analisis pengembangan pariwisata serta peluang

26
Analisis Pengembangan pariwisata serta Peluang-peluang yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang a.1.Definisi Pariwisata Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas dua suku kata, yaitu pari dan wisatawan. Pari berarti seluruh, semua dan penuh. Wisata berarti perjalanan. Dengan demikian pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah, di suatu di beberapa tempat, dan kembali ke tempat asal semula Istilah “pariwisata” konon untuk pertama kalinya digunakan oleh Presiden Soekarno dalam suatu percakapan padanan dari istilah asing tourism. Menurut Soekadijo pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Semua kegiatan pembangunan hotel, pemugaran cagar budaya, pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan angkutan dan sebagainya semua itu dapat disebut kegiatan pariwisata sepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan para wisatawan akan datang (Soekadijo, 1997: 2). Sementara itu A. J. Burkart dan S. Medlik mengungkapkan bahwa “Tourism, past, present and future”, berbunyi “pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara (dan) dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan- kegiatan mereka selama tinggal di tempattempat tujuan itu (Soekadijo, 1997: 3) Pariwisata adalah sebuah kegiatan dimana dilakukan oleh beberapa orang atau seseorang dalam suatu perjalanan yang mana dapat melebihi 24 jam dari tempat tingalnya. Menurut Spilane (1987:21), dalam arti luas pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Ditambahkan pula bahwa pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu: a) pariwisata

Upload: rajd-mild

Post on 28-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

Analisis Pengembangan pariwisata serta Peluang-peluang yang dimiliki

BAB I

PENDAHULUAN

a.    Latar Belakang

a.1.Definisi Pariwisata

Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang

terdiri atas dua suku kata, yaitu pari dan wisatawan. Pari berarti seluruh, semua dan

penuh. Wisata berarti perjalanan. Dengan demikian pariwisata dapat diartikan

sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah,

di suatu di beberapa tempat, dan kembali ke tempat asal semula  Istilah “pariwisata”

konon untuk pertama kalinya digunakan oleh Presiden Soekarno dalam suatu

percakapan padanan dari istilah asing tourism. Menurut Soekadijo pariwisata adalah

segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Semua

kegiatan pembangunan hotel, pemugaran cagar budaya, pembuatan pusat rekreasi,

penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan angkutan dan sebagainya semua itu

dapat disebut kegiatan pariwisata sepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu semua

dapat diharapkan para wisatawan akan datang (Soekadijo, 1997: 2).

Sementara itu A. J. Burkart dan S. Medlik mengungkapkan bahwa “Tourism,

past, present and future”, berbunyi “pariwisata berarti perpindahan orang untuk

sementara (dan) dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana

mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal

di tempattempat tujuan itu (Soekadijo, 1997: 3)

Pariwisata adalah sebuah kegiatan dimana dilakukan oleh beberapa orang

atau seseorang dalam suatu perjalanan yang mana dapat melebihi 24 jam dari

tempat tingalnya. Menurut Spilane (1987:21), dalam arti luas pariwisata adalah

perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan

perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau

keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,

budaya, alam dan ilmu. Ditambahkan pula bahwa pariwisata terbagi atas beberapa

jenis, yaitu: a) pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism), b)

pariwisata untuk berekreasi (recreation tourism) , c) pariwisata untuk kebudayaan

(culture tourism), d) pariwisata untuk olahraga (sports tourism), e) pariwisata untuk

urusan usaha dagang (business tourism), f) pariwisata untuk berkonvensi

(convention tourism).    

Fandeli (1995:37) mengemukakan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu

yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata serta

usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dijelaskan pula bahwa wisata

merupakan suatu kegiatan bepergian dari suatu tempat ke tempat tujuan lain di luar

Page 2: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah, melainkan untuk

menciptakan kembali kesegaran baik fisik maupun psikis agar dapat berprestasi lagi.

Sementara itu menurut Pendit (1990:29) bahwa pariwisata merupakan suatu sektor

yang kompleks, yang juga melibatkan industri-industri klasik, seperti kerajinan

tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha penginapan dan transportasi.

Ditambahkan pula bahwa pariwisata terdiri 10 unsur pokok, yaitu : 1) politik

pemerintah, 2) perasaan ingin tahun, 3) sifat ramaha tamah, 4) jarak dan waktu, 5)

atraksi, 6) akomodasi, 7) pengangkutan, 8) harga-harga, 9) publisitas dan 10)

kesempatan berbelanja.   

            Menurut Joyosuharto (1995:46) bahwa pengembangan pariwisata memiliki

tiga fungsi, yaitu: 1) menggalakkan ekonomi, 2) memelihara kepribadian bangsa dan

kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup, 3) memupuk rasa cinta tanah air dan

bangsa. Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut maka diperlukan pengembangan

obyek wisata dan daya tarik wisata, meningkatkan dan mengembangan promosi dan

pemasaran, serta meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan.

Dikemukakan pula oleh Pendit (1990) bahwa pariwisata mampu

menghasilkan pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja,

menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara

langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan dan perbaikan

pelabuhan, jalan raya, pengangkutan, serta mendorong pelaksanaan program

kebersihan dan kesehatan, proyek sasana budaya, pelestarian lingkungan hidup dan

sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada

masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar.

Hunziger dan Krapf dari Swis, mendefinisikan Pariwisata sebagai

“Keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang

asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk

melakukan pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang bersifat

permanent maupun sementara.” Definisi ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama

(keseluruhan .... gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing) adalah

definisi pariwisata seperti sudah dijelaskan diatas. Definisi yang pada umumnya

dianggap baik itu pada bagiannya yang kedua mengartikan ‘tinggal untuk sementara’

atau ‘tidak menetap’ secara ekonomik dan menjabarkan sebagai ‘wisatawan tidak

melakukan pekerjaan penting yang memberi keuntungan’ (Soekadijo, l997: 12).

Norval, seorang ahli ekonomi Inggris, juga memberi arti ekonomis kepada

pengertian ‘tidak menetap’ dan beranggapan bahwa yang didefinisikan itu hanya

wisatawan mancanegara saja. Sebab itu definisinya mengatakan bahwa wisatawan

ialah setiap orang yang datang dari negara asing, yang alasannya bukan untuk

menetap atau untuk bekerja di situ secara teratur, dan yang di negara dimana ia

Page 3: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya dilain tempat

(Soekadijo, 1997: 13).

Dr. Salah Wahab menyatakan bahwa pariwisata adalah salah satu jenis

industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam

menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta

menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks

yang meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan

tangan dan cinderamata (Pendit, 1999: 35). Robert Mcintosh dan Shashikant Gupta

mengatakan bahwa pariwisata merupakan gabungan gejala dan gabungan yang

timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintahan, tuan rumah, serta masyarakat

tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan. Wisatawan ini serta

pengunjung lainnya (Pendit, 1999: 35).

