analisis pengaruh pdrb dan indeks pembangunan .../analisi… · analisis pengaruh pdrb dan indeks...

104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PENGARUH PDRB DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIATERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH ( Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota Tahun 2005-2009) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumber daya Manusia dan Pembangunan Oleh: J U M I K A N S4211010 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2012

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    ANALISIS PENGARUH PDRB DAN

    INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIATERHADAP

    TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH ( Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota Tahun 2005-2009)

    TESIS

    Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister

    Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

    Konsentrasi : Ekonomi Sumber daya Manusia dan Pembangunan

    Oleh:

    J U M I K A N

    S4211010

    FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    PROGRAM PASCA SARJANA

    MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

    SURAKARTA

    2012

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    ANALISIS PENGARUH PDRB DAN

    INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIATERHADAP

    TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH

    ( Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota Tahun 2005-2009)

    Disusun Oleh :

    J U M I K A N

    S4211010

    Telah disetujui pembimbing

    Padatanggal :________________

    Pembimbing I Pembimbing II

    Lukman Hakim,SE., M.Si., Ph. D Dr. AM Susilo, M.Sc

    NIP : 19680518 200312 1 001 NIP : 19590328 198803 1 001

    Ketua Program Studi

    Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

    Dr. AM Susilo, M.Sc

    NIP : 19590328 198803 1 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    ANALISIS PENGARUH PDRB DAN

    INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIATERHADAP

    TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH

    ( Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota Tahun 2005-2009)

    Disusun Oleh :

    J U M I K A N

    S4211010

    Telah disetujui oleh Tim Penguji :

    Pada tanggal :........................

    Jabatan Nama Tanda Tangan

    Ketua Tim Penguji Dr. Guntur Riyanto, M.Si ......................

    Pembimbing UtamaLukman Hakim, SE., M.Si., Ph.D......................

    Pembimbing PendampingDr. AM Susilo, M.Sc. ......................

    Mengetahui :

    Direktur PPs UNS Ketua Program Studi

    Magister Ekonomi dan Studi

    Pembangunan

    Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S Dr. AM Susilo, M.Sc.

    NIP : 19570820 198503 1 004 NIP : 19590328 198803 1 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    HALAMAN PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini :

    N a m a : J U M I K A N

    NIM : S4211010

    Program Studi : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

    Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan

    Menyatakan bahwa tesis ini adalah karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan

    dari hasil karya orang lain.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

    Surakarta, 2012

    Tertanda

    J U M I K A N

    iv

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    PERSEMBAHAN

    Karya ini kupersembahkan untuk :

    · Istri dan anak-anakku tercinta :

    1. Dwijuni Astuti Listiyorini, SE

    2. Choirunnissa Nur Kamila

    3. Adimas Khoirunafis Ma’ruf

    · Ibuku, yang kami hormati.

    · Almamaterku

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    MOTTO

    “Ilmu itu adalah gudang - gudang, anak kuncinya

    adalah pertanyaan. Dari itu bertanyalah !. Sesungguhnya di

    beri pahala pada bertanya itu empat orang, yaitu penanya,

    yang berilmu, pendengardan yang suka kepada mereka yang

    tiga tadi”.

    “Tak waja rbagi orang bodoh, berdiam diri atas

    kebodohannya. Dan tak wajar bagi yang berilmu bediam diri

    atas ilmunya”.

    AL-HADITS

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    ABSTRAK

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Porduk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 2005 - 2009. Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa angka – angka kemiskinan dari tahun ketahun tidak mengalami penurunan yang signifikan padahal angka pertumbuhan ekonomi (PDRB) rata – rata cukup tinggi serta angka Indeks Pembangunan Manusia juga rata – rata mengalami kenaikan.

    Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel, sedangkan analisis ekonometrika, yang dilakkukan dengan menggunakan panel data dengan pendekatan efek tetap (fixed efect), dilakukan untuk menelaah pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan Indeks pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat Penurunan Kemiskinan (PM).

    Data yang digunakan adalah data skunder yang berasal dari berbagai institusi pemerintah terutama Badan Pusat Statistik dan Dinas Sosial. Panel data yang digunakan untuk analisis ekonometrika adalah time series tahun 2005 sampai tahun 2009 dan cross-section dari 35 kabupten/kota di Propinsi Jawa Tengah.

    Model akan diregresi menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan data panel, atau dusebut PLS (Panel Least Square) dengan menggunakan Sofware Eviews.6 untuk pengolahan data.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi (PDRB) tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan kemiskinan, sedangkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh signifikan terhadap penurunan kemiskinan pada tingkat signifikansi 5 %.

    Sebagai upaya percepatan penurunan kemiskinan, bagi para pihak yang terkait agar pertumbuhan ekonomi diusahakan lebih besar pada sector – sector riil terutama sector pertanian dan industry pengolahan yang berpotensi banyak menyerap tenaga kerja. Dan untuk meningkatkan angka IPM, terutama pada komponen pendidikan dan kesehatan agar selalu diusahakan untuk meningkatkan kesempatan pada warganya dalam mendapatkan akses terhadap kedua komponen tersebut.

    Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia dan Penurunan Kemiskinan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    ABSTRACT

    The purpose of this study was to analyze the effect Porduk Gross Domestic (GDP) and the Human Development Index (HDI) of the level of poverty in the province of Central Java from 2005-2009. This study motivated the poverty figures from year to year does not decrease significantly when the economic growth rate (GDP) on average quite high and the Human Development Index figures also mean increased. The analysis conducted in this study in the form of descriptive analysis and econometric analysis. Descriptive analysis is done by presenting the data in tabular form, while the econometric analysis, which dilakkukan using panel data with fixed effects approach (fixed-effect), was conducted to examine the effect of economic growth (GDP) and the Human Development Index (HDI) for Poverty Reduction rate (PM). The data used are secondary data from various government agencies, especially the Central Bureau of Statistics and the Department of Social Welfare. Panel data used for the analysis of time series econometrics is 2005 to 2009 and the cross-section of 35 kabupten / town in Central Java province. The model will be regressed using OLS (Ordinary Least Square) with data panels, or dusebut PLS (Panel Least Square) using Eviews.6 Software for data processing.

    The results of this study indicate that economic growth (GDP) had no significant effect on poverty reduction, while the Human Development Index (HDI) significantly influences poverty reduction at a significance level of 5%.

    As efforts to accelerate poverty reduction, for the parties concerned to be sought greater economic growth in the real sectors, especially agriculture and processing industries are potentially a lot of employment. And to increase the number of IPM, especially in education and health components that always sought to improve the opportunities for citizens to gain access to the second component.

    Keywords: Economic Growth, Human Development and Poverty Reduction.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah

    melimpahkan taufik dan hidayahNya sehingga Tesis yang berjudul “ANALISIS

    PENGARUH PDRB DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

    TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH (

    Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota tahun 2005-2009)” ini dapat

    terselesaikan.

    Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penelitian ini merupakan atas

    bimibingan, petunjuk serta nasehat dari Bapak-bapak pembimbing dan Bapak/Ibu

    Dosen serta Sekretariat Program Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

    Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, maka pada kesempatan ini penulis

    sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para beliau.

    Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari Bapak/Ibu

    Dosen serta rekan-rekan guna perbaikan tesis ini.

    Demikian semoga penelitian ini bermanfaat.

    Surakarta, 2012

    Peneliti

    J U M I K A N

    NIM S4211010

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

    PERSEMBAHAN ........................................................................................... v

    MOTTO .......................................................................................................... vi

    ABSTRAK ....................................................................................................... vii

    ABSTRACT ..................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

    DAFTAR ISI .................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Tolok Ukur Pembangunan .......................................... 8

    B. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 9

    C. Konsep Pembangunan manusia ................................................ 15

    D. Indeks Pembangunan Manusia (IPM ....................................... 16

    E. Kemiskinan ............................................................................... 23

    F. TinjauanPenelitianTerdahulu ................................................... 37

    G. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 38

    H. Hipotesis ................................................................................... 39

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Tipe Penelitian .......................................................................... 40

    B. Jenisdan Sumber Data ............................................................. 40

    C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 41

    D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ....................... 41

    E. Teknik Analisa Data ................................................................. 42

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Propinsi Jawa Tengah ...................................... 48

    1. Keadaan Geografis ............................................................ 48

    2. Keadaan Penduduk ........................................................... 53

    3. Kondisi Perekonomian ..................................................... 57

    4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................... 59

    5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ............................. 69

    6. Kondisi Kemiskinan di Jawa Tengah ................................. 70

    B. Diskripsi Variabel- Variabel Penelitian ....................................... 73

    1. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 74

    2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .............................. 74

    3. Kemiskinan ....................................................................... 75

    C. Analisa Data ................................................................................ 76

    1. Persamaan Regresi Linier Data Panel .............................. 76

    2. Uji Statistik ....................................................................... 78

    3. UjiAsumsiKlasik ................................................................ 78

    4. Analisis Hasil Regresi ...................................................... 82

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    5. Uji Hipotesa (Teori) ........................................................ 84

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ................................................................................. 87

    B. Saran ............................................................................................ 88

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN - LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel Uraian Hal.

