,
antara lain rapat pembinaan, laporan berkala, dan pengawasan langsung ke
lapangan (berdialog dan dapat menyelesaikan permasalahan).
2.7. Evaluasi Pelatihan
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian.
Evaluasi pelatihan berarti memberi penilaian atas pelatihan yang sudah
dilaksanakan (Hardjana, 2001). Evaluasi adalah proses penetapan sesuatu yang
berguna dan bermanfaat (Suryana, 2004).
Sedangkan evaluasi pelatihan adalah proses mengumpulkan informasi untuk
membuat keputusan tentang aktivitas pelatihan. Keputusan yang dibuat harus
memperhatikan aspek konteks organisasi dan rencana organisasi di masa depan.
19
Informasi yang dikumpulkan bisa memenuhi sejumlah tujuan, misalnya dalam
proses pelatihan, perubahan yang bisa dipertalikan dengan pelatihan, atau
peningkatan efektivitas bagi mereka yang mengikuti pelatihan.
Evaluasi dilakukan melalui tiga tahapan:
a. Pengumpulan data, meliputi materi, penyajian dan pengolahan materi,
urutan pelaksanaan materi, kinerja pelatih, suasana pelatihan, sarana dan
prasarana, konsumsi. Keseluruhan data dapat diperoleh melalui:
- Diadakannya pre-test dan post-test
- Pengamatan, wawancara, kuesioner, daftar cek, daftar isian, kritik dan
saran dari peserta.
b. Penyusunan data dan kesimpulan jalannya pelatihan
c. Analisis data. Dari hasil analisis dibuat kesimpulan bahwa pelatihan
dengan segala segi dan unsur-unsurnya sebagai proses pembelajaran dan
perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan keterampilan
peserta telah berhasil tercapai atau tidak berhasil dalam tujuan awal
pelatihan.
Berdasarkan Hardjana (2001) jenis evaluasi dibedakan menjadi tiga:
a. Evaluasi selama proses pelatihan. Pelatih mengamati peserta selama
kegiatan berlangsung, kemudian dievaluasi dan dapat dengan cepat
mengambil tindakan yang seharusnya.
b. Evaluasi pada akhir sesi. Setelah kegiatan suatu sesi berjalan, pelatih
melakukan evaluasi kemudian membuat kesimpulan terhadap keberhasilan
20
sesi yang dilaksanakan. Apabila setiap sesi mencapai tujuannya maka
pada akhir pelatihan tercapai tujuan pelatihan secara keseluruhan.
c. Evaluasi akhir dari keseluruhan pelatihan. Evaluasi ini bertujuan untuk
menemukan semua data dan mencari kemungkinan arah dan tindakan
yang lebih baik di masa mendatang.
Untuk tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan kegiatan,
maka evaluasi harus dilakukan pada saat kegiatan berlangsung. Hal ini
memudahkan evaluator untuk mencari letak kesalahan dalam pelaksanaan
aktivitas. Menurut Suryana (2004) salah satu aspek evaluasi adalah untuk
menetapkan bahwa peserta pelatihan memiliki tujuan dan memiliki komitmen
untuk mencapainya. Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai seberapa dekat
pelatihan yang dilaksanakan dengan kebutuhan peserta pelatihan.
Penetapan tujuan untuk memotivasi peserta untuk belajar yaitu dengan cara
mereview kemajuan. Cara ini dapat memotivasi peserta pelatihan dengan
kaitannya antara kinerja sekarang dan yang akan datang. Review ini juga memiliki
fungsi bagi tutor untuk menetapkan pelatihan apa yang masih diperlukan dan
memberikan informasi untuk merancang pelatihan selanjutnya.
BAB III METODOLOGI
3.1. Kerangka Pemikiran
Data penempatan (2006) menunjukkan TKW non formal masih
didominasi oleh calon TKW lulusan SD sebesar 54%, dan SLTP 42%. Hal ini
mengakibatkan bahwa kemampuan TKW non formal menjadi sasaran utama
penyempurnaan sistem pembenahan dan perlindungan TKW yang rawan akan
masalah. Upaya peningkatan kualitas TKW merupakan salah satu kebijakan
pemerintah dalam mengurangi permasalahan seperti penganiayaan, pemerkosaan,
gaji tidak dibayar, pemutusan kerja sepihak, dan lain-lain di luar negeri. Untuk itu
sebelum ditempatkan ke luar negeri, calon TKW harus mengikuti serangkaian
pelatihan yang diselenggarakan oleh BLKLN.
BLKLN akan memberikan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan
permintaan negara tujuan. Dalam memberikan pelatihannya, modul kurikulum
dan silabus pelatihan harus disusun berdasarkan Standar Latihan Kerja. Pelatihan
yang dilakukan di BLKLN mempunyai pengaruh yang besar terhadap
keberhasilan calon TKW menerima pengetahuan. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan pelatihan terdapat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
keberhasilan pelatihan yaitu kurikulum pelatihan, materi pelatihan, waktu
pelatihan, instruktur pelatihan, serta sarana dan prasarana pelatihan.
Selain faktor pengaruh dari BLKLN, input berupa karakteristik dari
individu diduga juga mempengaruhi keberhasilan TKW dalam menyerap
pelatihan, yaitu usia, tingkat pendidikan, status calon TKW, daerah asal, dan
motivasi. Setelah variabel-variabel tersebut diketahui kemudian dilakukan
22
penilaian atas pelaksanaan pelatihan yang telah dilakukan. Penilaian tersebut
bertujuan sebagai data atau informasi yang akan dibentuk rumusan baru untuk
peningkatan mutu pelatihan di masa mendatang.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor Pengaruh Tingkat Keberhasilan Pelatihan yang Menciptakan Pelatihan Berkualitas
Perencanaan Evaluasi input Through-put Output
Input
Karakteristik Individu: 1. Usia 2. Asal Daerah 3. Tingkat Pendidikan 4. Status perkawinan 5. Pengalaman bekerja 6. Motivasi Tingkat
Keberhasilan Pelatihan calon
TKW
BLKLN: 1. Kurikulum Pelatihan 2. Materi Pelatihan 3. Waktu Pelatihan 4. Instruktur 5. Sarana & prasarana
Pelaksanaan Pelatihan: 1. Metode 2. Strategi
Pelatihan berkualitas
Keterangan:
: Didukung dengan data kualitatif
: Sasaran yang akan dicapai
: Arah hipotesis
23
3.2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, maka dapat disusun
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan signifikan (nyata) antara karakteristik individu dengan
tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW dalam menyerap pelatihan
yang diberikan.
a. Ada hubungan signifikan antara usia dengan tingkat keberhasilan
calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan.
b. Ada hubungan signifikan antara asal daerah calon TKW dengan
tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang
diberikan.
c. Ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang
diberikan.
d. Ada hubungan signifikan antara status perkawinan calon TKW
dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan
yang diberikan.
e. Ada hubungan signifikan antara pengalaman bekerja calon TKW
dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan
yang diberikan.
f. Ada hubungan signifikan antara motivasi calon TKW dengan
tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang
diberikan.
24
2. Ada hubungan signifikan (nyata) antara pelaksanaan pelatihan dengan
tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang
diberikan.
a. Ada hubungan signifikan antara kurikulum pelatihan dengan
tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang
diberikan.
b. Ada hubungan signifikan antara materi pelatihan dengan tingkat
keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang
diberikan.
c. Ada hubungan signifikan antara waktu pelatihan dengan tingkat
keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang
diberikan.
d. Ada hubungan signifikan antara instruktur pelatihan dalam
memberikan pelatihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW
dalam menyerap pelatihan yang diberikan.
e. Ada hubungan signifikan antara sarana dan prasarana latihan
dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan
yang diberikan.
3.3. Definisi Operasional
Untuk mengukur variabel-variabel yang akan dikemukakan dalam
penelitian maka harus dirumuskan dari masing-masing variabel. Variabel adalah
suatu atribut/aspek dari objek/orang yang mempunyai variasi tertentu yang
25
ditetapkan peneliti untuk mempelajari dan disimpulkan (Sugiyono dalam
Prihatmodjo, 2001).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan varibel bebas X1= usia calon
TKW, X2= asal daerah, X3= tingkat pendidikan, X4= status perkawinan, X5=
pengalaman bekerja, X6= motivasi, X7= kurikulum pelatihan, X8= materi, X9=
waktu, X10= instruktur, X11= sarana dan prasarana. Sedangkan yang dimaksud
dengan variabel merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, Y=
tingkat keberhasilan pelatihan. Variabel-variabel yang dirumuskan dapat dilihat
pada Tabel 1.
26
Tabel 1. Definisi operasional Variabel Definisi Indikator
Usia Lamanya calon TKW hidup mulai lahir sampai pada saat pengukuran, dengan mengambil batas minimal sesuai dengan rata-rata sampel. Berdasarkan rata-rata data sampel atau responden
Diperoleh rata-rata usia 29 tahun. Klasifikasi: Muda: apabila calon TKW berusia < 29 tahun diberi kode (1) Tua: apabila calon TKW berusia ≥ 29 tahun diberi kode (2)
Asal daerah Tempat tinggal calon TKW beserta keluarga sebelum mengikuti pelatihan
Dikelompokkan berdasarkan Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Klasifikasi: Untuk yang berasal dari Pulau Jawa diberi kode (2) dan untuk luar Pulau Jawa diberi kode (1)
Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh calon TKW dan dibuktikan dengan surat keterangan kelulusan
Klasifikasi: Tinggi: lulusan SLTA/MA diberi kode (3) Cukup: lulusan SLTP/MTs diberi kode (2) Rendah: lulusan SD/MI diberi kode (1)
Status perkawinan
Pernah tidaknya calon TKW memiliki suatu ikatan hidup berumah tangga
Klasifikasi: Untuk yang belum menikah diberi kode (1), untuk yang sudah menikah diberi kode (2), dan untuk janda diberi kode (3)
Pengalaman bekerja
Pernah tidaknya calon TKW bekerja ke luar negeri
Klasifikasi: Untuk yang belum pernah bekerja ke luar negeri diberi kode (1) dan untuk yang sudah pernah bekerja ke luar negeri diberi kode (2)
Motivasi Kemauan dan keinginan diri calon TKW untuk bekerja ke luar negeri
Klasifikasi: Tinggi: dengan skor ≥ 20 diberi kode (2) Rendah: dengan skor < 20 diberi kode (1)
Kurikulum pelatihan
Serangkaian jadwal kegiatan yang akan dilakukan oleh calon TKW
Klasifikasi: Diketahui: dengan skor ≥ 3,5 diberi kode (2) Tidak diketahui: dengan skor < 3,5 diberi kode (1)
Materi pelatihan
Pernyataan calon TKW terhadap kesesuaian (relevansi) pelatihan yang di berikan terhadap sektor pekerjaan yang diminati
Klasifikasi: Relevan: dengan skor ≥ 2 diberi kode (2) Tidak relevan: dengan skor < 2 diberi kode (1)
Waktu pelatihan
Durasi atau lamanya pelatihan yang diberikan. Berdasarkan ketetapan Depnakertrans lamanya pelatihan minimal memerlukan 21 hari
Diukur berdasarkan skor dalam kuesioner. Klasifikasi: Sesuai: dengan skor ≥ 4 diberi kode (2) Tidak sesuai: dengan skor < 4 diberi kode (1)
Instruktur Instruktur yang dimaksud adalah kemampuan pelatih dalam menyampaikan materi pelatihan kepada peserta pelatihan (calon TKW)
Diukur berdasarkan skor dalam kuesioner. Klasifikasi: Mampu: dengan skor ≥ 12 diberi kode (2) Tidak mampu: dengan skor < 12 diberi kode (1)
Sarana dan prasarana
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk membantu kelancaran pelatihan
Diukur berdasarkan skor dalam kuesioner. Klasifikasi: Lengkap: dengan skor ≥ 8 diberi kode (2) Tidak lengkap: dengan skor < 8 diberi kode (1)
Keberhasilan calon TKW
Sejauh mana calon TKW dapat menyerap pelatihan yang diberikan
Diukur berdasarkan skor dalam kuesioner dan perbandingan hasil ujian calon TKW.
27
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BLKLN Putra Alwini, Jalan Perkutut No. 19,
Bukit Duri, Jakarta Timur. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja berdasarkan
observasi sebelumnya, dan dengan pertimbangan bahwa BLKLN tersebut
merupakan BLKLN yang memberikan pelatihan kepada TKW yang akan
ditempatkan ke negara-negara kawasan Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Uni
Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, Yordania, Yaman, dan Afrika.
Berdasarkan Surat keputusan Deputi Penempatan BNP2TKI tahun 2008
diketahui bahwa BLKLN Putra Alwini terakreditasi dengan nilai mutu C (Cukup).
Oleh karena itu peneliti bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan pelatihan-
pelatihan kepada calon TKW sebagai upaya peningkatan keterampilan yang
diselenggarakan pada BLKLN dengan akreditasi cukup. Sebagai bahan
perbandingan, peneliti akan melihat proses pelatihan pada BLKLN dengan
akreditasi SB (Sangat Baik) untuk dapat merumuskan langkah-langkah
meningkatkan mutu pelatihan, yaitu pada BLKLN Barfo Mahdi, Jalan Asem Baris
Raya No.3 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai bulan Maret sampai
dengan Mei 2008 melalui tiga tahapan. Pertama yaitu pra penelitian, peneliti
melakukan observasi lapang untuk mencari lokasi dan permasalahan yang akan
diteliti. Observasi merupakan pengumpulan data dengan mengamati dan mencatat
pola perilaku tineliti (subyek penelitian) atau kejadian-kejadian melalui cara yang
sistematik (Istijanto, 2005). Pada tahap ini peneliti tidak bertanya langsung
dengan tineliti, sehingga obyek yang sedang diobservasi tidak menyadari jika
mereka sedang diamati. Pra penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret.
28
Kedua peneliti mengumpulkan data-data dan informasi pelatihan yang ada di
BLKLN Putra Alwini dan BLKLN Barfo Mahdi. Ketiga peneliti melengkapi
kebutuhan, mengevaluasi dan menganalisis data.
3.5. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung
dengan data-data kualitatif. Kombinasi ini dilakukan untuk memperkaya data dan
lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pendekatan kuantitatif
menggunakan metode survei sehingga dilakukan pengambilan sampel. Metode ini
dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi yang meliputi banyak orang
sehingga hasilnya dipandang dapat mewakili populasi (Istijanto, 2005).
