analisis penilaian tingkat risiko ergonomi pada...

228
i ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH: MEITAMA ARIEF BUDHIMAN NIM: 1111101000079 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 M

Upload: lytu

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

i

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA

PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

MEITAMA ARIEF BUDHIMAN

NIM: 1111101000079

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2015 M

Page 2: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidyatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta.

Jakarta, 14 November 2015

Meitama Arief Budhiman

NIM : 1111101000079

Page 3: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Jakarta, 14 Desember 2015

Meitama Arief Budhiman, NIM: 1111101000079

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA

PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK

TAHUN 2015

xxii + 210 halaman + 78 tabel + 29 gambar

ABSTRAK

Postur janggal merupakan salah satu risiko ergonomi yang terdapat pada

pekerja, hal ini dapat ditemui pada pekerja konstruksi dengan tahapan pekerjaan

pada pekerjaan kayu, besi dan pengecoran. Postur janggal yang dilakukan oleh

pekerja ini dapat menyebabkan stres pada kondisi fisik pekerja yang berdampak

pada timbulnya cidera pada pekerja. Untuk mencegah terjadinya cidera perlu

dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi proyek Ruko

Graha Depok.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi

kasus, melalui observasi langsung terhadap seluruh tahapan kegiatan pada

pekerja kayu, pekerja besi dan pekerja pengecoran. Penilaian tingkat risiko

ergonomi menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA), Ovako

Working Assesment System (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC).

Penelitian ini berlangsung dari periode Mei - Desember 2015. Pengamatan

dilakukan pada perwakilan satu pekerja dari masing – masing tahapan kerja

dengan rata – rata tinggi badan yang sama, kecuali pada pekerja tahapan

memotong kayu dilakukan pada dua pekerja dikarenakan mengalami perbedaan

tinggi badan yang jauh berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahapan kegiatan pekerjaan

kayu memiliki risiko ergonomi tinggi kecuali pada tahapan mengambil kayu.

Sementara pada tahapan kegiatan pekerja besi juga memiliki risiko ergonomi

tinggi kecuali tahapan membawa besi, membentuk rangka besi dan membetulna

rangkaian besi. Risiko tinggi ergonomi juga dijumpai pada tahapan kegiatan

meratakan semen cor.

Untuk mereduksi tingkat risiko ergonomi perlu dilakukan perubahan

terhadap tindakan dan pergerakan pekerja, penyediaan alat bantu kerja serta

perubahan pada desain kerja pekerja.

Kata Kunci : tingkat risiko ergonomi, REBA OWAS, QEC, Pekerja Konstruksi

Bahan Bacaan : 40 (1981 – 2013)

Page 4: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Jakarta, Jakarta, 14 Desember 2015

Meitama Arief Budhiman, NIM: 1111101000079

ANALYSIS OF RISK ASSESSMENT ON ERGONOMIC

CONSTRUCTION PROJECT WORKER SHOP GRAHA DEPOK ON 2015

xxii + 210 pages + 78 tables + 29 images

ABSTRACT

Awkward posture is one of the ergonomic risk contained in the workers, it

can be found on construction workers with carpentry, iron and foundry stages.

Awkward postures performed by these workers can cause stress on physical

conditions of workers who have an impact on the incidence of injury to workers.

To prevent injury, it is necessary to conduct evaluation of ergonomic risk level in

project construction workers Graha Depok.

This research is a quantitative research with case study design, through

direct observation of all stages of the wood workers, iron workers and foundry

workers. The assessment of ergonomic risk level uses Rapid Entire Body

Assessment (REBA) methods, Ovako Working Assessment System (OWAS) and

Quick Exposure Checklist (QEC). This research held on May to December 2015.

Observations were made on the representatives of the workers of each stages who

have same height, except on chopping wood workers, those observations are held

to two workers because they have different height.

The results of research showed that at this stage of the work activities of

wood has a high ergonomic risk except on took the wood stage. While in the

stages of iron workers also have high ergonomic risk except the carrying iron,

forming iron frame and fixing iron circuit stages. High risk ergonomics are also

found on the leveling cement cast stage.

To reduce ergonomic risk level is necessary to change the action and the

movement of workers, the provision of working tools and changes in the design of

workers.

Keywords : Ergonomic Risk Assessment, REBA, OWAS, QEC, Construction

Workers

Bibliography : 40 (1981 – 2013)

Page 5: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

v

Page 6: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

vi

Page 7: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Meitama Arief Budhiman

Tempat/Tanggal Lahir : Depok, 8 Mei 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Berat/tinggi badan : 57 kg/168 cm

Alamat : Jl. KH. Ahmad Dahlan No.5 RT 05/08 Kelurahan

Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pabcoran Mas,

Kota Depok. 16434.

Telp : 021-7791134 / 085285444100

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

1. 1998 – 1999 : TK Aisyiyah 5

2. 1999 – 2005 : SD Muhammadiyah 2 Depok

3. 2005 – 2008 : SMP Negeri 2 Depok

4. 2008 – 2011 : SMA Sejahtera Satu Depok

5. 2011 – Sekarang : Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

viii

PENDIDIKAN NON-FORMAL

1. Pelatihan dan workshop Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) berdasarkan OHSAS 18001:2007 & PP NO 50 tahun 2012

(2014)

2. Pelatihan Fire Fighting, Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (2013)

3. Peserta Workshop management fire & explotion (2014), Perusahaan Jasa

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

4. Peserta Workshop Risk Management (2014), Perusahaan Jasa

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

5. Peserta Workshop Ergonomy (2013), Perusahaan Jasa Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

6. Peserta Workshop Accident Investigation (2013), Perusahaan Jasa

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Staff Rohani Islam (ROHIS) SMP Negeri 2 Depok 2006 – 2007

2. Staff Palang Merah Remaja (PMR) 2008 – 2011

3. Staff Divisi Pengembangan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) 2011-2012

4. Staff Divisi Kesenian dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

2012-2013

5. Staff Public Relationship, Forum Study Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2012 – 2014

6. Bendahara Persatuan Remaja Blok Menteng Rawa denok, Depok. 2012 -

2013

Page 9: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

ix

KEPANITIAAN

1. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan

Masyarakat UIN 2012

2. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan

Masyarakat UIN 2013

3. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan

Masyarakat UIN 2014

4. Panitia Seminar Profesi K3 “Jalur perlintasan kereta api” 2014

Page 10: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO

ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA

DEPOK TAHUN 2015”.

Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang taat

hingga akhir zaman.

Skripsi ini dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan banyak

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orang tua saya, terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, doa dan

perjuangannya sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga saat

ini.

2. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu DR. Iting Shofwati, ST, M.KKK, selaku dosen peminatan K3 serta

selaku dosen pembimbing.

5. Ibu DR. Ela Laelasari SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing.

6. Segenap Bapak/Ibu dosen program studi Kesehatan Masyarakat yang

telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

7. Seluruh teman – teman program studi Kesehatan Masyarakat 2011

khususnya peminatan K3, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

8. Seluruh adik kelas peminatan K3, terima kasih atas kerjasamanya selama

ini.

9. Anissa Florensia, selaku orang terdekat saya yang selalu memberikan

dukungan semangat dan mental dalam penulisan skripsi ini.

Page 11: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xi

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk penulis. Agar penulis dapat berkembang menjadi lebih baik

dikemudian hari, selain itu penulis pun berharap semoga proposal ini dapat

memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja

dan bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.

Jakarta, Maret 2015

Penulis,

Meitama Arief Budhiman

Page 12: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xii

DAFTAR ISI

JUDUL……………………….…………………………………………….…….. i

LEMBAR PERNYATAAN….............................................................................. ii

ABSTRAK………………………………………………………………………… iii

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………..………. v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……………………………….………… vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….…….……. vii

KATA PENGANTAR………………………………………………………….… x

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… xii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xv

DAFTAR GAMBAR/BAGAN…………………………………………………… xx

DAFTAR ISTILAH………………………………………………………………. xxi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….….. 1

A. Latar Belakang……………………………………………..….. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 5

C. Pertanyaan Penelitian…………………………………………. 6

D. Tujuan Penelitian………………………………………………. 8

1. Tujuan Umum…………………………………………….. 8

2. Tujuan Khusus………………………………………..…… 8

E. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 9

1. Bagi Perusahaan………………..…………………………. 9

2. Bagi Pekerja……………..………………………………... 10

3. Bagi Penelitian……………………………………………. 10

F. Ruang Lingkup Penelitian….………………………………….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…….………………………………………. 12

A. Ergonomi………………………………………………………. 12

1. Definisi Ergonomi………………………………………… 12

2. Prinsip Ergonomi…………………………………………. 13

B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi.………………………….. 16

1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi……………………… 16

2. Penilaian Risiko Postur Kerja……………………………. 18

C. Kerangka Teori………………………………………………… 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…… 36

A. Kerangka Konsep …………………….……………………….. 36

Page 13: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xiii

B. Definisi Operasional…………………………………………… 38

BAB IV METODE PENELITIAN……………….……….…………………. 51

A. Desain Penelitian………………………………………............. 51

B. Waktu dan Lokasi Penelitian………..……………………….… 51

C. Objek Penelitian……………….………………………………. 51

D. Subjek Penelitian………………………………………………. 52

E. Besar Sampel…………………………………………………... 52

F. Teknik Pengambilan Sampel…………………………………. 52

G. Alat/Instrumen penelitian........................................................... 53

H. Metode pengambilan Data…..………………………………. 55

I. Teknik dan Analisis Data……………………………………… 80

BAB V HASIL……………………………………………………………...... 82

A. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu……. 82

1. Mengambil Kayu…………………………………………. 83

2. Memotong Kayu………………………………………….. 89

3. Membuat Bekisting……………………………………….. 103

4. Memasang Beskisting…………………………………….. 110

B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi……. 118

1. Mengambil Besi…………………………………………. 118

2. Membawa Besi……………………………………………. 124

3. Memotong Besi…………………………………………… 131

4. Membentuk Rangka Besi…………………………………. 137

5. Merangkai Besi…………………………………………… 144

6. Membetulkan Rangkaian Besi……………………………. 150

C. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran………………. 158

BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………….. 165

A. Keterbatasan Penelitian............................................................. 165

B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu.......... 165

1. Mengambil Kayu…………………………………………. 166

2. Memotong Kayu………………………………………….. 167

3. Membuat Bekisting……………………………………….. 170

4. Memasang Beskisting…………………………………….. 172

C. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi............ 175

1. Mengambil Besi…………………………………………... 175

2. Membawa Besi…………………………………………. 177

Page 14: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xiv

3. Memotong Besi…………………………………………… 179

4. Membentuk Rangka Besi…………………………………. 181

5. Merangkai Besi…………………………………………… 182

6. Membetulkan Rangkaian Besi……………………………. 185

D Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja

Pengecoran................................................................................

187

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 190

A. Simpulan.................................................................................... 190

B. Saran........................................................................................... 191

1. Manajemen.......................................................................... 191

2. Pekerja Besi......................................................................... 192

3. Pekerja Pengecoran............................................................. 193

DAFTAR PUSTAKA…………………….………………………………………. 194

Page 15: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Interaksi Dasar dan Evaluasinya Dalam Sistem Kerja……… 14

Tabel 2.2 Grand Score REBA………..….…………………………….. 20

Tabel 2.3 Grand Score RULA…………………………………………. 23

Tabel 2.4 Grand Score OWAS ……………..………………..……… 27

Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko

Ergonomi……………………………………………………. 30

Tabel 3.1 Definisi Operasional ….…………………………………….. 38

Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A ..…………………..…………….…. 66

Tabel 4.2 Tabel Penilaian Skor B ….……………..………………........ 67

Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C ….…..…….……………………… 68

Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA……… 69

Tabel 4.5 Tabel Frekuenksi Relatif OWAS ..…………………………. 74

Tabel 4.6 Tabel Kombinasi Posisi Postur Kerja OWAS………………. 76

Tabel 4.7 Tabel Skor Per-Bagian Tubuh ……………..………………. 77

Tabel 4.8 Tabel Skor Per-Bagian Tubuh ……………………………… 78

Tabel 4.9 Tabel Action Level QEC …..….……………………………. 79

Tabel 5.1 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Pengambilan Kayu Pada

Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…….. 85

Tabel 5.2 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu Pada

Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……. 86

Tabel 5.3 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Kayu Pada Pekerja

Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………………. 87

Tabel 5.4 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu Pada

Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..…….. 88

Tabel 5.5 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Mengambil Kayu Berdasarkan Tiga Metode Tahun

2015….....................................................................................

89

Tabel 5.6 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada

Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode REBA Tahun

2015………………………………………………………….

92

Tabel 5.7 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada

Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode OWAS Tahun

2015………………………………………………………….

93

Tabel 5.8 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu Pada Pekerja

Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….. 94

Tabel 5.9 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada

Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode QEC Tahun 95

Page 16: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xvi

2015………………………………………………..…….…

Tabel 5.10 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memotong Kayu (Sampel I) Berdasarkan Tiga Metode

Tahun 2015……………….............................................…….

96

Tabel 5.11 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada

Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode REBA

Tahun 2015…………………………….……..……………..

99

Tabel 5.12 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada

Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode OWAS

Tahun 2015……………………………..……………………

101

Tabel 5.13 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu Pada pekerja

Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…. 101

Tabel 5.14 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada

Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun

2015………………………………………………………….

102

Tabel 5.15 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memotong Kayu (Sampel II) Berdasarkan Tiga Metode

Tahun 2015….....................………………………………….

103

Tabel 5.16 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun

2015………………………………………………………….

106

Tabel 5.17 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun

2015…..……………………………….……………………..

107

Tabel 5.18 Hasil Kuesioner Tahapan Membuat Bekisting Pada Pekerja

Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………………. 108

Tabel 5.19 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015… 109

Tabel 5.20 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membuat

Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun

2015….....................................................................................

110

Tabel 5.21 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun

2015………………………………………………………….

113

Tabel 5.22 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun

2015……….…………………………………………….…..

114

Tabel 5.23 Hasil Kuesioner Tahapan Memasang Bekisting Pada Pekerja

Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………………. 115

Tabel 5.24 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun

2015………………………………….………………………

116

Page 17: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xvii

Tabel 5.25 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memasang Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun

2015…………………………………………………...……..

116

Tabel 5.26 Rekapan Hasil Penilaian Analisis Tingkat Risiko Ergonomi

Pada Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Kayu

Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……….

117

Tabel 5.27 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…..… 121

Tabel 5.28 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….. 122

Tabel 5.29 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Besi Pada Pekerja

Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……………… 122

Tabel 5.30 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……….. 123

Tabel 5.31 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Mengambil Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun

2015………………………………………………………….

124

Tabel 5.32 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015..…… 127

Tabel 5.33 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada

pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….. 128

Tabel 5.34 Hasil Kuesioner Tahapan Membawa Besi Pada Pekerja Besi

Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……..…….………… 128

Tabel 5.35 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….…… 130

Tabel 5.36 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membawa

Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………………. 130

Tabel 5.37 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…… 133

Tabel 5.38 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015..…… 134

Tabel 5.39 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Besi Pada Pekerja Besi

Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..…………………… 135

Tabel 5.40 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……… 136

Tabel 5.41 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memotong Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015…… 137

Tabel 5.42 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun

2015…………………………….………………………..…

140

Tabel 5.43 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 141

Page 18: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xviii

2015………………………………………………………….

Tabel 5.44 Hasil Kuesioner Tahapan Membentuk Rangka Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…….…. 142

Tabel 5.45 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun

2015………………………………………………………….

143

Tabel 5.46 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membentuk Rangka Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun

2015………………………………………………………….

143

Tabel 5.47 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…...… 146

Tabel 5.48 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….. 147

Tabel 5.49 Hasil Kuesioner Tahapan Merangkai Besi Pada Pekerja Besi

Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..…………………… 148

Tabel 5.50 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……….. 149

Tabel 5.51 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Merangkai

Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……………….. 150

Tabel 5.52 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode

REBA Tahun 2015…………………………..………………

153

Tabel 5.53 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode

OWAS Tahun 2015…………………………..……………

154

Tabel 5.54 Hasil Kuesioner Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…. 155

Tabel 5.55 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode

QEC Tahun 2015…………………………..…………….…..

156

Tabel 5.56 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membetulkan Rangkaian Besi Berdasarkan Tiga Metode

Tahun 2015…………………………………………………..

156

Tabel 5.57 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada

Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Besi

Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………………………

157

Tabel 5.58 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor

Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode REBA Tahun

2015……………………….…………………………………

160

Tabel 5.59 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor

Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode OWAS

Tahun

161

Page 19: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xix

2015……………………………………………………

Tabel 5.60 Hasil Kuesioner Tahapan Meratakan Semen Cor Pada

Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015.. 162

Tabel 5.61 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor

Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun

2015………………………………………………………….

163

Tabel 5.62 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Meratakan

Semen Cor Berdasarkan Tiga Metode Tahun

2015……………………………………...…………………..

163

Tabel 5.63 Rekapan Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Seluruh

Proses Tahapan Kerja Berdasarkan Tiga Metode Tahun

2015…………………………………….……………………

164

Page 20: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xx

DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Gambar 2.1 Bagian Tubuh Utama……………………………………… 17

Gambar 2.2 Kerangka Teori ……………….…………………………… 35

Gambar 3.1 Kerangka Konsep……………..…………………………… 37

Gambar 4.1 Populasi dan Sampel Penelitian...…………….…………… 52

Gambar 4.2 Kamera Digital....………………………………………….. 54

Gambar 4.3 Stopwatch....…………………………………………….…. 54

Gambar 4.4 Handscale....………………………………………….......... 55

Gambar 4.5 Bagan Alur Pekerja Kayu…..…….……………………….. 56

Gambar 4.6 Bagan Alur Pekerja Besi ………………………………….. 56

Gambar 4.7 Bagan Alur Pekerja Pengecoran..…………………………. 57

Gambar 4.8 Gambar Posisi Punggung.…………………………………. 59

Gambar 4.9 Gambar Posisi Leher………………………………………. 60

Gambar 4.10 Gambar Posisi Kaki…….…………………………………. 61

Gambar 4.11 Gambar Posisi Lengan Atas….……………………………. 63

Gambar 4.12 Gambar Posisi Lengan Bawah……………………………. 64

Gambar 4.13 Gambar Posisi Pergelangan Tangan………………………. 65

Gambar 4.14 Posisi Postur Kerja OWAS……….………………………. 72

Gambar 5.1 Tahapan Pengambilan Kayu ………………….………….. 83

Gambar 5.2 Tahapan Memotong Kayu Sampel I……………..……….. 90

Gambar 5.3 Tahapan Memotong Kayu Sampel II……………………… 97

Gambar 5.4 Tahapan Membuat Bekisting………………………………. 104

Gambar 5.5 Tahapan Memasang Bekisting…………………………….. 111

Gambar 5.6 Tahapan Mengambil Besi………………….……………… 119

Gambar 5.7 Tahapan Membawa Besi…………………..………………. 125

Gambar 5.8 Tahapan Memotong Besi…………………..………………. 131

Gambar 5.9 Tahapan Membentuk Rangka Besi…………………..…….. 138

Gambar 5.10 Tahapan Merangkai Besi…………………..………………. 144

Gambar 5.11 Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi………………….... 151

Gambar 5.12 Tahapan Meratakan Semen Cor………………………….... 158

Page 21: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

xxi

DAFTAR ISTILAH

Pekerja : Pegawai yang bekerja di CV. Kemiri Muka

MSDs : Musculoskeletal Disorders

OSHA : Occupational Safety and Health Administration

NIOSH : National Institute for Occupational Safety and Health

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

REBA : Rapid Entire Body Assesment

OWAS : Ovako Working Posture Analysis System

QEC : Quick Exposure Checklist

Page 22: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan faktor terpenting di dalam sistem kerja, manusia

akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan maksimal karena kondisi

fisik yang baik (Rachman, 2008). Namun dalam kenyataannya, banyak

perusahan ataupun majikan yang masih kurang memperhatikan kondisi fisik

yang baik pada saat merancang sistem kerjanya, serta masih kurang

memperhatikan prinsip – prinsip ergonomi di dalamnya yang menyebabkan

para pekerja tidak dapat bekerja secara optimal (Lianatika, 2013).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh OSHA pada tahun 2010,

sekitar 35,4% dari pekerja Eropa menganggap bahwa pekerjaan mereka

mempengaruhi kesehatan mereka. Sekitar 24,7% dari mereka dilaporkan

menderita sakit punggung, bagian sektor pekerjaan tersebut tersebar pada

pekerja dalam konstruksi (36,5%); transportasi, penyimpanan dan

komunikasi (28,4%); diikuti oleh pekerja sosial dan kesehatan (26,3%) dan

bidang lainnya (8,8%) (OSHA, 2010).

Di Indonesia berdasarkan hasil suvey Departemen Kesehatan RI

dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar

40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya,

gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan

terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa

gangguan muskuloskeletal (16%). Hasil dari Pusat Studi Kesehatan dan

Page 23: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

2

Ergonomi ITB tahun 2006-2007 diperoleh data sebanyak 40% - 80%

pekerja melaporkan keluhan setelah bekerja (Yassierli, 2008).

Setelah melihat data diatas dapat diketahui bahwa pekerja konstruksi

memiliki risiko yang tinggi, salah satu jenis bahaya yang terdapat

dikonstruksi adalah bahaya ergonomi. Bahaya ergonomi yang sering

dilakukan adalah manual handling, pekerjaan manual handling akan dapat

menyebabkan stress pada kondisi fisik pekerja yang dapat mengakibatkan

terjadinya cidera (Tarwaka, 2011). Lebih seperempat dari total kecelakaan

kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling (HSE, 2007).

Pekerja kosntruksi di Ruko Graha Depok melakukan pelaksanaan

proses kerja secara manual seperti, memotong besi, memotong kayu,

pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja lainnya. Proses

tersebut dapat menimbulkan risiko ergonomi, dikarenakan bekerja dalam

bentuk postur janggal seperti membungkuk, berjongkok, dan memiringkan

badan. Risiko ergonomi lainnya yaitu melakukan gerakan repetitif seperti

menggergaji kayu, memaku kayu, memotong besi dan memikul beban berat

sepeti mengangkat besi dan kayu. Pekerjaan – pekerjaan itu dilakukan dalam

frekuensi yang sering dan dilakukan setiap harinya.

Pekerja konstruksi Ruko Graha Depok merupakan pekerja CV.

Kemiri Muka yang merupakan kontraktor jasa pembangunan gedung yang

dalam menerapkan program K3 diperusahaannya masih belum berjalan

dengan baik. Selain itu CV. Kemiri Muka masih baru dalam melaksanakan

SMK3 dalam setahun terakhir, padahal perusahaan tersebut terbentuk dari

tahun 2001. Sehingga menurut peneliti perlu dilakukan penelitian terkait

Page 24: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

3

risiko ergonomi ditempat kerja, agar dapat melakukan pencegahan dan

membantu manajemen dalam memberikan keputusan terkait risiko

ergonomi.

Pemilihan proyek ini dilakukan karena proyek Ruko Graha Depok

baru berlangsung dibandingkan proyek lain yang belum dan sudah lama

berlangsung. Karena penelitian ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit,

sehingga dimungkinkan untuk melakukan penelitian ini pada proyek Ruko

Graha Depok ini. Oleh karena itu masalah ergonomi di tempat kerja masih

belum diperhatikan oleh perusahaan tersebut. Para pekerja dalam

melaksanakan pekerjaannya pun masih banyak yang melakukan postur

janggal yang berbahaya bagi tubuh.

Menurut Tompkins (2003), penanganan proses kerja secara manual

adalah istilah yang diberikan untuk proses penanganan proses kerja yang

dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Ergonomi merupakan

penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan ilmu rekayasa untuk

mencapai penyesuaian yang menguntungkan antara pekerja dengan

pekerjaannya secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi

dan kesejahteraan (ILO, 2013).

Maka dari itu untuk menyelaraskan antara pekerja dengan

pekerjaannya agar tidak menimbulkan suatu risiko perlu adanya penilaian.

Penilaian risiko ergonomi digunakan untuk mengidentifikasi gangguan otot

rangka yang dapat terjadi pada aktivitas penanganan material secara manual

(Martaleo, 2012).

Page 25: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

4

Metode penilaian risiko yang telah diperkenalkan para ahli dalam

mengevaluasi ergonomi untuk menilai risiko ergononi di tempat kerja ada

banyak dengan alat ukur yang bervariasi. Metode - metode tersebut misalnya

seperti REBA, OWAS dan QEC mempunyai perbedaan dalam cara ataupun

bagian yang diamati oleh metode tersebut. Pada penelitian ini peneliti akan

memakai metode REBA sebagai metode utama, namun karena pada metode

REBA masih terdapat kelemahan dalam metodenya sehingga peneliti

menambahkan dua metode untuk menambahkan informasi yang tidak dapat

didapatkan lebih oleh metode REBA, yaitu metode OWAS dan QEC.

Metode REBA dibuat untuk menilai postur tubuh pekerja secara

cepat melalui pengambilan data postur pekerja dan selanjutnya dilakukan

penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah,

dan pergelangan tangan (McAtamney dan Hignett, 1995). Metode REBA

memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal

pembagian tubuh yang lebih spesifik seperti adanya leher, pergelangan

tangan serta lengan yang terbagi atas dua bagian, yaitu atas dan bawah.

