analisis pengaruh kinerja keuangan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT TERHADAP
RETURN SAHAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
AKRIM HAYATA
NIM : 1112046100071
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2017 M
iv
ABSTRAK
Akrim Hayata, NIM 1112046100071. Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan Perusahaan yang Melakukan Stock Split terhadap Return Saham,
skripsi Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja perusahaan
terhadap Return saham tiap perusahaan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini
diukur menggunakan rasio Return On Assets (ROA), Total Assets Turnover
(TATO), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER). Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel dalam
penelitian ini adalah 6 perusahaan yang melakukan aktivitas korporasi stock split,
tercatat dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) secara konsisten selama
periode 2012-2016 dan pernah tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang digunakan pada penelitian
ini berupa laporan keuangan triwulan dan ringkasan kinerja keuangan perusahaan
yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan daftar aktivitas
korporasi yang dipublikasikan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan menggunakan aplikasi
EViews dalam pengolahan data.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan variabel Return On
Assets (ROA), Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan
Price Earning Ratio (PER) menghasilkan pengaruh yang signifikan hanya pada
saham ASII dan TLKM. Secara parsial, variabel Price Earning Ratio (PER)
menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel Return saham ASII,
SCMA dan TLKM. Sedangkan variabel Earning Per Share (EPS) menghasilkan
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Return saham ICBP. Besarnya
pengaruh kinerja keuangan pada penelitian terhadap Return saham ASII sebesar
31,24%, saham ICBP sebesar 16,76%, saham KLBF sebesar 8,02%, saham
PWON sebesar 8,82%, saham SCMA sebesar 12,58% dan saham TLKM sebesar
41,21%.
Kata kunci: Kinerja keuangan, Stock Split, Return, Return On Assets (ROA), Total
Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER).
Pembimbing: Ir. Rr. Tini Anggraeni, S.T, M.Si
v
ABSTRACT
Akrim Hayata, NIM 1112046100071. Analysis of the Effect of Company's
Financial Performance Stock Split to Return Shares, thesis Department of Islamic
Banking, Faculty of Economics and Business, State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta.
This study aims to determine the effect of corporate performance on the
Return of each company's stock. Financial performance in this research is
measured using Return On Assets (ROA), Total Assets Turnover (TATO),
Earning Per Share (EPS) and Price Earning Ratio (PER). The sampling
technique used purposive sampling method. The sample in this research is 6
companies that conduct stock split corporation activity, recorded in Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) consistently during period 2012-2016 and once joined in
Jakarta Islamic Index (JII). This study uses secondary data. The data used in this
research are quarterly financial report and summary of company's financial
performance published by Bursa Efek Indonesia (BEI) and list of corporate
activities published by Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). This study uses
multiple regression analysis and using EViews application in data processing.
The result of analysis shows that simultaneously Return On Assets (ROA),
Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) and Price Earning
Ratio (PER) produces significant influence only on ASII and TLKM stock.
Partially, Price Earning Ratio (PER) variable gives significant effect to ASII,
SCMA and TLKM stock returns. While the variable Earning Per Share (EPS)
produces a significant influence on ICBP stock returns. The magnitude of the
influence of financial performance on the research on ASII stock return of
31.24%, ICBP share of 16.76%, KLBF shares of 8.02%, PWON shares of 8.82%,
SCMA share of 12.58% and TLKM amounted to 41.21%.
Keywords: Financial performance, Stock Split, Return, Return On Assets (ROA),
Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio
(PER).
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya khususnya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang
terang benderang ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
kelulusan Strata (S-1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak pihak yang
memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala kepedulian
mereka yang telah memberikan bantuan, baik moril, kritik, saran, masukan,
dorongan semangat, doa maupun pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, perkenankan penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum dan bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M Hasan Ali, MA., selaku Ketua Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum dan ibu Cut Erika Ananda, SE. M.BA.,
selaku Ketua Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Bapak Dr. Abdurrauf, MA., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum dan ibu Fitri Damayanti, SE. M.Si., selaku
Sekretaris Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Rr. Tini Anggraeni, S.T., M.Si., selaku dosen pembimbing yang tiada
hentinya membimbing penulis, memberikan arahan dan meluangkan
waktu demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum dan Dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang dengan sabar memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Perpustakaan
Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan fasilitas untuk melakukan studi kepustakaan.
7. Orang tua penulis, bapak Insyafli dan ibu Biva Yusmiarti yang senantiasa
memberikan doa dan dorongan semangat kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini, semoga karya ini dapat memberikan
kebanggaan. Tidak lupa juga, kedua kakak penulis, Muhammad Faiz El-
haq dan Ni’amu Robby Fie Dhuha yang selalu menyemangati penulis agar
mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Almarhum bapak Thoris dan Almarhumah ibu Nana yang selalu
memberikan semangat dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan
viii
perkuliahan dengan baik dan menjadi penerus bangsa yang dapat
dibanggakan.
9. Terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Syarif Hidayatullah,
Agung Harisman Yulianto, Pradipta Rahmaji Dwigana, Gita Ramadhini
dan Apriansyah Pratama yang telah menemani penulis dalam melengkapi
persyaratan yang berkaitan dengan sidang skripsi dan memberikan
semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
10. Kawan-kawan seperjuangan di keluarga besar Perbankan Syariah 2012
yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan di luar bangku kuliah.
Terima kasih untuk ilmu dan pengalaman yang diberikan kepada penulis.
11. Terima kasih kepada sahabat-sahabat perjuangan, mahasiswa bimbingan
Bu Tini, yang senantiasa membantu, memberikan motivasi, dan
mendoakan yang terbaik kepada penulis. Terima kasih untuk semua
kenangan yang tak terlupakan. Semoga silaturahmi kita tetap dapat
terjalin.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selesainya
skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
Allah SWT mencatatnya sebagai amal baik dan membalasnya lebih baik
lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan.
Jakarta, November 2017
Akrim Hayata
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................... 11
1. Pembatasan Masalah ....................................................................... 11
2. Perumusan Masalah ........................................................................ 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 13
1. Tujuan Penelitian ............................................................................ 13
2. Manfaat Penelitian .......................................................................... 13
D. Sistematika Penulisan ........................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 16
A. Pasar Modal ........................................................................................... 16
1. Pengertian dan Konsep Pasar Modal............................................... 16
2. Pengertian dan Konsep Pasar Modal Syariah ................................. 23
3. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) .......................................... 26
4. Jakarta Islamic Index (JII) .............................................................. 28
B. Stock Split .............................................................................................. 29
C. Kinerja Keuangan Perusahaan .............................................................. 31
D. Laporan Keuangan ................................................................................ 32
E. Rasio Keuangan .................................................................................... 40
1. Rasio Likuiditas .............................................................................. 42
2. Rasio Leverage/ Solvabilitas ........................................................... 44
3. Rasio Profitabilitas .......................................................................... 46
4. Rasio Aktivitas ................................................................................ 49
5. Rasio Pasar ...................................................................................... 51
F. Review Studi Terdahulu ........................................................................ 53
x
G. Hubungan Antar Variabel ..................................................................... 56
1. Hubungan Return On Asset dengan Return Saham......................... 56
2. Hubungan Total Asset Turnover dengan Return Saham ................. 57
3. Hubungan Earning Per Share dengan Return Saham .................... 58
4. Hubungan Price Earning Ratio dengan Return Saham .................. 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 60
A. Sumber Data .......................................................................................... 60
B. Jenis Penelitian ...................................................................................... 61
C. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 61
D. Populasi Dan Sampel ............................................................................ 61
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 63
F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 64
1. Pengujian Asumsi Klasik ................................................................ 64
a. Uji Normalitas ........................................................................... 64
b. Uji Multikolinearitas ................................................................. 66
c. Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 67
d. Uji Autokorelasi ........................................................................ 68
2. Persamaan Model Regresi ............................................................... 69
3. Pengujian Regresi Berganda ........................................................... 69
a. Uji F .......................................................................................... 70
b. Uji T .......................................................................................... 71
c. Koefisien Determinasi ............................................................... 72
G. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 73
H. Hipotesis ................................................................................................ 74
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 75
A. Gambaran Umum Penelitian ................................................................. 75
1. Deskripsi Objek Penelitian .............................................................. 75
2. Deskripsi Data Penelitian ................................................................ 75
a. Return ........................................................................................ 76
b. Return on Assets (ROA) ............................................................ 79
c. Total Assets Turnover (TATO) ................................................. 80
d. Earning Per Share (EPS) .......................................................... 81
e. Price Earning Ratio (PER) ....................................................... 83
B. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................................... 85
1. Uji Normalitas ................................................................................. 85
2. Uji Multikolinearitas ....................................................................... 87
3. Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 90
4. Uji Autokorelasi .............................................................................. 92
C. Persamaan Model Regresi Tiap Perusahaan ......................................... 94
xi
D. Pengujian Regresi Berganda ............................................................... 100
1. Uji F .............................................................................................. 100
2. Uji T .............................................................................................. 102
3. Koefisien Determinasi ................................................................... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 115
A. Kesimpulan ......................................................................................... 115
B. Saran .................................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 122
LAMPIRAN ................................................................................................... 126
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu .................................................................. 53
Tabel 3.1 Penentuan Sampel Penelitian .......................................................... 62
Tabel 3.2 Sampel Perusahaan dan Tanggal Stock Split ................................... 63
Tabel 3.3 Sektor dan Subsektor Perusahaan ................................................... 63
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi............................................... 72
Tabel 4.1 Harga Tertinggi dan Harga Terendah Saham Perusahaan .............. 78
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas........................................................................ 86
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas - ASII ................................................... 88
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas - ICBP.................................................. 88
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas - KLBF ................................................ 89
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas - PWON ............................................... 89
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas - SCMA ............................................... 90
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas - TLKM ............................................... 90
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 91
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ..................................................................... 93
Tabel 4.11 Hasil Uji F ..................................................................................... 100
Tabel 4.12 Hasil Uji T - ASII .......................................................................... 102
Tabel 4.13 Hasil Uji T - ICBP ......................................................................... 104
Tabel 4.14 Hasil Uji T - KLBF ....................................................................... 106
Tabel 4.15 Hasil Uji T - PWON ...................................................................... 107
Tabel 4.16 Hasil Uji T - SCMA ...................................................................... 109
Tabel 4.17 Hasil Uji T - TLKM ...................................................................... 111
Tabel 4.18 Koefisien Determinasi ................................................................... 112
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Nilai Return Perusahaan Tahun 2012-2016..................................... 76
Grafik 4.2 Pergerakan Harga Penutupan Saham Perusahaan dan IHSG .......... 77
Grafik 4.3 Nilai ROA Perusahaan Tahun 2012-2016 ....................................... 79
Grafik 4.4 Nilai TATO Perusahaan Tahun 2012-2016 ..................................... 81
Grafik 4.5 Nilai EPS Perusahaan Tahun 2012-2016 ........................................ 82
Grafik 4.6 Nilai PER Perusahaan Tahun 2012-2016 ........................................ 84
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Pasar Modal Indonesia ................................................... 18
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 73
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Variabel Tiap Perusahaan ................................................... 126
Lampiran 2 Hasil Output Pengujian Asumsi Klasik ...................................... 134
Lampiran 3 Hasil Regresi Berganda ............................................................... 139
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas investasi yang dilakukan khususnya di pasar modal tidak lain
adalah untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang atas dana yang
di tanamkannya saat ini. Seorang investor bahkan bersedia untuk meninggalkan
keuntungan yang bisa didapatkan saat ini untuk memaksimalkan keuntungan
dimasa depan1. Sedangkan motivasi tiap investor bisa berbeda antara yang satu
dengan yang lain. Mulai dari sekedar mendapatkan tambahan penghasilan dan
mengamankan uang agar nilainya tidak berkurang akibat inflasi hingga tujuan
yang lebih besar seperti untuk dana pensiun ataupun dana pendidikan.
Seluruh aktivitas investasi di pasar modal diatur dan diawasi oleh bursa
efek seperti yang tercantum didalam undang-undang tentang pasar modal yaitu
UU No. 8 tahun 1995. Pembuatan undang-undang jelas bertujuan untuk
melindungi semua pihak yang terkait dengan pasar modal terutama para investor
dalam bertransaksi. Perusahaan yang terdaftar di bursa efek terus diawasi dan
pihak perusahaan diharuskan untuk memberikan laporan secara berkala terkait
dengan kinerja perusahaan selama masih terdaftar. Adanya keterbukaan dalam
informasi tentang perusahaan serta lembaga perantara dalam kegiatan investasi
yaitu sekuritas, memudahkan para investor dalam membuat keputusan investasi.
1 M. G. Wright, Manajemen Keuangan, terj. Djoerban Wachid (Yogyakarta: Kanisius, 1976),
h. 3.
2
Jenis instrumen yang di perdagangkan di pasar modal diantaranya adalah
obligasi dan saham. Kedua jenis instrumen ini memiliki karakteristik yang
berbeda dan tentunya imbal hasil atau keuntungan dan tingkat risiko yang
berbeda. Sederhananya, berdasarkan jangka waktu investasi, obligasi merupakan
instrumen investasi jangka panjang lebih dari lima tahun dan membutuhkan
modal yang besar, sedangkan saham tidak memiliki batas waktu selama
kepemilikan saham tidak berpindah dan bisa dimiliki dengan modal yang kecil.
Imbal hasil obligasi berupa bunga atau kupon telah ditentukan diawal dan adanya
capital gain apabila harga obligasi lebih tinggi saat dicairkan. Berbeda dengan
obligasi, dividen saham, hanya bisa didapatkan oleh investor ketika ia memiliki
sejumlah saham pada saat pembagian dividen oleh perusahaan dan capital gain
saham berasal dari hasil penjualan sebagian atau seluruh saham yang dimiliki
lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya2.
Keuntungan tidak dapat dipisahkan dengan kemungkinan kerugian atau
risiko yang bisa terjadi kapan pun, dengan kata lain seorang investor harus
bersedia untuk menanggung risiko yang akan terjadi3
. Semakin tinggi
keuntungan yang ingin diraih semakin besar pula risiko yang harus ditanggung.
Kerugian atau risiko yang bisa terjadi pada seorang investor dalam penanaman
modalnya dalam bentuk saham adalah penurunan harga saham atau dengan kata
2 James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Fundamentals of Financial Management 13
th
Edition (England: Pearson Education Limited, 2008), h. 26.
3 Divisi Edukasi Bursa Efek Indonesia, Buku Pedoman Sekolah Pasar Modal Syariah Level 1
(Jakarta: Bursa Efek Indonesia, 2014).
3
lain capital loss. Sedangkan berkaitan dengan dividen yang dibagikan, adanya
kemungkinan tidak dibagikan oleh perusahaan, baik itu dikarenakan penggunaan
dana untuk investasi pada aktiva tetap ataupun penambahan modal untuk
ekspansi perusahan.
Berdasarkan data yang disediakan Bursa Efek Indonesia, sebanyak 535
perusahaan menawarkan sahamnya untuk diperjualbelikan kepada masyarakat.
Perdagangan, jasa dan investasi merupakan salah satu sektor perusahaan tercatat
pada bursa. Setidaknya, ada delapan sektor lagi dalam pembagiannya. Sebagai
upaya untuk mengukur perkembangan saham perusahaan di bursa, maka
dibentuklah Indeks Saham. Perubahan harga saham terjadi tiap menit, bahkan
tiap detik. Analis dan investor menggunakan indeks saham untuk menyimpulkan
keseluruhan kinerja perusahaan4, dari indeks keseluruhan saham di bursa yaitu
IHSG sampai indeks saham per sektor perusahaan seperti mining untuk sektor
pertambangan.
Indeks yang menjadi perhatian pada penelitian ini adalah Indeks saham
syariah. Indeks Saham Syariah Indonesia dan Jakarta Islamic Index adalah indeks
yang termasuk kedalam saham syariah. Saham pada ISSI adalah keseluruhan
saham yang memenuhi kriteria saham syariah yang telah ditentukan oleh OJK,
sedangkan JII merupakan 30 saham syariah paling likuid yang ditetapkan oleh
BEI. Berdasarkan POJK No. 15/POJK.04/2015 tentang penerapan prinsip syariah
4 Richard A. Brealey, dkk., Fundamentals of Corporate Finance Third Edition (Boston:
McGraw-Hill, 2001), h. 314.
4
di pasar modal, efek atau saham syariah baik itu dari akad, cara, kegiatan usaha
serta aset yang melandasi penerbitannya tidak bertentangan dengan prinsip
syariah di pasar modal. Masih berpatokan pada peraturan yang sama, pada pasal
2 ayat 1 disebutkan kegiatan atau jenis usaha apa saja yang bertentangan dengan
prinsip syariah sehingga tidak dikategorikan pada jenis saham syariah yaitu :
perjudian, jasa keuangan ribawi, jual beli yang mengandung ketidakpastian dan
memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan atau menyediakan barang
yang haram dan/atau barang atau jasa yang merusak moral. Pada penelitian ini,
populasi yang digunakan adalah saham-saham yang terdaftar pada ISSI
dikarenakan dianggap dapat mewakili keseluruhan saham syariah, dibandingkan
dengan saham-saham likuid pada JII.
Saham perusahaan yang akan dimiliki harus dikenali terlebih dahulu.
Dikenali disini maksudnya adalah investor mengetahui informasi terkait dengan
saham perusahaan tersebut sebelum menanamkan modalnya. Hal ini sejalan
dengan adanya peraturan atau undang-undang pasar modal terkait dengan
diwajibkannya penyediaan informasi terhadap perusahaan yang menjual
sahamnya di bursa dalam bentuk laporan keuangan. Informasi yang telah
disediakan dapat digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan, baik
pengelolaan keseluruhan perusahaan ataupun aktivitas perusahaan yang
mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.
Secara umum, ada dua jenis analisis dalam menerjemahkan perubahan
harga saham perusahaan. Pertama, analisis teknikal. Analisis ini berfokus pada
5
pergerakan harga saham baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan
digunakan untuk mengetahui kapan investor harus membeli, menjual ataupun
keluar dari perdagangan saham untuk membatasi kerugian yang akan terjadi.
Kedua, analisis fundamental. Informasi pada laporan keuangan sangat
dibutuhkan untuk analisis fundamental, dikarenakan analisis ini mengkaji kinerja
perusahaan kedepannya melalui data historis yang terkandung di dalam laporan
keuangan dan juga bertujuan untuk mengetahui alasan dibalik perubahan harga
saham5.
Analisis fundamental mempertimbangkan semua faktor-faktor yang
mempengaruhi harga pasar sebuah saham dengan tujuan untuk menentukan nilai
intrinsik saham tersebut. Nilai intrinsik ini mencerminkan hukum permintaan dan
penawaran saham yang dianalisis. Besar kecilnya nilai intrinsik menjadi
pertimbangan keputusan investor untuk membeli saham. Dikatakan overpriced
jika nilai intrinsik lebih kecil dibandingkan dengan harga sahamnya dan
sebaliknya, saham undervalued jika nilai intrinsiknya lebih besar6. Kondisi
saham yang undervalued bisa dikatakan bahwa pasar belum merespon nilai yang
sebenarnya dari saham itu, kemungkinan pada periode sebelumnya kondisi
perusahaan sedang tidak baik atau hanya dapat menghasilkan laba yang sedikit.
Nilai intrinsik dapat mewakili nilai perusahaan secara keseluruhan, karena
disamping modal dan laba bersih masih banyak indikator yang mempengaruhi
5 Ellen May, Smart Traders Not Gamblers (Jakarta: Gramedia, 2011), h. 34.
6 John J. Murphy, Technical Analysis of The Financial Market: A Comprehensive Guide To
Trading Methods And Applications (Paramus: New York Institute of Financial, 1999), h. 5.
6
besar kecilnya nilai intrinsik perusahaan. Sehingga penilaian nilai intrinsik sangat
besar kemungkinan bersifat subjektif tergantung siapa yang menilai dan
perusahaan apa yang dinilai.
Investasi dipasar modal erat kaitannya dengan pengembalian atau
keuntungan yang besar, dengan syarat perusahaan yang di danai harus memiliki
kinerja perusahaan yang baik, terutama kinerja keuangannya. Baik tidaknya
kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diamati melalui laporan keuangan yang
secara berkala dilaporkan. Laporan keuangan perusahaan bukan semata-mata
dibuat untuk kepentingan pihak eksternal, perusahaan juga memerlukan laporan
keuangan untuk mengamati perkembangan dan kinerjanya sendiri. Hal ini untuk
memastikan keadaan perusahaan terkendali, stabil dan tentu saja dapat
menghasilkan laba dari kegiatan operasional. Pembuatan laporan keuangan
dibedakan antara laporan keuangan internal dan laporan keuangan yang di
publikasi secara umum kepada masyarakat. Laporan internal dibuat tiap tiga
bulan atau enam bulan sekali, sedangkan laporan yang lebih detail dibuat setahun
sekali7.