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui keberhasilan calon TKW
dalam menerima pelatihan yang diselenggarakan di BLKLN. Pertanyaan-
pertanyaan dibuat secara terstruktur dalam bentuk kuesioner.
Data-data kualitatif berfungsi dalam mencari informasi mengenai peranan
BLKLN Putra Alwini dan proses pelatihan diselenggarakan. Informasi diperoleh
melalui panduan pertanyaan atau pertanyaan tidak terstruktur untuk menggali ide
secara mendalam dari informan.
3.6. Teknik Penentuan Responden dan Informan
Populasi yang menjadi subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan pelatihan yaitu BLKLN, instruktur pelatihan, dan calon
TKW (yang sedang mengikuti pelatihan). Subyek penelitian dipilih secara sengaja
yang terdiri atas responden dan informan. Responden merupakan individu yang
29
memberikan keterangan mengenai dirinya sendiri. Responden terdiri atas calon
TKW yang sedang mengikuti pelatihan di BLKLN. Informan merupakan individu
yang memberikan informasi mengenai pihak lain dan lingkungannya. Informan
terdiri atas pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan pelatihan
calon TKW. Berdasarkan kerangka sampel, dipilih tiga orang instruktur pelatihan
dari lima orang instruktur sebagai informan.
Penentuan sampel bagi responden dilakukan dengan menggunakan metode
sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Sampel dipilih secara
langsung dari populasi dengan peluang setiap anggota populasi untuk terpilih
menjadi sampel sama besar (Singarimbun, 1989). Metode ini dipergunakan
dengan alasan bahwa populasi yang akan diambil sampel bersifat homogen dan
untuk memberi peluang agar setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama
untuk terpilih. Responden diambil sebanyak 60 orang (20%) dari rata-rata 300
calon TKW yang dilatih setiap bulannya.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan sumbernya, data-data diperoleh dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner dilengkapi dengan wawancara
mendalam. Teknik wawancara mendalam ditujukan kepada koordinator instruktur
pelatihan dan pelatih untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan
pelatihan. Bagi peserta pelatihan (calon TKW), digunakan kuesioner untuk
mendapatkan data, dan wawancara mendalam digunakan untuk mendukung data
yang tidak dapat diuraikan secara lebih terperinci. Data sekunder mengenai
30
gambaran umum pelatihan diperoleh BLKLN Putra Alwini, BLKLN Barfo Mahdi
serta dari dokumen Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, BNP2TKI.
3.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil kuesioner yang telah dijawab responden berupa karakterisik
individu dan pelaksanaan pelatihan diolah dan dianalisis. Metode analisis yang
digunakan yaitu:
a) Analisis Tabulasi silang
Tabulasi silang digunakan untuk menguji ada tidaknya asosiasi atau
ketergantungan di antara dua variabel yang diteliti (Istijanto, 2005).
b) Analisis korelasi
Analisis korelasi menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan Chi
Square dengan taraf nyata (α) 5% (Walpole, 1995). Kemudian data
dianalisis menggunakan SPSS 13.0 dan diinterpretasikan sehingga dapat
ditarik kesimpulan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat
hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain. Hubungan antar
variabel dapat dikelompokkan menjadi korelasi positif apabila perubahan
pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain
berbanding lurus. Korelasi negatif terjadi apabila perubahan pada variabel
yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain berbanding terbalik.
Korelasi nihil terjadi apabila terjadi apabila perubahan pada variabel yang
satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain secara acak.
31
Data-data kualitatif mengenai pelaksanaan pelatihan di BLKLN diperoleh
melalui panduan pertanyaan yang menanyakan masalah seputar materi yang
diajarkan, kurikulum pelatihan, metode pengajaran, sarana yang tersedia dan uji
kompetensi. Informasi ini kemudian direduksi melalui proses pemilihan,
pemusatan, perhatian, serta penyederhanaan data-data. Selanjutnya data dianalisis
dan kemudian ditarik kesimpulan.
BAB IV GAMBARAN UMUM
BALAI LATIHAN TENAGA KERJA LUAR NEGERI (BLKLN)
4.1. Komponen BLKLN
Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans, 2005)
dalam Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kemampuan calon Tenaga Kerja
Indonesia, yang dimaksud dengan BLKLN adalah lembaga pelatihan tempat calon
TKI dilatih meliputi kemampuan berbahasa sesuai negara tujuan dan keterampilan
sesuai dengan jabatan/pekerjaannya di luar negeri. Dalam BLKLN terdapat
beberapa komponen untuk kelangsungannya, yaitu:
a. Organisasi
Struktur organisasi dipimpin oleh Kepala BLKLN. Dibawahnya terdapat dua
bidang yaitu bidang pelatihan dan bidang evaluasi, bagian tata usaha. Struktur
organisasi BLKLN dapat dilihat pada lampiran Gambar 1.
b. Administrasi
Dalam administrasi yang dilakukan pada BLKLN meliputi:
a) Buku Induk Peserta
b) Buku daftar hadir peserta latihan
c) Daftar Peserta Uji Kompetensi (DPUK)
d) Foto peserta uji kompetensi
e) Sertifikat latihan kerja berbasis kompetensi
f) Dokumen nilai evaluasi peserta dan uji kompetensi
g) Buku penyeliaan
33
h) Grafik populasi peserta pelatihan dan uji kompetensi
c. Program Pelatihan Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT)
Program pelatihan yang digunakan menggunakan SLK yang mengacu pada
Standar Kualifikasi Keterampilan/Kompetensi (SKK) atau menggunakan
standardisasi sesuai permintaan negara tujuan. Standar Keterampilan Kerja
adalah uraian keterampilan dan pengetahuan yang baku dan disusun
berdasarkan analisis jabatan tertentu yang harus dikuasai tenaga kerja untuk
mampu melaksanakan tugasnya secara efisien, efektif, dan produktif
(Depnakertrans dalam Prihatmodjo, 2001).
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Bangunan
Yang termasuk dengan bangunan ialah fasilitas gedung yang secara
langsung atau tidak langsung mendukung tempat pelaksanaan pelatihan.
b) Pelatihan Praktek
Peralatan diperlukan untuk menunjang pelaksanaan teori dan disesuaikan
dengan kebutuhan.
e. Personalia
Pada BLKLN terdapat jabatan-jabatan dimana pemegang jabatan tersebut
haruslah melalui pendidikan formal, pengalaman, dan kualifikasi tertentu.
Adapun jabatan tersebut yaitu:
a) Pimpinan BLKLN
Adapun tugas sebagai pimpinan BLKLN, yaitu:
34
- Mengelola dan memimpin seluruh kegiatan BLKLN
- Merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan memberikan tugas
teknik dan administrasi kepada bawahannya
- Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan program
pelatihan, uji kompetensi, dan sertifikasi ke luar negeri
b) Bagian Tata Usaha
Tugas Kepala Bagian Tata Usaha:
- Mengelola dan memimpin seluruh kegiatan teknis dan administrasi
ketatausahaan BLKLN
- Mengatur tugas-tugas bawahan, meliputi urusan umum,rumah
tangga, personalia, keuangan, dan urusan asrama siswa.
- Membuat laporan kegiatan BLKLN
c) Bidang Pelatihan
Tugas Kepala bidang Pelatihan:
- Mengelola dan memimpin seluruh kegiatan teknis program
peningkatan kualitas pelatihan di BLKLN
- Mengatur tugas-tugas bawahan, meliputi seksi rekrutmen siswa,
penyelenggaraan latihan, dan pemasaran program pelatihan TKI ke
luar negeri
- Membuat laporan kegiatan kepada kepala BLKLN
d) Bidang Evaluasi
Tugas Kepala Bidang evaluasi:
35
- Mengelola dan memimpin seluruh kegiatan teknis evaluasi
program pelatihan, uji kompetensi, dan sertifikasi di BLKLN
- Mengatur tugas-tugas bawahan, meliputi seksi evaluasi program,
uji kompetensi, dan sertifkasi serta pelaporan
- Membuat laporan kegiatan kepada kepala BLKLN
e) Kelompok Instruktur Penguji dan Tenaga Teknis
Tugas Tenaga Instruktur:
- Merencanakan, menyiapkan, melaksanakan pelatihan, dan
mengevaluasi program pelatihan
- Membuat, menyusun, dan mengembangkan media pelatihan.
- Mengevaluasi peserta pelatihan
- Membuat laporan kegiatan pelatihan kepada BLKLN
Tugas tenaga Penguji:
- Menyiapkan dan melaksanakan pengujian teori, praktek
keterampilan dan bahasa sesuai Materi Ujian Keterampilan (MUK)
kepada peserta uji kompetensi. Berdasarkan Depnakertrans dalam
Prihatmodjo (2001) MUK adalah suatu paket yang memuat soal-
soal ujian tertulis dan atau praktek sebagai bahan uji keterampilan
bagi tenaga kerja untuk bidang keterampilan/kompetensi/keahlian.
- Menyusun dan mengembangkan media MUK sesuai SKK yang
ditetapkan
- Mengevaluasi peserta dan program uji kompentensi
36
- Membuat laporan kegiaan pengujian TKI dalam kendali alokasi
penempatan kepada Ketua PUKS dan penanggungjawab Tempat
Uji Kompetensi (TUK). Merujuk Depnakertrans dalam
Prihatmodjo (2001) definisi TUK adalah lembaga pelatihan yang
memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan sesuai
standar yang ditetapkan dan telah diakreditasi oleh Depnakertrans
sebagai tempat pelaksana uji keterampilan calon TKW.
Tugas Tenaga Teknis:
- Menguasai teknis perawatan fasilitas pelatihan BLKLN
- Pendidikan formal minimal SLTA
- Memiliki sertifikat pelatihan tenaga teknis BLKLN atau sejenis
4.2. Visi dan Misi
Balai Latihan Kerja luar Negeri yang didirikan di setiap daerah/provinsi
memiliki visi dan misi. Visi yang akan dicapai yaitu terciptanya tenaga terampil,
ahli, produktif dan kompeten dalam berbagai bidang keterampilan, serta berdaya
saing tinggi. Berdasarkan Depnakertrans (2006), misi ditempuh dengan:
a. Meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang akan
berkerja ke luar negeri dalam berbagai bidang keahlian dan keterampilan,
dengan memanfaatkan sumberdaya pelatihan yang ada.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja terampil yang akan bekerja
ke luar negeri melalui pelatihan dalam rangka mengurangi pengangguran dan
meningkatkan produktifitas tenaga kerja, serta meningkatkan devisa.
37
c. Mendorong terciptanya Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui kerjasama
pelatihan dengan pihak ketiga.
d. Meningkatkan relevansi dan efisiensi program pelatihan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan permintaan tenaga kerja.
4.3. Jenis Pelatihan Dalam BLKLN
Pelatihan-pelatihan yang diberikan pada setiap BLKLN dibedakan untuk
tujuan Timur Tengah dan Asia Pasifik. Pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan
negara tujuan. Untuk menjadi Penata Laksana Rumah Tangga ke Arab Saudi,
calon TKW harus mengikuti pelatihan yang meliputi tiga tahap (Standar Latihan
Kerja Depnakertrans, 2006) :
a. Kelompok Unit Kompetensi Umum, meliputi:
- Mengembangkan kematangan emosi dan motivasi kerja.
- Menerapkan prosedur kebersihan, kesehatan, keamanan (K3) di rumah
tangga.
- Mengembangkan kerjasama dalam lingkungan rumah tangga.
b. Kelompok Unit Kompetensi Inti, meliputi:
- Membersihkan kamar mandi/wc.
- Membersihkan dan merapihkan tempat tidur.
- Membersihkan dan merapihkan ruang rumah/ruang tamu.
- Mencuci pakaian.
- Melicin pakaian/menyetrika.
- Membantu masak.
- Membersihkan dan merawat dapur.
38
- Membuat minuman.
- Menghidangkan makanan dan minuman.
- Berbicara dengan majikan menggunakan bahasa Arab.
- Berkomunikasi di telepon dengan menggunakan bahasa Arab.
- Menerima tamu menggunakan bahasa Arab.
- Berbicara di luar rumah dengan bahasa Arab.
c. Kelompok Unit Kompetensi Khusus, meliputi:
- Membekali diri tentang kondisi kerja dan resiko bahaya.
- Membekali diri tentang remitansi, dokumen diri perjalanan, dan perjanjian
kerja.
- Berbicara dengan majikan dengan bahasa Arab.
4.4. Uji Kompetensi
Berdasarkan Inpres No.6 Tahun 2006, tentang Kebijakan Reformasi
Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI, diketahui untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan pelatihan harus meningkatkan mutu dan jumlah instruktur,
pengelola, sarana, dan prasarana BLKLN, penerapan program pelatihan berbasis
kompetensi, peningkatan target pelatihan di semua BLKLN di tiap-tiap daerah.
Kompetensi merupakan kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja setiap individu dalam melaksanakan tugas di tempat kerja sesuai
dengan standar yang ditetapkan (Thomson dalam Prihatmodjo, 2001).
Bagi calon TKI melakukan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh
lembaga terkait. Peningkatan kualitas yang harus dilakukan yaitu
menyempurnakan peraturan tentang uji kompetensi, menyediakan tempat untuk
39
uji kompetensi di daerah terdekat dengan calon TKI, serta penyelenggaraan uji
kompetensi selama satu hari oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).
BLKLN yang fokus terhadap permintaan negara tujuan pastilah memiliki
standar penilaian yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan standar negara
tujuan. Pengukuran kemampuan TKW yang ada masih terbatas pada satu standar
kompetensi saja, padahal setiap negara tujuan mempunyai kriteria dan standar
penilaian. Untuk itu BLKLN yang dibentuk harus disesuaikan dengan negara
tujuan dan memakai standar penilaian yang disesuai dengan kebutuhan negara
tersebut.
4.5. Pelaksanaan Uji Kompetensi
Pelaksanaan uji kompetensi bertujuan untuk memberikan penilaian agar
dapat memenuhi bukti kompetensi yang dimiliki oleh peserta pelatihan yang akan
dinilai serta menghasilkan pelabelan ’Kompeten’ atau ’Belum kompeten’.
Persiapan dalam uji kompetensi melibatkan peserta yang telah dilatih, Tempat Uji
Kompetensi (TUK), Materi Uji Kompetensi (MUK), tim Asesor dan penyelia uji
kompetensi, dan administrasi. Penyelenggaraan uji kompetensi terdiri atas dua
sesi dengan 2 jam ujian tertulis dan 4 jam ujian praktek. Terakhir adalah
penerbitan Sertifikat Kompetensi Kerja yang memuat penilaian.
