analisis penggunaan daya traktor beroda ban untuk ... · gunakan peralatan penetrometer sr-2 dan...
TRANSCRIPT
HASIL DAN PEMBAHABAN
1. Sifat F i s i k dan ~ekanika Tanah
Percobaan lapangan dilakukan pada lahan areal kebun
percobaan Institut Pertanian Bogor di lokasi Sikabayan
Darmaga dan mempunyai jenis tanah Latosol. Hasil analisis
fisik tanah dari lahan percobaan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Sifat Fisik Tanah Latosol dari Lahan Per- cobaan Lapang Untuk Keempat Taraf Kadar Air Ta-
nah.
Blok Berat Kadar Batas Batas Tekstur Percobaan Butir Air Plastis Cair Pasir Debu Liat (Kadar Air Tanag Tanah) (kN/m ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( a ) ( % )
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa kadar air per-
lakuan percobaan KA1 dan KA2 berada dalam selang mendekati
batas plastis tanah, sedangkan perlakuan percobaan KA3
berada pada batas plastis tanah dan perlakuan percobaan
KA4 berada di antara batas plastis dan batas cair (Data I
lengkap pada Lampiran 17, 18 dan 19). Dari Tabel 9 juga
terlihat bahwa hasil analisis tekstur dari lahan perco-
baan didapatkan kadar liat tanah berkisar antara 42 sampai
51 %, dan lahan percobaan dapat dikategorikan lahan berka-
dar. liat tinggi. Pelaksanaan percobaan ini diusahakan sama
dengan kebiasaan pengolahan tanah di lahan kering di mana
umumnya dilakukan pada selang waktu permulaan musim hujan
tiba serta pada selang waktu mendekati akhir musim hujan.
Kondisi kadar air tanah pada selang waktu tersebut cocok
untuk pengolahan tanah dan diharapkan berada dalam selang
kadar air sebelum mendekati batas plastis.
Pengukuran sifat mekanika,tanah lahan percobaan meng-
gunakan peralatan penetrometer SR-2 dan alat triaxial un-
tuk mendapatkan angka Indeks Kerucut (CI), kohesi dan su-
dut gesekan dalam dari tanah. Hasil pengukuran ditampilkan
pada Tabel 10 dan data lengkap sifat mekanika tanah lahan
percobaan tertera pada Lampiran 20 dan 21.
Tabel 10. Analisis Sifat Mekanika Tanah Latosol dari Lahan Percobaan Lapangan Untuk Keempat Taraf Kadar Air Tanah.
Blok Indeks Kohesi Sudut Percobaan - Kerucut Tanah Gesekan
Dalam (Kadar Air (CI) ( c ) ($1
Tanah) kedalaman 25 cy N/cm k ~ / m ~ dera j at
Alat triaxial yang digunakan dalam percobaan ini meng-
analisis tanah dari lapangan pada keadaan tak jenuh sesuai
dengan kadar air tanah. Pengujian dilakukan dengan cara
tanpa konsolidasi dan tanpa pengaliran. Hasil analisis
alat triaxial memperlihatkan dengan bertambahnya kadar air
tanah dari 40% menjadi 43% menyebabkan berkurangnya nilai
kohesi tanah serta sudut gesekan dalam tanah. Berkurang-
nya nilai kohesi tanah disebabkan daya ikat masing-masing
partikel tanah berkurang dengan bertambahnya jumlah air
yang berada di dalam ruang pori, dan kosistensi tanah da-
lam keadaan remah (Baver, 1959; Wells dan Treesuwen, 1978).
Peningkatan kadar air tanah mendekati batas plastis
menyebabkan nilai kohesi tanah dan sudut gesikan dalam ber-
tambah besar dan mencapai maksimum pada kadar air tanah
mencapai batas plastis (46%). Nilai kohesi tanah dan su-
dut gesekan dalam menurun pada kadar air tanah melewati
batas plastis tanah. Menurut Nichols (1939), dalam Baver
(1959), nilai kohesi tanah bertambah besar dalam selang
kadar air mendekati batas plastis dan mencapai nilai mak-
simum pada kadar air sekitar batas plastis, kemudian menu-
run pada kadar air lebih besar dari batas plastis tanah.
Hasil penelitian Nichols (1939), dalam Baver (1959), di-
tampilkan pada Gambar 18. Tahanan geser tanah merupakan
besaran kohesi dan sudut gesekan dalam tanah (Gill dan Van
den Berg, 1968). Tahanan geser juga dipengaruhi oleh te-
gangan normal dan kekuatan memecah tanah (Reece, 1977).
Xadar air ( p e r s e n )
Gambar 18. Hubungan antara Kadar air Tanah dan Sifat-sifat Fisik Tanah Terhadap Kebutuhan Tahanan Tarik (Nichols, 1933 d a l w Baver, 1959) .
Sudut gesekan dalam yang berhubungan dengan koefisien ge-
sekan dalam dari tanah besarnya sebanding dengan tegangan
efektif yang bekerja pada bidang gesernya. Semakin tinggi
tingkat kepadatan butirnya semakin besar nilai gesekan dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat kadar airnya semakin
rendah nilai geseknya pada selang kadar air antara mende-
kati batas plastis dan melewati batas plastis tanah.
Menurut Gill dan Van den Berg (1968), nilai tahanan geser
tanah akan mencapai nilai maks,imum sedikit di bawah batas
plastis.
Angka Indeks Kerucut lahan percobaan yang didapatkan
dengan menggunakan alat penetrometer SR-2 pada batas lapis
olah antara 0 - 25 cm berkisar antara 128 N/cm2 sampai 157 N/cm2. Kondisi lapis olah lahan percobaan tidak begitu
padat dan sesuai dengan kondisi lahan yang diberakan sela-
ma empat sampai lima musim tanam (2 atau 3 tahun tidak di-
olah). Grafik hubungan Indeks Kerucut dengan kedalaman $a-
pis olah tanah dapat dilihat pada Gambar 19.
Indeks Kerucut ( ~ / c m ~ )
Gambar 19. Grafik Hubungan Indeks Kerucut dengan Kedalam- an Lapis Olah
Dari Gambar 19, terlihat bahwa pada lapis olah antara 0
sampai 25 cm angka Indeks Kerucut pada kadar air tanah KA2
merupakan yang terendah kemudlan diikuti untuk kadar air
tanah KA3. Angka Indeks Kerucut untuk kadar air KA1 dan
kadar air KA4 lebih besar dari Indeks Kerucut untuk kadar
air KA3. Angka Indeks Kerucut untuk masing-masing kadar
air tidak mempunyai korelasi berdasarkan perubahan kadar
air tanah, sehingga angka Indeks Kerucut tidak konsisten
untuk dapat digunakan untuk pendugaan tahanan tarik tanah.