Secara umum, laporan keuangan dibagi menjadi beberapa pos atau bagian
dan tiap bagian ini masing-masing memiliki tujuan tersendiri dalam menjelaskan
keseluruhan laporan keuangan perusahaan. Bagian pertama adalah Neraca atau
dengan kata lain Laporan posisi keuangan. Bagian laporan ini memaparkan
tentang jumlah aset perusahaan baik lancar ataupun tidak, kewajiban jangka
7 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 7.
7
pendek dan jangka panjang, serta modal atau ekuitas perusahaan. Bagian kedua,
Laporan laba rugi memberikan informasi tentang pendapatan, biaya yang
dikeluarkan serta laba yang dihasilkan perusahaan selama periode laporan
keuangan. Pendapatan yang dihasilkan dikurangi dengan beban penjualan serta
pajak untuk menghasilkan laba bersih sebagai ukuran untung atau ruginya
operasi suatu perusahaan. Bagian ketiga, Laporan perubahan modal. Laporan ini
menampilkan perubahan modal pada tahun ini dan tahun sebelumnya yang terdiri
dari penambahan modal disetor, laba ditahan dan lain sebagainya. Bagian
terakhir adalah Laporan arus kas yang terdiri dari perubahan arus kas masuk
seperti arus kas dari aktivitas operasi dan perubahan arus kas keluar seperti arus
kas dari aktivitas investasi dan pendanaan.
Informasi yang terdapat pada laporan keuangan berbentuk angka-angka
yang menggambarkan kondisi dan perubahan kinerja keuangan perusahaan.
Evaluasi kondisi keuangan perusahaan diperlukan untuk melihat seberapa besar
perkembangan perusahaan dalam operasionalnya atau bahkan evaluasi ini
bertujuan untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan yang sebelumnya
mengalami kerugian. Alat yang digunakan untuk menggambarkan kondisi dan
kinerja keuangan perusahaan adalah Rasio Keuangan. Penggunaan rasio
keuangan yaitu dengan cara membandingkan suatu angka pada bagian laporan
keuangan dengan angka pada bagian lain. Hasil yang diperoleh dari analisis
rasio keuangan lebih dapat mewakili kondisi perusahaan dibandingkan dengan
8
angka-angka aslinya sendiri8. Terlebih lagi, hasil ini digunakan untuk menilai
kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang
telah ditetapkan atau sebaliknya. Disamping itu, juga untuk menilai kemampuan
manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan (aset) secara efektif
dan efisien9.
Rasio keuangan terbagi dalam empat kategori yaitu Rasio Likuiditas, yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan kas ketika
kebutuhan tersebut meningkat. Rasio Aktivitas, yang mengukur likuiditas aktiva
tertentu dan efisiensi dalam mengelola aktiva. Rasio Leverage, yang mengukur
sejauh mana pendanaan perusahaan dengan hutang terhadap ekuitas dan
kemampuan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya dan Rasio
Profitabilitas, yang mengukur kinerja keseluruhan sebuah perusahaan dan
efisiensinya dalam mengelola aktiva kewajiban dan ekuitas10
.
Selain kinerja keuangan, harga saham juga mempengaruhi investor maupun
calon investor dalam mengambil keputusan investasi. Tingkat harga saham
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran akan
suatu saham. Kebanyakan perusahaan tidak akan cenderung menetapkan harga
terlalu rendah, sedangkan harga yang terlalu tinggi juga akan menjatuhkan
8 James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Fundamentals of Financial Management 13
th
Edition (England: Pearson Education Limited, 2008), h. 156.
9 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 94.
10
Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh
(Indeks, 2008), h. 221-222.
9
penawaran saham tersebut11
. Tingginya harga saham akan mengurangi
kemampuan para investor untuk membeli saham tersebut. Hukum permintaan
dan penawaran kembali akan berlaku ketika harga saham sudah mencapai tingkat
tertinggi, akibatnya harga saham akan turun kembali pada posisi keseimbangan
yang baru. Saham dengan harga yang sangat tinggi membuat investor dengan
modal kecil tidak dapat berpartisipasi dalam transaksi, hal ini berdampak pada
berkurangnya likuiditas saham sehingga saham perusahaan terlihat kurang
menarik bagi investor. Cara yang dilakukan oleh emiten untuk mempertahankan
agar sahamnya tetap berada dalam rentang perdagangan yang optimal sehingga
daya beli investor meningkat, terutama untuk investor kecil, yaitu dengan
melakukan pemecahan saham.
Pemecahan saham atau stock split adalah meningkatkan jumlah saham
yang beredar akan tetapi tidak merubah besarnya modal. Secara toeritis,
pemegang saham tidak secara langsung merasakan manfaat yang nyata dengan
adanya stock split, sementara ada biaya yang harus ditanggung emiten untuk
melakukannya12
. Berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh emiten,
laba ditahan digunakan untuk membiayai kegiatan ini. Hal ini berdampak pada
dividen yang kemungkinan diterima oleh para investor, lebih sedikit bahkan tidak
sama sekali.
11 Tita Deitiana, “Pengaruh Rasio Keuangan Pertumbuhan Penjualan dan Dividen Terhadap
Harga Saham,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No.1 (April 2011): h. 63.
12
H. Kent Baker dan Patricia L. Gallagher, “Management’s View of Stock splits,” Financial
management, Vol. 9 No. 2 (Summer 1980): h. 73.
10
Berkaitan dengan stock split atau pemecahan saham, setidaknya ada dua
hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap perdagangan
saham yaitu signaling hypothesis dan trading range hypothesis. Berdasarkan
signaling hypothesis, pasar menanggapi pengumuman pemecahan saham sebagai
peningkatan profitabilitas atau dengan kata lain, dividen saham tersebut akan
segera meningkat.
Menurut Litner13
, perusahaan lebih memilih untuk tidak mengurangi
dividen, maka stock split menjadi sinyal dari direksi perusahaan kepada pasar,
bahwa laba masa depan akan cukup untuk mempertahankan pembayaran dividen
pada tingkat yang lebih tinggi dari yang sebelumnya. Jika pasar menanggapi
positif sinyal dari direksi ini, maka kemungkinan harga saham akan meningkat
setelah adanya pengumuman stock split14
. Sedangkan trading range hypothesis
menyatakan bahwa perusahaan memecah saham hingga mencapai tingkat (harga)
tertentu dan likuiditas perdagangan yang optimal. Manajemen menggunakan
informasi perusahaan yang bersifat privat dalam menentukan faktor pemecah dan
juga prediksi laba pada masa yang akan datang15
. Laba pada masa depan menjadi
sangat penting, terkait dengan signaling hypothesis yang telah disebutkan
sebelumnya.
13 John Litner, “Distribution of Incomes of Corporations Among Dividens, Retained Earnings
and Taxes,” The American Economic Review, Vol. 46 No. 2 (Mei 1956): h. 97-113.
14
Eugene F. Fama, dkk., “The Adjusment of Stock Prices to New Information,” International
Economic Review, Vol. 10 No. 1 (Februari 1969): h. 15-16.
15
Mauren Mcnichols dan Ajay Dravid, “Stock Dividends, Stock splits and Signaling,” The
Journal of Finance, Vol. 45 No. 3 (Desember 1989): h. 877.
11
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ANALISIS PENGARUH KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT
TERHADAP RETURN SAHAM”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Batasan masalah diperlukan agar fokus penelitian ini menjadi jelas,
sehingga masalah yang diangkat dapat terjawab. Batasan pertama adalah
variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu Return On Assets
(ROA) mewakili rasio profitabilitas, Total Assets Turnover (TATO)
mewakili rasio aktivitas, Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio
(PER) mewakili rasio pasar. Batasan kedua adalah sampel penelitian yang
digunakan pada penelitian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya yaitu:
a. Perusahaan melakukan aktivitas stock split dalam periode penelitian.
b. Perusahaan tergabung secara konsisten dalam Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) selama periode penelitian 5 tahun berturut-turut.
c. Perusahaan pernah tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII).
12
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan yang dikemukakan, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Apakah variabel-variabel kinerja keuangan (Return On Assets (ROA),
Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan Price
Earning Ratio (PER)) secara simultan berpengaruh terhadap return saham
perusahaan yang melakukan stock split dan tergabung dalam ISSI pada
periode 2012-2016?
b. Apakah variabel-variabel kinerja keuangan (Return On Assets (ROA),
Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan Price
Earning Ratio (PER)) secara parsial berpengaruh terhadap return saham
perusahaan yang melakukan stock split dan tergabung dalam ISSI pada
periode 2012-2016?
c. Seberapa besar pengaruh variabel-variabel kinerja keuangan (Return On
Assets (ROA), Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS)
dan Price Earning Ratio (PER)) terhadap perubahan return saham
perusahaan yang melakukan Stock split dan tergabung dalam ISSI pada
periode 2012-2016?
13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:
a. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan (variabel Return On Assets
(ROA), Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan
Price Earning Ratio (PER)) terhadap perubahan return saham perusahaan
yang melakukan stock split secara simultan.
b. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan (variabel Return On Assets
(ROA), Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan
Price Earning Ratio (PER)) terhadap perubahan return saham perusahaan
yang melakukan stock split secara parsial.
c. Mengukur seberapa besar pengaruh kinerja keuangan (variabel Return On
Assets (ROA), Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS)
dan Price Earning Ratio (PER)) terhadap perubahan return saham
perusahaan yang melakukan stock split.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat untuk beberapa pihak, antara lain:
a. Investor. Penelitian ini dapat memberikan dasar pertimbangan analisis
fundamental serta bahan pertimbangan keputusan investasi dengan
melihat data-data pada laporan keuangan serta indikator apa saja yang
perlu diperhatikan agar mendapatkan return yang optimal.
14
b. Perusahaan. Memberikan gambaran mengenai indikator apa saja yang
dapat mempengaruhi return dari saham perusahaan di pasar, sehingga
manajemen bisa mengambil langkah yang tepat untuk meningkatkannya.
c. Akademisi. Sebagai bahan referensi terkait pengaruh kinerja keuangan
perusahaan terhadap imbal hasil saham perusahaan serta memberikan
masukan dan saran bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai penelitian ini.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan dan penyusunan penelitian ini menggunakan kerangka
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan atas penelitian yang dilakukan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini memuat uraian teoritis mengenai teori-teori yang relevan
dengan topik penelitian ini. Selain itu juga akan dimuat penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian serupa.
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang sumber dan jenis data, jenis penelitian,
ruang lingkup penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data
dan metode analisis data. Selanjutnya, peneliti akan memaparkan
15
metode penelitian yang dipakai beserta perincian jenis-jenis data
yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel kinerja
keuangan terhadap imbal hasil saham. Pada akhir bab terdapat
kerangka pemikiran dan hipotesis dalam penelitian ini.
Bab IV : Analisis dan Pembahasan
Bab ini memuat analisis data hasil penelitian berupa hasil pengujian
model dan pengaruh variabel-variabel kinerja keuangan terhadap
imbal hasil saham.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh proses hasil analisis dan
pembahasan serta saran bagi penelitian selanjutnya.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
1. Pengertian dan Konsep Pasar Modal
Pasar sebagai tempat bertemunya pihak yang berkepentingan untuk
melakukan aktivitas ekonomi menjadi dasar pengertian dari pasar modal.
Pasar modal mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki
kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (emiten). Lebih
jelasnya, pengertian pasar modal telah dicantumkan pada UU No.8 tahun
1995 tentang pasar modal, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Pasar modal sebagai tempat bertemunya investor dan emiten
hanya sebagai gambaran umum unsur yang terdapat pada pasar modal.
Pasar modal erat kaitannya istilah emiten dan perusahaan publik.
Istilah emiten ditujukan bagi pihak yang melakukan penawaran umum atau
pihak yang menerbitkan efek dengan tujuan mendapatkan dana yang dapat
digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Sedangkan perusahaan
publik menurut undang-undang pasar modal adalah perseroan yang
sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang
saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00
17
(tiga miliar rupiah). Perusahaan yang melakukan penawaran umum
dikatakan sebagai emiten dan juga menjadi perusahaan publik karena telah
memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik dilihat dari jumlah
pemegang saham dan modal minimal yang harus disetor. Sedangkan
perusahaan yang termasuk perusahaan publik belum tentu melakukan
penawaran umum sehingga tidak termasuk sebagai emiten16
.
Lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek juga menjadi bagian
penting dari pasar modal. Seperti yang bisa dilihat pada gambar 2.1, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga negara yang dibentuk untuk
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan
kegiatan di pasar modal. Sebenarnya fungsi pengaturan dan pengawasan
otoritas jasa keuangan tidak hanya terbatas kepada pasar modal, akan tetapi
terhadap seluruh sektor jasa keuangan seperti perbankan dan sektor jasa
keuangan non-bank seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan,
dan lain sebagainya. Sebagaimana disebutkan dalam UU No.21 tahun 2011
sebagai dasar pembentukan otoritas jasa keuangan, OJK adalah lembaga
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain dan mempunyai fungsi,
tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan.
Sebelumnya tugas pengawasan pasar modal dipegang oleh kementerian
keuangan dan (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
16
M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana, 2008), h.
155.
18
Bapepam-LK, kemudian secara resmi beralih kepada OJK pada 31
Desember 2012.
Gambar 2.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
Berdasarkan undang-undang pasar modal (UUPM) yaitu UU No. 8
Tahun 1995, Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau saran untuk mempertemukan penawaran jual
dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di
antara mereka. Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan
perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien serta menjadi kewajiban
bagi bursa efek untuk menyediakan sarana pendukung dan mengawasi
kegiatan anggota bursa efek. Demi tercapainya tujuan ini diperlukan sarana
penunjang berupa tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan dan
mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi dalam
OTORITAS JASA KEUANGAN
(OJK)
BURSA EFEK INDONESIA
(BEI)
KLIRING
PENJAMINAN EFEK
INDONESIA (KPEI)
KUSTODIAN
SENTRAL EFEK
INDONESIA (KSEI)
PERUSAHAAN EFEK LEMBAGA
PENUNJANG
PROFESI
PENUNJANG
PEMODAL EMITEN
PERUSAHAAN
PUBLIK
REKSADANA PENJAMIN EMISI
PERANTARA PEDAGANG
EFEK
MANAJER INVESTASI
BIRO ADMINISTRASI EFEK
BANK KUSTODIAN
WALI AMANAT
PEMERINGKAT EFEK
AKUNTAN
NOTARIS
PENILAI
KONSULTAN
HUKUM
DOMESTIK
ASING
(Sumber : Bursa Efek Indonesia
19
hal ini adalah undang-undang. Dengan adanya undang-undang pasar modal
diharapkan pasar modal dapat memberikan kontribusi yang lebih besar
dalam pembangunan sehingga sasaran pembangunan di bidang ekonomi
dapat tercapai.
Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) juga menjadi bagian penting dari kegiatan di pasar modal.
KPEI dan KSEI sama seperti BEI sebagai self regulatory organization yaitu
organisasi yang memiliki kewenangan untuk menerapkan aturan dalam hal
ini terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan pasar modal. Kewenangan
ini dapat diterapkan sebagai pelengkap dari peraturan atau undang-undang
yang dibuat oleh pemerintah, ataupun mengisi kekosongan dari aturan dan
pengawasan pemerintah yang ada. KPEI berfungsi sebagai lembaga yang
menjalankan kegiatan kliring dan fungsi penjaminan penyelesaian transaksi
bursa. Kegiatan kliring adalah penentuan hak dan kewajiban atas transaksi
bursa dan wajib diselesaikan pada tanggal penyelesaian yang telah
ditentukan. Misalnya, pihak yang ingin menjual sahamnya berhak menerima
uang atas transaksi yang dilakukan dan berkewajiban menyerahkan saham
yang telah dijual kepada pihak yang membeli, begitupun sebaliknya.
Sedangkan KSEI sebagai lembaga penyimpanan efek seperti saham, obligasi
korporasi, surat utang negara, sertifikat bank indonesia dan sebagainya.
KSEI memberikan perlindungan atas aset investor, baik keamanan,
kerahasiaan maupun transparansi informasi atas investor. Adanya fasilitas
20
AKSes yang disediakan KSEI, investor dapat memantau kepemilikan efek
yang dimilikinya. Berdasarkan UUPM pasal 85 bursa efek, KPEI, KSEI,
reksa dana, perusahaan efek, penasihat investasi, biro administrasi efek, bank
kustodian, wali amanat dan pihak-pihak yang terkait lainnya wajib
menyampaikan laporan secara berkala kepada OJK.
Pasar modal memiliki peran yang besar terhadap perekonomian sebuah
negara karena memiliki dua fungsi yang saling mempengaruhi dan
mendukung satu sama lain, yaitu fungsi ekonomi dan keuangan17
. Fungsi
ekonomi yang dimaksud adalah pasar mengatur, mengawasi dan
memberikan fasilitas bagi para pihak yang berkepentingan agar tercapainya
tujuan masing-masing pihak, investor memiliki tempat untuk menyalurkan
kelebihan dana yang dimiliki dan emiten bisa menggunakan dana yang
diperoleh untuk kepentingan investasi. Pasar modal memiliki fungsi
keuangan karena merupakan tempat terjadinya perputaran uang yang
berkelanjutan dan mendatangkan keuntungan bagi pihak-pihak yang terkait
dalam kegiatan ini. Emiten menggunakan dana yang diperoleh untuk
berbagai macam kepentingan, seperti menambah alat produksi, membangun
cabang perusahaan dan lain sebagainya. Bertambahnya modal, atau barang
yang dapat di produksi membuat keuntungan meningkat. Keuntungan inilah
yang dibagikan kepada investor.
17
Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 24.
21
Fungsi ekonomi yang dimiliki pasar modal juga dimiliki lembaga
keuangan seperti perbankan. Keduanya sebagai fasilitator menghubungkan
pihak yang memiliki modal dan pihak yang membutuhkan modal. Tetapi ada
perbedaan antara keduanya, dana yang diperoleh dari pasar modal akan
dimasukkan sebagai modal, sedangkan dana dari perbankan dimasukkan
sebagai utang dengan jatuh tempo yang telah di tentukan. Dari sisi emiten,
melakukan penawaran umum atau menjual saham untuk mendapatkan dana
dinilai lebih baik dibandingkan dengan menggunakan fasilitas kredit dari
bank karena emiten akan dibebankan dengan tingkat bunga yang cukup
besar18
.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal termasuk ke
dalam investasi jangka panjang, baik dalam bentuk utang maupun modal
sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan swasta19
. Obligasi adalah instrumen
yang berbentuk utang yang berupa kontrak antara pemberi dana (investor)
dan emiten. Kontrak ini menyatakan bahwa pemilik dari kontrak ini
memiliki hak atas utang yang dimiliki emiten. Penerbit atau emiten akan
melunasi utang kepada investor pada tanggal yang telah ditentukan sesuai
dengan jumlah pokok ditambahkan dengan bunga terutang yang telah
ditentukan sebelumnya. Sedangkan instrumen yang berupa modal yang
dimaksud adalah saham. Saham merupakan instrumen yang menunjukkan
18 Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Seri Pengetahuan Pasar Modal: Go Public
dan Go Private Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 10.
19
M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana, 2008), h. 13.
22
kepemilikan atas emiten. Investor yang memiliki saham suatu perusahaan
berhak atas keuntungan yang diperoleh dalam bentuk dividen.
Pasar modal terdiri dari dua bentuk pasar yang saling berkaitan satu
sama lain yaitu primary market dan secondary market20
. Primary market
atau pasar perdana memungkinkan perusahaan mendapatkan dana segar
dengan memasarkan efek-efek yang diterbitkannya, baik dalam bentuk
saham ataupun obligasi. Dana yang diperoleh dari penerbitan efek dapat
digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti ekspansi, memperbaiki dan
memperkuat struktur permodalan, meningkatkan infrastruktur perusahaan
dan membayar utang perusahaan21
. Secondary market atau pasar sekunder
memungkinkan investor ntuk menjual saham perusahaan yang mereka miliki.