E. Guyer dan Fleuller merumuskan pariwisata dalam arti modern. Pariwisata

adalah gejala jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan kesehatan, dan

pergantian hawa, penilaian yang sadar dan kelas dalam masyarakat manusia

sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta

penyempurnaan alat-alat pengangkutan. Herman Von Schullen Za Schratenhoven,

menyoroti pariwisata dari aspek ekonomi, dimana pariwisata adalah istilah bagi

semua, lebih-lebih bagi aspek ekonomi, proses yang ditimbulkan oleh lalu lintas

orang asing yang datang dan pergi dari suatu tempat, daerah atau negara dan

segala sesuatunya yang ada sangkut pautnya dengan proses tersebut (Pendit,

1999: 38).

Kodhyat menyatakan bahwa pariwisata adalah suatu fenomena yang timbul

oleh salah satu bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disebut perjalanan

(travel). Dimana perjalanan untuk memenuhi rasa ingin tahu, untuk keperluan yang

bersifat rekreatif dan edukatif, dikategorikan sebagai kegiatan wisata (Kodhyat,

1996: 1). Selain pengertian diatas oleh Oka A. Yoeti mendefinisikan pariwisata

sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang

diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk

berusaha (bussines) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-

mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk

memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1990: 109).

Sedangkan yang disebut wisatawan adalah orang yang mengadakan

perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap ditempat yang didatanginya,

atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Nyoman S.

Pendit (1999: 42-48) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa jenis

yaitu :

1) Wisata Budaya Merupakan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk

memperluas pandangan seseorang dengan mengadakan kunjungan atau

Page 4: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,

kebiasaan dan adat istiadat mereka.

2) Wisata Kesehatan Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang

wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-

hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan

rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas

mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara

menyehatkan atau tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

3) Wisata Olah Raga Wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan

berolahraga atau. memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam

peserta olahraga disuatu tempat atau Negara seperti Asian Games, Olympiade,

Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain. Bisa saja olahraga memancing, berburu,

berenang

4) Wisata Komersial Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi

pameranpameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri,

pameran dagang dan sebagainya.

5) Wisata Industri Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau

mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian

dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud tujuan

untuk mengadakan peninjauan atau penelitian. Misalnya, rombongan pelajar yang

mengunjungi industri tekstil.

6) Wisata Politik Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau

mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik. Misalnya, ulang tahun 17

Agustus di Jakarta, Perayaan 10 Oktober di Moskow, Penobatan Ratu Inggris,

Perayaan Kemerdekaan, Kongres atau konvensi politik yang disertai dengan

darmawisata.

7) Wisata Konvensi Perjalanan yang dilakukan untuk melakukan konvensi

atau konferensi. Misalnya APEC, KTT non Blok.

8) Wisata Sosial Merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta

mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah

untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau

mahasiswa, petani dan sebagainya.

9) Wisata Pertanian Merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan

ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya

dimananwisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk

tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman

beraneka ragam warna dan suburnya pembibitan di tempat yang dikunjunginya.

Page 5: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

10) Wisata Maritim (Marina) atau Bahari Wisata yang dikaitkan dengan

kegiatan olah raga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk atau laut. Seperti

memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayung dan lainnya.

11) Wisata Cagar Alam Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau

biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata

ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah pegunungan dan

sebagainya.

12) Wisata Buru Wisata untuk buru, ditempat atau hutan yang telah

ditetapkan pemerintah Negara yang bersangkutan sebagai daerah perburuan,

seperti di Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi hutan atau banteng.

13) Wisata Pilgrim Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-

istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat Ini banyak

dilakukan oleh rombongan atau perorangan ketempat-tempat suci, ke makam-

makam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman

tokoh atau pimpinan yang dianggap legenda. Contoh makam Bung Karno di Blitar,

Makam Wali Songo, tempat ibadah seperti di Candi Borobudur, Pura Besakih di Bali,

Sendang Sono di Jawa Tengah dan sebagainya.

14) Wisata Bulan Madu Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-

pasangan, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas

khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka. 

Menurut James J. Spillane (1994: 28-30) terdapat empat pendekatan didalam

pariwisata yang muncul secara kronologis yakni : 

1) Pendekatan Advocasy Pendekatan ini mendukung pariwisata dan

menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai

untuk mendukung macam-macam kegiatan ekonomis, menciptakan lapangan kerja

baru, memperoleh devisa asing yang dibutuhkan bagi pembangunan dan masih

banyak lagi.

2) Pendekatan Cautionary Pendekatan ini menekankan bahwa pariwisata

banyak mengakibatkan banyak kerugian (disbenefits) dalam berbagai aspek sosial-

ekonomi: seperti menimbulkan lapangan kerja musiman dan kasar (rendahan),

mengakibatkan kebocoran devisa asing, menyebabkan komersialisasi budaya, serta

menyebabkan berbagai macam konflik.

3) Pendekatan Adaptancy Pendekatan ini menyebutkan agar pengaruh

negatif pariwisata dapat dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan

pariwisata dari yang selama ini sudah dikenal secara umum, atau dengan

menyesuaikan pariwisata dengan Negara atau daerah tujuan wisata. Cara berpikir

baru ini berdasarkan pandangan bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam

satu konteks

Page 6: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

4) Pendekatan Developmental Pendekatan Developmental atau sering

disebut pendekatan Alternative ini menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan

dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan

rumah tersebut Dapat dipercaya bahwa perkembangan tersebut sebetulnya

mempengaruhi pilihan wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan demikian

juga kehidupan mereka didaerah tujuan wisata atau bentuk alternative pariwisata ini

mempengaruhi jurang pemisah antara hak dan kewajiban dari tamu, tuan rumah dan

perantaranya.

Menurut penulis didalam pendekatan dalam pariwisata yang sesuai dengan

keadaan di Kabupaten Boyolali adalah pendekatan Developmental. Banyaknya

obyek wisata yang ada, dengan berbagai macam keunikan yang ada dan

karakteristiknya maka wisatawan dapat memilih obyek wisata yang di inginkan.

Adanya jurang pemisah antara wisatawan akan meminimalisir kerusakan budaya

lokal oleh wisatawan sehingga tradisi yang ada menjadi luntur.

Menurut Oka A. Yoeti (1990: 111-113), letak geografis, dimana kegiatan

pariwisata berkembang meliputi :

1) Pariwisata Lokal (Local Tourism) Yaitu pariwisata setempat yang

mempunyai ruang lingkup relative sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu

saja. Misalnya kepariwisataan Kota Boyolali.