4.6. BLKLN Putra Alwini
Penelitian dilaksanakan pada dua BLKLN, yaitu BLKLN Putra Alwini dan
BLKLN Barfo Mahdi. Analisis mengenai karakteristik calon TKW dan proses
40
pelaksanaan pelatihan yang dikaji adalah calon TKW yang sedang mengikuti
pelatihan pada BLKLN Putra Alwini.
4.6.1. Sejarah dan Perkembangan BLKLN
Balai Latihan Tenaga Kerja Luar Negeri (BLKLN) Putra Alwini didirikan
pada tahun 1999 yang dipimpin oleh kepala Balai Latihan Kerja. BLKLN ini
beralamat di Jalan Perkutut no. 19 Bukit Duri, Jakarta Timur. Tugas pokok yang
dilakukan yaitu melaksanakan berbagai pelatihan keterampilan kerja bagi Calon
Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) yang akan dikirim ke luar negeri agar memiliki
pengetahuan dan keterampilan di bidang Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT)
dan Baby Sitter. Pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan negara
penempatan, yaitu ke negara-negara Kawasan Timur Tengah seperti Saudi Arabia,
Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, Yordania, Yaman, dan Afrika.
Berbagai program pelatihan peningkatan keterampilan kerja yang
dilaksanakan merupakan salah satu bentuk pelayanan kepada masyarakat di
bidang ketenagakerjaan, dan melalui dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi yang
anggarannya dibebankan kepada PPTKIS.
BLKLN Putra Alwini merupakan kategori BLK yang juga mempunyai
PPTKIS dengan nama yang serupa yaitu PT Putra Alwini. Selain itu BLKLN
Putra Alwini juga menerima peserta pelatihan yang berasal dari PPTKIS lain.
PPTKIS yang bekerjasama dengan BLKLN Putra Alwini, yaitu PT Nurbakti
Langgeng Mandiri, PT Sinar Berlian Mandiri, PT Salha, PT Reka Wahana
Sentosa, Lahji. Selain sebagai tempat diselenggarakan pelatihan, BLKLN ini
41
merupakan Tempat Uji Kompetensi (TUK) bagi calon TKW untuk evaluasi
penilaian yang dilakukan oleh LSP.
4.6.2. Visi dan Misi BLKLN
Balai Latihan Kerja luar Negeri yang didirikan di setiap daerah/provinsi
memiliki visi dan misi.Visi yang akan dicapai yaitu terwujudnya pelatihan
keterampilan berbasis kompetensi dan diserap pasar kerja. Adapun misi yang
ditempuh dengan:
a. Membentuk SDM yang berkualitas, inovatif dan kreatif.
b. Menjadikan Lembaga Pelatihan yang exellent dan berfungsi sebagai penyedia
tenaga profesional yang mandiri.
c. Melakukan kerjasama antar sesama lembaga pelatihan guna meningkatkan
mutu hasil pelatihan.
d. Menyelenggarakan pelatihan keterampilan sesuai pasar kerja.
e. Meningkatkan relevansi dan efisiensi program pelatihan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan permintaan tenaga kerja.
4.6.3. Organisasi BLKLN
Dalam menjalankan kegiatan keorganisasian BLKLN Putra Alwini
mempunyai struktur organisasi yang dapat dilihat pada Gambar 2.
42
Gambar 2. Stuktur Organisasi BLKLN Putra Alwini
Kepala BLKLN merupakan pimpinan BLKLN yang bertugas mengelola
dan memimpin seluruh kegiatan BLKLN dan melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan program pelatihan, uji kompetensi, dan sertifikasi ke luar
negeri. Bidang Tata Usaha bertugas mengatur administrasi ketatausahaan
BLKLN, personalia, keuangan, dan urusan asrama. Instruktur bertugas
memberikan pelatihan kepada calon TKW dan juga berperan aktif dalam
merencanakan penyelenggaraan pelatihan yang disusun sesuai dengan keahlian
masing-masing instruktur. Kepala BLKLN bersama staf melakukan evaluasi dua
minggu setelah pelatihan diselenggarakan untuk melihat berbagai faktor
penunjang dan kendala selama pelatihan.
4.6.4. Kurikulum Pelatihan
Modul kurikulum dan silabus pelatihan TKI harus disusun berdasarkan
SLK masing-masing sektor jabatan kerja atau masing-masing negara tujuan TKI.
Kurikulum pelatihan dalam BLKLN Putra Alwini terdiri atas materi-materi
pelatihan, banyaknya jam pelatihan (JP) baik teori maupun praktek, serta
Kepala BLKLN
Koordinator Instruktur
Bid. Pelatihan Bid. Tata Uaha
- Administrasi Umum
- Kepegawaian - Keuangan - Asrama
- Instruktur/ Penguji - Instruktur B. Inggris - Instruktur B.
Mandarin - Instruktur B. Arab
Bagian perencanaan penyelenggaraan
pelatihan
43
seperangkat pengaturan JP yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Waktu pelatihan dimulai pada pukul 08.00-
12.00 dan dilanjutkan pukul 14.00-16.00 WIB.
Tabel 2. Kurikulum Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008
Jam Pelatihan No. Materi Pelatihan Teori Praktek Jumlah
A. Pembekalan Mental dan Fisik 1. Motivasi dan mental 2. Pemahaman kebudayaan Timur
Tengah 3. Perjanjian dan perlindungan
kerja 4. Tata cara keberangkatan 5. Tata cara kepulangan 6. Persiapan pasca kerja 7. Keuangan, bank dan asuransi 8. Agama dan kerohanian 9. Fisik dan olahraga
6 3
2 1 1 1 2 - -
- - - - - - -
66,25 15
6 3
2 1 1 1 2
66,25 15
Total A 16 81,25 97,25 B. Keterampilan Kejuruan
1. Tata graha 2. Tata boga 3. Laundry dan setrika 4. Mengasuh bayi, balita, dan
orang tua (lansia) 5. Pengetahuan kesehatan 6. Pengenalan alat listrik dan
telepon
4 7 4 5
2,5 2
15 13
17,5 10
- -
19 20
21,5 10
2,5 2
Total B 24,5 55,5 80 C. Pendidikan Bahasa
1. Bahasa Arab
32
64
96 Total C 32 64 96 D. Uji Keterampilan
1. Uji keterampilan internal 2. Uji keterampilan kompetensi
6 3
3 4
9 7
Total D 81,5 207,75 289,25 Total Keseluruhan (A+B+C+D)
81,5
207,5
289,25 Sumber: Arsip BLKLN Putra Alwini
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa pada pendidikan bahasa Arab
memiliki jumlah jam pelatihan (JP) terbanyak yaitu sebesar 96 JP. Diikuti materi
pembekalan mental dan fisik, agama dan kerohanian memiliki jam pelatihan
praktek terbanyak, yaitu sebesar 66,25. Pada keterampilan kejuruan laundry dan
setrika memiliki waktu sebesar 21,5 JP. Selanjutnya sebanyak 20 JP terdapat pada
44
pelatihan tata boga, 19 jampel pada pelatihan tata graha, 10 JP pada pelatihan
mengasuh anak, bayi, Balita, dan orang tua lanjut usia (Lansia). Total keseluruhan
penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan BLKLN Putra Alwini sebanyak 289,
25 JP.
Apabila dalam satu hari menggunakan 9 JP maka akan diperoleh waktu
pelatihan sebanyak 32 hari (satu bulan). Namun dalam penyelenggaraannya
lamanya waktu pelatihan tergantung dari permintaan PPTKIS12.
“Untuk waktu pelatihan disesuaikan dengan permintaan dari PPTKIS, kalau minta satu minggu maka jam pelatihan akan dipadatkan.” (Bu IG)
4.6.5. Metodologi Pelatihan
4.6.5.1. Metode Pelatihan
Metode pelatihan merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh
pengajar atau instruktur dalam menyampaikan materi. Pelatihan kerja yang
dilaksanakan menggaplikasikan asas “Training By Doing” yang menekankan pada
praktek dengan proporsi 75% dan teori 25%. Pelaksanaan pelatihan berbentuk
bimbingan (demonstrasi), simulasi, atau bentuk praktek lainnya yang mengarah
kepada penggunaan alat dan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan kondisi yang
sesungguhnya.
Perencanaan pembelajaran menggunakan 1 JP yang terdiri atas 45 menit.
Untuk waktu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi calon TKW mengacu
pada SKKNI yaitu Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang
merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan
12 Dulunya PJTKI. PPTKIS kependekan dari Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia.
45
tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku namun dalam pelaksanaannya dapat
disesuaikan dengan permintaan dari masing-masing PPTKIS.
4.6.5.2. Alat Bantu Pelatihan
Alat bantu pelatihan digunakan agar dapat menggantikan benda yang
sesungguhnya. Pada BLKLN Putra Alwini menggunakan alat Bantu sebagai
berikut:
a. Alat bantu tercetak. Materi yang digunakan untuk mendukung pengajaran
berupa buku, petunjuk teknis, lembar pekerjaan, dan handout.
b. Alat bantu grafik. Berupa gambar, ilustrasi, foto, cetak biru, peta,
c. Alat bantu tiga dimensi. Berupa model boneka, dan model kerja (mesin cuci,
setrika, dan vaccum cleanner).
d. Alat bantu terproyeksi. Berupa film.
e. Alat bantu terdengar. Berupa rekaman pita dan rekaman pembicaraan.
Alat bantu perlu dipersiapkan dengan baik agar peserta pelatihan dapat lebih
mudah memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan data-data di lapangan
bahwa pada pelaksanaan pelatihan, alat bantu pelatihan sudah terlaksana dengan
baik. Namun masih terdapat alat bantu yang jumlahnya tidak sebanding dengan
banyaknya peserta pelatihan. Berikut keterangan di lapangan:
”Sarana yang ada cukup memadai tapi untuk vaccum cleanner masih kurang jumlahnya. Paling mereka tunggu-tungguan aja.” (Bu RA)
46
4.6.6. Instruktur Pelatihan
Jumlah instruktur pelatihan di BLKLN Putra Alwini sebanyak lima orang
dengan status sebagai instruktur tetap. Pada Tabel 3 diperlihatkan latar belakang
para instruktur:
Tabel 3. Latar Belakang Instruktur Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008
Instruktur No. Keterangan
1 2 3 4 5
1 Nama IG HS RA AB Ft
2 Pendidikan Formal
SMU Fakultas Teknik Elektro
Fakultas Tarbiyah IAIN
Aliyah D3 Keuangan dan Perbankan
3 Pelatihan dan kursus yang diikuti
TOT TOT, TO:CBT/CBA, Paket B, Workshop Psikologi
TOT, CBT/CBA, PAP, Paket B
TOT Kursus computer, TOT
4 Pengalaman Mengajar
7 tahun 7 tahun 6 tahun 2 tahun 2 tahun
5 Instruktur Bidang
Keteram-pilan dan PAP
Keterampilan, bahasa Inggris dan Arab
Bahasa Arab
Keterampi- lan dan bahasa Arab
Bahasa Arab
4.6.7. Kapasitas Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan yang berkualitas pada BLKLN Putra Alwini
didukung dengan jumlah lokal kelas 10 ruangan, yang terdiri atas 2 lokal kelas
ruangan laboraturium bahasa, 4 kelas untuk praktek, 4 kelas untuk teori. Daya
tampung untuk setiap lokal kelas sebanyak 20 orang dan mampu melatih 500
sampai 1000 peserta latihan setiap tahun.
Apabila dalam satu hari jumlah calon TKW yang mengikuti pelatihan
lebih dari 20 orang maka pengajaran dilakukan di luar kelas dengan alat bantu
papan tulis dan spidol.
47
4.6.8. Peserta Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan yang di BLKLN Putra Alwini diselenggarakan
berdasarkan ketetapan Depnakertrans yang tertuang dalam UU No. 39 Tahun
2004. Pelaksanaan pelatihan ini telah terjadwal dan menjadi bagian dari prosedur
sebelum calon TKW berangkat ke luar negeri. Peserta pelatihan biasanya
didatangkan dari masing-masing PPTKIS. Untuk pelaksanaan pelatihan, kategori
peserta pelatihan dibagi menjadi dua, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Persyaratan Peserta Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 No. Kategori Persyaratan
1. Pencari Kerja untuk dalam negeri Pas foto berwarna 3x4 sebanyak 2 lembar, foto kopi KTP, foto kopi ijazah minimal SMP, usia minimal 20-35 tahun, surat keterangan dokter, memiliki baju putih dan celana panjang warna hitam, lulus test masuk dan pschycotest.
2. Tenaga Kerja Wanita yang akan bekerja ke luar negeri
Biasanya ditentukan oleh PPTKIS dengan BLKLN.
Sumber: Arsip BLKLN Putra Alwini
4.7. BLKLN Barfo Mahdi
Dalam rangka meningkatkan mutu pelatihan bagi calon TKW untuk
ditempatkan di negara-negara Kawasan Timur Tengah perlu suatu gambaran
mengenai BLKLN yang telah terakreditasi Sangat Baik (A) dari Depnakertrans.
Berdasarkan Surat keputusan Deputi Penempatan BNP2TKI tahun 2008 diketahui
bahwa BLKLN Barfo Mahdi terakreditasi Sangat Baik (A).
P.T. Barfo Mahdi berdiri sejak tahun 1984 yang kemudian pada tahun
1986 diresmikanlah Balai Latihan Kerja Luar Negeri. BLKLN ini berlokasi di Jl.
Asem Baris Raya No. 3 RT.006/012, Kebon Baru Jakarta Selatan 12830. BLKLN
ini fokus pada pelatihan bagi calon TKW yang akan bekerja ke negara-negara
48
kawasan Timur tengah sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT). Sama seperti
BLKLN Putra Alwini, BLKLN Barfo Mahdi berupaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan calon TKW sebelum diberangkatkan ke luar
negeri. Selain sebagai tempat diselenggarakan pelatihan, BLKLN ini merupakan
Tempat Uji Kompetensi (TUK) bagi calon TKW untuk evaluasi penilaian yang
dilakukan oleh LSP.