Metode OWAS adalah metode analisis sikap kerja yang

mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan

beban berat yang diangkat. Metode ini digunakan untuk menganalisis

sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan seluruh bagian tubuh yaitu

punggung, lengan, kaki dan beban berat yang diangkat. Masing- masing

anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja (Astuti dan

Suhardi, 2007). Metode OWAS memiliki kelebihan dibandingkan metode

lain dalam hal pembagian skor postur kaki yang dibagi dalam 7 jenis postur

Page 26: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

5

kaki. Namun metode OWAS tidak lebih spesifik dalam melakukan

analisis pada sudut bagian tubuh yang akan dinilai sperti hal metode

REBA. (Enggaela dkk, 2013).

QEC merupakan metode penilaian risiko ergonomi di tempat kerja

yang dikembangkan oleh Guangyan Li dan Peter Buckle pada tahun 1999

(Pinder, 2002). Fungsi utama QEC adalah untuk mencegah terjadinya Work-

related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) yang dialami oleh pekerja

dengan penanganan material secara manual. Lembar penilaian terdiri dari

empat bagian utama yang akan dinilai yaitu punggung, bahu atau lengan,

pergelangan tangan atau tangan, dan leher. Pada metode QEC, memiliki

kelebihan dalam halmelibakan pekerja secara langsung dalam pengisian

kertas penilaian (score sheet) dengan tujuan untuk memudahkan pengamat

dalam mengidentifikasi bagian tubuh yang memiliki risiko terjadinya cedera.

(Martaleo, 2012). Namun pada metode ini memiliki kekurangan yang hanya

melihat bagian tubuh atas saja, tidak mengamati sampai bagian bawah.

Besarnya tingkat risiko yang diperoleh dari ketiga metode tersebut

dapat digunakan untuk membantu peneliti dalam menemukan adanya tingkat

risiko ergonomi yang mungkin dialami oleh pekerja. Hasil dari penilaian

ketiga metode tersebut memiliki manfaat untuk dapat merekomendasikan

tindakan preventif untuk permasalahan yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pekerja

kontruksi proyek ruko, terdapat sebelas jenis pekerjaan yang menggunakan

Page 27: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

6

Manual handling. Pekerjaan – pekerjaan tersebut seperti pemotongan besi,

pemotong kayu, pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja

lainnya. Dari studi pendahuluan pun didapatkan bahwa masih banyak para

pekerja yang dalam melakukan pekerjaannya dilakukan dengan postur yang

janggal atau tidak baik. Postur – postur ini seperti membungkuk, berjongkok,

dan memiringkan badan, adapula yang melakukan gerakan repetisi seperti

memotong kayu, memaku kayu, memotong besi dan adanya pegangkutan

beban secara manual. Hal ini dapat menjadi risiko terjadinya penyakit akiba

kerja yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas dalam bekerja, waktu

kerja yang hilang, penanganan yang membutuhkan biaya yang cukup tinggi

dan meningkatkan risiko kecelakaan dalam bekerja. Berdasarkan hal tersebut,

peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai

analisis penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi.

C. Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil kayu proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

2 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong kayu proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

3 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membuat bekisting proyek

ruko Graha Depok tahun 2015?

Page 28: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

7

4 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memasang bekisting proyek

ruko Graha Depok tahun 2015?

5 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil besi proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

6 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membawa besi proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

7 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong besi proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

8 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membentuk rangka besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

9 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan merangkai besi proyek ruko

Graha Depok tahun 2015?

10 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membetulkan rangkaian besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

11 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC pada tahapan meratakan semen cor proyek

ruko Graha Depok tahun 2015?

Page 29: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

8

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Umum

Diketahuinya analisis tingkat risiko ergonomi pada pekerja

konstruksi proyek ruko Graha Depok Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil kayu

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

b Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong kayu

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

c Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membuat bekisting

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

d Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memasang

bekisting proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

e Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

f Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membawa besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

Page 30: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

9

g Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

h Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membentuk rangka

besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

i Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan merangkai besi

proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

j Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membetulkan

rangkaian besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

k Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan

metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan meratakan semen

cor proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu :

1. Bagi Perusahaan

a. Memperoleh informasi mengenai potensi dan tingkat risiko

ergonomi pekerjaan terhadap pekerja.

b. Dapat melakukan upaya – upaya perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja pada pekerja agar terhindar dari risko yang

Page 31: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

10

mungkin terjadi, sehingga dapat meminimalisir kerugian yang

terjadi.

c. Sebagai masukan terhadap perusahaan untuk mengambil suatu

tindakan agar mengurangi risko ergonomi pada pekerja.

2. Bagi Pekerja

a. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai risiko

dan bahaya di tempat kerja, sehingga pekerja terhindar dari

penyakit akibat kerja.

b. Mengetahui bahaya yang akan terjadi ketika mereka bekerja

dengan posisi janggal.

c. Memberi masukan dan motivasi untuk pekerja dalam melakukan

pekerjaan kearah yang lebih baik lagi.

3. Bagi Penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian

selanjutnya dan diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademis.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengukuran postur janggal,

pengamatan sikap, dan analisis risiko ergonomi. Jenis penelitian yang

dilakukan adalah observasional, desain studi kasus, dengan menggunakan

metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai

September 2015, data yang diambil adalah data primer melalui pengukuran

dan kuesioner serta analisis yang digunakan berupa analisis univariat.

Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat risiko ergonominya

Page 32: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

11

menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment), metode

OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) dan QEC (Quick

Exposure Checklist) yang ketiganya dibuat dalam bentuk form dan

kuesioner. alat ukur atau instrument lain yang digunakan adalah kamera

untuk mendokumentasikan postur kerja, software MB ruler yang digunakan

untuk mengukur sudut dari postur kerja, serta timbangan yang digunakan

untuk mengukur beban yang dipakai pekerja.

Page 33: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ergonomi

Pada tinjauan mengenai ergonomi akan dibahas mengenai definisi

ergonomi dan metode penilaian risiko MSDs. Kedua hal tersebut dijabarkan

seperti berikut ini :

1. Definisi Ergonomi

Kata ”Ergonomi” yang telah kita ketahui berasal dari bahasa

Yunani, ”Ergon” (kerja) dan ”Nomos” (hukum) atau dapat diartikan

ilmu yang mempelajari tentang hukum –hukum kerja (Priastika, 2012).

Dengan demikian, ergonomi merupakan suatu sistem yang beorientasi

pada disiplin ilmu yang sekarang diterapkan pada aspek pekerjaan atau

kegiatan manusia.

Selanjutnya untuk lebih memahami pengertian mengenai

ergonomi, maka penulis akan menjabarkan beberapa definisi ergonomi

dari beberapa literatur, antara lain:

a. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk

menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas

yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat

dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan

manusia baik secara fisik maupun mental, sehingga dicapai

Page 34: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

13

suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang akan lebih baik

(Tarwaka, 2011).

b. Ergonomi adalah suatu istilah yang berlaku untuk dasar suatu

studi dan hubungan antara manusia dengan mesin untuk

mencegah penyakit dan cidera serta meningkatkan prestasi

atau performa kerja (ACGIH, 2007).

c. Sedangkan menurut ILO (2013) ergonomi didefinisikan

sebagai penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan

ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian yang

menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara

optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan

kesejahteraan.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa ilmu ergonomi merupakan suatu bidang keilmuan tentang ilmu,

seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan antara manusia

dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya agar tercipta keadaan yang

menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara optimal dan

untuk mencegah timbulnya cidera atau gangguan kesehatan dengan

tujuan meningkatkan produktivitas kerja.

2. Prinsip Ergonomi

Secara prinsip ilmu Ergonomi berfokus pada desain dari suatu

sistem dimana manusia bekerja. Semua sistem kerja tersebut terdiri atas

komponen manusia, komponen mesin dan lingkungan yang saling

Page 35: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

14

berinteraksi antara satu dengan lainnya. Fungsi dasar dari ilmu

Ergonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia akan desain

kerja yang memberikan keselamatan dan efisiensi kerja bagi manusia

yang bekerja di dalamnya.

Menurut Bridger (2003) terdapat enam kategori interaksi antara

manusia, mesin dan lingkungannya, interaksi dasar dari enam kategori

tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Interaksi dasar dan evaluasinya dalam sistem kerja

Interaksi Evaluasi Manusia > Mesin : Tindakan

pengendalian dasar yang dilakukan

manusia dalam menggunakan mesin.

Aplikasinya berupa penggunaan

kekuatan yang besar, penanganan

material, perawatan dan lainnya.

Anatomi : Postur tubuh,

pergerakan, besaran kekuatan,

durasi dan frekuensi pergerakan,

kelelahan otot.

Fisiologi : Work rate (konsumsi

oksokan dan detak jantung),

kebugaran dan kelelahan fisiologi.

Psikososial : Persyaratan

kemampuan, beban mental, proses

informasi yang

paralel/berkelanjutan.

Manusia > Lingkungan : Efek dari

manusia terhadap lingkungan. Manusia

mengeluarkan karbondioksida,

kebisingan, panas, dan lainya.

Fisik: Pengukuran objektif dari

lingkungan kerja, implikasinya

berupa pemenuhan standar yang

berlaku.

Mesin > Manusia : Umpan balik dan

display informasi. Mesin dapat

memberikan efek tekanan terhadap

manusia berupa getaran, percepatan,

dan lainnya. Beban mesin yang berat

yang harus di angkat juga dapat

mengancam kesehatan manusia

Anatomi : Desain dari kendali dan

alat

Fisik : Pengukuran objektif dari

efek tekanan yang tedapat pada

mesin terhadap manusia.

Fisiologi : Aplikasi dari prinsip

pengelompokkan desain dari

faceplates, panel dan display

grafik.

Mesin > Lingkungan : Mesin dapat

mengubah lingkungan kerja dengan

mengeluarkan kebisingan, panas, dan

buangan gas.

Umumnya ditangani oleh teknisi

lapangan dan industrial hygienist.

Lingkungan > Manusia : Lingkungan

dapat mempengaruhi fungsi dari mesin

dengan menimbulkan pemanasan atau

pembekuan komponen mesin.

Fisik-Fisiologi : Kebisingan,

pencahayaan, dan temperature.

Page 36: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

15

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Interaksi Evaluasi Lingkungan > Mesin : Lingkungan

dapat mempengaruhi fungsi dari mesin

dengan menimbulkan pemanasan atau

pembekuan komponen mesin.

Ditangani oleh teknisi lapangan,

personil perawatan, fasilitator

manajemen dan lainnya.

* ( > Causal Direction)

Sumber : Bridger, 2003.

Dalam suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi yang

produktif, aman dan nyaman bagi pekerja, maka diperlukan interaksi

yang baik antara ketiga komponen yaitu, manusia, mesin dan

lingkungan kerja. Dalam ergonomi, manusia merupakan komponen

paling utama yang harus diperhatikan dengan segala keterbatasan yang

dimiliki. Oleh karena itu biasanya dalam suatu pekerjaan hal yang akan

diperbaiki adalah desain mesin atau alat yang digunakan agar

menyesuaikan pekerjanya (Bridger, 2003).

Sebagai contoh digunakannya penggunaan alat bantu seperti

forklift trye handler, hand pallet, dan penyediaan portable ramp untuk

meminimalisasi aktivitas manual handling yaitu mengangkat, menarik

dan mendorong (Priastika, 2012). Menggunakan alat bantu gerobak

dalam membantu meminiminalisasi aktivitas manual mengangkut

barang, sehingga dapat mengurangi beban yang diterima oleh tubuh dan

dapat mengurangi risiko timbulnya MSDs (Maria, 2012). Adapun

contoh lainnya mengenai perubahan desain kerja seperti perubahan,

pengaturan dan kontrol display untuk menghindari ketidaknyamanan

dalam pemakaian komputer dalam bekerja (Pujadi, 2009).

Page 37: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

16

B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi

Metode penilaian yang telah diperkenalkan para ahli dalam

mengevaluasi ergonomi untuk menilai tingkat risiko MSDs di tempat kerja

ada banyak, , dan alat ukurnya pun cukup bervariasi. Namun demikian, dari

berbagai alat ukur dan berbagai metode tentunya mempunyai kelebihan dan

keterbatasan masing masing. Untuk itu kita harus dapat secara selektif

memilih dan menggunakan metode secara tepat dan sesuai dengan tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan. sebagai berikut :

1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi

Penilaian subjektif tentang keparahan pada sistem muskuloskeletal

dapat dilakukan dengan metode Nordic Body Map (NBM) dan checklist.

Namun Nordic Body Map (NBM) adalah salah satu cara evaluasi ergonomi

terhadap keluhan muskuloskeletal (Nurliah, 2012).

Nordic Body Map (NBM) merupakan salah satu metode

pengukuran subjektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja.

Keluhan subjektif ini dipilih karena berdasarkan penelitian oleh The

National Institute for Occupational Safety and Health (1997) yang

menyatakan bahwa keluhan subjektif menjadi pilihan yang baik untuk

melihat keluhan work-related muskuloskeletal disorder.

Page 38: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

17

Dalam nordic terdapat bagian tubuh utama yaitu :

a. Leher f. Siku

b. Bahu g. Pinggang

c. Punggung bagian atas h. Lutut

d. Pergelangan tangan/tangan i. Tumit/kaki

e. Punggung bagian bawah

Gambar 2.1 bagian tubuh utama

Kuesioner nordic body map memiliki 28 titik atau pertanyaan

dimulai dari 0 hingga 27 titik nomor yang dinilai dengan menggunakan

skala likert untuk melihat tingkatan keluhan MSDs secara objektif. Semua

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu Leher, upper limb (bahu, siku,

tangan, dan pergelangan tangan), lower limb (pinggul, paha, lutut,

pergelangan kaki, dan kaki) dan low back (punggung atas dan bawah)

(Andersson dkk, 2007).

Page 39: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

18

2. Penilaian Risiko Postur Kerja

Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian ergonomi dengan

metode observasi postur tubuh pada saat bekerja seperti, Rapid Entire

Body Assesment (REBA), Rapid Upper Limb Assesment (RULA), Quick

Exposure Checklist (QEC), Ovako Working Posture Analysis System

(OWAS), dll. beberapa metode penilaian ergonomi tersebut dijabarkan

seperti di bawah ini :

a. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

1) Definisi

REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000) adalah

sebuah metode yang dilakukan untuk mengetahui faktor –

faktor risiko terkait dengan postur pada saat bekerja.

REBA dikembangkan untuk mengkaji postur kerja (postur

statis atau dinamis), berbagai metode kajian, berdasarkan

kategori metode checklist, manual material handling,

kombinasi seluruh tubuh dan computer based.

2) Pengukuran

Metode REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000)

dapat digunakan bila :

a) Seluruh tubuh yang sedang digunakan

b) Postur statis, dinamis, kecepatan perubahan,

atau postur yang tidak stabil

Page 40: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

19

c) Pengangkatan yang sedang dilakukan, dan

seberapa sering frekuensinya

d) Modifikasi tempat kerja, peralatan, pelatihan

atau perilaku pekerja.

Penilaian REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000)

dilakukan melalui enam tahapan, tahapan – tahapan

tersebut adalah :

a) Observasi pekerjaan, yang meliputi :

(1) Identifikasi faktor risiko ergonomi

(2) Desain tempat kerja

(3) Lingkungan kerja

(4) Penggunaan peralatan kerja

(5) Perilaku atau sikap bekerja

b) Memilih postur yang akan dikaji, yang meliputi :

(1) Postur yang sering dilakukan

(2) Postur dimana pekerja lama dengan posisi

tersebut

(3) Postur yang membutuhkan banyak tenaga

atau aktivis otot

(4) Postur yang menyebabkan tidak nyaman

(5) Postur ekstrim, janggal, dan tidak stabil

(khususnya yang menggunakan kekuatan)

Page 41: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

20

(6) Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh

intervensi, kontrol, atau perubahan lainnya

c) Penilaian postur, dengan menggunakan kertas

penilaian dan menghitung skor postur

d) Penilaian menggunakan tabel

e) Perhitungan nilai REBA

f) Menentukan nilai tingkat aktivitas untuk

melakukan pengkajian lanjutan. Penentuan

tingkatan aktivitas berdasarkan kriteria Tabel 2.3

sebagai berikut :

Tabel 2.2 Grand Score REBA

Skor Action Level

1 Risiko dapat ditiadakan

2-3 Risiko rendah, perubahan mungkin

dibutuhkan

4-7 Risiko menegah, investigasi lebih lanjut,

perubahan segera

8-10 Risiko tinggi, investigasi dan lakukan

perubahan

11+ Risiko sangat tinggi dan lakukan perubahan

Sumber : Hignett and Mc. Atamney, 2000

b. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)

1) Definisi

RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur,

gaya dan garakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan

dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb).

Page 42: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

21

Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko

kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam

melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota

tubuh bagian atas (upper limb).

Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan

tiga tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap

faktor risiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor

risiko yang diselidiki dalam ini adalah yang telah di

deskripsikan oleh Mc Pheasant dalam santon (2005) sebagai

faktor beban eksternal yang meliputi:

a) Jumlah gerakan

b) Kerja otot statis

c) Gaya

d) Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan

perabotan

e) Waktu kerja tanpa istirahat

2) Pengukuran

a) Tahap 1

Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang

cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-

segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu

grup A dan B. grup A meliputi bagian lengan atas dan

Page 43: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

22

bawah serta pergelangan tangan. Sementara gurp B

meliputi leher, punggung, dan kaki.

Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur

tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atas atau

batas postur oleh kaki, punggung atau leher yang

mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh

bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.

b) Tahap 2

Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A

dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur

dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan

kombinasi postur bagian tubuh. Rekaman video yang

dihasilkan dari postur grup A yang meliputi lengan

atas, lengan bawahm pergelangan tangan dan putaran

pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk

masing masing postur. Kemudian skor tersebut

dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.

c) Tahap 3

Berdasarkan tabel grand score, tindakan yang

akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level,

seperti berikut ini:

Page 44: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

23

Tabel 2.3 Grand Score RULA

Level Skor Action Level

Low 1-2 Postur dapat diterima selama tidak dijaga atau

berulang untuk waktu yang lama.

Medium 3-4 Penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan

mungkin saja perubahan diperlukan.

High 5-6 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera

Very

High

>7 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan

sesegera mungkin (mendesak).

Sumber : Handbook of Human Faktor and Ergonomics

Methods. Santon dkk 2005

c. Quick Exposure Checklist (QEC)

1) Definisi

QEC adalah metode yang secara cepat menilai

pajanan risiko dari Muskuloskeletal Disorders (WMSDs).

QEC memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi

serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC dapat

diaplikasikan untuk pekerjaan yang lebih luas. Dengan

waktu pelatihan yang singkat, penilaian dapat dilengkapi

secara cepat untuk setiap tugas atau pekerjaan (Li dan

Buckle, 1999).

2) Pengukuran

Metode quick exposure checklist (QEC) ini memiliki

beberapa tahapan, tahapan dalam penggunaan QEC adalah

sebagai berikut :

Page 45: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

24

a) Pengukuran oleh peneliti (Observer’s Assessment)

Penelitii memiliki form isian tersendiri yang

dapat diisi melalu pengamatan kerja dilapangan.

Sebagai alat bantu, dapat menggunakan stopwatch

guna menghitung durasi dan frekuensi kerja.

b) Pengukuran oleh pekerja (Worker’s Assessment)

Seperti halnya peneliti, pekerja pun memiliki

form isian tersendiri, yang berisi pertanyaan

seputar pekerjaan yang dilakukan.

c) Mengkalkulasi skor pajanan

Proses kalkulasi dapat dilakukan melalui dua

cara, yakni manual (dengan menjumlahkan skor

pada lembar isian), ataupun dengan program

computer.

QEC secara cepat dapat mengidentifikasi tingkat

pajanan dari punggung, bahu/lengan, tangan, pergelangan

tangan dan leher. Hasil dari metode ini juga

merekomendasikan intervensi ergonomi yang efektif untuk

mengurangi tingkat pajanan. Metode QEC memilki kelebihan

dan kekurangan, yakni sebagai berikut:

Page 46: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

25

3) Kelebihan Metode QEC

a) Mencakup beberapa faktor risiko terbesar terkait MSDs

b) Mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat

digunakan oleh peneliti yang belum berpengalaman

c) Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai

macam faktor risiko di tempat kerja

d) Menyediakan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang

baik

e) Mudah dipelajari dan cepat digunakan

4) Kekurangan Metode QEC

a) Metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat

kerja

b) Hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action

level membutuhkan validasi.

c) Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh

pengguna yang belum berpengalaman untuk

pengembangan reabilitas pengukuran.

d. Ovako Working Posture Analysis Sistem (OWAS)

1) Definisi

OWAS merupakan sebuah prosedur untuk menilai

kualitas sebuah postur terutama ketika sedang menerapkan

Page 47: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

26

kekuatan. OWAS mengidentifikasi postur, kekuatan,

siklus kerja dan postur kerja dimana postur kekuatan

meningkatkan risiko injuri (Tarwaka, 2011).

2) Pengukuran

Metode OWAS dalam melakukan penilaian terhadap

postur melakukan identifikasi pada bagian – bagian tubuh,

seperti :

a) Tulang belakang (4 Postur)

(1) Punggung lurus

(2) Punggung membungkuk

(3) Punggung memuntir

(4) Punggung ditekuk memutar

b) Lengan (3 Postur), dan

(1) Kedua lengan di bawah bahu

(2) Satu lengah di bawah dan satu lengan diatas

bahu

(3) Kedua lengan diatas bahu

c) Kaki (7 Postur)

(1) Posisi duduk

(2) Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan berat

badan seimbang antara dua kaki

Page 48: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

27

(3) Berdiri dengan satu kaki lurus dan kaki

lainnya menekuk dengan berat badan

seimbang antara kedua kaki

(4) Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki agak

ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki

(5) Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki

ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki

(6) Kaki dengan posisi berlutut

(7) Berjalan

Metode OWAS pun memperhitungkan juga berat

beban yang ditangani oleh pekerja yang dibagi menjadi 3

kategori, yaitu kurang dari 10 Kg, antara 10-20 Kg dan

lebih dari 20 Kg. Hasil pengamatan melalui metode

OWAS dikategorikan kedalam empat kategori, yaitu :

Tabel 2.4 Grand Score OWAS

Kategori Action Level

1 Tidak perlu perbaikan

2 Tindakan koreksi dalam waktu

dekat

3 Tindakan koreksi sesegera

mungkin

4 Segera lakukan tindakan

perbaikan

Sumber : Tarwaka, 2011

Page 49: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

28

e. Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF)

1) Definisi

BRIEF adalah alat penyaring awal menggunakan

struktur dan bentuk sistem tingkatan untuk

mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu

pekerjaan (Humantech, 1989).

2) Pengukuran

Metode BRIEF dalam melakukan penilaian terhadap

postur melakukan identifikasi pada bagian – bagian tubuh,

seperti :

a) Tangan dan pergelangan tangan kiri

b) Siku kiri

c) Bahu kiri

d) Leher

e) Punggung

f) Tangan dan pergelangan tangan kanan

g) Siku kanan

h) Bahu kanan

i) Kaki

Metode BRIEF pun melakukan penilaian pekerjaan

menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara

Page 50: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

29

mendalam dari ketiga penetapan data (sederhana, mudah

dipahami, dan dapat dipercaya) dan juga yang paling

penting yang paling memberikan beban paling berat

(Humantech, 1995).

Page 51: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

30

Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko Ergonomi

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan

1. Rapid Entire Body

Assesment (REBA)

a. Merupakan metode yang cepat untuk

menganalisa postur kerja yang

menyebabkan risiko ergonomi

b. Dapat mengidentifikasi faktor – faktor

risiko dalam pekerjaan

c. Dapat digunakan untuk postur tubuh

yang stabil maupun tidak stabil

d. Skor akhir dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah, menentukan

priotitas dan perubahan yang dilakukan

a. Hanya menilai aspek postur dari

pekerja

b. Tidak mempertimbangkan

kondisi yang dialami oleh

pekerja terutama yang berkaitan

dengan faktor psikososial

c. Tidak menilai kondisi

lingkungan kerja terutama yang

berkaitan dengan vibrasi,

temperatur dan jarak pandang

2. Rapid Upper Limb

Assesment (RULA)

a. Menilai sebuah angka perbedaan

postur selama putaran dalam bekerja

untuk menyiapkan sebuah profil dari

beban otot.

a. Hanya untuk pekerjaan dengan

postur statis atau duduk atau

berdiri terus menerus, kurang

cocok untuk pekerjaan dengan

gerakan dinamis

Page 52: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

31

Tabel 2.4 (Lanjutan)

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan

b. Dapat dijadikan tindakan lebih kanjut

dari investigasi dan tindakan

perbaikan.

c. Pemberian skor pada RULA lebih

rinci

d. Mudah digunakan, cepat dam praktis

b. Tidak ada tinjauan rekam medis

c. Metode ini tidak bisa mengukur

gerakan tangan menggenggam,

meluruskan, memutar dan

memerlukan tekanan pada

telapak tangan, dan

d. Metode ini tidak bisa mengukur

antropometri tempat kerja yang

dapat menyebabkan terjadinya

postur janggal

3. Quick Exposure

Checklist (QEC)

a. Mencakup beberapa faktor risiko

terbesar terkait MSDs

b. Mempertimbangkan kebutuhan

pengguna dan dapat digunakan oleh

peneliti yang belum berpengalaman

a. Metode hanya berfokus pada

faktor fisik di tempat kerja

b. Hipotesis skor pajanan yang

disarankan pada action level

membutuhkan validasi.