2) Pariwisata Regional (Regional Tourism) Yaitu kepariwisataan yang lebih

luas dibandingkan dengan local tourism tetapi yang sempit dibandingkan

kepariwisataan nasional, seperti Bali, Yogyakarta

3) Pariwisata Nasional

a. Kepariwisataan dalam arti sempit Yaitu pariwisata dalam negeri dimana titik

beratnya orang yang melakukan perjalanan wisata adalah warga negara sendiri dan

orang asing yang berdomisili di negara tersebut

b. Kepariwisataan nasional dalam arti luas Jadi di sisi lain adanya lalu lintas

wisatawan dalam negeri sendiri, juga ada lalu lintas wisatawan dari luar negeri

maupun dan dalam negeri keluar negeri.

4) Regional-Internasional Tourism Yaitu kegiatan pariwisata yang

berkembang disuatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-

batas lebih dari dua atau tiga negara diwilayah tersebut, misalnya kepariwisataan

ASEAN, Timur Tengah.

5) International Tourism Yaitu kegiatan pariwisata yang berkembang diseluruh

negara di dunia termasuk didalamnya regional-internasional tourism juga kegiatan

national tourism.

Berdasarkan pendapat-pendapat dan para ahli tersebut maka penulis dapat

memberikan pengertian pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai obyek dan daya

Page 7: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

tarik wisata untuk dapat dinikmati sebagai suatu rekreasi atau hiburan mendapatkan

kepuasan lahir dan batin

b.    Tujuan dan Kegunaan

a.    Tujuan

Tujuan dari pada penulisan makalah ini antara lain Sbb:

1.    Untuk  menambah wawasan para pelajar dari isi dari pada makalah ini

2.    Untuk  mengetahui dan member solusi-solusi atas masalah-masalah yang dihadapi

dalam perkembangan dunia kepariwisataan

3.    Untuk memgetahui bagaimana pengembagan atas objek-objek wisata yang telah

teridentifikasikanya

b.    Kegunaan

Kegunaan dari pada penulisan makalah ini antara lain Sbb:

1.    Sebagai bahan bacaan pada para pelajar atau mahasiswa/i

2.    Sebagai suatu penambahan wawasan penulis

3.    Sebagai suatu syarat dalam dunia perkulihan

4.    Dapat berupa pedoman pengembangan bagi instansi-instansi pembangunan

pariwisata

BAB II

PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang dan tujuan serta kegunaan di atas maka penulis merumuskan

beberapa masalah-masalah yang harus diselesaikan antara lain Sbb:

a.    Bagaimana system kepariwisataan

b.    Bagaimana pengembangan pariwisata

c.    bagaimana keterkaitan antara pariwisata dengan wisatawan dalam dunia pariwisata

d.    manfaat apakah dari pariwisata tersebut dalam pembangunan ekonomi Negara

e.    solusi-solusi apakah yang perlu direkomendasikan dalam pengembangan dunia

kepariwisataan

f.     atas dasar apa pariwisata itu penting bagi suatu Negara

Page 8: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

BAB III

PEMBAHASAAN,PENUTUP SERTA SARAN DAN KRITIK

a.    Pembahasaan

a.1 Faktor-Faktor Pendorong kegiatan Kepariwisataan

Dewasa ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan untuk

berwisata akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk

dunia, serta perkembangan penduduk dunia yang semakin

membutuhkan refressing akibat dari semakin tingginya kesibukan kerja. Menurut

Fandeli (1995:50-51) faktor yang mendorong manusia berwisata adalah: 1)

keinginan untuk melepaskan diri tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan untuk

mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang; 2) kemajuan

pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi; 3) keinginan untuk

melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru mengenai masyarakat dan

tempat lain; 4) meningkatnya pendapatan yang dapat memungkinan seseorang

dapat dengan bebas melakukan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya.

Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata di Indonesia menurut

Spilane (1987:57), adalah : 1) berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber

devisa negara jika dibanding dengan waktu lalu; 2) merosotnya nilai eksport pada

sektro nonmigas; 3) adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara

konsisten; 4) besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi

pengembangan pariwisata.

Situasi dan kondisi sosioekonomi Indonesia saat ini, yang memperlihatkan

bahwa  semakin berkurangnya lahan pertanian dan lapangan pekerjaan lainnya

serta semakin rusaknya lingkungan akibat kegiatan manufaktur dan kegiatan-

kegiatan ekonomi lainnya yang mengeksploitasi sumberdaya alam, maka pariwisata

perlu dikembangkan sebagai salah satu sumber produksi andalan. Sektor pariwisata

selain dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, juga tidak merusak lingkungan

Page 9: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

bahkan sebaliknya merangsang pelestarian lingkungan hidup. Hal ini dapat

dimengerti karena pengembangan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

hidup sebagai salah satu sasaran atau obyek wisata.

Dari laporan dan analisis World Tourism Organization (WTO) diperoleh

bahwa sumbangan pariwisata amat berarti bagi penciptaan lapangan kerja.

Disebutkan bahwa dari setiap sembilan kesempatan kerja yang tersedia secara

global saat ini, satu diantaranya berasal dari sektor pariwisata. Diduga pula bahwa

daya serap tenaga kerja pada sektor pariwisata lebih besar di negara-negara

berkembang (Suara Pembaruan, 28 Pebruari 1998). Selain itu, pariwisata dapat

membuka pasar baru bagi produksi pertanian dan hasil kerajinan rumah tangga

yang masih tradisonal maupun usaha-usaha jasa seperti tukang pijit, penginapan,

transportasi dan guide yang dengan sendirinya membuka peluang kerja baru bagi

para pencari kerja yang terus meningkat setiap tahun, serta meningkatkan output

negara. 

Sehubungan perekonomian negara, sektor pariwisata terbukti telah

memberikan kontribusi yang cukup pada perolehan devisa. Hal ini dapat dilihat dari

perolehan devisa negara pada tahun 1995, pariwisata menempati urutan ketiga

setelah migas dan tekstil, dengan devisa sebesar 5.228,4 juta dollar AS.

Sebelumnya tahun 1994 berada pada posisi keempat setelah migas, tekstil dan kayu

olahan, dengan devisa sebesar 4.785,1 juta dollar AS (Kedaulatan Rakyat, 21

Agustus 1998). Ditambahkan pula bahwa terhadap GDP Indonesia, sektor

pariwisata juga memainkan peranan yang penting. Hasil studi World Travel and

Tourism Council (WTTC) menyimpulkan bahwa pertumbuhan kontribusi pariwisata

terhadap GDP rata-rata sebesar 8% dan merupakan yang tercepat di dunia.

a.2 Sumber daya Pariwisata serta objek daerah tujuan wisata

Potensi pengembangan pariwisata sangat terkait dengan lingkungan hidup

dan sumberdaya. Menurut Fandeli (1995:48-49), sumberdaya pariwisata adalah

unsur fisik lingkungan yang statik seperti: hutan, air, lahan, margasatwa, tempat-

tempat untuk bermain, berenang dan lain-lain. Karena itu pariwisata sangat terkait

dengan keadaan lingkungan dan sumberdaya. Ditambahkan pula bahwa Indonesia

yang memiliki keragaman sumberdaya yang tersebar pada ribuan pulau, dengan

lautannya yang luas memiliki potensi yang baik untuk kegiatan pariwisata.