    2.1 Perbandingan Kegunaan dan Kelemahan GNP dan PDRB 16

    2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM 20

    2.3 Tahun Konversi dan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 21

    3.1 Variabel yang dinaikan dalam analisis 42

    4.1 Jumlah, Kepadatandan LPP Jawa Tengah tahun 1980, 1990, 2000 dan 2008

    54

    4.2 Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000, tahun 2005-2009

    60

    4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah tahun 2004-2008 (persen)

    62

    4.4 PDRB Meunurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah tahun 2005-2009 (miliar rupiah)

    65

    4.5 Distribusi persntase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah tahun 2005-2009

    66

    4.6 Laju Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Jawa Tengah tahun 2005-2009

    68

    4.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Propinsi Jawa Tengah menrut daerah tahun 1996-2011.

    72

    4.8 IPM Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2010 75

    4.9 Jumlah Penduduk Miskin di Propinsi Jawa Tengah dari Tahun 2005-2009 (ribuan)

    76

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Data Penelitian

    Lampiran 2.Hasil Olah data dengan Eviews.7

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Beberapa studi menunjukkan bahwa pentingnya faktor pertumbuhan

    ekonomi dan peningkatan angka Indeks Pembangunan Manusia dalam upaya

    penurunan tingkat kemiskinan dan peningkatan kualitas kehidupan manusia

    pada umumnya. Menurut Siregar, H. dan Wahyunarti, D. (2006) menunjukkan

    bahwa pertumbuhan ekonomi yang bekualitas, dimana pertumbuhan ekonomi

    lebih besar pada sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja yaitu sektor

    pertanian dan industri pengolahan dapat berdampak pada menurunnya angka

    kemiskinan secara signifikan. Tetapi sebaliknya, pertumbuhan ekonomi tidak

    berkualitas yaitu pertumbuhan ekonomi yang hanya didominasi oleh sektor

    jasa maka dampaknya terhadap pengurangan kemiskinan juga sangat kecil.

    . Begitu juga penelitian yang telah dilakukan oleh Lismawatie,

    Kurnia (2007) tentang korelasi antara indeks pembangunan manusia dengan

    kondisi kemiskinan di Pematangsiantar, disimpulkan bahwa apabila data-data

    IPM dihitung secara benar maka bisa mencerminkan peningkatan kualitas

    hidup masyarakat tidak mampu dalam upaya mengurangi jumlah kemiskinan.

    Angka-angka Indeks Pembanguna Manusia (IPM), dianggap lebih

    mencerminkan hasil-hasil pembangunan yang berfokus pada pembangunan

    manusia.IPM tidak hanya sekedar menghitung besaran PDB, tetapi

    didalamnya juga mengukur aspek-aspek yang relevan dengan pembangunan

    manusia melalui indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    kesehatan, pendidikan dan pendapatan (daya beli), dianggap sangat cocok

    sebagai alat ukur kinerja pembangunan khususnya pembangunan manusia

    yang dilakukan disuatu wilayah pada waktu tertentu, atau secara spesifik IPM

    merupakan alat ukur kinerja dari pemerintah disuatu wilayah. Maka angka-

    angka IPM yang meningkat bisa mencerminkan peningkatan kualitas hidup

    masyarakat tidak mampu dalam upaya menurunkan kemiskinan.

    Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses peningkatan

    produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat

    dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi

    tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan.

    Dalam hal ini berarti bahwa terdapat kenaikan pendapatan nasional yang

    ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB).

    Sementara itu, keberhasilan pembangunan yang ditunjukkan dari laju

    pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat selama ini diharapkan bisa mengatasi

    permasalahan pengangguran tersebut. Pertumbuhan (growth) sebagai suatu

    proses untuk meningkatkan produksi (output) yang ditunjukkan dengan GNP

    per kapita suatu negara seringkali merupakan ukuran dari kesuksesan

    pembangunan ekonomi. Dari GNP per kapita juga dapat untuk

    menggambarkan apakah suatu negara diklasifikasikan sebagai negara maju

    atau sedang berkembang. Akan tetapi dengan lajunya pertumbuhan GNP

    tidaklah mutlak merupakan ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi

    negara sedang berkembang.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas

    dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Model pertumbuhan ekonomi

    lebih menekankan pada peningkatan PDB dari pada memperbaiki kualitas

    manusia. Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi,

    tetapi tidak anti pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia,

    pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan alat untuk

    mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia.

    Pertumbuhan ekonomi sebagai indikator keberhasilan pembangunan

    ekonomi, dapat diartikan sebagai pertumbuhan output per kapita dalam jangka

    panjang. Hal ini berarti bahwa, peningkatan kesejahteraan tercermin pada

    peningkatan output per kapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif

    dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyrakat

    yang semakin meningkat

    Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), setelah

    dipublikasikan pertama kali oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dan United Nation

    Development Programme (UNDP) pada tahun 1996, sebagai tolok ukur

    pembangunan manusia. IPM tidak hanya sekedar menghitung besaran PDB,

    tetapi didalamnya juga mengukur aspek-aspek yang relevan dengan

    pembangunan manusia melalui indeks komposit yang terdiri dari tiga

    komponen utama yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan (daya beli). Saat

    ini IPM dianggap lebih mencerminkan hasil-hasil pembangunan yang berfokus

    pada pembangunan manusia.IPM dianggap sangat cocok sebagai alat ukur

    kinerja pembangunan khususnya pembangunan manusia yang dilakukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    disuatu wilayah pada waktu tertentu, atau secara spesifik IPM merupakan alat

    ukur kinerja dari pemerintah disuatu wilayah.

    Publikasi tentang IPM memberikan semangat terhadap propinsi-

    propinsi bahkan kabupaten/kota dengan melakukan hitungan IPM untuk

    kepentingan daerahnya. Upaya untuk menghitung IPM sampai ketingkat

    kabupaten/kota sangat penting karena proses desentralisasi yang berjalan di

    Indonesia memindahkan sebagian besar proses pembangunan ketangan

    pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Desentralisasi tidak hanya tertuju

    pada pembangunan ekonomi saja tetapi pembangunan manusia juga merupakan

    prioritas utama, penduduk ditempatkan obyek dan sekaligus subyek

    pembangunan. Artinya, angka-angka besaran IPM bisa dijadikan sebagai salah

    satu tolok ukur keberhasilan pembangunan manusia.

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pertama kali diperkenalkan

    pada tahun 1990, menyajikan ukuran kemajuan pembangunan yang lebih

    memadai dan lebih menyeluruh daripada ukuran tunggal pertumbuhan PDRB

    per kapita. Konsekuensi dari kebijakan desentralisasi sesuai dengan UU nomor

    22/1999 tentang Pemerintahan Daerah serta UU nomor 25/1999 tentang

    Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, membawa kepada tanggung

    jawab yang besar kepada pemerintah daerah terutama pemerintah

    kabupaten/kota terhadap pembangunan manusia. Oleh karena itu, besaran IPM

    juga bisa menggambarkan kinerja pemerintah kabupaten/kota dalam

    pembangunan manusia tersebut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    Pada konteks itulah pada tingkat yang lebih kecil, penulis ingin

    mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa

    Tengah yang ditunjukkan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) serta pengaruhnya terhadap tingkat

    kemiskinan. Disamping itu juga untuk mengetahui seberapa besar kepekaan

    perubahan PDRB dan IPM tersebut terhadap laju penurunan kemiskinan.

    Sehingga dengan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yang kemudian dapat

    sebagai salah satu pertimbangan bagi pengambil kebijakan diwilayah Propinsi

    Jawa Tengah.

    B. Rumusan Masalah

    Bukti empiris menunjukkan bahwa strategi pembangunan yang

    berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja tidak cukup, karena

    ternyata tidak diikuti dengan pengurangan tingkat pengurangan kemiskinan

    yang signifikan. Begitu juga dengan skor Indeks Pembangunan Manusia yang

    terus naik dari tahun ketahun, belum tentu signifikan pengaruhnya terhadap

    penurunan kemiskinan.