Perbedaan BLKLN ini dengan BLKLN Putra Alwini adalah dalam hal
jumlah calon TKW yang diberangkatkan setiap bulannya. Rata-rata pengiriman
calon TKW di BLKLN Barfo Mahdi adalah 30 orang sedangkan BLKLN Putra
Alwini rata-rata mengirimkan sebanyak 500-1000 orang per tahun. Ironisnya pada
BLKLN barfo Mahdi mempunyai kapasitas pelatihan sebanyak 300 orang. Ketika
ditanyakan kepada pihak BLKLN Barfo Mahdi diperoleh informasi bahwa untuk
mengirimkan TKW bekerja ke Negara kawasan Timur-Tengah BLKLN tersebut
fokus pada tataran kualitas dan bukan pada kuantitas. Berikut komentar dari pihak
Barfo Mahdi:
“BLKLN kita itu rata-rata per bulannya hanya melakukan ujian pada 30 orang saja, paling banyak saat ini 50 orang. Kapasitas pelatihan yang kita punya untuk 300 orang, berati kita itu kan “over cappacity”. Dan kita benar-benar fokus pada kualitas TKW dan bukan kuantitas, jadi pelatihan yang dilaksanakan minimal harus 30 hari. Karena untuk menilai sikap, perilaku dan mental nggak bisa hanya dengan 3 hari saja.” (Pak Sy)
4.7.1. Kurikulum Pelatihan
Modul kurikulum dan silabus pelatihan TKI yang dimiliki Barfo Mahdi
sama dengan BLKLN Putra Alwini karena penyusunan ini berdasarkan SLK
masing-masing sektor jabatan kerja atau masing-masing negara tujuan TKI.
49
Perbedaannya terdapat pada jumlah jam pelajaran yang dilatihkan kepada calon
TKW.
Pengiriman tenaga kerja ke negara-negara tujuan Timur Tengah, pelatihan
yang diberikan meliputi:
Tabel 5. Kurikulum Pelatihan BLKLN Barfo Mahdi, April 2008
Jam Pelatihan No. Materi Pelatihan Teori Praktek Jumlah
A. Pembekalan Mental dan Fisik 1. Motivasi dan mental 2. Pemahaman kebudayaan Timur Tengah 3. Perjanjian dan perlindungan kerja 4. Tata cara keberangkatan 5. Tata cara kepulangan 6. Persiapan pasca kerja 7. Keuangan, bank dan asuransi 8. Agama dan kerohanian 9. Fisik dan olahraga
6 3 2 1 1 1 2 - -
- - - - - - -
45 30
6 3 2 1 1 1 2
45 30
Total A 16 75 91 B. Keterampilan Kejuruan
1. Tata graha 2. Tata boga 3. Laundry dan setrika 4. Mengasuh bayi, balita, dan orang tua
(lansia) 5. Pengetahuan kesehatan 6. Pengenalan alat listrik dan telepon
4 8 5 5 4 2
14 12 16 8 - -
18 20 21 13 4 2
Total B 28 50 78 C. Pendidikan Bahasa
1. Bahasa Arab
32
64
96 Total C 32 64 96 D. Uji Keterampilan
1. Uji keterampilan internal 2. Uji keterampilan kompetensi
6 3
3 4
9 7
Total D 9 7 16 Total Keseluruhan (A+B+C+D) 85 121 206 Sumber: BLKLN Barfo Mahdi
Pada Tabel 5 diketahui bahwa pendidikan bahasa Arab memiliki jumlah
jam pelatihan (JP) terbanyak yaitu sebesar 96 JP. Pada materi pembekalan mental
dan fisik, motivasi dan mental memiliki proporsi jam pelatihan yang paling
banyak pada teori yaitu 6 JP, karena menurut salah seorang instruktur hal tersebut
sebagai dasar pegangan calon TKW dapat bertahan kerja di luar negeri.
Sedangkan pada praktek pelatihan mengenai agama dan kerohanian menggunakan
50
45 JP. Pelatihan agama dan kerohanian dilakukan dalam kegiatan solat berjamaah
pada saat subuh, magrib, dan isya. Selain itu kegiatan keagamaan juga dilakukan
melalui ceramah subuh yang dipimpin oleh mantan kepala BLKLN. Solat
berjamaah dan ceramah dilakukan di Mushola yang disediakan.
“TKW yang pinter pelatihan belum tentu dia bisa kerja bagus, mending TKW yang punya inisiatif dan kreatif yang lebih menghasilkan kerja bagus. Untuk agama itu penting sekali untuk mengatasi TKW yang rentan stres”. (Bu SS)
Pada materi keterampilan kejuruan, jam pelajaran dengan proporsi terbesar
sebanyak 21 JP terdapat pada laundry dan setrika. Selanjutnya sebanyak 20 JP
terdapat pada pelatihan tata boga, 18 JP pada pelatihan tata graha, 13 JP pada
pelatihan mengasuh anak, bayi, balita, dan orang tua (lansia). Total keseluruhan
penyelenggaraan pelatihan sebanyak 206 JP. Apabila dalam satu hari
menggunakan 9 JP maka akan diperoleh waktu pelatihan sebanyak 23 hari (tiga
minggu).
“Terkadang ada PPTKIS yang gak mau melatih TKWnya di BLKLN kita karena lama untuk pergi ke luar negerinya. Kalau TKW kan taunya semakin cepat pergi semakin bagus.” (Bu SS)
4.7.2. Instruktur Pelatihan
Jumlah instruktur pelatihan di BLKLN Barfo Mahdi sebanyak lima orang
dengan status sebagai instruktur tetap. Berikut ini merupakan latar belakang para
instruktur:
51
Tabel 6. Latar Belakang Instruktur BLKLN Barfo Mahdi, April 2008
Instruktur No. Keterangan
1 2 3 4 5
1 Nama AS AJ ARD SS SA SS
2 Pendidikan Terakhir
Ikip Muhammadiyah, Yogyayakarta
SMA SPG Fakultas Tarbiyah UI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3 Pengalaman Bekerja
PT. Pembangunan Perumahan, PT. Sahlina Tour and Travel, PT. Sabika Arabindo, PT Barfo Mahdi
SD Berdikari
Domino Pizza, Koperasi Al-Ikhlas, PT. Suwatra Jakarta, PT. Barfo Mahdi
AP2TKI, PT. Barfo Mahdi
PJTKI Delta Rona Adiguna, BLKLN Sabrina Putri Mandiri, YLPTKI Megah Buana, BLKLN Barfo Mahdi
4 Pengalaman Mengajar
21 tahun 22 tahun 8 tahun 3 tahun 2 tahun
4.7.3. Peserta Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan yang di BLKLN Barfo Mahdi diselenggarakan
berdasarkan ketetapan Depnakertrans yang tertuang dalam UU No. 39 Tahun
2004. Pelaksanaan pelatihan ini telah terjadwal dan menjadi bagian dari prosedur
sebelum Calon TKW berangkat ke luar negeri. Peserta pelatihan sebagian besar
didatangkan dari PT. Barfo Mahdi. Adapun persyaratan peserta sebagai berikut:
a. Pendidikan : Minimum SD
b. Umur : Minimal 25 tahun
c. Pengalaman Kerja : Tidak diharuskan
d. Kondisi kesehatan : Lulus tes kesehatan dari klinik yang telah ditunjuk
52
e. Lulus tes : membaca, menulis, bahasa, wawancara tentang
kesiapan mental peserta pelatihan, wawancara tentang latar belakang
peserta pelatihan
BAB V EVALUASI KEBERHASILAN PELATIHAN
5.1. Karakteristik Responden
Hasil kuesioner menunjukkan karakteristik responden yang terdiri dari
usia, asal daerah, pendidikan terakhir, status perkawinan, pengalaman bekerja ke
luar negeri, motivasi.
Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan usia pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
0
10
20
30
40
< 29 ≥ 29
Usia
Berdasarkan kuesioner diperoleh usia rata-rata responden yang diteliti
yaitu 29 tahun. Sebanyak 37 orang responden (61,67%) dari keseluruhan 60 orang
responden berada pada kisaran usia < 29 tahun dan sebanyak 23 orang (38,33%)
berusia ≥ 29 tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keseluruhan usia calon TKW
terdapat pada kisaran usia < 29 tahun dan digolongkan dalam kategori kelompok
usia muda atau usia produktif.
Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan asal daerah pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
0
10
20
30
40
50
60
P. Jawa Luar P. Jawa
Asal daerah
54
Pada Gambar 4 terlihat bahwa mayoritas calon TKW yang mengikuti
pelatihan berasal dari Pulau Jawa sebanyak 52 orang (86,67%), sedangkan
delapan orang (13,33%) berasal dari luar Pulau Jawa. Jadi diketahui bahwa
peserta pelatihan di BLKLN Putra Alwini secara umum berasal dari Pulau Jawa.
Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
0
10
20
30
40
50
SLTA/Aliyah SLTP/Tsanawiyah SD/Ibtidaiyah
Pendidikan
Pada Gambar 5 diketahui bahwa calon TKW yang akan bekerja ke
Negara-negara kawasan Timur Tengah didominasi oleh responden berpendidikan
SD/Ibtidaiyah sebanyak 43 orang (71,67%) diikuti yang berpendidikan
SLTP/Tsanawiyah sebanyak 13 orang (21,67%), dan SLTA/Aliyah sebanyak 4
orang (6,67%). Hal ini sejalan dengan informasi data penempatan (2006), yang
mengatakan bahwa TKW non formal masih didominasi oleh calon TKW lulusan
SD sebesar 54 persen, dan SLTP 42 persen.
“Untuk TKW yang ke Timur Tengah persyaratannya lebih mudah daripada ke Asia Pasifik makanya kebanyakan lulusan SD, malah ada yang gak lulus SD asalkan bisa baca dan tulis bisa berangkat”. (Bu IG)
55
Gambar 6. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
0
10
20
30
40
50
Belum menikah Sudah menikah Janda
Status perkawinan
Status pribadi calon TKW yang sedang mengikuti pelatihan ini terdiri dari
calon TKW yang berstatus belum menikah, menikah, dan janda. Berdasarkan
Gambar 6, terlihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 43 orang (66,67%)
memiliki status telah menikah. Sebanyak 10 orang (16,67%) memiliki status
belum menikah, dan sebanyak tujuh orang (11,67%) berstatus janda. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa calon TKW yang akan ke bekerja ke negara-negara
kawasan Timur Tengah, berstatus telah menikah.
Gambar 7. Karakterististik responden berdasarkan pengalaman bekerja ke luar negeri pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
05
10152025303540
Sudahpernah
Belumpernah
Pengalaman bekerja keluar negeri
56
Calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri masih didominasi dengan
calon yang belum pernah bekerja ke luar negeri sebanyak 40 orang (66,67%) dan
yang pernah bekerja ke luar negeri sebanyak 20 orang (33,33%).
5.2. Pemahaman Materi dari Sudut Pandang calon TKW
Berkaitan dengan materi keterampilan kejuruan yang ada di BLKLN
Putra Alwini, proporsi jam pelatihan terbanyak terdapat pada materi laundry dan
setrika. Upaya meningkatkan kualitas calon TKW melalui pendidikan dan
pelatihan yang dilaksanakan di BLKLN Putra Alwini perlu suatu metode yang
efektif dalam memberikan materi yang diajarkan. Berdasarkan sampel yang
diambil di BLKLN Putra Alwini (Tabel 7), para peserta pendidikan dan pelatihan
(calon TKW) memilih bahwa materi yang paling sulit untuk dipelajari selain
pelatihan bahasa Arab adalah pelatihan memasak dan menghidangkan (Tata Boga)
sebesar 58,33 persen. Sebaliknya untuk pelatihan yang paling mudah dipelajari
adalah pelatihan mengasuh anak dan balita sebesar 43,33 persen.
Tabel 7. Kecepatan pemahaman calon TKW terhadap pelatihan yang diberikan di BLKLN Putra Alwini, April 2008
No. Materi Pelatihan Tersulit Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata
graha 6 10
2 Memasak dan menghidangkan makanan/tata boga 35 58,33 3 Mencuci dan menyeterika/laundry 15 25 4 Mengasuh anak dan balita/baby sitter 4 6,66 Total 60 100 Materi Pelatihan Termudah
5 Membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata graha
10 16,66
6 Memasak dan menghidangkan makanan/tata boga 7 11,67 7 Mencuci dan menyeterika/laundry 17 28,33 8 Mengasuh anak dan balita/baby sitter 26 43,33 Total 60 100
57
Menyusun kurikulum dan pembagian waktu jam pelajaran perlu diberikan
proporsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan calon TKW. Misalnya, pelatihan
bahasa memiliki proporsi jam pelajaran yang lebih banyak karena bahasa
merupakan dasar berkomunikasi dengan majikan. Selain itu dimulai dari
keterampilan berbahasa juga dapat memperkecil munculnya kesalahpahaman
dengan majikan, yang pada akhirnya akan memperkecil kekerasan yang dilakukan
majikan terhadap TKW di luar negeri.
Keterampilan kejuruan memasak dan menghidangkan (Tata Boga) perlu
diberikan porsi yang besar dalam waktu pelatihan. Berdasarkan data kualitatif
diketahui bahwa calon TKW belum terbiasa merasakan masakan ala Timur
Tengah. Sedangkan dalam pelatihan mengasuh anak dan balita mereka lebih
terbiasa melakukannya. Hal ini sejalan dengan status calon TKW yang didominasi
dengan status menikah.
5.3. Analisis Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Keberhasilan calon TKW dalam Menyerap Pelatihan
Karakteristik yang mempengaruhi tingkat keberhasilan calon TKW
merupakan faktor yang ada pada diri calon TKW. Untuk melihat hubungan antara
karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW, maka digunakan
analisis tabulasi silang (Crosstabs), uji korelasi Rank Spearman, dan Chi Square.
Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk variabel asal daerah, tingkat
pendidikan, pengalaman bekerja, dan motivasi. Pengujian yang dilakukan
menghasilkan nilai Probaility (P) untuk kemudian dibandingkan dengan tingkat
signifikansi 0,05. Apabila P value > taraf nyata (0,05) dapat diartikan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara karakteristik individu dengan
58
tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Apabila P value <
taraf nyata (0,05) dapat diartikan terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara
karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap
pelatihan.
Variabel usia dan status perkawinan digunakan uji Chi Square (X2). Hasil
uji Chi Square dapat dilihat apabila X2 hitung > taraf nyata (0,05) maka tidak
terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara usia dan status perkawinan
dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Apabila X2
hitung < taraf nyata (0,05) maka terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara
usia dan status perkawinan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam
menyerap pelatihan.
Hipotesis yang diajukan merupakan dugaan sementara antara variabel
yang masih dianalisis untuk dibuktikan. Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : Tidak mempunyai peranan yang positif dan signifikan antara karakteristik
individu serta pelaksanaan pelatihan dengan tingkat keberhasilan
pelatihan.