Data dari BPS (1999) menunjukan bahwa luas lautan Indonesia 7,9 juta km²

atau 81% dari luas keseluruhan, dan luas daratannya 1,9 juta km². Daratan memiliki

ratusan gunung dan sungai, hutannya seluas 99,5 juta ha yang terdiri dari 29,7 juta

ha            hutan lindung dan 29,6 juta ha hutan produksi, serta ratusan bahkan

ribuan jenis flora dan faunanya. Unsur-unsur ini merupakan potensi yang dapat

dikembangkan bagi kegiatan pariwisata.

Page 10: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

Dari berbagai sumber informasi dan surat kabar, diberitakan bahwa Indonesia

memiliki banyak potensi di daerah-daerah yang belum dikembangkan atau dijadikan

daerah tujuan wisata (DTW). Sekitar 212 obyek wisata, berupa peninggalan

bersejarah, gunung, air tejun, danau, hutan, dan lain-lain yang ada di Sumatera

Selatan yang belum dikelola (Suara Pembaruan, 11-12-1999:12). Daerah Lampung

yang kaya dengan peninggalan-peninggalan bersejarah, gunung-gunung, pantai-

pantai dan berbagai keindahan alam yang terukir pada beberapa lokasi, belum

dijadikan obyek wisata secara optimal (Suara Pembaruan, 22-12-1999:10). NTT

yang kaya akan obyek wisata laut juga belum dikembangkan (Suara Pembaruan, 27

Juli 1999:10), dan masih banyak obyek wisata lainnya yang belum dimanfaatkan

sebagai DTW guna mendatangkan keuntungan secara sosial ekonomi.

Sumberdaya alam hayati, seperti Taman Nasional Tanjung Puting (Kaltim),

Taman Nasional Ujung Kulon (Jabar), Taman Nasional Komodo (NTT) dan berbagai

sumberdaya alam hayati lainnya, merupakan potensi bagi sasaran kunjungan

pariwisata (Suara Pembaharuan, 17 Sept. 1999:8).

Selain itu, Indonesia dengan keragaman suku, agama dan ras (SARA) yang

memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, berupa tari-tarian dan upacara-upacara

adat juga merupakan hal yang sangat potensial bagi pengembangan

pariwisata.  Memang diakui bahwa dengan keragaman SARA tersebut juga

mengandung potensi konflik yang seringkali dapat menimbulkan kerusuhan sosial.

Karena itu dalam rangka pengembangan pariwisata, selain terdapat sejumlah

potensi yang dapat diandalkan, juga terdapat sejumlah hal yang dapat menjadi

kendala.

 Adapun kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pengembangan

pariwisata, antara lain adalah: pertama, sering timbulnya konflik dan kerusuhan

sosial serta situasi dan konsisi politik yang masih memanas, berakibat pada kurang

terjaminnya keamanan bagi para wisatawan. Menurut Menteri Pariwisata, Seni dan

Budaya, Marzuki Usman bahwa akibat berbagai kerusuhan yang sering terjadi

selama tahun 1998, terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang datang ke

Indonesia sekitar 16,35% dibanding tahun 1997, yaitu pada tahun 1997 wisatawan

asing yang datang sejumlah 5,1 juta orang, pada tahun 1998 hanya 4,3 juta

orang  (Kompas, 28 April 1999:3). Disebutkan pula bahwa banyak biro perjalanan

yang membatalkan perjalanan wisatanya ke Indoesia karena alasan keamanan.

Melihat akan adanya penurunan tersebut, dapat dibayangkan berapa besar kerugian

yang dialami, apalagi bila dikaitkan dengan biaya-biaya promosi yang telah

dikeluarkan.

Kedua, rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara pariwisata,

persaingan yang tidak sehat di antara para penyelenggara pariwisata serta

kurangnya pemahaman terhadap pentingnya pelindungan konsumen yang sangat

Page 11: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

ditekankan di Eropa, Amerika dan Australia, merupakan kendala yang sangat

menghambat pariwisata di Indonesia (Suara Pembaruan, 17 Sept. 1999:8)

Ketiga, rendanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengembangan

pariwisata merupakan kendala. Sebab banyak rencana pengembangan yang gagal

karena kurang mendapat dukungan dari masyarakat akibat rendahnya kesadaran

tersebut. Hal ini dapat dilihat pada contoh kasus pengembangan pariwisata di

Sungai Barito, Banjarmasin dengan Program Pasar Apung (PPA). Dalam

pelaksanaan PPA masyarakat diberi dana untuk pengecetan sampan-sampan

miliknya, tetapi dana tersebut tidak digunakan untuk mengecet sampannya tetapi

untuk hal yang lain (Kompas, 23 Januari 1999).

Keempat, kurangnya modal dan rendahya sumberdaya manusia, terutama

tenaga yang terampil dan profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata

merupakan kendala yang seringkali muncul terutama pada negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia (Suara Pembaruan, 5 Peb. 1999:10). Sumberdaya

manusia merupakan komponen utama dan penentu, terutama dalam menjalan

pekerjaan pada jajaranfrontlinters, yakni mereka yang bertugas memberikan

pelayanan langsung kapada para wisatwan (Suara Karya, 25 Pebruari 1998:8).      

Kelima, sistem transportasi yang belum memadai seringkali menjadi kendala

dalam pariwisata yang perlu ditinjau kembali, untuk meningkatkan pelayannya dari

segi kualitas maupun kuantitasnya (Suara Pembaruan, 17 Sept. 1999:8). 

            Keenam, pengelolaan pariwisata yang bersifat top-down merupakan salah

satu kendala yang banyak menghambat pariwisata, terutama pada masa Orde Baru

yang terlalu otoriter dan sentralistis (Kompas, 23 Januari 1999:2). Selama ini,

banyak DTW yang tidak dikembangkan karena berbagai keterbatasan dari

pemerintah pusat, sementara itu pihak swasta dan pemerintah daerah harus

menunggu petunjuk dari pemerintah pusat.

a.3 Peluang Sumber daya Manusia

pada pengembangan pariwisataAdapun beberapa hal yang dapat menjadi peluang bagi pengembangan pariwisata saat ini, antara lain adalah: pertama, turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar, dapat memicu meningkatnya jumlah wisatawan  (Kedaulatan Rakyat, 6 Agustus 1998:5). Pernyataan ini  dapat dibenarkan karena dengan turunnya nilai mata uang rupiah memungkinkan biaya-biaya yang dikeluarkan wisman jauh lebih rendah dibanding sebelumnya. Dengan demikian hal ini merupakan peluang yang akan dimanfaatkan oleh wisman maupun penyelenggara pariwisata untuk mengembangkan pariwisata dengan lebih mudah.