    Konsepsi diatas mengandung pengertian bahwa tingkat pertumbuhan

    ekonomi (PDRB) yang tinggi dan Indeks Pembangunan manusia (IPM) yang

    meningkat belum tentu diikuti dengan keberhasilan dalam mengurangi

    kemiskinan. Oleh karena itu, berpijak pada latar belakang pemikiran tersebut

    maka rumusan masalah penelitian yang diajukan oleh penulis adalah :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    1. Bagaimana Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap

    Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005-2009.

    2. Bagaimana Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap

    Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005-2009.

    3. Bagaimana Pengaruh Produk Doestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM) secara bersama – sama terhadap Tingkat

    Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005 – 2009.

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan Produk

    Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    terhadap Tingkat Kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009.

    Secara lebih rinci, tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    terhadapTingkat Kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009.

    2. Untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

    Tingkat Kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009.

    3. Untuk mengetahui pengaruh Produk Doestik Regional Bruto (PDRB) dan

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara bersama – sama terhadap

    Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005 – 2009.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

    pertimbangan untuk membuat kebijakan yang berkaitan dengan usaha-usaha

    penanganan kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah dan juga diharapkan akan

    dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi kepentingan pengembangan

    ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

    1. Manfaat Teoritis.

    Sebagai sarana pembanding bagi ilmu pengetahuan dalam memperkaya

    informasi tentang pengaruh hubungan antara Produk Domestik Regional

    Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan usaha-

    usaha menurunkan angka kemiskinan.

    2. Manfaat Praktis.

    Memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Propinsi Jawa Tengah

    dalam upaya membuat kebijakan penanganan kemiskinan dimasa yang akan

    datang. Serta memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat di

    Propinsi Jawa Tengah dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan dimasa

    yang akan datang.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Tolok Ukur Pembangunan

    Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses

    multidimensional yang mencakup perubahan yang mendasar meliputi struktur-

    struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional dengan

    tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penenganan ketimpangan

    pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan juga merupakan

    perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian system social secara

    keseluruhan tanpa mengabaikan kerjasama, kebutuhan dasar, dan keinginan

    mayoritas individu maupun kelompok social yang ada untuk bergerak maju

    menuju suatu kondisi yang lebih baik (Sulasdi, 2006).

    Dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan suatu kenyataan

    fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin

    melalui serangkaian proses sosial, ekonomi dan institusi demi mencapai

    kehidupan yang lebih baik. Pembangunan paling tidak mempunyai tiga tujuan

    inti yaitu peningkatan ketersediaan kebutuhan pokok, peningkatan standar

    hidup, dan perluasan pilihan ekonomis dan sosial individu.

    Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total

    dan pendapatan per kapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan

    dan disertai dengan perubahan fondamental dalam struktur ekonomi suatu

    negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu wilayah.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    Pembangunan yang dilaksanakan disuwatu wilayah akan memberikan

    keadaan yang lebih baik daripada sebelumnya. Pada prinsipnya tolok ukur

    kinerja pembangunan meliputi tolok ukur pembangunan fisik dan non

    fisik.Pembangunan fisik terwakili oleh pembangunan fisik dan

    ekonomi.Ukuran peningkatan ekonomi terwakili dengan Gross Domestic

    Product (GDP), Gross Domestic Regional Bruto (PDRB).Sementara itu,

    pembangunan manusia dapat dukur salah satunya dengan menggunakan tolok

    ukur IPM.

    B. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

    Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi

    (economic growth); dan pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan

    ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses

    pembangunan ekonomi.

    Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan kapasitas

    produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

    pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan

    ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil dinegara tersebut. Adanya

    pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan

    ekonomi.

    Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi

    keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam

    standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan

    produksi tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi

    dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomia seperti dalam lembaga,

    pengetahuan, sosial dan teknik.

    Teori pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan

    mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output per kapita dalam

    jangka panjang, dan penjelasan mengenai interaksi faktor-faktor tersebut satu

    sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999). Teori

    pertumbuhan ekonomi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :

    1. Teori-teori klasik, mencakup teori pertumbuhan Adam Smith, David

    Richardo dan Arthur Lewis. Perbedaan teori Lewis dengan teori-teori

    klasik Smith dan Richardo terletak pada penekanan oleh Lewis pada aspek

    dualisme perekonomian, yaitu adanya sektor modern dan sektor

    tradisional, yang masing memiliki ciri-ciri ekonomi khusus.

    2. Teori-teori modern, yang mencakup empat sub golongan, yaitu :

    a. Teori pertumbuhan yang tumbuh dari teori makro Keynes (Keynesian).

    Dalam hal ini termasuk teori pertumbuhan Harrod-Domar, Kaldor.

    b. Teori pertumbuhan Neo-Klasik, diawali terutama oleh teori Robert

    Solow dan Trevor Swan.

    c. Teori pertumbuhan optimum.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Teori ini bertujuan mencari jalur pertumbuhan yang paling baik

    (optimum) bagi suatu perekonomian. Termasuk dalam hal ini teori Dalil

    Emas dan teori Jalan Raya.

    d. Teori pertumbuhan dengan uang.

    Teori ini merupakan perkembangan labih lanjut dari pertumbuhan Neo

    Klasik, tetapi dengan tambahan adanya uang didalam perekonomian

    sebgai alat penyimpan kekayaan. Teori pokoknya berawal dari karya

    James Tobin.

    Dalam hal ini diambil suatu teori pertumbuhan ekonomi, yaitu teori

    pertumbuhan Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar adalah perkembangan

    langsung dari makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori jangka

    panjang. Harrod-Domar melihat pengaruh Investasi (I) dalam perspektif waktu

    yang lebih panjang. Manurut Harrod-Domar, pengeluaran investasi (I) tidak

    hanya mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat (Z), tetapi juga

    terhadap penawaran agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas

    produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, I menambah stok

    kapital ( misalnya pabrik-pabrik, jalan-jalan). Jadi I=ΔK, dimana K adalah

    stok kapital dalam masyarakat. Hal ini berarti pula peningkatan kapasitas

    produksi masyarakat.

    Harrod-Domar mengatakan bahwa setiap penambahan stok kapital

    masyarakat (K) meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk

    menghasilkan output (QP). QP adalah output yang potensial bisa dihasilkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    dengan stok kapital yang ada. Hubungan antara K dan QP digambarkan

    sebagai :

    QP = hK

    dimana h, menunjukkan berapa unit output yang bisa dihasilkan dari setiap

    unit kapital. Koefisien ini diberi nama output-capital ratio, dan kebalikannya,

    yaitu 1/h adalah capital-output ratio.

    Hubungan antara K dan QP adalah proporsional, apabila K naik dua

    kali lipat maka QP juga akan naik dua kali lipat. Jadi apabila dalam satu tahun

    ada investasi sebesar I, maka stok kapital pada akhir tahun tersebut akan

    bertambah sebesar ΔK = I. Selanjutnya penambahan kapasitas ini akan

    meningkatkan output potensial sebesar :

    ΔQP = hΔK = hI hK

    Semakin besar I, semakin besar tambahan output potensial.

    Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang

    tidak dapat dipisahkan. Pembangunan bertujuan untuk menentukan usaha

    pembangunan yang berkelanjutan dengan tidak menghabiskan sumber daya

    alam. Teori dan model pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan

    konsep pembangunan, dimana hal ini dibahas dalam teori pertumbuhan dan

    pembangunan dan berusaha menganalisa secara kritikal dengan melihat

    kesesuaian dalam konteks negara. Walaupun tidak semua teori atau model

    dapat digunakan, namun berbagai pendapat mengenai peranan faktor

    pengeluaran termasuk buruh, tanah, modal dan pengusaha dapat menjelaskan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    penyebab tidak terlaksananya pembangunan dalam sebuah negara. Pada tahap

    awal, pendapatan per kapita menjadi alat ukur utama bagi pembangunan.

    Namun sesuai dengan perubahan waktu, aspek pembangunan manusia dan

    pembangunan sumber daya alam semakin ditekankan. Pembangunan sumber

    daya alam melihat kepada aspek manfaat kepada generasi akan datang melalui

    kebijakan masa kini. Oleh karena itu konsep pembangunan dan pertumbuhan

    tidak ditafsirkan dari perspektif ekonomi semata-mata, namun meliputi

    berbagai disiplin seperti pendidikan, perindustrian dan kebijakan (Idris dan

    Dan, 2004).

    Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

    merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi, karena

    penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi bertambah terus,

    maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini hanya bisa

    didapat lewat peningkatan output (barang dan jasa) atau produk domestik

    bruto (PDB/PDRB) setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro,

    pertumbuhan ekonomi adalah PDB yang berarti juga penambahan pendapatan

    nasional (Tambunan, 2001a).

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total produksi

    barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam

    waktu biasanya satu tahun. PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus

    sirkular (sircular flow) yang pengukurannya dapat dibedakan menjadi tiga

    cara yaitu metode total keluaran (thetotal output method), metode pengeluaran

    atas keluaran (the spending on output method) , dan metode pendapatn dari

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    produksi (the income from production method). Pendekatan penghitungan

    PDRB dengan metode yang pertama dikenal dengan sebutan pendekatan

    produksi, yang kedua dikenal sebagai pendekatan pengeluaran, dan yang

    terakhir dikenal dengan pendekatan pendapatan (BPS, 2008).Pendekatan

    produksi pada penghitungan PDRB dilakukan melalui penjumlahan unit-unit

    produksi pada masing-masing sektor. Sektor PDRB terdiri dari sector

    pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,

    sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel

    dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,

    persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa (BPS, 2008).

    Sektor industri sebagai salah satu sektor yang berperan dalam

    pertumbuhan ekonomi juga berperan sebagai penyedia lapangan kerja yang

    menampung tenaga kerja dari desa (urban), menanggulangi kemiskinan

    masyarakat yang semakin meningkat, dan dengan pertumbuhan yang positif

    sektor industry berperan dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.

    Pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dalam nilai absolut dan nilai relatif

    (persentase). Pertumbuhan dalam nilai absolut dinyatakan dalam rupiah,

    misalnya PDB tahun 2000 tumbuh 2 triliun dibandingkan dengan PDB tahun

    1999. Sedangkan pertumbuhan dalam persentase dapat dihitung dengan cara

    sederhana, sebagai berikut : ( Tambunan, 2001b)

    ΔPDB(t) = [PDB(t)-PDB(t-1)/PDB(t-1)] x 100%

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    dimana ΔPDB(t) = pertumbuhan ekonomi tahun t tertentu dalam nilai absolut,

    t-1 = tahun sebelumnya. Untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi rata-

    rata per tahun, dapat menggunakan rumus sebagai beriku :

    = 难纵1十辊邹 能囊 dimana r = laju pertumbuhan PDB rata-rata per tahun, n = jumlah tahun, = tahun akhir periode, 纵1十辊邹 能囊 menggambarkan compound faktor. Menurut Tambunan (2001b), pertumbuhan ekonomi dalam nilai absolut selanjutnya

    dapat dinyatakan dalam nilai nominal berdasarkan harga berlaku dan nilai riil

    berdasarkan harga konstan.

    C. Konsep Pembangunan manusia

    Menurut UNDP (2001), pembangunan manusia (human development)

    adalah suatu perluasan pilhan bagi penduduk (enlarging the choices of

    people), yang dapat dilihat sebagai proses upaya kearah perluasan pilihan dan

    sekaligus sebagai taraf yang dapat dicapai dari upaya tersebut. Pada saat yang

    sama pembangunan manusia dapat dilihat juga sebagai pembangunan

    (formation) kemampuan manusia melalui perbaukan taraf kesehatan ,

    pengetahuan dan ketrampilan sekaligus sebagai pemanfaatan

    kemampuan/ketrampilan mereka tersebut.

    D. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    1. Definisi Pembangunan Manusia dan Pengukurannya.

    UNDP (United Nation Development programme) mendefinisikan

    pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut, penduduk ditempatkan

    sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan

    dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu.

    Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal

    pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan,

    kesinambungan dan pemberdayaan. Secara ringkas empat hal pokok

    tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

    a.. Produktivitas.

    Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan

    berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan.

    Pembangunan ekonomi dengan demikian merupakan himpunan bagian

    dari model pembangunan manusia.

    b. Pemerataan.

    Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk

    mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial.

    Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh

    akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil

    manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan

    produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    c. Kesinambungan

    Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak

    hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Sumber daya fisik,

    manusia, dan lingkungan selalu diperbarui.

    d. Pemberdayaan

    Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang

    akan menentukan arah kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi

    dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

    Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka

    untuk dapat memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada

    komponen daya beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot

    akibat krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis

    ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada tingkat pendapatan yang

    akibatnya banyak PHK dan menurunnya kesempatan kerja yang

    kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-

    1998. Menurunnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks

    pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang

    menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan

    kapasitas dasar penduduk.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    2. Metode Perhitungan dan Komponen – komponen IPM

    a. Metode Perhitungan IPM

    Adapun komponen IPM disususn dari tiga komponen yaitu lamanya

    hidup diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan

    diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk

    dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan

    bobot sepertiga), dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur

    dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah),

    indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen

    tersebut diatas :

    IPM = 1/3 (Indeks 輦囊 + Indeks 輦挠 + Indeks 輦脑) Dimana :

    X1 = Lamanya hidup

    X2 = Tingkat Pendidikan

    X3 = Tingkat kehidupan yang layak

    Indeks 輦纵疲,皮邹=( 輦纵疲,皮邹-輦纵뻠能퓨뻠 邹)/(輦纵疲,皮邹- 輦纵뻠能퓨/铺邹) Dimana:

    輦纵疲,皮邹 = Indikator ke-I dari daerah J 輦纵뻠能퓨뻠 邹= Nilai minimum dari 輦뻠 輦纵뻠能퓨/铺邹= Nilai maksimal dari 輦뻠

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    b. Komponen-komponen IPM

    1. Lamanya Hidup (Longevity)

    Lamanya hidup adalah kehidupan untuk bertahan lebih lama diukur

    dengan indikator harapan hidup pada saat lahir (Lifeexpectacy at

    birth) (硅泼). Perhitungan dilakukan secara tidak langsung berdasarkan dua data dasar yaitu rata-rata jumlah lahir hidup dan

    rata-rata anak yang masih hidup dari wanita yang pernah kawin.

    Untuk mendapatkan Indeks harapan Hidup dengan menstandarkan

    angka harapan hidup terhadap nilai maksimumnya, seperti

    tercantum pada tabel 2.1 dibawah ini :

    Tabel 2.2Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

    Indikator Komponen

    IPM

    Nilai

    Minimum

    Nilai

    Maksimum

    Keterangan

    Angka harapan Hidup( 硅难) 25 85 Stndar UNDP Angka Melek Huruf (Lit)

    0 100 Standar UNDP

    Rata-rata lama Sekolah

    0 15 Standar UNDP

    Kemampuan Daya Beli (PPP)

    300.000

    (1996)

    360.000

    (1999)

    737.720 UNDP menggunakan PDB Riil per kapita

    Sumber : Biro Pusat Statistik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    2. Tingkat Pendidikan

    Dalam perhitungan IPM, komponen tingkat pendidikan diukur dari

    dua indikator, yaitu : angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama

    sekolah (MYS). Angka melek huruf adalah persentase dari

    penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis

    dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah, yaitu

    rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun

    keatas diseluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani

    atau sedang menjalani. Indikator ini dihitung dari variabel

    pendidikan yang tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan

    yang sedang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang

    diduduki. Tabel 2.2 menyajikan faktor konversi dari tiap jenjang

    pendidikan, rata-rata lama sekolah (MYS) dihitung berdasarkan

    formula sebagai berikut :

    MYS = tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah

    diduduki – 1

    Tabel 2.3Tahun konversi dari pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

    No. Pendidikan tertinggi yang Ditamatkan

    Tahun Konversi

    1. Tidak Pernah Sekolah 0

    2. SD 6

    3. SMP 9

    4. SMA 12

    5. D1 13

    6. D2 14

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    7. D3 15

    8. S1/D4 16

    9. S2 18

    10. S3 21

    Sumber : BPS

    1. Standar Hidup

    Standar hidup dalam perhitungan IPM, didekati dari pengeluaran

    riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin

    keterbandingan antar daerah dan antara waktu, dilakukan

    penyesuaian sebagai berikut :

    a. Menghitung pengeluaran per kapita dari modul SUSENAS (=Y)

    b. Menaikkan nilai Y sebesar 20 % (=Y), karena berbagai studi

    diperkirakan bahwa data dari SUSENAS cenderung lebih

    rendah dari 20%.

    c. Menghitung nilai daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP)

    untuk setiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok

    barang, relative terhadap harga kelompok barang yang sama

    didaerah yang ditetapkan sebagai standar.

    d.Menghitung nilai riil 光囊 dengan mendeflasikan 光囊 dengan indeks harga konsumen (CPI) (=光挠 )

    e.Membagi光挠 dengan PPP untuk memperoleh rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (=光脑).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    f.Mengurangi nilai 光脑dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=光恼). Langkah ini ditempah berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari

    pendapatan.