H1 : Mempunyai peranan yang positif dan signifikan antara karakteristik
individu serta pelaksanaan pelatihan dengan tingkat keberhasilan pelatihan.
Berikut ini merupakan tabel yang memuat hasil uji yang dilakukan pada
program SPSS 13.0.
59
Tabel 8. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Karakteristik Individu Koefisien
korelasi P Value Kesimpulan
Asal daerah 0,340 0,008 Terima H1Tingkat Pendidikan 0,99 0,453 Terima H0Pengalaman Bekerja 0,327 0,011 Terima H1Motivasi 0,522 0,000 Terima H1
Tabel 9. Hasil uji Chi Square antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Karakteristik Individu df P Value Kesimpulan Usia 1 0,071 Terima H0Status Perkawinan 2 0,000 Terima H1
5.3.1. Hubungan Usia Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Berdasarkan hasil uji Chi Square antara karakteristik individu dengan
tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW pada Tabel 9 diperoleh nilai P value
sebesar 0,071 lebih besar dari taraf nyata 0,05. Maka diketahui bahwa hipotesis
penelitian ditolak (terima H0) yaitu usia calon TKW tidak mempunyai hubungan
yang signifikan (nyata) terhadap keberhasilannya dalam mengikuti pelatihan yang
diselenggarakan di BLKLN.
Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Usia dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan
pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Usia
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah
Muda 9 24,32 28 75,68 37 (100%) Tua 6 26,09 17 73,91 23 (100%)
Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa calon TKW yang memiliki
tingkat keberhasilan pelatihan tinggi adalah calon TKW dengan golongan umur
muda sebesar 75,68 persen, sedangkan sisanya sebesar 24,32 memiliki tingkat
60
keberhasilan rendah. Pada calon TKW dengan golongan umur tua yang memiliki
tingkat keberhasilan pelatihan rendah sebesar 26,09 persen sedangkan sisanya
sebesar 75,68 persen memiliki tingkat keberhasilan tinggi.
Silaen (1998), mengatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka
penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Dalam penelitian ini hal
tersebut tidak terbukti karena antara usia dengan tingkat keberhasilan pelatihan
tidak mempunyai hubungan yang nyata. Oleh karena itu usia tidak menjadi faktor
penghambat bagi peserta pelatihan yang tergolong berusia tua (> 29) untuk dapat
berhasil dalam pelatihan. Apabila dilihat berdasarkan lamanya hidup, calon TKW
dengan golongan umur tua lebih berpengalaman dalam menangani dan mengatur
pekerjaan yang berhubungan rumah tangga seperti membersihkan rumah,
mencuci, menyeterika, serta mengasuh bayi.
5.3.2. Hubungan Asal Daerah Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Tabel 8 hasil uji korelasi menunjukan bahwa asal daerah memperoleh nilai
korelasi sebesar 0,340 yang mengindikasikan bahwa antara asal daerah dan
tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. P value yang
diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Sehingga hipotesis
penelitian diterima (terima H1) yaitu terdapat hubungan yang signifikan (nyata)
antara asal daerah dengan tingkat keberhasilan pelatihan.
61
Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Asal Daerah dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Rendah Tinggi Asal Daerah Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
Luar P. Jawa 5 62,5 3 37,5 8 (100%) P. Jawa 10 19,23 42 80,77 52 (100%) Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Penelitian asal daerah calon TKW dikelompokkan ke dalam dua kategori
yaitu yang berasal dari Pulau Jawa dan yang berasal dari luar Pulau Jawa.
Pengkategorian ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase calon TKW yang
berasal dari luar Pulau Jawa dalam mengikuti pelatihan ke BLKLN Putra Alwini.
Calon TKW dengan tingkat keberhasilan pelatihan rendah adalah calon TKW
yang berasal dari luar Pulau Jawa sebesar 62,5 persen sedangkan sisanya 37,5
persen memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk tingkat keberhasilan
tinggi dimiliki oleh calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa sebesar 80,77
persen. Sebesar 19,23 persen calon TKW dari Pulau Jawa memiiki tingkat
keberhasilan yang rendah.
Perbedaan tingkat keberhasilan berdasarkan asal daerah tersebut diperkuat
oleh salah satu instruktur di BLKLN Putra Alwini, yang mengatakan bahwa
dalam mengajar calon TKW yang berasal dari luar Pulau Jawa diperlukan porsi
yang lebih banyak dari calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa dengan tingkatan
pendidikan yang sama. Berikut hasil wawancara dengan instruktur:
“Kalau calon TKW yang dari jauh (luar Pulau Jawa) agak susah melatihnya karena baca tulis saja mereka belum lancar, padahal mereka lulusan SMP. Kalau dari jawa pendidikan SMP sudah lancar baca tulisnya”. (Bu IG)
62
5.3.3. Hubungan Tingkat Pendidikan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Tabel 8 diketahui bahwa hasil nilai korelasi Rank Spearman sebesar 0,99
yang artinya tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelatihan
berhubungan positif. P value yang diperoleh sebesar 0,453 lebih besar dari taraf
nyata 0,05 persen. Kesimpulannya yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan
(nyata) antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelatihan yang
dilakukan. Jadi hipotesis penelitian ditolak (Terima H0).
Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Rendah Tinggi Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
SD/MI 12 27,91 31 72,09 43 (100%) SLTP/MTs 2 15,38 11 84,62 13 (100%) SLTA/MA 1 25 3 75 4 (100%) Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Hasil tabulasi silang diperoleh data bahwa calon TKW dengan tingkat
pendidikan SLTP/MTs memiliki tingkat keberhasilan tinggi sebesar 84,62 persen,
sisanya sebesar 15,38 persen memiliki tingkat keberhasilan rendah. Sedangkan
tingkat pendidikan SD/MI memilikitingkat keberhasilan yang rendah sebesar
27,91 persen, sisanya 72,09 persen memiliki tinggi keberhasilan tinggi.
Lulusan SLTA belum tentu tingkat keberhasilannya lebih tinggi daripada
lulusan SLTP. Namun apabila diperbandingkan, SD/MI masih dalam tingkat
keberhasilan yang rendah dalam menerima pelatihan yang diselenggarakan. Hal
ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak penyelenggara latihan untuk
membuat proporsi jam pelatihan yang sesuai dengan kemampuan calon TKW
tingkatan SD/MI, karena mayoritas calon TKW yang akan bekerja ke negara-
63
negara kawasan Timur Tengah adalah berada pada tingkat pendidikan SD atau
sederajat.
5.3.4. Hubungan Status Perkawinan Calon TKW dengan Tingkat
Keberhasilan Pelatihan Berdasarkan hasil uji Chi Square pada Tabel 9 diperoleh nilai P value
sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Hipotesis penelitian diterima
(terima H1), artinya status perkawinan calon TKW mempunyai hubungan yang
signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan dalam mengikuti pelatihan yang
diselenggarakan di BLKLN.
Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Status Perkawinan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Rendah Tinggi Status Perkawinan Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
Belum menikah 2 20
8
80 10 (100%)
Sudah menikah 11 26,19 31 73,81 42 (100%)
Janda 2 25 6 75 8 (100%) Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon TKW dengan status belum
menikah memiliki tingkat keberhasilan pelatihan tinggi sebesar 80 persen, sisanya
20 persen memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Pada calon TKW dengan
status sudah menikah memiliki tingkat keberhasilan pelatihan rendah sebesar
26,19 persen, sisanya 73,81 persen memiliki tingkat keberhasilan pelatihan tinggi.
64
5.3.5. Hubungan Pengalaman Bekerja Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman yang dilakukan pada Tabel
8 diperoleh nilai korelasi sebesar 0,327 yang mengindikasikan bahwa antara asal
daerah dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. P
value yang diperoleh sebesar 0,011 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1) yang artinya terdapat
hubungan yang signifikan (nyata) antara pengalaman bekerja dengan tingkat
keberhasilan pelatihan.
Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Bekerja dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Rendah Tinggi Pengalaman Bekerja Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
Belum Pernah 14 35 26 65 40 (100%) Sudah Pernah 1 5 19 95 20 (100%)
Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Hasil tabulasi silang diketahui bahwa calon TKW yang belum pernah
berpengalaman bekerja ke luar negeri memiliki tingkat keberhasilan yang rendah
sebesar35 persen, sisanya sebesar 65 persen memiliki tingkat keberhasilan yang
tinggi. Pada calon TKW yang sudah pernah pengalaman bekerja di luar negeri
memiliki tingkat keberasilan yang tinggi sebesar 95 persen, sisanya sebesar 5
persen memiliki tingkat keberhasilan rendah.
Calon TKW yang sudah pernah bekerja di luar negeri telah memiliki
pengalaman kerja di lapang sehingga mereka hanya mengulang kembali pelatihan-
pelatihan yang diberikan. Berikut komentar instruktur pelatihan:
“Kalau TKW yang Eks tinggal mengingatkan-ingat pelatihan aja, malah kalau urusan bahasa bisa pinteran mereka daripada kita, mereka kan udah pernah terjun ke lapang sendiri”. (Bu SS)
65
5.3.6. Hubungan Motivasi Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Uji korelasi Rank Spearman yang dilakukan pada Tabel 8 diperoleh nilai
korelasi sebesar 0,522 yang mengindikasikan bahwa antara asal daerah dan
tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value
yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil apabila dibandingkan dengan taraf nyata
0,05. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya
terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara motivasi calon TKW dengan
tingkat keberhasilan pelatihan.
Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Motivasi dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Rendah Tinggi Motivasi Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
Rendah 5 100 - 5 (100%) Tinggi 10 18,18 45 81,81 55 (100%) Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa calon TKW dengan motivasi yang
tinggi akan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi pula yaitu sebesar 81,81
persen sedangkan sisanya 18,18 persen memiliki tingkat keberhasilan yang
rendah. Pada calon TKW yang memiliki motivasi rendah untuk bekerja ke luar
negeri maka akan menghasilkan tingkat keberhasilan yang rendah pula sebesar
100 persen. Para calon TKW diberi pembekalan mental dan motivasi pada materi
pelatihan sebagai dasar diri bagi calon TKW untuk dapat bekerja secara
maksimal.
66
5.4. Analisis Hubungan Pelaksanan Pelatihan dengan Tingkat Keberhasilan calon TKW dalam Menyerap Pelatihan
Uji koreasi Rank Spearman dilakukan untuk melihat hubungan antara
pelaksanan pelatihan yang diselenggarakan seperti kurikulum pelatihan, materi
pelatihan, waktu pelatihan, instruktur, serta sarana dan prasarana dengan tingkat
keberhasilan pelatihan. Pengujian yang dilakukan menghasilkan nilai Probaility
(P) yang akan dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05. Apabila P value >
taraf nyata (0,05) dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
(nyata) antara pelaksanaan pelatihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW
dalam menyerap pelatihan. Apabila P value < taraf nyata (0,05) dapat diartikan
terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara pelaksanaan pelatihan dengan
tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan.
Tabel berikut menunjukkan hasil uji korelasi Rank Spearman antara
karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW.
Tabel 16. Uji korelasi Rank Spearman antara Input BLKLN dengan tingkat keberhasilan calon TKW pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Pelaksanaan Pelatihan Koefisien
korelasi P Value Kesimpulan
Kurikulum 0,406 0,01 Terima H1Materi 0,322 0,012 Terima H1Waktu 0,383 0,003 Terima H1Instruktur 0,397 0,002 Terima H1Sarana dan prasarana 0,449 0,000 Terima H1
5.4.1. Hubungan Kurikulum Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,406 yang mengindikasikan bahwa antara kurikulum
pelatihan dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif.
Hasil P value yang diperoleh sebesar 0,01 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat
67
disimpulakan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat
hubungan yang signifikan (nyata) antara kurikulum pelatihan calon TKW dengan
tingkat keberhasilan pelatihan.
Tabel 17. Jumlah Responden Menurut Kurikulum Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Rendah Tinggi Kurikulum Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
Tidak diketahui 12 44,44 15 55,55 27 (100%)
Diketahui 3 9,09 30 90,90 33 (100%) Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Hasil penelitian terhadap calon TKW diketahui bahwa kurikulum
pelatihan yang tidak diketahui oleh calon TKW menimbulkan tingkat
keberhasilan yang rendah sebesar 44,44 persen sedangkan sisanya sebesar 55,55
persen memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Pada kurikulum yang diketahui
calon TKW memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi yaitu sebesar 90,90 persen
sedangkan sisanya 9,09 persen memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Oleh
karena itu kurikulum pelatihan perlu diketahui olehcalon TKW yang akan
melakukan pelatihan.
5.4.2. Hubungan Materi Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan
Pelatihan Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,322 yang mengindikasikan bahwa antara materi pelatihan dan
tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value
yang diperoleh sebesar 0,12 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat disimpulakan
bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang
68
signifikan (nyata) antara materi pelatihan calon TKW dengan tingkat keberhasilan
pelatihan.
Tabel 18. Jumlah Responden Menurut Materi Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Rendah Tinggi Materi Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
Tidak relevan 2 100 0 - 2 (100%) Relevan 13 22,41 45 77,59 58 (100%) Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Hasil penelitian terhadap calon TKW diketahui bahwa materi pelatihan
dinyatakan relevan oleh 45 orang responden sebesar 77,59 persen dengan tingkat
keberhasilan yang tinggi. Selanjutnya diketahui hanya dua orang sebesar 100
persen responden menyatakan bahwa materi pelatihan yang diberikan tidak
relevan terhadap tingkat keberhasilan pelatihan, sehinga mereka memiliki tingkat
keberhasilan yang rendah.
5.4.3. Hubungan Waktu Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan
Pelatihan Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,383 yang mengindikasikan bahwa antara waktu pelatihan dan
tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value
yang diperoleh sebesar 0,03 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang
signifikan (nyata) antara materi pelatihan calon TKW dengan tingkat keberhasilan
pelatihan.
69
Tabel 19. Jumlah Responden Menurut Waktu Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Rendah Tinggi Waktu Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
Tidak sesuai 10 47,62 11 52,38 21 (100%) Sesuai 5 12,82 34 87,18 39 (100%) Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa waktu yang tidak sesuai memiliki
tingkat keberhasilan yang rendah yaitu sebesar 47,62 persen sedangkan sisanya
sebesar 52,38 memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Waktu pelatihan yang
sesuai dengan kemampuan calon TKW memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi
sebesar 87,18 persen sementara sisanya sebesar 12,82 memiliki tingkat
keberhasilan yang rendah.