Page 53: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

32

Tabel 2.5 (Lanjutan)

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan

c. Mempertimbangkan kombinasi dan

interaksi berbagai macam faktor risiko

di tempat kerja

d. Menyediakan tingkat sensitivitas dan

kegunaan yang baik

e. Mudah dipelajari dan cepat digunakan

c. Pelatihan dan praktek tambahan

diperlukan oleh pengguna yang

belum berpengalaman untuk

pengembangan reabilitas

pengukuran.

4. Ovako Working

Posture Analysis

System (OWAS)

a. Mudah digunakan

b. Hasil observasi bisa dibandingkan

dengan benchmarks untuk

menentukan prioritas intervensi

c. Angka pada tiap bagian tubuh bisa

digunakan untuk perbandingan

sebelum dan sesudah intervensi untuk

mengevaluasi keefektifitasnya

d. Angka pada tiap bagian tubuh bisa

digunakan untuk studi epidemiologi

a. Tidak adanya informasi

mengenai durasi waktu kerja dari

postur kombinasi

b. Tidak ada perbedaan klasifikasi

antara lengan kiri dan kanan

c. Tidak memperhitungkan

mengenai posisi siku,

pergelangan tangan atau tangan

Page 54: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

33

Tabel 2.5 (Lanjutan)

No. Metode penilaian Kelebihan Kekurangan

5. Baseline Risk

Identifiation of

Ergonomics

Factors

a. Dapat mengkaji hampir seluruh

bagian tubuh (sembilan bagian)

b. Dapat menentukan bagian mana yang

memiliki beban paling berat

c. Dapat mengidentifikasi penyebab

awal MSDs

d. Tidak membutuhkan seorang ahli

ergonomi untuk melakukan penilaian

pekerjaan menggunakan BRIEF

a. Tidak dapat mengetahui total

skor secara menyeluruh dari

suatu pekerjaan

b. Banyak faktor yang harus

diuji

c. Membutuhkan waktu

pengamatan yang lebih lama

d. Tidak dapat digunakan untuk

manual handling

6. Nordic Body Map a. Mengkaji seluruh tubuh yang dibagi

kedalam sembilan bagian tubuh.

b. Dapat digunakan untuk mengevaluasi

keluhan MSDs

c. Menggunakan 28 titik atau pertanyaan

bagian tubuh

a. Hanya melihat keluhan

secara subyektif

b. Tidak dapat mengetahui total

skor secara menyeluruh dari

suatu pekerjaan

c. Tidak terlalu milhat faktor

fisik di tempat kerja

Page 55: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

34

C. Kerangka Teori

Manajemen risiko adalah suatu istilah yang digunakan dalam melakukan

penilaian risiko yang dilakukan secara logis dan sistematis. Proses penilaian ini

meliputi metode tahap penentuan konteks/kriteria risiko, identifikasi risiko,

analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko serta komunikasi dan

pemantauan risiko yang terkait dengan kegiatan – kegiatan, fungsi atau proses

dengan cara yang memungkinkan organisasi untuk meminimalkan kerugian dan

memaksimalkan peluang. Manajemen risiko mengidentifikasi kesempatan

sebagai mitigasi atau menghindari kerugian (AS/NZS 4360:1999). Maka

didapatkan skema kerangka teori sebagai berikut:

Page 56: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

35

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber : AZ/NZS 4360:1999

Penilaian Risiko

Menentukan Konteks/KriteriaRisiko

Komunikasi

dan

Konsultasi

Identifikasi Risiko

Pemantauan

dan Tinjau

Ulang

Analisis Risiko

Evaluasi Risiko

Pengendalian Risiko

Page 57: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

36

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang dibuat penulis mengacu kepada kerangka teori

pada bab sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat risiko

ergonomi berdasarkan metode penilaian risiko ergonomi yaitu REBA, OWAS

dan QEC pada pekerja konstruksi proyek ruko graha depok. Alasan penulis

mengunakan metode REBA, OWAS dan QEC di dalam penelitian ini

dikarenakan metode ini dapat menilai risiko pada beberapa bagian tubuh yang

penting dan juga menilai postur kerja secara dinamis dan juga statis. Validitas

dan realibilitas metode REBA, OWAS dan QEC juga telah diuji, sehingga

penelitian dapat diterima secara ilmiah. Selain itu, metode ini juga tidak

membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan pengukurannya dan mudah

digunakan. Metode ini tentu saja bukanlah metode yang paling baik digunakan,

namun mungkin lebih sesuai dengan penelitian ini.

Penilaian ini diawali dengan menentukan Kriteria Risiko, melakukan

identifikasi risiko, melakukan analisis risiko berdasarkan metode REBA, OWAS

dan QEC, lalu didapatkan skor akhir dari masing – masing metode penilaian

risiko ergonomi tersebut yang merupakan indikator tingkat risiko ergonomi yang

dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko serta melakukan pengendalian risiko

pada pekerja. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut:

Page 58: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

37

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Menentukan Kriteria Risiko

Menentukan Risiko (Ergonomi) Berdasarkan Proses Pekerjaan Proyek Ruko

Graha Depok

Identifikasi Risiko

Identifikasi Risiko Postur Kerja Yang Dilakukan

Berdasarkan Proses Pekerjaan Proyek Ruko Graha Depok

Analisis Risiko

Melakukan Penilaian risiko postur kerja berdasarkan

metode penilaian ergonomi, yaitu metode REBA, OWAS

dan QEC

Evaluasi Risiko

Mengevaluasi risiko ergonomi pekerjaan tersebut

berdasarkan metode penilaian ergonomic yang dipakai

yaitu, metode REBA, OWAS dan QEC.

Pengendalian Risiko

Mengendalian risiko ergonomi pekerjaan tersebut dengan

memberikan saran.

Page 59: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

38

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan variabel – variabel yang menjadi unsur – unsur dalam melakukan

penelitian. Definisi ini menjelaskan secara jelas mengenai pengertian dari setiap variabel yang akan diteliti. Hal ini dilakukan agar

pembaca dapat mengerti dan lebih mengetahui maksud dari peneliti (Nurliah, 2012). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa variabel

tersebut dalam tabel 3.1, seperti :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Identifikasi

Proses

Pekerjaan

Melakukan pengambilan

gambar berbentuk video

postur kerja masing –

masing tahap kerja per

satu siklus kerja.

Kamera

digital

Observasi

dan

wawancara

Langkah kerja masing – masing

jenis pekerjaan per satu siklus kerja

Ratio

2. Penilaian

Postur kerja

Pemberian angka untuk

postur tubuh pekerja

berdasarkan kriteria

metode penilaian

ergonomi.

Kamera

digital, ,

stopwatch

dan form

penilaian

Observasi

REBA :

a. skor 1 (Risiko dapat

ditiadakan)

b. skor 2-3 (Rendah,

perubahan mungkin

dibutuhkan)

Ordinal

Page 60: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

39

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

c. skor 4-7 (Menengah,

investigasi lebih lanjut,

perubahan segera)

d. skor 7-10 (Tinggi, dan

lakukan perubahan)

e. skor 11+ (Sangat Tinggi,

dan lakukan perubahan)

(Hignett dkk, 2000)

OWAS :

a. Skor 1 ( Normal Postur) =

posisi normal tanpa efek

yang dapat mengganggu

sistem musculoskeletal,

tidak diperlukan tindakan

perbaikan.

b. Skor 2 (Slightly Harmful) =

posisi yang berpotensi

menyebabkan kerusakan

pada sistem

musculoskeletal, tindakan

perbaikan mungkin

diperlukan.

Page 61: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

40

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

c. Skor 3 (Distincly

Harmful) = posisi dengan

efek berbahaya pada

sistem musculoskeletal

(risiko tinggi), tindakan

korektif segera diperlukan.

d. Skor 4 (Extremely

Harmful) = posisi dengan

efek sangat berbahaya

pada sistem

musculoskeletal (risiko

sangat tinggi), dan

tindakan korektif

diperlukan sesegera

mungkin.

QEC :

a. ≤ 40% (Risiko dapat

diterima)

Page 62: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

41

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

b. 41%-50% (Rendah,

perubahan mungkin

dibutuhkan)

c. 51%-70% (Menengah,

investigasi lebih lanjut,

perubahan segera)

d. >70% (Tinggi, dan

lakukan perubahan)

(Li dan Bukle, 1999)

a. Postur

Leher

Gerakan menunduk,

menengadah, miring

dan rotasi leher yang

terjadi pada saat pekerja

bekerja.

Kamera

digital,

stopwatch

dan form

penilaian

observasi REBA :

1) Skor 1 : 0o - 20

o flexion

sampai extension

2) Skor 2 : >20o flexion atau

extension

3) Skor +1 jika leher memutar

ke kanan atau ke kiri

QEC :

a. ≤ 40% (Risiko dapat

diterima)

Ordinal

Page 63: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

42

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

b. 41%-50% (Rendah,

perubahan mungkin

dibutuhkan)

c. 51%-70% (Menengah,

investigasi lebih lanjut,

perubahan segera)

d. >70% (Tinggi, dan lakukan

perubahan)

(Li dan Bukle, 1999)

b. Postur

Punggung

Gerakan fleksi atau

rotasi punggung yang

terjadi pada saat pekerja

bekerja.

Kamera

digital,

stopwatch

dan form

penilaian

observasi REBA :

1) Skor 1 : Lurus / tegak

alamiah Skor 2 : 0o - 20

o

flexion sampai extension

2) Skor 3 : 20o - 60

o flexion

3) Skor 4 : > 60o flexion

4) Skor +1 : jika

memutar/miring kesamping

Ordinal

OWAS :

1) Skor 1 = posisi punggung

lurus tegak (<20o)

Ordinal

Page 64: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

43

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

2) Skor 2 = posisi

punggung bungkuk ke

dapan (>20o)

3) Skor 3 = posisi

punggung miring ke

samping (>20o)

4) Skor 4 = posisi

punggung bungkuk ke

depan sekaligus miring

kesamping (>20o)

QEC :

1) ≤ 40% (Risiko dapat

diterima)

2) 41%-50% (Rendah,

perubahan mungkin

dibutuhkan)

3) 51%-70% (Menengah,

investigasi lebih lanjut,

perubahan segera)

Ordinal

Page 65: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

44

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

4) >70% (Tinggi, dan lakukan

perubahan)

(Li dan Bukle, 1999)

c. Postur

Lengan

Gerakan aduksi,

abduksi, fleksi, ekstensi

pada lengan pekerja

yang terjadi pada

pekerja saat bekerja.

Kamera

digital,

stopwatch

dan form

penilaian

Observasi OWAS :

1) Skor 1 = posisi kedua

lengan berada di bawah

bahu

2) Skor 2 = posisi pada salah

satu lengan berada diatas

bahu

3) Skor 3 = posisi kedua

lengan berada diatas bahu

Ordinal

d. Postur

Lengan atas

Gerakan aduksi,

abduksi, fleksi, ekstensi

pada lengan atas pekerja

yang terjadi pada

pekerja saat bekerja.

Kamera

digital,

stopwatch

dan form

penilaian

Observasi REBA :

1) Skor 1 : 0o - 20

o flexion

sampai extension

2) Skor 2 : > 20o extension

20o - 45

o flexion

3) Skor 3 : 45o - 90

o

flexion

4) Skor 4 : > 90o flexion

Page 66: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

45

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

5) Skor +1 : jika posisi

lengan adducted atau

rotated

6) Skor +1 : jika bahu

ditinggikan

7) Skor -1 : jika bersandar,

bobot lengan ditopang

atau sesuai gravitasi

e. Postur

Lengan

bawah

Gerakan aduksi,

abduksi, fleksi, ekstensi

pada lengan bawah

pekerja yang terjadi

pada pekerja saat

bekerja.

Kamera

digital,

stopwatch

Observasi REBA :

1) Skor 1 : 60o - 100

o

flexion sampai extension

2) Skor 2 : <20o flexion

atau >100o flexion

f. Postur

Pergelangan

tangan

Gerakan fleksi atau

ekstensi pada

pergelangan lengan

pekerja yang terjadi

pada pekerja saat

bekerja.

Kamera

digital,

stopwatch

dan form

penilaian

Observasi REBA :

1) Skor 1 : 0o - 15o

flexion sampai extension

2) Skor 2 : >15o flexion

atau extension

3) Skor +1 jika tangan

memutar ke kanan atau

kiri

Page 67: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

46

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

QEC :

a. ≤ 40% (Risiko dapat

diterima)

b. 41%-50% (Rendah,

perubahan mungkin

dibutuhkan)

c. 51%-70% (Menengah,

investigasi lebih lanjut,

perubahan segera)

>70% (Tinggi, dan

lakukan perubahan)

(Li dan Bukle, 1999)

g. Postur Kaki Gerakan postur kaki

pekerja yang stabil,

tidak stabil dan fleksi

yang terjadi pada saat

bekerja.

Kamera

digital,

stopwatch

dan form

penilaian

Observasi REBA :

1) Skor 1 : kaki tertopang,

bobot tersebar merata

jalan atau duduk

2) Skor 2 : kaki tidak

tertopang, bobot tersebar

merata/postur tidak stabil

3) Skor +1 : jika lutut antara

30o - 60

o flexion

Kaki

Page 68: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

47

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

4) Skor +2 : Jika lutut >60o

flexion tidak ketika

duduk

OWAS :

a. Skor 1 = posisi duduk

b. Skor 2 = posisi berdiri

dengan kedua kaki lurus

c. Skor 3 = posisi berdiri

dengan bertumpu pada

satu kaki lurus dan satu

kaki lainnya berbentuk

sudut >150o

d. Skor 4 =

berdiri/jongkok dengan

kedua lutut dengan sudut

≤150o

e. Skor 5 = berdiri atau

jongkok satu lutut

dengan sudut ≤150o

Page 69: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

48

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

f. Skor 6 = berlutut satu

atau dua lutut yang

berada ditanah/lantai

skor 7 = berjalan atau

bergerak

3. Tingkat Risiko Level atau tingkatan

risiko MSDs yang

diterima oleh pekerja

berdasarkan metode

penilaian risiko

ergonomi

Lembar

kerja form

metode

penilaian

risiko

ergonomi

Kalkulasi

dan

Skoring

REBA :

a. skor 1 (Risiko dapat

ditiadakan)

b. skor 2-3 (Rendah,

perubahan mungkin

dibutuhkan)

c. skor 4-7 (Menengah,

investigasi lebih lanjut,

perubahan segera)

Ordinal

d. skor 7-10 (Tinggi, dan

lakukan perubahan)

e. skor 11+ (Sangat Tinggi,

dan lakukan perubahan)

(Hignett dkk, 2000)

Page 70: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

49

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

OWAS :

a. Skor 1 ( Normal Postur) =

posisi normal tanpa efek

yang dapat mengganggu

sistem musculoskeletal,

tidak diperlukan tindakan

perbaikan.

b. Skor 2 (Slightly Harmful)

= posisi yang berpotensi

menyebabkan kerusakan

pada sistem

musculoskeletal (risiko

sedang), tindakan perbaikan

mungkin diperlukan.

c. Skor 3 (Distincly

Harmful) = posisi dengan

efek berbahaya pada

sistem musculoskeletal

(risiko tinggi), tindakan

korektif segera diperlukan.

Page 71: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

50

Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

d. Skor 4 (Extremely

Harmful) = posisi dengan

efek sangat berbahaya

pada sistem

musculoskeletal (risiko

sangat tinggi), dan

tindakan korektif

diperlukan sesegera

mungkin.

QEC :

a. ≤ 40% (Risiko dapat

diterima)

b. 41%-50% (Rendah,

perubahan mungkin

dibutuhkan)

c. 51%-70% (Menengah,

investigasi lebih lanjut,

perubahan segera)

d. >70% (Tinggi, dan

lakukan perubahan)

Page 72: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

51

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi

kasus observasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung

terhadap proses pekerjaan serta menilai tingkat risiko ergonomi dengan

menggunakan Rapid Entire Body Assesment (REBA), Ovako Working

Assesment System (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC). Peneliti

melakukan observasi pada setiap proses pekerjaan yang dilakukan pekerja di

proyek Ruko Graha Depok di Depok Timur.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Depok timur, pada proyek Ruko Graha

Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan

Desember 2015.

C. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah seluruh proses kerja yang dilakukan

oleh perusahaan konstruksi CV. Kemiri Muka di proyek Ruko Graha

Depok. Karakteristik pekerja yang diteliti adalah pekerja yang memiliki

tinggi badan rata - rata 168 cm dan pekerja yang memiliki tinggi badan jauh

diatas rata – rata (outlier). Sehingga pekerja yang diteliti dapat mewakili

Page 73: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

52

pekerja lain yang tidak diteliti namun pekerjaannya sama. Kedua hal

tersebut dijelaskan dalam bentuk gambar di bawah ini:

: total pekerja konstruksi di proyek Ruko Graha Depok

: pekerja konstruksi yang diteliti

Gambar 4.1 Objek Penelitian

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengambil 12

sampel (postur kerja) dari 11 proses kerja yang dilakukan dengan cara

mengambil video pekerja pada saat bekerja.

E. Besar Sampel

Sampel yang diambil peneliti berjumlah 12 sampel yang teridiri dari

11 sampel pekerja yang mewakili rata – rata pekerja dan 1 pekerja yang

mewakili tinggi badan yang jauh diatas rata – rata pekerja (outlier). Semua

sampel diambil masing – masing satu dari 11 pekerjaan yang ada di proyek

Ruko Graha Depok.

F. Tekhnik Pengambilan Sampel

Tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini

adalah simple random sampling, dimana setiap satu sampel diambil acak dari

beberapa pekerja yang mengerjakan suatu pekerjaan.

Page 74: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

53

G. Alat/Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

sebagai berikut ini:

1. Form Rapid Entire Body Assesment, Ovako Working Posture

Analysis Siste ,dan Quick Exposure Checklist (REBA, OWAS

dan QEC)

Form REBA, OWAS dan QEC merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur tingkat postur tubuh atau posisi

pekerja konstruksi proyek ruko graha pada saat bekerja. Metode

REBA yang digunakan adalah metode yang digunakan oleh

Hignett dan McAtamney (2000) sebagai sarana untuk menilai

postur untuk risiko work-related musculoskeletal disorders

(WRMSDs) terdapat dalam Lampiran 7. Metode OWAS yang

digunakan adalah metode yang digunakan oleh Karhu dkk

(1981) dalam sebagai sarana untuk menilai postur untuk risiko

work-related musculoskeletal disorders (WRMSDs) terdapat

dalam lampiran 8. Metode QEC yang digunakan adalah metode

yang digunakan oleh Li dan Bukle (1999) untuk menilai postur

risiko work-related musculoskeletal disorders (WRMSDs)

terdapat dalam lampiran 9.

2. Software MB Ruler

Software MB Ruler yang digunakan adalah MB Ruler

versi 5.3, software tersebut digunakan untuk mengukur postur

Page 75: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

54

dengan ketelitian millimeter, untuk menghitung besar sudut dari

setiap posisi atau postur tubuh saat pekerja bekerja.

3. Kamera Digital

Kamera digunakan untuk mendokumentasikan

posisi/postur pada saat bekerja. Kamera yang digunakan adalah

kamera digital Canon Power Shot S110 Optical Zoom Lens 5X

IS 5.2 -26.0 mm.

Gambar 4.2 Kamera Digital

4. Stopwatch

Stopwatch yang digunakan adalah stopwatch Accusplit

warna hitam Pro Survivor 601X untuk menghitung waktu/durasi

pada saat bekerja.

Gambar 4.3 Stopwatch

5. Timbangan

Timbangan yang digunakan adalah timbangan

Handscale bermerek Scale and length tape measure untuk

menghitung berat beban pada saat bekerja

Page 76: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

55

Gambar 4.4 HandScale

H. Metode pengambilan Data

Metode pengambilan data terbagi atas dua bagian, yaitu :

1. Pengambilan Data Primer

Pengambilan data mengenai postur kerja dengan cara

mengobservasi langsung dan didokumentasikan menggunakan kamera

digital, menghitung durasi faktor risiko tersebut serta mengukur besar

sudut menggunakan mistar dan busur. Total waktu observasi yang

dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada satu siklus tahapan

per pekerjaan.

Setelah menentukan total waktu pengamatan dalam satu siklus,

lalu melakukan pengukuran postur dan penilaian dari postur yang

telah diukur. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai

pengumpulan data dari masing – masing tahap kerja per satu siklus :

a. Pekerja Kayu

Pada pekerja kayu proses pengerjaan yang dilakukan

adalah membuat bekisting untuk pengecoran. Pengambilan

rekaman gambar diambil selama satu kali pembuatan bekisting

Page 77: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

56

dimulai ketika pekerja mengambil kayu dan membuat

bekisting untuk melakukan pengecoran seperti pada gambar

4.5 di bawah ini:

Gambar 4.5 Bagan Alur Pekerja Kayu

b. Pekerja Besi

Pada pekerja besi proses pengerjaan yang dilakukan

adalah membuat rangka besi untuk bangunan seperti lantai,

tiang atau pondasi. Pengambilan rekaman gambar diambil

selama satu kali pembuatan rangka besi dimulai ketika pekerja

memotong besi hingga merangkai besi sampai rangka

bangunan terbentuk seperti pada gambar 4.6 di bawah ini

Gambar 4.6 Bagan Alur Pekerja Besi

Memotong

kayu

Memaku

kayu

(bekisting)

Memotong

besi

Membuat

rangka besi

Mengambil

kayu

Memasang

bekisting

Mengambil

besi

Membawa

besi

Merangkai

besi

Membetulkan

rangkaian besi

Page 78: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

57

c. Pekerja Pengecoran

Pada pekerja pengecoran pengerjaan yang dilakukan

adalah membuat bahan cor untuk mengecor rangka bangunan

seperti lantai, tiang, dan tangga. Pengambilan gambar diambil

selama satu kali pengerjaan pengecoran dimulai pekerja

membuat bahan pengecoran dan melakukan pengecoran

bangunan seperti pada gambar 4.7 di bawah ini:

Gambar 4.7 Bagan Alur Pekerja Pengecoran

2. Pengukuran dan Penilaian faktor risiko

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pengukuran faktor risiko menggunakan lembar penilaian

Rapid Entire Body Assesment (REBA) yang digunakan oleh

Hignett dan McAtamney (2000). Lembar pengukuran diisi dengan

memberikan skor pada setiap faktor yang dinilai untuk Rapid

Entire Body Assesment (REBA). Penilaian skor metode ini dibagi

menjadi tiga bagian yaitu skor A (punggung, leher, kaki, dan

beban), skor B (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan

pegangan) dan skor C (skor A + Skor B + Activity score). Berikut

Menaruh

semen coran

pada

bekisting

Meratakan semen

yang ada di

bekisting

Membuat

semen coran

Page 79: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

58

akan dijabarkan proses pengukuran dan penilaian metode Rapid

Entire Body Assesment (REBA) :

1) Skor A

Penilaian skor A dibagi menjadi empat bagian yaitu :

a) Posisi punggung

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung

pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB

ruler (Gambar 4.8). Setelah mendapatkan besarnya

sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu

lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau

kode posisi punggung.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

punggung sebagai berikut:

(1) Skor 1 : Lurus / tegak alamiah

(2) Skor 2 : 0 o - 20

o flexion sampai extension

(3) Skor 3 : 20o - 60

o flexion

(4) Skor 4 : > 60o flexion

(5) Skor +1 : jika memutar/miring kesamping

Page 80: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

59

Gambar 4.8 Gambar Posisi Punggung

b) Posisi leher

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher pekerja

pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler

(Gambar 4.9). Setelah mendapatkan besarnya sudut

yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian

dengan menentukan hasil skor atau kode posisi leher.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi leher

sebagai berikut:

(1) Skor 1 : 0o - 20

o flexion sampai extension

(2) Skor 2 : >20o flexion atau extension

(3) Skor +1 jika leher memutar ke kanan atau ke

kiri

Page 81: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

60

Gambar 4.9 Gambar Posisi Leher

c) Posisi Kaki

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan

tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan

software MB ruler (Gambar 4.10). Setelah

mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan

hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

pergelangan tangan sebagai berikut:

(1) Skor 1 : kaki tertopang, bobot tersebar merata

jalan atau duduk

(2) Skor 2 : kaki tidak tertopang, bobot tersebar

merata/postur tidak stabil

(3) Skor +1 : jika lutut antara 30o - 60

o flexion

Page 82: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

61

(4) Skor +2 : Jika lutut >60o flexion tidak ketika

duduk

Gambar 4.10 Gambar Posisi Kaki

d) Beban

Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan

cara menentukan besarnya beban objek yang diangkat

atau angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu

lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau

kode beban. Hasil skor pengukuran terhadap beban

sebagai berikut :

(1) Skor 0 : beban <5 Kg

(2) Skor 1 : beban antara 5 – 10 Kg

(3) Skor 2 : beban >10 Kg

(4) Skor +1 : Jika ada penambahan beban secara

tiba – tiba

Page 83: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

62

2) Skor B

Penilaian skor B dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

a) Lengan atas

Pengukuran dilakukan dengan merekam

gambar selama proses kerja berlangsung, lalu

menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi lengan atas pekerja pada saat bekerja dengan

bantuan software MB ruler (Gambar 4.11). Setelah

mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan

menentukan hasil skor atau kode posisi lengan atas.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan

atas sebagai berikut:

(1) Skor 1 : 0o - 20

o flexion sampai extension

(2) Skor 2 : > 20o extension

20o - 45

o flexion

(3) Skor 3 : 45o - 90

o flexion

(4) Skor 4 : > 90o flexion

(5) Skor +1 : jika posisi lengan adducted atau

rotated

(6) Skor +1 : jika bahu ditinggikan

Page 84: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

63

(7) Skor -1 : jika bersandar, bobot lengan

ditopang atau sesuai gravitasi

Gambar 4.11 Gambar Posisi Lengan Atas

b) Posisi lengan bawah

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan

bawah pekerja pada saat bekerja dengan bantuan

software MB ruler (Gambar 4.12). Setelah

mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan

hasil skor atau kode posisi lengan bawah.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan

bawah sebagai berikut:

Page 85: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

64

(1) Skor 1 : 60o - 100

o flexion sampai extension

(2) Skor 2 : <20o flexion atau >100

o flexion

Gambar 4.12 Posisi Lengan Bawah

c) Pergelangan tangan

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan

tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan

software MB ruler (Gambar 4.13). Setelah

mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada

posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan

hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

pergelangan tangan sebagai berikut:

(1) Skor 1 : 0o - 15

o flexion sampai extension

(2) Skor 2 : >15o flexion atau extension

Page 86: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

65

(3) Skor +1 jika tangan memutar ke kanan atau

kiri

Gambar 4.13 Posisi Pergelangan Tangan

d) Pegangan

Pengukuran mengenai pegangan pada objek

dilakukan dengan cara menentukan kenyamanan dalam

memegang objek yang dipakai oleh pekerja pada

saat bekerja, lalu lakukan penilaian dengan

menentukan hasil skor atau kode pegangan. Hasil skor

pengukuran terhadap beban sebagai berikut :

(1) Skor 0 (Good) : pegangan pas dan tepat

ditengah, genggaman kuat

(2) Skor 1 (Fair) : pegangan tangan bisa diterima

tapi tidak ideal

(3) Skor 2 (Poor) : pegangan tangan tidak bias

diterima walau memungkinkan

(4) Skor 3 (Unacceptable) : dipaksakan pegangan

yang tidak aman

Page 87: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

66

Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja

pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur

kerja pekerja tersebut berdasarkan tabel penilaian metode REBA.