    E. Kemiskinan

    1. Pengertian Kemiskinan

    Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

    memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,

    pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan

    alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan

    dan pekerjaan.Kemiskinan merupakan masalah global.Sebagian orang

    memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang

    lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi

    memahaminya dari sudut ilmiah yang telah

    mapan.(http://id.wikpedia.org/wiki/kemiskinan).

    Definisi kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan

    semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain

    yang melingkupinya.Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi

    ekonomi melainkan telah meluas hingga ke dimensi sosial, kesehatan,

    pendidikan dan politik. Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskian adalah

    ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang

    meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Membandingkan tingkat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    konsumsi penduduk dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah untuk

    konsumsi per bulan. Definis kemiskinan menurut UNDP adalah

    ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain

    dengan memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan

    kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan.

    Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya

    mencakup:

    · Pertama, gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup

    kebutuhan pangan sehari-hari,sandang, perumahan, dan pelayanan

    kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan

    barang-barang dan pelayanan dasar.

    · Kedua, gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

    ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam

    masyarakat. Hal ini termasuk pendidikand dan informasi. Keterkucilan

    sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup

    masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang

    ekonomi.

    · Ketiga, gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang

    memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi

    bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

    Kemiskinan dalam arti proper dipahami sebagai keadaan kekurangan

    uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    kemiskinan merupakan suatu fenomena multi face atau multidimensional.

    Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan

    tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti : tingkat

    kesehatan dan pendidikan yang rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum,

    kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan

    menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan

    hidupnya sendiri.

    2. Penyebab Kemiskinan

    Chambers menyampaikan konsep perangkap deprivasi yang

    menganalis penyebab kemiskinan sebagai suatu kompleksitas serta

    hubungan sebab akibat yang berkaitan antara :

    a. Ketidak berdayaan (powerlessness)

    b. Kerapuhan (vulnerabability)

    c. Kelemahan fisik (physical weakness)

    d. Kemiskinan (poverty)

    e. Keterasingan (isolation)

    Dengan demikian kemiskinan bukan merupakan suatu kondisi

    alamiah semata-mata melainkan merupakan suatu proses pengingkaran

    pemberdayaan sosial, ekonomi dan politis, sehingga diperlukan alternatif

    pembangunan baru. Menurut Arsyad (1999) kemiskinan dapat diamati dari

    adanya anggota masyarakat yang tidak atau belum mampu ikut serta dalam

    proses perubahan, karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    dalam kepemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang

    memadai, sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil pembangunan.

    Menurut Sahdan (2005) berdasarkan sejarahnya, keadaan kaya dan

    miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saat

    perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang

    baru. Dengan berkembangnya perdagangan keseluruh dunia dan

    ditetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat,

    kemiskinan muncul sebagai suatu masalah. Pada waktu individu itu sadar

    akan kedudukan ekonominya mereka akan mampu untuk mengatakan

    apakah dirinya kaya atau miskin.

    Panudju (1999) mengatakan kondisi tersebut diatas dapat dilihat pada

    era pembangunan ekonomi yang pesat yang cenderung semakin

    mendistorsikan kemajuan sektor formal dengan informal, yang umumnya

    merupakan ukuran ekonomi masyarakat miskin. Hal ini disebabkan oleh :

    Pertama, pranata atau prinsip yang mendukung kegiatan ekonomi informal

    sama sekali lepas kaitannya dengan pranata-pranata yang mendukung

    kegiatan ekonomi formal yang modern. Kedua, faktor disagregasi lainnya

    yang mengekalkan keterpisahan sektor formal dan informal ini adalah

    tingkat produktivitas yang pincang. Ketiga, faktor disagregasi lainnya yang

    juga menonjol adalah pemanfaatan teknologi. Keempat, upah juga

    merupakan faktor disagregasi lain yang memberi andil mengapa sektor

    informal tetap berjalan ditempat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    Nasiku menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya

    kemiskinan yaitu :

    1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan,

    direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induces of policy)

    diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitasnya justru

    melestarikan.

    2. Socio-economic Dualism, yaitu Negara eks koloni yang mengalami

    kemiskinan karena pola produksi nasional, yaitu petani menjadi marjinal

    Karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan

    berorientasi ekspor.

    3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori Malthus

    bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan

    pangan seperti deret hitung.

    4. Resources Management and The Environment, yaitu adanya unsur

    misalnya sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian

    yang asal tebang akan menurunkan produktifitas lahan.

    5. Natural Cycles and Processes, yaitu keiskinan yang terjadi karena siklus

    alam . Misalnya tinggal di lahan kritis, dimana lahan ini jika turun hujan

    akan terjadi banjir dan pada musim kemarau akan kekurangan air

    sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal.

    6. The marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum perempuan

    karena kaum perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas dua,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah

    dari laki-laki.

    7. Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan etnik

    yang memelihara kemiskinan. Misalnya pola hidup konsumtif pada petani

    dan nelayan kita ketika panen raya, serta adat-istiadat yang konsumtif saat

    upacara adat – istiadat keagamaan.

    8. Explorative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang menjadi

    penodong, seperti rentenir (lintah darat).

    9. Internal Political Fragmentation and Civil Stratfe, yaitu suatu kebijakan

    yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat,

    dapat menjadi penyebab kemiskinan.

    10. Internal Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem internasional

    (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi

    semakin miskin.

    Selain beberapa faktor diatas, penyebab kemiskinan di masyarakat

    khususnya di pedesaan disebabkan oleh keterbatasan asset yang dimiliki,

    yaitu :

    1. Natural Assets, seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat

    desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai untuk pencaharianya.

    2.Human Assets, menyangkut kualitas sumber daya manusia yang relatif

    masih rendah dibanding masyarakat pertkotaan (tingkat pendidikan ,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    pengetahuan, ketrampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan

    teknologi).

    3. Physical Assets, minimnya asset ke infrastruktur dan fasilitas umum

    seperti jaringan jalan, listrik dan komunikasi.

    4. Finacial Assets, berupa tabungan (saving), serta akses untuk

    memperoleh modal usaha.

    5.Social Assets, berupa jaringna, kontak dan pengaruh politik, dalam hal

    ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-

    keputusan politik.

    Sebagaimana telah disebutkan diatas, masalah kemiskinan

    menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Keterkaitan tersebut dapat

    dilihat dari kenyataan bahwa suatu aspek akan mempengaruhi kemunduran

    atau kemajuan aspek lainnya. Kondisi tersebut sering disebut sebagai

    lingkaran kemiskinan. Kerangka berpikir tersebut dilandasi oleh pemikiran

    Nurkse yang mensinyalir bahwa “a poor country is poor because it is poor”.

    Secara skematis lingkaran kemiskinan dalam konteks makro negara menurut

    Sumodiningrat (1999) dapat digambarkan sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Gambar 2.1 Lingkaran Kemiskinan

    3. Ukuran Kemiskinan

    Dalam konsep kemiskinan menurut Kartasasmita (1996) terdapat

    beberapa ukuran kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif,

    kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Selain itu berdasarkan pola

    waktunya kemiskinan dapat dibedakan menjadi persistent poverty, cyclical

    poverty, seasonal poverty serta accidental poverty.

    a. Kemiskinan absolut

    Seseorang dapat dikatakan miskin absolut menurut Kartasasmita (1996)

    apabila tingkat pendapatannya berbeda dibawah garis kemiskinan atau

    sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

    minimal, antara lain pangan, sandang, kesehatan dan pendidikan yang

    diperlukan untuk hidup dan bekerja. Konsep kemiskinan absolut

    Ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan dan ketertinggalan

    Kekurangan Modal

    Produktivitas rendah Investasi rendah

    Tabungan rendah Pendapatan riil rendah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan

    kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar

    minimum yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup secara layak.