Hasil jual beli saham tidak masuk ke dalam kas perusahaan (emiten), tetapi
menjadi miliki pemegang saham yang bersangkutan. Perusahaan yang
menerbitkan saham semula sudah tidak terlibat lagi dalam jual beli saham
tersebut. Secara sederhana, pasar perdana adalah jual beli antara emiten dan
investor, sedangkan pasar sekunder adalah jual beli antara investor dengan
investor lainnya. Pasar perdana membutuhkan pasar sekunder untuk
20 Association of Chartered Certified Accountants (ACCA), Paper F9 Financial Management
(London: BPP Learning Media, 2009), h. 56.
21
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Seri Pengetahuan Pasar Modal: Go Public
dan Go Private Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 10.
23
menjamin likuiditas sekuritas dan sebaliknya, pasar sekunder membutuhkan
pasar perdana dalam menambah sekuritas untuk diperdagangkan22
.
2. Pengertian dan Konsep Pasar Modal Syariah
Mekanisme perdagangan di pasar modal yang ada nyatanya
mengandung unsur-unsur yang tidak diperbolehkan di dalam syariat Islam,
seperti jual-beli saham perusahaan yang operasi utamanya memproduksi
minuman keras, rokok atau benda lain yang mendatangkan mudharat, hal ini
membuat adanya keraguan pada masyarakat di Indonesia yang mayoritas
beragama islam sehubungan dengan boleh tidaknya berinvestasi di pasar
modal. Pembentukan pasar modal syariah merupakan solusi untuk
meyakinkan serta memberikan edukasi kepada masyarakat akan investasi
syariah, khususnya saham dengan kriteria yang telah ditentukan, sehingga
saham ini boleh diperdagangkan.
Pengertian pasar modal syariah tidak terlalu berbeda dengan pasar
modal yaitu aktivitas terkait dengan perdagangan efek perusahaan publik
terkait dengan efek yang dikeluarkannya23
. Bisa dikatakan, pasar modal
syariah adalah bagian dari pasar modal dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan agar tidak bertentangan dengan hukum muamalat yang diajarkan
didalam agama Islam. Ketentuan utamanya adalah saham yang
22 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 26.
23 Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.
38.
24
diperdagangkan adalah saham syariah dengan kriteria sebagaimana
disebutkan pada POJK No. 15/POJK.04/2015 tentang penerapan prinsip
syariah di pasar modal. Selain dari itu, perbedaan antara transaksi
perdagangan saham di pasar modal dan pasar modal syariah terletak pada
remain trading limit. Remain trading limit atau disingkat dengan RTL,
mengizinkan investor untuk meminjam atau berhutang kepada sekuritas
untuk kekurangan modal untuk membeli sejumlah saham yang diinginkan.
RTL hanya digunakan pada pasar modal tetapi tidak pada pasar modal
syariah, dikarenakan penggunaan RTL dikenakan bunga per harinya.
Pasar modal syariah menjadi lebih ketat di bandingkan dengan pasar
modal dari segi produk dan transaksinya. Sehingga, disamping adanya OJK,
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
dibutuhkan untuk mengawasi dan menjaga agar peraturan-peraturan terkait
sisi syariah pada pasar modal tetap di taati. Peraturan yang dibuat DSN-MUI
berupa fatwa yang nantinya dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan
ekonomi syariah. Terkait dengan pedoman umum penerapan prinsip syariah
pada pasar modal, DSN-MUI mengeluarkan fatwa tentang hal ini dalam
fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003. Ketentuan umum pada fatwa ini,
menyatakan adanya Syariah Compliance Officer (SCO) sebagai pihak atau
pejabat dari suatu perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi
dari DSN-MUI dalam pemahaman mengenai prinsip-prinsip syariah di pasar
modal. Selain SCO, adanya pernyataan kesesuaian syariah yaitu pernyataan
25
tertulis yang dikeluarkan oleh DSN-MUI terhadap suatu efek syariah bahwa
efek tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Kriteria emiten
atau perusahaan publik penerbit efek syariah juga dibahas di dalam fatwa ini.
Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan perjudian, sebagai lembaga
keuangan yang menggunakan sistem bunga, perusahaan yang terkait dengan
perdagangan makanan dan minuman yang haram, serta penyedia barang atau
jasa yang merusak moral dan bersifat merusak.
POJK No.15 tentang prinsip syariah di pasar modal juga menerangkan
transaksi yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
Transaksi dengan penawaran dan/atau permintaan palsu (najsy) yang diawali
pergerakan harga cenderung naik (uptrend) yang disebabkan oleh
serangkaian transaksi yang dengan sengaja dilakukan oleh inisiator yang
biasa dikenal dengan istilah bandar. Pihak ini melakukan pembelian dengan
volume yang besar dan secara berkala menjualnya kepada pihak yang
bekerjasama dengannya untuk membentuk harga agar mencapai level yang
diinginkan. Investor-investor lain yang tidak berhati-hati dalam investasinya
banyak yang terjebak dengan ikut membeli dan berharap harga akan terus
naik. Saat jumlah investor yang masuk dirasa cukup, bandar akan menjual
semuanya (dalam hal ini adalah saham) sehingga harga akan turun kembali.
Investor yang harus melakukan cut-loss (memotong kerugian) dengan
menjual sahamnya sebelum kerugian semakin besar, jika tidak investor tidak
26
bisa menjual saham yang dimilikinya dikarenakan tidak ada lagi pihak yang
ingin membeli dan merugi lebih besar lagi. Transaksi seperti ini sering
terjadi pada saham-saham tidur atau tidak likuid dan kapitalisasi pasarnya
kecil sehingga mudah dikendalikan bandar. Hal ini jelas merugikan investor,
sehingga adanya peraturan ini menjadi pedoman bagi investor untuk lebih
cermat dalam berinvestasi di pasar modal dan juga tujuan penerapan prinsip
syariah yang dikenal dengan maqoshid syariah salah satunya adalah untuk
memelihara harta.
3. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Berdasarkan penjelasan Bursa Efek Indonesia pada situs resminya,
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah indeks yang mencerminkan
keseluruhan saham syariah yang tercatat pada bursa. Saham-saham yang
tergabung dalam ISSI tercatat dalam suatu daftar yang disebut dengan Daftar
Efek Syariah (DES) di review setiap enam bulan sekali pada bulan Mei dan
November, serta di publikasikan pada awal bulan berikutnya. Anggota ISSI
akan menyesuaikan apabila ada saham baru yang tercatat atau dihapuskan
dari DES. Indeks Saham Syariah Indonesia diluncurkan pada tanggal 12 Mei
2011.
Peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah. Suatu badan usaha dinilai memenuhi prinsip syariah
jika:
27
a) Tidak melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi
2) perdagangan yang dilarang yaitu perdagangan yang tidak disertai
dengan penyerahan barang/jasa dan perdagangan dengan penawaran
dan permintaan palsu.
3) Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi
4) Jual beli risiko yang mengandung gharar dan maysir.
5) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan barang dan atau jasa yang haram karena zatnya, barang
dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya yang ditetapkan oleh
DSN-MUI, serta barang dan atau jasa yang merusak moreal dan
bersifat mudharat.
6) Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap.
b) Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
1) Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset
tidak lebih dari 45%, atau
2) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan usaha dan pendapatan lain-
lain tidak lebih dari 10%.
Berdasarkan pengumuman perubahan komposisi saham dalam
perhitungan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) No.: Peng-
00909/BEI/OPP/11-2016 yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia pada
28
tanggal 28 November 2016. Sebanyak 331 perusahaan tercatat pada indeks
ini, dengan penambahan 33 saham baru yang masuk dan 13 saham yang
keluar dari perhitungan ISSI. Daftar saham ini berlaku efektif mulai tanggal
1 Desember 2016 sampai dengan review daftar efek syariah berikutnya oleh
OJK.
4. Jakarta Islamic Index (JII)
Pada tanggal 3 juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama
dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks
saham yang dibuat berdasarkan syariat islam yaitu Jakarta Islamic Index
(JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang
berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah.
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham
yang sesuai dengan syariat islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan
saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan
Pengawas Syariah (DPS) PT Danareksa Investment Management. Akan
tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut
dilakukan oleh Bapepam-LK (saat ini menjadi OJK), bekerja sama dengan
Dewan Syariah Nasional (DSN). Hal ini tertuang dalam
Kriteria pemilihan saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic
Index (JII) adalah sebagai berikut:
1) Saham-saham yang dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang
dikeluarkan oleh Bapepam-LK (OJK) dan menjadi konstituen ISSI.
29
2) 60 saham dari daftar efek syariah dipilih berdasarkan urutan kapitalisasi
pasar terbesar selama 1 tahun terakhir
3) 30 saham dipilih berdasarkan tingkat likuiditas terbesar yaitu nilai
transaksi di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.
B. Stock Split
Tingkat harga saham menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran akan suatu saham. Kebanyakan perusahaan tidak
akan cenderung menetapkan harga terlalu rendah, sedangkan harga yang terlalu
tinggi juga akan menjatuhkan penawaran saham tersebut24
. Tingginya harga
saham akan mengurangi kemampuan para investor untuk membeli saham
tersebut. Hukum permintaan dan penawaran kembali akan berlaku ketika harga
saham sudah mencapai tingkat tertinggi, akibatnya harga saham akan turun
kembali pada posisi keseimbangan yang baru. Saham dengan harga yang sangat
tinggi membuat investor dengan modal kecil tidak dapat berpartisipasi dalam
transaksi, hal ini berdampak pada berkurangnya likuiditas saham sehingga saham
perusahaan terlihat kurang menarik bagi investor.
Cara yang dilakukan oleh emiten untuk mempertahankan agar sahamnya
tetap berada dalam rentang perdagangan yang optimal sehingga daya beli
investor meningkat, terutama untuk investor kecil, yaitu dengan melakukan
pemecahan saham. Pemecahan saham atau stock split adalah upaya untuk
24 Tita Deitiana, “Pengaruh Rasio Keuangan Pertumbuhan Penjualan dan Dividen Terhadap
Harga Saham,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No.1 (April 2011): h. 63.
30
meningkatkan jumlah saham yang beredar akan tetapi tidak merubah besarnya
modal. Secara teoritis, pemegang saham tidak secara langsung merasakan
manfaat yang nyata dengan adanya stock split, sementara ada biaya yang harus
ditanggung emiten untuk melakukannya25
. Berkaitan dengan biaya yang harus
dikeluarkan oleh emiten, laba ditahan digunakan untuk membiayai kegiatan ini.
Hal ini berdampak pada dividen yang kemungkinan diterima oleh para investor,
lebih sedikit bahkan tidak sama sekali.
Berkaitan dengan stock split atau pemecahan saham, setidaknya ada dua
hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap perdagangan
saham yaitu signaling hypothesis dan trading range hypothesis. Berdasarkan
signaling hypothesis, pasar menanggapi pengumuman pemecahan saham sebagai
peningkatan profitabilitas atau dengan kata lain, dividen saham tersebut akan
segera meningkat. Menurut Litner26
, perusahaan lebih memilih untuk tidak
mengurangi dividen, maka stock split menjadi sinyal dari direksi perusahaan
kepada pasar, bahwa laba masa depan akan cukup untuk mempertahankan
pembayaran dividen pada tingkat yang lebih tinggi dari yang sebelumnya. Jika
pasar menanggapi positif sinyal dari direksi ini, maka kemungkinan harga saham
akan meningkat setelah adanya pengumuman stock split27
. Sedangkan trading
range hypothesis menyatakan bahwa perusahaan memecah saham hingga
25 H. Kent Baker dan Patricia L. Gallagher, “Management’s View of Stock splits,” Financial
management, Vol. 9 No. 2 (Summer 1980): h. 73.
26
John Litner, “Distribution of Incomes of Corporations Among Dividens, Retained Earnings
and Taxes,” The American Economic Review, Vol. 46 No. 2 (Mei 1956): h. 97-113.
27
Eugene F. Fama, dkk., “The Adjusment of Stock Prices to New Information,” International
Economic Review, Vol. 10 No. 1 (Februari 1969): h. 15-16.
31
mencapai tingkat (harga) tertentu dan likuiditas perdagangan yang optimal.
Manajemen menggunakan informasi perusahaan yang bersifat privat dalam
menentukan faktor pemecah dan juga prediksi laba pada masa yang akan
datang28
. Laba pada masa depan menjadi sangat penting, terkait dengan signaling
hypothesis yang telah disebutkan sebelumnya.
C. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja perusahaan umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba)
atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on
investment) atau penghasilan per saham (earning per share). Unsur yang
berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban.
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar dan
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal29
.
28 Mauren McNichols dan Ajay Dravid, “Stock Dividends, Stock splits and Signaling,” The
Journal of Finance, Vol. 45 No. 3 (Desember 1989): h. 877.
29
Harmono, Manajemen Keuangan : Berbasis Balance Scorecard (Jakarta: Bumi Aksara,
2014), h. 23
32
Analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan, yang mencakup pembandingan kinerja
perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi
kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Sebetulnya ada
beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan,
namun yang paling umum dan sering digunakan adalah analisis rasio. Analisis
rasio tersebut akan memberikan gambaran atau pengukuran relatif dari operasi
perusahaan30
.
D. Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan
merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi
ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan
mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainya
dilakukan, ia tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan.
Oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan keuangan. Laporan
keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam
proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi
keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dan arus dana (kas) perusahaan31
.
30 Moeljadi, Manajemen Keuangan : Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif (Malang:
Bayumedia Publishing, 2006), h. 67.
31
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), h. 105.
33
Laporan keuangan merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat
dan melaporkannya pada suatu periode tertentu. Apa yang dilaporkan kemudian
dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini.
Dengan melakukan analisis akan diketahui letak kelemahan dan kekuatan
perusahaan, laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang
dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan
yang ada, baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Di samping itu,
juga untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapi atau menghindari
ancaman yang mungkin timbul sekarang dan di masa yang akan datang32
.
Informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan
sangat berbeda-beda (bervariasi) tergantung pada jenis keputusan yang hendak
diambil. Para pengguna informasi akuntansi ini dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu pemakai internal (internal users) dan pemakai eksternal (external
users)33
. Termasuk dalam kategori pemakai internal, antara lain:
1. Direktur dan manajer keuangan
Menentukan mampu tidaknya perusahaan dalam melunasi utangnya
secara tepat waktu kepada kreditor (bankir, supplier) maka mereka
membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya uang kas yang
tersedia di perusahaan pada saat menjelang jatuh temponya pinjaman/utang.
32 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 66.
33
Hery, Analisis Kinerja Manajemen (Jakarta: Grasindo, 2015), h. 2-3.
34
2. Direktur operasional dan manajer pemasaran
Menentukan efektif tidaknya saluran distribusi produk maupun
aktivitas pemasaran yang telah dilakukan perusahaan maka mereka
membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya penjualan (tren
penjualan).
3. Manajer dan supervisor produksi
Mereka membutuhkan informasi akuntansi biaya untuk menentukan
besarnya harga pokok produksi, yang pada akhirnya juga sebagai dasar
untuk menetapkan harga jual produk per unit.
Sedangkan yang termasuk dalam kategori pemakai eksternal, antara lain:
1. Investor (penanam modal)
Menggunakan informasi akuntansi investee (penerima modal) untuk
mengambil keputusan dalam hal membeli atau melepas saham investasinya.
Dalam hal ini, investor perlu secara cermat dan hati-hati dalam menanggapi
setiap perkembangan kondisi kesehatan keuangan investee. Investor sebagai
pihak luar dari investee dapat menilai prospek terhadap dana yang akan/telah
di investasikannya lewat laporan keuangan investee, apakah menguntungkan
(profitable) atau tidak.
2. Kreditor, seperti supplier dan bankir
Menggunakan informasi akuntansi debitor untuk mengevaluasi
besarnya tingkat risiko dari pemberian kredit atau pinjaman uang. Dalam hal
35
ini, kreditor dapat memperkecil risiko dengan cara mencari tahu seberapa
besar tingkat bonafiditas dan likuiditas debitor lewat laporan keuangan
debitor bersangkutan.
3. Pemerintah
Berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan (wajib pajak)
dalam hal perhitungan dan penetapan besarnya pajak penghasilan yang harus
disetor ke kas negara.
4. Badan pengawas pasar modal
Mewajibkan public corporation / perusahaan terbuka (emiten) untuk
melampirkan laporan keuangan secara rutin kepada OJK. Dalam hal ini,
pihak OJK sangat berkepentingan terhadap kinerja keuangan emiten dengan
tujuan untjk melindungi para investor.
5. Praktisi dan analis
Menggunakan informasi akuntansi untuk memprediksi situasi
perekonomian, menentukan besarnya tingkat inflasi, pertumbuhan
pendapatan nasional dan lain sebagainya.
Pengguna eksternal dari laporan keuangan tidak secara langsung terlibat
dalam menjalankan perusahaan. Pengguna eksternal mengandalkan analisis
laporan keuangan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih banyak
informasi untuk mengejar tujuan mereka masing-masing34
.
34
Kermit D. Larson, dkk., Principles of Financial Accounting Seventeenth Edition (New
York: McGraw-hill, 2005), h. 674.
36
Suatu laporan tahunan perusahaan terdiri dari empat laporan keuangan35
yaitu:
1. Neraca, menunjukkan kondisi keuangan atau posisi keuangan suatu
perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Laporan ini adalah suatu ikhtisar
tentang apa yang dimiliki perusahaan (aktiva) dan apa yang merupakan
kewajiban perusahaan kepada pihak luar (hutang) dan kepada pemilik
perusahaan (ekuitas pemegang saham).
2. Laporan laba rugi, juga disebut “laporan pendapatan” (statement of
earnings), menyajikan pendapatan, beban, laba bersih, dan laba per saham,
untuk suatu periode akuntansi, biasanya setahun atau satu triwulan.
3. Laporan ekuitas pemegang saham adalah suatu rantai penting antara neraca
dan laporan rugi-laba. Laporan tersebut mendokumentasikan perubahan-
perubahan dalam akun ekuitas neraca dari satu periode akuntansi hingga
periode berikutnya. Perusahaan-perusahaan dapat memilih untuk melaporkan
informasi pada laporan ekuitas pemegang saham dalam suatu catatan atas
laporan keuangan. Laporan tahunan meliputi laporan laba rugi dan informasi
ekuitas pemegang saham tiga tahun.
4. Laporan arus kas memberikan informasi tentang kas masuk dan kas keluar
dari kegiatan operasi, pendanaan dan investasi selama satu periode akuntansi.
Angka laba bersih yang positif dalam laporan laba rugi akhir tidak akan
35 Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh
(Indeks, 2008), h. 8.
37
berarti banyak kecuali perusahaan dapat mengubah laba tersebut menjadi
uang kas dan satu-satunya sumber dalam laporan keuangan untuk
mengetahui uang kas yang dihasilkan adalah laporan arus kas.
Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan posisi keuangan, hasil
usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, sedangkan tujuan umum laporan
keuangan adalah36
:
1. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber daya ekonomi dan
kewajiban perusahaan dengan tujuan:
a. Menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan
b. Menunjukkan posisi keuangan dan investasi perusahaan
c. Menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya
d. Menilai kemampuan sumber daya yang ada untuk pertumbuhan
perusahaan
2. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih
yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan tujuan:
a. Memberikan gambaran tentang jumlah dividen yang diharapkan
pemegang saham
b. Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
kepada kreditor, supplier, pegawai, pemerintah dan kemampuannya
dalam mengumpulkan dana untuk kepentingan ekspansi perusahaan
36 Hery, Analisis Kinerja Manajemen (Jakarta: Grasindo, 2015), h. 5.
38
c. Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam
pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengendalian
d. Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
jangka panjang.
3. Memungkinkan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan
laba
4. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan aset dan
kewajiban
5. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan oleh para
pemakai laporan.
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini,
pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang
seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya
atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat
dipahami oleh pemakai tertentu. Selain dapat dipahami, informasi dalam laporan
keuangan harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
39
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau
mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu37
.
Dalam melakukan analisis laporan keuangan diperlukan suatu metode dan
teknik analisis yang tepat. Tujuan dari penentuan metode dan teknik analisis
yang tepat ini adalah agar laporan keuangan dapat secara maksimal memberikan
manfaat bagi para penggunanya sesuai dengan jenis keputusan yang akan diambil.