Kedua, adanya kecenderungan pihak wisawan asing dewasa ini untuk

berwisata dalam dimensi tradisonal, seperti mengunjungi desa-desa yang memiliki

Page 12: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

keunikan baik untuk sekedar mengunjungi maupun untuk wisata ilmiah (Suara

Pembaruan, 30 Januari 1999). Kecenderungan ini harus dimanfaatkan sebaik-

baiknya oleh Indonesia yang masih memiliki banyak desa tradisonal serta berbagai

obyek penelitian. Peluang ini selain kurang membutuhkan modal yang besar, wisata

ilmiah juga dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi Indonesia.  

Ketiga, jumlah penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta, juga

merupakan peluang pasar yang baik selain para wisatawan asing. Hal ini didukung

oleh data dari hasil Sensus Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS menunjukkan

adanya peningkatan wisatawan dalam negeri dari 1991 hingga 1994 sebesar 22,8%,

pada tahun 1991 sebanyak 64,5 juta orang pada tahun 1994 menjadi 83,9 juta orang

(Kedaulatan Rakyat, 21 Agust. 1998:5)

Keempat, data yang diperoleh dari BPS (1999) menunjukan bahwa jumlah

angkatan kerja di Indonesia pada tahun 1999 adalah 94.847.178 orang, jumlah yang

bekerja: 88.816.859 orang dan yang tidak bekerja: 6.030.319 orang. Angkatan kerja

yang belum bekerja ini  diharapkan dapat terserap dalam sektor pariwisata.

Kelima, adanya kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek), transportasi, komunikasi dan informasi yang terus meningkat dapat

membuka peluang bagi pengembangan pariwisata. Walaupun mungkin kondisi

Iptek, transportasi, dan lain-lain tersebut, saat ini belum memadai tetapi

kecenderungan kemajuan telah memberikan kemungkinan bahwa di waktu yang

akan datang, akan lebih baik. Dengan kemajuan komunikasi, transportasi dan

informasi serta semakin maraknya pembangunan lembaga-lembaga pendidikan

pariwisata di seluruh Inodensia, diharapkan dapat mempersiapkan SDM yang lebih

baik serta membuka peluang yang luas untuk bekerjasama dengan berbagai pihak

di dalam dan di luar negeri, terutama antara antara DTW dengan negara-negara

yang potensial.

Walaupun telah terbuka peluang-peluang sebagaimana dikemukakan di atas,

pengembangan pariwisata pada saat ini maupun yang akan datang akan

diperhadapkan pada tantangan-tantangan, sebagai berikut :

Pertama, adanya berita-berita tantang kerusuhan, kebakaran hutan, dan

kondisi lain yang kurang baik di Indonesia cukup menjadi komoditas yang laku dijual

oleh negara-negara yang kurang senang dengan Indonesia. Contoh kasus berita

tentang kebakaran hutan di Kalimantan dan kerusuhan tanggal 13-14 Mei 1998,

diberitakan setiap saat oleh siaran Amerika dan Eropa sehingga cukup pengaruh

bagi pasar wisata, bahkan  pada waktu itu, beberapa negara potensial melarang

warganya berkunjung ke Indonesia (Kedaulatan Rakyat, 6 Agustus 1998:5). Hal ini

merupakan tantangan bagi Indonesia untuk segera menciptakan keamanan.

Keamanan merupakan hal yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan baik dari dalam

Page 13: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

maupun luar negeri. Karena itu diharapkan adanya kerjasama yang baik antara

pemerintah dengan seluruh komponen bangsa dalam menciptakan keamanan. 

Kedua, sistem informasi yang kurang memadahi juga tantangan yang perlu

mendapat perhatian serius dalam pengelolaan pariwisata. Hal ini menjadi penting

agar pengalaman masa lalu tidak terulang. Akibat sistem informasi yang kurang

memadahi pandangan dunia terhadap Indonesia menjadi miring, celakanya lagi

ketika Jakarta atau daerah-daerah tertentu rusuh, dunia menganggap bahwa seluruh

Indonesia rusuh sehingga mengeluarkan larangan berkunjung ke Indonesia.

Padahal DTW bukan hanya ada satu di Indonesia, dan belum tentu semua DTW

mengalami kerusuhan secara serentak. Untuk itu maka diperlukan suatu sistem

informasi yang profesional, mantap visinya serta terampil dan cekatan dalam gerak

langkahnya. Sistem informasi ini antara lain bertugas untuk memberikan klarifikasi,

sekaligus secara proaktif menyiapkan dan memberikan informasi tentang obyek

wisata, kesiapan sarana, prasarana dan lain-lain. Selain itu, juga dapat

dimanfaatkan untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia ke negara-negara lain.

Ketiga, masalah SDM merupakan tantangan yang cukup berat bagi

pengembangan pariwisata, karena SDM sangat menentukan segala sesuatu yang

perhubungan dengan pariwisata. Pariwisata sangat mementingkan profesionalisme

baik dalam pengelolaan investasi maupun dalam bidang perhotelan, transportasi,

komunikasi dan informasi. Selain itu, walaupun pariwisata telah membuka peluang

pasar bagi sektor-sektor lain, akibat dari rendahnya SDM peluang tersebut tidak

dapat dimanfaatkan secara optimal. SDM yang rendah dapat menyebabkan mutu

barang-barang kerajinan menurun, teknik pemasaran kurang tepat, kurang tepat

membaca trend pasar, dan lain-lain. Sehubungan masalah SDM

Keempat, akibat rendahnya SDM dan kurangnya modal dalam negeri akan

membuka kemungkinan bahwa pariwisata akan dikuasai oleh pihak asing yang

memiliki SDM yang lebih baik dan lebih siap dari segi modal. Untuk itu dibutuhkan

upaya-upaya khusus untuk menghindari hal tersebut. 

Kelima, belum meratanya arus penerimaan wisatawan, di mana ada DTW

tertentu sangat ramai dikunjungi wisatawan sementara  itu DTW yang lain sangat

sepi. Peristiwa ini mengindikasikan bahwa selain kurang menarik, dapat terjadi

karena belum diketahui oleh wisatawan. Tantangan ini perlu dihadapi antara lain

dengan meningkatkan promosi dan melakukan upaya-upaya tertentu agar DTW

yang kurang menarik menjadi DTW yang senangi oleh para wisatawan.