Menurut Kramadibrata (1990) , angka Indeks Kerucut tanah I
pada .suatu areal penelitian yang sama bisa didapatkan ni-
lai yang berbeda meskipun tidak ada perbedaan nyata dalam
kondisi fisik tanah antara lain sifat kadar air, berat bu-
tir tanah, dan tekstur tanah. Hal tersebut menyebabkan
angka Indeks Kerucut tanah tidak praktis digunakan sebagai
salah satu peubah bebas untuk menduga kemampuan traksi.
2 . Kedalaman Pemba jakan, Kecepatan Pemba jakan dan S l i p Roda Traktor
.Data hasil percobaan kedalaman pembajakan, kecepatan
pembajakan dan slip roda traksi tertera pada Tabel 11.
Data lengkap kedalaman pembajakan, kecepatan pembajakan
dan slip roda traksi hasil percobaan tertera pada Lampiran
22, 23, 24 dan 28. Tabel 11 menunjukkan dengan bertambah-
nya kedalaman pembajakan dan meningkatnya kecepatan pemba-
jakan akan memperbesar slip roda traksi. Peningkatan keda-
laman dan kecepatan pembajakan menyebabkan peningkatan
gaya tarik traktor yang dibutuhkan. Hasil penelitian Wan-
ders (1978) didapatkan dengan Heningkatnya gaya tarik dari
traktor akan menyebabkan bertambahnya slip dari roda trak-
si traktor.
Tabel 11. Nilai Slip Roda Traksi pada Berbagai Kedalaman dan Kecepatan Pembajakan pada Lebar Pembajakan yang Tetap (lb = 1.10 cm)
- -
Kedalaman Kecepatan Slip Roda Pembajakan Pembajakan Traksi
(a,) (Vb) (s m m/detlk %
Slip roda traksi yang optimum antara 12 sampai 15 % terja-
di pada kedalaman pembajakan 0.14 m dan dengan kecepatan
pembajakan antara 0.46 m/detik sampai 0.91 m/detik. Ber-
tambahnya kedalaman pembajakan mengakibatkan berkurangnya
kecepatan pembajakan untuk mengatasi slip yang terjadi
pada roda traksi. ~eningkatan slip roda traksi dapat me-
nambah gaya tarik traktor sampai batas slip sebesar kurang
lebih 30 %.
3. Tahanan Tarik dan Tahanan Tarik Spesifik
3.1 Hubungan Tahanan Tarik, Tahanan Tarik Spesifik dan Radar Air
Hubungan kadar air dengan tahanan tarik dan tahanan
tarik spesifik disajikan pada Tabel 12. Dari tabel terse-
but terlihat bahwa nilai tahanan tarik dan tahanan tarik
spesifik kecil pada selang kadar air KA1 dan selang kadar
air KA2 yaitu selang kadar air sebelum mendekati batas
plastis. ~ilai-nilai tersebut meningkat dengai tajam pada
selang kadar air KA3 yaitu pada selang kadar air batas
plastis, dan kemudian menurun kembali pada selang kadar
air KA4 di mana merupakan selang kadar air santara batas
plastis dan batas cair. Penggunaan ban roda traksi yang
lebih lebar serta penambahan pemberat pads roda traksi mem-
berikan tahanan tarik dan tahanan tarik spesifik yang le-
bih kecil pada setiap selang kadar air percobaan. Hubung-
an antara tahanan tarik atau gaya tarik pembajakan dengan
kadar air tanah adalah semakin meningkat kadar air tanah
mendekati selang batas plastis, gaya tarik pembajaan atau
tahanan tarik tanah semakin besar. Menurut Hendrick dan
Bailey (1982) dan Schafer & d.(1977) ha1 tersebut dise-
babkan karena tanah mengalami pergeseran dan 'untuk itu I
energi diperlukan selama proses perusakan atau deformasi
berlangsung sampai terjadinya pergeseran atau pecahnya ta-
nah. Pada selang kadar air tanah mendekati batas plastis
sifat tanah mulai melekat pada alat bajak dan konsistensi
tanah muiai berubah dari sifat remah menjadi sifat tegar,
plastis dan melekat. Kenaikan kadar air tanah pada selang
batas plastis menyebabkan tegangan geser serta gaya gesek-
an antara tanah dan logam bajak akan semakin besar dan hal.
ini akan memperbesar gaya yang diperlukan untuk menggeser
tanah dari massa tanah yang belum terbajak menjadi lempeng-
an-lempengan kecil. Menurut Kuczewski (1981) pada selang
kadar air tanah mendekati batas plastis gaya yang diperlu-
kan untuk memotong tanah meningkat dan akan memperbesar
tahanan tarik pembajakan dan tahanan tarik spesifik tanah.
Tabel 12. Nilai Tahanan Tarik dan Tahanan Tarik Spesifik pada Berbagai Tingkat Kadar Air dan Penggunaan Macam Ban dan Pemberat pada Roda Traksi
Kadar Air Parameter Tahanan Tahanan Tarik Persen Tingkat Penggunaan Tarik Spesif ik
Basis Kering Macam Ban dan (Dl (DS) Pemberat (kN) (kN/m )
~ u b i n ~ a n tahanan tarik spesifik dengan kadar air ta-
nah pada berbagai tingkat lebar ban dan pemberat pada roda
traksi ditampilkan pada Gambar 20 dan Lampiran 22. Gambar
20 memperlihatkan nilai tahanan tarik spesifik dari tanah
rendah pada selang kadar air antara 40 sampai 44% basis
kering, di mana kondisi tanah dalam keadaan konsistensi
remah dan sesuai dengan Nichols (1939, dalam Baver, 1959)
kondisi lahan yang baik untuk pengolahan tanah berada da-
lam selang kadar air sebelum mendekati selang batas plas-
tis. Pada kadar air tanah dalam selang batas plastis ta-
hanan tarik spesifik' akan meningkat.
Kadar air ( % #
Gambar 20. Hubungan Tahanan Tarik Spesifik dengan Kadar Air Tanah pada Berbagai Tingkat Penggunaan Ma- cam Ban dan Pemberat pada Roda Traksi.