Secara gari besar, ada dua metode analisis laporan keuangan yang lazim
dipergunakan dalam praktek38
, yaitu:
1. Analisis vertikal (statis)
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya terhadap
satu periode laporan keuangan saja. Analisis ini dilakukan antara pos-pos
yang ada dalam laporan keuangan dari satu periode. Jadi, informasi yang
diperoleh hanyalah menggambarkan hubungan kunci antar pos-pos laporan
keuangan atau kondisi untuk satu periode saja sehingga tidak dapat
mengetahui perkembangan kondisi perusahaan dari periode yang satu ke
periode berikutnya. Analisis vertikal juga dapat berupa analisis perbandingan
terhadap laporan keuangan lain pada satu periode waktu tertentu, dimana
perbandingan dilakukan terhadap informasi serupa dari perusahaan lain yang
berada dalam satu industri yang sama atau dikaitkan dengan data industri
(sebagai patokan) pada periode waktu yang sama.
37
Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah (Tangerang Selatan:
UIN Jakarta Press, 2013), h. 18.
38
Hery, Analisis Kinerja Manajemen (Jakarta: Grasindo, 2015), h. 115.
40
2. Analisis horizontal (dinamis)
Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan
membandingkan laporan keuangan dari beberapa periode. Dengan kata lain,
perbandingan dilakukan dengan informasi serupa dari perusahaan yang sama
(perusahaan itu sendiri) tetapi untuk periode waktu yang berbeda. Melalui
hasil analisis ini dapat dilihat kemajuan atau kemunduran kinerja perusahaan
dari periode yang satu ke periode berikutnya.
E. Rasio Keuangan
Analis keuangan perlu melakukan “pemeriksaan” atas berbagai aspek
kesehatan keuangan perusahaan agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan
perusahaan dan kinerjanya. Alat yang sering kali digunakan selama pemeriksaan
ini adalah rasio keuangan, atau indeks, yang menghubungkan dua buah data
keuangan dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio dihitung
karena dengan cara ini kita bisa mendapatkan perbandingan yang mungkin
terbukti lebih berguna daripada angka-angka aslinya sendiri39
. Hasil dari rasio
keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode
apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan atau sebaliknya. Disamping
itu, juga untuk menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber
daya perusahaan (aset) secara efektif dan efisien40
.
39
James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr., Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
(Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 163-164.
40
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 94.
41
Rasio keuangan dan kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang erat.
Rasio keuangan ada banyak jumlahnya dan setiap rasio itu mempunyai
kegunaannya masing-masing. Bagi investor ia akan melihat rasio dengan
penggunaan yang paling sesuai dengan analisis yang akan ia lakukan. Jika rasio
tersebut tidak merepresentasikan tujuan dari analisis yang akan ia lakukan makan
rasio tersebut tidak akan dipergunakan, karena dalam konsep keuangan dikenal
dengan namanya fleksibilitas, artinya rumus atau berbagai bentuk formula yang
dipergunakan haruslah disesuaikan dengan kasus yang diteliti41
.
Dipergunakannya analisis rasio keuangan dalam melihat suatu perusahaan
akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan dan dapat dijadikan
sebagai alat prediksi bagi perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Ini
dikarenakan rasio keuangan juga memungkinkan manajer keuangan
memperkirakan reaksi kreditor dan investor dalam memperkirakan bagaimana
memperoleh kebutuhan dana, serta seberapa besar dana sanggup diperoleh, serta
jika pinjaman sanggup untuk dibayar42
.
Rasio-rasio keuangan yang di analisis berdasarkan laporan atau catatan
historis perusahaan. Ada empat ketegori rasio tercakup adalah (1) Rasio
Likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
kas ketika kebutuhan tersebut meningkat; (2) Rasio Aktivitas, yang mengukur
41 Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan : Teori dan Soal Jawab (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 50.
42 Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan : Teori dan Soal Jawab (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 52.
42
likuiditas aktiva tertentu dan efisiensi dalam mengelola aktiva; (3) Rasio
Leverage, yang mengukur sejauh mana pendanaan perusahaan dengan hutang
relative terhadap ekuitas dan kemampuan untuk membayar bunga dan beban
tetap lainnya; dan (4) Rasio Profitabilitas, yang mengukur kinerja keseluruhan
sebuah perusahaan dan efisiensinya dalam mengelola aktiva kewajiban dan
ekuitas43
.
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan liabilitas
jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang
tersedia untuk memenuhi liabilitas tersebut. Dari rasio ini banyak pandangan
ke dalam yang bisa didapatkan mengenai kompetensi keuangan perusahaan
saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi
masalah44
.
Ketidakmampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka
pendeknya dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, perusahaan
dapat saja tidak mampu membayar utang jangka pendeknya karena memang
perusahaan tersebut tidak memiliki dana sama sekali. Atau yang kedua, bisa
juga bahwa sesungguhnya perusahaan tidak mengalami kesulitan finansial,
43Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh (Indeks,
2008), h. 221-222.
44
James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr., Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
(Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 167.
43
hanya saja pada saat terdapat utang yang jatuh tempo, perusahaan masih
perlu menunggu untuk mencairkan beberapa aset lancar lainnya menjadi kas,
seperti melakukan penagihan piutang usaha, menjual persediaan barang
dagang atau bahkan menjual beberapa sekuritas jangka pendeknya45
.
Current ratio (CR)
Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat tagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo.
Quick Ratio (QR)
Rasio cepat (quick ratio) menyisihkan persediaan dari
perhitungan rasio ini. Persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang
sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian. Quick
ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih
likuid yaitu kas, surat-surat berharga dan piutang di bagi dengan
kewajiban jangka pendek perusahaan. Rasio ini menunjukkan
45 Hery, Analisis Kinerja Manajemen (Jakarta: Grasindo, 2015), h. 149..
Current Ratio = Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
44
kemampuan aktiva lancar yang paling likuid untuk mampu menutupi
hutang lancar atau jangka pendek. Semakin besar rasio ini semakin baik.
Cash Ratio
Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau
setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang
dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan
kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-
utang jangkaa pendeknya.
2. Rasio Leverage / Solvabilitas
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban
utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam
arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek
Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan
Kewajiban Lancar
Cash Ratio = Kas +Surat-Surat Berharga
Kewajiban Lancar
45
maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi)46
. Atau
secara singkat rasio ini menguji sejauh mana perusahaan menggunakan uang
yang dipinjam47
.
Perusahaan dengan rasio solvabilitas yang tinggi (memiliki utang yang
besar) dapat berdampak pada timbulnya risiko keuangan yang besar, tetapi
juga memilki peluang yang besar pula untuk menghasilkan laba yang tinggi.
Risiko keuangan yang besar ini timbul karena perusahaan harus menanggung
atau terbebani dengan pembayaran bunga dalam jumlah yang besar. Namun,
apabila dana hasil pinjaman tersebut dipergunakan secara efisien dan efektif
dengan membeli aset produktif tertentu (seperti mesin dan peralatan) atau
untuk membiayai ekspansi bisnis perusahaan, hal ini akan memberikan
peluang yang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil usahanya.
Sebaliknya, perusahaan dengan rasio solvabilitas yang rendah
memiliki risiko keuangan yang kecil, tetapi juga mungkin memiliki peluang
yang kecil pula untuk menghasilkan laba yang besar. Seorang manajer
keuangan yang andal dituntut untuk memiliki kepiawaian dalam mengelola
tingkat solvabilitas perusahaan, khususnya dalam mencermati hubungan
antara risiko keuangan dengan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari
dana yang dipinjam perusahaan48
.
46
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 112.
47
James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr., Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
(Jakarta: Salemba Empat, 2012), h.169
48
Hery, Analisis Kinerja Manajemen (Jakarta: Grasindo, 2015), h. 163.
46
Debt to Assets Ratio / Debt Ratio (DAR)
Rasio hutang terhadap aset atau debt to assets ratio merupakan
rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio hutang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh
kewajiban atau utang dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan investor kepada pemilik
perusahaa. Dengan kata lain rasio ini berguna untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini memberikan ukuran tingkat efektivitas
Debt to Assets Ratio = Total Kewajiban
Total Aktiva
Debt to Equity Ratio = Total Kewajiban
Total Ekuitas
47
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan
dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi perusahaan49
.
Konsep profitabilitas dalam teori keuangan sering digunakan sebagai
indikator kinerja fundamental perusahaan mewakili kinerja manajemen.
Sesuai dengan perkembangan model penelitian bidang manajemen keuangan,
umumnya dimensi profitabilitas memilki hubungan kausalitas terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan nilai perusahaan secara konsep dapat dijelaskan oleh
nilai yang ditentukan oleh harga saham di diperjualbelikan di pasar modal.
Hubungan kausalitas ini menunjukkan bahwa apabila kinerja manajemen
perusahaan yang diukur menggunakan dimensi-dimensi profitabilitas dalam
kondisi baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap keputusan
investasi di pasar modal untuk menanamkan modalnya dalam bentuk
penyertaan modal, demikian halnya juga akan berdampak pada keputusan
kreditor dalam kaitannya dengan pendanaan perusahaan melalui utang50
.
Return On Equity (ROE)
Pengembalian atas ekuitas (return on equity) mengukur
pengembalian atas pemegang saham biasa, rasio ini juga dikalkulasi
sebagai pengembalian atas ekuitas saham biasa jika sebuah perusahaan
memiliki saham preferen yang beredar. Semakin tinggi hasil
49Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 115.
50 Harmono, Manajemen Keuangan : berbasis balance scorecard (Jakarta: Bumi Aksara,
2014), h. 110
48
pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih
yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.
Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti
semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas51
.
Return On Assets (ROA)
Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama
return on assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan
pengembalian (return) atas jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan.
ROA juga merupakan suatu ukuran efektivitas manajemen dalam
mengelola aktiva. Semakin kecil rasio ini semakin tidak baik
pengelolaan aktiva perusahaan. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Net Profit Margin (NPM)
Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan
membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak (laba bersih)
51Hery, analisis kinerja manajemen (Jakarta: Grasindo, 2015), h. 194.
Return On Equity = Laba Bersih
Ekuitas
Return On Assets = Laba Bersih
Total Aktiva
49
dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan
atas penjualan.
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio keuangan perusahaan yang mencerminkan
perputaran aktiva mulai dari kas dibelikan persediaan, untuk perusahaan
manufaktur persediaan tersebut diolah sebagai bahan baku sampai menjadi
produk jadi kemudian dijual baik secara kredit maupun tunai yang pada
akhirnya kembali menjadi kas lagi. Perputaran tersebut mencerminkan
aktivitas perusahaan, dengan demikian, rasio aktivitas dapat diukur
menggunakan tingkat perputaran aktiva perusahaan, baik secara parsial
maupun secara total. Rasio aktivitas ini dapat dijadikan indikator kinerja
manajemen yang menjelaskan tentang sejauh mana efisiensi dan efektivitas
kegiatan operasi perusahaan yang dilakukan oleh manajemen52
.
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan
sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang
penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio
52
Harmono, Manajemen Keuangan : berbasis balance scorecard (Jakarta: Bumi Aksara,
2014), h. 107
Net Profit Margin = Laba Bersih
Penjualan
50
aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Account Receivable Turnover (ARTO)
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau
berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu
periode. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio
tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin
baik.
Inventory Turnover Ratio (ITO)
Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran persediaan yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap persediaan
yang dimiliki.
Account Receivable Turnover = Penjualan
Piutang Usaha
Inventory Turnover Ratio = Penjualan
Persediaan
51
Fixed Assets Turnover Ratio (FATO)
Perputaran aset tetap merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar
dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah
perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau
belum. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan antara
penjualan bersih dengan total aktiva tetap dalam satu periode.
Total Assets Turnover (TATO)
Perputaran total aset merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah
aktiva.
5. Rasio Pasar
Rasio pasar atau rasio nilai pasar menghubungkan harga saham
perusahaan pada laba, arus kas dan nilai buku per sahamya. Rasio ini dapat
memberi indikasi kepada manajemen mengenai apa yang dipikirkan oleh
para investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa yang
Fixed Assetes Turnover = Penjualan
Aktiva Tetap Bersih
Total Assets Turnover = Penjualan
Total Aktiva
52
akan datang. Jika rasio-rasio likuiditas, manajemen aktiva, manajemen utang
dan profitabilitas semuanya terlihat baik, maka rasio nilai pasarnya juga akan
tinggi dan harga saham kemungkinan juga akan tinggi.
Earning Per Share (EPS)
Bisa disebut sebagai laba per saham biasanya menjadi perhatian
para pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan
manajemen. Laba per saham menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan
dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai rasio ini semakin besar
keuntungan yang diterima pemegang saham.
Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini merupakan ukuran yang paling banyak digunakan oleh
investor untuk menganalisis apakah investasi yang dilakukan
menguntungkan atau merugikan. Rasio ini berguna untuk melihat
bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap
kinerja perusahaan yang tercermin dalam laba per sahamnya.
Earning Per Share = Laba bersih
Rata-rata jumlah saham yang beredar
Price Earning Ratio = Harga Saham
Laba bersih per saham
53
F. Review Studi Terdahulu
Tabel 2.1
Review Studi Terdahulu
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Hasil Perbedaan
1 Sri Zuliarni/
Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap
Harga Saham Pada
Perusahaan Mining
And Mining Service
Di Bursa Efek
Indonesia (BEI)/
Jurnal Aplikasi
Bisnis Vol. 3 No.1,
Universitas Riau,
Pekanbaru 2012.
Penelitian ini menggunakan
perusahaan mining and
mining service sebagai
sampel. Rasio yang
diguanakan adalah return on
assets (ROA), price earning
ratio (PER) dan dividen
payout ratio (DPR) sebagai
variabel independen. Teknik
analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh
positif yang signifikan antara
ROA dan PER terhadap harga
saham. Sedangkan DPR tidak
berpengaruh signifikan.
Perbedaan dengan
penelitian yang
dilakukan penulis
adalah penggunaan
sampel penelitian, pada
penelitian ini sampel
yang digunakan terdiri
dari beberapa sektor
industri dan tergabung
dalam indeks saham
syariah indonesia (ISSI)
serta pernah melakukan
aktivitas korporasi yaitu
stock split. Selain ROA
dan PER, pada
penelitian ini rasio
TATO dan EPS juga
digunakan sebagai
variabel independen.
2 Sugiarti/ Pengaruh
Kinerja Keuangan
Perusahaan terhadap
Return Saham
(Studi pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)/
Jurnal Aplikasi
Manajemen Vol. 13
No. 2, Universitas
Brawijaya, Malang
2015.
Populasi penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur,
sedangkan kriteria yang
digunakan dalam penentuan
sampel adalah perusahaan
membayar dividen secara
terus menerus selama periode
penelitian. Teknik analisis
yang digunakan adalah
analisis regresi linier
berganda. Variabel
independen yang digunakan
adalah current ratio (CR),
debt to equity ratio (DER),
return on equity (ROE) dan
earning per share (EPS)
Perbedaan dengan
penelitian yang
dilakukan penulis
adalah aktivitas
korporasi yang
digunakan yaitu stock
split. Selain itu, rasio
profitabilitas yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
return on assets (ROA)
54
sedangkan variabel
dependennya adalah return
saham. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa DER
dan EPS memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap return saham. CR
berpengaruh negatif
signifikan dan ROE
berpengaruh positif dan tidak
signifikan.
3 Amalia Rahmawati/
Kinerja Keuangan
dan Tingkat
Pengembalian
Saham: Studi pada
Perusahaan
Asuransi di Bursa
Efek Indonesia/
Jurnal Bisnis dan
Manajemen Vol. 7
No. 1, UIN Syarif
Hidayatullah,
Jakarta 2017.
Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
perusahaan asuransi yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Teknik analisis
yang digunakan adalah
analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel price book
value, rasio beban klaim,
rasio pertumbuhan premi dan
total assets turnover tidak
berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian saham.
Sedangkan return on equity
berpengaruh positif signifikan
terhadap tingkat
pengembalian saham dan debt
on assets ratio serta net profit
margin berpengaruh negatif
signifikan.
Perbedaan dengan
penelitian yang
dilakukan penulis
adalah sampel yang
digunakan. Peneltian ini
menggunakan
perusahaan yang
melakukan aktivitas
korporasi stock split dan
pernah tergabung dalam
Jakarta Islamic Index
(JII) serta konsisten
tergabung dalam Indeks
Saham Syariah
Indonesia (ISSI).
Terkait hasil penelitian,
variabel total assets
turnover (TATO) dalam
penelitian ini memiliki
pengaruh negatif
signifikan terhadap
return saham.
4 Ajeng Ika Ariyanti/
Pengaruh CR,
TATO, NPM dan
ROA terhadap
Return Saham/
Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen
Vol. 5 No.4 Sekolah
Tinggi Ilmu
Metode pengambilan sampel
menggunakan metode
purposive sampling, yaitu
perusahaan makanan dan
minuman. Variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu
return saham, sedangkan
variabel independen yang
digunakan adalah current
Kriteria perusahaan
yang digunakan sebagai
sampel dalam penelitian
ini adalah perusahaan
yang melakukan
aktivitas korporasi stock
split dan pernah
tergabung dalam
Jakarta Islamic Index
55
Ekonomi Indonesia,
Surabaya 2016.
ratio, total assets turnover,
net profit margin dan return
on assets. Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan
bahwa net profit margin dan
return on assets berpengaruh
signifikan terhadap return
saham, sedangkan current
ratio dan total assets turnover
berpengaruh tidak signifikan
terhadap return saham.
serta konsisten
tergabung dalam Indeks
Saham Syariah
Indonesia. Pada
penelitian ini variabel
total assets turnover
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
return saham.
5 Najmiyah, Edy
Sujana dan Ni
Kadek Sinarwati/
Pengaruh Price to
Book Value (PBV),
Price Earning Ratio
(PER) dan Debt to
Equity Ratio (DER)
terhadap Return
Saham pada Industri
Real Estate dan
Property yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2009-2013/
Jurnal Ilmiah
Mahasiswa
Akuntansi S1 Vol.2
No. 1 Universtitas
Pendidikan
Ganesha, 2014.
Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan industri real
estate dan property yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009
sampai 2013. Teknik analisis
yang digunakan adalah
analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Price to
Book Value (PBV) dan Debt
to Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Sedangkan Price Earning
Ratio (PER) berpengaruh
signifikan.
Industri perusahaan
sampel penelitian ini
berbeda-beda yaitu
aneka industri, industri
barang konsumsi,
properti real estate dana
konstruksi bangunan,
perdagangan jasa dan
investasi, serta
infrastruktur utilitas dan
transportasi. Periode
penelitian yang
digunakan adalah tahun
2012 sampai tahun
2016. Selain
menggunakan price
earning ratio, rasio lain
juga digunakan seperti
return on assets, total
assets turnover dan
earning per share.
6 Putu Eka Dianita
Marvilianti Dewi/
Pengaruh Rasio
Likuiditas,
Profitabilitas,
Solvabilitas,
Aktivitas dan
Penilaian Pasar
terhadap Return
Saham/ Jurnal
Current Ratio (CR) mewakili
rasio likuiditas, Return On
Assets (ROA) mewakili rasio
profitabilitas, Debt to Equity
Ratio (DER) mewakili rasio
solvabilitas, Total Assets
Turnover (TATO) mewakili
rasio aktivitas dan Price
Earning Ratio (PER)
mewakili penilaian pasar.
Pada penelitian ini
Return On Assets
mewakili rasio
profitabilitas, Total
Assets Turnover
mewakili rasio
aktivitas, Earning Per
Share dan Price
Earning Ratio mewakili
rasio pasar. Hasil dari
56
Ilmiah Akuntansi
Vol. 1 No. 2
Universitas
Pendidikan
Ganesha, Bali 2016.
Sampel yang digunakan
adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2011-2015. Teknik
analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini
adalah variabel likuiditas,
profitabilitas, aktivitas dan
penilaian pasar berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap return saham,
sedangkan variabel
solvabilitas berpengaruh
negatif signifikan.
penelitian ini adalah
Rasio profitabilitas dan
rasio pasar (PER)
memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap return saham.
Rasio aktivitas
berpengaruh negatif
signifikan dan rasio
pasar (EPS) tidak
berpengaruh signifikan.
G. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Return On Asset dengan Return Saham
Meningkatnya ROA berarti di sisi lain juga meningkatkan nilai
pendapatan bersih yang berarti meningkatkan nilai penjualan. Perusahaan
yang penjualannya meningkat akan mendorong terjadinya peningkatan laba
yang menunjukkan operasional perusahaan sehat dan baik. Hal ini akan
disukai oleh para investor. Investor yang rasional tentu saja akan memilih
investasi pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi, sehingga akan
mendorong peningkatan harga saham yang pada akhirnya akan mendorong
peningkatan return saham yang akan diterima investor. Sehingga dapat
disimpulkan jika return on asset (ROA) naik, maka return saham juga akan
naik. Penyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Ajeng Ika
57
Ariyanti53
bahwa return on asset (ROA) berpengaruh positif terhadap return
saham. Sedangkan menurut kasmir54
, semakin kecil (rendah) rasio ini
semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Perusahaan yang mampu
menghasilkan laba yang tinggi akan menarik minat investor untuk
melakukan investasi maka hara saham perusahaan akan meningkat dan
mengakibatkan return saham dari perusahaan tersebut ikut meningkat.