Keenam, adanya kemungkinan pariwisata dapat merusak budaya, seperti

pergeseran nilai upacara adat yang dapat mengarah kepada komersialisasi,

timbulnya industri seks, dan sebagainya. Hal ini harus diwaspadai dengan agar

keutuhan dan nilai-nilai budaya tetap diperhatikan.

Page 14: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

a.4  penjaminan Pengembangan Pariwisata sebagai alternative pendapatan

Pengembangana adalah salah satu bagian manjemen yang menitik beratkan pada implementasi potensi budaya harus dilaksanakan dengan rentang waktu, berapa langka sistematis yang dapat mengarah pada pencapaian hasil,dan hasil yang dicapai diharapkan pada perencanaan manajeman dengan kegiatan yang sangat spesetif untuk mencapai tujuaan visi, tujuan, dan sasaran dari rencana tersenut.

Menurut Lanya (1995) definisi mengenai pengembanga yaitu, “Pengembangan adalah memajukan dan memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang telah ada”. Dalam bukunya berjudul “ Dasar-dasar pariwisata”, Gamal Suwantoro (1997), menyatakan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produk yang  pelayanan yang berkualitas, seimbang, bertahan. Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan strategi pengambangan adalah upaya-upaya yang dilakukan dengan tujuan memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu obyek dan daya tarik wisata sehingga mampu menjadi mapan dan ramai untuk dikunjungi oleh wisatawan serta mampu memberikan suatu manfaat baik bagi masyarakat di sekitar obyek dan daya tarik dan lebih lanjut akan menjadi pemasukan bagi pemerintah. Ada lima pendekatan dalam pengembangan, diatara lima pendekatan tersebut, yangdapat menitikberatkan dalam penulisan ini adalah (the community approach) empat diantaranya diindetifikasikan oleh Getz (1987), dan satu tambahan oleh page (1995). Empat kelompok pendekatan yang di identifikasikan Getz (1997)adalah:

a.     Boosterm: adalah suatu pendekatan sederhana yang melihat pariwisata sebaga suatu atridut positif  untuk suatu tempat dan penghuninya masyarakat setempat tidak dilibatkan dalam proses perencanaan daya dukung wilayah tidak cukup dipertimbangkan.

b.     The Economic-indusry approach: adalah pendekatan pengembangan yang tujuan-tujuan ekonomi lebih didahulukan dari tujuan-tujuan sosial dan lingkungan, yaitu dengan menjadikan pengalaman-pengalamanpengunjung dan tingkat kepuasan sebagai sasaran-sasaran utama.

c.    The Physical-Spatial Approach: pendekatan ini didasarkan pada tradisi “penggunaan lahan” geografi.Strategi-strategi pengembangan berdasarkan perencanaan yang berbeda-beda melalui prinsip-prinsip keruangan digunakan di sini, misalnya pengelompokan pengunjung di satu kawasan, dan pemecahan-pememcahan untuk menghindari kemungkinan terjadinya konfik. Hamya satu kritikan bagi pendekatan ini adalah masih kurang mempertimbangkan dampak sosial dan kultural dari pengembangan wisata.

d.    The Comunity Approah: pendekatan ini lebih menekankan padanpentingnya keterlibatan maksimul dari masyarakat setempat di dalam proses pengembangan. Pendekatan ini menganggap penting suatu pedoman pengembangan yang dapat diterima secara sosial (socially acceptable).

 

Page 15: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

 Oleh karena itu pendekatan yang dilkukan adalah menenkankan kepentingan pada manfaat-manfaat sosial yang cultural bagi masyarakat lokal bersama-sama termasuk di dalam pertimbangan ekonomi dan lingkingan. Seperti yang diungkapkan Haywood (1988) masalah dalam menerapkan konsep ini adalah seringkali “kemitraan” (partnership) dalam kenyataan diturunkan derajatnya menjadi “penghargaan” (takenism). Kemudian page (1995) menambakan lagi satu pendekatan dalam pembangunan ini, yaitu :

a.    Sustainable Approach: pendekatan yang berkelanjutan berkepentingan atas masa depan yang panjang atas sumber daya dan efek-efek pengembangan ekonomi pada lingkungan yang mungkin juga menyebabkan gangguan kultural dan sosikal yang memantapkan pola-pola kehidupan dan kaya hidup individual. Menurut Hall (1991) pengembangan yang berkalanjutan berhubungan dengan “equity, the needs of economically marginal populations, and the idea of techmological and social limitations on the ability of environment to meet present and future needs”. Pembangunan pariwisata berkelanjutan diartikan sebagai proses pengembangan yang tidak mengesempingkan kelestarian sumberdaya yang dibutuhkan untuk pembangunan di masa akan datang. Pengertian Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ini sering diartikan sama dengan wisata alternatif, yang di identifikasi sebagai: “Forms of tourism that are consistent with natural, social, and community values and which allow both hosts and guests to enjoy positive and worthwhile interaction and shared experiences (Eadington and Smith, 1992) Dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, penekanan berkelanjutan bahkan tidak cukup dengan kebarlanjutan ekologis dan berkelanjutan ekonomi. Yang tidak kalah pentingnya adalah berkelanjutan kebudayaan, karenan kebudayaan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pembangunan kepariwisataan (Wall, 1993).     

Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan pariwisata

perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan

pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam kerangka itu pariwisata perlu

mengembangkan paket-paket wisata baru seperti agrowisata atau ekowisata. Jenis

wisata semacam ini selain tidak membutuhkan modal yang besar juga dapat

berpengaruh langsung bagi masyarakat sekitar. Masyarakat dapat diikutsertakan

dan keuntungan yang diperolehpun dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.Pengembangan pariwisata yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

Pertama, perlu ditetapkan berbagai peraturan yang berpihak pada

peningkatan mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan

berpihak pada kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain itu perlu diambil tindakan

yang tegas bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah

ditetapkan.

kedua, pengelolaan pawisata harus melibat masyarakat setempat.

Ketiga, kegiatan promosi yang dilakukan harus beragam,

Page 16: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

Keempat, perlu menentukan DTW-DTW utama yang memiliki keunikan

dibanding dengan DTW lain, terutama yang bersifat tradisional dan alami. Kebetulan

saat ini obyek wisata yang alami dan tradisional menjadi sasaran utama para

wisatawan asing. Obyek ini masih banyak ditemukan di luar Jawa, misalnya di

daerah-daerah pedalaman Kalimantan, Papua dan lain-lain.

Kelima, pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta

dan pemerintah daerah setempat, dengan sistem yang jujur, terbuka dan adil.