Gambar 20 dan Lampiran 22 menunjukkan adanya penahbah-
an nilai tahanan tarik spesifik dengan berubahnya lebar
ban traktor, pemberat yang diberikan serta kecepatan ope-
rasi pembajakan. Pada operasi dengan menggunakan lebar
ban perlakuan B2 dengan pemberat perlakuan Pb2 pada kece-
patan operasi pembajakan Vbl (low 1 - RPM 1600) menghasil- kan tahanan tarik spesifik yang paling kecil, sedangkan
operasi pembajakan dengan menggunakan lebar ban yang lebih
kecil (B1) dan perlakuan pemberat Pbl pada kecepatan Vbj
(low 3-RPM 1600) memberikan tahanan tarik spesifik yang
terbesar. Dari Gambar 20, terlihat bahwa nilai tahanan ta-
rik spesifik tanah menurun secara perlahan pada selang ka-
dar air tanah lebih kecil dari 44 persen. Nilai tahanan
tarik spesifik masih menurun secara perlahan'dengan menu-
runnya kadar air tanah lebih kecil dari 40 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa lahan percobaan yang berkonsistensi
lunak, mudah pecah dan remah berada pada selang kadar air
tanah yang cukup lebar sehingga waktu yang tersedia untuk
pengolahan tanah lebih panjang. Pengolahan tanah yang di-.
lakukan pada keadaan tanah mempunyai konsistensi remah
akan menghasilkan pemotongan dan pembalikan'tanah yang sem-
purna. Pada kadar air tanah selang mendekati batas plas-
tis tahanan tarik spesifik akan meningkat dengan cepat dan
akan mencapai nilai maksimum pada selang kadar air batas
plastis. Pembajakan tanah akan menghasilkan tahanan tarik
dan tahan tarik spesifik yang tinggi karena tanah mulai
melekat pada logam bajak dan tanah mempunyai sifat yang
plastis dan tegar. Pada selang kadar air melewati batas
plastis, nilai tahanan tarik spesifik menurun kembali.
Pada selang kadar air antara batas plastis menuju batas
cair kondisi tanah menjadi basah dan dalam proses pemba-
jakan antara logam bajak dan tanah terbentuk lapisan air
yang berfungsi sebagai pelicin. Pengolahan tanah pada se-
lang kadar air mendekati batas cair tersebut adalah pe-
nyiapan lahan secara basah.
Dari hasil analisis regresi hubungan antara kadar air
tanah pada selang kadar air tanah 44 persen sampai 50 per-
sen dengan tahanan tarik spesifik tanah didapatkan persa-
.maan regresi pangkat dua sebagai berikut :
DS = C,KA~ + C2KA + C3 . . . . . . . . . . (44) dengan nilai R~ sebesar 0.82
Nilai koefisien persamaan regresi tersebut ditampilkan
pada Tabel 13.
Menurut ~akhtin & &.(I970 dalam Koolen, 1977), pe-
ngaruh kandungan air tanah terhadap kebutuhan tahanan ta-
rik mengikuti persamaan regresi pangkat dual dan pada per-
cobaan ini juga didapatkan persamaan regresi pangkat dua.
Hasil penelitian Bakhtin & &.(I970 dalam Koolen 1977)
tidak berbeda dengan hasil percobaan yang dilakukan pada I)
selang kadar air mendekati batas plastis dan melewati ba-
tas plastis tanah.
Tabel 13. Nilai Koefisien Persamaan Regresi Hubung- an Tahanan Tarik Spesifik dan Kadar Air Tanah pada Berbagai Penggunaan Macam Ban dan Pemberat pada Roda Traksi.
Parameter Tingkat Penggunaan C1 C2 C3 R~ Macam Ban
. dan Pemberat
Dari keempat kombinasi perlakuan tingkat penggunaan
lebar ban dan pemberat, taraf kombinasi B2Pb2 menghasilkan
tahanan tarik spesifik yang terkecil untuk pembajakan pada
seluruh selang kadar air percobaan. Untuk pelaksanaan di
lapangan penggunaan ban traksi berukuran 18.4/15-30 (B2)
dengan pengisian air pada ban traksi tersebut pada batas
314 isi ban (Pbl) merupakan kombinasi parameter yang dapat
digunakan untuk kegiatan pengolahan tanah. Hubungan kadar
air tanah dengan tahanan tarik serta tahanan tarik spesi-
fik pada berbagai tingkat kedalaman pembajakan dapat dili-
hat pada Tabel 14. Dari tabel tersebut terlihat bahwa ni-
lai tahanan tarik tanah maupun tahanan tarik spesifik me-
ningkat dengan adanya kenaikan kedalaman pembajakan pada
masing-masing selang kadar air*percobaan, dan yang terbe-
sar pada selang kadar air batas plastis tanah. Hubungan
tahanan tarik spesifik dengan kadar air tanah pada berbagai
tingkat kedalaman pengolahan tanah dapat dilihat pada Gam-
bar 21.
Tabel 14. Nilai ah an an Tarik dan Tahanan Tarik Spesifik pada Berbagai Tingkat Kadar Air dan Kedalaman Pembajakan
Kadar Air Kedalamam Tahanan Tahanan Tarik Persen Pembajakan Tarik Spesif ' k
Basis Kering cm kN kN/m 3
A
180.
169. 5
148. ( dbl
x 0 db2 < 120. A db3 l lee. cn
8s. R A C R - c 49, c
28. 46 dl 4
Kadar air ( % )
Garnbar 21. Hubungan Tahahan Tarik Spesifik dengan Kadar Air Tanah pada Berbagai Tingkat Kedalaman Pembajakan.
Hasil analisis regresi hubungan antara tahanan tarik
spesifik dan kadar air tanah mengikuti persamaan regresi
pangkat dua seperti pada persamaan (44) pada selang kadar
air tanah antara 44 sampai 50 persen. Nilai koefisien
persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel 15 dan nilai R2
berkisar dari 0.8 sampai 0 . 9 .
Tabel 15. Nilai Koefisien Persamaan Regresi Hubungan Tahanan Tarik Spesifik dan Kadar Air Tanah Pada Berbagai Kedalaman Pembajakan
Parameter Kedalaman C1 C2 C3 R2 Pembajakan
Kedalaman pembajakan yang mempunyai tahanan tarik spe-
sifik yang terkecil adalah pada kedalaman 14 cm dan yang
terbesar pada kedalaman 24 cm pada selang kadar air antara
44 sampai 50 persen. Pada selang kadar air tersebut
pengolahan tanah masih dapat dilakukan tetapi dengan keda-
laman pembajakan 14 cm, di mana nilai tahanan tarik spe-
sifik tidak besar. Pada selang kadar air lebih rendah da-
ri 44 persen pembajakan dapat dilakukan pada kedalaman an-
tara 14 sampai 24 cm di mana tahanan tarik spesifik tidak
berbeda nyata pada setiap taraf kedalaman pembajakan.
Hubungan kadar air tanah dengan tahanan tarik dan tahanan
tarik spesifik pada berbagai kecepatan maju pembajakan
disajikan pada Tabel 16. Dari tabel tersebut terlihat bah-
wa nilai tahanan tarik tanah maupun tahanan tarik spesifik
meningkat dengan adanya kenaikan kecepatan operasi pemba-
jakan pada masing-masing selang kadar air percobaan, di
mana juga pada selang kadar air batas plastis tahanan ta-
rik dan tahanan tarik spesifik meningkat dengan tajam ke-
mudian menurun kembali pada selang kadar air antara batas
plastis dan batas cair.