    Jika pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum maka orang

    dapat dikatakan miskin. Tingkat pendapatan minimum merupakan

    merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau

    sering disebut garis batas kemiskinan.

    b. Kemiskinan relatif

    Seseorang dikatakan miskin secara relatif jika dia sudah berada sedikit

    diatas batas garis kemiskinan, namun masih lebih rendah dibandingkan

    dengan pendapatan masyarakat sekitarnya (Hardiman dan Midgley dalam

    Wiratmoko, 2008). Kemiskinan relatif diukur dari perbandingan dengan

    kondisi masyarakat disekitarnya. Dengan konsep ini meskipun seseorang

    telah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi jika masih jauh

    lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya maka

    orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Jika digunakan

    konsep kemiskinan relatif ini maka batas garis kemiskinan menjadi

    berfluktuasi tergantung perubahan tingkat hidup masyarakat dan dapat

    bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya akibat tingkat hidup

    masyarakat yang berbeda.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    c. Kemiskinan Kultural

    Kemiskinan kultural menurut Kartasasmita (1996) mengacu pada sikap

    seseorang atau masyarakat yang disebabkan faktor budaya tidak mau

    berusaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidupnya, meskipun ada

    upaya pihak luar untuk membantunya. Pandangan ini mengacu pada sikap

    seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan

    dan budaya masyarakat yang berada didaerah tersebut.

    d. Kemiskinan Struktural

    Keadaan pemilikan sumber daya yang tidak merata, kemapuan

    masyarakat yang tidak seimbang dan ketidaksamaan kesempatan dalam

    berusaha dan memperoleh pendapatan akan menyebabkan keikutsertaan

    dalam pembangunan menjadi tidak merata pula. Ketimpangan ini pada

    gilirannya menyebabkan perolehan pendapatan tidak seimbang dan

    selanjutnya menimbulkan struktur masyarakat yang timpang. Perbedaan

    antara masyarakat yang telah ikut serta dalam proses pembangunan

    dengan yang masih tertinggal menyebabkan keadaan kemiskinan.

    Keadaan ini menurut Kartasasmita (1996) dikenal dengan kemiskinan

    struktural. Kemiskinan struktural ini juga dikenal dengan kemiskinan

    yang disebabkan oleh pembangunan yang belum seimbang dan hasilnya

    belum merata.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    e. Kemiskinan Pola Waktu

    Dikaji dari pola waktu kemiskinan di suatu daerah menurut Kartasasmita

    (1996) kemiskinan dapat digolongkan menjadi empat pola. Pola pertama

    disebut sebagai persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis

    atau turun temurun. Daerah seperti itu pada umumnya merupakan daerah-

    daerah yang kritis sumber daya alamnya atau daerahnya yang terisolasi.

    Pola kedua adalah cyclical poverty, atau kemiskinan yang mengikuti pola

    siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty

    yaitu kemiskinan musiman seperti sering dijumpai pada kasus nelayan

    atau pertanian tanaman pangan. Pola keempat adalah accidental poverty

    yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu

    kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan

    suatu masyarakat. Setiap pola kemiskinan yang telah disebutkan diatas

    memiliki hubungan yang kuat dengan suatu wilayah.

    4. Indikator Kemiskinan

    Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan

    pendekatan kebutuhan dasar (basic need) yang dapat diukur dengan angka

    atau hitungan indeks per kepala (Head Count Index), yaitu jumlah dan

    persentase penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan.Garis

    kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil sehingga

    kita dapat mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri kemajuan

    yang diperoleh dalam mengentaskan kemiskinan disepanjang waktu. Salah

    satu cara mengukur kemiskinan yang diterapkan di Indonesia yaitu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    mengukur derajat ketimpangan pendapatan diantara masyarakat miskin,

    seperti koefisien Gini antar masyarakat miskin (GP) atau koefisien variasi

    pendapatan (CV) antar masyarakat miskin (CVP). Koefisien Gini atau CV

    antar masyarakat miskin tersebut penting diketahui karena dampak

    guncangan perekonomian pada kemiskinan dapat sangat berbeda

    tergantung pada tingkat dan distribusi sumber daya diantara masyarakat

    miskin.

    Prinsip-prinsip untuk mengukur kemiskinan , yaitu :

    1. Anonimitas independensi, yaitu ukuran cakupan kemiskinan tidak boleh

    tergantung pada siapa yang miskin atau pada apakah negara tersebut

    mempunyai jumlah penduduk yang banyak atau sedikit.

    2. Monotenisitas, yaitu bahwa jika kita member sejumlah uang kepada

    seseorang yang berada dibawah garis kemiskinan, jika diasumsikan

    semua pendapatan yang lain tetap maka kemiskinan yang terjadi tidak

    mungkin lebih tinggi dari pada sebelumnya.

    3. Sensitifitas distribusional, yaitu menyatakan bahwa dengan semua hal

    lain konstan, jika mentransfer pendapatan dari orang miskin ke orang

    kaya, maka akibatnya perekonomian akan menjadi lebih miskin.

    Menurunnya garis batas kemiskinan dapat dilakukan dengan

    berbagai metode. Menurut Sumodiningrat (1996) penetuan garis

    kemiskinan dengan menggunakan indikator ekonomi secara teoritis dapat

    dihitung dengan menggunkan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    (production aproach), pendapatan (income aproach) dan pengeluaran

    (expenditure aproach). Indikator lain yang sering digunakan adalah

    indikator kesejahteraan, disarankan 9 (sembilan) komponen sebagai

    indikator kesejahteraan yaitu kesehatan, konsumsi makanan dan gizi,

    pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan sosial, sandang,

    rekreasi dan kebebasan (UN, 1961 dalam Wiratmoko, 2008). Menurut

    Departemen Kimpraswil terdapat tujuh variabel kemiskinan, bila 3

    diantaranya terpenuhi maka yang bersangkutan dikategorikan sebagai orang

    miskin, variabel tersebut adalah :

    a. Luas lantai hunian kurang dari 8 桂挠 per anggota rumah tangga. b. Jenis lantai hunian sebagian besar tanah

    c. Fasilitas air bersih tidak ada

    d. Fasilitas jamban/WC tidak ada

    e. Kepemilikan aset kursi tamu tidak tersedia

    f. Konsumsi lauk pauk dalam seminggu tidak bervariasi

    g. Kemampuan membeli pakaian minimal satu stel per tahun untuk setiap

    anggota rumah tangga tidak ada

    Sedangkan menurut BPS, masyarakat miskin terdiri dari 14

    indikator sebagai berikut :

    1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 桂挠 per orang 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/kayu murahan

    4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri

    5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

    6. Sumber air minum berasal dari mata air yang tidak terlindungi

    7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari kayu bakar/arang/minyak tanah

    8. Tidak pernah mengkonsumsi daging walaupun satu kali dalam seminggu

    9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

    10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari

    11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan ke puskesmas/petugas

    kesehatan

    12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas

    lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan

    atau pekerjaan yang lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,-

    per bulan

    13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat

    SD/hanya tamat SD

    14. Tidak memiliki tabungan yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.

    500.000,- seperti sepeda motor, emas, ternak, kapal motor atau barang

    modal lain.

    Sedangkan menurut Emil Salim (1976), mengemukakan lima

    karakteristik kemiskinan, kelima karakteristik kemiskinan tersebut adalah :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki factor produksi sendiri.

    2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi

    dengan kekuatan sendiri.

    3. Tingkat pendidikan pada umumnya sendiri.

    4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas.

    5. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai

    ketrampilan atau pendidikan yang memadai.

    F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

    1. Penelitian Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto ( 2010)

    Judul Penelitian :Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto

    (PDRB)dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Angka

    Kemiskinan di Indonesia. Model analisis yang digunakan adalah analisis

    data panel dengan pendekatan Random effect. Dari hasil penelitian tersebut

    diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh negatif antara PDRB terhadap

    kemiskinan sebesar 0,011 % (-0,011). Apabila PDRB naik sebesar 1 %

    maka kemiskinan akan mengalami penurunan sebesar 0,011 %.Sebaliknya

    apabila PDRB turun sebesar 1 % maka kemiskinan akan naik sebesar 0,011

    %.

    Sedangkan variabel IPM juga mempunyai pengaruh negatif sebesar

    4,582 % (-4,582), artinya apabila IPM naik sebesar 1 % maka kemiskinan

    akan mengalami penurunan sebesar 4,582 %. Sebaliknya apabila IPM turun

    sebesar 1 % maka kemiskinan akan naik sebesar 4,582 %.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    2. Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2006).