Kerjasama ini penting untuk lancarnya pengelolaan secara profesional dengan mutu

pelayanan yang memadahi. Selain itu kerjasama di antara penyelenggara juga perlu

dibangun. Kerjasama di antara agen biro perjalanan, penyelenggara tempat wisata,

pengusaha jasa akomodasi dan komponen-komponen terkait lainnya merupakan hal

sangat penting bagi keamanan kelancaran dan kesuksusan pariwisata. 

Keenam, perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi semua DTW yang

ada di seluruh Indonesia. Dalam hal ini pemerintah juga harus memberikan

perhatian yang sama kepada semua DTW. Perhatian terhadap DTW yang sudah

mandiri hendaknya dikurangi dan memberikan perhatian yang lebih terhadap DTW

yang memerlukan perhatian lebih.Ketujuh, menggugah masyarakat sekitar DTW agar menyadari peran, fungsi

dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memasarkan produk-produk lokal serta membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan dan pengadaan modal bagi usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan.

            Kedelapan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan

secara baik untuk menunjang kelancaran pariwisata. Pengadaan dan perbaikan

jalan, telephone, angkutan, pusat perbelanjaan wisata dan fasilitas lain disekitar

lokasi DTW sangat diperlukan.

Dengan memperhatikan beberapa saran ini kiranya dapat membantu bagi

penyelengaraan pariwisata yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Tentunya

saran-saran tersebut tidak berlaku untuk semua DTW, hal itu sangat tergantung

pada kebutuhan DTW masing-masing yang memiliki permasalahannya sendiri dari

waktu ke waktu dan lingkungan yang berbeda-beda.   

Sedangkan menurut Spillane, (1994) untuk dapat mengembangkan suatu

kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada lima unsur

yang harus dipenuhi seperti dibawah ini:

a)    Attractions

Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah,

hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani

Page 17: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian

tersebut.

b)    Facilities

Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel

dan restoran pada sentra-sentra pasar.

c)    Infrastructure

Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk Sistem pengairan, Jaringan komunikasi,

fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, system

pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya dan system keamanan.

d)    Transportation

Transportasi umum, Bis-Terminal, system keamanan penumpang, system Informasi

perjalanan, tenaga Kerja, kepastian tariff, peta kota/objek wisata.

e)    Hospitality

Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah system

pariwisata yang baik.   

Segala hal dan keadaan yang nyata, yang dapat di raba maupun tidak, di garap,

di atur, dan di sediakan sedemikian rupa, sehingga dapat bermanfaat.

Di manfaatkan atau di wujudkan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang

di perlukan atau menentukan bagi usaha dalam pengembangan pariwisata baik

itu berupa suasana, keadaan, benda maupun jasa di sebut, sebagai potensi wisata

(tour pontency) (Darmadjati 1995). Dari kamus besar bahasa Indonesia,

menerangkan definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai nilai untuk di

kembangkan. Sedangkan yang dimaksud potensi wisata adalah suatu asset yang di

miliki oleh suatu daerah tujuan wisata yang di manfaatkan untuk kepentingan

ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial budaya. Berikut dua bentuk

potensi wisatayaitu:

a.    Site Atraction. Suatu tempat yang di jadikan obyek wisata seperti tempat-tempat

tertentu yang menarik.

b.    Event Atraction yaitu suatu kejadian yang menarik untuk di jadikan momen

kepariwisataan seperti   pameran, pesta kesenian, upacara keagamaan, konfrensi

dan lain-lain.

Dalam dunia pariwisata, segala sesuatu yang menarik dan bernilai

untuk dikunjungi dan dilihat disebut  atraksi” atau lazim pula di katakana

obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain panorama keindahan alam

yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai,

matahari terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu

juga berupa budaya hasil ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan

klasik,peningalan purba kala, musium budaya, arsitektur kuno, seni tari,

musik, agama,adat-istiadat, upacara, pekan raya, peringatan perayaan hari

Page 18: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan keolahragaan

lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah, (Pendit,2002.20).

c.    Rantai pengembangan produk pariwisata

Tiap mata rantai dapat merupakan produk tersendiri dan terkait dengan bidang-

bidang lain yang saling mempengaruhi.Akomodasi dapat dijadikan salah satu mata

rantai dari produk pariwisata, tetapi hotel dapat juga merupakan produk tersendiri

apabila akomodasi dijual sebagai bagian dari satu paket wisata, maka akomoodasi

tersebut menjadi salah satu matarantai produk pariwisata. Akan tetapi mandiri tidak

sebagai komponen wisata, maka akomodasi termasuk menjadi produk

tersendiri. Akomodasi juga saling terkait dan saling mempengaruhi bidang-bidang

lain akomodasi tidak dapat beroperasi tanpa bidang-bidang lain. Sebaliknya

dengan beroperasinya sarana akomodasi, maka produk-produk energi, air bersih,

bahan-bahan minuman dan makanan dapat terjual, dibeli oleh sarana

akomodasi. Seperti

A.   Atraksi Wisata (Tourist Attraction)

Pada peragaan diatas dapat kita lihat dengan jelas, bahwa masyarakat

wisatawan berkunjung ke suau tempat, daerah atau Negara, disebabkan oleh daya

tarik yang memikatnya. Sesuatu yang menarik dan mengakibatkan wisatawan

berkunjung ke suatu tempat, daerah, negara itu yang disebut daya tarik, atau atraksi

wisata. Berbagai negara yang menjadi daerah tujuan wisata itupun dilatarbelakangi

oleh berbagai daya tarik yang cukup memikat, sehingga calon wisatawan

memutuskan untuk dapat berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

B. Kemudahan (fasilitation)

Salah satu hal penting untuk pengembangan pariwisata adalah

kemudahaan (fasilitation). Tidak jarang wisatawan berkunjung ke suatu tempat,

daerah, atau Negara, karena tertarik oleh kemudahan kemudahan yang dapat

diperoleh.Demikian pulah sebaliknya tidak kurang wisatawan batal berkunjung ke

suatu tempat, daerah, atau negara, karena merasa tidak memperoleh

kemudahan. Kemudahan yang dimaksud antara lain dalam hal memperoleh

informasi,mengurus dokumen perjalana, membawa barang, uang dan lain

lain. Informasi merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan

umat manusia, terutama di era globalisasi. Informasi yang diperlukan oleh

wisatawanbiasanya yang menyangkut hal-hal elementer dan umum, seperti visa,

iklim, mata uang lokal, pakaian, bahasa suku/bangsa, kehidupan sehari-hari, letak

penduduk. Tentu saja diperlikan informasi yang lebih rinci, misalnya; atraksi wisata,

hotel, alat-alat transportasi (udara, darat, laut), makanan dan minuman lokal, harga

dan lain-lain. Informasi semacam itu pada umumnya dapat dibedakan melalui

Page 19: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

bahan bahan informasi. Agar calon wisatawan dapat memperoleh bahan-bahan

informasi, termaksud dengan mudah, maka setiap jenis media informasi perlu untuk

dimanfaatkan untuk dipublikasikan ke seluruh negara sumber wisatawan.