Tabel 16. Nilai Tahanan Tarik dan Tahanan Tarik Spesifik pada Berbagai Tingkat Kadar Air dan Kecepatan Maj u Pemba j akan
--
Kadar Air Kecepatan Tahanan Tahanan Tarik Persen Pembajakan Tarik Spesizik
Basis Kering m/detik kN kN/m
Bertambahnya nilai tahanan tarik tanah dan tahanan tarik
spesifik sesuai dengan kenaikan kecepatan operasi pem-
bajakan dari vbl ke vb2 dan dari kecepatan vb2 ke vb3.
Hubungan tahanan tarik spbsifik dengan kadar air ta-
nah pada berbagai tingkat,kecepatan maju pembajakan dapat
dilihat pada Gambar 22. Hasil analisis regresi hubungan
antara tahanan tarik spesifik dengan kadar air tanah pada
berbagai tingkat kecepatan pembajakan mengikuti persamaan
regresi pangkat dua seperti pada persamaan (44) pada se-
lang kadar air antara 44 sampai 50 persen. Pada selang
kadar air lebih rendah dari 44 persen hubungan antara ta-
hanan tarik spesifik dengan kadar air mengikuti persamaan
garis lurus.
180,
166. ) v b l
148. 0 vb2
120. vb3
lee.
8 8.
46 L dl
I 42
hdar air ( x
Gambar 22. Hubungan a ah an an Tarik Spesif ik dengan Kadar Air Tanah pada Berbagai Tingkat Kecepatan Pembajakan
Nilai koefisien persamaan regresi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 17 dan nilai R~ berkisar dari 0.7 sampai 0.8.
Kecepatan pembajakan yang menghasilkan tahanan tarik spe-
sifik yang terbesar adalah pada selang kadar air antara 44
sampai 50 persen. Kecepatan tersebut berada dalam selang
0.61 sampai 0.91 m/detik atau antara 2.2 sampai 3.3 km/jam.
Penggunaan kecepatan traktor yang lebih rendah menyebab-
kan menurunnya nilai tahanan tarik spesifik. Pada selang
kadar air lebih rendah dari 44 persen kecepatan pembajakan
tidak berpengaruh nyata terhadap tahanan tarik spesifik
sehingga operasi traktor pada selang kadar air tersebut
dapat dilaksanakan pada kecepatan menggunakan gigi trans-
misi Low 3 pada RPM 1600 di mana rata-rata kecepatan trak-
tor dapat mencapai 3.3 km/jam.
Tabel 17. Nilai Koefisien Persamaan Regresi Hubungan Tahanan Tarik Spesifik dan Kadar Air Tanah Pada Berbagai Kecepatan Pembajakan
Parameter Kecepatan Pembajakan C1 C2 C3 R~
Vbl -8.9 827.4 -19036.3 0.7
Vb2 -10.5 969.7 -22325.3 0.7 "b3 -11.1 1030.4 -23728.8 0.8
Bertambahnya kecepatan pembajakan akan menambah besarnya
tahanan tarik bajak dan ini berarti memperbesar gaya trak-
si dari traktor, karena peningkatan kecepatan maju akan
meningkatkan gaya gesekan tanah dengan logam bajak, dan
akan menambah energi kinetik yang diberikan alat ke tanah
(Gill dan Vanden Berg, 1968).
3.2 Hubungan Tahanan Tarik dan Kedalaman Pembajakan #
Hubungan tahanan tarik dengan kedalaman pembajakan pa-
da masing-masing perlakuan kadar air tanah disajikan pada
Gambar 23a, 23b, 23c dan 23d. Dari gambar-gambar grafik
tersebut terlihat bahwa tahanan tarik pembajakan meningkat
t
38.
8.. , i2
I I ,I4 . 16 . i8 . 'z .A2 -24 -26
1
Kedalanan eenbl~jakan ( n 1
Gambar 23a. Hubungan Tahanan Tarik dengan Kedalaman Pemba- jakan pada Kadar Air 1
Gambar 23b. Hubungan Tahanan Tarik dengan Kedalaman Pemba- jakan pada Kadar Air 2
Gambar 23c. Hubungan Tahanan Tarik dengan Kedalaman Pembajakan pada Kadar Air 3
Gambar 23d. Hubungan Tahanan Tarik dengan Kedalaman Pemba- jakan pada Kadar Air 4
dengan bertambahnya kedalaman pembajakan. Menurut Kepner
et a1.(1982), kedalaman olah dari pembajakan akan mempe- - - ngaruhi besarnya nilai tahanan tarik spesifik dan ini ber-
arti mempengaruhi besarnya tahanan tarik pembajakan. Pada
kedalaman yang optimum yaitu pada kedalaman 13 sampai 18
cm peningkatan tahanan tarik serta tahanan tarik spesifik
adalah kecil (Randolph dan Reed (1938) dalarn Kepner & &. 1982). Pada percobaan ini pembajakan dapat dilaksanakan
sampai kedalaman 24 cm pada selang kadar air mendekati ba-
tas plastis, yaitu pada kadar air lebih rendah dari 44
persen. Pada selang ini tahanan tarik spesifik mempunyai
nilai yang tidak berbeda pada setiap taraf kedalaman pem-
ba j akan . Hubungan regresi antara tahanan tarik pembajakan de-
ngan kedalaman pembajakan mengikuti persamaan regresi pang-
kat dual sebagai berikut:
dengan R~ berkisar dari 0.2 sampai 0.9
Nilai koefisien persamaan regresi ditampilkan pada Tabel
18. Dari Gambar 23a, 23b, 23c dan 23d terlihat bahwa kurva
hubungan tahanan tarik dengan kedalaman pembajakan meng-
ikuti garis lurus mengingat dari sebaran data yang berada I
pada kaki kurva parabolik belum mencapai titik puncak mi-
nimum atau maksimum pada kisaran kedalaman pembajakan an-
tara 0.12 m sampai 0.26 m, sehingga nilai pangkat dua dari
persamaan kuadratik dapat diabaikan dan persamaan (46)
dapat disederhanakan menjadi:
Tabel 18. Nilai Koefisien Persamaan Regresi Hubungan Ta- hanan Tarik dan Kedalaman Pembajakan.
Parameter ''1
Hasil percobaan tersebut sesuai dengan penelitian dari
Wolf & aJ,(1981), di mana didapatkan hubungan garis lurus
antara kenaikan tahanan tarik pembajakan dengan bertambah-
nya kedalaman pembajakan pada kondisi kadar air tanah
sebelum mencapai batas plastis. Tahanan tarik pembajakan
meningkat dengan bertambahnya kedalaman pembajakan mengi-
kuti kurva parabolik pada selang kadar lebih tinggi.