5.4.4. Hubungan Tingkat Kemampuan Instruktur Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,397 yang mengindikasikan bahwa antara materi pelatihan dan
tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value
yang diperoleh sebesar 0,02 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang
signifikan (nyata) antara materi pelatihan calon TKW dengan tingkat keberhasilan
pelatihan.
70
Tabel 20. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kemampuan Instruktur dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Rendah Tinggi Tingkat
Kemampuan Instruktur Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
Tidak mampu 3 100
0 - 3 (100%)
Mampu 12 21,05 45 78,95 57 (100%) Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa instruktur yang tidak mampu
dalam menyampaikan pelatihan kepada TKW memiliki tingkat keberhasilan yang
rendah sebesar 100 persen sedangkan instruktur yang mampu menyampaikan
pelatihan kepada TKW memiliki tingkat keberhasilan pelatihan yang tinggi yaitu
sebesar 78,95 sisanya sebesar 21,05 persen memiliki tingkat keberhasilan yang
rendah. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa semakin seorang instruktur
mampu mengajar calon TKW maka semakin tinggi tingkat keberhasilan bagi
calon TKW. Semakin seorang instruktur tidak mampu mengajar calon TKW maka
semakin rendah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai calon TKW.
5.4.5. Hubungan Sarana dan Prasarana Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,449 yang mengindikasikan bahwa antara materi pelatihan dan
tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value
yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat disimpulakan
bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang
signifikan (nyata) antara materi pelatihan calon TKW dengan tingkat keberhasilan
pelatihan.
71
Tabel 21. Jumlah Responden Menurut Ketersediaan sarana dan prasarana dan
Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi
Ketersediaan sarana dan prasarana Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
Tidak lengkap 5 83,33
1
16,66 6 (100%)
Lengkap 10 18,52 44 81,48 54 (100%) Jumlah 15 25 45 75 60 (100%)
Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa tidak lengkapnya sarana dan
prasaana memiliki tingkat keberhasilan pelatihan yang rendah sebesar 83,33
persen sisanya 81,48 persen memiliki tingkat keberhasilan pelatihan yang tinggi.
Sementara lengkapnya sarana dan prasarana pelatihan memiliki tingkat
keberhasilan yang tinggi sebesar 82,48 persen sisanya sebesar 18,52 persen
memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.
5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan
Mutu pelatihan yang berkualitas bagi calon TKW diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan keterampilan dan mencegah timbulnya eksploitasi
tenaga kerja. Pelatihan tersebut perlu menekankan pada keterampilan teknis, dan
keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan jabatan dan persyaratan
pekerjaan.
Suryadi dalam Bakhtiar (2003) mengatakan bahwa untuk meningkatkan mutu
pendidikan seyogyanya dilihat dari instrumental input dan through-put.
Instrumental input adalah guru, kurikulum, bahan belajar, media, dan sumber
belajar, prasarana belajar, dan sarana pendukung belajar lainnya. Sedangkan yang
termasuk through-put adalah learning experiences, yakni proses yang melibatkan
72
bagaimana siswa melakukan proses interaksi dengan semua instrumental input.
Through-put yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia, daerah asal, tingkat
pendidikan, status perkawinan, pengalaman bekerja, dan motivasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh instrumental input yang
berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pelatihan yaitu kurikulum pelatihan,
materi/bahan belajar, instruktur, sarana dan prasarana. Berdasarkan observasi
diperoleh through-put yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan yaitu
metode dan strategi pengajaran.
5. 6. Ikhtisar
Karakteristik calon TKW yang mengikuti pelatihan pada BLKLN Putra
Alwini terdapat pada usia muda atau usia produktif dan berstatus telah menikah.
Mayoritas peserta pelatihan berasal dari Pulau Jawa dengan tingkat pendidikan
SD/Ibtidaiyah. Minat untuk bekerja ke luar negeri didominasi oleh calon TKW
yang belum pernah kerja di luar negeri.
Uji statistik yang dilakukan memperoleh hasil bahwa usia calon TKW
tidak mempunyai hubungan yang signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan
dalam mengikuti pelatihan. Artinya, usia tidak menjadi batasan dalam setiap
keberhasilan pelatihan. Daerah asal calon TKW mempunyai hubungan yang
signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan dalam mengikuti pelatihan
dimana tingkat keberhasilan tinggi diperoleh calon TKW yang berasal dari Pulau
Jawa. Sedangkan tingkat pendidikan tidak mempunyai hubungan yang signifikan
(nyata) terhadap tingkat keberhasilan pelatihan. Hal ini diperkuat oleh data
kualitatif bahwa tingkat pendidikan tinggi belum menjamin bahwa calon TKW
73
bisa membaca dan menulis yang merupakan syarat utama untuk dapat bekerja ke
luar negeri. Status perkawinan calon TKW mempunyai hubungan yang signifikan
(nyata) terhadap tingkat keberhasilan dalam mengikuti pelatihan yaitu bahwa
calon TKW dengan status belum menikah lebih berhasil dalam pelatihan yang
diselenggarakan. Terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara pengalaman
bekerja dengan tingkat keberhasilan pelatihan. Diketahui bahwa calon TKW yang
sudah pernah bekerja di luar negeri memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.
Motivasi calon TKW berhubungan dengan tingkat keberhasilan pelatihan dimana
motivasi yang tinggi memiliki tingkat keberhasilan tinggi.
Kurikulum pada pelaksanaan pelatihan diketahui memiliki hubungan yang
signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan pelatihan. Kurikulum yang
diketahui calon TKW memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk materi
pelatihan hubungan yang signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan
pelatihan dimana materi pelatihan yang relevan menyebabkan tingkat
keberhasilan yang tinggi terhadap keberhasilan pelatihan. Lamanya waktu
pelatihan yang sesuai dengan ketetapan Depnakertrans (minimal 21 hari) memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi. Instruktur yang dapat memuaskan peserta
pelatihan dalam menyampaikan materi pelatihan berpengaruh terhadap
keberhasilan yang tinggi dalam pelatihan. Lengkapnya sarana dan prasarana
pelatihan memiliki pengaruh terhadap tingginya tingkat keberhasilan dalam
pelatihan.
Berdasarkan hasil analisis, calon TKW memilih bahwa materi yang paling
sulit untuk dipelajari selain pelatihan bahasa Arab adalah pelatihan memasak dan
menghidangkan (Tata Boga). Materi selanjutnya yang paling sulit untuk dipelajari
74
yaitu mencuci, setrika dan laundry berada pada urutan kedua, diikuti dengan
materi membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata graha dan yang terakhir
materi mengasuh anak dan Balita.
BAB VI PENINGKATAN MUTU PELATIHAN
6.1. Unsur Potensial Terhadap Mutu Pendidikan dan Pelatihan
Balai Latihan Tenaga Kerja Luar Negeri mempunyai peranan dalam meningkatkan
kualitas calon TKW sebelum berangkat ke luar negeri. Proses penyiapan yang minim
kepada calon TKW dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan akan mengakibatkan
praktik perdagangan manusia ke luar negeri.
PPTKIS sebagai pemegang kendali dalam mengatur pendidikan dan pelatihan
bagi calon TKW sesuai UU No.39 Tahun 2004 tidak lagi berorientasi pada kualitas
melainkan berorientasi pada kuantitas. Hal ini diperoleh melalui data kualitatif bahwa
dari pihak PPTKIS mendesak untuk dapat memadatkan waktu pelatihan. Hal inilah
yang merupakan salah satu permasalahan kurang optimalnya gambaran dasar mengenai
pekerjaan yang akan dihadapi di luar negeri.
Merujuk pada Suryadi dalam Bakhtiar (2003) mengenai mutu pendidikan,
merupakan kemampuan lembaga pendidikan untuk building capacity of student to
learn. Pada dasarnya lembaga pendidikan sebagai pendorong yang utama dalam
memaksimalkan kemampuan yang ada pada peserta didiknya.
6.1.1. Peningkatkan mutu pelatihan berdasarkan instrumental Input Karakteristik
Individu
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Peningkatkan mutu pelatihan berdasarkan instrumental input dari karakteristik individu,
yaitu
a. Usia
76
Untuk negara tujuan kawasan Timur Tengah mayoritas kelompok usia yang
mengikuti pelatihan adalah kelompok usia muda atau usia produktif. Hal ini
mengindikasikan bahwa calon TKW yang bekerja di negara-negara kawasan
Timur Tengah adalah kelompok usia produktif. Untuk calon TKW dengan umur
yang lebih tua hal ini bukanlah suatu faktor penghambat dalam menyerap
pelatihan yang diberikan.
b. Tingkat Pendidikan
Calon TKW yang akan bekerja ke negara-negara kawasan Timur Tengah
didominasi oleh para calon lulusan SD/Ibdidaiyah. Hal ini diketahui berdasarkan
data kuantitatif sebesar 71,67% calon TKW merupakan lulusan SD/Ibdidaiyah.
Untuk meningkatkan mutu pelatihan maka diperlukan metode pembelajaran yang
disesuaikan dengan mayoritas tingkat pendidikan.
c. Status Perkawinan
Hasil penelitian diperoleh bahwa calon TKW yang akan bekerja ke negara-negara
Kawasan Timur-Tengah mayoritas berstatus telah menikah. Oleh karena itu perlu
diberikan pembekalan dengan proporsisi yang lebih banyak mengenai perilaku-
perilaku orang yang telah menikah ketika bersosialisasi di Timur-Tengah untuk
meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
d. Pengalaman bekerja ke luar negeri
Calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri masih didominasi oleh calon TKW
yang belum pernah pergi ke luar negeri. Oleh karena itu perlu kerjasama dengan
calon TKW yang pernah bekerja ke luar negeri sebagai pendamping calon TKW
yang belum pernah ke luar negeri. Hal ini bertujuan agar calon TKW yang belum
pernah bekerja ke luar negeri mendapatkan gambaran awal yang sebenarnya.
e. Daerah Asal calon TKW
77
Hasil penelitian diperoleh data bahwa calon TKW yang berasal dari luar Pulau
Jawa memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan dengan
calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk menghasilkan
calon TKW yang berkualitas secara keseluruhan perlu diberikan perhatian yang
lebih terhadap calon TKW yang berasal dari luar Pulau Jawa.
f. Motivasi
Motivasi calon TKW berkaitan terhadap tingkat keberhasilan pelatihan. Oleh
karena itu perlu diberikan proporsi yang lebih banyak. Jadi pembekalan
mengenai motivasi tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi juga perlu
diberikan di waktu senggang untuk menumbuhkan inisiatif dan kreatifitas bagi
calon TKW.
6.1.2. Peningkatkan Mutu Pelatihan Berdasarkan Instrumental Input BLKLN
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Peningkatkan mutu pelatihan berdasarkan instrumental input yang berasal dari BLKLN,
yaitu:
a. Guru
Dalam BLKLN yang dimaksud dengan guru adalah instruktur pelatihan yang
memberikan materi dan substansi pelatihan. Jika dilihat dari segi jumlah,
instruktur tetap pada BLKLN Putra Alwini sebanyak lima orang dinilai kurang
memadai terhadap jumlah pengiriman calon TKW yang mencapai 500-1000
orang setiap tahun. Hal ini berpengaruh pada berkurangnya intensitas pengamatan
sikap, perilaku, dan mental masing-masing calon TKW. Pada BLKLN Barfo
Mahdi memiliki instruktur tetap sebanyak lima orang, namun jumlah pengiriman
78
calon TKW per bulannya hanya sebanyak 20-30 orang (setahun 360 orang). Oleh
karena itu dalam BLKLN Barfo Mahdi pengamatan sikap, perilaku, dan mental
masing-masing calon TKW dapat dikatakan lebih terfokus. Berdasarkan data
kualitatif diketahui bahwa BLKLN Putra Alwini mempunyai instruktur tidak
tetap begitu pula dengan BLKLN Barfo Mahdi. Namun, mengingat jumlah
pengiriman TKW pada BLKLN Putra Alwini lebih banyak dari BLKLN Barfo
Mahdi perlu dipertimbangkan untuk memperhatikan jumlah instruktur.
b. Kurikulum
Berdasarkan jumlah jam pelajaran, pada BLKLN Putra Alwini memiliki 289,25
JP. Apabila rata-rata dalam satu minggu terdapat 42 JP, maka pada BLKLN Putra
Alwini membutuhkan empat minggu waktu pelatihan. Sedangkan pada Barfo
Mahdi memiliki sebanyak 206 JP yang artinya membutuhkan tiga minggu waktu
pelatihan. Ketika ditanya mengenai waktu pelatihan pada instruktur BLKLN
Putra Alwini dikatakan bahwa BLK mengikuti waktu pelatihan yang diminta oleh
pihak PPTKIS. Untuk meningkatkan kualitas calon TKW diperlukan waktu
pelatihan yang cukup. Hal ini didukung hasil penelitian yang mengatakan waktu
pelatihan dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif dan
bahwa waktu yang tidak sesuai memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.
c. Bahan Belajar
Bahan belajar bagi para peserta pelatihan perlu diperhatikan dalam rangka
memudahkan calon TKW untuk belajar dan untuk mengetahui gambaran
mengenai negara tujuan. Bahan belajar yang dimaksud yaitu buku pelajaran
siswa, handout, dan buku sumber guru. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa
masing-masing calon TKW diberi buku pelajaran siswa sebagai buku pegangan.
79
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu sebagai peralatan untuk menujang
pelaksanaan teori. Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan
negara tujuan. Berdasarkan hasil kuesioner, sarana dan prasarana yang digunakan
pada BLKLN Putra Alwini sudah dikatakan lengkap. Namun apabila dilihat dari
banyaknya calon TKW yang diberangkatkan setiap bulannya, perlu dilakukan
pengembangan dengan mempergunakan sarana dan prasarana yang sering
digunakan di negara-negara Kawasan Timur Tengah.
6.2. Perencanaan Program Pelatihan
Berdasarkan Suprijanto (2007), hal-hal yang diperlukan dalam proses
perencanaan pelatihan, yaitu:
a. Identifikasi masalah.
Permasalahan calon TKW dalam mengikuti program pelatihan diketahui bahwa
materi yang tersulit menurut mereka adalah materi mengenai Tata Boga. Sedangkan
untuk materi yang termudah adalah materi mengenai mengasuh bayi, balita, dan
orang tua (lansia). Untuk tingkat keberhasilan pelatihan terjadi perbedaan antara
calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa dan dari Luar Pulau Jawa. Untuk yang
berasal dari Luar Pulau Jawa memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah.
b. Identifikasi peserta.