C.Aksesibilitas (Acessibility)

Salah satu komponen penting dalam kegiatan pariwisata adalah aksesibilitas

atau kelancaran masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya perpindahan

tersebut bisa dalam jarak dekat, menengah ataupun jauh. Untuk melakukan

perpindahan itu tentu saja diperlukan alat alat transportasi. Ketika melakukan

perjalanan, berbagai bentuk keinginan yang terlintas dalam benak wisatawan, ada

yang ingin cepat, adapula yang santai-santai saja. Berdasarkan latar belakang

wisatawan ada yang sanggup membayar mahal adapula yang tidak sanggup

membayar mahal tetapi biasanya lebih banyak yang ingin murah. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, maka berbagai kemudahan transpotasi dapat dinikmati

secara cepat dan nyaman.

D.Akomodasi (Accomoodation)

Akomoodasi merupakan istilah yang menerangkan semua jenis sarana

yang menyediakan tempat penginapan bagi masyarakat yang sedang dalam

perjalanan. Dalam kata atau istila akomoodasi tercakup hotel, mootel, wisma,

pondok wisata, vila, aparteman, karavan, perkemahan, kapal pesiar, yachi, pondok

remaja (youth hostel), dan sebagainya. Jadi kata atau istilah akomodasi mencakup

pengertian yang sangat luas jika diartikan berdasarkan jenisnya.

E.Jasa Boga (food and beverages)

Makan dan minum juga merupakan merupakan hal yang amat penting, bagi

tiap manusia dan khususnya wisatawan. Tidak jarang wisatawan

melakukan perjalanan wisata mengunjugi suatu tempat didorong oleh alasan

makanan atauminuman. Oleh sebab itu, wisatawan biasanya menaruh harapan

untuk mendapatkan makanan atau minuman yang enak baik makanan atau

minuman yang telah dikenalinya maupaun karena inigin mencoba makanan atau

minunanbaru yang belum pernah dinikmatinya. Di Indonesia jika kita berkunjung

ke setiap daerah, masing masing daerah memiliki makanan atau minuman

yang kahas. Untuk memenuhi kebutuhan makan, dan minum para wisatawan,

diWamena juga menyediakan beberapa rumah makan (Restorant).

F. Perusahaan Perjalanan (Tour Operation)

Dalam suatu aktifitas perjalanan yang menempuh jarak cukup jauh,

tentunya membutuhkan jasa perantara guna memfasilitasi dari daerah asal

wisatawan, ke daerah tujuan wisata hingga pulang. Para wisatawan tentunya

akandiperhadapkan dengan tiga pilihan apakah hendak melakukan perjalanan

dengan menggunakan jalur transportasi darat, laut, atau udara. Jika sudah

ditentukan, maka tentunnya calon penumpang harus membeli tiket

Page 20: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

keberangkatan.Selanjutnya diperhadapkan dengan dua pilihan lagi apakah

pembelian tiket dilakukan pada perusahaan perjalanan atau langsung. Berikut uraian

tentang agen perjalanan.

a.     Agen perjalanan

Di luar negeri perusahaan perjalanan digolongkan kedalam dua kelompok

besar, yaitu “Agent Perjalanan (Trave Agent)” dan “operator

perjalanan (Tour Operator)”. Agen perjalanan sendiri dikenal dengan berbagai istilah

sepertitour and travel services, travel services, travel bureau, atau tourist

bureau. Sedangkan tour operator juga dikenal dengan istilah yang kegiatannya

serupa tapi tidak sama: whole saler.

b.    Biro Perjalanan wisata.

Jika diatas dijelaskan bahwa, fungsi utama suatu Agen Perjalanan Wisata

adalah sebagai perantara dalam menjual produk perusahaan lain kepada

wisatawan (konsumen), maka fungsi utama Biro Perjalanan Wisata justru sebaliknya

yakni membuat produk dalam bentuk paket-paket wisata. Produk yang

dimaksud dapat dijual oleh Biro Perjalanan Wisata yang bersangkutan kepada

wisatawan (konsumen) atau dijual melalui Agen Perjalan Wisata.

G. Toko Cenderamata (Souvenir art Shop)

Untuk memenuhi minat wisatawan yang berkunjung ke Desa Wollo, disini

juga disediakan berbagai jenis cenderamata yang sangat fariatif dan berciri

khas tersendiri. Bagi wisatawan yang hendak membeli cenderamata,

merekaberkunjung ke beberapa tempat, yang menyediakan cenderamata bagi

para wisatawan baik lokal, nasional, maupun internasional. Cenderamata

disediakan di beberapa art shop antara lain: Baliem Indah Art shop, Baliem Valley

art shop, Duta baliem Art shop, dan Paradise souvenir art  shop.

b.    P E N U T U P

            Berdasarkan uraian tentang potensi, kelemahan, peluang, tantangan dan

strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pariwisata, maka dapat

dikatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dapat

menunjang pertumbuhan ekonomi. Wilayah daratan dan lautan yang luas dengan

berbagai keragaman dan keunikannya merupakan potensi yang dapat diandalkan

bagi kemajuan pariwisata.

Berbagai peluang tercipta terutama turunnya nilai mata uang rupiah dan

kecenderungan para wisatawan asing untuk mencari DTW yang masih tradisional

dan alami, perlu dimanfaat sebaik-sebaiknya bagi pengembangan pariwisata.

Sementara itu berbagai kendala dan tantangan yang ada, terutama masalah

rendahnya SDM dan gangguan keamanan yang sering timbul,  perlu disiasati

Page 21: Analisis Pengembangan Pariwisata Serta Peluang

dengan berbagai strategi agar kendala dan tantangan tersebut tidak menghambat

pengembangan pariwisata.

Pengembangan pariwisata selain mendatangkan keuntungan secara

langsung bagi negara, juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi

sejumlah pencari kerja yang belum memiliki kerja, juga diharapkan dapat membuka

pasar baru bagi berbagai produk lokal yang dimiliki masyarakat.

C.SARAN DAN KRITIK

A. SARAN

Dengan semua isi dari pada makalah ini maka penulis tak lupa menyarankan

bahwa isi dari pada makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan. oleh karena itu

penulis minta agar para saudara pembaca tidak tersingung pada makalah ini. Dan

penulis pun selalu menanti saran dari para saudara agar memperbaiki tulisan

makalah yang sempurna di masa yang akan datang

B.   KRITIK

Dari penulisan makalah ini, maka sebagai seorang penulis yang tidak sempurna

selalu menanti kritik dan saran dari para saudara pembaca agar dapat memperbaiki

sistematik penulisan makalah yang baik di hari berikutnya