3 . 3 . Hubungan Tahanan Tarik dan Kecepatan Pembajakan I
Hubungan antara tahanan tarik pembajakan dengan kece-
patan jalannya traktor penarik pada masing-masing perla-
kuan kadar air tanah ditampilkan pada Gambar 24a, 24b, 24c
dan 24d.
Kecepatan penbajakan ( n / det 1
Gambar 24a. Hubungan Tahanan Tarik dengan Kecepatan Pem- bajakan pada Kadar Air 1
Kecepatan pe~bajakan ( n / det 1
58,
"
z 30. Y CC
Y -4 2 20. B C
4 % 16..
B
Q
Gambar 24b. Hubungan Tahanan Tarik dengan ~ o c e ~ a t a n Pembajakan pada Kadar Air 2
,
@ dbi
0 db2
L db3
db3
h A a -2 n - - r J
I l +fl 6 7 g U cl
U
0 " 0 ?dbl 0 I I I -- -- I , a , 4 .6 .8 1
Kecepatan peabajakan ( R / det Gambar 24c. Hubungan Tahanan Tarik dengan Kecepatan
Pembajakan pada Kadar Air 3
hcepatan penbajakan ( R / det
58,
" - z Y' 30- Y .c( LC
20. C (0 C
4 t3 10.'
8
Gambar 24d. Hubungan Tahanan Tarik dengan Kecepatan Pembajakan pada Kadar Air 4
0 dbl
0 db2 A db3 .
i! A h
PC! 1
SJ '.'
7 i .1 , 4 , 6 ,8 1
Dari gambar-gambar tersebut didapatkan hubungan tahanan ta-
rik pembajakan dengan kecepatan pembajakan mengikuti per-
samaan regresi pangkat dual sebagai berikut:
dengan R~ berkisar dari 0.2 sampai 0.9.
Nilai koefisien persamaan regresi ditampilkan pada Tabel
19 berikut ini.
Tabel 19. Nilai Koefisien Persamaan Regresi Hubungan Ta- hanan Tarik dan Kecepatan Pembajakan
Per lakuan C1 C2 C3 R~
Dari grafik Gambar 24a, 24b, 24c dan 24dterlihat bahwa da-
ri keempat tingkat parameter kadar air tanah, tahanan ta-
rik pembajakan meningkat dengan bertambahnya kecepatan #
maju traktor. Hal ini lebih lanjut rnenyebabkan bertambah-
nya gaya reaksi tanah yang menekan bajak sampai terjadinya
pergeseran lempengan tanah dari massa tanah yang belum ter-
olah dan mengakibatkan bertambahnya gaya gesekan antara
tanah dan bajak serta menambah energi kinetik yang diberi-
kan alat ke tanah (Kepner &.,1982). McKibben dan Reed
(1952) dalam Gill dan Vanden Berg (1968) mendapatkan hu-
bungan tahanan tarik dengan kecepatan pembajakan dalam
bentuk persamaan :
Sedangkan Soehne (1960) dalam Gill dan Vanden Berg (1968)
menggunakan persamaan ~orgachKin untuk menggambarkan hu-
bungan tahanan tarik dan kecepatan pembajakan dalam bentuk
persamaan:
2 .............................. D = Do + CVb (49)
Hubungan antara tahanan tarik pembajakan dengan kecepatan
maju dari traktor pada kedua persamaan tersebut adalah da-
lam bentuk persamaan parabolik yang belum mencapai nilai
maksimum dan nilai minimum. Nilai-nilai hubungan antara
tahanan tarik pembajakan dengan kecepatan maju traktor ber-
ada dalam kaki kurva parabolik pada selang nilai sebelum
batas minimum sampai mendekati nilai maksimum. Dari gam-
bar-gambar hasil percobaan yang ditampilkan pada Gambar
25at 25bt 25c dan 25d juga didapatkan nilai-nilai hubungan I
antara tahanan tarik pembajakan dan kecepatan maju traktor
berada dalam kaki kurva parabolik. Sebaran data kecepatan
maju dari percobaan pembajakan berada dalam selang antara
0.32 m/detik sampai 0.91 m/detik dengan nilai tahanan
tarik pembajakan dalam selang antara 10.009 kN sampai de-
ngan 32.475 kN dan belum mencapai nilai minimum atau nilai
maksimum. Maka besarnya koefisien C2 dari persamaan regre-
si (47) dapat dianggap nol, sehingga hubungan tahanan ta-
rik dan kecepatan dapat disederhanakan menjadi:
di mana bentuk persamaan tersebut diatas sesuai dengan ha-
sil ' penelitian Soehne (1960) dalam Gill dan Vanden Berg
(1968) dan Agricultural Engineers Yearbook (1983/1984).
Juga hasil penelitian Stafford (1984) didapatkan nilai ta-
hanan tarik pada tanah liat akan meningkat menurut garis
lurus dengan bertambahnya kecepatan pembajakan pada kadar
air tanah rendah. Dalam selang kadar air tanah yang lebih
tinggi tahanan tarik pembajakan meningkat mengikuti kaki
kurva parabolik yang belum mencapai nilai maksimum.
3.4. Model Pendugaan Persamaan Tahanan Tarik
Tahanan tarik rata-rata hasil pengukuran di lapangan,
dihitung dari kurva data di atas kertas grafik khusus yang
menggunakan pencatat data buatan YEW tipe 3056, di mana
waktu lintasan sebagai absis dan tegangan keluaran sebagai
ordinat. Tahanan tarik rata-rata untuk satu lintasan per-
lakuan didapat dengan membagi luas dibawah kurva terhadap
absis. Contoh keluaran pencatat data hasil pengukuran ta-
hanan tarik tanah tertera pada Lampiran 16.
Data perhitungan peubah bebas yang digunakan dalam
pendugaan persamaan tahanan tarik tertera pada Lampir-
an 26. Dari analisis regresi berganda data hasil percobaan
di mana tahanan tarik tanah (D) sebagai peubah tidak be-
bas, didapatkan hubungan persamaan berikut ini:
* Ln n1 = 4.749 + 1.809 In n + 0.088 In n3 + 0.606 In n4 + 0.093 In n5 + 0.316 in n6.. ............. (51)
* -* - di mana In n1 = In (D/Wb ) ; In n2 = In (db/lb) ; In n3 =
2- -2 - In (vb /glb ; in n4 = (lb c / K ) ; In n5 = In (C/rlb) dan
In n6 = ln(tan 0) . (DIG) * adalah nilai ( ~ 1 5 ) untuk
(5/pb) , (rb/pb) I a dan P kOnstan*
Persamaan (51) dapat diubah menjadi : .
Hasil pengujian koefisien regresi secara bersama-sama dida-
patkan koefisien korelasi (r) sebesar = 0.776.