2. Hubungan Total Asset Turnover dengan Return Saham
Total Asset Turnover merupakan rasio untuk mengatur tingkat
efisiensi perusahaan dalam penggunaa seluruh aset untuk menghasilkan
penjualan. TATO diperoleh dengan cara membandingkan antara penjualan
dengan total aset perusahaan. TATO yang tinggi mengindikasikan bahwa
manajemen perusahaan dapat mendayagunakan seluruh aktiva yang
dimillikinya untuk mendatangkan revenue bagi perusahaan dan hal ini pada
gilirannya dianggap dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan
demikian, TATO yang tinggi berpotensi menarik investor untuk terus
berinvestasi di perusahaan tersebut dan akan meningkatkan nilai saham
tersebut. Menurut Risca Yuliana Thrisye55
, TATO yang tinggi menunjukkan
53
Ajeng Ika Ariyanti, ”Pengaruh CR, TATO, NPM dan ROA terhadap Return Saham,”
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 5 No. 4 (April 2016): h. 14. 54
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), h. 202.
55
Risca Yuliana Thrisye dan Nicodemus Simu, “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Return Saham BUMN Sektor Pertambangan Periode 2007-2010,” Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis,
Vol. 8 No. 2 (Juli 2013): h. 80.
58
efisiensi suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dan
menunjukkan semakin besar penjualan yang dihasilkan, yang kemudian
berdampak positif pada harga saham.
3. Hubungan Earning Per Share dengan Return Saham
EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap
lembar saham. Semakin besar nilai EPS, semakin besar keuntungan atau
return yang diterima pemegang saham. Menurut Basuki Toto Rahmanto56
,
Nilai EPS mencerminkan informasi mengenai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa yang akan datang yang pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Sehingga semakin
besar EPS maka akan berdampak pada keuntungan (return) yang semakin
tinggi bagi pemegang saham.
4. Hubungan Price Earning Ratio dengan Return Saham
Menurut Sri Zuliarni57
, perusahaan yang mempunyai PER tinggi
menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang
tinggi. Karena perusahaan tidak mendistribusikan seluruh laba kapada
pemegang saham. Jika perusahaan mendapat laba, laba tersebut dapat
digunakan untuk investasi perusahaan atau mendistribusikannya kepada
56
Basuki Toto Rahmanto dan Suherman, “Pengaruh ROA, EPS, Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan dan Prosentase Penawaran Saham terhadap Initial Return Penawaran Umum Perdana,”
Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Vol. 1 No. 1 (Agustus 2014): h. 58. 57
Sri Zuliarni, “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Mining
and Mining Service di Bursa Efek Indonesia (BEI),” Jurnal Aplikasi Bisnis, Vol. 3 No. 1 (Oktober
2012): h. 40.
59
pemegang saham dalam bentuk dividen. Saham yang PER nya rendah
diasumsikan bahwa laba seluruhnya dibagikan dalam bentuk dividen.
Karena PER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, maka semakin tinggi
PER akan semakin tinggi pula minat investor dalam menanamkan modal di
perusahaan tersebut, sehingga harga saham perusahaan tersebut akan ikut
naik dan laba per saham juga akan meningkat.
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
dipublikasikan secara resmi oleh beberapa pihak. Sumber data penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Daftar saham yang masuk dalam perhitungan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) periode 2012-2016, berdasarkan pengumuman Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada situs resminya www.idx.co.id.
b. Daftar saham yang masuk dalam penghitungan Jakarta Islamic Index (JII)
periode 2012-2016, berdasarkan pengumuman Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada situs resminya www.idx.co.id.
c. Daftar perusahaan yang melakukan aktivitas korporasi berupa stock split
periode 2012-2016, berdasarkan daftar yang dipublikasikan oleh Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada situs resminya www.ksei.co.id.
d. Data yang digunakan dalam perhitungan rasio keuangan dan return saham
bersumber dari laporan keuangan perusahaan dan ringkasan kinerja
perusahaan per triwulan periode 2012-2016 yang dipublikasikan oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada situs resminya www.idx.co.id.
61
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif karena
penelitian ini menekankan pada pengujian teori melalui variabel penelitian yang
berupa angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistika dan
pemodelan matematis.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat adanya pengaruh Return
On Assets (ROA), Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan
Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham. Penelitian ini dilakukan pada
saham perusahaan yang tergabung dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan adalah data kinerja
keuangan per triwulan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Objek
penelitian adalah perusahaan yang melakukan aktivitas stock split, konsisten
terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selama periode penelitian
dan saham perusahaan pernah tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII).
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya53
. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun 2012-2016.
53 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 115.
62
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Teknik ini bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu54
. Sampel dipilih berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan berikut ini:
1. Perusahaan melakukan aktivitas stock split dalam periode penelitian.
2. Perusahaan tergabung secara konsisten dalam Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) selama periode penelitian 5 tahun berturut-turut.
3. Perusahaan pernah tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Tabel 3.1
Penentuan Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
perusahaan
1 Perusahaan melakukan aktivitas stock split dalam
periode penelitian 42
2 Perusahaan yang tidak terdaftar secara konsisten
dalam ISSI selama periode penelitian 5 tahun
berturut-turut
(18)
3 Perusahaan yang tidak pernah tergabung dalam
Jakarta Islamic Index (JII) (18)
Sampel penelitian tahun 2012-2016* 6
* Data akan diolah tiap perusahaan, dengan menggunakan laporan keuangan
triwulan
54
Ida Bagoes Mantra dan Kasto, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1989), h. 155.
63
Tabel 3.2
Sampel Perusahaan dan Tanggal Stock Split
Tabel 3.3
Sektor dan Subsektor Perusahaan
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan
dan ringkasan kinerja perusahaan yang tergabung dalam Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode:
1. Studi dokumentasi, yaitu dengan cara pengumpulan data-data yang
berhubungan dengan harga saham dan kinerja keuangan perusahaan
No. Simbol Perusahaan Tanggal Stock Split
1 ASII PT. Astra International Tbk. 4 Juni 2012
2 ICBP PT. Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk. 26 Juli 2016
3 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. 5 Oktober 2012
4 PWON PT. Pakuwon Jati Tbk. 29 Maret 2012
5 SCMA PT. Surya Citra Media Tbk. 25 Oktober 2012
6 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk. 27 Agustus 2013
No. Simbol Sektor Subsektor
1 ASII Aneka industri Mesin dan alat berat
2 ICBP Industri barang konsumsi Makanan dan minuman
3 KLBF Industri barang konsumsi Farmasi
4 PWON Properti, real estate dan
konstruksi bangunan
Properti dan real estate
5 SCMA Perdagangan, jasa dan investasi Periklanan, percetakan
dan media
6 TLKM Infrastruktur, utilitas dan
transportasi
Telekomunikasi
64
2. Studi pustaka, yaitu dengan cara mempelajari dan memperdalam literatur
yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Peneliti menggunakan aplikasi pengolahan data statistik
EViews untuk membantu proses analisis data.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi terhadap data yang diperoleh
dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk
mendeteksi apakah data dalam penelitian ini terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Berikut ini ada beberapa uji asumsi klasik yang biasa
digunakan:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak55
. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual
terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati rata-ratanya. Nilai
residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan
55 Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi Dengan SPSS (Yogyakarta: ANDI,
2011), h. 69.
65
dengan bentuk kurva akan membentuk seperti lonceng (bell-sharped
curve) yang kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga.
Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena
distribusi data yang dianalisis tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem
pada data yang diambil. Nilai ekstrem ini dapat terjadi karena adanya
kesalahan dalam pengambilan sampel, bahkan karena kesalahan dalam
melakukan input data atau memang karena karakteristik data tersebut
sangat jauh dari rata-rata. Dengan kata lain, data tersebut memang benar-
benar berbeda dibanding yang lain. Untuk mendeteksi apakah nilai
residual terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak, peneliti
menggunakan uji Jarque-Bera.
Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan koefisien keruncingan
(kurtosis) dan koefisien kemiringan (skewness). Uji ini dilakukan dengan
membandingkan statistik jarque-bera dengan nilai tabel chi-square (X2).
Jika nilai jarque-bera ≤ X2
tabel maka nilai residual terstandarisasi
dinyatakan berdistribusi normal atau nilainya lebih kecil dari 2. Selain
dengan melihat nilai jarque-bera, pengujian juga bisa dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas jarque-bera. Jika nilai probabilitas
66
jarque-bera lebih besar daripada nilai signifikansi yang digunakan (0,05),
maka data dinyatakan berdistribusi normal56
.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi diantara variabel bebas
atau tidak57
. Kondisi terjadinya multikolinier ditunjukkan dengan nilai R2
yang tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak signifikan dan
apabila koefisien korelasi antarvariabel independen rendah, maka tidak
terdapat multikolinearitas58
. beberapa penyebab timbulnya gejala
multikolinearitas adalah sebagai berikut:
a. Kebanyakan variabel ekonomi berubah sepanjang waktu. Besaran-
besaran ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama sehingga
jika satu faktor mempengaruhi variabel dependen maka seluruh
variabel cenderung berubah dalam satu arah (naik atau turun).
b. Adanya kendala dalam metode atau populasi yang menjadi sampel.
c. Adanya kesalahan spesifikasi model. Hal ini dapat terjadi karena
peneliti memasukkan variabel penjelas yang seharusnya dikeluarkan
dari model atau dapat juga terjadi karena peneliti mengeluarkan
variabel penjelas yang seharusnya dimasukkan dalam model.
56
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2015), h. 5.41.
57
Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi Dengan SPSS (Yogyakarta: ANDI,
2011), h. 81. 58
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2015), h. 5.1.
67
Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan
melihat nilai korelasi antar variabel independen atau biasa disebut dengan
korelasi parsial. Jika nilai korelasi < 0,90 maka dapat dikatakan model
regresi tidak ada masalah multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain, jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas59
.
Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada model
regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan
homoskedastisitas60
. Masalah heteroskedastisitas sering terjadi pada
penelitian yang menggunakan data cross section.
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji White.
Uji ini menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen dan
variabel independennya terdiri atas variabel independen yang sudah ada
59 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang: Badan
Penerbitan Universitas Diponegoro, 2005), h. 125.
60
Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi Dengan SPSS (Yogyakarta: ANDI,
2011), h. 95.
68
ditambah dengan kuadrat variabel independen ditambah lagi dengan
perkalian dua variabel independen. Data dikatakan bersifat
heteroskedastisitas jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih kecil dari
nilai signifikansi (0,05)61
.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data
yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa
sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun
demikian, tetap memungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang
bersifat antarobjek62
.
Uji autokorelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
Lagrange Multiplier (uji LM). Dasar pengambilan keputusan pada uji ini
adalah dengan melihat nilai probabilitas Obs*R-squared. Data dinyatakan
terbebas dari autokorelasi jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai
signifikansi.
61
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2015), h. 5.17. 62
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2015), h. 5.29.
69
2. Persamaan Model Regresi
Penelitian regresi dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Persamaan model regresi penelitian
ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
Keterangan:
β0 = Konstanta model regresi
β1 – β4 = Koefisien regresi
R = Return saham perusahaan
ROE = Return On Equity pada unit observasi
TATO = Total Assets Turnover pada unit observasi
EPS = Earning Per Share pada unit observasi
PER = Price Earning Ratio pada unit observasi
ε = Komponen error pada unit observasi
3. Pengujian Regresi Berganda
Untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel independen (X) kepada
variabel dependen (Y), maka dilakukan uji regresi data panel yang terdiri
dari:
Yit = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε
R = β0 + β1ROA + β2TATO + β3EPS + β4PER + ε
70
a. Uji F
Uji f digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis untuk uji f yaitu:
H0 = b1 b2 b3 b4 b5 b6 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada
pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen.
H1 = b1 b2 b3 b4 b5 b6 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada
pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen.
Kriteria penerimaan H0 adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan perbandingan f hitung dengan f tabel
Untuk menentukan nilai f tabel dengan tingkat signifikansi
sebesar 5%, dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df1 = (k-
1) dan df2 = (n-k), dimana n adalah jumlah observasi, k adalah
jumlah variabel independen. Kriteria uji yang digunakan adalah:
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak
2) Berdasarkan probabilitas
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
71
b. Uji T
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas / independen secara parsial dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 = bi = 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
H1 = bi ≠ 0, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai t hitungdapat dicari dengan rumus:
Kriteria penerimaan H0 adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel
Untuk menentukan nilai statistik t tabel ditentukan tingkat
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k), dimana n
adalah jumlah observasi (elemen sampel), dan k adalah banyaknya
perkiraan yang harus dibuat atau banyaknya variabel independen,
dengan kriteria uji adalah:
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima
Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
t hitung =Koefisien regresi 𝑏𝑖
Standar deviasi 𝑏𝑖
72
2) Berdasarkan probabilitas
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
c. Koefisien Determinasi
Tabel 3.4
Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi
Nilai R2 Hubungan
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat kontribusi
kemampuan menjelaskan dari variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel terikat, dimana nilai koefisiennya terletak antara 0 ≤ x ≤
1. Nilai R2 yang semakin besar mendekati nilai 1 merupakan indikator
yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan variabel independen
menjelaskan perubahan variabel dependen. Nilai adjusted R square
adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
penambahan suatu variabel independen kedalam suatu persamaan regresi.
Nilai adjusted R square telah dibebaskan dari pengaruh derajat kebebasan
(degree of freedom).
73
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan serangkaian proses atau gambaran
sistematis dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut lalu
menginterpretasikan hasil data yang telah diolah.
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran
Sampel Perusahaan
Y
Return
X1
Retun On
Assets
X3
Earning Per
Share
X4
Price Earning
Ratio
X2
Total Assets
Turnover
Pengujian Asumsi Klasik
Normalitas
Multikolinearitas
Heteroskedastisitas
Autokorelasi
Pengujian Regresi Berganda
Uji F
Uji T
Koefisien
Determinasi
Persamaan Model Regresi
Kesimpulan
74
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Variabel Return On Assets (ROA)
H0 : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan variabel return on assets
terhadap return saham
H1 : Terdapat pengaruh secara signifikan variabel return on assets terhadap
return saham
2. Variabel Total Assets Turnover (TATO)
H0 : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan variabel total assets
turnover terhadap return saham
H1 : Terdapat pengaruh secara signifikan variabel total assets turnover
terhadap return saham
3. Variabel Earning Per Share (EPS)
H0 : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan variabel earning per share
terhadap return saham
H1 : Terdapat pengaruh secara signifikan variabel earning per share
terhadap return saham
4. Variabel Price Earning Ratio (PER)
H0 : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan variabel price earning ratio
terhadap return saham
H1 : Terdapat pengaruh secara signifikan variabel price earning ratio
terhadap return saham
75
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sedangkan sampel yang digunakan
menggunakan pemilihan atas kriteria khusus yang ditetapkan sebelumnya
pada bab 3. Kriteria tersebut yaitu sampel merupakan perusahaan yang
melakukan aktivitas korporasi stock split, tercatat dalam ISSI selama periode
penelitian dan pernah tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Periode penelitian ini adalah lima tahun terhitung dari tahun 2012
hingga tahun 2016. Setelah dilakukannya pemilihan sampel, terpilih 6
perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu PT.
Astra International Tbk., PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk., PT.
Kalbe Farma Tbk., PT. Pakuwon Jati Tbk., PT. Surya Citra Media Tbk. dan
PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk..
2. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu Return
saham perusahaan dan empat variabel independen yaitu Return On Assets
(ROA), Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan Price
Earning Ratio (PER).
76
a. Return
Pengembalian atas investasi yang dilakukan investor disebut
sebagai return. Nilai return yang besar menandakan adanya peningkatan
yang besar antara harga saham saat ini dengan harga saham pada periode
sebelumnya. Nilai return yang positif menunjukkan peningkatan harga
saham sedangkan nilai return yang negatif menunjukkan penurunan harga
saham.
Grafik 4.1
Nilai Return Perusahaan Tahun 2012-2016
Grafik 4.1 menggambarkan perubahan return saham perusahaan
tiap tahunnya dimana dibagi menjadi empat yaitu, triwulan I pada bulan
maret, triwulan II pada bulan juni, triwulan III pada bulan september dan
triwulan IV pada bulan desember. Terlihat pada grafik ini, semua saham
negatif pada triwulan I dan beberapa saham pada triwulan II tahun 2015.
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
2012 2013 2014 2015 2016
ASII
ICBP
KLBF
PWON
SCMA
TLKM
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
77
Sedangkan pada triwulan III pada tahun yang sama, return semua saham
kembali positif. Return negatif terbesar terjadi pada saham ASII pada
triwulan I tahun 2015 sebesar 20,12 persen diikuti saham PWON dan
SCMA sebesar 14,95 dan 14,58.
Grafik 4.2
Pergerakan Harga Penutupan Saham Perusahaan dan IHSG
IHSG sebagai cerminan pergerakan seluruh harga saham dibursa.
Semakin besar kapitalisasi pasar atau jumlah saham yang beredar dari
sebuah perusahaan maka kemungkinan IHSG mengikuti pola pergerakan
saham tersebut semakin besar, begitu pula sebaliknya. Saham ASII dan
TLKM memiliki kapitalisasi yang besar di bandingkan ke empat saham
lain pada grafik 4.2 yaitu 321 T dan 390 T sehingga dapat terlihat grafik
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
ASII
ICBP
KLBF
PWON
SCMA
TLKM
IHSG
Jan12 Jan13 Jan14 Jan15 Jan16
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
78
IHSG tidak jauh berbeda dengan pergerakan harga saham ASII dan
TLKM.
Harga saham ICBP bergerak naik dari tahun ke tahun, akan tetapi
pergerakan harga saham ICBP dan IHSG terlihat bersinggungan,
dikarenakan kapitalisasi pasar saham ICBP masih belum cukup untuk
menggerakkan IHSG yang merupakan gabungan seluruh harga saham di
bursa.
Tabel 4.1
Harga Tertinggi dan Harga Terendah Saham Perusahaan
Saham 2012 2013 2014 2015 2016
Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min
ASII 8050 6430 7950 6050 7725 6425 8575 5225 8275 6450
ICBP 3900 2550 6550 4000 6550 5000 7335 6150 9975 7225
KLBF 1060 700 1450 1090 1830 1405 1865 1320 1795 1300
PWON 280 188 420 250 515 307 550 331 720 448
SCMA 2250 1610 2900 2350 4110 2650 3650 2730 3350 2510
TLKM 1950 1370 2380 1940 2915 2215 3105 2615 4310 3250
Grafik 4.1 menunjukkan adanya return negatif yang besar pada
saham KLBF tahun 2015 sekitar 27,8%. Akan tetapi, tidak serta merta
saham KLBF tidak diperdagangkan sama sekali. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, grafik yang digunakan adalah grafik tahunan.
Oleh karena itu, transaksi saham akan terus berlangsung walaupun harga
sedang turun. Transaksi hanya bisa terjadi jika investor yang menjual dan
investor yang membeli saham sepakat dengan harga saham. Ketika harga
saham turun, investor yang membeli saham memiliki harapan harga
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
79
saham akan naik kembali, tentu saja harus didukung dengan analisa harga
saham dan perusahaan yang baik.
b. Return on Assets (ROA)
Rasio return on assets mengukur keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan laba secara keseluruhan dengan membandingkan laba
bersih dengan total aset. Semakin tinggi nilai ROA sebuah perusahaan
maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya.
Nilai ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang
digunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu menghasilkan
keuntungan atau laba. Sebaliknya, nilai ROA yang negatif menunjukkan
perusahaan tidak mampu menghasilkan laba atau mengalami kerugian.