Penilaian metode REBA dibagi menjadi empat tahap tahap, keempat

tahapan tersebut dijelaskan di bawah ini, yaitu :

1) Tabel skor A

Pada tahap pertama cocokkan hasil pengukuran skor A

yaitu, postur punggung, postur leher, postur kaki, dan beban.

Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan tabel

penilaian skor A (Tabel 4.1) , pada tahap ini akan

menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada

tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel

penilaian skor A :

Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A

Punggung Leher

1 2 3

Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban

0 1 2 +1

<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan

beban secara

tiba – tiba

Page 88: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

67

2) Tabel skor B

Pada tahap kedua cocokkan hasil pengukuran skor B

yaitu, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan

pegangan. Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan

tabel penilaian skor B (Tabel 4.2), pada tahap ini akan

menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada

tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel

penilaian skor B :

Tabel 4.2 Tabel penilaian skor B

Lengan bawah

Lengan atas 1 2

Pergelangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Pegangan

0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable

pegangan pas

dan tepat

ditengah,

genggaman kuat

pegangan tangan

bisa diterima

tapi tidak ideal

pegangan tangan

tidak bias

diterima walau

memungkinkan

dipaksakan

pegangan yang

tidak aman

3) Tabel skor C

Pada tahap ketiga cocokkan hasil penilaian skor A dan

hasil penilaian skor B dengan tabel penilaian skor C (Tabel

4.3), lalu lakukan penilaian terhadap Activity score, setelah

Page 89: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

68

itu lakukan penjumlahan antara hasil penilaian skor C dengan

nilai pada Activity score. Pada tahap ini akan menghasilkan

satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap

setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel penilaian

skor C :

Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Skor B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity score

+1 = jika 1 atau lebih

bagian tubuh statis,

ditahan lebih dari 1

menit

+1 = jika ada

pengulangan gerakan

dalam rentang waktu

singkat, diulang lebih

dari 4 kali per menit

(tidak termasuk

berjalan)

+1 = jika gerakan

menyebabkan

perubahan atau

pergeseran postur

yang cepat dari posisi

awal

4) Tabel level risiko dan tindakan

Pada tahap keempat ini cocokkan nilai hasil dari

keseluruhan tahap yang telah dilewati dengan tabel level

risiko dan tindakan (Tabel 4.4). Berikut di bawah ini

merupakan tabel level risiko dan tindakan :

Page 90: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

69

Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA

Level action Skor REBA Level Risiko Tindakan

Perbaikan

0 1 Bisa

diabaikan

Tidak perlu

1 2-3 Rendah Mungkin

perlu

2 4-7 Sedang Perlu

3 8-10 Tinggi Perlu segera

4 11-15 Sangat Tinggi Perlu saat ini

juga

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pengukuran metode penilaian Ovako Working Posture

Analysis System (OWAS) meliputi 2 faktor yaitu, postur kerja dan

beban. Untuk postur kerja terbagi menjadi 3 bagian, yaitu

punggung, lengan/bahu dan kaki. Berikut akan dijabarkan proses

pengukuran dan penilaian metode penilaian risiko OWAS, yaitu

(Karhu dkk, 1977) :

1) Postur kerja

Metode OWAS pada pengukuran postur kerja terbagi menjadi

tiga bagian, yaitu :

a) Punggung

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung

Page 91: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

70

pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB

ruler (Gambar 4.14). Setelah mendapatkan besarnya

sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu lakukan

penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi

punggung.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

punggung sebagai berikut:

(1) Posisi 1 : Lurus / tegak (<20o)

(2) Posisi 2 : Bungkuk ke depan (>20o)

(3) Posisi 3 : Miring ke samping (miring >20o)

(4) Posisi 4 : Bungkuk ke depan & miring ke

samping miring & bungkuk >20o (Grzybowska,

2010)

b) Lengan/Bahu

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan/bahu

pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB

ruler (Gambar 4.14). Setelah mendapatkan besarnya

sudut yang terbentuk pada posisi lengan, lalu lakukan

penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi

lengan.

Page 92: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

71

Hasil skor pengukuran terhadap posisi

punggung sebagai berikut:

(1) posisi 1 : Kedua tangan di bawah bahu

(2) posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu

(3) posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu

c) Kaki

Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan

bagaimana posisi kaki pekerja pada saat bekerja dengan

observasi (Gambar 4.14). Setelah mendapatkan

bagaimana posisi kaki pekerja, lalu lakukan penilaian

dengan menentukan hasil skor atau kode posisi kaki.

Hasil skor pengukuran terhadap posisi kaki

sebagai berikut:

(1) posisi 1 : Duduk

(2) posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus

dengan sudut lutut >150o

(3) posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu

kaki lurus dan sudut satu kaki lainnya >150o

(4) posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua

lutut dengan sudut ≤150o

(5) posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan

sudut ≤150o

Page 93: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

72

(6) posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang

berada di tanah / lantai

(7) posisi 7 : Berjalan atau bergerak

Gambar 4.14 Posisi Postur Kerja OWAS

Page 94: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

73

2) Beban

Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan cara

menentukan besarnya beban objek yang diangkat atau

angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu lakukan penilaian

dengan menentukan hasil skor atau kode beban.

Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai

berikut :

a) Skor 1 = apabila berat beban <10 kg (0 kg - 9,9kg)

b) Skor 2 = apabila berat beban <20kg (10kg -19,9kg)

c) Skor 3 = apabila berat beban >20 kg

Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja

pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur

kerja pekerja tersebut dengan mengkalkulasikan masing-masing

posisi punggung, lengan, kaki dan beban, berdasarkan tabel

penilaian metode risiko OWAS.

Cara penilaian berdasarkan tabel metode risiko OWAS

terbagi menjadi 2 bagian, yaitu berdasarkan tabel 4.5 kombinasi

posisi postur kerja dan tabel 4.6 tingkat risiko dan tindakan

perbaikan. Selanjutnya, agar lebih jelas akan dijabarkan sebagai

berikut :

Page 95: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

74

Tabel 4.5 Tabel Frekuensi Relatif OWAS

Punggung

Punggung

lurus/tegak

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Punggung

membungkuk

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Punggung

memuntir

3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Punggung

membungkuk &

memuntir

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Lengan

Kedua lengan di

bawah bahu

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Satu lengan

diatas bahu

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Kedua lengan

diatas bahu

3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3

Kaki

Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Berdiri kedua

kaki lurus

2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Berdiri dengan

satu kaki

ditekuk

3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Berdiri atau

jongkok dengan

kedua lutut

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berdiri atau

jongkok dengan

satu lutut

5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berlutut dengan

satu atau dua

lutut menyentuh

lantai

6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Berjalan/bergera

k

7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Frekuensi Relatif ≤

10

%

20

%

30

%

40

%

50

%

60

%

70

%

80

%

90

%

100

%

Penilaian frekuensi relatif dilakukan setelah merekam

gambar selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan

perekaman, lakukan perhitungan terhadap jumlah repetitive dari

setiap posisi yang dominan terjadi pada punggung, lengan dan kaki

Page 96: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

75

dalam kaitannya dengan posisi lainnya selama total waktu

pengamatan. Setelah perhitungan ini maka sebagai langkah

terakhir dari metode ini, adalah menentukan kategori risiko yang

mencakup setiap posisi.

Hasil penilaian tabel frekuensi relatif adalah sebagai berikut

ini :

1) Skor 1 (Normal Postur) : Posisi normal tanpa efek

yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal

(risiko rendah) - tidak diperlukan tindakan perbaikan.

2) Skor 2 (Slightly Harmful) : Posisi yang berpotensi

menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal

(risiko sedang) - Tindakan perbaikan mungkin

diperlukan.

3) Skor 3 (Distincly Harmful) : Posisi dengan efek

berbahaya pada sistem musculoskeletal (risiko tinggi) -

Tindakan korektif diperlukan segera.

4) Skor 4 (Extremely Harmful) : Posisi dengan efek

sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal (risiko

sangat tinggi) - Tindakan korektif diperlukan

sesegera mungkin.

Page 97: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

76

Tabel 4.6 Tabel Kombinasi Posisi Postur kerja

Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur

postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur

kerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur

kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4,

yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem muskuloskeletal

(sikap kerja ini mengakibatkan risiko yang jelas). Perlu

perbaikan secara langsung/saat ini.

Hal tersebut dapat diketahui setelah melihat tabel 4.7

tingkat risiko dan tindakan perbaikan, berdasarkan contoh dapat

diketahui bahwa perlu adanya perbaikan secara langsung yang

dilakukan terhadap postur kerja tersebut.

Page 98: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

77

Tabel 4.7 Tabel Tingkat Risiko dan Tindakan Perbaikan OWAS

Kategori

Risiko

Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan

Skor 1

(Normal

Posture)

Posisi normal tanpa efek yang

dapat mengganggu sistem

musculoskeletal (risiko rendah)

Tidak diperlukan

perbaikan

Skor 2

(Slightly

Harmful)

Posisi yang berpotensi

menyebabkan kerusakan pada

sistem musculoskeletal (risiko

sedang)

Tindakan perbaikan

mungkin diperlukan

Skor 3

(Distincly

Harmful)

Posisi dengan efek berbahaya pada

sistem musculoskeletal (risiko

tinggi)

Tindakan korektif

diperlukan segera

Skor 4

(Extremely

Harmful)

Posisi dengan efek sangat

berbahaya pada sistem

musculoskeletal (risiko sangat

tinggi)

Tindakan korektif

diperlukan sesegera

mungkin

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Pengukuran metode penilaian Quick Exposure Chechklist

(QEC) merupakan metode penilaian risiko yang menilai tingkat

risiko dengan 3 tahapan, yaitu pengamatan oleh peneliti, pengisian

kuesioner oleh pekerja itu sendiri dan kalkulasi skor pajanan.

Ketiga tahapan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Pengamatan oleh peneliti

Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti yang

dilakukan dengan observasi pekerja dengan mengamati

postur dan mencocokkan dengan form pengamatan.

2) Pengisian kuesioner pekerja

Pengisian kuesioner pekerja ini dilakukan untuk

melakukan penilaian yang memerlukan pekerja untuk

Page 99: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

78

menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada kuesioner

pekerja.

3) Kalkulasi Skor Pajanan

Pengkalkulasian skor pajanan ini dengan

membandingkan hasil kuesioner yang telah diisi dengan

tabel kalkulasi skor pajanan. Cara mengkalkulasikannya

adalah dengan membandingkan hasil jawaban hasil jawaban

dengan lembar skor QEC. Lembar skor QEC ini dapat

dilihat pada lampiran.

Setelah itu membandingkan hasil olahan kuesioner

dengan tabel skor per bagian postur tubuh. Tabel skor per

bagian tubuh tersebut yang dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Tabel Skor Per-bagian Tubuh

Tahap terakhir yaitu dengan menghitung exposure

yang didapat dan dibandingkan dengan tingkat risiko yang

Page 100: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

79

diterima pekerja tersebut. Cara menghitung exposure

tersebut dengan menggunakan rumus di bawah ini :

X = Total skor yang didapat untuk paparan

risiko cedera untuk punggung, bahu/lengan, pergelangan

tangan, dan leher yang diperoleh dari perhitungan

kuesioner.

Xmax = Total maksimum skor untuk paparan

yang mungkin terjadi untuk punggung, bahu/lengan,

pergelangan tangan, dan leher.

Tahap terakhir adalah melihat rekapitulasi untuk

Action level setiap posisi kerja beserta tindakannya.

Rekapitulasi action level dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Tabel Action level QEC

Total Exposure

Level

Action

<40% Aman

40 - 49% Perlu penelitian lebih lanjut

50 – 69% Perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan

>69 % Dilakukan penelitian dan tindakan secepatnya

Sumber : Ilman dkk, 2013

Page 101: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

80

F. Teknik dan Analisis Data

Hasil data pengukuran postur atau posisi kerja yang dilakukan dengan

menggunakan alat penilaian postur kerja metode REBA, OWAS dan QEC.

Cara penilaian metode REBA yaitu dengan cara memberi nilai untuk masing-

masing penilaian skor A yaitu punggung, leher, kaki, beban dan skor B

yaitu lengan atas, lengan bawah, pergelangan, serta pegangan. Semua skor

dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan dengan merekam gambar selama

proses kerja, sehingga didapatkan nilai kategori tingkat risiko (Tabel 4.4)

yang menggambarkan level risiko ergonomi serta tingkat perlu atau tidaknya

suatu tahap kerja diubah. Untuk hasil data frekuensi dan durasi dari postur

kerja dinilai pada tabel penilaian Skor C (Tabel 4.3), sedangkan untuk

penilaian beban dinilai berdasarkan tabel penilaian Skor A (Tabel 4.1).

Cara penilaian metode OWAS yaitu dengan cara memberi nilai untuk

masing-masing postur punggung, lengan, kaki, dan frekuensi relatif

berdasarkan observasi yang dilakukan dengan merekam gambar selama proses

kerja, dan beban objek yang didapat berdasarkan telaah dokumen spesifikasi,

sehingga didapatkan nilai kategori tingkat risiko (Tabel 4.7).

Cara penilaian metode QEC yaitu dengan cara memberi nilai untuk

masing masing postur berdasarkan observasi yang dilakukan dengan

merekam gambar selama proses kerja dan hasil kueisoner pekerja untuk

didapatkan nilai kategori total tingkat risiko dan tindakan perbaikannya

(Tabel 4.9).

Sedangkan untuk cara membandingkan penilaian metode dapat

dilakukan dengan cara membandingkan per postur tubuh dari jenis pekerjaan

Page 102: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

81

sehingga diketahui bagaimana perbedaan antara metode satu dengan lainnya,

dapat juga dengan melihat tingkat risiko yang dihasilkan berdasarkan

metode satu dengan lainnya.

Page 103: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

82

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini ada beberpa tahapan yang akan dinilai yang terbagi

kedalam tiga kelompok pekerja yaitu, pekerja kayu, pekerja besi, dan pekerja

pengecoran. Pada pekerja kayu terdapat empat tahapan yaitu, mengambil kayu,

memotong kayu, membuat bekisting dan memasang bekisting. Pada pekerja besi

terdapat enam tahapan yaitu, mengambil besi, membawa besi, memotong besi,

membentuk rangka besi, merangkai besi, dan membetulkan rangkaian besi. Pada

pekerja pengecoran hanya ada satu tahapan yang dinilai, yaitu meratakan semen

cor. Semua tahapan yang ini dinilai menggunakan tiga metode analisis ergonomi,

yaitu metode Rapid Entire Body Assesment (REBA), metode Ovako Working

Posture Analysis Sistem (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC). Di

bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko semua tahapan diatas berdasarkan tiga

metode tersebut, sebagai berikut :

A. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Kayu

Pekerja kayu pada proyek Ruko Graha Depok ini memiliki beberapa

jenis aktivitas. Beberapa jenis aktivitas tersebut seperti mengambil kayu,

memotong kayu, membuat bekisting dan memasang bekisting. Berikut ini

akan dijelaskan analisis tingkat risiko dari masing – masing aktivitas pekerja

kayu, penjelasan mengenai analisis tersebut adalah sebagai berikut:

Page 104: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

83

1. Mengambil kayu

Tahapan pengambilan kayu dilakukan secara manual tanpa

menggunakan alat apapun yang dilakukan oleh salah satu pekerja

kayu. Gerakan yang dilakukan adalah memilih, mengangkat dan

memisahkan kayu untuk digunakan pekerja lainnya. Kegiatan ini

dilakukan terus menerus hingga kayu yang dibutuhkan tersedia.

Gambar 5.1 Tahapan Pengambilan Kayu

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi tahapan

pengambilan kayu berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC,

sebagai berikut :

Page 105: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

84

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada saat melakukan tahapan pengambilan kayu ini,

posisi punggung pekerja lurus, sehingga mendapatkan skor 1.

Posisi leher pekerja lurus namun agak memutar kearah kiri

pekerja sehingga pekerja mendapatkan skor 2, untuk posisi kaki

pekerja tertopang secara baik sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah itu seluruh skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel skor

A. Didapatkan skor 2 yang kemudian akan ditambahkan dengan

skor beban. Beban yang ditangani oleh pekerja lebih dari 10 Kg,

yaitu antara 10,5 sampai 15 Kg, maka beban mendapatkan skor

2. Setelah dijumlahkan dengan skor dari tabel A, maka

keseluruhan untuk skor A mendapatkan nilai 3.

Posisi lengan atas pekerja bagian kanan mengalami

bagian kiri mengalami fleksi 32o dari garis normal tubuh

manusia, mendapatkan skor 2. Lengan bawah pekerja bagian

kanan mengalami fleksi 60o , sehingga lengan mendapatkan skor

1 untuk bagian kanan dan skor 2 untuk bagian kiri. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o, sehingga

mendapatkan skor 1.

Hasil skor dari group B untuk bagian kanan dan kiri

yaitu mendapatkan skor 1. Hasil tersebut akan dijumlahkan

dengan skor pegangan. Pegangan pada objek benda tidak

memiliki pegangan yang tidak pas namun bisa diterima,

Page 106: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

85

sehingga mendapatkan skor 2. Setelah dijumlahkan maka skor

yang didapatkan yaitu 3.

Pada tahapan ini pekerja kayu tidak melakukan aktivitas

yang dapat menambah skor. Sehingga untuk skor aktivitas

mendapatkan skor 0. Sehingga jika dikombinasikan skor A dan

skor B pada tabel C. maka akan didapatkan skor, yaitu

mendapatkan skor 3. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan

dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 3. Di bawah ini akan di jabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.1 sebagai berikut :

Tabel 5.1 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 1 Punggung lurus

2 Leher 2 Lurus dan memutar

kearah kiri

3 Kaki 1 Lurus tertopang

dengan baik

4 Beban 2 10 Kg - 15 Kg

5 Lengan atas 2 Fleksi 32o

6 Lengan bawah 2 Fleksi 60o

7 Pergelangan

tangan

1 Feksi < 15o

8 Pegangan 2 Tidak pas

9 Jenis aktivitas 0 Tidak ada

Skor akhir REBA 3 Rendah

Page 107: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

86

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pengambilan kayu ini,

posisi punggung pekerja lurus dan membentuk sudut kurang dari

20o sehingga mendapatkan skor 1. Posisi tangan pekerja

keduanya berada di bawah bahu sehingga pekerja mendapatkan

skor 1, untuk posisi kaki pekerja berdiri dengan kedua kaki lurus

dengan sudut lutut > 150o sehingga mendapatkan skor 2. Beban

yang ditangani oleh pekerja mempunyai rentang antara 10,5

sampai 15 Kg sehingga mendapatkan skor 2.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja dan

tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan skor

postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan

ini memiliki nilai 1. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.2 sebagai berikut :

Tabel 5.2 Hasil Nilai skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 1 Lurus

2 Lengan 1 Kedua lengan di

bawah

3 Kaki 2 Lurus dengan sudut

lutut > 150o

4 Beban 2 10 – 15 Kg

Skor akhir OWAS 1 Normal Posture

Page 108: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

87

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3 Hasil Kuesioner Proses Tahapan Mengambil Kayu

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A1 Hampir netral

Pergerakan B3 Jarang

2 Lengan C1 Berada di pinggang

Pergerakan D2 Sering

3 Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus

Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang

4 Leher G1 Tidak tertekuk

5 Beban H3 Berat (11 Kg – 20 Kg)

6 Kecepatan

bekerja I2

(2 – 4 jam)

7 Tingkat

kekuatan J2

Sedang

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N1 Tidak ada

12 Stress O1 Tidak stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 22, lengan mendapat skor sebesar 22, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor

Page 109: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

88

sebesar 4, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 1, dan stress

mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level, sehingga

total exposure level yang didapatkan yaitu 38%. Di bawah ini

akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel

5.4 sebagai berikut :

Tabel 5.4 Hasil nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 22 Hampir netral

2 Lengan 22 Berada di

pinggang

3 Pergelangan

tangan

16 Hampir lurus

4 Leher 4 Tidak tertekuk

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan

bekerja

1 (2 – 4 jam)

8 Stress 1 Tidak stress

Skor akhir QEC 38% Aman

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.5,

sebagai berikut :

Page 110: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

89

Tabel 5.5 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Mengambil Kayu Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 3 Rendah Tidak perlu

OWAS 1 Normal

Posture

Tidak diperlukan

perbaikan

QEC 38 % - Aman

Berdasarkan tabel 5.49 diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

sama, yaitu aktivitas mengambil kayu mempunyai level risiko

ergonomi yang rendah dengan tidak perlu adanya tindakan

perbaikan.

2. Memotong kayu

Pada tahapan memotong kayu ini peneliti mengamati dua

sampel, pengamatan dua sampel dikarenakan adanya sampel yang

diluar tinggi rata - rata (outlier), sehingga pengamatan sampel diambil

dari kedua group, sampel outlier dan sampel rata – rata pekerja. Di

bawah ini akan jelaskan penilaian pada kedua sampel tersebut, sebagai

berikut :

a. Sampel I

Tahapan memotong kayu dilakukan secara manual

dengan menggunakan alat gergaji yang dilakukan oleh salah

satu pekerja kayu. Gerakan yang dilakukan adalah dengan

memotong kayu sesuai dengan bentuk yang akan digunakan

untuk membuat bekisting.

Page 111: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

90

Gambar 5.2 Tahapan Memotong Kayu Sampel I (Outlier)

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko

ergonomi tahapan memotong kayu berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC, sebagai berikut :

1) Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan memotong posisi punggung pada

saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

lebih dari 20o dan kurang dari 60

o yaitu 31

o, sehingga

mendapatkan skor 3. Posisi leher pekerja pada saat

bekerja yaitu ekstensi sebesar 28o sehingga mendapat

skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang

dengan baik namun memiliki sudut fleksi >60o

Page 112: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

91

sehingga mendapatkan skor 3. Setelah itu skor yang

didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan

didapatkan skor 6 untuk postur tubuh A. kemudian

skor postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor

beban yang akan menjadi skor akhir group A. berat

beban yang digunakan oleh pekerja masih di bawah

5Kg yaitu 2,4 Kg sehingga mendapatkan skor 0.

Setelah dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir

group A yaitu 6.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi

27o dari garis normal tubuh manusia, sehingga

mendapatkan skor 2. Lengan bawah pekerja

mengalami fleksi membentuk sudut >100o, sehingga

lengan mendapatkan skor 2. Pergelangan pekerja

mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o, sehingga

mendapatkan skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan

skor 2. Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor

pegangan. Pegangan pada objek benda tidak memiliki

pegangan yang pas namun bisa diterima, sehingga

mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan maka skor

yang didapatkan yaitu 3.

Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan

aktivitas menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan

Page 113: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

92

adanya gerakan repetitif yang diulang lebih dari 18

kali gerakan per menit, sehingga untuk skor aktivitas

mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan

skor A dan skor B pada tabel C, maka akan

didapatkan skor 6. Setelah hasil skor C didapatkan

maka akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka

total skor yang didapatkan yaitu 8. Di bawah ini akan

dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu

tabel 5.6 sebagai berikut :

Tabel 5.6 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong

Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan

Metode REBA Tahun 2015

2) Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan

kayu ini, posisi punggung pada saat bekerja tidak

lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari 20o dan

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 3 Fleksi 31o

2 Leher 2 Ekstensi 28o

3 Kaki 3 Fleksi >60o

4 Beban 0 Berat < 5Kg

5 Lengan atas 2 Fleksi 27o

6 Lengan bawah 2 Fleksi >100o

7 Pergelangan tangan 1 Fleksi < 15o

8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa

diterima

9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif

Skor akhir REBA 8 Tinggi

Page 114: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

93

kurang dari 60o yaitu 31

o, sehingga mendapatkan skor

2. Posisi tangan pekerja kedua tangannya berada di

bawah bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan

skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara baik,

yaitu pekerja jongkok dengan kedua kaki yang

membentuk sudut <150o sehingga mendapatkan skor

4. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih

< 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor

tersebut akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi

posisi postur kerja dan tabel tingkat risiko dan

tindakan perbaikan. Berdasarkan skor postur dan

dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini

memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.7 sebagai

berikut :

Tabel 5.7 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong

Kayu (Sampel I) Pada Pekerja Kayu Berdasarkan

Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 2 Fleksi 31o

2 Lengan 1 Kedua lengan di

bawah bahu

3 Kaki 4

Berjongkok dengan

kedua kaki yang

membentuk sudut

<150o

4 Beban 1 Berat < 10 Kg

Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

Page 115: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

94

3) Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan

hasil kuesioner yang dijelaskan dalam bentuk tabel

5.8 di bawah ini.

Tabel 5.8 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu

(Sampel I) Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode

QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A3 Terlalu membungkuk

Pergerakan B2 Statis

2 Lengan C2 Berada di dada

Pergerakan D2 Sering

3

Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk

Repetitif F2 11 kali sampai 20 kali

permenit

4 Leher G3 Ya, terus menerus

5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10

Kg)

6 Kecepatan

bekerja

I2 (2 – 4 jam)

7 Tingkat

kekuatan

J2 Sedang

8 Penglihatan K2 Tinggi

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N2 Ada, terkadang

12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui

bahwa data tersebut akan dianalisis dan diberikan

skoring. Hasil analisis dan skoring data tersebut yaitu

punggung mendapatkan skor sebesar 28, lengan

Page 116: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

95

mendapat skor sebesar 30, pergelangan tangan

mendapatkan skor sebesar 30, leher mendapat skor

sebesar 14, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan

dan dibagi dengan skor maksimal yang dapat

didapatkan serta dikali dengan 100% untuk

mendapatkan total exposure level, sehingga total

exposure level yang didapatkan yaitu 69%. Di bawah

ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.9 sebagai berikut :

Tabel 5.9 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong

Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan

Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 28 Terlalu membungkuk

2 Lengan 30 Berada di dada

3 Pergelangan tangan 30 Tertekuk

4 Leher 14 Tertekuk (terus menerus)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 4 (2 – 4 jam)

8 Stress 4 Cukup stress

Skor akhir QEC 68%

Perlu Penelitian lebih

lanjut dan tindakan

perbaikan

Page 117: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

96

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis

tingkat risiko ergonomi dengan menggunakan metode

REBA, OWAS dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan

mengenai hasil penilaian dari ketiga metode tersebut

pada sampel I dalam bentuk tabel 5.10, sebagai berikut :

Tabel 5.10 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memotong Kayu (Sampel I) Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 8 Tinggi Perlu segera

OWAS 3 Distincly

Harmful

Tindakan korektif diperlukan

segera

QEC 68% - perlu penelitian lebih lanjut

dan tindakan perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko

yang sama, yaitu aktivitas memotong kayu mempunyai

level risiko ergonomi yang tinggi dengan perlu segera

dilakukan tindakan perbaikan.

b. Sampel II

Tahapan memotong kayu dilakukan secara manual

dengan menggunakan alat gergaji yang dilakukan oleh salah

satu pekerja kayu. Gerakan yang dilakukan adalah dengan

memotong kayu sesuai dengan bentuk yang akan digunakan

untuk membuat bekisting.

Page 118: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

97

Gambar 5.3 Tahapan Memotong Kayu Sampel II

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko

ergonomi tahapan memotong kayu berdasarkan metode

REBA, OWAS dan QEC, sebagai berikut :

1) Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan memotong posisi punggung pada

saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

sebesar 32o, sehingga mendapatkan skor 3. Posisi

leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi sebesar 25o

sehingga mendapat skor 2. Kaki pekerja pada saat

bekerja tertopang dengan baik namun memiliki sudut

fleksi >60o sehingga mendapatkan skor 3. Setelah itu

Page 119: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

98

skor yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel A

dan didapatkan skor 6 untuk postur tubuh A.

kemudian skor postur tubuh A akan dijumlahkan

dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir

group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja

masih di bawah 5Kg yaitu 2,4 Kg sehingga

mendapatkan skor 0. Setelah dijumlahkan dengan

skor A maka skor akhir group A yaitu 6.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi

32o dari garis normal tubuh manusia, sehingga

mendapatkan skor 2. Lengan bawah pekerja

mengalami fleksi membentuk sudut 40o, sehingga

lengan mendapatkan skor 2. Pergelangan pekerja

mengalami fleksi namun tidak melebihi 61o, sehingga

mendapatkan skor 2.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan

skor 3. Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor

pegangan. Pegangan pada objek benda tidak memiliki

pegangan yang pas namun bisa diterima, sehingga

mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan maka skor

yang didapatkan yaitu 4.

Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan

aktivitas menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan

adanya gerakan repetitif yang diulang lebih dari 4 kali

Page 120: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

99

per menit, sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan

skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan skor A dan

skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 7.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah

kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 9. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.11 sebagai

berikut :

Tabel 5.11 Hasil Nilai Skoring Tahapan Memotong

Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan

Metode REBA Tahun 2015

2) Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan

kayu ini, posisi punggung pada saat bekerja tidak

lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari 20o dan

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 3 Fleksi 32o

2 Leher 2 Fleksi 25o

3 Kaki 3 Fleksi >60o

4 Beban 0 < 5 Kg

5 Lengan atas 2 Fleksi 32o

6 Lengan bawah 2 Fleksi 40o

7 Pergelangan tangan 2 Fleksi >15o

8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa

diterima

9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif

Skor akhir REBA 9 Tinggi

Page 121: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

100

kurang dari 60o yaitu 32

o, sehingga mendapatkan skor

2. Posisi tangan pekerja kedua tangannya berada di

bawah bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan

skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara baik,

yaitu pekerja jongkok dengan kedua kaki yang

membentuk sudut <150o sehingga mendapatkan skor

4. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih

< 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor

tersebut akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi

posisi postur kerja dan tabel tingkat risiko dan

tindakan perbaikan. Berdasarkan skor postur dan

dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini

memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.12 sebagai

berikut :

Tabel 5.12 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong

Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode

OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 2 Fleksi 32o

2 Lengan 1 Kedua lengan di bawah

bahu

3 Kaki 4

Berjongkok dengan kedua

kaki yang membentuk

sudut <150o

4 Beban 1 Berat < 10 Kg

Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

Page 122: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

101

3) Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan

hasil kuesioner yang dijelaskan dalam bentuk tabel

5.13 di bawah ini.

Tabel 5.13 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu

Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode

QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A2 Agak membungkuk

Pergerakan B2 Statis

2 Lengan C2 Berada di dada

Pergerakan D1 Jarang

3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk

Repetitif F3 > 20 kali permenit

4 Leher G3 Ya, terus menerus

5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)

6 Kecepatan

bekerja

I2 (2 – 4 jam)

7 Tingkat

kekuatan

J2 Sedang

8 Penglihatan K2 Tinggi

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N2 Ada, terkadang

12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui

bahwa data tersebut akan dianalisis dan diberikan

skoring. Hasil analisis dan skoring data tersebut yaitu

punggung mendapatkan skor sebesar 24, lengan

mendapat skor sebesar 30, pergelangan tangan

mendapatkan skor sebesar 34, leher mendapat skor

sebesar 14, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

Page 123: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

102

mendapatkan skor 4, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan

dan dibagi dengan skor maksimal yang dapat

didapatkan serta dikali dengan 100% untuk

mendapatkan total exposure level, sehingga total

exposure level yang didapatkan yaitu 68 %. Di bawah

ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.14 sebagai berikut :

Tabel 5.14 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong

Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode

QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor keterangan

1 Punggung 24 Agak membungkuk

2 Lengan 30 Berada di dada

3 Pergelangan

tangan

34 Tertekuk

4 Leher 14 Tertekuk (terus menerus)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 4 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 4 (2 – 4 jam)

8 Stress 4 Cukup stress

Skor akhir QEC 68%

Perlu Penelitian lebih

lanjut dan tindakan

perbaikan

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis

tingkat risiko ergonomi dengan menggunakan metode

REBA, OWAS dan QEC. Di bawah ini akan

dijelaskan kembali mengenai hasil penilaian dari

ketiga metode pada sampel II dalam bentuk tabel

5.15, sebagai berikut :

Page 124: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

103

Tabel 5.15 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada

Aktivitas Memotong Kayu (Sampel II) Berdasarkan Tiga

Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 9 Tinggi Perlu segera

OWAS 3 Distincly

Harmful

Tindakan korektif

diperlukan segera

QEC 68 % -

Perlu penelitian lebih

lanjut dan tindakan

perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil

perhitungan tersebut jika dilihat hasilnya

menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu aktivitas

memotong kayu (sampel II) mempunyai level risiko

ergonomi yang tinggi dengan perlu segera dilakukan

tindakan perbaikan.

3. Membuat bekisting

Tahapan membuat bekisting dilakukan secara manual dengan

menggunakan alat palu yang dilakukan oleh salah satu pekerja kayu.

Gerakan yang dilakukan adalah dengan memaku paku dengan

menggunakan palu sesuai dengan bentuk yang akan digunakan untuk

membuat bekisting.

Page 125: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

104

Gambar 5.4 Tahapan Membuat Bekisting

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membuat bekisting berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan membuat bekisting posisi punggung

pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

lebih dari 20o dan kurang dari 60

o yaitu 38

o, sehingga

mendapatkan skor 3. Posisi leher pekerja pada saat bekerja

yaitu 15o sehingga mendapat skor 1. Kaki pekerja pada saat

bekerja tidak tertopang dengan baik dan memiliki sudut fleksi

>60o sehingga mendapatkan skor 4. Setelah itu skor yang

Page 126: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

105

didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan

skor 6 untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A

akan dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor

akhir group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja

masih di bawah 5Kg yaitu 1,5 Kg sehingga mendapatkan

skor 0. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir

group A yaitu 6.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 61o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja mengalami fleksi membentuk sudut

68o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi sebesar 13o, sehingga mendapatkan

skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 3.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 4.

Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan

repetitive yang diulang lebih dari 4 kali per menit, sehingga

untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika

dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka akan

didapatkan skor 7. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan

Page 127: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

106

dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 9. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.16 sebagai

berikut:

Tabel 5.16 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat

Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 3 Fleksi 38o

2 Leher 1 Fleksi 15o

3 Kaki 4

Tidak tertopang dengan

baik dan memiliki sudut

fleksi >60o

4 Beban 0 < 5 Kg

5 Lengan atas 3 Fleksi 61o

6 Lengan bawah 1 Fleksi 68o

7 Pergelangan tangan 1 Fleksi 13o

8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa

diterima

9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif

Skor akhir REBA 9 Tinggi

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan kayu ini,

posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk

sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60

o yaitu 38

o,

sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan pekerja kedua

tangannya berada di bawah bahu pekerja sehingga pekerja

mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara

baik, yaitu pekerja jongkok dengan satu kaki yang membentuk

sudut <150o sehingga mendapatkan skor 5. Terakhir beban

Page 128: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

107

yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga

mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.17 sebagai

berikut :

Tabel 5.17 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat

Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 2 Fleksi 38o

2 Lengan 1 Kedua lengan berada di

bawah bahu

3 Kaki 5

tidak tertopang secara

baik, dan membentuk

sudut <150o

4 Beban 1 Berat < 10 Kg

Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.18 di bawah ini.

Page 129: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

108

Tabel 5.18 Hasil Kuesioner Tahapan Membuat Bekisting Pada

Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A3 Terlalu membungkuk

Pergerakan B2 Statis

2 Lengan C2 Berada di dada

Pergerakan D1 Jarang

3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk

Repetitif F3 > 20 kali permenit

4 Leher G3 Ya, terus menerus

5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)

6 Kecepatan

bekerja

I2 (2 – 4 jam)

7 Tingkat

kekuatan

J2 Sedang

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N1 Tidak pernah

12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 28, lengan mendapat skor sebesar 26, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 34, leher mendapat skor

sebesar 12, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 1, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 65%. Di

Page 130: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

109

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.19 sebagai berikut :

Tabel 5.19 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat

Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun

2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 28 Terlalu membungkuk

2 Lengan 26 Berada di dada

3 Pergelangan tangan 34 Tertekuk

4 Leher 12 Tertekuk (Terus menerus)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 1 (2 – 4 jam)

8 Stress 4 Cukup stress

Skor akhir QEC 65%

Perlu penelitian lebih

lanjut dan tindakan

perbaikan

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.20,

sebagai berikut :

Tabel 5.20 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membuat Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 9 Tinggi Perlu segera

OWAS 3 Distincly

Harmful

Tindakan korektif diperlukan

segera

QEC 65 % - perlu penelitian lebih lanjut

dan tindakan perbaikan

Page 131: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

110

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat

risiko yang sama, yaitu aktivitas membuat bekisting

mempunyai level risiko ergonomi yang tinggi dengan perlu

segera dilakukan tindakan perbaikan.

4. Memasang bekisting

Tahapan memasang bekisting dilakukan secara manual dengan

memaku bekisting sehingga terbentuk pinggiran/alas untuk

pengecoran agar membentuk dinding beton atau lantai. Gerakan yang

dilakukan adalah dengan memaku bekisting dengan palu agar sesuai

dengan kontruksi bangunan yang akan dibentuk.

Gambar 5.5 Tahapan Memasang Bekisting

Page 132: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

111

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan memasang bekisting berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan memasang bekisting posisi punggung

pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih

dari 20o dan kurang dari 60

o yaitu 30

o, sehingga mendapatkan

skor 3. Posisi leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi 26o

sehingga mendapat skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja

tidak tertopang dengan baik dan memiliki sudut fleksi >60o

sehingga mendapatkan skor 4. Setelah itu skor yang

didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor

7 untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan

dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir

group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja masih di

bawah 5Kg yaitu 1,5 Kg sehingga mendapatkan skor 0. Setelah

dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir group A yaitu 7.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 48o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja mengalami fleksi membentuk sudut

91o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan pekerja

mengalami fleksi sebesar 13o dan memutar ke kanan sehingga

mendapatkan skor 2.

Page 133: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

112

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang pas

namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1. Setelah

dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 5.

Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan

repetitive yang diulang lebih dari 4 kali per menit, sehingga

untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika

dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka akan

didapatkan skor 9. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan

dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 11. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.21 sebagai berikut :

Tabel 5.21 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang

Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 3 Fleksi 30o

2 Leher 2 Fleksi 26o

3 Kaki 4 Tidak tertopang dengan

baik dan fleksi >60o

4 Beban 0 Berat < 5Kg

5 Lengan atas 3 Fleksi 48o

6 Lengan bawah 1 Fleksi 91o

7 Pergelangan tangan 2 Fleksi 13

o dan memutar ke

kanan

8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa

diterima

9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif

Skor akhir REBA 11 Sangat Tinggi

Page 134: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

113

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan kayu ini,

posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk

sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60

o yaitu 30

o,

sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan pekerja kedua

tangannya berada di bawah bahu pekerja sehingga pekerja

mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara

baik, yaitu pekerja jongkok dengan satu kaki yang membentuk

sudut <150o sehingga mendapatkan skor 5. Terakhir beban

yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga

mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.22 sebagai

berikut :

Page 135: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

114

Tabel 5.22 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang

Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 2 Fleksi 30o

2 Lengan 1 Kedua lengan berada di

bawah bahu

3 Kaki 5

Tidak tertopang secara

baik, dan membentuk

sudut <150o

4 Beban 1 Berat < 10 Kg

Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.23 di bawah ini.

Tabel 5.23 Hasil Kuesioner Tahapan Memasang Bekisting Pada

Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A2 Agak membungkuk

Pergerakan B2 Statis

2 Lengan C1 Berada di sekitar pinggang

Pergerakan D1 Jarang

3 Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus

Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang

4 Leher G3 Ya, terus menerus

5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)

6 Kecepatan

bekerja

I1 < 2 jam

7 Tingkat

kekuatan

J1 Rendah

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N2 Ya, terkadang

12 Stress O1 Tidak stress

Page 136: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

115

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 20, lengan mendapat skor sebesar 16, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor

sebesar 8, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level, sehingga

total exposure level yang didapatkan yaitu 41%. Di bawah ini

akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel

5.24 sebagai berikut :

Tabel 5.24 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 20 Agak membungkuk

2 Lengan 16 Berada di sekitar pinggang

3 Pergelangan tangan 16 Hampir lurus

4 Leher 8 Tertekuk (terus menerus)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 4 < 2 jam

8 Stress 1 Tidak stress

Skor akhir QEC 41% Perlu penelitian lebih lanjut

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

Page 137: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

116

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.25,

sebagai berikut :

Tabel 5.25 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memasang Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 11 Sangat tinggi Perlu saat ini juga

OWAS 3 Distincly

Harmful

Tindakan korektif diperlukan

segera

QEC 41 % - perlu penelitian lebih lanjut

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan tersebut

jika dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

berbeda diantara ketiganya. Metode REBA menunjukkan tingkat

risiko yang sangat tinggi dengan saran perlu saat ini juga

dilakukan tindakan perbaikan, metode OWAS menunjukkan

tingkat risiko yang tinggi dengan perlu segera dilakukan

tindakan korektif dan metode QEC menunjukkan tingkat risiko

yang sedang dengan perlu adanya penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan tabel – tabel penilaian analisis diatas, di bawah ini akan

dijabarkan hasil rekapan analisis tingkat risiko ergonomi pada masing –

masing proses tahapan kerja pekerja kayu berdasarkan tiga metode analisis

tingkat risiko ergonomi dalam bentuk tabel 5.26 sebagai berikut :

Page 138: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

117

Tabel 5.26 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada

Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Kayu Berdasarkan Tiga

Metode Tahun 2015

No. Proses Tahapan REBA OWAS QEC Keterangan

1. Mengambil Kayu X X X Sama

2. a. Memotong Kayu (I) XXX XXX XXX Sama

b. Memotong Kayu (II) XXX XXX XXX Sama

3. Membuat Bekisting XXX XXX XXX Sama

4. Memasang Bekisting XXXX XXX XX Berbeda

Rendah (X), Sedang (XX), Tinggi (XXX), Sangat Tinggi (XXXX)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 80% penilaian tingkat

risiko ergonomi berdasarkan tiga metode mempunyai penilaian yang sama.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahapan kayu ini sebagian besar

proses tahapan kerja pekerja kayu dapat dinilai secara sama menurut tiga

metode analisis tingkat risiko ergonomi tersebut.

B. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Besi

Pekerja besi pada proyek Ruko Graha Depok beberapa jenis aktivitas.

Berikut ini merupakan jenis aktivitas yang dilakukan oleh pekerja besi di

proyek Ruko Graha Depok :

1. Mengambil Besi

Tahapan mengambil besi dilakukan secara manual dengan

mengambil besi yang ada pada tumpukkan yang dilakukan oleh salah

ke satu pekerja besi. Gerakan yang dilakukan adalah dengan

Page 139: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

118

membungkuk dan mengambil besi dengan kedua tangan lalu

membawanya untuk dipotong atau dibentuk.

Gambar 5.6 Tahapan Mengambil Besi

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan mengambil besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan mengambil besi posisi punggung pada

saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari

60o yaitu 90

o, sehingga mendapatkan skor 4. Posisi leher

pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi lebih besar dari 20o,

sehingga mendapat skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja

tertopang dengan baik dan memiliki sudut fleksi 30o - 60

o

sehingga mendapatkan skor 2. Setelah itu skor yang

Page 140: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

119

didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor

6 untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan

dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir

group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja mempunyai

5Kg – 10Kg yaitu 7 Kg sehingga mendapatkan skor 1. Setelah

dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir group A yaitu 7.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 91o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 4.

Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk

sudut 5o, sehingga lengan mendapatkan skor 2. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o, sehingga

mendapatkan skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 5.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 6.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas yang

menyebabkan perubahan psotur yang cepat dari posisi awal,

sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu,

jika dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka

akan didapatkan skor 9. Setelah hasil skor C didapatkan maka

akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

Page 141: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

120

didapatkan yaitu 10. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.27 sebagai berikut :

Tabel 5.27 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 4 Fleksi 90o

2 Leher 2 Fleksi > 20o

3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60

o

4 Beban 1 7 Kg

5 Lengan atas 4 Fleksi 91o

6 Lengan bawah 2 Fleksi 5o

7 Pergelangan tangan 1 Fleksi < 15o

8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa

diterima

9 Jenis aktivitas 1 Perubahan yang cepat

Skor akhir REBA 10 Tinggi

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan mengambil besi ini,

posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk

sudut fleksi sebesar 90o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi

tangan pekerja kedua tangannya berada di atas bahu pekerja

sehingga pekerja mendapatkan skor 3. Posisi kaki pekerja yaitu

berdiri dengan berdiri atau jongkok dengan sudut <150o

sehingga mendapatkan skor 4. Terakhir beban yang ditangani

oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

Page 142: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

121

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.28 sebagai

berikut :

Tabel 5.28 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 2 Fleksi 90o

2 Lengan 3 Kedua tangan berada di

atas bahu

3 Kaki 4 Berdiri atau jongkok

dengan sudut <150o

4 Beban 1 < 10 Kg

Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.29 di bawah ini.

Tabel 5.29 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A3 Terlalu membungkuk

Pergerakan B3 Jarang

2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu

Pergerakan D2 Sering

3 Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus

Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang

4 Leher G2 Ya, terkadang

Page 143: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

122

Tabel 5.29 (Lanjutan)

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)

6 Kecepatan

bekerja I1 < 2 jam

7 Tingkat

kekuatan

J2 Sedang

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N2 Ya, terkadang

12 Stress O1 Tidak stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 24, lengan mendapat skor sebesar 24, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 44%. Di

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.30 sebagai berikut :

Page 144: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

123

Tabel 5.30 Hasil Nilai Skoring Proses Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 24 Terlalu membungkuk

2 Lengan 24 Berada di sekitar bahu

3 Pergelangan tangan 16 Hampir lurus

4 Leher 6 Tertekuk (terus menerus)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 4 < 2 jam

8 Stress 1 Tidak stress

Skor akhir QEC 44% Perlu penelitian lebih lanjut

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.31,

sebagai berikut :

Tabel 5.31 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Mengambil Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 10 Tinggi Perlu segera

OWAS 3 Distincly

Harmful

Tindakan korektif diperlukan

segera

QEC 44% - Perlu penelitian lebih lanjut

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

berbeda, pada dua metode yaitu REBA dan OWAS

menunjukkan tingkat risiko tinggi, sedangkan QEC

menunjukkan tingkat risiko yang sedang.

Page 145: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

124

2. Membawa Besi

Tahapan membawa besi dilakukan secara manual dengan

membawa besi untuk dipotong atau dibentuk oleh pekerja besi.

Gerakan yang dilakukan adalah dengan membawa besi diatas pundak

dan membawanya untuk dipotong/dibentuk atau dirangkai pada tahap

selanjutnya.

Gambar 5.7 Tahapan Membawa Besi

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membawa besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC,

sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan membawa besi posisi punggung pada saat

bekerja tidak lurus tetapi mengalami ekstensi sebesar 11o,

Page 146: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

125

sehingga mendapatkan skor 2. Posisi leher pekerja pada saat

bekerja yaitu ekstensi sebesar 19o, sehingga mendapat skor 1.

Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan

memiliki sudut fleksi 30o - 60

o sehingga mendapatkan skor 2.

Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel

A dan didapatkan skor 3 untuk postur tubuh A. kemudian skor

postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang

akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan

oleh pekerja mempunyai 5Kg – 10Kg yaitu 7 Kg sehingga

mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka

skor akhir group A yaitu 4.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 28o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 2.

Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk

sudut 98o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi sebesar 13o, sehingga mendapatkan

skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 1.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 2.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit, sehingga untuk skor

Page 147: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

126

aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan

skor A dan skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 4.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan

dengan skor aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 5.

Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk

tabel, yaitu tabel 5.32 sebagai berikut :

Tabel 5.32 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 2 Ekstensi 11o

2 Leher 1 Ekstensi 19o

3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60

o

4 Beban 1 Berat 7 Kg

5 Lengan atas 2 Fleksi 28o

6 Lengan bawah 1 Fleksi 98o

7 Pergelangan tangan 1 Fleksi 13o

8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa

diterima

9 Jenis aktivitas 1 statis

Skor akhir REBA 5 Sedang

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja lurus, sehingga mendapatkan skor

1. Posisi tangan pekerja kedua tangannya berada di bawah

bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan skor 2. Posisi kaki

pekerja yaitu bergerak atau berjalan sehingga mendapatkan

skor 7. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih < 10

Kg, sehingga mendapatkan skor 1.

Page 148: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

127

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 1. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.33 sebagai

berikut :

Tabel 5.33 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 1 Punggung lurus (<20o)

2 Lengan 2 Kedua tangan berada di

bawah bahu

3 Kaki 7 Berjalan

4 Beban 1 < 10 Kg

Skor akhir OWAS 1 Normal posture

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.34 di bawah ini.

Page 149: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

128

Tabel 5.34 Hasil Kuesioner Tahapan Membawa Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A1 Hampir netral

Pergerakan B2 Statis

2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu

Pergerakan D1 Jarang

3

Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk

Repetitif F1 10 kali permenit/

kurang

4 Leher G2 Ya, terkadang

5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)

6 Kecepatan

bekerja I2 2 - 4 jam

7 Tingkat

kekuatan

J2 Sedang

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N2 Ya, terkadang

12 Stress O1 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 24, lengan mendapat skor sebesar 10, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 38%. Di

Page 150: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

129

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.35 sebagai berikut :

Tabel 5.35 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 24 Hampir netral

2 Lengan 10 Berada di sekitar bahu

3 Pergelangan tangan 16 Tertekuk

4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam

8 Stress 1 Cukup stress

Skor akhir QEC 38% Aman

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.36,

sebagai berikut :

Tabel 5.36 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membawa Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 5 Sedang Perlu segera

OWAS 1 Normal

Posture

Tidak diperlukan perbaikan

QEC 38% - Aman

Page 151: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

130

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

berbeda, pada dua metode yaitu OWAS dan QEC

menunjukkan tingkat risiko rendah, sedangkan REBA

menunjukkan tingkat risiko yang sedang.

3. Memotong Besi

Tahapan membawa besi dilakukan secara manual dengan

membawa besi untuk dipotong atau dibentuk oleh pekerja besi.

Gerakan yang dilakukan adalah dengan membawa besi diatas pundak

dan membawanya untuk dipotong/dibentuk atau dirangkai pada tahap

selanjutnya.

Gambar 5.8 Tahapan Memotong Besi

Page 152: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

131

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan memotong besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC,

sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan memotong besi posisi punggung pada

saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari

20o dan kurang dari 60

o yaitu 51

o dan memiringkan badannya,

sehingga mendapatkan skor 4. Posisi leher pekerja pada saat

bekerja yaitu mengalami fleksi sebesar 23o, sehingga mendapat

skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja tidak tertopang dengan

baik dan memiliki sudut fleksi >60o sehingga mendapatkan

skor 4. Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam

tabel A dan didapatkan skor 8 untuk postur tubuh A. kemudian

skor postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang

akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan

oleh pekerja masih di bawah 5Kg yaitu 1,5 Kg sehingga

mendapatkan skor 0. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka

skor akhir group A yaitu 8.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 52o dari

garis normal tubuh manusia sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja mengalami fleksi membentuk sudut

96o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan pekerja

mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o

dan memutar,

sehingga mendapatkan skor 2.

Page 153: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

132

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda memiliki pegangan yang pas dan

bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 0. Setelah

dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 4.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan

repetitif yang diulang lebih dari 4 kali per menit, sehingga

untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika

dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka akan

didapatkan skor 9. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan

dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 11. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.37 sebagai berikut :

Tabel 5.37 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 4 Fleksi 51o

2 Leher 2 Fleksi 23o

3 Kaki 4 Tidak tertopang dengan baik

dan fleksi >60o

4 Beban 0 Berat < 5Kg

5 Lengan atas 3 Fleksi 52o

6 Lengan bawah 1 Fleksi 96o

7 Pergelangan tangan 2 Fleksi < 15o

8 Pegangan 0 Pegangan yang pas

9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif

Skor akhir REBA 11 Sangat Tinggi

Page 154: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

133

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan pemotongan besi ini,

posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk

sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60

o yaitu 51

o dan

memiringkan tubuhnya, sehingga mendapatkan skor 4. Posisi

tangan pekerja kedua tangannya berada di bawah bahu pekerja

sehingga pekerja mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja tidak

tertopang secara baik, yaitu pekerja jongkok dengan kedua

kaki yang membentuk sudut <150o sehingga mendapatkan skor

4. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg,

sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 4. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.38 sebagai

berikut :

Page 155: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

134

Tabel 5.38 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 4 Fleksi 51o

2 Lengan 1 Kedua lengan berada di

bawah bahu

3 Kaki 4

Berjongkok dengan kedua

kaki yang membentuk

sudut <150o

4 Beban 1 Berat < 10 Kg

Skor akhir OWAS 4 Extremely Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.39 di bawah ini.

Tabel 5.39 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A3 Terlalu membungkuk

Pergerakan B2 Statis

2 Lengan C1 Berada di sekitar pinggang

Pergerakan D2 Sering

3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk

Repetitif F2 11 hingga 20 kali permenit

4 Leher G2 Ya, terkadang

5 Beban H1 Ringan (Sekitar 5 Kg)

6 Kecepatan

bekerja I2 2 - 4 jam

7 Tingkat

kekuatan

J2 Sedang

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N2 Ya, terkadang

12 Stress O2 Cukup stress

Page 156: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

135

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 24, lengan mendapat skor sebesar 20, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 30, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 55%. Di

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.40 sebagai berikut :

Tabel 5.40 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 24 Terlalu membungkuk

2 Lengan 20 Berada di sekitar

pinggang

3 Pergelangan tangan 30 Tertekuk

4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam

8 Stress 4 Cukup stress

Skor akhir QEC 55%

Perlu penelitian lebih

lanjut dan tindakan

perbaikan

Page 157: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

136

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.41,

sebagai berikut :

Tabel 5.41 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memotong Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 11 Sangat tinggi Perlu segera

OWAS 4 Extremely

Harmful

Tindakan korektif diperlukan

sesegera mungkin

QEC 55% - Perlu penelitian lebih lanjut dan

tindakan perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

berbeda, pada dua metode yaitu REBA dan OWAS

menunjukkan tingkat risiko sangat tinggi, sedangkan QEC

menunjukkan tingkat risiko yang tinggi.

4. Membentuk Rangka Besi

Tahapan membuat rangka besi dilakukan secara manual

dengan membentuk/membengkokan besi untuk dibentuk oleh pekerja

besi sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Gerakan yang dilakukan

adalah dengan menarik atau mendorong kunci besi pada besi agar

dapat membentuk besi sesuai dengan yang diperlukan pekerja.

Page 158: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

137

Gambar 5.9 Tahapan Membentuk Rangka Besi

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membuat rangka besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut:

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan membentuk rangka besi posisi punggung

pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

sebesar 43o dan memutar ke kanan, sehingga mendapatkan

skor 4. Posisi leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi

kurang dari 15o sehingga mendapat skor 1. Kaki pekerja pada

saat bekerja tertopang dengan baik sehingga mendapatkan skor

Page 159: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

138

1. Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam

tabel A dan didapatkan skor 3 untuk postur tubuh A. kemudian

skor postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang

akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan

oleh pekerja mempunyai berat kurang dari 5Kg, yaitu 4,5 Kg

sehingga mendapatkan skor 0. Setelah dijumlahkan dengan

skor A maka skor akhir group A yaitu 3.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 65o dari

garis normal tubuh manusia dan menjauhi badan, sehingga

mendapatkan skor 4. Lengan bawah pekerja tangan mengalami

fleksi membentuk sudut 30o, sehingga lengan mendapatkan

skor 2. Pergelangan pekerja mengalami fleksi sebesar 45o,

sehingga mendapatkan skor 2.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 6.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda memiliki pegangan yang pas dan

bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 0. Setelah

dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 6.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas yang

membuat posturnya berubah dengan cepat dari postur awal

sehingga mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan

skor A dan skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 5.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan

dengan skor aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 6.

Page 160: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

139

Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk

tabel, yaitu tabel 5.42 sebagai berikut :

Tabel 5.42 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 4 Fleksi 43

o dan memutar

ke kanan

2 Leher 1 Fleksi <15o

3 Kaki 1 Lurus

4 Beban 0 Berat < 5Kg

5 Lengan atas 4 Fleksi 65o

6 Lengan bawah 2 Fleksi 30o

7 Pergelangan tangan 2 Fleksi 45o

8 Pegangan 0 Pegangan pas

9 Jenis aktivitas 1 Perubahan postur cepat

Skor akhir REBA 6 Sedang

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut

fleksi sebesar 43o dan memutar ke kanan, sehingga

mendapatkan skor 4. Posisi tangan pekerja kedua tangannya

berada di bawah bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan

skor 1. Posisi kaki pekerja yaitu berdiri dengan kedua kaki

lurus dengan sudut >150o, sehingga mendapatkan skor 2.

Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg,

sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

Page 161: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

140

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 2. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.43 sebagai

berikut :

Tabel 5.43 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 4 Fleksi 43

o dan memutar ke

kanan

2 Lengan 1 Kedua lengan berada di

bawah bahu

3 Kaki 2 Kedua kaki lurus dengan

sudut >150o

4 Beban 1 < 10 Kg

Skor akhir OWAS 2 Slightly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.44 di bawah ini.

Page 162: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

141

Tabel 5.44 Hasil Kuesioner Tahapan Membentuk Rangka Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A3 Terlalu membungkuk

Pergerakan B3 Jarang

2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu

Pergerakan D1 Jarang

3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk

Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang

4 Leher G2 Ya, terkadang

5 Beban H1 Ringan (Sekitar 5 Kg)

6 Kecepatan

bekerja I2 2 - 4 jam

7 Tingkat

kekuatan

J2 Sedang

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N2 Ya, terkadang

12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 18, lengan mendapat skor sebesar 18, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 20, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 41%. Di

Page 163: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

142

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.45 sebagai berikut :

Tabel 5.45 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 18 Terlalu membungkuk

2 Lengan 18 Berada di sekitar bahu

3 Pergelangan tangan 20 Tertekuk

4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam

8 Stress 4 Cukup stress

Skor akhir QEC 41% Perlu penelitian lebih

lanjut

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.46,

sebagai berikut :

Tabel 5.46 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membentuk Rangka Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 6 Sedang Perlu

OWAS 2 Slightly

Harmful

Tindakan perbaikan mungkin

diperlukan

QEC 41% - Perlu penelitian lebih lanjut

Page 164: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

143

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

sama, yaitu aktivitas membentuk rangka besi mempunyai level

risiko ergonomi yang sedang dengan perlu adanya tindakan

perbaikan.

5. Merangkai Besi

Tahapan merangkai besi dilakukan secara manual dengan

merangkai besi untuk dibuat tiang atau penyangga oleh pekerja besi.

Gerakan yang dilakukan adalah dengan melilitkan kawat besi pada

cincin besi dan besi yang lurus untuk dirangkai menjadi tiang ataupun

penyangga.

Gambar 5.10 Tahapan Merangkai Besi

Page 165: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

144

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membuat bekisting berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan merangkai besi posisi punggung pada saat

bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi sebesar 30o,

sehingga mendapatkan skor 3. Posisi leher pekerja pada saat

bekerja membentuk sudut ekstensi sebesar 18o, sehingga

mendapat skor 1. Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang

dengan baik dan memiliki sudut fleksi >60o sehingga

mendapatkan skor 3. Setelah itu skor yang didapatkan di

masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor 5 untuk

postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan

dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir

group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja mempunyai

kurang dari 5Kg yaitu 2Kg sehingga mendapatkan skor 0.

Setelah dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir group A

yaitu 5.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 50o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk

sudut 66o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi 16o, sehingga mendapatkan skor 2.

Page 166: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

145

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor B yang didapatkan yaitu 5.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas

menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan

repetititf yang diulang lebih dari 4 kali, sehingga untuk skor

aktivitas mendapatkan skor 2. Setelah itu, jika dikombinasikan

skor A dan skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 6.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan

dengan skor aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 8.

Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk

tabel, yaitu tabel 5.47 sebagai berikut :

Tabel 5.47 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 3 Fleksi 30o

2 Leher 1 Ekstensi 18o

3 Kaki 3 Fleksi >60o

4 Beban 0 Berat < 5Kg

5 Lengan atas 3 Fleksi 50o

6 Lengan bawah 1 Fleksi 66o

7 Pergelangan tangan 2 Fleksi 16o

8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa

diterima

9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif

Skor akhir REBA 8 Tinggi

Page 167: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

146

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan merangkai besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut

fleksi sebesar 30o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan

pekerja kedua tangannya berada di bawah bahu pekerja

sehingga pekerja mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja yaitu

berdiri atau jongkok dengan kedua kaki membentuk sudut

<150o, sehingga mendapatkan skor 4. Terakhir beban yang

ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan

skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.48 sebagai

berikut :

Tabel 5.48 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 2 Fleksi 30o

2 Lengan 1 Kedua lengan berada di

bawah bahu

3 Kaki 4

Berdiri atau jongkok

dengan kedua kaki

membentuk sudut <150o

4 Beban 1 Berat < 10 Kg

Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

Page 168: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

147

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.49 di bawah ini.

Tabel 5.49 Hasil Kuesioner Tahapan Merangkai Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A2 Agak membungkuk

Pergerakan B2 Statis

2 Lengan C2 Berada di sekitar dada

Pergerakan D1 Jarang

3 Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus

Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang

4 Leher G3 Ya, terus menerus

5 Beban H2 cukup (6 - 10 Kg)

6 Kecepatan

bekerja I2 2 - 4 jam

7 Tingkat

kekuatan

J1 Rendah

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N1 Tidak pernah

12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 22, lengan mendapat skor sebesar 26, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor

sebesar 12, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 1, dan stress

Page 169: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

148

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 51%. Di

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.50 sebagai berikut :

Tabel 5.50 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 22 Agak membungkuk

2 Lengan 26 Berada di sekitar dada

3 Pergelangan tangan 16 Hampir lurus

4 Leher 12 Tertekuk (terus menerus)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 1 2 - 4 jam

8 Stress 4 Cukup stress

Skor akhir QEC 51% Perlu penelitian lebih lanjut

dan tindakan perbaikan

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.51,

sebagai berikut :

Page 170: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

149

Tabel 5.51 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Merangkai Besi Berdasarkan Tiga Metode

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 8 Tinggi Perlu segera

OWAS 3 Distincly

Harmful

Tindakan korektif diperlukan

segera

QEC 51% - Perlu penelitian lebih lanjut dan

tindakan perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang

sama, yaitu aktivitas membentuk rangka besi mempunyai level

risiko ergonomi yang tinggi dengan perlu segera dilakukan

tindakan perbaikan.

6. Membetulkan Rangkaian Besi

Tahapan membetulkan rangkaian besi dilakukan secara manual

dengan menarik besi panjang untuk membetulkan besi yang turun

pada rangkaian besi yang dibentuk oleh pekerja besi. Gerakan yang

dilakukan adalah dengan menarik turun besi lurus pengunci rangkaian

sehingga rangkaian yang turun terangkat agar bentuk atau

rangkaiannya kembali pada bentuk semula.

Page 171: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

150

Gambar 5.11 Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi

tahapan membuat rangkaian besi berdasarkan metode REBA, OWAS

dan QEC, sebagai berikut :

a. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan membetulkan rangkaian besi posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut

fleksi sebesar 45o sehingga mendapatkan skor 3. Posisi leher

pekerja pada saat bekerja yaitu lurus sehingga mendapat skor

1. Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan

memiliki sudut fleksi 30o - 60

o sehingga mendapatkan skor 2.

Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel

A dan didapatkan skor 4 untuk postur tubuh A. kemudian skor

Page 172: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

151

postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang

akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan

oleh pekerja mempunyai 5Kg – 10Kg yaitu 6 Kg sehingga

mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka

skor akhir group A yaitu 5.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 85o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.

Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk

sudut 97o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan

pekerja mengalami fleksi namun melebihi 15o, sehingga

mendapatkan skor 2.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.

Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.

Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang

tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 5.

Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas yang

merubah postur dari keadaan postur sebelumnya secara cepat,

sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu,

jika dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka

akan didapatkan skor 6. Setelah hasil skor C didapatkan maka

akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang

didapatkan yaitu 7. Di bawah ini akan dijabarkan hasil

penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.52 sebagai berikut :

Page 173: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

152

Tabel 5.52 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 3 Fleksi 45o

2 Leher 1 Lurus

3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60

o

4 Beban 1 5Kg – 10Kg

5 Lengan atas 3 Fleksi 85o

6 Lengan bawah 1 Fleksi 97o

7 Pergelangan tangan 2 Fleksi >15o

8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa

diterima

9 Jenis aktivitas 1 Perubahan postur cepat

Skor akhir REBA 7 Sedang

b. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut

fleksi sebesar 45o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan

pekerja kedua tangannya berada di atas bahu pekerja sehingga

pekerja mendapatkan skor 3. Posisi kaki pekerja yaitu berdiri

atau jongkok dengan kedua kaki membentuk sudut kurang dari

150o sehingga mendapatkan skor 4. Terakhir beban yang

ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan

skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut

akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja

dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan

skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,

Page 174: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

153

tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan

hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.53 Sebagai

berikut :

Tabel 5.53 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS

Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 2 Fleksi 45o

2 Lengan 3 Kedua lengan berada

diatas bahu

3 Kaki 4

berdiri atau jongkok

dengan kedua kaki

membentuk sudut < 150o

4 Beban 1 Berat < 10 Kg

Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful

c. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang

dijelaskan dalam bentuk tabel 5.54 di bawah ini.

Page 175: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

154

Tabel 5.54 Hasil Kuesioner Tahapan Membetulkan Rangkaian

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A3 Terlalu membungkuk

Pergerakan B3 Jarang

2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu

Pergerakan D1 Jarang

3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk

Repetitif F2 11 hingga 20 kali permenit

4 Leher G2 Ya, terkadang

5 Beban H2 cukup (6 - 10 Kg)

6 Kecepatan

bekerja I2 2 - 4 jam

7 Tingkat

kekuatan

J3 Tinggi

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N2 Ya, terkadang

12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa

data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil

analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan

skor sebesar 20, lengan mendapat skor sebesar 24, pergelangan

tangan mendapatkan skor sebesar 26, leher mendapat skor

sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran

mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress

mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi

dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,

sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 49%. Di

Page 176: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

155

bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.55 sebagai berikut :

Tabel 5.55 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC

Tahun 2015

No. Variabel Skor Ketarangan

1 Punggung 20 Terlalu membungkuk

2 Lengan 24 Berada di sekitar bahu

3 Pergelangan tangan 26 Tertekuk

4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam

8 Stress 4 Cukup stress

Skor akhir QEC 49% Perlu penelitian lebih lanjut

Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat

risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS

dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil

penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.56,

sebagai berikut :

Tabel 5.56 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membetulkan Rangkaian Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan

REBA 7 Sedang Perlu

OWAS 3 Distincly

Harmful

Tindakan korektif diperlukan

segera

QEC 49% - Perlu penelitian lebih lanjut

Page 177: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

156

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan

tersebut jika dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat

risiko yang berbeda, pada dua metode yaitu OWAS dan QEC

menunjukkan tingkat risiko tinggi, sedangkan REBA

menunjukkan tingkat risiko yang sedang.

Berdasarkan tabel – tabel penilaian analisis diatas, di bawah ini akan

dijabarkan hasil rekapan penilaian analisis tingkat risiko ergonomi pada

masing – masing proses tahapan kerja pekerja besi berdasarkan tiga metode

analisis tingkat risiko ergonomi dalam bentuk tabel 5.57 sebagai berikut :

Tabel 5.57 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada

Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Besi Berdasarkan Tiga

Metode Tahun 2015

No. Proses Tahapan REBA OWAS QEC Keterangan

1. Mengambil Besi XXX XXX XX Berbeda

2. Membawa Besi XX X X Berbeda

3. Memotong Besi XXXX XXXX XXX Berbeda

4. Membentuk Rangka

Besi

XX XX XX Sama

5. Merangkai Besi XXX XXX XXX Sama

6. Membetulkan

Rangkaian Besi

XX XXX XX Berbeda

Rendah (X), Sedang (XX), Tinggi (XXX), Sangat Tinggi (XXXX)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 67% penilaian tingkat

risiko ergonomi berdasarkan tiga metode mempunyai penilaian yang berbeda.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahapan besi ini sebagian besar

Page 178: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

157

proses tahapan kerja pekerja besi tidak dapat dinilai secara sama menurut tiga

metode analisis tingkat risiko ergonomi tersebut.

C. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran

Pekerja pengecoran pada proyek Ruko Graha Depok memiliki

aktivitas pengecoran dengan menggunakan alat. Tahapannya dengan

mengaliri bekisting dengan mesin cor, lalu meratakannya dengan

menggunakan alat secara manual oleh pekerja. Oleh karena itu untuk

penilaian postur hanya akan dilakukan pada saat tahapan meratakan semen

cor. Gerakan yang dilakukan adalah dengan menarik atau mendorong alat

untuk meratakan semen coran agar rata.

Gambar 5.12 Tahapan Meratakan Semen Cor

Page 179: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

158

Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi tahapan

meratakan semen coran pada lantai berdasarkan metode REBA, OWAS dan

QEC, sebagai berikut :

1. Metode Penilaian Risiko REBA

Pada tahapan meratakan semen cor posisi punggung pada saat

bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi sebesar 72o, sehingga

mendapatkan skor 4. Posisi leher pekerja pada saat bekerja tidak lurus

dan membentuk sudut ekstensi sebesar 23o sehingga mendapat skor 2.

Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan memiliki

sudut fleksi 30o - 60

o sehingga mendapatkan skor 2. Setelah itu skor

yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor 6

untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan

dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir group

A. berat beban yang digunakan oleh pekerja mempunyai 5Kg – 10Kg

yaitu 8,8 Kg sehingga mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan

dengan skor A maka skor akhir group A yaitu 7.

Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi sebesar 115o dari

garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 4. Lengan

bawah pekerja mengalami fleksi sebesar 18o, sehingga lengan

mendapatkan skor 2. Pergelangan pekerja mengalami fleksi sebesar

14o, sehingga mendapatkan skor 1.

Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4, hasil

tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan. Pegangan pada

objek benda tidak memiliki pegangan yang tidak pas namun bisa

Page 180: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

159

diterima, sehingga mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan maka

skor yang didapatkan yaitu 5.

Pada tahapan ini pekerja pengecoran melakukan aktivitas yang

merubah postur dari keadaan postur sebelumnya secara cepat,

sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika

dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, mendapatkan skor 9.

Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan dengan skor

aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 10. Di bawah ini akan

dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.58 sebagai

berikut :

Tabel 5.58 Hasil Penilaian Tahapan Meratakan Semen Cor Berdasarkan

Pada Pekerja Pengecoran Metode REBA Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 4 Fleksi 72o

2 Leher 2 Ekstensi 23o

3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60

o

4 Beban 1 5Kg – 10Kg

5 Lengan atas 4 Fleksi 115o

6 Lengan bawah 2 Fleksi 18o

7 Pergelangan tangan 1 Fleksi sebesar 14o

8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa

diterima

9 Jenis aktivitas 1 Perubahan postur cepat

Skor akhir REBA 10 Tinggi

2. Metode Penilaian Risiko OWAS

Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi

punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi

sebesar 72o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan pekerja satu

tangannya berada di bawah bahu pekerja dan satu tangan berada diatas

Page 181: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

160

bahu, sehingga pekerja mendapatkan skor 2. Posisi kaki pekerja yaitu

berdiri dengan kedua kaki membentuk sudut lebih dari 150o sehingga

mendapatkan skor 2. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja

masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.

Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut akan

dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja dan tabel

tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan skor postur dan

dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini memiliki nilai

2. Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,

yaitu tabel 5.59 sebagai berikut :

Tabel 5.59 Hasil Penilaian Tahapan Meratakan Semen Cor Pada

Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015

3. Metode Penilaian Risiko QEC

Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang dijelaskan

dalam bentuk tabel 5.60 di bawah ini.