Persamaan (52) dapat dijabarkan berdasarkan parameter-pa-
rameter yang terlibat seperti persamaan berikut ini:
2 7 10.088 r Z C a ( ~ 1 5 ) * = k (db/5) 1*809 (vb /g b / b) 0.606
( C I S ) O*Og3 (tan 9) 0.716 ...................( 53) .
di mana ( ~ 1 6 ) * = adalah nilai (~1%) untuk (G/pb), --
(rb/pb), a dan p konstan serta peubah bebas ib,wb dan F
nilainya konstan yaitu = 1.10 m, 6 = 4414.5 N dan
Persamaan (53) menunjukkan bahwa tahanan tarik (D) * dipengaruhi oleh besaran nilai dari kedalaman pembajakan
(db) , kecepatan pemba jakan (vb) , kohesi tanah (C) dan su-
dut gesekan dalam tanah (tan @) untuk kondisi lebar pemba-
jakan ( 5 ) berat bajak (5) dan berat butir tanah ) mem-
punyai nilai konstan. Hasil analisis regresi persamaan
pendugaan tahanan tarik tertera pada Tabel 20.
Tabel 20. Analisis Regresi Persamaan Pendugaan Tahanan Tarik.
Peubah T
Nilai Sim- Koefisien Kesalahan Pars a1 Rata- pangan Regresi Baku R 4 rata Baku
nl = ln (D/tS;;) * 1.123 0.602 - - - n2 = ln(db/5) -1.779 0.228 1.809 0.168 0.448
2 - n3 = ln(vb /glb) -3.506 0.802 0.088 0.055 0.107
-2 n4 = ln(lb c/K) 2.305 0.304 0.606 0.147 0.107
n5 = ln(c inb) 1.805 1.873 0.093 0.021 0.124
- In (tan @) -2.326 0.151 n6 - 0.716 0.253 0.053
Konstanta - - 4.749 - -
Hubungan parsial antara In nl dan In n2 mempunyai ko-
relasi positif dengan nilai R~ parsial sebesar 0.45, yang
berarti meningkatnya nilai In n2 akan memperbesar nilai
In nl. Kedalaman pembajakan (db) meningkat pada keadaan
lebar pemba jakan (ib) konstan akan memperbesar nilai ta-
hanan tarik tanah (D)* pada berat bajak (Fb) yang tetap.
Koefisien regresi dari In n2 adalah 1.809.
Kedalaman pembajakan mempunyai pengaruh yang nyata
terhadap besarnya tahanan tarik tanah. Perbedaan yang
nyata dari kedalaman pembajakan dbl sebesar 0.14 m menjadi
0.18 m pada kedalaman pembajakan db2 dan 0.24 m pada ke-
dalaman pembajakan dbg memberikan kenaikan yang nyata pada
tahanan tarik pemba jakan. Analisis sidik ragam dari data
tahanan tarik pembajakan terhadap kedalaman pembajakan
pada berbagai tingkat perlakuan kadar air memberikan per-
bedaan yang sangat nyata sekali pada tingkat uji taraf ke-
berartian 0.01 ( uji F-1 %) (lihat Lampiran 30).
Gambar 2 5. Hubungan parsial inn ( ln (D&) *) dengan ln n2 (In d b f ~ )
Hubungan parsial antara In nl dengan In 7r2 ditampilkan
pada Gambar 25.
Kecepatan pembajakan mempunyai pengaruh yang kurang
nyata terhadap besarnya tahanan tarik tanah. Ln nl mempu-
nyai hubungan parsial dengan in n3 dan nilai R~ parsial
sebesar 0 . 0 2 yang berarti nilai In nl mempunyai korelasi
yang tidak nyata dengan In n3. Kenaikan nilai In n3 mem-
berikan kenaikan yang tidak besar pada nilai In nl. Ber-
arti kenaikan kecepatan pembajakan (vb) tidak memberikan
peningkatan yang besar terhadap nilai tahanan tarik tanah
(D) pada keadaan lebar pembajakan (lb) yang konstan.
In n3
Gambar 26. Hubungan parsial In (ln ( ~ 1 5 ) *) dengan In nj (In ( V $ ? g ~ b ) )
Analisis sidik ragam dari data tahanan tarik pembajakan
terhadap kecepatan maju traktor pada berbagai tingkat per-
lakuan kadar air tanah dan kedalaman pembajakan memberikan
perbedaan yang nyata pada tingkat uji taraf keberartian
0.05 (uji F- 5 %) dan perbedaan tidak nyata pada tingkat
uji taraf keberartian 0.01 (uji F- 1 %) (lihat Lampiran
30). Koefisien regresi dari In 7r3 adalah sebesar 0.088.
Hubungan parsial antara In nl dengan In n2 ditampilkan
pada Gambar 26.
Kecepatan pembajakan pada gigi transmisi low 1 de-
ngan RPM 1600 sebesar 0.46 m/detik pada kedalaman 0.14 m
menjadi 0.42 m/detik pada kedalaman 0.18 m dan 0.32 m/de-
tik pada kedalaman pembajakan 0.24 m. Pada gigi transmisi
low 2 dengan RPM 1600 kecepatan pembajakan sebesar 0.70
m/detik pada kedalaman pembajakan 0.14 m menjadi 0.57
m/detik pada kedalaman 0.18 m dan 0.47 m/detik pada keda-
laman pembajakan 0.24 m. Pada gigi transrnisi low 3 dengan
RPM 1600 kecepatan pembajakan sebesar 0.91 m/detik pada
kedalaman pembajakan 0.14 m menjadi 0.72 m/detik pada
kedalaman pembajakan 0.18 m dan menjadi 0.61 m/detik pada
kedalaman pembajakan 0.24 m. Hasil percobaan yang dilaku-
kan sesuai dengan pernyataan dari Randolph dan Reed (1938) I
dalam Kepner & a.(1982), Gill dan Vanden Berg (1968),
Gee-Clough (1980), Baver (1959), Smith dan Wilkes (1978)
bahwa nilai tahanan tarik pembajakan bertambah besar de-
ngan meningkatnya kedalaman pembajakan serta kecepatan
maju dari traktor dalam selang kadar air tanah yang ter-
tentu.
Hubungan parsial antara In n1 dengan In n4 dan In n5
mempunyai nilai R~ parsial sebesar 0.11 dan 0.12 . Koe-
fisien regresi dari In n4 dan In n5 adalah 0.606 dan 0.093
dan untuk nilai kohesi tanah koefisien regresinya adalah
0.699. Kenaikan nilai kohesi tanah (C) memberikan kenaik-
an yang nyata pada nilai tahanan tarik (D) pada keadaan
lebar pembajakan (ib) , berat bajak (Fb) dan berat butir
tanah (7) yang konstan. Analisis sidik ragam dari nilai
tahanan tarik pembajakan terhadap berbagai tingkat perla-
kuan kadar air tanah serta kedalaman pembajakan, di mana
kadar air tanah berpengaruh langsung terhadap perubahan
kohesi dan sudut gesekan dalam dari tanah, memberikan per-
bedaan yang nyata sekali pada tingkat uji taraf keberar-
tian 0.01 (uji F- 1 % ) (lihat Lampiran 30). Hasil perco-
baan ini sesuai dengan pendapat Kuczewski (1981) bahwa de-
ngan meningkatnya kadar air tanah yang berpengaruh lang-
sung terhadap kenaikan kohesi dan sudut gesekan dalam ta-
nah memperbesar gaya yang diperlukan untuk memotong tanah
dalam proses pembajakan tanah berarti memperbesar nilai
tahanan tarik spesifik dan .tahanan tarik pembajakan.