Grafik 4.3
Nilai ROA Perusahaan Tahun 2012-2016
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
2012 2013 2014 2015 2016
ASII
ICBP
KLBF
PWON
SCMA
TLKM
80
Berdasarkan grafik 4.3, saham SCMA memiliki nilai ROA yang
sangat tinggi jika dibandingkan dengan kelima saham yang lain. SCMA
mampu menghasilkan laba bersih lebih dari 30% jika dibandingkan
dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sepanjang periode
penelitian yaitu tahun 2012 sampai tahun 2016, nilai ROA SCMA diatas
angka 30. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara
konsisten seperti ini, merupakan tolak ukur investor untuk berinvestasi
dalam jangka yang panjang.
c. Total Assets Turnover (TATO)
Rasio total assets turnover membandingkan antara penjualan
dengan total aktiva untuk melihat tingkat efisiensi pengunaan keseluruhan
aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar nilai
TATO mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan dapat
mendayagunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan. Semakin besar maka semakin efektif
pendayagunaan aktiva sehingga dianggap dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan.
81
Grafik 4.4
Nilai TATO Perusahaan Tahun 2012-2016
Saham KLBF memiliki nilai TATO yang paling tinggi, sebaliknya
saham PWON memiliki nilai TATO terendah. Akan tetapi, nilai TATO
saham KLBF tidak cocok untuk dibandingkan dengan saham PWON
dikarenakan sektor industri kedua perusahaan berbeda. Niali TATO
saham KLBF bisa dibandingkan dengan saham ICBP yang memiliki
sektor yang sama. Kedua saham memiliki nilai TATO diatas nilai 1 yang
berarti penjualan lebih besar dari total aktiva yang dimiliki perusahaan.
Nilai penjualan berdampak pada nilai laba yang menjadi cermininan
keuntungan perusahan.
d. Earning Per Share (EPS)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
keuntungan yang diperoleh investor per lembar saham yang mereka
(Sumber : BEI, data diolah dari Laporan Keuangan Perusahaan)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
2012 2013 2014 2015 2016
ASII
ICBP
KLBF
PWON
SCMA
TLKM
82
miliki. Nilai EPS merupakan perbandingan antara laba bersih yang
dihasilkan dengan jumlah lembar saham perusahaan yang beredar. Rasio
EPS sebagai alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya dan juga untuk membandingkan
laba perusahaan dari waktu ke waktu jika terjadi perubahan dalam
struktur modal. Nilai EPS sebagai cerminan potensi laba yang akan
diterima investor serta menampilkan tingkat pertumbuhan jika
dibandingkan dengan nilai EPS pada periode sebelumnya.
Grafik 4.5
Nilai EPS Perusahaan Tahun 2012-2016
Berdasarkan grafik 4.5, saham ASII memiliki nilia EPS yang tinggi
lebih dari 300 dan nilai tertinggi pada tahun 2013 sebesar 480 yang
artinya tiap lembar saham perusahaan yang dimiliki, laba yang akan
dibagikan kepada investor sebesar Rp. 480. Saham PWON memiliki nilai
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
2012 2013 2014 2015 2016
ASII
ICBP
KLBF
PWON
SCMA
TLKM
83
EPS tertinggi pada tahun 2014 sebesar 52 yang artinya tiap lembar saham
perusahaan yang dimiliki, laba yang akan dibagikan kepada investor
sebesar Rp. 52.
e. Price Earning Ratio (PER)
Rasio price earning ratio menghubungkan antara harga saham
dengan laba per lembar saham atau earning per share (EPS). PER sebagai
cerminan bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang
dicerminkan dengan EPS atau dengan kata lain tingginya nilai PER
perusahaan menunjukkan harapan pasar akan pertumbuhan laba
perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan dengan peluang tingkat
pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi,
demikian pula sebaliknya. PER tidak berarti apabila perusahaan
mempunyai laba yang sangat rendah atau bahkan negatif. PER merupakan
bagian dari rasio pasar dimana sudut pandang rasio ini lebih banyak dari
sudut pandang investor
84
Grafik 4.6
Nilai PER Perusahaan Tahun 2012-2016
Saham ASII memiliki nilai EPS tertinggi dibandingkan dengan
kelima saham lain dapat dilihat pada grafik 4.5. Akan tetapi, jika melihat
nilai PER perusahaan, KLBF dan SCMA memiliki nilai PER yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ASII. Pada tahun 2014 nilai PER saham
KLBF berada pada nilai tertinggi yaitu 41,5 yang artinya harga pasar
saham KLBF di nilai 41,5 kali lipat terhadap laba per lembar saham
perusahaan. Nilai PER merupakan cerminan harapan investor terhadap
prospek return perusahaan kedepannya.
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
2012 2013 2014 2015 2016
ASII
ICBP
KLBF
PWON
SCMA
TLKM
85
B. Pengujian Asumsi Klasik
Karena penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda maka
permasalahan yang mungkin terjadi pada model ini tidak terlepas dari
pelanggaran asumsi yaitu Normalitas, Multikolinearitas, Heterokedastisitas dan
Autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas yaitu
dengan melihat nilai Jarque-Bera dan probabilitasnya. Hipotesis untuk uji
normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : Data tidak terdisitribusi normal
H1 : Data terdisitribusi normal
Nilai Jarque-Bera
Jika nilai JB > nilai Chi-Squre, maka H0 diterima
Jika nilai JB < nilai Chi-Squre, maka H0 ditolak
Probabilitas JB
Jika probabilitas < signifikansi (0,05), maka H0 diterima
Jika probabilitas > signifikansi (0,05), maka H0 ditolak
86
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
Saham Perusahaan Nilai Jarque-Bera Probabilitas
ASII 0.12 0.94
ICBP 1.32 0.52
KLBF 1.39 0.50
PWON 0.16 0.92
SCMA 1.36 0.50
TLKM 1.21 0.55
a. Data saham PT. Astra International Tbk. (ASII)
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.2, nilai JB sebesar 0,12
lebih kecil dari nilai Chi-Square (α,df; 0,05,19) yaitu 30,14. Oleh karena
itu H0 ditolak. Hasil pengujian juga bisa dilihat menggunakan probabilitas
jarque-bera. Probabilitas pada uji normalitas sebesar 0,94 lebih besar dari
signifikansi 0,05. Oleh karena itu H0 ditolak, dengan begitu data
terdisitribusi normal.
b. Data saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
Nilai JB sebesar 1,32 lebih kecil dari nilai Chi-Square (α,df; 0,05,19)
yaitu 30,14. Probabilitas sebesar 0,52 lebih besar dari signifikansi 0,05.
Oleh karena itu H0 ditolak, dengan begitu data terdisitribusi normal.
c. Data saham PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Nilai JB sebesar 1,39 lebih kecil dari nilai Chi-Square (α,df; 0,05,19)
yaitu 30,14. Probabilitas sebesar 0,50 lebih besar dari signifikansi 0,05.
Oleh karena itu H0 ditolak, dengan begitu data terdisitribusi normal.
(Sumber : Output Eviews)
87
d. Data saham PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Nilai JB sebesar 0,16 lebih kecil dari nilai Chi-Square (α,df; 0,05,19)
yaitu 30,14. Probabilitas sebesar 0,92 lebih besar dari signifikansi 0,05.
Oleh karena itu H0 ditolak, dengan begitu data terdisitribusi normal.
e. Data saham PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
Nilai JB sebesar 1,36 lebih kecil dari nilai Chi-Square (α,df; 0,05,19)
yaitu 30,14. Probabilitas sebesar 0,50 lebih besar dari signifikansi 0,05.
Oleh karena itu H0 ditolak, dengan begitu data terdisitribusi normal.
f. Data saham PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
Nilai JB sebesar 1,21 lebih kecil dari nilai Chi-Square (α,df; 0,05,19)
yaitu 30,14. Probabilitas sebesar 0,55 lebih besar dari signifikansi 0,05.
Oleh karena itu H0 ditolak, dengan begitu data terdisitribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Dasar pengambilan keputusan pada uji multikolinearitas adalah dengan
melihat nilai korelasi antar variabel independen. Hipotesis untuk uji
multikolinearitas adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terjadi multikolinearitas
H1 : Terjadi multikolinearitas
Jika nilai korelasi < 0,90, maka H0 diterima
Jika nilai korelasi > 0,90, maka H0 ditolak
88
a. Data saham PT. Astra International Tbk. (ASII)
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas - ASII
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.852290 0.879850 -0.755799
TATO 0.852290 1.000000 0.669336 -0.598885
EPS 0.879850 0.669336 1.000000 -0.866089 PER -0.755799 -0.598885 -0.866089 1.000000
Berdasarkan output pada tabel 4.3 diketahui bahwa nilai korelasi
semua variabel yang diuji lebih kecil dari 0,90 sehingga H0 diterima maka
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
b. Data saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas - ICBP
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.726164 0.492795 -0.767870
TATO 0.726164 1.000000 0.186388 -0.758928
EPS 0.492795 0.186388 1.000000 -0.154414 PER -0.767870 -0.758928 -0.154414 1.000000
Berdasarkan output pada tabel 4.4 diketahui bahwa nilai korelasi
semua variabel yang diuji lebih kecil dari 0,90 sehingga H0 diterima maka
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
(Sumber : Output Eviews)
(Sumber : Output Eviews)
89
c. Data saham PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas - KLBF
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.814942 -0.140745 -0.526254
TATO 0.814942 1.000000 -0.197823 -0.353712
EPS -0.140745 -0.197823 1.000000 0.257871 PER -0.526254 -0.353712 0.257871 1.000000
Berdasarkan output pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai korelasi
semua variabel yang diuji lebih kecil dari 0,90 sehingga H0 diterima maka
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
d. Data saham PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas - PWON
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.515155 0.780874 -0.594260
TATO 0.515155 1.000000 -0.069838 -0.402875
EPS 0.780874 -0.069838 1.000000 -0.446671 PER -0.594260 -0.402875 -0.446671 1.000000
Berdasarkan output pada tabel 4.6 diketahui bahwa nilai korelasi
semua variabel yang diuji lebih kecil dari 0,90 sehingga H0 diterima maka
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
(Sumber : Output Eviews)
(Sumber : Output Eviews)
90
e. Data saham PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas - SCMA
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.805552 0.685723 -0.483299
TATO 0.805552 1.000000 0.352389 -0.067528
EPS 0.685723 0.352389 1.000000 -0.486933 PER -0.483299 -0.067528 -0.486933 1.000000
Berdasarkan output pada tabel 4.7 diketahui bahwa nilai korelasi
semua variabel yang diuji lebih kecil dari 0,90 sehingga H0 diterima maka
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
f. Data saham PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas - TLKM
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.624346 0.217990 -0.573644
TATO 0.624346 1.000000 -0.379277 -0.541910
EPS 0.217990 -0.379277 1.000000 0.423883 PER -0.573644 -0.541910 0.423883 1.000000
Berdasarkan output pada tabel 4.8 diketahui bahwa nilai korelasi
semua variabel yang diuji lebih kecil dari 0,90 sehingga H0 diterima maka
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
3. Uji Heterokedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat melalui uji white. Dasar
pengambilan keputusan pada uji white adalah dengan melihat nilai
(Sumber : Output Eviews)
(Sumber : Output Eviews)
91
probabilitas Obs*R-squared pada hasil uji white. Hipotesis untuk uji
heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terjadi heteroskedastisitas
H1 : Terjadi heteroskedastisitas
Jika probabilitas < signifikansi (0,05), maka H0 diterima
Jika probabilitas > signifikansi (0,05), maka H0 ditolak
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Saham Perusahaan Nilai Obs*R-squared Probabilitas
ASII 9.95 0.76
ICBP 19.28 0.15
KLBF 15.09 0.37
PWON 15.33 0.35
SCMA 14.98 0.37
TLKM 10.47 0.72
a. Data saham PT. Astra International Tbk. (ASII)
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.9, nilai
probabilitas sebesar 0,76 lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
b. Data saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
Nilai probabilitas sebesar 0,15 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
(Sumber : Output Eviews)
92
c. Data saham PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Nilai probabilitas sebesar 0,37 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
d. Data saham PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Nilai probabilitas sebesar 0,35 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
e. Data saham PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
Nilai probabilitas sebesar 0,37 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
f. Data saham PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
Nilai probabilitas sebesar 0,72 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Metode pengujian yang sering di gunakan untuk menguji ada tidaknya
autokorelasi adalah dengan Uji LM. Dasar pengambilan keputusan pada uji
ini adalah dengan melihat nilai probabilitas Obs*R-squared. Hipotesis untuk
uji autokorelasi adalah sebagai berikut:
93
H0 : Tidak terjadi autokorelasi
H1 : Terjadi autokorelasi
Jika probabilitas > signifikansi (0,05), maka H0 diterima
Jika probabilitas < signifikansi (0,05), maka H0 ditolak
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Saham Perusahaan Nilai Obs*R-squared Probabilitas
ASII 1.78 0.41
ICBP 2.54 0.28
KLBF 2.00 0.36
PWON 1.36 0.50
SCMA 3.49 0.17
TLKM 2.94 0.22
a. Data saham PT. Astra International Tbk. (ASII)
Berdasarkan output pada tabel 4.10, diketahui nilai probabilitas
sebesar 0,41 lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
b. Data saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
Nilai probabilitas sebesar 0,28 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
c. Data saham PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Nilai probabilitas sebesar 0,36 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
(Sumber : Output Eviews)
94
d. Data saham PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Nilai probabilitas sebesar 0,50 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
e. Data saham PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
Nilai probabilitas sebesar 0,17 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
f. Data saham PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
Nilai probabilitas sebesar 0,22 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
C. Persamaan Model Regresi Tiap Perusahaan
Persamaan model regresi perusahaan dengan kode saham ASII, ICBP,
KLBF, PWON, SCMA dan TLKM adalah sebagai berikut:
a. Persamaan model regresi saham PT. Astra International Tbk. (ASII)
Konstansta sebesar 65,75 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) adalah nol, maka return
saham perusahaan adalah sebesar 65,75 persen.
Koefisien regresi sebesar – 2,28 menunjukkan bahwa jika nilai ROA
naik sebesar 1 persen maka akan menurunkan return saham
perusahaan sebesar 2,28 persen.
R ASII = 65,75 – 2,28 ROA + 24,02 TATO
– 0,05 EPS – 2.47 PER + ε
95
Koefisien regresi sebesar 24,02 menunjukkan bahwa jika nilai TATO
naik sebesar 1 kali maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 24,02 persen.
Koefisien regresi sebesar – 0,05 menunjukkan bahwa jika nilai EPS
naik sebesar 1 rupiah maka akan menurunkan return saham
perusahaan sebesar 0,05 persen.
Koefisien regresi sebesar – 2,47 menunjukkan bahwa jika nilai PER
naik sebesar 1 kali maka akan menurunkan return saham perusahaan
sebesar 2,47 persen.
b. Persamaan model regresi saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
(ICBP)
Konstansta sebesar – 3,17 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) adalah nol, maka return
saham perusahaan adalah sebesar – 3,17 persen.
Koefisien regresi sebesar 0,64 menunjukkan bahwa jika nilai ROA
naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 0,64 persen.
R ICBP = – 3,17 + 0,64 ROA + 14,21 TATO
– 0,08 EPS + 0,04 PER + ε
96
Koefisien regresi sebesar 14,21 menunjukkan bahwa jika nilai TATO
naik sebesar 1 kali maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 14,21 persen.
Koefisien regresi sebesar – 0,08 menunjukkan bahwa jika nilai EPS
naik sebesar 1 rupiah maka akan menurunkan return saham
perusahaan sebesar 0,08 persen.
Koefisien regresi sebesar 0,04 menunjukkan bahwa jika nilai PER
naik sebesar 1 kali maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 0,04 persen.
c. Persamaan model regresi saham PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Konstansta sebesar – 3,77 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) adalah nol, maka return
saham perusahaan adalah sebesar – 3,77 persen.
Koefisien regresi sebesar – 0,37 menunjukkan bahwa jika nilai ROA
naik sebesar 1 persen maka akan menurunkan return saham
perusahaan sebesar 0,37 persen.
Koefisien regresi sebesar 20,26 menunjukkan bahwa jika nilai TATO
naik sebesar 1 kali maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 20,26 persen.
R KLBF = – 3,77 – 0,37 ROA + 20,26 TATO
– 0,17 EPS – 0,23 PER + ε
97
Koefisien regresi sebesar – 0,17 menunjukkan bahwa jika nilai EPS
naik sebesar 1 rupiah maka akan menurunkan return saham
perusahaan sebesar 0,17 persen.
Koefisien regresi sebesar – 0,23 menunjukkan bahwa jika nilai PER
naik sebesar 1 kali maka akan menurunkan return saham perusahaan
sebesar 0,23 persen.
d. Persamaan model regresi saham PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Konstansta sebesar 18,28 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) adalah nol, maka return
saham perusahaan adalah sebesar 18,28 persen.
Koefisien regresi sebesar – 0,05 menunjukkan bahwa jika nilai ROA
naik sebesar 1 persen maka akan menurunkan return saham
perusahaan sebesar 0,05 persen.
Koefisien regresi sebesar 8,06 menunjukkan bahwa jika nilai TATO
naik sebesar 1 kali maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 8,06 persen.
Koefisien regresi sebesar – 0,18 menunjukkan bahwa jika nilai EPS
naik sebesar 1 rupiah maka akan menurunkan return saham
perusahaan sebesar 0,18 persen.
R PWON = 18,28 – 0,05 ROA + 8,06 TATO
– 0,18 EPS – 0,51 PER + ε
98
Koefisien regresi sebesar – 0,51 menunjukkan bahwa jika nilai PER
naik sebesar 1 kali maka akan menurunkan return saham perusahaan
sebesar 0,51 persen.
e. Persamaan model regresi saham PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
Konstansta sebesar 29,04 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) adalah nol, maka return
saham perusahaan adalah sebesar 29,04 persen.
Koefisien regresi sebesar – 0,90 menunjukkan bahwa jika nilai ROA
naik sebesar 1 persen maka akan menurunkan return saham
perusahaan sebesar 0,90 persen.
Koefisien regresi sebesar 23,76 menunjukkan bahwa jika nilai TATO
naik sebesar 1 kali maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 23,76 persen.
Koefisien regresi sebesar 0,01 menunjukkan bahwa jika nilai EPS
naik sebesar 1 rupiah maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 0,01 persen.
Koefisien regresi sebesar – 0,79 menunjukkan bahwa jika nilai PER
naik sebesar 1 kali maka akan menurunkan return saham perusahaan
sebesar 0,79 persen.
R SCMA = 29,04 – 0,90 ROA + 23,76 TATO
+ 0,01 EPS – 0,79 PER + ε
99
f. Persamaan model regresi saham PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Tbk. (TLKM)
Konstansta sebesar 29,50 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) adalah nol, maka return
saham perusahaan adalah sebesar 29,50 persen.
Koefisien regresi sebesar – 2,03 menunjukkan bahwa jika nilai ROA
naik sebesar 1 persen maka akan menurunkan return saham
perusahaan sebesar 2,03 persen.
Koefisien regresi sebesar 39,18 menunjukkan bahwa jika nilai TATO
naik sebesar 1 kali maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 39,18 persen.
Koefisien regresi sebesar 0,10 menunjukkan bahwa jika nilai EPS
naik sebesar 1 rupiah maka akan meningkatkan return saham
perusahaan sebesar 0,10 persen.
Koefisien regresi sebesar – 2,05 menunjukkan bahwa jika nilai PER
naik sebesar 1 kali maka akan menurunkan return saham perusahaan
sebesar 2,05 persen.
R TLKM = 29,50 – 2,03 ROA + 39,18 TATO
+ 0,10 EPS – 2,05 PER + ε
100
D. Pengujian Regresi Berganda
1. Uji F
Uji F pada penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan apakah
variabel independen atau variabel bebas mempunyai pengaruh secara
bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen atau variabel
terikat. Berikut adalah hasil dari uji F dari penelitian ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji F
Saham Perusahaan Nilai F-statistic Probabilitas
ASII 3.16 0.04
ICBP 1.96 0.15
KLBF 1.41 0.28
PWON 1.46 0.26
SCMA 1.68 0.20
TLKM 4.33 0.01
a. Data saham PT. Astra International Tbk. (ASII)
Berdasarkan tabel 4.11, nilai F hitung yaitu sebesar 3,16 sementara F
tabel dengan tingkat signifikansi 95% (α = 0,05), df1 (k-1) = df1 (3) dan df2
(n-k) = df2 (16), adalah sebesar 3,24. Dengan demikian F hitung lebih kecil
dari F tabel (3,16 < 3,24) akan tetapi nilai probabilitasnya sebesar 0,04
yang lebih kecil dari nilai α (0,04 < 0,05). Kesimpulan yang dapat ditarik
dari hasil ini adalah variabel independen (ROA, TATO, EPS dan PER)
berpengaruh secara simultan terhadap return saham perusahaan.