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 2 Fleksi 72o

2 Lengan 2 Lengan berada diatas dan di

bawah bahu

3 Kaki 2 Berdiri dengan kedua kaki

membentuk sudut > 150o

4 Beban 1 Berat < 10 Kg

Skor akhir OWAS 2 Slightly Harmful

Page 182: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

161

Tabel 5.60 Hasil Kuesioner Tahapan Meratakan Semen Cor Pada

Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Kode

jawaban

Keterangan

1 Punggung A3 Terlalu membungkuk

Pergerakan B4 Sering

2 Lengan C2 Berada di sekitar dada

Pergerakan D2 sering

3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk

Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang

4 Leher G2 Ya, terkadang

5 Beban H2 cukup (6 - 10 Kg)

6 Kecepatan

bekerja I2 2 - 4 jam

7 Tingkat

kekuatan

J3 Tinggi

8 Penglihatan K1 Rendah

9 Mengemudi L1 < 1 jam

10 Getaran M1 < 1 jam

11 Kesulitan N2 Ya, terkadang

12 Stress O2 Cukup stress

Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa data

tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil analisis dan

skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan skor sebesar 34,

lengan mendapat skor sebesar 30, pergelangan tangan mendapatkan

skor sebesar 32, leher mendapat skor sebesar 12, mengemudi

mendapatkan skor 1, getaran mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja

4, dan stress mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan

dibagi dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali

dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level, sehingga total

exposure level yang didapatkan yaitu 67%. Di bawah ini akan

dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.61 sebagai

berikut :

Page 183: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

162

Tabel 5.61 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor

Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015

No. Variabel Skor Keterangan

1 Punggung 34 Terlalu membungkuk

2 Lengan 30 Berada di sekitar dada

3 Pergelangan tangan 32 Tertekuk

4 Leher 12 Tertekuk (terkadang)

5 Mengemudi 1 < 1 jam

6 Getaran 1 < 1 jam

7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam

8 Stress 4 Cukup stress

Skor akhir QEC 67%

Perlu penelitian lebih

lanjut dan tindakan

perbaikan

Penilaian aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan metode

REBA, OWAS dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai

hasil penilaian aktivitas pengecoran dari ketiga metode tersebut dalam

bentuk tabel 5.62, sebagai berikut :

Tabel 5.62 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Meratakan Semen Cor Berdasarkan Tiga Metode

Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan tersebut jika

dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang berbeda, pada

Metode Skor Tingkat

risiko

Tindakan

Perbaikan

Kode Keterangan

REBA 10 Tinggi Perlu segera XXX

OWAS 2 Slightly

Harmful

Tindakan

perbaikan

mungkin

diperlukan

XX Berbeda

QEC 67% -

Perlu penelitian

lebih lanjut dan

tindakan perbaikan

XXX

Page 184: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

163

dua metode yaitu REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko tinggi,

sedangkan OWAS menunjukkan tingkat risiko yang sedang.

Dari beberapa penjelasan diatas mengenai hasil dari seluruh proses yang

dilakukan di Proyek Ruko Graha Depok, dapat dilihat bahwa sebagian besar

proses kerja yang dilakukan pekerja memiliki tingkat risiko yang sama setelah

dilakukan penilaian menggunakan tiga metode, yaitu metode REBA, OWAS dan

QEC. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 5.63, sebagai berikut :

Tabel 5.63 Rekapan Penilaian Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Seluruh

Proses Tahapan Kerja Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015

No. Proses Tahapan REBA OWAS QEC Kesimpulan

1. Mengambil Kayu X X X Risiko rendah

2. a. Memotong Kayu (I) XXX XXX XXX Risiko tinggi

b. Memotong Kayu (II) XXX XXX XXX Risiko tinggi

3. Membuat Bekisting XXX XXX XXX Risiko tinggi

4. Memasang Bekisting XXXX XXX XX Berbeda

5. Mengambil Besi XXX XXX XX Berbeda

6. Membawa Besi XX X X Berbeda

7. Memotong Besi XXXX XXXX XXX Berbeda

8. Membentuk Rangka

Besi

XX XX XX Risiko sedang

9. Merangkai Besi XXX XXX XXX Risiko tinggi

10. Membetulkan

Rangkaian Besi

XX XXX XX Berbeda

11. Meratakan Semen Cor XXX XX XXX Berbeda

Page 185: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

164

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan terhadap proses aktivitas proyek Ruko

Graha Depok ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan penelitian tersebut

yaitu pada saat pengambilan data ada hambatan yang didapat peneliti seperti

proses kerja yang tidak dapat diambil videonya secara berulang dikarenkan

sedang tidak ada kegiatan pada proses itu atau terhambatnya melakukan

proses kerja tersebut karena bahan – bahan untuk melakukan proses tersebut

belum tersedia dengan baik.

B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu

Pada pekerja kayu di Proyek Ruko Graha Depok memiliki beberapa

aktivitas kerja yang dilakukan seperti, mengambil kayu, memotong kayu,

membuat bekisting dan memasang bekisting. Dari setiap aktivitas tersebut

diambil satu sampel yang dapat mewakili keseluruhan pekerja tiap aktivitas

tersebut, namun pada aktivitas memotong kayu diambil tambahan sampel

dikarenakan adanya perbedaan tinggi badan pada pekerja. Di bawah ini akan

dijabarkan pembahasan mengenai penilaian dari keempat aktivitas tersebut

dengan ketiga metode penilaian risiko REBA, OWAS dan QEC.

Page 186: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

165

1. Mengambil Kayu

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas mengambil kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995), jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya

rendah maka tidak perlu ada tindakan perbaikan yang dilakukan.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas mengambil kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor satu. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah atau

Normal Posture. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya

rendah, maka tidak diperlukan tindakan perbaikan pada postur

tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level

exposure < 40%. Sehingga menurut Li dan Bukle (1999) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat

risikonya rendah maka dikatakan aman.

Page 187: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

166

Adanya persamaan hasil dari ketiga metode tersebut

diakibatkan adanya hasil penilaian yang serupa pada beberapa

postur. Pada postur lengan metode REBA, OWAS, dan QEC

sama – sama mendapatkan nilai risiko yang rendah. Pada postur

punggung hanya metode REBA dan OWAS yang mendapatkan

skor 1. Pada postur pergelangan tangan metode REBA

mendapatkan skor 1 dan pada metode QEC postur pergelangan

tangan mendapatkan skor yang berada dalam kategori rendah.

Adanya persamaan penilaian ini yang mengakibatkan ketiga

metode tersebut memiliki skor akhir yang sama yaitu memiliki

tingkat risiko yang rendah.

Penilaian tingkat risiko postur mengambil kayu ini ketiga

metode menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu tingkat

risikonya rendah. Sehingga tidak diperlukan lagi tindakan

perbaikan pada postur aktivitas tersebut.

2. Memotong Kayu

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu, didapatkan

penilaian tingkat risiko dengan total skor delapan untuk sampel I

dan total skor sembilan untuk sampel II. Hal ini menunjukkan

bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan oleh pekerja kayu

ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi. Sehingga menurut

McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu aktivitas (postur)

Page 188: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

167

mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka perlu segera

dilakukan tindakan perbaikan postur pada aktivitas tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu, didapatkan

penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga untuk sampel I dan II.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang

tinggi atau Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977)

jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,

maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas memotong

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level

exposure 69 % untuk sampel I dan II, sehingga menurut Li dan

Bukle (1999) aktivitas tersebut dikatakan perlu penelitian lebih

lanjut dan tindakan perbaikan.

Pada sampel I dan II hasil penilaian metode OWAS hanya

postur kaki yang mendapatkan skor tinggi, dan pada metode

QEC kedua sampel mendapatkan hasil penilaian dan tingkat

risiko yang sama akan tetapi terdapat perbedaan skor yang didapat

pada bagian pergelangan tangan. Pada sampel I skor yang

didapatkan yaitu dalam katagori sedang, sedangkan pada sampel

II skor yang didapat yaitu dalam kategori tinggi.

Page 189: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

168

Pada sampel I dan II terdapat perbedaan skor akhir yang

dinilai berdasarkan metode REBA, yaitu sampel I mendapatkan

skor akhir delapan dan sampel II mendapatkan skor akhir

sembilan. Adanya perbedaan tersebut dikarenakan terdapat

penilaian yang berbeda pada postur pergelangan tangan, yaitu

sampel I mendapatkan skor satu dan sampel II mendapatkan skor

dua. Perbedaan skor penilaian pada pergelangan tangan ini

diakibatkan dari adanya perbedaan sudut ekstensi postur yang

berbeda.

Adanya perbedaan penilaian sudut ekstensi postur

pergelangan tangan ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan

skor. Karena semakin ekstensi (>15o) pergelangan tangan

semakin tinggi nilai yang didapat. Jika dilihat dari observasi,

pergelangan tangan yang menekuk ini diakibatkan karena tubuh

yang membungkuk ke depan. Pekerja kayu dalam menjalankan

aktivitas memotong kayu ini, dilakukan dengan berjongkok dari

awal kerja sampai akhir kerja. Landasan kerja yang tidak sesuai

membuat pekerja harus berjongkok dan membungkukan

badannya.

Sehingga saran dari peneliti yaitu dengan menstabilkan

kayu supaya tidak bergerak dan memotong kayu dengan

menggunakan alat bantu gergaji kayu listrik yang dapat

mempermudah dan lebih efisien dibandingkan dengan gergaji

kayu manual. Karena penggunaan alat bantu mekanik dapat

Page 190: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

169

mempermudah pekerjaan dan lebih mempercepat pengerjaan

pekerjaan pekerja (Tarwaka, 2011).

3. Membuat Bekisting

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas membuat bekisting,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor sembilan. Hal

ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka

perlu segera dilakukan tindakan perbaikan postur pada aktivitas

tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas membuat bekisting,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau

Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka

tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membuat

bekisting, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada

level exposure 66 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur

Page 191: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

170

tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan

perbaikan.

Persamaan hasil skor akhir pada ketiga metode tersebut

diakibatkan karena adanya penilaian yang sama diantara ketiga

metode pada beberapa postur bagian tubuh. Seperti postur

punggung yang ketiga metode tersebut sama – sama memiliki nilai

skor yang tinggi. Pada postur lengan hanya metode REBA dan

QEC saja yang mendapatkan skor tinggi, karena pengukuran

metode OWAS pada postur lengan hanya terpaut pada posisi

lengan berada di bawah atau diatas serta jumlah yang berada

diposisi tersebut (salah satu atau keduanya). Pada postur kaki hanya

metode REBA dan OWAS saja yang mendapatkan skor tinggi,

dikarenakan pada metode QEC tidak melihat postur kaki.

Aktivitas membuat bekisting ini dilakukan dengan

berjongkok lalu membungkuk selama bekerja, menurut Tarwaka

(2011) aktivitas membungkukkan badan sambil memegang objek

akan dapat meningkatkan stress pada pinggang. Untuk itu menurut

peneliti merubah desain stasiun kerja, dengan meninggikan

landasan kerja pekerjaan dengan menggunakan meja yang

tingginya 10 – 15 cm di bawah tinggi siku pada saat berdiri

sehingga terhindar dari postur janggal.

Karena menurut Grandjean (1993) untuk pekerjaan yang

memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan kerja adalah

10 -15 cm di bawah tinggi siku berdiri. Sehingga dengan

Page 192: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

171

melakukan perubahan cara bekerja ini dihrapkan akan terhindar

dari postur janggal membungkuk dan berjongkok.

4. Memasang Bekisting

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memasang bekisting,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 11. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sangat

tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sangat

tinggi, maka perlu saat ini juga dilakukan tindakan perbaikan

postur pada aktivitas tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memasang bekisting,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau

Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka

tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

bekisting, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada

Page 193: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

172

level exposure 41 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur

tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.

Pada metode QEC, metode tersebut memiliki skor yang

paling kecil dibanding dengan metode yang lain. Hal ini

dikarenakan hasil penilaian beberapa postur tubuh metode QEC

memiliki nilai yang kecil seperti pada postur lengan dan

pergelangan tangan yang seharusnya kedua bagian tersebut

memiliki andil yang besar dalam mempengaruhi nilai skor akhir.

Pada metode REBA dan OWAS postur kaki memiliki nilai

skor yang sangat tinggi, sehingga memiliki andil yang besar

dalam mempengaruhi skor akhir kedua metode tersebut. Tetapi

pada metode penilaian risiko QEC, metode tersebut tidak

melihat/menilai postur kaki yang pada metode lainnya memiliki

risiko yang tinggi. Namun pada Metode REBA punggung, lengan,

leher dan pergelangan tangan memiliki nilai skor yang cukup

mempenggaruhi nilai skor akhir. Diantara bagian tubuh tersebut

hanya leher dan pergelangan tangan yang tidak dilihat oleh

metode OWAS yang seharusnya kedua bagian itu memiliki andil

yang besar dalam mempengaruhi nilai skor akhir REBA.

Metode REBA pada dasarnya memiliki kelebihan dalam

menilai postur lengan secara spesifik, dan hal tersebut tidak

dimiliki oleh metode OWAS dan QEC. Pada tahapan memasang

bekisting postur lengan sangat mempengaruhi pekerjaannya,

Page 194: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

173

sehingga hanya metode REBA yang sangat sensitif dapat melihat

postur lengan dengan baik.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

ketiga metode ini memiliki karakteristik penilaian bagian tubuh

yang berbeda pada umumnya dan bagian tersebut memiliki

potensi tersendiri dalam mempengaruhi nilai skor akhir. Sehingga

apabila bagian tubuh tertentu memiliki potensi tinggi

mempengaruhi nilai skor akhir suatu metode dan bagian tersebut

tidak ada pada salah satu atau kedua metode lainnya, hal tersebut

akan menyebabkan nilai skor akhir yang berbeda.

Aktivitas memasang bekisting ini dilakukan dengan

postur janggal berjongkok dengan membungkukkan badan.

Semua sikap tubuh yang tidak alami seharusnya dihindarkan,

biasanya dilakukan perubahan pada postur tubuh untuk

menghindari sikap tubuh yang tidak alami. Karena menurut Anies

(2005) semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap

duduk atau sikap berdiri secara bergantian. Namun untuk

tindakan perbaikan pada aktivitas kali ini tidak dapat merubah

desain kerja karena tempat dan objek yang tidak dapat

dipindahkan.

Oleh karena itu saran dari peneliti adalah dengan

menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang

seimbang. Karena menurut Grandjean (1993) pengaturan waktu

kerja dan istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan

Page 195: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

174

kondisi pekerjaan dan lingkungan akan dapat mencegah paparan

yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

C. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi

Pada pekerja besi di Proyek Ruko Graha Depok memiliki beberapa

aktivitas kerja yang dilakukan seperti mengambil besi, membawa besi,

memotong besi, membentuk rangka besi, merangkai besi dan membetulkan

rangkaian besi. Berikut ini akan dijelaskan analisis tingkat risiko dari masing

– masing aktivitas pekerja besi, penjelasan mengenai analisis tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Mengambil Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas mengambil besi,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 10. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka

perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas mengambil besi,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau

Page 196: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

175

Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,

maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level

exposure 44%, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur

tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.

Pada aktivitas kali ini, metode QEC yang memiliki tingkat

risiko yang lebih rendah dibandingkan dua metode lainnya, hal

ini dikarenakan pada metode QEC hanya pada postur punggung

saja yang memiliki nilai skor yang tidak tinggi namun cukup

mempengaruhi nilai skor akhir QEC. Pada metode REBA postur

punggung, lengan dan kaki memiliki nilai yang tinggi sehingga

memiliki potensi yang cukup besar mempengaruhi skor akhir.

Sedangkan pada metode OWAS postur lengan dan kaki yang

memiliki nilai yang tinggi, postur punggung walaupun tidak

mendapatkan skor yang begitu tinggi namun skor tersebut cukup

mempengaruhi nilai skor akhir OWAS sehingga metode OWAS

dan REBA sama – sama mendapatkan nilai tingkat risiko yang

sama, yaitu tinggi.

Untuk aktivitas mengambil besi, pekerja melakukan

aktivitas tersebut dengan adanya pergerakan dan bagian

punggung yang menjadi tumpuan titik beban. Saran dari peneliti

Page 197: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

176

untuk tindakan perbaikannya adalah merubah tindakan dan

pergerakan pekerja, yaitu cara mengambil besi yang sebelumnya

membungkuk menggunakan tulang belakang sebagai tumpuan

menjadi berjongkok menggunakan tumpuan pada kaki.

Hal tersebut dilakukan dengan berjongkok di dekat objek

lalu ambil objek dan gunakan kaki untuk mendorong ke atas.

Karena menurut Tarwaka (2011) jika terus menerus melakukan

pengambilan besi dengan menggunakan tulang belakang sebagai

tumpuan maka akan mengalami gangguan berupa kenyerian pada

tulang belakang.

2. Membawa Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas membawa besi, didapatkan

penilaian tingkat risiko dengan total skor lima. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sedang.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu

aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sedang, maka

perlu dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas membawa besi didapatkan

penilaian tingkat risiko dengan total skor satu. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah

Page 198: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

177

atau Normal Posture. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang rendah,

maka tidak diperlukan tindakan korektif pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membawa

besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level

exposure 38%, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur

tersebut dikatakan aman

Pada aktivitas ini metode QEC dan OWAS mempunyai

nilai tingkat risiko yang sama, yaitu rendah. Hal ini dapat terjadi

karena pada metode QEC rata – rata variabel yang dinilai

sebagian besar mendapatkan nilai yang rendah sehingga

menyebabkan nilai skor akhir rendah. Sedangkan pada metode

OWAS punggung, lengan dan beban mendapatkan nilai yang

rendah sehingga kedua metode mendapatkan nilai skor akhir

yang sama.

Pada metode REBA punggung, kaki, lengan mendapatkan

nilai skor dua, nilai tersebut cukup mempengaruhi nilai skor

akhir memiliki tingkat risiko yang sedang. Untuk tindakan

perbaikan, saran dari peneliti adalah dengan menggunakan alat

bantu trolley untuk mempermudah mengangkut besi.

Karena Menurut Tarwaka (2011) beban maksimal yang

dapat diangkat oleh laki – laki diatas bahu adalah 10 Kg, lebih

dari itu akan menyebabkan kelelahan dan penekanan yang

Page 199: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

178

berlebihan pada tulang belakang dan ditambah stress pada

pinggang akibat membungkukkan badan sambal memegang

objek.

3. Memotong Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 11. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sangat

tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sangat

tinggi, maka perlu saat ini juga dilakukan tindakan perbaikan

pada postur tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor empat. Hal

ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang

sangat tinggi atau Extremely Harmful. Sehingga menurut Karhu

dkk (1977) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat

risiko yang sangat tinggi, maka tindakan korektif diperlukan

segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

Page 200: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

179

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada

level exposure 58 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)

postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan

tindakan perbaikan.

Pada metode REBA postur punggung, kaki dan lengan

yang mendapatkan skor yang tinggi, sehingga mempengaruhi

hasil penilaian skor akhir metode REBA. Sedangkan pada

metode OWAS postur punggung dan kaki mendapatkan nilai

skor yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi hasil penilaian

skor akhir metode OWAS.

Pada aktivitas kali ini, metode QEC yang memiliki tingkat

risiko yang lebih rendah dibandingkan dua metode lainnya, hal

ini dikarenakan hanya postur punggung saja yang mendapatkan

nilai tinggi, postur lengan dan leher mendapatkan nilai skor yang

rendah. Pada metode QEC postur kaki tidak dilihat/dinilai,

namun bagian kaki ini pada dua metode lainnya mempunyai skor

yang tinggi dan mempengaruhi nilai akhir skor kedua metode

tersebut.

Untuk tindakan perbaikan yang dapat dilakukan, saran dari

peneliti adalah dengan menggunakan alat mesin gergaji besi,

karena menggunakan alat bantu mesin gergajji besi ini dapat

mempermudah pekerjaan pekerja dan lebih mempercepat proses

pekerjaan. Karena penggunaan alat bantu mekanik dapat

Page 201: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

180

mempermudah pekerjaan dan lebih mempercepat pengerjaan

pekerjaan pekerja (Tarwaka, 2011).

4. Membentuk Rangka Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor enam. Hal

ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang

sedang Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sedang,

maka perlu dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor dua. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sedang

atau Slightly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sedang,

maka tindakan korektif mungkin diperlukan pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada

level exposure 41 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)

postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.

Page 202: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

181

Pada aktivitas kali ini ketiga metode mendapatkan

penilaian tingkat risiko yang sama, yaitu sedang. Pada metode

REBA postur punggung dan lengan yang memiliki nilai skor

yang tinggi. Pada metode OWAS hanya postur punggung yang

memiliki nilai risiko yang tinggi. Sedangkan pada metode QEC

penilaian postur tubuh hanya mendapatkan nilai yang rendah

tetapi pada variabel kecepatan bekerja dan stress memiliki nilai

yang tinggi sehingga membuat nilai skor akhir dari metode QEC

menjadi tingkat risiko sedang.

Pada aktivitas membentuk rangka besi ini terdapat postur

janggal membungkuk dalam pengerjaannya. Menurut Anies

(2005) semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap

duduk atau sikap berdiri secara bergantian, semua sikap yang

tidak alami seharusnya dihindarkan. Sehingga saran dari peneliti

adalah dengan meninggikan landasan kerja menjadi 10 – 15 cm di

bawah di bawah tinggi siku pada saat berdiri, sehingga terhindar

dari postur janggal membungkuk. Karena menurut Grandjean

(1993) untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan

kuat, tinggi landasan kerja adalah 10 -15 cm di bawah tinggi siku

berdiri.

5. Merangkai Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor delapan.

Page 203: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

182

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang

tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,

maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada postur

tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan

oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau

Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,

maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil

kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada

level exposure 51 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)

postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan

tindakan perbaikan.

Pada aktivitas merangkai besi ini, jika dibandingkan

analisis tingkat risiko dari ketiga metode yang dipakai

menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu aktivitas

merangkai besi memiliki tingkat risiko yang tinggi.

Page 204: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

183

Pada metode REBA postur punggung, kaki dan lengan

yang mendapatkan skor tiga. Skor tersebut cukup

mempengaruhi nilai skor akhir REBA menjadi tingkat risiko

tinggi. Pada metode OWAS postur kaki dan punggung yang

memiliki skor yang tinggi. Walaupun skor lengan pada metode

OWAS tidak tinggi namun tidak terlalu mempengaruhi nilai

skor akhir OWAS. Sedangkan Pada metode QEC postur leher

dan variabel stress yang mendapatkan skor yang tinggi serta

postur punggung dan lengan mendapatkan skor yang sedang.

Walaupun skor punggung dan kaki di metode QEC tidak

mendapatkan skor yang tinggi dan di dua metode lainnya

medapatkan skor yang tinggi, hal tersebut tidak mempengaruhi

nilai skor akhir metode QEC.

Aktivitas merangkai besi ini dilakukan dengan berjongkok

dan membungkukan badan, menurut Anies (2005) semua

pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau

sikap berdiri secara bergantian. Semua sikap yang tidak alami

seharusnya dihindarkan, sehingga saran dari peneliti adalah

adalah merubah stasiun kerja yang sebelumnya dilakukan dengan

berjongkok dirubah menjadi berdiri. Hal tersebut dilakukan

dengan menurunkan pijakan kaki sampai landasan kerja sedikit

lebih rendah dari tinggi siku berdiri sehingga pekerjaan dapat

dikerjakan secara leluasa dan nyaman. Karena menurut

Grandjean (1993) selama kerja manual dengan tidak ada

Page 205: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

184

penekanan dan ketelitian tinggi landasan kerja sedikit lebih

rendah dari tinggi siku berdiri.

6. Membetulkan Rangkaian Besi

Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,

didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor sembilan.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas membetulkan rangkaian

besi yang dilakukan oleh pekerja besi ini memiliki bahaya

ergonomi yang tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan

Hignett (1995) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat

risiko yang tinggi, maka perlu segera dilakukan tindakan

perbaikan postur pada aktivitas tersebut.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko OWAS pada aktivitas membetulkan rangkaian

besi didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas membetulkan rangkaian

besi yang dilakukan oleh pekerja besi ini memiliki bahaya

ergonomi yang tinggi atau Distincly Harmful. Sehingga menurut

Karhu dkk (1977) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan

tingkat risiko yang tinggi, maka tindakan korektif diperlukan

segera pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi

dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membetulkan

rangkaian besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada

Page 206: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

185

pada level exposure 49%, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)

postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan

tindakan perbaikan.

Pada aktivitas membetulkan rangkaian besi ini, jika

dibandingkan analisis tingkat risiko dari ketiga metode yang

dipakai menunjukkan tingkat risiko yang berbeda, yaitu pada

metode REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko sedang,

sedangkan metode OWAS menunjukkan tingkat risiko tinggi.

Adanya perbedaan ini dikarenakan hasil skor yang

didapatkan oleh metode QEC dan REBA tidak dapat melihat dan

menilai secara sensitif bagian postur yang menurut metode

OWAS memiliki nilai yang tinggi sehingga mempengaruhi nilai

skor akhir OWAS. Postur itu adalah bagian kaki, karena pada

metode REBA bagian kaki memiliki nilai skor dua dan pada

metode QEC postur kaki tidak dilihat. Sedangkan menurut

metode OWAS postur kaki mendapatkan nilai yang tinggi, hal

tersebut dapat terjadi karena metode OWAS dapat secara sensitif

menilai postur kaki. Adanya perbedaan dalam penilaian skor

postur kaki ini berakibat pada hasil skor yang didapatkan masing

– masing metode.

Pada aktivitas ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan

tindakan perbaikan dengan segera, tindakan perbaikan yang

dilakukan adalah tidak melakukan postur janggal seperti

membungkuk dan menekukan kaki yang dilakukan pekerja serta

Page 207: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

186

menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang

seimbang. Karena menurut Grandjean (1993) pengaturan waktu

kerja dan istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan

kondisi pekerjaan dan lingkungan akan dapat mencegah paparan

yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

D. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran

Pekerja pengecoran di Proyek Ruko Graha Depok hanya melakukan

satu aktivitas, yaitu meratakan semen cor yang daliri oleh mesin cor. Hasil

Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko REBA

pada aktivitas pengecoran, didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total

skor 10. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang

dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.

Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995), jika suatu aktivitas

(postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya tinggi maka perlu

segera ada tindakan perbaikan yang dilakukan.

Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian

risiko OWAS pada aktivitas mengambil kayu, didapatkan penilaian tingkat

risiko dengan total skor dua. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

pengecoran yang dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi

yang sedang atau Slightly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika

suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya sedang,

maka mungkin diperlukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.

Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode

penilaian risiko QEC pada aktivitas pengecoran, didapatkan bahwa tingkat

Page 208: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

187

risiko ergonomi berada pada level exposure 61%. Sehingga menurut Li dan

Bukle (1999) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat

risikonya tinggi maka perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan.

Pada aktivitas meratakan semen cor ini, jika dibandingkan analisis

tingkat risiko dari ketiga metode yang dipakai menunjukkan tingkat risiko

yang berbeda, yaitu pada metode REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko

tinggi, sedangkan metode OWAS menunjukkan tingkat risiko sedang.

Adanya perbedaan ini dikarenakan pada metode OWAS postur

punggung yang dinilai mempunyai skor yang kecil, padahal pada kedua

metode lain bagian punggung mendapatkan skor yang tinggi. Perbedaan

penilaian ini dikarenakan adanya pandangan yang berbeda dalam menilai

risiko dari masing - masing metode. Pada metode OWAS tidak melihat

semakin membungkuk maka risiko yang diterima semakin besar, sehingga

membuat penilaian yang berbeda yang berujung pada hasil skor yang

berbeda. Sedangkan pada metode REBA dan QEC keduanya mempunyai

prinsip yang serupa, semakin membungkuk postur punggung maka akan

semakin berisiko dan semakin besar mendapatkan nilai skor pada postur. Jika

dilihat dari aktivitas pada tahapan meratakan semen cor ini postur punggung

memiliki sikap janggal yang terlalu jauh dari postur tubuh normal, sehingga

metode REBA dan QEC yang memang lebih sensitif menilai postur

punggung dibandingkan metode OWAS akan memberikan nilai skor yang

berbeda.

Oleh karena itu dapat disimpulkan jika dilihat dari ketiga metode

yang dipakai, seluruh metode memberikan saran tindakan untuk melakukan

Page 209: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

188

tindakan perbaikan terhadap postur tersebut. Maka pada aktivitas ini tindakan

perbaikan yang dilakukan adalah merubah tindakan atau pergerakan pekerja

yang tadinya melakukan pekerjaan sampai membungkuk dirubah sehingga

menjadi tidak membungkuk. Karena menurut Anies (2005) semua sikap

tubuh yang tidak alami seharusnya dihindarkan. Sehingga sosialisasi training

dan pelatihan mengenai bahaya ergonomi di tempat kerja diperlukan agar

dapat menghindari postur janggal tersebut. Karena menurut Cascio (2006)

training adalah program terencana yang didesain untuk meningkatkan

kemampuan individu, grup, maupun suatu lingkaran organisasi. Training

dapat memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan pembelajaran

terhadap pekerja.

Rekomendasi training diharapkan agar pekerja dapat meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang dapat membantu pekerja dalam

melakukan aktivitasnya. Rekomendasi ini akan diberikan kepada tim manajer

dan tim pengawas yang ada di Proyek Ruko Graha Depok.

Page 210: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

189

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan

pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan mengambil kayu memiliki tingkat risiko yang

rendah.

2. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan memotong kayu memiliki tingkat risiko yang

tinggi.

3. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan membuat bekisting memiliki tingkat risiko

yang tinggi.

4. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

memasang bekisting berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko

yang sangat tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki risiko yang

tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki risiko yang sedang. Pada

tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko sangat tinggi.

5. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

mengambil besi berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko

yang tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko yang

tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang

Page 211: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

190

sedang. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko

tinggi.

6. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

membawa besi berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko yang

sedang, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko yang

rendah dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang

rendah. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko

sedang.

7. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

memotong besi berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko

yang sangat tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko

yang sangat tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat

risiko yang tinggi. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan

berdasarkan risiko sangat tinggi.

8. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan membentuk rangka besi memiliki tingkat risiko

yang sedang.

9. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang

dilakukan pada tahapan merangkai besi memiliki tingkat risiko yang

tinggi.

10. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

membetulkan rangkaian besi berdasarkan metode REBA memiliki

tingkat risiko yang sedang, berdasarkan metode OWAS memiliki

tingkat risiko yang tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki

Page 212: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

191

tingkat risiko yang sedang. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan

berdasarkan risiko tinggi.

11. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan

meratakan semen cor berdasarkan metode REBA memiliki tingkat

risiko yang tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko

yang sedang dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang

tinggi. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko

tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasa, maka peneliti akan memberikan

saran tindakan perbaikan untuk Proyek Ruko Graha Depok yang diharapkan

dapat menyelesaikan masalah, yaitu :

1. Manajemen

a. Menyediakan mesin gergaji kayu pada pekerja kayu sehingga

memudahkan pekerjaan pekerja kayu agar lebih efisien.

b. Merubah desain stasiun kerja, dengan meninggikan landasan

kerja pekerjaan dengan menggunakan meja yang tingginya 10

– 15 cm di bawah tinggi siku pada saat berdiri sehingga

terhindar dari postur janggal.

c. Menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang

seimbang karena dapat mencegah paparan yang berlebihan

terhadap sumber bahaya.

Page 213: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

192

d. Menyediakan trolley untuk pekerja besi agar dapat

memindahkan besi dengan mudah dan cepat sehingga pekerja

terhindar dari membawa objek yang berat.

e. Menyediakan alat mesin gergaji besi pada pekerja besi agar

pekerja besi lebih mudah dalam memotong besi, sehingga

pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih cepat.

f. Memberikan sosialisasi dan training kepada pekerja

mengenai bahaya ergonomi di tempat kerja, agar pekerja

dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan perilaku

yang dapat membantu pekerja dalam melakukan aktivitasnya.

d. Merubah desain stasiun kerja yang tadinya berjongkok

menjadi berdiri, dengan meninggikan landasan kerja

pekerjaan dengan menggunakan meja yang tingginya 10 – 15

cm di bawah tinggi siku pada saat berdiri.

2. Pekerja Besi

a. Merubah sebelumnya membungkuk menggunakan tulang

belakang sebagai tumpuan menjadi berjongkok menggunakan

tumpuan pada kaki.

b. Merubah tindakan dan pergerakan pekerja, yaitu cara

mengambil besi yang sebelumnya membungkuk

menggunakan tulang belakang sebagai tumpuan menjadi

berjongkok menggunakan tumpuan pada kaki.

c. Tidak melakukan postur janggal seperti membungkuk dan

menekukan kaki yang dilakukan pekerja serta merubah

Page 214: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

193

desain stasiun kerja yang tadinya berjongkok menjadi berdiri,

dengan menurunkan pijakan kaki sampai landasan kerja

sedikit lebih rendah dari tinggi siku berdiri sehingga

pekerjaan dapat dikerjakan secara leluasa dan nyaman.

3. Pekerja Pengecoran

Merubah tindakan atau pergerakan pekerja yang

tadinya melakukan pekerjaan sampai membungkuk dirubah

sehingga menjadi tidak membungkuk. Karena sikap tubuh yang

tidak alami seharusnya dihindarkan.

Page 215: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

194

DAFTAR PUSTAKA

Accident Facts, National Safety Council. 1990, National Safety

Council. Chicago, IL.

ACGIH. 2007. Threeshold Llimit Values. TLVs® and BEIs ® Book.

Available:

www.washingtonsafepatienthandling.org/images/acgih_lifit

ng_tlv.pdf

American Industrial Hygiene Association Ergonomic Committee.

Ergonomic Assessment Toolkit,[Online], Diakses dari:

http://www.aiha.org/insideaiha/volunteergroups/Ergonomi

cs/Documents/ECToolkit.pdf

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta

Astuti, R.D Dan Suhardi, B. 2007. Analisis Postur Kerja Manual

Material Handling Menggunakan Metode OWAS (Ovako

Work Postur Analysis System). Jurnal Gema Teknik. 10

(01): 67-75.

AZ/NZS 4360:1999. 1999. The Australian Standard/New Zealand

4360:1999. Risk Management Guidlines. Sydney. Australia

Bridger, R.S. 2003. Indtroduction to Ergonomics 2nd Edition. London

and New york : Taylor&Francis.

Andersson Dkk. 2007. Musculoskeletal Disorders In The Workplace:

Principles And Practice. Epidemiology of the Lower

Extremity. Chapter 7a. ISBN-13: 978-0-323-02622-2

Cascio, Wayne F. 2003. Managing Human Resources. Colorado: Mc

Graw –Hill.

Curtiol, Marc. 2010. The Natural Health benefit of Napping. 23 Mei

2015.http://www.natural-health-journals.com/908/the-

natural-health-benefits-of-napping#more-908

Depkes RI, Departemen Kesehatan RI. 2007. Profil Kesehatan

Indonesia 2005.Jakarta : Departemen Kesehatan RI 2005.

Elza, Delti Selvina. 2012. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi dan

Keluhan Subjektif Musculoskeletal Disorders Pada

Pengrajin Songket Tradisional Silungkang. Skripsi. Depok

: Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Enggaela, D, dkk. 2013. Analisis Postur Kerja Tenaga Kerja

Pengangkutan Gula Di Gudang Penyimpanan Dengan

Metode Ovako Work Posture Analysis System. Jurnal

Teknik. (online). Diakses dari :

http://skripsitipftp.staff.ub.ac.id/files/2015/03/9.-JURNAL-

Dyah-Intani-Enggaela.pdf

Grandjean, E. 1993. Fitting The Task to The Man. A Textbook of

Occupational Ergonomics, 4th

Ed. London :

Taylor&Francis.

Gallasch, Cristiane H. 2007. THE MEASUREMENT OF

MUSCULOSKELETAL PAIN INTENSITY: a comparison of

Page 216: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

195

four methods. Revista Gaúcha de Enfermagem. 28(2):260-

5. Artigo Ordinal

Grzybowska, K. 2010. An OWAS-Based Analysis of Storekepeer

Workloads. Logistics and Transport.

HSE, Health Safety Executive. 2007. Understanding ergonomics at

work – Reduce accidents and ill health and increase

productivity by fitting the task to the worker – Health And

Safety Executive.

ILO. 2013. The Prevention of Occupational Diseases [Online].

Available:

www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/wcms_204755.pdf

John. 2007. Application of Ergonomic at Workplace. Dari :

(http://www.safetyinfo.com/guests/Ergonomic%20and%20MS

D%20Fact%20Sheet.html.) Diunggah pada tanggal 15 Mei

2015

Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. And Vepsailanen, P. 1981.

Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS

Application. Applied Ergonomics. 12. Page 13-17. Manual

Guidelines of OWAS available at http://turva.me.tut.fi/owas

Kurniawati, Ita. 2009. Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan

Subjektif Terhadap Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal

Pada Pekerja Pabrik Proses Finishing di Depatemen PPC PT

Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta Timur Tahun

2009. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Fakultas

Kesehatan Masyarakat.

Lianatika. 2007. Analisis Dan Evaluasi Kerja Manual Dengan

Menggunakan Metode Niosh 1991 Dan Reba (Studi Kasus di

Bagian Produksi PT. Progressio Indonesia). Skripsi. Teknik

Industri. JBPTUNPASPP / 2015-02-23 21:19:49. Diunduh dari

http://digilib.unpas.ac.id/ 10 maret 20:43

Li, G. dan BUCKLE, P. 1999. A Practical Method For The

Assesment Of Work-Related Musculoskeletal Risks – Quick

Exposure Check (QEC). In: Proceedings Of The Human

Factorsand Ergonomics Society 42nd

Annual Meeting, October

5-9. Chicago.

Luttmann, Alwin, dkk. 2003. Preventing Musculoskeletal Disorders

In The Workplaces. WHO (online).

(http://www.who.int/occupational_health/publications/en/oehm

sd3.pdf) diakses pada 27 Juli 2015.

Maijunidah, Emi. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan

Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pekerja

Assembling PT X Bogor Tahun 2010. Skripsi. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

Maria, Steffi. 2012. Evaluasi Pekerjaan Manual Handling Pada Kuli

Panggul di Toko X dan Pedagang Roti Pikul di Agen Roti Y

Kelapa Dua Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.

Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Page 217: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

196

Martaleo, M. 2012. Perbandingan Penilaian Risiko Ergonomi Dengan

Metode Reba Dan Qec (Studi Kasus Pada Kuli Angkut

Terigu). Simposium Nasional RAPI XI FT UMS. ISSN :

1412-9612

Mitchell, Tamara. 2008. The Great Stretching Debate. Sally Longyear

(ed)

NIOSH, National Institute For Occupational Safety And Health. 2007.

Ergonomic Guidelines for Manual Material Handling. 4676

Columbia Parkway Cincinnati.

Nurliah, Aah. 2012. Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders

(MSDS) Pada Operator Forklift di PT. LLI Tahun 2012. Tesis.

Universitas Indonesia. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Priastika, A. T. 2012. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Manual Handling di PT Ceva Logistik Indonesia Site Michelin

Pondok ungu Bekasi Tahun 2012. Skripsi. Universitas

Indonesia. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Pujadi, Tri, Harisno Dan Erik Sugiarto .2009. Aplikasi Sistem

Informasi K3 dengan Metode RULA NIOSH. Seminar

Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009, ISSN: 1907-

5022.

Rachman. 2008. Analisis Perbandingan Keluhan Pengayuh Becak

Menggunakan Kuesioner Nordic. Thesis. Universitas

Gundarma. Depok

Riyadina, Woro. 2008. Musculoskeletal Pain among Industrial

Workers in Pulo Gadung Industrial Estate, Jakarta. Ikatan

Dokter Indonesia

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi : Manusia, Peralatan dan

Lingkungan. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher

Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Cetakan

Keempat. Jakarta : CV. Haji Mas Agung.

Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri, Dasar – Dasar Pengetahuan

Ergonomi dan Aplikasidi Tempat Kerja Ed 1, Cet. 2. Surakarta

: Harapan Press.

Yassierli. 2008. Ergonomics Solutions for More Effective Safety and

Health Management. Diakses dari (http:// www.

filebox.vt.edu/users/yayassie/Booklet Ergonomics

Solution.pdf), pada tanggal 24 September 2015.

WHO, World Health Organization. 2005. Risk Factor. Available

from :

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_03_r

isk_factors.pdf. Accesed 10 Mei 2015.

http://www.safework.sa.gov.au/uploaded_files/CoPHazardousManual

Tasks.pdf (diakses pada 10 Maret 2015 jam 20:13)

Page 218: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

197

LAMPIRAN

Page 219: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

198

LEMBAR PENGUKURAN REBA

B. Postur Kerja

Grup A

B.1. postur bagian punggung _______________°

B.1. Postur bagian

punggung

Lurus atau

tegak

alamiah

Ekstension/

flexion dari

0°-20°

20°-60°

flexion

>60°

flexion

nilai

Penilaian +1 +2 +3 +4 ( )

B.1

B.1.1

.

Memutar / miring (+1) ya (0) Tidak ( )

B.1.1

B.2. postur bagian leher_______________°

B.2 Postur bagian leher 0°-20° flexion/

extension

>20° flexion/

extension

nilai

Penilaian +1 +2 ( )

B.2

B 2.1 memutar ke kanan atau ke

kiri (+1) ya (1) Tidak ( )

B 2.1

Page 220: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

199

B.3. postur kaki______________°

B.3 Postur kaki kaki tertopang,

bobot tersebar

merata jalan

atau duduk

kaki tidak tertopang,

bobot tersebar

merata/postur tidak

stabil

Nilai

Penilaian +1 +2 ( ) B.3

B.3.1 jika lutut antara 30o -

60o flexion

(+1) ya (0) tidak ( )

B.3.1

B.3.2 Jika lutut >60o

flexion tidak ketika

duduk

(+2) ya (0) tidak ( )

B.3.2

B.4. Beban________

B.4 Beban beban

<5 Kg

beban

antara 5 –

10 Kg

beban >10

Kg

Nilai

Penilaian 0 +1 +2 ( ) B.4

B.4.1 Jika ada

penambahan beban

secara tiba - tiba

(+1) ya (0) tidak ( )

B.4.1

Grup B

B.5. postur lengan atas____________°

B.5 Postur lengan

atas

0-20° flexion/

extension

> 20° extension

20-45° flexion

45-90°

flexion

>90°

flexion

Nilai

Penilaian +1 +2 +3 +4 ( )B.5

B.5.1 Lengan adducted

atau rotated (+1) ya Tidak ( )B.5.1

Page 221: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

200

B.5.2 Bahu

ditinggikan (+1) ya Tidak ( )B.5.1

B.5.3 Bersandar bobot

lengan ditopang

sesuai gravitasi

(-1) ya Tidak ( )B.5.1

B.6. postur lengan bawah____________°

B.6 Postur lengan bawah 60°-100° flexion

atau extension

<20° flexion atau

>100° extension

Nilai

Penilaian +1 +2 ( )B.6

B.7. postur pergelangan tangan_____________°

B.7 Postur

pergelangan

tangan

0°-15° flexion atau

extension

>15° flexion atau

extension

Nilai

Penilaian +1 +2 ( )B.7

B 7.1 jika tangan memutar

ke kanan atau kiri

(+1) ya Tidak

( )

B7.1

Page 222: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

201

B.8. Pegangan________

B.8 Pegangan Pegangan

pas

Pegangan

dapat

diterima

tidak ideal

Pegangan

tangan

tidak bias

diterima

walau

mungkin

Dipaksakan

pegangan

yang tidak

aman

Nilai

Penilaian 0 +1 +2 +3 ( )

B.4

Punggung Leher

1 2 3

Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban

0 1 2 +1

<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan beban secara

tiba – tiba

Page 223: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

202

Lengan bawah

Lengan atas 1 2

Pergelangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Pegangan

0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable

pegangan pas dan

tepat ditengah,

genggaman kuat

pegangan tangan

bisa diterima tapi

tidak ideal

pegangan tangan

tidak bias diterima

walau

memungkinkan

dipaksakan

pegangan yang

tidak aman

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Skor B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity score

+1 = jika 1 atau lebih bagian tubuh statis,

ditahan lebih dari 1 menit

+1 = jika ada pengulangan gerakan dalam rentang waktu

singkat, diulang lebih dari 4 kali per menit (tidak termasuk

berjalan)

+1 = jika gerakan menyebabkan perubahan

atau pergeseran postur yang cepat dari posisi awal

Page 224: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

203

LEMBAR PENGUKURAN OWAS

Postur Kerja :

1. Punggung

a. Posisi 1 : Lurus / tegak (<20o)

b. Posisi 2 : Bungkuk ke depan (>20o)

c. Posisi 3 : Miring ke samping (miring >20o)

d. Posisi 4 : Bungkuk ke depan & miring ke samping miring &

bungkuk >20o

2. Lengan

a. Posisi 1 : Kedua tangan di bawah bahu

b. Posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu

c. Posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu

3. Kaki

a. Posisi 1 : Duduk

b. Posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan sudut lutut

>150o

c. Posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan sudut

satu kaki lainnya >150o

d. Posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut dengan sudut

≤150o

e. Posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan sudut ≤150o

f. Posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang berada di tanah /

lantai

g. Posisi 7 : Berjalan atau bergerak

4. Beban

a. Skor 1 = apabila berat beban <10 kg (0 kg - 9,9kg)

b. Skor 2 = apabila berat beban <20kg (10kg -19,9kg)

c. Skor 3 = apabila berat beban >20 kg

Posisi

Posisi

Posisi

Skor

Page 225: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

204

Punggung

Punggung

lurus/tegak

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Punggung

membungkuk

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Punggung

memuntir

3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Punggung

membungkuk

& memuntir

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Lengan

Kedua lengan

di bawah bahu

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Satu lengan

diatas bahu

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Kedua lengan

diatas bahu

3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3

Kaki

Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Berdiri kedua

kaki lurus

2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Berdiri dengan

satu kaki

ditekuk

3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Berdiri atau

jongkok

dengan kedua

lutut

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berdiri atau

jongkok

dengan satu

lutut

5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berlutut

dengan satu

atau dua lutut

menyentuh

lantai

6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Berjalan/berger

ak

7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Frekuensi Relatif ≤

10

%

20

%

30

%

40

%

50

%

60

%

70

%

80

%

90

%

100

%

Page 226: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

205

Back Arm 1 2 3 4 5 6 7 Legs

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load

1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2

2

1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3

2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4

3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1

2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1

3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1

4

1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

Kategori

Risiko

Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan

Skor 1

(Normal

Posture)

Posisi normal tanpa efek yang

dapat mengganggu sistem

musculoskeletal (risiko rendah)

Tidak diperlukan

perbaikan

Skor 2

(Slightly

Harmful)

Posisi yang berpotensi menyebabkan

kerusakan pada sistem

musculoskeletal (risiko sedang)

Tindakan perbaikan

mungkin diperlukan

Skor 3

(Distincly

Harmful)

Posisi dengan efek berbahaya pada

sistem musculoskeletal (risiko tinggi)

Tindakan korektif

diperlukan segera

Skor 4

(Extremely

Harmful)

Posisi dengan efek sangat

berbahaya pada sistem

musculoskeletal (risiko sangat

tinggi)

Tindakan korektif

diperlukan sesegera

mungkin

Page 227: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

206

Nama pekerja :

Tanggal pengamatan :

Kuesioner Operator

A. Apakah berat maksimal yang diangkat secara manual oleh anda pada

pekerjaan ini

H1. Ringan (sekitar 5Kg atau kurang)

H2. Cukup (6Kg – 10Kg)

H3. Berat (11Kg – 20Kg)

H4. Sangat berat (Lebih dari 20 Kg)

B. Berapa lama rata – rata anda untuk menyelesaikan pekerjaan dalam

sehari

I1. Kurang dari 2 jam

I2. 2 sampai 4 jam

I3. Lebih dari 4 jam

C. Ketika melakukan pekerjaan ini berapa tingkat kekuatan yang

digunakan oleh satu tangan

J1. Rendah (kurang dari 1 kg)

J2. Sedang (1 sampai 4 Kg)

J3. Tinggi (lebih dari 4 Kg)

D. Apakah pekerjaan ini memerlukan penglihatan yang

K1. Rendah (hamper tidak memerlukan penglihatan secara detail)

K2. Tinggi (memerlukan untuk melihat secara detail)

E. Ketika bekerja apakah anda menggunakan kendaraan yang

L1. Kurang dari 1 jam sehari atau tidak pernah

L2. Antara 1 hingga 4 jam sehari

L3. Lebih dari 4 jam sehari

F. Ketika bekerja apakah anda menggunakan alat yang menghasilkan

getaran selama

M1. Kurang dari 1 jam sehari atau tidak pernah

M2. Antara 1 hingga 4 jam sehari

M3. Lebih dari 4 jam sehari

G. Apakah anda mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan ini

G1. Tidak pernah

G2. Ya, terkadang

G3. Ya sering

H. Pada umumnya bagaimana anda mengalami pekerjaan ini

O1. Sama sekali tidak stress

O2. Cukup stress

O3. Stress

O4. Sangat stress

Page 228: ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29627/1/MEITAMA... · dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja

207

Nama pekerja :

Tanggal pengamatan :

Kuesioner Pengamat

Punggung

I. Ketika melakukan pekerjaan, apakah punggung (pilih situasi terburuk)

A1. Hampie neutral

A2. Agak memutar atau membungkuk

A3. Terlalu memutar atau membungkuk

J. Pilih satu dari dua pilihan pekerjaan

Apakah

Untuk pekerjaan duduk atau berdiri secara statis. Apakah punggung

berada dalam posisi statis dalam waktu yang lama

B1. Tidak

B2. Ya

Atau

Untuk pekerjaan mengangkat, mendorong/menarik. Apakah ada

pergerakan pada punggung

B3. Jarang (sekitar 3 kali per menit/ kurang)

B4. Sering (sekitar 8 kali per menit)

B5. Sangat Sering (sekitar 12 kali per menit atau lebih)

Bahu/ Lengan

K. Ketika pekerjaan dilakukan apakah tangan (pilih situasi terburuk)

C1. Berada disekitar pinggang atau lebih rendah

C2. Berada di sekitar dada

C3. Berada di sekitar bahu atau lebih tinggi

L. Apakah pergerakan bahu/lengan

D1. Jarang (sebentar – sebentar)

D2. Sering (pergerakan biasa dengan berhenti sesaat/ istirahat)

D3. Sangat sering (pergerakan yang hamper kontinyu)

Pergerakan tangan / tangan

M. Apakah pekerjaan dilakukan dengan (pilih situasi terburuk)

E1. Pergelangan tangan yang hamper lurus

E2. Pergelangan tangan yang tertekuk

N. Apakah gerakan pekerjaan diulang

F1. 10 kali per menit atau kurang

F2. 11 hingga 20 kali per menit

F3. Lebih dari 20 kali permenit

Leher

O. Ketika melakukan pekerjaan apakah leher kepala tertekuk/berputar

G1. Tidak

G2. Ya, terkadang

G3. Ya secara terus menerus