    Judul Penelitian : Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap

    Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Variabel yang digunakan dalam

    penelitian tersebut adalah PDRB, jumlah penduduk, share pertanian, share

    industri, inflasi, pendidikan dan dummy krisis ekonomi tahun 1997-1998.

    Studi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh

    signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk miskin walaupun dengan

    magnitude yang relatif kecil, seperti inflasi, populasi penduduk, share sektor

    pertanian, dan sektor industri.

    3. Kurnia Lismawatie (2007)

    Judul Penelitian : Korelasi Hitungan Indeks Pembangunan Manusia

    dan Kondisi Kemiskinan di Pematangsiantar. Dalam penelitian tersebut

    disimpulkan bahwa pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

    menandakan meningkatnya kualitas hidup masyarakat tidak mampu untuk

    mengurangi jumlah kemiskinan. Hal ini antara lain disebabkan oleh

    karena data IPM, terutama di Pematangsiantar, belum menunjukkan

    keadaan wilayah yang sesungguhnya yaitu disebutkan bahwa hitungan IPM

    tersebut belum mampu menjangkau wilayah-wilayah miskin atau wilayah

    yang memiliki penduduk miskin.

    G. Kerangka Pemikiran Teoritis

    Berdasarkan pada landasan teori yang telah dijelaskan diatas,

    penelitian ini bekerja dengan kerangka pemikiran bahwa Pertumbuhan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    Ekonomi yang dicerminkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh terhadap Tingkat

    kemiskinan di Jawa Tengah. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas

    dalam memecahkan masalah, perlu disusun suatu kerangka pemikiran sebagai

    dasar yang dipakai dalam menganalisis data.

    H. Hipotesis

    Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang harus diuji kebenarannya,

    maka hipotesis masih bersifat sementara dan masih harus diuji kebenarannya

    melalui pengumpulan dan penganalisaan data.

    Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diduga berpengaruh positif

    terhadap jumlah kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 – 2009.

    2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diduga berpengaruh positif terhadap

    penurunan jumlah kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 - 2009.

    Produk Domestik Regional Bruto

    (PDRB)

    Indeks Pembangunan Manusia

    (IPM)

    Tingkat Kemiskinan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan

    Manusia (IPM) diduga secara bersama – sama berpengaruh positip terhadap

    penurunan jumlah kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 - 2009.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Tipe Penelitian.

    Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dan kuantitatif

    dengan studi deskriptif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk

    mendeskripsikan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan permasalahan

    yang diteliti. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisa

    informasi kuantitatif, yaitu estimasi model regresi dengan penggunaan data

    panel. Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan akan digunakan

    model ekonometrika.

    B. Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

    data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan

    dipublikasikan oleh instansi tertentu (Soeratno dan arsyad, 2003). Jenis data

    yang dalam penelitian ini adalah data panel (pooling data) atau data

    longitudinal. Data panel (data longitudinal) adalah sekelompok data individu

    yang diteliti selama rentang waktu tertentu.

    Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain :

    1. Data PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di 35 Kabupaten/Kota

    Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009, bersumber dari Kantor BPS

    Propinsi Jawa Tengah.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    2. Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 35 kabupaten/Kota Propinsi

    Jawa Tengah Tahun 2005-2009, bersumber dari Kantor BPS Propinsi Jawa

    Tengah.

    3. Data Jumlah Penduduk Miskin di 35 kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah

    Tahun 2005-2009,bersumber dari Kantor BPS Propinsi Jawa Tengah.

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Data yang diperoleh untuk penelitian ini diperoleh dari hasil studi

    pustaka dan teknik dokumentasi. Studi pustaka merupakan teknik analisa

    untuk mendapatkan informasi melalui catatan, leterature dan lain-lain yang

    masih relevan, dan teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan

    mendokumentasikan data-data dan informasi yang berkaitan dengan obyek

    satudi.

    D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.

    Variabel merupakan obyek pengamatan penelitian atau faktor-faktor

    yang berperan dalam peristiwa dan fenomena-fenomena yang akan diteliti.

    Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independent variable) dan satu

    variabel terikat (dependent variable) :

    1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah Produk

    Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia

    (IPM).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Penurunan

    Kemiskinan (PM).

    Variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Tabel 3.1.Variabel yang digunakan dalam analisis

    Variabel Satuan Sumber

    PDRB Produk Domestik Regional Bruto

    Juta rupiah Harga Konstan 2000

    BPS, PDRB Propinsi Jawa Tengah berdasarkan lapangan usaha tahun 2005-2009.

    IPM Indeks Pembangunan

    Manusia

    BPS, IPM di 35 kabupaten /kota Propinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009.

    PM Penurunan Kemiskinan

    orang BPS, Penduduk miskin di 35 kabupaten/kota Propinsi Jawa tengah tahun 2005-2009.

    E. Teknik Analisis Data.

    Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif

    dan analisis ekonometrika. Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan

    data dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan analisis ekonometrika, yang

    dilakkukan dengan menggunakan panel data dengan pendekatan efek tetap

    (fixed efect), dilakukan untuk menelaah pengaruh pertumbuhan ekonomi

    (PDRB) dan Indeks pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat

    Penurunan Kemiskinan (PM).

    Data yang digunakan adalah data skunder yang berasal dari berbagai

    institusi pemerintah terutama Badan Pusat Statistik dan Dinas Sosial. Panel

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    data yang digunakan untuk analisis ekonometrika adalah time series tahun

    2005 sampai tahun 2009 dan cross-section dari 35 kabupten/kota di Propinsi

    Jawa Tengah.

    Model akan diregresi menggunakan OLS (Ordinary Least Square)

    dengan data panel, atau dusebut PLS (Panel Least Square) dengan

    menggunakan Sofware Eviews 7 untuk pengolahan data.

    Analisis dengan menggunakan panel data adalah kombinasi antara

    data lintas waktu (time-series data) dan data lintas unit (cross-section data).

    Gujarati (2003) menyatakan bahwa untuk menggambarkan data panel secara

    singkat, misalnya pada data cross-section, nilai dari satu variabel atau lebih

    dikumpulkan untuk beberapa unit sampel pada suatu waktu. Dalam data

    panel, unit cross section yang sama disurvey dalam beberapa waktu. Dalam

    model panel data , persamaan model dengan menggunakan data cross-section

    dapat ditulis sebagai berikut :

    光뻠 = 慌难 + 慌囊輦뻠 + 蝗뻠 ; i = 1,2,..., N dimana N adalah banyaknya data cross setion.

    Sedangkan persamaan model dengan time-series adalah :

    光4 = 慌难 + 慌囊輦4 + 蝗4 ; t = 1,2,..., T dimana T adlah banyaknya data time series.

    Mengingat data panel merupakan gabungan antara cross-section dan

    time- series, maka model dapat ditulis dengan :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    光뻠4 = 慌难 + 慌囊輦뻠4 + 蝗뻠4 i = 1,2,...,N ; t = 1,2,...,T

    dimana :

    N = banyaknya observasi

    T = banyaknya waktu

    N x T = banyaknya data panel.

    Menurut Hsiao ( 1986), keunggulan penggunaaan data panel

    dibanding deret waktu dan kerat lintang adalah :

    1. Dapat memberikan peneliti jumlah pengamatan yang besar, meningkatkan

    degrees of freedom (derajat kebebasan), data memiliki variabel penjelas,

    dimana dapat menghasilkan ekonometri yang efisien.

    2. Dengan panel data, data lebih informatif, lebih bervariasi, yang tidak dapat

    diberikan hanya oleh data cross-section dan time-series.

    3. Panel data dapat memberikan penjelasan yang lebih baik dalam infererensi

    peruntukan dinamis dibandingkan data cross-section.

    Dalam analisis mdel panel data, dua model pendekatan yang terdiri

    dari pendekatan efek tetap (fixed effect) dan pendekatan efek acak (random

    efeect). Kedua pendekatan yang dilakukkan delam analisis panel data dapat

    dijelaskan sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    1. Pendekatan efek tetap (fixed effect).

    Salah satu kesulitan prosedur panel data adalah bahwa asumsi intersep

    dan slope yang konsisten sulit dipenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut,

    yang dilakukan dalam panel data adalah dengan memasukkan variabel

    boneka (dummy variable) untuk menunjukkan terjadinya perbedaan nilai

    parameter yang berbeda-beda baik lintas unit (cross-section) maupun

    lintas waktu (time series).

    Pendekatan yang memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan

    model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable

    (LSDV).