Demikian pula gaya tarik pembajakan akan meningkat mengi-
kuti garis lurus dengan bertambah besarnya gaya kohesi ta-
nah (Larson & a., 1968) . Juga menurut Baver (1959) nilai
tahanan tarik akan meningkat dengan bertambahnya nilai
Garnbar 2 7 . Hubungan pars ia l i n (ln ( D / % ~ * ) ) 3& dengan i n n4 ( In (Tb /rb))
Gambar 2 8 . Hubungan pars ia l In n ( l n ( ~ / % * ) ) dengan i n n5 ( l n ( c Ixbf )
kohesi tanah. 'Hubungan parsial antara In rl dengan In n4
dan In n5 dapat dilihat pada Gambar 27 dan 28.
Ln n1 mempunyai hubungan parsial dengan In n6 de-
ngan nilai R~ sebesar 0 . 0 5 . Kenaikan parsial dari in 86
akan menyebabkan meningkatnya nilai In rl. Hal ini berarti
kenaikan nilai sudut gesekan dalam tanah (tan @) pada kea-
daan lebar pemba jakan (ib) , berat ba jak (Fb) dan berat bu-
tir tanah (7) yang tetap menyebabkan meningkatnya nilai
tahanan tarik tanah. ~esuai, dengan pernyataan Koolen
(1977) dan McKyes (1985) yang mengatakan bahwa tahanan ta-
rik pembajakan bertambah besar dengan bertambahnya sudut
gesekan dalam tanah, maka hubungan parsial antara In n1
dengan In n6 berbentuk seperti apa yang ditunjukkan pada
Gambar 29.
- * Gambar 29. Hubungan Parsial In n1 (In (D/Wb ) ) dengan In n6 (In (tan 9 ) )
Hubungan grafik antara in (D/Gb) data hasil pengamat-
an dengan in (D/Fb) * hasil pendugaan berdasarkan perhi-
tungan dengan regresi berganda ditampilkan pada Gambar 30.
Dan untuk menguji keabsahan dari persamaan pendugaan
In (DlTb) * yang didapatkan dari hasil percobaan ini, juga
dilakukan pengujian data hasil percobaan dari Osborne
(1971). Data hasil penelitian yang dilakukan oleh Osborne
(1971) tertera pada Tabel 21. Peubah bebas yang digunakan
di dalam penelitian Osborne (1971) sama dengan peubah be-
bas yang digunakan dalam percobaan ini. Perbedaan yang
ada terletak pada nilai peubah yang bebas yang digunakan
tidak sama dengan percobaan yang dilakukan. Penelitian
Osborne (1971) menggunakan nilai peubah bebas berat bajak - (Wb) yang konstan sebesar 5.61 kN. Nilai lebar pembajakan
merupakan peubah bebas bervariasi dari 70.56 cm sampai
dengan 97.36 cm di dalam penelitian Osborne (1971). Data
pengamatan lapang penelitian Osborne (1971) yang tertera
pada Tabel 21, dimasukkan ke dalam persamaan (51) dan di-
satukan dengan data hasil percobaan.
Tabel 21. Data Hasil Penelitian Osborne (1971)
- - - - Nomor lb db "b c @ Wb r D P e t a k c m c m m/det kN/m2' o m/m3 kN kN
2 4 70.56 19.05 1.66 29.43 28 25.849 571.61 16.69 2 6 85.88 19.05 1.56 19.62 36 25.849 571.61 15.80 2 7 97.36 19.05 2.07 22.56 40 25.849 571.61 15.35 2 8 89.66 21.59 1.78 9.81 34 25.849 571.61 14.68 2 9 75.79 21.59 1.88 13.73 36 25.849 571.61 14.68
Data hasil percobaan ditampilkan pada Gambar 30 dalam
bentuk garis lurus. Data hasil percobaan Osborne (1971)
ditampilkan pada Gambar 30 dalam bentuk tanda silang.
Data hasil pendugaan dengan persamaan (51) berada dalam
selang kelompok data pengamatan lapangan. Jumlah po-pulasi
pendugaan yang dapat diterima dengan penyimpangan 25 %
dari nilai in (D/F~)* hasil pengamatan lapang adalah sebe-
sar 60 % dari jumlah populasi yang ada. Penyimpangan 35 %
dari nilai in (D/W~) * hasil pengamatan lapang yang dapat
diterima adalah 85 % jumlah populasi hasil pendugaan yang
ada. Hal ini berarti besarnya penyimpangan yang diberikan
agar populasi hasil pendugaan dengan persamaan dapat dite-
rima disebabkan masih banyak faktorlpeubah bebas yang ber-
hibungan dengan bentuk alat baj ak yang belum digunakan,
atau masih terdapat cara kerja alat serta siiat fisik dan
mekanika tanah yang belum dimasukkan ke dalam persamaan
pendugaan tahanan tarik.
3.5. Hubungan Daya Traksi, Efisiensi Traksi dan Slip
Perhitungan besarnya daya traksi yang digunakan dalam
operasi pembajakan dalam percobaan ini didapatkan' dengan
melakukan perkalian antara tahanan tarik rata rata hasil
pengukuran dengan kecepatan operasi pembajakan yang dila-
kukan. Data hasil perhitungan daya traksi tertera pada
Lampiran 28. Dari lampiran tersebut terlihat bahwa daya
traksi yang diperlukan untuk pengolahan tanah dengan bajak
singkal dengan lebar pembajakan 1.10 m pada percobaan yang
telah dilakukan berkisar dari 1.708 kW sampai dengan
34.889 kW atau berkisar dari 5.83 % sampai dengan 64.27 %
dar.i tenaga traktor yang tersedia pada motor traktor. Pa-
da Lampiran 28 juga disajikan data yang diukur untuk men-
dapatkan efisiensi traksi dengan menggunakan persamaan - persamaan Gee-Clough (Gee-Clough, 1980, Gee-Clough & d.