(Sumber : Output Eviews)
101
b. Data saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
Nilai F hitung yaitu sebesar 1,96 lebih kecil dari F tabel (3,16 <
3,24). Nilai probabilitasnya sebesar 0,15 yang lebih besar dari nilai α (0,15
> 0,05). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil ini adalah variabel
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) tidak berpengaruh secara
simultan terhadap return saham perusahaan.
c. Data saham PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Nilai F hitung yaitu sebesar 1,41 lebih kecil dari F tabel (1,41 <
3,24). Nilai probabilitasnya sebesar 0,28 yang lebih besar dari nilai α (0,28
> 0,05). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil ini adalah variabel
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) tidak berpengaruh secara
simultan terhadap return saham perusahaan.
d. Data saham PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Nilai F hitung yaitu sebesar 1,46 lebih kecil dari F tabel (1,46 <
3,24). Nilai probabilitasnya sebesar 0,26 yang lebih besar dari nilai α (0,26
> 0,05). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil ini adalah variabel
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) tidak berpengaruh secara
simultan terhadap return saham perusahaan.
e. Data saham PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
Nilai F hitung yaitu sebesar 1,68 lebih kecil dari F tabel (1,68 <
3,24). Nilai probabilitasnya sebesar 0,20 yang lebih besar dari nilai α (0,20
> 0,05). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil ini adalah variabel
102
independen (ROA, TATO, EPS dan PER) tidak berpengaruh secara
simultan terhadap return saham perusahaan.
f. Data saham PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
Nilai F hitung yaitu sebesar 4,33 lebih besar dari F tabel (4,33 > 3,24).
Nilai probabilitasnya sebesar 0,01 yang lebih kecil dari nilai α (0,01 < 0,05).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil ini adalah variabel independen
(ROA, TATO, EPS dan PER) berpengaruh secara simultan terhadap return
saham perusahaan.
2. Uji T
Uji T pada penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan apakah
variabel independen atau variabel bebas mempunyai pengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen atau variabel terikat. Berikut adalah hasil dari uji
T dari penelitian ini:
a. Data saham PT. Astra International Tbk. (ASII)
Tabel 4.12
Hasil Uji T - ASII
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 65.75740 34.23111 1.920983 0.0739
ROA -2.283280 1.539513 -1.483118 0.1587
TATO 24.02538 19.99790 1.201396 0.2482
EPS -0.054425 0.056336 -0.966077 0.3493
PER -2.472740 0.809133 -3.056035 0.0080
103
Variabel Return On Assets (ROA)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel return on assets
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,48, sementara nilai t tabel dengan
tingkat signifikansi 95% (α = 0,05), df = (n-k), df = 16, adalah sebesar
2,11, yang berarti nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (1,48 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,16 yang lebih
besar dari nilai α (0,16 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti ROA
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Total Assets Turnover (TATO)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel total assets turnover
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,20 lebih kecil dari t tabel (1,20 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,25 yang lebih
besar dari nilai α (0,25 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti TATO
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Earning Per Share (EPS)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel earning per share
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,97 lebih kecil dari t tabel (0,97 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,35 yang lebih
besar dari nilai α (0,35 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti EPS
104
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Price Earning Ratio (PER)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel price earning ratio
diperoleh nilai t hitung sebesar 3,05 lebih besar dari t tabel (3,05 > 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,008 yang lebih
kecil dari nilai α (0,008 < 0,05), sehingga H0 ditolak yang berarti PER
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan.
b. Data saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
Tabel 4.13
Hasil Uji T - ICBP
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.173573 48.83462 -0.064986 0.9490
ROA 0.642403 1.299393 0.494387 0.6282
TATO 14.21472 36.08548 0.393918 0.6992
EPS -0.083758 0.034355 -2.438037 0.0277
PER 0.042292 0.415894 0.101688 0.9204
Variabel Return On Assets (ROA)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel return on assets
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,49 lebih kecil dari t tabel (0,49 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,63 yang lebih
besar dari nilai α (0,63 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti ROA
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
105
Variabel Total Assets Turnover (TATO)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel total assets turnover
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,39 lebih kecil dari t tabel (0,39 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,70 yang lebih
besar dari nilai α (0,70 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti TATO
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Earning Per Share (EPS)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel earning per share
diperoleh nilai t hitung sebesar 2,44 lebih besar dari t tabel (2,44 > 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,03 yang lebih kecil
dari nilai α (0,03 < 0,05), sehingga H0 ditolak yang berarti EPS memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan.
Variabel Price Earning Ratio (PER)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel price earning ratio
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,10 lebih kecil dari t tabel (0,10 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,92 yang lebih
besar dari nilai α (0,92 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti PER
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
106
c. Data saham PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Tabel 4.14
Hasil Uji T - KLBF
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.775514 23.03079 -0.163933 0.8720
ROA -0.372186 1.219386 -0.305225 0.7644
TATO 20.26143 19.81877 1.022336 0.3228
EPS -0.176383 0.238003 -0.741097 0.4701
PER -0.232334 0.237332 -0.978941 0.3431
Variabel Return On Assets (ROA)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel return on assets
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,30 lebih kecil dari t tabel (0,30 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,76 yang lebih
besar dari nilai α (0,76 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti ROA
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Total Assets Turnover (TATO)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel total assets turnover
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,02 lebih kecil dari t tabel (1,02 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,32 yang lebih
besar dari nilai α (0,32 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti TATO
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
107
Variabel Earning Per Share (EPS)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel earning per share
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,74 lebih kecil dari t tabel (0,74 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,47 yang lebih
besar dari nilai α (0,47 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti EPS
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Price Earning Ratio (PER)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel price earning ratio
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,98 lebih kecil dari t tabel (0,98 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,34 yang lebih
besar dari nilai α (0,34 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti PER
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
d. Data saham PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Tabel 4.15
Hasil Uji T - PWON
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 18.28337 28.01857 0.652545 0.5239
ROA -0.052698 1.594402 -0.033052 0.9741
TATO 8.059126 106.0390 0.076002 0.9404
EPS -0.178336 0.422133 -0.422465 0.6787
PER -0.508400 0.250863 -2.026604 0.0609
108
Variabel Return On Assets (ROA)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel return on assets
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,03 lebih kecil dari t tabel (0,03 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,97 yang lebih
besar dari nilai α (0,97 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti ROA
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Total Assets Turnover (TATO)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel total assets turnover
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,08 lebih kecil dari t tabel (0,08 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,94 yang lebih
besar dari nilai α (0,94 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti TATO
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Earning Per Share (EPS)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel earning per share
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,42 lebih kecil dari t tabel (0,42 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,68 yang lebih
besar dari nilai α (0,68 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti EPS
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
109
Variabel Price Earning Ratio (PER)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel price earning ratio
diperoleh nilai t hitung sebesar 2,03 lebih kecil dari t tabel (2,03 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,06 yang lebih
besar dari nilai α (0,06 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti PER
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
e. Data saham PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
Tabel 4.16
Hasil Uji T - SCMA
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 29.04548 15.41069 1.884761 0.0790
ROA -0.900921 0.727246 -1.238812 0.2345
TATO 23.75603 23.66011 1.004054 0.3313
EPS 0.007134 0.125414 0.056883 0.9554
PER -0.793176 0.315223 -2.516237 0.0237
Variabel Return On Assets (ROA)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel return on assets
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,23 lebih kecil dari t tabel (1,23 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,23 yang lebih
besar dari nilai α (0,23 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti ROA
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
110
Variabel Total Assets Turnover (TATO)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel total assets turnover
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,00 lebih kecil dari t tabel (1,00 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,33 yang lebih
besar dari nilai α (0,33 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti TATO
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Earning Per Share (EPS)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel earning per share
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,06 lebih kecil dari t tabel (0,06 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,95 yang lebih
besar dari nilai α (0,95 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti EPS
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Price Earning Ratio (PER)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel price earning ratio
diperoleh nilai t hitung sebesar 2,51 lebih besar dari t tabel (2,51 > 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,02 yang lebih kecil
dari nilai α (0,02 < 0,05), sehingga H0 ditolak yang berarti PER
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan.
111
f. Data saham PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
Tabel 4.17
Hasil Uji T - TLKM
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 29.50179 32.88992 0.896986 0.3839
ROA -2.028286 1.890776 -1.072727 0.3003
TATO 39.18451 58.87137 0.665595 0.5158
EPS 0.098329 0.095663 1.027869 0.3203
PER -2.050843 0.647055 -3.169502 0.0063
Variabel Return On Assets (ROA)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel return on assets
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,07 lebih kecil dari t tabel (1,07 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,30 yang lebih
besar dari nilai α (0,30 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti ROA
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Total Assets Turnover (TATO)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel total assets turnover
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,66 lebih kecil dari t tabel (0,66 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,51 yang lebih
besar dari nilai α (0,51 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti TATO
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
112
Variabel Earning Per Share (EPS)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel earning per share
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,03 lebih kecil dari t tabel (1,03 < 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,32 yang lebih
besar dari nilai α (0,32 > 0,05), sehingga H0 diterima yang berarti EPS
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Variabel Price Earning Ratio (PER)
Hasil perhitungan uji secara parsial variabel price earning ratio
diperoleh nilai t hitung sebesar 3,17 lebih besar dari t tabel (3,17 > 2,11).
Kemudian dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0,006 yang lebih
kecil dari nilai α (0,006 < 0,05), sehingga H0 ditolak yang berarti PER
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan.
3. Koefisien Determinasi (R-Square)
Tabel 4.18
Koefisien Determinasi
Saham Perusahaan R-squared Adj. R-squared
ASII 0.46 0.31
ICBP 0.34 0.16
KLBF 0.27 0.08
PWON 0.28 0.08
SCMA 0.31 0.12
TLKM 0.53 0.41
(Sumber : Output Eviews)
113
a. Data saham PT. Astra International Tbk. (ASII)
Berdasarkan tabel 4.18, besarnya nilai Adjusted R-Squared adalah
0,31. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen adalah sebesar 31,24%, sedangkan 68,76%
sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam
penelitian ini.
b. Data saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
Besarnya nilai Adjusted R-Squared adalah 0,16. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sebesar 16,76%, sedangkan 83,24% sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
c. Data saham PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Besarnya nilai Adjusted R-Squared adalah 0,08. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sebesar 8,02%, sedangkan 91,98% sisanya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
d. Data saham PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Besarnya nilai Adjusted R-Squared adalah 0,08. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sebesar 8,82%, sedangkan 91,18% sisanya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
114
e. Data saham PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
Besarnya nilai Adjusted R-Squared adalah 0,12. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sebesar 12,58%, sedangkan 87,42% sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
f. Data saham PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
Besarnya nilai Adjusted R-Squared adalah 0,41. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sebesar 41,21%, sedangkan 58,79% sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
115
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dengan melakukan
pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengujian secara simultan variabel Return On Assets (ROA), Total Assets
Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio
(PER) terhadap variabel Return saham pada perusahaan:
PT. Astra International Tbk. (ASII) menghasilkan pengaruh yang
signifikan.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) tidak menghasilkan
pengaruh yang signifikan.
PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) tidak menghasilkan pengaruh yang
signifikan.
PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON) tidak menghasilkan pengaruh yang
signifikan.
PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA) tidak menghasilkan pengaruh yang
signifikan.
PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menghasilkan
pengaruh yang signifikan.
116
2. Pengujian secara parsial variabel Return On Assets (ROA), Total Assets
Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio
(PER) terhadap variabel Return saham pada perusahaan:
PT. Astra International Tbk. (ASII), variabel Price Earning Ratio (PER)
menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel Return saham,
sedangkan variabel Return On Assets (ROA), Total Assets Turnover
(TATO) dan Earning Per Share (EPS) tidak signifikan. Pengaruh yang
diberikan variabel Total Assets Turnover (TATO) terhadap variabel
Return saham perusahaan adalah positif, berbeda dengan variabel
Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning
Ratio (PER) yang memberikan pengaruh yang negatif.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), variabel Earning Per
Share (EPS) menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel
Return saham, sedangkan variabel Return On Assets (ROA), Total
Assets Turnover (TATO) dan Price Earning Ratio (PER) menghasilkan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel Return saham.
Pengaruh yang diberikan variabel Earning Per Share (EPS) terhadap
variabel Return saham perusahaan adalah negatif, berbeda dengan
variabel Return On Assets (ROA), Total Assets Turnover (TATO) dan
Price Earning Ratio (PER) yang memberikan pengaruh yang positif.
117
PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF), variabel Return On Assets (ROA), Total
Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning
Ratio (PER) menghasilkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
variabel Return saham. Pengaruh yang diberikan variabel Total Assets
Turnover (TATO) terhadap variabel Return saham perusahaan adalah
positif, berbeda dengan variabel Return On Assets (ROA), Earning Per
Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) yang memberikan
pengaruh yang negatif.
PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON), variabel Return On Assets (ROA),
Total Assets Turnover (TATO), Earning Per Share (EPS) dan Price
Earning Ratio (PER) menghasilkan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap variabel Return saham. Pengaruh yang diberikan variabel Total
Assets Turnover (TATO) terhadap variabel Return saham perusahaan
adalah positif, berbeda dengan variabel Return On Assets (ROA),
Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) yang
memberikan pengaruh yang negatif.
PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA), variabel Price Earning Ratio
(PER) menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel Return
saham, sedangkan variabel Return On Assets (ROA), Total Assets
Turnover (TATO) dan Earning Per Share (EPS) tidak signifikan.
Pengaruh yang diberikan variabel Total Assets Turnover (TATO) dan
118
Earning Per Share (EPS) terhadap variabel Return saham perusahaan
adalah positif, berbeda dengan variabel Return On Assets (ROA), dan
Price Earning Ratio (PER) yang memberikan pengaruh yang negatif.
PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), variabel Price
Earning Ratio (PER) menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Return saham, sedangkan variabel Return On Assets (ROA),
Total Assets Turnover (TATO) dan Earning Per Share (EPS) tidak
signifikan. Pengaruh yang diberikan variabel Total Assets Turnover
(TATO) dan Earning Per Share (EPS) terhadap variabel Return saham
perusahaan adalah positif, berbeda dengan variabel Return On Assets
(ROA), dan Price Earning Ratio (PER) yang memberikan pengaruh
yang negatif.
3. Nilai koefisien determinasi (R square) menunjukkan kontribusi pengaruh
variabel Return On Assets (ROA), Total Assets Turnover (TATO), Earning
Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) dalam menjelaskan
perubahan Return saham pada perusahaan:
PT. Astra International Tbk. (ASII) dengan nilai 0,31. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sebesar 31,24%, sedangkan 68,76% sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
119
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dengan nilai 0,16. Hal
ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen adalah sebesar 16,76%, sedangkan 83,24%
sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam
penelitian ini.
PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) dengan nilai 0,08. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sebesar 8,02%, sedangkan 91,98% sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON) dengan nilai 0,08. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sebesar 8,82%, sedangkan 91,18% sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA) dengan nilai 0,12. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sebesar 12,58%, sedangkan 87,42% sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian
ini.
PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan nilai
0,41. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 41,21%,
120
sedangkan 58,79% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan kedalam penelitian ini.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Bagi investor sebelum mengambil keputusan dalam berinvestasi sebaiknya
mempelajari terlebih dahulu informasi-informasi terkait kinerja perusahaan
yang akan di investasikan. Menurut penulis, informasi yang terdapat pada
laporan keuangan perlu ditelusuri lebih lanjut, seperti penyebab terjadinya
penurunan ataupun peningkatan agar dapat menghasilkan keputusan
investasi yang tepat.
2. Penelitian ini memiliki kekurangan dan keterbatasan yang dapat
dipertimbangkan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil
penelitian yang lebih baik. Pada penelitian ini, variabel Earning Per Share
(EPS) tidak signifikan terhadap perubahan Return saham perusahaan. Selain
itu, variabel Total Assets Turnover (TATO) dan Earning Per Share (EPS)
bernilai negatif. Menurut penulis, ada faktor lain yang mempengaruhi tiap
variabel hingga dapat merubah pengaruhnya, baik itu dari segi objek
maupun periode penelitian yang digunakan. Oleh karena itu, disarankan
untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan objek yang sama dengan
penelitian ini yaitu perusahaan yang melakukan stock split pada saham-
saham di dalam ISSI untuk memperbarui penelitian dengan menggunakan
121
periode yang lebih terkini yaitu diatas tahun 2016. Hal ini dikarenakan saat
penelitian ini dilakukan, data kinerja perusahaan masih belum tersedia untuk
tahun 2017, oleh karena itu penelitian dibatasi sampai tahun 2016. Selain itu,
variasi variabel yang digunakan bisa mengikuti penelitian ini agar penyebab
signifikan tidaknya dan pengaruh yang diberikan bisa lebih terjelaskan
ataupun variabel dapat disesuaikan agar hasil penelitian selanjutnya lebih
baik lagi.
122
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Ajeng Ika. “Pengaruh CR, TATO, NPM dan ROA terhadap Return
Saham.” Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 5 No.4.
Association of Chartered Certified Accountants (ACCA). Paper F9 Financial
Management. London: BPP Learning Media, 2009.
Baker, H. Kent dan Gallagher, Patricia L. “Management’s View of Stock splits.”
Financial management, Vol. 9 No. 2.
Brealey, Richard A. dkk. Fundamentals of Corporate Finance Third Edition.
Boston: McGraw-Hill, 2001.
Deitiana, Tita. “Pengaruh Rasio Keuangan Pertumbuhan Penjualan dan Dividen
Terhadap Harga Saham.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No.1.
Dianita, Putu Eka. “Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas,
Aktivitas dan Penilaian Pasar terhadap Return Saham.” Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Vol. 1 No. 2.
Divisi Edukasi Bursa Efek Indonesia. Buku Pedoman Sekolah Pasar Modal
Syariah Level 1. Jakarta: Bursa Efek Indonesia, 2014.
Fahmi, Irham. Pengantar Manajemen Keuangan : Teori dan Soal Jawab.
Bandung: Alfabeta, 2013.
Fama, Eugene F. dkk. “The Adjusment of Stock Prices to New Information.”
International Economic Review, Vol. 10 No. 1.
Fraser, Lyn M. dan Ormiston, Aileen. Memahami Laporan Keuangan, Edisi
Ketujuh. Indeks, 2008.
123
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, 2005.
Hamid, Abdul. Pasar Modal Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009.
Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers, 2010.
Harmono. Manajemen Keuangan : Berbasis Balance Scorecard. Jakarta: Bumi
Aksara, 2014.
Hery. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: Grasindo, 2015.
Horne, James C. Van dan Wachowicz, John M. Fundamentals of Financial
Management 13th
Edition. England: Pearson Education Limited, 2008.
Horne, James C. Van dan Wachowicz, John M. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Ihsan, Dwi Nur’aini. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Tangerang
Selatan: UIN Jakarta Press, 2013.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Kasmir. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana, 2010.
Larson, Kermit D. dkk. Principles of Financial Accounting Seventeenth Edition.
New York: McGraw-hill, 2005.
Litner, John. “Distribution of Incomes of Corporations Among Dividens, Retained
Earnings and Taxes.” The American Economic Review, Vol. 46 No. 2.
Manan, Abdul. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal
Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009.
124
Mantra, Ida Bagoes dan Kasto. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1989.
May, Ellen. Smart Traders Not Gamblers. Jakarta: Gramedia, 2011.
McNichols, Mauren dan Dravid, Ajay. “Stock Dividends, Stock splits and
Signaling.” The Journal of Finance, Vol. 45 No. 3.
Moeljadi. Manajemen Keuangan : Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Malang:
Bayumedia Publishing, 2006.
Murphy, John J. Technical Analysis of The Financial Market: A Comprehensive
Guide To Trading Methods And Applications. Paramus: New York Institute
of Financial, 1999.
Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Usman, Hardius. Ekonometrika. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
Najmiyah. dkk. “Pengaruh Price to Book Value (PBV), Price Earning Ratio
(PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham pada Industri
Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2013.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi S1, Vol.2 No. 1.
Nasarudin, M. Irsam. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana,
2008.
Rahmanto, Basuki Toto dan Suherman. “Pengaruh ROA, EPS, Ukuran
Perusahaan, Umur Perusahaan dan Prosentase Penawaran Saham terhadap
Initial Return Penawaran Umum Perdana.” Jurnal Bisnis dan Komunikasi,
Vol. 1 No. 1.
125
Rahmawati, Amalia. “Kinerja Keuangan dan Tingkat Pengembalian Saham: Studi
pada Perusahaan Asuransi di Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Bisnis dan
Manajemen, Vol. 7 No. 1.