    2. Pendekatan efek acak (random effect)

    Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap

    (fixed effect) tidak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi

    (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi

    banyaknya derajat kebebasan (degrees of freedom) yang pada akhirnya

    akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Model panel

    data yang didalamnya melibatkan korelasi antara error term karena

    berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan

    pendekatan model komponen eror (error component model) atau disebut

    juga model efek acak (random effect).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    Ada empat pendekatan pokok untuk memilih atau menggunakan

    pendekatan efek tetap (fixed effect) atau pendekatan efek acak (random

    effect) dalam panel data :

    1. Apabila jumlah time series (T) besar sedangkan jumlah cross section (N)

    kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda

    shingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung yaitu

    fixed effect model (FEM).

    2. Apabila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan

    berbeda jauh. Jadi apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang

    kita pilih dalam penelitian diambil secara acak (random) maka random

    effect harus digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa unit

    cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara acak

    maka kita harus menggunakan fixed effect.

    3. Apabila komponen error 蝗뻠 individual berkorelasi maka penaksir random efect akan bias dan penaksid fixed efect tidak bias.

    4. Apabila n besar dan T kecil, apabila asumsi yang mendasari random effect

    dapat terpenuhi, maka random effect lebih efisien dibanding fixed effect.

    Pilihan antara Fixed Effect dan Random Effectditentukan dengan

    menggunakan Hausman’s test.

    PDRB diharapkan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan dimana

    peningkatan PDRB akan menyebabkan turunnya kemiskinan karenanya 慌囊

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    berpengaruh negatif terhadap turunannya kemiskinan dengan 慌挠

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Propinsi Jawa Tengah

    1. Keadaan Geografis

    a. Letak Geografis

    Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Pulau Jawa, yang

    letaknya diapit oleh dua provinsi besar yaitu Jawa Barat dan Jawa

    Tengah.Letaknya antara 5o40’ dan 8o30’ LS dan antara 108o30’ dan

    111o30’ BT (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari barat ke

    timur adalah 263 km dan dari utara ke selatan 226 km (tidak termasuk

    Pulau Karimunjawa). Batas-batas wilayah Jawa Tengah adalah :

    Sebelah utara :Laut Jawa

    Sebelah Selatan :DI Yogyakarta dan Samudra Indonesia

    Sebelah Barat :Provinsi Jawa Barat

    Sebelah Timur :Provinsi Jawa Timur

    Provinsi Jawa Tengah terbagi ke dalam 35 Daerah Kabupaten

    dan Kota yaitu 6 Daerah Kota dan 29 Daerah Kabupaten dengan 352

    Kecamatan, yang meliputi 8.530 Desa dan 606 Kelurahan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    b. Sumber Daya Alam

    1). Iklim dam Suhu Udara

    Provinsi Jawa Tengah memiliki dua musim yaitu musin

    kemarau dan musim hujan. Menurut Stasiun Klimatologi Klas I

    Semarang, suhu rata-rata Jawa Tengah tahun 1999 berkisar antara

    18oC sampai dengan 28oC. Tempat-tempat yang letaknya dekat

    pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi, sedangkan

    untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 74 % sampai 95%.

    Jumlah curah hujan dalam satu tahun sebesar 200 mm,

    sehingga Jawa Tengah termasuk beriklim basah. Jumlah curah

    hujan rata-rata bulanan di Bagian Dataran Rendah Utara minimum 3

    mm dan maksimum 663 mm, sedangkan di Bagian Dataran Rendah

    Selatan minimun 8 mm dan maksium 207 mm.

    2). Keadaan Alam

    Provinsi Jawa Tengah memiliki relief yang beraneka ragam.

    Daerah pegunungan dan dataran yang membujur sejajar dengan

    panjang Pulau Jawa, daerah dataran rendah yang hampir tersebar

    diseluruh Jawa Tengah serta daerah pantai yaitu pantai utara dan

    selatan.

    Ditinjau dari sisi topografinya Jawa Tengah mempunyai relief

    yang beragam meliputi daerah pantai, dataran rendah dan dataran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    tinggi. Diukur dari permukaan laut, Jawa Tengah dapat dibedakan

    atas empat golongan ketinggian, yaitu :

    · 0 – 9 meter meliputi wilayah seluas 53.3 persen

    — 100 – 499 meter meliputi wilayah seluas 27.4 persen

    — 500 – 999 meter meliputi wilayah seluas 14.7 persen

    — 1000 meter keatas meliputi wilayah seluas 4.6 persen

    Dari kemiringannya, Jawa Tengah juga dibedakan menjadi

    empat golongan derajat kemiringan, yaitu :

    v 0o – 2o meliputi wilayah seluas 41,3 persen

    v 3o – 15o meliputi wilayah seluas 27,7 persen

    v 16o – 39o meliputi wilayah seluas 21,2 persen

    v 4o keatas meliputi wilayah seluas 4,8 persen

    Luas lahan yang terdapat di Jawa Tengah 64 persen dapat

    dibudidayakan secara tidak terbatas sesuai dengan ketinggiannya,

    sedangkan 21,1 persen luas lahan hanya dapat dibudidayakan

    dengan perlakuan khusus.

    3). Hutan

    Kelestarian hutan sangat penting artinya bagi kehidupan.

    Banyak manfaat yang dapat diambil dari hutan antara lain sebagai

    pencegah bahaya banjir, pencegah polusi, habitat flora dan fauna,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    51

    selain itu dapat diambil hasil hutannya dan secara umum adalah

    sebagai penyeimbang lingkungan.

    Menurut Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah luas di Jawa

    Tengah adalah 646.831,93 ha atau kurang lebih 28,80 persen dari

    luas wilayah Jawa Tengah, dimana 41.739,12 ha berfungsi sebagai

    hutan lindung 604.255,69 ha sebagai hutan produksi dan 867,12 ha

    sebagai hutan suaka alam dan wisata.

    4). Gunung

    Jumlah gunung di Jawa Tengah relatif banyak dan empat

    diantaranya masih aktif, artinya gunung tersebut sewaktu-waktu

    masih mengeluarkan lava atau gas beracun. Gunung-gunung yang

    masih aktif tersebut adalah :

    — Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa

    Tengah, Kabupaten Klaten, Kabupaten Magelang dan Daerah

    Istimewa Yogyakarta

    — Gunung Slamet yang terletak di perbatasan Kabupaten

    Banyumas, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Brebes dan

    Tegal

    — Gunung Sindoro yang terletak di perbatasan Kabupaten

    Temanggung dan Kabupaten Wonosobo

    — Pegunungan Dieng yang terletak di perbatasan Kabupaten

    Wonosobo dan Kabupaten Pekalongan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    52

    5). Hidrologi

    Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa

    (572 km); memiliki mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten

    Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara melintasi Kota Solo, dan

    akhirnya menuju ke Propinsi Jawa Timur dan bermuara di daerah

    Gresik. Sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa diantaranya

    adalah Kali Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedang sungai-

    sungai yang bermuara di Samudra Hindia diantaranya adalah Serayu

    dan Kali Progo. Diantara waduk-waduk yang utama di Jawa Tengah

    adalah Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri), Waduk

    Kedungombo (Kabupaten Boyolali dan Sragen), Rawa Pening

    (Kabupaten Semarang), Waduk Cacaban (Kabupaten Tegal),

    Waduk Malahayu (Kabupaten Brebes) dan Waduk Sempor

    (Kabupaten Kebumen).

    6). Keadaan Tanah

    Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis

    tanah di Propinsi Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol,

    aluvial, dan grumosol sehingga hamparan tanah di propinsi Jawa

    Tengah termasuk tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang

    relatif baik.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    53

    c. Luas Wilayah

    Luas daerah Provinsi Jawa Tengah adalah 32.547 km2 atau

    sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas

    Indonesia). Wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap yaitu sebesar

    2.138,51 Km2, dan yang terkecil adalah Kota Magelang dengan luas

    18,12 Km2.

    2. Keadaan Penduduk.

    Penduduk memiliki fungsi ganda di dalam perekonomian. Dalam

    konteks pasar, penduduk berada di sisi permintaan sekaligus di sisi

    penawaran. Pada sisi permintaan penduduk adalah konsumen, sumber

    permintaan akan barang-barang dan jasa. Sedangkan di sisi penawaran

    penduduk adalah produsen, misalnya sebagai pengusaha atau tenaga kerja.

    Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap keberadaan penduduk

    terpecah menjadi