Calon TKW sebagai peserta pelatihan didominasi oleh kelompok umur golongan
muda (< 29), lulusan SD/MI, berasal dari Pulau Jawa, dan berstatus telah menikah.
c. Identifikasi tujuan umum dan tujuan khusus.
80
Melihat kembali tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan pelatihan yaitu
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
d. Strategi kesempatan belajar dan pemilihan pengajaran.
Strategi dan metode pengajaran yang dilakukan perlu disesuaikan dengan
karakteristik calon TKW. Selain itu kesempatan belajar perlu diberikan kepada
seluruh calon TKW.
e. Format dan penjadwalan kegiatan belajar.
Proporsi jam pelajaran terbanyak perlu diberikan terhadap materi yang dianggap
sulit oleh calon TKW dan perlunya konsistensi dalam pelaksanaan pelatihan sesuai
penjadwalan.
f. Evaluasi dan penilaian.
Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dilakukan di dalam kelas atau berdasarkan uji
kompetensi saja melainkan dalam perilaku keseharian calon TKW. Selain itu dalam
BLKLN perlu penataan mengenai manajemen pelaksanaan pelatihan, mulai dari
perencanaan hingga pada evaluasi agar setiap permasalahan yang muncul dapat
diketahui dan dapat diselesaikan dengan tuntas. Perlu pelatihan bagi tenaga
eksekutif (pemimpin) sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan
organisasi
6.3. Ikhtisar
BLKLN sebagai lembaga pendidikan merupakan pendorong yang utama dalam
memaksimalkan kemampuan peserta didiknya. Upaya meningkatkan kualitas calon
TKW dalam rangka bekerja ke luar negeri perlu memperhatikan instrumental input dan
instrumental through-put. Pada BLKLN Putra Alwini instrumental input yang perlu
81
diperhatikan yaitu guru, waktu pelatihan, sarana dan prasarana. Sedangkan yang perlu
diperhatikan pada instrumental through-put yaitu metode pembelajaran yang
disesuaikan dengan mayoritas tingkat pendidikan dan asal daerah calon TKW.
Keterlibatan TKW yang pernah bekerja di luar negeri merupakan sarana untuk
menambah pengetahuan dan gambaran bagi calon TKW yang belum pernah bekerja di
luar negeri. Selain itu meningkatkan materi mengenai mental menjadi perlu dikarenakan
motivasi calon TKW berkaitan terhadap tingkat keberhasilan pelatihan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diolah, maka diperoleh kesimpulan
dan saran sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan calon TKW dalam
melaksanakan pelatihan terdiri atas daerah asal calon TKW, status
perkawinan, pengalaman bekerja, motivasi, kurikulum pelatihan, materi
pelatihan, waktu pelatihan, instruktur, serta sarana dan prasarana. Untuk
asal daerah, semakin calon TKW berasal dari Pulau Jawa maka semakin
tinggi tingkat keberhasilan pelatihan yang dapat dicapai. Pada status
perkawinan dapat diartikan bahwa semakin calon TKW telah mempunyai
ikatan keluarga maka semakin rendah tingkat keberhasilan dalam
pelatihan. Semakin calon TKW pernah bekerja ke luar negeri maka akan
semakin tinggi tingkat keberhasilan menyerap pelatihan. Motivasi sangat
berpengaruh pada tingkat keberhasilan. Semakin tinggi motivasi calon
TKW untuk bekerja ke luar negeri maka semakin tinggi tingkat
keberhasilan dalam pelatihan. Kurikulum pelatihan yang diketahui oleh
calon TKW mempunyai hubungan signifikan, artinya semakin calon TKW
mengetahui kurikulum yang ada maka semakin tinggi tingkat keberhasilan
pelatihan. Materi pelatihan yang semakin relevan maka semakin tinggi
pula tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Waktu
pelatihan mempunyai hubungan signifikan terhadap tingkat keberhasilan
pelatihan. Semakin sesuainya waktu pelatihan yang ditetapkan
83
Depnakertrans (minimal 21 hari) maka semakin tinggi tingkat keberhasilan
terhadap pelatihan. Instruktur yang semakin mampu dalam menyampaikan
pelatihan maka semakin tinggi tingkat keberhasilan calon TKW dalam
pelatihan. Semakin lengkapnya sarana dan prasarana maka semakin tinggi
tingkat keberhasilan dalam pelatihan.
b. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan perlu
pembenahan yang diawali pada sistem rekruitmen. Penyiapan instruktur
merupakan bagian dari penyelenggaraan pelatihan untuk mengisi
kebutuhan balai pelatihan. Demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas,
perbaikan pada jumlah dan mutu instruktur merupakan alternatif yang
dapat ditempuh. Selain itu perlu pembinaan sebagai tindakan proaktif
untuk mengatasi masalah resistensi calon TKW yang memiliki motivasi
rendah dalam bekerja dan juga memberikan semangat dan masukan yang
dapat dilakukan melalui tanya jawab, mendengarkan, mengamati, serta
memberikan umpan balik. Metodologi pelatihan merupakan strategi dan
metode yang dilaksanakan untuk mencapai kurikulum pelatihan. Metode
dan strategi yang dilaksanakan perlu disesuaikan dengan kemampuan
calon TKW. Terwujudnya tujuan pelatihan berkenaan dengan
kerterpaduan interaksi antara instruktur dan calon TKW yang diharapkan
terjadi perubahan perilaku setelah diberikan pelatihan. Alat bantu
pelatihan berfungsi sebagai unsur penunjang proses pembelajaran.
Penggunaan alat bantu pelatihan merupakan suatu kebutuhan untuk
menggantikan benda yang sesungguhnya. Alat bantu pelatihan ini menjadi
efektif apabila disesuaikan dengan alat yang sebenarnya yang sering
84
digunakan pada negara-negara Kawasan Timur Tengah. Hal ini untuk
memudahkan dan membiasakan calon TKW terhadap alat yang akan
digunakan. Penilaian adalah komponen dalam program pelatihan.
Penilaian dilakukan agar proses pelatihan dapat dikatakan secara
menyeluruh. Penilaian dilakukan setelah melalui proses ujian.
Penjadwalan waktu ujian diperlukan guna mempersiapkan diri agar dapat
memaksimalkan kemampuan yang dimiliki masing-masing calon TKW.
7.2. Saran
a. Perlunya melibatkan para mantan TKW dalam proses pendidikan dan
pelatihan sebagai narasumber untuk menjelaskan mengenai pengalaman
mereka bekerja di negara-negara kawasan Timur-Tengah. Hal ini
bertujuan untuk lebih memahami mengenai kebutuhan akan pelatihan yang
sesuai untuk diberikan kepada calon TKW.
b. Perlu dilakukan studi banding pada BLKLN yang terakreditasi A (Sangat
Baik), agar memperoleh gambaran mengenai kebutuhan pelathan dan
peningkatan kualitas calon TKW.
c. Untuk dapat meningkatkan kualitas calon TKW diperlukan waktu yang
sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang telah dibuat. Hal ini
diperuntukkan untuk menyesuaikan pelatihan yang diberikan dengan
kapasitas calon TKW, selain untuk mengevaluasi penilaian pelatihan juga
untuk mengamati sikap dan perilaku calon TKW yang akan bekerja ke luar
negeri.
85
d. Beberapa hal yang perlu dilakukan agar menciptakan pelatihan yang
efektif perlu menyesuaikan metode pengajaran terhadap mayoritas lulusan
pendidikan calon TKW yang mengikuti pelatihan.
e. Mengaktifkan kembali komponen dalam BLKLN sesuai tugas dan
jabatannya.
f. Menyesuaikan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan negara
tujuan agar dapat membiasakan diri sebelum dipekerjakan di negara
tujuan.
g. Perlu melakukan penyesuaian jumlah instruktur pelatihan dengan jumlah
peserta pelatihan.
86
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, 2003. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Program Pendidikan Berbasis Masyarakat. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2006. Laporan Ditjen PPTKLN
tahun 2005 dan 2006. -------------. Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kemampuan Calon Tenaga Kerja
Indonesia. -------------. 2006. Pedoman Rekrut Calon Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar
Negeri. Direktorat Promosi dan Penempatan. -------------. 2005. Petunjuk Teknis Akreditai BLKLN sebagai Tempat Pelatihan
dan Uji Kompetensi CTKI ke Luar Negeri. Direktorat Kelembagaan Penempatan.
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan
Terpadu Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hardjana, Agus M. 2001. Training SDM yang Efektif. Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Lynton, Rolf. P. Et. Al. 1998. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja.
Jakarta: Pustaka Binaman. Dalam http://id.wikipedia/wiki/Pelatihan. Mantra, Ida Bagoes, et. Al. ‘Penentuan Sampel’ dalam Metode Peneliatian Survai.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed). Jakarta: LP3ES. Mugniesyah, Siti. S. 2006. Manejemen Pelatihan (Materi Kuliah), Tidak
diterbitkan. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bagian: I. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
-------------. Manejemen Pelatihan. (Materi Kuliah), Tidak diterbitkan.
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bagian: II. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Prihatmodjo, D. Slamet. 2001. Peranan Program Sertifikasi Keterampilan
Nasional TKI Ke Luar Negeri Melalui Uji Keterampilan Dan Cara Pengelolaan Pelatihan Terhadap Kompetensi TKI. Tesis. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. LPMI. Jakarta.
87
--------------. 2006. Materi Pendalaman SKKNI Sektor Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga, Sub.sektor Jasa Tata Laksana Rumah Tangga dan Hasil Konversi SKKNI TLRT terhadap KKNI.
--------------. 2007. Bahan Bimbingan Teknis Penyelia Uji Kompetensi LSP-
Tata Laksana Rumah Tangga. Lembaga Sertifikasi Profesi Tata Laksana Rumah Tangga.
---------------. 2007. Pemahaman Penerapan Waktu Pelatihan Berdasarkan Unit–unit Kompetensi Sesuai Paket SKKNI Hasil Konversi SKKNI terhadap KKNI pada SKKNI Sub.sektor Tata Laksana Rumah Tangga.
Siagian, Sondang P. 1995. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara. Silaen, S.B.J. 1998. Partisipasi Anggota Masyarakat Desa Tertinggal Pada
Kegiatan Proyek Inpres Desa Tertinggal (IDT). Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa; Dari Teori Hingga Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara. Suryana, Agus. 2004. Evaluasi Pelatihan. Jakarta: Progres. Tracey, William. R. 1997. Design Training and Development System. India:
Taravorevala Publishing Industries Private Limited. Undang-undang Republik Indonesia No.39 Tahun 2004. Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Paragraf 3 mengenai Pendidikan dan Pelatihan Kerja, pasal 41-47.
Undang-undang Republik Indonesia No.39 Tahun 2004. Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Pasal 51. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Zuhdi, Imam, et. al. 2005. TKI Penyumbang Devisa Mencerdaskan Bangsa; Buku
Pedoman dan Panduan untuk TKI. Kasih Abadi.
88
Lampiran 1. Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri
Paragraf 3
Pendidikan dan Pelatihan Kerja Pasal 41
(1) Calon TKI wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai dengan persyaratan jabatan.
(2) Dalam hal TKI belum memiliki sertifikat kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksana penempatan TKI swasta wajib melakukan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
Pasal 42 (1) Calon TKI berhak mendapat pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan
pekerjaan yang akan dilakukan. (2) Pendidikan dan pelatihan kerja bagi calon TKI sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dimaksudkan untuk: a. Membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi calon
kerja TKI; b. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat
istiadat, budaya, agama, dan resiko bekerja di luar negeri; c. Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan,
dan; d. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban
calon TKI/TKI. Pasal 43
(1) Pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan oleh pelaksana penempatan tenaga kerja swasta atau lembaga pelatihan kerja yang telah memenuhi persyaratan.
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan kerja.
Pasal 44 Calon TKI memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pendidikan dan pelatiyhan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 43, dalam bentuk sertifikat kompetensi dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang telah terakreditasi oleh instansi yang berwenang apabila lulus dalam sertifikasi kompetensi kerja.
Pasal 45 Pelaksana penempatan TKI swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak lulus dalam uji kompetensi kerja.
Pasal 46 Calon TKI yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan dilarang untuk dipekerjakan.
Pasal 47 Ketentuan mengenai pendidikan dan pelatihan kerja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
89
89
Lampiran 2. Kuesioner untuk calon TKW
KUESIONER
“Peningkatan Mutu Pelatihan Tenaga Kerja Wanita untuk Ditempatkan
di Negara-negara Kawasan Timur Tengah” Petunjuk Pengisian Kuesioner: 1. Tidak perlu menuliskan identitas/nama anda untuk menjamin
kerahasiaan 2. Isilah titik-titik dengan jawaban singkat dan jelas 3. Berilah tanda silang pada jawaban yang menurut anda benar pada soal
berganda 4. Apabila terjadi kesalahan pengisian, lingkari dan beri tanda silang yang
menurut anda paling benar 5. SELAMAT BEKERJA I. DATA PRIBADI 1. Umur saya :......................... tahun 2. Asal daerah :
Desa/kelurahan :...................................... Kecamatan :...................................... Kabupaten :...................................... Propinsi :.......................................