Sugiarti. “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Return Saham (Studi
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 13 No. 2.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA, 2010.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi Dengan SPSS. Yogyakarta:
ANDI, 2011.
Thrisye, Risca Yuliana dan Nicodemus Simu. “Analisis Pengaruh Rasio
Keuangan terhadap Return Saham BUMN Sektor Pertambangan Periode
2007-2010.” Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 8 No. 2.
Widjaja, Gunawan dan Risnamanitis, Wulandari. Seri Pengetahuan Pasar Modal:
Go Public dan Go Private Di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015.
Wright, M. G. Manajemen Keuangan, terj. Djoerban Wachid. Yogyakarta:
Kanisius, 1976.
Zuliarni, Sri. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Mining And Mining Service Di Bursa Efek Indonesia (BEI).”
Jurnal Aplikasi Bisnis, Vol. 3 No.1.
Lampiran 1 126
Data Variabel Tiap Perusahaan
Return Saham (dalam bentuk persentase)
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
No. Triwulan Return
2012 2013 2014 2015 2016
1 I -3.99 -6.96 0.68 -20.12 -7.24
2 II 2.19 -7.14 6.19 -6.01 4.39
3 III 8.78 3.10 -3.90 12.92 -0.30
4 IV -3.29 -5.51 5.72 7.50 -3.93
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
No. Triwulan Return
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 3.67 19.27 -0.99 -10.05 0.49
2 II 14.78 -8.20 4.50 -1.40 -0.15
3 III 12.60 9.27 -2.64 6.45 -0.79
4 IV 2.56 7.84 10.69 7.24 -2.04
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
No. Triwulan Return
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 13.38 12.10 5.46 -3.75 -4.84
2 II 1.32 -0.69 2.41 4.18 9.48
3 III 3.19 10.17 0.29 4.00 1.46
4 IV 2.83 12.40 1.91 1.14 -4.29
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
No. Triwulan Return
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 0.00 5.19 0.57 -14.95 8.47
2 II 15.98 10.14 18.91 -3.49 5.69
3 III 3.70 8.77 11.39 28.70 6.67
4 IV 22.22 13.70 -3.11 -9.68 -0.88
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
Lampiran 1 127
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
No. Triwulan Return
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 5.59 0.90 -1.56 -14.58 1.91
2 II 8.95 -1.83 6.00 2.61 -4.24
3 III -11.36 -7.84 -11.63 6.75 -5.36
4 IV 5.56 0.95 -2.43 -12.90 0.71
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
No. Triwulan Return
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 21.43 6.36 2.26 -9.52 6.77
2 II 11.66 5.78 7.51 0.34 6.28
3 III 3.17 11.90 -5.66 1.32 -2.09
4 IV 7.18 5.81 -1.22 7.57 -2.76
Return On Assets (ROA) (dalam bentuk persentase)
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
No. Triwulan ROA
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 13.44 10.54 10.27 7.88 5.95
2 II 13.77 10.52 10.76 8.16 7.49
3 III 13.06 10.08 9.55 7.59 7.87
4 IV 12.17 12.92 7.89 1.63 7.75
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
No. Triwulan ROA
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 15.61 14.77 11.79 10.81 14.42
2 II 13.57 12.65 9.76 14.63 15.05
3 III 13.01 11.44 12.09 10.05 12.81
4 IV 12.30 6.45 8.40 8.99 9.41
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
Lampiran 1 128
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
No. Triwulan ROA
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 18.95 18.45 17.38 16.50 15.96
2 II 18.07 18.18 16.68 17.20 16.76
3 III 20.35 17.30 16.88 13.58 15.36
4 IV 21.45 20.15 19.15 15.27 16.13
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
No. Triwulan ROA
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 11.18 15.56 16.78 8.11 12.54
2 II 12.02 15.43 20.98 10.25 7.16
3 III 12.18 11.14 12.99 9.09 8.82
4 IV 9.36 10.45 30.10 2.98 7.27
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
No. Triwulan ROA
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 25.08 29.27 29.14 25.46 29.32
2 II 27.74 43.48 40.38 42.70 38.02
3 III 44.68 33.50 26.08 27.92 24.75
4 IV 35.53 31.02 29.27 33.56 28.46
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
No. Triwulan ROA
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 17.43 17.17 15.91 15.02 15.58
2 II 17.45 18.47 16.20 14.21 18.13
3 III 19.46 18.20 16.83 16.06 16.92
4 IV 15.24 14.57 14.67 14.39 15.60
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
Lampiran 1 129
Total Assets Turnover (TATO) (dalam bentuk kali)
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
No. Triwulan TATO
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 1.14 0.99 0.90 0.74 0.68
2 II 1.16 0.97 0.91 0.78 0.74
3 III 1.06 0.91 0.83 0.71 0.71
4 IV 0.99 0.97 0.87 0.75 0.75
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
No. Triwulan TATO
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 1.32 1.31 1.26 1.22 1.29
2 II 1.34 1.29 1.33 1.30 1.33
3 III 1.27 1.27 1.22 1.16 1.18
4 IV 1.20 1.17 1.16 1.15 1.11
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
No. Triwulan TATO
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 1.38 1.42 1.40 1.30 1.26
2 II 1.42 1.45 1.40 1.41 1.41
3 III 1.58 1.54 1.46 1.33 1.31
4 IV 1.67 1.61 1.48 1.39 1.31
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
No. Triwulan TATO
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 0.32 0.36 0.34 0.26 0.26
2 II 0.34 0.39 0.43 0.27 0.24
3 III 0.32 0.34 0.26 0.24 0.24
4 IV 0.29 0.31 0.28 0.23 0.23
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
Lampiran 1 130
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
No. Triwulan TATO
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 0.69 0.71 0.87 0.75 0.86
2 II 0.73 1.34 0.98 1.10 1.02
3 III 1.01 0.89 0.86 0.84 0.81
4 IV 0.83 0.98 0.81 0.90 0.92
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
No. Triwulan TATO
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 0.68 0.67 0.65 0.64 0.62
2 II 0.75 0.74 0.69 0.65 0.67
3 III 0.76 0.71 0.65 0.68 0.67
4 IV 0.73 0.67 0.68 0.64 0.67
Earning Per Share (EPS) (dalam bentuk rupiah)
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
No. Triwulan EPS
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 456 424 486 396 308
2 II 500 448 500 400 396
3 III 492 460 464 388 412
4 IV 472 588 464 244 380
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
No. Triwulan EPS
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 202 220 236 274 324
2 II 188 210 224 322 354
3 III 178 206 250 242 294
4 IV 180 128 184 192 264
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
Lampiran 1 131
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
No. Triwulan EPS
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 34.40 40 44 44 48.08
2 II 34.40 40 40 48 49.72
3 III 37.60 36 44 36 47.48
4 IV 41.60 48 48 43 50.96
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
No. Triwulan EPS
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 14.16 25.64 32.36 27.28 45.12
2 II 16.04 27.12 42.88 35.44 29.28
3 III 17.64 21.56 34.04 34.28 34.60
4 IV 14.28 19.76 99.64 7.80 29.76
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
No. Triwulan EPS
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 67.54 94.76 87.12 88.80 98.88
2 II 82.37 78.20 136.04 131.20 130.08
3 III 120.59 92.56 79.28 93.92 87.16
4 IV 105.42 84.56 95.24 102.88 94.48
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
No. Triwulan EPS
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 137.76 145.26 150.32 155.40 186.88
2 II 129.42 152.40 154.64 148.00 217.40
3 III 149.10 162.54 164.48 167.00 194.00
4 IV 119.08 129.48 129.88 160.68 186.48
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
Lampiran 1 132
Price Earning Ratio (PER) (dalam bentuk kali)
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
No. Triwulan PER
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 16.22 18.63 15.76 21.65 23.54
2 II 13.70 15.63 14.55 17.69 18.69
3 III 15.04 14.02 15.19 13.47 20.02
4 IV 16.10 11.56 16.00 24.59 21.78
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
No. Triwulan PER
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 13.49 21.82 21.40 26.78 23.46
2 II 15.29 29.05 22.32 19.37 24.33
3 III 17.84 24.88 22.70 25.62 32.23
4 IV 21.67 39.84 35.60 35.09 32.48
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
No. Triwulan PER
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 20.64 31.00 33.00 42.39 30.05
2 II 21.95 36.00 41.50 34.90 30.77
3 III 25.00 32.78 38.64 38.19 36.12
4 IV 25.48 26.04 38.13 30.67 29.73
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
No. Triwulan PER
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 14.48 15.02 10.82 18.88 10.73
2 II 12.09 12.72 8.14 12.13 21.00
3 III 15.31 13.22 11.87 9.66 19.51
4 IV 15.76 13.66 5.17 63.59 18.99
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
Lampiran 1 133
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
No. Triwulan PER
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 23.84 29.28 36.73 38.23 31.76
2 II 23.07 34.85 26.35 21.91 25.37
3 III 18.24 27.55 48.25 29.17 32.12
4 IV 21.34 31.04 36.75 30.13 29.64
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
No. Triwulan PER
2012 2013 2014 2015 2016
1 I 10.16 15.14 14.74 18.60 17.79
2 II 12.60 14.76 15.94 19.80 18.31
3 III 12.68 12.92 17.72 15.84 22.22
4 IV 15.20 16.60 22.06 19.32 21.34
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
(Sumber : BEI, data diolah dari Ringkasan Kinerja Perusahaan)
Lampiran 2 134
Hasil Output Pengujian Asumsi Klasik
Normalitas
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
0
1
2
3
4
5
6
7
-10 -5 0 5 10
Series: ResidualsSample 2012Q1 2016Q4Observations 20
Mean -7.82e-15Median 0.874557Maximum 11.39804Minimum -10.57755Std. Dev. 5.533495Skewness -0.029394Kurtosis 2.622684
Jarque-Bera 0.121519Probability 0.941049
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
0
1
2
3
4
5
6
-15 -10 -5 0 5 10
Series: ResidualsSample 2012Q1 2016Q4Observations 20
Mean -4.57e-15Median 0.510064Maximum 11.84123Minimum -15.05922Std. Dev. 6.056527Skewness -0.578686Kurtosis 3.494276
Jarque-Bera 1.319848Probability 0.516890
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
0
1
2
3
4
5
6
-7.5 -5.0 -2.5 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0
Series: ResidualsSample 2012Q1 2016Q4Observations 20
Mean 3.06e-15Median 0.398826Maximum 8.265012Minimum -6.079214Std. Dev. 4.645895Skewness 0.292380Kurtosis 1.845620
Jarque-Bera 1.395448Probability 0.497717
Lampiran 2 135
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20
Series: ResidualsSample 2012Q1 2016Q4Observations 20
Mean 1.20e-15Median 1.297928Maximum 19.99321Minimum -20.48047Std. Dev. 8.999593Skewness -0.046384Kurtosis 3.424985
Jarque-Bera 0.157681Probability 0.924187
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
0
1
2
3
4
5
6
7
-10 -5 0 5 10
Series: ResidualsSample 2012Q1 2016Q4Observations 20
Mean -1.33e-15Median 1.788377Maximum 10.07846Minimum -10.51796Std. Dev. 5.851663Skewness -0.483851Kurtosis 2.162738
Jarque-Bera 1.364548Probability 0.505466
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-12.5 -10.0 -7.5 -5.0 -2.5 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0
Series: ResidualsSample 2012Q1 2016Q4Observations 20
Mean -9.23e-15Median 1.150357Maximum 7.956123Minimum -10.92710Std. Dev. 4.674213Skewness -0.598951Kurtosis 2.869765
Jarque-Bera 1.209943Probability 0.546090
Lampiran 2 136
Multikolinearitas
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.852290 0.879850 -0.755799
TATO 0.852290 1.000000 0.669336 -0.598885
EPS 0.879850 0.669336 1.000000 -0.866089
PER -0.755799 -0.598885 -0.866089 1.000000
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.726164 0.492795 -0.767870
TATO 0.726164 1.000000 0.186388 -0.758928
EPS 0.492795 0.186388 1.000000 -0.154414
PER -0.767870 -0.758928 -0.154414 1.000000
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.814942 -0.140745 -0.526254
TATO 0.814942 1.000000 -0.197823 -0.353712
EPS -0.140745 -0.197823 1.000000 0.257871
PER -0.526254 -0.353712 0.257871 1.000000
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.515155 0.780874 -0.594260
TATO 0.515155 1.000000 -0.069838 -0.402875
EPS 0.780874 -0.069838 1.000000 -0.446671
PER -0.594260 -0.402875 -0.446671 1.000000
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.805552 0.685723 -0.483299
TATO 0.805552 1.000000 0.352389 -0.067528
EPS 0.685723 0.352389 1.000000 -0.486933
PER -0.483299 -0.067528 -0.486933 1.000000
Lampiran 2 137
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
ROA TATO EPS PER ROA 1.000000 0.624346 0.217990 -0.573644
TATO 0.624346 1.000000 -0.379277 -0.541910
EPS 0.217990 -0.379277 1.000000 0.423883
PER -0.573644 -0.541910 0.423883 1.000000
Heteroskedastisitas
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
F-statistic 0.353903 Prob. F(14,5) 0.9427
Obs*R-squared 9.954437 Prob. Chi-Square(14) 0.7655
Scaled explained SS 4.543006 Prob. Chi-Square(14) 0.9912
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
F-statistic 9.688195 Prob. F(14,5) 0.0102
Obs*R-squared 19.28894 Prob. Chi-Square(14) 0.1542
Scaled explained SS 13.53148 Prob. Chi-Square(14) 0.4852
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
F-statistic 1.098634 Prob. F(14,5) 0.4980
Obs*R-squared 15.09344 Prob. Chi-Square(14) 0.3718
Scaled explained SS 3.589681 Prob. Chi-Square(14) 0.9975
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
F-statistic 1.174035 Prob. F(14,5) 0.4639
Obs*R-squared 15.33506 Prob. Chi-Square(14) 0.3556
Scaled explained SS 10.45892 Prob. Chi-Square(14) 0.7279
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
F-statistic 1.068206 Prob. F(14,5) 0.5126
Obs*R-squared 14.98869 Prob. Chi-Square(14) 0.3789
Scaled explained SS 4.901602 Prob. Chi-Square(14) 0.9871
Lampiran 2 138
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
F-statistic 0.392994 Prob. F(14,5) 0.9228
Obs*R-squared 10.47792 Prob. Chi-Square(14) 0.7265
Scaled explained SS 5.510040 Prob. Chi-Square(14) 0.9774
Autokorelasi
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
F-statistic 0.635000 Prob. F(2,13) 0.5456
Obs*R-squared 1.779957 Prob. Chi-Square(2) 0.4107
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
F-statistic 0.672948 Prob. F(2,5) 0.5511
Obs*R-squared 2.545071 Prob. Chi-Square(2) 0.2801
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
F-statistic 0.723902 Prob. F(2,13) 0.5034
Obs*R-squared 2.004185 Prob. Chi-Square(2) 0.3671
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
F-statistic 0.476184 Prob. F(2,13) 0.6316
Obs*R-squared 1.365170 Prob. Chi-Square(2) 0.5053
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
F-statistic 1.374690 Prob. F(2,13) 0.2874
Obs*R-squared 3.491415 Prob. Chi-Square(2) 0.1745
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
F-statistic 1.124323 Prob. F(2,13) 0.3545
Obs*R-squared 2.949307 Prob. Chi-Square(2) 0.2289
Lampiran 3 139
Hasil Regresi Berganda
1. PT. Astra International Tbk. (ASII)
Dependent Variable: RETURN
Method: Least Squares
Date: 01/17/18 Time: 23:18
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 65.75740 34.23111 1.920983 0.0739
ROA -2.283280 1.539513 -1.483118 0.1587
TATO 24.02538 19.99790 1.201396 0.2482
EPS -0.054425 0.056336 -0.966077 0.3493
PER -2.472740 0.809133 -3.056035 0.0080 R-squared 0.457166 Mean dependent var -0.846110
Adjusted R-squared 0.312411 S.D. dependent var 7.510452
S.E. of regression 6.227743 Akaike info criterion 6.708223
Sum squared resid 581.7717 Schwarz criterion 6.957156
Log likelihood -62.08223 Hannan-Quinn criter. 6.756817
F-statistic 3.158193 Durbin-Watson stat 1.493058
Prob(F-statistic) 0.045319
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
Dependent Variable: RETURN
Method: Least Squares
Date: 01/17/18 Time: 23:25
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.173573 48.83462 -0.064986 0.9490
ROA 0.642403 1.299393 0.494387 0.6282
TATO 14.21472 36.08548 0.393918 0.6992
EPS -0.083758 0.034355 -2.438037 0.0277
PER 0.042292 0.415894 0.101688 0.9204 R-squared 0.342814 Mean dependent var 3.655169
Adjusted R-squared 0.167564 S.D. dependent var 7.471013
S.E. of regression 6.816396 Akaike info criterion 6.888857
Sum squared resid 696.9488 Schwarz criterion 7.137790
Log likelihood -63.88857 Hannan-Quinn criter. 6.937451
F-statistic 1.956147 Durbin-Watson stat 3.012154
Prob(F-statistic) 0.153273
Lampiran 3 140
3. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Dependent Variable: RETURN
Method: Least Squares
Date: 01/17/18 Time: 23:29
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.775514 23.03079 -0.163933 0.8720
ROA -0.372186 1.219386 -0.305225 0.7644
TATO 20.26143 19.81877 1.022336 0.3228
EPS -0.176383 0.238003 -0.741097 0.4701
PER -0.232334 0.237332 -0.978941 0.3431 R-squared 0.273915 Mean dependent var 3.606880
Adjusted R-squared 0.080292 S.D. dependent var 5.452248
S.E. of regression 5.228782 Akaike info criterion 6.358552
Sum squared resid 410.1024 Schwarz criterion 6.607485
Log likelihood -58.58552 Hannan-Quinn criter. 6.407146
F-statistic 1.414683 Durbin-Watson stat 2.157844
Prob(F-statistic) 0.276903
4. PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Dependent Variable: RETURN
Method: Least Squares
Date: 01/17/18 Time: 23:32
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 18.28337 28.01857 0.652545 0.5239
ROA -0.052698 1.594402 -0.033052 0.9741
TATO 8.059126 106.0390 0.076002 0.9404
EPS -0.178336 0.422133 -0.422465 0.6787
PER -0.508400 0.250863 -2.026604 0.0609 R-squared 0.280213 Mean dependent var 6.400506
Adjusted R-squared 0.088270 S.D. dependent var 10.60769
S.E. of regression 10.12871 Akaike info criterion 7.680942
Sum squared resid 1538.861 Schwarz criterion 7.929876
Log likelihood -71.80942 Hannan-Quinn criter. 7.729537
F-statistic 1.459874 Durbin-Watson stat 2.106372
Prob(F-statistic) 0.263400
Lampiran 3 141
5. PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA)
Dependent Variable: RETURN
Method: Least Squares
Date: 01/17/18 Time: 23:35
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 29.04548 15.41069 1.884761 0.0790
ROA -0.900921 0.727246 -1.238812 0.2345
TATO 23.75603 23.66011 1.004054 0.3313
EPS 0.007134 0.125414 0.056883 0.9554
PER -0.793176 0.315223 -2.516237 0.0237 R-squared 0.309853 Mean dependent var -1.691032
Adjusted R-squared 0.125813 S.D. dependent var 7.043821
S.E. of regression 6.585829 Akaike info criterion 6.820035
Sum squared resid 650.5972 Schwarz criterion 7.068969
Log likelihood -63.20035 Hannan-Quinn criter. 6.868630
F-statistic 1.683621 Durbin-Watson stat 2.495985
Prob(F-statistic) 0.205926
6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
Dependent Variable: RETURN
Method: Least Squares
Date: 01/17/18 Time: 23:40
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 29.50179 32.88992 0.896986 0.3839
ROA -2.028286 1.890776 -1.072727 0.3003
TATO 39.18451 58.87137 0.665595 0.5158
EPS 0.098329 0.095663 1.027869 0.3203
PER -2.050843 0.647055 -3.169502 0.0063 R-squared 0.535876 Mean dependent var 4.204810
Adjusted R-squared 0.412110 S.D. dependent var 6.861067
S.E. of regression 5.260653 Akaike info criterion 6.370705
Sum squared resid 415.1171 Schwarz criterion 6.619638
Log likelihood -58.70705 Hannan-Quinn criter. 6.419300
F-statistic 4.329745 Durbin-Watson stat 2.354652
Prob(F-statistic) 0.015863