1982 ) . Dengan diketahuinya efisiensi traksi (n) serta
daya traksi (PDB) maka daya tersedia , pada roda gila (PBR)
dapat dihitung, dan selanjutnya dapat ditentukan operasi
pembajakan yang efisien dan daya yang tersedia pada trak-
tor dapat digunakan secara optimum. Sebagian data hasil
percobaan dan hasil perhitungan ditampilkan pada Tabel 22,
di mana dapat dilihat hubungan antara daya yang ada pada
traktor (PDB dan PBR), slip dan efisiensi traksi terhadap
gaya tarik drawbar dalam ha1 ini adalah sama besar dengan
nilai tahanan tarik, pada selang kadar air KA1, lebar ban
B1 dan pemberat Pbl. Tahanan tarik yang bertambah besar
akan menyebabkan meningkatnya nilai gaya tarik drawbar
yang diperlukan untuk mengatasi slip yang terjadi. Hubung-
an slip roda traksi dengan besarnya gaya tarik drawbar
ditampilkan pada Gambar 31. Dari Gambar 31 didapatkan hu-
bungan slip roda dengan gaya tirik drawbar mengikuti per-
samaan regresi pangkat sebagai berikut :
s = 0.046 ( F ~ ~ ) + 0.0442 (Fdb) + 1.992 . . . (54)
dengan nilai R2 sebesar 0.9.
Tabel 22. Nilai Daya pada Traktor, Slip dan Efisiensi Traksi terhadap Gaya Ta- rik Drawbar (Tahanan Tarik) pada Se- lang Kadar Air KA1, Lebar Ban B1 dan pemberat Pbl.
Perlakuan Tahanan Slip P~~ Ef isiensi B P K d v Tarik Traksi
(kN) ( % (kW) (kw) ( % I
Tahanan tari k (Gaya Tari k hawbad , kN
Gambar 31. Hubungan Tahanan Tarik (Gaya Tarik Drawbar) de- ngan Slip Roda Traksi pada Selang Kadar Air KA1, Lebar Ban B1 dan Pemberat Pbl
Hubungan daya yang ada pada traktor dengan gaya tarik
drawbar disajikan pada Gambar 32 berikut ini. Dari gambar
tersebut terlihat bahwa gaya tarik drawbar yang optimum
sebesar 60 % memberikan gaya tarik drawbar yang optimum
sebesar f 23 kN, sedangkan daya yang tersedia pada roda
gila didapatkan sebesar f 20 kW dengan slip yang terjadi
pada roda traksi sebesar f 20%.
Tahanan tarjk (Gaya'Ta~ik Dmwbar) , kf4
Gambar 32. Hubungan antara Daya yang Tersedia pada Trak- tor (PDB dan P R) dengan Gaya Tarik Drawbar (Tahanan ~ariky pada Selang Kadar Air KA1, Le- bar Ban B1 dan Pemberat Pbl
Hubungan daya traksi dan slip dari traktor disajikan
pada Gambar 33. Daya traksi traktor pada operasi pembajak-
an dengan bajak singkal dalam percobaan ini, meningkat de-
ngan bertambahnya slip dari traktor. Dari Gambar 33 dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara daya traksi dan slip
mengikuti persamaan regresi pangkat dua sebagai berikut :
dengan nilai R~ berkisar dari 0.4 sampai 0.7.
Pada perlakuan KA1 dani KA2, di mana selang kadar
mendekati batas plastis, daya traksi yang dibutuhkan rela-
tif kecil yaitu antara 1.836 kW sampai 9.675 kW dan slip
traktor antara 10 sampai 20 persen. Daya traksi meningkat
dengan bertambahnya kadar air tanah seiring dengan pening-
katan slip, sehingga untuk mengatasi slip yang terjadi
dibutuhkan daya traksi yang lebih besar. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wanders (1978), daya traksi
traktor dapat diperbesar dengan meningkatkan slip sampai
batas 30 persen, sebaliknya peningkatan traksi dengan slip
diatas 15 persen tidak cukup untuk mengimbangi kehilangan
daya akibat penurunan kecepatan maju. Hasil penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa slip optimum untuk penggunaan
traktor sebagai daya tarik terjadi antara 10 sampai 20
persen.
S l i p C X )
Gambar 33. Hubungan antara Daya Traksi dan Slip Roda Traksi dari Traktor
S l i p ( % )
Gambar 34. Hubungan antara Efisiensi Traksi dan Slip Roda Traksi
134
Efisiensi traksi menurun mengikuti persamaan regresi
garis lurus dengan bertambahnya nilai slip. Bentuk persa-
maan regresi untuk tiap kadar air perlakuan mengikuti per-
samaan berikut ini :
dengan nilai R~ = 1 (0.999) . Hubungan slip dengan efisien- si traksi ditampilkan pada Gambar 34. Efisiensi traksi
tinggi yaitu antara 80 sampai 90 % terjadi pada keadaan
slip roda traksi optimum antara 10 sampai 20 persen. Untuk
mendapatkan operasi pembajakan yang efisien, traktor 2 WD
berdaya 54 kW menggunakan roda traksi lebih besar dari
ukuran standar yaitu 18.4115 - 30, yang diberi pemberat
air setinggi 314 dari roda traksi dan tambahan pemberat
sebesar 2943 N (Perlakuan B2Pb2). Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Murillo-Soto dan Smith (1978), serta
Gee-Clough & d,(1982), bahwa efisiensi traksi dapat di-
optimumkan dengan pemberian pemberat pada roda traksi ser-
ta penggunaan ban dengan tapak yang lebih lebar pada kon-
disi tanah tertentu. Dalam percobaan ini pemba jakan dila-
kukan dengan menggunakan bajak tiga buah singkal di mana
ukuran lebar masing-masing singkal adalah 30.5 cm. Traktor
bekerja pada kecepatan maju antara 0.42 sampai dengan 0.91
mldetik dengan menggunakan RPM 1600 serta gigi transmisi
low 1, low 2 dan low 3 serta pada kedalaman pembajakan an-
tara 0.14 dan 0.18 m. Tahanan tarik tanah yang dihasilkan
adalah sebesar 8.950 kN sampai dengan 16.037 kN dan daya
traksi yang dibutuhkan adalah sebesar 4.225 kW sampai de-
ngan 13.608 kW yaitu jauh lebih kecil dibandingkan dengan
daya traksi yang tersedia pada drawbar traktor yaitu 32.4
kW. Pengolahan tanah dilakukan pada tanah berkadar liat
tinggi dari 42.62 sampai 50.85 %, mempunyai selang kadar
air yang lebar sebelum mencapai batas plastis (46.32 % ba-
sis kering) dan berkonsistensi remah. Efisiensi traksi
yang dihasilkan adalah antara 69.5 % sampai dengan 88.2 %
dengan slip yang terjadi pada roda traksi antara 10.74 %
sampai dengan 28.47 %. Operasi pembajakan pada lahan ke-
ring berkadar liat tinggi yang dilakukan memberikan efisi-
ensi yang tinggi dan sesuai dengan daya traktor yang ter-
sedia serta slip optimum yang terjadi pada roda traksi
dari traktor .