3. Pendidikan terakhir a. Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah b. Sekolah Lanjuan Tingkat Pertama (SLTP)/Madrasah Tsanawiyah c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/Madrasah Aliyah
4. Status perkawinan a. Belum menikah b. Sudah menikah c. Janda
5. Pengalaman bekerja a. Belum pernah pergi bekerja ke luar negeri b. Sudah pernah bekerja di luar negeri
II. MOTIVASI 1. Apa yang menyebabkan anda pergi ke luar negeri?
a. Karena keinginan sendiri
90
b. Karena disuruh orang tua/keluarga c. Karena diajak teman
2. Apakah keluarga mendukung kepergian anda ke luar negeri?
a. Seluruh keluarga mendukung b. Sebagian dari keluarga mendukung c. Tidak ada yang mendukung
3. Apa yang menjadi tujuan anda ke luar negeri? a. Karena ingin membiayai keluarga, membuat rumah, beli sawah b. Karena ingin menambah pengalaman c. Karena ingin membayar hutang
4. Apa yang anda lakukan di penampungan setelah menerima pelatihan? a. Mengulang pelajaran yang diberikan dan kemudian dipraktekkan b. Membaca catatan saja c. Beristirahat untuk menjaga kesehatan
5. Bagaimana perasaan anda meninggalkan keluarga untuk bekerja di luar negeri
dalam waktu 2 (dua) tahun mendatang? a. Sulit untuk melupakan keluarga dan selalu terbayang wajah mereka b. Saya selalu mencari kesibukan untuk melupakan wajah mereka c. Untuk keluarga, saya akan bertahan di luar negeri
6. Apakah anda selalu mengikuti pelatihan praktek bahasa di BLKLN ini?
a. Saya selalu mengikuti pelatihan b. Terkadang ikut pelatihan dan terkadang tidak c. Tidak pernah mengikuti pelatihan
7. Apakah anda selalu mengikuti pelatihan teori di BLKLN ini? a. Saya selalu mengikuti pelatihan b. Terkadang ikut pelatihan dan terkadang tidak c. Tidak pernah mengikuti pelatihan
8. Apakah anda selalu mengikuti pelatihan praktek di BLKLN ini? a. Saya selalu mengikuti pelatihan b. Terkadang ikut pelatihan dan terkadang tidak c. Tidak pernah mengikuti pelatihan
9. Bagaimana kesiapan anda untuk dapat mengikuti ujian/uji kompetensi?
a. Sangat siap b. Belum siap c. Tidak siap
10. Mengapa anda mengikuti pelatihan di BLKLN? a. Karena disuruh ikut pelatihan b. Karena ingin belajar agar lebih terampil c. Tidak tahu
91
III. PELAKSANAAN PELATIHAN 1. Apakah anda mengetahui jadwal kegiatan pelatihan?
a. Tahu b. Tidak tahu
2. Berapa lama anda mengikuti pelatihan di BLKLN ini?
a. Kurang dari 1 minggu b. Antara 1 minggu sampai 2 minggu c. Antara 2 minggu sampai 3 minggu
3. Menurut anda apakah lama waktu pelatihan yang diberikan sudah tepat dan
dapat membuat anda mengerti? a. Sangat tepat b. Cukup tepat c. Kurang tepat
4. Apakah anda mengerti teori yang telah disampaikan oleh instruktur?
a. Sangat mengerti b. Sebagian mengerti sebagian tidak c. Sulit untuk dimengerti
5. Apakah pelatih/instruktur selalu menyuruh anda untuk mengulang pelatihan
yang telah diberikan? a. Selalu mengingatkan b. Terkadang mengingatkan c. Tidak pernah mengingatkan
6. Apakah pelatih/instruktur mengawasi apabila anda sedang mengulang
pelatihan praktek? a. Selalu mengawasi b. Terkadang mengawasi c. Tidak pernah mengawasi
7. Apakah anda mengerti pelatihan praktek yang disampaikan oleh instruktur?
a. Sangat mengerti b. Sebagian mengerti, sebagian tidak c. Sulit untuk dimengerti
8. Coba jelaskan tata cara menggunakan mesin cuci! ..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
92
..............................................................................................................................
................................................................................................
9. Coba jelaskan tata cara membereskan tempat tidur! ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
10. Berapa macam masakan ala Timur Tengah yang bisa anda kuasai saat ini?
Sebutkan namanya! ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
11. Bagaimana cara instruktur mengajar? a. Berbicara di depan kelas b. Selain jawaban a, diselingi tanya-jawab c. Selain jawaban b,diselingi dengan contoh
12. Bagaimana kecepatan berbicara insruktur saat mengajar?
a. Terlalu cepat b. Sudah pas c. Lambat
13. Pada saat mengajar praktek keterampilan, bagaimana cara instruktur memberikan pelatihan kepada semua peserta? a. Orang per orang atau sendiri-sendiri b. Melalui kelompok praktek (dua orang atau lebih) c. Semuanya praktek bersama-sama
14. Menurut anda bagaimana pelatihan praktek keterampilan yang baik?
a. Praktek sendiri-sendiri b. Secara berkelompok (dua orang atau lebih) c. Semuanya praktek bersama-sama
15. Menurut anda pelatihan apa yang paling mudah untuk dipahami?
a. Membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata graha b. Memasak dan menghidangkan makanan/tata boga c. Mencuci dan menyeterika/laundry d. Mengasuh anak dan balita/baby sitter
16. Menurut anda pelatihan apa yang paling sulit untuk dipahami?
a. Membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata graha b. Memasak dan menghidangkan makanan/tata boga
93
c. Mencuci dan menyeterika/laundry d. Mengasuh anak dan balita/baby sitter
17. Apakah setiap pelajaran diberikan buku pelajaran?
a. Setiap pelajaran diberikan buku pelajaran b. Hanya sebagian yang diberikan buku pelajaran c. Tidak diberikan buku pelajaran
18. Selama mengikuti pelatihan praktek, apakah menggunakan peralatan?
a. Selalu menggunakan peralatan dan perlengkapan praktek b. Terkadang pakai peralatan dan terkadang tidak c. Tidak pernah menggunakan peralatan
19. Menurut anda bagaimana keadaan alat yang digunakan untuk praktek?
a. Ada dalam keadaan baik b. Ada tapi sebagian rusak dan tidak dapat digunakan c. Ada tapi rusak semua
20. Untuk pelatihan bahasa apakah ada kegiatan ’mendengarkan’ yang dilakukan
di kelas bahasa? a. Ada dan sering b. Ada tapi jarang c. Tidak ada
TERIMA KASIH
94
Lampiran 3. Panduan Pertanyaan
PANDUAN PERTANYAAN
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi instuktur disini?
2. Apa yang menjadi motivasi mengajar di BLKLN?
3. Bagaimana rencana program pelatihan disusun?
4. Cara atau teknik-teknik apa saja yang digunakan agar dapat diterapkan
sistem pengajaran yang sesuai kepada TKW.
5. Apakah program pelatihan mengacu kepada Standar Latihan Kerja (SLK)
yang telah ditetapkan oleh Depnakertrans?
6. Apakah waktu pelaksanaan pelatihan sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam SLK?
7. Apabila tidak sesuai maka hal ini dipengaruhi oleh apa saja?
8. Bagaimana kurikulum pelatihan di BLKLN dibuat agar dapat bersaing
menuju era kompetensi kerja?
9. Apa faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan program
pelatihan?
10. Apa pengaruh pendidikan formal TKW terhadap pelatihan kerja yang
dilaksanakan?
11. Selain itu, apakah daerah asal TKW juga mempengaruhi pelatihan kerja?
Mengapa?
12. Menurut Saudara, apakah sarana yang tersedia di BLKLN cukup memadai
sesuai dengan rencana program pelatihan?
13. Menurut Saudara sarana dan prasarana yang bagaimana sebaiknya agar
TKW dapat mengikuti pelatihan teori maupun praktek dengan baik dan
sesuai prosedur yang telah ditetapkan?
14. Bagaimana sistem evaluasi terhadap hasil pelatihan TKW dilaksanakan?
15. Berapa persen rata-rata kemampuan TKW terhadap kelulusan uji
kompetensi yang dilaksanakan selama ini? Mohon untuk dapat di copy
hasil kelulusan berdasarkan ujian.
TERIMA KASIH
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Proposal dan Kolokium
a. Penyusunan draft proposal b. Konsultasi proposal dan revisi c. Penjajagan lapang (awalan) d. Kolokium
2 Studi Lapang a. Pengumpulan data b. Analisis data
3 Penulisan Skripsi a. Analisis lanjutan b. Penyusunan draft skripsi c. Konsultasi dan revisi draft d. Penyelesain skripsi
4 Ujian Skripsi a. Sidang skripsi b. Perbaikan pasca sidang c. Skripsi selesai
95
Tabel 2. Kebutuhan Data Dalam Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data No. Masalah Data yang diperlukan Sumber data Teknik pengumpulan data
Biodata dan keterangan pribadi calon TKW
Metode pelatihan yang digunakan
Waktu pelatihan Kurikulum pelatihan Sarana dan prasarana pelatihan Perencanaan pelatihan Persiapan pelatihan Pelaksanaan pelatihan Evaluasi pelatihan
Data primer: - Calon TKW yang
sedang mengikuti pelatihan
- Instruktur pelatihan - Pihak BLKLN
Wawancara mendalam Pengamatan langsung
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan calon TKW agar siap kerja untuk ditempatkan di negara-negara Kawasan Timur Tengah
Kurikulum pelatihan dari masing-masing BLKLN
Company profil
Data sekunder: - Data dan arsip kurikulum
pelatihan dari masing-masing BLKLN
Analisis data sekunder
Hasil pembahasan Hasil evaluasi pelatihan Pelaksanaan teori dan praktek
Data primer: - Calon TKW yang
sedang mengikuti pelatihan
- Instruktur pelatihan
Wawancara mendalam Pengamatan langsung
2. Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan BLKLN dalam meningkatkan mutu pelatihan
Teori-teori peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan
Data sekunder: - Studi literatur
Analisis data sekunder
96
97
97
Tabel 3. Hasil Uji Tabulasi Silang
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Tingkat Keberhasilan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Asal Daerah * Tingkat Keberhasilan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Pendidikan * Tingkat Keberhasilan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Status Perkawinan * Tingkat Keberhasilan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Pengalaman Bekerja * Tingkat Keberhasilan
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Motivasi * Tingkat Keberhasilan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Kurikulum * Tingkat Keberhasilan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Materi * Tingkat Keberhasilan
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Waktu * Tingkat Keberhasilan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Instruktur * Tingkat Keberhasilan
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Sarana dan Prasarana * Tingkat Keberhasilan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
1. Usia * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 9 28 37Usia
2 6 17 23
Total 15 45 60
98
Lanjutan
2. Asal Daerah * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 5 3 8Asal Daerah
2 10 42 52
Total 15 45 60
3. Pendidikan * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 12 31 43
2 2 11 13
Pendidikan
3 1 3 4
Total 15 45 60
4. Status Perkawinan * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 2 8 10
2 11 31 42
Status Perkawinan
3 2 6 8
Total 15 45 60
99
Lanjutan
5. Pengalaman Bekerja * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 14 26 40Pengalaman Bekerja
2 1 19 20
Total 15 45 60
6. Motivasi * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 5 0 5Motivasi
2 10 45 55
Total 15 45 60
7. Kurikulum * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 12 15 27Kurikulum
2 3 30 33
Total 15 45 60
100
Lanjutan
8. Materi * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 2 0 2Materi
2 13 45 58
Total 15 45 60
9. Waktu * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 10 11 21Waktu
2 5 34 39
Total 15 45 60
10. Instruktur * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count
Tingkat Keberhasilan
1 2 Total
1 3 0 3Instruktur
2 12 45 57
Total 15 45 60
11. Sarana dan Prasarana * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Tingkat Keberhasilan
Count 1 2 Total
1 5 1 6Sarana dan Prasarana
2 10 44 54
Total 15 45 60
101
101
Tabel 4. Hasil Uji Chi Square
Umur
Observed N Expected N Residual
1 37 30.0 7.0
2 23 30.0 -7.0
Total 60
Status Perkawinan
Observed N Expected N Residual
1 10 20.0 -10.0
2 42 20.0 22.0
3 8 20.0 -12.0
Total 60
Tingkat Keberhasilan
Observed N Expected N Residual
1 15 30.0 -15.0
2 45 30.0 15.0
Total 60
Chi Square
Test Statistics
Umur Status
Perkawinan Tingkat
Keberhasilan
Chi-Square(a,b) 3.267 36.400 15.000
df 1 2 1
Asymp. Sig. .071 .000 .000
a 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 30.0.
b 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 20.0.
102
Tabel 5. Hasil Uji Rank Spearman
Correlations
1.000 -.057 .173 .591** .138 .200 .123 .360** .196 .340**. .663 .185 .000 .293 .125 .348 .005 .133 .008
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60-.057 1.000 .089 .064 .267* .116 .055 -.014 -.134 .099.663 . .497 .627 .039 .379 .676 .915 .306 .453
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.173 .089 1.000 .213 .213 .131 .000 .162 .236 .327*.185 .497 . .102 .102 .317 1.000 .216 .070 .011
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.591** .064 .213 1.000 .212 .616** .411** .484** .302* .522**.000 .627 .102 . .104 .000 .001 .000 .019 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.138 .267* .213 .212 1.000 .019 .179 .254 .145 .406**.293 .039 .102 .104 . .887 .171 .051 .268 .001
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.200 .116 .131 .616** .019 1.000 .253 .383** .248 .322*.125 .379 .317 .000 .887 . .051 .002 .056 .012
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.123 .055 .000 .411** .179 .253 1.000 .152 .105 .383**.348 .676 1.000 .001 .171 .051 . .245 .425 .003
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.360** -.014 .162 .484** .254 .383** .152 1.000 .433** .397**.005 .915 .216 .000 .051 .002 .245 . .001 .002
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.196 -.134 .236 .302* .145 .248 .105 .433** 1.000 .449**.133 .306 .070 .019 .268 .056 .425 .001 . .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.340** .099 .327* .522** .406** .322* .383** .397** .449** 1.000.008 .453 .011 .000 .001 .012 .003 .002 .000 .
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
Asal Daerah
Pendidikan
Pengalaman Bekerja
Motivasi
Kurikulum
Materi
Waktu
Instruktur
Sarana dan Prasarana
Tingkat Keberhasilan
Spearman's rhoAsal Daerah Pendidikan
PengalamanBekerja Motivasi Kurikulum Materi Waktu Instruktur
Sarana danPrasarana
TingkatKeberhasilan
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
102
103
103
Gambar 1. Struktur Organisasi BLKLN
Kepala BLK-LN
Bagian Tata Usaha
Ur. Umum dan RT
Ur. Personalia dan Keu.
Ur. Asrama
Bidang Pelatihan Bidang Evaluasi
Kelompok Penguji Instruktur dan Tenaga Teknis
Seksi Rekrut men Siswa
Seksi UJK dan Sertifikasi
Seksi Pemasaran
Seksi Penyeleng garaan Latihan
Seksi Evaluasi Program
Seksi Pelaporan
Sumber data: Depnakertrans, 2005
104
Photo 1. Situasi BLKLN Putra Alwini
Praktek Menyetrika Situasi Belajar Bahasa Arab
Praktek Tata Graha Memperhatikan Instruktur
Ujian Bahasa (Mendengarkan) Ujian Bahasa
105
Photo 2. Situasi BLKLN Barfo Mahdi
Kelas Belajar Lab. Bahasa
Situasi Belajar Ruang Tata Graha
Klinik Pengobatan Ruang Dapur